95
DETERMINAN KEPUTUSAN IBU DALAM MEMILIH PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGA ELLA KABUPATEN MELAWI Siti Umi Hanik dan Rohuna Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Pontianak, Jln. Dr. Soedarso Pontianak e-mail:
[email protected] Abstract: Determinants Mother Decision In Choosing A Birth Attendant in Working Area Health Center Nanga Ella Melawi. The aims of this study is to determine the factors associated with the mother’s decision in choosing a birth attendant in Puskesmas Nanga Ella Melawi 2014. The Method study was observational analytic research method with cross sectional design of this study was all mothers after giving birth or have children ≤6 months in Puskesmas Nanga Ella Melawi mother totaling 213 sampling technique is done with purposive sampling. Results show that there was no significant association between maternal knowledge about labor with the decision of choosing birth attendants (P = 0.234), there was no significant association between ethnicity mother with the decision to choose birth attendants P = 0.184, there is a relationship between mother culture with the decision to choose birth attendants (P = 0.000). Keywords: factors, decision mothers, birth attendants. Abstrak: Determinan Keputusan Ibu Dalam Memilih Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Ella Kabupaten Melawi. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keputusan ibu dalam memilih penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Nanga Ella Kabupaten Melawi tahun 2014. Metode penelitian bersifat observasional analitik dengan desain Cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu setelah melahirkan atau mempunyai anak ≤6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Nanga Ella Kabupaten Melawi berjumlah 213 ibu. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang persalinan dengan keputusan memilih penolong persalinan (P=0,234), tidak ada hubungan yang bermakna antara kesukuan ibu dengan keputusan memilih penolong persalinan P=0,184, ada hubungan antara budaya ibu dengan keputusan memilih penolong persalinan (P=0,000). Kata kunci: faktor-faktor, keputusan ibu, penolong persalinan
Kasus kematian ibu yang disebabkan karena komplikasi kehamilan dan kelahiran anak di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development Goals) diharapkan pada tahun 2015 terjadi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKI menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup. AKI di Kalimantan Barat 143 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian ibu di Kabupaten Melawi pada tahun 2012 berjumlah 7 kasus kematian. Penyebab kematian maternal antara lain faktor reproduksi, (usia, paritas, dan kehamilan yang tidak diinginkan), faktor komplikasi obstetrik, (perdarahan, infeksi, pre-eklamsia, eklamsia). Dan faktor pelayanan kesehatan, yaitu kurangnya kemudahan
untuk pelayanan kesehatan maternal, asuhan medik yang kurang baik, kurangnya tenaga terlatih dan obatobat penyelamat jiwa (Prawirohardjo, 2008: 5). Upaya mengurangi penyebab kematian maternal dengan cara meningkatkan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional. Kementerian Kesehatan menetapkan target bahwa 90% persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2015. Peningkatan proporsi bayi yang dilahirkan dengan bantuan tenaga kesehatan yang profesional adalah langkah yang sangat penting untuk mengurangi risiko kematian ibu dan anak. Penanganan medis yang tepat dan memadai selama melahirkan dapat menurunkan risiko komplikasi yang menyebabkan kesakitan serius pada ibu dan bayinya (BKKBN, 2013:45). 96
97
JURNAL KEBIDANAN KHATULISTIWA, Volume I Nomor 2 Juli 2015, hlm. 96 - 101
Tenaga kesehatan yang kompeten sebagai penolong persalinan (linakes) menurut Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWSKIA) adalah dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter umum, bidan dan perawat. Daerah Istimewa Yogyakarta dan Bali merupakan provinsi dengan proporsi penolong persalinan kualifikasi tertinggi oleh dokter spesialis yaitu masing-masing 41,7% dan 39,7%, dan menurut provinsi untuk kualifikasi tertinggi dengan proporsi penolong linakes terendah di Papua (57,7%), dan tertinggi di Yogyakarta (99,9%). Menurut Juliwanto (2009), yang mengutip pendapat Andersen (1968) dalam teori “Andersen’s Behavioral Model of Health Service Utilization”, bahwa keputusan untuk mencari alternatif pelayanan kesehatan itu ada tiga komponen, yaitu predisposisi, enabling (pendukung), dan need. Komponen predisposisi terdiri dari tiga unsur, yaitu demografi (usia, jenis kelamin, status perkawinan dan jumlah anggota keluarga), struktur sosial (jenis pekerjaan, pengetahuan, status sosial, pendidikan, ras, dan kesukuan), dan budaya dan kepercayaan kesehatan. Menurut Purba (2009) dalam Gustiana (2009), pengetahuan merupakan rangka perubahan pola pikir dan perilaku suatu kelompok atau masyarakat. Pengetahuan terkait dengan lingkungan sekitar, terutama pengetahuan mengenai kehamilan dan persalinan. Pengetahuan merupakan faktor pendukung bagi seorang ibu dalam menentukan yang terbaik dalam persalinannya. Ibu berpengetahuan baik akan melakukan pemeriksaan ANC untuk memastikan kehamilannya. Ibu juga akan memikirkan persiapan persalinan secara matang, karena ibu tahu pengaruh akhir persalinannya. Pengetahuan ibu sangat berkaitan dengan pendidikan ibu. Pola penolong persalinan menurut karakteristik memperlihatkan bahwa semakin tinggi pendidikan ibu, persentase dokter spesialis kebidanan dan kandungan semakin besar baik kualifikasi tertinggi maupun terendah. Sebaliknya penggunaan dukun sebagai tenaga penolong persalinan lebih besar pada kelahiran dari ibu yang mempunyai pendidikan rendah (tidak sekolah) (Riskesdas, 2013: 176). Masalah yang mendasar di daerah pedesaan adalah kondisi pendidikan sebagian besar penduduknya masih relatif rendah, sehingga persepsi mereka terhadap pentingnya pendidikan dan kesehatan juga rendah. Bahkan ada anggapan bahwa kaum wanita tidak perlu sekolah, sebab nantinya hanya akan menjadi ibu rumah tangga. Padahal dari seorang ibulah akan lahir generasi-generasi muda yang merupakan sumber daya manusia untuk melakukan pembangunan bangsa Indonesia. Agar dapat melahirkan generasi yang sehat, tentu maka ibu-ibu harus memahami cara melahirkan yang sehat pula (Firani, 2011:3).
Menurut data yang didapat dari Profil Dinas Kesehatan Kalimantan Barat tahun 2012, jumlah Ibu bersalin adalah 99.822 orang, dengan rincian persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan berjumlah 85.843 orang (86%), yang ditolong oleh tenaga non-kesehatan (dukun) berjumlah 13.979 orang (14%). Sedangkan menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Melawi (2013) jumlah ibu bersalin sebanyak 5.097 orang yang ditolong dengan tenaga kesehatan adalah 3.506 orang (68,79%) sedangkan yang ditolong oleh tenaga nonkesehatan berjumlah 1591 orang (31,21%). Puskesmas Nanga Ella terletak di Kecamatan Ella Hilir, dengan luas wilayah 905,5 Ha/m2, jumlah fasilitas kesehatan terdiri dari 4 Puskesmas Pembantu (Pustu), 12 Polindes. Jumlah tenaga kesehatan dokter berjumlah 2 orang, bidan berjumlah 10 orang, dan perawat berjumlah 4 orang. Jumlah penduduk 15.474 orang, yang terdiri 50% penduduk yang bersuku Dayak, 35% penduduk yang bersuku Melayu, 10 % penduduk yang bersuku Jawa, dan 5 % lainya bersuku Batak, Madura, NTT. Jumlah dukun bayi 53 orang. Jumlah ibu bersalin pada tahun 2013 sebanyak 426 ibu bersalin sedangkan ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan berjumlah 248 orang (58,32%) dan yang ditolong oleh tenaga non-kesehatan (dukun) 178 orang (41,68%). Dari survey pendahuluan kepada 10 orang ibu, 6 orang ibu mengatakan melahirkan dengan dukun atau bidan kampung (tenaga non kesehatan dikarenakan dukun adalah orang yang dipercaya dan dianggap tepat membantu ibu saat kehamilan dan persalinan, 3 orang ibu mengatakan dukun adalah orang yang sudah sangat mereka kenal, disamping dukun menolong dengan biaya yang terjangkau menjadi pendorong mereka memilih dukun dan melakukan pelayanan sampai masa nifas, 2 orang ibu mengatakan bahwa dukun memiliki kompetensi yang sama dengan bidan dalam menolong persalinan sehingga mendorong memilih dukun sebagai penolong persalinan, 1 orang ibu mengangap persalinan adalah proses alamiah, merupakan anggapan yang umum dan diakui, 4 orang ibu melakukan persalinan dengan tenaga kesehatan karena atau tentang pentingnya kesehatan, persalinan yang aman dan bersih. Terdapat Ritual, pantangan dan anjuran bagi ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Nanga Ella. Ritual tersebut meliputi seperti pantangan dan anjuran bagi ibu bersalin melakukan persalinan di dapur, jika ibu susah melahirkan, perut disentuh menggunakan tumit 7 kali kemudian dilangkah, saat istri mulai sakit perut suami dianjurkan hanya memakai sarung. Pantangannya yaitu tidak boleh menutup pintu, tidak boleh mengikat rambut sedangkan anjurannya yaitu minum air rumput Fatimah, do’a atau seulusuh su-
Hanik dkk, Determinan Keputusan Ibu Dalam Memilih,...
paya melahirkan dengan cepat air yang sudah dijampi-jampi oleh bidan kampung diusapkan dari kepala ke perut. Dari paparan di atas, adapun permasalahan untuk diteliti lebih lanjut adalah tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan keputusan ibu dalam memilih penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Nanga Ella Kabupaten Melawi tahun 2014”.
sponden yaitu 28 (65,1%) responden tidak didukung oleh budaya setempat dan sebagian dari responden (53,5%) yaitu 23 responden memilih nakes sebagai penolong persalinan. Tabel 2 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Keputusan Ibu Dalam Memilih Penolong Persalinan Keputusan Memilih Penolong Persalinan
METODE Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan desain Cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu setelah melahirkan atau mempunyai anak ≤6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Nanga Ella Kabupaten Melawi pada bulan Oktober 2013 sampai Maret 2014 berjumlah 213 orang,jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 20% dari populasi yaitu 42,6 dibulatkan menjadi 43 orang ibu. Teknik Pengambilan Sampel menggunakan Purposive sampling. Dengan syarat kriteria : Ibu yang bersedia menjadi responden dan Ibu yang bisa menulis dan membaca. Analisisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan program komputer. HASIL Tabel 1. Distribusi Frekuensi Faktor Yang Berhubungan Dengan Keputusan Ibu Memilih Penolong Persalinan Variabel
N
%
Pengetahuan tentang persalinan Baik
40
93.00
Cukup
2
04,70
Kurang
1
02,30
Kesukuan Suku Dayak
8
18,60
Suku Melayu
19
44,20
Suku Jawa
16
37,20
Mendukung
15
34,90
Tidak Mendukung
28
65,10
Nakes
23
53,50
Non Nakes
20
46,50
Budaya
Keputusan Memilih Penolong Persalinan
Berdasarkan hasil tabel 1, diketahui pengetahuan responden tentang persalinan hampir seluruh responden yaitu 40 (90%) responden dikategorikan baik. Sebagian dari responden yaitu 19(44,2%) responden bersuku Melayu, sebagian besar dari re-
Variabel
Nakes
Total
Non Nakes
N
%
N
%
N
%
Nilai p
Pengetahuan Baik
21
52,5
19
47,5
40
100
Cukup
2
100
0
0
2
100
Kurang
0
0
1
100
1
100
Suku Dayak
4
50
4
50
8
100
Suku Melayu
13
68,4
6
31,6
19
100
Suku Jawa
6
37,5
10
62,3
16
100
Mendukung
2
13,3
13
86,7
15
100
Tidak Mendukung
21
75
7
65
28
100
Kesukuan:
0,000
0,190
Budaya
0,000
.
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa hasil uji statistik menunjukkan bahwa analisa statistik menggunakan uji korelasi Chi-square yaitu: Pada variabel pengetahuan ibu dengan menggunakan uji Kolmogorov smirnov karena syarat uji Chi-square tidak terpenuhi (terdapat sel yang mempunyai nilai expected <5, maksimal 20% dari jumlah sel, nilai p=0,000 lebih kecil dari(0.05) sehingga Ho diterima yang artinya ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang persalinan dengan keputusan memilih penolong persalinan; Pada variabel kesukuan dengan menggunakan uji Kolmogorov smirnov karena syarat uji chi square tidak terpenuhi (terdapat sel yang mempunyai nilai expected<5, maksimal 20% dari jumlah sel , nilai p=0,190 lebih besar dari (0.05) sehingga Ho diterima yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara kesukuan ibu dengan keputusan memilih penolong persalinan; Pada variabel budaya, nilai p =0,000 lebih kecil dari (0.05) sehingga Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara budaya ibu dengan keputusan memilih penolong persalinan. PEMBAHASAN Hubungan Pengetahuan Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang persalinan dengan keputusan memilih penolong persalinan (p=0,000). Perbedaan hasil peneli-
98
99
JURNAL KEBIDANAN KHATULISTIWA, Volume I Nomor 2 Juli 2015, hlm. 96 - 101
tian ini dapat disebabkan penelitian ini tidak mempertimbangkan faktor lain yang mungkin berpengaruh misalnya jarak tempuh, ataupun variabel-variabel lain yang mungkin secara bersama-sama ada interaksi karena tidak dilakukan analisis multivariat Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan menurut Purba (2009) dalam Gustiana (2009), pengetahuan merupakan rangka perubahan pola pikir dan perilaku suatu kelompok atau masyarakat. Pengetahuan terkait dengan lingkungan sekitar, terutama pengetahuan mengenai kehamilan dan persalinan. Pengetahuan merupakan faktor pendukung bagi seorang ibu dalam menentukan yang terbaik dalam persalinannya. Ibu berpengetahuan baik akan melakukan pemeriksaan Antenatal Care (ANC) untuk memastikan kehamilannya. Ibu juga akan memikirkan persiapan persalinan secara matang, karena ibu tahu pengaruh akhir persalinannya. Pengetahuan ibu sangat berkaitan dengan pendidikan ibu. Pola penolong persalinan menurut karakteristik memperlihatkan bahwa semakin tinggi pendidikan ibu, persentase dokter spesialis kebidanan dan kandungan semakin besar baik kualifikasi tertinggi maupun terendah. Sebaliknya penggunaan dukun sebagai tenaga penolong persalinan lebih besar pada kelahiran dari ibu yang mempunyai pendidikan rendah (tidak sekolah) (Riskesdas, 2013: 176). Masalah yang mendasar di daerah pedesaan adalah kondisi pendidikan sebagian besar penduduknya masih relatif rendah, sehingga persepsi mereka terhadap pentingnya pendidikan dan kesehatan juga rendah. Ada anggapan bahwa kaum wanita tidak perlu sekolah, sebab nantinya hanya akan menjadi ibu rumah tangga. Padahal dari seorang ibu akan lahir generasi-generasi muda yang merupakan sumber daya manusia untuk melakukan pembangunan bangsa Indonesia. Agar dapat melahirkan generasi yang sehat, maka ibu-ibu harus memahami cara melahirkan yang sehat pula (Firani, 2011:3). Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Juliwanto (2009) dengan hasil penelitian ada hubungan yang mempengaruhi keputusan memilih penolong persalinaan pada ibu hami dengan nilai signifikan (p=0,020: OR=0,304) dan penelitian yang dilakukan Gustiana, dkk (2009) dengan hasil penelitian ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemilihan penolong persalinan dengan nilai p value = 0,009 (p < 0,05) tetapi hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiyadi dan Kusumawati (2011), tidak ada perbedaan bermakna antara pengetahuan responden dalam memilih penolong persalinan terhadap pemilihan penolong persalinan (α=5%, p value= 0,125). Untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang kesehatan, hal yang dapat dilakukan pada masa da-
tang adalah merencanakan dan melaksanakan suatu strategi khusus dalam program pelayanan kebidanan, yaitu dengan Memberikan pendidikan kesehatan melalui penyuluhan baik secara perorangan maupun kelompok pada waktu tertentu, sesuai dengan tingkat pendidikan dan menggunakan bahasa yang sederhana, Menyebar luaskan pamplet dan poster-poster tentang tanda-tanda bahaya kehamilan sehingga masyarakat memperoleh informasi tidak hanya diingat saja, tetapi dapat dilihat dan dibaca berulang-ulang. Kemudian Meningkatkan peran aktif dan kerjasama tim petugas kesehatan khususnya Bidan, petugas promi kesehatan dan tenaga kesehatan yang menolong persalinan lainnya guna meningkatkan mutu pelayanan kebidanan. Hubungan Kesukuan Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan terdapat tidak ada hubungan yang bermakna antara kesukuanibu dengan keputusan memilih penolong persalinan (p=0,190). Suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan. Kesadaran dan identitas tersebut diperkuat akan kesatuan bahasa yang digunakan, serta dengan kesatuan kebudayaan yang timbul karena suatu ciri khas dari suku bangsa itu sendiri bukan karena pengaruh dari luar. Kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat berwujud sebagai komunitas desa, kota, kelompok kekerabatan, atau kelompok adat lainnya yang memunculkan ciri khas dari masyarakat tersebut. Dalam kenyataannya konsep suku bangsa sangatlah komplek, karena dalam kenyataan batas dari kesatuan manusia yang merasakan diri terikat akan keseragaman kebudayaan tersebut dapat meluas maupun menyempit tergantung situasi dan kondisi pada saat itu. Kepercayaan terhadap adat istiadat menyebabkan masyarakat masih membutuhkan dukun untuk membantu pelaksanaan adat istiadat. Seperti yang dikemukakan Mubarak (2012:34), bahwa masyarakat desa memiliki ciri toleran terhadap nilai-nilai budayanya sendiri, dan menjadi kurang toleran terhadap bidan yang ditempatkan di desa membawa budaya luar yang kurang dikenal. Mereka berharap bidan mampu menyesuaikan dengan budaya mereka. Hubungan Budaya Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan antara budaya ibu dengan keputusan memilih penolong persalinan (p=0,000). Ritual, pantangan dan anjuran bagi ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Nanga Ella. Ritualnya seperti pantangan dan anjuran bagi ibu bersalin melakukan persalinan di dapur, jika ibu susah melahirkan, perut disentuh menggunakan tumit 7 kali kemudian
Hanik dkk, Determinan Keputusan Ibu Dalam Memilih,...
dilangkah, saat istri mulai sakit perut suami dianjurkan hanya memakai sarung. Pantangannya yaitu tidak boleh menutup pintu, tidak boleh mengikat rambut sediangkan anjurannya yaitu Minum air rumput Fatimah, do’a atau seulusuh supaya melahirkan dengan cepat air yang sudah dijampi-jampi oleh bidan kampung diusapkan dari kepala ke perut. Pengambilan keputusan persalinan harus mengutamakan persalinan yang bersih dan aman serta mementingkan aspek sayang ibu dan bayi yang akan dilahirkan. Untuk itu tenaga kesehatan merupakan tenaga penolong persalinan yang tepat untuk dipilih, sebab tenaga kesehatanlah yang mempunyai kemampuan (kompetensi) yang baik untuk melakukan persalinan yang bersih dan aman, mengutamakan aspek sayang ibu dan bayi serta dapat melakukan penilaian terhadap faktor resiko, mendeteksi secara dini terjadinya komplikasi, termasuk penatalaksaan awal bila terdapat komplikasi, dengan demikian Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dapat diturunkan. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Juliwanto (2009) dengan hasil penelitian ada hubungan antara budaya terhadap pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin (p=0,000:or=3,195), dan sejalan dengan hasil penelitia yang dilakukan Setiyadi dan Kusumawati (2011) yaitu ada perbedaan bermakna kebudayaan responden dalam memilih penolong persalinan (α=5%, p-value=0,000). SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian diatas tentang Determinan Keputusan Ibu Dalam Memilih Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Ella Kabupaten Melawi. maka dapat diambil simpulan sebagai berikut : Pengetahuan responden tentang persalinan hampir seluruh responden (93%) yaitu 40 responden dikategorikan baik, sebagian dari responden (44,2%) yaitu 19 responden bersuku Melayu, sebagian besar dari responden (65,1%) yaitu 28 responden yang tidak didukung oleh budaya dan sebagian dari responden (53,5%) yaitu 23 responden memilih nakes sebagai penolong persalinan; Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang persalinan dengan keputusan memilih penolong persalinan (p=0,000); Tidak ada hubungan yang bermakna antara kesukuan ibu dengan keputusan memilih penolong persalinan (p=0,184); Ada hubungan antara budaya ibu dengan keputusan memilih penolong persalinan (p=0,000).
DAFTAR RUJUKAN BKKBN. 2013. Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia Tahun 2013. Jakarta. BKKBN. Buyandaya. 2012. Jurnal: Faktor Determinan Pemilihan Tenaga Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Palasa Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2012. Makasar: Universitas Hasanuddin. Dinas Kesehatan Kabupaten Melawi, 2013. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Melawi. Melawi: Dinas Kesehatan Kabupaten Melawi. Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, 2012. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar Pontianak. Firani. 2011. Jurnal: Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Ibu Hamil dengan Perilaku Ibu Dalam Memilih Penolong Persalinan. Malang: Universitas Brawijaya Malang. Gaskin. 2003. Panduan Melahirkan Sehat Aman dan Alamiah. Yogyakarta: Think. Gustiana, dkk. 2009. Skripsi: Hubungan karakteristik ibu dengan pemilihan penolong persalinan di Desa Simpang Kurnia Kecamatan Bandar Kabupaten Bener Meriah. Aceh: Poltekkes Kemenkes NAD. Hamidah. 2009. Konsep-Konsep Asas Hubungan Etnik. Melalui
.[Diakses:19/4/14]. Juliwanto. 2009. Tesis: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Memilih Penolong Persalinaan pada Ibu Hamil di Kecamatan Babul Rahmah Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008. Medan: Universitas Sumatra Utara. Kemenkes RI, 2013. Peran Sosial Budaya dalam Upaya Meningkatkan Pemanfaatan Program Jampersal. Jakarta: Kemenkes RI. Khairunnas. 2011. Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) No 20 Tahun 2003 Dan Implikasinya Dalam Pendidikan Nasional. Melalui .[Diakses:12/4/14]. Machfoedz, 2010. Metodologi Penelitian.Yogyakarta : Fitramaya. Manfaati,dkk. 2013. Jurnal: Pemilihan Penolong dan Tempat Persalinan Ibu Multipara di Daerah Pedesaan Kecamatan Pa’Jukukang Kabupaten Bantaeng. Makasar: Universitas Hasanudin. Mubarak. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
100
101
JURNAL KEBIDANAN KHATULISTIWA, Volume I Nomor 2 Juli 2015, hlm. 96 - 101
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. . 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. . 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Nurusalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: EGC. Prawirohadjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Rahmat. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Reskakarya. Riskesdas, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: BPS. Rivai. 2004. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajawali Press. Robbins. 2001. Perilaku Oranisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. .Jakarta: Prenhalindo. Santoso. 2011. Apa Itu Budaya?. Melalui. [Diakses:19/4/14]. Setiyadi dan Kusumawati. 2011. Jurnal: Faktor-Faktor Berpengaruh Terhadap Pemilihan Penolong Persalinan di Desa Blerong Kecamatan Guntur II Kabupaten Demak. Surakarta: Unversitas Muhamadiyah Surakarta. Sofyan. 2003. 50 Tahun IBI “Bidan Menyongsong Masa Depan”. Jakarta : IBI. Sugiyono. 2007. Statiska Untuk Penelitian. Jakarta: Alfabeta. Suprapto.2005. Pola Pertolongan Persalinan 5 Tahun Teakhir Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi di Indonesia. [23/4/14]. Syafrudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC Wawan dan Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Prilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.