III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1
Kerangka Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini berisi teori-teori yang
dipakai dalam penelitian ini. Teori-teori ini merupakan landasan untuk menjawab tujuan-tujuan penelitian. 3.1.1
Konsep Pemasaran dan Rantai Pemasaran
a. Konsep Pemasaran Pemasaran merupakan proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya. Konsep pemasaran menyatakan pencapaian tujuan organisasi tergantung pada pengetahuan akan kebutuhan dan keinginan target pasar dan memberikan kepuasan yang diinginkan dengan lebih baik daripada pesaing. Konsep pemasaran dan konsep penjualan berbeda. Perbedaan konsep pemasaran dan konsep penjualan akan diuraikan pada Gambar 1 di bawah ini :
Konsep Penjualan
Pabrik
Konsep Pemasaran
Pasar
Produk yang sudah ada
Penjualan dan promosi
Kebutuhan
Pemasaran yang terintegrasi
pelanggan
Keuntungan melalui volume penjualan
Keuntungan melalui kepuasan pelanggan
Sumber : Kotler (2008) Gambar 1. Konsep pemasaran dan konsep penjualan Gambar 1 di atas menggambarkan bahwa konsep pemasaran lebih menekankan pasar yang terintegrasi dibandingkan dengan konsep penjualan yang menekankan
pada penjualan dan promosi. Pasar yang terintegrasi membutuhkan rantai pemasaran yang menghubungkan antara produsen dengan konsumen akhir. Menurut firdaus (2008) pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang harus dilakukan oleh para pengusaha dalam mendapatkan laba, dan untuk berkembang. Proses pemasaran meliputi aspek fisik dan nonfisik. Aspek fisik meliputi perpindahan barang-barang ke tempat dimana mereka dibutuhkan. Sedangkan aspek non fisik dalam arti bahwa para penjual harus mengetahui apa yang diinginkan oleh para pembeli dan pembeli harus pula mengetahui apa yang dijual. b. Rantai Pemasaran Perekonomian dewasa ini, sebagian besar produsen tidak menjual langsung barang-barang mereka kepada pemakai akhir. Antara produsen dan pemakai akhir terdapat sekelompok pemasaran (saluran distribusi) yang memerankan bermacam-macam fungsi dan memakai berbagai macam nama. Saluran distribusi pada sistem pemasaran digambarkan pada gambar 2 di bawah ini:
Pemasok bahan baku
Perusahaan (pemasar)
Perantara pemasaran
Pengguna akhir
Sumber : Kotler (2008) Gambar 2. Aliran Rantai Pemasaran 3.1.2 Konsep Pendapatan Usaha Pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Penerimaan tunai usaha tani adalah nilai uang yang diterima dari penjualan semua produk usaha, yaitu perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. 18
Pengeluaran atau biaya tunai usaha adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usaha. Biaya usaha tani diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Sehingga besarnya biaya tetap tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh (Soekartawi, 2002). Rahim, Abd dan Diah R.D.Hastuti (2002) menyebutkan bahwa pendapatan usaha merupakan selisisih antara penerimaan dan pengeluaran, atau dengan kata lain pendapatan meliputi pendapatan kotor atau penerimaan total dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor adalah nilai produksi secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi. Pengeluaran usaha merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen dalam mengelola usahanya untuk mendapatkan hasil yang maksimal. 3.1.3
Konsep Nilai Tambah Menurut Hayami et. al (1987) dalam Maimum (2009) menyatakan bahwa
nilai tambah adalah selisih antara komoditas yang mendapat perlakuan pada tahap tertentu dan nilai korbanan yang digunakan selama proses berlangsung. Sumbersumber dari nilai tambah tersebut adalah dari pemanfaatan faktor-faktor tenaga kerja, modal, sumberdaya manusia dan manajemen. Besaran
nilai
tambah
yang
dihasilkan
dapat
digunakan
untuk
menduga/menaksir besarnya balas jasa yang diterima faktor produksi yang digunakan dalam proses perlakuan tersebut. Analisis nilai tambah memiliki tiga
19
komponen pendukung, yaitu faktor konversi yang menunjukkan banyaknya output yang dihasilkan dari satu satuan input, faktor koefisien tenaga kerja yang menunjukkan banyaknya tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk mengolah satu satuan input, dan nilai yang menunjukkannilai output yang dihasilkan dari satu satuan input. Distribusi nilai tambahan berhubungan dengan teknologi yang diterapkan dalam proses pengolahan, kualitas tenaga kerja berupa keahlian dan ketrampilan, serta kualitas bahan baku. Apabila penerapan teknologi cenderung padat karya maka proporsi bagian tenaga kerja yang diberikan lebih besar dari proporsi bagian keuntungan bagian perusahaan, sedangkan apabila diterapkan pada teknologi padat modal, maka besarnya proporsi bagian manajemen lebih besar dari proporsi bagian tenaga kerja. Nilai tambah dipengaruhi oleh faktor teknis dan non teknis (faktor pasar). Faktor teknis terdiri dari jumlah dan kualitas bahan baku serta input penyerta, kualitas produk, penerapan teknologi, kapasitas produksi dan penggunaan unsur tenaga kerja. Sedangkan faktor pasar meliputi harga bahan baku, harga jual output, upah tenaga kerja, modal investasi, informasi pasar dan nilai input lain (selain bahan bakar). Dengan demikian fungsi dari nilai tambah yang menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen dapat dirumuskan sebagai berikut : Nilai Tambah = f ( K, B, T, U, H, h, L) Dimana : K = Kapasitas produksi unit usaha (Unit) B = Jumlah bahan baku yang digunakan (Unit) T = Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan (HOK)
20
U = Upah tenaga kerja (Rp/HOK) H = Harga output (Rp/Unit) h = Harga bahan baku (Rp/Unit) L = Nilai input lain (Unit) Analisis input lain adalah semua korbanan yang terjadi Selama proses pelakuan untuk menambah nilai output, selain bahan baku dan tenaga kerja langsung, mencakup modal berupa bahan penolong dan biaya overhead pabrik lainnya, upah tenaga kerja tidak langsung. 3.1.4 Penyerapan Tenaga Kerja Penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam suatu unit usaha (Zamrowi, 2007). Usaha pengolahan limbah pohon jati akan menumbuhkan penyerapan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja dapat terlihat dari jumlah tenaga kerja yang bertambah akibat adanya usaha tani pengolahan limbah kayu jati. Rumus penyerapan tenaga kerja dapat digambarkan dengan rumus pertumbuhan, yaitu (Fatmasari, 2007): Pertumbuhan = Xt – Xt-1
x 100%
X t-1 3.2
Kerangka Operasional Saat sekarang ini, industri kayu jati memiliki peran penting terhadap
perekonomian negara. Nilai ekonomi dari kayu jati yang tinggi, menjadikan usaha industri pengolahan kayu jati begitu menjanjikan, selain itu Indonesia memiliki potensi dalam pengembangan pohon jati. Potensi tersebut mencakup iklim dan suhu di Indonesia yang mendukung daya tumbuh pohon tersebut. Industri kayu jati yang memiliki potensi di Indonesia, nilai ekonomi yang tinggi, dan
21
keunggulain kayu jati berupa kayu keras yang baik untuk dijadikan bahan bangunan maupun furniture, menyebabkan permintaan kayu dari pohon jati menjadi tinggi. Permintaan
pohon
jati
yang
tinggi,
menjadikan
para
produsen
pengolahanan kayu jati meningkatkan produksinya untuk memenuhi permintan dari produk olahan kayu jati. Setiap kegiatan produksi, akan menghasilkan limbah. Pada kegiatan produksi kayu jati, akan meninggalkan limbah atau sisaan residu yang terdiri dari limbah eksploitasi dan limbah pengolahan. Limbah eksploitasi berupa daun, batang cabang kayu, dan tunggak pohon jati. Sedangkan limbah pengolahan berupa sisa gergajian baik serpihan kayu kecil sisa olahan maupun serbuk kayu. Limbah-limbah pada kayu jati tersebut masih dapat dimanfaatkan kembali menjadi barang serba guna, seperti yang telah dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Jiken Kabupaten Blora. Pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Jiken Kabupaten Blora adalah pengolahan limbah pohon jati menjadi barang serba guna seperti kerajinan, hingga barang-barang furniture. Pemanfaatan limbah pohon jati tersebut, memiliki manfaat-manfaat ekonomi yang menukung pembangunan perekonomian di wilayah Kabupaten Blora pada khususnya. Penelitian ini menganalisis manfaat-manfaat ekonomi yang dihasilkan dari kegiatan pengolahan limbah pohon jati. Penelitian ini akan membahas mengenai karakteristik profil usaha dan rantai pemasaran dari usaha pengolahan limbah pohon jati. Selain itu, dari pengolahan tersebut akan dihitung berapa nilai tambah yang dihasilkan dan berapa pendapatan yang diterima pelaku usaha. Penghitungan nilai tambah tersebut akan menggunakan metode hayami. Yang terakhir, dalam
22
menganalisis manfaat pengolahan limbah pohon jati tersebut, akan dapat diketahui seberapa banyak jumlah tenaga kerja yang dapat diserap. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna dan dapat menjadi rekomendasi kebijakan bagi pemerintah dalam usaha pengembangan masyarakat dengan usaha rakyat. Untuk lebih jelas kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini, dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini : Permintaan kayu pohon jati tinggi Produksi kayu pohon jati tinggi Limbah pohon jati tinggi Tunggak
Daun
Kayu dan Serbuk gergajian
Pemanfaatan limbah tunggak pohon jati Dijadikan bahan bakar (kayu bakar)
Daur ulang/pengolahan limbah tunggak pohon jati menjadi barang serba guna
Manfat ekonomi pengolahan limbah tunggak jati Karakteristik usaha dan rantai pemasarannya
Analisis nilai tambah dan analisis pendapatan usaha
Analisis penyerapan tenaga kerja yang dihasilkan
Rekomendasi kebijakan lebih lanjut untuk pengembangan masyarakat dengan usaha pengolahan limbah tunggak jati
Keterangan :
tidak dibahas dalam penelitian ini Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional
23