EDISI TAHUN I VOLUME 04
Merajut Nusantara Melestarikan Indonesia
Satu Sumur Seribu Pohon
Komitmen Kami Tumbuh Bersama Lingkungan
P O J O K
R E DA K S I
NUSANTARA
N cover oleh: Sigit Widihardono.
USANTARA sudah dikenal sejak zaman Majapahit, Waktu itu dipakai untuk menyebut pulau-pulau di Luar Jawa – dalam bahasa Sansakerta, nusantara berarti luar atau seberang, Salah satu yang fenomenal, istilah ini muncul dalam Sumpah Palapanya Gadjah Mada, biasa dikenal dengan sebutan Amukti Palapa. “Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa” (Jika telah kalah pulaupulau seberang, barulah saya menikmati istirahat). Istilah Nusantara selama berabad-abad kemudian menghilang, tak pernah digunakan lagi. Muncul lagi pada era 1920, diusulkan Dr Setiabudi untuk menggantikan istilah Hindia Belanda. Cuma pengertiannya bukan lagi merujuk pada Sansekerta, tapi pada Bahasa Melayu. Nusantara diberikan arti baru yakni “nusa di antara dua benua dan dua samudra”, sehingga Jawa pun termasuk di dalamnya Sampai hari ini istilah Nusantara tetap dipakai untuk menyebutkan Indonesia, negeri eksotik dengan jumlah pulaunya sebanyak 17.504 buah. (7.870 di antaranya telah mempunyai nama, sedangkan 9.634 belum memiliki nama). Sering juga disebut sebagai zamrud khatulistiwa, tentunya karena begitu banyak potensi yang terhampar di jajaran pulau-pulau tersebut. Keanekaragaman hayati, pesona alam, flora-fauna, budaya, bahasa, aneka ragam suku, menjadi penanda keindonesiaan. Sudah kewajiban semua anak bangsa untuk melihara semua kekhasan itu sehingga Indonesia tetap lestari dan tegak berdiri sampai kapan pun. Atas dasar itu pula untuk terus memelihara semangat itu dalam ulang tahunnya yang ke delapan, Pertamina EP memilih tema “Merajut Nusantara Melestarikan Indonesia”. Ini bukan slogan kosong. Wilayah kerja Pertamina EP terbentang di seantero Nusantara, Rantau di ujung barat sampai Papua di ujung timur”. Beberapa ikhtiar yang sudah dilakukan Pertamina EP dalam Merajut Nusantara Melestarikan Indonesia, kita tampilkan sebagai Laporan Utama edisi kali ini. Rubrik lainnya pun, kami isi dengan semangat yang sama, melestarikan Indonesia. Rubrik wisata, misalnya. Pada edisi sebelumnya, memotret destinasi manca negara, kali ini menulis Danau Toba, bertepatan dengan Festival Danau Toba yang diselenggarakan September ini. Selamat Membaca!
VOLUME 004
TAHUN I
3
SUARA PEMBACA Suara Pembaca diajangkan sebagai sarana sambung rasa pembaca dengan pengelola majalah BALANCE. Kirimkan kritik dan saran Anda, tidak lebih dari 600 karakter ke email:
[email protected]
Assalamuallaikum wr.wb Dengan betambahnya usia Pertamina EP Semoga ke depan Pertamina EP panjang umurnya, semakin jaya, sukses semua harapan dan citacitanya dapat terwujud dengan semangat para pekerja & pekarya yang berjalan seiringan. Tidak ada perbedaan perilaku antar pekerja dan pekarya. Pertamina EP bisa bersaing dengan perusahaan lainnya secara Nasional maupun Internasional. Sukses & Semangat selalu Pertamina EP BISA.
Tya Gita Ramadani Pekerja
Semoga PEP dapat segera mewujudkan impian menjadi perusahaan energi kelas dunia. Menjadi kebanggaan bagi bangsa dan motor penggerak pembangunan Indonesia. Menjadi ikon Indonesia dan penumbuh rasa nasionalisme Bangsa.
Tommy Wahyu Alimsyah
Production Operation Group Leader
Delapan tahun Pertamina EP. Terus maju untuk mencapai masa depan yang sudah berada didepan mata. Berharap di usia sekarang
benar-benar melaksanakan semangat SAFETY FIRST dimulai dari tahap perencanaan, operasi, dan pasca operasi, sekali lagi BENAR-BENAR SAFETY FIRST!!
kan cita rasa nusantara. Saya kira, banyak kuliner unik yang b isa diungkap dari masing-masing field yang dipunyai Pertamina yang terbentang dari Sumatera sampai Papua.
R. S. Kinoturangga N
Sugianto
Asman HSSE
Semoga di Ultah yang ke-8 ini PEP semakin jaya, dan semakin sukses selalu.
Riduansyah Pekarya
Usul Rubrik Kuliner Pertama-tama, saya mengucapkan selamat atas terbitnya BALANCE. Mencermati edisi pertama dan kedua, terlihat ada upaya dari pengelola untuk mengenalkan dunia migas, khususnya Pertamina EP kepada publik yang lebih luas. Rubrikasinya juga lumayan variatif, meski halamannya masih terbatas. Sayang untuk rubrik wisata, masih banyak diulas tempat-tempat pelancongan di luar negri. Padahal, banyak tempat di Indonesia yang eksotis. Apalagi sekarang, Indonesia sudah jadi salah satu tujuan destinasi wisatawan dunia Untuk rubrik non migas, selain wisata dan seni, saya mengusulkan rubrik kuliner yang memeperkenal-
Balikpapan
––– Terima kasih usulannya. Untuk edisi mendatang, kami memang berencana menambah beberapa rubrik. Salah satunya rubrik kuliner dan fotografi. Kepada pembaca, termasuk Bapak Sugianto apabila ada naskahnaskah yang berkaitan dengan kuliner ataupun foto di sekitar lapangan milik Pertamina EP, silakan dikirimkan kepada redaksi BALANCE. Dengan senang hati, kami akan memuatnya.
Ingin Mengirim Artikel Redaksi BALANCE, saya hobi menulis, mulai dari persoalan migas sampai dengan artikel wisata. Beberapa sudah dimuat di media massa. Apakah BALANCE menerima sumbangan tulisan dari luar?
Iwan
Jakarta
––– Silakan kirimkan tulisan Anda ke pep-redaksi @pertamina.com Tulisan, kami harapkan tidak lebih dari 6.000 karakter.
Pemimpin Redaksi Aji Prayudi (VP Legal Relations) Wakil Pemimpin Redaksi Agus Amperianto (Manajer Humas) Redaktur Pelaksana Arya Dwi Paramita, Pandji Galih Anoraga Redaksi Hidayat Tantan, Tatan Agus RST, Sigit Widihardono Alamat Redaksi: Menara Standard Chartered, Lantai 21-29 Jl. Prof. Dr. Satrio No. 164 Jakarta Selatan email:
[email protected]
Redaksi menerima kiriman artikel dan foto seputar kegiatan dunia migas dan hal yang berkaitan, maksimal 6.000 karakter. Kirim ke:
[email protected]
4
TAHUN I VOLUME 003
D A F T A R
I S I
WAWANCARA:
SYAMSU ALAM
6
MERAJUT NUSANTARA MELESTARIKAN INDONESIA
TATA N A G U S R S T
D W I O B LO
Presiden Direktur
24
GANTUNG IMPIAN SETINGGI LANGIT Syamsu Alam adalah seorang “pemimpi”, tapi bukan pengkhayal. Seperti juga pemimpi yang lain, mimpinya itu digantung setinggi langit seperti yang dianjurkan Bung Karno, dalam pidatonya yang bergemuruh.
Tumbuh Bersama Lingkungan menjadi value yang melandasi operasional perusahaaan. Melestarikan keanekaragaman hayati dan budaya menjadi pertangungjawaban untuk generasi mendatang.
10 “FORUM MENCONTEK” PROPER HIJAU 12 JEJAK SURGA KEANEKARAGAMAN HAYATI
◆
Menuai Rezeki Mangrove
18
◆
Taman Zamrud Danau Toba
28
◆
Simpang Bayat Menjadi Bukti
36
◆
Kasad: Sikat Mafia Minyak
40
GESTUR HOLLYWOOD DRUPADI
32
22
SENJATA SERIOSA VANIA Bagi banyak anak muda, seriosa adalah musik jadul yang tak akrab di telinga. Tapi ini tidak berlaku bagi Vania Larissa. Tak sekadar menikmati, seriosalah yang membuka lempang jalan hidupnya.
GAL
IH P RAM
UDIT
A
Maestro keramik F Widayanto membaca ulang Drupadi. Tradisi bersanding dengan aura modern. Memikat dan Sensual.
K A PA N L A G I . C O M
Maleo, Orangutan Sumatera, Orangutan Kalimantan, Owa Jawa dan Bekantan menjadi saksi keseriusan Pertamina EP dalam menjaga dan melestarikan Indonesia.
VOLUME 003 TAHUN I
5
L A P O R A N
U TA M A
Merajut Nusantara Melestarikan Indonesia
Tumbuh Bersama Lingkungan menjadi value yang melandasi operasional perusahaaan. Melestarikan keanekaragaman hayati dan budaya menjadi pertangungjawaban untuk generasi mendatang.
ERKOSTUM selam lengkap, Aji Prayudi bukan sedang nampang. VP Legal dan Corporate Pertamina EP ini, dengan sigap melompat dari atas perahu di Perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Pria ini bukan sekali ini menyelam. Dia sudah terbiasa menggengendong
Setelah wara-wiri beberapa jenak, pada kedalaman 10 meter, rombongan penyelam ini berhenti. Mereka kemudian membentangkan spanduk bertuliskan Sewindu Pertamina EP: Merajut Nusantara Melestarikan Indonesia. Tak berhenti sampai di situ, selesai penyelaman acara dilakukan dengan penanaman mangrove, tak jauh dari spot penyelaman.
B 6
TAHUN I
tabung selam dan pinggangnya dililiti weight belt yang tak ringan tersebut. Beberapa spot penyelaman di tanah air pernah dijelahinya. Hari itu, pada 5 September lalu ditemani Agus Amperianto, Manajer Humas Pertamina EP, dan tim selam Pertamina EP, Pak Aji - demikian dia biasa disapa, menenggelamkan badannya, menyelam ke kedalaman laut.
VOLUME 004
D W I O B LO TATA N A G U S R S T
Direktur keuangan Pertamina EP, Lukitaningsih, melakukan penanaman pohon di lereng Merapi.
Pemilihan tema tersebut tentunya bukan tanpa alasan. Pertamina EP boleh disebut sebagai representasi Indonesia. Wilayah Kerjanya yang berjumlah 19 lapangan dan tiga proyek membentang dari ujung barat di Rantau Aceh sampai timur di Sorong Papua. Ribuan karyawannya berasal hampir dari semua suku di Indonesia. Meski tangggal 13 Sepetember
ini, Pertamina EP baru berusia sewindu, ukuran yang masih belia untuk perusahaan migas, jejaknya jauh lebih tua dibandingkan umur Republik. Mayoritas sumur yang kini dioperasikan Pertamina EP sudah diteguk sejak dulu kala. Bahkan ada yang mulai dibor pada abad 18 “ Merajut Nusantara Melestarikan Indonesia adalah pertanggungjawaban terhadap generasi mendatang.” ujar Presiden Direktur Pertamina EP Syamsu Alam. Salah satu yang dilirik adalah pelestarian keanekaragaman hayati. Indonesia merupakan negara paling kaya keanekaragaman hayati dibanding negara-negara lain di dunia bahkan mengalahkan Amer ika Serikat (AS) yang wilayahnya lima kali lebih luas dibanding Indonesia. Dalam catatan Rhett A Buttler, pendiri mangabay.com, dari hasil penelitian dan data yang mereka dapatkan, keanekaragaman hayati Indonesia, mulai dari laut, udara, dan daratan cukup besar. Seperti jenis mamalia, menurut dia, terdapat 667 jenis, burung sebanyak 1.604 jenis,
reptil sebanyak 749 jenis dan tumbuhan 30.000 jenis. Jumlah tersebut jauh lebih banyak dibanding keanekaragaman hayati yang dimiliki AS, yaitu untuk mamalia sebanyak 468 jenis, burung hanya 888 jenis, reptil 360 jenis dan tumbuhan sebanyak 20.000 jenis. Potensi yang cukup besar tersebut, kata dia, menjadi bukti bahwa Indonesia adalah negara yang cukup indah dan kaya dengan berbagai potensi yang bisa dikembangkan untuk mendukung kesejahteraan rakyat. Tak salah jika Begawan Ekonomi Lingkungan Prof DR Emil Salim menyatakan masa depan Indonesia ada pada keanekaragaman hayati. Potensi ini pula yang dilirik Pertamina EP. “Kami melihat bahwa di lingkungankami beroperasi ada potensi biodiversity atau keanekaragaman hayati yang bisa kita optimalkan melalui program konservasi,” ujar Syamsu Alam. Dengan program konservasi tersebut keanekaragaman hayati dapat terus ada di wilayah kesatuan NKRI. Dengan begitu, di kemudian hari, generasi penerus
Masa depan Indonesia ada pada keanekaragaman hayati
VOLUME 004
TAHUN I
7
U TA M A
D W I O B LO
D W I O B LO
L A P O R A N
Pementasan Ketoprak Wado.
masih bisa menikmati dan mempelajari kekayaan tersebut. Diakui atau tidak, banyak yang masih belum peduli terhadap harta karun tersebut. Untuk beberapa spesies, statusnya kini terancam punah. Di sinilah Pertamina, menunjukkan perannya (lihat tulisan bagian 3) Beberapa wilayah kerja sudah menjalankan program konservasi bekerjasama dengan instansi terkait untuk melestarikan spesies-spesies yang terancam punah, antara lain Field Rantau yang bekerjasama dengan Taman National Gunung Leuser (TNGL) melakukan konservasi Orangutan Sumatera, Field Sangatta bekerjasama dengan Taman Nasional Kutai (TNK) melakukan konservasi Orangutan Kalimantan. Kemudian Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) di Luwuk bekerjasama dengan SM Bakiriang melakukan Konservasi burung endemik Sulawesi Maleo dan di Field Tarakan yang bekerjasama dengan pemerintah kota Tarakan melestarikan satwa Bekantan di Hutan Kota Tarakan, dan konservasi Owa Jawa yang diinisiasi oleh Field Subang bekerjasama dengan Organisasi pemerhati Owa Jawa. Penanda Indonesia yang lain yang juga dijaga dan ditumbuh kembangkan Pertamina EP adalah sektor bu8
TAHUN I
daya yang ada di sekitar wilayah operasi. Field Cepu Asset 4 mencoba memfasilitasi Kelompok Ketoprak Desa Wado, bernama Krido Madya Budyo yang didirikan Kasdi, Kepala Desa Wado setahun lalu. Wado adalah Desa di Kecamatan, Kedung Tuban, Kabupaten Blora terletak sekitar 10 km dari Cepu. Di Blora, Pertamina mempunyai Proyek Pengembangan Gas Jawa. Dari sana nanti akan dihasilkan 50 juta standar kaki kubik yang akan dipasok ke Pembangkit Litrik di Tambak Lorok Jawa Tengah. Proyek Gas ini nantinya akan dikelola oleh Asset 4. Ketoprak sebetulnya pernah menyemarakkan kehidupan warga Desa Wado. Bahkan, pada era 60-an sempat memiliki dua kelompok Ketoprak, yakni Wado Kidul dan Wado Lor, tapi jelang 90-an keduanya hilang tak berbekas. “Tak sekadar melestarikan, kita coba bantu agar ketoprak memberikan manfaat ekonomi bagi warga,” ujar Arya Dwi Paramita, Manajer Legal & Relation Asset 4. Ketoprak Wado pun mulai keluar kandang. Salah satunya diundang ke Jakarta memeriahkan perhelatan IPA lalu. *** “Merajut Nusantara Melestarikan Indonesia” merupakan kristalisasi
VOLUME 004
value perusahaaan Tumbuh Bersama Lingkungan” yang dideklarasikan sejak 2012. Menurut Syamsu Alam ,pertumbuhan Pertamina EP menjadi perusahaan penghasil energi terpandang harus diiringi pertumbuhan lingkungan alam dan masyarakat. Sejak dideklarasikan, beberapa ukuran kuantifikasi sebagai turunan dari value tersebut diguratkan, mulai dari program “satu sumur seribu pohon”, pembuatan sumur biopori, sampai pemasangan solar cell. Program-program tersebut berhasil melampaui target yang sudah dicanangkan. Karena dianggap berhasil itu, perolehan PROPER pada 2012 meningkat dibandingkan sebelumnya. Ada 11 Lapangan yang memperoleh peringkat hijau dan 14 biru. Tak satupun yang berperedikat merah. Tahun sebelumnya predikat buruk ini masih diberikan terhadap satu lapangan Pertamina EP, hijau 7, dan biru 17.” Kita improve terus. Kalau sampai merah dua kali berturut-turut kita bisa dipidana apalagi hitam bisa dibubarkan,” ujar Manajer Humas Pertamina EP, Agus Amperianto. Tiga lapangan peraih hijau, masing-masing, Rantau, Jambi, dan Papua secara khusus ditampilkan dalam buku Greeen: Kumpulan Praktek
D W I O B LO
KANAN KIRI HARUS TAHU
Direktur Utama Pertamina EP, Syamsu Alam.
BANYAK PR yang harus dilakukan untuk meneruskan pekerjaan “ Merajut Nusantara Melestarikan Indonesia”. Tak melulu berkaitan dengan pelestarian lingkungan dan budaya, tapi juga memastikan roda perekonomian terus bergerak. Untuk itu, ke depan seperti dikatakan Presiden
Pengelolaan Lingkungan Terbaik Perusahaan Peraih Peringkat PROPER Hijau Tahun 2012. (lihat Forum Mencontek Proper Hijau ) Dari semua program itu, “satu sumur seribu pohon” boleh dibilang paling kinclong. Pencapaian jauh melampai target. Pengeboran satu sumur, baik eksplorasi maupun produksi diikuti penanaman, lebih dari seribu pohon. Penanaman pohon itu tentu tak harus di lokasi sumur yang di bor. Beberapa sumur itu tak memungkinkan ditanami karena letaknya di tengah permukiman. Pada 2012 realisasi penanaman pohon hampir mencapai 200 ribu pohon, empat kali tahun sebelumnya yang hanya 46.000. Saat itu, program penanaman pohon masih sporadis. Padahal pengeboran pada 2012 hanya 172 (24 sumur eksplorasi dan 148 sumur eksplorasi). Jika berpedoman pada “satu sumur seribu pohon”, yang harus ditanam sekitar 172 ribu pohon. Penanaman yang masif saat itu dilaku-
Direktur Pertamina EP Syamsu Alam, Pertamina EP akan semakin fokus pada upaya mencari cadangan minyak dan gas. “Salah satu yang dapat menjaga dan melestarikan Indonesia ini adalah keberadaan energi agar roda perekonomian bangsa ini terus bergerak. Dalam kaitan pengembangan ekonomi tersebut, Pertamina mengembangkan kegiatan CSR terintegrasi, lewat PPMP (Program Pengembangan Masyarakat Pertamina) di setiap lapangan. Masyarakat di sekitar wilayah operasi perusahaan sebelum dilepas sepenuhnya dalam menjalankan sebuah program, Mereka diberikan pelatihan yang komprehensif, baik hard skill maupun soft skill sesuai dengan hasil social mapping yang dilakukan sebelumnya. Menurut Manajer Humas Agus Amperianto, social mapping sudah dilakukan di semua lapangan Pertamina EP. Setiap program CSR, menurut dia senantiasa berpegang pada TARIF, sesuai dengan prinsip-prinsip Good Cor-
kan di lereng Gunung Merapi yang baru meletus. “Kita tak hanya menanam, tapi juga pemeliharaan sampai pohon itu besar,” ujar Agus Amperianto. Untuk 2013, realisasi penanaman pohon pun akan melebihi angka 2012. Pada 2013, di sepanjang jalur TempinoPlaju, sejauh 265 km rencananya akan ditanami pagar hidup, oleh kayu berakar tunggang sehingga tidak merusak pipa. Rencananya, penanaman akan dilakukan tiap 1-1, 5 meter. Jadi untuk jalur itu saja dibutuhkan 176 ribu sampai 265 ribu pohon. Program itu pun, selain dikhidmatkan untuk kelestarian lingkungan, juga ditujukan sebagai salah satu pengaman pipa dari para begundal pencuri minyak. “Pohon itu bisa menjadi pagar hidup,” ujar Agus. PT Pertamina EP beberapa waktu lalu menghentikan pengiriman minyak mentah melalui jalur pipa dari Jambi menuju Plaju, Sumsel. Penghentian operasi dilakukan sejak 25 Juli 2013 lalu lantaran pencurian mi-
porate Governance, yakni transparency (keterbukaan), Accountability (Responsibility, independency, dan fairness). Dalam pelaksanaan di lapangan. Menurut Agus, terjadi perubahan mendasar, dalam penginformasian kepada pemangku kepentingan. “Dulu kalah tangan kanan memberi, tangan kiri gak usah tahu. Sekarang gak bisa lagi,” ujarnya. Setiap program harus diinformasikan kepada instansi terkait, minimal Kepala Dinas di wilayah bersangkutan. Ia mengakui pernah punya pengalaman tidak menyenangkan terkait dengan informasi tak sampai ini. Agus menyebutnya sebagai pengalaman tak terlupakan. Saat bertemu dengan pejabat Bojonegoro beberapa waktu silam tibatiba ia disemprot, dikata-katai sebagai perusahaan yang tidak peduli pada masyarakat. “Saya tidak bantah” ujar Agus. Baru setelah kemarahan reda, ia paparkan yang sudah dilakukan Pertamina EP. Salah satunya pembangunan jalan beton yang menghubungkan Desa Malao ke Bojonegoro. “Ternyata Beliau gak pernah tahu apa yang pernah teman-teman bikin di lapangan,” ujarnya.
nyak (illegal tapping) dengan cara melobangi pipa minyak sudah sangat mengkhawatirkan. Bahkan, Pertamina menemukan sedikitnya 400 titik lokasi pipa minyak yang dilubangi para pencuri. Kerugian ditaksir mencapai 300 miliar. “Merajut Nusantara Melestarikan Indonesia” tentunya tak akan berhenti hanya sebatas perayaan ulang tahun, tapi akan terus menafasi setiap insan Pertamina EP dalam berkarya. Program-program CSR bukan hanya sebagai tanggung jawab sosial perusahaan. “Kita ingin memberikan yang beyond economic,” ujar Agus Amperianto. Lewat program-proram tersebut, masyarakat diberikan bekal untuk bisa terus hidup, tanpa bergantung pada kegiatan migas yang secara alamiah akan terus menurun. Beyond economic pun memberikan ruang kepada masyarakat untuk berkreasi dengan hati nurani. Kelak generasi penerus akan mengenang Pertamina EP dengan penuh penghormatan, bukan sesal amarah.
VOLUME 004
TAHUN I
9
L A P O R A N
U TA M A
“FORUM MENCONTEK” PROPER HIJAU
Penghematan energi dengan solar cell.
M
ENTERI Lingkungan Hi dup Prof Dr Balthasar Kambuaya, MBA merasa perlu mengutip perkataan CEO LNG Badak, Nanang Untung saat memberikan pengantar untuk buku “Green: Kumpulan Praktek Pengelolaan Ling kung an Terbaik Perusahaan Peraih Peringkat Hijau Tahun ”. “Ungkapan tersebut sangat tepat karena proses pembelajaran yang paling cepat adalah langsung dari yang melakukan,” kata Balthasar memuji. Buku yang diterbitkan KLH tersebut beberapa waktu lalu baru diluncurkan di Jakarta. Lalu apa yang dibicarakan Nanang sampai seorang Menteri mengutipnya? Dengan bahasa bersayap, Nanang menyebutkan PROPER adalah forum mencontek hal-hal baik yang dilakukan oleh perusahaan lain untuk diadopsi dan dikembangkan di perusahaan masing-masing. “Forum mencontek” memang menjadi daging buku tersebut. Ada tujuh hal yang dijadikan acuan dalam penilaian PROPER, yakni Efisiensi Energi, Pengurangan dan Pemanfaatan Limbah B3, Pengurangan dan Pemanfaatan Limbah Non B3, Penurunan Emisi dan Pencemaran Udara, Konservasi Energi, Perlindungan Keanekaragaman Hayati, dan Pemberdayaan Masyarakat. Tiap-tiap parameter itu diwakili tiga perusahaan yang diang10
TAHUN I
Kementrian Lingkungan Hidup meluncurkan buku kumpulan praktek pengelolaan lingkungan terbaik. Dari Pertamina EP, terpilih Rantau, Jambi, dan Papua. Jadi model bagi perusahaan lain. gap terbaik dalam kategori tersebut. Khusus untuk bidang Pertambangan Energi dan Migas, tiga Field Pertamina EP terpilih untuk menjadi tempat mencontek, masing-masing Field Papua untuk Efisiensi Energi, Field Jambi untuk Konservasi Energi, dan Field Rantau untuk Pemberdayaan Masyarakat. Ketiga Area tersebut merupakan peraih penghargaan PROPER Hijau Periode 2011/2012.
FIELD PAPUA KEMBALI KE LAPTOP “KEMBALI ke Laptop” menjadi mantra gaib yang terus dirapalkan komedian Tukul Arwana, dalam acara talkshow “Bukan Empat Mata”, yang melambungkan namanya dari pelawak biasabiasa saja menjadi pelawak terdepan. Tak hanya Tukul, di Field Papua, “Kembali ke Laptop” juga membawa berkah. Laptop menjadi salah satu faktor yang mengantarkan Field Papua meraih PROPER Hijau, dianggap sebagai salah satu perusahaan yang berhasil melakukan efisisensi energi. Berdasarkan penelitian, sebuah laptop dapat menghemat rata-rata 80 % listrik. Di Papua sendiri pergantian PC ke laptop itu bisa menghemat sekitar 114,4 kwh per hari. Sebuah laptop hanya menye-
VOLUME 004
dot daya sekitar 60 watt dibandingkan sebuah PC yang mencapai 300 watt. Ada sekitar 58 PC yang disubsitusi. Jadi per hari penghematannya, 58 x 240 watt x 8 jam. Selain subtitusi PC ke Laptop, Field Papua juga melakukan pengendalian pemanfaatan energi dengan memanfaatkan foto cell sebagai saklar otomatis. Foto cell mampu menghemat listrik sampai 304 kwh/hari atau setara 111.069 kwh/tahun. Efisiensi energi juga didapat dengan pengoperasian solar cell. Di Area sana sudah dipasang 2 unit panel solar cell untuk keperluan penerangan. Pemanfaatan sumber energi terbarukan ini bisa menghemat sebesar 1,6 kwh atau setara 584 kwh/tahun. Penghematan energi yang signifikan didapat dari optimasi produksi dengan mensubstitusi pompa dari Pumping Unit (PU) dengan Electrical Submersible Pump (ESP). Tanpa optimasi pemakaian listrik pada 2012 bisa mencapai 4.268.377 Kwh, tapi dengan optimasi turun menjadi 2.508.938 Kwh. Selain pergantian pompa, optimasi juga dilakukan pada water injection plan, Jaringan listrik PLTD water injection plan yang tadinya 400 v ke 6.000 v. Optimasi ini bisa menghemat listrik 435 kwh/hari.
Kembali menggunakan laptop dalam keseharian aktivitas di Field Papua.
KONSERVASI AIR FIELD JAMBI TANPA gembar-gembor, sejak 2011 UBEP Jambi Area Selatan yang kini disebut Area Jambil membuat 50 lubang biopori di Perumahan Kenali Asam dan Bajubang. Biopori merupakan sumur serapan sebagai ikhtiar untuk konservasi air tanah. Selain menaikkan daya serap tanah saat hujan, biopori juga menurunkan potensi run off. Kegiataan ini diteruskan pada 2012 dengan membuat 50 biopori dan akan dilanjutkan pada 2013. Setidaknya pada tahun ini akan dibangun 100 sumur biopori. Untuk menangani kegiatan tersebut, manajemen memiliki tim khusus yang berkompeten di bidangnya Konservasi air sangat vital sekarang ini. Potensi ketersediaan air bersih di Indonesia terus menurun karena rusaknya daerah tangkapan air dan pencemaran lingkungan. Dari total ketersediaaan air di Indonesia hanya 23% yang termanfaatkan. Strategi ketersediaan air bersih melalui proses konservasi merupakan prioritas. Tak semata-mata mengenai berapa banyak volume air yang digunakan, tapi lebih penting lagi adalah upaya mengurangi beban pencemaran terhadap air. Atas dasar itu pula Area Jambi
melakukan berbagai upaya konservasi air. Selain pembuatan sumur biopori konservasi air juga dilakukan dengan mengintensifkan kegiatan injeksi air (waterflood). Ini merupakan perolehan tahap kedua (secondary recovery) dengan menginjeksikan air kedalam reservoir yang mendekati batas produktif setelah perolehan tahap pertama (primary recovery).
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ALA RANTAU WILAYAH Field Rantau terbentang dari Provisinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara, melintasi enam kabupaten, yakni Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Gayo Lues, Kotamadya Langsa dan Kabupaten Langkat. Pada 2012, Field Rantau memproduksi minyak 3905 BOPD dan gas 4,6b MMMSCFD. Sejak 6 Desember 2011, semua air terproduksi didaur ulang dengan diinjeksikan ke dalam sumur, (Enhanced Oil Recovery dan Pressure Maintenace). Untuk mengefektifkan pengembangan masyarakat melalui program
CSR, Field Rantau melakukan social mapping di wilayah kerja bekerjasama dengan lembaga independen dan perguruan tinggi. Social mapping tersebut memberikan gambaran garis-garis hubungan antara kelompok/individu, mengidentifikasi masalah sosial, dan kelompok rentan. Dari situ, baru dirumuskan program yang menjawab kebutuhan masyarakat dengan orientasi kemandirian. Program dijalankan dengan melibatkan masyarakat dan pemerintah. Program pengembangan ditetapkan lengkap dengan latar belakang, tujuan & indikator, metode pelaksanaan dan lingkup kegiatan untuk jangka waktu sampai lima tahun. Beberapa program unggulan yang sedang berjalan yang didesain bisa mendongkrak kemandirian masyarakat, antara lain budidaya ikan gurame di Kampung di Tanjung Seumentoh, ikan lele Dumbo di Kampung Kebun Tanjung, ternak sapi potong di Kampung Sukaramai, kerajinan menjahit dan bordir di Kampung Kebun Rantau. Semua di Kabupaten Aceh Tamiang Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat di bidang pertanian, Field Rantau membangun Pusat Pemberdayaan Masyarakat Pertamina (PPMP) Pertamina EP Field Rantau per tengahan Januari 2013. Menurut Field Manager Rantau Sigit Gunanto, PPMP merupakan wujud kepedulian kepada masyarakat sekitar daerah operasi Pertamina Rantau,dengan memberi kesempatan belajar dan menimba ilmu di PPMP. Diharapkan masyarakat yang ikut dalam pembelajaran dapat menyerap ilmu sekaligus mempraktekannya di lingkungan masing-masing. Di tempat ini, masyarakat bisa belajar, budidaya ternak ikan lele, budidaya keramba air tawar (ikan nila), budidaya jamur tiram, dan itik petelur. “Saya berharap PPMP ini tetap berjalan dengan baik dan berkesinambungan, agar manfaatnya bisa dan dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar daerah operasi Pertamina.” ujarnya.
VOLUME 004
TAHUN I
11
TATA N A G U S R S T
JEJAK SURGA KEANEKAAGAMAN HAYATI
DARI SANG PECINTA SAMPAI SI PEMALU 12
TAHUN I
VOLUME 004
L A P O R A N
Maleo, Orangutan Sumatera, Orangutan Kalimantan, Owa Jawa dan Bekantan menjadi saksi keseriusan Pertamina EP dalam menjaga dan melestarikan Indonesia
F OTO - F OTO : TATA N A G U S R S T
I
tahap awal, penyelamatan dilakukan terhadap hewan-hewan yang berada di wilayah kerja yang dimiliki Pertamina. Pilihan pun jatuh kepada Maleo, Orangutan Kalimantan, Bekantan, Orangutan Sumatera dan Owa Jawa. Pertamina EP tak sekadar mengulurkan dana, tapi ikut ke luar masuk hutan, menyiangi onak dan duri untuk mendokumentasikan kehidupan satwa-satwa yang terancacam punah. Berikut catatan awak BALANCE, Tatan Agus Rst yang beberapa kali mengikuti perjalanan pendokumentasian hewan-hewan langka tersebut.
JEJAK MORIO DI HUTAN KUTAI
Induk morio bergantung di sulur-sulur pohon sambil menggendong anaknya.
NDONESIA adalah surga keanekaragaman hayati. Dari dahulu kala, para peneliti dari seantero jagat menyempatkan diri mencecap Nusantara, mereguk keindahan flora dan faunanya, kemudian mendokumentasikannya. Banyak yang kemudian beroleh kemasyhuran. Salah satunya, Afred Russell Wallace, ilmuwan pengelana asal Inggris. Setelah bertahun-tahun keluar masuk hutan di Indonesia, Wallace menulis The Malay Archipelago, yang menggetarkan jagat pengetahuan Biologi. Banyak species flora dan fauna, endemik asli Indonesia, dan hanya satu-satunya di muka bumi. Misalnya Maleo, burung asli Sulawesi yang biasa disebut sang pecinta sejati karena kesetiaaan kepada pasangan yang tiada tara. Jika Maleo punah, seluruh insan di muka bumi akan meratapi kepunahannya. Direktorat Jenderal Perlindungan
U TA M A
Hutan dan Konservasi memasukkan Maleo ke dalam daftar Peta Jalan Peningkatan Populasi 14 Spesies Prioritas Utama Terancam punah bersama-sama dengan Babi Rusa, Anoa, Badak Jawa, Badak Sumatera, Gajah Sumatera , banteng , Komodo, Orangutan Kalimantan, Owa Jawa, Bekantan, Jalak Bali, Elang Jawa, dan Kakatua Kecil Jambul Kuning. Tanpa upaya sungguh-sungguh dan nyata, upaya itu bisa dipastikan akan gagal. Jika itu terjadi untuk kesekian kali, elemen-elemen penanda Indonesia hilang satu per satu. Generasi pendatang, hanya akan dapat cerita bahwa dahulu kala pernah ada ini dan itu di Indonesia . “Generasi mendatang berhak mendapat lebih dari itu,” ujar Presiden Direktur Pertamina EP, Syamsu Alam. Sejalan dengan value perusahaan untuk tumbuh bersama lingkungan, anak perusahaan Pertamina ini mulai membuka mata dan telinga keberadaan hewan-hewan terancam punah itu. Untuk
PERJALANAN mencari jejak keberadaan Morio direncanakan di Balai Taman Nasional Kutai (TNK) di Bontang, Kalimantan Timur, sambil diskusi bersama tim TNK dengan memperhatikan slide show sekilas tentang kawasan taman nasional yang ada di Sangatta ini, diputuskan bahwa kami akan bermalam di home stay di dusun Kabo. Usai melepas lelah semalam di dusun Kabo, selepas sarapan pagi perjalanan dilanjutkan menuju bibir sungai Sangatta, dan satu ketingting dengan motor penggerak 10 PK pun telah menunggu, lalu kami menyusuri sungai yang menurut informasi banyak buayanya ini, menuju Prevab, gerbang pencarian mamalia terbesar di Taman Nasional Kutai. Kurang lebih setengah jam kami menyusuri sungai yang memisahkan kawasan taman nasional yang tampak rindang dipenuhi pohon dan di sisi kanan kawasan pertambangan batubara dengan tanah-tanah terbuka menganga, serta hunian penduduk yang tumbuh bak jamur di musim hujan. Dermaga Prevab kali ini tampak menyusut, karena air sungai surut, pohon-pohon arai tampak rindang dengan buah-buahnya menguning, persedian makanan Morio –Si Orangutan
VOLUME 004
TAHUN I
13
U TA M A
F OTO - F OTO : TATA N A G U S R S T
L A P O R A N
Morio.
Kalimantan, usai menurunkan perbekalan di kamp kakap, dengan ketingting kami melanjutkan ke Mentoko, salah satu tempat pemantauan mamalia endemik Kalimantan, perjalanan sekitar satu jam menuju Mentoko. Berkali-kali kami harus turun dari ketingting tuk menghindari perahu karam, karena banyak riam dengan bebatuan menonjol membuat stoper jeram. Mentoko pun akhirnya sampai juga, Tak ingin menyia-nyiakan waktu, Pandjie Galih ditemani tim peneliti Orangutan segera merangsek ke dalam hutan mencari keberadaan Morio, tapi tak tampak jejaknya. “Kita harus dapat morio kang,” tutur Panji dibawah pohon ulin yang berdiri kokoh, terlihat rasa khawatir menyelimutinya. Ada perasaan pesimis, karena kabarnya ada turis dari Jerman sudah tiga hari di sini, tapi tak kunjung menemukan mamalia memukau ini. Karena peluang bertemu Morio lebih banyak di Prevab dibanding di Mentoko, lalu diputuskan kembali ke kamp kakap di Prevab. 14
TAHUN I
Di tengah perjalanan di atas ketingting, Haryadi dan Edi pemandu kami dari TNK melihat gerak-gerik Morio di atas Pohon Aria di pinggir sungai, perahu pun di arahkan ke tepian. Tak ingin kehilangan kesempatan aku meloncat bebatuan mendekat ke bawah pohon sambil mencari-cari, benar terlihat seekor induk Orangutan dengan anaknya, kamera pun saya arahkan, tapi dia begitu cepat menghindar, namun beruntung 10 bidikan didapat, beban sedikit ringan karena bisa bertemu dan memotretnya. Menjelang sore hari, kabar baik datang dari kamp kakap di Prevab, “induk morio dengan anaknya di pohon arai, segera kembali ke Prevab,” Demikian panggllan dari radio terdengar. Di Prevablah akhirnya kami bisa puas memotret morio, banyaknya pohon arai yang berbuah di sekitar kamp yang kami tinggali menarik minat Orangutan datang. Orangutan di Kalimantan ini disebut juga Morio berbeda dengan Orangutan yang ada di Sumatera. Morio me-
VOLUME 004
miliki bulu dengan warna coklat kehitaman dan wajah yang lebih hitam, dan rahang paling besar serta otak yang kecil. Orangutan morio mampu bertahan dalama kondisi cuaca yang ekstrim, seperti kemarau panjang, pakan yang minim, bahkan lebih sering turun ke tanah, karena tidak ditemukannya predator besar di Kalimantan, beda dengan di Sumatera. Morio sering sekali menguji kesabaran, seperti disaat kami mendapatkannya di atas pohon, tiba-tiba dia bergerak menuju sarang tempat tidurnya, padahal waktu masih pagi hari, Orangutan malah tidur-tiduran kurang lebih 3 jam. Jadi siapa yang duluan bosan menunggu, saya atau dia. Tak mau kalah, saya pun ikut tidur-tiduran menunggu dia beranjak, terlihat dia pun mencuri pandang ke arah saya. Dan saya pun pura-pura tidur, akhirnya 3 jam kemudian Morio mengalah karena tuntutan perut, dan menuruni pohon, menuju pohon arai yang saat itu banyak buahnya, dan kamera pun tak berhenti memotretnya.
ANGIN bahorok malam itu cukup bergemuruh, meliuk menyusuri lembah, mengerakan dahan dan dedaunan, membawa hawa dingin menusuk tulang, tapi aku tetap mematung memandang kegelapan, menembus bukit nun di atas sana, itu lah Bukit Lawang, salah satu pintu masuk ke Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), yang terletak diantara Aceh dan Sumatera Utara. Setelah berbincang dengan para jagawana, diputuskan esok subuh menapaki hutan Leuser mencari jejak mamalia endemic Leuser –itulah Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Tidaklah mudah mencari keberadaan mereka, yang hidup arboreal --hidup di atas pohon, tapi berkat kepiawaian para jagawana TNGL, setelah dua jam perjalanan mendaki dan menuruni lembah, satu demi satu mamalia memukau ini ditemukan, dari yang masih bayi, agresif dan menyerang, hingga Sandra —nama Orangutan-- dewasa dan bersahabat. Saat ini populasinya hanya tersisa kurang dari 7000, dan jumlah ini terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Disamping sifat perkembang biakannya yang lama, pembukaan lahan serta pembalakan liar, juga perburuan, serta sering terjadinya konflik antara Orangutan dan manusia, karena habitatnya terancam, mamalia ini turun ke perkebunan masyarakat, untuk mencari bebuahan dan masyarakat merangsek ke hutan, sehingga sering terjadi perburuan. Bekerjasama dengan TNGL, Pertamina EP disamping membantu operasional penyelamatan Orangutan, juga melakukan restorasi hutan dengan cara penanaman pohon buah di area TNGL, bila pohon-pohon buah ini banyak tersedia di kawasan ini, tak perlu lagi Orangutan merangsek kebun penduduk, dan tak perlu terjadi lagi konflik, yang ada hanyalah hidup damai di habitatnya masing-masing.
F OTO - F OTO : TATA N A G U S R S T
SOS” ORANGUTAN SUMATERA
VOLUME 004
TAHUN I
15
U TA M A
F OTO - F OTO : TATA N A G U S R S T
L A P O R A N
PELEPASLIARAN OWA JAWA KEBERADAAN Owa Jawa yang merupakan endemik di Jawa bagian barat dan sebagian di Jawa bagian tengah, merupakan primata arborial yang sebagian besar waktu aktivitasnya di pohon, populasinya di alam bebas berkisar antara 2000 hingga 4000 individu, sebagian mereka hidup dalam populasi kecil terisolasi di hutan yang tersisa di pulau jawa. Pertamina EP menunjukkan kepeduliaanya dengan cara ikut serta dalam upaya pelestariannya, seperti berperan serta aktif dalam pelepasliaran sepasang Owa Jawa di Gunung Puntang, Bandung pada 15 Juni 2013. rencanannya bukan hanya sepasang yang dilepasliarkan, tapi akan ada beberapa pasang lagi menyusul untuk dilepaskan. Sehingga kawasan Gunung Puntang ini akan menjadi habitat primata eksotis yang aktif bergerak. Cara hidup Owa Jawa yang teritorial, berkeluarga dengan sepasang jantan dan betina serta dua hingga tiga anak, dan sipat hidupnya memilih hutan yang harus masih dalam kondisi baik, pemburuan liar karena menawan untuk dipelihara, membuat keberadaannya terancam kepunahan. Bila kita semua tidak bergerak bersama untuk melindunginya, mereka hanya akan ada dalam dongeng dan cerita saja. 16
TAHUN I
VOLUME 004
F OTO - F OTO : TATA N A G U S R S T
JAMUAN MAKAN BEKANTAN TERLETAK di tengah kota Tarakan, hutan mangrove berdiri gagah. Dia bukan sekadar maskot tetapi sekaligus paru-paru kota dan daerah tujuan wisata. Di sana, bukan hanya kerimbunan hutan mangrove yang didapat tetapi ada primata pemalu yang cukup eksotis, Bekantan. Kera berhidung panjang dan besar dengan rambut merah kecoklatan tersebut asli Kalimantan. Dibandingkan jenis kera lain, dia punya keunikan : pandai berenang. Dia bisa pindah dari satu pohon ke pohon lain yang terpisah oleh air. Bekantan hidup berkelompok, dipimpin oleh satu atau dua jantan dewasa dengan sekitar empat betina dewasa dan bayi-bayi Bekantan, Satu kelompok kurang lebih berkekuatan 10 hingga 15 Bekantan.
Pemandangan menarik tersaji saat jamuan makan pagi dihidangkan., Masing-masing kelompok bergerak cepat menuju “meja” makan. Bila satu kelompok sudah sampai lebih dulu, kelompok lainnya sabar menunggu. Karena sering terjadi keributan bila tampak ada Bekantan dari kelompok lain menyerobot, tugas sang pemimpinlah untuk siaga menjaga kelompoknya untuk menikmati jamuan makan.
Bekantan tak kemaruk. Mereka tahu batas perutnya, walau masih tersaji makanan, bila sudah kenyang, Bekantan-bekantan itu satu persatu menyingkir, memberi kesempatan kelompok lain untuk menikmati pisang yang disajikan. Bila Bekantan saja sanggup, apalagi kita manusia, harusnya bisa lebih bijaksana dan tidak rakus dan tahu mana miliknya dan mana yang bukan haknya.
VOLUME 004
TAHUN I
17
I N S P I R A S I
F OTO - F OTO : TATA N A G U S R S T
D
Haji Ali Mansyur.
MENUAI REZEKI MANGROVE
“Cintailan Tanaman. Dia akan bertasbih mendoakanmu,” kata Haji Ali Mansyur. Hidupnya berkecukupan setelah berpuluh tahun merawat Mangrove. Menginspirasi pelestarian lingkungan di kawasan pesisir. 18
TAHUN I
VOLUME 004
IA lebih senang berkaos dan bersarung. Kakinya lebih sering telanjang dibandingkan dibungkus sepatu atau sandal. Sepatu hanya dikenakannya di sekolah. Itu pun saat mengajar, –profesi yang dilakoninya sejak puluhan tahun lalu. Dia pun lebih memilih membiarkan Pajero miliknya teronggok di garasi. Alhasil selama empat bulan mobil mewah itu, tetap km. “Istri saya gak mau. Katanya malu oleh tetangga,” ujarnya. Mobil itu pun sebetulnya tak dibelinya. Tapi dikirim perusahaan di Kalimantan, yang dimilikinya dengan beberapa teman. Karena kinerja bagus, manajemen perusahaan memutuskan membelikan kendaraan untuk Direksi dan Pemegang Saham. Selama ini, lelaki itu lebih sering wara-wiri memakai motor yang menurutnya lebih praktis. Sesekali, ia juga masih berkeliling dengan sepeda ontel tuanya berkeliling desa, memungut bibit mangrove untuk memagari pesisir pantai dari hantaman ombak. Pak De Karwo, Gubernur Jawa Timur yang baru terpilih kembali untuk periode kedua memanggilnya “Bupati Tuban” untuk sekadar menggambarkan besarnya pengaruh dan kepopuleran namanya. Daftar untuk menunjukkan bahwa lelaki ini bukan orang biasa bisa diperpanjang lagi. Duta Besar Amerika, dan beberapa orang penting negri ini, mulai dari mantan pejabat sampai menteri menyempatkan menyambangi kediamannya. Siapa laki-laki yang namanya bergaung di seantero Tuban dan disebut dengan penuh ketakziman itu? Dialah Haji Ali Mansyur yang yang namanya berada di daftar teratas parpol setiap Pemilu untuk didekati karena dianggap bisa mempengaruhi pemilih. Pengabdi lingkungan yang berpuluh tahun mem baui mangrove demi penyelamatan pesisir. Otodidak sejati yang sangat mempercayai kearifan alam. Haji Ali Mansyur berhasil mengu-
bah desanya. Yang tadinya super miskin, menjadi di atas desa lain, baik ekonomi maupun SDM. Mereka yang tadinya hanya bisa “kerja hari ini untuk makan hari ini”, kini sudah bisa menyisihkan penghasilannya untuk masa depan. “Kesenjangan juga terlalu lebar,” ujar Ali Mansyur. Tanah di desa hanya dimiliki segelintir orang. “Satu orang bisa memiliki 500-an hektar, sementara 500 orang, satu meter pun gak punya,” kata Ali Mansyur. Kemiskinan pula yang menyebabkannya menghentikan pendidikan SD sampai empat tahun, yang kemudian disambung kembali setelah ada biaya. Putus sambung ini berlanjut di jenjang berikutnya. Alhasil, Mansyur baru bisa mengikuti pendidikan SMA pada umur 25 tahun, sampai akhirnya berhasil meraih sarjana Tarbiyah. Pahit getir meangakses pendidikan merangsangnya untuk aktif di bidang pendidikan. Dia berjasa membangun Pondok Pesantren Manbail Futu sehingga disegani sampai sekarang. Sebetulnya pesantren ini berdiri sejak zaman penjajahan Belanda pada 1925, tapi hanya pondok tradisional. Baru pada 1997, mulai diajarkan pendidikan formal yang berbasis kurikulum nasional. Dari yang tadinya muridnya hanya 13 orang, kini siswanya mulai dari TK, MI, MTs, MA, berjumlah sekitar 4000 orang, terbesar di Tuban. Ali Mansyur kini menjadi Ketua Yayasan di situ. Sejak dilahirkan 15 Agustus 1957, Ali Mansyur tak pernah keluar dari Desa Jenu, Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban. Suasana serba kekurangan tak membuatnya harus mengadu nasib ditempat lain, jadi TKI di luar negri atau menyesaki Jakarta. “Tak pernah berpikir merantau. Saya ingin mengembangkan desa kelahiran saya,” ujar Ali Mansyur. Alam membuka jalan mewujudkan tekad tersebut. Mulai 1970, pantai yang berbatasan dengan desa mulai terkikis abrasi. Sedikit demi sedikit air laut mendekat. Sampai akhirnya Pada 1974, rob besar menghantam desanya. Jarak rumah yang tadinya
Cikal bakal asri di pinggir pantai.
300-an meter ke pantai hanya tinggal beberapa meter saja. Kejadian itu menggugah Ali Mansyur. Saat itu umurnya 18 tahun. “Saya harus berbuat sesuatu.” katanya. Mulailah periode “kegilaaan”. Ali Mansyur menapaktilasi jejak banjir dengan menanami mangrove. “Banyak yang menyebut saya gila, tak ada kerjaan,” ujarnya. Berbeda dengan di wilayah lain, mangrove tak pernah bersemi di Desa Jenu. Untuk bibit, Mansyur terpaksa berkeliling dengan sepeda ontel memungut dari desa-desa lain. Bibit itu kemudian ditanamkan pada bibir pantai. Sebelumnya
pasir pantai diangkut dulu ke darat, kemudian dioplos dengan tanah, Begitu terus dilakukan selama bertahun-tahun, “Pada dasarnya saya senang tanaman,” ujarnya. Dia merawat bayi-bayi mangrove itu dengan tekun dan telaten. Satu per satu mulai tumbuh. Dia melakukannya sendirian. Mangrove yang tadinya susah tumbuh di Jenu ternyata bisa rindang di tangan Ali Mansyur. Untuk urusan tanaman, dia rupanya bertangan dingin. Apapun yang ditanamnya akan tumbuh, sehingga timbul selorohan di antara teman-temannya, “Ditanam Mansyur, batu pun bisa berbuah.”
“Ditanam Mansyur, batu pun bisa berbuah.”
VOLUME 004
TAHUN I
19
Kegilaannya itu dilakukannya selama bertahun-tahun. Tetangga-tetangganya belum tergerak karena dianggapnya pekerjaan sia-sia, seperti melukis di atas air. Baru dua puluh tahuan kemudian setelah melihat keberhasil Mansyur merindangkan pantai, mereka mengikuti. Ada sekitar 18 orang yang aktif melakukan penanaman. Mereka bekerja tanpa pamrih, tak ada yang melirik untuk mengulurkan bantuan termasuk pemerintah. Perhatian mulai didapat pada 1997. Mereka dikirim mengikuti pelatihan. Untuk keperluan administrasi, Mansyur dan kawan-kawan membentuk kelompok Tani Wana Bahari. Saat itu memang pelatihan diadakan untuk kelompok tani. Setelah pelatihan, mereka diberi order pengadaan 50 ribu bibit. Ada 12 anggota kelompok yang terlibat dalam pengerjaaan tersebut, Gajinya 6000 per hari. Mereka sepakat untuk memakai uang tersebut untuk modal kelompok, antara lain dipakai untuk membangun sekretariat dan rapat. Ali Mansyur menyebutnya gubug yang dipertahankan sampai sekarang. Selain Wana Bahari pada 15 Agustus 2001, mereka juga menyatukan langkah dengan membentuk Forum Masyarakat Peduli Pesisir Tuban. Seiring dengan berkembangnya kegiatan, empat tahun kemudian didirikan Yayasan Mangrove Centre. Lembaga inilah sekarang yang secara resmi mengelola Mangrove Centre Tuban yang luasnya mencapai 54 hektar, 32 hektarnya merupakan milik Mansyur. Ali Mansyur dengan Mangrove Centre, kini tak ubahnya menjadi penjaga lingkungan Tuban. Dia tak segan mendatangi perusahaan yang dianggapnya melalaikan lingkungan. Pernah tiga tahun lalu, dia mendatangi pabrik semen karena membiarkan bekas penggalian terlantar sehingga mirip danau. Dia bersurat akan melakukan penghijauan. Tak mendapat tanggapan. Perusahaan hanya membalas dengan mengatakan itu menjadi kewajiban perusahaan. 20
TAHUN I
TATA N A G U S R S T
I N S P I R A S I
Menahan abrasi.
Dua tahun kemudian perusahaan mengirimkan surat boleh dilakukan penanaman di situ dengan biaya ditanggung perusahaan. Syaratnya Ali Mansyur harus punya badan usaha berupa CV. “Kami hanya ingin menanam. CV silakan ditunjuk perusahaan,” ujar Ali Mansyur, Sejak itu perusahaan mulai mendekat. Bahkan sering untuk program lingkungan rapat di Mangrove Centre sampai akhirnya tahun lalu perusahaan tersebut meraih proper emas. Sebagai pembina Ali Mansyur senantiasa menekankan prinsip amanah kepada pengurus yayasan. Dia memilih mengembalikan bantuan kalau ada dana sisa. Pernah sebuah bank membantu membangunkan gapura dengan anggaran 50 juta. Cuma habis separuhnya. Saat dikembalikan, bank bilang sudah jadi hak yayasan. Akhirnya disepakati sisa dana itu dipakai membangun balai kesehatan. Dengan pengelolaan yang amanah seperti itu, reputasi Mangrove Centre pun cepat meroket. Jika yang lain mengirim permohonan bantuan, untuk Yayasan Mangrove Centre justru banyak perusahaan yang antre menawarkan kerjasama termasuk Pertamina EP. “Kami berterima kasih kepada perusahaan yang sangat peduli kepada lingkungan,” ujar Ali Mansyur. Cita-cita Ali Mansyur untuk memberdayakan masyarakat sudah tercapai. Mangrove Centre membuka lapangan kerja baru kepada warga desa
VOLUME 004
di situ. Ada sekitar 59 pekerja yang digaji di atas UMR. Selain itu warga juga bisa berjualan, mencukupi kebutuhan pengunjung yang datang, terutama yang berkemah. Kalau lagi musim liburan, tempat itu disesaki ribuan orang. Mereka tak dikutip bayaran, hanya pengganti listrik yang nilainya ala kadarnya. Mangrove Centre juga membuka diri untuk tempat pelatihan budidaya mangrove dan cemara laut. Yang datang, tak hanya dari Tuban, tapi juga dari Kabuapaten lain, termasuk dari luar Jawa. Bibit mangrove dan cemara yang sengaja disemai di situ dibagikan gratis kepada siapapun yang membutuhkan. Padahal, harganya, terutama bibit cemara lumayan, per tangkai bisa mencapai Rp 9.000. Karena harga yang menggiurkan, lembaga pembibitan plat merah yang ada di Kabupaten lain, tak membuka akses kepada masyarakat yang ingin belajar membudidayakannya. Alasannya, jika masyarakat sudah bisa sendiri, bibit yang diproduksi lembaga itu tak akan laku. Mangrove Centre kemudian tergerak membuat pelatihan. Semua perwakilan Kabupaten di Jawa tengah dan Jawa Timur diundang. Semua pengalaman tandas dibagikan kepada peserta, termasuk bibit yang baru disemaikan. Mangrove Centre pun tumbuh mewangi. Dia menjadi lembaga yang pa-
TATA N A G U S R S T
ling otoritatif di Tuban untuk penyelamatan lingkungan. Kini, sudah beranak pinak di berbagai tempat. Tak hanya di wilayah pesisir jawa, juga menyebrang ke lain Pulau, seperti Bontang di Kalimantan. Bagi Ali Mansyur, mangrove adalah pembuka rezeki. “Saya bersyukur, setelah menanam itu rezeki selalu ada,” ujar Mansyur. Dengan sedikit filosofis, ia menjelaskan tanaman-tanaman peliharaannya itu bertasbih mendoakan dirinya. Tak lupa ia juga mengutip beberapa hadis dan Al Qur’an. Salah satunya yang dianggap rezeki itu adalah berlipatnya harga tanah. Tanah yang dibelinya murah, seiring kemajuan Tuban, nilai jualnya menjadi berlipat-lipat. Ali Mansyur terus merangkai mimpi-mimpinya untuk menjadikan Mangrove Centre Tuban sebagai tempat belajar lingkungan dan kehutanan, serta pemberdayaan ekonomi masyarakat. “Saya nanti akan bangun menara untuk melihat burung. Bisa motret dari situ nanti,” kata Mansyur. Sekitar 15 hektar dari seluruh lahan Mangrove Centre diajangkan untuk keanekaragaman hayati. Tak hanya Mangrove, di situ juga ditanam pohon jenis lain, seperti cemara, mahoni dan lain-lain. Hewan-hewan pun dibiarkan berkeliaran bebas. Burung laut, seperti camar dan burung sawah, blekok menjadikan tempat itu sebagai tempat tinggalnya. Rindangnya pepohonan membuat mereka betah. Jika hari berganti petang, rombongan burung satu persatu hinggap di pucuk pohon. Saat senja, hamparan putih yang bertengger di puncak berkilatan. Sungguh pemandangan yang eksotis. Di tengah usianya yang terus merembet Ali Mansyur tak ingin berhenti. Dia terus berlari, menggenapkan asanya, untuk terus berguna bagi orang lain, seperti yang selalu diingatkan guru ngajinya saat kecil dulu, “Sebaikbaiknya manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain.”
MEMBANGKITKAN SEMANGAT PENDENGAR PATAH ARANG ATAS dedikasinya terhadap lingkungan, Ali Mansyur pada 2012 lalu dianugeraghi Kalpataru yang diserahkan Presiden SBY. “Saya tadinya mau menolak, Tapi diminta Bupati untuk menerima,” ujarnya. Alasan Pak Bupati, dengan penghargaan tersebut, jejak pengabdiannya bisa dicontoh generasi berikutnya. Dari yang tadinya tidak peduli, ia kemudian mencari tahu kesana kemari soal penghargaan tersebut, lewat internet ataupun bertanya ke kawan-kawan sesama penggiat lingkungan. Jawabannya mencengangkan. Penghargaan itu tak membuat peraihnya lebih bersemangat mengabdi seperti yang sebelumnya di lakukan, justru malah melorot. Dari 43 peraih Kalpataru di Jawa Timur sejak penghargaan itu diberikan pada 1973, hanya dua orang yang masih terus berkarya di bidang lingkungan termasuk dirinya, empat orang sudah meninggal. Setelah meraih penghargaan itu, semangat malah jadi loyo. Jika tadinya tanpa pamrih, setelah meraih piala dengan mudah mereka menyalahkan pemerintah yang dianggapnya tak peduli pada yang mereka lakukan, Mereka pun patah arang. Para pendekar ini mundur dari ladang pengabdiannya kepada lingkungan. Kondisi ini mengusik pikiran Ali Mansyur. “Malu, setelah dapat piala malah tak berbuat apa-apa,” ujarnya, Ia pun akhirnya mengumpulkan para pendekar lingkungan yang sudah mutung tersebut di Mangrove Centre. Selama tiga hari, sekalian berekreasi dengan keluarga, mereka saling menyemangati, setelah puas melemparkan uneg-uneg. Saat acara berlangsung Ali Mansyur berinisiatif menghubungi pejabat di Kementerian Lingkungan Hidup. Setelah pertemuan, terbentuklah Forum Peraih Kalpataru. Ali Mansyur ditunjuk sebagai koordinatornya. Gayung berambut, dukungan datang. Para peraih kalpataru itu dimintai mengajukan proposal program senilai 50 juta. Ali Mansyur memilih tidak mengajukan bersama dua teman lainnya yang merasa mampu mendanai program dengan swadana. “Biar teman-teman saja.” ujarnya. Tak lupa ia mengingatkan teman-temannya agar berupaya mandiri, jangan targantung pada pemerintah. Tak hanya di Jawa Timur, forum ini diharapkan berdiri di provinsi lain. Sebagai embrio, Ali Mansyur mengajak delapan teman lainnya dari Provinsi lain, sesama peraih Kalpataru 2012 berkumpul. Tempatnya juga di Mangrove Center. Semuanya datang atas biaya sendiri, kecuali satu orang yang datang dari Aceh. “Dia nelayan. Hidupnya pas-pasan,” ujarnya. Ali Mansyurlah yang menanggung biaya perjalanan dia dan keluarganya. Ali Mansyur memang mudah berempati kepada orang lain. Seorang pengajar di Pondok Pesantren Manbail Futu mengisahkan, pernah beberapa tahun silam, pengajar di situ diberi jatah dua orang untuk diangkat menjadi guru PNS. Sebagai guru senior, hak jadi PNS itu sebetulnya milik Ali Mansyur, tapi karena ada koleganya yang dipandang lebih membutuhkan, Ali Mansyur melepaskan haknya.
VOLUME 004
TAHUN I
21
A P A
&
S I A P A
F OTO - F OTO : K A PA N L A G I . C O M
B
SENJATA SERIOSA VANIA 22
TAHUN I
VOLUME 004
AGI banyak anak muda, seriosa adalah musik jadul yang tak akrab di telinga. Musik nya kakek dan nenek. Tapi ini tidak berlaku bagi Vania Larissa. Tak sekadar menikmati, seriosalah yang membuka lempang jalan hidupnya. Dialah yang melambungkan namanya, menggenapkan kecantikan dan kecerdasaannya sehingga terpilih menjadi Miss Indonesia . Dara kelahiran Pontianak 18 November 1995 ini memang piawai bernyanyi seriosa. Dia bisa melagukan karya agung Wolfgang Amadeus Mozart dengan indah seindah wajahnya. Liukan suaranya menggetarkan. September ini, selama sebulan penuh Vania mengikuti kontes Miss World 2013 di Bali dan Jakarta. Dia bersiap segalanya, mulai dari mengasah kemampuan berbahasa sampai mempelajari adat istiadat asli Indonesia. Vania secara khusus mempelajari tarian Enggang, khas Dayak , suku asli yang banyak mendiami wilayah Kalimantan, termasuk Kalimantan Barat, tempat Vania dilahirkan dan dibesarkan. Vania juga getol berlatih memetik sasando, musik khas Flores. Ketrampilan barunya akan dipakainya untuk memikat dewan juri selain seriosa yang sudah menjadi nafas hidupnya, dan menjadi senjata ampuh dalam berbagai festival. Apakah Vania menggoreskan sejarah baru bagi Indonesia dengan membawa pulang mahkota Miss World? “Saya akan tampil sebaik mungkin demi Indonesia,” ujar Vania. Yang pasti, di ajang itu Vania sudah mencatatkan rekor sebagai peserta termuda.
BUAH JATUH RIFAT SUNGKAR
R F T _ R I O W I N TO. F I L E S . W O R D P R E S S . C O M
B
UAH jatuh tak jauh dari pohon. Rifat Sungkar, tahun mendaki ketenaran dengan mengikuti jejak orang tuanya dan kakeknya sebagai pembalap. Prestasinya jauh melampaui pendahulunya. Jika Helmi Sungkar dan Ria Sungkar, hanya bergaung di tingkat nasional, nama Rifat sudah go Internasional. Dia beberapa kali berhasil menaikkan bendera merah putih di arena balap mancanegara. Dunia kini mencatat Indonesia sebagai negara yang mempunyai pereli tangguh. Terakhir, pria kelahiran Jakarta 22 Oktober 1978 ini berhasil naik podium pada seri kelima di arena rally bergengsi New England Forest Rally (NEFR, di Newry, Maine, Amerika Serikat, Dia berhasil mengibarkan bendera merah putih setelah menduduki podium ketiga. Ini pengibaran kedua setelah sebelumnya, Rifat yang tergabung dalam Fastron World Rally Team, juga meraih peringkat ketiga pada seri ketiga di Oregon. Saat itu Rifat mencuri hati para peserta dan penonton NEFR. Bukan karena keberhasilannya menyabet podium ketiga, tapi sikapnya yang meletakkan sportivitas dan kemanusiaaan di atas kemenangan, seperti yang ditunjukkan Lightening Mc Queen dalam film That Car, film animasi yang bercerita tenang mobil balap. Si Kilat membuang kesempatan jadi juara pertama karena memilih tak memasuki finis dan kembali ke arena, mendorong pesaingnya “The King” yang mengalami kecelakaan. Begitu juga Rifat, saat berlangsung seri ketiga NEFR di Oregon, dia menyempatkan diri berhenti saat mobil salah seorang peserta mogok. Dia mendorongnya memasuki area servis. Jika saja, Rifat terus melaju, dia bisa menduduki runner up di seri tersebut. Alhasil, Rifat hanya berhasil menduduki tempat ketiga, sama dengan yang “Reli kan bukan hanya soal mencari kemenangan, tetapi juga ada hubungan kemanusiaan. Ini bukan hanya soal otak, tetapi juga soal hati. Kerusakan seperti itu mungkin saja dialami oleh saya, dan mungkin akan ada pereli lain yang membantu,” kata Rifat.
VOLUME 004 TAHUN I
23
W A W A N C A R A
F OTO - F OTO : TATA N A G U S R S T
GANTUNG IMPIAN SETINGGI LANGIT
Syamsu Alam adalah seorang “pemimpi”, tapi bukan pengkhayal. Seperti juga pemimpi yang lain, mimpinya itu digantung setinggi langit seperti yang dianjurkan Bung Karno dalam pidatonya yang bergemuruh. Jika mimpi itu jatuh alias tak tercapai, masih ada di bintang-bintang. “Coba kalau kita menggantung mimpi itu hanya di atas jembatan tol, kalau jatuh akan ada di bawah kolong jembatan tol,” ujar Syamsu Alam.
H
ARAPAN para wong cilik berseli weran di lobi Standar Chartered, Selasa September lalu. Siang itu, seusai berkeliling meninjau pameran foto, Presiden Direktur Pertamina EP, Syamsu Alam secara khusus menyediakan waktu untuk berdialog dengan para wong cilik itu. “Silakan mengutarakan harapannya kepada Pertamina EP,” ujar pria kelahiran Purworejo, 2 24
TAHUN I
April 1963 tersebut. Semua mitra binaan Asset 1 sampai Asset 5 hadir di situ. Problem pemasaran menjadi masalah laten yang mereka hadapi, mulai dari pengrajin lukisan sampai pengolah makanan. Mendengar keluhan itu, Syamsu Alam berjanji akan memberikan bantuan. “Makanan saat rapat itu seharusnya tak hanya kue-kue bikinan Jakarta saja, tapi juga olahan mitra binaan,” ujarnya, Seusai rapat secara khusus ia
VOLUME 004
meng instruksikan Aji Prayudi, VP Legal dan Relation untuk menindaklanjuti, kalau bisa mewujudkan harapan-harapan yang dilontarkan para mitra binaan tersebut. Kepada BALANCE, peraih gelar Doktor dari Texas A&M University tersebut menyebutkan ingin mitra-mitra binaan itu tumbuh terus “bukan hanya kita bikin terus selesai,” ujarnya. Alam tak ingin memutus harapan mitra binaan yang sudah mekar. Konsekuensinya tanggung jawab Pertamina EP
bertambah karena mencarikan pasar untuk produk mitra binaan. “Kalau perlu kita kolaborasi dengan Persero dan industri lain,” ujarnya. Dengan begitu, value perusahaan untuk tumbuh bersama lingkungan yang dideklarasikan pada 2012 tak hanya sekadar manis di atas kertas. Meski begitu, Alam tetap realistis. Komitmen itu hanya bisa dilakukan jika perusahaan sustain yang ditandai dengan penemuan cadangan baru melebihi yang diproduksi. “Tanpa itu bukan tumbuh bersama lingkungan, yang ada wafat bersama lingkungan,” ujarnya. Anda selalu menyempatkan waktu bertemu mitra binaan ? Kalau selalu, saya bohong, tapi setiap ada waktu, setiap management walktrough di field atau event-event seperti tadi, saya sempatkan untuk mendengarkan sehingga bisa tahu harapan dan kendala yang mereka hadapi.
Paling tidak saya bisa memberikan guidelines. Prinsipnya kita ingin tumbuh bareng. Bukan karena tidak percaya kepada anak buah yang bertanggung jawab di bidang tersebut ? Saya kira tidak. Kalau saya sangat percaya dengan kawan-kawan, Saya sering sampaikan tidak mungkin seorang atasan mengerjakan sendiri, nggak akan jalan perusahaan ini. Tapi, kawan-kawan harus cepat belajar mengemban kepercayaan. Melaksanakan mandat dengan bertanggungjawab. Kita hanya memberikan guidelines dan melakukan crosscheck seperti dialog tadi, apakah yang dikerjakan sudah benar atau belum. Anda menikmati berdialog dengan mitra binaan? Saya menikmati. Kita akan menemukan real problem di situ dibandingkan meeting yang sangat high level yang kerap terjebak ke seremonial,
tapi esensinya sering terlupakan. Tapi kalau bertemu mereka, yang disampaikan itu betul-betul need mereka Saya dari dulu lebih dekat dan lebih concern ke golongan lemah dibandingkan dengan yang kuat. Sangat banyak masyarakat yang harus kita sentuh. Dalam tataran kebijakan untuk pemberdayaan masyarakat apa yang akan dilakukan Pertamina EP? Untuk mengembangkan kegiatan CSR yang sudah kami siapkan adalah PPMP (Program Pengembangan Masyarakat Pertamina) yang ada di setiap lapangan. Konsepnya masyarakat di sekitar wilayah operasi perusahaan sebelum dilepas sepenuhnya dalam menjalankan sebuah program, diberikan pelatihan yang komprehensif baik hard skill maupun soft skill di fasilitas yang sudah disiapkan oleh perusahaan.Kami memanfaatkan lahan perusahaan yang belum opti-
VOLUME 004
TAHUN I
25
TATA N A G U S R S T
W A W A N C A R A
mal, kami pakai dan dilengkapi dengan sarana penunjang sesuai dengan potensi yang ada di daerah sekitar wilayah operasi tersebut sesuai dengan hasil social mapping yang dilakukan sebelumnya. Di PPMP ini berbeda di setiap lapangan karena kami tahu bahwa Indonesia sangat unik dan berbeda satu dengan lainnya, sehingga kami pun da lam pelaksanaan program memperhatikan aspek ini untuk penentuan sebuah program agar tepat guna dan sesuai dengan karakteristik masyarakatnya. Pada 2012, Pertamina EP mendeklarasikan value perusahaan tumbuh bersama lingkungan. Bisa dijelaskan ? Kami ingin menjadi perusahaan penghasil energi yang diiringi pertumbuhan dari lingkungan masyarakat dan lingkungan alam. Karena bila kita beroperasi hanya fokus terhadap profit semata tanpa mempedulikan 26
TAHUN I
lingkungan sekitar, tentu berat bagi kami untuk dapat sustain dan terus berjalan hingga kini dan mungkin nanti beberapa puluh tahun ke depan. Kondisi masyarakat semakin bertambah sementara sumber daya alam tidak pernah bertambah, hal ini sejalan dengan tingkat kesulitaan mencari minyak dan gas, sehingga wajib bagi kami untuk lebih bijak dan pandai mengoptimalkan apa yang sedang kami kerjakan untuk bisa menemukan sumber energi yang sustain bagi Indonesia, tanpa mengabaikan aspek manusia dan lingkungannya. Apa ada pemicu khusus dibalik pendeklarasian tersebut ? Terus terang sudah lama saya mengamati, sejak masuk Pertamina pertama kali pada 1989, dan ditugaskan di Cirebon, lingkungannya sangat eksklusif. Kesenjangan sangat luar biasa dengan masyarakat di luar. Saya percaya perusahaan akan maju jika care terhadap society. Akrab dengan society,
VOLUME 004
jangan diartikan harus banyak keluar duit, nggak seperti itu. Jika masyarakat merasakan keberadaan kita, akan dengan mudah support. Tak akan ada lagi cerita rig yang, moving ditahan. Kita berbuat baik kepada orang lain sebenarnya berbuat baik untuk kita. Manfaat keberadaan kita harus bida dirasakan oleh society, jangan ada dan nggak ada kita dianggap tak memberi pengaruh apa-apa. Bagaimana pencapaian value perusahaan tersebut ? Sejak dicanangkan tahun 2012, pencapaiannya sampai sejauh ini sesuai dengan yang ditargetkan, seperti misalnya program “1 Sumur 1000 Pohon” di tahun 2012 kemarin hampir 200.000 pohon atau tepatnya 199.128 pohon yang tertanam di seluruh wilayah operasi kami, dan pemasangan solar cell juga sesuai dengan yang diharapkan sebanyak 207 unit solar cell dimana dengan pemasangan tersebut Pertamina EP hemat 1.087 KWH per
hari dan 104 MBTU per hari. Dan yang paling terasa wujud dari value Tumbuh Bersama Lingkungan adalah meningkatnya perolehan Proper Hijau di lapangan Pertamina EP dari yang awalnya kami memperoleh 7 Proper Hijau di Tahun 2011, menjadi 11 Proper Hijau di Tahun 2012. *** Syamsu Alam adalah seorang pemimpi”, tapi bukan pengkhayal. Seperti juga pemimpi yang lain, mimpinya itu digantung setinggi langit seperti yang dianjurkan Bung Karno dalam pidatonya yang bergemuruh. JIka mimpi itu jatuh alias tak tercapai, masih ada di bintang-bintang. “Coba kalau kita menggantung mimpi itu hanya di atas jembatan tol, kalau jatuh hanya akan ada di bwah kolong jembatan tol,” ujar Syamsu Alam sambil terkekeh. Untuk meraih impian tersebut, dia mempunyai resep menjalani setiap proses dengan sebaik-baiknya nya. “Kita hanya bisa mengontrol proses, bukan hasil,” ujarnya. Ia yakin jika proses itu sudah dijalani dengan baik, akan memberikan hasil yang baik pula. Kalau hasilnya buruk, bisa karena proses yang dilakukan buruk. Bisa juga prosesnya baik, tapi Yang Kuasa berkehendak lain. Salah satu mimpinya adalah membawa Pertamina EP yang dipimpinnya menjadi world class company pada 2014 yang sudah didengungkan sejak Pertamina EP berdiri 2005 lalu. Mungkin orang lain sudah menyerah. Beberapa tahap yang harus diraih tak terwujud. Bahkan pada 2013, tertampar dengan kenyataan produksi menukik pada level terendah dalam lima tahun terkahir, tapi Syamsu Alam tak berniat menurunkan mimpinya. “Biar tetap hidup,” katanya. Agar tetap hidup pula. Syamsu Alam juga tak mau terjebak pada halhal formalistik. Jas hanya dikenakan pada acara-acara resmi. Ia kerap memindahkan rapat BOD dari Lantai 27 ke tempat lain di lt 3 yang lebih santai. Lantai 27 memang diset untuk meeting
lengkap dengan in focus dan teleconference. Sementara lt 3 didesain melepaskan penat. Ruang di situ malah dilengkapi peralatan band lengkap. Kisaran produksi Pertamina EP pada semester I 2013 jauh dari target. Apakah ini menggangu Anda ? Kalau performance, itu memang jadi concern saya. Tapi saya lebih khawatir dengan mindset kawan-kawan dalam mengelola asset. Kalau bicara industri minyak, kita tidak bisa bicara short term. Apa yang dieksekusi tahun ini rencana tahun lalu. Kalau eksekusi pengeboran baik, artinya ada yang salah di rencananya. Kalau bicara reservoir manajemen kita bicara lima tahun, sepuluh tahun, bahkan dua puluh tahun. Makanya kita harus punya plan of development (POD) yang menunjukkan bagaimana kita me-manage aset kita dengan knowledge yang kita punya saat itu sehingga kita bisa mengambil manfaat secara maksimal Saya beberapa kali samapaikan, Saya Direksi paling lama sejak 2008. Tapi secara personal saya merasa belum melakukan apa-apa. Yang dilakukan masih nol. Saya belum berhasil menyadarkan kawan-kawan bahwa yang dimanage itu asset. Kalau kita bicara yg dimanage itu asset, kita hrs tahu asset kita, kita sudah treat seperti apa, potensi masih ada apa nggak? Seberapa besar? Kalau itu sudah bagus, baru bicara long term. Kalau sekarang kan bicara tahun depan aja masih bingung. Babak belur. Padahal mestinya setelah sekian lama mengelola asset kita sudah bisa menyusun potensi asset sehingga bisa membuat rencana lebih baik, tiga tahun empat tahun ke depan, asset itu mau diapakan ? Produksi sekarang paling jelek dalam sejarah EP ? Sebetulnya tidak paling rendah. Pada 2005 dan 2006, kita masih 110 ribu, terus naik pada 2008 dan seterusnya di atas 125 ribu. Tapi saya ambil hikmahnya. Mungkin Tuhan ingin
mengingatkan kita, kalau mau declare world class company tidak bisa bekerja secara begini. Selain produksi turun, pada 2013 juga masih ada fatality yang sebetulnya sangat bisa dihindari. Problem Indonesia ke depan adalah security energy. Sebagai perusahan migas, apa yang bisa diberikan Pertamina EP ? Seperti tema ulang tahun sewindu EP “Merajut Nusantara Melestarikan Indonesia”, kami berusaha mewujudkan dengan semakin fokus pada upaya mencari cadangan minyak dan gas karena salah satu yang dapat menjaga dan melestarikan Indonesia ini adalah keberadaan energi agar roda perekonomian bangsa ini terus bergerak. Kita harus menemukan cadangan yang lebih besar dari yang diproduksi. Jangan sama besar karena ada decline secara alamiah. Kalau saya ditanya teman-teman apa yang dimaksud agressive upstream yang dicanangkan Persero, saya jawab kita harus punya replacement ratio, perbandingan penemuan cadangan dengan produksi. Kalau memproduksi 50 juta, kita harus menemukan 200 juta. Anda yakin bisa tercapai ? Saya masih ada perasaaan optimis, Tapi itu memang gak mudah. Mindset harus berubah. Misalnya dulu gak pernah terbayang basement batuan dasar bisa sebagai reservoir, tapi sekarang ternyata bisa. Sekali lagi update potensi asset sangat penting, baik yang sudah eksisting maupun yang eksplorasi sehinga bisa ngomong realnya potensi kita berapa. Sekarang masih susah. Saya targetkan update potensi asset, pada 2013 sudah selesai. Jadi perencanaan 2014 sudah memakai data dari situ. Kalau Anda diganti karena produksi turun ? Gak ada masalah. Pada saat diminta jadi Presiden Direktur, saya berpikir bahwa jabatan itu suatu saat akan habis, nggak mungkin selama-lamanya. Lagi pula dari dulu saya gak pernah terpikir karir harus begini, harus begitu. Biarkan semuanya mengalir saja.
VOLUME 004
TAHUN I
27
I
S
A
T
A
K U N TO R O
W
TAMAN ZAMRUD DANAU TOBA
Keindahannya dipindahkan penyair dalam bait-bait puisi. Menikmati lukisan pagi di Danau Toba menjadi pengalaman tak terlupakan.
28
TAHUN I
VOLUME 004
Teks: Arya Dwi Paramita
P
dang dari sisi Timur terlihat seperti matahari, sedangkan dari sisi Barat tampak seperti bulan. Keindahannya saat bermandi cahaya mentari pagi dan mentari senja tak terperikan. Perbandingan ini sepertinya tak mengada-ada, Saya yang besar di besar Jawa dan baru sekali ke Danau Toba mera s a k a n “ t a m a n zamrud” saat menikmati matahari pagi yang sinarnya seperti berkejaran di permukaan air. Sudah banyak sunrise yang saya cecap, baik di pegunungan maupun laut. Tapi keindahan di Danau Toba boleh disebut
Jika dipandang dari sisi Timur terlihat seperti matahari, sedangkan dari sisi Barat tampak seperti bulan.
M O S I S TA PA M B U D I
ULUHAN tahun Sitor Situmorang, penyair terkemuka Indonesia berkelana di Belanda dan Paris, toh ia tak bisa menahan rindunya kepada Danau Toba yang terusterusan memanggilnya. Dari negeri seberang, dia tumpahkan kerinduannyanya itu dalam bait-bait pusi: //… Aku rindu pada tebing hijau/ Tempat ikan emas bercengkerama/ Di antara lumut menggeliat bening/ Seperti taman zambrut dalam impian. //… Aku rindu pada batu-batu besar dan hitam/Muntahan lahar dari perut bumi/Pada pemandangan tua ribuan
tahun/Si gembala domba, termenung di atas batu. Sitor Situmorang boleh jadi terkenang tanah kelahirannya di Naibaho, dusun yang terletak persis di bibir Danau Toba. Sebetulnya bukan hanya Sitor saja yang tersihir Danau Toba. Yang pernah berkunjung ke sana, banyak yang merasakan sensasi serupa. Bahkan, ada yang membandingkannya dengan Sun Moon Lake, danau alami terbesar di Taiwan yang diburu pelancong seantero jagat, Disebut Sun Moon Lake karena danau ini jika dipan-
VOLUME 004
TAHUN I
29
I
S
A
T
A
salah satu yang terbaik. Keindahan itu pula yang coba ditawarkan pemerintah pada Festival Danau Toba 8-14 September 2013. Sebelumnya event ini bertajuk “Pesta Danau Toba” yang digelar sejak 80-an. Pelaksanaan FDT 2013 direncanakan tanggal 8-14 September 2013 dengan Kabupaten Samosir sebagai tuan rumah. Festival ini bertemakan Arga do Bona ni Pinasa (Menghargai Tanah Leluhur) dengan logo rumah adat Batak berlanggam dompak. Ini adalah ukiran kayu yang berbentuk wajah manusia ditempatkan di bagian atas pintu rumah Batak, konon dianggap sebagai penjaga dari roh-roh jahat. Dompak ini sejajar dengan ulos, kain hasil tenunan yang dipakai sebagai lambang perlindungan dan doa, selalu dipakai dalam upacara adat Batak. Danau Toba di pagi hari memang sangat menakjubkan, bagaikan sebuah lukisan pagi yang sangat indah dan tak terlupakan. Sinar matahari pagi hari itu menyeruak dari balik bukit, menembus kabut, dan pantulannya di atas permukaan air memancarkan cahaya bagaikan hamparan berlian yang sedang menari. Suara satwa liar seperti kawanan burung, kera, dan satwa lainnya sayup-sayup terdengar di kejauhan seolah mengajak orang yang berada di situ untuk keluar dari kamar dan bersama-sama menikmati keindahan alam Danau Toba. Udara pagi yang sejuk khas penggunungan menambah 30
TAHUN I
M O S I S TA PA M B U D I
...Fajar yang berkilau Datang membuka hari Sinarmu memberi harapan yang bersahaja. Lihatlah warna pada cahaya Menjadi lukisan pagi...
K U N TO R O
W
suasana tentram bagi setiap orang yang berada di tempat itu. ”Lukisan Pagi”, lagu karya Tohpati yang dinyanyikan oleh Shakila yang populer menjelang akhir dekade 1990an, kembali terngiang saat melihat hamparan pemandangan Danau Toba dari bukit di Semenanjung Siuhan yang letaknya sekitar 15 menit perjalaan dari kota Parapat. ...Fajar yang berkilau Datang membuka hari Sinarmu memberi harapan yang bersahaja. Lihatlah warna pada cahaya Menjadi lukisan pagi... Di sisi kanan ”lukisan pagi” terse-
VOLUME 004
but tampak Tanjung Unta yang merupakan salah satu daya tarik wisata alam di sekitar Parapat. Sebuah tanjung yang bentuknya menyerupai punggung unta. Sedangkan di sisi kiri tampak pulau Samosir sebuah pulau yang terdapat di tengah danau toba yang juga memiliki daya tarik wisata tersendiri. Keindahan Danau Toba memang sudah tidak asing lagi bagi kebanyakan wisatawan domestik dan manca negara. Danau ini merupakan yang terbesar di Asia. Terletak di ketinggian 906 meter di atas permukaan laut dengan kedalaman rata-rata sekitar 300 meter, panjang 81 km, dan lebar 30 km.
M O S I S TA PA M B U D I
MENUJU LOKASI ”LUKISAN PAGI” BANYAK cara untuk bisa menikmati pemandangan alam tersebut. Ada dua alternatif jalur yang sering dipakai oleh kebanyakan orang. Melalui jalur Tebing Tinggi, jarak yang harus ditempuh dari Medan ke Parapat sekitar 176 km atau 3 sampai 4 jam perjalanan menggunakan mobil. Pemandangan alam di sepanjang jalur tersebut cukup indah, hamparan hutan karet, pinus, dan kebun kelapa sawit memberikan kesan tersendiri bagi mereka yang melaluinya. Alternatif kedua adalah melalui jalur Brastagi. Jalur ini memang agak jauh dibandingkan dengan jalur Tebing Tinggi. Jarak yang harus ditempuh dari Medan ke Parapat melalui jalur ini adalah sekitar 219 km. Namun demikian, banyak objek wisa-
ta yang dapat disinggahi seperti kawasan Brastagi dan air terjun Sipisopiso di wilayah Tongging. Brastagi terletak di kawasan pegunungan yang berhawa sejuk dengan ketinggian sekitar 1.300 meter dari permukaan laut. Lokasinya berada di antara dua gunung berapi aktif, Gunung Sibayak (2.172 meter) dan gunung Sinabung (2.417 meter). Wilayah yang subur ini memiliki pasar buah dan pemandian air panas yang menjadi daya tarik. Di beberapa lokasi di Brastagi, wisatawan dapat melihat satwa liar seperti kera dan babon yang berkeliaran bebas di pinggir jalan. Sementara itu, air terjun Sipisopiso terletak di daerah Tongging memiliki daya tarik wisata air terjun yang sangat indah. Airnya mengalir dari dinding jurang yang curam dan jatuh dari ketinggian sekitar 120 meter ke sungai yang mengalir lang-
sung ke Danau Toba. Pemandangan ke pulau Tao Silalahi di bagian utara Danau Toba yang sangat indah dapat dinikmati dari lokasi ini. Bagi wisatawan yang mendambakan ketenangan dan privasi dalam menikmati pemandangan alam Danau Toba dapat memilih Patra Parapat Lake Resort yang terletak di Jl. Pertamina Siuhan Parapat. Hotel berbintang dua ini menawarkan fasilitas pemandangan alam yang sangat luar biasa. Di sinilah wisatawan dapat menikmati keindahan ”Lukisan Pagi” Danau Toba dari bukit di Semenanjung Siuhan. Hotel bintang dua ini diresmikan pada tahun 1973 oleh Ibnu Sutowo Direktur Utama Pertamina saat itu dengan sebutan Wisma Internasional. Jika melihat lokasinya dan fasilitas yang ada, bisa dipastikan wisma internasional Pertamina ini adalah yang terbaik di masanya.
VOLUME 004
TAHUN I
31
S
E
N
I
PAMERAN
GESTUR HOLLYWOOD DRUPADI Maestro keramik F Widayanto membaca ulang Drupadi. Tradisi bersanding dengan aura modern. Memikat dan Sensual. Teks dan Foto Galih Pramudita
K
EDUA mata perempuan itu redup manja, terlihat menggoda namun juga sendu. Mimiknya mukanya yang tirus seakan meredam kesedihan, dan juga sikap berontak. Ia berusaha mempertahankan helai demi helai kain di tubuhnya yang coba dibuka dan tarik paksa oleh lelaki berwajah dingin dan kejam, Dursasana. Drupadi dipermalukan Dursasana atas perintah Suyudana, yang menyeret Drupadi dengan menjambak rambutnya. Drupadi pun dijalari dendam. Ia bersumpuh tidak mau menggelung rambutnya sampai dia mencuci rambutnya dengan darah Dursasana. Kisah Drama dan sosok Drupadi itu kemudian 32
TAHUN I
VOLUME 004
“Drupadi Ngore”
mengilhami F Widayanto untuk menggelar pameran tunggal yang menyuguhkan sosok Drupadi dalam berbagai wujud dengan tajuk “Drupadi Pandawa Diva” yang digelar di Galeri Nasional 22-30 Agustus 2013. Pameran ini sekaligus sebagai selebrasi atas 30 tahun bergelut di medan senirupa. Pameran tersebut dibuka dengan pertunjukan Drupadi Puppet Show yakni kolaborasi wayang kulit Jawa dengan wayang Jepang, Bunraku, yang merupakan arahan Marky Jahjali. Pada pameran tunggal ke-16 nya kali ini ia menghadirkan 30 patung Drupadi dalam berbagai pose, warna dan ukuran. Widayanto tetap berdiri pada kekhasan karya-karyanya, dengan mengeksplorasi mitos-mitos lokal. Selain itu patung-patungnya dibuat dengan teknik ‘stoneware’ (tanah liat dicampur batuan). Pamerannya kali ini mungkin bisa dikatakan sebagai pencapaian bagi seorang F Widayanto. Patung-patungnya kali ini terbilang besar dibanding karya-karya sebelumnya, bahkan ada yang tingginya mencapai 2.23 meter. Saat masuk ke ruang pamer utama di Galeri Nasional, kita akan disambut sosok Drupadi yang beda. Ia berdiri di bawah cahaya terang, wajahnya menengadah seolah menatap kelopak bunga yang bergelantungan dan mengelilinginya. Kulitnya putih, tidak gelap seperti
gelap Drupadi. Jeritan dan amarahnya terlihat pada raut mukanya kala berhadapan dengan Dursasana yang dingin dan kejam. Beberapa karya lain juga sangat kuat menggambarkan penderitaan Drupadi yakni “Kebrugan Jagad” (Kejatuhan Dunia) dan “Bedhah Nelangsa” (Meluapkan Derita). Di karya ini sosok Drupadi terlihat kuyu, duduk dilantai berselojor, dengan rambutnya yang terurai acak acakan. Disekitar tubuhnya tubuhn ada mata dadu acak-acakan. yang berserakan, disini tubuhnyapun berwarna gelap M sebagaimana dalam kisah Mahabarata. Sementara, pada seb sebagian besar karya mengekspl lainnya ia mengeksplorasi kecantikan wajah dan kemolekan tubuh Drupadi. Hal ini terlihat sepert seperti dalam patung “Pandawa Diva”, “Ukel Ambyar”, dan Ngore Ngecucung”. W Widayanto berhasil membangun citra ek eksotisme dan sensualitas Drupadi. Ia mendekatkan karakter Drupadi deng dengan eksplorasi mung tradisi yang mungkin merapat ke modern dan kosmopolitan. Drupadi banyak terlihat dengan gaya dan gestural yang nampak berbau mod model ‘holywood’ walau diba dengan busana dibalut trad Pun dengan tradisi. penam penamaan karya yang membaurkan nama na Jawa dan kosa kata Inggris. Di sana mata ma Drupadi terlihat redup dan men menggoda, tulang pipinya men menonjol dengan muka yang tirus tirus. Rambutnya tergerai panjang p dengan leher jen jenjang, badannya yang sek seksi, pinggul kecil, panggu panggul dan dada yang besar membusung denga dengan jari-jari yang indah indah. Sangat men menggoda. Drupadi men menonjolkan sens sensualitasnya dengan ramb rambut acak terurai dileku dilekukan tubuh yang sensual mengundang m setiap pasang mata untuk mendesir. Sebagian terlihat ter lemah namun sebagian lagi menyala-nyala, me gigih, berontak, dan pan pantang menyerah.
“Drupadi Agni”
wayangan. dikisahkan dalam pewayangan. kan asal Seolah menggambarkan berkas kehidupannya dari seberkas ng cahaya api, patung yang tu setengah tingginya kira-kira satu meter itu diberi judull “Drupadi pi. Agni” atau Drupadi api. ang pamer Bagian dalam ruang ibuat tata cahaya sengaja dibuat ah redup temaram, seolah menginterpretasikan sosok angkap Drupadi yang terperangkap dalam keremangan. Patung solo Drupadi diletakkan dii berbagai h ruangan. sudut dan juga tengah Sedang patung yang melukiskan am kisah adegan dramatik dalam Drupadi diletakkan dii ruang tengah galeri. Dalam patung “Dru Vs Dur” digambarkan upaya Dursasana di dengan menelanjangi Drupadi adi. menarik kain Druppadi. Lewat karya ini Widayanto sukses en paling menghadirkan momen
****
“Diva Uncovered”
VOLUME V VO O OLUME 004
TAHUN I
33
S
E
N
I
Kisah Drupadi dalam epos Mahabaratha adalah kisah tragedi tentang kesetiaan, kegetiran dan dendam seorang perempuan. Drupadi, puteri seorang raja, tidak dilahirkan dari rahim seorang ibu, melainkan dari seberkas cahaya hasil puja-samadi sang raja. Ayahnya adalah Prabu Drupada, raja dari Pancahala. Kelahirannya adalah berkah, ia cantik luar biasa, tubuhnya tinggi semampai, rambutnya panjang dengan wewangian bak teratai. Pun sebagai seorang istri, ia begitu setia kepada suami (Yudhistira) dan empat Pandawa. Namun malangnya ia malah dijadikan ajang taruhan di meja judi. Di gelanggang perjudian Drupadi dijadikan taruhan oleh suaminya, Yudhistira, dalam permainan dadu dengan Korawa. Saat itu Yudhistira kalah, sehingga Drupadi jatuh ke tangan Korawa. Dursasana, salah seorang anggota Korawa, mencoba menelanjangi Drupadi. Namun, keajaiban terjadi. Kain penutup tubuh Drupadi ternyata terus memanjang, meski Dursasana berusaha menariknya tanpa henti, hingga akhirnya Dursasana pingsan kelelahan. Sedangkan tubuh Drupadi tetap terbalut kain dan kesuciannya tetap terjaga. Atas perlakuan itu, Drupadi bersumpah tidak akan mencuci rambutnya yang sempat dijarah Dursasana, sampai Dursasana mati dalam perang Baratayudha. Ia akan menggunakan darah Dursasana untuk mandi keramas. Kelak, dalam perang Baratayudha antara Pandawa dan Kurawa, Dursasana terbunuh oleh Bima, salah seorang ksatria Pandawa. Dalam kisah Mahabarata, setelah sumpahnya mandi keramas dengan darah Dursasana terwujud dan perang Baratayudha berakhir, Drupadi bersama sang suami, Yudhistira, mati muksha, hilang bersama jasadnya menuju ke hadirat Sang Maha Pencipta. Karakter kuat yang dimiliki Drupadi kemudian menjerat Widayanto untuk mengangkat Drupadi dalam karyanya. Widayanto beranggapan bahwa Drupadi merupakan tokoh yang memiliki karakter kuat, cantik, diamaui oleh banyak pria, juga sosok perempuan yang bisa tertawa lebar menertawai orang. Contohnya saat Drupadi menertawai Duryodana yang tercebur ke kolam istana Indrasprastha. “Ia adalah sosok yang cantik dan kuat, ia mampu menghadapi penderitaanya dan rela berkorban serta mempunyai keberanian. Ia sangat dicintai oleh para dewa sehingga diselamatkan saat dipermalukan Dursasana,” kata perupa yang terjun ke dunia keramik dengan mendirikan studio keramik Maryans Clay Work setelah lulus dari Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB pada tahun 1983 ini. Sebelumnya Widayanto pernah menghadirkan sosok Dewi Sri di antara tumpukan padi di Galeri Nasional. 34
TAHUN I
VOLUME 004
“Dru VS Dur”
“Ndalu Rawuh” (tampak dekat).
Kini ia kembali memilih sosok lain yang diambilnya dari epos, legenda, dan mitos cerita kerakyatan. Karya-karya yang dihasilkan Widayanto terkesan harmonis, anggun, bahkan feminis. Selain itu karyanya tidak banal dan meledak-ledak, karyanya detail dan lembut. “Itulah yang saya terapkan, patung saya tidak ada yang kasar, berteriak, tetapi sensual. Ada gerak tarian di dalam karya saya. Saya juga memilih sosok lokal,” kata pemilik nama lengkap Fransiscus Widayanto yang lahir di Jakarta, 23 Januari 1953 itu. Kenyataannya, di pasaran, patung-patung wanita
“Kebrugan Jagad”
garapan Widayanto lebih digandrungi ketimbang patung pria. Tercermin dari kegagalan penjualan karyanya di pameran Narcissus (2007) dan Semarak 30 Semar (2009) yang meleset jauh dari target penjualan. Patung-patung Drupadi terlihat lebih besar dibanding karya-karya Widayanto terdahulu. Selain itu bentuknyapun lebih luwes dan dinamis, tentunya pencapaian ini membutuhkan teknik yang sangat rumit dan jam terbang tinggi. Untuk menghasilkan patung keramik dengan tubuh yang dinamis, Widayanto menyesuaikan karakter materialnya dengan sifat porselen yang lebih getas
dan mudah hancur dibandingkan stoneware yang lentur. Teknik ini ia pelajari saat ia bekerjasama dengan Noriaki Kobayashi, keramikus spesialis materi porselen dari Jepang. Demi mendapatkan bentuk yang dinamis Widayanto juga membuat patung keramiknya menjadi sejumlah bagian, tidak seperti patung keramik lainnya yang diolah langsung dari satu gundukan lempung. Setelah dirakit ulang, barulah patung keramik tersebut dibakar hingga suhu 900 derajat celcius. Proses ini perlu kecermatan tinggi, karena pada temperatur yang tinggi patung bisa terdeformasi, mengerut secara tidak proporsional, ambruk, ataupun bengkok. Agar tetap sesuai dengan model, patung-patung tersebut disangga dengan tonggak-tonggak terbuat dari bahan yang sama dengan pemasangan yang membutuhkan perhitungan matematis yang rumit. Usai didinginkan, patung-patung tersebut selanjutnya diolesi glasir dan dimasukkan kembali ke oven hingga suhu 1.250 derajat celcius. Di akhir proses, barulah patung-patung tersebut diberi warna pigmen pada bagian-bagian tertentu seperti rincian mata – alis, bibir, dan rias wajah. Selanjutnya, patung kembali dibakar agar pigmen yang dipoles melekat erat. Widayanto juga tak lupa melekatkan sejumlah aksesori pada patung-patung Drupadi untuk meningkatkan kesan pada kisah yang ia ceritakan. Ada kupu-kupu di sekitar kain Drupadi yang menunjukkan betapa cantik dan harumnya tubuh Drupadi. Dadu-dadu yang menjadi simbol perjudian. Ia juga menyelipkan serangkaian perhiasan bergaya Jawa kuno, seperti aksesoris perak yang hadir dalam tusuk konde sampai neraca di patung-patung Drupadi. Di sini ia berkolaborasi dengan desainer perhiasan muda Indonesia berbasis London, Alston Stephanus. Wijayanto mencoba menunjukkan kepiawaiannya dalam mengolah keramik dengan menghasilkan tak melulu patung keramik besar, namun kedinamisan bentuk stagen Drupadi yang keleleran. Pameran “Drupadi Pandawa Diva” digelar sekaligus menandakan perayaan 30 tahun Widayanto berkarier sebagai pematung keramik. Dahulu figur-figur dalam karyanya terbilang cukup sederhana, beberapa kegemarannya adalah hewan dan tumbuhan. Namun demikian Widayanto masih menjaga ciri khas patung keramiknya yakni selalu menyisipkan simbol-simbol tradisi lokal. Beberapa karya patungnya yang cukup dikenal yaitu Loro Blonyo (1990), Golekan (1997), Dewi Sri (2003) dan Fantastic Lady (2005). Karya-karyanya diminati oleh para kolektor tidak hanya dari dalam negeri, namun juga dari luar negeri antara lain Raja Yordania dan butik terkenal dari Prancis, Hermes.
VOLUME 004
TAHUN I
35
R
A
N
A
SIMPANG BAYAT MENJADI BUKTI
36
TAHUN I VOLUME 004
Teks dan Foto: Tatan Agus RST.
HILANGNYA minyak mentah yang mengalir dari Jambi hingga Plaju bukanlah hal baru, itu sudah berlangsung bertubi-tubi, dan kerugian pun sudah lama terjadi, serta laporan adanya pencuriaan pun tak kunjung henti, tapi sepertinya sunyi sepi. Hingga hari peringati kemerdekaan tahun pun berganti, ada yang tak bisa membiarkan itu terjadi, semua itu bakti untuk negeri, satuan setingkat kompi pun beraksi, unit pasukan Raiders Angkatan Darat pun menjalani misi. Medio Agustus pun mereka berkolaborasi, TNI, Polisi, dan Pemda bergerak pasti, Simpang Bayat di Jambi jadi bukti, ratusan drum yang terisi dari puluhan kilang yang mencemari disapu bersih. Bisakah misi ini menjadi penghenti, hingga pencurian minyak berhenti, kemudian kerugian pun tak lagi terjadi? Tapi minimal ini pernah terjadi dan menjadi bukti, lantas kita pun menjadi saksi. Akankah para penanggungjawab keamanan negeri ini tak berhenti disini?
VOLUME 004 TAHUN I
37
R
38
A
N
A
TAHUN I VOLUME 004
VOLUME 004 TAHUN I
39
L E N S A
P E R I S T I WA
SIKAT MAFIA MINYAK
KASAD:
M
USI BANYUASIN - Bayung Lencir, Musi Banyuasin Sumatera Selatan menjadi kunjungan kerja terakhir Jendral Moeldoko sebagai Kepala Staf Angkatan Darat pada Agustus lalu Dua hari kemudian Jendral bintang empat peraih Adhi Makayasa sebagai lulusan terbaik Akabri itu dilantik menjadi Panglima TNI. Dia berada di situ untuk menunjukkan 40
TAHUN I
VOLUME 004
komitmennya terhadap pemberantasan pencurian minyak yang telah merugikan negara ratusan milyar Moeldoko, kelahiran Kediri, 8 Juli 1957 itu menginstruksikan kepada seluruh prajurit TNI di bawah Kodam II Sriwijaya untuk terlibat penuh dalam pengamanan aset negara, khususnya jalur produksi pipa minyak milik Pertamina di kawasan Jambi-Sumsel. Ia menyebutkan Pertamina merupakan milik negara. Pencurian minyak milik Pertamina sama saja dengan
membantu Polri dalam pengamanan. Jika ada anggota yang terlibat, tidak akan kita tolerir,” tegasnya.
PERTAMINA EP GANDENG AD SALURKAN CSR
F OTO - F OTO : D W I O B LO
MUSI BANYUASIN – PT Pertamina EP berupaya menggunakan pendekatan lain dalam mengatasi pencurian minyak mentah di jalur Tempino – Plaju, Sumatera Selatan (Sumsel). Kali ini, anak perusahaan PT Pertamina EP menggalang kerjasama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) guna melakukan pembinaan teritorial dan menyalurkan bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) kepada masyarakat di sepanjang pipa Tempino-Plaju. Kerjasaama ini sebagai upaya untuk mengatasi pencurian minyak di jalur tersebut. Perjanjian kerjasama itu ditandatangani oleh Presiden Direktur Pertamina EP, Syamsu Alam dan Asisten Teritorial Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) Mayjen TNI Meris Wiryadi, di Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumsel, Rabu, 28 Agustus 2013, disaksikan Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan dan KASAD Jenderal TNI Moeldoko. Public Relation (PR) Manager Pertamina EP, Agus Amperianto menuturkan, penandatanganan perjanjian kerjasama ini, merupakan tindak lanjut dari nota kesepahaman yang diteken 18 Juni 2013 antara Pertamina dan TNI, tentang kerjasama pengamanan obyek vital nasional (obvitnas) strategis dan penyaluran bantuan CSR Pertamina. Agus menyebutkan pembinaan teritorial dan penyaluran CSR di Sumsel khususnya Musi Banyuasin ini, merupakan komitmen Pertamina dalam penuntasan kasus penjarahan minyak yang terjadi di jalur pemompaan Tempino menuju Plaju. Dalam kesempatan yang sama, juga turut dilaksanakan penanaman 100.000 pohon di sepanjang jalur pipa pemompaan Tempino – Plaju sepanjang 265 kilometer. Selanjutnya diberikan pula beberapa bantuan CSR dari Direktur Utama Pertamina dan KASAD, kepada
mencuri kekayaan negara. TNI sebagai prajurit pertahanan berkewajiban terlibat aktif mengamankan aset negara dari pencurian dan aktivitas mafia minyak. Jendral Moeldoko menegaskan tak akan memberi ampun dan mentolerir jika ada prajurit TNI yang terlibat dalam membekingi mafia minyak. “Kita fokus bantu pengamanan. Jika ada prajurit terlibat, akan kita sikat,” tegasnya. Ia menyebutkan TNI akan fokus membantu polisi dalam upaya membersihkan wilayah Jambi-Sumsel dari para mafia minyak. Sehingga kasus pencurian minyak Pertamina bisa ditekan. “Kita fokus lakukan pengamanan di kawasan yang rawan pencurian. TNI akan digerakkan untuk membantu polisi,” tegasnya di dampingi Danrem 042/Gapu Kolonel Inf Eko Budi S dan Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan. Danrem 042/Gapu Kolonel Inf Eko Budi S menambahkan, bahwa TNI dibawah komando Korem Gapu siap menjalankan instruksi dan tugas yang disampaikan Kasad. “Selama ini pun kita sudah fokus
VOLUME 004
TAHUN I
41
L E N S A
P E R I S T I WA
masyarakat di beberapa desa di sekitar jalur pipa. Bantuan yang diberikan berupa alat olahraga kepada karang taruna, 100 buah handy talkie kepada aparat Koramil (Komando Rayon Militer) setempat, paket mainan kepada 64 lembaga PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di sepanjang jalur pipa, paket buku kepada 64 sekolah, dan 1.500 paket sembako (sembilan bahan pokok) senilai lebih dari Rp 600 juta kepada masyarakat Ia berharap, ke depan masyarakat menjadi lebih proaktif turut mencegah dan melaporkan, bila di kemudian hari mengetahui adanya upaya pencurian di jalur pipa di seluruh wilayah kerja Pertamina. “Aset negara itu perlu kita jaga bersama, agar potensi hilangnya pendapatan negara dapat dihindarkan. Dan yang lebih penting, keberadaan kami memberikan manfaat bagi masyarakat,” jelas Agus Amperianto.
GCG&EKB DI TOWNHALL MEETING JAKARTA - Good Corporate Governance (GCG) serta Etika Kerja dan Bisnis (EKB) menjadi topik utama Town Hall Meeting. Acara yang berlangsung di di ruang Serbaguna Pertamina EP, lantai 3 Menara Standard Chartered Jakarta, Senin (2/9) dihadiri oleh seluruh BOD Pertamina EP, Manajemen Pertamina EP, Pekerja kantor pusat Pertamina EP, dan diikuti oleh seluruh Asset Pertamina EP yang tersebar diseluruh Indonesia dengan menggunakan teleconference dan disokong dengan big screen sehingga seluruh pekerja Pertamina EP dapat meyaksikan dengan jelas town hall meeting tersebut. Acara dimulai dengan pemaparan mengenai GCG & EKB Pertamina EP oleh VP Internal Audit sekaligus ketua komite GCG & EKB Pertamina EP, Firdaus Bambang. VP Internal Audit Pertamina EP ini memaparkan dengan gamblang mengenai GCG & EKB Pertamina EP. Bambang yang kurang lebih sudah 4 bulan berada di Pertamina EP dan menjabat sebagai VP Internal Audit Menurut Bambang GCG merupakan praktek pengelolaan perusahaan secara amanah dan prudensial dengan mempertimbangkan keseimbangan semua stakeholder yang ada. Kalau dilakukan dengan baik, GCG akan memberikan pengelolaan yang lebih efektif, efisien, ekonomis, produktif, tanpa mengabaikan tujuan utama perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. “Pandangan saya, untuk di PEP, GCG itu sudah berjalan dengan baik,” ujar Firdaus Bambang.
42
TAHUN I
VOLUME 004
KSO FIELD CEPU UNTUK KEMAJUAN PERUSAHAAN JAKARTA Townhall Meeting, Senin 2/9, dimanfaatkan Presiden Direktur Pertamina EP, Syamsu Alam untuk menjelaskan perihal KSO field Cepu yang belakangan menjadi perbincangan di kalangan karyawan. Pro dan kontra langsung mengemuka setelah beberapa lalu ditandatangani KSO Field Cepu dengan Geo Corporation Ltd. Serikat Pekerja bahkan sempat memasang spanduk yang menyatakan penolakan terhadap aksi korporasi tersebut. “Tolong dibedakan antara korporasi dengan rasa nasionalisme atau masalah emosi. Korporasi itu ada keputusannya, alurnya, dan prosesnya jelas,” ujar Syamsu Alam. Ia menyebutkan KSO ini sudah diteliti dengan baik, sehingga tidak merugikan perusahaan, Alam mengajak seluruh karyawan untuk introspeksi. “Kita memang belum mampu meyakinkan para pemegang saham, sehingga harus dilakukan shareholder ini,” ujarnya. Senada dengan Presdir Pertamina EP, Direktur Keuangan Pertamina EP Lukitaningsih mengatakan bahwa KSO dilakukan demi kemajuan perusahaan. Menurutnya KSO dengan Geo Corporation Ltd ini tidak merugikan Pertamina EP. Sebaliknya, malah menguntungkan. “PEP nantinya hanya mengembalikan investment 80% dari gross produksi.” kata Lukitaningsih. Pertamina EP juga tidak memberikan cek kosong dalam KSO. Dalam kurun waktu tiga tahun, Geo Corporation diberikan waktu untuk bisa berproduksi, minimal 1.510 BOPD. Jika tidak terpenuhi, PEP berhak memutuskan kontrak dengan Geo Corporation dan tanpa harus mengembalikan investment yang telah mereka keluarkan untuk kegiatan operasional mereka. “KSO kali ini menurut saya, PEP akan lebih diuntungkan. Kita tidak harus mengembalikan biaya sepeserpun apabila Geo Corporation gagal dalam proyek ini,” ujar Lukita. Banyaknya pertanyaan yang dilontarkan oleh para pekerja Pertamina EP perihal KSO yang dilakukan oleh Pertamina EP dengan Geo Corporation Ltd, ditanggapi dan dijawab dengan lugas, tegas, jelas, dan tuntas oleh manajemen Pertamina EP. “Kalau masih ada yang harus dibicarakan, ruangan saya terbuka untuk melakukan diskusi untuk kemajuan perusahaan,” ujar Syamsu Alam.
CSR Pertamina EP
tumbuh bersama masyarakat membangun bangsa
pep.pertamina.com
Keanekaragaman Hayati untuk Masa Depan Bangsa
pep.pertamina.com