HUBUNGAN KURIKULUM PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN, KOMPETENSI DOSEN, DAN SARANA PRASARANA PENDIDIKAN DENGAN MUTU LULUSAN Lisa Dwi Astuti, SST, M.Keb
Abstract Background: Skilled and competent midwives play major role in improving mother and child welfare. A large number of Midwifery Diploma III institutions, lack of qualified lecturers, and the threat of midwives surplus in 2016, require Midwifery Diploma III institutions to generate competent graduates who are according with the ever-evolving needs of stakeholders. Aim (s) : This study aims to analyze the correlation between D III midwifery education curriculum, lecturers’ competence, education facilities and quality of graduates; analyze the opinion of alumni due to the implementation of the D III midwifery education curriculum, the availability of educational facilities, and the lecturers’ competence; and analyze the graduates’ competence according to the users. Methods : The study design was a mixed method with sequential explanatory design approach. Subjects were Alumni of Panti Wilasa Semarang Midwifery Academy graduated from 2008 until 2010 and the employer with 53 respondents for each groups. Data were analyzed using Spearman Rank correlation and multiple linear regression. Results : The results showed that simultaneously, there was no correlation between D III midwifery education curriculum, lecturers’ competence, educational facilities and quality of graduates. There was no correlation between D III midwifery education curriculum with the quality of graduates (rs=-0.114, p=0.414), there was fairly strong positive correlation between the quality of graduates and lecturers’ competence (B coefficient=0.433, p=0.005), there was no correlation between educational facilities and quality of graduates (rs=0.241, p=0.082). The analysis of concept map on the implementation of Midwifery Diploma curriculum consisted of educational programs,relevance midwifery curriculum to the field of work, development of science and technology, and ability of the students in timemanagement and adaptation. Education facilities required improvement in facilities management. There was diversity lecturers’ competence. The most excellent graduates’ competence based on the employer were skill-management and integrity. Conclusion: The study concludes that the better D III midwifery education curriculum does not guarantee better quality of graduates. The better lecturers’s competence, the better quality of graduates. Educational facilities and infrastructure do not guarantee better quality of graduates. Alumni found that educational programs, midwifery curriculum relevance to the field of work, science and technology development, and the ability of students in time-management and adaptation influence the implementation of Midwifery Diploma curriculum. The education facilities required improvement in management. There was diversity in
1
lecturers’ competence. The most excellent graduates’ competence based on the employer were management-skill and integrity. Keywords: curriculum, lecturer’s competence, education facilities, quality of graduates
Kerangka Pemikiran Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sampai dengan saat ini belum mengalami penurunan yang signifikan. Survai Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan bahwa AKI masih tinggi yaitu sebesar 228/100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 34/1000 kelahiran hidup.1 Kondisi tersebut secara tidak langsung memengaruhi rendahnya Human Development Index (HDI) Indonesia pada bidang kesehatan yang menduduki peringkat 118 dari 187 negara di dunia. Data HDI tersebut menjadi perhatian khusus bagi pemerintah untuk lebih menajamkan program-program kesejahteraan rakyat khususnya kesehatan, dengan memacu peningkatan dalam segi kualitas dan kuantitas.2 Bidan merupakan tenaga kesehatan yang memiliki andil terdepan dalam peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak yang sampai saat ini menjadi perhatian pemerintah dalam upaya pencapaian Millenium Development Goals (MDGs).3 Oleh karena itu institusi pendidikan D III kebidanan memiliki peran penting dalam menghasilkan ahli madya kebidanan yang terampil dan kompeten dalam melaksanakan tugasnya di tengah masyarakat. Program pendidikan D III Kebidanan termasuk ke dalam pendidikan vokasi yang mengarahkan mahasiswa pada kesiapan penerapan dan pengembangan keahlian tertentu, serta mengupayakan penggunaannya
untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat.4 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) tahun 2011 menyatakan bahwa saat ini di Indonesia terdapat 729 perguruan tinggi yang menyelenggarakan Program Studi Kebidanan jenjang D III. Sampai dengan tahun 2011, baru 11% program studi kebidanan yang telah terakreditasi. Banyaknya program studi kebidanan tersebut tidak diimbangi dengan jumlah dosen yang memenuhi kualifikasi, baik kualifikasi akademik ataupun sertifikasi. Jumlah dosen kebidanan yang memenuhi kualifikasi baru mencapai 350 orang (7%) dari standar minimal jumlah dosen kebidanan yang terkualifikasi di Indonesia yaitu 5000 orang.5 Data tersebut mencerminkan bahwa terdapat tuntutan yang cukup berat bagi insitusi pendidikan D III Kebidanan untuk tetap menyediakan tenaga bidan profesional yang diharapkan oleh masyarakat di tengah keterbatasan sumber daya yang dimiliki. Hal tersebut juga menjadi tantangan bagi institusi pendidikan D III Kebidanan dalam melaksanakan dan menyelenggarakan pengajaran yang berkualitas sebagai salah satu bagian pokok dalam pelaksanaan tridarma perguruan tinggi. Pengurus pusat Ikatan Bidan Indonesia (IBI) memperkirakan bahwa terdapat penambahan lulusan kurang lebih 70.000 bidan dalam satu tahun. DIKTI memprediksikan bahwa dengan melihat jumlah penyelenggara program studi kebidanan saat ini, 2
belajar. Para lulusan menilai bahwa perlu penambahan materi keterampilan dalam pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim serta pelayanan kebidanan komunitas.8 Penelitian United Nations Fund for Population Activity (UNFPA) tahun 2010 mengenai evaluasi kinerja lulusan bidan di Republik Sudan, menyatakan bahwa bidan desa di Sudan memiliki keterampilan yang kurang dalam melaksanakan asuhan kebidanan terutama di komunitas. Sister midwifery programme World Health organization (WHO) tahun 2004 di Sudan menunjukkan bahwa bidan yang memiliki kualifikasi dan sertifikasi kompetensi kebidanan sangat sedikit.9 Kurangnya kompetensi bidan dalam melaksanakan asuhan kebidanan dimulai dari keberadaan institusi pendidikan kebidanaan yang kurang kompeten dan berkualitas dalam melaksanakan pendidikan. Hal tersebut disebabkan karena jumlah institusi pendidikan kebidanan terlalu sedikit sehingga tidak mencukupi untuk memproduksi lulusan bidan yang diperlukan, kebijakan pemerintah yang belum mendukung pelaksanaan pendidikan dan pelayanan kebidanan, belum ada tujuan pembelajaran (kurikulum) yang mantap, keterampilan dosen yang kurang, dan minimnya fasilitas penunjang.9 Beberapa data di atas, menunjukkan bahwa institusi penyelenggara pendidikan D III Kebidanan perlu melaksanakan upaya penjaminan mutu dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan (Quality Assurance). Higher Education Longterm Strategies(HELTS) 20032010 menyatakan bahwa penjaminan mutu di suatu perguruan tinggi adalah proses penerapan dan pemenuhan standar mutu secara konsisten dan
diperkirakan untuk 5 tahun ke depan (tahun 2016) akan banyak lulusan bidan yang tidak akan terserap. Kedua data tersebut saling mendukung dan menguatkan bahwa pada tahun 2016 akan terjadi surplus bidan di Indonesia.5-6 Penelitian Sumitri mengenai penilaian kinerja lulusan bidan Poltekkes Kemenkes Padang menunjukkan bahwa 71% pengguna lulusan menilai bahwa kompetensi lulusan baik. Namun masih banyak terdapat keluhan pengguna lulusan mengenai kinerja dan kompetensi lulusan. Keluhan tersebut antara lain masih ada lulusan yang bekerja di luar kewenangannya sebagai bidan, disiplin dan etika yang kurang, kurang komunikasi, kurang percaya diri, kurangnya kemampuan promosi kesehatan dan konseling, serta kurang mandiri dalam pengambilan keputusan klinis.7 Penelitian United State Agency International Development (USAID) pada tahun 2009 mengenai program evaluasi pra-layanan pendidikan kebidanan di Afghanistan, menunjukkan bahwa kompetensi lulusan cukup baik dalam praktik pelaksanaan pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan namun kurang dalam penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan obstetri, misal penanganan syok (25%) dan pengeluaran plasenta secara manual (39%). Para lulusan menyatakan bahwa tidak semua materi dan keterampilan yang diberikan selama perkuliahan dapat diaplikasikan langsung saat bekerja, lulusan tidak puas terhadap pelaksanaan pembelajaran pada saat kuliah dahulu karena terdapat materi serta keterampilan yang dirasakan belum maksimal dalam pelaksanaannya dikarenakan kurikulum yang tidak menunjang dan terbatasnya fasilitas 3
berkelanjutan, sehingga stakeholder (mahasiswa/alumni, dosen, tenaga penunjang, orang tua mahasiswa, dunia kerja/pihak lain) memperoleh kepuasan.10 Upaya penjaminan mutu yang dilaksanakan di perguruan tinggi dilaksanakan dengan mengacu kepada pelaksanaan delapan standar nasional pendidikan yang termuat di dalam Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi (SPMPT). Standar nasional pendidikan merupakan kriteria minimal yang ditetapkan dalam pelaksanaan sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi di Indonesia antara lain : standar isi, standar proses pembelajaran, standar kompetensi lulusan, standar dosen dan tenaga kependidikan, standar sarana prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.11-12 Suatu penelitian mengenai faktorfaktor yang memengaruhi kualitas pendidikan yang dilaksanakan di Surabaya (2008), menunjukkan bahwa dari berbagai faktor yang diuji menunjukkan bahwa faktor kurikulum program studi, kompetensi dosen, dan sarana prasarana pendidikan merupakan faktor yang secara signifikan dan dominan memengaruhi kualitas pendidikan pada suatu perguruan tinggi.13 Fokus aktivitas suatu institusi pendidikan tercermin di dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Kurikulum sebuah program studi menjadi patokan dalam segala perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, sekaligus menjadi sebuah panduan untuk menghasilkan kompetensi lulusan yang akan di cetak.14 Kurikulum yang dilaksanakan oleh Akademi Kebidanan Panti Wilasa Semarang sampai dengan saat ini mengacu kepada kurikulum nasional pendidikan
Diploma III Kebidanan tahun 2002 yang disusun oleh Pusat Pendidikan Tenaga kesehatan (Pusdiknakes) beserta IBI, dengan penambahan muatan lokal berupa Bahasa Inggris dan Sistem Manajemen Kinerja Klinik (SPMKK). Berdasarkan Undangundang Sistem Pendidikan Nasional, setiap perguruan tinggi berhak untuk menentukan dan mengembangkan kurikulum sendiri sesuai dengan kemampuan dan tujuan yang ingin dicapai serta menonjolkan ciri khas masing-masing perguruan tinggi, tanpa meninggalkan kurikulum inti pendidikan yang harus tersedia di dalamnya.15-16 Kurikulum pendidikan seharusnya ditunjau ulang setiap 4-5 tahun, untuk menilai relevansi kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta perkembangan kebutuhan stakeholder. 12, 17 Sampai dengan saat ini Akademi Kebidanan Panti Wilasa belum pernah melaksanakan evaluasi peninjauan kurikulum, sehingga kebutuhan untuk pelaksanaan peninjauan kurikulum dirasa cukup mendesak. Sampai dengan saat ini, terdapat 64 program studi yang menyelenggarakan pendidikan D III Kebidanan di Jawa Tengah, dan 13 diantaranya ada di kota Semarang. Kedua hal tersebut di atas, menjadi tantangan yang cukup berat bagi Akademi Kebidanan Panti Wilasa agar dapat tetap bersaing. Oleh karena itu diperlukan masukan yang membangun dari alumni mengenai pelaksanaan kurikulum dan pendapat pengguna lulusan terhadap kompetensi lulusan saat bekerja agar institusi pendidikan terutama Akademi Kebidanan Panti Wilasa dapat berbenah diri demi meningkatkan mutu lulusan agar dapat memenuhi kebutuhan stakeholder yang senantiasa berkembang. 4
tersedia dengan lengkap dan sesuai dengan standar penjaminan mutu pendidikan tinggi, akan sangat mendukung keberlangsungan sebuah proses pendidikan. Sarana prasarana pendidikan yang tersedia dengan lengkap dan dalam kondisi yang terpelihara diharapkan mampu meningkatkan kualitas pencapaian tujuan pembelajaran sehingga kompetensi yang diharapkan dapat tercapai.12 Alumni sebagai pihak yang memiliki pengalaman terlibat langsung dalam pelaksanaan pembelajaran, memiliki peran penting dalam pemberian informasi yang berharga dan spesifik mengenai evaluasi pelaksanaan program pendidikan di suatu institusi pendidikan. Pengguna lulusan merupakan pihak yang menggunakan hasil lulusan suatu instutusi pendidikan, institusi pendidikan memiliki kewajiban untuk dapat menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Perlu dilaksanakan studi penelusuran alumni untuk mengevaluasi pelaksanaan kurikulum yang telah diterapkan, peran dosen dalam proses pembelajaran, dan ketersediaan sarana prasarana pendidikan dalam menunjang proses pembelajaran; serta evaluasi dari pengguna lulusan terhadap kompetensi lulusan yang dihasilkan Akademi Kebidanan Panti Wilasa. Hal tersebut akan sangat berguna sebagai masukan bagi upaya penjaminan mutu institusi dan pelaksanaann proses perbaikan yang berkelanjutan. Metode Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah Alumni Akademi Kebidanan Panti Wilasa Semarang Tahun Lulus 2008-2010 dan pengguna lulusan yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk kriteria eksklusi, dan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tidak dapat lepas dari peran dosen yang ada dalam suatu institusi pendidikan. Dosen berperan sebagai agen pembelajaran, pengembang ilmu pengetahuan, serta pengabdi kepada masyarakat sehingga meningkatkan mutu pendidikan nasional. Kedudukan dosen juga bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan bertanggungjawab.18 Selaku tenaga pendidik profesional, dosen harus memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kepribadian. Dengan berbekal keempat kompetensi tersebut dosen diharapkan dapat melaksanakan proses pembelajaran yang berkualitas, tidak hanya sebagai proses transfer pengetahuan, namun dosen juga dapat menjadi teladan dan model dalam pembentukan kepribadian dan sikap mahasiswa.15, 18 Dosen yang saat ini mengajar di Akademi Kebidanan Panti Wilasa memiliki latar pendidikan beragam, dengan perbandingan jumlah dosen dan mahasiswa yang cukup besar yaitu jumlah dosen kebidanan sebanyak 10 orang untuk 300 orang mahasiswa, dan dosen tidak tetap sebanyak 22 orang. Hal tersebut dikhawatirkan akan menjadi kendala dalam pelaksanaan proses pembelajaran, sehingga perlu diketahui lebih lanjut peran dan kompetensi dosen saat mengajar sebagai proses evaluasi yang berkelanjutan untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran. Ketersediaan fasilitas pendidikan sangat diperlukan dalam interaksi antara mahasiswa dengan dosen dalam proses pembelajaran. Keberadaan fasilitas pendidikan yang 5
wawancara pada partisipan ketiga, peneliti telah mendapatkan data jenuh/tidak mendapatkan informasi baru, sehingga pelaksanaan wawancara dihentikan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah mixed methods dengan strategi sequential eksplanatory design, yaitu pendekatan dalam penelitian yang mengkombinasikan atau menghubungkan antara penelitian kuantitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara bertahap. Penelitian kualitatif dilaksanakan setelah mengetahui hasil dari penelitian kuantitatif, dan bertujuan untuk menggali informasi lebih dalam berkaitan dengan hasil tersebut.57-58 Tahap pertama dilaksanakan dengan mengumpulkan dan menganalisis data secara kuantitatif mengetahui hubungan antara kurikulum pendidikan D III Kebidanan, kompetensi dosen, dan sarana prasarana pendidikan terhadap mutu lulusan. Tahap kedua yaitu mengumpulkan dan menganalisis data secara kualitatif. Pengumpulan dan analisis data dilakukan untuk mengetahui pendapat alumni terhadap pelaksanaan kurikulum, ketersediaan sarana prasarana pendidikan, dan kompetensi dosen; serta bagaimanakah kompetensi lulusan saat bekerja menurut pengguna lulusan. Pada tahap 1 Penelitian Kuantitatif, peneliti menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Pada variabel kurikulum pendidikan D III Kebidanan kuesioner terdiri dari 16 pertanyaan dengan menggunakan skala likert. Kuesioner disusun oleh peneliti dengan melihat 6 aspek evaluasi kurikulum yang terdapat pada Panduan Sistem Penjaminan Mutu Internal Perguruan Tinggi (SPMPT). Pada variabel
bersedia menjadi responden (mengisi informed consent). Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh alumni Akademi Kebidanan Panti Wilasa Semarang dan pengguna lulusan tersebut. Sedangkan populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah alumni Akademi Kebidanan Panti Wilasa Semarang tahun lulus 20082010 sebanyak 277 orang dan pengguna lulusan tersebut. Sampel pada penelitian ini adalah adalah alumni Akademi Kebidanan Panti Wilasa tahun lulus 2008-2010 dan pengguna lulusan, yang diambil dengan menggunakan rumus ukuran sampel untuk koefisien korelasi . Partisipan pada penelitian dengan metode kualitatif ini adalah alumni Akademi Kebidanan Panti Wilasa Tahun Lulus 2008-2010 beserta pengguna lulusan, yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian kualitatif tidak ditentukan, namun kejenuhan data yang menjadi ukuran. Data dikatakan jenuh apabila tidak ada informasi baru yang didapat. Pada penelitian ini wawancara dilaksanakan kepada 3 orang partisipan alumni dan 3 orang partisipan pengguna lulusan. Dua orang partisipan alumni diambil berdasarkan data kuantitatif yaitu alumni yang memiliki nilai rata-rata rendah untuk penilaian kurikulum, ketersediaan sarana prasarana, dan kompetensi dosen, sedangkan satu orang alumni dengan penilaian ratarata tinggi untuk penilaian kurikulum, ketersediaan sarana prasarana, dan kompetensi dosen diwawancara untuk kepentingan triangulasi data. Partisipan pengguna lulusan yang diwawancara disesuaikan dengan alumni yang telah diwawancara sebelumnya. untuk mengetahui kompetensi alumni tersebut saat bekerja. Setelah pelaksanaan 6
Untuk keperluan analisis data dan memudahkan pengolahan data dilaksanakan transformasi data ordinal menjadi data interval dengan rumus skala 100. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat distribusi frekuensi responden menurut karakteristik kurikulum pendidikan D III Kebidanan, kompetensi dosen, sarana prasarana pendidikan, dan mutu lulusan. Analisis bivariabel digunakan untuk menguji hipotesis yaitu hubungan variabel bebas dan variabel terikat. Analisis dilakukan dengan menghitung besarnya korelasi. Analisis korelasi yang digunakan untuk data interval adalah teknik statistik parametrik dengan menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment
kompetensi dosen, kuesioner terdiri dari 28 pertanyaan dengan menggunakan skala likert. Kuesioner disusun berdasarkan buku Pedoman Sertifikasi Dosen terutama pada bagian penilaian kompetensi dosen oleh mahasiswa. Pada variabel sarana prasarana pendidikan, kuesioner terdiri dari 34 pertanyaan dengan menggunakan skala likert. Kuesioner disusun peneliti berdasarkan poin pokok praktik baik standar prasarana dan sarana dalam Panduan Sistem Penjaminan Mutu Internal Perguruan Tinggi (SPMPT). Pada variabel mutu lulusan, kuesioner terdiri dari 30 pertanyaan dengan menggunakan skala likert. Kuesioner disusun berdasarkan komponen inti evaluasi kinerja lulusan sesuai dengan Borang Akreditasi Program Studi Diploma Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Tinggi (BAN-PT) yang meliputi 7 aspek, serta instrumen penelusuran alumi Universitas Airlangga yang disesuaikan dengan dengan visi misi institusi Akademi Kebidanan Panti Wilasa. Pada tahap 2 Penelitian Kualitatif, peneliti merupakan instrumen penelitian, peneliti menggunakan bantuan berupa panduan wawancara dalam melakukan in depth interview. Wawancara akan dihentikan apabila telah didapatkan data jenuh, yaitu apabila sudah tidak ada lagi informasi baru yang didapatkan.Wawancara dilaksanakan kepada 3 partisipan alumni untuk mengetahui pendapat alumni terhadap pelaksanaan kurikulum, ketersediaan sarana prasarana pendidikan, dan kompetensi dosen; serta kepada 3 partisipan pengguna lulusan untuk mengetahui kompetensi lulusan saat bekerja.
Hasil Penelitian Sebagian besar IPK kelulusan subjek antara 3,00-3,50 (79,2%). Lama waktu yang diperlukan untuk penyelesaian studi yang ditempuh oleh seluruh subjek yaitu 6 semester (100%). Lama waktu yang diperlukan untuk menunggu mendapatkan pekerjaan setelah lulus pendidikan sebagian besar kurang dari 6 bulan (84,9%). Sedangkan kesesuaian bidang kerja dengan pendidikan yang ditempuh sebagian besar bekerja di rumah sakit/klinik swasta (56,6%). Pad variabel kurikulum pendidikan D III kebidanan memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan variabel kompetensi dosen dan sarana prasarana pendidikan ( x =79,24). Skor kurikulum pendidikan D III Kebidanan dari segi rata-rata tergolong kategori tinggi, sedangkan kompetensi dosen ( x =71,16) dan sarana prasarana pendidikan ( x =74,44) 7
berada
pada
kategori
Berdasarkan analisis statistik tersebut dapat ditentukan persamaan regresinya yaitu : Mutu lulusan = 75,231 – (0,446 x Kurikulum Pendidikan) + (0,443 x Kompetensi Dosen) Hasil analisis multivariabel menunjukkan bahwa model awal yang didapatkan bukanlah model yang fit, sehingga analisis dilanjutkan dengan membuang variabel yang paling tidak bermakna yaitu sarana prasarana pendidikan. Pada model akhir didapatkan bahwa hanya terdapat dua variabel yang secara simultan memengaruhi mutu lulusan, yaitu variabel kurikulum pendidikan D III kebidanan dan kompetensi dosen (r multipel = 0,391; p = 0,016). Variabel kompetensi dosen memiliki pengaruh paling besar terhadap mutu lulusan (koefisien B=0,433)
menengah. Sedangkan skor mutu lulusan dari segi rata-rata tergolong kategori menengah ( x =70,66). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang lemah antara kurikulum pendidikan D III Kebidanan (rs = 0,114), kompetensi dosen (rs = 0,218), dan sarana prasarana pendidikan (rs = 0,241) dengan mutu lulusan. Dilihat dari nilai p ketiga variabel memiliki nilai p >0,05 (Kurikulum pendidikan D III kebidanan p = 0,414, kompetensi dosen p =0,117, dan sarana prasarana pendidikan p = 0,082) yang berarti tidak terdapat korelasi yang signifikan. Meskipun dari hasil analisis bivariabel dengan menggunakan uji Rank Spearman terlihat bahwa kurikulum pendidikan D III Kebidanan, kompetensi dosen, dan sarana prasarana pendidikan tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap mutu lulusan, tetapi karena secara teori terdapat hubungan, maka uji statistik dilanjutkan dengan regresi linier multiple. Kurikulum pendidikan D III Kebidanan dan kompetensi dosen secara simultan berkorelasi dengan mutu lulusan dengan tingkat hubungan lemah (r multipel = 0,391). Berdasarkan analisis multivariabel, variabel yang besar pengaruhnya terhadap mutu lulusan adalah variabel kompetensi dosen (koefisien B = 0,433). Selain itu kurikulum memiliki pengaruh negatif terhadap mutu lulusan (koefisien B=-0,446). Koefisien determinasi didapatkan sebesar 0,153 yang berarti bahwa sebesar 15,3% mutu lulusan ditentukan oleh kurikulum pendidikan D III Kebidanan dan kompetensi dosen sedangkan sisanya ditentukan oleh faktor/variabel lain.
Pembahasan Penelitian Chang 63 mengenai efektivitas kurikulum yang dilaksanakan di Taiwan, menyatakan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara keberadaan kurikulum dengan kompetensi yang dicapai oleh lulusan. Penyusunan kurikulum dengan langkah yang tidak tepat, yaitu tidak melaksanakan survai terhadap kebutuhan industri/pengguna dan penyusunan profil lulusan membuat kurikulum yang disusun kurang mengenai sasaran. Sebelum membuat desain awal kurikulum, harus didahului dengan membangun profil lulusan yang akan dihasilkan dan disertai dengan kompetensi inti yang harus dicapai oleh mahasiswa. Hasil in depth interview kepada partisipan alumni menunjukkan bahwa partisipan masih belum cukup puas dengan pelaksanaan kurikulum pendidikan D III Kebidanan yang pernah mereka terima. Terdapat beberapa mata 8
juga oleh karakteristik siswa dan pendekatan belajar mahasiswa. Universitas bisa memiliki infrastruktur yang berkualitas tinggi tapi jika mahasiswa memiliki karakteristik yang negatif dan pendekatan belajar yang tidak baik maka pencapaian tujuan pembelajaran tentu tidak akan optimal. Selain penelitian yang berkaitan dengan infrastruktur, terdapat penelitian Benjamin Doane71 yang menjelaskan mengenai beberapa faktor yang tidak dapat dikontrol oleh sekolah yang berpengaruh terhadap prestasi akademik dan pencapaian kompetensi siswa, yaitu keadaan sosioekonomi siswa dan dukungan keluarga dalam pendidikan. Faktor sosioekonomi mahasiswa diperkirakan akan memberikan dampak terhadap performa akademik siswa karena kebutuhan dasar siswa tidak terpenuhi. Menurut Steve Bain65 dukungan keluarga merupakan kategori yang sangat penting dalam mendukung siswa mencapai performa akademik terbaiknya.
kuliah yang belum dapat ditemukan manfaatnya secara langsung sampai dengan saat ini, serta penyampaian mata kuliah dasar yang terlalu dalam dan luas. Kompetensi dosen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap mutu lulusan, dengan tingkat korelasi yang cukup kuat. Hal ini selaras dengan penelitian Sarah Bunoti39 yang menyebutkan bahwa dosen yang memiliki pengetahuan, kemampuan pedagogis praktis, dan mampu berkomunikasi serta berhubungan baik dengan mahasiswa akan dapat memfasilitasi pembelajaran efektif dan pengembangan keterampilan melalui metodologi yang tepat, sehingga mencapai tujuan pendidikan berupa pencapaian kompetensi mahasiswa. Sedangkan dalam metode mengajar, setiap dosen memiliki ciri khas yang tidak dapat disamakan satu dengan yang lain mengingat keberagaman jenis materi yang diajarkan. Namun mahasiswa merasa senang apabila dosen mengajar dengan memberikan informasi terbaru mengenai perkembangan penelitian yang terjadi, pembelajaran dengan contoh aplikasi penerapan langsung di lapangan, serta konsep belajar aktif yang diberikan dosen dengan mengadakan permainan. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Bhina Patria55 yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor infrastruktur dengan kompetensi lulusan. Hal ini tidak berarti bahwa infrastruktur tidak berarti sama sekali karena untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, infrastruktur yang baik juga harus tersedia. Hasil belajar berupa kompetensi yang dicapai tidak hanya dipengaruhi oleh dukungan fasilitas yang ada di universitas, tetapi
Kesimpulan 1. Semakin baik kurikulum pendidikan tidak dapat menjamin bahwa mutu lulusan akan menjadi lebih baik 2. Semakin baik kompetensi dosen maka semakin baik mutu lulusan 3. Semakin baik sarana prasarana pendidikan tidak dapat menjamin bahwa mutu lulusan akan menjadi lebih baik 4. Kurikulum program studi D III kebidanan, kompetensi dosen, dan sarana prasarana pendidikan secara simultan tidak memiliki hubungan dengan terhadap mutu lulusan. Hanya terdapat dua variabel yang berhubungan secara simultan terhadap mutu lulusan, yaitu kurikulum pendidikan D III kebidanan dan kompetensi dosen 9
4. Pemimpin istitusi dan unit penjaminan mutu perlu untuk melaksanakan audit internal secara berkala untuk menilai pelaksanaan sistem pendidikan yang berjalan dari segi input, proses, dan output, terutama pada aspek kurikulum pendidikan, kompetensi dosen, dan sarana prasarana pendidikan.
5. Pelaksanaan kurikulum pendidikan D III Kebidanan menurut alumni perlu ditingkatkan kembali dalam pelaksanaan program pengajaran. Ketersediaan sarana prasarana perlu perbaikan dari segi manajemen, yang meliputi penyediaan, pengelolaan, dan pemeliharaan sarana prasarana. 6. Kompetensi lulusan menurut pengguna lulusan berada pada katagori menengah, dengan kompetensi yang menonjol yaitu keterampilan manajemen kerja dan integritas lulusan yang terlihat dari kedisiplinan dan etika yang baik.
Daftar Pustaka 1. Kemenkes RI. Profil kesehatan Indonesia tahun 2011. Jakarta; 2011. 2. United Nation Development Programme. Human development report 2011 sustainability and equity : a better future for all. 2011. 3. Kemenkes RI. Kurikulum inti pendidikan Diploma III Kebidanan. Jakarta: Kemenkes RI; 2011. 4. Kepmendiknas RI. Kepmendiknas RI No. 232/U/2000 tentang pedoman penyusunan kurikulum pendidikan tinggi dan penilaian hasil belajar. In: Mendiknas, editor. Jakarta: Mendiknas RI; 2000. 5. Kemdiknas RI. Moratorium program-program studi bidang kesehatan tahun 2011. Jakarta: Kemdiknas RI; 2011. 6. Pengurus Ikatan Bidan Indonesia. Peningkatan hard skill dan soft skill dalam menghadapi surplus Bidan tahun 2015. Bandung: IBI; 2012. 7. Sumitri. Tracer study lulusan Program Studi Kebidanan Bukittinggi periode 2002-2012. Padang: Poltekkes Kemenkes RI Padang; 2012. 8. Afzar P, et.all. Pre-service midwifery education program in Afganistan. Final phase one
Saran 1. Institusi perlu melaksanakan peninjauan dan perubahan kurikulum dengan melibatkan stakeholder sebagai pengguna lulusan dalam penyusunan kurikulum. 2. Institusi perlu menyetarakan dan meningkatkan kompetensi dosen (dosen tetap maupun dosen tidak tetap) melalui penyelenggaraan berbagai pelatihan yang menunjang peningkatan kompetensi dosen 3. Institusi perlu melaksanakan perbaikan manajemen sarana prasarana pendidikan, dari segi pengadaan yaitu penambahan jumlah dan kualitas sarana prasarana dengan mempertimbangkan rasio mahasiswa. Pelaksanaan pengelolaan sarana prasarana dengan melaksanakan standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku dengan menerapkan pengawasan dan pemberian reward/punishment. Pelaksanaan pemeliharaan sarana prasarana pendidikan dilaksanakan berkala sesuai dengan prosedur pemeliharaan yang seharusnya. 10
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18. 19.
report. United State Agency for International Development (USAID). diakses tanggal 20 Juli 2012 melalui http://unfpaorg. Afganistan. 2009. United Nation Fund for People Activity. Research of national strategy for scaling-up midwifery in the Republic of Sudan diakses tanggal 20 Juli 2012 melalui http://unfpaorg. Sudan. 2010. Depdiknas RI. Buku pendukung HELTS strategi pendidikan tinggi jangka panjang 2003-2010. Jakarta: Depdiknas RI; 2003. Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta. 2005. Kemdiknas. Sistem penjaminan mutu perguruan tinggi. Jakarta: Kemdiknas Ditjen Dikti; 2010. Rahmayanti MS. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan pada perguruan tinggi. Jurnal POMITS Institut Sepuluh November. Surabaya: Institut Sepuluh November; 2008. Oemar H. Proses belajar mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara; 2011. UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan nasional. Jakarta. 2003. Dikti. Buku panduan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi perguruan tinggi. Jakarta: Direktorat Akademik Ditjen Dikti; 2008. Pedoman pendidikan akademi kebidanan Panti Wilasa. Semarang: Akademi Kebidanan Panti Wilasa. UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan dosen. Jakarta. 2005. Hasbullah. Otonomi pendidikan; kebijakan otonomi daerah dan implikasinya terhadap
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26. 27.
28.
29.
30.
31.
32.
11
penyelenggaraan pendidikan. Jakarta: Rajawali Press; 2010. Sallis E. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan. Yogyakarta: IRCiSoD; 2010. Wahab AA. Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: Alfabeta; 2011. Menkes RI. Kurikulum inti pendidikan diploma III kebidanan. Jakarta: Kemenkes RI BPPSDM Pusdiknakes; 2002. Menkes RI. Kepmenkes RI No. 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar profesi bidan. Jakarta: Kemenkes RI; 2007. World Health Organization. Quality assurance and accreditation of nursing and midwifery educational institustions. India: WHO; 2008. Mudjiono, Dimyati. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta; 2009. Nasution S. Asas-asas kurikulum. Jakarta: PT Bumi Aksara; 2009. Dikti. Pengelolaan jurusan/departemen pendidikan tinggi. Jakarta: Dewan Pendidikan Tinggi Ditjen Dikti; 2005. Kemdiknas RI. Kepmendiknas RI No. 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Perguruan Tinggi. Jakarta: Kemdiknas; 2002. Dikti. Draft Standar Nasional Pendidikan Kebidanan Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; 2011. Hasan H. Evaluasi kurikulum. Bandung: UPI dan PT Rosdakarya; 2008. Oemar H. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya; 2008. Kemdikbud. Kerangka dasar dan struktur kurikulum. Jakarta: Badan Penelitian dan
33.
34.
35.
36.
37.
38. 39.
40.
41.
42.
43.
44.
Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; 2011. Mulyasa E. Manajemen berbasis sekolah : konsep, strategi, dan implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya; 2011. Akubuilo F. Holistic Assessment of Student's Learning Outcome. Journal of Education and Practice. 2012;3. Muslich M. Sertifikasi guru menuju profesionalisme pendidik. Jakarta: Bumi Aksara; 2007. Mulyasa E. Standar kompetensi dan sertifikasi guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya; 2008. Sagala S. Kemampuan profesional guru dan tenaga kependidikan. Bandung: Alfabeta; 2009. Kunandar. Guru Profesional. Jakarta: Rajawali Press; 2009. Bunoti S. The Quality of Higher Education in Developing Countries Needs Professional Support. Journal of Kyambogo University. 2010. Soetjipto, Kosasi R. Profesi keguruan. Jakarta: PT Rineka Cipta dan Pusat Perbukuan Depdiknas; 2009. Badan Standardisasi Nasional Pendidikan. Uji publik draft standar sarana dan prasarana pendidikan tinggi program sarjana. diakses tanggal 3 Agustus 2012 melalui http://bsnpindonesia. Prayitno. Dasar teori dan praktik pendidikan. Jakarta: Grasindo; 2010. Komalasari K. Pembelajaran kontekstual konsep dan aplikasi. Bandung: Refika Aditama; 2010. Mulyasa E. Menjadi guru profesional menciptakan pembelajaran yang kreatif dan
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
12
menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya; 2008. Rohani A. Pengelolaan pengajaran; sebagai pengantar menuju guru professional. Jakarta: Rineka Cipta; 2008. Ekundayo, Timilehin H. School Facilities As Correlates of Student's Achievement In The Affective and Psychomotor Domains of Learning. European Scientific Journal. 2010;6:208-15. Kemdikbud. Panduan penyusunan proposal program hibah tracer study tahun 2012. Jakarta: Kemdiknas Ditjen Dikti; 2012. BAN PT. Buku 1 Naskah akademik akreditasi program diploma. Jakarta: BAN PT; 2009. Schomburg H. Handbook for graduate tracer studies. Kassel, Germany: University of Kassel Press; 2003. Murniasih E. Buku pintar beasiswa di dalam dan di luar negeri. Jakarta: Gagas Media; 2009. BAN PT. Buku VI matriks penilaian instrumen akreditasi. Jakarta: BAN PT; 2009. International Confederation of Midwives. Global standars for midwifery education. melalui http://wwwinternationalmidwiveso rg; 2010. Zhang S. Analysis on the Concepts and Theories of the Quality of Graduate Education. Asian Social Science Journal. 2010. Khalid GKI, Tunus Y. The Quality Assurance of Teaching and Learning in faculty of bussines and economic in University Pendidikan Sultan Idris. International business Educational Journal. 2009.
55. Patria B. Learning Environment and Graduate's Transition Period. International Journal of Research Studies In Education. 2012;2:2540. 56. Satari Mieke, Wirakusumah FF. Konsistensi Penelitian dalam Bidang Kesehatan. Bandung: Refika Aditama; 2010. 57. Cresswell JW. Research design; Pendekatan kualitatif, kuantitatif dan mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2010. 58. Teddie ATC. Foundations of mixed methods research: Integrating quantitative and qualitative approaches in the social and behavioral sciences. California: SAGE Publication Inc; 2009. 59. Sugiyono. Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta; 2007. 60. Mc Dowell CNI. Measuring Health : A Guide to rating scale and questionaires. Second edition ed. New York: Oxford University Press; 1996. 61. Riduwan S. Pengantar Statistika untuk penelitian : pendidikan, sosial, ekonomi, komunikasi, dan bisnis. Bandung: Alfabeta; 2007. 62. Dahlan S. Regresi Linear Disertai Praktik dengan SPSS. Jakarta: PT Epidemiologi Indonesia (Pstat-consulting); 2012. 63. Chang CC. Quality Improvement Approach For Reviewing The Effectiveness of Curricula. diakses tanggal 12 Mei 2013 melalui http://wwwjournalssavaporgpk: Journals SAVAP International; 2013. p. 11-21. 64. Assante LM, Huffman Lynn, Harp SS. A Taxonomy of Academic Quality Indicators for US Bassed 4 Year Undergraduate Hospitality Management Programs. diakses
65.
66. 67.
68.
69.
70.
71.
13
tanggal 19 April 2013 melalui http://jhtsagepubcom/content/34/2 /164: Journal of Hospitality and Tourism Research, SAGE.; 2012. Bain S, Fedynich L, Knight M. The Successful Graduate Student: a review of the factors for success. diakses tanggal 1 Mei 2013 melalui http://wwwaabricom/manuscripts/ 10569pdf: Journal of Academic and Bussiness Ethics; 2010. Djaali. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara; 2007. Farooq MS, AH Chauhry, M.Shafiq, G.Berhanu. Factors Affecting Student's Quality of Academic Performance. diakses tanggal 27 April 2013 melalui Http://PuEduPk/Images/Journal/Iq tm/Pdf-Files/01-FactorPdf: Journal of Quality and Technology Manajemen; 2011. p. 1-14. Afolakemi O, O D. Supervision and quality of teaching personel effects on student's academic performance. diakses tanggal 10 Mei 2013 melalui http://academicjournalsorg/ERR: Educational Research and Review Academic Journal; 2007. p. 3. Uno H. Profesi Pendidikan (problema, solusi, reformasi pendidikan di Indonesia). Jakarta: Bumi Aksara; 2008. Mercedes T. Comparing Teacher and Administrator Perspective on Multiple Dimensions of Teacher Profesionalism. diakses tanggal 20 April 2013 melalui http://Stratejournalorg: STRATE Journal; 2009. p. 10. Doane B. The Relationship Between School Facilities and Academic Achievement. diakses tanggal 28 Mei 2013 melalui http://wwwcehsohioedu/resources
Graduates of Nigeria Universities. African Journal of Social Sciences. 2011;1:179-85. 74. Buddin Richard, Zamarro G. Teacher Quality and Student Achievement. diakses tanggal 15 Mei 2013 melalui http://wwwrandorg/content/dam/ra nd/pubs/2010: RAND Corporation; 2009
/Doane_2008pdf: Ohio University; 2008. p. 13. 72. Young Ed, Harry A Green, Patrick L. Does School Facilities Affect Education Outcomes? diakses tanggal 27 Mei 2013 melalui http://wwwstatetnus/tacir: The Tennesse Advisory Commision on Intergovernmental Relation; 2003. p. 3-19. 73. Efe J. An Evaluation of the Quality and Employability og
14