III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Studi Kelayakan dan Investasi Studi kelayakan diadakan untuk menentukan apakah suatu usaha akan dilaksanakan atau tidak. Dengan kata lain studi kelayakan adalah penelitian yang mendalam terhadap suatu ide bisnis tentang layak atau tidaknya ide tersebut untuk dilaksanakan. Studi kelayakan diadakan sebelum ada keputusan (making decision) tentang pelaksanaan usaha (Kadariah et al, 1999). Studi kelayakan bila diletakkan pada objek pendirian sebuah usaha baru disebut studi kelayakan proyek. Namun, jika objeknya adalah pengembangan usaha (usaha sudah berjalan, namun direncanakan ada pengembangan) maka disebut studi kelayakan bisnis. Adapun tujuan dari studi kelayakan bisnis adalah untuk mengetahui apakah suatu proyek/bisnis akan untung atau rugi, dengan kata lain untuk memperkecil tingkat risiko kerugian yang memastikan bahwa investasi yang dilakukan memang menguntungkan (Subagyo, 2007). Menurut Kasmir dan Jakfar (2006), untuk menentukan layak atau tidaknya suatu proyek harus dilihat dari berbagai aspek. Setiap aspek untuk dikatakan layak harus memiliki standar tertentu. Namun, penilaian tidak hanya dilakukan pada suatu aspek saja. Penilaian untuk menentukan kelayakan harus didasarkan kepada seluruh aspek yang kana dinilai, jadi tidak berdiri sendiri. Jika ada aspek yang kurang
layak
akan
diberikan
beberapa
saran
perbaikan,
sehingga
memenuhikriteria yang layak. Namun, apabila tidak dapat memenuhi kriteria tersebut sebaiknya jangan dijalankan. Secara umum studi kelayakan mencakup aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek ekonomi dan sosial (Husnan dan Suwarsono 2000). Menurut kadariah et al. (1999), bahwa setiap aspek tersebut terdapat suatu analisis yang menitikberatkan aspek itu. Tetapi dalam rangka ilmu evaluasi proyek biasanya hanya ditentukan dua macam analisis yaitu analisis finansial dan analisis ekonomis. Analisis finansial merupakan analisis dimana proyek dilihat dari sudut badan-badan atau orang-orang yang menanamkan modal dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek. Analisis ekonomis merupakan analisis 22
dimana proyek dilihat dari sudut perekonomian secara keseluruhan. Aspek-aspek yang akan diteliti terlebih dahulu harus ditentukan dalam menetukan studi kelayakan. Penelitian ini akan mengkaji aspek non finansial seperti aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial, ekonomi, budaya, lingkungan serta aspek finansial. Investasi atau penanaman modal didalam perusahaan tidak lain adalah menyangkut penggunaan sumber-sumber yang diharapkan akan memberikan imbalan (pengembalian) yang menguntungkan di masa yang akan datang. Investasi pada prinsipnya adalah penggunaan sumber keuangan atau usaha dalam waktu tertentu dari setiap orang yang menginginkan keuntungan darinya. Dari sudut pandang jangka waktu penanamannya, inveastasi dibagi dalam dua tipe yaitu investasi jangka pendek biasanya kurang dari satu tahun yang bertujuan untuk mendayagunakan atau memanfaatkan dana yang sementara menganggur serta bersifat marketable (mudah untuk diperjualbelikan) serta investasi jangka panjang. Investasi jangka panjang adalah investasi yang ukuran jangka waktunya lebih dari satu periode serta tidak bersifat marketable karena investasi ini menyangkut kelangsungan hidup usaha di masa yang akan datang (Suratman, 2002). Salah satu konsep investasi adalah pengangguran modal karena pengangguran modal merupakan salah satu konsep penggunaan dana di masa yang akan datang yang diharapkan akan memberikan keuntungan. Keuntungan dari sebagian besar investasi meluas diatas periode waktu yang panjang menujukkan bahwa perlu penggunaan teknik-teknik
penilaian investasi yang
mengakui nilai waktu uang. Konsep nilai waktu uang berlaku bahwa akan lebih baik menerima uang tunai diawal daripada menerima uang tunai kemudian. Menurut Suratman (2002), investasi yang menjanjikan keuntungan lebih awal akan lebih disukai daripada yang menjanjikan keuntungan kemudian. Di dalam investasi banyak mengandung risiko dan ketidakpastian. Investasi menurut karakteristiknya dapat dibagi menjadi beberapa golongan antara lain (1) investasi yang tidak dapat diukur labanya; (2) investasi yang tidak menghasilkan laba; (3) investasi yang dapat diukur labanya. Untuk investasi yang dapat diukur labanya peru dilakukan studi kelayakan yang melihat berbagai aspek. Namun tidak berarti 23
bahwa jenis investasi yang lain tidak memerlukan studi kelayakan. Studi kelayakan tetap diperlukan namun dengan intensitas dan penekanan untuk masing-masing aspek berbeda. Semakin besar dana yang tertanam dalam proyek investasi, semakin tidak pasti estimasi yang dibuat dan semakin kompleks faktor-faktor yang mempengaruhinya maka semakin intens/mendalam penelitian yang dilakukan (Husnan dan Suwarsono, 2000). Dengan demikian apapun bentuk investasi yang akan dilakukan diperlukan studi kelayakan meskipun intensitasnya berbeda. Hal ini dikarenakan masa mendatang mengandung penuh ketidakpastian. 3.1.2. Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa proyek atau suatu usaha, tujuan-tujuan analisa harus disertai biaya-biaya dan manfaat-manfaat. Biaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan usaha (bisnis), dan suatu manfaat adalah segala sesuatu yang membantu suatu tujuan (Nurmalina, dkk, 2009). Biaya dapat juga didefinisikan sebagai pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap manfaat yang diterima. Menurut Gittinger (1986), biaya yang diperlukan suatu usaha dapat dikategorikan sebagai berikut: a) Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang, seperti tanah, bangunan, dan mesin. b) Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja. c) Biaya lainnya seperti pajak, bunga dan pinjaman. Komponen biaya dan manfaat ini terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu: 1. Biaya Komponen biaya yang dimasukkan dalam perhitungan adalah biaya yang dapat dikuantifikasikan dan biaya yang benar-benar dikeluarkan dalam suatu proses produksi. a) Biaya Investasi Biaya investasi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan pada awal proyek, untuk pembelian baran-barang investasi yang nilainya dalam jumlah besar
24
dan tidak habis dalam satu kali periode produksi. Biaya investasi ini dikeluarkan untuk mendapatkan keuntungan pada masa yang akan datang. b) Biaya Tetap Biaya tetap adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, namun besarnya tidak dipengaruhi oleh perubahan output ataupun input yang digunakan selama produksi. c) Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dan besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah input yang digunakan atau output yang dihasilkan pada proses produksi. Biaya variabel dikeluarkan pada pembelian input langsung habis yang dikeluarkan untuk menghasilkan output produksi. d) Debt service Debt Service adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran modal pinjaman yang diterima oleh suatu usaha. Biaya ini terdiri dari suku bunga dan pokok pinjaman. 2. Manfaat Manfaat adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh suatu usaha yang mendorong tercapainya suatu tujuan. Adapun yang termasuk kedalam manfaat adalah: a) Nilai Produksi Total Nilai produksi total adalah nilai yang didapatkan dari produksi total yang dihasilkan pada suatu usaha dan dikalikan dengan harga per satuan produk tersebut. Nilai produksi ini mencakup produksi secara keseluruhan baik produksi yang dijual ataupun tidak, yakni produksi yang dikonsumsi sendiri, produk utama dan produk sampingan yang dihasilkan. b) Penerimaan Pinjaman (loan) Penerimaan pinjaman adalah semua tambahan modal yang diterima suatu usaha untuk digunakan sebagai biaya investasi, biaya tetap ataupun biaya variabel. Pinjaman ini dapat berasal dari berbagai pihak dan instansi seperti pihak bank, kreditor ataupun teman dan keluarga
25
c) Bantuan (Grants) Bantuan adalah semua tambahan modal yang diterima suatu usaha yang sifatnya bantuan atau hibah. Dana ini dapat berupa uang tunai ataupun barang.
Untuk
dikuantifikasikan
dana
yang
terlebih
berupa
dahulu
barang,
ketika
maka
dana
tersebut
memasukkannya
kedalam
komponen manfaat. d) Nilai Sewa Nilai sewa adalah nilai dari hasil menyewakan alat atau bahan yang dimiliki oleh suatu usaha. Alat atau bahan yang sering disewakan adalah barang investasi. e) Salvage Value Salvage Value adalah nilai barang investasi yang tidak habis selama umur usaha, nilai ini diukur pada akhir usaha atau ditahun terakhir usaha. 3.1.3. Analisis Non Finansial Aspek non-finansial menurut Nurmalina, dkk (2009), terdiri dari berbagai aspek yang mempengaruhi jalannya suatu usaha. Adapun yang termasuk kedalam aspek ini adalah: 1. Aspek Pasar Pasar adalah titik pertemuan antara permintaan dan penawaran barang dan jasa sehingga tercapai kesepakatan dalam transaksi (Subagyo, 2007). Aspek pasar dan pemasaran menempati urutan pertama dalam analisis kelayakan usaha/bisnis. Pengkajian aspek pasar penting untuk dilakukan karena tidak ada proyek/usaha/bisnis yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang atau jasa yang dihasilkan usaha tersebut. Pada tahap ini dibahas mengenai perkiraan jumlah permintaan dan penawaran dari produk ataupun jasa yang yang dihasilkan oleh usaha, pemasaran output yang dihasilkan serta harga dari produk yang akan dihasilkan. Dari segi pemasaran kegiatan usaha diharapkan dapat beroperasi secara baik apabila produk yang dihasilkan mampu mendapatkan tempat dipasaran serta dapat menghasilkan jumlah hasil penjualan yang memadai dan menguntungkan. Apabila pasar yang dituju tidak jelas, maka risiko yang dihadapi akan semakin besar.
26
2. Aspek Teknis Aspek teknis berkaitan dengan proses pembangunan usaha secara teknis dan pengorganisasian setelah usaha tersebut dijalankan. Penilaian terhadap aspek ini penting dilakukan sebelum suatu usaha dijalankan, untuk mengetahui apakah secara teknis suatu usaha layak dijalankan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek teknis antara lain adalah keadaan geografis, lokasi usaha, skala operasioanal atau luas produksi, teknologi budidaya dan produksi, bahan baku yang digunakan, sumber daya produksi, serta pengawasan kualitas produk. 3. Aspek Manajemen dan Hukum Aspek manajemen dan hukum mempunyai pengaruh yang penting terhadap pelaksanaan usaha. Aspek manajemen menilai para pengelola usaha dan struktur organisasi yang ada dalam masa pembangunan usaha serta dalam masa operasi atau produksi. Manajemen dalam operasi menganalisis bagaimana bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, bagaimana struktur organisasi, deskripsi masing-masing jabatan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Sementara itu, aspek hukum membahas masalah kelengkapan dokumen perusahaan, bentuk badan usaha yang digunakan, dikaitkan dengan hukum dan konsekuensinya. Perencanaan dan pelaksanaan aspek hukum secara baik, akan memudahkan pelaku usaha untuk menjalankan kegiatan usaha dalam menjalin kerjasama dengan berbagai pihak. 4. Aspek Sosial-Ekonomi-Budaya Analisis aspek sosial, ekonomi dan budaya untuk melihat seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan terhadap masyarakat secara keseluruhan jika suatu usaha dijalankan. Didalam pelaksanaannya suatu usaha tidak hanya memperhatikan keuntungan pribadi saja. Pada aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran. Aspek sosial lebih memperhatikan adanya manfaat dan pengorbanan sosial yang dialami oleh masyarakat sekitar lokasi usaha. Pada aspek ekonomi akan dianalisis mengenai peluang suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan dari 27
pajak serta dapat menambah aktivitas ekonomi. Perubahan dalam teknologi atau peralatan mekanis dalam bisnis dapat secara budaya mengubah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat. Sehingga, adanya suatu usaha diharapkan dapat lebih banyak memberikan manfaat dibandingkan dengan kerugiannya. 5. Aspek Lingkungan Analisis aspek lingkungan melihat dampak dari usaha terhadap lingkungan sekitar, baik terhadap air, darat, udara yang akan berdampak pada kehidupan manusia, binatang dan tumbuhan. Setiap pelaku usaha harus memperhatikan masalah dampak lingkungan yang merugikan, karena lingkungan itu sendiri akan mempengaruhi jalannya usaha dalam jangka panjang. 3.1.4. Analisis Finansial Analisis
finansial
suatu
usaha
merupakan
suatu
analisis
yang
membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu usaha akan menguntungkan selama umur usaha. Dengan kata lain, Analisis ini merupakan analisis untuk mengetahui pengaruh-pengaruh finansial dari suatu usaha yang dijalankan terhadap pelaku usaha tersebut atau secara privat. Selain itu, analisis finansial juga berperan dalam mengetahui perkiraan pendanaan dan aliran kas dari suatu usaha, sehingga dapat diketahui apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dijalankan. Dalam mencari suatu ukuran menyeluruk tentang layak atau tidaknya suatu usaha, telah dikembangkan berbagai macam indeks. Indeks-indeks tersebut disebut kriteria investasi. Kriteria investasi tersebut antara lain: 1. NPV (Net Present Value) Perhitungan NPV dilakukan untuk mengetahui keuntungan bersih yang diperoleh dari usaha budidaya Belimbing Dewa di Kota Depok dengan pengembangan melalui SOP . Kriteria kelayakan berdasarkan NPV yaitu: a) NPV > 0, artinya usaha ini sudah dinyatakan menguntungkan dan layak untuk dijalankan. b) NPV < 0, artinya usaha ini tidak menghasilkan biaya yang dipergunakan. Dengan kata lain, usaha ini merugikan dan tidak layak untuk dijalankan.
28
c) NPV = 0, artinya usaha ini mampu mengembalikan persis sebesar modal sosial opportunity cost faktor produksi normal. Dengan kata lain usaha ini tidak untung dan tidak rugi. 2. IRR (Internal Rate of Return) Metode ini menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih dimasamasa mendatang atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang menyebabkan NPV sama dengan nol. Perhitungan IRR dilakukan untuk melihat tingkat pengembalian dari investasi yang ditanamkan pada usaha ini. Apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga (discount rate) yang berlaku maka usaha ini dikatakan layak dan sebaliknya bila nilai IRR lebih kecil dari discount rate yang berlaku, maka usaha ini tidak layak untuk dijalankan. 3. Net B/C (Net Benefit-Cost Ratio) Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), Net B/C menyatakan besarnya pengembalian terhadap setiap satuan biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek. Net B/C merupakan angka perbandingan antara present value dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif. Perhitungan net B/C befungsi untuk melihat perbandingan antara jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan dengan keseluruhan jumlah manfaat (benefit) yang diperoleh. Usaha ini dikatakan layak jika perhitungan net B/C yang dilakukan menghasilkan nilai yang lebih besar atau sama dengan 1 (net B/C ≥ 1). 4. PP (Payback Period) Perhitungan payback period pada usaha ini bertujuan untuk mengetahui waktu atau periode pengembalian dari nilai total investasi yang dikeluarkan pada umur usaha. Usaha ini dikatakan layak jika nilai PP kurang dari umur usaha budidaya Belimbing Dewa (PP < umur usaha). 3.1.5. Risiko dengan Analisis Skenario Risiko merupakan sebuah kondisi yang dihadapi dalam segala tindakan atau aktivitas yang diambil. Risiko sendiri memiliki berbagai definisi yang berbeda-beda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, risiko adalah akibat yang 29
kurang menyenangkan, merugikan, membahayakan dari suatu perbuatan atau tindakan. Risiko juga dapat diartikan sebagai sebuah situasi dimana terdapat ketidakpastian yang akan mempengaruhi suatu usaha atau pengambil keputusan dan melibatkan kesempatan untuk memperoleh keuntungan atau kerugian. Ketidakpastian adalah sebuah situasi dimana pengambil keputusan tidak mengetahui hasil dari setiap tindakan ketika keputusan dibuat, hal ini dikarenakan dalam sebuah tindakan memiliki lebih dari satu peluang (Fleisher, 1990). Semua usaha yang dijalankan mengandung risiko, namun dengan kadar yang berbeda. Semakin tinggi risiko yang dihadapi maka akan semakin tinggi pula keuntungan yang akan diperoleh, begitupun sebaliknya. Walaupun risiko selalu ada, namun risiko dapat diperkirakan dengan data dan informasi yang relevan (Suratman, 2002). Menurut Weston et al (1995), tedapat teknik unutk menganalisis risiko dengan membandingkan situasi yang paling memungkinkan atas skenario dasar (semacam situasi normal) dengan keadaan yang “baik” dan “buruk”, teknik ini disebut sebagai analisis skenario. Pada analisis ini tidak hanya sensitivitas NPV terhadap perubahan-perubahan variabel kunci yang diketahui namun juga rentangan (range) dari nilai-nilai variabel yang sangat memungkinkan. 3.2.
Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian dilatarbelakangi semakin tingginya permintaan akan buah
belimbing dewa yang banyak dikembangkan di Kota Depok. Buah belimbing khususnya belimbing dewa merupakan salah satu komoditas unggulan Kota Depok, bahkan pemerintah telah mencanangkan buah ini menjadi icon atau maskot kota. Pengembangan belimbing di Depok saat ini tidak lagi bersifat ekstensifikasi lagi mengingat keterbatasan lahan, tetapi lebih difokuskan pada pola intensifikasi dengan perbaikan pola produksi melalui SOP. Selain itu, pengembangan melalui SOP ini dilakukan karena belum adanya kepastian jumlah kuantitas, kualitas dan kesinambungan buah yang diperdagangkan. Pengembangan usaha melalui SOP baru berjalan kurang lebih selama 3 tahun, dan belum diketahui dengan pasti kelayakannya. Sehingga, perlu dianalisis secara lebih lanjut karena analisis kelayakan ini penting untuk dilaksanakan dalam 30
upaya menarik para investor serta petani dan warga sekitar untuk melakukan usaha budidaya belimbing dewa melalui SOP. Perlu diketahui apakah pemberlakuan SOP memiliki dampak positif dan dapat tetap dijalankan. Analisis kelayakan dilakukan secara menyeluruh yaitu terhadap usaha budidaya belimbing dewa yang menerapkan SOP. Aspek yang dibahas terdiri dari dua bagian yaitu aspek non finansial yang mencakup aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial-ekonomi-budaya, serta lingkungan. Aspek-aspek nonfinansial akan dipaparkan secara deskriptif. Sedangkan aspek finansial akan dilakukan dengan menggunakan perhitungan kriteria investasi yang terdiriri dari NPV, IRR, Net B/C, serta Payback Period. Setelah analisis dilakukan, selanjutnya dapat diketahui apakah usaha budidaya Belimbing Dewa Kota Depok melalui SOP layak diusahan atau tidak. Bila analisis menunjukkan kelayakan, maka usaha budidaya Belimbing Dewa Kota Depok dengan pengembangan pola produksi melalui SOP layak untuk dijalankan da selanjutnya dapat berkembang menjadi agribisnis perkotaan. Bila tidak layak, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap usaha budidaya Belimbing Dewa melalui SOP yang sedang berjalan. Dalam menjalankan setiap usaha, para pelaku usaha sering dihadapkan pada situasi risiko dimana terdapat perubahan atau penyimpangan yang terjadi pada usaha diluar dari keadan yang diperkirakan sebelumnya. Demikian halnya dengan usaha budidaya belimbing dewa yang rentan akan risiko. Risiko yang terdapat pada usaha budidaya belimbing dewa ini adalah volume produksi dan harga output. Pada pengukuran tingkat risiko , tidak memeperhitungkan risiko harga input. Hal ini dikarenakan bibit Belimbing Dewa sendiri tidak mempengaruhi tingkat risiko yang signifikan. Bibit tidak secara signifikan mempengaruhi risiko, dikarenakan penggunaan bibit hanya dilakukan pada tahun pertaman saja, selanjutnya jika ingin mendapatkan bibit dapat diperoleh dari pohon yang telah ada dengan cara pencangkokkan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, dilakukan analisis skenario yang dapat digunakan untuk melihat variasi perubahan yang paling mempengaruhi suatu usaha, yang berasal dari berbagai risiko yang telah terjadi selama jalannya usaha. 31
Gambaran yang lebih jauh mengenai penelitian yang dilakukan dan tahapan analisis, dapat dilihat pada Gambar 1.
Produksi dan permintaan meningkat Potensi Sumber Daya Alam Pencanangan belimbing dewa sebagai ikon Kota Depok
Keterbatasan lahan akibat perubahan fungsi lahan untuk non pertanian
Risiko Usaha Risiko produksi/operasional Risiko Pasar (harga output)
Pengembangan pola intensifikasi dengan perbaikan pola produksi melalui SOP
Analisis Kelayakan Usaha
Aspek Non-Finansial • Aspek Pasar • Aspek Teknis • Aspek Manajemen & Hukum • AspekSosial-ekonomi-budaya • Aspek Lingkungan
Aspek Finansial • NPV • IRR • Net B/C • Payback Period
Layak
Dapat diusahakan / dikembangkan sebagai agribisnis perkotaan
Perhitungan Risiko dengan Analisis Skenario • E (NPV) • Standar Deviasi • Koefisien Variasi
Tidak Layak
Lakukan evaluasi
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Operasional
32