EDISI TAHUN I VOLUME 03
GENJOT PRODUKSI
P O J O K
R E DA K S I
CERMIN
P
cover :
Foto: Tatan Agus RST, Desain: Sigit Widihardono.
EMBACA budiman, bukan tanpa alasan jika di cover kami memasang foto tangki minyak di dalam cermin. Kami berharap, statistik produksi semester satu yang kami sajikan sebagai menu laporan Utama dijadikan cermin untuk melangkah lebih baik di semester berikutnya. Meski, bisa jadi angka-angka statistik itu tidak terlalu menggembirakan karena masih belum menyentuh target. Bukan saatnya lagi “buruk rupa cermin dibelah.” Seperti disampaikan Direktur Operasi Satoto Agustono yang kami muat dalam rubrik Wawancara, sekarang eranya solutif. Setiap masalah harus dicari pemecahannya. Jangan dibiarkan menggantung. Bukan zamannya lagi mencari-cari alasan, yang pada akhirnya lebih sering terasa hanya sebagai upaya untuk mencari pembenaran . Laporan Utama kali ini, kami lengkapi dengan profil semua Asset, mulai dari Asset 1 sampai Asset Lima, Kita bersyukur, para GM yang menjadi komandan di masing-masing asset berkomitmen untuk terus menyingsikan lengan baju, memacu produksi ke titik optimum. Mereka optimistis, semeter dua akan lebih baik dibandingkan semester pertama. Keyakinan ini tentulah menjadi modal dalam bekerja untuk menggenapkan target Untuk rubrik lainnya, kami juga tampilkan tulisan-tulisan yang segar. Pada rubrik Seni misalnya, kami mengangkat Jazz Gunung. Disebut begitu karena event ini digelar di lereng gunung Tengger. Acara rutin yang sudah memasuki taun kelima ini menjadi magnet baru bagi para pengemar jazz. Untuk Wisata, kami tulis Bukhara dan Samarkand. Kedua tempat ini kini diburu para pelancong spiritual yang berwisata tak sekadar menyegarkan indrawi, tapi juga jiwa. Untuk rubrik Rana, kami mengangkat komunitas kaligrafi di Kudus. Dari gang sempit, lahir seniman-seniman yang teguh memegang spirit seni kaligrafi. Tak lupa dalam kesempatan ini, kami segenap jajaran BALANCE mengucapkan selama iedul fitri 1434 H. Mohon Maaf lahir dan Batin.
VOLUME 003
TAHUN I
3
SUARA PEMBACA Suara Pembaca diajangkan sebagai sarana sambung rasa pembaca dengan pengelola majalah BALANCE. Kirimkan kritik dan saran Anda, tidak lebih dari 600 karakter ke email:
[email protected]
Konsep BALANCE Fungsi public relations dalam suatu perusahaan tentunya bukan hanya sebagai penghubung antara perusahaan dengan publiknya, tapi juga menjadi penghubung antara perusahaan dengan karyawan dan seluruh lingkup internalnya. Menyadari akan hal itu, saya menyambut dengan baik penerbitan majalah BALANCE edisi satu dan dua oleh divisi Public Relations PT Pertamina EP. Mengawali sesuatu memang biasanya akan lebih sulit daripada meneruskan yang sudah ada, namun dengan tekad dan kesungguhan yang kuat saya optimis majalah BALANCE ini akan berkembang dengan baik dan menyajikan informasi secara lebih mendalam dan aktual. Untuk itu, sedikit saran yang dapat saya katakan, kiranya majalah BALANCE lebih memiliki konsep di setiap edisinya. Sehingga terjadi korelasi antara halaman demi halaman, baik saat membahas tentang dunia migas ataupun tentang hiburan. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Granita Dwisthi
Jakarta
Bernilai Sastra dan Seni Saya pribadi mengucapkan selamat kepada tim redaksi atas rilisnya
majalah BALANCE dalam beberapa bulan terakhir. Sungguh upaya yang sangat positif yang di tunjukan oleh tim Media dan kawan-kawan untuk mengkomunikasikan berita menarik dari kantor pusat sampai pelosok wilayah kerja Pertamina EP di seluruh Indonesia. Semoga kedepannya BALANCE terus berkembang menjadi majalah yang menginspirasi bagi penikmatnya. Cover Story edisi Juni 2013 “Drama Penyelamatan Talangjimar” bagi saya merupakan karya besar bagi BALANCE. Sebuah moment yang diceritakan kembali dengan sangat apik dan menegangkan didukung oleh seni fotografi yang sangat baik pula, saya rasanya berada disana langsung didepan lokasi blowout. Namun lebih dari itu BALANCE memiliki potensi untuk berkembang menjadi Majalah yang memiliki nilai sastra dan seni yang tinggi. Di edisi-edisi berikutnya saya mengharapkan partisipasi seluruh pekerja Pertamina EP untuk berkontribusi dalam penulisan artikel. Akan sangat menarik bila ada kisah-kisah lucu tentang mereka yang ada di lapangan, pengalaman dengan warga sekitar, atau pun kegiatan-kegiatan resmi Pertamina EP dengan lingkungan dan lain sebagainya. Saya harapkan kisah tersebut bisa menjadi sebuah sharing knowledge dan inspirasi bagi semua penikmat BALANCE. Seiring dengan rencana perombakan website Pertamina EP saya harapkan Tim Media juga mendapat tempat disana bekerja-
sama dengan PEP Channel akan menjadi sebuah kolaborasi Media yang manis yang mendukung satu sama lain. Maju Terus BALANCE PEP!!
Pangeran Al Huda
Jakarta
Perbanyak Liputan CSR Salah satu yang terus menjadi gugatan kepada industri migas adalah peranannya dalam mensejahterakan masyarakat. Sebetulnya, suarasuara seperti ini bukan hal aneh. Dari sisi filosofis, bukankah sesuai dengan UUD 45? Bukankah bumi, laut, udara dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasasi oleh negara dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat? Sayangnya, selama ini sumbangsih industri migas dalam memakmurkan masyarakat tak banyak diulas media. Yang banyak disorot justru soal produksi, terutama soal lifting yang tidak memenuhi target. Sedangkan di hilir, yang banyak mendapat perhatian soal BBM subsidi. Saya yakin sudah banyak yang dilakukan perusahaan migas memberdayakan masyarakat, terutama di tempat mereka beroperasi. Saya berharap BALANCE bisa menyuarakan hal tersebut dengan menyediakan space yang lebih banyak.
Suherli
Jakarta
- Terima kasih masukannya.
Pemimpin Redaksi Aji Prayudi (VP Legal Relations) Wakil Pemimpin Redaksi Agus Amperianto (Manajer Humas) Redaktur Pelaksana Arya Dwi Paramita, Pandji Galih Anoraga Redaksi Hidayat Tantan, Tatan Agus RST, Sigit Widihardono Alamat Redaksi: Menara Standard Chartered, Lantai 21-29 Jl. Prof. Dr. Satrio No. 164 Jakarta Selatan email:
[email protected]
Redaksi menerima kiriman artikel dan foto seputar kegiatan dunia migas dan hal yang berkaitan, maksimal 6.000 karakter. Kirim ke:
[email protected]
4
TAHUN I VOLUME 003
D A F T A R
I S I
6
IKHTIAR MELUNASI UTANG Berbagai upaya dilakukan untuk menggejot produksi. Mulai diterapkan Teknologi EOR dan Teknologi X-Flow Handler. Terkendala pengadaan lahan dan pencurian minyak. Masih jadi tulang punggung holding.
10
LIRIK MULAI DILIRIK
Setelah berpuluh tahun tak ditengok orang, Lirik kini mulai dilirik. Meski produksinya tidak besar, dia menjadi satusatunya lapangan di Asset 1 yang kinerja semester I-nya paling moncer. Asset 1
12 MENGELOLA AIR DI SUMUR SUMUR TUA Capaian Produksi Asset 2 hingga Juli 2013 rata-rata 97% Asset 2 dari target. Ada beberapa rencana pengeboran belum bisa dieksekusi karena blow out di Talangjimar dan masalah pembebasan lahan.
TATA N A G U S R S T
TATA N A G U S R S T
WAWANCARA: SATOTO AGUSTONO Direktur Operasi
26
BEKERJA DENGAN HATI Jejaknya tertulis dengan tinta emas karena berhasil melipatkan produksi di Prabumulih, Sanga-sanga, dan Bunyu. Tantangan baru menganga: produksi Pertamina EP terperosok ke angka terendah dalam lima tahun terakhir.
14 MENGEJAR SUKSES “MISSION IMPOSIBLE” Produksi Asset 3 pada semester pertama paling rendah dibandingkan asset lain. Hilang 1.200 BOPD karena pipa bocor. Menebus malu dengan menggenjot produksi. Asset 3
16 MENGANDALKAN SEMANGGI DAN TIUNG BIRU Sumur-sumur di field Cepu membukukan produksi mencapai 200% dari target. Angka yang dipatok manajemen, dari lapangan operasional selain unitisasi adalah 1200 BOPD. Ternyata yang diperoleh mencapai 2300 BOPD. Asset 4
GM Asset 5, Abdul Chalik punya istilah khas untuk struktur reservoir Kalimantan: “Tali sepatu”. “Sebagai daerah delta, struktur reservoir di Kalimantan seperti lances-lances,” ujarnya. Asset 5
TATA N A G U S R S T
18 MENGOPTIMALKAN STRUKTUR TALI SEPATU 24
TAK KENAL, TAK SAYANG ◆
Rumah Cemara “Surga” di Gegerkalong
20
◆
Menemukan Puisi di Bukhara dan Samarkand
30
◆
Jazz Gunung : New Orleans Rasa Nusantara
34
◆
Kaligrafi dari Gang Sempit
36
◆
Tali Silaturahmi Lebaran
40
GM Asset 4 Pertamina EP, Pribadi Mahagunabangsa termasuk penganut fanatik filosofi “Tak Kenal, Maka Tak Sayang.” Karena itu dia berpikir keras mencari cara paling efektif untuk mengenal semua anak buahnya di Asset 4.
VOLUME 003 TAHUN I
5
L A P O R A N
U TA M A
Berbagai upaya dilakukan untuk menggejot produksi. Mulai diterapkan Teknologi EOR dan Teknologi X-Flow Handler. Terkendala pengadaan lahan dan pencurian minyak. Masih jadi tulang punggung holding. 6
TAHUN I
VOLUME 003
TATA N A G U S R S T
IKHTIAR MELUNASI UTANG
TATA N A G U S R S T
Presiden Direktur Pertamina EP, Syamsu Alam
S
ETIAP pergantian tahun, Presiden Direktur Pertamina EP Syamsu Alam punya r utinitas menghitung utang. Kebiasaaan ini terus dilakukan sejak menjadi orang nomor satu di perusahaaan migas terbesar kedua di Indonesia tersebut. Tahun ini, nilainya fantastis, belasan rupiah per hari. Toh utang segunung itu tak membuatnya limbung. Peraih gelar Doktor di dari A&M University, Texas Amerika Serikat tersebut tetap fokus. “Kita akan berupaya dengan segala daya untuk melunasinya,” ujar Alam kepada BALANCE saat berbuka puasa dengan Radaktur Media Massa nasional beberapa waktu lalu. Utang yang dimaksud Alam adalah utang produksi. Pada Januari, lifting minyak Pertamina EP sekitar 120.650 BOPD (barrel oil per day) “Begitu pergantian tahun baru, kita sadar berutang 17.000 barrel,” ujar Alam. Korporat membebankan target kepada Pertamina EP untuk tahun 2013 sebesar 137.181 BOPD. Jika dirupiahkan dengan patokan harga minyak 100 dollar per barrel dengan kurs Rp 10.000 per dollar, nilainya sekitar Rp 17 miliar.
Target yang dibebankan korporat lebih tinggi dibandingkan target SKK Migas yang hanya 132.000 BOPD. Direktur Hulu PT Pertamina EP Muhammad Husen yang juga Komisaris Utama PT Pertamina EP mengaku sengaja memasang call tinggi. “Saya bisa saja memasang rendah. Tetapi apakah teman-teman mau hidup begitu-begitu saja,” ujarnya. (lihat box: Belum mau memuji). Maksud Husen, dengan target tinggi akan merangsang karyawan untuk bekerja optimal. Sebaliknya, kalau targetnya rendah, bisa terjebak pada perasaan cepat puas. Syamsu Alam mengamini pernyataan tersebut. Ia menyebutkan target tinggi mengharuskan setiap karyawan waspada, senantiasa mencari inovasi baru. “Bagi kita, target tinggi itu cambuk untuk kerja keras,” ujar Pria kelahiran Purworejo 2 April 1963 tersebut. Sampai semester satu selesai, kerja keras itu mulai membuahkan hasil. Per Juni, angka produksi sudah naik menjadi 122.0615 BOPD, masih defisit 14.000 BOPD dari target korporat atau 9.000 BOPD dari target SKK Migas. Alam mengakui, Pertamina EP di 2013 masih menghadapi masalah teknis dan non teknis sehingga belum
berproduksi optimal. Secara teknis, tantangan utama yang dihadapi Pertamina EP, ialah kondisi lapangan migas yang 80 persen merupakan lapangan tua, dengan rata-rata penurunan produksi secara alamiah mencapai 18 persen, serta kondisi infrastruktur operasi dan fasilitas produksi yang juga uzur. Sumur tua berujung pada kadar air yang tinggi pada sumur. “Kita juga menhadapi problem bawah tanah yang tidak dapat diprediksi sebelumnya, “ujar Syamsu Alam. Ini terjadi di Field Bunyu. Produksi lapangan Bunyu, menurut taksiran Alam turun sekitar 5.000 BOPD. Struktur reservoir yang berupa lances menyebabkan produksi turun begitu cepat, jauh dari estimasi semula. Disamping itu, lanjutnya, terdapat pula tantangan non teknis, antara lain isu keamanan terkait pencurian minyak dan fasilitas produksi, seperti misalnya kasus Tempino – Plaju, dan illegal drilling (pengeboran ilegal, red) di Lapangan Pendopo dan Mangunjaya. Kendala non teknis lainnya, kata Alam, ialah isu pemekaran daerah di sekitar wilayah operasi Pertamina EP, seperti di Sanga-sanga, Luwuk (Sulawesi Tenggah), dan Musi Rawas. Pertamina EP juga harus menghadapi persoalan tumpang tindih lahan, dengan wilayah kerja pertambangan batubara di Kalimantan. Juga masalah sosial, pungutan tidak resmi, tuntutan tenaga kerja, dan sebagainya. “Regulasi terkait implementasi Undang-Undang Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah juga cukup menghambat kinerja kami. Ini karena tidak kunjung terbitnya aturan teknis pedoman pelaksanaan Undang-Undang tersebut,” kata Alam lagi. Khusus untuk pencurian minyak, Alam menyebutkan Pertamina EP kehilangan sekitar 4.000 barrel per hari karena disikat sindikat pencoleng minyak. Jika dirupiahkan Pertamina EP mengalami kerugian sekitar Rp 4 miliar per hari.
VOLUME 003
TAHUN I
7
U TA M A
Eskalasi pencurian minyak itu terus meningkat dari waktu ke waktu. Manajemen Pertamina EP sudah melaporkan berbagai kasus pencurian kepada kepolisian. Trend penjarahan ini sudah berlangsung sejak pertengahan 2011. Untuk tahun ini saja, sudah 126 berkas laporan sudah ditandatangani di Kepolisian. Cuma, entah mengapa penindakan tak kunjung datang. Kasus terakhir, pencurian kembali terjadi di Jalur pipa Temponi—Plaju, yang memang sudah berulangkali jadi target pencurian para begundal. Pertamina akhirnya menyatakan status darurat. Pemompaan di ruas pipa minyak baru itu dihentikan sementara. Kepala SKK Migas, Prof Dr Rudi Rubiandini mengakui bisa memahami keputusan tersebut, “Penghentian atas koordinasi dengan SKK Migas,” ujarnya saat dihubungi BALANCE. Ia menyebutkan sehari sebelum penyetopan, Dirut Pertamina menelpon dirinya untuk berkoordinasi. “Saya bisa memahami alasannya. Ibu Karen kesal karena pencurian minyak terus muncul.” Rudi menambahkan. Jalur pipa minyak Tempino – Plaju yang dikelola oleh PT Pertagas, anak perusahaan PT Pertamina (Persero), dioperasikan secara komersial sejak 17 Juli 2013 setelah melalui masa pra dan commissioning sejak 9 Juli 2013. Jalur pipa tersebut menggantikan pipa lama yang sudah tidak aman untuk dioperasikan karena ter-
TATA N A G U S R S T
L A P O R A N
Direktur Hulu PT Pertamina, Muhammad Husen
lalu banyak mengalami kerusakan akibat aksi illegal tapping yang tidak bisa dikendalikan. Jalur pipa baru Tempino–Plaju dengan panjang 260 km ditanam pada kedalaman 1,5-2 meter di bawah permukaan tanah. Dengan kapasitas angkut 24.000 barel per hari, jalur pipa baru tersebut semula diharapkan dapat menghentikan aksi penjarahan minyak yang menghubungkan sekitar 9 sumber minyak menuju Kilang Pertamina Refinery Unit III Plaju. Rata-rata losses selama sepekan operasi komersial tersebut telah mencapai 18% dari rata-rata penyaluran 12.000 bph. Apabila dilihat trennya,
Produksi Minyak Tahun 2008-2012 & Rencana Produksi Tahun 2013 BOPD
140.000 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 0
129.954
127.137
116.621
137.181
127.635
124.106
losses cenderung meningkat dari semula hanya 4,45% pada hari pertama hingga terakhir sempat mencapai 39,5%. Dalam sepekan saja, kehilangan minyak telah mencapai sekitar 17.500 barel atau setara dengan Rp 17,5 miliar. Jika kehilangan dihitung dari 1 Januari hingga 23 Juli 2013, nilai kerugian telah mencapai sekitar Rp 280 miliar. Penghentian pemompaan tersebut berakibat produksi minyak dari Tempino, Bajubang, Kanali Asam, dan Bentayan akan berkurang. Akibatnya pasokan minyak mentah menuju Kilang RU III Plaju juga berkurang sehingga berpengaruh pada persediaan
Produksi Gas tahun 2008-2012 & Rencana Produksi Tahun 2013 MMSCFD
1.200 1.150 1.100 1.050
1.003
1.043
1.054
2009
2010
1.160 1.070
1.054
1.000 950 900
2008
2009
2010
2011
2012
2008
RKAP 2013
2011
2012
RKAP 2013
Rencana Produksi Minyak PT Pertamina EP Semester I 2013
Realisasi Produksi Gas PT Pertamina EP Semester I 2013
150.000
1.250.000
140.000
122.615
120.650
1.150.000 1.100.000 1.000.000 950.000
110.000
900.000
100.000
8
1.046,83
1.050.000
120.000
90.000
1.068,83
1.200.000
130.000
850.000 800.000
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
TAHUN I
AGT
SEP
OKT
VOLUME 003
NOV
DES
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGT
SEP
OKT
NOV
DES
BELUM MAU MEMUJI Di antara kontraktor migas di Indonesia, biasa disebut Kontaktor Kontrak Kerjasama (KKKS). Pertamina EP termasuk paling kontasn produksinya. “Pertamina EP, satu-satunya kontraktor yang produksinya tidak decline,” ujar Direktur Hulu Pertamina, Muhammad Husen. Kini, produksi Pertamina berada di urutan kedua di belakang Chevron. Tak heran jika sampai sekarang Pertamina EP masih jadi tulangpunggung Pertamina, termasuk pencapaian target 200 K, atau 200 ribu barrel pada “EP menyumbangkan kontrubusi priofit untuk Pertamina lebih dari 50 %.” ujar pria kelahiran Bandung, 2 Maret 1957 tersebut. Ia menyebutkan belum mau memuji. “Sebenarnya produksi bisa ditingkatkan lagi sehingga pujian itu belum saya sampaikan,” Husen menegaskan Ia berharap jajaran Pertamia EP tidak berpuas diri. Sebagai komisaris utama Pertamina EP, Husen mengaku memelototi pergeraskan produksi Pertamina EP. Ia juga membantu Pertamina EP mencari cara untuk mengoptimalkan potensi. Salah satunya dengan mendorong percepatan implementasi EOR untuk optimasi sumur. “Kita akan undang partner-partner yang sudah terbukti mampu,” ujar Husen.
BBM untuk wilayah Sumatera bagian Selatan. Akan tetapi, apabila pemompaan dilakukan, minyak akan habis di tengah jalan tanpa dapat dicegah. Beberapa titik pipa di sepanjang jalur KM 265 s.d KM 139 mengalami pressure loss besar, bahkan pada Titik KM 174 pressure sempat ‘nol’. *** Meski produksi belum mencapai target, kinerja keuangan perseroan tak ikut Dalam enam bulan pertama di 2013, anak usaha PT Pertamina (Persero) ini berhasil meraup laba bersih mencapai USD 1.035.869 miliar atau Rp 10,08 triliun.
Pada pertengahan Ramadhan lalu, secara khusus memberikan pengarahan kepada jajaran manajemen Pertamina EP terkait dengan peresmian pemakaian teknologi EOR di empat lapangan, masing-masing di Rantau, Tempino, Bajubang, dan Tanjung. “Dari proyek EOR, korporat menargetkan ada penambahan sekitar 5.000 BOPD.” Selain EOR, ia juga mengendorse pemakaian teknologi X flow-handler yang sudah terbukti menambah produksi sekitar 700-1000 di JOB (Joint Operation Body) Bumi Siak Pusako di blok CPP. Teknologi ini bekerja dengan memanfatkan prinsisp mekanika fluida, yaitu meningkatkan gaya adesi antara molekul minya dan air. Penghisapan minyak yang biasanya hanya dari satu layer, dengan teknologi ini bisa dua layer sekaligus. Upaya lainnya adalah meningkatkan efektivitas pengeboran. Direktorat Hulu akan menyiapakan dua tim, yakni tim surface dan tim subsurface. Tenaganya dari internal Pertamina dan lintas Abnak Perusahaan. Untuk surface, SOP akan disempurnakan, sedangkan subsurface akan melilih lokasi terbaik untuk dibor.
Pencapaian laba bersih ini jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang nilainya sekitar Rp 9 triliun atau naik sekitar 15%. Dengan pencapaian di Semester I – 2013 sebesar Rp 10,08 triliun ini, bukan tidak mungkin pada akhir 2013 Pertamina EP bakal mengantongi laba bersih hingga diatas Rp 20 triliun. Selain karena faktor kenaikan harga minyak kinerja keungan yang kinclong ini disebabkanoptimalisasi biaya di semua sektor kegiatan. Alam menyebutkan jajarannya bersemangat untuk berprestasi lebih baik baik pada semester dua, Salah satunya dengan peningkatan kemampuan reka-
Net Profit 5 Tahun Terakhir (2006 s/d 2012) VS Semester I 2013 (dalam juta rupiah)
21.000.000
22.000.000 20.000.000
NET PROFIT
18.000.000 16.000.000
Rp 10,08 TRILIUN
16.916.181
13.487.920
14.000.000
12.000.545
12.802.545
MUSD 1.035.869
12.000.000 10.000.000 8.000.000 6.000.000 4.000.000 2.000.000 -
2008 *)realisasi tidak termasuk selisih kurs
2009
2010
2011
2012
SEMESTER I 2013
yasa secara berkesinambungan, melalui penguasaan teknologi dan peralatan teknologi terkini, untuk mencari, mengangkat dan memproduksikan minyak dan gas secara optimal. Pertamina EP, juga terus meningkatkan kemampuan rekayasa, manajerial dan profesionalisme sumber daya manusia (SDM) secara berkesinambungan, dengan mengedepankan konsep kerjasama tim yang solid dan bersinergi, pemenuhan dan pengisian kebutuhan SDM andal dan profesional sesuai tuntutan bisnis perusahaan, serta pemenuhan sertifikasi keahlian atau kompetensi teknis SDM sesuai keperluan. “Kami senantiasa menerapkan operational excellence dalam operasional kegiatan eksplorasi dan produksi. Penerapan Health, Safety and Environment (HSE) Exellence juga menjadi yang terdepan di semua kegiatan operasi Pertamina EP,” papar Alam. Selain itu, tambahnya, Pertamina EP juga semakin menguatkan penerapan budaya dan etos kerja yang berkinerja dan berkualitas tinggi, serta pemenuhan sertifikasi dan keandalan peralatan produksi yang aman, ramah lingkungan dan berkinerja tinggi.
VOLUME 003
TAHUN I
9
L A P O R A N
U TA M A
Asset 1 melakukan optimalisasi sumur untuk mengejar taget. Terkendala pengadaan lahan dan gangguan keamanan
LIRIK MULAI DILIRIK
10
TAHUN I
TATA N A G U S R S T
S
ETELAH berpuluh tahun tak ditengok orang, Lirik kini mulai dilirik. Meski produksinya tidak besar, dia menjadi satu-satunya lapangan di Asset yang kinerja semeter I-nya paling moncer melebihi di atas target, yakni %. Sementara lapangan lain masih tertatih, yakni Rantau %, Pangkalan Susu persen, Jambi persen, dan Ramba %. “Kalau dirata-ratakan asset 1 baru mencapai 95,54 persen dari sasaran,” ujar GM Asset 1 Irwansyah. Asset 1 ditargetkan perusahaaan bisa menyumbangkan produksi sebesar 17.209 BOPD. Pada semester satu, baru mencapai 16.930 BOPD. Selain karena sumur-sumur yang mengalami decline, tak terpenuhinya target juga disebabkan keterlambatan eksekusi pengeboran karena masalah pembebasan lahan. “Pada semester 1 ini, dari rencana pengeboran 13 sumur, hanya terlaksana 7 sumur,” ujar Irwansyah. Selama UU no 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Lahan tak dibenahi, persoalan pengadaan lahan tetap tak terselesaikan. Salah satu kelemahan UU itu adalah memperpanjang rantai birokrasi sehingga waktu yang dibutuhkan lebih lama. Dengan hambatan itu, Irwansyah memperkirakan dari rencana pengeboran 52 sumur pada 2013, hanya akan terealisasi 32. Meski begitu, Ia optimistis produksi di semester dua akan lebih baik. Berbagai optimasi sumur akan dilaku-
kan, baik dengan menggantikan peralatan lifting, dari scroll pump dengan esp, sampai teknologi baru. Penambahan itu diharapkan datang dari Feld Lirik. Lapangan yang terletak di Indragiri Hulu, Riau ini memang berpotensi menjadi bintang, Produksinya sekarang memang hanya 2000 barel, masih jauh dari kemampuan optimum Seperti dikatakan Direktur Operasi Satoto Agustono, Field Lirik baru berproduksi sekitar 10% dari tingkat optimum reservoir. Volume gross yang di-
VOLUME 003
pompa dari perut bumi sekarang ini sekitar 120 ribu perhari, dengan kadar air sekitar 98,5 %. Menurut taksiran Satoto, titik optimal gross Lirik sekitar 1 juta barrel. Dengan asumsi kadar minyak 1 persen saja, produksi bisa mencapai 10.000 barrel. “Kalau separuhnya saja, produksinya bisa 5.000 barrel,” Satoto menambahkan. Irwansyah mengamini bahwa potensi Lirik yang masih belum dioptimalkan. Untuk itu, dalam waktu dekat, Asset 1 akan mengimpelementa-
MENGEJAR EMAS PROPER
TATA N A G U S R S T
Selain mengejar kenaikan produksi. Irwansyah punya mimpi lain : mendapatkan predikat emas proper. Lapangan Rantau salah satu kandidat yang disiapkan untuk itu. Dibandingkan lapangan lain di Asset 1, Rantau paling memungkinkan meraihnya kerena lapang ini sudah langganan hijau. “Saya langsung suruh mereka benchmark ke Medco Rimau,” ujarnya. Blok Rimau, Sumatera Selatan yang dikelola Medco sudah dua kali berturut mendapat predikat emas. Untuk minyak, predikat emas itu termasuk luar biasa. Hanya sedikit perusahaan yang mendapatannya. Yang banyak diberikan kepada gas dan geothermal yang pengelolaan lingkungannya tak serumit minyak. “Dengan benchmark, kita gak perlu memulai dari nol, “ujar Irwansyah. Benchmark inipula yang dilakukan Irwansyah saat memimpin Field Parabumulih meraih predikat Hijau. Sebelum menjabat GM Asset 1, Irwansyah adan Field Manajer Prabumulih. Jika Rantau berhasil meraih emas akan menjadi sejarah, tak hanya bagi Pertamina EP, tapi juga Pertamina. Selama ini baru Geothermal saja yang sudah diangerahi emas. Untuk minyak paling benter hijau setiap penghargaan Proper digelar. Proper merupakan program unggulan Kementerian Lingkungan Hidup yang berupa kegiatan pengawasan dan pemberian insentif dan / atau disinsentif kepada penanggung jawab usaha dan / atau kegiatan. Pemberian penghargaan Proper bertujuan mendorong perusahaan untuk taat terhadap peraturan lingkungan hidup dan mencapai keunggulan lingkungan (environmental excellency) melalui integrasi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam proses produksi dan jasa, penerapan system manajemen lingkungan, 3R, efisiensi energi, konservasi sumber daya dan pelaksanaan bisnis yang beretika serta bertanggung jawab terhadap masyarakat melalui program pengembangan masyarakat. Kriteria penilaian Proper tercantum dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2011 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan. Secara umum peringkat kinerja Proper dibedakan menjadi 5 warna Emas, Hijau, Biru, Merah dan Hitam, dimana kriteria ketaatan digunakan untuk pemeringkatan biru, merah dan hitam, sedangkan kriteria penilaian aspek lebih dari yang dipersyaratkan (beyond compliance) adalah hijau dan emas. Adapun aspek ketaatan dinilai dari pelaksanaan dokumen lingkungan (AMDAL/UKLUPL), upaya pengendalian pencemaran air dan udara, pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan penanggulangan kerusakan lingkungan khusus bagi kegiatan pertambangan.
sikan teknologi X flow –handler di beberapa sumur. Tahap awal disiapkan 13 sumur, “Mayoritas di Lirik,” ujar Irwansyah. Teknologi ini terbukti efeftif menaikkan produksi di JOB (Joint Operating Body) Bumi Siak Pusako sampai 1000 BOPD dari. “Kita berharap ada penambahan sekitar dari pemakaian teknologi X flow-handler. “Irwansyah menambahkan. Penambahan juga diharapkan datang dari lapangan Rantau, yang mulai menerapkan teknologi EOR (Enhanced Oil Recovery). Sekarang ini produksi Rantau sekitar 4.000 BOPD. Dari EOR diharapkan ada tambahan 1.300 BOPD. “Ujicobanya berlangsung baik,” kata Irwansyah. Teknologi pemulihan sumur ini diterapkaan juga di Field Jambi untuk struktur Baju-
bang dan Tempino. Kenaikan juga diharapkan dari lapangan Ramba yang selama ini jadi tulangpunggung Asset1. Produksi lapangan ini paling besar dibandingkan field yang lain. Sekarang, berada di angka 5000-an, Khusus Juni sudah menyentuh angka 5.600. “Saya harapkan dalam waktu dekat, bisa menyentuh angka psikologis 6.000 BOPD. Sebetulnya, jika masalah pencurian teratasi, dengan mudah Ramba mencapai angka produksi psikologis tersebut. “Dari seluruh lapangan di Asset 1. Lapangan Ramba paling rawan gangguan keamanan,” ujar Irwansyah. Sekitar 20-30 sumur dikuasai sindikat pencoleng minyak yang kerap beroperasi secara terang-terangan. Mereka juga melengkapi diri dengan senjata
api. Tak sekadar mencuri minyak, para preman juga kerap mendikte perusahaan soal tenaga kerja. Beberapa bulan lalu, salah satu vendor perusahaan dicegat saat membawa barang-barang untuk pengeboran. Mereka mempermasalahkan petugas keamanan yang mengawal bukan warga setempat. Ribut tak terelakkan sampai tembak-tembakan. “Di depan kantor kita di Mangunjaya, sumur kita dipagari mereka,” ujar Irwansyah. Ia mengaku tak bisa berbuat apa-apa mengatasi masalah tersebut. “Kita hanya bisa memantau. Penindakan tugasnya instansi lain,” ujarnya. Persoalannya, penindakan tak kunjung datang. Pencurian minyak pun menjadi problem klasik yang tak kunjung terselesaikan.
VOLUME 003
TAHUN I
11
L A P O R A N
U TA M A
S
12
TAHUN I
MENGELOLA AIR DI SUMUR SUMUR TUA
TATA N A G U S R S T
EJAK dilantik menjadi GM Asset Maret lalu, Tubagus Nasiruddin kerap dipusingkan soal penanganan produksi air (Water Management). Sumur-sumur di wilayahnya di luberi air yang konsentrasinya terus meningkat. “Banyak sumur sumur yang Kadar Air di atas % WC. Dan ini merupakan tantangan ke depan,” ujarnya. “Problema” ini pun sempat menjadi perhatian, Wakil Menteri ESDM, saat meresmikan gas kota di Prabumulih (Dukungan Untuk Gas Kota). Ia menyarankan Pertamina EP untuk menambah fasilitas produksi untuk mengelola air yang volumenya makin meningkat. Sumur-sumur di wilayah kerja Pertamina EP, termasuk di Asset2, sebagian besar sudah renta. Sumur-sumur ini sudah dibor puluhan tahun. Bahkan, ada yang sudah berumur diatas 50 tahun Semakin berumur sebuah sumur, berbagai penyakit mulai datang. Salah satunya, kadar air semakin tinggi. Rata-rata di atas 90 %. Dengan angka setinggi itu, otomatis minyak pun semakin tidak mudah diangkat. Sebenarnya sumur sumur tersebut secara alamiah akan mengalami decline (penurunan tekanan dan cadangan di reservoir). Akibatnya, produksi pun cepat sekali menurun. Untuk menyiasatinya, dilakukan stimulus dengan injeksi kedalam sumur dengan tekanan air yang lebih besar, biasa disebut waterflood (secondary recovery). Hal ini penting, karena bukan hanya sekadar menahan produksi sumur agar tidak terus terjerembab, tetapi dapat memanfaatkan air yang terproduksi ke permukaan. Jadi sebetulnya adanya tambahan produksi air inipun merupakan anugrah yang harus disiati dengan benar dan terencana baik. “Kita juga terus berupaya mencoba menutupi utang-utang produksi minyak dengan mengebor sumur-sumur baru,” ujar Tubagus Nasiruddin. Na-
Capaian Produksi Asset 2 sampai Juli 2013 rata rata 97% dari target. Ada beberapa rencana pengeboran belum bisa dieksekusi karena blow out di struktur Talangjimar dan masalah pembebasan lahan.
mun toh, semuanya tak semulus yang direncanakaan. Misalnya di Field Adera, dari rencana empat pengeboran baru pada 2013, hanya terlaksana satu sumur. Seperti juga di tempat lain, laju pengeboran di sini rada tersendat karena persoalan keamanan dan pengadaan lahan.
VOLUME 003
GM Asset 2, Tubagus Nasiruddin
Seperti estimasi awal, sumur itu bisa mengalirkan 200-300 barrel BOPD. Tapi, angka ini belum bisa menutupi utang lapangan tersebut yang sejak tahun lalu produksinya terus menyusut. “Saya dapat warisan sumur yang utangnya cukup besar secara prosentase, namun mudah-mudahan se-
TAK MATI DI LUMBUNG PADI Ekonom peraih nobel, Jeffrey Sachs menyebutnya sebagai kutukan sumber daya alam untuk mendedah fenomena negara kaya SDA tapi rakyatnya masih berkubang dalam kemiskinan, jauh tertinggal dari negara-negara yang miskin SDA. Meski tak seekstrem yang digambarkan Sachs, fenomena serupa terjadi juga di Indonesia. Beberapa daerah yang kaya SDA, terutama di luar Jawa jauh tertinggal dibandingkan daerah lain. Pemerintah mencoba mengatasinya dengan membuat terobosan lewat program-program yang dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat seperti gas kota. Program ini sudah dilaksanakan di delapan kota, termasuk Prabumulih. Program gas kota ini memanfaatkan gas alam yang langsung disalurkan ke rumah penduduk. Untuk Prabumulih, gas alamnya bersumber dari Field Prabumulih yang dikelola Asset 2 Pertamina EP, “Kita alokasikan untuk gas kota 1 mmmscf,” ujar GM Asset 2, Tubagus Nasiruddin. Ia menyebutkan Pertamina EP sangat mendukung program gas kota tersebut. “Kalau untuk kesejahteraaan masyarakat, pasti kita dukung,” Tubagus menambahkan. Pengaliran Produksi gas yang dimanfaatkan sebagai gas kota untuk masyarakat Kota Prabumulih, merupakan Upaya CSR, menurut Tubagus, merupakan sejarah penting bagi image perusahaan. “Selama puluhan tahun gas tsb di eksploitasi di daerah Prabumulih untuk pendapatan negara dan daerah, namun masyarakat merasakan kegunaannya sebagai bahan bakar rumah masyarakat baru tahun ini.” Pada tanggal 26 Juli 2013, telah diresmikan penyalurannya oleh Wamen ESDM dan Gubernur Sumsel di salah satu desa Kota Prabumulih. Dan sebagai tahap awal gas kota ini rencananya untuk kurang lebih 4000 KK di kota Prabumulih. Dengan program gas kota, peribahasa “tikus mati di lumbung padi” sepertinya menjauh dari warga Prabumulih. Sebagai tahap awal program ini rencananya diperuntukan bagi kurang lebih 4000 KK di kota Prabumulih. Pemanfaatan gas alam diresmikan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswo Utomo pada 26 Juli 2013. “Pengaliran gas untuk rumah tangga di Prabumulih merupakan upaya pemerintah untuk menghilangkan ketergantungan pada Bahan Bakar Minyak (BBM). Semoga dengan peresmian ini, pengaliran gas di kota Prabumulih bisa semakin lancar dan dapat dimanfaatkan lebih baik,” kata Susilo di Desa Wonosari, Prabumulih, Sumatera Selatan. Wamen ESDM mengatakan penyediaan gas bumi yang dilengkapi dengan penyediaan infrastruktur di sektor rumah tangga juga dimaksudkan untuk mengurangi beban subsidi terhadap BBM. Pada tahun 2025, pemakaian energi nasional hanya akan memanfaatkan minyak bumi sebesar 20 persen saja. Sehingga pemanfaatan gas bumi, merupakan energi alternatif yang potensial karena penggunaannya efektif sehingga diharapkan dapat mengganti pemakaian minyak bumi. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Edy Hermantoro mengatakan pemerintah telah membangun jaringan gas bumi untuk rumah tangga di kota Palembang dan Surabaya. Pada tahun 2012, program pembangunan jaringan distribusi gas bumi untuk rumah tangga telah dilaksanakan di kota Tarakan, Depok, Bekasi, Sidoarjo, Sengkang, rusun Jabotabek, Bontang, Cirebon, Bogor, Jambi dan Prabumulih. Pada tahun 2013 program serupa akan dilaksanakan dikota Subang, Sidoarjo, Ogan Ilir, Blora dan Sorong.
cara volume dapat dibantu dari lapangan-lapangan lainnya yang diharapkan dapat mengatasinya.” ujar Tubagus. Saat diserahkan penggelolannya kepada Asset 2 pada Maret lalu, angka produksi Lapangan Adera hanya 920 BOPD, jauh dari target yang mencapai 1.800 BOPD. Rata-rata produksi pada
semester 1 sekitar 58 persen. Tubagus optimistis kinerja field Adera akan membaik. “Per Juni, naik menjadi 1190 atau 66,1 persen,” ujarnya, Penam bah an produksi diharapkan datang dari pengeboran sumur baru yang akan segera rampung, “Pada semester 2, Kita akan bor dua sumur
lagi di Adera” ujar Tubagus. Karena produksi Adera yang cekak tersebut, secara keseluruhan produksi Asset 2 masih di bawah target, sekitar 97% dari target 23.900 BOPD. Tubagus menyebutkan, selain pengadaan lahan sehingga pengeboran tertunda, produksi yang di bawah target juga karena gangguan keamanan, “Tak sekadar pencurian minyak, juga perusakan terhadap fasilitas produksi,” ujarnya. Persoalan gangguan keamanan ini sempat dipaparkan kepada Wamen ESDM. Selain Adera, lapangan lain yang pencapaiannya di bawah target adalah Prabumulih, sekitar 95%. Pencapaaian di bawah target ini disebabkan tertundanya tiga pengeboran di Talangjimar yang tadinya diharapkan bisa mengalirkan minyak 600-650 BOPD. Selain tiga sumur di Talangjimar, satu pengeboran tertunda karena persoalan pengadaan lahan. Alhasil dari rencana 8 pengeboran hanya teralisasi 4 sumur. Seperti ditulis dalam cover story BALANCE edisi kedua, salah satu sumur di Talangjimar, yakni sumur berkode TLJ-249, biasa juga ditandai dengan kode lokasi TLJ-25 INF pada akhir Maret lalu mengalami blowout yang cukup hebat. Karena kejadian ini, pengeboran di struktur ini ditangguhkan. “Kita masih evaluasi, Secara psikologis, kejadian itu masih berdampak pada teman-teman di Departemen Drilling,” ujar Tubagus. Selain Adera dan Prabumulih, Asset 2 punya dua field lain, yakni Limau dan Pendopo. Keduanya berproduksi di atas target, yakni Limau sekitar 10.600 BOPD atau 104%, dan Pendopo 108%, sekitar 1400 BOPD. Prestasi ini bisa dicapai karena semua rencana pengeboran bisa dilaksanakan. Untuk Limau direncanakan 10 sumur pada 2014, separuhnya sudah bisa diselesaikan pada semester pertama. Sedangkan Pendopo, sudah menyelesaikan satu pengeboran seperti direncanakan. Selain minyak, Pendopo juga memproduksi gas sebesar rata rata 146.000 mscfd.
VOLUME 003
TAHUN I
13
L A P O R A N
U TA M A
TATA N A G U S R S T
MENGEJAR SUKSES “MISSION IMPOSIBLE” Produksi Asset 3 pada semester pertama paling rendah dibandingkan asset lain. Hilang 1.200 BOPD karena pipa bocor. Menebus malu dengan menggenjot produksi. GM Asset 3,Fachrizal
F
ACHRIZAL tak ubahnya sedang melaksanakan “mission imposible” saat didapuk sebagai GM Asset April lalu. Produksi sumur sedang menukik. Feld Jatibarang yang selama ini menjadi andalan anjlok. Di area tersebut, pipa bawah laut di anjungan X-Ray bocor. Akibatnya, beberapa sumur di sana ditutup. Padahal biasanya, dari sana mengalir tak kurang dari . BOPD. Pipa tersebut memang sudah aus. Umurnya sudah 34 taun. Padahal, seusai dengan desain awal, pipa itu hanya diperkirakan bertahan 30 tahun, Meski oleh Pertamina baru dioperasikan 2002, pipa itu sebetulnya sudah dipakai sejak lama. Sebelumnya, ope14
TAHUN I
ratornya adalah Arco yang menyerahkan kembali asset tersebut ke Pertamina pada 1999. “Tapi kita tak bisa mengganti begitu saja hanya dengan alas an sudah melewati masa berlaku. SKK Migas pasti tak setuju,” ujar Fachrizal, 51 tahun. Persetujuan baru diberikan jika didasarkan pada kajiankajian yang lebih spesifik. Menurut alumnus Teknik Mesin Universitas Trisakti tersebut, sebetulnya sebelum kebocoran terjadi, kajian sedang dipersiapkan. Pipa ternyata tak bisa menunggu. Sebelum kajian itu dilakukan, bocor terjadi di sanasini yang tak mungkin diperbaiki. Solusinya diganti total. Dan itu membutuhkan waktu berbulan-bulan. Apa boleh buat, puluhan sumur di anjungan itu harus dinonaktifkan.
VOLUME 003
Field lain, Tambun mengalami cerita serupa. Produksinya yang tadinya berkisar 6.000-an BOPD menyusut tinggal 5.000-an. Penyebabnya, kadar air di beberapa sumur meningkat. Periode sebelumnya, terlalu asyik menggenjojot produksi ke titik optimal, tanpa diimbangi sumur injeksi yang memadai. Akibat sudah berumur, sumur injeksi bocor kemana-mana sehingga minyak tak bisa diangkat. “Patternnya sudah tidak sesuai sehingga harus dibikin lagi,” ujar Fachrizal, yang hampir tiga puluh tahun berkarir di Pertamina, Praktis hanya Field Subang yang produksinya normal. Total produksi Asset 2 saat Fachrizal memulai tugas sebagai GM sekitar 11.000-an “Kita berutang 3.000-an barrel, “ujar pria
INGIN BERAKHIR DENGAN KEPALA TEGAK GM Asset 3 Fachrizal punya cita-cita, yang menurutnya sederhana. “Saya hanya ingin mengakhiri setiap penugasan dengan kepala tegak,” ujarnya. Maksudnya, minimal target yang dibebankan perusahaan terpenuhi. Dengan begitu, ia merasa berarti. “Dalam bekerja. Saya hanya ingi keberadaan saya bermanfaat bagi lingkungan , “Farchrizal menegaskan. Ia mengatakan tak ngoyo dalam bekerja, tapi berusaha melakukan sesuatu agar kehadirannya diperhitungkan lingkungan. “Saya gak mau dianggap tak bisa bekerja,” ujarnya. Dalam beberapa kali penugasan. Fachrizal mampu mengakhirinya dengan kepala tegak. Saat bertugas di Prabumulih pada 2009, sumur mengalami crack, air melimpah kemana-mana. Karena gak bisa injeksi dengan maksimal, produksi hanya tinggal 5.000-an, Ahirnya dengan berbagai upaya, saat dia meninggalkan Prabumulih pada Desember 2011, produksi sudah naik menjadi 7.000-an Dari Prabumulih, Fachrizal kemudian dipercaya menjadi Feld Manager Jatibarang, sebelu m akhirnya dipercaya menjadi GM Asset 3. Ia mengemban tugas menaikkan produksi dari 11.000-an menjadi 14.000-an. “itu saya anggap sebagai challenges,” ujar Fachrizal. Tantangan semakin berlipat kalau Pondok Makmur pengelolaannya diserahkan kepada Asset 3 pada Oktober nanti. Sekarang ini, produksi lapangan yang masih berstatus proyek ini masih sekitar 1.300. dari target sekitar 3.000 BOPD. Mencermati produksi semester pertama, Fachrizal mengakui tak terlalu menggembirakan. “Kita berjalan dengan kepala yang tak tegak, “ujar Fachrizal. Ia pun memompa semangat anak buahnya untuk meraih performa prima. “Kita malu kepada perusahaan yang telah memeberikan segalanya kepada kita,” Fachri menambahkan. Untuk menebus rasa malu, tak ada cara lain, selain terus berupaya menggenjot produksi.
kelahiran Jakarta tahun 1962 tersebut. Dari modal itulah, alumnus Teknis Mesin Universitas Trisakti itu mulai bekerja. “Yang saya tahu, saya tak mungkin bekerja sendiri,” ujarnya. Untuk itulah, ia mengajak seluruh anak buahnya bahu membahu, fokus pada peningkatan produksi. Tentu tak serta merta. Tak bisa sim salabim produksi meningkat dalam satu malam. Untuk semester I, kalau dirata-ratakan, produksi Asset 3 masih jauh dari target sekitar 79%, terendah dibandingkan asset lain. Toh Fachrizal optimistis produksi di semester kedua akan naik. “Prognosa saya akhir tahun kita bisa mencapai 90,6 % “ujar Fachrizal. Jika diangkakan sekitar 13.352 dari target 14.700. “Juli ini produksi kita sudah 13.000
an” Fachrizal menambahkan Pencapaian itu ditopang Field Jatibarang yang kembali kembali normal, menyusul selesainya pergantian pipa bawah laut di anjungan X Ray. “Perbaikan pipa itu sudah selesai Mei,” ujar Fachrizal. PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi atau Pertamina EP (PEP) Asset 3 Field Jatibarang yang beroperasi di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, sepertinya akan bisa mengejar target produksi sebanyak 7.014 barel minyak pada tahun ini. Tahun lalu, dari target yang sama, baru bisa terealisasikan sekitar 88 persen.Pencapaian ini ditopang dengan keberhasilan pengeboran sumur migas KRB-11 yang berlokasi di Desa Sukra Wetan, Kecamatan Sukra, Kabupaten Indra-
mayu. Sumur itu mampu mengalirkan minyak hingga 440 BOPD serta gas 4,4 MMSCF per hari. Sukses pengeboran itu menjadi penyemangat untuk meneruskan pengeboran KRB A5 dan KRB A6 yang masih dalam persiapan. PT Pertamina EP III Field Jatibarang saat ini mengelola 174 sumur. Dari jumlah tersebut, sebanyak 23 sumur dikelola melalui metode ESP atau Electric Sumbursible Pum, sebanyak 78 sumur dikelola menggunakan metode gas lift, dan 73 sisanya menggunakan metode Natural Flow atau semburan alami. Jatibarang tak syak lagi menjadi backbone produksi Asset 3. Potensinya terus dioptimalkan Dari 22 pengeboran yang ditargetkan Asset 3, hampir semuanya dilakukan di Jatibarang. Hanya beberapa dilakukan di field Subang. Bahkan, Tambun sama sekali tak merencanakan pengeboran. “Untuk Tambun, kita hanya maintenance agar produksinya tidak turun terus,” ujar Fachrizal. Upaya yang dilakukan berupa reparasi sumur dan fracture. Di akhir tahun diharapkan produksi bisa mencapai 4.500 BOPD, naik 200 BOPD dari produksi Juli Meski tidak di tahun ini, Fachrizal optimistis produksi field Tambun masih bisa ditingkatkan. “Tim EOR sudah turun,” ujarnya. Ia mengakui penanganan dengan EOR itu seharusnya dilakukan lebih awal. “EORnya terlambat. Jadi penambahan produksi baru bisa beberapa tahun ke depan,” kata Fachrizal. Selain minyak, Field Tambun juga menghasilkan gas sebanyak 50 MMSCF yang produksinya konstan alias tudak bertambah, tidak juga berkurang. Yang jadi andalan Asset 3 untuk gas memang bukan Area Tambun, tapi Subang. Dari field, ini dihasilkan gas sebesar 270 mmscf. “Dalam waktu dekat dengan penambahan kompresor kita berharap ada penambahan 20 mmscf lagi,” ujar Fachrizal. Untuk minyak produksi field Subang paling kecil di asset 3, yakni 1900-an BOPD.
VOLUME 003
TAHUN I
15
L A P O R A N
U TA M A
F OTO - F OTO : TATA N A G U S R S T
MENGANDALKAN SEMANGGI DAN TIUNG BIRU
G
GM Asset 4, Pribadi Mahagunabangsa
M ASSET , Pribadi Mahagunabangsa sedang berbunga-bunga. Wajahnya tak henti menyungging senyum. “Saya happy dengan pencapaian semester satu,” ujarnya. Sumur-sumur di field Cepu membukukan produksi % dari target. Pada Agustus , Asset Field Cepu menembus angka . barel per hari (BOPD), jauh melampaui target yang dipatok manajemen Angka yang dipatok managemen, dari lapangan operasional selain unitiasasi adalah . BOPD BOPD. Sebelumnya, field Cepu termasuk ke dalam wilayah kerja Region Jawa, yang setelah reorganisasi Maret lalu, dipecah menjadi Asset dan Asset Kontribusi peningkatan produksi secara signifkan ini didapatkan, terutama dari struktur Semanggi dan Tiungbiru. Pada awal tahun 2013, jumlah produksi Field Cepu hanya mencapai 1.687 BOPD di bulan Januari dan 1.474 di Bulan Februari, 16
TAHUN I
Field Cepu mencatat produksi 154 persen di atas target. Perlu mindset baru dalam menjalankan bisnis minyak. Trend peningkatan produksi minyak di Pertamina EP Asset 4 Field Cepu terjadi sejak bulan April 2013. Pada saat itu, terjadi peningkatan produksi yang cukup drastis hingga mencapai 2.379 BOPD karena adanya peningkatkan di Struktur Kawengan, Semanggi dan Tiung Biru. Tiung Biru di sumur TBR-01 mencapai 449 BOPD, Struktur Semanggi pada SMG-P12, SMG-75, SMG-P13 yang mencapai 236 BOPD, serta Struktur Kawengan terdapat KWG-P25 yang mencapai 105 BOPD. Selanjutnya, hingga Bulan Agustus produksi Field Cepu terus mengalami kenaikan dengan kenaikan terbesar pada Struktur Semanggi sekitar 448% hingga mencapai 477 BOPD termasuk tambahan dari sumur tua yang diproduksikan oleh KUD/BUMD menca-
VOLUME 003
pai 697 BOPD dan penambahan produksi dari pekerjaan reparasi di beberapa sumur khususnya di POP TPN di sumur TPN-01 sebesar 391 BOPD. Peak produksi dicapai pada hari Kamis (15/8) sebesar 3.182 BOPD. Pribadi, kini 53 tahun optimistis bisa terus memacu produksi ke tingkat optimum antara 3.700-4.000. “Komitmen kita tak sekedar memenuhi target asset, tapi juga memikirkan target perusahaan tercapai,” ujar Pria kelahiran Pacitan tersebut. Yang jadi bintang baru adalah struktur tiung biru, Dari satu sumur ekplorasi yang diproduksi (put on production) sudah mengucur 500 barrel per hari Dari struktur itu, menurut hasil eksplorasi dua tahun lalu itu bisa mengalirkan 2.500 barel minyak per hari dan gas 2,75 juta standar kaki ku-
MERANGKAP DINAS SOSIAL DAN DINAS PU Kantor Field Cepu tak melulu mengurusi masalah operasi yang berkaitan dengan migas. “Dulu kita merangkap menjadi Dinas Sosial dan Dinas PU, “ujar GM Asset 4, Pribadi Mahagunabangsa. Masyarakat masih beranggapan bahwa yang bertangungjawab soal jalan, meski itu jalan umum tanggung jawab Pertamina karena letaknya yang berdekatan. Begitupun kalau ada bencana, tangan langsung terjulur ke Pertamina-EP. “Pertamina pasti bantu. Tapi masyakar perlu disadarkan ada instansi yang mengurusi hal tersebut,” ujar Pribadi. Penyadaran itu dilakukan dengan pelan-pelan. “Beda dengan problem teknik, menghadapi masyarakat itu harus sabar, Jangan putus asa dan jangan bosan” ujarnya. Untuk melancarkan komunikasi, Management Asset 4 seminggu sekali mengadakan forum dialog dengan stakeholder. Sekerang persepsi masyarakat sudah mulai berubah. Pertamina tak lagi dianggap sebagai Dinas PU ataupun Dinas Sosial. Soal berhubungan dengan masyarakat, Pribadi punya pengalaman tak terlupakan. Saat menjabat sebagai Manager Teknik Produksi di Lapangan Sangatta pada awal 2001, Dia sempat “disandera” oleh masyarakat lokal. Mereka menuntut dinaiknya status dari tenaga outsource menjadi pekerja. “Saya disekap sehari semalam,” ujar Pribadi. Beberapa di antaranya membawa senjata tajam. Lampu juga sudah dipadamkan. Saat itu petugas kepolisian tak bisa berbuat apa-apa. “Mereka bilang tindakan warga itu sudah anarkis, tapi tak bisa berbuat apa karena tak ada tenaga,” kata Pribadi. Ia kemudian mengontak Komandan Kodim yang sudah dikenalnya. Bertiga dengan anak buahnya, komandan itu berhasil membubarkan warga. “Di bisnis migas, ada fenomena yang berubah setelah era reformasi,” ujarnya. Semasa era orde baru, masyarakat tak berani menyentuh lapangan migas, tapi di era keterbukaan mereka dengan leluasa menyuarakan aspirasi. “Saya bisa memahami. Mereka merasa harus bisa menikmati kekayaan alam yang ada di daerahnya,” Pribadi menambahkan.
bik gas per hari (MMSCFD). Untuk sekarang, saat minyak susah dicari, penemuan di struktur Tiung Biru itu sangat berarti. Struktur Tiung Biru terletak 15 kilometer sebelah Tenggara kota Cepu, Jawa Tengah, atau sekitar 28 km sebelah barat daya kota Bojonegoro, Jawa Timur. Struktur Tiung Biru yang secara struktural merupakan satu kesatuan struktur dengan struktur Jambaran yang dikelola Mobil Cepu Ltd. Karena berada dalam satu struktur, sekarang lagi dijajaki unitisasi Tiung Biru –Jambaran Selain Tiung Biru, struktur yang lainnya juga terus dioptimalkan, adalah Tapen, Kawengan, dan Semanggi. Di Kawengan, produksi dipacu dengan mulai melakukan pemulihan sumur, melalui Enhanched Oil Recovery (EOR).”
Sebetulnya EOR ini rada terlambat. Jadi harus kita pacu,” ujar Pribadi, Di Tapen, dimulai pengeboran sumur eksplorasi yang diharapkan dalam waktu dekat bisa mengalirkan 400 barrel BOPD. Ia menegaskan perlu mindset baru dalam menjalankan bisnis minyak. Tak bisa lagi business as usual. “Harus disadari sumur-sumur kita sudah tua. Bekerja tida bisa seperti biasa harus melihat dengan cara berbeda,” ujar Pribadi. Sumur-sumur di Field Cepu umumnya peninggalan Belanda. Struktur Semanggi, misalnya, sudah dibor sejak 1890. Pribadi mencontohkan untuk tim subsurface harus mau mengaisngais data sumur-sumur yang dulu dianggap tak layak, dipelototi satu per satu dan dikorelasikan dengan sumur sebelahnya.” Dulu yang kita anggap air,
bisa saja ada karbonnya,” ujarnya. Selain field Cepu, dalam waktu dekat Asset 5 akan deserahi tugas mengelola unitisasi Sukowati sepenuhnya. Sekarang operasional masih ditangangi PHE PPGJ. Untuk semester I, kinerja unitisasi Sukowati belum seperti diharapkan. Dari target 28.000 BOPD baru bisa memenuhi 25.000 BOPD, Pribadi yakin bisa mengoptimalkan produksi di unitisasi Sukowati. Sumber penyakit di yang menyebabkan tersendatnya produksi sudah terdeteksi. Alumnus Teknik Mesin Universitas Trisakti ini menyebutkan penyemenan di sumur-sumur di sana saat eksplorasi tidak terlalu bagus sehingga air merembes, Padahal mobilisasi air lebih cepat dibandingkan minyak. Akibatnya yang terpompa keluar hanya air, bukan minyak. “Empat sumur sudah direparasi, hasilnya bagus,” ujar Pribadi. Di unitisasi itu ada 13 sumur yang penyemenannya diperbaiki. Ia optimistis, sumur-sumur di unitisasi Sokowati bisa dipompa sampai titik optimal sebesar 30.000 BOPD Untuk mencapai target, baik di unitisasi Sukowati amaupun di Field Cepu, menurut Pribadi, harus pandaipandai menjaga hubungan dengan stakeholder baik itu masyarakat maupun Pemerintah Daerah (lihat Box Merangkap Dinas PU dan Dinas Sosial. Maklum WK Asset 4 itu menembus tiga Daerah Tk II, Blora, Bojonegoro dan Cepu. Tiap daerah kadang-kadang mengeluarkan regulasi sendiri, yang berbeda satu sama lain. “Dari sisi teknis, tak ada kendala,” ujar Pribadi. Yang berasal dari masyarakat, kendala macam-macam. Tapi yang paling sering adalah pemortalan akses masuk ke wilayah operasi. Ia menyebutkan bisa memahami tindakan masyarakat tersebut. “Saya tak mengagapnya gangguan. Ini seperti rengekan anak yang minta diperhatikan,” ujar Pribadi, Untuk itu, Ia minta kepada anak buahnya bersabar menghadapi situasi tersebut, “Dengan komunikasi yang baik, semua kendala bisa diatasi,” Pribadi menambahkan.
VOLUME 003
TAHUN I
17
L A P O R A N
U TA M A
TATA N A G U S R S T
MENGOPTIMALKAN STRU
GM Asset 5, Abdul Chalik
GM Asset 5, Abdul Chalik punya istilah khas untuk struktur reservoir Kalimantan. Ia menyebutnya sebagai struktur tali sepatu. “Sebagai daerah delta, struktur reservoir di Kalimantan seperti lances-lances,” ujarnya.
L
ANCES itu membentuk lapisan yang saling tumpang tindih dengan rentang tidak terlalu panjang mirip tali sepatu. Reservoirnya banyak tapi gak nyambung satu sama lain. Minyak tak selalu terperangkap dalam batuan, bisa juga hamparan pasir. Sementara struktur di Sumatera lebih mirip selimut, reservoirnya tak banyak tapi rentangnya lebar dan menyambung satu sama lain. Reservoir umumnya terperangkap pada batuan, Abdul Chalik tahu betul “dalaman” struktur Kalimantan karena seba18
TAHUN I
gian besar pengabdiannya sebagai seorang geolog dihabiskan di pulau tersebut. Setelah menamatkan pendidikan Geologi di Universitas Gadjah Mada pada 1989, Dia langsung ditempatkan di Sanggata sampai 1999. Setelah berkeliling di Barat, pada 2009 dia kembali ke Kalimantan sebagai Manajer Operasi di Unit Bisnis Eksploitasi dan Produksi (UBEP) Sanga-sanga Tarakan. UBEP itu baru dikembalikan ke Pertamina dari operator sebelumnya Medco. Bersama-sama dengan GM UBEP Sang-sanga-Tarakan, Satoto Agutono, kini Direktur Produksi, Abdul Chalik memperkenalkan pendekatan baru
VOLUME 003
untuk menaklukkan struktur Kalimantan. Salah satunya, pengeboran formasi “sarang tawon”. Disebut begitu karena jarak pengeboran sangat rapat, tak ubahnya sarang tawon, Di kalangan geolog, formasi ini biasa disebut grid base driling. Pada 2008 itu wilayah kerja tersebut baru dikembalikan ke Pertamina dari operator sebelumnya Medco. Saat alih kelola itu produksi Sanga sanga sekitar 4.300 barel. Dengan pendekatan sarang tawon tersebut, produksi perlahan naik. Angakanya sempat mencapai 8.600 BOPD Kini produksi Sanga-sanga berkisar 7.500-8.000.
KTUR TALI SEPATU BERHARAP TAK HENTI MENERANGI Gas yang dihasilkan Field Bunyu, sebenarnya kalah jauh dibandingkan lapangan lain. Tapi memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat sekitar. Gas yang tak seberapa itu sepenuhnya disalurkan ke PLN Tarakan. Tanpa gas dari Bunyu, bisa dipastikan masyarakat Tarakan akan gekap gulita. “Gas Bunyu itu kecil. Itu pun bukan gas sendiri tapi ikut dengan minyak,” ujar Abdul Chalik. Karena tak sendiri itulah, ia tak bisa memastikan samapi kapan gas tersebut akan mengalir. Begitupun dengan volumenya. Dalam kelaziman jual beli gas, sebetulnya security supply menjadi salah satu yang dipersyaratkan pembeli. Tapi tidak di Bunyi. “Saya katakana ke PLN apa adanya sehingga tak bisa dituntut kalau ada ada apa-apa,” ujar Chalik seraya berharap gas akan terus mengalir dari Bunyu sehingga Tarakan bisa terus benderang. Sejak 1 Juli 2012, gas sebanyak 3-4,5 MMscfd mengalir dari field Bunyu ke PLN Tarakan melalui pipa sepanjang 32 km, Bagi Masyarakat Tarakan, Field Bunyu tak ubahnya sebagai Dewa Penolong. Sebelumnya, mereka mengandalkan pasokan dari Medco yang di awal 2012 produksinya anjlok. PLN Tarakan pun terancam collapse. Kembali ke solar jelas bukan solusi cerdas karena biaya akan membengkak menjadi USD 60.000 per hari, atau ESD 1.800. 000 sementara kalau memakai gas hanya keluar dana dana sepertiganya, sekitar USD 500 ribuan per bulan.
Pendekatan “sarang tawon” dibawa saat keduanya ditugaskan di Region Kawasan Timur Indonesia. Satoto sebagai GM dan Abdul Chalik sebagai Manajer Senior Ekploitasi. Di sini pun sukses. Lapangan Bunyu yang sempat tertidur kembali bisa berproduksi di atas 10.000 BOPD, seperti era keemasan pada 1959. Bunyu pun segera menjadi andalan KTI yang kembali berkilau. Produksi terakhir pada 2012 mencapai 13.000-an dengan tingkat keberhasilan pengeboran mencapai Akankah keberhasilan itu kembali dicapai pada 2013? “Meski semester 1 masih 96%, Kami optimistis bisa memenuhi target,” ujar Abdul Chalik, Asset 5 adalah sebutan baru sebagai pengganti region KTI seiring dengan perubahan di tubuh Pertamina EP. WK-nya semua lapangan yang sebelumnya masuk region KTI (Bunyu,
Sanggata, dan Papua ditambah lapangan Tanjung, Sanga-sanga dan Tarakan, Pada semester I, dari target sebesar 22.068 hanya tercapai 21.383 atau sekitar 95,3 %. Adapun pencapaian Produksi semester I per Lapangan, yakni Bunyu (81.2 %), Sangasanga (96.3 %), Tanjung (101.2 %), Sangatta (125.8 %), Tarakan (107.9 % dan Papua (116.2 %), Penurunan produksi di Bunyu jauh di atas estimasi manajemen yang memperkirakan penurunannya atau declines hanya sekitar 40%. Menurut Abdul Chalik, penurunan produksi Field Bunyu terjadi pada bulan Mei dan Juni didominasi decline alamiah sumur yang sangat tajam, melebihi 80% per tahun. Bahkan di beberapa sumur di struktur Bunyu Nibung, seperti sumur Bor BN32 yang memiliki decline 98% karena kadar kenaikan kadar air.
Di sisi lain, pengeboran baru belum konklusif seperti di sumur B-161 karena minyak pada sumur tersebut merupakan minyak berat. Untuk memproduksikan sumur tersebut akan dilakukan stimulasi parafinic. Rencana pengeboran juga belum sepenuhnya terealisasi karena terkendala pengadaan lahan yang termasuk kawasan hutan. Padahal, potensinya jauh lebih bagus dari yang dibor sekarang. “Karena terkendala pengadaan lahan, kita ngebor duluan yang lahannya siap, meski kurang potensial,” kata Chalik. Jika persoalan lahan ini teratasi. Ia optimistis produksi Field Bunyu akan bertambah. Menurut Chalik untuk meningkatkan produksi Asset5, pengeboran akan terus digalakkan. Pada semester 2, ada 14 sumur yang akan dibor masing 5 sumur di Field Sangasanga, 5 sumur di Field Bunyu, 3 sumur di Field Tanjung dan 1 sumur di Field Tarakan. Sebelumnya ada semester I telah dilakukan pen geboran di 21 sumur Bor, yaitu 12 sumur di Field Sangasanga, 5 sumur di Field Bunyu dan 4 sumur di Field Tanjung. Selain pengeboran baru, workover juga akan ditambah. “Work over ini terbukti efektif,” ujar Abdul Chalik, pencapaian produksi rata-rata work over. SM-1 Asset 5 sebesar 2606 BOPD atau 395% dari target. Work over ini adalah memindahkan pekerjaan dari satu lapisan ke lapisan lain dalam satu sumur Peningkatan produksi juga akan dilakukan dengan melakukan optimasi pada sumur-sumur di Field Bunyu dengan mengganti lifting gas lift menjadi ESP. Begitupun juga dengan Field Sangasanga dan Sangatta, mengganti SRP menjadi ESP. “Sementara di Tanjung kita akan lakukan Hydraulic Fracturing,” ujar Abdul Chalik. Dengan sumua yang dilakukan itu, ia optimistis Asset 5 yang dipimpinnya bisa memenuhi target produksi 2013.
VOLUME 003
TAHUN I
19
I N S P I R A S I
F OTO - F OTO : TATA N A G U S R S T
RUMAH CEMARA “SURGA” DI GEGERKALONG Awalnya hanya sekadar tempat curhat pecandu NAPZA dan penderita HIV/AIDS, Mengembalikan kepercayaan diri untuk bisa berarti.
R
“
UMAHKU surgaku,” be gitu kata sebuah pepatah. Dan bagi pecandu narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA)” serta ODHA (orang dengan HIV/AIDS) surga itu adalah Rumah Cemara di jalan Gegerkalong, Bandung. Di sini Kepercayaan diri yang sudah terpuruk ke titik nol dipompa dengan sentuhan cinta kasih. Mereka membangun kepingan harga diri yang sudah porak poranda. “Saya kembali menjadi manusia,” ujar salah seorang penderita ODHA kepada BALANCE, pertengahan Juli lalu. 20
TAHUN I
Ia tak lagi meratapi nasib sebagai orang terbuang. Semangatnya untuk hidup kembali menyala. Ia mulai berani bermimpi, Rumah Cemara sejak tiga tahun lalu memfasilitasi para penderita HIV/AIDS dan pecandu NAPZA melanglang jagat, mengikuti turnamen sepakbola Homeless World Cup, yang diakui FIFA sebagai kalender resmi untuk komunitas tunawisma. Pesertanya, adalah orang-orang tak berumah atau terusir dari rumah, termasuk para pecandu narkoba, penderita HIV/AIDS. Tak sekadar lewat, di ajang itu tim Rumah Cemara menorehkan pretasi cemerlang. Pada 2011, yang dilang-
VOLUME 003
sungkan di Paris, tim Indonesia menduduki tempat keenam dengan mengalahkan negara-negara bola, seperti Italia, Denmark, Belanda, dan Nigeria. Di ajang itu, pemain Indo nesia, Ginanjar Kusmayadi, seorang penderita HIV/AIDS terpilih sebagai pemain terbaik. Pada keikutsertaaan yang kedua di Mexico, tim Rumah Cemara menduduki tempat keempat. Tahun ini, Homeless World Cup 2013 akan digelar di Pozan Polandia, dimulai pada 11 Agustus. Timnas Rumah Cemara pun berlatih keras untuk ajang tersebut. Tak sekadar menggenjot ketrampilan mengolah kulit bundar, para pemain yang terpilih dibekali penguatan mental dan sikap hidup, serta pelajaran tambahan: bahasa Inggris. Tujuannya, tentu saja agar mereka tak hanya bengong. Tapi bisa interaksi dengan tim lain, sekaligus bertukar pengalaman sebagai manusia yang disamakan nasib, tidur berat-
Halaman Ha ala lam maan 211 Inspirasi In nssp spi pir ira rasi si (Comdev) (Co omd mdeevv)
Dimanusiakan: membangun kepingan-kepingan harga diri seorang manusia dengan cinta kasih.
ap langit. Para anggota timnas, yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia mengikuti pemusatan latihan dengan jadwal ketat. Saat BALANCE bertandang ke markas Rumah Cemara, mereka mengawali hari dengan kursus bahasa Ing gris, Pengajarnya Kheista Leonie yang juga Manajer Tim Na sio nal S treet Soccer In do nesia untuk Home less World Cup 2013, Wanita yang akrab dipanggil Kisi tersebut membagikan materi kursus dalam bentuk lirik lagu. Di bawah lengkung pohon yang rindang, sambil diiringi musik mereka mendiskusikan soal yang diberikan. Tawa dan canda menggenapkan sua-
sana siang itu. Mereka belajar ala sersan, “serius tapi santai”, Pikiran mereka sudah menyebrang ke Pozan Polandia, Selesai kursus, pemain timnas berlatih tanding street soccer. Diantar angkutan umum, mereka menuju arena yang berlokasi dibelakang gedung bisnis yang disesaki kios fotocopy yang sebelumnya terserak di berbagai sudut kampus negeri di Bandung tersebut. Tempat street soccer itu unik berada di kolong jembatan Sukajadi. Ukurannya lumayan luas, sesuai dengan standar internasional lapangan street soccer. Lapangan itu menjadi saksi, untuk kesekian kali olahraga, khususnya
Di bawah lengkung pohon yang rindang, sambil diiringi musik mereka mendiskusikan soal yang diberikan.
sepakbola bisa mendinginkan amarah warga yang kerap terjebak tawuran massal. Tempat itu memisahkan dua wilayah warga.. Perkelahian yang kerap makan korban itu umumnya disebabkan hal sepele. Tawuran itu kini hanya menjadi sejarah. Setelah Rumah Cemara mendirikan Lapangan street soccer tersebut, warga yang tadinya bertikai menjadi akur karena sering bermain bola bersama, RC mengamanatkan untuk saling menjaga lapangan tersebut, alhasil tawuran pun tak pernah terjadi lagi. Semangat kebersamaan pula yang menjadi ruh tim Rumah Cemara. Ini ditunjukan melalui sumbangan seadanya dari masing-masing pemain, serta peraturan untuk pemain yang berkata-kata kasar juga dikenakan denda sebesar lima belas ribu rupiah (Rp 15.000,00) per perandingan. Uangnya digunakan untuk membeli minum sebagai pelepas dahaga selepas puasa
VOLUME 003
TAHUN I
21
F OTO - F OTO : TATA N A G U S R S T
I N S P I R A S I
“Timnas Indonesia”, tim HWC 2013 yang akan berlaga di Polandia.
atau disumbangkan kepada warga yang membutuhkan di daerah tersebut. Terik matahari membakar semangat untuk saling mencetak gol. Satu per satu dari kedua tim unjuk gigi untuk mengolah si kulit bundar, menggocek kesana kemari, dan tak ada kata out karena seluruh lapangan dilapisi papan setinggi setengah meter, bola dikatakan out apabila keluar melambung melewati papan. Dalam pertandingan ini tiada kata menang atau kalah. Yang ada hanyalah kebersamaan untuk membentuk tim yang kompak dan kuat agar bisa kembali berprestasi di ajang HWC 2013. *** Rumah Cemara didirikan 2003 lalu. Pendirinya adalah para pencandu NAPZA dan penderita HIV/AIDS, yang merasakan kesepian karena tak diacuhkan sekeliling. Solidaritas antar sesama menjadi energi untuk terus maju. Kini organisasi ini berkembang 22
TAHUN I
menjadi lembaga nirlaba pendampingan penderita HIV/AIDS dan pecandu NAPZA yang disegani. Kedua penyakit ini memang kerap beririsan. Penderita HIV/ A IDS umumnya adalah para pencandu obat yang kerap bertukar alat suntik Di salah satu ruangan kantor, terpampang perjalanan Rumah Cemara sejak 2003 hingga kini. Foto dan Piagam tersusun rapi, tak ketinggalan juga beberapa kutipan semangat atau jargon dari tokoh-tokoh dunia yang mewakili keadaan Rumah Cemara dari tahun ke tahun. Di sini, mereka saling menyemangati sama lain. Tadinya sekadar untuk
VOLUME 003
membunuh kebosanan, akhirnya menumbuhkan harapan. Dengan hidup yang positif, orang yang divonis mengidap HIV/AIDS bisa berumur panjang. Salah satunya adalah pebasket legendaris NBA Magic Johnson. Ginandjar Kusmayadi, salah seorang pendiri Rumah Cemara merasakan keke balan tubuhnya merembet naik setelah beraktivitas di sana. Saat divonis pengidap HIV/AIDS, pada 1998, kekebalan tubuhnya, biasanya ditandai lecocyt dalam darah, berada pada kisaran 138, jauh dari manusia normal yang kekebalannya minimal berada pada kisaran 450. Kini, kekebalannya sudah hampir menyentuh angka 438.
Tak ada jeruji atau borgol, yang disiapkan kalau sewaktuwaktu mereka ngamuk. Tak juga hardikan. Para penderita diajarkan kembali rasa tepa selira.
Timnas Indonesia HWC 2013 bersama manajer dan pelatih
Sebelum menderita HIV/AIDS, pria yang akrab dipanggil Ginan tersebut adalah pencandu berat narkotik. Ia hampir tewas overdosis saat kuliah di salah satu PTN terkenal di Bandung. Dengan kesungguhan hati, ia menjalani rehabilitasi. Apa boleh buat, keseringannya gonta-ganti alat suntik sesama pemakai meninggalkan penyakit lain. Tubhnya dideteksi sudah kemasukan virus HIV/AIDS. Periode kegelapan dimulai. Satu per satu, teman meninggalkan. “Kesepian adalah rumah saya,” ujar pria kelahiran 13 Juli 1980tersebut. Untunglah, ia tak terus terjerembab. Bersama beberapa penderita lain, ia kemudian mendirikan Rumah Cemara. Menurut Ginan, HIV tidak akan berkembang dengan cepat di dalam tubuh jika mental penderita bagus. Sebaliknya jika seorang penderita dalam kondisi stres. Virus itu akan lebih cepat menyebar sampai tulang sungsum. Kata Ginan, semakin mereka se-
nang, semakin lama pula mereka bertahan. “Pengobatanya harus berimbang. Selain medis, pengobatan non medis juga harus dilakukan,” Ginan menambahkan. Untuk menciptakan kesenangan inilah, Rumah Cemara mendesain berbagai program. Salah satunya, aktivitas sepakbola yang akhirnya mengantarkan Ginan sebagai the best player pada perhelatan Homeless World Cup 2011. Rumah Cemara juga membuka Treatment Centre (TC) sebagai layanan konseling dan pengobatan bagi penderita HIV/AIDS dan pecandu Napza, TC menempati rumah khusus di Jalan Taman Kembang No 11 Ciwaruga, sekitar satu kilometer dari kantor Rumah Cemara. Para penderita diajak membangun membangun kembali nilai-nilai pribadi dan sosial yang telah hilang, dikarenakan kebiasaan penggunaan zat terlarang termasuk nilai-nilai pribadi dan sosial. Dengan bantuan konselor keter-
gantungan obat, Rumah Cemara memberikan dukungan sosial yang sistematis sebelum mereka kembali ke masyarakat. Tempat ini mendidik para pengguna napza untuk belajar bertanggungjawab. Mereka diberi arahan dengan penuh perhatian dan cinta. Tak ada jeruji atau borgol, yang disiapkan kalau sewaktu-waktu mereka ngamuk. Tak juga hardikan. Para penderita diajarkan kembali rasa tepa selira. Mereka juga diberikan pemahaman tentang perjuangan untuk mendapatkan sesuatu. Jika proses sudah dilakukan, rewards akan datang sendiri, seperti yang diterima Rumah Cemara. Berbagai donatur dan perusahaaan termasuk Pertamina EP tanpa sungkan mengulurkan bantuan setiap komunitas ini punya program, termasuk keikutsertaan pada ajang Homeless World Cup 2013. Rumah Cemara pun tetap tegak berdiri, sebagai “rumah surga” bagi penderita kecanduan obat dan ODHA.
VOLUME 003
TAHUN I
23
A P A
&
S I A P A
G
M Asset Pertamina EP, Pribadi Mahagunabangsa termasuk penganut fanatik filosofi “Tak Kenal, Maka Tak Sayang.” Karena itu dia berpikir keras mencari cara paling efektif untuk mengenal semua anak buahnya di Asset . Sejak Maret lalu seiring dengan reorganisasi di tubuh Pertamina EP, organisasi diefisienkan. Dari sepuluh GM, diciutkan hanya menjadi lima GM. Istilah Region diganti menjadi Asset. Alur dan fungsi organisasi pun berubah. Khusus untuk Asset 2, Pribadi membawahkan Wilayah Kerja di Kabupaten Tuban, Cepu, dan Bojonegoro. Pergantian ini diikuti perubahan SDM. Banyak wajah baru masuk. “Banyak yang tidak saya kenal,” ujar pria kelahiran Pacitan 53 tahun lalu tersebut. Tak hanya Pribadi, antara sesama
TATA N A G U S R S T
TAK KENAL TAK SAYANG 24
TAHUN I
VOLUME 003
karyawan pun ternyata tak saling kenal. Pernah saat makan siang di pantry, kalau menanyakan orang yang baru masuk, karyawan yang ditanya hanya menggeleng. “Gawat, kalau mereka tidak saling mengenal, bagaimana organisasi mau bekerja?” ujarnya. Untuk itulah, ia berinisiatif mengadakan outbond untuk seluruh karyawan. “Alhamdulillah, sekarang sudah banyak yang kenal,” ujar alumnus Terknik Mesin Universitas Trisakti tersebut. Tak sekadar kenal, Pribadi pun membuka ruang kerjanya lebar-lebar setiap anak buahnya. “Selama tak sibuk saya layani tanpa harus bikin janji dulu,” ujarnya. Ia juga pasti menyempatkan diri mengajak bercakap karyawan dari daerah operasi yang datang ke Jakarta, siapa pun tanpa dibatasi strata, mulai dari karyawan biasa sampai manajer. Tema obrolan tak dibatasi pada persoalan pekerjaaan, tapi juga hal lain, termasuk urusan pribadi.
G
M Asset Pertamina EP, Abdul Chalik lagi keranjingan rafting. Dia merasakan sensasi luar biasa saat air sungai menciprati tubuhnya atau saat tangannya mendayung melewati celah batu. “Fun luar biasa,” ujar pria kelahiran Surabaya tahun lalu tersebut. Tak sekadar di Citarik, Sukabumi, tempat olahraga uji nyali ini pertama dipopulerkan di Indonesia, ia juga memburu liukan-liukan sungai di luar Jawa, seperti Bali. Hobi ini tak dinikmatinya sendiri. Ia juga menularkannya kepada anak buahnya baik yang di Jakarta maupun di wilayah kerja yang dibawahkan Asset 5, yang meliputi Tanjung, Sangatta, Sanga-sanga, Tarakan, Bunyu, dan Papua. Setiap ada kesempatan, mereka diajak berkecipak di derasnya air sungai. Beberapa yang tak biasa, menolaknya dengan alasan tak bisa berenang. Toh Chalik terus meyakinkan. “Saya selalu katakan, kita tak bisa terbang toh tetap bisa naik pesawat terbang,” ujarnya ngakak. Biasanya manjur. Yang tadinya takut, akhirnya mencoba. Beberapa malah jadi ketagihan seperti dirinya. Setelah rafting, geolog lulusan Universitas Gadjah Mada itu merasa tubuhnya kembali fresh. Bapak satu orang anak ini menyukainya karena menganggap dinamis, seperti bersepeda dan jalan kaki yang rutin dijalaninya. “Saya ini bosanan. Kalau yang diam seperti treadmill, gak suka,” ujar pria yang semasa kuliah senang naik gunung tersebut.
TATA N A G U S R S T
FUN DENGAN RAFTING
VOLUME 003 TAHUN I
25
W A W A N C A R A
SATOTO AGUSTONO DIREKTUR OPERASI
BEKERJA DENGAN HATI
TATA N A G U S R S T
Jejaknya tertulis dengan tinta emas karena berhasil melipatkan produksi di Prabumulih, Sangasanga, dan Bunyu. Tantangan baru menganga: produksi Pertamina EP terperosok ke angka terendah dalam lima tahun terakhir. 26
TAHUN I
VOLUME 003
D
IA bukan geolog yang bermimpi bisa membongkar perut bumi untuk menemukan cadangan-cadangan raksasa. Perminyakan juga merupakan dunia asing yang tak menarik minatnya saat kuliah. Dia lebih senang menguliti mesin sesuai dengan kuliahnya di Jurusan Mesin Universitas Trisakti. Mengirimkan lamaran pekerjaan ke Pertamina, lebih karena baktinya kepada orang tua. Di hari ke sepuluh saat berbaring di rumah sakit pada , ayahnya berkata lemah, “Mengapa Toto tak juga mengirimkan lamaran ke Pertamina?” Pertanyaan itu sebetulnya kerap dilontarkan ayahnya. Tapi, dia menanggapinya dengan tak acuh. Minatnya tak terusik. Apalagi saat itu, dia sudah mapan, bekerja di perusahaan otomotif internasional dengan gaji yang lebih dari cukup untuk ukuran bujangan pada saat itu serta mendapatkan kendaraan dinas. Tapi, saat pertanyaan itu diulangi ayahnya saat sakit, nuraninya mengetuk-ngetuk nalarnya. “Alangkah berdosanya saya, jika terjadi apa-apa dengan ayah saya, keinginan itu tak saya laksanakan, “ujar lelaki berperawakan kecil tersebut mengenang kejadian puluhan lalu tersebut. Ia pun bergegas membawa kertas ke rumah sakit, menuliskan lamaran sesuai dengan petunjuk ayahnya, kemudian dikirim ke kantor Pertamina EP, saat itu beralamat di Jalan Kramat 59, Jakarta Pusat “Saya nothing to lose saja, yang penting sudah memenuhi keinginan ayah” ujarnya. Dari empat ribu yang mengkuti tes, 150 diterima termasuk dirinya. Dia pun meninggalkan kemapanan hidup di ibukota. Meninggalkan gaji jutaan rupiah, menuju Tanjung, penugasan pertamanya dengan gaji Rp 600 ribu. Di kota yang kala itu masih termasuk remote area itu, dia mencoba mencintai pekerjaan dan perusahaan, Dia mensinergikan badan, pikiran hati dan jiwa. Setiap kebosanan menyergap, Satoto mencairkannya dengan mengenangkan senyum bahagia ayahnya saat tahu dirinya akhirnya memilih bekerja di Pertamina. Dari bawah, dia merintis karir, melewati segala onak duri. Lelaki berusia 50 tahun tersebut, kini menjadi
salah satu Dewan Direksi Pertamina EP – Dia adalah Satoto Agustono, Direktur Opreasi Pertamina EP. Pak Toto, demikkian Dia biasa disapa anak buahnya, meninggalkan jejak emas pada setiap field yang ditinggalkannya. Pada 2003-2006, saat menjadi Field Manajer Prabumulih, dia berhasil meningkatkan produksi dari 6.000 BOPD menjadi 12.000 BOPD. Saat menjadi GM UBEP Sanga-sanga pun begitu. Saat dikembalikan Medco, produksi hanya 4.300 BOPD. Sentuhan tanagannya mmelipatkan produksi menjadi 8.600 BOPD. Dia juga sukses mengembalikan keceriaan Bunyu saat menjadi GM Region KTI (Kawasan Timur Indonesia) berhasil mengembalikan produksi seperti di era keemasan pada 1950-an. Produksinya sempat menyentuh 13.000-an BOPD. Dengan jejak emas seperti itu, wajar belaka jika sebutan “GM bertangan dingin” tersampir di pundaknya, “Semua orang bisa melakukannya selama bekerja dengan hati,” ujar pria kelahiran Tarakan 30 Agustus 1963 itu merendah saat diminta komentar tentang sebutan tersebut. Ia menegaskan, pekerjaan di perminyakan membutuhkan team work. Ia mengenang saat-saat kekompakan yang terbangun di field, “semua orang ikut menari tanpa saya paksa,’ Satoto menambahkan. Maksudnya, sekecil apapun, setiap karyawan berusaha memberikan kontribusi sesuai dengan kemampuan dan tugasnya. Banyak yang bilang Anda bertangan dingin ? Saya greget kalau dibilang begitu. Tetapi itu sesuatu yang baik patut bersyukur. Kenapa sih tangan dingin ? sebenarnya tidak juga, dunia cuma ada tiga, material, proses, dan hasil. Hasil tergantung materi dan prosesnya. Dunia perminyakan materinya reservoir, yang tak bisa kita kutak-katik, itu pemberian Allah. Yang bisa kita otak-atik prosesnya karena yang melakukan itu people. Pemberian Allah kepada manusia itu tak sekadar otak, tapi juga hati. Semuanya harus didayagunakan Otaklah yang mencari beragam teknologi terbaru dunia minyak, mulai dari pengeboran sampai pengolahan. Hati menggenapkannya sehingga tetap berpikiran jernih dan fokus.
Otaklah yang mencari beragam teknologi terbaru dunia minyak, mulai dari pengeboran sampai pengolahan. Hati menggenapkannya sehingga tetap berpikiran jernih dan fokus.
VOLUME 003
TAHUN I
27
W A W A N C A R A
Apa yang dilakukan sehingga sukses melipatgandakan produksi saat menjadi GM di Prabumulih, Sanga-sanga dan Bunyu? Bekerja dengan hati dan melakukan pekerjaan di luar kebiasaan. Kalau Anda melakukan hal yang rutin, hasilnya pun akan biasa-biasa saja. Kalau ingin berbeda, kita juga harus melakukan hal yang berbeda. Kalau sama saja, serahkan saja pada mesin. Saat dari rumah ke kantor, kita selalu menggunakan jalan A,B,C, ceritanya akan selalu sama. Kehati-hatian akan hilang karena semua lekuk jalan sudah kita fahami, begitu juga dalam bekerja. Kita akhirnya terjebak pada suasana comfort zone. Ini berbahaya bagi semua, termasuk company. Beda kalau kita mencoba jalan lain, Pikiran kita akan terangsang, untuk lebih berhati-hati sehingga selamat sampai tujuan.. Sekarang kinerja semester satu kurang begitu menggembirakan. Sebenarnya apa yang terjadi? Semester 1 memang kurang menggembirakan karena hanya tercapai 91 persen dari target, sekitar 123.000 BOPD. Saya kira dalam lima tahun ke belakang ini yg paling rendah Banyak penyebabnya. Secara alamiah produksi sumur-sumur itu akan mengalami decline. Untuk mengatasinya kita melakukan berbagai upaya, mulai dari optimasi sumur, lifting, work over dan peengeboran baru. Semua yang melakukan itu people dan kita melakukan moving besar-besartan pada Maret. Apapun namanya perubahan yang cukup besar dengan memindahkan hampir 500 orang dalam waktu bersamaan akan bergampak cujkup luas tidak Flow pekerjaaan akan berubah. Ini kondisi cukup menantang Mungkin karena targetnya terlalu tinggi ? (Tiap tahun target produksi Pertaminma EP selalu dinaikkan dengan angka yang lebih tinggi dari yang dibebankan SKK Migas. Tahun 2013, misalnya korporat menargetkan 137.181 BOPD, sedangkan SKK Migas hanya 132. 000 BOPD)
Target itu bisa dibilang terlalu tinggi tapi itulah yang sudah kita komitmenkan ke managemen, Dari angka itulah, kita bergerak ma-manage reservoir. Belum ada penemuan cadangan baru yang signifikan. Harus diakui, usaha yang dilakukan belum ada yang luar biasa, Padahal kalau ingin menghasilkan sesuatu harus cari yang bebrda. Maret sampai sekarang belum terlihat. *** Satoto adalah seorang rendah hati, Kepada BALANCE, Dia berulang kali minta maaf karena terpaksa harus menjadwal ulang wawancara karena kesibukan mendadak “Cita-cita saya hanya ingin bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan.” ujarnya. Baginya, jabatan lebih sebagai akibat dari proses yang dilaluinya, bukan target. “Saya tidak pernah bercita–cita menjadi manajer ataupun direktur.” Kini, tangan dinginnya diuji produksi Pertamina EP yang tidak terlalu bagus. Dalam lima tahun terakhir, angka semester ini merupakan yang terburuk. “Saya akan turun gunung,” ujar Satoto. Persoalan teknis yang sebetulnya menjadi tanggungjawab field manager, GM porsinya akan lebih diperhatikan “Kalau sekarang hanya 20%, nanti porsinya saya tingkatkan menjadi 50%,” Satoto menambahkan. Apa rekomendasi Anda untuk menaikan produksi ? Pertama-tama mindset bekerja kita harus diperbaiki. Harus profesional. Jangan selalu menunggu perintah, Mentalitas harus diperbaiki. Dalam bekerja itu, orang itu harus mensinergikan badan, pikiran, hati, dan jiwa. Hasilnya, pasti akan dahsyat. Mengubah mindset ini tidak gampang. Perlu satu tahun atau paling cepat enam bulan. Dalam proses ini, harus sabar, tidak boleh bosan. Saya bisa begini karena Pertamina yang mendidik, Tanpa Pertamina tak akan begini. Betapa sabarnya Pertamina mendidik saya. Kenapa saya juga tidak bisa sabar dengan Pertamina Anda yakin Pertamina EP bisa berproduksi sesuai terget ?
Saya sekarang tekankan kepada para manajer nggak mau tahu alasan sebuah sumur tidak bisa dioptimalkan. Yang saya butuhkan solusi, bukan alasan. Alasan ini kerap hanya dijadikan pembenaran saja. Ujung-ujungnya, lebih pintar mencari alasan dari pada solusi. Saat ditanya solusi, jawabannya masih dievaluasi. Kan tidak make sense kerja seperti itu.
28
TAHUN I
VOLUME 003
F OTO - F OTO : TATA N A G U S R S T
Sangat yakin karena masih banyak lapangan potensinya tinggi, misalnya Lirik, Limau, Ramba, Rantau, Lirik, yang selama ini gak dilirik, masih bisa ditingkatkan. Produksinya sekarang hanya 2000 barel, gros-nya 120 ribu atau kadar airnya sekitar 98,5%. Ini masih jauh dari potensi optimum. Dari reservoir yang ada, titik optimalnya gross sekitar 1 juta barel. Kalau berhasil diangkat separuhnya dengan kadar minyak satu persen atau 0,5 persen lebih rendah dari sekarang, produksi bisa mencapai 5000 BOPD. Artinya target sebetulnya bisa dicapat tanpa pengeboran ? Sangat bisa. Di Klamono dulu, saya meningkatkan produksi dari 500 menjadi 1000, tanpa pengeboran sama sekali, hanya reaktivasi sumur. Jadi dari lapangan yang ada jika dioptimalkan target bisa dicapai tanpa perlu ngebor, Cukup dengan reaktivasi sumur-sumur lama, pasang pompa dan injeksi. Sekarang ini banyak lapangan yang hanya bekerja 10% dari kemampuan reservoirnya. Ibarat orang berbadan tegap kalau disuruh mengangkat yang kecil, kan lama badanya malah jadi kecil. Kenapa lapangan-lapangan itu tidak dioptimalkan? Banyak yang tidak mau tahu kemampuan maksimal reservoir tiap sumur, Tidak mau memeriksa dengan detail historical sebuah sumur, Kalau sumur berproduksi 200 barrel, misalnya berpikir itun sudah optimum. Padahal bekerjanya sumur tersebut baru 20 persen. Kadang-kadang saya ngenes. dulu saat jadi field manajer bisa langsung eksekusi, sekarang tidak lagi, hanya mengarahkan. Menghadapi kondisi seperti ini apa yang akan Anda dilakukan? Saya harus mengubah strategi. Harus turun gunung. Tadinya, lebih banyak melakukan hal-hal yang sifatnya policy berkaitan dengan posisi sebagai direksi, bicara teknis hanya sekitar 20-30% persen. Ke depan soal teknis, mungkin harus ditingkatkan menjadi 50%. Saya sekarang tekankan kepada para manajer nggak mau tahu alasan sebuah sumur tidak bisa dioptimalkan. Yang saya butuhkan solusi, bukan alasan. Alasan ini kerap hanya dijadikan pembenaran saja. Ujungujungnya, lebih pintar mencari alasan dari pada solusi. Saat ditanya solusi, jawabannya masih dievaluasi. Kan tidak make sense kerja seperti itu. Kenapa itu bisa terjadi, karena sudah masuk comfort zone. Mau dipindah aja bingung, nanti mau melakukan apa di tempat baru. Saya ingin mengubah mentalitas seperti itu.
VOLUME 003
TAHUN I
29
W
I
S
A
T
A
MENEMUKAN PUISI DI BUKHARA DAN SAMARKAND
30
TAHUN I
diturunkan dari kata bahasa sansekerta Vihara. Dalam catatan etnografi berbahasa Inggris abad ke-19, kota ini disebut Bokhara, sementara dalam catatan Dinasti Tang di Cina, disebut sebagai Buhe/Puhe. Meski sempat men-
VOLUME 003
jadi pusat perkembangan kebudayaan Persia Islam, bukan berarti Bukhara tak berarti bagi umat lain. Bukhara juga merupakan “rumah” bagi banyak kaum Yahudi. Istilah bukhara jews, alias Yahudi Bukhara, per-
T H E R E D L I S T. F R
B
AGI Hafiz, penyair Persia paling populer, Samarkand dan Bukhara adalah hadiah Tuhan yang paling Indah. Di sajak yang ditulisnya pada abad ke-, Hafiz berujar, “kalau saja Shirazi Turk yang cantik merebut hatiku, akan kuberikan Samarkand and Bukhara sebagai ganti tahi lalat Indianya.” Jika sempat berkunjung ke dua kota Uzbekistan itu, Anda akan tahu Hafiz sungguh tak berdusta. Hingga kini, Bukhara dan Samarkand tetap merupakan tempat paling indah dan eksotik di muka bumi ini. Sebagaimana ditemukan para petualang mutakhir, puluhan tahun berada di bawah cengkeraman kekuasaan komunis Uni Soviet, tak sanggup melunturkan warna Bukhara dan Samarkand sebagai pusat spiritualisme. Atmosfer Bukhara dan Samarkand masih mengumandangkan aura yang menenangkan jiwa. Bagi mereka yang melakukan traveling bagi kesenangan jasmani semata, dua kota ini boleh jadi tak terlampau menarik. Namun bagi mereka yang melakukan perjalanan untuk memperoleh ketenangan jiwa, peace of mind, Bukhara dan Samarkand adalah pilihan tepat. Bukhara, yang berada tepat di Jalan Sutera, jalur perdagangan utama masa lalu, adalah kota yang telah berusia lebih dari 2.000 tahun. Kota ini merupakan contoh hidup kota abad pertengahan Asia Tengah. Bangunan-bangunan urbannya masih bertahan utuh. Hingga kini Bukhara masih penuh monumen abad pertengahan yang indah. Ada yang menyebut, nama Bukhara
Traveling kini tak lagi bertujuan untuk fun. Mereka yang tercerahkan melakukan perjalanan untuk menemukan kedamaian, menemukan peace of mind. Petualangan di Bukhara dan Samarkand adalah perjalanan menemukan diri, membaca keindahan puisi dan menangkap semangat kaum sufi.
M A P P E R Y. CO M
nah menjadi istilah yang diterima umum untuk menyebut semua umat Yahudi yang tersebar di Asia Tengah. Agama nasrani pun tercatat jelas pernah berumah di kota yang kini berpenduduk tak lebih dari 300 ribu jiwa itu.
Bukhara merupakan satu dari pusat utama peradaban Persia Iran. Hingga kini, selain inskripsi ayat-ayat Al-Quran yang berbahasa Arab, seluruh kaligrafi indah yang menghiasi sudut Bukhara berbahasa Persia. Untuk
waktu yang lama, wilayah Bukhara memang berada di bawah kekuasaan kekaisaran Persia. Situs arsitektur dan arkeologisnya merupakan pilar sejarah seni Persia. Penduduk awal Bukhara sebenarnya adalah kaum Arya. Tapi kaum Soghdian Iran kemudian menguasai wilayah itu, dan menjadikan bahasa Persia lazim digunakan. Emir Bukhara terakhir Muhammad Alim Khan (1880-1944) juga masih berbahasa Persia. Bukhara dan rangkaian bangunan bersejarahnya kini telah resmi masuk daftar situs warisan dunia versi UNESCO. Mausoleum, masjid dan madrasah di Bukhara, semuanya memang unik. Arsitektur dan ragam hias yang distilisasi dari tradisi Islam yang ketat, melahirkan bangunan yang mampu mengingatkan penatapnya pada kekuasaan Tuhan yang tak berbatas. Peninggalan paling ternama di kota ini adalah makam, atau Mausoleum Ismail Samani, dan beberapa peninggalan bangunan madrasah raksasa. Mausoleum Ismail Samani yang dibangun pada abad ke-9 (antara 892 dan 943) ini kerap disebut-sebut sebagai puncak mahakarya arsitektur Islam di abad pertengahan. Mausoleum ini merupakan tempat peristirahatan terakhir Ismail Samani, pendiri Dinasti Samani, dinasti Persia terakhir yang menguasai Asia Tengah. Meski tak raksasa, bangunan ini merupakan sebuah masterpiece arsitektural. Sepintas, mausoleum ini sangat sederhana, sekadar gabungan kubah setengah bulat diatas sebuah kubus persegi. Toh, mausoleum Samani menunjukkan keindahan yang jenius dari kesederhanaan sebuah desain. Kejeniusan
VOLUME 003
TAHUN I
31
S
A
T
A
muncul dari komposisi seimbang unsur diagonal dan persegi sederha antara fasad dan interiornya. Seluruh fasad terlihat identik di keempat sisinya. Yang menarik dicatat, mausoleum ini dibangun kala hukum Islam yang berlaku di negeri itu, mengharamkan bangunan di makam kaum muslimin. Selain Mausoleum Ismail Samani, situs lain yang masuk kategori “wajib kunjung” jika Anda berada di Bukhara adalah kompleks Lyab-I Hauz yang indah menenangkan. Lyab-I Hauz (1568-1622) adalah kawasan di seputar hauz (atau situ alias danau kecil) yang tersisa di pusat kota Bukhara. Di awal kekuasaan Komunis Soviet, ada banyak hauz yang menjadi sumber air bagi Bukhara. Tapi penguasa Soviet menilai hauz sebagai sumber berjangkitnya penyakit dan menutup banyak hauz pada 1920-an dan 1930-an. Lyab-I Hauz selamat dari pengurugan karena kawasan ini merupakan bagian dari ansamble karya arsitektur yang indah. Sejak abad ke-16, kompleks Lyab-I Hauz boleh dikata tak banyak mengalami perubahan. Di kompleks ini ada Kukeldash (1568-1569), madrasah terbesar Bukhara; Khanaka Nadir Divan-Begi, asrama kaum sufi (1620) dan madrasah sufi ( (1622). Situs ajaib lain di Bukhara adalah Po-i-Kalyan (atau Poi Kalyan, “Kaki dari sang Akbar”) adalah komplek bangunan di kaki minaret Kalyan. Kompleks ini terdiri dari Minaret Kalyan: menara bundar raksasa berdesain indah yang mengecil di bagian atas. Diameter bagian bawah menara ini sekitar 9 meter, 6 meter di bagian atas. Sementara tinggi menara ini sekitar 45,6 meter. Di kompleks yang sama juga ada masjid Kalyan, dibangun pada 1514. Ukurannya sama besar dengan masjid Bibi-Khanym di Samarkand. Mesjid ini merupakan salah satu bangunan terbesar di Asia Tengah. Sejak dulu Bukhara adalah magnet budaya. Ia menjadi inspirasi semua 32
TAHUN I
penyair terkemuka kesusastraan Persia. “Oh, Bukhara! Segala keriaan milikmu, jayalah!” begitu tulis Rudaki, penyair yang dijuluki bapak puisi Persia. Sementara Dehkhoda menafsir Bukhara “kolam pengetahuan” karena di masanya Bukhara adalah pusat kemajuan sains dan kehidupan akademik. Raksasa puisi Jalaluddin Rumi juga memuja kota ini. “Bukhara adalah tambang ilmu. Dari Bukhara berasal dia yang menggenggam pengetahuan,” tulis Rumi satu kali. Para penguasa Ilmu seperti Ibnu Sina, AlKhawarizmi dan lainnya memang pernah melalui kehidupannya di Bukhara. Kota ini memang tak pernah sepi dari kebijaksanaan. Di salah satu sudut lapangan utama Bukhara terdapat patung filosof populis Khwaja Nasruddin. Padanan Abu Nawas ini di Indonesia lebih dikenal sebagai Nasruddin Khoja, yang humor dan anekdot filosofisnya merupakan hikmah bernilai tinggi. Patung di Bukhara Central Square ini menggambarkan Nasruddin diatas keledai kesayangannya. Bukhara juga merupakan tempat kelahiran Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn al-Mughirah Ibn Bardiziyeh al-Bukhari, alias Imam Bukhari, penulis Sahih Bukhari, kitab hadis paling otoritatif di dunia Islam. Ia meninggal dunia pada 256 hijriah di Khartank, Samarkand. Hingga kini, makamnya masih setia dikunjungi ribuan orang. Makam imam kelahiran Bukhara yang terletak di Samarkand ini seolah mengikat dua kota tua ini dan mengharuskan kita untuk juga mengunjungi Samarkand, salah satu kota tertua di dunia. Usianya sudah lebih dari 2700 tahun. UNESCO, yang juga menempatkan Samarkand dalam daftar Warisan Dunia (World Heritage List) menyebut kota ini Kantung Persilangan Budaya – Crossroads of cultures. Pasalnya, di masa lalu Samarkand adalah salah satu titik
VOLUME 003
R U S S I A - C I S . T R I P O D. CO M
I
utama Jalur Sutera. Saking tuanya, Samarkand telah mengalami pergantian begitu banyak penguasa. Raja Shah Zaman dalam dongeng seribu satu malam, juga dikisahkan sebagai penguasa Samarkand. Kala berdiri pada 700 sebelum masehi, kota ini berada di bawah kekuasaan Achaemenid Persia. Samarkand kemudian ditaklukkan Alexander Agung pada 329 sebelum masehi. Dari abad ke 6 sampai abad ke-13, Samarkand mencapai masa kejayaan, bahkan tumbuh jauh lebih besar dari Samarkand saat ini. Kala itu Samarkand
W W W. U Z B E K I S TA N . O R G
W
wilayah taklukannya. Sejak itu, perlahan Timur Leng memperoleh lemasyhuran karena kebijakan dan kemurahan hatinya. Setelah Timur, giliran cucunya Ulugh Beg memerintah Samarkand selama 40 tahun. Di Samarkand Ulugh Beg mendirikan akademi sains yang mengumpulkan banyak astronom dan matematikawan ternama masa itu. Ulugh Beg juga memerintahkan pembangunan sebuah observatorium. Di dalamnya terdapat peta angkasa raksasa dari marmer (dengan diameter 63 meter) yang tingkat presisinya sa-
FA R M 5 . S TAT I C F L I C K R . CO M
W W W. T H E T R AV E LW O R D. CO M
bergantian dikuasai bangsa Turki Barat, Arab, Samanid Persia, Karakhan Turki, Seljuk Turki, Karakitay dan Khorezmshah, sebelum akhirnya diserbu bangsa Mongol pada 1220. Pada 1370, penguasa Mongol Timur Leng tiba-tiba memutuskan men jadikan Samarkand ibukota proyek kekaisaran dunia versinya, yang wilayahnya memanjang dari India hingga Turki. Berikutnya, selama 35 tahun, Timur Leng membangun ulang Samarkand, dan memenuhinya dengan hasil karya puncak para seniman dan perajin dari seluruh
Saking tuanya, Samarkand telah mengalami pergantian begitu banyak penguasa.
ngat mengagumkan. Sayang, pada abad ke-16 dinasti Shaybanids yang menguasai Uzbek memindahkan ibukota mereka ke Bukhara. Akibatnya, Samarkand mengalami kemunduran. Setelah diserbu warlord Persia Nadir Shah pada abad ke-18, Samarkand menjadi kota tak berpenghuni. Baru pada akhir abad ke18, penguasa Bukhara menghidupkan lagi kota ini. Sejak 1868, hingga komunisme Soviet runtuh dua abad kemudian, Samarkand berada di bawah kekuasaan Rusia. Jika berkunjung ke Samarkand, anda bisa memutuskan menginap di hotel yang tepat menghadap Registan, pemandangan paling menakjubkan di seluruh Asia Tengah, kalau tidak di seluruh dunia. Kompleks bangunan ini merupakan pusat Samarkand di masa lalu. Registan terdiri dari tiga madrasah raksasa yang berada di tiga sisi sebuah lapangan yang sangat luas. Bangunan pertama adalah Madrasah Ulugh Beg di sebelah barat yang selesai dibangun pada 1420 oleh Ulugh Beg sendiri. Bangunan madrasah ini dihiasi beragam mozaik dengan tema astronomi. Di Timur ada Madrasah Sherdar. Madrasah ini selesai dibangun pada 1636 oleh penguasa Shaybanid, Emir Yalangtush sebagai mirror image dari madrasah Ulugh Beg. Selain Registan, dan observatorium Ulugh Beg, situs yang harus dikunjungi adalah Masjid Bibi-Khanym dan Shah-i-Zinda, alias Makam raja yang Hidup adalah kompleks bangunan di sekitar makam Qusam Ibn Abbas, keponakan Nabi Muhammad SAW yang dipercaya membawa Islam masuk ke Asia Tengah. Persis seperti ujaran Persia yang kerap diulang-ulang penduduk dua kota itu: “Bukhara ghovvat-e isalm-e deen ast,” (Bukhara adalah kekuatan agama), “Samarkand seyqal roy-e zamin-e ast,” (Sementara Samarkand itu penggoda di muka bumi).
VOLUME 003
TAHUN I
33
S
E
N
I
JAZZ GUNUNG
NEW ORLEANS RASA NUSANTARA
Eksotisme Gunung Bromo dan Tengger menjadi panggung hidup yang mencairkan Jazz menjadi tontonan menghibur. Menjadi destinasi wisata baru.
P
Teks dan foto: Arya Dwi Paramita.
F OTO - F OTO : A R YA D W I PA R A M I TA
UKUL dua siang itu sang surya menyelinap di antara kabut Tengger. Panasya tak mampu menaklukkan dingin yang yang membalut sekujur dataran tinggi tersebut. Sweater dan jaket nan tebal pun tak cukup ampuh untuk menghangatkan badan. Toh hawa dingin itu tidak membekukan semangat para penggemar musik jazz yang sedang berbaris menukarkan tiket yang mereka pesan via online.
34
TAHUN I
VOLUME 003
Lamat-lamat, terdengar sayup suara biduanita saat check sound menyanyikan lagu yang sempat menjadi hits pada akhir era 1990an. Hari ini saat yang kunanti Satu malam bertemu denganmu Tiada pernah coba kau lupakan Malam minggu bertemu dengamu Reff: Dahulu… semua indah Dahulu… terasa bergelora Dahulu… hanya ada aku Dahulu… ku menjadi bunga cintamu Ya, itu suara Rieka Roeslan biduanita yang membawa lagu “Dahulu” bersama band The Groove kala itu dan menjadi “theme song” pasangan muda mudi di masanya. Rieke adalah salah satu pengisi acara bertajuk Jazz gunung tersebut. Event bertaraf internasional ini adalah pagelaran Jazz tetinggi di Indo-
Butet Kertaredjasa, Alit, dan Gundhi menjadi Trio MC acara ini.
nesia, menggema dari ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut. Sebuah paduan sempurna antara merdunya senandung gunung dan indahnya jazz, seperti slogan yang terpampang di sejumlah titik arena pertunjukkan. Jazz memang bisa dimainkan dimana saja. Buddy Bolden dulu meniup cornet-nya di kedai cukur rambut miliknya. Kejadian di New Orlens pada 1891 itu kemudian dianggap sebagai kelahiran Jazz. Dari kota inilah, musik ini merambat ke Sungai Mississippi, Memphis, St. Louis, Chicago, sampai akhirnya memantul. ke seantero jagat, termasuk di Indonesia, dengan langgam masing-masing. Tak ada pakem ketat dalam musik jazz, Harmonisasi dibangun dari improvisasi nadanada spontan pemainnya, Legenda jazz, Luois Amstrong mendedah jazz sebagai musik yang harus dirasakan dalam hati, “Kalau kau menanyakannya, kau tak akan pernah tahu” ujarnya. Dalam jazz gunung, rasa itu disatukan dalam panggung terbuka berlatar belakang pemandangan pegunungan dataran tinggi Tengger yang eksotis. Dingin menjadi tantangan tersendiri bagi para musisi.Tak jarang para vokalis dan saxophonis melontarkan bagaimana dinginnya logam yang bersentuhan dengan bibir saat berdialog dengan penonton. Namun dinginnya suasana di ketinggian tidak bisa membendung semangat dan kehangatan para penggemar musik Tahun 2013, event ini digelar selama dua hari, Jum’ at dan Sabtu, 21 - 22 Juni 2013. Pada hari pertama, panggung dihangatkan oleh peJen Shyu nampilan musisi
Grup asal Bali: Kulkul
Cantrek, Blambangan Art School, Sierra Sutejo, Balawan and Batuan Ethnic Fusion, Bandanaira, dan Yovie Widianto Fusion. Sementara pada hari kedua Bromo digoyang oleh Tahez Komez, Kramat Madura, Kulkul, Ring of Fire, Rieka Roeslan, dan Barry Likumahuwa Project. Para musisi mencampurkan elemen-elemen jazz konvensional, dengan musik etnis khas Indonesia. Kulkul misalnya yang menggabungkan musik jazz dengan gamelan Bali, atau Kramat Madura yang membawakan musik perkusi dengan mengusung warna musik khas Madura. Tidak kalah fenomenal, Ring of Fire Project yang digagas Djaduk Ferianto tampil di Jazz Gunung 2013 dengan format berbeda. Djaduk berkolaborasi dengan Jen Shyu dan pianis jazz senior Indonesia, Idang Rasjidi. Jen Shyu, musisi kelahiran Illinois yang membawa darah Taiwan dan Timor Leste, memainkan komposisi musik khas Taiwan diwarnai dentingan piano Idang Rasjidi dan pukulan perkusi Djaduk Ferianto. Jazz Gunung mengalami peningkatan jumlah penonton signifikan, dari sekitar 300 orang pada tahun 2009, kini telah mampu menembus 2.000 orang. Hadir pada pertunjukkan ini pejabat tinggi daerah, pejabat tinggi negara, pengusaha perminyakan, bankir, dan artis film Indonesia turut menikmati penampilan para musisi hingga larut malam. Jazz Gunung telah menjadi pilihan wisata yang tidak lagi didominasi penggemar jazz saja. Rentang usia penonton sudah sangat beragam, dari anak-anak sampai orang tua. Dalam situsnya, Jazz Gunung mengklaim bahwa dari sisi landscape, Jazz Gunung menawarkan kelebihan tersendiri yaitu pemandangan alam gunung, dalam hal ini atmosfer alam atau suasana Kawasan Gunung Bromo. Jazz Gunung digelar di alam terbuka. Alam Bromo berikut kondisi sosio-kultural di sekitarnya bukan sekadar menjadi backdrop, atau latar belakang yang bersifat pelengkap.Kawasan Bromo - Tengger – Semeru justru menjadi panggung hidup. Ia menyatu dengan seluruh manusia yang terlibat dalam aktivitas tersebut termasuk musisi dan pengunjung. Lebih lanjut situs resmi tersebut mengungkapkan bahwa alam Bromo dan Pegunungan Tengger dengan segenap warga dan tradisi di sekitarnya menjadi spirit utama yang menaungi pemusik dan pengunjung. Angin, udara sejuk, hawa segar, aroma rumput, embun, awan, langit biru, satwa, dan tentu saja Gunung Bromo itu sendiri, menjadi bagian tak terpisahkan dari presentasi seniman. Mereka menjadi bagian dari musik itu sendiri. Alam menjadi orkestrasi indah. Klaim itu nyata. (ADP)
VOLUME 003
TAHUN I
35
R
A
N
A
KALIGRAFI DARI GANG SEMPIT Teks dan Foto: Tatan Agus RST. SEKELOMPOK anak lelaki bersarung dengan sepeda ontelnya meliuk masuk ke gang sempit, lalu mereka menuntun sepeda beriringan, masuk ke sebuah gazebo bercat hijau kusam, tampak halaman dan ruang kelas yang asri dengan beberapa pohon mangga, itulah Lembaga Kaligrafi Kudus. Walau terletak di dalam gang, tak menyurutkan anak-anak di kota santri ini untuk belajar seni menulis indah, khususnya kaligrafi Arab. Dari tempat inilah banyak terlahir kaligrafer-kaligrafer handal bertaraf nasional bahkan internasional. Lembaga yang didirikan oleh H.M Noor Aufa Shiddiq ini, tak pernah sepi didatangi anak-anak, remaja, bahkan dewasa, terlebih di bulan Ramadhan. Dari ketelatenan Noor Aufa anak-anak dibimbing untuk menggoreskan pena, kuas, dan kapur di berbagai media, dari papan tulis, kertas, hingga kanvas. Walau berada tersembunyi di dalam gang sempit, bukan halangan untuk menggoreskan prestasi besar, setidaknya dari Jagalan Langgardalem, Kudus inilah generasi muda dibina. 36
TAHUN I VOLUME 003
VOLUME 003 TAHUN I
37
R
38
A
N
A
TAHUN I
VOLUME 003
R
A
VOLUME 003 TAHUN I
N
A
39
P E R I S T I WA
F OTO - F OTO : TATA N A G U S R S T.
L E N S A
40
TAHUN I
VOLUME 003
TALI SILATURAHMI LEBARAN
L
ANTAI Gedung Standard Charterred, Jakarta Senin Agustus disesaki karyawan seragam putih biru. Presiden Pertamina EP Syamsu Alam bersama para BOD lainnya yang didampingi para istri tampak sabar menanti uluran tangan dari ratusan para pekerja dan mitra kerjanya. Seperti tahuntahun sebelumnya, Pertamina EP mengisi hari pertama kerja seusai lebaran Idul Fitri dengan halal bihalal. “Ini salah satu ajang untuk saling dekat dan memelihara tali silaturahmi “ujar Presiden Direktur Pertamina EP, Syamsu Alam. Dengan kedekatan dan silaturahmi yang terus terjalin sesama karyawan, visi perusahaan bakal lebih mudah tercapai. Saat halal bihalal, suasana benar-benar cair, tak ada sekat antara atasan dan bawahan. Semuanya larut dalam semangat lebaran.
KILANG MINI UNTUK ATASI PENCURIAN MINYAK Sekretaris Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan gas Bumi (SKK Migas), Gde Pradnyana punya solusi praktis untuk memgbatasi pencurian minyak yang nyaris tanpa jeda di sepanjang jalur pipa Tempino- Plaju. “Bangun kilang mini di Tempino,” ujar Gde yang dihubungi seusai Acara Halal Bihalal Jajaran Kementrian ESDM di Jakarta, Selasa 13 Juli. Dengan dibangun kilang mini tersebut, minyak langsung diolah tanpa haruis dialirkan ke Plaju dulu. Investasi yang dibutuhkan untuk membangun kilang tersebut lumayan besar sekitar $ 300 juta, sekitar 3 triliun. “Pembangunan kilang jauh lebih menguntungkan daripada ratusan miliar tiap tahun hilang karena dicuri,” ujar Gde yang juga komisaris Pertamina EP. Pencurian minyak mentah milik Pertamina EP di jalur Tempino (Jambi) ke Plaju (Sumatera Selatan) berlangsung sejak 2007 lalu. Tiap tahun eskalasinya terus meningkat Presiden Direktur Pertamina EP Syamsu Alam mengaku sependapat bahwa pembangunan kilang mini di Tempino sangat bisa menangkal pencurian minyak
VOLUME 003
TAHUN I
41
L E N S A
P E R I S T I WA
Pertamina EP. “Sangat bisa, malingnya tidak ada lagi kalau kita bangun kilang mini, “ujar Alam, Meski begitu, ia menyebutkan tak bisa serta merta melaksanakan usulan tersebut. “Itu kan bukan wewenang kami, itu wewenang persero (induk perusahaan) yakni PT Pertamina (Persero).” kata Alam. Alasannya kilang urusannya hilir, sedangkan Perttamina EP, konsentrasinya hanya di hulu. “Tugas kami produksi minyak mentah,” kata Syamsu Pencurian minyak mentah milik Pertamina EP di jalur Tempino (Jambi) ke Plaju (Sumatera Selatan) berlangsung sejak 2007 lalu. Tiap tahun eskalasinya terus meningkat. Menteri ESDM Jero Wacik meminta pihak kepolisian tegas dan segera menangkap para maling minyak tersebut karena telah merugikan negara. “Kita minta tangkap saja (maling minyak), karena telah merugian negara,” ujar Jero.
SELAMAT DULU PRODUKSI KEMUDIAN Meski dikejar target, Pertamina EP tetap meletakkan faktor keselamatan di tempat tertinggi dalam standar operasi perusahaaan. Presiden Direktur Pertamina EP, Syamsu Alam dalam berbegai kesempatan tanpa kenal lelah mengingatkan jajarannya untuk senantiasa waspada. Saat bertkunjung ke Field Sangasanga, 29 Juli lalu, Alam kembali menggarisbawahi hal tersebut “Saya menekankan kepada seluruh karyawan untuk mengutamakan keselamatan di tempat kerja. Tidak perlu terburu-buru yang penting selamat.” ujarnya. Sangasanga selama ini menjadi salah satu area yang menjadi tulanggpunggung Pertamina EP. Ke depan posisimya akan semakin penting. Seperti dikatakan GM Asset 5, Abdul Chalik, produksi Lapangan Sangasanga masih bisa dikembangkan Pada kunjungannya kali ini, Syamsu ditemani VP OC&OE, Tolingul Anwar, General Manager Asset 5, Abdul Chalik, berikut rombongan Pertamina EP Pusat. Kedatangan rombongan tersebut disambut langsung oleh Sangasanga Field Manager, Hanief Jauhari. Pada pagi hari Presiden Direktur PT Pertamina EP melakukan Management Walk Through (MWT) di Area Samboja dan Sangasanga, dilanjutkan dengan serah terima jabatan Persatuan Wanita Patra (PWP) Pertamina EP Sangasanga Field. Serah terima ini dipimpin Atu Syamsu Alam, istri Presiden Direktur PT Pertamina EP. Pada sore hari, rombongan Pertamina EP Pusat menghadiri acara Safari Ramadhan di Gedung Wisma 42
TAHUN I
VOLUME 003
Ria. Acara yang dimulai pukul 17.00 WITA itu diawali pengarahan safety briefing melalui video safety induction dan pemberian sambutan Pada acara Safari Ramadhan ini, Presiden Direktur PT Pertamina EP menyarahkan secara simbolik bantuan mesin pembuat pakan ikan sebanyak 4 unit, pembangunan rumah penyimpanan mesin pakan ikan, serta bantuan plang nama dengan total nilai Rp 119,3 juta kepada Karang Taruna Desa Sarijaya Kecamatan Sangasanga. Bantuan ini diberikan melalui program CSR Hati Kartajaya (Usaha Tambak Ikan Karang Taruna Sarijaya) yang merupakan usaha tambak ikan air tawar binaan PT Pertamina EP Sangasanga Field untuk mendukung pengembangan potensi alam sungai yang bernilai ekonomis. Juga dilakukan pemberian santunan berupa paket sembako senilai total Rp 125 juta secara simbolik. Santunan sembako sebanyak 500 paket tersebut nantinya akan diberikan kepada janda fakir miskin serta anak yatim piatu yang berasal dari beberapa desa di Kecamatan Sangasanga, Kecamatan Samboja dan Kecamatan Anggana. ASA RIA
NAKHODA BARU FIELD RAMBA Buka bersama pada 31 Juli lalu menjadi acara terakhir Alkifli Adnan sebagai Field Manager Ramba “Buka bersama kali ini bukanlah perpisahan, karena kita semua adalah keluarga keluarga besar Pertamina,” ujar Alikifli Adnan, Ia berharap siapapun yang memegang tampuk pimpinan, Field Ramba dapat tetap memberikan hasil yang terbaik bagi perusahaan,” ucap Alkifli Adnan. Di mata karyawan Alkifli dikenal sebagai orang yang teliti dan rendah hati. Ia juga bisa menjadi bapak sekaligus menjadi kakak. Nakhoda baru Field baru selanjutnya dipercayakan kepada Bustanul Fikri. Pria kelahiran Plaju 18 September 1958 tersebut sebelumnya menjabat sebagai Senior GGRP Specialis di Fungsi OC-OE. Lulusan Teknik Kimia, Universitas Sriwijaya tersebut pertama kali ditempatkan di Prabumulih Bagi Bustanul, amanah sebagai pimpinan Field Ramba menjadi tantangan yang berat. Ia harus bisa mempertahankan performa Ramba yang selama ini menjadi tulang punggung Asset 1. Per Juni, produksinya sekitar 5.600 BOPD. Perusahaan menargetkan produksi Ramba berada di level 6.000-an BOPD. Tugas ini tidak ringan, terutama menghadapi ganguan keamanan. Sekitar 20-30 sumur dikuasai sindikat pencoleng minyak yang kerap beroperasi secara terang-terangan. (Minati)
Satu Sumur Seribu Pohon
Komitmen Kami Tumbuh Bersama Lingkungan