FAKTOR DETERMINAN PEMILIHAN TENAGA PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PALASA KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2012
DETERMINANT FACTOR OF DELIVERY HELPER SELECTION AT PALASA LOKAL HEALTH CENTRE, PARIGI MOUTONG REGENCY, PROVINCE OF CENTRE SULAWESI OF 2012 Buyandaya ,1Tahir Abdullah,2 Syamsiar S.Russeng3 1
Bagian Kesehatan Reproduksi, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, 2 Bagian Biostatistik/KKB, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, 3Bagian Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin.
Alamat Korespondensi : Buyandaya.SST RSUD Undata palu Jl. Undata Palu Sulteng Hp. 081341341105 Email :
[email protected]
Abstrak Pemilihan tenaga penolong persalinan oleh tenaga bukan kesehatan, menyebabkan masih tingginya angka kematian ibu di Indonesia. Pada tahun 2011 cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di provinsi Sulawesi tengah adalah 77,7%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor determinan pemilihan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Palasa kabupaten Parigi Moutong propinsi Sulawesi Tengah tahun 2012. Jenis penelitian yang digunakan adalah adalah penelitian survei analitik dengan rancangan Croos sectional study yaitu data atau informasi tentang hubungan antara variabel yang diteliti dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan, dengan jumlah sampel 249 responden. Analisis data yang digunakan adalah uji Chi Square dan metode Regresi Logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65,8 % responden memilih dukun sebagai penolong persalinan, dan 34,2% memilih ditolong oleh tenaga kesehatan. Dari lima vaariabel yang diteliti (Pengetahuan, pelayanan antenatal, kepercayaan pada pelayanan antenatal, sosial budaya, sosial Ekonomi), empat variabel diantaranya yang berpengaruh terhadap pemilihan tenaga penolong persalinan di Wilayah kerja Puskesmas Palasa Kabupaten Parigi Moutong Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2012 yaitu : pengetahuan (p=0.008), pelayanan antenatal (p=0.001), keparcayaan pada pelayanan antenatal (p=0.000), dan sosial budaya (p=0.000). Kesimpulan: pengetahuan, pelayanan, kepercayaan pada pelayanan antenatal dan social budaya berpengaruh pada pemilihan penolong persalinan, sedangkan faktor determinan adalah kepercayaan pada pelayanan antenatal dan social budaya. Kata kunci: Pengetahuan, budaya, antenatal, ekonomi.
Abstrak Election by skilled birth attendants is not health, causing a high rate of maternal mortality in Indonesia. In 2011 the coverage of delivery by skilled health personnel in Central Sulawesi province was 77.7%. This study aims to analyze the determinant factors in regional elections dressing assistant clinic jobs Palasa district Moutong Parigi Central Sulawesi province in 2012. This type of research is survey research is to design Croos sectional analytic study that data or information on the relationship between the variables studied were collected at the same time, with a sample of 249 respondents. Analysis of the data used is the chi-square test and multiple logistic regression methods. The results showed that 65.8% of respondents chose the shaman as birth attendants, and 34.2% chose assisted by health personnel. Of the five studied vaariabel (Knowledge, antenatal care, confidence in antenatal care, socio-cultural, socio-economic), including four variables that influence the selection of birth attendants in health centers working area Palasa Moutong Parigi District of Central Sulawesi in 2012, namely: knowledge (p = 0.008), prenatal care (p = 0.001), keparcayaan on antenatal care (p =- 0.000), and socio-cultural (p = -0.000). Conclusion: The knowledge, dedication, belief in social service and cultural antenatal influence in selecting the dressing assistant, while the determinant factor is the belief in the antenatal service and social-culture. Keywords: Knowledge, culture, antenatal, economics
PENDAHULUAN Pemilihan penolong persalinan merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mencari pertolongan dalam menghadapi proses persalinan. Adapun tenaga penolong persalinan yakni orang-orang uang biasa memeriksa wanita hamil atau memberikan pertolongan selama persalinan dan nifas. Menurut Prawirohardjo (2009) bahwa tenaga yang dapat memberikan pertolongan selama persalinan dapat dibedakan menjadi dua yaitu
tenaga kesehatan yakni mereka yang
mendapatkan pendidikan formal seperti; dokter spesialis, dokter umum bidan dan perawat, sedangkan yang bukan tenaga kesehatan yaitu dukun bayi , baik yang terlatih maupun yang tidak terlatih Secara nasional persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih meningkat dari 66,7% pada tahun 2002 menjadi 77,34% pada tahun 2009, angka tersebut terus meningkat menjadi 82,3% pada tahun 2010 Angka tersebut masih jauh dari target yang ditetapkan dalam Program Millenium Development Goals (MDGs) yakni cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 95% pada tahun 2015.( Profil Dinkes Sulteng,2011) Di Sulawesi Tengah, jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan pada tahun 2011 berjumlah 77,7 % (Profil Dinkes Sulteng, 2011). Hal tersebut berarti terdapat 23,3% persalinan yang ditolong oleh tenaga dukun. Sedangkan untuk tingkat kabupaten, jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dengan cakupan tertinggi adalah kabupaten Donggala, yakni 83,8% dan cakupan terendah adalah kabupaten Parigi Moutong yakni 65,0%.(Profil Dinkes Sulteng, 2011). Dari hasil penelitian Kaplan M.Robert (2011) di Nedherlands menyatakan bahwa belum tercapainya target cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya, pengambilan keputusan secara medis, dan secara khusus peran ibu dalam mengambil keputusan memilih tenaga penolong persalinan sangatlah menentukan. Demikian pula Huang Kun et.al (2012) melakukan penelitian di Cina mengemukakan bahwa salah satu Upaya yang perlu dilakukan untuk mengurangi jumlah ibu dan bayi yang dirujuk dari pedesaan adalah perlunya peningkatan pengetahuan ibu tentang factor resiko yang timbul selama masa kehamilan, persalinan dan nifas. Demikian pula dalam hubungannya dengan kualitas pelayanan, Higgin Bottom (2011) melakukan penelitian di Kanada mengemukakan bahwa selain perlunya mutu pelayanan yang
baik, sangat diperlukan konseling oleh bidan sehingga jangka panjang terhadap terjadinya resiko dapat dihindari. Sementara Bobalola stella (2009) di Nigeria, mengemukakan bahwa factorfaktor yang memepengaruhi pemenfaatan pelayanan oleh ibu tergantung pada indicator pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas. Dalam hubungannya dengan social budaya, Adamsson C. Paul et al (2012) di India mengemukakan bahwa untuk mencapai millennium Development Goals tahun 2015, maka perlu meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan melalui penyuluhan yang disesuaikan dengan budaya yang berlaku di masyarakat. Sementara Agus Yenita (2012) melakukan peneltian di Sumatera barat mengemukakan bahwa kepercayaan terhadap tradisi yang masih berlaku dimasyarakat memiliki pengarug yang sangat besar terhadap pemilihan dukun sebagai tenaga penolong persalinan. Sedangkan dalam hubungannya dengan kepercayaan pada pelayanan antenatal, Diane et al (2012) di Afrika selatan, mengemukakan bahwa salah satu upaya yang dilakukan agar masyarakat percaya terhadap pelayanan antenatal dan mau memeriksakan diri saat kehamilan yang berlanjut dengan pemilihan tenaga medis dalam persalinannya adalah perlunya peningkatan mutu layanan, merubah sikap dan tindakan serta pola pendekatan oleh tenaga kesehatan perlu dilakukan dengan pertimbangan bahwa sebahagian besar ibu-ibu berada di pedesaan dengan tingkat pendidikan yang rendah dan social ekonomi yang kurang. Demikian pula dalam hubungannya dengan social ekonomi, Flessa steffen (2011) melakukan penelitian di Kenya, mengemukakan bahwa tidak tercapainya cakupan dalam pelayanan sesuai target adalah karena biaya perawatan dan pengobatan oleh tenaga kesehatan maupun dirumah sakit cukup tinggi. Hal ini menyebabkan pasien lebih memilih ditolong dirumah. Sedangkan Sidney Kristi et.al(2012) melakukan penelitian di India mengemukakan bahwa keadaan social ekonomi keluarga mempengaruhi akses dan kualitas layanan, cakupan dan dampak terhadap pelayanan kesehatan yang pada intinya mempengaruhi pemilihan tenaga penolong persalinan. Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas kesehatan kabupaten Parigi Moutong bahwa target pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan untuk tahun 2012 adalah 88%, sedangkan pencapaian dari Januari sampai Agustus 2012 adalah 57,64%.Demikian pula dari 6 Puskesmas yang ada di Wilayah kerja dinas kesehatan parigi Moutong, Puskesmas Palasa merupakan Puskesmas dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sangat rendah, yakni 205
persalinan (38,85%)
selama bulan januari sampai dengan agustus 2012, dari target yang
ditetapkan sejumlah 541 ibu melahirkan. Sedangkan jumlah persalinan oleh dukun berjumlah 66 persalinan atau 12,51%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui factor determinan yang berhubungan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan.
BAHAN DAN METODE Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama satu minggu yakni : dari tanggal 4 s/d 10 pebruari 2013, di wilayah kerja Puskesmas Palasa Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah, karena merupakan Puskesmas dengan cakupan terendah persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2012. Desain penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan Crossectional Study. Populasi dan sampel Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang pernah melakukan persalinan, baik pada tenaga kesehatan maupun bukan tenaga kesehatan dengan umur bayi < 1 tahun
pada bulan desember 2012 di
wilayah kerja Puskesmas Palasa Kabupaten Parigi
Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah, dengan besar sampel dihitung berdasarkan rumus Stanley Lemeshow,dkk: (1997), didapatkan 246 sampel, sedangkan teknik penarikan sampel dengan cara Stratified proporsional random sampling. Pengumpulan data Data primer tentang factor determinan pemilihan penolong persalinan, melalui wawancara langsung di lokasi penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner. Data primer tentang: pengetahuan, pelayanan Antenatal, kepercayaan pada pelayanan antenatal, social budaya dan social ekonomi, Data sukunder diperoleh dari dinas kesehatan propinsi Sulawesi tengah, dinkes kabupaten parigi Moutong, Puskesmas palasa, dan kantor kecamatan palasa. Analisis data Dilakukan analisis dengan menggunaka uji sesuai dengan tujuan dan skala tiap variable. Analisa data yang dilakukan dibedakan atas analisis univariat, bivariat, dan multivariate.
HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 249 responden, 50,6% berpengetahuan cukup, sedangkan 49,4% berpengetahuan kurang. Untuk variable pelayanan antenatal, dari 249 responden, 58,2% menyatakan bahwa pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan sudah baik, sedangkan 41,8% menyatakan bahwa pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan kurang baik. Selanjutnya variable kepercayaan pada pelayanan antenatal, dari 249 responden, 55,4% menyatakan percaya pada pelayanan antenatal yang diberikan oleh tenaga kesehatan, sedangkan 44,6% menyatakan tidak percaya pada pelayanan antenatal yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Demikian pula dengan variable social budaya, dari 249 responden, 46,2% menyatakan tidak berpengaruh dengan social budaya, sedangkan 53,8% menyatakan bahwa social budaya berpengaruh dalam pemilihan tenaga penolong persalinan. Sedangkan variable social ekonomi, dari 249 responden, 57,8% menyatakan social ekonomi cukup, sedangkan 42,2% responden dengan social ekonomi yang kurang. Analisiss Bivariat Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 126 responden yang berpengetahuan cukup, 57,9% memilih tenaga non nakes sebagai penolong persalinannya dan dari 123 responden yang berpengetahuan kurang,55,5% memilih tenaga non nakes sebagai penolong persalinannya. Dari hasil uji statistic dengan Chi Square memperlihatkan nilai p value = 0,008 . Untuk variable pelayanan antenatal, dari 145 responden yang menyatakan bahwa pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan sudah baik, 57,2% memilih tenaga non nakes sebagai penolong persalinannya dan dari 104 responden yang menyatakan bahwa pelayanan antenatak kurang baik, 77,9% memilih tenaga non nakes sebagai penolong persalinannya. Dari hasil uji statistic dengan Chi square menunjukkan nilai p value = 0,001. Selanjutnya untuk variable kepercayaan pada pelayanan antenatal, dari 138 responden yang percaya pada pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan, 52,2% memilih tenaga non nakes sebagai penolong persalinannya dan dari 111 responden yang tidak percaya terhadap pelayanan antenatal, 82,9% memilih tenaga non nakes sebagai penolong persalinan. Hasil uji statistic dengan Chi square menunjukkan nilai p value = 0,001. Untuk variable social budaya, dari 115 responden yang tidak berpengaruh dengan social budaya, 53,9% memilih non nakes sebagai penolong persalinannya dan dari 134 responden yang
berpengaruh dengan social budaya, 76,1% memilih tenaga non nakes sebagai penolong persalinan. Dari hasil uji statistic dengan Chi square menunjukkan nilai p value = -0,001. Sedangkan untuk variable social ekonomi, dari 144 responden dengan social ekonomi cukup, 61,8% memilih tenaga non nakes sebagai penolong persalinannya dan dari 105 responden dengan social ekonomi kurang, 71,4% memilih tenaga non nakes sebagai penolong persalinannya. Hasil uji statistic dengan chi Square menunjukkan nilai p value = 0,114. Analisis Multivariat Tabel 3 menunjukkan bahwa variable pengetahuan mempunyai nilai p value =0,205 dimana nilai p<0,05 yang bererti bahwa pengetahuan tidak berpengaruh terhadap pemilihan penolong persalinan dan untuk variable pelayanan antenatal menunjukkan nilai p value =0,213 hal ini juga menunjukkan bahwa pelayanan antenatal tidak berpengaruh terhadap pemilihan penolong persalinan, sedangkan variable kepercayaan pada pelayanan antenatal dan social ekonomi masing- masing dengan nilai p value = -0,001 bererti bahwa kedua variable tersebut berpengaruh terhadap pemilihan penolong persalinan. Sedangkan variable social ekonomi dengan nilai p value =0,539 berarti bahwa social ekonomi tidak berpengaruh dalam pemilihan tenaga penolong persalinan.
PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 5 ( lima) variable yang diteliti, terdapat empat variable yang mempunyai pengaruh signifikan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan, yaitu: pengetahuan, pelayanan antenatal, kepercayaan pada pelayanan antenatal dan social budaya. Hasil uji satatistik dengan uji Chi square diperoleh nilai p value = 0.008, dimana (p <0,05) yang berarti ada hubungan antara pengetahuan dan pemilihan tenaga penolong persalinan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan seseorang, maka akan semakin baik pula keputusannya dalam memilih tenaga penolong persalinannya. Hasil uji statistic dengan uji Chi square diperoleh nilai p value= 0.001 dimana nilai p<0,05, yang berarti bahwa ada hubungan antara pelayanan antenatal dengan pemilihan tenaga penolong persalinan. Ditemukan bahwa sebahagian besar responden tidak memeriksakan kehamilannya pada trimester pertama dan trimester ketiga kehamilannya. Padahal kunjungan natenatal pada trimester pertama sangat penting untuk mengetahuai secara dini adanya factor
resiko yang mungkin terjadi selama kehamilan. Sedangkan kunjungan trimester ketiga penting untuk mengetahuai factor resiko yang mungki nterjadi pada saat persalinan. Selain itu temu wicara petugas kesehatan dan keluarga perlu dilakukan, agar sedini mungkin keluarga mengetahui tentang keadaan kehamilan ibu, sehingga keluarga lebih siaga dalam menghadapi proses persalinan. Hasil penelitian sebelumnya dikemukakan Higgin Bottom (2011) melakukan penelitian di kanada Mengemukakan bahwa mutu pelayanan yang baik serta konseling oleh bidan dapat menghindari terjadinya resiko jangka panjang. Hasil uji statistic dengan uji chi square diperoleh nilai p value = -0.001 dimana nilai p<0,05 yang berarti ada hubungan antara kepercayaan pada pelayanan antenatal dengan pemilihan tenaga penolong persalinan. Beberapa hal yang mendukung kepercayaan pada pelayanan antenatal adalah perlunya menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu hamil sehingga ibu mengerti dan percaya bahwa bidan mampu melakukan pemeriksaan dengan benar, seperti; berapa usia kehamilannya, kapan tafsiran persalinan, bagaimana posisi janin dalam rahim, berapa detak jantung janin, serta pentingnya kunjungan rumah oleh bidan. Hasil uji statistic dengan uji Chi square diperoleh nilai p value = -0.001 dimana nilai p< 0,05 hal ini berarti bahwa ada hubungan antara social budaya dengan pemilihan tenaga penolong persalinan. Dari hasil yang didapatkan bahwa keberadaan dukun sebagai tokoh yang dituakan dan telah terbukti kemampuannya dalam member pertolongan secara turun temurun, kesediaan dukun merawat sampai beberapa hari setelah melahirkan, pemijatan pada ibu setelah melahirkan serta penggunaan air yang sebelumnya dibacakan doa-doa oleh dukun menyebabkan masyarakat percaya dan lebih memilih dukun sebagai penolong persalinan. Berbagai hasil penelitian seperti: Silal Sheetal et.al (2012) di Afrika selatan menemukan bahwa upaya yang dilakukan agar ibu-ibu percaya terhadap pelayanan antenatal yang berlanjut pada pemilihan tenaga penolong persalinan adalah peningkatan mutu layanan, merubah sikap dan tindakan, serta melakukan pola pendekatan yang tepat. Sedangkan Muari et.al (2011) di Pilipina, menemukan bahwa kesalahan mekanisme dalam proses identifikasi kasus kesehatan antara lain karena data yang dibutuhkan dari fasilitas kesehatan tidak bisa langsung menghasilkan data, indikaator pelayanan yang diharapkan tidak sesuai dengan program, data yang membingungkan, dan data yang lengkap tetapi tidak dipahami oleh petugas kesehatan. Hasil uji satistik dengan uji Chi square diperoleh nilai p value = 0.114 dimana nilai p<0,05, hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara social ekonomi dengan
pemilihan tenaga penolong persalinan. Dari hasil yang diperoleh bahwa melahirkan di rumah ditolong oleh bidan maka dikenakan pembayaran. Selain itu ibu-ibu yang ditolong oleh dukun dan bidannya hanya datang menyuntik, maka tetap dikenakan pembayaran. Padahal program Jampersal oleh pemerintah saat ini telah berjalan namun belum disosialisasikan pada semua masyarakat. Dari hasil konfirmasi dengan camat dan bidan koordinator puskesmas Palasa terungkap bahwa program Jampersal sudah berjalan, namun yang menjadi kendala adalah persyaratan untuk melakukan klaim biaya persalinanyang agak rumit, oleh karena perlu ada KTP dan kartu keluarga, sementara banyak masyarakat yang belum mempunyai KTP dan kartu keluarga. Dari hasil uji analisis dengan Regresi linear berganda menunjukkan bahwa dari 5 variabel yang diteliti, hanya 2 variabel yang member pengaruh secara signifikan, yaitu: kepercayaan pada pelayanan antenatal dan social budaya. Kedua variable ini disebut sebagai determinan utama dalam mempengaruhi pemilihan tenaga penolong persalinan.
KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa\; ada hubungan antara pengetahuan, pelayanan antenatal, kepercayaan pada pelayanan antenatal dan social budaya dengan pemilihan tenaga penolong persalinan. Sedangkan social ekonomi tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan. Adapun
yang menjadi factor
determinan adalah kepercayaan pada pelayanan antenatal dan social budaya. Sarannya peningkatan pengetahuan masyarakat tentang factor resiko yang terjadi selama kehyamilan, persalinan dan masa nifas melalui penyuluhan secara berkala, peningkatan kualitas pelayanan sesuai standar yakni kunjungan antenatal selama 4 kali dan menerapkan minimal pelayanan 6 T, menyampaikan setiap hasil pemeriksaan pada ibu, melakukan rembuk dengan keluarga, melakukan pendekatan dengan kader dan dukun, serta melakukan sosialisasi Jampersal kepada masyarakat.
DAFTARPUSTAKA Bottom, Higgin, Vallianatos, Helen, Forgeron Joan, Gibbons, Donna, Malhi, Rebecca and Mamede, Fabiana, (2011). Food Choices and practices during pregnancy of immigrant and aboriginal Women an Canada. Diakses dari : http://www.biomedcentral.com/14712393/11/100. Diane, at al. (2012). Exploring inequalities in access to and use of maternal health servicesinSouthAfrica.Diaksesdari : http://www.biomedcentral.com/147.2-0903/12/120. Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah, (2011), Profil Kesehatan propinsi Sulawesi Tengah tahun 2011 Kristi, Sidney, Ayesha De Costa, Viskal Diwan, Dillep V mavalankar and Helen smith. (2012). An Evaluation of two large scale demand side financing programs for mathernal health in India.diakes dari : http://www.biomedcentral.com/1471-2458/12/699 Kun , Huang, Fangbiao Tao, lennart Bogg andShenglan Tang. (2012). Impact of alternative Reimbursement strategies in the new cooperative medical scheme on caesarean delivery rates : a mixed- method study in Rural China. Diakses dari : http://www.biomedcentral.com/1472-6963/12/217 Lemeshow Stanley. (1997). Besar sampel dalam penelitian kesehatan. Gajah mada university press. Yogyakarta. M.Robert , Kaplan. and Yair M Babad. (2011). Antenatal Screening for HIV, Hepatits B an Syphilis in the Netherlands is Effective. Diakses dari : http://www.biomedcentral.com /1472-6963/11/85 Paul, Adamson C., Karl Krupp, Bhavana Niranjankumar, Alexandra H Freeman, Mudassir Khan and Purnima Madhivanan.et al. (2012). Are marginalized women Being left behind? A Population- based study of institutional deliveries in Karnataka, india diakses dari http://www.biomedcentral.com/147-2458/12/30 Prawirohardjo,S. (2009), buku acuan nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, bina Pustaka Jakarta Steffen, Flessa, Moeller, Michael, Ensor, Tim and Hometz, Klaus (2011). Basing care reforms on evidence: the Kenya health sector Costing Model diakses dari http://www.biomedcentral.com/1472-6963/11/128 Stella, Babalola. (2009). Determinant of use of maternal health services in Nigeria- looking beyond individual and household factors diakses dari http://www.biomedcentral.com/1471.2393/9/43 Yenita, Agus (2012). Factors Influencing the use of antenatal care in Rural west Sumatera, Indonesia diakses dari http://www.biomedcentral.com/1471-2393/12/9
Analisis Univariat Tabel 1 Distribusi responden berdasarkan pengetahuan, pelayanan antenatal, kepercayaan pada pelayanan antenatal, social budaya, dan social ekonomi di wilayah kerja puskesmas plasa kabupaten parigi mouton propinsi Sulawesi tengah tahun 2012 JENIS VARIABEL Pengetahuan Cukup Kurang jumlah Pelayanan Antenatal Pelayanan baik Pelayanan kurang baik Jumlah Kepercayaan pada pelayanan ANC Percaya Tidak percaya Jumlah Social budaya Tidak berpengaruh Berpengaruh Jumlah Social ekonomi Cukup Kurang Jumlah Sumber: data primer
JUMLAH(n)
Persen
126 123 249
50.6 49,4 100
145 104 249
58,2 41,8 100
138 111 249
55,4 44,6 100
115 134 249
46,2 53,8 100
144 105 249
57,8 42,2 100
Analisis Bivariat Tabel 2 Hubungan pengetahuan, pelayanan ANC, kepercayaan pada pelayanan ANC, social budaya dan social ekonomi dengan pemilihan tenaga penolong persalinan di wilayah kerja puskesmas palasa kabupaten parigi koutong propinsi Sulawesi Tengah tahun 2012. Variabel Pengetahuan Cukup Kurang Jumlah Pelayanan ANC Baik kurang baik Jumlah Kepercayaan pada pelayanan ANC Percaya Tidak percaya Jumlah Social budaya Tidak berpengaruh Berpengaruh Jumlah Social ekonomi Cukup Kurang Jumlah
Penolong persalinan Nakes Non Nakes n % n %
Total n
%
53 32 85
42,1 37,6 34,1
73 91 164
57,9 55,5 65,9
126 123 249
100,0 100 100,0
62 23 85
42,8 22,1 34,1
83 81 164
57,2 77,9 65,9
145 104 249
100,0 100,0 100,0
66 19 85
47,8 17,1 34,1
72 92 164
52,2 82,9 65,9
138 111 249
100,0 100,0 100,0
53
41,1
62
53,9
115
100,0
32 85
23,9 34,1
102 164
76,1 65,9
134 249
100,0 100,0
55 30 85
38,2 28,6 34,1
89 75 164
61,8 71,4 65,9
144 105 249
100,0 100,0 100,0
Hasil Uji Chi square
0,008
0,001
-0,001
-0,001 0,114
Analisis Multivariat. Tabel 3 Hasil Analisis Multivariate Variable Independen Dengan Pemilihan Tenaga Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskresmas Palasa Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2012 Variabel Pengetahuan Pelayanan ANC Kepercayaan pd ANC Sosial budaya Sosial Ekonomi Sumber: data primer
Signif. 0.205 0.213 -0.001 -0.001 0.539
Keterangan (p<0,05) Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh Tidak berpengaruh