MANAJEMEN KESEHATAN
TERNAK PERAH
A. PENGANTAR Pengertian:
• SEHAT • SAKIT • PENYAKIT
PRINSIP DASAR MANAJEMEN KESEHATAN
Persamaan Intensitas SAKIT (IS): Jumlah Virulensi Kondisi Penyebab x Penyebab x Stress IS = ----------------------------------------Daya tahan tubuh
• Penyebab penyakit > Jumlah > Virulensi
• Kondisi tubuh/tingkat stress: lingkungan, fisiologis, gizi, psikologis.
• Sistim Pertahanan Tubuh > Pasif: kolostrum, vaksin > Aktif
Penyebab Penyakit • Nor-organis > Nutrisional - Defisiensi - Keidakseimbangan - Antinutrisi > Nonnutrisional
• Organis > Mikro : Bakteri, virus, jamur > Makro : parasit
Tanda-Tanda atau Gejala-Gejala Penyakit • Semua gangguan pada badan atau perubahan-perubahan pada alatalat bahan, yang disebabkan oleh sesuatu penyakit, disebut tandatanda atau gejala-gejala penyakit
Beberapa gejala ternak yg dapat dilihat pd ternak sakit • Gangguan kondisi badan : Hewan yang sakit pada umumnya tidak saja kondisinya menjadi mundur dan badan menjadi kurus.
• Perubahan temperamen. Hewan yang sehat umumnya nampak
segar dan gembira, matanya bersinar telinganya bergerak dan ada perhatian terha-dap keadaan sekelilingnya. Hewan yang sakit boleh dikatakan sama sekali tidak memperdulikan apa yang terjadi di sekelil-ingnya, matanya suram seperti mengantuk dan telinganya jarang sekali digerakkan.
•
Perubahan Kulit. Kulit hewan yang sehat biasanya lemas, halus dan mudah dilipat-lipat. pada hewan sakit kulitnya sering sekali menjadi kaku, kering, kasar dan tidak mudah dilipat, rambut-nya suram, kadang juga berdiri tidak berkilat.
•
Panas Tubuh. Panas badan sapi yang sehat dan normal adalah
antara 38°C dan 39,5°C
•
Perubahan nafsu makan. Banyak macam penyakit yang disertai dengan kekurangan atau hilangnya nafsu makan sama sekali
•
Perubahan pada lambung penampung (rumen). Jika perut sapi, di
dekat pinggang sebelah kiri, ditekan dengan tangan, maka akan terasa lambung penampung bergerak naik turun seolah-olah menolak tangan yang menekan itu. Pada hewan yang sehat gerak lambung ini dapat terasa tambah 3 kali dalam 2 menit : pada hewan sakit, gerak itu lebih cepat atau berkurang atau tidak ada sama sekali. Kadang--kadang lambung penampung itu dapat kembung, perut jelas menonjol di sebelah kiri penuh terisi makanan atau gas, dan tidak ada gerakan sama sekali
• Buang kotoran yg abnormal. Sapi yang sehat pada umumnya selama waktu 24
jam membuang kotoran 12-18 kali, sebanyak 20 - 40 kg. Jika menyimpang dari sifat-sifat tersebut di atas, dapat dikatakan hewan itu sakit, misalnya terlalu keras, terlalu encer, warna dan atau bau berlainan. Dalam kotoran yang tidak sehat kadang-kadang diketemukan bagian-bagian yang tidak wajar, seperti lendir, darah, nanah, cacing, makanan yang tidak tercernakan, pasir dan sebagainya.
• Kencing yang abnormal. Sapi yang sehat pada umumnya selama waktu 24 jam
5-7 kali sebanyak 6-12 liter, tergantung pada banyak sedikitnya minum, warnanya kuning jernih
• Perubahan-perubahan pada alat-alat kelamin. Alat kelamin sapi betina dari
luar dapat menunjukkan hal yang tidak normal, misalnya kebengkakan dari vulva dan seki-tarnya, dinding vagina yang berdarah, merah atau kebiru--biruan; dari vulva keluar kotoran lendir bernanah atau berda-rah, yang berbau busuk atau tidak.
• Luka-luka, barah, dan kebengkakan. Di samping gejala-gejala tersebut di atas, luka-luka darah dan kebengkakannya dapat juga menyebabkan dan atau disebabkan oleh terganggunya fungsi sesuatu alat badan.
B. Sanitasi/Biosecurity • Melakukan • • •
• • •
desinfeksi kandang dan peralatan dengan menyemprotkan insektisida pembasmi serangga, lalat dan hama lainnya. Membatasi penularan penyakit melalui mobilitas pegawai. Membatasi keluar masuk orang ke/dari kandang ternak yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit. Membakar atau mengubur bangkai ternak yang mati karena penyakit menular. Menyediakan fasilitas desinfeksi untuk staf/karyawan. Segera mengeluarkan ternak yang mati dari kandang untuk dikubur atau dimusnahkan oleh petugas yang berwenang. Mengeluarkan ternak yang sakit dari kandang untuk segera diobati atau dipotong oleh petugas yang berwenang.
Karantina
(Manajemen Kedatangan Ternak)
Hari 1
• Kandang harus dalam keadaan bersih, kering, nyaman • • • • • •
dengan air minum yang cukup dan pakan yang jerami yang bagus. Cek ternak yang sakit dalam kandang. Periksa dan beri pengobatan bila perlu tolak sesuai dengan kontrak pembelian. Beri pakan starter untuk pedet yang baru datang. Pemberian nomor atau identitas ternak. Pemberian obat cacing. Vaksinasi ( IBR, BVD, PI 3, BRSV; Clostridium; Haemophilus somnus; Pasteurela).
Sesudah Hari 1 • Amati kondisi ternak 2 atau 3 kali sehari apabila ada • •
• •
yang sakit segera beri pengobatan. Lakukan pencatatan terhadap pengobatan awal, ulangan dan pengaruh pengobatan. Pemberian pakan konsentrat dengan kualitas yang bagus akan cepat memperbaiki kondisi ternak yang kurang sehat. Pemberian vaksinasi booster setelah 14 hari sesuai dengan petunjuk dokter hewan. Pemberian konsentrat starter secara rutin untuk pedet selama 28 hari.
C. Beberapa Penyakit yg Umum pd Sapi Perah dan Penanganannya
• Pencernaan • Kulit • Reproduksi
Gangguan Pencernaan Rumen sarat/konstipasi (Sembelit) • Penyebab: perubahan pakan mendadak, pakan serat
• •
kasar, kurang minum, kelelahan, suhu tinggi karena infeksi. Gejala: sapi ambruk/pasif, perut membesar, hipersalivasi, dehidrasi, eksp. rektal feses mengeras, nafas cepat. Terapi: Purgativa (Magnesium sulfat). Pakan diberi hijauan dan air minum Pola peternak: minuman kopi, kencur, jahe, garam inggris
Penyakit Karena Gangguan Metabolisme Milk fever, ketosis, terjadinya bola tennis dalam lambung
Milk Fever/Demam Susu • Akibat hipokalsemia pada sapi perah yang berproduksi susu tinggi (di atas 20 liter). • Serum darah normal kadar kalsium sekitar 90-100 ug, sedangkan dalam keadaan sakit defisien bisa terjadi di bawah 50 ug
• Gejala Klinis Milk Fever terbagi dalam tiga tahap. • Gejala tidak menciri yaitu tidak bisa buang air kecil dan besar, gemetar pada otot muka dan kaki • Dalam keadaan begini maka sapi berjalannya menjadi tidak terkontrol dan akhirnya jatuh serta sulit kembali. Tahap berikutnya sapi menjadi berbaring dan dengan dada menyentuh tanah, kepala ditaruh diatas bahu. • Diberikan injeksi intravena 500 sampai 100 meliputi kalsium boroglukoronat 20-39% (bergantung pada berat badan).
Faktor Predisposisi : • bertambah tua; > 5 th : 20% • herediter • Sapi produksi susu tinggi • Kemauan makan sapi Gejala klinis : • Napsu makan menurun • Turun suhu tubuh • Leher melipat • Pupil tdk bereaksi thd cahaya Pengobatan • Suntikan preparat Ca (boroglukonat calcicus) : 50 -100 ml pada kambing. Sapi : 10 kali (separo secara iv dan separo secara sc). Pencegahan • 30 hr menjelang kelahiran : Ca diturunkan, setelah melahirkan Ca ditingkatkan pemberian
Ketosis • Ketosis atau asetonemia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan tingginya konsentrasi benda-benda keton (setaoasetat, beta hidroksi butirat dan aseton) dalam darah dan rendahnya konsentrasi glukosa dalam cairan tubuh (dalam darah, susu dan urine). • Ketosis terjadi sebagai akibat gangguan metabolisme pengguanaan lipid dalam tubuh.
Terjadinya Bola Tenis pada Lambung • Pembentukan bola tenis yang menyumbat omasum diakibatkan karena kesalahan proses pencernaan. • Jika jumlah hijauan yang diberikan kepada sapi sangat kurang, misalnya hanya 25% dari kebutuhan, maka jumlah saliva yang disekresikan hanya 17,5 liter, sudah barang tentu jumlah saliva itu sangat kurang untuk menjalankan fungsi sebagai pelumas fraksi-fraksi makanan. • Sehingga akan menimbulkan berbagai macam gangguan pencernaan dan rusaknya alat pencernaan baik yang ringan maupun yang berat.
• Berkurangnya cairan yang masuk ke dalam saluran pencernaan ke
dalam rumen, reticulum dan omasum, akan berakibat fraksi-fraksi makanan di dalam organ tersebut konsistensinya menjadi lebih kental. • Lebih-lebih di dalam omasum fraksi-fraksi makanan terutama serat-serat rumput akan menggumpal dan mengeras • Sampai pada suatu hari gumpalan serat rumput ini besarnya sama dengan bola tennis, yang berakibat dapat menyumbat saluran pencernaan sehingga proses berhenti, alat pencernaan rusak kekurangan hijauan dan tidak beberapa lama sapi ini akan mati.
Kembung/ Bloat • Kembung pada sapi perah yang sering terjadi pada usia pedet. • Kembung terjadi sebagai akibat terlalu tingginya produksi gas NH3
(amonia) yang terakumulasi tidak bisa dimanfaatkan oleh mikroba rumen, sehingga menumpuk di dalam rumen. • Obat-obatan kembung sudah banyak dijual dan diberikan dicampur dengan air hangat. Selain itu apabila kondisi tidak ada obat bisa dipakai minuman sprite (sekitar 1-2 liter), maka alternatif terakhir dengan melobangi dinding rumen (dengan trocar) untuk membuang gas yang ada dalam rumen.
Penyebab • Pemberian: Leguminosa berlebih; tanaman muda; biji-
bijian halus; konsentrat berlebihan; rumput yg dipupuk urea dan kondisi ternak yg jelek
Gejala Klinis • Ternak gelisah; Sulit bernapas; Perut sebelah kiri membesar, bunyi drum; Masih ada gerak rumen; Mulut dan mata kebiruan, kurang oksigen; Kematian Pengobatan • Broom stick therapy • Meningkatkan air liur • Pemberian obat : minyak goreng, kayu putih, atsiri ditambah air hangat oral
Diare • Penyebab: Bakteri (salmonella, clostridium, E coli), virus (rota/corona, BVD, parvo virus), Protozoa, Parasit. • Gejala: tinja banyak & encer, anus kotor, dehidrasi, kelemahan dan kematian. • Terapi: Disesuaikan dengan penyebabnya Penggantian cairan tubuh Pemberian antibiotik (bakteri/virus) Pemberian vitamin (supportif)
Cacingan • Penyebab: cacing gilig, cacing
pita & cacing pipih. • Gejala: lemah, kurus, bulu kusam, diare (campur darah), kelemahan, pertumbuhan lambat, kematian. • Terapi: Pemberian obat cacing dan ulangannya (Albendazole, Piperazine). Sanitasi & kebersihan (pakan, minum, kandang & lingkungannya). Minimalisir siput
Gangguan Kulit • Penyebab: cacing
Stephanofilaria sp • Gejala: kropeng di kulit (biasanya di sudut mata), abses (infeksi), sapi gelisah (gatal), intake pakan & minum turun • Terapi: Salep asuntol Ivermectin (injeksi/salf), gusanex Pemberantasan lalat (insektisida/sanitasi & kebersihan kandang)
Cascado
Myasis/Borok
• Penyebab: Chrysomya •
•
bezziana Gejala: luka dengan infestasi belatung, jar. mengalami kematian (nekrosis), peradangan/abses di sekitar luka. Terapi: Bersihkan luka dengan antiseptik (PK) Salf (vaselin, antibiotik, gusanex) Injeksi antibiotik sistemik.
Scabies/Acariasis/Kudis • Penyebab: Sarcoptes sp • Gejala: Lesi & keropeng di
kulit, gatal, kulit menebal, bulu rontok & hewan gelisah • Terapi: Ivermectin (Injeksi/2 mg & salep) Sanitasi & desinfeksi kandang Dimandikan/dibersihkan dg sabun colek
Gangguan Reproduksi Prolapsus Uteri • Penyebab: hewan selalu
dikandangkan, tingginya estrogen, tekanan intra abdominal saat berbaring & genetik. • Gejala: Sapi gelisah, uterus menggantung keluar, nafsu makan & minum turun. • Terapi: Ditempatkan di kandang (kemiringan 5 –15 cm) lebih tinggi di bagian belakang. Uterus dibersihkan. Reposisi ke dalam saluran reproduksi. Irigasi (pemasukan & pengeluaran antiseptik (povidon iodine). Injeksi dengan antibiotika spektrum luas. Jahit vulva.
Distokia • Proses kelahiran sulit
dan lama (calon pedet tidak dapat keluar) • Penyebab: genetik, gizi, infeksi, traumatik • Penanganan: Reposisi Tarik paksa Pemotongan janin (Fetotomi) Operasi Secar
RETENSI PLASENTA • Terjadi setelah melahirkan. • Banyak terjadi pada sapi perah • Plasenta anak, tetap bertahan, • •
menempel pada plasenta induk. Mengikuti kejadian abortus, terutama yg terjadi setelah kebuntingan mencapai 5 bln. Birahi kembali setelah kelahiran akan diperpanjang.
PENYEBAB RETENSI PLASENTA DAN GEJALA KLINIS PENYEBAB : • Akibat infeksi uterus selama kebuntingan, kurang kontraksi uterus setelah pedet dilahirkan. • Pakan berlebihan energi pada sapi bunting tua (8-9 bln), melebihi 150% dari kebutuhan. GEJALA KLINIS : • Sebagian selaput janin menggantung keluar dari vulva 12 jam atau lebih setelah kelahiran normal, abortus atau distokia. • Kadang-kadang selaput fetus tidak keluar , tetap bertahan dalam uterus atau vagina.
PENANGANAN RETENSI PLASENTA
• Bisa dilakukan : 24-36 jam setelah melahirkan • Sesudah 48 jam, sulit , karena uterus sudah menutup, sulit memasukkan tangan ke dalam uterus.
• Pengupasan plasenta anak dari plasenta induk, sebelumnya dianastesi.
• Suntikan hormon oksitosin, dosis 100 IU, melalui sc atau im atau dengan dietilstilbestrol dalam minyak sebanyak 15 – 60 mg (im), diulangi selama 4 hr.
KEGUGURAN (BRUCELLOSIS)
• Disebabkan oleh 3 spesies, yaitu Brucella
melitensis, yang menyerang pada kambing, Brucella abortus, pada sapi dan Brucella suis pada babi.
• Kambing : 4 - 6 minggu terakhir dari kebuntingan,
• Sapi : kebuntingan 5 - 8 bulan. • Pada sapi perah, brucellosis dapat
menyebabkan penurunan produksi susu.
Gejala Klinis : • Pada kambing : keguguran antara 4 – 6 minggu terakhir kebuntingan • Sapi : keguguran 5- 8 bulan kebuntingan dan majir, cairan janin keruh. Air susu mengandung kuman, meskipun gejala klinis tidak terjadi. Brucellosis diikuti : • Bisa bunting, tapi tingkat kelahiran rendah, pedet lahir mati, plasenta tertahan (retensi plasenta). Perubahan Pasca Mati • Penebalan plasenta • Cairan janin keruh, coklat, darah, nanah • Pada pejantan : nekrosis testes
Pencegahan : Sanitasi • Hapus hama terhadap sisa-sisa abortus, fetus dan plasenta dibakar, vagina diirigasi dg antiseptik selama 1 minggu • Alat dan kandang didesinfeksi • Istirahat kawin, pejantan yg mengawini dicuci preputiumnya dg antiseptik. • Anak penderita disusui induk lain Pengobatan • Tidak ada
SAMPLING DARAH • Restrain Sapi
• Pengambilan Sample Darah
• Labeling Sample Darah
• Penyimpanan Tabung Darah
ANTHRAX
• Hospes : ruminansia • Penyebab : Bacillus anthracis • Perdarahan subkutan dan subserosa, bengkak • •
limfa Zoonosis Kerugian : kematian ternak, hilang prod daging, susu, kulit, tenaga kerja pembajak sawah.
Penyebab
• Bacillus anthracis • Berspora, batang, susun tunggal atau berantai, •
berselubung, gram positif Tahan puluhan tahun di tanah
•
• • • • • • • •
PENULARAN Tdk lazim menular dari ternak ke ternak secara langsung Tanah netral, berkapur cocok untuk pertumb kuman Spora terbawa burung liar pemakan bangkai. Vektor : lalat penghisap darah : Tabanus/lalat kandang Rumput di lahan tercemar mengandung spora Adanya luka mempercepat kejadian infeksi : gigitan serangga Ternak lain memakan tepung tulang penderita Mengkonsumsi pakan, air tercemar Memakan daging (oral), pernafasan, luka pada manusia
Gejala Klinis • Per akut, akut dan kronis • Perakut : mati mendadak, perdarahan otak (2-6 Jam) : sesak napas (mortalitas : 100%) • Akut : temperatur meningkat, gelisah, susah bernafas, kejang dan mati. Susu berwarna sangat kuning atau kemerahan, bengkak tenggorok dan lidah (mortalitas : 90%). • Kronis : lepuh lokal terbatas pada lidah, trakhea. Perubahan Pasca Mati • Bangkai Dilarang diautopsi • Bangkai cepat busuk dan menggembung • Darah hitam keluar dari lubang-lubang alami • Penyembulan rektum disertai perdarahan
Pencegahan • Daerah bebas antrax : pengaturan ketat lalu lintas ternak ke daerah tsb. • Daerah wabah : vaksinasi setiap tahun. Sapi : 1 cc dan kb, db, bb, kd : 0,5 cc (sc) • Ambil darah dari telinga untuk diagnosis pd hewan mati mendadak. Jangan bedah bangkai, ambil salah satu daun telinga, bawa ke lab. • Penderita mati, dibakar dikubur 2 meter, tutup kapur • Kulit dan bulu dimusnahkan. Pengobatan • Kombinasi antiserum dengan antibiotik (PPG, streptomisin atau kombinasi keduanya)
MASTITIS
Kualitas air susu dari perspektik konsumen:
Segar dan tanpa residu antibiotik serta berasal dari sapi yang “bahagia” dan sehat.
Pengantar MASTITIS • Peradangan kelenjer susu yg diakibatkan oleh luka atau kerusakan jaringan. • Ditandai oleh: Redness, Swelling , Heat dan Pain • Menyebabkan Loss of function kelenjer susu • 99% dari peradangan merupakan akibat dari infeksi
What’s mastitis ? • Inflammation of one or more quarters of the udder
Normal
Inflamed
Mammae = breast -itis = Latin suffix for inflammation
Swelling pain warm redness
• Di Eropah, 20 - 50 % dari sapi laktasi terinfeksi oleh mastitis; sedangkan di AS rata-rata 40%.
• Mempengaruhi produksi dan kualitas air susu.
• Pengobatannya antibiotik.
memerlukan
banyak
• Tidak mungkin dieradikasi (dihilangkan), yg
bisa dilakukan hanyalah pengongtrolan/ pengendalian (minimalisasi).
Dampak • Merupakan penyakit ternak perah yg paling banyak menghabiskan biaya (paling merugikan).
• Tiap kasus rata-rata menghabiskan biaya :105 Euro (Eopah); $ 200 – 300 (AS).
• Secara totalitas untuk indutri ternak perah di Di AS, biaya penanganan mastitis mencapai $ 2 miliar / tahun
• For herd-based worksheet:
– http://www.uwex.edu/milkquality/Economics/finimpmq.html
What’s the significance of bovine mastitis ? • Causes significant
The most costly disease affecting dairy dairy cattle throughout the world
economic losses to the dairy industry in the US
• $ 200/cow/year
• $ 2 billion/year cull
RIP
What are the health concerns of mastitis ? • Animal health – Loss of functional quarter – Lowered milk production – Death of cow
• Human health – Poor quality milk – antibiotic residues in milk
Penyebab Mastitis • Bacteria ( ~ 70%) • Yeasts and molds
(~ 2%) • Unknown ( ~ 28%) – physical • trauma • weather extremes
TYPES OF MASTITIS
(Berdasarkan Gejala yg Nampak) • Clinical: visual abnormalities (milk/udder/sapi) - fever - loss of appetite - depression - death • Chronic: - long duration - variable signs - contagious? - fibrosis (nodules): udder palpation • Subclinical:
* No visible signs *Special tests * Loss of function
Mastitis types are correlated to organisms!!!
How severe can mastitis be ? • Subclinical Mastitis
– ~ 90 -95% of all mastitis cases – Udder appears normal – Milk appears normal – Elevated SCC (score 35) – Lowered milk output (~ 10%) – Longer duration
• Clinical Mastitis – ~ 5 - 10% of all mastitis cases – Inflamed udder – Clumps and clots in milk – Acute type
• major type of clinical mastitis
• • • •
bad milk loss of appetite depression prompt attention needed
– Chronic type
• bad milk
Where do these organisms come from ? • Infected udder • Environment – bedding – soil – water – manure
• Replacement animals
BACTERIA
Field language
Streptococci • Environmental • Contagious
“Streps” “Environmentals ” “Environmental Strep”
– S. uberis – S. dysgalactiae – S. equinus
– S. agalactiae
• More subclinical
• Clinical mastitis • Cannot live
• •
•
mastitis Environment Predominant early and late lactation
outside the udder Treated easily with penicillin
BACTERIA Staphylococci
Field language
“Staph”
“Staph. Mastitis”
• Staph. aureus
– Summer mastitis – Spread by milking equipment and milker’s hands – Persistent, difficult to eliminate – If unattended leads to chronic mastitis
• Other Staph – – – – –
Found normally on skin Lowers milk yield Elevated SCC Easily responds to antibiotics Relapse frequently seen
BACTERIA
Coliforms
• Groups of organisms
• E. coli, Klebsiella, Enterobacter
• Environmental source (manure,
bedding, barns, floors and cows)
• Coliforms cause acute clinical mastitis J-5 vaccine
– high temp, and inflamed quarter – watery milk with clots and pus – toxemia
Other organisms • Pseudomonas aeruginosa – outbreaks of clinical mastitis
• Serratia
– outbreaks of clinical mastitis
• Corynebacterium pyogenes • Fungi • Candida • Mycoplasma bovis
Process of infection Organisms invade the udder through teat canal
Migrate up the teat canal and colonize the secretory cells
Colonized organisms produce toxic substances harmful to the milk producing cells
The cow’s immune system send white blood cells (Somatic cells) to fight the organisms
recovery
clinical
subclinical
TYPES OF MASTITIS
(Berdasarkan Penyebaran Penyebab) • Contagious (menular melalui kontak antar sapi).
• Environmental (menyebar melalui lingkungan).
MASTITIS DIAGNOSTICS “How do I look for (find) mastitis?” • Clinical : - Milk - udder palpation - systemic • Subclinical * Cultures: Know your organism * SCC: CMT / Electronic
Mastitis: Detection and Interpretation
Mastitis Organisms • Contagious – Spreads cow-to-cow – Fomites – milker’s hands, equipment – Survive poorly in environment
• Enviromental – Found in feces, soil, bedding, etc. – Cannot eliminate source of infection
Contagious Organisms
Streptococcus agalactiae:
-Organism-
Staphylococcus aureus:
Infected Cows
-Source-
Infected Cows / Wounds & Cuts
Milking Time
-Spread-
Milking Time
Subclinical / Chronic
-Status-
Subclinical / Chronic
Very High, little self cure
-Immune Cells-
High, little self cure
Easy, most abx work
-Treatment-
Difficult, resistance & abcesses
Contagious Organisms Respiratory Tract
Blood
Organism-
Mycoplasma
Source-
Initially from the lungs; then from infected cows
Spread-
Milking Time
Status-
Clinical / Acute
Immune Cells-
Medium High, some self cure
Treatment-
No treatment / vaccine, Cull & hope for self cure
Environmental Organisms
Environmental Streps:
-Organism-
Coliforms, E. coli & Klebsiella:
Environment
-Source-
Environment
Environment
-Spread-
Environment
Clinical / Acute (few chronic)
-Status-
Clinical / Acute
High, Self cure daily
-Immune Cells-
High, Easily killed by WBC
Usually effective, chronics hard
-Treatment-
Opportunistic / Environmental Organisms
Organism-
Skin Staphs
Source-
Skin
Spread-
Skin
Status-
May be chronic
Immune Cells-
Low, 50% self cure
Treatment-
Very susceptible to abx
Mastitis Subklinis • Tidak ada perubahan yg kelihatan pd air susu. • Somatic cell counts (SCC) meningkat: – Pd susu normal < 200,000 SCC/ml
• Merupakan bentuk mastitis yg paling umum. • Untuk setiap 1 kasus mastitis klinis terdapat sekitar 15 - 40 kasus mastitis sub-klinis.
Dampak Ekonomi • 70% dari kerugian yg timbul disebabkan oleh •
penurunan produksi. Kerugian lainnya (30%) disebabkan oleh: - Lost premiums (kehilangan harga premium); - Biaya pengobatan; - Air susu terpaksa dibuang; - Kematian/afkir; - Biaya dokter hewan (ahli veteriner); dan - Kerugian akibat bahaya residu antibiotik.
Kerugian akibat SCC
Contagious vs Environmental • Contagious – Strep. agalactiae – Staph. aureus – Corynebacterium
bovis – Mycoplasma
• Environmental – Environmental Streps • Strep uberis • Strep. dysgalactiae – Coliforms • E. coli • Klebsiella
Contagious vs Environmental • Contagious – Berpindah selama pemerahan
• Control – Hygiene kandang dan lokasi pemerahan. – Fungsi mesin pemerah. – Post-dip – Kesehatan/keamanan puting/ambing selama masa kering.
• Environmental – Berpindah melalui lingkungan atau selama pemerahan
• Control – Lingkungan sapi – Penyiapan/pembersihan puting. – Kesehatan ujung puting – Kesehatan/keamanan puting/ambing selama masa kering.
Environmental Mastitis • Organisme
penyebabnya menyebar dari lingkungan ke sapi.
• Penyebarannya
bisa terjadi antara atau selama pemerahan
• Merupakan
penyebab mastitis klinis yg paling umum dan juga mastitis
Environmental mastitis • Dalam setiap lingkungan selalu diokupasi (dihuni) oleh mikroorganisme dan akan menyebar dari sapi ke sapi di antara periode pemerahan melalui bahan organik terinfeksi.
• Jenis yg paling umum: Escherichia coli, Streptococcus uberis, Klebsiella
• Dapat menyebabkan mastitis klinis akut (berkelanjutan).
• “Herd cell counts” bisa saja rendah dan berlangsung dalam waktu singkat.
Mikroorganisme itu sama seperti organisme lainnya, mereka butuh makan dan merasa nyaman. DO NOT FEED THEM !! • Temperature • Humidity drainage • Nutrients leakage • Aerobic/
Climate, ventilation Climate, vent.,
Manure, milk
Faktor-faktor Resiko
Environmental mastitis • Musim, cuaca, pakan • Type kandang
• Ventilasi • Managemen • Type bedding • Disain fasilitas
Bedding material Organic • Straw • Saw dust • Wood shavings • Peat • Manure solids (dried) • Recycled news paper Inorganic • Sand • Crushed limestone
Organic bedding •
Saw dust Generally lower SCC if dried
• Fresh – contaminated with Klebsiella bacteria
• Not recommended in maternity pens
Straw
• Risk Streptococcus uberis
• Risk on deep bedding packs
• Similarly risk with shredded paper
Organic bedding •
Pros + Absorbs moisture well
• Easy to use in manure systems
• Organic material to soil
•
Cons Gives nutrients and moisture for microorganisms to grove
• Bacteria groves to
large numbers within24 - 48 hours
Risk areas Housing • Dry cow, close up, heifer housing
• Calving area • Milking parlour • Lactating cow housing
Sand bedding • Gives very high comfort • Low risk for bacteria • •
• •
growth Low somatic cell counts and lower cell counts The best material is clean, washed sand Has to be cleanly maintained to inhabit growth Sand can be recycled
Sand bedding •
Pros + Excellent cow comfort
• Excellent in preventing slipperiness
• Does not feed bacteria, low SCC
• High quality milk
Cons • Heavy to transport and manage
• Must be dry • Wear of equipmentand pumps
• More costly than organic materials
Pengendalian Environmental mastitis • Ventilasi yg baik; udara kandang yg kering dan sejuk.
• Pakan dan air minum berkualitas.
• Puting selalu bersih dan kering
Prevention of Environmental mastitis • Hygiene kandang yg sangat baik. • Litter (alas kandang) yg baik. • Jangan memberi kesempatan kepada sapi untuk berbaring setelah pemerahan sebelum minimal 30 menit.
Kondisi Puting Akibat Mastitis (hyperkeratosis)
N
R
S
VR
Risk factors for hyperkeratosis • Puting yg panjang • Pemerahan yg lambat • Sapi berprodksi tinggi • Tahap (bulan) laktasi • Paritas • Kondisi cuaca • Iritasi kimiawi Mein et al. 2001
Recommendations • • • • •
Particular attention to cleaning teat ends D (massage) phase at least 250 ms Cluster removal when milk flow reaches 1 lb/min Teat skin in good condition Follow recommendations: – Vacuum levels – Liner bore – Liner length and tension – Liner replacement schedules
Dry cows
Mastitis Diagnosis • Physical examination • DHIA reports/SCC reports • Strip Cup • CMT • Milk conductivity • Bacterial culture • On farm observation
Clinical Mastitis • M1 - Changes in the milk (Clots, flakes, clumps, or discoloration)
• M2 – Changes in the milk + udder swelling, heat or pain
• M3 – Changes in the milk + udder changes + systemic illness
Mastitis Treatment • Treat clinicals during lactation • Treat subclinicals at dry off • Dry treat every quarter of every cow • Coliform infections – supportive therapy +/- antibiotics • ALWAYS CORRECT THE MANAGEMENT FLAW
Antibiotic Choice • Use proprietary intramammary products as primary treatment • Systemic antibiotics may be used as adjunct treatment (ampicillin or penicillin) • Avoid aminoglycosides e.g gentamycin (meat withdrawal 6 –18 months) • Mycotil milk withdrawal is 15 – 21 days • Naxcel/Excenel systemically does not reach therapeutic levels in the udder
Herd Investigation • Examine records • Individual cow somatic cell counts • Samples for bacteriology – Individual cow samples – Quarter samples
• Evaluate parlor procedures • Milking machine evaluation • Look at the dry cows!
Somatic Cell Counts • No infection in quarter: 50 – 100,000 SCC • Infected quarters: SCC 250,000+ • In small herds a few cows may be
responsible for high percent of BTSCC
THE 10 STEPS TO MASTITIS CONTROL
• ONE: Prepare cows properly for milking – Udder preparation is pre-dipping with a dip labeled for predipping.Pre-dips lower the risk of new infections by 70% !!!!!!!!!!!!!!!! – Pre-dips (Iodophors 0.0 -1.0 %; Chlorhexidine 0.2% – Use single service paper towels, dry teats before machineapplication.
• TWO: Have a good milking system
– Milking equipment should be adequate in size, functioning properly, and regularly cleaned and maintained – Correctly use proper functioning milking machines and properly prepare udders
• THREE: Apply and remove machine carefully – Properly adjust to prevent liner slippage. – Remove machine when cow is milked out, shut off vacuum at claw before removal.
• FOUR: Dip each teat after each milking using a germicidal teat dip.
– Post-dips seal the teat ends temporarily for 6 to 8 hours – A must for long term mastitis control program
• FIVE: Monitor your mastitis score (DHI-SCC, WMT) regularly. Take action when significant increases occur.
• SIX: Treat clinical cows, follow label
recommendations, treat aseptically. Withhold treated cows' milk from milk supply.
• SEVEN: Segregate chronic mastitis cows, milk them last, cull when necessary.
– cows with chronic mastitis serve as reservoirs of organisms and could infect susceptible cows
• EIGHT: Dry treat each quarter using partial insertion
techniques with an approved dry cow treatment at drying off.
– Cure rate is twice high as that during lactation – Lowers the risk of clinical and subclinical mastitis during subsequent lactation
• NINE:
Keep cows clean, udders free from soil and manure. – Fence off wet, swampy areas. – Keep free stalls and stanchions bedded properly. – Keep calving areas clean, properly bedded (straw preferred).
• TEN: Properly feed and care for cows.