HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETERNAK RAKYAT TERHADAP KEBUTUHAN NUTRIEN DOMBA LOKAL DI DESA CIKARAWANG DAN NEGLASARI
WAHYU AGUS SATRIYO BAKHTIAR
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Karakteristik Peternak Rakyat Terhadap Kebutuhan Nutrien Domba Lokal di Desa Cikarawang dan Neglasari adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2014 Wahyu Agus S Bakhtiar NIM D24080360
ABSTRAK WAHYU AGUS S BAKHTIAR. Hubungan Karakterisitik Peternak Rakyat Terhadap Kebutuhan Nutrien Domba Lokal di Desa Cikarawang dan Neglasari. Dibimbing oleh ANURAGA JAYANEGARA dan DIDID DIAPARI. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan umur peternak, pengalaman beternak, alokasi waktu beternak, dan pelatihan penyusunan ransum, menghitung konsumsi bahan kering (BK), Total Degistable Nutrient (TDN), protein kasar (PK), kalsium (Ca), dan fosfor (P) domba lokal serta hubungan keduanya di desa Cikarawang dan Desa Neglasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan selama 4.5 bulan dengan jenis penelitian studi kasus, menggunakan teknik survei dan kuisioner sebagai panduan dalam wawancara. Sampel responden diambil minimal tiga orang, kemudian masing-masing sampel responden diambil sampel domba sebanyak tiga ekor. Domba yang digunakan adalah domba ekor tipis betina dengan bobot badan 10 dan 20 kg. Hasil yang diperoleh yaitu belum terpenuhinya kebutuhan nutrien domba di kedua desa tesebut. Semakin tinggi umur peternak, pengalaman beternak dan alokasi waktu beternak cenderung semakin tinggi jumlah pemberian pakan, sehingga mengakibatkan semakin tinggi pula konsumsi nutriennya. Kata kunci : domba, konsumsi nutrien, karakteristik peternak
ABSTRACT WAHYU AGUS S BAKHTIAR. The Relation of Characteristics of Local Farmers Against Local Sheep’s Nutrients Requirement in Neglasari and Cikarawang Village. Supervised by ANURAGA JAYANEGARA and DIDID DIAPARI. This study was aimed to describe age farmers, experience of farming, time alocation, and training of ration formulation, calculating comsumption dry matter (DM), Total Digestable Nutrient (TDN), crude protein (CP), calcium (Ca) and phospore (P) of local sheeps and both relation in Cikarawang and Neglasari Villages, District Dramaga, Bogor Regency. This study was conducted for 4.5 months by literatures study, surveying as a guidance of interview. Sample was taken from at least three persons and then from each respondent was taken sample of sheeps as much three sheeps. The sheeps that used were female Javanesse Thin-Tailed sheep which weight were 10 and 20 kg. The result was nutrient requirements were not fulfilled at the both villages. The higher age, experience, and time alocation was the the higher amount of feeding so nutrients consumption also became higher. Keywords: characteristics of local farmers, nutrients comsumption, sheep
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETERNAK RAKYAT TERHADAP KEBUTUHAN NUTRIEN DOMBA LOKAL DI DESA CIKARAWANG DAN NEGLASARI
WAHYU AGUS SATRIYO BAKHTIAR
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Hubungan Karakteristik Peternak Rakyat Terhadap Kebutuhan Nutrien Domba Lokal di Desa Cikarawang dan Neglasari Nama : Wahyu Agus Satriyo Bakhtiar NIM : D24080360
Disetujui oleh
Dr Anuraga Jayanegara, SPt MSc Pembimbing I
Dr Ir Didid Diapari, MS Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Panca Dewi Manu Hara Karti S, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus: (
)
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini ialah kebutuhan nutrien domba pada peternakan rakyat, dengan judul Hubungan Karakteristik Peternak Terhadap Kebutuhan Nutrien Domba Lokal di Desa Cikarawang dan Neglasari. Adanya paradigma yang menyatakan bahwa peternak rakyat cenderung memberikan makan “seadanya” pada ternak dombanya tanpa mempertimbangkan aspek kualitas dan kuantitas pakan, sehingga perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai upaya pemenuhan kebutuhan nutrien domba tersebut. Ternak yang terpenuhi pakannya tentu akan memberikan dampak positif terhadap kebutuhan nutriennya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, November 2014 Wahyu Agus S Bakhtiar
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
PENDAHULUAN
1
METODE
2
Alat Bahan Waktu dan Lokasi Prosedur Percobaan Analisis Data
2 2 2 2 4
HASIL DAN PEMBAHASAN Letak dan Keadaan Geografis Desa Cikarawang Letak dan Keadaan Geografis Desa Neglasari Potensi Hijauan Makanan Ternak Karakteristik Peternak Umur Peternak Pengalaman Beternak Pekerjaan Utama dan Alokasi Waktu Beternak Pelatihan Penyusunan Ransum SIMPULAN DAN SARAN
4 4 5 5 6 6 8 10 11 13
Simpulan Saran
13 13
DAFTAR PUSTAKA
13
RIWAYAT HIDUP
14
UCAPAN TERIMA KASIH
15
DAFTAR TABEL 1. Umur peternak dan data konsumsi nutrien domba di Desa Cikarawang dan Neglasari 2. Komposisi nutrien ransum di Desa Cikarawang dan Desa Neglasari 3. Pengalaman beternak dan data konsumsi nutrien domba di Desa Cikarawang dan Desa Neglasari 4. Pekerjaan utama responden di Desa Cikarawang dan Desa Neglasari 5. Alokasi waktu beternak dan data konsumsi nutrien domba di Desa Cikarawang dan Neglasari 6. Pelatihan penyusunan ransum dan data konsumsi nutrien domba di Desa Cikarawang dan Neglasari
7 7 9 10 11 12
DAFTAR GAMBAR 1. Peta lokasi Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat 2. Peta lokasi Desa Neglasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
4 5
1
PENDAHULUAN Domba merupakan salah satu jenis ternak yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Berdasarkan hasil kajian Devendra (1993) menyebutkan, di negaranegara ASEAN kontribusi peternakan rakyat atau peternakan skala kecil berkisar antara 75%-95%. Kegiatan tersebut berperan penting dalam usaha tani penduduk karena dapat membantu perekonomian rakyat khususnya di pedesaan dengan pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia di sekitarnya. Agustina (2011) menyatakan, Desa Cikarawang merupakan salah satu desa di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan karakteristik letak geografis yaitu berada di ketinggian 700 meter diatas permukaan laut (dpl) dan memiliki potensi sumber daya alam berupa lahan pertanian seluas 154 Ha. Selain itu, banyak dari masyarakat yang juga mengusahakan ternak domba sebagai salah satu usaha sampingan. Hal yang sama juga terjadi di Desa Neglasari, perbedaannya di desa tersebut telah terbentuk kelompok ternak “Sugih Mukti” dan mendapatkan penyuluhan dari Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, program pelatihan penyusunan ransum dari Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Nutrien pakan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam menunjang kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi ternak (Murtidjo 1992). Adanya paradigma yang menyatakan bahwa peternak rakyat cenderung memberikan makan “seadanya” pada ternak dombanya tanpa mempertimbangkan aspek kualitas dan kuantitas pakan, sehingga perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai upaya pemenuhan kebutuhan nutrien domba tersebut. Desa Cikarawang dan Neglasari merupakan salah satu desa penghasil ubi jalar dan ubi kayu yang besar (Agustina 2011), sehingga banyak masyarakat yang memanfaatkan limbahnya sebagai pakan ternak domba. Potensi tersebut merupakan salah satu alternatif untuk menggantikan pakan penguat (konsentrat) karena peternak rakyat cenderung memberikan pakan dalam bentuk hijauan saja yang tumbuh di sekitar daerahnya, sehingga kemungkinan kebutuhan nutriennya belum terpenuhi. Ternak yang diberi pakan dengan kualitas rendah, tingkat konsumsi pakannya lebih besar dari pada yang diberi pakan dengan kualitas tinggi. Menurut Parakkasi (1999) hewan yang mempunyai sifat dan kapasitas konsumsi pakan yang tinggi, produksinya akan lebih tinggi dibanding dengan hewan dengan kapasitas sifat dan konsumsi pakan yang rendah. Menurut Tomaszewska et al. (1993), ketersediaan nutrien dan managemen pemberian pakan akan mempengaruhi produktivitas ternak domba. Tantangan selanjutnya yaitu pelaku sektor peternakan rakyat kebanyakan adalah masyarakat yang berpendidikan rendah, dengan pengalaman beternak yang berbeda dan berbagai karakteristik peternak lainnya memungkinkan adanya cara pandang yang berbeda dalam upaya pemenuhan kebutuhan nutrien. Masyarakat dengan karakteristik yang tinggi cenderung lebih mengerti dalam upaya memberikan pakan yang tepat guna memenuhi kebutuhan nutrien dombanya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik peternak rakyat, mengukur dan membandingkan konsumsi nutrien domba di Desa Cikarawang dan Neglasari, dan mengestimasi hubungan karakteristik peternak terhadap kebutuhan nutrien domba lokal.
2
METODE Alat Peralatan yang digunakan ialah kuisioner, timbangan duduk skala 5 kg, dan timbangan gantung skala 50 kg. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 30 peternak rakyat di Desa Cikarawang dan Neglasari, domba ekor tipis, rumput lapang, daun dan batang ubi jalar, serta daun dan batang ubi kayu. Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan selama 4.5 bulan yaitu dari bulan April hingga Agustus 2013 di dua desa yakni Desa Cikarawang dan Desa Neglasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Prosedur Sebanyak 15 peternak rakyat di Desa Cikarawang diambil secara acak menggunakan Simpel Random Sampling dari populasi peternak sebanyak 154 jiwa, sedangkan di Desa Neglasari diambil 15 peternak rakyat yang tergabung dalam kelompok ternak “Sugih Mukti” menggunakan Purposive Sampling dengan tujuan mendapatkan informasi khusus seputar pelatihan penyusunan ransum yang telah diikuti dan pengaruhnya terhadap kebutuhan nutrien dombanya. Sampel ransum yang digunakan pada masing-masing peternak di setiap desa diambil dan dikomposit, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari, selanjutnya dianalisis komposisi kimianya menggunakan analisis proksimat. Konsumsi bahan segar diamati dengan cara mengurangi jumlah pakan yang diberikan dan jumlah pakan yang tersisa selama tiga hari. Domba lokal yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah domba ekor tipis berjenis kelamin betina dengan rata-rata bobot badan 10 dan 20 kg. Sebanyak sembilan ekor domba betina diambil dari setiap kategori karakteristik peternak yang diamati, kemudian dihitung konsumsi bahan segarnya. Umur Peternak Pada penelitian ini umur peternak dikategorikan menjadi tiga, sebagaimana keterangan dari Badan Pusat Statistik (BPS 2011) yaitu, (1) umur 0 - 14 tahun dinamakan usia muda atau usia belum produktif, (2) umur 15 - 64 tahun dinamakan usia dewasa atau usia produktif, (3) umur lebih dari 65 tahun dinamakan usia tua atau usia tidak produktif. Masing-masing kategori umur peternak diambil sampel responden minimal tiga orang, kemudian diambil tiga ekor domba dari setiap sampel responden tersebut, selanjutnya dihitung konsumsi pakannya selama tiga hari.
3 Pengalaman Beternak Pengalaman beternak merupakan lamanya peternak melakukan kegiatan beternak dalam satuan waktu. Pada penelitian ini, pengalaman beternak dibagi menjadi dua kategori yaitu sedikit pengalaman beternak (<9 tahun) dan banyak pengalaman beternak (>10 tahun). Masing-masing kategori pengalaman beternak diambil sampel responden minimal tiga jiwa, kemudian diambil tiga ekor domba dari setiap sampel responden tersebut, selanjutnya dihitung konsumsi pakannya selama tiga hari. Alokasi Waktu Beternak Alokasi waktu beternak pada usaha peternakan domba adalah jumlah jam kerja yang dicurahkan oleh peternak pada usaha peternakan dombanya. Pada penelitian ini, alokasi waktu beternak dibagi menjadi dua kategori yaitu sedikit waktu (<4 jam) dan banyak waktu (>4 jam). Masing-masing kategori alokasi waktu beternak diambil sampel responden minimal tiga jiwa, kemudian diambil tiga ekor domba dari setiap sampel responden tersebut, selanjutnya dihitung konsumsi pakannya selama tiga hari. Pelatihan Penyusunan Ransum Pelatihan penyusunan merupakan bentuk pelatihan dalam meramu bahanbahan pakan menjadi ransum yang mempunyai kualitas bagus. Pada penelitian ini, pelatihan penyusunan ransum dibagi menjadi dua kategori yaitu pernah ikut pelatihan dan belum pernah ikut. Peternak yang pernah megikuti pelatihan berada di Desa Neglasari, sedangkan peternak yang belum pernah mengikuti pelatihan berada di Desa Cikarawang. Masing-masing kategori pelatihan penyusunan ransum diambil sampel responden minimal tiga jiwa, kemudian diambil tiga ekor domba dari setiap sampel responden tersebut, selanjutnya dihitung konsumsi pakannya selama tiga hari. Konsumsi Nutrien Konsumsi nutrien dijadikan sebagai indikator dalam pemenuhan kebutuhan nutrien domba. Adapun konsumsi nutrien yang dihitung dalam penelitian ini adalah konsumsi Bahan Kering (BK), Protein Kasar (PK), Total Digestable Nutrient (TDN), Kalsium (Ca) dan Fosfor (P). Konsumsi nutrien dihitung menggunakan rumus sebagai berikut. Konsumsi BK (g) = Konsumsi BS (kg) x Kadar BK udara (%) x 1000 Konsumsi PK (g) = Konsumsi BK (g) x Kadar PK dalam pakan (%) Konsumsi TDN (g) = Konsumsi BK (g) x Kadar TDN dalam pakan (%) Konsumsi Ca (g) = Konsumsi BK (g) x Kadar Ca dalam pakan (%) Konsumsi P (g) = Konsumsi BK (g) x Kadar P dalam pakan (%) Catatan : kadar TDN pakan dihitung berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh Hartadi et al. (1990) yang menyatakan bahwa persentase TDN untuk pastura, tanaman padangan, dan hijauan yang diberikan segar yaitu : %TDN= -26.685+1.334(SK)+6.598(LK)+1.423(BeTN)+0.967(PK)-0.002(SK)20.0670(LK)2-0.024(SK)(BeTN)-0.146(LK)(PK)+0.039(LK)2(PK)
4 Analisis Data Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yaitu untuk mendeskripsikan umur peternak, pengalaman beternak, pekerjaan utama peternak, alokasi waktu beternak, pelatihan penyusunan ransum, letak dan keadaan geografis, serta potensi hijauan makanan ternak di kedua desa tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN Letak dan Keadaan Geografis Desa Cikarawang Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Secara geografis Desa Cikarawang berbatasan langsung dengan Sungai Cisadane di sebelah utara, Sungai Ciapus di sebelah selatan, Kelurahan Situ Gede di sebelah barat, dan Kota Bogor di sebelah timur. Ketinggian tanah 700 m diatas permukaan laut, termasuk daerah bertopografi tinggi. Desa Cikarawang meliputi wilayah seluas 263 hektar. Sebagian besar wilayah Desa Cikarawang merupakan persawahan dan perkebunan. Menurut Agustina (2011) bahwa, areal yang berfungsi untuk persawahan dan digunakan untuk pertanian meliputi lahan seluas 194.6 hektar atau lebih kurang 73% dari seluruh luas wilayah Desa Cikarawang, sedangkan perkebunan rakyat meliputi wilayah seluas 18.2 hektar (6.9%) dan perkebunan negara seluas delapan hektar (3%). Kawasan permukiman penduduk meliputi kawasan seluas 37.9 hektar (14.4%) dan 4.3 hektar (2.7%) sisa lahan digunakan untuk fasilitas umum lainnya misalnya kawasan perkantoran, sekolah, pemakaman dan lain-lain. Peta lokasi Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat disajikan dalam Gambar 1.
Sumber : https://www.google.co.id/maps/html Keterangan : A = Lokasi Desa Cikarawang
Gambar 1 Peta lokasi Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
5 Letak dan Keadaan Geografis Desa Neglasari Desa Neglasari masih berada satu kecamatan dengan Desa Cikarawang yaitu di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Hasil penelitian Widiyaningsih (1999) menyebutkan bahwa, desa tersebut terletak 3 km dari kantor Kecamatan Dramaga, 40 km dari ibu kota kabupaten, 133 km dari ibukota propinsi, dan 65 km dari ibukota negara. Desa ini memiliki luas lahan pertanian 75.5 hektar dari 147.7 hektar atau 51.2% dari total luas wilayah administratif desa, memiliki topografi lahan yang relatif curam. Peta lokasi Desa Neglasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat disajikan dalam Gambar 2.
Sumber : https://www.google.co.id/maps/html Keterangan : B = Lokasi Desa Neglasari
Gambar 2 Peta lokasi Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Potensi Hijauan Makanan Ternak Desa Cikarawang dan Neglasari adalah dua desa dari 10 desa di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor yang memiliki lahan pertanian yang cukup luas, sehingga mempunyai potensi dalam penyediaan hijauan pakan hasil dari limbah pertanian. Secara umum potensi hijauan makanan ternak (HMT) di kedua desa tersebut terutama untuk komoditas padi sawah dan palawija yang sangat besar (Agustina 2011). Komoditas palawija yang banyak dibudidayakan adalah ubi jalar, ubi kayu, dan kacang tanah. Berdasarkan pengamatan di lapang, kebanyakan peternak di kedua desa menggunakan HMT berupa rumput lapang, daun dan batang ubi jalar, serta daun dan batang ubi kayu sebagai pakan ternak dombanya. Sementara itu, tidak ditemukan penggunaan konsentrat sebagai pakan penguat di kedua desa tersebut. Hal tersebut mengindikasikan bahwa peternak rakyat di kedua desa tersebut hanya bergantung pada HMT yang banyak terdapat di sekitarnya.
6 Pada saat berlangsung penelitian kedua desa tersebut sedang mengalami musim hujan, sehingga HMT cukup tersedia di sekitarnya. Biasanya peternak melakukan aktivitas mencari HMT pada saat waktu senggang atau setelah pulang kerja. Pemberian pakannya dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Karakteristik Peternak Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, terdapat 154 peternak rakyat di Desa Cikarawang. Kebanyakan berada di Kampung Cangkrang (59.1%) sisanya tersebar di Kampung Carangpulang dan Kampung Carangpulang Bubulak. Sementara itu, di Desa Neglasari terdapat 15 peternak yang tergabung dalam kelompok ternak “Sugih Mukti” yang telah mendapat program pembinaan melalui monitoring usaha yang dilakukan setiap satu bulan sekali dan bimbingan teknis beternak domba meliputi teknis pembuatan kandang, cara pemberian pakan, dan pengobatan penyakit. Selain itu, juga mendapatkan pelatihan pembuatan pakan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Karakteristik peternak yang diamati meliputi : umur peternak, pengalaman beternak, pekerjaan utama dan alokasi waktu beternak, dan pelatihan penyusunan ransum.
Umur Peternak Berdasarkan data yang diperoleh di lapang, kisaran umur responden antara 30 sampai 70 tahun. Berdasarkan data yag didapat, kebanyakan peternak berada pada kelompok usia produktif yaitu sebanyak 12 peternak di Desa Cikarawang dan 15 peternak di Desa Neglasari, tidak terdapat kelompok usia belum produktif di kedua desa tersebut, sedangkan pada kelompok usia tidak produktif hanya terdapat di Desa Cikarawang sebanyak 3 peternak. Berdasarkan data yang didapat, konsumsi bahan segar pada kelompok usia produktif hasilnya lebih sedikit yaitu 1.72 ± 0.58 kg hari-1 di Desa Cikarawang dan 1.26 ± 0.27 kg hari-1 di Desa Neglasari, sedangkan pada kelompok usia tidak produktif, konsumsi bahan segarnya lebih tinggi yaitu 2.03 ± 0.29 kg hari-1 di Desa Cikarawang. Hal ini kemungkinan disebabkan waktu yang cukup luang untuk kegiatan beternak domba karena faktor usia yang sudah tidak produktif, sehingga peternak lebih memperhatikan ternaknya, serta penggunaan tenaga kerja anak untuk membantu dalam mencari pakan. Sementara itu, konsumsi nutrien (BK, TDN, PK, Ca, dan P) domba pada kelompok usia produktif hasilnya lebih sedikit yaitu masing-masing (441.66, 305.93, 72.58, 5.23, dan 7.56) g hari-1 di Desa Cikarawang dan (421.73, 308.76, 76.58, 4.39, dan 7.22) g hari-1 di Desa Neglasari. Sementara itu, pada kelompok usia tidak produktif jumlah konsumsi nutrien (BK, TDN, PK, Ca, dan P) lebih tinggi yaitu masing-masing (521.11, 360.97, 85.63, 6.17, dan 8.92) g hari-1 di Desa Cikarawang. Hal ini kemungkinan waktu yang cukup luang untuk memperhatikan dan mengurus ternaknya, serta penggunaan tenaga kerja anak untuk mencari hijauan. Secara umum kategori umur responden dan data konsumsi nutrien domba lokal di kedua desa penelitian ditunjukkan pada Tabel 1.
7 Tabel 1 Umur peternak dan data konsumsi nutrien domba di Desa Cikarawang dan Neglasari Umur Peternak (Tahun) NRC Peubah Desa Cikarawang Desa Neglasari (1985) 15 – 64 > 65 15 – 64 * ** ** BB (g) 10000±580 10670±570 9700±600** 10000 * KBS (g) 1720±180 2030±290 1260±270 KBK (g) 441.66±47.69 521.11±75.08 421.73±70.30 500 KTDN (g) 305.93±33.04 360.97±52.01 308.76±51.47 400 KPK (g) 72.58±7.84 85.63±12.34 76.58±16.08 127 KK (g) 5.23±0.56 6.17±0.89 4.39±0.73 4.0 KF (g) 7.56±0.82 8.92±1.28 7.22±1.20 1.9 n 7 3 6 N 12 3 15 *
) : Dalam satuan g hari-1, **) : Jumlah domba 9 ekor, TDN : Total Digestable Nutrient, NRC : Nutrient Requirement Council, n : Jumlah sampel responden, N : Jumlah total responden, BB : Bobot Badan, KBS : Konsumsi Bahan Segar, KBK : Konsumsi Bahan Kering, KTDN : Konsumsi Total Digestable Nutrient, KPK : Konsumsi Protein Kasar, KK : Konsumsi Kalsium, KF : Konsumsi Fosfor.
Berdasarkan NRC (1985) untuk konsumsi BK, TDN, dan PK yaitu masingmasing 500, 400, dan 127 g hari-1, masih terlalu tinggi dari konsumsi nutrien domba yang dicapai oleh peternak di kedua desa tersebut, sedangkan konsumsi Ca dan P masing-masing (4.0 dan 1.9) g hari-1 telah terpenuhi. Berdasarkan data yang diperoleh yaitu, komposisi kimia bahan pakan di Desa Neglasari sedikit lebih tinggi dari pada di Desa Cikarawang, dengan jumlah BK yang tinggi didalam sampel pakan kemungkinan disebabkan oleh lamanya frekuensi pengambilan sampel pakan dan adanya campuran limbah pertanian di dalam ransum yang diberikan oleh peternak di kedua desa yaitu daun dan batang ubi jalar serta daun dan batang ubi kayu yang tinggi nutrien. Hal tersebut menjadi salah satu sebab konsumsi nutrien domba di Desa Neglasari lebih tinggi dari pada di Desa Cikarawang. Komposisi nutrien ransum di kedua desa diperlihatkan pada Tabel 2. Tabel 2 Komposisi nutrien ransum di Desa Cikarawang dan Neglasari Sampel BK Abu PK SK LK Beta-N Ca P TDN .....................................................%........................................................ C 85.32 10.28 14.02 26.94 2.31 31.77 1.01 1.46 59.1 100 12.05 16.43 31.57 2.71 37.24 1.18 1.71 69.27 N 86.46 11.48 15.7 19.78 2.49 37.01 0.9 1.48 63.3 100 13.28 18.16 22.87 2.88 42.81 1.04 1.71 73.21 Analisis dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB (2013), C = Pakan komposit (rumput lapang, daun dan batang ubi jalar, daun dan batang ubi kayu) di Desa Cikarawang, N = Pakan komposit (rumput lapang, daun dan batang ubi jalar, daun dan batang ubi kayu) di Desa Neglasari.
8 Williamson dan Payne (1993) menyatakan bahwa, konsumsi pakan mempunyai hubungan dengan kebutuhan energi ternak yang sering menyebabkan konsumsi pakan ternak menjadi berbeda. Menurut Mathius et al. (2002) menyatakan tingkat konsumsi bahan kering sangat mempengaruhi kecukupan pasokan nutrien (khususnya protein dan energi). Parakkasi (1999), tingkat konsumsi ternak dipengaruhi oleh faktor hewan itu sendiri dan faktor lingkungan termasuk di dalamnya adalah pakan. Faktor ternak merupakan permintaan fisiologis ternak tersebut untuk hidup pokok dan produksi sesuai dengan kapasitas saluran pencernaan. Faktor ternak terdiri dari bobot badan, jenis kelamin, umur, faktor genetik, dan tipe bangsa. Faktor lingkungan terdiri dari suhu dan kelembaban, sementara itu makanan terbagi menjadi tingkat kecernaan pakan dan kualitas bahan makanan. Chamdi (2003) menyatakan bahwa, semakin muda umur peternak (usia produktif) umumnya rasa keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap teknologi semakin tinggi. Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan pada kelompok ternak “Sugih Mukti” di Desa Neglasari yang tergolong kelompok usia produktif (100%) yaitu adanya adopsi teknologi penyusunan ransum dibandingkan dengan peternak rakyat (80%) di Desa Cikarawang yang belum menerapkan teknologi yang berarti seperti yang dilakukan oleh kelompok ternak “Sugih Mukti”. Sayangnya, bentuk konkret adopsi teknologi tersebut sudah tidak ada karena peternak tidak lagi menerapkannya selama berlangsung penelitian. Desa Cikarawang termasuk daerah lingkar kampus IPB Dramaga dengan jarak tempuh yang dekat yaitu sekitar 1 km dari kampus IPB, lebih dekat dibandingkan Desa Neglasari yang jaraknya sekitar 4 km, namun peternak rakyat di Desa Neglasari justru telah menerapkan adosi teknologi pembuatan pakan dibandingkan Desa Cikarawang. Hal tersebut kemungkinan disebabkan belum terbentuknya kelompok ternak di Desa Cikarawang, sehingga minat dari organisasi atau institusi terkait untuk melakukan aktivitas penelitian atau pelatihan masih kurang. Sementara itu, pada kasus kelompok ternak “Sugih Mukti” di Desa Neglasari, adopsi teknologi yang dilakukan pun bisa jadi bukan atas dasar inisiatif kelompok ternak sendiri, melainkan disebabkan ketertarikan institusi terkait untuk melakukan kajian di desa tersebut karena sudah dibentuk kelompok ternak, sehingga secara tidak langsung ikut mendorong peternak dalam hal adopsi teknologi. Pengalaman Beternak Pengalaman beternak dihitung dari lamanya responden melakukan kegiatan beternak domba. Berdasarkan data yang diperoleh, pengalaman beternak bervariasi antara 5-30 tahun. Pengalaman beternak yang lama mengindikasikan bahwa usaha ternak domba digemari oleh masyarakat khususnya di pedesaan yang kebanyakan diperoleh dari orang tuanya secara turun-temurun. Pengalaman beternak dikategorikan menjadi dua yaitu pengalaman yang sedikit (< 9 tahun) dan pengalaman yang lama (> 10 tahun). Kategori pengalaman beternak dan data konsumsi nutrien domba di kedua desa yang disajikan pada Tabel 3.
9 Tabel 3 Pengalaman beternak dan data konsumsi nutrien domba di Desa Cikarawang dan Neglasari Pengalaman Beternak (tahun) NRC Peubah Desa Cikarawang Desa Neglasari (1985) <9 > 10 <9 > 10 * ** ** ** BB (g) 19700±800 20310±200 20530±500 20200±200** 20000 KBS* (g) 3300±770 3570±490 3400±390 3780±190 KBK (g) 865.3±196.1 914.1±125.7 882.4±102.1 982.1±48.1 1000 KTDN (g) 599.4±135.8 633.2±87.1 646.1±74.7 718.9±35.2 800 KPK (g) 142.2±32.2 150.2±20.6 160.2±23.3 178.3±11.1 167 Kca (g) 10.2±2.3 10.8±1.4 9.2±1.1 10.2±0.5 5.4 KF (g) 14.8±3.3 15.6±2.1 15.11±1.7 16.8±0.8 2.5 n 5 8 6 8 N 5 10 6 9 Keterangan : *) : Dalam satuan g hari-1, **) : Jumlah domba 9 ekor, BB: Bobot badan, BS : Bahan segar, BK : Bahan kering, TDN : Total Degistable Nutrient, PK : Protein kasar, Ca : Kalsium, P : Fosfor, NRC = Nutrient Requirement Council, n : Jumlah sampel responden, N : Jumlah total responden, BB : Bobot Badan, KBS : Konsumsi Bahan Segar, KBK : Konsumsi Bahan Kering, KTDN : Konsumsi Total Digestable Nutrient, KPK : Konsumsi Protein Kasar, KK : Konsumsi Kalsium, KF : Konsumsi Fosfor.
Berdasarkan Tabel 3, kebanyakan peternak di kedua desa mempunyai pengalaman beternak yang lama (> 10 tahun) yaitu sebanyak 10 jiwa di Desa Cikarawang dan 9 jiwa di Desa Neglasari, sedangkan peternak yang mempunyai pengalaman yang sedikit (< 9 tahun) sebanyak 5 jiwa di Desa Cikarawang dan 6 jiwa di Desa Neglasari. Konsumsi bahan segar pada peternak yang mempunyai pengalaman lebih lama hasilnya lebih banyak yaitu 3.57 ± 0.49 kg hari-1 di Desa Cikarawang dan 3.78 ± 0.19 kg hari-1 di Desa Neglasari, sedangkan peternak yang mempunyai pengalaman lebih sedikit, jumlah konsumsi bahan segarnya lebih sedikit yaitu 3.38 ± 0.77 kg hari-1 di Desa Cikarawang dan 3.40 ± 0.39 kg hari-1 di Desa Neglasari. Hasil ini menunjukkan bahwa pengalaman beternak yang lebih lama, akan mendapatkan konsumsi bahan segar yang lebih tinggi dari pada peternak yang mempunyai pengalaman yang lebih sedikit. Hal itu kemungkinan disebabkan peternak yang mempunyai pengalaman lama, lebih pandai dalam mencari hijauan yang lebih disukai ternak, sehingga tidak banyak pakan yang terbuang ketika domba mengkonsumsi pakannya. Konsumsi nutrien (BK, TDN, PK, Ca, dan P) domba pada peternak yang mempunyai pengalaman lebih lama hasilnya lebih banyak yaitu masing-masing (914.1, 633.1, 150.2, 10.8, dan 15.6) g hari-1 di Desa Cikarawang dan (982.1, 718.9, 178.3, 10.2, dan 16.8) g hari-1 di Desa Neglasari, sedangkan peternak yang mempunyai pengalaman lebih sedikit, jumlah konsumsi nutrien (BK, TDN, PK, Ca, dan P) lebih sedikit yaitu masing-masing (865.3, 599.4, 142.2, 10.2, dan 14.8) g hari-1 di Desa Cikarawang dan (882.4, 646.1, 160.2, 9.19, dan 15.11) g hari-1 di Desa Neglasari. Hasil ini menunjukkan bahwa pengalaman beternak yang lebih lama akan mendapatkan konsumsi nutrien yang lebih tinggi, karena peternak semakin pandai dan berpengalaman dalam mencari HMT yang berkualitas dan disukai oleh ternaknya. Hal ini didukung oleh Nitisemito et al. (2004) yang
10 menyatakan bahwa, semakin banyak pengalaman seseorang maka semakin banyak pula pelajaran yang diperoleh di bidang tersebut. Berdasarkan NRC (1985) untuk konsumsi BK, TDN, dan PK yaitu masingmasing 1000, 800, dan 167 g hari-1, masih terlalu tinggi dari konsumsi nutrien domba yang dicapai oleh peternak di kedua desa tersebut, sedangkan konsumsi Ca dan P masing-masing (5.4 dan 2.5) g hari-1 telah terpenuhi. Pekerjaan Utama dan Alokasi Waktu Beternak Beternak domba dianggap sebagai pekerjaan sampingan oleh peternak rakyat di dua desa penelitian. Pekerjaan utama peternak bervariasi dari sopir angkot, petani, buruh, dan wiraswasta. Jenis pekerjaan utama peternak disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Pekerjaan utama responden di Desa Cikarawang dan Desa Neglasari Desa Cikarawang Desa Neglasari Pekerjaan Utama Jumlah (jiwa) Persentase (%) Jumlah (jiwa) Persentase (%) SA 1 6.67 1 6.67 BT 1 6.67 10 66.67 P 3 20 0 0 P dan BT 7 46.67 3 20.00 W 2 13.33 1 6.67 TB 1 6.67 0 0 Total 15 100 15 100 SA : Sopir Angkot, BU : Buruh Tani, P : Petani, BT : Buruh Tani, W : Wiraswasta, TB : Tidak Bekerja
Berdasarkan Tabel 4, kebanyakan pekerjaan utama peternak di Desa Cikarawang adalah petani sekaligus buruh tani (46.67%) dan di Desa Neglasari adalah buruh tani (66.67%), sehingga kemungkinan alokasi waktu beternak lebih banyak dilakukan pada peternak di Desa Neglasari karena rata-rata pekerjaannya sebagai buruh yang tidak menyita banyak waktu dan tenaga dibandingkan peternak yang bekerja sebagai petani sekaligus buruh tani. Berdasarkan data yang diperoleh, kebanyakan alokasi waktu beternak di kedua desa kurang dari 4 jam hari-1 yaitu sebanyak 11 jiwa di Desa Cikarawang dan 15 jiwa di Desa Neglasari, sedangkan peternak yang alokasi waktu beternaknya lebih dari 4 jam hari-1 yaitu sebanyak 4 jiwa di Desa Cikarawang. Konsumsi bahan segar pada peternak yang mempunyai alokasi waktu beternak lebih dari 4 jam hari-1 hasilnya lebih banyak yaitu 3.63 ± 0.61 kg hari-1 di Desa Cikarawang, sedangkan peternak yang mempunyai alokasi waktu beternak kurang dari 4 jam hari-1, jumlah konsumsi bahan segarnya lebih sedikit yaitu 2.91 ± 0.05 kg hari-1 di Desa Cikarawang dan 3.40 ± 0.39 kg hari-1 di Desa Neglasari. Hasil ini menunjukkan bahwa alokasi waktu beternak yang lebih lama, akan mendapatkan konsumsi bahan segar yang lebih tinggi dari pada peternak yang mempunyai alokasi waktu beternak yang lebih sedikit. Hal tersebut kemungkinan disebabkan peternak yang mempunyai alokasi waktu beternak lebih lama, cenderung akan meluangkan waktu lebih lama dalam mencari dan memilih
11 hijauan yang bekulitas dan lebih disukai oleh ternaknya, serta kuantitas HMT yang diperoleh lebih banyak. Secara umum kategori alokasi waktu beternak dan data konsumsi nutrien domba disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Alokasi waktu beternak dan data konsumsi nutrien domba Cikarawang dan Neglasari Alokasi Waktu Beternak (jam hari-1) Peubah Desa Cikarawang Desa Neglasari <4 >4 <4 * ** ** BB (g) 19500±500 20000±520 20330±580** KBS* (g) 2910±50 3630±610 3400±390 KBK (g) 744.93±12.64 931.17±157.4 882.42±102.1 KTDN (g) 516.01±8.76 645.01±109.1 646.05±74.77 KPK (g) 122.41±2.07 153.01±25.87 160.24±23.36 KK (g) 8.82±0.15 11.02±1.86 9.19±1.06 KF (g) 12.75±0.22 15.93±2.69 15.11±1.75 n 7 4 8 N 11 4 15
di Desa NRC (1985) 20000 1000 800 167 5.4 2.5 -
*
) : Dalam satuan g hari-1, **) : Jumlah domba 9 ekor, TDN : Total Degistable Nutrient, NRC : Nutrient Requirement Council, n : Jumlah sampel responden, N : Jumlah total responden, BB : Bobot Badan, KBS : Konsumsi Bahan Segar, KBK : Konsumsi Bahan Kering, KTDN : Konsumsi Total Digestable Nutrient, KPK : Konsumsi Protein Kasar, KK : Konsumsi Kalsium, KF : Konsumsi Fosfor.
Konsumsi nutrien (BK, TDN, PK, Ca, dan P) domba pada peternak yang mempunyai alokasi waktu beternak lebih dari 4 jam hari-1, hasilnya lebih banyak yaitu masing-masing (931.17, 645.01, 153.01, 11.02, dan 15.93) g hari-1 di Desa Cikarawang, dibandingkan peternak yang mempunyai alokasi waktu beternak lebih sedikit, jumlah konsumsi nutrien (BK, TDN, PK, Ca, dan P) dombanya juga lebih sedikit yaitu masing-masing (744.93, 516.01, 122.41, 8.82, dan 12.75) g hari-1 di Desa Cikarawang dan (882.42, 646.05, 160.24, 9.19, dan 15.11) g hari-1 di Desa Neglasari. Hasil ini menunjukkan bahwa alokasi waktu beternak yang lebih lama akan mendapatkan konsumsi nutrien yang lebih tinggi karena lebih banyak waktu yang digunakan memilih HMT yang kualitas dan kuantitas yang banyak. Berdasarkan NRC (1985) untuk konsumsi BK, TDN, dan PK yaitu masingmasing 1000, 800, dan 167 g hari-1, masih terlalu tinggi dari konsumsi nutrien domba yang dicapai oleh peternak di kedua desa tersebut, sedangkan konsumsi Ca dan P masing-masing (5.4 dan 2.5) g hari-1 telah terpenuhi. Pelatihan Penyusunan Ransum Pelatihan adalah proses memperoleh keterampilan spesifik untuk melaksanakan suatu pekerjaan secara lebih baik (Jucious 1963). Berdasarkan data yang diperoleh, peternak rakyat di Desa Cikarawang belum pernah mendapatkan program pelatihan penyusunan ransum, sedangkan peternak rakyat di Desa Neglasari telah mendapatkannya. Secara umum kategori pelatihan penyusunan
12 ransum dan data konsumsi nutrien domba lokal di kedua desa dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Pelatihan penyusunan ransum dan data konsumsi nutrien domba di Desa Cikarawang dan Neglasari Pelatihan Penyusunan Ransum NRC Peubah Desa Cikarawang Desa Neglasari (1985) Belum Pernah Pernah Ikut BB* (g) 20200±300** 20370±550** 20000 * KBS (g) 2970±40 3070±60 KBK (g) 761.2±125.77 797.6±23.09 1000 KTDN (g) 527.2±87.12 583.9±16.91 800 KPK (g) 125±20.67 145±4.19 167 KK (g) 13±1.49 8.3±0.24 5.4 KF (g) 12.75±2.15 14±0.40 2.5 n 7 8 N 15 15 *
) : Dalam satuan g hari-1, **) : Jumlah domba 9 ekor, TDN : Total Degistable Nutrient, NRC : Nutrient Requirement Council, n = Jumlah sampel responden, N : Jumlah total responden, BB : Bobot Badan, KBS : Konsumsi Bahan Segar, KBK : Konsumsi Bahan Kering, KTDN : Konsumsi Total Digestable Nutrient, KPK : Konsumsi Protein Kasar, KK : Konsumsi Kalsium, KF : Konsumsi Fosfor.
Berdasarkan Tabel 6, konsumsi bahan segar pada peternak yang telah mendapatkan pelatihan penyusunan ransum sedikit lebih tinggi yaitu 3.07 ± 0.06 kg hari-1 di Desa Neglasari, sedangkan di Desa Cikarawang sedikit lebih rendah yaitu 2.97 ± 0.04 kg hari-1. Hal ini diduga peternak di Desa Neglasari memberikan pakan minimal 5 kg ekor-1 hari-1 sesuai dengan anjuran yang diberikan sewaktu mengikuti program perguliran ternak dan pelatihan penyusunan ransum. Konsumsi nutrien (BK, TDN, PK, Ca, dan P) domba pada peternak yang mendapatkan pelatihan penyusunan ransum di Desa Neglasari, hasilnya sedikit lebih tinggi yaitu masing-masing (797.6, 583.9, 145, 8.3, dan 14) g hari-1 dibandingkan peternak yang belum mendapatkan pelatihan tersebut di Desa Cikarawang yaitu masing-masing (761.2, 527.2, 125, 9, dan 13) g hari-1. Hasil ini kemungkinan sebagai dampak dari pelatihan yang diikuti oleh peternak rakyat di Desa Neglasari, sehingga peternak cenderung lebih memperhatikan ternaknya dalam usaha memenuhi kebutuhan nutrien dombanya. Berdasarkan NRC (1985) untuk konsumsi BK, TDN, dan PK yaitu masingmasing 1000, 800, dan 167 g hari-1, lebih tinggi dari konsumsi nutrien domba yang dicapai oleh peternak di kedua desa tersebut. Hal tersebut diduga peternak belum memahami kebutuhan nutrien dombanya, program pelatihan yang dijalankan hanya sebatas menyusun ransum saja. Selain itu, tidak adanya kelanjutan program pelatihan yang dilakukan oleh institusi terkait dan dibutuhkan modal untuk pembelian bahan-bahan pakan yang digunakan untuk campuran pakan, sedangkan peternak tidak ingin mengeluarkan modal karena persepsinya bahwa ternak yang diberi makan rumput saja bisa hidup dan berkembang biak, selain juga harus mencukupi kebutuhan sehari-hari untuk keluarga karena
13 kegiatan ternak domba hanya sebagai kebutuhannya pun seakan dikesampingkan.
kegiatan
sampingan,
sehingga
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Karakteristik peternak domba rakyat di Desa Cikarawang dan Desa Neglasari yaitu rata-rata usia masih produktif antara 15-64 tahun, pengalaman beternak yang lama (diatas 10 tahun), mayoritas bekerja sebagai buruh tani atau petani sekaligus buruh tani, dan alokasi waktu beternak kurang dari empat jam hari-1. Pemenuhan kebutuhan nutrien (BK, TDN, dan PK) domba di kedua desa masih belum sesuai kebutuhan NRC (1985), namun peternak yang mempunyai pengalaman beternak lebih lama, alokasi waktu beternak lebih banyak, dan yang telah mengikuti pelatihan penyusunan ransum maka jumlah pemberian pakannya lebih tinggi, sehingga konsumsi nutrien dombanya lebih tinggi. Saran Perlu ditingkatkan jumlah pemberian pakan serta adanya pakan tambahan dalam bentuk pakan penguat (konsentrat) guna memenuhi kebutuhan nutrien domba lokal. Bagi institusi tekait, program pendampingan berkelanjutan dibutuhkan untuk menjamin peternak secara konsisten menerapkan ilmu, pengetahuan, dan keterampilan yang dimilikinya melalui pelatihan pembuatan pakan.
DAFTAR PUSTAKA Agustina D. 2011. Persepsi dan motivasi berperanserta dalam pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) : kasus peserta Posdaya Mandiri Terpadu di RW 01, Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistika. 2011. Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2011-2014. Kementrian Kesehatan Indonesia. Chamdi AN. 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor (ID). Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian. Devendra. 1993. Sustainable animal production from small farm system in south east Asia. Roma (IT). FAO Animal Production and Health Paper 106. Hartadi H, Reksohadiprojo S, Tillman AD. 1990. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Yogyakarta (ID). Universitas Gadjah Mada. Pr.
14 Jucious MJ. 1963. Personnel Management 5th edition. Tokyo (JP) : Toppan Company Ltd. Mathius IW, Gaga IB dan Sutama IK. 2002. Kebutuhan kambing PE jantan muda akan energi dan protein kasar: Konsumsi, kecernaan, ketersediaan dan pemanfaatan nutrien. JITV 7(2): 99 –109. Murtidjo BA. 1992. Memelihara Domba. Yogyakarta (ID) : Kanisius. [NRC] National Research Council. 1985. Nutrient Requirements of Sheep. Washington DC (USA). 6th Revised Edition. National Academy Pr. Nitisemito, Alex S, Burhan, Umar M. 2004. Wawasan Studi Kelayakan dan Evaluasi Proyek. Jakarta (ID) : Penerbit Bumi Aksara. Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Jakarta (ID). UI Pr. Tomaszewska, Mashka IM, Djajanegara A, Gardiner S, Wiradaya TP. 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Surakarta (ID) : Universitas Sebelas Maret. Widiyaningsih. 1999. Monitoring pelaksanaan PMT-AS dibeberapa SD di Desa Neglasari dan Ciampea, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Williamson G Payne WJA. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Yogyakarta (ID) : Universitas Gajah Mada.
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Desa Penarukan, RT 04/RW 01 Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal pada tanggal 18 Agustus 1990 dari pasangan Ibnu Sudarto dan Komariyah. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2005 penulis lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMPN 03 Adiwerna, Tegal), kemudian melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas (SMA Bhakti Praja Adiwerna, Tegal), lulus tahun 2008 dan pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor dijurusan Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN). Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota Koperasi Mahasiswa (KOPMA) IPB tahun 2008, penyiar radio 107,70 Agri Fm IPB tahun 2010, guru Biologi dan PKN SMP IT Nurul Fajar Darmaga, Bogor tahun 20092011, dan pembina Ikatan Remaja Masjid (IRMA) Nurul Iman Desa Cikarawang, Darmaga, Bogor tahun 2012. Beberapa prestasi yang pernah diraih oleh penulis antara lain penerima beasiswa Lingkar Studi Mahasiswa Indonesia (LISUMA) tahun 2008, beasiswa Eka Tjipta Fondation (ETF) tahun 2009, beasiswa Pokja SPP tahun 2010, beasiswa BUMN tahun 2011, dan beasiswa BNI penelitian tahun 2012.
15
UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Anuraga Jayanegara dan Dr Ir Didid Diapari MS selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu Sukri selaku ketua kelompok ternak “Sugih Mukti” di Desa Neglasari dan Bapak Ujang selaku ketua RT 02/RW01 sekaligus ketua kelompok tani “Setia” Desa Cikarawang yang telah membantu selama pengumpulan data. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof Yuli Retnani selaku dosen pembahas pada tanggal 23 Juni 2014 dan Dr Iwan Prihantoro selaku panitia seminar. Penulis ucapkan terima kasih kepada Ir. Dwi Margi Suci, MS dan Muhammad Baehaqi SPt MSc sebagai dosen penguji sidang penulis pada tanggal 19 Agustus 2014. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada keluarga penulis yaitu Ayahanda Ibnu Sudarto dan Ibunda Komariyah serta Mbah Surdja, Mbah Pinah, dan Mbah Rasmi atas doa dan dukungannya selama ini. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada keluarga besar SMA Bhakti Praja Adiwerna, Kabupaten Tegal atas kepercayaannya merekomendasikan penulis untuk mengikuti program pelatihan masuk perguruan tinggi negri di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih banyak kepada keluarga besar Lingkar Studi Mahasiswa Indonesia (LISUMA) yang telah telah memfasilitasi dan banyak memberikan ilmu, dukungan moral maupun materiil, sehingga penulis bisa diterima dan melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor.
16