Universa Medicina
Oktober-Desember 2006, Vol.25 No.4
Konsumsi isoflavon berhubungan dengan usia mulai menopause Sri Mulyati a, Agus Triwinarto dan Basuki Budiman Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, Bogor ABSTRAK Pada 25 tahun terakhir, umur harapan hidup orang Indonesia bertambah dari 47,2 pada tahun 1971 menjadi 66,7 pada tahun 1995. Jumlah penduduk yang berusia tua, termasuk kelompok usia menopause juga bertambah. Pada tahun 2020 jumlah penduduk Indonesia diprediksi akan mencapai 262,6 juta orang dan usia menopause diperkirakan sebanyak 30,3 juta orang. Pada masa 20 tahun terakhir ini umur menopause yang pada tahun 1980 berusia 46 tahun, pada tahun 2000 menjadi 49 tahun. Isoflavon diketahui dapat menetralisir sindroma menopause. Indonesia kaya akan sumber isoflavon dan banyak dikonsumsi masyarakat yaitu kedelai berikut produknya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan konsumsi isoflavon dengan usia mulai menopause. Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang, dilaksanakan di Kabupaten Tanah Datar Sumatra Barat dan Bantul di Yogyakarta. Sebanyak 360 wanita usia menopause berpartisipasi dalam penelitian ini. Data yang dikumpulkan berupa konsumsi makanan, riwayat menopause, berat badan, dan tinggi badan. Data konsumsi makanan diperoleh dengan cara wawancara menggunakan metoda food frequency questionnaire (FFQ), berat badan ditimbang dengan timbangan digital Secca, tinggi badan diukur dengan menggunakan microtoice dan data sosial ekonomi diperoleh dengan cara wawancara. Hasil penelitian menunjukkan terdapat asosiasi antara konsumsi sumber isoflavon, tingkat pendidikan dan ibu yang bekerja dengan usia menopause. Rata-rata responden mengkonsumsi 118 ± 98,6 mg/ minggu. Jumlah konsumsi ini sebesar 21,33 persen dari anjuran Departemen Kesehatan (80 mg/hari). Perlu disebarluaskan manfaat isoflavon bagi kesehatan wanita dan sumber-sumber makanan yang kaya isoflavon terutama bagi wanita usia menopause. Kata kunci: Menopause, fitoestrogen, isoflavon
Isoflavones consumption related to age of menopause ABSTRACT Life expectancy of Indonesian grew up in the last 25 years and on the other side the total number of women sharply increased. It is predicted that number of people will be 262.6 million by the year 2020 and number of women in the menopause period will be reached as much as 30.3 million. During this two decade beginning menopausal age delayed from 46 years of age in 1980 to 49 in the year 2000. Isoflavones have benefit effect on menopause syndrome and Indonesian people consume much source plant food containing isoflavones. This study elaborates the relationship between isoflavones and age of beginning menopause. A cross-sectional study was conducted in the district of Tanah Datar, the province of West Sumatra and the district of Bantul, the province of Yogyakarta. Respondents were 360 women who had menopause. Food consumption was collected by food frequency questionnaire (FFQ) method; age of menopause was measured by asking the women experience. Weight was measured using digital balance Secca and height using microtoise. The study revealed that education, working mother, and isoflavone consumption from soy food were correlated with age of menopause. Mothers consumed isoflavones as much as 118 ± 98.6 mg/week, which is lower than Department of Health recomendation (80 mg/day). It is needed to disseminate about the benefit of isoflavones for all women especially for menopause women. Keywords: Menopause, phytoestrogen, isoflavone
148
Korespondensi : a Sri Mulyati Puslitbang Gizi dan Makanan Jl. Dr. Semeru No. 63 Bogor 16125 E-Mail :
[email protected]
Universa Medicina
PENDAHULUAN Umur harapan hidup orang Indonesia terus meningkat dalam 25 tahun terakhir, yaitu dari 47,2 pada tahun 1971, menjadi 53,7 tahun 1980, kemudian 61,5 tahun pada tahun 1990 dan 66,7 tahun pada 1995. Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 262,6 juta orang pada tahun 2020, dengan jumlah wanita yang hidup dalam usia menopause sebanyak 30,3 juta orang. (1) Penelitian-penelitian yang dilakukan di beberapa kota besar di Indonesia menunjukkan terjadi pergeseran umur menopause dari 46 tahun pada tahun 1980 menjadi 49 tahun pada tahun 2000.(2) Menopause adalah perdarahan uterus terakhir yang masih diatur oleh fungsi hormonal ovarium.(3,4) Wanita usia 40-45 tahun merupakan usia pre-menopause dan usia 46-55 tahun adalah usia menopause.(5) Setiap individu memiliki usia menopause yang berbeda, kekurangan gizi, merokok dan tidak punya anak mempercepat terjadinya menopause pada wanita di negara industri. (6) Menurut Samil, (5) usia menopause dipengaruhi oleh daerah tempat tinggal, suku bangsa, pendidikan, penghasilan, paritas dan tinggi badan. Kinley, (3) mengungkapkan bahwa paritas yang singkat akan menunda datangnya usia menopause karena setiap hamil dan menyusui konsentrasi estrogen di dalam darah meningkat 30 kali dari yang normal. Terapi hormon secara kontinue efektif untuk mengatasi kekurangan estrogen. (7) Akibat penurunan kadar estrogen, wanita usia menopause sering mengalami sindrom menopause yaitu timbulnya gejala vasomotor, seperti: rasa panas (hot fluses), vertigo, banyak keringat, berdebar-debar, migrain, nyeri otot, nyeri punggung dan gejala psikologi seperti mudah tersinggung, merasa tertekan, sulit tidur, sulit konsentrasi dan atropi umum jaringan seperti kulit menipis dan sebagainya. Dampak
Vol.25 No.4
lebih lanjut adalah penurunan massa tulang atau osteoporosis (1) dan semakin dini terjadinya menopause maka semakin dini terjadinya penurunan massa tulang pada wanita. (8) Fitoestrogen kelompok molekul tanaman yang secara parsial mempunyai efek agonis atau antagonis pada reseptor estrogen. Molekul fitoestrogen yang mempunyai sifat ini adalah golongan molekul isoflavonoid, terutama isoflavon daidzein, genestein dan glyceistein. Kedele merupakan biji-bijian mengandung isoflavon dengan konsentarsi lebih tinggi dibandingkan biji-bijian lainnya.(9) Fitoestrogen merupakan senyawa yang mirip dengan estrogen tetapi memiliki aktifitas yang lebih rendah dari estrogen, dapat diidentifikasi dalam air kemih baik pada manusia maupun hewan yang menggunakannya. (10) Terdapat tiga gugus utama fitoestrogen yaitu isoflavon, lignan dan coumestan. Pemberian fitoestrogen dapat mengurangi keluhan sindrom menopause dan lama haid bertambah 1-2 hari dibandingkan dengan sebelumnya.(11) Di Amerika Serikat, 46 persen perempuan menggunakan isoflavon dalam bentuk komplemen sebagai obat alternatif mengatasi gejala menopause dan penggunaannya semakin meningkat. (12) Kacang-kacangan dan sayuran mengandung fitoestrogen. Isoflavon banyak dikandung dalam kacang-kacangan terutama kedelai.(9,13) Kedelai dan olahannya banyak dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia terutama di Pulau Jawa. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas sangat menarik untuk diteliti hubungan konsumsi isoflavon dan faktor lain dengan usia mulai menopause. METODE Rancangan penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan rancangan cross-sectional di Kabupaten Tanah Datar Propinsi Sumatra Barat dan Kabupaten 149
Mulyati, Triwinarto, Budiman
Bantul Yogyakarta. Dua kabupaten ini dipilih sebagai daerah penelitian karena kedua daerah tersebut memiliki perbedaan budaya dan pola kebiasaan makan, konsumsi kacang-kacangan terutama kedele dan olahannya. Subyek penelitian Subyek penelitian adalah wanita usia (4055) tahun, jumlah subyek dihitung berdasarkan perhitungan besar sampel untuk mempelajari asosiasi antar variabel. Dalam hal ini konsumsi isoflavon dengan usia mulai menopause yaitu dengan differences between correlation coefficien. Atas dasar perhitungan tersebut dengan effect size 0,30 (medium), power 80% dan α = 0,05 (two-tailed) diperlukan sampel sebanyak 180 orang. (14) Dalam hal ini suku bangsa Minang di Sumatra Barat dan Jawa di Jogyakarta sebagai kovariat, maka jumlah sampel secara keseluruhan sebanyak 360 orang yaitu masing-masing 180 orang. Lokasi penelitian ditentukan satu kabupaten di setiap propinsi dan satu kecamatan setiap kabupaten yang relatif menggambarkan pola kebiasaan makan dan budaya setempat. Untuk mendapatkan sejumlah sampel yang dibutuhkan, pencarian sampel dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan registrasi terhadap wanita usia (40-60) tahun bekerja sama dengan bidan desa dan kader melalui Puskesmas. Dalam registrasi mencakup usia pada saat mendapat haid terakhir sebagai kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini. Tahap kedua, melakukan kunjungan rumah terhadap seluruh sampel yang memenuhi kriteria inklusi berdasarkan hasil registrasi. Pemeriksaan kadar isoflavon Penentuan kadar isoflavon dilakukan dengan menganalisis kadar isoflavon dari kacang-kacangan yang sering dikonsumsi yaitu, tempe, tahu, kedelai dan kacang tolo dari daerah Tanah Datar dan Bantul. 150
Hubungan isoflavon dan menopause
Pengumpulan data Data pola konsumsi makan sumber fitoestrogen dikumpulkan dengan metoda Food Frequency Quetsioner (FFQ), yaitu untuk menentukan kekerapan konsumsi suatu bahan makanan dalam periode tertentu (hari, minggu, bulan, tahun). (15) Tingkat konsumsi dilakukan dengan recall secara semi kuantitatif terhadap makanan sumber fitoestrogen yang dikonsumsi subyek. Data lain yaitu sosial ekonomi, waktu haid terakhir, keikut sertaan dalam program keluarga berencana, paritas, merokok, status perkawinan, suku bangsa dan pendidikan dikumpulkan dengan cara wawancara oleh tenaga pengumpul data yang telah diberi pelatihan. Sedangkan tinggi badan diukur dengan menggunakan microtoise dengan ketelitian 0,1 cm dan berat badan dengan menggunakan timbangan digital (Seca) dengan ketelitian 0,1 kg. Analisis data Analisis data dilakukan secara univariat untuk mengetahui sebaran data dari setiap variabel dan secara bivariat untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel dengan usia mulai menopause. Setelah dilakukan analisis secara univariat ternyata variabel konsumsi isoflavon dan usia mulai menopause memiliki distribusi tidak normal. Sesuai dengan kaidah dalam ilmu statistik maka dalam analisis selanjutnya dipilih statistik non parametrik. Oleh karena itu usia mulai menopause sebagai variabel terikat dibuat katagorik yaitu menopause dalam usia >50 tahun dan menopause dalam usia ≤50 tahun. Dalam analisis ini variabel usia mulai menopause merupakan variabel terikat sedangkan konsumsi isoflavon, pendapatan, pendidikan, kontrasepsi hormonal, status kawin, merokok, paritas, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT), pekerjaan dan suku bangsa (Propinsi Sumatra Barat dan Yogyakarta) merupakan variabel bebas.
Universa Medicina
Vol.25 No.4
Selanjutnya variabel yang secara bivariat berhubungan dengan usia mulai menopause merupakan kandidat yang akan disertakan dalam analisis regresi logistik ganda untuk menguji hubungan berbagai faktor dengan usia mulai menopause secara-bersama-sama. (16) HASIL Dari 360 responden didapatkan rata-rata usia besarnya 51,4 ± 3,8 tahun, rata-rata usia subyek saat menopause besarnya 48,0 ± 3,4
tahun. Sebanyak 13,1 persen pekerjaannya adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja (tidak melakukan pekerjaan lain selain pekerjaan rumah tangga), 86,9 persen ibu rumah tangga bekerja (pegawai negeri sipil, pegawai swasta, buruh tani, petani penggarap, penjual makanan yang berkeliling ataupun menetap di warung). Dari segi pendapatan, ditemukan rata-rata 64,2 ± 17,2% total pendapatan per bulan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan; suatu indikasi bahwa sebagian besar pendapatan digunakan untuk makan.
Tabel 1.Hasil uji bivariat antara berbagai karakteristik responden dan usia mulai menopause
* OR = odds ratio ** CI = confidence interval
ß = koefisien regresi
151
Mulyati, Triwinarto, Budiman
Hubungan isoflavon dan menopause
Ini berarti pada umumnya subyek tidak termasuk golongan mampu. Dalam hal pendidikan 40,6% Sekolah Dasar tidak tamat, sedangkan yang lainnya berpendidikan Sekolah Dasar tamat, SMP tamat/tidak tamat dan sebagian kecil berpendidikan SMU. Sebanyak 83,0 persen berstatus menikah dan 98,0 tidak merokok. Bila dilihat dari segi ukuran antropometri, ditemukan rata-rata tinggi badan 148,9 ± 5,2 cm, rata-rata indeks massa tubuh (IMT) 21,85 ± 3,8 kg/m 2, berdasarkan nilai IMT pada umumnya termasuk memiliki IMT normal. Konsumsi isoflavon dari (tempe, tahu, kedelai dan kacang tolo) 118,9 ± 98,6 mg per minggu. Setelah dilakukan analisis bivariat ditemukan hubungan yang bermakna antara usia mulai menopause dan konsumsi isoflavon per minggu, pekerjaan ibu serta pendidikan ibu. Sedangkan paritas, kebiasaan merokok, tinggi badan, IMT, status perkawinan dan proporsi penggunaan uang untuk pangan terhadap total pendapatan, dan suku bangsa tidak ditemukan hubungan yang bermakna dengan usia mulai menopause (Tabel 1). Ibu yang memiliki pendidikan SMP tidak tamat atau lebih rendah mempunyai risiko 1,8 kali lebih besar untuk menopause dalam usia kurang atau sama dengan 50 tahun dibandingkan dengan ibu yang memiliki pendidikan SMP tamat atau lebih tinggi. Ibu rumah tangga yang tidak bekerja dan mengkonsumsi isoflavon <75 mg perminggu memiliki risiko 1,84 kali lebih besar untuk menopause dalam usia kurang atau sama dengan 50 tahun dibandingkan dengan ibu rumah tangga yang bekerja dan memiliki konsumsi isoflavon ≥75 mg per minggu (Tabel 2).
PEMBAHASAN Rata-rata usia subyek saat menopause besarnya 48,0 tahun. Hal ini sesuai dengan hasil survei oleh Departemen Kesehatan (2) yang menyatakan bahwa usia menopause di Indonesia rata-rata 49,0 tahun. Usia saat menopause di Indonesia ternyata lebih tinggi dibandingkan usia saat menopause di Mesir yang besarnya 46,7 tahun. (17) Konsumsi isoflavon diperoleh dari konsumsi tempe, tahu, kedelai dan kacang tolo yaitu rata-rata 118,9 ± 98,6 mg per minggu atau 17,1 mg per hari. Hasil ini berbeda dengan penelitian pada wanita menopause ras Kaukasus di Amerika Serikat yang menunjukkan asupan isoflavon rata-rata <1 mg/hari (0,76 mg/hari). (18) Setelah dilakukan uji multivariat, ternyata pendidikan, pekerjaan dan konsumsi isoflavon merupakan determinan usia menopause dan ditemukan adanya interaksi antara pekerjaan i b u d e n g a n k o n s u m s i i s o f l a v o n . Wa n i t a menopause secara alami memiliki risiko untuk menderita osteoporosis, karena proses pengurangan massa tulang telah dimulai sejak lima tahun sebelum menopause. Osteoporosis merupakan salah satu masalah kesehatan jangka panjang pada wanita menopause. Semakin dini terjadinya menopause maka semakin dini terjadinya penurunan massa tulang pada wanita. (8) Pemanfaatan bahan makanan yang mengandung isoflavon merupakan salah satu upaya pencegahan terhadap masalah kesehatan pada wanita menopause.
Tabel 2. Hasil uji multivariat beberapa faktor dengan usia menopause
* OR = odds ratio ** CI = confidence interval
152
ß = koefisien regresi
Universa Medicina
Departemen Kesehatan (1) menganjurkan agar wanita menopause mengkonsumsi isoflavon 80 mg per hari, kadar tersebut dapat diperoleh dengan asupan 112 gram tahu (satu setengah potong sedang) atau 56 gram tempe (dua potong sedang). Berdasarkan temuan di atas ternyata konsumsi isoflavon di dua daerah penelitian masih rendah yaitu 17,07 mg per hari atau 21,33 persen dari anjuran Departemen Kesehatan. Perempuan Jepang usia 42-52 tahun mengonsumsi isoflavon (dalam genestein dan daidzein) sebanyak 18,4 mg per hari yang berasal terutama dari tahu, kedele yang difermentasi, kedele segar, sup miso. Perempuan Cina pada usia dan jenis sumber makanan yang sama dengan perempuan Jepang, mengonsumsi isoflavon sebanyak 8,8 mg per hari. Konsumsi isoflavon (yang diukur dari genestein) perempuan pra menopause (42-52 tahun) berhubungan dengan kepadatan mineral tulang (bone mineral density/BMD) atau dengan kata lain semakin banyak mengonsumsi isoflavon (genestein) semakin tinggi tingkat kepadatan tulangnya. Namun hubungan ini didapatkan pada orang Jepang tetapi tidak pada Cina.(19) Efek dari asupan isoflavon terhadap densitas tulang pada wanita pasca menopause juga ditunjukkan pada penelitian di Cina. (20) Meta-analisis yang dilakukan oleh Zhan dan Ho (2005) ( 2 1 ) menunjukkan bahwa pengaruh isoflavon tergantung dari dosis (jumlah yang dikonsumsi), lama mengkonsumsi dan keadaan awal sebelum intervensi (termasuk umur, status menopause). Efek dosis dan lama mengonsumsi dapat dipahami dengan jelas bahwa semakin banyak dan semakin lama mengonsumsi isoflavon, efek akan lebih tampak. Status menopause berkaitan dengan umur dan ternyata efek isoflavon terjadi pada kelompok perempuan pra dan peri menopause dibandingkan dengan perempuan yang post menopause. Meta analisis Zhan dan Ho memang terbatas pada penelitian efek isoflavon terhadap profil lipid dalam serum
Vol.25 No.4
darah, tetapi hasilnya dapat menjadi pertimbangan dalam memahami pengaruh isoflavon terhadap densitas tulang. Argumen Greendale(19) bahwa bukan jumlah isoflavon dan jenis fermentasi kedele yang dikonsumsi tidak berkaitan dengan densitas tulang merupakan hal perlu dikaji. Namun Greendale tidak menganalisis status menopause. Pada metaanalisis Zhan dan Ho (21) jumlah konsumsi isoflavon yang mempunyai efek kuat besarnya 80 mg, sama seperti yang dianjurkan oleh Departemen Kesehatan. KESIMPULAN Konsumsi isoflavon berpengaruh terhadap usia mulai menopause. Rata-rata konsumsi isoflavon per hari pada wanita usia menopause masih rendah, belum sesuai dengan anjuran Departemen Kesehatan (80 mg per hari). Daftar Pustaka 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Penatalaksanaan masalah menopause dan andropause. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2001. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Terjadi pergeseran umur menopause. Available at: http://www.depkes.go.id/index.php?option =news&task=viewarticle& sid=936&Itemid=. Accessed Juli 16, 2006. de Vries E, den Tontelaar I, van der Noord PAH, van der Schoun YT, te Velde ER, Peters RHM. Oral contraceptive use in relation to age at menopause in the DOM cohort. Hum Reprod 2001; 16: 1657-62. Kenemans P. Hormone replacement therapy (HRT): basic consepts and practical role. Gynec Forum 1996; 3: 3-9. Samil S. Wanita menjelang menopause usia maturitas. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1994. Bromberer JT, Matthews KA, Kuller LH. Propsective study of the determinats of age at menopause. Am J Epidemiol 1995; 145: 124-33.
153
Mulyati, Triwinarto, Budiman 7.
Boroditsky RS. Balancing safety and efficacy focus on endometrial protection. J Reprod Med 2000; 45: 273– 84. 8. Kurzer MS. Hormonal effects of soy isoflavones: studies in premenopausal and postmenopausal women. J Nutr 2000; 130: 660S–1S. 9. USDA-Iowa State University database on the isoflavone content of foods. US Department of Agriculture, Agricultural Research Service. Available at: http://www.nal.usda.gov/fnic/ foodcomp/Data/isoflav/isoflav.html. Accessed Juli 16, 2006. 10. Vincent A, Fitzpatrick LA. Soy isoflavones: are they useful in menopause? Mayo Clin Proc 2000; 75: 1174-84. 11. Han KK, Soares JM, Haidar MA, de Lima GR, Baracat EC. Benefits of soy isoflavone therapeutic regimen on menopausal symptoms. Obstet Gynecol 2002; 99: 389-94. 12. Piotrowska E, Jacobkiewics-Banecka J, Baranska S, Tylki-Szymanska A, Csatoryska B, Wigrzyn A, et al. Geneistein mediated inhibition of glycosaminoglycan synthesis as a basis for gene expression-targeted isoflavone therapy for mucopolysaccaridoses. Eu J Hum Genet 2006; 14: 846-52. 13. Alekel DL, St Germain A, Peterson CT, Hanson KB, Stewart JW, Toda T. Isoflavone-rich soy protein isolate attenuates bone loss in the lumbar spine of perimenopausal women. Am J Clin Nutr 2000; 72: 844–52.
154
Hubungan isoflavon dan menopause 14. Cohen, Jacob. Statistical power analysis for the behavioral sciences. New York: Academic Press; 1977. 15. Ralph A. Methods for dietary assessment. In: Garrow JS, James WPT, editors. Human nutrition and dietetics. New York: Livingstone Inc.; 1993. p. 777-81. 16. Hosmer DW, Lemeshow S. Applied logistic regression. New York: John Wiley & Sons, Wiley Interscience. Publication; 1989. 17. Sallam H, Galal AF, Rashid A. Menopause in egypt: past and present perspective. Climateric 2006; 9: 421-5. 18. Miriam LA, de Kleijn JJ, van der Schouw YT, Wilson PWF, Adlercreutz H, Mazur W, et al. Intake of dietary phytoestrogens is low in postmenopausal women in the United States: The Framingham study. J. Nutr 2001; 131: 1826–32. 19. Greendale GA, Fitz G, Huang MH, Sternfeld B, Gold E, Seeman T, et al. Dietary isoflavones and bone mineral density: Results from the study of women’s health across the nation. Am J Epidemiol 2002; 155: 746-54. 20. Ho SC, Woo J, Lam S, Chen Y, Sham A, Lau J. Soy protein consumption and bone mass in early postmenopausal Chenese women. Osteoporis Int 2003; 14: 835-42. 21. Zhan S, Ho S. Meta-analysis of the effects of soy protein containing isoflavones on the lipid profile. Am J Clin Nutr 2005; 81: 397-408.