I.
PENGANTAR
1.1. Latar Belakang Bermula dari salah satu program 'Nawacita' yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, yaitu 'meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional'. Dalam rangka memuwujudkan hal tersebut, Kementrian Pertanian
melalui
Badan
Litbang
Pertanian,
turut
membangun
dan
mengembangkan Taman Teknologi Pertanian (TTP). Seringkali hasil penelitian mengenai inovasi teknologi pertanian hanya menumpuk di perpustakaan dan jurnal-jurnal saja, namun tidak sampai kepada petani. TTP dibentuk sebagai penghubung atau jembatan antara berbagai macam inovasi dengan target sasaran inovasi tersebut, oleh karena itulah TTP kemudian dibentuk. TTP berfungsi sebagai jembatan antara berbagai macam inovasi dengan target penerimanya, dalam hal ini adalah petani. Ide utama dari Taman Teknologi Pertanian (TTP) adalah sebagai sarana dan juga wahana untuk memperkenalkan berbagai macam hasil penelitian mengenai inovasi-inovasi pertanian melalui berbagai macam bentuk, seperti wahana, model, demplot dan pelatihan-pelatihan dalam implementasi hasil penelitian tersebut. TTP adalah sebagai tempat untuk didiseminasikan berbagai macam inovasi-inovasi teknologi pertanian. Pembangunan TTP melalui Badan Litbang berjumlah 16 unit yang tersebar di seluruh Indonesia di tingkat kabupaten/kota dan sudah dimulai pada tahun 2015. Sejumlah studi telah dilakukan yang meliputi kelayakan komoditas,
2
karakteristik audiens dan juga program-program (inovasi) yang akan dilaksanakan sudah dilakukan oleh berbagai macam dinas terkait. Cara penyampaian inovasi yang dilaksanakan oleh TTP berawal dari introduksi
inovasi/sosialisasi,
setelah
itu
baru
masuk
ke
tahap
percontohan/pelatihan, kedua hal tersebut tidak lupa didukung dengan media seperti leafet/brosur bahkan ada juga dialog interaktif di televisi. Jika dilihat lebih jauh berdasarkan alur penyebaran informasi mengenai inovasi, TTP merupakan suatu strategi komunikasi dalam didiseminasikan berbagai macam inovasi dalam bidang teknologi pertanian. Hal ini terlihat dari suatu inovasi pertama-tama disosialiasikan, setelah itu diberikan pelatihan kedua hal tersebut didukung dengan media dalam bentuk leaflet atau brosur yang berguna untuk menambah akses informasi mengenai suatu inovasi. Keberadaan TTP diharapkan akan meningkatkan hasil produksi pertanian melalui berbagai macam inovasi dan juga penerapan teknologi pertanian. Pola komunikasi TTP dalam menyebarluaskan (diseminasi) informasi mengenai inovasi, harus direncanakan dengan baik, karena strategi komunikasi erat kaitannya terhadap perencanaan. Efendi (2000) mengatakan bahwa strategi komunikasi yang ideal harus mencakup tiga aspek penting, diantaranya pemilihan komunikator, pesan dan juga media yang tepat. Selain Efendi, Verzosa dan Gracia (2009) juga mengatakan bahwa dalam merumuskan strategi komunikasi diperlukan setidaknya lima langkah, yaitu, audience, behaviour, message, channel dan evaluation. Evaluasi mencakup keefektifan strategi komunikasi yang dilakukan oleh TTP, sehingga dapat
3
memodifikasi berbagai macam pola komunikasi agar tepat dan juga mudah dipahami oleh petani. Menurut Middleton dan Lin, (1975), setelah memperhatikan aspek-aspek audience dan behaviour, komponen utama dalam pelaksanaan strategi komunikasi merupakan kombinasi antara pendekatan komunikasi, perumusan pesan dan juga penggunaan
media.
Ketiga
aspek
tersebut,
dalam
penerapannya
akan
mempengaruhi keberhasilan dalam proses komunikasi, terutama menghasilkan feedback yang diinginkan. Keberadaan
TTP
ditengah-tengah
masyarakat
diharapkan
mampu
menciptakan perubahan dalam diri masyarakat, khususnya petani dalam menerapkan berbagai macam inovasi mengenai teknologi pertanian di daerahdaerah target sasaran program, dalam konteks ini TTP dapat berfungsi sebagai strategi komunikasi pembangunan masyarakat. Hal ini sama seperti yang dikatakan oleh Verzosa dan Gracia (2009) bahwa tujuan utama dari strategi komunikasi adalah untuk merubah masyarakat. Lebih lanjut menurut pandangan ilmu komunikasi pembangunan (Nasution dalam Subejo, 2015), proses komunikasi dapat mengarah kepada suatu perubahan sosial dalam rangka pembangunan nasional, di antaranya adalah : 1. Menyampaikan kepada masyarakat, informasi tentang pembangunan nasional, agar mereka memusatkan perhatian pada kebutuhan akan perubahan, kesempatan dan cara mengadakan perubahan, sarana-sarana perubahan dan membangkitkan aspirasi nasional.
4
2. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil bagian secara aktif dalam proses pembuatan keputusan, memperluas dialog agar melibatkan semua pihak yang akan membuat keputusan mengenai perubahan, memberi kesempatan kepada para pemimpin masyarakat untuk memimpin dan mendengarkan pendapat rakyat kecil dan menciptakan arus informasi yang berjalan lancar dari bawah keatas. 3. Mendidik tenaga kerja yang diperlukan pembangunan, sejak orang dewasa, hingga anak-anak, sejak pelajaran baca tulis, hingga keterampilan teknis yang mengubah hidup masyarakat. Berdasarkan fungsi, proses dan strategi komunikasi dalam pembangunan, kehadiran TTP sebagai salah satu bentuk strategi komunikasi perlu diperhatikan. Hal ini terutama pada aspek cara mengkomunikasikan suatu inovasi yang dihadirkan melalui TTP, yang seringkali kegagalan penerapan strategi komunikasi menyebabkan inovasi tidak diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai bagaimana strategi komunikasi yang diterapkan agar efektif dalam mendiseminasikan teknologi pertanian (inovasi). Kegagalan penerapan strategi komunikasi seringkali menimbulkan masalah dalam proses adopsi inovasi. Padmaningrum (2008) mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan lambatnya proses adopsi inovasi seringkali terjadi dari sisi strategi komunikasi, seperti masih kurang optimalnya komunikasi dan keterpaduan pihak-pihak terkait dalam penyebaran inovasi, dan juga pengemasan pesan informasi masih terlalu rumit untuk konsumsi pengguna.
5
Lebih lanjut, Padmaningrum (2008) mengatakan bahwa seringkali introduksi mengenai berbagai macam teknologi pertanian mengalami kegagalan, dalam arti penerapan teknologi oleh masyarakat belum sesuai dengan harapan. Hal ini seringkali terjadi karena masyarakat (audiens) tidak paham mengenai keuntungan dan kegunaan teknologi (inovasi) tersebut. Menyingkapi hal tersebut, saluran komunikasi berperan penting dalam hal ini. Pesan yang dibawa dan dikonstruksi sebisa mungkin dapat diterima dan diterapkan oleh pengguna, sehingga pengguna (audiens) mengganggap teknologi (inovasi) tersebut merupakan sesuatu hal yang dibutuhkan olehnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa keberhasilan suatu proses komunikasi sangat dipengaruhi dari perancang pesan dan juga perumusan pesan-pesan yang disampaikan (strategi komunikasi). Seperti yang dikatakan oleh Rogers dan Shoemakers (2005) mengenai unsur-unsur difusi (penyebaran) inovasi yaitu : 1. Suatu inovasi 2. Yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu 3. Dalam suatu jangka waktu 4. Di antara para anggota suatu sistem sosial Kegagalan ataupun keberhasilan TTP dalam mendiseminasikan berbagai inovasi sangat tergantung dari proses komunikasi yang diterapkannya (strategi komunikasi). Kegagalan dalam proses komunikasi dapat mengakibatkan kegagalan penerapan teknologi oleh masyarakat, sedangkan semakin baik proses komunikasi yang dilakukan, akan semakin baik pula penerapan inovasi oleh masyarakat.
6
1.2. Permasalahan Kehadiran TTP ditengah-tengah masyarakat menjadi menarik jika dibandingkan dengan program-program lainnya yang dilakukan oleh Kementrian Pertanian atau Dinas terkait. Hal ini dikarenakan TTP merupakan program jangka panjang yang nantinya TTP akan menjadi sarana pembelajaran bagi petani di daerah tersebut dan juga menjadi pusat percontohan terhadap inovasi-inovasi pertanian. TTP diharapkan nantinya akan menginspirasi petani-petani di daerah lain untuk menerapkan sebuah inovasi tersebut. Namun, sebelum dapat menginspirasi petani-petani di daerah lain, mulamula TTP harus dapat menyakinkan masyarakat sekitarnya untuk menerapkan inovasi-inovasi tersebut. Hal ini dapat dicapai dengan penggunaan strategi komunikasi yang baik. TTP Lamongan mulai berjalan pada bulan Februari 2015 dengan inovasi yang disebarkannya adalah pengelolaan tanaman terpadu dan pengawetan hijauan pakan ternak. Keberhasilan TTP dan keefektifan strategi komunikasi yang dilakukan oleh TTP dapat terlihat dari respons petani terhadap inovasi yang didiseminasikan oleh TTP. Berdasarkan survei awal, petani antusias terhadap program TTP, mau ikut pelatihan (demfarm) dan juga mengerti maksud dan tujuan inovasi tersebut. Tetapi pada kenyataannya petani masih menerapkan cara lama di lahan mereka. Sebagai contoh di lahan jagung, mereka masih melakukan pemupukan dengan cara disebar. Hal ini tidak sesuai dengan inovasi yang diberikan oleh TTP yaitu pemupukan dengan cara ditugal. Selain itu juga, petani lebih sering membeli
7
Hijauan Pakan Awetan (HPT) dari Pak Kades atau petugas TTP dan mereka belum mau membuat HPT secara mandiri. Hal ini mengindikasikan ada sesuatu hal yang kurang dari proses adopsi mereka terhadap inovasi yang didiseminasikan oleh TTP Lamongan. Padmaningrum (2008) mengatakan bahwa kegagalan atau lambatnya proses adopsi inovasi seringkali terjadi dari sisi strategi komunikasi, seperti kurang optimalnya komunikasi dan juga pengemasan pesan informasi masih terlalu rumit untuk target sasaran. Hal ini mengindikasikan ada sesuatu hal yang kurang dalam penerapan strategi komunikasi yang dilakukan oleh TTP Lamongan. Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan oleh TTP dalam mendiseminasikan inovasi pertanian? 2. Bagaimana respons petani terhadap inovasi yang didiseminasikan oleh TTP? 3. Bagaimana pengaruh strategi komunikasi dan faktor-faktor lainnya dalam membentuk respons petani terhadap inovasi yang didiseminasikan oleh TTP? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi strategi komunikasi yang dilakukan oleh TTP dalam mendiseminasikan inovasi.
8
2. Mengetahui respons petani terhadap inovasi yang didiseminasikan oleh TTP. 3. Mengetahui pengaruh strategi komunikasi dan faktor-faktor lainnya terhadap respons petani pada inovasi yang didiseminasikan oleh TTP. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Dapat diperoleh gambaran mengenai tanggapan (repons) petani terhadap TTP, terutama terhadap inovasi yang didiseminasikan oleh TTP. 2. Dapat memperoleh gambaran mengenai keefektifan strategi komunikasi yang dilakukan oleh TTP dalam didiseminasikan berbagai macam inovasi teknologi pertanian atas dasar respons yang dihasilkan terhadap inovasi yang diberikan oleh TTP. 3. Sebagai bahan studi, tambahan data, informasi dan sebagai bahan pemikiran di dalam penelitian sejenis. 4. Sarana pegembangan pola pikir bagi mahasiswa dan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Master di Sekolah Pascasarjana UGM. 1.5. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran hasil studi literatur yang ada, nampaknya penelitian dengan judul “Strategi Komunikasi dalam diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian Melalui Taman Teknologi Pertanian (TTP) di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.” belum pernah diteliti oleh peneliti lain. Pertimbangan
9
tersebut didasarkan pada beberapa hal sebagai berikut: (1) Belum ada penelitian terhadap Taman Teknologi Pertanian di Kabupaten Lamongan yang berfokus kepada strategi komunikasi dan efektifitasnya; dan (2) Penelitian ini memiliki perbedaan mendasar dengan penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan strategi komunikasi dan juga faktor-faktor yang mempengaruhi respons, baik dari segi tujuan, metode lokasi, dan kasus penelitian. Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya dapat dilihat pada tabel 1.1 sebagai berikut. Tabel 1. 1 Perbedaan Penelitian yang dilakukan dengan Penelitian Sebelumnya No 1
Nama, Tahun Padmaningrum, 2008
2
Muhtar, 2013
3
Rorie, 2010
4
Wastuti, 2010
5
Budiarjo, 2009
6
Prasetyowati, 2012
Judul Penelitian Strategi Komunikasi dalam Mengantisipasi dan Memecahkan Kegagalan Penerapan Teknologi oleh Petani. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Program CSR oleh Humas PT Semen Tonasa Terhadap Komunitas Lokal di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
Perbedaan a) Kasus yang diteliti (kegagalan strategi komunikasi) b) Mengetahui penyebab kegagalan strategi komunikasi a) Mengetahui peran strategi komunikasi dalam CSR b) Faktor yang mempengaruhi ; pengakuan pihak manajemen dan pengakuan masyarakat Persepsi Publik Terhadap Positioning The a) Brand image sebagai strategi Body Shop komunikasi b) Respons terhadap strategi komunikasi yang dilakukan (persepsi) Respons Masyarakat Badegan Terhadap a) Respons terhadap isi dari siaran Siaran Dakwah K.H. Mabarun di Radio dakwah (strategi komunikasi) Persatuan Bantul b) Respons yang diukur terbatas pada mendengarkan dakwah Respons Petani terhadap Budidaya Jagung Faktor yang mempengaruhi respons melalui Pelaksanaan SLPTT di berkisar peran pelatihan, penyuluh, Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman bukan dari aspek strategi komunikasi Repons Petani terhadap Upaya Faktor yang mempengaruhi respons Pengendalian Lalat Buah pada Tanaman berkisar peran pelatihan, penyuluh, Jambu Air di Kecamatan Demak bukan dari aspek strategi komunikasi Kabupaten Demak
10
Penelitian ini difokuskan kepada bagaimana strategi komunikasi dirumuskan dalam menyebarluaskan berbagai macam inovasi pertanian oleh TTP, setelah itu akan dilihat sejauh mana respons petani terhadap inovasi yang didiseminasikan oleh TTP, apakah respons yang terbentuk dipengaruhi dari strategi komunikasi atau faktor-faktor lain yang mempengaruhi seperti umur, pendidikan, pekerjaan, motivasi dan persepsi. Berbagai macam penelitian mengenai strategi komunikasi sejauh yang penulis temukan memiliki perbedaan mendasar, seperti penelitian yang dilakukan oleh Padmaningrum (2008) meneliti tentang kegagalan strategi komunikasi, sedangkan pada penelitian ini dilihat bagaimana strategi komunikasi dirumuskan oleh TTP dan sejauh mana strategi komunikasi tersebut mempengaruhi respons yang terbentuk. Penelitian yang dilakukan oleh Muhtar (2013) meneliti peran dari strategi komunikasi, faktor yang berpengaruh pada penelitian tersebut adalah perumusan strategi komunikasi oleh pihak manajemen dan juga pengakuan masyarakat. Hasil dari penelitian Muhtar (2013) adalah apakah perumusan strategi komunikasi mempengaruhi pengakuan masyarakat. Hal yang membuat berbeda dari penelitian ini terletak pada pengaruh yang diteliti yaitu pengakuan dari masyarakat, sedangkan penelitian ini berkisar pada respons petani terhadap inovasi. Pada sisi pemasaran (The Body Shop) yang dilakukan oleh Rorie (2010) memfokuskan strategi komunikasi mempengaruhi persepsi konsumen. Penelitian Rorie (2010) berkisar kepada bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan dapat mempengaruhi persepsi konsumen, aspek apa saja yang ditonjolkan melalui
11
brand image (strategi komunikasi) agar mampu mempengaruhi persepsi. Perbedaan dengan penelitian Rorie (2010) adalah, persepsi menjadi variabel yang dapat dipengaruhi (dependen) oleh strategi komunikasi, sedangkan pada penelitian ini, persepsi menjadi variabel independen karena merupakan karakteristik dalam diri individu. Persepsi pada penelitian ini lebih ditekankan kepada persepsi petani terhadap TTP sebagai lembaga bukan sebagai strategi komunikasi. Pada bagian respons, sejauh ini penulis belum menemukan penelitian yang menghubungkan antara strategi komunikasi dengan respons yang terbentuk dalam diri audiens (petani). Wastuti (2010) meneliti respons masyarakat terhadap siaran dakwah, respons yang diukur hanya terbatas pada mendengar atau tidaknya siaran dakwah. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Budiarjo (2009) dan Prasetyowati (2012) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi respons yang terbentuk berkisar pada karakteristik individu dan peran pelatih atau penyuluh, bukan dari aspek strategi komunikasi.