HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS DAN PANTANGAN MAKANAN DENGAN PERAWATAN LUKA RUPTUR PERINEUM DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes U’budiyah Banda Aceh
Oleh:
RAUDHATUL JANNAH NIM : 10010113
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH TAHUN 2013
ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS DAN PANTANGAN MAKANAN DENGAN PERAWATAN LUKA RUPTUR PERINEUN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BANDA ACEH Raudhatul Jannah1 Nuzulul Rahmi2
IX + 43 halaman :1 gambar, 6 tabel, XI lampiran
Latar belakang : Rupture perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Dari pengambilan data awal pada bulan April - Mei 2013 jumlah ibu ruptur perenium 37 ibu dari 54 ibu bersalin.15 ruptur tingkat II, 8 ruptur tingkat III, 11 ruptur tingkat 1 dan 3 ruptur tingkat IV, dari 15 ibu yang diwawancara, 13 ibu mengatakan melakukan pantang makanan masa nifas, dari hari pertama setelah melahirkan, yaitu berupa tidak makan pedas, asam, tidak banyak minum air karena takut lembab, tidak makan ikan tongkol, telur, dan makanan – makanan yang berlemak, ibu hanya mengkonsumsi nasi putih porsi kecil dengan sayur bayam atau dengan tempe goreng, dan tidak mau makan makanan yang sudah disediakan rumah sakit. Tujuan penelitian : untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu nifas tentang pantangan makanan dengan perawatan luka rupture perineum di RSIA Banda Aceh. Metode penelitian : Penelitian ini bersifat Analitik dengan pendekatan cross sectional, Populasi dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang ada di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan metode Accendtal sampling yaitu Ibu nifas yang ada di Rumah Sakit Ibu dan Anak. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh pada tanggal 30 Juli 2013.pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner,pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi-square. Hasil penelitian : Dari hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan pantangan makanan dengan perawatan luka rupture perineum, hal ini dapat di lihat dari uji statistic chi-square dengan nilai p-value =0,001,dan ada hubungan pengetahuan ibu nifas dengan perawatan luka rupture, hal ini dapat di lihat dari uji statistic chi-square dengan nilai p-value =0,045 Kesimpulan : Ada Hubungan pantangan makanan dan pengetahuan ibu nifas dengan perawatan luka rupture perineum di rumah sakit ibu dan anak banda aceh. Kata kunci :pengetahun ibu nifas, pantangan makanan, perawatan luka rupture perineum Sumber : 18 dari buku + 6 Internet 1. 2.
Mahasiswi Prodi D-III kebidanan STIKes Banda Aceh Dosen pembimbing Prodi D –III Kebidanan STIKes Banda Aceh
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T, dimana atas rahmat dan hidayah-Nya peneliti telah dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “ Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Dan Pantangan Makanan Dengan Perawatan Luka Rupture Perineum Di BLUD Rumah Sakit Ibu Dan Anak BandaAceh.”Peneliti Karya Tulis Ilmiah ini merupakan kewajiban yang harus di laksanakan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Kebidanan STIKes U’budiyah. Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini peneliti telah banyak menerima bimbingan dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kata pengantar ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Ibu Nuzulul Rahmi,SST selaku pembimbing saya dan juga selaku ketua prodi D-III Kebidanan STIKes U’budiyah Banda Aceh yang telah banyak meluangkan waktu dan pemikiran dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dan tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dedi Zefrizal, S.T, Selaku Ketua Yayasan U’Budiyah Indonesia. 2. Ibu Marniati, M. Kes. Selaku Ketua STIKes U’budiyah Banda aceh. 3. Ibu Silvia Wagustina, S.ST, M. Kes selaku penguji I 4. Ibu Lisma Safriza Putri, S.ST, selaku penguji II 5. Terima Kasih Kepada Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh yang telah memberikan informasi tentang perawatan luka rupture perineum di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh 6. Teristimewa buat Bapak dan Mama yang telah memberikan pengorbanan baik material maupun do’a bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan Akademi Kebidanan. 7. Teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu khususnya untuk kelas III- B sehingga selesainya penulisan ini.
Peneliti menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, banyak kekurangan baik dari segi bahasa, penulisan, maupun isinya. Oleh sebab itu penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak yang dapat membantu dalam pembuatan penulisan pada penelitian selanjutnya. Akhirnya kepada Allah SWT kita sepantasnya berserah diri, tiada satupun yang terjadi tanpa kehendaknya. Banda Aceh, September 2013 Tertanda
Peneliti
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ii PERNYATAAN PERSETUJUAN iii PENGESAHAN PENGUJI………………………………………………… iv KATA PENGANTAR……………………………….................................... v DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR TABEL x DAFTAR LAMPIRAN xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian
1 1 5 5 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 A. Penyembuhan Luka Ruptur Perenium 7 B. Masa Nifas 9 C. Periode Masa Nifas ..................................................................... 10 D. Tujuan Asuhan Masa Nifas 10 E. Jadwal Kunjungan Rumah 11 F. Robekan Jalan Lahir (Rupture Perenium) 13 G. Robekan Perenium 15 H. Perawatan Perenium 16 I. Pengetahuan………………………………………………………. 17 J. Pantang Makanan………...……………………………………..... 19 BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep Penelitian B. Definisi Operasional C. Hipotesa
24 24 25 26
BAB IV METODELOGI PENELITIAN 27 A. Jenis Penelitian 27 B. Tempat dan Waktu Penelitian 27 C. Populasi dan Sampel……………………………………………… 27 D. Instrumen Pengumpulan Data 28 E. Tehnik Pengumpulan Data 28 F. Cara Pengolahan Data 29 G. Tehnik Analisa Data 29 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……………………………... 32
B. Hasil Penelitian……………………………………………………33 C. Pembahasan………………………………………………………..37 BAB VI Kesimpulan Dan Saran……………………………………………..42 A. Kesimpulan………………………………………………………….42 B. Saran………………………………………………………………...42 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
24
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Defenisi Operasional .................................................................. 25 Tabel 5.1 Tabel Umur Responden .............................................................. 33 Tabel 5.2 Tabel Pendidikan Responden ...................................................... 33 Tabel 5.3 Tabel Pekerjaan Responden ........................................................ 34 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Penyembuhan Luka Rupture Perineum Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh ................................ 34 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pantangan Makanan Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh ...................................................... 35 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh ........................................................ 35 Tabel 5.7 Hubungan Penyembuhan Luka Rupture Perineum Dengan Pantangan Makanan Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh ........................................................................................... 36 Tabel 5.8 Hubungan Pengetahhuan Ibu Nifas Dengan Penyembuhan Luka Rupture Perineum Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak .............. 37
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
: Lembaran Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2
: Lembaran Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3
: Kuesioner
Lampiran 4
: Surat Pengambilan Data Awal
Lampiran 5
: Surat Selesai Pengambilan Data
Lampiran 6
: Surat Izin Penelitian
Lampiran 7
: Surat Selesai Penelitian
Lampiran 8
: Master Tabel
Lampiran 9
: Spss Out Put (Analisa Univariat)
Lampiran 10
: Spss Out Put (Analisa Bivariat)
Lampiran 11
: Lembaran Konsul Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 12
: Biodata
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Rupture perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Namun hal ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan jalan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat.Dan adanya robekan perineum ini dibagi menjadi robekan perineum derajat satu, dua, tiga dan empat (Samarah, 2009). Pemeriksaan setelah kala nifas tidak banyak mendapat perhatian ibu karena sudah merasa baik dan selanjutnya semua berjalan lancar.Pemeriksaan setelah kala nifas sebenarnya sangat penting dilakukan untuk mendapatkan penjelasan berharga dari bidan atau dokter yang menolong persalinan itu. Di antara masalah yang penting tersebut adalah melakukan evaluasi secara menyeluruh tentang alat kelamin dan terutama mulut rahim yang mungkin masih luka, akibat proses persalinan. Penyembuhan yang menyebabkan pembentukan jaringan parut, dapat menyebabkan mulut rahim kaku, dan menyulitkan persalinan yang akan datang (Manuaba, 2009). Morbiditas puerperium telah lama didefinisikan oleh Joint Committee on Maternal Welfare “suhu 100,40F (38,00) yang terjadi dua hari sepuluh hari pertama pasca-partum eksklusif pada 24 jam pertama, melalui pengukuran suhu oral dengan teknik standar sedikitnya empat kali sehari”. Morbiditas puerperium mungkin disebabkan oleh infeksi dan kondisi lain selain infeksi puerperium, seperti dehidrasi, infeksi saluran kemih, dan mastitis (Varney, 2007).
Soleha (2011) juga menyatakan pengetahuan mempengaruhi perawatan luka perineum, dimana pada hasil penelitiannya didapatkan hampir setengah responden berpengetahuan cukup tentang perawatan luka perineum dan hanya 5% responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang perawatan luka perineum. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Qiftiyah (2006) mendapatkan hasil bahwasanya pengetahuan mempengaruhi ibu nifas dalam melakukan perawatan luka ruptur perineum. Beberapa peneliti juga menyatakan beberapa faktor lain yang juga menyebabkan ibu nifas melakukan perawatan luka ruptur perineum adalah salah satunya seperti yang di ungkapkan oleh indriarti (2009) yang menyatakan bahwa umur ibu, dukungan keluarga, peran petugas kesehatan, lingkungan tempat tinggal ibu, sosial ekonomi, sosial budaya merupakan faktor penyebab ibu nifas melakukan perawatan luka ruptur perineum, dimana pada penelitian ini peneliti mememukan hasil bahwa semua faktor di atas terbukti mempunyai hubungan yang signifikan dengan perawatan luka ruptur perineum yang di lakukan oleh ibu nifas. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan beberapa indikator status kesehatan masyarakat. Dewasa ini AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya.Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2010).AKI berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas (SDKI, 2007).
Sebab utama kematian ibu di negara berkembang termasuk di Indonesia adalah perdarahan. Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2005 menunjukan bahwa perdarahan merupakan 26% dari penyebab kematian ibu di dunia dan merupakan penyebab terbesar setelah infeksi (15%), unsafe abortion (13%), dan preeklampsia atau eklampsia (12%),dan angka kejadian ruptur uteri di Asia mencapai 6,3 juta atau 50%, di samping sebab-sebab yang lain (WHO, 2005). Infeksi postpartum merupakan penyebab kematian maternal pada urutan kedua setelah perdarahan jika tidak segera ditangani (Hamilton, 2006). Infeksi postpartum terjadi di traktus genitalia setelah kelahiran yang diakibatkan oleh bakteri, hal ini akan meningkatkan resiko infeksi postpartum yang salah satunya disebabkan oleh luka episiotomi yang dapat menyebabkan syok septic (Cunninghum, 2005). Angka kejadian infeksi karena episiotomi masih tinggi, diperkirakan insiden trauma perineum atau episiotomi dialami 70% wanita yang melahirkan pervagina sedikit banyak mengalami trauma perineal. Di Inggris Raya, 350.000 ibu menjalani perbaikan perineal per tahun. Kebanyakan morbiditas maternal setelah trauma perineal tetap tidak terlapor ke professional kesehatan (Chapman, 2006). Dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang cara perawatan episiotomi dan salah satu intervensi yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan luka episiotomi (Aisyiyah, 2010). Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Provinsi Aceh tahun 2010, didapatkan dari 23 jumlah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh sejumlah 100.499 ( jumlah ibu bersalin dan yang ditolong Tenaga Kesehatan sebanyak 83.318 (82,90%). Diperkirakan jumlah persalinan yang ditolong tenaga kesehatan tersebut 45% mengalami masalah dengan jalan lahir yang berupa robekan jalan lahir/episiotomi. Dimana terdapat kematian ibu bersalin sebanyak 93 orang (0,1%)
dan kematian ibu nifas sebanyak 28 orang (0,02%) dari 95.407 jumlah ibu nifas (Profil Prov. Aceh, 2009). Dari hasil survey awal yang telah dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak bahwa angka kejadian ruptur perineum tahun 2012 pada bulan september – desember sebanyak 107 orang,dengan kriteria rupture tingkat I sebanyak 53 orang, rupture tingkat II sebanyak 35 orang, ruptur tingkat III sebanyak 15 orang, rupture tingkat IV sebanyak 4 orang. Dan yang dilakukan pada pengambilan data awal pada bulan April - Mei 2013 jumlah ibu ruptur perenium 37 ibu dari 54 ibu bersalin.15 ruptur tingkat II, 8 ruptur tingkat III, 11 ruptur tingkat 1 dan 3 ruptur tingkat IV, dari 15 ibu yang diwawancara, 13 ibu mengatakan melakukan pantang makanan masa nifas, dari hari pertama setelah melahirkan, yaitu berupa tidak makan pedas, asam, tidak banyak minum air karena takut lembab, tidak makan ikan tongkol, telur, dan makanan – makanan yang berlemak, ibu hanya mengkonsumsi nasi putih porsi kecil dengan sayur bayam atau dengan tempe goreng, dan tidak mau makan makanan yang sudah disediakan rumah sakit. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui “Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Pantangan Makanan dengan Penyembuhan Luka Ruptur Perenium Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Tahun 2013 “. B.
Rumusan Masalah Apakah Ada Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas dan Pantangan Makanan dengan Perawatan Luka Ruptur Perenium Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Tahun 2013 ?.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas dan
Pantangan
Makanan dengan perawatan Luka Ruptur Perineum Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Tahun 2013. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas dengan perawatan Luka Ruptur Perenium Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Tahun 2013. b. Untuk mengetahui Hubungan Pantangan Makanan dengan perawatan Luka Ruptur Perenium Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Tahun 2013. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Sebagai bahan untuk pengembangan ilmu dan dapat merupakan temuan teori baru untuk pengembangan teori yang sudah ada. 2. Manfaat Aplikatif Sebagai pengembangan program, dapat menjadi bahan petimbangan kebijakan bagi STIKes U’Budiyah dan sekaligus memberikan informasi tentang temuantemuan yang diperoleh.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Perawatan Luka Ruptur Perineum Penyembuhan luka adalah salah satu proses fisiologis manusia yang paling kompleks, sel-sel yang berdekatan akan bermigrasi dan bertambah banyak dan luka akan sembuh secara alami (Teddy, 2012). Menurut Varney (2008) penyembuhan luka terjadi dalam tiga fase: inflamasi, proliferasi, dan maturasi. Penyembuhan luka difasilitasi dengan tindakan yang dilakukan pada waktu yang berbeda-beda dalam siklus maternitas, sebagai berikut. 1. Masa Antepartum a. Pencegahan defisiensi nutrisi b. Pencegahan anemia 2. Masa Intrapartum a. Pencegahan kelelahan maternal dan dehidrasi b. Pelaksanaan teknik aseptic yang ketat c. Pencegahan trauma lebih lanjut yang tidak perlu pada jaringan insisi, misalnya yang dapat disebabkan oleh salah satu dibawah ini: 1.
Penggunaan mata jarum untuk menarik dua helai benang jahit melewati jaringan, jika sebenarnya jarum yang tidak bermata (swageon) atau beralur (jarum atraumatik) yang menarik hanya satu helai benang dapat digunakan.
2.
Penggunaan benang jahit dan jarum dengan ukuran yang lebih besar daripada yang diperlukan.
3.
Penggunaan jarum pemotong traumatic yang tidak tepat, bukan jarum bundar yang atraumatik.
4.
Pergeseran jahitan, perlu diangkat dan diganti.
5.
Penempatan jahitan dengan jarak yang terlalu dekat
6.
Strangulasi jaringan akibat jahitan yang terlalu ketat
7.
Berulang-ulang
melakukan
tindakan
membersihkan,
atau
menstimulasi atau menyentuh luka yang tidak perlu 8.
Penggunaan instrument yang merusak jaringan.
9.
Buang bekuan darah dan debris sebelum penjahitan luka
10. Pastikan hemostasis yang terlihat sebelum penjahitan luka untuk menghindari pembentukan hematoma 11. Rapatkan jaringan dengan cermat 12. Penjahitan untuk semua ruangan yang tersisa (dead space). (Varney, 2008). penyembuhan luka perineum adalah mulai
membaiknya luka
perineum dengan terbentuknya jaringan baru yang menutupi luka perineum dalam jangka waktu 6-7 hari post partum. kriteria penilaian luka adalah : 1. Baik jika luka kering, perineum menutup dan tidak ada tanda-tanda infeksi 2. Sedang jika, luka basah, perineum menutup dan tidak ada tanda-tanda infeksi
3. Buruk, jika luka basah, perineum menutup atau membuuka dan ada tanda-tanda
infeksi
merah,
bengkak,
panas, nyeri,
fungsioleosa
(Komariah, 2013). a. Tips Merawat Luka Perineum Menurut Affandi (2007) dan Hidayat (2010) tips merawat luka perineum adalah : 1) Menjaga perineumnya selalu bersih dan kering. 2) Hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada perineumnya 3) Cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih yang mengalir tiga sampai empat kali perhari. 4) Kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan lukanya. Ibu harus kembali lebih awal jika ia mengalami demam atau mengeluarkan cairan yang berbau busuk dari daerah lukanya atau jika daerah tersebut menjadi lebih nyeri. 5) Mengurangi pekerjaan dan aktivitas berat untuk menghindari putusnya benang jahitan pada perineum. 6) Konsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin C. B.
Masa Nifas Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu/pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi dan nutrisi bagi ibu (Prawirohardjo, 2010).
Nifas adalah periode dimana organ alat kelamin, khususnya rahim, perlahanlahan kembali ke keadaan sebelum hamil dan ketika semua perubahan yang terjadi selama kehamilan hilang. Periode ini berlangsung sekitar 8 minggu (Jones, 2005). C. Periode Masa Nifas Menurut mochtar (2008) masa nifas dibagi pada tiga periode yaitu : 1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. 2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu. 3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan. D. Tujuan Asuhan Masa Nifas Menurut Ambarwati (2009) Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.Tujuan asuhan masa nifas normal yaitu : 1) Informasi dan konseling tentang : a) perawatan bayi dan pemberian ASI b) Apa yang terjadi termasuk gejala adanya masalah yang mungkin timbul c) Kehidupan seksual d) Kontrasepsi e) Nutrisi
2) Dukungan dari : a) Petugas kesehatan b) Kondisi emosional dan psikologis suami serta keluarganya 3) Pelayanan kesehatan untuk kecurigaan dan munculnya tanda terjadinya komplikasi(Prawirohardjo, 2010)
E.
Jadwal Kunjungan Rumah Menurut Yulifah (2009) Pelaksanaan pemberian asuhan kebidanan ibu nifas di komunitas dilakukan melalui kunjungan-kunjungan. Kunjungan dilakukan paling sedikit empat kali selama ibu dalam masa nifas.Kegiatan yang dilakukan selama kunjungan meliputi pencegahan, pendeteksian, dan penanganan masalah-masalah yang terjadi pada saat nifas. Adapun jadwal kunjungan tersebut sebagai berikut : 1. Kunjungan Pertama Kunjungan pertama adalah kunjungan yang dilakukan pada 6-8 jam setelah ibu melahirkan. Adapun tujuan dari kunjungan pertama adalah sebagai berikut : a. Mendeteksi dan merawat penyebab lain, apabila ada perdarahan berlanjut segera lakukan rujukan. b. Inisiasi dini pemberian ASI. c. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. d. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia, jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir pada dua jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu pada dua jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
2. Kunjungan Kedua Kunjungan kedua pada ibu nifas dilakukan enam hari setelah persalinan. Kunjungan kedua ini bertujuan untuk : a.
Memastikan involusi uterus berjalan normal, yang ditandai dengan uterus pubis, tidak ada perdarahan abnormal, dan lokea tidak berbau.
b.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal.
c.
Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat.
d.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan adanya tanda-tanda penyulit
e.
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, seperti perawatan tali pusat, menjaga suhu bayi agar tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari.
3. Kunjungan Ketiga Kunjungan ketiga dilakukan dua minggu setelah ibu melahirkan, dengan tujuan : a.
Mengevaluasi perjalanan postpartum dan kesejahteraan ibu
b.
Mengevaluasi kesejahteraan bayi
c.
Mengevaluasi kemajuan dan kenyamanan dalam kemampuan merawat dan penerimaan peran sebagai orang tua
d.
Mengeksplorasi pengalaman persalinan ibu
e.
Memudahkan akses dalam menerima pertanyaan dan masalah
f.
Memberikan pendidikan kesehatan dan konseling yang dibutuhkan (Yulifah, 2009).
F.
Robekan Jalan Lahir (Ruptur Perenium) Sumarah (2009) menyatakan bahwa terjadinya laserasi atau robekan perenium dan vagina dapat diklarifikasikan berdasarkan luasnya robekan.Robekan perenium hampir terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Hal ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan cara menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlalu kuat dan lama. Apabila hanya kulit perenium dan mukosa vagina yang robek dinamakan robekan perineum tingkat satu.Pada robekan tingkat dua dinding belakang vagina dan jaringan ikat yang menghubungkan otot-otot diafragma urogenetalis pada garis tengah terluka. Sedang pada tingkat tiga atau robekan total muskulus spinter ani eksternum ikut terputus dan kadang-kadang dinding depan rectum ikut robek pula. Jarang sekali terjadi robekan yang mulai pada dinding belakang vagina diatas introitus vagina dan anak dilahirkan melalui robekan itu, sedangkan perineum sebelah depan tetap utuh (robekan perineum sentral). Pada persalinan sulit disamping robekan perineum yang dapat dilihat, dapat pula terjadi kerusakan dan keregangan muskulus puborektalis kanan dan kiri serta hubungannya digaris tengah.Robekan perineum yang melebihi robekan tingkat satu harus dijahit, hal ini dapat dilakukan sebelum plasenta lahir tetapi apabila ada kemungkinan plasenta harus dikeluarkan secara manual lebih baik tindakan itu ditunda sampai plasenta lahir.Perlu diperhatikan bahwa setelah melahirkan, kandung kencing ibu harus dalam keadaan kosong, hal ini untuk membantu uterus agar dapat berkontraksi dengan kuat dan normal dan kalau perlu untuk mengosongkan kandung kencing perlu dilakukan dengan kateterisasi aseptik (Sumarah, 2009).
Persalinan sering kali menyebabkan perlukaan jalan lahir.Luka yang terjadi biasanya ringan tetapi seringkali juga terjadi luka yang luas dan berbahaya, untuk itu setelah persalinan harus dilakukan pemeriksaan vulva dan perineum.Pemeriksaan vagina dan serviks dengan speculum perlu dilakukan setelah pembedahan pervaginam. G. Robekan Perineum Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Namun hal ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan jalan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Dan adanya robekan perineum ini dibagi menjadi ; robekan perineum derajat 1, robekan perineum derajat 2, 3 dan 4. Derajat Iaserasi jalan lahir adalah sebagai berikut : 1) Derajat I
: mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum
2) Derajat II
: mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot
perineum. 3) Derajat III: mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot perineum, otot spinter ani eksterna. 4) Derajat IV : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot perineum, otot spinter ani eksterna, dinding rectum anterior. Robekan perineum yang melebihi derajat 1 harus dijahit.Hal ini dapat dilakukan sebelum plasenta lahir, tetapi apabila ada kemungkinan plasenta harus dikeluarkan secara manual, lebih baik tindakan itu ditunda sampai menunggu plasenta lahir.Dengan penderita berbaring secara litotomi dilakukan pembersihan luka dengan cairan anti septic dan luas robekan ditentukan dengan seksama (Sumarah, 2009).
Pada robekan perineum derajat 2, setelah diberi anesthesia lokal otot-otot diafragma urogenetalis dihubungkan digaris tengah dengan jahitan dan kemudian
luka
pada
vagina
dan
kulit
perineum
ditutup
dengan
mengikutsertaka jaringan-jaringan dibawahnya (Sumarah, 2009). Menjahit robekan perineum derajat 3 harus dilakukan dengan teliti; mulamula dinding depan rectum yang robek dijahit, kemudian fasia prarektal ditutup. Selanjutnya dilakukan penutupan robekan seperti pada robekan perineum derajat 2. Untuk mendapatkan hasil yang baik pada robekan perineum total perlu diadakan penanganan pasca pembedahan yang sempurna (Sumarah, 2009). Penderita diberi makanan yang tidak mengandung selulosa dan mulai hari ke 2 diberi paraffinum liquidum sesendok makan 2 kali sehari dan jika perlu pada hari ke-6 diberi klisma minyak (Sumarah, 2009). H.
Perawatan Perineum Apabila setelah buang air besar atau buang air kecil perineum dibersihkan secara rutin.Caranya dibersihkan dengan sabun yang lembut minimal sekali sehari. Biasanya ibu merasa takut pada kemungkinan jahitannya akan lepas, juga merasa sakit sehingga perineum tidak dibersihkan atau dicuci. Cairan sabun atau sejenisnya sebaiknya dipakai setelah buang air kecil atau buang air besar (Ambarwati, 2009). Membersihkan dimulai dari simpisis sampai anal sehingga tidak terjadi infeksi.Ibu diberitahu caranya mengganti pembalut yaitu bagian dalam jangan sampai terkontaminasi oleh tangan.Pembalut yang sudah kotor harus diganti paling sedikit 4 kali sehari.Ibu diberitahu tentang jumlah, warna, dan bau lochea sehingga apabila ada kelainan dapat diketahui secara dini.Sarankan ibu untuk mencuci
tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.Apabila ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka (Ambarwati, 2009). I.
Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini tidak terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). 1. Proses Adopsi Perilaku Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : a) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. b) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus. c) Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru. e) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. 2. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif g. Tahu (know)
Ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. h. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. i.
Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
j.
Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
k. Sintesis (synthesis) Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. l.
Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian
terhadap
suatu
materi
atau
objek
(Notoatmodjo, 2007). Dalam pengukuran tidak hanya mengkategorikan pada
persamaan, tapi bisa menyatakan lebih besar atau lebih kecil dari. Misalnya pengetahuan 0=jelek, 1=cukup dan 2= baik. Skor tertinggi 20 dan skor terendah 0, yang sering ditulis dalam persentase Baik=76-100%,Cukup=5675% dan Kurang= ≤56%. (Nursalam, 2003). J. Pantang Makanan Pantang makanan adalah bahan masakan dan makanan yang tidak boleh dimakan oleh para individu dalam masyarakat karena alasan yang bersifat budaya. Adat menantang yang diajarkan secara turun temurun dan cenderung ditaati walaupun individu yang ditatai tidak terlalu faham atau yakin dari alasan melakukan pantang makanan, jenis pantangan menurut (Swasono, 2004) adalah : 1. Bermacam-macam ikan seperti ikan mujair, udang, ikan belanak, ikan lele, ikan basah karena dianggap akan menyebabkan perut menjadi sakit 2. Ibu melahirkan pantang makan telur karena akan mempersulit penyembuhan luka dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Jika ibu alergi dengan telur maka makanan pengganti yang dianjurkan adalah tahu, tempe dsb 3. Buah-buahan seperti pepaya, mangga, semua jenis pisang, semua jenis buahbuahan yang asam atau kecut seperti jeruk, cerme, jambu air, karena dianggap akan menyebabkan perut menjadi bengkak dan cepat hamil kembali 4. Semua jenis makanan yang licin antara lain daun talas, daun kangkung, daun genjer, daun kacang, daun seraung, semua jenis makanan yang pedas tidak boleh dimakan karena dianggap akan mengakibatkan kemaluan menjadi licin 5. Semua jenis buah-buahan yang bentuknya bulat, seperti nangka, durian, kluih, talas, ubi, waluh, duku dan kentang karena dianggap akan menyebabkan perut menjadi gendut seperti orang hamil
6. Jenis makanan yang dipantang adalah roti, kue apem, makanan yang mengandung cuka, ketupat dan makanan yang ditusuk seperti sate dengan alasan bahwa semuanya dianggap akan menyebabkan perut menjadi besar. 7. Hanya boleh makan lalapan pucuk daun tertentu, nasi, sambel oncom dan kunyit bakar. Kunyit bakar sangat dianjurkan agar alat reproduksi cepat kembali pulih dan cepat. 8. Hindari makan makanan yang berserat seperti agar-agar, sayur dan buah karena makanan berserat hanya akan memperpanjang masa diare. Makanan berserat hanya baik untuk penderita susah buang air besar. 9. Ibu nifas minum abu dari dapur dicampur air, disaring, dicampur garam dan asam diminumkan supaya ASI banyak (Swasono, 2004). Untuk ibu nifas yang berpantang makanan, kebutuhan nutrisi akan berkurang sehingga untuk makanan yang dikonsumsi sebaiknya mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Dan ini akan mempengaruhi dalam proses penyembuhan luka perienum, yaitu mengakibatkan luka menjadi tidak sembuh dengan baik atau buruk.Sedangkan ibu nifas yang nutrisinya sudah cukup akan tetapi masih mengikuti kebiasaan berpantang makanan seperti yang telah dikatakan oleh orangtua, sehingga bisa juga menyebabkan proses
kesembuhan
luka
perienum
menjadi
kurang
baik,artinya
sembuh
sedang.Sedangkan ibu nifas yang nutrisinya sudah cukup maka proses penyembuhan luka perineumnya akan lebih cepat dan sembuh dengan baik.Data tersebut sesuai dengan teori bahwa semakin baik konsumsi nutrisi semakin baik penyembuhan luka perineum karena makanan yang memenuhi syarat gizi dapat mempercepat penyembuhan luka (Manuaba, 2008).
Protein juga merupakan zat makanan yang sangat penting untuk membentuk jaringan baru, sehingga sangat baik dikonsumsi oleh ibu nifas sehingga penyembuhan luka lebih cepat (Kozier, 2005). Namun jika makanan berprotein ini dipantang maka proses penyembuhan luka perineum akan berjalan lambat, dan ini dapat memicu terjadinya infeksi jalan lahir (Mochtar, 2008). Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia boleh mengkonsumsi makanan ringan. Ibu sering kali cepat lapar setelah melahirkan dan siap makan pada 12 jam post primodial, dan dapat di tolenransi dengan diet yang ringan. Setelah benarbenar pulih dari efek analgesia, anastesia dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar (Anonymous, 2008). Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah yang biasa dikonsumsi cemilan yang sering ditemukan, kerap kali untuk pemulihan nafsu makan, diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal meskipun kadar progesterone menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah semakin kosong jika sebelum melahirkan. Pola makan pada ibu nifas tidak akan seperti biasa dalam beberapa hari dan seperti perineum ibu akan terasa sakit untuk defekasi, faktor-faktor tersebut mendukung konstipasi pada ibu nifas dalam minggu pertama (Anonymous, 2008). Pola makan dapat diartikan suatu sistem, cara kerja atau usaha untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, pola makan yang sehat dapat diartikan sebagai suatu cara atau usaha untuk melakukan kegiatan makan secara sehat. Jadi pola makan juga ikut menentukan kesehatan bagi tubuh kita. Sedangkan yang dimaksud pola makan sehat
adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Dalam pola makan sehari-hari seseorang harus menjaga dan berhubungan dengan kebiasaan kesehariannya (Anonymous, 2010). Dengan semakin meningkatnya usia, nutrisi yang masuk kedalam tubuh semakin diperhatikan. Di bawah ini petunjuk mengelola makanan yang tepat agar zat gizi bermamfaat bagi tubuh, yaitu : i.
Memilih
jenis makanan yang bermanfaat. Misalnya, memilih makanan
mengandung protein dan lemak tak jenuh seperti ikan salmon dan tuna. ii.
Patuhi jadwal makan, yaitu makanan yang seimbang tiga kali sehari pada waktu yang tepat.
iii.
Jangan makan pada kondisi lapar karena akan membuat acara makan terburuburu.
iv.
Konsumsi makanan segar dan bervariasi.
v.
Makan secukupnya.
BAB III KERANGKA KONSEP
A.
Kerangka Konsep Kerangka konsep yang di kembangkan dalam penelitian ini adalah berdasarkan teori (Notoadtmojo, 2003), Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini tidak terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertetu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Menurut Manuaba, (2008), semakin baik konsumsi nutrisi semakin baik penyembuhan luka perenium karena makanan yang
memenuhi syarat gizi dapat
mempercepat penyembuhan luka. Maka dalam penelitian ini yang teliti adalah Pengetahuan dan Pantangan Makanan yang di duga berhubungan dengan penyembuhan luka ruptur perenium ibu di RSIA Banda Aceh. Adapun kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut :
Variabel Independent
Variabel Dependent
Pantangan Makanan
Penyembuhan Luka Ruptur Perineum Pengetahuan Gambar3.1 :Kerangka Konsep
B.
Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional
N o
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Menyebarkanku esioner
Kuesioner a. b. c.
Hasil Ukur
Skala Ukur
Variabel Dependen 1.
Perawatan luka ru pture perenium
Proses penyembuhan jahitan luka robekan jalan lahir pasca persalinan
a.baik x>
Ordinal
b. kurang baik x<
Variabel Independent 2. Pengetahuan
3.
Pantangan Makanan
Pemahaman ibu nifas tentang peyembuhan luka ruptur perenium
Menyebarkan kuesioner
Asupan makanan yang dikonsumsi ibu nifas dengan keadaan ruptur perenium
Menyebarkanku esioner
Kuesioner d. e. f.
a. Tinggi x> b. Rendah x < 4,3
Kuesioner g. h. i. j.
a. Ya x > 2,13 b. Tidak x < 2,13
C.HIPOTESA 1. Ada hubungan Pengetahuan dengan penyembuhan luka ruptur perenium di RSIA Banda Aceh. 2. Ada hubungan antara Pantangan Makanan dengan penyembuhan luka ruptur perenium di RSIA Banda Aceh.
Ordinal
Ordinal
BAB IV METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini adalah Analitik dengan menggunakan pendekatan cross secctional yaitu variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini dikumpulkan dalam waktu bersamaan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Pantangan Makanan dengan Penyembuhan Luka Rupture Perenium Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1.Tempat Penelitian ini telah dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh. 2. Waktu Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 30 juli sampai 02 agustus 2013.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah ibu yang ruptur perenium pada bulan April – Mei 2013 berjumlah 54 orang.
2.
Sampel Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dalam penelitian ini di lakukan dengan mengambil kasus atau respoden yang kebetulan ada atau tersedia ( Accidental Sampling ), yang berjumlah 30 responden.
D. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang berjumlah 20 pertanyaan, diantaranya : 10 pertanyaan tentang pengetahuan, 5 pertanyaan tentang penyebuhan luka rupture, dan 5 pertanyaan tentang pantangan makanan dengan pertanyaan positif skor 1 (Satu) bila menjawab Ya dan 0 (Nol) bila menjawab Tidak dan pertanyaan negatif dengan skor 1 (satu ) bila menjawab tidak dan 0 ( Nol) bila menjawab Ya.
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Data Primer Data Primer yaitu data yang langsung di peroleh di lapangan dengan menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan yang di isi oleh responden 2. Data sekunder Data yang diperoleh dari data-data ibu yang ruptur perenium di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh,di dapatkan dari ruang rawat ibu di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh.
F. Cara Pengolahan Data Dalam proses pengolahan data terdapat langkah – langkah yang harus ditempuh, diantaranya(Hidayat, 2007). a. Editing Adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. b. Coding Adalah merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. c. Transfering Dimana data yang diberi kode disusun secara berturut –turut dari responden pertama sampai responden terakhir untuk dimasukkan kedalam tabel. d. Tabulating Yaitu data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang telah diolah dan dipindahkan kedalam tabel untuk masing – masing tabel dan untuk masing – masing variabel.
G. Teknis Analisis Data 1. Analisa Univariat Analisa Univariat dilakukan terhadap tiap – tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel ( Notoatmodjo, 2005)
kemudian ditentukan presentase ( p ) dengan menggunakan rumus (Budiarto, 2002) sebagai berikut :
Keterangan : P = Angka Persentase f = Frekuensi yang di cari persentasinya n = Jumlah seluruh responden 2. Analisa Bivariat Analisa bivariat merupakan analisa hasil dari variabel bebas diduga mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa yang digunakan adalah hasil tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistik dengan uji Chi – square test (x) pada tingkat kemaknaan 95% ( p. Value < 0,05). Sehingga dapat diketahui perbedaan tidaknya yang bermakna secara statistik, dengan menggunakan program khusus SPSS for windows. Melalui perhitungan Chis – Square selanjutnya ditarik suatu kesimpulan, bila nilai P lebih kecil dari nilai α (0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara variabel terikat dengan variabel bebas. Perhitungan yang digunakan pada uji Chi – Square untuk Program komputerisasi seperti program SPSS adalah sebagai berikut (Hartono, 2005) : 1. Bila pada tabel contingensy 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5,maka uji yang digunakan adalah fisher axact tes.
2. Bila pada tabel contigency 2x2 dan tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil uji yang digunakan adalah contiuty correction. 3. Bila pada tabel 2x2 masih juga terdapat frekuensi (harapan) e kurang dari 5, maka dilakukan koreksi dengan menggunakan rumus yate’s correction continu. 4. Pada uji chi-square hanya digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan tiga variabel.
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gamabara Umum Lokasi Penelitian Secara Demografi lokasi Rumah Sakit Ibu dan Anak berada di jalan Prof. A. Majid Ibrahim no.13.Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pemerintah Aceh yang dibentuk berdasarkan Qanun (Perda) Pemerintah Aceh nomor 5 tahun 2006 tentang susunan organisasi dan tata kerja badan pelayanan kesehatan Rumah Sakit Ibu dan Anak Provinsi Aceh, selanjutnya dengan Qanun nomor 5 tahun 2007 terjadi perubahan nomenklatur menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak Provisi Aceh . RSIA Pemerintah Aceh adalah rumah sakit dengan tipe
B
khusus,
kapasitas tempat tidur 98 TT, berdiri pada area seluas 9.307 m dengan luas bangunan 8.575 m,sesuai dengan fungsinya RSIA Pemerintah Aceh bertugas menyenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya kesehatan Ibu dan Anak dengan jenis pelayanan meliputi Pelayanan Medik yaitu pelayanan gawat darurat ,pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, kamar bedah, rawat intensif, penunjang medik, Rawat Jalan yaitu pelayanan dokter umum, pelayanan kesehatan ibu dan anak, pelayanan KB, pelayanan imunisasi. Rawat Inap yaitu perawatan kebidanan, perawat penyakit anak, perawatan bedah, perawatan penyakit dalam. Gawat Darurat yaitu pelayanan trauma, pelayanan non trauma. Perawatan intensif yaitu NICU /PICU,ICU.
Di tinjau dari segi geografis Rumah Sakit Ibu dan Aank Provinsi Aceh di batasi oleh : 1.
Bagian Barat berbatasan dengan sungai
2.
Bagian Timur berbatasan dengan jln.Prof A.Majid Ibrahim
3.
Bagian Selatan berbatasan dengan rumah panglima Kodam Iskandar Muda
4.
Bagian Utara berbatasan dengan lorong bonsai
B. Hasil Penelitian Karakteristik Sampel 5.1. Tabel Umur Responden NO
Umur
Jumlah
1
23
5
2
25
7
3
28
10
4
32
4
5
37
4
5.2. Tabel Pendidikan Responden NO
Umur
Jumlah
1
SMP
8
2
SMA
13
3
D3
5
4
S1
4
5.3 Tabel Pekerjaan Responden
NO
Pekerjaan
Jumlah
1
IRT
17
2
WIRASWASTA
6
3
GURU
4
4
PNS
3
1. Analisa Univariat a. Perawatan Luka Rupture Perenium Tabel 5.4 Distribusi Perawatan Luka Rupture Perenium Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh
No
Penyembuhan Luka
n
%
Rupture Perineum 1
Cepat
20
66,7
2
Lambat
10
33,3
30
100
Jumlah
Sumber data primer (di olah tahun 2013) Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan dari 30 responden dengan perawatan luka rupture perineum yang cepat sebanyak
20 responden
(66,7 %).
b. Pantangan Makanan Tabel 5.5 Distribusi Pantangan Makanan Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh
No
Pantangan
n
%
Makanan 1
Ya
11
36,7
2
Tidak
19
63,3
30
100
Jumlah
Sumber data primer (di olah tahun 2013) Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan dari 30 responden yang tidak melakukan pantangan makanan sebanyak 19 responden (63,3 %)
C. Pengetahuan Tabel 5.6 Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas Di Rumah Sakit Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh No
Pengetahuan
n
%
1
Tinggi
10
33,3
2
Rendah
20
66,7
Jumlah
30
100
Sumber data primer (di olah tahun 2013) Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan dari 30 responden dengan pengetahuan yang rendah sebanyak 20 responden (66,7 %) ,dan yang tinggi 10 responden (33,3 %). 2. Analisa Bivariat 1. Hubungan Pantangan Makanan Dengan Perawatan Luka Rupture Perineum
Tabel 5.7 Hubungan Perawatan Luka Rupture Perineum Dengan Pantangan Makanan Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh Perawatan Luka No
Pantangan
Rupture Perineum
Makanan
Cepat
Lambat
n
%
n
%
Nilai Total
%
1
Ya
3
27,3
8
72,7
11
100
2
Tidak
17
89,5
2
10,5
19
100
Jumlah
20
66,7
10
33,3
30
100
p.Value
α
0,05
0,001
Sumber data primer (diolah 2013) Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan dari 19 responden dengan tidak melakukan pantangan makanan dan cepat perawatan luka rupture perineum 89,5%, dari 11 responden yang melakukan pantangan makanan dengan perawatan luka rupture perineum yang lambat 72,7%. Berdasarkan uji statistik chi-square yang telah dilakukan nilai PValue 0,001. Yang berarti ada hubungan antara pantangan makanan dengan perawatan luka rupture perineum.
2. Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka Rupture Perineum Tabel 5.8 Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka Rupture Perineum Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh Perawatan Luka No
Pengetahuan
Rupture Perineum Cepat
Lambat
n
%
n
%
Nilai Total
%
1
Tinggi
4
40
6
60
10
100
2
Rendah
16
80
4
20
20
100
Jumlah
20
66,7
30
33,3
30
100
p. Value
α
0,05
0,045
Sumber data primer (diolah 2013) Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan dari 20 responden dengan pengetahuan rendah dan perawatan luka rupture perineum yang cepat 80%, dari 10 responden dengan pengetahuan yang tinggi perawatan luka rupture perineum yang lambat 60%. Berdasarkan uji statistic chi-square yang telah dilakukan nilai P.Value 0,045, yang berarti ada hubungan antara pengetahuan ibu nifas dengan perawatan luka rupture perineum. C. Pembahasan 1. Hubungan Pantangan Makanan Dengan Perawatan Luka Rupture Perineum Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan dari 30 responden dengan tidak melakukan pantangan makanan dan cepat perawatan
luka rupture perineum sebanyak 17 responden (89,5%), dan yang melakukan pantangan makanan dengan perawatan luka rupture perineum yang lambat sebanyak 8 responden (72,7%). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan antara pantangan makanan dengan perawatan luka rupture perineum dengan nilai p-value 0,001 yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara pantangan makanan dengan perawatan luka rupture perineum. Teori Suprabowo 2006 sesuai dengan hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa Pantangan makanan pada masa nifas dapat menurunkan asupan gizi ibu yang akan berpengaruh terhadap kesehatan ibu, pemulihan tenaga, penyembuhan luka perineum dan produksi ASI bagi bayi. Hal tersebut tidak sesuai dengan anjuran untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, sayuran dan buah yang mengandung vitamin dan mineral, protein hewani, protein nabati serta banyak minum setiap hari. Dari
hasil
penelitian
yang
di
lakukan
oleh
Setiya
Hartiningtiyaswati 2010 yang mengatakan bahwa ada hubungan antara prilaku pantangan makanan dengan penyembuhan luka rupture perineum. Dapat di lihat dari hasil analisis statistik kurang dari 0,05 (P < 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan secara signifikan
antara
perilaku
pantang
makanan
dengan
lama
penyembuhan luka perineum pada ibu nifas, dengan kata lain hipotesis yang diajukan diterima.
Peneliti berasumsi bahwa dapat dinyatakan pantangan makanan ada hubungan dengan perawatan luka rupture perineum karena yang tidak melakukan pantangan makanan akan menyebabkan proses penyembuhan luka yang cepat. penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh setya hartiningtiyaswati yang menyatakan bahwa ada hubungan prilaku pantangan makanan dengan perawatan luka rupture perineum. 2. Hubungan pengetahuan ibu nifas terhadap perawatan luka rupture perineum di rumah sakit ibu dan anak Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan dari 30 responden dengan pengetahuan rendah perawatan luka rupture perineum yang cepat sebanyak 16 responden (80%), dan pengetahuan yang tinggi perawatan luka rupture perineum yang lambat 6 responden (60%). Dari hasil
hipotesa menunjukkan bahwa adanya hubungan
antara pengetahuan ibu nifas dengan perawatan luka rupture perenium dengan nilai p-value 0,045 yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu nifas dengan perawatan luka rupture perenium. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Notoatmodjo (2005) bahwa pengetahuan yang diperoleh dengan cara modern atau cara ilmiah diperoleh dengan cara yang lebih sistematis logis dan ilmiah dengan cara mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan obyek penelitiannya.
Pengetahuan yang baik dalam hal perawatan luka perineum tersebut akan sangat membantu dalam proses penyembuhan luka perineum. Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Mariyatul Qiftiyah tahun 2006 dengan judul Hubungan antara Pengetahuan Ibu Nifas tentang Perawatan Luka Perineum dengan Kecepatan Penyembuhan Luka Perineum di BPS Kasih Ibu Jatirogo Kabupaten Tuban. Pada pengetahuan ibu nifas tentang perawatan perineum didapatkan hasil bahwa hampir sebagian besar responden mempunyai pengetahuan tinggi dan rendah yaitu pengetahuan tinggi 18 responden (60%) dan pengetahuan rendah 7 berpengetahuan
sedang
responden (23,33%) sedangkan 5
responden
(16,67%).
yang
Kecepatan
penyembuhan luka perineum pada ibu nifas dengan jahitan perineum didapatkan
hasil
lebih
dari
sebagian
responden
mengalami
penyembuhan normal (66,67%) sedangkan sisanya 10 responden (33,33%) mengalami penyembuhan yang lambat. Dari = 0,7 dimana hasil uji Spearman > 0,364 sehingga h0 ditolak diterima, yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu nifas tentang perawatan luka perineum dan kecepatan penyembuhan luka perineum. Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan ibu nifas ada hubungan dengan perawatan luka rupture perineum, semakin tinggi pengetahuan ibu nifas maka semakin lama peyembuhan luka perineum, karena ibu melakukan pantangan makanan, dan juga hal ini disebabkan oleh
lingkungan sekitarnya seperti orang tua, suami, dan saudara dekatnya. Terkadang ada juga ibu nifas yang berpengetahuan tinggi yang tidak ingin melakukan pantangan akan tetapi disuruh oleh orang tua untuk melakukan pantangan makanan, dan ibu nifas yang berpengetahuan rendah
tidak
melakukan
pantangan
makanan,
akan
tetapi
penyembuhan luka rupture perineum semakin cepat. penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh mariyatul qiftiyah (2006) yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu
nifas
tentang
perawatan
luka
penyembuhan luka rupture perineum.
perineum
dan kecepatan
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan
data
dan
hasil
penelitian
pada
bab
sebelumnya,didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada Hubungan pantangan makanan dengan penyembuhan luka rupture perineum di rumah sakit ibu dan anak banda aceh. 2. Ada Hubungan pengetahuan ibu nifas dengan penyembuhan luka rupture perineum di rumah sakit ibu dan anak banda aceh B. Saran 1. Bagi Respoden Diharapkan kepada respoden agar meningkatkan pengetahuan tentang luka rupture perineum di rumah sakit ibu dan anak banda aceh. 2. Bagi institusi pendidikan di harapkan agar karya tulis ilmiah ini dapat di jadikan sebagai bahan kajian terhadap teori yang telah di peroleh mahasiswi selama mengikuti kegiatan belajar mengajar sekaligus sebagai bahan bacaan di perpustakaan institusi pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, 2009. Asuhan Kebidanan Nifas, Mitra Cendikia, Yogyakarta. Chapman, 2009. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran, EGC, Jakarta. Danim, 2003. Metode Penelitian Kebidanan, EGC, Jakarta. Depkes RI, 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA), Dinkes Aceh. Dinkes provinsi aceh 2009.profil kesehatan dinas kesehatan provinsi aceh,dinkes prov aceh. Hidayat, 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan, Muha Medika, Yogyakarta. Ibrahim komariah, 2013 kti perawatan luka perineum, http://www.blogger.com, dikutip tanggal 6 juli 2013 Jones, 2005. Setiap Wanita, Delapratasa, Jakarta. Kozier B.2005. Perawatan Medikal Bedah.Bandung:IAPK Manuaba, 2009. Kesehatan Reproduksi Wanita, EGC, Jakarta. Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obsetri, Obstetri Fisiologi, Obsetri Patologi Info Media: Jakarta. Notoatmodjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. , 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Prawirohardjo, 2010. Ilmu Kebidanan, BPSP, Jakarta. Profil Kesehatan Provinsi Aceh, 2010. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil Persalinan Ditolong Nakes dan Ibu Nifas NAD, http://www.profilnad.com, dikutip tanggal 8 Maret 2012.
Qiftiyah, 2010. Hubungan antara Pengetahuan Ibu Nifas tentang Perawatan Luka Perineum dengan Kecepatan Penyembuhan Luka Perineum di BPS Kasih Ibu Jatirogo Kab Tuban, www.gudangreferensi.com.mht, dikutip tanggal 8 Maret 2012. Sholeha, 2011. Hubungan antara Pengetahuan Ibu Nifas tentang Perawatan Luka Perineum, Suherni, 2009. Perawatan Masa Nifas, Fitramaya, Yogyakarta. Sumarah, 2009. Perawatan Ibu Bersalin, Fitramaya, Yogyakarta. Teddy, 2012. Defenisi luka, http://drteddyplasticsurgery.com , di akases tanggal 22.5.13 Varney, 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, EGC, Jakarta. Yulifah, 2008. Asuhan Kebidanan Komunitas, Salemba Medika, Jakarta
Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth, Calon Responden Penelitian Di,Tempat Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Raudhatul Jannah Nim : 10010113 Adalah mahasiswi akademi kebidanan STIKes U’Budiyah yang akan mengadakan penelitian untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh ahli madya kebidanan. Adapun penelitian yang dimaksud berjudul“Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Dan Pantangan Makanan Dengan perawatan Luka Rupture Perineum Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh.” Untuk maksud tersebut saya memerlukan data atau informasi yang nyata dan akurat dari ibu melalui pengisian observasi yang saya lampirkan dalam surat ini. Ibu berhak berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini, namun demikian penelitian ini sangat berdampak positif terhadap kemajuan dalam bidang kebidanan bila semua pihak ikut berpartisipasi. Ibu setuju terlibat dalam penelitian ini, mohon menandatangani lembar persetujuan yang di sediakan. Kesediaan ibu menjadi responden sangat saya harapkan, atas kerja samanya saya ucapkan terimakasih. Diploma III Kebidanan U’Budiyah Peneliti,
(Raudhatul jannah)
Lampiran 2
LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah bersedia menjadi responden yang akan di lakukan oleh mahasiswa akademi STIKes U’Budiyah Banda Aceh:
Nama
: Raudhatul Jannah
Nim
: 10010113
Judul
:“Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Dan Pantangan Makanan Dengan perawatan Luka Rupture Perenium Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh.”
Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini sangat besar manfaatnya bagi pengembangan Kebidanan di Indonesia dan Aceh khususnya. Demikian pernyataan persetujuan menjadi responden bagi saya semoga dapat dipergunakan seperlunya.
Banda Aceh, Juli 2013 Responden
(………………………)
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS DAN PANTANGAN MAKANAN DENGAN PERAWATAN LUKA RUPTURE PERINEUM DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BANDA ACEH Tgl. Wawancara
:
No. Identitas Responden
:
A. Identitas Responden Umur ibu
:
Pekerjaan ibu
:
Alamat
:
Pendidikan
: SD S
SMP
SMA
LAIN-LAIN
Petunjuk : Berilah tanda ceklist (√) pada item jawaban yang anda pilih. A. Perawatan Luka Rupture perineum Pernyataan No. 1.
Apakah saat persalinan mengalami robekan jalan lahir dan dijahit ?
2.
Apakah Ibu melakukan perawatan luka setelah proses penjahitan dilakukan?
3.
Ibu membersihkan daerah luka jahitan setelah habis buang air kecil dengan rutin menggunakan handuk kering?
4.
Apakah Ibu mengganti pembalut yang sudah kotor, harus diganti paling sedikit 4 kali sehari ?
5.
Ibu mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya ?
B. Pengetahuan 1.
Apakah ibu melakukan pantang makanan sesudah melahirkan ?
Ya
Tidak
2.
Ibu nifas yang berpantang makanan mempengaruhi dalam proses penyembuhan luka perineum ?
3.
Ibu nifas yang berpantang makanan,kebutuhan nutrisi akan berkurang ?
4.
Jika proses penyembuhan luka perineum berjalan cepat dapat menyebabkan infeksi jalan lahir ?
5.
Makanan yang memenuhi syarat gizi dapat memperlambat penyembuhan luka perineum ?
6.
Buah-buahan dapat mempengaruhi dalam proses penyembuhan luka perineum ?
7.
Air kelapa dapat mempengaruhi dalam proses penyembuhan luka perineum ?
8.
Makanan yang seimbang 3x sehari pada tepat waktu dapat mempengaruhi dalam proses penyembuhan luka perineum yang lambat ? Makanan berprotein di pantang maka proses penyembuhan luka perineum akan berjalan cepat?
9.
10.
Sayur-sayuran dapat mempengaruhi dalam proses penyembuhan luka jalan lahir ?
C. Pantangan Makanan Petunjuk : Berilah tanda ceklist (√) pada item jawaban yang anda pilih. No. Pernyataan Ya 1. Apakah ibu hanya mengkonsumsi nasi putih dengan kuah sayur bening sebagai lauk makan setelah persalinan ? 2. Ibu melahirkan pantang makan telur karena akan mempersulit penyembuhan luka ? 3. Apakah ibu langsung menkonsumsi makanan setelah persalinan selesai ? 4. Apakah Ibu dianjurkan oleh keluarga agar menghindari beberapa jenis makanan setelah persalinan ? 5. Apakah dengan melakukan pantang makanan penyembuhan luka dapat cepat sembuh ?
Tidak