FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI BUAH DAN SAYUR ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI BOGOR
ANDIKA MOHAMMAD
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Buah dan Sayur Anak Usia Sekolah Dasar di Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014 Andika Mohammad NIM I14100136
ABSTRAK ANDIKA MOHAMMAD. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Buah dan Sayur Anak Usia Sekolah di Bogor. Dibimbing oleh SITI MADANIJAH. Latar belakang penelitian ini adalah masih rendahnya konsumsi buah dan sayur, termasuk anak usia sekolah. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur pada anak usia sekolah dasar di Bogor. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan teknik penarikan contoh secara purposive sebanyak 108 contoh di dua sekolah dasar di Bogor yaitu SDN Cibanteng 01 Kabupaten Bogor dan SDN Papandayan Kota Bogor. Konsumsi buah dan sayur di SDN Papandayan lebih besar dibandingkan dengan SDN Cibanteng. Terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) konsumsi buah anak berdasarkan suku dan pekerjaan ibu. Terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) konsumsi sayur anak berdasarkan suku. Pengetahuan gizi anak dan pendidikan ayah dan ibu berhubungan signifikan positif (p<0.05) dengan konsumsi buah dan sayur anak, demikian pula uang saku, ketersediaan buah, dan pendapatan keluarga berhubungan signifikan positif (p<0.05) dengan konsumsi buah anak. Kata kunci: konsumsi buah dan sayur anak, sosial-ekonomi
ABSTRACT ANDIKA MOHAMMAD. Factors that Associated with Fruit and Vegetable Consumption of Elementary School Children in Bogor. Supervised by SITI MADANIJAH. Background of this study was high prevelance of inadequate intake of fruits and vegetables, including school-age children. The aim of this study was to analyze factors related to fruits and vegetables consumption of elementary school children in Bogor. The design of this study was cross-sectional with purposive sampling 108 children in SDN Cibanteng 01 in rural area and SDN Papandayan in urban area. Children`s consumption of fruits and vegetables in SDN Papandayan was higher than SDN Cibanteng. There were significant differences (p<0.05) children`s consumption of fruits based on ethnic and mother`s job. There were significant differences (p<0.05) children`s consumption of vegetables based on ethnic. Children's knowledge of nutrition and education of father and mother significantly positive associated (p<0.05) with children`s consumption of fruits and vegetables, as well as pocket money, availability of fruits in house, and family income positive significantly associated (p<0.05) with children’s consumption of fruits. Keywords: childrens`s consumption of fruits and vegetables, socio-economic
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI BUAH DAN SAYUR ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI BOGOR
ANDIKA MOHAMMAD
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2014 ialah faktorfaktor yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur anak usia sekolah di Bogor. Terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS yang telah membimbing penulis sejak awal perumusan tema hingga selesainya karya tulis ini, juga atas segala bentuk dukungan lain yang telah diberikan. 2. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, MS sebagai dosen pemandu seminar dan penguji sidang yang telah memberikan masukan yang teramat berharga bagi penulis. 3. Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS sebagai dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan memberikan dukungan selama menjalankan studi di Departemen Gizi Masyarakat. 4. SDN Cibanteng 1 Kabupaten Bogor dan SDN Papandayan Kota Bogor yang telah bersedia menjadi mitra dalam penelitian yang dilakukan penulis. 5. Ayah dan Ibunda tercinta, Dr. Ir. Komaruddin Idris, MS dan Safrida Syamsudin Uban yang selalu memberikan dukungan dan semangat yang tanpa henti atas terselesaikannya penelitian ini, dan juga kakak tersayang, Indra Zulkarnaen, S.Hut. atas segala dukungan yang diberikan. 6. Annisa Sophia dan Yenny Nurfajriani sebagai rekan seperjuangan dalam penelitian, Nurisnani Putri Mandarini yang selalu mendukung dalam terselesaikannya penelitian ini serta teman-teman lain yang telah membantu dalam proses pengambilan data. 7. Teman-teman GM 47 yang telah memberikan banyak inspirasi, semangat, ruang untuk diskusi dan berbagi, bantuan lainnya, serta penghantarannya menuju seminar hingga sidang. Akhir kata, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak yang belum disebutkan yang juga turut membantu dalam proses penyelesaian karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2014 Andika Mohammad
DAFTAR ISI
PRAKATA DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN
i iii iii iv 1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan
2
Manfaat
2
KERANGKA PEMIKIRAN
2
METODE
5
Desain, Tempat, dan Waktu
5
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
5
Pengolahan dan Analisis Data
6
Definisi Operasional
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
Gambaran Umum Sekolah
10
Karakteristik Contoh
10
Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga
11
Pengetahuan Gizi dan Sikap Gizi Anak
13
Ketersediaan Buah dan Sayur
13
Media Sosialisasi
14
Konsumsi Buah dan Sayur
15
Perbedaan Konsumsi Buah dan Sayur berdasarkan Karakteristik
17
Uji Korelasi antar Variabel
18
SIMPULAN DAN SARAN
22
Simpulan
22
Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
22
LAMPIRAN
26
RIWAYAT HIDUP
27
DAFTAR TABEL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
16 17
Jenis, sumber, dan cara pengumpulan data Variabel dan pengkategorian data serta referensi yang digunakan Sebaran contoh berdasarkan karakteristik contoh di SDN Cibanteng dan SDN Papandayan Sebaran contoh berdasarkan suku, besar keluarga, dan pendapatan di SDN Cibanteng dan SDN Papandayan Sebaran contoh berdasarkan pendidikan dan pekerjaan orang tua di SDN Cibanteng dan SDN Papandayan Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi dan sikap gizi anak di SDN Cibanteng dan SDN Papandayan Sebaran contoh berdasarkan ketersediaan buah dan sayur di rumah di SDN Cibanteng dan SDN Papandayan Sebaran contoh berdasarkan jenis media sosialisasi di SDN Cibanteng dan SDN Papandayan Urutan buah dan sayur yang paling sering dikonsumsi contoh di SDN Cibanteng dan SDN Papandayan Sebaran contoh berdasarkan jumlah konsumsi buah dan sayur di SDN Cibanteng dan SDN Papandayan Rata-rata konsumsi buah dan sayur contoh berdasarkan jenis suku dan pekerjaan ibu di SDN Cibanteng dan SDN Papandayan Hasil uji Annova konsumsi buah dan sayur anka berdasarkan karakteristik Hubungan antara karakteristik individu dengan konsumsi buah dan sayur contoh Hubungan antara karakteristik sosial ekonomi keluarga dengan konsumsi buah dan sayur contoh Rata-rata konsumsi buah dan sayur (g/hari) contoh berdasarkan pengetahuan gizi dan sikap gizi contoh di SDN Cibanteng dan SDN Papandayan Hubungan antara pengetahuan gizi dan sikap gizi anak dengan konsumsi buah dan sayur contoh Hubungan antara ketersediaan buah dan sayur di rumah dengan konsumsi buah dan sayur contoh
6 7 11 12 12 13 14 14 15 16 17 18 19 20
20 21 21
DAFTAR GAMBAR 1
Bagan kerangka pemikiran faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur
4
DAFTAR LAMPIRAN 1 2
Hasil uji beda antara variabel karakteristik individu, sosial ekonomi keluarga, dan media sosialisasi dengan konsumsi buah dan sayur anak Hasil uji korelasi antara variabel karakteristik individu, sosial ekonomi keluarga, pengetahuan dan sikap gizi anak, dan ketersediaan buah dan sayur di rumah dengan konsumsi buah dan sayur anak
26
26
PENDAHULUAN Latar Belakang Buah dan sayur merupakan sumber pangan yang kaya akan vitamin dan mineral yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, perkembangan, dan pertumbuhan. Meskipun kebutuhannya relatif kecil, namun fungsi vitamin dan mineral hampir tidak dapat digantikan sehingga terpenuhinya kebutuhan konsumsi zat tersebut menjadi esensial. Buah dan sayur sangat penting untuk dikonsumsi terutama bagi anak-anak khususnya anak usia sekolah (AUS) dasar. Walaupun demikian, saat ini anak-anak cenderung kurang mengonsumsi buah dan sayur, padahal buah dan sayur sangat bermanfaat sebagai sumber pemenuhan kebutuhan gizi yang baik. Hasil penelitian Lock et al. (2005) menyebutkan bahwa anak usia 5-14 tahun memiliki kecenderungan 20% mengkonsumsi buah dan sayur lebih rendah bila dibandingkan dengan orang dewasa 30-59 tahun. Di Asia Tenggara rata-rata konsumsi buah dan sayur pada anak usia 5-14 tahun memperlihatakan hasil yang sangat rendah yaitu 182 g/hari (Lock et al. 2005). Hasil tersebut berbeda jauh dengan rekomendasi yang dikeluarkan oleh WHO, bahwa konsumsi buah dan sayur adalah 400 g (5 porsi) per hari untuk semua kelompok usia (WHO 2003). Permasalahan utama yang dihadapi dalam konsumsi buah dan sayur adalah bahwa secara nasional konsumsi buah dan sayur penduduk Indonesia masih berada di bawah konsumsi yang dianjurkan. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 menunjukkan bahwa penduduk umur 10 tahun ke atas yang kurang mengonsumsi buah dan sayur di Jawa Barat adalah 96,4%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada anak Sekolah Dasar (SD), diperoleh bahwa 40% anak tidak makan sayur, 20% tidak makan buah, dan 36% makan snack (Worthington dan Roberts 2000). Kekurangan salah satu zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak dan dampaknya tidak akan dapat diperbaiki pada tahapan kehidupan selanjutnya (Harahap 2004). Penyebab kematian sekitar 2,7 juta warga dunia setiap tahunnya disebabkan tidak cukupnya makan buah-buahan dan sayur-sayuran. Rendahnya konsumsi kedua sumber serat tersebut menjadikannya masuk ke dalam 10 besar faktor penyebab kematian di dunia (Parhati 2011). Anak usia sekolah dasar (SD) merupakan masa yang sangat menentukan terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Asupan makanan yang bergizi seimbang begitu penting untuk menjamin tumbuh kembang anak yang sehat dan aktif. Peran dan dukungan orang terdekat mempengaruhi kebiasaan makan anak. Apabila kebiasaan makan baik, dengan menerapkan makanan sehat dan bergizi seimbang sejak dini, maka kebiasaan tersebut akan berpengaruh hingga tumbuh dewasa nanti. Berbagai faktor berpengaruh terhadap pola dan perilaku konsumsi buah dan sayur di masyarakat, yang dapat dikelompokkan ke dalam faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri atas faktor-faktor yang berpengaruh positif dan negatif terhadap konsumsi buah dan sayur yang berasal dari pengetahuan dan sikap. Faktor eksternal merupakan peluang dan hambatan yang berpengaruh terhadap konsumsi sayuran dan buah yang berasal dari luar diri seperti
2 ketersediaan pangan buah dan sayur, pendidikan ibu (orang tua), pendapatan keluarga, dan media sosialisasi (Aswatini et al. 2008). Berdasarkan permasalan yang ada, maka sangat penting mengetahui dan mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur pada anak-anak, khususnya anak usia sekolah dasar.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokokpokok permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut: 1. Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi buah-buahan pada anak usia sekolah dasar 2. Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi sayur-sayuran pada anak usia sekolah dasar
Tujuan Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur pada anak usia sekolah dasar. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1. Menganalisis jumlah dan frekuensi konsumsi buah dan sayur pada anak. 2. Menganalisis perbedaan konsumsi buah dan sayur anak pada karakteristik yang berbeda. 3. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu, karakteristik keluarga, serta faktor internal (pengetahun dan sikap gizi anak) dan eksternal (ketersediaan buah dan sayur) dengan konsumsi buah dan sayur pada anak.
Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur anak usia sekolah. Selain itu, sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah seperti Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan untuk meningkatkan program-program serta kebijakan mengenai kesehatan khususnya konsumsi buah dan sayur kepada masyarakat.
KERANGKA PEMIKIRAN Berbagai faktor berpengaruh terhadap konsumsi buah dan sayur di masyarakat. Faktor-faktor berpengaruh memungkinkan terjadinya penurunan maupun peningkatan kebiasaan konsumsi makanan. Faktor tersebut dapat
3 dikelompokkan ke dalam faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri atas faktor-faktor yang berpengaruh positif dan negatif terhadap konsumsi buah dan sayur. Faktor internal meliputi pengetahuan gizi dan sikap terhadap konsumsi buah dan sayur. Faktor eksternal merupakan peluang dan hambatan yang berpengaruh terhadap konsumsi buah dan sayur yang berasal dari luar diri. Faktor eksternal dapat berasal dari ketersediaan pangan buah dan sayur di rumah, pendidikan ibu (orang tua), pendapatan keluarga, dan media sosialisasi seperti keluarga, teman sebaya, sekolah, dan media massa (Aswatini et al. 2008). Anak usia sekolah dasar (SD) merupakan masa yang sangat menentukan terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Asupan makanan yang bergizi seimbang begitu penting untuk menjamin tumbuh kembang anak yang sehat dan aktif. Peran dan dukungan orang terdekat mempengaruhi kebiasaan makan anak. Apabila kebiasaan makan baik, dengan menerapkan makanan sehat dan bergizi seimbang sejak dini, maka kebiasaan tersebut akan berpengaruh hingga tumbuh dewasa nanti. Salah satu konsumsi makanan yang sehat dan bergizi adalah buah dan sayur. Buah dan sayur merupakan sumber zat gizi yang kaya akan vitamin dan mineral serta sumber antioksidan yang baik. Vitamin dan mineral diperlukan oleh tubuh untuk proses pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta menjamin kesehatan. Sumber zat gizi ini sangat dibutuhkan khususnya bagi anak sejak usia dini. Mengonsumsi zat gizi seperti vitamin dan mineral merupakan salah satu indikator yang sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan otak pada anak. Pertumbuhan dan perkembangan otak tersebut dapat menentukan kecerdasan kognitif pada anak, sehingga anak terlihat sehat, cerdas, dan aktif. Saat ini anak-anak cenderung tidak menunjukkan peningkatan perilaku konsumsi yang signifikan terhadap buah dan sayur, padahal buah dan sayur sangat bermanfaat sebagai sumber pemenuhan kebutuhan gizi yang baik. Mereka jarang mengonsumsi menu makanan yang justru sangat penting bagi tubuh seperti buahbuahan dan sayuran. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, sebagian besar anak-anak kurang mengonsumsi buah dan sayur dan berdampak terhadap meningkatnya konsumsi pangan tinggi karbohidrat yang berkaitan dengan kejadian obesitas. Hal tersebut yang mengakibatkan anak-anak rentan akan terkena penyakit-penyakit degenaratif seperti penyakit diabetes, hipertensi, jantung, dan lain-lain. Karakteristik individu dan karakteristik keluarga merupakan faktor penting yang mempengaruhi konsumsi buah dan sayur. Karakteristik individu yang terdiri dari usia, jenis kelamin, dan uang saku serta faktor karakteristik keluarga yang terdiri dari suku, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, dan besar keluarga diduga berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur anak. Demikian pula, faktor internal seperti, pengetahuan gizi dan sikap gizi anak dan faktor eksternal seperti ketersediaan buah dan sayur di rumah serta media sosialisasi diduga berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur anak. Kerangka pemikiran dari penelitian ini disajikan pada Gambar 1.
4
Karakteristik contoh: - Usia - Jenis kelamin - Uang saku
Karakteristik keluarga: - Suku - Pendidikan orang tua - Pekerjaan orang tua - Pendapatan keluarga - Besar keluarga
Faktor Internal: - Pengetahuan gizi anak - Sikap gizi anak
Faktor eksternal: - Ketersediaan buah dan sayur di rumah - Media sosialisasi (keluarga, teman sebaya, sekolah, media massa)
Konsumsi buah dan sayur: - Kuantitas - Frekuensi - Jenis Konsumsi pangan
Status Gizi
Infeksi/status kesehatan
Penyakit degeneratif Keterangan
: : Variabel yang dianalisis : Variabel yang tidak dianalisis : Hubungan yang dianalisis : Hubungan yang tidak dianalisis
Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur
5
METODE Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini dilakukan dengan cara cross sectional yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cibanteng 1 Kabupaten Bogor dan SDN Papandayan Kota Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan berdasarkan perbedaan karakteristik ekonomi yang dapat mewakili karakteristik pedesaan dengan status sosial ekonomi menengah ke bawah dan karakteristik perkotaan dengan status sosial ekonomi menengah ke atas. Pemilihan lokasi tersebut juga berdasarkan jarak lokasi yang dekat untuk kemudahan penelitian yang efisien. Waktu penelitian termasuk persiapan, pengambilan data, pengolahan dan analisis data dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Juni hingga Agustus 2014.
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Pemilihan contoh di SDN kabupaten dan SDN kota sebagai tempat penelitian dilakukan secara purposive dengan kriteria: 1) duduk di kelas 5 dan 6 SD, 2) orang tua bersedia menjadi responden dan mengizinkan anak untuk diwawancarai. Pertimbangan pemilihan contoh kelas 5 dan 6 adalah contoh yang bersangkutan memiliki tingkat perkembangan dan kemampuan anak untuk berfikir secara logis terhadap hal konkrit yang sudah baik sehingga dapat menjawab pertanyaan. Rumus perhitungan contoh minimal menurut Lameshow et al. (1997) yaitu: n = Z2(1-α/2) P(1-P) d2 keterangan : n : besar contoh 2 Z (1- α/2) : tingkat signifikansi pada 95% (α = 0.05) = 1.96 p : proporsi yang kurang konsumsi buah dan sayur di Jawa Barat di atas 10 tahun (96.4%) d : kesalahan sampling yang masih dapat ditoleransi yaitu d=0.05 Sehingga: n = (1.96)2 (0.964) (0.036) = 54 (0.05)2 Jumlah yang diperoleh adalah 54 contoh pada masing-masing sekolah sehingga jumlah contoh dari penelitian ini sebanyak 108 anak pada kedua sekolah.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer meliputi karakteristik contoh dan orangtua, pengetahuan dan sikap gizi contoh, konsumsi buah dan sayur, media sosialisasi, serta ketersediaan buah dan sayur di rumah. Data karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, uang saku), pengetahuan dan sikap gizi contoh, media sosialisasi, diperoleh dengan cara
6 contoh mengisi kuesioner dengan bimbingan peneliti. Data pengetahuan gizi berupa (berapa) pertanyaan mengenai buah dan sayur, data sikap berupa pernyataan tentang sikap contoh terhadap konsumsi buah dan sayur. Media sosialisasi meliputi sumber informasi mengenai buah dan sayur, yaitu keluarga, teman sebaya, sekolah, atau media massa (media cetak dan media elektronik). Demikian pula konsumsi buah dan sayur dengan menggunakan metode Semi Quantative Food Frequency Questionnaire (FFQ) diisi sendiri oleh contoh dengan dipandu peneliti, tentang frekuensi konsumsi buah dan sayur dalam 1 bulan terakhir. Data karakteristik keluarga (pendidikan, pekerjaan, pendapatan orangtua, suku, dan besar keluarga) dan ketersediaan buah dan sayur di rumah dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada ibu (orang tua contoh) melalui siswa kemudian dikembalikan melalui siswa. Secara rinci jenis dan cara pengumpulan data primer disajikan pada Tabel 1. Data sekunder meliputi keadaan umum sekolah, diperoleh dari arsip sekolah dan wawancara dengan pihak sekolah. Tabel 1 Jenis, sumber, dan cara pengumpulan data Jenis data Karakteristik contoh: umur, jenis kelamin, uang saku
Sumber data Siswa
Cara pengumpulan data Kuesioner diisi oleh siswa dengan dipandu oleh peneliti
Karakterisrik keluarga: suku, pendidikan, pekerjaan, besar keluarga.
Orangtua
Pemberian kuesioner kepada ibu melalui siswa untuk diisi di rumah
Konsumsi buah dan sayur: dengan Semi Quantative Food Frequency Questionnaire (FFQ)
Siswa
Kuesioner diisi oleh siswa dengan dipandu oleh peneliti
Pengetahuan Gizi
Siswa
Kuesioner diisi oleh siswa dengan dipandu oleh peneliti
Sikap Gizi
Siswa
Kuesioner diisi oleh siswa dengan dipandu oleh peneliti
Ketersediaaan buah dan sayur di rumah
Orangtua
Pemberian kuesioner kepada ibu melalui siswa untuk diisi di rumah
Media sosialisasi: sumber informasi.
Siswa
Kuesioner diisi oleh siswa dengan dipandu oleh peneliti
Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara deskriptif dan inferensia. Data yang dikumpulkan melalui pencatatan dikomputerisasi dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excell 2007 dan SPSS 16.0 for Windows. Pengolahan data yang dilakukan berupa editing, coding, scoring, entry, dan analisis data. Konsumsi buah dan sayur yang diperoleh dengan semi-quantitative food frequency questionnaire, jumlah konsumsi dengan ukuran rumahtangga (URT) dikonversi dalam ukuran berat (g). Frekuensi konsumsi sayur dan buah dianalisis
7 per jenis sayur dan buah dan dikonversi menjadi kali per minggu kemudian diurutkan sayur dan buah yang paling sering dikonsumsi. Data pengetahuan gizi dan sikap gizi dioleh dengan memberikan skor atas jawaban pertanyaan; jawaban benar diberi skor 1, dan salah diberi skor 0 Seluruh skor dijumlahkan, dan selanjutnya dihitung dengan membagi dengan skor maksimum dikalikan 100%, dan diklasifikasikan menjadi pengetahuan gizi dan sikap gizi baik, sedang, dan kurang (Khomsan, 2000). Analisis statistik yang dilakukan adalah analisis deskriptif yang meliputi karakteristik siswa dan sosial ekonomi keluarga, konsumsi pangan meliputi frekuensi konsumsi dan jenis buah dan sayur, ketersediaan sayur dan buah, pengetahuan gizi, sikap gizi, dan media sosialisasi. Uji t-test digunakan untuk menguji perbedaan konsumsi buah dan sayur pada kedua sekolah, uji MannWhitney digunakan untuk menguji perbedaan antara karakteristik contoh (usia dan uang saku), karakteristik keluarga (besar keluarga dan pendapatan keluarga), pengetahuan gizi contoh dan sikap gizi contoh, one-way analysis of variance (ANOVA) digunakan untuk menguji perbedaan konsumsi buah dan sayur berdasarkan karakteristik (suku, pekerjaan orang tua, media sosialisasi, dan jenis kelamin). Uji korelasi Spearman dilakukan untuk menguji hubungan antara karakteristik individu (usia dan uang saku), sosial ekonomi keluarga (pendidikan, pendapatan, dan besar keluarga), faktor-faktor internal (pengetahuan dan sikap gizi contoh), dan faktor-faktor eksternal (ketersediaan buah dan ketersediaan sayur di rumah) dengan konsumsi buah dan sayur. Variabel dan kategori variabel yang diteliti disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Variabel dan pengkategorian data serta referensi yang digunakan No. Variabel Kategori Data Referensi Karakteristik Contoh 1. Usia (tahun)
- Anak-anak (9-12) - Remaja awal (13-14) - Remaja akhir (15-18)
- Laki-laki - Perempuan Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga 1. Suku - Sunda - Jawa - Batak - Betawi - Lampung - Lainnya 2. Besar keluarga - Kecil (≤ 4) (orang) - Sedang (5-6) - Besar (≥ 7) 2.
3.
Hurlock (2004)
Jenis kelamin
Pendidikan orang tua -
Tidak sekolah SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat Perguruan Tinggi (D3/S1) Pasca Sarjana (S2/S3)
BKKBN (1998)
Jenjang pendidikan formal Indonesia
8 Tabel 2 Variabel dan pengkategorian data serta referensi yang digunakan (lanjutan) No. 4.
Variabel Pekerjaan orang tua
5.
Pendapatan keluarga (Rp)
- Miskin (< 285 013) - Hampir miskin (285 013-570 026) - menengah ke atas (> 570 026)
6.
Uang saku siswa (Rp)
-
Konsumsi Pangan Siswa 1. Jumlah konsumsi buah dan sayur (g/hari)
2.
Frekuensi konsumsi buah dan sayur
Faktor Internal 1. Pengetahuan gizi
-
Kategori Data Tidak Bekerja Buruh tani Jasa (ojeg/supir) PNS/TNIA Pegawai swasta Pedagang Buruh bangunan Lainnya
BPS (2014) Jawa Barat dan Puspitawati (2010)
Rendah (< 4 000) Sedang (4 000-6 999) Tinggi (7 000-9 999) Sangat tinggi (≥ 10 000)
- Buah: a. < 50 b. 50-100 c. ≥ 100 - Sayur: a. < 60 b. 60-120 c. ≥ 120 -
Referensi
Kemenkes (2014)
Tidak pernah 1 kali/hari > 1 kali/hari 1-2 kali/minggu 3-6 kali/minggu 2 kali/bulan
- Kurang (<60%) - Sedang (60-80%) - Baik (> 80%) Khomsan (2000)
2.
Sikap gizi
- Negatif (<60%) - Netral (60-80%) - Positif (>80%)
9 Tabel 2 Variabel dan pengkategorian data serta referensi yang digunakan (lanjutan) No. Variabel Faktor Eksternal 1. Ketersediaan buah dan sayur
2.
Media Sosialisasi
Kategori Data - Buah (g/hari): a. Tersedian < 3hari/minggu b. Tersedia 3-6 hari/minggu c. Tersedia setiap hari - Sayur (g/hari): a. Tidak tersedia setiap hari b. Tersedia minimal 1 kali makan/hari c. Tersedia setiap kali makan/hari - Keluarga - Teman sebaya - Sekolah - Media massa (cetak dan elektronik)
Referensi
Suhardi dan Sunarti(2009)
Definisi Operasional Anak usia sekolah dasar adalah akhir masa anak-anak (late childhood) sebagai usia sekolah dasar berlangsung dari usia 6 hingga anak menjadi matang secara seksual, yaitu 13 tahun untuk perempuan dan 14 tahun untuk lakilaki. Contoh adalah siswa-siswi kelas 5 dan 6 SDN Cibanteng 1 Kabupaten Bogor dan SDN Papandayan Kota Bogor. Usia adalah umur contoh pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam tahun. Uang saku adalah jumlah uang dalam rupiah yang diterima contoh (waktu tertentu) yang digunakan untuk keperluan sehari-hari (ongkos, makanan, non makanan, dan lain-lain. Pendidikan orang tua adalah jenjang pendidikan formal terakhir ibu dan ayah. Pekerjaan orang tua jenis pekerjaan yang dilakukan oleh ayah dan ibu/pengasuh yang dibagi dalam delapan jenis pekerjaan. Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan perbulan ayah, ibu, anak, dan saudara yang tinggal satu rumah yang diperoleh dari hasil bekerja yang dinilai dalam bentuk uang. Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu kartu keluarga. Pengetahuan gizi contoh adalah pengetahuan gizi contoh yang diukur dengan cara menanyakan pertanyaan umum mengenai buah sayur sebanyak 8 pertanyaan. Sikap gizi contoh adalah perasaan, keyakinan, dan kecenderungan untuk berrtindak/berperilaku terhadap gizi, pangan, dan kesehatan
10 Ketersediaan buah dan sayur di rumah adalah buah dan sayur yang terjangkau untuk dikonsumsi di rumah contoh Media sosialisasi adalah media yang menjadi perantara sosialisasi manfaat buah dan sayur seperti keluarga, teman sebaya, sekolah, dan media massa (cetak dan elektronik). Buah dan sayur adalah bagian dari tanaman yang dapat berupa daun, bunga, buah, dan akar yang dapat dimakan sebagai pelengkap makan nasi atau dimakan secara terpisah. Konsumsi buah dan sayur adalah data mengenai jenis dan jumlah buah dan sayur yang dikonsumsi oleh contoh yang dikumpulkan melalui metode semi quantitative food frequency questionnaire.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Sekolah Penelitian ini dilakukan di dua sekolah dasar, yaitu SDN Cibanteng yang berada di Kabupaten Bogor dan SDN Papandayan yang berada di Kota Bogor. Pemilihan kedua sekolah tersebut didasarkan atas pertimbangan perbedaan karakteristik sosial ekonomi. Pemilihan lokasi tersebut juga berdasarkan jarak lokasi yang dekat untuk kemudahan penelitian. SDN Cibanteng Kabupaten Bogor terletak di Desa Cibanteng, Kabupaten Bogor. SDN Cibanteng memiliki 310 siswa dan 10 guru. SDN Cibanteng hanya mengelola 6 kelas, yaitu 1 kelas per angkatan dengan jumlah siswa sekitar 50 orang per kelas. Fasilitas yang dimiliki SDN Cibanteng 1 adalah 6 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah dan guru, 1 ruang administrasi, 1 lapangan olahraga, dan 5 bilik toilet. SDN Cibanteng 1 tidak memiliki kantin di dalam sekolah tetapi di depan sekolah terdapat warung milik warga setempat dan beberapa penjual jajanan anak-anak. SDN Papandayan berada di lokasi yang strategis yang terdapat di tengah perkotaan yang terletak di Jalan Papandayan 25, Babakan, Bogor Utara. Sekolah ini memiliki 1040 siswa dan 49 guru serta terdapat 5 kelas dalam satu angkatan sehingga total kelas yang dikelola SDN Papandayan adalah sebanyak 30 kelas dengan jumlah siswa per kelas sekitar 30-35 orang. Fasilitas yang dimiliki SDN Papandayan adalah 30 ruang kelas, 2 ruang guru, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang tata usaha, 1 laboratorium komputer, 2 lapangan olahraga, dan 10 bilik toilet. SDN Papandayan tidak memiliki kantin di dalam sekolah tetapi di luar sekolah terdapat banyak penjual jajanan anak-anak.
Karakteristik Contoh Contoh yang diambil pada penelitian ini adalah anak usia sekolah dasar yang terdiri dari anak laki-laki dan perempuan. Di SDN Cibanteng terdapat 21 siswa (38.9%) dan 33 siswi (61.1%), sedangkan di SDN Papandayan terdapat 24 siswa (44.4%) dan 30 siswi (55.6%). Usia contoh di SDN Cibanteng cukup
11 tersebar pada kategori usia anak-anak (85.2%), remaja awal (13%), dan remaja akhir (1.9%), sedangkan seluruh contoh di SDN Papandayan termasuk ke dalam kategori usia anak-anak (100%). Berdasarkan uji Mann Whitney, usia contoh di SDN Cibanteng (11.5±1.0 tahun) signifikan lebih tinggi (p=0.000) dibandingkan di SDN Papandayan (10.6±0.5). Hal ini diduga karena usia masuk sekolah di SDN Cibanteng lebih tinggi dibandingkan dengan SDN Papandayan. Sebagian besar uang saku contoh di SDN Cibanteng termasuk ke dalam kategori rendah (48.1%), sedangkan pada SDN Cibanteng termasuk ke dalam kategori sangat tinggi (51.9%). Berdasarkan uji Mann Whitney, uang saku di SDN Papandayan (Rp 8 213±3 472) signifikan lebih tinggi (p=0.000) dibandingkan di SDN Cibanteng (Rp 4 139±2 153). Sebaran contoh berdasarkan karakteristik di kabupaten dan kota disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik contoh di SDN Cibanteng dan SDN Papandayan Karakteristik Contoh Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
SDN Cibanteng n % 21 33
38.9 61.1
SDN Papandayan n %
Umur (rata-rata±SD, tahun) Anak-anak (9-12) Remaja awal (13-14) Remaja akhir (15-18)
46 7 1
85.2 13 1.9
44.4 55.6 10.6±0.5 54 100 0 0 0 0
Uang saku contoh (rata-rata±SD, Rp/hari) Rendah (< 4 000) Sedang (4 000- 6 999) Tinggi (7 000- 9 999) Sangat tinggi (≥ 10 000)
4 139±2 153 26 48.1 23 42.6 1 1.9 4 7.4
8 213±3 472 2 3.7 18 33.3 6 11.1 28 51.9
11.5±1
24 30
Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Sebaran contoh berdasarkan suku di SDN Cibanteng sebagian besar termasuk ke dalam suku Sunda (98.1%), sedangkan di SDN Papandayan tergolong cukup beragam yang sebagian besar termasuk ke dalam suku Sunda (53.7%) dan Jawa (29.6%). Besaran keluarga di SDN Cibanteng secara keseluruhan tersebar pada kategori kecil (35.2%), sedang (33.3%), dan besar (31.5%), sedangkan di SDN Papandayan sebagian besar tergolong ke dalam kategori kecil (68.5%). Berdasarkan uji Mann Whitney, besar keluarga di SDN Cibanteng (6±2 orang) signifikan lebih tinggi (p=0.000) dibandingkan di SDN Papandayan (4±1 orang). Pendapatan keluarga di SDN Cibanteng sebagian besar tergolong keluarga miskin (64.8%), sedangkan di SDN Papandayan sebagian besar tergolong menengah ke atas (81.5%). Berdasarkan uji Mann Whitney, pendapatan di SDN Papandayan (Rp 1 435 315±1 192 162) signifikan lebih tinggi (p=0.000) dibandingkan di SDN Cibanteng (Rp 269 347±206 697). Sebaran contoh berdasarkan suku, besar keluarga, dan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 4.
12 Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan suku, besar keluarga, dan pendapatan di SDN Cibanteng dan SDN Papandayan SDN Cibanteng n %
Sosial Ekonomi Keluarga Suku Sunda Jawa Batak Betawi Lampung Lainnya
53 0 1 0 0 0
Besar Keluarga (rata-rata±SD, orang) Kecil (≤ 4 orang) Sedang (5-6 orang) Besar (≥ 7 orang)
19 18 17
Pendapatan (rata-rata±SD, Rp/kap/bulan) Keluarga miskin (< 285 013) Keluarga hampir miskin (285 013-570 026) Keluarga menengah ke atas (> 570 026)
SDN Papandayan n %
98.1 0 1.9 0 0 0
29 16 1 1 1 6
35.2 33.3 31.5
37 16 1
6±2
53.7 29.6 1.9 1.9 1.9 11.1 4±1
269 347±206 697 35 64.8
68.5 29.6 1.9
1 435 315±1 192 162 4 7.4
14
25.9
6
11.1
5
9.3
44
81.5
Pendidikan ayah dan ibu di SDN Cibanteng sebagian besar SD/sederajat dengan persentase masing-masing 50% dan 64.8%, sedangkan di SDN Papandayan sebagian besar ayah dan ibu berpendidikan D3/S1 masing-masing 50.9% dan 42.6%. Berdasarkan uji Mann Whitney, pendidikan orang tua di SDN Papadayan signifikan lebih tinggi (p=0.000) dibandingkan di SDN Cibanteng. Sebaran contoh berdasarkan pendidikan dan pekerjaan orang tua dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan dan pekerjaan orang tua di SDN Cibanteng dan SDN Papandayan SDN Cibanteng Ayah Ibu n % n %
SDN Papandayan Ayah Ibu n % n %
Pendidikan orang tua Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan tinggi (D3/S1) Pasca sarjana (S2/S3)
0 27 12 14 1 0
0 50 22.2 25.9 1.9 0
1 35 12 5 1 0
1.9 64.8 22.2 9.3 1.9 0
0 1 3 19 27 3
0 1.9 5.7 35.8 50.9 5.7
0 0 8 18 23 5
0 0 14.8 33.3 42.6 9.3
Pekerjaan orang tua Tidak bekerja Buruh tani Jasa (ojeg/supir) PNS/TNI Pegawai swasta Pedagang/wiraswasta Buruh bangunan Lainnya
3 16 4 2 12 8 7 2
5.6 29.6 7.4 3.7 22.2 14.8 13.0 3.7
38 1 0 0 4 9 0 2
70.4 1.9 0 0 7.4 16.7 0 3.7
0 1 2 11 26 10 0 3
0 1.9 3.8 20.8 49.1 18.9 0 5.7
26 0 1 7 10 9 0 1
48.1 0 1.9 13.0 18.5 16.7 0 1.9
Karakteristik keluarga
13 Tingkat pendidikan seseorang akan menentukan jenis pekerjaannya. Berdasarkan data yang diperoleh, pekerjaan ayah maupun ibu cukup beragam. Pekerjaan ayah di SDN Cibanteng sebagian besar sebagai buruh tani (29.6%), sedangkan ibu sebagian besar (70.4%) tidak bekerja atau ibu rumah tangga. Pekerjaan ayah di SDN Papandayan sebagian besar (49.1%) sebagai pegawai swasta, sedangkan ibu sebagian besar (48.1%) tidak bekerja.
Pengetahuan Gizi dan Sikap Gizi Anak Pengetahuan gizi pada kedua sekolah cukup beragam pada masing-masing kategori. Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar pengetahuan gizi contoh mengenai manfaat buah dan sayur tergolong baik, akan tetapi masih tergolong kurang dalam hal kandungan zat-zat gizi yang terdapat pada buah dan sayur. Pengetahuan gizi contoh sebagian besar termasuk ke dalam kategori sedang di SDN Cibanteng (51.9%) dan SDN Papandayan (55.6%). Berdasarkan uji Mann Whitney, pengetahuan gizi di SDN Papandayan (73.5±9.7) signifikan lebih baik (p=0.000) dibandingkan di SDN Papandayan (63.5±13.8). Sikap gizi siswa contoh di SDN Papandayan lebih baik dibandingkan di SD Cibanteng, yang ditunjukkan dari jumlah contoh yang bersikap positif lebih banyak, yaitu 83.3% dibanding 63.0%. Demikian pula dari skor, berdasarkan uji Mann Whitney, sikap gizi di SDN Papandayan (90.0±10.5) signifikan lebih baik (p=0.000) dibandingkan di SDN Cibanteng (79.8±14.4). Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan dan sikap gizi anak di kabupaten dan kota disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi dan sikap gizi anak di SDN Cibanteng dan SDN Papandayan
Pengetahun Gizi (rata-rata±SD) Kurang Sedang Baik
SDN Cibanteng n % 63.5±13.8 17 31.5 28 51.9 9 16.7
Sikap Gizi (rata-rata±SD) Negatif Netral Positif
4 16 34
Variabel
79.8±14.4 7.4 29.6 63
SDN Papandayan n % 73.5±9.7 3 5.6 30 55.6 21 38.9 90.0±10.5 0 9 45
0 16.7 83.3
Ketersediaan Buah dan Sayur Ketersediaan buah dan sayur terbagi menjadi 2 bagian yaitu ketersediaan di rumah dan di sekolah (Suhardi 2009). Berdasarkan hasil data yang diperoleh, tidak diperoleh data ketersediaan buah dan sayur di sekolah pada SDN Cibanteng maupun SDN Papandayan. Hasil survei menunjukkan kedua sekolah tersebut tidak menyediakan kantin dan makanan yang berupa buah-buahan maupun sayursayuran tetapi cenderung memiliki banyak jajanan di luar sekolah. Oleh karena itu, data yang digunakan pada penelitian ini adalah ketersediaan buah dan sayur
14 berdasarkan ketersediaan di rumah. Berdasarkan data yang diperoleh, di SDN Cibanteng sebagian besar (53.7%) tidak tersedia buah di rumah setiap hari, sedangkan di SDN Papandayan sebagian besar (51.9%) tersedia setiap hari. Ketersediaan sayur di rumah sebagian besar tersedia sayur setiap kali makan pada SDN Cibanteng (66.7%) dan SDN Papandayan (61.1%). Berdasarkan data yang peroleh, ketersediaan buah dan sayur di rumah pada SDN Papandayan signifikan lebih tinggi dibandingkan SDN Cibanteng. Sebaran contoh berdasarkan ketersediaan buah dan sayur di rumah pada kabupaten dan kota disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan ketersediaan buah dan sayur di rumah di SDN Cibanteng dan SDN Papandayan SDN Cibanteng n %
SDN Papandayan n %
Ketersediaan buah Tersedia buah < 3 hari dalam seminggu Tersedia hanya 3-6 hari dalam seminggu Tersedia setiap hari
29 16 9
53.7 29.6 16.7
10 16 28
18.5 29.6 51.9
Ketersediaan sayur Tidak tersedia sayur setiap hari Ada sayur minimal 1 kali makan dalam sehari Ada sayur setiap kali makan dalam sehari
3 15 36
5.6 27.8 66.7
4 17 33
7.4 31.5 61.1
Ketersediaan buah dan sayur di rumah
Media Sosialisasi Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar media sosialisasi mengenai informasi buah dan sayur di SDN Cibanteng dan SDN Papandayan diperoleh melalui sekolah dengan persentase masing-masing 61.1% dan 44.4%. Berdasarkan informasi yang diperoleh, kedua sekolah sudah pernah bekerjasama dengan pihakpihak atau dinas terkait dalam menyelenggarkan penyuluhan mengenai pentingnya konsumsi buah dan sayur. Hasil ini menunjukkan bahwa pada kedua sekolah sebagian besar media sosialisasi yang berperan adalah melalui sekolah. Menurut Horton (2000) bahwa sekolah merupakan faktor penting dalam membentuk kepribadian suatu individu sehingga dapat berdampak terhadap perilaku seseorang khususnya perilaku konsumsi buah dan sayur. Sebaran contoh berdasarkan jenis media sosialisasi di kabupaten dan kota disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan jenis media sosialisasi di SDN Cibanteng dan SDN Papandayan Media Sosialisasi Keluarga Sekolah Teman sebaya Media cetak Media Elektronik Sumber: Suhardi dan Sunarti S
n 13 33 4 1 3
SDN Cibanteng % 24.1 61.1 7.4 1.9 5.6
SDN Papandayan n % 19 35.2 24 44.4 1 1.9 6 11.1 4 7.4
15 Disamping dari sekolah, peran keluarga juga terlihat penting sebagai sumber informasi tentang sayur dan buah; peran ini lebih besar pada siswa di SD Papandayan, demikian pula sumber dari media cetak.
Konsumsi Buah dan Sayur Anak Konsumsi buah dan sayur terdiri dari 30 jenis buah-buahan dan 25 jenis sayur-sayuran. Konsumsi buah dan sayur pada anak yang dilihat adalah kuantitas, jenis, dan frekuensi yang dimakan dengan menggunakan semi-quantitative food frequency questionnaire (SM-FFQ). Frekuensi pangan dapat melihat seberapa sering setiap individu mengonsumsi pangan yang dimakan dalam jangka waktu tertentu. Frekuensi konsumsi buah di SDN Cibanteng berdasarkan 5 urutan jenis buah-buahan yang paling sering dikonsumsi adalah jambu biji (4.4±4.4 kali/minggu), jambu air (4.4±4.2 kali/minggu), anggur (4.3±4.6 kali/minggu), pepaya (4.1±5 kali/minggu), dan mangga (4±4.7 kali/minggu), sedangkan di SDN Papandayan adalah pepaya (4.3±4.9 kali/minggu), anggur (4±4.6 kali/minggu), rambutan (3.9±4.1 kali/minggu), mangga (3.9±4.1 kali/minggu), dan semangka (3.9±4.7 kali/minggu). Menurut Diani (1990), konsumsi buah di Indonesia lebih banyak terdapat pada jenis pepaya karena pepaya tersedia sepanjang tahun dan pada umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan buah lainnya. Berdasarkan 5 urutan jenis sayur-sayuran yang paling sering dikonsumsi di SDN Cibanteng adalah wortel (6.4±5.4 kali/minggu), kangkung (5.7±5.6 kali/minggu), tomat (4.9±5.0 kali/minggu), kacang panjang (4.0±4.7 kali/minggu), dan ketimun (4±4.5 kali/minggu), sedangkan di SDN Papandayan adalah bayam (5.7±4.7 kali/minggu), wortel (5.3±4.8 kali/minggu), kangkung (4.2±4.6 kali/minggu), tauge (3.5±4.2 kali/minggu), dan kacang panjang (3.1±4 kali/minggu). Penelitian yang dilakukan Fibrihirzani (2012) pada anak usia sekolah dasar di Depok menemukan bahwa sayur bayam merupakan sayur yang paling disukai karena alasan rasa dan zat gizi yang baik. Urutan buah dan sayur yang paling sering dikonsumsi contoh di kedua wilayah disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Urutan buah dan sayur yang paling sering dikonsumsi contoh di SDN Cibanteng dan SDN Papandayan No
SDN Cibanteng Jenis Buah dan Rata-rata±SD Sayur (kali/minggu)
No
SDN Papandayan Jenis Buah dan Rata-rata±SD Sayur (kali/minggu)
Buah 1 Jambu biji 2 Jambu air 3 Anggur 4 Pepaya 5 Mangga
4.4±4.4 4.4±4.2 4.3±4.6 4.1±5.0 4.0±4.7
1 2 3 4 5
Pepaya Anggur Rambutan Mangga Semangka
4.3±4.9 4.0±4.6 3.9±5.3 3.9±4.1 3.9±4.7
Sayur 1 Wortel 2 Kangkung 3 Tomat 4 Kacang panjang 5 Ketimun
6.4±5.4 5.7±5.6 4.9±5.0 4.0±4.7 4.0±4.5
1 2 3 4 5
Bayam Wortel Kangkung Tauge Kacang panjang
5.7±4.7 5.3±4.8 4.2±4.6 3.5±4.2 3.1±4.0
16 Menurut Kementrian Kesehatan (Kemenkes) dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang (PGS) 2014, anjuran konsumsi sayur dan buah untuk anak balita dan usia sekolah adalah 300-400 g/hari dimana dua-pertiga dari jumlah anjuran adalah sayur sedangkan sisanya adalah konsumsi buah. Berdasarkan hasil yang diperoleh, konsumsi buah di SDN Cibanteng sebagian besar berada pada rentang 50-100 g/hari (48.1%), sedangkan di SDN Papandayan sebagian besar berada pada rentang ≥100 g/hari (79.6%). Berdasakan uji independent sample t-test, konsumsi buah di SDN Papandayan (166.5±67.7 g/hari) signifikan lebih tinggi (p=0.000) dibandingkan di SDN Cibanteng (106.9±43.0 g/hari). Hal ini berkaitan dengan keadaan sosial ekonomi keluarga yang lebih tinggi di SDN Papandayan. Konsumsi sayur di SDN Cibanteng sebagian besar berada pada rentang <60 g/hari (81.5%), sedangkan di SDN Papandayan cukup merata terdapat pada rentang <60 g/hari (44.4%) dan rentang 60-120 g/hari (46.3%) serta hanya sedikit yang berada pada rentang ≥120 g/hari (9.3%). Berdasarkan uji independent sample t-test, konsumsi sayur di SDN Papandayan (68.5±31.6 g/hari) signifikan lebih tinggi (p=0.000) dibandingkan di SDN Cibanteng (45.4±18.7 g/hari). Hasil ini menunjukkan bahwa konsumsi buah dan sayur sebagian besar cenderung lebih tinggi di SDN Papandayan Kota Bogor dibandingkan dengan SDN Cibanteng Kabupaten Bogor. Hasil penelitian mengenai konsumsi buah dan sayur ini berbeda dengan studi yang dilakukan Rasmussen et al. (2006) yang menunjukkan bahwa konsumsi buah dan sayur anak dan remaja di daerah pedesaan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan anak dan remaja di perkotaan. Hal ini diduga bahwa tedapat faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap tingginya konsumsi buah dan sayur di kota, seperti tingginya tingkat pendapatan pada keluarga, uang saku, pengetahuan gizi contoh, dan sikap gizi contoh yang mempengaruhi jenis dan jumlah buah dan sayur yang dikonsumsi oleh contoh. Sebaran contoh berdasarkan jumlah konsumsi buah dan sayur (g/hari) di kabupaten dan kota disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan jumlah konsumsi buah dan sayur di SDN Cibanteng dan SDN Papandayan Konsumsi buah dan sayur (g/hari) Konsumsi Buah (rata-rata±SD, g/hari) < 50 50-100 ≥ 100
SDN Cibanteng n % 106.9±43.0 3 5.6 26 48.1 25 46.3
Konsumsi Sayur (rata-rata±SD, g/hari) < 60 60-120 ≥ 120
44 10 0
45.4±18.7 81.5 18.5 0.0
SDN Papandayan n % 166.5±67.7 2 3.7 9 16.7 43 79.6 24 25 5
68.5±31.6 44.4 46.3 9.3
Perbedaan Konsumsi Buah dan Sayur berdasarkan Karakteristik Konsumsi buah dan sayur pada contoh dibedakan berdasarkan variabel suku, pekerjaan orang tua, media sosialisasi, dan jenis kelamin. Berdasarkan uji ANOVA, terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) pada konsumsi buah dan
17 konsumsi sayur anak antara suku yang berbeda. Menurut Riyadi (1996) salah satu faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi adalah suku. Hal ini sejalan dengan penelitian Othman et al. (2012) yang menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada konsumsi buah dan sayur antara suku yang berbeda. Hasil data total rata-rata konsumsi buah dan sayur contoh berdasarkan suku yang berbeda di SDN Cibanteng dan SDN Papadayan diperoleh bahwa suku Sunda dan Batak memiliki kecenderungan yang lebih tinggi dibandingkan suku lain. Perbedaan berdasarkan pekerjaan orang tua terdiri dari pekerjaan ayah dan pekerjaan ibu. Uji ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) pada konsumsi buah dan sayur berdasarkan jenis pekerjaan ayah. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan ayah tidak berpengaruh terhadap konsumsi buah dan sayur pada anak. Konsumsi buah berdasarkan jenis pekerjaan ibu menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0.05). Hal ini menunjukkan adanya pengaruh antara jenis pekerjaan ibu dengan konsumsi buah. Hasil data total rata-rata konsumsi buah dan sayur contoh berdasarkan jenis pekerjaan ibu di SDN Cibanteng dan SDN Papadayan diperoleh bahwa ibu yang tidak bekerja, pedagang, dan pegawai swasta memiliki kecenderungan yang lebih tinggi dibandingkan jenis pekerjaan lainnya. Konsumsi sayur berdasarkan jenis pekerjaan ibu menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05). Hal ini sejalan dengan Wulansari (2009) yang menemukan bahwa tidak terdapat hubungan antara pekerjaan orangtua dengan konsumsi buah dan sayur. Rata-rata konsumsi buah dan sayur (g/hari) contoh berdasarkan jenis suku dan pekerjaan ibu di kabupaten dan kota disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Rata-rata konsumsi buah dan sayur (g/hari) contoh berdasarkan jenis suku dan pekerjaan ibu di SDN Cibanteng dan SDN Papandayan Variabel
n
SDN Cibanteng Buah Sayur (g/hari) (g/hari)
n
SDN Papandayan Buah Sayur (g/hari) (g/hari)
Total (g/hari)
Suku Sunda Jawa Batak Betawi Lampung Lainnya
53 0 1 0 0 0
106.1 0 149.5 0 0 0
45.3 0 49.4 0 0 0
29 16 1 1 1 6
158.0 184.3 159.0 234.3 41.6 171.0
64.9 79.3 62.9 71.4 29.6 67.5
374.3 263.7 420.8 305.7 71.1 238.5
Pekerjaan Ibu Tidak bekerja Buruh tani Jasa (ojeg/supir) PNS/TNI Pegawai swasta Pedagang Buruh bangunan Lainnya
38 1 0 0 4 9 0 2
99.9 65.3 0 0 132.9 138.2 0 67.3
47.8 32.3 0 0 46.3 39.2 0 31.3
26 0 1 7 10 9 0 1
175.1 0 98.6 204.8 154.5 155.9 0 67.8
70.0 0 34.4 77.8 75.7 63.1 0 33.2
392.8 97.6 133.0 282.6 409.4 396.3 0.0 199.5
Berdasarkan uji ANOVA, tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) pada konsumsi buah dan sayur berdasarkan media sosialisasi sumber informasi tentang manfaat konsumsi buah dan sayur. Uji Independet samples t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) pada konsumsi buah dan sayur
18 berdasarkan jenis kelamin. Domel et al. (1996) menemukan pada penelitian di Augusta Georgia bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan konsumsi buah dan sayur. Hasil uji annova konsumsi buah dan sayur anak berdasarkan karakteristik yang berbeda disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Hasil uji Annova konsumsi buah dan sayur anak berdasarkan karakteristik Variabel Suku Pekerjaan ayah Pekerjaan ibu Media sosialisasi Jenis Kelamin
Konsumsi Buah p 0.008* 0.091 0.011* 0.380 0.921
Konsumsi Sayur p 0.002* 0.076 0.092 0.100 0.932
Keterangan: 1) p = nilai signifikansi, 2) (*) = Berbeda nyata (p<0.05)
Uji Korelasi antar Variabel Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Konsumsi Buah dan Sayur Konsumsi buah dan sayur pada contoh dihubungkan dengan variabel usia dan uang saku contoh. Uji korelasi Spearman menujukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia contoh dengan konsumsi buah dan sayur contoh (>0.05). Hal ini sejalan dengan Othman et al. (2012) yang menemukan bahwa umur tidak berhubungan secara signifikan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur. Hal ini diduga karena faktor usia anak-anak yang lebih cenderung mengonsumsi makanan yang lebih mereka sukai seperti jajanan dan sejenisnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada anak sekolah dasar, diperoleh bahwa 40% anak tidak makan sayur, 20% tidak makan buah, dan 36% makan snack (Worthington dan Roberts 2000). Uang saku contoh menunjukkan tidak terdapat hubungan (p>0.05) yang signifikan dengan konsumsi sayur contoh. Hal ini dapat diasumsikan sebagian besar siswa tidak mengalokasikan uang sakunya untuk membeli jajanan berjenis sayuran. Menurut Suhardjo (1989) dalam Suci (2011), pengeluaran uang yang lebih banyak tidak menjamin keberagaman pola makan yang baik, faktor pribadi dan kesukaanlah yang mempengaruhi jumlah dan jenis yang dikonsumsi. Hal ini sejalan dengan Paramita (2013) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara uang saku dengan konsumsi sayur. Terdapat hubungan yang signifikan positif antara uang saku contoh dengan konsumsi buah contoh (p<0.05). Hal tersebut dapat diasumsikan semakin besar uang saku maka semakin besar pula anak dalam mengonsumsi buah. Uang saku yang semakin tinggi menunjukkan semakin tingginya tingkat sosial ekonomi keluarga pada contoh. Hal tersebut sejalan sejalan dengan penelitian Paramita (2013) pada remaja terdapat hubungan yang signifikan antara uang saku dengan konsumsi buah. Hubungan antara karakteristik individu dengan konsumsi buah dan sayur contoh disajikan pada Tabel 13.
19 Tabel 13 Hubungan antara karakteristik individu dengan konsumsi buah dan sayur contoh Variabel Usia Uang saku
Konsumsi Buah p r 0.101 -0.159 0.006* 0.262
Konsumsi Sayur p r 0.839 -0.013 0.533 0.061
Keterangan: 1) p = nilai signifikansi, 2) (*) = berhubungan (p<0.05), 3) r= correlation coefficient
Hubungan antara Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga dengan Konsumsi Buah dan Sayur Konsumsi buah dan sayur pada contoh dihubungkan dengan variabel pendidikan orang tua, pendapatan, dan besar keluarga. Uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan positif (p<0.05) antara pendidikan ibu dengan konsumsi buah dan sayur contoh. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka konsumsi buah dan sayur pada contoh cenderung akan semakin baik. Raharto (2000) menyatakan bahwa pendidikan orang tua terutama pendidikan ibu merupakan salah satu faktor penting yang akan menentukan keadaan gizi di dalam keluarga. Pendidikan ayah menunjukkan hubungan yang signifikan positif (p<0.05) dengan konsumsi buah dan sayur pada contoh. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan ayah maka konsumsi buah dan sayur pada contoh cenderung akan semakin baik. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Rasmussen et al. (2006) yang menunjukkan adanya hubungan yang positif antara pendidikan orang tua dengan konsumsi buah dan sayur pada anak. Menurut Zulaeha (2006), semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan semakin positif sikap seseorang terhadap gizi makanan sehingga semakin baik pula konsumsi bahan makanan sayur dan buah dalam keluarga. Besarnya anggota keluarga tidak menunjukkan hubungan yang signifikan (p>0.05) dengan konsumsi buah dan konsumsi sayur pada contoh. Menurut Suhardjo (2006), besarnya jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi pola pengalokasian pangan pada rumah tangga tersebut sehingga semakin besar jumlah anggota keluarga, maka alokasi pangan untuk setiap individu akan semakin berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya keluarga tidak mempengaruhi konsumsi buah dan sayur pada keluarga tetapi terdapat faktor lain yang mempengaruhi konsumsi buah dan sayur. Hal ini sejalan dengan Rasmussen et al. (2006), Pratiwi (2006), dan Wulansari (2009) bahwa pengaruh besar keluarga tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan konsumsi buah dan sayur pada anak. Terdapat hubungan yang signifikan positif (p<0.05) antara pendapatan keluarga dengan konsumsi buah pada contoh. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pendapatan keluarga maka akan tinggi konsumsi buah pada keluarga dan sebaliknya. Hal ini sejalan dengan penelitian Riediger et al. (2007) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan orang tua dengan konsumsi buah. Menurut Khomsan et al. (2008), meningkatnya status ekonomi maka pengeluaran bahan pangan akan meningkat. Pendapatan keluarga tidak berhubungan (p>0.05) dengan konsumsi sayur pada contoh. Hal ini diduga karena harga sayuran yang relatif lebih terjangkau di kalangan masyarakat. Hal ini sejalan dengan Wulansari (2009) dan Attorp et al. (2014) yang menemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan orangtua
20 dengan konsumsi sayur. Menurut Hartoyo (1997) dalam Baharia (2009) bahwa secara ekonomi, buah termasuk ke dalam kategori barang normal dengan nilai elastisitas pengeluaran (pendapatan) bertanda positif. Hal ini berarti bahwa, pendapatan yang meningkat maka pengeluaran untuk konsumsi buah akan meningkat. Sebaliknya konsumsi sayuran tidak berpengaruh terhadap pendapatan karena harga sayuran yang relatif terjangkau di kalangan masyarakat dengan ekonomi miskin maupun kaya. Hubungan antara karakteristik sosial ekonomi keluarga terhadap konsumsi buah dan sayur contoh disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Hubungan antara karakteristik sosial ekonomi keluarga dengan konsumsi buah dan sayur contoh Konsumsi Buah p r 0.000* 0.354 0.000* 0.439 0.011* 0.244 0.089 -0.164
Variabel Pendidikan Ayah Pendidikan Ibu Pendapatan Besar keluarga
Konsumsi Sayur p r 0.017* 0.231 0.005* 0.268 0.065 0.178 0.363 -0.088
Keterangan: 1) p = nilai signifikansi, 2) (*) = berhubungan (p<0.05), 3) r= correlation coefficient
Hubungan antara Pengetahuan Gizi dan Sikap Gizi Anak dengan Konsumsi Buah dan Sayur Berdasarkan uji korelasi Spearman, terdapat hubungan yang signifikan positif (p<0.05) antara pengetahuan gizi contoh dengan konsumsi buah dan sayur pada contoh. Hal ini berarti bahwa semakin baik pengetahuan gizi maka semakin baik perilaku konsumsi buah dan sayur contoh. Hal ini sejalan dengan penelitian Bordheauduij et al. (2008) dan Fibrihirzani (2012) yang menemukan bahwa pengetahuan gizi anak usia sekolah berhubungan signifikan dengan konsumsi buah dan sayur. Kristjansdnottir et al. (2006) menyatakan bahwa pengetahuan tentang buah dan sayur berbanding lurus dengan konsumsi buah dan sayur pada anak. Data rata-rata konsumsi buah dan sayur berdasarkan pengetahuan gizi menunjukkan bahwa contoh dengan pengetahuan baik menunjukkan kecenderungan mengonsumsi buah dan sayur (401 g/hari) yang lebih tinggi dibandingkan contoh dengan pengetahuan kurang (380.9 g/hari) dan sedang (359 g/hari). Rata-rata konsumsi buah dan sayur (g/hari) contoh berdasarkan pengetahuan gizi dan sikap gizi contoh di kedua wilayah disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Rata-rata konsumsi buah dan sayur (g/hari) contoh berdasarkan pengetahuan gizi dan sikap gizi contoh di SDN Cibanteng dan SDN Papandayan. Variabel Pengetahuan Gizi Kurang Sedang Baik Sikap Gizi Negatif Netral Positif
n
SDN Cibanteng Buah Sayur (g/hari) (g/hari)
n
SDN Papandayan Buah Sayur (g/hari) (g/hari)
Total (g/hari)
17 28 9
105.7 109.5 100.9
47.1 42.5 51.1
3 30 21
126.6 162.5 178.1
79.6 66.4 70.9
359.0 380.9 401.0
4 16 34
94.1 107.2 108.2
70.2 42.1 44.0
0 9 45
0 169.8 165.9
0 75.2 67.6
164.2 394.3 385.7
21 Sikap gizi contoh tidak berhubungan (p>0.05) dengan konsumsi buah dan sayur pada contoh. Hal ini berarti bahwa sikap gizi yang baik belum menentukan baiknya konsumsi buah dan sayur. Hal ini sejalan dengan penelitian Vereecken et al. (2005) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap gizi anak dengan konsumsi buah dan sayur. Sikap gizi contoh pada kategori netral (394.2 g/hari) menunjukkan kecenderungan mengonsumsi buah dan sayur yang lebih tinggi dibandingkan dengan contoh pada kategori negatif (164.2 g/hari) dan positif (385.7 g/hari). Hubungan antara pengetahuan gizi dan sikap gizi contoh dengan konsumsi buah dan sayur contoh disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Hubungan antara pengetahuan gizi dan sikap gizi anak dengan konsumsi buah dan sayur contoh Variabel Pengetahuan Gizi Sikap Gizi
Konsumsi Buah p r 0.017* 0.229 0.136 0.145
Konsumsi Sayur p r 0.020* 0.224 0.691 0.390
Keterangan: 1) p = nilai signifikansi, 2) (*) = berhubungan (p<0.05), 3) r = correlation coefficient
Hubungan antara Ketersediaan Buah dan Sayur dengan Konsumsi Buah dan Sayur Berdasarkan uji korelasi Spearman, terdapat hubungan yang signifikan positif (p<0.05) antara ketersediaan buah di rumah dengan konsumsi buah pada contoh. Hal ini berarti bahwa peningkatan ketersediaan buah di rumah berbanding lurus dengan peningkatan konsumsi buah pada contoh. Hal ini sejalan dengan penelitian Bordheauduij et al. (2008) dan Fibrihirzani (2012) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ketersediaan buah dan sayur di rumah dengan tingkat konsumsi buah dan sayur pada anak. Sylvestre (2003) menyatakan bahwa ketersediaan buah dan sayur terutama di rumah dapat menjadi faktor yang berpengaruh paling besar pada konsumsi buah dan sayur pada anak usia sekolah. Selain itu dengan meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan buah dan sayur di rumah dapat meningkatkan konsumsi buah dan sayur pada anak usia sekolah. Ketersediaan sayur di rumah tidak berhubungan (p>0.05) dengan konsumsi sayur pada contoh. Hal ini diduga bahwa tersedianya sayuran di rumah belum tentu dikonsumsi oleh contoh. Hal ini sejalan dengan Story et al. (2002), berdasarkan studi di Amerika (2006) pada remaja non-hispanic black dan nonhispanic white didapatkan bahwa ketersediaan makanan di rumah tangga tidak berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur pada remaja dan juga berdampak kecil terhadap kecenderungan dalam mengonsumsi buah dan sayur. Hubungan antara ketersediaan buah dan sayur dengan konsumsi buah dan sayur contoh disajikan pada Tabel 17. Tabel 17 Hubungan antara ketersediaan buah dan sayur di rumah dengan konsumsi buah dan sayur contoh Variabel Ketersediaan buah Ketersediaan sayur
Konsumsi Buah p r 0.004* 0.273 -
Konsumsi Sayur p r 0.167 -0.134
Keterangan: 1) p = nilai signifikansi, 2) (*) = berhubungan (p<0.05), 3) r= correlation coefficient
22
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Jenis buah-buahan yang paling sering dikonsumsi di SDN wilayah kabupaten adalah jambu biji dan jambu air, sedangkan di SDN wilayah kota adalah pepaya dan anggur. Jenis sayuran yang paling sering dikonsumsi di SDN wilayah kabupaten adalah wortel dan kangkung, sedangkan di SDN wilayah kota adalah bayam dan wortel. Konsumsi buah dan sayur di SDN kota (≥100 g/hari dan 60-120 g/hari) signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan SDN kabupaten (50100 g/hari dan <60 g/hari). Konsumsi buah dan sayur anak berbeda nyata berdasarkan jenis suku, sedangkan jenis pekerjaan ibu berbeda nyata dengan konsumsi buah anak. Konsumsi sayur berhubungan positif dengan pengetahuan gizi anak dan pendidikan orang tua. Konsumsi buah berhubungan positif dengan uang saku, ketersediaan buah, dan pendapatan keluarga, pengetahuan gizi anak, dan pendidikan orang tua. Saran Berdasarkan hasil penelitian, diperluakan peran sekolah dalam meningkatkan program-program mengenai kesehatan khususnya konsumsi buah dan sayur. Selain itu, perlunya beberapa upaya perbaikan dan peningkatkan konsumsi buah dan sayur pada anak khususunya di desa melalui program-program mengenai pentingnya konsumsi buah dan sayur bagi kesehatan kepada orang tua atau masyarakat oleh dinas-dinas terkait.
DAFTAR PUSTAKA Aswatini, Noveria M, Fitranita. 2008. Konsumsi Sayur dan Buah di Masyarakat Dalam Konteks Pemenuhan Gizi Seimbang. Jakarta (ID): Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPK-LIPI). Attorp A, Scott JE, Yew AC, Rhodes RE, Barr SI, Naylor PJ. 2014. Associations between socioeconomic, parental, and home environment factors and fruit and vegetable consumption of children in grades five and six in British Columbia, canada. Int J BMC Public Health. 14: 150. Baharia. 2009. Hubungan antara pengetahuan gizi, kesukaan dan faktor lain dengan konsumsi buah dan sayur pada remaja di 4 SMA di Jakarta Barat tahun 2009 [Skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia. [BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1998. Gerakan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. Jakarta (ID): Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.
23 Bourdeaudhuij ID, Velde St, Brug J, Due P, Wind M, Sandvik C, Maes L, Wolf A, Rodrigo CP, Yngve A et al. 2008. Personal, social, and environmental predictors of daily fruit and vegetable intake in 11-year-old children in nine European countries. Eur J Clin Nutr. 62: 834-841. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Jumlah dan persentase penduduk miskin, garis kemiskinan, indeks kedalaman kemiskinan, dan indeks keparahan kemiskinan menurut provinsi, Maret 2014 [Internet]. [diacu 2014 Agustus 12]. Tersedia dari: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel= 1&id_subyek=23¬ab=1 [Depkes] Departemen Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Domel SB, Thompson WO, Davis HC, Baranowski T, Leonard SB, Baranowski J. 1996. Psychosocial predictors of fruit and vegetable consumption among elementary school children. Journal Health Education Research. 11(3): 299-308. Farida I. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja [Skripsi]. Jakarta (ID): UIN Sayarif Hidayatullah. Fibrihirzani H. 2012. Hubungan antara karakteristik individu, orang tua, dan lingkungan dengan konsumsi buah dan sayur pada siswa SDN Beji 5 dan 7 Depok [Skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia. Gunanti I. 2000. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi sayuran pada anak pra-sekolah [Skripsi]. Surabaya (ID): Universitas Airlangga. Surabaya. Harahap H. 2004. Masalah gizi mikro utama dan tumbuh kembang anak di Indonesia.http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/ heryudarini _ harahap. pdf (25 Agustus 2014). Hurlock EB. 2004. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta (ID): Erlangga. [Kemenkes] Kementrian Kesehatan. 2014. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta (ID): Kementrian Kesehatan RI. Khomsan. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Bogor (ID): Fakultas Pertanian IPB. Khomsan A dan Anwar F. 2008. Sehat itu Mudah, Wujudkan Hidup Sehat dengan Makanan Tepat. Jakarta (ID): Hikmah. Kristjandottir AG, Thorsdottir I, Bourdeaudhuij ID, Due P, Wind M, Klepp KI. 2006. Determinant of fruit and vegetable intake among 11-year-old schoolchildren in a country of traditionally low fruit and vegetable consumption. Int J Behav Nutr Phys Act. 3: 41.
24 Lemeshow S, David WH, Janelle K. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Pramoni D, penerjemah. Yogyakarta (ID): UGM Press. Lock K, Pomerleau J, Causer L, Altmann DR, Mckee M. 2005. The global burden of disease attribute to low consumption of fruit and vegetables: implications for the global strategy on diet. Bull World Organ. 83(2): 100-8. Othman KI, Karim MSAb, Karim R, Adzhan N, Halim NA, Osman S. 2012. Factors influencing fruits and vegetables consumption behaviour among adults in Malaysia. Journal of Agribusiness Marketing. 5: 29-46. Paramita I. 2013. Analisis hubungan konsumsi buah dan sayur dengan ukuran lingkar pinggang pada perempuan usia dewasa muda [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Parhati R. 2011. Analisis perilaku pembelian dan konsumsi buah di perdesaan dan perkotaan [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Pratiwi W. 2006. Analisis hubungan pengetahuan gizi, sikap, dan preferensi dengan kebiasaan makan sayuran ibu rumah tangga di perkotaan dan pedesaan bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Puspitawati H. 2010. Pengaruh sosial ekonomi keluarga terhadap pola asuh belajar. Jurnal Ilmiah Keluarga dan Konsumen. ISSN: 1907-6037:46-55. Rasmussen M, Krolner R, Klepp KI, Lytle L, Brug J, Bere E, Due P. 2006. Determinants of fruit and vegetable consumption among children and adolescents: a review of the literature. part I: quantitative studies. Int J Behav Nutr Phys Act. 3(22): 479—5868. Riediger ND, Shooshtari S, Moghadasian MH. 2007. The influence of sociodemographic factors on patterns of fruit and vegetable consumption in Canadian adolescents. J Am Diet Assoc. 107: 1511–1518. Riyadi H. 1996. Pola Konsumsi Pangan. Di dalam: Gizi dan Kesehatan dalam Pembangunan Pertanian (hlm. 174-183). Khomsan A & Sulaeman A, editor. Bogor (ID): IPB Press. Setyowati NL. 2000. Konsumsi dan preferensi sayur dan buah pada remaja di SMU 1 Bogor dan SMU 1 Pamekasan [Skripsi]. Bogor (ID): Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB Srimaryani DI. 2010. Pola konsumsi pangan dan status gizi pada rumah tangga peserta program pemberdayaan masyarakat di kota dan kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Story M, Sztainer DN, French S. 2002. Individual and enviromental influence on adolescent eating behaviors. J Am Diet Assoc. 102: 40-51. Suci SP. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pola makan mahasiswa kesehatan masyarakat fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan universitas islam negeri syarif hidayatullah jakarta tahun 2011 [Skripsi]. Jakarta [ID]: UIN Syarif Hidayatullah.
25 Suhardjo . 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor (ID): PAU Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. ________. 2006. Pangan dan Gizi Pertanian. Jakarta (ID): UI Press. Suhardi dan Sunarti S. 2009. Sosiologi 1 untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta (ID): Graha Multi Grafika. Sylvestre MP. 2003. Association between fruit and vegetable consumption children and mothers in low income, urban neighbourhoods in montreal [Thesis]. Montreal (CA): University of McGill. [WHO/FAO]. 2003. Report of a Joint WHO/FAO Expert Consultastion: Diet, Nutrition, and the Prevention of Chronic Disease Geneva. (SW): WHO. Vereecken CA, damme WV, Maes L. 2005. Measuring attitudes, self-efficacy, and social and environmental influences on fruit and vegetable consumption of 11- and 12-Year-Old Children: Reliability and Validity. J Am Diet Assoc. 105:257-261. Worthington BS and Roberts W. 2000. Nutrition throughout the life cycle. (US): Mc Graw Hill Education Higher Ed. Wulansari ND. 2009. Konsumsi serta preferensi buah dan sayur pada remaja SMA dengan status sosial ekonomi yang berbeda di bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi manusia, Institut Pertanian Bogor. Zulaeha R. 2006. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi sayur dan buah pada siswa SMA negeri 103 jakarta tahun 2006 [Karya Ilmiah]. Jakarta (ID): Politeknik Kesehatan Jakarta II Departemen Kesehatan RI.
26
LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil uji beda antara karakteristik individu, sosial ekonomi keluarga, dan media sosialisasi dengan konsumsi buah dan sayur anak Konsumsi Konsumsi Buah Sayur Variabel p p Suku 0.008* 0.002* Pekerjaan ayah 0.091 0.076 Pekerjaan ibu 0.011* 0.092 Media sosialisasi 0.380 0.100 Jenis Kelamin 0.921 0.932 Lampiran 2 Hasil uji korelasi antara variabel karakteristik individu, sosial ekonomi keluarga, pengetahuan dan sikap gizi anak, dan ketersediaan buah dan sayur di rumah dengan konsumsi buah dan sayur anak Konsumsi Buah Konsumsi Sayur Variabel p r p r Usia 0.101 -0.159 0.839 -0.013 Uang saku 0.006* 0.262 0.533 0.061 Pendidikan ayah 0.000* 0.354 0.017* 0.231 Pendidikan ibu 0.000* 0.439 0.005* 0.268 Pendapatan 0.011* 0.244 0.065 0.178 Besar keluarga 0.089 -0.164 0.363 -0.088 Pengetahuan gizi 0.017* 0.229 0.020* 0.224 Sikap gizi 0.136 0.145 0.691 0.390 Ketersediaan buah di 0.004* 0.273 rumah Ketersediaan sayur di 0.167 -0.134 rumah
27
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Bogor pada tanggal 22 Desember 1991. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, putra pasangan Bapak Dr. Ir. Komaruddin Idris, MS dan Ibu Safrida Syamsudin Uban. Pendidikan TK ditempuh pada tahun 1997-1998 di TK Mexindo, Bogor Utara. Kemudian pendidikan SD ditempuh pada tahun 1998-2004 di SD Negeri Bangka 3, Bogor Timur. Kemudian melanjutkan di SMP Negeri 3 Bogor tahun 2004-2007 dan SMA Negeri 6 Bogor tahun 2007-2010. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), Fakultas Ekologi Manusia, Departemen Gizi Masyarakat melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2010. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai organisasi dan kepanitian, diantaranya adalah salah satunya Himpunan Mahasiswa Gizi (HIMAGIZI) periode 2011-2013 divisi Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa (PSDM). ketua panitia Anniversary of Himagizi (ANIMAZI) tahun 2011, ketua divisi acara Ecology Sport and Art Event (ESPENT) FEMA tahun 2013, serta anggota divisi keamanan dan humas Nutrition Fair (NF) tahun 2012 dan 2013. Pada bulan Juni-Agustus 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Dusun Motean-Paniten, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Pada bulan Maret 2014 penulis mengikuti Internship Dietetic (ID) di Rumah Umum Daerah (RSUD) Ciawi. Topik yang dikaji selama ID tersebut adalah kasus penyakit dalam (TB paru, hiponatremia, efusi pleura, intake sulit, dan anemia), kasus bedah mayor (Hernia Ingunalis Lateralis Dextra (Hil Dextra) post operasi, anemia, dan hipertensi)), dan kasus anak (Kejang demam suspect ensefalitis dan anemia+Protein Energi Malnutrisi (PEM) II)). Penulis tercatat sebagai penerima beasiswa PPA/BBM periode tahun 2013-2014.