Hubungan Antara Problema Sosial Pribadi dengan Stress pada Mahasiswa Program DIII Kebidanan Jalur Umum Akademi Kebidanan Panti Wilasa Semarang Tahun Ajaran 2008/2009 Lisa Dwi Astuti, SST Artaty Dyah Wulandari, SST Staff Dosen AKBID Panti Wilasa Semarang
ABSTRACT Objective : To find out the correlation between personal social problem and stress on Midwifery Diploma program students of general class at Midwifery Academy of panti Wilasa Semarang in school year 2008/2009. Method : Analytic study with cross sectional approach. The sample of the research was 99 midwifery diploma program students of general class first semester Midwifery Academy of panti Wilasa Semarang. The data was collected by using questionnaires with a personal social problem and stress scale. Then, it was analyzed by SPSS program version 13.0 using Rank Spearman correlation coefficient test with significant level 0,05. Result : The most student with personal social problem in enough heavily category (50,5%), and no one student is in very heavy catagory. The most student with stress in enough stress(47,5%) and lower category (47,5%), and least at very low category (2%). The result from the calculation using SPSS an rh0xy= 0,880 with the significancy level at 0,05 and n = 99. Conclusion : There is a significant correlation between the personal social problem and stress. The correlation between them is positive and the relation is very strong.
Keyword
: Personal social problem, Stress
Kerangka Pemikiran Nurihsan (2001) menambahkan bahwa problema sosial pribadi adalah masalahmasalah yang dihadapi karyasiswa dalam melaksanakan hubungan dengan sesama karyasiswa, dengan dosen dan staf, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat di mana mereka tinggal, dan penyelesaian konflik.(7) Problema sosial pribadi yang dihadapi mahasiswa dalam mengelola kehidupan sendiri serta menyesuaikan dengan kehidupan sosial baik di kampus maupun di lingkungan tempat tinggal dapat menimbulkan beberapa kesulitan,
yaitu masalah ekonomi/biaya kuliah, pemondokan/rumah tinggal, penyesuaian diri dengan teman, dan kesulitan karena masalah keluarga.(10,11,12) Problema ekonomi atau biaya kuliah adalah masalah atau kesulitan-kesulitan secara ekonomis yang dialami seseorang khususnya dalam kelangsungan proses pendidikan. (13,14) Faktor ekonomi keluarga dapat mempengaruhi mahasiswa selama mengikuti pendidikan karena berkaitan dengan biaya pendidikan dan biaya hidup yang harus ditanggung mahasiswa selama kuliah. Kekurangan dan kelebihan uang dapat
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 1 No. 1, Oktober 2010___________________________
menjadi permasalahan selama belajar di perguruan tinggi. Lebih lanjut lagi, adanya perbedaan tingkat ekonomi, ada yang miskin, menengah dan kaya, tentu sangat berpengaruh terhadap perkembangan emosi siswa. Problema pemondokan adalah masalah yang berkaitan dengan tempat tinggal dan lingkungan.(13) Ahli psikologi lingkungan berpendapat bahwa dampak psikologis dari gedung dan lingkungan tetangga sekitar dapat berdampak baik atau buruk terhadap pribadi individu/kelompok, seperti halnya bangunan yang sudah hancur secara fisik dan lingkungan yang kotor. Selain itu keadaan fisik atau lingkungan tempat tinggal yang tidak memungkinkan mahasiswa belajar dengan baik (seperti penerangan,ventilasi, meja belajar, bising, suasana/keadaan psikologis di rumah, dan terjadinya berbagai pelanggaran norma susila yang terjadi di rumah kost karena tempat tinggal yang tidak terkontrol) dapat menjadi problema bagi mahasiswa.(15) Problema penyesuaian diri dengan teman adalah masalah yang berhubungan dengan penyesuain diri dalam “peer” (kelompok teman sebaya).(13, 22) Hal yang tersulit dalam hubungan penyesuaian sosial, adalah penyesuaian diri dengan kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial dan nilainilai baru dalam seleksi pemimpin. (22) Masalah yang dialami mahasiswa dalam penyesuaian diri dengan teman dan pergaulannya dapat diakibatkan karena masing-masing individu memiliki karakter kepribadian yang unik dan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
hal mendapatkan kebebasan emosional, kebutuhan akan perhatian dan kasih sayang dari orangtua.(13) Problema ini dapat bersumber dari praktik pengelolaan keluarga yang kurang baik sehingga dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan dan hasil yang dicapai mahasiswa.(15, 22) Stres adalah suatu keadaan di mana beban yang dirasakan seseorang tidak sepadan dengan kemampuannya untuk mengatasi beban tersebut.(31) Stres merupakan suatu reaksi adaptif, bersifat sangat individual, sehingga suatu stres bagi seseorang belum tentu tanggapannya bagi orang lain. Hal ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kematangan berpikir, tingkat pendidikan, dan kemampuan adaptasi seseorang terhadap lingkungannya.(32) Situasi lingkungan yang berubah dari masa SMU ke masa Perguruan Tinggi dapat memunculkan tekanan-tekanan eksternal pada mahasiswa, dan tidak selamanya mahasiswa mampu menyerasikan kondisi lingkungan dengan kondisi psikologisnya.(5) Jika kondisi ini terjadi, maka akan timbul konflik pada diri mahasiswa dan akhirnya mahasiswa dapat frustasi atau stres.(7) Konflik yang dihadap mahasiswa dapat berasal dari dalam dirinya atau berasal dari kondisi lingkungan di sekitarnya (sosial(7) pribadi).
Proses komunikasi antara mahasiswa dengan teman sebaya dan orang di lingkungannya sangat penting, karena akan memudahkan proses adaptasi/penyesuaian diri mahasiswa di lingkungan baru yang belum dikenal. Namun ada beberapa orang individu yang kurang dapat berkomunikasi/ bersosialisasi dengan baik sehingga menghambat penyesuaian dirinya dengan teman dan lingkungannya. Hal ini dapat Kesulitan karena masalah keluarga adalah menyebabkan tekanan dalam diri masalah yang timbul sebagai akibat dari mahasiswa, karena merasa ingin pelaksanaan tugas perkembangan dalam bersosialisasi namun merasa tidak Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 1 No. 1, Oktober 2010___________________________
mampu untuk melaksanakannya dan bila berlarut-larut dapat menjadi stresor terjadinya stres.(24) Keluarga merupakan tempat yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan mahasiswa baik secara fisik, psikologis, ataupun rohani karena keluarga adalah tempat belajar pertama.(15) Terkadang kondisi keluarga yang di inginkan tidak terdapat dalam keluarga yang dimiliki
mahasiswa, karena hubungan yang kurang harmonis antara orangtua maupun antara orangtua dengan anak, adanya persaingan antar saudara, komunikasi yang kurang baik, dan lain-lain. Faktor masalah keluarga dapat menimbulkan tekanan dalam diri mahasiswa dan merupakan stresor penyebab stres.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Problema Akademik Problema sosial pribadi : - Ekonomi/biaya hidup - Pemondokan - Penyeuaian diri dengan teman - Kesulitan karena masalah keluarga
STRES
Tuntutan Perkembangan
Metode Penelitian Cara penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik, yaitu penelitian yang menekankan pada analisis hubungan 2 variabel yaitu variabel X dan Y dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Analisis bivariat menggunakan korelasi tata jenjang/Rank difference correlation untuk menentukan hubungan dua variabel yang keduanya mempunyai skala ordinal. (38)
katagori problema sosial pribadi yang dialami mahasiwa berada dalam katagori cukup berat (50,5%). Sejumlah 50 orang (50,5%) mahasiswa tingkat I mengalami problema ekonomi atau biaya kuliah berada pada katagori ringan. Pada mahasiswa yang mengalami problema ekonomi dapat dijumpai beberapa faktor yang mempengaruhi, di antaranya berkaitan dengan kekhawatiran akan kondisi keuangan orangtua dalam hal kecukupan ekonomi/biaya perkuliahan, dan masalah mahasiswa dalam penggunaan uang.
Hasil Penelitian KONDISI PROBLEMA SOSIAL PRIBADI Keempat dimensi problema sosial pribadi Sejumlah 58 orang (58,6%) mahasiswa dialami oleh mahasiwa dengan katagori tingkat I mengalami problema yang berbeda-beda. Secara umum pemondokan yang berada pada katagori Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 1 No. 1, Oktober 2010___________________________
ringan. Ini berarti bahwa sebagian besar mahasiswa tidak mengalami permasalahan dengan tempat tinggal/pemondokan. Pada mahasiswa dengan problema pemilihan kamar kost /pemondokan, mengalami kesulitan dalam menemukan tempat tinggal yang nyaman baik dari faktor fisik atau non fisik. Sejumlah 49 orang (49,5%) mahasiswa tingkat I mengalami problema penyesuaian diri dengan teman pada katagori ringan. Sejumlah 53 orang (53,5%) mahasiswa tingkat I mengalami kesulitan karena masalah keluarga pada cukup berat. Problema yang dihadapi mahasiswa bersumber dari tuntutan orangtua kepada mahasiswa, kondisi kesehatan keluarga, keharmonisan orangtua, dan pengelolaan keluarga yang kurang baik. Masalah ini tidak dapat dibiarkan berlarut-larut karena keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama dalam pembentukan karakter dan pengembangan diri mahasiswa. KONDISI STRESS MAHASISWA Kondisi stres mahasiswa tahun ajaran 2007/2008 berada dalam katagori cukup berat (47,5%) dan rendah (47,5%). Problema yang dihadapi mahasiswa dapat berasal dari dalam dirinya sendiri dan pengaruh/tuntutan dari lingkungan di sekelilingnya. Tanggapan seorang mahasiswa terhadap beban/tuntutan yang dialami akan berbeda-beda karena terdapat perbedaan tanggapan antar individu.
dengan taraf signifikansi sebesar 5% atau dengan taraf kepercayaan sebesar 95%, terdapat hubungan yang signifikan antara problema sosial pribadi dengan stres, dengan arah hubungan positif. Semakin berat problema sosial pribadi yang dialami, maka akan semakin tinggi tingkat stres yang dirasakan. HUBUNGAN PROBLEMA EKONOMI DENGAN STRESS Koefisien korelasi sebesar 0,541 (cukup kuat) dan menunjukkan arah korelasi yang positif yang artinya makin berat problema ekonomi yang dialami mahasiswa maka makin tinggi pula kejadian stres. Mahasiswa pada umumnya masih memiliki ketergantungan secara ekonomi kepada orangtua, sehingga bagi orangtua yang memiliki penghasilan yang kurang akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya. HUBUNGAN PROBLEMA PEMONDOKAN DENGAN STRESS Koefisien korelasi sebesar 0,398 (lemah) dan menunjukkan arah korelasi yang positif yang artinya makin berat problema pemondokan yang dialami mahasiswa maka makin tinggi pula kejadian stres. Kondisi lingkungan tempat tinggal yang nyaman dan aman, akan membantu mahasiswa untuk lebih mengembangkan potensi yang dimiliki, dan memotivasi untuk belajar.
HUBUNGAN PROBLEMA PENYESUAIAN DIRI DENGAN TEMAN DENGAN STRESS Koefisien korelasi sebesar 0,517 (cukup kuat) dan menunjukkan arah korelasi yang positif yang berarti makin berat problema penyesuaian diri dengan teman yang dialami mahasiswa maka makin tinggi pula kejadian stres. Problema mahasiswa dalam penyesuaian diri dengan teman merupakan salah satu
HUBUNGAN PROBLEMA SOSIAL PRIBADI DENGAN STRESS Masalah pokok yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagian hubungan problema sosial pribadi dengan stres. Dari hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa koefisien korelasi problema sosial pribadi dengan stres diperoleh nilai 0,880 dengan signifikansi 0,05 dengan n = 99. Dengan kata lain, Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 1 No. 1, Oktober 2010___________________________
stresor penyebab stres yang bersumber dari tekanan psikologis. HUBUNGAN KESULITAN KARENA MASALAH KELUARGA DENGAN STRESS Koefisien korelasi sebesar 0,673 (kuat) dan menunjukkan arah korelasi yang positif yang artinya makin berat kesulitan karena masalah keluarga yang dialami mahasiswa maka makin tinggi pula kejadian stres. Keutuhan dan keharmonisan keluarga akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan mahasiswa, karena dari keluargalah mahasiswa belajar mengenai kehidupan, pergaulan sosial, serta nilai/norma yang berlaku dalam masyarakat. Masalah dalam keluarga yang dialami oleh mahasiswa apabila dibiarkan berlarutlarut dapat menjadi stresor terjadinya stres pada mahasiswa. Kesimpulan 1. Kondisi problema sosial pribadi pada mahasiswa DIII Kebidanan Jalur Umum tahun ajaran 2008/2009 (tingkat I) secara umum menunjukkan katagori cukup berat (50,5%). Secara rinci dapat dilihat dari tiap indikator, yaitu problema ekonomi pada katagori ringan (50,5%), problema pemondokan pada katagori ringan (58,6%), problema penyesuaian diri dengan teman berada pada katagori ringan (49,5%), dan kesulitan karena masalah keluarga berada pada katagori cukup berat (53,5%). 2. Kondisi stres mahasiswa DIII Kebidanan Jalur Umum tahun ajaran 2008/2009 (tingkat I) berada pada katagori cukup tinggi (47,5%), dan sebagian berada pada katagori rendah (47,5%). 3. Terdapat hubungan yang bermakna antara problema sosial pribadi dengan stres pada mahasiswa DIII Kebidanan Jalur Umum tahun ajaran 2008/2009 (tingkat I) dengan keeratan hubungan
yang positif pada katagori sangat kuat.
Saran 1. Mahasiswa dengan kesulitan karena masalah keluarga yang cukup berat, perlu mendapatkan bimbingan dan konseling dari dosen wali/bagian kemahasiswaan dengan melaksanakan kerjasama dan melibatkan peran aktif orangtua. 2. Mahasiswa dengan tingkat stres yang cukup tinggi, perlu mendapatkan bimbingan dan konseling dari dosen wali/bagian kemahasiswaan. 3. Pihak kampus/akademi perlu memberikan konseling dan bimbingan sosial pribadi kepada mahasiswa, selain itu juga melaksanakan bimbingan keluarga kepada mahasiswa yang mengalami problema keluarga yang cukup berat. 4. Pihak kampus perlu mengadakan kerjasama dengan seorang psikolog untuk membantu mahasiswa menangani masalah tersebut. Daftar Pustaka 1. Agustiani H. Psikologi perkembangan. Edisi 1. Bandung: Refika Aditama, 2006; 1-10 2. National Safety Council. Manajemen stres. Jakarta: EGC, 2004; 1-4, 11-22 3. Rumah Sakit Jiwa Lawang Surabaya. Membangun kesadaran mengurangi resiko gangguan mental dan bunuh diri. http//:www.rsjlawang.co.id/ Membangun kesadaran-mengurangi resiko gangguan mental dan bunuh diri, diakses tanggal 20 Desember 2007. 4. Apdi. Ancaman stress melanda dunia. http//:www.kompas.com/Ancaman stress melanda asia, diakses tanggal 21 Desember 2007 5. Darajad Z. Remaja harapan dan tantangan. Jakarta: Ruhama, 2000; 43-45
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 1 No. 1, Oktober 2010___________________________
6. Prayitno H, Amti E. Dasar-dasar bimbingan konseling. Jakarta: Rineka Cipta, 2004; 21-59 7. Pusat Pendidikan Keahlian Teknik, Jurusan Psikolgi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Lokakarya pengembangan program bimbingan dan konseling UPT LBK PUSDIKTEK. Sukabumi: tidak diterbitkan, 2001; 1-14 8. Saipudin A. Penataan program bimbingan dan konseling berdasarkan permasalahan mahasiswa dengan harapan sivitas akademika Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan, 2001. 9. Winkel WS, Hastuti MM. Bimbingan dan konseling di institusi pendidikan. Yogyakarta : Media Abadi, 2004; 118-161 10. Hasan SH, Ahman,dkk. Efektifitas program student support service dalam meningkatkan prestasi akademik mahasiswa universitas pendidikan indonesia. Laporan penelitian. Bandung : tidak diterbitkan, 2001. 11. Sutisna M. Handout mata kuliah bimbingan dan konseling. Bandung : tidak diterbitkan, 2007. 12. Sujarwanto. Bantuan dalam mengatasi masalah pribadi-sosial bagi penyandang paraplegia. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia, 2001. (Tesis) 13. Calhoun JF, Acocella JR. Psychology of adjustment and human relationship. 1994 14. Gunarsa SD, Yulia. Psikologi praktis : anak, remaja, dan keluarga. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2001; 11-78 15. Ahmadi HA, Supriyono W. Psikologi belajar. Jakarta : Rineka cipta, 2004; 85-92 16. Yusuf SLN, Nurihsan AJ. Landasan bimbingan dan konseling. Bandung : Program Pasca Sarjana Universitas
Pendidikan Indonesia dan PT. Rosdakarya, 2005; 175-185 17. Sirait LH. Hubungan problema sosial pribadi dengan prestasi belajar mahasiswa jalur reguler program studi D III kebidanan di stikes medistra bekasi tahun ajaran 20052006.Laporan Tugas Akhir 2006. Tidak dipublikasikan. 18. Wijayanto I. Universitas, kost-kost an, dan pemondokan. Yogyakarta : Tinta, 2003; 89-100 19. Nadriasta A. Memilih tempat kost yang nyaman. http :// www.assalaam.or.id. Memilih tempat kost yang nyaman, diakses tanggal 4 maret 2008. 20. Yassin M. Tips memilih tempat kost. http :// www.pintunet.com/lihat opini. Tips memilih tempat kost, diakses tanggal 5 maret 2008. 21. __________. Tips mencari tempat kost aman dan nyaman. http :// www.iklineplus.com/indeks.php? Tips mencari tempat kost, situs iklan online Bali, diakses tanggal 5 maret 2008. 22. Hurlock EB. Psikologi perkembangan Edisi ke 5. Jakarta : Erlangga, 2004; 89-126 23. Sudarman P. Belajar efektif di perguruan tinggi. Bandung : Simbiosa Rekatama, 2004; 46-57 24. Rakhmat J. Psikologi Komunikasi.Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005. Hal: 13-15 25. __________. Mengenal 4 kepribadian. http :// www.fkmi.org/new/Mengenal 4 kepribadian, diakses tanggak 5 maret 2008. 26. __________. Kurikulun kepemimpinan dan tipe kepribadian. http : //id.wikibooks.org/wik/Kurikulum_ke pemimpinan/Kurikulum kepemimpinan dan tipe kepribadian, diakses tanggal 5 maret 2008.
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 1 No. 1, Oktober 2010___________________________
27. Goliszek A. 60 Second manajemen stres. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer, 2005 : 113-141 28. Monks FJ, Knours AMP, Rahayu S. Psikologi perkembangan : pengantar dan berbagai bagiannya. Yogyakarta : UGM, 2001; 67-71 29. Syah M. Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung : PT. Rosdakarya, 2004; 45-74 30. Hawari D. Manajemen stress, cemas, dan depresi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001; 1-19, 37-43 31. Slamet S, Markam S. Pengantar psikologi klinis. Jalarta : UI-PRESS, 2005; 35-37 32. Hartono LA. Stres dan Stroke. Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 2007; 9-48 33. Siswanto. Kesehatan mental : konsep, cakupan, dan perkembangannya. Yogyakarta : Penerbit ANDI, 2007; 49-57 34. Budiarto E. Metodologi penelitian kedokteran. Jakarta: EGC, 2004; 5868 35. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta, 2002. 36. Machfoedz I. Metodologi penelitian bidang kesehatan, keperawatan, dan kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya, 2005; 49-53, 87-98 37. Machfoedz I. Teknik membuat alat ukur penelitian bidang kesehatan, keperawatan, dan kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya, 2005; 5-8,2541 38. Arikunto S. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta : Rineka Cipta, 2002. 39. Siegel S. Statistik Non parametrik untuk ilmu-ilmu sosial, cetakan 7. Jakarta : Gramedia, 1997; 118-243 40. Bailey R. 50 Aktivitas manajemen stres. Jakarta: Binarupa Aksara, 1992; 35-39 Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 1 No. 1, Oktober 2010___________________________