PROSIDING 20 12© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
STUDI POTENSI DAUR ULANG SAMPAH DI TPA TAMANGGAPA KOTA MAKASSAR Achmad Zubair & Haeruddin Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unhas Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea, Makassar (90245) Telp./Fax : (0411) 587636 e-mail:
[email protected]
Abstrak TPA sampah, dimana tempat menampung sampah yang diproduksi oleh penduduk kota Makassar, berlokasi di Tamangapa. Sejalan dengan perjalanan waktu, daya 1amping TPA ini menjadi semakin terbatas. Timbunan sampah TPA termaksud semakin menggunung karena belum dilakukannya pengolahan sampah yang dapat mengurangi volume sampah secara signifikan . Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji Potensi daur ulang sampah organic dan an-organic di TPA Tamanggapa Makassar dan alternative pengembangan dan pengelolaan sampah di TPA, sehingga mempunyai nilai ekonomi. Karakteristik fisik sampah di TPA Tamangapa yang berupa komposisi sampah diperoleh sampah organik 80,71%, plastik 9,23%, kertas 7,03%, kain 0,03%, kayu 0,17%, kaca 0,22%, kaleng/besi 2,12%, karet 0,50%. Sedang densitas atau pemadatan sampah yakni 0,19 kg/ltr..Dengan menggunakan nilai-nilai recovery factor, besarnya jumlah sampah kering yang dapat didaur ulang di TPA Tamangapa adalah sebagai berikut: sampah plastik 23,9 ton/hari, sampah kertas 14,6 ton/hari, sampah kaca 0,8 ton/hari, dan kaleng/besi 8,8 ton/hari. Jumlah total reduksi aktual jenis-jenis sampah tersebut adalah 48,0 ton/hari. Sedangkan sampah basah/organik sebesar 334,3 ton/hari. Nilai ekonomi yang diperoleh yakni apabila diperhitungkan terhadap nilai upah minimum sebesar Rp. 850.000/bulan, nilai ekonomi sampah kering sebesar Rp. 86.050.000/hari, atau Rp 2,6 milyar/bulan, dapat menopang 3000 tenaga kerja. Apabila sampah basah diolah menjadi kompos, dapat diperoleh revenue total sebesar Rp. 161.275.000/hari atau Rp. 4,8 milyar/bulan. Nilai revenue ini mampu menghidupi 6000 orang. Kata Kunci: karakteristik, sampah, daur ulang, prospek, pengembangan
PENDAHULUAN TPA sampah, dimana tempat menampung sampah yang diproduksi oleh penduduk kota Makassar, berlokasi di Tamangapa. Sejalan dengan perjalanan waktu, daya tampung TPA ini menjadi semakin terbatas. Timbunan sampah TPA termaksud semakin menggunung karena belum dilakukannya pengolahan sampah yang dapat mengurangi volume sampah secara signifikan. Dengan kata lain, kesenjangan antara laju pasokan sampah ke lokasi ini dengan laju pelapukan dan pengolahan sampah di lokasi termaksud, semakin lama semakin besar. Sekaitan dengan itulah maka sudah sangat mendesak untuk melakukan pengolahan sampah di TPA Tamangapa. Untuk itu perlu dikembangkan suatu usaha pengolahan sampah dengan kapasitas dan spesifikasi yang dapat mengolah sampah di TPA tersebut dan sekaligus mengantisipasi dan atau mengatasi masalah persampahan di kota Makassar dan sekitarnya, secara berkesinambungan, pada masa mendatang. Sampah-sampah tersebut tidak akan menjadi masalah selama daya tampung alami lingkungan mampu mendaurulang bahan non-organic atau menguraikan bahan organic melalui kegiatan metabolisme mikroba menjadi bahan non-organic yang dapat diserap kembali oleh lingkungan tanpa mengganggu keseimbangan alaminya. Fakta yang terlihat sehari-hari menunjukkan bahwa umumnya sampah-sampah domestik atau industri, baik dari bahan organik maupun non-organic dibuang begitu saja dalam satu bak sampah yang sama dan tercampur satusama lain dalam berbagai komposisi, dan kemudian melalui berbagai cara transportasi, sampah berpindah tempat mulai dari tempat sampah di rumah sampai ke tempat pembuangan akhir (TPA). Dilandasi olah hasil pengamatan dan penelitian yang dilakukan oleh para ahli, maka perlu dicari alternatif teknologi pengelolaan sampah terpadu yang dapat dikembangkan dengan memanfaatkan semua potensi sampah organik dan non-
Volume 6 : Desember 2012
Group Teknik Sipil TS2 - 1
ISBN : 978-979-127255-0-6
Studi Potensi Daur Ulang… Arsitektur Elektro
Geologi
Mesin
Achmad Zubair & Haeruddin Perkapalan Sipil
organic yang ada. Melalui cara ini diharapkan setidaknya masalah persampahan dapat dipecahkan, disamping itu proses daur ulang sampah yang ada dapat bermanfaat untuk bahan baku sektor industri manufaktur (untuk sampah non-organic), industri pertanian / agribisnis, maupun untuk penataan pertamanan dan penghijauan kota (untuk sampah organik).
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Sampah dan Permasalahannya Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat an-organic yang dianggap tidak berguna dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah perkotaan adalah sampah yang timbul di kota. (SNI 19-2454-2002) Sampah adalah bahan sisa baik bahan-bahan yang tidak berguna lagi (barang bekas) maupun barang yang sudah tidak diambil bagian utamanya lagi. Dari segi lingkungan, sampah adalah bahan buangan yang tidak berguna dan banyak menimbulkan masalah pencemaran dan gangguan pada kelestarian lingkungan. (Nur Aini Ulin Hikmah, 1999). Sedangkan menurut A. Tresna Sastrawijaya, 1991; sampah padat yang bertumpuk banyak tidak dapat terurai oleh mikroorganisme pengurai sehingga dalam waktu lama akan mencemari tanah. Sampah ialah bahan yang tidak dipakai lagi (refuse) karena telah diambil bagian utamanya dengan pengolahan. Sampah yang merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia telah menimbulkan permasalahan yang sangat kompleks, antara lain (Tchobanoglous, 1993) : 1. Masalah estetika dan kenyamanan. 2. Merupakan sarang atau tempat berkumpulnya berbagai binatang yang dapat menjadi vektor penyakit. 3. Menyebabkan terjadinya polusi udara, air dan tanah. 4. Menyebabkan terjadinya penyumbatan saluran-saluran air buangan dan drainase. Karakteristik Sampah Komposisi Sampah Komposisi sampah mencakup persentase dari komponen pembentuk sampah yang secara fisik dapat dibedakan antara sampah organik, kertas, plastik, logam dan lain-lain. Komposisi sampah ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan pilihan kelayakan pengolahan sampah khususnya daur ulang dan pembuatan kompos serta kemungkinan penggunaan gas landfill sebagai energi elternatif (Darmasetiawan, 2004). Komposisi sampah juga dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya cuaca, musim, frekuwensi pengumpulan, tingkat social ekonomi, pendapatan perkapita, kemasan produk dsb. Tabel 1. Komposisi Sampah di Kota Makassar Keadaan ( 2009) Komposisi 1. Sampah Organik 2. Kertas Koran 3. Plastik 4. Metal, Kaleng, Besi, Aluminium 5. Karet, Ban 6. Kaca 7. Kayu 8. Lain-Lain Jumlah 2009 2008
Volume (M3) 2.943,29 289,25 320,90 68,45 34,22 12,14 9,94 1,84 3.680,03 3.812,70
Persentase (%) 79,98 7,86 8,72 1,86 0,93 0,33 0,27 0,05 100 100
Sumber : Makassar Dalam Angka 2010
Densitas Sampah
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Sipil TS2 - 2
Volume 6 : Desember 2012
PROSIDING 20 12© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
Kepadatan (densitas) sampah menyatakan berat sampah per satuan volume. Data kepadatan sampah penting dalam beberapa hal seperti pemilahan jenis peralatan pengumpulan dan peralatan pemindahan. Disamping juga penting untuk perencanaan system pembuangan akhir, karena rendahnya kepadatan (densitas) sampah menyebabkan meningkatnya luas areal yang diperlukan untuk pembuangan akhir dan penurunan permukaan tanah setelah penimbunan. Pembuangan Akhir Sampah Menurut SNI 19-2454-2002 tentang teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan, secara umum teknologi pengolahan sampah dibedakan menjadi 3 (tiga) metode yaitu: a. Open Dumping Dilakukan dengan cara sampah dibuang begitu saja di tempat pembuangan akhir (TPA) dan dibiarkan terbuka sampai pada suatu saat TPA penuh dan pembuangan sampah dipindahkan ke lokasi lain atau TPA yang baru. Untuk efisiensi pemakaian lahan, biasanya dilakukan kegiatan perataan sampah dengan menggunakan dozer atau perataan dapat juga dilakukan dengan tenaga manusia. b. Controlled Landfill Dilakukan dengan cara sampah ditimbun, diratakan dan dipadatkan kemudian pada kurun waktu memperkecil pengaruh yang merugikan terhadap lingkungan. Bila lokasi pembuangan akhir telah mencapai akhir usia pakai, seluruh timbunan sampah harus ditutup dengan lapisan tanah. Diperlukan persediaan tanah yang cukup sebagai lapisan tanah penutup. c. Sanitary Landfill Adalah sistem pembuangan akhir sampah yang dilakukan dengan cara sampah ditimbun dan dipadatkan, kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan penutup. Hal ini dilakukan terus menerus secara berlapislapis sesuai rencana yang telah ditetapkan. Pekerjaan pelapisan sampah dengan tanah penutup dilakukan setiap hari pada akhir jam operasi. Diperlukan persediaan tanah yang cukup untuk menutup timbunan sampah. Standarisasi Pengelolaan Persampahan Standar yang berhubungan dengan pengelolaan persampahan telah diterbitkan oleh Departemen Pekerjaan Umum dan Badan Standarisasi Nasional (Anonim ,2003), yaitu: 1. SK-SNI. S-04-1991-03, tentang spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan kota sedang di indonesia, standar ini mengatur tentang jenis sumber sampah, besaran timbulan sampah berdasarkan komponen sumber sampah serta besaran timbulan sampah berdasarkan klasifikasi kota. 2. SNI 03-3241-1994, tentang cara pemilihan lokasi tempat pembuangan akhir sampah. Standar ini mengatur tentang ketentuan pemilihan lokasi TPA, kriteria pemilihan lokasi yang meliputi kriteria regional dan kriteria penyisih. 3. SNI 19-3964-1994, tentang metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan. standar ini mengatur tentang tata cara pengambilan dan pengukuran contoh timbulan sampah yang meliputi lokasi, cara pengambilan, jumlah contoh, frekuensi pengambilan selama 8 (delapan) hari serta pengukuran dan perhitungan. Daur Ulang Sampah Pengolahan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume sampah atau merubah bentuk menjadi lebih bermanfaat. Sampah yang telah terkumpul dapat diolah lebih lanjut, baik di lokasi sumber sampah mapun setelah sampai di TPA. Tujuannya agar sampah dapat dimanfaatkan kembali, sehingga dapat mengurangi tumpukan sampah serta memperoleh nilai ekonomi dari sampah. Beberapa pengolahan sampah yang biasanya dilakukan adalah:
Volume 6 : Desember 2012
Group Teknik Sipil TS2 - 3
ISBN : 978-979-127255-0-6
Studi Potensi Daur Ulang… Arsitektur Elektro
Geologi
Mesin
Achmad Zubair & Haeruddin Perkapalan Sipil
Pengolahan Sampah Organik Sampah organik dapat dimanfaatkan secara langsung, tanpa melalui proses tertentu, untuk pakan ternak, khususnya sapi. Sampah organik juga dapat diproses untuk berbagai keperluan diantaranya adalah pakan ternak dan kompos. a. Sampah organik untuk pakan ternak Sampah organik, khususnya sisa makanan, dapat diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak. Sampah yang telah dipilah, kemudian dijadikan pakan ternak sapi. Dari sampah organik yang kebanyakan merupakan sisa makanan merupakan pakan ternak sapi. b. Kompos Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sementara itu, pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikrobamikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Jadi, pada prinsipnya semua bahanbahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya: limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan, limbah-limbah pertanian, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll. Pengolahan Sampah Anorganic Sampah an-organic biasanya berupa botol, kertas, plastik, kaleng, sampah bekas alat-alat elektronik dan lainlain. Sampah ini sering kita jumpai di beberapa tempat seperti sungai, halaman rumah, lahan pertanian dan di jalan-jalan. Sifatnya sukar diurai oleh mikroorganisma, sehingga akan bertahan lama menjadi sampah. Sampah plastik bisa bertahan sampai ratusan tahun, sehingga dampaknya akan sangat lama. Untuk mengatasi masalah sampah anorganik, dapat dilakukan cara-cara berikut ini. a. Reduce (Mengurangi penggunaan) Penanganan sampah anorganik dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu reduce, reuse, dan recycle (daur ulang). Mengurangi sampah bisa dilakukan, yaitu dengan menerapkan pola hidup sederhana dimana selalu memperhatikan hal-hal berikut:
Menentukan prioritas sebelum membeli barang. Mengurangi atau menghindari konsumsi/penggunaan barang yang tidak dapat didaur ulang oleh alam. Membeli produk yang tahan lama. Menggunakan produk selama mungkin, tidak terlalu menganut mode.
b. Reuse (Menggunakan ulang) Banyak sekali barang-barang yang setelah digunakan bisa digunakan ulang dengan fungsi yang sama dengan fungsi awalnya tanpa melalui proses pengolahan. Sebagai contoh, jika kalian membeli botol minuman ukuran besar dan botol tersebut digunakan kembali sebagai tempat minuman, maka kalian sudah ikut mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke lingkungan. Itu artinya, kalian sudah berbuat sesuatu yang positif untuk lingkungan. Walaupun kelihatannya nampak sepele namun bayangkanlah jika hal tersebut dilakukan oleh hampir semua orang, maka akan banyak sekali sampah yang dibuang ke lingkungan. c. Recycle (Daur ulang) Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas pakai. Upaya pengolahan sampah tersebut bertujuan untuk memanfaatkan material yang masih berguna untuk digunakan kembali, dan secara tidak langsung dapat memperpanjang umur pakai TPA. Manfaat kegiatan daur ulang, yaitu: Menghemat penggunaan energi, mengurangi hujan asam, peningkatan suhu bumi, dan polusi udara akibat proses pembakaran sampah. Dapat menyelamatkan sumber daya alam. Mengurangi polusi air, udara dan tanah. Menghemat penggunaan lahan untuk TPA atau memperpanjang umur pakai TPA.
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Sipil TS2 - 4
Volume 6 : Desember 2012
PROSIDING 20 12© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
Pengomposan (Composting) Pengomposan merupakan teknik pengolahan sampah organik yang biodegradable, sampah tersebut dapat diurai oleh mikroorganisme atau cacing (vermicomposting) sehingga terjadi proses pembusukan, kompos yang dihasilkan sangat baik untuk memperbaiki struktur tanah karena kandungan unsur hara dan kemampuannya menahan air (Damanhuri 2003). Pengomposan bertujuan untuk: 1. Mengubah bahan organik yang biodegradable menjadi bahan yang bersifat stabil sehingga dapat mengurangi volume massanya. 2. Bila proses secara aerob, maka akan dapat membunuh bakteri patogen, telur serangga dan mikroorganisme lain yang tidak tahan pada temperatur tinggi. 3. Memanfaatkan nutrien dalam sampah secara maksimal seperti nitrogen, phospor, potasium. 4. Menghasilkan produk yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat tanah. Pengolahan sampah Terpadu Tujuan pendirian unit-unit reaktor sampah terpadu adalah untuk mensosialisasikan dan mengkondisikan lingkungan masyarakat dalam penanganan dan pengolahan sampah yang tepat-guna, higienis, dan ramah lingkungan, dimulai dari proses penyortiran sampah di rumah-tangga, proses komposisasi bahan organik dan pendaur-ulangan bahan non-organik sampai ke pemasaran kompos untuk digunakan sebagai pupuk, melalui suatu sistem dan konstruksi reaktor sampah. Pengelolaan sampah secara terpadu di suatu lingkungan masyarakat tertentu diharapkan akan memberikan beberapa manfaat, antara lain : 1. 2. 3. 4.
Mengurangi pencemaran lingkungan Membuka peluang lapangan kerja baru Dapat menjadi contoh kepada masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan Mengurangi ketergantungan pada Impor bahan baku industri, sehingga dapat menghemat devisa (adanya daur ulang)
Limbah organik dan non organik akan lebih bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi karena mampu menguraikan sampah organik secara alami dan ramah lingkungan, menjadi pupuk kompos dan bahan kondisioner tanah yang memiliki nilai tambah dan nilai jual yang diharapkan. Disamping itu limbah non organik dapat didaur ulang sebagai bahan baku industri. Dengan demikian para pelaku kegiatan ini, memperoleh peluang untuk meningkatkan pendapatan perkapitanya dan sekaligus merefleksikan adanya peningkatan pemberdayaan masyarakatdan sosialisasi kelompok melalui pelatihan dan pendidikan mengenai kebersihan lingkungan kepada masyarakat. Untuk dapat mengimplementasikan / sosialisasi sistem pengelolaan sampah terpadu ini diperlukan beberapa kegiatan pendukung seperti : Pengorganisasian unit kegiatan, Pelatihan dan penyuluhan yang terpadu sebagai bagian dari manajemen pengelolaan sampah terpadu.
METODE PENELITIAN Metode penulisan yang digunakan yaitu dengan melakukan riset experimental kemudian ditunjang dengan berbagai literatur yang erat hubungannya dengan pokok masalah. Prosedur penelitian sebagai berikut: 1. Pengambilan sampel sampah dan pengukuran timbulan dan komposisi dan karakteristik sampah di TPA didasarkan pada SNI 19-3964-1994. 2. Pengujian dilakukan dilaboratorium Teknik Lingkungan Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin. Beberapa pengujian yang akan dilakukan : Pengujian sifat fisik (kadar air, berat volume, komposisi sampah, karakteristik sampah dll). Pengujian komposisi kimiawi sampah 3. Menganalisis potensi daur ulang sampah di TPA. 4. Rekomendasi dan kesimpulan.
Volume 6 : Desember 2012
Group Teknik Sipil TS2 - 5
ISBN : 978-979-127255-0-6
Studi Potensi Daur Ulang… Arsitektur Elektro
Geologi
Mesin
Achmad Zubair & Haeruddin Perkapalan Sipil
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Timbulan Sampah di TPA Tamangapa Karakteristik timbulan sampah dan komposisi sampah yang masuk ke TPA Tamangapa dari hasil analisis data dapat dilihat dalam tabel 2. Tabel 2. Hubungan Antara Komposisi dan Timbulan Komponen Sampah Organik Plastik Kertas Kain Kayu Kaca Kaleng/besi Karet Jumlah
Komposisi Sampah (%) 80.71 9.23 7.03 0.03 0.17 0.22 2.12 0.50 100
Timbulan Sampah (ton) 417.85 47.77 36.38 0.13 0.86 1.14 10.97 2.60 517.70
Sumber : hasil olahan
Berdasarkan hasil analisis data maupun analisis sampling komponen karakteristik sampah organik yang mudah membusuk, seperti sisa sayuran/buah-buahan,sisa makanan adalah yang paling banyak dihasilkan. Pada analisis sampling untuk berat sampah organik mencapai 80,71%. Kehadiran sampah organik dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan dampak estetika, bau serta mengundang adanya lalat, sehingga sampah organik memerlukan penanganan yang segera. Komponen sampah plastik menempati urutan kedua, dimana pada analisis sampling mencapai 9,23%. Keberadaan sampah plastik ini dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, dimana plastik merupakan sampah yang sulit untuk didegradasi secara alami. Jika jumlah penduduk tahun 2011 sebesar 1.304.534 jiwa, maka rata-rata timbulan sampah per org/hari adalah 0,40 kg/org/hari. Secara umum komposisi sampah dari sampel yang diambil menunjukkan bahwa persentase tertinggi adalah sampah organik, sedangkan sisanya adalah sampah an-organic yang terdiri atas sampah plastik, kertas, kain, kayu, kaca, kaleng, karet. Tingginya sampah organik di TPA Tamangapa disebabkan karena sumber sampah utama berasal dari pemukiman dengan kandungan: sisa-sisa makanan, sampah dapur, sampah halaman dan lainlain serta sampah pasar.
Komposisi Sampah Gambar 2. Komposisi Sampah di TPA Tamangpa Meningkatnya timbulan sampah ditiap tahunnya di TPA Tamangapa, diharapkan pengelolaannya dapat ditingkatkan. Seperti adanya kerja sama pemerintah dengan masyarakat atau instansi tertentu yang mau mengelola sampah. Peran pemerintah sangatlah penting untuk dapat memberikan penyuluhan dan pengawasan agar masyarakat dapat ikut serta dalam pengelolaan sampah. Berhasil atau tidak suatu sistem pengelolaan sampah sangat tergantung pada tepat tidaknya sistem pengelolaan yang diterapkan dikaitkan dengan karakteristik sampah yang akan dikelola. Sistem baru yang harus dikembangkan dalam menangani permasalahan sampah adalah bagaimana memanfaatkan dan mengolah
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Sipil TS2 - 6
Volume 6 : Desember 2012
PROSIDING 20 12© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
sampah bukan bagaimana menyingkirkan dan membuang sampah. Dengan sistem ini akan dapat mengatasi permasalahan tentang sulitnya memperoleh lahan pembuangan akhir. Berdasarkan karakteristiknya alternatif sistem pengelolaan sampah di TPA Tamangapa dapat upaya komposting dan daur ulang. Kajian Pengolahan Sampah di TPA Tamangapa Berdasarkan hasil timbulan, komposisi, dan densitas sampah di TPA Tamangapa maka dilakukan analisis pengolahan sampah yang kemungkinan dapat dilakukan untuk mengurangi volume sampah antara lain: Daur Ulang (Recycle) Proses recycling merupakan upaya untuk memanfaatkan material yang masih berguna untuk digunakan kembali dan secara tidak langsung proses ini dapat memperpanjang umur pakai TPA. Berdasarkan hasil penelitian BPPT (1990), sampah yang bisa di daur ulang adalah sampah kertas, plastik, logam, dan kaca. Dari hasil penelitian komposisi di TPA Tamangapa, komponen sampah kertas dan plastik bisa didaur ulang karena jumlahnya relatif besar yaitu 9,23% dan 7,03%. Sedangkan sampah kaca dan logam belum bisa di daur ulang karena jumlahnya sedikit dan jika diolah dalam skala kecil kurang ekonomis. Cara kerja para pemulung yang beroperasi di TPA Tamangapa adalah dengan menggaruk-garuk tumpukan sampah memakai “gancu” dan mengumpulkan hasil kerjanya ke dalam keranjang. Rata-rata pemulung tidak mengenakan masker penutup hidung dan mulut serta sarung tangan. Pemulung yang beroperasi di TPA Tamangapa bekerja 5 sampai 8 jam perhari, mulai pukul 8 pagi sampai 4 sore. Faktor yang cukup berpengaruh terhadap pendapatan pemulung sampah adalah besar kecilnya waktu yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan pengumpulan bahan daur ulang sampah. Semakin lama waktu kerja maka akan semakin besar penghasilan yang diperoleh. Dalam kegiatan daur ulang ini dibutuhkan kerjasama antara pemulung, lapak dan bandar. Para penampung (lapak) dalam bisnis bahan daur ulang sampah berperan sebagai perantara yang membeli barang bekas dari para pemulung dan menjualnya kepada bandar atau pedagang besar untuk dijual lagi kepada pabrik/industri daur ulang. Lapak membeli hampir semua jenis barang bekas yang sudah dipilah-pilah oleh para pemulung berdasarkan jenisnya. Pakan Ternak (Hog Feeding) Berdasarkan hasil penelitian, sampah di TPA Tamangapa dapat dijadikan sebagai pakan ternak karena sebagian besar sampah makanan yaitu sampah organik 80,71%. Sampah makanan dijadikan sebagai pakan ternak telah dilakukan oleh peternak sapi. Mereka menggunakan kulit ubi dan kulit pisang hasil pengolahan makanan sebagai makanan sapi. Di TPA Tamangapa, terdapat pemandangan yang unik yaitu terlihat banyaknya sapi. Jumlah sapi di TPA Tamangapa diperkirakan sebanyak 150 ekor (Hasil survey, 2011). Berdasarkan hasil wawancara dengan pemulung, sapi-sapi tersebut sengaja dibawa ke TPA Tamangapa oleh pemiliknya untuk mendapatkan makanan langsung dari tumpukan sampah. Keberadaan sapi di TPA Tamangapa dapat mengganggu kegiatan operasional TPA tetapi menguntungkan bagi pengelola karena dapat mengurangi timbulan sampah organik. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan para pemulung bahwa sapi yang ada di TPA Tamangapa memakan sampah sebanyak 5 kg setiap harinya. Sampah yang masuk ke TPA Tamangapa sebesar 517,70 ton perhari, jika sapi di TPA Tamangapa memakan 5 kg sampah, maka dengan jumlah sapi sebanyak 150 ekor akan mengurangi sampah sebesar 0,75 ton per harinya atau sekitar 0,15 % dari total sampah yang masuk ke TPA Tamangapa. Kegiatan ini juga dapat mengurangi volume sampah yang akan diurug sehingga dapat memperpanjang masa pakai TPA Tamangapa. Pembuatan Kompos (Composting) Komposisi sampah yang dapat dilakukan proses pengomposan di TPA Tamangapa yang sangat besar sekitar 80,71% dari total sampah. Composting bertujuan untuk mengurangi timbulan sampah di TPA. Composting hanya dilakukan terhadap sampah yang dapat terdekomposisi yaitu sampah organik, kertas, sampah halaman, kayu, kain, sedangkan plastik, karet, kulit tidak terdekomposisi. Berdasarkan hasil penelitian sampah dekomposisi sekitar 87,93% dan 12,07% merupakan sampah non dekomposisi. Dari sampah yang terdekomposisi, sampah yang bisa dijadikan sebagai bahan baku kompos adalah 87,93%. Untuk mendukung proses pembuatan kompos, hal yang sangat penting adalah kadar
Volume 6 : Desember 2012
Group Teknik Sipil TS2 - 7
ISBN : 978-979-127255-0-6
Studi Potensi Daur Ulang… Arsitektur Elektro
Geologi
Achmad Zubair & Haeruddin Perkapalan Sipil
Mesin
kelembapan sampah yang baik untuk dijadikan kompos adalah 50 – 60%. Dari penelitian diperoleh bahwa komposisi dan karakteristik sampah memenuhi kriteria komposting sehingga komposting bisa dijadikan sebagai alternatif pengolahan sampah. Agar proses komposting dapat terlaksana dengan baik maka perlu dilakukan pemisahan sampah di sumber. Potensi Pengolahan Sampah di TPA Tamangapa Potensi reduksi sampah kota dapat ditetapkan berdasarkan material balance, dengan memperhitungkan recovery factor setiap komponen sampah. Yang dimaksudkan dengan recovery factor adalah prosentasi setiap komponen sampah yang dapat dimanfaatkan kembali, di-recovery atau didaur ulang. Selebihnya merupakan residu yang memerlukan pembuangan akhir atau pemusnahan. Tabel 3. Recovery factor sampah di TPA Tamangapa Komponen Sampah
Recovery Factor (%)
Sampah organik mudah urai** Sampah plastik* Sampah kertas* Sampah logam* Sampah kaca*
80 50 40 80 70
Sumber : * Trihadiningrum dkk, 2006 ** Tchobanoglous, Theisen dan Vigil, 1993
Dengan menggunakan nilai-nilai recovery factor aktual yang dihitung dari pengaruh aktivitas sektor informal sebagaimana tercantum pada Tabel 4.7, besarnya jumlah sampah kering yang dapat didaur ulang di TPA Tamangapa adalah sebagai berikut: sampah plastik 23,9 ton/hari, sampah kertas 14,6 ton/hari, sampah kaca 0,8 ton/hari, dan kaleng/besi 8,8 ton/hari (Tabel 4.8.). Jumlah total reduksi aktual jenis-jenis sampah tersebut adalah 48,0 ton/hari. Sedangkan sampah basah/organik sebesar 334,3 ton/hari yang dapat digunakan sebagai bahan baku kompos atau 10028,3 ton/bulan (dengan asumsi 1 bulan = 30 hari). Sedangkan kapasitas mesin pembuat kompos yang ada di TPA Tamangapa sebesar 600 ton/bulan atau 20 ton/hari. Dengan melihat kapasitas mesin pembuat kompos, maka diperoleh residu sampah yang tidak dibuat kompos sebesar 314,3 ton/hari. Tabel 4. Material balance sampah di TPA Tamangapa dengan memperhitungkan potensi reduksinya Timbulan Sampah Komponen Sampah Sampah Organik Plastik Kertas Kaca Kaleng/besi Kain Kayu Karet Jumlah total Persentasi (% )
% 80,71 9,23 7,03 0,22 2,12 0,03 0,17 0,50 100.00
(ton/hari) 417,85 47,77 36,38 1,14 10,97 0,13 0,86 2,60 517,70
Recovery factor (%) 80 50 40 70 80 0 0 0
Laju reduksi (ton/hari) 334,3 23,9 14,6 0,8 8,8
48,0 0 0 0 382,3 73,8
Jumlah residu sampah (ton/hari) 83,6 23,9 21,8 0,34 2,19 0,13 0,86 2,60 135,41 26,2
Sumber: Hasil olahan
Nilai Ekonomi Sampah di TPA Tamangapa Dengan menggunakan harga komponen sampah kering yang dapat didaur ulang yang berlaku di TPA Tamangapa, nilai ekonomi sampah di TPA Tamangapa dapat diperkirakan. Estimasi nilai jual jenis sampah kering, yang terdiri atas plastik, kertas, kaca/gelas, dan logam sebesar Rp. 337.050.000/hari, menunjukkan bahwa sampah merupakan sumber daya yang tidak dapat diabaikan perannya dalam ekonomi kota. Nilai ekonomi sampah dapat ditingkatkan menjadi hampir dua kali lipat apabila warga maupun pengelola di TPA Tamangapa telah mampu mendaur ulang seluruh sampah basah menjadi kompos. Kompos dapat dihasilkan setiap harinya dari 334,3 ton sampah basah . Dari jumlah tersebut diperkirakan dapat dihasilkan sekitar 30% kompos atau 100,3 ton/hari atauRp. 75.225.000. Dengan menggunakan asumsi pendapatan minimum dari penjualan kompos Rp. 750/kg, dapat dihasilkan gross revenue sebesar Rp. 287.4750.000/hari.
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Sipil TS2 - 8
Volume 6 : Desember 2012
PROSIDING 20 12© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
Tabel 5. Estimasi nilai jual komponen sampah di TPA Tamangapa Komponen sampah Sampah Organik (basah)
Kuantitas (ton/hari) 382,3
Harga rata-rata (Rp/kg) 750
23,9 14,6 0,8 8,8 48,0 100,3
1500 1000 500 4000
Potensi nilai jual (Rp/hari) 287.475.000
Sampah Anorganik (kering )
- Plastik - Kertas - Kaca - Kaleng/besi Jumlah Produk kompos (potensial) Total
750
35.850.000 14.600.000 400.000 35.200.000 86.050.000 75.225.000 161.275.000
Sumber: Hasil olahan
Penjelasan di atas menunjang kenyataan bahwa keberadaan sampah kota dapat menopang hidup sebagian warga kota, khususnya masyarakat yang berada di TPA Tamangapa. Namun, belum ada data yang pasti mengenai jumlah penduduk yang terlibat dalam sektor bisnis sampah. Apabila diperhitungkan terhadap nilai upah minimum sebesar Rp. 850.000/bulan, nilai ekonomi sampah kering sebesar Rp. 86.050.000/hari, atau Rp 2,6 milyar/bulan, dapat menopang 3000 tenaga kerja. Apabila sampah basah diolah menjadi kompos, dapat diperoleh revenue total sebesar Rp. 161.275.000/hari atau Rp. 4,8 milyar/bulan. Nilai revenue ini mampu menghidupi 6000 orang.
KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang dilakukan di TPA Tamangapa dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Karakteristik fisik sampah di TPA Tamangapa yang berupa komposisi sampah diperoleh sampah organik 80,71%, plastik 9,23%, kertas 7,03%, kain 0,03%, kayu 0,17%, kaca 0,22%, kaleng/besi 2,12%, karet 0,50%. Sedang densitas atau pemadatan sampah yakni 0,19 kg/ltr. 2. Berdasarkan data timbulan dan karakteristik fisik sampah di TPA Tamangapa maka pengolahan sampah yang dapat dilakukan adalah daur ulang untuk sampah kertas dan plastik, pakan ternak, dan pengomposan. Kegiatan pengolahan sampah ini diharapkan dapat mengurangi volume sampah yang akan diurug sehingga dapat memperpanjang masa pakai TPA Tamangapa. 3. Dengan menggunakan nilai-nilai recovery factor, besarnya jumlah sampah kering yang dapat didaur ulang di TPA Tamangapa adalah sebagai berikut: sampah plastik 23,9 ton/hari, sampah kertas 14,6 ton/hari, sampah kaca 0,8 ton/hari, dan kaleng/besi 8,8 ton/hari. Jumlah total reduksi aktual jenis-jenis sampah tersebut adalah 48,0 ton/hari. Sedangkan sampah basah/organik sebesar 334,3 ton/hari. 4. Nilai ekonomi yang diperoleh yakni apabila diperhitungkan terhadap nilai upah minimum sebesar Rp. 850.000/bulan, nilai ekonomi sampah kering sebesar Rp. 86.050.000/hari, atau Rp 2,6 milyar/bulan, dapat menopang 3000 tenaga kerja. Apabila sampah basah diolah menjadi kompos, dapat diperoleh revenue total sebesar Rp. 161.275.000/hari atau Rp. 4,8 milyar/bulan. Nilai revenue ini mampu menghidupi 6000 orang.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2008. Rumitnya Kelola Sampah, http ://www.dml, Jakarta. Anonim, 2008. Olah Sampah, http://www.Pusdakota, Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum, 2008. Perencanaan Teknis Pengelolaan Sampah Terpadu 3R, Departemen Pekerjaan Umun Kota Semarang. Departemen Pekerjaan Umum, 2006. Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Persampahan Di Indonesia. Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum, 2005. Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Bidang Persampahan, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
Volume 6 : Desember 2012
Group Teknik Sipil TS2 - 9
ISBN : 978-979-127255-0-6
Studi Potensi Daur Ulang… Arsitektur Elektro
Geologi
Mesin
Achmad Zubair & Haeruddin Perkapalan Sipil
Ginting, perdana,2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah. Yrama Widya, Bandung Standart Nasional Indonesia Nomor SNI-03-3242-1994 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman, Badan Standar Nasional ( BSN ). Standart Nasional Indonesia Nomor SNI-19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, Badan Standar Nasional ( BSN ). Standart Nasional Indonesia Nomor SNI-03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah, Badan Standar Nasional. Tchobanoglous, G., Teisen H., Eliasen, R, 1977, Integrated Solid Waste Manajemen, Mc.Graw Hill : Kogakusha, Ltd Triyadi, S, Harahap, A. 2006. Tempat Sampah, Perilaku Manusia, Dan Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung Edisi Khusus Agustus 2006 (1); 15 Wibowo A dan Djajawinata D.T, 2004. Penanganan Sampah Perkotaan Terpadu. Diakses tanggal 4 Desember 2006 pada halaman www.kkpi.go.id.
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Sipil TS2 - 10
Volume 6 : Desember 2012