VOLUME 30
EDISI KHUSUS - 2008 DAFTAR ISI
Evaluasi Karakteristik Lahan Tembakau Cerutu Besuki Josi Ali Arifandi
.~:....................
301
Perigaruh Mangga Arumanis sebagai Penghubung Batang Bawah terhadap Pertumbuhan dan Hasil Buah Beberapa Varietas Batang Atas melalui Penyambungan Pohon Dewasa <......................................
Sri Yuniastuti, Suhardjo dan Roesmiyanto
3 12
Keanekaragaman dan Kepadatan Arthropoda pada Kanopi Tanaman Teh di Kebun Teh Wonosari Singosari.Kabupaten Malang Fatchur Rohman. Siti Rasminah , Gatot Mudjiono, dan Bagyo Yanuwiadi
,.
Produksi In Vivo Nematoda Entomopatogen Steinernema carpocapsae Weiser pada Beberapa Serangga Inang
323
.•
Andi Muhammad Amir dan Eli Korlina ..
334
Pengaruh Pupuk Organik pada Tariaman Jagung di Lahan Kering Kalimantan Tengah Amik Krismawati
dan
M. Sabran
:
:
340
Pengaruh Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk Kandang terhadap Kualitas Fisik Buah Tomat Var. Permata di Lahan Garnbut Lebak Sudirman Umar dan Nurita......
f~
....................•
"
Keanekaragaman Arthropoda pada Pengelolaan Habitat Satu Siklus Pola Tanam BerbasJs Padi di Ekosistem Bawang Merah •• S iti Rasmina h . Yogi \, ('..' d.an G atot Mud, armtu, Sugtto u rjiono
~ '
.
7' I
)52
364
Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah dengan Penggunaan Macam Pupuk Organik dan Dosis Pupuk Nitrogen Achmad Iqbal............................................................................................................................................
371
Pengaruh Pengendalian Gulma dan Dosis Pupuk Kandang pada Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis .Husni Thamrin Sebayang, Sardjono Soekartomo dan Yuli Puspitasari
:........
380
i Sifat Anatomi Daun Kedelai (Glycine Max (Merr.) Mempengatuhi lntensitas Penyakit Karat Daun (Phakopsora Pachyrhizi H. Syd) Syamsuddin Djauhari :
.
. 388
Pengaruh WaktUTanam dan Kepadatan Tanaman Kangkung Darat terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah pada Sistem Tumpangsari . Ellis Nihayati, Ninuk Herlina dan Amelia Elvianti Mahda
::...... 393
Ukuran Partikel dan Karakteristik Tanah yang Berkembang dari Tailing di Area Pengendapan Tailing Modada . Sartji Taberima, Budi Mulyanto, Sudarsono, Basuki Sumawinata, dan Yahya A. Husin
'.
199
AGRIVITA Terakreditasi B SK DIKTI No : 65a / DIKTI I Kep I 2008 Adalah Jurnal I1mu Pertanian diterbitkan oleh Fakultas Pertanian dengan Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI) Pusat. Ketua Penyunting
Kuswanto
Penyunting
Pelaksana
M. Dawam Maghfoer Anton Muhibuddin Budi Prasetyo
Pelaksana
Tata Usaha
Silvia Santi Wahyuni
lnformasi
Umum
Universitas
lamat Redaksi. Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, JI. Veteran Jawa Timur. Telp. (0341) - 575743. Fax. (0341) - 5600 II. E-mail
[email protected] [email protected]
Brawijaya
bekerjasama
Malang 65145
Jadwal Penerbitan. AGRIVITA diterbitkan tiga kali dalam setahun (Pebruari, Juni dan Oktober) oleh Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, dengan ISSN 0126-0537 Frekuensi penerbitan ditambah bila perlu. Penyerahan Naskah. Naskah merupakan karya ilmiah asli atau hasil penelirian yang bclum pernah dipublikasikan/ditcrbitkan. Naskah dapat dikirim melalui e-ntail atau diserahkan langsung ke Redaksi dalam bentuk rekaman disket dan print-out 2 eksemplar. ditulis dalam MS Word atau dengan program pengolah data yang kornpatibel. Gambar, ilustrasi dan foro dimasukkan dalam f Ie naskah. Penerbitan Naskah. Naskah yang layak untuk diterbitkan ditentukan oleh Redaksi setelah rnendapat rekomendasi dari Dewan Penyunting. Naskah yang memerlukan perbaikan menjadi tanggung jawab penulis. Naskah yang tidak layak diterbitkan akan dikembalikan kepada penulis, jika disertai perangko secukupnya.
388 AGRIVfTA
VOLUME 30
EDfSf KHUSUS 2008
fSSN: 0126-0537
SIFAT ANATOMI DAUN KEDELAI (Glycine max (Merr.) MEMPENGARUHI INTENSITAS PENYAKIT KARAT DAUN (Phakopsora pachyrhizi H. Syd) (SOYBEAN LEAF ANATOMY (Glycine max (Merr.) CHARACTERISTICS AFFECT LEAF RUST INTENSITY (Phakopsora pachyrhizi H. Syd)) Syamsuddin Djauhari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang J1.Veteran Malang 65145 Telp (0341) 575843 ABSTRACT This study was conducted to evaluate the relationship of anatomical characteristics of soybean leaf surface to soybean rust intense that caused by Phakopsora pachyrhizi, included density of leaf hair, density of stomata, and thickness of wax and cuticle layer. Results showed that density of leaf hair and stomata significantly influenced the diseases intense. The density of leaf hair gave more influence on the diseases intense than others. Soybean leaf which denser hair resulted higher resistance to soybean rust. Otherwise the denser stomata made lower resistance one. Keywords: leaf hair, stomata, wax and cuticle layer, soybean rust intense ABSTRAK Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh sifat anatomi permukaan daun kedelai dengan intensitas penyakit karat daun pada kedelai (Phakopsora pachyrhizi) yang meliputi kerapatan bulu daun, kerapatan stomata, dan ketebalan lapisan lilin dan kutikula. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan bulu daun dan kerapatan stomata mempengaruhi intensitas penyakit karat daun. Kerapatan bulu daun lebih berpengaruh terhadap intensitas penyakit dibandingkan lainnya. Daun kedelai yang bulu daunnya lebih rapat lebih tahan terhadap penyakit karat. Selain itu, stomata yang lebih rapat menjadikan ketahanan lebih rendah. Kata kunci: bulu daun, stomata, lilin dan permukaan kutikula, intensitas karat kedelai. Terakreditasi B, SK No.: 65a1DIKTIIKep/2008
PENDAHULUAN Produktivitas tanaman kedelai di Indonesia masih tergolong rendah apabila dibandingkan beberapa negara seperti Taiwan, Thailand, Vietnam dan USA. Rendahnya tingkat produktivitas dan total produksi kedelai antara lain disebabkan adanya serangan hama dan patogen. Penyakit karat (Phakopsora pachyrhizi H.Syd.) merupakan penyakit dominan pada budidaya kedelai. Akibat serangannya, produksi kedelai akan berkurang hingga 60 % dan bahkan 80% (Anonim, 2002). P. pachyrhizi menginfeksi tanaman kedelai terutama pada bagian daun. Beberapa ditemukan juga menginfeksi pada bagian batang atas dan ranting. Pada daun, infeksi P. pachyrhizi diawali padapermukaan daun bagian bawah. Akibat serangan ini akan mempercepat terjadinya defoliasi, sehingga akan menurunkan produksi kedelai. Sebagaimana jamur lainnya, P. pachyrhizi menginfeksi daun kedelai melalui dua cara, yaitu melalui lubang alami dan penetrasi langsung melewati lilin dan kutikula (Caldwell dan Laing, 2002). Struktur morfologi dan anatomi daun mempengaruhi jamur patogen untuk menginfeksi jaringan daun. Demikian pula dengan infeksi P. pachyrhizi pada daun kedelai. Oleh sebab itu perlu diteliti hubungan sifat anatomi daun kedelai dengan intensitas serangan penyakit karat akibat P. Pachyrhizi . Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan sifat anatomi daun beberapavarietas
389
Syamsuddin Djauhari: Sifat Anatomi Daun Kedelai kedelai dengan intensitas karat akibat P. pachyrhizi.
serangan
penyakit
BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di lahan Balai Benih Induk Palawija, Bedali Lawang dan di Laboratorium Biologi Dasar Fakultas MIP A, Universitas Brawijaya Malang pada Juli hingga September 2008. Bahan-bahan yang digunakan adalah benih empat varietas kedelai, plastik polybag 5 kg, rafia, aquades steril, pupuk anorganik dan pewarna preparat Safranin 5%. Empat varietas kedelai yang diuji ketahanannya dan diamati anatomi daunnya: Tanggamus, Sibayak, Wilis, Nanti. Pada pene1itian di lapang, benih kede1ai ditanam pada media tanah dalam polybag berkapasitas lima kilogram. Polybag diletakkan di lapangan (lahan kedelai). Jarak antar polybag pada masing-masing perlakuan dan ulangan adalah 40 em. Benih ditanam dengan kedalaman 2-3 em dan tiap polybag diisi dengan tiga biji. Pemupukan dilakuan sete1ah tanaman berumur tujuh hari sete1ah tanam, pengairan dan penyiangan gulma dilakukan seeara intensif. Inokulasi jamur karat terjadi seeara alami, karena pada saat tanam, lahan di sekitar polybag sudah terdapat pertanaman kede1ai varietas Wilis yang diketahui eukup rent an terhadap karat, berumur 4 minggu. Pengamatan intensitas penyakit karat daun dihitung dengan menggunakan rumus dari modifikasi James (1971) yang digunakan oleh Hardaningsih (1997):
1=
L (n x v) xIOO% NxZ
Keterangan : I = Intensitas serangan n = jumlah daun kategori serangan v = nilai skala tiap kategori serangan N= jumlah daun yang diamati, dan Z = Nilai skala tertinggi Adapun katagori serangannya: tidak ada serangan 1 : Permukaan daun tertutup bercak >0 - 15 % 2 : Permukaan daun tertutup bercak > 15 - 30%
o:
.
3 : Permukaan daun tertutup bercak > 0 - 50% 4 : Pennukaan daun tertutup bercak > 50 % Penelitian di laboratorium dilakukan untuk mengamati sifat anatomi daun masingmasing varietas kede1ai yang muda (21 hst), agak tua (49 hst) dan tua (77 hst). Pengamatan anatomi meliputi: kerapatan bulu daun, kerapatan stomata, dan ketebalan lapisan lilin dan kutikula . Bagian daun yang diamati adalah permukaan bawah daun dan eara penghitungannya didasarkan pada metode yang dilakukan Sulistyowati et al. (1997). Pengamatan kerapatan bulu daun menggunakan mikroskop binokuler dengan pembesaran 15x. Kerapatan bulu daun dihitung dengan eara menghitung banyaknya bulu daun pada luasan 1 em' dari permukaan daun bawah. Penghitungan diulang tiga kali tiap satu sampel dan setiap perlakuan menggunakan tiga sampel (Suwartijah, 1997). Kerapatan stomata dihitung dengan menggunakan mikroskop eahaya. Masingrnasing perlakuan diulang tiga kali dan tiap ulangan diamati tiga luasan bidang pandang. Untuk menghitung jurnlah stomata digunakan rumus:
JST
KS= --
dan
LBP Keterangan: KS = Kerapatan stomata JST= Jurnlah stomata tiap luasan pandang LBP= Luasan bidang pandang (0,096 mm'); 1t = 3.14 d = Diameter bidang pandang (35 x 0.01 mm) (Sulistyowati et al., 1997). Ketebalan kutikula dan lilin diukur dengan eara membuar irisan melintang daun yang telah disediakan sebagai sampel. Masingmasing perlakuan diulang tiga kali dan tiap ulangan diamati tiga luasan bidang pandang. Pengukuran ketebalan kutikula dan lilin menggunakan rumus : . Tk=TkmxK Keterangan : Tk = tebal kutikula dan lilin
390 Syamsuddin Djauhari: Sifat Anatomi Daun Kedelai
Tkm = tebal kutikula dan lilin pada mikrometer K = Kalibrasi (0.002 mm) (Sulistyowati et al., 1997). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi korelasi tunggal dan berganda untuk mengetahui hubungan antara kerapatan stomata, kerapatan bulu daun, dan ketebalan lilin dan kutikula terhadap intensitas penyakit karat. Rancangan acak lengkap faktorial digunakan untuk mengetahui keragaman anatomi daun antar varietas dan Rancangan acak lengkap sederhana untuk mengetahui intensitas penyakit karat di lapang
.
yang dimilikinya (Zaiter et al., 1993). Demikian pula perbedaan ketahanan yang terjadi pada beberapa varietas tanaman kedelai yang diuji tersebut dapat dipastikan karena adanya perbedaan sifat genetika yang dimiliki oleh setiap varietas. Apakah perbedaan sifat ketahanan tersebut ada kaitannya dengan sifat anatomi daun kede1ai, perIu dilakukan analisis terhadap hasil pengamatan beberapa sifat anatomi daun kedelai seperti yang akan disajikan berikut. Tabel 1. Rata-rata Intensitas Penyakit Karat (%) pada Empat Varietas Kede1ai di Lapang (Table 1. Average of rust intensity (%) of four soybean varietiesin the field)
HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas Penyakit
Hasil pengamatan intensitas penyakit karat daun pada keempat varietas yang diuji ternyata menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada uji BNT 5% (Tabel 1). Pada tabel tersebut terIihat bahwa Tanggamus merupakan varietas kedelai yang paling rentan dengan intensitas penyakit paling tinggi (74.68%), kemudian diikuti oleh tanaman kedelai varietas Nanti (66.86%), tanaman kedelai varietas Sibayak (61.11%) dan paling tahan adalah tanaman kedelai varietas Wilis 2000 dengan intensitas penyakit paling rendah yaitu sebesar 43.48%. Di antara ke empat varietas yang dicoba memiliki ketahanan yang berbeda terhadap penyakit karat yang disebabkan oleh Phakopsora pachyrhizi H.Syd. Jika diperhatikan lebih jauh, tanaman kedelai varietas Wilis 2000 secara konsisten menunjukkan intensitas penyakit paling rendah, walau kadang-kadang sarna dengan varietas Sibayak. Sebaliknya, tanaman kedelai varietas Tanggamus hampir selalu konsisten menunjukkan intensitas penyakit karat paling tinggi, walupun kadangkadang sarna dengan tanaman kede1ai varietas Nanti dan Sibayak. Suatu varietas tanaman memiliki penampilan (fenotipa) yang berbeda dengan varietas lain disebabkan oleh perbedaan genetik
~? S rJ'.l
:Je; 14 21 28 35 42 49 56 63 70 77 84
Varietas WHis 2000 Tanggamus Nanti
o o
a a 11.96 a 15.50 a 17.26 a 25.45 a 30.65 a 35.88 a 39.35 a 41.60 a 43.48 a
2.1 b 20.83 b 26.53 b 26.61 c 29.40 d 40.05 d 47.05 d 54.51 c 60.9 d 66.41 d 74.68 d
Oa 4.15 ab 20.95 b 23.73 c 25.90 c 35.91 c 43.21 c 51.06 c 53.15 c 57.80 c 66.86 c
Sibayak Oa Oab 11.96a 19.55b 21.13b 28.55b 35.76b 46.33b 51.45b 53.08b 61.11b
Keterangan:Angka yang diikuti dengan hurufyang sarna pada setiap baris menunjukkan tidakberbedanyatapada uji BNT0.05. Keragaman Anatomi Daun Berdasarkan Vmur dan Hubungannya dengan Intensitas Penyakit
Keragaman sifat anatomi pennukaan daun kedelai keempat varietas tanaman kedelai pada berbagai umur disajikan dalam Tabel 2. Teballilin dan kutikula menunjukkan perbedaan yang nyata dan terbagi menjadi dua ke1ompok, yaitu kelompok varietas Wilis 2000 memiliki lilin dan kutikula yang paling tebal (0.00240.0026 mm) dan kelompok varietas Tanggamus, Nanti dan Sibayak yang memiliki lapisan lilin dan kutikula lebih tipis (0.0014-0.0022 mm).
I I
1 (
(
391 Syamsuddin Djauhari: Sifat Anatomi Daun Kedelai
.
Ketebalan lapisan 1ilin dan kutikula sering diduga sebagai faktor penyebab ketahanan suatu tanaman terhadap serangan patogen tertentu, karena hal itu akan menghalangi atau paling tidak menghambat patogen untuk me1akukan petetrasi yang berakibat kepada gagalnya infeksi (Rubiales and Niks, 1993; Agrios, 1996; Sulistyowati et al., 1997; Suwartijah, 1997).
kerapatan daun yang paling rendah. yaitu sekitar 244-278. Jika dilakukan analisis hubungan antara sifat anatorni daun yang diwakili oleh keempat varietas tanaman kedelai dengan intensitas penyakit karat daun yang terjadi pada masingmasing varietas, diperoleh koefisien korelasi seperti disajikan pada Tabe1 3.
Tabe1 2. Rata-rata Penampilan Sifat Anatorni Daun Empat Varietas Kede1ai pada Tiga Tingkatan Umur yang Berbeda (Table 2. Average of leaf anatomical performance of four soybean varieties on three level different ages)
Tabe1 3. Nilai kore1asi (r) antar sifat anatorni daun dan intensitas penyakit pada umur yang berbeda (Table 3. Correlation value (r) between leaf anatomical performance and disease intensity on three level different ages)
Umur Sifat anatomi
daun
(br)
Bulu daun
Stomata Tebal lilin &
kutikula Keterangan
21 49 77 21 49 77 21 49 77
V_a'--n_·e_ta....::s Wilis 2000
Tanggamus
4.23d 2.71b 2.40b 4.19d 3.15d 2.27b 244a 337c 278a 359b 261a 346b 0.0024b 0.0016a 0.0026b 0.0016a 0.0024b 0.0015a
_
Nanti
Sibayak
2.01a 1.20a
3.16c 2.84c 2.44c
1.59a 290b 290a 318b 292a 316a 304b 0.0014a 0.0016a 0.0015a 0.0019a 0.0017a 0.0022a
: Angka yang diikuti dengan huruf yang sarna pada setiap baris menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 0.05. Satuan: bulu daun = he1ai/mm2; stomata = unit/mm2; teballilin dan kutikula = mm
Kerapatan bulu daun kede1ai terlihat bahwa tanaman kedelai varietas Wilis 2000 yang paling rapat (3.15-4.23 lembar/mm2), sedangkan jumlah bulu daun per mm2 pada varietas Tanggamus, Nanti dan Sebayak hanya berkisar 1.2-3.16Iembar. Tidak dernikian halnya dengan pengamatan terhadap stomata. jumlah stomata per mm' terbanyak ditunjukkan oleh daun kede1ai varietas Tanggamus (337-359), diukuti oleh varietas Sibayak (290-316), varietas Nanti (290-318), dan varietas Wilis 200 memiliki
Anatorni daun Bulu
Stomata
Kutikula lilin
umur 21 49 77 21 49 77 21 49 77
r - 0.4644 - 0.7181 - 0:6844 + 0.8361 + 0.9643 + 0.9727 - 0.4006 - 0.8953 - 0.9465
Data pada Tabel 3 dapat diungkap dua hal, pertama yaitu kerapatan bulu daun serta ketebalan lilin dan kutikula berkore1asi negatif dengan intensitas penyakit karat dengan nilai kore1asi yang nyata sete1ah tanaman berumur 49 hari; kedua yaitu kerapatan stomata pada daun kedelai berkorelasi positif dengan intensitas penyakit dengan nilai koefisien kore1asi nyata sejak umur 21 hari. Fakta tersebut menunjukkan bahwa semakin jarang (tidak rap at) bulu daun maka intensitas penyakit karat (Phakopsora pachyrhizi) pada daun kedelai semakin meningkat dan sebaliknya. semakin renggang bulu daun maka intensitas penyakit semakin meningkat. Rupanya rapatnya bulu daun kedelai menjadi penghambat bagi spora jamur karat (uredospora) untuk kontak dengan permukaan atau stomata daun. Oleh karenanya spora tidak berhasil me1akukan penetrasi. sehingga me-nyebabkan infeksi menjadi gagal. Diduga kerapatan bulu daun kede1aijuga berperan sebagai penghalang j atuhnya
392 Syamsuddin Djauhari: Sifat Anatomi Daun Kedelai
butiran air hujan dan menghambat jatuhnya pada epidermis daun. Akibat terhambatnya butiran air menyentuh epidermis daun maka kelembaban pada daun rendah (Zaiter et al.. 1993). Sebagaimana diketahui ekologi uredospora yang memerlukan kelembaban tinggi untuk berkecambah dan menyentuh permukaan epidermis daun. maka peran air sangat penting (Cumnis dan Hiratsuka. 1993). Nilai korelasi antara stomata dengan intensitas penyakit karat daun adalah nyata positif. Hal tersebut sangat mudah dipahami. karena seperti diketahui bahwa proses penetrasi jamur obligat seperti jamur karat Phakopsora pachyrhizi terjadi melalui lubang stomata (Talanca dan Soenartiningsih, 1997). Oleh karena itu semakin banyak (rapat) stomata maka peluang terjadinya penetrasi oleh uredospora semakin besar. sehingga infeksi juga semakin banyak tetjadi. Mekanisme tersebut menyebab-kan dengan semakin rapatnya stomata, intensitas penyakit karat pada daun kedelai semakin meningkat. Demikian pula halnya dengan sifat anatomi daun, tebalnya lapisan lilin dan kutikula. Seperti telah dijelaskan bahwa lapisan lilin dan kutikula disinyalir berfungsi sebagai struktur pertahanan fisik bagi tanaman terhadap adanya serangan organisme pengganggu. Oleh karena dapat dipaharni apabila lapisan lilin dan kutikula semakin tebal maka intensitas penyakit karat Phakopsora pachyrhizi pada daun kedelai semakin rendah. KESIMPULAN Tanaman kedelai varietas Wilis 2000 mempunyai ketahanan yang tertinggi, sedangkan varietas Tanggamus mempunyai ketahanan terendah terhadap penyakit karat yang disebabkan oleh Phakopsora pachyrhizi). Tanaman kedelai yang berumur muda (21 hst) lebih tinggi ketahanannya dibanding dengan yang berumur tua (49 dan 77 hst). Kerapatan stomata berkorelasi positif nyata dengan intensitas penyakit karat daun kedelai; sedang kerapatan bulu daun dan ketebalan lapisan lilin dan kutikula berkorelasi nyata negatif dengan intensitas penyakit karat daun kedelai.
.
DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 2002. NP AG data: P. pachyrhizi. Australasia soybean rust. http:// aphis.USDA.gov/pgp/cp/pestdetectioni Soybean-rust/use MelPp 520.pdf. Aveling. T.A.S.. H.G.Snyman, and F.H.J. Rukenberg. 1994. Morphology of infection of onion leaves by Alternaria porri. Can. 1. Bot. 72: 1164-117 Caldwell. P .. P. Laing. 2002. Soybean rust - A New disease on the move. University of Natal. http://www.saspp.co.za/ Cumnis. G.B. and Y. Hiratsuka. 1993. illustrated Genera of Rust Fungi. APS Press. Minnesota. pp.152. Hallam. N.D. and B.E. Juniper. 1971. The natomy of leaf surface. p. 13-36. In: 'Preece. T.F. and C.H. Dickinson (eds). Ecology of Leaf Surface Microorganism. Academic Press. London. Rubiales, D. and R.E. Niks. 1993. Low appresorium formation by rust fungi on genotypes of Hordium chilense. pp.342. In Jacobs and J.E. Parlevliet (eds). Durability of disease resistance. Kluwer Academic Publ., Netherland. Sulistyowati, L., M. Rif'an dan I.R.. Sastra. hidayat. 1997. Hubungan sifat morfologi daun kentang dengan tingkat ketahanan terhadap infeksi Phytopthora infestan. Fitopatologi 4(1): 49-53. Suwartijah.T. 1997. Kaitan antara beberapa sifat fisik daun ubi kayu dengan persentase serangan awal Xanthomonas campestris pv. Manihotis. Fitopatologi 4(1): 23-25. Talanca. H. dan Soenartiningsih. 1997. Tingkat serangan penyakit karat (Phakop-sora pachyrhizi) pada beberapa fase pertumbuhan tanaman kedelai. p. 135-139. Da/am. Suparman (ed). Prosiding Konggres Nasional XN dan Seminar TImiah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. Palembang. 27-29 Oktober 1997.
1