FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PERSALINAN WATER BIRTH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUTA ALAM BANDA ACEH
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh
Oleh:
CUT ELSYA AZZANIE NIM : 10010117
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH TAHUN 2013
ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PERSALINAN WATER BIRTH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUTA ALAM BANDA ACEH Cut Elsya Azzani,1 Cut Efriana2
ix + halaman : 56, 9 tabel, 2 gambar , 7 lampiran Latar Belakang : Selama tahun 1980-1990, water birth bertumbuh pesat di Inggris, Eropa, dan Kanada. Pada tahun 1985, The family Birthing di Upland, Di Jakarta metode ini sudah diterapkan dibeberapa rumah sakit, salah satunya di SamMary Family Healtcare pada tanggal 4 Oktober 2006 pukul 06.05 WIB. Liz Adianti menjadi ibu pertama di Indonesia yang melakukan persalinan di air dengan bantuan dokter spesialis kandungan dan kebidanan. Hingga saat ini telah tercatat sekitar 130 bayi yang lahir dalam air di SamMary Family Healtcare.Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh dari 8 orang ibu hamil yang diwawancarai 3 ibu hamil yang mengetahui persalinan Water Birth dan 5 orang yang tidak mengetahui. Tujuan Penelitian : Peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth di wilayah kerja Puskesmas Kuta Alam,berdasarkan pendidikan, informasi dan pekerjaan Metode Penelitian :Jenis penelitian ini adalah dengan menggunakan Analitik dengan menggunakan pendekatan cross secctional dengan populasi 56 orang, Accedental sampling. Cara pengambilan data dengan cara membagikan kuesioner.Sampel 32 responden dilakukan peneltian tanggal 19-27 agustus 2013 di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh. Hasil Penelitian : hasil penelitian tidak ada hubungan pendidikan dengan pengetahuan water birth p value 0,798,Tidak terdapat hubungan pekerjaan dengan pengetahuan water birth nilai p value 0,265,Tidak adanya hubungan informasi dengan pengetahuan nilai p value 0,678. Kesimpulan dan saran : Bahwa tidak ada hubungan pendidikan, pekerjaa, informasi dengan pengetahuan water birth p value 0,798, 0,265, 0,678 diharapkan agar dapat menjadi masukan untuk puskesmas dalam rangka peningkatan para ibu untuk memilih persalinan melalui water birth. Diharapkan agar dapat menjadi masukan untuk puskesmas dalam rangka peningkatan para ibu untuk memilih persalinan melalui water birth.
Kata kunci : Pengetahuan, Waterbirth, Ibu hamil Sumber
1
: 6 buku (2002 - 2008 ), 13 situs internet (2006-2012)
Mahasiswi Prodi D-III Kebidanan STIKes U’Budiyah Dosen Pembimbing Prodi D-III Kebidanan STIKes U’Budiyah
2
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T, dimana atas rahmat dan hidayah-Nya peneliti telah dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013” . Peneliti Karya Tulis Ilmiah ini merupakan kewajiban yang harus di laksanakan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Kebidanan STIKes U’Budiyah. Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmah ini peneliti telah banyak menerima bimbingan dari ibu Cut Efriana, SST sebagai pembimbing dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kata pengantar ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya : 1. Bapak Dedi Zefrizal, S.T, Selaku Ketua Yayasan U’Budiyah Indonesia. 2. Ibu Marniati, M. Kes. Selaku Ketua STIKes U’Budiyah Banda Aceh. 3. Ibu Nuzulul Rahmi, SST. Selaku Ketua Prodi D-III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh. 4. Ibu Cut Rosmawar, SST selaku Ketua Prodi D-IV Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh. 5. Bapak Agussalim, SKM, M.Kes selaku Ketua Prodi S-1 Fakultas Kesehatan Masyarakat STIKes U’Budiyah Banda Aceh. 6. dr. Prita Amelia Siregar selaku Kepala UPTD Puskesmas Kuta Alam. 7. Terima Kasih kepada pegawai puskesmas kuta alam khususnya untuk ibu – ibu hamil yang telah memberikan Informasinya tentang pengetahuan persalinan Water Birth.
8. Teristimewa buat Ayah dan Mama yang telah memberikan pengorbanan baik material maupun do’a bagi peneliti sehingga dapat menyelesaikan pendidikan Akademi Kebidanan. 9. Kakak, Adik, Tante dan Keluarga Besar semuanya yang telah memberikan do’a, dukungan dan semangat bagi peneliti sehingga dapat menyelesaikan penulisan ini. 10. Soulmate yaitu Bahtiar Faalah yang selalu membantu, memberi dukungan dan semangat ketika sudah lelah, dan juga do’a bagi peneliti sehingga dapat selesainya penulisan ini. 11. Sahabat tercinta di Jakarta yaitu ain, tie-tie, sherly, amel dan nopi yang sudah banyak membantu dan memberi dukungan, semangat dan do’a bagi peneliti sehingga dapat selesainya penulisan ini. 12. Siti Julita, Dara Khairina dan Raudhatul Jannah yang telah banyak bersusah payah membantu peneliti dalam membuat penulisan ini sehingga dapat terselesaikan. 13. Teman-teman seangkatan yang telah banyak membantu dan berjuang samasama khususnya untuk kelas III-B sehingga selesainya penulisan ini.
Peneliti menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, banyak kekurangan baik dari segi bahasa, penulisan, maupun isinya. Oleh sebab itu peneliti senantiasa mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak yang dapat membantu dalam pembuatan penulisan pada penelitian ini.
Akhirnya kepada Allah SWT kita sepantasnya berserah diri, tiada satupun yang terjadi tanpa kehendaknya. Banda Aceh, 28 Agustus 2013 Tertanda
Peneliti
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGESAHAN PENGUJI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN
Halaman i ii iii iv v viii x xi xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian
1 1 4 5 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan B. Water Birth a. Metode Water Birth b. Keuntungan Water Birth c. Kerugian Water Birth d. Patofisiologi e. Indikasi dan Kontraindikasi f. Prosedur Persalinan C. Hubungan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan D. Kerangka Teoritis
6 6 17 17 19 22 27 31 33 36 43
BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep B. Definisi Operasional C. Hipotesa
44 44 45 46
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Populasi dan Sampel C. Tempat dan Waktu Penelitian D. Instrumen E. Teknik Pengumpulan Data F. Pengolahan Data G. Analisa Data
47 47 47 48 48 48 48 49
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian B. Hasil Penelitian C. Pembahasan
51 51 51 56
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran
60 60 60
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teoritis
43
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
44
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional
45
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth
51
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth
52
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth
52
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth
53
Tabel 5.5 Hubungan Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth
53
Tabel 5.6 Hubungan Pekerjaan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth
54
Tabel 5.7 Hubungan Informasi Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth
55
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Lembaran Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2
: Lembaran Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3
: Kuesioner
Lampiran 4
: Surat Pengambilan Data Awal
Lampiran 5
: Surat Selesai Pengambilan Data
Lampiran 6
: Surat Izin Penelitian
Lampiran 7
: Surat Selesai Izin Penelitian
Lampiran 8
: Master Tabel
Lampiran 9
: Lembaran SPSS Output Analisa Univariat
Lampiran 10 : Lembaran SPSS Output Analisa Bivariat Lampiran 11 : Lembar konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 12 : Biodata
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dokumen modern pertama ditemukan pada suatu desa di Perancis tahun 1805 dan secara lengkap pada kumpulan jurnal medis di Perancis, dimana terjadi pengurangan yang signifikan ibu bersalin dengan distosia (yang tidak mengalami kemajuan dalam proses persalinannya) akan menjadi lebih progresif dengan menggunakan metode persalinan water birth, di mana bayi akan lahir lebih mudah. Peneliti Rusia Igor Charkovsky yang meneliti tentang keamanan dan kemungkinan manfaat water birth di Uni Soviet selama tahun 1960-an. Pada akhir tahun 1960-an, ahli obstetri Perancis Frederick Leboter mengembangkan teknik baru berendam di air hangat untuk memudahkan transisi bayi dari jalan lahir ke dunia luar, dan dapat mengurangi efek trauma yang mungkin terjadi. Pada awal tahun 70-an Dr. Michel Odent, kepala instalasi bedah rumah sakit Pithiviers, Perancis, pertama kali memperkenalkan keuntungan dari persalinan dan kelahiran di dalam air (Febrina, 2010) . Selama tahun 1980-1990, water birth bertumbuh pesat di Inggris, Eropa, dan Kanada. Pada tahun 1985, The family Birthing di Upland, California Selatan yang di pimpin oleh Dr. Michael Rosenthal menyarankan wanita untuk bersalin dan melahirkan di air. Setelah 5 tahun akumulasi pengalaman water birth, pada tahun 1993 telah terjadi 1000 kelahiran, di Odent’s Birthing Center Pithiviers
tanpa komplikasi atau infeksi pada ibu atau bayi. Pada tahun 1989 Water Birth International Project, Barbara Harper mengembangkan “Topic Of Gentle Alternatives In Childbirth”. Pada tahun 1991, Monadnock Community Hospital di Peterborough, New Hampshire menjadi rumah sakit pertama yang membuat protokol water birth. Pada tahun 1990, The Scientific Advisory Committee membuat pernyataan tentang water birth dengan penekanan pada pentingya penelitian ilmiah. Pernyataan tersebut di revisi tahun 1994 tentang pentingnya keamanan persalinan dan kelahiran di air, serta perlunya informasi yang tepat tentang manfaat dan risiko water birth. Pada 1-2 april 1995 pada Wembley Conference Center di London, Inggris, menggelar konferensi pertama water birth untuk mengekplorasi masalah-masalah yang berkembang, dihadiri 39 negara dengan data 19.000 persalinan di dalam air. Konferensi berlanjut tahun 1996, 2004, dan bulan September 2007 (Febrina, 2010). Water Birth telah diterima dan dipraktekkan di banyak Negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan New Zealand. Di Negara-negara Eropa termasuk Inggris dan Jerman terdapat banyak Maternity Clinics yang menggunakan birthing tubs. Pada tahun 2006 Water Birth Internasional mencatat lebih dari 300 rumah sakit di Amerika Serikat menawarkan fasilitas tersebut. The Royal College of Obstetricans and Gynecologist dan The Royal College of Midwife mendukung persalinan dalam air bagi wanita yang sehat tanpa komplikasi pada kehamilannya. Jika petunjuk praktis dijalankan dengan baik dalam hal mengontrol infeksi, manajemen rupture tali pusat dan dengan kepatuhan pada persyaratan yang ada, komplikasi akan dapat dikurangi.( Buckley, S.)
Di Bali telah ada sejak tahun 2003, Robin Lim dari klinik Yayasan Bumi Sehat Desa Nyuh Kuning, Ubud-Bali telah menangani lebih dari 400 kasus Water Birth per tahun. Sementara Rumah Sakit Umum di Bali yang pertama kali menyediakan fasilitas Water Birth adalah Rumah Sakit Umum harapan Bunda (Rhudy, 2011). Meski proses persalinan dalam air alias Water Birth sudah menjadi trend di kota-kota besar tanah air, tak terkecuali di provinsi Aceh yang sudah mengenal teknik tersebut sejak setahun belakangan, nyatanya Water Birth belum banyak diaplikasikan oleh bidan-bidan lokal. Meski untuk pengetahuan dasarnya sudah diberikan saat perkuliahan, namun teknik menyeluruh mengenai penanganan persalinan dalam air belum masuk di kurikulum ilmu kebidanan. Hal tersebut tak dipungkiri oleh bidan senior Sumiatun Sudemba, S.ST, S.Pd. Karena itulah, wanita yang akrab disapa Demba itu berharap banyak pada kegiatan seminar maupun penyuluhan soal Water Birth. “Memang belum semua bidan tahu. Saya setuju bila sosialisasi Water Birth terus digalakkan di kalangan mahasisiwa maupun praktisi kebidanan karena banyak manfaat yang akan diperoleh.(Sulis Tiyani, 2012). Persalinan dan kelahiran adalah kejadian fisiologi yang normal yang mana kelahiran seorang bayi merupakan peristiwa sosial yang dinantikan ibu dan keluarga selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya, sedangkan peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan dan mendeteksi dini adanya komplikasi selama persalinan, disamping
juga bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin.( Nelson, 2000). Bagi kebanyakan melahirkan di air atau water birth masih belum populer, berbeda dengan di beberapa Negara Asia lain, metode ini justru menjadi pilihan utama ibu untuk melahirkan. Di Indonesia, tidak semua rumah sakit dilengkapi fasilitas untuk persalinan dengan metode water birth. Selain dibutuhkan tenaga medis yang terlatih khusus, pihak rumah sakit harus memiliki kolam bersalin berdesain khusus (birth pool).Strelisasi air perlu diperhatikan agar tidak menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi yang dilahirkan. Di Jakarta metode ini sudah diterapkan dibeberapa rumah sakit, salah satunya di SamMary Family Healtcare pada tanggal 4 Oktober 2006 pukul 06.05 WIB. Liz Adianti menjadi ibu pertama di Indonesia yang melakukan persalinan di air dengan bantuan dokter spesialis kandungan dan kebidanan. Hingga saat ini telah tercatat sekitar 130 bayi yang lahir dalam air di SamMary Family Healtcare. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh dari 8 orang ibu hamil yang diwawancarai 3 ibu hamil yang mengetahui persalinan Water Birth dan 5 orang yang tidak mengetahui. Kunjungan ibu hamil di Puskessmas Kuta Alam dari Januari sampai Febuari 2013. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tertang Persalinan Water Birth di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth di wilayah kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth dari pendidikan. b. Mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth dari pekerjaan. c. Mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth dari informasi. D. Manfaat Penelitian a. Peneliti Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman serta dapat memperoleh informasi pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth. b. Tempat Penelitian Menjadi
masukan yang luar biasa bagi puskesmas dalam rangka
peningkatan para ibu untuk memilih persalinan melalui water birth.
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Persalinan Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 1824 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Suparyanto, 2010). Salah satu hal penting yang terjadi pada proses persalinan adalah nyeri persalinan. Dalam proses persalinan hal inilah yang paling dirasakan tidak menyenangkan bahkan menakutkan bagi ibu. Saat ini proses persalinan pervaginam telah berkembang yang bertujuan memberi rasa nyaman aman dan menyenangkan serta dapat mengurangi bahkan meniadakan perasaan cemas dan menegangkan. Salah satu metode alternative yang saat ini populer adalah
persalinan
dalam
air
hangat
atau
dikenal
sebagai
water
birth.(Bayuningrat, 2008). Sekalipun menganggap Water Birth tak ubahnya merupakan proses persalinan normal, namun Demba menilai teknik tersebut memiliki banyak kelebihan. “Sebenarnya standar persalinan normal, namun water birth memiliki sejumlah
keunggulan.
Tapi
bagaimanapun
setiap
persalinan
harus
mengedepankan beberapa aspek, sebut saja cara kelahiran, kekuatan bayi,
penolong, psikologis si ibu hingga pendampingnya pun harus diperhatikan (Suparyanto, 2010). 1. Fisiologis Persalinan Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang sebab terjadinya persalinan: a).Teori Penurunan Progesteron Penuaan plasenta telah dimulai sejak usia kehamilan 30-60 minggu sehingga terjadi penurunan konsentrasi progesteron dan estrogen pada saat hamil, terjadi perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron yang menimbulkan kontraksi Braxton Hicks, yang selanjutnya akan bertindak sebagai kontraksi persalinan. Kenyataan menunjukkan bahwa saat menjelang persalinan, tidak terjadi penurunan konsentrasi progesterone (Suparyanto, 2010). b).Teori Oksitosin Menjelang persalinan terjadi peningkatan reseptor oksitosin dalam otot rahim sehingga mudah terstimulasi saat disuntikkan oksitosin dan menimbulkan kontraksi. Diduga bahwa oksitosin dapat meningkatkan pembentukan prostaglandin dan persalinan dapat berlangsung terus atau minimal melakukan kerjasama (Suparyanto, 2010). c). Keregangan Otot Rahim Induksi persalinan dapat dilakukan dengan memecahkan ketuban sehingga keregangan otot rahim makin pendek dan kekuatan untuk berkontraksi makin meningkat (Suparyanto, 2010).
d).Teori Janin Sinyal yang diarahkan pada maternal sebagai tanda bahwa janin telah siap lahir, belum diketahui dengan pasti. Kenyataan menunjukkan, bila terdapat anomaly hubungan hipofisis dan kelenjar supraneal, persalinan akan menjadi lebih lambat. Diduga bahwa keutuhan hipofisis dan glandula suprarenal sangat penting walaupun bentuk diketahui bentuk sinyalnya (Suparyanto, 2010). e).Teori Prostaglandin Menjelang persalinan, diketahui bahwa prostaglandin sangat meningkat pada cairan amnion dan desidua. Diperkirakan bahwa terjadinya penurunan progesterone dapat memicu interleukin -1 untuk melakukan “hidrolisis gliserofosfolofid” sehingga terjadi pelepasan dari asam arakidonat menjadi prostaglandin, PGE2, dan PGF2 alfa. Terbukti pula bahwa saat mulainya persalinan terdapat penimbunan dalam jumlah besar asam arakidonat dan prostaglandin dalam cairan amnion. Selain itu, terjadi pembentukan prostasiklin dalam miometrium desidua dan korion leave (Suparyanto, 2010). Prostaglandin dapat melunakkan serviks dan merangsang kontraksi bila diberikan dalam bentuk infuse, per os, atau secara intra vaginal. Oleh karena itu, dapat dikemukakan bahwa proses mulainya persalinan merupakan proses yang kompleks dan paling dominant, tetapi merupakan inisiasi pertama yang masih belum diketahui dengan pasti (Suparyanto, 2010).
2. Tanda Menjelang Persalinan Untuk primigravida kepala janin telah masuk PAP pada minggu 36 yang disebut lightening : a.
Rasa sesak di daerah epigastrum makin berkurang.
b.
Masuknya kepala janin menimbulkan sesak dibagian bawah dan menekan kandung kemih.
c.
Dapat menimbulkan sering kencing atau polakisuria.
d.
Pada Pemeriksaan : Tinggi fundus uteri semakin turun; Serviks uteri mulai lunak, sekalipun terdapat pembukaan (Suparyanto, 2010).
3. Tanda Mulai Persalinan Timbulnya his persalinan dengan ciri : a. Fundul dominan. b. Sifatnya teratur makin lama intervalnya makin pendek. c. Terasa nyeri dari abdomen dan menjalar ke pinggang. d. Menimbulkan perubahan progresif pada serviks berupa pembukaan dan perlunakan. e. Dengan aktivitas his persalinan makin bertambah (Manuaba, 2007). Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (Manuaba, 2007).
4. Tanda dan Gejala Inpartu termasuk : a. Penipisan dan pembukaan serviks. b. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit). c. Cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina (Suparyanto, 2010). 5. Berlangsungnya Persalinan Normal a. Persalinan dibagi menjadi 4 kala: 1) Kala I (Kala Pembukaan) Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase : a) Fase Laten : Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lembab sampai mencapai ukuran diameter 3 cm. b) Fase Aktif : Dibagi dalam 3 fase lagi, yakni : 1) Fase Akselerasi : Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm. 2) Fase Dilatasi Maksimal : Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
3) Fase Deselerasi : Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap ( Suparyanto, 2010 ) Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam( Suparyanto, 2010 ). 2). Kala II Pengertian Kala II Kala II juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Gejala dan Tanda Kala II Persalinan adalah : a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi. b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan atau vaginanya. c. Perineum menonjol. d. Vulva vagina dan sfingter ani membuka. e. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah. f. Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif) yang hasilnya adalah (Suparyanto,2010): 1.
Pembukaan serviks telah lengkap.
2.
Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
Pada kala II, his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Oleh karena biasanya kepala janin sudah masuk ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otototot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan kepada rectum dan hendak buang air besar. Perineum menonjol menjadi lebih besar dan anus membuka. Labia membuka dan tak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Bila panggul sudah lebih berelaksasi kepala tidak masuk lagi di luar his. Dengan kekuatan mengejan maksimal kepala lahir dengan suboksiput dibawah simphisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan, dan anggota bayi. Para primgravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam (Suparyanto,2010). 3. Kala II Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah. Kala III berlangsung sampai 6 sampai 15 menit setelah janin dikeluarkan ( Suparyanto.2010).
4. Kala IV Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Harus diperhartikan 7 pokok penting a. Kontraksi uterus harus bagus; b. Tidak ada perdarahan dari vagina atau alat genetalia lainnya; c. Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap; d. Kandung kencing harus kosong; e. Luka-luka pada perineum terawat dengan baik dan tidak ada hematoma; f. Bayi dalam keadaan baik; g. Ibu dalam keadaan baik. Nadi dan tekanan darah normal, tidak ada pengaduan sakit kepala atau enek. Adanya frekuensi nadi yang menurun dengan volume yang baik adalah suatu gejala baik (Suparyanto,2010). 6. Penatalaksanaan Persalinan Normal a. Anamnesa Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan, kehamilan dan persalinan. Informasi ini digunakan dalam proses membuat keputusan klinik untuk menentukan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang sesuai, meliputi : 1)
Nama, umur, dan alamat
2)
Gravida dan para
3)
Hari pertama haid terakhir
4)
Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu)
5)
Riwayat alergi obat-obat tertentu
6)
Riwayat kehamilan yang sekarang dan sebelumnya
7) Riwayat medis lainnya (masalah pernapasan, hipertensi, gangguan jantung, berkemih, dan lain-lain). Riwayat medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan, atau nyeri epigastrum bagian atas) (Suparyanto,2010). 7.
Pemeriksaan Fisik Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta kenyamanan fisik ibu bersalin, meliputi; pemeriksaan abdomen. Pemeriksaan abdomen digunakan untuk
8.
a.
Menentukan tinggi fundus uterus
b.
Memantau kontraksi usus
c.
Memantau denyut jantung janin
d.
Menentukan presentasi
e.
Menentukan penurunan bagian terbawah janin (Suparyanto,2010).
Pemeriksaan Dalam Pemeriksaan dalam diperlukan untuk menilai : a.
Vagina, terutama dindingnya, apakah ada bagian yang menyempit
b.
Keadaan serta pembukaan serviks
c.
Kapasitas panggul
d.
Ada atau tidak adanya penghalang (tumor) pada jalan lahir
e.
Sifat fluor albus dan apakah ada alat yang sakit umpamanya bartholmitis, urethritis, sistitis, dan sebagainya
f.
Pecah tidaknya ketuban
g.
Presentasi kepada janin
h.
Turunnya kepala dalam ruang panggul
i.
Penilaian besarnya kepala terhadap panggul
j.
Apakah partus telah mulai atau sampai dimanakah partus telah berlangsung (Prawirohardjo, 2006 : 193). Mendokumentasikan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik kedalam
patograf meliputi: informasi tentang ibu, kondisi janin, kemajuan persalinan, jam dan waktu, kontraksi uterus, obat-obatan dan cairan yang diberikan, kondisi ibu dan asuhan serta pengamatan klinik, mencatat dan mengkaji hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik (Suparyanto, 2010). 9.
Mekanisme Persalinan His adalah salah satu kekuatan pada ibu seperti telah dijelaskanyang
menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin kebawah.
Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul. Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam keadaan sinklitismus, ialah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul. Dapat pula kepala masuk dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah
sumbu kepala janin miring dengan pintu atas panggul (Suparyanto, 2010). Keadaan asinklitismus anterior lebih menguntungkan daripada mekanisme turunnya kepala dengan asinklitismus posterior karena ruangan pelvis di daerah posterior adalah lebih luas dibandingkan dengan ruangan pelvis di daerah anterior. Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetris, dengan sumbu lebih mendekati suboksiput, maka tahanan oleh jaringan di bawahnya terhadap kepala yang akan menurun, menyebabkan bahwa kepala mengadakan fleksi di dalam rongga panggul dengan ukuran yang paling kecil, yakni dengan diameter suboksipitobregmatikus (9,5 cm) dan dengan sirkumferensia suboksipitobregmatikus (32 cm) (Suparyanto, 2010). Sampai didasar panggul kepala janin berada didalam keadaan fleksi maksimal. Kepala yang sedang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterine disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi, disebut pula putaran paksi dalam. Di dalam hal mengadakan rotasi ubun-ubun kecil akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar panggul ubun-ubun kecil berada di bawah simfisis. Dengan suboksiput sebagai hipomoklion, kepala
mengadakan
(Suparyanto, 2010).
gerakan
defleksi
untuk
dapat
dilahirkan
Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan mengedan, berturut-turut tampak bregma, dahi, muka, dan akhirnya dagu. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang disebut putaran paksi luar. Putaran paksi luar ini ialah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak. Didalam rongga panggul, bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga didasar panggul, apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan belakang. Selanjutnya dilahirkan bahu depan terebih dahulu baru kemudian bahu belakang. Demikian pula dilahirkan trokanter depan terlebih dahulu, baru kemudian
trokanter
belakang,
kemudian
bayi
lahir
seluruhnya
(Prawirohardjo, 2006). Lama persalinan sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh paritas, interval kelahiran, status psikologis, presentasi dan posisi janin, bentuk dan ukuran pelvik maternal, serta karakteristik kontraksi uterus (Fraser, 2009 : 432). B. Water Birth Water Birth merupakan salah satu metode alternative persalinan pervaginam, dimana ibu hamil aterm tanpa komplikasi bersalin dengan jalan berendam di air hangat ( yang dilakukan pada bathtub atau kolam ) dengan tujuan mengurangi rasa nyeri kontraksi dan member rasa nyaman (Bayuningrat,2008).
a. Metode Water Birth Ada 2 metode water birth : 1. Water birth murni, ibu masuk ke kolam persalinan setelah mengalami pembukaan 6 sampai proses melahirkan terjadi. 2. Water birth emulsion, ibu hanya berada di dalam kolam hingga masa kontraksi akhir. Proses melahirkan tetap dilakukan di tempat tidur (Rhudy, 2011). b. Keuntungan Water Birth Metode Water Birth memiliki banyak keuntungan bagi ibu dan bayi dibandingkan dengan metode persalinan tradisional. Ini dihubungkan secara signifikan dengan adanya pengurangan penggunaan analgesic pemendekan persalinan kala I dan pengurangan angka episiotomi jika dibandingkan dengan persalinan lainnya ( Rhudy, 2011 ) 1. Keuntungan Bagi Ibu a.
Mengurangi nyeri persalinan dan memberi rasa nyaman. Nyeri persalinan berkurang disebabkan ibu berendam dalam air hangat yang membuat rileks dan nyaman sehingga rasa sakit dan stress akan berkurang. Mengurangi rasa sakit adalah tujuan utamanya, sedangkan secara teknis melahirkan dalam air pada dasarnya sama seperti melahirkan normal, proses dan prosedurnya sama hanya tempatnya yang berbeda. Pada Water Birth ibu melahirkan bayinya dalam kolam dengan posisi bebas dan yang
paling dirasakan nyaman oleh ibu. Kolam dapat terbuat dari fiber glass atau bahan lain (Rhudy,2011 ). Adanya
mitos
yang
menyebutkan
pemanjangan
fase-fase
persalinan. Pada kenyataannya Water Birth merupakan persalinan alamiah, dan tidak sepenuhnya mengurangi nyeri kontraksi. Meskipun demikian banyak wanita merasakan adanya pengurangan nyeri sewaktu ada dalam air, berendam dalam air hangat dan mengapung. Penelitian juga menunjukkan persalinan dalam air sesungguhnya dapat memperpendek persalinan kala I dan tekanan darah menjadi lebih rendah di banding persalinan konvensional. Ibu hamil yang berendam di dalam air hangat pada persalinan dengan penyulit
(distosia) dibandingkan dengan augmentasi
standar
menunjukkan bahwa angka penggunaan epidural analgesia dan intervensi obstetri lebih rendah. Berendam dalam air akan dapat mengurangi 75% nyeri persalinan, kemampuan mengapung ibu akan menolong untuk relaksasi, pergerakan selama persalinan water birth yang lebih leluasa menyebabkan ibu nyaman dan rileks, sedangkan air hangat akan membantu mengurangi nyeri ( Rhudy, 2011 ). b. Mengurangi Tindakan Episiotomi Dalam hal trauma perineum, dukungan air pada waktu kepala bayi crowning lambat akan menurunkan risiko robekan dan dapat mengurangi keperluan akan tindakan episiotomi. Selain itu, trauma perineum yang terjadi tidak berat dengan dijumpai lebih banyak
kejadian intak perineum. Masih terdapat mitos bahwa ibu yang melahirkan dalam air lebih mungkin untuk mengalami robekan karena yang membantu persalinan kesulitan untuk melakukan episiotomi jika diperlukan. Namun sesungguhnya ibu yang melahirkan dalam air hangat kurang mengalami robekan karena air hangat dapat meningkatkan aliran darah dan mampu melunakkan jaringan di sekitar perineum ibu. Ketika memerlukan episiotomy, penolong justru lebih mudah menjangkau bagian perineum ibu untuk melakukan message atau tindakan lain. Kebanyakan episiotomi tidak diperlukan dan jika penolong menganggap selama proses persalinan terdapat keadaan emergensi penolong akan membatalkan pelaksana metode ini ( Rhudy,2011 ). c.
Pemendekan Persalinan Kala I Persalinan dan kelahiran di dalam air juga dapat mempercepat proses persalinan yang dihubungkan secara signifikan dengan persalinan kala I yang akan menjadi lebih pendek. Dalam hal ini ibu dapat lebih mengontrol perasaannya, menurunkan tekanan darah, lebih rileks, nyaman, menghemat tenaga ibu, mengurangi keperluan obat-obatan dan intervensi lainnya, member perlindungan secara pribadi, mengurangi trauma perineum, meminimalkan penggunaan episiotomy, mengurangi kejadian seksio sesaria, memudahkan persalinan (Rhudy, 2011).
d.
Menurunkan Tekanan Darah Dalam hal menurunkan tekanan darah, menurut Pre & Perinatal Psycology Association of North America Conference, wanita dengan hipertensi akan mengalami penurunan tekanan darah setelah berendam dalam
air
hangat
selama
10-15
menit.
Kecemasan
yang
mengakibatkan peningkatan tekanan darah akan dapat dikurangi dengan berendam dalam air hangat (Rhudy, 2011 ). 2.
Keuntungan Bagi Bayi Persalinan
sendiri
dapat
mejadi
masalah,
mungkin
juga
mengganggu dan merupakan pengalaman bagi bayi. Water Birth memberikan keuntungan terutama saat kepala bayi masuk ke jalan lahir, dimana persalinan akan menjadi lebih mudah. Air hangat dengan suhu yang tepat suasananya menyerupai lingkungan intrauterine sehingga memudahkan transisi dari jalan lahir ke dunia luar. Air hangat juga dapat mengurangi ketegangan perineum dan member rasa nyaman bagi ibu dan bayi, sehingga bayi lahir kurang mendapatkan trauma (oleh karena adanya efek dapat melenturkan dan meregangkan jaringan perineum dan vulva) dibandingkan pada persalinan air dingin dan tempat bersalin umumnya ( Rhudy.2011). Bayi yang lahir di dalam air tidak segera menangis, bayi tampak menajdi tenang. Bayi tidak tenggelam jika dilahirkan di air, karena selama kehamilan bayi hidup dalam lingkungan air (amnion) sampai terjadi transisi persalinan dari uterus ke permukaan air. Demikian pula masalah lilitan tali pusat di leher, tidak menjadi masalah, sepanjang
tidak ada deselerasi denyut jantung bayi (yang menunjukkan fetal distress) sebagai akibatnya ketatnya lilitan tali pusat di leher. Pemendekan persalinan kala I selain memudahkan persalinan bagi ibu juga baik untuk bayi yaitu mencegah trauma atau resiko cedera kepala bayi, kulit menjadi lebih bersih, menurunkan risiko bayi keracunan air ketuban ( Rhudy,2011 ). c. Kerugian Water Birth Adapun risiko-risiko yang dapat timbul antara lain: a.) Risiko Maternal 1.
Infeksi Menurut European Journal of Obstetrics and Reproductive Biology 2007, Water Birth merupakan avaluable alternative persalinan normal. Penelitian yang dipimpin oleh Rosanna ZanettiDaellenbach menemukan tidak ada perbedaan angka kejadian infeksi maternal maupun neonatal atau parameter laboratorium termasuk luaran fetus dalam hal APGAR Score, pH darah dan keperluan perawatan intensif. Ada pendapat yang menyatakan bahwa Water Birth menyebabkan risiko infeksi oleh karena berendam dalam air yang tidak steril dan ibu dapat mengeluarkan kotoran saat mengedan dalam kolam air. Namun penelitian menunjukkan
bahwa
traktus
intestinal
bayi
mendapatkan
keuntungan dari paparan ini. Kelahiran tersebut dan diri kita sendiri tidak steril. Sekresi vagina blood slim, cairan amnion, dan
feses ibu ketika bayi masuk ke dalam rongga panggul, keseluruhannya tidak steril. Jika ibu dalam keadaan persalinan kala aktif, air tidak akan masuk ke jalan lahir sewaktu ibu ada dalam kolam. Air dapat masuk ke vagina, namun tidak dapat masuk ke vagina bagian dalam, ke serviks maupaun uterus. Penyakit infeksi tertentu, akan mati segera ketika kontak dengan air. Salah satu cara yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi adalah menggunakan pompa pengatur agar air tetap bersikulasi dengan filter/penyaring air sehingga jika air terminum tidak beresiko infeksi. Kolam yang sudah disterilkan kemudian akan diisi air yang suhunya
sekitar
32-370 disesuaikan
dengan
suhu
tubuh
juga
harus
di
Swiss
( Rhudy,2011 ). 2. Perdarahan Postpartum Risiko
perdarahan
dipertimbangkan.
pada
Walaupun
ibu
dan
comparative
bayi study
menunjukkan suatu hal yang positif, namun penelitian lain di Inggris tidak menemukan adanya perbedaan yang bermakna antara metode Water Birth dengan metode persalinan lainnya. Penyedia layanan Water Birth yang tidak berpengalaman akan sukar menilai jumlah perdarahan post partum, sementara metode penanganannya telah berkembang dengan baik. Hal ini menyebabkan sejumlah penyedia layanan lebih memilih melahirkan plasenta di luar kolam seperti di The University of Michigan Hospital (Rhudy, 2011 ).
3. Trauma Perineum Penggunaan
episiotomy pada
Water Birth
8,3% tidak
menunjukkan laserasi perineum derajat tingkat III dan IV dan 25,7%, pada land birth menunjukkan kejadian laserasi perineum derajat tingkat III dan IV dengan angka penggunaan episiotomi lebih tinggi. A Cochrane review oleh Cluett et all, membuktikan bahwa ada resiko terjadi trauma perineum pada persalinan dengan Water Birth, namun tidak terdapat perbedaan yang bermkana pada luaran klinik dalam hal trauma perineum. Pada penelitian tahun 1991-1997 Obstetrics and Gynecology of Cantonal Hospital of Frauenfeld, Switzerland membandingkan 3 group persalinan pervaginam: water birth, Maia-birthing stool, dan bedbirth mendapatkan angka kejadian episiotomy 12,8% pada water birth 27,7% pada Maia-birthing stool, dan 34,5% pada bedbirth. Ini secara statistic sangat bermakna. Disamping angka episiotomy bedbirth terjadi paling tinggi juga menunjukkan derajat laserasi perineum III dan IV (4,1%) ( Rhudy,2011 ). b.) Risiko Neonatal Terdapat risiko penting secara klinik pada bayi, termasuk masalah pernapasan rupture tali pusat disertai perdarahan, dan penularan infeksi melalui air (Rhudy,2011).
1.
Terputusnya Tali Pusat Mekanisme terputusnya tali pusat ini terjadi ketika bayi lahir sesegera mungkin dibawa ke permukaan air tidak sedara “gentle”, jika tali pusat pendek akan dapat mengakibatkan tegangan yang berlebihan pada tali pusat. Suatu review yang mengidentifikasi 16 artikel, melaporkan adanya 63 komplikasi neonatal diakibatkan oleh water birth, salah satu diantaranya adalah masalah putusnya tali pusat. Kasus terputusnya tali pusat kemungkinan disebabkan oleh terlalu cepat mengangkat bayi kepermukaan sehingga menyebabkan tarikan cepat dari tali pusat yang melampaui panjang tali dibandingkan biasanya( Rhudy,2011 ).
2.
Infeksi Risiko infeksi terjadi pada water birth. Infeksi saluran pernapasan pada bayi yang dilahirkan secara water birth jarang terjadi namun resiko ini tetap harus diperhitungkan. Sejumlah kasus yang mungkin membahayakan bayi antara lain infeksi herpes, perdarahan luas, dan berbagai infeksi lainnya. Metode water birth tidak direkomendasikan pada bayi preterm. Berdasarkan laporan kasus yang dipublikasikan, infeksi P.aeruginosa didapatkan pada bayi preterm. Berdasarkan laporan kasus yang dipublikasikan infeksi P.aeruginosa didapatkan pada swab telinga dan umbilicus bayi yang lahir dengan water birth (Rhudy,2011 ).
3.
Hipoksia Tali pusat secara terus menerus akan menyediakan darah beroksigen, sambil bayi merespon stimulasi baru yaitu pertama kali mengisi paru-parunya dengan udara. Penundaan pengkleman dan pemotongan tali pusat sangat bermanfaat dalam proses transisi bayi untuk hidup di luar uterus. Ini akan memaksimalkan fungsi perfusi jaringan paru. Garland (2000) tidak merekomendasikan pemotongan dan pengkleman tali pusat sampai bayi mencapai permukaan air disebabkan oleh meningkatnya risiko hipoksia. Hipoksia bayi akan mengganggu baby’s dive reflex, yang mengakibatkan penekanan respon menelan sehingga akan menimbulkan bayi menghirup air selama proses water birth. Odent (1998) merekomendasikan pengkleman tali pusat 4-5 menit setelah persalinan. Namun menurut Austin, Bridges, Markiewicz and Abrahamson (1997) penundaan pengkleman tali pusat dapat mengakibatkan polistemia. Berdasarkan hipotesa bahwa air hangat mencegah vasokonstriksi tali pusat sehingga banyak darah ibu tertransfer ke bayi (vasokontriksi terjadi ketika kontak dengan udara) ( Rhudy, 2011 ).
4. Aspirasi Air dan Tenggelam Secara teoritis risiko terjadinya aspirasi air pada water birth sekitar 95%. Risiko masuknya air ke dalam paru-paru bati dapat dihindari dengan mengangkat bayi yang lahir sesegera mungkin ke permukaan air. Pemanjangan fase berendam mengakibatkan kekurangan oksigen
emboli air dan perdarahan. Air hangat mencegah pembekuan darah setelah persalinan dan juga risiko infeksi (Rhudy,2011 ). d. Patofisiologi 1. Pengurangan Rasa Nyeri Keuntungan yang diperoleh dengan motede persalinan ini adalah berkurangnya rasa nyeri ketika persalinan berlangsung. Hal ini disebabkan oleh keadaan sirkulasi darah uterus yang menjadi lebih baik, berkurangnya tekanan abdomen, serta meningkatnya produksi endorphin (stress related hormone) ( Rhudy,2011) Berendam dalam air selama persalinan akan mengurangi tekanan pada abdomen ibu, dan mengapung mengakibatkan kontraksi uterus lebih efisien dan sirkulasi darah lebih baik. Ini menyebabkan sirkulasi dan oksigenasi darah otot uterus menjadi lebih baik. Persalinan dalam air memberi keleluasaan ibu untuk bergerak bebas, dapat member rasa lebih rileks dan nyaman sehingga ibu hamil mampu berkonsentrasi pada persalinannya dan oleh karena itu kondisi ibu nyaman, maka sirkulasi darah dan oksigen dari plasenta ke janin berlangsung lebih baik, suhu tubuh bayi menjadi hangat sesuai suhu tubuh ibu. Suhu tubuh yang baik ini akan mempengaruhi oksigenasi bayi, sehingga bayi mampu beradaptasi terhadap lingkunagn di luar rahim dengan baik (Rhudy,2011 ). Air hangat dan tekanan dari pusaran air kolam tersebut merupakan salah satu sumber penghilang rasa sakit selama persalinan
dengan jalan mengurangi beban gravitasi secara alami, sehingga ibu hamil dapat berubah posisi tanpa beban saat berendam di air. Berendam dalam air hangat dapat merangsang respon fisiologi pada ibu hamil, sehingga dapat mengurangi nyeri termasuk redistribusi volume darah, yang mana akan merangsang pelepasan oksitosin dan vasopressin, sehingga akan meningkatkan level oksitosin dalam darah. Selain itu ada hipotesa yang menyatakan bahwa air hangat akan
dapat
menyebabkan
merelaksasi peningkatan
otot-otot
dan
pelepasan
mental
selanjutnya
katekolamin,
yang
memungkinkan peningkatan perfusi, relaksasi dan kontraksi uterus, sehingga dapat mengurangi nyeri kontraksi dan pemendekan fase persalinan (Rhudy,2011). 2. Pengurangan Risiko Aspirasi Ada beberapa faktor yang mencegah bayi menghirup air sewaktu bersalin. Pertama, terdapat faktor penghambat yang secara normal ada pada setiap bayi. Bayi dalam kandungan mendapatkan oksigen dari plasenta melalui tali pusat dan bernapas dengan menggerakkan otot-otot intercostal dan diaphragma dengan pola teratur sejak usia kehamilan 10 minggu. Janin menerima oksigen selama kehamilan melalui tali pusat sampai waktu ketika tali pusat dipotong atau plasenta terlepas dari dinding rahim, rata-rata 2-10 menit setelah lahir hingga
30
menit.
Kerja
otot
diaphragma
dan
intercostals
menyebabkan lebih banyak darah mengalir ke organ vital termasuk
otak sehingga dapat dilihat penurunan Fetal Beat Movement (FBM) pada profil biofisik. Pada 24-48 jam sebelum onset persalinan spontan, bayi mengalami peningkatan level prostaglandin E2 dari plasenta yang menyebabkan perlambatan dan penghentian gerakan napas. Secara normal terlihat pergerakan otot kira-kira 40%. Ketika bayi lahir dan level prostaglandin masih tinggi, otot bayi untuk pernapasan sederhana belum bekerja, hal tersebut merupakan respon penghambatan pertama ( Rhudy,2011 ). Respon penghambat kedua adalah fakta bahwa bayi-bayi yang lahir mengalami hipoksia akut atau kekurangan oksigen, ini merupakan respon proses kelahiran.Hipoksia menyebabkan apnea dan menelan bukan bernapas ataupun mengap-mengap. Jika janin mengalami kekurangan oksigen berat dan lama, maka mengapmengap dapat terjadi setelah lahir, mungkin air akan terhirup ke dalam
paru-paru.
Jika
bayi
bermasalah
selama
persalinan,
variabilitasnya akan melebar yang tercatat pada Fetal Heart Rate, hal ini mengakibatkan prolonged bradicardia, sehingga penolong akan meminta ibu untuk meninggalkan kolam sebelum bayi lahir ( Rhudy,2011 ). Faktor ketiga yang menghambat bayi dalam pernapasan ketika berada di dalam air adalah perbedaan temperatur. Temperatur air dibuat sesuai temperatur badan ibu. Temperatur air kolam serupa dengan cairan amnion yang dapat menjadi faktor penghambatan.
Penelitian terbaru dan observasi di Jerman, Jepang, dan Rusia member kesan bahwa temperatur rendah pada waktu lahir berkontribusi pada vigorous baby. Cairan paru diproduksi dalam paru-paru dan secara kimia menyerupai cairan lambung. Cairan ini akan keluar melalui mulut dan ditelan oleh janin. Bayi baru lahir sangat cerdas dan dapat mendeteksi substansi apa yang mengenainya, dapat membedakan antara cairan amnion, air, susu, dan ASI yang diakibatkan oleh adanya Dive Reflex. Pada kondisi bayi normal (dilihat dari monitoring Fetal Heart Rate selama persalinan), kombinasi faktor-faktor tersebut mencegah bayi bernapas di dalam air sampai bayi berada di atas permukaan air, dimana akan merangsang mammalian diving reflex yang berhubungan dengan tekanan udara daerah nervus trigeminus wajah. Pada pernapasan bayi pertama kali terjadi adalah dengan merubah sirkulasi bayi, penutupan shunt pada jantung, membuat sirkulasi pulmonal, merubah tekanan pada paru-paru, mendorong cairan keluar yang akan mempersiapkan ruangan paru-paru dan mengijinkan pertukaran oksigen dan karbondioksida. Proses ini memerlukan beberapa menit untuk memulai secara lengkap. Selama waktu tertentu bayi masih menerima oksigen dari tali pusat. Tidak ada ancaman bahwa bayi akan menghirup air selama proses kelahiran karena factor pencetus untuk menghirup oksigen tidak aka nada sampai kepala bayi kontak dengan udara (Rhudy,2011 ).
3. Pemendekan Fase Persalinan Persalinan dalam air kadangkala dihubungkan dengan penurunan intensitas kontraksi, sehingga menyebabkan perlambatan persalinan. Tidak ada bukti kuat kriteria kapan saat yang tepat untuk berendam pada persalinan kala I, sehingga persalinan awal akan lebih baik jika ditangani dengan mobilisasi daripada berendam. Ada juga laporan bahwa air kadang-kadang memberi efek melambatkan bahkan menghentikan persalinan jika digunakan terlalu dini dan banyak dilaporkan bahwa kontraksi kurang efektif jika ibu berendam terlalu awal ( Rhudy,2011). 4. Pengurangan Perdarahan Postpartum Hilangnya darah ibu selama water birth sangat sedikit. Rata-rata darah yang hilang pada water birth 5,26 g/l secara bermakna lebih rendah daripada land birth 8,08 g/l. Kehilangan darah pada persalinan ini sukar dinilai terutama jika diakibatkan oleh penolong yang kurang berpengalaman pada persalinan dalam air (Rhudy,2011 ). e. Indikasi dan Kontraindikasi 1.Syarat-syarat a. Ibu hamil resiko rendah b. Ibu hamil tidak mengalami infeksi vagina saluran kencing dan kulit c. Tanda vital ibu dalam batas normal dan CTG bayi normal (baseline, variabilitas dan ada akselerasi)
d. Idealnya, air hangat digunakan untuk relaksasi dan penanganan nyeri setelah dilatasi serviks mencapai 4-5 cm e. Pasien setuju mengikuti instruksi penolong, termasuk keluar dari kolam tempat berendam jika diperlukan (Rhudy, 2011). 2. Kriteria / Indikasi a. Merupakan pilihan ibu b. Kehamilan normal ≥ 37 minggu c. Fetus tunggal presentasi kepala d. Tidak menggunakan obat-obat penenang e. Ketuban pecah spontan < 24 jam f. Kriteria non klinik seperti staf atau peralatan g. Tidak ada komplikasi kehamilan (preeklampsia, gula darah tak terkontrol, dll) h. Denyut jantung normal i. Cairan amnion jernih j. Persalinan spontan atau setelah menggunakan misoprostol atau pitocin (Rhudy,2011). 3. Kontra Indikasi a. Infeksi yang dapat ditularkan melalui kulit dan darah b. Infeksi dan demam pada ibu c. Herpes genitalis d. HIV, Hepatitis e. Denyut jantung abnormal
f. Perdarahan pervaginam berlebihan (Rhudy,2011). f. Prosedur Persalinan 1. Beberapa instrument essential yang harus dipersiapkan pada persalinan dengan metode water birth antara lain: a. Termometer air b. Termometer ibu c. Doppler anti air d. Sarung tangan e. Apron f. jaring untuk mengangkat kotoran g. Alas lutut kaki, bantal, instrument partus set h. Shower air hangat, portable/permanent pool i. Handuk, selimut j. Warmer dan peralatan resusitasi bayi (Rhudy, 2011). 2. Selama Berlangsungnya Persalinan a.) Ibu masuk berendam ke dalam air direkomendasikan saat pembukaan 4-5 cm dengan kontraksi uterus baik, ibu dapat mengambil posisi persalinan yang disukainya. b.) Volume air di dalam kolam berada di bawah pusar ibu, di isi air dengan suhu tubuh sekitar 37º C (sesuai dengan suhu air ketuban dalam rahim).
c.) Observasi dan monitoring antara lain: 1. Fetal Heart Rate (FHR) dengan doopler atau fetoskop setiap 30 menit selama persalinan kala I aktif, kemudian setiap 15 menit selama persalinan kala II. Auskultasi dilakuakn sebelum, selama, setelah kontraksi. 2. Penipisan
dan
pembukaan
serviks
dan
posisi
janin.
Pemeriksaan vagina (VT) dapat dilakukan di dalam air atau pasien di minta sementara keluar dari air untuk diperiksa. 3. Status ketuban, jika terjadi rupture ketuban, periksa FHR dan periksa adanya prolaps tali pusat. Jika cairan ketuban mekonium pasien harus meninggalkan kolam. 4. Tanda vital ibu diperiksa setiap 3 jam, dengan suhu setiap 2 jam (atau jika diperlukan). Jika ibu mengalami pusing, periksa vital sign, ajarkan ibu mengatur napas selama kontraksi . 5. Dehidrasi ibu. Dehidrasi dibuktikan dengan adanya takikardi ibu dan janin dan peningkatan suhu badan ibu. Jika tanda dan gejala dehidrasi terjadi, ibu diberikan cairan. Jika tidak berhasil pasang infus ringer laktat (RL) (Rhudy, 2011). d.) Manajemen Kala II 1. Mengedan seharusnya secara fisiologis. Ibu diperkenankan mengedan spontan, risiko ketidakseimbangan oksigen dan karbondioksida dalam sirkulasi maternal-fetal berkurang, dan juga akan dapat melelahkan ibu dan bayi.
2. Persalinan, bila mungkin metode “hand off”. Ini akan meminimalkan stimulasi. 3. Tidak diperlukan palpasi tali pusat ketika kepala bayi lahir, karena tali pusat dapat lepas dan melonggar ketika bayi lahir. Untuk meminimalkan risiko tali pusat terputus dengan tidak semestinya hindari tarikan ketika kepala bayi ke permukaan air. Tali pusat jangan diklem dan dipotong ketika bayi masih ada di dalam air. 4. Bayi seharusnya lahir lengkap dalam air. Kemudian sesegera mingkin dibawa kepermukaan. Pada saat bayi telah lahir kepala bayi berada diatas permukaan air dan badannyamasih di dalam air untuk menghindari hipotermia. Sewaktu kepala bayi telah berada di atas air, jangan merendamnya kembali (Rhudy,2011). e.) Manajemen Kala III 1. Manajemen aktif dan psikologi tetap diberikan sampai ibu keluar kolam. 2. aat manajemen aktif kala III, syntometrine dapat diberikan. 3. Estimasikan perdarahan. 4. Penjahitan perineum dapat di tunda sekurang-kurangnya 1 jam untuk menghilangkan retensi air dalam jaringan (jika perdarahan tidak berlebihan) (Rhudy,2011).
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu
objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.(Notoatmodjo,2007:143). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting utuk terbentuknya tindakan seseorang.(Notoatmodjo,2003 : 127). Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai tingkatan, yaitu: 2) Tahu (Know) Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali suatu hal terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2.) Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar
tentang
okbjek
yang
diketahui,
dan
dapat
menginterpretasikan materi terrsebut secara benar. 3.) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagaii kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
4). Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5). Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan
bagian-bagian
di
dalam
suatu
bentuk
keseluruhan yang baru. 6). Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan : 1. Usia Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan
verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup : a)
Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.
b)
Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. (Notoamodjo, 2007). Menurut teori perkembangan psikososial yang dikutip oleh wheley
dan wong’s (1999), tahap perkembangan manusia menurut umur (dewasa) dibagi menjadi 3 tahap yaitu : 1. Early adult hood (21-35 tahun) Pada masa awal ini, hubungan social utama seseorang sudah terfokus pada partner dalam hubungan teman dan seks (perkawinan). Karakteristik dan krisis psikososial terjadi pada masa ini adalah “keintiman vs isolasi, dimana bila masa ini dapat dilewati dengan baik akan meningkatkan kemampuan membentuk hubungan dekat dan membuat komitmen tentang kehidupan. 2. Young and middle adult hood (36-45tahun) Pada masa dewasa pertengahan ini, hubungan social seseorang terfokus pada pembagian tugas antara bekerja dengan rumah tangga dan pada masa ini emosi sudah mulai stabil. Karakteristik dari psikososial yang terjadi pada masa ini adalah “generation vs konsentrasi diri”, dimana
bila masa ini dapat dilewati dengan baik akan meningkatkan kemampuan dalam memikirkan keluarga, masyarakat dan generasi mendatang. 3. Later adult hood (> 45 tahun) Pada masa dewasa akhir ini, hubungan kemasyarakatan dalam kelompoknya. Pada masa ini emosi seseorang cenderung relatif stabil dengan motivasi untuk hidup dan berkarier serta membantu sesama dengan baik. Karakteristik dari psikososial yang terjadi pada masa ini adalah “keluhan vs kepuasan”, dimana bila masa ini dapat dilewati dengan baik akan meningkatkan kesadaran akan terpenuhnnya kebutuhan/ kehidupan seseorang dari perasaan puas dan siap menghadapi masa lanjut usia serta kematian. 2. Pendidikan Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan, khususnya dalam pembentukan prilaku semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi kesadaran seseorang tentang sesuatu hal dan semakin matang pertimbangan seseorang dalam mengambil keputusan . (Notoadmojo, 2005). Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa tingkat pendidikan merupakan landasan
seseorang dalam berbuat sesuatu. Pendidikan
responden yang mayoritas tinggi dapat mempengaruhi pengetahuan dalam pembentukan sikap mereka tentang tindakan persalinan. Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung seumur
hidup. Makin tinggi pendidikan seseorang, makin tinggi pula kesadarannya tentang hak yang dimilikinya, kondisi ini akan meningkatkan tuntutan terhadap hak untuk memperoleh informasi, hak untuk menolak/menerima pengobatan yang ditawarkan (Notoatmodjo, 2007). Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Sisdiknas, 2003). Sisdiknas (2003) mengklasifikasikan pendidikan menjadi pendidikan formal dan non formal, jenjang pendidikan formal terdiri dari : a) Tinggi
: Akademi dan Perguruan Tinggi (S1)
b) Menengah
: SMA
c) Dasar
: SD/ MIN dan SMP
3. Pekerjaan Pekerjaan ibu adalah kegiatan rutin sehari-hari yang dilakukan oleh seorang ibu dengan maksud untuk memperoleh penghasilan. Setiap pekerjaan apapun jenisnya, apakah pekerjaan tersebut memerlukan kekutan otot atau pemikiran, adalah beban bagi yang melakukan. Beban ini dapat berupa beban fisik, beban mental, ataupun beban social sesuai dengan jenis pekerjaan si pelaku. Kemampuan kerja pada umumnya diukur dari ketrampilan dalam melaksanakan pekerjaan. Semakin tinngi
ketrampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja, semakin efisien badan (anggota badan), tenaga dan pemikiran (mentahnya) dalam melaksanakan pekerjaan. Penggunaan tenaga dan mental atau jiwa yang efisien, berarti beban kerjanya relative mudah (Notoatmodjo, 2007). d. Lingkungan Faktor lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. (Notoatmodjo, 2007). e. Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya. f. Informasi Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesanpesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut (Notoatmodjo, 2007). g. Sosial Budaya dan Ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2007).
D. Kerangka Teoritis Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu hamil adalah sebagai berikut: Notoatmodjo,S.2007: -
Usia
-
Pendidikan
-
Pekerjaan
-
Lingkungan
-
Pengalaman
-
Informasi
-
Sosial Budaya dan
Pengetahuan
Ekonomi
Gambar 2.1 Kerangka Teoritis
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lain dari masalah yang ingin diteliti. Konsep tidak dapat diukur dan diubah secara langsung agar dapat diamati dan diukur maka konsep tersebut harus digambarkan (Notoadmojo, 2002). Karena keterbatasan waktu maka peneliti hanya mengambil tiga variabel yaitu pendidikan, pekerjaan dan informasi.
Variable Independen
Variabel Dependen
Pendidikan
Pekerjaan
Pengetahuan ibu hamil
informasi
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
B. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No
Variabel
Definisi 0perasional
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Skala ukur
Menyebar kuesioner dengan ktiteria: -Tinggi: x ≥ 6,25 -Rendah: x < 6,25
Kuesi oner
- Tinggi - Rendah
Ordinal
Menyebar kuesioner dengan kriteria: - Tinggi : Akademi dan Perguruan tinggi - Rendah : SMA/ sederajat - Dasar : SD,SMP/ sederajat Menyebar kuesioner dengan kriteria: - Bekerja: PNS dan Swasta,dll - Tidak Bekerja: Ibu rumah
Kuesi oner
- Tinggi - Menengah - Dasar
Ordinal
Kuesi oner
- Bekerja - Tidak Bekerja
Ordinal
Variabel Dependen 1
Pengetahuan Segala sesuatu yang memberi pengetahuan kepada ibu hamil tentang persalinan water birth
Variable Independen 1
Pendidikan
Jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh responden dibuktikan dengan ijazah
2
Pekerjaan
Aktifitas seseorang menghasilkan pendapat
3
Informasi
Segala hal yang didapat oleh responden baik melalui audio/ visual
tangga Menyebar kuesioner
Kuesi oner
- Pernah - Tidak pernah
C. Hipotesa 1. Ho: Tidak ada hubungan antata pendidikan dengan pengetahuan tentang Persalinan Water Birth di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam. 2. Ho: T idak ada hubungan antara pekerjaan dengan pengetahuan tentang Persalinan Water Birth di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam. 3. Ho: Tidak ada hubungan antara informasi dengan pengetahuan tentang Persalinan Water Birth di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam.
Ordinal
BAB IV METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah dengan menggunakan Analitik dengan menggunakan pendekatan cross secctional yaitu variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini dikumpulkan dalam waktu bersamaan untuk mengetahui Hubungan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh 2013. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang berkunjung di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh 2013 pada bulan Juni sebanyak 56 orang. 2. Sampel Menurut Notoatmodjo (2005) sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 32 sampel dalam bentuk Accidental Sampling.
C. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat
Penenlitian ini dilakukan di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh. 2. Waktu Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 19 Agustus sampai 27 Agustus 2013. D. Instrumen Pertanyaan yang berjumlah 10 untuk pengetahuan, 2 untuk informasi, 1 untuk pekerjaan dan 1 untuk pendidikan. E. Teknik Pengumpulan Data 1. Data Primer Data primer diperoleh langsung dari responden melalui penyebaran kuesioner penelitian. 2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari data Puskesmas Kuta Alam. F. Pengolahan Data Menurut Budiarto (2001) pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam penelitian. Oleh karena itu, harus dilakukan dengan baik dan benar. 1. Editing adalah kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir kuesioner sehingga jawaban sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten. 2. Coding yaitu kegiatan merubah dan berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan. 3. Tabulating yaitu data yang telah dikumpulkan ditabulasi dalam bentuk table distribusi frekuensi.
4. Analisis yaitu data yang sudah dikumpulkan dan di- entry, dianalisis menggunakan uji statistik. G. Analisa Data Setelah dilakukan pengumpulan data maka analisis data yang akan dilakukan dengan menggunakan program computer yaitu program Statistical Program For Social Science (SPSS) versi 16.00 yang akan dilakukan secara statistik deskriptif. Analisi data yang dilakukan meliputi : 1. Analisa Univariat Analisa Univariat dilakukan terhadap tiap – tiap variable dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005) kemudian ditentukan presentase (p) dengan menggunakan Rumus sebagai berikut : P=
100 %
Keterangan : P : Presentase f : Frekuensi yang teramati n : Jumlah sampel 2. Analisa Bivariat Analisa Bivariat merupakan hasil dari variable independen yang diduga mempunyai hubungan dengan variable dependen. Analisa yang digunakan adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistik dengan menggunakan uji data chi- square test pada tingkat kemaknaanya adalah 95% (p<0,05), sehingga dapat diketahui ada tidaknya hubungan yang
bermakna secara statistik dengan menggunakan program perhitungan uji chisquare selanjutnya ditarik suatu kesimpulan bila P lebih kecil dari alpha (P<0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, menunjukkan ada hubungan bermakna antara variable dependent dengan variable independent.
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Kuta Alam adalah puskesmas induk yang terletak dijalan Twl. Hasyim Banda Muda di Kelurahan Mulia Kecamatan Kuta Alam yang berjarak ± 2 km dari pusat Kota Banda Aceh atau ± 1,5 km dari Rumah Sakit Provinsi. Puskesmas Kuta Alam pertama kali dibangun tahun 1975, secara geografis batas wilayah kerja Puskesmas Kuta Alam adalah : 1. Sebelah Utara berbatsan dengan Selat Malaka 2. Sebelaha Timur berbatasan dengan Kec.Syiah Kuala 3. Sebelah Selatan bebatasan dengan Kecamatan Baiturrahman 4. Sebelah Barat Berbatsan dengan Kecamatan Kutaraja B. Hasil Penelitian 1. Analisa Univariat a. Pendidikan Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013 No
Pendidikan
f
%
1
Tinggi
11
34,4
2
Menengah
19
59,4
3
Dasar
2
6,2
Total
32
100
Sumber Data Primer diolahTahun 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 32 responden mayoritas ibu hamil pendidikannya pada kategori menengah sebanyak orang 19 (59,4%). b. Pekerjaan Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013 No
Pekerjaan
f
%
1
Berkerja
10
31,2
2
Tidak Berkerja
22
68,8
3
Total
32
100
Sumber Data Primer diolahTahun 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 32 responden yang mempunyai tidak berkerja sebanyak 22 orang (68,8%). c. Pengetahuan Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013 No
Pengetahuan
F
%
1
Tinggi
15
46,9
2
Rendah
17
53,1
Total
32
100
Sumber Data Primer diolahTahun 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 32 responden yang pengetahuannya tinggi sebanyak 15 orang (46,9%). d. Informasi Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013 No
Informasi
F
%
1
Pernah
25
78,1
2
Tidak Pernah
7
21,9
Total
32
100
Sumber Data Primer diolahTahun 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 32 responden yang informasi berada pada kategori pernah sebanyak 25 orang (78,1%). 2. Analisa Bivariat a. Hubungan Pendidikan Dengan Pengetahuan Water Birth Tabel 5.5 Hubungan Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalina Water Birth Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013
Pendidikan
Tinggi Menegah Dasar Total
Pengetahuan Rendah Tinggi f % f % 5 45,5 6 54,5 11 57,9 8 42.1 1 50 1 50 17 53,1 15 46,9
Total F % 11 100 19 100 2 100 32 100
Sumber Data Primer diolahTahun 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 19 responden yang pendidikanya Menengah ternyata pengetahuannya rendah sebanyak 11
orang (57,9%), yang pendidikannya dasar pengetahuannya berada dalam kategori tinggi sebanyak 6 orang (50%), dan yang 1 pendidikannya tinggi ternyata pengetahuannya berada dalam kategori rendah sebanyak 1 orang (50%). Hasil uji statistik ternyata ada 2 cell yang E < 5 maka table diatas menjadi 2x2 tinggi – menengah. Pendidikan
Menengah Tinggi Total
Pengetahuan Rendah Tinggi f % f % 12 57,1 9 42,9 5 45,5 6 54,5 17 53,1 15 46,9
Total f 21 11 32
% 100 100 100
p value
0,798
Sumber Data Primer diolahTahun 2013
Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,798 berarti tidak ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth, maka maka hipotesa dalam penelitian ini tidak terbukti atau ditolak. b. Hubungan Pekerjaan Dengan Pengetahuan Water Birth Tabel 5.6 Hubungan Pekerjaan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalina Water Birth Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013
Pekerjaan
Bekerja Tidak bekerja Total
Pengetahuan Rendah Tinggi f % f % 7 70 3 30 10 45,5 12 54,5 17 53,1 15 46,9
Total F 10 22 32
p value % 100 100 100
0,265
Sumber Data Primer diolahTahun 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 22 responden yang tidak berkerja ternyata pengetahuanya tinggi sebanyak 12 orang (54,5%),
dari 10 responden yang berkerja ternyata yang pengetahuannya rendah sebanyak 7 orang (70%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,265 berarti tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth, maka hipotesa dalam penelitian ini tidak terbukti atau ditolak. c. Hubungan Informasi Dengan Pengetahuan Water Birth Tabel 5.7 Hubungan Informasi Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalina Water Birth Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013
Informasi
Pernah Tidak pernah Total
Pengetahuan Rendah Tinggi f % f % 14 56 11 44 3 42,9 4 57,1 17 53,1 15 46,9
Total F 25 7 32
p value % 100 100 100
0,678
Sumber Data Primer diolahTahun 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 25 responden yang informasinya dalam kategori pernah ternyata sebanyak 14 responden (56%) yang
pengetahuannya rendah, dari 7 responden yang
informasinya dalam kategori tidak pernah sebanyak 4 orang (57,1%) yang pengetahuannya tinggi. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,678 berarti tidak ada hubungan antara informasi dengan pengetahuan ibu hamil tantang persalinan water birth, maka hipotesa dalam penelitiannya ini tidaak terbukti atau ditolak. C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan melakukan analisa tentang faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth di puskesmas kuta alam. 1. Hubungan Pendidikan Dengan Pengetahuan Water Birth Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 19 responden yang pendidikanny Menengah ternyata pengetahuannya rendah sebanyak 11 orang (57,9%), yang pendidikannya dasar
pengetahuannya berada
dalam kategori tinggi sebanyak 6 orang (50%), dan yang 1 pendidikannya tinggi ternyata pengetahuannya berada dalam kategori rendah sebanyak 1 orang (50%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,798 berarti tidak ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth, maka hipotesa dalam penelitian ini tidak terbukti atau ditolak. Hasil penelitian Andi, (2010) menyatakan hubungan antara pendidikan dengan pengetahauan seseorang karena semakin tinggi pendidikannya semakin tinggi tingkat pengetahuanya dengan p value 0,002. Penelitian ini sesuai dengan pernyataan teori Moorman (2003) Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat mempermainkan peranan
dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan datang. Menurut asumsi peneliti tidak semua hasil penelitian orang lain itu sama dengan peneliatian lainnya, karena menurut hasil penelitian yang sudah peneliti lakukan, tidak didapatkan hubungan antara pendidikan dengan penegtahuan ibu hamil tentang pelaksanaan water birth karena pendidikan di dapat dari jenjang sekolah dengan masing-masing latar belakang sedangkan pengetahuan di peroleh dari pengalaman dan lingkungan seseorang. 2. Hubungan Pekerjaan Dengan Pengetahuan Water Birth Berdasarkan
hasil
penelitian
diketahui
bahwa
dari
22 responden yang tidak berkerja ternyata pengetahuanya tinggi sebanyak 12 orang (54,5%), dari 10 responden yang berkerja ternyata yang pengetahuannya rendah sebanyak 7 orang (70%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,265 berarti tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth, maka hipotesa dalam penelitian ini tidak terbukti atau ditolak. Menurut hasil penelitian Jouhari (2009), tidak adanya hubungan antara pekerjaan dengan pengetahuan, karena pekerjaan dapat membatasi seseorang dalam mencari dan mendapatkan informasi selain dari hal yang berhubungan dengan yang dialaminya sehari – hari.
Penelitian ini sesuai dengan pernyataan teori Manuaba (2003), perkejaan adalah suatu aktivitas yanag dilakukan baik dalam bentuk positif maupun nengatif dalam segala bidang yangmembeuta kesibukan bagi seseorang. Menurut asumsi peneliti tidak adanya hubungan pekerjaan dengan pengetahuan karena perkejaan membuat seseorang terfokus pada hal – hal yang sering ia alami sehari – hari. Seperti pekerjaan ibu rumah tangga yang fokus terhadap pekerjaan - pekerjaan yang berada di dalam rumah dan sekitarnya, sedangkan kantor berfokus pada pekerjaan kantor yang menjadi tugasnya. 3. Hubungan Informasi Dengan Pengetahuan Water Birth Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 25 responden yang informasinya dalam kategori
pernah ternyata sebanyak 14
responden (56%) yang pengetahuannya rendah, dari 7 responden yang informasinya dalam kategori tidak pernah sebanyak 4 orang (57,1%) yang pengetahuannya tinggi. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,678 berarti tidak ada hubungan antara informasi dengan pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth, maka hipotesa dalam penelitiannya ini tidaak terbukti atau ditolak. Menurut
penelitian
Agustina
(2009),
mengatakan
bahwa
informasi tidakk mempengaruhi daya perkembangan rasa ingin tahu seseorang, karena informasi tanpa adanya referensi bisa menjadi suatu
data yang hanya menjadi bacaan dan penerangan saja dengan p value 0,11. Menurut teori Wawan (2006) informasi adalah data yang diolah dan dibentuk menjadi lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Informasi merupakan pengumpulan dan pengolahan data untuk memberikan keterangan atau pengetahuan. Maka dengan demikian sumber
informasi
adalah
data.
Data
adalah
kesatuan
yang
menggambarkan suatu kejadian atau kesatuan nyata. Menurut asumsi peneliti, tidak adanya hubungan antara informasi dengan pengetahuan water birth karena, informasi dapat dipengaruhi oleh perbedaan cara mengasumsi dan menerapkan kedalam kehidupan dan kedalam pemahaman perindividu. Seperti misalnya informasi yang disampaikan melalui televisi persepsi yang didapatkan bisa saja berbeda dengan seseorang yang juga melihat atau menonton televisi tersebut.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth dengan nilai p value 0,798 berarti p > 0,05. 2. Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth dengan nilai p value 0,265 berarti p > 0,05. 3. Tidak terdapat hubungan antara informasi dengan pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth dengan nilai p value 0,678 berarti p > 0,05. B. Saran 1. Diharapkan kepada peneliti agar informasi tentang water birth ini tidak hanya disampaikan melalui media elektronik saja seperti yang kita ketahui saat ini, tetapi juga bisa dilakukan sosialisasi secara langsung kepada ibu – ibu yang tidak mendapatkan informasi melalui elektronik. 2. Diharapkan
kepada
penyuluhan
kesehatan
ibu
hamil
untuk
menyampaikan informasi tentang proses melahirkan di dalam air secara benar, sehingga informasi yang di dapat oleh ibu- ibu benar dan ibu – ibu tidak merasa khawatir atau ragu untuk melahirkan didalam air.
`
DAFTAR PUSTAKA
Alfirevic, Z., et al.(2006). Immersion in water during labour and birth (Royal college ofobstetriciansand gynaecologists/Royal college of midwives joint statement no.1). http://www.scribd.com/doc/48191599/water-birth di akses pada tanggal 7 januari 2013 Bayuningrat. (2008). Artikel Water Birth. Jakarta. .(2008). Artikel Asuhan Persalinan. Jakarta. Buckley, S. Water Birth : The power of Water (Australia’s parents pregnancy).(1999);[5screens].Availableat:http://www.onyxii.com/birthson g/page.cfm?waterbirth. Accessed: August 26th, 2007. ( Diakses pada tanggal 7 Januari 2013) dari : http://bidanshop.blogspot.com/2010/04/water-birth-melahiirkan-dalamair.html College of Midwives Journal. Cook, E. (2006). Cook, E. Alternative birthing methods.2006;[5 screens]. Available at:http://www.americanpregnancy.org. Accessed: July 1st, 2007.Cunningham, Gary. 2005. Obstetri Williams. Jakarta: EGC. Febrina. (2010). Artikel Melahirkan dalam Air. Diakses dari http://bidanshop.blogspot.com/2010/04/water-birth-melahiirkan-dalamair.html pada tanggal 7 januari 2013 Fraser, Diane M. (2009). Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC. Garland, D., Choo, YP, Coe, M. (2004).In the use of water in labour and birthThe royal college of midwives. http://www.scribd.com/doc/48191599/water-birth di akses pada tanggal 7 januari 2013 Harper, B. (2003).In taking the plunge: reevaluating waterbirth temperature guidelines MIDIRS.http://www.scribd.com/doc/48191599/water-birth. di akses pada tanggal 7 januari 2013 J.PediatricsSingh U, Schereiner A, Macdermott R, Johnston D, Seymour J, Garland D, Davidson J.(2006).Guidelines for Water Birth within the midwifery led unit and at home (Dartfordand Gravesham-NHS Trust). Kassim Z, Sellars M, Greenough A.(2005). In underwater birth and neonatal respiratory distress(Departement of child health, guy’s, king’s and st
thomas’ school ofmedical, king’s college hospital). London SES9RS, Departement of radiology, King’s college hospital. http://www.scribd.com/doc/48191599/water-birth Manuaba, Ida Bagus Gede. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC. Marseno, Rhudy. (2011). Water Jakarta.www.scribd.com/doc/48191599/water-birth diakses Januari 2013
Birth. tanggal 9
McFarland JA.(2007). In waterbirth–myths vs realities. Diakses pada tanggal 7 januari 2013 di http://www.scribd.com/doc/48191599/water-birth Minerva GinecolThoni A, Zech N, Moroder L. (2005) . In water birth and neonatal infection experience with 1575deliveries in water (Abstract). http://www.scribd.com/doc/48191599/water-birth di akses pada tanggal 7 januari 2013 Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Prilaku. Jakarta.Rineka Cipta. .(2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. .(2007). Ilmu Prilaku Kesehatan. Jakarta.Rineka Cipta. OGCCU. (2007). In water therapy – pain management in labour (Clinical guidelines-obstetrics and midwifery guidelines). http://www.scribd.com/doc/48191599/water-birth di akses pada tanggal 7 januari 2013 Prawirohardjo, Sarwono. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Schroeter K. (2004). In water births:a naked emperor (departement of pediatrics, division ofperinatal-neonatal medicine). http://www.scribd.com/doc/48191599/water-birth Suparyanto. (2010). Konsep Dasar Persalinan (Partus). Jakarta. Diakses http://by-one.blogspot.com/2010/07/konsep-dasar-persalinan-partus.html pada tanggal 28 Desember 2012
Tirtarahardja,La Sulo. (2008). Pengantar Pendidikan,Rineka Cipta. Jakarta. Dikutip dari :http://blog.unsri.ac.id/riski02/pengantar-pendidikan/sisdiknas-menurut-uu-no-20-tahun-2003-/mrdetail/14736/ (pada tanggal 3 Februari 2013).
Tiyani, Sulis. (2012). Artikel Water Birth. Dikutip pada tanggal 28 Desember 2012 dari :http://midewifehomes.blogspot.com/2012/07/water-birth.html Whaley dan Wong’s, (1999). Nursing Care Of Infant and Children. Fifth Edition, mosby Year Book, Missouri. Zanetti RD, Lapaire O, Maertens A, Holzgreve W, HosliI. Arch Gynecol Obstet (2006);274;6:355-65Wattis L.2005. In waterbirth–Myths and reality. http://www.scribd.com/doc/48191599/water-birth di akses pada tanggal 7 januari 2013
Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth, Calon Responden Penelitian Di,Tempat Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Cut Elsya Azzanie Nim
: 10010117
Adalah mahasiswi akademi kebidanan STIKes U’Budiyah yang akan mengadakan penelitian untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh ahli madya kebidanan. Adapun penelitian yang dimaksud berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013”. Untuk maksud tersebut saya memerlukan data atau informasi yang nyata dan akurat dari ibu melalui pengisian observasi yang saya lampirkan dalam surat ini. Ibu berhak berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini, namun demikian penelitian ini sangat berdampak positif terhadap kemajuan dalam bidang kebidanan bila semua pihak ikut berpartisipasi. Ibu setuju terlibat dalam penelitian ini, mohon menandatangani lembar persetujuan yang di sediakan. Kesediaan ibu menjadi responden sangat saya harapkan, atas kerja samanya saya ucapkan terimakasih.
Diploma III Kebidanan U’Budiyah Peneliti,
(Cut Elsya Azzanie)
Lampiran 2
LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertanda tangan di bawah bersedia menjadi responden yang akan di lakukan oleh mahasiswa akademi STIKes U’Budiyah Banda Aceh :
Nama
: Cut Elsya Azzanie
Nim
: 10010117
Judul
: “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013”.
Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini sangat besar manfaatnya bagi pengembangan Kebidanan di Indonesia dan Aceh khususnya. Demikian pernyataan persetujuan menjadi responden bagi saya semoga dapat dipergunakan seperlunya.
Banda Aceh, Juni 2013 Responden
(………………………)
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PERSALINAN WATER BIRTH DI PUSKESMAS KUTA ALAM BANDA ACEH 2013
I.
II.
Identitas Responden No. Responden
:
Nama Responden
:
Pendidikan 1. Berikan tanda ceklis ( ) pada kotak yang sesuai dengan criteria ibu Pendidikan terakhir :
III.
1. Dasar
( SD,SLTP/ Sederajat )
2. Menengah
( SMA/ Sederajat )
3. Tinggi
( Perguruan Tinggi/ Diploma )
Pekerjaan 1. Pekerjaan ibu : a. Ibu rumah tangga b. Swasta c. PNS d. dll (……………….)
IV.
PETUNJUK PENGISIAN Pilihlah satu jawaban yang bener menurut anda dan berikan tanda silang (x) pada jawaban tersebut.
A. Pengetahuan 1. Apa itu water birth ? a. Melahirkan caesar b. Melahirkan di dalam air c. Melahirkan di lapangan 2. Water birth baiknya dilakukan setelah dilatasi (pembukaan) mencapai? a. 9 – 10 b. 2 – 3 c. 4 – 5 3. Setelah ibu melakukan persalinan pertama melalui water birth, ketika persalinan berikutnya dapatkah ibu melakukan persalinan kembali? a. Boleh b. Tidak boleh c. Ibu tidak tahu 4. Apa keuntungan bagi ibu melakukan persalinan water birth? a. Merasa rileks b. Merasa panik c. Merasa cemas 5. Persalinan water birth dapat dilakukan pada umur kehamilan? a. 6 bulan b. 7 bulan c. 8 bulan keatas 6. Dalam persalinan water birth berapakah suhu air yang di gunakan? a. 36 C b. 37 C c. 38 C 7. Tujuan kepala bayi berada diatas permukaan air dan badan yang masih didalam air adalah untuk menghindari ?
a. Kedinginan b. Kepanasan c. Kecemasan 8. persalinan water birth merupakan persalinan yang dipilih oleh ? a. Dokter b. Perawat c. Ibu/ Keluarga 9. Kerugian ibu dari water birth dapat menimbulkan ? a. Infeksi b. Sakit Kepala c. Batuk 10. Persalinan water birth dilakukan di dalam? a. Ember b. Baskom c. Kolam B. Informasi 1. Pernahkah ibu mendengar tentang persalinan water birth? a. Pernah b. Tidak pernah c. Tidak tahu 2. Darimana ibu mendapat informasi tentang persalinan water birth? a. Teman b. Media Elektronik c. Media Cetak