Gambaran Sikap Remaja Putri Kelas XI Tentang Perkawinan Usia Muda Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi di SMA Negeri 1 Waled Tahun 2013 Eka Sofiyatul Luthfiyah Zebua ABSTRAK
dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH mengungkapkan bahwa kesehatan perempuan muda, yang terkait dengan masalah kesehatan reproduksi, perilaku kesehatan dan nutrisi, masih menjadi masalah yang dihadapi oleh perempuan muda di Indonesia (Kemenkes RI, 2011). Di Indonesia, Sekitar 10% remaja putri melahirkan anak pertamanya pada usia 15-19 tahun (GOI & UNICEF, 2000 dalam widyastuti, dkk, 2009:159). Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih sangat rendah. Pada wanita hanya 17,1% yang mengetahui tentang masa subur dan risiko kehamilan (Kumalasari, 2012:12). Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui gambaran sikap remaja putri kelas XI tentang perkawinan usia muda berdasarkan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Waled Tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional, lokasi penelitian di SMA Negeri 1 Waled, Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas XI yang hadir saat dilakukan penelitian, pengumpulan data menggunakan kuesioner serta analisis data menggunakan analisa univariat. Setelah dilakukan tabulasi dan analisis data didapat 116 responden, sebagian besar remaja putri kelas XI memiliki sikap baik tentang perkawinan usia muda yaitu sebanyak 78 responden (67,24%), dari 78 responden sebanyak 27 responden (34,62%) memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori cukup. Sikap remaja putri kelas XI tentang perkawinan usia muda yang memiliki sikap baik memiliki tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dengan kategori cukup. Saran peneliti agar sikap dan pengetahuan yang dimiliki remaja putri kelas XI dapat dipertahankan. Kata Kunci: (Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi, Sikap tentang Perkawinan Usia Muda)
1
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hak reproduksi berlaku bagi setiap manusia termasuk juga remaja. Hak remaja atas kesehatan reproduksi mulai diakui secara internasional melalui kesepakatan mengenai hak-hak reproduksi dalam International Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo tahun 1994. (Widyastuti, dkk, 2009:1). Menurut dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH dalam 8th Regional Women Ministers and Parliamentarians’ Conference on ‘Young Women and Girls : Enhancing Parliamentary Support for and Monitoring of Gender Equality’ di Jakarta, mengungkapkan bahwa kesehatan perempuan muda, terutama yang terkait dengan masalah kesehatan reproduksi, perilaku kesehatan dan juga nutrisi, masih menjadi masalah yang dihadapi oleh perempuan muda di Indonesia (Kemenkes RI, 2011). Di Kabupaten Cirebon berdasarkan hasil survey kesehatan remaja tahun 2009 terhadap siswa SLTP dan SLTA dari 12.742 responden berdasarkan tingkat pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi, 41,71% responden berpengetahuan baik dan 58,29% responden berpengetahuan kurang (Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, 2009). Dari data Laporan Bagian Kepenghuluan Kantor Urusan Agama Kecamatan Waled tahun 2012, tercatat jumlah perkawinan perawan pada bulan Januari – Desember 2012 yaitu 601 perawan, dan sebanyak 178 perawan (29,62%) menikah pada usia > 20 tahun (KUA Kecamatan Waled, 2012). Dari data buku register ruang Mawar RSUD Waled periode Januari – Desember 2012, sebanyak 415 pasien (10,02%) dari 4.142 pasien melahirkan anak pertamanya pada usia 15-19 tahun (RSUD Waled, 2012). Dan pada periode Januari – Maret 2013, 119 pasien (10,04%) dari 1.185 pasien melahirkan anak pertamanya pada usia 15-19 tahun (RSUD Waled, 2013). Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan membagikan kuisioner kepada 22 orang siswi kelas XI IPA 3 di SMA Negeri 1 Waled diperoleh 5 orang (22,73%) dari mereka memiliki pengetahuan yang kurang tentang kesehatan 2
reproduksi. Dari 9 orang yang berpengetahuan kurang, 2 orang diantaranya (40%) dari mereka mengatakan bahwa mereka setuju dengan perkawinan usia muda. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Gambaran sikap remaja putri kelas XI tentang perkawinan usia muda berdasarkan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Waled Tahun 2013”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka peneliti dapat membuat rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah gambaran sikap remaja putri kelas XI tentang perkawinan usia muda berdasarkan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Waled Tahun 2013?” C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan umum Ingin mengetahui gambaran sikap remaja putri kelas XI tentang perkawinan usia muda berdasarkan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Waled Tahun 2013.
2.
Tujuan khusus a. Ingin mengetahui gambaran sikap remaja putri kelas XI tentang perkawinan usia muda di SMA Negeri 1 Waled Tahun 2013. b. Ingin mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri kelas XI tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Waled Tahun 2013.
D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat teoritis Penelitian
ini
diharapkan
dapat
digunakan
sebagai
media
pembelajaran tentang kesehatan reproduksi remaja dan perkawinan usia muda, memberikan manfaat bagi lembaga pendidikan, dijadikan bahan referensi dan acuan bagi penelitian selanjutnya serta bermanfaat untuk memperkaya wawasan pengetahuan dan penelitian. 3
2.
Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi instansi dan petugas terkait guna menambah informasi tentang kesehatan reproduksi remaja dan perkawinan usia muda. Serta semoga dapat dijadikan bahan acuan bagi aparat daerah dan petugas Kantor Urusan Agama guna meningkatkan tanggung jawab dalam menaati aturan Perundang-undangan terkait dengan batasan usia menikah bagi calon pengantin..
E. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Waled Kabupaten Cirebon 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 April – 7 Mei Tahun 2013. F. Metode Penelitian Desain penelitian Desain penelitian yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional, yaitu suatu metode dimana variabel independent dan variabel dependent
diambil sekaligus dalam waktu yang
bersamaan (Notoatmodjo, 2010:37).
G. HASIL PENELITIAN Dari hasil penelitian dengan cara memberikan kuesioner kepada siswi kelas XI yang dilakukan sejak tanggal 29 April-7 Mei 2013 mengenai gambaran sikap remaja putri kelas XI tentang perkawinan usia muda berdasarkan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi yang didapatkan
116 responden. Adapun hasil penelitian
dibuat dalam bentuk tabel sebagai berikut : 1. Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi
4
Berikut adalah gambaran tingkat pengetahuan remaja putri kelas XI tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Waled Tahun 2013. Tabel 2 Distribusi Frekuensi tingkat pengetahuan remaja putri kelas XI tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Waled Tahun 2013 Tingkat Pengetahuan Baik Cukup Kurang Jumlah
Frekuensi
%
48 39 29 116
41,38 33,62 25 100
Berdasarkan tabel 2 diatas, diperoleh bahwa dari 116 responden sebagian besar remaja putri kelas XI mempunyai tingkat pengetahuan baik tentang kesehatan reproduksi yaitu sebanyak 48 responden (41,38%). 2. Sikap tentang Perkawinan Usia Muda Berikut adalah gambaran sikap remaja putri kelas XI tentang perkawinan usia muda di SMA Negeri 1 Waled Tahun 2013. Tabel 3 Distribusi Frekuensi sikap remaja putri kelas XI tentang perkawinan usia muda di SMA Negeri 1 Waled Tahun 2013 Sikap Frekuensi % Sangat Tidak Baik 0 0 Tidak Baik 0 0 Baik 78 67,24 Sangat Baik 38 32,76 Jumlah 0 100 Berdasarkan tabel 3 diatas, diperoleh bahwa dari 116 responden sebagian besar remaja putri kelas XI mempunyai sikap baik tentang perkawinan usia muda yaitu sebanyak 78 responden (67,24%). 3. Sikap Remaja Putri Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Berikut adalah gambaran sikap remaja putri kelas XI tentang perkawinan usia muda berdasarkan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Waled Tahun 2013.
5
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Putri Kelas XI tentang Perkawinan Usia Muda Berdasarkan Tingkat PengetahuanKesehatan Reproduksi di SMA Negeri 1 Waled Tahun 2013 Pengetahuan Jumlah Baik Cukup Kurang Sikap % F % F % F % F Sangat Tidak Baik
0
0
0
0
0
0
0
0
Tidak Baik
0
0
0
0
0
0
0
0
Baik
25
32,05
27
34,62
26
33,33
78
100
Sangat Baik
23
60,53
12
31,58
3
7,89
38
100
Berdasarkan tabel 4 diatas, diperoleh bahwa dari 116 responden sebagian besar remaja putri kelas XI dengan pengetahuan baik tentang kesehatan reproduksi mempunyai sikap baik mengenai perkawinan usia muda sebanyak 25 responden (32,05%).
PEMBAHASAN Sesuai dengan tujuan penelitian dan hipotesis yang didasari oleh landasan teori dalam penelitian ini, maka hasil penelitian menunjukan bahwa setelah dilakukan analisis data: 1. Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Setelah dilakukan tabulasi dan analisis data dari 116 responden didapatkan hasil yang memiliki kemampuan menjawab dengan kategori baik sebanyak 48 responden (41,38%), cukup 39 responden (33,62%), dan kurang 29 responden (25%). Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa sebagian besar remaja putri kelas XI memiliki kemampuan menjawab dengan kategori baik. Dari 48 responden yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik sebagian besar mendapatkan informasi dari sumber internet yaitu sebanyak 19 responden (39,58%). Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2006) dalam Wawan dan Dewi (2011:13) yaitu dengan semakin majunya teknologi, informasi dan komunikasi maka setiap orang dapat dengan mudah menerima ilmu sehingga semakin banyak pula pengetahuan.
6
Peneliti
berpendapat
bahwa
remaja
putri
sebagian
besar
memiliki
pengetahuan baik tentang kesehatan reproduksi karena sebagian besar remaja putri yaitu
sebanyak
106
responden
(91,38%)
berpendapat
bahwa
kurangnya
pemahaman remaja seputar seksual akan memunculkan perilaku seksual remaja yang tidak bertanggung jawab, serta sebagian besar menyatakan sangat setuju bahwa informasi tentang kesehatan reproduksi penting bagi remaja yaitu sebanyak 96 responden (82,76%) serta remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Waled sering diberikan konseling tentang kesehatan reproduksi
baik dalam materi pelajaran maupun kegiatan ekstrakulikuler keputrian yang dilaksanakan setiap hari jumat, selain itu di SMA Negeri 1 Waled terdapat fasilitas laboratorium yang dapat digunakan siswa/siswi untuk lebih meningkatkan wawasan dan pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh
Wawan dan Dewi (2011:16) bahwa pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagian. Selain itu, menurut Notoatmojo (2003) dalam Wawan dan Dewi (2011:12) perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng atau berlangsung lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. 2. Sikap Tentang Perkawinan Usia Muda Setelah dilakukan tabulasi dan analisis data dari 116 responden didapatkan hasil yang memiliki sikap dengan kategori sangat tidak baik 0 responden (0%), tidak baik 0 responden (0%), baik 78 responden (67,24%) dan sangat baik 38 responden (32,76%). Bedasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar remaja putri kelas XI mempunyai sikap baik tentang perkawinan usia muda. Dari 78 responden yang memiliki sikap baik tentang perkawinan usia muda, sebagian besar menyatakan sangat setuju bahwa kehamilan yang ideal yaitu saat usia seorang wanita ≥ 20 tahun dan merupakan hasil dari perkawinan yang sah yaitu sebanyak 7
77 responden (98,72%). Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Heri Purwanto (1998) dalam Wawan dan Dewi (2011:27) bahwa Sikap adalah pandangan-pandangan
atau perasaan
yang disertai kecenderungan
untuk
bertindak sesuai sikap objek tadi. Peneliti berpendapat bahwa remaja putri sebagian besar memeliki sikap baik tentang perkawinan usia muda karena remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Waled karena sebagian besar sangat setuju bahwa kehamilan ideal yaitu saat usia seorang wanita ≥ 20 tahun dan merupakan hasil dari pernikahan yang sah selain itu sebagian besar dari mereka yaitu sebanyak 40 responden (34,48%) telah mengetahui dampak dari kehamilan usia muda. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Notoadmojo (2012:140) bahwa sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. 3. Sikap Tentang Perkawinan Usia Muda Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi a. Sikap Sangat Tidak Baik Setelah dilakukan tabulasi dan analisis data diperoleh 0 responden yang memiliki sikap sangat tidak baik tentang perkawinan usia muda. Menurut pendapat Aiken dalam Wawan dan Dewi (2011:21) sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara konsisten, baik positif maupun negatif terhadap suatu objek. Peneliti berpendapat bahwa tidak adanya responden yang memiliki sikap sangat tidak baik terhadap perkawinan usia muda dikarenakan sebagian besar remaja putri kelas XI memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori baik serta sudah adanya kesadaran dalam diri remaja putri bahwa kehamilan yang ideal adalah saat usia seorang wanita sudah dewasa (usia ≥ 20 tahun) dan merupakan hasil dari perkawinan yang sah. Sesuai dengan pendapat yang dikemukaan oleh Purwanto (1998:63) dalam Wawan dan Dewi (2011:34-35) bahwa sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan 8
tertentu terhadap suatu objek. dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas. b. Sikap Tidak Baik Setelah dilakukan tabulasi dan analisis data diperoleh 0 responden yang memiliki sikap tidak baik tentang perkawinan usia muda. Menurut Purwanto (1998:63) dalam Wawan dan Dewi (2011:34) Sikap dapat pula bersifat positif yaitu terdapat kecenderungan tindakan untuk mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu. Dapat pula bersifat negatif yaitu terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu. Peneliti berpendapat bahwa tidak adanya responden yang memiliki sikap tidak baik tentang perkawinan usia muda dikarenakan sebagian besar remaja putri telah mengetahui dampak dari kehamilan pada usia muda. c. Sikap Baik Setelah dilakukan tabulasi dan analisis data dari 78 responden yang memiliki sikap baik tentang perkawinan usia muda, terdiri dari
25
responden (32,05%) memiliki pengetahuan baik, 27 responden (34,62%) memiliki pengetahuan cukup dan 26 responden (33,33%) memiliki pengetahuan kurang tentang kesehatan reproduksi. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa sebagian besar remaja putri yang memiliki sikap baik tentang perkawinan usia muda memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori cukup. Dari 27 responden yang memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori cukup, sebagian besar menganggap bahwa seksualitas merupakan hal yang tabu yaitu sebanyak 18 responden (66,67%). Hal ini sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh Purwanto (1998:63) dalam Wawan dan Dewi (2011:34-35) bahwa sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki orang. 9
Peneliti berpendapat bahwa sikap baik yang dimiliki oleh remaja putri kelas XI dipengaruhi oleh kurangnya pemahaman tentang kesehatan reproduksi namun adanya keinginan yang positif untuk melakukan kegiatan reproduksi pada usia yang ideal. Seperti yang diungkapkan oleh Menurut Thomas dan Znaniecki (1920) dalam Wawan dan Dewi (2011:27-28) bahwa sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu prilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu, tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual.
d. Sikap Sangat Baik Setelah dilakukan tabulasi dan analisis data dari 38 responden yang memiliki sikap sangat baik tentang perkawinan usia muda, terdiri dari 23 responden (60,53%) memiliki pengetahuan baik, 12 responden (31,58%) memiliki pengetahuan cukup dan 3 responden (7,89%) memiliki pengetahuan kurang tentang kesehatan reproduksi. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa sebagian besar remaja putri yang memiliki sikap sangat baik tentang perkawinan usia muda memiliki pengetahuan dengan kategori baik, hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Wawan dan Dewi (2011:2425) bahwa bila seseorang memiliki sikap tertentu terhadap suatu objek, menunjukan tentang pengetahuan orang tersebut terhadap objek yang bersangkutan. Peneliti berpendapat bahwa sikap sangat baik yang dimiliki oleh remaja putri kelas XI dikarenkan pengetahuan kesehatan reproduksi yang dimiliki remaja putri kelas XI tersebut baik dan adanya keinginan dalam diri untuk melakukan kegiatan reproduksi pada usia yang ideal. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Wawan dan Dewi (2011:12) bahwa pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap
10
seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang Gambaran Sikap Remaja Putri Kelas XI Tentang Perkawinan Usia Muda Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi di SMA Negeri 1 Waled Tahun 2013 dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sikap remaja putri kelas XI tentang perkawinan usia muda mayoritas memiliki sikap baik. 2. Berdasarkan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi mayoritas remaja putri kelas XI berada pada kategori berpengetahuan baik. 3. Sikap remaja putri kelas XI tentang perkawinan usia muda berdasarkan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi mayoritas yang memiliki sikap baik tentang perkawinan usia muda memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori cukup. Saran Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Bagi Institusi Pendidikan Bagi institusi pendidikan SMA Negeri 1 Waled diharapkan pengetahuan kesehatan reproduksi dan sikap tentang perkawinan usia muda yang dimiliki oleh remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Waled dapat dipertahankan, namun alangkah baiknya sikap dan pengetahuan tersebut dapat lebih ditingkatkan melalui penyediaan sarana konsultasi bagi remaja putri, buku-buku referensi yang sudah ada lebih dilengkapi dan lain sebagainya. Agar remaja putri yang masih memiliki tingkat pengetahuan reproduksi dengan kategori cukup dan kurang menjadi berpengetahuan dengan kategori baik semua. Dan bagi Institusi Pendidikan Akademi Kebidanan Muhammadiyah agar lebih banyak menyediakan fasilitas terutama buku-buku sumber yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi dan perkawinan usia muda guna meningkatkan pengetahuan mahasiswa. 11
2. Bagi Tenaga Kesehatan Diharapkan bagi tenaga kesehatan terkait dapat selalu memberikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang baik dan benar mengenai kesehatan reproduksi dan perkawinan usia muda pada remaja putri baik dalam ruang lingkup sekolah maupun tempat-tempat pelayanan kesehatan. Selain itu diharapkan pada saat menjelang pernikahan, calon pengantin dapat dibekali informasi yang cukup mengenai kesehatan reproduksinya. 3. Bagi Aparat Pemerintah Daerah dan Petugas Kantor Urusan Agama Diharapkan agar lebih berpegang teguh pada aturan agama dan pemerintah berkaitan dengan batasan usia yang boleh menikah bagi calon pengantin, agar tidak terjadi adanya kecurangan dalam hal usia calon pengantin. Sehingga angka perkawinan usia muda dapat ditekan. 4. Bagi Peneliti Lain Untuk peneliti lain diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang metode penelitian dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan perkawinan usia muda. Serta diharapkan dapat memperbanyak sampel dan responden maka semakin banyak data yang diperoleh. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (Edisi Revisi 2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. ______. (Edisi Revisi 2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta. Dariyo, Agus. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon. (2009). Survey Kesehatan Remaja. Cirebon: Dinkes Cirebon. Hidayat, Aziz Alimul. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Kantor Urusan Agama Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon. (2012). Laporan Bagian Kepenghuluan. Waled: Kantor Urusan Agama Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon. 12
Kementrian Agama Provinsi Jawa Barat. (2010). Himpunan Peraturan Perundangundangan Perkawinan. Jakarta: Kementrian Agama Kantor Wilayah Provinsi Jawa Barat Bidang Urusan Agama Islam. Kumalasari, Intan; dan Andhyantoro, Iwan. (2012). Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Kusmiran, Eny. (2013). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba Medika. Manuaba. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta: EGC. Nopiyanti, Pika. (2012). Hubungan antara tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual yang diakui oleh siswa/i kelas X di SMA Muhammadiyah Kabupaten Cirebon tahun 2012. Cirebon. Notoatmodjo, Soekidjo. (Edisi Revisi 2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. ______. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. ______. (edisi revisi 2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Prodjohamidjojo, MR Martiman. (2010). Hukum Perkawinan Dalam Tanya Jawab. Jakarta: Karya Gemilang. Rumah Sakit Umum Daerah Waled. (2012). Buku Register Ruang Mawar RSUD Waled Periode 1 Januari – 31 Desember 2012. Waled: Rumah Sakit Umum Daerah Waled. _____ . (2013). Buku Register Ruang Mawar RSUD Waled Periode 1 Januari – 31 Maret 2013. Waled: Rumah Sakit Umum Daerah Waled. Sastroasmoro, Sudigdo; dan Ismael, Sofyan. (2008). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto. Sibagariang, Eva Ellya; Pusmaika, Rangga; dan Rismalinda. (2010). Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Trans Info Media. Suyanto; dan Salamah, Ummi. (2008). Riset Kebidanan Metodelogi dan Aplikasi. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press. Wawan, A; dan Dewi, M. (2011). Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. Widyastuti, Yani; Rahmawati, Anita; dan Purnamaningrum, Yuliasti Eka. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya. Kemenkes RI. (2011). Menkes : Kemkes Perhatikan Kesehatan Perempuan Muda. Diambil
tanggal
20
Maret
2013
jam
14.45
dari
Artikelhttp://www.depkes.go.id/index.php/component/search/?searchword=peril aku+seksual&ordering=newest&searchphrase=all#content. 27 November 2011.
13