KOMUNIKASI ANTARA KEPALA SEKOLAH DENGAN PARA GURU DI MTS AL-FITROH CIPONDOH KOTA TANGERANG Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
AHMAD FAHRUDDIN 103018227354
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H
KOMUNIKASI ANTARA KEPALA SEKOLAH DENGAN PARA GURU DI MTS AL- FITROH CIPONDOH KOTA TANGERANG Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: AHMAD FAHRUDIN NIM: 103018227354
Dibawah Bimbingan
DRS. HASYIM ASY’ARI, M.Pd NIP: 19661009 199303 1 004
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
ABSTRAK Ahmad Fahruddin, Nim: 103018227354, Komunikasi Antara Kepala Sekolah Dengan Para Guru di MTs Al-Fitroh. Skripsi. Jurusan Kependidikan Islam. Program Studi Manajemen Pendidikan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta 2011. Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Al-Fitroh, Cipondoh-Tangerang, Adapun tujuan dari Penelitian ini adalah untuk menjelaskan tentang hubungan komunikasi antara kepala sekolah dengan para guru di MTs Al-Fitroh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah guru Madrasah Tsanawiyah Al-Fitroh dengan kepala sekolah dan sepuluh sampel guru dari 34 orang. Pengawasan kepala sekolah di Madrasah Tsanawiyah Al-Fitroh dikatakan cukup, hal ini dapat dilihat dari data pengawasan kepala sekolah dengan nilai rata-rata 30 %. Dimana nilai tersebut berada pada kategori sedang, jadi komunikasi antar kepala sekolah dengan para guru berkategori sedang. Dengan demikian pelaksanaan komunikasi yang dilaksanakan kepala sekolah sudah cukup baik, namun belum terlaksana secara maksimal. Proses komunikasi kepala sekolah dengan para guru dipandang cukup, artinya kondisi guru dan kepala sekolah terbina degan harmonis dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik.. Kegiatan komunikasi kepala sekolah dengan para guru di MTs AlFitroh dinilai baik dengan alasan miss yang terjadi lebih kecil daripada nilai positifnya. Ubtuk itu, penelitian ini difokuskan dengan pola komunikasi yag dilakukan kepala sekolah terhadap para guru. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa komunikasi kepala sekolah dengan para guru akan dapat meningkatkan harmonisasi guru dengan kepala sekolah di Madrasah Tsanawiyah Al-Fitroh.
i
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim, Tiada kata indah yang terucap dari lisan ini melainkan puji syukur terhadap Allah SWT. Tuhan Yang Maha Kuasa, tidak ada Tuhan melainkan Dia, Dzat yang Maha Tinggi, yang telah memberikan petunjuk dan hidayah-Nya kepada penulis, selama penulis menempuh studi sampai akhirnya penulis menyelesaikan Skripsi ini untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan atas junjungan Nabi Muhammad saw. yang telah banyak melahirkan inspirasi bagi banyak manusia, terutama penulis dalam menjalankan roda kehidupan ini. Semoga kita semua termasuk ke dalam golongan ummatnya yang saleh dan salehah, amin. Proses penyelesaian skripsi S1 yang berjudul “Komunikasi Antar Kepala Sekolah dengan Para Guru di MTs Al-Fitroh” ini telah memakan waktu yang cukup lama dan berbagai macam rintangan telah penulis hadapi dengan penuh semangat dan kerja keras. Oleh karena itu, keharuan penulis tidak bisa diukir dalam bentuk kata-kata indah melainkan hanya dengan sejuta harapan agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi civitas akademia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, juga secara umum bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk itu, penulis ingin berucap terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
iv
2. Bapak Drs. Rusydy Zakaria, M. Ed, M. Phil selaku Ketua Jurusan KIManajemen Pendidiikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 3. Ibu Drs, Mu’arif SAM, M. Pd selaku Sekretaris Jurusan KI-Manajemen Pendidikan, yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan motivasi, saran, nasihat selama penulis menempuh studi S1 di Jurusan KIMP 4. Bapak Drs. Hasyim Asy’ari, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing Skripsi yang telah turut berperan aktif dalam proses penyelesaian skripsi penulis, baik berupa saran, bimbingan dan nasihatnya kepada penulis, 5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis selama masa studi di Jurusan KI-MP. Semoga amal baik mereka mendapat balasan dari Allah SWT, amin 6. Seluruh staff/pegawai Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang telah banyak menyediakan buku referensi selama penulis menyelesaikan skripsi 7. Bapak Syaiful Husni Mubarak, Lc yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan keterangan-keterangan seputar judul skripsi ini di tengah kesibukan beliau yang sungguh luar biasa sampai penulis harus bekerja keras untuk dapat mewawancarainya,
iv
8. Ayahanda Bapak Nahrawi dan Ibunda Titi Faridawati, yang selalu memberikan motivasi, bimbingan, doa yang tulus kepada penulis untuk terus mengejar cita-cita yang dibanggakan. Semoga segala bentuk kebaikannya dibalas oleh Allah SWT, amin 9. Sahabat-sahabat HIMATA Jakarta Raya (Opik, Maksis, Chandra, Oji, St. Badi’ah, Romli, dll.) dan PB HIMATA, semoga kalian terus semangat menjalani aktivitas kesehariannya, terima kasih atas keakraban dan kekeluargaan yang diberikan selama penulis menempuh studi di UIN Jakarta. 10. Untuk sang kekasih yang selalu mensupport penulis dalam menyelesaikan skripsi,
yaitu
Rini
Febriani.
Semoga
termotivasi,
agar
segera
menyelesaikan studinya. 11. Seluruh teman-teman civitas akademia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, wabil khusus Jurusan KI-MP (Pribadi Muslim, Defri Hamdani, Dzul Fadli Agus Mulyania, Abd. Aziz, Asih Sumiasih, Ade Faizah, Nining), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Akhirnya, penulis berharap semoga amal baik yang telah mereka berikan mendapat imbalan yang setimpal dari Yang Maha Kuasa, serta skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua, amin. Ciputat, 22 Februari 2011
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK …………………………………………………………..………...
i
KATA PENGANTAR ………………………………………………..………
ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………...……..
v
PENDAHULUAN ………………………………………..…...
1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………..….
1
B. Masalah Penelitian ………………………………………....
5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian …………………………..
6
LANDASAN TEORITIS ………………………………….....
8
A. Pengertian Komunikasi ……………………………………
8
B. Tujuan Komunikasi ………………………………………..
10
C. Unsur- unsure Komunikasi…………………………………
12
D. Jenis-Jenis Komunikasi
12
E. Faktor Pendukung Komunikasi…………………………….
13
F. Faktor Penghambat Komunikasi …………………………..
14
BAB I
BAB II
G. Komunikasi Antara Kepala Sekolah Dengan Para Guru …..
BAB
III
H. Kerangka Berfikir ………………………………………….
32
METODOLOGI PENELITIAN ……………………..………
33
A. Tujuan Penelitian ………………………………………….
33
B. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………
34
C. Metode Penelitian..………………………………………...
34
D. Populasi Dan Sampel ……………………………………...
34
E. Variabel Penelitian ………………………………………..
34
v
BAB
IV
BAB V
F. Teknik Pengumpulan Data ………………………………..
35
G. Instrumen Penelitian ………………………………………
35
HASIL PENELITIAN ………………………………………..
36
A. Gambaran Umum MTs Al-Fitroh .........................................
36
B. Latar Belakang Guru ……………...……………………….
38
C. Latar Belakang Kepala Sekolah …………………………...
41
D. Pola Komunikasi Kepala Sekolah dengan Guru ………..…
42
E. Pengolahan Data …………………………………………...
48
PENUTUP ………………………………………..…………...
50
A. Kesimpulan ……………………………………………..…. 51 B. Saran-saran ………………………………………..……….
v
52
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah komunikasi sudah sedimikian lazim di kalangan kita, meskipun masing-masing orang mengartikan istilah itu secara bebedabeda. Keseharian kita dipenuhi oleh penggunaan kata komunikasi, misalnya: “hewan pun berkomunikasi dengan caranya masing-masing,” ada miskomunikasi antara kita, “saya sebel sama orang itu,” karena orangnya tidak komunikatif, “computer adalah saraa komunikasi yang tercanggih”, “kami sedang meneima komunikasi lanjutan dari pihak pemeintah,” dan sebagainya. Komunikasi dari organisasi pada umumnya bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian rupasehingga khalayak merasa
memiliki
keterlibatan,
setidak-
tidaknya
ada
hubungan
batin.kegiatan ini sangat penting dalam usaha pemecahan suatu masalah jika terjadi tampa diduga. Sebagai contoh ialah masalah yang timbul akibat berita yang salah yang dimuat dalam surat kabar. Dengan adanya hubungan baik sebagai akibat kegiatan komunikasi yang dilakukan organisasi, masalah yang dijumpai kemungkinan besar tidak akan terlalu sulit diatasi. Bukan tidak mungkin pula sebelum berita itu dimuat, si
1
2
wartawan terlebih dulu bertanya mengenai kebenaran kejadian yang akan diberitakan itu.1 Komunikasi dalam bidang pendidikan merupakan hal yang mendukung terciptanya hubungan antar penyelenggara pendidikan yang baik agar tercapainya tujuan pendidikan sebagaimana yang terumus dalam tujuan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Komunikasi merupakan suatu tindakan penting dalam kehidupan manusia tanpa terkecuali. Begitu pun dalam dunia pendidikan, komunikasi dipandang perlu karena akan mengantarkan proses pendidikan menjadi lancar dan baik. Di dalam sekolah, terdapat organisasi sekolah yang terdiri dari Kepala sekolah, guru, komite sekolah dan orang tua murid. Kesemuanya harus memiliki sinergitas dan bentuk komunikasi yang baik demi kelancaran proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Pada penelitian ini, arti penting komunikasi akan diangkat kedalam permukaan kajian pendidikan yang memiliki turunan dengan sistem dan manajemen pendidikan di sekolah melalui hubungan komunikasi antar Kepala Sekolah dan guru. Karena kita semua menyadari bahwa hubungan kepala sekolah dan guru adalah bagaikan gerbong kereta yang harus selalu tersambung dengan kepala kereta agar dapat mengantarkan para penumpang ke suatu tujuan. Di dalam lembaga pendidikan, atau sekolah, kita mengenal adanya Kepala Sekolah dan guru. Kepala sekolah dan guru merupakan dua elemen penting dalam sistem penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Kepala sekolah hendaknya memiliki kemampuan mengatur, menjamin, dan mengarahkan guru-guru agar dapat sesuai menjalankan tugasnya sebagai guru yaitu mendidik para siswa agar terarah dan terbimbing. Namun, kita juga menyadari bahwa hubungan komunikasi antar Kepala Sekolah dan guru tidak selamanya terjadi secara harmonis, tetapi juga adakalanya terdapat suatu konflik atau gap yang bisa 1 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi,Teori dan Praktek, Bandung, Rosdakarya, 2003, h.129
3
menyebabkan pecahnya keharmonisan hubungan keduanya baik secara lembaga maupun secara personal. Tentu saja ini diakibatkan adanya kesalahan dalam bercakap dan manajemen komunikasi diantara keduanya. Penelitian ini akan berusaha mencari faktor penentu dan juga penghambat hubungan komunikasi kepala sekolah dan guru dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Dalam banyak hal komunikasi dapat disamakan dengan plogistonnya masyarakat. Coba saja pikirkan, dai waktu ke waktu!; problema sosial apa yang tidak melibatkan problema komunikasi? Oleh aena itu, dari waktu ke waktu manusia dihadapkan denga problema sosial yang penyelesaiannya menyangkut jkomunikasi yang lebih banyak ataupun lebih baik. Setidak-tidaknya seorang ahli politik telah melukiskan terjadinya peperangan antar bangsa sebagai akibat adanya problema kesalahpahaman cultural, yang sebenarnya kesalahpahaman itu dapat dihndari melalui komunikasi politik internasional. Salah satu dasar pemikiran yang sering diulang-ulang,
yang mendasari perserikatan
bangsa-bangsa dimulai kira-kira sebagai berikut: “jika saja bangsa-bangsa dapat berukmpul dan berbicara antara yang satu dengan yang lain…” bagi saya sendiri, salah satu dari baris-baris dapat diingat dari Hollywood adalah apa yang diucapkan oleh sipir penjara yang terus menerus member tahu kepada Cole Hand Luke,: apa yang ada disini adalah kegagalan berkomunikasi! Guru merupakan sebuah profesi atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus dibidang pendidikan dan pengajaran. Jenis pekerjaan tersebut tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Oleh sebab itu, jenis profesi guru paling mudah terkena pencemaran. Akhir-akhir ini seringkali terdengar orang berbicara tentang merosotnya mutu pendidikan dan mereka cenderung beranggapan bahwa masalah tersebut disebabkan oleh kesalahan guru semata. Guru kurang memiliki kompetensi dalam mengajar, kurang mampu mengajar dan sebagainya. Akibatnya guru adalah tidak mampu menjalankan tugas-
4
tugasnya secara memadai. Anggapan semacam ini dapat dipahami, oleh karena guru-gurulah yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. Namun demikian, hal tersebut bukan hanya tanggung jawab guru semata. Anggapan semacam ini dapat dipahami, tetapi apabila diamati masih ada faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi timbulnya masalah ini. Salah satunya faktor efektivitas komunikasi kepala sekolah yang menjadi faktor merosotnya mutu pendidikan, komunikasi kepala sekolah terhadap guru pun ikut berperan dalan keefektivan kegiatan belajar mengajar, lebih lagi apabila komunikasi kepala sekolah langsung kesiswa (anak didik). Komunikasi dirasakan sangat penting dalam segala aspek kehidupan, khususnya adalah lembaga pendidikan (sekolah). Komunikasi meningkatkan keharmonisan kerja dalam perkantoran. Sebaliknya apabila komunikasi tidak efektif, maka koordinasi akan terganggu. Akibatnya adalah disharmonisasi yang akan mengganggu proses pencapaian target dan tujuan pendidikan. Dalam sebuah organisasi khususnya sekolah membutuhkan koordinasi antara satu dengan yang lain agar tercipta adanya keharmonisan, saling pengertian, kesepahaman antara sub kerja yang satu dengan yang lainnya. Karena pada dasarnya organisasi dibangun atas dasar interaksi antara satu orang dengan orang lain. Jika kerjasama dalam kelompok dapat terselenggara dengan baik, maka tujuan dari sebuah kelompok (organisasi) akan cepat terwujud, namun jika terdapat distorsi dalam kerjasama tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai akan terasa lebih sulit. Suranto AW berpendapat, perkantoran yang berfungsi baik, ditandai oleh adanya kerjasama secara sinergis dan harmonis dari berbagai komponen. Senantiasa terjadi komunikasi, kerjasama, saling koreksi, dan terdapat system pembagian tugas antar komponen tersebut. Suatu perkantoran dikonstruksi dan dipelihara dengan komunikasi. Artinya, ketika proses komunikasi antar komponen tersebut dapat diselenggarakan secara harmonis, maka perkantoran tersebut semakin kokoh dan kinerja perkantoran akan meningkat. Keberhasilan komunikasi kepala sekolah yang ada di sekolah, diharapkan akan mampu memberikan pengaruh terhadap disiplin kerja
5
guru. Adanya komunikasi yang sehat dan baik antara sub kerja yang satu dengan yang lain, diharapkan akan turut membantu perkembangan kinerja guru di sekolah. Dengan adanya keterbukaan dan pengertian maka guru akan merasa lebih akrab dan dapat dijadikan sebagai teman diskusi. Setiap individu dalam bekerja tidak hanya menginginkan sekedar gaji dan prestasi, tetapi bekerja merupakan pemenuhan kebutuhan akan interaksi sosial. Guru yang memiliki rekan kerja yang ramah dan mendukung, akan mengantarkan mereka pada hasil kerja yang baik pula. keberhasilan komunikasi kepala sekolah dapatlah diartikan sebagai keefektifan komunikasi antara kepala sekolah dengan para bawahannya (guru). Oleh karena itu, komunikasi menjadi topik penting dalam upaya memperbaiki manajemen pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. MTs Al-Fithroh merupakan salah satu sekolah yang memiliki sistem manajemen yang tergolong fluktuatif. Berdasarkan hasil prapenelitian penulis, MTs Al-Fithroh tergolong kepada jenis sekolah yang memiliki pola komunikasi personal antara kepala sekolah dan para guru, sehingga kemungkinan konflik akan terjadi secara personal pula. Untuk itu, hal-hal yang bisa memungkinkan terjadinya ketidakstabilan dalam penyelenggaraan pendidikan yang diakibatkan oleh ketidakefektifan komunikasi kepala sekolah dan guru menjadi bagian kajian penting dalam studi manajemen pendidikan. Komunikasi seorang kepala Sekolah terhadap para guru memang menjadi topik penting dalam kajian manajemen pendidikan. Oleh karenanya, penulis akan mengangkat judul skripsi “Komunikasi Antara Kepala Sekolah dengan para guru di MTs Al-Fithroh Cipondoh Kota Tangerang” sebagai tugas akhir studi KI-Manajemen Pendidikan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. B. Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah Agar terciptanya prosedur penelitian yang efektif dan ilmiah, maka penulis terlebih dahulu memberikan identifikasi permasalahan penelitian ini. Berikut permasalahan yang penulis identifikasi di lapangan :
6
a. Bentuk komunikasi Kepala Sekolah terhadap para guru di MTs Al-Fithroh yang tidak maksimal. b. Terdapat hambatan komunikasi Kepala Sekolah dengan guru di MTs Al-Fithroh. c. Proses komunikasi antara kepala sekolah dengan para guru di MTs Al-Fithroh, Cipondoh Kota Tangerang yang kurang maksimal. d. Pengaruh komunikasi antara Kepala Sekolah dengan para guru terhadap kinerja guru e. Tujuan komunikasi kepala sekolah dengan para guru yang kurang jelas.
2. Pembatasan Masalah Berdasarkan uraian di atas untuk lebih memperjelas dan memberi arah yang tepat dalam pembatasan penelitian ini, penulis memberikan batasan sebagai berikut : a. Bentuk komunikasi Kepala Sekolah terhadap para guru di MTs Al-Fithroh yang tidak maksimal. b. Terdapat hambatan komunikasi Kepala Sekolah dengan guru di MTs Al-Fithroh. c. Proses komunikasi antara kepala sekolah dengan para guru di MTs Al-Fithroh, Cipondoh Kota Tangerang yang kurang maksimal. d. Pengaruh komunikasi antara Kepala Sekolah dengan para guru terhadap kinerja guru e. Tujuan komunikasi kepala sekolah dengan para guru yang kurang jelas.
3. Perumusan Masalah Berdasarkam pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas agar permasalahan yang dibatasi bisa dikaji dan diperoleh kejelasan serta jawaban yang tepat, maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah
7
a. “Bagaimana bentuk komunikasi Kepala Sekolah dengan para guru di MTs Al-Fithroh Cipondoh Kota Tangerang ?” b. “Bagaimana hambatan komunikasi atara kepala sekolah dengan para guru?” c. “Faktor apa saja yang mempengaruhi komunikasi kepala sekolah dengan para guru di MTs Al-Fithroh Cipondoh Kota Tangerang?” d. “Bagaimana proses komunikasi antara kepala sekolah dengan para guru di MTs Al-Fithroh, Cipondoh Kota Tangerang yang kurang maksimal. e. Bagaimana tujuan komunikasi Kepala Sekolah dengan para guru yang kurang jelas.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : a. Bentuk komunikasi Kepala Sekolah terhadap para guru di MTs Al-Fithroh yang tidak maksimal.
b. Terdapat hambatan komunikasi Kepala Sekolah dengan guru di MTs Al-Fithroh. c. Proses komunikasi antara kepala sekolah dengan para guru di MTs Al-Fithroh, Cipondoh Kota Tangerang yang kurang maksimal. d. Pengaruh komunikasi antara Kepala Sekolah dengan para guru terhadap kinerja guru e. Pengaruh Tujuan komunikasi kepala sekolah dengan para guru yang kurang jelas. 2.
Manfaat Penelitian
8
Sedangkan manfaat dari penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu : a. Manfaat Akademis 1) Memperkaya
khazanah
dan
referensi
kajian
manajemen pendidikan 2) Menambah wawasan kajian komunikasi di bidang pendidikan 3) Mendapatkan pengetahuan tentang manajemen dan komunikasi organisasi di lingkungan pendidikan. b. Manfaat Praktis 1) Mengetahui pola komunikasi yang dilakukan kepala sekolah MTs Al-Fithroh terhadap para gurunya 2) Sebagai bahan rujukan dalam melakukan pengembangan mutu pendidikan melalui komunikasi kepala sekolah dengan para guru 3) Upaya
membentuk
komunikasi
penyelenggara pendidikan di sekolah
yang
efektif
sesama
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR
A. HAKIKAT KOMUNIKASI 1. Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi dalam Bahasa Inggris “Communication” berasal dari bahasa latin Communicatio yang berarti pemberitahuan, pemberian bagian, pertukaran dimana si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya; ikut mengambil bagian. Kata kerjanya Communicare, artinya berdialog, berunding, atau bermusyawarah. Kata Communication, ini berasal dari kata Communis. Arti Communis disini adalah sama, dalam arti kata sama maka mengenai suatu hal. Komunikasi dapat berlangsung apabila antara orang- orang yang terlibat terdapat kesamaan maka mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia “ komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami”. Menurut Gerald R. Miller yang dikutip oleh
9
10
Deddy Mulyana menjelaskan pengertian komunikasi sebagai berikut “komunikasi terjadi jika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengab niat yang disadari untuk mempengaruhi prilaku penerima”.1 Hafied Cangara mendefinisikan “komuniksi adalah semua perilaku yang membawa pesan dan yang diterima orang lain, perilaku tersebut bias verbal dan non verbal. Everet M. Rogers menyatakan bahwa “komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud mengubah tingkah laku mereka”. James G Robbin dan Barbara S. Jones mendefinisikan “komunikasi sebagai suatu tingkah laku, perbuatan atau kegiatan penyampaian atau pengoperan lambing- lambing yang mendukung arti makna atau perbuatan penyampaian suatu gagasan suatu informasi dari seseorang terhadap orang lain.”. Atau lebih jelasnya komunikasi adalah suatu pemindahan atau informasi mengenai pikiran dan perasaan. Sedangkan menururt Anwar Arifin komunikasi berarti suatu upaya bersama-sama orang lain, atau membangun kebersamaan dengan orang lain dengan membentuk perhubungan. Dalam hubungan ini, D. Lawrence Kincaid dan Wilbur Schramm menyebut komunikasi sebagai proses saling membagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian antara para peserta dalam proses informasi.2 H.A.W Widjaya mengartikan “ komunikasi sebagai hubungan atau kegiatan yang berkaitan dengan masalah hubungan, atau diartikan pula sebagai saling saling tukar menukar pendapat”. Komunikasi juga dapat diartikan hubungan kontak antara manusia baik individu maupun kelompok. Menurut Dance “ komunikasi adalah proses penyampaian gagasan atau kerangka kerja perilaku psikologi manusia, harapan dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti yang dilakukan oleh penyampai pesan ditukan kepada penerima pesan”3. 1
Nana Mulyana, Ilmu Komunikas, Suatu Pengantar, Bandung, PT Remaja Rosdakarya h.
2
Anwar Arifin, Strategi Komunikasi, Bandung; Armico, 1984, hal. 14 B. Aubrey Fisher, Teori-teori Komunikasi, Bandung; Remaja Karya, 1986, hal. 10
62 3
11
Dari definisi- definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian informasi dan penertian dari seseorang kepada orang lain, baik verbal maupun non verbal melalui symbol- symbol ataupun isyarat- isyarat asalkan kominikasi itu dapat dipahami dan dimengerti oleh kedua belah pihak. Dalam keaadaan seperti inilah baru dapat dikatakan komunikasi telah berhasil baik (komunikatif). Jadi, komunikasi adalah pernyataan manusia, sedangkan pernyataan tersebut dapat dilakukan dengan kata- kata tertulis ataupun lisan, disamping itu dapat dilakukan juga dengan isyarat- isyarat atau simbol- simbol. 2. Tujuan Komunikasi Dalam kehidupan sehari- hari, setiap orang selalu berinteraksi dengan masyarakat. Interaksi ini kepada masyarakat, agar apa yang kitaa sampaikan atau kita minta dapat dimengerti, sehingga komunikasi yang kita laksanakan dapat tercapai. Menurut H.A.W. Widjaya pada umumnya komunikasi mempunyai beberapa tujuan, antara lain : a. Supaya yang kita sampaikan dapat dimengerti, sehingga komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) dengan sebaikbaiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan mengikuti apa yang kita maksudkan. b. Memahami orang lain, kita sebagai komunikator harus mengerti benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkan mereka. c. Supaya gagasan dapat diterima orang lain, kita harus berusaha agar gagasan kitadapat diterima orang lain dengan pendekatanyang persuasive bukan memaksakan kehendak. d. Menggerakan orang lain untuk melakukan sesuatu. e. Menggerakan sesuatu itu dapat bermacam- macam, berupa kegiatan. Kegiatan yang dimaksudkan disini adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong, namun yang penting yang harus diingat adalah bagaimana cara yang baik untuk melakukannya.
12
Jadi secara singkat dapat kita katakan bahwa komunikasi itu bertujuan mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan. Setiap kali kita bermaksud mengadakan komunikasi maka kita perlu meneliti apa yang menjadi tujuan kita. Selain dari pada itu, komunikasi juga menyertakan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang mengandung beberapa sifat yakni, sistematik, manasuka, ujar, manusiawi dan komunikatif.4 Selain dari pada itu, bahwa tujuan komunikasi juga membentuk sikap. Karena sikap mengacu pada kecenderungan untuk membuat pilihan atau keputusan untuk bertindak di bawah kondisi tertentu.5 3. Unsur-unsur Komunikasi Di dalam komunikasi terdapat unsur-unsur sebagai berikut : a. Komunikator; yaitu orang yang menyampaikan pesan b. Pesan; yaitu isi pesan berupa kata-kata, simbol, lambang yang disampaikan c. Komunikan; yaitu orang yang diajak bekomunikasi d. Media; yaitu alat bantu dalam penyampaian pesan, seperti telepon, surat kabar, televisi, dan lain-lain6 4. Jenis-jenis Komunikasi Menurut H.A.W. Widjaya jenis- jenis komunikasi dapat dikelompokan menjadi empat macam7, yaitu: 1) Komunikasi tertulis adalah komunikasi yang disampaikan secara tertulis. Keuntungan komunikasi tertulis antara lain adalah bahwa
4
Puji Santosa, Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia, Jakarta, Universitas terbuka, 2007. Hal. 1.2 5 Asep Herry Hernawan, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta, UT, 2007, hal. 10.22 6 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi,Teori dan Praktek, Bandung, Rosdakarya, 2003, h.6 7
2011
ilmuilmiah.blogspot.com/feeds/posts/default?orderby, diakses pada tanggal 15 Januari
13
komunikasi itu dapat dipersiapan terlebih dahulu dengan baik, dapat dibaca berulang- ulang,menurut prosedur tertentu, mengurangi biaya. 2) Komunikasi lisan, adalah komunikasi yang dilakukan secara lisan. Komunikasi ini dapat dilakukan secara langsung berhadapan atau tatap muka dan dapat pula melalui telepon. 3) Komunikasi non verbal, adalah komunikasi dengan menggunakan mimic, pantomime dan bahasa isyarat. 4) Komunikasi satu arah, adalah komunikasi yang bersipat koresif dapat berbentuk
perintah,
intruksi
dan
bersifat
memaksa
dengan
menggunakan sanksi- sanksi. 5) Komunikasi dua arah atau lebih bersifat informative dan persuasive dan memerlukan hasil (feedback) 5. Faktor Pendukung Komunikasi Di dalam komunikasi, terdapat faktor pendukung, diantaranya: a. Kesesuaian pesan yang disampaikan sehingga minim terjadinya distorsi, yaitu pengalihan makna pesan yang pertama ke penerima selanjutnya. b. Adanya Feedback langsung. Hal ini akan dapat mempermudah proses komunikasi yang berlangsung karena mendapatkan respon yang cepat sehingga terjadi dialog yang matang c. Evaluasi pesan. Pada tahap ini seorang penerima dan pengirim pesan akan bersama-sama mengevaluasi dari hasil percakapan yang dilangsungkan. Oleh karena itu, jika evaluasi ini terjalin dengan sinkron maka akan menimbulkan kesamaan pemahaman dalam mengartikan pesan. d. Media pengantar; yaitu sebagai bagian dari proses komunikasi yang sedang berlangsung. Dengan media, komunikasi akan dapat efektif jika
14
terdapat media pengantar seperti surat kabar, televise, telepon dan lainlain8
6. Faktor Penghambat Komunikasi Hambatan komunikasi adalah segala sesuatu yang menimbulkan gangguan komunikasi sehingga tujuan komunikasi tidak tercapai. Pada dasarnya, hambatan itu dapat terjadi karena adanya distorsi, yaitu pergeseran makna pesan yang dimunculkan oleh si penerima pesan. Menurut Onong Uchyana, ada dua jenis hambatan komunikasi, diantaranya adalah: 1. Hambatan Sosiologis; yaitu hambatan yang dapat mempengaruhi iklim sosial. Menurut salah seorang sosiolog Jerman, Ferdinand Tonnes, kehidupan manusia diklasifikasikan dalam dua jenis pergaulan yaitu Gemeinschaft dan Gesellschaft. Gemeinschaft adalah pergaulan hidup yang bersifat pribadi sedangkan Gesellschaft adalah cara pergaulan yang dinamis, rasional, dan bukan pribadi. Seperti pada pergaulan di kantor atau dalam organisasi. 2. Hambatan Psikologis; faktor psikologi sering kali menjadi hambatan dalam komunikasi. Hal ini disebabkan si komunikator sebelum melancarkan komunikasinya tidak mengkaji diri komunikasi. Komunikasi sulit untuk berhasil apabila komunikasi sedang sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa iri hati dan kondisi psikologis lainnya. Dalam praktek berkomunikasi, kita akan mengalami berbagai macam hambatan-hambatan sehingga tujuan atau pesan dari maksud informasi yang di komunikasikan itu tidak dapat diterima degan baik oleh orang yang menerima informasi tersebut.
8
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi,Teori dan Praktek, Bandung, Rosdakarya, 2003, h. 18
15
Adapun hambatan-hambatan yang sering terjadi dalam suatu komunikasi antara lain: a. Berkomunikasi
sesuai
dengan
bahasa
para
pendengarnya
Seseorang yang hanya lulusan SD tentunya akan sulit mengerti pembicaraan seorang sarjana psikologi yang berbicara menggunakan bahasa-bahasa psikologinya. Seperti perkembangan berbagai aspek pada anak usia SD (perkembangan fisik/jasmani)9, tentu berbeda dengan anak usia SMP. b. Gangguan Gangguan ini dapat berupa suara yang bising pada saat komunikasi berlangsung. c. Pengaruh Emosi Pada saat marah seseorang akan kesulitan menerima informasi. d. Mengerti
keinginan
arah
pembicaraan
para
pendengarnya.
Sekelompok remaja SMA tentunya wajar jika tidak tertarik pada pembicaraan
mengenai
permasalahan
bagaimana
merawat
dan
mendidik balita yang disampaikan seorang ibu rumah tangga. e. Mengerti kelas sosial para pendengarnya. Sekelompok petani didesa tentunya tidak mengerti dan tidak tertarik pada pembicaraan seorang pialang mengenai perdagangan saham. f.
Memahami latar belakang serta nilai-nilai yang dipegang teguh para pendengarnya. Seorang ahli presentasipun akan sangat kesulitan menembus dan merubah "kekebalan" (kekeras-kepalaan) pendapat seorang individu apalagi kelompok masyarakat yang mengkonsumsi makanan pokok nasi menjadi gandum, kentang atau lainnya walaupun didukung "bukti-bukti dan alasan yang kuat dan benar".
9
Mulyani Sumantri, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta, UT, 2007. Hal. 4.3
16
Menurut Abuddin Nata, faktor suara merupakan faktor utama yang dapat
mendukung terjadinya komunikasi dalam kegiatan belajar
mengajar, oleh karena itu setiap calon guru harusndi tes suaranya.10 Oleh karena itu kita harus mengetahui apa yang akan kita komunikasikan dan dengan siapa kita berkomunikasi tersebut sehingga tujuan dari komunikasi tersebut dapat tercapai dan tidak mengalami miss communication yang menyebabkan orang salah mengambil kesimpulan tentang apa yang kita komunikasikan. Menurut Asosianisme, gagasan atau isi jiwa terbentuk karena adanya pertautan unsure-unsur yang berupa tanggapan atau kesan dari pengamatan.11 B. Komunikasi antara Kepala Sekolah dengan para Guru 1. Proses komunikasi Kepala Sekolah dengan para guru di MTs Al-Fitroh Cipondoh Kota Tangerang Agar dapat berkomunikasi dengan baik, kepala sekolah perlu memiliki kemampuan berbahasa yang baik, ia perlu memiliki kekayaan bahasa dan kosakata yang cukup banyak sebab dengan menggunakan katakata
tertentu saja guru belum dapat memahami maknanya, mereka
membutuhkan kata- kata atau istilah lain. Kepala sekolah perlu menguasai struktur kalimat dan ejaan yang benar. Selain kemampuan berbahasa hal yang juga penting dalam interaksi pendidikan. Peranan penting kepala sekolah sebagai pimpinan di lingkungan sekolahan menjadikan ia harus tampil komunikatif dan mampu mengatur gaya bahasa dalam setiap berkomunikasi dengan bawahannya, baik guru ataupun pegawai sekolah. Komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam aktivitasnya sebagai pimpinan di lingkungan sekolah memiliki aspek penting dalam rangka meningkatkan kredibilitas pegawai, guru dan suasana atau kondisi kegiatan belajar mengajar.
10
Prof. Dr. H. Abiddin Nata, MA. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta, Kencana. h. 288 11
Din Wahyuddin, Pengantar Pendidikan, Jakarta, UT, 2007, Hal. 5.18
17
Dilihat dari jenis komunikasi yang terdapat di setiap hampir kepala sekolah lakukan, ada bentuk komunikasi organisasi yang menjadi dasar pengkarakteran seorang pimpinan di sekolah, yaitu komunikasi satu arah. Atinya, dalam aktivitas koomunikasi ini seorang komunikan mengirim pesan kepada komunikator dengan tidak mementingkan timbal balik itu terjadi. Seperti, seorang kepala sekolah mengeluarkan Surat Edaran tentang kebijakan-kebijakan sekolah. Dalam konteks Kepala Sekolah sebagai pemimpin perlu diawali oleh prinsip “Bagaimana menyatukan komponen sekolah?“. Prinsip kedua, “Bagaimana memfungsikan?”, prinsip ketiga, “Bagaimana menggerakkan?“ Menyatukan komponen Sekolah bukan hal yang mudah dilakukan, memerlukan teknik tertentu. Sebab setiap orang berbeda pola pikir dan karakter. Jangankan puluhan dan ratusan orang, belasan orang saja cukup bervariasi pola pikir dan cara pandang. Dalam menghadapi kenyataan seperti inilah dperlukan kearifan dan kejelian kepala sekolah untuk menyatukan siswa dengan guru, guru dengan guru, guru dengan staf tatausaha, dan antara siswa itu sendiri. Harus dipahami, sekolah adalah sebuah kampung yang dihuni oleh tiga komponen masyarakat yaitu guru, tata usaha dan siswa. Sumber kemajuan sekolah ada pada tiga komponen tersebut. Bagi kepala sekolah, profesional menjadikan mereka sebagi subyek dan obyek. Inilah hakikat dari sebuah pertanyaan “Bagaimana memfungsikan mereka?“. Apabila kepala sekolah, guru, tata usaha memandang siswa hanya sebagai obyek, berarti bagian dari komponen sekolah tidak difungsikan. Demikian juga terhadap guru dan tata usaha. Tata usaha dan guru bukan saja subyek, tetapi bagi kepala sekolah dipandang juga sebagai obyek. Artinya, mereka difungsikan menurut takaran
masing-masing
melalui
pembekalan
kemampuan
dan
pengetahuan. Langkah awal memfungsikan staf, memahami potensi yang dimiliki. Menempatkan staf bukan semau kepala sekolah, perlu memperhatikan karakteristik setiap orang yang didukung latar belakang
18
pendidikan. Apabila setiap person sudah difungsikan dan memfungsikan diri tidak ada pekerjaan yang tertunda. Maka, dengan demikian dibutuhkan adanya strategi. Karena strategi merupakan tahap-tahap kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan inovasi pendidikan.12 Selain itu juga, Lorange menjelaskan bahwa ada empat jenis pokok program strategic yang dapat digunakan untuk mencapai arah, yaitu: penerimaan yang ada, penerimaan yang baru, perbaikan efisiensi, program dukungan.13 Bagaimana menggerakkan komponen yang ada di sekolah merupakan bagian dari pola kepemimpinan yang dimiliki kepala sekolah. Rumus
apapun yang dipergunakan bila komponen sekolah belum
disatukan, pasti mendapat hambatan. Benar tidak ada usaha yang tidak memiliki hambatan dan yang namanya kehidupan pasti ada gangguan dan ganjalan.
Kepala
menghadapi
sekolah
sejumlah
profesional,
persoalan
hambatan,
dijadikan
cobaan
dalam
acuan
untuk
sebagai
memajukan sekolah yang dipimpinnya. Seorang pemimpin jangan hanya berteman dengan
“mengapa“, tetapi juga dengan “bagaimana“. Kalau
sudah mengetahui guru malas atau tidak mampu mengajar, bukan lagi kenapa, tetapi harus bagaimana?. Sebab itu percikan api kegagalan kepala sekolah dalam memimpin. Idealnya, permasalahan yang dijumpai perlu upaya melalui trik-trik khusus. Antara profesionalisme tugas dan keberhasilan adalah dua sisi yang saling mendukung. Seorang Kepala sekolah profesional jarang mengalami kegagalan,
kalau
manajemennya
dikerjakan
secara
profesional.
Sebaliknya, apapun profesional Kepala sekolah, tanpa didukung oleh staf yang profesional dan penuh tanggung jawab pasti mengalami hambatan. Sekolah
dikatakan
berhasil
bukan
hanya
sekolah
yang
bersangkutan menggaet sejumlah prestasi. KBM lancar, guru disiplin, staf tata usaha disiplin. Lingkungan sekolah dirawat dan ditata dengan baik. 12
Suprayekti, Pembaharuan Pembelajaran, Jakarta, UT, 2007. Hal. 2.15
13
R. Edward Freeman, Manajemen Strategik, Jakarta, Binaman Pressindo, 2001, hal. 145
19
Guru memiliki kepedulian terhadap tugas, demikian juga tata usaha. Siswa termotivasi untuk belajar dan memiliki minat yang tinggi untuk meraih prestasi. Untuk merealisasikan harapan tersebut ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh Kepala sekolah. Pertama, kemampuan berkomunikasi. Kedua, kemampuan memotivasi. Ketiga, kemampuan dalam mengambil keputusan. Komunikasi dalam bentuk formal maupun informal perlu dilakukan oleh kepala sekolah. Kedua bentuk komunikasi tersebut saling mengisi. Artinya, melakukan komunikasi dari hati ke hati dalam momen dan tempat tertentu, di samping melakukan pertemuan mingguan, membuka diri, selalu belajar, bertanya terhadap perubahan dan perkembangan. Pertemuan mingguan yang dilakukan kepala sekolah merupakan langkah yang cukup strategis. Fungsinya mengevaluasi kegiatan selama seminggu, di samping menerima input dan memotivasi guru. Apabila kepala sekolah tidak atau jarang melakukan pertemuan dengan guru dan tata usaha, berarti ada hal yang ditutupi atau kurang mampu berkomunikasi dengan staf. Kemampuan dan ketrampilan berkomunikasi dengan staf bagi kepala sekolah diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan tugas, menghimpun dan menampung berbagai pendapat dan keluhan, saling memberi dan menerima serta silaturahmi dan kekeluargaan semakin baik. Motivasi jangan hanya dipandang sebagai dorongan untuk bekerja dengan baik, tetapi juga untuk berbuat yang baik. Sebelum kepala sekolah memotivasi staf, terlebih dahulu memotivasi diri, sebab dalam diri ada kemenangan. Dasar yang paling pokok memberikan motivasi guru, tata usaha dan siswa adalah memahami keinginan mereka, memahami kemampuan dan kebutuhan. Tidak ada hidup yang tidak ingin sukses, tidak ada hidup yang tidak membutuhkan. Pupuk dan sirami hubungan baik dengan mereka, menghadapi staf tunjukkan sikap ramah, tidak pilih kasih, bimbinglah mereka seperti membimbing keluarga di rumah.
20
Disamping
kemampuan
berkomunikasi
dan
motivasi
juga
kemampuan kepala sekolah dalam mengambil keputusan. Mengapa kepala sekolah selalu diharap kan memiliki kemampuan dalam meng ambil keputusan. Jawabannya, sekolah merupakan masyarakat kecil yang tidak pernah sepi dari masalah. Apakah dari guru, dari tata usaha, dari siswa atau dari masyarakat ? Dalam istilah umum komunikasi dapat digeneralkan menjadi suatu cara seseorang berhubungan dengan orang lain. Di sini, komunikasi diukur dari bentuk efektivitasnya. Jika seseorang melakukan komunikasi yang baik maka hasilnya adalah komunikasi yang berhasil dan sebaliknya, jika seseorang mengalami kegagalan dalam komunikasi maka komunikasi tersebut buruk. Oleh karena itu, pembahasan ini akan membuka pengetahuan tentang efektivitas komunikasi. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan orang lain. Oleh sebab itu manusia membutuhkan sarana untuk bisa berinteraksi dengan orang lain untuk mencapai tujuannya,
salah
satunya
adalah
komunikasi.
Williams
(1984),
sebagaimana yang dikutip oleh Yuhana dkk.1 (2006), mengidentifikasi lima alasan mengapa kita perlu memahami komunikasi sebagai berikut: 1. Komunikasi penting bagi kehidupan manusia secara personal 2. Kita tidak dapat tidak berkomunikasi 3. Komunikasi adalah dasar bagi pengembangan dan pemantapan hubungan interpersonal 4. Manusia adalah konsumen komunikasi 5. Komunikasi
meningkat secara
tajam
dalam penyelenggaraan
organisasi modern. Dalam proses komunikasi, hal yang mutlak diperhatikan adalah tingkat keefektifan komunikasi. Komunikasi dikatakan efektif apabila makna yang ada pada sumber pesan sama dengan makna yang ditangkap oleh penerima pesan. Makna pesan sangat tergantung pada lingkungan di mana pihak yang terlibat dalam proses komunikasi tinggal dan dibesarkan.
21
Argiris (1994) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana seseorang, kelompok, atau organisasi (sender) mengirimkan informasi (massage) pada orang lain, kelompok, atau organisasi (receiver). Proses komunikasi umumnya mengikuti beberapa tahapan. Pengirim pesan mengirimkan informasi pada penerima informasi melalui satu atau beberapa
sarana
komunikasi.
Proses
berlanjut
dimana
penerima
mengirimkan feedback atau umpan balik pada pengirim pesan awal. Dalam proses tersebut terdapat distorsi-distorsi yang mengganggu aliran informasi yang dikenal dengan noise. Proses komunikasi dapat dijelaskan melalui pemahaman unsurunsur komunikasi yang meliputi pihak yang mengawali komunikasi, pesan yang dikomunikasikan, saluran yang digunakan untuk berkomunikasi dan gangguan saat terjadi komunikasi, situasi ketika komunikasi dilakukan, pihak yang menerima pesan, umpan dan dampak pada pengirim pesan. Pengirim atau sender merupakan pihak yang mengawali proses komunikasi. Sebelum pesan dikirimkan, pengirim harus mengemas ide atau pesan tersebut sehingga dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh penerima, Proses pengemasan ide ini disebut dengan encoding. Kemampuan komunikasi merupakan faktor penentu kesuksesan setiap individu maupun organisasi untuk bertahan dalam persaingan bisnis
22
yang sangat kompetitif saat ini. Kemampuan komunikasi seseorang dalam organisasi diperlukan dalam
setiap kondisi misalnya
pada saat
mempersiapkan sebuah presentasi bisnis, menyampaikan ide-ide atau gagasan dalam suatu rapat, negosiasi bisnis, melatih tim, membangun sebuah tim kerja, dan dalam setiap aktivitas organisasi. Melihat pentingnya komunikasi dalam organisasi, efektivitas komunikasi akan sangat menentukan kesuksesan organisasi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Griffith, 2002). Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa syarat utama komunikasi yang efektif adalah karakter dan integritas pribadi yang menyampaikan pesan tersebut. Menurut Covey, untuk membangun komunikasi yang efektif diperlukan lima dasar penting yaitu usaha untuk benar-benar mengerti orang lain, kemampuan untuk memenuhi komitmen, kemampuan untuk menjelaskan harapan, kemauan untuk meminta maaf secara tulus jika melakukan kesaahan, dan kemampuan memperlihatkan integritas. Untuk menciptakan komunikasi yang efektif, seorang komunikator harus mampu mengidentifikasi sasaran yang menjadi penerima pesan, menentukan tujuan komunikasi, merancang pesan, memilih media, memilih sumber pesan, dan mengumpulkan umpan balik. Dalam mengidentifikasi sasaran atau penerima pesan perlu diperhatikan beberapa hal diantaranya adalah (Xie et al.,2008). Menentukan, mengenali dan mempelajari siapa yang akan dijadikan sasaran, dalam hal ini siapa target/segmen konsumennya. Siapa sasaran yang dijadikan target adalah calon konsumen potensial, pengguna produk/jasa, orang-orang yang membuat keputusan membeli, dan orang yang mempengaruhi pembelian, apakah individu perorangan, kelompok, publik khusus atau publik umum. Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa efektivitas komunikiasi
mempengaruhi
terhadap
indikasi
untuk
mencapai
23
keberhasilan komunikasi. Di sekolah, seorang kepala sekolah dituntut untuk memberikan keseimbangan dan kepibadian serta integritas yang tinggi dalam mempengaruhi komunikasi oang lain. 2. pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap proses komunikasi dengan para guru di MTs Al-Fitroh Cipondoh Kota Tangerang. Dalam pendidikan tetunya tidak akan terealisasi dengan baik tanpa adanya kerja sama antara satu dengan yang lainnya. Antara komponen tersebut harus bekerja secara sinergi untuk menghasilkan sesuatu yang dicita-citakan. Diantara komponen-komponennya adalah manajemen dan guru. Selain kegiatan manajemen. Pelaksanaan pendidikan tentunya tidak terlepas juga dari beberapa komponen pendukung. Adapun pendukung terpenting dalam sebuah institusi pendidikan adalah guru, dimana guru juga dapat memberikan penilaian terhadap kegiatan manajemen disekolah. Fungsi guru sebagai proses meliputi mendidik, mengajar melatih , mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan mengembangkan pengetahuan dan teknologi. Fungsi guru akan berjalan dengan baik jika didukung pula oleh manjemen yang baik pula, artinya apabila fungsi manjemen berjalan baik maka akan menghasilkan kedisiplinan yang maksimal. Komunikasi merupakan hal penting dalam rangka menunjang kinerja disiplin penyelenggaraan pendidikan. Kepala sekolah dan guru adalah dua elemen yang memiliki realitas komunikasi padat di dalam penyelenggaraan pendidikan. Komunikasi yang dilakukan kepala sekolah adalah komunikasi sebagai pimpinan, dan guru adalah sebagai bawahan dari kepala sekolah. Oleh karena itu, komunikasi antara kepala sekolah dan
guru
merupakan
perangkat
penting
dalam
penyelenggaraan
pendidikan. Sifatnya yang terbuka (open) sangat menentukan keterbukaan
24
diantara keduanya, komunikasi tersebut sangat erat kaitannya dengan perihal kinerja disiplin guru dalam kegiatan mengajar peserta didik. Berbicara soal pendidikan, peranan guru dan kepala sekolah merupakan identitsa penting di dalam institusi. Ia merupakan penggerak penyelenggaraan
sekolah.
Komunikasi
diantara
keduanya
dapat
memberikan efek yang realistis di dalam lingkungan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dalam bukunya “Dasar-dasar teori komunikasi”, Onong Uchyana mengemukakan bahwa “bahwa proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).”14 Oleh karena itu, proses komunikasi di sekolah yang dilakukan oleh kepala sekolah dan guru merupakan posisi penting dalam peranannya mensukseskan kegiatan belajar mengajar. Dampak dan pengaruhnya tidak saja berimplikasi terhadpa para murid tetapi juga para orang tua murid, apakah mereka nyaman atau tidak menempatkan puteraputerinya di sekolah tersebut. Dalam kajian manajemen pendidikan, strategi untuk mencapai hasil komunikasi yang baik di lingkungan sekolah harus dibutuhkan pemahaman yang sepadan antar guru dan kepala sekolah. Seperti, dalam proses penerimaan siswa baru, penerimaan tunjangan guru serta hal keuangan lainnya. Maka dengan demikian, hal tersebut akan membantu sikap saling percaya diantara kedua komponen ini. Sehingga komunikasi diantara keduanya akan tercipta dengan harmonis. Karena ini akan menghilangkan sifat kecurigaan dan ketidaktransparanan. Di sini, juga ditegaskan bahwa kepala sekolah merupakan pimpinan di lingkungan sekolah. Tugasnya adalah mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan pembelajaran di sekolah. Treffinger salah seorang tokoh pendidikan menambahkan bahwa proses belajar adalah proses menjadi peka atau sadar akan masalah.15 Sehingga para guru harus juga bisa mentaati perintah-perintah dari pimpinannya. 14 15
Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi, Bulan bintang, Jakarta 2003 hal. 11 JRE. Kaligis, Pendidikan Lingkungan Hidup, Jakarta: UT Press, 2008, hal. 9.3
25
Stogdill mengemukakan bahwa kepemimpinan memiliki sepuluh dimensi. Pertama, kepemimpinan adalah seni untuk menciptakan kesesuaian paham dalam suatu kelompok. Upaya dilakukan melalui kerja sama dan pemberian dorongan sehingga orang lain dapat mengikuti serangkaian tindakan dlam mencapai tujuan. Kedua, kepemimpinan merupakan upaya persuasi atau himbauan, bukan paksaan. Ketiga, kepemimpinan adalah kepribadian yang tercermin dalam sifat dan watak yang unggul sehingga keunggulan itu menimbulkan pengaruh terhadap pihak yang dipimpin. Keempat, kepemimpinan adalah tindakan atau peilaku untuk mengarahkan kegiatan bersama dalam mencapai kepentingan dan tujuan bersama. Kelima, kepemimpinan merupakan fokus dari proses kegiatan kelompok sehingga kepemimpinan itu dapat melahirkan gagasan baru, perubahan baru, dan suasana yang kondusif untuk menumbuhkan aktifitas kelompok. Keenam, kepemimpinan itu adalah hubungan kekuasaan. Dalam arti bahwa pihak yang memimpin lebih banyak mempengaruhi orang lain daripada dipengaruhi orang lain. Ketujuh, kepemimpinan merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini, pemimpin merupakan kekuatan dinamik yang dapat mendorong, mengarahkan dan mengkoordinasikan sumber-sumber yang ada guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kedelapan, kepemimipnan terjadi sebagai hasil interaksi antara seseoang dengan orang lain atau kelompok. Kepemimpinan terwujud dalam proses sosial dan merupakan akibat dari perilaku kelompok yang mengakui dan mendukung kepemimpinan tersebut. Kesembilan, kepemimipnan adalah peran yang berbeda. Seorang pemimpin mempunyai peran yang berbeda dengan peran orang-orang yang dipimpin. Perbedaan itu terjadi karena berbagai kelebihan dan keunggulan yang diakui oleh orang lain. Kesepuluh, kepemimipnan merupakan inisiasi yang berstruktur. Artinya, kepemimpinan bukan jabatan pasif melainkan jabatan aktif dan berinisiatif di dalamsuatu struktur kegiatan pencapaian tujuan.16 Oleh karena itu, proses komunikasi antar kepala sekolah dengan guru sama denga proses komunikasi antar pimpinan dan bawahan. Keduanya memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Peranan dan fungsi tersebut akan berdampak pada hasil komunikasi diantara keduanya. MTs Al-Fithroh adalah lembaga pendidikan yang tidak lepas dari aktivitas komunikasi kepala
16
11
HD. Sudjana, Manajemen Pogram Pendidikan, Falah production, Bandung 2000, hal.
26
sekolah dan guru. Di sana, guru dan kepala sekolah memiliki hubungan komunikasi yang akan mempengaruhi keadaan para murid dalam belajar. Kemampuan profesional kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan yaitu bertanggung jawab dalam menciptakan suatu situasi belajar mengajar yang kondusif, sehingga guru-guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik dan peserta didik dapat belajar dengan tenang. Disamping itu kepala sekolah dituntut untuk dapat bekerja sama dengan bawahannya, dalam hal ini guru. Kepemimpinan kepala sekolah yang terlalu berorientasi pada tugas pengadaan sarana dan prasarana dan kurang memperhatikan guru dalam melakukan tindakan, dapat menyebabkan guru sering melalaikan tugas sebagai pengajar dan pembentuk nilai moral. Hal ini dapat menumbuhkan sikap yang negatif dari seorang guruterhadap pekerjaannya di sekolah, sehingga pada akhirnya berimlikasi terhadap keberhasilan prestasi siswa di sekolah. Kepala sekolah adalah pengelola pendidikan di sekolah secara keseluruhan, dan kepala sekolah adalah pemimpin formal pendidikan di sekolahnya. Dalam suatu lingkungan pendidikan di sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab penuh untuk mengelola dan memberdayakan guru-guru agar terus meningkatkan kemampuan kerjanya. Dengan peningkatan kemampuan atas segala potensi yang dimilikinya itu, maka dipastikan guruguru yang juga merupakan mitra kerja kepala sekolah dalam berbagai bidang kegiatan pendidikan dapat berupaya menampilkan sikap positif terhadap pekerjaannya dan meningkatkan kompetensi profesionalnya Jika kepala sekolah dikatakan sebagai pimpinan, maka secara otomatis guru adalah bawahan atau orang yag dipimpin oleh kepala sekolah. Kebijakan-kebijakan kepala sekolah harus ditaati dan dilaksanakan oleh para guru. Misalnya, dalam menentukan kegiatan ekstrakurikuler, guru yang membidangi bagian ekstra kurikuler haruslah menyusun pogram kegiatan untuk siswanya, tetapi sebelum diputuskan maka ia haruslah terlebih dahulu beinterkasi dengan kepala sekolah untuk mencapai putusan besama. Namun,
27
sebagai pimpinan kepala sekolah memiliki pengaruh kuat untuk memutuskan disepakati atau tidak dai rencana pogam kegiatan siswa tersebut. Maka dengan demikian, seorang guru haruslah mampu berkomunikasi dengan baik dengan kepala sekolahnya sebagai bagian dari upaya mempersuasi agar segala sesuatunya bisa tercapai dengan baik. Begitu pun sebaliknya, kepala sekolah harus bisa memposisikan kepentingan bersama didalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Agar semuanya bisa teratur dan dapat berjalan dengan sepadan antara kepala sekolah dengan para guru. Keberhasilan pemimpin dipandang dari segi sumber dan terjadinya sejumlah kewibawaan yang ada pada para pemimpin, dan dengan cara yang bagaimana para pemimpin menggunakan kewibawaan tersebut kepada bawahan. Pendekatan ini menekankan proses saling mempengaruhi, sifat timbal balik dan pentingnya pertukaran hubungan kerjasama antara para pemimpin dengan bawahan. French dan Raven dalam mengemukakan berdasarkan hasil penelitian terdapat pengelompokan sumber dari mana kewibawaan tersebut berasal, yaitu: 1. Legitimate power : bawahan melakukan sesuatu karena pemimpin memiliki kekuasaan untuk meminta bawahan dan bawahan mempunyai kewajiban untuk menuruti atau mematuhinya, 2. Coersive power : bawahan mengerjakan sesuatu agar dapat terhindar dari hukuman yang dimiliki oleh pemimpin, 3. Reward power : bawahan mengerjakan sesuatu agar memperoleh penghargaan yang dimiliki oleh pemimpin, 4. Referent power : bawahan melakukan sesuatu karena bawahan merasa kagum terhadap pemimpin, bawahan merasa kagum atau membutuhkan untuk menerima restu pemimpin, dan mau berperilaku pula seperti pemimpin, dan 5. Expert power : bawahan mengerjakan sesuatu karena bawahan percaya pemimpin memiliki pengetahuan khusus dan keahlian serta mengetahui apa yang diperlukan.
28
Selanjutnya adalah kewibawaan, kewibawaan merupakan keunggulan, kelebihan atau pengaruh yang dimiliki oleh kepala sekolah . Kewibawaan kepala sekolah dapat mempengaruhi bawahan, bahkan menggerakkan, memberdayakan segala sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan sekolah sesuai dengan keinginan kepala sekolah . Sementara itu dengan reward power memungkinkan kepala sekolah memberdayakan guru secara optimal, sebab penghargaan yang layak dari kepala sekolah merupakan motivasi berharga bagi guru untuk menampilkan performan terbaiknya. Selanjutnya dengan referent dan expert power , keahlian dan perilaku kepala sekolah yang diimplementasikan dalam bentuk rutinitas kerja, diharapkan mampu meningkatkan motivasi kerja para guru Dalam literatur-literatur kepemimpinan, mengajukan pengertian tersendiri
tentang
konsep
kepemimpinan.
Locke
mendefinisikan
kepemimpinan sebagai suatu proses “membujuk” (inducing) orang-orang lain menuju sasaran bersama. Definisi ini mencakup tiga elemen yakni bahwa: 1.
Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (relational concept). Kepemimpinanhanya ada dalam proses relasi dengan orang lain (para pengikut). Apabila tidak ada pengikut, maka tidak ada pemimpin. Dalam definisi ini juga tersirat suatu premis bahwa para pemimpin yang efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan inspirasi dan ber-relasi dengan para pengikut mereka.
2.
Kepemimpinan merupakan suatu proses. Agar bisa memimpin, pemimpin harus melakukan sesuatu. John Gardner yang telah mengobservasi selama dalam kurun waktu dua tahun (1986-1988), menemukan bahwa kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu otoritas. Kendati posisi otoritas yang diformalkan mungkin sangat mendorong proses kepemimpinan, namun sekedar menduduki posisi itu tidak merupakan tanda seseorang untuk menjadi pemimpin.
3.
Kepemimpinan harus “membujuk” orang lain untuk mengambil tindakan. Pemimpin membujuk pengikutnya melalui berbagai cara seperi menggunakan otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model (menjadi
29
teladan),
penetapan
restrukturisasi
sasaran,
organisasi
memberi
dan
imbalan
dan
mengkomunikasikan
hukuman, misi
dan
visinya.Berdasarkan penjelasan di atas, maka pengertian pemimpin yang efektif dalam hubungannya dengan pengikut (bawahannya) adalah pemimpin yang mampu meyakinkan mereka bahwa kepentingan pribadi dari bawahan adalah visi pemimpin, serta mampu meyakinkan bahwa mereka mempunyai andil dalam mengimplementasikannya. Selanjutnya, menurut fungsinya, kepemimpinan dilaksanakan oleh dua jenis pemimpin yang saling berbeda, yaitu manager dan leader. Manager adalah pemimpin yang mengusahakan agar proses-proses rutin dalam lembaga berjalan lancar. Leader adalah pemimpin yang mengusahakan agar lembaga dan orang-orang yang ada di dalamnya memperbarui dirinya secara terus menerus, agar tidak ketinggalan jaman. Manager lebih banyak berperan sebagai stabilisator dalam suatu lembaga atau masyarakat, sedangkan leader lebih banyak berperan sebagai dinamisator dan inovator. Birokrat pada dasarnya manager, sedangkan teknokrat pada dasarnya leader. Kepemimpinan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Dalam konteks kepemimpinan transformasional, kepemimpinan ini dapat ditemukan dalam lingkungan sosial, dimana seorang pemimpin dalam skala kecil berusaha membimbing bawahan-bawahannya melalui keteladanan (contoh yang baik). Dengan demikian, sepanjang sejarah kehidupan manusia selalu akan ditemukan tiran besar dan tiran kecil, pemimpin manipulator besar dan manipulator kecil, dan akhirnya terdapat pula pemimpin transformasional besar kelas dunia, negara dan transformasional kecil kelas kepala sekolah, bahkan pada tataran keluarga, bahkan perorangan. Kepemiminan
merupakan
proses
dimana
seorang
individu
mempengaruhi sekelompok individu untuk mencapai suatu tujuan. Untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif, seorang kepala sekolah harus dapat mempengaruhi seluruh warga sekolah yang dipimpinnya melalui cara-cara yang positif untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Secara sederhana
30
kepemimpinan transformasional dapat diartikan sebagai proses untuk merubah dan mentransformasikan individu agar mau berubah dan meningkatkan dirinya, yang didalamnya melibatkan motif dan pemenuhan kebutuhan serta penghargaan terhadap para bawahan. Terdapat empat faktor untuk menuju kepemimpinan tranformasional, yang dikenal sebutan 4 I, yaitu : 1. idealized
influence,
inspirational
motivation,
intellectual
stimulation, dan individual consideration. 2. Idealized influence: kepala sekolah merupakan sosok ideal yang dapat dijadikan sebagai panutan bagi guru dan karyawannya, dipercaya, dihormati dan mampu mengambil keputusan yang terbaik untuk kepentingan sekolah. 3. Inspirational motivation: kepala sekolah dapat memotivasi seluruh guru dan karyawannnya untuk memiliki komitmen terhadap visi organisasi dan mendukung semangat team dalam mencapai tujuantujuan pendidikan di sekolah. 4. Intellectual Stimulation: kepala sekolah dapat menumbuhkan kreativitas dan inovasi di kalangan guru dan stafnya dengan mengembangkan pemikiran kritis dan pemecahan masalah untuk menjadikan sekolah ke arah yang lebih baik. 5. Individual consideration: kepala sekolah dapat bertindak sebagai pelatih dan penasihat bagi guru dan stafnya. Berdasarkan hasil kajian literatur yang dilakukan, Northouse menyimpulkan bahwa seseorang yang dapat menampilkan kepemimpinan transformasional ternyata dapat lebih menunjukkan sebagai seorang pemimpin yang efektif dengan hasil kerja yang lebih baik. Oleh karena itu, merupakan hal yang amat menguntungkan jika para kepala sekolah dapat menerapkan kepemimpinan transformasional di sekolahnya. Karena kepemimpinan transformasional merupakan sebuah rentang yang luas tentang aspek-aspek kepemimpinan, maka untuk bisa menjadi seorang pemimpin transformasional yang efektif membutuhkan suatu proses
31
dan memerlukan usaha sadar dan sunggug-sungguh dari yang bersangkutan. Northouse memberikan beberapa tips untuk menerapkan kepemimpinan transformasional, yakni sebagai berikut: 1. Berdayakan seluruh bawahan untuk melakukan hal yang terbaik untuk organisasi 2. Berusaha menjadi pemimpin yang bisa diteladani yang didasari nilai yang tinggi 3. Dengarkan semua pemikiran bawahan untuk mengembangkan semangat kerja sama 4. Ciptakan visi yang dapat diyakini oleh semua orang dalam organisasi 5. Bertindak sebagai agen perubahan dalam organisasi dengan memberikan contoh bagaimana menggagas dan melaksanakan suatu perubahan 6. Menolong
organisasi
dengan
cara
menolong
orang
lain
untuk
berkontribusi terhadap organisasi MTs Al-Fithroh tentu saja memiliki keragaman persoalan dalam membina kehamonisan komunikasi antara kepala sekolah denga gurugurunya. Kepala sekolah cendeung berpeluang otoriter dai apa-apa yang seharusnya menjadi keputusan bersama. Dan ini akan menjadi bagian penting dari studi manajemen pendidikan melalui pendekatan pola komunikasi kepala sekolah dengan para gurunya. Dengan demikian, proses komunikasi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah akan memiliki dampak yang besar bagi keberlangsungan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Baik dengan guru dan juga dengan para murid. Berikut ini adalah skema komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah. Kepala Sekolah/ Pengirim Pesan
Guru/ Penerima Pesan Pesan
Umpan Balik
Respon
32
C. Kerangka Berfikir Menyatukan komponen Sekolah bukan hal yang mudah dilakukan, memerlukan teknik tertentu. Sebab setiap orang berbeda pola pikir dan karakter. Jangankan puluhan dan ratusan orang, belasan orang saja cukup bervariasi pola pikir dan cara pandang. Dalam menghadapi kenyataan seperti inilah dperlukan kearifan dan kejelian kepala sekolah untuk menyatukan siswa dengan guru, guru dengan guru, guru dengan staf tatausaha, dan antara siswa itu sendiri. Harus dipahami, sekolah adalah sebuah kampung yang dihuni oleh tiga komponen masyarakat yaitu guru, tata usaha dan siswa. Sumber kemajuan sekolah ada pada tiga komponen tersebut. Bagi kepala sekolah, profesional menjadikan mereka sebagi subyek dan obyek. Inilah hakikat dari sebuah pertanyaan “Bagaimana memfungsikan mereka?“. Apabila kepala sekolah, guru, tata usaha memandang siswa hanya sebagai obyek, berarti bagian dari komponen sekolah tidak difungsikan. Demikian juga terhadap guru dan tata usaha. Tata usaha dan guru bukan saja subyek, tetapi bagi kepala sekolah dipandang juga sebagai obyek. Artinya, mereka difungsikan menurut takaran
masing-masing
melalui
pembekalan
kemampuan
dan
pengetahuan. Langkah awal memfungsikan staf, memahami potensi yang dimiliki. Menempatkan staf bukan semau kepala sekolah, perlu memperhatikan karakteristik setiap orang yang didukung latar belakang pendidikan. Apabila setiap person sudah difungsikan dan memfungsikan diri tidak ada pekerjaan yang tertunda. Maka, dengan demikian dibutuhkan adanya strategi. Karena strategi merupakan tahap-tahap kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan inovasi pendidikan. Selain itu juga, Lorange menjelaskan bahwa ada empat jenis pokok program strategic yang dapat digunakan untuk mencapai arah, yaitu: penerimaan yang ada, penerimaan yang baru, perbaikan efisiensi, dan program dukungan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan penelitian Penelitian ini memiliki dua kerangka tujuan, yaitu tujuan praksis dan tujuan akademis, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Praksis a. Dapat
mengaplikasikan
hasil
penelitian
ini
untuk
berkomunikasi di lingkungan sekolah b. Menerapkan disiplin komunikasi antar kepala sekolah dan guru di sekolah c. Menciptakan harmonisasi dalam bekomunikasi di sekolah 2. Tujuan Akademis a. Mengukur intensitas komunikasi kepala sekolah dengan para guru di sekolah b. Menjadikan
rujukan
pendidikan
33
ilmiah
bagi
kalangan
akademisi
34
c. Mencari pola tepat komunikasi efektif kepala sekolah dengan para guru
B.
Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian ini berlokasi di MTs Al-Fithroh Cipondoh Kota Tangerang 2. Waktu Penelitian ini dimulai dari tanggal 20 Juli s/d 30 Agustus 2010
C.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan grounded theory, yakni teoritisasi data. Sejumlah data teori yang terambil dari teori komunikasi akan diambil sebagai bahan teoritisasi data selanjutnya.
D.
Populasi Dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah para guru yang melakukan komunikasi dengan kepala sekolah di MTs Al Fithroh Cipondoh Kota Tangerang. Sekaligus para guru tersebut akan menjadi sampel dari penelitian ini, guna mencapai maksud dan tujuan penelitian ini.
E.
Variabel Penelitian Penelitian
ini
menggunakan
variabel
efektivitas
komunikasi
organisasi, sebagai independent variable (variabel bebas). Dalam variabel ini, komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap para guru di sekolah akan ditentukan dalam pengaruh tindakannya. Misalnya, pada saat rapat terbuka dengan para guru atau pada saat menginstruksikan tugas kepada guru. Ini harus pula berada dalam observasi terfokus, yaitu khusus ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu.
35
G.
Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik penulisan data yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, yaitu: 1. Studi Pustaka Yaitu, penulis meneliti dari berbagai sumber buku yang berkaitan dengan judul penelitian. Kemudian, penulis membandingkan antara satu buku dengan buku lainnya 2. Wawancara Wawancara ini dilakukan kepada kepala sekolah MTs Al-Fithroh Cipondoh Kota Tangerang dan Guru di sekolah yang sama. Wawancara ini merupakan suatu cara dengan mengumpulkan data dengan cara mengajukan pertanyaan langsung kepada seorang informan.1
Tabel I KISI-KISI KUESIONER No 1
Pertanyaan Pokok Penelitian Komunikasi Kepala Sekolah
Subjek Pokok Pertanyaan
Item
1.1 Proses Komunikasi
1-7
1.2 Jenis-jenis komunikasi
8-9
1.3 Faktor penghambat komunikasi
F.
Jumlah
10 - 16
1.4 Dampak komunikasi
17
1.5 Tujuan komunikasi
18 - 20
Instrumen Penelitian Instrument penelitian adalah pedoman yang sengaja disimpan dalam bentuk yang dikehendaki untuk dipakai secara serempak dalam waktu yang ditentukan. Adapun instrument penelitian yang akan digunakan untuk memperoleh data mengenai efektifitas komunikasi kepala sekolah ini dibuat dalam bentuk non test yaitu dengan menggunakan angket. Angket ini dibuat 1
Prof. Dr. Gorys Keraf, Komposisi, Jakarta: Nusa Indah, 1989, hal. 161
36
dalam bentuk kuisoener yaitu “sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Kemudian instrument non test dalam bentuk wawancara yang diperuntukkan kepada kepala sekolah dan guru yang juga dipergunakan untuk mendapat informasi mengenai efektifitas komunikasi kepala sekolah. a. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkattingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Instrument dikatakan valid apabila instrument tersebut telah sesuai mengukur apa yang hendak diukur. Skala efektivitas komunikasi organisasi, yang diujicobakan kepada kepala sekolah adalah: 1) “Bagaimana Efektivitas komunikasi kepala sekolah di MTs AlFithroh Cipondoh Kota Tangerang”.?” 2) “Bagaimana Pola komunikasi atara kepala sekolah dengan para guru?” 3) “Bagaimana pola komunikasi kepala sekolah dengan para guru di MTs Al-Fithroh Cipondoh Kota Tangerang”.?” b. Variabel Data Deskriftip Penelitian ini juga bersandar pada variabel data deskriptif yang akan
menjelaskan
detail
bagaimana
proses-proses
terjadinya
komunikasi antar kepala sekolah dengan para guru di MTs Al Fithroh Cipondoh Kota Tangerang. Dan yang harus diingat adalah bahwa deskripsi sebagai sebuah bentuk penuturan gagasan.
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs Al-Fitroh 1. Latar Belakang Sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Fithroh terletak di Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang dengan memiliki keadaan bangunan fisik seluas 1.700 m2. Sekolah ini dibangun pada tahun 1992 melalui Yayasan Al-Mubarok dengan pendiri KH. Muhammad Yassin Mubarok (19541999). Beliau merupakan tokoh masyarakat di Kecamatan Cipondoh. Melalui kerja sama dengan para tokoh masyarakat lainnya, akhirnya Yayasan Al-Mubarok mendirikan Madrasah tersebut.1
1
Wawancara dengan Daud Efendi, ketua Yayasan Al-Mubarok, Cipondoh, 22 September
2010
36
37
Dari tahun ke tahun MTs Al-Fithroh terus mengalami peningkatan dan kemajuan, baik dalam jumlah siswa maupun kemajuan dalam bidang prestasi. Pada tahun 2005-2007, MTs Al-Fithroh memiliki jumlah siswa sebanyak 430 siswa dan pada tahun 2008-2010, MTs Al-Fithroh memiliki siswa sebanyak 520 siswa2. Ini adalah pertumbuhan yang sangat prestisius. Sekolah ini dikhususkan untuk masyarakat yang tergolong kedalam masyarakat kelas menengah kebawah secara ekonomi. Karena, sejak pendiriannya, MTs Al-Fithroh memiliki komitmen untuk mencerdaskan masyarakat dan bangsa untuk meneruskan masa yang akan datang. Oleh karena itu, MTs Al-Fithroh sangat membantu masyarakat tidak mampu agar tetap bisa bersekolah dan mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Perkembangan dari jumlah siswa bukanlah tujuan dari segalanya, MTs Al-Fithroh juga mengalami perkembangan dalam prestasi yang diraihnya. Tercatat, dari tahun 2008 silam, sekolah ini mengutus tim Pramukanya untuk mengikuti Jambore Internasional di Bangkok bersama sekolah unggulan lainnya seperti Insan Cendekia, Pondok Modern Gontor, dan lain-lain. Berbagai situasi dan kondisi yang dialami MTs Al-Fithroh ini tentu saja tidak selamanya berjalan dengan mulus tanpa hambatan. Sekolah ini juga pernah mengalami persoalan sengketa tanah wakaf yang hamper saja mengakibatkan digusurnya lahan sekolah ini. Berbagai macam persoalan pun pernah menghampiri di sekolah ini. Untuk itu, kemajuan dan prestasi yang dicapainya selama ini menunjukan bahwa sekolah ini memang benar-benar mengutamakan kemajuan masyarakat. Kini, sekolah MTs Al-Fithroh memiliki jumlah guru sebanyak 34 guru dan 8 orang karyawan, masing masing 3 orang sebagai petugas, 2 orang sebagai TU dan 3 orang sebagai penjaga sekolah. MTs Al-Fithroh kini dipimpin oleh Drs. Syaiful Mubarok Husni, yaitu putera pendiri yayasan ini. Ia dikenal sebagai sosok yang cukup mapan untuk memimpin
2
Data diambil dari data TU MTs Al-Fithroh
38
dan meneruskan perjuagan ayahnya dulu. Selain itu, ia juga dipercaya oleh masyaakat untuk memimpin sekolah tersebut. Dalam bidang pendidikan, MTs Al-Fitroh memiliki prestasi yang cemerlang yang tidak kalah dengan sekolah-sekolah lainnya. Tercatat, MTs Al-Fitroh selalu menjadi juara cerdas cermat di setiap perlombaan perayaan HUT kemerdekaan RI di tingkat kecamatan dan di tingkat Kota Tangerang. MTs Al-Fithroh juga menjadi 5 besar sekolah dengan nilai UN tertinggi di Kota Tangerang. Dari masa ke masa, sekolah ini terus mengalami berbagai perkembangan dan juga persoalan. Kini, sekolah tersebut mengalami kerusakan bangunan fisik yang sampai saat ini tak kunjung diperbaiki degan alas an biaya. Sekolah ini pernah mengajukan permohonan batuan pembangunan fisik sekolah kepada Pemerintah Kota Tangerang, namun tidak ada balasan yang sesuai harapan pihak sekolah Namun semangat kerja sama orang-orang yayasan dengan masyarakat setempat tak surut begitu saja, mereka saling mengumpulkan dana suka rela untuk membangun seadanya bangunan fisik sekolah untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di MTs Al-Fithroh.3 2. Latar Belakang Guru MTs Al-Fithroh memiliki jumlah guru sebanyak 34 orang. Hanya dua orang diantara mereka yang sudah menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Kementerian Agama Kota Tangerang. Para guru selalu mengeluhkan akan tunjangan dan gaji yang diberikan sekolah. Mereka merasa kurang cukup menerima tunjangan yang diberikan selama ini, namun mereka tidak menuntut banyak dari pihak sekolah karena mereka sadar pihak sekolah masih memerlukan biaya buat pembangunan sekolahnya. Mereka para guru lebih menuntut kepada pemerintah kota
3
. Data diambil dari data TU MTs Al-Fithroh
39
Tangerang untuk lebih memperhatikan kondisi guru-guru di Madrasah pada umumnya dan di MTs Al-Fithroh secara khusus. Menurut, Sudjai, S. Pd salah seorang guru Matematika megaku tidak cukup menerima gaji sebesar Rp. 30.000,- /bulan. namun dirinya menyadari tidak akan menuntut kepada pihak sekolah, karena dirinya memaklumi keadaan sekolahnya. Para guru juga mengaku senang dengan keberadaannya di MTs AlFithroh karena dapat melaksanakan tugas dengan baik dan tidak terikat dengan pihak apapun. Menurut Neni Nur Hasanah, S. Sud sekolah tersebut menjadi tempat pengabdiannya yang nyaman dan tidak memiliki gangguan sosial. Ia juga merasa betah dengan para guru lainnya dan juga kepala sekolahnya4. Neni Nur Hasanah adalah salah seorang yang mengaku bangga berada di MTs tersebut dengan memiliki pimpinan seperti kepala sekolahnay yang sekarang, yaitu Drs.
Syaiful Mubarok Husni.
Menurutnya, Syaiful adalah sosok yang sederhana dan bisa memimpin bawahannya dengan baik. Untuk melihat data guru di sekolah ini terlampir. Tabel 15 Data Guru
Kualifikasi Bidang Studi
Jumlah
1
Guru Sosial/Umum
2 3
No
Jenis Kelamin
Latarbelakang Pendidikan Non S1 S2 S1/S2
L
P
13 Orang
10
3
8
2
3
Guru MIPA
4 Orang
1
3
4
-
-
Guru Agama
10 Orang
6
4
7
-
3
4 5
Wawancara pribadi dengan Sudjai, S. Pd, di MTs Al-Fitroh, 15 September 2010 . Data diambil dari data TU MTs Al-Fithroh
40
4
Guru Bahasa Jumlah
7 Orang
4
3
5
2
-
34 Orang
19
15
24
4
6
MTs Al-Fitroh ini semakin dipandang oleh para guru di sekolah tersebut kian masa kian baik lantaran prioritas sekolah ini selalu memfokuskan kepada arah perjuangan yayasan Al-Fithroh itu sendiri, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Para keluarga miskin di lingkungan kecamatan Cipondoh tertampung anak didiknya di sekolah ini. Itulah yang membuat para guru bisa memahami keadaan sekolah ini meskipun jika dilihat dari upah atau gaji mereka yang kurang memadai. Beberapa guru di sekolah ini juga telah mengikuti standarisasi sebagai profesi guru, yaitu sertifikasi. Mereka adalah Suryanti. SE sebagai guru ekonomi, Mahmud Jalaluddin S. Pd, I sebagai guru Fiqih, Nina Nurhasanah. S. Pd sebagai guru Matematika dan Neni Nurhasanah sebagai guru Bahasa Inggris. Keempat guru tersebut telah diujikan keprofesiannya sebagai guru professional melalui sertifikasi. Dalam kesehariannya, para guru di MTs Al-Fithroh mengaku gembira telah mengajar di sekolah ini. Disamping sebagai bentuk pengabdiannya terhadap yayasan, mereka juga mengaku telah turut serta meringankan beban biaya sekolah siswa/i yang berasal dari keluarga miskin untuk terus megenyam pendidikan setinggi-tingginya. Neni Nurhasanah mengaku dirinya telah sepuluh tahun mengajar di sekolah ini dan telah merasakan suka duka yang mendalam, ia juga mengaku berat rasanya jika dirinya harus lepas dari tugasnya di sekolah ini.6
6
. Data diambil dari data TU MTs Al-Fithroh
41
3. Latar Belakang Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah Al-Fithroh ini dipimpin oleh Drs. Syaiful Mubarok Husni, Lc. Ia adalah sosok pemimpin yang disegani oleh bawahannya lantaran wibawanya sebagai seorang pemimpin. Ia mampu memimpin bawahannya dengan komunikasi yang lembut dan sopan santun, serta mengedepankan profesionalitas sebagai seorang pemimpin dan sebagai personal teman biasa. Sebelum ia memimpin madrasah ini, ia tercatat sebagai guru bidang studi bahasa Arab. Disamping karena kemahirannya berbahasa Arab, laki-laki beranak empat ini juga lulusan Universitas Al-Azhar, Kairo-Mesir. Selama masa kuliahnya di Kairo, ia menjadi penerjemah duta besar RI untuk Mesir. Ia juga aktif di keorganisasian mahasiswa Indonesia di Kairo, yaitu Persatua Pelajar Indonesia (PPI) Kairo. Sepulangnya ia dari Kairo, ia langsung terjun di masyarakat dengan mengabdikan dirinya di yayasan Al-Mubarok, yakni yayasan yang didirikan oleh ayahnya. Tiga tahun ia mengabdi sebagai guru bahasa Arab dan kemudian kini menjadi kepala sekolah MTs Al-Fithroh. Ia menggantikan KH. Wahab Afif yang memimpin madrasah tersebut lebih kurang lima tahun. Selama memimpin madrasah ini, ia tercatat sebagai pemimpin yang disegani oleh para bawahannya, baik itu guru, komite dan penjaga sekolah/karyawan-nya.
Disegani bukan
berarti ditakuti, ia
kerap
berpenampilan sopan dan berwibawa tinggi. Maka dari itu, para guru selalu bertindak sopan dan taat kepada pimpinannya. 7 Kewibawaannya juga dihasilkan dari profesionalitas yang ia bangun di antara para guru di sekolah. Drs. Syaiful Mubarok Husni ini 7
. Wawancara dengan Daud Efendi, ketua Yayasan Al-Mubarok, Cipondoh, 22 September 2010
42
juga telah mengukir prestasi selama ia memimpin madrasah ini, diantaranya adalah ia sebagai guru madrasah teladan di Kementerian Agama kota Tangerang pada tahun 2009. Ia juga membawa nama baik MTs Al-Fithroh di ajang pemilihan guru kreatif tingkat propinsi Banten pada tahun 2009. Komunikasi yang dibangun oleh pak syaiful, begitu sapaan akrab kepala madrasah ini adalah komunikasi personal. Jadi, ia lebih menganggap bawahannya (para guru) sebagai teman sejawat dibanding menganggapnya sebagai bawahan. Jadi, menurutnya jarak antara kepala sekolah dan guru itu bisa menjadi satu sejajar asalkan memahami profesionalitasnya sebagai tugas seoang guru dan kepala sekolah.8 B. Pola Komunikasi Kepala Sekolah dengan Guru Beberapa pendapat tokoh komunikasi di Indonesia seperti Prof. Burhan Bungin, Gun gun Heryanto, Ade Armando, Effendi Gozali menegaskan bahwa komunikasi dilakukan guna mencapai hasil hubungan yang baik. Di sini, peranan kepala sekolah adalah perihal penting dalam manajemen sekolah/madrasah. Di MTs Al-Fithroh kepala sekolah mempunyai kedudukan yang paling tinggi. Disamping tugasnya sebagai pengatur sekolah, ia juga merupakan pucuk pimpinan sekolah. Oleh karena itu, peanannya harus menunjukkan kepandaiannya dalam mengurus sekolah. Sedangkan guru merupakan pasukan pendidik yang kepemimpinannya dibawah komando kepala sekolah. Disamping tugasnya mengajar ia juga harus turut serta berperan memajukan dan mengembangkan sekolah tersebut. Maka dengan demikian, partisipasi guru sangatlah dibutuhkan untuk bekerja sama dengan seluruh pihak sekolah termasuk kepala sekolah sendiri untuk memajukan dan mengembangkan sekolahnya. 8
. Wawancara dengan Daud Efendi, ketua Yayasan Al-Mubarok, Cipondoh, 22 September 2010
43
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, kepala sekolah MTs Al-Fithroh memiliki karakter yang baik dalam mengelola komunikasi/hubungannya dengan para gurunya. Sedikitnya berikut ini adalah hal-hal yang senantiasa dilakukan oleh kepala sekolah guna menjaga hubungan komunikasinya dengan para guru, yaitu: 1. Kepala sekolah selalu memberikan ruang aspirasi kepada guru-guru 2. Kepala sekolah memberikan kebebasan kepada guru untuk menunjukkan kemampuannya mendidik peserta didik dengan berbagai kreatifitas seorang guru 3. Diluar jam kerja, kepala sekolah sering berkumpul santai dengan para guru untuk menjaga hubungan kekeluargaan. Artinya, secara personal keduanya selalu menjaga hubungan kekeluargaan dengan baik 4. Kepala sekolah berusaha untuk selalu transparan dalam mengelola sekolah, dan juga dalam hal urusan informasi dan kesempatan bagi guru 5. Kepala sekolah selalu mengajak berdialog dan musyawarahjika didapati permasalahan yang melibatkan sekolah dan guru Dari beberapa uraian di atas tadi, dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah MTs Al- Fithroh memang tidak membatasi diri dalam hal waktu dan tempat untuk saling berinteraksi dengan para guru di MTs Al- Fithroh tersebut. Selain pada jam kerja/di sekolah, kepala sekolah juga selalu menjaga hubungan komunikasinya dengan guru diluar jam kerja. Mereka sering berkumpul untuk hal-hal yang bersifat musyawarah ataupun yang bersifat santai. Dalam arti luas, pola komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah dengan guru di MTs Al- Fithroh ini adalah bentuk komunikasi organisasi. Yakni komunikasi yang terjadi melalui institusi. Di sekolah telah diatur struktur organisasinya, seperti Kepala sekolah, Wakil Kepala sekolah,
44
Sie. Kesiswaan, Sie. Kurikulum, Sie. Kesekretariatan dan guru/wali kelas. Semuanya memiliki fungsi dan peanannya masing-masing. Akan tetapi, diluar institusi tersebut, kepala sekolah MTs Al- Fithroh juga membangun komunikasi yang sifatnya personal atau dalam bahasa ilmu komunikasi disebut dengan komunikasi antarpribadi, yaitu komunikasi yang dilakukan secara person to person dengan saling mengetahui latar belakang masing-masing individu dan samapai kearah yang lebih dalam lagi. Maka disinilah, komunikasi yang dilakukan kepala sekolah tersebut membuat para guru menjadi se-ide di lingkungan institusinya. 1. Pola Linear Bahwa komunikasi yang dibangun diantara kepala sekolah dan guru-guru di MTs Al- Fithroh berbentuk linear, yaitu komunikasi yang memiliki arah timbale balik dan saling mengupayakan pesan lisan yang langsung saling memberikan pemahaman. Konteks ini mengarah kepada kepribadian yang selalu menjaga komunikasi antarpersonal. Sejauh dalam penelitian ini ditemukan pola linear ini karena kepala sekolah selalu mengupayakan dengan memberikan pemahama yang saling berpangkal kepada pengertian sesama. Artinya, kepala sekolah tidak memandang rendah para guru dan tidak pula memandang paling berkuasa sebagai kepala sekolah. Ia menempatkan posisi demikian sebatas memaksimalkan kineja, akan tetapi dalam keseharrian di sekolah lebih banyak melakukan komunikasi linear atau sejajar. Model linear ini akan mengidentifikasi elemen-elemen utama proses komunikasi.9 Oleh karena itu, komunikasi umumnya dianggap sebagai suatu fungsi linear Menurut salah seorang guru, Wasilah. Kepala sekolah MTs AlFithroh mampu memberikan efektifitas komunikasi kepada para guru 9
Drs. Elvinaro Ardianto, M. Si, Filsafat Ilmu Komunikasi, Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2007, h. 27
45
ataupun bawahannya dengan sikap yang mensejajarkan semuanya dalam upaya memaksimalkan komunikasi yang baik. Tidak bebuntut kepada atasan dan bawahan. Kepala sekolah MTs Al- Fithroh selalu berupaya untuk menghilangkan sentiment jabatan. Ia lebih memilih cara pendekatan linear tersebut. Beberapa pola komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah MTs Al- Fithroh ini pada dasarnya memiliki beragam cara/pola. Namun, pada penelitian ini dibatasi pada wilayah organisasi saja, karena hendak mengetahui bagaimana efektifitas komunikasi kepala sekolah dengan guru di MTs Al- Fithroh. Jadi, pola komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah MTs Al- Fithroh adalah pola komunikasi antar pribadi.10 2.
Interaksi Simbolik Beberapa disclaimer yang terjadi di lingkungan guru MTs AlFitroh, komunikasi kepala sekolah terhadap guru-guru MTs Al- Fitroh ini dipandang baik dan mampu menjadikan para guru disekolah tersebut menjadi baik dalam komunikasinya. Artinya adalah bahwa kepala sekolah MTs Al- Fitroh mampu membuat komunikasinya efektif dengan guru-guru yang bertugas di MTs Al- Fitroh. Dalam wawancara penulis dengan kepala sekolah MTs AlFitroh, ditemukan tujuh kualitas dalam komunikasi efektif kepala sekolah dengan para guru di MTs Al- Fitroh, yaitu: a. Komunikasi dilakukan secara terus-menerus b. Komunikasi dilakukan tanpa jarak dan tanpa batas c. Komunikasi dilakukan dengan halus/sopan santun d. Komunikasi dilakukan dengan proporsional e. Komunikasi dilakukan berdasarkan kebutuhan
10
. Wawancara dengan Daud Efendi, ketua Yayasan Al-Mubarok, Cipondoh, 22 September 2010
46
f. Komunikasi dilakukan dengan bersahaja Ketujuh rumus yang digambarkan oleh kepala sekolah tersebut menjadi sebuah gagasan baru bagi Kepala Sekolah MTs Al- Fitroh dalam membina hubungan komunikasi dengan para guru di sekolah yang dipimpinnya. Jika kita berkaca kepada sekolah-sekolah yang lainnya, masih banyak terdapat ketidakharmonisan hubungan guru dengan kepala sekolahnya lantaran tidak terciptanya efektifitas komunikasi diantara mereka. Seorang pemimpin, dalam hal ini adalah kepala sekolah, sudah semestinya menjadi contoh dan suritauladan bagi bawahannya yang dalam hal ini adalah guru, agar bisa tercipta keakraban dalam berhubungan sehari-hari. Apalagi, jika keadaannya di kantor dan dengan urusan kantor pula. Maka, proporsionalitas itu diperlukan oleh kedua belah pihak. Prof. Dr. Jalaluddin Rachmat juga mempercayai akan komunikasi yang efektif juga ditentukan oleh kesiapan komunikator (yang member pesan) kepada komunikan (yang diberi pesan) dengan sikap proporsional dan kematangan berdialog. Ini adalah salah satu bentuk pelajaran penting bagi lingkungan pendidikan yang sudah barang tentu dalam keseariannya terdapat komunikasi antara semua pihak di sekolah, tidak hanya guru dan kepala sekolah. 3. Misunderstanding Communication Selain didapati persoalan-persoalan hubungan komunikasi Kepala Sekolah MTs Al- Fitroh dengan para gurunya yang baik dan menunjukkan nilai positifnya, disini juga didapati persoalan dari sisi negatifnya, yaitu: Dalam mekanisme komunikasi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dengan para guru di MTs Al- Fitroh, beberapa persoalan pernah dialami dalam lingkungan sekolah ini, seperti persoalan keuangan.
47
Menurut salah seorang guru, Nuraeni. S. Ag menuturkan dalam petikan wawancara penulis, bahwa para guru terkadang mengalami depresi atau missunderstanding communication dengan Kepala Sekolah dalam hal manajemen keuangan. Sebagian besar guru menuturkan akan adanya ketidakjelasan dalam mengurus keuangan sekolah. Pasalnya, dari data yang penulis himpun dalam penelitian ini didapati bahwa manajemen keuangan di MTs AlFitroh cenderung tidak tansparan. Padahal, yayasan yang mendirikan sekolah ini terkenal dengan santun dan kesederhanaannya. Kendati demikian, para guru masih menaruh kepercayaan besa terhadap sekolah ini lantaran sekolah ini adalah yayasan yang mengabdikan diri kepada masyarakat dari semua unsure. Dalam
studi
komunikasi,
Prof.
Dr.
Jalaluddin
Rachmat
menambahkan bahwa dengan adanya self controlling maka seseorang yang melakukan komunikasi (komunikan) dapat mengendalikan dirinya dalam berkomunikasi. Jadi, dalam studi lapangan sampai ditemukannya data penelitian ini, Kepala sekolah MTs Al- Fitroh masih ada yang menganggap bahwa kepala sekolah MTs Al- Fitroh masih kurang transparan dalam hal manajemen keuangan. Ini kemudian akan menjadi titik tolak ukur dari keberhasilannya membawa MTs ini tidak kalah mutu dengan sekolah-sekolah lainnya di Kota Tangerang. Menurut Husni Mubarok, Kepala Sekolah inni bahwa dirinya pernah mendapatkan teguran dari salah seorang pegurus yayasan yang menjadi induk sekolah ini lantaran dirinya dianggap kurang komunikatif dalam hal manajemen keuangan sekolah. Namun ia mengelak bahwa tudinga tersebut tidak benar. Dalam hal manajemen keuangan, MTs Al- Fithroh selalu memberikan ruang aspirasi untuk bertanya para guru soal perihal tersebut. Sehingga Kepala sekolah ini masih dianggap
48
komunikatif oleh sebagian besar guru MTs Al- Fithroh, hanya sebagian kecil saja yang mengatakan kurang komunikatif. C. Pengolahan Data dan Analisis Data Dari hasil penelitian ini, telah dihimpun data-data berikut sebagai hasil akhir dalam penelitian, dan kemudian diolah menjadi data penelitian akurat. 1. Proses Komunikasi Kepala Sekolah dengan Para Guru Informal adalah proses komunikasi Kepala Sekolah Dengan para Guru Diluar Waktu kegiatan belajar mengajar secara kekeluargaan. Dan sebaliknya Formal di;akukan diwaktu jam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan himpunan data tersebut di atas, maka komunikasi kepala sekolah dengan guru lebih besar dilakukan secara informal dari pada secara formal. 2. Berdasarkan Jenis Komunikasi Yang Dilakukan Oleh Kepala Sekolah Interaksi Simbolik adalah Menggerakan sesuatu itu dapat bermacam- macam, berupa kegiatan. Kegiatan yang dimaksudkan disini adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong, namun yang penting yang harus diingat adalah bagaimana cara yang baik untuk melakukannya. Linear adalah suatu jenis atau pola dengan cara natural atau bias disebut apa adanya. Berdasarkan hasil data di atas, maka jenis komunikasi kepala sekolah lebih banyak dilakukan secara Interaksi simbolik (40%), Interpersonal (30%), Linear (20%).
49
3. Hambatan-hambatan komunikasi kepala sekolah dengan guru Berdasarkan hasil analisa yang sudah saya dapat, bahwa yang paling dominan menjadi hambatan komunikasi kepala sekolah adalah soal transparansi pengelolaan keuangan, indisipliner, rapat tertutup yayasan, dan selebihnya adalah hal-hal lain. 4. Dampak/pengaruh komunikasi kepala sekolah dengan para guru Dari hasil data tersebut di atas, dikatakan bahwa pengaruh komunikasi kepala sekolah dengan guru yaitu pada Disiplin kerja guru, supervisi, tata kelola administrasi, dan
kesalahan
(missunderstanding), yang masih adanya keluhan- keluhan para guru agar bisa lebih ditingkatkan kembali soal komunikasi.
5. Komunikasi kepala sekolah memiliki tujuan
Berdasarkan data di atas, tujuan komunikasi kepala sekolah dengan guru adalah: bersifat struktural (35%), bersifat fungsional (45%), Lain-lain (20%). Tinjauan penulis dari hasil pengamatan penelitian ini, yaitu: a. Bahwa pola komunikasi yang dilakukan kepala sekolah MTs AlFithroh sudah mencukupi nilai efektifitas yang memuaskan, denga keterbukaannya berdialog dengan para guru b. Bahwa dalam proses komunikasi Kepala Sekolah MTs Al- Fithroh masih dianggap oleh sebagian kecil guru yang berbeda pandangan menganggapnya kurang komunikatif. c. Bahwa kepala sekolah MTs Al- Fithroh berpandangan dengan komunikasi
linear
dirinya
bisa
komunikasinya dengan para guru.
menyeimbangkan
hubungan
50
STRUKTUR ORGANISASI MTs AL-FITROH, CIPONDOH
Kepala Madrasah
Komite Madrasah
Sekretaris
Bendahara
Staff Tata Usaha
Dewan Guru
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Bahwa Komunikasi antara kepala sekolah dengan para guru merupakan suatu tindakan yang harus dijaga dengan baik demi meningkatkan kualitas hubungan kepala sekolah dengan guru. Meminjam istilah Jalaludin Rachmat, komunikasi adalah alat untuk membina kehamonisan hubungan. Kemudian, dalam skripsi ini penulis telah memperhatikan secara seksama tentang bagaimana komunikasi kepala sekolah dengan para guru di MTs Al-Fithroh. Secara garis besar hubungan keduanya baik dan perlu mendapatkan penjagaan agar tetap harmonis dan tercipta suasana bersahaja. Oleh karena itu, sedikitnya ada lima pointer yang penulis simpulkan dari hasil penelitian ini, yaitu: 1. Kepala sekolah MTs Al-Fithroh cukup baik dalam membina keharmonisan hubungan dengan para guru
51
52
2. Bentuk komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah bentuk komunikasi interpersonal, linear dan komunikasi organisasi 3. Kepala sekolah mengalami hambatan dalam berkomunikasi dengan para guru ketika sedang berada dalam rapat-rapat 4. Kepala sekolah tidak dapat megontrol dengan baik hambatanhambatan komunikasi yang dimilikiya 5. Para guru secara profesioal menempatkan dirinya sebagai bawahan sehingga komunikasi organisasi cenderung dipakai
B. Saran Untuk menciptakan peningkatan kualitas harmonisasi hubungan komunikasi kepala sekolah dan guru di MTs Al-Fithroh, saya sebagai penulis menyarankan kepada pihak sekolah khususnya, dan kepada pembaca umumnya untuk : 1. Agar dapat memahami komunikasi yang terjadi secara langsung dan segera menghasilkan timbal-balik 2. Sebagai pimpinan, kepala sekolah hendaknya dapat mengontrol dan membina hubungan komunikasi dengan bawahannya (para guru) 3. Hambatan komunikasi yang terjadi diakibatkan kurangnya pemahaman antara komunikan dengan komunikator 4. Agar lebih intens melakukan kontak langsung Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis ringkas, semoga segala sesuatunya bisa bermanfaat untuk kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Arifin, Strategi Komunikasi, Bandung; Armico, 1984 Ardianto, Elvinaro, M. Si, Filsafat Ilmu Komunikasi, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT Rineka Cipta 1998 Fisher, B. Aubrey, Teori-teori Komunikasi, Bandung; Remaja Karya, 1986 ilmuilmiah.blogspot.com/feeds/posts/default?orderby, diakses pada tanggal 15 Januari 2011 Kaligis, JRE., Pendidikan Lingkungan Hidup, Jakarta: UT Press, 2008 Keraf, Gorys, Komposisi, Jakarta: Nusa Indah, 1989 Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi; Sebuah Pengantar, Bandung: Rosdakarya, 2002 Nata, Abiddin, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Subagyo, P. Joko
, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, (Jakarta;PT
Renika CIpta, 2004), cet. IV Sudjana, HD., Manajemen Pogram Pendidikan, Falah production, Bandung 2000 Suranto AW, Komunikasi Efektif untuk Mendukung Kinerja Perkantoran, (http://www.uny.ac.id/home/artikel.php?m=&I=3&k=23), 9 Febuari 2007 Uchyana, Onong, Dasar-dasar teori komunikasi Jakarta: Bulan bintang, 2005 Uchyana, Onong, Teori Komunikasi, Bandung: Rosda Karya Wardani, I.G.A.K, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: UT Press, 2006
TRANSKRIP WAWANCARA Tanggal Tempat
•
: 11 Agustus 2010 : MTs Al-Fitroh
Apa yang anda rasakan selama mengajar di sekolah ini (baca; MTs Al-Fitroh) ?
Ya, Alhamdulillah cukup senang dan tentunya ada suka dan dukanya juga. Selama saya mengajar di sekolahan ini terkadang saya menemukan permasalahan-permasalahan yang baru dan biasa saya jadikan sebagai pengalaman saja
•
Pengalaman-pengalaman baru yang anda maksud seperti apa?
Contohnya, pada saat terjadi kesalahpahaman dengan guru-guru lain soal panitia ujian, juga ketika rapat dengan pihak jajaran sekolah semuanya, itu kan tentunya ada ya berbagai permasalahan yg demikian.
•
Lalu, bagaimana pendapat anda tentang kepemimpinan kepala sekolah di madrasah ini?
Apa ya, ya paling tidak saya bisa mengatakan kalau semua jajaran sekolah di sini, baik itu dari guru, kepala sekolah dan yayasan semuanya membina asas kekeluargaan dengan baik dan disiplin. Karena memang hampir 60% nya adalah keluaga besar al-mubarok.
•
Bisa ibu jelaskan lagi tentang keluarga Al-Fitroh yang dimaksud?
Iya artinya jajaran guru dan yayasan disini adalah sebagian besarnya keluarga besar almubarok, yaitu yayasan al-mubarok yang didirikan atas prakarsa masyarakat cipondoh. Tapi, disii saya memiliki kebanggaan tersendiri soal kinerja guru-guru di sekolah ini. Banyak sekali guru-guru yang menganggap dan merasa bahwa sekolah ini adalah miliki
semuanya. Hal ini kan tidak mudah didapat di sekolah-sekolah lain. Artinya, kegiatan guru-guru dio sini selain mengajar juga saling menjaga silaturahmi antar sesamanya.
•
Lalu, bagaimana anda berkomunikasi dengan kepala sekolah?
Komunikasi saya cukup baik dengan siapapun yang ada di sekolah ini, apalagi kepala sekolah sebagai pimpinan. Tentunya saya sangat menjaga keharmonisan hubungan komuikasi dengan kepala sekolah saya. Pada beberapa kesempatan seperti pelatihan mutu guru, juga kepala sekolah kami secara terbuka mengajarkan kami akan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sebagai pengabdi.
•
Pernahkah ibu sewaktu-waktu mendapatkan teguan dari kepala sekolah? Pernah. Tapi bukan teguran seperti anak kecil yang sedang marah dengan temannya atau orang tuanya ya, teguran ini lebih bersifat tertulis. Misalnya, saya perah tidak masuk kelas tanpa ijin dari kepala sekolah, besoknya saya mendapat surat teguran yang isinya ya kalau mau tidak masuk mesti ijin dulu dari kepala sekolah. Begitu aja sih, mas.
•
Sebagai pendidik, tentunya Ibu merasa memiliki tanggung jawab besar kepada murid-murid ibu. Apa yang ibu harapkan untuk anak didik ibu?
Saya sangat berharap sekali kelak dewasa nanti murid-murid saya bias menjadi oang yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya dan juga bagi oang lain. Juga pesan saya kepada para murid saya ya, jangna peah meninggalkan sholat lima waktu. Itu saja, mas.
•
Terus, berkenaan dengan kepala sekolah lagi nih bu. Apa kelebihan kepala sekolah menurut ibu?
Pak husni itu orangnya baik, jujur, dan rajin dalam bekerja. Bahkan beliau terkadang dating ke sekolah lebih dulu dari paa guru nya. Ini yang saya banggakan dai seorang
kepala sekolah pak husni ini. Saya sangat bangga punya kepala sekolah sepeti pak husni ini.
•
Dalam membina komunikasi dengan guru. Apakah kepala sekolah ibu tergolong orang yang pandai berkomunikasi?
Jangan ditanya soal itu mah, mas. Pak husni itu orangnya dekat dengan siapa aja, makanya beliau menjadi kepala sekolah sudah dua periode kalau tidak salah. Semua guru dan yayasan juga senang dengan dipimpinnya sekolah ini oleh pak husni sebagai kepala sekolah.
•
Ok, terakhir ya bu. Pesan ibu untuk kepala sekolah?
Yang terhormat bapak Husni. Terus maju memimpin sekolah ini. Jangan pernah merasa puas dengan apa yang dihasilkan kita bersama sama selama ini, tapi lebih ditingkatkan lagi kualitas dan mutu nya di sekolah ini. Maju terus bapak.
SISTEM INFORMASI AKADEMIK BERBASIS WEB STUDI KASUS PADA MADRASAH TSANAWIYAH AL-MUAWANAH CURUG TANGERANG
Ahmad Khoirul Rijal – 103091029592 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRAK: Pada saat era globalisasi teknologi saat ini, kebutuhan informasi dalam dunia pendidikan menjadi sangat dalam menentukan kemajuan suatu lembaga. Dengan pemanfaatan dan penerapan teknologi informasi, kumpulan data yang saling berhubungan satu sama lain dapat diorganisasikan menjadi sebuah file basis data, dimana data-data diorganisasikan kemudian disimpan kedalam komputer untuk memudahkan pemakai dalam mengakses data. Namun pemanfaatan teknologi informasi belum dimanfaatkan seefektif mungkin pada Mts Al-Muawanah. Mts Al-Muawanah Curug Tangerang masih ada yang menggunakan sistem manual untuk mendukung kegiatan proses belajar mengajar. Baik dalam penilaian, absensi, maupun kegiatan administrasi, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut dan hasilnya pun belum tentu akurat. Dari sinilah muncul keinginan dari penulis untuk membuat suatu Aplikasi Sistem Informasi Akademik Sekolah Berbasis Web untuk mendukung kegiatan operasional sehari-hari pada sekolah tersebut. Dengan adanya aplikasi berbasis web ini akan menciptakan pengolahan data yang terorganisir, sehingga kegiatan-kegiatan proses belajar mengajar di sekolah menjadi lebih terkomputerisasi secara terstruktur, memudahkan dalam pengaksesan data, dan penyampaian informasi yang tersedia. Aplikasi ini dibuat menggunakan bahasa pemrograman PHP (Personal Home Page), database MySQL, Xampp Web Server dan didukung oleh program lainnya seperti Notepad++, PhotoshopCS. Peneliti menggunakan metode Rapid Application Development (RAD) dalam pengembangan sistemnya, yang terdiri dari fase perencanaan syarat-syarat, fase perancangan, fase konstruksi dan fase pelaksanaan. Dalam pelaksanaanya, apikasi sistem informasi akademik ini menggunakan stand alone atau digunakan pada PC masing-masing user, di mana user bisa login untuk masuk ke halaman masing-masing yang sudah didaftarkan oleh seorang admin.Tujuan dari penulis Tugas Akhir ini adalah menganalisis masalah yang terjadi pada proses pengolahan data akademik pada madrasah tsanawiyah atau sekolah menengah pertama (Mts AlMuawanah), yang kemudian membuat prototype aplikasi sistem informasi akademik pada Mts AlMuawanah tangerang agar menjadi salah satu solusi dari masalah yang ada. Kata kunci: Analisis, Perancangan, UML, Sistem Informasi Akademik, Madrasah Tsanawiyah AlMuawanah Curug.
1. PENDAHULUAN Teknologi informasi pada saat ini telah berkembang pesat tidak terkecuali di indonesia, hampir semua perusahaan besar dan menengah menerapkan teknologi informasi untuk membantu operasi bisnis mereka. Teknologi informasi telah mendukung berbagai kehidupan contohnya bidang ekonomi, bidang pendidikan, bidang hiburan dan bidang lainnya (Bunafit Nugroho : 2008). Para pengguna teknologi informasi pada saat ini telah mencakup hampir segala umur, dari anak kecil sampai dewasa. Pengguna teknologi informasi terus meningkat dengan adanya internet. Teknologi internet dapat mendukung penggunaan teknologi informasi sebagai sarana pembelajaran. Sebagai contohnya internet dapat digunakan untuk menyebarkan informasi pembelajaran (Pandia, Henry : 2007). Dengan menggunakan sistem dan perancangan aplikasi yang terkomputerisasi, maka semua data dapat tersimpan dengan rapi, integrity terjamin, pengolahan data atau informasi dapat dilakukan secara cepat, tepat dan akurat dibandingkan cara yang belum menggunakan sistem dan aplikasi yang belum terkomputerisasi. Namun pemanfaatan Teknologi Informasi belum dimanfaatkan seefektif mungkin pada Mts AlMuawanah Kecamatan Curug Kabupaten Tanggerang dan masih ada yang menggunakan sistem manual untuk mendukung kegiatan operasional sehari-hari, baik dalam administrasi, absensi, maupun penilaian, dan proses backup data sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan kegiatankegiatan tersebut. Kegiatan guru-guru dalam melakukan penilaian terhadap siswa-siswa Mts AlMuawanah Kecamatan Curug Kabupaten Tanggerang masih menghasilkan data yang kurang akurat karena masih terdapat data yang berulang, tidak tercatat, kurang teliti, salah perhitungan dalam penilaian. Selain itu, Sistem yang sedang berjalan pada Mts AlMuawanah Kecamatan Curug Kabupaten Tanggerang ini menggunakan media kertas yang kurang menunjang untuk jangka waktu yang panjang karena jumlah data guru dan siswa yang banyak maka data yang ditampung akan semakin besar, sehingga akan memperlambat kinerja sistem untuk menyajikan informasi secara cepat dan tepat. Masalah lain yang timbul adalah pencarian data berdasarkan nilai yang tertinggi untuk menentukan prestasi siswa yang apabila dilakukan secara tertulis maupun sistem manual akan memakan waktu yang cukup lama. Melalui skripsi yang berjudul ”SISTEM INFORMASI AKADEMIK BERBASIS WEB PADA MTS AL-MUAWANAH KECAMATAN CURUG
KABUPATEN TANGERANG”. Dengan adanya aplikasi berbasis web ini, maka akan tercipta pengolahan data yang terorganisir, sehingga memudahkan dalam pengaksesan data, dan penyampaian informasi yang tersedia.
2. LANDASAN TEORI 2.1
Pengertian Internet Menurut Moore et al.(2001:7), internet mengacu pada system internasional yang menghubungkan komputer – computer yang dimana menggunakan TCP/IP (Transmision Control Protocol / Internet Protocol). Menurut koller dan Amstrong (2004:24), internet adalah jaringan global dan jaringan – jaringan computer yang luas dan berkembang tanpa ada manajemen atau kepemilikan terpusat.
2.2
Perancangan system dan akademik Menurut McLeod (2004:161) analisis sitem adalah penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem baru atau diperbarui. Menurut Mulyadi ( 2001:51 ) perancangan system adalah proses penterjemahan kebutuhan pemakai informasi ke dalam alternatif rancangan system yang di ajukan kepada pemakai informasi untuk dipertimbangkan Kata akademik berasal dari bahasa yunani yakni academos yang berarti sebuah taman umum (plasa) di sebelah barat laut kota Athena. Nama Academos adalah nama seorang pahlawan yang terbunuh pada saat perang legendaris Troya. Pada plasa inilah filosof Socrates berpidato dan membuka arena perdebatan tentang berbagai hal. Tempat ini juga menjadi tempat Plato melakukan dialog dan mengajarkan pikiranpikiran filosofinya kepada orang-orang yang datang. Sesudah itu, kata academos berubah menjadi akademik, yaitu semacam tempat perguruan. Para pengikut perguruan tersebut disebut academist, sedangkan perguruan semacam itu disebut academia. Berdasarkan hal ini, inti dari pengertian akademik adalah keadaan orang-orang bisa menyampaikan dan menerima gagasan, pemikiran, ilmu pengetahuan, dan sekaligus dapat mengujinya secara jujur, terbuka, dan leluasa (www.unp.ac.id).
2.2.1 Konsep Dasar SIK Sistem informasi didefinisikan sebagai suatu sistem didalam suatu organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, media, prosedur-prosedur dan pengendalian yang
ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasi penting, memproses tipe transaksi rutin tertentu, membari sinyal kepada manajemen dan yang lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal yang penting dan menyediakan suatu dasar informasi untuk pengambilan keputusan yang baik.
Merupakan pengembangan instrumen atau penelitian yang sudah dibuat sebelumnya. Hal ini dilakukan dengan melihat hasil riset yang sudah ada kemudian mengembangkannya dengan melihat kekurangan yang ada pada riset tersebut. 3.2
2.3 Rekayasa Piranti Lunak Perangkat lunak dapat didefinisikan sebagai berikut : 1. Instruksi-instruksi (program komputer) yang bias dijalankan akan memberikan fungsi dan unjuk kerja yang diharapkan. 2. Struktur data yang memungkinkan program untuk memanipulasi informasu yang memadai. 3. Dokumen- Dokumen yang menjelaskan operasi dan penggunaan program-program. 2.4 Unified Modelling Language (UML) Menurut Hermawan (2004) Unified Modelling Language (UML) adalah bahasa standar yang digunakan untuk menjelaskan dan memvisualisasikan artifak dari proses analisis dan desain sistem berorientasi objek. Adapun diagram UML yang digunakan dalam penelitian ini adalah Use Case Diagram, Sequence Diagram, dan Class Diagram. 2.5 Rapid Application Development (RAD) Menurut Pressman (2002), RAD adalah sebuah model proses perkembangan perangkat lunak sekuensial linier yang menekankan siklus perkembangan yang sangat pendek. 3. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data 3.1.1 Observasi (Pengamatan) Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan atau peninjauan langsung di Sekolah MTs Al Muawanah Curug dan menelaah informasi mengenai proses terjadinya ujian semester yang dilakukan oleh sekolah tersebut. 3.1.2 Wawancara (Interview) Wawancara (interview) merupakan proses tanya jawab secara langsung dengan guru mata pelajaran TIK. Teknik wawancara ini peneliti gunakan untuk mendapatkan data dan informasi yang berkaitan dengan sistem ujian yang dilakukan sekolah. 3.1.3 Studi Pustaka Pengumpulan data yang bersumber dari berbagai buku yang menjadi referensi dan pencarian dengan media internet untuk memperoleh data-data tambahan dalam rangka melengkapi penulisan skripsi. 3.1.4 Studi Penelitian Sejenis
Metode Pengembangan Sistem Pengembangan sistem yang peneliti lakukan menggunakan empat tahap siklus pengembangan model RAD (Rapid Application Development), yaitu fase perencanaan syarat dan tujuan informasi, fase perancangan, fase konstruksi, dan fase pelaksanaan. 3.2.1 Fase Perencanaan Syarat-Syarat Pada tahap ini dilakukan pengidentifikasian tujuan aplikasi serta mengidentifikasi syarat-syarat informasi yang ditimbulkan dari tujuan tersebut. 3.2.2 Fase Perancangan Pada tahap ini dilakukan beberapa tahapan yaitu: a) Perancangan Proses b) Perancangan Basis Data c) Perancangan Antar Muka Pemakai (User Interface) 3.2.3 Fase Konstruksi Pada tahapan ini dilakukan pembuatan program terhadap rancangan-rancangan yang telah didefinisikan. 3.2.4 Fase Pelaksanaan a) Pengujian b) Tanggapan User 3.3 Kerangka Berfikir
4.1.2 Visi dan Misi A. Visi Unggul dalam prestasi, terdepan dalam teknologi dan berakhlakul karimah. B. Misi 1. Mewujudkan kepribadian anak yang berbudi luhur, mandiri dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. 2. Menciptakan generasi yang bertaqwa dan berakhlakul karimah. 3. Ikut serta mensukseskan program pemerintah dalam meningkatkan SDM dan Wajar Dikdas 9 tahun. 4. Menyiapkan siswa agar mampu bersaing dan mengembangkan diri sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. 4.1.3 Struktur Organisasi Adapun struktur organisasi sekolah MTs AlMuawanah adalah sebagai berikut: Kepala Sekolah MTs : H. Muhammad Bais Wakil KepSek : Drs. H. Syakhroni Bendahara : Dra. Siti Maryam Tata Usaha : Usman Efendi, A.Ma Anggota : Dewan Guru
4. PEMBAHASAN DAN IMPLEMENTASI 4.1 Gambaran Umum MTs Al Muawanah 4.1.1 Sejarah MTs Al Muawanah Madrasah Tsanawiyah Al Muawanah merupakan lembaga pendidikan di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Haji Nasim (YAPIHANA), didirikan pada tanggal 10 Juli 1992 dan diakta notariskan pada tanggal 20 Agustus 1992 dengan akta no.383 tanggal 20 Agustus 1992 Ny. Nanni Wahyudi. Yayasan ini berlokasi di Kampung Sempur Rt.12 Rw.03, Desa Kadu, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang, Banten dan dibangun di atas tanah seluas 600 m2. Tanah tersebut diperoleh pada mulanya berasal dari wakaf yang diberikan oleh seorang tokoh masyarakat setempat yang bernama Haji Nasim, dengan luas tanah 900 m2. Kemudian di atas tanah tersebut dibangun sebuah masjid dan sebuah madrasah untuk kepentingan peribadatan dan pendidikan masyarakat setempat.
4.2 Analisis Kebutuhan 4.2.1 Analisis Kebutuhan Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada tahap sebelumnya, maka peneliti dapat menganalisis bahwa belum efektifnya pemanfaatan teknologi informasi pada MTs Al Muawanah ini, salah satu contoh yaitu kurangnya pemanfaatan komputerisasi dan jaringan lokal yang telah tersedia. 4.2.2 Tujuan Berdasarkan pada analisis kebutuhan di atas, maka penulis membuat suatu sisem informasi akademik berbasis web dengan memanfaatkan internet. Dengan demikian para siswa dan guru dapat lebih mudah untuk mendapatkan informasi akademik sekolah. 4.2.3 Syarat-Syarat Adapun untuk mewujudkan tujuan tersebut maka dibutuhkan beberapa syarat dalam pengembangan informasi akademik berbasis web ini yaitu meliputi bahasa pemograman, database, dan web server. Spesifikasi perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan peneliti dalam pengembangan aplikasi ini adalah sebagai berikut: a. Perangkat Lunak 1) Web Server Apache versi 2.2.12 2) PHP versi 5.3.0 3) MySQL versi 5.0.20 4) Notepad ++ 4.0.1 5) Macromedia Dreamweaver 8 6) Adobe Photoshop CS 7) Mozilla Firefox 3.5.3 8) Windows XP SP 2
b. Perangkat Keras 1) Processor Intel ® Pentium ® Dual CPU E2180 @ 2.00 GHz (2CPUs) 2) Harddisk 80 GB 3) Memory 1 GB 4) Mouse 5) Keyboard 6) Monitor dengan resolusi 1024 x 768 pixel
Pada aplikasi ujian madrasah ini terdapatbeberapa kelas. Berikut adalah class diagram sistem informasi akademik madrasah yang dibangun oleh peneliti.
4.3 Fase Perancangan 4.3.1 Perancangan Proses Dalam merancang proses pada sistem informasi akademik ini peneliti menggunakan notasi UML sebagai case tool dalam merancang proses yang akan terjadi di dalam aplikasi, yakni dengan membuat use case diagram, class diagram, sequence diagram dan activity diagram. 4.3.1.1 Use Case Diagram Pada aplikasi ini, terdapat dua aktor yaitu administrator dan siswa. Adapun untuk use case diagram terdiri dari beberapa use case.
Gambar 4.3 Class Diagram 4.3.1.3 Sequence Diagram Adapun skenario yang dijalankan atau dibuat berdasarkan use case yang telah dirancang sebelumnya pada use case diagram. Berikut ini adalah sequence diagram yang telah peneliti buat: a. Sequence Diagram home
Gambar 4.1 Use Case Diagram
4.3.1.2 Class Diagram
Gambar 4.4 Sequence Diagram home b. Sequence Diagram admin
Gambar 4.5 Sequence Diagram admin c. Sequence Diagram guru 4.3.2.2 Perancangan Tabel Perancangan Tabel login Nama Tipe Data Field idadmin char username varchar pass varchar ket varchar akses char tingkatan char Perancangan Tabel guru Nama Field Tipe Data Kode_gr int Gambar 4.6 Sequence Diagram guru
d.
Sequence Diagram siswa
Gambar 4.7 Sequence Diagram siswa 4.3.2 Perancangan Basis Data Pada tahap perancangan database ini dibuat relasi antar entitas dan perancangan tabel sebagai penunjang sistem informasi akademik madrasah ini. 4.3.2.1 Entity Relationship Diagram (ERD)
nip kode_mapel nama_gr date_lahir tpt_lahir sex alamat agama telp foto_peg status
int smallint string date string tinyint string tinyint varchar tinyint tinyint
Perancangan Tabel siswa Nama Field Tipe Data ids int nis varchar idk int username string date_lahir date tpt_lahir varchar sex tinyint alamat string agama tinyint foto tinyint status tinyint
Ukuran Keterangan 3 8 16 255 1 20
NotNull NotNull NotNull Null NotNull Null
Ukuran 5
Keterangan NotNull
20 5 50 40
NotNull NotNull NotNull Null Null
255 1 20
Null
Ukuran 11 20 11 50
40 255 1
Keterangan NotNull NotNull NotNull NotNull Null Null
F. Rancangan Layar Kuis 4.3.3 Perancangan Antarmuka A. Rancangan Layar Home
Gambar Rancangan Layar Home B. Rancangan Layar Login
Gambar Rancangan Layar Kuis G. Rancangan Layar halaman Guru
Gambar Rancangan Layar Login C. Rancangan Layar Profil Sekolah Gambar Rancangan Layar Halaman Guru H. Rancangan Layar Halaman Siswa
Gambar Rancangan Layar Profil Sekolah D. Rancangan Layar Profil Siswa Gambar Rancangan Layar Halaman Siswa I. Rancangan Layar Admin Data Kelas
Gambar Rancangan Layar Profil Siswa E. Rancangan Layar Download
Gambar Rancangan Layar Admin Data Kelas
Gambar 4.17 Rancangan Layar Download
J. Rancangan Layar Admin Data Siswa
mengakses sistem informasi akademik berbasis web. Berikut hasil dari pengujian terhadap aplikasi sistem administrasi dapat dilihat pada tabel Hasil Pegujian Sistem Administrasi Admin Test Case
Gambar Rancangan Layar Admin Data Siswa K. Rancangan Layar Admin Data Guru
Gambar Rancangan Layar Admin Data Guru L. Rancangan Layar Login Admin
Gambar Rancangan Layar Login Admin 4.4
Fase Konstruksi Pada tahap ini, peneliti melakukan tahap pengkodean terhadap hasil rancangan yang sudah didefinisikan sebelumnya untuk dijadikan sebuah program aplikasi. Hasil rancangan sistem dan program tersebut diterjemahkan ke dalam kode-kode dengan menggunakan bahasa pemrograman yang sudah ditentukan. Dalam aplikasi ini, bahasa pemrograman yang digunakan adalah PHP. Kode program dapat dilihat pada Lampiran. 4.5 Fase Pelaksanaan 4.5.1 Pengujian aplikasi system informasi akademik sekolah berbasis web 5 Pengujian yang dilakukan terhadap aplikasi sistem informasi akademik ini adalah pengujian dengan metode Blackbox. Pengujian dilakukan dengan menjalankan semua fungsi dan fitur yang ada dari aplikasi ini dan kemudian dilihat apakah hasil dari fungsi-fungsi tersebut sesuai dengan yang diharapkan. Aplikasi dijalankan melalui suatu web browser dan mencoba
Prosedur yang dijalankan
User memasukkan Login username dan password Pilih menu data Input guru, data masukkan data, guru tekan tambah Pilih menu data Ubah guru, lihat/cari, Data edit guru Pilih menu data Hapus guru, lihat/cari, Data edit guru Pilih menu data Input siswa, masukkan data data, tekan siswa tambah Pilih menu data Ubah siswa, lihat/cari, Data edit siswa Pilih menu data Hapus siswa, lihat/cari, Data edit siswa Pilih menu data Input kelas, masukkan data data, tekan kelas tambah Pilih menu data Ubah kelas, lihat/cari, Data edit kelas Pilih menu data Hapus kelas, lihat/cari, Data edit kelas Pilih menu data Input jadwal, data masukkan data, jadwal tekan tambah Pilih menu data Ubah jadwal, lihat/cari, Data edit jadwal Pilih menu data Hapus jadwal, lihat/cari, Data edit jadwal Pilih menu ganti Ganti Password password,
Hasil yang diharapka n
Hasil
User masuk ke halaman admin
Berhasil
Data guru bertambah
Berhasil
Data guru berubah
Berhasil
Data guru terhapus
Berhasil
Data siswa bertambah
Berhasil
Data siswa berubah
Berhasil
Data siswa terhapus
Berhasil
Data kelas bertambah
Berhasil
Data kelas berubah
Berhasil
Data kelas terhapus
Berhasil
Data jadwal bertambah
Berhasil
Data jadwal berubah
Berhasil
Data jadwal terhapus
Berhasil
Password berubah
Berhasil
masukkan password lama, masukkan password baru Pilih menu kelua r
Masuk Pilih menu data absen daftar sesuai pertemuan pertemuan Masuk ke Input data halaman Berhasil Kirim Keluar “masuk atau utama tidak absen masuk” Hasil Pegujian Sistem Administrasi Siswa Test Case
Prosedur yang dijalankan User memilih kelas dan nama
Login
lihat absensi lihat nilai
Ganti Password
Keluar
Pilih menu lihat absensi Pilih menu lihat nilai Pilih menu ganti password, masukkan password lama, masukkan password baru Pilih menu keluar
Hasil yang diharapkan
Hasil
User masuk sesuai berdasarkan nama dan kelas
Berhasil
Menampilkan absensi siswa
Berhasil
Manmpilkan nilai siswa
Berhasil
Password berubah
Berhasil
Masuk ke halaman utama
Berhasil
Perikasa nilai
Pilih kelas, pilih nilai, Input nilai pilih daftar nilai yang akan diinput Pilih kelas, pilih nilai, pilih daftar Kirim nilai yang nilai akan diinput, kirim nilai Pilih menu ganti password, masukkan Ganti password Password lama, masukkan password baru
Keluar Hasil Pegujian Sistem Administrasi Guru
Test Case
Login
Lihat data kelas
Periksa absensi
Prosedur Hasil yang yang diharapka Hasil dijalankan n User User masuk memasukkan ke halaman Berhasil nama utama guru User masuk ke halaman Pilih kelas data siswa berdasarkan yang sedang Berhasil nama kelas di ajar sesuai kelas yang dipilih User masuk Pilih menu ke halaman Berhasil absensi data absensi siswa
Pilih kelas, pilih nilai
Pilih menu keluar
Masuk ke halaman absen sesuai pertemuan
Berhasil
Data terkirim
Berhasil
Masuk ke halaman nilai siswa berdasarkan kelas yang dipilih
Berhasil
Masuk ke halaman input nilai
Berhasil
Nilai terkirim
Berhasil
Password berubah
Berhasil
Masuk ke halaman utama
Berhasil
5.3.1 Tanggapan User pada Aplikasi sistem informasi akademik Peneliti juga melakukan suatu pengujian berupa User Acceptance Test (UAT) untuk mengetahui sejauh mana aplikasi ini mencukupi kebutuhan dari user, pada tahap ini peneliti meminta tanggapan user tentang aplikasi sistem informasi akademik sekolah ini sebagai bahan evaluasi. Berikut ini adalah hasil persentase dari kuesioner yang telah dibagikan pada 30 orang responden yang terdiri dari 20 orang siswa, 10 orang guru.
Hasil Persentase dari Tanggapan User N o 1.
2.
3.
4.
5.
Pertanyaan Apakah aplikasi sistem informasi akademik sekolah ini mudah digunakan atau dioperasikan ? a. mudah b. sedang c. sulit Apakah anda setuju jika sistem informasi akademik sekolah yang manual ini diganti dengan sistem yang terkomputerisasi ? a. setuju b. tidak setuju c. ragu-ragu Apakah program sistem informasi akademik ini merupakan visi & misi sekolah untuk mencerdaskan para siswa & guru dalam hal teknologi informasi ? a. setuju b. tidak setuju c. ragu-ragu Bagaimana tanggapan Anda tentang tampilan aplikasi sistem informasi akademik sekolah ini ? a. bagus b. cukup c. kurang Bagaimana tanggapan Anda terhadap keseluruhan aplikasi sistem informasi akademik sekolah ini ? a. bagus b. cukup c. kurang
Jumlah Persentase (%)
5.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis paparkan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
• • •
10 % 90 % 0%
1. Dengan adanya aplikasi ini, siswa dapat lebih mudah
memperoleh
informasi
mengenai
absensi, mata pelajaran dan nilai. 2. Dengan adanya aplikasi ini, siswa dapat • • •
90 % 5% 5%
melakukan bimbingan konseling kepada guru secara
online
mengenai
semua
yang
berhubungan dengan aktivitas di sekolah. 3. Dengan adanya aplikasi ini, guru dapat • • •
• • •
• • •
100 % 0 % 0 %
100 % 0 % 0 %
100 % 0 % 0 %
Hasil kuesioner menunjukkan bahwa aplikasi sistem informasi akademik ini telah sesuai dengan kebutuhan user.
memperoleh informasi mengenai absensi, jadwal mengajar dan memberikan nilai serta tugas sekolah secara online.
5.2 Saran Adapun saran untuk pengembangan aplikasi lebih lanjut, yaitu: Aplikasi ini bersifat untuk mencatat kegiatan prestasi siswa (nilai) pada pelajaran tertentu yang meliputi nilai harian, nilai tugas, nilai UTS, serta nilai UAS. Dan untuk kedepannya diharapkan bisa sekaligus menjadi web yang bersifat e-learning.
DAFTAR PUSTAKA Booch, Grady, James Rumbaugh, Ivar Jacobson. The Unified Modelling Language Reference Manual, Addison Wesley, 1998.
Nugroho, Adi. Rational Rose untuk Pemodelan Berorientasi Objek, Informatika, Bandung, 2005. Pandia, Henry. Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jilid I, II dan III. Jakarta: Erlangga, 2007.
Fathansyah, Ir. Basis Data, Bandung: Informatika, 2002. Fowler, Martin. UML Distilled Edisi 3: Panduan Singkat Bahasa Pemodelan Objek Standar. Yogyakarta: Andi, 2005.
Peranginangin, Kasiman. Aplikasi dengan PHP dan MySQL. Yogyakarta: Andi, 2006. Prakorso, Samuel. Jaringan Komputer LINUX, Ed I. Yogyakarta: ANDI, 2005.
Hakim, Lukmanul dan Musalini, Uus. Buku Sakti Menjadi Programmer Sejati PHP. cet.I. Pengantar Dr.Onno W. Purbo, Ph.D. Yogyakarta: Solusi Media, 2006.
Pressman, Roger.S. Rekayasa Perangkat Lunak. McGrawHill Book Co, Buku I Yogyakarta: Andi, 2002.
Hermawan, Julius. Analisa Desain & Pemrograman berorientasi obyek dengan UML dan Visual basic.Net, Edisi 1, Andi, Yogyakarta, 2004.
Purwanto, Ngalim. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008.
Jovan, FN. Panduan Praktis Membuat Web dengan PHP untuk Pemula. cet I. Penyunting,, Sudarma, S. Jakarta: Mediakita, 2007.
Sopandi, Dede. Instalasi dan Konfigurasi Jaringan Komputer. Bandung: Informatika, 2008. Sugeng,
Kenneth E.Kendall., Jullie E. Kendall. Systems Analysis and Design, fifth Edition. Dialihbahasakan oleh Thamir Abdul Hafed Al-Hamdany, B.Sc,M.Sc dalam buku analisis dan perancangan sistem. Jakarta: PT Prenhallindo, 2003. Kuswayanto, Lia. Mahir Berkomputer TIK untuk SMP. Jakarta: Grafindo Media Pratama, 2005. Francis, Taylor. Elearning. Dialihbahasakan oleh Teguh Wahyu Utomo, Robin Mason dan Frank Rennie dalam buku Elearning Panduan Lengkap Memahami Dunia Digital dan Internet. Yogyakarta: Baca, 2010. Misky, Dudi. Kamus Informasi dan Teknologi. Jakarta: Edsa Mahkota, 2005. Nasuhi,
Hamid, Ropi Ismatu, dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis dan Disertasi. Jakarta: CeQDA, 2007.
Winarno. Jaringan Komputer dengan TCP/IP, Bandung: Informatika, 2006.
Sukarno, Mohamad. Membangun Website Dinamis Interaktif dengan PHP-MySQL (Windows & Linux). cet I. Jakarta: ESKA Media, 2006. Suprianto, Dodit. Buku Pintar Pemograman PHP. cet I. Bandung: OASE Media, 2008. Tim Penyusun. Teknik Mudah Membangun Website dengan HTML, PHP dan MySQL. Yogyakarta: Andi, Madiun: Madcoms, t.t. Wijaya, Gita Surya. Bedah Total Server. Jakarta: Info Komputer, 2007. Yakub. Sistem Basis Data Tutorial Konseptual. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008. Yani, Ahmad. Panduan Menjadi Teknisi Jaringan Komputer. Jakarta: Kawan Pustaka, 2008. Yuhefizard. Database Management menggunakan Microsoft Access 2003, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008.
KOMUNIKASI ANTARA KEPALA SEKOLAH DENGAN PARA GURU DI MTS AL-FITROH CIPONDOH KOTA TANGERANG Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
AHMAD FAHRUDDIN 103018227354
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H
KOMUNIKASI ANTARA KEPALA SEKOLAH DENGAN PARA GURU DI MTS AL- FITROH CIPONDOH KOTA TANGERANG Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: AHMAD FAHRUDIN NIM: 103018227354
Dibawah Bimbingan
DRS. HASYIM ASY’ARI, M.Pd NIP: 19661009 199303 1 004
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S - 1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Februari 2011
Ahmad Fahrudin
ABSTRAK Ahmad Fahruddin, Nim: 103018227354, Komunikasi Antara Kepala Sekolah Dengan Para Guru di MTs Al-Fitroh. Skripsi. Jurusan Kependidikan Islam. Program Studi Manajemen Pendidikan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta 2011. Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Al-Fitroh, Cipondoh-Tangerang, Adapun tujuan dari Penelitian ini adalah untuk menjelaskan tentang hubungan komunikasi antara kepala sekolah dengan para guru di MTs Al-Fitroh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah guru Madrasah Tsanawiyah Al-Fitroh dengan kepala sekolah dan sepuluh sampel guru dari 34 orang. Pengawasan kepala sekolah di Madrasah Tsanawiyah Al-Fitroh dikatakan cukup, hal ini dapat dilihat dari data pengawasan kepala sekolah dengan nilai rata-rata 30 %. Dimana nilai tersebut berada pada kategori sedang, jadi komunikasi antar kepala sekolah dengan para guru berkategori sedang. Dengan demikian pelaksanaan komunikasi yang dilaksanakan kepala sekolah sudah cukup baik, namun belum terlaksana secara maksimal. Proses komunikasi kepala sekolah dengan para guru dipandang cukup, artinya kondisi guru dan kepala sekolah terbina degan harmonis dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik.. Kegiatan komunikasi kepala sekolah dengan para guru di MTs AlFitroh dinilai baik dengan alasan miss yang terjadi lebih kecil daripada nilai positifnya. Ubtuk itu, penelitian ini difokuskan dengan pola komunikasi yag dilakukan kepala sekolah terhadap para guru. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa komunikasi kepala sekolah dengan para guru akan dapat meningkatkan harmonisasi guru dengan kepala sekolah di Madrasah Tsanawiyah Al-Fitroh.
i
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim, Tiada kata indah yang terucap dari lisan ini melainkan puji syukur terhadap Allah SWT. Tuhan Yang Maha Kuasa, tidak ada Tuhan melainkan Dia, Dzat yang Maha Tinggi, yang telah memberikan petunjuk dan hidayah-Nya kepada penulis, selama penulis menempuh studi sampai akhirnya penulis menyelesaikan Skripsi ini untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan atas junjungan Nabi Muhammad saw. yang telah banyak melahirkan inspirasi bagi banyak manusia, terutama penulis dalam menjalankan roda kehidupan ini. Semoga kita semua termasuk ke dalam golongan ummatnya yang saleh dan salehah, amin. Proses penyelesaian skripsi S1 yang berjudul “Komunikasi Antar Kepala Sekolah dengan Para Guru di MTs Al-Fitroh” ini telah memakan waktu yang cukup lama dan berbagai macam rintangan telah penulis hadapi dengan penuh semangat dan kerja keras. Oleh karena itu, keharuan penulis tidak bisa diukir dalam bentuk kata-kata indah melainkan hanya dengan sejuta harapan agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi civitas akademia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, juga secara umum bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk itu, penulis ingin berucap terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
iv
2. Bapak Drs. Rusydy Zakaria, M. Ed, M. Phil selaku Ketua Jurusan KIManajemen Pendidiikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 3. Ibu Drs, Mu’arif SAM, M. Pd selaku Sekretaris Jurusan KI-Manajemen Pendidikan, yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan motivasi, saran, nasihat selama penulis menempuh studi S1 di Jurusan KIMP 4. Bapak Drs. Hasyim Asy’ari, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing Skripsi yang telah turut berperan aktif dalam proses penyelesaian skripsi penulis, baik berupa saran, bimbingan dan nasihatnya kepada penulis, 5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis selama masa studi di Jurusan KI-MP. Semoga amal baik mereka mendapat balasan dari Allah SWT, amin 6. Seluruh staff/pegawai Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang telah banyak menyediakan buku referensi selama penulis menyelesaikan skripsi 7. Bapak Syaiful Husni Mubarak, Lc yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan keterangan-keterangan seputar judul skripsi ini di tengah kesibukan beliau yang sungguh luar biasa sampai penulis harus bekerja keras untuk dapat mewawancarainya,
iv
8. Ayahanda Bapak Nahrawi dan Ibunda Titi Faridawati, yang selalu memberikan motivasi, bimbingan, doa yang tulus kepada penulis untuk terus mengejar cita-cita yang dibanggakan. Semoga segala bentuk kebaikannya dibalas oleh Allah SWT, amin 9. Sahabat-sahabat HIMATA Jakarta Raya (Opik, Maksis, Chandra, Oji, St. Badi’ah, Romli, dll.) dan PB HIMATA, semoga kalian terus semangat menjalani aktivitas kesehariannya, terima kasih atas keakraban dan kekeluargaan yang diberikan selama penulis menempuh studi di UIN Jakarta. 10. Untuk sang kekasih yang selalu mensupport penulis dalam menyelesaikan skripsi,
yaitu
Rini
Febriani.
Semoga
termotivasi,
agar
segera
menyelesaikan studinya. 11. Seluruh teman-teman civitas akademia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, wabil khusus Jurusan KI-MP (Pribadi Muslim, Defri Hamdani, Dzul Fadli Agus Mulyania, Abd. Aziz, Asih Sumiasih, Ade Faizah, Nining), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Akhirnya, penulis berharap semoga amal baik yang telah mereka berikan mendapat imbalan yang setimpal dari Yang Maha Kuasa, serta skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua, amin. Ciputat, 22 Februari 2011
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK …………………………………………………………..………...
i
KATA PENGANTAR ………………………………………………..………
ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………...……..
v
PENDAHULUAN ………………………………………..…...
1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………..….
1
B. Masalah Penelitian ………………………………………....
5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian …………………………..
6
LANDASAN TEORITIS ………………………………….....
8
A. Pengertian Komunikasi ……………………………………
8
B. Tujuan Komunikasi ………………………………………..
10
C. Unsur- unsure Komunikasi…………………………………
12
D. Jenis-Jenis Komunikasi
12
E. Faktor Pendukung Komunikasi…………………………….
13
F. Faktor Penghambat Komunikasi …………………………..
14
BAB I
BAB II
G. Komunikasi Antara Kepala Sekolah Dengan Para Guru …..
BAB
III
H. Kerangka Berfikir ………………………………………….
32
METODOLOGI PENELITIAN ……………………..………
33
A. Tujuan Penelitian ………………………………………….
33
B. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………
34
C. Metode Penelitian..………………………………………...
34
D. Populasi Dan Sampel ……………………………………...
34
E. Variabel Penelitian ………………………………………..
34
v
BAB
IV
BAB V
F. Teknik Pengumpulan Data ………………………………..
35
G. Instrumen Penelitian ………………………………………
35
HASIL PENELITIAN ………………………………………..
36
A. Gambaran Umum MTs Al-Fitroh .........................................
36
B. Latar Belakang Guru ……………...……………………….
38
C. Latar Belakang Kepala Sekolah …………………………...
41
D. Pola Komunikasi Kepala Sekolah dengan Guru ………..…
42
E. Pengolahan Data …………………………………………...
48
PENUTUP ………………………………………..…………...
50
A. Kesimpulan ……………………………………………..…. 51 B. Saran-saran ………………………………………..……….
v
52
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah komunikasi sudah sedimikian lazim di kalangan kita, meskipun masing-masing orang mengartikan istilah itu secara bebedabeda. Keseharian kita dipenuhi oleh penggunaan kata komunikasi, misalnya: “hewan pun berkomunikasi dengan caranya masing-masing,” ada miskomunikasi antara kita, “saya sebel sama orang itu,” karena orangnya tidak komunikatif, “computer adalah saraa komunikasi yang tercanggih”, “kami sedang meneima komunikasi lanjutan dari pihak pemeintah,” dan sebagainya. Komunikasi dari organisasi pada umumnya bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian rupasehingga khalayak merasa
memiliki
keterlibatan,
setidak-
tidaknya
ada
hubungan
batin.kegiatan ini sangat penting dalam usaha pemecahan suatu masalah jika terjadi tampa diduga. Sebagai contoh ialah masalah yang timbul akibat berita yang salah yang dimuat dalam surat kabar. Dengan adanya hubungan baik sebagai akibat kegiatan komunikasi yang dilakukan organisasi, masalah yang dijumpai kemungkinan besar tidak akan terlalu sulit diatasi. Bukan tidak mungkin pula sebelum berita itu dimuat, si
1
2
wartawan terlebih dulu bertanya mengenai kebenaran kejadian yang akan diberitakan itu.1 Komunikasi dalam bidang pendidikan merupakan hal yang mendukung terciptanya hubungan antar penyelenggara pendidikan yang baik agar tercapainya tujuan pendidikan sebagaimana yang terumus dalam tujuan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Komunikasi merupakan suatu tindakan penting dalam kehidupan manusia tanpa terkecuali. Begitu pun dalam dunia pendidikan, komunikasi dipandang perlu karena akan mengantarkan proses pendidikan menjadi lancar dan baik. Di dalam sekolah, terdapat organisasi sekolah yang terdiri dari Kepala sekolah, guru, komite sekolah dan orang tua murid. Kesemuanya harus memiliki sinergitas dan bentuk komunikasi yang baik demi kelancaran proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Pada penelitian ini, arti penting komunikasi akan diangkat kedalam permukaan kajian pendidikan yang memiliki turunan dengan sistem dan manajemen pendidikan di sekolah melalui hubungan komunikasi antar Kepala Sekolah dan guru. Karena kita semua menyadari bahwa hubungan kepala sekolah dan guru adalah bagaikan gerbong kereta yang harus selalu tersambung dengan kepala kereta agar dapat mengantarkan para penumpang ke suatu tujuan. Di dalam lembaga pendidikan, atau sekolah, kita mengenal adanya Kepala Sekolah dan guru. Kepala sekolah dan guru merupakan dua elemen penting dalam sistem penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Kepala sekolah hendaknya memiliki kemampuan mengatur, menjamin, dan mengarahkan guru-guru agar dapat sesuai menjalankan tugasnya sebagai guru yaitu mendidik para siswa agar terarah dan terbimbing. Namun, kita juga menyadari bahwa hubungan komunikasi antar Kepala Sekolah dan guru tidak selamanya terjadi secara harmonis, tetapi juga adakalanya terdapat suatu konflik atau gap yang bisa 1 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi,Teori dan Praktek, Bandung, Rosdakarya, 2003, h.129
3
menyebabkan pecahnya keharmonisan hubungan keduanya baik secara lembaga maupun secara personal. Tentu saja ini diakibatkan adanya kesalahan dalam bercakap dan manajemen komunikasi diantara keduanya. Penelitian ini akan berusaha mencari faktor penentu dan juga penghambat hubungan komunikasi kepala sekolah dan guru dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Dalam banyak hal komunikasi dapat disamakan dengan plogistonnya masyarakat. Coba saja pikirkan, dai waktu ke waktu!; problema sosial apa yang tidak melibatkan problema komunikasi? Oleh aena itu, dari waktu ke waktu manusia dihadapkan denga problema sosial yang penyelesaiannya menyangkut jkomunikasi yang lebih banyak ataupun lebih baik. Setidak-tidaknya seorang ahli politik telah melukiskan terjadinya peperangan antar bangsa sebagai akibat adanya problema kesalahpahaman cultural, yang sebenarnya kesalahpahaman itu dapat dihndari melalui komunikasi politik internasional. Salah satu dasar pemikiran yang sering diulang-ulang,
yang mendasari perserikatan
bangsa-bangsa dimulai kira-kira sebagai berikut: “jika saja bangsa-bangsa dapat berukmpul dan berbicara antara yang satu dengan yang lain…” bagi saya sendiri, salah satu dari baris-baris dapat diingat dari Hollywood adalah apa yang diucapkan oleh sipir penjara yang terus menerus member tahu kepada Cole Hand Luke,: apa yang ada disini adalah kegagalan berkomunikasi! Guru merupakan sebuah profesi atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus dibidang pendidikan dan pengajaran. Jenis pekerjaan tersebut tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Oleh sebab itu, jenis profesi guru paling mudah terkena pencemaran. Akhir-akhir ini seringkali terdengar orang berbicara tentang merosotnya mutu pendidikan dan mereka cenderung beranggapan bahwa masalah tersebut disebabkan oleh kesalahan guru semata. Guru kurang memiliki kompetensi dalam mengajar, kurang mampu mengajar dan sebagainya. Akibatnya guru adalah tidak mampu menjalankan tugas-
4
tugasnya secara memadai. Anggapan semacam ini dapat dipahami, oleh karena guru-gurulah yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. Namun demikian, hal tersebut bukan hanya tanggung jawab guru semata. Anggapan semacam ini dapat dipahami, tetapi apabila diamati masih ada faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi timbulnya masalah ini. Salah satunya faktor efektivitas komunikasi kepala sekolah yang menjadi faktor merosotnya mutu pendidikan, komunikasi kepala sekolah terhadap guru pun ikut berperan dalan keefektivan kegiatan belajar mengajar, lebih lagi apabila komunikasi kepala sekolah langsung kesiswa (anak didik). Komunikasi dirasakan sangat penting dalam segala aspek kehidupan, khususnya adalah lembaga pendidikan (sekolah). Komunikasi meningkatkan keharmonisan kerja dalam perkantoran. Sebaliknya apabila komunikasi tidak efektif, maka koordinasi akan terganggu. Akibatnya adalah disharmonisasi yang akan mengganggu proses pencapaian target dan tujuan pendidikan. Dalam sebuah organisasi khususnya sekolah membutuhkan koordinasi antara satu dengan yang lain agar tercipta adanya keharmonisan, saling pengertian, kesepahaman antara sub kerja yang satu dengan yang lainnya. Karena pada dasarnya organisasi dibangun atas dasar interaksi antara satu orang dengan orang lain. Jika kerjasama dalam kelompok dapat terselenggara dengan baik, maka tujuan dari sebuah kelompok (organisasi) akan cepat terwujud, namun jika terdapat distorsi dalam kerjasama tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai akan terasa lebih sulit. Suranto AW berpendapat, perkantoran yang berfungsi baik, ditandai oleh adanya kerjasama secara sinergis dan harmonis dari berbagai komponen. Senantiasa terjadi komunikasi, kerjasama, saling koreksi, dan terdapat system pembagian tugas antar komponen tersebut. Suatu perkantoran dikonstruksi dan dipelihara dengan komunikasi. Artinya, ketika proses komunikasi antar komponen tersebut dapat diselenggarakan secara harmonis, maka perkantoran tersebut semakin kokoh dan kinerja perkantoran akan meningkat. Keberhasilan komunikasi kepala sekolah yang ada di sekolah, diharapkan akan mampu memberikan pengaruh terhadap disiplin kerja
5
guru. Adanya komunikasi yang sehat dan baik antara sub kerja yang satu dengan yang lain, diharapkan akan turut membantu perkembangan kinerja guru di sekolah. Dengan adanya keterbukaan dan pengertian maka guru akan merasa lebih akrab dan dapat dijadikan sebagai teman diskusi. Setiap individu dalam bekerja tidak hanya menginginkan sekedar gaji dan prestasi, tetapi bekerja merupakan pemenuhan kebutuhan akan interaksi sosial. Guru yang memiliki rekan kerja yang ramah dan mendukung, akan mengantarkan mereka pada hasil kerja yang baik pula. keberhasilan komunikasi kepala sekolah dapatlah diartikan sebagai keefektifan komunikasi antara kepala sekolah dengan para bawahannya (guru). Oleh karena itu, komunikasi menjadi topik penting dalam upaya memperbaiki manajemen pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. MTs Al-Fithroh merupakan salah satu sekolah yang memiliki sistem manajemen yang tergolong fluktuatif. Berdasarkan hasil prapenelitian penulis, MTs Al-Fithroh tergolong kepada jenis sekolah yang memiliki pola komunikasi personal antara kepala sekolah dan para guru, sehingga kemungkinan konflik akan terjadi secara personal pula. Untuk itu, hal-hal yang bisa memungkinkan terjadinya ketidakstabilan dalam penyelenggaraan pendidikan yang diakibatkan oleh ketidakefektifan komunikasi kepala sekolah dan guru menjadi bagian kajian penting dalam studi manajemen pendidikan. Komunikasi seorang kepala Sekolah terhadap para guru memang menjadi topik penting dalam kajian manajemen pendidikan. Oleh karenanya, penulis akan mengangkat judul skripsi “Komunikasi Antara Kepala Sekolah dengan para guru di MTs Al-Fithroh Cipondoh Kota Tangerang” sebagai tugas akhir studi KI-Manajemen Pendidikan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. B. Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah Agar terciptanya prosedur penelitian yang efektif dan ilmiah, maka penulis terlebih dahulu memberikan identifikasi permasalahan penelitian ini. Berikut permasalahan yang penulis identifikasi di lapangan :
6
a. Bentuk komunikasi Kepala Sekolah terhadap para guru di MTs Al-Fithroh yang tidak maksimal. b. Terdapat hambatan komunikasi Kepala Sekolah dengan guru di MTs Al-Fithroh. c. Proses komunikasi antara kepala sekolah dengan para guru di MTs Al-Fithroh, Cipondoh Kota Tangerang yang kurang maksimal. d. Pengaruh komunikasi antara Kepala Sekolah dengan para guru terhadap kinerja guru e. Tujuan komunikasi kepala sekolah dengan para guru yang kurang jelas.
2. Pembatasan Masalah Berdasarkan uraian di atas untuk lebih memperjelas dan memberi arah yang tepat dalam pembatasan penelitian ini, penulis memberikan batasan sebagai berikut : a. Bentuk komunikasi Kepala Sekolah terhadap para guru di MTs Al-Fithroh yang tidak maksimal. b. Terdapat hambatan komunikasi Kepala Sekolah dengan guru di MTs Al-Fithroh. c. Proses komunikasi antara kepala sekolah dengan para guru di MTs Al-Fithroh, Cipondoh Kota Tangerang yang kurang maksimal. d. Pengaruh komunikasi antara Kepala Sekolah dengan para guru terhadap kinerja guru e. Tujuan komunikasi kepala sekolah dengan para guru yang kurang jelas.
3. Perumusan Masalah Berdasarkam pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas agar permasalahan yang dibatasi bisa dikaji dan diperoleh kejelasan serta jawaban yang tepat, maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah
7
a. “Bagaimana bentuk komunikasi Kepala Sekolah dengan para guru di MTs Al-Fithroh Cipondoh Kota Tangerang ?” b. “Bagaimana hambatan komunikasi atara kepala sekolah dengan para guru?” c. “Faktor apa saja yang mempengaruhi komunikasi kepala sekolah dengan para guru di MTs Al-Fithroh Cipondoh Kota Tangerang?” d. “Bagaimana proses komunikasi antara kepala sekolah dengan para guru di MTs Al-Fithroh, Cipondoh Kota Tangerang yang kurang maksimal. e. Bagaimana tujuan komunikasi Kepala Sekolah dengan para guru yang kurang jelas.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : a. Bentuk komunikasi Kepala Sekolah terhadap para guru di MTs Al-Fithroh yang tidak maksimal.
b. Terdapat hambatan komunikasi Kepala Sekolah dengan guru di MTs Al-Fithroh. c. Proses komunikasi antara kepala sekolah dengan para guru di MTs Al-Fithroh, Cipondoh Kota Tangerang yang kurang maksimal. d. Pengaruh komunikasi antara Kepala Sekolah dengan para guru terhadap kinerja guru e. Pengaruh Tujuan komunikasi kepala sekolah dengan para guru yang kurang jelas. 2.
Manfaat Penelitian
8
Sedangkan manfaat dari penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu : a. Manfaat Akademis 1) Memperkaya
khazanah
dan
referensi
kajian
manajemen pendidikan 2) Menambah wawasan kajian komunikasi di bidang pendidikan 3) Mendapatkan pengetahuan tentang manajemen dan komunikasi organisasi di lingkungan pendidikan. b. Manfaat Praktis 1) Mengetahui pola komunikasi yang dilakukan kepala sekolah MTs Al-Fithroh terhadap para gurunya 2) Sebagai bahan rujukan dalam melakukan pengembangan mutu pendidikan melalui komunikasi kepala sekolah dengan para guru 3) Upaya
membentuk
komunikasi
penyelenggara pendidikan di sekolah
yang
efektif
sesama
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR
A. HAKIKAT KOMUNIKASI 1. Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi dalam Bahasa Inggris “Communication” berasal dari bahasa latin Communicatio yang berarti pemberitahuan, pemberian bagian, pertukaran dimana si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya; ikut mengambil bagian. Kata kerjanya Communicare, artinya berdialog, berunding, atau bermusyawarah. Kata Communication, ini berasal dari kata Communis. Arti Communis disini adalah sama, dalam arti kata sama maka mengenai suatu hal. Komunikasi dapat berlangsung apabila antara orang- orang yang terlibat terdapat kesamaan maka mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia “ komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami”. Menurut Gerald R. Miller yang dikutip oleh
9
10
Deddy Mulyana menjelaskan pengertian komunikasi sebagai berikut “komunikasi terjadi jika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengab niat yang disadari untuk mempengaruhi prilaku penerima”.1 Hafied Cangara mendefinisikan “komuniksi adalah semua perilaku yang membawa pesan dan yang diterima orang lain, perilaku tersebut bias verbal dan non verbal. Everet M. Rogers menyatakan bahwa “komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud mengubah tingkah laku mereka”. James G Robbin dan Barbara S. Jones mendefinisikan “komunikasi sebagai suatu tingkah laku, perbuatan atau kegiatan penyampaian atau pengoperan lambing- lambing yang mendukung arti makna atau perbuatan penyampaian suatu gagasan suatu informasi dari seseorang terhadap orang lain.”. Atau lebih jelasnya komunikasi adalah suatu pemindahan atau informasi mengenai pikiran dan perasaan. Sedangkan menururt Anwar Arifin komunikasi berarti suatu upaya bersama-sama orang lain, atau membangun kebersamaan dengan orang lain dengan membentuk perhubungan. Dalam hubungan ini, D. Lawrence Kincaid dan Wilbur Schramm menyebut komunikasi sebagai proses saling membagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian antara para peserta dalam proses informasi.2 H.A.W Widjaya mengartikan “ komunikasi sebagai hubungan atau kegiatan yang berkaitan dengan masalah hubungan, atau diartikan pula sebagai saling saling tukar menukar pendapat”. Komunikasi juga dapat diartikan hubungan kontak antara manusia baik individu maupun kelompok. Menurut Dance “ komunikasi adalah proses penyampaian gagasan atau kerangka kerja perilaku psikologi manusia, harapan dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti yang dilakukan oleh penyampai pesan ditukan kepada penerima pesan”3. 1
Nana Mulyana, Ilmu Komunikas, Suatu Pengantar, Bandung, PT Remaja Rosdakarya h.
2
Anwar Arifin, Strategi Komunikasi, Bandung; Armico, 1984, hal. 14 B. Aubrey Fisher, Teori-teori Komunikasi, Bandung; Remaja Karya, 1986, hal. 10
62 3
11
Dari definisi- definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian informasi dan penertian dari seseorang kepada orang lain, baik verbal maupun non verbal melalui symbol- symbol ataupun isyarat- isyarat asalkan kominikasi itu dapat dipahami dan dimengerti oleh kedua belah pihak. Dalam keaadaan seperti inilah baru dapat dikatakan komunikasi telah berhasil baik (komunikatif). Jadi, komunikasi adalah pernyataan manusia, sedangkan pernyataan tersebut dapat dilakukan dengan kata- kata tertulis ataupun lisan, disamping itu dapat dilakukan juga dengan isyarat- isyarat atau simbol- simbol. 2. Tujuan Komunikasi Dalam kehidupan sehari- hari, setiap orang selalu berinteraksi dengan masyarakat. Interaksi ini kepada masyarakat, agar apa yang kitaa sampaikan atau kita minta dapat dimengerti, sehingga komunikasi yang kita laksanakan dapat tercapai. Menurut H.A.W. Widjaya pada umumnya komunikasi mempunyai beberapa tujuan, antara lain : a. Supaya yang kita sampaikan dapat dimengerti, sehingga komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) dengan sebaikbaiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan mengikuti apa yang kita maksudkan. b. Memahami orang lain, kita sebagai komunikator harus mengerti benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkan mereka. c. Supaya gagasan dapat diterima orang lain, kita harus berusaha agar gagasan kitadapat diterima orang lain dengan pendekatanyang persuasive bukan memaksakan kehendak. d. Menggerakan orang lain untuk melakukan sesuatu. e. Menggerakan sesuatu itu dapat bermacam- macam, berupa kegiatan. Kegiatan yang dimaksudkan disini adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong, namun yang penting yang harus diingat adalah bagaimana cara yang baik untuk melakukannya.
12
Jadi secara singkat dapat kita katakan bahwa komunikasi itu bertujuan mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan. Setiap kali kita bermaksud mengadakan komunikasi maka kita perlu meneliti apa yang menjadi tujuan kita. Selain dari pada itu, komunikasi juga menyertakan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang mengandung beberapa sifat yakni, sistematik, manasuka, ujar, manusiawi dan komunikatif.4 Selain dari pada itu, bahwa tujuan komunikasi juga membentuk sikap. Karena sikap mengacu pada kecenderungan untuk membuat pilihan atau keputusan untuk bertindak di bawah kondisi tertentu.5 3. Unsur-unsur Komunikasi Di dalam komunikasi terdapat unsur-unsur sebagai berikut : a. Komunikator; yaitu orang yang menyampaikan pesan b. Pesan; yaitu isi pesan berupa kata-kata, simbol, lambang yang disampaikan c. Komunikan; yaitu orang yang diajak bekomunikasi d. Media; yaitu alat bantu dalam penyampaian pesan, seperti telepon, surat kabar, televisi, dan lain-lain6 4. Jenis-jenis Komunikasi Menurut H.A.W. Widjaya jenis- jenis komunikasi dapat dikelompokan menjadi empat macam7, yaitu: 1) Komunikasi tertulis adalah komunikasi yang disampaikan secara tertulis. Keuntungan komunikasi tertulis antara lain adalah bahwa
4
Puji Santosa, Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia, Jakarta, Universitas terbuka, 2007. Hal. 1.2 5 Asep Herry Hernawan, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta, UT, 2007, hal. 10.22 6 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi,Teori dan Praktek, Bandung, Rosdakarya, 2003, h.6 7
2011
ilmuilmiah.blogspot.com/feeds/posts/default?orderby, diakses pada tanggal 15 Januari
13
komunikasi itu dapat dipersiapan terlebih dahulu dengan baik, dapat dibaca berulang- ulang,menurut prosedur tertentu, mengurangi biaya. 2) Komunikasi lisan, adalah komunikasi yang dilakukan secara lisan. Komunikasi ini dapat dilakukan secara langsung berhadapan atau tatap muka dan dapat pula melalui telepon. 3) Komunikasi non verbal, adalah komunikasi dengan menggunakan mimic, pantomime dan bahasa isyarat. 4) Komunikasi satu arah, adalah komunikasi yang bersipat koresif dapat berbentuk
perintah,
intruksi
dan
bersifat
memaksa
dengan
menggunakan sanksi- sanksi. 5) Komunikasi dua arah atau lebih bersifat informative dan persuasive dan memerlukan hasil (feedback) 5. Faktor Pendukung Komunikasi Di dalam komunikasi, terdapat faktor pendukung, diantaranya: a. Kesesuaian pesan yang disampaikan sehingga minim terjadinya distorsi, yaitu pengalihan makna pesan yang pertama ke penerima selanjutnya. b. Adanya Feedback langsung. Hal ini akan dapat mempermudah proses komunikasi yang berlangsung karena mendapatkan respon yang cepat sehingga terjadi dialog yang matang c. Evaluasi pesan. Pada tahap ini seorang penerima dan pengirim pesan akan bersama-sama mengevaluasi dari hasil percakapan yang dilangsungkan. Oleh karena itu, jika evaluasi ini terjalin dengan sinkron maka akan menimbulkan kesamaan pemahaman dalam mengartikan pesan. d. Media pengantar; yaitu sebagai bagian dari proses komunikasi yang sedang berlangsung. Dengan media, komunikasi akan dapat efektif jika
14
terdapat media pengantar seperti surat kabar, televise, telepon dan lainlain8
6. Faktor Penghambat Komunikasi Hambatan komunikasi adalah segala sesuatu yang menimbulkan gangguan komunikasi sehingga tujuan komunikasi tidak tercapai. Pada dasarnya, hambatan itu dapat terjadi karena adanya distorsi, yaitu pergeseran makna pesan yang dimunculkan oleh si penerima pesan. Menurut Onong Uchyana, ada dua jenis hambatan komunikasi, diantaranya adalah: 1. Hambatan Sosiologis; yaitu hambatan yang dapat mempengaruhi iklim sosial. Menurut salah seorang sosiolog Jerman, Ferdinand Tonnes, kehidupan manusia diklasifikasikan dalam dua jenis pergaulan yaitu Gemeinschaft dan Gesellschaft. Gemeinschaft adalah pergaulan hidup yang bersifat pribadi sedangkan Gesellschaft adalah cara pergaulan yang dinamis, rasional, dan bukan pribadi. Seperti pada pergaulan di kantor atau dalam organisasi. 2. Hambatan Psikologis; faktor psikologi sering kali menjadi hambatan dalam komunikasi. Hal ini disebabkan si komunikator sebelum melancarkan komunikasinya tidak mengkaji diri komunikasi. Komunikasi sulit untuk berhasil apabila komunikasi sedang sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa iri hati dan kondisi psikologis lainnya. Dalam praktek berkomunikasi, kita akan mengalami berbagai macam hambatan-hambatan sehingga tujuan atau pesan dari maksud informasi yang di komunikasikan itu tidak dapat diterima degan baik oleh orang yang menerima informasi tersebut.
8
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi,Teori dan Praktek, Bandung, Rosdakarya, 2003, h. 18
15
Adapun hambatan-hambatan yang sering terjadi dalam suatu komunikasi antara lain: a. Berkomunikasi
sesuai
dengan
bahasa
para
pendengarnya
Seseorang yang hanya lulusan SD tentunya akan sulit mengerti pembicaraan seorang sarjana psikologi yang berbicara menggunakan bahasa-bahasa psikologinya. Seperti perkembangan berbagai aspek pada anak usia SD (perkembangan fisik/jasmani)9, tentu berbeda dengan anak usia SMP. b. Gangguan Gangguan ini dapat berupa suara yang bising pada saat komunikasi berlangsung. c. Pengaruh Emosi Pada saat marah seseorang akan kesulitan menerima informasi. d. Mengerti
keinginan
arah
pembicaraan
para
pendengarnya.
Sekelompok remaja SMA tentunya wajar jika tidak tertarik pada pembicaraan
mengenai
permasalahan
bagaimana
merawat
dan
mendidik balita yang disampaikan seorang ibu rumah tangga. e. Mengerti kelas sosial para pendengarnya. Sekelompok petani didesa tentunya tidak mengerti dan tidak tertarik pada pembicaraan seorang pialang mengenai perdagangan saham. f.
Memahami latar belakang serta nilai-nilai yang dipegang teguh para pendengarnya. Seorang ahli presentasipun akan sangat kesulitan menembus dan merubah "kekebalan" (kekeras-kepalaan) pendapat seorang individu apalagi kelompok masyarakat yang mengkonsumsi makanan pokok nasi menjadi gandum, kentang atau lainnya walaupun didukung "bukti-bukti dan alasan yang kuat dan benar".
9
Mulyani Sumantri, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta, UT, 2007. Hal. 4.3
16
Menurut Abuddin Nata, faktor suara merupakan faktor utama yang dapat
mendukung terjadinya komunikasi dalam kegiatan belajar
mengajar, oleh karena itu setiap calon guru harusndi tes suaranya.10 Oleh karena itu kita harus mengetahui apa yang akan kita komunikasikan dan dengan siapa kita berkomunikasi tersebut sehingga tujuan dari komunikasi tersebut dapat tercapai dan tidak mengalami miss communication yang menyebabkan orang salah mengambil kesimpulan tentang apa yang kita komunikasikan. Menurut Asosianisme, gagasan atau isi jiwa terbentuk karena adanya pertautan unsure-unsur yang berupa tanggapan atau kesan dari pengamatan.11 B. Komunikasi antara Kepala Sekolah dengan para Guru 1. Proses komunikasi Kepala Sekolah dengan para guru di MTs Al-Fitroh Cipondoh Kota Tangerang Agar dapat berkomunikasi dengan baik, kepala sekolah perlu memiliki kemampuan berbahasa yang baik, ia perlu memiliki kekayaan bahasa dan kosakata yang cukup banyak sebab dengan menggunakan katakata
tertentu saja guru belum dapat memahami maknanya, mereka
membutuhkan kata- kata atau istilah lain. Kepala sekolah perlu menguasai struktur kalimat dan ejaan yang benar. Selain kemampuan berbahasa hal yang juga penting dalam interaksi pendidikan. Peranan penting kepala sekolah sebagai pimpinan di lingkungan sekolahan menjadikan ia harus tampil komunikatif dan mampu mengatur gaya bahasa dalam setiap berkomunikasi dengan bawahannya, baik guru ataupun pegawai sekolah. Komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam aktivitasnya sebagai pimpinan di lingkungan sekolah memiliki aspek penting dalam rangka meningkatkan kredibilitas pegawai, guru dan suasana atau kondisi kegiatan belajar mengajar.
10
Prof. Dr. H. Abiddin Nata, MA. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta, Kencana. h. 288 11
Din Wahyuddin, Pengantar Pendidikan, Jakarta, UT, 2007, Hal. 5.18
17
Dilihat dari jenis komunikasi yang terdapat di setiap hampir kepala sekolah lakukan, ada bentuk komunikasi organisasi yang menjadi dasar pengkarakteran seorang pimpinan di sekolah, yaitu komunikasi satu arah. Atinya, dalam aktivitas koomunikasi ini seorang komunikan mengirim pesan kepada komunikator dengan tidak mementingkan timbal balik itu terjadi. Seperti, seorang kepala sekolah mengeluarkan Surat Edaran tentang kebijakan-kebijakan sekolah. Dalam konteks Kepala Sekolah sebagai pemimpin perlu diawali oleh prinsip “Bagaimana menyatukan komponen sekolah?“. Prinsip kedua, “Bagaimana memfungsikan?”, prinsip ketiga, “Bagaimana menggerakkan?“ Menyatukan komponen Sekolah bukan hal yang mudah dilakukan, memerlukan teknik tertentu. Sebab setiap orang berbeda pola pikir dan karakter. Jangankan puluhan dan ratusan orang, belasan orang saja cukup bervariasi pola pikir dan cara pandang. Dalam menghadapi kenyataan seperti inilah dperlukan kearifan dan kejelian kepala sekolah untuk menyatukan siswa dengan guru, guru dengan guru, guru dengan staf tatausaha, dan antara siswa itu sendiri. Harus dipahami, sekolah adalah sebuah kampung yang dihuni oleh tiga komponen masyarakat yaitu guru, tata usaha dan siswa. Sumber kemajuan sekolah ada pada tiga komponen tersebut. Bagi kepala sekolah, profesional menjadikan mereka sebagi subyek dan obyek. Inilah hakikat dari sebuah pertanyaan “Bagaimana memfungsikan mereka?“. Apabila kepala sekolah, guru, tata usaha memandang siswa hanya sebagai obyek, berarti bagian dari komponen sekolah tidak difungsikan. Demikian juga terhadap guru dan tata usaha. Tata usaha dan guru bukan saja subyek, tetapi bagi kepala sekolah dipandang juga sebagai obyek. Artinya, mereka difungsikan menurut takaran
masing-masing
melalui
pembekalan
kemampuan
dan
pengetahuan. Langkah awal memfungsikan staf, memahami potensi yang dimiliki. Menempatkan staf bukan semau kepala sekolah, perlu memperhatikan karakteristik setiap orang yang didukung latar belakang
18
pendidikan. Apabila setiap person sudah difungsikan dan memfungsikan diri tidak ada pekerjaan yang tertunda. Maka, dengan demikian dibutuhkan adanya strategi. Karena strategi merupakan tahap-tahap kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan inovasi pendidikan.12 Selain itu juga, Lorange menjelaskan bahwa ada empat jenis pokok program strategic yang dapat digunakan untuk mencapai arah, yaitu: penerimaan yang ada, penerimaan yang baru, perbaikan efisiensi, program dukungan.13 Bagaimana menggerakkan komponen yang ada di sekolah merupakan bagian dari pola kepemimpinan yang dimiliki kepala sekolah. Rumus
apapun yang dipergunakan bila komponen sekolah belum
disatukan, pasti mendapat hambatan. Benar tidak ada usaha yang tidak memiliki hambatan dan yang namanya kehidupan pasti ada gangguan dan ganjalan.
Kepala
menghadapi
sekolah
sejumlah
profesional,
persoalan
hambatan,
dijadikan
cobaan
dalam
acuan
untuk
sebagai
memajukan sekolah yang dipimpinnya. Seorang pemimpin jangan hanya berteman dengan
“mengapa“, tetapi juga dengan “bagaimana“. Kalau
sudah mengetahui guru malas atau tidak mampu mengajar, bukan lagi kenapa, tetapi harus bagaimana?. Sebab itu percikan api kegagalan kepala sekolah dalam memimpin. Idealnya, permasalahan yang dijumpai perlu upaya melalui trik-trik khusus. Antara profesionalisme tugas dan keberhasilan adalah dua sisi yang saling mendukung. Seorang Kepala sekolah profesional jarang mengalami kegagalan,
kalau
manajemennya
dikerjakan
secara
profesional.
Sebaliknya, apapun profesional Kepala sekolah, tanpa didukung oleh staf yang profesional dan penuh tanggung jawab pasti mengalami hambatan. Sekolah
dikatakan
berhasil
bukan
hanya
sekolah
yang
bersangkutan menggaet sejumlah prestasi. KBM lancar, guru disiplin, staf tata usaha disiplin. Lingkungan sekolah dirawat dan ditata dengan baik. 12
Suprayekti, Pembaharuan Pembelajaran, Jakarta, UT, 2007. Hal. 2.15
13
R. Edward Freeman, Manajemen Strategik, Jakarta, Binaman Pressindo, 2001, hal. 145
19
Guru memiliki kepedulian terhadap tugas, demikian juga tata usaha. Siswa termotivasi untuk belajar dan memiliki minat yang tinggi untuk meraih prestasi. Untuk merealisasikan harapan tersebut ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh Kepala sekolah. Pertama, kemampuan berkomunikasi. Kedua, kemampuan memotivasi. Ketiga, kemampuan dalam mengambil keputusan. Komunikasi dalam bentuk formal maupun informal perlu dilakukan oleh kepala sekolah. Kedua bentuk komunikasi tersebut saling mengisi. Artinya, melakukan komunikasi dari hati ke hati dalam momen dan tempat tertentu, di samping melakukan pertemuan mingguan, membuka diri, selalu belajar, bertanya terhadap perubahan dan perkembangan. Pertemuan mingguan yang dilakukan kepala sekolah merupakan langkah yang cukup strategis. Fungsinya mengevaluasi kegiatan selama seminggu, di samping menerima input dan memotivasi guru. Apabila kepala sekolah tidak atau jarang melakukan pertemuan dengan guru dan tata usaha, berarti ada hal yang ditutupi atau kurang mampu berkomunikasi dengan staf. Kemampuan dan ketrampilan berkomunikasi dengan staf bagi kepala sekolah diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan tugas, menghimpun dan menampung berbagai pendapat dan keluhan, saling memberi dan menerima serta silaturahmi dan kekeluargaan semakin baik. Motivasi jangan hanya dipandang sebagai dorongan untuk bekerja dengan baik, tetapi juga untuk berbuat yang baik. Sebelum kepala sekolah memotivasi staf, terlebih dahulu memotivasi diri, sebab dalam diri ada kemenangan. Dasar yang paling pokok memberikan motivasi guru, tata usaha dan siswa adalah memahami keinginan mereka, memahami kemampuan dan kebutuhan. Tidak ada hidup yang tidak ingin sukses, tidak ada hidup yang tidak membutuhkan. Pupuk dan sirami hubungan baik dengan mereka, menghadapi staf tunjukkan sikap ramah, tidak pilih kasih, bimbinglah mereka seperti membimbing keluarga di rumah.
20
Disamping
kemampuan
berkomunikasi
dan
motivasi
juga
kemampuan kepala sekolah dalam mengambil keputusan. Mengapa kepala sekolah selalu diharap kan memiliki kemampuan dalam meng ambil keputusan. Jawabannya, sekolah merupakan masyarakat kecil yang tidak pernah sepi dari masalah. Apakah dari guru, dari tata usaha, dari siswa atau dari masyarakat ? Dalam istilah umum komunikasi dapat digeneralkan menjadi suatu cara seseorang berhubungan dengan orang lain. Di sini, komunikasi diukur dari bentuk efektivitasnya. Jika seseorang melakukan komunikasi yang baik maka hasilnya adalah komunikasi yang berhasil dan sebaliknya, jika seseorang mengalami kegagalan dalam komunikasi maka komunikasi tersebut buruk. Oleh karena itu, pembahasan ini akan membuka pengetahuan tentang efektivitas komunikasi. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan orang lain. Oleh sebab itu manusia membutuhkan sarana untuk bisa berinteraksi dengan orang lain untuk mencapai tujuannya,
salah
satunya
adalah
komunikasi.
Williams
(1984),
sebagaimana yang dikutip oleh Yuhana dkk.1 (2006), mengidentifikasi lima alasan mengapa kita perlu memahami komunikasi sebagai berikut: 1. Komunikasi penting bagi kehidupan manusia secara personal 2. Kita tidak dapat tidak berkomunikasi 3. Komunikasi adalah dasar bagi pengembangan dan pemantapan hubungan interpersonal 4. Manusia adalah konsumen komunikasi 5. Komunikasi
meningkat secara
tajam
dalam penyelenggaraan
organisasi modern. Dalam proses komunikasi, hal yang mutlak diperhatikan adalah tingkat keefektifan komunikasi. Komunikasi dikatakan efektif apabila makna yang ada pada sumber pesan sama dengan makna yang ditangkap oleh penerima pesan. Makna pesan sangat tergantung pada lingkungan di mana pihak yang terlibat dalam proses komunikasi tinggal dan dibesarkan.
21
Argiris (1994) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana seseorang, kelompok, atau organisasi (sender) mengirimkan informasi (massage) pada orang lain, kelompok, atau organisasi (receiver). Proses komunikasi umumnya mengikuti beberapa tahapan. Pengirim pesan mengirimkan informasi pada penerima informasi melalui satu atau beberapa
sarana
komunikasi.
Proses
berlanjut
dimana
penerima
mengirimkan feedback atau umpan balik pada pengirim pesan awal. Dalam proses tersebut terdapat distorsi-distorsi yang mengganggu aliran informasi yang dikenal dengan noise. Proses komunikasi dapat dijelaskan melalui pemahaman unsurunsur komunikasi yang meliputi pihak yang mengawali komunikasi, pesan yang dikomunikasikan, saluran yang digunakan untuk berkomunikasi dan gangguan saat terjadi komunikasi, situasi ketika komunikasi dilakukan, pihak yang menerima pesan, umpan dan dampak pada pengirim pesan. Pengirim atau sender merupakan pihak yang mengawali proses komunikasi. Sebelum pesan dikirimkan, pengirim harus mengemas ide atau pesan tersebut sehingga dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh penerima, Proses pengemasan ide ini disebut dengan encoding. Kemampuan komunikasi merupakan faktor penentu kesuksesan setiap individu maupun organisasi untuk bertahan dalam persaingan bisnis
22
yang sangat kompetitif saat ini. Kemampuan komunikasi seseorang dalam organisasi diperlukan dalam
setiap kondisi misalnya
pada saat
mempersiapkan sebuah presentasi bisnis, menyampaikan ide-ide atau gagasan dalam suatu rapat, negosiasi bisnis, melatih tim, membangun sebuah tim kerja, dan dalam setiap aktivitas organisasi. Melihat pentingnya komunikasi dalam organisasi, efektivitas komunikasi akan sangat menentukan kesuksesan organisasi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Griffith, 2002). Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa syarat utama komunikasi yang efektif adalah karakter dan integritas pribadi yang menyampaikan pesan tersebut. Menurut Covey, untuk membangun komunikasi yang efektif diperlukan lima dasar penting yaitu usaha untuk benar-benar mengerti orang lain, kemampuan untuk memenuhi komitmen, kemampuan untuk menjelaskan harapan, kemauan untuk meminta maaf secara tulus jika melakukan kesaahan, dan kemampuan memperlihatkan integritas. Untuk menciptakan komunikasi yang efektif, seorang komunikator harus mampu mengidentifikasi sasaran yang menjadi penerima pesan, menentukan tujuan komunikasi, merancang pesan, memilih media, memilih sumber pesan, dan mengumpulkan umpan balik. Dalam mengidentifikasi sasaran atau penerima pesan perlu diperhatikan beberapa hal diantaranya adalah (Xie et al.,2008). Menentukan, mengenali dan mempelajari siapa yang akan dijadikan sasaran, dalam hal ini siapa target/segmen konsumennya. Siapa sasaran yang dijadikan target adalah calon konsumen potensial, pengguna produk/jasa, orang-orang yang membuat keputusan membeli, dan orang yang mempengaruhi pembelian, apakah individu perorangan, kelompok, publik khusus atau publik umum. Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa efektivitas komunikiasi
mempengaruhi
terhadap
indikasi
untuk
mencapai
23
keberhasilan komunikasi. Di sekolah, seorang kepala sekolah dituntut untuk memberikan keseimbangan dan kepibadian serta integritas yang tinggi dalam mempengaruhi komunikasi oang lain. 2. pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap proses komunikasi dengan para guru di MTs Al-Fitroh Cipondoh Kota Tangerang. Dalam pendidikan tetunya tidak akan terealisasi dengan baik tanpa adanya kerja sama antara satu dengan yang lainnya. Antara komponen tersebut harus bekerja secara sinergi untuk menghasilkan sesuatu yang dicita-citakan. Diantara komponen-komponennya adalah manajemen dan guru. Selain kegiatan manajemen. Pelaksanaan pendidikan tentunya tidak terlepas juga dari beberapa komponen pendukung. Adapun pendukung terpenting dalam sebuah institusi pendidikan adalah guru, dimana guru juga dapat memberikan penilaian terhadap kegiatan manajemen disekolah. Fungsi guru sebagai proses meliputi mendidik, mengajar melatih , mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan mengembangkan pengetahuan dan teknologi. Fungsi guru akan berjalan dengan baik jika didukung pula oleh manjemen yang baik pula, artinya apabila fungsi manjemen berjalan baik maka akan menghasilkan kedisiplinan yang maksimal. Komunikasi merupakan hal penting dalam rangka menunjang kinerja disiplin penyelenggaraan pendidikan. Kepala sekolah dan guru adalah dua elemen yang memiliki realitas komunikasi padat di dalam penyelenggaraan pendidikan. Komunikasi yang dilakukan kepala sekolah adalah komunikasi sebagai pimpinan, dan guru adalah sebagai bawahan dari kepala sekolah. Oleh karena itu, komunikasi antara kepala sekolah dan
guru
merupakan
perangkat
penting
dalam
penyelenggaraan
pendidikan. Sifatnya yang terbuka (open) sangat menentukan keterbukaan
24
diantara keduanya, komunikasi tersebut sangat erat kaitannya dengan perihal kinerja disiplin guru dalam kegiatan mengajar peserta didik. Berbicara soal pendidikan, peranan guru dan kepala sekolah merupakan identitsa penting di dalam institusi. Ia merupakan penggerak penyelenggaraan
sekolah.
Komunikasi
diantara
keduanya
dapat
memberikan efek yang realistis di dalam lingkungan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dalam bukunya “Dasar-dasar teori komunikasi”, Onong Uchyana mengemukakan bahwa “bahwa proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).”14 Oleh karena itu, proses komunikasi di sekolah yang dilakukan oleh kepala sekolah dan guru merupakan posisi penting dalam peranannya mensukseskan kegiatan belajar mengajar. Dampak dan pengaruhnya tidak saja berimplikasi terhadpa para murid tetapi juga para orang tua murid, apakah mereka nyaman atau tidak menempatkan puteraputerinya di sekolah tersebut. Dalam kajian manajemen pendidikan, strategi untuk mencapai hasil komunikasi yang baik di lingkungan sekolah harus dibutuhkan pemahaman yang sepadan antar guru dan kepala sekolah. Seperti, dalam proses penerimaan siswa baru, penerimaan tunjangan guru serta hal keuangan lainnya. Maka dengan demikian, hal tersebut akan membantu sikap saling percaya diantara kedua komponen ini. Sehingga komunikasi diantara keduanya akan tercipta dengan harmonis. Karena ini akan menghilangkan sifat kecurigaan dan ketidaktransparanan. Di sini, juga ditegaskan bahwa kepala sekolah merupakan pimpinan di lingkungan sekolah. Tugasnya adalah mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan pembelajaran di sekolah. Treffinger salah seorang tokoh pendidikan menambahkan bahwa proses belajar adalah proses menjadi peka atau sadar akan masalah.15 Sehingga para guru harus juga bisa mentaati perintah-perintah dari pimpinannya. 14 15
Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi, Bulan bintang, Jakarta 2003 hal. 11 JRE. Kaligis, Pendidikan Lingkungan Hidup, Jakarta: UT Press, 2008, hal. 9.3
25
Stogdill mengemukakan bahwa kepemimpinan memiliki sepuluh dimensi. Pertama, kepemimpinan adalah seni untuk menciptakan kesesuaian paham dalam suatu kelompok. Upaya dilakukan melalui kerja sama dan pemberian dorongan sehingga orang lain dapat mengikuti serangkaian tindakan dlam mencapai tujuan. Kedua, kepemimpinan merupakan upaya persuasi atau himbauan, bukan paksaan. Ketiga, kepemimpinan adalah kepribadian yang tercermin dalam sifat dan watak yang unggul sehingga keunggulan itu menimbulkan pengaruh terhadap pihak yang dipimpin. Keempat, kepemimpinan adalah tindakan atau peilaku untuk mengarahkan kegiatan bersama dalam mencapai kepentingan dan tujuan bersama. Kelima, kepemimpinan merupakan fokus dari proses kegiatan kelompok sehingga kepemimpinan itu dapat melahirkan gagasan baru, perubahan baru, dan suasana yang kondusif untuk menumbuhkan aktifitas kelompok. Keenam, kepemimpinan itu adalah hubungan kekuasaan. Dalam arti bahwa pihak yang memimpin lebih banyak mempengaruhi orang lain daripada dipengaruhi orang lain. Ketujuh, kepemimpinan merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini, pemimpin merupakan kekuatan dinamik yang dapat mendorong, mengarahkan dan mengkoordinasikan sumber-sumber yang ada guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kedelapan, kepemimipnan terjadi sebagai hasil interaksi antara seseoang dengan orang lain atau kelompok. Kepemimpinan terwujud dalam proses sosial dan merupakan akibat dari perilaku kelompok yang mengakui dan mendukung kepemimpinan tersebut. Kesembilan, kepemimipnan adalah peran yang berbeda. Seorang pemimpin mempunyai peran yang berbeda dengan peran orang-orang yang dipimpin. Perbedaan itu terjadi karena berbagai kelebihan dan keunggulan yang diakui oleh orang lain. Kesepuluh, kepemimipnan merupakan inisiasi yang berstruktur. Artinya, kepemimpinan bukan jabatan pasif melainkan jabatan aktif dan berinisiatif di dalamsuatu struktur kegiatan pencapaian tujuan.16 Oleh karena itu, proses komunikasi antar kepala sekolah dengan guru sama denga proses komunikasi antar pimpinan dan bawahan. Keduanya memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Peranan dan fungsi tersebut akan berdampak pada hasil komunikasi diantara keduanya. MTs Al-Fithroh adalah lembaga pendidikan yang tidak lepas dari aktivitas komunikasi kepala
16
11
HD. Sudjana, Manajemen Pogram Pendidikan, Falah production, Bandung 2000, hal.
26
sekolah dan guru. Di sana, guru dan kepala sekolah memiliki hubungan komunikasi yang akan mempengaruhi keadaan para murid dalam belajar. Kemampuan profesional kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan yaitu bertanggung jawab dalam menciptakan suatu situasi belajar mengajar yang kondusif, sehingga guru-guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik dan peserta didik dapat belajar dengan tenang. Disamping itu kepala sekolah dituntut untuk dapat bekerja sama dengan bawahannya, dalam hal ini guru. Kepemimpinan kepala sekolah yang terlalu berorientasi pada tugas pengadaan sarana dan prasarana dan kurang memperhatikan guru dalam melakukan tindakan, dapat menyebabkan guru sering melalaikan tugas sebagai pengajar dan pembentuk nilai moral. Hal ini dapat menumbuhkan sikap yang negatif dari seorang guruterhadap pekerjaannya di sekolah, sehingga pada akhirnya berimlikasi terhadap keberhasilan prestasi siswa di sekolah. Kepala sekolah adalah pengelola pendidikan di sekolah secara keseluruhan, dan kepala sekolah adalah pemimpin formal pendidikan di sekolahnya. Dalam suatu lingkungan pendidikan di sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab penuh untuk mengelola dan memberdayakan guru-guru agar terus meningkatkan kemampuan kerjanya. Dengan peningkatan kemampuan atas segala potensi yang dimilikinya itu, maka dipastikan guruguru yang juga merupakan mitra kerja kepala sekolah dalam berbagai bidang kegiatan pendidikan dapat berupaya menampilkan sikap positif terhadap pekerjaannya dan meningkatkan kompetensi profesionalnya Jika kepala sekolah dikatakan sebagai pimpinan, maka secara otomatis guru adalah bawahan atau orang yag dipimpin oleh kepala sekolah. Kebijakan-kebijakan kepala sekolah harus ditaati dan dilaksanakan oleh para guru. Misalnya, dalam menentukan kegiatan ekstrakurikuler, guru yang membidangi bagian ekstra kurikuler haruslah menyusun pogram kegiatan untuk siswanya, tetapi sebelum diputuskan maka ia haruslah terlebih dahulu beinterkasi dengan kepala sekolah untuk mencapai putusan besama. Namun,
27
sebagai pimpinan kepala sekolah memiliki pengaruh kuat untuk memutuskan disepakati atau tidak dai rencana pogam kegiatan siswa tersebut. Maka dengan demikian, seorang guru haruslah mampu berkomunikasi dengan baik dengan kepala sekolahnya sebagai bagian dari upaya mempersuasi agar segala sesuatunya bisa tercapai dengan baik. Begitu pun sebaliknya, kepala sekolah harus bisa memposisikan kepentingan bersama didalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Agar semuanya bisa teratur dan dapat berjalan dengan sepadan antara kepala sekolah dengan para guru. Keberhasilan pemimpin dipandang dari segi sumber dan terjadinya sejumlah kewibawaan yang ada pada para pemimpin, dan dengan cara yang bagaimana para pemimpin menggunakan kewibawaan tersebut kepada bawahan. Pendekatan ini menekankan proses saling mempengaruhi, sifat timbal balik dan pentingnya pertukaran hubungan kerjasama antara para pemimpin dengan bawahan. French dan Raven dalam mengemukakan berdasarkan hasil penelitian terdapat pengelompokan sumber dari mana kewibawaan tersebut berasal, yaitu: 1. Legitimate power : bawahan melakukan sesuatu karena pemimpin memiliki kekuasaan untuk meminta bawahan dan bawahan mempunyai kewajiban untuk menuruti atau mematuhinya, 2. Coersive power : bawahan mengerjakan sesuatu agar dapat terhindar dari hukuman yang dimiliki oleh pemimpin, 3. Reward power : bawahan mengerjakan sesuatu agar memperoleh penghargaan yang dimiliki oleh pemimpin, 4. Referent power : bawahan melakukan sesuatu karena bawahan merasa kagum terhadap pemimpin, bawahan merasa kagum atau membutuhkan untuk menerima restu pemimpin, dan mau berperilaku pula seperti pemimpin, dan 5. Expert power : bawahan mengerjakan sesuatu karena bawahan percaya pemimpin memiliki pengetahuan khusus dan keahlian serta mengetahui apa yang diperlukan.
28
Selanjutnya adalah kewibawaan, kewibawaan merupakan keunggulan, kelebihan atau pengaruh yang dimiliki oleh kepala sekolah . Kewibawaan kepala sekolah dapat mempengaruhi bawahan, bahkan menggerakkan, memberdayakan segala sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan sekolah sesuai dengan keinginan kepala sekolah . Sementara itu dengan reward power memungkinkan kepala sekolah memberdayakan guru secara optimal, sebab penghargaan yang layak dari kepala sekolah merupakan motivasi berharga bagi guru untuk menampilkan performan terbaiknya. Selanjutnya dengan referent dan expert power , keahlian dan perilaku kepala sekolah yang diimplementasikan dalam bentuk rutinitas kerja, diharapkan mampu meningkatkan motivasi kerja para guru Dalam literatur-literatur kepemimpinan, mengajukan pengertian tersendiri
tentang
konsep
kepemimpinan.
Locke
mendefinisikan
kepemimpinan sebagai suatu proses “membujuk” (inducing) orang-orang lain menuju sasaran bersama. Definisi ini mencakup tiga elemen yakni bahwa: 1.
Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (relational concept). Kepemimpinanhanya ada dalam proses relasi dengan orang lain (para pengikut). Apabila tidak ada pengikut, maka tidak ada pemimpin. Dalam definisi ini juga tersirat suatu premis bahwa para pemimpin yang efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan inspirasi dan ber-relasi dengan para pengikut mereka.
2.
Kepemimpinan merupakan suatu proses. Agar bisa memimpin, pemimpin harus melakukan sesuatu. John Gardner yang telah mengobservasi selama dalam kurun waktu dua tahun (1986-1988), menemukan bahwa kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu otoritas. Kendati posisi otoritas yang diformalkan mungkin sangat mendorong proses kepemimpinan, namun sekedar menduduki posisi itu tidak merupakan tanda seseorang untuk menjadi pemimpin.
3.
Kepemimpinan harus “membujuk” orang lain untuk mengambil tindakan. Pemimpin membujuk pengikutnya melalui berbagai cara seperi menggunakan otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model (menjadi
29
teladan),
penetapan
restrukturisasi
sasaran,
organisasi
memberi
dan
imbalan
dan
mengkomunikasikan
hukuman, misi
dan
visinya.Berdasarkan penjelasan di atas, maka pengertian pemimpin yang efektif dalam hubungannya dengan pengikut (bawahannya) adalah pemimpin yang mampu meyakinkan mereka bahwa kepentingan pribadi dari bawahan adalah visi pemimpin, serta mampu meyakinkan bahwa mereka mempunyai andil dalam mengimplementasikannya. Selanjutnya, menurut fungsinya, kepemimpinan dilaksanakan oleh dua jenis pemimpin yang saling berbeda, yaitu manager dan leader. Manager adalah pemimpin yang mengusahakan agar proses-proses rutin dalam lembaga berjalan lancar. Leader adalah pemimpin yang mengusahakan agar lembaga dan orang-orang yang ada di dalamnya memperbarui dirinya secara terus menerus, agar tidak ketinggalan jaman. Manager lebih banyak berperan sebagai stabilisator dalam suatu lembaga atau masyarakat, sedangkan leader lebih banyak berperan sebagai dinamisator dan inovator. Birokrat pada dasarnya manager, sedangkan teknokrat pada dasarnya leader. Kepemimpinan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Dalam konteks kepemimpinan transformasional, kepemimpinan ini dapat ditemukan dalam lingkungan sosial, dimana seorang pemimpin dalam skala kecil berusaha membimbing bawahan-bawahannya melalui keteladanan (contoh yang baik). Dengan demikian, sepanjang sejarah kehidupan manusia selalu akan ditemukan tiran besar dan tiran kecil, pemimpin manipulator besar dan manipulator kecil, dan akhirnya terdapat pula pemimpin transformasional besar kelas dunia, negara dan transformasional kecil kelas kepala sekolah, bahkan pada tataran keluarga, bahkan perorangan. Kepemiminan
merupakan
proses
dimana
seorang
individu
mempengaruhi sekelompok individu untuk mencapai suatu tujuan. Untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif, seorang kepala sekolah harus dapat mempengaruhi seluruh warga sekolah yang dipimpinnya melalui cara-cara yang positif untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Secara sederhana
30
kepemimpinan transformasional dapat diartikan sebagai proses untuk merubah dan mentransformasikan individu agar mau berubah dan meningkatkan dirinya, yang didalamnya melibatkan motif dan pemenuhan kebutuhan serta penghargaan terhadap para bawahan. Terdapat empat faktor untuk menuju kepemimpinan tranformasional, yang dikenal sebutan 4 I, yaitu : 1. idealized
influence,
inspirational
motivation,
intellectual
stimulation, dan individual consideration. 2. Idealized influence: kepala sekolah merupakan sosok ideal yang dapat dijadikan sebagai panutan bagi guru dan karyawannya, dipercaya, dihormati dan mampu mengambil keputusan yang terbaik untuk kepentingan sekolah. 3. Inspirational motivation: kepala sekolah dapat memotivasi seluruh guru dan karyawannnya untuk memiliki komitmen terhadap visi organisasi dan mendukung semangat team dalam mencapai tujuantujuan pendidikan di sekolah. 4. Intellectual Stimulation: kepala sekolah dapat menumbuhkan kreativitas dan inovasi di kalangan guru dan stafnya dengan mengembangkan pemikiran kritis dan pemecahan masalah untuk menjadikan sekolah ke arah yang lebih baik. 5. Individual consideration: kepala sekolah dapat bertindak sebagai pelatih dan penasihat bagi guru dan stafnya. Berdasarkan hasil kajian literatur yang dilakukan, Northouse menyimpulkan bahwa seseorang yang dapat menampilkan kepemimpinan transformasional ternyata dapat lebih menunjukkan sebagai seorang pemimpin yang efektif dengan hasil kerja yang lebih baik. Oleh karena itu, merupakan hal yang amat menguntungkan jika para kepala sekolah dapat menerapkan kepemimpinan transformasional di sekolahnya. Karena kepemimpinan transformasional merupakan sebuah rentang yang luas tentang aspek-aspek kepemimpinan, maka untuk bisa menjadi seorang pemimpin transformasional yang efektif membutuhkan suatu proses
31
dan memerlukan usaha sadar dan sunggug-sungguh dari yang bersangkutan. Northouse memberikan beberapa tips untuk menerapkan kepemimpinan transformasional, yakni sebagai berikut: 1. Berdayakan seluruh bawahan untuk melakukan hal yang terbaik untuk organisasi 2. Berusaha menjadi pemimpin yang bisa diteladani yang didasari nilai yang tinggi 3. Dengarkan semua pemikiran bawahan untuk mengembangkan semangat kerja sama 4. Ciptakan visi yang dapat diyakini oleh semua orang dalam organisasi 5. Bertindak sebagai agen perubahan dalam organisasi dengan memberikan contoh bagaimana menggagas dan melaksanakan suatu perubahan 6. Menolong
organisasi
dengan
cara
menolong
orang
lain
untuk
berkontribusi terhadap organisasi MTs Al-Fithroh tentu saja memiliki keragaman persoalan dalam membina kehamonisan komunikasi antara kepala sekolah denga gurugurunya. Kepala sekolah cendeung berpeluang otoriter dai apa-apa yang seharusnya menjadi keputusan bersama. Dan ini akan menjadi bagian penting dari studi manajemen pendidikan melalui pendekatan pola komunikasi kepala sekolah dengan para gurunya. Dengan demikian, proses komunikasi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah akan memiliki dampak yang besar bagi keberlangsungan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Baik dengan guru dan juga dengan para murid. Berikut ini adalah skema komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah. Kepala Sekolah/ Pengirim Pesan
Guru/ Penerima Pesan Pesan
Umpan Balik
Respon
32
C. Kerangka Berfikir Menyatukan komponen Sekolah bukan hal yang mudah dilakukan, memerlukan teknik tertentu. Sebab setiap orang berbeda pola pikir dan karakter. Jangankan puluhan dan ratusan orang, belasan orang saja cukup bervariasi pola pikir dan cara pandang. Dalam menghadapi kenyataan seperti inilah dperlukan kearifan dan kejelian kepala sekolah untuk menyatukan siswa dengan guru, guru dengan guru, guru dengan staf tatausaha, dan antara siswa itu sendiri. Harus dipahami, sekolah adalah sebuah kampung yang dihuni oleh tiga komponen masyarakat yaitu guru, tata usaha dan siswa. Sumber kemajuan sekolah ada pada tiga komponen tersebut. Bagi kepala sekolah, profesional menjadikan mereka sebagi subyek dan obyek. Inilah hakikat dari sebuah pertanyaan “Bagaimana memfungsikan mereka?“. Apabila kepala sekolah, guru, tata usaha memandang siswa hanya sebagai obyek, berarti bagian dari komponen sekolah tidak difungsikan. Demikian juga terhadap guru dan tata usaha. Tata usaha dan guru bukan saja subyek, tetapi bagi kepala sekolah dipandang juga sebagai obyek. Artinya, mereka difungsikan menurut takaran
masing-masing
melalui
pembekalan
kemampuan
dan
pengetahuan. Langkah awal memfungsikan staf, memahami potensi yang dimiliki. Menempatkan staf bukan semau kepala sekolah, perlu memperhatikan karakteristik setiap orang yang didukung latar belakang pendidikan. Apabila setiap person sudah difungsikan dan memfungsikan diri tidak ada pekerjaan yang tertunda. Maka, dengan demikian dibutuhkan adanya strategi. Karena strategi merupakan tahap-tahap kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan inovasi pendidikan. Selain itu juga, Lorange menjelaskan bahwa ada empat jenis pokok program strategic yang dapat digunakan untuk mencapai arah, yaitu: penerimaan yang ada, penerimaan yang baru, perbaikan efisiensi, dan program dukungan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan penelitian Penelitian ini memiliki dua kerangka tujuan, yaitu tujuan praksis dan tujuan akademis, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Praksis a. Dapat
mengaplikasikan
hasil
penelitian
ini
untuk
berkomunikasi di lingkungan sekolah b. Menerapkan disiplin komunikasi antar kepala sekolah dan guru di sekolah c. Menciptakan harmonisasi dalam bekomunikasi di sekolah 2. Tujuan Akademis a. Mengukur intensitas komunikasi kepala sekolah dengan para guru di sekolah b. Menjadikan
rujukan
pendidikan
33
ilmiah
bagi
kalangan
akademisi
34
c. Mencari pola tepat komunikasi efektif kepala sekolah dengan para guru
B.
Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian ini berlokasi di MTs Al-Fithroh Cipondoh Kota Tangerang 2. Waktu Penelitian ini dimulai dari tanggal 20 Juli s/d 30 Agustus 2010
C.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan grounded theory, yakni teoritisasi data. Sejumlah data teori yang terambil dari teori komunikasi akan diambil sebagai bahan teoritisasi data selanjutnya.
D.
Populasi Dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah para guru yang melakukan komunikasi dengan kepala sekolah di MTs Al Fithroh Cipondoh Kota Tangerang. Sekaligus para guru tersebut akan menjadi sampel dari penelitian ini, guna mencapai maksud dan tujuan penelitian ini.
E.
Variabel Penelitian Penelitian
ini
menggunakan
variabel
efektivitas
komunikasi
organisasi, sebagai independent variable (variabel bebas). Dalam variabel ini, komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap para guru di sekolah akan ditentukan dalam pengaruh tindakannya. Misalnya, pada saat rapat terbuka dengan para guru atau pada saat menginstruksikan tugas kepada guru. Ini harus pula berada dalam observasi terfokus, yaitu khusus ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu.
35
G.
Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik penulisan data yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, yaitu: 1. Studi Pustaka Yaitu, penulis meneliti dari berbagai sumber buku yang berkaitan dengan judul penelitian. Kemudian, penulis membandingkan antara satu buku dengan buku lainnya 2. Wawancara Wawancara ini dilakukan kepada kepala sekolah MTs Al-Fithroh Cipondoh Kota Tangerang dan Guru di sekolah yang sama. Wawancara ini merupakan suatu cara dengan mengumpulkan data dengan cara mengajukan pertanyaan langsung kepada seorang informan.1
Tabel I KISI-KISI KUESIONER No 1
Pertanyaan Pokok Penelitian Komunikasi Kepala Sekolah
Subjek Pokok Pertanyaan
Item
1.1 Proses Komunikasi
1-7
1.2 Jenis-jenis komunikasi
8-9
1.3 Faktor penghambat komunikasi
F.
Jumlah
10 - 16
1.4 Dampak komunikasi
17
1.5 Tujuan komunikasi
18 - 20
Instrumen Penelitian Instrument penelitian adalah pedoman yang sengaja disimpan dalam bentuk yang dikehendaki untuk dipakai secara serempak dalam waktu yang ditentukan. Adapun instrument penelitian yang akan digunakan untuk memperoleh data mengenai efektifitas komunikasi kepala sekolah ini dibuat dalam bentuk non test yaitu dengan menggunakan angket. Angket ini dibuat 1
Prof. Dr. Gorys Keraf, Komposisi, Jakarta: Nusa Indah, 1989, hal. 161
36
dalam bentuk kuisoener yaitu “sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Kemudian instrument non test dalam bentuk wawancara yang diperuntukkan kepada kepala sekolah dan guru yang juga dipergunakan untuk mendapat informasi mengenai efektifitas komunikasi kepala sekolah. a. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkattingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Instrument dikatakan valid apabila instrument tersebut telah sesuai mengukur apa yang hendak diukur. Skala efektivitas komunikasi organisasi, yang diujicobakan kepada kepala sekolah adalah: 1) “Bagaimana Efektivitas komunikasi kepala sekolah di MTs AlFithroh Cipondoh Kota Tangerang”.?” 2) “Bagaimana Pola komunikasi atara kepala sekolah dengan para guru?” 3) “Bagaimana pola komunikasi kepala sekolah dengan para guru di MTs Al-Fithroh Cipondoh Kota Tangerang”.?” b. Variabel Data Deskriftip Penelitian ini juga bersandar pada variabel data deskriptif yang akan
menjelaskan
detail
bagaimana
proses-proses
terjadinya
komunikasi antar kepala sekolah dengan para guru di MTs Al Fithroh Cipondoh Kota Tangerang. Dan yang harus diingat adalah bahwa deskripsi sebagai sebuah bentuk penuturan gagasan.
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs Al-Fitroh 1. Latar Belakang Sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Fithroh terletak di Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang dengan memiliki keadaan bangunan fisik seluas 1.700 m2. Sekolah ini dibangun pada tahun 1992 melalui Yayasan Al-Mubarok dengan pendiri KH. Muhammad Yassin Mubarok (19541999). Beliau merupakan tokoh masyarakat di Kecamatan Cipondoh. Melalui kerja sama dengan para tokoh masyarakat lainnya, akhirnya Yayasan Al-Mubarok mendirikan Madrasah tersebut.1
1
Wawancara dengan Daud Efendi, ketua Yayasan Al-Mubarok, Cipondoh, 22 September
2010
36
37
Dari tahun ke tahun MTs Al-Fithroh terus mengalami peningkatan dan kemajuan, baik dalam jumlah siswa maupun kemajuan dalam bidang prestasi. Pada tahun 2005-2007, MTs Al-Fithroh memiliki jumlah siswa sebanyak 430 siswa dan pada tahun 2008-2010, MTs Al-Fithroh memiliki siswa sebanyak 520 siswa2. Ini adalah pertumbuhan yang sangat prestisius. Sekolah ini dikhususkan untuk masyarakat yang tergolong kedalam masyarakat kelas menengah kebawah secara ekonomi. Karena, sejak pendiriannya, MTs Al-Fithroh memiliki komitmen untuk mencerdaskan masyarakat dan bangsa untuk meneruskan masa yang akan datang. Oleh karena itu, MTs Al-Fithroh sangat membantu masyarakat tidak mampu agar tetap bisa bersekolah dan mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Perkembangan dari jumlah siswa bukanlah tujuan dari segalanya, MTs Al-Fithroh juga mengalami perkembangan dalam prestasi yang diraihnya. Tercatat, dari tahun 2008 silam, sekolah ini mengutus tim Pramukanya untuk mengikuti Jambore Internasional di Bangkok bersama sekolah unggulan lainnya seperti Insan Cendekia, Pondok Modern Gontor, dan lain-lain. Berbagai situasi dan kondisi yang dialami MTs Al-Fithroh ini tentu saja tidak selamanya berjalan dengan mulus tanpa hambatan. Sekolah ini juga pernah mengalami persoalan sengketa tanah wakaf yang hamper saja mengakibatkan digusurnya lahan sekolah ini. Berbagai macam persoalan pun pernah menghampiri di sekolah ini. Untuk itu, kemajuan dan prestasi yang dicapainya selama ini menunjukan bahwa sekolah ini memang benar-benar mengutamakan kemajuan masyarakat. Kini, sekolah MTs Al-Fithroh memiliki jumlah guru sebanyak 34 guru dan 8 orang karyawan, masing masing 3 orang sebagai petugas, 2 orang sebagai TU dan 3 orang sebagai penjaga sekolah. MTs Al-Fithroh kini dipimpin oleh Drs. Syaiful Mubarok Husni, yaitu putera pendiri yayasan ini. Ia dikenal sebagai sosok yang cukup mapan untuk memimpin
2
Data diambil dari data TU MTs Al-Fithroh
38
dan meneruskan perjuagan ayahnya dulu. Selain itu, ia juga dipercaya oleh masyaakat untuk memimpin sekolah tersebut. Dalam bidang pendidikan, MTs Al-Fitroh memiliki prestasi yang cemerlang yang tidak kalah dengan sekolah-sekolah lainnya. Tercatat, MTs Al-Fitroh selalu menjadi juara cerdas cermat di setiap perlombaan perayaan HUT kemerdekaan RI di tingkat kecamatan dan di tingkat Kota Tangerang. MTs Al-Fithroh juga menjadi 5 besar sekolah dengan nilai UN tertinggi di Kota Tangerang. Dari masa ke masa, sekolah ini terus mengalami berbagai perkembangan dan juga persoalan. Kini, sekolah tersebut mengalami kerusakan bangunan fisik yang sampai saat ini tak kunjung diperbaiki degan alas an biaya. Sekolah ini pernah mengajukan permohonan batuan pembangunan fisik sekolah kepada Pemerintah Kota Tangerang, namun tidak ada balasan yang sesuai harapan pihak sekolah Namun semangat kerja sama orang-orang yayasan dengan masyarakat setempat tak surut begitu saja, mereka saling mengumpulkan dana suka rela untuk membangun seadanya bangunan fisik sekolah untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di MTs Al-Fithroh.3 2. Latar Belakang Guru MTs Al-Fithroh memiliki jumlah guru sebanyak 34 orang. Hanya dua orang diantara mereka yang sudah menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Kementerian Agama Kota Tangerang. Para guru selalu mengeluhkan akan tunjangan dan gaji yang diberikan sekolah. Mereka merasa kurang cukup menerima tunjangan yang diberikan selama ini, namun mereka tidak menuntut banyak dari pihak sekolah karena mereka sadar pihak sekolah masih memerlukan biaya buat pembangunan sekolahnya. Mereka para guru lebih menuntut kepada pemerintah kota
3
. Data diambil dari data TU MTs Al-Fithroh
39
Tangerang untuk lebih memperhatikan kondisi guru-guru di Madrasah pada umumnya dan di MTs Al-Fithroh secara khusus. Menurut, Sudjai, S. Pd salah seorang guru Matematika megaku tidak cukup menerima gaji sebesar Rp. 30.000,- /bulan. namun dirinya menyadari tidak akan menuntut kepada pihak sekolah, karena dirinya memaklumi keadaan sekolahnya. Para guru juga mengaku senang dengan keberadaannya di MTs AlFithroh karena dapat melaksanakan tugas dengan baik dan tidak terikat dengan pihak apapun. Menurut Neni Nur Hasanah, S. Sud sekolah tersebut menjadi tempat pengabdiannya yang nyaman dan tidak memiliki gangguan sosial. Ia juga merasa betah dengan para guru lainnya dan juga kepala sekolahnya4. Neni Nur Hasanah adalah salah seorang yang mengaku bangga berada di MTs tersebut dengan memiliki pimpinan seperti kepala sekolahnay yang sekarang, yaitu Drs.
Syaiful Mubarok Husni.
Menurutnya, Syaiful adalah sosok yang sederhana dan bisa memimpin bawahannya dengan baik. Untuk melihat data guru di sekolah ini terlampir. Tabel 15 Data Guru
Kualifikasi Bidang Studi
Jumlah
1
Guru Sosial/Umum
2 3
No
Jenis Kelamin
Latarbelakang Pendidikan Non S1 S2 S1/S2
L
P
13 Orang
10
3
8
2
3
Guru MIPA
4 Orang
1
3
4
-
-
Guru Agama
10 Orang
6
4
7
-
3
4 5
Wawancara pribadi dengan Sudjai, S. Pd, di MTs Al-Fitroh, 15 September 2010 . Data diambil dari data TU MTs Al-Fithroh
40
4
Guru Bahasa Jumlah
7 Orang
4
3
5
2
-
34 Orang
19
15
24
4
6
MTs Al-Fitroh ini semakin dipandang oleh para guru di sekolah tersebut kian masa kian baik lantaran prioritas sekolah ini selalu memfokuskan kepada arah perjuangan yayasan Al-Fithroh itu sendiri, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Para keluarga miskin di lingkungan kecamatan Cipondoh tertampung anak didiknya di sekolah ini. Itulah yang membuat para guru bisa memahami keadaan sekolah ini meskipun jika dilihat dari upah atau gaji mereka yang kurang memadai. Beberapa guru di sekolah ini juga telah mengikuti standarisasi sebagai profesi guru, yaitu sertifikasi. Mereka adalah Suryanti. SE sebagai guru ekonomi, Mahmud Jalaluddin S. Pd, I sebagai guru Fiqih, Nina Nurhasanah. S. Pd sebagai guru Matematika dan Neni Nurhasanah sebagai guru Bahasa Inggris. Keempat guru tersebut telah diujikan keprofesiannya sebagai guru professional melalui sertifikasi. Dalam kesehariannya, para guru di MTs Al-Fithroh mengaku gembira telah mengajar di sekolah ini. Disamping sebagai bentuk pengabdiannya terhadap yayasan, mereka juga mengaku telah turut serta meringankan beban biaya sekolah siswa/i yang berasal dari keluarga miskin untuk terus megenyam pendidikan setinggi-tingginya. Neni Nurhasanah mengaku dirinya telah sepuluh tahun mengajar di sekolah ini dan telah merasakan suka duka yang mendalam, ia juga mengaku berat rasanya jika dirinya harus lepas dari tugasnya di sekolah ini.6
6
. Data diambil dari data TU MTs Al-Fithroh
41
3. Latar Belakang Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah Al-Fithroh ini dipimpin oleh Drs. Syaiful Mubarok Husni, Lc. Ia adalah sosok pemimpin yang disegani oleh bawahannya lantaran wibawanya sebagai seorang pemimpin. Ia mampu memimpin bawahannya dengan komunikasi yang lembut dan sopan santun, serta mengedepankan profesionalitas sebagai seorang pemimpin dan sebagai personal teman biasa. Sebelum ia memimpin madrasah ini, ia tercatat sebagai guru bidang studi bahasa Arab. Disamping karena kemahirannya berbahasa Arab, laki-laki beranak empat ini juga lulusan Universitas Al-Azhar, Kairo-Mesir. Selama masa kuliahnya di Kairo, ia menjadi penerjemah duta besar RI untuk Mesir. Ia juga aktif di keorganisasian mahasiswa Indonesia di Kairo, yaitu Persatua Pelajar Indonesia (PPI) Kairo. Sepulangnya ia dari Kairo, ia langsung terjun di masyarakat dengan mengabdikan dirinya di yayasan Al-Mubarok, yakni yayasan yang didirikan oleh ayahnya. Tiga tahun ia mengabdi sebagai guru bahasa Arab dan kemudian kini menjadi kepala sekolah MTs Al-Fithroh. Ia menggantikan KH. Wahab Afif yang memimpin madrasah tersebut lebih kurang lima tahun. Selama memimpin madrasah ini, ia tercatat sebagai pemimpin yang disegani oleh para bawahannya, baik itu guru, komite dan penjaga sekolah/karyawan-nya.
Disegani bukan
berarti ditakuti, ia
kerap
berpenampilan sopan dan berwibawa tinggi. Maka dari itu, para guru selalu bertindak sopan dan taat kepada pimpinannya. 7 Kewibawaannya juga dihasilkan dari profesionalitas yang ia bangun di antara para guru di sekolah. Drs. Syaiful Mubarok Husni ini 7
. Wawancara dengan Daud Efendi, ketua Yayasan Al-Mubarok, Cipondoh, 22 September 2010
42
juga telah mengukir prestasi selama ia memimpin madrasah ini, diantaranya adalah ia sebagai guru madrasah teladan di Kementerian Agama kota Tangerang pada tahun 2009. Ia juga membawa nama baik MTs Al-Fithroh di ajang pemilihan guru kreatif tingkat propinsi Banten pada tahun 2009. Komunikasi yang dibangun oleh pak syaiful, begitu sapaan akrab kepala madrasah ini adalah komunikasi personal. Jadi, ia lebih menganggap bawahannya (para guru) sebagai teman sejawat dibanding menganggapnya sebagai bawahan. Jadi, menurutnya jarak antara kepala sekolah dan guru itu bisa menjadi satu sejajar asalkan memahami profesionalitasnya sebagai tugas seoang guru dan kepala sekolah.8 B. Pola Komunikasi Kepala Sekolah dengan Guru Beberapa pendapat tokoh komunikasi di Indonesia seperti Prof. Burhan Bungin, Gun gun Heryanto, Ade Armando, Effendi Gozali menegaskan bahwa komunikasi dilakukan guna mencapai hasil hubungan yang baik. Di sini, peranan kepala sekolah adalah perihal penting dalam manajemen sekolah/madrasah. Di MTs Al-Fithroh kepala sekolah mempunyai kedudukan yang paling tinggi. Disamping tugasnya sebagai pengatur sekolah, ia juga merupakan pucuk pimpinan sekolah. Oleh karena itu, peanannya harus menunjukkan kepandaiannya dalam mengurus sekolah. Sedangkan guru merupakan pasukan pendidik yang kepemimpinannya dibawah komando kepala sekolah. Disamping tugasnya mengajar ia juga harus turut serta berperan memajukan dan mengembangkan sekolah tersebut. Maka dengan demikian, partisipasi guru sangatlah dibutuhkan untuk bekerja sama dengan seluruh pihak sekolah termasuk kepala sekolah sendiri untuk memajukan dan mengembangkan sekolahnya. 8
. Wawancara dengan Daud Efendi, ketua Yayasan Al-Mubarok, Cipondoh, 22 September 2010
43
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, kepala sekolah MTs Al-Fithroh memiliki karakter yang baik dalam mengelola komunikasi/hubungannya dengan para gurunya. Sedikitnya berikut ini adalah hal-hal yang senantiasa dilakukan oleh kepala sekolah guna menjaga hubungan komunikasinya dengan para guru, yaitu: 1. Kepala sekolah selalu memberikan ruang aspirasi kepada guru-guru 2. Kepala sekolah memberikan kebebasan kepada guru untuk menunjukkan kemampuannya mendidik peserta didik dengan berbagai kreatifitas seorang guru 3. Diluar jam kerja, kepala sekolah sering berkumpul santai dengan para guru untuk menjaga hubungan kekeluargaan. Artinya, secara personal keduanya selalu menjaga hubungan kekeluargaan dengan baik 4. Kepala sekolah berusaha untuk selalu transparan dalam mengelola sekolah, dan juga dalam hal urusan informasi dan kesempatan bagi guru 5. Kepala sekolah selalu mengajak berdialog dan musyawarahjika didapati permasalahan yang melibatkan sekolah dan guru Dari beberapa uraian di atas tadi, dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah MTs Al- Fithroh memang tidak membatasi diri dalam hal waktu dan tempat untuk saling berinteraksi dengan para guru di MTs Al- Fithroh tersebut. Selain pada jam kerja/di sekolah, kepala sekolah juga selalu menjaga hubungan komunikasinya dengan guru diluar jam kerja. Mereka sering berkumpul untuk hal-hal yang bersifat musyawarah ataupun yang bersifat santai. Dalam arti luas, pola komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah dengan guru di MTs Al- Fithroh ini adalah bentuk komunikasi organisasi. Yakni komunikasi yang terjadi melalui institusi. Di sekolah telah diatur struktur organisasinya, seperti Kepala sekolah, Wakil Kepala sekolah,
44
Sie. Kesiswaan, Sie. Kurikulum, Sie. Kesekretariatan dan guru/wali kelas. Semuanya memiliki fungsi dan peanannya masing-masing. Akan tetapi, diluar institusi tersebut, kepala sekolah MTs Al- Fithroh juga membangun komunikasi yang sifatnya personal atau dalam bahasa ilmu komunikasi disebut dengan komunikasi antarpribadi, yaitu komunikasi yang dilakukan secara person to person dengan saling mengetahui latar belakang masing-masing individu dan samapai kearah yang lebih dalam lagi. Maka disinilah, komunikasi yang dilakukan kepala sekolah tersebut membuat para guru menjadi se-ide di lingkungan institusinya. 1. Pola Linear Bahwa komunikasi yang dibangun diantara kepala sekolah dan guru-guru di MTs Al- Fithroh berbentuk linear, yaitu komunikasi yang memiliki arah timbale balik dan saling mengupayakan pesan lisan yang langsung saling memberikan pemahaman. Konteks ini mengarah kepada kepribadian yang selalu menjaga komunikasi antarpersonal. Sejauh dalam penelitian ini ditemukan pola linear ini karena kepala sekolah selalu mengupayakan dengan memberikan pemahama yang saling berpangkal kepada pengertian sesama. Artinya, kepala sekolah tidak memandang rendah para guru dan tidak pula memandang paling berkuasa sebagai kepala sekolah. Ia menempatkan posisi demikian sebatas memaksimalkan kineja, akan tetapi dalam keseharrian di sekolah lebih banyak melakukan komunikasi linear atau sejajar. Model linear ini akan mengidentifikasi elemen-elemen utama proses komunikasi.9 Oleh karena itu, komunikasi umumnya dianggap sebagai suatu fungsi linear Menurut salah seorang guru, Wasilah. Kepala sekolah MTs AlFithroh mampu memberikan efektifitas komunikasi kepada para guru 9
Drs. Elvinaro Ardianto, M. Si, Filsafat Ilmu Komunikasi, Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2007, h. 27
45
ataupun bawahannya dengan sikap yang mensejajarkan semuanya dalam upaya memaksimalkan komunikasi yang baik. Tidak bebuntut kepada atasan dan bawahan. Kepala sekolah MTs Al- Fithroh selalu berupaya untuk menghilangkan sentiment jabatan. Ia lebih memilih cara pendekatan linear tersebut. Beberapa pola komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah MTs Al- Fithroh ini pada dasarnya memiliki beragam cara/pola. Namun, pada penelitian ini dibatasi pada wilayah organisasi saja, karena hendak mengetahui bagaimana efektifitas komunikasi kepala sekolah dengan guru di MTs Al- Fithroh. Jadi, pola komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah MTs Al- Fithroh adalah pola komunikasi antar pribadi.10 2.
Interaksi Simbolik Beberapa disclaimer yang terjadi di lingkungan guru MTs AlFitroh, komunikasi kepala sekolah terhadap guru-guru MTs Al- Fitroh ini dipandang baik dan mampu menjadikan para guru disekolah tersebut menjadi baik dalam komunikasinya. Artinya adalah bahwa kepala sekolah MTs Al- Fitroh mampu membuat komunikasinya efektif dengan guru-guru yang bertugas di MTs Al- Fitroh. Dalam wawancara penulis dengan kepala sekolah MTs AlFitroh, ditemukan tujuh kualitas dalam komunikasi efektif kepala sekolah dengan para guru di MTs Al- Fitroh, yaitu: a. Komunikasi dilakukan secara terus-menerus b. Komunikasi dilakukan tanpa jarak dan tanpa batas c. Komunikasi dilakukan dengan halus/sopan santun d. Komunikasi dilakukan dengan proporsional e. Komunikasi dilakukan berdasarkan kebutuhan
10
. Wawancara dengan Daud Efendi, ketua Yayasan Al-Mubarok, Cipondoh, 22 September 2010
46
f. Komunikasi dilakukan dengan bersahaja Ketujuh rumus yang digambarkan oleh kepala sekolah tersebut menjadi sebuah gagasan baru bagi Kepala Sekolah MTs Al- Fitroh dalam membina hubungan komunikasi dengan para guru di sekolah yang dipimpinnya. Jika kita berkaca kepada sekolah-sekolah yang lainnya, masih banyak terdapat ketidakharmonisan hubungan guru dengan kepala sekolahnya lantaran tidak terciptanya efektifitas komunikasi diantara mereka. Seorang pemimpin, dalam hal ini adalah kepala sekolah, sudah semestinya menjadi contoh dan suritauladan bagi bawahannya yang dalam hal ini adalah guru, agar bisa tercipta keakraban dalam berhubungan sehari-hari. Apalagi, jika keadaannya di kantor dan dengan urusan kantor pula. Maka, proporsionalitas itu diperlukan oleh kedua belah pihak. Prof. Dr. Jalaluddin Rachmat juga mempercayai akan komunikasi yang efektif juga ditentukan oleh kesiapan komunikator (yang member pesan) kepada komunikan (yang diberi pesan) dengan sikap proporsional dan kematangan berdialog. Ini adalah salah satu bentuk pelajaran penting bagi lingkungan pendidikan yang sudah barang tentu dalam keseariannya terdapat komunikasi antara semua pihak di sekolah, tidak hanya guru dan kepala sekolah. 3. Misunderstanding Communication Selain didapati persoalan-persoalan hubungan komunikasi Kepala Sekolah MTs Al- Fitroh dengan para gurunya yang baik dan menunjukkan nilai positifnya, disini juga didapati persoalan dari sisi negatifnya, yaitu: Dalam mekanisme komunikasi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dengan para guru di MTs Al- Fitroh, beberapa persoalan pernah dialami dalam lingkungan sekolah ini, seperti persoalan keuangan.
47
Menurut salah seorang guru, Nuraeni. S. Ag menuturkan dalam petikan wawancara penulis, bahwa para guru terkadang mengalami depresi atau missunderstanding communication dengan Kepala Sekolah dalam hal manajemen keuangan. Sebagian besar guru menuturkan akan adanya ketidakjelasan dalam mengurus keuangan sekolah. Pasalnya, dari data yang penulis himpun dalam penelitian ini didapati bahwa manajemen keuangan di MTs AlFitroh cenderung tidak tansparan. Padahal, yayasan yang mendirikan sekolah ini terkenal dengan santun dan kesederhanaannya. Kendati demikian, para guru masih menaruh kepercayaan besa terhadap sekolah ini lantaran sekolah ini adalah yayasan yang mengabdikan diri kepada masyarakat dari semua unsure. Dalam
studi
komunikasi,
Prof.
Dr.
Jalaluddin
Rachmat
menambahkan bahwa dengan adanya self controlling maka seseorang yang melakukan komunikasi (komunikan) dapat mengendalikan dirinya dalam berkomunikasi. Jadi, dalam studi lapangan sampai ditemukannya data penelitian ini, Kepala sekolah MTs Al- Fitroh masih ada yang menganggap bahwa kepala sekolah MTs Al- Fitroh masih kurang transparan dalam hal manajemen keuangan. Ini kemudian akan menjadi titik tolak ukur dari keberhasilannya membawa MTs ini tidak kalah mutu dengan sekolah-sekolah lainnya di Kota Tangerang. Menurut Husni Mubarok, Kepala Sekolah inni bahwa dirinya pernah mendapatkan teguran dari salah seorang pegurus yayasan yang menjadi induk sekolah ini lantaran dirinya dianggap kurang komunikatif dalam hal manajemen keuangan sekolah. Namun ia mengelak bahwa tudinga tersebut tidak benar. Dalam hal manajemen keuangan, MTs Al- Fithroh selalu memberikan ruang aspirasi untuk bertanya para guru soal perihal tersebut. Sehingga Kepala sekolah ini masih dianggap
48
komunikatif oleh sebagian besar guru MTs Al- Fithroh, hanya sebagian kecil saja yang mengatakan kurang komunikatif. C. Pengolahan Data dan Analisis Data Dari hasil penelitian ini, telah dihimpun data-data berikut sebagai hasil akhir dalam penelitian, dan kemudian diolah menjadi data penelitian akurat. 1. Proses Komunikasi Kepala Sekolah dengan Para Guru Informal adalah proses komunikasi Kepala Sekolah Dengan para Guru Diluar Waktu kegiatan belajar mengajar secara kekeluargaan. Dan sebaliknya Formal di;akukan diwaktu jam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan himpunan data tersebut di atas, maka komunikasi kepala sekolah dengan guru lebih besar dilakukan secara informal dari pada secara formal. 2. Berdasarkan Jenis Komunikasi Yang Dilakukan Oleh Kepala Sekolah Interaksi Simbolik adalah Menggerakan sesuatu itu dapat bermacam- macam, berupa kegiatan. Kegiatan yang dimaksudkan disini adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong, namun yang penting yang harus diingat adalah bagaimana cara yang baik untuk melakukannya. Linear adalah suatu jenis atau pola dengan cara natural atau bias disebut apa adanya. Berdasarkan hasil data di atas, maka jenis komunikasi kepala sekolah lebih banyak dilakukan secara Interaksi simbolik (40%), Interpersonal (30%), Linear (20%).
49
3. Hambatan-hambatan komunikasi kepala sekolah dengan guru Berdasarkan hasil analisa yang sudah saya dapat, bahwa yang paling dominan menjadi hambatan komunikasi kepala sekolah adalah soal transparansi pengelolaan keuangan, indisipliner, rapat tertutup yayasan, dan selebihnya adalah hal-hal lain. 4. Dampak/pengaruh komunikasi kepala sekolah dengan para guru Dari hasil data tersebut di atas, dikatakan bahwa pengaruh komunikasi kepala sekolah dengan guru yaitu pada Disiplin kerja guru, supervisi, tata kelola administrasi, dan
kesalahan
(missunderstanding), yang masih adanya keluhan- keluhan para guru agar bisa lebih ditingkatkan kembali soal komunikasi.
5. Komunikasi kepala sekolah memiliki tujuan
Berdasarkan data di atas, tujuan komunikasi kepala sekolah dengan guru adalah: bersifat struktural (35%), bersifat fungsional (45%), Lain-lain (20%). Tinjauan penulis dari hasil pengamatan penelitian ini, yaitu: a. Bahwa pola komunikasi yang dilakukan kepala sekolah MTs AlFithroh sudah mencukupi nilai efektifitas yang memuaskan, denga keterbukaannya berdialog dengan para guru b. Bahwa dalam proses komunikasi Kepala Sekolah MTs Al- Fithroh masih dianggap oleh sebagian kecil guru yang berbeda pandangan menganggapnya kurang komunikatif. c. Bahwa kepala sekolah MTs Al- Fithroh berpandangan dengan komunikasi
linear
dirinya
bisa
komunikasinya dengan para guru.
menyeimbangkan
hubungan
50
STRUKTUR ORGANISASI MTs AL-FITROH, CIPONDOH
Kepala Madrasah
Komite Madrasah
Sekretaris
Bendahara
Staff Tata Usaha
Dewan Guru
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Bahwa Komunikasi antara kepala sekolah dengan para guru merupakan suatu tindakan yang harus dijaga dengan baik demi meningkatkan kualitas hubungan kepala sekolah dengan guru. Meminjam istilah Jalaludin Rachmat, komunikasi adalah alat untuk membina kehamonisan hubungan. Kemudian, dalam skripsi ini penulis telah memperhatikan secara seksama tentang bagaimana komunikasi kepala sekolah dengan para guru di MTs Al-Fithroh. Secara garis besar hubungan keduanya baik dan perlu mendapatkan penjagaan agar tetap harmonis dan tercipta suasana bersahaja. Oleh karena itu, sedikitnya ada lima pointer yang penulis simpulkan dari hasil penelitian ini, yaitu: 1. Kepala sekolah MTs Al-Fithroh cukup baik dalam membina keharmonisan hubungan dengan para guru
51
52
2. Bentuk komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah bentuk komunikasi interpersonal, linear dan komunikasi organisasi 3. Kepala sekolah mengalami hambatan dalam berkomunikasi dengan para guru ketika sedang berada dalam rapat-rapat 4. Kepala sekolah tidak dapat megontrol dengan baik hambatanhambatan komunikasi yang dimilikiya 5. Para guru secara profesioal menempatkan dirinya sebagai bawahan sehingga komunikasi organisasi cenderung dipakai
B. Saran Untuk menciptakan peningkatan kualitas harmonisasi hubungan komunikasi kepala sekolah dan guru di MTs Al-Fithroh, saya sebagai penulis menyarankan kepada pihak sekolah khususnya, dan kepada pembaca umumnya untuk : 1. Agar dapat memahami komunikasi yang terjadi secara langsung dan segera menghasilkan timbal-balik 2. Sebagai pimpinan, kepala sekolah hendaknya dapat mengontrol dan membina hubungan komunikasi dengan bawahannya (para guru) 3. Hambatan komunikasi yang terjadi diakibatkan kurangnya pemahaman antara komunikan dengan komunikator 4. Agar lebih intens melakukan kontak langsung Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis ringkas, semoga segala sesuatunya bisa bermanfaat untuk kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Arifin, Strategi Komunikasi, Bandung; Armico, 1984 Ardianto, Elvinaro, M. Si, Filsafat Ilmu Komunikasi, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT Rineka Cipta 1998 Fisher, B. Aubrey, Teori-teori Komunikasi, Bandung; Remaja Karya, 1986 ilmuilmiah.blogspot.com/feeds/posts/default?orderby, diakses pada tanggal 15 Januari 2011 Kaligis, JRE., Pendidikan Lingkungan Hidup, Jakarta: UT Press, 2008 Keraf, Gorys, Komposisi, Jakarta: Nusa Indah, 1989 Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi; Sebuah Pengantar, Bandung: Rosdakarya, 2002 Nata, Abiddin, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Subagyo, P. Joko
, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, (Jakarta;PT
Renika CIpta, 2004), cet. IV Sudjana, HD., Manajemen Pogram Pendidikan, Falah production, Bandung 2000 Suranto AW, Komunikasi Efektif untuk Mendukung Kinerja Perkantoran, (http://www.uny.ac.id/home/artikel.php?m=&I=3&k=23), 9 Febuari 2007 Uchyana, Onong, Dasar-dasar teori komunikasi Jakarta: Bulan bintang, 2005 Uchyana, Onong, Teori Komunikasi, Bandung: Rosda Karya Wardani, I.G.A.K, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: UT Press, 2006
TRANSKRIP WAWANCARA Tanggal Tempat
•
: 11 Agustus 2010 : MTs Al-Fitroh
Apa yang anda rasakan selama mengajar di sekolah ini (baca; MTs Al-Fitroh) ?
Ya, Alhamdulillah cukup senang dan tentunya ada suka dan dukanya juga. Selama saya mengajar di sekolahan ini terkadang saya menemukan permasalahan-permasalahan yang baru dan biasa saya jadikan sebagai pengalaman saja
•
Pengalaman-pengalaman baru yang anda maksud seperti apa?
Contohnya, pada saat terjadi kesalahpahaman dengan guru-guru lain soal panitia ujian, juga ketika rapat dengan pihak jajaran sekolah semuanya, itu kan tentunya ada ya berbagai permasalahan yg demikian.
•
Lalu, bagaimana pendapat anda tentang kepemimpinan kepala sekolah di madrasah ini?
Apa ya, ya paling tidak saya bisa mengatakan kalau semua jajaran sekolah di sini, baik itu dari guru, kepala sekolah dan yayasan semuanya membina asas kekeluargaan dengan baik dan disiplin. Karena memang hampir 60% nya adalah keluaga besar al-mubarok.
•
Bisa ibu jelaskan lagi tentang keluarga Al-Fitroh yang dimaksud?
Iya artinya jajaran guru dan yayasan disini adalah sebagian besarnya keluarga besar almubarok, yaitu yayasan al-mubarok yang didirikan atas prakarsa masyarakat cipondoh. Tapi, disii saya memiliki kebanggaan tersendiri soal kinerja guru-guru di sekolah ini. Banyak sekali guru-guru yang menganggap dan merasa bahwa sekolah ini adalah miliki
semuanya. Hal ini kan tidak mudah didapat di sekolah-sekolah lain. Artinya, kegiatan guru-guru dio sini selain mengajar juga saling menjaga silaturahmi antar sesamanya.
•
Lalu, bagaimana anda berkomunikasi dengan kepala sekolah?
Komunikasi saya cukup baik dengan siapapun yang ada di sekolah ini, apalagi kepala sekolah sebagai pimpinan. Tentunya saya sangat menjaga keharmonisan hubungan komuikasi dengan kepala sekolah saya. Pada beberapa kesempatan seperti pelatihan mutu guru, juga kepala sekolah kami secara terbuka mengajarkan kami akan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sebagai pengabdi.
•
Pernahkah ibu sewaktu-waktu mendapatkan teguan dari kepala sekolah? Pernah. Tapi bukan teguran seperti anak kecil yang sedang marah dengan temannya atau orang tuanya ya, teguran ini lebih bersifat tertulis. Misalnya, saya perah tidak masuk kelas tanpa ijin dari kepala sekolah, besoknya saya mendapat surat teguran yang isinya ya kalau mau tidak masuk mesti ijin dulu dari kepala sekolah. Begitu aja sih, mas.
•
Sebagai pendidik, tentunya Ibu merasa memiliki tanggung jawab besar kepada murid-murid ibu. Apa yang ibu harapkan untuk anak didik ibu?
Saya sangat berharap sekali kelak dewasa nanti murid-murid saya bias menjadi oang yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya dan juga bagi oang lain. Juga pesan saya kepada para murid saya ya, jangna peah meninggalkan sholat lima waktu. Itu saja, mas.
•
Terus, berkenaan dengan kepala sekolah lagi nih bu. Apa kelebihan kepala sekolah menurut ibu?
Pak husni itu orangnya baik, jujur, dan rajin dalam bekerja. Bahkan beliau terkadang dating ke sekolah lebih dulu dari paa guru nya. Ini yang saya banggakan dai seorang
kepala sekolah pak husni ini. Saya sangat bangga punya kepala sekolah sepeti pak husni ini.
•
Dalam membina komunikasi dengan guru. Apakah kepala sekolah ibu tergolong orang yang pandai berkomunikasi?
Jangan ditanya soal itu mah, mas. Pak husni itu orangnya dekat dengan siapa aja, makanya beliau menjadi kepala sekolah sudah dua periode kalau tidak salah. Semua guru dan yayasan juga senang dengan dipimpinnya sekolah ini oleh pak husni sebagai kepala sekolah.
•
Ok, terakhir ya bu. Pesan ibu untuk kepala sekolah?
Yang terhormat bapak Husni. Terus maju memimpin sekolah ini. Jangan pernah merasa puas dengan apa yang dihasilkan kita bersama sama selama ini, tapi lebih ditingkatkan lagi kualitas dan mutu nya di sekolah ini. Maju terus bapak.
Tabel II
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Nama Guru Drs. Husni Mubarok, MA Alan Saipul Anwar, S. Pd, I Dina Oktavianti, SH, I Drs. Suparman Nina Nurhasanah, S. Ag Nenih Nurhasanih Ismayanti Irawan, S. Pd Luluk Sumiarsa, S. Pd Umar Thalib, S. Ag Hendriawan, S Si KH. Maman Abdurahman, M. Pd Sugeng Rahardian, S. Sos, I Muhammad Wahyu Sunarti, S. Pd, I Jaja Mulyana, S. Kom M. Ridwan. S Duta Panji L, S. Pd Dra.Hj. Arianti HM. Saepuddin Mulyono, M. Hum Neni Nurhasanih Wawan Fauzi, S. Pd H. Kamaludin Nuryati Amelia, SH, I Dianti Jasmaniar, S. Pd Hendi Jajat Sudrajat, S. I. Kom Maemunah H. Ghafur Abdul Hamid Sulistyo, S. Pd Drs. H. Arif Mustofa Drs. H. Sumardi Dra. Hj. Lilis Halimah Mulyati, M. Pd
Lulusan/Jurusan/Tahun Bidang Studi S2/Agama Islam/1995 BK/BP S1/PAI/2003 Agama Islam S1/Syariah/2003 Ekonomi S1/Sejarah/1978 Sejarah S1/Pend. Islam/1991 SKI S1/Sejarah/1999 SKI S1/Matematika/1997 Matematika S1/Bahasa Indonesia/2001 B.Indonesia S1/Bahasa Arab/1993 B.Arab S1/Dirosah/2002 Fiqih S2/M. Pendidikan/2004 B.Inggris S1/KPI/2003 IPS Olahraga S1/Tarbiyah/2002 IPA S1/Komunikasi/2000 TIK S1/PPKn/2004 PPKn S1/IPA/1999 IPA S1/B. Inggris/1988 B.Inggris PP Gontor/1972 Insya’ S2/Sastra Inggris/1995 B.Inggris PP Al-Mubarok/1970 Tarikh S1/Pendidikan/1997 Geografi Penjaskes I S1/Hukum/1999 Fiqih S1/Matematika/2000 Matematika PGSD/2001 Senbud S1/computer/2000 TIK 2 Tata Boga Faroidh S1/Bahasa Indonesia/2000 B.Indonesia S1/Agama Islam/1970 Aqidah Akhlak S1/Sejarah/1968 SKI S1/B. Inggris/1972 A. Inggris S2/Geografi/1988 Geografi
Tabel II
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Nama Guru Drs. Husni Mubarok, MA Alan Saipul Anwar, S. Pd, I Dina Oktavianti, SH, I Drs. Suparman Nina Nurhasanah, S. Ag Nenih Nurhasanih Ismayanti Irawan, S. Pd Luluk Sumiarsa, S. Pd Umar Thalib, S. Ag Hendriawan, S Si KH. Maman Abdurahman, M. Pd Sugeng Rahardian, S. Sos, I Muhammad Wahyu Sunarti, S. Pd, I Jaja Mulyana, S. Kom M. Ridwan. S Duta Panji L, S. Pd Dra.Hj. Arianti HM. Saepuddin Mulyono, M. Hum Neni Nurhasanih Wawan Fauzi, S. Pd H. Kamaludin Nuryati Amelia, SH, I Dianti Jasmaniar, S. Pd Hendi Jajat Sudrajat, S. I. Kom Maemunah H. Ghafur Abdul Hamid Sulistyo, S. Pd Drs. H. Arif Mustofa Drs. H. Sumardi Dra. Hj. Lilis Halimah Mulyati, M. Pd
Lulusan/Jurusan/Tahun Bidang Studi S2/Agama Islam/1995 BK/BP S1/PAI/2003 Agama Islam S1/Syariah/2003 Ekonomi S1/Sejarah/1978 Sejarah S1/Pend. Islam/1991 SKI S1/Sejarah/1999 SKI S1/Matematika/1997 Matematika S1/Bahasa Indonesia/2001 B.Indonesia S1/Bahasa Arab/1993 B.Arab S1/Dirosah/2002 Fiqih S2/M. Pendidikan/2004 B.Inggris S1/KPI/2003 IPS Olahraga S1/Tarbiyah/2002 IPA S1/Komunikasi/2000 TIK S1/PPKn/2004 PPKn S1/IPA/1999 IPA S1/B. Inggris/1988 B.Inggris PP Gontor/1972 Insya’ S2/Sastra Inggris/1995 B.Inggris PP Al-Mubarok/1970 Tarikh S1/Pendidikan/1997 Geografi Penjaskes I S1/Hukum/1999 Fiqih S1/Matematika/2000 Matematika PGSD/2001 Senbud S1/computer/2000 TIK 2 Tata Boga Faroidh S1/Bahasa Indonesia/2000 B.Indonesia S1/Agama Islam/1970 Aqidah Akhlak S1/Sejarah/1968 SKI S1/B. Inggris/1972 A. Inggris S2/Geografi/1988 Geografi