EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL KEPALA SEKOLAH (Studi di MTs Negeri Tangerang II Pamulang) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh: Indriani 1110018200036
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
ABSTRAK
INDRIANI (NIM: 1110018200036). Efektivitas Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah (Studi di MTs Negeri Tangerang II Pamulang). Skripsi Program Strata Satu (S1), Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas komunikasi interpersonal kepala MTs Negeri Tangerang II Pamulang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui wawancara, observasi dan angket sebagai pelengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan komunikasi interpersonal kepala MTsN Tangerang II Pamulang berjalan cukup efektif dengan pengertian lain komunikasi interpersonal yang dikembangkan kepala sekolah selama ini melalui keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif, kesamaan, audible (kemampuan dalam melakukan komunikasi) serta humble (sikap rendah hati) sudah baik namun masih terdapat aspek yang belum dilakukan secara maksimal. Aspek tersebut terkait dengan unsur empati dan sikap positif yang dilakukan kepala sekolah. Kekurangan-kekurangan yang ada diakibatkan karena keterbatasan waktu yang dimiliki kepala MTsN Tangerang II Pamulang. Untuk itu perlu disadari bahwa dalam mengembangkan komunikasi interpersonal yang efektif tentu tidak hanya didasari dengan kemampuan individu dalam berkomunikasi, namun dibutuhkan kemauan serta kesempatan (waktu) untuk mencapai suatu efektivitas pelaksanaan komunikasi tersebut.
Kata kunci: Efektivitas, Kepala Sekolah, Komunikasi Interpersonal
i
ABSTRACT Indriani (NIM: 1110018200036). Principal Effectiveness Interpersonal Communication (Studies in MTs Negeri Tangerang II Pamulang). Thesis of Strata One (S1), Program Study Management of Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Sciences Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta 2014. This research aimed to describe the effectiveness of interpersonal communication principal MTsN Tangerang II Pamulang. The method used by descriptive analysis with qualitative approach. Data collection is conducted by interviews, observation and questionnaire as a complement. The results showed that the implementation of interpersonal communication MTsN Tangerang II Pamulang’s principal is quite effective, that mean developed interpersonal communication during these principals through opennes, empathy, supportiveness, positiveness, equality, audible (the ability to communicate) and humble (humility) has been good but there are aspects that have not been done optimally. The aspects related to the elements of empathy and positiveness made the principal. Existing deficiencies caused by the limited time availability of principal MTsN Tangerang II Pamulang. For that we need to realize in developing effective interpersonal communication is certainly not based on the individual’s ability to communicate, but takes a willingness and opportunity (time) to achieve an effective implementation of the communication.
Keywords: Effectiveness, Principal, Interpersonal Communication
ii
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim Tiada kata terindah yang dapat melukiskan kebahagiaan selain rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT yang memberikan banyak nikmat dalam hidup ini. Alhamdulillah, dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis diberikan kesabaran, kesehatan dan kekuatan sehingga sampai pada akhirnya skripsi yang berjudul “Efektivitas Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah (Studi di MTs Negeri Tangerang II Pamulang)” dapat terselesaikan. Sholawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, juga keluarganya, para sahabatnya dan seluruh umatnya. Penulis menyadari bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Namun, tentunya banyak pihak yang selalu membantu dan memberikan dukungan dalam menghadapi segala hal yang dialami penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1.
Dra. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staff.
2.
Dr. Hasyim Asy’ari, M. Pd., Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan.
3.
Dr. Fathi Ismail, M.M., Dosen Penasihat Akademik yang selalu mengayomi, membimbing, dan memberikan motivasi kepada penulis selama masa studi.
4.
Dr. Zahrudin, Lc., M. Pd., Sekretaris Program Studi Manajemen Pendidikan sekaligus dosen Pembimbing Skripsi yang sudah bersedia meluangkan banyak waktu ditengah kesibukan, membimbing penulis dengan sabar, memberikan berbagai solusi untuk mengatasi kesulitan yang dialami penulis serta selalu memotivasi penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5.
Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khusunya untuk dosen dan staff Program Studi Manajemen Pendidikan yang sudah mengajarkan banyak hal, berbagi ilmu dan pengalaman hingga akhirnya skripsi ini selesai.
iii
6.
Drs. Suhardi, M. Ag. (Kepala Sekolah), Imam Sucipto, S. Kom. (Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas), para guru dan staff serta siswa-siswi di MTs Negeri Tangerang II Pamulang yang telah mengizinkan dan bersedia membantu penulis hingga skripsi ini terselesaikan. Semoga MTs Negeri Tangerang II Pamulang selalu menjadi MTs yang unggul dan berprestasi. Amiin
7.
Kedua orang tuaku tercinta Apa (Rudi Rasidi) dan Mamah (Nining Muflihah, S. Pd.) yang tiada henti selalu memberikan cinta dan kasih sayangnya kepada penulis dengan tulus, membesarkan dengan sabar, mengajarkan berbagai hal, yang akan selalu menggenggam erat tangan putra putrinya dalam setiap keadaan, memberikan motivasi, yang selalu melantunkan do’a-do’a terbaik sepanjang masa untuk penulis, serta memenuhi segala kebutuhan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dengan lancar.
Hatur
nuhun apa, mamah. I love you. 8.
Adik-adikku tersayang Ami (Yazid Busthomi), Dede (Farida) dan Mpang (Naufal Fathir Alkhairi) yang selalu memotivasi penulis agar menjadi kakak terbaik.
9.
Nenekku tercinta Mah Lelih (Hj. Otih) dan Mak Haji Adah (Hj. Assa’adah), Kakekku Apa Lelih (alm. H. Muhamad Gojali) dan Bapak Haji (alm. H. Jamaludin) serta seluruh keluarga besar penulis yang selalu siap membantu, mendo’akan dan memberikan dukungan kepada penulis.
10. Syamsul Arifin Billah yang selalu bersedia berbagi banyak hal dalam suka dan duka, menjaga, membantu, memotivasi dan menghibur penulis di dalam kepenatan. You’re my best friend, best brother, best partner. 11. Sahabat-sahabat terbaikku Santi (Santi Setyaningrum), Ulil (Nurul Hidayati), Ovi (Novitasari Akbariyah) dan Hilda (Nurhilda), untuk 4 tahun yang teramat berkesan dan atas do’a, bantuan serta motivasi yang diberikan kepada penulis. Semoga kita selalu dekat, menjadi sahabat dimanapun kita berpijak. 12. Teman-teman Manajemen Pendidikan angkatan 2010, khususnya my beloved MP A, atas dukungan serta hubungan persaudaraan ini.
iv
13. Semua pihak yang ikut serta membantu dan mendo’akan penulis dalam penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.
Semoga segala jerih payah dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dibalas oleh Allah SWT dengan kebaikan yang berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu mohon dimaafkan atas segala kekurangan yang ada, akhir kata penulis ucapkan Alhamdulillahirobbil’alamin atas karunia dan ridho Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khusunya dan pembaca pada umumnya.
Jakarta, 8 Desember 2014 Penulis
Indriani
v
DAFTAR ISI ABSTRAK ................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ..............................................................................
iii
DAFTAR ISI .............................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
viii
DAFTAR TABEL .....................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
x
BAB I
PENDAHULUAN ...................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..........................................................
5
C. Pembatasan Masalah .........................................................
5
D. Rumusan Masalah .............................................................
5
E. Tujuan Penelitian ...............................................................
5
F. Manfaat Penelitian .............................................................
6
KAJIAN TEORI ....................................................................
7
A. Komunikasi Interpersonal .................................................
7
1. Pengertian Komunikasi ...............................................
7
a. Komunikasi Secara Umum ....................................
7
b. Komunikasi Interpersonal .....................................
10
2. Fungsi dan Tujuan Komunikasi Interpersonal ............
12
3. Karakteristik Komunikasi Interpersonal .....................
18
4. Unsur-Unsur Komunikasi Interpersonal .....................
21
5. Proses Komunikasi Interpersonal ................................
24
B. Efektivitas Komunikasi Interpersonal ...............................
28
1. Pengertian Efektivitas .................................................
28
2. Komunikasi Interpersonal yang Efektif ......................
29
METODOLOGI PENELITIAN ..........................................
40
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................
40
B. Metode Penelitian ..............................................................
40
BAB II
BAB III
vi
BAB IV
C. Sumber Data ......................................................................
41
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................
41
E. Teknik Analisa Data ..........................................................
42
F. Instrumen Penelitian ..........................................................
43
HASIL PENELITIAN ..........................................................
47
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................
47
1. Sejarah MTs Negeri Tangerang II Pamulang ..............
47
2. Visi, Misi, Tujuan dan Moto MTs.N Tangerang II Pamulang .....................................................................
49
3. Kurikulum ...................................................................
50
4. Struktur Organisasi ......................................................
51
5. Profil Kepala MTsN Tangerang II Pamulang ..............
52
6. Keadaan Guru, Pegawai dan Peserta Didik .................
54
7. Keadaan Sarana dan Prasarana ....................................
58
B. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................
59
C. Interpretasi Hasil Angket ..................................................
78
PENUTUP ..............................................................................
80
A. Kesimpulan ........................................................................
80
B. Saran ..................................................................................
80
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
82
BAB V
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1
Proses komunikasi secara sederhana ..................................
24
Gambar 2.2
Proses komunikasi secara terperinci ....................................
25
viii
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ................................................
40
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ..............................................................
43
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Angket ...................................
44
Tabel 4.1 Data Guru Pegawai MTs.N Tangerang II Pamulang ..............
54
Tabel 4.2 Data Pegawai MTs.N Tangerang II Pamulang ........................
57
Tabel 4.3 Jumlah Siswa/i MTs.N Tangerang II Pamulang ......................
57
Tabel 4.4 Keterbukaan
Kepala
Sekolah
dalam
Komunikasi
Interpersonal ............................................................................
63
Tabel 4.5 Empati Kepala Sekolah dalam Komunikasi Interpersonal ......
66
Tabel 4.6 Dukungan Kepala Sekolah dalam Komunikasi Interpersonal..
69
Tabel 4.7 Sikap dan Perilaku Positif Kepala Sekolah dalam Komunikasi Interpersonal ............................................................................ Tabel 4.8 Sikap Kesamaan Kepala Sekolah dalam
72
Komunikasi
Interpersonal ............................................................................
74
Tabel 4.9 Kemampuan Kepala Sekolah dalam Berkomunikasi (Audible)
76
Tabel 4.10 Sikap Rendah Hati (Humble) Kepala Sekolah dalam Komunikasi Interpersonal .......................................................
78
Tabel 4.11 Hasil Interpretasi Data Angket ................................................
79
ix
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah
Lampiran 2
Hasil Wawancara dengan Guru
Lampiran 3
Hasil Wawancara dengan Guru
Lampiran 4
Hasil Wawancara dengan Guru
Lampiran 5
Hasil Wawancara dengan Guru
Lampiran 6
Daftar Ceklis Observasi
Lampiran 7
Daftar Kuesioner/Angket Penelitian
Lampiran 8
Skor Angket
Lampiran 9
Rekapitulasi Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 10 Data Gedung MTs Negeri Tangerang II Pamulang Lampiran 11 Lembar Uji Referensi
Surat Bimbingan Skripsi Surat Permohonan Izin Penelitian Surat Keterangan Penelitian Biodata Penulis
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan aktivitas yang tidak asing lagi dalam kehidupan ini. Dalam melangsungkan hidupnya, manusia butuh berkomunikasi. Satu ungkapan yang sangat populer di lingkungan kita bahwa manusia adalah makhluk sosial yang artinya tidak ada seorangpun manusia yang bisa hidup sendiri, karena itu setiap individu butuh berinteraksi dengan sesama manusia yang ada di sekelilingnya. Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain ini hanya dapat dilakukan dengan komunikasi. Lewat komunikasi, manusia berhubungan satu sama lain dengan berbagai tujuan. Menurut Jalaluddin Rakhmat, “Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan kita. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa 70% waktu bangun kita digunakan untuk berkomunikasi. Komunikasi menentukan kualitas hidup kita.”1 Kutipan di atas memberikan penegasan bahwa komunikasi menjadi ciri yang melekat dalam kehidupan manusia. Pada dasarnya setiap manusia pasti akan hidup secara berkelompok dimanapun mereka berada dan menetap, baik dilingkungan
bermasyarakat
maupun
dalam
lingkungan
pekerjaan.
Pentingnya komunikasi dalam kehidupan manusia memang sudah tidak dapat dipungkiri. Manusia tidak akan sanggup hidup tanpa melakukan komunikasi. Begitupun bagi kehidupan suatu organisasi, komunikasi menjadi kebutuhan yang sangat mendasar bagi tumbuh kembang sebuah organisasi termasuk dalam perkembangan organisasi sekolah. Setiap organisasi sangat identik dengan manajemen dalam pencapaian tujuannya. Manajemen menjadi kunci dalam pengelolaan lembaga pendidikan dan aktivitas manajerial suatu organisasi tidak terpisahkan dari berbagai aktivitas komunikasi tentunya.
1
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. Ke-28, h. vii
1
2
Tanpa komunikasi, organisasi apapun tak akan menjadi seperti yang diharapkan dan tak akan bisa mencapai tujuannya secara efektif. Besar kecilnya sebuah organisasi di dalamnya pasti dibangun, dipelihara dan ditumbuhkan sistem komunikasi karena dengan adanya komunikasi yang baik dalam suatu organisasi akan memudahkan setiap kegiatan yang dilakukan dan memberikan kelancaran bagi tercapainya tujuan yang diharapkan. Dalam setiap organisasi sosok yang paling berperan penting untuk mengarahkan, membimbing dalam pencapaian tujuan serta mempengaruhi tingkah laku anggota organisasi dalam menciptakan lingkungan kerja yang kondusif adalah pemimpin. Di dalam organisasi sekolah, pemimpin ini disebut dengan Kepala Sekolah. Agar berhasil dalam menjalankan tugasnya membawa arah pendidikan menuju pencapaian mutu pendidikan yang berkualitas,
seorang
kepala
sekolah
harus
memiliki
kemampuan
berkomunikasi yang baik dengan pihak internal (pendidik dan tenaga kependidikan, komite sekolah dan siswa) maupun pihak eksternal (masyarakat, lembaga pendidikan lainnya, dll). Penguasaan komunikasi yang baik akan memberikan kontribusi secara nyata terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Untuk mewujudkan hal tersebut salah satunya kepala sekolah dapat melakukan tindakan melalui pendekatan komunikasi berbentuk komunikasi interpersonal. Rendahnya kemampuan komunikasi yang dilakukan secara langsung oleh kepala sekolah memungkinkan timbulnya hambatan-hambatan dalam menciptakan iklim organisasi yang harmonis dan berdampak pada buruknya komunikasi yang terjalin. Komunikasi harus dijalin sebaik mungkin karena komunikasi bukan sekedar menjadi sarana untuk memberikan informasi, jauh lebih dari itu komunikasi merupakan sarana untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas. Pembentukan komunikasi yang efektif bukanlah hal yang mudah. Dalam proses komunikasi dimanapun tentunya memungkinkan terjadinya berbagai hambatan yang menjadi sebuah permasalahan. Begitupun dalam proses komunikasi yang dilaksanakan dalam lingkungan sekolah. Di
3
lingkungan sekolah seorang kepala sekolah biasanya lebih banyak melakukan komunikasi dengan guru yang merupakan sumber daya manusia (SDM) terpenting dalam melaksanakan kegiatan dan mencapai keberhasilan tujuan pendidikan. Permasalahan yang sering kali muncul di lapangan terkait dengan komunikasi kepala sekolah dengan bawahan khususnya para guru dan karyawan yaitu terjadinya kesalahpahaman dalam mengartikan sebuah pesan yang
disampaikan.
Kurangnya
kemampuan
kepala
sekolah
dalam
menyampaikan suatu informasi atau perintah menyebabkan ketidaksesuaian perilaku anggotanya dalam menjalankan apa yang telah disampaikan. Tidak hanya rendahnya kemampuan penggunaan bahasa kepala sekolah dalam menyampaikan pesan atau informasi saja, akan tetapi perilaku kepala sekolah yang kurang komunikatif secara interpersonal serta kurang adanya keterbukaan tentu dapat menjadi hambatan dalam menciptakan komunikasi yang efektif di lingkungan organisasi. Disamping itu, kepala sekolah sebagai manajer tentunya memiliki banyak kegiatan yang menjadikan kepala sekolah sibuk dengan jabatannya sehingga dengan kesibukan yang ada terkadang mengakibatkan minimnya kesempatan kepala sekolah dalam melakukan komunikasi dengan warga sekolah. Dalam hasil temuan penelitian Rahmat Hidayat tentang Strategi Komunikasi bahwa komunikasi vertikal masih belum terlaksana dengan baik disebabkan karena kurangnya kehadiran kepala sekolah pada proses kegiatan belajar mengajar sehingga menjadi hambatan bagi bawahan dalam melakukan komunikasi dengan pimpinan serta kurangnya penggunaan media komunikasi ke atas disebabkan karena sulitnya mendapat umpan balik secara langsung dan cepat.2 Hal ini juga terjadi di MTs Negeri Tangerang II Pamulang yaitu kepala sekolah memiliki kesibukan lain diluar lembaga pendidikan yang dipimpinnya.
Berbagai
kesibukan tersebut
mengakibatkan minimnya
kesempatan antara guru dan kepala sekolah dalam melakukan komunikasi interpersonal secara tatap muka, karena kesibukan-kesibukan yang ada 2
Rahmat Hidayat, Strategi Komunikasi Organisasi Di SMP Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, h. 72
4
terkadang kepala sekolah tidak mengetahui apa saja yang terjadi dilingkungan sekolah dan sulitnya menentukan waktu untuk berkonsultasi secara tatap muka dengan kepala sekolah. Akibatnya ketika guru mendapatkan suatu kendala dalam tugasnya, para guru lebih senang mendiskusikannya dengan sesama guru. Ini menunjukkan bahwa ketidak hadiran kepala sekolah dapat menjadi salah satu faktor hambatan dalam kelancaran kegiatan komunikasi. Komunikasi secara langsung antarpribadi dengan atasan sangat dibutuhkan terutama dalam situasi dan kondisi yang membutuhkan pengarahan atau pemecahan masalah dari orang yang lebih berpengalaman. Faktor lain yang menyebabkan komunikasi berjalan tidak efektif disebabkan oleh sikap kepala sekolah yang kurang tanggap terhadap masalah-masalah yang dihadapi bawahan, kepala sekolah yang hanya senang membuat dan memberikan perintah tanpa mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki bawahannya, kurangnya kesediaan kepala sekolah dalam menerima kritik dan saran serta pemberian intruksi yang kurang tegas dan jelas terhadap guru. Fenomena lainnya yang terjadi di MTs Negeri tangerang II Pamulang dari hasil wawancara dalam mengembangkan komunikasi interpersonal yang efektif kepala sekolah dinilai masih kurang dalam menunjukan rasa empati dan sikap positif terhadap guru-guru. Berbagai bentuk sikap dan perilaku positif yang dapat ditumbuhkan dalam menjalin komunikasi efektif harusnya dapat diperhatikan oleh setiap kepala sekolah seperti pemberian reward terhadap hasil kerja guru. Dan hal-hal kecil seperti inilah yang terkadang dilupakan oleh kepala sekolah, mungkin hal ini terjadi salah satunya disebabkan karena kesibukan kepala sekolah. Dari kekurangan-kekurangan ini maka efektivitas komunikasi interpersonal kepala sekolah dinilai masih kurang oleh beberapa para guru. Untuk itu, berdasarkan berbagai hal yang telah diuraikan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh kepala sekolah dan menuangkan hasil penelitian tersebut dalam sebuah karya ilmiah yang
5
berjudul “Efektivitas Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah (Studi di MTs Negeri Tangerang II Pamulang)”.
B. Identifikasi masalah Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Rendahnya kemampuan kepala sekolah dalam menyampaikan informasi dengan bahasa yang mudah dimengerti bawahan 2. Minimnya kesempatan guru untuk melakukan komunikasi interpersonal dengan kepala sekolah 3. Kurangnya efektivitas komunikasi interpersonal kepala sekolah 4. Masih kurangnya peran kepala sekolah dalam menciptakan komunikasi interpersonal yang efektif dengan guru
C. Pembatasan Masalah Mengingat begitu luasnya ruang lingkup permasalahan yang di identifikasi di atas maka dari itu penulis membatasi lingkup permasalahan penelitian ini pada “Efektivitas Komunikasi Interpersonal Kepala MTs Negeri Tangerang II Pamulang”.
D. Rumusan Masalah Atas dasar pembatasan masalah di atas, maka penulis membuat rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: “Bagaimana efektivitas komunikasi interpersonal kepala MTs Negeri Tangerang II Pamulang?”
E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sejauhmana pelaksanaan komunikasi interpersonal kepala sekolah yang efektif di MTs Negeri Tangerang II Pamulang.
6
F. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain bagi: 1. Civitas akademika MTs Negeri Tangerang II Pamulang khususnya Kepala Sekolah, sebagai bahan masukan untuk meningkatkan hubungan komunikasi yang efektif sehingga terjalin komunikasi yang harmonis pada seluruh komponen penting dalam lembaga pendidikan. 2. Pembaca, menjadi bahan acuan para pembaca sebagai masukan yang positif dalam menciptakan komunikasi interpersonal yang efektif dan studi pembanding dengan implementasi komunikasi di lembaga pendidikan lainnya. 3. Penulis, dalam rangka menambah wawasan, pengetahuan, pengalaman dan pemahaman tentang efektivitas komunikasi interpersonal.
BAB II KAJIAN TEORI A. Komunikasi Interpersonal 1. Pengertian Komunikasi a. Komunikasi Secara Umum Pada saat ini, istilah komunikasi sudah demikian populer dalam kehidupan masyarakat. Komunikasi sudah menjadi kodrat bagi manusia sebagai makhluk sosial bahkan sejak seseorang terlahir ke dunia. Begitu banyak definisi mengenai komunikasi yang dirumuskan dalam buku-buku yang membahas tentang komunikasi. Dalam buku Deddy Mulyana dijelaskan bahwa pada tahun 1976 saja Fank Dance dan Carl Larson telah mengumpulkan 126 definisi komunikasi yang berlainan. Sekarang jumlah definisi yang telah dikemukakan para ahli tentu jauh lebih banyak lagi.1 Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Arti communis disini adalah sama, dalam arti kata sama makna.2 Maksudnya sama makna disini adalah persamaan persepsi terhadap suatu hal yang diupayakan oleh pihak yang menyampaikan pesan terhadap pihak yang menerima pesan. Karena komunikasi dapat berjalan baik apabila antara pihak yang terlibat proses komunikasi terdapat kesamaan makna dalam mengartikan apa yang dikomunikasikan. Secara luas komunikasi adalah setiap bentuk tingkah laku seseorang baik verbal maupun nonverbal yang ditanggapi oleh orang lain. Secara sempit komunikasi diartikan sebagai pesan yang dikirimkan seseorang 1
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. Ke-6, h. 54 2 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. Ke-7, h. 3
7
8
kepada satu atau lebih penerima dengan maksud sadar untuk mempengaruhi tingkah laku si penerima.3 Pada umumnya setiap tingkah laku yang ditampilkan individu terhadap individu lainnya baik berbentuk kata-kata yang terucap, tulisan maupun gerakan anggota tubuh dapat dikatakan
sebuah
komunikasi.
Akan
tetapi
lebih
spesifikasinya
komunikasi dilakukan untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang melalui pesan yang kita sampaikan. Husaini Usman dalam buku karangannya yang berjudul Manajemen (Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan) menjelaskan bahwa: “Komunikasi ialah proses penyampaian atau penerimaan pesan dari satu orang kepada orang lain, baik langsung ataupun tidak langsung, secara tertulis, lisan, maupun bahasa nonverbal. Orang yang melakukan komunikasi disebut komunikator. Orang yang diajak berkomunikasi disebut komunikan. Orang yang mampu berkomunikasi disebut komunikatif. Orang yang komunikatif ialah orang yang mampu menyampaiakan informasi atau pesan kepada orang lain, baik langsung maupun tidak langsung, secara tertulis, lisan, maupun bahasa nonverbal sehingga orang lain dapat menerima informasi (pesan) sesuai dengan harapan si pemberi informasi (pesan). Sebaliknya, ia mampu menerima informasi atau pesan orang lain yang disampaikan kepadanya”.4 Menurut Richard West dan Lynn H. Turner, “Komunikasi (communication) adalah proses sosial di mana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka”.5 Kemudian pengertian komunikasi menurut Hendyat Soetopo yaitu, “Komunikasi merupakan proses menghasilkan,
3
menyalurkan,
dan
menerima
pesan-pesan
dalam
M. Sobry Sutikno, Manajemen Pendidikan: Langkah Praktis Mewujudkan Lembaga Pendidikan yang Unggul (Tinjauan Umum dan Islami), (Lombok: Holistica, 2012), h. 137 4 Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Ed. 3, Cet. 1, h. 420 5 Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi Edisi 3, Terj. dari Introducing Communication Theory: Analysis and Application, 3 rd ed., oleh Maria Natalia Damayanti Maer, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), h. 5
9
keseluruhan proses organisasi”.6 Ini menjelaskan bahwa komunikasi tidak hanya sekedar menyampaikan dan menerima pesan begitu saja akan tetapi terdapat hasil dari komunikasi yang terjadi. Hasil tersebut dapat berbentuk pengetahuan, hiburan, perubahan tingkah laku dan lain sebagainya pada komunikan. Sedangkan Barnlund memberikan pendapat sebagai berikut, “Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurai rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego”.7 Maksudnya, komunikasi merupakan sebuah upaya yang memiliki tiga tujuan umum yaitu untuk mengurangi ketidakpastian, sebagai dasar tindakan secara efektif dan memperkuat konsepsi dalam diri sendiri. Dan lebih singkatnya James A. F. Stoner dalam bukunya yang berjudul Manajemen yang dikutip oleh Widjaja menyebutkan bahwa, “Komunikasi adalah proses di mana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan”.8 Dari berbagai definisi yang dikutip di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi adalah suatu proses interaksi pemindahan pesan dari seseorang kepada orang lain melalui lambang-lambang yang dikehendaki
komunikator
serta
dimengerti
komunikan
untuk
menghasilkan pemahaman yang sama terhadap pesan yang disampaikan baik secara langsung maupun tidak langsung, tertulis ataupun tidak tertulis dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
6
Hendyat Soetopo, Perilaku Organisasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 189 H. Rochajat Harun dan Elvinaro Ardianto, Komunikasi Pembangunan Perubahan Sosial: Perspektif Dominan, Kaji Ulang, dan Teori Kritis, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Ed. 1, Cet. 1, h. 23 8 H. A. W. Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Ed. 1, Cet. 5, h. 8 7
10
b. Komunikasi Interpersonal Pada
dasarnya
komunikasi
interpersonal
atau
komunikasi
antarpribadi memiliki pengertian sebagaimana komunikasi secara umumnya. Dalam proses komunikasi interpersonal juga terdapat komunikator, pesan dan komunikan. Hanya saja komunikasi interpersonal (interpersonal communication) merujuk pada komunikasi yang terjadi secara langsung antara dua orang atau lebih. Dalam buku Komunikasi dan Hubungan Masyarakat yang ditulis oleh H. A. W. Widjaja dijelaskan bahwa, “Interpersonal communications, komunikasi antar pribadi yaitu proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara 2 orang atau lebih di dalam suatu kelompok kecil manusia”.9 Kemudian Arni Muhammad berpendapat bahwa, “Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi di antara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya”.10 Begitu pula dengan pengertian yang dikemukakan Joseph. A. Devito yang dikutip oleh Alo Liliweri bahwa, “Komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik yang langsung”.11 Dari ketiga pengertian di atas menjelaskan bahwa komunikasi antarpribadi
atau
yang
pada
saat
ini
dikenal
dengan
ko
munikasi interpersonal merupakan proses komunikasi yang dilakukan oleh seseorang dengan satu orang lainnya atau lebih secara langsung. Karena komunikasi bentuk ini dilakukan secara langsung maka feedback 9
Ibid. Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Ed. 1, Cet. 12, h.
10
159 11
h.12
Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997), Cet. 2,
11
dari seorang komunikan terhadap informasi yang disampaikan dapat langsung diketahui. Selanjutnya Tan juga mengemukakan pendapatnya mengenai komunikasi interpersonal sebagai berikut, “Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi tatap muka antara dua orang atau lebih”. Pendapat ini menggambarkan bahwa komunikasi interpersonal disebut komunikasi langsung karena proses pemindahan informasi yang dilakukannya melalui tatap muka antara komunikator dengan komunikan. Sedangkan dalam Komunikasi Sosial Budaya karangan Suranto Aw dijelaskan
bahwa,
”Komunikasi
antarpersonal
(interpersonal
communication), yakni komunikasi antara seseorang dengan orang lain, bisa berlangsung secara tatap muka maupun dengan bantuan media.12 Dewasa ini perkembangan teknologi informasi semakin maju dan canggih sehingga dalam pengertian yang dikemukakan oleh Suranto Aw menjelaskan komunikasi interpersonal tidak hanya dapat dilakukan dengan bertatap muka saja tetapi dapat pula melalui media komunikasi. Hal tersebut diperkuat dengan penjelasan Dasrun Hidayat sebagai berikut: “Komunikasi interpersonal adalah komunikasi tatap muka dan dapat juga melalui media seperti telepon, internet atau media lainnya yang terjadi antara dua orang. Hampir semua daerah sudah dipermudah dalam berkomunikasi dengan menggunakan teknologi seperti telepon, internet (facebook, browsing, chatting, dan lainnya). Semuanya adalah media sebagai saluran komunikasi antarpribadi. Untuk itu tidak dapat dielakkan lagi bahwa karakteristik lain dari komunikasi antarpribadi yaitu media dan nirmedia atau menggunakan media dan tidak menggunakan media”.13 Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses komunikasi antara dua orang atau bahkan lebih dimana komunikator dapat menyampaikan pesan secara langsung 12
Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), Ed. 1, h. 13 Dasrun Hidayat, Komunikasi Antarpribadi dan Medianya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), Ed. Pertama, h. 38 dan 44 13
12
dan komunikan menerima pesan secara langsung pula baik melalui pertemuan langsung (face to face) ataupun menggunakan media komunikasi sehingga baik buruknya umpan balik atau feedback dari komunikan dapat diketahui langsung oleh komunikator.
2. Fungsi dan Tujuan Komunikasi Interpersonal a. Fungsi Komunikasi Interpersonal Komunikasi merupakan bagian yang tak bisa dielakkan lagi dari keberlangsungan hidup manusia. Dalam kesehariannya setiap orang pasti melakukan komunikasi interpersonal dengan orang lain yang ada di lingkungan sekitarnya. Begitu pentingnya komunikasi dalam hidup manusia, maka Alo Liliweri menjelasakan pada dasarnya komunikasi berfungsi sebagai: 1. Pendidikan dan Pengajaran. Komunikasi menjadi sarana penyediaan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan memberikan peluang untuk berpartisipasi aktif dalam bermasyarakat. 2. Informasi. Komunikasi menyediakan informasi tentang keadaan dan perkembangan lingkungan sekelilingnya. 3. Hiburan. Komunikasi menyediakan hiburan yang tiada habishabisnya. 4. Diskusi. Komunikasi merupakan sarana yang baik bagi penyaluran bakat untuk berdebat dan berdiskusi tentang gagasan baru dalam membangun kehidupan bersama. 5. Persuasi. Komunikasi memungkinkan para pengirim pesan bertindak sebagai seorang persuader terhadap penerima pesan yang diharapkan akan berubah pikiran dan perilakunya. 6. Promosi Kebudayaan. Komunikasi membuat manusia dapat menyampaikan dan menumbuhkembangkan kreativitasnya dalam rangka pengembangan kebudayaan. 7. Integrasi. Dengan komunikasi makin banyak orang saling mengenal dan mengetahui keadaan masing-masing.14
14
h. 136-138
Alo Liliweri, Komunikasi: Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Kencana, 2011), Ed. 1, Cet.1,
13
Sedangkan Stephen P. Robbins berpendapat dalam bukunya yang berjudul Perilaku Organisasi bahwa pada sebuah kelompok atau organisasi komunikasi memiliki empat fungsi utama yaitu fungsi kendali, motivasi, pernyataan emosi dan informasi.15 Dalam sebuah organisasi komunikasi sangat berfungsi untuk mengendalikan perilaku anggotanya. Setiap instansi atau lembaga organisasi pasti memiliki suatu tata aturan yang harus dipatuhi bersama oleh karenanya komunikasi akan membantu seorang pimpinan dalam memberikan pemahan terhadap apa yang boleh dilakukan dan tidak bagi semua anggota. Melalui komunikasi seluruh stakeholder organisasi dapat saling mendorong, memotivasi satu sama lain demi terwujudnya keberhasilan visi misi lembaga. Misalnya pada lembaga pendidikan kepala sekolah memotivasi para guru dengan cara memberikan suatu penghargaan berbentuk pujian dan hadiah bagi guru teladan. Komunikasi yang dilakukan kepala sekolah melalui pemberian penghargaan tersebut bertujuan memotivasi guru yang lainnya agar dapat mencontoh guru berprestasi tersebut. Akan tetapi hal tersebut juga tidak hanya bertujuan memotivasi anggota lainnya untuk terus meningkatkan kualitas kerjanya, melainkan sebagai bentuk ungkapan perasaan bangga kepala sekolah terhadap keteladanan salah satu guru tersebut. Maka dari itu salah satu fungsi komunikasi dalam organisasi adalah untuk menyatakan sebuah emosi. Selain itu bagi pimpinan organisasi, komunikasi sangat berfungsi dalam pengambilan keputusan karena dalam membuat suatu keputusan tentu memerlukan musyawarah atau persetujuan bersama karena keputusan dalam sebuah organisasi berkaitan erat dengan anggota organisasi sebagai pelaksana hasil keputusan pimpinan. 15
Stephen P. Robbins, Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi, Edisi Kelima, Terj. dari Essential of Organizational Behavior, 5th oleh Halida dan Dewi Sartika, (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 146
14
Adapun fungsi komunikasi interpersonal menurut pendapat Hafied Cangara adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.
Meningkatkan hubungan insani (human relation); Menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi; Mengurangi ketidakpastian sesuatu; Berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain; Dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan di antara pihakpihak yang berkomunikasi; 6. Memperoleh kemudahan-kemudahan dalam hidup bermasyarakat; 7. Dapat membina hubungan yang baik, sehingga terhindar dari konflik-konflik dengan orang lain.16 Fungsi-fungsi komunikasi di atas menunjukkan bahwa dalam setiap kegiatan manusia sudah jelas tidak dapat dipisahkan dari aktivitas berkomunikasi. Komunikasi menjadi alat dalam pemenuhan kebutuhankebutuhan manusia dalam pertumbuhannya mulai dari kebutuhan pengembangan kreativitas diri melalui pendidikan hingga kebutuhan yang umum yaitu dapat menjalin hubungan baik dengan lingkungan sekitar. Komunikasi interpersonal merupakan suatu sarana dalam menciptakan dan mejaga hubungan sosial yang lebih baik. Sedangkan bagi lingkungan organisasi penerapan komunikasi interpersonal dalam diri seluruh komponennya memungkinkan terjalinnya kerjasama yang baik antara atasan dan bawahan serta terbentuknya iklim komunikasi yang harmonis.
b. Tujuan Komunikasi Interpersonal Setiap proses komunikasi pastilah terkait dengan adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai. Manusia melakukan proses komunikasi tentunya memiliki berbagai tujuan yang berbeda-beda mulai dari tujuan yang sekedar iseng sampai kepada tujuan yang hendak dicapai secara 16
60-61
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h.
15
terencana seperti penyampaian informasi, berbagi pengetahuan hingga tujuan untuk merubah tingkah laku seseorang. Husaini Usman menyebutkan tujuan dan manfaat komunikasi adalah sebagai sarana untuk: 1. 2. 3. 4.
Meningkatkan kemampuan manajerial dan hubungan sosial Menyampaikan dan atau menerima informasi Menyampaikan dan menjawab pertanyaan Mengubah perilaku (pola pikir, perasaa, dan tindakan) melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan 5. Mengubah keadaan sosial 6. Pengambilan keputusan17 Salah satu fungsi seorang pimpinan di suatu organisasi adalah fungsi manajerial. Seorang pemimpin tidak akan mencapai keberhasilan dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam memajukan organisasi tanpa
melakukan
mengembangkan
komunikasi, sebuah
oleh
komunikasi
karenanya organisasi
setiap
pimpinan
bertujuan
agar
memudahkan dirinya dalam melakukan tanggung jawabnya serta berusaha untuk menjalin hubungan sosial yang baik. Melalui komunikasi seluruh unit-unit dalam organisasi dapat saling bertukar informasi. Aktivitas komunikasi ini sangat erat kaitannya dengan kepemimpinan karena komunikasi membantu pimpinan dalam mempengaruhi tingkah laku anggota dan melakukan suatu pengambilan keputusan. Selain itu dalam bukunya Arni Muhammad yang berjudul Komunikasi Organisasi dijelaskan enam tujuan komunikasi interpersonal yaitu menemukan diri sendiri, menemukan dunia luar, membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti, berubah sikap dan tingkah laku, untuk bermain dan kesenangan, dan untuk membantu.18
17 18
Husaini Usman, loc. cit. Arni Muhammad, op. cit., h.165-168
16
Adapun penjelasan dari keenam tujuan interpersonal yang dikutip di atas adalah sebagai berikut: 1. Menemukan Diri Sendiri Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal
atau
pribadi.
Keterlibatan
seseorang
dalam
proses
komunikasi interpersonal akan banyak memberikan gambaran mengenai dirinya sendiri maupun diri orang lain. Maka dari itu dengan melakukan komunikasi interpersonal akan membantu dan memberikan kemudahan bagi kepala sekolah memahami karakteristik guru sebagai bawahannya serta masalah-masalah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan tugasnya. 2. Menemukan Dunia Luar Hanya komunikasi interpersonal yang menjadikan seseorang dapat memahami lebih banyak tentang dirinya dan orang lain disekitarnya. Oleh karenanya komunikasi interpersonal dilakukan untuk menjadikan kepala sekolah lebih baik dalam memahami lingkungan diluar dirinya tidak hanya mengenal pribadi guru, staff dan siswa saja akan tetapi situasi dan kondisi dilingkungan sekolah yang dipimpinnya. 3. Membentuk dan Menjaga Hubungan yang Penuh Arti Salah satu keinginan seseorang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi interpersonal yang dilakukan kepala sekolah kepada guru diharapkan akan berdampak pada terciptanya hubungan yang harmonis dalam organisasi baik hubungan secara formal maupun secara informal. 4. Berubah sikap dan Tingkah Laku Merubah sikap dan tingkah laku seseorang bukanlah hal yang mudah. Banyak waktu yang digunakan seseorang untuk merubah
17
sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Apabila seorang kepala sekolah menghendaki suatu hal pada bawahannya maka akan lebih mudah dengan melakukan komunikasi antarpribadi. Menurut Onong Uchjana Effendy jenis komunikasi antarpersona (interpersonal communication) ini dianggap komunikasi paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang karena sifatnya dialogis, berupa percakapan.19 5. Untuk Bermain dan Kesenangan Tak jarang komunikasi interpersonal yang dilakukan seseorang bertujuan sebagai hiburan. Melalui komunikasi yang dilakukan antarpribadi di luar hubungan formal manusia dapat saling berbagi pengalaman yang lucu dan menarik serta pengetahuan-pengetahuan yang lainnya. 6. Untuk Membantu Melalui komunikasi yang dilakukan secara interpersonal seorang kepala sekolah dapat mengetahui dan memahami situasi dan kondisi yang sedang dialami oleh bawahannya sehingga ketika terdapat suatu masalah yang dihadapi guru misalnya, kepala sekolah dengan guru tersebut dapat berdiskusi mencari solusi untuk mengatasi kendala yang ada secara bersama-sama. Dari penjelasan tujuan komunikasi interpersonal di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa secara garis besar tujuan komunikasi interpersonal adalah untuk meningkatkan hubungan sosial yang lebih baik dengan lingkungan sekitar. Dengan melakukan komunikasi interpersonal kita dapat mengetahui lebih banyak diri kita dan orang lain sehingga dapat saling membantu dan merubah tingkah laku sesuai dengan apa yang dikehendaki. 19
Onong Uchjana Effendy, op. cit., h. 8
18
3. Karakteristik Komunikasi Interpersonal Apabila kita mencermati kajian komunikasi interpersonal pada umumnya ada beberapa pembahasan yang selalu menjadi ulasan, salah satunya mengenai ciri-ciri komunikasi interpersonal. Oleh karenanya Alo Liliweri berpendapat dalam bukunya bahwa dapat ditunjukkan tujuh ciri-ciri komunikasi antarpribadi sebagai berikut: 1. Komunikasi interpersonal melibatkan perilaku melalui pesan verbal dan nonverbal 2. Komunikasi interpersonal melibatkan pernyataan atau ungkapan yang spontan, scripted, dan contrived 3. Komunikasi interpersonal bersifat dinamis 4. Komunikasi interpersonal melibatkan umpan balik, hubungan interaksi dan koherensi 5. Komunikasi interpersonal dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik 6. Komunikasi interpersonal meliputi kegiatan dan tindakan 7. Komunikasi interpersonal melibatkan persuasi20 Komunikasi interpersonal merupakan proses komunikasi yang dalam pelaksanaannya pertukaran pesan dapat dilakukan melalui pesan verbal ataupun nonverbal bahkan dapat dilakukan keduanya secara bersamaan. Komunikasi interpersonal ini selalu memanfaatkan simbol informasi verbal maupun nonverbal sebagai perilaku yang memberikan isi pesan (apa yang disampaikan) dan hubungan pesan (bagaimana pesan itu disampaikan). Perilaku verbal dan nonverbal mengandung unsur pesan yang mampu menghasilkan suatu suasana kedekatan antara komunikator dengan komunikan. Dalam pelaksanaannya komunikasi interpersonal dapat tejadi secara spontan atau tanpa direncanakan dan begitu saja terjadi. Selain itu komunikasi interpersonal pun dapat dilakukan menurut kebiasaan atau yang disebut dengan perilaku scripted. Misalnya antara seorang guru dengan 20
Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, h. 28-29
19
kepala sekolah melakukan sapaan dan saling berjabat tangan saat bertemu maka tingkah laku seperti itu merupakan komunikasi interpersonal yang dilakukan karena adanya kebiasaan organisasi dalam menunjukan rasa hormat dan kedekatannya antar warga sekolah. Kemudian komunikasi interpersonal dilakukan secara sadar atau disebut juga dengan perilaku contrived. Komunikasi
interpersonal
memiliki
sifat
yang
dinamis
atau
percakapan yang dilakukan terus berkembang dan mendalam serta dipandu tata aturan yang disepakati bersama, dalam proses komunikasi umpan balik baik bersifat positif maupun negatif dari seorang komunikan juga dapat langsung diketahui sehingga dengan demikian antara komunikator dan komunikan terjadi suatu interaksi yang dapat mempengaruhi, memberi dan menerima dampak. Sedangkan ciri-ciri komunikasi antarpribadi menurut Judy C. Person yang dikutip oleh S. Djuarsa Sendjaja dan dikutip lagi oleh Suranto Aw adalah sebagai berikut: 1. Komunikasi interpersonal dimulai dengan diri pribadi (self). Segala bentuk proses penafsiran pesan maupun penilaian mengenai orang lain berangkat dari diri sendiri. 2. Komunikasi interpersonal bersifat transaksional. Ciri ini terlihat dari kenyataan bahwa komunikasi interpersonal bersifat dinamis, merupakan pertukaran pesan secara timbal balik dan berkelanjutan. 3. Komunikasi interpersonal menyangkut aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi. Maksudnya bahwa efektifitas komunikasi interpersonal tidak hanya ditentukan oleh kualitas pesan, melainkan juga ditentukan kadar hubungan antarindividu. 4. Komunikasi interpersonal mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang berkomunikasi. 5. Komunikasi interpersonal menempatkan kedua belah pihak yang berkomunikasi saling tergantung satu dengan lainnya (interdependensi). 6. Komunikasi interpersonal tidak diubah maupun diulang. Ketika seseorang sudah terlanjur mengucapkan sesuatu kepada orang lain,
20
maka ucapan itu sudah tidak dapat diubah atau diulang, karena sudah terlanjur diterima oleh komunikan.21 Di awal pembahasan, pakar komunikasi lebih banyak berpendapat bahwa komunikasi interpersonal dipandang sebagai komunikasi yang dilakukan secara langsung dalam arti saling bertatap muka antara komunikator dengan komunikan. Begitu pula yang dimaksudkan dari salah satu ciri-ciri komunikasi interpersonal yang dikemukakan oleh Judy C. Person, dalam poin ke empat dijelaskan bahwa komunikasi interpersonal mensyaratkan
adanya
kedekatan
fisik
antara
pihak-pihak
yang
berkomunikasi, maksud kedekatan fisik disini yaitu melalui pertemuan langsung atau tatap muka. Akan tetapi dalam buku karangan Hafied Cangara ditemukan penjelasan yang sedikit berbeda bahwa: “Sarjana komunikasi Amerika Mc-Croskey memasukkan peralatan komunikasi yang menggunakan gelombang udara dan cahaya seperti halnya telepon sebagai saluran komunikasi antarpribadi. Sebab itu, timbul kelompok yang lebih sering memakai istlah komunikasi antarpribadi yang beralat (memakai media mekanik) dan komunikasi antarpribadi yang tidak beralat (berlangsung secara tatap muka).22 Sejalan dengan penjelasan dari Hafied Cangara, Dasrun Hidayat memberikan pendapat mengenai karakteristis komunikasi interpersonal dengan
menambahkan
penggunaan
media
dalam
berkomunikasi
interpersonal. Karakteristik komunikasi interpersonal menurutnya yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
21 22
Komunikasi antarpribadi bersifat dialogis Komunikasi antarpribadi melibatkan jumlah orang terbatas Komunikasi antarpribadi terjadi secara spontan Komunikasi antarpribadi menggunakan media dan nirmedia Komunikasi antarpribadi bersifat keterbukaan (Openess) Komunikasi antarpribadi bersifat empati (Empathy) Komunikasi antarpribadi bersifat dukungan (Supportiveness) Komunikasi antarpribadi bersifat positif (Positiveness)
Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), Ed.1, h. 16 Hafied Cangara, op. cit., h. 34
21
9. Komunikasi antarpribadi bersifat kesetaraan atau kesamaan (Equality)23 Perbedaan pendapat tersebut disebabkan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi seperti telepon, e-mail (internet) yang semakin hari semakin pesat perkembangannya dan memudahkan setiap individu dalam melangsungkan komunikasi secara langsung kepada objek yang dituju. Untuk itu menurut Dasrun Hidayat sudah tidak dapat dielakkan lagi bahwa karakteristik lain dari komunikasi antarpribadi yaitu menggunakan media dan tidak menggunakan media. Dari berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi interpersonal merupakan proses komunikasi yang bersifat dinamis karena percakapan diantara komunikator dan komunikan terus berkembang. Dengan adanya umpan balik dan keterbukaan seorang komunikan dapat menyampaikan kepahaman dan ketidakpahaman dari sebuah pesan sehingga terjadi komunikasi yang dialogis. Keberhasilan komunikasi juga tidak hanya ditentukan oleh kualitas pesan yang disampaikan akan tetapi melibatkan siapa yang menjadi lawan bicara kita dan bagaimana hubungan kita dengan komunikan tersebut. Selanjutnya karena perkembangan teknologi yang semakin maju komunikasi interpersonal juga dapat dilakukan dengan media komunikasi.
4. Unsur-Unsur Komunikasi Interpersonal Kata unsur dalam Kamus Bahasa Indonesia dijelaskan sebagai bagian dari keseluruhan aspek yang membentuk suatu aktivitas atau kegiatan tertentu.24 Komunikasi merupakan sebuah kegiatan atau aktifitas makhluk hidup, oleh karenanya dalam kegiatan komunikasi terdapat unsur-unsur atau komponen komunikasi. Komunikasi tidak akan terjadi apabila komunikasi 23 24
Dasrun Hidayat, op. cit., h. 44-49 Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya., h. 5
22
tidak memiliki unsur-unsur dalam pelaksanaannya. Menurut Suranto Aw yang menjadi komponen komunikasi yaitu komunikator/sumber informasi (source), pesan (massage), saluran/media (channel), komunikan/penerima pesan (receiver), umpan balik (feedback) dan gangguan (noise/barrier).25 Adapun penjelasan dari setiap unsur-unsur komunikasi akan diuraikan sebagai berikut: 1. Komunikator/Sumber Informasi (Source) Komunikan adalah individu atau orang yang mengirimkan pesan kepada orang lain dengan harapan pesannya dapat dipahami oleh penerima pesan sesuai dengan yang dimaksud. Isi pesan yang disampaikan komunikator dapat berupa informasi, ajakan, rencana kerja, pertanyaan dan tanggapan. Selain itu ada pula yang menyebutkan komunikan ini dengan sebutan sumber dalam pemberian informasi dan sender dalam bahasa Inggris yang berarti pengirim maknanya yaitu pengirim pesan. 2. Pesan (Massage) Pesan adalah sebuah informasi, gagasan, ide atau simbol-simbol yang akan dikirimkan kepada si penerima pesan. Dalam buku Arni Muhammad dijelaskan bahwa pesan ini dapat berupa verbal maupun nonverbal. Pesan verbal dapat secara tertulis seperti surat, memo sedangkan secara lisan dapat berupa tatap muka, percakapan melalui telepon, radio dan sebagainya. Pesan nonverbal berupa isyarat, gerakan badan, ekspresi muka dan nada suara.26 Sedangkan isi dari pesan dapat berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi atau sebuah nasihat. Dalam bahasa Inggis pesan biasanya diterjemahkan dengan kata massage, content, dan information.
25 26
Ibid. Arni Muhammad, op. cit., h. 17-18
23
3. Saluran/Media (Channel) Media adalah suatu sarana yang digunakan untuk menunjang seorang komunikator dalam penyampaian pesan kepada komunikan. Dalam melangsungkan komunikasi setiap orang tidak akan mungkin tidak membutuhkan sebuah media, karena itu dari semua buku mengenai komunikasi pasti meyebutkan media dalam unsur-unsur komunikasi. Media memiliki berbagai bentuk yang berbeda-beda, menurut Hafied Cangara ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi pancaindra dianggap sebagai media komunikasi. Selain indra manusia, ada juga saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram yang digolongkan sebagai media komunikasi antarpribadi.27 4. Komunikan/Penerima Informasi (Receiver) Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran komunikator dalam menerima pesan. Penerima ini bisa saja terdiri dari satu orang atau lebih. Penerima juga bisa disebut dengan berbagai macam istilah seperti disebut dengan istilah khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris disebut dengan audience atau receiver. Suranto Aw menjelaskan bahwa komunikan tidak sekedar menerima pesan, melainkan juga menganalisis dan menafsirkannya sehingga dapat memahami pesan yang diterimanya.28 5. Umpan Balik (Feedback) Umpan balik atau disebut juga feedback adalah respon atau tanggapan komunikan setelah mendapatkan pesan dari komunikator. Umpan balik terjadi karena adanya reaksi dari komunikan dalam menanggapi sebuah pesan yang didapatkannya dan umpan bailk yang disampaikan dapat berbentuk verbal maupun nonverbal.
27 28
Hafied Cangara, op.cit., h. 25 Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya., h. 7
24
6. Gangguan (Noise/Barrier) Gangguan atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Noise ialah hal-hal yang menghambat jalannya komunikasi dan dapat merusak berfungsinya komponen komunikasi, karena gangguan dapat terjadi pada sumber, pada media dan pada komunikan. Gangguan komunikasi dapat terjadi baik gangguan yang bersifat secara teknis maupun semantis. Dari penjelasan di atas dapat disimpilkan bahwa dalam melakukan kegiatan komunikasi antarpribadi tentunya akan melibatkan berbagai unsur komunikasi. Dengan adanya unsur-unsur komunikasi inilah maka dapat terbentuk suatu kegiatan komunikasi diantara manusia baik dilingkungan rumah, masyarakat, tempat kerja atau organisasi dan dimanapun manusia berpijak.
5. Proses Komunikasi Interpersonal Proses komunikasi ialah serangkaian tahap-tahap yang harus dilalui dalam pengiriman sebuah pesan. Untuk itu, tentunya proses komunikasi sangatlah erat kaitannya dengan unsur-unsur atau komponen komunikasi yang telah dijelaskan sebelumnya, karena dengan adanya unsur-unsur komunikasi maka selanjutnya akan terbentuk proses komunikasi. Dalam buku Manajemen Edisi Dua T. Hani Handoko menggambarkan proses komunikasi antarpribadi yang paling sederhana adalah sebagai berikut:29 Pengirim
Berita
Penerima
Gambar 2.1 Proses komunikasi secara sederhana
29
T. Hani Handoko, Manajemen Edisi Kedua, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1998), Ed. 2, Cet. 13, h. 273
25
Model komunikasi di atas menunjukan bahwa tiga unsur yang disebutkan pada gambar 2.1 merupakan komponen terpenting dalam kegiatan berkomunikasi karena apabila salah satu dari ketiga unsur
hilang maka
komunikasi tidak dapat berlangsung. Contohnya ketika seseorang memiliki suatu ide atau gagasan yang dapat diinformasikan akan tetapi tidak ada yang menjadi pendengar atau penerima informasi tersebut maka kegiatan komunikasi tidak akan terjadi. Selanjutnya proses komunikasi yang lebih terperinci dengan melibatkan unsur terpenting dalam komunikasi diantara anggota organisasi dijelaskan oleh Ismail Solihin sebagai berikut:30 Umpan balik
Noise
Menyusun dan mengirim pesan
Sender
v
Receiver terjemahkan pesan
Media
Receiver memahami pesan
Gambar 2.2 Proses komunikasi secara terperinci
Penjelasan komunikasi di atas akan diuraikan sebagai berikut: Sebuah kegiatan komunikasi dimulai ketika sender atau seorang komunikator
memiliki
keinginan
dan
ide
untuk
berkomunikasi.
Sender/komunikator ini memainkan langkah pertama dalam proses
30
Ismail Solihin, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 170
26
komunikasi. Sumber mengendalikan berbagai macam berita atau ide yang akan dikirim dan memilih saluran yang dirasa tepat untuk digunakan dalam penyampaian pesan. Modal utama seorang komunikator adalah penguasaan terhadap informasi, penggunaan alat komunikasi dan penguasaan medan komunikasi. Selanjutnya sender mengubah ide komunikasi yang dimilikinya ke dalam simbol-simbol bentuk verbal maupun nonverbal yang diperkirakan akan diterima seorang komunikan dengan mudah dalam memahami makna berita yang ingin disampaikan komunikator terhadapnya. Di beberapa buku yang menjadi rujukan, hal ini disebut juga sebagai encoding pesan. Dalam kegiatan ini komunikator harus berusaha menyesuaikan berita dengan tingkat pemahaman, kepentingan dan kebutuhan penerima untuk mencapai pemahaman yang sama antara komunikator dan komunikan. Karena kesamaan pengertian ini sangat penting, apabila pemahaman yang terjadi diantar keduanya berbeda maka akan menimbulkan kesalahan dalam komunikasi. Kemudian setelah pesan disusun oleh komunikator maka dikirimkan kepada penerima dengan menggunakan media sebagai penyalur pesan. Media yang dapat digunakan yaitu meliputi pancaindera misalnya secara face to face dan non indera, baik secara lisan maupun tulisan. Setelah pesan disampaikan maka si penerima pesan atau komunikan harus dapat menerjemahkan hingga memperoleh pemahaman atas maksud dari isi pesan yang disampaikan seorang komunikator. Setelah pesan diterima dan diterjemahkan, penerima mungkin menyampaikan umpan balik sebagai respon atau tanggapan akan pesan yang dipahaminya kepada sender atau komunikator. Proses penyampain umpan balik ini menentukan apakan suatu pemahaman yang sama telah tercapai atau tidak. Selama proses komunikasi berlangsung bisa saja terjadi kesalahan komunikasi. Kesalahan komunikasi ini disebabkan adanya faktor gangguan komunikasi (noise). Akan tetapi menurut Husaini
27
Usman, dalam kegiatan komunikasi gangguan bukan merupakan bagian dari proses
komunikasi
tetapi
mempunyai
pengaruh
terhadap
proses
komunikasi.31 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi meliputi: 1. Adanya komunikator yang memiliki ide atau gagasan untuk dibagikan kepada orang lain 2. Encoding (penyusunan ide ke dalam bentuk simbol-simbol pesan oleh komunikator) 3. Pemilihan dan penggunaan media/saluran sebagai sarana penyalur pesan 4. Komunikan sebagai penerima pesan 5. Decoding (Menerjemahkan dan memahami pesan oleh komunikan) 6. Umpan balik/feedback sebagai respon pemahaman komunikan terhadap pesan Setiap orang pasti mengharapkan kegiatan komunikasi
yang
dilakukannya dapat berjalan dengan baik dan isi pesan yang menjadi materi obrolan antara komunikator dan komunikan dapat dipahami dan dimaknai sama oleh keduanya. Dalam proses komunikasi setiap unsur-unsur komunikasi memiliki hubungan yang erat satu dengan yang lain untuk mewujudkan harapan tersebut. Keterampilan berkomunikasi baik berperan sebagai komunikator ataupun komunikan ikut menentukan keberhasilan proses komunikasi yang dilakukan dan pemberian serta penerimaan umpan balik diantara keduanya akan membentuk proses komunikasi dua arah yang memungkinkan proses komunikasi berlangsung secara efektif.
31
Husaini Usman, op. cit., h. 421
28
B. Efektivitas Komunikasi Interpersonal 1. Pengertian Efektivitas Kata efektivitas merupakan sebuah kata yang sering digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu kegiatan dalam manajemen. Dalam memaknai efektivitas setiap orang memberi arti berbeda, sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan masing-masing. Hal tersebut diakui oleh Chung dan Maginson (1981), “Efektivenes means different to different people”.32 Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti: “1. ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya); 2. manjur atau mujarab (tt obat); 3. dapat membawa hasil, berhasil guna (tt usaha, tindakan); 4. mulai berlaku (tt undang-undang, peraturan).”33 T. Hani Handoko berpendapat bahwa efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.34 Sedangkan menurut Uhar Suharsaputra efektivitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana sasaran/tujuan telah dicapai.35 Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan sebuah alat ukur untuk menunjukkan sejauh mana keberhasilan
dari
suatu
kegiatan
yang
telah
dilaksanakan
dengan
membandingkannya pada ketentuan yang diharapkan atau suatu tujuan yang ditetapkan.
32
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan Implementasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 82 33 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Ed. 3, Cet. 3, h. 284 34 T. Hani Handoko, op.cit., h. 7 35 Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), Cet. 1, h. 61
29
2. Komunikasi Interpersonal yang Efektif Komunikasi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam berorganisasi dan komunikasi interpersonal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang dapat meningkatkan hubungan insani diantara anggota organisasi. Membangun komunikasi interpersonal yang efektif akan membantu mengantarkan kepada tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu lembaga pendidikan karena semakin baik komunikasi yang ditumbuhkan di antara seluruh anggota, makin baik pula kemungkinan kerjasama antara mereka. Dalam proses manajemen, komunikasi yang efektif sangat penting bagi para manajer. Paling tidak terdapat dua alasan yang dikemukakan M. Sobry Sutikno dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pendidikan yaitu sebagai berikut: 1. Komunikasi adalah proses melalui mana fungsi-fungsi manajemen mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dapat dicapai; 2. Komunikasi adalah kegiatan dimana para manajer mencurahkan sebagian besar proporsi waktu mereka.36 Banyak
para
ahli
yang
menjelaskan
efektivitas
komunikasi
interpersonal, diantaranya yaitu Suranto Aw yang berpendapat bahwa keefektifan komunikasi interpersonal dapat dibangun melalui lima hukum komunikasi efektif (The 5 Inevitable Laws Of Effective Communication). Lima hukum tersebut meliputi: Respect, Empathy, Audible, Clarity, dan Humble.37 Kelima hukum komunikasi efektif ini biasa disingkat menjadi sebuah kata yaitu “REACH”. Wildan Zulkarnain menjelaskan lima hukum komunikasi
tersebut
dikembangkan
menjadi
sebuah
kata
REACH
mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri. Secara harfiah berarti 36 37
M. Sobry Sutikno, op. cit., h. 141 Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, h. 80
30
menjangkau, mencapai, merengkuh, atau meraih. Sebab prinsip komunikasi adalah upaya meraih perhatian, minat, kepedulian, tanggapan, dan respon positif dari orang lain.38 Adapun penjelasan dari kelima hukum komunikasi efektif di atas adalah sebagai berikut: 1. Respect (hormat) Manusia pada dasarnya ingin dihargai dan dianggap penting keberadaannya, oleh karena itu hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi interpersonal yang efektif adalah respect yaitu sikap menghormati dan menghargai setiap individu yang menjadi partner dalam berkomunikasi. Jika kita membangun komunikasi dengan saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama yang dapat meningkatkan kualitas hubungan antarmanusia. 2. Empathy (empati) Empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Namun, pada umumnya dalam mengembangkan komunikasi yang efektif sebaiknya tidak hanya sekedar mendengarkan sebatas isi, tetapi berusaha untuk mendengarkan secara empatik dan aktif agar tujuan yang diharapkan dalam melakukan komunikasi tersebut dapat tercapai. Menurut Agus M. Hardjana terdapat beberapa hal yang sebaiknya dilakukan agar kita bisa mendengarkan secara efektif, yaitu:
38
Wildan Zulkarnain, Dinamika Kelompok: Latihan Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), Cet. 1, h. 68
31
a) Bermotivasi (being motivated) yang berarti mempunyai dorongan dari dalam diri untuk mau mendengarkan dan berusaha mendengarkan dengan baik. b) Mengadakan
kontak
mata
(making
eye
contact),
dengan
memfokuskan pandangan terhadap orang yang menjadi lawan bicara kita maka akan membantu untuk memusatkan perhatian, mengurangi kemungkinan terganggu oleh hal-hal di sekitar kitadan mendorong pembicara tetap berminat untuk berbicara. c) Menunjukkan minat (showing interest) yaitu kita harus menunjukkan ketertarikan kita terhadap perkataan yang disampaikan orang lawan dalam berkomunikasi, perasaan-perasaan yang menyertai dan kebutuhan-kebutuhan yang terkandung dalam pembicaraan yang mungkin diungkankan melalui bahasa nonverbal seperti raut wajah, gerak mata dan jarak duduk. d) Menghindari
tindakan-tindakan
yang mengganggu
(distracting
action) seperti berkali-kali melihat jam, memainkan benda-benda disekitar kita yang dapat membuat pembicara merasa kita tidak tertarik pada isi pembicaraan serta kurang menaruh perhatian pada apa yang disampaikan. e) Tidak memotong pembicaraan (interrupting) f) Bersikap wajar (being natural) yaitu sikap yang tidak berlebihan dalam upaya menunjukkan kemauan dan minat kita ketika mendengarkan pembicaraan.39 Dalam berkomunikasi rasa empati akan membantu seorang komunikator untuk dapat menyampaikan pesan dengan cara dan sikap yang memudahkan komunikan dalam penerimaan pesan.
39
Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, (Yogyakarta: KANISIUS, 2003), h. 99-101
32
3. Audible (dapat didengar atau dipahami) Makna dari audible antara lain dapat didengar atau dimengerti dengan baik. Ini menunjukkan bahwa audible merupakan kemampuan komunikator dalam menyampaikan pesan dengan menggunakan berbagai cara baik secara langsung maupun melalui media serta sikap komunikator dapat diterima oleh komunikan. 4. Clarity (kejelasan) Untuk
menciptakan
komunikasi
interpersonal
efektif
tentu
dibutuhkan kejelasan pesan yang akan diberikan kepada orang lain. Kejelasan pesan sangat penting agar tidak terjadi salah tafsir. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Mengembangkan sikap keterbukaan dalam penyampaian pesan dapat menimbulkan rasa percaya dari penerima pesan. 5. Humble (rendah hati) Sikap humble atau rendah hati merupakan unsur yang sangat terkait dengan hukum pertama. Menghargai dan menghormati orang lain biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang dimiliki manusia. Sikap humble biasanya tercermin dari sikap seseorang yang tidak meremehkan orang lain, lemah lembut, tidak angkuh, berani mengakui kesalahan dan mau memaafkan orang lain.
Sedangkan menurut Miftah Thoha yang mengutip pendapat Joseph A. Devito, suatu komunikasi antarpribadi bisa efektif dapat dikenal dengan lima hal berikut ini, yaitu: 1. Keterbukaan (Openess) 2. Empati (Empathy) 3. Dukungan (Supportiveness) 4. Kepositifan (Positiveness)
33
5. Kesamaan (Equality)40 Keterbukaan
atau
sikap
terbuka
sangat
berpengaruh
dalam
menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Sikap keterbukaan merupakan kesediaan seseorang untuk terbuka, rela membuka diri ketika orang lain menginginkan informasi yang diketahuinya dan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima bagi setiap orang yang berinteraksi dengan orang lain. Sikap keterbukaan ditandai adanya kejujuran tidak berbohong, dan tidak menyembunyikan informasi yang sebenarnya. Contohnya apabila seorang Kepala Sekolah mau membuka diri kepada setiap anggota yang diajak berkomunikasi maka guru atau anggota sekolah lainnya akan merasa aman yang akhirnya setiap individu akan turut membuka diri. Empati ialah kemampuan seseorang untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain. Apabila rasa empati tumbuh dalam proses komunikasi interpersonal maka suasana hubungan komunikasi akan dapat berkembang dan tumbuh sikap saling pengertian dan penerimaan sehingga rasa empati ini akan menjadi filter agar kita tidak mudah menyalahkan orang lain serta meningkatkan kemampuan seseorang untuk dapat memahami apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, minat, harapan dan kesenangan orang lain. Dukungan,
dengan
dukungan
ini
akan
tercipta
komunikasi
interpersonal yang efektif. Dalam komunikasi antarpribadi diperlukan sikap memberi dukungan dari pihak komunikator agar komunikan mau berpartisipasi dalam komunikasi. Dukungan merupakan pemberian dorongan atau pengobaran semangat kepada orang lain dalam suasana hubungan komunikasi melalui perilaku yang menimbulkan perilaku suportif seperti orientasi masalah yaitu mengajak untuk bekerjasama mencari pemecahan masalah, secara bersama-sama menetapkan tujuan dan memutuskan
40
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), Ed. 1, h. 191
34
bagaimana mencapainya. Hal ini dapat dilakukan kepala sekolah salah satunya melalui pengadaan jadwal pertemuan dengan guru. Kepositifan ditunjukkan dalam bentuk sikap dan perilaku. Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya dan orang lain sehingga dapat mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi dan menciptakan suatu interaksi yang efektif.
Suranto Aw menyebutkan sikap positif dapat
ditunjukkan dengan berbagai macam perilaku dan sikap, antara lain menghargai orang lain, berpikir positif terhadap orang lain, meyakini pentingnya orang lain, memberikan pujian dan penghargaan.41 Kesamaan merupakan perasaan sama dengan orang lain. Menurut Rahmat yang dikutip oleh Dasrun Hidayat berpendapat bahwa kesamaan atau kesetaraan adalah sikap memperlakukan orang lain secara horizontal dan demokratis, tidak menunjukkan diri sendiri lebih tinggi atau lebih baik dari orang lain karena status, kekuasaan, kemampuan intelektual kekayaan atau kecantikan.42 Jadi bagi kepala sekolah dalam menciptakan sebuah komunikasi interpersonal yang efektif harus mampu bersikap sama tidak mempertegas suatu perbedaan sehingga terkesan menggurui, tetapi mengupayakan berbincang pada tingkat yang sama dengan lawan bicaranya. Dengan demikian dapat dikemukakan indikator kesetaraan yang dikutip dari Suranto Aw meliputi: a. b. c. d. e. f. g.
41
Menempatkan diri setara dengan orang lain Menyadari akan adanya kepentingan yang berbeda Mengakui pentingnya kehadiran orang lain Tidak memaksakan kehendak Komunikasi dua arah Saling memerlukan Suasana komunikasi: akrab dan nyaman43
Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, h. 83-84 Dasrun Hidayat, op. cit., h. 49 43 Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, h. 84 42
35
Dari penjelasan di atas pada dasarnya kedua pendapat yang dituturkan memiliki beberapa kesamaan mengenai sikap dan perilaku dalam mengembangkan komunikasi interpersonal yang efektif. Sehingga dari ke dua pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa untuk membangun dan mengembangkan komunikasi interpersonal yang efektif antara kepala sekolah dengan para guru dapat dilakukan dengan bertingkah laku sebagai berikut: 1. Menciptakan sikap keterbukaan (clarity) dalam segala hal terkait kegiatan organisasi baik kepala sekolah kepada guru maupun sebaliknya; 2. Menumbuhkan rasa empati terhadap bawahan karena di satu sisi manusia sebagai makhluk hidup pasti membutuhkan empati dari orang-orang disekitarnya; 3. Kepala sekolah memberikan dukungan penuh terhadap anggota agar ikut berpartisipasi
aktif melalui
komunikasi
dalam
seluruh
kegiatan
organisasi; 4. Menjalin hubungan yang harmonis melalui sikap positif (respect) yang ditampilkan kepada bawahan; 5. Menjunjung tinggi kesamaan dengan tidak membedakan dirinya sebagai orang yang memiliki jabatan tinggi dengan bawahannya dalam organisasi, tidak pula membeda-bedakan setiap anggotanya; 6. Berusaha menjadi orang yang komunikatif (audible); dan 7. Bersikap rendah hati (humble).
Selain kaidah dalam mengembangkan komunikasi yang efektif di atas, dalam buku Manajemen Pendidikan karangan M. Subry Sutikno terdapat beberapa prinsip yang perlu dilakukan agar komunikasi yang dilakukan bisa berjalan efektif yaitu diantaranya: 1. 2. 3. 4.
Berpikir dan berbicara dengan jelas; Ada suatu hal untuk disampaikan; Ada tujuan yang jelas; Penguasaan terhadap masalah;
36
5. Pemahaman proses komunikasi dan penerapannya dengan konsisten 6. Mendapatkan empati dari komunikan; 7. Selalu menjaga kontak mata, suara yang tidak terlalu keras atau lemah serta menghindari ucapan pengganggu.44 Selanjutnya pendapat lainnya yang berkaitan dengan efektifitas komunikasi yaitu mengenai teknik seseorang dalam berkomunikasi. Teknik merupakan cara yang dianggap tepat untuk mengerjakan sesuatu dan secara singkat teknik komunikasi ini adalah kecakapan seseorang dalam berkomunikasi secara efektif. Teknik komunikasi efektif meliputi teknik kepercayaan (credibility technique), teknik perhubungan (context technique), teknik kepuasan (content technique), teknik kejelasan (clarity technique), teknik kesinambungan dan konsistensi (continuity dan consitency technique), teknik persesuaian (concord technique), dan teknik penggunaan saluran yang tepat (channels of distribution technique).45 Adapun penjelasan teknik komunikasi efektif tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Teknik Kepercayaan (credibility technique) yaitu antara komunikator dan komunikan harus dapat saling percaya, karena dengan tidak adanya kepercayaan dari keduanya akan menghambat komunikasi. 2. Teknik
Perhubungan
(context
technique)
yaitu
informasi
yang
disampaikan harus saling berhubungan, maksudnya antara informasi yang telah disampaikan tidak boleh bertentangan dengan informasi yang akan disampaikan. 3. Teknik Kepuasan (content technique) yaitu kegiatan komunikasi yang dilakukan harus dapat memberikan kepuasan pada kedua belah pihak. Oleh karenanya, agar tercipta kepuasan dalam kegiatan berkomunikasi
44 45
M. Sobry Sutikno, op. cit.,h. 142 Wildan Zulkarnain, op. cit., h. 77-78
37
maka komunikasi yang dilakukan hendaknya berlangsung secara dua arah yang mengakibatkan terjadinya timbal balik dalam komunikasi. 4. Teknik Kejelasan (clarity technique), bahwa dalam melakukan kegiatan komunikasi, informasi yang disampaikan harus jelas baik kejelasan isi pesan, kejelasan tujuan dari komunikasi yang dilakukan, serta kejelasan dalam penggunaan bahasa yang digunakan. 5. Teknik Kesinambungan dan Konsistensi (continuity dan consitency technique) yaitu kegiatan komunikasi dilakukan secara terus menerus dan diusahakan agar tetap dapat menjaga konsistensi informasi yang disampaikan,
maksudnya
komunikator
mengupayakan
pemberian
informasi yang baru tidak bertentangan dengan informasi yyang disampaikan terdahulu. 6. Teknik Persesuaian (concord technique) merupakan teknik dimana seorang
komunikator
ketika
menyampaikan
suatu
pesan
harus
menyeseuaikan diri dengan kemampuan dan pengetahuan komunikan. Sebaiknya komunikator menggunakan bahasa yang yang mudah dimengerti, pengiriman pesan juga disesuaikan dengan situasi dan kondisi komunikan agar informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik. 7. Teknik Penggunaan Saluran yang Tepat (channels of distribution technique), untuk mencapai keefektifan dalam kegiatan komunikasi teknik penentuan saluran dalam menyampaikan pesan menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan juga. Saluran komunikasi yang dipilih harus disesuaikan dengan jenis dan sifat informasi yang akan disampaikan serta melalui saluran yang sudah biasa dipergunakan dan sudah dikenal oleh komunikan.
Penjelasan teknik komunikasi efektif di atas menggambarkan bagaimana cara-cara yang dapat dilakukan seorang komunikator dengan lebih rinci untuk dapat menciptakan suatu kegiatan komunikasi yang efektif, dan
38
teknik komunikasi ini dapat digunakan sebagai penunjang kaidah komunikasi efektif yang dipaparkan oleh Suranto AW dan Miftah Thoha sehingga dapat terlaksana dengan baik. Komunikasi yang efektif menjadi keinginan semua orang, akan tetapi untuk menciptakan suatu komunikasi efektif merupakan hal yang tidak mudah. Selain teknik komunikasi efektif yang dijelaskan sebelumnya, Suranto AW juga menyebutkan ada beberapa faktor yang perlu diketahui yang dapat menentukan keberhasilan komunikasi apabila dipandang dari sudut komunikator, komunikan dan pesan. Hal tersebut diuraikan sebagai berikut: 1.
2.
3.
Faktor keberhasilan komunikasi dilihat dari sudut komunikator a. Kredibilitas ialah kewibawaan seorang komunikator dihadapan komunikan. b. Daya tarik ialah daya tarik fisik dan non fisik. c. Kemampuan intelektual ialah tingkat kecakapan, kecerdasan, dan keahlian seorang komunikator. d. Integritas atau keterpaduan sikap dan perilaku. e. Keterpercayaan f. Kepekaan sosial g. Kematangan tingkat emosional h. Berorientasi kepada kondisi psikologis komunikan i. Komunikator harus bersikap supel, ramah dan tegas j. Komunikator harus dapat menyesuaikan diri dengan komunikan. Faktor keberhasilan komunikasi dilihat dari sudut komunikan a. Komunikan yang cakap akan mudah menerima dan mencerna materi yang diberikan oleh komunikator. b. Komunikan yang mempunyai pengetahuan luas akan cepat menerima informasi yang diberikan komunikator. c. Komunikan harus bersikap ramah, supel dan pandai bergaul agar tercipta proses komunikasi yang lancar. d. Komunikan harus memahami dengan siapa ia berbicara. e. Komunikan bersikap bersahabat dengan komunikator. Faktor keberhasilan komunikasi dilihat dari sudut pesan a. Pesan komunikasi perlu dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan perhatian komunikan.
39
b. c. d.
Lambang-lambang yang dipergunakan harus dapat dipahami oleh kedua belak pihak. Pesan disampaiakan secara jelas dan sesuai dengan kondisi maupun situasi setempat. Tidak menimbulkan multi interpretasi atau penafsiran yang berlainan.46
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan suatu kegiatan komunikasi tidak hanya terpaku pada diri komunikator sebagai pemberi informasi, akan tetapi kegiatan komunikasi yang baik memerlukan kecakapan dari komunikan sebagai orang yang hendaknya dapat memaknai pesan yang diterima dengan baik sehingga menghasilkan sebuah persepsi yang sama terhadap informasi yang disampaikan dan kejelasan dari sebuah isi pesan harus diperhatikan pula oleh komunikator. Berdasarkan dari berbagai penjelasan komunikasi yang efektif di atas kita dapat mengetahui bahwa efektivitas komunikasi interpersonal dapat terlaksana dengan begitu banyak cara, dan apabila dibaca secara seksama seluruh kutipan-kutipan pendapat di atas memiliki inti yang sama. Oleh karenanya, dalam pembahasan ini yang dimaksudkan efektivitas komunikasi interpersonal yaitu suatu ketercapaian pelaksanaan kegiatan komunikasi interpersonal di dalam suatu organisasi sekolah melalui berbagai ketentuanketentuan yang ada. Dan untuk menentukan ketentuan-ketentuan sebagai alat ukur komunikasi interpersonal yang efektif penulis merujuk pada kaidahkaidah komunikasi efektif yang dikemukakan oleh Suranto AW dan Miftah Thoha dimana penulis telah menyimpulkan dari keduanya menjadi tujuh kaidah sebagai sikap dan perilaku yang dapat menumbuh kembangkan komunikasi interpersonal yang efektif diantara kepala sekolah dengan guru pada khususnya.
46
Suranto AW, Komunikasi Sosial Budaya., h. 15-17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MTs Negeri Tangerang II Pamulang yang beralamat di Jalan Pajajaran No. 31 Kecamatan Pamulang Barat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Adapaun waktu pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2014 Kegiatan
Jan
Feb
Mar
April
Mei
JuniJuli
Agt
Sep
Okt
Nov
Pengesahan Proposal Skripsi Pengajuan
Dosen
Pembimbing Konsultasi dengan Dosen Pembimbing Pengumpulan Data Pengolahan
dan
Analisis Data Penyusuna
Hasil
Penelitian
B. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan fakta, keadaan dan fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan sesuai dengan apa adanya. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.
40
41
C. Sumber Data Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah
kepala
sekolah dan seluruh guru MTs Negeri Tangerang II Pamulang yang berjumlah 64 orang, sehingga jumlah sumber data keseluruhan dalam penelitian ini yaitu 65 orang. Penetapan guru sebagai sumber data dikarenakan penulis menganggap bahwa dari keseluruhan warga sekolah, guru merupakan salah satu bagian warga sekolah yang paling sering melakukan interaksi dengan kepala sekolah dibandingkan dengan warga sekolah lainnya.
D. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa instrumen penelitian antara lain: a. Wawancara Wawancara digunakan penulis untuk memperoleh data atau informasi tentang pelaksanaan komunikasi interpersonal kepala sekolah. Adapun yang menjadi informan dalam teknik wawancara ini adalah kepala sekolah dan 4 orang guru MTs Negeri Tangerang II Pamulang. b. Observasi Observasi atau pengamatan langsung dilakukan penulis untuk memperoleh data dengan mengamati perilaku komunikasi kepala sekolah dengan guru melalui daftar ceklis yang disusun sebelumnya oleh penulis dengan mengacu pada kisi-kisi instrumen angket. c. Angket Pada teknik ini penulis menyusun daftar pertanyaan/pernyataan tertulis yang disebarkan kepada responden yaitu seluruh guru MTs Negeri Tangerang II Pamulang yang berjumlah 64 orang untuk mengetahui tanggapan seluruh guru tentang efektivitas komunikasi interpersonal kepala sekolah di MTs Negeri Tangerang II Pamulang, guna memperkuat hasil wawancara. Dalam
42
instrumen angket penulis memberikan empat jawaban alternatis sebagai berikut: Sangat Sering (SS), Sering (S), Kadang-kadang (KK) dan Tidak Pernah (TP).
E. Teknik Analisa Data Setelah data yang dibutuhkan dalam penelitian terkumpul, tahap berikutnya adalah analisis data. Pada tahap ini, data diolah sehingga dapat menyimpulkan hasil temuan untuk menjawab permasalahan yang diajukan oleh peneliti. Untuk mengolah dan menganalisa hasil data penelitian yang telah terkumpul dari subjek penelitian, dilakukan tiga langkah yaitu sebagai berikut: 1. Proses seleksi dan klasifikasi data dengan cara mengelompokan jawabanjawaban dari sumber data berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terkait pelaksanaan komunikasi interpersonal kepala sekolah. 2. Penyajian data berupa teks naratif, dan tabel. 3. Proses interpretasi data Proses ini dilakukan untuk menghitung hasil angket yang telah di sebar kepada seluruh responden dengan langkah pertama Rumusnya:
P=
x 100%
Keterangan: f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya N
= Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
P
= Angka persentase1 Untuk memberikan interpretasi data atas nilai rata-rata yang diperoleh
dari rumus perhitungan prosentasi di atas, penulis memberikan kriteria penilaian hasil angket dengan merujuk kepada pedoman interpretasi yang dikutip dari Suharsimi Arikunto sebagai berikut:
1
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), Ed. 1., h. 43
43
1. Efektif, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 81 – 100% 2. Cukup Efektif, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 61 – 80% 3. Kurang Efektif, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 41 – 60% 4. Tidak Efefktif, jika nilai yang diperoleh berada pada interval < 40%2 Untuk menentukan prosentase digunakan rumus perhitungan sederhana dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menentukan nilai harapan (NH), nilai ini dapat diketahui dengan mengalikan jumlah item pertanyaan dengan skor tertinggi. 2. Menghitung nilai skor (NS), nilai ini merupakan nilai rata-rata sebenarnya yang diperoleh dari hasil penelitian. 3. Menentukan kategori, yakni dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Rumus: P =
x 100%
F. Instrumen Penelitian Langkah awal yang dilakukan peneliti untuk dapat mengumpulkan data dari subjek penelitian yang telah ditentukan yaitu dengan membuat panduan yang dijadikan alat penelitian sebagai berikut: a. Pedoman Wawancara Tabel 3.2 Pedoman Wawancara Variabel Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah
Pertanyaan 1. Bagaimana keterbukaan kepala sekolah dalam komunikasi interpersonal. 2. Bagaimana
bentuk
empati
yang
ditunjukkan kepala sekolah.
2
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), Cet. Ke-9, h. 35
44
3. Dukungan yang diberikan kepala sekolah melalui komunikasi interpersonal. 4. Bagaimana sikap positif yang dilakukan kepala
sekolah
dalam
komunikasi
interpersonal. 5. Kepala
sekolah
kesamaan
menjunjung
dalam
tinggi
komunikasi
interpersonal. 6. Kemampuan
kepala
sekolah
dalam
berkomunikasi (audible). 7. Sikap dan perilaku kepala sekolah yang menggambarkan
kerendahan
hati
(humble).
b. Kisi-Kisi Angket Dalam angket, penulis memberikan pernyataan-pernyataan atau kuesioner tertutup terkait dengan persepsi guru tentang komunikasi interpersonal kepala sekolah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel kisi-kisi instrumen penelitian berikut:
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Angket Variabel Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah
Dimensi
Indikator
1. Keterbukaan/ 1. Mengemukakan Clarity
No.
Jumlah
Butir
Butir
1, 2
2
3, 4, 5,
4
pesan secara langsung 2. Kesediaan
45
Menyampaikan
dan 6
informasi dengan apa adanya 3. Menerima saran
7, 8
2
9, 10
2
11, 12,
3
dan kritik dengan positif 2. Empati/ Empathy
1. Menunjukan minat terhadap hal yang dibicarakan 2. Memberikan dukungan moril
3. Dukungan
1. Memberikan
dan 13 14, 15
2
16, 17
2
18, 19
2
2. Menghormati dan
20, 21,
4
menghargai orang
22, dan
lain
23
Bimbingan profesional 2. Mendorong orang lain berpartisipasi dalam komunikasi 4. Sikap Positif/ 1. Berpikir positif Respect
5. Kesamaan
terhadap orang lain
1. Menempatkan diri setara dengan
24, 25,
3
26
orang lain 2. Tidak membedabedakan setiap orang
27, 28
2
46
6. Audible
1. Kemampuan menyampaikan
29, 30,
3
31
pesan 7. Humble
1. Berjiwa besar
32, 33
2
2. Bersikap ramah
34, 35
2
dan bijak
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah MTs Negeri Tangerang II Pamulang Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Tangerang II Pamulang terletak di Jalan Pajajaran No. 31 Kecamatan Pamulang Barat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. MTsN Tangerang II Pamulang memiliki lokasi yang strategis, hanya 100 M dari jalan raya. Pada awalanya MTsN Tangerang II Pamulang berdiri sejak tahun 1981 di Cimanggis, Ciputat (waktu itu belum ada pemekaran kecamatan Ciputat). Kepala Madrasah pertama kali dijabat oleh Drs. Syamsuddin Pane, M. Pd. Berkat perjuangan yang gigih dari kepala madrasah dengan melakukan pendekatan ke berbagai pihak, terutama pihak pemerintahan desa dan kecamatan, lima tahun kemudian tepatnya tahun 1987, MTsN Tangerang II Pamulang dipindahkan ke kelurahan Pamulang di atas tanah seluas 4000 M2 . Pada masa tersebut merupakan masa-masa perjuangan yang gigih untuk memantapkan eksistensi madrasah, karena masih dihadapkan kepada pencitraan madrasah yang kurang menguntungkan dari masyarakat. Masyarakat memandang bahwa madrasah lebih banyak mengajarkan ilmuilmu agama dan kurang mengajarkan ilmu-ilmu umum. Padahal komposisi kurikulum di madrasah juga menyediakan ilmu-ilmu umum, bahkan komposisinya mencapai kurang lebih 70% dan ilmu-ilmu agamanya 30%. Masyarakat juga memandang madrasah adalah sekolah dakwah yang dalam banyak hal kurang dikelola secara profesional. Paradigma ini tentunya kurang menguntungkan bagi eksistensi pendidikan madrasah.
47
48
Belajar dari kondisi kurang menguntungkan inilah yang tampaknya terus-menerus ingin diluruskan oleh para pejuang awal MTsN Tangerang II Pamulang, baik oleh kepala madrasah maupun oleh guru-gurunya. Mereka tidak henti-hentinya melakukan sosialisasi tentang madrasah baik melalui pengajian,
forum-forum
pertemuan
pemerintah,
kegiatan
madrasah,
pertemuan dengan orang tua siswa, dan sebagainya. Alhamdulillah, berkat perjuangan yang tidak mengenal lelah, di bawah kepemimpinan Drs. H. Syamsuddin, Drs. H. Edy Djunaedy, dan Drs. Nasharuddin Sarbini, MTsN Tangerang II Pamulang mulai dikenal dan dipahami secara proporsional oleh masyarakat. Sehingga dari tahun ke tahun, antusiasme masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke madrasah semakin bertambah. Masyarakat juga mulai menyadari akan pentingnya partisipasi khususnya dalam hal bantuan finansial, sehingga mulai tahun 1990-an kesediaan masyarakat untuk membantu secara finansial mulai terlihat. Hasilnya adalah secara bertahap mulai ada peningkatan jumlah dan kualitas bangunan gedung. Selanjutnya di bawah kepemimpinan Dra. Hj. Iis Aisyah, Drs. M. Askolani, dan Drs. Suhardi, M. Ag bangunan gedung MTsN Tangerang II Pamulang secara perlahan menjadi sangat memadai dan menjadi kebanggaan masyarakat sebagai lembaga pendidikan Islam modern. Bangunan gedung madrasah yang awalnya sangat sederhana, kini terlihat tampak megah karena hampir semuanya sudah bertingkat. Demikian juga sarana dan prasarana pendidikan lainnya yang semula belum lengkap, secara perlahan saat ini sudah mulai dipenuhi dengan fasilitas yang lebih modern. Berkat kerja keras kepala madrasah dan seluruh dewan guru, kini MTsN Tangerang II Pamulang juga melakukan banyak inovasi baik dalam bidang manajemen, bidang akademik atau kurikulum, dan bidang kesiswaan. Di
bidang
manajemen,
madrasah
kini
sudah
lebih
banyak
menggunakan pola-pola kerja yang didasarkan pada teknologi modern
49
(walaupun belum maksimal), di bidang akademik mulai banyak melakukan program-program kelas unggulan, di bidang kesiswaan mulai banyak diadakan program pengembangan bakat, karakter, dan kepemimpinan. Dari berbagai inovasi yang dilakukan tersebut telah mengantarkan MTsN Tangerang II Pamulang banyak meraih prestasi dari berbagai macam lomba baik di tingkat kecamatan, kabupaten, tingkat provinsi, dan nasional.
2. Visi, Misi, Tujuan dan Moto MTs Negeri Tangerang II Pamulang a. Visi “Madrasah Insan religious, unggul, berprestasi, dan berwawasan global”. b. Misi Misi MTs Negeri Tangerang II Pamulang yaitu: 1. Meningkatkan kualitas pembinaan keimanan dan ketakwaan 2. Meningkatkan kualitas pembinaan ibadah 3. Meningkatkan kualitas pembinaan akhlak mulia 4. Meningkatkan kualitas pembinaan prestasi akademik 5. Meningkatkan profesionalitas pembinaan ekstrakurikuler 6. Meningkatkan kualitas tata kelola atau manajemen madrasah secara lebih transparan, partisipatif, efektif, efisien dan akuntabel. 7. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendidikan 8. Meningkatkan kompetensi guru dan profesionalitas pegawai 9. Meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan, pribadi, dan masyarakat sekitar 10. Meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat pamulang dan masyarakat sekitarnya.
50
11. Mengembangkan
tradisi
pembelajar
bagi
seluruh
komunitas
madrasah, terutama guru dan pegawai. 12. Membekali siswa, guru dan pegawai dengan kecakapan-kecakapan yang diperlukan di era globalisasi. c. Tujuan Terwujudnya peserta didik yang dapat mengembangkan seluruh potensi insaniyahnya secara optimal sehingga dapat meraih prestasi yang setingi-tingginya dan bisa melanjutkan pendidikan jenjang berikutnya pada lembaga-lembaga pendidikan yang unggul. d. Moto Moto atau semboyan pernyataan yang singkat yang bila diingat atau diucapkan akan menjadi penyemangat dalam melakukan berbagai kegiatan di madrasah. Moto MTs Negeri Tangerang II Pamulang yakni Fastabiqul Khoirot dan Do the best.
3. Kurikulum Kurikulum pembelajaran yang diterapkan di MTs negeri Tangerang II Pamulang adalah kurikulum yang diberlakukan sesuai dengan keputusan pemerintah. Pada tahun pembelajaran 2014/2015 kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini diterapkan pada pembelajaran kelas VII sedangkan kelas VIII dan IX masih menggunakan kurikulum pembelajaran yang sebelumnya. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di MTs N Tangerang II Pamulang dilaksanakan dari hari senin sampai dengan hari sabtu. KBM dimulai dari pukul 07.00 s/d 15.30 WIB.
51
4. Struktur Organisasi Struktur Organisasi MTs Negeri Tangerang II Pamulang Kepala Madrasah
KKM
Guru Peduli
Komite Madrasah
Koperasi
Kepala TU
WKM Kesiswaan
WKM Kurikulum Adm. Kurikulum Pengajaran dan Evaluasi Kelas BP & Olimpiade Perpustakaan Kormapel
WKM Humas-Penemu
Pemb. OSIS Koordinator PD Koord. Pram & ICBC Pet. UKS BK-PIKR Pembina DKM Mesjid
Komunikasi, Kerjasama, dan Diklat (KKD) Pubdok
Guru/Wali Kelas
SISWA Keterangan: = garis komando = garis koordinasi
WKS SARPRAS Lab. Bahasa Lab. IPA SABMN Keling Pemeliharaan Alat
52
5. Profil Kepala MTs Negeri Tangerang II Pamulang Nama
: Drs. Suhardi, M. Ag
Tempat, tanggal lahir
: Pemalang, 12 November 1967
NIP
: 19671112 199703 1 001
Pangkat
: Pembina/Guru Pembina IVa
Pendidikan SD
: Lulus tahun 1981
SMP
: Lulus tahun 1983
SMA
: Lulus tahun 1986
S-1 IAIN Jakarta
: Lulus tahun 1993
S-2 UMJ
: Lulus tahun 2000
Pengalaman Bekerja 1. Dosen Pendidikan Islam STAI Shalahudin Al-Ayyudi Jakarta 19942000 2. Dosen Bhs. Indonesia pada Program Penyetaraan D2 PGSD/MI Depag Kab. Tangerang 3. Dosen Bhs. Indonesia IAIN Sunan Gunung Djati Bandung 1997-1998 4. Dosen Bhs. Indonesia UMJ tahun 1997 5. Dosen Bhs. Indonesia tidak tetap UIN Jakarta tahun 2000-2003 6. Guru Bhs. Indonesia di MTs Negeri Tangerang II Pamulang tahun 1997-2003 7. Dosen Bhs. Indonesia pada STAI Muhammadiyah Tangerang 1996sekarang 8. Kepala MTs Negeri Tangerang II Pamulang 2007-sekarang Pengalaman Organisasi 1. Ketua HMJ Bhs. Indonesia IAIN Jakarta tahun 1989 2. Sekretaris Umum KMA-PBS IAIN Jakarta tahun 1990-1992 3. Ketua Litbang Negeri Tangerang II Pamulang tahun 1997-1999
53
4. Sekretaris Umum Persatuan Guru Madrasah Indonesia (PGMI) Provinsi Banten tahun 2007-sekarang 5. Koordinator Litbang FK3MTs Kabupaten Tangerang tahun 2005sekarang 6. Ketua KKM MTs Negeri Tangerang II Pamulang tahun 2007sekarang Pelatihan yang pernah diikuti 1. Pelatihan Teknik Pengembangan Usaha Mandiri oleh YPSDM Kadin Jakarta 2. Pelatihan Guru Mata Pelajaran SLTP/MTs 3. Peserta “Pelatihan Teknis Penyusunan Proposal dan Desain Penelitian bagi Dosen PTAIS Kopertais Wilayah DKI Jakarta 4. Pendidikan dan Pelatihan MBS MTs Angkatan 1 5. Pendidikan dan Pelatihan MPMBS bagi Kepala Madrasah 6. Pelatihan Guru Kritis Seminar yang pernah diikuti Acara seminar yang pernah diikuti oleh kepala Negeri Tangerang II Pamulang diantaranya adalah: 1. Seminar Perspektif Islam Menuju Masyarakat Indonesia Modern 2. Seminar Pelatihan Jurnalistik Dakwah 3. Seminar Sosiolinguistik V dalam rangka Dies Natalis UI yang ke-13 4. Lokakarya Penerapan MBS bagi Kepala Sekolah SMP/MTs se-Kab. Tangerang 5. Seminar Prospek Pendidikan di Kab. Tangerang 6. Workshop Pengembangan Perpustakaan 7. Seminar Pelatihan Better Teaching Dari profil kepala sekolah di atas dapat dilihat bahwa kepala sekolah sudah menamatkan pendidikannya pada tingkat S-2 (Strata 2), banyak memiliki pengalaman bekerja dan aktif di berbagai organisasi serta kepala
54
sekolah sering mengikuti berbagai seminar dan pelatihan. Dengan seluruh pengalaman yang ada tentunya memungkinkan kepala sekolah dapat melakukan komunikasi interpersonal dengan sangat baik.
6. Keadaan Guru, Pegawai dan Peserta Didik a. Data Guru Tenaga pendidik di MTs Negeri II Pamulang berjumlah 65 orang terdiri dari 1 orang kepala sekolah dan 64 guru bidang studi. Sebagian besar dari tenaga pendidik MTs Negeri Tangerang II Pamulang ini berstatus sebagai guru PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan telah menyelesaikan pendidikan S2 (Strata 2) di berbagai bidang ilmu pengetahuan. Tabel 4.1 Data Guru MTs Negeri Tangerang II Pamulang No
Nama
Gol.
Pendidikan
Guru Mapel
1
Drs. Suhardi, M. Ag
IV.a
S2
Kepala Sekolah
2
Abd. Rozak, SH
III.b
S2
Akidah Akhlak
3
Drs. Azhar Munadi
III.b
S1
Akidah Akhlak
4
Dra. Siti Rochmaniah
III.b
S1
Bahasa Arab
5
Masri’ah, MA
III.c
S2
Bahasa Arab
6
Siti Bahriyah, S. Ag, MA
IV.a
S2
Bahasa Arab
7
Hj. Neneng Susilawati, M. Pd
IV.a
S2
Bahasa Inggris
8
Drs. Panji Waluyo, M. Pd
IV.a
S2
PKN
9
Dra. Iriastuti
IV.a
S1
Bahasa Inggris
10
R. Lukman Firdaus, S. Pd
III.d
S1
Matematika
11
Achmad Buchori, M. Si
III.d
S2
Seni Budaya
12
Dasril, S. Pd, M. Pd
III.c
S2
Penjaskes
13
Usep Rahmat, S. Ag, M. Si
IV.a
S2
Matematika
14
Romlan, S. Ag, MA
III.d
S2
Qur’an Hadits
55
15
Ita Rosmita, S. Ag, MA
III.d
S2
Fiqih
16
Midahwati, S. Ag, MA
IV.a
S2
SKI
17
Nuraini, S. Ag, MA
IV.a
S2
Qur’an Hadits
18
Ulik Widiantoro, S. Pd, M. Pd
III.d
S2
Bhs. Indonesia
19
M. Kamal, S. Pd, M. Pd
III.c
S2
Bhs. Indonesia
20
Dra. Eka Munawaroh, M. Ed
IV.a
S2
Matematika
21
Drs. Nurabdillah
IV.a
S1
Bhs. Indonesia
22
Dra. Hj. Surtini, M. Si
IV.a
S2
IPS
23
Dra. N. Supriati, M. Pd
IV.a
S2
Bhs. Indonesia
24
Dra. Wirda Hanum, M. Pd
IV.a
S2
Bhs. Indonesia
25
Dra. Entu Tuningrat
IV.a
S1
IPA
26
Dra. Dian Rivia, M. Pd
III.d
S2
Bhs. Indonesia
27
Dra. Hj. Enung Sutiasih
IV.a
S1
Matematika
28
Asep Abd. Rohim, M. Si
III.d
S2
IPS
29
Mawalidah, S. Ag
III.d
S1
Matematika
30
Umi Widaningsih, S. Pd
III.c
S1
IPS
31
Imam Sucipto, S. Kom
III.b
S1
TIK
32
Hamdani, S. Ag
III.b
S1
Qur’an Hadits
33
Oman Sulaeman, S. Pd.I
III.b
S1
Fiqih
34
Ikhlas, S. Ag, M. Pd
IV.a
S2
Bahasa Arab
35
Sri Rahayu, S. Sos
III.c
S1
IPS
36
Hj. Iin Hamidah, S. Ag
IV.a
S1
IPS
37
Dra. Siti Rif’ah
IV.a
S1
IPA
38
Hj. Azizah, S. Ag
IV.a
S1
IPS
39
Drs. Madhari
III.c
S1
IPS
40
Suhardo, S. Pd, M. Si
III.c
S2
IPS
41
Nur Utami, S. Pd
III.c
S1
Matematika
42
Yuli Astuti, S. Pd
III.c
S1
PKN
43
Ganti Endang Prihatini, S. Pd
III.c
S1
Matematika
44
Nurlena Hayati, M. Si
III.c
S2
IPA
56
45
Sri Widyastuti, S. Psi
III.c
S1
BK
46
Nalti Nasution, M. Pd
III.c
S2
Bahasa Inggris
47
Drs. Sanusi
III.c
S1
IPA
48
Neneng Herawati, S. Pd
III.a
S1
Bahasa Inggris
49
Tjetjep Saiman, S. Pd
IV.a
S1
IPA
50
Dra. Dewi Widiyantari
IV.a
S1
Bahasa Inggris
51
Aeni Rohmah, S. Ag
III.a
S1
Seni Budaya
52
Lia Nurmalia, S. Psi
III.b
S1
BK
53
Noprianto, S. Pd
IV.a
S1
Penjaskes
54
Lia Yuliana, S. Pd
III.b
S1
Seni Budaya
55
Hj. Siti Nuraliyah, S. Pd. I
IV.a
S1
SKI
56
Tri Endah irianti, S. Pd
IV.a
S1
IPA
57
Uung Suryadi, S. Ag
III.c
S1
SKI/Fiqih
58
Arif Sahrudin
III.b
S1
Penjas
59
Atung Ramdhan, S. Pd. I
-
S1
Mulok
60
Bedah Zubaedah, S. Pd. I
-
S1
Fiqih
61
Joko Sutopo, S. Pd
-
S1
TIK
62
Syaiful Bahri, S. Ag
-
S1
Mulok
63
Ahmad Arief UN, S. Ag
-
S1
Mulok
64
Afif Fauzi, S. Pd
-
S1
Bahasa Inggris
65
Siti Rahayu, S. Pd
-
S1
Matematika
Data guru di atas menunjukkan bahwa seluruh guru MTsN Tangerang Pamulang memiliki latar belakang pendidikan S-1 (Strata Satu) bahkan beberapa guru sudah berpendidikan S-2 (Strata 2). Dengan kualifikasi pendidikan tinggi, para guru tentu harus memiliki kemampuan komunikasi yang
baik,
sehingga
dapat
ikut
serta
membantu
mengembangkan komunikasi efektif di lingkungan sekolah.
kepala
sekolah
57
b. Data Pegawai Tabel 4.2 Data Pegawai MTs.N Tangerang II Pamulang TU
Keling
Keamanan
Driver
Jumlah
PNS
7
0
0
0
7
Honor
7
6
2
1
16
Jumlah
14
6
2
1
23
Status
c. Data Peserta Didik MTsN Tangerang II Pamulang memiliki jumlah siswa yang cukup banyak yaitu berjumlah 995 orsang siswa. Jumlah siswa secara keseluruhan secara rinci pada tahun ajaran 2014/2015 adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Jumlah Siswa/i MTs.N Tangerang II Pamulang Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Kelas VII
151
199
350
Kelas VIII
117
201
318
Kelas IX
110
217
327
378
617
995
Kelas
Jumlah
58
7. Keadaan Sarana dan Prasarana a. Tanah dan Halaman Tanah MTsN Tangerang II Pamulang sepenuhnya milik negara dengan luas seluruhnya 6.852 M2, sedangkan luas bangunan 3.864 M2. Di sebelah timur bersebelahan dengan SDN Pamulang 1, 3 dan 4. b. Gedung Madrasah MTs Negeri Tangerang II Pamulang memiliki beberapa fasilitas fisik (ruang) yang menunjang keberlangsungan kegiatan organisasi sekolah yaitu diantaranya ruang kelas, laboratorium, ruang perpustakaan, ruang guru, ruang OSIS, aula, kamar mandi, mushalla, ruang piket, ruang penjaga, dan untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10.
c. Sumber Belajar 1. Sarana Sumber Belajar Perpustakaan merupakan pusat sumber ilmu yang utama, maka di perpustakaan MTsN Tangerang II Pamulang dilengkapi dengan berbagai buku sumber, meliputi: 1) Jumlah total
:
15.163 eksemplar
2) Jumlah buku pelajaran
: 9.620 eksemplar
3) Jumlah judul buku
: 1.574 eksemplar
4) Koran/surat kabar
: tiap hari 3 surat kabar
5) Majalah
: tiap bulan 2 majalah
2. Media Pembelajaran Media pembelajaran yang tersedia meliputi: Perpustakaam lengkap, serta multimedia TV di tiap kelas khusus VCD player di tiap kelas khusus
59
CD pembelajaran berada di unit komputer dan di perpustakaan LCD proyektorter sedia di tiap kelas Komputer 60 dan akses internet 24 jam Kaset dan video recorder Aula dilengkapi dengan sound sistem Masjid At-taqwa sebagai prasarana ibadah, yang sekaligus sebagai laboratorium keagamaan Laboratorium sains, lab. Bahasa 1 lokal dengan 40 both, lab. komputer, lab. ICBC, greenhouse, studio musik, dan drumband Tanaman obat Kolam ikan Taman untuk belajar out door 31 lokal untuk ruang kelas Ruang BK Lapangan footsal dan basket
B. Deskripsi Hasil Penelitian Dalam menumbuhkan sebuah hubungan yang harmonis di suatu organisasi tentunya membutuhkan jalinan komunikasi yang baik, dan dalam menciptakan komunikasi yang efektif seseorang harus mampu bertindak terbuka, memiliki empati, memberikan dukungan, bersikap positif, menjunjung tinggi kesamaan, audible, dan humble. Akan tetapi, kemampuan seseorang dalam berkomunikasi bukanlah satu-satunya cara yang dapat menunjang terciptanya sebuah aktivitas komunikasi yang efektif, disisi lain dibutuhkan kemauan serta kesempatan dari setiap individu untuk dapat melaksanakan komunikasi tersebut. Untuk mengetahui tingkat efektivitas komunikasi interpersonal kepala MTsN Tangerang II Pamulang dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa
60
teknik dalam pengumpulan data, yakni melalui wawancara, observasi dan angket. Adapun hasil penelitiannya adalah sebagai berikut: 1. Pelaksanaan Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar yang dapat menunjang keberlangsungan berbagai program dalam organisasi. Setiap individu dalam sebuah instansi perlu menjalin kerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta mengembangkan komunikasi antar personal. Komunikasi antar personal atau yang disebut juga komunikasi interpersonal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam kehidupan seharihari. Di MTs Negeri Tangerang II Pamulang, komunikasi interpersonal yang biasa dilakukan kepala sekolah dengan guru yaitu terkait masalah pengembangan diri dan sharing program kerja.1 Pengembangan kegiatan komunikasi dilakukan melalui kegiatan komunikasi formal dan informal. Menurut kepala sekolah kegiatan komunikasi formal yang dijalin dengan guru-guru yaitu seperti melalui rapat-rapat koordinasi yang telah dijadwalkan setiap bulan dan rapat penting yang biasanya dilakukan ketika ada keperluan yang mendesak. Sedangkan aktivitas komunikasi informal terjadi ketika setiap individu baik kepala sekolah maupun guru memiliki ide-ide, disaat kepala sekolah mencari inspirasi serta ketika ada hal-hal (masukan) dari guru-guru untuk kepala sekolah itu disampaikan diluar forum formal dengan suasana yang lebih santai.2 Akan tetapi dengan keterbatasan waktu yang dimiliki kepala sekolah, mengakibatkan
minimnya
intensitas
dalam
melakukan
komunikasi
interpsersonal dengan guru. Sebagaimana informasi yang didapatkan dari salah satu informan bahwa kepala sekolah kadang-kadang saja melakukan 1
Hasil wawancara dengan Pak Dasril (Guru Penjaskes), pada hari Kamis, 30 Oktober 2014, Pukul 14.01 WIB 2 Hasil wawancara dengan Pak Suhardi (Kepala MTsN Tangerang II Pamulang), pada hari Jum’at, 14 November 2014, Pukul 9.34 WIB
61
komunikasi dengan guru karena beliau memiliki kesibukan lain serta banyak melaksanakan tugas keluar sehingga sering tidak berada di tempat (di sekolah). Namun, apabila kepala sekolah sedang ada di sekolah beliau melakukan komunikasi dengan guru meskipun tidak selalu dan hanya kadang-kadang saja seperti nongkrong kemudian mendatangi kelompok guru berdasarkan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) untuk sekedar berbincang-bincang.3 Apabila melihat pada profil kepala sekolah yang telah dipaparkan sebelumnya, memang kepala sekolah memiliki beberapa kegiatan lain diluar jabatannya sebagai kepala sekolah MTsN Tangerang II Pamulang yaitu beliau menjabat sebagai dosen di Perguruan Tinggi Swasta dan aktif dibeberapa organisasi luar sekolah. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang dijalin kepala sekolah dengan guru bersifat formal dan informal. Namun, dengan berbagai kesibukan yang ada komunikasi bersifat informal yang dijalin kepala sekolah masih belum optimal. Hal ini juga dirasakan peneliti saat melangsungkan penelitian di tempat penelitian bahwa sulitnya bertemu langsung dengan kepala sekolah diakibatkan oleh kesibukan kepala sekolah yang mengharuskan kepala sekolah melaksanakan tugas diluar sekolah.
2. Keterbukaan Kepala Sekolah dalam Kegiatan Komunikasi Keterbukaan mengembangkankan
atau
sikap
komunikasi
terbuka
sangat
interpersonal
berpengaruh yang
efektif.
dalam Untuk
menciptakan komunikasi efektif tentu dibutuhkan kejelasan pesan agar segala sesuatu terkait organisasi dapat diketahui secara clear (gambalang/jelas) oleh seluruh anggota sehingga dapat menghindari salah tafsir dalam mengartikan suatu hal serta dengan mengembangkan sikap keterbukaan terhadap seluruh
3
Hasil wawancara dengan Ibu N. Supriati (Guru Mata Pelajaran B. Indonesia), pada hari Jum’at, 24 September 2014, Pukul 10.17 WIB
62
warga sekolah dapat menumbuhkan trust (rasa percaya) pada setiap individu dalam organisasi. Kepala MTsN Tangerang II Pamulang merupakan sosok pemimpin yang idealis sehingga segala sesuatu terkait organisasi sekolah sering beliau sampaikan terhadap guru-guru. Kepala sekolah juga tebilang update terhadap perkembangan pendidikan, ketika ada informasi yang baru mengenai pendidikan, kepala sekolah sering mengadakan pertemuan seperti rapat guru untuk menyampaikan informasi tersebut.4 Tidak hanya update dalam menyampaikan informasi mengenai perkembangan pendidikan saja, keterbukaan yang ditunjukkan kepala sekolah dalam kepemimpinannya yaitu melalui kepemimpinan yang demokratis. Dalam segala hal kepala sekolah MTsN Tangerang II Pamulang berusaha untuk selalu terbuka termasuk keterbukaan mengenai manajemen keuangan sekolah.5 Terkait pengelolaan keuangan sekolah biasanya disampaikan pada awal tahun pembelajaran dimana dijelaskan berapa pemasukan dari dana BOS, dari siswa, kebutuhan apa saja yang diperlukan untuk kegiatan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) dan lain sebagainya yang kemudian dibahas secara bersama-sama. Sikap terbuka lainnya yang selama ini kepala sekolah lakukan dalam membangun komunikasi yang efektif yaitu dengan bersedia membuka diri untuk menerima kritik dan saran dari bawahan khususnya guru selama hal yang disampaikan tersebut rasional menurut beliau dan untuk kemajuan organisasi sekolah.6 Dari hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwa usaha kepala sekolah dalam mengembangkan keterbukaan melalui kegiatan komunikasi kepala
4
Hasil wawancara dengan Pak Abdul Rozak (Guru Mata Pelajaran Qur’an Hadits), pada hari Kamis, 30 Oktober 2014, Pukul 10.47 WIB 5 Hasil wawancara dengan Pak Nurabdillah (Guru Mata pelajaran B. Indonesia), pada hari Jum’at, 24 September 2014, Pukul 09.17 WIB 6 Hasil wawancara dengan Ibu N. Supriati (Guru Mata Pelajaran B. Indonesia), pada hari Jum’at, 24 September 2014, Pukul 10.17 WIB
63
sekolah sudah dilakukan melalui sikap dan perilaku terbuka pada berbagai hal mulai dari keterbukaan diri melalui kesediaan kepala sekolah menerima kritik dan saran dari bawahan hingga transparansi mengenai keuangan sekolah. Begitupun dari hasil observasi yang dilakukan penulis dalam kegiatan rapat koordinasi guru, kepala sekolah memang bersedia menerima masukan-masukan yang disampaikan oleh guru dan dalam rapat juga setiap guru diberikan selembaran kertas mengenai keuangan yang membahas tentang jumlah uang trasport guru dan siswa. Sedangkan hasil responden mengenai keterbukaan kepala sekolah dalam menciptakan komunikasi efektif dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.4 Keterbukaan Kepala Sekolah dalam Komunikasi Interpersonal Tanggapan Responden
Item SS (4)
Pernyataan F
%
S (3) F %
KK (2) F %
TP (1) F %
N
Skor
11 17,2%
1 1,6% 64
199
0
-
64
233
Item 1
20 31,3% 32 50%
Item 2
41 64,1% 23 35,9%
Item 3
36 56,3% 17 26,6% 11 17,2%
0
-
64
217
Item 4
8 12,5% 35 54,7% 21 32,8%
0
-
64
179
0
-
Item 5
17 26,6% 28 43,8% 16 25%
3 4,7% 64
187
Item 6
41 64,1% 17 26,6%
0
-
64
227
Item 7
32 50%
20 31,3% 12 18,8%
0
-
64
212
Item 8
24 37,5% 22 34,4% 18 28,1%
0
-
64
198
6 9,4%
Total Skor Dimensi Keterbukaan Kepala Sekolah Rata-rata
1652 8 x 4 = 32
= 25,81
1652
x 100% = 80,66%
64
Pada instrumen angket dimensi keterbukaan kepala sekolah dalam mengembangkan komunikasi interpersonal yang efektif menunjukkan ratarata guru berpendapat bahwa kepala sekolah selama ini efektif dalam melakukan komunikasi secara terbuka terhadap guru. Artinya bahwa dalam melakukan komunikasi interpersonal kepala sekolah selama ini dianggap sangat baik keterbukaannya melalui cara pengadaan rapat, transparansi mengenai keuangan, mau menerima kritik dan saran, memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada guru untuk bertanya apa yang ingin diketahui guru terkait organisasi sekolah, memberikan evaluasi hasil kerja guru dengan apa adanya, menyampaikan kebijakan secara langsung meskipun melalui media komunikasi karena keterbatasan waktu yang dimiliki kepala sekolah untuk melakukan komunikasi secara tatap muka. Dengan demikian, jika dibandingkan antara hasil observasi dan responden guru secara keseluruhan dari instrumen angket sejalan dengan hasil wawancara bahwa kepala sekolah dalam melakukan keterbukaan sudah dianggap sangat baik dengan terbuka dalam menerima kritik dan saran sampai terbuka mengenai keuangan.
3. Empati Kepala Sekolah dalam Komunikasi Interpsonal Empati merupakan salah satu sikap yang dibutuhkan dalam menciptakan komunikasi interpersonal yang efektif. Kemampuan seseorang untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang sedang dihadapi orang lain akan membantu menumbuhkan suasana hubungan komunikasi yang menimbulkan saling pengertian dan penerimaan. Rasa empati akan meningkatkan kemampuan seseorang untuk dapat memahami apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, minat, harapan dan kesenangan orang lain. Salah satu sikap dan perilaku yang dapat menumbuhkan rasa empati yaitu dengan kemampuan dan kemauan seseorang untuk dapat mendengarkan atau mengerti terlebih dahulu sebelum didengarkan dan dimengerti oleh
65
orang lain. Hal tersebut juga disadari oleh kepala MTsN Tangerang II Pamulang
bahwa perlu menunjukkan rasa empati melalui kesediaannya
sebagai atasan untuk mendengarkan, merasakan keluhan-keluhan bawahan, kemudian menunjukkan rasa empati tersebut secara verbal maupun nonverbal seperti dari mimik muka, sikap dan perilaku yang ditampilkan.7 Dari hasil pengamatan dalam rapat, pada dasarnya memang kepala sekolah bersedia untuk mendengarkan berbagai keluhan yang dihadapi guru dan memberikan respon atas masalah yang disampaikan guru. Akan tetapi menurut salah satu informan, terkadang guru malas untuk mendiskusikan permasalahan kepada kepala sekolah dikarenakan kesibukan kepala sekolah sehingga sulit memiliki waktu luang ditengah-tengah kesibukannya.8 Tidak cukup dengan kesediaan untuk mendengar dan menanggapi kendala yang dihadapi. Dalam menjalin komunikasi interpersonal yang efektif melalui rasa empati dibutuhkan kemampuan kepala sekolah agar dapat memahami kebutuhan dan harapan dalam sikap dan perilaku lain seperti pemberian motivasi disaat guru dalam keadaan sulit. Dari hasil wawancara terdapat beberapa guru yang memberikan persepsi bahwa kepala sekolah dari segi kualitas, idealis dan sebagainya memang bagus, kejujuran teruji, namun dalam menunjukkan rasa empati terhadap guru masih kurang.9 Rasa empati dalam menciptakan komunikasi interpersonal yang efektif dirasa masih kurang karena dalam menunjukkan rasa empati terhadap guru, kepala sekolah masih melihat secara personal seperti ketika ada guru yang terkena musibah, kepala sekolah masih kurang memberikan perhatian apabila guru yang terkena musibah tersebut bukanlah orang yang dekat dan dianggap penting
7
Hasil wawancara dengan Pak Suhardi (Kepala MTsN Tangerang II Pamulang), pada hari Jum’at, 14 November 2014, Pukul 9.34 WIB 8 Hasil wawancara dengan Pak Nurabdillah (Guru Mata pelajaran B. Indonesia), pada hari Jum’at, 24 September 2014, Pukul 09.17 WIB 9 Hasil wawancara dengan Ibu N. Supriati (Guru Mata Pelajaran B. Indonesia), pada hari Jum’at, 24 September 2014, Pukul 10.17 WIB
66
namun sebaliknya ketika orang yang terkena musibah atau kesulitan tersebut merupakan orang yang dekat dan sangat penting bagi kepala sekolah maka kepala sekolah akan memprioritaskan dan memberikan perhatiannya.10 Dari hasil keterangan diatas dapat dilihat pula persepsi guru secara keseluruhan mengenai
indikator
untuk
dimensi
empati
dalam
mengembangkan
komunikasi interpersonal yang efektif sebagai berikut:
Tabel 4.5 Empati Kepala Sekolah dalam Komunikasi Interpersonal Tanggapan Responden
Item SS (4)
Pernyataan F
S (3) %
F
%
KK (2) F %
TP (1) F %
N
Skor
Item 9
18 28,1%
30 46,9%
16 25%
0
-
64
194
Item 10
11 17,2%
35 54,7%
18 28,1%
0
-
64
185
Item 11
15 23,4%
38 59,4%
8 12,5%
3 4,7%
64
193
Item 12
3 4,7%
16 25%
42 65,6%
3 4,7%
64
147
Item 13
6 9,4%
18 28,1%
38 59,4%
2 3,1%
64
156
Total Skor Dimensi Empati Kepala Sekolah Rata-rata
875
=
5 x 4 = 20
875 x 100% = 68,35%
13,67
Pada tabel di atas dapat dilihat tanggapan guru secara keseluruhan mengenai empati kepala sekolah. Pada item 9 perolehan nilai terbesar terdapat pada kategori sering dengan angka prosentase sebesar 46,9% guru berpendapat bahwa kepala sekolah sering mendengarkan keluhan guru mengenai segala hal terkait organisasi sekolah. Pada item 10 dan 11 juga 10
Hasil wawancara dengan Pak Abdul Rozak (Guru Mata Pelajaran Qur’an Hadits), pada hari Kamis, 30 Oktober 2014, Pukul 10.47 WIB
67
menunjukkan persepsi guru bahwa kepala sekolah sering menanggapi pesan yang disampaikan guru serta menyadari kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri guru. Tetapi, pada item 12 dan 13 guru berpendapat bahwa empati yang ditunjukkan kepala sekolah ketika ada guru yang terkena musibah hanya sesekali saja dengan perolehan nilai prosentase terbesar yaitu 65,6% dan 59,4% pada kategori kadang-kadang. Hasil angket tersebut sejalan dengan penuturan informan dalam wawancara bahwa kepala sekolah masih kurang dalam memenuhi kebutuhan dan harapan guru sebagai makhluk sosial yang terkadang membutuhkan suatu perhatian dari atasan. Akan tetapi, jika melihat kembali pada aktivitas yang dimiliki kepala sekolah memungkinkan kurangnya pemberian perhatian kepada guru dapat disebabkan karena kesibukan kepala sekolah yang memiliki banyak kegiatan diluar jabatannya sebagai pemimpin organisasi sekolah, karena dari hasil penuturan kepala sekolah dalam wawancara, beliau menyadari dan mengetahui bagaimana komunikasi seharusnya yang dilakukan terhadap bawahan melalui rasa empati. Oleh karenanya, dapat disimpulkan bahwa empati kepala sekolah sudah cukup efektif atau cukup baik dengan kesediaan kepala sekolah dalam mendengarkan dan menanggapi pesan yang disampaikan guru, namun masih terdapat kekurangan pada keterbatasan waktu yang dimiliki kepala sekolah sehingga pemenuhan kebutuhan guru yang mengharapkan kepala sekolah dapat menunjukkan empatinya disaat guru sedang terpuruk seperti keadaan guru yang sedang mengalami musibah belum tercapai secara optimal.
4. Dukungan Kepala Sekolah dalam Komunikasi Aspek ketiga yang harus diperhatikan dalam menciptakan komunikasi efektif yaitu melalui pemberian dukungan atau pengobaran semangat dari komunikator terhadap komunikan untuk ikut serta berpartisipasi dalam
68
komunikasi sehingga situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif. Apabila kita meninjau ulang pembahasan mengenai keterbukaan kepala sekolah dalam melaksanakan komunikasi interpersonal, sedikitnya sudah tergambar bagaimana kepala sekolah memberikan dukungan dalam komunikasi interpersonal salah satu contohnya yaitu dengan memberikan kesempatan kepada guru untuk menyampaikan kritik dan saran, hal ini menunjukkan bahwa dengan kesediaan kepala sekolah untuk membuka diri merupakan suatu sikap mendukung (supportiveness) terhadap guru agar berpartisipasi dalam pembentukan komunikasi yang efektif. Dukungan dalam komunikasi juga dapat dilakukan melalui perilaku suportif seperti mengajak anggota organisasi untuk bekerjasama memecahkan masalah, menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana cara untuk mencapai tujuan tersebut secara bersama-sama. Sikap suportif seperti ini sudah diterapkan oleh kepala MTsN Tangerang II Pamulang dalam mengembangkan komunikasi efektif karena dari hasil pengamatan yang dilakukan penulis, sikap dan perilaku tersebut diaplikasikan kepala sekolah ketika rapat bersama guru. Dalam kegiatan rapat permasalahan yang ada dipecahkan bersama-sama dengan memberikan kesempatan kepada guru untuk menyampaikan ide dan masukan. Kemudian menurut penuturan kepala sekolah bahwa dalam membuat peraturan-peraturan sekolah semua anggota dilibatkan kecuali dalam keadaan darurat.11 Pemberian dukungan kerja dari kepala sekolah melalui komunikasi memang luar bisa. Ini dapat dilihat dari cepatnya pemberian informasi mengenai program pendidikan dan keharusan melaksanakannya. Selain itu, respon kepala sekolah yang positif terhadap program yang diajukan guru kepada kepala sekolah selama itu bersifat positif untuk kemajuan bersama 11
Hasil wawancara dengan Pak Suhardi (Kepala MTsN Tangerang II Pamulang), pada hari Jum’at, 14 November 2014, Pukul 9.34 WIB
69
dengan mempertimbangkan kemampuan dan keterbatasana organisasi untuk melakukan program tersebut merupakan sikap suportif (dukungan) lainnya yang dilakukan kepala sekolah.12 Dan dibawah ini dapat dilihat bagaimana persepsi seluruh guru terhadap dukungan kepala sekolah yang dilaksanakan dalam mengembangkan komunikasi efektif.
Tabel 4.6 Dukungan Kepala Sekolah dalam Komunikasi Interpersonal Tanggapan Responden
Item SS (4)
Pernyataan F
S (3) %
F
KK (2) F %
%
TP (1) F %
N
Skor
Item 14
10 15,6%
33 51,6%
21 32,8%
0
-
64
181
Item 15
15 23,4%
30 46,9%
19 29,7%
0
-
64
188
Item 16
50 78,1%
13 20,3%
1 1,6%
0
-
64
241
Item 17
38 59,4%
12 18,8%
14 21,9%
0
-
64
216
Total Skor Dimensi Dukungan Kepala Sekolah Rata-rata
=
826 4 x 4 = 16
826 x 100% = 80,69%
12,91 Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 80,69% dengan rata-rata guru berpendapat pada kategori sering dan sangat sering. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan yang dilakukan kepala sekolah dalam mengembangkan komunikasi interpersonal yang efektif sangat baik. Dari hasil wawancara yang didukung oleh data observasi dan angket dapat disimpulkan bahwa dukungan yang ditumbuhkan kepala sekolah dalam 12
Hasil wawancara dengan Pak Abdul Rozak (Guru Mata Pelajaran Qur’an Hadits), pada hari Kamis, 30 Oktober 2014, Pukul 10.47 WIB
70
mengembangkan komunikasi interpersonal yang efektif sudah baik dan dilakukan melalui cara pemberian bimbingan profesional terhadap guru seperti membimbing dan mengarahkan guru untuk meningkatkan prestasi kerja dan membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi guru terkait program kerja serta pemberian dorongan terhadap guru untuk ikut serta terlibat dalam kegiatan komunikasi dengan memberikan kesempatan kepada guru untuk menyampaikan ide dan masukan, mengikut sertakan guru dalam pengambilan keputusan serta membuka diri menerima kritik dan saran dengan posotif.
5. Kepositifan Kepala Sekolah dalam Komunikasi Interpersonal Menurut Miftah Thoha kepositifan dalam komunikasi interpersonal meliputi tiga unsur yaitu (1) komunikasi antar pribadi akan berhasil jika terdapat perhatian yang positif terhadap diri seseorang, (2) komunikasi antar pribadi akan terpelihara baik jika suatu perasaan positif terhadap orang lain itu dikomunikasikan, dan (3) suatu perasaan positif dalam situasi komunikasi amat bermanfaat untuk mengefektifkan kerjasama.13 Oleh karenanya, kepositifan atau perasaan positif perlu ditanamkan dalam diri seseorang baik perasaan positif terhadap diri sendiri maupun diri orang lain sehingga dengan perasaan positif tersebut dapat tercipta suatu interaksi yang efektif dan terbentuk kerjasama yang baik antara kepala sekolah dengan guru. Dalam lingkungan MTs Negeri Tangerang II Pamulang tegur sapa merupakan sikap positif yang ditunjukan setiap warganya baik dari atasan kepada bawahan begitupun sebaliknya. Selain itu menurut kepala sekolah sikap dan perilaku positif yang dapat dibangun melalui komunikasi dengan guru yaitu kadang kala dalam bentuk pemberian pujian dan reward ketika guru meraih prestasi, memberi pemakluman ketika guru gagal dalam
13
Miftah Thoha, op.cit., h. 193-194
71
melaksanakan program sekolah tapi juga memberikan support, serta pemberian maaf dalam keadaan bersalah.14 Dengan cara memotivasi guru-guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan mendorong guru-guru untuk terus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi agar dapat menjadi guru yang profesional merupakan salah satu bentuk perilaku positif yang dilakukan kepala sekolah selama ini.15 Hal ini tentu dapat kita lihat pula pada profil guru-guru MTsN Tangerang II Pamulang yang memang lebih dari 20 guru sudah menamatkan pendidikan pada jenajng S-2 (Strata 2). Namun dalam pelaksanaan komunikasi interpersonal yang efektif pada aspek sikap dan perilaku positif yang ditunjukkan kepala sekolah masih dirasa kurang oleh informan lainnya yaitu pada cara kepala sekolah mengapresiasi hasil kerja guru, dimana apresiasi yang diberikan hanya pada hal-hal atau hasil kerja yang memang sangat terlihat keberhasilannya. Akan tetapi diharapkan juga kepala sekolah dapat memberikan apresiasi terhadap hasil kerja guru yang belum maksimal menurut kepala sekolah agar guru tidak merasa sia-sia dalam melaksanakan tugasnya.16
Kemudian dengan keterbatasan waktu yang dimiliki kepala
sekolah terkadang kepala sekolah juga lupa memberikan reward kepada guru yang memiliki prestasi.17 Sejalan dengan pemaparan di atas dapat dilihat pula hasil angket mengenai persepsi guru secara keseluruhan terhadap sikap positif yang dilakukan kepala sekolah di MTsN Tangerang II Pamulang sebagai bahan penguat dari hasil wawancara di atas. 14
Hasil wawancara dengan Pak Suhardi (Kepala MTsN Tangerang II Pamulang), pada hari Jum’at, 14 November 2014, Pukul 9.34 WIB 15 Hasil wawancara dengan Pak Abdul Rozak (Guru Mata Pelajaran Qur’an Hadits), pada hari Kamis, 30 Oktober 2014, Pukul 10.47 WIB 16 Hasil wawancara dengan Pak Nurabdillah (Guru Mata pelajaran B. Indonesia), pada hari Jum’at, 24 September 2014, Pukul 09.17 WIB 17 Hasil wawancara dengan Ibu N. Supriati (Guru Mata Pelajaran B. Indonesia), pada hari Jum’at, 24 September 2014, Pukul 10.17 WIB
72
Tabel 4.7 Sikap dan Perilaku Positif Kepala Sekolah dalam Komunikasi Interpersonal Tanggapan Responden
Item SS (4)
Pernyataan F
S (3)
TP (1) F %
N
Skor
30 46,9%
3 4,7% 64
162
%
F
9,4%
25 39,1%
Item 19
39 60,9%
22 34,4%
3
4,7%
0
-
64
228
Item 20
36 56,3%
20 31,3%
8 12,5%
0
-
64
220
Item 21
32 50%
26 40,6%
6
9,4%
0
-
64
218
-
64
177
64
157
Item 18
6
%
KK (2) F %
Item 22
9 14,1%
31 48,4%
24 37,5%
0
Item 23
2
27 42,2%
33 51,6%
2 3,1%
3,1%
Total Skor Dimensi Sikap Positif Kepala Sekolah Rata-rata
1162
6 x 4 = 24
=
1162 x 100% = 75,67%
18,16% Dari hasil angket yang digambarkan pada prosentase di atas, dari keseluruhan item dimensi kepositifan kepala sekolah dalam komunikasi interpersonal masih terdapat nilai prosentase dengan perolehan nilai tertinggi pada kategori kadang-kadang yang artinya masih terdapat beberapa sikap positif kepala sekolah yang belum optimal dalam mengembangkan komunikasi yang efektif. Kekurangan yang ditunjukkan dari hasil perolehan nilai angket terdapat pada item 18 dengan indikator berpikir positif terhadap orang lain dan pada item 23 dimana guru berpendapat bahwa kepala sekolah tidak sering memberikan hadiah kepada guru yang memiliki prestasi.
73
6. Kesamaan atau Sikap Kesetaraan dalam Komunikasi Interpersonal Kesamaan merupakan sikap memperlakukan orang lain secara horizontal dan demokratis sehingga tidak mempertegas suatu perbedaan pada diri setiap individu. Aspek ini adalah salah satu aspek yang dapat mendukung berkembangnya komunikasi interpersonal yang efektif, dengan menempatkan diri setara dengan orang lain dapat membangun komunikasi secara dua arah serta dapat menciptakan hubungan yang akrab dan nyaman. Pada dasarnya dalam suatu organisasi sekolah perbedaan antara atasan dan bawahan tidak dapat dihindari oleh setiap individu di dalamnya karena organisasi sekolah merupakan organisasi struktural. Yang selama ini dirasakan oleh guru MTsN Tangerang II Pamulang, apabila kegiatan komunikasi dengan kepala sekolah berada pada ranah formal atau kedinasan maka komunikasi yang terjalin pasti tetap ada unsur perbedaan sebagai atasan dan bawahan, sedangkan pada kegiatan komunikasi secara informal kepala sekolah MTsN Tangerang II Pamulang dapat memposisikan diri layaknya seorang teman.18 Tetapi, meskipun unsur perbedaan sebagai atasan dan bawahan melekat pada kegiatan komunikasi interpersonal secara formal, namun komunikasi yang dilakukan antara guru dan kepala sekolah biasanya tetap dalam suasana hangat dan kekeluargaan.19 Selama ini dalam menjalin komunikasi melalui unsur kesamaan, kepala sekolah MTsN Tangerang II Pamulang melakukannya dengan mengupayakan seluruh warga memiliki hak yang sama dalam memajukan dan mewujudkan tujuan organisasi, seperti dalam kegiatan rapat seluruh anggota memiliki hak pilih dan dipilih, contoh lainnya yaitu pada perumusan anggaran juga dilakukan secara transparan dan semua pihak berhak untuk
18
Hasil wawancara dengan Pak Dasril (Guru Penjaskes), pada hari Kamis, 30 Oktober 2014, Pukul 14.01 WIB 19 Hasil wawancara dengan Pak Nurabdillah (Guru Mata pelajaran B. Indonesia), pada hari Jum’at, 24 September 2014, Pukul 09.17 WIB
74
mengajukan anggaran.20 Ini berarti bahwa kepala sekolah berusaha untuk demokratis dalam kepemimpinannya dan adapun jurang pemisah dalam kegiatan komunikasi itu didasari karena organisasi sekolah merupakan organisasi struktural yang dalam kegiatannya tidak akan terlepas dari status jabatan sebagai atasan dan bawahan. Berikut adalah hasil perhitungan angket tentang persepsi seluruh guru mengenai kesamaan yang ditunjukkan kepala sekolah dalam melakukan komunikasi: Tabel 4.8 Sikap Kesamaan Kepala Sekolah dalam Komunikasi Interpersonal Tanggapan Responden
Item SS (4)
Pernyataan F
S (3) %
F
TP (1) F %
N
Skor
4,7%
0
-
64
220
19 29,7%
0
-
64
192
3,1%
0
-
64
214 185
KK (2) F %
%
Item 24
31 48,4%
30 46,9%
3
Item 25
19 29,7%
26 40,6%
Item 26
24 37,5%
38 59,4%
Item 27
14 21,9%
29 45,3%
21 32,8%
0
-
64
Item 28
7 10,9%
18 28,1%
32 50%
0
-
64 153
2
Total Skor Dimensi Sikap Positif Kepala Sekolah Rata-rata
964
5 x 4 = 20
=
964 x 100% = 75,3%
15,06% Dari hasil data angket di atas rata-rata guru memberikan pendapat yang positif mengenai sikap kesetaraan atau kesamaan yang ditunjukkan oleh kepala sekolah kepada guru. Ini menunjukkan bahwa secara garis besar kepala sekolah tidak membeda-bedakan setiap individu dalam organisasi. 20
Hasil wawancara dengan Pak Suhardi (Kepala MTsN Tangerang II Pamulang), pada hari Jum’at, 14 November 2014, Pukul 9.34 WIB
75
7. Audible (Kemampuan Kepala Sekolah dalam Komunikasi) Arti dari audible adalah dapat didengar, maksud audible disini yaitu terkait kemampuan kepala sekolah dalam melakukan komunikasi. Jika melihat pada profil kepala sekolah di atas, kepala sekolah MTsN Tangerang II Pamulang memiliki banyak pengalaman baik berupa pengalaman bekerja, pengalaman menjadi bagian dari organisasi, pengalaman mengikuti berbagai pelatihan dan seminar serta sebagaimana yang disampaikan para guru bahwa latar belakang pendidikan S-1 (Strata Satu) yang diambil oleh kepala sekolah yaitu Program Studi B. Indonesia di IAIN Jakarta yang sekarang adalah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan latar belakang pendidikan dan keaktifan kepala sekolah dalam mengikuti berbagai kegiatan tentunya kepala sekolah memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Begitupun dengan para guru yang secara keseluruhan sudah menamatkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi S-1 (Strata Satu) harus dapat berkomunikasi dengan baik karena semakin tinggi pendidikan yang dijalani maka akan semakin banyak pengalaman dalam mengasah kemampuan berkomunikasi. Dari hasil pengamatan penulis pada saat rapat dan ketika melakukan wawancara, kepala sekolah memiliki kemampuan berkomunikasi yang sangat baik. Kemampuan tersebut dapat dilihat dari penggunaan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti ketika kepala sekolah menyampaikan suatu pesan terhadap komunikan. Hasil pengamatan tersebut sejalan dengan persepsi informan dalam wawancara bahwa kepala sekolah merupakan orang yang komunikatif atau orang yang mampu melakukan komunikasi baik secara langsung dalam arti tatap muka maupun menggunakan media komunikasi.21 Kemudian kemampuan komunikasi yang baik ditunjukkan tidak hanya melalui komunikasi verbal namun komunikasi nonverbal seperti melakukan sapaan dengan berjabat tangan dan memberikan senyuman disaat bertemu 21
Hasil wawancara dengan Ibu N. Supriati (Guru Mata Pelajaran B. Indonesia), pada hari Jum’at, 24 September 2014, Pukul 10.17 WIB
76
dengan guru.22 Untuk lebih memperkuat hasil wawancara dan observasi di atas dapat dilihat tanggapan responden sebagai berikut:
Tabel 4.9 Kemampuan Kepala Sekolah dalam Berkomunikasi (Audible) Tanggapan Responden
Item SS (4)
Pernyataan F
S (3) %
F
KK (2) F %
%
TP (1) F %
N
Skor
Item
29 45,3%
28 43,8%
7 10,9%
0
-
64
214
Item
34 53,1%
24 37,5%
6 9,4%
0
-
64
220
Item
31 48,4%
29 45,3%
4 6,3%
0
-
64
219
Total Skor Dimensi Audible Kepala Sekolah Rata-rata
653
3 x 4 = 12
= 10,20
653 x 100% = 85%
Sejalan dengan hasil wawancara dan observasi, dari hasil angketpun dapat digambarkan bahwa rata-rata guru berpendapat bahwa kepala sekolah memiliki kemampuan berkomunikasi yang sangat baik. Hal ni merujuk pada hasil perhitungan nilai rata-rata dimensi audible yang sangat tinggi yaitu sebesar 85% dan tanggapan responden pada seluruh item terdapat pada kategori sangat sering.
8. Humble (Sikap Rendah hati Kepala Sekolah dalam Komunikasi) Humble atau rendah hati adalah unsur yang dapat menumbuhkan sikap dan perilaku saling menghargai terhadap orang lain. Sikap humble biasanya tercermin dari sikap seseorang yang tidak meremehkan orang lain, lemah
22
Hasil wawancara dengan Pak Dasril (Guru Penjaskes), pada hari Kamis, 30 Oktober 2014, Pukul 14.01 WIB
77
lembut, tidak angkuh, berani mengakui kesalahan dan mau memaafkan orang lain. Dalam hubungan secara personal kepala sekolah MTs Negeri Tangerang II Pamulang merupakan orang yang humble atau rendah hati. Hal tersebut ditunjukkan kepala sekolah melalui sikap tegas dan bijaksana terhadap apa yang disampaikan baik kritikan atau sebuah saran dari bawahan selama masukan tersebut bersifat positif serta kepala sekolah tidak segan untuk meminta maaf apabila kepala sekolah memiliki kesalahan kepada bawahannya.23 Hal tersebut juga diakui oleh informan lainnya bahwa dengan kerendahan hati dan kebaikan kepala sekolah bahkan terkadang kesalahan yang dilakakukan oleh guru dianggap kesalahan dirinya sendiri.24 Sikap humble kepala MTsN Tangerang II pamulang dapat dilihat juga dari sikap dan perilaku yang ditunjukkan saat rapat berlangsung yaitu kepala sekolah tidak menunjukkan sikap benar sendiri, memutuskan suatu hal secara bersama-sama dengan manampung berbagai masukan dari guru sehingga dapat menghasilkan suatu keputusan yang disepakati bersama. Hal ini tentu menggambarkan sikap dan perilaku kepala sekolah yang tidak angkuh dan tidak meremahkan bawahannya. Selain dari hasil observasi, data penguat mengenai sikap humble kepala sekolah juga dapat dilihat dari hasil angket yang disebar kepada 64 responden sebagai berikut:
23
Hasil wawancara dengan Ibu N. Supriati (Guru Mata Pelajaran B. Indonesia), pada hari Jum’at, 24 September 2014, Pukul 10.17 WIB 24 Hasil wawancara dengan Pak Dasril (Guru Penjaskes), pada hari Kamis, 30 Oktober 2014, Pukul 14.01 WIB
78
Tabel 4.10 Sikap Rendah Hati (Humble) Kepala Sekolah dalam Komunikasi Interpersonal Tanggapan Responden
Item SS (4)
Pernyataan F
S (3) %
F
KK (2) F %
%
TP (1) F %
N
Skor
Item
35 54,7%
28 43,8%
1 1,6%
0
-
64
226
Item
27 42,2%
28 43,8%
9 14,1%
0
-
64
210
Item
26 40,6%
29 45,3%
9 14,1%
0
-
64
209
Item
26 40,6%
28 43,8%
10 15,6%
0
-
64
208
Total Skor Dimensi Sikap Rendah Hati (Humble) Kepala Sekolah
853
Rata-rata
853
=
4 x 4 = 16
x 100% = 83,31%
13,33 Persepsi seluruh guru terkait sikap rendah hati kepala sekolah pada hasil perhitungan angket di atas menunjukkan bahwa sikap humble kepala sekolah dalam menjalin komunikasi interpersonal dengan guru selama ini sudah sangat baik.
C. Interpretasi Hasil Angket Dari hasil perhitungan angket di atas yang disajikan perdimensi dalam mengembangkan komunikasi interpersonal yang efektif maka selanjutnya akan dihitung nilai rata-rata keseluruhan dari ketujuh dimensi efektivitas komunikasi interpersonal sebagai berikut:
79
Tabel 4.11 Hasil Interpretasi Data Angket No
Dimensi
Skor
Nilai Harapan (NH)
1
Keterbukaan
1652
8 x 4 = 32
Nilai Skor (NS) =
x 100%
x 100% = 80,66%
25,81 2
Empati
875
=
5 x 4 = 20
x 100% = 68,35%
13,67
3
Dukungan
826
4 x 4 = 16
=
x 100% = 80,69%
12,91 4
Sikap positif
1162
6 x 4 = 24
=
x 100% = 75,67%
18,16% 5
Kesamaan
964
5 x 4 = 20
=
x 100% = 75,3%
15,06% 6
Audible
653
3 x 4 = 12
=
x 100% = 85%
10,20 7
Humble
853
4 x 4 = 16
=
x 100% = 83,31%
13,33 = Total
6985
140
x 100% = 77,96%
109,14
Hasil perhitungan dari ketujuh dimensi komunikasi interpersonal yang efektif pada tabel di atas, diperoleh nilai rata-rata keseluruhan sebesar 77,96% yang apabila disesuaikan pada interpretasi yang dikutip dari Suharsimi Arikunto nilai rata-rata tersebut berada pada kategori cukup efektif . Artinya komunikasi interpersonal yang dijalin kepala sekolah dengan guru selama ini sudah baik namun masih terdapat kekurangan-kekurangan pada aspek-aspek tertentu.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian mengenai efektivitas komunikasi interpersonal kepala MTsN Tangerang II Pamulang yang dilakukan melalui wawancara, observasi, dan angket, maka penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa komunikasi interpersonal yang dilakukan melalui 7 dimensi komunikasi interpersonal yang efektif (keterbukaan, empati, dukungan, bersikap positif/kepositifan, kesamaan, audible, dan humble) sudah berjalan cukup efektif. Artinya pada dasarnya kepala sekolah adalah pemimpin yang memiliki kemampuan untuk menjalin komunikasi dengan sangat baik, hal ini dapat dilihat dari latar belakang kepala sekolah yang aktif dalam berbagai organisasi serta banyaknya mengikuti pelatihan-pelatihan yang tentu dapat menunjang dalam mengasah kemampuan berkomunikasi dan kepala sekolah menyadari berbagai bentuk sikap dan perilaku yang harus dilakukan dalam menciptakan komunikasi yang efektif akan tetapi dalam melaksanakan komunikasi efektif tersebut kepala sekolah terhambat oleh keterbatasan waktu yang dimiliki sehingga mengakibatkan beberapa hal belum optimal dalam melakukan kegiatan komunikasi interpersonal dengan guru seperti kurangnya kepala sekolah dalam memenuhi harapan guru melalui rasa empati yang ditunjukkan kepala sekolah terhadap guru yang terkena musibah dan pemberian reward terhadap hasil kerja guru.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian di atas, maka penulis menyampaikan saran-saran yang dianggap positif dan diharapkan dapat membantu meningkatkan pelaksanaan komunikasi interpersonal yang efektif antara kepala sekolah dengan anggota organisasi lainnya, khususnya dengan guru sebagai berikut:
80
81
1. Kepala sekolah hendaknya dapat meningkatkan rasa empati dalam menjalin komunikasi efektif dengan cara lebih memahami kebutuhan dan harapan dari anggota organisasi seperti meluangkan waktu untuk menjenguk guru yang sedang terkena musibah tanpa melihat personalnya dan jarak lokasi agar hubungan komunikasi dapat terjalin lebih baik. 2. Hendaknya kepala sekolah dapat memberikan apresiasi terhadap hasil kerja guru baik yang sudah dianggap berhasil maupun yang masih dianggap belum berhasil seperti dengan sekedar memberikan pujian atau ucapan terima kasih agar guru dapat termotivasi untuk terus lebih baik dalam bekerja. 3. Guru dan warga sekolah lainnya dapat ikut serta berpartisipasi mendukung kepala sekolah dalam menciptakan komunikasi interpersonal yang efektif antar individu agar terwujud lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara, Cet. Ke-9, 2009. Aw, Suranto. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu, Ed. 1, 2010. ------. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu, Ed. 1, 2011. Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007. Effendy, Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. Ke-7, 2008. Handoko, T. Hani. Manajemen Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, Ed. 2, Cet. 13, 1998. Hardjana, Agus M. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta: KANISIUS, 2003. Harun, H. Rochajat dan Elvinaro Ardianto. Komunikasi Pembangunan Perubahan Sosial: Perspektif Dominan, Kaji Ulang, dan Teori Kritis. Jakarta: Rajawali Pers, Ed. 1, Cet. 1, 2011. Hidayat, Dasrun. Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Yogyakarta: Graha Ilmu, Ed. Pertama, 2012. Hidayat, Rahmat. Strategi Komunikasi Organisasi Di SMP Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Liliweri, Alo. Komunikasi Antarpribadi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, Cet. 2, 1997. ------. Komunikasi: Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana, Ed. 1, Cet.1, 2011. Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara, Ed. 1, Cet. 12, 2011. Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. Ke-6, 2004. Mulyasa, E. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. Ke-13, 2011.
82
83
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. Ke-28, 2012. Robbins, Stephen P. Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi, Edisi Kelima. Terj. dari Essential of Organizational Behavior, 5th oleh Halida dan Dewi Sartika. Jakarta: Erlangga, 2002. Soetopo, Hendyat. Perilaku Organisasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. 1, 2010. Solihin, Ismail. Pengantar Manajemen. Jakarta: Erlangga, 2009. Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, Ed. 1, 2012. Suharsaputra, Uhar. Administrasi Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama, Cet. 1, 2010. Sutikno, M. Sobry. Manajemen Pendidikan: Langkah Praktis Mewujudkan Lembaga Pendidikan yang Unggul (Tinjauan Umum dan Islami). Lombok: Holistica, 2012. Thoha, Miftah. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, Ed. 1, 2007. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, Ed. 3, Cet. 3, 2005. Usman, Husaini. Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, Ed. 3, Cet. 1, 2009. West, Richard dan Lynn H. Turner. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi Edisi 3. Terj. dari Introducing Communication Theory: Analysis and Application, 3rd ed., oleh Maria Natalia Damayanti Maer. Jakarta: Salemba Humanika, 2009. Widjaja, H. A. W. Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara, Ed. 1, Cet. 5, 2008. Zulkarnain, Wildan. Dinamika Kelompok: Latihan Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 1, 2013.
LAMPIRAN
Lampiran 1
HASIL WAWANCARA A. Identitas Informan Nama
: Drs. Suhardi, M. Pd
Jabatan
: Kepala Sekolah
Hari/tanggal
: Jum’at, 14 November 2014
Tempat
: MTs Negeri Tangerang II Pamulang
B. Hasil Wawancara Penelitian 1. Berapa lama bapak menjabat sebagai kepala sekolah? Jawab: Saya menjabat selama 2 periode, menjelang 8 tahun, ke bulan Mei nanti 8 tahun. 2. Apakah bapak sering melakukan komunikasi interpersonal dengan guruguru, dan komunikasi apa yang biasa bapak lakukan? Jawab: Sangat sering, komunikasi yang dilakukan meliputi komunikasi formal dan informal. Kalau informal itukan ketika punya ide-ide atau saya mencari inspirasi, ada masukan-masukan dari guru itu sering dilakukan melalui komunikasi informal, kalau komunikasi formal seperti melalui rapat-rapat koordinasi yang dilakukan sebulan sekali dan rapat penting yang biasanya kita lakukan ketika ada keperluan. 3. Apakah menurut bapak komunikasi secara langsung dapat mengubah sikap dan perilaku guru menjadi lebih baik? Jawab: Ya, sepanjang komunikasinya itu tidak menyinggung, saling menghargai, bahkan dengan komunikasi itu malah menginspirasi. Kalau komunikasi yang dasar-dasar biasa ya tidak mengubah jadi tergantung pada pesan komunikasi apa yang disampaikan kepada guru. 4. Bagaimana cara bapak melakukan komunikasi dengan guru ketika bapak sedang tidak berada di sekolah? Jawab: Pertama saya membuat sistem, jadi kalau ada apa-apa guru itu bisa melakukan satu tindakan melalui sistem itu. Misalnya kalau guru tidak masuk nanti ada inval dan apabila saya tidak ada di tempat, sekarangkan ada alat komunikasi seperti handphone dengan macam
aplikasinya, jadi komunikasi dilakukan tidak terbatas hanya tatap muka di sekolah. 5. Sikap keterbukaan seperti apa yang bapak tumbuhkan dalam melakukan komunikasi interpersonal dengan guru? Jawab: Keterbukaan itu berarti kalau ada gagasan, usulan itu harus clear. Umpamanya gagasan saya tidak benar, ya kita harus mau mengubah begitupun dengan guru. Jadi ada keterbukaan bahwa disini kepala sekolah bukan berarti tidak di kritik tapi boleh di kritik kalau memang gagasangagasannya dianggap tidak bagus, termasuk dalam bidang finansial, dan membuat peraturan-peraturan semua anggota dilibatkan kecuali dalam keadaan darurat. 6. Seperti apa bapak mempraktikkan sikap empati kepada guru? Jawab: Iya, kita pertama memang harus mau mendengarkan keluhankeluhan mereka, mau merasakan keluhan-keluhan mereka, kemudian menunjukkan rasa secara verbal bahwa kita juga empati, dari sikap, mimik kita, perilaku kita juga menunjukkan rasa empati. 7. Bagaimana cara bapak menunjukkan dukungan dan sikap positif kepada guru melalui kegiatan komunikasi interpersonal? Jawab: Kadang kala dalam bentuk pujian di depan forum, kemudian dalam bentuk pemberian reward ketika mereka meraih prestasi, memberi pemakluman ketika mereka gagal tapi juga memberi support, saya kira seperti itu juga terjadi komunikasi, pemberian pemaafan dalam keadaan bersalah, jadi tidak boleh dendam. 8. Apakah dalam melakukan komunikasi bapak menjunjung tinggi kesamaan? Jawab: Oh iya, disini tidak ada beda. Bahkan dalam rapat-rapat seperti rapat kerja semua punya suara hak pilih dan hak dipilih. Disini pemilihan wakil-wakil itu dipilih secara demokratis, semua dilibatkan, perumusan anggaran juga dilakukan secara transparan dan semua berhak untuk mengajukan anggaran. Semua bisa saling koreksi, memberi mediasi, dan tidak ada diskriminasi.
9. Bagaimana cara bapak menjaga keharmonisan anggota organisasi? Jawab: Ya saya kira itu modal utamanya adalah kebersamaan tadi. Kebersamaan, transparansi sebab sebuah sistem ini kalau ada yang tertutup, kemudian merasa penting sendiri, itu dapat menghambat komunikasi. Intinya membangun trust atau kepercayaan antar anggota organisasi. Kalau kepercayaan sudah dibangun saya kira kondisi apapun itu bisa diselesaikan.
Jakarta, 14 November 2014
Mengetahui,
Interviewer
Interviewee
Indriani
Drs. Suhardi, M. Pd.
Lampiran 5
HASIL WAWANCARA A. Identitas Responden Nama
: Drs. Nurabdillah
Jabatan
: Guru Bidang Studi
Hari/Tanggal
: Jum’at, 24 September 2014
Tempat
: Ruang Guru
B. Hasil Wawancara 1. Bagaimana komunikasi yang dijalin kepala sekolah? Jawab:
Komunikasi
antara
kepala
sekolah
dengan
guru
itu
mekanismenya banyak, disini kita ada rapat bulanan, supervisi, rapat kerja, seperti itulah komunikasi secara formal yang dijalin kepala sekolah. 2. Apakah kepala sekolah menyampaikan pesan atau informasi secara langsung? Jawab: Ya tergantung sub-subnya disini misalkan terkait bagian kesiswaan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan yang menyampaikan informasi, tapi tidak selalu begitu ya. Ada hal-hal lain yang terkadang disampaikan langsung oleh kepala sekolah kepada guru seperti masalah disiplin, tanggung jawab, KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). 3. Apakah kepala sekolah menjunjung unsur kesamaan dalam melakukan komunikasi? Jawab: Menurut saya unsur perbedaan sebagai atasan dan bawahan itu selalu ada ya dalam kegiatan komunikasi dalam organisasi, akan tetapi komunikasi yang dijalin kepala sekolah baik, komunikasi yang dilakukan dalam suasana yang hangat, kekeluargaanlah. 4. Bagaimana bentuk dukungan kepala sekolah melalui komunikasi interpersonal? Jawab: Kepala Sekolah memberikan dukungan kepada guru melalui kegiatan bimbingan seperti kegiatan-kegiatan workshop, diklat, kegiatankegiatan seperti itu dan disini hal tersebut sudah menjadi program untuk peningkatan kualitas guru.
5. Bagaimana sikap positif yang ditunjukkan kepala sekolah terhadap guru melalui komunikasi? Jawab: Sikap positif kepala sekolah kepada guru salah satunya ya pemberian reward. Sementara ini yang sudah dijalani kalau untuk guru ya diberi apresiasi seperti pujian-pujian terhadap guru yang berprestasi di dalam forum-forum tertentu. 6. Bagaimana empati yang ditunjukkan kepala sekolah kepada guru? Jawab: Sikap empati yang ditunjukkan kepala sekolah ya salah satunya kepala sekolah siap membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi guru.
Kepala
sekolah
pada
dasarnya
bersedia
mendengarkan
permasalahan yang dihadapi guru, tapi kadang-kadang guru-gurunya yang malas untuk mengeluhkan permasalahannya, ya karena kita memaklumi bahwa kepala sekolah itu sangat sibuk, jadi terkadang beliau sulit punya waktu
luang
ditengah-tengah
kesibukannya.
Tapi
apabila
ada
permasalahan kemudian kita mendiskusikannya dengan kepala sekolah, beliau langsung merespon. 7. Bagaimana
keterbukaan
kepala
sekolah
melalui
komunikasi
interpersonal? Jawab: Kepala sekolah pemimpin yang terbuka, demokratis. Dalam segala hal beliau terbuka termasuk manajemen keuangan sekolah. Kepala sekolah juga mau menerima kritik dan saran selama masukan-masukan dari guru itu untuk kemajuan dan kelancaran organisasi, kepala sekolah menanggapinya secara positif. 8. Menurut bapak, apakah kepala sekolah seseorang yang komunikatif? Jawab: Beliau termasuk orang yang komunikatif, cuma memang satu hal ya beliau merupakan orang yang idealis, orang yang memiliki cita-cita tinggi jauh kedepan sehingga terkadang kita bawahan tidak mengerti mau dibawa kemana karena kemauan beliau yang idealis itu. Terkadang karena keterbatasan dari guru jadi apa yang diharapkan dari pesan yang disampaikan kepala sekolah dengan kemampuan guru itu kadang belum match.
9. Menurut bapak apa yang perlu ditingkatkan dari kepala sekolah melalui kegiatan komunikasi interpersonal? Jawab: Yang masih perlu ditingkatkan dari komunikasi kepala sekolah itu mungkin cara mengapresiasi hasil kinerja guru karena kan disini semuanya berbasis kinerja bukan berbasis anggaran, jadi ya diharapkan pengahargaan tidak hanya diberikan kepada hasil kerja atau prestasi guru yang terlihat luar biasa saja. Karena sebenarnya kalau kita dari bawahan reward itu tidak harus berbentuk materi, jadi meskipun hasilnya belum maksimal tapi diharapkan tetap diberikan apresiasi.
Jakarta, 24 September 2014
Mengetahui,
Interviewer
Interviewee
Indriani
Drs. Nurabdillah
Lampiran 6
HASIL WAWANCARA A. Identitas Responden Nama
: Dra. N. Supriati, M. Pd
Jabatan
: Guru Bidang Studi
Hari/Tanggal
: Jum’at, 24 September 2014
Tempat
: Ruang Guru
B. Hasil Wawancara 1.
Menurut ibu bagaimana kepemimpinan kepala sekolah saat ini? Jawab: Apa ya, bisa disebut juga demokratis. Tergantung apa yang harus diputuskan, apakah hanya oleh pimpinan atau memerlukan musyawarah. Tidak semua hal dimusyawarahkan ya kalau itu berkaitan kebijakan pimpinan ya itu hanya pimpinan.
2.
Bagaimana komunikasi yang dijalin kepala sekolah? Jawab: Kalau secara kedinasan atau hal-hal yang terkait kedinasan ya menurut saya bagus, semua hal dikomunikasikan. Kitakan ada rapat koordinasi sebulan sekali semua hal yang terkait kedinasan disampaikan pada forum itu, kita juga kalau ada masalah berkaitan dengan kedinasan bisa disampaikan pada forum tersebut.
3.
Apakah kepala sekolah sering melakukan komunikasi interpersonal dengan guru? Jawab: Kalau sering si enggak, kadang-kadang saja karena beliaukan sibuk juga banyak tugas keluar. Saya enggak ngerti juga rincian tugasnya tapi memang sering tidak ditempat, kalau lagi disekolah si suka, tapi tidak selalu ya kadang-kadang suka nongkrong, nyamperin kemudian kitakan disini dikelompokkan berdasarkan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) beliau datang ke MGMP mana kemudian ngobrol, tanyatanya seperti itulah.
4.
Apakah kepala sekolah menggunakan media dalam berkomunikasi? Jawab: Tergantung situasi kalau bertemu pasti langsung menyampaikan informasinya tapi kalau jaraknya jauh dan tidak sempat ya menggunakan media dalam menyampaikan pesan.
5.
Bagaimana menurut ibu/bapak tentang komunikasi interpersonal untuk keterbukaan di MTs ini (termasuk masalah manajemen keuangan)? Jawab: Ya sebatas itu memang terkait dengan kedinasan terbuka, termasuk dalam pengelolaan keuangan. Kalau pengelolaan keuangankan memang disini kita selalu dijelaskan di awal tahun, berapa pemasukan, dari siswa berapa, bantuan pemerintah berapa, kita punya kebutuhan apa itu biasanya dibuka dan dibahas bersama.
6.
Apakah kepala sekolah mau menerima kritik dan saran dari bawahannya? Jawab: Sepertinya begitu, karena saya tidak terlalu sering, tidak intens menjalin komunikasi dengan beliau. Kalau yang sudah-sudah diantara teman-teman yang berani mengajukan kritik dan saran ya beliau menerima selama itu menurut beliau masuk akal dan untuk kemajuan, setahu saya seperti itu.
7.
Menurut ibu/bapak bagaimana empati yang ditunjukkan kepala sekolah dalam menjalin komunikasi interpersonal yang efektif? Jawab: Yang namanya manusiakan pasti ada kekurangannya walaupun dari segi kualitas dan sebagainya, idealisnya bagus, kejujurannya juga teruji tetapi kalau empati rada kurang, seperti contoh diantara kita ada yang sakit atau terkena musibah ya karena kesibukannya itu terkadang beliau tidak tahu. Terkadang orangkan butuh diberikan support seperti ditanya bagaimana keadaan kita tetapi hal-hal seperti itulah yang kurang, karena kesibukan-kesibukannya itu mungkin empati tersebut kurang.
8.
Apakah kepala sekolah memberikan waktu khusus bagi guru yang ingin berkonsultasi sebagai bentuk dukungan yang diberikan kepala sekolah dalam menciptakan komunikasi interpersonal? Jawab: Setahu saya selagi beliau ada di sekolah boleh saja kita mendatangi beliau untuk membicarakan atau mengeluhkan apa saja boleh, akan tetapi karena kesibukannya itu beliau tidak setiap hari ada.
9.
Apakah kepala sekolah selalu memberikan reward sebagai bentuk sikap positif yang ditunjukkan kepada guru? Jawab:
Kalau beliau tahu kita punya prestasi pasti diberikan reward, tapi ya itu tadi karena kesibukannya itu beliau kadang lupa misalnya guru ini berprestasi. Kalau beliau tahu pasti memberikan reward walaupun hanya sekedar ucapan saja. 10. Apakah kepala sekolah menjunjung tinggi kesamaan dalam melakukan komunikasi (tidak membeda-bedakan)? Jawab: Ya menyamaratakan tapi kadang begini ada guru yang memang merasa dekat secara personal dan ada yang dekat sebatas kedinasan, ada yang berani bicara kepada atasan dan ada yang tidak. Dan adapun ada jarak itu sebenarnya dari kitanya kalau dari kepala sekolah tidak ada. 11. Menurut ibu/bapak dari kelima pendekatan dalam mengembangkan komunikasi interpersonal yang efektif seperti keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif dan kesamaan, mana yang perlu ditingkatkan oleh kepala sekolah? Jawab: Empatinya. Ya itulah karna banyaknya kesibukan, kadang beliau enggak ngeh dengan apa yang terjadi dilingkungan kita. Misalnya ada yang sakit atau ada yang terkena musibah beliau tidak tahu. 12. Menurut bapak/ibu apakah kepala sekolah adalah seseorang yang humble? Jawab: Ya, beliau bijak apa yang disampaikan dari bawahan selama itu benar, baik, positif untuk kemajuan dari siapapun beliau sangat menerima dan apabila beliau ada salah beliau tidak segan untuk meminta maaf.
Jakarta, 24 September 2014 Mengetahui,
Interviewer
Indriani
Interviewee
Dra. N. Supriati, M. Pd
Lampiran 7
HASIL WAWANCARA A. Identitas Informan Nama
: Abdul Rozak, S.H., M.A
Jabatan
: Guru Bidang Studi
Hari/tanggal
: Kamis, 30 Oktober 2014
Tempat
: MTs Negeri Tangerang II Pamulang
B. Hasil Wawancara Penelitian 1. Komunikasi interpersonal (komunikasi secara langsung) kepala sekolah seperti apa yang dilakukan dengan bapak/ibu? Jawab: Komunikasi, kadang-kadang kalau
ada informasi
cepat
disampaikan kepada kita kemudian kita disuruh menindaklanjuti informasi tersebut. Menurut saya itu cukup bagus. 2. Menurut bapak/ibu apakah kepala seorang yang komunikatif dan humble (rendah hati)? Jawab: Ya, menurut saya kepala sekolah adalah orang yang komunikatif dan humble, beliau berjiwa besar mau memaafkan kesalahan bawahan dan orangnya bijaksana dalam kedinasan. 3. Apakah
kepala
sekolah
menggunakan
bahasa
nonverbal
dalam
berkomunikasi dengan bapak/ibu? Jawab: Kalau sekarang sudah lebih baik ya. Saya jujur awal-awalnya jarang, harus kita yang duluan tapi sekarang sudah banyak perubahan karena banyak masukan-masukan dari teman-teman terutama orang yang dekat dengan beliau mungkin menyampaikan tanggapan guru terkait sikap yang ditunjukan kepada guru seperti apa sehingga sekarang sudah ada perubahan yang lebih baik. 4. Apakah bapak/ibu pernah ditegur saat datang terlambat ke sekolah? Jawab: Kepala sekolah tidak menegur langsung, biasanya itu dibahas ketika rapat namun itu disampaikan secara umum saja seperti memberikan masukan-masukan kepada guru agar mencontohkan sikap dan perilaku yang baik untuk murid tidak menegur secara langsung. 5. Menurut bapak/ibu bagaimana keterbukaan kepala sekolah?
Jawab: Beliau sangat terbuka dalam hal-hal yang berhubungan dengan sekolah. Seumpamanya ada informasi yang baru itu langsung diadakan pertemuan (rapat guru) untuk menyampaikan informasi tersebut. Kepala sekolah update dan itu bagus menurut saya. 6. Seperti apa sikap empati yang ditunjukkan kepala sekolah kepada guru? Jawab: Menurut saya kalau empati itu kayaknya dibilang tidak empati ya empati, dibilang empati kadang kok sikapnya seperti itu. Kalau ke guru mungkin 40% tapi dari bawahan ke atasan harus tinggi 100% pedulinya. Contohnya kalau ada yang sakit kadang-kadang beliau masih melihat siapa yang sakit. Kalau orang yang dianggap penting menurut beliau ya diprioritaskan, tetapi yang dianggap biasa-biasa saja menurut beliau ya kalau sempat datang kalau enggak yasudah. Terkadang beliau hanya menunjukkan empatinya lewat media komunikasi seperti telepon tapi kita sebagai manusia merasa kenapa ada perbedaan seperti itu kalau ke kita hanya sekedar telepon atau titip salam kepada teman lain yang menjenguk tapi
ke
orang
yang
diprioritaskan
beliau
menganjurkan
kita
menjenguknya. 7. Bagaimana dukungan yang diberikan kepala sekolah kepada program kerja bapak/ibu guru? Jawab: Kalau support kerja itu luar biasa. Kalau ada program itu cepat disampaikan ke kita dan harus dilaksanakan. Apabila ada program yang diajukkan guru kepada kepala sekolah, beliau mempertimbangkannya terlebih dahulu karena harus disesuaikan dengan keuangannya, kalau dana memenuhi kepala sekolah pasti mendukung tapi apabila dananya tidak memenuhi maka dilihat mana yang lebih prioritas atau lebih penting, seperti itu. 8. Seperti apa sikap positif yang ditunjukkan kepala sekolah kepada bapak/ibu? Jawab: Kalau sikap positif, beliau selalu memberikan motivasi baik itu dalam hal kegiatan belajar mengajar, pendidikan gurunya seperti mendorong guru-guru untuk harus melanjutkan pendidikan agar kita
sebagai guru profesional sehingga disini sudah banyak guru yang sudah S2. Tapi kalau mengenai imbalan/hadiah sebagai sikap positif itu dilihat sesuai dengan prestasi guru. Disini guru yang memang aktif itu biasanya diberi hadiah sebagai motivasi kepada guru dan sebagai cara menghargai usaha dari guru tersebut. Untuk menentukan guru yang berprestasi tersebut biasanya dilihat dari hasil angket yang disebar kepada siswa. 9. Apakah dalam berkomunikasi kepala sekolah menjunjung tinggi kesamaan? Jawab: Menurut saya masih ada pemisah, ada hal-hal yang guru boleh tahu dan ada yang tidak. Tapi tidak semua harus dikomunikasikan dengan guru, kalau memang tidak melanggar kode etik itu sudah baik tapi kalau hal-hal tertentu paling diberitahu secara garis besar saja dan hanya orangorang tertentu yang mengetahui detailnya. 10. Menurut bapak/ibu dari lima poin cara mengembangkan komunikasi interpersonal yang efektif, mana yang dirasa masih kurang dan perlu ditingkatkan oleh kepala sekolah? Jawab: Menurut saya empati yang perlu ditingkatkan karena seperti tadi yang saya sampaikan kalau misalkan kita sakit, kepala sekolah tidak langsung menyampaikan empatinya secara personal, sehingga guru kadang berpikir seperti ini kenapa ke kita kok begini ya tidak seperti kepada orang yang dianggap dekat dan penting bagi beliau.
Jakarta, 30 Oktober 2014 Mengetahui,
Interviewer
interviewee
Indriani
Abdul Rozak, S.H., M. A
Lampiran 8
HASIL WAWANCARA A. Identitas Informan Nama
: Dasril, S. Pd., M. Pd.
Jabatan
: Guru Bidang Studi
Hari/tanggal
: Kamis, 30 Oktober 2014
Tempat
: MTs Negeri Tangerang II Pamulang
B. Hasil Wawancara Penelitian 1. Komunikasi interpersonal (komunikasi secara langsung) kepala sekolah seperti apa yang dilakukan dengan bapak/ibu? Jawab: Komunikasi yang personal itu biasanya masalah kegiatan pengembangan diri, terus paling sharing program kerja. 2. Apakah
kepala
sekolah
menggunakan
bahasa
nonverbal
dalam
berkomunikasi dengan bapak/ibu? Jawab: Di sekolah ini kan tegur sapa itu harus ya, jadi bahasa nonverbal yang dilakukan kepala sekolah salah satu contoh ya biasanya yaitu kalau bertemu selalu berjabat tangan/salam dan hal itu sudah menjadi kebiasaan di sekolah ini. 3. Apakah bapak/ibu pernah ditegur saat datang terlambat ke sekolah? Jawab: Kalau masalah terlambat itu enggak, paling kita ditegur kalau ada masalah intern pribadi misalnya kita sedang ada masalah dengan seorang guru lainnya kepala sekolah menegur kenapa begini terus diselesaikan, kalau masalah keterlambatan guru ya karena kan guru sudah lebih dewasa jadi kesadaran diri sendiri saja. 4. Menurut bapak/ibu bagaimana keterbukaan kepala sekolah? Jawab: Keterbukaan sangat fair sekali apalagi masalah anggaran sangat terbuka uang masuk sekian, uang keluar sekian selalu dikomunikasikan kepada guru. 5. Seperti apa sikap empati yang ditunjukkan kepala sekolah kepada guru? Jawab: Kalau empati kayaknya emang tergantung personalnya, contohnya ada yang sakit itu dilihat dulu personalnya maksudnya dilihat yang sakit itu siapa, terus mungkin jarak juga jauh atau dekat. Kalau
seandainya dekat mungkin dikunjungi tapi kalau jauh mungkin cukup titip salam saja ke teman yang datang. Tapi untuk mendengarkan keluhan dan menanggapi kendala-kendala yang guru hadapi dalam program kerja beliau menunjukkan kesediaanya mendengarkan, membantu seperti itu. 6. Bagaimana dukungan yang diberikan kepala sekolah kepada program kerja bapak/ibu guru? Jawab: Kepala sekolah mendukung program kerja yang memang positif, akan tetapi tidak semua program kerja yang diajukan guru diterima karena setiap program kerja itu dipertimbangkan, disesuaikan dengan keuangan yang ada dan disesuaikan juga dengan kebutuhan mata pelajaran. 7. Seperti apa sikap positif yang ditunjukkan kepala sekolah kepada bapak/ibu? Jawab: Kalau sikap positif yang ditunjukan kepala sekolah salah satu contohnya ya kepala sekolah memberikan ucapan selamat pada guru yang membawa nama baik sekolah seperti kemarin saya membawa anak-anak memenangkan perlombaan ekstrakurikuler basket beliau mengucapkan selamat kepada saya. Terus pemberian penghargaan berupa hadiah itu biasanya diberikan kepala sekolah kepada guru saat momen-momen tertentu misalkan saat perpisahan sekolah, kebetulan saya juga pernah menjadi salah satu guru yang dapat hadiah tersebut waktu itu hadiah yang diberikan berupa sertifikat dan berupa uang. Hal ini sikap positif yang ditunjukkan untuk mendorong agar guru dapat terus meningkatkan kinerjanya. 8. Apakah dalam berkomunikasi kepala sekolah menjunjung tinggi kesamaan? Jawab: Kalau diluar kedinasan kita sebagai teman, tapi terkait kedinasan jelas ada jurang pemisah karena organisasi sekolah struktural ya tapi tetap kepala sekolah bersikap ramah seperti berjabat tangan, senyum walau dalam kedinasan. 9. Menurut bapak apakah kepala sekolah orang yang komunikatif dan humble?
Jawab: Iya beliau orang yang komunikatif dan beliau juga orangnya rendah hati, berjiwa besar bahkan terkadang kesalahan orang lain itu dianggap kesalahan dirinya sendiri. Beliau juga bijaksana dalam tugasnya. 10. Menurut bapak/ibu dari lima poin cara mengembangkan komunikasi interpersonal yang efektif, mana yang dirasa masih kurang dan perlu ditingkatkan oleh kepala sekolah? Jawab: Yang empati perlu ditingkatkan. Karena bagaimanapun kita makhluk sosial ya, seandainya ada yang sakit sejauh manapun rumahnya perlu menyempatkan datang dan dilihat karena saat kita sakit atasan datang menjenguk itu suatu kebahagiaan, ya mungkin sekian persen akan meningkatkan motivasi untuk segera sembuh. Jadi tidak melihat personalnya, karena itu salah satu kewajiban atasan kepada bawahan seandainya terjadi musibah sebagai bentuk perhatian.
Jakarta, 30 Oktober 2014
Mengetahui,
Interviewer
Indriani
Interviewee
Dasril, S. Pd., M. Pd.
Lampiran 6
Pedoman Observasi No
Pernyataan
Ya
1
√
6
Kepala sekolah menyampaikan informasi dengan apa adanya Kepala sekolah mengadakan rapat dengan guru untuk mendiskusikan program sekolah Kepala sekolah transparan dalam menjelaskan masalah keuangan Kepala sekolah menyampaikan hasil evaluasi kerja guru dengan apa adanya Kepala sekolah memberi kesempatan kepada guru untuk bertanya dalam rapat Kepala sekolah menerima saran dari guru
7
Kepala sekolah bersedia menerima kritik dari para guru
√
8
Kepala sekolah bersedia mendengarkan informasi yang disampaikan guru Kepala sekolah menanggapi informasi yang disampaikan guru Kepala sekolah membimbing guru untuk meningkatkan prestasi kerja Ketika rapat, kepala sekolah memberikan kesempatan kepada guru untuk memberikan ide dan masukan Kepala sekolah mengikutsertakan guru dalam mengambil suatu keputusan terkait program sekolah Kepala sekolah menghormati perbedaan pendapat yang dikemukakan oleh guru
√
14
Kepala sekolah memberikan pujian pada hasil kerja guru
√
15
Kepala sekolah memberikan hadiah/imbalan kepada guru yang berprestasi dalam rapat Kepala sekolah memberikan hukuman kepada setiap guru yang tidak disiplin saat rapat berlangsung
2 3 4 5
9 10 11 12 13
16 17 18 19
Kepala sekolah menyampaikan arahan dengan tegas Kepala sekolah menyampaikan informasi dengan bahasa yang mudah dimengerti guru Kepala sekolah memberikan sapaan kepada guru ketika bertemu
Tidak
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
Lampiran 7
DAFTAR KUESIONER PERSEPSI GURU TENTANG EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL KEPALA SEKOLAH
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER (ANGKET) 1.
Angket ini dibuat hanya untuk kepentingan ilmiah dalam rangka menyusun sebuah skripsi dan tidak ada tujuan lain. Oleh karena itu, jawaban responden akan dijamin kerahasiaannya.
2.
Isilah data diri anda dengan lengkap.
3.
Bacalah dengan teliti setiap pernyataan, kemudian jawablah dengan jujur sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
4.
Berilah tanda centang ( √ ) pada salah satu jawaban yang tersedia.
5.
Atas kesediaannya, saya ucapkan banyak terima kasih.
KETERANGAN JAWABAN: SS
: Sangat Sering
S
: Sering
KK
: Kadang-kadang
TP
: Tidak Pernah
IDENTITAS RESPONDEN Jenis Kelamin
: (L/P)
Jabatan
:
No
Pernyataan
SS
S
KK
a. Keterbukaan Kepala Sekolah dalam Komunikasi Interpersonal 1 2 3 4
Kepala sekolah menyampaikan pesan (kebijakan, pendapat) tanpa diwakili orang lain Kepala sekolah mengadakan rapat dengan guru untuk mendiskusikan program KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) Kepala sekolah transparan dalam menjelaskan masalah keuangan sekolah Kepala sekolah memberikan respon terhadap hasil kerja guru dengan apa adanya
TP
No
Pernyataan
5
Kepala sekolah menyampaikan hasil evaluasi kerja guru dengan apa adanya Kepala sekolah memberi kesempatan kepada guru untuk bertanya seluas-luasnya terkait program kerja sekolah Kepala sekolah menerima saran dari guru dengan senang hati Kepala sekolah bersedia menerima kritik dari para guru
6 7 8
SS
S
KK
b. Empati Kepala Sekolah dalam Komunikasi Interpersonal 9 10 11 12 13
Kepala sekolah bersedia mendengarkan keluhan/ permasalahan yang dihadapi guru Kepala sekolah menanggapi keluhan/ permasalahan yang dihadapi guru Kepala sekolah menyadari kelebihan dan kekurangan pada dirinya maupun yang ada pada guru Apabila ada salah seorang guru yang mendapat musibah, kepala sekolah langsung berempati Kepala sekolah memberikan dukungan moril terhadap guru yang terkena musibah
c. Dukungan Kepala Sekolah dalam Komunikasi Interpersonal 14 15 16 17
Kepala sekolah membimbing guru untuk meningkatkan prestasi kerja Kepala sekolah berusaha membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi guru terkait program kerja sekolah Ketika rapat, kepala sekolah memberikan kesempatan kepada guru untuk memberikan ide dan masukan Kepala sekolah mengikutsertakan guru dalam mengambil suatu keputusan terkait program sekolah
d. Sikap Positif Kepala sekolah dalam Komunikasi Interpersonal 18
19 20 21
Kepala sekolah tidak melimpahkan kesalahan yang ada pada guru ketika sebuah program kerja tidak berjalan baik Kepala sekolah meyakini pentingnya bekerjasama dengan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan Kepala sekolah menghormati perbedaan pendapat yang dikemukakan oleh guru Kepala sekolah memberikan dukungan terhadap program yang dibuat oleh guru-guru
TP
No
Pernyataan
22
Kepala sekolah memberikan pujian pada hasil kerja guru Kepala sekolah memberikan hadiah/imbalan kepada guru yang berprestasi secara rutin
23
SS
S
KK
TP
e. Kesamaan Kepala Sekolah dalam Komunikasi Interpersonal 24 25 26 27 28
Menurut kepala sekolah, program-program yang ada disekolah merupakan tanggung jawab bersama Kepala sekolah menampilkan sikap dan perilaku layaknya teman ketika berkomunikasi antarpribadi Kepala sekolah menjaga keharmonisan antar guru di sekolah Kepala sekolah tidak membeda-bedakan dirinya dengan guru Kepala sekolah memberikan hukuman kepada setiap guru yang bermasalah tanpa pandang bulu
f. Kemampuan Kepala Sekolah dalam Komunikasi Interpersonal (Audible) 29 Kepala sekolah menyampaikan arahan/perintah 30 31
dengan tegas Kepala sekolah menyampaikan informasi dengan bahasa yang mudah dimengerti guru Kepala sekolah menggunakan media komunikasi (telepon, surat) dalam menyampaikan pesan kepada guru
g. Rasa Rendah Hati Kepala Sekolah dalam Komunikasi Interpersonal (Humble) 32 Kepala sekolah bersedia memaafkan kesalahan guru 33 34 35
Kepala sekolah menunjukkan sikap berani mengakui kesalahan Kepala sekolah memberikan sapaan kepada guru ketika bertemu Kepala sekolah mengutamakan kepentingan bersama dibanding kepentingan pribadi
Lampiran 9
Correlations Item1 Item1
Item2
Item3
Item4
Item5
Item6
Item7
Item8
Item9
Item10
Item11
Item12
Item13
Item14
Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed)
Item2 1
Item3
Item4
Item5
Item6
Item7
Item8
Item9 Item10 Item11
Item12
Item13
Item14
Item15
Item16
Item17
Item18
Item19
Item20
Item21 Item22
Item23
Item24 Item25 Item26 Item27 Item28 Item29 Item30
Item31
Item32 Item33
Item34
Item35
Total
-.066
-.049
,280*
,372**
.135
,356**
.195
.170
-.168
,459**
.133
,271*
.197
.072
.030
,270*
.184
.186
.150
.103
,429**
,309*
-.039
.028
.024
.198
,267*
-.045
-.132
.072
.011
.093
.159
.008
,318* .010
.604
.703
.025
.002
.287
.004
.123
.180
.184
.000
.294
.030
.120
.573
.815
.031
.145
.142
.238
.418
.000
.013
.760
.828
.853
.118
.033
.724
.299
.572
.929
.464
.209
.953
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
-.066
1
.127
.220
.242
.177
,347**
.006
,435**
,318*
.104
.043
.142
.099
,429**
,327**
.223
.055
,499**
,373**
.216
.029
.183
.227
.085
.116
-.067
.118
,337**
.201
.038
,444**
.116
.241
,265*
,382** .002
.604
.316
.081
.054
.163
.005
.960
.000
.010
.414
.737
.264
.437
.000
.008
.076
.669
.000
.002
.086
.819
.149
.071
.507
.363
.596
.352
.006
.111
.767
.000
.363
.055
.034
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
-.049
.127
1
,513**
.195
,538**
,485**
,602**
,484**
,701**
.017
.084
.205
,252*
,665**
.217
.141
,386**
.209
,554**
.214
,267*
.190
,354**
,319*
.016
-.063
.031
,289*
,375**
.218
,376**
,559**
,397**
,775**
,623**
.703
.316
.000
.122
.000
.000
.000
.000
.000
.895
.510
.103
.045
.000
.085
.268
.002
.098
.000
.089
.033
.132
.004
.010
.903
.618
.809
.021
.002
.084
.002
.000
.001
.000
.000
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
,280*
.220
,513**
1
,729**
,373**
,351**
,339**
,549**
,424**
,303*
-.044
.231
,280*
,576**
.210
.234
,398**
,347**
,508**
,382**
,465**
,394**
,446**
,411**
.157
.219
,387**
,309*
,358**
.060
,456**
,408**
,475**
,456**
,707**
.025
.081
.000
.000
.002
.004
.006
.000
.000
.015
.729
.066
.025
.000
.096
.063
.001
.005
.000
.002
.000
.001
.000
.001
.214
.082
.002
.013
.004
.640
.000
.001
.000
.000
.000
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
,372**
.242
.195
,729**
1
,390**
,355**
.127
,467**
.154
,508**
.104
,297*
,448**
,301*
.034
-.026
,428**
,347**
,483**
,315*
,547**
,407**
,263*
.146
.095
,370**
,409**
,385**
,375**
.157
,483**
,334**
,443**
,298*
,642**
.002
.054
.122
.000
.001
.004
.317
.000
.225
.000
.415
.017
.000
.016
.791
.840
.000
.005
.000
.011
.000
.001
.036
.251
.456
.003
.001
.002
.002
.214
.000
.007
.000
.017
.000
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
.135
.177
,538**
,373**
,390**
1
,403**
,257*
,485**
,279*
.047
.023
.158
.106
,495**
.062
.054
.078
.175
,561**
,390**
.216
.083
,353**
,369**
.131
.059
.038
,319*
,456**
,399**
,466**
,550**
,642**
,544**
,573**
.287
.163
.000
.002
.001
.001
.041
.000
.026
.715
.857
.214
.405
.000
.626
.671
.539
.166
.000
.001
.086
.514
.004
.003
.302
.642
.764
.010
.000
.001
.000
.000
.000
.000
.000
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
,356**
,347**
,485**
,351**
,355**
,403**
1
,509**
,653**
,404**
,294*
.228
,354**
,315*
,539**
,296*
,434**
,290*
,375**
,585**
,369**
,410**
,531**
,288*
,396**
.194
.200
,351**
,462**
,255*
,387**
,399**
,421**
,462**
,691**
,770**
.004
.005
.000
.004
.004
.001
.000
.000
.001
.018
.070
.004
.011
.000
.017
.000
.020
.002
.000
.003
.001
.000
.021
.001
.124
.113
.004
.000
.042
.002
.001
.001
.000
.000
.000
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
.195
.006
,602**
,339**
.127
,257*
,509**
1
,422**
,633**
.076
,284*
,479**
,404**
,465**
.229
,255*
,448**
,387**
,369**
.165
.212
.136
.246
,252*
.142
.177
-.032
,260*
,306*
.207
,287*
,428**
,265*
,590**
,599**
.123
.960
.000
.006
.317
.041
.000
.001
.000
.549
.023
.000
.001
.000
.069
.042
.000
.002
.003
.193
.093
.283
.050
.045
.261
.162
.803
.038
.014
.101
.022
.000
.035
.000
.000
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
.170
,435**
,484**
,549**
,467**
,485**
,653**
,422**
1
,653**
.115
.048
.156
.138
,772**
.162
,399**
.116
,511**
,704**
,432**
.236
,355**
,557**
,585**
,292*
.182
,397**
,525**
,493**
,429**
,605**
,507**
,605**
,652**
,811**
.180
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.001
.000
.365
.707
.218
.276
.000
.201
.001
.361
.000
.000
.000
.060
.004
.000
.000
.019
.149
.001
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
-.168
,318*
,701**
,424**
.154
,279*
,404**
,633**
,653**
1
-.092
.190
.202
.167
,666**
.223
.161
,282*
,441**
,470**
.174
.012
.084
,406**
,366**
.193
.008
.078
,438**
,431**
.231
,476**
,473**
,336**
,657**
,603**
.184
.010
.000
.000
.225
.026
.001
.000
.000
.470
.133
.109
.186
.000
.076
.203
.024
.000
.000
.169
.922
.511
.001
.003
.126
.953
.539
.000
.000
.067
.000
.000
.007
.000
.000
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
,459**
.104
.017
,303*
,508**
.047
,294*
.076
.115
-.092
1
.124
,257*
,350**
.002
.011
-.113
,536**
.052
.047
.019
,381**
,434**
-.052
-.219
-,250*
,263*
,401**
.053
-.142
-.154
.099
.052
-.008
.202
,291*
.000
.414
.895
.015
.000
.715
.018
.549
.365
.470
.328
.040
.005
.989
.933
.375
.000
.683
.713
.881
.002
.000
.683
.082
.047
.036
.001
.680
.262
.225
.438
.682
.949
.110
.020
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
.133
.043
.084
-.044
.104
.023
.228
,284*
.048
.190
.124
1
,729**
,488**
-.062
.025
-.034
.235
.141
.059
.011
.236
.219
-.184
-.225
.022
,410**
.168
.129
.139
,285*
.136
.023
.070
.184
,287*
.294
.737
.510
.729
.415
.857
.070
.023
.707
.133
.328
.000
.000
.627
.848
.789
.061
.266
.641
.933
.060
.082
.146
.073
.865
.001
.183
.309
.273
.022
.283
.854
.581
.145
.021
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
,271*
.142
.205
.231
,297*
.158
,354**
,479**
.156
.202
,257*
,729**
1
,553**
.206
-.021
.014
,339**
,276*
.118
.123
,313*
.229
-.010
-.144
.139
,457**
.110
.146
.093
.153
,257*
.100
.179
,282*
,449**
.030
.264
.103
.066
.017
.214
.004
.000
.218
.109
.040
.000
.000
.102
.868
.915
.006
.027
.353
.334
.012
.068
.941
.256
.272
.000
.388
.251
.467
.228
.041
.433
.157
.024
.000
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
.197
.099
,252*
,280*
,448**
.106
,315*
,404**
.138
.167
,350**
,488**
,553**
1
.169
.173
-.081
,600**
,405**
,257*
.194
,424**
,265*
.072
-.150
-.053
,437**
.177
.201
,345**
.101
,343**
.136
.232
,385**
,502**
.120
.437
.045
.025
.000
.405
.011
.001
.276
.186
.005
.000
.000
.181
.172
.523
.000
.001
.040
.126
.000
.034
.572
.236
.680
.000
.161
.111
.005
.428
.005
.282
.065
.002
.000
Lampiran 9 Item14
N Item15
Item16
Item17
Item18
Item19
Item20
Item21
Item22
Item23
Item24
Item25
Item26
Item27
Item28
Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
.072
,429**
,665**
,576**
,301*
,495**
,539**
,465**
,772**
,666**
.002
-.062
.206
.169
1
.190
,276*
.151
,526**
,664**
,316*
.192
.205
,581**
,531**
,256*
.017
.224
,432**
,482**
,272*
,574**
,561**
,532**
,700**
,738**
.573
.000
.000
.000
.016
.000
.000
.000
.000
.000
.989
.627
.102
.181
.132
.027
.232
.000
.000
.011
.128
.104
.000
.000
.042
.897
.075
.000
.000
.029
.000
.000
.000
.000
.000
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
.030
,327**
.217
.210
.034
.062
,296*
.229
.162
.223
.011
.025
-.021
.173
.190
1
,317*
.139
,259*
.221
,317*
.175
.212
.091
.088
.137
-.169
-.047
.059
.081
.074
,255*
.207
.197
.181
,293*
.815
.008
.085
.096
.791
.626
.017
.069
.201
.076
.933
.848
.868
.172
.132
.011
.274
.039
.080
.011
.167
.093
.473
.488
.281
.181
.711
.643
.526
.559
.042
.102
.120
.153
.019
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
,270*
.223
.141
.234
-.026
.054
,434**
,255*
,399**
.161
-.113
-.034
.014
-.081
,276*
,317*
1
.085
.245
.230
.240
-.011
.129
.180
,470**
,346**
.068
,316*
.050
-.043
,373**
.117
.007
.183
.135
,357**
.031
.076
.268
.063
.840
.671
.000
.042
.001
.203
.375
.789
.915
.523
.027
.011
.504
.051
.067
.056
.934
.310
.155
.000
.005
.591
.011
.695
.733
.002
.357
.957
.148
.288
.004
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
.184
.055
,386**
,398**
,428**
.078
,290*
,448**
.116
,282*
,536**
.235
,339**
,600**
.151
.139
.085
1
.179
.156
.104
,315*
,267*
.152
-.028
-.107
.226
,306*
.107
.232
.023
.160
.199
-.001
,379**
,461**
.145
.669
.002
.001
.000
.539
.020
.000
.361
.024
.000
.061
.006
.000
.232
.274
.504
.156
.218
.411
.011
.033
.231
.827
.398
.072
.014
.402
.065
.856
.208
.116
.994
.002
.000
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
.186
,499**
.209
,347**
,347**
.175
,375**
,387**
,511**
,441**
.052
.141
,276*
,405**
,526**
,259*
.245
.179
1
,504**
,302*
,294*
.030
,379**
.139
,331**
.034
.128
,266*
,336**
.212
,449**
.226
,444**
,303*
,565**
.142
.000
.098
.005
.005
.166
.002
.002
.000
.000
.683
.266
.027
.001
.000
.039
.051
.156
.000
.015
.018
.813
.002
.273
.008
.788
.312
.033
.007
.092
.000
.072
.000
.015
.000
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
.150
,373**
,554**
,508**
,483**
,561**
,585**
,369**
,704**
,470**
.047
.059
.118
,257*
,664**
.221
.230
.156
,504**
1
,326**
,411**
,375**
,371**
,345**
.015
.063
.245
,412**
,632**
,409**
,508**
,642**
,565**
,659**
,741**
.238
.002
.000
.000
.000
.000
.000
.003
.000
.000
.713
.641
.353
.040
.000
.080
.067
.218
.000
.009
.001
.002
.003
.005
.903
.623
.051
.001
.000
.001
.000
.000
.000
.000
.000
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
.103
.216
.214
,382**
,315*
,390**
,369**
.165
,432**
.174
.019
.011
.123
.194
,316*
,317*
.240
.104
,302*
,326**
1
,390**
,321**
,312*
,310*
,314*
,256*
.112
,289*
,276*
,276*
,459**
,367**
,591**
,321**
,535**
.418
.086
.089
.002
.011
.001
.003
.193
.000
.169
.881
.933
.334
.126
.011
.011
.056
.411
.015
.009
.001
.010
.012
.013
.012
.041
.380
.021
.027
.027
.000
.003
.000
.010
.000
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
,429**
.029
,267*
,465**
,547**
.216
,410**
.212
.236
.012
,381**
.236
,313*
,424**
.192
.175
-.011
,315*
,294*
,411**
,390**
1
,633**
.101
-.030
-.079
.169
.164
.213
,264*
.164
,303*
,405**
,366**
,350**
,532**
.000
.819
.033
.000
.000
.086
.001
.093
.060
.922
.002
.060
.012
.000
.128
.167
.934
.011
.018
.001
.001
.000
.426
.815
.535
.183
.195
.092
.035
.195
.015
.001
.003
.005
.000
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
,309*
.183
.190
,394**
,407**
.083
,531**
.136
,355**
.084
,434**
.219
.229
,265*
.205
.212
.129
,267*
.030
,375**
,321**
,633**
1
.145
.100
-.094
,321**
,488**
,270*
.168
.159
,270*
,289*
.196
,425**
,521**
.013
.149
.132
.001
.001
.514
.000
.283
.004
.511
.000
.082
.068
.034
.104
.093
.310
.033
.813
.002
.010
.000
.252
.433
.461
.010
.000
.031
.186
.210
.031
.021
.120
.000
.000
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
-.039
.227
,354**
,446**
,263*
,353**
,288*
.246
,557**
,406**
-.052
-.184
-.010
.072
,581**
.091
.180
.152
,379**
,371**
,312*
.101
.145
1
,452**
.169
.002
.165
.176
,438**
.229
,462**
.120
,294*
,379**
,476**
.760
.071
.004
.000
.036
.004
.021
.050
.000
.001
.683
.146
.941
.572
.000
.473
.155
.231
.002
.003
.012
.426
.252
.000
.183
.986
.192
.164
.000
.069
.000
.343
.018
.002
.000
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
.028
.085
,319*
,411**
.146
,369**
,396**
,252*
,585**
,366**
-.219
-.225
-.144
-.150
,531**
.088
,470**
-.028
.139
,345**
,310*
-.030
.100
,452**
1
,529**
,277*
,395**
,395**
,462**
,334**
.230
,321**
,382**
,373**
,500**
.828
.507
.010
.001
.251
.003
.001
.045
.000
.003
.082
.073
.256
.236
.000
.488
.000
.827
.273
.005
.013
.815
.433
.000
.000
.027
.001
.001
.000
.007
.068
.010
.002
.002
.000
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
.024
.116
.016
.157
.095
.131
.194
.142
,292*
.193
-,250*
.022
.139
-.053
,256*
.137
,346**
-.107
,331**
.015
,314*
-.079
-.094
.169
,529**
1
,335**
.227
,412**
.149
.226
.182
.076
,386**
-.021
,309*
.853
.363
.903
.214
.456
.302
.124
.261
.019
.126
.047
.865
.272
.680
.042
.281
.005
.398
.008
.903
.012
.535
.461
.183
.000
.007
.071
.001
.239
.072
.150
.551
.002
.872
.013
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
.198
-.067
-.063
.219
,370**
.059
.200
.177
.182
.008
,263*
,410**
,457**
,437**
.017
-.169
.068
.226
.034
.063
,256*
.169
,321**
.002
,277*
,335**
1
,539**
,301*
,326**
.245
.150
-.032
.181
.144
,401**
.118
.596
.618
.082
.003
.642
.113
.162
.149
.953
.036
.001
.000
.000
.897
.181
.591
.072
.788
.623
.041
.183
.010
.986
.027
.007
.000
.015
.008
.051
.237
.804
.151
.258
.001
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
,267*
.118
.031
,387**
,409**
.038
,351**
-.032
,397**
.078
,401**
.168
.110
.177
.224
-.047
,316*
,306*
.128
.245
.112
.164
,488**
.165
,395**
.227
,539**
1
,354**
,262*
,265*
.134
-.001
.175
.235
,472**
.033
.352
.809
.002
.001
.764
.004
.803
.001
.539
.001
.183
.388
.161
.075
.711
.011
.014
.312
.051
.380
.195
.000
.192
.001
.071
.000
.004
.037
.035
.293
.995
.166
.061
.000
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
Lampiran 9
Item29
Pearson Correlation Sig. (2tailed) N
Item30
Pearson Correlation Sig. (2tailed) N
Item31
Pearson Correlation Sig. (2tailed) N
Item32
Pearson Correlation Sig. (2tailed) N
Item33
Pearson Correlation Sig. (2tailed) N
Item34
Pearson Correlation Sig. (2tailed) N
Item35
Pearson Correlation Sig. (2tailed) N
Total
Pearson Correlation Sig. (2tailed) N
-.045
,337**
,289*
,309*
,385**
,319*
,462**
,260*
,525**
,438**
.053
.129
.146
.201
,432**
.059
.050
.107
,266*
,412**
,289*
.213
,270*
.176
,395**
,412**
,301*
,354**
.724
.006
.021
.013
.002
.010
.000
.038
.000
.000
.680
.309
.251
.111
.000
.643
.695
.402
.033
.001
.021
.092
.031
.164
.001
.001
.015
.004
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
-.132
.201
,375**
,358**
,375**
,456**
,255*
,306*
,493**
,431**
-.142
.139
.093
,345**
,482**
.081
-.043
.232
,336**
,632**
,276*
,264*
.168
,438**
,462**
.149
,326**
.299
.111
.002
.004
.002
.000
.042
.014
.000
.000
.262
.273
.467
.005
.000
.526
.733
.065
.007
.000
.027
.035
.186
.000
.000
.239
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
.072
.038
.218
.060
.157
,399**
,387**
.207
,429**
.231
-.154
,285*
.153
.101
,272*
.074
,373**
.023
.212
,409**
,276*
.164
.159
.229
,334**
.572
.767
.084
.640
.214
.001
.002
.101
.000
.067
.225
.022
.228
.428
.029
.559
.002
.856
.092
.001
.027
.195
.210
.069
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
.011
,444**
,376**
,456**
,483**
,466**
,399**
,287*
,605**
,476**
.099
.136
,257*
,343**
,574**
,255*
.117
.160
,449**
,508**
,459**
,303*
,270*
.929
.000
.002
.000
.000
.000
.001
.022
.000
.000
.438
.283
.041
.005
.000
.042
.357
.208
.000
.000
.000
.015
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
.093
.116
,559**
,408**
,334**
,550**
,421**
,428**
,507**
,473**
.052
.023
.100
.136
,561**
.207
.007
.199
.226
,642**
,367**
.464
.363
.000
.001
.007
.000
.001
.000
.000
.000
.682
.854
.433
.282
.000
.102
.957
.116
.072
.000
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
.159
.241
,397**
,475**
,443**
,642**
,462**
,265*
,605**
,336**
-.008
.070
.179
.232
,532**
.197
.183
-.001
,444**
.209
.055
.001
.000
.000
.000
.000
.035
.000
.007
.949
.581
.157
.065
.000
.120
.148
.994
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
.008
,265*
,775**
,456**
,298*
,544**
,691**
,590**
,652**
,657**
.202
.184
,282*
,385**
,700**
.181
.135
.953
.034
.000
.000
.017
.000
.000
.000
.000
.000
.110
.145
.024
.002
.000
.153
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
,318*
,382**
,623**
,707**
,642**
,573**
,770**
,599**
,811**
,603**
,291*
,287*
,449**
,502**
,738**
.010
.002
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.020
.021
.000
.000
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .928
35
,583**
,298*
,545**
,398**
,345**
,414**
,585**
.000
.017
.000
.001
.005
.001
.000
64
64
64
64
64
64
64
64
,262*
,583**
1
,398**
,543**
,516**
,363**
,470**
,603**
.008
.037
.000
.001
.000
.000
.003
.000
.000
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
.226
.245
,265*
,298*
,398**
1
,372**
,274*
,366**
,300*
,467**
.007
.072
.051
.035
.017
.001
.002
.028
.003
.016
.000
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
,462**
.230
.182
.150
.134
,545**
,543**
,372**
1
,486**
,426**
,480**
,668**
.031
.000
.068
.150
.237
.293
.000
.000
.002
.000
.000
.000
.000
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
,405**
,289*
.120
,321**
.076
-.032
-.001
,398**
,516**
,274*
,486**
1
,528**
,652**
,607**
.003
.001
.021
.343
.010
.551
.804
.995
.001
.000
.028
.000
.000
.000
.000
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
,565**
,591**
,366**
.196
,294*
,382**
,386**
.181
.175
,345**
,363**
,366**
,426**
,528**
1
,536**
,661**
.000
.000
.000
.003
.120
.018
.002
.002
.151
.166
.005
.003
.003
.000
.000
.000
.000
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
,379**
,303*
,659**
,321**
,350**
,425**
,379**
,373**
-.021
.144
.235
,414**
,470**
,300*
,480**
,652**
,536**
1
,770**
.288
.002
.015
.000
.010
.005
.000
.002
.002
.872
.258
.061
.001
.000
.016
.000
.000
.000
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
,293*
,357**
,461**
,565**
,741**
,535**
,532**
,521**
,476**
,500**
,309*
,401**
,472**
,585**
,603**
,467**
,668**
,607**
,661**
,770**
1
.000
.019
.004
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.013
.001
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
1
.000
64
Lampiran 10
DATA GEDUNG MTs NEGERI TANGERANG II PAMULANG Jumlah dan Luas Ruang MTsN Tangerang II Pamulang No
Ruang
Jumlah
Luas (m2)
Kondisi
1.
Ruang Teori/Kelas
31
7x8
Baik
2.
Laboratorium Fisika
1
7x8
Baik
3.
Laboratorium Biologi
1
7 x 10
Baik
4.
Laboratorium Bahasa
1
7 x 10
Baik
5.
Laboratorium Komputer
2
7x8
Baik
6.
Laboratorium ICBC
1
7 x 2,5
Baik
7.
Ruang Perpustakaan
2
8x9
Baik
8.
Ruang UKS
1
7x8
Baik
9.
Ruang Pramuka
1
7x3
Baik
10.
Ruang Audio Visual
1
7x3
Baik
11.
Ruang Aula
1
7 x 24
Baik
12.
Ruang Kepala Madrasah
1
6x5
Baik
13.
Ruang Guru
1
7 x 18
Baik
14.
Ruang Arsip
1
5x5
Baik
15.
Ruang Komite
3
3x3
Baik
16.
Ruang Tata Usaha
2
6x7
Baik
17.
Ruang OSIS
1
7x3
Baik
18.
Kamar Mandi/WC Guru
2
2x2
Baik
19.
Kamar Mandi/WC Murid
4
3x5
Baik
20.
Gudang
1
8x9
Baik
21.
Mushalla
1
7 x 24
Baik
22.
Ruang Penjaga
1
1,2 x 2
Baik
23.
Ruang Piket
1
2x2
Baik
24.
Ruang Komite
1
3x4
Baik
25.
Ruang Koperasi
1
7x4
Baik
26.
Ruang BK
1
7x4
Baik
27.
Ruang Studio Musik
1
7x3
Baik
28.
Ruang Wakabid
1
6x7
Baik
29.
Ruang Alat Drumband
1
7x5
Baik
30.
Kantin
1
54 x 9
Baik
31.
Tempat Wudlu
1
9x4
Baik
BIODATA PENULIS
INDRIANI, lahir di Lebak, 01 Maret 1993. Saat ini penulis tinggal di Kp. Babakan Pedes RT 01 RW. 01 Kel. Sipayung Kec. Cipanas Kab. Lebak-Banten. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Rudi Rasidi dan Nining Muflihah, S. Pd. Penulis menempuh pendidikan di TK PGRI Cipanas-Lebak (1997-1998), SD Sipayung 1 Cipanas-Lebak (19982004), SMP Pondok Pesan Nurul Madaany Cipanas-Lebak (2004-2007), SMA Pondok Pesantren Nurul Madaany Cipanas-Lebak (2007-2010), kemudian melanjutkan pendidikan tinggi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Manajemen Pendidikan dan telah menyelesaikan masa studi pada tahun 2014. Pada masa pendidikan penulis juga ikut serta dalam berbagai organisasi yaitu Organisasi Pramuka SMP Nurul Madaany (2004-2007), INSANY SMA Nurul Madaany (2008-2009) yang merupakan OSIS Pondok Pesantren Nurul Madaany, dan menjadi anggota BEM/HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) Manajemen Pendidikan. Alamat Email penulis adalah
[email protected]