1
1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR-5E (LEARNING CYCLE) MENGGUNAKAN LKS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI REAKSI REDUKSI-OKSIDASI KELAS X SMAN 7 MATARAM [1]
Oleh : Nurlaila, [2]Agus Abhi Purwoko, [3]Eka Junaidi
[1] Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia [2], [3] Dosen FKIP Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram Jln. Majapahit No. 62 Telp. (0370) 623873 Pes. 122 Fax. 634918 Mataram 83125 Email:
[email protected] ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Model siklus belajar-5E (learning cycle) menggunakan LKS terhadap hasil belajar siswa pada materi reaksi reduksi-oksidasi kelas X di SMAN 7 Mataram tahun ajaran 2015/2016. Rancangan penelitian ini menggunakan Nonrandomized Control Group Pre-test-Post-test Design. Sampel penelitian ini terdiri dari kelas X.G sebagai kelas eksperimen (22 orang siswa) dan kelas X.K sebagai kelas kontrol (28 orang siswa). Instrumen hasil belajar berupasoal posttest berbentuk uraian. Analisis data kuantitatif dilakukan untuk menguji hipotesis menggunakan uji anakova dengan skor pretest sebagai kovariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Fhitung> FTabel (21,574>4,04) yang berarti bahwa hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa model siklus belajar-5E(learning cycle) menggunakan LKS memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas X SMAN 7 Mataram tahun ajaran 2015/2016. Kata kunci: siklus belajar 5E, LKS, hasil belajar, reaksi reduksi-oksidasi. ABSTRACT This study aimed to determine the effect of learning cycle model-5E using worksheets to students’ learning outcome in reduction - oxidation reactions at 10th grade of SMAN 7 Mataram academic year 2015/2016. Nonrandomized Control Group Pre-test-Post-test Design is used as the study design. The sample were the X.G as expermental class (22 student) and X.K as the control class (28 student). Thelearning outcomeinstruments used posttest in the form essay. The quantitative data analysis techniques aimed to testing the hypothesis used were anacova-test with pretes scores as covariates. The result of this study showed that Fhitung> FTabel (21,574>4,04) that means hypotesis null is rejected and hypotesis alternative is accepted. So that, we can conclude that learning cycle model-5E using worksheets provides give positive and significant to students’ learning outcome at 10th grade of SMAN 7 Mataram academic year 2015/2016.
2
Keywords: learning cycle model-5E, students’ learning outcome, oxidationreduction reactions PENDAHULUAN Salah satu permasalahan pada pembelajaran kimia di SMAN 7 Mataram adalah rendahnya hasil belajar siswa dibuktikan dari masih banyak siswa yang nilainya dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75. Nilai rata-rata tertinggi yaitu 67,90 dan tingkat ketuntasan tertinggi yaitu 39 % terdapat dikelas X.A serta nilai rata-rata terendah yaitu 44,74 dengan ketuntasan terendah yaitu 0 % terdapat di kelas X.I. Beradasarkan hasil observasi dan wawancara, proses belajar yang dilakukan masih berlangsung satu arah dan berpusat pada guru (teacher centered). Pembelajaran kimia di kelas sering kali dilakukan dengan metode ceramah dan penugasan, berupa latihan soal dan menghafal materi. Keadaan ini berdampak negatif terhadap aktivitas dan hasil belajar kimia siswa. Penggunaan LKS dari penerbit juga menjadi pertimbangan dalam pembelajaran. Terkait dengan hal ini, guru kimia tersebut mengakui bahwa LKS yang digunakan seringkali terdapat soal dan jawaban yang salah, sehingga di dalam proses pembelajaran siswa seringkali salah ketika mengerjakan soal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas yaitu peneliti mencoba untuk menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa dengan menerapkan model pembelajaran siklus belajar-5Emenggunakan LKS. Terkait dengan permasalahan di atas penulis mengambil judul penelitian “Pengaruh Model Siklus Belajar-5E (Leaning Cycle) Menggunakan LKS Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Reaksi Reduksioksidasi Kelas X SMAN 7 Mataram”. Keberhasilan model learning cycletelah dibuktikan olehpenelitian yang salah satunya dilakukan oleh Rahayuningsih (2012) yang berjudul Penerapan Siklus Belajar-5E (Learning Cycle 5E) disertai Peta Konsep untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Kimia pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kartasura Tahun Pelajaran 2011/2012 menunjukan bahwa hasil belajar siswa meningkat dari 72,5% menjadi 85%, dari aspek afektif terdapat peningkatan persentase dari 75,8 menjadi 78,9%, sedangkan dari aspek psikomotor terjadi peningkatan persentase dari 74,3% menjadi 80,9%. Selanjutnya,penelitian yang dilakukan salah satunya oleh Susanti (2013) yang berjudul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5 Fase(LC-5E) terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA pada Materi Termokimia di SMA Negeri 2 Malang menunjukkan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran LC-5E memiliki nilai rata-rata hasil belajar kognitif sebesar 80,00, hasil belajar afektif 82,36 dan hasil belajar psikomotorik 82,14. Siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ekspositori memiliki nilai rata-rata hasil belajar kognitif sebesar 68,57, hasil belajar afektif 77,61 dan hasil belajar psikomotorik 80,71.Adapun penelitian yang berhasil menggunakan bantuan LKS dalam menerapkan model leacning cycle adalah salah satunya dilakukan olehUtami (2013) dengan judul Penerapan Siklus Belajar 5E disertai LKS untuk Peningkatan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Kimia, diperoleh hasil tes kognitif
3
pada siklus II persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I sebesar 64,29 dan meningkat menjadi 83,33% pada siklus II. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam model pembelajaran learningadalah sebagai berikut: a) Tahap engagement. Pada tahap ini minat dan keingintahuan siswa tentang topik yang akan diajarkan berusaha dibangkitkan melalui keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan pembelajaran. Pada tahap ini siswa diajak melihat ilmu kimia secara makroskopis melalui kegiatan pengamatan secara langsung dan membuat prediksi terhadap hasil pengamatan. b) Tahap exploration. Pada tahap inisiswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam sebuah kelompok untuk menyelidiki fenomena secara mikroskopis dengan mengkonstuksi pengetahuaan dan telaah literatur. c) Tahap explanation. Pada tahap iniguru harus mendorong siswa untuk mempelajari konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi. Pada tahap ini siswa menemukan istilah-istilah dari konsep yang dipelajari. d) Tahap elaboration Pada tahap ini siswa dihadapkan dengan situasi baru atau konteks yang berbeda dan menerapkan konsep yang baru dipelajari dalam situasi tersebut. e) Tahap evaluation. Pada tahap inidilakukan evaluasi terhadap pengetahuan yang telah diperoleh siswa dalam tahap-tahap sebelumnya. Melalui pembelajaran menggunakan model learning cycle menggunakan LKS ini diharapkan dapat membuat siswa lebih aktif mencari informasi, aktif bertanya, dan aktif berdiskusi selama proses pembelajaran berlangsung. Dari keempat hal tersebut diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap rasa ingin tahu siswa dan jumlah informasi tentang materi yang diajarkan serta mendapatkan pengalaman belajar. Sehingga diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 7 Mataram dengan variabel bebas adalah model pembelajaran siklus belajar-5E (learning cycle) menggunakan LKS yang diterapkan pada kelas eksperimen dan model ekspositorimenggunakan LKS yang diterapkan pada kelas kontrol dan Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam ranah kognitif (hasil belajar kimia siswa). Rancangan penelitian ini menggunakan Nonrandomized Control Group Pretest-Post-test Design dengan rancangan penelitian sebagai berikut: Kelas Pretest Perlakuan Posttest Model siklus belajar-5E (learning cycle) Eksperimen Ya Ya menggunakan LKS Kontrol Ya Model ekspositori menggunakan LKS Ya Setyosari (2012) Populasi dalam penelitian ini berjumlah 261 orang yang tesebar dalam kelas X.A, X.D, X.G, X.I, X.J, X.K, dan X.L. Sedangkan sampel penelitian ini terdiri dari kelas X.G sebagai kelas eksperimen (22 orang siswa) dan kelas X.K sebagai kelas kontrol (28 orang siswa). Sampel dipilih dengan beberapa pertimbangan diantaranya berdasarkan kemampuan siswa, saran, dan hasil wawancara dengan
4
guru mata pelajaran kimia serta uji statistik. Instrumen penelitian terdiri atas silabus, RPP, dan LKS, soal pretest berbentuk pilihan ganda, dan soal posttest berbentuk uraian Penelitian ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: 1. Tahap persiapan. Pada tahap ini dilakukan penyusunan perangkat pembelajaran, validasi perangkat pembelajaran, validitas isi soal pretestdanposttest, danvaliditas eksternal dan reliabilitas soal posttest. 2. Tahap pelaksanaan / pengumpulan data. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data pretest melalui pemberian soal pretest pada kelas sampel dengan alokasi waktu 2 JP, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan alokasi waktu 10 JP, pengumpulan data hasil belajar melalui pemberian soal posttest pada kelas sampel dengan alokasi waktu 2 JP. 3. Tahap analisa data. Pada tahap ini dilakukananalisis data kualitatif dengan mendeskripsikan kegiatan pembelajaran, dan analisis data kuantitatif diawali dengan mengkonversi data mentah hasil pretest dan posttest ke dalam bentuk data interval menggunakan pemodelan Rasch (Sumintono dan Widhiarso 2015), melakukan uji prasyarat dan selanjutnya diuji hipotesis menggunakan uji anakova(Subana,Rahadi, dan Sudrajat, 2000). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pretest dan Posttest Kelas eksperimen maupun kelas kontrol diberi pretest diawal pertemuan, dan diberi posttest diakhir pertemuan. Nilai rata-rata hasil pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan pada Gambar 1.
Gambar 1 Perbedaan Peningatan Kemampuan Rata-rata Siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol Hasil ujihipotesis menggunakan uji anakova menunjukkan bahwa nilai Fhitung> FTabel (21,574>4,04) yang berarti bahwa hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
5
model siklus belajar-5E(learning cycle) menggunakan LKS memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas X SMAN 7 Mataram tahun ajaran 2015/2016. Kegiatan pembelajaran menggunakan model learning cycle dimulai dengan mengarahkan siswa untuk mengamati peristiwa kimia yang akan dipelajari melalui percobaan kimia, melakukan pengamatan dan membahas hasil pengamatan (tahap engangement). Menurut hasil observasi pada tahap ini, siswa terlihat aktif menyiapkan bahan praktikum dan melaksanakan setiap proses praktikum dengan baik. Siswa juga terlihat aktif bertanya tentang langkah-langkah percobaan yang akan dilakukan, hal-hal yang berkaitan dengan hasil pengamatan, cara mengidentifikasi suatu zat yang dikatakan bereaksi, cara menulis persamaan reaksi, dan lain-lain. Sebagai contoh, pada pertemuan pertama keaktifan bertanya siswa dapat dilihat dari pertanyaan yang diajukan siswa pada kelas eksperimen antara lain sebagai berikut; (1) apakah alumunium diamplas; (2) berapa lama logamnya didiamkan?; (3) adanya gelembung menandakan zat tersebut bereaksi ?; (4) Alumnium tidak terjadi perubahan , berarti tidak beraksi?; (5) jika terdapat gelembung, apakah menandakan zat tersebut bereaksi?; (6) kenapa bisa bergelembung?; (7) jikatidak ada maka dikolom perubahan warna dituls tidak adaa perubahan warna?, (8) Bagaimaan cara membuat persamaan reaksi ?; (9) Apa maksud dari ciri fisik yang dapat diamati untuk menentukan suatu senyawa dikataan bereaksi?, (10) bagaimana menyetarakan persamaan reaksi?; (11) bagaimana cara membuat persamaan setengah reaksi?, (12) dapatkah ibu memberi contoh persamaan setengah reaksi untuk poin pertama? (13) apakah persamaan yang kami buat sudah benar?. Menurut Martinis Yamin (2007) “Mengajukan pertanyaan berarti menunjukkan pola fikir yang dimiliki oleh seseorang”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir pada siswa. Keterlibatan siswa secara fisik maupun mental dalam proses pembelajaran akan menimbulkan aktivitas belajar yang optimal serta dapat mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa. Pada tahap exploration, siswa diberi kesempatan bekerja sama dalam sebuah kelompok untuk menyelidiki fenomena secara mikroskopis dengan mengkonstuksi pengetahuaan awal dan telaah literatur. Menurut hasil pengamatan, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tahap ini dikarenakan pengetahuan awal siswa yang cukup rendah. Akan tetapi setiap kelompok terlihat aktif bertanya baik antar sesama anggota kelompok maupun kepada peneliti sebagai guru model. Selain itu siswa juga aktif mencari informasi pada buku kimia yang tersedia. Kegiatan ini membuat kemampuan siswa cukup berkembang. Pembelajaran dilanjutkan dengan tahap explanation. Pada tahap ini, siswa diarahkan untuk membuat konsep dengan kalimat sendiri dan menjawab permasalahan yang diberikan oleh guru model. Berdasarkan hasil pengamatan, sebagian besar siswa telah mampu mendefinisikan konsep secara mandiri dan mengkonstruksi pengetahuan yang diperolehi sebelumnya untuk menjawab permasalahan yang diberikan guru model. Hal ini terlihat dari hasil pengerjaan
6
LKS diamana mereka telah mampu menjawab dengan pemikiran sendiri dan kalimat sendiri. Pada tahap elaboration siswa dihadapkan pada situasi baru dengan meminta siswa menyelsaikan permasalahan secara berkelompok. Secara umum, tahap ini berjalaan dengan cukup baik. Terlihat dari kegiatan siswa yang mulai terbiasa mencari informasi secara mandiri melalui buku dan artikel. Melalui kegiatan diskusi yang terjadi pada tahap persiapan hingga elaborasi, siswa dapat mengerti tentang konsep-konsep dasar ide-ide dengan lebih baik dan siswa benar-benar dilibatkan secara penuh dalam proses pembelajaran dengan cara siswa dituntut untuk membaca, memahami materi, menyampaikan pendapat, menanggapi pendapat teman memberi saran dan juga menerima saran teman. Sehinggainformasi yang didapatkan oleh siswa jauh lebih banyak dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan model ekspositori yang mana yang diterapkan di kelas kontrol yang mana proses diskusi hanya terjadi saat latihan soal yang dikerjakan secara kelompok. Hal ini berarti dengan siswa aktif berdiksusi dapat berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Tahap akhir dari model ini adalah tahap evaluasi. Pada tahap ini siswa diberi tugas secara individu untuk dikerjakan di rumah masing-masing. Dari hasil pengerjaan tugas individu, sebagian siswa mengerjakan dengan baik dan sebagian menyontek pada teman kelasnya. Dari pemaparan diatas model pembelajaran siklus belajar-5E(learning cycle) membuat siswa lebih aktif dalam bertanya, mencari informasi, menyatakan pendapat,menjawab pertanyaan dan menjadi pendengan yang baik ketika diskusi kelas berlangsung. Hal ini berdampak pada siswa mampu membangun pemahamannya sendiri dan memperoleh pengalaman belajar yang tidak terlepas dari konteks dunia nyata. Hal ini memberikan perubahan positif terhadap tingkah laku siswa terutama dalam memahami materi yang dipelajari. Hal ini sesuai dengan penelitian Nohogludan dan Yalcin yang (2006) yang menyimpulkan bahwa: Learning cycle facylities student to learn effectively and organize the knowledge in a meaningfull way. It achieves to make the knowledge long lasting. Hasil positif terhadap hasil belajar yang terlihat di kelas eksperimen berbeda dengan kegiatan pembelajaran di kelas kontrol yang menggunakan model ekspositori. Siswa lebih cenderung menerima materi apa adanya. Hal ini dibuktikan dengan kurangnya keaktifan bertanya pada kelas kontrol. Adapun pertanyaan yang dapat direkam pada pertemuan pertama antara lain; (1) Apa yang dimaksud reaksi redoks?; (2) Apa saja contoh reaksi redoks?; (3) Kenapa persamaannya setengah reaksinya bisa seperti itu? ; (4) Kenapa elektronya bisa 2 yang dilepaskan?. Pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center) yakni pembelajaran berpusat pada guru yang terjadi pada kelas kontrol mengakibatkan siswa tidak pernah melakukan persiapan sebelum pembelajaran dimulai, siswa susah diatur untuk segera duduk bersama kelompok masing-masing, sebagian siswa sering kali tidak mengerjakan latihan soal ataupun pekerjaan rumah yang diberikan pada saat
7
pembelajaran, beberapa siswa sering keluar masuk kelas saat pembelajaran, dan mengacuhkan guru model saat proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran di kelas kontrol dimulai dengan guru memagi siswa menjadi 6 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 6-7 siswa. Setiap siswa dikondisikan duduk bersama anggota kelompok masing-masing. Kegiatan pembelajaran mengguanakan model ekspositori diawali dengan memberikan video pembelajaran kepada siswa dengan tujuan menumbuhkan motivasi siswa terhadap materi yang diajarkan. Menurut hasil pengamatan, sebagian besar siswa terlihat menyimak dengan seksama videoyang ditayangkan dan mencatat poin-poin pada video tersebut. Setelah itu, guru melanjutkan dengan memberikan penjelasan tentang materi pembelajaran yang telah direncanakan. Pada tahap ini terlihat sebagian siswa terlihat menyimak penjelasan guru dengan baik dan sebagian lainnya sibuk dengan kegiatan pribadi seperti mengobrol dengan teman sebangku, mencari teman kelompok, melamun dan lain sebagainya. Kondisi ini hampir mendekati kondisi pada observasi awal yang dilakukan peneliti. Kondisi ini dapat disebabkan kurang terlibatnya siswa dalam proses mencari informasi secara mandiri seperti yang dilakukan pada kelas eksperimen. Lain halnya ketika guru menayangkan video pembelajaran, siswa terlihat antusias. Tetapi ketika guru meminta mengerjakan LKS, siswa seringkali kesulitan dalam mengerjakan soal pada LKS dan beberapa siswa seringkali berputus asa untuk mengerjakan soal pada LKS. Hal ini dikarenakan informasi yang didapatkan hanya diperoleh dari guru tanpa adanya respon aktif dari siswa untuk mencari tahu lebih jauh materi yang telah atau sedang diajarkan baik dengan cara berdiskusi dengan teman kelompoknya ataupun mencari referensi yang berkaitan dengan materi yang telah atau sedang diajarkan. Keadaan ini menyebabkan siswa kurang mendapatkan informasi tambahan dari materi yang diajarkan sehingga mempengaruhi rendahnya pencapaian hasil belajar siswa. KESIMPULAN Penerapan model siklus belajar-5E(learning cycle) menggunakan LKS memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar reaksi reduksioksidasi siswa kelas X SMAN 7 Mataram tahun ajaran 2015/2016. SARAN Menerapkan modelsiklus belajar-5E(learning cycle) harus benar-benar memperhatikan beberapa hal, yaitu: 1) Alokasi waktu diatur sebaik mungkin sehingga tiap tahapan pembelajaran dapat berlangsung secara optimal; 2) Mengetahui kemampuan awal siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. 3) Merekam setiap kegiatan yang dilakukan oleh siswa sehingga perkembangan pemahaman dan kemampuan berpikir siswa dapat diketahui dengan baik.
8
DAFTAR PUSTAKA Nuhoglu, Hasret & Necati Yalcin. 2006. “The Effectiveness of the Learning Cycle Model to Increase Students’ Achievement in the Physics Laboratory”. Journal of Turkish Science Education, 3 (2). Rahayuningsih, R., Masykuri, M., dan Utami, B. 2012. Penerapan Siklus Belajar 5E (Learning Cycle 5E) Disertai Peta Konsep untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Kimia pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kartasura Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK). Vol 1 No. 1. Setyosari, P. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Subana., Rahadi, M., dan Sudrajat. 2000. Statistik Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia. Sumintono, B., dan Widhiarso, W. 2015. Aplikasi Pemodelan Rasch pada Assessment Pendidikan. Cimahi:trim Komunikata. Susanti, R. Y., Maryami, T., dan Muntholib. 2013. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5 Fase (LC 5-E) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA pada Materi Termokimia Di SMA Negeri 2 Malang.JKFUN Malang. Utami, B. Hastuti, B., Yamtinah, S,. Padmini, S., dan Arroyan, F. 2013. Penerapan Siklus Belajar 5E Disertai LKS untuk Peningkatan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Kimia. Jurnal Cakrawala Pendidikan No. 2. Yamin, M. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta:Gaung Persada Press