EVALUASI PROGRAM PEMBUATAN KOMPOS DAUR ULANG SAMPAH (Studi Kasus Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R Vipamas 06 Bambu Apus Pamulang - Tangerang Selatan) Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)
Disusun Oleh :
UJANG KOSASIH NIM : 1110054000020
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
LEMBAR PENGESAIIAN EVALUASI PROGRANI PEMBTIATAN KOMPOS DATI}N ULANG SAMPAE (Studi Kasus Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R Vipamas 06llambu Apus Pamulang - Tangerang selatan)
Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan gelar Sarjana Sosial lslam (S. Sos.
I)
Oleh
UJANG KOSASIII
NIM: 1l1ffi540{8020 Menyetujui Pembimbing Skripsi
M
Nurul Hidayati.
S.
As. M. Pd
Nl? : 196903221996032001
JURUSAN PEI\GEMBAIYGAN MASYARAKAT ISLAM
FAI(ULTAS ILMU DAI(WAH DAN ILMU KOMUI{IKASI UNTVERSITAS ISLAM NSGERI
SYARIF IIIDAYATIILLAH
JAKARTA 2015
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul EVALUASI pRocRAM PEMBUATAN KoMpos DAUR ULANG
SAMPAH STUDI KASUS TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH TERPADU 3R VIPAMAS 06 BAMBU APUS PAMULANG
-
TANGERANG SELATAN telah diujikan
dalam sidang muaaqasyah Fakultas ilmu Dakwah dan Ilmu Kornunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarh pada Rabu, 30 Desember 2015. Slaipsi
ini telah diterima
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana sosial Islam (S.Sos.I) pada Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.
Jakarta, 30 Desernber2015
Sidang Munaqasyah
Anggota
MP: 19720606199803 1003
].lIP D7 64617200501 1 006 Anggota
NIP: I975060 I20141 I I001
Pernbimbing
Nurul Ilidarati. E. Ac.
\i
PJ
NIP -_l 1 96903221 99603200i
I-EL{BAR PERNYATAAII{ Dengan ini saya menyatakan bahrna: 1.
Skripsi ini menipakan hasii karya asii sa-va yang diajukan untuk memennhi salah satu mernperoleh gelar stratal di Uuiversitas islam Negeli Sl,anf H
2.
idal atrrl lalr Jakafia.
Sumber -vang
sa_ya
gunakan dalarn penulisan skripsi telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan 3'ang berlaku
di Universitas lslam Negeri Syarif
Hidat atullah .lakana. J.
Jika dikernudian han terbukti lrahr,va hasil
kar-_v"a
asli saya merupakan jiplakan
da.ri ka4ra oral1g lain- maka sa-va bersedia rnenerirna sangsi r an,q beriaku di
Universitas Islam Negeri Sy'arif Hida-vatullah Jaka(a.
201 s
ABSTRAK
Ujang Kosasih EVALUASI PROGRAM PEMBUATAN KOMPOS DAUR ULANG SAMPAH (Studi Kasus Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R Vipamas 06 Bambu Apus Pamulang - Tangerang selatan) Partisipasi merupakan salah satu faktor penting dalam upaya melakukan kegiatan evaluasi program. Partisipasi masyarakat bisa timbul dari diri sendiri dan bisa pula timbul setelah dilakukan intervensi terhadap mereka oleh orang pihak luar. Partisipasi menjadi sebuah proses belajar masyarakat dengan perubahan sikap dan prilaku masyarakatnya. Sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa proses belajar tersebut memerlukan waktu yang relatif panjang. Salah satu diantara kegiatan evaluasi adalah pengelolaan sampah. Kota Tangerang Selatan yang baru berusia enam tahun mengalami permasalahan sampah yang cukup berat. Permasalahan sampah berjalan seiring dengan bertambahnya penduduk dan perubhan pola hidup masyarakat. Upaya-upaya yang dilakukan dalam menangani sampah, salah satunya dengan kegiatan menggunakan konsep pengelohan sampah. Diantara kegiatan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu terdiri dari proses memilah, dicacah atau dibakar dihancurkan menjadi kompos. Studi ini menemukan bahwa partisipasi masyarakat di RW 06 Vila Pamulang Mas dan kontribusi Tempat Pembuangan Sampah Terpadu terhadap lingkungan di Perumahan Vila Pamulang Mas cukup signifikan. Program ini sudah berhasil memperoleh sampah organik menjadi barang yang bernilai. Penelitian ini menggunakan metodelogi kualitatif. Yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen, dimana peneliti ikut berperan aktif dalam melakukan kegiatan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Vila Pamulang Mas. Hasil yang ditemukan di lapangan dalam penelitian ini diantaranya perlaksanaan pembuatan kompos daur ulang sampah menjadi lebih cepat dan tujuan pencapaian mengurangi penumpukan sampah, meningkatkan kesehatan masyarakat dan merubah paradigma masyarakat berhasil. Dengan demikian program pembuatan kompos daur ulang sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu memiliki andil yang cukup besar dalam merubah paradigma masyarakat tentang sampah rumah tangga.
i
KATA PENGANTAR ﺑﺴﻢ ا ﻟﻠﻠﮫ اﻟﺮ ﺣﻤﻦ اﻟﺮ ﺣﯿﻢ Assalammu’alaikum Wr. Wb Alhamdulillah wa syukurillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT. Karena atas limpahan Rahmat dan Karunia-nya yang tak terhingga kepada hambanya, sampai detik ini Sholawat serta salam selalu senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat melewati perjalanan akademis dan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Evaluasi Program Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah (Studi Kasus Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R VIPAMAS 06 Bambu Apus Pamulang – Tangerang Selatan)”. Sebagai manusia yang tak luput dari khilaf, penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa skripsi ini banyak mempunyai kekurangan dan kelemahan, sehingga kritik dan saran dari beberapa pihak sangat dibutuhkan untuk lebih baik dalam kelanjutannya. Setelah penyelesaian skripsi yang cukup lama dalam proses pengerjaannya, penulis merasa wajib mengucapkan banyak terima kasih setinggitingginya kepada beberapa pihak. Ditengah kesibukannya, mereka menyempatkan waktu luang untuk berbagi informasi dan motivasi agar penulis mampu mewujudkan skripsi ini. Maka dengan niat suci dan ketulusan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1.
Dr. Arief Subhan selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Ibu Wati Nilamsari, M. Si selaku Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) dan Bapak Drs. M. Hudri, M. Ag selaku Sekertaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam atas segala ilmu yang diberikan.
3.
Ibu Nurul Hidayati, S, Ag. M. Pd selaku Dosen Pembimbing skripsi, atas segala bimbingannya dan motivasinya.
ii
4.
Untuk Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. Tantan Hermansyah, M. Si, Bapak Muhtadi, M. Si dan Dosen lainnya yang telah memberikan dedikasinya, pengarahan, pengalaman serta bimbingannya.
5.
Para Penguji, Ketua dan Sekertaris sidang yang telah memberikan bimbingan dan masukannya sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
6.
Terima kasih banyak untuk seluruh Staf Karyawan Perpustakaan Dakwah dan Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk referensi buku-bukunya.
7.
Orang tua tercinta Abah Tarno Bin Tarhawi Alm dan Ibu tercinta Sutini, atas kasih sayangnya. Dengan pengorbanan dan kesabaran kalian skripsi ini terselesaikan. Dan kakak-kakakku segala perhatian, kasih sayang, motivasi, dukungan dan do’a yang peneliti dapatkan selama pelaksanaan skripsi.
8.
Seorang yang telah membuatku ceria Izmi Zahrotul Amalia dan Fani. Atas perhatiannya dan motivasinya.
9.
Seluruh Teman-teman PMI 2010, atas kebersamaannya dalam suka maupun duka. Pada akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk kritik dan saran perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan. Semoga Allah Maha Kuasa senantiasa memberikan Taufik dan Hidayah-nya kepada kita semua.
Jakarta, 20 Desember 2015 Penulis
Ujang Kosasih
iii
DAFTAR ISI Halaman
ABSTRAK……………………………………………………………………………i KATA PENGANTAR……………………………………………………………….ii DAFTAR ISI…………………………………………………………………………iv DAFTAR TABEL…………………………………………………………………...vi BAB I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………………..1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ………………………………......9 C. Tujuan Dan Manfaat penelitian……………………………….......10 D. Metodologi Penelitian………………………….…………………11 E. Tinjauan Pustaka……………………………………………….....17 F. Sistematika Penulisan……………………………………………..18
BAB II.
TINJAUAN TEORITIS A. Evaluasi 1. Pengertian Evaluasi…………………………………………...20 2. Tujuan Dan Pentingnya Evaluasi……………………………..22 3. Indikator Evaluasi…………………………………………….23 4. Model-Model Evaluasi………………………………………..25 5. Tahapan Evaluasi……………………………………………...27 B. Program 1. Pengertian Program…………………………………………...28 2. Tujuan Program…………………………………………….....29 3. Model Program.……………………………………….……...29 4. Aspek-Aspek Program………………………………………..30 C. Kompos 1. Pengertian Kompos…………………………………………...32 2. Manfaat Kompos....…………………………………………..32 3. Bahan-Bahan Kompos…………………………………....…..33 D. Daur ulang
iv
1. Pengertian Daur Ulang……………………………………….33 2. Tujuan Daur Ulang …………………………………………..34 E. Sampah 1. Pengertian Sampah…………………………………………...34 2. Sumber dan Jenis Sampah…………………………………....35 BAB III.
GAMBARAN UMUM TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH TERPADU (TPST) A. Gambaran Umum TPST – Tangerang Selatan…..…………...38 B. Visi dan Misi TPST- Tangerang selatan…………………..…41 C. Struktur Kepengurusan TPST – Tangerang Selatan…………41 D. Strategi dan Prinsip TPST - TangerangSelatan……………....42 E. Kegiatan dan Sumber Dana TPST – Tangerang Selatan.........43 F. Fasilitas TPST – Tangerang Selatan………………………....44 G. Letak TPST – Tangerang Selatan………………………........45
BAB IV.
ANALISIS DAN TEMUAN” A. Pelaksanaan
Program
Pembuatan
Kompos
Daur
Ulang
Sampah……………………………………………………..........46 B. Evaluasi Program Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah 1. Tujuan Program Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah di TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) …................49 2. Pencapaian Tujuan Program Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah…………………........................................................52 1). Mengurangi Penumpukan Sampah……….………………52 2). Meningkatnya Kesehatan Masyarakat……………………55 3). Merubah Paradigma Masyarakat Tentang Sampah……....57 BAB V.
PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………63 B. Saran …………………………………………………………….64
DAFTAR PUSTAKA ……………………………...……………………………...65 LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL TABEL 1……………………………………………………………………..……..57 TABEL 2……………………………………………………………………………61
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Beberapa dekade belakangan ini, muncul sebuah fenomena kekhawatiran global yang menghinggapi hampir seluruh anak manusia akan kelangsungan hidup planet bumi tempat mereka berpijak. Kecemasan akan kelangsungan hidup anak manusia ini didengungkan oleh salah seorang petinggi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), dengan mengatakan, “Dunia kita berada di tepi kehancuran lantaran ulah manusia. Sumber-sumber alam di jarah kelewat batas”. Kecemasan umat manusia tampaknya akan semakin berlipat apabila dikemukakan pula bukti bukti demikian: pada setiap detik, diperkirakan sekitar 200 ton karbon dilepas ke atmosfir dan 750 ton topsoil musnah. Sementara itu, diperkirakan 47.000 hektar hutan di babat hingga tuntas, 16.000 hektar tanah di gunduli dan antara 100 sampai 300 spesies mati setiap hari. Pada saat yang bersamaan, secara absolut jumlah penduduk meningkat 1 miliar orang perdekade. 1 Masalah lingkungan sekarang ini bukan hanya tanggung jawab sekelompok orang, tetapi sudah menjadi tanggung jawab atau kewajiban semua orang untuk menjaga dan memeliharanya agar tetap asri. Lingkungan yang asri akan mendatangkan manfaat bagi umat manusia di bumi. Tumbuh-tumbuhan, ternak, dan segala ciptaan tuhan akan berkembang dengan baik, di lingkungan yang asri guna
1
Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam Dari Ideologi, Strategi Sampai Tradisi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 227
1
2
kepentingan manusia. Sayangnya lingkungan yang asri sudah banyak yang rusak oleh tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab, sehingga bencana terjadi dimana-mana. Allah berfirman pada ayat suci al-Quran “Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut di sebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (Surat Ar-Ruum ayat 41).2 Ayat tersebut menjelaskan dua hal pokok yang menjadi dasar pandangan islam isu pencemaran lingkungan. Pertama, islam menyadari telah dan akan terjadi kerusakan lingkungan baik di daratan dan lautan yang berakibat pada turunnya kualitas lingkungan untuk mendukungun hidup manusia. Kedua, islam memandang manusia sebagai penyebab utama kerusakan dan sekaligus pencegahan terjadinya kerusakan tersebut. Oleh karena itu, ajaran islam secara tegas mengajak manusia melestariakan bumi dan sekaligus secara tegas melarang manusia membuat kerusakan di bumi. Namun seringkali sebagian besar masyarakat belum cukup menyadari dampak akibat kerusakan lingkungan. Permasalahan lingkungan cukup kompleks. Seperti Penebangan hutan menyebabkan banjir, pencemaran terhadap air bersih oleh limbah-limbah industri, pembuangan sampah kesungai-sungai (termasuk sampah rumah tangga), pencemaran terhadap tanah merupakan ancaman bagi kehidupan manusia. Permasalahan mengenai sampah merupakan hal yang sangat membutuhkan perhatian khusus karena sampah menjadi persoalan nasional. Kegagalan dalam pengelolaan sampah berimbas pada menurunnya kualitas lingkungan hidup, 2
Bunga Nurwaddah Nasution, skripsi:Pemberdayaan Masyarakat: Studi Kasus Kegiatan Bank Sampah di Perumahan Bukit Pamulang Indah Rw 09 dan 13 Tangerang Selatan, h. 1
3
kesehatan warga masyarakat, mesrusak estetika kota, dan dalam jangka panjang dapat mempengaruhi arus investor ke daerah oleh karena itu, kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan pelestarian lingkungan hidup belum optimal bahkan cenderung banyak masyarakat yang mengabaikannya. Lingkungan hidup sangatlah penting bagi kehidupan manusia. Karena lingkungan hidup memiliki tiga fungsi pokok. Fungsi pertama, diolah menjadi produk jadi baik yang di konsumsi sebagai kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Fungsi kedua, sebagai sumber kesenangan yang sifatnya alami, seperti memberikan kesegaran karena adanya udara yang sejuk dan nyaman untuk dihirup, menyediakan sinar matahari yang hangat, menyediakan pantai yang bersih dan indah untuk rekreasi dan sebagainya. Fungsi ketiga adalah menyediakan diri sebagai tempat untuk menampung dan mengolah limbah secara alami. Istilah lingkungan hidup sebenarnya mempunyai pengertian yang kuantitas maupun kualitas sumber daya alam, baik yang sifatnya dapat di perbaharui maupun yang tidak dapat di perbaharui, termasuk lingkungan ambient yang terdiri dari air, udara, landscape, dan atmosfir. Maka lingkungan hidup merupakan faktor penentu bagi kuantitas, kualitas dan keberlanjutan kegiatan dan kehidupan manusia. Dengan meningkatnya masalah kualitas lingkungan, maka meningkat pula masalah kuantitasnya.3 Kesehatan lingkungan sangat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Kesehatan lingkungan erat pula hubungannya dengan taraf social ekonomi karenanya,
3
Masriah dan Mujahid, Pembangunan Ekonomi Berwawasan Lingkungan, Malang: IKIP Universitas Negreri Malang, 2011, h.97
4
untuk dapat mengelola kualitas lingkungan ataupun kesehatan masyarakat perlu dihayati hubungan lingkungan dengan manusia, yaitu ekologi manusia. Ekologi manusia adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara setiap segi kehidupan manusia (fisik, mental, sosial) dengan lingkungan hidupnya secara keseluruhan. Manusia merupakan salah satu faktor di dalam lingkungan hidup ini. Semakin
banyaknya
penduduk
dan
semakin
padatnya
Sebagaimana biasanya, lingkungan yang padat inipun
lingkungan
hidup.
digunakan orang untuk
membuang sampah yang bersifat padat. Selain itu saat ini tanah juga untuk membuang sampah yang berbahaya yang cair maupun padat. Yang dimaksud dengah sampah ialah segala sesuatu yangtidak dapat dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Sampah ini ada yang mudah membusuk dan ada pula yang tidak mudah membusuk. Garbage, yaitu sampah yang mudah membusuk. Di Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia sampah kebanyakan terdiri atas sampah jenis ini. Tetapi bagi lingkungan sampah ini relatif kurang berbahaya karena dapat terurai dengan sempurna menjadi zat-zat anorganik yang berguna bagi fotosintesistumbuhan. Hanya saja orang harus mengankut dan membuangnya di tempat yang aman, dengan kecepatan yang lebih daripada kecepatan membusuknya di dalam keadaan cuaca di daerah tropis ini. Refuse, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk. Biasanya sampah ini terdiri atas kertas, plastik, logam, gelas dan lain-lain yang tidak dapat membusuk/sulit membusuk. Sampah ini apabila memungkinkan sebaiknya didaur ulang sehingga dapat bermanfaat kembali baik melalaui suatu proses ataupun secara langsung. Apabila tidak dapat di daur
5
ulang, maka butuh proses untuk memusnahkannya, seperti pembakaran, tetapi hasil dari proses ini masih memerlukan penanganan lebih lanjut.4 Daur ulang mempunyai pengertian sebagai proses menjadikan bahan bekas atau sampah menjadi menjadi bahan baru yang dapat digunakan kembali. Dengan proses daur ulang, sampah dapat menjadi sesuatu yang berguna sehingga bermanfaat untuk mengurangi penggunaan bahan baku yang baru. Manfaat lainnya adalah menghemat energi, mengurangi polusi, mengurangi kerusakan lahan dan emisi gas rumah kaca dari pada pada proses pembuat barang baru. Manfaat Daur Ulang
1. Meciptakan lingkungan bersih 2. Mengurangi bakteri yang terdapat dibarang yang tidak terpakai 3. Dari pada dibakar, daur ulang lebih safety karena tidak menimbulkan polusi. 4. Menciptakan nilai pada suatu barang yang tidak bernilai sebelumnya 5. Menciptakan inovasi yang lebih brilian, misalnya dengan menggabungkan barang satu dengan yang lain. 6. Dari pada ditimbun, daur ulang akan lebih menguntungkan tanah, misalnya pada kaleng bekas yang bersifat logam, apabila ditimbun akan merusak unsurunsur hara yang terkandung didalam tanah yang baik bagitumbuhan. 7. Modal yang dikeluarkan sebagai alat pendaur relatif sedikit 8. Caranya yang gampang atau mudah sehingga dapat dilakukan sendiri 9. Jumlah bahan yang tak dapat diuraikan yang berada rmenjadi lebih sedikit 10. Dapat menjadi cara alternatif dalam memenuhi kebutuhan ekonomi.5 4
h. 153
Sunmirat, juli slamet, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
6
Hasil yang di daur ualang akan dijadikan kompos. Dimana kompos merupakan hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. Sedangkan proses pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.6 Menurut Professor Mubyanto dan Professor Bromley pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama tiga dekade terkhir di akui telah banyak memberikan kemajuan materiil, tetapi mengandung dua maslah serius. Pertama, perekonomian Indonesia masih sangat rentan terhadap kondisi eksternal. Kedua, kemajuan ekonomi di Indonesia yang telah dicapai ternyata sangat tidak merata, baik antar- daerah maupun antar kelompok sosial ekonomi. Kemajuan materil yang di capai melalui strategi pertumbuhan selama 30 tahun terakhir ini tidak banyak memberikan sumbangan yang sesungguhnya terhadap “pertumbuhan”. Selama aspek kelembagaan balum diperhatikan dengan baik, maka akan sulit untuk merumuskan dan melaksanakan semua aktivitas pengurangan
5
https://www.facebook.com/ForumHijauIndonesia/posts/260008630756908. Diakses tanggal 6 November, 2014 Pukul. 20.18 WIB 6 http://pupukkompos-1990.blogspot.com/2011/12/pengertian-kompos-dan-proses.htmldi akses tanggal 11 November, 2014 pukul. 11. 30 WIB
7
kemiskinan, dan usaha-usaha peningkatan kualitas hidup kemampuan ekonomi masyarakat, khususnya masyarakat miskin, dalam meningkatkan memanfaatkan kesempatan ekonomi yang ada. Inovasi dalam kebijakan publik semacam ini akan senantiasa memberikan perhatian terhadap tiga hal penting, yaitu etika, hukum, dan ilmu ekonomi. Etika menekankan pada persepsi kolektif tentang sesuatu yang dianggap baik dan adil, untuk masa kini maupun masa yang akan mendatang. Hukum menekankan pada penerapan kekuatan kolektif untuk melaksanakan yang telah disepakati. Sementara itu, ilmu ekonomi menekankan pada perhitungan untung rugi yang didasarkan pada etika dan landasan hukum suatu Negara. 7 Salah satu untuk mengatasi pengangguran di tangerang selatan sebagai kota penyanggah ibu kota yaitu dengan kegiatan inovatif yang bisa menimbulkan kesempatan baru bagi penciptaan ekonomi kecil dan peningkatan penghasilan pada masyarakat. Seperti pelaksanaan pembuatan kompos melalui daur ulang sampah yang berada di perumahan Vila Pamulang Mas Bambu Apus RW (Rukun Warga) 06 Tanggerang Selatan. Dengan adanya pelaksanaan pembuatan kompos di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) melalui daur ulang sampah di perumahan Vila pamulang Mas, Bambu Apus RW 06, Tanggerang Selatan dapat memberdayakan masyarakat. Karena warga sekitar ikut menjadi pekerja di TPST pembuatan kompos melalui daur
7
Masriah dan Mujahid, Pembangunan Ekonomi Berwawasan Lingkungan, Malang: IKIP Universitas Negreri Malang, 2011, h. 76
8
ulang sampah tersebut. Dengan begitu masyarakat mempunyai pekerjaan, masalah pengangguran yang ada di Tanggerang selatan. Dalam tahapan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, ada yang bilang disebut pendampingan masyarakat. Pendampingan masyarakat itu dilakukan oleh para pendamping masyarakat. Pendampingan masyarakat adalah para fasilitator dari LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dalam menumbuhkan kesadaran, pembimbing, pengajar dan pembaharuan dalam membimbing segala program yang ditawarkan oleh LSM. Dan menjadi tolak ukur keberhasilan dari program pemberdayaan tersebut adalah apakah dalam menjalankan program tersebut, pendampingan terhadap masyarakat itu menghasilkan hubungan yang sinergis anatara keberhasilan pendampingan dan hasil akhir dari usaha program lembaga tersebut. Tentunya dalam menjalankan itu semua, perlu dilkukan sebuah evaluasi program sebagai tahapan pengmbangan masyarakat. Evaluasi program dalam pengembangan masyarakat biasa dibagi menjadi tiga, yaitu evaluasi input, proses dan output. Evaluasi program ini sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat. Mengapa demikian, hal ini di karenakan dalam upaya agar pergerakkan dan pemberdayaan masyarakat ini dapat berhasil daya dan berhasil guna sehingga dapat mewujudkan tujuan yang telah di rencanakan setiap tahapnya. Berdasarkan pemaparan diatas, penulis bermaksud mengadakan sesuatu penelitian ilmiah guna mengetahui bagaimana aplikasi satu tahapan pelaksanaan dalam manajemen pengembangan masyarakat yang diterapkan pada Tempat pembuangan Sampah Terpadu (TPST) sebagai salah satu lembaga yang konsen dalam bidang pengembangan masyarakat warga sekitar, sekaligus membantu mereka dalam
9
memberdayakan ekonomi mereka sendiri. Maka penulis meninjau perlunya penelitian yang lebih mendalam mengenai bagaimana pelaksanaan evaluasi program pada Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) dalam mencapai tujuannya yaitu mengurangi penumpukan sampah, meningkatkan kesehatan masyarakat dan merubah paradigama masyarakat tentang sampah. untuk mencapai tujuan tersebut penulis menuangkannya dalam skripsi dengan judul “EVALUASI PROGRAM DALAM PEMBUATAN KOMPOS DAUR ULANG SAMPAH STUDI KASUS TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH TERPADUT 3R VIPAMAS 06 BAMBU APUS PAMULANG – TANGERANG SELATAN” B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka penulis membatasi masalah untuk meneliti mengenai “Evaluasi Program Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah Studi Kasus Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R VIPAMAS 06 Bambu Apus Pamulang - Tangerang Selatan. Jadi penulis meneliti mengenai Pelakasanaan dan Pencapaian Program Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah. 2. Perumusan Masalah 1. Bagaimana Pelaksanaan Program Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah TPST 3R VIPAMAS 06 ? 2. Bagaimana Evaluasi Program Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah di TPST 3R VIPAMAS 06?
10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dengan mengacu kepada latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka penulis mempunyai tujuan sebagai berikut : a. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Program Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R VIPAMAS 06 Bambu Apus Pamulang - Tangerang Selatan. b. Untuk Mengetahui hasil pencapaian evaluasi program Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R VIPAMAS 06 Bambu Apus Pamulang - Tangerang Selatan. 2. Manfaat Peneliti a. Sebagai
bahan
kajian
dalam
bidang
sosial
khususnya
tentang
pemberdayaan masyarakat pada jurusan Pengembangan Masyarakat Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Diharapkan dapat bermanfaat bagi Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R VIPAMAS 06 Bambu Apus Pamulang - Tangerang Selatan sebagai bahan masukan yang dapat di pergunakan dalam mengembangkan dan meningkatkan keterampilan untuk menekan angka pengangguran yang di sebabkan oleh kemiskinan dalam berbagai aspek. c. Secara akademis, peneliti ini dapat dijadikan acuan pemikiran dalam menanamkan kesadaran akan pentingnya pengetahuan pembuatan kompos daur ulang sampah pada masyarakat umumnya untuk universitas dan
11
khususnya untuk jurusan Pengembangan Masyarakat Islam dalam kegiatan praktikum (lapangan) dalam memberikan pengembangan atau pengetahuan dan pemberdayaan pada masyarakat. D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan dan Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor dikutip oleh Moleong adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.8 Adapun desain dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu penelitian yang menggunakan teknik analisa datanya berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Semua data tersebut menjadi kunci terhadapapa yang sudah diteliti.9 Dalam hal ini peneliti fokus tentang evaluasi program pembuatan kompos daur ulang sampah, serta pelaksanaan dan hasil program pembuatan kompos daur ulang sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R VIPAMAS 06 Bambu Apus Pamulang - Tangerang Selatan. 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan penelitian evaluasi, dimana peneliti menggunakan model evaluasi berbasis tujuan. Evaluasi tujuan menurut scriven model
8
Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h.
3 9
Ibid, h. 6
12
evaluasi ini merupakan evaluasi mengenai pengaruhnya, objektif yang ingin dicapai oleh program. 3. Objek Evaluasi Objek evaluasi yang di jadikan dari kegiatan evaluasi ini adalah tingkah laku, terutama tingkah laku masyarakat tentang sampah. Aspek tingkah laku disini mencakup masyarakat memilah – memilah sampah organik anorganik, mendaur ulang sampah menjadi kompos padat dan dair, menanam pohon di taman warga dan di rumah warga, tidak ada yang membuang sampah sembarangan dan membakar sampah sembarangan. 4. Kerangka Evaluasi Menurut Scriven Kerangka evaluasi tujuan evaluasi yang dapat mempengaurhi program antara lain: a. Pengaruh positif yang di tetapkan oleh tujuan program. Suatu program mempunyai tujuan yang ditetapkan oleh rencana program. Tujuan program merupakan apa yang akan dicapai atau perubahan yang diharapkan dari program. b. Pengaruh sampingan positif Pengaruh sampingan positif ini merupakan pengaruh positif program di luar pengaruh yang ditentukan oleh tujuan program di tempat pembuangan sampah terpadu. c. Pengaruh sampingan yang negatif Pengaruh sampingan negatif yaitu pengaruh sampingan yang tidak dikehendaki oleh program.
13
Kerangka evaluasi yang digunakan di dalam penelitian ini adalah pengaruh positif yang di tetapkan oleh program karena suatu program mempunyai tujuan yang ditetapkan oleh rencana program. Dan tujuan program merupakan apa yang akan dicapai atau perubahan yang diharapkan dari program. 5. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan berkomunikasi langsung atau tidak langsung yaitu dengan mempergunakan teknik sebagai berikut: a. Observasi Observasi yaitu pengamatan langsung dengan menggunakan seluruh panca indera (melihat, mendengar dan merasakan)10 dan pencatatan secara sistematis gejala-gejala yang terjadi di lapangan penelitian, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R VIPAMAS 06 Bambu Apus Pamulang – Tangerang Selatan. b. Wawancara Wawancara merupakan suatu alat pengumpulan informasi langsung tentang beberapa jenis data.11 Dalam penelitian ini penulis langsung mewawancarai Pengurus Wakil Ketua, Bendahara, Operator Mesin, Karyawan dan Masyarakat. c. Dokumentasi
10
Indriati Yulistiani, Ragam penelitian kualitatif: penelitian lapangan (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik:UI, 2001), h, 16 11 Sutrisno Hadi, metodologi Research (Jogjakarta: Andi Offset, 1983), h, 49
14
Studi dokumentasi adalah data-data yang tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serat pemikiran tentang fenomena yang masih aktual. Dalam dokumentasi ini penulis mengumpulkan informasi berupa makalah-makalah, buku-buku atau catatan harian, klipping, foto, dokumen pemerintahan maupun swasta dan lain-lainnya yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini. 6. Analisa Data Dalam melakukan analisa data, penulis menggunakan penelitian deskriptif. penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang sesuatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih. Biasanya, penelitian deskriptif seperti ini menggunakan metode survey (Atherton dan Klemmack).12 Teknik analisa data dimana penulis terlebih dahulu memaparkan sesuatu yang diperoleh mengenai kondisi pembuatan kompos daur ulang sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R VIPAMAS 06 Bambu Apus Pamulang - Tangerang Selatan kemudian mendeskripsikan temuantemuan yang ada dengan berpedoman pada sumber-sumber tertulis. Data Kualitatif (Bogdan & Biklen) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mentensiskannya, mencari dan memutuskan apa yang dapat dipelajari dan apa yang dapat di ceritakan kepada orang lain. 13
12
Dr. Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet -8, hal. 35 13 Prof. DR. Lexy J. Moleong, M. A,.metode penlitian kualitatf adisi revisi, h 248
15
7. Teknik Keabsahan Data Teknik keabsahan data, data yang telah di gali, di kumpulkan dan di catat dalam kegiatan penelitian. Untuk menjawab keabsahan data dalam penelitian ini di perlukan teknik pemeriksaan. Adapun teknik yang digunakan untuk menjaga keabsahan adalah sebagai berikut: a. Kriterium Kredibilitas/Kepercayaan Fungsi kriterium kredibilitas ini adalah untuk melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemunya dapat dicapai, kemudian mempertunjukan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh penulis pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Kriterium kredibilitas ini menggunakan dua teknik pemeriksaan. 1). Ketekunan Pengamatan Dimaksudkan untuk menemukan cirri-ciri dan unsure-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu dalam penelitian ini dan kemudian merumuskan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain, peneliti mengadakan pengamatan kepada subyek penelitian yaitu, Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R VIPAMAS 06 Bambu Apus Pamulang - Tangerang Selatan, pengurus Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R VIPAMAS 06 Bambu Apus Pamulang - Tangerang Selatan, pekerja Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R VIPAMAS 06 Bambu Apus Pamulang - Tangerang Selatan. Sehingga data yang didapat benarbenar valid, objektif, dan saling mendukung untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu (triangulasi).
16
2). Triangulasi Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Salah satu teknik triangulasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi dengan sumber, triangulasi dengan sumber akan digunakan untuk membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini akan dilakukan dengan jalan:
Membandingkan data hasil wawancara dengan pengamatan di
lapangan, misalnya penelitian membandingkan hasil wawancara subyektif penelitian dengan hasil temuan pengamatan lapangan tentang pelaksanaan Program Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah dan pencapaian tujuan program Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah.
Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang lain, misalnya peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh pengurus dan pekerja Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R VIPAMAS 06 Bambu Apus Pamulang - Tangerang Selatan. b. Kriterium Kepastian Mengutip pendapat scriven, yang menyatakan bahwa masih ada unsur ‘kualitas’ yang melekat pada konsep objektif, dalam hal ini dapat digali dari pengertian bahwa sesuatu objektifitas berarti dapat dipercaya,
17
faktual, dan dapat dipastikan. Dari sisi peneliti dapat membuktikan bahwa data - data hasil yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi terhadap subjek penelitian.14 8. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan terhitung mulai November 2014 sampai dengan januari 2015. Adapun lokasi penelitian di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R VIPAMAS 06 Bambu Apus Pamulang - Tangerang Selatan. E. Tinjuan Pustaka Setelah melakukan penelusuran kolektsi skripsi pada Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, ada skripsi yang fokusnya sama yaitu tentang usaha kompos, namun belum ada satu pun yang menagambil objek dalam penelitian ini. Beberapa skripsi yang menjadi acuan penulis untuk memfokuskan penelitian pada “Evaluasi Program Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah Studi Kasus di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Bambu Apus Pamulang Tanggerang Selatan” diantaranya adalah skripsi berjudul Evaluasi Program Unit Usaha Bisnis Barang Bekas Berkualitas (BARBEKU) di Yayasan Imdad Mustadh’afin (YASMIN) Cirendeu. Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah, pertama: bagaimana evaluasi program unit usaha bisnis barang bekas berkualiatas di Yayasan Imdad Mustatadh’afin (yasmin) Cirendeu?
kedua, bagaimana hasil
pemberdayaan
masyarakat dilakukan oleh Yayasan Imdad Mustadhafin (yasmin) Cirendeu?. Skripsi ini di tulis oleh Suryati pada tahun 2013 Program Studi Kesejahteraan Sosial Fakultas 14
Farida Yusuf Taybnafis, Evaluasi Program, (Jakarta: rineka cipta, 2000). H. 166
18
Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta. Evaluasi program baitulmaal wa tamwil ar-ridho dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat di kelurahan pisangan kecamatan ciputat timur. Masalah yang dibahas dalam skripsi lebih berfokus kepada, pertama. Tujuan-tujuan manakah yang sudah di capai oleh BMt Ar-Ridho dan masyarakat di wilayah ciputat dari adanya program simpan pinjam mudrarabah?, kedua.Apakah program simpan pinjam mudharabah BMT Ar-Ridho dan masyarakat di wilayah ciputat berpengaruh kepada peningkatan ekonomi masyarakat peminjam?. Skripsi ini di tulis oleh Fanny Nur Oktaviana pada tahun 2010 Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. F. Sistematika Penulisan Laporan tugas akhir ini disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN : Pada bab ini akan di paparkan mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II
KAJIAN TEORITIS : Bab ini akan membahas mengenai teori-teori yang terkait dengan penelitian ini, yang terdiri dari teori evaluasi.
BAB III
GAMBARAN UMUM : Bab ini membahas mengenai gambaran umum lokasi penelitian di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R VIPAMAS 06 Bambu Apus Pamulang - Tangerang Selatan, gambaran umum pembuatan kompos yaitu latar belakang berdirinya pelaksanaan
19
pembuatan kompos daur ulang sampah, maksud dan tujuan, sumber dana atau modal berdirinya usaha kompos daur ulang sampah BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS : Bab ini membahas mengenai hasil dan temuan data yang telah ditemukan, yaitu bagaimana pelaksanaan pembuatan kompos daur ulang sampah, tujuan pembuatan kompos daur ulang sampah dan pencapaian dalam pembuatan kompos daur ulang sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R VIPAMAS 06 Bambu Apus Pamulang - Tangerang Selatan.
BAB V
PENUTUP : Bab ini membahas kesimpulan dan saran yang didapatkan hasil dan temuan data yang telah dianalisis.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Evaluasi 1. Pengertian Evaluasi Secara etimologi evaluasi adalah penafsiran, perkiraan keadaan dan penentuan nilai. Sedangkan secara pengertian evaluasi adalah mengkritisi suatu program dengan melihat kekurangan, kelebihan, pada kontek, input, proses dan produk pada sebuah program.1 Sedangkan secara terminologi pengertian evaluasi menurut casley dan kumar, evaluasi merupakan suatu penilaian berkala terhadap relevensi, kinerja, efesiensi dan implikasi dari suatu proyek dikaitkan dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sementara Fink dan Kosecoff sebagaimana di kutip oleh Fredy S. Nggao memberikan definisi evaluasi, adalah serangkaian prosedur untuk menilai mutu sebuah program dan menyediakan tentang tujuan, aktivitas, hasil, dampak dan biaya program. 2 Evaluasi merupakan pengidentifikasian keberhasilan dan kegalalan suatu rencana kegiatan atau program. Secara umum dikenal dua tipe evaluasi, yaitu: ongoing evaluation atau evaluasi terus-menerus dan ex-post evaluation atau evaluasi akhir. Tipe evaluasi yang pertama dilakasanakan pada interval periode waktu tertentu, misalnya per tri wulan atau persemester selama proses implementasi (biasanya pada akhir phase atau tahap suatu rencana). Tipe evaluasi yang kedua dilakukan setelah 1
Nurul Hidayati S. Ag,Metodologi penelitian Dakwah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) cet-
2
Fredy S. Ngga, Evaluasi Program, (Jakarta: Nusa Madani, 2003) h.15
1, h. 123
20
21
implementasi suatu program atau rencana. Evaluasi biasanya difokuskan pada pengidentifikasian kualitas program. Evaluasi berusaha mengidentifikasi mengenai apa yang terjadi pada pelaksanaan atau penerapan program. 3 Scriven (1967) orang pertama yang membedakan antara evaluasi formatif dan evaluasi sumatif sebagai fungsi evaluasi yang utama. Kemudian Stufflebeam juga membedakan sesuai di atas yaitu Proactive evaluation untuk melayani pemegang keputusan dan Retroactive evaluation untuk keperluan pertanggung jawaban. Evaluasi mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi formatif, biasanya evaluasi formatif ini dipakai untuk perbaikan dan pengembangan kegiatan yang sedang berjalan (program, orang, produk dan sebagainya).Fungsi sumantif, biasanya dipakai untuk pertanggung jawaban, keterangan, seleksi dan lanjutan. Jadi evaluasi hendaknya membantu pengembangan, implementasi, kebutuhan suatu program, perbaikan program, pertanggung jawaban, seleksi, motivasi, menambah pengetahuan dan dukungan dari mereka yang terlibat.4 Maka secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa evaluasi merupakan kegiatan penilaian terhadap segala macam pelaksanaan program agar dapat diketahui secara jelas apakah sasaran-sasaran yang dituju sudah dapat tercapai atau belum. Segala macam pelaksanaan program apapun baik dalam bentuk profit dan non-profit ataupun nirlaba dalam pelaksanaan manajerialnya sangatlah disyaratkan untuk
3
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT. Refika Adiatma, cet 1, 2005), h. 119. 4 Farida Yusuf Tayibnapis.Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi Untuk Program pendidikan dan penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta), H. 4
22
melakukan monitoring dan evaluasi. Fungsi pengewasan dalam suatu organisasi pada umumnya terkait dengan proses pemantauan (monitoring) dan evaluasi (evaluation).5 2. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi Scriven orang pertama yang membedakan antara evaluasi formatif dan evaluasi sumatif sebagai fungsi evaluasi yang utama. Kemudian stufflebeam juga membedakan sesuai di atas yaitu Evaluasi merupakan suatu yang sangat penting dilakukan, dalam hal ini, feurstein menyatakan 10 (sepuluh) alasan mengapa evaluasi perlu dilakukan: a. Pencapaian. Guna melihat apa yang sudah di capai. b. Mengukur kemajuan. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objektif program. c. Meningkatkan pemantauan. Agar tercapai manajemen yang lebih baik. d. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan. Agar dapat memperkuat program itu sendiri. e. Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif. Guna melihat perbedaan apa yang telah terjadi setelah di terapkan suatu program. f. Biaya dan manfaat. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk akal. g. Mengumpulkan informasi. Guna merencanakan dan mengolah kegiatan program secara lebih baik
5
Isbandi Rukminto Adi. Pemberdayaan, Penegmbangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis. (Jakarta: FEUI press), cet 3, Edisi Revisi. H. 187
23
h. Berbagi pengalaman. Guna melindungi pihak lain terjebak dalam kesalahan yang sama, atau utuk mengajak seseorang untuk ikut melaksanakan metode yang serupa bila metode yang di jalankan telah berhasil dengan baik. i. Meningkatkan keefektifan. Agar dapat memberikan dampak yang lebih luas. j. Memungkinkan perencanaan yang lebih baik. Karena memberikan kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat, komunitas funsional dan komunitas lokal.6 3. Indikator Evaluasi Secara umum, indikator dapat didefinisikan sebagai suatu alat ukur untuk menunjukan atau menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal yang menjadikan pokok perhatian. Indikator dapat menyangkut suatu fenomena sosial, ekonomi, penelitian, proses suatu usaha peningkatan kualitas. Indikator dapat berbentuk ukuran, angka, atribut atau pendapat yang dapat menunjukan suatu keadaan. 7 Terdapat empat indikator yang digunakan untuk mengevaluasi suatu kegiatan, yaitu: indikator ketersediaan, indikator relevensi, indikator efesiensi, dan indikator keterjangkauan. a. Indikator Ketersediaan. Indikator ini melihat apakah unsur-unsur yang seharusnya ada dalam suatu proses itu benar-benar ada. Misalnya dalam suatu program
6
Ibid., h. 188 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, kajian Startegis Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT. Refika Adiatama), Cet-1, 2005 h. 126 7
24
pembangunan kompos cair yang menyatakan bahwa tidak perlunya lahan luas. Maka perlu di cek (dilihat), apakah pembuatan kompos cair tersebut benar-benar ada. b. Indikator Relevensi. Indikator ini menunjukkan seberapa relevan dan tepatnya suatu teknologi, misalnya pada suatu program pembuatan kompos padat adanya
mesin
incinalator,
masyarakat
diperkenalkannya
mesin
incinalator yang biasa mereka tidak gunakan. Berdasarkan keadaan tersebut pembuatan kompos daur ulang ini akan lebih cepat sehingga masyarakat dalam pembuatan kompos padat tidak memerlukan lahan yang luas dan cukup lama dalam pembuatan kompos padat. c. Indikator Efesiensi. Indikator ini menunjukkan apakah sumber daya dan aktifitas yang dilaksanakan guna mencapai tujuan dimanfaatkan secara tepat guna (efesien), atau tidak memboroskan sumber daya yang ada dalam upaya mencapai tujuan, misalnya saja, suatu program pembuatan kompos yang dijalankan dengan baik dengan hanya memanfaatkan 1 lahan atau pekarangan kosong, tidak perlu memanfaatkan 5 lahan atau pekarangan kosong dengan alasan untuk menghindari terjadinya penyempitan lahan. Bila hal ini yang dilakukan, maka yang akan terjadi adalah penyempitan lahan.
25
d.
Indikator Keterjangkauan. Indikator ini melihat apakah tempat pembuangan sampah terpadu masih berada dalam jangkauan pihak-pihak yang membutuhkan, misalnya saja apakah tempat pembuangan sampah terpadu yang didirikan untuk masyarakat berada pada posisi yang strategis, dimana sebagian masyarakat mudah datang mengontrol.
4. Model-Model Evaluasi a. Model Evaluasi Berbasis Tujuan Model evaluasi beerbasis tujuan dalam bahasa Inggris disebut goal based evalution model atau obejktive oriented evalution atau objectivereferenced evaluation model atau objective evalution approach merupakan model evaluasi tertua dan di kembangkan oleh Ralph W. Tyler. Ia mendifinisikan evaluasi merupakan proses menentukan sampai seberapa tinggi tujuan sesungguhnya dapat dicapai. Model evaluasi berbasis tujuan dirancang dan dilaksanakan dengan proses sebagai berikut: 1). Mengidentifikasi tujuan. Mengidentifikasi tujuan atau objektif intervensi, layanan dari program yang tercantum dalam rencana program. Objektif program kemudian di rumuskan dalam indikatorindikator kualitas yang dapat diukur, seperti:tidak adanya penumpukan sampah, tidak ada yang membakar sampah di drum, adanya tong sampah organik anorganik, adanya penanaman pohon, adanya pembuatan kompos padat dan cair.
26
2). Merumuskan tujuan menjadi indikator-indikator. Evaluator merumuskan tujuan program menjadi indikator-indikator kuantitatif dan kualitatif yang dapat diukur. Misalnya, tujuan program pembuatan kompos daur ulang sampah adalah memberikan dukungan 400 Kepala Keluarga berpartisifasi dalam memilah sampah organik dan anorganik sebelum dibuang. Untuk itu pemerintah memberikan layanan (indikator - indikator tujuan program) sebagai berikut: - Bantuan mesin Incinalator. - Tong sampah organik anorganik. - Motor grobag. - Mesin Pencacah - Kantor TPST 3). Memastikan program telah berakhir dalam mencapai tujuan. Layanan, intervensi dari program telah dilaksanakan dan ada indikator mencapai pencapaian tujuan, pengaruh atau perubahan yang diharapkan. 4). Menjaring dan menganalisis data atau informasi mengenai indikator-indikator pecapaian program TPST. Kesimpulan. Mengukur hasil pencapaian program atau perubahan yang diharapkan dari pelaksanaan program dan membandingkan dengan obejktif yang direncanakan dalam rencana program untuk menemukan sejauh manakah pencapaian program pembuatan kompos daur ulang sampah di TPST.
27
b. Model Evaluasi Bebas Tujuan Model evaluasi bebas tujuan ini dikemukakan oleh micheal scriven (1973). Menurut scriven model evaluasi ini merupakan evaluasi mengenai pengaruh yang sesungguhnya, objektif yang ingin dicapai oleh program. Suatu program dapat mempunyai tiga jenis pengaruh: 1). Pengaruh sampingan yang negatif. Yaitu pengaruh sampingan yang tidak dikehendaki oleh program. Ini seperti jika orang membuang sampah dan membakar dampah maka ada efek negatifnya, dengan menghirup udara bau tidak enak dan menghirup asap menyebabkan sesak nafas. 2). Pengaruh positif yang di tetapkan oleh tujuan program. Suatu program mempunyai tujuan yang ditetapkan oleh rencana program. Tujuan program merupakan apa yang akan dicapai atau perubahan yang diharapkan dari program, seperti tidak adanya penumpukan sampah, meningkatnya kesehatan masyarakat dan merubah paradigma masyarakat. 3). Pengaruh sampingan positif. Yaitu pengaruh positif program di luar pengaruh positif yang ditentukan oleh tujuan program di tempat pembuangan sampah terpadu. 5. Tahapan Evaluasi a. Menentukan suatu standar untuk mengukur kinerja tempat pembuangan sampah terpadu dan membuat batas toleransi yang dapat di terima untuk tujuan, sasaran dan strategi.
28
b. Menghitung dan mengukur hasil kinerja yang telah dicapai. c. Membandingkan antara standar dengan hasil yang dicapai dan tidak melampui batas toleransi, harus di analisis penyebab-penyebabnya. d. Mengambil tindakan perbaikan jika di perlukan. B. Program 1. Pengertian Program Adapun program memiliki pengertian sebagai berikut, yakni rancangan asasasas serta usaha-usaha (dalam ketatanegaraan, perekonomian dan sebagainya) yang akan dijalankan.8 Suharsimi arikinto mengemukakan program sebagai berikut, program adalah sederetan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh seorang atau kelompok organisasi, lembaga bahkan negara. Jadi seseorang sekelompok organisasi, lembaga bahkan negara mempunyai suatu program.9 Program merupakan pernytaan tertulis tentang suatu yang harus dimengerti dan diusahakan. Program menggambarkan tentang apa yang perlu dilaksanakan dan mengapa hal itu perlu dilaksanakan. Program dapat di gambarkan berupa sesuatu pernyataan tertulis tentang situasi, tujuan-tujuan yang hendak dicapai, masalahmasalah yang hendak dipecahkan dan cara pemecahannya. 10 Program adalah sederatan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai kegiatan tertentu. Suatu program terdiri dari rencana umum, rencana kerja dan jadwal kerja. Dari rencana umum akan muncul kegiatan-kegiatan yang perlu 8
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997 ) cet. Ke-9, h. 414 9 Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Yogyakarta: Bina Aksara, 1998), h. 34 10 I Gede Suyatno, Program Pengabdian Pada Masyarakat Bentuk, Jenis dan Sifatnya Dalam Metodelogi PPM, (Lampung: Universitas Lampung, 1986), h. 88
29
dilaksanakan agar program itu dapat diwujudkan. Kegiatan-kegiatan itu akan tertuang didalam rencan kerja lengkap dengan ketentuan bagaimana melakukannya, siapa pelakunya, siapa kalayak sasarannya, dimana akan dilakukan dan kapan pelaksanaannya. Bila perlu dapat pula dicakup saran-saran yang diperlukannya untuk pelaksanaannya, termasuk dana yang diperlukannya kemudian rencana kerja dijalankan secara kronologis menjadi jadwal kerja. 2. Tujuan Program Tujuan program merupakan suatu yang pokok dan harus dijadikan pusat perhatian oleh evaluator. Jika suatu program tidak mempunyai tujuan yang tidak bermanfaat maka program tersebut tidak perlu dilaksanakan. Tujuan menentukan apa yang akan di raih. Tujuan umum dan tujuan khusus (objektif). Tujuan umum biasanya menunjukan output dari program jangka panjang sedangkan jangka khusus outputnya jangka pendek.11 3. Model Program Dalam kegiatan evaluasi keberadaan program merupakan unsur yang tidak bisa dipisahkan, karena posisi program sudah menjadi pokok kajian yang perlu di bedah dan di ukur, sejauh mana program tersebut berjalan, apakah bisa merealisasikan tujuan yang di harapkan atau belum. Hal itu diperoleh dari kegiatan evaluasi. Oleh sebab itu mengetahui tipe program dalam penentuan program prioritas untuk mewujudkan tujuan adalah menjadi penting. Huey
Tsyh
Chen
salah
satu
tokoh
yang
berpengaruh
dalam
mengembangkan konsep tentang evaluasi. Karyanya yang paling terkenal theory 11
35
Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Yogyakarta: Bina Aksara, 1998), h.
30
driven evaluation, telah membagi model program dengan beberapa model. Sebagaimana yang di kutip oleh wiraman di antaranya menyebutkan: a. Model Perubahan Menurut Huey Tsyh Chen sebaimana yang telah dikutip oleh wirawan menjelaskan model perubahan menunjukan proses sebab dan akibat yang di timbulkan oleh program di TPST. b. Model Tindakan Menurut Huey Tsyh Chen model tindakan melukiskan rencana sistematik untuk mengatur staf, sumber-sumber dan dukungan organisasi agar dapat mencapai populasi target dan menyediakan layanan-layanan intervensi. Dalam model ini akan di jelaskan dibagian analisis program bab IV (Empat). 4. Aspek-Aspek Program Aspek-aspek program yaitu ditinjau dari: a. Tujuan, di dalam tujuan TPST ini mengurangi penumpukan sampah, meningkatkan kesehatan masyarakat dan merubah paradigma masyarakat Bambu Apus Rukun Warga 06. b. Jenis,
dalam
jenis
program
TPST
ini
berbasis
pemberdayaan
kemasyarakatan. Dikarenakan program tersebut melibatkan partisifasi masyarakat dan merubah prilaku masyarakat tentang sampah. c. Jangka waktu, ada program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. d. Keluasan, ada program sempit ada program luas. Program sempit hanya menyangkut program terbatas sedangkan program besar dilaksanakan oleh
31
orang banyak. Seperti pembuatan kompos padat masyarakat di ikutsertakan dalam memilah sampah organik anorganik. e. Pelaksanaannya, ada program kecil dan ada program yang besar, program kecil hanya dilaksanakan beberapa orang, sedangkan program besar dilaksanakan oleh orang banyak. sesuai dengan aspek-aspek yang sudah dipaparkan di atas yaitu tujuan program yang direncanakan bertujuan untuk mengurangi penumpukan sampah, meningkatkan kesehatan masyarakat dan merubah paradigma masyarakat tentang sampah. Jenis program ini direncanakan berbasis kemasyarakatan. Kemudian dapat di tinjau dari jangka waktu program, yaitu jangka pendek, jangka menengah dan jengka panjang. Program penting yang dampaknya menyangkut orang banyak, menyangkut hal-hal yang vital sedangkan program kurang penting adalah sebaliknya. Suharsimi arikinto menegeskan dalam bukunya penelitian program pendidikan bahwa macam-macam program dapat bermacam-macam wujud, jika di tinjau dari aspek-aspek yang sudah dipaparkan diatas.12 Maka ketika aspek-aspek program tersebut sudah jelas maka program akan siap dilaksanakan oleh lembaga atau organisasi sehingga tujuan dari lembaga tersebut dapat dicapai.
12
Ibid, h. 2-3
32
C. Kompos 1. Pengertian Kompos Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman, hewan dan limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi sehingga dapat dijadikan sebagai sumber hara bagi tanaman. Kompos mudah dibuat dari sisa panen seperti jerami, serasah, batang jagung, bahkan sampah organik rumah tangga. Selain bahan bakunya mudah didapat, peralatan yang digunakan untuk membuatnya sederhana, proses pembuatannya juga tidak memerlukan banyak tenaga, dengan nilai ekonomi tinggi, kompos tidak hanya layak untuk digunakan sendiri tetapi juga sangat menjanjikan untuk diusahakan sebagai sumber mata pencaharian.13 Jadi pembutan kompos ini dapat meningkatkan ekonomi masyarakat di karenakan adanya kegiatan masyarakat yang menghasilkan uang. 2. Manfaat Kompos a. Memperbaiki struktur tanah agar menjadi gembur b. Memperkuat daya ikat agregat tanah berpasir c. Meningkatkan daya tanah dan daya serapan air d. Memperbaiki drainase dan pori-pori dalam tanah e. Menambah dan mengaktifkan unsur hara. f. Meningkatkan daya ikat tanah terhadap unsur hara g. Membantu dekomposisi bahan mineral
13
Nurheti Yuliarti & Isroi, KOMPOS Cara Mudah, Murah,dan Cepat Menghasilkan Kompos (Yogyakarta: ANDI OFFSET 2009), h. 44
33
h. Menyediakan bahan makanan bagi mikroorganisme yang menguntungkan pertumbuhan. 3. Bahan-Bahan Kompos Berikut bahan-bahan yang sering digunakan untuk membuat kompos. a. Sisa tanaman, terdiri dari jerami dan sekam padi, tanaman pisang, gulma, sayuran yang busuk, sisa tanaman jagung, sabut kelapa dan sisa tanaman yang lain. b. Sisa makanan, seperti sayuran, lalaban, dll. c. Sampah kota (khususnya sampah organik) dan limbah industri. Sampah kota yang diajadikan kompos harus dipilih kembali, karena yang digunakan berupa sampah organik. Limbah industri pun dipilih limbah yang tidak mengandung bahan kimia dan logam yang berbahaya. D. Daur Ulang 1. Pengertian Daur Ulang Daur ulang adalah proses menjadikan barang bekas atau sampah menjadi barang baru yang dapat digunakan kembali sehingga bermanfaat. Pengembangan pembuaan kompos daur ulang sampah diyakini merupakan upaya pembangunan insfrastruktur kebersihan dan upaya penghematan yang saat ini sangat diperlukan sebagai solusi strategis untuk pengelolaan sampah dalam ekonomi yang eksis. Upaya pengembangan pembuatan kompos daur ulang dapat menjadikan sumber nafkah baru dan mampu menjadi unsur utama kekuatan ekonomi rakyat yang memiliki kesadaran akan lingkungan.
34
2. Tujuan Daur Ulang a). Kegiatan daur ulang sampah untuk pembuatan kompos dan pakan ayam, pakan ikan secara komersial dapat dijadikan peluang usaha yang dapat menjadi sumber nafkah baru usaha kecil, membantu mengatasi kemisikinan, penghematan sumber daya alam maupun sumber daya dana. b). Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui kegiatan daur ulang sampah. c). Mendorong masyarakat agar memiliki ketrampilan. E. Sampah 1. Pengertian Sampah Sampah merupakan materi sisa yang tidak digunakan lagi setelah berakhrinya suatu proses. Daur ulang sampah adalah salah satu strategi pengelolaan sampah yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemerosesan, pendistribusian dan pembuatan produk atau material bekas pakai. Material yang dapat didaur ulang: a). Botol bekas wadah kecap, saos, sirup krim kopi; baik yang putih bening maupun yang berwarna terutama gelas atau kaca yang tebal. b). Kertas, terutama kertas bekas di kantor, Koran, majalah, kardus kecuali kertas yang berlapis (minyak atau plastik). c). Logam bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue, rangka meja, besi rangka beton. d). Plastik bekas wadah sampo, air mineral, jerigen dan ember. e). Sampah basah dapat diolah menjadi kompos.
35
2. Sumber dan Jenis Sampah
Secara umum sumber sampah dapat digolongkan atas tiga kelompok, yaitu sampah berasal dari kegiatan rumah tangga (domestic refuse), dari kegiatan perdagangan (commercial refuse) dan dari kegiatan perindustrian (industrian refuse).14 Domestic refuse biasanya merupakan sisa makanan, bahan dan peralatan yang sudah terpakai lagi dalam rumah tangga, sisa pengelolahan
makanan, bahan
pembungkus, bermacam-macam kertas, kain bekas, kaleng dan lain-lain. Commercial refuse adalah sampah yang berasal dari tempat-tempat perdagangan seperti pasar, “supermarket”, pusat pertokoan, warung dan tempat jual beli lainnya. Biasanya sampah yang berasal dari kegiatan perdagangan ini terdiri dari berbagai jenis, seperti bahan dagangan yang rusak, kertas, plastik dan daun pembungkus, bagian komoditi yang tidak dapat dimanfaatkan, peralatan yang rusak dan lain-lain. Industrial refuse merupakan sampah yang berasal dari kegiatan industri, jumlah dan jenisnya sangat tergantung pada jenis dan jumlah bahan yang diolah oleh perushaan perindustrian tersebut. Suatu perindustrian biasanya membuang limbah dan sampahnya disekitar perusahaan tersebut, sehingga sering mencemari lingkungan di sekelilingnya. Disamping sampah yang bersumber dari kegiatan diatas, masih ada sampah jenis lain yaitu sampah yang berasal dari jalanan (streer sweeping), dari bangkai
14
Yul H Bahar, Teknologi Penangan dan Pemanfaatan Sampah, (Jakarta: PT Waca Utama Pramesti, 1986), h. 4-5
36
binatang yang mati (dead animal), pembersihan, pembangunan suatu tempat, sampah dari tempat produksi pertanian dan lain-lain. Secara umum sampah dapat dibagi atas dua golongan, yaitu sampah yang mudah terurai (dergradable refuse) dan sampah yang tidak dapat terurai (nondegradable). Degradable refuse yaitu sampah yang mudah terurai secara alami melalui proses fisik, kimiawi maupun biologis. Biasanya sampah golongan ini berasal dari bahan-bahan organik, seperti sampah sayuran dan buah-buahan, sisa makanan, kertas, bangkai binatang dan lain-lain. Nondegradable adalah sampah yang tidak dapat diuraikan atau sulit diuraikan secara alami melalui proses fisik, kimiawi, dan biologis menjadi molekul-molekul yang lebih kecil. Nondegradable refuse ini biasanya berasal dari bahan anorganik, bahan sintetis dan bahan kertas lainnya, seperti metal, kaca, plastik, kayu dan kramik. Berdasarkan jenisnya, sampah dapat pula diklasifikasi atas beberapa kelompok, antara lain: a. Garbage yaitu sampah yang berasal dari sisa pengolahan, sisa pemasakan, atau sisa makan yang telah membusuk, tetapi masih dapat digunakan sebagai makanan oleh organisma lainnya, seperti insekta, binatang pengerat (rodentia) dan berbagai “scavenger”. Sampah jenis ini biasanya bersumber dari “domestic refuse” atau industri pengolahan makanan. b. Rubbish yaitu sampah sisa pengolahan yang tidak mudah membusuk dan dapat pula dibagi atas dua golongan. Pertama sampah yang tidak mudah membusuk tetapi mudah terbakar, seperti kayu, bahan plastic, kain, bahan
37
sintetik. Kedua adalah sampah yang tidak mudah membusuk dan tidak mudah terbakar, sperti kaca, keramik dan tulang hewan. c. Ashes dan cinder yaitu berbagai jenis abu dan arang yang berasal dari kegiatan pembakaran. d. Dead animal yaitu sampah yang berasal dari bangkai hewan, dapat beruapa bngakai hewan peliharaan (domestic animal) maupun hewan liar (wild animal). e. Street sweeping yaitu sampah atau kotoran yang berserakan dijalan seperti sisa-sisa pembungkus dan sisa makanan, kertas, daun kayu dan lain-lain. f. Industrial waste merupakan sampah yang berasal dari kegiatan industri, sampah jenis ini biasanya lebih homogeni bila dibandingkan dengan sampah jenis lainnya.
BAB III GAMBARAN UMUM TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH TERPADU
A. Gambaran Umum Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) merupakan tempat pembuangan sampah yang memilah-milah sampah yang dapat didaur ulang dan tidak dapat didaur ulang, sehingga terdapat pemangkasan sampah untuk dibuang ke TPA (Tempat pembuangan akhir). Sebelumnya Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang hanya diperuntukkan bagi warga RW (rukun warga) 06 Vila Pamulang Mas (vipamas) sangat menyedihkan kumuh, berantakan dan bau. Ironisnya banyak warga lain yang bukan warga vipamas pun ikut membuang sampah TPS tersebut setiap harinya, bahkan ada yang membawa gerobak sampah dengan aneka ragam jenis sampah. Tidak heran jika akhirnya terbentuk timbunan sampah yang menggunung di TPS hingga meluber ke jalan. Puncaknya truk pengangkut sampah yang selama ini melayani vila pamulang mas tidak lagi beroperasi karena rusak. Ada beberapa kendala sehingga TPS tersebut menjadi kumuh, rusak, berantakan, bau dan meluber ke jalanan diantaranya adalah : 1. Truk pengangkut sampah yang selama ini digunakan, sudah tidak lagi beroperasi karena rusak sehingga timbunan sampah semakin hari semakin menumpuk.
38
39
2. Belum adanya vendor (pemerintah maupun swasta) yang mampu dan bersedia melakukan sistem pengangkutan sampah door to door sesuai kebutuhan warga. 3. Jumlah truk yang dimiliki Pemerintahan Kota Tangerang Selatan jauh lebih dari cukup ditambah lagi belum adanya TPA yang permanen. 4. Bila TPS ditutup akan memerlukan dana yang besar, diantaranya untuk membuang timbunan sampah yang sudah menggunung hingga bersih, termasuk membuat pagar penutup agar tidak ada lagi yang membuang sampah di lokasi eks TPS tersebut. Berdasarkan undang-undang No. 18 tahun 2008 tentang pengolahan sampah, mengamanatkan pembuatan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di kawasan regional, seperti perumahan, desa dan kelurahan. Cara-cara pengolaan sampah ini dapat dilakukan dari skala kecil hingga besar. Dan salah satu filosofi dasar yang ditetapkannya undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang pengolahan sampah adalah bagaimana cara melihat sampah dari perspektif yang berbeda, yakni memandang sampah sebagai sesuatu yang punya nilai guna dan manfaaat. Sehingga membuang sampah dengan percuma merupakan tindakan yang kurang tepat. Ungkapan yang dikenalkan oleh salah seorang praktisi pengelolaan sampah, yaitu ‘dulu sampah, sekarang berkah’ sungguh tepat memaknai perubahan paradigma tentang sampah. Sebagai upaya membumikan perubahan paradigma tentang sampah tersebut, praktek mengolah dan memanfaatkan sampah harus menjadi langkah nyata baru kita dalam mengolah sampah, meninggalkan cara lama yang hanya membuang sampah. Tindakan nyata mengelola sampah dengan benar dapat dimulai dari yang paling
40
sederhana yaitu mengubah sampah menjadi kompos di rumah-rumah kita, sampai dengan mengolah dan memanfaatkan sampah dalam skala bisinis yang besar dengan menggunakan teknologi tinggi. Prinsip utama mengolah sampah yang benar adalah mencegah timbulnya sampah, mengguna ulang sampah dan mendaur ulang sampah. Itulah prinsip 3R (reduce, reuse,recycle). Berdasarkan hal-hal di atas, keluarga besar Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) vipamas 06 menawarkan untuk bekerjasama kepada warga RW (rukun warga) 06 Vila Pamulang Mas dalam hal pengelola sampah rumah tangga menjadi kompos dengan lokasi di TPS yang ada sekarang, dan tawaran tersebut di sambut dengan baik oleh para pengurus RW, RT (rukun tetangga) maupun warga untuk segera merealisasikan. Kontrak kerjasama antara KSM vipamas 06 dengan Rukun Warga 06 vipamas telah di tanda tangani, pekerjaan awal sudah kami mulai, sehingga lokasi TPS
yang digunakan sejak tahun 1998 dan terhitung mulai tahun 2010 sudah
dirapihkan, dipagar, selanjutnya akan dibuat tempat pengelolaan sampah menjadi kompos dan sampah yang diolah menjadi kompos nantinya akan dikembalikan lagi ke masyarakat atau warga untuk dapat dapat digunakan sebagai pupuk tanaman. Oleh karena itu, khusus menangani persoalan sampah di perkotaan, Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) merancang suatu program yang diharapkan dapat lebih terjamin keberlanjutannya yaitu TPST (Tempat Pembuangan sampah terpadu) program ini mempunyai strategi dan prinsip 3R, yang lebih mengutamakan pemberdayaan masyarakat dan instansi lokal. Program yang akan dilakukan ini menganut pendekatan pemberdayaan (Emplowerment) sebagai suatu syarat menuju pembangunan yang berkelanjutan. hal ini dinilai merupakan syarat menuju
41
terbentuknya masyarakat yang mampu mengatasi persoalan sampah yang dihadapi secara berkelanjutan. Upaya pemberdayaan masyarakat, baik pemberdayaan mental, ekonomi, maupun intelektual merupakan tanggun jawab semua pihak. Untuk itu kerjasama semua komponen masyarakat dalam upaya pemberdayaan harus senantiasa ditumbuh kembangkan dan dilaksanakan secara kontinu. B. Visi dan Misi Visi dari TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) ini adalah: “Terwujudnya
masyarakat
yang mandiri
untuk membangun ekonomi
kerakyatan serta lingkungan yang bersih dan hijau sehingga tercipta masyarakat yang sehat.” Sedangkan Misi dari TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) ini adalah: 1. Mengurangi jumlah penumpukan sampah. 2. Merubah paradigma masyarakat tentang sampah 3. Meningkatkan kesehatan masyarakat C. Struktur Kepengurusan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Struktur Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) tidak terlalu rumit dan berbelit-belit. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) tidak akan berjalan dengan adanya pengurus. Kepengurusan yang ramping dan tidak terlalu rumit ini memungkinkan berjalan dengan baik. TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) yang dilahirkan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan dibangun sejak tahun 2010 sampai sekarang masih aktif. Namun hanya ada beberapa kepengurusan di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu ini diantaranya:
42
Pelindung
: 1. Lurah Bambu Apus 2. Ketua RW (rukun warga) 06 Vipamas 3.Ketua RT (rukun tetangga) 01 s/d 08 Bambu Apus
Ketua
: Imam Aulia
Wakil
: Tarmizi Usman
Sekretari
: Imam Thohar
Bendahara
: Eka
Operator Mesin
: Rahmat
D. Strategi dan Prinsip Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Berdasarkan visi, misi dan tujuan sebagaimana dikemukakan di atas, maka rencana aksi dilakukan dengan strategi sebagai berikut: 1. Pelaksnaannya dilakukan secara bertahap, dimulai dengan lingkup sasaran dan target yang disesuaikan dengan tingkat kapasitas kelembagaan pada saat dimulai. 2. Penggalangan sumber dana kelembagaan, yang secara parsial relatif kecil, menjadi satu kesatuan yang sinergik, melalui kemitraan, harmonisasi, sinkronisasi atau kerjasama dengan pemerintah daerah (provinsi, kabupaten dan kota). 3. Pengembangan kapasitas dilakukan secara simultan bersamaan dengan pelaksanaan rencana aksi dan pengembangan kapasitas tersebut didasarkan pada hasil pengkajian kebutuhan. Sedangkan pengkajian kebutuhan tersebut didasarkan pada hasil pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rencana aksi . Sedangkan prinsip utama mengelola sampah yang benar adalah mencegah timbulnya sampah, menguna ulang sampah dan mendaur ulang sampah. Itulah prinsip 3R (reduce, reuse, recycle). Sesungguhnya mengandung arti yang sangat luas, tidak
43
sederhana pemahaman sebagian besar masyarakat. Prinsip 3R dalam pengelolaan sampah erat kaitannya dengan prinsip pembangunan berkenjutan, khususnya dalam pelaksanaan penghematan sumber daya dan penghematan energi. Dengan menjalankan prinsip 3R maka terjadi upaya pengurangan ekstraksi sumber daya karena sebgian bahan baku dapat terpenuhi dari sampah yang didaur ulang dan sampah yang digunakan ulang. Sehingga Penerapan prinsip 3R merupakan solusi cerdas atas semakin terbatasnya sumber daya alam dan kelangkaan energi. Di sektor energi sendiri, sampah adalah sumber energi alternatif pengganti energi fosil. Pemanfaatan sampah sebagai pembangkit energi merupakan hal yang lazim dibeberapa Negara maju. Dari sisi lingkungan, penerapan 3R merupakan langkah nyata upaya pengendalian dan pencemaran lingkungan karena dengan melakukan 3R maka akan terjadinya pengurangan beban pencemaran yang dibuang ke lingkungan, baik pencemaran air, tanah maupun udara. E. Kegiatan dan Sumber Dana Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Untuk kegiatan sehari-harinya para karyawan kerja dimulai dari jam 08.00 – 17.00. Pagi-pagi karyawan mengambil sampah dari warga RW 06 setelah pengambilan sampah mereka memilah-milah sampah organik dan anorganik, setelah selesai memilah-milah mereka mencacah sampah organik namun setelah adanya mesin incinalator pembuatan kompos semakin cepat. Sampah anorganik mereka kumpulkan seperti botol, plastik, dll. Mereka jual sampah anorganik sehingga mereka mendapatkan uang tambahan dari hasil penjualan sampah anorganik. Kegiatan ini
44
terus menerus setiap hari senin-sabtu dan sedangkan motor gerobak sampah beroperasi hanya dua kali sehari. Sumber dana Tempat Pembuangan Sampah Terpadu: 1. Masyarakat Dimana masyarakat setempat yaitu Vila Pamulang Mas 06 dan masyarakat di luar perumahan Vila Pamulang Mas yang suka membuang sampah ke TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) itu dipungut biaya Rp.25.000,- untuk di dalam perumahan Vila Pamulang Mas dan Rp.20.000,- untuk masyarakat di luar perumahan. Dan hasil dari pungutan atau iuran perbulan dari warga digunakan untuk membayar gaji karyawan yang bekerja di TPST. 2. Pemerintah Dimana Pemerintah setempat ikut berkrontribusi dengan memberikan modal kepada TPST untuk membeli bahan seperti: mesin pencacah, mesin pengayak sampah, motor gerobag, incinalator dan pagar keliling. F.
Fasilitas
1. Ruangan perkantoran. 2. Toilet 3. Hangar 4. Pagar keliling 5. Motor gerobak 6. Mesin pencacah 7. Mesin pengayak sampah 8. Incinalator (mesin pencacah secara cepat)
45
G.
Letak Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Letak Tempat Pembangunan Sampah Terpadu (TPST) 3R (reduce, reuse,
recycle) VIPAMAS (Vila Pamulang Mas) RW (Rukun Warga) 06, Kelurahan Bambu Apus, Pamulang, Tangerang Selatan.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA EVALUASI PROGRAM PEMBUATAN KOMPOS DAUR ULANG SAMPAH Pembuatan kompos daur ulang sampah ini merupakan salah satu program yang dimiliki Dinas Kebersihan Kota Tangerang Selatan. Dalam bab ini penulis akan memaparkan temuan-temuan yang penulis dapatkan selama melakukan penelitian di TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) 3R (reduce, reuse, Recycle) yang berkaitan dengan program pembuatan kompos daur ulang sampah dilaksanakan dan evaluasi program pembuatan kompos daur ulang sampah berbasis tujuan. A. Pelaksanaan Program Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah Pelaksanaan kegiatan pembuatan kompos daur ulang sampah berbasis masyarakat, maka tahap awal sebelum pembuatan kompos daur ulang sampah yang dikatakan oleh Bapak kusmardiono: “Yang pertama pengambilan sampah yang sudah dipisah sampah organik dan organik dari setiap rumah warga RW 06 dengan grobak motor. Setelah pengambilan sampah di rumah warga kemudian tahap selanjutnya melakukan pemilahan kembali di TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) meskipun tahap pemilahan ini adalah tanggung jawab semua warga RW 06, tahap ketiga mencacah sampah organik dengan mesin incinalator dan tahap ke empat di bungkus pake kantong plastik.”1 Pernyataan yang sama dengan Bapak Tarmizi selaku Wakil Ketua pengelola TPST. Pernyataan yang lebih singkat dipaparkan oleh Bapak Tarmizi, beliau memaparkan bahwa proses pembuatan kompos daur ulang sampah:
1
Hasil Wawancara Bapak Kusmadiono Pada Tanggal 5 September 2015
46
47
“karyawan mengambil sampah ke rumah warga lalu sampah organik dan anorganik di pilah kembali di TPST, selanjutkan dihancurkan memakai mesin incinalator (mesin pembakaran dan penguraian)” 2 Dari hasil wawancara tersebut maka dapat disimpulkan bahwa proses pembuatan kompos daur ulang sampah adalah pengambilan sampah organik anorganik, memilah kembali untuk proses pembakaran dan penguraian selanjutnya di masukan kantong plastik sehingga proses pembuatan kompos lebih cepat. Fokus dari perwadahan adalah agar sampah organik tidak tercampur oleh sampah anorganik sehinga dalam pembuatan kompos tidak ada sampah anorganik, dalam tahap ini menunjukan partisipasi warga dalam menyukseskan kegiatan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST), meskipun warga belum semua mengetahui pembuatan kompos daur ulang sampah tetapi setidaknya mereka mau belajar memilah. Kesadaran warga dalam memilah sampah menjadi tolak ukur pengurus mengajarkan dan mengajak warga untuk ikut berpartisipasi. Pada awalnya warga belum terbiasa memilah-milah sampah, karena mereka belum mengetahui jenis-jenis sampah organik dan anorganik, ada juga yang menganggap bahwa percuma memilah-milah sampah mereka sudah saya bayar setiap satu bulan sekali lalu merekapun tidak mau memilah-milah sampah organik dan anorganik sehingga merepotkan karyawan dan pengurus dalam pemilahan sampah untuk pembuatan kompos. Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan dan pelastarian lingkungan. Kegiatan dengan memberikan 2
Hasil Wawancara Bapak Tarmizi Pada Tanggal 12 Agustus 2015
48
sumbangan tenaga, pikiran atau dalam bentuk materil. Keikutsertaan dan tenaga adalah bentuk yang paling dapat dilihat dari suatu partisipasi. Keikutsertaan dapat dilihat dari adanya masyarakat sudah melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik yang menjadi pengurus ataupun RW 06 yang namanya sudah terdaftar dalam catatan pembukuan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu tersebut. Sedangkan tenaga dapat dilihat dari adanya bantuan yang dilakukan saat kegiatan pembuatan kompos daur ulang sampah berlangsung. Dari obeservasi yang dilakukan peneliti, pelaksanaan kegiatan pembuatan kompos daur ulang sampah sebelum menggunakan mesin incinalator berdasarkan yang ditetapkan olah TPST. Satu minggu tiga kalipengambilan sampah di RW 06 yang dilakukan pada hari senin, rabu dan jumat. Untuk kegiatan selanjutnya memilah kembali di TPST sampah organik dan anorganik sampah organik ditumpukan menjadi sebuah kotak dan dikasih lubang paralon untuk udara, dan proses menjadi kompos dalam waktu 3 bulan. Sedangkan sampah anorganik dikumpulkan untuk dijual kembali ke pengepul untuk pemasukan para karyawan disana dan kegiatan di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu ini dilakukan dengan waktu setiap harinya pukul 08.00 sampai dengan 17.00 WIB. Namun dalam pengelolaan pembuatan kompos ini memiliki perbedaan sebelum adanya mesin incinalator (mesin penguraian dan pembakaran), sebelum adanya mesin incinalator proses pembuatan kompos daur ulang sampah cukup lama yaitu slama 3 bulan penimbulan baru bisa menjadi kompos organik, namun setelah adanya mesin incinalator pembuatan kompos organik ini hampir dilaksanakan setiap semingu tiga kali mereka menguraikan sampah yang hasilnya bisa sebulan sekali TPST mereka menjualnya. Sistem dalam pembagian hasil dilaksanakan di Tempat
49
Pembuangan Sampah Terpadu yang digunakan adalah 85:15, 85 persen untuk pengurus dan karyawan, 15 persen untuk digunakan kegiatan oprasional TPST. B. Evaluasi Program Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah 1. Tujuan program Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah di TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) Dalam mencapai suatu program dengan baik, hendaknya suatu TPST memiliki rumusan tujuan yang baik terlebih dahulu. Adapun tujuan program pembuatan kompos daur ulang sampah TPST menurut Bapak Tarmidzi dalam wawancara sebagai berikut: “tujuannya Tempat Pebuangan Sampah Terpadu ini yang pertama, untuk menguranginya penumpukan sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Kedua, untuk meningkatakan kesehatan masyarakat. Ketiga, merubah paradigma masyarakat tentang sampah.” 3 Dalam pembuatan kompos organik di TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) ini berbasis masyarakat, dimana masyarakat ikutserta dalam mengelola pembuatan kompos dan berpartisipasi dalam memilah milah sampah organik dan sampah anorganik. Sama seperti pertanyaan Bapak Tarmidzi selaku wakil ketua Tempat Pembuangan Sampah Terpadu, jawaban yang dipaparkan oleh Bapak Kusmardiono, beliau adalah karyawan TPST bagian pengangkut sampah ke rumah warga RW (Rukun Warga) 06, mengemukakan bahwa tujuan program TPST adalah sebagai berikut: “kalau saya ketahui ya mas yaitu untuk mengurangi tumpukan sampah dan merubah pola pikir masyarakat tentang sampah. Pada awalnya jujur saja saya 3
Hasil Wawancara Bapak Tarmizi Pada Tanggal 12 Agustus 2015
50
juga cuek tidak mau tau mengenai sampah di jalanan ini, namun setelah adanya TPST ini banyak banget perubahan yang saya rasakan, ya meskipun saya bukan orang perumahan disini tapi dampaknya terasa banget mas.” 4 Dengan adanya program pembuatan kompos daur ulang sampah ini, diharapkan akan adanya warga khususnya yang memiliki paradigma rendah tentang sampah atau tidak peduli tentang sampah organik maupun anorganik dapat memiliki paradigma untuk merubah diri sendiri dan manfaat yang dirasakan oleh diri sendiri maupun mayarakat atau lingkungan sekitar RW 06 dalam pembuatan kompos daur ulang sampah. Dari hasil wawancara tersebut maka dapat disimpulkan bahwa program pembuatan kompos daur ulang sampah yang paling utama adalah membantu mengurangi penumpukan sampah di warga RW 06 Vila Pamulang Mas, dengan adanya program pembuatan kompos daur ulang sampah ini, diharapkan banyak warga yang memiliki pemikiran yang bagus tentang sampah. Namun itu tidak cukup sampai disini saja, dalam melakukan program tersebut, untuk melakukan program pembuatan kompos daur ulang sampah yaitu dengan adanya kesadaraan dan partisipasi masyarakat setempat. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Rahmat dalam wawancara bahwasannya kesadaran dan partisipasi sebagai berikut: “Kesadaran disini dimana masyarakat mengetahui dampak negatif dan dampak positif tentang penumpukan sampah. Partisipasi yang dimaksud disini masyarakat mengikuti memilah-milah sampah organik dan organik sebelum dibuang, tidak ada yang membuang sampah di jalanan dan tidak ada yang membakar sampah karena pencemaran lingkungan. Karena membakar sampah merupakan kegiatan yang mempunyai peranan terjadinya pencemaran udara.” 5 4 5
Hasil Wawancara Bapak Kusmadiono Pada Tanggal 5 September 2015 Hasil Wawancara Bapak Rahmat Pada Tanggal 5 September 2015
51
Dengan melihat penjelasan diatas oleh Bapak Rahmat dimana kesadaran dan partisipasi masyarakat merupakan strategi yang dibuat TPST Vila Pamulang Mas untuk mencapai sebuah tujuan program pembuatan kompos daur ulang sampah. Karena jika melihat dari kesadaran dan partisipasi masyarakat sudah konsisten, maka tujuan pun akan tercapai dengan baik. Untuk membuktikan tujuan itu sudah terealisasikan, maka penulis akan memaparkan temuan di lapangan, apakah pernyataan yang disampaikan oleh TPST selaras dengan apa yang diketahui oleh masyarakat atau tidak. Seperti yang dikatakan oleh bapak sujana masyarakat Vila Pamulang Mas RW (Rukun Tetangga) 06 sebagai berikut: “tujuannya untuk mengurangi penumpukan sampah di Vila Pamulang Mas, meningkatkan kesehatan masyarakat sekitar perumahan vila pamulang mas dan merubah pola pikir masyarakat tentang sampah” 6 Jika melihat pemaparan dari Bapak Sujana ini, jelas terlihat jika TPST RW 06 Vila Pamulang Mas sudah tercapai tahap tujuannya, yaitu mengurangi penumpukan sampah di Vila Pamulang Mas, meningkatkan kesehatan masyarakat dan merubah pola pikir masyarakat tentang sampah. Selaras dengan yang dikatakan oleh Bapak Tarmizi selaku wakil ketua pengelola TPST di atas. Dengan melihat pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada tiga tujuan TPST dalam program pembuatan kompos daur ulang sampah, yaitu yang pertama adalah mengurangi penumpukan sampah, kedua adalah meningkatkan kesehatan masyarakat, ketiga adalah merubah paradigma masyarakat tentang sampah. 6
Hasil Wawancara Bapak Sujana Pada Tanggal 7 September 2015
52
2. Pencapaian Tujuan Program Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah di TPST Berbicara tentang sampah, biasanya orang berkecenderungannya adalah masyarakat tidak terlalu memikirkan apakah sampah yang kita hasilkan itu organik maupun anorganik. Masyarakat mungkin juga tidak terlalu peduli kemana sampah itu harus dibuang. Namun pengelolaan sampah yang ideal itu harus benar-benar bertanggungjawab dimana Bapak Tarmizi mengatakan. “bahwa tanggungjawab bukanlah milik pemerintah kota semata, tapi milik kita bersama. Contohnya warga perumahan Vila Pamulang Mas RW (Rukun Tetangga) 06, sejak tahun 1998 kebelakang dimana warga belum sadar akan dampak negatif membuang sampah sembarangan sehingga menimbulkan penumpukan sampah.” “Namun sejak tahun 1998 ke depan sampai saat ini, masyarakat di lingkungan Vila Pamulang Mas ini mulai sadar akan dampak negatif dari pembuangan sampah sembarangan sehingga mengakibatkan penumupukan sampah dan bau tidak enak.”7 Dengan adanya penjelasan di atas, dimana kesadaran dan partisipasi dari masyarakat dalam sebuah evaluasi program, maka tidak dapat diungkiri lagi perumahan Vila Pamulang Mas RW 06 ini lebih indah. Adapaun tujuan yang sudah dicapai oleh TPST 3R dalam program pembuatan kompos daur ulang sampah. Di antaranya : a. Mengurangi Penumpukan Sampah Penumpukan sampah merupakan menumpuknya sampah-sampah yang dibuang atau dengan sendirinya menumpuk dari sumber hasil aktifitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonominya. Penumpukan
7
Hasil Wawancara Bapak Tarmizi Pada Tanggal 12 Agustus 2015
53
sampah yang berada di RW 06 dapat menyebabkan berbagai permasalahan baik langsung maupun tidak langsung bagi lingkungan Vila Pamulang Mas. Dampak langsung dari penanganan sampah yang kurang bijaksana diantaranya adalah berbagai penyakit menular maupun penyakit kulit, gangguan pernafasan serta dapat mengganggu kesehatan manusia dan sangat mengganggu lingkungan. Karena terkontaminasinya pemandangan oleh tumpukan sampah dan bau busuk yang menyengat hidung, sedangkan dampak tidak langsung diantaranya adalah bahaya banjir yang disebabkan oleh tumpukan sampah yang menghambatn arus air di sungai karena terhalang timbunan sampah yang dibuang ke sungai. Selain itu untuk menjaga kesuburan tanah sangatlah penting, karena tanah merupakan bagian penting dalam menunjang kehidupan makhluk hidup di muka bumi. Seperti kita ketahui rantai makanan bermula dari tumbuhan. Manusia, hewan hidup dari tumbuhan. Sebagian besar dari makanan kita berasal dari permukaan tanah. Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban kita menjaga kelestarian tanah sehingga tetap dapat mendukung kehidupan di muka bumi ini. Pencemaran tanah dapat diakibatkan oleh sampah organik dan anorganik, Timbunan sampah akan menutupi permukaan tanah sehingga tanah tidak bisa dimanfaatkan. Sampah yang berada di RW 06 keberadaannya sudah meresahkan, terkait dengan volume sampah yang semakin hari semakin menumpuk. Sehingga muncullah kebutuhan untuk membangun Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST), agar sampah bisa diolah dan dimanfaatkan menjadi berkah,
54
sehingga tidak ada lagi tumpukkan sampah di lingkungan perumahan Villa Pamulang Mas ini. Hal serupa yang diperkuat dengan argumen Bapak Tarmizi sebagai wakil ketua Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R yaitu sebagai berikut : “yang pertama. Berkurangnya penumpukan sampah, adanya tong sampah organik anorganik dan lingkungan menjadi bersih. Nah sebelum tahun 1998 penumpukan sampah begitu menghawatirkn menumpuk di pinggir jalan namun sejak adanya TPS (Tempat Pembuangan Sampah) sekarang jalanan kelihatan rapih dan bersih karena pola pikir masyarakat sehingga tidak adanya yang membuang sampah ke jalanan dan begitu juga mengurangi penumpukan sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dan yang kedua, TPST menaroh dua tong sampah yaitu tong sampah organik dan anorganik dimana tong sampah ini di letakkan didelapan RT (Rukun Tetangga) jadi total tong sampah organik anorganik terdapat enam belas tong sampah, ditambahnya masyarakat rw 06 enam yang memliki tong sampah itu berjumlah 53 rumah yang bertujuan masyarakat tidak membuang sampah sembarang dan untuk mengajarkan masyarakat membedakan sampah organik dan anorganik.” 8 Jika melihat pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwasannya jika melihat dari perkembangan dari tujuan program pembuatan kompos daur ulang sampah memang mengalami kemajuan secara bertahap. Semakin sering mayarakat memilah sampah organik dan anorganik sebelum membuangnya, itu artinya kesadaran dan partisipasi masyarakat sangat berkembang dan maju. Kegiatan TPST ini sebagai media warga perumahan Vila Pamulang Mas dalam melakukan partisipasi sebagai wujud dari evaluasi masyarakat, dan TPST setidaknya sudah berhasil menciptakan proses belajar masyarakat tentang arti pentingnya kita sebagai khalifah dimuka bumi untuk berinteraksi
8
Hasil Wawancara Bapak Tarmizi Pada Tanggal 12 Agustus 2015
55
dengan lingkungan kita melalui pelestarian dan pemeliharaan lingkungan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak Tarmizi sebagai berikut : “Dan yang paling terpenting dari hasil program evaluasi dalam kasus ini adalah kegiatan TPST bukanlah hasil materi yang diingikan, melainkan proses belajar masyarakat dengan tujuan perubahan sikap dan masyarakat terhadap lingkungan sendiri”. 9
Seperti penjelasan diatas oleh Bapak Tarmizi dimana masyarakat diharapkan bisa terus belajar untuk memanfaatkan sampah, dengan adanya TPST diharapkan juga mampu menjadi alternatif pengelolaan sampah yang praktis, dengan harapan lain mengubah kacamata masyarakat pada umumnya untuk lebih peduli lingkungan demi ekosistem lingkungan. Didalam pencapaian ini alhamdulilllah semuanya tercapai dengan baik karena adanya kesadaran dan partisipasi dari masyarakatnya sendiri, sehingga lingkungan perumahan Vila Pamulang Mas ini menjadi bersih dan tidak ada sampah yang menumpuk di warga RW 06. b. Meningkatnya Kesehatan Masyarakat Kesehatan adalah harta yang tak ternilai harganya. Terlebih sekarang, pada zaman sekarang hampir tidak terbebas dari kontaminasi polutan. Tangerang Selatan merupakan kota pemekaran yang sedang berkembang, penuh dengan pembangunan dan banyaknya penebangan pohon. Di sisi lain, tekanan hidup pun semakin keras. Mungkin kita orang-orang yang mudah sakit dan gampang emosi. Belum lagi lingkungan tempat tinggal yang mungkin tidak mampu menyediakan lingkungan yang menyenangkan. Tak heran jika saat ini 9
Hasil Wawancara Bapak Tarmizi Pada Tanggal 12 Agustus 2015
56
semakin banyak orang yang berusaha hidup dengan prinsip back to natural. Tujuannya tak lain untuk menyeimbangkan hidup dengan alam, sehingga kualitas hidup membaik. Dalam kegiatan ini maka harus ada keseimbangan ekologi manusia. Ekologi manusia merupakan hubungan manusia dengan lingkungan sekitar agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia sendiri. Pecapaian tujuan dalam meningkatkan kesehatan masyarakat yang dikemukakan oleh Bapak Tarmizi : “yang pertama, tidak adanya pembakaran Sampah. Yang kedua, terciptanya kualitas air bersih. Yang ketiga, adanya penanaman pohon di taman warga.”10 Jika melihat pemaparan tujuan dan tujuan yang sudah dicapai, penulis dapat menyimpulkan bahwasannya program ini sudah berhasil. Oleh karena itu, perlu adanya pemaparan tentang bukti dari keberhasilan tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Bapak Sujana, sebagai berikut : “Meningkatkan kesehatan masyarakat, dalam meningkatkan kesehatan kita bisa melihat dari tidak adanya yang membakar sampah sembarang, trus sejak tidak adanya sampah yang menumpuk air pun warna sangat jernih tidak kotor, dan adanya penanam pohon itu salah satu untuk menghirup udara segar.” 11 Seperti yang sudah dikemukakan oleh Bapak Tarmizi dalam tujuan yang sudah dicapai oleh TPST 3R, itu juga merupakan sebuah bukti keberhasilan program pembuatan kompos daur ulang sampah tersebut. Ada baiknya pendapat para pengurus TPST 3R tersebuat penulis membandingkan dengan
1010 11
Hasil Wawancara Bapak Tarmizi Pada Tanggal 12 Agustus 2015 Hasil Wawancara Bapak Sujana Pada Tanggal 7 September 2015
57
jawaban warga RW 06, jawaban yang selaras antara pengurus dan warga RW 06 ini menjadi bukti keabsahan di lapangan. Ditambahnya dengan adanya bukti dari pukesmas ini akan menjadi lebih kuat keberhasilan TPST 3R, bukti keberhasilan sebagai berikut : Tabel 1 Data berkurangnya orang sakit pertahun No Tahun Jumlah orang yang sakit 1
2010
57
2
2011
55
3
2012
35
4
2013
35
5
2014
30
6
2015
28
Sumber: Puskesmas Jika melihat pemaparan di atas, dengan data yang didapat dari puskesmas setiap tahunnya terus berkurang data orang yang sakit. Penulis menganalisis dan menyimpulkan bahwa program pembuatan kompos daur ulang sampah ini tujuan sudah dicapai dan dikatakan berhasil. c. Merubah Paradigma Masyarakat Tentang Sampah Permasalahan menegenai sampah merupakan hal yang membutuhkan perhatian khusus, karena menjadi persoalan nasioanal. Kegagalan dalam pengelolaan sampah berlimbas pada menurunnya kualitas kehidupan warga masyarakat. Pengelolaan sampah yang tidak baik dapat merusak estetika kota
58
dan dampak buruk yaitu terhadap kesehatan, pembuangan sampah yang selama ini ditumpukan dipinggir jalan, lalu tim penggerak pengangkut sampah mengambil secara rutin, akan tetapi bagaimana masyarakat yang tinggal didaerah atau rumahnya jauh dari jangkauan tim penggerak pengangkut sampah. Hal ini yang terjadi pangkal masalah, karena tidak menutup kemungkinan masyarakat yang tinggal di perumahan pun ikut membuang sampah di pinggir jalan, ke sungai-sungai terdekat atau hanya ditumpuk begitu saja lalu dibakar. Kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan hidup belum begitu optimal, bahkan cenderung banyak masyarakat yang mengabaikannya. Untuk itu, tempat pembuangan sampah terpadu membantu masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga melalui pemahaman kepada masyarakat agar mereka tahu dan peduli terhadap pengelolaan lingkungan hidup. TPST mengajarkan masyarakat perumahan Vila Pamulang Mas mengenai pemilahan sampah organik anorganik sehingga dapat dimanfaatkan menjadi kompos dan tidak membuangnya lagi dipinggir jalan, kesungai-sungai dan di bakar. Dilingkungan perumahan Vila Pamulang Mas sekaligus mengajarkan masyarakat untuk mencintai lingkungan.12 Diharapkan dengan adanya kegiatan TPST, masyarakat dapat merubah paradigma terhadap sampah dan mengubah pola pikir terhadap sampah sebagai bahan yang menjijikan dan tidak dapat dimanfatkan atau di daur ulang
12
Hasil Wawancara Bapak Sujana Pada Tanggal 7 September 2015
59
kembali. Tujuan yang sudah dicapai dalam mengubah paradigma masyarakat tentang sampah yaitu sebagai berikut 1). Adanya Kompos Padat Kompos padat merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman, hewan dan limbah organik yang telah mengalami proses fermentasi sehingga dapat dijadikan sebagai sumber hara bagi tanaman. Dampak yang diberikan TPST RW 06 hanya sebatas aspek lingkungan, karena TPST bagi sebagian masyarakat masih merupakan hal yang baru. Dalam evaluasi program TPST terhadap kebersihan lingkungan menjadi bentuk tindakan secara partisipasi masyarakat. Untuk menganalisis apakah tujuan program sudah tercapai atau tidaknya, penulis akan melihat target jangka panjang apa saja yang sudah dicapai oleh TPST dalam waktu lima tahun semenjak program pembuatan kompos daur ulang sampah ini didirikan. Menurut Bapak Tarmizi dalam wawancara memaparkan, sebagai berikut: “Alhamdulillah sekali mas, sekarang semakin banyak orang yang tau mengenai TPST, yang awalnya cuek sekarang ikut berpartisipasi dalam pembuatan kompos daur ulang sampah, setidaknya mereka berpartisipasi memilah sampah sebelum dibuang ke TPST.” “dalam kurun waktu 5 tahun kita penuh perjuangan yang tidak mudah mas, pembuatan kompos daur ualng sampah mungkin awalnya tidak menarik untuk di perbincangkan karena belum mengetahui dampak negatif dari adanya sampah dan manfaat sampah yang dihasilkan dari sampah, dalam pembuatan kompos padat harus memiliki lahan kosong. Dengan adanya lahan kosong jadi kita bisa memanfaatkan lahan untuk pembuatan kompos padat, dulu kami membuat kompos padat bareng dengan warga setempat.” “Namun sejak tahun 2014 akhir sesetelah lahan semakin menyempit kita pun mulai kebingungan mas, mencoba dengan mesin incinator (mesin penguraian) mesin yang mempercepat pembuatan kompos,
60
yang tadinya tiga bulan sekali menjadi kompos sekarang per bulan dapat mencapai 200 kantong kompos padat dan semakin sedikit pembuangan sampah ke TPA bahkan tidak ada sampah yang terbuang ke TPA”13 Setelah mengkaji penjelasan di atas bahwa pembuaan kompos daur ulang sampah hasil dari evaluasi yang dilakukan setiap setahun sekali maka pembuatan kompos pun berkembang semakin maju. Dan dengan adanya partisipasi masyarakat di Vila Pamulang Mas RW 06 maka tidak mustahil untuk mewujudkan warga berdikari, karena tujuan akhir dari evaluasi program adalah berkelanjutan, proses belajar sosial serta perubahan sikap dan nilai.Selain itu, dalam pembuatan kompos padat ini sangatlah penting bagi kesuburan tanah dan memperbaiki kehidupan biologis tanah. 2). Adanya Kompos Cair (Komposter) Kompos cair (komposter) merupakan kompos yang berasal dari tumbuhan kering dan sisa makanan sayuran. Dengan adanya kesadaran dan partisipasi masyarakat lingkungan masyarakat menjadi sehat dan bersih, tidak terlihat adanya sampah berserakat di pinggir jalan karena sampah organik mereka jadikan kompos. Menurut Ibu Eka selain pembuatan kompos padat TPST mencoba membuat terobosan kompos cair, beliau adalah bendahara TPST. Dalam pembuatan komposter ini beliau mengemukakan hasil dari pembuatan komposter sebagai berikut. “Alhamdulillah mas, Meskipun dari 400 Kepala Keluarga namun komposter ini hanya dibuat 8 komposter dan diletakkan 1 (satu) komposter di setiap RT (Rukun Tetangga) masing-masing dikarenakan lahan rumah mereka yang sempit, jadi setidaknya setiap RT memiliki komposter.” 13
Hasil Wawancara Bapak Tarmizi Pada Tanggal 12 Agustus 2015
61
“untuk pengambilan kompos tersebut bisa dilakukan satu bulan dua kali dan yang mengambil kompos hanya warga yang suka membuang sampah kedalam tabung komposter tersebut.14
Pembuatan komposter merupakan salah satu merubah paradigma masyarakat Vila Pamulang Mas RW (Rukun Warga) 06 tentang sampah untuk perbaikan struktur tanah, selain itu untuk menghemat biaya pembuatan kompos. Didalam program pembuatan kompos daur ulang sampah tujuan yang dicapai sangat baik, sampah organik masyarat serahkan ke TPST untuk pembuatan kompos padat dan cair. Pencapaian dalam pembuatan kompos padat ini, TPST dapat menghasilkan 200 karung per bulan. Dalam satu bulan TPST dapat mencapai target yang diinginkan. Maka dapat disimpulkan, bahwa program pembuatan kompos daur ulang sampah memberikan dampak yang positif, yaitu memberikan pengaruh terhadap perubahan dalam prilaku masyarakat. Tabel 2 Pencapaian Tujuan No Aspek di evaluasi 1
Mengurangi Penumpukan Sampah
Analisis Hasil Tidak adanya penumpukan sampah, adanya dua tong sampah yaitu tong sampah organik dan anorganik di 8 (Delapan) Rukun Tetangga
14
Hasil Wawancara Ibu Eka Pada Tanggal 2 Oktober 2015.
62
(RT) Vila Pamulang Mas dan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) menjadikan
lingkungan
Rukun Warga (RW) 06 bersih. 2
Meningkatkan Kesehatan Masyarakat
Tidak adanya pembakaran sampah di Vila Pamulang Mas RW 06, Terciptanya kualitas air bersih dan adanya penanaman pohon di taman warga.
3
Merubah Paradigma Masyarakat
Adanya pembuatan kompos padat dan cair (komposter) di Vila Pamulang Mas RW 06 Bambu Apus Pamulang – Tangerang Selatan.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Hasil penelitian ini menyimpulkan: 1. Pelaksanaan program pembuatan kompos daur ulang sampah berjalan sangat baik dimana partisipasi masyarakat dalam memilah sampah. Sehingga Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Vila Pamulang Mas RW 06 Kelurahan Bambu Apus telah memberikan pengaruh yang baik terhadap partisipasi warga sebagi wujud tanggung jawab terhadap lingkungannya sendiri. 2. Efektifitas pengelolaan sampah dalam program 3R dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program 3R berjalan secara baik, dan optimal. Dengan adanya pengelolaan sampah 3R terjadi perbaikan atau peningkatan dalam pengelolaan sampah, pengelolaannya semakin baik dibanding sebelum dilakukan program 3R, hal ini dikarenakan sampah telah dipilah oleh masyarakat untuk didaur ulang menjadi barang yang berguna yaitu kompos sehingga penumpukan sampah di RW 06 Kelurahan Bambu Apus dapat berkurang. 3. Tempat Pembuangan Sampah Terpadu telah membangun kepercayaan, potensi dan pasrtisipasi warga Vila Pamulang Mas dalam kegiatan Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah dengan manfaat-manfaat yang dirasakan oleh warga.
63
64
4. Pencapaian tujuan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu
berhasil
mengurangi penumpukkan sampah, meningkatkan kesehatan masyarakat dan merubah paradigma masyarakat tentang sampah dengan baik. B. Saran 1. Perlu
adanya
perhatian
serius
dari
pemerintahan
setempat
untuk
mengembangkan lebih lanjut kegiatan Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah ini sebagai salah satu solusi dalam penanganan masalah sampah di Tangerang Selatan. 2. Agar Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah lebih bagus lagi dalam kegiatan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu terus melakukan sosialisasi kepada warga mengenai penggolongan dan pemanfaatan sampah. Demikian kesimpulan dan saran yang bisa peneliti sampaikan dalam skripsi ini. Semoga hasil penelitian kegiatan Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah ini menjadi bahan msukan bagi banyak khalayak luas dalam penanganan lingkungan dan bahan renungan juga evaluasi bagi Tempat Pembuangan Sampah Terpadu dalam menjalankan kegiatan melalui Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah di perumahan Vila Pamulang Mas 06 Kelurahan Bambu Apus.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sumber Dari Bacaan Buku Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Penegmbangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas
Pengantar
Pada
Pemikiran
dan
Pendekatan Praktis. Jakarta: FEUI press. Arikunto, Suharsimi. Penilaian Program Pendidikan. Yogyakarta: Bina Aksara, 1998. Ayub, Penata. Meningkatkan Hasil Panen Dengan Pupuk Organik. Jakarta: Agro Media Pustaka, 2010. B. Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006. Bahar, Yul H. Teknologi Penangan dan Pemanfaatan Sampah, (Jakarta: PT Waca Utama Pramesti, 1986. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1997. Hidayati, Nurul. Metodelogi Penelitian Dakwah Dengan Pendekatan Kualitatif. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006. Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003. J Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000. Juli Slamet, Sunmirat. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almansur. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Ar – Ruzz Media, 2012.
65
66
Machendrawaty
Nanih
dan
Ahmad
Safei
Agus.
Pengembangan
Masyarakat Islam Dari Ideologi, Strategi Sampai Tradisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001. Masriah dan Mujahid, Pembangunan Ekonomi Berwawasan Lingkungan, Malang: IKIP Universitas Negreri Malang, 2011. Nurwaddah Nasution, Bunga. Skripsi:Pemberdayaan Masyarakat: Studi Kasus Kegiatan Bank Sampah di Perumahan Bukit Pamulang Indah Rw 09 dan 13 Tangerang Selatan. Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Suharto, Edi.
Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat,
Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: PT. Refika Adiatma, 2005. Suyatno, I Gede. Program Pengabdian Pada Masyarakat Bentuk, Jenis dan Sifatnya Dalam Metodelogi PPM.Lampung: Universitas Lampung, 1986. Yuliarti Nurheti & Isroi. KOMPOS Cara Mudah, Murah,dan Cepat Menghasilkan Kompos. Yogyakarta: ANDI OFFSET 2009. Yusuf Taybnafis, Farida. Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
2. Sumber Dari Skripsi Nur Oktaviani Fany “Evaluasi Program Baitulmaal Wa Tanwil Ar-Ridho Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur.” Skripsi S1 fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
67
Suryati. “Evaluasi Program Unit Usaha Bisnis Barbeku (Barang Bekas Berkualitas) di Yayasan Imdad Mustadhafin (Yasmin) Cirendeu.” Skripsi S1 fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. 3. Sumber Dari Internet Http://pupukkompos-1990.blogspot.com/2011/12/pengertian-kompos-danproses.html di akses tanggal 11 November, 2014 pukul. 11. 30 WIB. Https://www.facebook.com/ForumHijauIndonesia/posts/26000863075690 8. Diakses tanggal 6November, 2014 Pukul. 20.18 WIB
DAFTAR PERTANYAAN
1. Apakah tujuan program TPST di bangun? 2. Apa saja tujuan program yang sudah tercapai? 3. Bagaimana cara melihat indikator dari tujuan program? 4. Siapa sajakah yang ikut serta dalam pembuatan kompos daur ulang sampah? 5. Kenapa didalam pembuatan kompos daur ulang sampah ini menggunakan 3R (reduce, resuce, recycly)? 6. Sumber daya apa saja yang dibutuhkan dalam program pembuatan kompos daur ulang sampah? 7. Kapankah evaluasi program di laksanakan? 8. Kenapa evaluasi penting dan harus dilakukan dalam pembuatan kompos daur ulang sampah? 9. Apakah tahapan evaluasi program pembuatan kompos sudah berjalan dengan benar? 10. Metode apa yang digunakan dalam menjalankan 3R untuk program pembuatan kompos daur ulang sampah? 11. Apa dampak program pembuatan kompos daur ulang sampah di tinjau dari segi sosial dan ekonomi di masyarakat? 12. Sejak kapankah di mulainya program 3R? 13. Siapakah yang diuntungkan dalam program 3r ini? 14. Sejak kapan pembuatan kompos daur ulang sampah ini dilaksanakan? 15. Apakah program pembuatan kompos ini penting? 16. Bagaimana pola perubahana masyarakat sebelum dan sesudah adanya program 3R? 17. Kenapa di dalam pembuatan kompos daur ulang ini menggunakan mesin? 18. Bagaiamana keterlibatan dinas kebersihan kota tangerang selatan dalam program 3r?
HASIL WAWANCARA
Nama
: Tarmidzi
Umur
: 63 Tahun
Tanggal : 12 Agustus 2015 Jabatan : Wakil Ketua TPST 1. Apa tujuan program TPST di bangun? Jawaban : tujuannya untuk menguranginya penumpukan sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir), untuk meningkatakan kesehatan masyarakat dan merubah paradigma masyarakat tentang sampah. 2.
Tujuan program apa saja yang telah tercapai? Jawaban : Alhamdulillah mas, untuk sejauh ini tujuan program yang sudah tercapai meskipun belum begitu maksimal, yaitu menguranginya penumpukan sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir), untuk meningkatakan kesehatan masyarakat dan merubah paradigma masyarakat tentang sampah.
3. Bagaimana cara melihat indikator dari tujuan program? Jawaban : Alhamdulillah mas, untuk saat ini yang sudah tercapai mungkin hampir semua nya yaahh. Dari 3 tujuan itu kita yang saya katakana memiliki indikator, seperti: a. Mengurangi penumpukan sampah indikatornya.
Berkurangnya penumpukan sampah, adanya tong sampah organik anorganik dan lingkungan menjadi bersih. Nah sebelum
tahun
1998
penumpukan
sampah
begitu
menghawatirkn menumpuk di pinggir jalan namun sejak adanya TPS (Tempat Pembuangan Sampah) sekarang jalanan kelihatan rapih dan bersih karena perubahan pola pikir masyarakat sehingga tidak adanya yang membuang sampah ke jalanan dan begitu juga mengurangi penumpukan sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir). TPST menaroh dua tong
sampah yaitu tong sampah organik dan anorganik dimana tong sampah ini di letakkan didelapan RT (Rukun Tetangga) jadi total tong sampah organik anorganik terdapat enam belas tong sampah, yang bertujuan masyarakat tidak membuang sampah sembarang dan untuk mengajarkan masyarakat membedakan sampah organik dan organik. b. Meningkatnya Kesehatan Masyarakat
Tidak adanya pembakaran Sampah, terciptanya kualitas air bersih dan adanya penanaman pohon di taman warga
c. Merubah Paradigma Tentang Sampah
Adanya kompos padat dan adanya kompos cair (Komposter). Dimana sampah dijadikan barang yang bernilai sehingga menambah penghasilan.
4. Siapa sajakah yang ikut serta dalam pembuatan kompos daur ulang sampah? Jawaban : Alhamdulillah sekali mas, sekarang semakin banyak orang yang tau mengenali TPST, yang awalnya cuek sekarang ikut berpartisipasi dalam pembuatan kompos daur ulang sampah, setidaknya mereka berpartisipasi memilah sampah sebelum dibuang ke TPST.” “dalam kurun waktu 5 tahun kita penuh perjuangan yang tidak mudah mas, pembuatan kompos daur ualng sampah mungkin awalnya tidak menarik untuk di perbincangkan karena belum mengetahui dampak negatif dari adanya sampah dan manfaat sampah yang dihasilkan dari sampah, dalam pembuatan kompos padat harus memiliki lahan kosong. Dengan adanya lahan kosong jadi kita bisa memanfaatkan lahan untuk pembuatan kompos padat, dulu kami membuat kompos padat bareng dengan warga setempat. Namun sejak tahun 2014 akhir sesetelah lahan semakin menyempit kita pun mulai kebingungan mas, mencoba dengan mesin incinator (mesin penguraian) mesin yang mempercepat pembuatan kompos, yang tadinya tiga bulan sekali menjadi kompos
sekarang per bulan dapat mencapai 200 kantong kompos padat dan semakin sedikit pembuangan sampah ke TPA bahkan tidak ada sampah yang terbuang ke TPA Kalau untuk pembuatan kompos padat kita kelola di TPST sendiri setalah adanya mesin incinalator (mesin pembakaran) namun sebelum ada mesin kita masih mengunakan lahan yang kosong dan partisifasi masyarakat RW 06. untuk
pembuatan
kompos cair itu masyarakat karena kompos cair tidak memerlukan lahan luas. 5. Kenapa didalam pembuatan kompos daur ulang sampah ini menggunakan 3R (reduce, resuce, recycly)? Jawaban : Karena menurut Bapa pribadi 3R ini merupakan langkah nyata upaya pengendalian dan pencemaran lingkungan, dimana kita dapat mencegah penumpukan sampah, bisa menggunakan kembali sampah yang tidak terpakai dan mendaur ulang sampah. karena sampah juga bisa bermanfaat untuk kita. 6.
Sumber daya apa saja yang dibutuhkan dalam program pembuatan kompos daur ulang sampah? Jawaban: Mungkin SDM dan materil kali yaa soalnya kita masih banyak sekali perubahan-perubahan setiap tahunnya.
7. Kapankah evaluasi program di laksanakan? Jawaban: Kalau untuk evaluasi tertulis itu kita setiap setahun sekali namun kita sering diskusi mengenai kekurangan atau keluhan setiap sebulan sekali. 8. Kenapa evaluasi penting dan harus dilakukan dalam pembuatan kompos daur ulang sampah? Jawaban: Sangatlah penting mas evaluasi itu, karena TPST ini memiliki tujuan dan melihat apakah tujuannya sudah tercapai apa belum. Jadi dengan adanya evaluasi kita bisa merubah lebih baik lagi dan Dan yang paling terpenting dari hasil program evaluasi dalam kasus ini adalah kegiatan TPST bukanlah hasil materi yang diingikan,
melainkan proses belajar masyarakat dengan tujuan perubahan sikap dan masyarakat terhadap lingkungan sendiri. 9. Apakah tahapan evaluasi program pembuatan kompos sudah berjalan dengan benar? Jawaban: Tahapan evaluasi ini sudah benar karena kita mengevaluasi TPST ini diakhir, kita melaksanakan evaluasi hanya setahun sekali 10. Metode apa yang digunakan dalam menjalankan 3R program pembuatan kompos daur ulang sampah di TPST? Jawaban: Permasalahan mengenai sampah mungkin merupakan hal yang membutuhkan perhatian yang khusus, karena menjadi persoalan nasioanal. Kegagalan dalam pengelolaan sampah berlimbas pada menurunnya
kualitas
kehidupan
warga
masyarakat.
Tahapan
pengelolaan karyawan mengambil sampah ke rumah warga lalu sampah organik dan anorganik di pilah kembali di TPST, selanjutkan dihancurkan memakai mesin incinalator saat ini kita hanya memasukan sampah organik ke dalam mesin incinalator dengan mesin berjalan otomatis keluarlah hasil pembakaran dan pencacahan di dalam mesin tersebut, jadi tidak perlu proses lama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan 11. Apa dampak program pembuatan kompos daur ulang sampah di tinjau dari segi sosial dan ekonomi di masyarakat? Jawaban: Dilihat dari segi sosialnya kita dapat merubah pola pikir mereka tentang sampah dan dengan adanya partisifasi masyarakat sendiri lingkungan di Vila Pamulang Mas ini menjadi lebih bersih. Kalau di lihat dari segi ekonominya mungkin masyarakat bisa memanfaatkan sampah anorganik dengan dijual juga kan bisaa terkadang sampah
anorganik mereka buang ke TPST selain itu kita bisa menjual hasil dari tanaman yang kita tanam di depan raumah dari hasil pupuk cair maupun padat. 12. Sejak kapankah di mulainya program 3R? Jawaban: Dulu sejak tahun 1998 di TPST ini awalnya tempat pembuangan sampah tpi belum terpadu, pembangunan TPST ini dimulai sejak tahun 2010 sejak pemerintah mengeluarkan undang-undang pengelolaan sampah tahun 2008. 13. Siapakah yang diuntungkan dalam program 3R ini? Jawab: Sebenarnya masalah siapa yang di untungkan ya kita semua masyarakat Vila Pamulang Mas, selain lignkungan kita bersih terus memiliki kesadaran tentang dampak negative dan posititif dari sampah 14. Sejak kapan pembuatan kompos daur ulang sampah ini dilaksanakan? Jawaban: pembuatan kompos ini berjalan bareng dengan pembanguan TPST yaitu sejak tahun 2010. 15. apakah program pembuatan kompos ini penting? Jawaban: Penting sekali mas, soalnya tahun ketahun penduduk tangsel umumnya semakin meningkat dan yang pasti terjadi penyempitan lahan. Dengan pembuatan kompos ini masyarakat bisa menanam pohon di rumah dengan kompos buatan sendiri. 16. Bagaimana pola perubahana masyarakat sebelum dan sesudah adanya program 3r? Jawaban: Tentu saja perubahan itu pasti ada, yang tadinya masyarakat membuang sampah sembarang sekarang Alhamdulillah tidak ada mas. Selain itu merasakan sejuk nya udara di perumahan dan tidak bau sampah di pingiran jalan. 17. Kenapa di dalam pembuatan kompos daur ulang ini menggunakan mesin? Jawaban: Karena kita mencontoh ke Negara maju seperti singapor mungkin disana itu tidak ada tumpukan samapah seperti di kita, semua sampah mereka bakar dengan mesin agar tumpukan sampah tersebut
cepat di daur ulang jadi semakin hari sampah tidak semakin banyak menumpuk 18. Bagaiamana keterlibatan dinas kebersihan kota tangerang selatan dalam program 3r? Jawaban: Allhamdulillah untuk saat ini pemerintah daerah sangat menyuport namun dari segi pemberian alat-alat dalam pengelola sampah (hangar, kantor, pgar, motor gerobag dan mesin pencacah) namun Permasalahan sampah bukanlah tanggungjawabnya milik pemerintah kota semata, tapi milik kita bersama. Contohnya warga perumahan Vila Pamulang Mas RW (Rukun Tetangga) 06,
sejak
tahun 1998 kebelakang dimana warga belum sadar akan dampak negatif membuang sampah sembarangan sehingga menimbulkan penumpukan sampah. Namun sejak tahun 1998 ke depan sampai saat ini, masyarakat di lingkungan Vila Pamulang Mas ini mulai sadar akan dampak negatif dari pembuangan sampah sembarangan sehingga mengakibatkan penumupukan sampah dan bau tidak enak.
Nama
: Ibu Eka
Umur
: 54 Tahun
Tanggal : 2 Oktober 2015 Jabatan : BendaharaTPST 1. Apakah tujuan program TPST di bangun? Jawaban: tujuan program di TPST ini ada 3 mas. Pertama, untuk mengurangi penumpukan sampah di perumahan Vila Pamulang Mas. Kedua, meningkatkan kesehatan masyarakat. Ketiga, menguba paradigma masyarakat tentang sampah. 2. Apasaja tujuan program yang sudah tercapai? Jawaban: dalam tujuan program ini mungkin hampir semua nya sudah tercapai mas. Soalnya masih ada dalam proses mas seperti menanam pohon dipekarangan rumah 25% warga RW 06 masyarakat berpartisifasi namun baru 30 rumah warga yang menanam pohon sedangkan jumlah penduduk 400 Kepala Keluarga , ada juga yang sudah lama tercapai sampai sampai saat ini masih di jalani. Dan Alhamdulillah mas, Meskipun dari 400 Kepala Keluarga namun komposter ini hanya dibuat 8 komposter dan diletakkan 1 (satu) komposter di setiap RT (Rukun Tetangga) masing-masing dikarenakan lahan rumah mereka yang sempit, jadi setidaknya setiap RT memiliki komposter. Untuk pengambilan kompos tersebut bisa dilakukan satu bulan dua kali dan yang mengambil kompos hanya warga yang suka membuang sampah kedalam tabung komposter tersebut. 3. Bagaimana cara melihat indikator dari tujuan program? Jawaban: untuk melihat indikator keberhasilan dari tujuan program contohnya ini mas pembuatan kompos padat dan cair, trus tidak adanya penumpukan sampah lagi di perumahan vila pamulang mas, dulu waktu belum menjadi tpst mas air cepet berubah warna kaya berminyaak jadi saya sering banget yang namanya bersihin kamar mandi. 4. Siapa sajakah yang ikut serta dalam pembuatan kompos daur ulang sampah?
Jawaban: warga sini RW 06 mas dulu kita memanfaatkan pekarangan kosong yang ada disini tapi sekarang mah tidak lagi mas, pembuatan kompos padat sekarang di TPST nya langsung terkecuali pembuatan kompos cair kita bisa mengelola di rumah kita sendiri karena tidak perlu lahan yang luas cukup di tong sampah gede kita olahnya. Bahkan kita keterbatasan anggaran kita hanya menaruh tong sampah gede di setiap RT masing-masing mas. Ada juga yang membuatnya di rumah pribadinya. 5. Kenapa didalam pembuatan kompos daur ulang sampah ini menggunakan 3R (reduce, resuce, recycly)? Jawaban: iya mas, mungkin kenapa harus 3R karena kita belajar memilah sampah organik dan anorganik. Selain itu sampah anorganik kita kumpulkan untuk uang tambahan gaji karyawan selain itu sampah organik kita olah menjadi kompos padat. Yang nantinya kita jual dapat menghasilkan uang lagi. Sehinga tidak ada sampah yang tersisa nantinya di buang ke TPA. 6. Sumber daya apa saja yang dibutuhkan dalam program pembuatan kompos daur ulang sampah? Jawaban: mungkin materiil kali yaa, pendanaan untuk beli ini itu masih suka bingung mas, sepertii pembuatan tong sampah aja harus pake uang sendiri mas. 7. Kapankah evaluasi program di laksanakan? Jawaban: evaluasi dilakukan setahun sekali mas kalau disini, cuma setiap sebulan sekali kita suka diskusi tentang TPST. 8. Kenapa evaluasi penting dan harus dilakukan dalam pembuatan kompos daur ulang sampah? Jawaban: sangat penting sekali ma situ mah karena itu merupakn penilaian terhadap apa yang kita lakukan apa kita ada perubahan atau tidak atau mungkin berhasil apa tidaknya bisa ketahui dari evaluasi.
9. Apakah tahapan evaluasi program pembuatan kompos sudah berjalan dengan benar? Jawaban: kalau untuk tahunan mungkin berjalan dengan baik mas, soalnya setiap tahun ada agendanya evaluasi program tpst tpi kalau untuk bulanan kita free mas bisa kapaan saja. 10. Metode apa yang digunakan dalam menjalankan 3R untuk program pembuatan kompos daur ulang sampah? Jawaban: sebenarnya metodenya simple, metode lama seperti penumpukan bergaris untuk membuat kompos itu sudah tidak mungkin karena tidak adanya lahan kosong dan proses nya lama. Namun untuk saat ini proses pembuatan tidak ribet dan cepat lagii, kita memilah sampah dari rumah warga vila pamulang mas dan sekitarnya setelah itu pemilihan sampah organik anorganik trus sampah organik kita masukan kedalam mesin incinalator yaitu mesin pembakar yang tidak mengeluarkan asap berbahaya dan mesin itu pun sudah ada suratnya loh mas,,udah dimasukin ke mesin secara otomatis berjalan sendiri dan keluar seperti pengilingan padi hasil sampah organik itu di cacah tidak begtitu lembut habis itu di tumpukan dan siaap dimasukn ke dalam karung kecil siap untuk di pasarkan. 11. Apa dampak program pembuatan kompos daur ulang sampah di tinjau dari segi sosial dan ekonomi di masyarakat? Jawab: dari segi sosial adanya perubahan kepribadian yang biasanya membuang sampah dipinggiran jalan sekarang tidak lagi, terus dengan adanya penanaman pohon kita semakin peduli lingkungan karena penanaman pohon ditaman warga ini merupakan salah satu cara untuk mendapatkan udara sehat dan berkumpul-kumpul warga RW 06. Sedangkan dari segi ekonomi utnuk warga sini mungkin menambah pengahasilan bagi yang penganggurana dan bagi masyarakat vila pamulang mas dapat menghemat dalam pembelian kompos dengan harga murah.
12. Sejak kapankah di mulainya program 3R? Jawab: 3R ini dimulai sejalan dengan pembangunan tempat pembuangan sampah terpadu tahun 2010 mas. 13. Siapakah yang diuntungkan dalam program 3r ini? Jawab: yaa mas, kalau masalah siapa yang diuntungin ya vila pamulang mas dan masyarakat sekitarny karena tidak adanya sampah menumpuk di pingir jalan lgi shingga tidak dapat menghirup udara yang bau. Karena kesehatan adalah harta yang tak ternilai harganya. 14. Sejak kapan pembuatan kompos daur ulang sampah ini dilaksanakan? Jawaban: pembuatan kompos daur ulang sampah ini juga sama mas, berbarengan dengan pembangun TPST sejak tahun 2010. 15. apakah program pembuatan kompos ini penting? Jawaban: penting banget mas, dari pada kita membuang sampah ke tempat pembuangan akhir ya mending kita manfaatkan sampah organik mas. Kasihan seandainya kita buang ke TPA kita tau sendiri kota berkembang semakin banyak pembangunan dan semakin menyempit lahan kosong udah gtu di lihat dari dampak nya mas bagi warga yang dekat dengan TPA bisa terjadi longsor sampah dan banjir karena sampah menumpuk. 16. Bagaimana pola perubahana masyarakat sebelum dan sesudah adanya program 3R? Jawaban: sebelum adanya tpst perumahan vila pamulang mas ini terlihat kumuh dan tidak nyaman dengan bau sampah. Sering sekali masyarakat
beranggapan
“Penumpukan
sampah
merupakan
menumpuknya sampah-sampah yang dibuang atau dengan sendirinya menumpuk dari sumber hasil aktifitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonominya.” Tapi alhamdulillah mas perubahan pasti ada, namanya juga mengajak itu tidak mudah seperti membalikan telapak tangan perlu perjuangan keras, seperti bersosialisasi tentang
sampah dari manfaat sampai ke dampaknya. Namun untuk sejuah ini sangat bersyukur banget mas pola pikir masyarakat tentang sampah jauh lebih baik dengan partisifasi warga 06 ini sehingga sekarang ini vila pamulang mas dan sekitarnya menjadi lebih bersih dan mendapatkan udara yang segar tidak bau sampah. 17. Kenapa di dalam pembuatan kompos daur ulang ini menggunakan mesin? Jawaban: iya mas ini juga mesinnya sudah layak uji dimana asapnya tidak membuat pemcemaran di lingkungan sekitar, soalnya kebutuhan orang setiap harinya berbeda mas jadi sampah tidak bisa di prediksi setiap hari semakin banyak jika pembuatan kompos melalui system penumpukan itu membuthkan waktu lama apalagi sampah setiap harinya ada terus jadi alasanya kenapa pake mesin karena untuk mempercepata pembuatan kompos saja dan sampah tidak menumpuk setiap harinya di tpst. 18. Bagaiamana keterlibatan dinas kebersihan kota tangerang selatan dalam program 3r? Jawaban:
keterlibatan
pemerintahan
daerah
Alhamdulillah
sangat
mendukung sekali sampai saat ini kebutuhan-kebutuhan tpst seperti mesin incinalator, grobak motor, hangar, kantor, pagar keliling, dan mesin pencacah.
Nama
: Bapak Kusmardiono
Umur
: 64 Tahun
Tanggal : 5 September 2015 Jabatan : Karyawan TPST 1. Apakah tujuan program TPST di bangun? Jawaban: kalau saya ketahui ya mas yaitu untuk mengurangi tumpukan sampah dan merubah pola pikir masyarakat tentang sampah. 2. Apasaja tujuan program yang sudah tercapai? Jawaban: ya mungkin semuanya sudah mas 3. Bagaimana cara melihat indikator dari tujuan program? Jawaban: mungkin tidak ada tumpakan sampah kali ya mas di pinggir jalan truss sama warga perumahan vila pamulang mas ini membedakan sampah organik sama anorganik tapi masih ada juga yang mencampurkan sampahnya mas jadi saya di tpst harus memilah sampah lagi. 4. Siapa sajakah yang ikut serta dalam pembuatan kompos daur ulang sampah? Jawaban: yang ikut serta kalau disini iya paling kita yang ada di tpst itu untuk pembuatan kompos padat ya mas, tapi ada juga kompos yang cair itu itu warga RW 06 mas tpi itu juga kita masih menarohnya di setiap RT masing-masing mas. 5. Kenapa di dalam pembuatan kompos daur ulang sampah ini menggunakan 3R (reduce, resuce, recycly)? Jawaban: karena kita belajar memilah sampah mas dimana sampah organik dan anorganik mas dimana kita belajar sampah mana yang bisa di daur ulang atau tidaknya. 6. Sumber daya apa saja yang dibutuhkan dalam program pembuatan kompos daur ulang sampah? Jawaban: mungkin SDM nya yam as soalnya disini masih kurang karyawan yang ngangkut sampah soalnya kita ngambil sampah itu
semingu tiga kali mas kalau dikita ka nada 8 RT sedangkan karyawan yang ngangkutin sampah Cuma 6 itu pun kalau semua masuk. 7. Kapankah evaluasi program di laksanakan? Jawaban: evaluasi paling sebulan sekali mas situ klau orangnya ada. 8. Kenapa evaluasi penting dan harus dilakukan dalam pembuatan kompos daur ulang sampah? Jawaban: penting karena menentukan kualitas kompos mas. 9. Apakah tahapan evaluasi program pembuatan kompos sudah berjalan dengan benar? Jawaban: iya mas, soalnya kalau kita sebulan sekali diskusi apa aja keluhannya dari TPST. 10. Metode apa yang digunakan dalam menjalankan 3R untuk program pembuatan kompos daur ulang sampah? Jawaban: Yang pertama pengambilan sampah yang sudah dipisah sampah organik dan organik dari setiap rumah warga RW 06 dengan grobak motor. Setelah pengambilan sampah di rumah warga kemudian tahap jeuda pemilahan, kembali di TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) tahap pemilahan ini adalah tanggung jawab semua warga RW 06, tahap ketiga mencacah dan pembakaran sampah organik dengan mesin incinalator dan tahap ke empat di bungkus pake kantong plastik” 11. Apa dampak program pembuatan kompos daur ulang sampah di tinjau dari segi sosial dan ekonomi di masyarakat? Jawaban: adanya kesadaraan masyarakat lingkungan jadi bersih, karna saya Pada awalnya jujur saja saya juga cuek tidak mau tau mengenai sampah di jalanan ini, namun setelah adanya TPST ini banyak banget perubahan yang saya rasakan, ya meskipun saya bukan orang
perumahan disini tapi dampaknya terasa banget mas. Saya hanya petugas pengambil sampah disini jadi sampah anorganik itu seperti plastik, botol, dll. Itu kami jual untuk uang tambahan lumayanlaahh. 12. Sejak kapankah di mulainya program 3R? Jawaban: program 3R ini dimulai sejak tahun 2010 13. Siapakah yang diuntungkan dalam program 3r ini? Jawaaban: yang diuntungkan di program ini adalah warga vila pamulang mas dan masyarakat sekitar yang bisa menghirup udara tanpa bau sampah. 14. Sejak kapan pembuatan kompos daur ulang sampah ini dilaksanakan? Jawaban: sejak tahun 2010 juga mas. 15. apakah program pembuatan kompos ini penting? Jawaban: penting mas, setidaknya mengurangi penumpukan sampah yang akan di buang ke TPA 16. Bagaimana pola perubahana masyarakat sebelum dan sesudah adanya program 3R? Jawaban: perubahannya mungkin menjadi bersih lebih indah saja di lihatnya karena tidak membuang sampah sembarangan, dulu mah saya ngambilin sampah dimana berserakan di pinggir jalan mas. 17. Kenapa di dalam pembuatan kompos daur ulang ini menggunakan mesin? Jawaban: iya karena mempercepat dan mempermudah proses pembuatan sampah 18. Bagaiamana keterlibatan dinas kebersihan kota tangerang selatan dalam program 3r? Jawaban: Alhamdulillah mas, sampai saat ini pemerintah membantu dari segi barang-barang kebutuhan di tpst seperti motor grobag, mesin incinalator, dll.
Nama
: Bapak Rahmat
Umur
: 39 Tahun
Tanggal : 5 September 2015 Jabatan : Operator Mesin 1. Apakah tujuan program TPST di bangun? Jawaban: Untuk mengurangi tumpukan sampah, meningkatkan kesehatan masyarakat dan merubah pola pikir masyarakat tentang sampah. Kurang lebihnya begitu mas 2. Tujuan program apa saja yang telah tercapai? Jawaban: Mungkin sudah semuanya tercapai mas, tapi kita itu sebenarnya masih butuuh tong sampah orgnik dan anorganik mas di setiap rumah warga RW 06 ini. 3. Bagaimana cara melihat indikator tujuan program sudah tercapai? Jawaban: kalau masalah indikator mungkin mas langsung bisa tanyain saja ke bapa Tarmizi soalnya saya baru mas disini. 4. Siapa sajakah yang ikut serta dalam pembuatan kompos daur ulang sampah? Jawaban: sejauh ini yang saya ketahui ya mas, pembuatan kompos dilakukan di TPST dan di setiap RT mas. 5. Kenapa di dalam pembuatan kompos daur ulang sampah ini menggunakan 3R (reduce, resuce, recycly)? Jawaban: Karena dalam penangulangan tentang sampah itu tidak mudah mas, terkadang orang cuek tentang sampah namun disisi lain dengan pembuatan kompos daur ulang sampah ini kita hanya memilah-milah sampah organik dan anorganik. 6. Sumber daya apa saja yang dibutuhkan dalam program pembuatan kompos daur ulang sampah? Jawaban: mungkin materil kali ya mas. 7. Kapankah evaluasi program di laksanakan?
Jawaban: Untuk evaluasi saya kurang tau mas tetapi kalau untuk diskusi tentang tpst itu mungkin setiap bulan sekali. 8. Kenapa evaluasi penting dan harus dilakukan dalam pembuatan kompos daur ulang sampah? Jawaban: Menurut saya sangat penting, karena untuk mengetahui keberlanjutan program tersebut. 9. Apakah tahapan evaluasi program pembuatan kompos sudah berjalan dengan benar? Jawaban: mungkin sudah mas tapi untuk evaluasi tahunan saya belum ikut. 10.
Metode apa yang digunakan dalam menjalankan 3R untuk program
pembuatan kompos daur ulang sampah? Jawaban: caranya hanya memilah sampah organik dan anorganik 11.
Apa dampak program pembuatan kompos daur ulang sampah di tinjau
dari segi sosial dan ekonomi di masyarakat? Jawaban: karena adanya kesadaran dan partisipasi masyarakat lingkungan lebih bersih dan pola pikir mereka berubah mengenai sampah. Kesadaran disini dimana masyarakat mengetahui dampak negatif dan dampak positiftentang penumpukan sampah. Partisipasi yang dimaksud disini masyarakat mengikuti memilah-milah sampah di organik dan organik sebelum dibuang, tidak ada yang membuang sampah dijalanan dan tidak ada yang membakar sampah karena pencemaran lingkungan. Membakar sampah merupakan kegiatan yang mempunyai peranan terjadinya pencemaran udara. Kalau dilihat dari segi ekonomi warga perumahan vila pamulang mas ini mudah mencari kompos dengan harga murah hasil dari olahan sendri dan hemat dalam pembelian kompos dan penangulangan pengangguran seperti saya contohnya kemarin belum kerja apa-apa Alhamdulillah sekararang bisa bekerja disini. 12. Sejak kapankah dimulainya program 3R? Jawaban: dilihat dari sejarahnya sih sejak tahun 2010. 13. Siapakah yang diuntungkan dalam program 3r ini?
Jawaban: yang pasti masyarakat sekitar perumahan vila pamulang mas ini mendapat udara yang sehat tidak bau sampah. 14. Sejak kapan pembuatan kompos daur ulang sampah ini dilaksanakan? Jawaban: Sejak dibangunnya TPST mas tahun 2010. 15. Apakah program pembuatan kompos ini penting? Jawaban: Penting mas, salah satunya mengurangi penumpukan sampah selain itu menjadikan lingkungan bersih karena tidak adanya sampah lagi dan dapat menyuburkan tanah. 16. Bagaimana pola perubahana masyarakat sebelum dan sesudah adanya program 3r? Jawaban: Lingkungan lebih bersih mas dan masyarakat sekitar tidak membuang sampah sembarang. 17. Kenapa didalam pembuatan kompos daur ulang ini menggunakan mesin? Jawaban: Sebenarnya kita hanya ingin mempercepat proses pembuatan kompos. 18. Bagaiamana keterlibatan dinas kebersihan kota tangerang selatan dalam program 3r? Jawaban: keterlibat untuk saat ini sangat mendukung kegiatan TPST. Tapi unutk saya pribadi mas, saya butuh bangeet yang namanya tong sampah organik anorganik. Karena tong sampah organik dan anorganik merupakan salah satu cara Tempat Pembuangan Sampah Terpadu untuk membedakan mana sampah organik (sampah yang dapat di daur ulang) dan sampah anorganik (sampah yang tidak dapat di daur ulang) di lingkungan masyarakat RW 06. Kasihan untuk yang ngambilin sampah kadang mereka harus memilah lagi di tpst mas.
Nama
: Bapak Sujana
Umur
: 28 Tahun
Tanggal : 7 September 2015 Jabatan : Warga Vila Pamulang Mas 1. Apakah tujuan program TPST dibangun? Jawaban:
tujuannya
untuk
mengurangi
penumpukan
sampah,
meningkatkan kesehatan masyarakat sekitar perumahan vila pamulang mas dan merubah pola pikir masyarakat tentang sampah 2. Tujuan program apa saja yang sudah tercapai? Jawaban: tujuannya di TPST ini yang saya ketahui dan saya rasakan ya mas yaitu, untuk mengurangi penumpukan sampah dalam kurun waktu empat tahun kurang lebih dimana lingkungan Vila Pamulang Mas sangat kelihatan bersih mas, meningkatkan kesehatan masyarakat sekitar perumahan Vila Pamulang Mas dan merubah prilaku masyarakat tentang sampah mas dimana RW 06 bisa memilah sampah organik dan anorganik. 3. Bagaimana cara melihat indikator tujuan program sudah tercapai? Jawaban: yang pertama tidak adanya tumpukan sampah, lingkungan mungkin lebih bersih, adanya tong sampah organik dan anorganik di setiap taman RT tapi saran saya sih mas tong sampah itu harus ada disetiap rumah karena saya biar tidak memilah lagi sampah tersbut di TPST dan tidak adanya yang membakar sampah mas. 4. Siapa saja yang ikut serta dalam pembuatan kompos daur ulang sampah? Jawaban: semua masyarakat perumahan vila pamulang mas. 5. Kenapa didalam pembuatan kompos daur ulang sampah ini menggunakan 3R (reduce, resuce, recycly)? Jawaban: karena 3r ini langkah yang lebih tepat dalam mengatasi masalah sampah. 6. Sumber daya apa saja yang dibutuhkan dalam program pembuatan kompos daur ulang sampah?
Jawaban: SDM kali ya mas, soalnya mereka juga suka kecapeaan kalau Cuma 6 mah sedangkan disini ada 8 RT. 7. Kapankah evaluasi program di laksanakan? Jawaban: waduuh ma situ saya kurang tau 8. Kenapa evaluasi penting dan harus dilakukan dalam pembuatan kompos daur ulang sampah? Jawaban: Penting karena evaluasi merupakan penilaian terhadap pembuatan kompos sejauh ini seberapa banyak sisa sampah hasil dari pembuatan kompos daur ulang sampah. 9. Apakah tahapan evaluasi program pembuatan kompos sudah berjalan dengan benar? Jawaban: kayanya sudah mas. 10. Metode apa yang digunakan dalam menjalankan 3R untuk program pembuatan kompos daur ulang sampah? Jawaban: Simpel mas masalah cara pembuatan kompos dari sampah, mereka mengambil sampah dari warga terus mereka pilih sampah organik dan anorganik meskipun dirumah warga juga di pisahkan namun mereka hanya ngecek ulang lagi takut ada yang mencampur sampah organik dan anorganik, 11. Apa dampak program pembuatan kompos daur ulang sampah di tinjau dari segi sosial dan ekonomi di masyarakat? Jawaban: dilihat dari segi sosial mungkin lebih akrab saja kali ya warga di perumahan vila pamulang mas ini, biasanya kalau di perumahan kan orangnya cuek satu sama yang lain. Dari segi ekonomi khususnya bagi para karyawan menambahkan penghasilan karena karena setiap hari mereka bisa dapat uang 50rb (gaji) belum lagi sampah anorganik yang tidak bisa di daur ulang itu mereka kumpulkan terus mereka bersihkan lalu mereka jual itu buat penghasilan tambahan mereka mas. 12. Sejak kapankah dimulainya program 3R? Jawaban: sejak tahun 2010 kalau tidak salah mas.
13. Siapakah yang diuntungkan dalam program 3r ini? Jawaban: semua masyarakat disekitar vila pamulang mas. 14. Sejak kapan pembuatan kompos daur ulang sampah ini dilaksanakan? Jawaban: pembuatan kompos ini juga sejak tahun 2010 mas. 15. Apakah program pembuatan kompos ini penting? Jawaban: penting mas, soalnya selain mengurangi penumpukan sampah pembuatan kompos ini membersihkan lingkungan disini juga mas apalagi kompos yang di jual kemasarakat sini cukup murah lagi mas. 16. Bagaimana pola perubahana masyarakat sebelum dan sesudah adanya program 3r? Jawaban: TPST mengajarkan masyarakat perumahan Vila Pamulang Mas mengenai pemilahan sampah organik anorganik sehingga dapat dimanfaatkan menjadi kompos dan tidak membuangnya lagi di pinggir jalan, ke sungai-sungai dan dibakar. Di Lingkungan perumahan Vila Pamulang Mas sekaligus mengajarkan masyarakat untuk mencintai lingkungan belum adanya TPST ini jujur saja saya juga dulu mah masa bodo tentang sampah ternyata menumpuknya sampah disini membuat dampak yang negatif selain bau juga kalau musim huja suka becek bahkan banjir mas, sekarang mah Alhamdulillah mas masyarakt mungkin sadar tentang bahaya membuang sampah sembarangan. 17. Kenapa didalam pembuatan kompos daur ulang ini menggunakan mesin? Jawaban: untuk mempermudah dan mempercepat pembuatan kompos daur ulang sampahnya mas. 18. Bagaiamana keterlibatan dinas kebersihan kota tangerang selatan dalam program 3r? Jawaban: alhadamdulillah mas sangat mendukung itu contohnya mesin pembakaran, pencacah, motor grobak semua nya dari dinas kebersihan.
Contoh sampah anorganik yang tidak dapat di jadikan kompos.
Contoh mesin pencacah sampah organik
Contoh motor grobag pengambil sampah
Contoh mesin incinalator mesin penguraian dan pembakaran cepat dalam proses pembuatan kompos
Narasumber Ibu Eka Bendahara TPST