JIK Vol.1 No.19 Oktober 2015: 935 – 1014 e-ISSN: 2527-7170
Aspek Sosial Budaya Dalam Pemilihan Dukun Sebagai Penolong Persalinan Di Kelurahan Taipa Wilayah Kerja Puskesmas Mamboro Siti Hadijah1, Lidya M. Tongku2 ABSTRAK : Di Sulawesi Tengah, persentase cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 81,10% dan 18,9% ditolong oleh tenaga non kesehatan seperti dukun. Salah satu penyebab masih adanya masyarakat yang melahirkan di rumah dan ditolong oleh dukun yaitu masih adanya pengaruh sosial budaya yang turun temurun yang masih dianut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aspek sosial budaya di Kelurahan Taipa Wilayah Kerja Puskesmas Mamboro. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Kepala Puskesmas/Bidan Koordinator, Kepala Kelurahan, satu orang bidan, satu orang dukun bersalin dan dua orang ibu yang bersalin di dukun pada tahun 2013. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer melalui wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara dan data sekunder adalah data yang tersedia berupa data dokumentasi atau data laporan. Hasil Penelitian diperoleh informasi aspek sosial budaya yang mempengaruhi pemilihan dukun sebagai penolong persalinan di Kelurahan Taipa adalah aspek kepercayaan, aspek pengetahuan, aspek ekonomi, aspek geografi, aspek sistem sosial dan aspek sistem pemerintahan. Saran dari peneliti diharapkan seluruh unit sosial dalam masyarakat Kelurahan Mamboro mulai dari Pemerintah Kelurahan, Petugas Kesehatan, Tokoh Masyarakat, maupun masyarakat itu sendiri bekerja sama dalam meningkatkan angka persalinan oleh tenaga kesehatan agar kesejahteraan bersama bisa dicapai. Kata Kunci : Sosial Budaya , Dukun , Penolong Persalinan ABSTRACT :In Central Sulawesi the percentage of baby-deliver helped by health worker is 81,10% and the rest,18,91% is helped by non-health worker such as the shaman. One of the reason is some women still having birth in their houses and asked shaman to help , and the existence of descend social and culture belief that still believed by rural people also influence the health status of Indonesian people. This study aims to know social and cultural aspect in Taipa, region of Puskesmas (public health centre) Mamboro. This study is qualitative study and the subject of study are the head of Puskesmas/coordinator midwife, head district, a midwife, a birth shaman and two woman that had birth in 2013. The kind of data used in this study were primer data by interview with interview guidance and secondary data were the avilable data from another sources or indirectly colected from this study such as documentation and report. The result of this study shows the aspects that influence woman to choose shaman in helping their deliver process in Taipa are belief, knowledge, economy, geography, social system, and governmental system. As advice, all unit in Taipa health worker, public figure and also society are hoped to work together inincrease the number of deliver helped by health worker in order to reach the prosperity Keywords : Socio – Cultural, traditional healer, birth attendants
1 2
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palu Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palu
1003
JIK Vol.1 No.19 Oktober 2015: 935 – 1014 e-ISSN: 2527-7170
Pendahuluan (Introduction)
masyarakat yang melahirkan dirumah dan ditolong oleh dukun, yaitu masih adanya pengaruh sosial budaya yang turun temurun yang masih dianut hingga saat ini yang juga mempengaruhi kesehatan di Indonesia.
Pilihan pertolongan persalinan merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mencari pertolongan ketika menghadapi proses persalinan. Adapun tenaga penolong persalinan yaitu orang-orang yang biasa memeriksa wanita hamil atau memberikan pertolongan selama persalinan dan nifas (Prawirohardjo, 2009).
Menurut Jahidin dkk (2012) di Kecamatan limboro kabupaten Polewali Mandar, dari tiga (3) faktor yang diteliti yang mempengaruhi pemilihan dukun dalam persalinan diantaranya pengetahuan ibu, jarak, fasilitas kesehatan dan nilai sosial budaya, faktor paling dominan yang mempengaruhi pemilihan alternatif penolong persalinan adalah nilai sosial budaya yang ada dalam masyarakat. Adapun tujuan pada penelitian ini adalah diketahuinya aspek sosial budaya di kelurahan Taipa wilayah kerja Puskesmas Mamboro dalam memilih dukun sebagai penolong persalinan.
Tenaga kesehatan yang memberikan pertolongan selama persalinan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu tenaga kesehatan yang mendapatkan pendidikan formal seperti: dokter spesialis, dokter umum, bidan dan perawat,dan tenaga non kesehatan kesehatan yang juga melakukan pertolongan persalinan, misalnya dukun bayi, baik yang terlatih maupun yang tidak terlatih (Prawirohardjo, 2009). Selama tahun 2012, persentase cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di Indonesia sebesar 88,64%, dan 11,36% persalinan ditolong oleh tenaga non kesehatan, termasuk didalamnya dukun (Kemenkes, 2012). Di Sulawesi Tengah Persentase cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 81,10% dan 18,9% ditolong oleh tenaga non kesehatan (Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah, 2012).
Metode Penelitian (Methods) Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan metode indepth Interview. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi aspek sosial budaya dalam pemilihan dukun sebagai pertolongan persalinan di Kelurahan Taipa Wilayah Kerja Puskesmas Mamboro. Penelitian ini dilaksanakan di kelurahan Taipa wilayah kerja Puskesmas mamboro tanggal 12-26 April 2014.
Di kota palu tahun 2013, dari sasaran ibu bersalin sebesar 7.560 jiwa, persalinan oleh tenaga kesehatan 7.314 jiwa dan persalinan oleh dukun sebesar 11 jiwa. jumlah terbesar persalinan oleh dukun terdapat diwilayah kerja puskesmas mamboro yaitu sebesar 6 jiwa.
Subyek dalam penelitian ini adalah kepala Puskesmas/Bidan Koordinator, Kepala Kelurahan, 1 orang Bidan, 1 orang dukun bersalin dan 2 orang ibu yang bersalin di dukun pada tahun 2013. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara
Menurut Syarifudin dan Mariam (2010) salah satu penyebab masih adanya 1004
JIK Vol.1 No.19 Oktober 2015: 935 – 1014 e-ISSN: 2527-7170
dan data sekunder yang diperoleh dari dokumentasi Puskesmas Mamboro.
Dari empat (4) wilayah RW yang ada di Kelurahan Taipa, Taipa Ginggiri adalah daerah yang paling banyak terdapat persalinan yang ditolong oleh dukun. Pada tahun 2012, empat persalinan oleh dukun yang terdapat di kelurahan Taipa seluruhnya terdapat diwilayah Taipa Ginggiri.
Instrumen penelitian yaitu pedoman wawancara, alat perekam elektronik serta lembar kerja hasil wawancara mendalam. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam (in-depth interview) untuk memperoleh keterangan sesuai tujuan penelitian. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data hasil wawancara terhadap informan, menarik kesimpulan dari setiap informasi tersebut serta membuat kesimpulan. Penyajian data dalam penelitian ini dalam bentuk narasi.
Jumlah penduduk kelurahan Taipa sebanyak 5.755 Jiwa (1416 KK) dengan jumlah penduduk perempuan sebesar 2884 jiwa dan jumlah penduduk laki-laki sebesar 2.871 jiwa. Sarana pelayanan kesehatan yang terdapat di Kelurahan Taipa adalah 1 unit Puskesmas Pembantu (Pustu) dan 1 unit Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).
Hasil Penelitian (Result)
Tabel 4.1. Tabel Karakteristik Informan Hasil Wawancara Mendalam No
Identitas
Umur
Tempat Tinggal
Keterangan
27 24
Taipa Taipa
Melahirkan tahun 2013 Melahirkan tahun 2013
25 31
Kota Palu Mamboro
Bidan di Taipa Bidan Koordinator
37
Taipa
Sekretaris Lurah
62
Taipa
Dukun Bersalin
A. Ibu Bersalin di Dukun 1. 2 3 4
5 6
D R B. Bidan V S C. Staf Kelurahan F D. Dukun A
Pada Penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik wawancara mendalam untuk memperoleh data dengan mengacu pada pedoman wawancara dan menggunakan alat perekam elektronik. informan yang diwawancarai dalam penelitian ini terdiri dari 6 informan yang
di pilih oleh peneliti sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti, yaitu mereka yang dianggap bisa memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Adapun 6 orang informan telah disebutkan di atas dicatat keterangan dan identitasnya. Setelah melaksanakan penelitian selama 3 minggu dengan 1005
JIK Vol.1 No.19 Oktober 2015: 935 – 1014 e-ISSN: 2527-7170
mendatangi langsung para informan satu persatu, berada ditempat yang berbeda, dan dihari yang tidak bersamaan, serta melakukan wawancara dengan mengacu pada pedoman wawancara, maka peneliti dapat memaparkan analisis hasil wawancara sebagai berikut :
“ Puas juga. Lebih senang juga. Biasa dorang kan pake ditiup begitu. Ada juga dorang tiup, kan pintar juga batiup, supaya melancarkan anu, eee.... proses persalinan.” (D) “Puas, senang saya rasa kan kalo anu, kan kepala itu ditiup, dikasi mandi, baru ditiup. Dianu lagi, diurut semua belakang..” (R)
a) Aspek Kepercayaan Dari hasil wawancara pada ibu yang melahirkan dibantu dukun, didapatkan informasi bahwa kedua persalinan sebelumnya juga ditolong oleh dukun, dan mengaku bahwa melahirkan dengan meminta bantuan dukun merupakan keputusan diri sendiri. berikut kutipan wawancara ketika ditanyakan apakah melahirkan di dukun pilihan sendiri atau orang lain : “tidak kok. Kemauan saya sendiri.” (D) “pilihannya saya sendiri.” (R)
Dari hasil kutipan wawancara di atas, adanya tiup-tiup” dan berbagai perlakuan seperti memandikan dan mengurut yang diberikan oleh dukun berpengaruh terhadap keyakinan dan kepercayaan ibu untuk memilih dukun. Kuatnya kepercayaan masyarakat kepada dukun, sejak masa kehamilannya pun ibu memeriksakan kehamilannya pada dukun walaupun sudah mengikuti posyandu seperti yang diungkapkan oleh dukun dalam kutipan wawancara berikut :
Berdasarkan hasil wawancara ini, berarti pemilihan dukun sebagai penolong persalinan didasari keyakinan yang kuat dari dalam diri ibu sendiri terkait dengan keputusan yang dibuat sendiri tanpa ada pengaruh keyakinan dari orang lain. Keyakinan ibu dalam memilih sendiri dukun untuk menolong persalinannya, berkaitan dengan kepercayaannya yang dilandasi harapan besar kepada sang dukun yang dapat menolongnya melewati persalinan dengan selamat sebab dari hasil wawancara, ketika di tanyakan tentang kepuasan, kedua ibu mengatakan puas dengan pertolongan yang diberikan dukun. Ini dibuktikan dalam kutipan wawancara berikut :
“Teada juga yang saya anu... Cuma batolong begitu saja, itu saja. Dikasi minum obat, biasa ditiupkan air, dikase minum dia. Baru kalo sudah keluar bayinya, ba anu bayi itu saja saya. Diambil anunya.... keluar kemari kepalanya, saya tahan itu kepalanya, baru saya bilang itu anunya, bakuat saja kamu, apa tida lama lagi. Sudah keluar, saya potong tali pusatnya, pake anu.... gunting anu... dari posyandu juga. Baru mamanya sakasi mandi. Air mandinya ditiup-tiup sedikit kekuatannya, baru adenya dikasi mandi.” (A) “Ba periksa di anu dulu dorang, sama anu... Diposyandu, baru dengan saya.” (A)
1006
JIK Vol.1 No.19 Oktober 2015: 935 – 1014 e-ISSN: 2527-7170
kesehatan yang dikeluarkan oleh pemerintah yaitu BPJS yang merupakan hal baru di telinga masyarakat membuat masyarakat lebih memilih dukun. Berikut kutipan wawancara :
Kepercayaan yang kuat sebagian masyarakat kepada dukun juga di sampaikan oleh bidan yang bertugas di Kelurahan Taipa saat ditanyakan tanggapannya tentang masih adanya persalinan dukun di wilayah kerjanya, seperti yang tergambar dalam kutipan wawancara berikut :
“Kalo biaya, saya rasa tidak mungkin, karena sudah ada Jamkesda, Jamkesmas. Dorang, masyarakat ini biasa tidak mau repot. Masalahnya kalau di Puskesmas, dorang biasa malas pengurusannya. Masalah administrasi.” (F) “Faktor utama, masalah ini.. Apalagi yang teada kartu kan, BPJS. Itu, masalah itu. Kan kemarin kan ada program Jampersal. Waktu Jampersal berjalan, semua melahirkan dengan kita, pas Jampersal di tutup toh, tidak ada, jadi dorang larinya ke dukun.” (V)
“Menurut pendapat saya, ini karena apa, sebenarnya kita sudah melakukan penyuluhan, Cuma orang atau masyarakatnya kita masih apa ya? masih percaya sama dukun.” (V) b) Aspek pengetahuan hasil wawancara menunjukkan pengetahuan yang kurang dari masyarakat tentang perbedaan melahirkan ditolong oleh dukun dan oleh tenaga kesehatan (bidan) bahkan tentang persalinan yang aman. Dibuktikan dengan penuturan salah satu ibu yang melahirkan dibantu dukun mengatakan bahwa cara pemotongan tali pusat yang dilakukan oleh dukun menggunakan silet. Berikut kutipan hasil wawancaranya :
c) Aspek Ekonomi peneliti menemukan adanya kemudahan dari aspek ekonomi ketika akan memberi imbalan kepada dukun setlah menolong persalinan. Kemudahan ini di tunjukkan dengan sederhananya imbalan yang di berikan oleh ibu yang bersalin di dukun setelah menolong persalinan. Imbalan yang diberikan seperti memberi uang rokok walaupun tidak di sebutkan nominalnya, ini menunjukkan bahwa tidak adanya beban tarif yang di kenakan oleh dukun. Berikut kutipan wawancara dengan ibu yang bersalin di dukun :
“seperti bidan juga. Eh... kalo merasa sakit kan disuruh kita bakuat, sudah, kaya bidan juga. Lahir bayi, sudah, nanti dia yang anu, dia ambil bayinya, nanti keluar ari-arinya baru dia potong tali pusat. Dipotong pake silet yang baru dibeli.” (D) Pada hasil wawancara juga ditemukan bahwa adanya pengetahuan masyarakat yang kurang akan pengurusan administrasi ketika akan berurusan dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada dan juga program baru
“Teada saja. Cuma pembeli rokoknya saja. Rokoknya saja dibeli.” (D) “Rokok. Rokok saja satu bungkus.” (R) 1007
JIK Vol.1 No.19 Oktober 2015: 935 – 1014 e-ISSN: 2527-7170
itu , bidan sibuk baru jauh rumahnya di Palupi . Tidak sempat menelepon bidan...”(R)
Pada hasil wawancara dengan dukun menunjukkan benar bahwa tidak ada tidak ada patokan tarif menolong persalinan. Imbalan yang diterima terserah dari ibu yang ditolongnya karena dukun menyebutkan bahwa keinginan menolong persalinan di lakukan karena keikhlasan hati . Berikut kutipan wawancara :
Biasa kalo sudah mo melahirkan say bilang bel sudah bidan, dibel kemari, lambat diaorang datang. eee... sudah lahir itu bayi. Ada juga, yang sudah anu... sudah keluar, tidak dipanggil lagi dorang . Biasa saya disini yang...pigi di rumah .’(A)
“Biasa juga kalo yang di Ginggiri itu biasa uang dua puluh, iyo , biasa lima puluh. Begitu saya pulang itu, “Tunggu dulu nenek....” Yang baru – baru ini dikasih saya tiga puluh, yang bulan ini . “ (A) “Dari keikhlasan hati dipanggil orang anu...ee sudah kesana saya.” (A)
e) Aspek Sistem Sosial Pemilihan dukun untuk menolong persalinan oleh masyarakat Kelurahan Taipa juga tidak lepas dari pengaruh sistem sosial yang berlaku dalam masyarakat. Dari hasil wawancara dengan beberapa informan , didapatkan informasi bahwa masyarakat bersalin didukun disebabkan karena adanya dukungan dari keluarga serta karena adanya hubungan kekeluargaan yang dekat dengan dukun. Berikut kutipan wawancaranya :
d) Aspek Geografi Pada penelitian ini ditemukan bahwa jarak tempat tinggal bidan yang jauh dari tempat tinggal masyarakat membuat masyarakat enggan untuk memanggil bidan saat persalinan. Ibu akhirnya memanggil dukun untuk menolong persalinannya karena tempat tinggal dukun dekat. karena tempat tinggal bidan yang cukup jauh sehingga sering kali bidan terlambat datang saat dibutuhkan. Berikut kutipan Wawancara :
“Mendukung juga, mendukung saja”. (D) “Mendukung, mendukung sekali”. (R) “Biasanya keluarganya itu ibu hamil itu sendiri mau dan mo melahirkan sama kita, Cuma ikut....biasa suaminya. Suaminya tidak menyetujui. Suami atau keluarganya. Apalagi kalo misalnya dia dari pante Barat toh, suaminya orang disini, biasanya justru dia ikut suaminya. Jadi, mo ba...eee.. Biar kita sudah penyuluhan kerumahnya berapa kali, baru pas melahirkan tetap juga ke dukun. Nanti abis melahirkan baru panggil kita” (V).
“Waktu saya... kan waktu saya melahirkan itu, mama juga ee.. anu juga. keadaan yang anu, jadi kita langsung bapanggil dukun saja, lupa sudah bapanggil bidan karena dukun disini dekat juga. apa bidan V Di Palupi dia.”(D) “Waktu itu kan hape-ku teada pulsanya , baru suamiku tida ada. baru 1008
JIK Vol.1 No.19 Oktober 2015: 935 – 1014 e-ISSN: 2527-7170
“Kita sebenarnya sudah menghimbau dengan Ketua RT dan RW kalo bisa, diusahakan , persalinan itu ditolong oleh bidan. Artinya tidak ada masalah melahirkan di rumah, yang penting ada bidan dipanggil.’ (F)
“Biasanya yang dukun-dukun begitu, yang bersalin didukun kemarin, ya...memang keluarganya dukun memang. Itu ikatan kekeluargaan dan ibu yang melahirkan didukun, dengan dukun itu memang masih sangat erat. Apa biasa, yang begitu antara tante dengan kemenakan yang melahirkan. Biasanya antara cucu dengan nenek. Jadi biasanya kalo bersalin, kadang belum panggil bidan, panggilnya dukun. Jadi, sudah partus baru panggil bidannya. Jadi bidan datang, sisa gunting tali pusat. Jadi bidannya yang jadi dukun, dukunya yang jadi bidan. Jadi dukunnya yang sokong kepala, bidannya gunting tali pusat” (S).
Pada hasil wawancara juga diperoleh informasi mengenai kemitraan bidan dengan dukun sebagai kebijakan dari Pemerintah Pusat dan menjadi salah satu program Puskesmas Mamboro dalam meningkatkan persalinan oleh tenaga kesehatan telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Mamboro termaksud Kelurahan Taipa. Namun dalam evaluasi pelaksanaannya terdapat banyak kendala. kendala yang dijumpai antara lain belum maksimalnya pendekatan bidan kepada masyarakat termaksud dukun sehingga mengalami kesulitan dalam berkoordinasi dengan dukun yang banyak yang tersebar diseluruh wilayah kerja Puskesmas Mamboro serta adanya dukun yang tidak puas dengan pemberian uang transport bagi dukun yang bermitra . Berikut kutipan hasil wawancara : “kemitraan itu ada terus dari tahun dua ribu sepuluh . Kemitraan itu ada . Malahan setiap ibu hamil dapat uang transpor, uang transpor-nya tiga puluh buat ke dukun . Berjalan terus. Jadi, kalo tidak memanggil bidan, tidak dapat kemitraan.”(V) “Begini... Untuk usaha atau program yang dijalankan oleh Puskesmas Mamboro untuk menekan persalinan oleh dukun, itu tahun dua ribu empat belas, eh tahun dua ribu sebelas kemarin, karena tingginya angka persalinan dukun sampai ada yang
f) Aspek Sistem Pemerintahan Dari hasil wawancara dengan staf kelurahan sebagai pemerintah setempat, diperoleh informasi bahwa pemerintah kelurahan setempat, diperoleh informasi bahwa pemerintah kelurahan setempat telah melakukan kerjasama dengan Puskesmas Mamboro dalam rangka meningkatkan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan mendukung kegiatan penyuluhan kesehatan yang dilaksanakan di Kelurahan Taipa dan menghimbau Ketua RW dan RT setempat untuk mengerahkan masyarakat bersalin di tolong tenaga kesehatan. Seperti yang disebutkan dalam kutipan wawancara berikut : “Dari Puskesmas dengan Dinas Kesehatan. Adakan penyuluhan , pembinaan... Itu yang dari dinas . Programnya yang dari Dinas Kesehatan kita mendukung.” (F) 1009
JIK Vol.1 No.19 Oktober 2015: 935 – 1014 e-ISSN: 2527-7170
bayinya meninggal dalam persalinan itu, kemarin dari Puskesmas buat kemitraan dukun dengan bidan. Jadi kalo ada yang melahirkan, seumpamanya ibunya mau melahirkan panggil dukun, dukun menghubungi bidan, itu dukunnya dikasih uang transpor. Uang transpor sebesar dua puluh lima ribu kepada dukun . Jadi bidan memberi uang transpor kepada dukun dua puluh lima ribu. Kita punya ketentuan , kalo dukunnya yang sokong kita tidak kasih. Kalo dukunnya panggil bidan sebelum melahirkan itu baru kita kasih. Jadi kadang ada dukun lagi yang masih kecil hati, ada yang terima banyak, ada yang terima sedikit. Jadi yang terima sedikit tadi ini, yang masih mempunyai apa yah... rasa-rasa masih kurang adil. Jadi mereka masih tetap tolong, karena di banding uang dua puluh lima ribu dari kita, kadang dari keluarganya sendiri kadang kasih sampai tiga puluh ribu malah lebih dari dua puluh lima ribu. “(S)
1. Kepercayaan Masyarakat yang Kuat Kepala Dukun Kepercayaan masyarakat yang kuat kepada dukun sehubungan dengan adanya ritual tiup-tiup dan mengurut belakang ibu yang dilakukan dukun serta pendampingan dukun yang baik selama proses persalinan. Dukun selain memberikan ritual tiup-tiup, mengurut ibu ketika merasa sakit, juga memandikan ibu setelah melahirkan. Ini berkaitan dengan kebutuhan ibu bersalin. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Anggorodi, (2009) yang mengemukakan bahwa dukun diliat mempunyai jampe-jampe sehingga ibu akan bersalin tenang bila ditolong oleh dukun. pada penelitian ini didapatkan hasil bahasan ibu yang melahirkan di dukun puas dengan pelayanan yang di berikan. Menurut Sumarah, dkk (2010) menyebutkan kebutuhan ibu selama persalinan mencakup kebutuhan akan pendampingan oleh keluarga, kontak fisik (sentuhan ringan), masage untuk mengurangi rasa sakit, dan pelayanan yang bersifat empatis dan simpati. Kebutuhan inilah yang dirasakan ibu terpenuhi bila mereka bersalin di dukun. Dukun dianggap lebih berpengalaman dalam menolong persalinan jika dilihat dari segi usia dan dibandingkan dengan bidan yang dinilai masih muda dari segi usia dan pengalaman. Tidak mudah bagi bidan untuk mengambil tempat dihati masyarakat yang punya kepercayaan yang kuat
“Begini, untuk meningkatnya persalinan oleh dukun, kita di Mamboro (wilayah kerja Puskesmas Mamboro) sini kan masih banyak dukun, terus aspek sosial budayanya itu masih kental sekali. Masih percaya – percaya deng dukun , terus.... ee... mungkin pendekatannya bidan-bidan yang masih kurang ke ibu-ibu.”(S)
B. Pembahasan (Discuss) Dalam Penelitian ini ditemukan 6 aspek sosial budaya masyarakat Kelurahan Taipa dalam memilih dukun sebagai penolong persalinan yaitu: 1010
JIK Vol.1 No.19 Oktober 2015: 935 – 1014 e-ISSN: 2527-7170
mengatakan bahwa membayar biaya persalinan pada dukun setelah dukun menolong persalinan ketiga dukun akan pulang ke rumahnya, mereka biasa hanya memberikan uang rokok yang walaupun tidak di sebutkan nominalnya, pernyataan dari kedua ibu mengibarkan tidak adanya beban yang dirasakan dalam pembayaran. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Siswati, dkk (2009) yang mengatakan faktor biaya menjadi alasan utama dalam pemilihan tenaga penolong persalinan. Dari hasil penelitiannya dikatakan melahirkan di dukun sistem pembayarannya bisa diangsur dan tidak membutuhkan biaya transportasi dan sebagainya.
kepada dukun oleh karena itu bidan harus meningkatkan pendekatan kepada masyarakat melalui pihakpihak yang dapat membantu untuk meningkatkan persalinan oleh tenaga kesehatan selain kemitraan dengan dukun. 2. Pengetahuan Masyarakat Yang Kurang Tentang Persalinan Yang Aman Ditolong oleh Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Pengetahuan masyarakat yang kurang tentang pentingnya persalinan yang aman dengan bersalin dengan di tolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan membuat masyarakat menganggap bersalin di dukun sama saja dengan bersalin di tempat bidan. Pada saat dilakukan wawancara ibu yang bersalin dibantu dukun mengatakan cara untuk memotong tali pusat bayi baru lahir yang tidak aman yaitu dengan menggunakan silet. hal ini berkaitan dengan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo, (2010) meningkatnya pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi, kebiasaan dan membentuk kepercayaan seseorang.
4. Akses ke Dukun Lebih Cepat dan Mudah Daripada ke Bidan Bersalin di dukun juga merupakan keputusan karena akses ke dukun lebih cepat dan mudah sehubungan dengan tempat tinggal dukun yang dekat dari masyarakat dibandingkan dengan bidan yang tempat tinggalnya jauh dari akses masyarakat. Pada wawancara dengan ibu bersalin di dukun, keduanya mengatakan enggan memanggil bidan karena tempat tinggal bidan yang cukup jauh dari masyarakat setempat membuat mereka enggan untuk memanggil bidan terlebih dahulu waktu itu adalah tengah malam. Hal ini sejalan dengan dikemukakan oleh Jahidin dkk,
3. Sederhananya Imbalan yang Diberikan Kepada Dukun Sederhananya imbalan yang diberikan kepada dukun setelah menolong persalinan mendukung masyarakat untuk bersalin di dukun. Kedua ibu yang bersalin di dukun ketika diwawancarai di waktu yang berbeda, keduanya 1011
JIK Vol.1 No.19 Oktober 2015: 935 – 1014 e-ISSN: 2527-7170
terdapat unit-unit- sosial yang neniliki hunbungan erat dimana unit-unit sosial tersebut saling berintraksi dan saling mempengaruhi. Ketua RW dan RT hanya satu unit-unit sosial yang ada, jadi intervensi yang dilakukan pemerintah setempat seharusnya juga menyentuh unit-unit yang lain. Pada saat wawancara dengan staf kelurahan setempat, F sebagai Sekertaris Lurah mengatakan dengan jelas bahwa yang membuat masyarakat enggan untuk pergi kefasilitas kesehatan adalah karena malas mengurus administrasi di fasilitas kesehatan tersebut. Ini menunjukkan adanya ketidakpahaman masyarakat akan program baru pemerintahan khususnya di bidang kesehatan seperti BPJS yang sangat mudah sekarang ini di didapatkan. Masyarakat perlu informasi yang benar tentang program yang punya banyak manfaat ini. Karena untuk menjadi pengguna layanan program ini sama sekali tidak sulit seperti yang dipikirkan oleh masyarakat yang belum paham.
(2012) dalam penelitian mengatakan ketersediaan dan kemudahan menjangkau layanan kesehatan merupakan salah satu pertimbangan keluarga dalam pengambilan keputusan mencari pertolongan persalinan. 5. Dukungan Suami dan Keluarga Sebagian masyarakat masih memilih dukun juga disebabkan oleh adanya dari suami dan keluarga untuk bersalin dan karena dukun memiliki hubungan kekeluargaan yang dekat dengan masyarakat daripada bidan. Bidan V mengatakan bahwa seringkali masyarakat walaupun sudah diberikan penyuluhan tentang persalinan tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, karena memiliki hubungan keluarga ataupun hubungan kekerabatan dengan dukun, ibu pun mengikuti saran dan anjuran dari suaminya. Jadi jika ibu melahirkan di dukun didukung oleh suami dan keluarga berarti dalam melakukan penyuluhan harus melibatkan suami dan keluarga. Dalam hal ini di perlukan sikap proaktif dan bidan untuk melakukan pendekatan pada masyarakat dan kepada dukun sehubungan dengan dekatnya hubungan sosial dukun dengan masyarakat.
Kesimpulan dan Saran (Conclussion and Suggestion) A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: 1. Kepercayaan masyarakat yang kuat terhadap dukun sehubungan dengan dukun dapat menjalankan ritual tiup-tiup yang dipercaya dapat melancarkan proses persalinan dan bisa mengurut untuk
6. Kurangnya Kesepakatan Pemerintah Setempat Terhadap Kebutuhan Masyarakat Menurut Setyawati dan Alam, (2010) di dalam masyarakat 1012
JIK Vol.1 No.19 Oktober 2015: 935 – 1014 e-ISSN: 2527-7170
2.
3.
4.
5.
6.
mengurangi rasa nyeri dalam proses persalinan. Pengetahuan masyarakat yang kurang tentang pentingnya persalinan yang aman oleh tenaga kesehatan Tidak adanya ketentuan tarif/imbalan oleh dukun dalam pertolongan persalinan membuat dukun masih menjadi pilihan sebagai penolong persalinan. Akses layanan ke dukun lebih mudah dan cepat dibandingkan ke bidan Dukungan suami dan keluarga kepada ibu hamil untuk bersalin di dukun karena dukun memiliki hubungan kekeluargaan yang dekat Kurangnya sosialisasi pemerintah setempat tentang program kesehatan baru seperti BPJS.
tenaga kesehatan dan di fasilitas kesehatan. 3. Bagi Pemerintahan Kelurahan Taipa Diharapkan pihak pemerintahan Kelurahan Taipa untuk meningkatkan kerjasama dengan Puskesmas Mamboro khususnya dalam sosialisasi program baru yang diluncurkan Pemerintahan seperti program BPJS yang tidak semua masyarakat memahaminya. 4. Bagi Masyarakat Kelurahan Taipa Diharapkan kepada seluruh masyarakat Kelurahan Taipa untuk mendorong Program Kesehatan yang diselenggarakan di wilayahnya termasuk untuk bersalin di fasilitas kesehatan dan di tolong oleh tenaga kesehatan agar kesejahteraan bersama bisa dicapai.
B. Saran 1. Bagi Puskesmas Mamboro Diharapkan untuk meningkatkan kemitraan dukun dan bidan sehubungan dengan banyaknya dukun di wilayah kerja Puskesmas Mamboro.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan dari penelitian ini, peneliti selanjutnya bisa mengembangkan penelitian yang lebih baik yang dapat memberikan kontribusi yang berguna bagi banyak orang khususnya dalam bidang kesehatan.
2. Bagi Tenaga Kesehatan Diharapkan tenaga kesehatan yang bertugas di Kelurahan Taipa wilayah kerja Puskesmas Mamboro untuk melakukan meningkatkan pendekatan kepada ibu-ibu hamil dan dukun-dukun bersalin di wilayah kerjanya dalam melakukan kemitraan dan meningkatkan kerjasama pendekatan dengan kader kesehatan setempat dan juga tokoh masyarakat untuk dapat meningkatkan persalinan oleh
DAFTAR PUSTAKA Angrgrodi, Rina. (2009). Dukun Bayi Dalam Persalinan Masyarakat Indonesia (www.journal.ui.ac.id diakses 14 Februari 2014) Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah, 2012 ? 1013
JIK Vol.1 No.19 Oktober 2015: 935 – 1014 e-ISSN: 2527-7170
Jahidin, Hakim dan Bahar. (2012). Faktor Determinan yang Mempengaruhi Alternatif Pemilihan Persalianan Dukun Beranak Di Kecamatan Limboro Kabupaten Polewali Mandar (www.pasca.unhas.ac,id diakses 14 februari 2014) Notoatmojo Soekidjo, (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, (2013). Kesehatan Ibu dan Anak . Notoatmodjo, (2010) ?
Petunjuk Teknis Jampersal Tahun 2012. (www.kesehatanibu.depkes.go.id diakseks 27 februari 2014 Sumarah dkk, (2010). Perawatan Ibu Bersalin. Fitramaya: Yogyakarta Siswati, Erniayati dan Kodijah. (2009). Perspektif Pertolongan Persalinan Oleh Dukun Bayi Di Desa Bumijawa Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal tahun 2009 (www.bhamadaslawi.com diakses 14 februari 2014) Syarifudin dan Mariam, (2010). Sosial Budaya Dasar untuk Mahasiswa Kebidanan. TIM: Jakarta Setyawati dan Alam, (2010). Modal Sosial dan Pemilihan Dukun Dalam Proses Persalinan: Apakah Relevan? (www.journal.ui.ac.id diakses 14 februari 2014) Prawirohardjo, S.(2009) Ilmu Kebidanan.Edisi 4. Cet I.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirihardjo:Jakarta.
1014