I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan kawat ortodonti menjadi sarana yang paling umum digunakan oleh masyarakat untuk mengoreksi kondisi gigi yang tidak teratur dengan cara memberikan perbaikan estetik dan fungsional. Kawat ortodonti adalah salah satu komponen utama dalam perawatan ortodonti cekat (Sumule dkk., 2015). Kawat ortodonti terbagi atas beberapa jenis di pasaran, antara lain copper nickel titanium, kawat nikel titanium, stainless steel, cobalt chromium dan beta titanium (Gurgel and Powers, 2001). Kawat ortodonti stainless steel merupakan kawat yang paling sering digunakan saat ini dalam perawatan ortodonti karena dikenal tahan terhadap korosi (Jura dkk., 2015) Komposisi yang terkandung di dalam kawat ortodonti stainless steel adalah 71% ferrum atau besi (Fe), 18% kromium (Cr), 8% nikel (Ni) dan 0,2% karbon(C) (Bishara, 2001). Penambahan besi atau ferum (Fe) dalam kawat ortodonti stainless steel ini cenderung bukan sebagai alasan untuk ketahanan korosi namun hanya sebagai alasan ekonomis, hal ini karena besi merupakan salah satu unsur yang banyak dijumpai dan ditemukan di dalam kehidupan sehari-hari sehingga banyak digunakan dalam campuran logam (Craig dkk., 2006 ; Shreir dkk., 2000). Unsur kromium (Cr) berguna untuk menambah ketahanan kawat ortodonti stainless steel terhadap korosi. Unsur lainnya seperti nikel (Ni) memberikan sifat baik pada kawat untuk formabilitas, kekerasan, dan tahan terhadap panas (Bardal, 2004), sedangkan adanya karbon (C) pada stainless steel ini berguna untuk ketahanan pada temperatur yang tinggi (Shreir dkk., 2000). Kelemahan dari unsur nikel (Ni) dan kromium (Cr)
1
2
adalah dapat menyebabkan alergi apabila terlepas dalam rongga mulut (Veien dkk., 1994). Korosi adalah hasil dari proses interaksi antara material logam dengan lingkungan di sekitarnya. Salah satu penyebab proses korosi adalah lingkungan dengan pH asam (Ahmad, 2006). PH asam dalam rongga mulut dapat terjadi apabila seseorang mengkonsumsi minuman berkarbonasi (Toms, 1998). Minuman berkarbonasi atau yang biasa disebut soft drink menjadi trend masyarakat modern (Sumule dkk, 2015). Setengah dari penduduk Amerika mengonsumsi minuman berkarbonasi dan hal ini telah lama terjadi dengan rata-rata konsumsi 12 kaleng tiap orang perminggu. Begitupun di Indonesiadimana penduduknya cenderung menganut gaya kebaratbaratan, salah satunya ditandai dengan semakin banyak tempat makan yang menyajikan fast food dimana sebagian besar menggantikan air pendamping makanan dengan minuman berkarbonasi (Sumule dkk., 2015). Banyaknya orang yang minuman berkarbonasi, dicurigai dapat menyebabkan korosi kawat ortodonti stainless steel bagi masyarakat yang melakukan perawatan ortodonti. Korosi diakibatkan oleh karena adanya pelarutan karbondioksida dalam proses pembuatan minuman berkarbonasi yang menghasilkan asam karbonat (H2CO3) yang merupakan asam lemah (Bardal, 2004). Selain itu adanya asam buatan dan perasa dari ekstrak buah dalam minuman berkarbonasi yang juga bersifat asam (Tahmassebi, 2006). Korosi dapat menimbulkan dampak yang merugikan baik bagi kesehatan maupun bagi kawat ortodonti stainless steel itu sendiri (Eliades, 2002). Keberadaan
3
korosi pada logam dapat menyebabkan perubahan warna pada permukaan logam, berkurangnya kekuatan dan dimensi logam yang dapat menyebabkan patahnya logam (Tanzer, 1995). Efek biologi yang mampu menyebabkan gangguan kesehatan salah satunya adalah alergi yang diakibatkan dari ion Ni yang terlepas dari kawat ortodonti stainless steel yang terkorosi (Veien, 1994). Pada percobaan yang telah dilakukan Kristianingsih (2014) menyatakan terdapat reaksi yang terlihat bahwa asam karbonat dapat meningkatkan potensi terjadinya korosi. Hal ini terjadi karena semakin tinggi konsentrasi asam, maka semakin banyak ion H+ dari asam yang ikut bereaksi dan mengalami reduksi, mengakibatkan banyaknya ion logam yang mengalami oksidasi sehingga mempercepat proses korosi (Shreir, 2000). Selama proses korosi kawat ortodonti stainless steel, laju oksidasi sebanding dengan laju reduksi yang ditandai dengan meningkatnya pelepasan ion Ni da Cr dari kawat tersebut (Fontana, 1987). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka dirumuskan suatu permasalahan yaitu: Apakah terdapat pengaruh lama perendaman kawat ortodonti stainless steel dalam minuman berkarbonasi terhadap laju korosi kawat? C. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai perendaman kawat ortodonti stainless steel dalam minuman berkarbonasi sudah pernah diteliti sebelumnya. Kristianingsih dkk (2014) menganalisis pelepasan ion Ni dan Cr kawat ortodonti stainless steel yang di rendam dalam minuman berkarbonasi, menunjukkan adanya peningkatan laju
4
korosi pada kawat ortodonti stainless steel yang direndam dalam minuman berkarbonasi dalam waktu 52 menit. Sumule dkk (2015) juga meneliti tentang pelepasan ion nikel (Ni) dan kromium (Cr) braket stainless steel yang di rendam dalam minuman berkarbonasi dan mendapat hasil bahwa pada kelompok yang direndam dengan minuman berkarbonasi terjadi pelepasan ion Ni dan Cr lebih besar daripada kelompok kontrol. Sepengetahuan penulis penelitian tentang pengaruh lama perendaman kawat ortodonti stainless steel dalam minuman berkarbonasi terhadap laju korosi kawat belum pernah dilakukan sebelumnya. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama perendaman kawat ortodonti stainless steel dalam minuman berkarbonasi terhadap laju korosi kawat. E. Manfaat Penelitian 1.
Memberi sumbangan pada ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Kedokteran Gigi mengenai pengaruh lama perendaman kawat ortodonti stainless steel dalam minuman berkarbonasi terhadap laju korosi kawat.
2.
Memberi manfaat aplikatif terhadap peneliti lain untuk dijadikan sebagai acuan informasi dalam penelitian lebih lanjut.
5