II. TINJAUAN PUSTAKA II. 1. TANAMAN NYAMPLUNG II. 1. 1. Karakteristik dan Morfologi Tanaman Nyamplung Tumbuhan nyamplung memiliki nama yang berbeda di setiap daerah, seperti ‘bintangor’ di Malaysia, ‘hitaulo’ di Maluku, ‘nyamplung’ di Jawa, ‘bintangur’ di Sumatera, ‘poon’ di India, dan di Inggris dikenal dengan nama ‘Alexandrian Izaurel’, ‘tamanu’, ‘pannay tree’, serta ‘sweet scented calophyllum’ (Dweek dan Meadows, 2002). Taksonomi tanaman nyamplung menurut Heyne (1987) adalah sebagai berikut : Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledone
Bangsa
: Guttiferales
Suku
: Guttiferae
Marga
: Calophyllum
Jenis
: Calophyllum inophyllum L.
Nama umum
: Nyamplung
Tanaman nyamplung mudah dibudidayakan, tumbuh baik pada ketinggian 0-800 meter dpl seperti di hutan, pegunungan dan rawa-rawa, curah hujan antara 1000-5000 mm per tahun, pH tanah 4,0-7,4, tahan pada tanah tandus, daerah pantai yang kering dan berpasir atau digenangi air laut. Namun tanaman ini baru berbuah setelah umur tujuh atau delapan tahun (Friday and Okano, 2006). Tanaman nyamplung berproduksi dua kali dalam satu tahun, yaitu Februari-Maret dan Agustus-September di Indonesia dan di Hawai April-Juni dan Oktober-Desember (Friday and Okano, 2006).
a
b
c
d
Gambar 1. a. buah nyamplung c. benih nyamplung
b. pohon nyamplung d. bunga nyamplung
Sumber : Balitbang Kehutanan, 2008
4
Berikut ini karakteristik tanaman nyamplung, baik dari batang, daun, bunga, buah dan akar pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Tanaman Nyamplung Nama bagian tanaman
Ciri-ciri
Batang
Berkayu, bulat, dan berwarna coklat atau putih kotor
Daun
Berwarna
hijau,
tunggal,
bersilang
berhadapan,
bulat
memanjang atau bulat telur, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata, pertulangan bersirip, panjang 10-21 cm, tangkai 1,52,5 cm, daging daun seperti kulit/ belulang Bunga
Majemuk, bentuk tandan, di ketiak daun yang teratas, berkelamin dua, diameter 2-3 cm, daun berkelopak empat, tidak beraturan, benang sari banyak, tangkai putik membengkok, kepala putik bentuk perisai, daun mahkota empat, bentuk perisai
Buah
Batu, bulat seperti peluru dengan mancung kecil di depannya, diameter 2,3- 3,5 cm, berwarna coklat
Akar
Tunggang, bulat, berwarna coklat
II. 1. 2. Penyebaran Tanaman Nyamplung Luas areal tegakan tanaman nyamplung mencapai 255,35 ribu ha yang tersebar dari Sumatera sampai Papua (Balitbang Kehutanan, 2008). Daerah penyebaran nyamplung diantaranya adalah Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku, dan NTT (Tabel 2). Tabel 2. Potensi tegakan alami nyamplung di Indonesia Luasan Lahan Potensial Budidaya Nyamplung (ha) No
Wilayah Bertegakan Nyamplung
Tanah Kosong
Total
1
Sumatera
7400
16800
24200
2
Jawa
2200
3400
5600
3
Bali dan Nusa Tenggara
15700
4700
20400
4
Kalimantan
10100
19200
29300
5
Sulawesi
3100
5900
9000
6
Maluku
8400
9700
18100
7
Irian Jaya Barat
28000
34900
62900
8
Papua
79800
16400
96200
9
Seluruh Wilayah
177100
107100
284200
(Sumber : Balitbang Kehutanan, 2008)
5
Hutan nyamplung dikelola secara profesional oleh Perum Perhutani Unit I KPH Kedu Selatan Jawa Tengah dengan luas mencapai 196 ha. Nyamplung juga dikembangkan oleh masyarakat Cilacap khususnya di sekitar kecamatan Patimuan dan daerah Gunung Selok kecamatan Kroya atau Adipala. Mereka memanfaatkan kayu nyamplung untuk pembuatan perahu nelayan. Sejak tahun 2007, Dinas Kehutanan Perkebunan Kabupaten Cilacap telah menanam 135 ha di lahan TNI Angkatan Darat sepanjang pantai laut selatan, dan pada tahun 2008 direncanakan menanam tanaman nyamplung seluas 300 ha.
II. 1. 3. Kandungan kimia Nyamplung Buah nyamplung memiliki biji yang berpotensi menghasilkan minyak nyamplung, terutama biji yang sudah tua. Kandungan minyak pada biji nyamplung mencapai 50-70% (basis kering). Kandungan biji nyamplung dapat dilihat pada Tabel 3.
Gambar 2. Buah dan biji nyamplung Sumber : google.co.id (buah dan biji nyamplung) Tabel 3. Kandungan biji nyamplung Kandungan Minyak
Nilai (%) 50-70
Abu
1,7
Protein kasar
6,2
Pati
0,34
Air
10,8
Hemiselulosa
19,4
Selulosa
6,1
Sumber : Kilham, 2004
Minyak nyamplung merupakan minyak kental, berwarna coklat kehijauan, beraroma menyengat seperti karamel dan beracun. Minyak nyamplung dihasilkan dari buah yang telah matang dan mempunyai fungsi penyembuhan untuk jaringan terbakar (Kilham, 2004). Minyak nyamplung mempunyai kandungan asam lemak tidak jenuh yang cukup tinggi seperti asam oleat serta komponen-komponen tak tersabunkan diantaranya alkohol lemak, sterol, xanton, turunan koumarin, kalofilat, isokalofilat, isoptalat, dan kapelierat, asam pseudobrasilat dan penyusun triterpenoat sebanyak 0,5-2% yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Menurut Debaut et al., (2005), karakteristik asam lemak penyusun minyak nyamplung dapat dapat dilihat pada Tabel 4.
6
Tabel 4. Karakteristik minyak nyamplung Karakterisasi
Komposisi
Warna
Hijau
Kondisi cairan
kental
Bilangan Iod (mg Iod/g minyak)
100 - 115
Berat jenis pada suhu 20˚C (g/cm3)
0,920 - 0,940
Indeks Refraksi
1,4750 - 1,4820
Bilangan Peroksida (meg/kg)
< 20,0
Fraksi lipid
98-99,5%
Jenis asam lemak (%) : • Asam Palmitat (C16 : 0)
15 - 17
• Asam Palmitoleat (C16 : 1)
0,5 - 1
• Asam Stearat (C18 : 0)
8 - 16
• Asam Oleat (C18 : 1)
30 - 50
• Asam Linoleat (C18 : 2)
25 - 40
• Asam Arakhidat (C20 : 0)
0,5 - 1
• Asam Gadoleat (C20 : 1)
0,5 - 1
• Komponen tidak tersabunkan (unsaponifisiable) : Fatty alkohol, sterol, xanton, turunan
0,5 - 2%
koumarin, kalofilat, isokalofilat, isoptalat, dan kapelierat (Sumber : Debaut et al., 2005)
A
B
Gambar 3. minyak nyamplung kasar (A), minyak nyamplung murni (B) Sumber : Balitbang Kehutanan, 2008
II. 1. 4. Produk Turunan Nyamplung dan Penggunaannya Produk turunan nyamplung antara lain adalah : •
Minyak dari biji nyamplung sebagai bahan baku biodisel
7
•
Minyak nyamplung dapat digunakan sebagai bahan bakar pencampur minyak tanah (biokerosine), yaitu : a. Kompor sumbu dengan perbandingan campuran minyak tanah dan minyak nyamplung 50 : 50 b. Kompor semawar dengan perbandingan campuran minyak tanah dan minyak nyamplung 30 : 70 c. Tungku semen pasir dengan perbandingan campuran minyak tanah dengan minyak nyamplung 70 : 30, selain itu tungku ini dapat menggunakan bahan bakar biji utuh dengan briket limbah
• Metil stearat (stearin) yang dihasilkan dari endapan biodiesel setelah dipadatkan dan dihilangkan racunnya dapat dibuat coklat putih dengan harga Rp. 20.000,-/kg. • Limbah pengepresan biji berupa bungkil yang terdiri dari campuran tempurung, daging biji, dan minyak yang dapat digunakan untuk pembuatan briket bungkil atau briket arang. • Apabila tempurungnya dapat dipisahkan dari limbah, maka tempurung tersebut dapat dimanfaatkan untuk arang aktif yang daging limbah harganya tinggi. (Badan Litbang Kehutanan, 2008)
II. 2. BIODIESEL II. 2. 1. Definisi Biodiesel Menurut Soerowidjaya (2005), biodiesel adalah bahan bakar yang digunakan untuk mesin diesel yang dibuat dari sumber daya hayati, Sama halnya dengan Vicente et al (2006) yang menyatakan bahwa biodiesel merupakan metil ester yang diproduksi dari minyak tumbuhan atau lemak hewan dan memenuhi kualitas untuk digunakan sebagai bahan bakar di dalam mesin diesel. Keuntungan pemakaian biodiesel dibandingkan dengan petrodiesel (BBM) diantaranya adalah bahan baku dapat diperbaharui (renewable), cetane number tinggi, biodegradable, dapat digunakan pada semua mesin tanpa harus modifikasi, berfungsi sebagai pelumas sekaligus membersihkan injektor, serta dapat mengurangi emisi karbon dioksida, partikulat berbahaya, dan sulfur oksida.
II. 2. 2. Spesifikasi Biodiesel Spesifikasi biodiesel menurut Standar Nasional Indonesia tahun 2006 dapat diihat pada Tabel 5. Tabel 5. Spesifikasi Biodiesel Parameter
Satuan
Nilai
Massa jenis pada 40˚C
kg/m3
850 - 890
Viskositas kinematik pada 40˚C
mm2/s (cSt)
2,3 - 6,0
Angka setana
min 51
Titik nyala (mangkok tertutup)
˚C
min 100
Titik kabut
˚C
maks 18
8
Parameter
Satuan
Korosi lempeng tembaga (3 jam pada 50 ˚C)
Nilai maks no 3
Residu karbon 1. dalam contoh asli, atau
maks 0,05
2. dalam 10% ampas distilasi
%-massa
maks 0,30
Air dan sedimen
%-vol
maks 0,05*
Temperatur distilasi 90%
˚C
maks 360
Abu tersulfatkan
%-massa
maks 0,02
Belerang
ppm-m (mg/kg)
maks 100
Fosfor
ppm-m (mg/kg)
maks 10
Angka asam
mg-KOH/g
maks 0,8
Gliserol bebas
%-massa
maks 0,02
Gliserol total
%-massa
maks 0,24
Kadar ester alkil
%-massa
min 96,5
Angka iodium Uji Halphen
%-massa (g12/100g)
maks 115 Negatif
Sumber : SNI Biodiesel no. 04-7182-2006
II. 2. 3. Biodiesel dari Biji Nyamplung Nyamplung adalah salah satu sumber energi nabati yang potensial yang berasal dari kawasan hutan dan tersebar merata di seluruh kepulauan di Indonesia. Keunggulan nyamplung sebagai bahan baku energi nabati adalah daya survival tanaman sangat tinggi terbukti dengan penyebarannya yang merata hampir di seluruh daerah terutama pada daerah pesisir pantai di Indonesia antara lain: Taman Nasional (TN) Alas Purwo, TN Kepulauan Seribu, TN Baluran, TN Ujung Kulon, Cagar Alam (CA) Pananjung Pangandaran, Kawasan Wisata (KW) Batu Karas, Pantai Carita Banten, P. Yapen, Jayapura, Biak, Nabire, Manokwari, Sorong, Fakfak (wilayah Papua), Halmahera dan Ternate (Maluku Utara), TN Berbak (Pantai Barat Sumatera) (Badan Litbang Kehutanan, 2008). Pusat litbang hasil hutan telah memulai penelitian pembuatan biodiesel dari biji nyamplung secara intensif sejak tahun 2005, dan pada tahun 2008 diperoleh hasil-hasil sebagai berikut : - Biodiesel dari biji nyamplung telah diuji sifat-sifat fisiko-kimianya oleh Pusat Litbang Minyak dan Gas Bumi (2008) dan semua sifat-sifatnya (sebanyak 17 sifat) telah memenuhi standar nasional indonesia (SNI) untuk biodiesel, No : 04-7182-2006. - Biodiesel nyamplung telah diuji coba di jalan raya (road rally-test) sebanyak tiga kali,mencapai jarak total 370 km. Dari seluruh uji coba yang dilaksanakan, diperoleh hasil
9
yang memuaskan tanpa masalah teknis permesinan. Kecepatan kendaraan tertinggi yang dicapai adalah 120 km/jam . Pengujian kinerja mesin dengan bahan bakar biodiesel nyamplung masih dilaksanakan oleh Puspitek LIPI di Serpong. Setelah selesai, hasilnya akan didaftarkan untuk sertifikasi di BSN (Badan Sertifikasi Nasional).
-
Penelitian pembuatan biodiesel dari biji nyamplung ini dilakukan dalam skala laboratorium dan belum dilakukan perencanaan tentang industri tersebut. Sehingga, dalam tugas akhir ini dilakukan analisa perencanaan industri biodiesel dari biji nyamplung dengan melakukan penambahan skala kapasitas produksi dari skala laboratorium menjadi kapasitas skala industri dan dilakukan pengkajian beberapa aspek yang saling berhubungan sehingga pendirian industri dapat terealisasikan dengan baik dan tepat. Sifat fisiko kimia biodiesel nyamplung jika dibandingkan dengan standar SNI 04-71822006 dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Sifat fisiko kimia biodiesel nyamplung Biodiesel No
Parameter
Satuan
Metode Uji
Nyamplung
kg/m3
ASTM D1298
888,6
mm2/s(cSt)
ASTM D445
7,724
ASTM D613
51,9
1
Massa jenis pada 40°C
2
Viskositas kinetik pada 40°C
3
Bilangan setana
4
Titik nyala (mangkok tertutup)
°C
ASTM D93
151
5
Titik kabut
°C
ASTM D2500
38
6
Korosi kepingan tembaga
ASTM D130
1b
7
Residu karbon
%massa
ASTM D4530
0,434
8
Air dan sedimen
%volume
ASTM D1796
0
9
Suhu distilasi 90%
°C
ASTM D1160
340
10
Abu tersulfatkan
%massa
ASTM D874
0,026
11
Belerang
ppm-m (mg/kg)
ASTM D1266
16
12
Fosfor
ppm-m (mg/kg)
ASTM D1091
0,223
13
Bilangan asam
mg KOH/g
AOCSCd 3d-63
0,76
14
Gliserol total
%massa
AOCSCa 14-56
0,232
15
Kadar ester alkil
%massa
SNI04-7182-2006
96,99
16
Bilangan iodium
%massa (g I2/100g)
AOCS Cd1-25
85
II. 3. ANALISA TEKNOEKONOMI Analisa teknoekonomi menyediakan suatu dasar kuantitatif dalam unit moneter untuk pengambilan suatu keputusan dalam masalah teknik. Perhatian ditekankan pada aspek teknik maupun ekonomi terhadap suatu permasalahan secara lengkap (Wright, 1987). Analisa teknoekonomi erat kaitannya dengan pemecahan masalah teknik dimana indikator efisiensi
10
ekonomi dijadikan sebagai kriteria pemilihan alternatif. Hasil analisa tersebut akan menentukan kelayakan suatu investasi (Newman, 1990). Gray et al (1993) menambahkan bahwa kelayakan suatu investasi diperlukan untuk mencari ukuran yang menyeluruh sebagai dasar penerimaan atau penolakan suatu proyek. Menurut Sutojo (2000), untuk melakukan evaluasi teknoekonomi perlu ada kriteriakriteria tertentu yang mencakup aspek pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen operasional, dan aspek finansial. Analisa teknoekonomi terdiri dari beberapa tahapan diantaranya adalah analisa aspek teknis, aspek ekonomis, aspek finansial, serta analisa faktor-faktor yang tidak dapat diprediksikan (unpredictabel factor).
II. 3. 1. Aspek Teknis dan Teknologis Aspek teknis dan teknologis merupakan salah satu aspek penting dalam proyek dan berkenaan dengan proses pembangunan industri secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Berdasarkan analisa aspek teknis dan teknologis dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi (Husnan dan Muhammad, 2000). Aspek teknis dapat juga didefinisikan sebagai aspek yang menyangkut masalah penyediaan sumbersumber dan pemasaran hasil produksi (Gray et al, 1993). Teknologi yang efektif dapat mempengaruhi dua hal yang penting yaitu, memberikan keuntungan pasar dengan memberikan nilai tambah terhadap suatu produk dan memberikan keuntungan pasar dengan memberikan keuntungan penghematan biaya dengan menggunakan keseluruhan sistem yang ekonomis (Shtub et al., 1994). Penentuan lokasi proyek yaitu lokasi dimana suatu proyek akan didirikan, baik untuk pertimbangan lokasi maupun lahan proyek (Sutojo, 2000). Penentuan lokasi merupakan hal yang tidak mudah untuk ditetapkan, karena sifatnya strategis, maka pemilihan lokasi harus didasarkan atas pengkajian seksama yang berkaitan dengan unit ekonomi dari instalasi spesifik yang hendak dibangun, baik dari segi teknis konstruksi maupun kelangsungan operasionalnya (Husnan dan Muhammad, 2000). Faktor-faktor utama yang diperhatikan dalam menentukan lokasi pabrik adalah letak konsumen potensial atau pasar; sasaran yang akan dijadikan tempat produk dijual; letak bahan baku utama; sumber tenaga kerja; sumber daya seperti air; kondisi udara; tenaga listrik; dan sebagainya; fasilitas transportasi untuk memindahkan bahan baku ke pabrik dan hasil produksi ke pasar; fasilitas untuk pabrik; lingkungan masyarakat sekitar; dan peraturan pemerintah (Umar, 2001). Umar (2001), Mendefinisikan kapasitas sebagai suatu kemampuan pembatas dari unit produksi untuk berproduksi dalam waktu tertentu, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk keluaran persatuan waktu. Menurut Soeharto (2000), Seringkali besarnya kapasitas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek berbeda dengan kebutuhan jangka panjang, dan bila terjadi variasi demikian dengan perbedaan yang cukup besar, umumnya dilakukan hal-hal sebagai berikut: memberikan fleksibilitas desain yang cukup tinggi dan mengusahakan perencanaan yang bertujuan meratakan beban. Tata letak pabrik merupakan perwujudan suatu sistem pembuatan produk meliputi pengaturan fasilitas-fasilitas fisik produksi antara pelaksana, aliran barang, aliran informasi dan tata cara yang diperlukan untuk memperlancar proses produksi. Fasilitas fisik yang dimaksud dapat berupa mesin, peralatan, meja, bangunan dan sebagainya. Secara garis besar tujuan utama perancangan tata letak fasilitas pabrik adalah untuk mengatur area kerja dan seluruh fasilitas
11
yang digunakan dalam proses produksi sehingga dapat berjalan dengan lancar, dalam waktu lebih singkat, lebih ekonomis dan aman.
II. 3. 2. Aspek Finansial Masalah yang dikaji dalam aspek finansial dan ekonomi adalah masalah keuntungan proyek (Umar, 2001). Analisa dan evaluasi finansial dapat memastikan bahwa penentuan tujuan oleh pengambil keputusan dan kevalidan teknoekonomi dapat tercapai. Aspek finansial membahas masalah cara untuk memperoleh modal/dana yang diperlukan, serta bagaimana proyek dapat mengembalikan dana yang telah dipergunakannya. Pada aspek finansial dihitung jumlah dana tetap (investasi) dan dana modal kerja. Dana investasi meliputi pembiayaan kegiatan pra-investasi, pengadaan tanah, bangunan, mesin dan peralatan, berbagai aset tetap, serta biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan pembangunan proyek (Sutojo, 2000). Modal kerja meliputi biaya produksi (bahan baku, tenaga kerja, overhead pabrik dan lain-lain), biaya administrasi, biaya pemasaran, penyusutan, dan angsuran bunga (De Garmo et al., 1994). Menurut Gray et al. (1993) untuk mencari ukuran yang menyeluruh sebagai dasar penerimaan atau penolakan suatu proyek telah dikembangkan berbagai cara yang dinamakan kriteria investasi. Beberapa kriteria investasi yang sering digunakan adalah Break Even point, Net Present Value, Internal rate of Return, Net Benefit Cost Ratio, Pay Back period, dan analisa sensitivitas.
II. 3. 3. Aspek Valuasi dan Komersialisasi Teknologi Valuasi merupakan suatu aktivitas yang berusaha untuk mencapai tujuan dengan cara melakukan prediksi atau hasil yang akan didapat. Valuasi berguna dalam analisa pendahuluan, pendanaan, pengembangan bisnis, dan gabungan serta kegiatan akuisisi. Menurut Goenadi (2000), komersialisasi merupakan serangkaian upaya dari pengembangan dan pemasaran sebuah produk atau pengembangan sebuah proses dan penerapan proses ini dalam kegiatan produksi. Kegiatan ini merupakan rangkaian yang cukup kompleks dengan melibatkan berbagai aspek yang mencakup kebijakan ekonomi, sumberdaya manusia, investasi, waktu, lingkungan pasar, dan sebagainya. Untuk menciptakan teori dari suatu bisnis baru, seorang pengusaha harus dengan yakin dan dengan jelas mendeskripsikan pelanggannya dan kebutuhannya dan bagaimana usaha baru tersebut akan memuaskan kebutuhan itu. Untuk mendeskripsikan bisnis, pengusaha menyiapkan serangkaian pernyataan dan rencana yang dengan jelas menggambarkan bisnisnya. Hal ini akhirnya dirangkum dalam suatu model dari aktifitas bisnis dan target (Richard, 2005). Analisa valuasi dan komersialisasi teknologi meliputi visi, misi, customer selection, differentiation and control, scope of product and activities, value capture for profit, value for talent. II. 3. 4. Aspek Pasar dan Pemasaran Aspek pasar dan pemasaran dikaji untuk mengungkapkan permintaan, penawaran, harga, program pemasaran, dan perkiraan penjualan yang dapat dicapai oleh perusahaan, atau pangsa pasar yang dapat dikuasai oleh perusahaan (Husnan dan Muhammad, 2000). Studi pasar dan pemasaran dapat dikatakan merupakan hal yang sangat penting pada setiap analisa
12
teknoekonomi. Bagi suatu proyek baru, pengetahuan dan analisa pasar bersifat menentukan karena banyak keputusan tentang investasi tergantung dari hasil analisa pasar (Simarmata, 1992). Adapun dalam mengkaji aspek pasar dan pemasaran perlu diperhatikan beberapa hal yaitu bagaimana produk tersebut dalam masa kehidupannya di pasar dewasa ini, berapa permintaan produk di masa lampau dan sekarang, bagaimana komposisi permintaan tiap segmen pasar serta bagaimana kecenderungan perkembangan permintaan tiap segmen pasar serta bagaimana kecenderungan perkembangan permintaan, bagaimana proyeksi permintaan produk pada masa mendatang serta berapa persen dari permintaan dapat diambil, bagaimana kemungkinan adanya persaingan (Sutojo, 2000).
II. 3. 5. Aspek Manajemen dan Organisasi Menurut Husnan dan Muhammad (2000), hal yang perlu dipelajari dalam aspek manajemen adalah manajemen selama masa pembangunan proyek yang meliputi pelaksanaan proyek tersebut, jadwal penyelesaian proyek, aktor yang melakukan studi setiap aspek dan manajemen dalam operasi. Manajemen dalam operasi meliputi bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi jabatan, jumlah tenaga kerja yang akan dipergunakan dan anggota direksi serta tenaga-tenaga terinci. Menurut Machfud dan Agung (1990), kebutuhan tenaga kerja terdiri dari dua macam, yaitu kebutuhan tenaga kerja untuk melaksanakan tahapan proses atau proses produksi yang bersifat manual atau semi mekanis, serta kebutuhan tenaga kerja (operator) untuk mengoprasikan suatu mesin (mekanis atau otomatis) pada tahap proses produksi tertentu. Aspek manajemen dan organisasi dapat dikelompokkan menjadi manajemen proyek yaitu pengelolaan kegiatan yang berkaitan dengan mewujudkan gagasan sampai menjadi hasil proyek berbentuk fisik, manajemen operasi atau produksi fasilitas hasil proyek. Lingkup manajemen organisasi meliputi pengelolaan kegiatan yang langsung berhubungan dengan kegiatan memproduksi barang atau memberikan pelayanan. Mulai dari usaha mendapatkan sumber daya, mengkonversikan masukan menjadi produk atau pelayanan yang diinginkan. Masukan disini dapat terdiri dari bahan mentah, tenaga kerja, material, energi, dan waktu. Tujuan kajian aspek manajemen adalah untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan, sehingga rencana bisnis dapat dinyatakan layak atau sebaliknya (Umar, 2001).
II. 3. 6. Aspek Lingkungan Kajian aspek lingkungan hidup bertujuan untuk menentukan dapat dilaksanakannya industri secara layak atau tidak dilihat dari segi lingkungan hidup. Hal-hal yang berkaitan dengan aspek lingkungan antara lain peraturan dan perundang-undangan Amdal dan kegunaannya dalam kajian pendirian industri dan pelaksanaan proses pengelolaan dampak lingkungan (Umar, 2005). Pembangunan industri yang baik adalah pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pembangunan tersebut dapat terwujud apabila semua komponen dalam perusahaan mengerti pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan dalam setiap tahapan proses produksinya.
II. 3. 7. Aspek Legalitas Aspek legalitas merupakan salah satu aspek penting dalam pendirian sebuah industri karena menyangkut hukum yang mengatur tingkah laku kegiatan usaha yang bersangkutan.
13
Untuk menampung aspirasi dalam mencapai tujuan usaha diperlukan suatu wadah untuk melegalkan kegiatan. Dalam evaluasi yuridis, salah satu pokok pengamatan yang merupakan kekuatan yang menunjang gagasan usaha adalah tentang izin-izin yang harus dimiliki karena izin usaha merupakan syarat legalisasi usaha (Ariyoto, 1990). Aspek legalitas atau yuridis berguna untuk kelangsungan hidup proyek dalam rangka meyakinkan kreditur dan investor bahwa proyek yang akan dibuat sesuai dengan peraturan yang berlaku (Umar, 2005). Menurut Husnan dan Muhammad (2000), dalam pengkajian aspek yuridis atau hukum, hal yang perlu diperhatikan meliputi bentuk badan usaha yang akan digunakan dan berbagai akte, sertifikat, serta izin yang diperlukan. Pada kajian aspek legalitas ini juga dimaksudkan untuk meyakini apakah secara legalitas rencana industri dapat dinyatakan layak atau tidak.
14