Caritas Keuskupan Sibolga
newsletter Edisi April 2012 Jl. J.P. Vallon Ujung Km. 3 Sifalaete Gunungsitoli 22815 Telp. (0639) 7000 347 Fax. (0639) Website: http://caritas.keuskupan-sibolga.org Email :
[email protected]
BERSAMA MEMBERDAYAKAN !
Geliat Di Tahun 2012 Oleh : Irene Zebua
(Manajer Kantor CKS)
Tahun 2011 berlalu dengan banyak kenangan. Tahun 2012 yang dalam kalender Cina disimbolkan dengan Tahun Naga Air berjalan perlahan tapi pasti. Demikian halnya dengan pelayanan CKS, ada yang berlalu dan ada pula yang berlanjut. Tantangan dari karya terdahulu di tahun 2011 dijadikan pembelajaran di tahun 2012 ini. Beberapa karya CKS yang akan dilakukan pada tahun ini antara lain: • Program CMDRR untuk tahap III • Program CMLP di Alasa untuk tahap II, • Program Gender fase II dengan target penyadaran gender yang lebih difokuskan kepada siswa/i sekolah di Kota Gunungsitoli dan Kabupaten Nias • Program CBR bekerjasama dengan Pusat Rehabilitasi ALMA yang mengarah kepada anak-anak berkebutuhan khusus dan keluarganya. Irene Zebua (Manajer Kantor CKS) • Program Beasiswa, merupakan lanjutan dari program di tahun sebelumnya dan akan berakhir pada bulan Juni 2012 ini. • Program CMHP di Gomo dan Amandraya • Program Livelihood di Moro’o dan pengembangan Resource Center Mandrehe sebagi media belajar dan pelatihan. • Program Caritas Center, wahana pelatihan kaum muda dari keluarga tidak mampu dan putus sekolah. • Program dukungan untuk Panti Asuhan di Gido dan Pusat Rehabilitasi serta Play Group di Fodo • Program pengembangan komunikasi dan IT • Program Pemberdayaan Ekonomi bekerjasama dengan PSE Keuskupan Sibolga • Program Livelihood bekerjasama dengan lembaga lokal L-SAMAERI • Program penggalangan dana untuk kemandirian pelayanan CKS melalui usaha-usaha Fundraising Daftar yang cukup panjang bukan. Namun tanpa dukungan dari seluruh pihak baik dari seluruh staf secara internal, pemerintah lokal dan terlebih-lebih dukungan dari umat Keuskupan Sibolga sendiri, CKS hanya berjalan sendirian. Semoga di tahun Naga Air ini, CKS bisa melayani dan berkarya seumpama geliat Naga Air yang mampu mengguncang aliran air dari hulu ke hilir. Ω
Community Managed - Disaster Risk Reduction (CMDRR III)
CMDRR Episode III Oleh : Yusman P. Telaumbanua (Monev Organizer & Doc Proyek CMDRR III)
Training Workshop Menjalankan Sesi Flipchart Penyadaran Pengurangan Resiko Bencana (PRB)
November 2011, proyek CMDRR II berakhir, banyak pembelajaran dan pengalaman berharga yang diperoleh. Hasil evaluasi akhir proyek menyoroti banyak hal menarik yang muncul dari komunitas dampingan terutama menyangkut pelibatan masyarakat basis secara luas dalam membangun kelentingan masyarakat terhadap risiko bencana. Kendatipun demikian, hasil evaluasi proyek juga memperlihatkan hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian serius ke depan seperti keberlanjutan kelompok dampingan, pengembangan kapasitas relawan pendidikan PRB di komunitas, pengembangan kelompok relawan tanggap darurat di paroki hingga membangun kemitraan yang kuat antara kelompok dampingan dengan struktur instansi pemerintah. Hal-hal ini kemudian menjadi dasar dalam mengembangkan perencanaan proyek CMDRR jilid III. Proyek CMDRR III telah dimulai pada Februari 2012. Dari tujuh belas komunitas dampingan akhirnya sebelas komunitas yang diputuskan untuk mendapatkan pendampingan lanjutan. Perekrutan staf telah dilakukan pada awal bulan Februari. Yang berbeda pada formasi staf kali ini adalah, proyek sejak dari awal merekrut agriculture specialist dan infrastructure spesialist untuk memastikan standar implementasi kegiatan komunitas yang berhubungan dengan pertanian dan proyek mitigasi skala mikro. Beberapa agenda utama yang telah dan sedang dikerjakan oleh proyek hingga saat ini antara lain: • Workshop orientasi proyek, 14-17 Februari 2012 • Studi dokumen proyek sebelumnya dan update data proyek, 20-21 Februari 2012 • Training workshop menjalankan sesi flipchart penyadaran PRB, 22-24 Februari 2012 • Kunjungan perdana ke 6 paroki, 27 Februari – 3 Maret 2012 • Menjalankan sesi penyadaran dan pendidikan PRB di komunitas sepanjang bulan Maret 2012 Masih panjang jalan yang harus dilalui. Kiranya segala perencanaan proyek berdurasi 27 bulan ini sungguh menghadirkan dampak positif dalam kehidupan masyarakat. Ω 2
Newsletter CKS Edisi April 2012
Sharing : Pelatihan IEC (Information, Education and Communication)
Kecemasan Yang Berakhir Keceriaan Oleh : Tati Waruwu (Fasilitator CMDRR III)
kami akan diterima atau dipedulikan? Rasa ini biasa muncul ketika akan memasuki daerah yang belum pernah didampingi. Namun bagaimanapun, kami tetap berangkat bersama rasa cemas itu, derasnya hujan seakan-akan memporak-porandakan situasi hati kami. Setibanya di desa Lasara, kami menemui kepala desa dan mengutarakan niat kami, setelah itu kami bersamasama menuju rumah penduduk yang berada di lokasi rawan bencana karena berdekatan dengan pinggir sungai. Untuk menghemat waktu, kami berpencar ke dua arah. Praktek Sosialisasi IEC ke rumah penduduk Praktek penyampaian IECpun berlangsung, banyak pertanyaan dan Empat hari (22-25 Februari 2012) kami (tim tanggapan dari peserta/ penduduk yang kami CMDRR) berkutat pada pelatihan IEC (Information, kunjungi, seiring dengan itu tanpa kami sadari Education and Communication) di aula kantor Caritas kecemasan tadi hilang entah kemana. Ternyata Keuskupan Sibolga (CKS). Satu kalimat yang tersirat semuanya berjalan lancar tanpa menemui kendala adalah menarik dan cukup mudah diterapkan. serius. Waktu yang dipergunakan juga cukup efektif Materi IEC berisikan pendidikan dan dan relatif singkat sebab peserta cepat memahami penyadaran kesiapsiagaan PRB (Pengurangan Resiko gambar yang kami sajikan dan sepertinya mereka Bencana) di tingkat keluarga dan masyarakat, juga sudah pernah mendapatkan materi yang serupa materinya berupa gambar-gambar yang sebelumnya. Praktek dilakukan dengan santai dan menunjukkan apa yang dapat dan tidak dapat enjoy, ditambah lagi peserta yang mau memberi hati dilakukan saat bencana datang serta juga untuk belajar IEC. meningkatkan pengetahuan, kelentingan keluarga Akhirnya praktek selesai, kami bersiap pulang, dan masyarakat dalam menghadapi bencana. kecemasan kini berganti dengan senyum keceriaan. Selama empat hari pelatihan IEC tersebut, tiga Apa yang kami khawatirkan sebelumnya ternyata hari diisi dengan teori dan satu harinya lagi tidak terjadi. Peristiwa ini memberi kami sebuah digunakan untuk praktek langsung di lapangan. Tim pembelajaran bahwa sebelum mempraktekkan segala CMDRR dipecah dalam dua klaster yakni klaster I sesuatu, tidak perlu terlalu dikhawatirkan dan kompleks Tabita (Kota Gunungsitoli) dan klaster II dianggap sulit sekali. Jawaban dari semuanya akan desa Lasara (Kecamatan Gidö). Saya dan empat terlihat setelah mempraktekkannya, berhasilkah? teman lain masuk dalam klaster II. Sukseskah? Desa Lasara belum pernah kami dampingi Semoga di komunitas yang akan kami sebelumnya, maka rasa cemaspun melanda. Apakah dampingi nantinya, bisa sebaik hari ini. Ω
Newsletter CKS Edisi April 2012
3
Kegiatan awal proyek CMDRR III berupa Workshop IEC (Information, Education & Communication). Dua gambar bagian atas adalah sesi teori di kantor Caritas Keuskupan Sibolga (CKS), dua gambar di bagian bawah adalah ketika fasilitator CMDRR melakukan praktek sosialisasi IEC di rumah penduduk dan bagi siswa sekolah dasar.
Kegiatan proyek Promosi Kesehatan Dasar yang Dimanajemeni Masyarakat (PKDM), 4
Newsletter CKS Edisi April 2012
Sharing : Pelatihan Keterampilan bagi Divisi Sosial di Yogyakarta
Sampah, Keterampilan, Kreatifitas, Lingkungan dan Rejeki Oleh : Mega Mendrova (Manajer Divisi Sosial)
Jelang dua tahun Divisi Sosial membina kaum muda lewat kursus Caritas Centre (CC), ada kerinduan untuk membagikan berbagai macam keterampilan bagi peserta CC tersebut. Oleh karena itu, kami kemudian melakukan survey untuk mencari tahu keterampilan apa yang bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan mudah didapati di Pulau Nias. Dan ternyata, persoalan sampahlah yang cukup menarik perhatian kami, dan muncullah ide memanfaatkan sampah untuk diolah kembali secara kreatif sekaligus untuk mengasah keterampilan. Menyambut ide ini, Caritas Keuskupan Sibolga (CKS) memberi kami (Divisi Sosial) kesempatan untuk menjejakkan kaki di kota pelajar, Yogyakarta, sebuah kota yang memiliki pengalaman dilanda bencana beberapa waktu lalu. Namun pengalaman itu justru membuat kota ini semakin menggeliat maju hingga menjadi barometer pusat pelatihan dan studi banding bagi kota-kota lain di Indonesia. Di sana kami diberi pelatihan administrasi dan membangun kelompok kewirausahaan oleh Lembaga Pengembangan Studi Perempuan dan Anak (LSPPA). Berkat bantuan lembaga ini pula melalui jaringannya, di hari kedua kami bisa bertemu dengan Lembaga Studi dan Tata Mandiri (LESTARI) sebuah lembaga yang melaksanakan penelitian, fasilitasi pelatihan pendampingan masyarakat untuk pengelolaan lingkungan dan sanitasi Di rumah bambu sederhana, kami ditemani oleh Mbak Ami, wakil direktur LESTARI dan juga dikenal sebagai fasilitator cukup handal. Penjelasan dari beliau merubah pandangan kami tentang sampah, ternyata sampah memang bisa dimanfaatkan. Hasil dari diskusi kami, hal tentang sampah berkaitan dengan persoalan perilaku individu dan lingkungan serta kurangnya pemahaman hidup bersih dan sehat. Beliau menambahkan bahwa membuang sampah adalah perilaku purbakala, sehingga perilaku tersebut seharusnya diubah dengan mengganti kata ‘membuang’ menjadi ‘mengelola’. Untuk melakukan itu semua, tentunya dibutuhkan manajemen sampah yang melingkupi penanganan sampah dan pemahaman jenis-jenis sampah. Setelah memahami managemen sampah, kami pun diberikan pelatihan untuk memanfaatkan sampah sisa makanan yang bisa dijadikan sebagai kompos, kreasi sampah dari plastik dan masih banyak lagi pengetahuan yang kami dapat. Kini pelatihan telah selesai, dan kami harus mampu ’menularkan’ kreatifitas itu bagi kaum muda CC. Sampah-sampah menanti untuk diolah agar bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat dan dengan begitu, keterampilan bertambah, lingkungan semakin bersih, dan bisa saja mendatangkan rejeki. Bukan begitu? Ω
1. Alat yang dibutuhkan : kaleng bekas cat atau ember bekas ukuran sedang, pipa dengan diameter 5 cm dan panjangnya 3/4 dari panjang kaleng/ ember bekas, lem Alteco, dan keran air. 2. Cara pembuatan tempat: • Pipa terlebih dahulu dibolongi agar berfungsi sebagai alat penyaringan cairan lindi (cairan inti dari sisa makanan). • Tempelkan pipa tersebut tepat di tengah-tengah dasar ember, lekatkan dengan lem Alteco. • Sisi bawah ember bekas dibolongi untuk tempat kran air 3. Cara memprosesnya : • Sisa makanan basah dimasukkan ke dalam ember, jangan dimasukkan ke dalam pipa karena pipa itu adalah saringannya. • Cairan inti hasil penyaringan sisa makanan basah tersebut akan mengalir lewat kran yang sudah dibuat. • Biasanya cairan itu bisa diambil setelah dua minggu. Cairan lindi (pupuk cair) baik untuk tanaman keras seperti pohon nangka dan bisa disiram langsung tanpa harus dicampur dengan air. Sedangkan untuk tanaman seperti sayuran dan padi, cairan lindi harus dicampur dengan air sebelum digunakan sebagai pupuk. Setelah satu bulan, sisa makanan yang ada di ember penampungan tadi akan hancur dan kemudian bisa digunakan sebagai pupuk organik atau bahkan dijual untuk pendapatan tambahan. Mudah bukan? Newsletter CKS Edisi April 2012
5
Refleksi : Community Managed Livelihood Project (CMLP) II
Mendengar Dengan Hati. Oleh : Kasih Harefa (Manajer Proyek CMLP II)
Dalam rangkaian proses menuju mercusuar mimpi pemberdayaan, akhirnya Community (masyarakat-red) dipahami sebagai pelaku dan diberi tempat selayaknya dalam mengidentifikasi, merencanakan, melaksanakan dan mengawasi jalannya kegiatan pembangunan (Community Managed), dimaknai pembangunan hidup ketika berada dalam sebuah kerangka konkrit dan menyeluruh untuk peningkatan kualitas peri kehidupan (Livelihood Improvement) masyarakat sebagai individu maupun sebagai sebuah kesatuan kelompok dengan kepentingan bersama (isu generatif).
Kasih Harefa (Manajer Proyek CMLP CKS)
Serangkaian pendekatan, metodologi, strategi, kebijakan, pengalaman praktis dan pembelajaran yang kemudian disarikan ke dalam berbagai modul dan panduan seri pemberdayaan yang runut, mendetail, ilmiah bahkan hampir-hampir rumit selama beberapa dekade, pada akhirnya tetap menyisakan ruang abu-abu yang diisi apik oleh sebuah kata kunci : Dinamika Masyarakat, yang lalu diturunkan ke dalam seri pembelajaran lanjutan akan rumitnya dinamika proses, dinamika pendampingan dan barangkali juga dinamika hasil, untuk pendampingan itu sendiri. Akankah cukup waktu bagi masyarakat dengan kebesaran hati untuk kemudian bersabar mengikuti alur dan proses pendampingan yang berseri-seri di atas? Sementara keseharian hidup menuntut sekaligus mengajarkan lain. Dan lalu apakah cukup bagi kita yang entah mengidentifikasi diri dan peran sebagai agen perubahan ataupun agen pembelajaran, lagi-lagi harus bersabar dan berbesar hati untuk selalu setia mengawal dan mendampingi proses yang juga (setelah sekian kesalahan mencobacoba bernama pembelajaran) tentunya akan semakin berseri-seri? Sementara tumpukan sumber daya, jejaring, keterampilan dan pengetahuan yang terus menerus dioptimalisasi pemanfaatannya memberi banyak hasil dan lain-lainnya. Banyak hasil dan lain-lainnya yang membuat kita terheran-heran betapa pencapaian indikator 6
kerangka kerja ketika diukur secara sumatif dalam penilaian menyeluruh ternyata persentasenya hanya memberi arti pada pencapaian indikator di kerangka kerja pendamping dan lembaga pendamping sementara di tataran singgasana sang tuan pemberdayaan bernama masyarakat tidak memberi jawaban zero sum yang dipahami 3:0 atau 0:3 yang mutlak. Evaluasi sendiri sebagai pengukuran, baik eksternal maupun internal pada akhirnya kerap memberikan hasil 1:2 atau 4:3 misalnya, yang artinya 1 atau 4 persoalan/masalah masyarakat berhasil diintervensi namun tetap menyisakan bisa 2 atau 3 lagi masalah/persoalan lainnya sehingga hasil dan lain-lainnya tadi yang sering ditemukan. Toh lebih baik berbuat untuk menjawab 1 atau 4 dengan menyisakan 2 atau 3 persoalan lain daripada tidak sama sekali, begitu kira-kira penyelesaiannya ketika kita yakin benar bahwa hasil 1 atau 4 tadi adalah persoalan utama yang penting untuk disegerakan penanganannya (pada alat kajian prioritas). Tidak ingin mengambil sebuah kesimpulan tetapi sekedar menawarkan hidangan ringan dari sebuah praxis (aksi refleksi terhadap aksi) barangkali sembari terus berbuat, selain kembali ke jalan benar pemberdayaan barangkali ada perlunya untuk tetap mendengar dengan hati pada sebuah sikap sederhana (bersimpati dan berempati) kepada masyarakat miskin yang terhormat dan memahami dinamikanya dengan lebih baik. Ω Februari 2012, Caritas Keuskupan Sibolga menjalankan proyek CMLP (Community Managed Livelihood Project) tahap II yang sebenarnya adalah lanjutan dari proyek sebelumnya (Livelihood Alasa). Proyek CMLP II berdurasi dua tahun (hingga 2014) dan dipimpin oleh manajer baru yakni Bapak Kasih Harefa menggantikan manajer lama yang sudah tidak bekerja di CKS lagi, yakni Bapak Rahadi P. Putro.. Putro Selamat untuk Pak Kasih, semoga mampu bekerja bersama tim melayani masyarakat yang membutuhkan. Newsletter CKS Edisi April 2012
Promosi Kesehatan Dasar Yang Dimanajemeni Masyarakat (PKDM)
Bersama, Mendaki Tangga Perubahan Oleh : Defita Harefa (Agro-Agri Specialist Divisi Kesehatan)
Setelah dilakukan pemilihan komunitas oleh tim kesehatan Caritas Keuskupan Sibolga (CKS) bersama dengan Pastor Paroki Lahusa Gomo, Pastor Rudy, Pr dan Pastor paroki Amandraya, P. Robertus Waruwu, OFMCap, maka pada bulan November 2011 lalu, tim kesehatan melakukan kegiatan immersion atau berbaur dengan semua orang di masyarakat. Tahapan ini merupakan sebuah langkah untuk membina hubungan baik dan membangun kepercayaan di tengah-tengah masyarakat. Tahapan ini juga merupakan proses untuk mengenal situasi komunitas dampingan, tinggal bersama mereka dan merasakan apa yang dialami masyarakat. Selama menjalani proses ini, tim kesehatan mengikuti berbagai kegiatan secara langsung di masyarakat seperti terlibat dalam kegiatan olahraga, gereja (koor & vokal group), kebudayaan (maena), bermain dengan anak-anak dan juga ikut ke ladang, sekaligus juga melakukan diskusi dengan anggota masyarakat untuk memperkenalkan Promosi Kesehatan Dimanajemeni Masyarakat (PKDM), diharapkan bahwa masyarakat tidak beranggapan tim kesehatan CKS membawa bantuan materi semata. Setelah berbaur dengan masyarakat, kegiatan dilanjutkan dengan Kajian Kesehatan Masyarakat Partisipatif (KKMP), di mana pada kegiatan ini diadakan observasi, wawancara, diskusi dan pertemuan secara partisipatif dan bertujuan untuk menjajaki tingkat pengetahuan, praktek dan perilaku kesehatan masyarakat. Untuk melaksanakan Kajian Kesehatan Masyarakat Partisipatif (KKMP) ada beberapa sesi/ alat kajian yang digunakan, antara lain Knowledge Attitude Practice (KAP) survei yang berarti mengetahui/ melihat tingkat pengetahuan, perilaku dan praktek, dan menggunakan langkah-langkah Participatory Rural/relaxed Appraisal (PRA) yang artinya adalah pengkajian pedesaan/rileks dengan partisipatif. Pada proses ini kajian dilakukan juga pada Newsletter CKS Edisi April 2012
anak-anak dengan ikut bermain dengan mereka, datang di tempat-tempat umum seperti di gereja dan sekolah. Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan di komunitas, kelompok yang paling rentan dengan masalah kesehatan adalah anak-anak. Ini disebabkan oleh kurangnya asupan gizi, tidak mendapat layanan kesehatan (imunisasi), kurangnya perawatan dan pemberian ASI eksklusif, lingkungan kurang bersih yang mengakibatkan anak-anak mudah terserang penyakit, pekerjaan orang tua tertunda, bertambahnya pengeluaran, anak-anak kurang sehat. Dari penyebab kerentanan tersebut, maka mereka mengusulkan kegiatan yang bisa dilakukan seperti penyuluhan kesehatan, penyuluhan budidaya sayur, gotong royong membersihkan lingkungan dan membentuk kelompok anak. Ini perlu dilakukan serius mengingat bahwa hasil kajian menunjukkan tingkat kerentanan tersebut cukup tinggi. Dan saat ini tim kesehatan CKS sedang melakukan tahapan konsolidasi atau penggabungan hasil-hasil kajian dan disosialisasikan kembali kepada masyrakat. Dalam tahapan ini, masyarakat difasilitasi oleh tim Kesehatan CKS untuk membentuk organisasi yang terdiri dari semua unsur/ kolompok yang ada di dusun tersebut. Organisasi ini juga kelak akan menjadi wadah untuk memperjuangkan peningkatan kapasitas masyarakat dusun dalam pengurangan kerentanan kesehatan melalui promosi kesehatan yang dimanajemeni oleh masyarakat. Satu persatu tangga menuju perubahan itu didaki, setiap anak tangga memiliki tingkat kesulitan masing-masing, semakin tinggi mendaki maka perjuanganpun pasti semakin berat. Namun yang pasti, apapun yang terjadi, perjuangan akan semakin menyenangkan jika dilakukan dengan semangat kerja sama yang baik. Bersama kita memberdayakan. Semoga. Ω
7
Feature : Royn Kristina Silaen
Saya Kagum Dengan Transparansi dan Akuntabilitas CKS Oleh : Erni Duha (Communication Assistant of CKS)
Juli 2011 lalu, Caritas Keuskupan Sibolga (CKS) membuka divisi baru, yakni divisi Kesehatan. Divisi ini dipimpin oleh seorang wanita energik, luwes dan tegas, beliau adalah Royn Kristina Silaen, ibu satu anak dan telah mengabdi kepada masyarakat bersama CKS sejak tahun 2008. Sebelum berkarya di CKS, beliau sempat menjadi tutor bagi anak-anak dampingan Yayasan PKPA Nias pada tahun 2006. Kemudian pada tahun 2008, beliau memantapkan langkah bersama CKS dan dipercaya sebagai co-facilitator, lalu menjadi training organizer dan terakhir menjadi staf budget monitoring sebelum akhirnya diberi tanggung jawab memimpin Divisi Kesehatan untuk menjalankan program Promosi Kesehatan Dasar Yang Dimanajemeni Masyarakat (PKDM). Meski tidak berlatarbelakang pendidikan kesehatan, namun dengan dukungan tiga orang staf lulusan kesehatan, seorang spesialis agro-agri dan dua orang lagi fasilitator lapangan, Ina Togu, begitu sapaan akrabnya, siap mengemban tugas meningkatkan kualitas hidup (kesehatan) masyarakat di wilayah Paroki Lahusa-Gomo dan Paroki Amandraya. Tahun 2010, ibu berumur 30 tahun ini mengikat janji saling cinta dan setia seumur hidup bersama lelaki idamannya, Natalis Tamba yang juga pernah berkarya di CKS dan saat ini bekerja di Pusat Pastoral (PUSPAS) Keuskupan Sibolga. Lalu pada tanggal 4 April 2011, pasangan ini dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Togu Tamba. Sepak terjang dan pengalamannya di divisi DRR terutama dalam pendampingan di masyarakat sangat membantu pekerjaannya di Divisi Kesehatan. “Saya
sudah terbiasa berhadapan dengan masyarakat dengan berbagai karakter. Tantangan paling besar saat ini adalah bagaimana mengkapasitasi fasilitator lapangan dan fasilitator paroki dengan bekal pengetahuan pemberdayaan dan promosi kesehatan yang dimanajemeni masyarakat”, jelasnya ketika ditanya tentang tantangan yang dihadapi. Menurutnya, pencapaian proyek sesuai dengan kebutuhan masyarakat marjinal jauh lebih penting daripada hanya sekedar rumusan mimpi-mimpi besar yang mustahil untuk direalisasikan. “Masyarakat
memiliki pengetahuan yang baik tentang pentingnya gizi bagi anak-anak Balita dan ibu hamil saja, sudah cukup baik sebagai bekal mereka untuk peningkatan kualitas hidup ke arah yang lebih baik”, ungkapnya.
terhadap program pemmasyarakat sangat masyarakat untuk mandiri da n demi mewujudkan jahteraan hidup tanpa gantung pada orang Demikian juga dengan metode ‘dimanajemeni masyarakat’ yang diterapkan oleh Divisi Kesehatan. “Metode
b e r d a y a a n membantu m e n j a d i berkapasitas k e s e perlu berlain.
ini adalah metode jangka panjang yang sangat bermanfaat
bagi masyarakat dampingan untuk mandiri dan resilien terhadap bencana, mengingat wilayah Nias rentan terhadap bencana”, jelasnya dengan penuh semangat. Bekerja di CKS menurutnya sangat membawa dampak positif dalam hidupnya. Komitmen dalam menjunjung tinggi akuntabilitas adalah hal yang sangat ia kagumi di CKS. “Dengan kondisi Negara
yang terpuruk dalam berbagai kasus korupsi saat ini, saya bangga Caritas mampu mempertahankan komitmennya dalam hal transparansi dan akuntabilitas”, katanya menanggapi kondisi Indonesia saat ini. Selain itu, ibu dengan pribadi yang sederhana ini, juga sangat terkesan dengan cara CKS memberikan kesempatan kepada staf tanpa diskriminasi untuk mengembangkan diri dan diberi kesempatan untuk belajar hal-hal baru di luar kapasitas yang dimiliki oleh staf itu sendiri. “Semoga CKS bisa menjadi organisasi
yang memiliki kompetensi untuk menciptakan masyarakat yang berdaya dan mandiri, keluar dari paradigma mengharapkan bantuan” harapnya. Ω
Caritas Keuskupan Sibolga (CKS) juga menerbitkan e-newsletter dan dikirim via e-mail. Untuk berlangganan e-newsletter, silahkan kirim e-mail ke
[email protected]@caritas.keuskupan-sibolga.org dengan judul surat “Berlangganan Berlangganan EE-Newsletter” Newsletter
Bagi ibu lulusan program studi Linguistik Bahasa Inggris Universitas Negeri Medan ini, konsistensi CKS 8
Newsletter CKS Edisi April 2012