HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN SUMBER INFORMASI DENGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG WATER BIRTH DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BANDA ACEH
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh
OLEH :
VERA MAHDALENA NIM :121010210136
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN BANDA ACEH TAHUN 2014
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan, bayi lahir secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan 37-42 minggu lengkap dan setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat. Menurut WHO sehat adalah suatu bentuk kedaan sempurna fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Menurut APN (2008), Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Perslinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit. Sedangkan menurut Sarwono (2009), persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan. Saat ini proses persalinan pevaginam telah berkembang, bertujuan memberi rasa nyaman, aman dan menyenangkan, serta dapat mengurangi dan bila mungkin meniadakan rasa cemas dan menegangkan. Ada beberapa metode nonfarmakologis yang dapat diterapkan dalam mengurangi nyeri persalinan, yaitu pendampingan saat persalinan, teknik pernapasan saat persalinan "Lamaze", hidroterapi (bersalin dalam air "water birth", mandi, aromaterapi, audioanalgesia, akupuntur, Transcutaneus Electric Nerve Stimulation (TENS), kompres dengan suhu dingin panas, sentuhan pijatan dan hipnotis (Hartini.A, 2012).
Menurut Hariyasa Sanjaya (2010), salah satu hal penting yang terjadi pada proses persalinan adalah nyeri persalinan. Dalam proses persalinan hal inilah yang paling dirasakan tidak menyenangkan bahkan menakutkan bagi ibu. Saat ini proses persalinan pervaginam telah berkembang yang bertujuan memberi rasa nyaman aman dan menyenangkan serta dapat mengurangi bahkan meniadakan perasaan cemas dan menegangkan. Salah satu metode alternative yang saat ini populer adalah persalinan dalam air hangat atau dikenal sebagai water birth. Menurut Aprillia (2013), Water birth merupakan salah satu metode alternatif persalinan pervaginam, di mana ibu hamil aterm (normal) tanpa komplikasi melahirkan bayinya melalui media air (yang dilakukan pada bathtub atau kolam). Secara prinsip, persalinan dengan metode waterbirth tidaklah jauh berbeda dengan metode persalinan normal di atas tempat tidur, hanya saja pada metode water birth persalinan dilakukan di dalam air sedangkan pada persalinan biasa dilakukan di atas tempat tidur. Perbedaan lainnya adalah pada persalinan di atas tempat tidur, calon ibu akan merasakan jauh lebih sakit jika dibandingkan dengan persalinan menggunakan metode waterbirth. Ada yang mengatakan persalinan dengan waterbirth dapat mengurangi rasa sakit hingga mencapai 40-70 %. Metode ini merupakan metode waterbirth persalinan baru yang dipercaya dapat melahirkan sang bayi dengan selamat, tanpa membuat sang ibu merasa kesakitan. Metode ini biasa dilakukan oleh para ibu yang tinggal di kota besar, di dalam sebuah kolam air hangat. Dengan demikian, rumah sakit bersalin yang melayani metode ini wajib memiliki sebuah tempat yang menyerupai kolam air hangat sebagai tempat persalinan (Garland D, 2010). Menurut Aggus Subawa (2012) bahwa dalam hal trauma perineum, dukungan air pada waktu kepala bayi crowning lambat akan menurunkan risiko robekan, dan dapat
mengurangi keperluan akan tindakan episiotomi. Dalam literatur water birth bahkan tidak ditemukan angka kejadian episiotomi. Selain hal tersebut trauma perineum yang terjadi dilaporkan tidak berat, dengan dijumpai lebih banyak kejadian intak perineum, tetapi beberapa literatur mendapatkan frekuensi robekan sama pada persalinan primipara di dalam maupun di luar air. The Birth Centre Network UK Nicoll a. et al mendapatkan 300 kelahiran pertahun, 150 diantaranya menggunakan water birth dengan episiotomy rate 2%. Menurut WHO (2007) sebanyak 99 persen kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran. Menurut Dian Widyatun (2012), metode water birth lebih menguntungkan ibu dan bayi berupa pengurangan penggunaan analgesik, pemendekan persalinan kala I dan pengurangan angka episiotomi. Retrospektif dilaporkan berkurangnya nyeri dan meningkatnya kepuasan. Water birth merupakan suatu bentuk hydrotherapy, metode penanganan nyeri yang efektif dan bermanfaat pada kondisi seperti low back pain (yang umumnya menjadi keluhan ibu saat persalinan). Evaluasi terhadap 17 Randomized Controlled Trial (RCT), 2 Contro- lled Studies, 12 Cohort Studies, dan 2 laporan kasus, menyimpulkan terdapat keuntungan hydroterapy dalam penanganan nyeri, ber manfaat, manjur dan memiliki efek mobilitas, kekuatan, dan keseimbangan, terutama pada ibu dengan rematik dan nyeri pinggang bawah kronik. Selama tahun 1980-1990, water birth bertumbuh pesat di Inggris, Eropa, dan Kanada. Pada tahun 1985, The family Birthing di Upland, California Selatan yang di pimpin oleh Dr. Michael Rosenthal menyarankan wanita untuk bersalin dan melahirkan
di air. Setelah 5 tahun akumulasi pengalaman water birth, pada tahun 1993 telah terjadi 1000 kelahiran, di Odent’s Birthing Center Pithiviers tanpa komplikasi atau infeksi pada ibu atau bayi. Pada tahun 1989 Water Birth International Project, Barbara Harper mengembangkan “Topic Of Gentle Alternatives In Childbirth”. Pada tahun 1991, Monadnock Community Hospital di Peterborough, New Hampshire menjadi rumah sakit pertama yang membuat protokol water birth. Pada tahun 1990, The Scientific Advisory Committee membuat pernyataan tentang water birth dengan penekanan pada pentingya penelitian ilmiah. Pernyataan tersebut di revisi tahun 1994 tentang pentingnya keamanan persalinan dan kelahiran di air, serta perlunya informasi yang tepat tentang manfaat dan risiko water birth. Pada 1-2 april 1995 pada Wembley Conference Center di London, Inggris, menggelar konferensi pertama water birth untuk mengekplorasi masalahmasalah yang berkembang, dihadiri 39 negara dengan data 19.000 persalinan di dalam air. Konferensi berlanjut tahun 1996, 2004, dan bulan September 2007 (Febrina, 2010). Water Birth telah diterima dan dipraktekkan di banyak Negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan New Zealand. Di Negara-negara Eropa termasuk Inggris dan Jerman terdapat banyak Maternity Clinics yang menggunakan birthing tubs. Pada tahun 2006 Water Birth Internasional mencatat lebih dari 300 rumah sakit di Amerika Serikat menawarkan fasilitas tersebut. The Royal College of Obstetricans and Gynecologist dan The Royal College of Midwife mendukung persalinan dalam air bagi wanita yang sehat tanpa komplikasi pada kehamilannya. Jika petunjuk praktis dijalankan dengan baik dalam hal mengontrol infeksi, manajemen rupture tali pusat dan dengan kepatuhan pada persyaratan yang ada, komplikasi akan dapat dikurangi (Febrina, 2010) Di Bali telah ada sejak tahun 2003, Robin Lim dari klinik Yayasan Bumi Sehat Desa Nyuh Kuning, Ubud-Bali telah menangani lebih dari 400 kasus Water Birth per
tahun. Sementara Rumah Sakit Umum di Bali yang pertama kali menyediakan fasilitas Water Birth adalah Rumah Sakit Umum harapan Bunda (Rhudy, 2011). Di Jakarta metode ini sudah diterapkan dibeberapa rumah sakit, salah satunya di SamMary Family Healtcare pada tanggal 4 Oktober 2006 pukul 06.05 WIB. Liz Adianti menjadi ibu pertama di Indonesia yang melakukan persalinan di air dengan bantuan dokter spesialis kandungan dan kebidanan. Hingga saat ini telah tercatat sekitar 130 bayi yang lahir dalam air di SamMary Family Healtcare. Meski proses persalinan dalam air alias Water Birth sudah menjadi trend di kotakota besar tanah air, tak terkecuali di provinsi Aceh yang sudah mengenal teknik tersebut sejak setahun belakangan, nyatanya Water Birth belum banyak diaplikasikan oleh bidanbidan lokal. Meski untuk pengetahuan dasarnya sudah diberikan saat perkuliahan, namun teknik menyeluruh mengenai penanganan persalinan dalam air belum masuk di kurikulum ilmu kebidanan. Hal tersebut tak dipungkiri oleh bidan senior Sumiatun Sudemba, S.ST, S.Pd. Karena itulah, wanita yang akrab disapa Demba itu berharap banyak pada kegiatan seminar maupun penyuluhan soal Water Birth. “Memang belum semua bidan tahu. Saya setuju bila sosialisasi Water Birth terus digalakkan di kalangan mahasisiwa maupun praktisi kebidanan karena banyak manfaat yang akan diperoleh (Sulis Tiyani, 2012). Di Aceh tidak ada data persalinan dengan water brith karena belum ada penerapannya. Berdasarkan dari hasil survei di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh, jumlah bidan yang ada di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh berjumlah 70 orang. Peneliti melakukan wawancara terhadap 5 bidan mengenai Water Birth dan didapatkan bahwa hampir semuanya tidak mengetahui apa itu Water Birth. Dari hasil penelitian Rosmawar (2013) dengan judul Hubungan Pengetahuan Dengan Motivasi Bidan Dalam Melaksanakan Water Birth di Rumah Sakit Ibu Dan
Anak Banda Aceh terdapat 49 bidan. Hasil penelitian menyatakan bahwasanya yang berpengetahuan kurang tentang water birth sebanyak 41 orang (83,7%) sedangkan yang berpengetahuan baik tentang water birth hanya 8 orang (16,3%). Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Sumber Informasi Dengan Pengetahuan Bidan Tentang Water Birth Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh .
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan penelitian adalah “Adakah Hubungan Tingkat Pendidikan dan Sumber Informasi Dengan Pengetahuan Bidan Tentang Water Birth Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh “.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Sumber Informasi Dengan Pengetahuan Bidan Tentang Water Birth di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Bidan Tentang Water Birth di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh. b. Untuk mengetahui Hubungan Sumber Informasi Dengan Pengetahuan Bidan Tentang Water Birth di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang di peroleh dari penelitian adalah : 1. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, serta dapat mengaplikasikan dan mendukung ilmu yang di pelajari di bangku kuliah serta dapat membandingkan teori-teori yang dipelajari dengan kenyataan dilapangan. 2. Bagi Institusi Pendidikan Peneliti berharap semoga hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan menjadi referensi tambahan perpustakaan yang telah ada. 3. Bagi Tempat Penelitian Dapat dijadikan bahan masukan bagi tempat penelitian dalam usaha meningkatkan kualitas belajar dimasa yang akan datang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Water Birth 1.
Pengertian Water Birth Metode persalinan waterbirth atau persalinan dalam air sejak beberapa dekade lalu telah ada di beberapa negara, seperti Prancis, Rusia, dan Selandia Baru. Namun di Indonesia baru di kenal bulan Oktober 2006, sementara di Bali populer 20 Juli 2007. Water Birth merupakan salah satu metode alternative persalinan pervaginam, dimana ibu hamil aterm tanpa komplikasi bersalin dengan jalan berendam di air hangat (yang dilakukan pada bathtub atau kolam) dengan tujuan mengurangi rasa nyeri kontraksi dan memberi rasa nyaman (Bayuningrat, 2008). Water birth adalah proses persalinan yang dilakukan dalam air. Sang ibu yang akan melakukan proses persalinan memasuki air kolam saat mulut rahim sudah tahap pembukaan 6 (Anik maryunani, 2010). Waterbirth merupakan salah satu metode alternatif persalinan pervaginam, di mana ibu hamil aterm (normal) tanpa komplikasi melahirkan bayinya melalui media air (yang dilakukan pada bathtub atau kolam). Secara prinsip, persalinan dengan metode waterbirth tidaklah jauh berbeda dengan metode persalinan normal di atas tempat tidur, hanya saja pada metode waterbirth persalinan dilakukan di dalam air sedangkan pada persalinan biasa dilakukan di atas tempat tidur. Perbedaan lainnya adalah pada persalinan di atas tempat tidur, calon ibu akan merasakan jauh lebih sakit jika dibandingkan dengan persalinan menggunakan metode waterbirth. Ada
yang mengatakan persalinan dengan waterbirth dapat mengurangi rasa sakit hingga mencapai 40-70 persen.
2.
Metode Water Birth Ada 2 metode water birth : a. Water birth murni, ibu masuk ke kolam persalinan setelah mengalami pembukaan 6 sampai proses melahirkan terjadi. b. Water birth emulsion, ibu hanya berada di dalam kolam hingga masa kontraksi akhir. Proses melahirkan tetap dilakukan di tempat tidur (Rhudy, 2011).
3.
Keuntungan Water Birth Banyak manfaat dan keuntungan yang bisa diperoleh ketika melahirkan di dalam air (waterbirth). Dengan adanya peningkatan jumlah rumah sakit yang secara rutin telah menyediakan fasilitas ini di Amerika Serikat, Eropa bahkan di Indonesia, ditambah lagi berbagai data tentang keamanannya, dengan penyedia layanan yang lebih berpengalaman terhadap risiko dan keuntungannya, serta bagaimana menanganinya dengan prosedur monitoring yang lebih ketat, sehingga mampu berkontribusi dalam meningkatkan keamanan metode ini. Metode Water Birth memiliki banyak keuntungan bagi ibu dan bayi dibandingkan dengan metode persalinan tradisional. Ini dihubungkan secara signifikan dengan adanya pengurangan penggunaan analgesic pemendekan persalinan kala I dan pengurangan angka episiotomi jika dibandingkan dengan persalinan lainnya ( Rhudy, 2011 ). a. Keuntungan Bagi Ibu 1). Mengurangi Nyeri
2). Meningkatkan efek relaksasi 3). Meningkatkan Privasi dan Kontrol diri 4). Mempersingkat lama kala I 5). Mengurangi resiko robekan jalan lahir 6). Mengurangi trauma lahir/birth trauma 7). Mengurangi resiko penggunaan intervensi 8). Menurunkan dan menstabilkan tekanan darah ibu 9). Memungkinkan ibu bersalin untuk tetap melakukan mobilisasi selama proses persalinan 10). Mampu merubah atmosfer ruang persalinan lebih nyaman 11). Membantu ibu untuk menghemat energinya. 12). Memfasilitasi persalinan disfungsional. 13). Memfasilitasi tahap kedua (kala II) persalinan. 14). Meningkatkan kepuasan saat melahirkan 15). Menciptakan pengalaman positif melahirkan 16). Keterlibatan ayah yang Lebih besar. 17). Menyediakan alternatif yang aman & higienis
b. Keuntungan bagi Bayi Persalinan sendiri dapat menjadi masalah, mungkin juga mengganggu dan merupakan pengalaman bagi bayi. Water Birth memberikan keuntungan terutama saat kepala bayi masuk ke jalan lahir, dimana persalinan akan menjadi lebih mudah. Air hangat dengan suhu yang tepat suasananya menyerupai lingkungan intrauterine sehingga memudahkan transisi dari jalan lahir ke dunia luar. Air hangat juga dapat mengurangi ketegangan perineum dan memberi rasa nyaman
bagi ibu dan bayi, sehingga bayi lahir kurang mendapatkan trauma (oleh karena adanya efek dapat melenturkan dan meregangkan jaringan perineum dan vulva) dibandingkan pada persalinan air dingin dan tempat bersalin umumnya ( Rhudy.2011). Bayi yang lahir di dalam air tidak segera menangis, bayi tampak menjadi tenang. Bayi tidak tenggelam jika dilahirkan di air, karena selama kehamilan bayi hidup dalam lingkungan air (amnion) sampai terjadi transisi persalinan dari uterus ke permukaan air. Demikian pula masalah lilitan tali pusat di leher, tidak menjadi masalah, sepanjang tidak ada deselerasi denyut jantung bayi (yang menunjukkan fetal distress) sebagai akibatnya ketatnya lilitan tali pusat di leher. Pemendekan persalinan kala I selain memudahkan persalinan bagi ibu juga baik untuk bayi yaitu mencegah trauma atau resiko cedera kepala bayi, kulit menjadi lebih bersih, menurunkan risiko bayi keracunan air ketuban ( Rhudy,2011 ).
4.
Patofisiologi a. Pengurangan Rasa Nyeri menurut Siswosuhardjo (2011) Keuntungan yang diperoleh dengan motede persalinan ini adalah berkurangnya rasa nyeri ketika persalinan berlangsung. Hal ini disebabkan oleh keadaan sirkulasi darah uterus yang menjadi lebih baik, berkurangnya tekanan abdomen, serta meningkatnya produksi endorphin (stress related hormone). Berendam dalam air selama persalinan akan mengurangi tekanan pada abdomen ibu, dan mengapung mengakibatkan kontraksi uterus lebih efisien dan sirkulasi darah lebih baik. Ini menyebabkan sirkulasi dan oksigenasi darah otot uterus menjadi lebih baik. Persalinan dalam air memberi keleluasaan ibu untuk bergerak bebas, dapat memberi rasa lebih rileks dan nyaman sehingga ibu hamil
mampu berkonsentrasi pada persalinannya dan oleh karena itu kondisi ibu nyaman, maka sirkulasi darah dan oksigen dari plasenta ke janin berlangsung lebih baik, suhu tubuh bayi menjadi hangat sesuai suhu tubuh ibu. Suhu tubuh yang baik ini akan mempengaruhi oksigenasi bayi, sehingga bayi mampu beradaptasi terhadap lingkungan di luar rahim dengan baik. Air hangat dan tekanan dari pusaran air kolam tersebut merupakan salah satu sumber penghilang rasa sakit selama persalinan dengan jalan mengurangi beban gravitasi secara alami, sehingga ibu hamil dapat berubah posisi tanpa beban saat berendam di air. Berendam dalam air hangat dapat merangsang respon fisiologi pada ibu hamil, sehingga dapat mengurangi nyeri termasuk redistribusi volume darah, yang mana akan merangsang pelepasan oksitosin dan vasopressin, sehingga akan meningkatkan level oksitosin dalam darah. Selain itu ada hipotesa yang menyatakan bahwa air hangat akan dapat merelaksasi otot-otot dan mental selanjutnya
menyebabkan
peningkatan
pelepasan
katekolamin,
yang
memungkinkan peningkatan perfusi, relaksasi dan kontraksi uterus, sehingga dapat mengurangi nyeri kontraksi dan pemendekan fase persalinan. b. Pengurangan Risiko Aspirasi menurut Rosanna (2007) Ada beberapa faktor yang mencegah bayi menghirup air sewaktu bersalin. Pertama, terdapat faktor penghambat yang secara normal ada pada setiap bayi. Bayi dalam kandungan mendapatkan oksigen dari plasenta melalui tali pusat dan bernapas dengan menggerakkan otot-otot intercostal dan diafragma dengan pola teratur sejak usia kehamilan 10 minggu. Janin menerima oksigen selama kehamilan melalui tali pusat sampai waktu ketika tali pusat dipotong atau plasenta terlepas dari dinding rahim, rata-rata 2-10 menit setelah lahir hingga 30 menit. Kerja otot diafragma dan intercostals
menyebabkan lebih banyak darah mengalir ke organ vital termasuk otak sehingga dapat dilihat penurunan Fetal Beat Movement (FBM) pada profil biofisik. Pada 24-48 jam sebelum onset persalinan spontan, bayi mengalami peningkatan level prostaglandin E2 dari plasenta yang menyebabkan perlambatan dan penghentian gerakan napas. Secara normal terlihat pergerakan otot kira-kira 40%. Ketika bayi lahir dan level prostaglandin masih tinggi, otot bayi untuk pernapasan sederhana belum bekerja, hal tersebut merupakan respon penghambatan pertama. Respon penghambat kedua adalah fakta bahwa bayi-bayi yang lahir mengalami hipoksia akut atau kekurangan oksigen, ini merupakan respon proses kelahiran.Hipoksia menyebabkan apnea dan menelan bukan bernapas ataupun mengap-mengap. Jika janin mengalami kekurangan oksigen berat dan lama, maka mengap-mengap dapat terjadi setelah lahir, mungkin air akan terhirup ke dalam paru-paru. Jika bayi bermasalah selama persalinan, variabilitasnya akan melebar yang tercatat pada Fetal Heart Rate, hal ini mengakibatkan prolonged bradicardia, sehingga penolong akan meminta ibu untuk meninggalkan kolam sebelum bayi lahir. Faktor ketiga yang menghambat bayi dalam pernapasan ketika berada di dalam air adalah perbedaan temperatur. Temperatur air dibuat sesuai temperatur badan ibu. Temperatur air kolam serupa dengan cairan amnion yang dapat menjadi faktor penghambatan. Penelitian terbaru dan observasi di Jerman, Jepang, dan Rusia memberi kesan bahwa temperatur rendah pada waktu lahir berkontribusi pada vigorous baby. Cairan paru diproduksi dalam paru-paru dan secara kimia menyerupai cairan lambung. Cairan ini akan keluar melalui mulut dan ditelan oleh janin. Bayi baru lahir sangat cerdas dan dapat mendeteksi substansi apa yang mengenainya,
dapat membedakan antara cairan amnion, air, susu, dan ASI yang diakibatkan oleh adanya Dive Reflex. Pada kondisi bayi normal (dilihat dari monitoring Fetal Heart Rate selama persalinan), kombinasi faktor-faktor tersebut mencegah bayi bernapas di dalam air sampai bayi berada di atas permukaan air, dimana akan merangsang mammalian diving reflex yang berhubungan dengan tekanan udara daerah nervus trigeminus wajah. Pada pernapasan bayi pertama kali terjadi adalah dengan merubah sirkulasi bayi, penutupan shunt pada jantung, membuat sirkulasi pulmonal, merubah tekanan pada paru-paru, mendorong cairan keluar yang akan mempersiapkan ruangan paru-paru dan mengizinkan pertukaran oksigen dan karbondioksida. Proses ini memerlukan beberapa menit untuk memulai secara lengkap. Selama waktu tertentu bayi masih menerima oksigen dari tali pusat. Tidak ada ancaman bahwa bayi akan menghirup air selama proses kelahiran karena factor pencetus untuk menghirup oksigen tidak aka nada sampai kepala bayi kontak dengan udara. c. Pemendekan Fase Persalinan menurut Rosanna (2007) Persalinan dalam air kadangkala dihubungkan dengan penurunan intensitas kontraksi, sehingga menyebabkan perlambatan persalinan. Tidak ada bukti kuat kriteria kapan saat yang tepat untuk berendam pada persalinan kala I, sehingga persalinan awal akan lebih baik jika ditangani dengan mobilisasi daripada berendam.Ada
juga
laporan
bahwa
air
kadang-kadang
memberi
efek
melambatkan bahkan menghentikan persalinan jika digunakan terlalu dini dan banyak dilaporkan bahwa kontraksi kurang efektif jika ibu berendam terlalu awal. d. Pengurangan Perdarahan Postpartum menurut Siswosuhardjo (2011)
Hilangnya darah ibu selama water birth sangat sedikit. Rata-rata darah yang hilang paa water birth 5,26 g/l secara bermakna lebih rendah daripada land birth 8,08 g/l. Kehilangan darah pada persalinan ini sukar dinilai terutama jika diakibatkan oleh penolong yang kurang berpengalaman pada persalinan dalam air.
5.
Kekurangan Water birth Menurut Anik maryunani (2010) a. Rasa nyaman pada sang ibu saat berendam di dalam air membuat ibu malas untuk mengejan. b. Persalinan di air menyebabkan terbatasnya pemberian analgesia yang lain. c. Peningkatan resiko infeksi. d. Pada saat melahirkan, sulit mengontrol jumlah darah yang hilang. e. Monitoring janin jadi lebih longgar. f. Air dapat memberikan efek sebaliknya, yaitu kontraksi menjadi tidak aktif. g. Peningkatan bayi menjadi beresiko, seperti ; aspirasi air (air terhisap masuk ke paru-paru), hipoksia (kekurangan oksigen), peningkatan infeksi, keterlamatan pertolongan apabila terjadi gawat janin (fetal distress).
6.
Syarat-syarat water birth Menurut Anik maryunani (2010) a. Kehamilan tunggal > 37 minggu. b. Hasil pemeriksaan CTG menunjukan janin non-reassuring. c. Ibu dan janin harus dapat dimonitor dengan baik. d. Tidak ada kontraindikasi untuk wate birth.
e. Ibu memiliki kemauan yang kuat dan rajin berlatih dirumah, latihan dilakukan rutin dari awal kehamilan. f. Keberhasilan metode ini sangat trgantung pada keseriusan ibu dalam mempersiapkan kelahiran. g. Lebih baik selalu didampingi suami, karena peran suami sangat penting dalam memberikan dukungan bagi ibu dan janin.
7.
Indikasi a. Merupakan pilihan ibu b. Kehamilan normal ≥ 37 minggu c. Fetus tunggal presentasi kepala d. Tidak menggunakan obat-obat penenang e. Ketuban pecah spontan < 24 jam f. Kriteria non klinik seperti staf atau peralatan g. Tidak ada komplikasi kehamilan (preeklampsia, gula darah tak terkontrol, dll) h. Denyut jantung normal i. Cairan amnion jernih j. Persalinan spontan atau setelah menggunakan misoprostol atau pitocin (Rhudy,2011).
8.
Kontraindikasi a. Infeksi yang dapat ditularkan melalui kulit dan darah b. Infeksi dan demam pada ibu c. Herpes genitalis d. HIV, Hepatitis
e. Denyut jantung abnormal f. Perdarahan pervaginam berlebihan (Rhudy,2011).
9.
Prosedur Persalinan a. Beberapa instrument essential yang harus dipersiapkan pada persalinan dengan metode water birth antara lain: 1). Termometer air 2). Termometer ibu 3). Doppler anti air 4). Sarung tangan 5). Apron 6). Jaring untuk mengangkat kotoran 7). Alas lutut kaki, bantal, instrument partus set 8). Shower air hangat, portable/permanent pool 9). Handuk 10). Selimut 11). Warmer dan peralatan resusitasi bayi b. Selama Berlangsungnya Persalinan 1). Ibu masuk berendam ke dalam air direkomendasikan saat pembukaan 4-5 cm dengan kontraksi uterus baik, ibu dapat mengambil posisi persalinan yang disukainya. 2). Volume air di dalam kolam berada di bawah pusar ibu, di isi air dengan suhu tubuh sekitar 37º C (sesuai dengan suhu air ketuban dalam rahim). 3). Observasi dan monitoring antara lain:
(a) Fetal Heart Rate (FHR) dengan doopler atau fetoskop setiap 30 menit selama persalinan kala I aktif, kemudian setiap 15 menit selama persalinan kala II. Auskultasi dilakukan sebelum, selama, setelah kontraksi. (b) Penipisan dan pembukaan serviks dan posisi janin. Pemeriksaan vagina (VT) dapat dilakukan di dalam air atau pasien di minta sementara keluar dari air untuk diperiksa. (c) Status ketuban, jika terjadi ruptur ketuban, periksa FHR dan periksa adanya prolaps tali pusat. Jika cairan ketuban mekonium pasien harus meninggalkan kolam. (d) Tanda vital ibu diperiksa setiap 3 jam, dengan suhu setiap 2 jam (atau jika diperlukan). Jika ibu mengalami pusing, periksa vital sign, ajarkan ibu mengatur napas selama kontraksi. (e) Dehidrasi ibu. Dehidrasi dibuktikan dengan adanya takikardi ibu dan janin dan peningkatan suhu badan ibu. Jika tanda dan gejala dehidrasi terjadi, ibu diberikan cairan. Jika tidak berhasil pasang infus ringer laktat (RL).
4). Manajemen Kala II (a) Mengedan seharusnya secara fisiologis. Ibu diperkenankan mengedan spontan, risiko ketidakseimbangan oksigen dan karbondioksida dalam sirkulasi maternal-fetal berkurang, dan juga akan dapat melelahkan ibu dan bayi. (b) Persalinan, bila mungkin metode “hand off”. Ini akan meminimalkan stimulasi.
(c) Tidak diperlukan palpasi tali pusat ketika kepala bayi lahir, karena tali pusat dapat lepas dan melonggar ketika bayi lahir. Untuk meminimalkan risiko tali pusat terputus dengan tidak semestinya hindari tarikan ketika kepala bayi ke permukaan air. Tali pusat jangan diklem dan dipotong ketika bayi masih ada di dalam air. (d) Bayi seharusnya lahir lengkap dalam air. Kemudian sesegera mungkin dibawa kepermukaan. Pada saat bayi telah lahir kepala bayi berada diatas permukaan air dan badannya masih di dalam air untuk menghindari hipotermia. Sewaktu kepala bayi telah berada di atas air, jangan merendamnya kembali. 5). Manajemen Kala III (a) Manajemen aktif dan psikologi tetap diberikan sampai ibu keluar kolam. (b) Saat manajemen aktif kala III, syntometrine dapat diberikan. (c) Estimasikan perdarahan. (d) Penjahitan perineum dapat di tunda sekurang-kurangnya 1 jam untuk menghilangkan retensi air dalam jaringan (jika perdarahan tidak berlebihan).
B. Pengetahuan 1.
Pengertian Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan (knowledge) adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavoir). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang di dasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak di sadari oleh pengetahuan. Menurut Lukman (2008), hal-hal yang mempengaruhi pengetahuan seseorang itu adalah umur, intelegensi, sosial budaya, lingkungan, pendidikan, informasi, dan pengalaman. Sedangkan
menurut
Mubarak
(2007)
ada
tujuh
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu: Pendidikan, Pekerjaan, Umur, Minat, Pengalaman, Kebudayaan, dan Informasi. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2005). Menurut Wikipedia (2013) yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan, media, informasi. Sedangkan menurut Notoatmodjo. S, (2007) pengetahuan dipengaruhi oleh usia, pendidikan, pekerjaan, lingkungan, pengalaman, informasi, sosial budaya, ekonomi. Suatu perbuatan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perbuatan yang tidak didasari oleh pengetahuan, dan orang yang mengadopsi perbuatan dalam diri seseorang tersebut akan terjadi proses sebagai berikut: a.
Kesadaran (Awareness) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap obyek (Stimulus).
b.
Merasa tertarik (Interest) terhadap Stimulus atau obyek tertentu. Disini sikap subyek sudah mulai timbul.
c.
Menimbang-nimbang (evaluation) terhadap baik dan tidaknya terhadap Stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah tidak baik lagi.
d.
Trial, dimana subyek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Stimulus.
e.
Adopsi(adoption), dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap Stimulus.
2.
Tingkat Pengetahuan Notoatmodjo, (2007) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: a.
Tahu ( Know ) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima
b.
Memahami (Comperehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c.
Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajaripada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d.
Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk mengambarkan suatu materi atau suatu objek kedalam suatu organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dengan menggunakan kata kerja seperti penggambaran, membedakan, mengelompokan dan sebagainya. e.
Sintesis (Syntesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f.
Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan.
C. Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Sumber Informasi Dengan Pengetahuan Bidan Tentang Water Birth 1.
Tingkat Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Wikipedia, 2012). Pendidikan adalah proses pertumbuhan seluruh kemampuan dan perilaku melalui pengajaran sehingga dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur dan hubungan dengan proses belajar tingkat pendidikan, juga merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide dan teknologi baru (Arikunto, 2008). Menurut Notoadmojo (2005), tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan, khususnya dalam pembentukan prilaku semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi kesadaran seseorang tentang sesuatu hal dan semakin matang pertimbangan seseorang dalam mengambil keputusan. Notoatmodjo (2005), juga menyatakan bahwa tingkat pendidikan merupakan landasan seseorang dalam berbuat sesuatu. Pendidikan responden yang mayoritas tinggi dapat mempengaruhi pengetahuan dalam pembentukan sikap mereka tentang tindakan persalinan. Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauhmana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya (Akiraali, 2010). Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifes). Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah, fungsi laten lembaga sebagai wadah pendidikan, melalui pendidikan di sekolah orang tua melimpahkan tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah (Bagus, 2012). Sekolah memiliki potensi untuk menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin dengan danya perbedaan pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan seks dan sikap terbuka. Pendidikan sekolah diharapkan dapat mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan prestise, privilese, dan status yang ada dalam masyarakat. Memilih dan mengajarkan peranan sosial (Bagus, 2012).
Faktor Pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang kepada sesuatu yang baru. Semakin tinggi pendidikan seseorang, informasi yang dimiliki lebih luas dan lebih mudah diterima termasuk informasi tentang water birth. Sedangkan bila tingkat pendidikan seseorang rendah maka informasi yang diberikan akan dibiarkan begitu saja. Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok dan masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2007). Latar belakang pendidikan akan mempengaruhi kualitas kerja bidan. Kualifikasi pendidikan bidan berdasarkan Men Kes No 369/Menkes/SK/III/2007 adalah: a. Lulusan pendidikan bidan sebelum tahun 2000 dan Diploma III kebidanan, merupakan bidan pelaksanan, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan praktiknya baik di institusi pelayanan maupun praktik perorangan. b. Lulusan pendidikan bidan setingkat Diploma IV/S1 merupakan bidan profesional, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan praktiknya baik di institusi pelayanan maupun praktik perorangan. Mereka dapat berperan sebagai pemberi layanan, pengelola dan pendidik. c. Lulusan pendidikan bidan setingkat S2 dan S3, merupakan bidan profesional yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan praktiknya baik di institusi pelayanan maupun praktik perorangan. Mereka berperan sebagai pemberi layanan, pengelola, pendidik, peneliti, pengembang dan konsultan.
2.
Sumber Informasi Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (Immediate Impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia macam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang informasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain, mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan pendapat dan kepercayaan masyarakat (Notoatmodjo, 2007). Jajang (2005), mengemukakan bahwa, informasi adalah suatu keterangan, penerangan, atau data yang telah diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi penerima dan mempunyai nilai yang nyata, sehingga dapat dipakai sebagai dasar untuk mengambil keputusan untuk massa yang akan datang. Informasi mempengaruhi pengetahuan seseorang, semakin sering seseorang mendapat informasi maka akan semakin baik pada pengetahuannya. Informasi yang didapat dari seseorang tergantung pada tiga hal yaitu: a.
Akurat, berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan yang menyesatkan. Akurat juga berarti harus jelas mencerminkan maksudnya.
b.
Tepat pada waktunya berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh terhambat.
c.
Relevan, berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya. Informasi dapat diperoleh melalui berbagai sumber dalam bentuk lisan
maupun tulisan yang disebut dengan sumber informasi. Sumber informasi dapat berbentuk media tulis cetak, seperti buku, koran, tabloid, majalah, ensiklopedia, surat, buletin, jurnal, dan selebaran. Sumber informasi dapat pula berbentuk media elektronik, seperti radio, televisi, internet. Sumber informasi juga didapat langsung dari narasumber yang bersangkutan dengan melalui percakapan, wawancara, diskusi,
seminar, dan lain-lain. Narasumber tentunya orang-orang yang dianggap ahli dibidangnya, seperti tokoh agama, para guru, dan ilmuwan (Kusuma, 2012).
D. Kerangka Teoritis E. Menurut Lukman, (2008) Mempengaruhi Pengetahuan : 1. Umur 2. Intelegensi 3. Sosial Budaya 4. Lingkungan 5. Pendidikan 6. Informasi 7. Pengalaman
Yang
Menurut Mubarak, (2007) Mempengaruhi Pengetahuan : 1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Umur 4. Minat 5. Pengalaman 6. Kebudayaan 7. Informasi
Yang
Menurut Wikipedia, (2013) Mempengaruhi Pengetahuan : 1. Pendidikan 2. Media 3. Informasi
Yang
Menurut Notoatmodjo. S, (2007) Pengetahuan Dipengaruhi Oleh : 1. Usia 3. Pendidikan 4. Pekerjaan 5. Lingkungan 6. Pengalaman 7. Informasi 8. Sosial Budaya 9. Ekonomi
Pengetahuan Bidan Tentang Water Birth
F. Kerangka Konsep Penelitian Menurut APN (2008) Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit. Aprillia (2013) mengatakan bahwa Waterbirth merupakan salah satu metode alternatif persalinan pervaginam, di mana ibu hamil aterm (normal) tanpa komplikasi melahirkan bayinya melalui media air (yang dilakukan pada bathtub atau kolam). Menurut Mubarak (2007) ada tujuh faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu: Pendidikan, Pekerjaan, Umur, Minat, Pengalaman, Kebudayaan, dan Informasi. Karena keterbatasan waktu dan tenaga, maka peneliti hanya meneliti variable Tingkat Pendidikan dan Sumber Informasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka konsep dibawah ini :
Variabel Independen
Variabel Dependen
B. Tingkat Pendidikan Pengetahuan Bidan Tentang Water Birth Sumber Informasi
Gambar 2.1 Kerangka konsep G. Hipotesa a.
Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan bidan tentang Water Birth di Rumah sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh.
b.
Ada hubungan antara sumber informasi dengan pengetahuan bidan tentang Water Birth di Rumah sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh.
H. Defenisi Operasional Tabel 2.1 Definisi Operasional N Defenisi Variabel o Operasional Variabel Dependen 1 Pengetahuan Segala Bidan Tentang sesuatu yang Water Birth diketahui oleh bidan tentang water birth. Variabel Independen 1 Tingkat Jenjang Pendidikan pendidikan terakir yang di tempuh bidan.
2
Sumber Informasi
Sumber informasi yang diperoleh bidan tentang water birth.
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Menyebarkan Kuesioner Baik kuesioner yang Kurang berisi 12 pertanyaan Baik: jika jawaban x>7 Kurang: jika jawaban x<7 Menyebarkan kuesioner yang berisi 1 pertanyaan Tinggi, jika tamat D4/ S1 dsb. Menengah, jika tamat D1 dan D3. Menyebarkan kuesioner yang berisi 2 pertanyaan Media : Media cetak (buku, majalah, surat kabar/ koran), Media elektronik (radio, televisi, internet, sosial media). Narasumber: petugas kesehatan, pelatihan/ seminar, orang lain.
Kuesioner Tinggi Menengah
Skala Ukur Ordinal
Ordinal
Kuesioner Media Nominal Narasumber Tidak pernah
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat analitik dengan menggunakan desain cross sectional yaitu variable dependen dan variable independen dilakukan pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Sumber Informasi Dengan Pengetahuan Bidan Tentang Water Birth di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang berada Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh yaitu sebanyak 70 bidan. 2. Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel (Sugiyono, 2009)
C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20-21 Februari 2014.
D. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung di peroleh dari responden dengan cara menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan yang telah di sediakan dan selanjutnya oleh responden sesuai dengan petunjuk. Sedangkan data sekunder adalah data yang di tinjau dari laporan yang berada di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh.
E. Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Analisa data dilakukan secara bivariat menggunakan chi-square test dan diolah secara SPSS. Setelah dilakukan pengumpulan data, maka selanjutnya data tersebut di rencanakan akan diolah secara komputerisasi menggunakan SPSS dengan tahapan : a. Editing yaitu kegiatan memeriksa data yang telah terkumpul apakah sudah terisi secara sempurna atau belum. b. Coding yaitu member kode-kode tertentu kepada masing-masing katagori atau jawaban yang diberikan oleh responden. c. Transfering yaitu data yang telah diberikan kode di susun secara berurutan dari responden pertama sampai responden terakhir, selanjutnya dimasukkan dalam table. d. Tabulating yaitu memasukkan data kedalam bentuk table dengan teliti dan teratur, kemudian dihitung dalam satu katagori. 2. Analisis Data Analisis data yang digunakan untuk melihat distribusi frekuensi variabelvariabel yang diteliti, baik variable dependen maupun independen. Kriteria penilaian
variable independen, Analisa data yang dilakukan pada penelitian ini secara bertahap dari analisa univariat dan bivariat. a. Analisa Univariat Analisa univariat yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi dan rata-rata. Hasil dari analisa ini berupa distribusi frekuensi dan presentase dari variabel. Selanjutnya analisa ini akan ditampilkan distribusi frekuensi dalam bentuk tabel, untuk penentuan persentase dalam penelitian ini digunakan rumus menurut rumus icham (2008) adalah : p
f x100% n
Keterangan : p = persentase f = jumlah frekuensi n = jumlah responden Kemudian peneliti akan menghitung distribusi frekuensi dan mencari persentasi pada setiap variabel dengan menggunakan komputer program SPSS 16. b. Analisa Bivariat Analisa data dalam penelitian ini dengan menggunakan analisa data Bivariat yaitu untuk mengetahui data dalam bentuk tabel silang dengan melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, mengggunakan uji statistik chisquare. Dengan batas kemaknaan (α = 0,05) atau Confident level (CL) = 95% diolah dengan komputer menggunakan program SPSS 16,0. Data masing-masing subvariabel dimasukkan ke dalam tablecontingency, kemudian tabel-tabel contingency tersebut di analisa untuk membandingkan antara nilai P value dengan nilai alpha (0,05), dengan ketentuan : 1) Ha diterima dan Ho di tolak :Jika P value ≤ 0,05 artinya ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependent.
2) Ha ditolak dan Ho diterima :Jika P value > 0,05 artinya tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependent. Analisa hasil dari veriabel bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan veriabel terikat. Analisa yang digunakan adalah tabulasi silang dengan menggunakan rumus Chi-Squere pada tingkat kemaknaannya 95% ( P≤ 0,05), sehingga dapat di ketahui ada tidaknya hubungan yang bernakna secara statistik dengan menggunakan program komputer SPSS for windows. Melalui perhitungan ujic hi-square test selanjutnya ditarik pada kesimpulan bila nilai p lebih kecil dari alpha (<0,05) maka Ho di tolak dan Ha diterima, yang menunjukan ada hubungan bermakna antara variabel bebas. a.
Bila pada table contingency 2x2 dijumpai nilai E (harapan) kurang dari 5, maka uji yang digunakan adalah Ficher exact test.
b.
Bila pada tabel contigency 2x2, dan tidak dijumpai nilai E kurang dari 5, maka hasil yang digunakan sebaiknya continuty correction.
c.
Bila pada tabel-tabel contigency lebih dari 2x2, misalnya 2x3, 3x3, dan lainlain, maka yang digunakan adalah uji person chi-squer.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh. Pelayanan terdiri dari rekam medik, ugd, apotik, poli bedah, poli laktasi, poli Kb, poli kebidanan, poli anak, poli penyakit dalam, poli mata dan poli gigi, poli imunisasi, poli wanita, kemudian ada ruang rawat inap kelas I, II, III, vip, ruang rawat ibu, ruang rawat anak, ruang rawat icu, ruang bersalin dan ruang rawat nicu/picu. Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh yang berada di Jl. Prof. A. Majid Ibrahim No.3 Banda aceh, dengan luas area + 726 m dengan berbatasan : 1. Bagian Utara berbatasan dengan lorong Bonsai. 2. Bagian Selatan berbatasan dengan rumah panglima kodam Iskandar Muda. 3. Bagian Barat berbatasan dengan Sungai. 4. Bagian Timur berbatasan dengan Jl. Prof. A. Majid Ibrahim. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 20 s/d 21 Februari 2014, dengan jumlah responden sebanyak 70 bidan yang berada di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh. Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner yang berisi pertanyaan tentang Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Sumber Informasi Dengan pengetahuan Bidan Tentang Water Birth Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh. Sebelum memberikan kuesioner peneliti memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian, kerahasiaan identitas responden dan cara pengisian kuesioner kepada responden. Pengisian kuesioner dilakukan sendiri oleh responden, setiap data yang terkumpul diperiksa kelengkapannya maka diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Data Demografi Data Demografi dalam penelitian ini yaitu umur dan persepsi bidan terhadap water birth, data demografi tersebut dapat dilihat pada tabel distribusi berikut ini : a. Umur Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden Berdasarkan Umur Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh No 1 2 3
Umur < 25 tahun 25-35 tahun >35 tahun Jumlah
f 18 25 27 70
% 25.7 35.7 38.6 100
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2014)
Dari tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa, dari 70 responden yang diteliti mayoritas umur responden berada pada kategori >35 tahun sebanyak 27 orang (38,6%). b. Persepsi Bidan Terhadap Water Birth Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Persepsi Bidan Terhadap Water Birth Di Rumah Sakit Ibu dan anak Banda Aceh No 1. 2. 3.
Persepsi Bidan Terhadap Water Birth Belum Direkomendasikan Belum Ada Fasilitas Belum Ada Pelatihan Jumlah
f 31 11 28 70
(%) 44 16 40 100
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2014)
Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa dari 70 responden, 31 orang (44%) yang menyatakan belum direkomendasikan dan 28 orang (40%) menyatakan belum ada pelatihan. Sedangkan 11 orang (16%) menyatakan belum ada fasilitas.
2. Analisa Univariat a. Tingkat Pendidikan
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh No 1. 2.
Tingkat Pendidikan Tinggi Menengah Jumlah
f 14 56 70
(%) 20 80 100
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2014)
Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa dari 70 responden terdapat 56 orang (80%) yang berpendidikan menengah.
b. Pengetahuan Bidan Tentang Water Birth Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Bidan Tentang Water Birth Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh No
Pengetahuan Bidan Tentang Water Birth Baik Kurang Jumlah
1. 2.
f
(%)
34 36 70
48.6 51.4 100
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2014)
Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa dari 70 responden terdapat 36 orang (51.4%) yang berpengetahuan kurang. c. Sumber Informasi Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Tentang Water Birth Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh No 1. 2. 3.
Sumber Informasi Media Narasumber Tidak Pernah Jumlah
f 40 11 19 70
(%) 57 15 27 100
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2014)
Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa dari 51 responden terdapat 40 orang (78.43%) yang bersumber informasi dari media dan 11 orang (21.57%) yang bersumber informasi dari narasumber.
3. Analisa Bivariat Tabulasi silang hubungan antara tingkat pendidikan dan sumber informasi dengan pengetahuan bidan tentang water birth di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh dapat dilihat dari tabel dibawah ini : a. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Bidan Tentang Water Birth Tabel 4.6 Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Bidan Tentang Water Birth Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh
No
Tingkat Pendidikan
1. Tinggi 2. Menengah
Pengetahuan Bidan Tentang Water Birth Baik Kurang f % f % 7 50 7 50 27 48.2 29 51.8
Jumlah f 14 56
% 100 100
P
1.000
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2014)
Dari tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa dari 56 responden dengan pendidikan menengah sebanyak 29 orang (51.8%) yang berpengetahuan kurang. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% dimana nilai P≤0,05 didapatkan bahwa nilai pada P-Value 1,000 (P≥0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan bidan tentang water birth di Rumah Sakit Ibu dan anak Banda Aceh.
b. Hubungan Sumber Informasi Dengan Pengetahuan Bidan Tentang Water Birth Tabel 4.7 Hubungan Sumber Informasi Dengan Pengetahuan Bidan Tentang Water Birth Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh
No
Sumber Informasi
1. Media
Pengetahuan Bidan Tentang Water Birth Baik Kurang f % f % 25 62.5 15 37.5
Jumlah f 40
% 100
P 0.012
2. Narasumber 3. Tidak Pernah
5 4
45.5 21.1
6 15
54.5 78.9
11 19
100 100
Sumber Data: Data Primer (diolah 2014)
Dari tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa dari 40 responden yang bersumber informasi dari media terdapat 25 orang (62.5%) yang berpengetahuan baik dan dari 19 responden yang tidak pernah mendapatkan informasi tentang water birth terdapat 15 orang (78.9%) yang berpengetahuan kurang. Sedangkan dari 11 responden yang bersumber informasi dari narasumber terdapat 6 orang (54.5%) yang berpengetahuan kurang. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% dimana nilai P ≤0,05 didapatkan bahwa nilai pada P-Value 0,012 (P<0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sumber informasi dengan pengetahuan bidan tentang water birth di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh.
B. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian dengan melakukan analisa tentang hubungan tingkat pendidikan dan sumber informasi dengan pengetahuan bidan tentang water birth di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh, maka didapatkan : 1. Hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan bidan tentang water birth Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 56 responden dengan pendidikan menengah sebanyak 29 orang (51.8%) yang berpengetahuan kurang. Sedangkan dari 14 responden dengan pendidikan tinggi terdapat 7 orang (50%) yang berpengetahuan kurang. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% dimana nilai P≤0,05 didapatkan bahwa nilai pada P-Value 1,000
(P≥0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan bidan tentang water birth di Rumah Sakit Ibu dan anak Banda Aceh. Menurut Notoadmojo (2005), tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan, khususnya dalam pembentukan prilaku semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi kesadaran seseorang tentang sesuatu hal dan semakin matang pertimbangan seseorang dalam mengambil keputusan. Faktor Pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang kepada sesuatu yang baru. Semakin tinggi pendidikan seseorang, informasi yang dimiliki lebih luas dan lebih mudah diterima termasuk informasi tentang water birth. Sedangkan bila tingkat pendidikan seseorang rendah maka informasi yang diberikan akan dibiarkan begitu saja. Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok dan masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2007). Penelitian sejenis juga pernah dilakukan oleh Elsya (2013) tentang FaktorFaktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh dengan jumlah responden 32 orang. Dari 19 reponden yang berpendidikan menengah terdapat 11 orang (57,9%) yang berpengetahuan rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth P=0,798. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Rosmawar (2013) tentang Hubungan Pengetahuan Dengan Motivasi Bidan Dalam meaksanakan water birth di RSIA dengan jumlah responden 49 orang. Tedapat 41 responden dengan pelaksanaan water birth yang baik sebanyak 35 orang (85,4%). Hasil penelitian ini menunjukkan tidak
ada hubungan motivasi dengan pelaksanaan water birth di RSIA B.aceh tahun 2013 P=0,601. Menurut asumsi peneliti dengan melihat hasil pengolahan data tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak ada hubungan dengan pengetahuan bidan tentang water birth di sebabkan karena water birth adalah metode persalinan yang terbaru dan belum diterapkan di Aceh. Oleh karena itu bidan di Aceh terutama bidan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh masih banyak yang belum mengetahui tentang water birth. Berdasarkan hasil wawancara pada saat penelitian sebagian bidan mengatakan belum mengetahui apa itu water birth.
2. Hubungan sumber informasi dengan pengetahuan bidan tentang water birth Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 responden yang bersumber informasi dari media terdapat 25 orang (62.5%) yang berpengetahuan baik dan dari 19 responden yang tidak pernah mendapatkan informasi tentang water birth terdapat 15 orang (78.9%) yang berpengetahuan kurang. Sedangkan dari 11 responden yang bersumber informasi dari narasumber terdapat 6 orang (54.5%) yang berpengetahuan kurang. Hasil statistik dengan menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% dimana nilai P ≤0,05 didapatkan bahwa nilai pada P-Value 0,012 (P<0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sumber informasi dengan pengetahuan bidan tentang water birth di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (Immediate Impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia macammacam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang
informasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain, mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan pendapat dan kepercayaan masyarakat (Notoatmodjo, 2007). Penelitian sejenis juga pernah dilakukan oleh Elsya (2013) tentang FaktorFaktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh dengan jumlah responden 32 orang. Dari 25 reponden yang informasinya dalam kategori pernah ternyata sebanyak 14 responden (56%) yang berpengetahuan rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara informasi dengan pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth P=0,678. Informasi dapat diperoleh melalui berbagai sumber dalam bentuk lisan maupun tulisan yang disebut dengan sumber informasi. Sumber informasi dapat berbentuk media tulis cetak, seperti buku, koran, tabloid, majalah, ensiklopedia, surat, buletin, jurnal, dan selebaran. Sumber informasi dapat pula berbentuk media elektronik, seperti radio, televisi, internet. Sumber informasi juga didapat langsung dari narasumber yang bersangkutan dengan melalui percakapan, wawancara, diskusi, seminar, dan lain-lain. Narasumber tentunya orang-orang yang dianggap ahli dibidangnya, seperti tokoh agama, para guru, dan ilmuwan (Kusuma, 2012). Menurut asumsi peneliti dengan melihat hasil pengolahan data tersebut menunjukkan bahwa sumber informasi ada hubungan dengan pengetahuan bidan tentang water birth. Sumber informasi sangat mempengaruhi pengetahuan bidan tentang water birth, karena semakin banyak sumber informasi maka semakin banyak informasi tentang water birth yang akan diperoleh oleh bidan.
3. Persepsi bidan terhadap water birth
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 70 responden, 31 orang (44%) yang menyatakan belum direkomendasikan dan 28 orang (40%) menyatakan belum ada pelatihan. Sedangkan 11 orang (16%) menyatakan belum ada fasilitas. Pada pertanyaan “apakah cocok jika water birth diterapkan di Aceh, apabila dilihat dari segi budaya dan apa alasannya?”, berdasarkan hasil dari jawaban responden terdapat 44 orang (63%) menyatakan cocok karena metode water birth mempunyai fungsi untuk menghilangkan rasa nyeri saat persalinan. Sedangkan 26 orang (37%) menyatakan tidak cocok, karena tidak sesuai dengan adat dan budaya masyarakat Aceh. Dan pada pertanyaan “bagaimana menurut anda jika water birth dilihat dari segi agama?”, berdasarkan hasil dari jawaban responden terdapat 50 orang
(71.4%)
menyatakan boleh-boleh saja, selama dilakukan sesuai prosedur dan dalam ruangan tertutup. Sedangkan 20 orang (28.6%) menyatakan tidak cocok, karena water birth adalah metode pesalinan orang barat dan juga belum ada pembahasan dari MUI. Menurut asumsi peneliti dengan melihat hasil penelitian tersebut water birth boleh dilakukan di Aceh selama proses water birth dilakukan sesuai prosedur dan tidak menyalahi agama dan adat di Aceh. Dan untuk paramedis di Aceh terutama bidan harus diberikan pelatihan agar bidan mengetahui dan bisa menolong persalinan dengan metode water birth.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada 70 responden didapatkan hasil sebagai berikut : 1.
Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan bidan tentang water birth di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda.
2.
Ada hubungan antara sumber informasi dengan pengetahuan bidan tentang water birth di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh.
B. Saran 1. Bagi institusi Pendidikan Adanya menambahkan water birth kedalam kurikulum kebidanan, dan disediakannya modul-modul atau buku-buku tentang water birth. 2. Bagi tempat penelitian Melakukan sosialisasi tentang water birth, melakukan pelatihan dan seminar tentang water birth dan menyediakannya fasilitas untuk water birth. 3. Bagi peneliti selanjutnya Agar dapat menjadikan penelitian ini sebagai data dasar untuk melakukan penelitian lainnya tentang belum adanya fasilitas untuk melakukan water birth.
DAFTAR PUSTAKA JNPK-KR/POGI. Asuhan Persalinan Normal, 2008. Jakarta Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta; Jakarta Akiraalie. 2010. Pendidikan. http://akiraalie.blogspot.com (dikutip 13 Juni 2013) Bagus. 2012. Artikel Pendidikan http://www.artikelbagus.com (dikutip 30 Juni 2013) Bayuningrat. 2008. Artikel Water Birth. Jakarta. Elsya, Cut. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth Diwilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh {internet} http://simtakp.stmikubudiyah.ac.id/dockti (di kutip 5 Februari 2014) Fatamorgana. 2010. Informasi. http://www.fatamorgana.com (dikutip 27 Juni 2013) Febrina. (2010). Artikel Melahirkan dalam Air. Diakses dari http://bidanshop. blogspot.com/2010/04/water-birth-melahiirkan-dalam-air.html (dikutip 5 Februari 2013) J.PediatricsSingh U, Schereiner A, Macdermott R, Johnston D, Seymour J,Garland D, Davidson J.(2006).Guidelines for Water Birth within themidwifery led unit and at home (Dartfordand Gravesham-NHS Trust). Dalam http://simtakp.stmikubudiyah.ac.id/dockti (di kutip 5 Februari 2014) Journal New Zealand College of Midwives. Waterbirth protocols: five North Island hospitals in New Zealand. 2004. Dikutip 6 Februari 2014 dari http://ayurosma.blogspot.com Maryunani, Anik. 2010. nyeri dalam persalinan . cv. Trans info media.jakarta. Marseno, Rhudy. 2011. Water Birth. Jakarta.www.scribd.com/doc/48191599/water-birth diakses tanggal 15 Agustus 2013 Notoatmodjo S, 2005 . Metodelogi penelitian kesehatan, jakarta ; Rineka Cipta , 2005 . Ilmu untuk kesehatan masyarakat, jakarta ; Rineka Cipta , 2007 . Pendidikan dan perilaku kesehatan, jakarta ; Rineka Cipta , 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta; Rineka Cipta Nursalam, 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Selemba Medika Pendidikan. 2011 Pentingnya Pendidikan karakter Dalam http://www.pendidikankarakter.com (dikutip 18 Juni 2013)
Dunia
Pendidikan.
Rosanna A. Zanetti-Daellenbach. European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology. Maternal and neonatal infections and obstetrical outcome in water birth. 2007.
Dikutip 6 Februari 2014 dari http://ayurosma.blogspot.com Sarwono, 2008, Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka Sarwono; Jakarta Sugiyono, 2009, Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Kedua belas, Alfabeta, Bandung. Siswosuharjo, Suwignyo, dr. Panduan Lengkap Hamil Sehat. Jakarta : Penebar plus. 2011. Dikutip 6 Februari 2014 dari http://ayurosma.blogspot.com Tiyani, Sulis. (2012). Artikel Water Birth. Dikutip pada tanggal 4 Februari 2014 dari: http://midewifehomes.blogspot.com/2012/07/water-birth.html Wikipedia. Pengetahuan. Dikutip 5 http://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuan
Februari
2014.
Dari:Wikipedia:
KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN SUMBER INFORMASI DENGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG WATER BIRTH DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BANDA ACEH DATA UMUM NO. RESPONDEN
:
TANGGAL PENGISIAN
:
NAMA
:
UMUR
:
AGAMA
:
ALAMAT
:
DATA KHUSUS A. Pendidikan Petunjuk pengisian : Berilah tanda checklist () pada jawaban yang menurut anda benar. Pendidikan terakhir anda : Tamat D4/S1 dan S2 Tamat D3 Tamat D1
B. Pengetahuan Petunjuk pengisian : Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang menurut anda benar. 1. Yang dimaksud dengan water birth adalah…… a. Melahirkan dengan cara di tempat tidur b. Melahirkan dengan cara di dalam air c. Melahirkan dengan cara caesar
2. Water birth baiknya dilakukan setelah dilatasi (pembukaan) mencapai ? a. 3 cm b. 5 cm
c. 6 cm 3. Pengertian dari metode water birth murni adalah...... a. Ibu masuk ke kolam persalinan setelah mengalami pembukaan 6 sampai proses melahirkan terjadi. b. Ibu hanya berada di dalam kolam hingga masa kontraksi akhir, proses melahirkan tetap dilakukan di tempat tidur. c. Ibu hamil aterm tanpa komplikasi bersalin dengan jalan berendam di air hangat (yang dilakukan pada bathtub atau kolam) dengan tujuan mengurangi rasa nyeri kontraksi dan memberi rasa nyaman. 4. Pengertian dari metode Water birth emulsion adalah...... a. Ibu masuk ke kolam persalinan setelah mengalami pembukaan 6 sampai proses melahirkan terjadi. b. Ibu hanya berada di dalam kolam hingga masa kontraksi akhir, proses melahirkan tetap dilakukan di tempat tidur. c. Ibu hamil aterm tanpa komplikasi bersalin dengan jalan berendam di air hangat (yang dilakukan pada bathtub atau kolam) dengan tujuan mengurangi rasa nyeri kontraksi dan memberi rasa nyaman. 5. Keuntungan dari persalinan water birth bagi ibu adalah...... a. Mengurangi rasa nyeri dan terjadi aspirasi air b. Rasa nyaman pada saat berendam di dalam air membuat ibu malas mengejan c. Perineum manjadi lebih elastis dan rileks, robekan/episiotomi dapat terhindari 6. Keuntungan dari persalinan water birth bagi bayi adalah...... a. Mengurangi rasa nyeri dan terjadi aspirasi air b. mencegah trauma atau resiko cedera kepala bayi, kulit menjadi lebih bersih, menurunkan risiko bayi keracunan air ketuban
c. Perineum manjadi lebih elastis dan rileks, robekan/episiotomi dapat terhindari 7. Syarat melakukan persalinan water birth adalah....... a. Hamil dengan resiko rendah b. Tanda vital dan CTG normal c. Semua benar 8.
Denyut jantung normal , janin tunggal presentasi kepala merupakan...... a. Syarat dari water birth b. Indikasi dari water birth c. Kontraindikasi dari water birth
9.
Yang termasuk kedalam kontraindikasi persalinan water birth adalah.... a. Ketuban pecah spontan < 24 jam b. Ketuban pecah spontan > 24 jam c. Hamil tidak mengalami infeksi vagina saluran kencing dan kulit
10. Yang termasuk kedalam kontraindikasi persalinan water birth adalah.... a. Ketuban pecah spontan < 24 jam b. Infeksi dan demam pada ibu c. Hamil tidak mengalami infeksi vagina saluran kencing dan kulit 11. Kekurangan dari persalinan water birth adalah.... a. Rasa nyaman pada sang ibu saat berendam di dalam air membuat ibu malas untuk mengejan. b. Persalinan di air menyebabkan terbatasnya pemberian analgesia yang lain. c. Semua benar 12. Yang termasuk kedalam kekurangan persalinan water birth terhadap bayi adalah.... a. Aspirasi air dan hipoksia
b. Peningkatan infeksi dan keterlamatan pertolongan apabila terjadi gawat janin (fetal distress) c. Semua benar
C. Sumber Informasi Petunjuk pengisian : Berilah tanda checklist () pada jawaban yang menurut anda benar. 1.
Apakah anda pernah mendapatkan informasi tentang water birth ? Ya Tidak
2.
Jika ya, dari manakah anda mendapatkan informasi tentang water birth ? Buku
Surat Kabar/ Koran
Majalah
Radio
Televisi
Internet
Petugas Kesehatan
Pelatihan/Seminar
Orang Lain
sosial media
D. Persepsi Bidan Terhadap Water Birth 1. Alasan mengapa Water Birth belum dilakukan di Aceh? Belum direkomendasikan Belum ada fasilitas Belum ada pelatihan .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ..............................................................................
2. Apakah cocok jika Water Birth diterapkan di Aceh, apabila dilihat dari segi budaya dan apa alasannya?
.......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... ..................................................................
3. Bagaimana menurut anda jika Water Birth dilihat dari segi agama? .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... ..................................................................