Edisi Semester I Tahun 2013
MANDALA Peternakan 2013
DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA BARAT
MASIH TERSISA-KAH LAHAN PENGEMBALAAN TERNAK DI JAWA BARAT?
ISU kekurangan pasokan daging sapi
INTEGRASI KEBUN KELAPA SAWIT – TERNAK SAPI
PTPN VIII (Persero)
TITIK TERANG
NASIB AYAM KAMPUNG KITA www.disnak.jabarprov.go.id
PETERNAKAN 2013
Pengarah : Kepala Dinas Peternakan Jawa Barat Penanggung Jawab : Kepala Bidang Prasarana dan Sarana Dewan Direksi : 1. Sekretaris dan para Kepala Bidang Lingkup Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 2. Para Kepala UPTD Lingkup Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Pemimpin Redaksi : Ir. H. Rukmantoro Salim, MM Sekretaris Redaksi : 1. Ir. Rina Fajarwati 2. Ir. Rianna Yugi Utami 3. Doddy Hadiwibawa, ST Anggota Redaksi : 1. Ir. Nenny Fasyaini, MM 2. Ir. Aida Rosana, MM 3. H. Rendradi, SPt. MP 4. drh. Hj. Indriantari 5. H. Budiansyah, S.Sos 6. Ade Supriatna 7. Roni Octavian Editorial : 1. Siti Rochani, SPt 2. Mimi Rohaeni, SPt 3. drh. Yusni 4. Hendra Hermawan, SE 5. Taufik Hidayat Distribusi : 1. Suryana 2. Urip Apiah 3. Puji Astuti
Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki karakteristik laju pertumbuhan ekonomi yang cukup baik dibarengi dengan laju pertumbuhan yang pesat. Peningkatan jumlah penduduk saat ini memberikan dampak yang besar terhadap peningkatan permintaan (demand) produk pangan masyarakat. Selain itu, perkembangan masyarakat saat ini lebih ke arah yang lebih maju baik dari segi pendapatan maupun tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya nilai gizi pangan. Hal ini membuat masyarakat cenderung lebih meningkatkan konsumsi pangan yang mengandung gizi tinggi, salah satunya dengan pengembangan agroindustri dan agribisnis. Untuk mengimplementasikan pembangunan tersebut Buletin Mandala Peternakan selalu berupaya untuk meningkatkan pembangunan peternakan melalui informasi‐informasi yang aktual baik dalam bidang budidaya, teknologi, informasi, produk peternakan serta hal lainya yang berhubungan dengan peternakan. Dalam edisi Semester I tahun 2013 lahan pengembalaan menjadi fokus sorotan seperti yang ditulis oleh Achmad Firman, melalui “ MASIH TERSISAKAH LAHAN PENGEMBALAAN TERNAK DI JAWA BARAT” yang menyoroti dengan prihatin kondisi lahan pengembalaan yang beralih fungsi sehingga menurunkan populasi ternak di Jawa Barat dan “I N T EG R A S I S E N T R A P E N G G E M BA L A A N T E R N A K SA P I P OTO N G DA N D O M B A D I K A B U PAT E N C I A N J U R DA N KABUPATEN/KOTA SUKABUMI”. Pembahasan fokus lainnya tentang “KONDISI LAHAN PANGONAN DI JAWA BARAT SAAT INI” yang ditulis oleh Mimi Rohaeni, serta “INTEGRASI KEBUN KELAPA SAWIT – TERNAK SAPI PTPN VIII (PERSERO) yang ditulis oleh Yayat Adisaputra. Selain rublik fokus terdapat pula rubrik opini yang mengangkat tentang Titik Terang “NASIB AYAM KAMPUNG” diulas dengan lugas oleh Syamsirul Alam. Teknologi merupakan suatu hal penting dalam berbagai aspek termasuk didalamnya Teknologi Peternakan, pada edisi ini Dekan Fakultas Peternakan I P B, Bapak Luki Abdullah berbagi pengetahuan melalui tulisannya “MENGENAI PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA DI KAWASAN INTEGRASI USAHA PETERNAKAN”. Pokok bahasan lainnya terkait dengan salah satu kegiatan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat ditulis oleh Siti Rochani, untuk pembaca Buletin Mandala Peternakan melalui rubrik kegiatan mengenai “TEMU USAHA AGRIBISNIS HASIL PETERNAKAN” yang difasilitasi oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, dan HUBUNGAN DINAMIS KODAM III SILIWANGI DENGAN DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA BARAT yang ditulis oleh Yusni. Pembaca yang budiman , selain dari pada itu masih banyak rubrik lainya yang dapat disimak diantaranya Penyejuk Hati, Berita dan Humor Budak Angon yang siap membuat anda tersenyum bahkan tertawa.
34
Selain Buletin Mandala Peternakan yang merupakan salah satu media informasi yang dimiliki oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, informasi pembangunan peternakan lainnya dapat di akses melalui media elektronik website Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan alamat situs www.disnak.jabar.prov.go.id, Akhir kata dengan segala kekurangan yang ada pada penyusunan buletin kali ini, kami sampaikan Selamat Menikmati dan Membaca sajian kami pada Edisi I Tahun 2013.
1
FOKUS Masih Tersisa‐kah Lahan Pengembalaan Ternak Di Jawa Barat?
3
Integrasi Sentra Penggembalaan Ternak Sapi Potong Dan Domba Di Kabupaten Cianjur, Dan Kabupaten/kota Sukabumi Tahun 2013
9
Kondisi Lahan Pangonan di Jawa Barat Saat ini Integrasi Kebun Kelapa Sawit – Ternak Sapi PTPN VIII (Persero)
22 27
BERITA Isu Kekurangan Pasokan Daging Sapi
6
Kambing Etawa
7
KEGIATAN Hubungan Dinamis Kodam III Siliwangi Dengan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
14
Workshop Pengembangan Persusuan Di Jawa Barat
18
Temu Usaha Agribisnis Hasil Peternakan
32
PROFIL Slamet, Pengusaha Puyuh dari Sukabumi
16
PENYEJUK HATI Mensyukuri Kegagalan Menuju Kesuksesan
12
SEBAIKNYA ANDA TAHU Kandungan Kebaikan Nutrisi Susu
21
OPINI Titik Terang Nasib Ayam Kampung Kita
24
TEKNOLOGI Penerapan Teknologi Tepat Guna di Kawasan Integrasi Usaha Peternakan
HUMOR BUDAK ANGON
2
30
FOKUS
MASIH TERSISA-KAH LAHAN PENGEMBALAAN TERNAK DI JAWA BARAT? Secara alamiah hewan dapat hidup secara liar di alam tanpa harus diberi pakan ataupun dikandangkan. Namun seiring dengan peningkatan peradaban manusia, peningkatan penduduk, terseretnya lahan‐ lahan pengembalaan, dan sebagainya akhinya hewan‐ hewan liar mulai didomestikasi dan diintensifkan pemeliharaannya untuk diambil manfaatnya. Keberadaan lahan menjadi sangat penting bagi pemeliharaan ternak terutama ternak ruminansia karena hijauan sebagai pakan pokok ternak ruminansia dihasilkan dari ladang‐ladang rumput. Luasnya ladang‐ladang rumput di setiap wilayah di Indonesia sangatlah bervariasi. Pulau Jawa, luasan tegalan‐tegalan ataupun kebun rumput, tentunya, akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan pulau luar Jawa. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingginya aktivitas ekonomi di pulau Jawa, menyebabkan alih fungsi lahan pun semakin meningkat. Yang tergeser dengan alih fungsi lahan ini adalah lahan‐lahan pertanian ataupun tegalan/kebun rumput. Secara otomatis, populasi ternak pun terkena dampaknya dari alih fungsi lahan ini, yaitu populasi ternak menurun. Bagaimana dengan Jawa Barat? Masih adakah lahan‐ lahan tersisa untuk pengembalaan ternak ruminansia (sapi potog, sapi perah, kerbau, domba dan kambing)? Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, perkembangan populasi ternak ruminansia dapat dilihat pada gambar di samping ini. Populasi sapi potong di Jawa Barat dari tahun 2008‐ 2011 memperlihatkan trend positif. Namun, data populasi ini berbaur antara populasi sapi potong penggemukan dari perusahaan penggemukan dengan populasi sapi potong yang dimiliki masyarakat. Jumlah populasi sapi perah pun mengalami peningkatan walaupun tidak terlalu besar. Perkembangan populasi domba di Jawa Barat terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Ini membuktikan bahwa domba merupakan komoditas unggulan Jawa Barat. Populasi kambing mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Artinya, komoditas ini mulai menjadi salah satu ternak primadona di Jawa Barat, apalagi mulai maraknya penjualan susu kambing yang mendorong para peternak untuk memelihara kambing perah.
Oleh: Achmad Firman, S.Pt., M.Si Laboratorium Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 8,000,000 7,000,000 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000 ‐ Sapi Potong Sapi Perah
Kerbau
Domba
Kambing
Gambar. 1 Perkembangan Populasi Ternak Ruminansia di Jawa Barat (Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, berbagai tahun)
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, populasi ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh tersedianya lahan yang dapat dimanfaatkan untuk hijauan. Semakin sempit lahan untuk hijauan, populasi ternak pun akan terkena dampaknya. Berdasarkan data dari Bappeda Provinsi Jabar, perkermbangan luas jenis penggunaan lahan dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan gambar tersebut diperlihatkan bahwa perkembangan luas areal pesawan tidak mengalami peningkatan, artinya statis. Sebaliknya, luas areal untuk bangunan terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dapat menjadi bukti bahwa peningkatan jumlah penduduk berdampak positif terhadap peningkatan jumlah luas bangunan dan berdampak negative terhadap luasan persawahan, tegalan dan padang rumput. Luas tegalan mengalami penurunan dari tahun 2007‐2011. Walaupun tidak terlalu besar, namun hal ini dapat membuktikan adanya alih fungsi lahan tegalan. Sama halnya dengan padang rumput, te r j a d i p e n u r u n a n l u a s a n p a d a n g r u m p u t . Diperkirakan, alih fungsi lahan pertahunnya di Indonesia rata‐rata sebesar 5.600 hektar. Luas hutan rakyat ataupun hutan negara mengalami turun naik, bahkan hutan negara cenderung mengalami penurunan padahal hutan ini perlu dijaga. Hal sebaliknya terjadi pada perkebunan di mana luas areal
3
FOKUS
Perkembangan Luas Jenis Penggunaan Lahan di Jawa Barat (Sumber: Bappeda Jawa Barat, berbagai tahun)
perkebunan mengalami trend positif, walaupun tidak terlalu besar. Hal ini mengindikasikan bahwa perkebunan mulai diminati oleh masyarakat ataupun perusahaan. Tipikal Pemeliharaan Ternak Ruminansia Ada dua tipe pemeliharaan ternak yang dilakukan oleh para peternak di Jawa Barat, yaitu dikandangkan dan digembalakan. Secara umum, beberapa para peternak sapi potong ataupun domba wilayah Indramayu, sebagian di Majalengka, sebagian Subang, sebagian Purwakarta, sebagian Cianjur dan Sukabumi bagian Selatan cenderung mengembalakan ternaknya ke tegalan ataupun padang rumput yang kosong. Biasanya, mereka mulai mengembalakan ternaknya mulai dari jam 10.00 pagi sampai dengan 15.00. Khususnya di daerah Jatitujuh, para peternak mengembalakan domba di sekitar bantara irigasi ataupun di lapangan‐lapangan kosong.
Pengembalaan Domba di Jatitujuh
4
Pengkandangan Domba di Garut
Adapun, para peternak di wilayah Jabar Tengah, seperti Garut, Bandung, Sumedang, Bogor, Cianjur bagian tengah, Sukabumi bagian tengah, Tasikmalaya, dan Ciamis cenderung memelihara ternak dengan cara dikandangkan. Artinya, para peternak memberikan pakan ternak dikandangnya. Para peternak mencari rumput, mengumpulkan, dan memberikannya ke ternak peliharaan mereka dikandang. Walaupun ada sebagian peternak yang telah memperoleh informasi teknologi pengawetan hijauan, namun kebiasaan mereka untuk mencari rumput tidak dapat dihilangkan. Hijauan Lahan Pengembalaan Konflik Pemburuan pakan hijauan yang dilakukan oleh peternak, baik dengan cara mengarit rumput ataupun menggembalakan ternaknya, sering terbentur dengan berbagai permasalahan. Oleh karena keterbatasan lahan yang peternak miliki, mereka harus mencari rumput ke tegalan, lapangan, ataupun lahan‐lahan lainnya yang belum ditanami oleh tanaman pangan. Namun, ada juga yang memanfaatkan sisa‐sisa pertanian hortikultura, ataupun jerami padi. Permasalahan pertama adalah ketersediaan hijauan di waktu kemarau, di mana peternak harus mengumpulkan rumput atau mengembalakan ternaknya dengan kondisi rumput terbatas saat kemarau. Kedua, keterbatasan lahan‐ lahan tegalan ataupun padang rumput yang telah beralih fungsi, yang mengakibatkan jumlah hijauan yang dapat dikumpulkan pun semakin terbatas. Ketiga, sering terjadi saat mengumpulkan rumput atau menggembalakan ternaknya, para peternak berbenturan dengan pemilik lahan, baik itu lahan perkebunan ataupun lahan pertanian. Hal ini dapat
FOKUS menimbulkan konflik antara peternak dengan pemilik lahan. Misalnya, lahan HGU yang dulu terlantar, dimanfaatkan sebagai lahan pengembalaan oleh para peternak di Jatitujuh. Namun, setelah lahan HGU tersebut dimiliki oleh PT. RNI untuk perkebunan tebu, lahan‐lahan pengembalaan pun menjadi terbatas. Namun, para peternak masih menggembalakan ternaknya dilahan‐lahan perkebunan tebu, sehingga banyak pohon tebu yang tidak jadi tumbuh akibat dimakan oleh ternak pucuk tebunya. Hal ini menimbulkan konflik antara PT. RNI dengan para peternak. Ini merupakan salah satu contoh konflik yang mungkin timbul akibat terbatasnya lahan‐lahan untuk pengembalaan ataupun untuk mencari rumput. Berdasarkan uraian di atas, terdapat dua hal mendasar yang berkaitan dengan pengembalaan ternak, yaitu hijauan dan lahan pengembalaan.
Semakin terbatasnya ketersediaan hijauan dan lahan pengembalan, akan mempersempit ruang para peternak mencari rumput dan menggembalakan ternaknya. Salah satu solusi yang dapat diambil adalah pemerintah memberikan dukungan berupa menetapkan kawasan‐kawasan peternakan melalui peraturan perundang‐undangan. Konflik lahan pengembalaan dengan pemilik lahan, harus disikapi oleh pemerintah dengan mempersiapkan kawasan‐ kawasan khusus pengembalaan. Lahan‐lahan yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan pengembalaan adalah lahan‐lahan yang terindentifikasi terlantar ditingkatkan oleh BPN menjadi lahan terlantar. Lahan ini dapat dimanfaatkan dan ditetapkan statusnya oleh pemerintah daerah setempat sebagai lahan p en gem b a la a n ata u p u n d ij a d ika n kawa s a n peternakan. Dengan demikian, konflik lahan dapat dieliminasi.
HUMOR BUDAK ANGON
Petani, Polisi dan Lalat Bulat Pada suatu hari ada seorang petani yang mengendarai mobil lalu di STOP oleh seorang polisi. polisi : “maaf pak, anda melewati batas kecepatan dan harus saya tilang” petani : “OK” sambil melihat polisi itu mengusir lalat yang terbang dikepalanya. polisi : ” lalat ini sangat menyebalkan sekali” polisi itu ngedumel. petani : “Iya” petani itu berkata “itu namanya lalat bulat” polisi : “Apa?? Lalat bulat??” petani : “Iya, mereka selalu membentuk bulatan ketika terbang di dekat pantat sapi” polisi : “Kamu bukannya lagi ngatain saya pantat sapi kan??” tanya polisi itu sambil marah. petani : “tidak, saya tidak mengatakan itu” balas petani itu ” tetapi kamu tidak bisa membohongi kenyataan bahwa mereka terbang di dekat kepala kamu”
Menyeberang Sungai Suatu ketika, ada sebuah sungai yang lebar. Di satu sisi sungai tinggal kelinci, dan di sisi lainnya hidup seekor beruang. Suatu hari, beruang itu duduk di atas tunggul, menikmati makan buah. Lalu ia mendengar ada yang berteriak padanya, yaitu kelinci. "Hei! Hei, Teddy, menyeberanglah ke sini. Aku punya sesuatu yang mau kutunjukkan padamu!" "Jangan sekarang! Aku sedang makan." "Oh, ayolah!" kata kelinci. "Ini benar‐benar penting." "Tidak mungkin." "Ayolah. Ini mendesak." Jadi beruang memutuskan untuk pergi menyeberangi sungai yang lebar itu. Dia memerlukan waktu berjam‐ jam untuk bisa menyeberangi sungai itu. Dia hampir tenggelam. Dan ketika ia akhirnya sampai di seberang dia mengerang dan terengah‐engah, dan berbicara kepada kelinci, "Nah, ada apa kelinci ?" dia terengah. "Apa yang ingin kamu beritahukan kepadaku?" "Hei, Teddy," kelinci itu berkata, "lihatlah betapa banyaknya buah yang di seberang sungai."
5
BERITA
ISU
kekurangan pasokan daging sapi Oleh : Entang Sastraatmadja
ISU kekurangan pasokan daging sapi, seringkali dimunculkan sejumlah pihak setiap tahunnya. Buntutnya sudah dapat ditebak, harga daging sapi segera saja melejit di pasaran tradisional, bahkan sampai harga yang dinilai kelewatan. Gejolak harga daging sapi biasanya juga terjadi pada penghujung tahun, seiring berbagai isu kelangkaan yang dimunculkan. Begitu pula pada saat menjelang Lebaran, saat banyak "marema" harga pun terus naik di mana kelonjakan tertinggi terjadi tahun 2011 lalu menembus Rp 100.000/kg padahal normalnya Rp 50.000‐60.000/kg. Benar atau tidak kondisi isu kekurangan pasokan daging sapi tersebut, yang jelas ada empat pihak berkepentingan dengan urusan pasokan daging sapi. Para pebisnis jelas ingin memperoleh banyak untung dari usahanya, peternak ingin harga jual peliharaannya juga tinggi dengan alasan biaya produksi dan tenaga kerja, namun di lain pihak konsumen mengeluh sedangkan pemerintah daerah sering menjadi sasaran pertanyaan atas kondisi terjadi. Daging sapi sebenarnya hanya salah satu alternatif kebutuhan hewani berbentuk daging‐dagingan, yang sebenarnya dapat dieliminasi jika konsumen banyak pilihan ke jenis daging lain. Idealnya jika salah satu harga naik, ada pilihan daging domba, kambing, dan unggas. Fenomena lain ketika harga daging sapi mahal, harga daging ayam sedang menurun. Sedangkan harga domba dan kambing stabil. Sebaliknya, jika harga daging sapi turun atau normal, biasanya harga daging ayam sedang naik, sehingga konsumen yang suka serba daging segera dapat beralih. Terlepas dari berbagai kepentingan di belakangnya, isu kelangkaan daging sapi kembali muncul menjelang akhir tahun 2012 lalu. Adu argumen pun terjadi dari pihak yang mewakili kepentingan masing‐masing, yang satu ingin tambah pasokan, sedangkan pihak lain berupaya menjaga stabilisasi harga atau harga wajar di pasaran. Namun melihat fenomena akhir tahun 2012 lalu, ulah menghembus‐hembuskan isu kelangkaan daging sapi, ternyata terindikasi "senjata makan tuan". Berdasarkan pengamatan tim Dinas Peternakan Jawa Barat, banyak pedagang daging malah mengeluh pada saat harga daging sapi sedang tinggi. Kepala Dinas Peternakan Jawa Barat, H Koesmayadie TP, mengatakan, dari diskusi dengan sejumlah pedagang daging sapi di Pasar Ancol Kota Bandung dan Pasar Majalaya, Kab. Bandung, banyak pedagang mengeluh karena transaksi sempat gagal terjadi selama dua jam. Sejumlah pedagang menduga perilaku konsumen semakin cerdas manakala harga daging sapi naik. Segera pindah ke ayam atau ke daging kambing/domba. Walhasil, kata Koesmayadie, harga daging sapi pun kemudian segera turun dari semula Rp 88.000/kg ke Rp
6
85.000/kg. Belakangan, setelah isu kekurangan daging sapi mulai mereda, harga pun kembali menurun. Namun ia menyoroti, sering terjadinya isu kekurang cukupan pasokan daging sapi di Jawa Barat oleh sejumlah pihak, terutama pebisnis. Walau diketahui pasokan domestik masih jauh dari mencukupi, namun pasokan dari luar daerah ditambah impor selalu dapat memenuhi kebutuhan walau jumlah penduduk Jawa Barat naik. Koesmayadie mengingatkan sejumlah pihak, jangan senang membuat isu kelangkaan daging sapi. Selain membuat konsumen umum merasa "tercekik" karena efek melambungnya harga, juga biasanya dimanfaatkan pihak‐ pihak tak bertanggungjawab mengedarkan daging oplosan, terutama daging babi hutan alias bagong. "Adalah dosa menyebarkan isu hanya bertujuan mengeruk keuntungan pribadi, apalagi sampai terjadinya efek munculnya daging‐daging tak halal bagi umat Islam. Sebaiknya banyak pihak lebih mampu menjaga jangan sampai terjadi gejolak, di mana aneka jenis komoditas daging dapat dijaga stabilitas pasokannya," ujarnya. Lain halnya Ketua Kontak Tani Hutan Andalan (KTHA) Jawa Barat, Saepudin, yang mengeluhkan, banyak anggota lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) justru merasa tak ikut menikmati kenaikan harga saat isyu harga daging sapi sedang naik. Sudah umum, peternak sapi potong anggota LMDH yang dihargai peliharaannya dengan terdikte bandar. "Kalau bisa ditahan lama sih tak apa‐apa, tapi jika terlalu gemuk 'kan malah tak laku. Sebenarnya kami berharap munculnya tata niaga perdagangan sapi potong hidup secara transparan, untuk menghindari saling curiga," katanya. Pada sisi lain, menurut dia, ada pula fenomena belakangan ini minat beternak sapi potong berkurang, dengan alasan harga jual sering kurang sesuai harapan. Ini terjadi kebanyakan beralih ke sapi perah, dengan alasan pendapatan harian yang lebih menjanjikan. Walau demikian, Saepudin menilai, jika dibiarkan resikonya akan menjadi berbahaya ke depan. Jika usaha ternak sapi potong menjadi semakin kurang diminati masyarakat, maka akhirnya pasokan daging sapi menjadi terdikte impotir atau negara lain, sehingga berpengaruh kepada ketahanan pangan. Ia berharap, Pemprov Jawa Barat dapat berupaya menggairahkan kembali minat beternak sapi potong. Upaya inseminasi buatan agar dapat diperbanyak, untuk berupaya menggejot populasi ternak sapi maupun upaya perbibitan secara mandiri. Pada sisi lain, katanya, jika usaha sapi perah yang terus ditambah, dikhawatirkan akan menghasilkan produksi susu yang berlebih dan jatuhnya harga jual. Karena itu, usaha sapi potong dan sapi perah agar dapat diseimbangkan sesuai dengan perhitungan pasar. ***
BERITA
KAMBING ETAWA
Oleh : KODAR
S E JA K diperkenalkan tahun 2006 lalu, usaha peternakan kambing ettawa kini sudah berkembang di Jawa Barat. Pengusahaan kambing yang asalnya dari India tersebut, diandalkan dua hasilnya sekaligus, susu dan dagingnya. Namun belakangan ini, peternakan kambing ettawa mampu pula memberikan multi manfaat. Bukan hanya bagi keuntungan usaha petermaknya, juga mampu mendukung upaya penghijauan berkaitan pemulihan lingkungan di Jawa Barat. Dua faktor yang saling bersinergis tersebut, juga ditunjang karakteristik kambing ettawa yang tak suka makan rumput. Soalnya, kambing yang satu ini kesenangannya makan dedaunan, di mana untuk mencukupinya dibutuhkan banyak pohon sebagai penyedia cadangan pakan. Apalagi, secara sumber pakan, kambing ettawa menyukai 48 jenis dedaunan pohon. Dengan kata lain, menjadi banyak alternatif yang saling bersinergi, untuk pengusahaan pohon‐pohonan baik keperluan pakan kambing ettawa maupun pelestarian lingkungan hidup. Dengan karakteristiknya tersebut, pengusahaan kambing ettawa cocok dilakukan di kawasan pegunungan atau kehutanan pada kawasan tinggi. Kawasannya pun dapat dilakukan antara pada kawasan lahan milik masyarakat, hutan rakyat, maupun kehutanan milik negara. Konsep yang ditekankan pada pengusahaan kambing ettawa, adalah pendekatan usaha masyarakat melalui pendapatan harian dari susunya. Apalagi, harga susu kambing ettawa rata‐rata lebih mahal dibandingkan susu ternak lain, yang juga harus didorong peningkatan produktivitas. Sedangkan berkaitan mendukung penghijauan,
semakin banyak pohon tersedia, maka kelangsungan hidup dan peningkatan produktivitas kambing ettawa menjadi lebih baik. Ini juga sebagai salah satu jawaban ang gapan awam, bahwa usaha peternakan ruminansia, bergantung ketersediaan rumput di tengah alihfungsi lahan yang begitu tinggi. Kepala Dinas Peternakan Jawa Barat, H Koesmayadie, TP mengatakan, secara nyata, usaha peternakan ruminansia memang sangat potensial untuk mendukung pemulihan lingkungan. Ini terutama untuk ternak kambing ettawa, yang diharapkan didorong dengan sistem beternak yang baik, misalnya secara dikandangkan secara sanitasi serta dikembangkannya usaha produk olahannya. "Di tengah perkembangan ini, dari segi ikon daerah pun, produksi susu kambing ettawa sebenarnya dapat mengangkat nama Jawa Barat sebagai penghasil susu dan daging komoditas ternak yang satu ini. Soalnya, selain kondisi alam paling memungkinkan, juga akses pasar ke sentra konsumen, terutama di Jakarta dan Bandung pun lebih dekat," katanya. Karena latar belakang keunggulan tersebut, pengusahaan kambing ettawa sudah terbukti membawa manfaat. Paling tidak, ada dua kabupaten dan kota yang sudah dikenal sebagai sentra usaha kambing ettawa, yaitu Tasikmalaya dan Banjar. Tak heran usaha peterbakan kambing ettawa, Kelompok Tani Ternak "Ampera Mekar", Kp. Malaganti, Desa Sukaharja, Kec. Sariwangi, selaku binaan Dinas Peternakan Jabar, Pemkab Tasikmalaya, dan Perum Perhutani Unit III KPH Tasikmalaya, mendapat penghargaan Presiden RI berkaitan ketahanan pangan nasional, akhir tahun 2012 lalu. Keberhasilan tersebut, sekaligus pula memberi ilham bagi sejumlah pihak lainnnya ikut mengembangkan.
7
BERITA Ketua Kelompok Ampera Mekar, Rukman T, di Tasikmalaya, mengatakan, dari hasil pengusahaan kambing ettawa, secara nyata memang mampu mendongkrak motivasi masyarakat. Ini saling beriringan antara memulihkan lingkungan maupun menciptakan lapangan kerja di antara mereka sendiri. Begitu pula sumber air, menurut dia, ada sinergi di mana berbagai kotoran hewan kambing ettawa digunakan untuk memulihkan kesuburan lahan. Manfaatnya, daya serap air pun tinggi, baik sebagai cadangan air di musim kemarau juga menahan terjadinya longsor di musim hujan. "Hasilnya sudah terlihat, pada sejumlah kawasan hutan negara di Tasikmalaya, kelestariannya lebih terjaga. Saya pikir, usaha peternakan kambing ettawa patut dikembangkan oleh Pemprov Jawa Barat, sebagai solusi yang saling menjembatani antara kebutuhan perut dengan pelestarian lingkungan, terutama pada lahan‐lahan kritis," ujarnya. Sementara itu, keberhasilan usaha peternakan kambing ettawa, juga menjadi ilham untuk pengembangan usaha agroforestry alias wanatani di Jawa Barat. Konsep inilah yang menjadi salah satu andalan utama yang sedang dikembangkan PT Bakti Usaha Menanam Nusantara Hijau Lestari I (BUMN HL I) di Jawa Barat. Direktur Utama PT BUMN HL I, Ali Rahman, mengatakan, melihat keberhasilan yang sudah diperoleh dari Kelompok Petani Peternak Ampera Mekar itu, seharusnya dapat ikut memotivasi masyarakat untuk menghijaukan lahan‐lahan mereka yang kondisinya kritis. Tanpa harus kehilangan mata
8
pencaharian secara cepat dan harian, pengusahaan kambing ettawa diharapkan dapat menjadi salah satu unggulan dalam pengembangan wanatani. Ia menyebutkan, dari sejumlah kawasan yang berpotensi dikembangkan wanatani dengan penguatan usaha peternakan kambing ettawa, adalah di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang. Kedua daerah itu mendesak dipulihkan lingkungannya dengan penanaman pohon‐pohon, yang juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan bagi usaha kambing ettawa. Diakuinya, upaya ini tentu tak mudah, karena harus ada sinergitas yang saling mendukung dalam pengembangan usaha peternakan kambing ettawa ini. Adalah peran dari lembaga teknis, yaitu Dinas Peternakan Jawa Barat atau kabupaten setempat, dalam penyuluhan atau pelatihan teknis bagi para anggota mitra kerja wanatani di Jawa Barat. A l i b e r h a ra p , s a a t u s a h a ka m b i n g e tta w a diperkenalkan usaha dalam wanatani, ditunjang penyuluhan bersama oleh para petugas BUMN HL I serta dinas peternakan. Soalnya banyak masyarakat masih asing dengan ternak kambing ettawa, dan belum begitu paham cara merawatnya. "Mudah‐mudahan, pengembangan peternakan kambing ettawa yang juga akan kami lakukan, dapat menjadi gerbang sinergitas dan kesamaan visi berbagai pihak terkait. Yang diusung dan tujuannya tetap sama, memulihkan pelestarian lingkungan di Jawa Barat yang didukung penciptaan lapangan kerja yang dapat diandalkan," katanya. ***
FOKUS INTEGRASI SENTRA PENGGEMBALAAN TERNAK SAPI POTONG DAN DOMBA DI KABUPATEN CIANJUR, DAN KABUPATEN/KOTA SUKABUMI TAHUN 2013 Oleh: Achmad Firman, S.Pt., M.Si Laboratorium Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Provinsi Jawa Barat memegang peranan penting di dalam pembangunan ekonomi Nasional, tidak hanya sebagai provinsi penyangga Ibu Kota Negara, tetapi juga memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang cukup besar. Mengingat potensi yang cukup besar tersebut, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat telah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2009‐2013 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). Pada RJPMD ini, Pemda Jabar menetapkan pencapaian kemandirian masyarakat Jawa Barat yang produktif dan memiliki daya saing, melalui Kesehatan dan Pendidikan, Pembangunan Infrastruktur Strategis, Revitalisasi Pertanian, Perdagangan, Jasa dan Industri Pengolahan yang Berdaya Saing, Rehabilitasi dan Ko n s e r va s i L i n g ku n ga n , Pe n ata a n S t r u kt u r Pemerintahan Daerah. Untuk mencapai hal tersebut, Pemda Jabar telah menyusun kebijakan pembangunan yang dibagi atas dua pendekatan program, yaitu Tematik Sektoral dan Tematik Kewilayahan. Di samping itu, untuk mempermudah koordinasi pemerintahan dan pembangunan, Pemda Jabar telah menetapkan empat wilayah koordinasi yang dulunya berstatus keresidenan, yaitu WKPP I (Bogor), WKPP II (Purwakarta), WKPP III (Cirebon), dan WKPP IV (Priangan).
3. Pengembangan aktivitas ekonomi berbasis agribisnis, bisnis kelautan dan pertambangan dalam rangka perintisan PKN Pelabuanratu 4. Pusat Pengembangan benih ikan air tawar dan ikan hias untuk memenuhi pasar regional dan internasional 5. Pengembangan sistem agribisnis beras berkualitas (varietas pandan wangi) Pada tanggal 21 Maret 2013, BKPP Wilayah I m e nye l e n g ga ra ka n R a p a t I n te g ra s i S e n t ra Penggembalaan Ternak Sapi Potong dan Domba Di Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten/Kota Sukabumi Tahun 2013 atau membahas tematik nomer 1 (seperti yang tertulis di atas). Pada kesempatan tersebut, pihak BKPP Wilayah I mengundang para narasumber dari berbagai intansi terkait, yaitu Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (diwakili oleh Sekretaris Jenderal, yaitu Dr. Ir. Rikmantoro, MM), Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (diwakili oleh Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, yaitu Ir. Koesmayadi), Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (diwakili oleh Ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi, yaitu Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, Magr.Sc), Badan Pertanahan Nasional (diwakili oleh Kepala Bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan, Kanwil BPN Provinsi Jawa Barat, yaitu Sri Mujitono, SH., MH), dan dari pihak pengusaha di wakili oleh
Sebagai salah satu pembantu Gubernur Jawa Barat, Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan (BKPP) Wilayah I di Bogor dibebani tanggung jawab untuk melakukan koordinasi pemerintahan dan pembangunan pada lima prioritas pembangunan berbasis kewilayahan, yaitu 1. Integrasi sentra penggembalaan ternak sapi potong dan domba di Kab. Cianjur dan Kab./Kota Sukabumi 2. Pengembangan destinasi wisata Bogor, Puncak, Sukabumi dan Cianjur
9
FOKUS Bangun Dioro sebagai Direktur Utama Bangun Karso Farm. Pihak Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan membahas tentang Kebijakan Pemerintah Dalam Pengembangan Penggembalaan Ternak Sapi Potong Dan Domba Di Jawa Barat, sedangkan dari pihak Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat membahas tentang Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dalam Tata Kelola Program Tematik Kewilayahan Integrasi Sentra Penggembalaan dan Industri/Produksi Ternak Sapi Potong Dan Domba Di Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi Dan Kota Sukabumi. Di samping itu, dari Fakultas Peternakan I P B membawakan judul Pengembangan Ternak Sapi Potong Dan Domba Di Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten/Kota Sukabumi. Pembicara dari BPN Kantor Wilayah Jawa Barat membawakan tema Potensi lahan negara bebas untuk pengembangan sapi potong dan domba di Kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi, Ketersediaan tanah negara bebas yang dapat dikembangkan sebagai padang penggembalaan dalam rangka mendukung Kebijakan pemerintah dalam swasembada daging tahun 2014, sedangkan dari perwakilan peternak sukses, yaitu Bangun Diora, membawakan tema Kiat‐ kiat menuju sukses dalam pengelolaan ternak sapi potong dan domba. Adapun para peserta yang diundang terdiri dari berbagai perwakilan instansi pemerintah daerah (seperti Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, Bappeda Kabupaten Bogor, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Cianjur, Bappeda Kabupaten Cianjur),, swasta (seperti Tapos dan Bangun Karso Farm), dan perwakilan dari kelompok tani. Dengan kata lain, jumlah peserta yang menghadiri rapat lebih dari 50 orang. Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan mengungkapkan bahwa diharapkan di akhir tahun 2014, Indonesia mampu berswasembada daging sapi dan kerbau atau dikenal dengan program PSDSK. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan p o p u l a s i s a p i p o to n g d a l a m n e ge r i . G u n a mewujudkan program tersebut, berbagai program telah dilaksanakan dan dirancang, baik dari sisi pembibitan, budidaya, pakan, kesehatan hewan, kesehatan masyarakat veteriner, serta peningkatan sumber daya manusia. Di samping itu, pemerintah melakukan kebijakan pembatasan impor daging sapi beku (frozen meat) dan sapi bakalan impor. Program‐
10
program tersebut tidak dapat berjalan baik jika tidak melibatkan seluruh stakeholder yang terkait dengan kesuksesan swasembada daging sapid an kerbau, s e p e r t i p e m e r i nta h d a e ra h , p i h a k swa sta , peternak/kelompok peternak, peneliti, perguruan tinggi, dan pihak‐pihak lainnya. Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat mengungkapkan bahwa sebagai daerah surplus konsumen, kebutuhan daging untuk masyarakat Jawa Barat dipasok oleh daging ayam sebesar 69,07%, daging sapi sebesar 24,27%, dan daging domba sebesar kurang lebih 2%. Ini menunjukkan bahwa unggas merupakan komoditas strategis di Jawa Barat. Terungkap pula pada rapat tersebut, Gubernur Jawa Barat pernah meminta kepada Gubernur Jawa Timur untuk terus memasok sapi potong ke Jawa Barat karena kebutuhan daging sapi pertahunnya mencapai 500 ribu ekor, padahal populasi sapi potong hanya sekitar 422 ribu ekor. Oleh karena itu, kebijakan Jawa Barat untuk mengurangi ketergantungan terhadap kebutuhan daging asal sapi diantaranya melalui program diversifikasi daging asal ternak (daging unggas, domba/kambing, kelinci, dll). Potensi Pengembangan sapi potong di Jawa Barat cukup tinggi
FOKUS sebab ditunjang oleh potensi lahan yang masih cukup luas terutama di wilayah Jabar Selatan. Akan tetapi, permasalahan yang sering muncul adalah ketika lahan pengembalaan atau pangonan telah beralih status menjadi lahan H G U yang dimanfaatkan untuk perkebunan ataupun untuk kegiatan lainnya. Hal inilah yang sering menimbulkan konflik horizontal antara peternak/kelompok peternak dengan pemilik HGU atau lahan.
Badan Perencana Daerah Kabupaten Sukabumi telah menyusun program peternakan dengan anggaran sebesar Rp 2 milyar. Akan tetapi, sampai di tingkat provinsi program tersebut berubah menjadi pogram lainnya, walaupun anggaran yang diajukkannya disetujui. Hal ini menunjukkan bahwa perencanaan yang telah disusun oleh pihak eksekutif di kabupaten/kota belum tentu dapat disetujui oleh eksekutif dan legislative di tingkat provinsi.
Guna menunjang peningkatan populasi ternak sapi potong dan domba diperlukan upaya pembibitan untuk menghasilkan ternak unggulan. Akan tetapi, biaya untuk program pembibitan relative cukup besar, sehingga kegiatan pembibitan harus menjadi ranah pemerintah ataupun BUMN dalam sisi program dan pendanaannya
Sementara itu, kecenderungan kelompok peternak untuk terus tergantung pada program pemerintah masih relative cukup tinggi, hal ini ditunjukkan dengan beberapa pertanyaan yang diajukkan oleh perwakilan kelompok peternak, seperti permintaan bantuan biogas, sertifikasi lahan untuk ladang rumput, dan pembinaan pengawetan teknologi pakan. Namun, disisi lain diungkapkan pula bahwa mereka tidak mau tergantung terus pada pemerintah asalkan diberikan akses informasi untuk mengakses berbagai kebutuhan yang diperlukan.
Lahan sebagai salah satu potensi masalah yang cukup pelik dalam pengembangan peternakan, pihak Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kantor Wilayah Provinsi Jawa Barat mengkonfirmasi bahwa terdapat lahan‐lahan yang teridentifikasi terlantar di wilayah Sukabumi dan Cianjur dengan areal yang cukup luas. Sampai saat ini, pihak BPN sedang mengidentifikasi lahan‐lahan yang teridentifikasi terlantar, dan akan mengubah statusnya menjadi lahan terlantar sehingga dapat dijadikan sebagai cadangan tanah negara dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, termasuk untuk kegiatan peternakan. Terungkap pula dalam rapat koordinasi tersebut yaitu diperlukan pengawalan program‐program peternakan yang telah disusun oleh O P D agar pada saat Musyawarah Rencana Pembangunan yang akan dilaksanakan pada bulan April 2013, program‐program peternakan yang telah disusun dapat didanai. Pengawalan ini diperlukan karena pada tahun yang lalu,
Sampai dengan terakhir diskusi di rapat tersebut, disayangkan tidak satupun yang membahas apa, bagaimana, dan dimana integrasi sentra pengembalaan sapi potong dan domba, sesuai dengan tema rapat. Kecenderungan pembahasan lebih dititikberatkan pada pembahasan komoditas sapi potong dan domba secara terpisah‐pisah, padahal di tema difokuskan pada integrasi sentra pengembalaan sapi potong dan domba. Namun dengan demikian, disarankan agar secepatnya dibentuk tim kecil untuk merumuskan hasil rapat untuk menyusun rencana aksi.
11
PENYEJUK HATI
Mensyukuri Kegagalan Menuju Kesuksesan Cucum Novianti “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Q.S Alam Nasyrah; 5-6)
Gagal dan berhasil adalah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Namun, bagaimana menyikapi sebuah kegagalan, itulah hal yang paling penting. Pengalaman gagal dapat digunakan untuk menemukan kekuatan baru agar bisa meraih kesuksesan kembali. Mungkin saja kegagalan itu datang untuk memuliakan hati kita, membersihkan pikiran kita, memperluas wawasan, membersihkan pikiran kita dari keangkuhan dan kepicikan, serta untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Setiap kegagalan adalah pelajaran yang mendorong kita untuk mencoba pendekatan baru yang belum pernah dicoba sebelumnya. Berani gagal berarti berani belajr. Dengan gagal dan belajar, kita tumbuh menjadi orang yang lebih baik dan belajar cara menciptakan kesuksesan sejati. Hanya orang yang berani gagal total akan meraih keberhasilan total (John F. Kenedy) Kita tidak bisa memungkiri bahwa dalam kehidupan social, kegagalan memang sebuah kata yang dibenci setiap manusia. Kegagalan bukan sesuatu yang kita dambakan, dan tentu kejadian tersebut tidak diinginkan oleh setiap orang. Secara realistis, kita tentu lebih suka melihat orang yang sukses daripada melihat orang yang gagal, bahkan tidak menyukai orang yang gagal. Sehingga bila kita menemui kegagalan dalam usaha, maka jangan berharap pula ada orang di sekitar maupun relasi kita akan memahami alasan kita gagal. Jangan berharap kita tidak disalahkan. Jangan berharap juga semua sahabat masih tetap berada di sekeliling kita. Jangan berharap pula ada orang yang akan meminjamkan uang sebagai bantuan sementara. Menurut Purdi Chandra, ketika kita mengalami kegagalan, maka tidak ada gunanya murung dan memikirkan kegagalan, melainkan mencari penyebabnya. Selain itu, kita harus lebih tertantang dengan usaha yang sedang kita jalani yang tengah mengalami kegagalan tersebut.
12
Masalah kegagalan, baik dalam dunia bisnis maupun dunia kerja, memang tidak bisa ditampik atau dihindari keberadaannya. Suka atau tidak suka, manusia pasti akan mengalami berbagai masalah, bahkan mungkin penderitaan. Akan tetapi kita harus memandang kegagalan secara positif untuk meraih langkah sukses selanjutnya. Selama ini, banyak orang yang membuat kesalahan yang sama dengan menganggap kegagalan sebagai musuh kesuksesan. Padahal justru sebaliknya, kita seharusnya menganggap kegagalan itu dapat mendatangkan hasil. Kita harus yakin bahwa kita akan menemukan kesuksesan setelah mengalami kegagalan. Kita harus mensyukurinya. Karena dibalik kegagalan itu tersimpan hikmah dan membuat kita lebih dekat dengan Tuhan. Atau untuk mengajarkan kita menjai gagah ketika kita lemah dan menjadi berani ketika kita takut. Seperti menurut Richard Gere, actor Hollywood yang mengatakan bahwa kegagalan itu penting bagi karier seseorang. Cara pandang dan sikap kita tentang sesuatu atau orang tergantung dari apa yang akhirnya kita lihat atau alami. Oleh karena itu, kunci utama mengerahkan hati dan pikiran pada sisi yang positif adalah keyakinan yang kuat, bahwa di dalam segala kejadian hidup, termasuk masalah kegagalan, pasti terdapat pelajaran yang bisa kita petik agar dapat kita syukuri. Bila kita menganggap sesuatu menjadi penting, maka sesuatu itu akan bernilai dan berharga untuk diperjuangkan hingga keringat bercucuran. Inilah yang disebut value (nilai). Maka semakin tinggi nilai sesuatu, maka kita akan semakin bersemangat dan focus untuk bisa mencapainya. Demikian sebaliknya, bila kita menganggap mengarahkan hati dan pikiran pada hal‐ hal yang positif agar kita bisa bersyukur setiap saat tidaklah penting bagi diri kita, maka otomatis kita tidak akan memiliki semangat untuk bersusah payah mencapainya. Termasuk ketika kita melihat pentingnya sabar ketika apa yang menimpa kita tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, pentingnya
PENYEJUK HATI mengarahkan hati pada sisi ikhlas untuk menerima apa yang terjadi sepahit apapun dan pentingnya melihat sisi positif (hikmah) dari suatu kejadian agar kita tetap bersyukur. Nilai‐nilai inilah yang akan menggerakkan hati dan pikiran kita untuk menentukan sikap dan cara pandang kita terhadap realitas kehidupan. Semua ini adalah sebuah pilihan, we are we choose, maka saluran mana yang akan kita pilih, tergantung seberapa tinggi nilai syukur dalam kehidupan kita. Semakin tinggi value syukur, maka semakin focus dan semakin banyak waktu yang kita luangkan untuk mencapai rasa syukur tersebut. Lihat, bukan lingkungan atau kejadian dalam hidup kita, tapi arti yang kita berikan pada kejadian itu, bagaimana kita mengintepretasikannya‐ yang akan membentuk kita menjadi diri kita hari ini dan siapa diri kita besok. (Anthony Robbins) Bersabar dan ikhlas ketika kita menghadapi situasi yang sulit dalam hidup, menghadapi kegagalan sekaligus berusaha melihat sisi positif atas keadaan tersebut, tampaknya hampir tidak masuk akal untuk bersyukur. Tetapi itu tetap harus kita lakukan, tetap mensyukuri semuanya dan belajar untuk ikhlas karena kesedihan, kegelisahan dan kegagalan tidak akan mengembalikan sesuatu yang hilang. Apabila Allah telah menetapkan suatu takdir, maka yang pailing dicintai‐Nya adalah meridhai takdir‐Nya. (Abuddarda, r.a) Seandainya kita melihat sudut pandang agama, mungkin dibalik situasi yang sulit, ataupun kegagalan, Tuhan memberikan kebaikan yang sungguh besar. Karena Tuhan tidak menginginkan kita jelek, melainkan Dia selalu menginginkan kita untuk menjadi lebih baik. “…karena mungkin kamu tidak ,menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (Q.S. An‐Nisa; 19)
Oleh karena itu, hal terpenting adalah sikap kita terhadap sesuatu yang kita hadapi, jauh lebih penting daripada situasi kegagalan yang serba sulit itu sendiri. Jika kita berhenti sejenak dan berusaha mencari sesuatu untuk disyukuri di tengah ujian hidup, kita akan menemukan sudut pandang penting yang akan meolong kita untuk tidak hanya'menyelesaikan', 'menghadapi' ujian tersebut, tetapi kita juga mendapat kesempatan belajar dan tumbuh selama proses itu berlangsung. Kenyataan hidup tidak senantiasa sempurna atau berjalan sebagaimana keinginan kita. Tapi kesadaran atas apa yang berjalan dengan baik dalam hidup kita akan membuat kita bertahan, bahkan mengatasi kesuiltan yang kita hadapi. (Sara Ban Breathanch) Jadi, kondisi krisis, gagal atau titik terendah bukanlah sesuatu untuk dikeluhkan. Melainkan untuk diintropeksi dan disyukuri, karena kita sedang mendapatkan keistimewaan dari Tuhan. Bersyukurlah karena belum punya semua hal yang kau inginkan Jika sudah, apalagi yang akan kau cari? Bersyukurlah saat kau tidak tahu sesuatu karena kau berkesempatan belajar Bersukurlah atas saat‐saat sulit. Pada masa itulah kau bisa berkembang. Bersyukurlah atas keterbatasanmu Keterbatasan itu memberimu kesempatan untuk jadi lebih baik Bersyukurlah atas kesalahan yang kau lakukan, kesalahan memberimu pelajaran berharga Bersyukurlah saat kau merasa letih dan jemu, Berarti kau sudah menemukan hal yang berbeda Bersyukurlah atas masalah yang kau hadapi, Dan masalah itu bisa jadi karuniamu.
“Dan hanya orang‐orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran dari firman Allah.” (Q.S. Al‐ Baqarah; 269) Tantangan, masalah, situasi dan kondisi yang serba sulit akan selalu ada di muka bumi ini. “Tiap‐tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar‐benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (Q.S. Al‐ Anbiyaa';35)
13
KEGIATAN
Hubungan Dinamis
Kodam III Siliwangi dengan Dinas Peternakan Provinsi Jawa barat Oleh : drh. Yusni (20 April 2013) Widyaiswara Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
Saat ini Pemerintah Republik Indonesia sedang memprioritaskan pencapaian ketahanan pangan, salah satunya melalui program swasembada daging sapi pada tahun 2014. Untuk itu, TNI AD dalam mensinergiskan dukungannya kepada Pemerintah Republik Indonesia untuk mencapai ketahanan pangan melaksanakan kegiatan Penataran Mobile Training Team (MTT) bagi Bintara pembina Desa (Babinsa) di setiap teritorial Komando Daerah Militer (Kodam) di Indonesia, diantaranya Kodam III Siliwangi.
Pertanian, dan Kehutanan yang ditujukan kepada Bintara Pembina Desa (Babinsa) anggota prajurit TNI AD yang bertugas di lingkup teritorial Komando Rayon Militer (Koramil) pada semua Komando Daerah Militer (Kodam) yang berada di seluruh wilayah Republik Indonesia untuk mendukung program Pemerintah Republik Indonesia dalam pencapaian ketahanan pangan. Karena wilayah teritorial Kodam III Siliwangi berada di Provinsi Jawa Barat, maka kerjasama antara Kodam III Siliwangi dengan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat terjalin erat dengan diwujudkan permohonan bantuan dari Kodam III Siliwangi kepada Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat untuk memberikan bantuan tenaga pengajar teori praktis dan praktek di lapangan tentang peternakan domba dan sapi.
Kegiatan MTT juga dilaksanakan untuk mengawal keberhasilann dari prpgram‐program pemerintah khususnya bidang peternakan. Belajar dari pemberian bantuan ternak dari Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat kepada masyarakat Jawa Barat yang belum m e n u n j u k ka n h a s i l s e c a ra s i g n i f i ka n b a g i Kegiatan MTT dilaksanakan dalam dua tahap dan kesejahteraan jumlah pesertanya sekitar p ete r n a k m a u p u n 2.000 orang Babinsa di Hubungan Dinamis antara Kodam III Siliwangi pembangunan wilayah Kodam I I I dengan Dinas Peternakan Provinsi Jawa barat peternakan di Jawa Siliwangi. Gelombang Terjalin Melalui Kegiatan Penataran Barat karena berbagai pertama dilaksanakan Mobile Training Team (MTT) untuk macam faktor yang tanggal 2 – 4 April 2013 di Bintara Pembina Desa (BABINSA) menjadi penghambat Rindam III Siliwangi Jl. program tersebut, Manado No. 4 Kota maka anggota prajurit TNI AD di lingkup teritorial Bandung. Gelombang kedua dilaksanakan tanggal Komando Rayon Militer (Koramil) Kodam III Siliwangi tanggal 9 – 11 April 2013 di Rindam III Siliwangi Jl. sebagai Bintara Pembina Desa (Babinsa) merasa Manado No. 4 Kota Bandung bertanggung jawab mengawal keberhasilan Materi yang disampaikan oleh Tim Widyaiswara Dinas pembangunan peternakan di Jawa barat Peternakan Provinsi Jawa Barat tentang budidaya Dalam materi pembelajaran MTT diharapkan para ternak domba dan sapi potong (Seleksi Pemilihan Babinsa memperoleh bekal mengenai dunia Bibit Ternak Yang Baik, Perkandangan, Reproduksi peternakan. Menjelang purna tugas (pensiun) para Ternak, Pakan dan Pengenalan beberapa Penyakit anggota prajurit TNI AD yang bertugas di lingkup teritorial Komando Rayon Militer (Koramil) Kodam III Siliwangi sebagai Bintara Pembina Desa (Babinsa) perlu bekal ilmu di bidang peternakan sehingga mampu untuk berwirausaha di bidang peternakan pada waktu memasuki masa pensiun Kegiatan M T T bertujuan untuk mendukung Pemerintah Republik Indonesia dalam rangka pencapaian ketahanan pangan sehingga tercipta suatu swasembada pangan bagi masyarakat Indonesia. Mobile Training Team (MTT) merupakan program TNI AD berisikan materi tentang Peternakan, Perikanan,
14
KEGIATAN 1. Gelombang I dilaksanakan tanggal 2 – 4 April 2013 di Rindam III Siliwangi Jl. Manado No. 4 Kota Bandung 2. Gelombang II dilaksanakan tanggal tanggal 9 – 11 April 2013 di Rindam III Siliwangi Jl. Manado No. 4 Kota Bandung
Pada Ternak Domba dan Sapi). Dalam pelaksanaan praktek lapangan, Tim Widyaiswara memdemonstrasikan pembuatan pakan buatan berupa silase dari daun jagung dan rumput gajah dengan tujuan pakan sebagai stok di musim kemarau maupun peningkatan nilai gizi dalam pakan. Selain itu juga dipraktekan tata cara seleksi ternak yang baik dan perkandangan yang baik. Berkembangnya berbagai pertanyaan dari peserta m e n u n j u k ka n ke a nt u s i a s a n p e s e r ta d a l a m pelaksanaan MTT. Dan dibuktikan dengan adanya permohonan dari peserta untuk membuat jaringan kerja (networking) sebagai rencana tindak lanjut antara para Babinsa dengan Tim Widyaiswara setelah kegiatan MTT berakhir. Kegiatan MTT yang dilaksanakan oleh Kodam III Siliwangi bekerjasama dengan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat di bidang peternakan sangat bermanfaat sekali bagi para Babinsa untuk mendukung program Pemerintah Republik Indonesia dalam pencapaian ketahanan pangan serta menjaga keutuhan teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai. Untuk itu, kiranya kerjasama antara Kodam III Siliwangi dengan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat harus tetap dilanjutkan.
Materi yang disampaikan oleh Tim Widyaiswara Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat tentang budidaya ternak domba dan sapi potong (Seleksi Pemilihan Bibit Ternak Yang Baik, Perkandangan, Reproduksi Ternak, Pakan dan Pengenalan beberapa Penyakit Pada Ternak Domba dan Sapi). Dalam pelaksanaan praktek lapangan, Tim Widyaiswara memdemonstrasikan pembuatan pakan buatan berupa silase dari daun jagung dan rumput gajah dengan tujuan pakan sebagai stok di musim kemarau maupun peningkatan nilai gizi dalam pakan. Selain itu juga dipraktekan tata cara seleksi ternak yang baik dan perkandangan yang baik. Berkembangnya berbagai pertanyaan dari peserta m e n u n j u k ka n ke a nt u s i a s a n p e s e r ta d a l a m pelaksanaan MTT. Dan dibuktikan dengan adanya permohonan dari peserta untuk membuat jaringan kerja (networking) sebagai rencana tindak lanjut antara para Babinsa dengan Tim Widyaiswara setelah kegiatan MTT berakhir. Kegiatan MTT yang dilaksanakan oleh Kodam III Siliwangi bekerjasama dengan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat di bidang peternakan sangat bermanfaat sekali bagi para Babinsa untuk mendukung program Pemerintah Republik Indonesia dalam pencapaian ketahanan pangan serta menjaga keutuhan teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai. Untuk itu, kiranya kerjasama antara Kodam III Siliwangi dengan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat harus tetap dilanjutkan.
Karena wilayah teritorial Kodam III Siliwangi berada di Provinsi Jawa Barat, maka kerjasama antara Kodam III Siliwangi dengan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat terjalin erat dengan diwujudkan permohonan bantuan dari Kodam III Siliwangi kepada Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat untuk memberikan bantuan tenaga pengajar teori praktis dan praktek di lapangan tentang peternakan domba dan sapi. Kegiatan MTT dilaksanakan dalam dua tahap dan jumlah pesertanya sekitar 2.000 orang Babinsa di wilayah Kodam III Siliwangi :
15
PROFIL
Slamet, Pengusaha Puyuh dari Sukabumi
Kelompok Tani Telah memiliki Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART). Pada tahap Awal Investasi Kelompok Tani memiliki Nilai Asset (Investasi) senilai Rp. 182.500.000,‐ (Seratus Delapan Puluh Dua Juta Lima Ratus Ribu Rupiah), Legalitasnya adalah Memiliki Ijin Rekomendasi dan TANDA DAFTAR PETERNAKAN RAKYAT . ‐ KERJASAMA DENGAN LEMBAGA PERBANKAN ‐ KERJASAMA DENGAN LEMBAGA APPI (ASOSIASI PETERNAK PUYUH INDONESIA)
Terlahir di Jepara Jawa Tengah, 08 Juli 1971, Agama Islam, Anak 2 Orang, Hobby Bertani, Beternak dan Berkebun. Alamat Rumah Jl. Pelabuhan 2 Km.19 Cikembar Rt 03/05, Kab.Sukabumi 43161, Telp. 0266‐ 2555551 HP. 0811111 2312 / 081 54 63 27 81 email :
[email protected] Pendidikan : Ahli Madya ‐ IPB Bogor, S‐1 Agribisnis, S‐2 Magister Agroteknologi, Beasiswa S‐3 (Doktor) Pekerjaan : Praktisi Peternakan, Consultant di Beberapa Perusahaan Peternakan Puyuh di Indonesia, Pemilik CV. Slamet Quail Farm; CV. Asri Food, Ketua Kelompok Tani Cilangkap Sub‐1 KETUA UMUM Dewan Pimpinan Pusat APPI (Asosiasi Peternak Puyuh Indonesia) periode 2010 – 2015. Ke l o m p o k Ta n i C i l a n g ka p b e r l o ka s i d i Jl. Pelabuhan II Km. 19 Desa Cikembar Kecamatan Cikembar Kabupaten Sukabumi Jawa Barat 43161. Tlp 0266‐2555551. Kelompok Tani Cilangkap selain bergerak di Bidang Pertanian Tanaman Pangan, juga memiliki divisi/bagian di bidang budidaya Peternakan dan Perbibitan serta Pengolahan Pasca Panen ternak Puyuh dengan nama : KELOMPOK TANI CILANGKAP SUB‐1 No. 22/SKEP/PEM/2010 Pembentukan “KELOMPOK TANI CILANGKAP SUB‐1” sebagai Sub Kelompok dibina oleh Penyuluh Pendamping dan Kepala BP3K (Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan) dan dikukuhkan oleh Kepala Desa Cikembar pada tanggal 04 – 06 – 2010. Anggota diawali sebanyak 13 orang petani peternak dan saat ini (Februari 2012) sudah bergabung sebanyak 56 orang pelaku usaha di bidang budidaya Puyuh, dengan mengembangkan : Perbibitan (breeding), Jual Beli Sarana Produksi Peternakan meliputi ; Telur Tetas, doq, Bibit Puyuh, Pakan Ternak, Vitamin, Vaksinasi, Obat‐obatan, Mesin Tetas dan Penanganan dan Pengolahan Hasil Peternakan ( Pasca Panen ) dan Pupuk Organik.
‐ KERJASAMA DENGAN LEMBAGA LAINNYA : 1.
KOPERASI TANI SEJAHTERA. Tlp. 0266‐ 2525097. Kec. Kalapanunggal Sukabumi, Koperasi ini bergerak di Bidang ; Pertanian, Pe r ke b u n a n , Pete r n a ka n , Pe r i ka n a n Kerajinan, Pendidikan, Pemasaran dll.
2.
C V. A S R I F O O D Po n d o k G e d e 087821312371.
Tlp.
3. Kelompok Wanita Tani Rahayu Farm Cicurug. Tlp. 085925158825. 4.
Koperasi Buana Bakti Kec. Parakansalak Sukabumi. Tlp. 0816777750.
5. Kelompok Tani Merak. Kec. Nyalindung Tlp. 085759996227 6.
Pondok Pesantren di Kec. Gekbrong Kab. Cianjur. Tlp. 081513689262.
7.
Pondok Pesantren Kec. Plered Kab. Purwakarta. Tlp. 087879717437.
Kandungan Gizi Telur dan Daging dari Beberapa Unggas
TARGET PADA TAHUN 2012 • Membuka PONDOK PUYUH di Supermarket yang ada di Sukabumi • Membuka PONDOK PUYUH di Seluruh Kantin Universitas / Perguruan Tinggi yang ada di Sukabumi. • Membuka PONDOK PUYUH di Lingkungan Rumah sakit yaitu ; RS ASYFA, RS. BUNUT.
16
PROFIL Biaya Investasi • Sangkar dan Perlengkapan Rp 3.000.000,00 • Sewa lahan seluas 150 m2 selama 1 tahun Rp. 250.000,00 • Bibit puyuh siap bertelur sebanyak 1.000 ekor x Rp 8.750 = Rp 8.750.000,00 Total biaya Investasi Rp 12.000.000,00
KUNJUNGAN GUBERNUR JAWA BARAT AHMAD HERYAWAN KE STAND PAMERAN KELOMPOK TANI CILANGKAP SUB‐1 SAAT MENGIKUTI PAMERAN UKM PADA HARI KOPERASI 14‐16 JULI 2011 DI SUKABUMI
Biaya Operasional Per Bulan • Penyusutan kandang (Rp 3.000.000,00 : 36 bulan) Rp. 83.333,00 • Penyusutan sewa tanah (Rp 250.000,00 : 12 bulan) Rp. 20.833,00 • Penyusutan puyuh petelur (1.000 ekor x (Rp 8.750 – Rp 2.750,00) : 18) Rp. 333.333,00 Total biaya Tetap Rp. 437.499,00 Biaya Variabel ‐ Pakan puyuh (0,02 Kg/hari x 1.000 ekor x Rp 4.700 x 30 hari) Rp 2.820.000,00 ‐ Gaji pegawai Rp 400.000,00 ‐ Obat – obatan dan vitamin Rp 50.000,00 ‐ Listrik dan air tiap bulan Rp 100.000,00 ‐ Total biaya variabel Rp 3.370.000,00 ‐ Total biaya operasional Rp 3.807.499,00 Pendapatan Per Bulan ‐ Penjualan telur puyuh (80% x 95% x 1.000 ekor x Rp 200,00/butir x 30 hari) Rp 4.560.000,00
A N A L I SA U SA H A B U D I DAYA P U Y U H S K A L A RUMAH TANGGA 1000 ekor Asumsi • Harga bibit puyuh siap bertelur (umur 1 bulan) adalah Rp 8.750/ekor • Waktu pemeliharaan selama 18 bulan (540 hari) dengan tingkat lama pekerjaan 45 menit per hari. • Setiap hari puyuh bertelur dengan produktivitas rata rata 80%. • Peternak menggunakan pakan pabrik dengan rata‐ rata konsumsi 20 gram /ekor/hari Dengan harga pakan Rp 4.700,00/Kg (data info : Feb 2012) • Tingkat kematian puyuh selama pemeliharaan 25% (1,3%per bulannya). • Setiap 1.000 ekor menghasilkan sekitar 8 Kg kotoran segar perhari. • Harga jual eceran telur puyuh konsumsi sebesar Rp 200. (harga Februari 2012) • Harga jual puyuh afkir Rp 2.750/ekor • Harga kotoran puyuh Rp 250/Kg • Masa pakai kandang puyuh dan perlengkapan kandang dipakai selama 3 tahun (36 bulan).
‐ Penjualan puyuh afkir (75% x 1.000 ekor xRp 2.750) : 18 bulan Rp 114.583,00 ‐ Penjualan kotoran puyuh (8kg/hari x 30 hari x Rp 250,00)Rp. 60.000,00 Total pendapatan per bulan Rp 4.734.583,00 Keuntungan Per Bulan ‐ Keuntungan Total pendapatan Per bulan – Biaya operasional Rp 4.734.583,00 – Rp.3.807.499,00 = Rp 927.084 + gaji pegawai Rp.400.000,‐ = Rp. 1.327.084 per bulan ‐ Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) Total pendapatan : Biaya operasional = Rp 4.734.583,00 : Rp 3.807.499,00 = 1,24 Dengan R/C ratio 1,24 berarti setiap peningkatan biaya sebesar Rp 100,00 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 124,00.
17
KEGIATAN
WORKSHOP PENGEMBANGAN PERSUSUAN DI JAWA BARAT Oleh : Mimi Rohaeni, S.Pt ; BPP Cikole Kamis, 11 April 2013 telah dilaksanakan kegiatan “WORKSHOP PENGEMBANGAN SUSU DI JAWA BARAT” di Aula Bos Sondaicus Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, Jalan Ir. H. Juanda, kegiatan tesebut di fasilitasi oleh Bidang Pengembangan Usaha. Workshop Pengembangan Susu di Jawa Barat diselenggarakan dalam upaya meningkatkan produksi susu di Jawa Barat, serta mendukung Program Swasembada Susu Tahun 2020. Workshop tersebut menghadirkan narasumber yang berkompeten dari akdemisi, yaitu: 1. Prof. Dr. Ir. Toto Toharahmat dengan materi “Strategi Pengembangan Persusuan di Jawa Barat” dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB 2. Dr. Kurnia Achjadi., M S., dengan materi Keberhasilan dan Tantangan Masa Depan” dari Fakultas Kedokteran,IPB 3. Acmad Firman,S.Pt., M.Sc., dengan materi “Evaluasi Kelembagaan Persusuan” dari Laboratorium Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, UNPAD
18
4. Dr. Despal, S.Pt., M.Sc.Agr. dengan materi Evaluasi Harga dan Pemasaran Susu dari Fakultas Peternakan, IPB. Workshop tersebut dimoderatori oleh praktisi Dr. Entang. S. dan dihadiri hampir 80 peserta yang berasal dari Direktorat Perbibitan dan Direktorat Budidaya Ternak Kementerian Pertanian, Deputi Urusan Perikanan dan Peternakan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Pakar dari perguruan tinggi ( FKH‐IPB, FAPET‐IPB, FAPET‐UNPAD) Pengurus dan Manajemen Koperasi Susu di Jawa Barat, GKSI, IPS, PPSKI, ISPI, PDHI, IDHSPI, LSPPI, IDHIA, KTNA Jawa Barat, HKTI Jawa Barat, Dinas Peternakan atau Dinas yang Membidangi Fungsi Peternakan kab/kota di Provinsi Jawa Barat, UPBS Panggalengan dan stake holder lainnya. Secara nasional kebutuhan susu perhari ± 4 juta liter baru terpenuhi dari produksi dalam negeri sebesar 1,4 juta liter/hari dan sisanya sebesar 2,6 juta liter dipenuhi dari impor (bahan paparan Achmad Firman), sedangkan untuk Jawa Barat produksi susu perhari pada tahun 2011 mencapai ± 0,8 juta (Statistic Peternakan 2011) berdasarkan data tersebut maka kontribusi Jawa Barat terhadap kebutuhan nasional perhari mencapai 57%.
KEGIATAN Menjadi tugas berat dan tantangan bagi pemerintah, stakeholder, perguruan tinggi dan masyarakat peternak khususnya, dalam mewujudkan Program Swasembada susu pada tahun 2020. Untuk mendukung Program Kementerian Pertanian, pada tahun 2020‐2025 adalah terpenuhinya 50% kebutuhan susu dari SSDN maka memerlukan membenahan dari berbagai aspek yang menunjang peningkatan produksi . Merujuk pertumbuhan populasi ternak perah di Jawa Barat maupun Nasional dimana terjadi penurunan pertumbuhan karena diduga terjadinya pemotongan ternak sapi perah yang berlebihan dan kematian yang lebih tinggi dibanding dengan angka kelahiran maupun pembelian (pemasukan). Selain itu angka rataan jumlah laktasi sapi perah di Indonesia baru mencapai 2‐3 kali laktasi sedangkan seharusnya secara teoritis normalnya sapi perah dapat mencapai 7 kali laktasi. Potensi produksi sapi perah mencapai 20 liter/hari, tetapi hal tersebut hanya dicapai 10% dari populasi yang ada. Dan S/C di Provinsi Jawa Barat 2,8 sedangkan standar nasional 2,6, tingginya S/C di Jawa Barat diduga karena faktor dipengaruhi pakan, penyakit, keterampilan inseminator, genetic ternak, dan kualitas straw. Tingginya biaya pakan yang hamper mencapai ± 85% dari biaya produksi susu juga merupakan kondisi peternakan sapi perah yang ada di Jawa Barat, apalagi biaya konsentrat mencapai ± 64% dan sisanya biaya dari HPT hal tersebut dapat mengidentifikasikannya rendahnya kualitas hijauan yang diberikan. Selain hal tersebut diatas, yang menyebabkan tidak stabilnya perkembangan persusuan di Jawa Barat karena belum adanya koperasi yang secara khusus menangani persusuan (mono purpose) yang dapat membantu peternak sapi perah secara spesifik. Sampai saat ini di Jawa Barat banyak koperasi yang menangani peternak sapi perah tetapi juga menangani pertanian yang lainnya (multi purpose). Rendahnya harga jual susunya juga menjadi salah satu faktor ketidaktertarikan peternak untuk tidak meneruskan usaha peternakannya dan bahkan tidak berkeinginan untuk menurunkan usaha peternakannya ke generasi berikutnya.. Pada saat ini harga susu di peternak mencapai Rp 3000 sampai Rp 4000 perliter, seharusnya yang ideal harga jual susu itu di produsen mencapai 65% dari harga beli
konsemen. Atau berdasarkan perbandingan rasio konsentrat dengan harga jual susu yaitu 2:1. Adanya ketidakstandaran kualitas susu yang diterima IPS menyebabkan ketidaksemangatan peternak dalam mengembangkan usahanya, karena peternak tidak memiliki kepastaian kualitas susu seperti apa yang dapat menjamin harga jual yang tinggi. Untuk mengatasi dan mengurangi dampak dari hal‐ hal tersebut, sehingga dapat diharapkan dapat mencapai program yang telah dicanangkan oleh K e m e n t e r i a n P e r t a n i a n , m a k a Wo r k s h o p Pengembangan Persusuan di Jawa Barat merekomendasikan : 1. D i p e r l u ka n p e n g o l a h a n H M T ata u p u n pengolahan limbah pertanian untuk dijadikan pakan ternak sebagai bank pakan pada saat panceklik selain menaikan kandung gizi dari pakan hijauan yang ada seperti silase dan hay. 2. Diperlukan pengembangan massal non rumput gajah, seperti jagung dan varietas unggul lainnya yang mampu memenuhi kebutuhan potensi genetik kebutuhan pakan sapi perah. 3. Perlunya penggunaan pakan komplit dari bahan nutrisi yang bermutu tinggi dengan harga yang terjankau sehingga produktivitas sapi perah lebih tinggi. 4. Strategi lain adalah pemilihan bangsa sapi dan pengembangan sapi elit di pusat pembibitan. Serta adanya sistem insentif bagi peternak (asuransi dan harga yang lebih) bagi bibit yang baik. Perlunya sertifikasi sapi laktasi, sehingga peternak memiliki kepastian mengenai genetic bibit sapi yang diperoleh. 5. Penerapan sistem recording harus menyeluruh, menyatu antara teknis dan genetik, yang didukung dengan grand design peningkatan mutu genetik sapi perah yang jelas dan dilaksanakan konsisten dan berkelanjutan. 6. Kelembagaan industri persusuan terbagi menjadi kelembagaan pemasaran kelembagaan genetik tetapi keduanya harus berjalan sinergis dan perlu adanya yang menjembatani kedua lembaga tersebut, mungkin akan lebih baik dengan adanya Jabar Dairy Network yang menjembatani kedua
19
KEGIATAN pihak tersebut diantaranya Dinas Peternakan dapat berlaku sebagai peran tersebut. 7. Reposisi koperasi harus mulai dilakukan: sebaiknya manajemen koperasi susu menjadi single purpose, mulai berpikir ke market driven, membangun pasar susu segar dan olahan tidak hanya ke IPS, dan m e n ge m b a n g ka n ge n e ra s i ‐ ge n e ra s i peternak yang baru. 8. Strategi peningkatan kesejahteraan peternak tidak hanya peningkatan harga s u s u ( ta ke h o m e p ay ) teta p i p e r l u pendekatan pada beberapa hal antara lain menurunkan pengeluaran biaya rumahtangga peternak dengan peningkatan peran koperasi susu dan penurunan biaya produksi. 9. Produsen susu banyak dan konsumen susu banyak, menjadikan I P S Oligopsony sekaligus oligopoly, menjadi tantangan untuk tidak ketergantungan pemasaran pada IPS, salah satu caranya dengan membuat produsen semakin dekat dengan
ko n s u m e n ; y a i t u m e m b u a t p e t e r n a k memproduksi produk olahan susu yang sesuai kebutuhan konsumen. Dan Memfasilitasi koperasi memiliki IPS yang profesional dan pemasaran produknya mendapat fasilitas khusus. 10. Rasio harga susu ditingkat peternak adalah 65% dari harga konsumen jadi harga Rp.11.000/lt maka harga di produsen atau di peternak sebaiknya Rp.7.150/lt, jika hal tersebut terjadi berarti breakevent point sudah dicapai oleh peternak 11. Perlunya seluruh IPS menerapkan standar kualitas dan harga sama dan berlaku umum, sehingga peternak dapat diperlakukan secara adil dalam pemasaran susu. Semoga dengan diselenggarakannya Workshop Pengembangan Persusuan ini dapat menjadi pencerahan bagi dunia persusuan khususnya menjadi angina segar bagi para peternak di Jawa Barat. Dan diharapkan apa yang telah dihasilkan dari workshop ini dapat ditindaklanjuti oelh semua pihak sehingga tidak hanya menjadi sebuah wacana belaka.
HUMOR BUDAK ANGON
Mengaku Sebagai Burung Phoenix dan Burung Elang Pada suatu hari, seekor burung gagak dan seekor burung gereja sedang bercakap‐cakap di atas sebuah dahan pohon. Burung gereja: "Aku tak pernah menjumpai kamu, kamu burung apa?" Gagak: "O, aku adalah burung phoenix." Burung gereja: "Di dunia ini masa ada burung phoenix yang sedemikian hitamnya seperti dirimu?" Gagak: "Ini berarti kamu tak tahu bahwa aku bekerja sebagai tukang ketel uap." Burung gereja: "O, begitu." Gagak: "Lalu kamu sendiri burung apa?" Burung gereja: "Aku adalah burung elang." Gagak: "Ah, bisa saja kamu berbual diri, masa ada elang seperti kamu ini? Tubuhmu juga terlalu kecil donk." Burung gereja tak punya pilihan lain kecuali berkata: "Hai, Abangku, kamu tak tahu aku telah menghisap rokok lebih dari 4 tahun lamanya."
20
Anak Nyamuk Belajar Terbang Nyamuk : "Gimana nak rasanya belajar terbang?" Anak Nyamuk : "Enak mak... keren...!!!" Nyamuk : "Kok bisa gitu??" Anak Nyamuk : "Abis tiap terbang orang‐orang pada tepuk tangan, Mak..."
SEBAIKNYA ANDA TAHU
Kandungan Kebaikan Nutrisi Susu Oleh : Tio Saputro Inovasi susu era sekarang semakin kreatif. Susu tidak hanya tersedia pada menu sarapan pagi. Melainkan sudah merebak pada variasi menu lain. Seperti ada yoghurt, susu formula, susu soda, dan lain‐lain. Umumnya susu segar adalah hasil ternak yang diolah dari sapi. Bermanfaat bagi tubuh dalam masa perkembangan tubuh anak. Budidaya susu segar sebelumnya masih awam di tanah air. Namun Indonesia punya ciri khas tersendiri mempunyai kualitas susu segar lokal. Pola hidup empat sehat lima sempurna masyarakat masih melekat, apalagi pada nutrisi mengonsumsi hewani ini. Susu dipercaya bisa memperkuat kalsium tubuh tiap‐tiap manusia. Baik balita sampai lansia masih menyukai susu untuk kehidupan. Memang baik mengonsumsi makanan bergizi sebuah kewajiban agar menjaga kesehatan. Tetapi bahwa di balik air hewani memiliki kandungan gizi yang lengkap. Masyarakat kita pada umumnya memiliki kecukupan gizi pada porsi makanan sehari‐hari. Meskipun bukan berarti tidak memperbolehkan minum susu karena sudah sehat, justru peran asupan ke dalam tubuh agar menjaga kebutuhan kalsium dan memelihara kecerdasan otak. Kandungan lengkap dalam nutrisi membuat susu
tetap dikonsumsi dengan teratur untuk berbagai segmen umur. Berbagai susu yang tersebar di pasaran bukti permintaan merangkak naik. Selain susu segar, susu formula hasil produksi pabrik memiliki khasiat bagi segmen balita. Salah satunya yakni menjaga kekebalan tubuh. Dengan bantuan teknologi memadai, peran susu formula bisa menjaga dari virus jahat yang mengancam kesehatan anak. Berbagai produk susu tersedia bukan berarti menjadikan susu formula yang terbaik, khasiat susu yang benar‐benar terjamin bagi balita sudah tentu adalah ASI (Air Susu Ibu). Nikmat susu tak ada keraguan karena isinya memiliki gizi yang cukup. Cairan sederhana putih menjamin bisa mampu menjaga kesehatan tulang dan gigi, mineral, protein, dan vitamin. Oleh karena itu pihak pemerintah pusat pernah memberikan kampanye minum susu kepada seluruh elemen masyarakat untuk selalu mengonsumsi susu. Idealnya, setiap mengonsumsi susu harus ada takaran normal supaya tidak ada kelebihan dan kekurangan postur tubuh. Peran individu harus bisa menjaga pola perkembangan tubuh. Jadi, besar tubuh karena asupan bergizi harus ideal sesuai nutrisi kebutuhan. 21
FOKUS
KONDISI LAHAN PANGONAN DI JAWA BARAT SAAT INI Oleh : Mimi Rohaeni, BPP Cikole
Salah satu kebutuhan mahluk hidup adalah terpenuhi makanan demi kelangsungan hidupnya. Tetapi setiap mahluk hidup akan berusaha untuk mendapatkan sumber makanan yang berpotensi untuk menghasilkan yang terbaik bagi dirinya selagi dapat memperolehnya. Begitupula hewan yang hidup di alam bebas atau ternak, yang tergolong ruminan, yang dengan system pemeliharaan digembalakan atupun dikandangan, sekalipun tidak mempunyai otak untuk berpikir tetapi mereka akan memilih berdasarkan naluri hijuan yang masih segar, yang merangsang palatabilitas dengan kandungan gizi yang baik selagi hal tersebut tersedia di sekitarnya. Dan sumber pakan hijauan yang baik akan perpengaruh terhadap produktivitas hewan atau ternak tersebut baik secara kualitas maupun kuantitias. Ternak ruminan besar maupun kecil merupakan salah satu sumber protein hewani selain ikan, seiring dengan meningkatnya kebutuhan kebutuhan daging terutama daging merah sebagai sumber protein dan meningkatnya kesadaran mayarakat terhadap pentingnya gizi yang seimbang. Hal tersebut juga diiring oleh pertambahan penduduk dan meningkatnya daya beli masyarakat, maka salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan daging tersebut yaitu dengan meningkatkan populasi, produksi, dan produktivitas ternak. Peningkatan populasi tidak terlepas dari daya dukung lingkungan terutama tersedia lahan hijauan pakan ternak dapat berupa padang pengembalaan dan atau tanah pangonan, serta Kebun Hijauan Pakan Ternak. Berbagai literature mengatakan bahwa kebutuhan hijauan bagi ternak ruminant mencapai 70‐80% kebutuhan pakan ternak atau 10% dari berat badan ternak. Hal tersebut menggambarkan betapanya pentingnya hijauan bagi ternak ruminan dan sebenarnya dengan terpenuhi kebutuhan hijauan sesuai kebutuhan ternak akan sangat membantu peternak dalam menekan biaya produksi pemeliharaan ternak terutama biaya pakan penguat (konsentrat), tentu saja dengan syarat hijauan yang tersedia dan diberikan mengandung
22
kandungan gizi sesuai dengan kebutuhan. Sehingga pemberiannya dapat divariasikan dengan pemberian legume sebagai sumber protein. Dan hijauan yang berkualitas dan berkecukupan hanya dapat terpenuhi jika lahan yang tersedia mencukupi dan mengandung unsur hara yang baik, dimana keberadaan tanah pangonan dapat dimanfaatkna untuk hal tersebut. Tanah pangonan yaitu sebidang tanah desa yang diperuntukan guna tempat mengembala ternak milik penduduk desa, dan tanah pengembalaan adalah tempat atau lahan yang ditanami rumput unggul dan atau legume (jenis rumput/legume yang tahan terhadap i n j a ka n te r n a k ) ya n g d i g u n a ka n u n t u k menggembalakan ternak. Tetapi sangat disangat disayangkan ternyata tanah pangonan tersebut dari tahun ke tahun semakin berkurang karena beralih ke fungsi yang lain. Berdasarkan hasil kajian yang difasilitasi oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 diperoleh data selama satu darsawasa telah terjadi pengurangan fungsi tanah pangonan sebesar 12.818,90 ha. Pada tahun 1990 terdapat tanah pangonan di Jawa Barat seluas 37.591,83 ha dengan luas lahan yang dapat dimanfaatkan sebesar 31.429,61 ha sedang pada tahun 2010 hanya tersisa 42.772,93 ha dengan luas padang rumput hanya 8.245 ha. Alih fungsi lahan pangonan menjadi fungsi lain seharusnya tidak terjadi, karena pada masa berlakunya UU 5/1979, pengurusan dan pengendalian TKD diatur dalam Permendagri 1/1982, yang menegaskan bahwa tanah‐tanah Desa berupa Tanah Kas Desa, Bengkok/Lungguh, Titisara, Pengangonan, kuburan dan lain‐lain yang sejenis (tambak, empang, kebun) yang
FOKUS dikuasai dan merupakan kekayaan desa dilarang untuk dilimpahkan kepada pihak lain, kecuali diperlukan untuk kepentingan proyek‐proyek pembangunan yang ditetapkannya melalui Keputusan desa, jika desa yang bersangkutan telah memperoleh ganti tanah yang senilai dengan tanah yang dilepaskan, penggantian berupa uang yang digunakan untuk membeli tanah lain yang senilai dan ijin tertulis dari Gubernur yang bersangkutan. Pada era otonomi daerah sekarang, dengan berlakunya UU 32/2004 dan PP 72/2005, maka berdasarkan Permendagri 4/2007 pada prinsipnya pengendalian tanah‐tanah kas desa masih sama. Dalam Undang‐undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang‐undang Nomor 32 Tahun 2004 menegaskan bahwa Desa tidak lagi merupakan wilayah administratif, bahkan tidak lagi menjadi bawahan atau unsur pelaksanaan daerah, tetapi menjadi daerah yang istimewa dan bersifat mandiri yang berada dalam wilayah Kabupaten sehingga setiap warga desa berhak berbicara atas kepentingan sendiri sesuai kondisi sosial budaya yang hidup dilingkungan masyarakatnya. Berdasarkan peraturan tersebut, seharusnya dapat menjadi payung dalam mempertahankan fungsi dari tanah pangonan sebagai media sumber hijauan ternak. Tetapi selain telah beralih fungsinya tanah pangonan ternak, di Jawa Barat pada umumnya tanah pangonan juga telah banyak mengalami kerusakan, yang semula merupakan padang rumput telah terinventarisasi oleh gulma kemudian menjadi tanah kritis. Kerusakan padang penggembalaan tersebut antara lain disebabkan karena hijauan asli setempat produksi dan kualitasnya rendah, kurang respontif terhadap perbaikan unsur hara tanah. Bagi daerah yang memiliki social budaya memelihara ternak secara eksentif, keberadaan padang penggembalaan sangat diperlukan. Oleh karena itu perlu adanya upaya perbaikan terhadap padang penggembalaan yang ada serta melakukan perluasan areal padang penggembalaan baru terhadap lahan yang belum dimanfaatkan. Provinsi Jawa Barat yang terdiri dari 26 kabupaten/kota merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi tinggi terhadap pengembangan peternakan. Usaha peternakan bagi masyarakat Jawa Barat bukan lagi merupakan usaha baru., namun merupakan
usaha yang telah lama ditekuni oleh petani/peternak di Jawa Barat, mengingat hal tersebut disertai juga dengan keinginan pemerintah provinsi Jawa Jawa Barat mencapai dalam memenuhi kebutuhan konsumsi daging masyarakat Jawa Barat, maka perlu dilakukan berbagai upaya mewujudkannya. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal termaksud adalah dengan mengetahui kekuatan daya dukung lahan dalam menampung dan memasok kebutuhan kebutuhan populasi ternak. Seperti telah disinggung diatas, keberadaan tanah pangonan sangat diperlukan untuk menjamin ternak pemeliharaan dapat tumbuh dan berkembang sesuai harapan. Hal ini tentu perlu mendapat perhatian mengingat pada dasarnya tanah pangonan tidak dapat dialihfungsikan menjadi fungsi lain demi menyukseskan keberhasilan pengembangan kawasan peternakan di Jawa Barat. Sumber lahan lain yang sering juga dimanfaatkan sebagai tanah pangonan di Jawa Barat adalah lahan perum Perhutani. Tanah pangonan yang saat ini masih berfungsi dan dimanfaatkan oleh peternaksudah seyogyanya dapat terus terjaga dan terpelihara dari kepentingan‐kepentingan lain yang relative lebih rendah kepentingannya seperti yang tercantum pada Undang‐undang Nomor 18 tahun 2009 tentang peternakan dan kesehatan hewan , pasal 4 dan 6 ayat 1 dan 3‐4. Pengukuhan dari aspek hokum menjadi sangat diperlukan guna memberikan kepastian hukum terhadap keberadaan tanah pangonan di setiap kabupaten/kota di Jawa barat. Untuk dapat memberikan kepastian hukum terhadap lahan maka diperlukan juga review atas semua produk hukum yang berkenaan dengan tanah pangonan. Sehingga tanah pangonan yang ada sekarang tidak lagi berkurang atau bahkan menjadi hilang sama sekali. Yang pada akhirnya dapat menunjang keberhasilan pembangunan kawasan peternakan di Jawa Barat. Sumber : ‐ Laporan akhir Inventarisasai tanah pangonan di provinsi Jawa Barat, PT. Maza Pradita Sarana . 2010 ‐ http://bapermaspbg.blogspot.com/2011/03/selayang‐ pandang‐tentang‐kekayaan dan.html ‐ Undang‐Undang No. 18 Tahun 2009
23
OPINI TITIK TERANG
NASIB AYAM KAMPUNG KITA
Oleh : Ir. Sjamsirul Alam
Pada Majalah Perunggasan Edisi April 2012, penulis pernah mengisi artikel berjudul “Ayam Kampung, Bagaimana Nasibmu Kini?Pada artikel tersebut penulis sempat mengemukakan berbagai projek Pemerintah RI yang kandas di tengah jalan sejak tahun 1960, seperti Projek Intensifikasi Ayam Buras (INTAB), Projek Up‐ Grading Ayam Kampung, Project Infrastruture for Poultry Rural Rearing Multiplication Center (RRMC) yang sudah memakan dana cukup besar tetapi nasib ayam kampung begitu‐begitu saja. Patut disyukuri artikel tersebut seakan‐akan mendapat gayung bersambut dari Pemerintah R I (Walla hualam), dimana pad a I n d o L i v e st o c k 2012 Forum & Expo pada tanggal 4 Juli 2012 bertempat di Jakarta Convention Center, Kepala Badan Litbang Pertanian Dr. Ir. Haryono M. Sc. menyatakan dalam Seminar yang bertopik “Empowering Local Resourcesfor Sustainable Animal Production to C l i m a t e C h a n g e ”, b a h w a penduduk Indonesia yang demikian besar hampir 240 juta jiwa memerlukan pangan yang cukup serta sumber bibityang dapat menyuplai kebutuhan protein hewani secara terus menerus, agar tercapai ketahanan pangan yang cukup dan terhindar dari kekurangan pangan. Selanjutnya Dr. Ir. Haryono M. Sc. dalam Workshop Nasional “Pengembangan Peran Unggas Lokal Dalam Industri Perunggasan Nasional” pada tanggal 5 Juli 2012 di ruang berbeda tetapi gedung yang sama, menggaris bawahi bahwa pengembangan ayam lokal berbasis sumber daya lokal dapat menjadi salah satu strategi dalam meningkatkan kontribusi 24
daging dan telur ayam lokal dalam mengisi pangsa pasar unggas Nasional. Pada kesempatan yang sama Dr. Ir. Tike Sartika M Sc., peneliti senior Balai Penelitian Ternak – Ciawi Bogor, yang berkonsentrasi pada peningkatan genetik unggas lokal, berpendapat bahwa struktur perbibitan pada unggas lokal belum ada, sehingga prediksi ke depan dengan a d a n y a keterlibatan swasta Nasional dalam pen yedia n b i b i t u n g ga s l o ka l , p e r l u dib angun pembentukan G P S ata upun P S unggas lokal, sehingga bibit unggas lokal mudah dicari serta kesinambungan dan mutu genetiknya dapat ditingkatkan. Hal ini dapat memacu usaha budidaya pedaging ataupun petelur unggas lokal yang mempunyai prospek pasar yang bagus. Perhatian dan keseriusan Pemerintah terhadap unggas lokal tidak sampai disitu, pada tanggal 13 Juli 2012 di Hotel Santika, Tasikmalaya diselenggarakan Roundtable Discussion “ Kinerja Investasi dan Aspek Perbibitan Unggas Lokal di Indonesia”, yang melibatkan semua stakeholder peternakan unggas lokal. Dalam diskusi tersebut dikemukakan rencana dukungan Pemerintah, kiprah pihak Swasta yang telah berjalan dan kendala‐kendala yang dihadapi masing‐masing untuk dicari solusinya. Juga pada diskusi itu baik penetap kebijakan (Pemerintah) maupun praktisi unggas lokal sama‐sama berhati lega, karena titik terang nasib unggas lokal agar “Menjadi Tuan Rumah di Negerinya Sendiri” sudah mulai tampak. Program Pemerintah untuk Pengem‐ bangan Ayam Lokal
OPINI Setelah jatuh bangunnya program Pemerintah sejak 1960 untuk mengangkat pamor ayam lokal, tahun 2012 merupakan awal yang menggembirakan karena ditemukannya apa sebenarnya yang menjadi masalah utama dalam pengembangan ayam lokal secara Nasional. Berbagai pihak secara sendiri sendiri sudah berusaha untuk memasyarakatkan ayam kampung, namun hasilnya secara Nasional tidak tampak. Misalnya dari pihak Pemerintah, telah mendirikan Balai Pembibitan Ternak Unggas (BPTU), Unit Pembibitan Ternak Daerah (UPTD) Unggas Lokal, mendirikan Balai Penelitian Ternak – C i a w i B o g o r, P u s a t P e n e l i t i a n d a n Pengembangan Peternakan di Bogor. Dari pihak swasta misalnya telah berdiri atas inisiatif sendiri perusahaan ayam lokal CV Kuda Hitam Kediri (Jatim), Jimmy's Farm – Cipanas Cianjur (Jabar), Citra Lestari Farm – Setu Bekasi (Jabar), Peternakan Pembibitan Ayam Kampung “Unggul” – Ciawi Bogor. Namun semua itu dalam satu dekade ini, tetap masih belum mampu memenuhi kebutuhan bibit ayam kampung secara merata dan setiap saat untuk seluruh Indonesia. Direktorat Perbibitan Ternak – Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), telah mencanangkan Program Pengembangan Pembibitan Unggas Lokal berdasarkan UU No. 18 / 2009 tentang Peternakan & Kesehatan Hewan, Perpres No. 36 / 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup & Terbuka, PP No. 48 / 2011 tentang Sumber Daya Genetik Hewan & Perbibitan Ternak, Penetapan dan Pelepasan Rumpun Unggas–No.19/Permentan /OT.140/2/2008, Pedoman Pembibitan Ayam Baik No. 49/Permentan/ OT.140/10/2006, Pedoman Pembibitan Itik Yang Baik No. 237/Kpts/ P D.430/ 6/2005 dan Juknis Pengembanganbiakan Rumpun / Galur Ternak (Keputusan Ditjen). Untuk memperkuat operasional pengemb‐ angan unggas lokal ini Pemerintah juga membenahi
kelembagaan, antara lain untuk tingkat Pusat ialah BPTU Ayam di Sembawa – Sumsel dan BPTU Itik di Pelaihari – Kalsel, sedang untuk tingkat Daerah UPTD Jabar, Jateng, Jatim dan Sumbar. Selain dari pada itu dilakukan usaha peningkatan koordinasi antar lembaga dengan Lembaga Penelitian serta Perguruan Tinggi setempat. Disamping menstimulan pihak Swasta Nasional untuk melakukan pembibitan ayam lokal, didampingi Lembaga Penelitian yang berkompeten (Balitnak). Tidak dilupakan pembinaan peternak/kelompok peternak dengan melibatkan organisasi peternak ayam lokal (HIMPULI, MIPI). Selanjutnya Direktorat Perbibitan – Ditjen Peternakan & Kesehatan Hewan, membuat Pola Kegiatan, antara lain : 1. Kegiatan pengembangan pembibitan unggaslokal dengan menyertakan peran Kelompok Peternak dan peningkatan Sumber Daya Manusia 2. Kegiatan pengawalan pembibitan unggas lokal. 3. Kegiatan penguatan pembibitan unggas lokal daerah (ayam & itik). 4. Kegiatan pembuatan program seleksi & peningkatan mutu genetik di Balai Pembibitan Ternak Unggas dengan pendampingan Pakar. Pembiayaan dari kegiatan Pengembangan Unggas Lokal, diprogramkan Pemerintah dari : Penyisihan Anggaran Pembangunan & Belanja Negara (APBN), yaitu Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Dana Konsentrasi. Penyisihan Anggaran Pembangunan & Belanja Daerah ( masih dipertanyakan kesediaannya, tergantung kebijakan Gubernur / Walikota / Bupati setempat). Keikut‐sertaan Swasta Nasional dalam Pengem‐ bangan Ayam Lokal Beberapa tahun yang lalu pernah pihak Swasta Asing ikut berkiprah di pembibitan ayam kampung, namun rupanya hal ini kurang berkenan di
25
OPINI hati masyarakat peternak ayam kampung yang ada, mengingat kekhawatiran rusaknya keaslian plasma nutfah ayam kita, disamping terjadinya “Neo‐ Kolonialisme”terhadap peternakan ayam lokal, dimana profit tersedot ke Negara asal perusahaan asing tersebut, sedang negeri kita hanya menikmati “ampas”nya saja. Kondisi ini membuahkan Perpres No. 36/2010 tentang Bidang Usaha yang Tertutup & Terbuka, yang berperan melindungi usaha “anak negeri”. Pemerintah dan peternak ayam kampung menunggu‐nunggu tampilnya pihak Swasta Nasional yang profesional dan pengalaman dalam pembibitan unggas baik tingkat GPS maupun PS, mengingat percepatan penyebaran bibit ayam lokal sangat mendesak. Dengan keikut‐sertaan Swasta Nasional, profit jelas “keluar kantong kiri masuk kantong kanan” dalam arti keuntungan dinikmati negeri/ bangsa kita sendiri. Bak “pucuk dicinta ulam tiba”, diawal tahun 2012 tampil Swasta Nasional yang menamakan usahanya PT Ayam Kampung Indonesia, yang sebelumnya pernah berpengalaman 40 tahun di usaha pembibitan ayam ras pedaging berlokasi di Jawa‐Barat. Perusahaan yang baru ini di “back‐up” Balai Penelitian Ternak – Ciawi untuk memproduksi, mempromosikan serta memasarkan Ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB), baik type pedaging maupun petelur. Dr.Ir. Sofjan Iskandar M Sc., peneliti senior Balai Penelitian Ternak – Ciawi Bogor melaporkan bahwa perkembangan terkini pengembangan unggas lokal hasil riset, ialah : 1. Melalui PT Ayam Kampung Indonesia, telah terkirim 15.000 DOC un‐sexed KUB dalam kurun waktu 12 bulan. 2. Melalui Peternakan Pembibitan Ayam Kampung “Unggul”, terkirim 5.000 DOC un‐sexed F3 Sentul Seleksi dalam kurun waktu 12 bulan. 3. Melalui Kelompok Peternak Unggas Lokal, terkirim 1.200 D O C KU B& SenSi untuk 3 kelompok. Seiring dengan program Direktorat Perbibitan Ternak – Ditjen Peternakan & Kesehatan Hewan tersebut, maka PT Ayam Kampung Indonesia menggariskan Pola Operasional Usaha Pembibitan Ayam Lokal, sebagai berikut.
Perlunya konsistensi sinergi stakeholder ayam lokal Tahun 2013 adalah “tahun harapan” bagi kelanjutan nasib ayam lokal di Indonesia. Konsistensi dan keseriusan Pemerintah (Ditjen Peternakan & Kesehatan Hewan beserta jajarannya), akademisi (Puslitbang Peternakan, Balitnak, Perguruan Tinggi), organisasi perunggasan (HIMPULI, MIPI) dan Swasta Nasional (PT Ayam Kampung Indonesia). Tanpa konsistensi dan koordinasi yang baik antara masing‐masing elemen tersebut diatas, rasanya kita akan sulit meningkatkan pamor ayam kampung dan menciptakan “Ayam Kampung menjadiTuan Rumah di Negerinya sendiri”. Tinggallah motto tersebut hanya sekedar retorika yang tidak menjadi kenyataan. Semangat persatuan dan nasionalisme yang tinggi harus terus berkobar di dada setiap insan perunggasan lokal, untuk melestarikan salah satu plasma nutfah milik negeri ini, yaitu ayam kampung. Kita tidak rela ayam kampung punah atau plasma nutfahnya “dicuri pihak asing”. Awal tahun 2013 dan selanjutnya, kita akan menyaksikan mana diantara elemen tersebut, yang benar‐benar bekerja dan mana yang bekerja asal‐ asalan tidak konsisten antara ucapan dengan perbuatannya. Bila mempunyai cita‐cita yang mulia dan tinggi, diri kita masing‐masing harus berani melangkah, berkoordinasi, konsisten pada komitment dan tidak kenal menyerah. Hanya mereka berpikir dan berjiwa besarlah yang akan menang (David J. Schwartz). (Penulis praktisi perunggasan, alumni Fapet Unpad)
26
FOKUS
INTEGRASI KEBUN KELAPA SAWIT – TERNAK SAPI
PTPN VIII (Persero) Oleh : Yayat Adisaputra Pendapatan petani merupakan suatu hal yang perlu mendapat perhatian yang serius, hal ini karena sebagian besar rakyat Indonesia menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian. Oleh karena itu pemerintah mengembangkan berbagai pola untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani Indonesia. Juga tidak dapat dipungkiri kebutuhan masyarakat akan protein hewani asal ternak yang semakin meningkat seiring dengan pertambahan penduduk, peningkatan taraf hidup masyarakat dan peningkatan kesadaran gizi masyarakat. Oleh karena itu menjadi penting ketersedian sumber tersebut dapat diperoleh masyarakat dengan jumlah yang cukup dan harga yang terjangkau. Untuk mewujudkan program tersebut maka pemerintah melaksanakan Program Swasembada Daging . Swasembada adalah kemampuan negara dalam menjamin terwujudnya kemandirian pangan yang dihasilkan dari produksi pangan dalam negeri. Dengan kata lain, produksi pangan strategis yang dibangun harus berbasis pada produksi pangan dalam negeri dan tidak tergantung kepada pihak atau negara lain. Dalam hal ini, peran Kementerian Pertanian merupakan pelaku utama. Melalui peran ini, Kementerian Pertanian dapat menjamin ketersediaan pangan melalui optimalisasi capaian pangan yang berasal dari produk pangan di dalam negeri. Sejak revitalisasi pertanian peternakan dan kehutanan (RPPK) diluncurkan Presiden RI pada 2005, konsep integrasi sawit – sapi mulai diadopsi. Dan memasuki 2007, beberapa pemerintah daerah menjadikannya sebagai program ung gulan.
Pengembangan ternak sapi melalui sistem integrasi di kawasan perkebunan kelapa sawit berpeluang besar untuk dikembangkan di daerah, mengingat potensi perkebunan kelapa sawit yang tersedia cukup luas terutama perkebunan rakyat. Gagasan integrasi usaha peternakan sapi potong ke dalam usaha perkebunan kelapa sawit dapat mengatasi masalah kelangkaan lahan yang menjadi sandungan obsesi capaian swasembada daging sapi dan kerbau. Menteri BUMN memiliki target luar biasa, mewajibkan seluruh PTPN kelapa sawit untuk memelihara ternak sapi dengan mematok 100.000 ekor sapi di 10 PTPN kelapa sawit. Ini sesuai dengan Surat Kementerian B UM N Nomor S‐ 50/D1.MBU/2012 tanggal 22 Februari 2012 tentang Pola Integrasi Peternakan Sapi di Perkebunan Kelapa Sawit dan Surat Menteri B U M N Nomor S‐ 240/M B U/2012 tanggal 09 Mei 2012 perihal Penugasan Pelaksanaan Program Integrasi Sapi Sawit. Saat ini sudah terealisasi 2500 ekor sapi tersebar di PTPN III, V, VI dan IX. Untuk memantau perkembangan kegiatan tersebut, Kementerian B U M N – P T P N bekerjasama dengan Litbang Peternakan dan Ditjennakeswan Kementerian Pertanian sebagai pendamping teknis. Pola pengembangan integrasi sawit ‐ sapi diarahkan 70 % untuk penggemukan dan 30 % pengembangbiakan/ pembibitan. Dengan demikian, secara makro dapat dikatakan bahwa upaya BUMN merupakan bagian i n t e g ra l d a r i ke b i j a ka n p e m e r i n ta h u n t u k menyukseskan swasembada daging. Meskipun sedikit
27
FOKUS berbeda dengan kementerian teknis, kementerian BUMN lebih melihat ini sebagai peluang ekonomi disamping upaya membantu mendukung pencapaian swasembada ternak 2014. Begitupula dengan PTPN VIII, wilayah Jawa Barat, harus pula berperan dalam program tersebut dengan potensi yang ada, yaitu: Areal Komoditi PTPN VIII • Teh : 26.329,06 Ha • Karet : 22.321,34 Ha • Sawit : 18.362,65 Ha • Kina : 1.841,68 Ha • Kakao : 318,18 Ha Pelepah dan daun kelapa sawit, tidak lagi menjadi limbah namun dapat dimanfaatkan sebagai pakan hijauan ternak.. Bungkil / lumpur sawit, dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, pengganti bungkil kedele/sumber protein. Dengan data tersebut diatas dapat terlihat betapa besarnya potensi limbah kelapa sawit yang dapat dijadikan sebagai sumber pakan ternak.. Pelepah dapat diberikan dalam bentuk segar maupun silase. Keberadaan bungkil sawit selama ini menjadi limbah dapat dimanfaatkan
28
sebagai pakan untuk ternak sapi. Untuk dapat dimanfaatkan secara optimal, maka produk sampingan tanaman sawit dan pengolahan kelapa sawit harus diberi perlakuan terlebih dahulu baik secara fisik (cacah,giling), kimia, biologi dan kombinasinya. Pada gambar dibawah terlihat bagian‐bagian dari kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Juga terlihat proses pembuatan pelepah kelapa sawit menjadi pakan ternak. Serta bagan proses pembuatan silase pelepah daun sawit. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa p e r t u m b u h a n te r n a k s a p i s e l a m a p e r i o d e pemeliharan dengan pakan yang berasal dari kebun sawit (pelepah daun) sebagai pakan ternak sapi, menunjukan pertumbuhan berat badan ternak sapi rata‐rata harian (ADG) sebesar 0,81 kg per hari. (Harapan, ADG > 1,2 Kg). Alangkah baiknya jika program integrasi kelapa sawit ini pada masa mendatang oleh PTPN dapat dikerjasamakan atau mitra kerja dengan masyarakat peternak sekitar perkebunan, sehingga dapat membantu meingkatkan kesejahteraan masyarakat secara langsung, selain mensukseskan program pemerintah.
OPINI
Sumber : Artikel Prof. Dr. Drs. Jusuf MM, SKP Bidang Pangan dan Energi http://setkab.go.id/artikel‐6434‐.html Diintisarikan oleh : Yayat Adisaputra (PTPN VIII) Dinarasikan oleh : Mimi Rohaeni, BPP Cikole
29
TEKNOLOGI
Penerapan Teknologi Tepat Guna di Kawasan Integrasi Usaha Peternakan Oleh : Luki Abdullah, Dekan FAPET ITB Integrasi sapi potong di wilayah I Jawa Barat (Kabupaten Cianjur, Kabupaten/ Kota Sukabumi, Kabupaten/Kota Bogor, dan Kota Depok) meliputi 3 (tiga) aspek yaitu penggembalaan, sentra integrasi dan pengembangan sentra pengolahan serta pemasaran sapi potong. Sistem penggembalaan telah dilaksanakan di Kabupaten Cianjur dan Sukabumi baik dengan menggunakan lahan pangonan maupun lahan milik perkebunan dan perhutani. Kondisi peternakan di wilayah I mempunyai keunikan tersendiri dimana peternak rakyat di bagian selatan melakukan beternaknya secara digembalakan (pakan ternak rumput dicari sendiri oleh ternak di antara pohon‐pohonan) di area tanah pengembalan, perkebunan, tanah kosong dan dipinggir pantai, sedangkan di bagian tengah ternak petani dipelihara secara intensif dikandangkan, dimana bila ternak dikandangkan diperlukan kebun rumput atau legium pakan ternak maupun limbah pertanian yang diangkut petani ke kandang ternak. Pada daerah perkotaan merupakan pasar yang potensial untuk pemasaran ternak dan produk olahannya. Integrasi yang terjadi adalah padi ‐ sapi, sawit – sapi/domba, silvipastura : Karet/Pohon Kayu – sapi/domba, suplementasi protein, reklamasi lahan tambang pabrik semen, dan introduksi sorgum untuk wilayah kering manajemen bio masa serta manajemen nutrisi pupuk organik & limbah pertanian. Pengembangan kawasan agribisnis berbasis peternakan merupakan langkah strategis sebagai
30
paradigma baru pembangunan pertanian dan ekonomi wilayah.Keterpaduan pembangunan usahatani dan peternakan dengan prinsip saling mendukung dapat diupayakan melalui pola pengembangan integrasi tanaman‐ternak.Konsep dasar dari pengembangan yang terpadu adalah komponen usaha tani yang dipadukan harus saling bersinergis untuk mencapai produksi yang optimal. Usahatani tanaman pangan dapat menyediakan bahan yang dapat dipergunakan sebagai sumber pakan, sementara ternak dapat dipergunakan sebagai penyedia pupuk organik, sebagai sumber hara yang sangat dibutuhkan tanaman dan energi bagi kepentingan umat manusia. Lahan pertanaman padi yang di integrasikan adalah sapi dikandangkan, pakan ternak dipasok dari luar daerah.Untuk hal ini diperlukan data potensi kebun rumput yang ada, limbah pertanian supaya dapat diketahui daya dukung hijauan pakan ternak yang tersedia dandapat mengetahui produksi bakalan yang akan dihasilkannya.
Lahan Pertanaman Padi Jawa Barat
TEKNOLOGI Teknologi pada integrasi sapi ‐ sawit Potensi sawit Jawa Barat pada tahun 2007 bisa memproduksi 14.149 ton dan pada tahun 2008 produksi mencapai 18.468 ton. Potensi tersebut berada di kabupaten Bogor, Garut, Indramayu dan Kabupaten Sukabumi. Masing‐masing lahan sawit mempunyai luasan sebagai berikut. Potensi HMT di lahan Sawit Pohon Sawit sudah berumur 2‐3 tahun, dengan tinggi keragaan hijauan di bawah tegakan. Sedangkan produksi rumput segar 30 – 45 ton/ ha/tahun.
Legum sebagai suplemen protein
Lahan Sawit Jawa Barat Profil Tanaman Pakan Indigofera (Indigofera zollingeriana)
Produksi hijauan mencapai 36‐51 t BK/ha/tahun Pemeliharaan mudah Kualitas tinggi (PK 25‐31%, TDN 70‐75%), KCBK 68‐78%, KCP 75‐80% Palatabilitas tinggi (sangat disukai ternak) Reproduktif (mudah menghasilkan benih) Toleran terhadap cekaman kekeringan Resiko serangan hama sedikit Keracunan/efek buruk pada ternak
Potensi produksi bio masa sawit
Budidaya Indigofera
31
KEGIATAN TEMU USAHA AGRIBISNIS
HASIL PETERNAKAN Oleh : SITI ROCHANI Temu Usaha Agribisnis Hasil Peternakan dilaksanakan pada tanggal 16 April 2013 bertempat di Ruang Bos Sondaicus Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Pertemuan ini dihadiri oleh Kasubdit Sarana dan Kekembagaan Pasar Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementrian Pertanian Republik Indonesia, Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, Unsur Bidang di Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, para Widyaiswara Peternakan, 26 Ka b u p a t e n / Ko t a ya n g M e m b i d a n g i F u n g s i Peternakan, Pelaku Usaha Susu, Itik dan Ayam Ras di Jawa Barat. Jawa Barat dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, syarat hasil peternakan, khususnya Bahan Asal Hewan (BAH) dan produk olahannya adalah Halal, Aman, Utuh dan Sehat (HAUS). Halal yaitu tidak bertentangan dengan syariat Islam. Proses produksi BAH dilaksanakan secara halal. Sebelum, selama dan sesudah produksi, hasil peternakan tersebut tidak mengandung atau tidak bersentuhan dengan barang atau zat yang diharamkan. Aman yaitu tidak mengandung bahaya yang dapat mengganggu atau membahayakan kesehatan manusia. Terdiri dari Bahaya biologis (virus, bakteri, parasit, jamur, dll), bahaya kimia (pestisida, logam berat, racun, residu antibiotika, residu hormon, dll), bahaya fisik (debu, bulu, rambut, pecahan gelas, klip, dll). Utuh, murni atau wholesome yaitu tidak dikurangi atau tidak ditambah sesuatu zat apapun. Pada produk olahan dapat diartikan sebagai bahan makanan yang tidak ditambah zat yang merugikan kesehatan. Sehat yaitu berpenampilan baik, tidak menyimpang, layak dikonsumsi, etis dan dapat diterima oleh masyarakat serta mengandung zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dll) Hasil ternak, khususnya susu dan telur mempunyai keunggulan karena rasanya nikmat dan mengandung zat gizi esensial. Namun hasil ternak juga memiliki sifat yang merugikan kesehatan karena cepat rusak atau cepat membusuk dan dapat bertindak sebagai sumber penularan penyakit kepada manusia. Adanya usaha pengolahan tidak terlepas dari sifat hasil ternak itu sendiri yang mudah atau cepat rusak,
32
baik oleh kerja mikroba pembusuk atau pun dekomposisi protein. Hasil olahan dapat disimpan lebih lama daripada bentuk segar sehingga dapat memperpanjang umur jual komoditas tersebut. Penerapan sistem jaminan mutu dilaksanakan secara te r i nte g ra s i s e j a k s e kto r b u d i d aya , p a n e n (pemotongan ternak, pemerahan), penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran. Hasil dari temu usaha tersebut adalah masing‐masing pelaku usaha memaparkan keunggulan, peluang dan tantangan hasil pengolahannya. Seperti dari Bang Nojeng pengusaha ayam segar dari RPU Rawa Kepiting Kawasan Idustri Pulogadung Jakarta Timur, Rully Lemana dari Pengusaha Telur Asin UD Surya Abadi, Rahmat Baghory pengusaha pengolahan susu Cibugary (Cibubur Garden Dairy) dan Kelompok Gapoknak Pengolah Susu MAS (Makmur Agro Satwa). Paparan dari Bang Nojeng mengenai Peluang Pemasaran Daging Ayam Rantai Dingin Aman,Sehat, Utuh dan Halal (ASUH). Bang Nojeng memaparkan bagaimana ayam pedaging dari masa ke masa. Bagaimana era ayam kampung pada tahun 1965‐1980 dimana para pedagangnya belum harmonis karena adanya sistem broker. Setelah itu Bang Nojeng menggambarkan bagaimana era ayam keranjangan pada tahun1980‐1995 harga stabil, pasokan stabil, hubungan dengan peternak dan pdagang sangat harmonis karena disitu terjadi transaksi langsung antara pedagang dan peternak. Selain itu pada era
KEGIATAN pangkalan dimana pada tahun 1995‐2010 harga ayam tidak stabil, pasokan kurang memenuhi kebutuhan pasar, hubungan anatar pedagang dengan pankalan kurang harmonis dan selalu mencari kambing hitam. Karena adanya broker sehingga banyak jalur yang harus dilewati. Sehingga pembelajaran Bang Nojeng dari tahun ke tahun, dapat menarik suatu kesimpulan yaitu adanya tantangan pada Perda 4 tahun 2007 tentang pengendalian unggas di Jakarta, Semakin terbangunnya kesadaran masayarakat akan kebersihan Kota Jakarta, keinginan masayarakat untuk mendapatkan daging ayam yang bermutu tinggi serta para peternak sudah mulai banyak mengeluh terhadap rumitnya permsalahan pengiriman ayam hidup. Sedangka peluang yang diambil adalah adanya 2000 orang yang berpotensi sangat besar untuk p e n j u a l a n d i p a s a r t ra d i s o n a l , te rs e d i a nya infrastruktur yang cukup memadai di RPU Rawa Kepiting Kawasan Industri Pulogadung Jakarta Timur, dan minat masyarakat yang makin tumbuh terhadap daging ayam rantai dingin (ASUH). Paparan dari Pengusaha Telur Asin Segar yang disampaikan oleh Rully Lesmana dari UD Surya Abadi adalah sekilas tentang telur itik, sekilas tentang UD Su r ya Ab a d i, b a ga im a n a a lir p ro d u ks i d a n perbandingan dengan produsen telur asin vietnam. Te l u r m e r u p a ka n p ro d u k p ete r n a ka n ya n g memberikan sumbangan besar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat. Dari satu butir telur didapatkan gizi yang cukup sempurna karena mengandung zat‐zat gizi yang lengkap dan mudah dicerna. Industri telur asin mempunyai peranan yang cukup penting bagi industri pangan nasional terutama dalam memenuhi kebutuhan protein dan lemak masyarakat. Persentase telur sebagai sumber protein adalah sebesar 2,08% dari seluruh bahan pangan yang umum dikonsumsi. Visi dari UD Surya Abadi adalah Menjadi Perusahaan nasional yang memberikan produk telur berkualitas (aman, sehat, utuh dan halal), disertai pelayanan terbaik bagi para pelanggan. Sedangkan Misinya adalah Menjamin produk yang dihasilkan merupakan telur asin yang berkualitas, menyediakan dan memenuhi kebutuhan konsumsi alternatif protein bagi masyarakat Indonesia. Paparan selanjutnya dari Cibugary (Cibubur Garden Dairy) merupakan wisata agro edukatif sapi perah baik dari tingkat KB/TK sampai dengan Perguruan
Tinggi. Selain itu baik untuk meningatkan pribadi‐ pribadi anak generasi bangsa ke depan tumbuh sehat, kuat, dan cerdas dengan menanamkan kebiasan hidup sehari‐hari gemar mengkonsumsi susu segar murni dari peternakan sapi perah rakyat Indonesia. Cibugary menjadi media Informasi (media edukasi. internet, jejearing sosial) media pemasaran (produk susu murni, produk olahan susu dan produk aneka merchandise dunia susu dan sapi perah), dan media Edukasi. Paparan terakhir berasal dari Gapoktan Makmur Agro Satwa yang b erasal dari Kabupaten Sukabumi. Pada perusahan ini konsep yang dibangun dimulai dari pra produksi (pabrik pakan,dan hijauan makanan ternak), produksi (pengolahan limbah/kohe) dan pasca produksi (pengolahan susu dan sistem dan program pemasaran). Pada MAS ini mempunyai program pemasaran yaitu Gerimis Bagus (yaitu gerakan mengkonsumsi susu bagi abnak usia sekolah secara mandiri. Didalam program ini menghimbau agar sekolah menyelenggarakan minum susu minimal 1 kali dalam seminggu), Gerimis Peri ( Gerakan mengkonsumsi susu di kalangan lingkungna pegawai negeri. Program ini adalah himbauan untuk para pegawai untuk minum susu minimal 1 liter seminggu, Gerimis Pesta (Gerakan mengkonsumsi susu di kalangan pegawai swasta. Program ini dilaksanakan untuk para pegawai swasta untuk meminum susu 1 liter dalam seminggu) dan Gerimis Kawin (Gerakan mengkonsumsi susu dilingkungan pegawai industri. Program ini mewajibkan para buruh yang ada dimasing‐masing lokasi industri untuk mengkonsumsi susu dan produk olahan susu yang dibiayai oleh manajemen industri yang bersangkutan dalam ranga meningkatkan kesehatan karyawan. Pembinaan pengolahan hasil ternak termasuk ke dalam kegiatan prioritas di Jawa Barat. Tujuan kegiatan tersebut adalah untuk memperkecil tingkat kerusakan bahan pangan asal hewan serta meningkatkan nilai tambah sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak atau pelaku usaha serta masyarakat Jawa Barat pada umumnya. Sehingga diharapkan dengan adanya acara Temu Usaha Agribinis Hasil Peternakan dapat terjalin hubungan antara para pelaku usaha dengan peternak dimana masing‐masing saling membutuhkan antara produk dengan pemasaran.
33
HUMOR BUDAK ANGON
Makan Lupa Bawa Uang Tiga ekor kura‐kura datang ke sebuah rumah makan, mereka memesan 3 porsi kue tar. Saat semua pesanannya telah tersaji di atas meja, mereka baru menyadari bahwa dirinya tak membawa uang. Kura‐kura besar berkata: " Di antara kita bertiga aku adalah yang paling besar, maka itu sudah tentu aku tak perlu pulang mengambil uang." Kura‐kura sedang berkata: "Mengutus kura‐kura kecil pulang mengambil uang paling cocok." Kura‐kura kecil berkata: "Aku boleh pulang mengambil uang, tetapi sesudah aku pergi nanti, tak peduli siapa, kalian tak boleh mengusik kue tarku ini." Baik kura‐kura besar maupun kura‐kura sedang semua menyanggupinya, dengan demikian kura‐kura kecil itu pun berangkatlah. Karena perutnya lagi keroncongan, kura‐kura besar dan kura‐kura sedang segera melahap habis kue tarnya masing‐ masing. Tetapi tunggu punya tunggu, kura‐kura kecil tak juga kelihatan bayangannya. Pada hari yang ketiga, karena laparnya bukan main, kura‐kura besar dan kura‐kura sedang berkata hampir dalam waktu yang bersamaan: "Bagaimana bila kita habisin kue tar milik kura‐kura kecil ini sekaligus?" "Oke", jawab si kura‐kura sedang. Justru pada saat mereka hendak mengangkat garpu masing‐masing, dari kamar sebelah tiba‐tiba terdengar suara kura‐kura kecil: "Bila kalian berani mengusik kue tar milikku, aku takkan pulang mengambil uang!"
Alasan Nyamuk Menggigit Gajah Seekor gajah jatuh sakit, mendengar berita ini nyamuk segera terbang kemari, menghinggap di tubuhnya dan menciumnya dengan sekali kecupan. Pada waktu akan meninggalkan tempat itu, dia dipanggil oleh sang gajah dan dicecar pertanyaan: "Jujur saja, engkau lagi berbuat apa nih. Apakah engkau sedang memeriksa penyakitku?" Nyamuk itu berkata: "Ya, nggak salah. Hari ini aku mengambil darahmu dulu untuk keperluan pemeriksaan laboratorium, besok kamu boleh datang mencari diriku untuk mengetahui hasil pemeriksaan." Begitu habis bicara, nyamuk itu segera terbang pergi sambil menyenandungkan sebuah lagu pendek.
Mengajari Kucing Liar Seorang gadis muda mengadopsi kucing liar. Hal itu membuat orangtuanya tertekan, karena kucing mulai menggunakan bagian belakang sofa mereka sebagai tempat menggaruk. "Jangan khawatir," ayah meyakinkan ibu, "Akan saya latih dia dalam waktu singkat." Ibu mengamati selama beberapa hari ketika ayah dengan sabar "melatih" hewan peliharaan baru. Setiap kali kucing itu menggaruk, ayah menempatkan dia di luar ruangan agar memberinya pelajaran. Kucing belajar dengan cepat. Selama 16 tahun berikutnya, setiap kali kucing itu ingin pergi keluar, ia menggaruk bagian belakang sofa.
34