LAPORAN TAHUNAN 2012
I. PENDAHULUAN BPTP Lampung dalam era desentralisasi dituntut harus selalu proaktif, responsif dan antisipatif dalam mendukung pembangunan pertanian, khususnya pembangunan sistem dan usaha agribisnis di daerah. Hal ini berarti BPTP Lampung harus dapat menjadi institusi yang mampu memberikan masukan dalam membantu mengarahkan pembangunan pertanian di daerah. BPTP juga harus dapat dengan segera merespon permasalahanpermasalahan di sektor pertanian yang muncul di daerah. Selama keberadaannya, BPTP Lampung tetap aktif melaksanakan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi di Provinsi Lampung. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain SL-PTT Padi dan Jagung, PSDSK, Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), Analisis
Kebijakan,
Sinkronisasi
dan
Koordinasi
dalam
Pendampingan
Teknologi Program Utama Kementerian Pertanian, Pengkajian Kompetitif, Diseminasi dan Advokasi Inovasi Pertanian, Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL), Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (MP3MI), serta Kegiatan PIPKPP; yang berdampak langsung maupun tidak langsung bagi kesejahteraan masyarakat petani di Lampung. Laporan Tahunan ini merupakan laporan kegiatan BPTP Lampung selama Tahun 2012 dalam mengisi dan mencapai misinya. Dokumentasi capaian kinerja BPTP Lampung yang dituangkan dalam bentuk laporan tahunan ini, menggambarkan secara menyeluruh dari dua sudut pandang yaitu keberhasilan dan kegagalan. Hal ini dilakukan sebagai wahana evaluasi dan bahan pembelajaran ke depan, mulai dari perencanaan dan perumusan program sampai dengan implementasi kegiatan. Materi pokok yang disajikan dalam Laporan Tahunan ini meliputi sumberdaya manusia, sarana dan prasarana, program, anggaran serta sinopsis kegiatan litkaji yang dilakukan BPTP Lampung pada TA. 2012.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
1
LAPORAN TAHUNAN 2012
II. ORGANISASI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung adalah Unit Pelaksana Teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Badan Litbang Pertanian) yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 16/Permentan/OT.140/3/ 2006 tanggal 1 Maret 2006, BPTP Lampung mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. Dalam melaksanakan tugas tersebut BPTP Lampung menyelenggarakan fungsi : (1) Inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. (2) Penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. (3) Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian serta perakitan materi penyuluhan. (4) Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan
hasil
pengkajian,
perakitan
dan
pengembangan
teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. (5) Pelayanan teknik kegiatan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. (6) Pelaksanaan Urusan Tata Usaha dan Rumah Tangga Balai. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, Kepala Badan Litbang Pertanian melalui keputusan No: OT.130.95.2003 tanggal 31 Desember 2003, BPTP Lampung dilengkapi 4 kelompok pengkaji (Kelji) yaitu: Kelji Sumberdaya, Kelji Budidaya, Kelji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian (MTHP), dan Kelji Sosial Ekonomi. Susunan organisasi dan tata kerja BPTP Lampung terdiri dari : a.
Subbagian Tata Usaha Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat menyurat, dan kearsipan, serta rumah tangga.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
2
LAPORAN TAHUNAN 2012 b.
Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (KSPP) Seksi KSPP mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana, program, anggaran, pemantauan, dan evaluasi serta laporan, dan penyiapan bahan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil, serta pelayanan sarana pengkajian, perakitan, dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
Kelompok Jabatan Fungsional
c.
Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari jabatan fungsional Peneliti, Penyuluh Pertanian dan sejumlah jabatan fungsional lainnya yang terbagi dalam berbagai kelompok jabatan fungsional berdasarkan bidang masing-masing, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
KEPALA BPTP
Kasie Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (KSPP)
Koordinator Program
Kepala KP. Natar
Koordinator Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian
Kepala KP. Tegineneng
Kelji Budidaya
Koordinator Pendayagunaan Hasil Pengkajian
Kasubbag Tata Usaha
Koordinator Kepegawaian
Koordinator Keuangan
Koordinator Rumah Tangga
Kepala Lab Diseminasi Masgar
Kelji Sumberdaya
Kelji Sosial Ekonomi
Kelji MTHP
Gambar 1. Struktur organisasi BPTP Lampung
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
3
LAPORAN TAHUNAN 2012
III. KELEMBAGAAN A.
PROGRAM PENELITIAN DAN EVALUASI
Visi Setiap organisasi perlu memiliki visi agar mampu eksis dan unggul dalam persaingan yang semakin ketat dan perubahan lingkungan yang cepat. Visi BPTP Lampung adalah “Pada Tahun 2014 menjadi lembaga pengkajian yang menghasilkan dan mendiseminasikan teknologi pertanian spesifik lokasi berstandar internasional.” Misi Dalam rangka untuk mewujudkan visinya, BPTP Lampung menetapkan misinya yakni menghasilkan dan mendiseminasikan inovasi pertanian spesifik lokasi sesuai dengan kebutuhan pengguna dengan didukung oleh SDM yang profesional. Tujuan Penetapan tujuan pada umumnya didasarkan kepada faktor-faktor kunci keberhasilan yang ditetapkan setelah penetapan visi dan misi. Tujuan akan mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan dalam rangka merealisasikan misi, yang menunjukkan suatu kondisi yang ingin dicapai dimasa mendatang. Sasaran menggambarkan hal-hal yang ingin dicapai melalui tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Sasaran akan memberikan fokus pada penyusunan kegiatan, bersifat spesifik, terinci, dapat diukur, dan dapat dicapai. Dalam jangka menengah (2010-2014) visi dan misi BPTP Lampung dijabarkan ke dalam tujuan dan sasaran pengkajian, pengembangan serta diseminasi teknologi pertanian. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, maka disusun strategi yang disusun atas dasar evaluasi mendalam terhadap faktor internal dan faktor eksternal yang telah diuraikan pada perkembangan lingkungan strategis yang terkait dengan kinerja BPTP Lampung ke depan.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
4
LAPORAN TAHUNAN 2012 Tujuan kegiatan pengkajian dan pengembangan teknologi di BPTP Lampung dalam lima tahun ke depan (2010-2014) terdiri atas : 1.
Meningkatkan ketersediaan inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi.
2.
Meningkatkan penyebarluasan inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi.
3.
Meningkatkan kapasitas dan kompetensi pengkajian inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi.
Sasaran Sasaran strategis dan indikator kinerja sebagai alat ukur keberhasilan sasaran strategis selama tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut : Sasaran
Indikator Utama
Tujuan 1 : meningkatkan ketersediaan inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi Sasaran strategis 1: Meningkatnya ketersediaan inovasi Jumlah inovasi pertanian unggulan pertanian unggulan spesifik lokasi. spesifik agroekosistem Tujuan 2 : meningkatkan penyebarluasan inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi Sasaran strategis 2: Meningkatnya penyebarluasan 1. Jumlah teknologi yang didiseinovasi pertanian unggulan spesifik minasikan ke pengguna. lokasi. 2. Jumlah laporan kegiatan pendampingan model spektrum diseminasi multi chanel dan program strategis nasional/ daerah 3. Jumlah rekomendasi kebijakan mendukung empat sukses Kementerian Pertanian Tujuan 3 : meningkatkan kapasitas dan kompetensi pengkajian inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi. Sasaran strategis 3 : Meningkatnya sinergi operasional Jumlah sinergi operasional pengpengkajian inovasi pertanian spesifik kajian dan pengembangan inovasi lokasi. pertanian
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
5
LAPORAN TAHUNAN 2012 Sasaran strategis 4 : Meningkatnya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian.
Sasaran strategis 5 : Meningkatnya kerjasama daerah, nasional dan internasional (di bidang pengkajian dan diseminasi inovasi pertanian spesifik lokasi.
Jumlah dokumen perencanaan dan evaluasi kegiatan serta administrasi keuangan, kepegawaian dan sarana prasarana. Jumlah laboratorium yang terfungsikan secara produktif. Jumlah kebun percobaan yang terfungsikan secara produktif. Jumlah unit usaha pengelolaan benih sumber yang terfungsikan secara produktif. Jumlah website dan database yang ter-update secara berkelanjutan. Jumlah laporan kerjasama pengkajian, pengembangan dan pemanfaatan inovasi pertanian.
Sasaran 1. Meningkatnya ketersediaan inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah dengan meningkatkan fokus kegiatan dan capaian hasil pengkajian yang ingin dicapai sesuai dengan kebutuhan pengguna dan berorientasi pasar/preferensi konsumen dengan mempertimbangkan potensi sumberdaya wilayah. Strategi ini diwujudkan ke dalam sub-sub kegiatan yaitu: a.
Pengkajian dan perakitan inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi.
b.
Pengkajian dan perakitan inovasi pertanian unggulan nasional dan daerah.
c.
Pengkajian ekonomi dan sosiobudaya spesifik lokasi.
d.
Analisis kebijakan pembangunan pertanian yang bersifat antisipatif dan responsif.
Sasaran 2. Meningkatnya penyebarluasan inovasi pertanian spesifik lokasi Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah dengan meningkatkan kuantitas/kualitas informasi, media dan lembaga diseminasi teknologi spesifik
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
6
LAPORAN TAHUNAN 2012 lokasi sesuai kebutuhan pengguna. Strategi ini diwujudkan ke dalam sub-sub kegiatan yaitu: e. Percepatan penyampaian inovasi hasil pengkajian kepada pengguna. f.
Penyebaran benih, bibit/alat produk Litbang, dan jasa analisis/uji.
g. Pendampingan program strategis Kemtan dan program pembangunan pertanian daerah. Sasaran 3. Meningkatnya sinergi operasional pengkajian inovasi pertanian spesifik lokasi. Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah penguatan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan pengkajian inovasi pertanian spesifik lokasi. Strategi ini diwujudkan ke dalam dua sub-sub kegiatan yaitu: h.
Koordinasi dan sinkronisasi operasional pengkajian inovasi pertanian.
i.
Penyediaan petunjuk pelaksanaan (juklak), petunjuk teknis (juknis) pengkajian inovasi pertanian.
Sasaran 4. Meningkatnya manajemen pengkajian inovasi pertanian spesifik lokasi. Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah peningkatan efektivitas manajemen institusi. Strategi ini diwujudkan ke dalam lima subsub kegiatan yaitu : j.
Penguatan manajemen mencakup perencanaan dan evaluasi kegiatan serta administrasi institusi.
k.
Pengembangan kompetensi SDM.
l.
Peningkatan pengelolaan laboratorium dan kebun percobaan.
m. Peningkatan pengelolaan perpustakaan dan SMS center. n.
Peningkatan pengelolaan database dan website.
Sasaran
5.
Meningkatnya kerjasama daerah, nasional dan internasional (di bidang pengkajian, diseminasi dan pendayagunaan teknologi pertanian spesifik lokasi).
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah peningkatan kapasitas penyelenggaraan pengkajian dan diseminasi untuk memperluas jejaring kerjasama. Strategi ini diwujudkan ke dalam dua sub-sub kegiatan yaitu:
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
7
LAPORAN TAHUNAN 2012 o.
Kerjasama daerah, nasional dan internasional dalam pengkajian inovasi pertanian spesifik lokasi.
p.
Kerjasama daerah, nasional dan internasional dalam pendayagunaan inovasi pertanian spesifik lokasi.
Kegiatan Manajemen dan Pengkajian BPTP Lampung Kegiatan BPTP Lampung tahun anggaran 2012 mencakup kegiatan manajemen BPTP Lampung dan kegiatan pengkajian serta diseminasi hasil pengkajian. Kegiatan manajemen BPTP Lampung tahun 2012 terdiri atas: 1)
Penyusunan Program dan Rencana Kerja/Teknis/Program,
2)
Sistem Pengendali Internal (SPI) dan Monitoring dan Evaluasi (Monev),
3)
Peningkatan Layanan Perkantoran,
4)
Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran,
5)
Pengelolaan Administrasi Satuan Kerja,
6)
Pengelolaan Sekretariat UAPPA/B-W,
7)
Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia dan Mutu Manajemen Satuan Kerja BPTP Lampung,
8)
Kerjasama Pengkajian, Pengembangan dan Pemanfaatan Hasil Litbang (Pendampingan),
9)
Pengawalan Pengembangan Padi Hibrida di Lampung,
10) Pengelolaan Instalasi Pengkajian, 11) Koordinasi dan Sinkronisasi Pelaksanaan Kegiatan, 12) Pengelolaan website/database/kepustakaan. Kegiatan penelitian dan diseminasi hasil litkaji BPTP Lampung tahun 2012 tercakup dalam 12 RPTP dan 7 RDHP sebagai berikut: (1) Kajian Agroekologi Mendukung Produktivitas dan Produksi Bahan Pangan, (2) Pengkajian Kinerja Pupuk Organik di Lahan Sawah, (3) Inventarisasi Teknologi Kearifan Lokal dalam Pengembangan Pertanian Tanaman Pangan di Lampung,
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
8
LAPORAN TAHUNAN 2012 (4) Kajian Teknologi Budidaya Organik Tanaman Cabai Mendukung Pengembangan Kawasan Hortikultura di Lampung, (5) Pemetaan Sebaran Varietas Unggul Baru Padi Sawah Mendukung Percepatan Inovasi Teknologi Budidaya Padi Spesifik Lokasi, (6) Kajian Adaptasi Lima Varietas Unggul Baru Padi Rawa di Lampung, (7) Optimalisasi Lahan Rawa dengan Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) untuk Meningkatkan Produktivitas Padi, (8) Pengkajian Diversifikasi Pangan Olahan untuk Meningkatkan Nilai Tambah Komoditas Jagung di Lampung, (9) Kajian Metode Pemberian Hormon dalam Sinkronisasi Estrus untuk Meningkatkan Angka Kebuntingan Sapi Potong, (10) Kajian Strategi Kebijakan dan Langkah Operasional dalam Upaya peningkatan Produksi Karet untuk Mendukung Pembangunan Koridor Sumatera, (11) Kajian Korelasi Karakteristik Agroekologi terhadap Produksi Kelapa Sawit dan Karet di Provinsi Lampung, (12) Kajian Faktor yang Berpengaruh Terhadap Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit Rakyat di Provinsi Lampung, (13) Diseminasi dan Advokasi, (14) Pendampingan Teknologi SL-PTT Padi, (15) Pendampingan Teknologi SL-PTT Jagung, (16) Pendampingan PSDSK, (17) Pengelolaan UPBS BPTP Lampung, (18) Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) Mendukung Usaha Diversifikasi Pangan di Provinsi Lampung, (19) Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI).
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
9
LAPORAN TAHUNAN 2012 B. PENATAKELOLAAN PENELITIAN DAN PENGKAJIAN DI BPTP LAMPUNG Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung telah menerapkan Sistem Pengendalian Intern (SPI) dalam rangka mengendalikan pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengkajian serta pelaksanaan kepemerintahan yang baik (good governance) serta memberikan keyakinan atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Personil Tim Saklak Pengendalian Internal (PI) BPTP Lampung sesuai dengan SK Kepala BPTP Lampung Nomor: 008.2/Kpts/OT.160/I.10.9/10/ 2009 tanggal 19 Oktober 2009 dan telah dirubah beberapa kali terakhir dengan SK Nomor: 167/Kpts/OT.160/I.12.9/04/2012 tanggal 12 April 2012 terdiri dari Ir. Jamhari Hadipurwanta, MP (Ketua merangkap anggota), Yeni Sepdanila, S.Sos (Sekretaris), dan lima orang anggota yaitu: Ir. Robet Asnawi, M.Si, Ir. Bambang Wijayanto, MP, Christina Dyah Murtiningsih, Hestiana Karyati, A.Md, dan Hardoyo, SE. Pada tahun 2012 Tim Satlak PI BPTP Lampung telah menyusun juklak/ juknis SPI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung yang mengacu kepada juklak/juknis SPI Itjen. Sosialisasi SPI BPTP Lampung juga telah dilaksanakan yang dihadiri oleh hampir semua pegawai lingkup BPTP Lampung. Selain telah menerapkan sistem pengendalian intern, BPTP Lampung juga menerapkan sistem manajemen mutu berbasis ISO 9001:2008 dalam rangka penerapan pelayanan prima kepada masyarakat. Sertifikat KAN telah diperoleh pada tahun 2010 berdasarkan hasil penilaian lembaga sertifikasi terhadap kepatuhan institusi dalam mengimplementasikan dokumen panduan mutu yang telah disusun.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
10
LAPORAN TAHUNAN 2012 C. PENGELOLAAN SUMBER DAYA C.1. Anggaran Tahun 2012 Dalam melaksanakan tupoksinya, BPTP Lampung pada Tahun 2012 didukung oleh sumber dana yang berasal dari dana APBN dalam bentuk Rupiah Murni (RM) sebelum revisi anggaran sebesar Rp. 14.224.137.000,- (empat belas milyar dua ratus dua puluh empat juta seratus tiga puluh tujuh ribu rupiah) yang kemudian setelah revisi I tertanggal 5 September 2012 Pagu anggaran berubah menjadi Rp. 13.813.112.000,- (tiga belas milyar delapan ratus tiga belas juta seratus dua belas ribu rupiah) dan pada revisi II bulan November 2012 pagu anggaran berubah lagi menjadi Rp. 14.027.360.000,(empat belas milyar dua puluh tujuh juta tiga ratus enam puluh ribu rupiah) karena adanya tambahan dana kerjasama/hibah ACIAR, rincian pagu anggaran revisi II sebagai berikut: -
belanja pegawai dengan anggaran sebesar Rp. 6.487.583.000,-
-
belanja barang dengan anggaran sebesar Rp. 6.616.167.000,-
-
belanja modal dengan anggaran sebesar Rp. 923.610.000.Realisasi anggaran per 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp.
13.248.189.323,- (Tiga belas milyar dua ratus empat puluh delapan juta seratus delapan puluh sembilan ribu tiga ratus tiga puluh dua rupiah) atau 94,45% dari pagu anggaran, dengan rincian: belanja pegawai sebesar Rp. 6.107.449.763,- (94,14%), belanja barang sebesar Rp. 6.254.897.560,(94,54%), dan belanja modal sebesar Rp. 885.842.000,- (95,91%). Tabel 1. Realisasi anggaran per 31 Desember 2012 Realisasi (Rp)
Anggaran (Rp)
Uraian 1. Realisasi Pendapatan Negara - Penerimaan Pajak - Penerimaan Negara Bukan Pajak - Penerimaan hibah
%
-
-
-
-
162.334.366
-
-
-
-
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
11
LAPORAN TAHUNAN 2012 Realisasi (Rp)
Anggaran (Rp)
Uraian 2. Realisasi Belanja Negara A. Rupiah Murni - Belanja Pegawai - Belanja Barang - Belanja Modal
14.027.360.000 13.270.921.609
B. B. Pinjaman dan Hibah - Belanja Barang - Belanja Modal
% 94,61
6.487.583.000 6.406.919.000 918.610.000
6.107.449.763 6.045.650.560 880.842.000
94,14 94,36 95,89
209.248.000 5.000.000
209.247.000 5.000.000
100,0 100,0
Realisasi belanja Tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp. 3.707.540.180,- atau mencapai 28,45% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya disebabkan antara lain oleh adanya kenaikan gaji PNS sebesar 10%, kenaikan belanja uang makan pegawai, adanya pembangunan gedung kantor, kenaikan atas belanja barang berupa belanja pemeliharaan, serta bertambahnya volume perjalanan dinas. Perbandingan realisasi belanja Tahun 2012 dan 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2. Perbandingan realisasi belanja tahun 2012 dan 2011 Jenis Belanja Pegawai Barang Modal Jumlah
Realisasi Belanja (Rp) 2012 2011 6.107.449.763 5.749.215.047 6.045.650.560 3.212.355.166 880.842.000 364.831.930 13.033.942.323 9.326.402.143
Naik/Turun Rp. % 358.234.716 5,87 2.833.295.394 46,87 516.010.070 58,58 3.707.540.180 28,45
Selain mengelola dana APBN, pada tahun 2012 BPTP Lampung juga mengelola anggaran yang bersumber dari kerjasama hibah antara Pemerintah Indonesia melalui BPTP Lampung dengan Pemerintah Australia melalui ACIAR (The Australian Centre for International Agricultural Research) LPS/2008/038 sebesar Rp. 214.248.945,- (terdiri dari Rp. 214.247.952,- dana hibah Tahun 2012 dan Rp. 993,- sisa dana Tahun 2011 yang menjadi saldo awal tahun 2012). Realisasi hibah tahun 2012 sebesar Rp. 214.247.000,- terdiri dari realisasi belanja barang Rp.209.247.000,- dan belanja modal sebesar
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
12
LAPORAN TAHUNAN 2012 Rp.5.000.000,-. Sisa dana hibah Tahun 2012 sebesar Rp.993,- dan Rp. 952,untuk Tahun 2012 sudah disetor ke Kas Negara. Pada tahun 2012 BPTP Lampung juga mendapat hibah dari Pemerintah China melalui BBP2TP Bogor dalam bentuk barang. Barang tersebut dihibahkan ke BPTP Lampung dengan Nomor Register 71430201 sedangkan perjanjian hibah dilakukan pada tanggal 3 Desember 2008. Realisasi hibah tersebut sebesar Rp.1.299.891.247.- Surat Perintah Pengesahan Pendapatan Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa Surat Berharga (SP3HL-BJS) No. 238.1/ KU.240/I.12.9/05/2012 tanggal 10 Mei 2012 dan Memo Pencatatan Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa Surat Berharga tanggal 4 Desember 2012 No. 00297/2012 telah diajukan ke KPPN Bandar Lampung. Dari pengajuan tersebut telah terbit Persetujuan Memo Pencatatan Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga dari KPKN Bandar Lampung pada tanggal 12 Desember 2012 dengan No. 531944B. Persetujuan memo tersebut telah dicatat di Sistem Akuntasi Keuangan (SAK). C.2. Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Tahun 2012 Realisasi Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung per 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp. 162.334.366,- atau mencapai 249,73% dari estimasi pendapatan yang ditetapkan untuk tahun 2012 yaitu sebesar Rp. 65.005.000. Realisasi ini berasal dari Pendapatan Negara Bukan Pajak lainnya yang berasal dari penjualan hasil Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan berupa tanaman padi, singkong, lada, kakao, dan jagung; pendapatan sewa tanah, gedung dan bangunan berupa sewa mess; pendapatan jasa tenaga, pekerja, informasi, pelatihan dan teknologi berupa analisa kimia di Laboratorium BPTP Lampung; jasa giro; serta penerimaan kembali belanja pegawai pusat tahun yang lalu. BPTP
Lampung
tidak
memiliki
pendapatan
hibah.
Rincian
Estimasi
Pendapatan dan realisasi PNBP lainnya tahun 2012 dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
13
LAPORAN TAHUNAN 2012 Tabel 3. Estimasi Pendapatan dan Realisasi PNBP lainnya Tahun 2012 Estimasi Pendapatan
URAIAN Pendapatan dari pemanfaatan BMN Pendapatan Penjualan Hasil Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Pendapatan Penjualan Lainnya Pendapatan Sewa Tanah, Gedung, dan Bangunan Jumlah Penerimaan Pendapatan Jasa Pendapatan Jasa Tenaga, Pekerja, Informasi, Pelatihan dan Teknologi sesuai dengan tugas dan fungsi masingmasing Kementerian dan Pendapatan DJBC Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan/ Jasa Giro Jumlah Penerimaan Pendapatan Lain-lain Penerimaan Kembali Belanja Pegawai Pusat TAYL Jumlah Penerimaan Total Pendapatan
Realisasi
%
43.900.000 2.000.000
112.810.000 0
256,97 0,00
18.005.000 63.905.000
22.685.678 135.495.678
126,00 212,03
0
24.009.900
0,00
100.000 100.000
153.788 24.163.688
153,79 24.163,00
1.000.000
2.675.000
267,50
1.000.000 65.005.000
2.675.000 162.334.366
267,50 249,73
C.3. Sumber Daya Manusia (SDM) Sumberdaya manusia (SDM) merupakan potensi dan kekuatan yang tidak bisa diabaikan dalam suatu lembaga/instansi, termasuk bagi BPTP Lampung. Ketersediaan SDM yang memadai dengan tingkat keahlian dan kompetensi yang berimbang akan memberikan dampak yang cukup signifikan bagi pencapaian misi dan visi lembaga. Untuk tahun 2012, PNS di BPTP Lampung berjumlah 110 orang (tidak termasuk satminkal) dan tenaga kontrak sebanyak 14 orang, yang tersebar pada 4 unit kerja (Tabel 4). Tabel 4. Jumlah PNS BPTP Lampung berdasarkan golongan kepangkatan dan unit kerja No 1. 2. 3. 4.
Unit kerja
IV
BPTP Lampung-Hajimena KP Natar KP Tegineneng Lab Diseminasi Masgar Jumlah
21 21
Golongan (orang) III II 44 21 2 8 1 2 4 2 51 33
Jumlah
I 4 1 4
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
90 10 3 7 110
14
LAPORAN TAHUNAN 2012 PNS BPTP Lampung yang berpendidikan S3 berjumlah 4 orang, S2 berjumlah 17 orang, dan S1 berjumlah 34 orang (Tabel 5). Proporsi jumlah tenaga
berdasarkan
kriteria
pendidikan
tersebut
belum
mencukupi
persyaratan critical mass. Untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi tenaga SDM perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan sesuai bidang ilmu yang dibutuhkan. Tabel 5. Sebaran PNS BPTP Lampung berdasarkan golongan dan pendidikan per Desember 2012 No
Gol/ruang
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
IV/d IV/c IV/b IV/a III/d III/c III/b III/a II/d II/c II/b II/a I/d I/c JUMLAH
S3 1 1 2 4
S2 1 1 3 7 2 2 1 17
S1 2 2 1 3 4 8 14 34
D4 1 1
Tingkat Pendidikan SM D3 D2 D1 1 2 2 1 1 2 8 1 -
SLTA 1 11 5 1 12 4 34
SLTP 1 3 4
SD 5 1 1 7
JUMLAH 1 4 6 10 6 7 22 18 6 3 12 10 4 1 110
Sampai dengan tahun 2012 BPTP Lampung memiliki 42 orang tenaga fungsional, terdiri dari 27 orang peneliti, 9 orang penyuluh, 5 orang litkayasa, dan 1 orang arsiparis (Tabel 6). Tabel 6. No. 1.
Sebaran tenaga fungsional berdsarkan jabatan fungsional per Desember 2012 Jabatan Fungsional
Peneliti: - Peneliti - Peneliti - Peneliti - Peneliti
Utama Madya Muda Pertama Jumlah
2.
Penyuluh: - Penyuluh Pertanian Madya - Penyuluh Pertanian Muda - Penyuluh Pertanian Pertama Jumlah
Jumlah 2 12 8 5 27 4 2 3 9
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
15
LAPORAN TAHUNAN 2012 No. 3.
4.
Jabatan Fungsional Litkayasa: - Teknisi Litkayasa Penyelia - Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan - Teknisi Litkayasa Pelaksana Jumlah Arsiparis: - Arsiparis Ahli Pertama Jumlah TOTAL
Jumlah 1 3 1 5 1 1 42
C.3.1. Pelatihan Jangka Panjang dan Jangka Pendek Selama tahun anggaran 2012, BPTP Lampung telah melaksanakan pembinaan tenaga dengan mengirimkan pegawai untuk mengikuti pelatihan jangka panjang dan jangka pendek, magang, workshop dan lokakarya ke berbagai instansi di lingkup Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian maupun pelatihan yang diselenggarakan oleh instansi di luar Kementerian Pertanian. Tabel 7 menunjukkan pelatihan jangka panjang ke berbagai universitas dan sekolah tinggi dan Tabel 8 memperlihatkan peserta dan nama pelatihan yang diikuti oleh pegawai BPTP Lampung selama tahun 2012. Tabel 7. Daftar pelatihan jangka panjang yang diikuti pegawai BPTP Lampung tahun 2012 1.
Arfi Irawati, SP
S2
Tempat Studi/ Bidang Studi IPB/Ilmu Tanah
2.
Danarsi Diptaningsari, SP
S2
IPB/Pemuliaan dan Biotek
Skripsi
3.
Drs. Jekvy Hendra, MSi
S3
IPB/Phytopatologi
Thesis
4.
Nandari Dyah Suretno, SPt., MSi
S3
IPB/Ilmu Ternak
Teori
5.
Ir. Nila Wardani, MSi
S3
Penelitian
6.
Ir. Slameto, MSi
S3
IPB/Hama Penyakit UGM/Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan
7.
Tri Kusnanto
D4
STPP Bogor/ Perkebunan
Teori
8.
Andi Maryanto
D4
STPP Bogor/ Peternakan
Teori
No
Nama
Program
Status Penelitian
Sumber Dana DIPA Litbangtan
Penelitian
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
BPSDMP
16
LAPORAN TAHUNAN 2012 Tabel 8. Daftar Pelatihan Jangka Pendek dan Workshop yang diikuti pegawai BPTP Lampung tahun 2012 No. 1.
Nama A. Romdhan Fauzi, SP
2.
Dr. Ir. Bariot Hafif, MSc
3.
Yeni Sepda Nila, S.Sos
4.
Ir. Kiswanto, MP Fauziah Y. Adriyani, SP., MSi
5.
8.
Ir. Robet Asnawi, MSi Ir. Yunita Barus, MSi Dian Meithasari, SP Ir. Bambang Wijayanto, MP Ir. Jamhari Hadipurwanta, MP Ir. Soerachman Ir. Nasriati, MP Ir. Solamer P. Malau Ir. Kiswanto, MP Fauziah Y. Adriyani, SP., MSi Hestiana Karyati, A.Md Meidaliantisyah, STP Fauziah Y. Adriyani, SP., MSi
9.
Rahadian Mawardi, SP
10.
Hestiana Karyati, A.Md
11.
Ir. Jamhari Hadipurwanta, MP Yulis Aisyah
12.
Herna Suhartin, AMd Suresmi
13.
Suresmi Reli Hevrizen, SPt. Esman Lumban Tungkup
6.
7.
14. 15.
Sugiyono M. Hairul Anam
16.
Sugiyono M. Hairul Anam
17.
Dr. Ir. Joko Susilo Utomo, MP Fauziah Y. Adriyani, SP, MSi Ir. Jamhari Hadipurwanta, MP Yeni Sepda Nila, S.Sos Hestiana Karyati, A.Md Tanti Retno Yuliantika, A.Md Agung Lasmono, SP
18.
19.
Nama Kegiatan Workshop Penyusunan Laporan Keuangan Semester II TA. 2011 UAPPA/B-W Propinsi Lampung Diklat Teknis Perencanaan bagi petugas Angkatan I dan II Workshop Aplikasi Pelayanan Kepegawaian (SAPK) Workshop Penyiapan SDM Pertanian Mendukung Program P2BN di Lahan Sub Optimal Pelatihan Produksi Benih Hibrida dan Pengendalian Hama Penyakit Workshop Peningkatan Kapasitas Penyuluh
Tanggal 19-20 Januari 2012
Tempat Hotel Marcopolo, Bandar Lampung
30 Januari 2012-8 Februari 2012 5-7 Februari 2012
Komplek Tirta PPMKP Ciawi, Bogor Lor In Hotel, Solo
8-12 Februari 2012
Hotel Ratu Elok, Banjar baru, Kalimantan Selatan Auditorium SABB Padi, Jawa Barat Ruang Pertemuan Lt. IV, Badan Litbang Pertanian, Jakarta
Pelatihan SAPK
20-22 Februari 2012 5-6 Maret 2012
Workshop Pengawalan/ Pendampingan SL-PTT Jagung dan Kedelai 2012 Koordinasi dan Pelatihan Penyusunan KATAM Rawa Bimtek Auditor bagi pejabat fungsional Pengawas Mutu Hasil Pertanian (PMHP) Workshop Pemantapan SOP, Optimalisasi BMN, dan Pengelolaan PNBP Bimtek Aplikasi SAKPA 2012 dan Penatausahaan dan Penyusunan laporan Pertanggungjawaban Bendahara Satker Bimtek Aplikasi Forecasting Satker (AFS) 2012 Temu Teknis Pengelolaan Perpustakaan Digital Diklat dan sosialisasi Aplikasi SIMAK BMN dan Aplikasi SIMANTAP Workshop Penyelesaian Satker Inaktif Wilayah Lampung Workshop Kerjasama Pengkajian dan Diseminasi Workshop Validasi Simpeg, SAPK dan Pengelolaan Administrasi Ketatausahaan dan Kearsipan Pelatihan Perbenihan Sayuran
10-12 Februari 2012 12-14 Februari 2012
29 Maret 2012
Kantor Regional V BKN Jakarta Aula Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor Aula BBSLP, Bogor
9-12 April 2012
Hotel Arnes, Bandar Lampung
17-19 April 2012
Hotel Mutiara Malioboro, Yogyakarta Aula KPPN Bandar Lampung
23 April 2012
8 Mei 2012 20-23 Mei 2012 21-23 Mei 2012
Aula KPPN Bandar Lampung Pusat Informasi Haji (PIH) Batam Hotel Safari Garden, Bogor
24-26 Mei 2012
Hotel Kurnia Dua, Bandar Lampung
27-29 Mei 2012
Royal Safari Garden, Bogor Garden Permata Hotel, Bandung
18-20 Juni 2012 2-6 Juli 2012
KP. Subang, Jawa Barat
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
17
LAPORAN TAHUNAN 2012 No. 20.
Nama Ir. Jamhari Hadipurwanta, MP Suresmi Sugiyono Dr. Ir. Joko Susilo Utomo, MP Ir. Jamhari Hadipurwanta, MP
Nama Kegiatan Workshop Penyusunan Laporan Keuangan Semester I TA 2012 Workshop Evaluasi Keberhasilan Program PUAP
Tanggal 12-14 Juli 2012
Tempat Grand Aquila Hotel, Bandung
8 Agustus 2012
23.
Dr. Ir. Joko Susilo Utomo, MP Ir. Robet Asnawi, MSi Erliana Novitasari, STP
24.
Ir. Robet Asnawi, MSi
25.
Ir. Firdausil AB., MS Agung Lasmono, SP Ir. Kiswanto, MP
Workshop Monev Integrasi Lingkup BBP2TP Pelatihan IBT Preparation tingkat intermediate International Workshop on Sustainable Management of Lowland for Rice Production Workshop Pengembangan Ekspor Lada Diklat Teknis Statistik Pertanian Workshop Pengelolaan Situs Web Badan Litbang Pertanian Simposium Kakao dan Expo Nasional kakao dan Cokelat Workshop 3rd annual meeting LPS 2008/038
9-11 Agustus 2012 17 September9 Nop 2012 27-28 September 2012 12 Oktober 2012 14-20 Oktober 2012 30 Oktober-1 November 2012 5-8 Nopember 2012 7-8 Nopember 2012
IPB International Convention Centre, Bogor Hotel Santika, Bandung LBPP LIA Bogor
Sosialisasi Pemanfaatan PHLN dan BLN Workshop dan Sosialisasi Detachering (mobility program) Sosialisasi dan Workshop Sistem Aplikasi Pelayanan Kepegawaian Bimbingan Teknis Penyusunan Laporan pertanggungjawaban (LPJ) Bendahara Pengeluaran Workshop Peningkatan Kinerja UPBS untuk akselerasi Diseminasi Varietas/Ras Unggul baru dalam Mendukung Perbenihan Nasional Workshop Analisis Data Penelitian Pertanian
9-10 Nopember 2012 12-14 Nopember 2012 20-22 Nopember 2012 21 Nopember 2012
Hotel Harmoni, Batam Mason Pine Hotel, Bandung
21-23 Nopember 2012
Goodway Hotel, Bali
21-23 Nopember 2012 26-28 Nop 2012 28-29 Nopember 2012
Hotel Novotel, Yogjakarta
21. 22.
26. 27.
Gohan Octora Manurung, SP Fauziah Y. Adriyani, SP, MSi
28.
Dra. Alvi Yani, MSi
29.
30.
Ir. Robet Asnawi, MSi Ir. Jamhari Hadipurwanta, MP Fauziah Y. Adriyani, SP, MSi Reny D. Tambunan, SPt., MSc Ir. Robet Asnawi, MSi
31.
Ir. Jamhari Hadipurwanta, MP
32.
Hestiana Karyati, A.Md
33.
Herna Suhartin, AMd
34.
Ir. Rr. Ernawati, MTA
35.
Eka Miftahul Jannah, SP Dian Meithasari, SP Rahadian Mawardi, SP Reny D. Tambunan, SPt., MSc
36.
Workshop SAKIP
37.
Rugito Widodo
Workshop peningkatan kapasitas teknisi litkayasa
38.
Ir. Bambang Wijayanto, MP
39.
Ir. Rr. Ernawati, MTA
40.
Ir. Jamhari Hadipurwanta, MP
Workshop Pengawalan/ Pendampingan SL-PTT Seminar dan Kongres Nasional Komnas Sumber Daya Genetik Workshop Konsolidasi pelaporan Kegiatan Tahun 2012 dan Sinkronisasi Program Tahun 2013
30 Nopember-1 Desember 2012 12-14 Desember 2012 19-21 Desember 2012
Hotel Ratan Inn, Banjarmasin Hotel Marcopolo, Bandar Lampung Grand Cikarang Hotel, Bekasi Royal Hotel, Bogor Grand Inna Muara Hotel, Sumbar Hotel Grand Anugerah, Bandar Lampung
Hotel Bumi Wiyata, Depok, Jawa Barat Aula KPPN Bandar Lampung
Harmoni Hotel, Batam Balai Uji Terap Teknik dan Metode karantina Pertanian, Bekasi, Jawa Barat Aula Puslitbang Tanaman Pangan Hotel ASEAN Internasional, Medan Hotel Grand Jaya Raya, Bogor
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
18
LAPORAN TAHUNAN 2012 C.3.2. Pegawai yang pensiun dan pindah instansi tahun 2012 Pegawai BPTP Lampung yang memasuki masa pensiun dan mutasi (pindah instansi) pada tahun 2012 sebanyak 6 orang (Tabel 9). Pensiun dan mutasi mengurangi ketersediaan jumlah pegawai di BPTP Lampung. Tabel 9. Daftar pegawai BPTP Lampung yang Pensiun dan pindah instansi pada tahun 2012 No. 1. 2. 3. 4.
Nama
Golongan III/b III/b II/a III/c
Martono Somad Sugeng Esman Lumban Tungkup
5.
Drs. Suprapto, SU
IV/e
6.
Rosa Ariesa, SE
III/a
Keterangan Pensiun TMT 1 Maret 2012 Pensiun TMT 1 Maret 2012 Pensiun TMT 1 Maret 2012 Pensiun TMT 1 Agustus 2012 Pensiun TMT 1 Agustus 2012 Mutasi ke Sekretariat Badan Litbang Pertanian TMT 1 Oktober 2012
C.4. Fasilitas Seperti halnya dengan sumberdaya manusia, sarana dan prasarana merupakan salah satu sumber energi utama untuk menjalankan roda organisasi. Dukungan sarana dan prasarana yang memadai akan sangat menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan di BPTP Lampung. Barangbarang tidak bergerak yang dimiliki oleh BPTP Lampung meliputi tanah dan bangunan. Keseluruhan tanah yang dimiliki oleh BPTP Lampung adalah seluas 738.217 m2, yang terdiri dari tanah bangunan rumah negara golongan III, tanah bangunan kantor pemerintah, dan tanah kebun percobaan. Sedangkan gedung dan bangunan yang dimiliki BPTP Lampung sebanyak 62 unit terdiri atas 4 unit bangunan gedung kantor permanen, 7 unit bangunan gedung tertutup permanen, 2 unit bangunan gedung laboratorium permanen, 2 unit gedung garasi/pool, 1 unit bangunan lantai jemur permanen, 4 unit bangunan gedung tempat kerja lainnya, 40 unit rumah negara golongan II, dan 2 unit mess permanen.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
19
LAPORAN TAHUNAN 2012 C.4.1. Kebun Percobaan (KP) BPTP Lampung memiliki dua buah Kebun Percobaan dan satu buah lab diseminasi yang masing-masing berlokasi di Kecamatan Natar, Tegineneng, dan Masgar. Keragaan kebun percobaan lingkup BPTP Lampung dapat dijelaskan sebagai berikut. Kebun Percobaan Natar merupakan salah satu dari 3 kebun milik BPTP Lampung yang mempunyai areal paling luas yaitu 60 ha. KP. Natar berada di Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, berjarak sekitar 10 km dari kantor induk BPTP Lampung, di Bandar Lampung. Kebun berada pada ketinggian 135 m dpl laut, mempunyai jenis tanah latosol dan sebagian posolik merah kuning, bahan induk dari tuf vulkan,
mempunyai
tingkat
kesuburan
sedang.
Komoditas
yang
dikembangkan pada jenis tanah ini antara lain untuk tanaman perkebunan (karet, kakao, kopi robusta, lada, panili, dan jarak pagar), tanaman pangan lahan kering (jagung, ubikayu, kedelai dan kacang tanah), tanaman hortikultura (pisang, mangga dan cabai), serta tanaman obat-obatan (temutemuan, solanaceae dan jahe). Implasement dan penggunaan lahan di KP. Natar dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Luas Implasement dan Penggunaan Lahan KP Natar. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Penggunaan Implasement kantor/perumahan Kantor kebun dan ruang staf Mess 2 unit Laboratorium (OPT dan Tanaman) Gudang Lantai Jemur Rumah Kaca 5 unit Bengkel Peralatan Musholla Rumah Mesin Pengupas Jarak Rumah Generator Stasiun Iklim Para-para persemaian Pos jaga satpam Bangunan tower air Tanah rawa Lahan kerjasama dengan koperasi Lahan kerjasama pihak ketiga Jalan kebun
Luas 3,8 ha 170 m2 240 m2 340 m2 250 m2 400 m2 450 m2 75 m2 50 m2 75 m2 24 m2 6 m2 300 m2 12,5 m2 15 m2 0,75 ha 15,20 ha 22,28 ha 12.540 m2
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
20
LAPORAN TAHUNAN 2012 KP. Tegineneng berada di Kampung Banyuwangi, Desa Mandah, Kecamatan Tegineneng, Kabupaten Pesawaran mempunyai areal seluas ± 11 ha terdiri dari 3 ha digunakan untuk implasement, visitor plot, dan kebun koleksi dan sisanya seluas ± 8 ha digunakan untuk tanaman pangan (singkong). Kebun berada pada ketinggian 69 m dpl, jenis tanah pod solik merah kuning, dan pH 4,5-5,5. Kebun koleksi digunakan untuk menanam tanam jambu mete varietas Thailand, sirsak manis, pisang, dan cempaka. Visitor plot ditanami tanaman kakao dan pisang serta sayuran (bayam, kacang panjang, terong, caisim, pare dsb) yang ditanam dipekarangan kantor sebagai bagian dari visitor plot KRPL. Lab
Diseminasi
Masgar
berlokasi
di
Desa
Masgar,
Kecamatan
Tegineneng, Kabupaten Pesawaran mempunyai areal seluas 18.056 m2 yang digunakan untuk tanah dan bangunan, bangunan kantor seluas 7.881 m2, dan kebun visitor plot seluas 5.690 m2. C.4.2. Laboratorium Teknis Laboratorium
teknis
BPTP
Lampung bertugas untuk melayani permintaan lingkup
analisis
BPTP
pemerintah swasta,
dari
peneliti
Lampung,
instansi
lainnya,
para
peneliti,
perusahaan mahasiswa,
masyarakat umum dan petani. Analisa yang dilayani adalah analisis tanah, analisis pupuk organik, analisis pupuk anorganik, analisis jaringan tanaman, dan analisis air. Laboratorium teknis BPTP Lampung memiliki peralatan utama pengujian antara lain: Atomic Absorption Spectofotometer (AAS) GBC 933 Plus, Spectrophotometer Optima SP-300, PH Meter, Laboratory Mill Retsch, Analytical Balance, serta beberapa alat penunjang lainnya seperti Alat
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
21
LAPORAN TAHUNAN 2012 Destruksi, Destilasi, Oven, Sheker, centrifuge, Magnetic Stirrer, Hot Plate, Autoclave, Mikroskop, Laminar Flow, Incubator, Glassware, dan lain-lain.
C.4.3. Perpustakaan Perpustakaan BPTP Lampung merupakan salah satu unit pendukung kegiatan Balai dalam memberikan layanan informasi hasil-hasil penelitian/pengkajian yang dilakukan BPTP Lampung kepada masyarakat pengguna. Layanan perpustakaan diberikan kepada semua pengguna baik karyawan di lingkup Balai maupun masyarakat luas. Peningkatan kapasitas institusi BPTP melalui peningkatan pelayanan jasa perpustakaan terhadap pengguna akhir, pengguna antara, dan penentu kebijakan serta mendukung peningkatan adopsi dan difusi teknologi hasil penelitian dan pengkajian secara digital melalui perpustakaan digital. Website Jumlah pengunjung web BPTP Lampung yang beralamatkan situs www.lampung.litbang.deptan.go.id dari Januari sampai 16 Desember 2012 sebanyak 76.083 pengunjung. 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0
Gambar 2. Jumlah pengunjung website BPTP Lampung Tahun 2012
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
22
LAPORAN TAHUNAN 2012 Jumlah pengunjung paling banyak terdapat pada bulan Maret 2012 yaitu sebanyak 7.885 pengunjung sedangkan pengunjung paling sedikit terdapat pada bulan Agustus yaitu sebanyak 4.540 pengunjung. Rataan pengunjung perbulan adalah 6.340 pengunjung dan rataan pengunjung per hari adalah 215 pengunjung. Berita yang telah dimuat pada tahun 2012 sebanyak 45 berita.
Data yang paling banyak dilihat terbesar berturut-turut
yaitu indek profil, teknologi budidaya sawit, teknologi budidaya padi sawah, teknologi budidaya kopi, teknologi budidaya cabai, deskripsi padi. C.4.4. Kendaraan dinas Pada tahun 2012, kendaraan dinas yang dimiliki BPTP Lampung sebanyak 6 unit kendaraan roda empat (minibus), 2 unit kendaraan bermotor angkutan barang lainnya, dan 17 unit kendaraan roda dua, dengan kondisi kendaraan masih berfungsi baik. Kendaraan roda dua dan roda empat ini digunakan untuk mendukung aktivitas kegiatan penelitian maupun administrasi di BPTP Lampung. Inventaris kendaraan dinas dan kondisinya disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Daftar kendaraan roda empat BPTP Lampung, Desember 2012 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama Kendaraan Toyota Kijang Inova Hilux Daihatsu Espass Toyota Kapsul Toyota Kapsul Toyota Kapsul Toyota Kijang Super
Tahun Perolehan 2011 2010 2005 1999 1998 1997 1993
Kondisi (Baik/Rusak) Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
C.5. Pengadaan Peralatan C.5.1. Pengadaan peralatan dari APBN Pada Tahun 2012 BPTP Lampung mengadakan 3 unit PC, 3 buah printer, 4 buah notebook, dan lain-lain. Pengadaan peralatan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 12.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
23
LAPORAN TAHUNAN 2012 Tabel 12. Daftar pengadaan peralatan BPTP Lampung Tahun 2012. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
Nama Peralatan PC Unit Printer Notebook Mesin absensi Sound system Digital keyboards technics Handy cam Camera digital LCD projector/infocus GPS AC Split Meja Kerja Kayu Kursi Kayu Jati Lemari Kayu Kardex besi Kursi besi/metal donati Meja Rapat Alat perontok (power tresher) Air cleaner TLC dryer Vacum pump Timbangan kapasitas 15 kg Timbangan kapasitas 200 kg Mesin jahit karung Rak-rak penyimpanan Grain moisture tester Mesin pemotong rumput Penyemprot tangan (hand sprayer) Alat rumah tangga lainnya Buku lainnya Kendaraan bermotor angkutan barang lainnya
Volume 3 unit 6 unit 4 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 2 unit 1 unit 1 unit 6 unit 11 buah 3 buah 3 buah 5 buah 9 buah 1 buah 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 2 buah 1 buah 2 unit 10 unit 1 unit 3 unit 3 buah 75 buah 223 buah 1 unit
C.5.2. Peralatan yang diperoleh dari hibah kerjasama dengan China Selain mendapat tambahan peralatan/barang dari pengadaan, pada tahun 2012 terjadi penambahan peralatan dari hibah kerjasama dengan pemerintah China. Daftar barang yang diperoleh dari hibah tersebut dapat dilihat pada Tabel 13.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
24
LAPORAN TAHUNAN 2012 Tabel 13. Daftar barang yang diperoleh dari hibah Tahun 2012. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.
Nama Peralatan Bor tangan Kunci pas Soket kunci pas Sekrup Elektrik Mesin pemotong Mesin penggiling Peralatan pemotong Trailer Kipas padi Mesin pencetak Mikroskop optik Mikroskop digital Timbangan elektrik Kalori stat Box dengan temperatur Inkubator penenang Bajak Inkubator biokimia Box/mesin pengering Mesin centrifugal Laminar flow Pengukur suhu air Kipas angin Autoclave otomatis Tungku peredam Spekrometer infrared Spectrophotometer Kursi lab Komputer
Volume 2 buah 4 buah 2 buah 2 buah 3 buah 2 buah 1 buah 1 unit 6 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 unit 1 unit 1 buah 2 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 unit 6 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 4 buah 2 unit
No. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58.
Nama Peralatan AC Meja Kursi Meja makan Kursi makan Kursi kantor Traktor Filing cabinet Antena Network equipment Printer Kamera Video Proyektor Komputer lab Peralatan treatment TV set Sprayer Freezer Mesin pencuci Pemanas air Single bed Lemari Kulkas Alat dapur Perlengkapan tidur Water pump Matras Walding machine 220 V
D. KERJASAMA HASIL PENELITIAN, PEMANFAATAN HASIL LITBANG
PENGEMBANGAN,
Volume 12 unit 8 buah 4 buah 1 buah 6 buah 4 buah 1 buah 4 buah 2 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 4 buah 1 unit 4 unit 1 buah 1 buah 1 buah 4 buah 4 buah 4 buah 2 buah 1 set 4 set 1 unit 4 buah 1 buah
DAN
Pada tahun 2012 telah dilakukan kerjasama penelitian antara BPTP Lampung dengan instansi lain. Judul kegiatan kerjasama penelitian tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Kerjasama penelitian dengan instansi lain, tahun 2012 No. 1.
Judul Kerjasama Improving reproductive performance of cows and performance of fattening cattle in low input systems of Indonesia and northern Australia-Variation
Mitra Kerjasama The Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR), Australia
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
25
LAPORAN TAHUNAN 2012 No. 2. 3.
Judul Kerjasama Development of Hybrid Rice in Lampung Cooperation Between China and Indonesia Demplot Uji Efektivitas Penggunaan Petroganik dan penelitian Uji Aplikasi Pupuk NPK Phonska Spesifik Lokasi pada Tanaman Padi Sawah
Mitra Kerjasama Pemerintah China PT. Petrokimia Gresik
IV. HASIL PENGKAJIAN A. ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DI PROVINSI LAMPUNG (Pelaksana: Joko Susilo Utomo, Bariot Hafif,
Fauziah Y. Adriyani, Dede Rohayana, Novilia Santri, Meidaliyantisyah, Reli Hevrizen, Dian Meitasari, Andi Sofyan)
Zahara,
Sinkronisasi Kebijakan dan Adaptasi Terhadap Dampak Perubahan Iklim (DPI) Dari informasi yang dikumpulkan baik informasi langsung dari Dinas/ Badan terkait pengambil kebijakan di Pemda atau hasil diskusi Forum Group
Disccusion (FGD), terungkap beberapa kebijakan memang telah mulai dilakukan Pemda untuk antisipasi DPI terhadap ketahanan pangan daerah. Namun kebijakan yang dibuat belum terlalu berdampak terhadap upaya mengatasi DPI yang cenderung menurunkan produktivitas pertanian dan ketahanan pangan daerah. Salah satu terobosan yang perlu dilakukan agar kebijakan yang dibuat lebih efektif adalah sinkronisasi program, terutama program adaptasi terhadap perubahan iklim. Artinya aktivitas atau kebijakan yang disosialisasikan harus dirancang secara bersama antara berbagai lini pengambil kebijakan di daerah dan didukung oleh institusi yang berkompeten dalam merekomendasikan berbagai ilmu pertanian terkait antisipasi perubahan iklim, seperti Balai-Balai Penelitian dan Perguruan Tinggi di daerah. Perencanaan secara bersama dari berbagai sudut kepentingan dan ilmu akan membuat penjadwalan/skenario terapan kebijakan menjadi lebih tepat, tersusunnya prioritas kegiatan yang lebih baik, dan terkendalinya pelaksanaan kebijakan.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
26
LAPORAN TAHUNAN 2012 Perbaikan Sumberdaya Manusia Untuk keberhasilan implementasi kebijakan antisipasi DPI ke depan, yang berperan selain stakeholder adalah pelaksana dari kebijakan tersebut. Artinya penyusunan kebijakan yang berjalan mulus belum tentu diikuti oleh pelaksanaan kebijakan yang mulus pula. Karenanya pemahaman akan bentuk-bentuk perubahan iklilm, faktor-faktor utama yang mempengaruhi perubahan iklim, bagaimana perubahan iklim berpengaruh terhadap kehidupan makhluk terutama tanaman dan aspek-aspek lain yang erat kaitannya dengan iklim harus lebih dipahami oleh para pembuat kebijakan maupun masyarakat pelaksana kebijakan. Untuk itu perlu didisain program khusus baik berupa pelatihan ataupun sekolah lapang dengan nara sumber dari berbagai disiplin ilmu yang cara berpikirnya tidak bisa terlepas dari pertimbangan akan kondisi iklim. B. KAJIAN AGROEKOLOGI MENDUKUNG PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI BAHAN PANGAN (Pelaksana: Bariot Hafif, Andarias Makka
Murni, A. Romdhan Fauzi, Rahadian Mawardi, Andi Sofyan, Suroso, Dadin Suherlan)
Kajian ini difokuskan ke daerah-daerah sentra produksi bahan pangan di Kabupaten Lampung Timur yaitu di Kecamatan Batanghari Nuban, Raman Utara, Purbolinggo dan Sukadana. Berdasarkan hasil survey, zona agroekologi terluas di daerah kajian adalah zona IVax2 yaitu daerah lahan kering, berkemiringan 0-8%, dataran rendah, lembab dan berdrainase baik. Zona ini ditemukan terluas di Kecamatan Sukadana seluas ± 14.400 ha, Batanghari Nuban ± 8.062 ha, di Kecamatan Raman Utara seluas ± 3.703 ha di Purbolinggo sekitar ± 950 ha. Dari sisi sifat iklim, faktor pembatas utama sifat agroekologi untuk pertumbuhan tanaman adalah defisit air yang secara rata-rata bisa mencapai 4 bulan dalam satu tahun. Dari sisi sifat tanah, faktor pembatas utama sifat tanah untuk pertumbuhan tanaman yang didapatkan dihampir semua zona agroekologi adalah indeks ketersediaan hara rendah dan retensi hara tinggi.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
27
LAPORAN TAHUNAN 2012 Sifat agroekologi tanah lainnya yang bermasalah adalah kedalaman efektif tanah relatif kurang (< 75 cm) dan kandungan bahan kasar banyak. Tanah
dangkal
dan
kandungan
bahan
kasar
banyak
akan
sangat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan akar. Sedangkan tekstur tanah yang relatif kasar (lempung berpasir) akan memudahkan tanah kehilangan air (daya serap air tanah rendah). Dalam kondisi curah hujan yang tidak merata, tanaman akan mudah mengalami cekaman air. Zona dengan karakteristik tanah seperti itu cukup luas tersebar di Kecamatan Batanghari Nuban dan Raman Utara. Pada zona IV/Dbh yaitu lahan kering yang relatif datar, komoditas bijibiji yang diunggulkan berdasarkan tingkat kesesuaian lahan dan analisis kelayakan ekonomi komoditas adalah jagung/padi gogo rancah, ubikayu, ubi jalar, kacang tanah dan kedelai. Jenis hortikultura yang diunggulkan di zona ini adalah terong, mentimun, kacang panjang, dan cabai. Untuk MK I bila air tersedia tanaman hortikultura yang diunggulkan adalah semangka, cabai, kacang panjang, dan mentimun. Pada zona IV/Wbh (lahan sawah), penanaman padi masih yang terunggul diikuti jagung, ubijalar, kacang tanah dan kedelai. Sedangkan dari jenis tanaman hortikultura yang diunggulkan adalah mentimun, terong, kacang panjang, dan cabai. Khusus untuk penanaman di MK I, bila air irigasi tersedia jenis tanaman hortikultura yang lebih diunggulkan untuk ditanam adalah semangka, cabai, kacang panjang, dan mentimun. Pada zona III/Dbh, tanaman biji-biji yang paling diunggulkan adalah jagung, padi gogo, kedelai, dan kacang tanah. Sedangkan dari jenis tanaman hortikultura yang diunggulkan adalah cabai, terong, dan mentimun. Lahan rawa yang belum dikelola sebaiknya dijadikan sumber air irigasi. Untuk perbaikan produktivitas dan produksi bahan pangan, pengembangan tanaman hortikultura di lahan sekeliling rawa akan lebih menguntungkan.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
28
LAPORAN TAHUNAN 2012
Gambar 3. Identifikasi sifat agroekologi lahan di salah satu areal lahan kering dan lahan sawah Teknologi pengelolaan lahan yang direkomendasikan untuk peningkatan produktivitas dan produksi bahan pangan antara lain: a. Intensitas penggunaan bahan organik dan kapur harus ditingkatkan untuk meningkatkan ketersediaan hara, mengurangi sifat retensi hara, dan memperbaiki sifat fisik tanah (meningkatkan daya jerap air tanah) sehingga meningkatkan efektivitas penggunaan pupuk. b. Pada daerah yang tanahnya relatif kasar seperti zona IV/Dfh di sebagian wilayah Kecamatan Batanghari Nuban dan Raman Utara, penggunaan alat mekanisasi untuk pengolahan tanah akan lebih efektif memperbaiki sifat fisik tanah untuk perkembangan akar. c. Masalah defisit air yang berpengaruh nyata terhadap penurunan produktivitas tanaman bahan pangan dapat diatasi dengan cara pemanenan air hujan. Untuk itu pembuatan embung-embung mikro atau rorakrorak besar yang dapat menyimpan air hujan untuk irigasi suplemen harus digalakkan. d. Penggunaan mulsa dari sisa tanaman atau bahan lainnya saat menanam jagung, palawija dan sayur-sayuran juga direkomendasikan untuk mengatasi masalah defisit air dan mengendalikan evaporasi pada tanah dengan tekstur tanah relatif kasar.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
29
LAPORAN TAHUNAN 2012 C. PENGKAJIAN KINERJA PUPUK ORGANIK DI LAHAN SAWAH (Pelaksana: Junita Barus, Andarias Makka Murni, Bariot Hafif, Novilia Santri, A. Romdhan Fauzi, Rahadian Mawardi, Tri Sunarti, Tusrimin) Kegiatan ini dilakukan pada tiga kabupaten sentra produksi padi di Lampung
yaitu
Kabupaten
Lampung
Tengah,
Lampung
Timur,
dan
Pringsewu. Bentuk kegiatan adalah survei lapangan, pengambilan sampel tanah, dan wawancara petani dengan menggunakan kuisioner. Hasil kajian menunjukkan bahwa jenis pupuk organik yang diberikan ke lahan sawah diantaranya pupuk kandang, kompos jerami padi dicampur kotoran ternak dan lainnya, pupuk organik granul yang tersedia di pasaran, pupuk organik cair (POC), dan MOL. Jenis yang paling banyak digunakan adalah pupuk kandang dengan dosis rata-rata yang digunakan adalah 2,43 t/ha, sedangkan jerami hanya sedikit petani yang memanfaatkannya sebagai kompos. Kinerja pupuk organik dalam memperbaiki kesuburan tanah (yang ditunjukkan dengan kadar C-Organik tanah) digambarkan dengan persamaan y = 0,397x + 0,997. Kinerja pupuk organik dalam meningkatkan produksi padi digambarkan dengan persamaan y = -0,005x2 + 0,310x + 5,192. Kendala yang dihadapi petani dalam pembuatan pupuk organik adalah proses pengomposannya yang dirasa merepotkan, sulit mendapatkan starternya, dan membutuhkan tenaga kerja tambahan. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai kompos matang cukup lama yaitu sekitar satu bulan. Dalam mendapatkannya, kendala yang dihadapi terutama dalam mendapatkan bahan baku pupuk organik, khususnya bagi petani yang tidak mempunyai sapi, sehingga harus memanfaatkan bahan organik lainnya seperti jerami dan bahan tanaman lainnya. Pupuk organik bersifat “volumious” (bervolume besar/tidak padat), sehingga dibutuhkan dalam jumlah yang besar (minimal 2 t/ha) sedangkan pupuk organik yang sudah jadi (produk pabrikan) harganya cukup mahal (sekitar Rp. 600 – 1.000/kg). Sebagian petani membeli pupuk kandang dari petani lainnya yang mempunyai sapi, namun hanya dalam jumlah kecil karena keterbatasan ketersediaan pupuk kandang. Selain itu, sebagian petani mengalami kendala dalam pengangkutan pupuk organik ke lahan karena jarak dari rumah ke lahan sawah cukup jauh, jalan menuju ke
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
30
LAPORAN TAHUNAN 2012 sawah jelek dan sempit sehingga hanya dapat dilalui sepeda atau motor. Dari segi aplikasinya, sewaktu menabur sulit dan lama karena jauh lebih berat dari pupuk anorganik. Pupuk kandang yang tidak dikomposkan terlebih dahulu agak bergumpal sehingga bila diaplikasikan sulit.
Gambar 4. Pembuatan kompos jerami dan wawancara dengan petani D. INVENTARISASI TEKNOLOGI KEARIFAN LOKAL DALAM PENGEMBANGAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI LAMPUNG (Pelaksana: Muchlas, Amrizal Nazar, Edwin Herdiansyah, Eka Miftahul Jannah, Gohan Octora Manurung) Petani umumnya telah menyadari bahwa penggunaan bahan kimia seperti pupuk dan pestisida dalam jangka panjang dengan jumlah yang tidak terkendali akan menyebabkan kerusakan lingkungan. Begitu juga dengan pembangunan yang hanya mengandalkan ekploitasi sumberdaya alam dengan mengabaikan keseimbangan alam serta meninggalkan kearifan lokal akan berakibat terjadinya kerusakan lingkungan dan keseimbangan hara tanah, dimana untuk memperbaikinya diperlukan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Lokasi kajian ini dipilih secara sengaja yaitu di Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur. Hasil kajian menunjukkan bahwa penerapan teknologi budidaya tanaman padi dalam hal penggunaan varietas unggul berlabel di Kabupaten Lampung Tengah lebih beragam dibanding dengan Lampung Timur. Sementara penggunaan pupuk organik (kandang/kompos) di
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
31
LAPORAN TAHUNAN 2012 Lampung Timur lebih banyak dibanding dengan Lampung Tengah, baik jumlah pupuk maupun petaninya. Setiap desa umumnya mempunyai kearifan lokal sendiri-sendiri, namun masih terbatas pada tanaman padi seperti penggunaan pupuk organik/ kompos dan pembuatan pestisida nabati untuk pengendalian hama penyakit. Inventarisasi teknologi kearifan lokal dalam mendukung pembangunan pertanian tanaman pangan diperoleh melalui diskusi group yang melibatkan berbagai komponen masyarakat seperti tokoh masyarakat dan informan kunci lainnya. Tabel 15. Inventarisasi teknologi kearifan lokal di Lampung, tahun 2012. No. Desa 1. Sambikarto, Lampung Timur
Uraian teknologi kearifan lokal Pembuatan MOL nasi: Tujuan pembuatan bahan ini adalah untuk merangsang pertumbuhan bakteri sebagai starter untuk pembuatan kompos dengan tidak merusak lingkungan serta memanfaatkan bahan yang ada di sekitar rumah. Bahan: 3 kepal nasi, 5 liter air cucian beras, 1 kg gula merah, toples/ember. Cara pembuatannya: nasi dimasukan ke dalam toples ditutup koran kemudian dikubur dibawah pohon bambu selama 5-7 hari untuk menarik bakteri. Setelah 7 hari, toples diangkat kemudian isinya dimasukan kedalam ember dicampur dengan air cucian beras, ditambahkan gula merah, dibiarkan selama 7 hari sebelum bisa digunakan. Cara penggunaan : 1 cc inokulum diampur dengan 10 lt air diaduk sampai rata kemudian digunakan untuk mengendalikan hama pada tanaman padi. Pembuatan pupuk daun: Tujuannya untuk menambah pupuk/hara melalui daun tanaman. Bahan: daun gamal, lamtoro, daun salam, daun randu, buah maja/bernung masing sebanyak 2 kg, air cucian beras 5 lt dan gula merah 1 kg. Cara pembutannya: semua bahan ditumbuk kemudian dimasukan kedalam ember, ditambah 2 lt air cucian beras dibiarkan selama 15 hari, kemudian disaring. Inokulum siap digunakan untuk disemprotkan pada daun tanaman padi.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
32
LAPORAN TAHUNAN 2012 No.
Desa
Uraian teknologi kearifan lokal Pestisida nabati untuk pengendalian penyakit kresek: Bahan: 5 butir telur ayam kampung/bebek diambil kuningnya, 10 sendok makan susu bubuk, 3 sendok makan minyak makan, 3 buah jeruk nipis. Cara pembuatannya: bahan dicampur kemudian dikocok sampai merata. Inokulum siap digunakan untuk penyemprotan tanaman padi. Dosis penggunaan dalam 1 tengki (14 lt air) dicampur dengan 2 sendok inokulum.
2.
Trimurjo, Lampung Tengah
Kompos cacing sebagai bahan organik: Bahan: kotak ukuran 1 x 2 m dengan tinggi 20 cm, kotoran sapi 15 kg dan cacing 1 kg. Cara pembuatannya: kotoran sapi dan cacing dibiarkan selama 15 hari, kompos siap digunakan. Takaran yang digunakan 7 ton/ha.
3.
Rejobinangun, Lampung Tengah.
Sistem irigasi Subak: Untuk mengatasi kekurangan air dalam berusahatani padi masyarakat Desa Rejobinangun bergotong royong membuat bendungan dengan biaya swadaya dengan cara membendung rawa. Air dari bendungan/dam dialirkan ke petak-petak sawah di kelompoknya sebanyak 105 orang dengan luas areal yang dapat diairi seluas 130 hektar. Dengan adanya bendungan/dam kebutuhan air untuk berusahatani sepanjang musim dapat terpenuhi. Teknologi penyimpanan benih kedelai: Petani menyimpan benih dalam galon atau jerigen. Benih dijemur berulang-ulang sekitar 7-10 hari. Benih dimasukan kedalam galon atau jerigen kemudian dileher galon diberi abu dapur supaya menyerap kelembaban dari benih kemudian ditutup rapat. Jika tutup dibuka maka benih harus dijemur kembali dan diberi lagi abu kemudian ditutup rapat. Dengan sistem penyimpanan benih seperti ini maka akan menghasilkan daya tumbuh 85% dan dapat tahan disimpan sampai 2 tahun.
4.
Punggur, Lampung Tengah
Pestisida nabati: Bahan: gadung, daun sirsak Cara pembuatannya: Gadung dan daun sirsak ditumbuk dibiarkan 1 malam kemudian diperas dan disaring. Dosis yang dipakai yaitu 1 gelas larutan untuk 1 tangki digunakan untuk pengendalian walang sangit dan lembing hijau.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
33
LAPORAN TAHUNAN 2012 No.
Desa
Uraian teknologi kearifan lokal Pestisida nabati: Bahan: 6 buah nanas matang, 1 kaleng susu, 2 butir telur bebek, 1 sendok minyak makan Cara pembuatannya: nanas diparut kemudian diperas, dicampur dengan susu, telur bebek dan minyak makan. Larutan sudah siap untuk dipergunakan untuk mengatasi lembing, wereng, dan walang sangit. Pengendalian hama menggunakan umpan: Petani mencari kodok kemudian dibanting hingga mati kemudian diletakkan di pematang sawah. Bangkai kodok akan dihampiri oleh walang sangit karena lebih menarik dibandingkan tanaman. Setelah walang sangit terkumpul banyak di bangkai kodok petani tinggal memusnahkan kerumunan walang sangit. Pengendalian hama Keong Mas: Petani membuat lubang pada petakan sawah lalu diisi dengan daun-daun. Keong akan berkumpul di lubang tersebut sehingga petani tidak perlu menyemprot keong dengan racun.
5.
Pekalongan, Lampung Timur
Penentuan waktu tanam Kedelai (pranoto wongso): Petani sekitar Kecamatan Pekalongan juga memilih waktu tanam berdasarkan hitungan Jawa yaitu menanam kedelai pada bulan April sehingga pada saat mencapai bulan Juni-Juli (dimana ulat paling banyak), tanaman sudah besar dan tidak mudah terserang hama ulat lagi. Serangan ulat (ulat grayak) sangat fatal disaat pengisian polong sehingga perlakuan dengan cara disemprot tidak akan berhasil. Pengaturan waktu tanam dapat mengatasi hal ini. Pengendalian hama dengan pembakaran jerami: Jika petani ingin menanam kedelai setelah musim tanaman padi maka petani akan berusaha mengatasi hama dari awal. Caranya yaitu jerami diratakan tipis di seluruh permukaan lahan lalu dibakar. Hal ini dilakukan supaya hama dan bibit penyakit mati, serta gulma mati. Ada alasan lain lagi yang dipercaya petani bahwa dengan pembakaran merata akan meninggalkan abu, lalu saat menajuk untuk menanam biji maka otomatis abu akan menutupi lubang.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
34
LAPORAN TAHUNAN 2012 No. Desa 6. Bumiharjo, Lampung Timur
Gambar 5.
E.
Uraian teknologi kearifan lokal Pestisida nabati untuk pengendalian hama walang sangit : Bahan: 2 kg gadung, 1 kg daun tembakau, 2 ons terasi, dan 1 kg laos. Cara pembuatannya : semua bahan diparut, dicampur kemudian diperas. Hasil perasan direbus kemudian dilarutkan dan direndam selama 25 jam, kemudian diaduk dan disaring siap digunakan. Takaran 0,5 lt larutan dicampur 10 lt air.
Sumber air dari rawa yang dibendung untuk mengairi sawahsawah di kelompok tani Rukun Tani di Desa Rejobinangun Kecamatan Raman Utara
KAJIAN TEKNOLOGI BUDIDAYA ORGANIK TANAMAN CABAI MENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN HORTIKULTURA DI LAMPUNG (Pelaksana : Nina Mulyanti, Dewi Rumbaina Mustikawati, Alvi Yani, Agung Lasmono, Widodo) Pengkajian dilakukan di Desa Margo Mulyo, Kecamatan Tegineneng,
Kabupaten Pesawaran. Perlakuan yang diterapkan adalah paket teknologi budidaya organik cabai dan paket teknologi budidaya cabai cara petani, masing-masing menggunakan varietas Kio dan Varietas Lembang-1 yang merupakan rekomendasi dari Balitsa Lembang. Hasil kajian menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman cabai dengan teknologi budidaya organik lebih tinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan lain, yaitu tinggi tanaman mencapai
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
35
LAPORAN TAHUNAN 2012 80,68 cm dan jumlah cabang 23,94 buah yang keduanya terdapat pada KioOrganik.
Sedangkan
pertumbuhan
tanaman
terendah
terdapat
pada
Lembang-1 Petani, yaitu tinggi 58,44 cm dan jumlah cabang 17,55 buah. Pada paket teknologi budidaya cabai organik, panen buah cabai terjadi sebanyak 17 kali sedangkan pada paket teknologi cara petani cabai hanya dipanen sebanyak 6 kali. Produksi tertinggi terdapat pada perlakuan Kioorganik yaitu 1.946,3 kg/ha, diikuti Kio-Petani (605,23 kg/ha), Lembang 1organik (541,6 kg/ha), dan Lembang 1-petani (162,81 kg/ha). Kadar vitamin C pada Kio-organik paling tinggi dibanding perlakuan lain, kekerasan buah varietas Kio lebih tinggi dibanding varietas Lembang 1 sedangkan residu pestisida tidak terdeteksi untuk semua perlakuan (Tabel 16). Serangan hama dan penyakit pada teknologi budidaya organik lebih rendah daripada teknologi cara petani. Penggunaan pestisida nabati dengan frekuensi yang tinggi mampu menekan serangan hama penyakit. Hal ini disebabkan karena pemakaian materi organik dapat meningkatkan kesehatan tanaman, menekan perkecambahan spora, menyebabkan lisis pada sel mikroba pathogen, menonaktifkan atau menghentikan atau menekan pertumbuhan patogen secara sementara dan permanen, menunjang aktivitas mikroba non-patogen dalam menyediakan unsur hara dan senyawa perangsang tumbuh bagi tanaman. Pupuk hayati yang diapliksikan mengandung Bacillus dan Pseudomonas yang dapat menghasilkan senyawa antibiotik yang dapat memusnahkan patogen tanaman dalam tanah sehingga dapat meningkatkan kesehatan lahan dan tanaman. Tabel 16.
Hasil Analisa Laboratorium Sampel Buah Cabai pada Kegiatan di Desa Margo Mulyo Kecamatan Tegineneng, Pesawaran
Kio Organik
Air (%) 70,0009
Vit.C (mg/gr) 1,7235
Hardness (kg/10x10 mm) 0,73
Diazinon ttd
Lembang-1 Organik
45,2840
1,4775
0,54
ttd
ttd
ttd
Kio Petani
72,3898
1,2860
0,73
ttd
ttd
ttd
Lembang-1 Petani
42,0854
1,3544
0,56
ttd
ttd
ttd
Perlakuan
Residu Pestisida Heptachlor EP Profenofos ttd ttd
Keterangan : ttd = tidak terdeteksi
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
36
LAPORAN TAHUNAN 2012 Analisa usahatani cabai menunjukkan bahwa usahatani cabai organik dengan varietas Kio mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 5.042.950,-, varietas Lembang-1 merugi sebesar Rp. 8.831.385,-, sedangkan teknologi petani pada varietas Kio merugi sebesar Rp. 11.528.100,-, dan pada varietas Lembang-1 merugi sebesar Rp.17.675.560 dengan nilai R/C ratio berturutturut 1,31; 0,43; 0,43; dan 0,12.
Gambar 6. Areal pertanaman cabai kajian dan hasil panen cabai organik F.
PEMETAAN SEBARAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH MENDUKUNG PERCEPATAN INOVASI TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SPESIFIK LOKASI (Pelaksana : Soraya, Rr. Ernawati, Andarias
Makka Murni, Junita Barus, Bambang Wijayanto, Andi Sofyan, Dadin Suherlan)
Berdasarkan hasil inventarisasi varietas di dua kabupaten yaitu Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Selatan, varietas terluas ditanam di Kabupaten Lampung Tengah berturut-turut adalah varietas Ciherang, Ciliwung, Mekongga dan Cilamaya Muncul, sedangkan untuk varietas unggul baru (VUB) adalah Inpari-13, Inpari-10, Inpari-7 dan Inpari-6 yaitu masing-masing seluas 1.350,0 ha, 340,90 ha, 246,0 ha dan 169,0 ha. Sementara itu di Lampung Selatan varietas terluas ditanam adalah Ciherang, Cilamaya Muncul dan IR-64, sedangkan VUB terluas adalah Inpari-13, Inpari1 dan Inpari-10 dan Inpari-7, masing-masing 1.299,90; 1.083,20; 389,50 dan 90,60 ha.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
37
LAPORAN TAHUNAN 2012 Berdasarkan analisis produktivitas potensial wilayah padi sawah tertinggi pada Kabupaten Lampung Tengah terdapat di Kecamatan Seputih Raman dan untuk Kabupaten Lampung Selatan di Kecamatan Kalianda. Penerapan teknologi budidaya padi di tingkat petani belum mendukung peningkatan produktivitas varietas yang ditanam, sehingga hasil yang dicapai masih jauh di bawah produktivitas potensial wilayah. Tabel 17. Kinerja Varietas Padi pada Lahan Sawah pada seluruh lokasi di Lampung Tengah dan Lampung Selatan Varietas Cigeulis Ciherang Ciliwung Cisadane Inpari 1 Inpari 10 Inpari 11 Inpari 13 Inpari 15 Inpari 16 Inpari 20 Inpari 6 Inpari 7 Inpari 8 Inpari 9 IR64 Mekongga Muncul Situ Patenggang Sarinah Situ Bagendit
Rata-rata hasil/varietas (t/ha) 5,3 5,6 4,7 5,9 6,1 5,8 6,2 5,6 3,1 5,8 4,8 5,0 5,8 5,5 5,4 5,6 5,7 6,0 4,3 4,8 4,6
Rata-rata hasil seluruh varietas (t/ha) 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5
SD 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4
(X+0,25* SD)
(X-0,25* SD)
6,1 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1
4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9
Kinerja Sedang Sedang Buruk Sedang Baik Sedang Baik Sedang Buruk Sedang Buruk Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Buruk Buruk Buruk
Keterangan : Kinerja baik bila rata-rata hasil varietas > (X+0,25 SD) Kinerja sedang bila rata-rata hasil varietas antara (X-0,25Std) – (X+0,25 SD) Kinerja buruk bila rata-rata hasil varietas < (X-0,25 SD) X = rata-rata hasil seluruh varietas yang ditanam SD = Standar deviasi hasil seluruh varietas
Varietas unggul baru dengan kinerja baik adalah varietas Inpari-11 dengan rata-rata hasil 6,2 t.ha-1 dan Inpari-1 dengan rata-rata hasil 6,1 t.ha-, sedangkan kinerja sedang ditunjukkan oleh varietas Inpari 6, Inpari 7, Inpari 10, Inpari 9, Inpari 13 dan Inpari 16. Kinerja buruk terdapat pada varietas Inpari 15 dan Inpari 20. Varietas unggul baru berkinerja sedang-baik memiliki
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
38
LAPORAN TAHUNAN 2012 produktivitas lebih tinggi dari rata-rata hasil varietas Ciherang yang mencapai rata-rata 5,6 t.ha-1. Disarankan pengembangan varietas berkinerja sedangbaik tersebut diikuti dengan perbaikan teknologi produksi yaitu pemupukan spesifik lokasi dan pengendalian OPT berdasarkan PHT.
Gambar 7. Sosialisasi kegiatan dan pengumpulan data kegiatan pemetaan VUB
G. KAJIAN ADAPTASI LIMA VARIETAS UNGGUL BARU PADI RAWA DI LAMPUNG (Pelaksana: Dewi Rumbaina Mustikawati, Nina Mulyanti, Endriani, Suroso) Lokasi Kegiatan di desa Beringin Kencana, Rawa Seragih, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan. Di wilayah ini musim gadu atau musim kemarau sekitar bulan April-September, sedangkan musim rendeng atau musim hujan sekitar bulan Oktober-Maret. Dari lima varietas padi rawa yang diuji, rata-rata hasil panen MT I musim kemarau untuk varietas Inpara 1 sebanyak 4,80 ton/ha, Inpara 2 sebanyak 4,75 ton/ha, Inpara 3 sebanyak 4,49 ton/ha, Inpara 4 sebanyak 5,45 ton/ha, Inpara 5 sebanyak 5,80 ton/ha, dan Ciherang sebagai varietas pembanding sebanyak 4,50 ton/ha. Empat varietas padi rawa yang diuji menunjukkan produktivitas yang lebih tinggi dibanding varietas pembanding. Dua varietas diantaranya terserang hama penggerek batang dan wereng terendah adalah Inpara 4 dan Inpara 5.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
39
LAPORAN TAHUNAN 2012
Gambar 8. Penanaman padi rawa dan keragaan padi menjelang panen H. OPTIMALISASI LAHAN RAWA DENGAN PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PADI (Pelaksana: Kiswanto, Muchlas, Fauziah Y. Adriyani, Asropi, Edwin Herdiansyah) Pengkajian dilakukan di lahan petani Desa Cempaka Dalam, Kecamatan Manggala Timur, Kabupaten Tulang Bawang merupakan lahan rawa lebak dangkal
dan
berpotensi
untuk
melibatkan 7 petani kooperator.
ditingkatkan
produktivitasnya
dengan
Hasil kajian menunjukkan bahwa paket
teknologi introduksi PTT pada lahan rawa lebak dangkal meningkatkan produktivitas padi gabah kering panen sebesar 56,64% (dari 3,69 ton/ha menjadi 5,78 ton/ha) dibandingkan dengan perlakukan paket teknologi petani. Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa perlakukan paket teknologi introduksi PTT dapat memberikan keuntungan usahatani lebih besar
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
40
LAPORAN TAHUNAN 2012 dibandingkan dengan paket teknologi petani, masing-masing sebesar Rp.11.987.000/ha dan Rp.6.786.000/ha, sehingga dapat meningkatkan keuntungan sebesar Rp. 5.201.000/ha (76,64 %). Oleh karenanya paket teknologi introduksi PTT layak dikembangkan pada skala lebih luas pada lahan rawa lebak dangkal, hal ini ditunjukkan dengan nilai MBCR 2,65 atau lebih besar dari 2. Paket teknologi PTT meliputi penggunaan varietas unggul Inpara 2 dan Banyuasin, penggunaan dolomit 1.000 kg/ha, pupuk organik 2.000 kg/ha, pemupukan Urea 150 kg/ha, NPK Phonska 300 kg/ha, bibit muda <21 hari, jumlah bibit 1-3 batang/lubang, serta sistem tanam jejer legowo 2:1 layak direkomendasikan untuk meningkatkan produktivitas padi di lahan rawa lebak dangkal. Untuk mengantisipasi kondisi iklim yang tidak diinginkan/tidak menentu, yang dapat berakibat adanya serangan hama dan penyakit, kekeringan atau kebanjiran, maka diperlukan adaptasi dan mitigasi melalui penggunaan varietas adaptif, budidaya tanaman sehat, pembuatan pompanisasi serta saluran drainase, sehingga tanaman terpelihara dengan baik dan dapat berproduksi sesuai dengan potensinya.
Gambar 9. Petani bergembira karena masih bisa panen meskipun dilanda kekeringan cukup serius dengan hasil cukup memuaskan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
41
LAPORAN TAHUNAN 2012 I.
PENGKAJIAN DIVERSIFIKASI PANGAN OLAHAN UNTUK MENINGKATKAN NILAI TAMBAH KOMODITAS JAGUNG DI LAMPUNG (Pelaksana: Ratna Wylis Arief, Alvi Yani, Robet Asnawi, Nur Richana, Asropi, Zahara) Ada beberapa jenis pangan olahan jagung yang telah diintroduksikan
pada pelaksanaan kegiatan tahun 2012, antara lain tepung jagung yang merupakan produk antara dan produk olahannya menjadi kerupuk dan dodol jagung. Selain itu juga telah dintroduksikan cara membuat susu jagung dan beberapa produk olahan jagung lainnya yang kemungkinan disukai oleh masyarakat sehingga laku dijual dan dapat meningkatkan nilai tambah pendapatan petani jagung. Untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap pangan olahan jagung telah dilakukan uji organoleptik terhadap pangan olahan jagung yang dibuat yaitu: kue brownis, kue bolu, dodol jagung, kerupuk jagung, dan lainlain. Panelis dari uji organoleptik ini adalah ibu-ibu di sekitar lokasi pengkajian. Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa hampir seluruh jenis pangan olahan disukai dan dapat diterima oleh panelis, dan hal ini dapat membuka wawasan mereka untuk melakukan usaha keluarga (home
industry) dengan memanfaatkan bahan baku (jagung) yang banyak tersedia di sekitarnya. Data rekapitulasi uji tingkat kesukaan konsumen pangan olahan jagung disajikan dalam Tabel 18. Tabel 18. Rekapitulasi uji tingkat kesukaan konsumen pangan olahan jagung Sampel Tepung jagung Kerupuk jagung Dodol jagung Susu jagung Brownis jagung Bolu jagung Kue kering jagung
Warna 4 4,23 3,27 3,67 3,80 3,93 3,73
Aroma 3,50 4,67 3,27 3,33 3,93 3,87 3,67
Rasa 4,87 3,27 3,33 4,20 4,07 3,80
Penerimaan Umum 3,50 4,53 3,07 3,33 4,20 4,00 3,67
Untuk mengetahui nilai gizi dari masing-masing hasil olahan pangan jagung telah dilakukan juga analisis laboratorium yang meliputi kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar serat kasar, kadar abu, dan kadar karbohidrat, seperti tertera dalam Tabel 19 dan Tabel 20.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
42
LAPORAN TAHUNAN 2012 Tabel 19. Analisis kandungan gizi pangan olahan jagung No
Sampel
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Jagung pipil Tepung Jagung A Tepung Jagung B Tepung Jagung C Kerupuk Jagung A Kerupuk Jagung B Mie Jagung Bolu Jagung Brownis Jagung Jagung Manis Dodol Jagung Susu jagung
Air 13,00 11,84 12,16 16,97 12,03 15,74 60,70 13,43 6,59 78,90 28,33 88,77
Abu 0,97 0,44 0,81 0,62 1,10 3,00 0,21 1,32 0,66 0,26 1,14 0,12
Kandungan (%) Protein Lemak 8,35 2,46 7,49 3,67 7,09 2,86 8,41 2,15 4,82 0,44 7,00 0,38 5,73 0,52 5,50 22,86 5,45 42,97 5,10 0,46 3,79 2,21 3,02 0,01
Serat 1,26 1,32 0,37 4,54 3,29 4,62 0,06 0,61 0,79 4,27 2,57 1,54
KH 73,94 75,23 76,70 67,30 78,32 69,27 32,78 56,27 43,54 11,01 61,95 6,54
Keterangan: Tepung jagung A : dari jagung pipilan langsung dibuat tepung Tepung jagung B : jagung pipilan direndam semalam dalam air biasa sebelum dilakukan penepungan Tepung jagung C : jagung pipilan direndam semalam dalam larutan air ragi tape 1% sebellum dilakukan penepungan Kerupuk jagung A : bahan baku tepung jagung + tepung aci dengan perbandingan 2:1 - Kerupuk jagung B : bahan baku 100% tepung jagung
Tabel 20. Analisis kadar gula jagung manis dan susu jagung manis No. 1.
Sampel Jagung manis
Kadar gula (%) 2,94
2.
Susu jagung manis
3,12
Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kandungan gizi dari masing-masing
jenis
pangan
berbeda-beda
karena
pengaruh
bahan
campuran makanan yang digunakan seperti telur, tepung terigu, susu, dan lain-lain. Untuk mengetahui analisa usahatani dari pangan olahan jagung, telah dilakukan pendataan input (bahan-bahan dan upah kerja) dan output (produk) yang dihasilkan dari beberapa pangan olahan jagung yang sudah dibuat. Hasil analisis ekonomi menunjukkan bahwa pembuatan kerupuk ternyata memberikan keuntungan yang terbesar dibandingkan dengan pangan olahan jagung lainnya seperti kue bolu, brownis atau kue kering dengan nilai R/C ratio sebesar 2,48.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
43
LAPORAN TAHUNAN 2012 Tabel 21. Rekapitulasi analisa ekonomi aneka olahan jagung No.
1. 2. 3. 4. 5.
Nama Produk
Tepung Jagung Kerupuk jagung manis Kerupuk tepung jagung Bolu jagung
6.
Brownis jagung Susu jagung
7.
Dodol Jagung
Nama Bahan Baku
Kapasitas produksi
Biaya Produksi (Rp)
Keuntungan bersih (Rp)
R/C
Jagung biasa Jagung manis Jagung biasa Tepung jagung Tepung jagung Jagung manis Tepung jagung
5 kg/ produksi 7 kg/ produksi 7 kg/ produksi 4 cetakan
33.650
22.350
1,66
112.200
97.800
1,87
84.700
2,48
82.000
125.300 18.000
1,22
4 cetakan
94.000
6.000
1,06
2 kg/ produksi 1 cetakan
12.400
5.600
1,45
32.525
7.475
1,23
Gambar 10. Produk olahan jagung yang dibuat J. KAJIAN METODE PEMBERIAN HORMON DALAM SINKRONISASI ESTRUS UNTUK MENINGKATKAN ANGKA KEBUNTINGAN SAPI POTONG (Pelaksana: Akhmad Prabowo, Reny Debora Tambunan, Elma Basri, Reli Hevrizen, Soerachman) Sesuai dengan hasil konsultasi dan koordinasi dengan instansi terkait di tingkat provinsi dan kabupaten lokasi pengkajian, kegiatan pengkajian diawali dengan memilih 24 ekor sapi betina di setiap lokasi penelitian. Setiap peternak kooperator menyertakan satu ekor ternak sapinya sebagai materi
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
44
LAPORAN TAHUNAN 2012 penelitian, akan tetapi di lokasi Kabupaten Lampung Selatan, beberapa orang peternak menyertakan lebih dari satu ekor sapi mereka dalam kegiatan pengkajian sehingga jumlah keseluruhan ternak 48 ekor dan peternaknya 40 orang. Pengamatan gejala birahi/estrus berulang dilakukan sebagai dasar perhitungan rasio S/C (service/conception), yaitu berapa kali perkawinan/ inseminasi sampai terjadi kebuntingan. Dalam pengkajian ini, terhadap ternak yang menunjukkan gejala birahi berulang, kemudian dilakukan inseminasi lagi. Hasil pengamatan gejala birahi/estrus berulang yang dilakukan pada satu bulan sesudah inseminasi menunjukkan adanya tendensi pengaruh pemberian konsentrat sebelum perlakuan hormon terhadap timbulnya gejala birahi berulang, dimana kejadian birahi berulang pada ternak yang mendapat pakan konsentrat lebih sedikit (P<0,10) dibanding ternak kontrol. Sementara itu, pengamatan pada ternak dengan perlakuan hormon, baik secara IM maupun IU, menunjukkan tingkat (%) yang hampir sama (P>0,10). Berdasarkan data pengamatan tersebut, perhitungan rasio S/C memberikan angka yang lebih tinggi (P<0,05) pada ternak kontrol yang tidak mendapat konsentrat (S/C = 1,8) dibanding ternak yang mendapat konsentrat (S/C = 1,2). Dengan kata lain, status nutrisi ternak betina pada saat dikawinkan berpengaruh nyata terhadap rasio S/C. Pemeriksaan kebuntingan dilakukan oleh 3 orang yaitu 2 orang Dokter Hewan dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung dan satu orang tenaga teknis inseminator di lokasi pengkajian di setiap kabupaten. Hasil pemeriksaan kebuntingan bulan kedua (PKB-2) secara kumulatif untuk setiap perlakuan menunjukkan bahwa perlakuan pemberian hormon secara IM maupun IU pada ternak tidak berpengaruh nyata (P>0,10) terhadap tingkat kebuntingan (conception rate = CR). Akan tetapi, pengaruh pemberian konsentrat sebelum perlakuan hormon terlihat nyata (P>0,05) terhadap CR ternak dalam pengkajian di dua lokasi pengkajian. Rataan CR ternak yang mendapat konsentrat adalah 87,5% dibanding 79,2% pada ternak yang tidak mendapat konsentrat (kontrol).
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
45
LAPORAN TAHUNAN 2012 Tabel 22. Pemeriksaan Kebuntingan Bulan Kedua (PKB-2) di Lokasi Kabupaten Lampung Selatan dan Tulang Bawang Barata No.
Lokasi
1.
Lampung Selatan (24)
Perlakuan Pakan Kontrol (12) + Konsentrat (12)
2.
Tulang Bawang Barat (24)
Kontrol (12) + Konsentrat (12)
Perlakuan Pemberian Hormonb IM (6) IU (6) IM (6) IU (6) IM (6) IU (6) IM (6) IU (6)
Tingkat Kebuntingan 83,3 % (5) 100,0 % (6) 100,0 % (6) 83,3 % (5) 83,3 % (5) 66,7 % (4) 66,7 % (4) 83,3 % (5)
Keterangan: a Angka dalam kurung adalah jumlah ternak (ekor). b IM = intramuskular, IU = intrauterin.
Membandingkan hasil pengamatan lintas perlakuan hormon antar kedua lokasi pengkajian, ternak di lokasi Kabupaten Lampung Selatan mempunyai S/C yang lebih rendah (P<0,05) dan CR yang lebih tinggi (P<0,05) dibanding parameter yang sama pada ternak di lokasi Kabupaten Tulang Bawang Barat. Ada kemungkinan hal tersebut disebabkan karena status nutrisi pakan ternak di kabupaten Lampung Selatan yang lebih baik dan cukup memenuhi kebutuhan produksi dibanding status nutrisi pakan ternak di kabupaten Tulang Bawang Barat. K. KAJIAN STRATEGI KEBIJAKAN DAN LANGKAH OPERASIONAL DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI KARET UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN KORIDOR SUMATERA (Pelaksana:
Masganti, Junita Barus, Firdausil A.B., Andarias Makka Murni, Bariot Hafif, Akhmad Romdhan Fauzi, Rahadian Mawardi, Novilia Santri, Tusrimin, Tri Sunarti)
Kegiatan ini dimulai pada bulan Februari 2012 sampai bulan September 2012 di dua kabupaten yaitu di Kabupaten Tulang Bawang dan Way Kanan. Hasil kajian menunjukkan keragaan kebun karet yang umurnya sudah tua pada umumnya kondisi kebun kurang terawat, sehingga produksi sangat rendah. Keragaan klon yang ada adalah klon campuran (karet alam, GT, dan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
46
LAPORAN TAHUNAN 2012 PB). Pada tanaman muda yang belum menghasilkan, kebun sebagian besar kondisinya baik dan umumnya sudah menggunakan bibit okulasi. Keragaan hama penyakit yang ditemui diantaranya adalah jamur akar putih, jamur batang, rayap, dan lain-lain. Masalah lain yang dihadapi petani adalah mati bidang sadap yang disebabkan kesalahan dalam penyadapan. Persentase tanaman yang mati bidang sadap ini mencapai 5-30%. Penanggulangan terhadap hama penyakit (terutama jamur) belum sepenuhnya dipahami oleh petani sehingga penyakit tersebut cenderung dibiarkan saja. Dari hasil survey dan wawancara petani telah disusun rekomendasi strategi kebijakan dalam upaya peningkatan produksi karet rakyat, yaitu : - Dinas/instansi terkait melakukan pelatihan-pelatihan budidaya karet, terutama mengenai pengenalan varietas unggul, pemupukan yang sesuai rekomendasi, penanggulangan hama penyakit, dan lain-lain. - Penyuluhan terhadap tanaman perkebunan perlu diintensifkan seperti halnya penyuluhan terhadap tanaman pangan. - Membuat
kebijakan
jaminan
harga,
misalnya
standarisasi
harga
berdasarkan mutu sehingga menjadi rangsangan bagi petani untuk meningkatkan mutu bahan oleh karet (bokar). - Melakukan peremajaan tanaman karet rakyat yang sudah tua. - Mendorong investasi pabrik karet remah (crumb rubber) untuk mengatasi fluktuasi harga karet yang kurang menguntungkan bagi petani dan mendorong pengembangan industri pengolahan bahan jadi karet antara lain ban, bahan baku industri rumah tangga, dan lain-lain. - Mendorong
pelaksanakan
pembinaan
penangkar
benih
karet
agar
menghasilkan bibit karet unggul bermutu dan bersertifikat. - Diharapkan peran aktif UPTD Balai Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih Perkebunan di Provinsi Lampung untuk pengawasan peredaran benih karet dimasyarakat. - Memfasilitasi penyediaan kredit usaha kecil dan menengah (UKM) yang terkait dengan peremajaan karet dan pengembangan usaha bersama (Kelompok Tani dan Gapoktan) dalam pengolahan.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
47
LAPORAN TAHUNAN 2012 L.
KAJIAN KORELASI KARAKTERISTIK AGROEKOLOGI TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT DAN KARET DI PROVINSI LAMPUNG (Pelaksana: Andarias Makka Murni, Amrizal Nazar, Bambang Wijayanto,
Soraya, Dani Purwadi, Solamer P. Malau, Sunaryo, Dadin Suherlan)
Kajian ini dilakukan dari bulan Februari sampai bulan November 2012 di tiga lokasi yaitu Kabupaten Tulang Bawang, Lampung Tengah dan Way Kanan. Kajian menggunakan metode survey dengan cara mengumpulkan data produksi kelapa sawit dan karet, serta karakter agroekologi meliputi data karakter/sifat-sifat tanah dan iklim dengan berpedoman pada panduan evaluasi lahan untuk pewilayahan komoditas pertanian. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa karakter agroekologi perkebunan kelapa sawit maupun karet di Lampung termasuk ke dalam kelas sesuai (S2). Tingkat kesuburan tanah perkebunan kelapa sawit di semua lokasi rata-rata rendah sampai sedang, kecuali kadar kalium potensial di Tulang Bawang dan Way Kanan statusnya tinggi. pH tanah yang rendah dan kadar Aldd tanah pada taraf sedang berpotensi untuk memfiksasi P sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Tingkat kesuburan tanah perkebunan karet disemua lokasi rata-rata pada taraf rendah sampai sedang, kecuali kadar K potensial di Tulang Bawang dan Way Kanan tinggi dan P tersedia di semua lokasi tinggi. pH tanah yang rendah dan kadar Aldd pada taraf sedang sampai tinggi pada lapisan 20-40 cm di bawah permukaan tanah berpotensi untuk memfiksasi hara P sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Terdapat hubungan yang kuat antara faktor tanah dan hasil kelapa sawit di Tulang Bawang, namun di Way Kanan dan Lampung Tengah hubungannya lemah dan sangat lemah. Terdapat hubungan yang sangat kuat antara faktor tanah dan hasil karet di Tulang Bawang dan Way Kanan, namun di Lampung Tengah hubungannya sangat lemah. Direkomendasikan teknologi perbaikan kualitas lahan di perkebunan kelapa sawit maupun karet melalui pengapuran dan penggunaan bahan organik untuk menghilangkan/mencegah terjadinya fiksasi P dalam tanah karena rendahnya pH tanah dan adanya kadar Aldd pada taraf sedang dan tinggi pada lapisan 20-40 cm di bawah permukaan tanah. Direkomendasikan penggunaan tanaman penutup tanah terutama pada perkebunan karet untuk mencegah dampak kekeringan pada bulan-bulan kering.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
48
LAPORAN TAHUNAN 2012
Gambar 11. Pengamatan agroekologi lahan dan pengambilan sampel tanah perkebunan kelapa sawit dan karet di Lampung M. KAJIAN FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROVINSI LAMPUNG (Pelaksana: Bariot Hafif, Yulia Pujiharti, Rr. Ernawati, Asropi, Reli Hevrizen, Eka Miftahul Jannah, Meidaliyantisyah) Peran perkebunan kelapa sawit rakyat sebagai opsi kegiatan ekonomi rakyat untuk mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan serta sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD) dan devisa negara sudah tidak diragukan dan memperlihatkan prospek yang semakin baik. Namun produktivitas kebun kelapa sawit rakyat di daerah Lampung masih relatif rendah (15 ton tandan buah segar/ha/tahun). Untuk itu dilakukan suatu kajian dengan maksud mempelajari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas perkebunan kelapa sawit rakyat di Provinsi Lampung. Tujuannya adalah untuk mendisain suatu teknologi pengelolaan perkebunan kelapa sawit rakyat yang lebih baik, dengan memanfaatkan hasil kajian sebagai dasar pertimbangan. Pengkajian dilaksanakan dari bulan Februari 2012 sampai dengan September 2012. Faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi produktivitas kelapa sawit seperti karakteristik agroekologi lahan, teknik budidaya dan pengelolaan kebun, dan kondisi sosial ekonomi petani kelapa sawit dipelajari melalui survey dan wawancara. Perkebunan kelapa sawit rakyat yang dipelajari dipilih secara acak dengan mempertimbangkan masukan dari institusi terkait di
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
49
LAPORAN TAHUNAN 2012 kabupaten. Data hasil survey dan kuisioner dipelajari dan khusus data managemen kebun dan sosial ekonomi petani dianalisis secara statistik menggunakan analisis faktor. Kegiatan diawali dengan sosialisasi dan koordinasi ke Dinas Perkebunan Provinsi Lampung dan ke kabupatenkabupaten sentra produksi kelapa sawit serta dilanjutkan dengan identifikasi awal kondisi perkebunan kelapa sawit rakyat. Kegiatan kajian pokok adalah survey untuk identifikasi karakteristik agroekologi lahan dan wawancara (pengisian kuisioner) untuk mengetahui kemampuan teknis budidaya kelapa sawit, manajemen perkebunan, kondisi sosial-ekonomi dan produktivitas kelapa sawit petani. Hasil kajian menunjukkan bahwa lahan perkebunan kelapa sawit rakyat di Lampung secara umum tergolong kelas sesuai (S2) sampai dengan sesuai marginal (S3). Faktor pembatas utama untuk pertumbuhan kelapa sawit kelas S2, baik salah satunya atau secara bersamaan adalah ketersediaan air, pH tanah, dan ketersediaan hara. Ketersediaan air menjadi faktor pembatas dalam kelas kesesuaian S3 untuk perkebunan di daerah bercurah hujan tahunan antara 1.500-2.000 mm dengan peluang mengalami bulan kering (<60 mm) antara 1-2 bulan sepanjang tahun, seperti di daerah Fajar Baru Pringsewu. Sedangkan kemiringan lahan (15-25%) menjadi faktor pembatas utama kelas S3 di daerah Way Tuba, Kabupaten Way Kanan. Tanah lokasi perkebunan didominasi oleh tanah masam (Dystrudept, Paleudult/Hapludult dan Hapludoks) dengan cadangan hara (P, K, Ca, dan Mg) rendah. Hasil analisis teknis budidaya menunjukkan bahwa produksi kelapa sawit berkaitan sangat nyata (p<0,01) dengan penggunaan pupuk organik baik untuk TBM maupun TM, pupuk NPK, umur tanaman, penggunaan pestisida, dan faktor pengalaman (umur, pendidikan, dan pengetahuan budidaya sawit). Petani yang menggunakan pupuk organik baru sekitar 33%, dan yang mengkombinasi penggunaan pupuk an-organik dengan pupuk organik untuk TM baru sekitar 25%. Rata-rata produksi kelapa sawit rakyat Provinsi Lampung sebesar 15,58 ton TBS/ha/tahun dangan produksi tertinggi didapatkan di daerah dataran rendah Tulang Bawang yaitu 19,10 ton TBS/ha/tahun. Produksi rata-rata
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
50
LAPORAN TAHUNAN 2012 terendah (12.36 ton TBS/ha/tahun) tercatat di Kecamatan Way Tuba, Kabupaten Way Kanan yang umur rata-rata kelapa sawitnya masih relatif muda (4,93 tahun). Teknologi
pengelolaan
lahan
yang
diperlukan
untuk
perbaikan
produktivitas kelapa sawit antara lain pembuatan jebakan-jebakan air di lahan untuk meningkatkan ketersediaan air tanah disamping memperbanyak penggunaan bahan organik dan kapur atau hara makro lainnya. Selain itu pada lahan miring petani perlu memantapkan teknologi konservasi tanah dan air. Penyuluhan cara berbudidaya kelapa sawit yang benar perlu terus diberikan ke petani, terutama kepada petani yang baru menanam kelapa sawit. Kepada mereka perlu diinformasikan bahwa pertumbuhan TBM yang kurang baik karena kekurangan hara/pupuk akan mengurangi kemampuan kelapa sawit dalam menghasilkan buah pada waktu masa produktif nantinya.
Gambar 12. Survey kondisi agroekologi lahan dan diskusi produktivitas perkebunan kelapa sawit dengan petani
V. DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah menetapkan kebijakan Research for Development yang mengandung makna bahwa hasilhasil penelitian dan pengkajian harus didiseminasikan secara efektif dan efisien agar dapat diadopsi oleh para pengguna. Menindaklanjuti kebijakan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
51
LAPORAN TAHUNAN 2012 tersebut, BPTP Lampung telah menetapkan diseminasi teknologi sebagai salah satu prioritas program utama yang dilaksanakan secara konsisten dengan melibatkan sumberdaya yang ada. DAN ADVOKASI (Pelaksana: Nasriati, Masganti, Bambang Wijayanto, Soerachman, Kiswanto, Solamer P. Malau, Fauziah Y. Adriyani, Soeprapto, Firdausil A.B, Robet Asnawi, Edwin Herdiansyah, Gohan Octora Manurung, Dede Rohayana, Oman R.S., Mirna Yuni Sartika, Yusmeinardi)
A. DISEMINASI
A.1. Pameran Pameran dimaksudkan untuk membentuk image masyarakat bahwa BPTP Lampung sebagai sumber penghasil teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Kegiatan pameran yang telah dilaksanakan yaitu: (a) Pameran Jambore Penyuluh Pertanian Nasional
berlangsung di lapangan
Mulyo Jati Kota Metro pada tanggal 27-30 Juni 2012 dan berhasil mendapatkan penghargaan peringkat ke-2.
Tema pameran adalah “Kebangkitan
penyuluhan melalui tekad dan kerja keras Penyuluh Pertanian dalam mendukung empat sukses pembangunan pertanian,” (b) pameran Harteknas ke-17 pada tanggal 12 September 2012 di Balai Keratun Pemerintah Daerah Provinsi Lampung, Bandar Lampung. Peserta pameran terdiri dari lembagalembaga penelitian yang ada di Provinsi Lampung, seperti BPPT dan Universitas Lampung. Selain itu juga dihadiri oleh para dosen, mahasiswa, pelajar, dan pemenang lomba teknologi terapan tepat guna; (c) Pameran dalam Loka Karya Penyuluh Pertanian Se Provinsi Lampung, dilaksanakan pada tanggal 9 Oktober 2012 bertempat di Balai Keratun Pemda Provinsi Lampung, Bandar Lampung. Panitia pameran ini adalah Bakorluh (Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan) Provinsi Lampung. Selain BPTP Lampung, pameran juga diikuti oleh perusahaan swasta “Petro Kayako” yang menampilkan produk-produk sarana produksi pertanian, utamanya obat-obatan; (d) Pameran Hari Pangan Sedunia (HPS) XXXII tahun 2012 dilaksanakan di Temanggung Tilung, Palangka Raya, Kalimantan Tengah yang berlangsung sejak tanggal 18-21 Oktober 2012.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
52
LAPORAN TAHUNAN 2012 BPTP Lampung bergabung bersama dengan BPTP Kalimantan Tengah, dan BPTP Kalimantan Barat serta BBP2TP (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian).
Gambar 13. Kegiatan pameran dibeberapa lokasi A.2. Visitor Plot A.2.1. Visitor Plot di KP. Natar Untuk Tahun 2012 kegiatan yang telah dilakukan di KP. Natar meliputi: pemeliharaan visitor plot kebun induk lada Natar 1 dan Natar 2, pemeliharaan kebun kopi robusta poliklonal seluas 1 ha, pemeliharaan display beberapa varietas mangga, pemeliharaan kebun kakao dengan penerapan PTT seluas 1 ha, display teknologi budidaya tanaman ubi jalar seluas 800 m2, dan display tanaman fitofarmaka.
Gambar 14. Tanaman lada di KP. Natar
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
53
LAPORAN TAHUNAN 2012 A.2.2. Visitor Plot di KP. Tegineneng Teknologi Budidaya tanaman pisang Kegiatan yang telah dilakukan di KP. Tegineneng meliputi : penanaman bibit pisang dan kakao, pemupukan organik dan pemupukan anorganik NPK (15:15:15), pemeliharaan tanaman yang masih sehat, menyiram tanaman agar tidak kekeringan dimusim kemarau. Display M-KRPL Display M-KRPL untuk perkantoran dilakukan dengan menata tanaman dalam polybag dan pembuatan bedengan untuk tanaman sayuran terutama kangkung, bayam dan caisim. Pada saat pelaporan, telah dilakukan panen caisim, cabai, tomat, kacang panjang, dan terong. Selain itu, dilakukan pembibitan tanaman yaitu kacang panjang dan caisim.
Gambar 15. Display M-KRPL di KP. Tegineneng A.2.3. Visitor Plot di Laboratorium Diseminasi Masgar Teknologi Budidaya Jagung Kegiatan yang telah dilakukan meliputi : penanaman 4 (empat) varietas jagung, 2 (dua) VUB dari Badan Litbang Pertanian yaitu Sukmaraga dan STJ01, serta 2 (dua) varietas jagung hibrida dari perusahaan swasta yaitu Pioneer 21 dan NK22. Pemupukan organik, pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang yang sudah dikemas dan pupuk organik granul (Petroganik) serta pemupukan anorganik NPK (15:15:15). Pada saat pelaporan, tanaman sudah berumur 1 bulan. Hasil pengamatan menunjukkan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
54
LAPORAN TAHUNAN 2012 pertumbuhan varietas Sukmaraga kurang bagus dibandingkan dengan varietas lain sedangkan pertumbuhan varietas STJ-01 sebanding dengan varietas P-21. Display M-KRPL Display M-KRPL untuk perkantoran dilakukan dengan menata tanaman dalam polybag dan pembuatan bedengan untuk tanaman sayuran terutama kangkung, bayam dan caisim. Pada saat pelaporan, telah dilakukan panen kangkung, bayam, slada, daun bawang dan caisim. Sedangkan tanaman sayuran lain seperti cabai, tomat, kacang panjang, bunga kol dan terong dalam kondisi sedang berbunga.
Gambar 16. Display M-KRPL di KP. Masgar A.3. Diseminasi dan Publikasi Teknologi Spesifik Lokasi A.3.1. Pembuatan Media informasi dalam bentuk leaflet Target pembuatan leaflet pada tahun 2012 sebanyak 5 judul leaflet dengan jumlah masing-masing judul 2.000 eksemplar. Adapun judul leaflet yang telah dicetak yaitu: (1) bertanam sayuran dalam pot/polybag, (2) Pengendalian hama penggerek tongkol jagung, (3) Pembuatan silase kulit pisang dengan berbagai macam bahan aditif, (4) mengenal varietas unggul baru padi rawa di Lampung, dan (5) pengendalian hama penggerek batang padi.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
55
LAPORAN TAHUNAN 2012 A.3.2. Pembuatan media informasi dalam bentuk CD Target pembuatan media informasi dalam bentuk CD sebanyak 3 paket teknologi dengan judul: (1) bertanam sayuran di pekarangan, (2) Teknologi pengendalian hama utama tanaman padi di Lampung, (3) Pengendalian penyakit utama tanaman padi di Lampung. A.3.3. Siaran TV Siaran TV dilakukan dalam 2 bentuk yaitu dengan menayangkan paket teknologi yang dipadu dengan acara khusus seperti rekaman lapangan pada acara temu lapang atau lokakarya, dan siaran TV secara langsung (interaktif). Siaran TV hasil rekaman berupa paket teknologi sebanyak 3 materi yang telah disiarkan melalui TVRI yaitu : (1) Inovatif dengan PUAP sisi lain petani Mesuji; (2) Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari di Desa Marga Kaya, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan; (3) Pengembangan Unit Pengelolaan Benih Sumber (UPBS) di Lampung. Tiga paket teknologi tersebut telah ditayangkan melalui stasiun TVRI masing-masing pada tanggal 18 April 2012, bulan Mei 2012 dan pada bulan September 2012, pada acara Lampung Saburai. Siaran TV interaktif telah dibuat sebanyak 3 paket yaitu: (1) “Kawasan Rumah Pangan Lestari di Provinsi Lampung.
Penayangan
dilakukan di stasiun TV swasta Lampung yaitu Lampung TV pada tanggal 19 Mei 2012 dengan narasumber Dra. Alvi Yani; (2) Tatalaksana reproduksi untuk meningkatkan kelahiran ternak sapi yang ditayangkan pada tanggal 27 September 2012 di stasiun TVRI dengan narasumber Dr. A. Prabowo; (3) Potensi dan peluang pengembangan diversifikasi pangan non beras di Provinsi Lampung yang ditayangkan pada tanggal 17 Desember 2012 juga di stasiun TVRI, dengan narasumber Dr. Ir. Joko Susilo Utomo dan Ir. Ratna Wilys Arief, M.TA.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
56
LAPORAN TAHUNAN 2012
Gambar 17. Saat shooting dalam rangka pembuatan CD teknologi Distribusi Leaflet dan CD Leaflet dan CD yang telah dicetak dan dibuat kemudian diperbanyak sebagian besar telah didistribuasikan ke beberapa kabupaten baik melalui Badan
Pelaksana
Penyuluhan
Pertanian,
Perkebunan,
Perikanan
dan
Kehutanan (BP4K), Balai Penyuluhan Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Kehutanan (BP3K), Gapoktan maupun secara langsung ke anggota kelompok tani. Selain itu pendistribusian juga dilakukan pada saat pelaksanaan pameran Jambore Penyuluh Pertanian Nasional yang dilaksanakan di Kota Metro pada tanggal 27 – 31 Juni 2012 serta pameran IPTEK dan gelar teknologi di Kalimantan Tengah pada tanggal 17- 21 Oktober 2012. A.3.4.
Sosialisasi Sosialisasi Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi
Kegiatan sosialisasi inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi dilaksanakan di Kabupaten Lampung Selatan dan Kabupaten Lampung Timur dengan materi difokuskan pada komoditas pisang dan jagung mulai dari budidaya sampai dengan pengolahan hasil berupa tepung pisang, tepung jagung dan aneka kue dari hasil olahan tersebut.
Peserta yang dilibatkan adalah
penyuluh/petugas lapang, Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), ketua Gapoktan/petani. Narasumber dalam kegiatan sosialisasi inovasi teknologi pertanian adalah peneliti dari Pasca Panen, BPTP Lampung, Badan Ketahanan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
57
LAPORAN TAHUNAN 2012 Pangan, BP4K, serta Dinas Tanaman Pangan Hortikultura di Kabupaten Lampung Selatan dan kabupaten Lampung Timur. Teknis pelaksanaan kegiatan sosialisasi inovasi teknologi spesifik lokasi ini dengan melalui: 1.
Presentasi dengan materi: (1) Peran penyuluh dalam mendukung diversifikasi
pangan
dari
BP4K
Lampung
Selatan,
(2)
Program
peningkatan diversifikasi pangan dari BKP Lampung Selatan, (3) Potensi pengembangan pisang di kabupaten Lampung Selatan dari
Dinas
Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung Selatan, dan (4) Teknologi hasil olahan pisang serta budidaya pisang oleh BPTP Lampung. 2.
Ekspose aneka produk hasil olahan pisang berupa brownis pisang, nastar pisang, keripik pisang, engka pisang, cokies pisang dan tepung pisang.
3.
Diskusi untuk mengumpulkan informasi dan permasalahan yang dihadapi serta umpan balik dari petani dan respon petani terhadap teknologi hasil olahan pisang dalam mendukung diversifikasi pangan. Kegiatan sosialisasi inovasi teknologi spesifik lokasi di kabupaten
Lampung Timur pada tanggal 27 Oktober 2012 diikuti oleh sekitar 100 orang peserta terdiri dari: (a) Koordinator penyuluh/penyuluh, (b) Peneliti, (c) Anggota kelompok tani, dan (d) Dinas/Instansi terkait. Narasumber dalam kegiatan ini adalah peneliti BPTP Lampung, Ketahanan Pangan Kabupaten Lampung Timur, Dinas Tanaman Pangan Hortikultura Kabupaten Lampung Timur, dan BP4K Kabupaten Lampung Timur. Teknis pelaksanaan kegiatan sosialisasi inovasi teknologi spesifik lokasi ini dengan melalui: 1.
Presentasi dengan materi: (1) Peran penyuluh dalam mendukung diversifikasi pangan oleh BP4K Lampung Timur, (2) Program peningkatan diversifikasi pangan oleh BKP Lampung Timur, (3) Potensi pengembangan pisang di kabupaten Lampung Timur oleh Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung Timur, dan (4) Teknologi hasil olahan ubikayu dan jagung serta budidaya ubikayu dan jagung oleh BPTP Lampung.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
58
LAPORAN TAHUNAN 2012 2.
Ekspose aneka produk hasil olahan jagung dan ubikayu berupa brownis, nastar, nasi jagung goreng, pukis jagung, dodol jagung.
3.
Diskusi untuk mengumpulkan informasi dan permasalahan yang dihadapi dalam penerapan teknologi serta umpan balik dari petani dan respon petani terhadap teknologi hasil olahan jagung dan ubikayu dalam mendukung diversifikasi pangan.
B. PENDAMPINGAN TEKNOLOGI SL-PTT PADI (Pelaksana: Kiswanto,
Dewi Rumbaina Mustikawati, Robet Asnawi, Yulia Pujiharti, Bariot Hafif, Bambang Wijayanto)
Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) khususnya komoditas Tanaman Pangan yaitu SLPTT padi dilaksanakan di Provinsi Lampung yang tersebar di seluruh kabupaten/kotamadya, untuk padi inbrida seluas 146.850 ha (5.874 unit), padi hibrida 14.700 (1.470 unit) dan padi gogo 12.500 ha (500 unit). Untuk menyukseskan program tersebut BPTP Lampung berkewajiban melaksanakan pendampingan dan pengawalan teknologi 60% dari total unit yang ada dan diprioritaskan untuk padi inbrida. Terkait dengan hal tersebut, total unit pendampingan SLPTT padi inbrida sebanyak 3.400 unit (85.000 ha). Telah ditetapkan enam lokasi pendampingan SL-PTT padi inbrida di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur, Lampung Utara, Lampung Selatan, Pringsewu dan Pesawaran. Adapun sebaran lokasi pendampingan SL-PTT Padi Provinsi Lampung disajikan pada Tabel 23.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
59
LAPORAN TAHUNAN 2012 Tabel 23. Lokasi pendampingan SL-PTT Padi di Provinsi Lampung, tahun 2012 Target Pendampingan No
Kabupaten
1 2 3 4 5 6
Lampung Tengah Lampung Timur Lampung Selatan Lampung Utara Pringsewu Pesawaran Jumlah
Luas (ha) 17.500 18.000 17.500 12.000 10.000 10.000 85.000
Jumlah (unit) 700 720 700 480 400 400 3.400
Sasaran Pendampingan Luas (ha) 17.500 18.000 17.500 12.000 10.000 10.000 85.000
Jumlah (unit) 700 720 700 480 400 400 3.400
Display PTT Padi Sawah telah dilaksanakan di seluruh kabupaten lokasi pendampingan. Kegiatan display dilaksanakan pada musim tanam II (MT II) 2012, dan permasalahan yang dihadapi di setiap lokasi pada umum-nya sama antara lain serangan hama wereng batang coklat, tikus, penyakit blas dan kekurangan air. Berbagai masalah tersebut masih dalam kategori ringan dan dapat dikendalikan dengan baik, sehingga pengaruhnya terhadap penurunan produksi tidak signifikan. Display masing-masing kabupaten seluas 1 (satu) hektar ditanami dengan 3 – 4 varietas. Varietas yang ditanam adalah Inpari 9, Inpari 10, Inpari 11, Inpari 13, Inpari 14, Inpari 15, dan Inpari 20. Pada umumnya teknologi yang diterapkan relatif sama di setiap kabupaten. Adapun komponen teknologi yang diintroduksikan adalah teknologi PTT secara lengkap spesifik lokasi yaitu penggunaan pupuk organik 2 ton/ha, bibit muda, jumlah bibit 1-3 batang per lubang, sistem tanam jejer legowo, pemupukan berimbang spesifik lokasi dengan BWD, PUTS, atau rekomendasi umum urea 100-150 kg/ha, Phonska 300-350 kg/ha, pengendalian OPT secara terpadu, penyiangan dengan gasrok dan kombinasi dengan herbisida, panen tepat waktu, serta gabah segera dirontok dengan power tresher. Pada umumnya kondisi pertanaman di lokasi display menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat baik terutama penampilan vegetatif dan jumlah anakan. Inovasi teknologi yang diperkenalkan kepada petani di lokasi display PTT padi sawah kinerjanya cukup efektif. Hal ini selain dapat meningkatkan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
60
LAPORAN TAHUNAN 2012 produktivitas padi, yang lebih penting lagi adalah dapat meningkatkan pendapatan petani. Produktivitas rata-rata yang dapat dicapai dalam display dengan pendekatan PTT sebesar 6,32 ton/ha GKP, sedangkan produktivitas padi dengan teknologi petani di luar display 4,67 ton/ha GKP. Dengan demikian pendekatan PTT dapat meningkatkan produksi 1,65 ton/ha (35,33%) dibanding teknologi petani (Tabel 24). Walaupun demikian produktivitas yang telah dicapai ini belum optimal baik dalam kegiatan display PTT maupun di luar display. Kurang optimalnya produktivitas tersebut dikarenakan pada MT II terjadi berbagai permasalahan terutama kekurangan air serta serangan hama dan penyakit (wereng batang coklat, tikus, blas, kresek, dan lain-lain) yang masih berada dalam kategori ringan dan masih dapat dikendalikan dengan baik sehingga tidak menurunkan produktivitas yang signifikan. Tabel 24. Keragaan produktivitas display PTT padi sawah di Lampung Tahun 2012 Kabupaten 1. Lampung Tengah
Rata-rata (1) 2. Lampung Selatan
Rata-rata (2) 3. Lampung Timur Rata-rata (3) 4. Pringsewu
Rata-rata (4) 5. Pesawaran Rata-rata (5) 6. Lampung Utara
Rata-rata (6) Rata-rata Lampung
Lokasi Display Provitas Varietas (ton/ha) Inpari 10 Inpari 13 Inpari 20 Inpari Inpari Inpari Inpari
11 14 15 20
Inpari 13 Inpari 14 Inpari 15 Inpari 20 Inpari 9 Inpari 10 Inpari Inpari Inpari Inpari
13 14 15 20
5,60 6,04 6,05 5,90 4,40 5,30 5,10 5,30 5,03 6,70 6,70 6,39 7,08 6,00 6,49 7,56 7,12 7,34 6,00 8,00 4,77 7,12 6,47 6,32
Luar Display Provitas Varietas (ton/ha) Ciherang
3,64
Ciherang
3,64 4,70
Ciherang
4,70 5,30 5,30 5,25
Ciherang
5,25 4,50
Ciherang
4,50 4,62
Ciherang
Keterangan Penyakit blas, dan WBC
Kekeringan, penyakit blas
Penyakit blas Kekeringan Penyakit blas, kresek Serangan tikus, kresek, WBC Penyakit blas
4,62 4,67
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
61
LAPORAN TAHUNAN 2012 Selanjutnya berdasarkan hasil analisis usahatani display PTT padi secara lengkap untuk varietas unggul baru (Inpari 10, 13, 14 15 dan 20) di enam
kabupaten
memberikan
pendapatan
bersih
rata-rata
sebesar
Rp.13.964.667,-/ha, sedangkan dengan teknologi petani varietas Ciherang memberikan pendapatan bersih sebesar Rp. 9.574.000,-/ha (Tabel 25). Dengan demikian pendekatan PTT padi dapat meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp. 4.390.667,- (45,86 %)/ha. Terkait dengan hal itu petani di sekitar lokasi display telah merespon dan berminat untuk mencoba menerapkan teknologi PTT padi sawah pada musim selanjutnya, walaupun ada juga yang belum berminat menerapkannya. Tabel 25. Analisis Usahatani Display PTT Padi Sawah di Lampung Tahun 2012 (dalam ribuan Rupiah) Uraian
Dalam Display
Luar Display
L. Timur 3.890
Pesawaran 4.207
L. Selatan 3.535
Pringsewu 3.500
L.Tengah 3.625
L. Utara 3.600
Rata-rata 3.726,167
4.556
4.073,5
4.435
5.101,5
4.650
4.635
4.575,167
4.161
8.446
8.280,5
7.970
8.601,5
8.275
8.235
8.301,333
6.596
6.700
7.340
5.030
6.490
5.900
6.470
6.322
4.620
Penerimaan
23.450
25.690
17.605
23.556
20.650
22.645
22.266
16.170
Pendapatan
15.004
17.409,5
9.635
14.954,5
12.375
14.410
13.964.,67
9.574
1,78
2,10
1,21
1,74
1,50
1,75
1,68
1,45
Biaya Sarana produksi Biaya Tenaga Kerja Jumlah Biaya Produksi Produksi (kg)
B/C ratio MBCR
3,57
Untuk mendiseminasikan teknologi hasil penelitian dan pengkajian pada akhir kegiatan atau menjelang panen dilakukan temu lapang, dengan tujuan untuk menyebarluaskan inovasi yang diperoleh dari hasil display dan memperoleh umpan baliknya. Selain itu juga bertujuan untuk mengetahui respon atau tanggapan petani terhadap teknologi yang diterapkan serta rencana tindak lanjutnya.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
62
2.435
LAPORAN TAHUNAN 2012 Tabel 26. Kabupaten Lampung Tengah
Lampung Timur
Pelaksanaan Temu Lapang PTT Padi Mendukung SL-PTT di Lampung, Tahun 2012 Materi/Tema Dengan PTT padi kita wujudkan swasembada beras berkelanjutan dan kesejahteraan petani Idem
Target Peserta (Orang) 75
Realisasi (Orang)
Asal Peserta
Keterangan
75
Petani, Gapoktan, PPL, Dinas Instansi lingkup Pertanian, Swasta
Temu lapang dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 2012 di Kampung Kota, Gajah Timur, Kec. Kota Gajah Kab. Lampung Tengah
75
75
Petani, Gapoktan, PPL, Dinas Instansi lingkup Pertanian, Swasta Petani, Gapoktan, PPL, Dinas Instansi lingkup Pertanian, Swasta Petani, Gapoktan, PPL, Dinas Instansi lingkup Pertanian, Swasta Petani, Gapoktan, PPL, Dinas Instansi lingkup Pertanian, Bupati, DPRD, Swasta Petani, Gapoktan, PPL, Dinas Instansi lingkup Pertanian, Swasta
Temu lapang dilaksanakan pada tanggal 30 Juli 2012 di Ds. Bumi Harjo, Kec. Batanghari Kab. Lampung Timur
Lampung Selatan
Idem
75
75
Pringsewu
Idem
75
75
Pesawaran
Idem
75
100
Lampung Utara
Idem
75
75
450
475
Jumlah
Temu lapang dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus 2012 di Desa Way Sulan, Kec. Talang Way Sulan, Kab. Lampung Selatan Temu lapang dilaksanakan pada tanggal 4 September 2012 di Desa Pujodadi, Kec. Pardasuka, Kab. Tanggamus Temu lapang dilaksanakan pada tanggal 27 Agustus 2012 di Desa Sukadadi, Kec. Gedong tataan Kab. Pesawaran Temu lapang dilaksanakan pada tanggal 11 September 2012 di Desa Cempaka, Kec. Sungai Jaya, Kab. Lampung Utara
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
63
LAPORAN TAHUNAN 2012 Uji Adaptasi Varietas Unggul Baru Uji adaptasi VUB padi Inbrida telah dilaksanakan pada MT II 2012 di hamparan kelompok tani SL-PTT tetapi di luar LL. Berdasarkan data uji adaptasi VUB di enam kabupaten SL-PTT padi di Lampung menunjukkan bahwa masing-masing kabupaten menunjukkan produktivitas yang beragam. Produktivitas tertinggi berada di Kabupaten Pesawaran, kemudian kabupaten lainnya produktivitasnya hampir sama. Produktivitas rata-rata beberapa VUB padi yang diuji lebih tinggi jika dibandingkan dengan varietas Ciherang dan Mekongga yang digunakan sebagai varietas pembanding. Adapun rata-rata produktivitas uji adaptasi VUB dan varietas pembanding sebagaimana disajikan pada Tabel 27. Tabel 27. Keragaan Produktivitas Uji Adaptasi VUB Padi Inbrida SL-PTT di Lampung, Tahun 2012 Varietas Inpari 10 Inpari 11 Inpari 13 Inpari 14 Inpari 15 Inpari 20 Inpara 2 Inpara 5 Banyuasin Ciherang* Mekongga* Ciliwung*
Lampung Selatan 6,48 6,33 6,37 6,20 -
Lampung Tengah 5,73 6,39 6,37 4,81 4,82 6,23 4,33 3,57 4,52 5,10 4,70 -
Kabupaten Lampung Lampung Pesawaran Utara Timur 6,42 7,30 6,00 7,40 6,00 7,40 6,68 6,18 6,90 6,10 6,24 7,30 6,12 6,30 7,20 5,78 5,65 6,00 5,05 -
Pringsewu 5,60 5,20 6,30 5,20 6,20 6,20 6,00 -
Keterangan: a. Adaptabilitas tinggi, jika produktivitas > 4,36 b. Adaptabilitas sedang, jika produktivitas 2,19 – 4,36 c. Adaptabilitas rendah, jika produktivitas < 2,19 *) Varietas pembanding
Dari keenam VUB tersebut produktivitas tertinggi adalah Inpari 13, akan tetapi kurang disukai oleh petani dikarenakan sulit dirontok secara manual, rendemen berasnya lebih rendah, rasa nasinya kurang pulen, mudah roboh jika ditanam pada musim rendeng. Jika ditinjau dari adaptabilitasnya (tingkat
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
64
Ratarata 6,31 6,26 6,49 5,95 6,13 6,41 4,33 3,57 4,52 5,79 4,70 5,05
LAPORAN TAHUNAN 2012 produktivitas, ketahanan hama dan penyakit, kekeringan), dan preferensi petani (penampilan tanaman, stabilitas, bentuk gabah, rasa nasi dll), maka varietas tersebut layak direkomendasikan untuk dikembangkan di berbagai lokasi di Provinsi Lampung dengan skala lebih luas. Sedangkan untuk Inpara 2, Inpara 5 dan Banyuasin rata-rata produktivitasnya relatif rendah masingmasing 4,33 ton/ha, 3,57 ton/ha, 4,52 ton/ha, jika dibandingkan dengan potensi produksinya yang bisa mencapai 6 ton/ha. Rendahnya produktivitas tersebut dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang kurang mendukung yaitu terjadi kekeringan mulai dari fase pertumbuhan vegetatif sampai panen, serangan hama kepinding tanah, dan penyakit blas sehingga berakibat terhadap penurunan produksi. Walaupun demikian ketiga varietas tersebut masih dapat memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan varietas eksisting (Ciherang, Ciliwung) dan memiliki daya adaptabilitas antara sedang– tinggi pada musim kemarau. Perkembangan Produktivitas Salah satu tolok ukur keberhasilan pelaksanaan program SL-PTT padi adalah adanya peningkatan produktivitas. Untuk mengetahui perkembangan produktivitas padi di kabupaten lokasi SL-PTT di Provinsi Lampung telah dilakukan evaluasi produktivitas rata-rata hasil panen di lokasi LL, SL dan non SL. Adapun produktivitas rata-rata sebagaimana disajikan pada Tabel 28. Tabel 28. Hasil Evaluasi Produktivitas rata-rata SL-PTT Padi Inbrida di Provinsi Lampung di lokasi LL, SL dan Non SL, Tahun 2012 LL Kabupaten L. Selatan Rata-rata L. Tengah
Rata-rata L. Utara Rata-rata
Varietas Ciherang Ciherang Mekongga Inpari 9 Inpari 13 Ciherang Ciliwung
SL Protivitas (ton/ha) 6,37 6,37 5,43 4,80 6,00 4,80 5,26 6,00 5,15 5,47
Varietas Ciherang Ciherang Mekongga Inpari 9 Inpari 13 Ciherang Ciliwung
Non SL Protivitas (ton/ha) 6,20 6,20 5,10 4,70 5,76 4,50 5,02 5,78 5,05 5,28
Varietas Ciherang Ciherang Mekongga Inpari 9 Inpari 13 Ciherang Ciliwung
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
Protivitas (ton/ha) 6,15 6,15 4,64 4,50 5,20 4,50 4,71 5,25 5,00 4,99
65
LAPORAN TAHUNAN 2012 LL Kabupaten L. Timur
Rata-rata Pringsewu Rata-rata Pesawaran
SL Protivitas (ton/ha) 5,58 5,66 5,43 5,60 5,60 5,60 5,64 5,61 5,85 6,70 6,70 7,30 7,40 7,40 6,90 7,30 7,20 7,25 6,23
Varietas Inpari 7 Inpari 9 Ciherang St.Bagendit Inpari 13 Cibogo Mekongga C. Muncul Ciherang Inpari Inpari Inpari Inpari Inpari Inpari
10 11 13 14 15 20
Rata-rata Rata-rata Provinsi
Non SL Varietas Inpari 7 Inpari 9 Ciherang St.Bangendit Inpari 13 Cibogo Mekongga C. Muncul Ciherang Ciherang
Protivitas (ton/ha) 5,19 5,26 5,08 5,24 5,23 5,23 5,25 5,24 5,39 6,00 6,00 6,00
Varietas
Protivitas (ton/ha)
Ciherang Ciherang Ciherang Ciherang Ciherang Ciherang Ciherang C.Muncul Ciherang Ciherang
6,00 5,70
4,48 4,58 4,38 4,51 4,50 4,54 4,55 4,51 4,51 5,50 5,50 5,80
5,80 5,35
Berdasarkan hasil evaluasi perkembangan adopsi komponen PTT menunjukkan bahwa tingkat adopsi teknologi di lokasi LL 77,14%, SL 65,71% dan luar SL 56,43%, sebagaimana disajikan pada Tabel 29. Tabel 29. Perkembangan Adopsi Komponen PTT di Lokasi LL, SL dan Non SL SL-PTT Padi Inbrida di Provinsi Lampung, Tahun 2012 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Komponen PTT Luas pesemaian (400 m2/ha) Varietas unggul Baru (VUB) Benih bermutu dan berlabel Pengaturan populasi tanaman optimum (jejer legowo 2:1, 4:1) Umur bibit muda (< 21 hari) Jumlah bibit perlubang (1-3 btg) Penggunaan pupuk organik/kandang Penggunaan Urea dengan BWD Pemupukan P dan K analisa tanah Permentan No. 40/2007 Pengendalian gulma (landak/gosrok) Pengairan efektif/efisien Pengendalian hama penyakit terpadu Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok Rata-rata
Keterangan: Tingkat Adopsi Rendah Tingkat Adopsi Rendah Tingkat Adopsi Tinggi
Tingkat LL 65 100 100 100 70 100 100 65 10 100 100 0 70 100 77,14
Adopsi (%) SL Luar SL 40 20 100 100 100 100 40 20
70 70 100 65 0 100 65 0 70 100 65,71
70 70 100 10 0 65 65 0 70 100 56,43
: 0 – 33,33 % : 33,34 – 66,67% : >66,67%
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
66
LAPORAN TAHUNAN 2012 Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat adopsi teknologi di lokasi LL dalam kategori tinggi, sedangkan dilokasi SL dan Non SL dalam kategori sedang. Oleh karenanya untuk meningkatkan produktivitas padi, maka adopsi komponen teknologi PTT yang masih dalam kategori sedang--rendah harus ditingkatkan.
Gambar 18. Panen raya padi dan temu lapang di lokasi display PTT Kabupaten Lampung Tengah pada MK 2012
C. PENDAMPINGAN TEKNOLOGI SL-PTT JAGUNG (Pelaksana: Yulia
Pujiharti, Kiswanto, Junita Barus, Muchlas, Asropi, Fauziah Y. Adriyani, Andarias Makka Murni, Nina Mulyanti, Endriani, Novilia Santri, Soeprapto, Erliana Novitasari, Gohan Octora Manurung, Edwin Herdiansyah, Dian Meithasari, Yuli Setyo Rahayu, Amrizal Nazar, Andi Sofyan F., Sumarko, Sunaryo, Dadin Suherlan, Widodo, Tri Sunarti)
Kegiatan pendampingan SL-PTT jagung di Provinsi Lampung dilaksanakan di tiga kabupaten (Lampung Selatan, Lampung Tengah, dan Lampung Timur) dengan rincian sebagai berikut: Tabel 30. Realisasi pendampingan SL-PTT jagung di Lampung No. 1. 2. 3.
Kabupaten Lampung Selatan Lampung Tengah Lampung Timur Jumlah
Unit 143 175 175 493
Jumlah ha Kecamatan 2.145 16 2.625 17 2.625 9 7.395 42
Desa 101 63 48 212
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
67
LAPORAN TAHUNAN 2012 Untuk menambah wawasan petani dan PPL maka dilakukan pelatihan. Pelatihan PTT jagung dilaksanakan di masing-masing kabupaten dengan peserta pelatihan adalah petani/ketua Gapoktan dan penyuluh pendamping (pemandu lapang). Materi pelatihan yang diberikan antara lain: PTT, Filosofi SL-PTT, dan hama penyakit jagung. Jumlah peserta di masing-masing kabupaten dan materi pelatihan tersaji pada Tabel 31. Tabel 31. Materi pelatihan SL-PTT jagung No.
Kabupaten
1. Lampung Selatan
2. Lampung Tengah
3. Lampung Timur
Jenis Pelatihan
Jumlah Peserta Materi (orang) Target Realisasi Pelatihan petani dan 60 60 PTT Jagung, PPL SL-PTT jagung Filosofi SL-PTT Pelatihan petani dan 40 40 PTT Jagung, PPL SL-PTT jagung Filosofi SL-PTT Pelatihan Petani dan 50 50 Filosofi SL-PTT PPL SLP-TT Jagung Jagung, Teknologi PTT Jagung Pelatihan Petani dan 50 50 Filosofi SL-PTT PPL SL-PTT Jagung Jagung, Teknologi PTT Jagung Pelatihan Petani dan 50 50 PTT Jagung, Hapen PPL SL-PTT Jagung jagung, SL-PTT Pelatihan Petani dan 50 50 PTT Jagung, Hapen PPL SL-PTT Jagung jagung, SL-PTT
Pelaksanaan Tanggal 9 April 2012 10 April 2012 16 April 2012
Tempat BP4K Lampung Selatan BPP Tanjung Sari Bangun Rejo, Gunung Sugih
19 April 2012
BP3K Padang Ratu
29 Maret 2012 9 April 2012
Kedaton Indah, Btanghari Nuban Raman Aji, Raman Utara
Uji Adaptasi VUB Kegiatan uji VUB jagung hibrida dilaksanakan di tiga kabupaten dengan varietas yang diuji terdiri dari Varietas Bima-2, Bima-3, Bima-4 dan Bima-5. Kegiatan ini dilaksanakan di musim kemarau dan musim hujan. Persentase tumbuh benih yang ditanam di 3 kabupaten (Lampung Selatan, Lampung Tengah dan Lampung Timur) di atas 75%. Uji VUB di desa Cempaka Kabupaten Lampung Timur menunjukkan bahwa produksi tertinggi adalah varietas Bima 4 disusul varietas Bima-5 dengan produktivitas masing-masing sebesar 8,09 ton/ha dan 7,23 ton/ha. Bila dibandingkan dengan produktivitas jagung pada SL dan LL, produktivitas jagung varietas Bima 2, Bima 3, dan Bima 4 lebih tinggi dari varietas Bisi 222, sedangkan varietas Bima 5 lebih tinggi dari produktivitas Bisi 222 pada SL. Di Kabupaten Lampung Selatan uji VUB dilakukan di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Way Panji, Sidomulyo, dan Katibung. Di Kecamatan Way Panji
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
68
LAPORAN TAHUNAN 2012 produksi tertinggi ditunjukkan oleh varietas Bima 5 disusul dengan varietas Bima 4 yaitu 6,0 ton/ha dan 4,4 ton/ha (Tabel 32). Produktivitas Bima 5 lebih tinggi dari varietas Bisi 816 pada lokasi LL dan SL, sedangkan Bima 2 dan Bima 4 produksinya lebih rendah dari Bisi 816. Di Kabupaten Lampung Tengah uji VUB dilaksanakan di Kecamatan Gunung Sugih, Seputih Banyak, dan Punggur. Kondisi tanaman jagung di kabupaten ini kurang baik karena kekurangan air. Uji VUB di daerah ini mengalami gagal panen. Di Kota Gajah varietas Bima 5 menghasilkan 6,0 ton/ha, sedangkan Bima 2 dan Bima 3 baru berumur 1 bulan. Bila dibandingkan dengan Bisi 2 dan Bisi 816 pada LL, produktivitas Bima 5 lebih rendah, sedangkan bila dibandingkan dengan varietas yang sama pada SL produktivitas Bima lebih tinggi. Tabel 32. Produktivitas jagung varietas Bima di Lampung LL Kabupaten Lampung Selatan
Rata-rata Lampung Tengah Rata-rata Lampung Timur
Rata-rata Rata-rata Provinsi
Varietas Bisi 816 Bisi 2
Bisi 2 Bisi 816 Bisi 222
SL
Protivitas (ton/ha) 5,76 6,30
6,03 6,32 6,83 6,58 6,7
Varietas
Non SL
Protivitas (ton/ha)
Bisi 816 Bisi
Bisi 2 Bisi 816
4,43 5,74
5,09 5,89 5,07 5,48 5,4
Varietas P 21 SHS 4 Bisi 816 Bisi-2 Bisi 2 Bisi 816
Uji Adaptasi Varietas
Protivitas Protivitas Varietas (ton/ha) (ton/ha) 6 2,8 4,08 5,85 4,68 5,56 5,65 5,61 5
Bima 2 Bima 4 Bima 5
3,2 4,4 6
Bima 5
4,53 6,00
6,70
5,40
5,00
6,00 7,60 8,09 8,09 6,23 7,50
6,44
5,32
5,10
6,01
Bisi 222
Bisi 222
Bima Bima Bima Bima
2 3 4 5
Peningkatan Provitas: LL terhadap SL : 1,12 ton/ha (21,05%) LL terhadap Non SL: 1,34 ton/ha (26,27%) SL terhadap Non SL: 0,22 ton/ha (4,31 %)
Pada Tabel 32 terlihat bahwa PTT yang diterapkan di LL dapat meningkatkan produktivitas jagung di Lampung sebesar 26,27%, sedangkan PTT yang diterapkan di SL hanya mampu meningkatkan produktivitas jagung
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
69
LAPORAN TAHUNAN 2012 sebesar 4,31%. Secara umum rata-rata produktivitas jagung di Lampung dengan menerapkan pendekatan PTT dapat meningkat sebesar 17,21%.
Gambar 19. Temu lapang dan panen raya jagung di Kab. Lampung Timur D. PENDAMPINGAN PSDSK (Pelaksana: Akhmad Prabowo, Marsudin
Silalahi, Soerachman, Reny Debora Tambunan, Elma Basri, Reli Hevrizen, Andi Maryanto)
Atas pertimbangan kebutuhan teknologi untuk mendukung PSDSK dalam kegiatan dinas/instansi terkait di tingkat Kabupaten maupun Provinsi, disepakati bahwa materi yang disampaikan dalam pelatihan adalah: 1. Strategi pemberian pakan ternak sapi dengan memanfaatkan bahan pakan lokal. 2. Teknologi pemanfaatan dan pemberian pakan lokal/limbah pertanian segar dan fermentasi. 3. Formulasi ransum murah. 4. Tatalaksana perkawinan ternak sapi secara alami menggunakan pejantan dan dengan teknik inseminasi buatan (IB). 5. Penyiapan kondisi (reconditioning) ternak betina untuk dikawinkan, bunting dan menyusui. 6. Tata-laksana kesehatan reproduksi 7. Pemanfaatan limbah ternak. Selanjutnya, realisasi pelaksanaan pelatihan di setiap kabupaten disajikan pada Tabel 33.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
70
LAPORAN TAHUNAN 2012 Tabel 33. Realisasi Pelaksanaan Pelatihan Kegiatan Pendampingan Teknologi Mendukung PSDSK di Lampung, Tahun 2012 No.
Kabupaten
Jumlah Peserta*
1.
Lampung Timur
50 (+ 6)
2.
Pesawaran
50 (+ 4) Jumlah
100 (+ 10)
*) + Anggota Kelompok Tani Hasil evaluasi terhadap penerapan teknologi materi pelatihan dalam praktek penyuluhan yang dilakukan oleh petugas/penyuluh peserta pelatihan disajikan dalam Tabel 34.
Sampai akhir kegiatan sebagian besar (84%)
peserta pelatihan menerapkan teknologi materi pelatihan dalam demplot/ praktek penyuluhan. Petugas/penyuluh peserta pelatihan yang menerapkan teknologi materi pelatihan dalam demplot/praktek penyuluhan terutama adalah petugas/penyuluh yang berasal dari wilayah kerja/kecamatan yang mempunyai program kegiatan peternakan. Tabel 34. Penerapan teknologi dalam demplot/praktek penyuluhan No.
Kabupaten
Jumlah Peserta Pelatihan
Penerapan Teknologi dalam Penyuluhan
1.
Lampung Timur
50
43 (86,0 %)
2.
Pesawaran
50
41 (82,0 %)
100
84 (84,4 %)
Jumlah
Gambar 19. Pelatihan Teknologi Mendukung PSDSK
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
71
LAPORAN TAHUNAN 2012 E.
MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG USAHA DIVERSIFIKASI PANGAN DI PROVINSI LAMPUNG (Pelaksana: Alvi Yani, Ratna Wylis Arief, Dewi Rumbaina Mustikawati,
Nina Mulyanti, Soraya, Reny Debora Tambunan, Yulia Pujiharti, Fauziah Y. Adriyani, dkk) M-KRPL di Provinsi Lampung yang dilaksanakan di 10 kabupaten/Kota sebagian besar mulai dapat diterima oleh kelompok sasaran/petani karena
mempunyai dampak langsung bagi rumah tangga dan sangat menunjang kebutuhan pangan keluarga. Stakeholder juga memberikan respon positif terhadap pengembangan M-KRPL. Secara umum kegiatan yang telah dilakukan adalah koordinasi, sosialisasi pembentukan kelompok sasaran, perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, pelatihan dan pengawalan teknologi serta monitoring. Secara umum tanaman yang diintroduksikan adalah tanaman hortikultura sayuran (terong, cabai, tomat, buncis, bayam, sawi, kangkung, seledri, selada, bawang daun), tanaman pangan, dan buah-buahan. Keberagaman jenis tanaman sayuran di pekarangan, memungkinkan keluarga petani untuk dapat secara bergiliran mengambil hasilnya untuk membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga. Pemanfaatan lahan pekarangan sebagai sumber pangan dapat mengurangi pengeluaran konsumsi rumah tangga dengan kisaran Rp. 2.500,- sampai Rp. 12.000,- per hari.
Untuk menjamin keberlanjutan pengelolaan dan penataan pekarangan, di masing-masing kabupaten/kota telah dilakukan inisiasi pembangunan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
72
LAPORAN TAHUNAN 2012 kebun bibit desa (KBD). Operasionalisasi dan kelembagaan KBD perlu diatur agar dapat berjalan secara optimal untuk mendukung kebutuhan benih/bibit yang diperlukan, terciptanya kemandirian kawasan, pengaturan pola dan rotasi tanaman.
Kendala yang dihadapi dalam pengembangan M-KRPL adalah ketersediaan air, pemeliharaan ternak yang belum dikandangkan, pemasaran yang belum stabil dan keterbatasan tenaga kerja keluarga terutama pada musim tanam dan panen serta keterbatasan waktu untuk mengelola tanaman karena sebagian responden bekerja sebagai buruh, pedagang, dan pegawai khususnya di daerah perkotaan. Selain itu, belum seluruh kabupaten/kota mendapat dukungan Pemda. Beberapa kabupaten/kota yang sudah mendapat dukungan pemda adalah Kota Bandar Lampung berupa bantuan bibit buah-buahan, Kabupaten Tulang Bawang Barat berupa peningkatan keterampilan SDM (mengikuti pelatihan), Kabupaten Lampung Tengah berupa bibit ikan, dan Kota Metro berupa bantuan benih sayuran.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
73
LAPORAN TAHUNAN 2012 Tabel 35. Perkembangan jumlah KK di masing-masing M-KRPL Kabupaten/ Kota No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Kabupaten/Kota Lampung Selatan Pringsewu Kota Metro Bandar Lampung Pesawaran Lampung Tengah Tulang Bawang Barat Lampung Utara Tanggamus Lampung Timur
Jumlah KK awal 40 37 87 40 30 50 40 30 30 30
Jumlah KK akhir 300 120 168 92 45 60 73 37 41 37
Diharapan ke depan hendaknya kawasan ini dapat dikembangkan oleh dinas terkait dan kemandirian anggota masyarakat dalam bentuk kegiatan rumah pangan lestari dalam suatu kawasan yang lebih luas. F.
MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI (M-P3MI) (Pelaksana: Firdausil A.B., Akhmad Prabowo,
Robet Asnawi, Ratna Wylis Arief, Nasriati, Yulia Pujiharti, Elma Basri, Agung Lasmono, A. Romdhan Fauzi, Andi Maryanto)
Dalam pembinaan penerapan teknologi sudah berjalan dengan baik mulai dari budiaya kakao, ternak kambing dan komoditas potensial yang memberikan nilai tambah cukup signifikan adalah pengolahan pascapanen pala. Penerapan teknologi budidaya kakao maupun kambing sudah berjalan dengan baik sehingga dapat meningkatkan produktivitas kakao mencapai 40%, sedangkan ternak kambing mencapai 35%. Sampai dengan laporan ini dibuat terjadi penurunan produksi yang cukup signifikan. Berdasarkan pengamatan, yang lebih berperan dalam penurunan produksi ini adalah adanya kemarau panjang yang menyebabkan tanaman mengalami stres dan sebagian besar kering dan mati pucuk. Namun demikian dari total produksi per tahun per hektar masih lebih baik dari sebelumnya yang mencapai hampir 1 ton/ha/th dibanding sebelumnya yaitu 600 -700 kg/ha/th.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
74
LAPORAN TAHUNAN 2012 Secara umum peningkatan nilai tambah dari hasil buah pala cukup signifikan dimana salah satu hasil yang cukup memberikan keuntungan adalah minyak atsiri. Tingkat keuntungan yang diperoleh dari olahan minyak atsiri dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 36. Analisa ekonomi pengolahan minyak atsiri dari daun pala dan daging buah Pala Bahan baku 1. Daun pala
1. Daging buah pala kering Waktu operasional : 40 jam
Uraian Input: - Daun pala 250 kg @ Rp. 100,- Tenaga Kerja : 3 OH x Rp. 40.000,- Bahan bakar (kayu dan minyak tanah) Waktu operasional : 6 jam Output: Minyak atsiri 1,2 kg @ Rp. 700.000,Pendapatan bersih (1 x proses) Input: - Daging buah pala kering 300 kg @ Rp. 2.000,- Tenaga kerja: 8 OH x Rp. 40.000,- Bahan bakar (kayu dan minyak tanah) Output: Minyak atsiri 30 kg @ Rp. 700.000,Pendapatan bersih ( 1 x proses) Total Pendapatan (1+2)
Jumlah (Rp.) 25.000,120.000,30.000,840.000,665.000,600.000,320.000,80.000,21.000.000,20.000.000,20.665.000,-
G. PENGELOLAAN UPBS BPTP LAMPUNG (Pelaksana: Rr. Ernawati, Joko
Susilo Utomo, Robet Asnawi, Yulia Pujiharti, Bambang Wijayanto, Novilia Santri, Meidaliyantisyah, Dian Meithasari, Sunaryo, Sumarko, Tusrimin, Jumari) Pelaksanaan penangkaran padi untuk kegiatan UPBS tahun 2012
dilaksanakan di wilayah Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Timur (Tabel 37). Penangkaran padi di Lampung Tengah dilaksanakan dua lokasi yaitu di kelompok tani penangkar Desa Karang Endah, Kecamatan Terbanggi Besar dan di Kotagajah, Kecamatan Kotagajah, sedangkan yang di Kabupaten Lampung Timur dilaksanakan di tiga lokasi, yaitu di Desa Labuhan Ratu 7, Rejo Agung, dan Bumiharjo (Tabel 38).
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
75
LAPORAN TAHUNAN 2012 Tabel 37. Lokasi dan varietas padi yang ditangkarkan untuk UPBS tahun 2012 No.
Lokasi
1.
Lampung Tengah
2.
Lampung Timur
Jumlah
Luas (Ha) 16 11
Varietas padi yang ditangkarkan Inpari 13, Inpari 10, Inpari 9, Inpari 8, Inpari 7, Inpari 6 Inpari 13, Inpari 10, Inpari 1, Inpari 3, Inpari 4, Inpara 1, Inpara 2, Inpara 3, Inpara 4, dan Inpara 5
Keterangan Kelas benih FS, SS dan ES Kelas benih FS, SS dan ES
27
Tabel 38. Pelaksanaan penangkaran benih padi unggul kegiatan UPBS T.A 2012 Lokasi
Luas (ha)
Varietas /Kelas Benih
Pelaksanaan Tgl.Tanam Tgl.Panen
Lampung Tengah: Karang Endah Kotagajah
10 6
Inpari 13 (ES) Inpari 13, Inpari 10, Inpari 9, Inpari 8, Inpari 7, Inpari 6 (FS, SS, dan ES)
27/2 s/d 7/3’12 21/5 s/d 30/5’12
21/8 s/d 30/8’12 28/8 s/d 31/8’12
Lampung Timur: Labuhan Ratu 7
5
24/4 s/d 3/5’12
30/7 s/d 8/8’12
Rejo Agung Bumiharjo
4 2
Inpara 1,2,3,4,5 (SS dan ES) Inpari 13, Inpara 2, Inpara 5 (FS), Inpara 1(ES), Inpari 1, Inpari 3, Inpari 4, Inpari 10 (FS)
7/5 s/d 16/5’12 14/5 s/d 23/5’12
31/7 s/d 8/8’12 3/8 s/d 8/8’12
Dikarena banyaknya kendala antara lain gangguan hama dan penyakit yaitu serangan tikus dan penyakit blas pada varietas Inpari 13, busuk batang pada Inpara 5, juga kebanjiran pada Inpara 4 menyebabkan produksi tidak tercapai seperti yang ditargetkan, kecuali untuk produksi benih kelas FS dapat tercapai bahkan melebihi target (Tabel 39).
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
76
LAPORAN TAHUNAN 2012 Tabel 39. Target dan realisasi produksi benih unggul padi kegiatan UPBS 2012 Kelas benih FS SS ES Jumlah
Target UPBS 2012 6.000 15.000 39.400 60.400
Realisasi produk benih unggul padi (kg) Calon benih Benih berlabel/sertifikat 9.104 6.045 13.980 10.723 21.055 12.212 44.139 28.980
Pelaksanaan distribusi benih produk hasil UPBS dilakukan dengan menitipkan di kios-kios saprodi, juga mendiseminasikan langsung kepada stakeholder/masyarakat pengguna sekaligus menyebarluaskan benih padi Varietas Unggul Baru (VUB) yang masih belum banyak berkembang, salah satunya pada acara pelantikan sebagai pengurus Masyarakat Perbenihan dan Pembibitan Indonesia (MPPI) wilayah Provinsi Lampung pada tanggal 23 Mei 2012 di Balai Keratun - Kantor Gubernur Provinsi Lampung (Gambar 21).
Gambar 21. Kunjungan rombongan bersama Wakil Gubernur Provinsi Lampung ke stand UPBS BPTP Lampung dan menunjukkan produk UPBS
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
77
LAPORAN TAHUNAN 2012 Tabel 40. Distribusi benih unggul padi kegiatan UPBS 2012 Kelas Benih FS SS
ES
Varietas Inpari 10 Inpara 2 Inpari 6 Inpari 8 Inpari 10
Inpari 13 Inpara 3 Inpara 5 Inpari 7 Inpari 9 Inpari 13 Inpari 14 Inpari 15 Inpari 20 Inpara 2 Inpara 1 Inpara 4
Jumlah
Distribusi Benih Unggul Padi (kg)*) Jumlah Penerima Benih 290 BP4K Pringsewu 60 BBI Tulang Bawang 767 Petani Penangkar L.Tengah 767 Petani Penangkar L.Tengah 997 Petani Penangkar L.Tengah 560 Petani Lampung Barat 380 Titip di Kios Saprodi-Natar 220 Petani Pesawaran 1276 Petani Penangkar L.Tengah 856 Petani Penangkar L.Timur 625 Petani Penangkar L.Timur 550 Petani L.Tengah 550 Petani L.Tengah 400 Titip di Kios Pesawaran 300 Petani Pesawaran 1925 Petani L.Tengah 400 Petani Bandar Lampung 465 Petani Tanggamus 245 Petani Pesawaran 190 Petani Pringsewu 210 Petani Lampung Barat 1.092 Petani Lampung Timur 425 Petani Lampung Timur 378 Petani Lampung Timur 13.525
Catatan: *) Data dapat berubah sejalan dengan adanya permintaan petani/masyarakat yang memerlukan benih UPBS BPTP Lampung.
Gambar 22. Pertumbuhan Inpari 13 (ES) pada fase akhir generatif (kiri), dan yang terkena patah leher (kanan)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
78
LAPORAN TAHUNAN 2012
VI.
MONITORING Kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) atau pengendalian merupa-
kan salah satu fungsi manajemen dalam bentuk kontrol yang pada dasarnya dapat dilakukan melalui pendekatan secara langsung dan tidak langsung. Pendekatan secara langsung dilakukan melalui pemeriksaan kegiatan ke lokasi tempat kegiatan dilaksanakan dengan melakukan perbandingan antara rencana yang tertulis dalam dokumen (proposal) dengan realita (seharusnya) berdasarkan norma dan ketentuan yang berlaku. Pendekatan secara tidak langsung dilakukan melalui evaluasi/verifikasi atas laporan yang disampaikan oleh pelaksana baik secara reguler maupun temporer. Dasar hukum pelaksanaan monitoring dan evaluasi BPTP Lampung adalah Peraturan Menteri Pertanian No. 31 Tahun 2010 tentang Pedoman Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pembangunan Pertanian; Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern, Peraturan Menteri Pertanian No. 20/Permentan/TU.200/3/2008 tentang Pedoman Penyusunan dan Evaluasi Proposal Penelitian dan Pengembangan Pertanian, dan Keputusan Kepala BPTP Lampung No.16/Kpts/ OT.160/I.12.9/01/2012 tentang Personalia dan Uraian Tugas Tim Monev BPTP Lampung TA. 2012. Secara garis besar tujuan kegiatan monev adalah untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam rangka meningkatkan kualitas pelaksanaan litkaji dan diseminasi hasil litkaji BPTP Lampung. Dengan demikian, kegiatan evaluasi diperlukan dan dilaksanakan untuk mempertajam dan meningkatkan kinerja BPTP. Hasil monev akan memfasilitasi keterbukaan dan penyediaan informasi penting yang dibutuhkan dalam proses pengambilan keputusan untuk perbaikan program litkaji di BPTP Lampung. Tim pelaksana monev BPTP Lampung tahun anggaran 2012 didasarkan pada Keputusan Kepala BPTP Lampung No.14/Kpts/OT.160/ I.10.9/01/2012 tanggal 6 Januari 2012, tentang Personalia dan Uraian Tugas Tim Monev BPTP Lampung TA. 2012.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
79
LAPORAN TAHUNAN 2012
VII. KENDALA Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian dan diseminasi tahun 2012 mencakup berbagai aspek sebagai berikut: (1) Belum optimalnya fasilitas serta belum memadainya sarana dan prasarana sehingga kualitas hasil beberapa pengkajian dan diseminasi belum sesuai dengan yang diharapkan, (2) Sebagian peneliti dan tenaga pendukung teknis belum memenuhi persyaratan kompetensi. Oleh karenanya diperlukan pelatihan bidang yang spesifik, khususnya bagi tenaga peneliti pemula, (3) Ketersediaan anggaran yang masih terbatas sehingga BPTP Lampung belum mampu menjawab semua permasalahan yang dihadapi stakeholder. (4) Iklim (terutama kekeringan/kemarau) dan serangan hama/penyakit menyebabkan beberapa kegiatan tidak memberikan hasil yang optimal seperti yang diharapkan.
VIII. PENUTUP BPTP Lampung sebagai salah satu melakukan
berbagai
upaya
lembaga
penelitian,
telah
dan kegiatan sebagaimana tugas dan fungsi
yang diemban berdasarkan aturan dan mekanisme kegiatan pada suatu lembaga penelitian lingkup Kementerian Pertanian. Landasan pelaksanaan kegiatan dan manajemen institusi dengan berbasis kinerja, senantiasa menjadi dasar pengambilan keputusan dalam pelaksanaan tupoksi. Dalam rangka meningkatkan kinerja BPTP Lampung, telah dilakukan peningkatan kompetensi pegawai sesuai bidang tugas, penataan kelembagaan internal, serta peningkatan sarana dan prasarana. Kerjasama yang baik dengan berbagai institusi dan lembaga juga telah membuahkan hasil berupa produk-produk nyata kegiatan pengkajian dan diseminasi yang bermanfaat bagi pengguna. Penyelenggaraan program-program pertanian
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
80
LAPORAN TAHUNAN 2012 strategis juga cukup mampu menyentuh aspek pemberdayaan petani dan penumbuhan usaha-usaha produktif yang harapannya dapat meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan petani. Namun demikian, pencapaian keberhasilan di berbagai aspek ke depan akan menghadapi tantangan yang lebih besar. Kondisi ini seharusnya bermanfaat untuk memacu upaya lebih keras ke depannya, dengan memanfaatkan seluruh sumberdaya yang ada. Oleh karenanya pelaksanaan kegiatan di BPTP Lampung di masa mendatang diharapkan dapat lebih kondusif dan memacu peningkatan kinerjanya.
Bandar Lampung, Februari 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
81