KEPADATAN TULANG, AKTIVITAS FISIK & KONSUMSI MAKANAN BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 6 – 12 TAHUN Heryudarini Harahap, dkk
TEMU ILMIAH INTERNASIONAL PERSAGI XV YOGYAKARTA, 25 – 30 NOVERMBER 2014 1
Latar Belakang Stunting merupakan masalah gizi di Indonesia, data Riskesdas Tahun 2013 : 30,7 persen Tahun 2010 : 35,6 persen
Dikategorikan tinggi (> 20 persen) merupakan masalah kesehatan masyarakat.
o Stunting merupakan pertumbuhan linier yang gagal mencapai potensi genetik akibat pola makan yang buruk dan penyakit (ACC/SCN and IFPRI, 2000) o Zat gizi utama yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah protein. Anak-anak dengan konsumsi protein rendah berisiko menjadi stunting dibanding anak-anak dengan konsumsi protein baik (Gibson, 2007; Esfarjani, 2013)
o Anak-anak yang stunting biasanya pada saat dewasa juga menjadi orang dewasa yang stunting (Martorell, 1998). o Remaja stunting mempunyai kepadatan tulang yang rendah, dan orang dewasa stunting lebih banyak yang terkena osteoporosis (Ibrahim, 2014)
o Anak-anak stunting lebih banyak menghabiskan waktu dengan jenis aktivitas fisik yang mengeluarkan energi rendah, & lebih sedikit waktu dengan aktivitas fisik sedang & tinggi (Gardner, 994) o Akibat Stunting terganggunya fungsi kognitif, & proses metabolisme, penurunan produktivitas (Branca, 2005 ; Dewey, 2011).
Tujuan o Studi tentang stunting banyak dilakukan, tetapi belum banyak dalam hubungannya dengan kepadatan tulang & aktivitas fisik. o Analisis ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara kepadatan tulang, aktivitas fisik, dan konsumsi makanan dengan kejadian stunting.
6
Metode o Data anak usia 6.0 – 12.9 tahun dari South East Asian Nutrition Survey (SEANUTS) tahun 2011 o Jumlah sampel : 191 orang o Lokasi : Jakarta Barat, Sleman, Wonogiri dan Purworejo
Kepadatan mineral tulang : o Total body scan menggunakan DEXA o Di RS Cipto Mangunkusumo & di RS Panti Rapih Jogya o Kepadatan tulang Rendah (≤-2 SD) Normal (>-2 SD)
Aktifitas fisik : o Pedometer Digiwalker o 2 hari berturut-turut o Aktivitas fisik Laki -laki (langkah) : Rendah < 11.636 Sedang 11.636–15.891 Tinggi > 15.891 Perempuan (langkah) : Rendah < 10,311 Sedang 10,311–14,070 Tinggi > 14,070
9
Konsumsi makanan o Recall 1x24 jam o Energi Cukup ≥ 80% Kurang < 80% o Protein Cukup ≥ 80% Kurang < 80%
Tinggi badan Microtoice Dikategorikan : Stunting < - 3SD Normal ≥ - 3 SD
Gambar pengukuran tinggi badan
11
HASIL Karakteristik Subjek o Jumlah anak lakilaki lebih besar dari anak perempuan, & kelompok umur lebih muda lebih banyak dari tua o Sebagian besar anak bertempat tinggal di daerah perkotaan & dengan pekerjaan ayah tidak tetap
83.4 68.5 61.6
58.6 %
41.4
38.4 30.5 9–2,9
Lk Pr Jenis kelamin
6–8,9 Umur
16.6
Kota Desa Tetap Tempat tinggal
Tidak tetap
Pekerjaan Ayah
Karakteristik Subjek o Sebagian besar ibu dengan pendidikan SMP kebawah o Lebih dari separuh anak dengan kuintil pendapatan III kebawah
62.6
37.4 %
28.4
SMP
26.3
SMA+
14 11.3 I II III IV
Pendidikan Ibu
Tingkat pendapatan (kuintil)
20 V
13
Analisis bivariate faktor yang berhubungan dengan stunting (1) Variabel Independen dan Kategori Kepadatan tulang Baik Rendah Aktivitas fisik Tinggi Sedang Rendah Konsumsi protein ≥ 80 % < 80 %
Faktor risiko kejadian stunting Normal Stunting N n % n % 154 38
140 34
90,9 89,5
14 4
9,1 10,5
19 71 102
11 57,9 61 85,9 102 100,0
8 10 0
42,1 14,1 0,0
125 67
116 58
9 9
7,2 13,4
92,8 86,6
P Value
OR (95% CI)
0,002
2,805 (1,448-5,435)
0,008 0,996
0,215 (0,069-0,667) 0,000 (0,000)
0,158
2,000 (0,753-5,309)
Analisis bivariate faktor yang berhubungan dengan stunting (2) Variabel Independen dan Kategori Konsumsi energi ≥ 70 % < 70 % Gender Laki-laki Perempuan Umur 6.0 – 8.9 9.0 – 12.9 Tempat tinggal Kota
Faktor risiko kejadian stunting Normal Stunting N N % N %
P Value
OR (95% CI)
70 122
65 108
92,9 88,5
5 7,1 14 11,5
0,333
1,685 (0,580-4,896)
112 80
105 69
93,8 86,3
7 6,3 11 13,8
0,079
2,391 (0,884-6,489)
118 74
109 65
92,4 87,7
9 7,6 9 12,3
0,28
1,703 (0,643-4,511)
160
148
92,5
0,013
3,453 (1,240-9,615)
12
7,5
Faktor-faktor yang berhubungan dengan stunting Variabel Kepadatan tulang Normal Rendah Aktivitas fisik Tinggi dan rendah Sedang Konsumsi protein Baik Kurang
Sig.
OR
95% C.I.for EXP(B) Lower Upper
0,041
5,325
1,075
26,387
0,003
0,139
0,037
0,521
0,005
6,448
1,756
23,672
SIMPULAN o Kejadian stunting berhubungan signifikan dengan kepadatan tulang, aktivitas fisik dan konsumsi protein o Anak dengan kepadatan tulang rendah berisiko untuk menjadi stunting 5,3 kali (OR = 5,325 ; 95%CI= 1,075 – 26,387) dibanding dengan anak dengan kepadatan tulang normal 17
o Anak dengan aktivitas fisik sedang sebagai faktor protektif untuk kejadian stunting (OR = 0,139 ; 95%CI = 0,037 – 0,521) dibanding anak dengan aktivitas rendah atau tinggi o Anak dengan konsumsi protein <80% dari angka kecukupan gizi (AKG) berisiko untuk menjadi stunting 6,4 kali (OR = 6,448 ; 95%CI = 1,756 – 23,672) dibanding anak dengan konsumsi protein ≥80%. 18
SARAN o Selain akibat kekurangan protein, perhatian juga perlu diberikan kepada aktivitas fisik dan kepadatan tulang anak untuk mencegah stunting dan akibat jangka panjangnya o Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang bagaimana interaksi aktivitas fisik kepadatan tulang dan konsumsi protein dalam kejadian stunting. 19
TERIMA KASIH
20