EFEKTIVITAS MEREK DAN DESAIN KEMASAN DALAM MEMBENTUK CITRA PRODUK DI SERAMBI BOTANI, BOTANI SQUARE, BOGOR
MUTIA KURNIA PERMATASARI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Merek dan Desain Kemasan dalam Membentuk Citra Produk di Serambi Botani, Botani Square, Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
Mutia Kurnia Permatasari NIM I34100078
ABSTRAK MUTIA KURNIA PERMATASARI. Efektivitas Merek dan Desain Kemasan dalam Membentuk Citra Produk di Serambi Botani, Botani Square Bogor. Dibawah bimbingan YATRI INDAH KUSUMASTUTI. Gerai Serambi Botani berada di bawah pengawasan Institut Pertanian Bogor yang menghasilkan produk olahan pertanian dengan nama merek yang sama yaitu Serambi Botani. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi persepsi konsumen mengenai elemen merek dan desain kemasan produk Serambi Botani, (2) mengidentifikasi persepsi konsumen mengenai citra produk Serambi Bortani, dan (3) mengidentifikasi hubungan antara persepsi mengenai merek dan desain kemasan dengan citra produk Serambi Botani. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif menggunakan wawancara terstruktur berupa kuesioner dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa merek dan desain kemasan memiliki hubungan nyata positif dengan citra produk. Hal ini menunjukkan bahwa semakin menarik merek dan desain kemasan pada suatu produk maka citra produk yang terbentuk akan cenderung baik pula. Namun, merek dan desain kemasan belum cukup efektif dalam membentuk citra produk Serambi Botani sebab merek dan desain kemasan belum menimbulkan citra yang baik dimata masyarakat. Kata kunci: citra produk, desain kemasan, efektivitas, merek, Serambi Botani
ABSTRACT MUTIA KURNIA PERMATASARI. The Effectiveness of Brand and Packaging Design in Forming the Image of the Product in Serambi Botani, Botani Square, Bogor. Supervised by YATRI INDAH KUSUMASTUTI. Serambi Botani outlet is under the supervision of Bogor Agricultural University that develops agricultural processed products with the same brand name called Serambi Botani.The aims of this research were to (1) identify consumer’s perception on brand elements and packaging design of Serambi Botani products; (2) identify consumer’s perception on image of Serambi Botani products, and (3) identify the relation between perception on the brand and packaging design, and image of Serambi Botani products. The study was carried out by using quantitative approach that supported by a qualitative approach using structured interviews by utilizing a questionnaire and deep interview. The result showed that brands and packaging positively influenced the image of the products. But, brand and packaging design are not suficiently effective to form product image of Serambi Botani because these factors were not exhibited good image in public. Keywords: product image, packaging design, effectiveness, brand, Serambi Botani
EFEKTIVITAS MEREK DAN DESAIN KEMASAN DALAM MEMBENTUK CITRA PRODUK DI SERAMBI BOTANI, BOTANI SQUARE, BOGOR
MUTIA KURNIA PERMATASARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Efektivitas Merek dan Desain Kemasan dalam Membentuk Citra Produk di Serambi Botani, Botani Square, Bogor Nama : Mutia Kurnia Permatasari NIM : I34100078
Disetujui oleh
Ir Yatri Indah Kusumastuti, M.Si Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Siti Amanah, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal Lulus : _____________________
1
PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Efektivitas Merek dan Desain Kemasan dalam Membentuk Citra Produk di Serambi Botani, Botani Square, Bogor ini dengan baik. Skripsi ini mengupas tentang efektivitas merek dan kemasan sebagai alat promosi yang dilakukan oleh Serambi Botani dan hubungannya dengan pembentukan citra produk tersebut. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Ir. Yatri Indah Kusumastuti, MSi sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis juga menyampaikan hormat dan terimakasih kepada orangtua tercinta Ibu Setiawati dan Bapak Ir. Agus Muharam, MS yang selalu mendoakan dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya kepada penulis, serta Aditya Fatahillah Muharam, Andika Farisi Muharam, dan Anne Suci Rezeki selaku kakak-kakak yang selalu menyemangati dan mendoakan penulis. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman seperjuangan Fifi Fergi Floria, Nurmia Raisya, Raissa Almira Rifqie, Jihan, Maulidani Tresna Putri, Marsha Nurul Septiani, Debby Oktavira, Qanita Windyanggiva, dan Jazaul Aufa yang telah member semangat dan dorongan kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini. Tidak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada Angga Tamimi, Jabbar Saputra, teman-teman SKPM 47, teman-teman akselarasi SKPM 47, dan senior-senior SKPM seluruh angkatan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Januari 2014
Mutia Kurnia Permatasari
2
3
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian
Halaman vii viii viii
TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Komunikasi Pemasaran Promosi Kemasan Merek Perilaku Konsumen Citra Produk Persepsi Produk Olahan Pertanian IPB Kerangka Pemikiran Hipotesis Definisi Operasional PENDEKATAN LAPANGAN Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Teknik Pemilihan Responden dan Informan Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengolahan Data GAMBARAN UMUM Sejarah Singkat Serambi Botani Visi dan Misi Serambi Botani Struktur Organisasi Produk yang Ditawarkan Serambi Botani Pengemasan Produk Serambi Botani Desain Kemasan Produk Serambi Botani PERSEPSI TERHADAP ELEMEN DESAIN KEMASAN SERAMBI BOTANI Kesesuaian Warna Kesesuaian Tipografi Kelengkapan Aspek Legal Kesesuaian Anatomi PERSEPSI TERHADAP ELEMEN MEREK SERAMBI BOTANI Ketepatan Nama Merek Kesesuaian Logo
1 3 3 3 5 6 6 8 9 11 12 13 13 14 15 16 19 19 19 20 20 21 21 21 22 23 24
27 29 31 33 37 39
4
5
EFEKTIVITAS MEREK DAN KEMASAN DALAM MEMBENTUK CITRA PRODUK Citra Produk Hubungan Merek dengan Citra Produk Hubungan Desain Kemasan dengan Citra Produk PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
43 45 46 49 49 51 53 69
1
DAFTAR TABEL
1 2
Efektivitas alat promosi suatu produk Jenis produk yang ditawarkan di SerambiBotani, BotaniSquare, tahun 2013 3 Persentase responden berdasarkan jawaban pertanyaan terhadap elemen warna desain kemasan Serambi Botani 4 Persentase responden berdasarkan jawaban pertanyaan terhadap elemen tipografi desain kemasan Serambi Botani 5 Persentase responden berdasarkan jawaban pertanyaan terhadap kelengkapan aspek legal desain kemasan Serambi Botani 6 Persentase responden berdasarkan jawaban pertanyaan terhadap kesesuaian anatomi desain kemasan Serambi Botani 7 Persentase responden berdasarkan jawaban pertanyaan terhadap ketepatan nama merek Serambi Botani 8 Persentase responden berdasarkan jawaban pertanyaan terhadap kesesuaian logo Serambi Botani 9 Persentase responden berdasarkan jawaban pertanyaan terhadap citra produk Serambi Botani 10 Nilai koefisien korelasi dan signifikansi pada variable merek terhadap citra produk Serambi Botani 11 Nilai koefisien korelasi dan signifikansi pada variable desain kemasan terhadap citra produk Serambi Botani
Halaman 7 23 27 29 31 33 37 39 43 45 47
1
DAFTAR GAMBAR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Model Berlo : S/E-M-C-R/D Model keputusan konsumen Kerangka analisis Persentase penilaian responden terhadap elemen warna Persentase penilaian responden terhadap elemen tipografi Persentase penilaian responden terhadap aspek legal Persentase penilaian responden terhadap kesesuaian anatomi Persentase penilaian responden terhadap ketepatan nama merek Persentase penilaian responden terhadap kesesuaian logo Persentase penilaian responden terhadap citra produk
Halaman 5 12 15 28 30 32 35 38 40 44
DAFTAR LAMPIRAN
1 2 3 4 5
Kuesioner penelitian Jadwal pelaksanaan penelitian Struktur organisasi Serambi Botani Desain kemasan dan logo produk Serambi Botani Hasil uji statistik
Halaman 51 55 56 57 64
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam dunia pemasaran saat ini, semakin banyak perusahaan yang bergerak di bidang bisnis dan menghasilkan berbagai macam produk yang dapat bermanfaat bagi konsumen. Namun, tidak sedikit produk yang dihasilkan menggunakan bahan kimia dan memiliki efek samping yang dapat berbahaya bagi kesehatan manusia. Untuk itu, masyarakat membutuhkan produk yang alami, tanpa bahan kimia, dan tidak berbahaya bagi kesehatan. Salah satunya adalah produk hasil olahan pertanian sebagai bahan dasar untuk pengembangan agroindustri. Berkembangnya sektor industri dan perdagangan memberikan keuntungan yang cukup besar bagi peningkatan ekonomi negara. Saat ini, pembangunan ekonomi telah bergeser dari sektor pertanian menjadi sektor industri. Namun, pergeseran ini bukan berarti mengabaikan sektor pertanian dan terus mengembangkan sektor industri. Untuk menyeimbangkan keduanya, maka dapat dilakukan dengan pengembangan sektor industri yang mengolah hasil-hasil pertanian primer menjadi produk olahan, yaitu agroindustri. Berkembangnya agroindustri di Indonesia, membuat berbagai perusahaan berlomba untuk menghasilkan produk yang berkualitas sehingga banyak diminati konsumen. Semakin banyaknya perusahaan yang bergerak di bidang agroindustri, menimbulkan persaingan pasar yang ketat. Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai perguruan tinggi pertanian di Indonesia menghasilkan berbagai macam produk hasil olahan pertanian seperti produk makanan, minuman, produk kecantikan, serta produk obat-obatan herbal. Produk hasil pertanian ini diolah tanpa bahan kimia sehingga lebih bersifat alami dan sehat. Dalam pemasarannya, produk olahan pertanian ini mengalami persaingan yang tinggi. Persaingan yang ketat membuat setiap perusahaan perlu memiliki strategi komunikasi pemasaran yang baik dalam memasarkan produknya. Kotler dan Keller (2009) mendefinisikan komunikasi pemasaran sebagai sarana di mana perusahaan berusaha menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen secara langsung maupun tidak langsung tentang produk yang dijual. Kotler juga menyebutkan komponen bauran pemasaran yang disebut dengan 4P, yaitu price, place, product, dan promotion. Tetapi, sejumlah pakar berpendapat bahwa selain 4P, elemen penting dalam prinsip pemasaran masih terdapat “packaging” yang seharusnya menjadi elemen pemasaran kelima (Alfia 2012). Kemasan atau packaging dapat diartikan sebagai wadah atau bungkus yang melindungi suatu produk yang disertai label yang terdapat di dalam kemasan tersebut seperti merek. Dalam hal ini, kemasan dan merek dapat menjadi alat promosi karena dalam suatu kemasan terdapat label yang memberikan berbagai macam informasi mengenai suatu produk yang dikemasnya. Selain itu, merek juga dapat menjadi nilai jual suatu produk karena akan menimbulkan citra produk itu sendiri. Promosi merupakan bagian penting dalam komunikasi pemasaran karena dapat menunjang keberhasilan perusahaan dalam memasarkan produknya. Menurut penelitian sebelumnya, variabel kemasan, merek dan harga berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas konsumen (Dirgantara 2011). Hal ini menunjukkan bahwa merek dan kemasan memiliki pengaruh terhadap pengambilan keputusan konsumen untuk membeli suatu produk. Untuk itu, kualitas dari merek dan kemasan perlu dijaga dan dikembangkan agar dapat menarik minat konsumen untuk membeli produk tersebut.
2 Undang-undang No. 18 Tahun 2012 tentang pangan, pada pasal 82 ayat (1) menjelaskan bahwa kemasan pangan berfungsi untuk mencegah terjadinya pembusukan dan kerusakan, melindungi produk dari kotoran, dan membebaskan pangan dari bakteri. Disamping itu, Undang-undang No. 18 Tahun 2012 pasal 97 ayat (3) mengemukakan bahwa pencantuman label pada kemasan pangan ditulis atau dicetak dengan menggunakan bahasa Indonesia serta memuat paling sedikit keterangan mengenai: nama produk; daftar bahan yang digunakan; berat bersih atau isi bersih; nama dan alamat pihak yang memproduksi atau mengimpor; halal bagi yang dipersyaratkan; tanggal dan kode produksi; tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa; nomor izin edar bagi pangan olahan; dan asal usul bahan pangan tertentu. Kemasan merupakan daya tarik suatu produk yang akan berhadapan langsung dengan konsumen. Oleh karena itu, kemasan harus dapat memberikan respon positif pada konsumen seperti tindakan membeli produk, sebab tujuan akhir dari pengemasan adalah penjualan yang nantinya dapat berpengaruh terhadap volume penjualan produk tertentu. Menurut hasil penelitian Hasibuan dan Juhdi (2005), strategi pengembangan kemasan produk dapat mempengaruhi tingkat penjualan. Strategi pengembangan kemasan yang dimaksud adalah dengan membuat inovasi baru pada kemasan sehingga dapat meningkatkan kualitas dan daya jual produk yang nantinya akan mempengaruhi penilaian konsumen terhadap produk tersebut. Dengan kata lain, kemasan harus memiliki desain yang menarik sehingga dapat memotivasi konsumen untuk membeli produk tersebut. Gerai Serambi Botani berada di bawah pengawasan Institut Pertanian Bogor dengan konsep outlet produk-produk IPB yang memenuhi standard “life style” dan “healthy cafe” dengan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya dan produk yang dihasilkan diberi nama Serambi Botani. Gerai Serambi Botani ini dibentuk sebagai representasi hasil penelitian dan inovasi akademika civitas IPB untuk dipasarkan, dipromosikan, dan dikomersilkan pada masyarakat umum sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh semua pihak. Gerai Serambi Botani juga merupakan pelopor toko dan cafe yang mengutamakan kualitas produk yang baik untuk kesehatan karena terjamin lebih alami, higienis, dan bebas dari bahan kimia yang dapat membahayakan kesehatan. Dalam proses pembuatannya, produk-produk ini diawasi langsung oleh para ahli dan peneliti yang merupakan dosen-dosen IPB yang ahli dibidangnya. Serambi Botani memiliki produk yang beragam dan dihasilkan oleh produsen yang berbeda. Produk yang masuk ke gerai Serambi Botani akan dikemas ulang dan di seragamkan sesuai dengan jenis produknya serta diberi label merek Serambi Botani. Dalam hal ini Serambi Botani mengemas produknya dengan sederhana tetapi tetap bergaya modern. Kemasan merupakan daya tarik produk yang pertama kali akan dilihat oleh konsumen. Selain itu, merek yang tertera pada kemasan akan menentukan citra produk itu sendiri. Nama IPB yang menaungi perusahaan ini juga akan mempengaruhi citra produk dimata konsumen, tetapi sejauh mana merek dan kemasan berperan sebagai alat promosi perlu dilihat untuk
3
mengetahui keberhasilan dalam komunikasi pemasaran. Berdasarkan uraian diatas, efektivitas merek dan desain kemasan produk olahan pertanian Serambi Botani dalam membentuk citra produk dirasa relevan untuk dikaji dalam penelitian ini. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penelitian ini mengkaji mengenai efektivitas merek dan desain kemasan produk olahan pertanian Serambi Botani dalam membentuk citra produk. Merek dan desain kemasan merupakan salah satu alat promosi dalam strategi pemasaran. Selain itu, merek dan desain kemasan merupakan bagian yang pertama kali akan dilihat pada suatu produk dan dapat menimbulkan ketertarikan konsumen untuk membeli produk tersebut. Dengan kata lain, merek dan desain kemasan dapat menimbulkan penilaian pada benak konsumen mengenai produk yang dilihatnya sehingga dapat membentuk citra suatu produk. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian dengan rumusan pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana persepsi konsumen mengenai elemen merek dan desain kemasan Serambi Botani? 2. Bagaimana persepsi konsumen mengenai citra produk Serambi Botani? 3. Bagaimana hubungan merek dan desain kemasan dalam membentuk citra produk Serambi Botani? Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi persepsi konsumen mengenai elemen merek dan desain kemasan produk Serambi Botani. 2. Mengidentifikasi persepsi konsumen mengenai citra produk Serambi Bortani. 3. Mengidentifikasi hubungan antara persepsi mengenai merek dan desain kemasan dengan citra produk Serambi Botani. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai elemen desain kemasan dan merek yang berhubungan dengan persepsi konsumen terhadap produk, serta hubungan merek dan desain kemasan dalam membentuk citra suatu produk dan tingkat efektivitasnya. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu: 1. Bagi perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengembangan desain kemasan dan perluasan merek sebagai peningkatan promosi serta untuk meningkatkan citra produk Serambi Botani. Selain itu, melalui informasi yang didapat dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk meningkatkan kualitas produk di Serambi Botani. 2. Bagi peneliti dan akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan mengenai efektivitas merek dan desain kemasan pada produk olahan pertanian Serambi Botani dalam
4
membentuk citra produk. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk akademisi lainnya yang akan melakukan penelitian sejenis. 3. Bagi masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk lebih mengenal produk olahan pertanian di Serambi Botani sehingga masyarakat dapat menilai desain kemasan dan merek yang terdapat pada produk Serambi Botani.
5
TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Komunikasi merupakan proses dimana seorang komunikator mengirimkan pesan untuk mengubah perilaku komunikan (Black dan Bryant 1992 dalam Lubis 2009). Komunikasi memiliki tiga tujuan, yaitu: a. Memberitahu. Komunikasi dilakukan untuk menyampaikan suatu hal berupa gagasan, pemikiran, perasaan, dan sejenisnya. b. Membujuk. Komunikasi digunakan untuk mengubah perasaan dari tidak suka menjadi suka. Dalam hal ini komunikasi tidak hanya mempengaruhi pikiran seseorang, tetapi juga mengubah emosi seseorang. c. Menghibur. Komunikasi dipergunakan untuk menghibur atau membuat senang seseorang (Berlo 1960 dalam Lubis 2009).
1. 2.
3. 4.
5. 6.
Komunikasi memiliki beberapa unsur, meliputi: Sumber, yaitu orang atau sekelompok orang yang sengaja dan bertujuan untuk berkomunikasi. Sumber merupakan orang yang mengirimkan pesan. Penerima, yaitu orang atau sekelompok orang pada sisi lain proses komunikasi. Dalam hal ini penerima merupakan orang yang menerima pesan yang disampaikan oleh sumber. Pesan, yaitu sesuatu yang dikirimkan oleh sumber kepada penerima. Saluran, saluran komunikasi mencakup tiga pengertian, yaitu moda membuat kode (encoding) dan menerjemah kode (decoding) dari pesan, kendaraan pesan (messaage vechicle), dan pembawa pesan (message carrier). Saluran dapat dikatakan sebagai media perantara yang membawa pesan dari sumber kepada penerima. Akibat, hasil komunikasi atau respons penerima terhadap pesan yang disampaikan oleh sumber. Umpan balik, yaitu respons penerima yang diterima oleh sumber.
Berlo (1960) dalam Mugniesyah (2009) mengemukakan model komunikasi verbal yang terdiri dari sumber, pesan, saluran, dan penerima. Komunikasi ini berlangsung ketika sumber mengirimkan pesan melalui saluran tertentu kepada penerima dimana penerima akan menerjemahkan pesan yang diterimanya dan meresponnya dengan perubahan perilaku yang sesuai dengan keinginan sumber. Source-Encoder
Message
Channel
(Sumber)
(Pesan)
(Saluran)
ReceiverDecoder (Penerima)
Gambar 1 Model Berlo : S/E-M-C-R/D
6
Komunikasi Pemasaran Komunikasi pemasaran merupakan suatu bagian dari komunikasi yang dilakukan untuk mengenalkan dan memberikan informasi mengenai suatu produk agar menarik minat konsumen. Kotler dan Keller (2009) mendefinisikan komunikasi pemasaran sebagai sarana di mana perusahaan berusaha menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen secara langsung maupun tidak langsung tentang produk yang dijual. Komunikasi pemasaran merupakan suatu bentuk aplikasi untuk membantu kegiatan pemasaran pada sebuah perusahaan. Tujuan dari komunikasi pemasaran ini adalah untuk menyebarkan informasi dan mengingatkan khalayak mengenai keberadaan suatu produk agar dapat mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian. Dalam komunikasi pemasaran, terdapat strategi komunikasi pemasaran yang bertujuan untuk mencapai tiga tahap perubahan pada konsumen (Kusumastuti 2009). Tahap pertama adalah tahap perubahan pengetahuan, yaitu konsumen mengetahui keberadaan sebuah produk, untuk apa produk dicipitakan dan kepada siapa produk ditujukan. Tahap kedua adalah tahap perubahan sikap yang ditentukan oleh tiga komponen yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan konatif (perilaku). Tahap ketiga adalah perubahan perilaku yang dimaksudkan agar konsumen tidak berpaling kepada produk lain dan tetap menggunakan produk tersebut. Promosi Promosi merupakan suatu komponen penting dalam pemasaran karena dapat menunjang perusahaan untuk memasarkan produknya sehingga dapat menimbulkan daya tarik pada konsumen. Kotler (2000) dalam Kusumastuti (2009) menyebutkan komponen 4P dari bauran pemasaran, yaitu price, place, product, dan promotion. Promosi dapat diartikan sebagai komunikasi informasi yang dilakukan penjual kepada pembeli untuk menonjolkan keistimewaan produknya. Promosi ini bertujuan untuk menginformasikan, mempengaruhi, membujuk agar dapat mengubah sikap pembeli untuk lebih mengenal suatu produk sehingga pembeli mengingat dan bahkan membeli produk tersebut. Menurut Kusumastuti (2009) terdapat lima jenis teknik yang sering digunakan untuk menyampaikan pesan atau biasa disebut dengan bauran promosi, yaitu: 1. Iklan (advertising) Iklan merupakan model komunikasi yang dapat menjangkau publik secara luas. Iklan dapat digunakan untuk membangun image jangka panjang dan juga mempercepat penjualan. 2. Penjualan tatap muka (personal selling) Penjualan tatap muka merupakan penjualan produk dengan cara tatap muka langsung dengan konsumen. Alat promosi ini paling efektif karena dapat membuat hubungan interaktif secara dekat, sehingga dapat mengenal konsumen lebih dalam dan lebih baik. 3. Promosi penjualan (sales promotion) Dalam hal komunikasi, promosi penjualan dapat menjadi sarana untuk menarik perhatian dan memberikan informasi yang akhirnya akan
7
mengarahkan konsumen pada produk. Melalui promosi penjualan dapat mengajak konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan. 4. Hubungan masyarakat dan publisitas (public relation and publicity) Public relation adalah upaya terencana guna mempengaruhi opini publik melalui karakter dan kinerja yang bertanggung jawab. Dalam hal ini, public relation dan publisitas dapat menarik perhatian khalayak jika memiliki kredibilitas tinggi dan hanya sebagai pemberi informasi tanpa melibatkan unsur penjualan. 5. Pemasaran langsung (direct marketing) Pemasaran langsung dapat menjangkau konsumen yang lebih spesifik karena dalam hal ini promosi dilakukan langsung kepada konsumen itu sendiri. Pesan yang disampaikan dapat disesuaikan dengan karakter dan respon konsumen yang dituju serta dapat diperbaharui secara cepat. Setiap alat promosi yang digunakan oleh perusahaan memiliki tingkat pengaruh yang berbeda-beda. Jenis barang yang dipromosikan juga menunjang tingkat efektivitas penyampaian pesan melalui alat promosi tertentu. Produk industri sebaiknya melakukan promosi melalui penjualan tatap muka (personal selling) karena dengan begitu perusahaan dapat membangun hubungan interaktif dengan konsumen untuk mendapatkan informasi lebih dan menimbulkan keputusan pembelian. Bagi barang konsumsi tahan lama, sebaiknya digunakan alat promosi personal selling dan periklanan, sedangkan untuk barang konsumsi tidak tahan lama sebaiknya menggunakan alat promosi periklanan dan promosi penjualan. Tabel 1 Efektivitas alat promosi suatu produk
No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Alat Promosi Penjualan Tatap Muka Periklanan di Media Elektronik Periklanan di Media Cetak Promosi Penjualan Promosi Merek dan Kemasan Lain-lain
Barang Industri
Barang Konsumsi Tahan Lama
69.2
47.6
Barang Konsumsi Tidak Tahan Lama 38.1
0.9
10.6
20.9
12.5
16.1
14.8
9.6 4.5
15.5 9.5
15.5 9.8
3.3
0.6
0.9
Sumber : Kusumastuti (2009)
Penjualan tatap muka memiliki tingkat efektivitas yang tinggi di berbagai jenis barang. Dalam hal ini penjualan tatap muka diperlukan untuk membangun dukungan penjualan kembali dan mengembangkan distribusi yang cocok untuk suatu produk. Disamping itu, Yudhiartika dan Hartoyo (2012) mengemukakan bahwa promosi juga efektif dilakukan melalui tayangan iklan di televisi, karena seringkali tayangan iklan di televisi dikemas lebih menarik sehingga dapat
8
menimbulkan ketertarikan dipromosikannya.
pada
konsumen
mengenai
produk
yang
Kemasan Kemasan merupakan wadah atau bungkus dari suatu produk. Pada awalnya kemasan berfungsi sebagai pelindung produk yang dibungkusnya. Namun, kini kemasan telah bergeser fungsi menjadi alat promosi. Kemasan terdiri dari label, merek, dan kemasan itu sendiri. Dalam hal ini, label berfungsi sebagai pemberi informasi mengenai produk yang dikemasnya, sedangkan merek menciptakan citra tersendiri bagi suatu produk sehingga akan tercipta brand image produk tersebut. Kemasan harus dibuat semenarik mungkin agar dapat menarik minat konsumen dan dinilai layak oleh konsumen. Seperti halnya yang dikatakan oleh Rosalina et al. (2012), konsumen lebih mengedepankan tampilan dan bahan kemasan dibandingkan dengan label yang tertera pada kemasan, sehingga konsumen belum memperhatikan pentingnya informasi yang terdapat dalam kemasan. Tiga alasan utama untuk melakukan pembungkusan yaitu: 1. Kemasan memenuhi syarat keamanan dan kemanfaatan agar lebih menarik dan tahan dari kerusakan 2. Kemasan dapat melaksanakan program pemasaran seperti sebagai pembeda dengan produk lain 3. Kemasan merupakan cara untuk meningkatkan laba perusahaan. Kemasan harus dapat menarik perhatian secara visual, emosional, dan rasional. Daya tarik pada kemasan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu daya tarik visual (estetika) dan daya tarik fungsional (Cenadi 2002). Sebuah kemasan harus dapat menarik dan dapat menyampaikan pesan secara langsung, menggebrak, serta terkait secara emosional. Menurut Lakoro (2002), agar kemasan dapat efektif, maka definisi produk harus jelas, ekspresi visual yang menimbulkan rasa memiliki serta keterkaitan emosional melalui pesan penginderaan yang terpadu dan unsur kejutan. Terdapat empat elemen desain kemasan, antara lain: 1. Warna Warna merupakan daya pikat pertama yang akan dilihat oleh konsumen di tempat penjualan. Kontras warna akan mempengaruhi daya tarik konsumen terhadap produk tersebut. Jika pemakaian warna kurang tepat, maka dapat merusak citra, mengurangi nilai, bahkan menghilangkan keinginan untuk membaca. Kekuatan warna sangat dipengaruhi oleh warna latar belakang objek tersebut. Perpaduan warna latar dan warna pada objek benda akan sangat mempengaruhi penilaian pembaca. Untuk itu, image yang dipancarkan oleh warna-warna tertentu dapat digunakan untuk memperkuat isi atau pesan yang ingin disampaikan. Manfaat warna pada kemasan berhubungan dengan persepsi visual, sehingga warna harus mudah terlihat oleh mata, menarik perhatian, mempengaruhi orang memandang dari jauh atau dekat, memudahkan tulisan informasi dibaca, membuat ikatan secara visual antar produk dalam sebuah lini produk. 2. Tipografi
9
Tipografi dapat diartikan sebagai cara memilih dan mengelola huruf dalam desain grafis. Tipografi mengarah pada disiplin ilmu yang mempelajari spesifikasi dan karakteristik huruf yang lebih dikaitkan dengan gaya atau model huruf cetak (Supriyono 2010). Pemilihan jenis dan karakter huruf akan sangat menentukan daya tarik informasi yang akan disampaikan. Tipograafi yang baik akan mampu menarik perhatian pembaca sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat tersalurkan. Dalam memilih huruf perlu dipertimbangkan apakah jenis huruf tersebut mudah dibaca dan pada jarak tertentu dan sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan. Sebab, tujuan dari tipografi ini adalah untuk menyampaikan informasi atau pesan agar pembaca tertarik pada produk, bukan hanya untuk membuat pembaca kagum dengan huruf yang digunakan. 3. Aspek legal Aspek legal merupakan aspek yang berhubungan dengan legalitas produk seperti pencantuman nomor pendaftaran produk BPOM, pencantuman logo halal, alamat produsen, dan tanggal kadaluwarsa. Pencantuman nomor pendaftaran produk pada BPOM adalah peraturan yang cukup ketat yang diberlakukan di Indonesia. Selain itu, pencantuman logo halal juga menjadi peraturan yang mengikat untuk menyatakan bahwa makanan tersebut halal menurut syariat Islam. Pencantuman alamat produsen betujuan untuk melayani keluhan-keluhan konsumen mengenai produk tersebut. Namun, pencantuman alamat ini seringkali tidak disertai dengan nomor telepon yang dapat dihubungi, bahkan pencantuman alamat ini tidak selalu nampak pada setiap kemasan. Tanggal kadaluwarsa ini wajib dan sangat penting untuk dicantumkan pada kemasan terutama pada makanan karena pada umumnya produk tersebut dipengaruhi oleh waktu. Selain itu, hal ini menjadi pertimbangan konsumen saat akan membeli produk. Jika suatu produk tidak memenuhi persyaratan pada aspek legalitas, makan dapat memberikan citra buruk pada produk tersebut. 4. Anatomi Anatomi desain adalah bagian-bagian yang ada pada kemasan yang tetap dalam tata letaknya seperti bagian depan dan bagian belakang kemasan. Anatomi ini berkaitan dengan tipografi, yaitu tata letak huruf dan font yang digunakan pada kemasan. Pada umumnya, anatomi desain kemasan memiliki beberapa bagian tetap dalam tata letaknya. Bagian utama yaitu nama merek yang berada pada bagian depan kemasan. Bagian belakang kemasan, berisi mengenai informasi pelengkap yang menjadi syarat suatu kemasan seperti komposisi bahan, petunjuk pemakaian, petunjuk penyimpanan, manfaat dan kegunaan produk, serta berat bersih produk. Informasi pada bagian ini cenderung termasuk ke dalam informasi sekunder pada kemasan, tetapi informasi ini menjadi syarat penting yang ditetapkan oleh departemen perindustrian dan perdagangan. Merek Menurut Kotler dan Keller (2009) merek adalah nama, istilah, tanda, simbol rancangan, atau kombinasi yang dapat mengidentifikasikan barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual agar dapat membedakan produk
10
tersebut dari produk pesaing. Merek juga dapat menciptakan nilai tersendiri bagi suatu produk. Jika konsumen sudah merasa memiliki nilai lebih pada suatu merek, maka konsumen akan cenderung membeli merek tersebut dibandingkan merek yang lain, hal ini lah yang disebut dengan loyalitas merek. Terdapat dua pendekatan loyalitas merek, yaitu pendekatan perilaku dan pendekatan sikap. Pendekatan perilaku melihat loyalitas merek berdasarkan pembelian merek. Pendekatan ini tidak mengungkapkan alasan konsumen loyal terhadap suatu merek, tetapi hanya karena pembelian dilakukan secara berulangulang terhadap suatu merek, sedangkan pendekatan sikap melihat loyalitas merek berdasarkan sikap dan perilaku. Konsumen yang loyal terhadap suatu merek akan menyatakan kesukaannya terhadap suatu merek dan membeli serta menggunakannya. Loyalitas ini akan memunculkan kedekatan emosional konsumen terhadap suatu produk. Menurut Schiffman dan Kanuk (2004) dalam Fajrianthi dan Farrah (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya loyalitas merek adalah: penerimaan keunggulan produk, keyakinan yang dimiliki oleh seseorang terhadap merek, dan kepuasan yang diperoleh konsumen. Faktor-faktor yang berpengaruhnya adalah: nilai (harga dan kualitas), citra, kenyamanan dan kemudahan mendapatkan merek, kepuasan yang dirasakan konsumen, pelayanan, serta garansi dan jaminan merek. Merek terdiri dari dua elemen penting, yaitu nama dan logo. 1. Nama merupakan ciri khas yang dapat menunjukkan citra suatu produk. Nama merek harus dapat menarik, unik, dan mudah diingat. Nama merek yang efektif dipilih berdasarkan jenis produknya. Untuk itu, nama merek harus dapat memberikan makna pada produk yang dikemasnya. Sebab, sebuah kesan akan terbentuk pada nama merek yang kuat. 2. Logo harus mampu merepresentasikan korporasi dan memberikan kepercayaan. Logo juga harus mudah diingat, memiliki ciri khas, tidak rumit, dan mengesankan (Supriyono 2010). Logo harus dapat menggambarkan produk yang dikemasnya, sebab logo akan mengekspresikan produk tersebut ke publik melalui visualisasi yang ditampilkan. Semakin besar bisnis suatu perusahaan, makan jangkauan abstraksi pada logo semakin luas, sehingga visualisasi logo cenderung tidak langsung. Namun, semakin kecil bisnis, maka jangkauannya juga akan semakin sempit, visualisasi logo semakin langsung, jelas, dan abstraksinya rendah (Lakoro 2002). Kotler dan Keller (2009) mengatakan bahwa terdapat enam kriteria utama untuk memilih elemen merek, yaitu: 1. Dapat diingat Seberapa mudah merek itu dapat diingat dan dikenali oleh konsumen serta berlakunya merek itu untuk pembelian dan konsumsi. 2. Memiliki arti Elemen merek menyiratkan sesuatu tentang bahan produk atau tipe orang yang mungkin menggunakan merek tersebut. 3. Dapat disukai Seberapa menarik nilai estetika merek sehingga dapat disukai secara visual, verbal, dll. 4. Dapat ditransfer
11
Elemen merek dapat digunakan untuk memperkenalkan produk baru dalam kategori yang sama atau berbeda, elemen merek itu menambah ekuitas merek melintasi batas geografis dan melintasi pasar. 5. Dapat disesuaikan Seberapa mudah elemen merek dapat disesuaikan dan diperbaharui. 6. Dapat dilindungi Seberapa mudah elemen merek dapat dilindungi secara hukum dan kompetitif. Sementara itu, merek juga memiliki fungsi bagi suatu perusahaan. Merek dapat membantu perusahaan untuk lebih mudah mengatur catatan persediaan dan catatan akutansi. Merek juga memberikan perlindungan hukum bagi perusahaan melalui nama merek yang dapat dilindungi dengan nama dagang yang terdaftar. Merek menandakan tingkat kualitas suatu produk tertentu sehingga pembeli dapat dengan mudah membeli produk kembali dengan merek yang sama. Perilaku Konsumen Menurut Sumarwan (2002), perilaku konsumen merupakan segala bentuk kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan atau mengevaluasi suatu produk dan jasa setelah melakukan kegiatan-kegiatan sebelumnya. Terdapat tiga perspektif mengenai perilaku konsumen, yaitu: 1. Perspektif pengambilan keputusan Konsumen melakukan kegiatan dalam membuat keputusan pembelian. Dalam perspektif ini, konsumen melakukan proses pengambilan keputusan yang rasional. 2. Perspektif eksperiensial (pengalaman) Konsumen mengambil keputusan membeli tidak selau berdasarkan proses keputusan rasional, tetapi karena emosional untuk kegembiraan, fantasi, bahkan emosi yang diinginkan. 3. Perpektif pengaruh behavioral Konsumen membeli suatu produk bukan karena alasan rasional atau emosional, tetapi karena dipengaruhi faktor eksternal seperti faktor lingkungan fisik, faktor ekonomi, faktor budaya, pemasaran yang dilakukan produsen, serta pengaruh lingkungan yang membuat konsumen membeli suatu produk atau jasa. Model keputusan konsumen menggambarkan proses keputusan konsumen dalam melakukan pembelian atau mengkonsumsi barang dan jasa. Proses ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian, dan kepuasan konsumen. Dalam proses pengambilan keputusan, konsumen dipengaruhi oleh berbagai faktor utama, seperti strategi pemasaran, perbedaan individu, dan faktor lingkungan. Di dalam faktor-faktor tersebut, terdapat berbagai aspek yang mendukung dan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen. Implikasi dari pengambilan keputusan konsumen ini adalah berupa strategi pemasaran, kebijakan publik, dan pendidikan konsumen.
12
Strategi Pemasaran Perusahaan Pemerintah Organisasi Nirlaba Partai Politik
Perbedaan Individu 1. Kebutuhan dan Motivasi 1. 2. Kepribadian 2. 3. Konsep Diri 3. 4. Pengolahan Informasi dan persepsi 4. 6. Proses Belajar 5. 7. Pengetahuan 6. 8. Sikap 7. 9. Agama
Proses Keputusan Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Pembelian dan Keputusan
Implikasi Strategi Pemasaran Kebijakan Publik Pendidikan Konsumen
Faktor Lingkungan 1.Budaya 2. Karakteristi k Demografi, Sosial, dan Ekonomi 3. Keluarga dan Rumah Tangga 4. Kelompok Acuan 5. Situasi Konsumen 6. Teknologi
Gamber 2 Model keputusan konsumen Citra Produk Kotler dan Keller (2009) mendefinisikan citra (image) sebagai keyakinan, gagasan, dan kesan dari individu terhadap suatu objek. Citra produk dapat dikatakan sebagai persepsi konsumen dalam bentuk keyakinan, gagasan, dan kesan terhadap suatu produk. Citra produk yang baik akan menimbulkan keinginan pada konsumen untuk membeli produk tersebut. Selain citra produk, citra terhadap suatu perusahaan juga dapat mempengaruhi penilaian konsumen untuk melakukan pembelian. Pembentukan citra dapat dipengaruhi oleh familiaritas terhadap produk dan perusahaan yang bersangkutan. Familiaritas tersebut dipengaruhi oleh banyaknya informasi yang diterima oleh konsumen yang bersumber dari pengalaman pribadi, pengalaman orang lain dan media massa. Citra yang terbentuk pada suatu produk cenderung konsisten untuk jangka waktu yang cukup lama, sehingga tidak mudah membentuk suatu citra produk,
13
dan sekalinya sudah terbentuk maka citra tersebut akan melekat dan sulit untuk mengubahnya. Pentingnya menimbulkan kesan pertama yang baik terhadap suatu produk bertujuan untuk menciptakan citra yang baik dimata konsumen agar dapat menilai produk tersebut secara positif. Untuk itu, citra yang terbentuk harus jelas dan memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan produk lainnya. Dalam hal ini, Pradipta (2012) mendefinisikan citra produk sebagai sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap suatu barang dan jasa. Citra produk (product image) ini merupakan salah satu bagian dari komponen citra merek (brand image). Persepsi Persepsi adalah proses dimana individu berhubungan dengan berbagai hal di luar dirinya lalu mencoba menginterpretasikan, memahaminya, dan memberikan makna terhadap sesuatu (Riyanto 2009). Seseorang dapat membentuk persepsi yang berbeda mengenai rangsangan yang sama karena ada tiga macam proses penerimaan indera, yaitu perhatian selektif, distorsi selektif, dan retensi selektif. Persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya sensasi, dimana perhatian sensasi adalah aktivitas merasakan atau penyebab keadaan emosi yang menggembirakan. Sensasi dapat didefinisikan juga sebagai tanggapan yang cepat dari indera penerima kita terhadap stimuli dasar seperti cahaya, warna, dan suara (Setiadi 2010 dalam Alfia 2012). Persepsi dibentuk oleh tiga pasang pengaruh yaitu: pengaruh karakteristik dari stimuli, pengaruh hubungan stimuli dengan sekelilingnya, dan pengaruh kondisi di dalam diri kita sendiri. Stimuli atau stimulus merupakan bentuk fisik, visual, atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi individu. Stimuli terdiri dari dua bentuk yaitu stimuli pemasaran dan stimuli lingkungan. Stimuli pemasaran adalah setiap komunikasi atau stimuli fisik yang di desain untuk mempengaruhi konsumen. Produk dan komponennya (seperti kemasan, isi, ciri fisik) adalah stimuli utama. Komunikasi yang di desain untuk mempengaruhi konsumen adalah stimuli tambahan yang merepresentasikan produk seperti kata-kata, gambar, dan simbol. Produk Olahan Pertanian IPB Produk olahan pertanian IPB merupakan produk yang sifatnya alami, sehat, aman, dan terjamin karena mengedepankan aspek kesehatan dan aspek kelestarian alam serta lingkungan. Produk-produk ini merupakan produk organik dan herbal yang memiliki ciri khas, dan tidak dijual di tempat lain. Produk yang ditawarkan berupa produk kecantikan, obat-obatan herbal, makanan dan minuman, serta produk organik lainnya. Produk olahan pertanian ini juga merupakan hasil penelitian civitas akademik IPB. Produk ini aman untuk dikonsumsi karena tidak menggunakan bahan kimia sehingga tidak memiliki efek samping yang membahayakan seperti menyebabkan kanker atau membahayakan metabolisme tubuh. Produk hasil olahan ini berbahan dasar pangan seperti tumbuhan dan hewan. Produk yang berasal dari tumbuhan antara lain cingcau hijau dan lidah buaya yang diolah menjadi puding dengan berbagai khasiat yang dikandungnya.
14
Lidah buaya dan cingcau merupakan tanaman yang kaya akan serat, selain itu tanaman ini juga dapat mengobati penyakit radang lambung, tekanan darah tinggi, anti-kanker, dan menurunkan radikal bebas. Tanaman lainnya yang dimanfaatkan oleh IPB adalah singkong. Tanaman ini diolah menjadi singkong panggang dan brownies. Sedangkan produk olahan yang berasal dari hewani salah satunya adalah susu sapi yang diperoleh dari peternakan binaan IPB. Susu ini diolah menjadi susu segar, yoghurt, dan puding susu. IPB juga memiliki produk-produk yang pemasarannya sudah cukup luas, seperti minuman teh yang dipasarkan dengan sistem waralaba menggunakan booth, olahan buah pala dan bunga rosella, telur puyuh omega 3, boneka horta (boneka dari umbi-umbian), serta mie yang terbuat dari rumput laut. Produk-produk ini dalam pemasarannya turut memberdayakan masyarakat sehingga jangkauannya menjadi luas. Kerangka Penelitian Promosi merupakan komponen penting dalam pemasaran karena bertujuan untuk memperkenalkan suatu produk pada masyarakat yang dapat menimbulkan daya tarik pada konsumen. Alat promosi yang digunakan dapat berupa penjualan tatap muka, periklanan di media elektronik, promosi penjualan, promosi merek dan kemasan, dll. Agar dapat menarik konsumen dengan jumlah yang cukup banyak, maka alat promosi yang digunakan haruslah bersifat persuasif, salah satunya adalah melalui merek dan kemasan. Merek dan kemasan merupakan atribut yang akan dilihat pertama kali pada suatu produk. Citra merek dan kemasan yang terbentuk akan menggambarkan citra terhadap produk tersebut. Oleh karena itu, kemasan haruslah di desain semenarik mungkin agar dapat menarik minat konsumen untuk membeli produk. Produk olahan pertanian merupakan salah satu produk yang memiliki potensi untuk berkembang dalam dunia pemasaran. Salah satu produk olahan pertanian yang dikenal oleh masyarakat dan telah memiliki beberapa cabang adalah produk olahan pertanian Institut Pertanian Bogor yaitu Serambi Botani. Gerai Serambi Botani menjual produk olahan pertanian yang berbasis kembali ke alam, yaitu menggunakan bahan dasar pertanian tanpa menggunakan bahan kimia, bersifat sehat, dan alami. Produk yang dipasarkan menggunakan nama merek yang sama yaitu Serambi Botani. Saat ini, kemasan bukan hanya sebagai wadah dan pelindung produk tetapi juga sebagai alat promosi yang menjadi daya tarik melalui desain kemasannya. Desain kemasan sendiri terdiri dari beberapa elemen seperti warna, merek, tipografi, aspek legal, serta anatomi. Merek yang bagus dapat menciptakan citra yang baik juga bagi suatu produk. Untuk itu, merek harus dibuat semenarik mungkin agar konsumen memiliki persepsi yang baik ketika mendengar atau melihat merek produk. Merek dan desain kemasan saling berkaitan dan merupakan suatu kesatuan. Tetapi jika dilihat lebih jauh, merek memiliki beberapa elemen tersendiri seperti nama dan logo. Namun tidak semua elemen merek dan desain kemasan terdapat dalam kemasan suatu produk. Pada dasarnya merek dan kemasan ini dapat mempengaruhi penilaian konsumen mengenai citra suatu produk.
15
Dalam penelitian ini dilihat bagaimana hubungan antara elemen desain kemasan seperti kesesuaian warna, kesesuaian tipografi, kelengkapan aspek legal, dan kesesuaian anatomi, serta elemen merek seperti nama merek dan logo dengan citra produk.
Persepsi Mengenai Elemen Desain Kemasan Kesesuaian warna Kesesuaian tipografi Kelengkapan aspek legal Kesesuaian anatomi Citra Produk
Persepsi Mengenai Elemen Merek Ketepatan nama Kesesuaian logo
Gambar 3 Kerangka analisis Hipotesis 1. Terdapat hubungan antara elemen warna dalam membentuk citra suatu produk 2. Terdapat hubungan antara elemen tipografi dalam membentuk citra suatu produk 3. Terdapat hubungan antara aspek legal dalam membentuk citra suatu produk 4. Terdapat hubungan antara elemen anatomi dalam membentuk citra suatu produk 5. Terdapat hubungan antara nama merek dalam membentuk citra suatu produk 6. Terdapat hubungan antara logo dalam membentuk citra suatu produk 7. Terdapat hubungan antara elemen desain kemasan dalam membentuk citra suatu produk 8. Terdapat hubungan antara elemen merek dalam membentuk citra suatu produk
16
Definisi Operasional Efektivitas sebuah desain kemasan dalam mempromosikan produknya dapat dilihat dari berbagai elemen kemasan itu sendiri. Elemen-elemen desain kemasan dapat diukur melalui warna, merek, aspek legal, anatomi, dan tipografi produk, sedangkan untuk merek memiliki dua elemen yang dapat diukur yaitu nama merek dan logo. Keefektifan dari sebuah merek dan desain kemasan dapat dilihat dari sejauh mana merek dan desain kemasan tersebut mencerminkan produknya atau dengan kata lain dapat membentuk citra produk tersebut. Selain itu, keefektifan suatu merek dan desain kemasan dapat diukur dengan menggunakan elemen-elemen yang ada seperti kesesuaian warna, kesesuaian tipografi, kesesuaian anatomi, kelengkapan aspek legal, ketepatan nama merek, dan kesesuaian logo yang digunakan sehingga dapat membentuk citra produk yang dikemasnya. Dalam hal ini, hasil atau output yang diinginkan adalah citra yang baik. Oleh karena itu, merek dan desain kemasan akan dikatakan efektif apabila dapat membentuk citra yang baik dimata masyarakat. Pernyataan tersebut diukur dengan tingkat persetujuan yaitu : sangat setuju = 4, setuju = 3, tidak setuju = 2, dan sangat tidak setuju = 1. 1. Desain kemasan adalah seni atau desain yang terdapat pada bagian luar kemasan produk. Desain kemasan ini berfungsi untuk menarik perhatian konsumen melalui warna dan huruf pada kemasan, serta untuk memberikan informasi mengenai produk yang dikemasnya melalui label yang berada pada bagian luar kemasan. Pada umumnya, desain kemasan terdiri dari warna, tipografi, aspek legal, dan anatomi. a. Warna adalah cahaya yang dipancarkan dan tertangkap oleh indra penglihatan yang terdapat pada kemasan suatu produk. Kontras warna akan mempengaruhi daya tarik konsumen terhadap produk tersebut. Jika pemakaian warna kurang tepat, maka dapat merusak citra, mengurangi nilai, bahkan menghilangkan keinginan untuk membaca. Persepsi responden terhadap elemen warna dikategorikan ke dalam tiga kelas, yaitu persepsi buruk, sedang, dan baik. Nilai untuk masing-masing kategori adalah sebagai berikut: Persepsi buruk : 5-10 Persepsi sedang : 11-15 Persepsi baik : 16-20 b. Tipografi dapat diartikan sebagai cara memilih dan mengelola huruf dalam desain grafis. Tipografi mengarah pada disiplin ilmu yang mempelajari spesifikasi dan karakteristik huruf yang lebih dikaitkan dengan gaya atau model huruf cetak. Persepsi responden terhadap elemen tipografi dikategorikan ke dalam tiga kelas, yaitu persepsi buruk, sedang, dan baik. Nilai untuk masing-masing kategori adalah sebagai berikut: Persepsi buruk : 5-10 Persepsi sedang : 11-15 Persepsi baik : 16-20 c. Aspek legal merupakan informasi yang berhubungan dengan legalitas produk yang terdapat pada kemasan. Persepsi responden terhadap elemen aspek legal dikategorikan ke dalam tiga kelas, yaitu persepsi buruk,
17
sedang, dan baik. Nilai untuk masing-masing kategori adalah sebagai berikut: Persepsi buruk : 5-10 Persepsi sedang : 11-15 Persepsi baik : 16-20 d. Anatomi merupakan tata letak informasi mengenai produk yang dicantumkan pada kemasan. Persepsi responden terhadap elemen anatomi dikategorikan ke dalam tiga kelas, yaitu persepsi buruk, sedang, dan baik. Nilai untuk masing-masing kategori adalah sebagai berikut: Persepsi buruk : 5-10 Persepsi sedang : 11-15 Persepsi baik : 16-20 2. Merek adalah identitas suatu produk yang berfungsi untuk mengenalkan produk dalam bentuk kemasan, pamflet, leaflet, dsb. Merek terdiri dari dua elemen, yaitu nama merek dan logo. a. Nama merek adalah tanda pengenal yang menjadi identitas dan membedakan suatu produk dengan produk lainnya. Persepsi responden terhadap elemen nama merek dikategorikan ke dalam tiga kelas, yaitu persepsi buruk, sedang, dan baik. Nilai untuk masing-masing kategori adalah sebagai berikut: Persepsi buruk : 5-10 Persepsi sedang : 11-15 Persepsi baik : 16-20 b. Logo adalah lambang yang menjadi identitas suatu produk yang terdapat pada kemasan. Logo juga harus mudah diingat, memiliki ciri khas, tidak rumit, dan mengesankan. Persepsi responden terhadap elemen logo dikategorikan ke dalam tiga kelas, yaitu persepsi buruk, sedang, dan baik. Nilai untuk masing-masing kategori adalah sebagai berikut: Persepsi buruk : 5-10 Persepsi sedang : 11-15 Persepsi baik : 16-20 3. Citra produk merupakan seluruh kesan yang terbentuk dibenak masyarakat mengenai produk yang dilihat di lokasi penjualan atau mengenai produk yang dikonsumsinya. Penilaian responden terhadap citra produk dikategorikan ke dalam tiga kelas, yaitu persepsi buruk, sedang, dan baik. Nilai untuk masingmasing kategori adalah sebagai berikut: Persepsi buruk : 5-10 Persepsi sedang : 11-15 Persepsi baik : 16-20
18
19
PENDEKATAN LAPANGAN Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian kuantitatif yang digunakan adalah penelitian survei, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data primer (Singarimbun dan Effendi 2008). Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu. Sementara itu,pendekatan kualitatif melakukan pengamatan dengan cakupan yang lebih luas dan mencoba untuk mencari pola hubungan antar konsep yang memang tidak ditentukan sejak awal (Idrus 2009). Pendekatan kualitatif yang digunakan berupa wawancara mendalam dengan pihak Serambi Botani untuk mendukung data yang didapat pada data kuantitatif. Lokasi dan Waktu Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di Serambi Botani, Mall Botani Square, Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan karena Serambi Botani memiliki berbagai jenis produk olahan pertanian yang dikemas dengan kemasan yang ramah lingkungan. Selain itu, lokasi ini juga mudah di jangkau oleh peneliti sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juni 2013 hingga bulan Januari 2014. Kegiatan dalam penelitian ini meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, perbaikan proposal skripsi, pengambilan data lapang, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan laporan skripsi. Teknik Pemilihan Responden dan Informan Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung Serambi Botani, Mall Botani Square Bogor. Jumlah responden yang diambil berjumlah 91 orang dengan asumsi bahwa jumlah pengunjung Serambi Botani adalah 1000 orang dalam dua minggu. Namun, untuk meminimalisir kesalahan pada data yang diterima, maka peneliti mengambil responden dalam jumlah yang lebih banyak yaitu 100 orang. Penentuan jumlah responden ini ditentukan dengan rumus Slovin, yaitu: N n= 1+Ne2
Keterangan : n : ukuran sampel N : ukuran populasi e : nilai frekuensi galat 10%
Pemilihan responden ini dilakukan berdasarkan teknik accidental sampling. Teknik tersebut dipilih karena kerangka populasi dalam penelitian ini tidak diketahui secara pasti, sehingga responden yang dipilih tidak disengaja yaitu responden yang berada di lokasi saat sedang dilakukan penelitian. Responden
20
diminta untuk mengisi kuesioner yang meliputi elemen desain kemasan, elemen merek, dan citra produk. Dari kuesioner tersebut didapatkan data deskriptif mengenai keefektifan desain kemasan dan merek dalam membentuk citra produk. Sementara itu, untuk informan pada penelitian ini adalah manajer Serambi Botani dan karyawan yang bekerja di Serambi Botani. Pemilihan manajer dan karyawan Serambi Botani sebagai informan dikarenakan pihak-pihak tersebut mengetahui perkembangan mengenai desain kemasan dan merek pada produk Serambi Botani. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang digali berupa pengemasan produk Serambi Botani, hubungan kemasan dengan citra produk, dan persepsi mengenai elemen-elemen desain kemasan dan merek. Data ini didapatkan melalui informan yaitu managemen dan karyawan Serambi Botani serta melalui responden yaitu konsumen Serambi Botani. Data tersebut didapatkan melalui wawancara mendalam dan wawancara terstruktur berupa kuesioner. Kuesioner ini berupa daftar pertanyaan dengan tujuan untuk memperoleh data dan informasi yang relevan dari responden Serambi Botani. Sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur-literatur pendukung seperti buku, jurnal, skripsi, dan internet yang relevan dengan penelitian ini sebagai acuan untuk menentukan teori, variabel, dan teknik pengumpulan data pada penelitian. Teknik Pengolahan Data Data kuantiatif yang diperoleh dari kuesioner dikumpulkan dan ditabulasikan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007. Setelah terkumpul, dilakukan pengodean data berdasarkan klasifikasi jawaban responden dengan memberikan kode pada setiap variabel. Kemudian, data diolah secara statistik deskriptif dengan menggunakan software SPSS 20.0 for Windows. Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan data-data mengenai elemen-elemen desain kemasan dan merek seperti warna, tipografi, aspek legal, anatomi, nama merek, dan logo. Uji statistik yang digunakan untuk menguji hubungan antar variabel dianalisis dan diinterpretasikan dengan menggunakan analisis korelasi Rank Spearman. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan antara desain kemasan dengan citra produk dan hubungan antara merek dengan citra produk. Adapun rumus Rank Spearman yang digunakan yaitu:
6∑D
2
ρs = 1 N(N2-1)
Keterangan: ρs : koefisien korelasi rank spearman D : perbedaan skor antara dua kelompok N : jumlah kelompok
21
GAMBARAN UMUM Sejarah Singkat Serambi Botani Serambi Botani adalah salah satu unit bisnis di bawah pengawasan Direktorat Bisnis dan Kemitraan Institut Pertanian Bogor (DITBK IPB). Serambi Botani merupakan gerai yang menjual hasil inovasi dan penelitian produk-produk olahan pertanian IPB. Serambi Botani dibentuk untuk memperkenalkan produkproduk tersebut kepada khalayak luas. Serambi Botani didirikan pada pertengahan tahun 2009, tepatnya pada tanggal 7 Agustus 2009. Serambi Botani melakukan launching pertamanya di Mal Botani Square Bogor. Berdirinya Serambi Botani ini diprakarsai oleh Bapak MSR selaku direktur bisnis dan kemitraan IPB, Ibu LF, Ibu FTM, dan Bapak DWK. Serambi Botani terdiri dari dua kata yang memiliki arti tersendiri. Serambi berarti teras depan, sedangkan botani berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan tumbuh-tumbuhan. Dengan kata lain, Serambi Botani berarti hasil dari tumbuhtumbuhan yang dipajang atau ditampilkan untuk menarik perhatian masyarakat. Serambi Botani berlokasi di beberapa Mal di Jabodetabek. Selain di Mal Botani Square Bogor, gerai Serambi Botani juga tersebar di beberapa lokasi seperti Mal Gandaria City, Teras Kota, Kalibata City Square, Artha Gading, Kota Kasablanka, dan @Alam Sutera. Kantor pusat Serambi Botani sendiri terletak di Komplek Agripark, Taman Kencana, Bogor. Visi dan Misi Serambi Botani Serambi Botani memiliki visi yaitu menjadi perusahaan berbasis kepakaran yang menyediakan produk dan jasa hasil inovasi terbaik. Misi dari Serambi Botani adalah mengembangkan bisnis kepakaran di bidang industri pangan produk biologis dan biofarma serta mengembangkan produk inovatif di bidang industri pangan produk biologis dan biofarma. Nilai yang diangkat oleh Serambi Botani yaitu bersih, lugas, sistematis, dan tertib. Struktur Organisasi Struktur organisasi Serambi Botani terdiri dari General Manager yang berperan sebagai penanggung jawab utama seluruh kegiatan operasional Serambi Botani. Dibawah General Manager terdapat Manajer Operasional, Manajer Keuangan, serta Manajer Produk dan Promosi yang masing-masing memiliki peran dalam pengelolaannya. Manajer Operasional memiliki tanggung jawab dalam kegiatan operasional yang dibawahnya terdapat Merchandiser (MD) Supervisor, Supervisor Penjualan, Supervisor Gudang, dan Supervisor Ekspedisi. MD Supervisor membawahi staff MD dan staff admin yang bertanggung jawab atas kegiatan administrasi perusahaan. Supervisor Penjualan bertanggung jawab dalam kegiatan penjualan, membawahi consultant partner (CP) yang bertugas sebagai tenaga penjual yang melayani konsumen di lapangan. Supervisor Gudang bertanggung jawab dalam kegiatan yang berhubungan dengan gudang seperti ketersediaan stock barang. Supervisor Ekspedisi bertanggung jawab dalam
22
pengawasan lalu lintas pengiriman produk ke setiap gerai Serambi Botani, supervisor ini juga membawahi staff pengiriman dan driver. Manajer Keuangan bertanggung jawab atas seluruh jalannya keuangan yang membawahi accounting dan kasir. Manajer Produk dan Promosi bertanggung jawab dalam pengawasan dan ketersediaan produk, berhubungan dengan pemasok produk, pengadaan produk baru yang akan dijual, serta mengevaluasi kegiatan pemasaran. Produk yang Ditawarkan Serambi Botani Serambi Botani menjadi gerai pelopor yang menyediakan produk-produk lokal dengan konsep alami dan sehat bagi masyarakat. Melalui penelitian dan pengembangan secara konsisten, produk-produk yang akan dikirim ke gerai Serambi Botani dipastikan merupakan produk alami, higienis, dan bebas dari bahan kimia yang dapat membahayakan tubuh. Produk-produk ini berasal dari Usaha Kecil Menengah (UKM) yang berada di bawah pengawasan Institut Pertanian Bogor. Untuk menjaga kualitas, semua produk diperiksa secara berkala di laboratorium dan juga konsultasi dengan para dosen IPB yang merupakan ahli dan peneliti yang menguasai bidangnya. Produk yang ditawarkan di Serambi Botani dibagi kedalam beberapa kategori, antara lain: healthy food, herb medicine, aromatherapy and essential oil, organic products, personal care, snack and healthy drink. Produk-produk ini berasal dari produsen yang beragam tetapi tetap berada dibawah pengawasan Institut Pertanian Bogor. Pada setiap kategori produk, terdapat berbagai macam produk dengan bahan dasar yang berbeda beserta manfaatnya masing-masing. Selain itu, pada beberapa produk seperti madu, kopi, dan teh terdapat berbagai macam varian rasa. Hal ini membuat produk-produk di Serambi Botani beragam dan kaya akan manfaat yang dapat bermanfaat bagi kesehatan.
23
Tabel 2 Jenis produk yang ditawarkan di Serambi Botani, Botani Square, tahun 2013 Kategori Produk
Macam-macam Produk
Healthy food
Herb medicine
Aromatherapy and essenstial oil
Organic products
Personal care
Snack and healthy drink
Aneka bumbu masak
Mie jagung
Instant herbal
Kapsul biofarmaka
Bubuk simplisia
Massage oil
Minyak angin aromatic Aneka beras organic Gula batu tebu Aneka mie organic Tepung beras putih Tepung beras merah Tepung garut Bedak dingin Aromatherapy shower gel Body butter, whitening scrub cream Hand and body lotion Lulur Masker Sabun, shampo Bekatul Chocolate Biskuit clarias Aneka kopi, aneka the Aneka madu Jus lidah buaya Liang tea Permen cajuput
cream,
Pengemasan Produk Serambi Botani Proses pengemasan Serambi Botani pada mulanya dikelola dan dikembangkan oleh pihak Serambi Botani sendiri yang mengacu pada konsep natural. Supplier hanya mengirimkan produk dan segalanya dikemas oleh pihak Serambi Botani secara keseluruhan. Seiring berjalannya waktu, Serambi Botani
24
mencoba untuk memperkenalkan dan mengajarkan cara pengemasan mulai dari bahan baku, bentuk, quality control, termasuk pelabelan, sehingga barang yang masuk ke gerai Serambi Botani sudah dikemas dengan rapih dan siap untuk dipasarkan. Semua kemasan diseragamkan menggunakan merek Serambi Botani dengan segala ketentuan yang telah ditetapkan bersama. Untuk produk yang telah lama dijual di Serambi Botani, pihak Serambi Botani menerima produk tersebut sudah dalam keadaan siap dipasarkan dan telah di pack dengan rapih. Namun, untuk produk-produk yang baru bergabung dengan Serambi Botani, akan dikembangkan bersama-sama dengan vendor atau supplier mulai dari bentuk kemasan, desain kemasan, dan sebagainya. Setelah itu, proses pengemasan akan diserahkan kepada vendor dan pihak Serambi Botani hanya menunggu hasilnya untuk diedarkan dan dipasarkan di gerai-gerai Serambi Botani. Produk-produk yang masuk ke dalam gerai Serambi Botani, dapat dikatakan sebagai produk industri rumah tangga dimana produk tersebut sudah memiliki legalitas sendiri. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan legalitas adalah ijin edar sebagai jaminan bahwa usaha makanan dan minuman rumahan yang dijual telah memenuhi keamanan makanan yaitu telah terdaftar P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga). Produk-produk yang telah terdaftar P-IRT tetap memakai P-IRT mereka masing-masing sebagai legalitas pada kemasan. Sebab, sampai saat ini pihak Serambi Botani belum mendaftarkan produk yang ada ke Badan Pengawasan Obat-obatan dan Makanan (BPOM). Tetapi, walaupun produk yang ditawarkan memiliki kode perijinan yang berbeda-beda, kemasan produk tersebut tetap diseragamkan. Hal ini bertujuan agar produk-produk tersebut terlihat lebih seragam, menciptakan brand yang kuat, serta untuk mempermudah promosi dan memperkenalkan kepada masyarakat luas produk-produk Serambi Botani yang bekerja sama dengan mitra-mitra IPB. Selain itu, produk-produk yang dijual di Serambi Botani juga diperbolehkan untuk dijual di tempat lain seperti di industri rumah masing-masing dengan menggunakan kemasan yang sama seperti di Serambi Botani ataupun dengan kemasan yang berbeda. Serambi Botani tidak membatasi produk dan kemasannya untuk dijual di tempat lain, sebab dengan begitu Serambi Botani dapat memperluas jangkauan pemasarannya dan meningkatkan promosi melalui merek dan kemasan. Desain Kemasan Produk Serambi Botani Desain kemasan pada produk Serambi Botani menggunakan konsep yang natural sesuai dengan produk yang ditawarkannya yaitu produk pertanian. Desain kemasan ini bernuansa alam dengan warna dominan coklat dan hijau. Kemasan yang digunakan merupakan kemasan yang ramah lingkungan, seperti pada gula yang dibungkus dengan daun aren. Namun, beberapa produk di Serambi Botani juga masih menggunakan kemasan plastik seperti pada produk beras, tepung, dan mie organik. Pada kemasan yang menggunakan plastik, informasi mengenai produk ditulis pada label kertas berwarna coklat yang dipadukan dengan tulisan hitam. Logo Serambi Botani yang ada pada kemasan bergambar sehelai daun berwarna hijau dengan batang daun ditengahnya yang berwarna putih dan di padukan dengan warna latar yang berwarna oranye membuat logo ini terlihat
25
cerah. Nama merek Serambi Botani sendiri dituliskan di atas dan bawah logo dengan membagi dua bagian, yaitu tulisan Serambi di atas logo daun dan Botani di bawah logo daun dengan menggunakan font italic. Pada aspek legalitas, belum semua produk memiliki ijin P-IRT dan logo halal, seperti pada kemasan masker belum terdapat ijin P-IRT dan pada kemasan minuman lidah buaya belum terdapat logo halal. Informasi mengenai komposisi bahan, cara penyimpanan, berat bersih, dan informasi kegunaan atau manfaat produk juga belum lengkap pada beberapa kemasan, hanya sebagian produk yang sudah menuliskan informasi-informasi tersebut secara lengkap. Penggunaan huruf pada bagian informasi menggunakan huruf yang lebih kecil namun tetap terbaca dengan tipe huruf yang biasa dipakai pada umumnya. Nama merek Serambi Botani sendiri, diambil berdasarkan pertimbangan bahwa nama Serambi Botani merupakan nama lokal yang mudah diingat. Serambi berarti teras atau etalase, sedangkan botani berarti pertanian. Jadi, Serambi Botani merupakan teras atau etalase yang berisi produk-produk pertanian dimana produk tersebut merupakan hasil dari penelitian civitas akademik IPB. Nama Serambi Botani ini juga mudah dibaca dan diucapkan karena tidak menggunakan bahasa asing yang rumit.
26
27
PERSEPSI TERHADAP ELEMEN DESAIN KEMASAN SERAMBI BOTANI Kesesuaian Warna Warna merupakan daya tarik pertama yang akan dilihat oleh konsumen saat memilih produk, sebab warna dapat mempengaruhi panca indera kita dalam menilai suatu produk. Warna yang selaras dan enak dipandang dapat menimbulkan ketertarikan pada konsumen saat melihat produk sehingga dapat mempengaruhi keinginan membeli pada konsumen. Tabel 3 Persentase responden berdasarkan jawaban pertanyaan terhadap elemen warna pada desain kemasan Serambi Botani No
Pernyataan
1. Menurut saya warna pada kemasan Serambi Botani menarik 2. Warna pada kemasan terlihat selaras dan enak dilihat 3. Warna pada kemasan menggambarkan produk olahan pertanian 4. Penggunaan warna pada huruf selaras dengan warna dasar kemasan 5. Kombinasi warna grafisnya lebih menarik dibandingkan dengan produk olahan pertanian lainnya Keterangan : SS : Sangat Setuju S : Setuju
Persentase (%) SS S TS 15 68 17
STS 0
10
83
7
0
19
75
6
0
14
73
13
0
20
61
19
0
TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
Warna pada desain kemasan Serambi Botani dapat dikatakan menarik karena sebagian besar responden menjawab setuju pada pernyataan tersebut. Serambi Botani memiliki warna kemasan yang dominan coklat dan hijau sehingga memberikan kesan natural dan dekat dengan alam. Sebagian besar responden setuju bahwa dengan warna coklat dan hijau menggambarkan bahwa Serambi Botani merupakan produk olahan pertanian yang alami, sebanyak 75 persen responden menjawab setuju dengan pernyataan tersebut. Warna huruf dengan dasar kemasan juga terlihat selaras karena huruf pada kemasan menggunakan warna hitam yang bersifat netral,sehingga untuk disatukan dengan warna coklat dan hijau terlihat selaras dan enak dipandang, terbukti dengan sebanyak 73 responden setuju dan 14 persen responden sangat setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini diutarakan oleh responden sebagai berikut:
28
“Warnanya bagus, alami banget hijau sama coklat. Warnanya udah pas, pertanian banget, sederhana, pas, simple. Saya suka melihatnya” (AN, 30 tahun) Tetapi, untuk sebagian kecil responden berpendapat bahwa warna pada desain kemasan Serambi Botani kurang menarik dan kurang kontras sehingga tidak menarik perhatian mata. Sebanyak 17 persen responden berpendapat bahwa warna pada desain kemasan Serambi Botani tidak menarik dan kurang beragam, seperti beberapa pendapat yang diutarakan responden: “Warnanya perlu ditambah, karena kurang menarik, kalo menarik tuh warna merah, ungu, yang kontras gitu. Warnanya terlalu kalem” (FR, 20 tahun) “Warnanya kurang mencolok, harusnya dikelompokkan menurut jenis agar lebih mudah mencarinya. Misalnya, pada jenis madu yang berbeda itu dibedakan” (RL, 28 tahun) Berdasarkan data yang di dapatkan dari 100 responden, penilaian responden terhadap elemen warna pada desain kemasan Serambi Botani adalah sedang dan baik. Sebanyak 69 persen responden memiliki persepsi sedang pada warna kemasan, 31 persen responden menjawab baik, dan tidak ada yang memiliki persepsi buruk dalam menilai elemen warna desain kemasan Serambi Botani. Sebagian besar responden menilai bahwa warna pada desain kemasan Serambi Botani cukup menarik dan sesuai dengan produk yang dikemasnya. Walaupun jika dilihat lebih detail pada jawaban pertanyaan banyak responden yang kurang setuju jika dikatakan bahwa warna pada desain kemasan Serambi Botani menarik, namun jika dikalkulasikan dan dikelompokkan tidak ada responden yang memiliki persepsi buruk. Persepsi responden masih tergolong baik dan sedang.
Persepsi baik 31% Persepsi sedang 69%
Gambar 4 Persentase penilaian responden terhadap elemen warna Warna pada sebuah kemasan memiliki manfaat yang banyak dan berhubungan dengan persepsi dan penilaian visual terhadap suatu kemasan, sehingga dalam pemilihan warna harus sangat dipertimbangkan mengenai
29
keselarasan paduan warna, kontras pada warna, dan ketepatan pemilihan warna. Sebab, warna akan menjadi daya tarik visual yang pertama kali dilihat oleh konsumen. Selain itu, warna dapat menggambarkan identitas suatu produk sehingga menimbulkan persepsi konsumen mengenai isi dari produk yang dikemasnya. Kesesuaian Tipografi Tipografi merupakan salah satu desain kemasan yang sangat penting karena berperan untuk mengkomunikasikan informasi yang terdapat dalam kemasan agar pesan yang ingin disampaikan dapat diterima dengan baik. Pemilihan jenis huruf dan karakter huruf akan sangat menentukan keberhasilan desain komunikasi visual. Baik atau buruknya tipografi akan mempengaruhi keinginan pembaca untuk melihat informasi yang disampaikan. Tujuan pemilihan desain pada tipografi ini adalah untuk menyampaikan informasi kepada pembaca dengan cepat dan mudah dibaca. Selain itu, tipografi juga harus menarik dan menyenangkan untuk dibaca. Tabel 4 Persentase responden berdasarkan jawaban pertanyaan terhadap elemen tipografi pada desain kemasan Serambi Botani No
Pernyataan
1. Menurut saya penggunaan huruf pada kemasan Serambi Botani menarik 2. Penggunaan hurufdapat mengkomunikasikan pesan yang disampaikan 3. Saya dapat membaca dengan jelas hurufhuruf yang tertera pada kemasan 4. Huruf yang digunakan lebih unik dibandingkan dengan produk olahan pertanian lainnya 5. Menurut saya huruf yang digunakan mencerminkan produk Serambi Botani sebagai produk olahan pertanian Keterangan : SS : Sangat Setuju S : Setuju
Persentase (%) SS
S
TS
STS
8
76
16
0
15
68
17
0
16
67
18
0
12
67
23
1
13
79
8
0
TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
Sebagian besar huruf pada kemasan Serambi Botani menarik dan dapat mengkomunikasikan pesan dengan baik. Huruf pada kata-kata dalam kemasan dapat terbaca dengan jelas, sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat diterima oleh responden. Selain itu, penyusunan huruf yang baik dan pemilihan jenis huruf yang sederhana memudahkan responden untuk membaca informasi pada kemasan terkait dengan produk yang dikemasnya. Sebanyak 76 persen responden setuju
30
bahwa huruf pada kemasan Serambi Botani sudah menarik dan 67 persen reponden setuju dapat membaca huruf dengan jelas. Namun, terdapat beberapa responden yang menilai bahwa pemilihan huruf pada kemasan masih belum menarik dan tidak mudah dibaca dengan jelas. Sebanyak 23 persen responden menilai bahwa huruf yang digunakan masih biasa saja dan tidak lebih unik dibandingkan dengan produk pertanian lainnya. Hal ini disampaikan oleh beberapa responden sebagai berikut: “Jenis hurufnya terlalu sederhana dan tidak elegan. Jadinya ya hurufnya kurang menarik, biasa saja. Terlalu sederhana dan kaku diliatnya.” (FF, 22 tahun) “Hurufnya kurang tegas dan kurang menarik. jadinya kurang jelas dan terlalu sederhana. Bagi orangtua sulit untuk terbaca karena terlalu kecil” (SW, 55 tahun) Berdasarkan hasil penilaian responden, dapat dilihat bahwa persepsi responden terhadap elemen tipografi sebagian besar menilai sedang atau belum dapat dikatakan baik. Sebanyak 73 persen responden menilai sedang, 24 persen responden menilai baik, dan 3 persen responden menilai buruk. Penggunaan huruf yang sederhana dan dominan hitam, membuat huruf pada kemasan jelas dan mudah untuk dibaca,sehingga informasi mengenai produk yang tertera pada kemasan dapat dikomunikasikan dengan baik kepada responden. Namun, Serambi Botani memiliki potensi untuk memilih huruf yang lebih menarik dan lebih unik sehingga dapat meningkatkan persepsi konsumen untuk memberikan nilai yang baik terhadap tipografi pada kemasan, karena lebih dari setengah responden masih berada pada persepsi sedang mengenai elemen tipografi ini.
Persepsi baik 24%
Persepsi buruk 3%
Persepsi sedang 73%
Gambar 5 Persentase penilaian responden terhadap elemen tipografi Dalam memilih huruf, nilai kejelasan sehingga huruf dapat terbaca dan nilai kenyamanan jauh lebih penting dibandingkan dengan keindahan. Walaupun huruf yang digunakan sangat indah, tetapi jika sulit dibaca maka bukanlah termasuk ke dalam huruf yang baik. Maka dari itu, dalam memilih dan mengelola huruf perlu diperhatikan terkait ukuran huruf, variasi huruf, jarak spasi dan bentuk susunan huruf. Dalam desain kemasan Serambi Botani, huruf yang digunakan
31
dapat mencerminkan personality produk yang dikemasnya karena akan memberikan beberapa informasi mengenai produk tersebut. Oleh karena itu, penting untuk memilih tipografi yang tepat dalam suatu desain kemasan karena dapat menciptakan image suatu produk. Kelengkapan Aspek Legal Aspek legal merupakan aspek yang berhubungan dengan legalitas suatu produk seperti pencantuman logo halal, kode produksi, sertifikasi BPOM atau PIRT, tanggal kadaluwarsa, dan perusahaan yang memproduksi. Pencantuman logo halal penting bagi kaum muslim karena menurut syariat Islam suatu makanan dan minuman haruslah halal untuk dikonsumsi. Suatu produk akan lebih aman untuk dikonsumsi jika sudah terdaftar pada BPOM atau P-IRT dan terdapat kode produksi, karena sertifikasi ini membuktikan bahwa produk tersebut legal dan sudah diperiksa oleh Dinas Kesehatan. Tabel 5 Persentase responden berdasarkan jawaban pertanyaan terhadap kelengkapan aspek legal pada desain kemasan Serambi Botani Persentase (%) SS S TS STS 1. Kode produksi sudah diinfokan dalam 36 39 25 0 kemasan 2. Terdapat logo halal pada kemasan 27 59 13 1 makanan dan minuman 3. Tanggal kadaluwarsa sudah diinfokan 26 71 3 0 dalam kemasan 4. Sertifikasi produk BPOM atau sudah 17 63 20 0 diinfokan dalam kemasan produk makanan dan produk kecantikan 5. Nama dan alamat perusahaan yang 20 72 7 1 memproduksi sudah diinfokan dalam kemasan Keterangan : SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju No
Pernyataan
Kode produksi pada produk sudah cukup diinformasikan pada kemasan, walaupun terdapat beberapa produk yang masih belum menginfokan kode produksinya seperti pada kemasan madu, masker, kopi, dan sabun. Sebanyak 25 persen responden menyatakan tidak setuju dengan pernyataan bahwa kode produksi sudah diinformasikan pada kemasan, tetapi 39 persen responden menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut. Banyak responden yang tidak memperhatikan hal tersebut karena menurutnya informasi mengenai kode produksi tidaklah terlalu penting. Keberadaan logo halal pada kemasan sama seperti kode produksi, belum semua makanan dan minuman mengandung logo halal seperti pada kemasan minuman jus lidah buaya yang belum terdapat logo halalnya. Responden menilai
32
bahwa produk yang berasal dari hasil olahan pertanian sudah terjamin kehalalannya. Sebanyak 59 persen setuju bahwa produk Serambi Botani telah memiliki logo halal, sedangkan 13 persen tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Selain itu, dalam hal legalitas mengenai pendaftaran BPOM, produk di Serambi Botani sudah terpercaya karena berasal dari bahan-bahan alami. Hal ini diperkuat oleh lambang IPB pada Serambi Botani yang menandakan bahwa produk ini telah diuji dan bekerjasama dangan pihak IPB. Sertifikasi yang tercantum pada produk Serambi Botani bukanlah kode dari BPOM, melainkan kode P-IRT. Kode P-IRT sendiri merupakan legalitas Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT). Produk Serambi Botani merupakan produk yang berasal dari industri rumahtangga sehingga sertifikasi kode P-IRT tersebut sudah ada sebelum dimasukkan ke gerai Serambi Botani. Sebagian besar tanggal kadaluwarsa dan produk yang memproduksi sudah diinfokan pada kemasan. Responden menilai tanggal kadaluwarsa sangat penting untuk dilihat sebelum membeli suatu produk, aspek inilah yang sangat diperhatikan diantara aspek yang lain. Sebanyak 71 persen responden menyatakan setuju dan 26 persen sangat setuju. Sementara itu, untuk alamat yang memproduksi, sebagian besar sudah tertera pada kemasan karena setiap produk diproduksi oleh produsen yang berbeda dan berasal dari usaha rumah tangga yang berbeda pula. Berdasarkan penilaian responden, sebagian besar responden memiliki persepsi sedang terhadap aspek legal, yaitu sebesar 65 persen. Sebagian besar responden menilai bahwa aspek legal pada kemasan sudah cukup baik karena mereka percaya bahwa produk yang ada di Serambi Botani sudah teruji oleh IPB sehingga responden tidak mengamati lebih detail mengenai aspek legal tersebut. Sebanyak 35 persen responden memiliki persepsi baik dan tidak ada yang memiliki persepsi buruk. Hal ini seperti yang dituturkan oleh responden: “Kalau produk IPB udah pasti halal. Soalnya pasti sudah teruji. Selain itu, muslimnya kan terkenal banget. Jadi tidak mungkin tidak halal” (RN, 33 tahun)
Persepsi baik 35% Persepsi sedang 65%
Gambar 6 Persentase penilaian responden terhadap aspek legal Kondisi ini menjadi beban bagi IPB karena sebagian responden mempercayai produk dikarenakan adanya logo IPB pada kemasan. Hal ini
33
membuat responden tidak mementingkan aspek legal seperti kode produksi, sertifikasi BPOM, nama dan alamat yang memperoduksi pada kemasan dan mempercayai kekuatan IPB sebagai legalitas dari produk itu sendiri. Namun, disisi lain bagi sebagian responden yang cermat dalam melihat legalitas produk, mereka sempat menanyakan kondisi halal atau tidaknya produk yang mereka beli. Hanya saja kepercayaan responden timbul kembali saat mengingat bahwa produk yang mereka beli merupakan produk hasil olahan pertanian dan merupakan produk yang berada dibawah pengawasan IPB. Kesesuaian Anatomi Anatomi kemasan merupakan tata letak pada kemasan yang memiliki beberapa bagian dan menampilkan informasi mengenai produk yang dikemasnya. Bagian utama adalah nama merek pada bagian depan kemasan. Bagian ini yang akan memperkenalkan produk kepada konsumen karena mencantumkan nama dan jenis produk dengan jelas. Bagian belakang kemasan berisi informasi mengenai produk yang dikemasnya seperti komposisi bahan, petunjuk pemakaian, petunjuk penyimpanan, kandungan gizi, dan manfaat produk. Informasi yang tercantum pada bagian belakang kemasan merupakan informasi sekunder, tetapi informasi ini menjadi sangat penting karena termasuk dalam syarat perdagangan. Tabel 6 Persentase responden berdasarkan jawaban pertanyaan terhadap kesesuaian anatomi pada desain kemasan Serambi Botani No
Pernyataan
1. Saya merasa puas dengan adanya informasi komposisi bahan dan kandungan gizi pada belakang kemasan 2. Saya merasa puas dengan adanya petunjuk penyimpanan pada belakang kemasan 3. Saya merasa puas dengan adanya petunjuk berat bersih pada kemasan 4. Saya merasa puas dengan adanya petunjuk pemakaian pada belakang kemasan 5. Saya merasa puas dengan adanya informasi kegunaan atau manfaat pada belakang kemasan Keterangan : SS : Sangat Setuju S : Setuju
Persentase (%) SS S TS 18 70 11
STS 1
14
66
19
1
11
84
5
0
18
68
14
0
21
69
9
1
TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
Terdapatnya informasi mengenai komposisi bahan dan kandungan gizi pada belakang kemasan merupakan hal yang dirasa penting oleh responden. Sebanyak 70 persen responden merasa puas dengan adanya informasi komposisi bahan pada kemasan, sebab hal ini memberitahukan responden mengenai bahan dasar yang digunakan untuk membuat produk yang akan dikonsumsinya. Disisi lain,
34
responden juga mendapatkan informasi mengenai kadar gizi yang dikandung dalam bahan dasar yang digunakan pada produk tersebut. Petunjuk penyimpanan suatu produk dirasa penting oleh sebagian besar responden. Sebanyak 66 persen merasa puas dengan adanya informasi mengenai petunjuk penyimpanan pada bagian belakang kemasan. Namun, tidak semua produk menginformasikan mengenai petunjuk penyimpanan produknya, seperti pada kopi dan masker. Sebanyak 19 persen responden merasa belum puas karena belum adanya petunjuk penyimpanan pada kemasan. Selain itu, responden juga merasa puas dengan adanya informasi mengenai berat bersih produk. Sebagian besar produk telah menginformasikan berat bersihnya pada kemasan. Hal ini terbukti dengan banyaknya responden yang menjawab setuju pada jawaban pertanyaan tersebut yaitu sebanyak 84 persen. Petunjuk pemakaian suatu produk akan sangat bermanfaat bagi responden yang tidak mengetahui cara pemakaian produk yang akan dikonsumsinya. Untuk itu, sebagian besar responden merasa puas dengan adanya informasi kegunaan dan manfaat pada belakang kemasan. Sebanyak 18 persen responden merasa sangat puas dengan adanya cara pemakaian produk seperti yang tercantum pada produk body butter, cream scrub dan produk personal care lainnya. Tidak hanya petunjuk pemakaian, tetapi kegunaan dan manfaat suatu produk juga dirasa penting bagi responden untuk dicantumkan dalam kemasan. Sebanyak 69 persen responden setuju dengan pernyataan tersebut. Sebab, dengan adanya manfaat produk, responden dapat mengetahui kegunaan dari produk yang akan dikonsumsinya. Berdasarkan hasil penilaian responden, dapat dilihat bahwa persepsi responden mengenai anatomi pada kemasan Serambi Botani cenderung sedang. Sebanyak 78 persen responden menilai sedang, 14 persen responden menilai buruk, dan 8 persen responden menilai baik. Hal ini berarti bahwa responden menilai tata letak pada kemasan belum cukup memuaskan dan informasi yang dicantumkan belum cukup lengkap. Responden yang menilai anatomi ini buruk dikarenakan masih belum lengkapnya informasi yang dicantumkan pada kemasan. Hal ini seperti yang dituturkan oleh beberapa responden berikut: “Tidak semua produk menginfomasikan mengenai komposisi bahan. Informasi yang dicantumkan masih belum lengkap. Hanya beberapa yang sudah ada” (AP, 25 tahun) “Informasi mengenai kegunaan dan manfaat produk masih belum lengkap. Seharusnya diinformasikan seperti mengenai keunggulan dari setiap kopi robusta, arabica, dll” (RD, 30 tahun) Informasi yang berada pada bagian belakang kemasan merupakan informasi pelengkap yang menjelaskan mengenai produk yang dikemasnya. Dalam hal ini responden menilai bahwa informasi yang berada pada kemasan Serambi Botani sebagian masih belum lengkap. Walaupun sebagian responden tidak cermat dalam melihat informasi ini, namun sebagian responden lainnya cukup memperhatikan mengenai kelengkapan informasi pada kemasan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai produk yang akan dibelinya. Hasil penilaian responden masih belum bisa dikatakan baik karena persepsi responden masih di dominasi oleh persepsi sedang. Serambi Botani memiliki potensi untuk membuat
35
penilaian responden menjadi lebih baik lagi dengan cara melengkapi informasi mengenai produk-produk yang dikemasnya pada setiap kemasan. Persepsi baik 8%
Persepsi buruk 14%
Persepsi sedang 78% Gambar 7 Persentase penilaian responden terhadap kesesuaian anatomi
36
37
PERSEPSI TERHADAP ELEMEN MEREK SERAMBI BOTANI Ketepatan Nama Merek Nama merek merupakan identitas sebuah produk yang sifatnya sebagai tanda pengenal produk tersebut. Nama merek harus mudah diingat dan mudah dibaca agar dapat menarik konsumen dan memiliki nilai tambah bagi suatu produk. Sebab, nama merek dapat menguatkan dan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk tersebut. Selain itu, nama merek dapat mempengaruhi konsumen untuk mengkonsumsi produk melalui makna atau arti dari suatu merek. Nama merek yang unik akan lebih menarik konsumen untuk membeli produk dan membuat penilaian tersendiri bagi produk. Tabel 7 Persentase responden berdasarkan jawaban pertanyaan terhadap kesesuaian nama merek Serambi Botani No
Pernyataan
1. Nama merek Serambi Botani menunjukkan bahwa produk tersebut adalah produk hasil olahan pertanian 2. Nama merek Serambi Botani pada kemasan mudah dibaca 3. Nama merek Serambi Botani mudah untuk diingat 4. Nama merek Serambi Botani lebih unik dibandingkan dengan produk olahan pertanian lainnya 5. Nama merek Serambi Botani menimbulkan ketertarikan untuk membeli produk Keterangan : SS : Sangat Setuju S : Setuju
SS 23
Persentase (%) S TS 65 11
STS 1
26
59
15
0
18
66
15
1
15
75
10
0
10
57
30
3
TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
Menurut sebagian besar responden, nama merek Serambi Botani sudah menunjukkan bahwa produk tersebut merupakan produk hasil olahan pertanian. Sebanyak 65 persen responden menjawab setuju pada pernyataan tersebut karena menurut mereka nama Botani yang memiliki arti tumbuh-tumbuhan sangat dekat dengan pertanian. Nama merek Serambi Botani terdapat pada setiap kemasan sebagai identitas produk, nama merek tersebut menurut sebagian besar responden mudah dibaca dan mudah untuk diingat. Nama Serambi Botani juga dinilai unik oleh 90 persen responden. Sebanyak 57 persen responden merasa bahwa dengan membaca, melihat, atau mendengar merek Serambi Botani dapat menimbulkan ketertarikan untuk membeli produk tersebut. Namun, untuk sebagian responden
38
lainnya nama merek tersebut kurang menarik. Menurut responden yang tidak setuju dengan nama merek Serambi Botani, mengutarakan bahwa kata Serambi dirasa kurang selaras, sebab kata Serambi identik dengan keagamaan. Selain itu, beberapa responden lebih melihat produk dikarenakan terdapat logo IPB bukan karena merek Serambi Botaninya. Hal ini diutarakan oleh responden sebagai berikut: “Saya lebih mengenal lambang IPB dibandingkan dengan merek Serambi Botaninya. Saya jarang memperhatikan mereknya. Dengan melihat IPB saya jadi tertarik beli” (DH, 48 tahun) “Kata serambi terlalu mengarah ke agama, seperti Serambi Mekah, Serambi Aceh. Jadi saya rasa kurang pas untuk merek produk ini” (NT, 31 tahun) Menurut hasil penilaian responden pada nama merek Serambi Botani, sebanyak 66 persen responden menilai sedang dan 29 persen responden menilai baik. Nama Serambi Botani yang menjadi identitas produk ini memiliki arti gerai atau teras depan yang menjual hasil olahan pertanian yang berasal dari tumbuhtumbuhan. Bagi sebagian besar responden nama ini sudah cukup sesuai untuk menjadi identitas produk yang dikemasnya. Nama Serambi Botani juga dirasa unik jika dibandingkan dengan produk olahan pertanian lainnya. Namun, bagi sebagian responden lainnya nama Serambi Botani dirasa kurang sesuai dikarenakan kata Serambi yang lebih mengarah pada keagamaan. Hal ini membuat responden merasa kata Serambi Botani kurang sesuai untuk dijadikan nama merek untuk produk olahan pertanian. Responden yang memiliki persepsi buruk terhadap nama merek Serambi Botani ini sebesar 5 persen.
Persepsi baik 29%
Persepsi buruk 5%
Persepsi sedang 66% Gambar 8 Persentase penilaian responden terhadap ketepatan nama merek Nama merek Serambi Botani menjadi identitas produk yang dikemasnya. Dalam menentukan nama merek bagi suatu produk perlu dipertimbangkan mengenai kemudahan dalam mengingat merek tersebut, keunikan merek tersebut, keterkaitan merek dengan produk yang dikemasnya, arti dari merek tersebut, serta kemudahan dalam menerima pesan yang ingin disampaikan melalui merek tersebut. Dalam hal ini Serambi Botani mendapatkan respon yang cukup positif
39
karena sebagian responden berpendapat bahwa nama ini sudah cukup sesuai dengan produk yang dikemasnya. Namun, kondisi ini masih belum bisa dikatakan baik sebab masih di dominasi oleh persepsi sedang. Kesesuaian Logo Logo merupakan lambang yang menjadi identitas suatu produk. Logo harus mampu merepresentasikan perusahaan dan memberikan kepercayaan kepada konsumen. Logo juga harus mudah diingat, unik, memiliki ciri khas, tidak rumit, dan mengesankan. Pada alat promosi seperti media cetak leaflet, brosur, pamflet, dan sebagainya, logo berperan sebagai simbol yang memperkenalkan produk kepada khalayak luas. Selain itu, dengan adanya logo dapat mempermudah masyarakat untuk mengingat atau mengenali produk. Logo juga harus mengandung makna tertentu yang berkaitan dengan produk yang dikemasnya sehingga dengan melihat gambarnya masyarakat dapat menilai produk yang dikemasnya. Tabel 8 Persentase responden berdasarkan jawaban pertanyaan terhadap kesesuaian logo Serambi Botani No
Pernyataan
1. Logo Serambi Botani menunjukkan citra perusahaan 2. Logo Serambi Botani membantu saya mengenali produk-produk Serambi Botani 3. Logo Serambi Botani mudah diingat 4. Logo Serambi Botani menunjukkan produk hasil olahan pertanian 5. Logo Serambi Botani terlihat menarik Keterangan : SS : Sangat Setuju S : Setuju
SS 20
Persentase (%) S TS 65 15
STS 0
16
80
4
0
19 16
71 67
10 17
0 0
15 66 19 0 TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
Menurut penilaian responden terhadap logo Serambi Botani berdasarkan pernyataan pada Tabel 8, dapat dilihat bahwa sebanyak 65 persen responden menilai bahwa logo Serambi Botani sudah mencerminkan citra perusahaan bahwa perusahaan ini merupakan perusahaan yang menjual produk-produk hasil olahan pertanian. Sebanyak 67 persen responden menjawab bahwa logo tersebut sudah sesuai dengan produk yang dijualnya yaitu produk olahan pertanian. Namun, 15 persen responden menjawab bahwa logo tersebut tidak menunjukkan citra perusahaan dan 17 persen responden menjawab bahwa logo tersebut tidak menunjukkan produk hasil olahan pertanian. Hal ini dikarenakan, menurut responden logo Serambi Botani kurang jelas dan kurang mencerminkan pertanian. Sebanyak 80 persen responden setuju bahwa logo Serambi Botani dapat membantu mereka mengenali produk-produk Serambi Botani. Dengan melihat logo Serambi Botani responden dapat mengingat dan mengenali bahwa produk tersebut adalah produk Serambi Botani. Namun, terdapat 4 persen responden yang
40
menjawab bahwa logo Serambi Botani kurang membantu. Hal ini dikarenakan responden tersebut lebih mengingat logo IPB yang menaungi Serambi Botani ini dibandingkan dengan logo Serambi Botani sendiri. Selain itu, terdapat 71 persen responden yang setuju bahwa logo Serambi Botani mudah diingat dan 66 persen responden mengatakan bahwa logo Serambi Botani ini menarik. Hal ini diutarakan oleh beberapa responden sebagai berikut: “Logonya yang bergambar daun sudah cukup sesuai dengan produknya. Menunjukkan tumbuhan dan pertanian. Jadi saat melihat logonya tergambar pertanian” (LS, 31 tahun) “Logonya bagus, sederhana, simple. Mudah diingat juga tidak ribet. Logonya daun, termasuk tumbuhan dan mencerminkan pertanian” (RS, 30 tahun) Logo Serambi Botani yang bergambar sehelai daun berwarna hijau dan berlatar oranye mendapatkan respon postif dari responden. Dari 100 responden yang diteliti, 74 persen memiliki persepsi sedang, 26 persen memiliki persepsi baik, dan tidak ada responden yang memiliki persepsi buruk. Responden menilai bahwa logo daun yang melambangkan Serambi Botani ini dirasa sudah sesuai dengan produk yang dikemasnya yaitu produk olahan pertanian. Gambar daun hijau dengan latar oranye terlihat kontras tetapi tetap selaras. Menurut beberapa responden, logo ini sederhana tetapi sangat mencerminkan pertanian.
Persepsi Baik 26%
Persepsi sedang 74%
Gambar 9 Persentase penilaian responden terhadap kesesuaian logo Logo merupakan salah satu hal terpenting dalam suatu kemasan karena dapat menjadi tanda pengenal suatu produk. Pada dasarnya logo sangat membantu konsumen untuk mengenal suatu produk. Hanya dengan melihat logo, konsumen dengan cepat dapat mengingat produk apa yang dikemasnya walaupun tanpa melihat nama merek dari produk tersebut. Oleh karena itu, logo yang dibentuk harus menarik dan dapat menggambarkan produk yang dikemasnya. Dalam hal ini Serambi Botani menggunakan logo sehalai daun untuk menggambarkan produk olahan pertanian yang dikemasnya. Walaupun sebagian responden menilai logo ini sudah menunjukkan produk olahan pertanian, namun sebagian responden lainnya menilai bahwa logo ini masih belum cukup sesuai untuk dijadikan
41
lambang Serambi Botani. Dengan kata lain, Serambi Botani memiliki potensi untuk menjadikan logo Serambi Botani menjadi lebih menarik dan terpercaya dimata masyarakat sehingga dapat mencapai persepsi yang lebih baik lagi.
42
43
EFEKTIVITAS MEREK DAN DESAIN KEMASAN DALAM MEMBENTUK CITRA PRODUK Citra Produk Citra produk dapat dikatakan sebagai persepsi konsumen dalam bentuk keyakinan, gagasan, dan kesan terhadap suatu produk. Citra produk yang baik akan menimbulkan keinginan pada konsumen untuk membeli produk tersebut. Selain citra produk, citra terhadap suatu perusahaan juga dapat mempengaruhi penilaian konsumen untuk melakukan pembelian. Setiap perusahaan ingin membentuk citra baik di masyarakat mengenai produk yang dipasarkannya ataupun citra produk itu sendiri. Dalam hal ini Serambi Botani ingin membentuk citra baik di masyarakat sebagai gerai yang memasarkan produk olahan pertanian yang bersifat alami, sehat, higienis, dan bebas dari bahan kimia. Tabel 9
No
Persentase responden berdasarkan jawaban pertanyaan terhadap citra produk Serambi Botani Pernyataan
1. Produk Serambi Botani merupakan produk yang berkualitas tinggi 2. Produk Serambi Botani pantas untuk dibeli dan dikonsumsi 3. Produk Serambi Botani sesuai dengan status ekonomi dan status sosial saya 4. Produk Serambi Botani merupakan produk yang sehat, alami dan memiliki banyak manfaat 5. Produk Serambi Botani aman dan terpercaya untuk dikonsumsi Keterangan : SS : Sangat Setuju S : Setuju
Persentase (%) SS S TS 21 75 4
STS 0
21
77
2
0
8
56
35
1
20
79
1
0
20
80
0
0
TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
Berdasarkan jawaban responden pada Tabel 9, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menilai produk Serambi Botani merupakan produk yang berkualitas tinggi. Sebanyak 75 persen responden setuju dengan pernyataan tersebut bahkan sebanyak 21 persen responden menjawab sangat setuju. Responden menilai bahwa produk yang dipasarkan di Serambi Botani memiliki kualitas yang tinggi karena sudah teruji oleh para ahli yang berasal dari IPB. Sehingga responden merasa produk Serambi Botani ini pantas untuk dibeli dan dikonsumsi. Sebanyak 77 persen responden setuju dengan pernyataan tersebut. Produk Serambi Botani merupakan produk hasil olahan pertanian yang berasal dari bahan dasar pangan. Produk ini tidak menggunakan bahan kimia dan bersifat alami. Sehingga dalam hal ekonomis, produk ini memiliki harga yang
44
lebih tinggi dibandingkan dengan produk lainnya. Bagi 56 persen responden, produk ini sudah cukup sesuai dengan status ekonomi dan status sosialnya. Dengan kata lain, produk ini memiliki harga yang sesuai dengan kondisi perekonomian mereka dan masih bisa terjangkau. Namun, bagi 35 responden lainnya, produk ini tidak sesuai dengan kondisi perekonomian mereka dan termasuk mahal. Harga produk yang ada di Serambi Botani tidaklah sesuai untuk dikonsumsi secara berkala. Beberapa responden berpendapat bahwa produk di Serambi Botani terlalu mahal untuk dikonsumsi sehari-hari dan hanya cocok untuk dicoba atau dikonsumsi sesekali saja. Untuk itu, responden menilai bahwa produk ini hanya bisa dijangkau oleh konsumen yang memiliki perekonomian menengah keatas, seperti yang dituturkan oleh responden sebagai berikut: “Harganya terlalu mahal untuk rakyat. Bagi rakyat yang kalangan menengah ke bawah terlalu mahal. Jadi kurang merakyat harganya. ” (NS, 41 tahun) “Harganya terlalu mahal, cocoknya untuk kalangan menengah ke atas. Jadi kurang menjangkau semua kalangan. Lebih baik kan bisa menjangkau semua kalangan agar produk ini lebih dikenal. Apalagi ini merupakan produk pertanian yang banyak manfaatnya” (RN, 32 tahun) Seluruh responden setuju dengan pernyataan bahwa produk Serambi Botani merupakan produk yang aman dan terpercaya untuk dikonsumsi. Hal ini dikarenakan produk ini berada dibawah pengawasan IPB sehingga responden percaya dengan produk-produk tersebut. Sebanyak 80 persen responden menyatakan setuju dan 20 persen lainnya menyatakan sangat setuju. Selain itu responden menyatakan bahwa produk yang dikonsumsinya memiliki banyak manfaat, khususnya pada produk madu yang banyak diminati oleh responden. Persepsi baik 29%
Persepsi buruk 1%
Persepsi sedang 70% Gambar 10 Persentase penilaian responden terhadap citra produk Citra produk yang terbentuk dari responden cenderung baik. Sebanyak 28 persen responden memiliki persepsi baik terhadap citra produk Serambi Botani dan sebanyak 71 persen responden memiliki persepsi sedang. Tetapi 1 persen lainnya memiliki persepsi buruk terhadap citra produk Serambi Botani.
45
Responden menilai bahwa produk Serambi Botani memiliki persepsi yang baik yaitu berkualitas tinggi sehingga pantas untuk dibeli dan dikonsumsi, memiliki banyak manfaat, serta bersifat alami, sehat, aman, dan terpercaya. Namun, harga produk tersebut masih terbilang mahal dan diatas standar untuk sebagian responden. Citra produk terbentuk melalui persepsi konsumen mengenai produk yang dilihat atau dikonsumsinya. Citra produk ini berkaitan dengan citra merek suatu produk, sebab melalui merek yang di baca atau di dengar, maka konsumen akan memiliki penilaian tersendiri untuk produk tersebut. Citra produk dapat terbentuk melalui kesan pertama yang dinilai oleh konsumen. Untuk itu, kesan yang baik dapat terbentuk salah satunya melalui kemasan dan merek suatu produk. Jika persepsi yang dimiliki konsumen adalah persepsi baik, maka citra yang terbentuk akan baik pula dan menimbulkan minat beli pada konsumen. Selain itu, agar dapat menarik perhatian konsumen maka citra yang terbentuk haruslah memiliki keunggulan dan keunikan tersendiri dibandingkan dengan produk yang lain. Dalam hal ini Serambi Botani memiliki ciri khas yaitu produk yang sehat, alami, dan tidak menggunakan bahan kimia sehingga bersifat alami. Di samping itu, Serambi Botani lebih terpercaya karena telah teruji dan berada dibawah pengawasan IPB. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa citra yang dibentuk oleh konsumen belum mencapai kategori baik, tetapi Serambi Botani memiliki potensi untuk merubahnya menjadi lebih baik lagi sebab Serambi Botani memiliki keunikan tersendiri dan dapat menjadi pelopor bagi perusahaan lain untuk menghasilkan produk yang bersifat alami, bermanfaat, dan tidak menggunakan bahan kimia sehingga tidak berbahaya bagi kesehatan. Hubungan Merek dengan Citra Produk Hubungan antara merek dengan citra produk Serambi Botani telah diuji dengan menggunakan Rank Spearman pada software SPSS 20.0 for windows. Dua elemen merek yang terdapat pada kemasan adalah nama merek dan logo. Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa terdapat hubungan nyata positif antara merek dengan citra produk Serambi Botani. Pada tabel tersebut ditunjukkan bahwa nama merek dan logo memiliki hubungan nyata dengan citra produk Serambi Botani. Pada elemen nama merek nilai signifikansi yang diperoleh adalah sebesar 0,001 dan nilai signifikansi pada elemen logo adalah 0,003. Tabel 10 Nilai koefisien korelasi dan signifikansi pada variabel merek terhadap citra produk Serambi Botani Varaibel
Citra Produk Koefisien Korelasi
Nilai sig.
Nama Merek
0.335*
0.001
Logo
0.293*
0.003
Merek 0.350* Keterangan : * berhubungan signifikan pada α<0.1
0.000
46
Nilai signifikansi yang diperoleh pada nama merek adalah 0.001 (0.001 kurang dari 0.1) nilai signifikansi ini lebih kecil dari 0.1 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata positif antara nama merek dengan citra produk. Nama merek merupakan identitas produk yang akan memperkenalkan produk kepada konsumen dan masyarakat luas. Nama merek ini merupakan hal terpenting karena menyangkut dengan identitas produk yang dapat membentuk citra produk dimata konsumen. Nama merek ini akan menjadi bagian yang pertama kali disebut dan diingat sebagai tanda pengenal suatu produk. Namun, nama merek Serambi Botani memiliki hubungan yang lemah dengan citra produk, sebab koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0.335. Koefisien korelasi yang diperoleh lebih mendekati nol dan masih jauh dengan 1, sehingga hubungan antara nama merek dengan citra produk dikatakan lemah. Logo daun yang dimiliki oleh Serambi Botani memperoleh nilai signifikansi sebesar 0.003 (0.003 kurang dari 0.1) nilai signifikansi ini lebih kecil dari 0.1 yang berarti terdapat hubungan nyata positif antara logo dengan citra produk. Logo merupakan lambang yang dapat menjadi identitas suatu produk. Dalam hal ini logo merupakan bagian yang terpenting karena dapat menjadi tanda pengenal yang mudah diingat oleh konsumen. Logo juga dapat menjadi identitas perusahaan yang dapat menimbulkan kepercayaan kepada konsumen sehingga dapat membentuk citra produk. Dengan adanya logo, dapat membantu konsumen untuk lebih mudah mengenal produk yang terdapat pada alat promosi lainnya seperti leaflet, brosur, majalah, dan lain-lain. Hal tersebut dapat menimbulkan penilaian dan persepsi konsumen mengenai produk yang pada akhirnya akan menciptakan citra produk itu sendiri. Secara keseluruhan, merek memiliki hubungan nyata positif terhadap citra produk dengan nilai signifikansi 0.000 (0.000 kurang dari 0.1). Dalam hal ini, merek berfungsi untuk memperkenalkan produk dalam alat promosi lainnya. Selain itu, merek juga berfungsi sebagai tanda pengenal dan identitas produk sehingga dapat menimbulkan persepsi pada benak konsumen untuk menilai dan melekatkan citra pada produk tersebut. Merek memiliki hubungan nyata positif terhadap citra produk, namun dalam hal ini merek belum cukup efektif dalam membentuk citra produk. Hal ini disebabkan oleh persepsi responden yang masih berada dalam tahap sedang pada variabel merek dan citra produk, sehingga belum dapat dikatakan baik dan efektif. Citra produk yang ingin dibentuk oleh Serambi Botani adalah citra yang baik yaitu produk olahan pertanian yang sehat, alami, memiliki banyak manfaat bagi konsumen. Namun, dalam hal ini citra yang dinilai responden masih belum dikatakan baik, merek Serambi Botani sendiripun belum dinilai baik oleh responden sehingga merek Serambi Botani belum efektif dalam membentuk citra produk Serambi Botani. Hubungan Desain Kemasan dengan Citra Produk Hubungan antara desain kemasan dengan citra produk Serambi Botani telah diuji dengan menggunakan Rank Spearman pada software SPSS 20.0 for windows. Empat elemen desain kemasan yang terdapat pada kemasan adalah warna, tipografi, aspek legal, dan anatomi.
47
Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata positif antara desain kemasan dengan citra produk Serambi Botani. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa elemen warna, tipografi, dan aspek legal memiliki hubungan nyata dengan citra produk Serambi Botani. Pada elemen warna nilai signifikansi yang diperoleh adalah sebesar 0.034, pada elemen tipografi adalah 0.010, dan elemen aspek legal adalah 0.019. Tabel 11 Nilai koefisien korelasi dan signifikansi pada variabel desain kemasan terhadap citra produk Serambi Botani Variabel Warna Tipografi Aspek Legal Anatomi
Citra Produk Koefisien Korelasi 0.212* 0.258* 0.235* 0.076
Desain Kemasan 0.331* Keterangan : * berhubungan signifikan pada α<0.1
Nilai sig. 0.034 0.010 0.019 0.452 0.001
Nilai signifikansi yang diperoleh pada elemen warna adalah 0.034 (0.034 kurang dari 0.1) nilai signifikansi ini lebih kecil dari 0.1 yang menunjukkan terdapat hubungan nyata positif antara warna dengan citra produk, namun hubungan ini masih tergolong lemah. Hal ini disebabkan warna merupakan bagian penting dalam desain kemasan. Warna merupakan bagian pertama yang akan dilihat oleh konsumen pada kemasan. Warna memiliki kekuatan visual yang dapat mempengaruhi konsumen saat akan membeli suatu produk dan mempengaruhi persepsi konsumen mengenai citra produk yang dikemasnya. Penggunaan warna yang menarik akan dengan mudah membuat konsumen tertarik hanya dengan melihat warna pada kemasan produk. Semakin tinggi persepsi konsumen terhadap warna, maka semakin tinggi pula citra produk yang dibentuknya. Nilai signifikansi yang diperoleh pada elemen tipografi adalah 0.010 (0.010 kurang dari 0.1) nilai signifikansi ini lebih kecil dari 0.1 yang menunjukkan terdapat hubungan nyata positif antara tipografi dengan citra produk, namun hubungan ini masih tergolong lemah. Tipografi merupakan hal penting dalam kemasan karena tipografi akan mempengaruhi persepsi konsumen terhadap suatu produk. Dalam hal ini tipografi dapat mempengaruhi persepsi konsumen melalui pemilihan jenis huruf dan karakter sehingga dapat mengkomunikasikan informasi dengan jelas. Dengan demikian, citra produk dapat dibentuk melalui tipografi yang dimiliki oleh suatu produk. Semakin tinggi persepsi konsumen terhadap tipografi maka semakin tinggi pula citra produk yang terbentuk. Aspek legal pada kemasan Serambi Botani memiliki niai signifikansi 0.019 (0.019 kurang dari 0.1) nilai signifikansi ini lebih kecil dari 0.1 yang menunjukkan terdapat hubungan nyata positif antara aspek legal dengan citra produk, namun hubungan ini tergolong lemah. Aspek legal merupakan bagian yang penting dalam desain kemasan karena aspek ini menunjukkan legalitas mengenai suatu produk. Melalui legalitas yang tercantum pada kemasan, seperti
48
mengenai kelayakan jangka waktu produk tersebut untuk dikonsumsi, izin pemasaran oleh pihak yang berwenang, dan keterangan mengenai industri yang memproduksi produk tersebut. Hal tersebut dapat membentuk persepsi konsumen mengenai produk sehingga dapat mempengaruhi citra produk yang terbentuk. Semakin tinggi persepsi konsumen terhadap aspek legal maka semakin tinggi citra produk yang terbentuk. Sementara itu, untuk elemen anatomi, nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0.452 (0.452 kurang dari 0.1) nilai signifikansi ini lebih besar dari 0.1. Hal ini menunjukkan bahwa elemen anatomi tidak berhubungan nyata dengan citra produk. Dalam hal ini anatomi yang dimaksud adalah tata letak informasi mengenai produk yang terdapat pada depan dan belakang kemasan. Anatomi kemasan ini merupakan bagian yang penting pada desain kemasan karena mengandung banyak informasi mengenai produk yang dikemasnya. Namun, menurut hasil penelitian yang dilakukan, anatomi ini tidak berhubungan nyata dengan citra produk karena sebagian besar responden tidak terlalu memperhatikan hal tersebut. Tata letak informasi pada depan dan belakang kemasan bukanlah hal penting yang dapat mempengaruhi citra suatu produk. Secara keseluruhan desain kemasan memiliki hubungan nyata positif dengan citra produk karena memiliki nilai signifikansi sebesar 0.001. Hubungan desain kemasan dengan citra produk ini tergolong hubungan yang lemah karena nilai koefisien korelasinya sebesar 0.331 yaitu mendekati nol dan masih jauh dibawah 1. Desain kemasan yang ditunjukkan oleh responden memiliki hubungan yang positif dengan citra produk, hubungan positif yang dimaksud adalah semakin tinggi persepsi responden terhadap desain kemasan maka semakin tinggi persepsi responden terhadap citra produk. Desain kemasan ini dapat menjadi nilai tambah bagi suatu produk karena dapat membuat konsumen memiliki persepsi dan penilaian tersendiri bagi suatu produk sehingga akan mencipatakan citra yang akan melekat pada produk tersebut. Desain kemasan memiliki hubungan nyata positif terhadap citra produk, namun desain kemasan belum cukup efektif dalam membentuk citra produk. Hal ini disebabkan oleh persepsi responden yang masih berada dalam tahap sedang pada variabel desain kemasan dan citra produk, sehingga belum dapat dikatakan baik dan efektif. Citra produk yang ingin dibentuk oleh Serambi Botani adalah citra yang baik yaitu produk olahan pertanian yang sehat, alami, memiliki banyak manfaat bagi konsumen. Namun, dalam hal ini citra yang dinilai responden masih belum dikatakan baik, desain kemasan Serambi Botani sendiripun belum dinilai baik oleh responden, beberapa elemen masih dinilai belum cukup menimbulkan ketertarikan sehingga desain kemasan Serambi Botani belum efektif dalam membentuk citra produk Serambi Botani.
49
PENUTUP Simpulan 1. Persepsi responden terhadap logo dan nama merek Serambi Botani belum dapat dikatakan baik. Kondisi yang sama terjadi pada elemen desain kemasan. Persepsi responden terhadap elemen warna, tipografi, aspek legal dan anatomi belum dapat dikatakan baik. Hal ini menunjukkan bahwa merek dan desain kemasan Serambi Botani masih belum mencapai persepsi baik bagi masyarakat. 2. Persepsi responden mengenai citra produk Serambi Botani belum tergolong pada kategori baik. Responden menilai bahwa produk Serambi Botani berkualitas tinggi sehingga pantas untuk dibeli dan dikonsumsi, memiliki banyak manfaat, serta bersifat alami, sehat, aman, dan terpercaya. Namun, untuk sebagian responden harga produk tersebut masih terbilang mahal untuk dikonsumsi secara berkala. 3. Merek dan desain kemasan memiliki hubungan nyata positif dengan citra produk. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik merek dan kemasan pada suatu produk maka citra produk yang terbentuk akan cenderung baik pula. Begitu juga sebaliknya, semakin buruk merek dan desain kemasan produk, maka semakin buruk citra produk yang terbentuk. Pada elemen merek dan desain kemasan seperti logo, nama merek, warna, tipografi, dan aspek legal, memiliki hubungan nyata positif dengan citra produk Serambi Botani. Lain halnya dengan elemen anatomi yang tidak berhubungan nyata dengan citra produk. Namun, tingkat efektivitas merek dan desain kemasan dalam membentuk citra produk Serambi Botani masih berada pada kategori sedang. Dengan kata lain, penggunaan merek dan desain kemasan belum cukup efektif dalam membentuk citra produk Serambi Botani. Hal ini dapat dilihat pada banyaknya responden yang menilai merek dan desain kemasan produk Serambi Botani belum cukup baik. Selain itu, citra produk yang terbentuk pada penilaian responden belum termasuk kategori baik, sehingga belum cukup efektif dalam membentuk citra produk bagi konsumen. Saran 1. Desain kemasan pada aspek legal hendaknya dilengkapi dengan sertifikasi P-IRT agar semua produk terdaftar secara legal. Pada anatomi belakang kemasan, hendaknya dilengkapi informasi mengenai manfaat, komposisi, dan kandungan produk pada beberapa produk yang masih belum lengkap. Selain itu, pada produk makanan dan minuman logo halal hendaknya diperhatikan agar konsumen merasa lebih aman. 2. Desain kemasan Serambi Botani sebaiknya diberi inovasi terkait warna dan tipografi. Pada beberapa produk seperti produk beras organik, kopi, masker, teh rosella, dan produk lainnya dengan warna latar kemasan coklat, warna dan tulisan dirasa kurang menarik. Pada kemasan dengan bahan plastik, label kemasan yang berisi mengenai informasi produk
50
dicantumkan pada kertas coklat dan dipadukan dengan tipografi berwarna hitam. Dalam hal ini kombinasi warna yang digunakan sangat minim dan kurang bervariasi. 3. Sebagian responden menilai produk dikarenakan terdapat pengaruh dari logo IPB yang tertera pada kemasan. Untuk itu, hendaknya pihak Serambi Botani dapat melengkapi legalitas produk agar dapat lebih terjamin dan terpercaya, sebab dengan adanya logo IPB akan sangat mempengaruhi citra IPB itu sendiri. Agar dapat menjaga citra IPB dan Serambi Botani hendaknya produk dijaga dengan baik kelengkapannya dan dibuat semenarik mungkin.
51
DAFTAR PUSTAKA Alfia FZ. 2012. Hubungan desain kemasan chocodot dengan minat beli konsumen. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Cenadi CS. 2000. Peranan desain kemasan dalam dunia pemasaran. Nirmana. [Internet]. [diunduh 2013 Maret 20]. 2(1), Januari 2000: 92–103. Dapat diunduh dari: http://dgiindonesia.com/wpcontent/uploads/2009/03/dk v00020203.pdf Dirgantara B. 2011. Pengaruh kemasan, merek, dan harga terhadap loyalitas konsumen. [Skripsi]. [Internet]. [diunduh 2013 Maret 2006]. Dapat diunduh dari: http://repository.usd.ac.id/bitstream/123456789/102/1/04 2214053_full.pdf. Fajrianthi, Farrah Z. 2005. Strategi perluasan merek dan loyalitas konsumen. Insan. [Internet]. [diunduh 2013 Maret 26]; 7(3). Dapat diunduh dari: http://journal.Unair.ac.id/filerPDF/06%20%20Strategi%20Perluasan %20Merek%20dan%20Loyalitas%Konsumen.pdf. Hasibuan DHM, Zuhdi S. 2005. Analisis strategi pengembangan kemasan produk terhadap volume penjualan. Jurnal Ilmiah Ranggagading. [Internet]. [diunduh 2013 April 22]; 4(1 April 2005): 37–44. Dapat diunduh dari: http://jurnal.stiekesatuan.ac.id/index.php/jir/article/download/172/166 Idrus M. 2009. Metode penelitian ilmu sosial pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Edisi ke-2. Jakarta (ID): Erlangga. Kotler P dan Keller KL. 2009. Manajemen pemasaran. Sabran B, penerjemah; Maulana A dan Hayati YS, editor. Jakarta (ID) : Erlangga. Terjemahan dari: Marketing management thirteen edition. Ed ke-13. Kusumasuti YI. 2009. Komunikasi bisnis. Bogor (ID): IPB Press. 201 hal. Lakoro R. 2002. Studi komunikasi visual pada makanan ringan. Jurnal ITS. [Internet]. [diunduh 2014 Januari 28]. Dapat diunduh dari: http://personal.its.ac.id/files/pub/2002-ramokRiset%20Ilustrasi%207Ke masan%20-%20jurnal%20IDEA.pdf Lubis DP. 2009. Pendahuluan. Dalam: Hubeis AVS, editor. Dasar-dasar komunikasi. Bogor (ID): Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat IPB Press. 392 hal. Mugniesyah SS. 2009. Model-model komunikasi. Dalam: Hubeis AVS, editor. Dasar-dasar Komunikasi. Bogor (ID): Erlangga. Pemerintah Republik Indonesia. 2012. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. [Internet]. [diunduh 2013 Oktober 9]. Dapat diunduh dari: http://ppvt.setjen.deptan.go.id/ppvtpp /fi les/61UU182012.pdf Pradipta DA. 2012. Pengaruh citra merek (brand image) terhadap loyalitas konsumen produk oli pelumas PT Pertamina (PERSERO) ENDURO 4T di Makassar. [Skripsi]. [Internet]. [diunduh 2013 Juni 20]. Dapat diunduh dari: http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1538/ SKRIPSI%20LENGKAP%20FEB-UH-%20A21108266%20%20DYAH %20AYU%20ANISHA%20PRADIPTA.pdf
52
Riyanto S. 2009. Persepsi dan komunikasi. Dalam: Hubeis AVS, editor. Dasardasar komunikasi. Bogor (ID): Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat IPB Press. 392 hal. Rosalina Y, Alnopri, Prasetyo. 2012. Desain kemasan untuk meningkatkan nilai tambah madu bunga kopi sebagai produk unggulan daerah. Agroindustri. [Internet]. [diunduh 2013 31 Maret]; 2(1). Dapat diunduh dari: http://repository.unib.ac.id/397/1/Artikel%20Yessy_dkk.pdf. Singarimbun M dan Effendi S. 2008. Metode penelitian survai. Effendi S, editor. Jakarta (ID): LP3ES. Sumarwan U. 2002.Perilakukonsumen. Bogor (ID) : Ghalia Indonesia. 368 hal. Supriyono R. 2010. Desain komunikasi visual teori dan aplikasi. Yogyakarta (ID): Andi Yogyakarta. 186 hal. Yudhiartika D, Hartoyo JO. 2012. Pengaruh personal selling display, promosi penjualan terhadap kesadaran merek dan intensi membeli pada produk kecantikan Pond’s. Buletin Studi Ekonomi. [Internet]. [diunduh 2013 April 25]; 17(2), 2 Agustus 2012. Dapat diunduh dari: http://ojs.unud.ac.id/index.php/bse/article/view/2187/1386.
53
LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner penelitian No. Responden: KUESIONER SURVEI Efektivitas Merek dan Desain Kemasan dalam Membentuk Citra Produk di Serambi Botani, Botani Square, Bogor Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dari responden dalam rangka penulisan skripsi program sarjana yang dilakukan oleh: Nama/NRP : Mutia Kurnia Permatasari/I34100078 Departemen/Fakultas : Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat/Fakultas Ekologi Manusia Universitas : Institut Pertanian Bogor Peneliti meminta kesediaan Anda untuk meluangkan waktu menjawab pertanyaan dalam kuesioner ini secara jujur, jelas, dan benar. Informasi yang diterima dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk keperluan akademik. Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya. Nama Umur Alamat
: : :
A. PERSEPSI KONSUMEN TERHADAPELEMEN DESAIN KEMASAN Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan pilihan anda. SS : Sangat Setuju S : Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju Tabel 1 Persepsi konsumen terhadap elemen warna No 1.
Pernyataan SS Menurut saya warna pada kemasan Serambi Botani menarik 2. Warna pada kemasan terlihat selaras dan enak dilihat 3. Warna pada kemasan menggambarkan produk olahan pertanian 4. Penggunaan warna pada huruf selaras dengan warna dasar kemasan 5. Kombinasi warna grafisnya lebih menarik dibandingkan dengan produk olahan pertanian lainnya Keterangan :
S
TS
STS
54
Tabel 2 Persepsi konsumen terhadap elemen tipografi No 1.
Pernyataan SS Menurut saya penggunaan huruf pada kemasan Serambi Botani menarik 2. Penggunaan huruf dapat mengkomunikasikan pesan yang disampaikan 3. Saya dapat membaca dengan jelas hurufhuruf yang tertera pada kemasan 4. Huruf yang digunakan lebih unik dibandingkan dengan produk olahan pertanian lainnya 5. Menurut saya huruf yang digunakan mencerminkan produk Serambi Botani sebagai produk olahan pertanian Keterangan :
S
TS
STS
S
TS
STS
Tabel 3 Persepsi konsumen terhadap elemen aspek legal No 1.
Pernyataan SS Kode produksi sudah diinfokan dalam kemasan 2. Terdapat logo halal pada kemasan makanan dan minuman 3. Tanggal kadaluwarsa sudah diinfokan dalam kemasan 4. Sertifikasi produk BPOM sudah diinfokan dalam kemasan produk makanan dan produk kecantikan 5. Nama dan alamat perusahaan yang memproduksi sudah diinfokan dalam kemasan Keterangan :
55
Tabel 4 Persepsi konsumen terhadap elemen anatomi No 1.
Pernyataan SS Saya merasa puas dengan adanya informasi komposisi bahan dan kandungan gizi pada belakang kemasan 2. Saya merasa puas dengan adanya petunjuk penyimpanan pada belakang kemasan 3. Saya merasa puas dengan adanya petunjuk berat bersih pada kemasan 4. Saya merasa puas dengan adanya petunjuk pemakaian pada belakang kemasan 5. Saya merasa puas dengan adanya informasi kegunaan atau manfaat pada belakang kemasan Keterangan :
S
TS
STS
A. PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP ELEMENMEREK Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan pilihan anda. SS : Sangat Setuju S : Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju Tabel 5 Persepsi konsumen terhadap elemen logo No 1.
Pernyataan SS Logo Serambi Botani menunjukkan citra perusahaan 2. Logo Serambi Botani membantu saya mengenali produk-produk Serambi Botani 3. Logo Serambi Botani mudah diingat 4. Logo Serambi Botani menunjukkan produk hasil olahan pertanian 5. Logo Serambi Botani terlihat menarik Keterangan :
S
TS
STS
56
Tabel 6 Persepsi konsumen terhadap nama merek No 1.
Pernyataan SS Nama merek Serambi Botani menunjukkan bahwa produk tersebut adalah produk hasil olahan pertanian 2. Nama merek Serambi Botani pada kemasan mudah dibaca 3. Nama merek Serambi Botani mudah untuk diingat 4. Nama merek Serambi Botani lebih unik dibandingkan dengan produk olahan pertanian lainnya 5. Nama merek Serambi Botani menimbulkan ketertarikan untuk membeli produk Keterangan :
S
TS
STS
B. CITRA PRODUK Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang Anda anggap benar! Tabel 7 Penilaian terhadap citra produk No 1.
Pernyataan SS Produk Serambi Botani merupakan produk yang berkualitas tinggi 2. Produk Serambi Botani pantas untuk dibeli dan dikonsumsi 3. Produk Serambi Botani sesuai dengan status ekonomi dan status sosial saya 4. Produk Serambi Botani merupakan produk yang sehat, alami dan memiliki banyak manfaat 5. Produk Serambi Botani aman dan terpercaya untuk dikonsumsi Keterangan :
S
TS
STS
57
Lampiran 2 Jadwal pelaksanaan penelitian Juni Sep Okt Nov Des Jan Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Penyusunan Proposal Skripsi Kolokium Perbaikan Proposal Skripsi Pengambila n Data Lapang Pengolahan dan Analisis Data Penulisan Draft Skripsi Uji Petik Sidang Skripsi Perbaikan Laporan Skripsi
58
Lampiran 3 Struktur organisasi Serambi Botani Driver Supervisor Ekspedisi Staff Pengiriman
Supervisor Penjualan Manajer Operasional
General Manager
Consultant Partner Admin
MD Supervisor
Staff MD
Supervisor Gudang
Staff Gudang
Accounting
Staff Accounting
Supervisor Keuangan
Staff Keuangan
Manajer Keuangan
Manajer Produk dan Promosi
59
Lampiran 4 Desain kemasan dan logo produk Serambi Botani
60
61
62
63
64
65
66
Lampiran 5 Hasil uji statistik Hasil Pengujian Hubungan Antara Desain Kemasan dengan Citra Produk Correlations
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Spearman's rho Correlation Coefficient Citra Produk Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Desain Kemasan
Desain Kemasan 1.000 . 100 ** .331 .001 100
Citra Produk ** .331 .001 100 1.000 . 100
Hasil Pengujian Hubungan Antara Kesesuaian Warna dengan Citra Produk Correlations
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Spearman's rho Correlation Coefficient Citra Produk Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Kesesuaian Warna
Kesesuaian Warna 1.000 . 100 * .212 .034 100
Citra Produk * .212 .034 100 1.000 . 100
Hasil Pengujian Hubungan Antara Kesesuaian Tipografi dengan Citra Produk Correlations Citra Produk
Kesesuaian Tipografi
Correlation Coefficient
1.000
.258
Sig. (2-tailed) N Spearman's rho Correlation Coefficient Kesesuaian Tipografi Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
. 100 ** .258 .010 100
.010 100 1.000 . 100
Citra Produk
**
67
Hasil Pengujian Hubungan Antara Kelengkapan Aspek Legal dengan Citra Produk Correlations Citra Produk Kelengkapan Aspek Legal Correlation Coefficient Citra Produk Sig. (2-tailed) N Spearman's rho Correlation Kelengkapan Aspek Coefficient Legal Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
1.000
.235
. 100
.019 100
.235
*
*
1.000
.019 100
. 100
Hasil Pengujian Hubungan Antara Kesesuaian Anatomi dengan Citra Produk Correlations
Citra Produk Spearman's rho Kesesuaian Anatomi
Citra Produk
Kesesuaian Anatomi
Correlation Coefficient
1.000
.076
Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
. 100 .076 .452 100
.452 100 1.000 . 100
Hasil Pengujian Hubungan Antara Ketepatan Nama Merek dengan Citra Produk Correlations
Citra Produk Spearman's rho
Citra Produk
Ketepatan Nama
Correlation Coefficient
1.000
.335
Sig. (2-tailed)
.
.001
N
100
100 **
Correlation Coefficient
.335
Sig. (2-tailed)
.001
.
N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
100
100
Ketepatan Nama
**
1.000
68
Hasil Pengujian Hubungan Antara Kesesuaian Logo dengan Citra Produk Correlations Citra Produk
Kesesuaian Logo
Correlation Coefficient
1.000
.293
Sig. (2-tailed) N Spearman's rho Correlation Coefficient Kesesuaian Logo Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
. 100 ** .293 .003 100
.003 100 1.000 . 100
Citra Produk
**
Hasil Pengujian Hubungan Antara Merek dengan Citra Produk Correlations
Merek Spearman's rho Citra Produk
Merek
Citra Produk
Correlation Coefficient
1.000
.350
Sig. (2-tailed)
.
.000
N
100
Correlation Coefficient
.350
Sig. (2-tailed)
.000
.
N
100
100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
**
100 **
1.000
69
RIWAYAT HIDUP Mutia Kurnia Permatasari dilahirkan di Bogor pada tanggal 12 Februari 1992 dari pasangan Agus Muharam dan Setiawati. Pendidikan formal yang pernah di jalani penulis adalah TK BPP Cipanas tahun 1996-1998, SDN Panyaweuyan 1 tahun 1998-2001, lalu bermutasi ke SDN Kayuambon 1 Lembang 1998-2004, SMP Negeri 1 Lembang tahun 2004-2005 lalu bermutasi lagi ke SMP Negeri 2 Bogor tahun 2005-2007, dan SMA Negeri 5 Bogor tahun 2007-2010. Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selain aktif dalam perkuliahan penulis juga aktif sebagai anggota UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) MAX!! (Music Agricultural X-pression!!) Divisi Event Organizer semenjak tahun 2010. Pada tahun 2011, penulis aktif sebagai anggota Divisi Advertising and Multimedia HIMASIERA (Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat) periode 20112013. Penulis juga aktif dalamhal kepanitiaan seperti menjadi panitia dalam acara Music Corner MAX!! tahun 2010 divisi publikasi dekorasi dan dokumentasi, Inagurasi MAX!! tahun 2010 divisi konsumsi, dan HIMASIERA Olah Talenta 2012 divisi humas.