Seminar dan Lokakarya Nasional Kerbau 2009
EFISIENSI PENGGUNAAN MODAL USAHA PEMELIHARAAN KERBAU DI TINGKAT PETERNAK DI KABUPATEN BOGOR (Efficientcy of Capital Maintenance in Buffalo Farming in Bogor) S. RUSDIANA dan A.M. BAMUALIM Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Jl. Raya Pajajaran Kav. E 59, Bogor 16151
ABSTRACT A study has been conducted in Rumpin Village, Rumpin, Subdistrict, Bogor District West Java Province, with the aim to determine the results of buffalo farming which are run by breeders. This paper discuss the feasibility of this business in an effort to determine the function of farmers' income. The research was conducted by survey methods using questionnaires and interviews conducted based on purposive random sampling. The sample was as much as 20% of the farmers who own buffalo. The number of total study sample was 30 farmer respondents. Secondary data and primary data were obtained and analyzed by qualitative descriptive and economic analysis of B/C, while analysis of revenue and analysis of efficientcy use of capital was done basen on return on investment (ROI) analysis. The results show that the farmers were always optimizing the use of not fixed inputs or other equipment during maintenance. In the maintenance of livestock, farmers did not give concentrate feed because the carrying capacity of land was good, so the farming resulted in quite significant effect in supporting the welfare of farmers in the countryside. Raising buffaloes was economically gain acceptance for Rp. 9,500,000/year, with. B/C ratio of 2.63 and ROI of 26.3%. It, means that raising buffaloes in this village gave good effect on the income of farmers in rural areas so that the existing buffaloes can be maintained. Key Words: Capital Efficiency, Buffalo, farmer ABSTRAK Suatu penelitian telah dilakukan di Desa Rumpin, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat, dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil usaha pemeliharaan ternak kerbau yang dijalankan oleh peternak. Kegiatan ini juga menganalisa kelayakan usahanya sebagai upaya untuk mengetahui fungsi pendapatan petani. Penelitian dilaksanakan dengan metode survei menggunakan kuesioner dan wawancara, dilakukan secara acak sederhana. Sampel yang diteliti sebanyak 20% dari jumlah petani yang memiliki ternak kerbau. Jumlah sampel penelitian seluruhnya 30 peternak responden. Data sekunder dan primer yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif meliputi analisis ekonomi dan efisiensi penggunaan modal (return on investment/ROI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peternak selalu mengoptimalkan penggunaan input-input tidak tetap atau peralatan lainnya pada saat pemeliharaan. Dalam pemeliharaan ternak, petani tidak menggunakan tambahan pakan konsentrat karena daya dukung lahan yang masih potensial, sehingga hasil yang didapat cukup berpengaruh nyata dalam menunjang kesejahteraan petani di pedesaan. Pemeliharaan kerbau menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 9.500.000 peternak/tahun. Analisa B/C 2,63 dan Analisis ROI (Return on Investment) 26,3%, artinya usaha pemeliharaan ternak kerbau sebagai sumber pendapatan peternak di pedesaan memberi sumbangan yang signifikan sehingga keberadaan ternak kerbau perlu dipertahankan. Kata Kunci: Efisiensi Modal, Kerbau, Petani
PENDAHULUAN Perkembangan jumlah penduduk yang pesat akan mendesak penggunaan lahan, (tegalan, sawah dan pekarangan). Untuk menjaga kelestarian kualitas lahan/lingkungan
66
perlu dilakukan suatu usaha yang dapat mempertahankan produktivitas lahan dan menjadi sumber tambahan pendapatan bagi petani ternak secara konsisten. Pengembangan usaha ternak kerbau dipandang sangat cocok prospektif, karena
Seminar dan Lokakarya Nasional Kerbau 2009
ternak kerbau dikenal mudah beradaptasi pada berbagai kondisi agroekosistem pedesaan serta merupakan usaha komplementer dalam suatu sistim pertanian tanaman pangan. Usaha ternak kerbau merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam menunjang pendapatan petani disamping usaha pertanian lainnya (HANDEWI et al., 1996) berpendapat bahwa tantangan yang sering dihadapi dalam pengembangan usaha ternak adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pangan melalui perbaikan produksi dan kualitas ternak dengan jalan pembinaan kepada petani yang daerahnya potensial. Ketersediaan lahan kosong perkebunan, tegalan, sawah, ladang, rawa aliran sungai, kubangan merupakan lahan-lahan yang potensial untuk menyediakan hijauan pakan ternak baik rumput atau berbagai limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usahaternak ruminansia, antara lain kerbau. Berdasarkan latar belakang tersebut maka suatu penelitian lebih dilakukan di Desa Rumpin, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor untuk mengetahui daya dukung lahan yang dimiliki bagi pengembangan usahaternak dan pendapatan petani yang diperoleh dari usaha pemeliharaan kerbau. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efisiensi usaha pemeliharan ternak kerbau terhadap pendapatan petani ternak.
pengeluaran secara cash out flow. Sementara itu, analisis fungsi ekonomi dihitung berdasarkan (GITTINGER, 1986). Disamping itu dilakukan Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (B/C) dan Analisis efisiensi penggunaan modal (return on investment/ROI) (LIMBONG dan SITORUS, 1987) Analisis pendapatan Analisis pendapatan usaha pemeliharaan kerbau menggambarkan keuntungan usaha saat ini. Pendapatan didefinisikan sebagai selisih antara penerimaan total dengan biaya total, dapat dirumuskan sebagai berikut: = TR – TC dimana: = keuntungan (benefit) TR = penerimaan total (total revenue) TC = biaya total (total cost) Analisis imbangan penerimaan dan biaya (B/C) Untuk mengetahui berapa besar penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan oleh petani ternak dalam kegiatan usaha pemeliharaan ternak kerbau dapat dilihat dari rasio penerimaan terhadap biaya. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus:
MATERI DAN METODE B/C = Lokasi penelitian adalah Desa Rumpin, Kecamatan Rumpin, Kabupeten Bogor, Propinsi Jawa Barat, yang berpotensi dan mempunyai prospek untuk pengembangan usaha pemeliharaan ternak kerbau, berdasarkan skala pemeliharaan 2 – 5 ekor/KK. Penelitian dilakukan dengan metode survei dengan teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposipe random sampling. pertimbangan bahwa Desa Rumpin merupakan daerah yang banyak memelihara kerbau. Responden dipilih secara acak sederhana (random) sebanyak 20% dari jumlah populasi ternak kerbau yang ada, jumlah sampel penelitian seluruhnya 30 peternak responden. Tingkat pendapatan dihitung dari hasil pengurangan antara total penerimaan dan total
TR TC
dimana: B/C = imbangan penerimaan kotor dan biaya TR = penerimaan total (total revenue) TC = biaya total (total cost) Analisis efisiensi penggunaan modal (return on investment/ROI) Analisis ini digunakan untuk menyatakan seberapa efisien modal usaha yang dipakai dalam usaha pemeliharaan ternak kerbau tersebut (LIMBONG dan SITORUS, 1987) Analisis ROI dinyatakan dalam % dengan rumus: ROI =
Laba usaha Total biaya
x
100%
67
Seminar dan Lokakarya Nasional Kerbau 2009
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi umum wilayah Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan Ibukota DKI Jakarta dan secara geografis mempunyai luas 2.301,95 km2. Kabupaten Bogor memiliki 40 Kecamatan, 427 desa/kelurahan, Sejumlah 234 desa mempunyai ketinggian kurang dari 500 m dpl, sedangkan di antara 500 – 700 m dpl 144 desa, dan sisanya 49 desa lebih dari 700 m dpl. Kecamatan Rumpin mempunyai 12 desa. Luas lahan pertanian 158.108 ha, lahan sawah 48.321 ha, lahan bukan sawah 109.787 ha, tegalan/kebun 57.609 ha, padang penggembalaan 757 ha, lahan yang tidak diusahakan 955 ha dan sisanya lahan perkebunan dan lainnya. Lahan pertanian dan lahan kosong perkebunan merupakan lahan terbesar di Desa Rumpin menyusul kebun campuran dan lahan sawah. Keadaan ini menggambarkan bahwa daerah ini memiliki prospek pengembangan usahatani ternak, tanaman pangan, sayuran dan palawija. Sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian sebagai petani dan buruh tani Profil peternak kerbau Populasi ternak kerbau di Kabupaten Bogor sekitar 16.662 ekor dan Kecamatan Rumpin sekitar 676 ekor (DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BOGOR, 2008). Sistem pemeliharaan kerbau di Desa Rumpin dengan cara dikandangkan pada malam hari dan digembalakan pada siang hari di sawah-sawah atau diikat pindah di lahan penggembalaan dan sesekali dipekerjakan untuk menggarap sawah. Untuk ternak kerbau yang dipelihara secara ikat pindah selama siang hari, petanimemberikan pakan tambahannya pada malam hari berupa rumput potong sebanyak 15 – 20 kg/ekor. Sementara itu, ternak kerbau yang dikandangkan terus-menerus diberikan pakan hijauan dua kali lebih banyak. Disamping itu petani selalu memberikan kesempatan kepada ternaknya untuk beristirahat di gubangan dan memandikannya pada sore hari.
68
Peternak kerbau memelihara kerbau betina sampai umur 2 – 15 tahun, setelah induk kerbau tua dan tidak produktif lagi biasanya dijual atau dipotong untuk tujuan konsumsi. Pada umumnya kerbau dijual setelah beranak lebih dari 2 – 6 kali. Namun ternak kerbau jantan dijual pada umur yang masih relatif muda pada umur sekitar 1-3 tahun. Rata-rata kepemilikan ternak kerbau di Desa Rumpin 2 – 3 ekor walaupun ada juga petani yang memiliki sampai 6 – 8 ekor/KK. Pada umumnya petani memelihara ternak milik sendiri, ada juga yang memelihara ternak kerbau milik orang lain dengan sistem gaduhan atau bagi hasil. Apabila sudah beranak, anaknya dibagi dua antara pemilik dan pemelihara atau ternak kerbau induknya diperah hasil susunya buat pemelihara. Hasil survei menunjukkan bahwa fungsi dan peranan kerbau dalam sistem usahatani di Desa Rumpin sebagai sumber pendapatan dan sumber tenaga kerja, khususnya untuk mengolah tanah, mulai dari membajak sampai persiapan tanam. Untuk menambah pendapatan, petani menanam padi-jagung dan kacang tanah, serta karakteristik dan fungsi ternak kerkau dalam pemeliharaan di tingkat peternak terlihat pada Tabel 1. SIMAMORA et al. (1984) berpendapat bahwa penduduk di pedesaan pada umumnya berpendidikan rendah dan tergolong ekonomi lemah sehingga sulit dalam menerima inovasi teknologi dan pengetahuan. Artinya usaha pemeliharaan ternak kerbau masih bersifat sederhana dan harapan yang paling utama adalah sumber pendapatan terhadap petani ternak. Kepemilikan ternak Rataan kepemilikan ternak kerbau di peternak dalam usaha pemeliharaan ternak kerbau merupakan faktor yang mempengaruhi suatu usaha yang dijalankan oleh petani di Desa Rumpin. Rataan kepemilikan ternak kerbau di Desa Rumpin dalam struktur populasi yang dipelihara nampak bahwa proporsi tertinggi adalah yang memelihara 1 – 3 ST sehingga 66,7%, 23,3% antara 4 – 6 ST dan 10,0% memiliki 7 – 9 ST. Keadaan ini
Seminar dan Lokakarya Nasional Kerbau 2009
Tabel 1. Karakteristik petani dan fungsi ternak kerbau Uraian
Responden (n = 30)
Presentase (%)
15
50,0
Sebagai tenaga kerja
5
16,7
Tabungan
10
33,3
2 – 10
11
36,7
11
19
63,3
Tidak sekolah – tamat SD
21
70,0
Pendidikan SMP
8
26,7
Pendidikan SLTA
1
3,3
15 – 35
7
23,3
36 – 55
23
76,7
Petani
19
63,3
Buruh tani
9
30,0
Lainnya
2
6,7
Fungsi dan peranan ternak Sumber pendapatan
Lama pemeliharaan/tahun
Pendidikan
Umur peternak
Sumber mata pencaharian
Tabel 2. Rataan kepemilikan ternak kerbau (n = 30) Jumlah ternak (ST)
Peternak (orang)
Rataan (ekor)
Persentase
1–3
20
1,53
66,7
4–6
7
1,07
23,3
7–9
3
0,07
10,0
Jumlah
30
2,67
100,0
menggambarkan pola usaha pemeliharaan ternak kerbau merupakan usaha pemeliharaan yang sangat sederhana dan merupakan andalan dalam sumber pendapatan yang dapat menujang kesejahteraan keluarga petani bila dilihat dari daya tampung ternak. Rataan kepemilikan 2,67 ekor/kk. Sistem pemeliharaan kerbau di Desa Rumpin hampir seluruhnya dikandangkan pada malam hari dan digembalakan pada siang hari atau diikat pindah di kebun atau di areal lahan penggembalaan yang terbuka. Lahan penggembalaan umumnya ditumbuhi dengan berbagai jenis tanaman pakan ternak (TPT) seperti leguminosa, rumput gajah, rumput raja, rumpai raket, rumput kawat, alang-alang, dan sisa limbah hasil pertanian.
Ketersediaan hijauan sangat tergantung pada alam terutama pada pemeliharaan ternak yang dilakukan secara tradisional. Pada umumnya petani menambahkan rumput alam yang dipotong dan diberikan dalam kandang di sore hari. Ternak yang dipelihara secara ikat pindah selama siang hari, selalu diberi pakan tambahan berupa rerumputan atau hijauan. Analisis perkiraan pendapatan usaha ternak kerbau Skala usaha pemeliharaan ternak kerbau minimal > 4 ekor/KK yang terdiri dari 1 ekor pejantan 2 ekor betina, dan 1 ekor anak, merupakan unit ekonomi terkecil yang dituju
69
Seminar dan Lokakarya Nasional Kerbau 2009
dalam pembinaan usaha di Desa Rumpin. Untuk meningkatkan pendapatan tambahan maka petani menanam tanaman pangan atau dagang. Ada beberapa asumsi yang dapat dipakai untuk perhitungan ekonomi dalam pemeliharaan ternak kerbau adalah induk kerbau dipakai untuk bibit yang dipelihara selama 1 – 8 tahun untuk mendapatkan keturunan dan pejantannya digunakan sebagai bibit yang dipelihara selama 2 – 6 tahun. Hasil keturunan atau anak dan ternak afkir dapat dijual sebagai penerimaan pendapatan selama pemeliharaan. Pendapatan merupakan selisih antara total penerimaan dengan biaya-biaya selama pemeliharaan ternak kerbau. Menurut MUBYARTO (1980), perkiraan pendapatan merupakan hasil usaha pemeliharaan ternak selama periode tertentu. Sementara itu, GITTINGER (1986), menyatakan bahwa analisis perkiraan usaha adalah hasil usaha pemeliharaan ternak yang umumnya digunakan untuk mengevaluasi kegiatan usaha yang dalam satu tahun atau periode tertentu. Informasi yang didapat dari survei di Desa Rumpin memperlihatkan bahwa petani menjalankan usaha pemeliharaan kerbau dengan skala 3 ekor/kk yaitu 2 induk dan 1
jantan sebagai modal investasi sebesar Rp. 18.500.000/tahun (Tabel 3). Hasil analisa menunjukkan B/C = 2,63, Analisis ROI (Return on Investment) = 26,3% yang artinya usaha pemeliharaan ternak kerbau bisa dipertahankan sebagai sumber pendapatan peternak. Analisis perkiraan usaha pemeliharaan ternak kerbau dapat dilihat pada Tabel 3. Menurut informasi petani, betina induk dan jantan dibeli dalam kondisi siap kawin dengan harga Rp. 6.150.000/ekor dan dipelihara selama 1 – 8 tahun. Pada umumnya betina induk dipelihara sampai menghasilkan keturunan 5 kali. Betina induk dan jantan dewasa masih dipelihara oleh peternak sebagai investasi usaha berikutnya. Analisis kelayakan usaha (B/C Ratio) Metode analisis ini merupakan angka banding antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan pada suatu usaha. Usaha dikatakan layak apabila angka B/C lebih besar dari 1. Untuk usaha pemeliharaan ternak kerbau seperti di atas, dapat dihitung bahwa B/C adalah sebesar 2,63 yang artinya, setiap peningkatan biaya dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 16,3% (ROI).
Tabel 3. Analisis perkiraan pendapatan usaha pemeliharaan ternak kerbau Uraian
Volume
Jumlah (%)
Investasi Bibit betina rata-rata @ Rp. 6.150.000/ekor
2 ekor
12.300.000 (64,57)
Bibit jantan @ Rp. 6.750.000/ekor
1 ekor
6.750.000 (35,43)
Jumlah biaya invesatsi
19.050.000 (100)
Biaya produksi/pengeluaran Tenaga kerja keluarga
tahun
2. 800.000 (77,78)
Penyusutan kendang
tahun
300.000 (8,32)
Depresiasi induk
tahun
500.000 (13,90)
Jumlah biaya produksi
3. 600.000 (100)
Pendapatan Penjualan 2 ekor anak umur 6 bulan rata-rata @ Rp. 4.750.000
9. 500.000
Jumlah pendapatan kotor
9. 500.000
Pendapatan bersih/tahun
5. 900.000
B/C rasio
2,63
Analisis ROI (Return on Investment)
1,63
70
Seminar dan Lokakarya Nasional Kerbau 2009
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peternak di Desa Rumpin selalu mengoptimalkan penggunaan input-input tidak tetap atau peralatan lainnya pada saat pemeliharaan, karena petani dalam pemeliharaan ternak tidak menggunakan tambahan pakan konsentrat dan daya dukung lahan yang masih potensial, sehingga hasil yang didapat cukup berpengaruh nyata dalam menunjang kesejahteraan petani di pedesaan. Pemeliharaan ternak kerbau secara ekonomi mendapatkan penerimaan bersih sebesar Rp. 5.500.000 peternak/tahun. Hasil analisa B/C sebesar 2,63 dan analisis efisiensi penggunaan modal (return on investment/ROI) sebesar 16,3% yang artinya usaha pemeliharaan ternak kerbau bisa dipertahankan sebagai sumber pendapatan peternak di pedesaan. Pentingnya diupayakan peningkatan skala kepemilikan yang lebih besar serta introduksi inovasi teknologi peternakan di tingkat petani dalam pemeliharaan kerbau untuk meningkatkan pendapatan petani dan efisiensi ekonomi.
DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BOGOR. 2008 Provinsi Jawa Barat. Data Statistik Peternakan. GITTINGER, J.P. 1986. Analisis Ekonomi ProyekProyek Pertanian. Edisi Kedua. Universitas Indonesia, Jakarta. HANDEWI, P.S. RACHMAT dan B.SUDARYANTO. 1996. Karakteristik usaha ternak domba di daerah lahan kering (Kasus dua desa di Kabupaten Semarang dan Boyolali Jawa Tengah). Pros. Temu Ilmiah Hasil-Hasil Penelitian Peternakan Aplikasi hasil Penelitian untuk Industri Peternakan Rakyat. Bogor 9 – 11 Januari 1996. Balai Penelitian Ternak, Puslitbang Peternakan, Bogor. LIMBONG, W.H. dan P. SITORUS. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Bogor. MUBYARTO, M. 1980. Pengantar Ekonomi Pertanian. Penerbit LP3ES, Jakarta. SIMAMORA, P. HADI dan MULYONO. 1984. Pembinaan Pengabdian Dalam Kaitannya dengan Pembangunan Masarakat Desa Tambaksari, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Pengabdian Masyarakat Universitas Soedirman, Purwokerto.
71