UNIVERSITAS INDONESIA
HUBUNGAN LITERASI INFORMASI DENGAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN PENELITI DI PUSAT PENELITIAN BIOTEKNOLOGI – LIPI
TESIS
LUDYA ARICA BAKTI 1006795472
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DEPOK DESEMBER 2012
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
HUBUNGAN LITERASI INFORMASI DENGAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN PENELITI DI PUSAT PENELITIAN BIOTEKNOLOGI – LIPI
TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Humaniora
LUDYA ARICA BAKTI 1006795472
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DEPOK DESEMBER 2012
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Ludya Arica Bakti NPM : 1006795472 Tanda Tangan :
Tanggal
:
ii
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
Desember 2012
HALAMAN PENGESAHAN Tesis ini diajukan oleh: Nama : Ludya Arica Bakti NPM : 1006795472 Program Studi : Ilmu Perpustakaan Judul Tesis : Hubungan Literasi Informasi dengan Publikasi Hasil Penelitian Peneliti di Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Humaniora pada Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI Ketua/Penguji
: Anon Mirmani, MIM.Arc./Rec
(.................................)
Pembimbing/Penguji : Indira Irawati, M.A.
(.................................)
Pembaca/Penguji
: Siti Sumarningsih, M.Lib.
(.................................)
Panitera
: Ari Nugraha, M.Ti
(.................................)
Ditetapkan di : Depok Tanggal :
2012
Oleh Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
Prof. Dr. Bambang Wibawarta, S.S., M.A. NIP. 196510231990031002
iii
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa tesis ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia. Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia.
Depok,
Desember 2012
Ludya Arica Bakti
iv
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmatNya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Humaniora bidang kajian Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai sekarang, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini. Atas bantuan tersebut saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Indira Irawati selaku pembimbing dalam penyusunan tesis ini. 2. Ibu Laksmi selaku Ketua Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi. 3. Ibu Anon Mirmani dan Ibu Siti Sumarningsih yang berkenan menjadi pembaca
dan
penguji,
sekaligus
memberi
masukan-masukan
guna
kesempurnaan tesis ini. 4. Seluruh pengajar di program Magister Ilmu Perpustakaan Universitas Indonesia. 5. Kedeputian bidang Sumber Daya IPTEK Kementerian Riset & Teknologi yang telah memberikan beasiswa S2 di Universitas Indonesia. 6. Bapak Bambang Prasetya yang berkenan menjadi Co-promotor, sekaligus memberi kesempatan & dukungan. 7. Kedua orang tua, yang tiada henti-henti berdoa untuk kesuksesan penulis. 8. Anakku Kinanti Maharani & Radhitya Wijaya yang menjadi penyemangat dalam penulisan ini. 9. Teman-teman angkatan 2010 di Magister
Ilmu Perpustakaan yang
memberikan semangat serta dukungan moril. 10. Bapak Yopi, rekan-rekan Subbag Kerjasama & Jasa di Pusat Penelitian Bioteknologi - LIPI serta semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu persatu telah membantu baik materil maupun spirituil sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
v
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
Akhir kata saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Depok,
Desember 2012
Penulis,
Ludya Arica Bakti
vi
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai civitas akademik Universitas Indonesia, saya bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ludya Arica Bakti NPM : 1006795472 Program Studi : Ilmu Perpustakaan Departemen : Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas : Ilmu Pengetahuan Budaya Jenis Karya : Tesis Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Hubungan Literasi Informasi dengan Publikasi Hasil Penelitian Peneliti di Pusat Penelitian Bioteknologi - LIPI Dengan Hak Bebas Royalti noneksklusif ini, Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmediakan atau formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database) merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan pencipta dan sebagai pemilik hak cipta. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Depok, Pada tanggal Desember 2012 Yang menyatakan,
Ludya Arica Bakti
vii
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
ABSTRAK
Nama : Ludya Arica Bakti Program Studi : Ilmu Perpustakaan dan Informasi Judul : Hubungan Literasi Informasi dengan Publikasi Hasil Penelitian Peneliti di Pusat Penelitian Bioteknologi – LIPI Tesis ini membahas hubungan literasi informasi dengan publikasi hasil penelitian peneliti di Pusat Penelitian Bioteknologi – LIPI. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menyarankan bahwa peneliti khususnya di lingkungan Pusat Penelitian Bioteknologi – LIPI lebih mengekplorasi dan mengembangkan kemampuan literasi informasi; pengembangan strategi organisasi berupa pembuatan program literasi informasi; perlunya keterlibatan perpustakaan dalam kegiatan literasi informasi. Kata kunci : Informasi, information literacy, information skills, publikasi hasil penelitian
viii
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
ABSTRACT Name Study Program Title
: Ludya Arica Bakti : Library and Information Science : Researchers’ Information Literacy Relations with Publications of Research Results in Research Center of Biotechnology - LIPI
The focus of this study is analyzing the relationship between researchers’ information literacy with publications of research results that existed at the Research Center of Biotechnology - LIPI. The type of this research is a quantitative study with descriptive approach. The results suggest that researchers, especially in the Biotechnology Research Center - LIPI to explore and develop information literacy skills; construct organizational strategies such as information literacy programming; involvement of the library in information literacy activities. Key words : Information, information literacy, information skills, publication of research results
ix
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...........................................................................
1
1.2. Perumusan Masalah ....................................................................
6
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................
6
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................
6
1.5. Kerangka Berpikir .......................................................................
7
BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1. Literasi Informasi .......................................................................
9
2.1.1. Komponen Literasi Informasi ........................................
12
2.1.2. Menilai Literasi Informasi ..............................................
13
2.2. Pengertian Peneliti ......................................................................
16
2.3. Standar Kompetensi Literasi Informasi Untuk Lingkungan Kerja
20
2.4. Literasi Informasi dan Peneliti ...................................................
22
2.5. Publikasi Hasil Penelitian ...........................................................
24
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian ................................................................
27
3.2. Metode Penelitian .......................................................................
27
3.3. Tempat Penelitian .......................................................................
28
3.4. Teknik Pengumpulan Data .........................................................
28
3.5. Analisis Data ..............................................................................
29
3.6. Desain Kuesioner .......................................................................
31
3.7. Hipotesis .....................................................................................
31
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pusat Penelitian Bioteknologi – LIPI ..........................................
34
4.2. Perpustakaan P2 Bioteknologi – LIPI ........................................
35
4.3. Karakteristik Responden ............................................................
38
4.4. Hubungan Literasi Informasi dengan Pendidikan, Lama Kerja Dan Jabatan Peneliti ....................................................................
39
4.5. Publikasi Hasil Penelitian ...........................................................
41
x
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
4.6. Literasi Informasi .......................................................................
45
4.6.1. Kemampuan Menentukan Jenis dan Batas Informasi Yang Diperlukan ...............................................................
45
4.6.2. Mengakses Informasi Yang Dibutuhkan Secara Efektif Dan Efisien ........................................................................
47
4.6.3. Mengevaluasi Informasi dan Sumber-Sumbernya Secara Kritis dan Menggabungkan Informasi Terpilih Ke Dalam Dasar-Dasar Pengetahuan dan Sistem Nilai ......................
50
4.6.4 Secara Individu atau Sebagai Anggota dan Suatu Kelompok Menggunakan Informasi Secara Efektif Untuk Memenuhi Tujuan Tertentu ................................................
54
4.6.5 Memahami Isu-Isu Ekonomi, Hukum dan Aspek Sosial Ekonomi Seputar Penggunaan dan Akses Informasi Secara Etis dan Legal .........................................................
56
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan .................................................................................
61
5.2. Saran-saran .................................................................................
61
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
63
xi
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jabatan Fungsional Peneliti 1983 .................................................
18
Tabel 2.2 Jabatan Fungsional Peneliti 2004 ..................................................
19
Tabel 2.3 Model pendekatan literasi informasi ACRL & kriteria akreditasi jurnal LIPI ...................................................
25
Tabel 3.1 Besaran Sampel ............................................................................
28
Tabel 4.1 SDM Perpustakaan P2 Bioteknologi – LIPI ................................
37
Tabel 4.2 Karakteristik Responden ..............................................................
39
Tabel 4.3 Analisis Korelasi ...........................................................................
39
Tabel 4.4 Publikasi hasil penelitian...............................................................
43
Tabel 4.5 Menentukan sifat dan cakupan informasi yang dibutuhkan ..........
45
Tabel 4.5 Mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif & efisien...
48
Tabel 4.6 Mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya secara kritis .....
51
Tabel 4.7 Menggunakan informasi secara efektif untuk memenuhi tujuan tertentu ................................................................................
55
Tabel 4.8 Memahami isu-isu ekonomi, hukum dan aspek sosial ekonomi seputar penggunaan dan akses informasi secara etis dan legal .....
xii
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
57
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner Hubungan Literasi Informasi Informasi Peneliti dengan Publikasi Hasil Penelitian di Pusat Penelitian Bioteknologi – LIPI. 2. Skor akreditasi jurnal ilmiah LIPI.
xiii
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Menurut penelitian University of California di Berkeley, bahan pustaka cetak, film, magnetik, dan media penyimpanan optik menghasilkan sekitar 5 exabyte informasi baru pada tahun 2002 saja. Penelitian yang sama memperkirakan World Wide Web (WWW) ukurannya telah tumbuh menjadi sekitar 167 tetrabytes; halaman Web tumbuh sekitar 7,3 juta per hari; sekitar 31 milyar surat elektronik dikirim setiap hari; dan pesan instan diperkirakan menghasilkan sekitar 5 miliar pesan per hari (Lyman dan Varian, 2000). Menurut penelitian lain yang dilakukan oleh Accenture (2010) pegawai usia 23-27 menghabiskan rata-rata 6,8 jam seminggu menulis atau menerima surat elektronik yang berhubungan dengan pekerjaan. Dimasa yang akan datang penggunaan internet akan terus meningkat seiring dengan munculnya perangkat mobile yang menembus angka 2 miliar dan akan terus tumbuh menjadi 2,7 miliar di 2015 (Hanchman, 2011). Selain data yang kita peroleh melalui berbagai sumber informasi tercetak dan elektronik, sudah selayaknya kita harus mempelajari keterampilan yang diperlukan untuk mendapat, menyusun, dan mengevaluasi informasi tersebut di dalam setiap aktivitas sehari-hari. Keterampilan yang dimaksud membutuhkan kompetensi yang sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi, termasuk komputer dan perangkat mobile yang membantu dalam kegiatan pengambilan keputusan yang kita lakukan. Literasi informasi menyoroti pentingnya semua orang untuk mahir dalam menelusur dan mengakses informasi secara efektif. Meskipun kita mengetahui bagaimana menemukan informasi yang dibutuhkan, kita juga harus tahu bagaimana mengevaluasi dan menggunakannya secara bijak. Literasi informasi merupakan seperangkat pengetahuan serta keterampilan penting yang harus dimiliki seseorang dalam lingkungan kerja yang setiap harinya selalu bergulat dengan informasi. Pesatnya perkembangan teknologi dan besarnya jumlah informasi yang tersedia menjadikan literasi informasi sebagai suatu
1
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
2
kemampuan yang sangat penting. Beragamnya media yang digunakan untuk memuat informasi menjadi tantangan bagi seseorang dalam mengevaluasi, menyaring, memahami dan menentukan informasi yang dibutuhkan. Literasi informasi harus dianggap sebagai bagian signifikan dari karakter belajar sebuah organisasi serta menjadi karakteristik kunci kinerja bagi karyawan sebuah organisasi (Bruce, 1999). Namun perlu dicermati bahwa menurut Breivik (2005) lulusan perguruan tinggi yang ada sekarang kurang siap untuk menghadapi dunia informasi dibandingkan dengan mahasiswa dari generasi sebelumnya. Kemudahan yang diperoleh melalui penggunaan komputer, internet, dan kemampuan dalam menggunakan sarana pencarian informasi, banyak lulusan perguruan tinggi terlalu cepat merasa puas dengan informasi yang didapat dengan segera, tanpa mempertimbangkan keakuratan, keandalan dan relevansi informasi yang mereka temukan. Demikian pula, Oman (2001) menyatakan bahwa literasi informasi yang diajarkan di lingkungan akademik tidak cukup untuk aplikasi dunia kerja, dan mulai tumbuh kesadaran di antara pimpinan perusahaan akan pentingnya mempekerjakan karyawan yang mampu mengelola informasi secara efektif. Ironisnya, ledakan informasi tidak berbanding lurus dengan pengetahuan literasi informasi dari lulusan yang ada, pada kenyataannya kemudahan informasi yang di dapat berdampak pada model tradisional sikap pencarian informasi yang menekankan pentingnya evaluasi relevansi dari hasil pencarian (Wathen dan Burkell 2002; Rieh 2002). Thompson (2003) menjelaskan bahwa kita menjadi terlalu bergantung pada internet untuk memenuhi kebutuhan informasi, tanpa memperhatikan keakuratan informasi yang didapat. Daya tarik utama bagi seseorang dalam menemukan informasi adalah alat pencari seperti Google yang menghemat waktu. Beberapa menit menelusur di internet maka semua informasi yang dibutuhkan untuk sebuah tugas dapat terpenuhi. Seperti yang Breivik, Oman, dan Thompson sebutkan literasi informasi lebih dikenal secara luas didefinisikan sebagai kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara efektif. Definisi yang populer dari konsep ini berasal dari laporan pada 1989 yang dikeluarkan oleh American Library Association yang menggambarkan bahwa orang yang memiliki literasi
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
3
informasi sebagai ahli dalam "mengetahui ketika mereka memiliki kebutuhan akan informasi, mengidentifikasi informasi yang diperlukan untuk mengatasi masalah tertentu, menemukan informasi yang dibutuhkan, mengevaluasi informasi, mengorganisasi informasi, dan menggunakan informasi secara efektif untuk mengatasi masalah yang dihadapi" (American Library Association Presidential Committee Information Literacy). Konsep ini dikenal luas dalam komunitas perpustakaan sebagai kemampuan yang harus dimiliki saat ini. Program literasi informasi umumnya dikembangkan dan dilaksanakan oleh pustakawan perguruan tinggi khususnya untuk memupuk keterampilan penting ini pada mahasiswa. Inisiatif literasi informasi biasanya masuk dalam program pengajaran dalam kelas, lokakarya perpustakaan, integrasi komponen literasi informasi dalam kurikulum, dan dalam beberapa kasus masuk dalam program kredit kuliah, yang ditujukan untuk mengembangkan literasi informasi dan pembelajaran seumur hidup (Jacobson dan Mark 2000). Ledakan informasi yang dihadapi masyarakat saat ini, memunculkan pertanyaan apakah literasi informasi peneliti sebagai bagian dari masyarakat akademisi sudah sesuai. Jika literasi informasi dapat menjadikan para peneliti memiliki keunggulan kompetitif dalam bidang penelitian, hal ini dapat memacu peneliti untuk sukses di masa mendatang. Literasi informasi akan memudahkan peneliti untuk melakukan kegiatan penelitian ataupun belajar secara mandiri dimana pun ia ada dan tengah berinteraksi dengan berbagai informasi. Kemampuan ini akan berpengaruh terhadap karya tulis ilmiah sebagai bentuk publikasi hasil penelitian karena melalui keterampilan literasi informasi maka seorang peneliti mampu berpikir secara kritis dan logis serta tidak mudah percaya terhadap informasi yang diperoleh sehingga perlu mengevaluasi terlebih dahulu informasi tersebut sebelum menggunakannya. Literasi informasi yang dalam hal ini difokuskan pada peneliti P2 Bioteknologi – LIPI adalah kemampuan untuk bertindak secara efektif sebagai bagian dalam suatu masyarakat informasi. Jika seseorang khususnya peneliti memiliki tingkat literasi informasi yang baik maka ia akan mengetahui lebih dari sekedar bagaimana memperoleh informasi. Peneliti juga dituntut untuk memahami batasan-batasan dan kebutuhan seperti mengetahui bagaimana mereka
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
4
menggunakan informasi, dan memahami bagaimana cara mengatur dan mengkomunikasikan informasi yang dimiliki tersebut. Hal ini melibatkan proses berpikir kritis, kesadaran etika pribadi dan profesional, evaluasi informasi, konsep kebutuhan informasi, mengorganisir informasi, berinteraksi dengan para profesional informasi dan memanfaatkan informasi yang ada secara efektif dalam pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan penelitian. Proses berbasis informasi ini juga penting dalam pembentukan karakter belajar sebuah organisasi yang perlu didukung oleh infrastruktur teknologi informasi. Keberadaan sumber daya manusia di suatu lembaga penelitian khususnya perlu mendapat perhatian secara serius agar terwujud tenaga-tenaga peneliti yang mampu bekerja secara prima dan profesional. Peneliti sebagai ujung tombak Pusat Penelitian Bioteknologi – LIPI (P2 Bioteknologi – LIPI) dituntut untuk dapat terus mengembangkan keahlian dan keterampilan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jabatan peneliti merupakan sebuah jabatan fungsional yang diakui sejak 1983. Dengan meningkatnya tuntutan kebutuhan pemerintah di bidang penelitian yang dinamis dari waktu ke waktu, sistem pembinaan bagi peneliti telah dikembangkan sesuai dengan SK Menpan Nomor: KEP/128/M.PAN/9/2004 tentang jabatan peneliti dan angka kreditnya sebagai sarana penilaian kinerja. Peneliti sebagai sumber daya potensial dituntut untuk dapat terus mengembangkan keahlian dan keterampilan secara dinamis sesuai dengan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bertolak dari hal tersebut maka literasi informasi sangat dibutuhkan agar publikasi hasil penelitian dapat meningkat dan berkualitas seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Kualitas peneliti sebagai bagian dari sumber daya manusia yang potensial ditentukan oleh sejauh mana mereka dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan dalam bentuk kinerja melalui pengalaman, pelatihan dan motivasi dari pimpinan. Penilaian kinerja yang dilaksanakan kepada para peneliti mutlak dilakukan untuk memantau sejauh mana keberhasilan pelatihan dan pemberian motivasi tersebut berjalan. Sistem penilaian kinerja biasanya mengacu pada pengukuran formal dan terstruktur yang digunakan sebagai instrumen untuk
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
5
menilai sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku, tingkat kehadiran, dan hasil kerja. Keberhasilan individu didefinisikan Bandura (1997) sebagai kemampuan orang untuk mengendalikan dan menjalankan program yang dibutuhkan atau tindakan untuk mencapai tujuan. Keterampilan diperlukan secara umum dianggap tidak cukup untuk sukses, namun kepercayaan juga diperlukan untuk menggunakan keterampilan secara efektif. Meskipun keberhasilan individu tidak mencerminkan tingkat keterampilan yang sebenarnya, mereka berpengaruh terhadap proses pelaksanaan tugas (Bandura, 1977). Individu yang sering berhasil lebih mungkin untuk sukses dalam suatu kegiatan sedangkan individu dengan keberhasilan rendah lebih cenderung mudah menyerah dalam kegiatan yang menantang (Kurbanoglu, 2003). Dalam hal ini, memiliki rasa keberhasilan tinggi adalah sama pentingnya dengan memiliki kemampuan literasi informasi (Kurbanoglu, Akkoyunlu, & Umay, 2006). Dengan demikian, faktor-faktor penunjang keberhasilan individu seperti pendidikan, lama kerja dan pangkat juga diperhatikan dalam melihat hubungannya terhadap literasi informasi peneliti serta kemampuan mereka dalam mengidentifikasi kriteria yang disyaratkan jurnal terakreditasi sebagai suatu sarana publikasi hasil penelitian dalam tulisan ini. Data yang dihimpun penulis saat ini menemukan bahwa peneliti memiliki kendala berupa minimnya literatur pendukung kegiatan penelitian, kurangnya akses serta terbatasnya jumlah peneliti yang mempublikasikan hasil penelitian yang telah dilakukannya. Jika literasi informasi dapat menjadikan peneliti memiliki keunggulan dalam bidang penelitian tertentu, hal ini dapat memacu mereka untuk lebih mengembangkan keterampilan ini sepanjang hayat. Hal ini pun diakui oleh para ahli bahwa literasi informasi sangat penting untuk sukses di tempat kerja saat ini (Goad 2002), namun penelitian dalam bidang tersebut masih relatif jarang (Bruce 2000). Tinggi rendahnya literasi informasi berpengaruh pada kinerja peneliti yang akumulasinya akan berdampak pada kemampuan lembaga dalam pemanfaatan hasil penelitian bidang bioteknologi. Kompetensi literasi informasi ini perlu diinternalisasikan kepada seluruh peneliti agar mereka menyadari bahwa peneliti merupakan tenaga-tenaga kerja terampil yang dibutuhkan demi kemajuan lembaga.
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
6
Studi ini dibuat untuk mengeksplorasi hubungan literasi informasi peneliti dengan publikasi hasil penelitian. Penelitian ini akan dilakukan terhadap para peneliti yang telah memiliki jenjang fungsional. Para peneliti di P2 Bioteknologi – LIPI memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi dunia kerja dan melakukan kegiatan belajar untuk kepentingan penelitiannya. Para peneliti yang terlibat menjadi populasi yang tepat untuk mengetahui tingkat literasi informasi yang perlu dimiliki di lingkungan kerja dan apakah kemampuan tersebut memiliki hubungan dengan publikasi penelitian yang dihasilkan.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang ingin diketahui dalam penelitian ini pertama adalah, bagaimanakah literasi informasi yang dimiliki peneliti P2 Bioteknologi – LIPI saat ini? Kedua, bagaimanakah hubungan antara literasi informasi peneliti dengan publikasi hasil penelitian?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
Menganalisis literasi informasi yang dimiliki peneliti.
Menganalisis hubungan literasi informasi peneliti dengan publikasi hasil penelitian.
1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk: a. Bahan rekomendasi bagi peneliti agar dapat menghasilkan publikasi hasil penelitian yang bermutu. b. Bahan masukan bagi Perpustakaan P2 Bioteknologi – LIPI dalam menyelenggarakan program literasi informasi bagi peneliti. c. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan konsep temu kembali informasi bagi peneliti di lingkungan P2 Bioteknologi – LIPI. d. Menambah khasanah keilmuan ilmu perpustakaan dan informasi, yang berkaitan dengan keterampilan literasi informasi dalam meningkatkan publikasi penelitian.
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
7
1.5. Kerangka Berpikir Investasi terpenting yang mungkin dilakukan oleh sebuah institusi atau perusahaan adalah investasi insani (human investment) dengan peningkatan keterampilan dan pengetahuan. Istilah "literasi informasi" pertama kali digunakan dalam konteks lingkungan kerja. Konsep literasi informasi diperkenalkan pertama kali oleh pemimpin American Information Industry Association, Paul G. Zurkowski, pada tahun 1974 yang disampaikan pada The National Commission on Libraries and Information Science (NCLIS) di Amerika Serikat, ia menggunakan istilah tersebut untuk kegiatan layanan sektor swasta yang menekankan kebutuhan terhadap keterampilan dalam menangani kompleksitas dan masalah informasi yang muncul di tempat kerja. Paul Zurkowski menggunakan ungkapan literasi informasi untuk menggambarkan "teknik dan kemampuan" untuk memanfaatkan berbagai alat-alat serta sumber-sumber informasi
primer untuk
memecahkan masalah
mereka (Eisenberg, Lowe,
Spitzer, 2004). Dalam paparannya Zurkowski menyebutkan bahwa: pertama, sumber informasi digunakan di lingkungan kerja; kedua, teknik dan keterampilan dibutuhkan dalam menggunakan alat serta sumber informasi primer; dan ketiga, informasi digunakan untuk memecahkan masalah (Behrens, 1994) Literasi informasi, seperti yang didefinisikan oleh American Library Association (ALA), mengacu pada kemampuan untuk "mengenali kapan informasi yang dibutuhkan dapat ditemukan, dievaluasi, dan digunakannya secara efektif" (American Library Association, 1989). Pada tahun-tahun sejak ALA merumuskan definisi ini, para peneliti menemukan pentingnya keterampilan literasi informasi di berbagai lingkungan, termasuk dalam rumah (Rieh, 2004), perusahaan laboratorium penelitian (Hirsh & Dinkelacker, 2004), dan lembaga pendidikan (Fidel, 1999; Leckie & Fullerton, 1999; Whitmire, 2003). Di satu sisi, dalam konteks pendidikan, literasi informasi dipandang sebagai perolehan dan pengembangan dari satu set keterampilan yang erat berkaitan dengan literasi perpustakaan dan cara belajar dalam konteks formal (Lloyd, 2005). Literasi informasi merupakan suatu kekuatan yang diharapkan dapat memperkaya
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
8
pengetahuan sumber daya manusia agar sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan perkembangan ilmu pengetahuan. Literasi informasi dimaksudkan sebagai sarana meningkatkan kualitas dan jumlah publikasi penelitian, yang berpengaruh pada kemajuan bangsa. Untuk mengetahui hubungan literasi informasi dengan publikasi hasil penelitian maka dibuatlah suatu kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 1. Model Operasional Penelitian untuk Memahami Hubungan Literasi Informasi dengan Publikasi hasil penelitian
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
BAB 2 TINJAUAN LITERATUR
2.1. Literasi Informasi Istilah "literasi informasi" pertama kali digunakan dalam konteks lingkungan kerja. Konsep literasi informasi diperkenalkan pertama kali oleh pemimpin American Information Industry Association, Paul G.Zurkowski, pada tahun 1974 yang disampaikan pada The National Commission on Libraries and Information Science (NCLIS) di Amerika Serikat, ia menggunakan istilah tersebut untuk kegiatan layanan sektor swasta yang menekankan kebutuhan terhadap keterampilan dalam menangani kompleksitas dan masalah informasi yang muncul di tempat kerja. Paul Zurkowski dalam menggunakan ungkapan literasi informasi untuk menggambarkan "teknik dan kemampuan" untuk memanfaatkan berbagai alat-alat serta sumber-sumber informasi primer untuk memecahkan masalah mereka (Eisenberg, Lowe, Spitzer, 2004). Dalam paparannya Zurkowski menyebutkan bahwa: pertama, sumber informasi digunakan di lingkungan kerja; kedua, teknik dan keterampilan dibutuhkan dalam menggunakan alat serta sumber informasi primer; dan ketiga, informasi digunakan untuk memecahkan masalah (Behrens, 1994) Literasi informasi, seperti yang didefinisikan oleh American Library Association (ALA), mengacu pada kemampuan untuk "mengenali kapan informasi yang dibutuhkan dapat ditemukan, dievaluasi, dan digunakannya secara efektif" (American Library Association, 1989). Pada tahun-tahun sejak ALA merumuskan definisi ini, para peneliti menemukan pentingnya keterampilan literasi informasi di berbagai lingkungan, termasuk dalam rumah (Rieh, 2004), perusahaan laboratorium penelitian (Hirsh & Dinkelacker, 2004), dan lembaga pendidikan (Fidel, 1999; Leckie & Fullerton, 1999; Whitmire, 2003). Di satu sisi, dalam konteks pendidikan, literasi informasi dipandang sebagai perolehan dan pengembangan dari satu set keterampilan yang erat berkaitan dengan literasi perpustakaan dan cara belajar dalam konteks formal (Lloyd, 2005). Pesatnya perkembangan teknologi dan besarnya jumlah informasi yang tersedia menjadikan literasi informasi sebagai keterampilan yang sangat penting.
9 Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
10
Beragamnya media yang digunakan untuk memuat informasi menjadi tantangan bagi seseorang dalam mengevaluasi, menyaring, memahami dan menentukan informasi yang dibutuhkan. Beberapa literatur telah membahas standar literasi informasi, diantaranya adalah: Association of College & Research Library (ACRL, 2000) telah mengembangkan standar literasi informasi bagi kalangan perguruan tinggi. Menurut ACRL orang yang memiliki literasi informasi adalah orang yang mampu: 1. Menentukan sifat dan cakupan informasi yang dibutuhkan. 2. Mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien. 3. Mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya secara kritis dan menggabungkan informasi terseleksi sebagai bentuk pengetahuan dan sistem nilainya. 4. Sebagai individu atau anggota dari suatu kelompok mampu menggunakan informasi secara efektif untuk menyelesaikan tujuan tertentu. 5. Memahami masalah ekonomi, hukum, dan sosial seputar penggunaan informasi dan akses informasi secara etis dan legal.
Bruce (1997) mengidentifikasi tujuh cara literasi informasi di tempat kerja yang ia disebut sebagai seven faces of information literacy, yaitu: 1. Penggunaan teknologi informasi 2. Mencari informasi dari sumber yang tepat 3. Proses pelaksanaan 4. Mengontrol informasi 5. Membangun basis pengetahuan baru 6. Bekerja dengan pengetahuan dan perspektif pribadi diadopsi sedemikian rupa sehingga diperoleh wawasan baru 7. Menggunakan informasi dengan bijak untuk kepentingan orang lain. Para ahli menyimpulkan bahwa literasi informasi harus dianggap sebagai bagian signifikan dari karakter belajar sebuah organisasi serta menjadi
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
11
karakteristik kunci bagi karyawan sebuah organisasi (Bruce, 1999). Dalam studi lain, Cheuk (1998) berfokus pada "bagian proses" literasi informasi. Cheuk melakukan wawancara mendalam dengan delapan auditor yang bekerja pada tugas tertentu di sebuah perusahaan Singapura. Studi ini mengidentifikasi literasi informasi sebagai proses mengeksekusi saat mencari informasi dan menggunakan proses tersebut di tempat kerja. Akibatnya, model dinamis disajikan yang terdiri dari tujuh situasi kritis yang berbeda yang merujuk kepada persepsi auditor tentang pengalaman mereka dalam mencari dan menggunakan informasi. Lloyd (2007) mempelajari pengalaman literasi informasi dari petugas pemadam kebakaran dan petugas ambulans dalam dua studi terpisah. Kirk (2004) mempelajari penggunaan informasi oleh manajer senior di tempat kerja. Ia mengeksplorasi elemen informasi, organisasi dan pribadi yang membentuk penggunaan
literasi
informasi.
Pengalaman
penggunaan
informasi
mengungkapkan lima cara kualitatif berbeda dari fenomena: (a) kemasan informasi, (b) aliran informasi, (c) pengembangan pengetahuan dan wawasan baru, (d) pembentukan penilaian dan keputusan, dan (e) pengaruh orang lain (Kirk, 2004). Hobbs (2001) dalam artikelnya Expanding the concept of literacy menyatakan bahwa kemampuan mengkomunikasikan informasi merupakan inti dari makna literasi, baik dalam bentuk mengirim maupun menerima pesan pada guru-guru sekolah. Seseorang yang memiliki literasi informasi akan mampu mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan mengkomunikasikan hasil kerjanya kepada orang lain dengan efektif. Hal tersebut dapat terlihat melalui pemilihan media dan format sarana komunikasi yang mendukung pencapaian tujuan yang diinginkan. Boon, Johnston, dan Webber (2007) meneliti pemahaman konseptual dan variasi pengalaman literasi informasi di kalangan akademisi. Studi ini menunjukkan empat konsep utama literasi informasi: 1. Mengakses dan mengambil informasi tekstual 2. Menggunakan IT untuk mengakses dan mengambil informasi
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
12
3. Mengolah
keterampilan
penelitian
dasar
dan
mengetahui
bagaimana dan kapan menggunakannya 4. Menjadi peserta didik otonom percaya diri dan pemikir kritis (Boon et al. 2007)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat dikatakan memiliki literasi informasi apabila ia dapat mencari, menemukan informasi yang dibutuhkan dari berbagai sumber dan menggunakannya secara efektif dan efisien; mengevaluasi dan menganalisis informasi yang ditemukan secara kritis sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, serta dapat mengolahnya menjadi informasi baru. Jadi orang yang memiliki literasi informasi adalah orang yang berpikir secara kritis dan bertindak secara etis (Sudarsono, 2007).
2.1.1. Komponen Literasi Informasi Sebagaimana dicatat oleh Behrens (1994) dalam tinjauan historisnya mengenai literasi informasi, banyak definisi sebelumnya difokuskan pada kebutuhan literasi informasi, tapi tidak berusaha untuk mengidentifikasi keterampilan yang tepat dan pengetahuan yang terlibat dengan konsep tersebut. The Association of College and Research Library (ACRL) membuat aturan dasar untuk literasi informasi yang disebut Information Literacy Standards for Higher Education yang isinya menetapkan keterampilan dasar yang dibutuhkan. Dalam laporan ini, orang yang melek informasi digambarkan sebagai seseorang yang mampu untuk: 1. Menentukan sejauh mana informasi yang dibutuhkan 2. Mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien 3. Mengevaluasi informasi dan sumbernya dengan kritis 4. Memasukkan informasi terpilih ke dalam pengetahuan dasar seseorang
Melengkapi definisi yang diajukan oleh American Library Association (ALA), laporan ACRL menjelaskan kompetensi terkait dengan konsep literasi Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
13
informasi. Laporan ini juga memberikan perbedaan antara literasi informasi dengan teknologi informasi atau keterampilan komputer: "literasi informasi, walau memiliki keterkaitan dengan keterampilan teknologi informasi, merupakan kompetensi yang lebih luas ... keterampilan teknologi informasi saling terjalin, terikat dan mendukung literasi informasi" (2000). Sebuah kontribusi terakhir dalam upaya untuk mendefinisikan keterampilan literasi informasi khususnya di lingkungan tempat kerja berasal dari Goad dalam bukunya Information Literacy and Workplace Performance (2002). Goad menawarkan enam belas langkah untuk melaksanakan proses literasi informasi. Modelnya mencoba untuk menggambarkan kompleksitas dari literasi informasi di tempat kerja dan menyajikan langkah-langkah rinci yang diperlukan dalam menjalankan proses. Modelnya meliputi langkah-langkah seperti membangun kebutuhan, memilih strategi, otentikasi informasi, memilih konteks informasi, dan mengevaluasi tindakan yang dilakukan. Menurut Goad literasi informasi adalah suatu keterampilan yang berkaitan dengan sistem yang harus dikuasai untuk sukses di tempat kerja masa depan. Kulthau (1993) dan Bruce (1997) menyimpulkan bahwa literasi informasi bukan merupakan suatu set keterampilan, melainkan cara belajar, berpikir, dan penalaran.
2.1.2. Menilai literasi informasi Sejak publikasi Information Literacy Standards for Higher Education yang dibuat ACRL pada tahun 2000, sejumlah perguruan tinggi dan perpustakaan universitas telah melakukan penelitian untuk mengukur keterampilan literasi informasi pada siswa mereka dengan menggunakan lima standar dan dua puluh dua indikator kinerja yang digariskan dalam dokumen. Standar menyediakan kerangka kerja rinci untuk menilai keterampilan literasi individu. Standar tersebut dengan jelas mendefinisikan kompetensi yang disarankan, mereka juga memberikan dorongan untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program pengajaran. Dampak dari penerapan standar ini menjadi inisiatif penelitian yang dilakukan saat ini, untuk tujuan tersebut maka fokus studi ini akan menggunakan standar yang dibuat oleh ACRL.
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
14
Standar penilaian ACRL akan diaplikasikan dalam literasi informasi di lingkungan kerja, pemeriksaan teknik penilaian dapat memberikan kerangka kerja untuk mengembangkan alat ukur yang diterapkan dalam lingkungan penelitian. Standar ACRL dengan hati-hati membedakan antara keterampilan "lebih rendah" dan "lebih tinggi" yang harus dipertimbangkan dalam setiap penilaian kegiatan literasi informasi (2000). Keterampilan yang lebih rendah termasuk, misalnya, kemampuan untuk merumuskan pencarian kata kunci dan membedakan antara sumber primer dan sekunder (Maughan 2001). Dalam artikelnya, "Assesing Information Literacy Among Undergraduates: A Disscussion of the Literature and the University of California-Berkeley Assessment Experience" Maughan menggambarkan upaya perpustakaan untuk mengevaluasi keterampilan yang lebih rendah dari lulusan senior di beberapa departemen. Penelitian ini menyimpulkan bahwa mahasiswa umumnya cenderung melebih-lebihkan keterampilan literasi informasi ―lebih rendah‖ (Maughan 2001). Temuan ini bisa sangat relevan bagi para pengusaha maupun pimpinan jika lulusan yang melamar cenderung melaporkan kompetensi yang lebih tinggi daripada yang mereka mampu tunjukkan dalam pekerjaan. Keterampilan
yang
―lebih
tinggi‖,
jika
dibandingkan,
termasuk
kemampuan untuk mengevaluasi secara kritis sumber informasi dan mensintesis informasi (Maughan 2001). Beberapa proyek terbaru bertujuan untuk menilai kemampuan pada kedua tingkat. Dalam sebuah artikel pada Project for the Standardized Assessment of Information Literacy Skills (SAILS), penelitian O'Connor, Radcliff dan Gedeon berupaya untuk merancang sebuah "alat untuk menilai tingkat keterampilan literasi informasi" (2002). Proyek ini, disponsori oleh Kent State University dan Association of Research Library, membuat desain sistem dan teori respon untuk mengembangkan alat penilaian berdasarkan standar yang dibuat ACRL (O'Connor et al, 2002) . Pada akhirnya, proyek ini bertujuan untuk mengukur keterampilan literasi informasi siswa melalui serangkaian tes pra dan pasca. Instrumen ini dimaksudkan agar dapat diterapkan pada setiap institusi atau perpustakaan, dapat diberikan secara online, dan langkah-langkah keterampilan literasi informasi di tingkat kelompok dengan keahlian, jurusan, dan kelas. Pentingnya dukungan untuk pendidikan literasi informasi telah muncul dari
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
15
berbagai pemangku kepentingan luar, termasuk komunitas bisnis (Rockman 2002), penekanan ini mungkin merupakan arah baru untuk tujuan penilaian dan strategi literasi informasi. Dalam artikel Information Literacy in the Workplace Oman (2001) mencatat bahwa ada pengakuan yang berkembang di kalangan manajemen akan pentingnya mempekerjakan staf yang tahu bagaimana menangani informasi. Oman mengidentifikasi kesenjangan penelitian terhadap literasi informasi antara sektor pendidikan dan bisnis. Oman menekankan pentingnya literasi informasi, ia menjelaskan bahwa keterampilan yang diajarkan di lingkungan akademik tidak (dan tidak pernah mungkin) cukup untuk lingkungan kerja. Oman menyatakan: "keahlian yang diajarkan di kelas saat ini belum tentu sesuai dengan kondisi di tempat kerja". Dia menegaskan bahwa masyarakat dan individu tidak dapat hanya mengandalkan akademisi dalam mengajarkan mahasiswa keterampilan yang diperlukan di lingkungan kerja, maka dunia bisnis perlu mengambil inisiatif dalam mengembangkan keterampilan ini terhadap karyawan mereka. Bruce (1999) mengambil pendekatan yang berbeda terhadap literasi informasi di dunia usaha dalam artikelnya Workplace Experiences of Information Literacy. Ia tidak melihat pentingnya definisi literasi informasi di tempat kerja atau keterampilan yang menyertainya, Bruce menyelidiki bagaimana pengalaman (experience) orang terhadapnya. Hasilnya adalah proposal ―seven faces of information literacy‖. Melalui penelitiannya tentang cara-cara orang menangani informasi, Bruce menawarkan saran baik untuk manajer dan pendidik untuk mendukung proses information-based. Artikel ini berguna tidak hanya karena pendekatan literasi informasi yang unik, tetapi juga pendekatan metodologi yang digunakan untuk mendapatkan hasil. Bruce mengambil pendekatan kualitatif untuk penelitiannya, bukan survei kuantitatif. Sementara pendekatan kualitatif Bruce menghasilkan luaran yang sulit untuk ditafsirkan, metode penelitiannya menggali secara dalam informasi dan pembelajaran melalui pengalaman psikologis. Meskipun penerapan ―seven faces of information literacy‖ tidak segera tampak, menarik untuk dicatat bahwa kesimpulan yang diambil Bruce mirip dengan penelitian sebelumnya. Kemampuan untuk berpikir kritis, beradaptasi dengan situasi baru, mengatur serta mengevaluasi informasi adalah keterampilan
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
16
yang sangat penting bagi orang yang sadar literasi informasi. Sebuah kesimpulan umum yang dapat ditarik dari penelitiannya adalah bahwa pengalaman informasi orang memiliki cara yang berbeda-beda dan ada lebih dari satu definisi untuk orang yang paham literasi informasi. Buku Goad, Information Literacy and Workplace Performance (2002) mencoba untuk mengatasi kurangnya hubungan literasi informasi antara perspektif akademis dan bisnis. Ini merupakan karya komprehensif yang menggali penerapan konsep literasi informasi di tempat kerja. Goad menegaskan bahwa, bila sebelumnya keterampilan literasi informasi penting di lingkungan akademis, sekarang penting bagi siapa saja yang bekerja dalam lingkungan berbasis pengetahuan. Temuan Goad menggemakan banyak kesimpulan yang ditarik oleh Oman dan Bruce, dan bukunya lebih lanjut menunjukkan semakin pentingnya keterampilan literasi informasi di lingkungan kerja.
2.2. Pengertian Peneliti Ada berbagai definisi "peneliti" yang diperoleh dari berbagai sumber dan waktu. Seorang peneliti dalam arti luas adalah seseorang yang melakukan aktivitas sistematis untuk memperoleh pengetahuan. Dalam pengertian yang lebih sempit, seorang peneliti adalah orang yang menggunakan metode ilmiah (Newton dalam Cohen & Whitman’s, 1999). Seorang peneliti mungkin memiliki keahlian dalam satu bidang ilmu atau lebih. Dalam penelitian terbaru Comission of the European Communities mendefinisikan peneliti sebagai semua orang profesional yang terlibat dalam karir penelitian, di semua tahapan baik dalam penelitian dasar, riset strategis, penelitian terapan, pengembangan eksperimental maupun transfer pengetahuan termasuk inovasi dan konsultasi, supervisi dan kapasitas mengajar, pengelolaan hak kekayaan intelektual dan pengetahuan, eksploitasi hasil penelitian maupun jurnalisme ilmiah. Menurut keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara tahun 2004, peneliti adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan penelitian dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada satuan organisasi
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
17
penelitian dan pengembangan instansi pemerintah. Kegiatan penelitian dapat dilakukan di tempat yang berbeda-beda, diataranya: a) Universitas, yang umumnya lebih berorientasi pada proyek penelitian dasar dan strategis jangka panjang, biasanya diakui penting sebagai penggerak ekonomi berbasis pengetahuan. b) Institusi penelitian publik atau swasta atau akademi ilmu pengetahuan, yang berbeda untuk masing-masing negara dan dari jenis kegiatan penelitian yang dilakukan dengan kombinasi penelitian strategis dan terapan (berorientasi pasar). c) Pengusaha industri skala besar tertentu yang biasanya lebih fokus pada penelitian strategis dan sebagian besar pelaku industri terlibat dalam penelitian yang berorientasi pasar dan transfer teknologi (Comission of the European Communities, 2003).
Persyaratan untuk menjadi peneliti antara lain mencakup jenjang pendidikan, keahlian, kecerdasan, dan sikap terhadap pekerjaan penelitian. Profesionalisme merupakan sikap seseorang dalam bekerja, yang dilandasi keahlian dan moral untuk memperoleh kinerja yang optimal (Tilaar, 2006). Dengan demikian, profesionalisme merupakan pengamalan ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang untuk mencapai kemaslahatan kehidupan manusia. Secara umum, persyaratan untuk menjadi peneliti yang profesional adalah: 1. Mampu berpikir cerdas, rasional, analitis, dan sistematis terhadap permasalahan dan objek penelitian. 2. Memiliki rasa ingin mengetahui (sense of curiousity) permasalahan dalam penelitiannya, sehingga mendorong untuk berpikir kreatif dan ingin maju, namun tetap realistis dan pragmatis. 3. Memiliki keterkaitan hati (commitment) dan dedikasi yang tinggi terhadap kegiatan penelitian. 4. Mengembangkan sikap teliti, cermat, tekun, jujur, kritis dan terbuka. 5. Mampu berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tulisan, pandai mendengar, berkepribadian menarik, tidak sombong dan dapat dipercaya (Departemen Pertanian, 2008).
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
18
Ukuran dan kriteria untuk menilai kelima persyaratan tersebut sulit dinyatakan secara kuantitatif, tetapi dapat dilihat dari kinerja peneliti berdasarkan kematangan daya pikir dan jenjang karier. Penelitian didasari oleh olah pikir secara induktif maupun deduktif, sehingga peneliti dituntut mampu berpikir mandiri dan kreatif sesuai kaidah-kaidah ilmiah. Sifat pekerjaan yang demikian menuntut peneliti dapat berpikir dan bertindak secara dewasa, bertanggung jawab serta bersikap proaktif, kreatif dan inisiatif. Peneliti perlu menyadari bahwa keberhasilan dan mutu hasil penelitian ditentukan oleh kualitas kerja peneliti sendiri dan tim. Keberhasilan penelitian ditentukan oleh prakarsa (self-initiating) dan dorongan motivasi (self-motivating). Namun hal ini tidak berarti mengecilkan arti perlunya penentuan prioritas dan arahan dari pimpinan, kerja sama, serta keterbukaan terhadap saran, koreksi dan masukan yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Setelah melalui proses penyempurnaan dan konsultasi yang cukup lama, akhirnya ditetapkan satu Surat Keputusan Menteri Negara Penertiban Aparatur Negara No. 01/MENPAN/1983 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Peneliti. Untuk pelaksanaannya diterbitkan Surat Edaran Bersama Kepala BAKN (No.02/SE/1983) dan Ketua LIPI (No. 75/Kep/J.10/1983) tentang Angka Kredit bagi Jabatan Peneliti, sebagai pedoman cara-cara penilaian, penetapan angka kredit, pengangkatan, kenaikan pangkat, dan pembebasan sementara pejabat fungsional peneliti. Pada tabel berikut dapat dibaca perbedaan jabatan peneliti 1983 & 2004 yang terendah sampai yang tertinggi, pedoman kepangkatan dan pendidikan.
Tabel 2.1 Jabatan Fungsional Peneliti Tahun 1983
Tingkat
Padanan Kepangkatan
Pendidikan
Asisten Peneliti Muda
Penata Muda – III/a
Diploma (D3)
Asisten Peneliti Madya
Penata Muda Tk.I – III/b
Sarjana (S1)/Diploma IV
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
19
Ajun Peneliti Muda
Penata – III/c
Pascasarjana/S2
Ajun Peneliti Madya
Penata Tk.I – III/d
Doktor (S3)
Peneliti Muda
Pembina – IV/a
Peneliti Madya
Pembina Tk.I – IV/b
Ahli Peneliti Muda
Pembina Utama Muda – IV/c
Ahli Peneliti Madya
Pembina Utama Madya – IV/d
Ahli Peneliti Utama
Pembina Utama – IV/e
Tabel 2.2 Jabatan Fungsional Peneliti 2004
Tingkat
Padanan Kepangkatan
Pendidikan
Penata Muda – III/a
Sarjana (S1)/Diploma IV
Penata Muda Tk.I – III/b
Pascasarjana/S2
Penata – III/c
Doktor (S3)
Peneliti Pertama
Peneliti Muda Penata Tk.I – III/d Pembina – IV/a Pembina Tk.I – IV/b Peneliti Madya Pembina Utama Muda – IV/c Pembina Utama Madya – Ahli Peneliti Utama
IV/d Pembina Utama – IV/e
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
20
Unsur-unsur yang dinilai untuk mendapatkan angka kredit terdiri dari: Unsur-unsur Utama & Unsur-unsur Penunjang • Pendidikan; • Karya tulis ilmiah; • Pemacuan teknologi. • Pemasyarakatan ilmu dan teknologi; • Keikutsertaan dalam kegiatan ilmiah; • Pembinaan kader ilmiah; • Penghargaan ilmiah.
Adanya jalur jabatan fungsional tersebut diharapkan para peneliti memanfaatkan
kesempatan
yang disediakan.
Oleh
karena
itu,
peneliti
dimungkinkan untuk berpacu guna menghasilkan karya tulis ilmiah yang diterbitkan pada jurnal ilmiah, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Karya ilmiah yang diterbitkan akan mendapat angka kredit 25, sehingga pada gilirannya akan dapat mempercepat kenaikan pangkatnya. Apabila pada proses yang normal seorang pegawai baru dapat naik pangkat dalam kurun waktu 4 (empat) tahun, pada jalur jabatan fungsional peneliti dapat ditempuh dalam 1—2 tahun saja, apabila yang bersangkutan mampu menghimpun angka kredit dari berbagai karya ilmiahnya dengan cepat. Hal ini dapat dinilai sebagai sesuatu yang positif, karena memacu karier peneliti.
2.3. Standar kompetensi Literasi Informasi untuk lingkungan kerja Information Literacy Standards for Higher Education yang dipublikasikan ACRL pada tahun 2000 menyediakan kerangka kerja yang lengkap dalam mengidentifikasi literasi informasi yang dimiliki oleh individu. Terdapat lima standar dan dua puluh indikator kinerja yang dipakai untuk menilai perkembangan keterampilan informasi seseorang. Menurut ACRL seseorang disebut information literate jika mampu: 1. Menentukan sifat dan cakupan informasi yang dibutuhkan, yaitu: a. Mendefinisikan kebutuhan informasi.
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
21
b. Mengidentifikasi beragam jenis, format dan sumber-sumber informasi yang potensial. c. Mempertimbangkan biaya dan manfaat dari pencarian informasi yang dibutuhkan. d. Mengevaluasi kembali sifat dan cakupan informasi yang dibutuhkan. 2. Mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien yang berarti bahwa: a. Menyeleksi metode pencarian atau sistem temu kembali informasi yang paling tepat untuk mencari informasi yang dibutuhkan. b. Membangun dan menerapkan strategi penelusuran yang efektif. c. Menemukan kembali innformasi secara on-line atau secara pribadi. d. Mengubah strategi penelusuran jika perlu. e. Mengutip, mencatat dan mengolah informasi dan sumber-sumbernya. 3. Mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya secara kritis dan menggabungkan informasi terpilih ke dalam dasar-dasar pengetahuan dan sistem nilainya, yaitu: a. Meringkas ide utama yang dapat dikutip dan informasi yang terkumpul. b. Mengeluarkan dan menggunakan kriteria awal untuk mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya. c. Mengumpulkan ide-ide utama untuk membangun konsep baru. d. Membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan terdahulu untuk menentukan nilai tambahnya, kontradiksi atau karakteristik unik lain dari informasi. e. Menentukan apakah pengetahuan baru memiliki dampak terhadap sistem nilai seseorang dan menentukan cara untuk menyatukan perbedaan-perbedaan. f. Membuktikan kebenaran dan pemahaman serta interpretasi informasi melalui diskusi dengan individu lain, para ahli atau praktisi. g. Menentukan apakah pertanyaan (query) awal perlu direvisi. 4. Secara individu atau sebagai anggota dan suatu kelompok menggunakan informasi secara efektif untuk memenuhi tujuan tertentu sehingga dapat:
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
22
a. Menggunakan informasi baru dan yang terdahulu untuk perencanaan dan penciptaan hasil yang istimewa atau kinerja yang lebih baik. b. Merevisi proses pengembangan untuk hasil atau kinerja. c. Mengkomunikasikan hasil atau kinerja secara efektif kepada orang lain. 5. Memahami isu-isu ekonomi, hukum dan aspek sosial ekonomi seputar penggunaan dan akses informasi secara etis dan legal, yaitu: a. Memahami isu-isu ekonomi, hukum dan aspek sosial ekonomi seputar informasi dan teknologi informasi. b. Mengikuti peraturan/hukum serta kebijakan institusi dan etika yang berhubungan dengan akses dan penggunaan sumber-sumber informasi. c. Menghargai
pengunaan
sumber-sumber
informasi
dalam
mengkomunikasikan produk atau performa.
2.4. Literasi Informasi dan Peneliti Literasi informasi merupakan keterampilan penting yang harus dimiliki peneliti dalam lingkungan pekerjaan. Jika seorang peneliti memiliki tingkat literasi informasi yang baik maka ia akan mengetahui lebih dari sekedar bagaimana memperoleh informasi. Mereka juga memahami batasan-batasan dan kebutuhan untuk mengetahui bagaimana mereka menggunakan informasi, dan mereka memahami bagaimana caranya mengatur dan mengkomunikasikan informasi. Literasi informasi adalah suatu keterampilan yang sangat penting bagi setiap orang yang setiap harinya selalu bergulat dengan informasi. Jika literasi informasi dapat menjadikan para peneliti memiliki keunggulan kompetitif dalam bidang penelitian, hal ini dapat memacu peneliti untuk sukses di tempat kerja saat ini, namun penelitian dalam bidang yang dimaksud masih relatif terbatas. Literasi informasi akan memudahkan peneliti untuk melakukan kegiatan penelitian ataupun belajar secara mandiri dimana pun ia ada dan tengah berinteraksi dengan berbagai informasi. Keterampilan ini akan berpengaruh terhadap kinerja karena melalui keterampilan literasi informasi maka peneliti mampu berpikir secara kritis dan logis serta tidak mudah percaya terhadap
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
23
informasi yang diperoleh sehingga perlu mengevaluasi terlebih dahulu informasi yang diperoleh sebelum menggunakannya. Riset yang dilakukan oleh Milliman dkk tahun 2002 menyebutkan bahwa tujuan penilaian kinerja berbeda antarnegara, dan hal terkait dengan kultur yang ada di negara tersebut. Dari hasil riset itu terungkap bahwa penilaian kinerja memiliki lima tujuan utama sebagai berikut: 1. Dokumentasi Guna menghindari tuntutan hukum yang mungkin muncul apabila suatu ketika terjadi perselisihan ketenagakerjaan, maka hasil penilaian kinerja harus didokumentasikan dengan baik. 2. Pengembangan Hasil penilaian kinerja merupakan dasar untuk melakukan pengembangan SDM, seperti pelatihan, kursus dan penugasan. 3. Remunerasi Persentase kenaikan gaji diberikan berbeda pada tiap individu, tergantung dari prestasi kerja yang tercermin dari hasil penilaian kinerja. 4. Promosi Individu yang menunjukkan prestasi kerja memuaskan selama beberapa periode penilaian kinerja dan memiliki keterampilan (atau kompetensi) di atas rata-rata merupakan kandidat utama untuk mengisi posisi yang lebih tinggi.
Apabila dilaksanakan dengan baik, penilaian kinerja akan memberikan manfaat yang sangat berati bagi lembaga atau peneliti, yang antara lain berupa: a. Tercapainya tujuan lembaga yang dari waktu ke waktu semakin meluas sebagai akibat berkembang dan meningkatnya kualitas tujuan individu. b. Tersedianya informasi sebagai dasar pengambilan keputusan yang menyangkut pegawai, seperti promosi dan kenaikan gaji. c. Makin meningkatnya kualitas SDM, karena melalui penilaian kinerja kelebihan dan kekurangan tiap karyawan dapat diidentifikasikan secara obyektif dan jelas.
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
24
2.5. Publikasi Hasil Penelitian Salah satu aspek yang dievaluasi dalam jabatan fungsional peneliti adalah publikasi hasil penelitian, pengembangan dan pemikiran berupa tulisan ilmiah. Bagi peneliti setiap publikasi yang dihasilkan dari kegiatan penelitian memiliki nilai tertentu yang dapat dicapai untuk digunakan sebagai salah satu syarat promosi dan kenaikan pangkat/jabatan. Publikasi ini merupakan sarana penyampaian hasil penelitian di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang biasanya diterbitkan dalam suatu jurnal guna dimanfaatkan oleh masyarakat. Publikasi hasil penelitian diselenggarakan sebagai upaya untuk meningkatkan manfaat hasil penelitian sehingga berdampak pada perbaikan dan kemaslahatan kehidupan masyarakat. Publikasi tersebut biasanya dilakukan dalam bentuk seminar, tulisan ilmiah dalam jurnal, dan jenis lain yang memungkinkan hasilhasil penelitian itu dapat disosialisasikan dan didesiminasikan secara terbuka kepada publik. Selain itu hasil penelitian yang dipublikasikan akan mengurangi kemungkinan terjadinya plagiasi seperti terjadi pada tahun 90-an, saat Ismet Fanany menuduh desertasi hasil karya Dr. Yahya Muhaimin dalam judul ―Bisnis Dan Politik Di Indonesia‖ sebagai duplikasi dari tulisan Dr. Richard Robinson, ―Capitalism and The Bureaucratic State in Indonesia” Seorang peneliti dikatakan memiliki produktivitas tinggi bila banyak menghasilkan karya ilmiah dan karya ilmiah tersebut diterbitkan pada suatu jurnal. Semakin banyak karya yang di terbitkan dalam jurnal maka banyak orang yang akan membaca hasil karyanya dan akan dimanfaatkan oleh orang lain sebagai referensi penelitian yang baru (Setyaningsih, 2004). Hal yang hampir senada dengan pendapat diatas dinyatakan oleh Mustangimah yang dikutip oleh Sembiring (2006), bahwa produktivitas adalah ―banyaknya karya tulis yang dihasilkan oleh seseorang secara individual dalam subjek tertentu dan diterbitkan pada jurnal-jurnal ilmiah dalam subjek yang bersangkutan dalam kurun waktu tertentu‖. Kesimpulan dari kedua pengertian diatas bahwa produktivitas peneliti tampak dari banyaknya karya yang dihasilkan oleh seorang peneliti dalam subjek bidang ilmu tertentu, baik dalam bentuk tercetak maupun elektronik yang diterbitkan pada jurnal ilmiah. Sikap yang produktif merupakan suatu bentuk
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
25
komitmen untuk maju dan menjadi lebih baik. Dengan demikian seseorang selalu melakukan perbaikan dan peningkatan dalam bidang apapun. Di sisi lain, baik atau tidaknya sebuah jurnal ilmiah dapat terlihat dari akreditasi yang diterima, sebagai upaya dalam memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa jurnal tersebut memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan. Indonesia saat ini memiliki dua ukuran standar dalam menilai mutu suatu jurnal yaitu akreditasi berkala ilmiah yang dikeluarkan oleh DIKTI dan LIPI. Studi ini akan menggunakan standar akreditasi berkala ilmiah LIPI dan berusaha mengidentifikasi perbandingan jumlah karya ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal terakreditasi dengan
yang tidak, untuk melihat besaran
persentasenya. LIPI memiliki pedoman dalam menentukan peringkat dan status akreditasi suatu jurnal. Berbagai kriteria yang dibuat tidak memiliki nilai yang sama dalam kegiatan pengevaluasian, peringkat bobot yang diberikan kepada setiap kriteria berbeda sebagai instrumen evaluasi ditampilkan dalam tabel (lampiran). Pada bagian gaya penulisan dan substansi pedoman akreditasi LIPI menyebutkan perlunya abstrak yang menggambarkan esensi isi secara utuh; kata kunci yang membantu meningkatkan keteraksesan artikel bersangkutan; pencantuman kutipan; dan penyusunan daftar pustaka yang tidak lepas kaitannya dengan literasi informasi yang seharusnya dimiliki oleh peneliti sebagai penulis artikel di sebuah jurnal terakreditasi. Tampak beberapa keterkaitan antara literasi informasi dengan kriteria jurnal terakreditasi sebagai pemecahan masalah yang berkaitan dengan akuisisi, organisasi, dan penggunaan informasi. Model pendekatan literasi informasi yang dikembangkan oleh ACRL terdiri lima tahap turut tersirat dalam kriteria akreditasi jurnal sebagai syarat publikasi hasil penelitian dapat dilihat sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
26
Tabel 2.3 Model pendekatan literasi informasi ACRL & kriteria akreditasi jurnal LIPI
ACRL
Kriteria Akreditasi Jurnal LIPI
Kemampuan menentukan jenis dan
Kesesuaian nama dengan spesialisasi
batas informasi yang diperlukan
bidang ilmu
Kemampuan mengakses informasi yang Sistematika dan konsistensi penulisan diperlukan dengan efektif dan efisien Kemampuan mengevaluasi informasi
Pelibatan mitra bestari sebagai penelaah
dan sumbernya secara kritis Kemampuan menggunakan dan
Publikasi ditujukan kepada masyarakat
mengkomunikasikan informasi dengan
ilmiah
efektif untuk mencapai tujuan tertentu Kemampuan memahami isu ekonomi
Keorisinilan pada kemajuan ilmu dan
hukum dan sosial seputar penggunaan
teknologi
akses informasi secara etis dan legal Lowe dan Eisenberg (2005) menyatakan meski literasi informasi dikembangkan dalam bidang perpustakaan dan ilmu informasi, prosesnya dapat digunakan dalam situasi pekerjaan yang membutuhkan dan menggunakan informasi sebagai pemecahan masalah. Proses di atas digunakan sebagai kerangka kerja untuk melihat hubungan literasi informasi informasi dengan publikasi hasil penelitian. Kompleksitas literasi informasi telah telah menjadi bahan studi dan menjadi topik tulisan di bidang ilmu perpustakaan dan informasi selama bertahuntahun. Banyak penelitian telah dilakukan untuk mengeksplorasi literasi informasi yang dimiliki seseorang, untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari konsep tersebut maka literasi informasi dalam penelitian ini akan dihubungkan dengan publikasi hasil penelitian yang terbit dalam jurnal ilmiah terakreditasi.
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
BAB 3 METODE PENELITIAN Penelitian ini memilih lokasi di P2 Bioteknologi – LIPI sebagai salah satu pusat penelitian di bawah Kedeputian Ilmu Pengetahuan Hayati. Metode kuantitatif dipilih untuk mengumpulkan informasi dalam penelitian dengan menyebarkan kuesioner kepada para peneliti yang memiliki jabatan fungsional. Bab berikut menjelaskan metodologi yang digunakan untuk studi ini, termasuk membahas format kuesioner, populasi dan sampel penelitian; instrumen-instrumen pengumpulan data, dan prosedur-prosedur analisis data.
3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, sedangkan metode yang digunakan adalah deskriptif analitis. Sugiyono (2006) memaparkan bahwa penelititian deskriptif dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. Pada penelitian ini penulis akan memaparkan data temuan yang diperoleh untuk selanjutnya diinterpretasikan. Instrumen dalam penelitian ini berdasarkan standar ACRL yang disesuaikan untuk para peneliti di P2 Bioteknologi - LIPI. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner dan studi pustaka.
3.2. Metode Penelitian 3.2.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peneliti yang memperoleh jenjang fungsional berjumlah 69 orang untuk mengeksplorasi literasi informasi yang dimiliki peneliti P2 Bioteknologi – LIPI.
3.2.2. Sampel Kerlinger dan Lee (2000) menyarankan sebanyak 30 sampel sebagai jumlah minimal yang disesuaikan dengan tujuan dan maksud penelitian. Berdasarkan pendapat tersebut yang disesuaikan dengan penelitian ini maka
27 Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
28
besaran sampel dalam yang akan diteliti akan ditentukan melalui penarikan sampel acak terstruktur sebagai berikut:
Tabel 3.1 Besaran Sampel
STRATUM
21
30
JUMLAH SAMPEL PER STRATUM 9
21 15
30 22
9 7
12 69
18 100
5 30
JUMLAH ANGGOTA
KELOMPOK
1 Peneliti Pertama 2 Peneliti Muda 3 Peneliti Madya 4 Peneliti Utama JUMLAH TOTAL
PERSENTASE DARI TOTAL
3.3. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di P2 Bioteknologi – LIPI yang beralamat di Jalan Raya Bogor Km. 46 Cibinong Kabupaten Bogor.
3.4. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data primer merupakan proses penting dalam penelitian ini. Dua tahap pengumpulan data akan dilakukan antara lain studi pustaka dan penyebaran kuesioner. Data primer yang disebarkan melalui kuesioner terdiri dari karakteristik
responden
penunjang
keberhasilan
individu
yang
meliputi
pendidikan, lama kerja, jabatan fungsional, pengetahuan literasi informasi dan pemahaman publikasi hasil penelitian responden. Data yang diperoleh menggunakan bantuan kusioner telah dirancang untuk data kuantitatif dan sebelumnya
telah diujikan
kepada responden. Kuesioner dibuat
untuk
memperoleh informasi yang relevan sejalan dengan tujuan penelitian. Studi pustaka akan dilakukan terhadap publikasi hasil penelitian dengan melihat berkas pengajuan fungsional peneliti pada 2011, kemudian melihat perbandingan jumlah artikel yang terbit dalam jurnal terakreditasi dan tidak.
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
29
3.5. Analisis Data Pertama, data yang terkumpul melalui penyebaran kuesioner disusun ke dalam tabel. Definisi operasional variabel penelitian dan skala pengukuran adalah sebagai berikut: a. Karakteristik Peneliti Karakteristik penunjang keberhasilan individu adalah suatu ciri yang ada pada peneliti, dimiliki guna membedakan dengan peneliti lain. Karakteristik tersebut meliputi: 1) Pendidikan adalah pendidikan formal yang dicapai oleh peneliti. Kategori : a) Diploma (D3) b) Sarjana (S1) c) Magister (S2) d) Doktor (S3) 2) Lama kerja adalah bilangan tahun terhitung sejak masuk sebagai pegawai di lingkungan P2 Bioteknologi – LIPI sampai dengan masa kerja yang dijalani saat ini. a) 0 – 5 tahun b) 5 – 10 tahun c) 10 – 15 tahun d) 15 – 20 tahun e) 20 – 25 tahun f) 25 – 30 tahun 3) Jabatan fungsional adalah pembagian pangkat peneliti. Kategori: a) Peneliti Pertama b) Peneliti Muda c) Peneliti Madya d) Peneliti Utama
b. Literasi informasi peneliti
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
30
Peneliti diharapkan mengetahui lebih dari sekedar bagaimana memperoleh informasi. Mereka juga memahami batasan-batasan dan kebutuhan untuk mengetahui bagaimana mereka menggunakan informasi, dan mereka memahami bagaimana caranya mengatur dan mengkomunikasikan informasi. Pokok-pokok pertanyaan yang diamati mencakup 22 indikator yang dibuat oleh ACRL. Cara mengukur: melalui kuesioner responden diminta untuk memilih jawaban yang sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Ada pun jawaban responden diberi skor 4 apabila jawaban A, skor 3 bila jawaban B, skor 2 bila jawaban C dan Skor 1 bila jawaban D. Pengukuran data dilakukan berdasarkan jumlah total skor yang diperoleh masing-masing responden per kelompok variabel penelitian. c. Publikasi Hasil Penelitian Publikasi yang dihasilkan dari kegiatan penelitian merupakan sarana penyampaian hasil penelitian di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang biasanya diterbitkan dalam suatu jurnal guna dimanfaatkan oleh masyarakat. Pengetahuan peneliti tentang kriteria akreditasi jurnal didefinisikan sebagai interpretasi responden terhadap publikasi hasil penelitian. Pokok-pokok pertanyaan mencakup: 1) Kesesuaian nama dengan spesialisasi bidang ilmu 2) Sistematika dan konsistensi penulisan 3) Pelibatan mitra bestari sebagai penelaah 4) Publikasi ditujukan kepada masyarakat ilmiah 5) Keorisinilan pada kemajuan ilmu dan teknologi Cara mengukur: melalui kuesioner, responden diminta menyatakan perlu atau tidaknya kriteria yang telah disebutkan di atas terdapat dalam publikasi hasil penelitian. Adapun jawaban responden diberi skor 1 apabila jawaban tidak tahu, skor 2 bila tidak perlu, skor 3 bila perlu dan skor 4 bila sangat perlu. Pengukuran data dilakukan berdasarkan jumlah total skor yang diperoleh masing-masing responden.
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
31
Data yang telah diperoleh akan dilakukan analisis sebagai berikut: 1. Analisis univariat Analisis univariat akan dilakukan guna mendapatkan data tentang distribusi frekuensi narasumber dari masing-masing variabel, kemudian data akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan analisis terhadap hasil tersebut 2. Analisis bivariat Analisis bivariat akan dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan antara literasi informasi peneliti dengan publikasi hasil penelitian menggunakan uji korelasi pada tingkat kepercayaan 99% (α = 0,01). Bila p < 0,01 maka ada hubungan yang signifikan antara literasi informasi dengan faktor pendidikan, lama kerja dan jabatan serta publikasi hasil penelitian, sedangkan bila nilai p > 0,01 maka perhitungan secara statistik tidak bermakna.
3.6. Desain Kuesioner (lampiran) Wawasan dari kajian literatur tentang literasi informasi dan dari pemeriksaan deskripsi pekerjaan P2 Bioteknologi - LIPI membentuk dasar kuesioner yang dikembangkan untuk penelitian ini. Kuesioner diperuntukkan bagi para peneliti di lingkungan kerja P2 Bioteknologi - LIPI.
3.7 Hipotesis Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati. Menurut Sugiyono (2000), variabel adalah atribut yang bervariasi pada sekelompok objek penelitian yang diambil secara random. Dalam penelitian ini digunakan dua variabel, yakni variabel independen dan variabel dependen. Operasionalisasi variabel penelitian ini menggunakan dua variabel dependen (literasi informasi dan kriteria jurnal terakreditasi) dan tiga variabel independen (pendidikan, pangkat, dan lama kerja). Berbagai standar literasi informasi (yaitu SCONUL, 1999; ACRL, 2000; AASL/ALA, 1989) menyiratkan bahwa orang yang telah memiliki pendidikan tertentu diharapkan memiliki literasi informasi yang tinggi. Dengan kata lain,
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
32
individu dengan tingkat pendidikan tinggi diharapkan memiliki tingkat literasi informasi yang berbeda. Dalam meneliti pengalaman literasi informasi profesional, Lloyd (2007) menemukan perbedaan antara peserta pemula dan yang lebih berpengalaman melalui dua studi yang dilakukan pada petugas pemadam kebakaran dan ambulan. Dalam studi tersebut, ia mempelajari bagaimana masingmasing kelompok menggunakan sumber informasi dan bekerja di lingkungan informasi. Hasilnya menunjukkan bahwa petugas pemula dan ahli memiliki perbedaan baik dalam pengalaman dan penggunaan informasi di tempat kerja. Brand-Gruwel dkk. (2005) meneliti perbedaan literasi informasi antara pemula dan ahli. Mereka menemukan bahwa tenaga ahli menghabiskan lebih banyak waktu pada proses 'mendefinisikan masalah' dan lebih sering mengaktifkan pengetahuan awal mereka, menguraikan isi, dan mengatur proses literasi informasi mereka. Al Daihani dan Rehman (2007) juga meneliti variasi literasi informasi, sehubungan dengan pangkat, mereka menemukan perbedaan signifikan terhadap kemampuan literasi informasi.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1) Hipotesis Pendidikan Ho : Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan peneliti dan kemampuan literasi informasi. H1 : Ada hubungan antara tingkat pendidikan peneliti dan kemampuan literasi informasi. 2) Hipotesis Lama Kerja Ho :
Tidak ada hubungan antara lama kerja peneliti dan kemampuan
literasi informasi. H1 :
Ada hubungan antara lama kerja peneliti bekerja dan kemampuan
literasi informasi. 3) Hipotesis Jabatan Ho :
Tidak ada hubungan antara tingkat jabatan fungsional peneliti dan
kemampuan literasi informasi. H1 :
Ada hubungan antara jabatan fungsional peneliti dan kemampuan
literasi informasi.
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
33
4) Hipotesis Publikasi Hasil Penelitian Ho :
Tidak ada hubungan antara literasi informasi dan publikasi hasil
penelitian peneliti. H1 :
Ada hubungan antara literasi informasi dan publikasi hasil
penelitian peneliti.
Sesuai dengan rumusan hipotesis di atas dengan menggunakan variabelvariabel yang ditetapkan, maka kemudian hipotesis akan diuji dengan pendekatan statistik untuk membentuk kesimpulan yang dibutuhkan sebagai hasil dari penelitian.
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan literasi informasi peneliti dengan publikasi hasil penelitian di Pusat Penelitian Bioteknologi – LIPI Cibinong. Pertama, data yang terkumpul dari penyebaran kuesioner akan disusun ke dalam tabel. Kedua, literasi informasi peneliti akan dideskripsikan dan diinterpretasikan dengan melihat nilai yang frekuensinya paling tinggi. Ketiga, analisis deskriptif akan dilakukan terhadap variabel-variabel yang ada melalui analisis statistik bivariat untuk melihat korelasi antar variabel dalam penelitian seperti literasi informasi; karakteristik penunjang keberhasilan individu seperti pendidikan, lama kerja dan pangkat juga dianalisis dan karakteristik sampel disajikan. Keempat, studi pustaka dilakukan terhadap publikasi hasil penelitian yang dilakukan peneliti dan terakhir hasil analisis deskriptif literasi informasi akan dihubungkan dengan publikasi hasil penelitian yang dilakukan melalui studi pustaka sebelumnya. 4.1. Pusat Penelitian Bioteknologi – LIPI Pusat Penelitian Bioteknologi – LIPI (P2 Bioteknologi - LIPI), berada di bawah Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati, didirikan pada 13 Januari 1986 berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 1 Tahun 1986. Pusat penelitian ini didirikan dalam rangka pengembangan dan pemanfaatan bioteknologi di Indonesia. P2 Bioteknologi - LIPI sebagai salah satu lembaga penelitian, melakukan kegiatan dan inovasi melalui pemanfaatan agen hayati untuk menghasilkan barang dan/atau jasa untuk kesejahteraan manusia. P2 Bioteknologi – LIPI dalam pelaksanaan kegiatannya menyelenggarakan fungsi: 1. Penyiapan bahan perumusan kebijakan penelitian bidang bioteknologi. 2. Penyusunan pedoman, pembinaan dan pemberian bimbingan teknis bidang bioteknologi. 3. Penyusunan rencana, program dan pelaksanaan penelitian bidang bioteknologi. 4. Pemantauan pemanfaatan hasil penelitian bidang bioteknologi.
34
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
35
5. Pelayanan jasa ilmu pengetahuan dan teknologi bidang bioteknologi. 6. Evaluasi dan penyusunan laporan penelitian bioteknologi. 7. Pelaksanaan urusan tata usaha.
Stuktur
organisasi
berdasarkan
Keputusan
Kepala
LIPI
Nomor
1151/Kep/M/2001 adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Struktur organisasi P2 Bioteknologi - LIPI
4.2 Perpustakaan P2 Bioteknologi – LIPI Perpustakaan P2 Bioteknologi – LIPI adalah perpustakaan khusus yang diselenggarakan oleh instansi sebagai pusat informasi bidang bioteknologi yang mempunyai peran penting sebagai mata rantai komunikasi ilmiah antara masyarakat dengan peneliti. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Perpustakaan perlu memperhatikan mutu layanan, kenyamanan, dan kemudahan dalam memperoleh serta mengakses informasi.
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
36 Perpustakaan memiliki visi ―Menjadi perpustakaan bidang bioteknologi terdepan di Indonesia‖. Misi perpustakaan adalah: 1. Menyediakan koleksi ilmu pengetahuan bidang bioteknologi. 2. Memberikan layanan informasi khususnya kepada staf dan peneliti. 3. Ikut serta dalam usaha mencedaskan kehidupan bangsa melalui pemasyarakatan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang bioteknologi. Perpustakaan P2 Bioteknologi – LIPI adalah perpustakaan khusus yang lahir pada tahun 1986 bersamaan dengan berdirinya P2 Bioteknologi – LIPI. Sejak tahun 2001 secara struktur Perpustakaan berada di bawah Sub Bagian Kerjasama dan Jasa. Perpustakaan memiliki tugas melakukan kegiatan pengumpulan, pengolahan, penyajian informasi, publikasi dan dokumentasi bidang bioteknologi dan penunjang lainnya. Perpustakaan P2 Bioteknologi – LIPI menjalankan fungsi sebagai berikut: 1. Menyediakan sarana pengolahan, penyajian, dan penyebarluasan serta penyimpanan informasi di bidang bioteknologi. 2. Menyiapkan data atau informasi primer atau sekunder dalam bentuk terbitan serta menyebarluaskannya. 3. Memberikan jasa layanan informasi kepada peneliti sebagai pengguna utama serta masyarakat umum lainnya. 4. Menjalin kerjasama dengan pusat-pusat pengelolaan informasi lainnya dalam penyediaan dan layanan jasa informasi di bidang bioteknologi.
Dalam penyelenggaraan kegiatan Perpustakaan di dukung oleh sumber daya manusia terlatih dengan latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan. Berikut data sumber daya manusia di Perpustakaan P2 Bioteknologi – LIPI.
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
37 Tabel 4.1 SDM Perpustakaan P2 Bioteknologi – LIPI
No. 1.
Jabatan Pustakawan Muda Pustakawan
2.
Pertama Pustakawan
3.
Pelaksana Kandidat
4.
Pustakawan
Pendidikan
Jumlah
S1 Perpustakaan
1 orang
S1 Perpustakaan
1 orang
D3 Perpustakaan
1 orang
S1 Perpustakaan
1 orang
Total
4 orang
Jenis layanan yang dilaksanakan Perpustakaan pada penggunanya antara lain adalah: a. Layanan
peminjaman
dan
pengembalian
bahan
pustaka
khusus
diperuntukkan bagi staf P2 Bioteknologi – LIPI yang berstatus PNS. b. Layanan penelusuran informasi 1. Melalui Perpustakaan P2 Bioteknologi – LIPI, yaitu:
Database SENAYAN
Internet, termasuk permintaan penelusuran via e-mail
CD-ROM (abstrak & full text)
Surat
Faksimili
Telepon
Datang langsung ke perpustakaan
2. Perpustakaan lain (atas permintaan pengguna) c. Jasa konsultasi perpustakaan d. Bimbingan praktek lapang bidang ilmu perpustakaan Berikut adalah koleksi pustaka yang dimiliki P2 Bioteknologi – LIPI: 1. Buku (4.000 eksemplar)
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
38
2. Terbitan berkala yang dimiliki sebanyak 112 judul terdiri dari berbagai jenis antara lain jurnal internasional, jurnal nasional, majalah ilmiah dalam dan luar negeri, majalah populer, harian, warta, dll, baik yang dilanggan maupun yang diperoleh melalui sumbangan. 3. Reprint (4.000 eksemplar) 4. CD-ROM (68 buah) 5. Kliping artikel surat kabar
Pesatnya pertumbuhan informasi, perlu diimbangi dengan kemampuan untuk memahami pilihan dalam menggunakan berbagai sarana informasi dan preferensi media telah menjadi bagian penting yang perlu dipikirkan lembaga kedepan. Memilih sumber informasi yang diperlukan juga merupakan salah satu tahap penting dalam proses literasi informasi. Program literasi informasi saat ini belum menjadi agenda kegiatan di P2 Bioteknologi - LIPI, melalui studi ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan perlu atau tidaknya program tersebut dimasukkan sebagai suatu kegiatan yang berkelanjutan.
4.3. Karakteristik Responden Responden pada penelitian ini adalah obyek penelitian yang homogen, yaitu peneliti P2 Bioteknologi – LIPI yang memiliki jabatan fungsional. Pada bagian awal ditetapkan bahwa besaran sampel ditentukan berdasarkan penarikan acak terstruktur jenjang jabatan fungsional yang terdiri atas 30% peneliti pertama, 30% peneliti muda, 22% peneliti madya dan 18% peneliti utama. Data karakteristik penunjang keberhasilan peneliti yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah lama kerja, pendidikan dan jabatan. Dari data pada tabel 4.2 di bawah dapat dilihat responden yang memiliki jenjang pendidikan pada penelitian ini adalah berasal dari lulusan diploma (D3) sebanyak 3,3%, untuk sarjana (S1) sebanyak 26,7%, lulusan magister (S2) sebanyak 43,3%, serta doktoral (S3) sebanyak 26,7%. Pada tabel 4.2 dapat kita ketahui pula data lama kerja yang menunjukkan, lama kerja responden terbanyak adalah antara lima sampai dengan sepuluh tahun sebesar 30%, sedangkan yang paling sedikit adalah untuk responden yang bekerja untuk nol sampai lima tahun.
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
39
Tabel 4.2 Karakteristik Responden
Pendidikan
Lama Kerja
Jabatan
(Tahun)
D3
S1
S2
S3
0-5
0
0
0
5 – 10
0
2
10 – 15
0
15 – 20
Peneliti
Peneliti Peneliti Peneliti
Pertama
Muda
Madya
Utama
0
0
0
0
0
7
0
6
3
0
0
2
4
0
3
3
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
20 – 25
0
3
2
3
0
3
3
2
25 - 30
1
1
0
4
0
0
3
3
Total
1
8
13
8
9
9
7
5
4.4. Hubungan Literasi Informasi dengan Pendidikan, Lama Kerja & Jabatan Peneliti Penelitian ini menyarankan 4 hipotesis yang mencerminkan interaksi dari masing-masing 2 variabel independen dengan 3 variabel dependen. Analisis bivariat dilakukan pada variabel dependen dan independen. Hasil analisis bivariat literasi informasi disajikan sebagai berikut.
Tabel 4.3 Analisis Korelasi
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
40
4.4.1 Tingkat Pendidikan Sesuai dengan hipotesis penelitian sebelumnya, tidak ada korelasi antara tingkat pendidikan peneliti dan literasi informasi. Data pada tabel 4.3 menunjukkan berpengaruh positif namun tidak signifikan (r = 0,176, p > 0,01). Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat pendidikan peneliti, semakin tinggi literasi informasinya namun tidak berkorelasi. Studi yang dilakukan Kurbanoglu (2003) melaporkan adanya korelasi positif antara tingkat pendidikan dan literasi informasi. Artinya, literasi informasi meningkat dengan meningkatnya tingkat pendidikan. Selain itu, Al Daihani dan Rehman (2007) menemukan perbedaan yang signifikan secara statistik dalam hal korelasi antara tingkat pendidikan dan literasi informasi. Namun dalam penelitian ini studi yang telah dilakukan sebelumnya tersebut tidak sejalan, dengan demikian hipotesis (H1) untuk pendidikan ditolak.
4.4.2 Lama Kerja Menyinggung korelasi antara lama kerja dengan literasi informasi, tidak ada penelitian khusus mengukur langsung korelasi tersebut. Oleh karena itu, tidak ada studi untuk membandingkan hasil dari penelitian yang dilakukan. Hasil dari analisis tidak ditemukan adanya korelasi antara lama kerja dengan literasi informasi peneliti. Demikian pula, dalam beberapa studi yang dilakukan sebelumnya (Brand-Gruwel dkk, 2005; Lloyd, 2007), lama kerja didefinisikan dengan mengelompokkan peserta sebagai pemula dibandingkan dengan ahli, dan studi ini menemukan perbedaan signifikan terhadap pengalaman para peserta dalam hal penggunaan informasi. Lebih khusus lagi, Brand-Gruwel dkk. (2005) menemukan bahwa para ahli menghabiskan banyak waktu untuk mendefinisikan kebutuhan informasi. Para ahli dilaporkan menggunakan sumber informasi lebih sering. Namun, temuan studi tersebut tidak sejalan dengan temuan penelitian ini. Hipotesis kedua diasumsikan ada hubungan antara literasi informasi peneliti dan lama kerja. Data pada tabel 4.3 menunjukkan berpengaruh terbalik namun tidak signifikan. Hasil penelitian menunjukkan semakin lama kerja seorang peneliti, semakin rendah literasi informasinya namun tidak berkorelasi (r = 0,344, p > 0,01). Artinya, hipotesis (H1) untuk lama kerja ditolak.
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
41
4.4.3 Jabatan Fungsional Peneliti Berdasarkan literatur tentang literasi informasi, hipotesis penelitian ini merumuskan ada korelasi antara literasi informasi peneliti dengan jabatan mereka. Al Daihani dan Rehman (2007) meneliti variasi iterasi informasi dari petugas polisi berdasarkan variabel karakteristik individu termasuk pengaruh pangkat dan mereka menemukan perbedaan signifikan terhadap literasi informasi. Meskipun, Al Daihani dan Rehman (2007) menemukan perbedaan signifikan antara kepangkatan dengan literasi informasi, penelitian ini tidak menemukan perbedaan signifikan antara literasi informasi peneliti dengan kepangkatan dalam hal ini jenjang fungsional yang dimiliki seorang peneliti. Data menunjukkan korelasi terbalik dan tidak signifikan antara literasi informasi dengan kepangkatan yang diuji dengan menggunakan analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi pangkat peneliti, semakin rendah literasi informasinya dan tidak ada korelasi statistik yang signifikan antara variabel (r = 0,402, p > 0,01). Artinya, hipotesis (H1) untuk jabatan ditolak.
4.5. Publikasi Hasil Penelitian Pengumpulan data primer dari hasil studi pustaka berdasarkan ajuan fungsional pada tahun 2011 yang dilakukan untuk mengetahui jumlah publikasi hasil penelitian yang terbit dalam jurnal ilmiah terakreditasi dan yang tidak terakreditasi, tampak pada gambar berikut:
Gambar 3. Perbandingan jumlah publikasi hasil penelitian yang terbit di jurnal terakreditasi dan tidak terakreditasi
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
42
Gambar pada halaman sebelumnya menunjukkan 58,5% publikasi hasil penelitian pada 2011 terbit dalam jurnal ilmiah terakreditasi, sedangkan sisanya 41,5% terbit dalam jurnal tidak terakreditasi. Hal tersebut dapat terjadi karena dalam penilaian jabatan fungsional, publikasi hasil penelitian berupa karya tulis ilmiah tidak semata-mata yang terbit dalam jurnal saja namun dapat terbit dalam bentuk buku dan proceeding. Menyinggung korelasi antara publikasi hasil penelitian dengan literasi informasi, tidak ada studi khusus yang telah dilakukan untuk mengukur hubungan ini. Oleh karena itu, tidak ada studi untuk membandingkan hasil dari penelitian yang dilakukan. Hasil analisis menunjukkan korelasi literasi informasi dan publikasi hasil penelitian memiliki nilai 0,026 yang dapat dikategorikan memiliki hubungan yang lemah dan berdasarkan uji signifikansi hasilnya menunjukkan nilai 0,891 (0 > 0,01) yang berarti asosiasi kedua variabel tidak signifikan, maka hipotesis (H1) untuk publikasi hasil penelitian ditolak. Pada bab dua (tabel 2.3) disebutkan bahwa tampak beberapa kesamaan yang tersirat antara standar literasi informasi ACRL dengan kriteria akreditasi jurnal ilmiah sebagai salah satu bentuk publikasi hasil penelitian. Data yang diperoleh disajikan dalam tabel di bawah ini:
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
43
Tabel 4.4 Publikasi hasil penelitian
Nomor Pertanyaan Kuesioner
26
27
28
29
30
Penilaian Publikasi hasil penelitian
Frekuensi
Bobot
Kesesuaian nama dengan spesialisasi bidang ilmu 4 4 16 3 5 15 2 18 36 1 3 3 Sistematika dan konsistensi penulisan 4 9 36 3 12 36 2 7 14 1 2 2 Pelibatan mitra bestari sebagai penelaah 4 14 56 3 8 24 2 4 8 1 4 4 Publikasi ditujukan kepada masyarakat ilmiah 4 8 32 3 10 30 2 11 22 1 1 1 Keorisinilan pada kemajuan ilmu dan teknologi 4 5 20 3 7 21 2 9 18 1 9 9
Persentase 13,3% 16,7% 60% 10% 30% 40% 23,3% 6,7% 46,7% 26,7% 13,3% 13,3% 26,7% 33,3% 36,7% 3,3% 16,7% 23,3% 30% 30%
Dari hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa asosiasi antara literasi informasi dengan publikasi hasil penelitian memiliki hubungan yang lemah dan tidak signifikan. Hal tersebut dapat dipahami berdasarkan distribusi frekuensi yang tampak pada tabel 4.4 bahwa sebanyak 60% responden merasa tidak perlu adanya kesesuaian nama dengan spesialisasi bidang ilmu sehingga hal ini bertolak belakang dengan kemampuan menentukan jenis dan batas informasi yang diperlukan sebagaimana terdapat dalam standar pertama ACRL. Hanya sebanyak 40% responden merasa perlu adanya sistematika dan konsistensi penulisan, namun jumlah ini belum cukup bila disandingkan dengan persyaratan kedua ACRL yaitu kemampuan mengevaluasi informasi dan sumbernya secara kritis. Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
44
Selanjutnya sebagian besar responden (46,7%) menyatakan bahwa pelibatan mitra bestari sebagai penelaah memang sangat diperlukan, hal ini sesuai dengan standar ketiga ACRL yaitu kemampuan mengevaluasi informasi dan sumbernya secara kritis. Selanjutnya hanya 26,7% responden saja yang menyatakan sangat perlu publikasi ditujukan kepada masyarakat ilmiah, angka tersebut termasuk kecil untuk memenuhi standar keempat ACRL berupa kemampuan menggunakan dan mengkomunikasikan informasi dengan efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Terakhir sebanyak 16,7% responden saja yang merasa sangat perlu adanya keorisinilan pada kemajuan ilmu dan teknologi, nilai tersebut tidak memadai untuk memenuhi kriteria kelima ACRL yaitu kemampuan memahami isu ekonomi hukum dan sosial seputar penggunaan akses informasi secara etis dan legal. Seorang peneliti dikatakan memiliki produktivitas tinggi bila banyak menghasilkan karya ilmiah. Semakin banyak karya yang di terbitkan dalam jurnal maka banyak orang yang akan membaca hasil karyanya dan akan dimanfaatkan oleh orang lain sebagai referensi penelitian yang baru (Setyaningsih, 2004). Hal yang hampir senada dengan pendapat tersebut dinyatakan oleh Mustangimah yang dikutip oleh Sembiring (2006), bahwa produktivitas adalah ―banyaknya karya tulis yang dihasilkan oleh seseorang secara individual dalam subjek tertentu dan diterbitkan pada jurnal-jurnal ilmiah dalam subjek yang bersangkutan dalam kurun waktu tertentu‖. Kesimpulan dari kedua pengertian diatas bahwa produktivitas tampak dari banyaknya karya yang dihasilkan oleh seorang peneliti dalam subjek bidang ilmu tertentu, baik dalam bentuk tercetak maupun elektronik yang diterbitkan pada jurnal ilmiah. Sikap yang produktif merupakan suatu bentuk komitmen untuk maju dan menjadi lebih baik. Dengan demikian seorang peneliti akan selalu melakukan perbaikan dan peningkatan dalam bidang apapun. Komponen literasi informasi harus terintegrasi dengan kebijakan lembaga, khususnya, institusi harus dapat menyediakan sumber-sumber informasi bermutu dan sarana teknologi komunikasi yang memadai. Implikasi ini sesuai dengan konsep Kuhlthau (1996) dengan menerapkan zona intervensi. Menurut Kuhlthau, zona intervensi adalah pengguna informasi membutuhkan bantuan jika tidak ia akan mengalami kesulitan. Dalam konteks ini, peran struktural sebagai pengambil
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
45
kebijakan masa depan diperlukan untuk mengidentifikasi zona intervensi guna peningkatan publikasi hasil penelitian.
4.6.
Literasi informasi
4.6.1. Kemampuan menentukan jenis dan batas informasi yang diperlukan Standar pertama yang menunjukkan seorang peneliti dikatakan baik literasi informasinya adalah kemampuan menentukan batas dan jenis informasi. Kemampuan peneliti tersebut diukur dengan pertanyaan kuesioner nomor empat sampai dengan tujuh. Jawaban responden terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.5 Menentukan sifat dan cakupan informasi yang dibutuhkan
Nomor Pertanyaan Kuesioner
4
5
6
7
Menentukan sifat dan Penilaian cakupan informasi yang Frekuensi Bobot Persentase dibutuhkan Mendefinisikan kebutuhan informasi 4 24 96 80% 3 0 0 0% 2 0 0 0% 1 6 6 20% Mengidentifikasi beragam jenis, format dan sumber-sumber informasi yang potensial 4 18 72 60% 3 10 30 33,3% 2 1 2 3,3% 1 1 1 3,3% Mempertimbangkan biaya dan manfaat dari pencarian informasi yang dibutuhkan 4 7 28 23,3% 3 3 9 10% 2 17 34 56,7% 1 3 3 10% Mengevaluasi kembali sifat dan cakupan informasi yang dibutuhkan 4 10 40 33,3% 3 10 30 33,3% 2 10 20 33,3% 1 0 0 0%
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
46
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa 80% responden dapat merumuskan terlebih dahulu kebutuhan informasi dan sisanya menyatakan langsung melakukan pencarian informasi. Responden menentukan kebutuhan informasinya kemudian membuat perincian tentang topik atau subjek yang dibutuhkan sehingga dapat ditentukan sumber informasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Cara tersebut termasuk dalam kegiatan merumuskan kriteria informasi yang dibutuhkan. Sebanyak 60% responden dapat mengidentifikasi beragam jenis, format dan sumber informasi yang potensial. Peneliti mengidentifikasi jenis dan format informasi, dengan mengetahui bagaimana informasi dihasilkan baik secara formal dan informal yang kemudian diolah dan disebarkan. Kegiatan tersebut termasuk juga memahami jenis dan mengetahui bagaimana sumber informasi yang sesuai dapat ditemukan baik dalam bentuk cetak maupun elektronik, dan memilih format yang sesuai dengan kebutuhan. Namun, pada tabel 4.5 terlihat hanya 23,3% responden yang memiliki kemampuan mempertimbangkan biaya dan manfaat dari pencarian informasi. Hal tersebut terjadi karena peneliti jarang mempertimbangkan biaya informasi yang dilakukan. Awal saat mencari informasi, biaya dalam proses pencarian yang dilakukan tidak menjadi pertimbangan utama. Hal ini menurut responden disebabkan biaya yang diperlukan dalam mencari informasi tidak menjadi faktor pertimbangan utama. Kemampuan mengevaluasi kembali sifat dan cakupan informasi yang dibutuhkan memiliki persentase jawaban yang sama antara selalu, sering dan kadang-kadang sebanyak 33,3%. Menurut ACRL (2000) seseorang dikatakan baik literasi informasinya apabila selalu mengevaluasi kembali sifat dan cakupan informasi yang dibutuhkannya. Mengevalusi kembali batasan informasi diartikan bahwa peneliti mengkaji kembali kebutuhan informasinya untuk memperjelas, memperbaiki ataupun menentukan kembali inti pertanyaan sesungguhnya yang dibutuhkan. Hal ini juga dapat diartikan mendeskripsikan kriteria yang dipakai saat menentukan pilihan seperti mengidentifikasi subjek, kata kunci, memilih dan memahami bentuk penyajian yang dibutuhkan serta menentukan lokasi sumber informasi yang sesuai dengan topik.
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
47
Menurut Bruce (1999) kemampuan untuk berpikir kritis, beradaptasi dengan situasi baru adalah keterampilan yang sangat penting bagi orang yang sadar literasi informasi. Masih berdasarkan pendapat Bruce bahwa seseorang memiliki pengalaman informasi dengan cara yang tidak sama dan ada lebih dari satu definisi untuk orang yang paham literasi informasi, sehingga kemampuan menentukan sifat dan cakupan informasi tiap orang tentunya pula berbeda-beda.
4.6.2. Mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien Standar kedua menunjukkan peneliti dikatakan baik literasi informasinya bila mampu mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien. Literasi informasi tersebut diukur dengan pertanyaan kuesioner nomor delapan sampai dengan dua belas, jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
48
Tabel 4.6 Mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien
Nomor Pertanyaan Kuesioner
8
9
10
11
12
Mengakses informasi Penilaian yang dibutuhkan secara Frekuensi Bobot Persentase efektif dan efisien Menyeleksi metode pencarian atau sistem temu kembali informasi yang paling tepat untuk mencari informasi yang dibutuhkan 4 12 48 40% 3 17 51 56,7% 2 0 0 0% 1 1 1 3,3% Membangun dan menerapkan strategi penelusuran yang efektif 4 14 56 46,7% 3 11 33 36,7% 2 4 8 13,3% 1 1 1 3,3% Menemukan kembali innformasi secara on-line atau secara pribadi 4 13 52 43,3% 3 9 27 30% 2 3 6 10% 1 1 1 3,3% Mengubah strategi penelusuran jika perlu 4 27 108 90% 3 3 9 10% 2 0 0 0% 1 0 0 0% Mengutip, mencatat dan mengolah informasi dan sumber-sumbernya 4 26 104 86,7% 3 1 3 3,3% 2 0 0 0% 1 2 2 6,7%
Data pada tabel 4.6 terlihat bahwa responden memiliki kemampuan yang kurang dalam menyeleksi metode pencarian yang paling tepat untuk mencari informasi yang dibutuhkan. Hal tersebut tampak karena sebagian besar responden (56,7%) memilih jawaban menggunakan berbagai metode pencarian, seseorang yang baik literasi informasinya akan memilih cara penelusuran yang efektif serta efisien. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengidentifikasi lokasi dan cara penelusuran yang tersedia, lalu mengetahui kelebihan dan kekurangan kemudian Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
49
melalukan strategi penelusuran dengan melakukan teknik pencarian yang paling sesuai (ACRL, 2000). Sebanyak 46,7% responden dapat membangun dan menerapkan strategi penelusuran yang efektif. Untuk mengetahui suatu sumber informasi yang tepat maka seseorang perlu membangun dan menerapkan strategi penelusuran yang efektif. Dari persentase jawaban yang diperoleh tersirat bahwa responden memiliki pengetahuan yang kurang lengkap dalam menentukan sumber-sumber informasi yang sesuai karena sebagian besar responden memilih jawaban berbeda. Kemampuan mengakses informasi dengan efektif juga terlihat dari pengetahuan menemukan kembali informasi secara online atau secara pribadi. Salah satu cara untuk mengukur adalah dengan penerapan praktis pada pertanyaan nomor sepuluh, mengenai arti strategi boolean operator. Data pada tabel 4.6 menunjukkan sebanyak 43,3% peneliti mampu mengartikan strategi boolean operator, sedangkan sebagian kecil peneliti 3,3% mengartikan sebagai pencarian dengan penggalan kata. Boolean operator adalah strategi penelusuran dengan menggunakan kata AND, OR dan NOT pada mesin pencari. Tiap-tiap kata memiliki fungsi yang berbeda dan memungkinkan hasil yang lain melalui penggabungan dua kata atau lebih. Dengan menerapkan strategi boolean operator maka seseorang dapat memperluas atau mempersempit cakupan informasi berdasarkan hubungan antar kata. Berdasarkan jawaban yang diperoleh disimpulkan bahwa mayoritas responden mengetahui strategi penelusuran yang dilakukan secara online dengan menggunakan boolean operator, hal ini menyiratkan literasi informasi responden sudah baik. Sebanyak 90% responden dapat mengubah strategi penelusuran bila perlu. Hal tersebut diukur dari pertanyaan kuesioner nomor sebelas, dari data tabel 4.6 sebelumnya menunjukkan responden menyatakan bahwa mereka akan merubah strategi penelusuran saat mengalami kesulitan menemukan informasi di perpustakaan dengan bertanya pada pustakawan. Kemandirian dalam memperoleh informasi memang menjadi fokus literasi informasi, namun kecenderungan menemukan informasi yang sesuai juga diperlukan, maka peneliti perlu merubah strategi penelusuran saat mengalami kesulitan dalam menemukan informasi yang dibutuhkan.
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
50
Sebanyak 86,7% responden mampu mengutip, mencatat dan mengolah informasi dan sumber-sumbernya. Pengetahuan responden tentang hal tersebut diketahui melalui pertanyaan kuesioner nomor dua belas. Jawaban yang tepat untuk pertanyaan tersebut, manakah referensi yang mengacu pada artikel jurnal adalah Steinberg, F. 1998. Physical and Spatial Quality of Cities in the HABITAT II Agenda: A Concern for Architects and Urban Planners. Open House International, 23(3): 24-29. Dari jawaban yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden dapat memenuhi kriteria yang disiratkan dalam indikator kesembilan yang ditetapkan ACRL. Proses dasar literasi seseorang dapat dilihat melalui bagaimana ia mengakses dan mengkonsumsi suatu isi media atau sumber informasi. Hobbs (2001) menerangkan sebagai kemampuan menemukan dan mengorganisasi informasi dalam kaitannya dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, akses mengacu pada suatu proses yang berarti lebih dari sekedar keberadaan fisik suatu dokumen, termasuk di dalamnya adalah bagaimana menggunakan sarana mesin pencari untuk mengetahui bagaimana menjalankan sebuah perangkat lunak guna pencapaian tujuan dan sebagai sarana interaksi sosial dengan orang lain.
4.6.3. Mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya secara kritis dan menggabungkan
informasi
terpilih
ke
dalam
dasar-dasar
pengetahuan dan sistem nilainya Standar ketiga dari literasi informasi adalah kemampuan mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya secara kritis. Pengetahuan responden terhadap standar tersebut tersirat dalam indikator sepuluh sampai enam belas, dalam kuesioner diketahui melalui pertanyaan nomor ketiga belas sampai kesembilan belas. Uraian untuk indikator-indikator tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
51
Tabel 4.7 Mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya secara kritis
Nomor Pertanyaan Kuesioner
13
14
15
16
17
18
19
Mengevaluasi informasi dan Penilaian sumber-sumbernya secara kritis dan menggabungkan informasi terpilih ke dalam Frekuensi Bobot Persentase dasar-dasar pengetahuan dan sistem nilai Meringkas ide utama yang dapat dikutip dan informasi yang terkumpul 4 24 96 80% 3 5 15 16,7% 2 0 0 0% 1 0 0 0% Mengeluarkan dan menggunakan kriteria awal untuk mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya 4 27 108 90% 3 0 0 0% 2 2 4 6,7% 1 1 1 3,3% Mengumpulkan ide-ide utama untuk membangun konsep baru 4 8 32 26,7% 3 10 30 33,3% 2 12 24 40% 1 0 0 0% Membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan terdahulu untuk menentukan nilai tambahnya, kontradiksi atau karakteristik unik lain dari informasi 4 26 104 86,7% 3 4 12 13,3% 2 0 0 0% 1 0 0 0% Menentukan apakah pengetahuan baru memiliki dampak terhadap sistem nilai seseorang dan menentukan cara untuk menyatukan perbedaan-perbedaan 63,3% 4 19 76 3 0 0 0% 2 11 22 36,7% 1 0 0 0% Membuktikan kebenaran dan pemahaman serta interpretasi informasi melalui diskusi dengan individu lain, para ahli atau praktisi 4 18 72 3 1 3 3,3% 2 5 10 1 6 6 Menentukan apakah pertanyaan (query) awal perlu direvisi 4 14 56 3 3 9 2 7 14 1 5 5
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
52
Tabel 4.7 menunjukkan 80% responden dapat meringkas ide utama, hal tersebut tampak melalui penggunaan sumber informasi yang diperlukan untuk mengetahui alamat secara lengkap, data menunjukkan sebagian besar responden memilih direktori sebagai jawaban yang sesuai. Indikator kesebelas adalah bagaimana responden mengeluarkan dan menggunakan kriteria awal untuk mengevaluasi informasi dan sumbersumbernya. Penerapan praktisnya terlihat dari pertanyaan kuesioner keempat belas, bagaimana menggunakan referensi dengan gambar pdf. Jawabannya tampak dari tabel di atas, bahwa 90% responden menyatakan bahwa artikel dalam format pdf tersedia secara elektronik dalam bentuk full-text. Jawaban tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memenuhi indikator ACRL kesebelas, karena akrab dengan teknologi informasi yang merupakan salah satu ciri peneliti dengan literasi informasi yang baik. Indikator berikut adalah kemampuan mengumpulkan ide-ide utama untuk membangun konsep baru yang tertuang dalam pertanyaan kuesioner nomor lima belas, jawaban responden terlihat dari data yang tersaji pada tabel 4.7 berdasarkan data tersebut tampak bahwa mayoritas 40% responden jarang mengumpulkan ideide utama dari informasi yang didapat untuk membangun konsep baru. Menurut responden, mereka jarang mengumpulkan ide-ide utama untuk membangun konsep baru karena pada dasarnya responden dibiasakan untuk fokus pada satu bidang penelitian guna membangun keahlian atau pengkhususan. Indikator berikut adalah membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan terdahulu untuk menentukan nilai tambah, kontradiksi atau karakteristik unik lain dari informasi. Indikator tersebut tertuang dalam pertanyaan kuesioner keenam belas, yaitu bagian dokumen manakah yang dilihat pertama kali untuk mengetahui subjek yang dimaksud. Jawaban responden dapat dilihat dalam tabel 4.7 pada halaman sebelumnya. Data menunjukkan bahwa dalam menentukan subjek sebuah dokumen 86,7% responden menyatakan yang pertama kali dilihat saat menentukan subjek dokumen adalah judul dan abstrak. Berdasarkan mayoritas jawaban tersebut maka sebagian besar peneliti memiliki literasi informasi yang baik. Efisiensi waktu akan diperoleh ketika suatu subjek bahan pustaka dapat diketahui dengan melihat judul dan abstrak, kemudian dapat
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
53
ditentukan apakah bahan pustaka yang dimaksud sesuai atau tidak dengan kebutuhan informasi. Indikator selanjutnya adalah apakah pengetahuan baru memiliki dampak terhadap sistem nilai seseorang dan menentukan cara untuk menyatukan perbedaan-perbedaan. Kemampuan tersirat dari pertanyaan kuesioner nomor delapan belas, apa yang peneliti lakukan untuk mengevaluasi informasi yang telah diperoleh. Pilihan jawaban terlihat dalam tabel 4.7, data dari tabel terlihat bahwa dalam proses mengevaluasi informasi yang telah diperoleh maka lebih dari setengah jumlah responden dapat memberikan jawaban yang sesuai dengan memilih jawaban membaca dokumen secara utuh. Dari jawaban di atas mayoritas responden
mengindikasikan
literasi
informasi
yang baik
karena
dapat
mengevaluasi informasi yang diperolehnya secara kritis. Penerapan praktis indikator kelima belas tersirat dalam pertanyaan kuesioner nomor delapan belas, berikut hasil data yang dirangkum dalam bentuk tabel 4.7, dari data yang diperoleh tampak bahwa dalam proses evaluasi informasi maka 60% responden melakukan kegiatan mendiskusikan dengan ahli dan pakar; mengevaluasi informasi tersebut dengan pengetahuan yang dimiliki; dan membandingkan dengan pengetahuan terbaru. Seseorang yang memiliki literasi informasi yang baik dapat melakukan evaluasi informasi dan sumbernya dengan menguji, membandingkan informasi yang diperoleh dengan informasi lain untuk melihat kesesuaian informasi yang didapat. Selain itu sebagai sarana pendukung dan mendiskusikan dengan para ahli dan pakar di bidangnya. Responden juga memiliki pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan latar belakang pendidikan yang dimilikinya, pengetahuan yang telah diperoleh tersebut dapat dijadikan sarana evaluasi terhadap informasi yang diperoleh. Tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memenuhi kriteria yang disiratkan indikator kelima belas dengan baik. Penerapan praktis berikutnya tertuang dalam pertanyaan kuesioner nomor sembilan belas guna melihat indikator tentang apakah pertanyaan awal perlu direvisi melalui penilaian kredibilitas suatu informasi, data tersaji dalam tabel 4.7 Data tersebut menunjukkan bahwa hanya 46,7% jawaban benar yang dipilih yang menyatakan kredibilitas informasi terlihat dari penanggung jawab informasi.
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
54
Penilaian baik atau tidaknya suatu informasi ditentukan melalui sejauh mana sebuah sumber informasi dapat dipercaya kualitas dan keabsahannya. Kredibilitas dapat dilihat dari segi penanggung jawab, proses informasi dibuat dan tujuan dibentuknya sumber informasi tersebut. Dari jawaban pada tabel sebelumnya dapat disimpulkan bahwa responden memiliki kemampuan yang cukup dalam menentukan apakah pertanyaan awal perlu direvisi. Kemampuan mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya merupakan kegiatan yang tak terpisahkan hal ini juga senada dengan pendapat Lowe dan Eisenberg (2005) yang menyatakan meski literasi informasi dikembangkan dalam bidang perpustakaan dan ilmu informasi, prosesnya dapat digunakan dalam situasi pekerjaan yang membutuhkan dan menggunakan informasi sebagai pemecahan masalah maka proses ini dapat dijalankan dalam sebuah situasi yang melibatkan peneliti dalam kegiatan mengevaluasi informasi dalam proses penelitian.
4.6.4. Secara
individu
atau
sebagai
anggota dan
suatu
kelompok
menggunakan informasi secara efektif untuk memenuhi tujuan tertentu Literasi informasi dapat diukur melalui standar ACRL keempat, yaitu kemampuan peneliti menggunakan informasi secara efektif. Indikator ketujuh belas tersirat dari pertanyaan nomor dua puluh. Jawaban responden dapat dilihat dalam tabel 4.8 di bawah ini:
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
55
Tabel 4.8 Menggunakan informasi secara efektif untuk memenuhi tujuan tertentu
Nomor Pertanyaan Kuesioner
20
21
22
Secara individu atau Penilaian sebagai anggota dan suatu kelompok menggunakan informasi Frekuensi Bobot Persentase secara efektif untuk memenuhi tujuan tertentu Menggunakan informasi baru dan yang terdahulu untuk perencanaan dan penciptaan hasil yang istimewa atau kinerja yang lebih baik 4 21 84 70% 3 0 0 0% 2 1 2 3,3% 1 6 6 20% Merevisi proses pengembangan untuk hasil atau kinerja 4 3 12 10% 3 5 15 16,7% 2 22 44 73,3% 1 0 0 0% Mengkomunikasikan hasil atau kinerja secara efektif kepada orang lain 4 26 104 86,7% 3 3 9 10% 2 1 2 3,3% 1 0 0 0%
Dari data pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa 70% responden mampu menggunakan informasi secara efektif guna perencanaan, penciptaan dan menghasilkan kinerja yang lebih baik. Sebuah informasi dapat dikatakan baik atau akurat dapat dilihat dari asal sumber informasinya. Sumber informasi yang lengkap dan jelas akan berpengaruh terhadap kualitas informasi yang diperoleh. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden memilih sumber yang paling mendekati guna memperoleh informasi yang sesuai. Hal ini menyiratkan bahwa literasi informasi peneliti sudah cukup baik. Indikator kedelapan belas menyiratkan perlunya merevisi proses pengembangan untuk hasil dan kinerja. Pertanyaan tersirat dari pertanyaan kuesioner nomor dua puluh satu, dari data pada tabel 4.8 terlihat bahwa sebagian
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
56
besar responden menjawab menyimpan informasi untuk digunakan kembali. Seseorang yang memiliki literasi informasi yang baik akan menggunakan informasi secara efektif, dengan antara lain dengan menyampaikan serta membagikan informasi yang diperoleh baik dalam bentuk format awal atau mengubahnya ke bentuk format baru guna disebarkan kembali. Namun dari jawaban yang tampak tidak ada responden yang memusnahkan informasi yang diperoleh, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden merasa memiliki tanggung jawab terhadap informasi yang didapat dan hal ini mengindikasikan bahwa responden memiliki literasi informasi yang baik. Indikator lain adalah kemampuan mengkomunikasikan hasil atau kinerja secara efektif kepada orang lain yang tersirat pada pertanyaan kuesioner nomor dua puluh dua, jawaban dapat dilihat dalam tabel 4.8 pada halaman sebelumnya. Dari data pada tabel menunjukkan bahwa 86,7% responden menyatakan memilih media yang paling tepat untuk mengkomunikasikan hasil karyanya kepada orang lain. Hal ini sejalan dengan syarat seseorang dikatakan profesional yaitu mampu berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tulisan, pandai mendengar, berkepribadian menarik, tidak sombong dan dapat dipercaya (Departemen Pertanian, 2008). Hobbs (2001) menyatakan bahwa kemampuan mengkomunikasikan informasi merupakan inti dari makna literasi, baik dalam bentuk menerima maupun menerima pesan. Seseorang yang memiliki literasi informasi akan mengkomunikasikan hasil karyanya kepada orang lain dengan efektif. Hal tersebut dapat terlihat melalui pemilihan media dan format sarana komunikasi yang mendukung pencapaian tujuan yang dimaksud. Maka dari jawaban yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa peneliti memiliki tingkat literasi yang sangat baik.
4.6.5. Memahami isu-isu ekonomi, hukum dan aspek sosial ekonomi seputar penggunaan dan akses informasi secara etis dan legal Standar terakhir dari literasi informasi yang dibuat ACRL menyiratkan pentingnya peneliti memahami isu-isu ekonomi, hukum dan aspek sosial ekonomi seputar penggunaan dan akses informasi secara etis dan legal. Kemampuan
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
57
tersebut diukur melalui indikator kedua puluh sampai dengan dua puluh dua, rangkuman jawaban dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.9 Memahami isu-isu ekonomi, hukum dan aspek sosial ekonomi seputar penggunaan dan akses informasi secara etis dan legal
Nomor Pertanyaan Kuesioner
23
24
25
Memahami isu-isu Penilaian ekonomi, hukum dan aspek sosial ekonomi seputar penggunaan Frekuensi Bobot Persentase dan akses informasi secara etis dan legal Memahami isu-isu ekonomi, hukum dan aspek sosial ekonomi seputar informasi dan teknologi informasi 4 16 64 53,3% 3 3 9 10% 2 10 20 33,3% 1 1 1 3,3% Mengikuti peraturan/hukum serta kebijakan institusi dan etika yang berhubungan dengan akses dan penggunaan sumbersumber informasi 4 29 116 96,7% 3 1 3 3,3% 2 0 0 0% 1 0 0 0% Menghargai pengunaan sumber-sumber informasi dalam mengkomunikasikan produk atau performa 4 11 44 36,7% 3 8 32 26,7% 2 10 20 33,3% 1 0 0 0%
Dari data pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa 53,3% responden memilih blog di internet untuk mempublikasikan karya pribadi mereka dengan biaya yang murah. Pilihan tersebut dianggap tepat dengan pertimbangan bahwa dengan menyebarkan informasi melalui blog maka seseorang tidak dikenakan biaya dan dapat diakses banyak orang dari berbagai tempat. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa responden memiliki literasi informasi yang baik. Indikator berikut adalah kemampuan responden dalam mengikuti peraturan/hukum serta kebijakan institusi dan etika yang berhubungan dengan
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
58
akses dan penggunaan sumber-sumber informasi. Hal tersebut tersirat dalam pertanyaan nomor dua puluh empat tentang apakah responden mencantumkan nama pengarang dan sumbernya pada setiap karya yang dikutip, dari data pada tabel 4.9 tampak bahwa 96,7% responden mencantumkan nama pengarang dan sumbernya pada kutipan yang dibuat. Bentuk penghargaan terhadap sebuah hasil karya tampak dari pengakuan terhadap karya tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa responden memiliki literasi informasi yang baik. Penerapan dari indikator terakhir, menghargai pengunaan sumber-sumber informasi dalam mengkomunikasikan produk atau performa terlihat dari pertanyaan kuesioner nomor dua puluh lima, dari data tabel 4.9 terlihat bahwa sebagian kecil responden 36,7% menghargai penggunaan sumber-sumber informasi dalam mengkomunikasikan produk atau performanya. Tanggung jawab terhadap isi suatu karya akan berdampak pada pihak yang memanfaatkannya, jadi walau sesorang menggunakan ide orang lain namun menginterpretasikan dengan kata-kata sendiri maka sebaiknya tetap mencantumkan data yang merujuk dari mana ide tersebut di dapat. Berdasarkan fakta yang di dapat, penelitian ini akan merekomendasikan beberapa implikasi yang akan meningkatkan literasi informasi dan publikasi hasil penelitian para responden. Singkatnya, implikasi yang diberikan adalah sebagai berikut. Model proses literasi informasi yang dikembangkan dan diuji dalam penelitian ini diambil dalam bidang pendidikan dengan menggunakan standar ACRL. Dalam penelitian ini model itu digunakan dalam konteks tempat kerja dan diterapkan terhadap situasi di suatu pusat penelitian. Penelitian ini menggunakan studi kasus terhadap literasi informasi responden yang terdiri dari kelompok yang dibagi berdasarkan karakteristik individu dalam hal ini pendidikan, lama kerja dan jabatan. Untuk mendapatkan variabilitas, sampel diambil dengan menggunakan metode acak terstruktur. Memanfaatkan kuesioner sebagai alat pengumpulan data merupakan sarana yang dipilih dalam penelitian yang melihat hubungan literasi informasi dengan publikasi hasil penelitian. Titik akhir pada kuesioner adalah menggunakan 30 pertanyaan dalam skala satu sampai empat yang dibagi menjadi tiga kelompok komponen pertanyaan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
59
Implikasi praktis termasuk berbagai saran untuk kerja lapangan, program pendidikan dan pelatihan literasi informasi. Selain itu, kebijakan pengembangan sumber daya manusia sebagai personil dapat dikembangkan berdasarkan implikasi dan dapat membantu mengalokasikan staf berdasarkan keahlian mereka. Rata-rata skor literasi informasi relatif tinggi, namun skor terendah responden dilaporkan dalam menggunakan informasi baru dan yang terdahulu untuk perencanaan dan penciptaan hasil yang istimewa atau kinerja yang lebih baik yang meliputi membentuk informasi menjadi format baru guna disebarkan kembali. Hasil ini menyiratkan bahwa responden tidak merasa yakin tentang merevisi proses pengembangan untuk hasil atau kinerja. Selain itu, program mentoring dapat dikembangkan pada tahun-tahun pertama pegawai baru dengan mendapat bimbingan dari staf yang berpengalaman sebagai mentor maupun petugas perpustakaan yang terlatih guna meningkatkan kesadaran terhadap literasi informasi. Secara khusus, perbandingan lama kerja mengindikasikan bahwa responden yang lebih senior memiliki kemampuan literasi informasi yang lemah daripada mereka yang lebih muda. Dengan demikian, prioritas dalam pelatihan literasi informasi harus diberikan untuk staf senior sebagai penyegaran. Dalam dunia berbasis teknologi, responden menghadapi pillihan sumber serta format informasi yang lebih kompleks dan digital-oriented. Oleh karena itu, responden harus melengkapi pengetahuan dengan kemampuan komputasi yang baik. Komponen literasi informasi harus terintegrasi dengan kebijakan lembaga, khususnya, institusi harus dapat menyediakan sumber-sumber informasi bermutu dan sarana teknologi komunikasi yang memadai. Implikasi ini sesuai dengan konsep Kuhlthau (1996) dengan menerapkan zona intervensi. Menurut Kuhlthau, zona intervensi adalah pengguna informasi membutuhkan bantuan jika tidak ia akan mengalami kesulitan. Dalam konteks ini, peran struktural sebagai pengambil kebijakan masa depan diperlukan untuk mengidentifikasi zona intervensi guna peningkatan publikasi hasil penelitian. Temuan menunjukkan bahwa ada hubungan terbalik antara skor lama kerja dengan literasi informasi. Ini berarti responden yang lebih senior dalam hal usia dan jabatan fungsional merasa kurang percaya diri dalam keterampilan
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
60
literasi informasi dan dapat terjadi karena kurangnya kemampuan dalam pemanfaatan teknologi informasi & komunikasi karena responden merasa tidak lebih berpengalaman. Hasil ini mungkin menunjukkan bahwa responden perlu meningkatkan literasi informasi sejalan dengan perkembangan teknologi antara lain komputer untuk kepentingan kerja & pengembangan diri. Setelah bekerja untuk beberapa waktu lamanya, seorang staf mungkin tidak merasa memiliki kewajiban untuk meningkatkan keterampilan literasi informasi mereka. Untuk menangani masalah ini, jenis program pelatihan literasi informasi yang bersifat personal perlu diadakan bagi staf yang membutuhkan untuk meningkatkan kemampuan literasi informasi terlepas dari jabatan dan lama kerja.
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Berdasarkan tujuan penelitian ini dan sesuai dengan uraian dari hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Literasi informasi peneliti di Pusat Penelitian Bioteknologi – LIPI berdasarkan nilai rata-rata disimpulkan sudah baik. Responden mampu menentukan sifat dan cakupan informasi yang dibutuhkan. Responden memiliki keterampilan yang cukup memadai dalam mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien. Responden memahami pentingnya mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya secara kritis dan menggabungkan informasi terpilih ke dalam dasar-dasar pengetahuan dan sistem nilai. Secara individu atau sebagai anggota dan suatu kelompok, responden dapat menggunakan informasi secara efektif untuk memenuhi tujuan tertentu. Pemahaman responden yang memadai terhadap isu-isu ekonomi, hukum dan aspek sosial ekonomi seputar penggunaan dan akses informasi secara etis dan legal. 2. Hasil analisis deskriptif dan analisis korelasi menunjukkan hubungan literasi informasi dengan publikasi hasil penelitian sangat lemah. Hal ini dapat dipahami bahwa publikasi hasil penelitian tidak hanya sebatas tulisan yang terbit dalam jurnal ilmiah namun juga dapat berbentuk buku maupun proceeding.
5.2. Saran-saran Berdasarkan
uraian
hasil
dan
kesimpulan
penelitian,
peneliti
menyampaikan beberapa saran sebagai berikut : 1.
Agar peneliti khususnya di lingkungan Pusat Penelitian Bioteknologi – LIPI lebih mengeksplorasi dan mengembangkan kemampuan literasi informasi sehingga dapat menghasilkan publikasi hasil penelitian yang lebih baik secara kuantitas maupun kualitas.
61
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
62
2.
Dalam pengembangan organisasinya P2 Bioteknologi - LIPI dapat melakukan beberapa alternatif strategi yaitu: a) membuat program perencanaan literasi informasi bagi para peneliti dan staf secara berkesinambungan; b) kegiatan literasi informasi yang dilakukan dapat berupa bimbingan personal kepada staf yang membutuhkannya untuk kepentingan kerja & pengembangan diri; c) bekerjasama dengan perpustakaan khususnya sebagai unit sumber informasi guna mengatasi kelemahan literasi informasi guna pencapaian hasil lembaga yang lebih maksimal.
3.
Literasi informasi adalah proses yang berkesinambungan, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan sebagai bentuk upaya evaluasi.
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
63
DAFTAR PUSTAKA
Accenture. (2010). Jumping the boundaries of corporate IT: Accenture global research
on
Millennials’
use
of
technology.
http://www.accenture.com/SiteCollectionDocuments/PDF/global_millenni al_generation_research.pdf (6 Maret 2012) Al-Daihani, S. M., and Rehman, S. U. (2007). A study of the information literacy capabilities of the Kuwaiti police officers. Electronic Library, 25(5), 613626. American Library Association Presidential Committee on Information Literacy. (1989). Final report. American Library Association. http://www.ala.org/acrl/publications/whitepapers/presidential (11 Desember 2011) Andrianto, Andi. (2012). Penelitian kampus minus peran negara. www.suaramerdeka.com (2 April 2012) Aruan, Dora Angelina. (2007). Literasi informasi: 7 langkah knowledge management. Jakarta: Universitas Atma Jaya. Association of College and Research Libraries. (2000). Information literacy competency standards for higher education. Chicago: American Library Association. Baro, Emmanuel E. (2011). A survey of information literacy education in library schools in Africa. Library Review. Vol. 60 No. 3: 202-217. Behrens, Shirley J. (1994). A conceptual analysis and historical overview of information literacy. College and Research Libraries (Juli): 309-321. Bandura, A. (1977). Self-efficacy: Toward a unifying theory of behavior change. Psychological Review, 84, 191-215. Bandura, A. (1997). Self-efficacy: The exercise of control. New York, NY: W.H. Freeman. Boon, S., Johnston, B., and Webber, S. (2007). A phenomenographic study of English faculty’s conceptions of information literacy. Journal of Documentation, 62(3), 204-228. Diakses 1 Desember 2011, from http://www.essaybay.com/articles/englishliterature4.pdf
63
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
64
Brand-Gruwel, S., Wopereis, I. G. J. H., and Vermetten, Y. (2005). Information problem solving by experts and novices: Analysis of a complex cognitive skill. Computers in Human Behavior, 21, 487-508 Breivik, Patricia Senn. (2005). 21st century learning and information literacy. Change (March/April): 20-27. Bruce, Christine. (1999). Workplace experiences of information literacy. International Journal of Information Management 19: 33-47. Cheuk, Bonnie. (1998). An Information seeking and using process model in the workplace: a constructivist approach. Asian Libraries 7, no. 12. Comission of the European Communities. (2003). Researcher in the European research area: one profession, multiple careers. Brussels. Departemen Pertanian. (2008). Panduan budaya kerja dan etika peneliti. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Diao, Ai Lien. (2005). Current state of information literacy awareness and practices in Indonesian primary and secondary public schools. Disampaikan pada Seminar Sehari Pemanfaatan ICT untuk Menumbuhkan Kreatifitas Guru dan Siswa dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PDIILIPI, 19 Desember 2005. Eisenberg, Michael B., Lowe, Carrie A., Spitzer, Kathleen L. (1998). Information literacy: Essential skills for the information age. New York: ERIC Clering House on Information & Technology Syracuse University. Fanany, Ismet. (1992). Plagiat-plagiat dim it tragedy akademis di indonesia. KOMPAS, 22 November 1992. Goad, Tom W. (2002). Information literacy and workplace performance. Westport, Connecticut: Quorum Books. Green, Rosemary. (2010). Information Illiteracy: examining our assumptions. The Journal of Academic Librarianship. Vol. 36 No. 4: 313-319. http://pdn.sciencedirect.com/science?_ob=MiamiImageURL&_cid=27206 9&_user=10618249&_pii=S009913331000100X&_check=y&_origin=sea rch&_zone=rslt_list_item&_coverDate=2010-07-31&wchp=dGLzVlBzSkWb&md5=caf88ad04e6dbe0cd44c1c3931cef962/1-s2.0S009913331000100X-main.pdf
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
65
Hanchman, Mark. (2011). IDC: Mobile Internet Use to Pass PCs by 2015. http://www.pcmag.com/article2/0,2817,2392796,00.asp (6 Maret 2012) Hay Group. (1999). Work measurement/job evaluation. Jakarta. (makalah) Hobbs, R. (2001). ―Expanding the concept of literacy‖. Dalam R. Kubey (ed). Media Literacy in the information age. Current Perspectives. Vo l.6 163183. Indonesia. (2004). Menpan Nomor: KEP/128/M.PAN/9/2004 tentang jabatan peneliti dan Angka Kreditnya. Jakarta. Kent State University. (2006). Project SAILS. Standardized assessment of information literacy skills. https://www.projectsails.org (27 Februari 2012) Kerlinger, F.N. & Lee, H.B. (2000). Foundations of behavioral research (4th ed.). Fort Worth, TX: Harcourt College Publishers. Kirk, J. (2004). Information and work: Extending the roles of information professionals, challenging ideas. Proceedings of the ALIA 2004 Biennial Conference, 21-24 September 2004, Gold Coast, Diakses 30 Oktober, 2011 from http://conferences.alia.org.au/alia2004/pdfs/kirk.j.paper.pdf Kuhlthau, C. (1991). Inside the search process: Information seeking from the user’s perspective. Journal of the American Society for Information Science, 42(5), 361-371. Kulthau, Carol. (1993). Seeking meaning: a process approach to library and information services. Norwood, NJ: Ablex. Kurbanoglu, S. (2003). Self-efficacy: A concept closely linked to information literacy and lifelong learning. Journal of Documentation, 59(6), 635-646. Kurbanoglu, S. S., Akkoyunlu, B., and Umay, A. (2006). Developing the Information Literacy Self-Efficacy Scale. Journal of Documentation, 62(6), 730-743. Leckie, G., Pettigrew, K., and Sylvain, C. (1996). Modeling the informationseeking of professionals: A general model derived from research on engineers, healthcare professionals, and lawyers. Library Quarterly, 66, 161-193. Lloyd, A. (2007). Learning to put out the red stuff: Becoming information literate through discursive practice. Library Quarterly, 77(2), 181-198.
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
66
Maughan, Patricia Davitt. (2001). Assessing information literacy among undergraduates: a discussion of the literature and the University of California-Berkeley assessment experience. College and Research Libraries. 62, no. 1 (Januari). Milliman, J. [et. al]. (2002). An explanatory assessment of the purposes of performance appraisals in North and Central America and the Pacific Rim. Human Resource Management, 41 (1), 87-102. Newton, Isaac (1687, 1713, 1726). "[4] Rules for the study of natural philosophy", Philosophiae Naturalis Principia Mathematica, Third edition. The General Scholium containing the 4 rules follows Book 3, The System of the World. Reprinted on pages 794-796 of I. Dalam terjemahan Bernard Cohen dan Anne Whitman 1999, University of California Press ISBN 0-520-08817-4, 974 hlm. O’Connor, Lisa G., Carolyn J. Radcliff, and Julie A. Gedeon. (2002). Applying systems design and item response theory to the problem of measuring information literacy skills. College and Research Libraries 63, no. 6. Oman, Julie N. (2001). Information literacy in the workplace. Information Outlook 5, No. 6 (June): 32-43. Pietrogiacomo, Paola Di & Oliver Da Costa. (2005). European monitoring system on researchers and research personnel. http://in3.dem.ist.utl.pt/downloads/recent_publications/Career_paths_and_ mobility_of_researchers_in_Europe.pdf Ren, W. (1999). Self-efficacy and the search for government information. Reference & User Services Quarterly, 38(3), 283-291. Rieh, Soo Young. (2002). Judgement of information quality and cognitive authority in the web. Journal of the American Society for Information Science and Technology, 53, no.2: 145-161. Rockman, Ilene F. (2002). Strengthening connections between information literacy, general education and assessment effort. Library Trends 51, no. 2. Stefl-Mabry, J. (2005). The reality of media preferences: Do professional groups vary in awareness? Journal of the American Society for Information Science and Technology, 56(13), 1419-1426.
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
67
Sudarsono, Blasius. (2009). Keberinformasian: Sebuah pemahaman awal. Dalam Pustakawan
cinta
dan
teknologi.
Jakarta:
Ikatan
Sarjana
Ilmu
Perpustakaan dan Informasi Indonesia. H.A.R Tilaar. (2006). Dalam ―Menggadaikan Etika Profesi‖, oleh D. Koesoema A. Kompas, 14 Maret 2007 Wilkinson, M.A. (2001). Information sources used by lawyers in problemsolving: An empirical exploration. Library & Information Science Research, 23, 257-276. Zurkowski, Paul G. (1974). The information service environment relationship and priorities. Washington, D.C: National Commission on Libraries and Information Science.
Universitas Indonesia
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
68
LAMPIRAN
68
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
69
Lampiran 1
Pendahuluan Sebelum Anda berpartisipasi dalam penelitian ini, perlu Anda membaca dan memahami manfaat, tujuan dan bagaimana penelitian berikut akan dilakukan. Literasi informasi merupakan seperangkat pengetahuan serta keterampilan penting yang harus dimiliki dalam lingkungan pekerjaan. Jika seseorang, khususnya peneliti memiliki tingkat literasi informasi yang baik maka ia akan mengetahui lebih dari sekedar bagaimana memperoleh informasi. Mereka juga memahami batasan-batasan dan kebutuhan untuk mengetahui bagaimana mereka menggunakan informasi, dan mereka memahami bagaimana caranya mengatur dan mengkomunikasikan informasi. Literasi informasi adalah suatu keterampilan yang sangat penting bagi setiap orang yang setiap harinya selalu bergulat dengan informasi. Jika literasi informasi dapat menjadikan para peneliti memiliki keunggulan kompetitif dalam bidang penelitian, hal ini dapat memacu peneliti untuk sukses di masa mendatang. Literasi informasi akan memudahkan peneliti untuk melakukan kegiatan penelitian ataupun belajar secara mandiri dimana pun ia ada dan tengah berinteraksi dengan berbagai informasi. Kemampuan ini akan berpengaruh terhadap karya tulis ilmiah hasil penelitian karena melalui keterampilan literasi informasi maka seorang peneliti mampu berpikir secara kritis dan logis serta tidak mudah percaya terhadap informasi yang diperoleh sehingga perlu mengevaluasi terlebih dahulu informasi yang diperoleh sebelum menggunakannya. Judul Penelitian: Hubungan Literasi Informasi Peneliti dengan Publikasi Penelitian di Pusat Penelitian Bioteknologi – LIPI. Penelitian ini dilakukan di bawah pengawasan Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Tujuan Studi: Penelitian ini bertujuan pertama untuk mengeksplorasi literasi informasi yang dimiliki peneliti; dan terakhir, menganalisis hubungan antara literasi informasi peneliti dengan publikasi penelitian yang dihasilkan. Prosedur Penelitian: Anda akan diminta untuk mengisi kuesioner yang dapat memakan waktu sekitar 10-15 menit. Manfaat: Temuan penelitian ini dapat menjadi sarana merancang program pelatihan literasi informasi di masa yang akan datang, serta membangun sistem sesuai dengan kebutuhan peneliti yang sejalan dengan visi dan misi lembaga. Prosedur Kerahasiaan Penelitian: Tidak ada data pribadi yang akan dikumpulkan dan kerahasiaan informasi pribadi Anda (jika ada) tidak akan diungkapkan dalam setiap publikasi atau presentasi tentang penelitian ini dengan merahasiakan tanggapan yang Anda berikan. Anda dapat menyalin halaman ini sebagai catatan. Terima kasih atas partisipasi dalam penelitian ini, silahkan melanjutkan ke halaman berikutnya.
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
70
MAGISTER ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN LITERASI INFORMASI PENELITI DENGAN PUBLIKASI PENELITIAN DI PUSAT PENELITIAN BIOTEKNOLOGI – LIPI Nomor responden : ...............................................................(tidak perlu diisi) Tanggal/bulan/tahun : ............................................................... Petunjuk pengisian : Mohon kesediaan Anda mengisi kuesioner dengan jawaban yang Anda anggap sesuai. Jawablah pertanyaan atau pernyataan berikut ini dengan memberi tanda pada pilihan jawaban yang telah disediakan. Kuesioner ini hanya diperuntukkan untuk bahan penelitian semata. IDENTITAS NARASUMBER 1. Pendidikan formal terakhir yang apa Anda yang Anda tamatkan? Diploma (D3) Sarjana (S1) Magister (S2) Doktor (S3) 2. Berapa lama Anda bekerja di Pusat Penelitian Bioteknologi – LIPI? 0 – 5 tahun 15 – 20 tahun 5 – 10 tahun 20 – 25 tahun 10 – 15 tahun 25 – 30 tahun 3. Jabatan fungsional peneliti apakah yang Anda miliki saat ini? Peneliti Pertama Peneliti Madya Peneliti Muda Peneliti Utama LITERASI INFORMASI 4. Ketika mencari informasi, hal yang pertama Anda lakukan adalah? a. Merumuskan terlebih dahulu batasan/kriteria informasi yang dibutuhkan b. Meminta bantuan kepada pihak lain c. Tidak melakukan apapun hingga ada yang membantu d. Langsung melakukan pencarian informasi 5. Ketika Anda menemukan istilah ―diptera‖, sumber informasi apakah yang Anda gunakan untuk menentukan definisi istilah tersebut? a. Ensiklopedi (baik tercetak atau elektronik) b. Artikel jurnal yang berisi penelitian yang berkaitan dengan istilah tersebut c. Buku yang menyediakan informasi mengenai istilah yang dimaksud d. Tidak tahu 6. Apakah Anda mempertimbangkan biaya/manfaat dari pencarian informasi yang dilakukan? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
71
7. Apakah Anda mengevaluasi kembali batasan/kriteria informasi yang telah dibuat? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 8. Ketika mengakses informasi, cara apakah yang Anda lakukan untuk menelusur informasi? a. Menggunakan metode pencarian yang paling tepat b. Menggunakan berbagai metode pencarian c. Tidak menggunakan metode pencarian d. Menggunakan metode pencarian yang diciptakan sendiri 9. Sumber informasi apakah yang sebaiknya digunakan untuk mencari suatu padanan kata (sinonim)? a. Tesaurus c. Ensiklopedia b. Kamus d. Jurnal 10. Ada beberapa strategi pencarian informasi melalui komputer (database perpustakaan, internet, database jurnal elektronik, dsb). Mana di bawah ini yang disebut dengan strategi boolean operator? a. Penggunaan tanda AND, OR dan NOT b. Pencarian dengan kata kunci c. Penggunaan tanda ( ― ) d. Penggalan kata 11. Ketika Anda mengalami kesulitan dalam menemukan informasi di perpustakaan, maka yang Anda lakukan adalah: a. Bertanya pada pustakawan c. Bertanya pada teman b. Mencari sendiri d. Menghentikan pencarian 12. Manakah dari referensi berikut mengacu pada artikel jurnal? a. Steinberg, F. 1998. Physical and Spatial Quality of Cities in the HABITAT II Agenda: A Concern for Architects and Urban Planners. Open House International, 23(3): 24-29. b. Rifai, M. A. 1995. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan dan Penerbitan Karya Ilmiah Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. c. Trochim, W. M. K. 2001. Probability Sampling, Cornell University. http://trochim.human.cornell.edu/kb/sampprob.htm [6 Februari 2010] d. United Nations. 1994. Yokohama Strategy and Plan of Action for a Safer World: Guidelines for Natural Disaster Prevention, Preparedness and Mitigation. World Conference on Natural Disaster Reduction. Yokohama, Japan. 13. Untuk menemukan informasi berupa alamat (kantor, instansi, rumah, dsb) secara lengkap, maka sumber informasi yang digunakan adalah: a. Direktori c. Jurnal dan almanak b. Katalog dan indeks d. Kamus dan ensiklopedia 14. Anda melakukan pencarian melalui database dan menemukan referensi dengan ikon Portable Document Format (PDF). Artinya: a. Artikel ini tersedia secara elektronik dalam bentuk full-text b. Perpustakaan memiliki jurnal tercetak c. Anda dapat menelusur Google untuk mendapatkan artikel tersebut
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
72
d. Tidak tahu 15. Apakah Anda mengumpulkan ide-ide utama dari informasi yang didapat untuk membangun konsep baru? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 16. Untuk mengetahui subjek dari sebuah dokumen, maka bagian dokumen yang pertama kali dilihat adalah: a. Judul dan abstrak c. Isi dokumen b. Daftar isi d. Daftar pustaka 17. Apa yang Anda lakukan untuk mengevaluasi informasi yang telah diperoleh? a. Membaca dokumen secara utuh b. Melihat judul dan daftar isi c. Membaca abstrak d. Melihat daftar pustaka 18. Dalam mengevaluasi informasi, apa yang Anda lakukan terhadap informasi yang telah diperoleh? a. Melakukan kegiatan b, c dan d b. Mendiskusikan dengan ahli dan pakar dibidangnya c. Mengevaluasi informasi tersebut dengan pengetahuan yang dimiliki d. Membandingkan dengan pengetahuan terbaru 19. Penilaian kredibilitas digunakan untuk menentukan sejauh mana suatu informasi dapat dipercaya kualitas dan kebenarannya. Bagaimanakah Anda melihat kredibilitas suatu informasi? a. Penanggungjawab informasi c.Tempat pembuatan informasi b. Tahun pembuatan informasi d. Bentuk/format informasi 20. Bila Anda ingin mendapatkan informasi dari internet mengenai kesehatan jantung, maka kemungkinan alamat website yang Anda pilih adalah: a. www.healthy-heart-guide.com b. www.guardian.co.uk c. www.healheartclub.org d. www.bodyhealth.edu 21. Apakah yang Anda lakukan terhadap informasi yang telah digunakan? a. Membentuknya menjadi format baru guna disebarkan kembali b. Menyimpannya sebagai bukti fisik c. Menyimpan untuk digunakan kembali d. Membuang karena tidak dibutuhkan lagi 22. Langkah apa yang Anda lakukan jika akan mengkomunikasikan hasil karya Anda kepada orang lain? a. Memilih media yang paling tepat untuk mengkomunikasikannya b. Memilih aplikasi teknologi informasi untuk mengkomunikasikannya c. Menyampaikan dengan gaya yang mencirikan kepribadian Anda d. Menunggu orang lain bertanya tentang ada tidaknya hasil karya Anda
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
73
23. Bila Anda ingin mempublikasikan karya pribadi untuk diketahui orang banyak untuk tempat yang berbeda-beda dengan biaya yang murah, maka media yang Anda pilih adalah: a. Blog di internet c. Jurnal ilmiah b. Surat kabar d.Media lain (sebutkan)...................... 24. Apakah Anda mencantumkan nama pengarang dan sumbernya pada setiap karya yang Anda kutip? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 25. Bagaimana pendapat Anda dengan pernyataan berikut: ―tidak masalah untuk menggunakan ide orang lain selama Anda memakai kata-kata Anda sendiri‖? a. Salah c. Netral b. Benar d. Tidak tahu PUBLIKASI HASIL PENELITIAN Bagaimana pendapat Anda terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut? 26. Kesesuaian nama dengan spesialisasi bidang ilmu a. Sangat perlu c. Tidak perlu b. Perlu d. Tidak tahu 27. Sistematika dan konsistensi penulisan a. Sangat perlu b. Perlu
c. Tidak perlu d. Tidak tahu
28. Pelibatan mitra bestari sebagai penelaah a. Sangat perlu b. Perlu
c. Tidak perlu d. Tidak tahu
29. Publikasi ditujukan kepada masyarakat ilmiah a. Sangat perlu b. Perlu
c. Tidak perlu d. Tidak tahu
30. Keorisinilan pada kemajuan ilmu dan teknologi a. Sangat perlu c. Tidak perlu b. Perlu d. Tidak tahu
Terima kasih atas pertisipasi Anda
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
74
Lampiran 2 AKREDITASI JURNAL ILMIAH LIPI Kesesuaian Nama a. Sangat spesifik dan sesuai dengan spesialisasi bidang
Skor 5
ilmu/aplikasi b. Spesifik menggambarkan disiplin bidang ilmu/aplikasi
4
c. Agak spesifik tetapi kurang mencerminkan bidang
3
ilmu/aplikasi d. Bersifat umum
2
e. Hanya menggunakan nama lembaga dan/atau lokasi
1
Kelembagaan Penerbit
Skor
1. Pranata penerbit a. Satuan organisasi teknis ilmiah berbadan hukum, misal
5
lembaga penelitian setingkat pusat/lembaga eselon II atau lebih tinggi yang disesuaikan dengan kondisi setempat, perguruan tinggi setingkat fakultas atau lebih tinggi serta organisasi profesi ilmiah. b. Satuan organisasi, berdasarkan SK Pimpinan
4
c. Bentuk satuan lain
2
d. Tidak jelas
0
2. Pengelolaan penerbit a. Satuan organisasi teknis ilmiah, yang tidak terpengaruh oleh
4
adanya reorganisasi lembaga b. Bagian dari lembaga induk
2
c. Tidak jelas
0
2. Landasan/Pembakuan Nasional/Internasional a. ISSN
4
b. Tidak ada
0 Penyunting/Dewan Redaksi/Editor
Skor
1. Pelibatan mitra bestari sebagai penelaah ahli a. Pakar (Peneliti Utama, guru besar dan setingkat)
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
4
75
Internasional (luar/dalam negeri) b. Pakar (Peneliti Utama, guru besar atau yang setingkat)
3
dalam negeri lingkungan setempat c. Pakar (Peneliti Utama, guru besar atau yang setingkat) dari
2
lingkungan sendiri d. Tidak memakai penelaah ahli dari luar
1
2. Kualifikasi penyunting a. Lebih dari 50% terdiri dari Peneliti Utama/lektor kepala
2
dan/atau ahli peneliti/guru besar dan/atau berpendidikan S2 dan S3 yang setingkat b. Kurang dari 50% terdiri dari Peneliti Utama/lektor kepala
1
dan/atau ahli peneliti/guru besar dan/atau berpendidikan S2,S3 dan yang setingkat c. Peneliti berpendidikan S1 atau yang setingkat dibawahnya
0
2. Keterlibatan pejabat struktural dalam kompetensi penyunting a. Tidak ada
2
b. Ada
0
3. Keperwakilan pakar bidang ilmu dalam komposisi Penyunting a. Baik
2
b. Cukup
1
c. Kurang
0
4. Penggarisan tugas masing-masing penyunting, pembedaan antara penyunting penyelia, penyunting pelaksana dan penyunting tamu a. Ada dan berfungsi
2
b. Tidak ada
0 Kemantapan Penampilan
Skor
1. Ukuran berkala a. Mantap/baku
1
b. Tidak
0
2. Tata letak
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
76
a. Mantap/bagus dan baku
1
b. Tidak
0
3. Tipe huruf a. Mantap/Konsisten
1
b. Tidak
0
4. Jenis kertas a. Mantap/bagus
1
b. Tidak
0
5. Konsistensi jumlah halaman per penerbitan a. Selisih tidak melebihi 25%
1
b. Selisih melebihi 25%
0
6. Warna sampul a. Mantap/bagus
1
b. Tidak
0
7. Berpenciri terkenali dari jauh a. Ya
1
b. Tidak
0
8. Rancangan memikat a. Ya
1
b. Tidak
0
9. Kesan untuk kemantapan a. Terpelihara
1
b. Tidak
0 Gaya Penulisan
Skor
1. Sistematika penulisan a. Lengkap
2
b. Kurang
0
2. Konsistensi pembaban a. Ya
1
b. Tidak
0
3. Abstrak a. Ada
1
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
77
b. Tidak
0
4. Kata kunci a. Ada
1
b. Tidak
0
5. Penyajian instrumen pendukung, gambar (catatan kaki, grafik, bagan, tabel dst ) a. Informatif dan komplementer
1
b. Kurang
0
2. Cara pengacuan dan pengutipan a. Baku
1
b. Tidak
0
7. Penyusunan daftar pustaka a. Baku/Konsisten
1
b. Tidak
0
8. Pencatuman nama penulis dan nama lembaga a. Baku/Konsisten
1
b. Tidak
0
9. Petunjuk bagi calon penulis dalam setiap penerbitan a. Lengkap
1
b. Tidak lengkap
0
10. Pembacaan contoh cetak oleh penulis a. Dilakukan
1
b. Tidak
0 Substansi
Skor
1. Berisi hasil penelitian ilmiah, dan/atau konsep ilmiah a. Hanya berisi hasil penelitian ilmiah dan konsep ilmiah
2
b. Berisi hasil penelitian ilmiah, konsep ilmiah dan semi ilmiah
1
c. Berisi tulisan semi ilmiah saja d. Berisi tulisan populer
0,5 0
1. Publikasi ditujukan kepada masyarakat ilmiah/peneliti a. Ditujukan kepada masyarakat ilmiah/peneliti
1
b. Ditujukan kepada masyarakat umum
0
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
78
3. Cakupan keilmuan berkala a. Super spesialis (misalnya taksonomi jamur) b. Specialis (misalnya Fisiologi)
3 2,5
c. Cabang (misalnya Botani)
2
d. Disiplin (misalnya Biologi)
1,5
e. Kombinasi (a, b, c, d) f. Bunga rampai
1 0,5
4. Aspirasi wawasan berkala a. Internasional
5
b. Regional
4
c. Nasional
3
d. Kawasan
2
e. Lokal
1
5. Keorisinilan sumbangan berkala pada kemajuan ilmu dan teknologi a. Tinggi
5
b. Cukup
4
c. Sedang
3
d. Kurang
2
e. Rendah
1
6. Dampak ilmiah berkala a. Tinggi
2,5
b. Cukup
2
c. Sedang
1,5
d. Kurang
1
e. Rendah
0,5
7. Kadar perbandingan sumber acuan primer lainnya a. > 80%
2
b. 40% - 80%
1
c. < 40%
0,5
8. Derajat kemutakhiran pustaka acuan a. > 80%
2
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
79
b. 40% - 80%
1
c. <40%
0,5
9. Analisis dan sintesis a. Baik
2,5
b. Cukup
1
c. Kurang
0,5
10. Penyimpulan dan perampatan a. Baik
2,5
b. Cukup
2
c. Kurang
0,5 Keberkalaan
Skor
1. Frekuensi penerbitan a. Sesuai dengan jadwal yang ditentukan
2
b. Tidak sesuai
1
c. Tidak menyebut jadwal penerbitan
0
2. Tata penomoran majalah a. Konsisten
2
b. Tidak konsisten tetapi bersistem
1
c. Tidak bersistem
0
3. Penomoran halaman a. Berurut dalam satu jilid
1
b. Tiap nomor dimulai dengan halaman 1
0
4. Indeks tiap jilid a. Ada
1
b. Tidak ada
0
5. Sumber dana a. Terjamin dengan teratur
2
b. Terjamin tidak teratur
1
c. Tidak terjamin
0
6. Ketersediaan naskah a. > 200% isi satu nomor
2
b. 100% isi satu nomor
1
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012
80
c. < 100% isi satu nomor
0 Tiras
Skor
1. Tiras minimum terpenuhi a. Ya
2
b. Tidak
1
2. Menyediakan cetak lepas a. Ya
2
b. Tidak
0
3. Memenuhi wajib simpan (di PDII LIPI) a. Ya
1
b. Tidak
0 Lain-lain
Skor
1. Penyediaan halaman khusus untuk iklan a. ada/tidak ada iklan
2
b. ada iklan tanpa halaman khusus
0
2. Pemuatan artikel ulasan dan tinjauan ilmiah atas undangan a. Ya
2
b. Kadang-kadang
1
c. Tidak
0
3. Pemuatan tinjauan buku ilmiah baru yang sesuai dengan bidang keilmuan berkala a. Ya/kadang-kadang
1
b. Tidak
0
4. Pemuatan obituari tokoh ilmuan dalam bidang yang sesuai dengan bidang keilmuan berkala a. Ya/kadang-kadang
1
b. Tidak
0
5. Pemuatan foto penulis artikel a. Tidak
1
b. Kadang-kadang/ya
0
Hubungan literasi..., Ludya Arica Bakti, FIB UI, 2012