1
KONSUMSI SERTA PREFERENSI BUAH DAN SAYUR PADA REMAJA SMA DENGAN STATUS SOSIAL EKONOMI YANG BERBEDA DI BOGOR
NATALIA DESSY WULANSARI
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
2
ABSTRACT NATALIA DESSY WULANSARI. Fruits and Vegetables Consumption and Preference on High School Adolescents with Different Socioeconomic Status in Bogor. Under Direction of HADI RIYADI.
Nearly all (97%) population of West Java over 10 years consuming less fruits and vegetables. Therefore, the consumption patterns of fruits and vegetables need to be reconsidered, especially in adolescence. Youth group needs a great attention because of the quality of future human resources is determined by the quality of today's younger generation. The Objective of this study is to find out the consumption and preferences of fruits and vegetables in high school adolescents with different socioeconomic status. This study used cross sectional design. Place of research done purposively, at SMAN 2 Bogor and SMAN 1 Ciampea, 120 numbered samples of the XI class students drawn by stratified random sampling. Data were analyzed using Microsoft Excel 2007 and SPSS version 16,0 for Windows with the type of statistical analysis of the frequency tabulation and crosstabs, independent t-test, Chi-square correlation, Pearson's and Rank Spearman's. There were significant differences between the allowance sample, large families, parent’s education and family income (p<0,05). There was no difference between the consumption of fruits in the two schools (p>0,05) but there was significant differences on vegetables consumption between the two schools (p<0,01). The most and favorite fruit consumed by samples was orange, the most common vegetable consumed was cayenne pepper. Fruit least favorite in SMAN 2 Bogor was mengkudu while in SMAN 1 Ciampea was durian. The most favorite vegetable by sample was spinach. Most of samples in the two schools didn’t like vegetables bitter melon. Nutritional status at two school categorized normal. Nutritional knowledge of samples and family socioeconomic characteristics didn’t indicated significant correlation with consumption of fruits. Nutritional knowledge, large families, parent’s education, and family income had significant correlation with consumption of vegetables. Tribes and parents job didn’t had significant correlation with the consumption of fruits and vegetables.
Keywords: consumption and preference, fruits and vegetables, high school adolescents, socioeconomic status.
3
RINGKASAN NATALIA DESSY WULANSARI. Konsumsi serta Preferensi Buah dan Sayur pada Remaja SMA dengan Status Sosial Ekonomi yang Berbeda di Bogor. Dibimbing oleh HADI RIYADI. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui konsumsi serta preferensi buah dan sayur pada remaja SMA dengan status sosial ekonomi yang berbeda. Tujuan khususnya adalah untuk: 1) mengidentifikasi karakteristik contoh (jenis kelamin, umur, uang saku, dan pengetahuan gizi) dan karakteristik sosial ekonomi keluarga (suku, besar keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan pendapatan keluarga); 2) mengetahui konsumsi dan preferensi buah dan sayur contoh; 3) mengetahui Tingkat Kecukupan Gizi (TKG) vitamin A dan vitamin C serta kontribusi vitamin A dan vitamin C dari buah dan sayur terhadap total konsumsi vitamin A dan vitamin C; 4) mengetahui status gizi contoh dan hubungannya dengan konsumsi buah dan sayur; 5) menganalisis hubungan jumlah konsumsi buah dan sayur dengan pengetahuan gizi contoh dan karakteristik sosial ekonomi keluarga. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Tempat penelitian dilakukan secara purposive, yaitu di SMAN 2 Bogor dan SMAN 1 Ciampea. Penelitian dilakukan dari bulan Mei-Juni 2009. Contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI yang berjumlah 120 orang yaitu 60 orang untuk masing-masing sekolah, diambil dengan cara stratified random sampling. Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan kuesioner, yang terdiri dari karakteristik contoh, karakteristik sosial ekonomi keluarga, konsumsi serta frekuensi buah dan sayur, preferensi terhadap buah dan sayur serta pengolahannya, dan status gizi contoh. Data sekunder berupa gambaran umum sekolah diperoleh dengan cara mencari informasi/data maupun wawancara dengan pihak sekolah. Data yang diperoleh kemudian melalui proses coding, scoring, entry, cleaning dan dianalisis menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS versi 16,0 for Windows dengan jenis analisis statistik yaitu tabulasi frekuensi dan crosstabs, uji beda independent sample t-test, dan korelasi Chi-square, Pearson serta Rank Spearman. Secara keseluruhan, contoh terdiri dari 58 laki-laki dan 62 perempuan. Umur contoh berkisar antara 15-18 tahun. Rata-rata uang saku contoh di SMAN 2 Bogor (Rp 484.683,3 ± 228.300,0/bulan) lebih besar dibandingkan di SMAN 1 Ciampea (Rp 289.100,0 ± 98.886,9/bulan). Sebagian besar contoh di SMAN 2 Bogor memiliki pengetahuan gizi sedang sedangkan di SMAN 1 Ciampea tergolong rendah. Sebagian besar orang tua contoh berasal dari suku Sunda dan termasuk keluarga sedang (5-7 orang). Lebih dari separuh contoh di SMAN 2 Bogor mempunyai ayah dengan pendidikan sampai tamat akademi/PT, namun di SMAN 1 Ciampea hanya sampai tamat SMA/sederajat. Sebagian besar pendidikan ibu contoh di kedua sekolah sampai tamat SMA/sederajat. Presentase terbesar pekerjaan ayah contoh di SMAN 2 Bogor adalah sebagai TNI/Polri/PNS/BUMN sedangkan di SMAN 1 Ciampea adalah wiraswata. Sebagian besar pekerjaan ibu contoh di kedua sekolah adalah ibu rumah tangga. Rata-rata pendapatan keluarga contoh di SMAN 2 Bogor (Rp 965.982,1 ± 634.486,8/kap/bulan) lebih besar dibandingkan dengan rata-rata pendapatan keluarga contoh di SMAN 1 Ciampea (Rp 284.501,1 ± 169.743,1/kapita/bulan).
4
Rata-rata konsumsi buah SMAN 2 Bogor adalah 81,2 g/hari lebih rendah dibandingkan SMAN 1 Ciampea (88,6 g/hari). Hasil uji beda Independent samples t test tidak menunjukkan adanya perbedaan antara konsumsi buah di kedua sekolah (p>0,05). Rata-rata konsumsi sayur SMAN 2 Bogor adalah 64,3 g/hari, sedangkan di SMAN 1 Ciampea adalah 71,4 g/hari. Hasil uji t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada konsumsi sayur diantara kedua sekolah (p<0,01). Buah yang paling sering dikonsumsi oleh kedua contoh dalam sebulan terakhir adalah jeruk manis, yaitu 5,28 kali/minggu untuk SMAN 2 Bogor dan 2,23 kali/minggu untuk SMAN 1 Ciampea. Sayur yang paling banyak dikonsumsi oleh sebagian besar contoh di SMAN 2 Bogor adalah wortel (83,3%) sedangkan di SMAN 1 Ciampea adalah bayam (78,3%). Rata-rata frekuensi konsumsi sayur yang terbesar di kedua contoh adalah cabe rawit dengan rata-rata frekuensi 5,27 kali/minggu di SMAN 2 Bogor dan 4,03 kali/minggu di SMAN 1 Ciampea. Sebagian besar contoh mengonsumsi buah dan sayur pada waktu siang hari. Buah yang paling disukai oleh contoh baik di SMAN 2 Bogor maupun di SMAN 1 Ciampea adalah jeruk. Buah yang paling tidak disukai di SMAN 2 Bogor adalah mengkudu sedangkan di SMAN 1 Ciampea adalah durian. Jenis sayur yang paling disukai contoh di kedua sekolah adalah bayam. Sebagian besar contoh di kedua sekolah tidak menyukai sayur pare. Sebagian besar contoh di SMAN 2 Bogor menyukai pengolahan buah dengan cara dijus sedangkan di SMAN 1 Ciampea menyukai rujak. Pengolahan sayur yang paling disukai adalah dengan cara direbus. Rata-rata TKG vitamin A contoh di SMAN 2 Bogor sebesar 136,02% dan vitamin C 82,47% sedangkan di SMAN 1 Ciampea lebih besar nilainya yaitu 148,38% untuk vitamin A dan vitamin C 76,48%. Kontribusi vitamin A dari buah terhadap total konsumsi vitamin A adalah 3,13% di SMAN 2 Bogor dan 3,14% di SMAN 1 Ciampea. Kontribusi vitamin C dari buah mencapai 61,67% untuk SMAN 2 Bogor dan 65,94% untuk SMAN 1 Ciampea. Kontribusi vitamin A dari sayur terhadap total konsumsi vitamin A adalah 33,98% di SMAN 2 Bogor dan 29,08% di SMAN 1 Ciampea. Rata-rata kontribusi vitamin C sayur terhadap total konsumsi vitamin C mencapai 21,42% di SMAN 2 Bogor dan 34,82% di SMAN 1 Ciampea. Sebagian besar status gizi contoh di kedua sekolah adalah normal. Hasil uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan status gizi pada contoh di kedua sekolah (p>0,05). Hasil uji korelasi Rank Spearman juga menunjukkan tidak ada hubungan yang nyata antara konsumsi buah dan sayur dengan status gizi contoh (p>0,05). Pengetahuan gizi contoh dan karakteristik sosial ekonomi keluarga tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan konsumsi buah. Variabel yang berhubungan konsumsi sayur antara lain pengetahuan gizi contoh, besar keluarga, pendidikan orang tua, dan pendapatan keluarga. Suku dan pekerjaan orang tua tidak berhubungan signifikan dengan konsumsi buah dan sayur.
5
KONSUMSI SERTA PREFERENSI BUAH DAN SAYUR PADA REMAJA SMA DENGAN STATUS SOSIAL EKONOMI YANG BERBEDA DI BOGOR
NATALIA DESSY WULANSARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
6
Judul Skripsi : Konsumsi serta Preferensi Buah dan Sayur pada Remaja SMA Nama NIM
dengan Status Sosial Ekonomi yang Berbeda : Natalia Dessy Wulansari : I14051156
Menyetujui, Dosen Pembimbing
(Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS) NIP: 19610615 198603 1 004
Mengetahui, Ketua Departemen Gizi Masyarakat
(Dr. Ir. Budi Setiawan, MS) NIP: 19621218 198703 1 001
Tanggal Lulus :
7
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas berkat, rahmat, dan kekuatan yang dialami penulis sehingga mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi yang berjudul “Konsumsi serta Preferensi Buah dan Sayur pada Remaja SMA dengan Status Sosial Ekonomi yang Berbeda” ini dilakukan sebagai salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu dan pikiran, memberikan masukan, kritikan, semangat, dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini. 2. Dosen pemandu seminar, Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS dan dosen penguji skripsi Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS atas saran dan perbaikan untuk penyempurnaan skripsi ini. 3. Katrin Roosita, SP, M.Si selaku dosen pembimbing akademik. 4. Keluarga tercinta: Bapak, Mama, dan Mba Dian yang selalu setia mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini, terimakasih untuk kasih sayang, perhatian, dan doa yang diberikan, dan juga Dewi “cunil” yang selalu siap membantu. 5. Teman-teman pembahas seminar: Herviana Ferazuma, Wasilla Tussodiyah, Sri Rahmawati, dan Yunita Syafitri. 6. Pihak SMAN 2 Bogor dan SMAN 1 Ciampea yang telah memberi izin dan waktu untuk melakukan penelitian. 7. Siswa-siswi SMAN 2 Bogor dan SMAN 1 Ciampea khususnya kelas XI yang telah bersedia diwawancarai dan telah membantu kelancaran penelitian. 8. Sahabat-sahabatku: Khinanti Laras Respathi, SE; Mariagnes Indria; Aren Albertine, S.TP; Herry Kurniadi, S.Pt dan Elizabeth Tantin yang selalu memberi dukungan dan semangat, serta tempat berbagi suka dan duka. 9. Sahabat-sahabatku di Gizi Masyarakat angkatan 42 yang selalu siap membantu dalam segala hal: Mervina, S.Gz; Ervina, S.Gz; dan Herviana Ferazuma, S.Gz terimakasih untuk kebersamaan dan persahabatannya. 10. Rettha Aprilian, teman seperjuangan dalam penelitian ini. 11. Teman-temanku (Iwan, Nyit2, Ira, Mond’s, Adhis, Mega, Yanni, Hana, Jesa, Ardi, Akber, Tyas, Martha, Kanis) dan teman-teman GM’42 yang lain, terima
8
kasih
atas
segala
bantuan,
dukungan
yang
diberikan,
serta
atas
kebersamaan selama ini. We’re the cream of the cream. 12. Keluarga Gizi Masyarakat: para pengajar, staf TU, kakak angkatan 40 dan 41 serta adik-adik angkatan 43, 44, dan 45, khususnya Mbak Sanya dan Narita yang selalu siap membantu. 13. Teman-teman kost Perwira 44: Lenny, Binyo, Putri, Dori, Cha2, Lili, Mena, Lisa, Kunti, Boy, Sembi, Hendra, Leo, dan Benny. Terimakasih telah membuat tempat tinggal yang nyaman dan menyenangkan. 14. Tim pendamping IPB, khususnya angkatan 42: Otong, Lenoy, Koko, Noel, Siena, Bocep, Budi, Ipenk, Anton, Kamlit, Icha, Gebol, Kodel, Sisca, Sisi, Yola, Renta, Rina, Dmitry, K’Bernard, Nestor, dan Alm. Pandu, terimakasih untuk warna dan pelajaran hidup yang berarti yang telah diberikan dalam hidup penulis. Sungguh bangga dan bahagia mempunyai sahabat sekaligus keluarga seperti kalian. 15. Keluarga Mahasiswa Katolik IPB (KEMAKI) yang telah menerima penulis sebagai keluarga dari awal masuk IPB sampai dengan sekarang. 16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu kelancaran penyelesaian penyusunan skripsi ini. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Desember 2009
Natalia Dessy Wulansari
9
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Serang pada tanggal 14 Desember 1986. Penulis merupakan putri kedua dari dua bersaudara dari keluarga Bapak Yoseph Tugino dan Ibu Christiana Masini. Pada tahun 1999 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Strada Bhakti Wiyata I Bekasi. Kemudian penulis melanjutkan studi ke SMP Marsudirini Bekasi dan lulus pada tahun 2002. Pendidikan SMA ditempuh di SMA Negeri 31 Jakarta Timur dan lulus pada tahun 2005. Pada bulan Juli 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Setelah seleksi penyaringan masuk di Tingkat Persiapan Bersama (TPB), akhirnya penulis berhasil diterima sebagai mahasiswa angkatan pertama di mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Penulis mengambil minor Pengembangan Masyarakat, Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan maupun non kemahasiswaan. Penulis tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Gizi dan Pertanian (HIMAGITA) periode 2006-2007 sebagai anggota klub organoleptik. Pada periode yang sama, penulis juga aktif dalam organisasi kemahasiswaan Keluarga Mahasiswa Katolik IPB (KEMAKI) sebagai anggota divisi kerohanian. Periode 2007-2008 penulis aktif di organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Gizi (HIMAGIZI) sebagai koordinator klub kulinari dan organoleptik di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis juga tergabung dalam tim pendamping IPB sejak tahun 2006 hingga sekarang. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti berbagai kepanitiaan baik skala regional maupun nasional, diantaranya Panitia Natal CIVA tahun 2006 dan 2008, Panitia NICE (Nutritious Food Competition) 2008, dan lain-lain. Pada tahun 2008 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Kelurahan Bojongsari Lama dan Bojongsari Baru, Kecamatan Sawangan, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat dan pada tahun yang sama, penulis pernah mengikuti
kegiatan
Program
Kreativitas
Mahasiswa
(PKM)
bidang
Kewirausahaan yang berjudul “Suplementasi Tepung Kedelai pada Roti Manis sebagai Alternatif Pangan Kaya Protein dan Berkalori Tinggi”. Pada tahun 2009 penulis melaksanakan internship bidang Dietetika di Rumah Sakit Karya Bhakti Bogor.
i 10
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ........................................................................................................ i DAFTAR TABEL ................................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... v PENDAHULUAN Latar Belakang .............................................................................................. Perumusan Masalah ..................................................................................... Tujuan ........................................................................................................... Kegunaan Penelitian ..................................................................................... TINJAUAN PUSTAKA Remaja .......................................................................................................... Karakteristik Contoh Jenis Kelamin .......................................................................................... Umur........................................................................................................ Uang Saku .............................................................................................. Pengetahuan Gizi ................................................................................... Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Suku ........................................................................................................ Besar Keluarga ....................................................................................... Pendidikan Orang Tua ............................................................................ Pekerjaan Orang Tua.............................................................................. Pendapatan Keluarga ............................................................................. Buah dan Sayur ............................................................................................ Konsumsi Buah dan Sayur ........................................................................... Preferensi ...................................................................................................... Vitamin A ....................................................................................................... Vitamin C ....................................................................................................... Angka Kecukupan Gizi.................................................................................. Status Gizi Remaja .......................................................................................
1 3 4 4
5 6 6 6 7 7 8 8 8 9 9 10 12 13 13 14 14
KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................... 16 METODE Desain, Tempat, dan Waktu ......................................................................... Jumlah dan Cara Penarikan Contoh ............................................................ Jenis dan Cara Pengumpulan Data.............................................................. Pengolahan dan Analisis Data ..................................................................... Definisi Operasional ......................................................................................
18 18 18 19 24
ii 11
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah SMA Negeri 2 Bogor ............................................................................... SMA Negeri 1 Ciampea .......................................................................... Karakteristik Contoh Jenis Kelamin .......................................................................................... Umur........................................................................................................ Uang Saku .............................................................................................. Pengetahuan Gizi ................................................................................... Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Suku ........................................................................................................ Besar Keluarga ....................................................................................... Pendidikan Orang Tua ............................................................................ Pekerjaan Orang Tua.............................................................................. Pendapatan Keluarga ............................................................................. Konsumsi Buah dan Sayur Jumlah Konsumsi Buah dan Sayur ........................................................ Frekuensi Konsumsi Buah dan Sayur .................................................... Waktu Konsumsi Buah dan Sayur .......................................................... Preferensi Buah dan Sayur Buah dan Sayur yang Paling Disukai dan Tidak Disukai ....................... Pengolahan Buah dan Sayur yang Disukai ............................................ Tingkat Kecukupan Gizi (TKG) Vitamin A dan Vitamin C ............................ Kontribusi Vitamin A dan Vitamin C dari Buah dan Sayur terhadap Total Konsumsi .............................................................................. Status Gizi Contoh ........................................................................................ Hubungan Pengetahuan Gizi Contoh dan Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga dengan Jumlah Konsumsi Buah dan Sayur ..................
26 26 27 27 28 29 31 32 33 34 35 35 38 41 41 43 45 46 47 49
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ................................................................................................... 53 Saran ............................................................................................................. 54 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 55 LAMPIRAN .......................................................................................................... 60
iii 12
DAFTAR TABEL Halaman 1
Anjuran kecukupan gizi untuk remaja .......................................................... 14
2
Kategori untuk masing-masing variabel penelitian ...................................... 23
3
Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin ................................................. 27
4
Sebaran contoh berdasarkan umur .............................................................. 28
5
Sebaran contoh berdasarkan besar uang saku ........................................... 28
6
Sebaran contoh berdasarkan jawaban benar terhadap pertanyaan pengetahuan gizi ....................................................................... 29
7
Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi .............................. 31
8
Sebaran contoh berdasarkan suku orang tua .............................................. 31
9
Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga .............................................. 32
10 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orang tua .................................... 33 11 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua...................................... 35 12 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orang tua .................................. 35 13 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi buah.............................................. 37 14 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi sayur ............................................. 37 15 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi buah dan rata-rata frekuensi konsumsi menurut jenis buah yang dikonsumsi........................... 39 16 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi sayur dan rata-rata frekuensi konsumsi menurut jenis sayur yang dikonsumsi .......................... 40 17 Sebaran contoh berdasarkan waktu konsumsi buah dan sayur .................. 41 18 Sebaran contoh berdasarkan jenis buah yang disukai dan tidak disukai ........................................................................................... 42 19 Sebaran contoh berdasarkan jenis sayur yang disukai dan tidak disukai ........................................................................................... 43 20 Sebaran contoh berdasarkan pengolahan buah dan sayur yang disukai .................................................................................................. 45 21 Tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C ................................................ 46 22 Kontribusi vitamin A dan vitamin C dari buah dan sayur terhadap total konsumsi vitamin A dan C ..................................................... 47 23 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi status gizi ..................................... 48 24 Sebaran konsumsi buah contoh berdasarkan suku keluarga ...................... 50 25 Sebaran konsumsi sayur contoh berdasarkan suku keluarga ..................... 51 26 Hasil uji korelasi antara pengetahuan gizi contoh dan karakteristik sosial ekonomi keluarga dengan jumlah konsumsi buah dan sayur ........... 52
iv 13
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Kerangka Pemikiran Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja ...................... 17 2 Kurva sebaran status gizi contoh menurut z-skor IMT/U ................................. 49
v 14
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Jenis buah yang disukai contoh .................................................................... 60 2 Jenis buah yang tidak disukai contoh............................................................ 61 3 Jenis sayur yang disukai contoh.................................................................... 62 4 Jenis sayur yang tidak disukai contoh ........................................................... 63 5 Hasil analisis Korelasi Pearson ..................................................................... 64 6 Hasil analisis Korelasi Rank Spearman ........................................................ 65
15
PENDAHULUAN Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Upaya untuk mencapai hidup sehat dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengatur makanan yang dikonsumsi karena tidak jarang penyakit timbul akibat ketidakseimbangan makanan. Kelebihan atau kekurangan zat gizi yang dibutuhkan tubuh bisa berdampak negatif bagi kesehatan. Selain makanan, beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan adalah gaya hidup, olahraga, sinar matahari, cara berpikir positif, istirahat, dan rekreasi yang cukup (Rusilanti 2007). Tubuh manusia terdiri dari jaringan-jaringan, otot, darah, dan organorgan sebenarnya terdiri dari air, karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin. Tubuh membutuhkan berbagai zat gizi untuk mempertahankan kesehatan. Selain zat gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak), tubuh juga membutuhkan zat gizi mikro (vitamin dan mineral) dan fitokimia (seperti flavonoid, inositol, gluthation, dan quercetin). Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, tubuh memerlukan makanan sehat dan seimbang yang diperoleh dari beragam bahan makanan, baik bahan makanan hewani maupun bahan makanan nabati. Zat gizi yang diperoleh dari makanan dapat didefinisikan sebagai zat atau unsur kimia yang terkandung dalam makanan yang diperlukan untuk metabolisme dalam tubuh secara normal. Pada prinsipnya fungsi zat gizi tersebut adalah untuk pengadaan tenaga (energi) dalam menjalankan berbagai aktivitas fisik, memelihara dan mengganti jaringanjaringan yang rusak, serta menunjang pertumbuhan baik sebelum maupun setelah dewasa. Zat-zat gizi yang diperlukan tubuh sebaiknya diperoleh dari bahan makanan alami, bukan mengandalkan dari makanan suplemen yang akhir-akhir ini marak ditawarkan dalam berbagai bentuk produk. Makanan alami sudah disediakan bagi manusia untuk dikonsumsi. Bila makanan yang dikonsumsi terus-menerus kekurangan atau kelebihan zat-zat dari yang dibutuhkan, maka akan meyebabkan kesehatan tubuh menjadi terganggu karena terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan dan pemasukan (Wirakusumah 1998). Jika memperhatikan piramida makanan, tampak sudah menunjukkan pola makan yang beragam seimbang. Namun sayang belum semua penduduk Indonesia menerapkan pola makan yang seimbang tersebut. Kehadiran
2 16
makanan cepat saji banyak mempengaruhi pola makan penduduk Indonesia, terutama di perkotaan. Kekurang-seimbangan makanan tersebut menjadi penyebab terjadinya berbagai penyakit. Salah satu golongan pangan yang terdapat dalam piramida makanan adalah golongan buah dan sayur. Beberapa jenis sayuran dan buah-buahan mampu menurunkan kolesterol darah, menurunkan kadar gula darah, mencegah penyebaran kanker, mempunyai kekuatan sebagai antibiotik, menyembuhkan luka lambung, mengurangi serangan rematik, menghindari karies gigi, mencegah diare, menyembuhkan sakit kepala, dan banyak
lagi manfaat lainnya
(Wirakusumah 1998). Kandungan serat kasar dalam
sayur dan buah berguna untuk
melancarkan pencernaan sehingga zat racun yang membahayakan kesehatan dapat langsung keluar dari tubuh. Sayur dan buah juga mengandung pro vitamin A dan vitamin D dalam konsentrasi cukup tinggi yang merupakan antioksidan ampuh untuk memerangi radikal bebas, menghambat proses penuaan, dan menghaluskan kulit. Penyakit degeneratif seperti hipertensi, Diabetes Mellitus, dan jantung koroner dapat dikurangi dengan mengonsumsi sayur dan buah. Pentingnya mengonsumsi buah dan sayur ini masih kurang disadari oleh penduduk Indonesia, khususnya penduduk Jawa Barat. Menurut Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi Jawa Barat (2007), hampir semua (97%) penduduk di atas 10 tahun ke atas kurang makan buah dan sayur dan terdapat merata di semua daerah. Oleh karena itu pola konsumsi buah dan sayur ini perlu diperhatikan, khususnya pada usia remaja. Kelompok remaja perlu mendapat perhatian yang besar karena kualitas sumberdaya manusia masa datang ditentukan oleh kualitas generasi muda masa kini, sehingga untuk menunjang tercapainya kualitas tersebut diperlukan zat gizi yang seimbang. Kebutuhan remaja secara fisik maupun psikis harus diperhatikan. Kebutuhan fisik dapat dilakukan salah satunya melalui pemenuhan zat gizi yang diperlukan. Kecepatan pertumbuhan fisik kaum remaja adalah yang kedua tercepat setelah masa bayi. Kira-kira 20% tinggi badan dan 50% berat badan seseorang dicapai selama periode ini. Itulah sebabnya diperlukan asupan gizi yang cukup untuk menjamin pertumbuhan yang optimal (Khomsan 2004). Remaja memerlukan energi dan zat gizi seperti protein, kalsium, seng, besi, vitamin, dan serat, untuk mencegah terjadinya defisiensi suatu zat gizi. Remaja mudah terpengaruh oleh lingkungan pergaulannya seperti keluarga,
3 17
sekolah, dan teman sebaya (peer group), yang dapat mempengaruhi kebiasaan makan termasuk jenis makanan yang dikonsumsi. Kecenderungan remaja saat ini adalah mengonsumsi fast food yang banyak mengandung lemak. Kecenderungan ini selain karena remaja mudah terpengaruh oleh lingkungan pergaulan khususnya teman sebaya, juga disebabkan pengaruh iklan dan persepsi pada diri remaja bahwa fast food merupakan makanan yang dianggap memiliki nilai gengsi yang tinggi, sehingga mereka berharap dapat diterima di lingkungan pergaulannya. Pada remaja, konsumsi sayur dan buah sangat penting untuk menjaga kadar serum vitamin C dan pemenuhan kebutuhan asam folat yang cukup tinggi dalam tubuhnya selama masa pertumbuhan dan perkembangan. Dilaporkan bahwa pada remaja sering didapatkan kadar serum vitamin C yang rendah. Hal ini dapat terjadi karena kebiasaan menghindari konsumsi sayur dan kebiasaan merokok. Besarnya manfaat buah-buahan dan sayur-sayuran segar sebagai sumber vitamin dan mineral telah banyak diketahui. Bahkan, serat kasarnya sama sekali tidak mengandung zat gizi sedikit pun ternyata sudah terbukti sangat berguna
untuk
melancarkan
pencernaan
sehingga
zat-zat
racun
yang
membahayakan kesehatan dapat langsung keluar dari tubuh. Oleh karena itu pentingnya mengonsumsi buah dan sayur pada usia remaja perlu mendapat perhatian dan perlu diteliti lebih lanjut faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur tersebut. Perumusan Masalah Ciri-ciri yang spesifik pada usia remaja adalah pertumbuhan yang cepat, perubahan emosional, dan perubahan sosial. Segala sesuatunya berubah secara cepat dan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan tersebut makanan seharihari menjadi amat penting. Kecenderungan remaja saat ini adalah mengonsumsi fast food yang banyak mengandung lemak. Kecenderungan ini selain karena remaja mudah terpengaruh oleh lingkungan pergaulan khususnya teman sebaya, juga disebabkan pengaruh iklan dan persepsi pada diri remaja bahwa fast food merupakan makanan yang dianggap memiliki nilai gengsi yang tinggi, sehingga mereka berharap dapat diterima di lingkungan pergaulannya. Kecenderungan mengonsumsi makanan tinggi lemak tersebut tidak diimbangi dengan konsumsi tinggi tinggi serat, sehingga bila keadaan ini terus-menerus dibiarkan maka akan menimbulkan masalah kesehatan.
4 18
Tingkat konsumsi buah dan sayur pada masyarakat kita saat ini masih rendah dan jauh dari batas minimal yang direkomendasikan oleh badan pangan dan pertanian dunia (FAO). Saat ini konsumsi buah-buahan per kapita masyarakat Jawa Barat untuk produk sayuran baru mencapai 37 kg/kap/tahun dan 35 kg/kap/tahun untuk buah-buahan, jauh lebih rendah dibanding rekomendasi, yaitu sebesar 65 kg/kap/tahun. Padahal konsumsi buah dan sayur memberikan manfaat yang sangat besar bagi kesehatan (Anonim 2002). Tujuan Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsumsi serta preferensi buah dan sayur pada remaja SMA dengan status sosial ekonomi yang berbeda di Bogor. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik contoh (jenis kelamin, umur, uang saku, dan pengetahuan gizi) dan karakteristik sosial ekonomi keluarga (suku, besar keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan pendapatan keluarga). 2. Mengetahui konsumsi dan preferensi buah dan sayur contoh. 3. Mengetahui Tingkat Kecukupan Gizi (TKG) vitamin A dan vitamin C serta kontribusi vitamin A dan vitamin C dari buah dan sayur terhadap total konsumsi vitamin A dan vitamin C. 4. Mengetahui status gizi contoh dan hubungannya dengan konsumsi buah dan sayur. 5. Menganalisis hubungan jumlah konsumsi buah dan sayur dengan pengetahuan gizi contoh dan karakteristik sosial ekonomi keluarga. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan bagi pembuatan program gizi dengan sasaran remaja untuk memperbaiki konsumsi pangan khususnya buah dan sayur. Selain itu dapat memberikan informasi kepada instasi terkait mengenai kebiasaan makan buah dan sayur pada remaja sehingga dapat disampaikan kepada siswa-siswanya, dan diharapkan dapat memberikan informasi kepada para orang tua dalam memperhatikan konsumsi keluarga khususnya pada anak.
19
TINJAUAN PUSTAKA Remaja Remaja merupakan periode yang penting pada pertumbuhan dan kematangan manusia. Periode ini banyak terjadi perubahan unik, serta banyak pula
pemantapan
kematangan
biologi
pola-pola dan
dewasa.
orang
Dekatnya
dewasa
masa
memberikan
remaja
dengan
peluang
untuk
melaksanakan kegiatan tertentu yang dirancang untuk mencegah munculnya masalah-masalah kesehatan pada masa dewasa nanti (Riyadi 2001). Penelitian menunjukkan bahwa remaja dan anak makan dengan persentase total kalori yang sama dari karbohidrat, protein, dan lemak. Jumlah waktu makan yang ditunda dan makan di luar rumah meningkat mulai awal remaja sampai remaja akhir. Terdapat peningkatan asupan makan siap saji yang cenderung mengandung lemak, kalori, natrium tinggi, dan rendah asam folat, serat, dan vitamin A. Karakteristik pertumbuhan dan implikasi nutrisi nutrisi untuk remaja adalah periode maturasi yang cepat pada fisik, emosi, sosial, dan seksual. Biasanya pertumbuhan cepat pada remaja putri pada usia 10-11 tahun, puncaknya pada usia 12 tahun, dan selesai pada usia 15 tahun. Remaja putri mengalami deposisi lemak, khususnya di abdomen dan lingkar panggul; pelvis melebar dalam persiapan untuk hamil; dan remaja putri sedikit mengalami pertumbuhan jaringan otot dan tulang dibanding remaja putra.
Pertumbuhan
cepat remaja putra pada usia 12-13 tahun, puncaknya pada usia 14 tahun; dan selesai pada usia 19 tahun; remaja putra mengalami peningkatan massa otot, jaringan tanpa otot dan tulang. Banyak remaja terlalu memikirkan dietnya karena khawatir tentang penampilan mereka. Juga banyak remaja putri yang tidak memahami bahwa peningkatan jaringan lemaknya selama masa pubertas diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan normal. Remaja putra dapat memiliki keyakinan yang salah bahwa diet akan memperbaiki penampilan atletis mereka. Kudapan berkontribusi 30 persen atau lebih dari total asupan kalori remaja setiap hari. Tetapi kudapan ini sering mengandung tinggi lemak, gula, dan natrium serta dapat meningkatkan risiko kegemukan dan karies gigi. Remaja harus didorong untuk bertanggung jawab atas pemilihan kudapan yang sehat (Paath et al. 2004). Pertumbuhan
yang
cepat
pada
remaja
biasanya
diiringi
oleh
bertambahnya aktivitas fisik hingga kebutuhan akan zat gizi akan naik pula. Nafsu makan anak laki-laki sangat bertambah hingga tidak akan menemukan
6 20
kesukaran untuk memenuhi kebutuhannya. Anak perempuan biasanya lebih mementingkan
penampilannya,
mereka
enggan
menjadi
gemuk
hingga
membatasi diri dengan memilih makanan yang tidak mengandung banyak energi, tidak mau makan pagi. Mereka harus diyakinkan bahwa masukan zat gizi yang kurang daripada yang dibutuhkan akan berakibat buruk baik bagi pertumbuhan maupun kesehatannya (Pudjiadi 1997). Karakteristik Contoh Jenis Kelamin Banyak
penelitian
yang
dilakukan
yang
menunjukkan
adanya
kecenderungan perbedaan konsumsi pangan antara laki-laki dan perempuan. Menurut Dewi (1997), diacu dalam Kusumaningsih (2007), remaja laki-laki cenderung tidak menyukai makanan yang ringan atau tidak mengenyangkan. Selain itu diketahui pula bahwa sumbangan makanan selingan terhadap total konsumsi ternyata cukup besar terutama terhadap perempuan. Makin aktif kegiatan fisik seseorang makin banyak energi yang diperlukannya. Tubuh yang besar memerlukan energi yang lebih banyak dibandingkan tubuh yang kecil, untuk melakukan kegiatan fisik yang sama. Makin berat pekerjaan seseorang, makin banyak energi yang diperlukan. Pada tingkat kegiatan fisik yang sama, wanita dengan ukuran tubuh yang lebih kecil umumnya memerlukan energi yang lebih sedikit dibandingkan dengan laki-laki (Sanjur 1982). Umur Kebiasaan makan setiap individu berbeda satu sama lain. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah umur. Menurut Sanjur (1982), preferensi pangan dan kebiasaan makan terbentuk sejak awal kehidupan. Sejak bayi dan masa kanak-kanak, kebiasaan makan telah dibentuk dalam lingkungan keluarga. Keluarga akan menyediakan jenis-jenis makanan yang mudah didapat di sekitarnya,
harganya
sesuai
dengan
kondisi
ekonomi
keluarga
yang
bersangkutan. Uang Saku Setiap orang membawa tiga sumberdaya ke dalam setiap sistem pengambilan keputusan, yaitu waktu, uang, dan perhatian. Berhubungan dengan sumberdaya uang, maka seseorang akan menggunakan uang yang diperolehnya untuk melakukan pembelian terhadap suatu produk barang atau jasa tertentu.
7 21
Begitu pula halnya dengan anak usia sekolah yang biasanya diberi uang saku oleh orang tuanya baik dari keluarga berpendapatan tinggi maupun keluarga berpendapatan rendah (Engel et al. 1994). Uang saku merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu seperti keperluan harian, mingguan atau bulanan. Perolehan uang saku sering menjadi suatu kebiasaan, sehingga anak diharapkan untuk belajar mengelola dan bertanggung jawab atas uang saku yang dimiliki (Napitu 1994, diacu dalam Lusiana 2008). Pengetahuan Gizi Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi, sebab lain yang penting dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo 1996). Individu yang berpengetahuan gizi baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya di dalam pemilihan maupun pengolahan pangan sehingga konsumsi pangan yang mencukupi kebutuhan bisa lebih terjamin. Menurut Suhardjo
(1996),
pengetahuan
gizi
adalah
pemahaman
seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi, serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan. Pengetahuan gizi yang baik dapat menghindarkan seseorang dari konsumsi pangan yang salah atau buruk. Pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun informal. Selain itu, juga dapat diperoleh dengan melihat, mendengar sendiri atau melalui alat-alat komunikasi, seperti membaca surat kabar dan majalah, mendengar siaran radio, dan menyaksikan
siaran
televisi maupun
melalui penyuluhan
kesehatan/gizi
(Suhardjo 1996). Semakin banyak jenis dan informasi tentang gizi dan kesehatan yang diterima seseorang, maka semakin luas wawasan dan pengetahuan tentang hal itu. Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Suku Menurut Riyadi (1996) salah satu faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi adalah suku. Pola kebudayaan mempengaruhi orang dalam memilih pangan. Hal ini jugalah yang mempengaruhi cara pengolahan, penyiapan, dan penyajiannya. Pilihan pangan biasanya ditentukan
8 22
oleh adanya faktor-faktor penolakan maupun penerimaan terhadap pangan oleh sekelompok orang. Suku melalui sistem sosial budaya mempunyai pengaruh terhadap apa, kapan, dan bagaimana makanan dikonsumsi oleh keluarga. Kebudayaan tidak hanya menentukan makanan apa, tetapi untuk siapa dan dalam keadaan bagaimana pangan tersebut dimakan. Kebiasaan makan keluarga dipengaruhi pula oleh aturan atau tatanan yang didasarkan kepada adat istiadat dan agama (Suhardjo 1989). Besar Keluarga Keluarga inti (core familiy) terdiri dari ayah, ibu, anak-anak baik kandung maupun angkat (Sediaoetama 2006). Besar keluarga mempengaruhi jumlah pangan yang dikonsumsi dan pembagian ragam yang dikonsumsi dalam keluarga. Kualitas maupun kuantitas pangan secara langsung akan menentukan status gizi keluarga dan individu. Besar keluarga mempengaruhi pengeluaran pangan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendapatan perkapita dan pengeluaran pangan menurun dengan peningkatan besar keluarga (Sanjur 1982). Pendidikan Orang Tua Tingkat pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak termasuk pemberian makan, pola konsumsi pangan, dan status gizi. Umumnya pendidikan seseorang akan mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang berpendidikan tinggi cenderung memilih makanan yang murah dan kandungan gizinya tinggi, sesuai dengan jenis pangan yang tersedia dan kebiasaan makan sejak kecil sehingga kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi dengan baik (Suhardjo 1996). Tingkat pendidikan orang tua yang lebih tinggi akan lebih memberikan stimulasi lingkungan (fisik, sosial, emosional, dan psikologis) bagi anak-anaknya dibandingkan dengan orang tua yang tingkat pendidikannya rendah (Atmarita 2004, diacu dalam Lusiana 2008). Pekerjaan Orang Tua Bekerja
adalah
kegiatan
melakukan
pekerjaan
dengan
maksud
memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan selama paling sedikit satu jam dalam seminggu yang lalu. Besar pendapatan yang diterima individu akan dipengaruhi oleh jenis pekerjaan yang dilakukan (Suhardjo
9 23
1989). Tingkat pendidikan akan berhubungan dengan jenis pekerjaan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan semakin besar. Kebutuhan zat gizi tubuh akan berbeda menurut berat ringannya pekerjaan (Engel et al. 1994). Pendapatan Keluarga Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar peluang untuk memilih pangan yang baik. Meningkatnya pendapatan perorangan maka terjadi perubahan-perubahan dalam susunan makanan (Suhardjo 1989). Pendapatan seseorang identik dengan mutu sumberdaya manusia sehingga orang yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki pendapatan yang relatif tinggi pula (Guhardja et al. 1992, diacu dalam Lusiana 2008). Tingginya tingkat pendapatan cenderung diikuti dengan tingginya jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi. Tingkat pendapatan akan mencerminkan kemampuan untuk membeli bahan pangan. Konsumsi makanan baik jumlah maupun mutunya dipengaruhi oleh faktor pendapatan keluarga (Soekirman 2000). Buah dan Sayur Menurut Marliyati et al. (1992), buah merupakan salah satu sumber pangan nabati yang potensial dan banyak mengandung zat gizi, terutama vitamin. Nasution et al. (1995) menambahkan bahwa buah merupakan bahan makanan sumber zat pengatur dan pelindung yang penting untuk mengatur proses-proses biokimiawi di dalam tubuh, diantaranya dalam metabolisme energi. Setiap macam buah mempunyai komposisi yang berbeda-beda dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya perbedaan varietas, keadaan iklim tempat tumbuh, pemeliharaan tanaman, cara pemanenan, dan kondisi penyimpanan. Pada umumnya buah-buahan mempunyai kadar air yang tinggi, yaitu 65-90%, tetapi rendah dalam kadar protein dan lemak kecuali buah alpukat. Vitamin yang umumnya terdapat dalam buah adalah vitamin C dan vitamin A, disamping vitamin B1 serta beberapa macam mineral seperti kalsium dan zat besi (Muchtadi & Sugiyono 1992). Buah biasanya dihidangkan setelah selesai makan nasi. Artinya sebagai penutup hidangan atau pencuci mulut setelah makan.
10 24
Istilah sayuran biasanya digunakan untuk merujuk pada tunas, daun, buah, dan akar tanaman yang lunak yang dapat dimakan secara utuh atau sebagian, segar/mentah atau dimasak, sebagai pelengkap pada makanan berpati atau daging (Williams et al. 1993). Dari sudut pengetahuan gizi, sayur merupakan sumber zat pengatur, yaitu sumber vitamin dan mineral. Sayuran merupakan salah satu sumber provitamin A, vitamin C, vitamin B, Ca, Fe, menyumbang sedikit kalori serta sejumlah elemen mikro. Vitamin dan mineral dibutuhkan oleh tubuh. Apabila orang kekurangan vitamin dan mineral dalam susunan hidangannya sehari-hari dalam waktu yang lama, maka akan menderita berbagai penyakit kekurangan vitamin dan mineral. Selain itu sayuran juga merupakan sumber serat pangan (dietary fiber) serta sejumlah antioksidan yang telah terbukti mempunyai peranan penting untuk menjaga kesehatan tubuh (Muchtadi 2000). Sayur seringkali diartikan sebagai pembasah nasi agar mudah ditelan dan dapat digunakan untuk memperkaya variasi dalam hidangan. Konsumsi Buah dan Sayur Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dimakan (dikonsumsi) seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Definisi ini menunjukkan bahwa telaahan konsumsi pangan dapat ditinjau dari aspek jenis pangan yang dikonsumsi dan jumlah pangan yang dikonsumsi. Dalam menghitung jumlah zat gizi yang dikonsumsi kedua informasi ini (jenis pangan dan jumlah pangan) merupakan hal yang penting (Hardinsyah & Briawan 1994). Tujuan dalam mengonsumsi pangan adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh. Secara umum rumus yang digunakan untuk mengetahui kandungan zat gizi konsumsi makanan yang berasal dari pangan yang beragam adalah: Kgij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) keterangan:
Kgij
= penjumlahan zat gizi i dari setiap bahan makanan atau pangan j yang dikonsumsi
Bj
= berat bahan makanan j (gram)
Gij
= kandungan zat gizi i dari bahan makanan j
BDDj
= persen bahan makanan j yang dapat dimakan
Konsumsi pangan tingkat individu atau perorangan dapat dilakuakan antara lain dengan metode recall 24 jam dan metode frekuensi makanan (food
11 25
frequency). Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam metode ini enumerator minta agar responden mengingat-ingat secara terperinci apa yang telah dikonsumsi dalam 1-3 hari terakhir tersebut. Untuk keperluan ini digunakan alat bantu misalnya ukuran-ukuran rumah tangga, model pangan, dan sebagainya untuk menentukan perkiraan-perkiraan konsumsi pangan yang lebih mendekati. Cara ini relatif cepat dan murah, tetapi mengandung subyektivitas tinggi dan menimbulkan kesalahan sistematik (Suhardjo 1989). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu. Sedangkan metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan, atau tahun (Supariasa & Bakri 2001). Salah satu sumber bahan pangan yang baik untuk memperoleh zat gizi adalah buah dan sayur (Hardinsyah & Martianto 1988). Piramida kesehatan manusia menyebutkan perlunya mengonsumsi buah dan sayur. Menurut Almatsier (2004) porsi buah yang dianjurkan sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak 200-300 gram atau 2-3 potong sehari sedangkan porsi sayuran dalam bentuk tercampur yang dianjurkan sehari adalah 150-200 gram atau 1½-2 mangkok sehari. Para ilmuwan telah menemukan bahwa mengonsumsi buah dan sayur memiliki dapat mengurangi timbulnya penyakit, seperti kanker dan jantung, terutama buah yang berwarna merah atau kuning, seperti wortel, tomat, aprikot, bit, dan lain-lain. Buah dan sayur juga dapat bermanfaat untuk menghentikan tumbuhnya bakteri, melindungi dari infeksi, menjaga pertahanan tubuh, menurunkan kadar gula darah, dan mencegah kolesterol di dalam tubuh (Jusup 2007). Indonesia terletak di Asia Tenggara dimana buah-buahan berlimpah hampir sepanjang tahun. Wirakusumah (1998) menambahkan bahwa Indonesia cukup kaya dengan berbagai macam buah-buahan, bahkan beberapa buah hanya dijumpai di Indonesia, sehingga seharusnya buah sering dikonsumsi untuk menambah zat gizi pada susunan pangan. Begitu juga halnya dengan sayur yang merupakan salah satu sumberdaya yang banyak terdapat di sekitar kita, mudah diperoleh dan berharga relatif murah serta merupakan sumber vitamin
12 26
dan mineral. Kenyataannya, Anonim (2002) mengatakan bahwa tingkat konsumsi masyarakat Jawa Barat untuk produk sayuran baru mencapai 37 kg/kap/tahun dan 35 kg/kap/tahun untuk buah-buahan, jauh lebih rendah dibanding rekomendasi FAO, yaitu sebesar 65 kg/kap/tahun. Pengolahan data konsumsi pangan adalah proses menghitung jumlah pangan yang dikonsumsi menurut jenis-jenis pangan dalam satuan berat dan waktu yang sama. Satuan akhir pengolahan data konsumsi pangan harus sama untuk tiap jenis pangan yaitu gram per hari karena satuan kecukupan gizi adalah per hari. Selanjutnya untuk penilaian konsumsi pangan, data ini dikonversi menjadi satu atau lebih zat gizi sesuai dengan tujuan penilaian. Preferensi Preferensi pangan diasumsikan bahwa sikap seseorang terhadap makanan, suka atau tidak suka akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan. Pangan yang dikenal dan dipelajari untuk disenangi pada masa kanak-kanak pada umumnya dilanjutkan menjadi preferensinya sampai tumbuh dewasa (Suhardjo 1989). Fisiologi, perasaan, dan sikap terintegrasi membentuk preferensi terhadap pangan dan akhirnya membentuk perilaku konsumsi pangan. Interaksi dengan keluarga dan teman-teman akan mempengaruhi preferensi terhadap pangan. Preferensi yang bersifat positif berarti penerimaan terhadap pangan tersebut. Preferensi terhadap pangan bersifat plastis, terutama pada orang-orang muda dan akan permanen bila seseorang telah memiliki gaya hidup yang kuat (Sanjur 1982). Selain pengaruh reaksi indera terhadap pemilihan pangan, kesukaan pangan pribadi makin terpengaruh oleh pendekatan melalui media radio, televisi, pamflet, iklan, dan bentuk media massa lain (Suhardjo 1996). Demikian pula dengan harga juga berpengaruh dalam pemilihan manakan, namun harga sering dikesampingkan oleh pertimbangan prestis, rasa, dan kemudahan dalam hal penyiapannya, sehingga harga bukanlah faktor utama dalam hal pemilihan makanan (Stanton 1987, diacu dalam Setiowati 2000). Dalam melakukan pengukuran terhadap preferensi makanan dapat digunakan skala, dimana contoh ditanya untuk dapat mengindikasikan seberapa besar dia menyukai makanan berdasarkan kriteria. Skala pengukuran dapat dibedakan menjadi sangat tidak suka, tidak suka, netral, suka, dan sangat suka. Skala hedonik adalah salah satu cara untuk mengukur derajat suka atau tidak
13 27
suka seseorang. Derajat kesukaan seseorang diperoleh dari pengalamannya terhadap makanan yang akan memberikan pengaruh yang kuat pada angka preferensinya (Sanjur 1982). Vitamin A Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Sumber vitamin A adalah hati, telur, susu (di dalam lemaknya), dan mentega. Sumber karoten adalah daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, wortel, tomat, jagung kuning, pepaya, nangka masak, dan jeruk (Almatsier 2004). Vitamin A berfungsi dalam penglihatan, diferensiasi sel, fungsi kekebalan tubuh, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, pencegahan kanker dan penyakit jantung. Selain itu, vitamin A juga berperan dalam pembentukan sel darah merah, kemungkinan melalui interaksi dengan zat besi (Fe). Kelebihan konsumsi vitamin A dapat menyebabkan toksisitas dan mempunyai efek teratogenik bagi wanita hamil. Oleh karena itu, asupan vitamin A harus sesuai dan memenuhi kebutuhan serta menghindari kelebihan vitamin A (Almatsier 2004). Vitamin C Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh, yaitu untuk mensintesis
kolagen,
karnitin,
serotinin,
noradrenalin,
absorpsi kalsium,
mencegah infeksi, mencegah kanker, dan penyakit jantung (Almatsier 2004). Wirakusumah (1998) menambahkan bahwa banyak fungsi yang dapat diperoleh dari vitamin C yang secara alami diperoleh dari buah-buahan, antara lain untuk menyembuhkan luka, kesehatan gusi, dan mencegah terjadinya luka memar. Pada derajat yang lebih ringan, kekurangan vitamin C berpengaruh pada sistem pertahanan tubuh dan kecepatan penyembuhan luka. Asupan vitamin C yang tinggi akan meningkatkan risiko timbulnya batu ginjal karena meningkatnya produksi oksalat, rebound scurvy akibat penurunan yang mendadak. Selain itu pada beberapa orang dapat mengakibatkan gangguan pada lambung dan diare. Secara alami vitamin C dapat diperoleh dari buah-buahan. Buah yang tinggi kandungan vitamin C-nya adalah jambu biji, jeruk, tomat, mangga, dan sirsak. Sayuran juga banyak mengandung vitamin C terutama brokoli, cabai, dan kentang. Vitamin C rusak oleh udara, oleh karena itu untuk mendapatkannya secara maksimal sebaiknya memakan buah dan sayur dalam keadaan segar dan
14 28
sesegera mungkin (belum terlalu lama dalam kondisi terbuka atau sudah dikupas di udara bebas) (Wirakusumah 1998). Angka Kecukupan Gizi Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) adalah taraf konsumsi zatzat gizi esensial yang berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir semua orang sehat (Almatsier 2004). Angka tersebut
sudah
memperhitungkan
variasi
kebutuhan
individu,
sehingga
kecukupan ini setara dengan kebutuhan rata-rata ditambah jumlah tertentu untuk mencapai tingkat aman (safe level). Kecukupan gizi tersebut sudah mencakup kurang lebih 97,5 persen populasi untuk dapat hidup sehat. Kecukupan gizi antar individu sebetulnya sangat bervariasi yang dipengaruhi oleh jenis kelamin, berat badan, umur, tinggi badan, keadaan fisiologis, aktivitas, metabolisme tubuh, dan sebagainya (Hardinsyah & Briawan 1994). AKG pada remaja termasuk tinggi karena harus memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat. Berdasarkan intensitas pertumbuhan dan aktivitas fisiknya, remaja putra membutuhkan lebih banyak zatzat gizi sehingga kecukupan gizi untuk remaja putra lebih tinggi daripada remaja putri. Kecukupan zat-zat gizi bagi remaja yang dianjurkan menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (2004) ditunjukkan dalam tabel berikut: Umur Putri 13-15 16-18 Putra 13-15 16-18
BB (kg)
Tabel 1 Anjuran kecukupan gizi untuk remaja TB Energi Protein Vitamin A (cm) (Kal) (gram) (RE)
Vitamin C (mg)
49 50
152 155
2350 2200
57 55
600 600
65 75
48 55
155 160
2400 2600
60 65
600 600
75 90
Status Gizi Remaja Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan utilisasi (utilization) zat gizi makanan. Dengan menilai status gizi seseorang atau sekelompok orang, maka dapat diketahui apakah seseorang atau sekelompok orang mempunyai status gizi yang baik atau tidak.
15 29
Secara umum status gizi diukur secara antropometri yang artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri sudah digunakan pada remaja dalam konteks yang berhubungan dengan status gizi dan kesehatan. Tetapi sampai saat ini belum ada kriteria atau titik batas yang pasti yang berhubungan dengan aspek-aspek kesehatan atau resiko tertentu pada seseorang. Hanya ada beberapa informasi yang tersedia tentang hubungan antara antropometri remaja dengan risiko-risiko kesehatan masa lampau, sekarang atau masa mendatang (Riyadi 2001). Menurut Riyadi (2001) IMT direkomendasikan sebagai dasar indikator antropometri untuk kekurusan (thinness) dan overweight pada masa usia sekolah maupun remaja. BB/U dianggap tidak informatif atau menyesatkan bila tidak ada informasi
tentang
TB/U.
Pendekatan
konvensional
terhadap
kombinasi
penggunaan BB/U dan TB/U untuk menilai massa tubuh dianggap aneh dan memberikan hasil yang bias. Data referensi BB/TB memiliki keuntungan karena tidak memerlukan informasi tentang umur kronologis. Tetapi, hubungan BB/TB berubah secara dramatis menurut umur selama remaja. Karena berbagai keterbatasan tersebut, IMT menurut umur (IMT/U) direkomendasikan sebagai indikator terbaik untuk anak usia sekolah dan remaja. Indikator ini memerlukan informasi tentang umur. Indikator ini juga sudah divalidasi sebagai indikator lemak tubuh total pada persentil atas. Indikator ini sejalan dengan indikator-indikator yang direkomendasikan untuk orang dewasa. Disamping itu, data referensi yang bermutu tinggi juga sudah tersedia. Walaupun IMT belum sepenuhnya divalidasi sebagai indikator kekurusan atat gizi kurang pada anak usia sekolah dan remaja. IMT merupakan indeks massa tubuh tunggal yang dapat diterapkan untuk mengukur keadaan yang sangat kekurangan dan kelebihan gizi (Riyadi 2001).
30
KERANGKA PEMIKIRAN Pada masa remaja terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat dan jelas perubahannya dari anak-anak menjadi orang dewasa. Dalam kondisi transisi ini, remaja memerlukan sumber-sumber makanan yang dapat mencukupi kebutuhan tubuh akan zat-zat makanan yang penting dalam pertumbuhan seperti vitamin, mineral, karbohidrat, lemak, protein, serat, dan lain-lain sehingga konsumsinya perlu diperhatikan. Pada masa remaja konsumsi pangan perlu diperhatikan salah satunya adalah konsumsi buah dan sayur. Buah dan sayur adalah bahan pangan yang baik bila dikonsumsi sehari-hari, karena di dalam buah dan sayur terkandung berbagai vitamin, mineral, serta serat yang sangat diperlukan oleh tubuh. Dalam hal ini konsumsi buah dan sayur meliputi jumlah buah dan sayur yang dikonsumsi, frekuensi konsumsi jenis buah dan sayur, serta waktu mengonsumsi buah dan sayur. Salah satu yang mempengaruhi konsumsi pangan seseorang adalah preferensi, yaitu suka atau tidaknya seorang remaja terhadap suatu jenis pangan, dalam hal ini buah dan sayur. Preferensi meliputi preferensi terhadap jenis buah dan sayur serta pengolahannya. Konsumsi dan preferensi buah dan sayur ini diduga berhubungan dengan beberapa faktor antara lain karakteristik contoh (jenis kelamin, umur, uang saku, pengetahuan gizi), serta karakteristik sosial ekonomi keluarga (suku, besar keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan pendapatan keluarga). Faktor lain yang mempengaruhi konsumsi buah dan sayur adalah informasi pangan dan gaya hidup. Informasi yang didapat tentang buah dan sayur dapat mempengaruhi pengetahuan gizi. Dari konsumsi buah dan sayur ini dapat diketahui TKG vitamin A dan vitamin C serta kontribusi vitamin-vitamin tersebut yang terkandung di dalam buah dan sayur terhadap total konsumsi. Pada akhirnya dapat dilihat status gizi contoh apakah sudah mempunyai status gizi yang baik atau tidak.
17 31
Gaya hidup
Informasi
Preferensi
Karakteristik Contoh: jenis kelamin umur uang saku pengetahuan gizi
Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga: suku besar keluarga pendidikan orang tua pekerjaan orang tua pendapatan keluarga
Konsumsi buah dan sayur
TKG vitamin A dan C serta kontribusi vitamin A dan vitamin C terhadap total konsumsi
Status Gizi Contoh Gambar 1 Kerangka pemikiran konsumsi buah dan sayur pada remaja.
Keterangan: Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti
32
METODE Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung. Penelitian ini dilakukan di dua Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dengan karakteristik yang berbeda, yaitu SMAN 2 Bogor yang berada di Kotamadya Bogor mewakili karakteristik perkotaan dengan status sosial ekonomi menengah ke atas dan SMAN 1 Ciampea yang berada di Kabupaten Bogor dengan status sosial ekonomi
menengah
ke
bawah.
Waktu
penelitian
termasuk
persiapan,
pengambilan data, pengolahan dan analisis data, serta penulisan dilaksanakan selama 7 bulan, yaitu mulai bulan April hingga Oktober 2009. Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Pemilihan SMAN 2 Bogor dan SMAN 1 Ciampea sebagai tempat penelitian dilakukan secara purposive dengan asumsi siswa yang berada di sekolah tersebut berasal dari tingkat ekonomi tinggi dan rendah. Contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI. Pertimbangan memilih siswa kelas XI adalah bahwa siswa kelas XI berada dalam tahap mengikuti pendidikan dalam kondisi stabil, sedangkan siswa kelas X masih membutuhkan penyesuaian dengan lingkungan sekolah dan lingkungan, sementara itu siswa kelas XII sudah sibuk dengan kegiatan Ujian Negara (UN). Contoh penelitian adalah sejumlah 120 orang, yaitu 60 orang untuk masing-masing sekolah. Pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan cara stratified random sampling. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan alat bantu kuesioner yang meliputi: a. Data karakteristik contoh (jenis kelamin, umur, uang saku, dan pengetahuan gizi) dan karakteristik sosial ekonomi keluarga (suku, besar keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan pendapatan keluarga). b. Data konsumsi buah dan sayur contoh diperoleh melalui metode recall 2 x 24 jam yaitu pada hari sekolah dan hari libur. Pemilihan hari sekolah dan hari libur dilakukan untuk mencerminkan rata-rata konsumsi buah dan sayur contoh. Data konsumsi buah dan sayur yang dikumpulkan adalah konsumsi
33 19
buah dan sayur dalam bentuk mentah atau olahannya maupun dalam bentuk padat atau cair. c. Data food frequency diperoleh melalui pengukuran frekuensi konsumsi buah dan sayur dalam sebulan terakhir dengan menggunakan food frequency questionaire. d. Data preferensi terhadap buah dan sayur yang disukai maupun yang tidak disukai serta pengolahan sayur yang disukai diperoleh dengan memberikan pertanyaan terbuka beserta alasannya. e. Data antropometri untuk mengukur status gizi contoh meliputi berat badan dan tinggi badan diperoleh melalui pengukuran secara langsung. Alat yang digunakan untuk mengukur berat yaitu dengan menggunakan timbangan injak digital dengan kapasitas 150 kg dan dengan ketelitian 0,1 kg. Tinggi badan diukur dengan menggunakan alat pengukur tinggi badan (microtoise) berkapasitas 200 cm dengan ketelitian 0,1 cm. Data sekunder mengenai keadaan umum sekolah diperoleh dengan cara mencari informasi atau data serta wawancara langsung dengan pihak sekolah. Data ini meliputi lokasi sekolah, jumlah guru dan pegawai, jumlah siswa, fasilitas sekolah, kegiatan
ekstra
kurikuler,
serta
biaya
Sumbangan
Penunjang
Pendidikan (SPP) tiap bulan. Pengolahan dan Analisis Data Data primer yang telah didapatkan melalui kuesioner dianalisis secara statistik sedangkan data sekunder tentang keadaan umum sekolah dijelaskan secara deskriptif. Tahapan pengolahan data primer dimulai dari pengkodean (coding), pemasukan data (entry), pengecekan ulang (cleaning) dan selanjutnya dilakukan analisis. Tahapan pengkodean (coding) dilakukan dengan cara menyusun code book sebagai panduan entri dan pengolahan data. Setelah dilakukan pengkodean (coding) kemudian data dimasukan ke dalam tabel yang telah ada (entry). Setelah itu, dilakukan pengecekan ulang (cleaning) untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Untuk tahapan analisis data diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel 2007 dan Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 16,0 for Windows. Analisis data yang dilakukan adalah analisis deskriptif dan inferensia. Data yang dianalisis secara deskriptif meliputi data karakteristik contoh, karakteristik sosial ekonomi keluarga, konsumsi dan preferensi buah dan sayur,
34 20
pengolahan buah dan sayur yang disukai, TKG vitamin A dan C, kontribusi vitamin A dan C dari buah dan sayur terhadap total konsumsi, serta status gizi contoh. Data jenis kelamin contoh dihitung menurut kelompok laki-laki dan perempuan, kemudian dihitung persentasenya. Umur contoh dihitung dalam tahun kemudian dikategorikan menjadi 15 tahun, 16 tahun, 17 tahun, dan 18 tahun. Uang saku dikategorikan menjadi 3 berdasarkan sebaran contoh yaitu rendah (