EDISI TAHUN I VOLUME 08
ERA EOR
Keanekaragaman Hayati untuk Masa Depan Bangsa
pep.pertamina.com
DA R I
R E DA K S I
EOR
cover
: Lapangan minyak PT Pertamina EP Field Rantau. difoto oleh Tatan Agus RST.
SEBAGAI salah satu ujung tombak kinerja sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) nasional, setiap tahun PT Pertamina EP selalu dihadapkan pada target produksi yang terus meningkat. Tak terkecuali tahun ini, Pertamina EP diminta memompa ke permukaan bumi paling sedikit 128.000 Barrel Oil Per Day (BOPD). Harus diakui, target produksi 2014 ini bukan tantangan kecil bagi Pertamina EP. Namun dengan tekad, keyakinan, serta kerja keras dan cerdas, tentu kita optimis untuk dapat menggapai, bahkan melampaui target tersebut. Terlebih sejak awal menapak 2014, Pertamina EP telah menetapkan strategi dan prioritas aksi guna menjawab tantangan tersebut. Seperti yang diungkapkan Presiden Direktur PT Pertamina EP, Adriansyah, dalam wawancara dengan BALANCE, secara garis besar ada tiga hal yang harus menjadi prioritas Pertamina EP tahun ini. Yaitu speed up development, speed up proyek enhanced oil recovery (EOR), dan menjaga eksisting produksi tidak turun. Hal ini berangkat dari kondisi riil eksisting produksi Pertamina EP saat ini, yang berada di kisaran 120.000 BOPD. Sedangkan target yang diberikan 128.000 BOPD. Artinya ada gap 8.000 BOPD yang harus dikejar. Di sinilah pentingnya menjaga eksisting produksi tidak turun supaya gap tidak bertambah lebar. Monetisasi discovery hasil temuan eksplorasi, merupakan salah satu cara yang paling cepat untuk mengejar gap dari 120.000 ke 128.000 BOPD. Karena sudah discovery, tinggal bagaimana membuat dan mengajukan Plan of Development (POD) atau Put on Production (POP)-nya, lalu eksekusi, dan diperoleh tambahan produksi. Intinya, harus ada percepatan dari temuan eksplorasi ke produksi. Selain itu percepatan monetisasi juga dapat dilakukan pada recoverable reserve hasil EOR. Misalnya dari sebelumnya recoverable reserve 23%, setelah EOR menjadi 30%, artinya recoverable reserve naik 7%. Recoverable reserve yang naik ini diharapkan bisa segera dimonetisasi untuk menunjang peningkatan produksi. BALANCE edisi kali ini mencoba mengangkat persoalan EOR guna menambah kobaran semangat para pembaca utamanya rekan-rekan di Pertamina EP, untuk selalu optimis menjawab tantangan yang ada di hadapan kita. Selamat Membaca!
VOLUME 08
TAHUN I
3
Safety Manager
pep.pertamina.com
Pemimpin Redaksi Aji Prayudi (VP Legal Relations) Wakil Pemimpin Redaksi Arya Dwi Paramita (Pjs Manajer Humas) Redaktur Pelaksana Arya Dwi Paramita, Pandji Galih Anoraga Redaksi Hidayat Tantan, Tatan Agus RST, Sigit Widihardono, Humas Asset 1, Humas Asset 2, Humas Asset 3, Humas Asset 4, Humas Asset 5, Humas Pangkalan Susu, Humas Rantau, Humas Lirik, Humas Jambi, Humas Adera, Humas Ramba, Humas Pendopo, Humas Prabumulih, Humas Limau, Humas Tambun, Humas Jatibarang, Humas Subang, Humas Cepu, Humas Tarakan, Humas Sangatta, Humas Sangasanga, Humas Tanjung, Humas Bunyu, Humas Sorong Alamat Redaksi: Menara Standard Chartered, Lantai 21-29 Jl. Prof. Dr. Satrio No. 164 Jakarta Selatan email:
[email protected]
Redaksi menerima kiriman artikel dan foto seputar kegiatan dunia migas dan hal yang berkaitan, maksimal 6.000 karakter. Kirim ke:
[email protected]
4
TAHUN I
VOLUME 08
D A F T A R
I S I
WAWANCARA:
Dr. I Putu Suarsana
ERA EOR
Peak produksi lapangan EOR tak bisa dipaksa dicapai dalam satu dua tahun. Baru dicapai sepuluh tahun setelah kick off sumur pilot.
GARIS TANGAN JAGOAN EOR I Putu Suarsana ditempa disiplin profesional dan konsistensi tradisi ilmiah. Terus menulis demi generasi setelahnya tak usah meraba-raba lagi dalam gelap, seperti yang dilakukannya dulu saat merintis EOR.
11 SABAR MENGGIRING MINYAK EOR menjadi salah satu tumpuan harapan untuk menaikkan produksi minyak. Bisa mendorong tumbuhnya industri kimia nasional. Sekarang masih mengandalkan produk impor.
◆
Rohayati Suprihatini, Menjual “Dunia Sunyi”
24
◆
Rana: Saat Anugerah Menjadi Bencana
30
◆
Prabumulih Menggenggam Zero
34
◆
Lensa Peristiwa
36
◆
Info Produksi
42
WISATA: 20
16
APA & SIAPA:
Menjelajahi Kota Mimpi Sampai Big Buddha SHECANTIKONLINE.COM.
6
R E S E R V O I R
TATA N A G U S R S T.
TATA N A G U S R S T
M A N A J E R
29
DUTA BATIK Maria Gabriella Isler. Wanita cantik ini berterus terang jatuh cinta kepada batik. “Saya harap bisa memakai batik ke seluruh dunia,” ujarnya.
VOLUME 08
TAHUN I
5
L A P O R A N
U T A M A
ERA EOR Peak produksi lapangan EOR tak bisa dipaksa dicapai dalam satu dua tahun. Baru dicapai sepuluh tahun setelah kick off sumur pilot.
Agus Amperianto, Manajer Field Rantau.
6
TAHUN I
VOLUME 08
P
IPA besi sepanjang meter mengayun ke atas rig Skytop milik PDSI (Pertamina Drilling Service Indonesia) berkapasitas HP. Dengan sigap salah seorang pekerja menangkapnya. Tali pengikatnya dilepas. Pekerja lain yang berbadan paling tegap memasangkan penjepit. Tuasnya dia banting… bum! Pipa pun terjepit sehingga tak berayun ke sana ke mari, baru kemudian disampirkan tali crane dan secara perlahan mesin mengangkat posisi pipa menjadi vertikal. Tangan-tangan berotot itu kemudian mendekatkan mulut pipa, dengan yang sudah lebih dulu terpasang. Begitu sudah pas, mesin akan memutarkan pipa tersebut untuk mengencangkannya. Entah sudah berapa puluh pipa yang sudah masuk ke dalam perut bumi. “Kami baru sampai ke dalam 420-an,” ujar salah seorang pekerja di area RNT-4INJ. Sumur ini rencananya akan ditajak sampai kedalaman 600-an. Penajakan yang kami saksikan pertengahan Februari itu adalah salah satu sumur injeksi untuk proyek enhanced oil recovery (EOR) pada tahap pengurasan tertiary recovery dengan injeksi chemical. Ini akan dilakukan untuk sumur di kedalaman zone 660. Ujicoba lapangan akan dilangsungkan pada 2014 ini dengan menggunakan surfaktan dalam negeri buatan IPB dan UGM. EOR adalah rekayasa teknologi untuk memulihkan cadangan minyak. Selain pengurasan tertiary recovery, Rantau juga melakukan pengurasan secondary recovery dengan injeksi air (waterflood) yang sudah lebih dulu dilakukan. Kick off dilakukan pada Desember 2010. Hasilnya sudah mulai kelihatan. Pada Januari 2014, produksinya sekitar 1.157 BOPD atau 103%
di atas sasaran 1.125 BOPD. Melonjak dari rata-rata 2013 yang hanya 1.023 atau 77% dari target yang dipatok 1.332 BOPD. “Mudah-mudahan terus naik,” ujar Field Manager Rantau Agus Amperianto. Dari proyek EOR, peak production Rantau direncanakan pada 2019 sebesar 7.500 BOPD. Rantau diharapkan menjadi penyumbang terbesar EOR dari lapangan yang sudah kick off pilot. Lainnya, Talangjimar & TTB ditargetkan puncak produksi sebesar 4.750 BOPD pada 2020, Kenali Asam sebesar 3.150 BOPD pada 2022, Tapian Timur sebesar 950 BOPD pada 2019, Gebang sebesar 650 BOPD pada 2020, Tempino sebesar 3.800 BOPD pada 2022, Jatibarang sebesar 1.500 pada 2021, dan Jirak sebesar 4.125 pada 2022. Agus baru satu bulan dipercaya sebagai orang nomor satu Rantau, setelah sebelumnya menjabat Manajer PR P e r t a m i n a E P. Penunjukkan ini sebenarnya mengembalikan Agus kepada habitat lamanya sebagai orang operasi. Sarjana Perminyakan ini lama bertugas di Field Lirik. Bisa dipahami jika dia tak terlihat canggung saat berbicara persoalan produksi, termasuk EOR. Agus menegaskan, field yang dipimpinnya siap mengamankan target EOR 2014. “Target EOR 2014 sekitar 1.600-an,” ujarnya. Secara keseluruhan gain minyak yang harus diperoleh Rantau, termasuk EOR sekitar 3.800. “Dengan SDM Rantau yang rata-rata masih muda dan solid, kami akan berusaha sekuat tenaga mencapainya”. Dibandingkan, proyek EOR di lapangan lain, Rantau terbilang paling mencorong. Produksi di tempat lain masih di bawah 500 BOPD. Talangjimar dan TTB yang memulai kick off pilot sama-sama dengan Rantau pada
TATA N A G U S R S T
Kick off dilakukan pada Desember 2010. Hasilnya sudah mulai kelihatan.
VOLUME 08
TAHUN I
7
U T A M A
Januari 2010, baru bisa mengangkat minyak dari perut bumi sebesar 175 BOPD, sekitar 39% dari target sebesar 452 BOPD. “Produksi mulai naik karena aktivitas pengeborannya kita percepat,” ujar Agus Amperianto. Manajer Reservoir PT Pertamina EP (PEP), Dr. I Putu Suarsana menyebutkan, EOR Rantau mendekati ideal. Eksekusi disesuaikan dengan desain. Maintenance sumur hampir sesuai dengan yang direncanakan. Untuk bor, misalnya, dari rencana 10 bisa direalisasikan 9 (90%). Begitupun pekerjaan workover atau reparasi, dari rencana 15 bisa dilaksanakan 14 (93%). Sedangkan lapangan-lapangan lain di bawah 20%. Talangjimar & Tanjung Tiga Barat misalnya, untuk bor dari rencana 18 sumur, hanya bisa dieksekusi 1 (6%), dan untuk pekerjaan workover dari 26, hanya bisa dieksekusi 7 (27%). Lapangan Kenali Asam & Tempino setali tiga uang. Untuk bor, dari rencana 25 hanya bisa terealisasi 4 (16%) dan untuk pekerjaan workover dari 15 hanya bisa 3 (20%). Sumur-sumur tak ubahnya urat nadi EOR. Setelah selesai dibor atau walkover ada yang diposisikan sebagai injector, ada juga yang berperan sebagai sumur producer. Kalau penyiapan sumurnya tidak memadai, hasilnya pun tentu akan sangat mengecewakan. “Kalau EOR mau berhasil, Pertamina harus melakukannya sesuai dengan desain baik dari sisi teknis maupun SDM,” ujar Putu. Dari sisi teknis, yang harus dimaksimalkan adalah pengeboran. Sekarang ini banyak terkendala pengadaan lahan sehingga pengeboran tertunda. Begitu juga dengan SDM Dalam setiap desain yang dia buat selalu diterakan berapa jumlah sumur injector dan sumur producer yang dibutuhkan plus jumlah SDM yang diperlukan dengan kualifikasi tertentu. Putu mengakui, sekarang ini terlalu banyak proyek EOR yang dikerjakan tanpa diimbangi SDM memadai. Untuk 8
TAHUN I
VOLUME 08
SELAKSA KERINGAT UNTUK SETETES MINYAK
TATA N A G U S R S T
L A P O R A N
Ngadiono, Supervisor Water Treatment Process Field Rantau
H
ARGA minyak terus meroket. Dalam beberapa pekan terakhir bertahan di atas level dollar per barrel. Fenomena ini sesungguhnya sudah diprediksi lama. Kenaikan permintaan tak diimbangi dengan penambahan supply. Dari tahun ke tahun produksi dunia terus merosot. “Sekarang ini susah cari minyak. Beda dengan dulu, bor di sini dapat. Bor di sana dapat,” ujar Dr. I Putu Suarsana. Khusus Pertamina EP, karena belum ditemukan cadangan-cadangan bonanza, produksi masih mengandalkan lapangan-lapangan eksisting yang rata-rata sudah mature. Di beberapa lapangan, minyak sudah tak terangkat dengan natural flow ataupun artificial lift. Perlu ada rekayasa lain untuk menggiring minyak yang lengket dan bersembunyi di batuan ke area pengurasan. Ini tentu bukan cerita sim salabim, abrakadabra. Perlu upaya ekstra keras. Keringat akan menetes berlaksa-laksa demi mendapatkan setetes minyak. Seperti pengurasan tahap kedua atau secondary recovery di field Rantau. Injeksi waterflood pada praktiknya tak sesederhana istilahnya. Air yang diinjeksi bukan sembarang air, tapi betul-betul sudah steril dari unsur-unsur yang dapat merusak pipa ataupun reservoir di dalam tanah Air dari kegiatan produksi dikirim ke tangki-tangki penampungan, Setelah melewati beberapa penyaringan, air dialirkan ke kolam, kemudian dipompa ke tangki-tangki pengolahan di area
water treatment process. Berbagai bahan kimia dicampurkan untuk menghapus partikel, meniadakan O2, menghilangkan alga, serta korosi. Dengan begitu pipa di well bisa terjaga. Tak ada flak yang menyumbat. Setelah melewati tahap ini, air kemudian dipompa sejauh enam kilometer ke water injection plant. Di sini pun air yang datang disaring lagi dengan menggunakan antrasit dan pasir. Setelah itu baru diinjeksikan ke sumur-sumur, sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. “Kita harus jaga betul air yang masuk dan keluar sama. Harus zero discharge,” ujar Ngadiono, supervisor di fasilitas Water Treatment Process. Kalau yang keluar lebih sedikit, akan terjadi penumpukan air di stock. Kalau terus menumpuk, air bisa meluber kemana-mana yang tentunya akan mencemari lingkungan. Setiap hari air yang dikelola sekitar 19.000 sampai 20.000 barrel. Sebelum dimulainya proyek EOR pada 2010 lalu, Field Rantau memang sudah menerapkan prinsip zero discharge, begitu diberlakukan regulasi pengelolaan air terproduksi. Cuma, saat itu belum melalui proses sterilisasi. Ke depan, menurut Ngadiono, akan dibangun storage yang kedap udara. Dengan penampungan terbuka seperti sekarang, hujan dan embun akan tercampur sehingga bahan kimia yang dibutuhkan untuk menetralkan air sebelum dikirim ke WIP sangat banyak. Sebaliknya, kalau air yang diproses berasal dari storage kedap udara, bahan kimia untuk sterilisasi tentunya lebih sedikit.
lapangan-lapangan PEP yang rata-rata sudah mature sekarang ini satu-satunya cara untuk menambah produksi ya dengan EOR. Tanpa itu bisa dipastikan target yang dibebankan korporat tak akan tercapai. Karena itu, Asset ngejarngejar Fungsi EOR, minta lapangannya dikerjakan. “Ya, kita iyakan saja. Dengan catatan SDM harus ditambah,” ujar Putu. Ternyata, tak mudah mencari SDM terutama yang sudah berpengalaman. Akibatnya, pengerjaan pun tidak maksimal. “Terlalu tersebar dan tidak fokus,” ujar Putu. SDM yang ada pontang-panting ke sana ke mari. Belum selesai di satu lapangan, sudah harus bergeser ke lapangan lain. VP EOR Panji Sumirat mengatakan ke depan ia akan mendorong lapangan mengerjakan sendiri proyek EOR, khususnya pada tahapan secondary recovery. Fungsi EOR hanya mengerjakan yang tertiary recovery. Banyak yang salah paham dengan EOR. Karena dianggap sebagai resep cespleng untuk menaikkan produksi secara instant, begitu setahun dua tahun produksinya masih puluhan langsung dicap gagal. “Padahal EOR itu harus sabar,” ujar Panji Sumirat. Produksi memang naik tapi pelan. “Masa fill-upnya lama, butuh waktu,” ujarnya. Dalam desain EOR untuk lapangan-lapangan PEP, peak produksi baru dicapai sepuluh tahun setelah kick off sumur pilot. “Peak production tak bisa dipaksa hanya dalam satu dua tahun,” Putu Suarsana menambahkan. Selain butuh waktu, dana yang dibutuhkan juga tak sedikit. Menurut Panji Sumirat, jika biaya produksi pada tahap primary recovery sekitar 10 dollar untuk setiap barrel minyak, untuk secondary recovery akan ada penambahan sekitar 5 sampai 10 dollar, dan tambahan sekitar 30 dollar tertiary recovery. Bisakah dari primary langsung lompat ke tahap tertiary? “Kebanyakan orang melakukan injeksi waterflood
VOLUME 08
TAHUN I
9
L A P O R A N
U T A M A
Lapangan Target Program EOR
Target Produksi EOR 2014
Realisasi & Proyeksi Produksi Gain EOR 2013
(U P D A T E D D A T A P R O D U K S I A K H I R D E S E M B E R 2 0 1 3 )
10
TAHUN I
VOLUME 08
dulu sebelum melakukan tahap tertiary recovery,” ujar Panji Sumirat. Dengan mentuntaskan pengurasan secondary recovery, konektivitas antar sumur lebih terdalami. Data ini tentunya sangat dibutuhkan pada saat tertiary recovery. “Di EP, kita lakukan tertiary recovery setelah peak produksi secondary terlewati,” Panji menambahkan. Proyek EOR PEP sekarang masih didominasi waterflood. Penambahan produksi pada tahap secondary recovery memang masih terbuka lebar. “Untuk lapangan PEP tak sampai 20% yang sudah melakukan pengurasan secondary recovery,” ujar Panji. Dari yang sudah itu, beberapa di antaranya sedang disiapkan untuk memasuki tahap tertiary recovery. Ujicoba lapangan untuk pertama sudah dilakukan di Tanjung, dan pada 2015 di lapangan itu akan dimulai kick off pilot chemical flood. “Umumnya untuk tertiary recovery, kita akan pakai chemical, Tapi CO2 juga kita coba di salah satu lapangan di Subang,” ujar Panji Sumirat. Untuk CO2, karena pengerjaan membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan bekerjasama dengan Jepang. Subang, tepatnya, Jatibarang dipilih karena produksi gas di lapangan tersebut lumayan besar yang belum dimanfaatkan maksimal. Jika ini berhasil, nilai ekonominya tak hanya dari produksi minyak, tapi juga insentif karbon kredit. Baik Putu maupun Panji menampik tudingan bahwa proyek EOR PEP tak berhasil “Yang di Rantau itu, sebelum dilakukan injeksi waterflood produksi hanya 300-an barrel, sekarang seribuan lebih. Masa dibilang tidak berhasil,” ujar Putu ngakak. Secara keseluruhan, untuk keperluan EOR, PEP sudah melakukan melakukan screening di 20 lapangan, mencakup 168 struktur, 2.323 zone pengurasan. Sembilan lapangan berstatus siap produksi untuk waterflood (POFD), dan lima lapangan sudah berstatus fullscale waterflood.
SABAR MENGGIRING MINYAK EOR menjadi salah satu tumpuan harapan untuk menaikkan produksi minyak. Bisa mendorong tumbuhnya industri kimia nasional. Sekarang masih mengandalkan produk impor.
A
F OTO : TATA N A G U S R S T
LARM bahaya ketahanan energi berbunyi dari Lantai M Gedung Pertamina, Jalan Perwira Jakarta Pusat Februari lalu. Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Askolani mewanti-wanti neraca perdagangan migas yang minus. Sebelum minyak memang minus, namun kalau digabungkan dengan gas masih surplus. “Tapi tahun untuk pertama kali minus,” ujar Askolani dalam seminar bertajuk “Partisipasi Industri Kimia Nasional dalam Mendukung Era EOR untuk Ketahanan Energi”. Minusnya neraca perdagangan migas merupakan imbas dari produksi minyak yang terus menyusut dari tahun ke tahun. Tahun ini SKK
VOLUME 08
TAHUN I
11
L A P O R A N
U T A M A
Migas jauh-jauh hari sudah mengajukan penyesuaian produksi 2014 kepada DPR. Dalam APBN, minyak ditargetkan berproduksi sekitar 870 ribu BOPD. SKK Migas dengan mempertimbangkan berbagai kendala di lapangan produksi hanya menargetkan sekitar 804 ribu BOPD, menurun dibandingkan realisasi produksi tahun 2013 yang mencapai 824 ribu BOPD. Di sisi lain, seiring pertumbuhan ekonomi, kebutuhan energi terus tumbuh sekitar 8% per tahun. “Kalau tidak ada temuan baru, 10-15 tahun ke depan minyak kita akan habis,” ujar Askolani. Untuk membuat neraca surplus, minimal seimbang, tak ada cara lain selain menaikkan lifting. Untuk itu produksi harus digenjot. Sekarang ini kenaikan produksi bisa ditempuh dengan eksplorasi dan pemulihan cadangan, biasa disebut enhanced oil recovery (EOR). Untuk yang eksplorasi, sepertinya belum bisa diharapkan. Sekarang ini tak ada temuan-temuan raksasa. Setelah Cepu tak ada lagi cadangan giant yang ditemukan. Kalau pun ada, tak serta merta bisa menaikkan produksi. Butuh bertahun-tahun untuk menaikkan status sumur eksplorasi menjadi sumur produksi atau POP (put on production). Cepu saja, yang dioperatori Exxon Mobil misalnya, yang digadang-gadang bisa berproduksi sampai 165.000 BOPD, sekarang ini produksinya baru bisa 20 ribuan BOPD. Industri migas nasional sekarang ini tak ubahnya peribahasa lebih besar pasak daripada tiang. Lebih banyak yang diproduksi daripada hasil eksplorasi. Dalam catatan SKK Migas, pada 2013, hanya 65% yang diproduksi tergantikan, jauh melorot dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 76%. Belakangan banyak perusahaan eksisting memilih tidak melakukan eksplorasi. Hanya sedikit yang terus menggerakkan rig-rig untuk mengebor. Salah satunya Pertamina EP 12
TAHUN I
yang tergolong agresif melakukan eksplorasi. Investor pun sepertinya menahan diri untuk melakukan investasi. Lelang-lelang wilayah kerja (WK) yang dilakukan Kementerian ESDM sepi peminat. Iklim investasi di Indonesia dianggap kurang kondusif. “Di Malaysia kalau sudah signature bonus, investor sudah bisa langsung kerja. Di sini, masih harus ngurus izin ini-itu di daerah,”
VOLUME 08
ujar Deputi Pengendalian Perencanaan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas, Ausie B. Gautama. Ausie menandaskan Indonesia sudah berada di ambang krisis energi, sehingga harus segera meningkatkan lifting minyak dan gas. ”Kita sudah diambang krisis energi. Kita sudah waktunya lakukan eksplorasi sendiri,” kata Ausie.
TATA N A G U S R S T
Menurut Ausie, pemerintah sudah seharusnya mendorong putera bangsa melakukan eksplorasi sendiri daripada mengundang investor asing yang saat ini juga kurang berminat melakukan eksplorasi di Indonesia. Salah satunya dengan memberikan sebagian hasil migas kepada Pertamina untuk dipakai eksplorasi. “Mereka punya 70 prospek siap bor, mereka punya ratusan prospek
yang bisa dipelajari,” ujar Ausie. Selain perizinan yang berlapis, kebijakan fiskal pun kurang menggairahkan eksplorasi. Belakangan yang dikeluhkan adalah pajak yang dikenakan saat eksplorasi. Perusahaan-perusahaan migas akhirnya tiarap. Banyak yang memilih tak melakukan eksplorasi. Karena belum adanya temuantemuan giant, produksi hanya mengandalkan lapangan-lapangan eksisting
yang sudah uzur. Sekitar 94%, lapangan sudah berkategori tua, hanya 6 persen yang masih fresh. Untuk sumursumur yang sudah tua, tekanan dari dalam reservoir berkurang sehingga produksi pun otomatis menyusut. EOR menjadi tumpuan harapan untuk menaikkan produksi,” ujar VP EOR Pertamina EP, Panji Sumirat. Jika eksplorasi mencari minyak, EOR mengoptimalkan cadangan. Pakar EOR I Putu Suarsana menyebutkan setelah tahapan eksplorasi ada tiga cara pengambilan minyak dari perut bumi. “Sekitar 15%-20% diambil dengan memakai tenaga dorong alamiah (natural flow) ataupun dengan pompa artificial,” ujar Doktor lulusan Texas A&M University yang dikenal sebagai perguruan tinggi perminyakan terbaik di dunia. Tahapan ini disebut primary recovery. Setelah tahapan ini, minyak di reservoir habis. Karena tak ada lagi pendorong, reservoir kempis. Untuk mengisinya, minyak perlu digiring ke radius pengurasan dengan injeksi. “Bisa dengan air, chemical, CO2, steamflood, ataupun MEOR,” ujar Putu yang juga tercatat sebagai Reservoir Manager EOR Pertamina EP. Dari semuanya, air yang lebih murah. Biasanya menjadi pilihan pertama untuk memulihkan cadangan. Setiap sumur biasanya memproduksi air. Bahkan, pada sumur-sumur tua produksi air berlimpah di atas 90%. Air pun tak perlu didatangkan dari tempat lain. Dari yang keluar tinggal diinjeksikan kembali. Penginjeksian dengan air (waterflood) biasa disebut secondary recovery. Dengan waterflood, recovery factor berkisar antara 20%-30%. Setelah tahapan secondary, berikutnya tertiary recovery. Pada tahapan ini bisa digunakan chemical, steamflood, CO2, ataupun MEOR tergantung dengan jenis reservoirnya. Dari semuanya yang belum dikembangkan secara penuh adalah microbial enhanced oil recovery (MEOR).
VOLUME 08
TAHUN I
13
L A P O R A N
U T A M A
Penginjeksian masih bersifat ujicoba di beberapa spot. Salah satunya di lapangan Ledok, milik Pertamina EP. Yang paling popular adalah chemical dan CO2. China selama 28 tahun berhasil mempertahankan produksi satu juta barrel. Sedangkan, Amerika menggunakan CO2 karena gas itu banyak tersedia di sana. Dengan chemical, minyak yang lengket di batuan dilepaskan oleh sejenis sabun, biasa disebut surfaktan. Setelah terlepas, baru kemudian disapu oleh polimer. Di kalangan ahli perminyakan, ada yang menggolongkan pengurasan pada tahapan secondary dan tertiary recovery sebagai kegiatan EOR. Ada juga yang membatasi EOR hanya pada tahap tertiary recovery. Pertamina EP termasuk penganut paham pertama, sedangkan yang kedua dianut misalnya oleh SKK Migas. Bagi Pertamina EP, kegiatan EOR sudah dimulai sejak 1976. Sedangkan SKK mencatat EOR, hanya dilakukan oleh Chevron di lapangan Duri dengan metode steamflood. Jika sekarang Pertamina mengaku sedang mengelola kegiatan EOR di delapan belas lapangan, baik yang berstatus pilot project maupun yang sudah POFD (produksi full scale), SKK Migas hanya mencatat satu lapangan PEP yang sedang melaksanakan kegiatan EOR, yakni Tanjung. Di sana sedang dilangsungkan injeksi chemicals dengan menggunakan surfaktan dari kelapa sawit, buatan IPB. Lapangan lainnya adalah Minas yang sedang dikerjakan Chevron dengan steamflood, dan Kanji yang sedang dikerjakan Medco. Lepas dari perbedaan pengertian itu, EOR sekarang ini menjadi tumpuan harapan untuk mengatrol pro-
duksi minyak. “EOR harus dikerjakan. Kalau tidak, produksi akan turun terus,” ujar Putu Suarsana. Apalagi EOR butuh waktu. Tak seperti makan cabai yang langsung terasa pedas, EOR bisa berlangsung tahunan. “Harus sabar,” Panji Sumirat menambahkan. Jika mengaca pada proyek EOR di Duri yang dilakukan Chevron, sekitar 19 tahun, tentu ini terlalu lama. Tapi juga tak mungkin dibikin singkat, misalnya dua tahun terutama untuk yang tahap tertiary recovery. Putu Suarsana menyebutkan best practices EOR yang menggunakan chemicals berlangsung sekitar lima tahun. Dengan catatan semua tahapan dilakukan optimal. Sedangkan yang menggunakan waterf lood hanya 2 sampai tiga tahun. Selain butuh kesabaran, EOR juga butuh dana yang tidak sedikit. Seperti disampaikan salah seorang karyawan Chevron saat seminar yang diadakan IATMI beberapa waktu lalu, dana yang dibutuhkan untuk mengangkat satu barrel minyak pada proyek di Minas sekitar 110 dollar, yakni 30 dollar untuk polimer, 70 dollar untuk surfaktan dan pembangunan fasilitas 10 dollar. Mahalnya biaya karena memakai produk impor untuk polimer dan surfaktan. Pertamina EP sendiri memilih menggunakan produk-produk dalam negeri sehingga biaya bisa ditekan (lihat box Surfaktan Murah Meriah). “Malu menyebutnya. Dibandingkan Minas anggaran kita di Tanjung mungkin seperseratusnya,” ujar Putu Suarsana. Tanjung adalah lapangan pertama PEP yang memasuki tahap tertiary recovery.
Mahalnya biaya karena memakai produk impor untuk polimer dan surfaktan.
14
TAHUN I
VOLUME 08
G
ENCARNYA kegiatan EOR akan menjadi pengungkit bangkitnya industri kimia di tanah air. “Sekitar % kegiatan EOR di Indonesia memakai chemical,” ujar Deputi Pengendalian Perencanaan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas Ausie B. Gautama. Diperkirakan kebutuhan mencapai juta ton. Selama ini, kebutuhan chemical untuk EOR dipasok produk luar negeri yang harganya puluhan kali lipat dibandingkan produk dalam negeri. PEP menyadari chemical menjadi faktor yang signifikan untuk menurunkan biaya. VP EOR PEP, Panji Sumirat menyebutkan berdasarkan karakter reservoir di lapangan milik PEP, chemical flood akan lebih banyak digunakan dibandingkan CO2 ataupun MEOR. Untuk itu, jauh-jauh hari PEP menggandeng perguruan tinggi untuk membuat surfaktan murah meriah. Salah satu yang sudah diaplikasikan adalah surfaktan buatan IPB berbahan dasar CPO. Sejak Desember 2012 mulai diujicoba di lapangan Rantau “Mereka lebih cepat karena surfaktannya sudah ada,” ujar Panji Sumirat. Se perti dungkapkan Erliza Kambali, peneliti IPB, surfaktan temuannya harganya sangat miring dibandingkan produk impor. Harga produk impor sekarang ini sekitar US$ 19/kilo dengan pemakaian 0,3 persen, dan US$ 5,7/kilo dengan pemakaian 2,5 persen. “Nah surfaktan kita, karena teknologinya kita yang kembangkan sendiri, sintetisnya kita sendiri, harganya 8 dollar per kilo dengan pemakaian 0,3 persen,” ujar Erliza. Perguruan Tinggi lain yang digandeng adalah UGM dan ITB.
F OTO : TATA N A G U S R S T
Panji Sumirat, VP EOR PEP.
SURFAKTAN MURAH MERIAH UGM hampir sama dengan IPB, surfaktannya dari sawit. Cuma kalau IPB dari CPO, UGM dari tandannya. Jika sudah diproduksi harganya akan lebih murah lagi dibandingkan surfaktan buatan IPB. Kemujaraban produk UGM ini rencananya akan diujicoba di lapangan Rantau zona 600. “Kita akan compete dengan produk IPB. Kita lihat mana yang lebih mujarab,” ujar Panji. Adapun dengan ITB, surfaktan yang disiapkan adalah seMAR, kependekan dari solution by chemical modifier to accelerate oil recovery. SeMAR akan diujicobakan di lapangan Bajubang, Bentayan dan Sungai Lilin.
SeMAR merupakan teknologi kimia yang dirancang khusus untuk menurunkan kadar kekentalan minyak mentah di reservoir. Teknologi ini dapat diterapkan di lapangan minyak yang memiliki karakter minyak berat di bawah 20 derajat standar API (American Petroleum Institute). Teknologi ini memiliki keunggulan yang signifikan jika dibandingkan dengan teknologi uap. Pada tahap uji coba, SeMAR mampu menurunkan kekentalan minyak dari 253 cp (centi poice/satuan kekentalan, red) menjadi 2 cp dengan suhu 60°C (celcius). Sedangkan jika menggunakan uap panas akan membu-
tuhkan suhu yang sangat tinggi, sekitar 300-350°C. Teknologi seMAR tidak memberikan dampak potensi kerusakan pada reservoir dan fasilitas produksi seperti yang dapat ditimbulkan oleh teknologi injeksi uap panas. Dengan demikian teknologi ini ramah lingkungan. Surfaktan dalam negeri yang murah meriah, menurut Putu Suarsana, mutunya tak kalah dengan surfaktan impor. “Untuk Tanjung beberapa sumur sudah memberikan respon, tapi ada juga yang tidak,” ujarnya. Sumur yang tidak memberikan respon itu bukan karena surfaktannya jelek. “Di lab sudah terbukti, a n d a l ,” Putu Suarsana menambahkan. Ia menyebutkan proyek Tanjung sangat layak dilanjutkan. “Biayanya murah, menggunakan material dalam negeri pula,” ujarnya.
VOLUME 08
TAHUN I
15
W A W A N C A R A
Dr. I Putu Suarsana MANAJER RESERVOIR PT PERTAMINA EP PEP
GARIS TANGAN JAGOAN EOR Putu Suarsana ditempa disiplin profesional dan konsistensi tradisi ilmiah. Terus menulis agar generasi setelahnya tak usah meraba-raba lagi dalam gelap, seperti yang dilakukannya dulu saat merintis EOR.
F OTO : TATA N A G U S R S T
P
RESIDEN Direktur Pertamina EP Adriansyah memujinya sebagai jagoan EOR (enhanced oil recovery) di Indonesia. Kompetensinya dianggap tak ada bandingannya, berada di urutan teratas. “Di bidang EOR siapa di Indonesia yang lebih jago dari Doktor Putu,” ujar pria yang akrab dipanggil Anca tersebut. Menanggapi sanjungan itu, Putu hanya tertawa. “Ah itu bisa-bisanya Pak Anca. Saya 16
TAHUN I
VOLUME 08
kebetulan bekerja di bidang EOR dan mencintainya,” ujarnya. Doktor Putu, lengkapnya I Putu Suarsana, namanya memang harum, tak hanya di level nasional, tapi di panggung dunia. Seminar-seminar dan pertemuan ilmiah internasional kerap mengundangnya sebagai pembicara. Salah satunya SPE (Society of Petroleum Engineers). Ini bukan organisasi sembarangan. Perkumpulan yang berpusat di Amerika Serikat ini mempunyai anggota seratus ribu insinyur perminyakan dari berbagai belahan dunia. Pada 16-20 Februari, bertempat di Bali, SPE mengadakan workshop bertema “Managing Complex Capital Projects in the 21st Century: Paradigm Shift in Project Management”. Dr. Putu menjadi satu-satunya pakar dari Indonesia yang diundang berpartisipasi dalam forum tersebut. Pria kelahiran Bali 26 November 1963 ini diminta menjadi discussion leader bersama beberapa pakar dari negara lain. Selanjutnya Pada 12-16 April 2014, SPE mengadakan pertemuan internasional “Improved Oil Recovery,” di Tulsa, Oklahoma. Putu juga diundang untuk mempresentasikan makalahnya. Bukan tanpa sebab jika pria kelahiran Bali ini diberi kehormatan untuk berbicara pada forum tersebut. Dia diminta mempresentasikan paper yang dinyatakan sebagai paper terbaik pada pertemuan 17th European Symposium on Improved Oil Recovery, St. Petersburg, Rusia, setahun sebelumnya. Saat itu Putu membawakan makalah “From Lab to Pilot Design of ASP flooding in High Temperature Reservoir of Limau Field Indonesia”. Putu memang rajin menulis, terutama soal EOR. Dalam satu tahun bisa tiga sampai empat paper dibuatnya untuk dipublikasikan di jurnal dan pertemuan ilmiah internasional. Setelah dari Oklahoma, Dr. Putu diminta berbicara dalam forum “Deep Water Asia Congress” ketiga yang akan
dilangsungkan di Bali pada 10-11 Juli. Doktor lulusan Texas A&M University ini boleh dibilang sebagai arsitek EOR Pertamina EP. “Saya ingat betul pada 1 Agustus 2006 diminta Pak Kun untuk mendesain EOR,” ujarnya. Pak Kun yang dimaksud adalah Kun Kurnely yang saat itu menjabat Presiden Direktur Pertamina EP. Ketika mendapat penugasan itu Putu baru kembali ke Pertamina sete-
yang notabene lapangan milik Pertamina juga sulit mengakses datanya? “Tak ada transfer of knowledge. Kalau pengetahuan ke orang mungkin ada, sedikit yang terdokumentasikan untuk dijadikan contoh,” ujarnya. Begitu KKKS, banyak data ikut sirna. Data tekanan, sample fluida, dan data core yang merupakan bekal untuk menyibak karakteristik sebuah reservoir jarang diambil dan hanya limited sample. Dr. Putu tak ubahnya meraba dalam gelap. Mulailah dia melahap literatur-literatur soal EOR, memeras memorinya, menumpahkan semua ilmu yang diperolehnya saat kuliah S1 di Teknik Kimia UI, S2 Teknik Perminyakan, dan saat S3 di Texas, Skenario EOR Pertamina EP pun akhirnya berhasil dibuat. “Kita buat sampai 2025,” ujar Dr. Putu. Dalam desain awal, sebetulnya untuk tahun 2014 EOR ditargetkan sudah bisa memproduksi sampai 15.000 BOPD. Apa boleh buat, karena berbagai sebab tahun 2014 hanya ditargetkan 3.700-an, setelah tahun 2013 hanya bisa berproduksi sekitar lah memilih mengundurkan diri dari 1.700. Dimana mis-nya sehingga depenugasan di Cepu karena merasa sain awal tidak terpenuhi? tidak cocok dengan gaya kontraktor EOR dilaksnakan tidak sesuai asing yang menjadi lead di proyek tersebut yang dianggapnya tak memberi dengan desain ideal. Banyak lapangan yang eksekusinya terlambat. ruang yang cukup untuk mengemYang dikerjakan pun terlalu banyak. bangkan diri. EOR ketika itu termasuk “makh- Jadi, tidak fokus. Baru mengerjakan luk asing”, tak banyak yang mengeta- dua tiga lapangan, yang lain sudah minta. Kita coba penuhi permintaan huinya. Nyaris tak ada best practices itu dengan catatan man power harus di Indonesia yang bisa dijadikan rujukan. Memang sudah banyak proyek ditambah. Ternyata susah mencari EOR dikerjakan, misalnya steamflood tenaga yang kompeten dan berpengalaman. Tenaga yang berpengalaman di Duri yang dikerjakan Chevron, dan lapangan-lapangan di Pertamina memang mahal, dan tak banyak tersedia di pasar kecuali kalau kita seperti yang dikerjakan kontraktor mau bayar tinggi. Apa boleh buat asing, seperti Talisman di Tanjung, Japex di Struktur Rantau lapisan 600 man power-nya diisi yang masih minim pengalaman dan kompetensi. di tahun 1984 sampai 1990. Untuk steamflood di Duri barang- Itupun jumlahnya sangat kurang. Untuk tim desain saja masih kurang kali masuk akal jika datanya tak bisa sekitar 25 orang. Belum lagi untuk diakses karena rumah tangga lain. Tapi mengapa Tanjung dan Lirik Sago implementasi.
EOR ketika itu termasuk “makhluk asing”, tak banyak yang mengetahuinya. Nyaris tak ada best practices di Indonesia yang bisa dijadikan rujukan.
VOLUME 08
TAHUN I
17
Jadi tidak sesuai dengan kaidah best practices engineering dong? Bahasa saya belum mengikuti kelaziman seperti dunia laksanakan. EOR itu memang mahal dan butuh waktu, tak bisa hanya dua tahun langsung running. Paling-paling lima tahun baru bisa panen. Itupun kalau semua tahapan dipenuhi. Minyak sekarang makin susah diperoleh sehingga harganya mahal, beberapa tahun terakhir sudah membus diatas US$100. Kita itu pengalaman gak punya, uang terbatas, dan harus mengelola 18 lapangan. Tapi EOR memang harus dilakukan kalau mau mempertahankan produksi. Seberapa mahal ? EOR di Pertamina EP kebanyakan masih pada tahap secondary recovery dengan menggunakan waterflood. Terasa mahal kalau sudah memasuki tertiary recovery karena harus membeli chemicals. Mungkin di tempat yang lain yang menggunakan polimer dan surfaktan sekaligus bisa mencapai seratus dollar untuk mendapat satu barrel. Kita mencoba menyiasati dengan menggunakan surfaktan buatan dalam negeri, hasil kerjasama dengan ITB, IPB dan UGM. Kita sudah ujicoba dalam tahapan field trial di struktur Tanjung dengan menggunakan surfaktan dari bahan minyak sawit. Anggarannya terbilang murah jika dibandingkan di tempat lain, seperseratus anggaran Minas (Minas adalah proyek EOR yang lagi dikembangkan Chevron setelah lapangan Duri). Tapi tetap lebih mahal jika dibadingkan tahapan primary. Apa kompleksitas pekerjaan EOR sehingga membutuhkan biaya besar? Kita tidak tahu, yang kita injeksikan itu lari ke mana. Apa sesuai dengan yang diharapkan atau malah keluar dari area. Memang bisa dilakukan simulasi tapi simulasi itu bagus kalau data sebelumnya bagus. 18
TAHUN I
DOK. PRIBADI
W A W A N C A R A
Padahal di Pertamina data bagus itu susah sekali, data tekanan jarang diambil, sampel fluid jarang diambil, core juga. Kalau yang dimasukkan garbage, ya outnya garbage juga. Dengan semua kompleksitas persoalan, Anda masih yakin proyek EOR akan berhasil? Saya optimis. Rantau saat dimulai EOR untuk secondary recovery pada 2010, produksinya 300 barrel, setelah diinjeksi waterflood, produksinya sempat diatas 1.500 BOPD. Kalau yang lain-lain belum berhasil, lebih karena memang belum ada tim dan pelaksana yang optimal, Penyebabnya macam-macam, soal rig-lah, soal pengadaan lahanlah, man power dan juga masalah biaya. Itu untuk secondary recovery, bagaimana dengan tertiary recovery? Di Tanjung itu, beberapa sumur sudah memberikan respon. Meski masih kecil, tapi trennya meningkat. Saya pribadi beranggapan berhasil. Dengan dana minim, surfaktan dalam negeri, kekurangan man power, ada produksi. Meski baru bisa balik modal, belum untung. Sekarang sudah naik terus. Jadi menurut saya layak untuk terus dikembangkan. Biar lebih fair, kita undang pihak ketiga Surtek asal
VOLUME 08
Amerika yang sudah mengerjakan lebih dari 59 proyek EOR di berbagai belahan negeri. Kita pilih karena mereka independen dan tidak menjual, dan juga tidak punya produksi chemicals. Pertama kali yang dikomentari mereka mengapa bikin pola yang acak adut? Jawabannya lagi-lagi karena uang. Injeksi di Tanjung tidak mengikuti desain tapi memanfaatkan sumur-sumur yang sudah ada dan sudah di jalankan tracer. Untuk injeksi best practise-nya, bisa disebut five spot, dilakukan dari tengah-tengah dan jarak sumur injector dan producer pendek. Tapi di Tanjung karena menggunakan pola yang sudah ada yang dipakai saat waterflood dulu, surfaktan disemprotkan dari titik yang paling jauh. Mungkin karena terlalu jauh, belum semua sumur merespon. ✽✽✽ I PUTU SUARSANA masuk ke Pertamina melalui jalur BPST angkatan kedua pada 1990, setelah menamatkan pendidikan sarjana di Teknik Kimia UI. GM Asset 1 Irwansyah, Direktur Utama Pertagas, Hendrajaya, SVP UTC (upstream Teknologi Centre) Sigit Rahardjo adalah teman-teman seangkatannya. Putu sendiri saat ini
soal Natuna tentunya sangat dibutuhkan untuk implementasi di lapangan tersebut kalau sudah beroperasi. Dalam penelitiannya, tak sekadar membedah proses memisahkan dan memproduksi CO, tapi juga menyorot soal keekonomian. “Ah itu penelitian lama tahun 2001. Teknologi kan terus berkembang,” ujarnya. Setelah meraih gelar doktor dan kembali ke tanah air, dia kerap ditawari job hunter untuk pindah ke perusahan lain. Putu yang saat itu belum mendapat posisi sempat tertarik. Bahkan ada yang sampai interview. Tapi ketika itu disampaikan ke orang tuanya, keinginan untuk pindah itu tak direstui. “Pertamina sudah banyak memberi. Nanti kamu dapat karma,” ujar Putu menirukan perkataan ayahnya yang rena Putu mengambil semua mata kuliah perminyakan yang biasanya di- kini sudah almarhum. “Saya anggap berikan untuk bachelor degree. Meski itu wasiat, yang harus saya jaga,” Putu menegaskan. S2 di Perminyakan dan dinyatakan Putu adalah penganut Hindu lulus cumlaude, Putu merasa pengeyang taat. Dia percaya betul dengan tahuan soal perminyakan belum konsep karmapala. Secara bahasa lengkap. Ayah dua orang anak ini seorang karma pala berarti balasan terhadap perbuatan yang sudah dilakukan. rendah hati. Dia tak mau menepuk “Kalau bukan ke kita, karma itu bisa dada dan sok pintar. Desertasinya menimpa anak,” ujar Putu. Dia mengaku happy dengan yang dilakoninya sekarang. Ia senang diberi kepercayaan mengawal proyek EOR dari awal hingga kini. Dengan posisinya tersebut, ia berkesempatan menulis paper sehingga namanya mewangi ke antero jagat. Putu senang berbagi ilmu. Di sela-sela kesibukannya mengawal EOR, dia masih menyempatkan mengajar di Universitas Trisakti untuk program S1 dan S2 serta di Universitas Indonesia untuk program S2. Putu mengaku akan terus menulis untuk membuat EOR guideline agar generasi setelahnya tak usah meraba-raba lagi dalam gelap, seperti yang dilakukannya dulu saat merintis EOR.
“Saya anggap itu wasiat, yang harus saya jaga.”
DOK. PRIBADI
hanya menjabat Reservoir Manager EOR. Pria ramah ini hanya tertawa saat ditanya karirnya yang terbilang tertinggal dibandingkan teman-temannya. “Tiap orang punya garis tangannya sendiri-sendiri,” ujarnya. Ia merasa bersyukur dengan yang diperolehnya sekarang. “Saya utang budi kepada Pertamina karena sudah disekolahkan S3 di Amerika,” ujarnya. Putu adalah salah satu yang beruntung bisa menjejakkan kakinya di kampus Texas A&M University yang dikenal sebagai kampus terbaik perminyakan di dunia. Tak sekadar gelar Doktor, dari Texas, Putu membawa dan mematri semangat khas ilmuwan untuk tak terbawa arus. Ia dengan tegas menolak saat diminta mendesain EOR agar bisa berhasil dalam dua tahun karena dari ilmu dan pengalamannya, hal tersebut mustahil dilaksanakan. “Buat apa berbohong, nanti juga ketahuan,” katanya. Putu mulai menjejakkan kaki di kampus tersebut pada 1996. Dia menyelesaikan gelar doktornya hampir lima tahun. Selain desertasinya yang memakan waktu, studinya molor ka-
VOLUME 08
TAHUN I
19
W
I
S
A
T
A
“Lamma Island menjadi pilihan untuk melihat sisi berbeda dari hectic Hong Kong. Tidak ada mobil dan kendaraan bermotor di pulau ini. Keasrian pulau terjaga dengan industri yang ramah lingkungan.” Ruin of St. Paul’s.
MENJELAJAHI KOTA MIMPI SAMPAI BIG BUDDHA
Mengamati Peta Arah Lokasi Wisata Macau.
20
TAHUN I
VOLUME 08
Teks dan Foto: Juhri Selamet
M
ASIH mengantuk ketika pesawat yang saya tumpangi landing di Macau International Airport, mengalihkan perhatian pada jendela kecil pesawat, disambut tulisan “City of Dream” di bangunan
Lorong-lorong jalan kawasan tradisional Kota Macau.
Dari pelabuhan Feri menuju perkampungan Pulau Lamma.
Suasana jalan di pusat perbelanjaan tradisional di Pulau Lamma.
pencakar langit. Macau, Kota Mimpi, katanya. Sebuah kota yang dipenuhi oleh tempat-tempat perjudian yang dilegalkan, wisata eksotis berkelas dan modern. Menjajal konfirmasi dari penginapan tempat saya menginap yang menginformasikan biaya taksi dari Airport ke Rua da Felicidade atau
Pedagang bunga yang berjualan di sekitar Ruin of St Paul’s.
View dari atas Pulau Lamma.
dalam Cantonese “Fok Loong Sun Gai” hanya 40 MOP (Macau Pataca) atau kurang lebih sebesar IDR 60.000. sekitar 30 menit dalam perjalanan, saling berdiam-diaman dengan driver taksi (di luar kebiasaan saya yang selalu cas cis cus dengan para driver), kali ini, saya dapat driver y a n g h a ny a b i s a b e r b a h a s a Cantonese, melewati perkotaan Macau di malam hari dengan mata yang dimanjakan dengan warna-warni lampu kota yang memikat, saya sampai ke tempat saya menginap, SANVA. Konon, di SANVA ini menjadi salah satu setting lokasi syuting film 2046, film karya Wong Kar-wai. Di pagi harinya, saya melakukan eksplorasi ditempat saya menginap yang terbilang sangat strategis. Berada di dekat UNESCO World Heritage yang mana hanya 3 menit berjalan kaki ke Pawnshop Musium, 7 menit ke Senado Square, 10 menit ke Holy House od Mercy, 15 menit berjalan kaki ke wilayah St. Joseph’s Seminary, St. Augistine’s Square, Dom Pedro V Theatre dan 20 menit berjalan kaki ke Ruin of St. Paul’s, situs yang sangat ingin saya datangi yang menjadi target utama saat saya berada di Macau.
RUINS OF ST. PAUL’S RUINS of St. Paul’s (dalam bahasa Portuguese: Ruínas de São Paulo) ini dibangun dari 1582 hingga 1602 oleh Jesuits, dan menjadi salah satu gereja katolik terbesar di Asia kala itu. Gereja ini hancur dibakar api saat hembusan topan besar pada tahun 1835. Kehancuran ini menyisakan bagian depan gereja yang saat ini menjadi salah satu objek wisata terkenal di Macau peninggalan abad ke-16. Cukup puas berputar-putar diwilayah atraksi turis Kota Macau, saya menuju Taipa Ferry Terminal, berniat menyebrang ke Hong Kong. Berbekal tiket biasa seharga 139 HKD atau sekitar 210 ribu rupiah, dengan jarak tempuh berdurasi sekitar dua jam, digoyang-goyang gelombang. Dari Macau, saya sampai di Kowloon, Hongkong.
DISCOVER HONG KONG MENURUT ceramah teman saya yang pernah berkuliah di Hong Kong, ketika mendaratkan kaki di kota ini harus segera menemukan Octopus Card, kartu ajaib yang dapat menaklukkan kota Hong Kong dengan MTR. Octopus
VOLUME 08
TAHUN I
21
W
I
S
A
T
A
Tangga naik ke Big Buddha.
Wishing Tree, pohon permohonan yang terkenal.
Card ini fungsinya mirip seperti Oyster Card di London atau ez-Link Card di Singapore. Kita bisa melakukan top-up atau pengisian. Dan ‘mewah’-nya adalah, kalau kita pulang, kita bisa minta refund senilai top-up yang tersisa di Octopus Card yang kita pegang. Kesan pertama saya soal transportasi, Hong Kong sangat solid dan tangguh, tidak berlebihan jika saya klaim mengalahkan negara-negara Eropa. Subway-nya bersih. Ketepatan
Interior di dalam Li Nong Tea.
22
TAHUN I
jadwal dan pelayanannya sangat excellent. Karena transportasi publik kota Hong Kong yang sangat baik inilah yang membuat hampir seluruh masyarakatnya lebih memilih public transport ketimbang kendaraan pribadi. Hasilnya bisa dilihat langsung, tidak ada kemacetan seperti di kotakota besar di Tanah Air.
BIG BUDDHA BIG Buddha atau yang biasa dikenal oleh masyarakat lokal Tian Tan Buddha merupakan patung perunggu besar Buddha Amoghasiddhi. Buddha Amoghasiddhi, salah satu dari lima Buddha Bijaksana dalam Budhisme Vajrayana. Amoghasiddhi ini di hubungkan dengan pencapaian jalur Budhis dan penghancuran racun kecemburuan. Berbekal pengetahuan ini lah yang menggelitik saya untuk menemui “Big Buddha” ini. Berangkat dari Wan Chai, saya menuju Tung Chung station. Dari
VOLUME 08
Tung Chung, saya naik gondola lift yang terkenal dengan nama Ngong Ping 360. Cable Car ini tidak direkomendasikan bagi yang takut akan ketinggian. Dalam perjalanan menuju Big Buddha, sebagian besar pengunjung berhenti di Wishing Tree, pohon permohonan, menuliskan keinginan di pohon ini. Wah, cengar-cengir juga saya membaca banyak-nya permohonan yang digantung di Wishing Tree ini. Setelah menikmati Jagung rebus di warung kecil tidak jauh dari pintu masuk area Big Buddha, mengambil foto Amoghasiddhi dari kejauhan, saya menyiapkan energi. Katanya, anak tangga dalam dakian mendekati Big Buddha, tidak bisa dianggap enteng. Dan Benar, ketika saya bertemu dengan undakan anak tangga dan menengok ke atas, mau tidak mau, saya menggaruk-garuk kepala. Ya, tantangan yang cukup menantang. Rasa lelah terasa hilang ketika mencapai puncak tatakan Big Buddha, meman-
Wan. Kepiting cabai, udang bawang, cumi-cumi goreng, dan ikan kukus dengan jahe dan daun bawang yang segar adalah menu unggulan di sini.
SEMARAK PARADE DISNEYLAND, HONG KONG
Pemandangan dari salah satu kuil di Hong Kong.
dang keindahan alam sekeliling, memperhatikan para turis yang terlihat asyik mengabadikan moment mereka.
KETENANGAN DI PULAU LAMMA DESTINASI Lamma Island tidak sepopuler Lantau Island, Lamma Island menjadi pilihan saya untuk melihat sisi berbeda dari hectic Hong Kong. Tidak ada mobil dan kendaraan
Disneyland, Hongkong.
bermotor di pulau ini. Keasrian pulau terjaga dengan industri yang ramah lingkungan. Masyarakat pulau ini menggunakan sepeda. Dari pusat kota Hong Kong ke Pulau Lamma ditempuh kurang lebih 30 menit dengan Kapal Feri. Yang paling terkenal di Pulau ini adalah rute dakian, toko, kafe multikultural dan restoran makanan laut yang natural. Nah, jika ingin menikmati hidangan laut original Pulau Lamma dapat mampir ke desa nelayan Sok Kwu
MENUTUP perjalanan singkat saya ke Hong Kong, saya menyempurnakannya dengan menonton parade di Disneyland. Disneyland Hong Kong ini menyunguhkan 7 (tujuh) tema area diantaranya, Main Street, U.S.A., Fantasyland, Adventureland, Tomorrowland, Grizzly Gulch, Mystic Point, dan Toy Story Land. Berada diatas area seluas 22,4 hektar dengan kapasitas pengunjung hingga 34 ribu. Nah, di setiap area ini memiliki atraksi dan hiburan masing-masing yang siap menghibur lintas generasi yang berdatangan ke Hongkong dari berbagai belahan dunia. Ketika kemeriahan atraksi parade dibarengi musik energik dimulai, tak mau ketinggalan, saya menerobos kerumunan untuk mendapatkan posisi terbaik. Tersenyum lebar tidak hanya karena melihat barisan parade yang dipenuhi tokoh Disney, tapi juga karena melihat euforia kebahagiaan anak-anak yang bersorak riang gembira, melompat-lompat, ikut berjogetjoget mengikuti irama musik. Para orang tua yang menggendong ataupun mengusung anak, juga ikut berjoget, wajah mereka cerah dengan mata bersinar melihat kebahagiaan anakanak mereka di tengah pertunjukan Cinderella, Lilo, Putri Salju, Tarzan, Winnie the Pooh, dkk yang semarak. Padatnya itinerary saya dalam mengitari kota Macau dan Hong Kong membuat saya hampir kecolongan di hari terakhir dimana saya menyempatkan untuk mengunjungi Shen Zhen. Terengah-engah saya di Hong Kong Internasional Airport mengejar penerbangan saya yang jam 9 malam menuju Indonesia.
VOLUME 08
TAHUN I
23
I N S P I R A S I
K
EBUN teh seluas hektar itu dapat ditempuh sekitar dua jam dari Kota Bandung , Jawa Barat. Dari Jalan Raya Ciwidey, belok kiri melalui aspal berkelak-kelok sejauh lima kilometer, dilanjutkan jalan makadam dengan hamparan hutan pinus berseling ladang sayur-mayur di kanan-kirinya. Setelah tiga kilometer ‘off road’ tampaklah gapura dari batu bertuliskan Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. Beberapa bangunan megah menyambut selepas gapura. Terdiri dari masjid, pabrik, kantor, dan dereten perumahan karyawan. Seorang wanita cantik berjilbab keluar dari balik pintu kantor yang menghadap ke taman, sesaat setelah kami melapor ke satpam ingin bertemu Bu Oha. “Teman-teman di sini memang bisa menyapa saya Bu Roha atau Bu Oha. Mungkin kepanjangan kalau disebut lengkap Rohayati,” ucap Rohayati Suprihatini ramah. “Ya beginilah, tempat kerja kami di remote area,” ucapnya sembari tertawa. Rohayati mengabdi di Gambung sejak 1998 sebagai salah seorang peneliti. Pada masa-masa awal, selain tempat bekerjanya yang terpencil, dana juga terbilang cekak. Rohayati pun seolah memasuki “dunia sunyi”. tak bergelimang uang dan tak dilirik orang. Seperti juga peneliti lainnya di Indonesia, dia ke luar masuk lab, kemudian mengujinya di lapangan dengan dana alakadarnya. Hanya kecintaannya pada teh yang membuatnya bertahan di lembaga yang saat ini tenar mendunia dengan nama Indonesian Research Institute For Tea and Cinchona (RITC). Ketertarikannya mendalami teh bermula saat mengikuti training “Advanced Program in Plantation Management” di Kothari Agricultural Management Center, Coonoor, pada 1997. 24
TAHUN I
VOLUME 08
ROHAYATI SUPRIHATINI
MENJUAL “DUNIA SUNYI” Belasan tahun, Rohayati menjalani “dunia sunyi”, tak bergelimang uang dan tak dilirik orang. Seperti juga peneliti lainnya di Indonesia, dia ke luar masuk lab, kemudian mengujinya di lapangan dengan dana alakadarnya. Oleh : Abraham Lagaligo
Laboratorium tempat “Bu Oha” bekerja meneliti teh Gambung.
F OTO - F OTO : TATA N A G U S R S T
Dr. Rohayati Suprihatini.
“Satu cangkir yang berisi dua gram teh Gambung ini kandungan antioksidannya setara dengan 12 gelas jeruk segar.”
“Saat itu obyek penelitian kami dibagi-bagi, ada yang dapat sawit, tebu, karet, dan lain-lain. Nah saya kebagian teh,” kisahnya. Sejak itu, perempuan kelahiran Cirebon, 16 Mei 1962 ini jatuh hati pada teh, dan mengambil desertasi tentang teh pada 1998. Sejak itu pula pengabdian peraih Sarjana Agrobisnis, Master Manajemen Agrobisnis, dan Doktor bidang Manajemen Teknologi “Techno-Marketing of Tea” dari Institut Pertanian Bogor (IPB) ini di Gambung dimulai. Setelah meraih PhD pada 2003, ia pun semakin mantap mengabdikan diri sebagai peneliti di Gambung. Atas dedikasinya, pada 2005 ia mendapat amanah sebagai Head of Research Division di Indonesian RITC. Jabatan itu diembannya hingga Februari 2011. Karena keahliannya di bidang technomarketing of tea, Rohayati pun didapuk sebagai Head of Business Division di lembaga itu sampai sekarang.
OBAT BERBAGAI PENYAKIT ROHAYATI menuturkan, perkebunan Gambung menjadi sarana riset sejak 1902. Lalu berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian tahun 1973, Gambung menjadi Pusat Penelitian Teh dan Kina. “Semua fasilitas yang kita gunakan adalah aset-aset yang ditinggalkan Mr Kerkhoven, termasuk kebun percobaannya seluas 600 hekta terangnya. Rudolph Kerkhektar,” hov hoven adalah warga Belanda yang p pertama kali membuka kebun teh d Gambung pada 1878, seluas di 3 3.500 hektar. Pa d a l a h a n w a r i s a n Ke Kerkhoven inilah, Rohayati dan re rekan-rekanya melakukan riset d dan menemukan klon-klon ungggul teh, mulai klon “Gambung-1” sa sampai “Gambung-11”, yang meru rupakan klon dengan kandungan an antisoksidan tertinggi di dunia. “Sa “S “Satu cangkir yang berisi dua gram
VOLUME V VOLU OL LUME 08
TAHUN I
25
I N S P I R A S I
teh Gambung ini kandungan antioksidannya setara dengan 12 gelas jeruk segar,” tuturnya. Salah satu produknya yang sudah mendunia adalah “White Tea” yang dikenal sebagai obat alternatif berbagai penyakit, Mulai anti kanker, anti serangan jantung, hepatitis, diabetes, anti penuaan dini, obat pelangsing, dan untuk penyembuhan flu burung. Dipajang dalam kemasan warna silver, White Tea asal gambung sudah dipasarkan ke Je p a n g , d e n g a n harga beberapa ratus r ibu r upiah per bungkus. “Memang harganya relatif mahal, karena sejak pemetikan hingga pengolahan kita lakukan sealami mungkin, agar kandungan antioksidannya tidak berkurang,” jelasnya. Klonnya juga khusus “Klon Gambung” yang bisa dilihat dengan adanya bulu-bulu halus di sekitar daun dan batang. Disebut White Tea karena yang diambil hanyalah pucuk daun teh yang belum terbuka (masih seperti lintingan) yang dipetik sebelum matahari tinggi. “Dipetik pagi-pagi benar, jam 9 sudah ada di pabrik. Kalau matahari sudah tinggi daunnya sudah terbuka, dan antioksidannya berkurang,” jelasnya lagi. Tak heran dalam satu hektar, hanya bisa didapat 3 kilogram White Tea. Sedangkan pada jenis lain seperti green tea, dalam satu hektar bisa didapatkan satu ton. Pengolahannya pun sesedikit mungkin menggunakan panas, agar antioksidan tidak berkurang. Semuanya dikerjakan secara manual. Inilah yang membuat “White Tea” Gambung disebut The Best Tea. Rohayati mengatakan, White Tea merupakan hasil penelitian terbaru
Indonesian RITC Gambung. Dimulai pada Januari 2013, rilis pada Desember tahun yang sama. Beberapa pekan sebelum Balance mengunjungi Gambung. Menurutnya, White Tea juga bagus diminum oleh orang yang sehat, sebelum dan sesudah makan. Untuk mencegah paparan zat-zat berbahaya dari makanan seperti kolesterol, zat pewarna, dan sebagainya. Memasuki 2014, RITC Gambung berupaya terus mengembangkan penelitian terhadap White Tea, di antaranya untuk menyembuhkan demam berdarah dan anti hepatitis. Klon unggul teh Gambung ini pun akan diekstraksi dan diproduksi dalam bentuk kapsul, sehingga lebih praktis untuk penyembuhan berbagai penyakit, dan memudahkan penyerapan antioksidan oleh orang yang mengonsumsinya.
RITC tidak bisa bertahan hanya dari bisnis hulu, memproduksi klon baru dan menjual bibit serta dari perkebunan teh konvensional.
26
TAHUN I
TEGAR DI TENGAH KETIDAKPASTIAN BERNAUNG dibawah PT Riset Perkebunan Nusantara, Indonesian Research Institute For Tea and Cinchona (RITC) ditetapkan sebagai korporasi sejak 2009. Sejak saat itu, pusat penelitian yang telah menelurkan berbagai bibit unggul teh ini tidak lagi disuplai dana pemerintah. Padahal biaya yang harus dikeluarkan, termasuk untuk menggaji karyawan dan peneliti, mencapai Rp 1,8 miliar per bulan. Dengan kebutuhan sebesar itu, Rohayati mengaku RITC tidak bisa bertahan hanya dari bisnis hulu, memproduksi klon baru dan menjual bibit serta dari perkebunan teh konvensional. Pasalnya beberapa lahan perkebunan teh di Gambung sudah berusia tua. Bahkan ada yang sudah
VOLUME 08
G
AMBUNG, Kabupaten Bandung , Jawa Barat, adalah tempat pertama kali teh didatangkan ke Indonesia. Yakni teh asamica yang berasal dari India, lalu masuk Srilanka, baru ke Indonesia pada . Yang membawa adalah Mr Rudolph Kerkhoven, pria Belanda yang dinobatkan sebagai Founding Father Teh Indonesia. Dari sana, teh menyebar ke Jawa Barat, Sumatera Utara, dan wilayah lainnya di Nusantara. Kherkoven tinggal di Gambung bersama keluarganya, beristerikan Jeanny, cucu Herman Willem Daendels (pembangun jalan Anyer – Panarukan). Planters sekaligus ilmuwan ini sukses membangun perkebunan teh hingga 3.500 hektar, dan menjadi orang terkaya di Gambung. Sayang kehidupan keluarganya tidak berakhir dengan indah. Jeanny Kerkhoven yang biasa hidup di metropolitan, merasa kesepian selama tinggal di Gambung, yang sampai sekarang pun tetap sepi dan terpencil. Terlebih suaminya tergolong workaholic, bekerja keras mewujudkan mimpinya membangun perkebunan teh. Rasa kesepian itu makin menjadi, tatkala anak-anak Kerkhoven harus ke Negeri Belanda menempuh pendidikan tinggi. Jeanny pun mengalami depresi. Hadiah Roll Royce dari Kerkhoven tak mampu memberi bahagia pada Jeanny. Meski dengan mobil mewah itu Jeanny bisa berkeliling Kota Bandung. Akhirnya Jeanny ditemukan bunuh diri di rumahnya, setelah menonton pertandingan sepakbola di lapangan Tegalega, dan dimakamkan di Gambung. Di akhir hayatnya Kerkhoven juga dimakamkan di samping istri tercintanya.
KHERKOVEN DAN MUSNAHNYA KINA Ironis memang, pusat penelitian kina, tanpa kebun kina.
TATA N A G U S R S T
Cerita dari novel best seller berbahasa Belanda dengan judul “The Tea Lord” ini dikisahkan kembali oleh Rohayati Suprihatini saat mengawali obrolan dengan Balance. Menurutnya, sejarah Gambung tak bisa dilepaskan dari perjalanan hidup Kerkhoven. “Kantor Indonesian Research Institute For Tea and Cinchona (RITC) yang kita gunakan saat ini, dulunya juga rumah Mr Kerkhoven. Tidak banyak berubah, dan taman-taman dan lapangan tennis sengaja kita pertahankan,” tuturnya. Demikian pula pabrik pengolahan teh yang menggunakan panas matahari peninggalan Kerkhoven, diaktifkan kembali. Terutama untuk mengolah White Tea yang diupayakan semaksimal mungkin tidak menggunakan panas buatan. Tak heran, komplek perkebunan teh Gambung yang juga dibuka untuk obyek wisata pengetahuan, banyak didatangi tamu-tamu dari Negeri Kincir Angin. “Mereka ingin napak tilas perjuangan Kerkhoven membangun perkebunan teh pertama di Indonesia, melihat langsung keindahan Gambung serta bunga terompet yang tertulis dalam novel, juga belajar A sampai Z tentang teh,” ujar Rohayati. Saat berkebun teh itu, Kerkhoven menanam kina. Tanaman obat malaria, yang pohon tinggi dan melindungi pucuk-pucuk teh dari sengatan langsung mentari. Gambung juga sangat cocok untuk
tumbuhnya kina, karena berada 1.000 meter lebih diatas permukaan laut. Tak heran, selain pusat teh, di masa lalu Gambung juga dikenal sebagai sentra kina. Hingga saat ini namanya pun Pusat Penelitian Teh dan Kina. Di era 1940-an Indonesia utamanya Gambung, adalah penghasil kina terbesar di dunia dengan market share 90%. Di buku pelajaran siswa sekolah dasar era 1990-an pun, masih ditulis Indonesia salah satu penghasil kina, obat malaria yang terkenal. Namun sekarang, jika kita berjalan-jalan ke Gambung, jangan harap bertemu kebun kina. “Sudah habis, tinggal tersisa beberapa pohon sebagai plasma nutfah, tak ada kebun produksinya,” tutur Rohayati sedih. Orang malas menanam kina, karena meski harganya mahal, namun untuk memanen harus menunggu tujuh tahun. Sebagai pelindung teh dari sengatan langsung matahari juga sudah digantikan alamander dan pohon kayu putih. Nasib obat malaria itu di Indonesia seperti halnya minyak. “Dulu kita eksportir terbesar, sekarang Indonesia importir terbesar kina,” ucap Head of Business Division Indonesian RITC ini. Padahal kina sekarang bukan lagi sekadar obat malaria. Melainkan 70%-nya digunakan untuk baverage, campuran bahan minuman bersoda terutama yang diproduksi untuk daerah empat musim. Ironis memang, pusat penelitian kina, tanpa kebun kina. Rohayati berharap, pemerintah utamanya pemerintah daerah, mau turun tangan. Menggalakkan kembali penanaman kina, untuk mengembalikan ikon Gambung yang sudah mendunia itu. Sayang kalau tinggal nama.
VOLUME 08
TAHUN I
27
I N S P I R A S I
2013 RITC mampu meraih untung Rp 200 juta. Bukan hanya teh yang dihilirisasi, tetapi juga potensi yang lain. Salah satunya peninggalan Kerkhoven berupa temuan mata air, yang kini diusahakan untuk produk air mineral dalam kemasan. Kelebihan air mineral Gambung, adalah sangat cocok untuk menyeduh teh. Inspirasi ini muncul setelah RITC mendapat kunjungan mahasiswa “Sekolah Teh” asal Korea, yang menyatakan air tanah Gambung mengandung Ph dan kandungan zat-zat lain yang paling cocok untuk minum teh. Teh yang diseduh dengan air mineral Gambung, aroma dan bahan-bahan aktifnya yang bermanfaat untuk kesehatan terlarut dengan sempurna. Meski demikian, Rohayati mengaku air mineral Gambung dalam kemasan itu belum dapat dijual ke khalayak umum. Pasalnya izin dari pemerintah tidak kunjung turun. “Sudah setahun kami ajukan, dari Januari sampai Desember 2013, belum juga keluar izinnya,” ungkapnya masygul. Padahal biaya yang sudah dikeluark an untuk dikeluarkan pengurusan izin itu mencapai
F OTO O - F OTO : TATA N A G U S R S T
berproduksi sejak 1878. Dalam kondisi demikian produksinya tinggal setengah, dan peremajaan membutuhkan dana hingga Rp 100 juta per tahun. Untuk bibit saja membutuhkan Rp 26 juta per hektar. Belum lagi ketidakpastian penegakan hukum di Indonesia, membuat temuan para peneliti teh Gambung tak mendapatkan penghargaan sebagaimana mestinya. Banyak perusahaan besar yang membeli bibit unggul hanya sekali, lantas memperbanyak sendiri. Sedikit pun tidak ada royalti yang masuk sebagai pendapatan. Padahal biaya penelitian untuk setiap penemuan klon baru mencapai Rp 1 miliar. Beruntung RITC Gambung memiliki Rohayati, yang bergiat untuk mendorong lembaga tempatnya mengabdi itu bergerak ke bisnis hilir. Ia mendorong berbagai penemuan dari Gambung untuk gencar disosialisasikan dan dipromosikan. “Kita dituntut untuk mandiri, sehingga kita pun harus profesional dari sisi marketing. us maju, Dari sisi farmasi kita harus maju,” ucapnya kepada Balance. nya RITC, Di sinilah letak bersinarnya r. Setelah dari penguatan bisnis hilir. sempat merugi sampai Rp 5 miliar dan menambal utang ke Pusat pa Sawit, S i Penelitian Kelap Kelapa memaasuki memasuki
28 8
TAHUN TAHU AH H NI
VOLUME VOLU OL OLUME L ME 08 08
Rp 75 juta. “Kami dianggap korporat, jadi susah izinnya. Paling susah izin dari pemerintah daerah. Banyak sekali izin yang harus diurus, izin lingkungan, izin HO, izin gudang dan sebagainya,” papar Rohayati lagi. Toh bukan sekali ini persoalan izin membelit RITC. Untuk kormesialisasi “White Tea”, menurut Rohayati juga cukup berliku. Di antaranya izin lingkungan. “Kami pabriknya cuma 200 hektar, tapi yang diaudit sampai 600 hektar. Mahal dan lama,” tukasnya. Untuk pemasaran White Tea secara lebih luas di Indonesia, ia mengaku masih harus menunggu restu BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). “Kami berharap izin dari BPOM segera keluar, karena tinggal dari situ aja yang belum keluar,” tuturnya. Lucunya, justru izin dari Pemerintah Jepang yang lebih dulu keluar, sehingga White Tea sudah bisa diekspor dan dipasarkan di Negeri Sakura sejak 2013. Meski banyak ketidakpastian yang harus dihadapi, peraih “The Winner of Innovative Idea Award 2009” dari The International Society of Antioxidant in Nutrition and Health, Paris, Perancis ini mengaku tak pernah patah arang. Justru berbagai hambatan itu membuat semangatnya makin berkobar. Ia pun mendorong seluruh karyawan dan peneliti di RITC terus berinovasi untuk kemakmuran bersama. “Kalau dulu kita karyawan pemerintah yang digaji biasa, sekarang kita harus bisa menghasilkan uang sendiri,” ucapnya setiap memberikan motivasi kepada para karyawan dan peneliti. Kontrak-kontrak kerjasama, penelitian, dan kontrak-kontrak pelayanan, diharapkan bisa memberikan pemasukan untuk keberlangsungan lembaga. Minimal sama dengan gaji yang mereka terima. Ia pun optimis, ke depan RITC yang tadinya merupakan cost centre, ke depan bisa menjadi profit centre. Lebih dari itu, bisa terus menebarkan manfaat teh untuk kesejahteraan umat manusia.
A P A
&
S I A P A
M
ENDIANG Nelson Mandela sangat kesengsem dengan batik, busana khas Indonesia itu selalu dipakainya dalam acara-acara resmi di forum internasional. Bapak Afrika Selatan itu, meski tak pernah ditunjuk secara resmi tak ubahnya sebagai duta batik Indonesia. Setelah Dia berpulang, posisinya sebagai “duta batik” sepertinya akan diteruskan oleh Maria Gabriella Isler. Wanita cantik ini berterus terang jatuh cinta kepada batik. “Saya harap bisa memakai batik ke seluruh dunia,” ujarnya. Tentu bukan sekadar omong kosong untuk menyenangkan Indonesia, dengan posisinya sekarang, sangat memungkinkan baginya berkeliling jagat. Wanita yang akrab dipanggil Molly ini adalah penerus kedigdayaan Venezuella di ajang kontes ratu sejagat.
SHECANTIKONLINE.COM.
DUTA BATIK
Setelah bersaing ketat dengan ratusan kontestan dari berbagai negara, Molly ditahbiskan sebagai Miss Universe 2013. Tak sekadar cantik, dia juga dipilih karena kelembutan hatinya. Dengan batik boleh dibilang Molly jatuh cinta pada pandangan pertama. Dia menyentuh dan memakainya pertama kali seumur hidupnya saat berkunjung ke Indonesia penghujung Januari lalu. Selama di Indonesia, dia berkunjung ke Yogyakarta. Tak sekadar mendapatkan pengetahuan tentang sejarah batik, Molly juga berkesempatan merasakan membatik di Kota Gudeg. Dia sangat menikmati saat-saat menggoreskan malam pada lembar kain. Molly membawa beberapa koleksi produk batik cantik, berupa pakaian dan scarf yang akan dibawanya berkeliling dunia.
VOLUME 08
TAHUN I
29
R
A
N
A
Saat Anugerah Menjadi Bencana Teks dan Foto: Tatan Agus RST. Hujan sejatinya anugerah, pembawa khabar gembira, penumbuh biji-bijian di dalam tanah, tapi kini hujan pun dicoba untuk “direkayasa” digeser dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi menuju Sukabumi agar tak jatuh di tanah Jabodetabek. Kini hujan yang deras menjadi bencana di tanah ini, dia tidak disambut, tapi dihindari, menjadi momok terlebih turunnya di hulunya sungai-sungai yang mengaliri Jakarta. Aliran sungai di Ibu kota, kanal barat dan timur, waduk-waduk tak mampu lagi menampung air yang tumpah. Karena ruang gerak dan daya tampung air sudah terkooptasi 30
TAHUN I
VOLUME 08
tangan-tangan manusia, sungai-sungai semakin menyempit, tanah-tanah berubah menjadi hamparan beton. Dan anugerah pun berbalik menjadi bencana, ribuan rumah terendam, tebing-tebing ambrol menimbun hunian di bawahnya, air mata dan jerit serta gemeretak gigi anak-anak yang menggigil, air meluap mencari jalannya sebelum harus sampai menuju laut, sebulan sudah banjir melanda. Kapan tibakah hujan turun di dinantikan, bukan derita tapi derai tawa menyambut ceria, semua tergantung dari sikap kita terhadap alam ini.
VOLUME 08
TAHUN I
31
R
32
A
N
A
TAHUN I
VOLUME 08
VOLUME 08
TAHUN I
33
S A F E T Y
PRABUMULIH MENGGENGGAM ZERO
Mencatat 37.290.660 total jam kerja selamat sejak 12 Agustus 2006 hingga 31 Januari 2014. Mengandalkan excellent planning, monitoring, improvement, dan measurement. Oleh : Nur Sukma Puteri
Z
ERO menjadi angka keramat tim HSSE perusahaan-perusahaan migas. Angka ini menjadi penanda pencapaian tertinggi safety. Istilahnya zero TRIR (Total Recordable Incidence Rate) dan zero NOA (Number of Accident). Yang sudah memegang ber usaha terus menggenggamnya. Yang belum, berjuang sekuat tenaga untuk mencapainya. Field Prabumulih termasuk yang mencorong. Mereka mencatat 37.290.660 total jam kerja selamat sejak 12 Agustus 2006 hingga 31 Januari 2014. Tak mengherankan jika pada assesment pertama mereka men-
34
TAHUN I
dapat ISRS 7 level 5. Pencapaian tersebut merupakan refleksi pelaksanaan komitmen terhadap safety management (manajemen keselamatan). Bagi mereka, safety management merupakan bagian krusial yang bersifat integral dalam menjalankan good business management. Field Prabumulih terus berkomitmen untuk menjadikan faktor keselamatan sebagai prioritas utama kegiatan operasi. Mempertahankan zero TRIR (Total Recordable Incidence Rate) dan zero NOA (Number of Accident) yang diperoleh pada 2013 dan tahuntahun sebelumnya membutuhkan usaha yang berkelanjutan dan berkesinambungan. “Tantangan untuk mem-
VOLUME 08
pertahankan angka TRIR dan NOA di tahun 2014 diupayakan melalui 4 kunci yakni excellent planning, monitoring, improvement, dan measurement,” ujar Gelar W Suganda, nakhoda tim HSSE Field Prabumulih. Excellent planning dimulai dengan penyusunan rencana kerja HSSE sepanjang 2014. Monitoring kinerja HSSE dijalankan secara periodik yakni mingguan melalui rapat koordinasi field, bulanan dengan laporan HSSE, serta rapat tinjauan manajemen guna memastikan target kinerja HSSE terpenuhi. Improvement diupayakan dengan penyempurnaan STK (TKO/ TKI/ TKPA) sebagai acuan dan prosedur kerja. Selanjutnya measurement dilaksanakan melalui ISRS 7 dan Surveillance ISO 9001, ISO 14001, OHSAS 18001 untuk memastikan implementasi safety management yang ada sudah sesuai dengan standar. Field Prabumulih memiliki lapangan yang sangat luas yakni 15.331,11 km² di mana pelaksanaan kegiatan bisnisnya mencakup sumursumur, SP, SKG, PPP, area perkantoran
serta sertifikasi peralatan yang dilakukan dengan menunjuk perusahaan jasa inspeksi teknis. Menurut Gelar, upaya-upaya preventif terus dilakukan untuk menjaga keselamatan. “Memastikan nol kecelakaan secara esensial merupakan kegiatan utama dalam safety management Field Prabumulih,” ujarnya. Ini dilakukan dengan memitigasi risiko yang komprehensif terhadap pekerjaan tiap fungsi dan implementasi hasil mitigasi yang ada untuk menghindari risikorisiko kecelakaan kerja serta ‘analisa belajar dari kejadian’ untuk menghindari terjadinya kejadian serupa di masa mendatang dan melanjutkan perjalanan angka jam kerja selamat di Field Prabumulih. GRAFIK SERTIFIKASI PERALATAN PERTAMINA EP 100%
Pipa Penyalur 100%
Rig & Hoist 100%
dan tempat tinggal, flowline hingga trunkline yang terbentang di 3 Kabupaten dan 2 Kota yaitu: Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kota Pra bumulih dan Kota Palembang menjadikan tantangan tersendiri bagi supervisi yang baik. “Menjadikan HSSE everybody’s business, implementasi HSSE Golden Rules (patuh, intervensi, dan peduli) bagi semua pekerja, TKJP maupun mitra kerja akan terus digiatkan,” imbuh Gelar. Penanaman awareness building dan peningkatan kapabilitas seluruh SDM sendiri diyakini oleh lulusan S2 FKM Universitas Indonesia ini sebagai hal paling efektif untuk menjalankan safety management mengingat supervisi terhadap keselamatan di lapangan yang luas dan kegiatan operasional yang tersebar dalam area WKP tidak mungkin jika hanya dijalankan fungsi HSSE. Pada 2013 kegiatan awareness building dan peningkatan kapabilitas SDM dijalankan melalui penggiatan PEKA online di lingkungan Field Prabumulih, basic safety training untuk
TKJP, dan peningkatan efektivitas SIKA dan JSA. Penggiatan PEKA online dilakukan melalui penerapan target per Fungsi dan dalam triwulan terakhir tercatat peningkatan yang signifikan pada triwulan terakhir 2013 dengan pelaporan pada Oktober – Desember secara berturut-turut sebanyak 81, 87, dan 214. Basic safety training telah mencapai angka realisasi sebesar 35% dari total 505 orang TKJP sejak pelaksanannya pada November 2013 dan terus berjalan di tahun 2014 mengingat kuota pelaksanaan setiap minggunya hanya sebanyak 35 orang untuk mengedepankan efektivitas dari pelatihan yang ada. Terkait mitra kerja, diupayakan peningkatan peran pengawas pekerjaan dan asset holder dalam implementasi JSA dan SIKA. Untuk memastikan safety management di Field Prabumulih berjalan secara komprehensif, kegiatan operasional di seluruh lapangan dipastikan ditunjang oleh sarana dan prasarana yang baik melalui pemeliharaan dan perawatan sarana dan fasilitas HSSE,
80%
Stasiun / Instalasi 7%
60%
Metering
Bejana Tekan
40%
100%
99%
20% 0%
Pesawat / Alat Angkat
Pressure Safety Valve 100%
100%
Tangki Timbun
Elektrikal 100%
Rotating Equipment 100%
Boiler / Fire Heater
85%
100%
Jenis Penyebab Jumlah Prosentase Tindakan Substandard 22 45.83% Kondisi Substandard 11 22.92% Faktor Manusia 8 16.67% Faktor Pekerjaan / System 7 14.58% Jumlah 48 100.00%
VOLUME 08
TAHUN I
35
L E N S A
A S S E T
F OTO - F OTO : A R I E FA H LU P I
MENYAPU TUMPAHAN MINYAK
Pelatihan Mahakam: menggelar oil boom dari darat ke perairan Pelatihan Mahakam: persiapan pemasangan oil skimmer untuk memisahkan air dan minyak serta melakukan pengisapan untuk melokalisasi tumpahan minyak. tumpahan minyak di perairan.
T
EPAT pukul . WITA sirine kondisi keadaan darurat terdengar dari Jetty Anggana Field Sangasanga. Terjadi kerusakan fleksible hose inci dari pipa transfer pengisian minyak mentah kedalam kapal tanker milik PT. Pertamina EP Field Sangasanga. Minyak pun tumpah ke perairan Mahakam. Muharza selaku Staf Environment HSSE Field Sangasanga dan juga selaku deputy on scene commander penanggulangan keadaan darurat segera mengumpulkan seluruh anggota Tim Organisasi Penanggulangan Keadaan Darurat (OPKD). Deputy on scene commander dengan sigap dan jelas memberikan arahan serta membagi anggota menjadi tim oil boom dibantu tim speed boat menyiapkan oil boom dari darat menuju perairan untuk melokalisasi ceceran minyak. Selanjutnya tim skimmer menyiapkan peralatan penghisap minyak mentah di perairan yang telah 36
TAHUN I
VOLUME 08
terlokalisasi. Tim waste management juga bergegas membersihkan sampah dan bahan sisa digunakan pada penghisapan tumpahan minyak. Serta tim medical sudah bersiap di lokasi Jetty 136 Anggana. Dalam waktu kurang dari dua jam, Tim OPKD Pertamian EP Field Sangasanga dengan dibantu oleh Emergency Respond Team (ERT) dari SKK Migas Kalsul, Chevron, Medco Energi, Mubadala Petroleum, Total EP Indonesie, dan Vico Indonesia telah dapat menanggulangi tumpahan minyak mentah yang berada di perairan Sungai Mahakam tanpa korban jiwa dan kerusakan akibat kebakaran dari insiden ini. Begitulah simulasi penanggulangan keadaan darurat pada hari kedua kegiatan Cross Inspection & Joint Exercise di Tahun 2014 yang berlangsung pada 19-20 Februari. Untuk pertama kali PT Pertamina EP Field Sangasanga menjadi tuan rumah pada event tahunan tersebut. Kegiatan ini selain dihadiri oleh perwakilan dari enam Perusahaan Migas Kalsul yaitu
Pelatihan Mahakam: deputy on scene commander sedang berkoordinasi dan memberikan arahan kepada anggota tim lainnya.
DARI MAHAKAM DAN BUNYU Pertamina EP, Chevron, Medco Energi, Mubadala Petroleum, Total EP Indonesie, dan Vico Indonesia. Selain di Mahakam, pelatihan serupa digelar juga di perairan Bunyu pada 13 Februari lalu. Jika di Mahakam, tumpahan minyak disebabkan kebocoran pipa transfer, di Bunyu penyebabnya loasing hose pecah sehingga minyak menggenangi lokasi Conventional Buoy Mooring (CBM) Peristiwa ini segera ditanggapi cepat tim manajemen Field Bunyu dengan mengerahkan tim penanggulangan tumpahan minyak. Peralatan penanggulangan minyak seperti deploy oil boom TM 2000, tug boat Diasraya 001 dan Diasraya 002, fiber boat, temporary floating storage, rubber boat, Vacuum truck dan peralatan lainnya dikerahkan untuk membantu proses penanggulangan tumpahan minyak. Tim penanggulangan tumpahan minyak yang dipimpin oleh M. Nur Samudin sebagai on scene commander ini dengan cepat dan hati-hati melakukan
Pelatihan Mahakam: anggota tim oil skimmer berusaha menahan selang penyedot berisi minyak mentah yang bertekanan tinggi agar stabil.
setiap proses penanggulangan agar tumpahan minyak tidak meluas. Pelatihan yang dilakukan pada koordinat S: 30° 28’ 48” dan E: 170° 50’ 17” ini diikuti sekitar 75 orang pekerja Field Bunyu dibantu tim OSCT – Slickbar. Cuaca sangat terik dan arus laut deras yang selalu berubah-ubah serta kencangnya angin yang menyelimuti areal pantai Pulau Bunyu tidak menyurutkan semangat para peserta simulasi. Mereka dikelompokkan ke dalam beberapa tim, antara lain on scene commander, transportation, unit tug boat, fiberboat, rubber boatsecurity & public relations, serta medical team. Tiap-tiap tim berperan sesuai fungsi dan tugas masing-masing dan saling bekerjasama hingga tumpahan minyak dapat teratasi. Aksi penyelamatan dimulai dari menggelar oil boom untuk mengumpulkan minyak yang tumpah, menghisap minyak mentah dengan menggunakan oil skimmer, menyemprotkan oil dispersant di sekitar
VOLUME 08
TAHUN I
37
A S S E T
I M A M M AU L A N A
L E N S A
areal tumpahan dan penarikan oil boom ke atas Jetty. Pada proses terakhir ini sempat menemui beberapa kendala akibat perubahan arus singkat dan kencangnya arus bawah laut serta di perparah oleh tiupan angin pada sisi freeboard sepanjang penggelaran sehingga menyulitkan proses penarikan kembali oil boom. Bunyu Operations Planning Assistant Manager Lukman Akhmad menjelaskan bahwa simulasi ini merupakan upaya peningkatan kompetensi pekerja dan kualitas operasi di Field Bunyu yang senantiasa memperhatikan aspek lingkungan. “Tumpahan minyak di perairan merupakan hal yang sangat tidak diharapkan dalam kegiatan operasi migas namun kita harus mempersiapkan diri apabila hal itu terjadi agar dapat dilakukan upaya penanganan yang cepat dan tepat untuk mengatasinya,” ujarnya. Field Bunyu adalah salah satu lapangan yang menjadi backbone Pertamina EP dengan produksi rata-rata 7.000 BOPD. Padatnya aktivitas operasi membuat lapangan ini harus waspada dan siap dengan segala kondisi darurat yang mungkin timbul. Pelatihan penanggulangan tumpahan minyak ini merupakan bukti bahwa lapangan ini tidak melupakan 38
TAHUN I
VOLUME 08
I M A M M AU L A N A
Pelatihan Bunyu: proses pemompaan udara ke dalam oil boom.
Pelatihan Bunyu: deputy on scene comander memberikan instruksi.
aspek-aspek lingkungan yang terus dilakukan, baik melalui upaya pencegahan maupun upaya penanggulangan yang optimal. Unsur Health, Safety, Security & Environment(HSSE) selalu menjadi “ruh” dalam setiap kegiatan operasi yang dijalankan sebagai komitmen Field Bunyu dalam mendukung road to zero accident. ARIE FAHLUPI/AMMA/IMAM
PENGAMANAN SATU PINTU UNTUK ATASI PENCURIAN MINYAK
SINERGI UNTUK KONSERVASI BERTEMPAT di Kampus Universitas Gadjah Mada, pada 20 Februari lalu Pertamina EP bersama Kementerian Kehutanan dan Fakultas Kehutanan UGM mengkoordinasikan peluang kerjasama terkait dengan kajian konservasi dan pelestarian keanekaragaman hayati. Hal ini merupakan salah satu pintu sinergi program “tumbuh bersama lingkungan” yang dilakukan oleh Pertamina EP dengan upaya konservasi. Direktur Kawasan Konservasi dan Bina Hutan Lindung Kementerian Kehutanan Bambang Dahono menegaskan bahwa peran serta pelaku usaha dalam mendukung upaya konservasi sangat dibutuhkan. Lebih lanjut Bambang menjelaskan bahwa pada prinispnya kawasan konservasi harus dijaga dan ada aturannya dalam undang-undang. Sementara di sisi lain, kepentingan energi nasional juga harus dipenuhi. Pada kesempatan tersebut Asset 4 Legal & Relation Manager Arya Dwi Paramita menegaskan bahwa sebelumnya Pertamina EP Asset 4 bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerjasama studi pelestarian Rusa Jawa di Kecamatan Malo Kabupaten Bojonegoro berkolaborasi dengan Perum Perhutani KPH Parengan. “Dalam menjaga kelestarian lingkungan, Pertamina EP memiliki komitmen untuk tumbuh bersama lingkungan. Komitmen ini diwujudkan dengan program penanaman lebih dari 200 ribu pohon setiap tahunnya, serta pelestarian satwa endemik dan satwa yang terancam punah,” ujarnya. Dr. Satyawan Pudyatmoko, M.Sc menyambut baik kerjasama Pertamina dengan UGM. Satyawan menegaskan bahwa Pertamina dan UGM sudah memiliki MOU yang ditandatangani oleh Rektor UGM Prof Ir. Sudjarwadi, M.Eng, Ph.D dan Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero) M. Afdal Bahaudin pada tahun 2011. Satyawan menambahkan bahwa salah satu kawasan konservasi yang membutuhkan dukungan dari banyak pihak adalah di kawasan Gunung Merapi. ADP
PIHAK Kodam II/ Srwijaya sedang menyusun pola pengamanan terpadu melalui satu pintu untuk mengamankan jalur pipa migas milik Pertamina di Asset 2. Di wilayah ini, terutama jalur pipa Plaju-Tempino pencurian minyak masih sering terjadi. “Dengan pola yang sama ini akan mudah memonitor dan melaksanakan tugas-tugas pengamanan bersama, melalui konsep yang dapat diukur dan berkesinambungan,” kata Kasdam II/SWJ Brigjen TNI Totok. Pernyataan itu disampaikan Kasdam saat berkunjung ke kantor PEP Asset 2. Hadir dalam kesempatan silaturahmi tersebut, antara lain VP HSSE Lelin Eprianto. GM Tubagus Nasiruddin, para Manajer dan Asisten Manajer di lingkungan Asset 2 bersama jajaran Koramil dan personil pendukung lainnya. VP HSSE Lelin Eprianto memaparkan permasalahan keamanan jalur pipa migas dan bentuk pencurian lainnya di Asset 2. “Hampir 58% permasalahan keamanan dan pencurian migas, khususnya melalui trank line dari P3 hingga ke Plaju, termasuk di unit produksi lainnya di PEP Asset 2,” ujar Lelin. Kalau produksi minyak terbesar di wilayah ini terganggu, tentu akan berpengaruh bagi pencapaian produksi minyak di Pertamina EP. “Jika kita bisa menyelesaikan persoalan keamanan di sini, Insya Allah produksi kita akan bagus,” ujar Lelin. Dalam Assessment yang berlangsung Jumat (14/2) juga dipaparkan masing-masing permasalahan keamanan oleh tiap Field mulai dari Field Prabumulih, Field Limau, Field Pendopo dan Field Adera yang punya konsep pengamanan berbeda. Melalui pertemuan ini, diharapkan terbangun visi bersama tentang pola pengamanan terpadu antara TNI dan Pertamina, khususnya di wilayah Asset 2, sehingga pencurian minyak mentah sejenisnya akibat ulah pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dapat ditanggulangi.
VOLUME 08
TAHUN I
39
L E N S A
A S S E T
SEMARAK BULAN KESELAMATAN
J
ANUARI dan Februari menjadi bulan spesial bagi insan HSSE. Sebulan penuh sejak Januari hingga Februari diperingati sebagai Bulan K Nasional. Tak hanya untuk sektor migas, tapi juga untuk sektor lain. Untuk terus menggemakan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja, berbagai field di lingkungan PT Pertamina EP (PEP) menggelar berbagai kegiatan. Selain mengadakan apel peringatan bulan K3, PT Pertamina EP Asset 3 Field Tambun melalui Fungsi HSSE (Health Safety Security and Environment) mengadakan sosialisasi penggunaan alat pelindung diri (APD) bagi siswa siswi setingkat SMK/SMA di wilayah Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Karawang, antara lain SMK Darul Amal (Babelan-Bekasi), SMA At-Tauhid (Babelan-Bekasi), dan SMK Negeri 1 Tirtajaya (Tirtajaya - Karawang). “Dengan adanya peran serta institusi pendidikan ini, kami harapkan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan kerja bagi siswa siswi mulai tumbuh sejak dini,” ujar Sigit Isbiantoro selaku HSSE Assistant Manager. Ini penting karena wilayah kerja Field Tambun berdekatan dengan pemukiman sehingga, perlu pemahaman yang lebih dalam hal safety terutama untuk masyarakat awam yang ada di sekitar wilayah kerja. Dalam kegiatan tersebut disampaikan materi tentang potensi bahaya, peralatan penanggulangan bahaya, dan lain sebagainya. Acara ini menjadi lebih berkesan bagi peserta sosialisasi karena mereka bisa mencoba langsung bagaimana menghadapi
Seorang siswa dari SMK N 1 Tirtajaya sedang memadamkan api dengan APAR.
40
TAHUN I
VOLUME 08
Seorang siswa SMK Darul Amal sedang memadamkan api menggunakan karung basah.
bahaya seperti kebakaran dan cara memadamkannya. Keterlibatan dunia pendidikan dalam kegiatan PT Pertamina EP Asset 3 Field Tambun kali ini memang bukan kali pertama, karena dirasa pendidikan di luar kurikulum sekolah seperti ini bisa meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat. Di Field Prabumulih, dengan mengusung tema Let’s Continue to Act Safely for Operational Excellence, Bulan K3 diperingati dengan empat kegiatan utama, yakni campaign, penertiban, pelatihan, serta perlombaan. Kegiatan safety campaign dijalankan untuk mempromosikan budaya K3 melalui pemasangan spanduk di area komplek Pertamina EP sekaligus fasilitas-fasilitas produksi dan pemasangan kebijakan HSSE dan narkotika dari Presiden Direktur Pertamina EP di semua Fungsi. Sementara untuk penertiban dilaksanakan melalui operasi tertib BKLJ untuk memastikan ketertiban berkendara dalam lingkung Field Prabumulih. Bekerja sama dengan Jakarta Emergency Medical Service 119, Field Prabumulih juga menggelar pelatihan P3K dengan yang diikuti oleh 60 peserta, untuk meningkatkan kompetensi Tim Medis Penanggulangan Darurat yang ada di tiap Fungsi. Sedangkan untuk kegiatan perlombaan di bulan K3 terdiri dari lomba simulasi keadaan darurat, lomba cerdas cermat, lomba good housekeeping, lomba foto K3, dan kontes slogan K3. Rangkaian kegiatan bulan K3 merupakan refleksi
Lomba Cerdas Cermat K3 di Field Jambi.
terhadap ajakan dan seruan kepada seluruh insan pekerja dan mitra kerja agar benar-benar menerapkan faktor K3. “Bulan K3 adalah program nasional pemerintah. Sebagai salah satu insan pelaku dunia usaha, alhamdulillah kita sudah berhasil melakukan acara ini dengan lancar dan mudah-mudahan akan bermanfaat bagi kita,” tutur Field Manager Prabumulih Subli Ibrahim, dalam sambutan acara penutupan bulan K3 bertempat di Gedung Patra Ria Prabumulih pada 14 Februari. Kendati pencapaian terkait dengan K3 telah diraih Field Prabumulih seperti ISRS7 (International Sustainability Rating System) Level 5, zero TRIR, zero NOA, hingga peraihan PROPER hijau untuk kedua kalinya di tahun 2013, Ia mengingatkan agar tidak berpuas diri terhadap peraihan yang telah dicapai. “Kita pertahankan, jangan lengah, dan tetap mawas diri,” ujarnya. Di Muara Enim, Field Limau mengisi Bulan K3 dengan menggelar aneka lomba ketangkasan dan donor darah.Acara dibuka resmi oleh GM Asset Tubagus
Nasiruddin di halaman Kantor Field Limau. Ia menyebutkan, HSSE adalah hal yang mutlak dan mendasar yang harus diperhatikan dan diterapkan di lingkungan perusahaan. “Mari kita jadikan budaya HSSE/Safety sebagai fondasi utama dan budaya kita melaksanakan seluruh kegiatan perusahaan,” ujar Tubagus Nasiruddin. Di Field Adera Bulan K3 diisi dengan penyuluhan kesehatan keluarga yang diikuti oleh sekitar seratus Ibu Rumah Tangga di sekitar wilayah kerja perusahaan pada Sabtu, 8 Februari 2014 lalu. “Ibu-ibu ini kan aktor utama dalam urusan rumah tangga sehari-hari, jadi harus memiliki pengetahuan mendasar mengenai kesehatan keluarga, sehingga dapat diterapkan untuk keluarga tercinta di rumah,” ujar dokter klinik Field Adera, dr Ardi. Sementara PT Pertamina EP Field Jambi memperingati Bulan K3 dengan melaksanakan lomba cerdas cermat yang melibatkan seluruh fungsi. Lomba dilaksanakan dalam dua hari, 8-9 Februari 2014. Babak penyisihan mempertemukan 12 Fungsi yang masing-masing terdiri dari 2 orang pekerja dan 2 orang pekarya. Empat pemenang dalam babak penyisihan: Fungsi Petroleum Engineering, SCM&GS, Legal & Relations, serta Medical & Security, memperebutkan gelar juara pada esok harinya. Final disaksikan langsung oleh Jambi Field Manager, S. Salindeho, dan berlangsung meriah. Melalui persaingan yang sengit, SCM&GS merebut gelar juara pertama diikuti tim Legal & Relations, tim Petroleum Engineering, dan tim Medical & Security. S. Salindeho mengapresiasi kegiatan ini sebagai bentuk edukasi K3 yang menarik bagi seluruh pekerja dan pekarya. Ia berharap acara serupa dapat dilaksanakan dalam skala yang lebih besar dan melibatkan lebih banyak pekerja dan pekarya Field Jambi.
Kegiatan donor darah di Field Limau, Muara Enim.
YONG MURSITO ARDY/NUR SUKMAPUTERI/WAWAN/AHC/MIRANDA
VOLUME 08
TAHUN I
41
I N F O
P R O D U K S I
PRODUKSI ASSET 1 BULAN JANUARI 2014 MINYAK Realisasi 632 BOPD (107%) 3.356 BOPD (111%) 138 BOPD (110%) 4.001 BOPD (99%) 2.093 BOPD (100%) 6.625 BOPD (98%) 875 BOPD (98%) 424 BOPD (105%) 1.242 BOPD (90%) 17.719 BOPD (101%)
AREA OPERASI Pangkalan Susu Rantau Kondensate PT Maruta Jambi Lirik Ramba Unitisasi PPG Suban Unitisasi T, Laban EOR Total
Sasaran 591 BOPD 3.012 BOPD 128 BOPD 4.057 BOPD 2.083 BOPD 6.785 BOPD 892 BOPD 406 BOPD 1.382 BOPD 17.545 BOPD
GAS 14,78 MMSCFD 4,62 MMSCFD 4,05 MMSCFD 15,20 MMSCFD 75,63 MMSCFD 0,33 MMSCFD 114,28 MMSCFD
PRODUKSI ASSET 2 BULAN JANUARI 2014 MINYAK Realisasi 6.170 BOPD (97%) 349 BOPD (100%) 359 BOPD (115%) 1.806 BOPD (98%) 2.201 BOPD (106%) 8.333 BOPD (92%) 1.219 BOPD (109%) 1.010 BOPD (128%) 564 BOPD (87%) 306 BOPD (94%) 21.830 BOPD (97%)
AREA OPERASI Prabumulih Kondensate PT Titis Kondensate OBP Kondensate PSG Pendopo Limau Adera Proyek Paku Gajah Unitisasi Air Serdang EOR Total
Sasaran 6.329 BOPD 350 BOPD 312 BOPD 1.850 BOPD 1.914 BOPD 9.079 BOPD 1.120 BOPD 788 BOPD 650 BOPD 325 BOPD 22.392 BOPD
GAS 127,89 MMSCFD
293,00 MMSCFD 10,26 MMSCFD 6,85 MMSCFD 37,65 MMSCFD 2,68 MMSCFD 478,33 MMSCFD
PRODUKSI ASSET 3 BULAN JANUARI 2014 MINYAK Realisasi 6.290 BOPD (83%) 1.576 BOPD (98%) 3.681 BOPD (84%) 1.220 BOPD (99%) 200 BOPD (61%) 12.967 BOPD (85%)
AREA OPERASI Jatibarang + X Ray Subang Tambun Proyek PDM Unitisasi MB Unit EOR Total
Sasaran 7.602 BOPD 1.616 BOPD 4.406 BOPD 1.233 BOPD 326 BOPD 46 BOPD 15.183 BOPD
GAS 70,03 MMSCFD 265,06 MMSCFD 40,18 MMSCFD 24,72 MMSCFD 0,43 MMSCFD 400,42 MMSCFD
PRODUKSI ASSET 4 BULAN JANUARI 2014 MINYAK Realisasi 2.248 BOPD (107%) 1.842 BOPD (78%) 16.155 BOPD (70%) 20.244 BOPD (74%)
AREA OPERASI Cepu + KUD NJC Mangkang Poleng Proyek Gas Jawa Unitisasi Sukowati Total
Sasaran 2.111 BOPD 2.362 BOPD 22.952 BOPD 27.425 BOPD
GAS 5,37 MMSCFD 4,05 MMSCFD 13,32 MMSCFD 15,11 MMCSFD 37,85 MMSCFD
PRODUKSI ASSET 5 BULAN JANUARI 2014 MINYAK Realisasi 1.359 BOPD (104%) 6.202 BOPD (103%) 954 BOPD (109%) 6.960 BOPD (101%) 688 BOPD (97%) 4.108 BOPD (99%) 1.467 BOPD (100%) 181 BOPD (92%) 21.920 BOPD (101%)
AREA OPERASI Sangatta Bunyu Sorong Sangasanga Tarakan Tanjung + Wartap Sembakung Unitisasi Wakamuk Total
42
TAHUN I
VOLUME 08
Sasaran 1.312 BOPD 5.993 BOPD 876 BOPD 6.878 BOPD 737 BOPD 4,139 BOPD 1.469 BOPD 197 BOPD 21.600 BOPD
GAS 0,49 MMSCFD 9,20 MMSCFD 1,15 MMSCFD 2,12 MMSCFD 3,59 MMSCFD 16,56 MMSCFD
Safety is Everybody’s Business
pep.pertamina.com