III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1
Kerangka Pemikiran Perubahan iklim merupakan implikasi dari kegiatan manusia yang
menyebabkan peningkatan suhu bumi. Hal ini menjadi faktor pemicu mencairnya lapisan es di kawasan kutub bumi yang berakibat pada peningkatan tinggi permukaan air laut (rob). Fenomena ini berdampak pada kehidupan masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir yang rentan terhadap pasang surut air laut (Paw dan Thiang-Eng 1991). Tingkat pengetahuan dan dampak perubahan iklim yang diterima oleh masyarakat tidak selalu seragam. Oleh sebab itu, perlu dilakukan interpretasi mengenai persepsi masyarakat terhadap perubahan iklim dan dampak lokal yang diterima. Proses interpretasi ini dilakukan sebagai awal dari beberapa proses identifikasi tingkat lanjut, karena melalui persepsi masyarakat tersebut peneliti dapat memperoleh informasi mengenai dampak umum dari banjir rob yang terjadi di lokasi penelitian. Strategi adaptasi masyarakat pada umumnya didasari oleh persepsi setiap individu terhadap perubahan yang terjadi. Oleh sebab itu, informasi terkait persepsi masyarakat dapat dimanfaatkan sebagai acuan bagi proses identifikasi selanjutnya seperti strategi dan biaya adaptasi, serta harapan masyarakat mengenai program pemerintah terkait permasalahan banjir rob. Selain itu, hasil identifikasi persepsi masyarakat tersebut dapat digunakan sebagai stimulan dan input komunikasi yang efektif saat melakukan wawancara dengan tiap responden. Ada pun tahap selanjutnya yang dilakukan dalam penelitian ini adalah identifikasi mengenai strategi adaptasi yang dilakukan masyarakat untuk
meminimalisir
dampak
banjir
rob
di
lokasi
penelitian.
Selain
untuk
mengidentifikasi jenis strategi adaptasi, hasil dari proses ini akan dikuantifikasi dalam tahap selanjutnya. Strategi adaptasi ini akan dikonversi ke dalam bentuk moneter yang dinilai sebagai biaya adaptasi masyarakat. Biaya adaptasi yang dimaksud diperoleh melalui penerapan Averting Behavior Method (ABM). Garrod dan Willis (1999) menyatakan ABM merupakan salah satu metode yang digunakan dalam menilai kerugian ekonomi melalui estimasi nilai dari komoditas non-market. Metode ini menggambarkan sejumlah biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat dengan tujuan mencegah atau mengurangi dampak degradasi lingkungan. ABM terbatas untuk kasus dimana rumah tangga mengeluarkan sejumlah uang untuk mengimbangi dampak lingkungan yang diterima (Pearce 1993). Salah satu batasan dari penelitian ini adalah strategi adaptasi
infrastruktur
rumah
dan
jalan,
dimana
masyarakat
diindikasi
mengeluarkan sejumlah biaya untuk mencegah kerugian yang lebih besar. Oleh sebab itu, pendekatan ABM yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah biaya pencegahan (preventive expenditure). Strategi yang dilakukan oleh masyarakat tidak terlepas dari tingkat kemampuan beradaptasi yang direpresentasikan melalui biaya adaptasi yang dikeluarkan. Tingkat kemampuan tersebut dipengaruhi berbagai faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan seperti pendidikan, pendapatan rumah tangga, jarak tempat tinggal ke laut, dan sebagainya. Oleh sebab itu, identifikasi mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat adaptasi masyarakat menjadi penting untuk dilakukan. Faktor-faktor tersebut akan diidentifikasi berdasarkan
data karakteristik yang diperoleh dari tiap responden yang diolah melalui proses regresi linear berganda. Kemampuan individu untuk mengeluarkan biaya adaptasi tidak selalu sama. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, hal ini dipengaruhi oleh tingkat dampak yang diterima oleh tiap individu. Selain itu, faktor lain yang diindikasi mempengaruhi besar biaya adaptasi adalah tingkat pendapatan masyarakat, dimana masyarakat yang berpenghasilan lebih rendah memiliki kapasitas dan kemampuan adaptasi yang lebih rendah (terbatas) pula. Keterbatasan adaptasi masyarakat ini harus didukung oleh inisiatif pemerintah sebagai penyedia barang publik dan pihak yang memiliki andil dalam menjamin kesejahteraan masyarakat. Dukungan ini dapat diberikan dalam bentuk program adaptasi berupa pembangunan infrastruktur maupun penyediaan barang publik lainnya yang sesuai kebutuhan masyarakat, terutama yang dapat mereduksi peluang penurunan kesejahteraan akibat dampak banjir rob. Hal tersebutlah yang menjadi latar belakang dilakukannya kajian mengenai program dan rencana program pemerintah, serta kesesuaiannya dengan harapan masyarakat. Melalui hasil yang diperoleh dari tahap ini, peneliti dapat memberikan gambaran mengenai sejauh mana program pemerintah membantu masyarakat dalam mengurangi dampak banjir yang diterima, serta menjembatani harapan masyarakat agar pemerintah dapat memberikan program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal-hal yang telah disebutkan di atas erat kaitannya dengan kesejahteraan dan proses pemiskinan masyarakat akibat kerugian yang diderita. Oleh sebab itu, aspek-aspek tersebut menjadi penting untuk diteliti dalam suatu kajian mengenai
strategi dan biaya adaptasi masyarakat agar dapat menghasilkan suatu rekomendasi dan acuan bagi penerapan kebijakan yang tepat sasaran. 3.2
Hipotesis Persepsi yang akan dinilai dalam penelitian ini, yaitu mengenai fenomena
perubahan iklim dan dampak lokal yang dirasakan masyarakat. Peneliti menduga bahwa sebagian besar masyarakat belum cukup memahami fenomena tersebut dan belum menyadari bahwa banjir yang terjadi di kawasan Kelurahan Penjaringan merupakan implikasi dari perubahan iklim. Sebagai bentuk antisipasi terhadap penurunan kesejahteraan dan kerugian yang lebih besar masyarakat membentuk suatu strategi adaptasi terhadap perubahan lingkungan. Bentuk adaptasi yang telah dilakukan oleh masyarakat adalah meningkatkan daya tahan bangunan tempat tinggal agar lebih adaptif terhadap banjir rob. Diperlukan sejumlah biaya dalam melakukan strategi adaptasi. Namun, dalam penerapannya terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi besar biaya adaptasi tersebut. Faktor yang dimaksud dimasukkan sebagai peubah bebas ke dalam model yang akan ditentukan pada penelitian ini. Ada pun peubah yang dimasukkan dalam model adalah pendapatan rumah tangga (X1), jarak rumah ke laut (X2), status kepemilikan (D1), dan jenis bangunan (D2). Seluruh peubah bebas diduga signifikan pada taraf nyata 15 %, yaitu batasan yang ditentukan langsung oleh peneliti di bawah dari taraf nyata untuk ilmu sosial yang telah disepakati para ahli, yaitu sebesar 20 %. Peubah bebas yang diduga berpengaruh positif terhadap biaya adaptasi antara lain pendapatan rumah tangga, dimana peningkatan dalam peubah tersebut diduga akan meningkatkan besar biaya adaptasi. Sedangkan, peubah bebas yang
diduga berpengaruh negatif terhadap biaya adaptasi adalah jarak rumah ke laut, dimana peningkatan dalam peubah tersebut akan menurunkan besar biaya adaptasi. Selain itu, terdapat peubah bebas yang berlaku sebagai dummy dalam model tersebut, yaitu status kepemilikan dan jenis bangunan, dimana penduduk yang merupakan pemilik rumah mempunyai nilai biaya adaptasi yang lebih besar dibandingkan penduduk yang bukan pemilik rumah, dan penduduk yang memiliki tempat tinggal berjenis bangunan permanen mempunyai nilai biaya adaptasi yang lebih besar dibandingkan penduduk yang memiliki tempat tinggal berjenis bangunan semi permanen.
Perubahan iklim Banjir karena kenaikan permukaan air laut (rob) Dampak lingkungan terhadap properti dan kesejahteraan masyarakat
Persepsi masyarakat
Interpretasi persepsi masyarakat mengenai perubahan iklim dan dampak banjir rob
Adaptasi
Identifikasi strategi adaptasi masyarakat
Biaya adaptasi
Estimasi biaya adaptasi
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi biaya adaptasi masyarakat
Rekomendasi kebijakan Gambar 2. Diagram Alur Pikir Keterangan: Berkaitan langsung dengan kegiatan penelitian Tindak lanjut dari hasil penelitian
Kajian mengenai program dan rencana program pemerintah dan harapan masyarakat