Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
ANALISIS PERSEPSI PETERNAK RAKYAT TERHADAP MANAJEMEN REPRODUKSI DAN KESEHATAN TERNAK SAPI LOKAL DI PROVINSI RIAU (Analysis of Farmers Perception on Reproduction Management and Animal Health of Local Cattle in Riau Province) Sri Haryani Sitindaon1, Zurriyati Y2 1
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Jl. Kaharuddin Nasution No 341, Pekanbaru Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauna Riau, Jl. Sungi Jang No. 38 Tanjung Pinang
[email protected]
2
ABSTRACT Analysis of farmer perception for reproduction and animal health management was done using survey and interviews method at five groups of farmers in the district of Siak Kecil and Kerinci Kanan, Riau Province. Data collected were: 1) respondent profile, 2) ownership of cow, 3) knowledge of the cow reproduction system and 4) knowledge about the health of cow. The analysis showed, that average holding capacity were 3 cows in District Siak Kecil and 16.3 cows in Kerinci Kanan district. The farmer had 100% data record of their cow with intensive and semi-intensive keeping. Respondents knowledge about reproductions in District Siak Kecil was: 20% knew about age of puberty and the first age of cow mating, 85% knew about pregnancy length, 20% knew about calving interval, 65% knew about characteristic of estrus and 65% implemented natural mating system. In Kerinci Kanan: 30% knew about age of puberty and the first age of mating, 85% knew about pregnancy length, 25% knew about calving interval, 80% knew about of characteristic of estrus and 50% applied natural mating system. The diseases attack in Siak Kecil disrict were worms 45% and 45% knew about danger of infectious diseases. In the Kerinci Kanan district, diseases that often attacked the cow in 45% ticks and fleas. About 85% of farmers knew the danger of infectious diseases. Key Words: Farmer Perception, Reproductive System, Animal Health, Local Cow ABSTRAK Analisis persepsi peternak rakyat terhadap pentingnya manajemen reproduksi dan kesehatan ternak dilakukan menggunakan metode survei dan wawancara kuisioner terhadap lima kelompok ternak di Kecamatan Siak Kecil dan Kerinci Kanan, Provinsi Riau. Data yang dikumpulkan meliputi: 1) profil responden; 2) kepemilikan ternak; 3) pengetahuan tentang sistem reproduksi; 4) pengetahuan tentang kesehatan ternak sapi. Hasil analisis menunjukkan, ternak yang dipelihara rata-rata 3 ekor di Kecamatan Siak Kecil dan 16,3 ekor di Kecamatan Kerinci Kanan, 100% peternak memiliki data recording dengan pemeliharaan secara intensif dan semi intensif. Pengetahuan responden tentang reproduksi: di Kecamatan Siak Kecil menunjukkan, 20% peternak mengetahui usia puberitas ternak sapi dan umur ternak sapi kawin pertama, 85% mengetahui lama ternak sapi bunting, 20% mengetahui jarak sapi beranak, 65% mengetahui ciri-ciri sapi estrus dan 65% menerapkan sistem kawin alami. Di Kecamatan Kerinci Kanan, menunjukkan 30% peternak mengetahui usia puberitas ternak sapi, 30% mengetahui umur ternak sapi kawin pertama, 85% mengetahui lama ternak sapi bunting, 25% yang mengetahui jarak sapi beranak, 80% mengetahui ciri-ciri sapi estrus dan 50% menerapkan sistem kawin alami. Penyakit yang sering menyerang ternak di Kecamatan Siak Kecil 45% cacingan dan 45% mengetahui penyakit menular berbahaya. Di Kecamatan Kerinci Kanan, penyakit yang sering menyerang ternak 40% kutu caplak dan 85% mengetahui penyakit menular berbahaya. Kata Kunci: Persepsi Peternak, Sistem Reproduksi, Kesehatan Ternak
PENDAHULUAN Pemerintah melalui Kementerian Pertanian menargetkan pencapaian swasembada daging
282
tahun 2014. Untuk mencapai swasembada daging tersebut diperlukan penambahan populasi ternak sapi. Penambahan populasi ternak dapat dilakukan dengan perbaikan
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
produktivitas ternak sapi terutama pada peternakan rakyat. Kendala utama dalam peningkatan produktivitas ternak sapi adalah sulitnya penerapan manajemen beternak yang baik. Provinsi Riau merupakan daerah yang sangat berpotensi untuk pengembangan usaha peternakan khususnya ternak sapi lokal karena lahan yang masih luas dengan ketersediaan hijauan dan limbah perkebunan sawit melimpah. Kabupaten Siak dan Bengkalis merupakan daerah pengembangan ternak sapi sebagai produksi daging di Provinsi Riau. Kedua kabupaten ini merupakan daerah akses yang dekat dengan ibu kota Provinsi Riau sebagai tempat pemasaran. Sapi lokal yang banyak diminati masyarakat Riau adalah jenis sapi Bali, masyarakat lebih memilih jenis sapi ini karena perkembangbiakannya relatif lebih cepat dibandingkan dengan bangsa sapi Bos taurus, mempunyai daya adaptasi terhadap lingkungan yang tinggi. Jenis sapi Bali ini juga sangat sesuai dipelihara secara terintegrasi dengan tanaman perkebunan. Namun dengan skala usaha peternakan rakyat yang kecil berkisar 2-3 ekor sangat sulit untuk mencapai swasembada daging sapi. Permasalahan yang sering terjadi adalah kurangnya pemahaman peternak tentang manajemen reproduksi dan kesehatan ternak yang dipelihara. Masyarakat sebagai pelaku peternak masih banyak yang tidak mengetahui arti penting kesehatan ternak baik secara ekonomi ataupun kesehatan masyarakat. Gangguan kesehatan ternak masih sering terjadi tanpa penanganan yang serius dari pemilik ternak. Ternak sapi yang sehat akan menunjukkan produktivitas dan reproduktivitas yang baik serta hasil ternak yang berkualitas sehingga kegiatan pengembangan ternak sapi oleh masyarakat mampu meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat itu sendiri (Murtidjo 2000). Upaya untuk meningkatkan jumlah populasi sapi dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan peternak rakyat tentang sistem reproduksi sapi sehingga waktu perkawinan ternak dapat dilaksanakan secara tepat baik perkawinan alami ataupun IB dan memperpendek calving interval. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data
dan informasi persepsi peternakan rakyat di Kecamatan Siak Kecil dan Kerinci Kanan terhadap manajemen reproduksi dan kesehatan ternak sapi. MATERI DAN METODE Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Juli sampai dengan Desember 2012, di lima desa yaitu: Desa Sadar Jaya, Bukit Harapan, Buana Bakti dan Simpang Perak Jaya wilayah yang ada di Kecamatan Siak Kecil Kabuapten Bengkalis dan Kerinci Kanan Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Penelitian ini menggunakan metode survei dan wawancara kuisioner secara acak sederhana (purvosive random sampling) terhadap lima kelompok tani di Kecamatan Kerinci Kanan, Kabupaten Siak. Kelompok tani yang diwawancarai adalah: Kelompok Ternak Sehati, Bali Sehat, Maju Bersama, Sawo Matang dan Maju Bersama Jaya serta lima kelompok ternak di Kecamatan Siak Kecil, Kabupaten Bengkalis yaitu: Kelompok Ternak Usaha Tani, Usaha Bersama, Mekar Tani, Sidodadi, Mekar Serasi. Tiap kelompok ternak diambil empat orang sampel sehingga jumlah keseluruhan sebanyak 40 responden. Data primer yang dikumpulkan dari peternak meliputi; Profil responden yang terdiri dari: nama, jenis kelamin, umur, pendidikan, mata pencaharian, pengalaman beternak. Kepemilikan ternak terdiri dari: jumlah ternak, kepemilikan, data recording, sistem pemeliharaan. Pengetahuan tentang sistem reproduksi terdiri dari: umur sapi puberitas, umur kawin pertama, lama kebuntingan, jarak beranak, ciriciri sapi estrus, sistem perkawinan yang diterapkan, pengetahuan IB, pengetahuan PKB, memiliki petugas IB. Pengetahuan tentang kesehatan ternak (penyakit yang sering menyerang ternak, penanganan ternak yang sakit, pengetahuan penyakit berbahaya dan menular, penyakit menular yang sering menyerang ternak. Data yang diperoleh ditabulasi kemudian dianalisis secara deskriptif dengan melihat persentase, rata-rata dan standart deviasi menurut Sudjana (1996).
283
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi umum lokasi penelitian Kabupaten Siak secara geografis terletak pada koordinat 1°16’30”-0°20’49” Lintang Selatan dan 100°54’21”-102°10’59” Bujur Timur. Jenis tanah sebagian besar adalah podsolik merah kuning (PMK). Suhu udara antara 25-32°C. Desa Simpang Perak Jaya, Desa Buana Bhakti dan Bukit Harapan merupakan tiga desa dari 12 (dua belas) desa yang berada di Kecamatan Kerinci Kanan, Kabupaten Siak, Ketiga desa tersebut merupakan wilayah dari perkebunan kelapa sawit plasma PT Asian Agri, sehingga sebagian besar warga desa adalah petani perkebunan kelapa sawit. Kabupaten Bengkalis secara geografis terletak pada 2°30'-0°17' Lintang Utara dan 100°52'-102°10' Bujur Timur dengan luas wilayah 7.793,93 km² yang terbagi dalam delapan kecamatan dan 102 desa/kelurahan (BPS, 2011). Salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Bengkalis adalah Siak Kecil. Kecamatan Siak Kecil memiliki luas wilayah lebih kurang 742,21 km2 dengan jumlah penduduk lebih kurang 20.297 jiwa. Kecamatan Siak Kecil terdiri dari 13 desa salah satunya adalah Desa Sadar Jaya. Penduduk Desa Sadar Jaya pada umumnya berasal dari Pulau Jawa, masuk ke desa ini melalui program Transmigrasi Tahun 1982. Usaha pertanian menjadi prioritas di desa ini, karena lahan yang bergambut menyebabkan usaha tanaman pangan yang semula dikelola masyarakat beralih menjadi usaha kebun kelapa sawit. Usaha peternakan juga telah lama dilakukan petani dengan cara yang sederhana, tetapi sejak tahun 2009 Desa ini mendapat bantuan program pengentasan Kemiskinan dan Kebodohan serta Peningkatan Infrastruktur (K2I) Provinsi Riau sehingga usaha ternak sapi menjadi usaha yang diminati di desa ini. Profil responden Profil responden berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan, mata pencaharian, pengalaman beternak dapat disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan data pada Tabel 1. Diketahui bahwa 100% responden berjenis
284
kelamin laki-laki dan tidak ada responden yang berjenis kelamin perempuan. Umumnya pekerjaan bidang peternakan dilakukan oleh kaum laki-laki karena pekerjaan dibidang peternakan membutuhkan tenaga yang besar dan kuat sedangkan kaum perempuan bersifat membantu. Responden penelitian di Kecamatan Kerinci Kanan memiliki umur produktif yaitu 15-55 tahun lebih tinggi (90%) dibandingkan dengan Kecamatan Siak Kecil (85%). Keadaan ini menunjukkan bahwa usaha peternakan sapi banyak dilakukan penduduk usia produktif. Chamidi (2003) menyatakan bahwa semakin muda umur peternak (umur produktif) umumnya rasa keingintahuan terhadap sesuatu makin tingi dan minat untuk mengadopsi teknologi juga semakin tinggi. Tingkat pendidikan di Kecamatan Kerinci Kanan dominan Sekolah Lanjut Tingkat Atas (45%) sedangkan Kecamatan Siak Kecil pendidikan paling dominan Sekolah Dasar (65%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang ditempuh peternak di Kecamatan Kerinci Kanan lebih baik dibandingkan dengan Kecamatan Siak Kecil, hal ini memiliki korelasi terhadap manajemen reproduksi dan kesehatan ternak maupun adopsi teknologi beternak. Menurut Edwina dan Cepriadi (2006), tingkat pendidikan yang relatif tinggi memungkinkan peternak mampu mengadopsi inovasi penyuluhan serta bimbingan untuk meningkatkan usahanya. Oleh karena itu, semakin tinggi pendidikan peternak maka diharapkan kinerja usaha peternakan akan semakin berkembang. Mata pencaharian di Kecamatan Siak Kecil 100% adalah petani sedangkan di Kecamatan Kerinci Kanan mata pencaharian petani 90%. Pada umumnya beternak merupakan usaha sambilan. Curahan waktu terhadap ternak sekitar 30% hal ini berpengaruh terhadap perkembangan usaha peternakan. Soejana (1993) menyatakan bahwa umumnya penduduk pedesaan mencurahkan perhatiannya pada usaha pokoknya yaitu sebagai petani sehingga pemeliharaan ternaknya kurang diperhatikan. Penelitian Munier (2003) menunjukkan bahwa umumnya usaha utama peternak adalah sebagai petani tanaman pangan atau perkebunan, akan tetapi hasil penjualan ternak cukup memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarganya dan pemeliharaan
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
ternak juga sebagai tabungan dapat dijual pada saat-saat mendesak. Pengalaman beternak di Kecamatan Siak Kecil didominasi pengalaman sedang (2-4 tahun 65%) sedangkan di Kecamatan Kerinci Kanan Pengalaman Beternak lebih baik (5-10 tahun 60%). Hal ini menunjukkan indikasi bahwa manajemen reproduksi dan kesehatan ternak di Kecamatan Kerinci Kanan akan lebih baik dari pada di Kecamatan Siak Kecil. Peternak yang telah memiliki keterampilan dan pengalaman yang baik dibidang peternakan, seperti pendapat Edwina dan Cepriadi (2006) menyatakan bahwa semakin lama pengalaman beternak seseorang maka peternak akan lebih mudah mengatasi kesulitannya. Pengalaman
beternak yang cukup lama memberikan indikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan beternak dan manajemen pemeliharaan ternak yang dimiliki petani semakin baik. Kepemilikan ternak Status kepemilikan ternak responden disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis menunjukkan bahwa peternak di Kecamatan Siak Kecil di golongkan pada peternakan rakyat (rata-rata jumlah ternak sapi yang dipelihara rata-rata 3 ekor/kepala keluarga), sedangkan di Kecamatan Kerinci Kanan tidak digolongkan pada peternakan rakyat lagi (rata-rata jumlah
Tabel 1. Profil responden penelitian berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan, mata pencaharian dan pengalaman beternak di Kecamatan Siak Kecil dan Kerinci Kanan, Provinsi Riau Pengelompokan berdasarkan Jenis kelamin
Tingkat umur
Pendidikan
Mata pencaharian
Pengalaman beternak
Kecamatan Siak Kecil
Kecamatan Kerinci Kanan
Jumlah (orang)
(%)
Jumlah (orang)
(%)
Laki-laki
20
100
20
100
Perempuan
0
0
0
0
Jumlah
20
100
20
100
0-14
0
0
0
0
15-55
17
85
18
90
>55
3
15
2
10
Jumlah
20
100
20
100
Rata–rata
42
-
44,85
-
Tamat SD
13
65
4
20
Tamat SLTP
6
30
9
45
Tamat SLTA
1
5
7
35
Tamat S1
-
-
-
-
Jumlah
20
100
20
100
Petani
20
100
18
90
Pedagang
-
-
2
10
PNS
-
-
-
-
Kepala Desa
-
-
-
-
Jumlah
20
100
20
100
<1 tahun
1
5
3
15
2-4 tahun
13
65
4
20
5-10 tahun
3
15
12
60
>10 tahun
3
15
1
5
20
100
20
100
13,8
-
4,88
-
Jumlah Rata–rata
285
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
ternak sapi yang dipelihara rata-rata 16,3 ekor/kepala keluarga). Status kepemilikan ternak di Kecamatan Siak Kecil di dominasi dengan sistem bagi hasil (85%) sedangkan di Kecamatan Kerinci Kanan sistem bagi hasil lebih rendah (65%). Status memiliki ternak sendiri dari kedua kecamatan penelitian sangat rendah (15%), hal ini terjadi karena minat petani untuk beternak sangat tinggi tetapi dengan keterbatasan modal sehingga petani secara aktif berusaha untuk memperoleh bantuan pengadaan sapi untuk dipelihara. Dari 40 responden yang diwawancarai semuanya memiliki data recording ternak sapi yang dipeliharanya. Sistem pemeliharaan yang diterapkan di Kecamatan Siak Kecil didominasi sistem pemeliharaan secara intensif (75%) sedangkan di Kecamatan Kerinci Kanan didominasi sistem pemeliharaan secara semi intensif (70%).
Usia pubertas
Pengetahuan tentang sistem reproduksi ternak sapi
Birahi ialah suatu periode yang ditandai dengan kelakuan kelamin seekor ternak betina dan penerimaan pejantan untuk kopulasi (Partodihardjo 1992). Menurut Hosein dan Gibson (2006), deteksi estrus pada sapi dara biasanya sedikit lebih sulit karena pendeknya periode estrus. Oleh karena itu, kemungkinan tanda-tanda estrus pada sapi dara lebih sulit diamati dibandingkan dengan sapi yang pernah bunting.
Pengetahuan tentang reproduksi ternak sangat penting diketahui oleh seorang peternak. Dengan manajemen reproduksi yang baik peternak dapat meningkatkan efisiensi reproduksi termasuk perbaikan keturunannya. Tabel 3 menunjukkan pengetahuan tentang sistem reproduksi responden selama penelitian.
Umur sapi pada saat pubertas berkisar 1215 bulan, pubertas ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti genetik, pertumbuhan dan bobot badan. Faktor lainnya adalah lingkungan seperti musim hujan, pakan, suhu lingkungan, lama pencahayaan dan kesehatan. Hasil analisis menunjukkan di Kecamatan Siak Kecil pengetahuan responden tentang usia sapi pubertas sangat rendah (20%) sedangkan di Kecamatan Kerinci Kanan pengetahuan responden tentang usia sapi pubertas juga rendah (30%). Dari kondisi ini memperlihatkan bahwa peternak kurang mempunyai minat yang tinggi dalam pengamatan masa pubertas ternak peliharaannya. Umur sapi kawin pertama
Tabel 2. Kepemilikan lahan dan ternak di Kecamatan Siak Kecil dan Kerinci Kanan, Provinsi Riau Pengelompokan berdasarkan Jumlah ternak yang dipelihara 1-5 6-10 >10 Jumlah Rata-rata Status kepemilikan ternak Milik sendiri Bagi hasil Milik sendiri dan bagi hasil Data rekording Punya Tidak punya Sistem pemeliharaan Intensif Semi intensif Ekstensif
286
Kecamatan Siak Kecil Jumlah (orang) (%)
Kecamatan Kerinci Kanan Jumlah (orang) (%)
19 1 20 3
95 5 20
13 2 5 20 16,3
65 10 25 100
3 17 -
15 85 -
3 13 4
15 65 20
20 -
100 -
20 -
100 -
15 5 -
75 25 -
6 14 -
30 70 -
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Tabel 3. Pengetahuan tentang sistem reproduksi ternak di Kecamatan Siak Kecil dan Kerinci Kanan, Provinsi Riau Uraian
Kecamatan Siak Kecil
Kecamatan Kerinci Kanan
Jumlah (orang)
(%)
Jumlah (orang)
(%)
Ya
4
20
6
30
Tidak
16
80
14
70
Jumlah
20
100
20
100
Ya
4
20
4
20
Tidak
16
80
16
80
Jumlah
20
100
20
100
Ya
17
85
17
85
Tidak
3
25
3
25
Jumlah
20
100
20
100
Ya
4
20
5
25
Tidak
16
80
15
75
Jumlah
20
100
20
100
Ya
13
65
16
80
Tidak
7
35
4
20
Jumlah
20
100
20
100
Kawin alam
13
65
10
50
IB (inseminasi buatan)
2
10
5
25
Kawin alam dan IB
5
25
5
25
Jumlah
20
100
20
100
Penyuluh
17
85
17
85
Baca buku
1
5
1
5
Mengetahui usia sapi puberitas
Mengetahui umur sapi kawin pertama
Mengetahui lama sapi bunting
Mengetahui jarak sapi beranak
Mengetahui ciri–ciri sapi birahi (estrus)
Sistem kawin sapi yang diterapkan
Sumber pengetahuan tentang IB dan PKB
Pelatihan/dari petani lainnya
2
10
2
10
Jumlah
20
100
20
100
Ya
18
90
18
90
Tidak
2
10
2
10
Jumlah
20
100
20
100
Memiliki petugas IB
Disarankan pada para peternak untuk memeriksa tanda-tanda berahinya tiga kali sehari pada sapi dara. Sapi dara dapat dikawinkan pertama pada usia 18-24 bulan.
Hasil analisis menunjukkan pengetahuan responden tentang umur sapi kawin pertama di Kecamatan Siak Kecil dan Kerinci Kanan adalah sangat rendah (20%), hal ini
287
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
menunjukkan perlu adanya usaha peningkatan pengetahuan peternak dalam manajemen reproduksi ternak yang dipelihara. Kebuntingan Kebuntingan merupakan suatu peristiwa semenjak terjadinya pembuahan sampai masa kelahiran atau selama perkembangan janin sampai menjadi fetus di dalam uterus. Bunting merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi selang interval kelahiran. Hasil analisis menunjukkan pengetahuan responden tentang pengetahuan tentang lama sapi bunting di Kecamatan Siak Kecil dan Kerinci Kanan adalah sangat baik (85%). Jarak sapi beranak Kemampuan peternak dalam melihat jarak beranak sapi adalah dengan melihat umur anak lahir sebelumnya. Hasil analisis menunjukkan pengetahuan responden tentang jarak sapi beranak di Kecamatan Siak Kecil adalah rendah (20%), begitu juga di Kecamatan Kerinci Kanan (25%). Secara ekonomis jarak beranak yang pendek menguntungkan peternak karena dalam setahun ternak akan selalu menghasilkan anak, apabila peternak tidak memperhatikan dapat menyebabkan biaya pemeliharaan yang besar. Ciri-ciri sapi berahi Berahi ialah suatu periode yang ditandai dengan kelakuan kelamin seekor ternak betina dan penerimaan pejantan untuk kopulasi. Siklus berahi pada setiap hewan berbeda antara satu sama lain tergantung dari bangsa, umur, dan spesies (Partodiharjo, 1992). Keadaan normal, siklus berahi pada sapi berkisar antara 18-24 hari atau rata-rata 21 hari, dengan lama berahi antara 12-28 jam atau rata-rata 18 jam. (Lopez et al. 2004). Hasil analisis menunjukkan pengetahuan responden tentang ciri-ciri sapi berahi di Kecamatan Siak Kecil adalah baik (65%) sedangkan di Kecamatan Kerinci Kanan pengetahuan responden tentang jarak ciri-ciri sapi berahi adalah sangat baik (80%), hal ini sangat erat kaitannya dengan sistem perkawinan ternak yang diterapkan peternak.
288
Sistem kawin yang diterapkan Salah satu faktor penyebab rendahnya perkembangan populasi sapi adalah manajemen perkawinan yang tidak tepat, diantaranya: 1. Pola perkawinan yang kurang benar 2. Pengamatan berahi dan waktu kawin tidak tepat 3. Rendahnya kualitas atau kurang tepatnya pemanfaatan pejantan dalam kawin alam 4. Kurang terampilnya petugas 5. Rendahnya pengetahuan peternak tentang kawin suntik/IB (Affandhy et al. 2007). Hasil analisis menunjukkan sistem perkawinan ternak yang diterapkan responden di Kecamatan Siak Kecil didominasi sistem kawin alam (65%), di Kecamatan Kerinci Kanan juga didominasi dengan sistem kawin alam (50%). Sistem kawin IB yang diterapkan sangat rendah (di Kecamatan Siak Kecil 10% dan di Kerinci Kanan 25%) hal ini disebabkan berbagai kendala. Sumber pengetahuan tentang IB dan PKB Hasil analisis menunjukkan pengetahuan responden tentang IB dan PKB di Kecamatan Siak Kecil dan Kerinci Kanan adalah sangat baik (85%) dan sumber pengentahuan didominasi diperoleh dari penyuluh peternakan setempat. Sedangkan hasil wawancara dengan peternak, rata-rata petugas IB ada dilokasi peternakan mereka (90%). Hal ini menunjukkan bahwa daerah mereka dapat dijangkau oleh petugas Inseminasi Buatan (IB). Walaupun di dua kecamatan ini 90% memiliki petugas IB, tatapi peternak mengalami kesulitan memperoleh pelayanan IB karena petugas IB yang terbatas. Satu orang petugas IB harus menangani di dua kecamatan. Pengetahuan tentang kesehatan ternak Kesehatan ternak merupakan faktor yang sangat penting dalam usaha peternakan. Kerugian yang besar dapat disebabkan timbulnya penyakit yang menyerang ternak. Tabel 4 menunjukkan pengetahuan tentang kesehatan ternak responden selama penelitian. Hasil analisis menunjukkan penyakit yang sering menyerang ternak di Kecamatan Siak Kecil adalah cacingan (45%) sedangkan di
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Kecamatan Kerinci Kanan adalah kutu caplak (40%). Hal ini menunjukkan bahwa sampai saat ini penyakit yang menyerang ternak peliharaan peternak masih tergolong penyakit tidak berbahaya, tetapi walaupun demikian harus ditangani dengan serius karena tetap dapat menggangu pencapaian produktivitas ternak. Penyakit lainnya (10%) ada di Kerinci Kanan yaitu sapi bunting tua mengalami keguguran dan susah melahirkan. Penanganan keguguran di Kerinci Kanan ini juga sudah ditangani petugas kesehatan ternak setempat dan memberikan indikasi perlu adanya perlakuan khusus pada sapi bunting tua untuk pencegahannya. Dari hasil analisis juga menunjukkan di Kecamatan Siak Kecil bahwa peternak 60% dapat menangani penyakit yang menyerang ternak peliharaannya, hal ini disebabkan karena
peternakan yang dikelola dalam bentuk kelompok, sehingga mempermudah dalam manajemen pemeliharaan dan adopsi teknologi beternak. Sedangkan di Kecamatan Kerinci Kanan penanganan ternak sapi yang sakit dilakukan dengan melaporkan kepada petugas kesehatan ternak setempat (60%). Hasil analisis di Desa Siak Kecil menunjukkan peternak dominan tidak mengetahui jenis penyakit menular berbahaya (55%) sedangkan di Kecamatan Kerinci Kanan 85% mengetahui jenis penyakit menular berbahaya. Dari kedua kecamatan yang diamati tidak ada penyakit menular berbahaya yang menyerang ternak peliharaan mereka, dengan demikian berarti lokasi pengamatan termasuk daerah yang bebas dari penyakit menular berbahaya.
Tabel 4. Pengetahuan tentang kesehatan ternak di Kecamatan Siak Kecil dan Kerinci Kanan, Provinsi Riau Uraian
Kecamatan Siak Kecil
Kecamatan Kerinci Kanan
Jumlah (orang)
(%)
Jumlah (orang)
(%)
Cacingan
9
45
7
35
Perut kembung
5
25
3
15
Kutu caplak
6
30
8
40
Penyakit lainnya
-
-
2
10
20
100
20
100
Diobati sendiri
12
60
8
40
Melaporkan kepada petugas setempat
5
25
12
60
Penyakit yang sering menyerang ternak peliharaan
Jumlah Penanganan ternak yang sakit
Dibiarkan
3
15
-
-
Jumlah
20
100
20
100
Mengetahui
9
45
17
85
Tidak mengetahui
11
55
3
15
Jumlah
20
100
20
100
Ada
-
-
-
-
Tidak ada
-
-
-
-
Jumlah
-
-
-
-
Pengetahuan penyakit menular berbahaya
Penyakit menular berbahaya yang sering menyerang ternak peliharaan
289
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
KESIMPULAN Hasil analisis menunjukkan bahwa persepsi responden di Kecamatan Siak Kecil dan Kerinci Kanan tentang manajeman reproduksi ternak sapi masih rendah, hal ini ditandai dengan persentase pengetahuan rata-rata 2085%. Persepsi responden di Kecamatan Siak Kecil dan Kerinci Kanan tentang kesehatan ternak rata-rata baik, hal ini ditandai dengan persentase pengetahuan rata-rata 4585%Melihat potensi yang ada, pengetahuan peternak tentang manajemen reproduksi dan kesehatan ternak masih perlu ditingkatkan. DAFTAR PUSTAKA Affandhy L, Dikman DM, Aryogi. 2007. Petunjuk teknis manajemen perkawinan sapi potong. Loka Penelitian Sapi Potong Grati. Badan Pusat Statistik (BPS). 2011. Bengkalis dalam Angka Tahun 2010. Badan Pusat Statistik. Provinsi Riau. Chamidi AN. 2003. Kajian profil sosial ekonomi usaha kambing di Kecamatan Kradenan Kabupaten Gabongan. Dalam: Mathius IW, Setiadi B, Sinurat AP, Ashari, Darmono, Wiyono A, Tresnawati MB, Murdiati TB, penyunting. Teknologi Peternakan dan Veteriner Iptek untuk Meningkatkan Kesejahteraan Petani melalui Agribisnis Peternakan yang Berdaya Saing. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 29-30 September 2003. Bogor (Indonesia): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. hlm. 312-317.
290
Edwina S, Cepriadi. 2006. Analisa pendapatan peternakan ayam brioler pola kemitraan di Kota Pekanbaru. J Peternakan. Fakultas Peternakan UIN SUSKA Riau, 3(1) Februari 2006. Hosein A, Gibson N. 2006. Dairy cattle management. heat detection for improved breeding management dalam: Factsheet Caribbean Agricultural Research and Development Institute. Lopez H, Satter LD, Wiltbank MC. 2004. Relationship between level of milk production and estrous behavior of lactating dairy cows. Anim Reprod Sci. 89:209-223. Munier FF. 2003. Karakteristik sistem pemeliharaan ternak ruminansia kecil di Lembah Palu Sulawesi Tengah. Dalam: Mathius IW, Setiadi B, Sinurat AP, Ashari, Darmono, Wiyono A, Tresnawati MB, Murdiati TB, penyunting. Teknologi Peternakan dan Veteriner Iptek untuk Meningkatkan Kesejahteraan Petani melalui Agribisnis Peternakan yang Berdaya Saing. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 29-30 September 2003. Bogor (Indonesia): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. hlm. 327-332. Murtidjo BA. 2000. Yogyakarta.
Sapi
potong.
Kanisius.
Partodiaharjo S. 1992. Ilmu reproduksi hewan. PT. Mutiara Sumber Widya. Jakarta. Soejana TD. 1993. Ekonomi pemeliharaan ternak ruminasia kecil. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Sudjana. 1996. Metode statistik. Edisi ke-6. Tasito. Bandung.