SeminarNasional Peternakan don Veteriner 1998
ANALISIS GENDER PADA USAHA TERNAK PERAH SRI WAHYUNI
Barai Penelitian Temak, P.O. Box 221, Bogor 16002
ABSTRAK Untuk mendapatkan teknologi tepat guna bagi pengembangan usaha ternak sapi perah, dilapokan wawancara terhadap 240 peternak sapi perah rakyat di Desa Cibogo, Cikole clan Pagerwangi Kecamatan Lembang, Bandung, Jawa Barat selama bulan Mei sampai Juni 1996. Jumlah sampel seluruhnya 240 inclividu, data dianalisis secara kuantitatif clan kualitatif mengacu kepada kerangaka analisis gender, disajikan secara deskriptif. Hasilnya, peternak mengalokasikan sebagian besar waktunya pada kegiatan produktif tenltama pada usaha ternak sapi perah . Dalam kegiatan rutin usaha sapi perah, suami mencuralikan waktu 7,3 jam/hari ; istri 2,7 jam/hari namun mereka sering merupakan orang pertama adanya ternak sakit clan birahi sedangkan anak mencurahkan waktu 1,5 jam per hari, istri lebih banyak mengerjakan pekerjaan reproduktif (rumah tangga) ; (3,5%) sedangkan suami 0,5 jam per hari. Kegiatan sosial di lokasi penelitian terbatas pada pertemuan kelompok clan keagamaan. Suami clan istri rnempunyai akses dan kontrol yang setara terhadap sapi clan peralatan usaha ternak naIntin hanya suami yang diikutsertakan dalam penyuluhan. Produksi susu sapi 10 - 12 liter/ekor/hari akibat rendahnya efisiensi clan efektivitas usaha. Untuk memperbaiki kondisi ini pengetahuan peternak (suatni clan istri) tentang penggunaan konsentrat analisis ekonomi usaha, servis IB clan pertolongan pertaina pada ternak sakit perlu diberikan (melalui penyuluhan yang diaclakan di masing-masing desa). Hal ini bisa dicapai hanya jika beban kerja berat mereka difngankan terlebih dahulu dengan Inenerapkan teknologi tenltama dalam hal pakan (misalnya pembuatan hay atau silase, alat pemotong rumput sederhana clan pengemasan konsentrat yang beratnya 10 kg) clan pemerahan susu (alat pemerah sederhana) . Kata kunci : Gender, usaha ternak perah PENDAHULUAN Populasi wanita di Indonesia melebihi jumlah pria yaitu ruencapai 51% dan cenderung meningkat setiap tahunnya, sebagian besar (66%) mereka hidup di pedesaan dan bekerja di sektor pertanian . Terdapat sekitar 15,9 juta wanita bekerja di sektor pertanian dan akan tents bertambah sampai 41,3 juta pada talitin 2000 . Oleh karena itu tingkat partisipasinya di dalarn tenaga kerja juga meningkat yaitu 46% talnin 1980, 54% tahun 1990 dan 64% tahun 1996 (BPS, 1996) . Di sisi lain terjadi kerusakan lahan dan inenyempitnya lahan pertanian telah dilaporkan sehingga mendorong pemerintah Indonesia untuk metupersiapkan wanita menjadi tenaga kerja. BAHARsYAH (1997) menyatakan bahwa di dalam pembangunan pertanian, perlu lebih banyak perhatian ditujukan untuk memberdayakan sumberdaya wanita, lebih jauh SOEGANDI (1997) menekankan bahwa perempuan sebagai bagian dari sumberdaya manusia perlu diberdayakan supaya tidak menjadi beban bagi negara. MOERPRATOMO (1992) mengemukan bahwa diversifikasi pertanian melalui integrasi peternakan ke dalam usahatani mentpakan usaha efektif. Akan tetapi masili terclapat sejumlah masalah clan hambatan di dalam memajukan usaha peternakan . Masalah utama adalah kekurangan teknologi dengan akibat rendahnya produktivitas disertai sistem pemasaran yang tidak efisien dan kurang terorganisasi (SOEIIADJI, 1991) . Menunit GBHN strategi pembangunan peternakan hanis diaralikan kepada peternak kecil yang mentiliki ciri-ciri selnua 631
Faktor Menciptakan BAHARsYAH sederhana perkiraan et penyampaian mencari pada itu al dan dikerjakan melalui kegiatan Kabupaten Indonesia akses sejalan pemikiran pemerintah untuk yang kepada (1996) sapi (siapa metode tujuan wanita inenyusun ini peternak, (KERSTAN, gender pertanian kesempatan teknologi program jumlah FAO clan dan masa menyoroti Sehubungan perah peningkatan menentukan melnpengaruhi dengan proyek (1997) lakukan untuk peranan melaporkan siapa teknologi studi institusi oleh yang keuntungan di hanya adalah kontrol dan Bandung teoritis depan Indonesia atas yaitu perlu penduduk keluarga yang tepat 1993) ini program teknologi merupakan menjawab IIRR pertumbuhan yang yang produktif kerja pengembangan menyediakan yang metode apa, mereka sesuai untuk Hal tersebut pengetahuaan dengan (1) guna diawali bagaimana dapat (1995) bahwa Jawa menekankan mendorong berhubungan melakukan kegiatan, ini dan kapan, (suami, untuk sekitar tersebut NosionalPeternakan penelitian dalam pembangunan siapa mengetahui untuk membedakan daerah juga dari Barat, menekankan hal pendapatan dengan pada dan bagaimana dan wanita mencapai istri, 15% pembangunan usaha sesuai tersebut melnperoleh 212 peternakan diberikan, akses pengllasll peternak perbaikan berbagai karena dasarnya kelnitraan melakukan untuk pentingnya dengan total anak-anak) identifikasi siapa peternakan tanpa dengan juta clan berbagai bagi bahwa maka teknologi identifikasi swasembada dan beberapa konsumsi disertai dan susu usaha yang waktu pengembangan clan kesejahteraan nlenalnball terdapat kontrol sapi Veteriner informasi masyarakat dilaksanakan antara apa anjuran/hasil analisis pengembangan mengapa) penerapan yang dan konsumsi peranan, melniliki sapi pemeran untuk perah introduksi yang perthubangan tepat tersebut untuk 1998 keterampilan dua penting perah laki-laki produksi beban gender tepat yang meningkatkan karena tujuan secara pedesaan interest akses peternakan susu guna utama Hasil menjawab analisis yaitu rakyat penelitian teknologi (SENDJAJA di clan mereka diperlukan menolong peternakan dan Indonesia kebutuhan per utama clan nasional susu jenis identifikasi terapat clan clan yaitu rendah di gender wanita kapita Tujuan kontrol dalam yaitu tepat bagaimana kebutuhan SYARIEF clan produksi teknologi pembangunan nieningkatkan et terdapat dalam yang seperti clan dengan Pada hendaknya al BIB, susu guna (2) 9distudi terhadap kegiatan terdap, tersebut -terbaik (1997 1996) dalan dalall tahun untuk susu BPI 7yan) terus yang laki Kec alat dar kg ini Seminar kegiatan yang ditempuh
.
.
Tulisan meningkat 2000 sementara Karena CHAi . peternakan meningkatkan adalah
.
.7
.,
.
.
METODOLOGI Kerangka Untuk pengetahuan peternakan digunakan dibutuhkan untuk
. .
Analisis 1. 2. 3.
Pro6l Profil sumberdaya
. .
mengapa
.
Sementara 1. 2. 3.
Mendesain laki . Meningkatkan menentukan
Kedua tertera dan pembangunan Presurvai Lokasi :
63 2
.
Lembang sejunilah
. . .
.
SeminarNasional Peternakan dan Peteriner 1998
HMT dan KPSBU . Infrastruktur yang tersedia juga cukup memadai untuk menunjang pengembangan tersebut . Pertemuan 1.
Pertemuan institusional dilakukan untuk memperoleh arahan, informasi, data sekunder, hal-hal teknis untuk studi tersebut .
2.
Pertemuan kelompok tani dan informasi kunci untuk melaksanakan PPWS (Pemahaman Pedesaan Waktu Singkat) tentang usaha sapi perah
Survai Berdasarkan hasil kegiatan presurvai dan kerangka analisis gender (kegiatan, akses-kontrol dan profil analisis faktor) menurut KERSTAN (l993), disusun daftar pertanyaan untuk pedoman wawancara, survai dilakukan dari tanggal 13 Mei-14 Juni 1996 oleh 5 peneliti dari berbagai disiplin Hum yaitu Sosiologi pedesaan, Pemuliaan ternak, Ekonomi pertanian clan Lingkungan. Sampel Air merupakan faktor penentu dalam usaha ternak sapi perah (SUPRIAT, 1994) karena itu ketersediaan air merupakan kriteria yang penting didalam memifh desa yang mewakili lokasi studi . Berdasarkan ketersedian air dipilill 3 desa yaitu Cikole, Cibogo dan Pagerwangi. Dari tiga desa dipilih 40 rumah tangga secara acak, di mana suami diwawancara secara terpisah oleh peneliti laki-laki dan istri olell peneliti wanita, dengan menggunakan pedoman wawancara yang sama sehingga total sampel adalah 240 individu . Karakteristik rumah tangga Indentitas responden Suami dan istri di semua desa berusia produktif (34-43 tahun), sebagian besar mereka memiliki analc berusia dewasa yang biasanya terlibat di dalam peternakan sapi perah . Sebagian besar berpendidikan sekolah dasar clan karena itu dapat berballasa Indonesia . Dengan pemilikan tenaga kerja keluarga dan lahan (Tabel 1) mereka mampu memelillara rata-rata 5,8-6,7 ekor (Tabel 2), terdiri dari 2 betina yang sedang diperah, di mana Desa Pagerwangi rata-rata pemilikan sapi paling tinggi . Pengalaman memelihara sapi bervariasi antara 2-25 tahun (sejak KPSBU berdiri tahun 1971) dan sebagaian besar sudah berpengalaman 5 - 10 talum . Dengan pengalaman tersebut, produksi rata-rata per sapi 10 - 12 liter yang berarti mereka tergolong peternak biasa (Tabel 3). Menyadari produksinya yang rendah, sebagian besar peternak berpendapat bahwa untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka perlu memiliki lebih banyak sapi di mana jumlah optimum sapi yang sedang laktasi 3 ekor (Tabel 4). Kenyataannya sapi perah merupakan sumber penghasilan utama bagi petani di semua desa (Tabel 5). Kondisi hidup Lebih dari 90% peternak memiliki rumah permanen beratap genteng dengan Was lantai 4657 mZ sebagian besar berlantai semen dan sebagian lagi berlantai keramik . Semua rumah peternak berlistrik dan untuk memasak mereka menggunakan minyak tanah, disamping kayu sebagai bahan bakar untuk memasak . Alat konnmikasi yang dimiliki adalah radio dan televisi, dimiliki olell 633
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
sebagin besar mereka . Wanita di semua desa lebih senang mendengar berita clan hiburan di radio dan televisi sementra laki-laki mendengar juga penyuluhan pertanian clan kesehatan disamping hiburan . Sumber air untuk keluarga berada di masing-masing desa yaitu di Cikole menggunakan air dari pipa berasal dari reservoir untuk minum clan mencuci di kamar mandi pribadi, tetapi di Cibogo dan Pagerwangi hanya sebagian menggunakan air dari pipa sementara sebagian besar mengambil air dari mata air atau sumur . Tabel 1 .
Rata-rata leas lahan (M) yang dimiliki peternak sapi perah di Kecamatan Lembang, Bandung tahun 1995 Desa Cibogo (n=41)
Cikole (n=37)
Kriteria
Rata-rata
Persen
Rata-rata
Persen
65
3,555
87
4,452
48
Persen
Rata-rata
Pagerwangi (n=42)
Milik sendiri
1,044
Menyewa
1,755
8
4,550
5
1,484
21
0
27
0
8
0
31
Tanpa tanah
Tabel2 .
Rata-rata jumlah temak sapi perah (ekor) yang dipelihara petani di Kecamatan Lembang, Bandung tahun 1995, menunit laporan suami dan istri Desa Cibogo (n=41)
Cikole (n=37)
Kriteria
Pagerwa ngi (n=42)
HR
WR
HR
WR
HR
WR
2,2
2,1
2,0
2,1
2,7
2,4
1,5
1,4
1,4
1,5
1,3
1,5
Jantan muda
1,2
1,1
1,2
1,3
1,4
1,4
Betina muda
1,4
1,2
1,3
1,3
1,3
1,3
Total
6,1
5,8
5,9
6,2
6,7
6,6
Berproduksi Induk-
Tabel 3 .
Rata-rata produksi susu (1) sapi perah di Kecamatan Lembang, Bandung tahun 1995 Desa Cikole
Kriteria
Pagerwangi
Cibogo
HR
WR
HR
WR
HR
WR
Produksi susu kemarin
23
25
27
25
36
36
Produksi susu maksimal
34
25
36
31
50
47
Produksi susu minimal
17
10
19
15
23
24
Total
74
60
82
71
109
107
Rata-rata
25
20
27
24
36
36
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998
Tabel 4.
Persepsi peternak sapi perah di Kecamatan Lembang Bandung, talum 1995 tentang jumlah temak optimum per keluarga (%) Desa
Kriteria
Cikole
Berproduksi
Induk Jantan muda
Betina muda Total
Tabel 5.
HR
51
16 20
HR
WR
HR
16
46 24
46
35
22 11
103
Pagerwangi
WR 51
16
100
24
17 111
24 24
21 21
108
100
14
WR
42 21
23 14
23
100
Sumbangan pendapatan setiap kegiatan produktif (%) terhadap total pendapatan peternak sapi perah di Kecamatan Lembang, Bandung tahun 1995 Desa
Kriteria Usahatani
Sawah Tegalan
Sapiperah Ayam
Kambing/domba Buruh tani Luar Usahatani Total
Cibogo
Cikole Suami 18 I1
67 0 0 3 1
100
Cibogo Istri 13
0
70 0 0
10
7 100
Suami 8 10
68 0 0
4
10 100
Pagerwangi Istri
Suarni
Istri
17
3
4
0
87 1
85 0
1 5
1 9
1 60
0 6
14 100
3
0
100
0
0
100
Keragaan usahaternak sapiperah Semua peternak memelihara sapi di kandang permanen, berlantai semen, tiang kayu, atap genteng dan dikelilingi selokan walaupun tidak semua memiliki penampung kotoran kandang seperti halnya di Mole . Bak penampung air berada di samping kandang terbuat dari semen, besi dan plastik Peternak melaporkan bahwa kandangnya dibersilikan dua kali sehari pada musim kemarau clan musim hujan. Untuk menjamin keamanan ternak, peternak membutuhkan kelompok yang menjaga keamanan secara bergilir di malam hari dan sebagian peternak juga memelihara angsa dan anjing sebagai penjaga. Sistem pengamanan ini cukup berhasil karena hanya sedikit peternak yang pernah kehilangan ternaknya . Sumber makanan di setiap desa Sebagian besar peternak di Mole mengambil hijauan dari keammnan lain (seperti Subang) sepanjang tahun karena keterbatasan lahan dibandingkan desa lainnya . Sementara peternak di Cibogo dan Pagerwangl menanaln rllnlput Gajah clan untuk mencukupi kekurangan pada saat musim kemarau mereka mengambil dari luar desanya. 63 5
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998
Masalah indigesti rata-rata terjadi 3 kali dalam setahun menurut catatan peternak dar diperkuat oleh data dari KPSBU yang mengatakan bahwa indigesti merupakan masalah yanl penting . Untuk mengembangkan usaha mereka, sebagian besar peternak mengisi anggota KPSBt walaupun 80% dari pertemuan di KPSBU hanya dihadiri oleh pria . Di samping KPSBU peternal juga membentuk kelompok di masing-masing desa yang terdiri dari pria dan istri hany ; menggantikan bila suami berhalangan hadir . Hal inilah yang menyebabkan wanita tidal mendapatkan cukup informasi yang berguna untuk peningkatan pengetahuan peternaknya . Gambaran aktivitas peternak sapi perah Gambaran (prolifik) aktivitas dibagi 3 tipe yaitu A. Kegiatan Produktif adalah kegiatan yang menghasilkan pendapatan dalam bentuk uang yang meliputi onfarm, off-farm dan nonfarm. B. Kegiatan Reproduksi yaitu kegiatan yang bertujuan memelihara sumberdaya manusia da tidak dihitung, seperti mengerjakan urusan rumah tangga. C. Aktivitas Sosiokultural yaitu kegiatan yang tidak hanya terbatas di lingkungan rumah tangg seperti misalnya berpartisipasi di dalam kelompok tani, sekolah, aktif dalam kelompok wanr dan ibu-ibu mengikuti pengajian. Gambaran aktivitas di tiap desa dan alokasi waktu dari anggota keluarga dipresentasik-, pada Tabel 6. Hasil wawacara dengan suami-suami terlihat bahwa mereka mengalokasikan leb banyak waktu dalam tiap aktivitas dibandingkan wanita, tetapi kecenderungannya sama dengi laporan dari suami yang lebih banyak meluangkan waktu untuk kegiatan produktif sementa wanita lebih banyak di kegiatan reproduktif. Baik suami maupun istri hanya sedikit memberila waktu untuk sosial karena mereka kekurangan waktu. Dalam peternakan sapi perah suami terlia dalam semua jenis kegiatan dan memberikan waktu terbanyak sesudah istri, anak-anak db pembantu (biasanya kerabat atau orang tua atau buruh yang disewa) . Ada 8 kegiatan harian yai dapat dikelompokkan ke dalam 3 kegiatan utama yaitu : a). Memberikan makanan (feeding), I Memerah susu (milking) dan c). Pengawasan (controlling) . Di semua desa, mencari hijau merupakan kegiatan yang paling banyk menyita waktu disusul oleh pemcralian susu d pengawasan. Di bawah ini penjelasan bagaimana kegiatan tersebut berjalan. a. Hijauan Selama musim hujan hijauan dapat diambil dari lahan umum di sekitar rumah dan keb sayuran, sedangkan pada musim panas, suami mencari hijauan di luar kecamatan sampai Kabupaten Subang dalam kelompok 4-6 orang menyewa ternak dari KPSBU . Menyadari balr hijauan merupakan bagian terpenting, seluruh anggota keluarga terlibat dalam mengumpulk hijauan sampai mereka ykin bahwa jumlahnya cukup nominal sampai keesokan pagi. Mere (suami, istri, anak-anak) mulai mencari hijuan pada pukul 8.00 dan bani kembali ke rumah pa pukul 11 .00-12 .00 tetapi suami biasanya kembali keluar untuk mencari hijauan sesudah mal siang dan istirahat sebentar. Istirahat tidak berarti mengangur tetapi diisi dengan pekerjaan yA ringan-ringan misalnya mengasah arit, atau mengembangkan keranjang rumput, sementara i; memberi makan sapi, membersihkan kandang dan halaman sambil memperhatikan kondisi sapil (sakit atau birahi) di samping tugas utama mengatur rumah tangga. Hijauan diberikan sete dipotong menjadi 10-15 cm dengan golok secara manual sehingga banyak menyita waktu.
636
Tabel 6.
Persepsi suami dan istri tentang alokasi waktu (iam) keluarga petemak sari perah di Kec. Lembang, Bandung 1995 dalam kegiatan produktif, reproduktif dan sosial
Kriteria
Cikole
Cibogo
Persepsi Suami
Persepsi Istri
Persepsi Suami
S
I
A
L
S
I
A
L
S
I
7,77
3,13
1,8
1,4
6,7
2,6
0,8
0,2
4,4
0,5
1,4
0,9
0
0
1,4
1,2
0
0
1,6
Re produktif
0
3,53
1,2
0
0,4
2,8
0,7
0
Sosialkultural
9,4
5,1
3,2
1,6
0
0
3,5
0
A
Pagerwangi Persepsi Istri
Persepsi Suami
Persepsi Istri
L
S
I
A
L
S
I
A
L
S
I
A
L
1
0,4
5,2
0,9
0,6
0,3
6,8
2,5
0,8
1,4
6,3
5,0
2,7
0,5
1,2
0,4
0
2,1
1,9
0,4
0,1
0,4
0,3
0
0,2
0,1
0,1
0
0
0,6
4,0
0,3
0
0,2
4,3
1,2
0
0,1
4,4
0,6
0
2,2
2,3
0,6
0,5
0,4
1,1
0,8
0,3
0,2
0,6
0
0,2
0,6
1,2
0,5
0
0,2
2,7
0,3
Produktif Sapi perah Non
sapi perah
a b m a
112 :3
Keterangan : S = Suami, I = Istri, A = Anak, L = lainnya
15
121m
m
b
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998
a. Konsentrat Seperti diutarakan sebelumnya, konsentrat diberikan dan KPSBU diambil di temp, pengumpulan susu yang biasanya berada di pinggir jalan utama. Peternak tidak perlu langsun membayar, kecuali bila mereka membutuhkan lebill dari jatah. Berhubung konsentrat disalurka dalam kantong 70 kg yang terlalu berat untuk istri dan anak-anak maka bila suami berhalanga mereka harus menyewa buruh untuk mengangkut ke rumah dengan upah Rp 500,-/karunl Pemberian konsentrat merupakan tugas istri yang setiap pagi pukul 7.00-12 .00 mencampurny dengan air di dalam ember sebelum diberikan pada sapi. Sementara ini sumai membawa sus tempat penampungan antara pukul 7 .00-7.30. b. Memerah susu Pemerahan dilakukan dua kali sehari yaitu pukul 7 .00-7 .30 pagi dan pukul 4.00-5.00 sor yang merupakan sederet kegiatan di mana ketersediaan air merupakan syarat utama . Istri mul mengambil air dari mata air atau tanki penampungan . Keterlibatan istri tergantung dari junlk hewan yang diperah . Berhubung ada keterbatasan waktu di dalaln penyetoran susu, maka isl harus membantu suami bila mereka lnemiliki lebih dari 2 ekor sapi yang diperah . Sebenarn, pemerahan seekor sapi hanya membutuhkan waktu 15 menit, tetapi yang menyebabkan lan adalah persiapannya, terutama di waktu pagi, karena sapi harus dicuci/dinlandikan, kandai dibersihkan, alnbing dibersihkan dengan air hangat, puting susu digosokan vaselin sebelu pemerahan dimulai . Sesudah pemerahan, susu disaring lalu ditakar ke dalaln tanki berukuran liter atau 20 liter susu kelnudian disetor ke tempat penampungan olell suami clan ditakar oli petugas kolektor. c. Pengawasan Pengawasan meliputi pengamanan dari ancaman pencurian, pengawasan kesehat2 pengawasan birahi dan saat akan melahirkan . Pengawasan di malam hari merupakan tugas sua, sedangkan pada waktu siang adalah tugas istri yang selalu berada di sekitar kandang. Petern tidak hanya bertanggung jawab atas pengawasan ternaknya di sekitar rumah tetapi juga tern yang berada di lahan bersama dengan kelompok pengamanan secara bergantian . Kegiatan reproduksi Kegiatan ini terdiri dari lnenyediakan makanan untuk keluarga, lnenlbersillkan rum.~ mencuci, mengasuh bayi, mengambil air, mencari kayu bakar, dan nlenlbantu anak-anak belaj Penyediaan makanan dilakukan 2 kali sehari di pagi hari dan sore. Sarapan disediakan sesud memerah (sementara suami membawa susu ke tempat penampungan) terdiri dari nasi, sayur; tahu, tempe atau telur sebagai tambahan. Sisa sayuran dimakan untuk siang . Makan mal disediakan oleh istri setelah susu diantar dan biasanya dibantu oleh anak perenlpuan yang dewas Kegiatan sosial budaya Pertemuan keagamaan menipakan kegiatan sosial yang paling menonjol yang diadakan o ibu-ibu sekali senlinggu pada pukul 4.00 sore, bergantian tempat, laki-laki tidak mengadal kegiatan tersebut karena mereka sudah berkumpul sesudah sholat junl'at untuk lnendiskusikan I hal yang bersifat religius. Di semua desa dibentuk kelompok yang ketuanya dipilill oleh angg( dan mengadakan rapat bila ada yang perlu dibicarakan, bertempat di nmlall ketua . Rapat o
63 8
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
KPSBU biasanya dilakukan paling sedikit sekali setahun yang merupakan satu-satunya kegiatan organisasi di desa. Kegiatan sosial bagi anak-anak meliputi sekolah, belajar, olahraga seperti voly clan sepak bola. Ada organisasi lain di desa tapi tidak berjalan dengan baik misalnya PICK tidak ada kegiatan, KUD berjalan baik karena petani melihatnya sebagai tempat memperoleh kredit atau keperluan keluarga misalnya kredit untuk pemasangan listrik 1996. Peternak juga membentuk kelompok arisan setiap dua minggu sesuai jadwal pembayaran susu oleh KPSBU sekitar 10 orang/kelompok . Akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan keuntungan Sapi betina merupakan milik yang berharga setelah lahan . Lahan secara legal merupakan milik suami . Dalam hal perempuan mendapat warisan dari orang tua, luasnya tidak sebesar anak laki-laki (EKAJATI, 1998) karena dalam peraturan keturunan anak perempuan merima 1/2 dari anak laki-laki . Karena yang diperoleh perempuan biasanya sedikit, mereka lalu menjualnya untuk ditukarkan dengan sapi clan dengan demikian perempuan juga memiliki kontrol terhadap sapi . Bila anak perempuan tersebut menikah dengan laki-laki yang tidak memiliki sapi, kepemilikan sapi tersebut dapat berpindah ke suami . Erat kaitannya dengan hak kepemilikan tersebut adalah hak untuk memperoleh kredit di mana perempuan tidak berhak mendapat kredit karena diperlukan sertifikat tanah sebagai jaminan . Di daerah studi dilakukan, peternak hanya menggunakan alat tradisional yang tidak tergolong berharga tetapi hanya alat biaya. Sebagian peralatan tersebut juga digunakan di dapur sehingga dengan demikian perempuan juga mempunyai akses dan kontrol langsung terhadap alat-alat tersebut . Training dan kursus-kursus dilaksanakan oleh pemerintah di mana hanya pria yang mendapat akses karena biasanya diselenggarakan di kantor pemerintah. Wanita tidak dapat hadir karena bertanggung jawab dalam urusan rumah tangga . Proses pengambilan kebutuhan di dalam keluarga pada dasarnya dilakukan oleh suami tetapi tetap berdasarkan peranan yang sama antara suami dan istri, kecuali dalam memutuskan kebiasaan setiap hari yang ditentukan oleh istri . Analisa faktor-faktor Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan tenaga kerja keluarga dapat digambarkan sebagai suami dan istri terlibat dalam penyediaan hijauan pakan ternak karena merupakan kebutuhan utama clan keterbatasan hijauan daerahnya, peternak hanis mencarinya dari tempat lain. Jumlah konsentrat yang disediakan KPSBU sebanyak 50% dari volume susu yang disetor tetapi kenyataannya peternak membutulikan lebih dari itu untuk sapi yang behun berlaktasi . Dalam hal ini peternak membeli ampas singkong sebagai substitusi . Apabila terjadi kelebihan konsentrat untuk beberapa sapi perahnya terkadang dipinjainkan konsentrat itu ke peternak lainnya . Anak sapi di bawah 3 bulan diberi makan susu saja clan lebili tua dari 3 bulan diberi makan bubur konsentrat walaupun peternak mengetahui jumlah minimum konsentrat yang diperlukan oleh sapi namu mereka sering niengurangi junilah tersebut untuk mengurangi biaya . Desa Cibogo clan Pagerwangi tidak memiliki cukup air walaupun pada saat musim hujan sehingga mereka harus mengangkat air dari mata air sejauh 20 km (Cibogo) clan 25 kni (Pagerwangi). Pada saat musim kemarau mata airnya kering sehingga mereka hanis membeli air . Membersihkan kandang, memandikan sapi clan memerah, menipakan unitan kegiatan yang harus selesai dalam waktu tertentu karena waktu penyetoran susu sudah tertentu . Semua anggota keluarga harus terlibat di dalarn kegiatan ini . Membawa susu ke tempat pengumpulan merupakan 63 9
Seminar NasionalPeternakon dan Veteriner 1998
pemeraaan yang berat terutama untuk wanita karena umumnya jauh dari rumah peternak. Tetal karena menyadari bahwa susu harus disetor untuk memperoleh uang bagi keperluan keluarg, seluruh anggota keluarga terlibat dalam kegiatan ini . Istri-istri mengetahui bahwa setiap hewan yang sakit harus dilaporkan ke KPSBU . Untuk il mereka biasanya melaporkan ke suami yang meneruskan ke KPSBU . Demikian juga denga kebutuhan pelayanan kawin suntik. Sayangnya pelayanan atas laporan dari petani sering terlamb ; sehingga tingkat keberhasilan menjadi rendah . Peternak di Cibogo dan Pagerwangi melaporkan bahwa menentukan umur kebuntingi merupakan tugas inseminator tetapi di Cikole peternak mampu mendiagnosa kebuntingan denga memperhatikan warna vagina, adanya cairan bening dan bercahaya seperti gelas. Faktor-fakti yang mempengaruhi keterlibatan gender dalam peternak sapi perah dirangkum seperti disajik~. pada Tabel 7. Tabel 7.
Faktor-faktor yang mempenganihi keterlibatan gender dalam usaha tentak sapi perali
Aktivitas * mencari hijauan * membeli pakan
L
P
x x x x x x x
x x x x x
* pengangkutan pakan * menyediakan hijauan * mengatur jumlah dan jenis pakan * memandikan sapi * membersihkan kandang * memerah susu * membuat catatan produksi * transportasi susu * mengambil air * mengobati sapi sakit * mengomati adanya sapi yang sakit * deteksi birahi * mencari bantuan dan pelayanan AI * menilai kebuntingan * membantu kelahiran * pemeliharaan anak
Analisis * ketersediaan hiajuan sangat vital * ketersediaan pakan sangat vital * konsentrat dari KPSBU tidak cukup * petentak membeli ampas singkong sebagai substitug * terlalu berat * suami mencari hijauan dan lain-lain * istri di nimah * suami memberitalut istri cara mengatur pakan * hanis dilakukan sebelum pemerahan * harus dilakukan sebelum pemerahan * keterbatasan waktu penyetoran susu, anggota keluarga hanis membantu * KPSBU yang membitat catatan produksi * harus dilakukan supaya dapat uang * istri di nimah, suami bekerja di luar * istri hanya membantu * istri selalu beritahu suami * istri selalu beritahu suami * kadang-kadang saja oleh istri * menurut petemak, hal ini adalah tugas inseminator * istri merebus air untuk inembersiltkan induk dan anak yang bani lahir. * semua anggota keluarga bertanggung jawab
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pakan Palm : Ketersediaan hijauan merupakan masalah utama bagi peternak terutama selai musim kemarau. Cara mengatasi masalah tersebut : 1). Adakan kerjasama dengan perusalia 640
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998 perkebunan, 2) . Memproduksi silase atau hay, dan 3) . Memperkenaikan hijauan unggul atau legume . Peternak menggunakan peralatan tradisional untuk memotong hijauan karena itu perlu diperkenalkan peralatan yang lebih efisien sehingga dapat mengurangi beban kerja terutama bagi wanita yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan tersebut. Peternak kurang menyadari pentingnya konsentrat di dalam produksi susu . Perlu diberikan informasi kepada peternak tentang jumlah optimal konsentrat dan bahan dari segi analisis cost benefit adalah menguntungkan bila memberikan konsentrat dalam jumlah memadai supaya anggota keluarga yang lain (istri dan anak-anak) mampu membawa konsentrat dari tempat pengumpulan susu ke rumah, usulkan agar kemasannya diperkecil menjadi 10 kg/karung sesuai keinginan/permintaan peternak . Pemerahan susu Peternak dan anggota keluarganya menghabiskan banyak waktu untuk mengambil air dari mata air terutama di musim kemarau . Dianjurkan agar di tiap desa disediakan pompa air untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas susu . Pemerahan susu merupakan pekerjaan yang sulit bagi peternak terutama bila terdapat lebih dari 2 induk sapi yang diperah karena mereka harus menyetor susu pada waktu yang telah ditentukan ke tempat penampungan . Masalah ini dapat diatasi dengan menyediakan mesin pemerah susu (milking machine) . Pengawasan Istri tidak dapat melapor ke dokter hewan atau inseminator karena jaraknya jauh sehingga harus menunggu sampai suaminya menyetor susu ketempat penampungan dengan harapan sopir truk susu akan menyampaikannya ke KPSBU. Diusulkan agar peternak dilatih untuk memberikan pertolongan pertama pada hewan sakit dan tentang keterampilan inseminasi . Demikian juga pengetahuan petani (suami dan istri) tentang feeding, breedinglreproduksi dan kesehatan hewan perlu ditingkatkan . Lembaga yang dapat menangani usaha perbaikan ini sebaiknya yang sudah ada di tiap desa disertai training, kunjungan dan belajar melalui praktek . Berhubung wanita memiliki akses dan kontrol terhadap peralatan produksi, penyediaan peralatan yang lebih efisien akan bermanfaat dalam pengembangan usaha ternak sapi perah . DAFTAR PUSTAKA ADNYANA, M . OKA, dan K. KARYASA. 1997 . Dalnpak era globalisasi ekonomi terhadap usaha ternak sapi perah . Kajian Peluang kendala dan strategi pengembangan . JAE . 15(2) : 54-75 . BATZZ, F .J . 1994 . The Relevance of Adoption Studies for Priority Setting. Linking Adoption Studies and Priority Setting in Dairy Research . Humboldt- Universitat Zu Berkin, ISnar & Kari . BAHARsYAH, J . S . 1997 . Potensi, pennasalahan dan alternatif pendekatan pemberdayaan sumberdaya wanita memasuki industrialisasi pedesaan . Lokakarya Pemberdayaan Sumberdaya Wanita Pengembangan Agribisnis di Pedesaan . Jakarta, 28 Juii . CHAT, J .C.H., P. RIETHMULLER, P. HuTABARAT, and D. SMITH . 1996 . Employment, income and efficiency of indonesian dairy farms . Lokakarya Refonnasi Kebijakan Persusuan di Indonesia. DEPTAN dan PSE. Bogor. EKAJATI, E . 1984 . Sundanese and the Culture . Girimukti Pusaka. Jakarta . FAo and IIRR . 1995 . Resource Management for Upland Area in Southest Asia . An Infonnation Kit. Document 2 . FAO and US, Bangkok, Thailand and IIRR, Silang Cavite, Philippines .
64 1
SennnarNasionalPeternokan dan Veteriner 1998
GABUNGAN KoPERAsi SUSU INDONESIA . 1996 . Kebijakan pemerintah dalam pengembangan agribisnis persusuan mengliadapi era pasar bebas . Lokakarya Refonnasi Kebijakan Persusuan di Indonesia . Deptan dan PSE . Bogor. ISNAR. 1997 . Globalization . Issue in Agriculture and Agricultural Research . Annual Report. Tlie Haque . The Netherlands . JANSEN, W.G . 1994 . Priority Setting in Agricultural and Natural Resource Management Research : Following Hamlet's Dream or Macbeths Plan?. Linking Adoption Studies and Priority Setting in Dairy Research . Hnunboldt-Universitat Berkin, ISNAR & KARL KERSTAN, B . 1993 . Introduction to the gendewr analysisi method: Aims, catagories and tools . Workshop Report, Bandung . MOERPRATOMO, S . 1992 . Guiding from the minister of women affair. Workshop on Gender Analysis in Fanning System . Bogor, April 15-16 . CRIFC-AARD . SENDIAIA, T ., T.M.H . HADLAN, dan T .S . UDIANTONO . 1996 . Kajia n kebijakan persusuan di Indonesia . Lokakarya Reformasi Kebijakan Persusuan di Indonesia . DEPTAN dan PSE. Bogor . SOEHADJI . 1992 . Policy on livestock industries in the acceleration stage of development. Proc . Sean . ov Livestock and Feed Development in the Tropics . UNIBRAW-Malang . SUGANDI, M . 1997 . Sambutan inentri negara unisasn peranan wanita. LokakarynPemberdayaan Stnnberdaya Wanita Pengembangan Agribisnis di Pedesaan. Jakarta . SUPRIAT, D . 1994 . Pengandi Pengontrolan Sulut Tubuh melalui Penyemprotan Air Terhadap Susu dar Penibalian Faali pada Sapi Perali Laktasi . Master Tliesis . FPS-IPB . SUTRISNO, T . 1997 . Sambutan Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Peresnuan Pembukaan Lokakarya Pemberdayaan Sumberdaya Wanita Pengembangan Agribisnis di Pedesaan . Jakarta . SYARIEF, H . 1997 . Pemberdayaan suniberdaya wanita melalui industrialisasi pedesaan: Pentingnya penerapan pendekatan "gender and development" . Lokakarya Pemberdayaan Sumberdaya Wanbits Pengembangan Agribisnis di Pedesaan . Jakarta .
TANYA JAWAB Tolibin : Mengapa di desa Pager Wangi akses suami lebili dominan dari
dengan desa lain, mohon penjelasan (atau istri tidak punya akses) .
istri dibandingkat
S . Wahyuni : Mayoritas mata pencaharian istri adalah pedagang sehingga mereka sudal mempunyai sumber pendapatan sendiri dan balikan istri menyumbang modal usaha ternak sehingga walaupun tidak memiliki akses tapi justni memiliki kontrol/berperan dalam pengambilaj keputusan . J. Manu rung : Bagaimana/apakah ada kredit bermasalah di usalia sapi perah yang ibu amati . Dar usaha sapi perah, yang bekerja pendapatan/bulan +_ berapa, alasan saya apakah bisa upah kerja d atas UMR . S. Wahyuni : Tidak ada, karena apabila menunggak kredit maka tidak akan mendapatkal pelayanan selanjutnya dari KPSBU, seperti pelayanan : - Konsentrat, IB, dan pemasaran susl Tidik/belum dihitung tetapi sebagai perbandingan harga Bensin 1 liter = Rp . 1000,- ; Aqua 1 lnte = Rp . 1000,- ; Susu 1 liter = Rp 550 - 750 (tingkat petani) .
642