Volume II No. 4 Tahun 2009
Jurnal Kesehatan
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN OLEH IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAROMBONG KELURAHAN BAROMBONG Asriani Staf Pengajar Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar
Abstract Analysis of delivery helpers is important because one of the indicators in the safemotherhood program that notice how much delivery can be handled, especially by health personnel. Percentage of births in South Sulawesi Province in 2004 by medical personnel was 57.5% and 42.5% is handled by non-medical personnel. The fact is also reflected in Puskesmas Barombong Kelurahan Barombong . It is known from studies of health status in this area. From the research it was found that the number of births assisted by health personnel as much as 34.15%, while deliveries assisted by non health personnel was 65.85%. This study investigates the correlation between the factors (include maternal education, maternal knowledge, economic ability,maternal behavior and accessibility of health service facilities) that related with delivery helper election in Puskesmas Barombong in 2006. Research methods is Cross Sectional Study. Population is the mothers who birth in 2006, the child is born alive or dead, his name is recorded in the birth mother target data, and resides in Puskesmas Barombong totally 213 people. Sample taken by the method of proportional random sampling amounted to 139 people. Data processing by using Microsoft excel and SPSS while the data analysis carried out univariate and bivariate. The results showed 65% of 140 respondents choose health personnel as a helper delivery and 35% select the non-medical personnel as a delivery helper.Statistical analysis showed a significant correlation between maternal education, maternal knowledge, economic ability,maternal behavior with the delivery helper election with p-value of each 0.000, 0.004, 0.047, and 0.000. While the accessibility of health service facilities do not show a significant correlation with the delivery helper election. Keywords: Delivery Helper, Birth, Pregnant Woman
PENDAHULUAN
usia harapan hidup, menurunkan angka kematian bayi, anak dan ibu melahirkan, meningkatkan kesejahteraan keluarga, meningkatkan produktivitas kerja, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
Latar Belakang ujuan pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan untuk lebih meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas sumber daya manusia. Hal ini ditunjukkan dengan upaya meningkatkan
T
57
Asriani
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan …
Angka kematian dan kesakitan pada kehamilan dan persalinan masih merupakan masalah yang besar di negara berkembang, seperti di Indonesia. Pada tahun 1996, WHO memperkirakan setiap tahunnya lebih dari 585.000 ibu meninggal pada saat hamil atau bersalin. AKI Indonesia pada tahun 2002/2003 adalah sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 20022003). Angka tersebut telah mengalami penurunan pada tahun 2005 menjadi 290,8 per seratus ribu kelahiran hidup (Depkes, 2005). Target kematian ibu yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2010 adalah sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup melalui pelaksanaan MPS (Making Pregnancy Safer) dengan salah satu pesan kunci yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih (Depkes, 18 Februari 2007). Berdasarkan data tahun 2001, 2002 dan 2003, angka kematian bayi juga mengalami penurunan perlahan yaitu 50, 47 dan 37 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2003. Meskipun demikian, penurunan tersebut jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. Penolong persalinan merupakan salah satu indikator kesehatan terutama yang berkaitan dengan tingkat kesehatan ibu dan anak serta pelayanan kesehatan secara umum. Dilihat dari kesehatan ibu dan anak maka persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (Nakes) seperti bidan dan dokter dianggap lebih baik dari persalinan yang ditolong oleh Tenaga non Nakes seperti dukun, keluarga atau lainnya. Persalinan yang aman dapat dicapai melalui pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan profesional dan ketersediaan peralatan yang memadai untuk menangani komplikasi obstetrik dan neonatal. Saat ini angka persalinan oleh tenaga kesehatan masih rendah. Persentase kelahiran pada tahun 2003 yang ditangani oleh tenaga medis terdapat sekitar 56,95 % dan pada tahun 2004 naik menjadi sekitar 57,51 % (Susenas 2003 & 2004). Sementara persentase penolong persalinan oleh tenaga non medis masih cukup tinggi yaitu 43,05 % pada tahun 2003 dan 42,5 % pada tahun 2004, sehingga perlu pemantauan pengetahuan akan pentingnya kesehatan bagi dukun (Indikator Kesra Sulsel, BPS 2004). Hal tersebut mengisyaratkan tentang persalinan tenaga dukun/keluarga yang masih tinggi dan mencerminkan persalinan yag tidak aman yang dapat berdampak pada kematian ibu dan kematian bayi yang tinggi. Persentase kelahiran di Propinsi Sulawesi Selatan sendiri tahun 2004 oleh tenaga medis adalah 57,5 % dan sisanya 42,5 % ditangani oleh tenaga non medis. Kenyataan tersebut juga terjadi di Sulawesi Selatan, khususnya di Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate yang terdiri dari 9 RW. Hal ini diketahui dari penelitian status kesehatan di wilayah tersebut. Dari penelitan tersebut didapatkan bahwa jumlah persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan sebanyak 34,15 % sedangkan persalinan yang dibantu oleh tenaga non kesehatan sebanyak 65,85 %. Hal ini dikarenakan alasan biaya untuk melahirkan di bidan dan dokter tidak mampu dijangkau, serta jarak rumah sakit yang jauh dengan sarana transportasi yang kurang memadai. 58
Volume II No. 4 Tahun 2009
Jurnal Kesehatan Masalah yang kita hadapi adalah bahwa pada kenyataannya pertolongan persalinan oleh dukun bayi memang masih merupakan pilihan pertolongan yang diminati oleh masyarakat. Di lain pihak angka kematian ibu masih tinggi. Hal-hal tersebut di atas yang mendorong kami untuk melihat apakah faktorfaktor pendidikan ibu, kemampuan membayar, pengetahuan dan kebiasaan berhubungan dengan pemilihan pertolongan persalinan di wilayah Kelurahan Barombong.
observasi variabel dependen (Pemilihan Pertolongan Persalinan Ibu hamil) dan variabel independen (Tingkat pendidikan, kemampuan membayar, pengetahuan, kebiasaan Ibu dan keterjangkauan sarana kesehatan) sekaligus pada saat yang sama. Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah semua ibu yang malahirkan bayi tahun 2006 dan tinggal di wilayah kerja puskesmas Barombong, kelurahan Barombong, Kotamadya Makassar, yaitu sebanyak 213 orang. Sampel pada penelitian ini adalah anggota populasi penelitian yang diambil secara Proportional Random Sampling yaitu ibu-ibu yang melahirkan bayi pada tahun 2006 bila ibu melahirkan dua kali dalam tahun tersebut maka yang diambil adalah kelahiran terakhir. Baik melahirkan anaknya dalam keadaan hidup atau mati yaitu sebanyak 139 orang.
Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara pendidikan, pengetahuan ibu, kemampuan membayar, kebiasaan ibu, dan keterjangkauan tempat bersalin dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh ibu bersalin. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh ibu bersalin.
Pengumpulan Data Data primer diambil dengan wawancara langsung pada ibu-ibu dari orang ke orang yang terpilih secara random dengan berpedoman pada kuesioner yang dibuat berdasarkan tujuan penelitian sedangkan data sekunder diperoleh dari Puskesmas Barombong dan Kantor Kel. Barombong.
BAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Tahun 2006.
Analisis Data Data yang diperoleh diolah secara elektronik dengan menggunakan komputer program Excel dan SPSS. Analisis dilakukan dalam bentuk analisis univariat dan analisis bivariat. Data yang diperoleh diuji dengan menggunakan
Desain dan Variabel Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik. Sedangkan metode penelitan yang digunakan adalah cross sectional study yaitu meng59
Asriani
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan …
uji statistik Chi Square. Dengan tingkat kepercayaan dipilih α 0,05.
Dari tabel 1 memperlihatkan bahwa dari 139 responden tersebar secara merata dan proporsional di seluruh RW di Kelurahan Barombong.
HASIL PENELITIAN
b. Penolong Persalinan
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Barombong, Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate, Kotamadya Makassar. Pengumpulan data dimulai dari tanggal 02 - 14 Juli 2007. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 139 sampel yang terdiri atas 65 sampel yang memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan dan 74 sampel yang memanfatkan tenaga non kesehatan sebagai penolong persalinan. Hasil pengolahan data dari penelitian tersebut sebagai berikut.
Tabel 2 Distribusi Sampel Menurut Pemilihan Penolong Persalinan oleh Ibu Bersalin Di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Tahun 2006 Penolong Persalinan Jumlah Persentasi Nakes
65
46,8 %
Non Nakes
74
53,2 %
139
100 %
Jumlah
Sumber : Data primer, tahun 2007
1. Analisis Univariat Pada analisis ini dilakukan untuk mendapatkan distribusi frekuensi setiap variabel yang diteliti.
Dari tabel 2 menunjukkan jumlah ibu bersalin yang memilih tenaga non kesehatan lebih banyak daripada yang memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan
a. Asal Responden
c. Pendidikan Ibu
Tabel 1 Distribusi Sampel Menurut Asal RW Di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Tahun 2006
Tabel : 3 Distribusi Sampel Menurut Tingkat Pendidikan Ibu Bersalin Di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Tahun 2006
RW Jumlah Sampel Persentasi RW 1 18 12,95% RW 2 15 10,79% RW 3 14 10,07 % RW 4 14 10,07 % RW 5 17 12,23 % RW 6 16 11,52 % RW 7 18 12,95 % RW 8 13 9,35 % RW 9 14 10,07 % Jumlah 139 100 %
Pendidikan
Jumlah Persentasi
Tidak Sekolah SD SLTP SLTA AK/PT
6 71 41 17 4
4,3 % 51,1 % 29,5 % 12,2 % 2,9 %
Jumlah
139
100 %
Sumber : Data primer, tahun 2007
Sumber : Data primer, tahun 2007
60
Volume II No. 4 Tahun 2009
Jurnal Kesehatan Dari tabel 3 menunjukkan jumlah ibu bersalin yang berpendidikan kurang (Tidak Sekolah – SLTP) lebih banyak daripada ibu bersalin yang berpendidikan cukup (SLTAAK/PT)
lebih banyak daripada ibu bersalin yang mampu. f. Kebiasaan Ibu Tabel 6 Distribusi Sampel Menurut Kebiasaan Ibu Bersalin Di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Tahun 2006
d. Pengetahuan Ibu Tabel 4 Distribusi Sampel Menurut Tingkat pengetahuan Ibu Bersalin Di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Tahun 2006 Pengetahuan Cukup Kurang Jumlah
Jumlah Persentasi 123 16
88,5 % 11,5 %
139
Dari tabel 4 menunjukkan jumlah ibu bersalin yang berpengetahuan cukup lebih banyak daripada ibu bersalin yang berpengetahuan kurang
139
100 %
57,6 % 42,4 %
Jumlah
139
100 %
Keterjangkauan Jumlah Persentasi
Persentasi
Jumlah
80 59
Tabel 7 Distribusi Sampel Menurut Keterjangkauan Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Tahun 2006
Tabel 5 Distribusi Sampel Menurut Kemampuan Ekonomi Ibu Bersalin Di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Tahun 2006
33,1 % 66,9 %
Baik Kurang baik
g. Keterjangkauan Sarana Kesehatan
e. Kemampuan Ekonomi
46 93
Persentasi
Dari tabel 6 menunjukkan jumlah ibu bersalin yang memiliki kebiasaan baik, lebih banyak daripada ibu bersalin yang memiliki kebiasaan kurang baik.
100 %
Mampu Tidak Mampu
Jumlah
Sumber : Data primer, tahun 2007
Sumber : Data primer, tahun 2007
Kemampuan Jumlah Ekonomi
Kebiasaan
Terjangkau Tidak Terjangkau
83 56
59,7 % 40,3 %
Jumlah
139
100 %
Sumber : Data primer, tahun 2007
Dari tabel 7 menunjukkan jumlah ibu bersalin yang menjangkau tempat bersalin, lebih banyak daripada ibu bersalin yang tidak menjangkau tempat bersalin
Sumber : Data primer, tahun 2007 Dari tabel 5 menunjukkan jumlah ibu bersalin yang secara ekonomi tidak mampu
61
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan …
Asriani
2. Analisis Bivariat Pada analisis ini dilakukan tabulasi silang antar variabel dependen terhadap variabel independen (pendidikan, kemampuan ekonomi, pengetahuan, kebiasaan, dan keterjangkauan).
b. Pengetahuan Ibu Tabel 9 Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dengan Pemilihan Penolong Persalinan Pada Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Tahun 2006
a. Pendidikan Ibu
Pengeta huan Ibu
Tabel 8 Hubungan Antara Pendidikan Ibu dengan Pemilihan Penolong Persalinan Pada Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Tahun 2006
Pemilihan
Total Nakes Non Nakes N % N % N %
Cukup 63 51,2 60 48,8 123 88,5 Kurang 2 12,5 14 87,5 16 11,5
Pemilihan Pendidi kan Ibu
Nakes Non Nakes n
%
N
%
Total n
Total
46,8 74 53,2 139 100
Sumber : Data primer, tahun 2007
%
Hasil uji statistik memperlihatkan nilai statistik chi square dari pearson sebesar 8,526 dengan probabilitas 0,004 sedangkan nilai chi square berdasarkan koreksi kontuinitas sebesar 7,042 dengan probabilitas 0,008 karena nilai probabilitas berdasarkan kedua statistik tersebut lebih kecil dari taraf nyata 0,05, maka disimpulkan untuk menolak hipotesis nol dan menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan. Besarnya hubungan antara pemanfaatan pertolongan persalinan dengan tingkat pengetahuan dihitung dengan menggunakan rumus phi dengan hasil 0,248 dimana hasil uji ini memperlihatkan adanya hubungan yang lemah.
Cukup 19 90,5 2 9,5 21 15,1 Kurang 46 39,0 72 61,0 118 84,9 Total
65
65 46,8 74 53,2 139 100
Sumber : Data primer, tahun 2007
Hasil uji statistik memperlihatkan nilai statistik chi square dari pearson sebesar 21,117 dengan probabilitas 0,000. Karena nilai probabilitas berdasarkan statistik tersebut lebih kecil dari taraf nyata 0,05, maka disimpulkan untuk menolak hipotesis nol dan menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan. Besarnya hubungan antara pemanfaatan pertolongan persalinan dengan tingkat pendidikan dihitung dengan menggunakan rumus phi dengan hasil 0,39 dimana hasil uji ini memperlihatkan adanya hubungan yang sedang. 62
Volume II No. 4 Tahun 2009
Jurnal Kesehatan c. Kemampuan Ekonomi
Besarnya hubungan antara pemanfaatan pertolongan persalinan dengan tingkat kemampuan ekonomi dengan menggunakan rumus phi dengan hasil 0,168 dimana hasil uji ini memperlihatkan adanya hubungan yang lemah.
Tabel 10 Hubungan Antara Kemampuan Ekonomi Ibu dengan Pemilihan Penolong Persalinan Pada Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Tahun 2006 Kemampu an Ekonomi Mampu
d. Kebiasaan Ibu
Pemilihan Total Nakes n
%
N
%
N
%
27 58,7
19
41,3 46 33,1
Tdk Mampu 38 40,9
55
59,1 93 66,9
74
53,2 139 100
Total
65 46,8
Tabel 11 Hubungan Antara Kebiasaan Ibu dengan Pemilihan Penolong Persalinan Pada Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas
Non Nakes
Kebia saan
Sumber : Data primer, tahun 2007
Pemilihan Total Nakes Non Nakes n % N % N %
Baik 62 77,5 18 22,5 80 57,6 Kurang 3 5,1 56 94,9 59 42,4 Baik Total 65 46,8 74 53,2 139 100
Dari tabel 10 menunjukkan hubungan antara kemampuan ekonomi ibu dengan pemilihan tenaga persalinan, dimana ibu yang memiliki kemampuan ekonomi yang baik, lebih banyak memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan sedangkan ibu yang memiliki kemampuan ekonomi kurang (kurang mampu), lebih banyak memilih tenaga non kesehatan sebagai penolong persalinan. Hasil uji statistik memperlihatkan nilai statistik chi square dari pearson sebesar 3,933 dengan probabilitas 0,047 sedangkan nilai chi square berdasarkan koreksi kontuinitas sebesar 3,249 dengan probabilitas 0,071 karena nlai probabilitas berdasarkan kedua statistik tersebut lebih kecil dari taraf nyata 0,05, maka disimpulkan untuk menolak hipotesis nol dan menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat kemampuan ekonomi dengan pemilihan tenaga penolong persalinan.
Sumber : Data primer, tahun 2007
Hasil uji statistik memperlihatkan nilai statistik chi square dari pearson sebesar 71,527 dengan probabilitas 0,000 sedangkan nilai chi square berdasarkan koreksi kontuinitas sebesar 68,648 dengan probabilitas 0,000. karena nilai probabilitas berdasarkan kedua statistik tersebut lebih kecil dari taraf nyata 0,05, maka disimpulkan untuk menolak hipotesis nol dan menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan kesehatan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan. Besarnya hubungan antara pemamfaatan pertolongan persalinan dengan kebiasaan kesehatan dihitung dengan menggunakan rumus phi dengan hasil 0,717 dimana hasil uji ini memperlihatkan adanya hubungan yang kuat. 63
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan …
Asriani
e. Keterjangkauan Sarana Kesehatan
Biaya persalinan di dukun relatif lebih murah dibandingkan di bidan atau dokter, lebih mudah dijangkau dan sebagian responden masih memiliki hubungan kerabat dengan dukun di wilayah tersebut. Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi responden dalam pemilihan penolong persalinan di wilayah Barombong.
Tabel : 12 Hubungan Antara Keterjangkauan Sarana Kesehatan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Pada Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Tahun 2006 Pemilihan Keterjang kauan
Total Nakes N
%
Non Nakes N
Terjangkau 41 49,4 42 Tdk Terjkau 24 42,9 32 Total
65 46,8 74
% 50,6 57,1
1. Pendidikan Ibu n
%
Tingkat pendidikan yang tinggi merupakan dasar dalam mengembangkan wawasan serta sarana seseorang untuk memudahkan intervensi dan turut menentukan cara berpikir sseorang dalam menerima sikap dan perilaku baru. Tingkat pendidikan formal yang pernah didapatkan akan meningkatkan daya nalar karena pendidikan merupakan dasar pengembangan daya nalar serta memberi dorongan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa jumlah responden yang memafaatkan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan di wilayah Barombong sebanyak 46,8% sampel dari 139 responden. Ditinjau dari tingkat pendidikan ibu yang memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan terdapat 90,5% dari 21 ibu yang berpendidikan cukup dan 39% dari 118 ibu yang berpendidikan kurang . Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa p = 0,000 (p<0,05) berarti bahwa makin tingginya tingkat pendidikan ibu diharapkan mampu menerima perubahanperubahan baru di bidang kesehatan yang mengarah pada perbaikan kesehatan sehingga mampu mempersiapkan dirinya
83 59,7 56 40,3
53,2 139 100
Sumber : Data primer, tahun 2007
Hasil uji statistik memperlihatkan nilai statistik chi square dari pearson sebesar 0,575 dengan probabilitas 0, 448 sedangkan nilai chi square berdasarkan koreksi kontuinitas sebesar 0,342 dengan probabilitas 0,559 karena nilai probablitas berdasarkan kedua statistik tersebut lebih besar dari taraf nyata 0,05, maka disimpulkan untuk menerima hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara keterjangkauan tempat bersalin dengan pemilihan tenaga penolong persalinan. PEMBAHASAN Dari distribusi responden yang memilih penolong persalinan di wilayah Barombong tampak lebih banyak responden yang memilih tenaga non kesehatan (dukun) dibandingkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Dari wawancara, sebagian besar responden mengaku masih memilih dukun karena alasan ekonomi. 64
Volume II No. 4 Tahun 2009
Jurnal Kesehatan
2. Pengetahuan Ibu
dalam kehamilan dan persalinan dan pendidikan dapat mempengaruhi daya intelektual seseorang dalam memutuskan suatu hal, termasuk penentuan penolong persalinan. Pendidikan ibu yang kurang menyebabkan daya intelektualnya juga masih terbatas sehingga perilakunya masih sangat dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya ataupun perilaku kerabat lainnya atau orang yang mereka tuakan. Secara statistik hubungan ini bermakna sebagai efek penyebab artinya seorang ibu dalam menentukan pemanfaatan pertolongan persalinan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, semakin tinggi tingkat pemanfaatan penolong persalinan. Hal ini dapat juga dikatakan bahwa ada kecenderungan responden dengan tingkat pendidikan yang cukup untuk memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan, mengingat bahwa pendidikan dapat mempengaruhi daya intelektual seseorang dalam memutuskan suatu hal. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Ridwan A, 2007 menunjukkan bahwa pendidikan ibu merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap pemilihan tenaga penolong persalinan dengan p = 0.00. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang berpendidikan cukup 95,8% dari 48 responden memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan sementara ibu dengan pendidikan kurang hanya sebesar 48.9 % yang memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan dari 92 orang responden.
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa jumlah responden yang memamfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan ditinjau dari tingkat pengetahuan sebanyak 51,2% dari 123 ibu yang memiliki pengetahuan cukup dan 12,5% dari 16 ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa p=0,004 (p<0,05) berarti bahwa ibu yang memiliki tingkat pengetahuan cukup lebih banyak memamfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan kurang, lebih banyak memamfaatkan tenaga non kesehatan. Ini berarti bahwa makin tingginya tingkat pengetahuan ibu diharapkan semakin mampu mengaplikasikan apaapa yang diketahuinya ke dalam kehidupan nyata. Pengetahuan tentang kesehatan secara umum tentang kehamilan, persalinan serta risiko-risikonya diharapkan menjadi acuan dalam setiap sikap dan perilaku kesehatan ibu termasuk dalam pemilihan penolong persalinan. Pengetahuan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam rangka perubahan pola pikir dan perilaku suatu kelompok dan masyarakat. Pengetahuan ini terkait dengan lingkungan dimana responden 65
Asriani
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan …
menetap. Keadaan lingkungan, tingkat pendidikan dan keterpaparan dengan sumber informasi mempengaruhi pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan mengenai kehamilan dan persalinan. Secara statistik hubungan ini bermakna sebagai efek penyebab artinya seorang ibu dalam menentukan pemanfaatan pertolongan persalinan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu, semakin tinggi tingkat pemanfaatan penolong persalinan. Hal ini dapat juga dikatakan bahwa ada kecenderungan responden dengan tingkat pengetahuan yang cukup memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Hasil penelitian Ridwan A, 2007 menyatakan sebesar 85.1 % responden dengan pengetahuan cukup memilih tenaga kesehatan sebagai tenaga penolong persalinan sementara responden dengan pengetahuan kurang hanya sebesar 23.9 % yang memilih nakes sebagai tenaga penolong persalinan.
responden yang memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan ditinjau dari kemampuan ekonomi sebanyak 58,7 % dari 46 ibu yang memiliki ekonomi cukup dan 40,9 % ibu dari 93 ibu yang memiliki ekonomi yang kurang. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa p=0,047 (p<0,05), ini berarti bahwa makin tingginya kemampuan ekonomi diharapkan semakin mampu membayar jasa pelayanan kesehatan khususnya dalam hal persalinan. Secara statistik hubungan ini bermakna sebagai efek penyebab artinya seorang ibu dalam menentukan pemanfaatan pertolongan persalinan dipengaruhi oleh kemampuan ekonomi, semakin tinggi kemampuan ekonomi, semakin tinggi tingkat pemamfaatan penolong persalinan. Hal ini dapat juga dikatakan behwa ada kecenderungan responden dengan kemampuan ekonomi yang cukup memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Hasil penelitian Ridwan, 2007 dari 65 responden yang masuk dalam kategori bukan gakin, 80 % memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan dan 20 % memilih tenaga non kesehatan sebagai penolong persalinan. Sedangkan dari 75 responden yang masuk dalam kategori gakin, 52 % memilih tenaga kesehatan sebagai tenaga penolong persalinan dan 48 % memilih tenaga non kesehatan sebagai penolong persalinan.
3. Kemampuan Ekonomi Pemanfaatan pelayanan sarana kesehatan berhubungan dengan tinggi rendahnya pendapatan, besarnya permintaan akan pelayanan kesehatan khususnya pada pelayanan kesehatan modern tergantung dari seberapa besar kemampuan ekonominya. Ability To Pay (ATP) terhadap pelayanan kesehatan didefinisikan sebagai kesanggupan dalam membayar jasa pelayanan kesehatan yang diterima seseorang yang dapat diukur dengan melihat pendapatan dan kemakmuran ekonominya. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa jumlah
4. Kebiasaan ibu Kebiasaan merupakan suatu bentuk perbuatan berulang-ulang dengan bentuk yang sama yang dilakukan secara sadar dan 66
Volume II No. 4 Tahun 2009
Jurnal Kesehatan mempunyai tujuan-tujuan jelas dan dianggap baik dan benar. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh kebiasaan lingkungan sehari-hari di mana ia hidup dan dibesarkan. Kebiasaan merupakan satu hal mendasar yang mempengaruhi perilaku seseorang, termasuk perilaku kesehatan yang dalam hal ini kehamilan dan persalinan. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa jumlah responden yang memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan ditinjau dari kebiasaan kesehatan ibu sebanyak 77,5 % dari 80 ibu yang memiliki kebiasaan baik dan 5,1 % dari 59 ibu yang memiliki kebiasaan yang kurang baik. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa p = 0,000 (p < 0,05) berarti bahwa dalam memanfaatkan nakes sebagai penolong persalinan, ibu yang memiliki kebiasaan kesehatan yang baik mempunyai frekuensi yang lebih besar daripada ibu yang memiliki kebiasaan kurang baik. Ini berarti bahwa semakin baik kebiasaan ibu diharapkan mampu mempengaruhi perilaku ibu, termasuk perilaku kesehatan yang dalam hal ini kehamilan dan persalinan. Secara statistik hubungan ini bermakna sebagai efek penyebab artinya seorang ibu dalam menentukan pemanfaatan pertolongan persalinan dipengaruhi oleh kebiasaan kesehatan, semakin baik kesehatan ibu, semakin tinggi tingkat pemanfaatan penolong persalinan. Hal ini dapat juga dikatakan bahwa ada kecenderungan responden dengan kebiasaan yang baik memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan.
Hasil penelitian Ridwan A, 2007 menyatakan sebesar 84.6% responden dengan kebiasaan baik memilih tenaga kesehatan sebagai tenaga penolong persalinan sementara responden dengan kebiasaan tidak baik hanya sebesar 28.6% yang memilih nakes sebagai tenaga penolong persalinan. 5. Keterjangkauan Sarana Kesehatan Saat ini, penyebaran sarana kesehatan masih belum merata. Terdapat daerah yang belum memiliki sarana kesehatan khususnya dalam bidang persalinan. Hal ini menyebabkan masyarakat kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan. Bila sarana kesehatan atau rumah sakit sudah tersedia, yang menjadi masalah selanjutnya adalah terdapat daerah yang tidak dijangkau oleh sarana transportasi untuk mencapai sarana kesehatan tersebut. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa jumlah responden yang memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan ditinjau dari keterjangkauan tempat bersalin sebanyak 49,4 % dari 83 ibu yang mudah menjangkau tempat bersalin dan 42,9 % dari 56 ibu yang tidak mudah menjangkau tempat bersalin. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa p=0,448 (p>0,05) berarti bahwa ibu yang mudah menjangkau maupun sulit menjangkau tempat bersalin lebih banyak memafaatkan tenaga non kesehatan dibanding tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Hasil penelitian Ridwan A, 2007 menyatakan sebesar 64 % responden yang 67
Asriani
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan … DAFTAR PUSTAKA
mudah menjangkau sarana kesehatan memilih tenaga kesehatan sebagai tenaga penolong persalinan sementara responden yang tidak mudah menjangkau sarana kesehatan sebesar 66.2 % yang memilih nakes sebagai tenaga penolong persalinan.
Adipriati, D.”Deteminan Pemilihan Tempat Persalinan di Kabupaten Cirebon thn 2004”. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional FKM UI, Vol. I, No. 4, Februari 2007, Hal. 188-192 Bangsu, Tamrin. ”Dukun Bayi Sebagai Pilihan Utama Tenaga Penolong Persalinan”. Jurnal Penelitian UNIB, Vol. VII, No. 2, Juli 2001, Hal. 104109. Diakses tanggal 10 Juni 2007.
KESIMPULAN Dari penelitian yang kami lakukan, didapatkan kesimpulan responden yang memilih nakes sebagai tenaga penolong persalinan sebesar 46,8% dan 53,2% memilih tenaga non kesehatan sebagai penolong persalinan. Faktor Pendidikan, pengetahuan, kebiasaan ibu dan kemampuan ekonomi berhubungan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Barombong sedangkan tidak ada hubungan antara keterjangkauan terhadap sarana pelayanan kesehatan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan.
Besral. ”Pengaruh Pemeriksaan Kehamilan Terhadap Pemilihan Penolong Persalinan”. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional FKM UI Vol. I, No. 2, Oktober2006, Hal. 88-92 Karmila S, Parameswari. Gambaran Status Kesehatan Masyarakat Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Fakultas Kedokteran Unhas. Makassar. 2007. Maas, Linda T. Kesehatan Ibu dan Anak : Persepsi Budaya dan Dampak Kesehatannya. USU Digital Library. 2004. Diakses tanggal 10 Juni 2007.
SARAN 1. Perlu diadakan pembinaan masyarakat dalam membentuk usaha kecil dan menengah (kerajinan tangan) yang dapat menjadi salah satu alternatif peningkatan perekonomian keluarga yang dapat digalakkan lewat program PKK. 2. Kepada kader-kader puskesmas maupun posyandu diharapkan lebih meningkatkan kegiatan penyuluhan kesehatan khususnya mengenai kehamilan dan persalinan. 3. Kepada pihak puskesmas diharapkan untuk mengadakan pelatihan bagi dukun beranak mengingat dukun masih sebagai salah satu pilihan untuk menolong persalinan.
Notoadmojo,S. Dasar-Dasar Pendidikan dan Pelatihan. Jakarta: Badan Penerbit Kesehatan Masyarakat FKM UI. 1989 -------, Ilmu Kesehatan Masyarakat PrinsipPrinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta. 2003 -------, Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2005 Permata, S.P. ”Hubungan Pendidikan, Pengetahuan Kesehatan Maternal dan Pendapatan dengan Efektivitas Gerakan 68
Volume II No. 4 Tahun 2009
Jurnal Kesehatan Sayang Ibu (GSI) dalam Meningkatkan Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan”. Jurnal Penelitian UNIB, Vol. VIII, No. 2, Juli 2002, Hal. 100104. Diakses tanggal 10 Juni 2007. Prabowo, AH. Rendahnya Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Dokter PTT Bertugas Di Puskesmas Parengan Kabupaten Tuban, Jawa Timur Saimi, Kusnanto H. Pemamfaatan Pelayanan Persalinan Gratis di Puskesmas Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. No.3 Januari 2006. Diakses tanggal 10 Juni 2007 Sarwono, P. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta 1999 Suprapto, Agus. Pola Pertolongan Persalinan 5 Tahun Terakhir Hubungannya dengan Faktor Sosial Ekonomi Di Indonesia. Internet, Error! Hyperlink reference not valid.. Diakses tanggal 10 Juni 2007 Wijayanti PM. ”Mengapa Wanita Tidak Memilih Bidan Desa Sebagai Penolong Persalinan”?. Mutiara Medika Jurnal Kedokteran dan Kesehatan FK UI Vol. V, No. 2, Juli 2005, Hal. 83-96 Wikdjo, Politik ekonomi Kesehatan Indonesia. PT Asuransi Kesehatan Indonesia.1993
69
Asriani
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan …
70