e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) PENGARUH PELATIHAN PLAIOMETRIK SIDE HOP DAN DOUBLE LEG BOUND TERHADAP DAYA LEDAK (POWER) OTOT TUNGKAI I Made Widarta Yasa, I Nyoman Kanca, Ni Pt Dewi Sri Wahyuni Jurusan Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]} @undiksha.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui pengaruh pelatihan side hope dan double leg bound terhadap daya ledak otot tungkai. Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan rancangan the non-randomized control group pretest posttest design. Subjek penelitian adalah siswa peserta ektrakurikuler bola voli SMP Negeri 3 Amlapura tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 27 orang. Data dianalisis dengan bantuan program SPSS 16.0 yaitu uji F (one way anova) pada taraf signifikansi (α) = 0,05. Hasil analisis data menunjukkan adanya perubahan nilai rata-rata pada variabel daya ledak otot tungkai. Pada kelompok perlakuan side hope sebesar 58,33, pada kelompok perlakuan double leg bound sebesar 56,55. Hasil uji one way anova variabel daya ledak otot tungkai antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol didapat Fhitung sebesar 4,408 dan signifikasi 0,023. Hasil uji one way anova yang didapatkan perbedaan pada kedua kelompok pelatihan tersebut terhadap daya ledak otot tungkai. Dari hasil analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa; (1) pelatihan side hope dan double leg bound berpengaruh terhadap daya ledak otot tungkai. (2) terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan side hope dan double leg bound terhadap daya ledak otot tungkai. (3) pelatihan side hope lebih baik dari pada double leg bound terhadap daya ledak otot tungkai. Kata-kata kunci: pelatihan, daya ledak otot tungkai.
ABSTRACT This study aimed to know the effect the hope side double leg bound to the of training explosive power of the leg muscles. This type of research is the design of the experiment with a non-randomized control group pretest-posttest design. The subjects participants of extracurricular student volleyball SMP Negeri 3 Amlapura academic year 2013/2014, amounting to 27 people. The data analyzed with SPSS 16.0 is the F test (one way ANOVA) at significance level (α) = 0.05. The results of data analysis showed a change in the average value of the variable leg muscle explosive power. In the treatment group side hope of 58.33, in the treatment group was 56.55 double leg bound. The results of one way ANOVA test explosive leg muscle power variables between the treatment and control groups obtained F value of 4.408 and significance of 0.023. One way ANOVA test results obtained difference in the two groups of the explosive power training leg muscles. From the analysis of data and discussion is concluded that: (1) training of side hope and a double leg bound effects leg muscle explosive power. (2) there is a difference between the side hope effect of training and a double leg bound to the explosive power of the leg muscles. (3) the side hope training effect better than double leg bound to explosive power of the leg muscles. Keywords: training, explosive power of the leg muscles.
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) PENDAHULUAN Pembinaan kondisi fisik sangat diperlukan di dalam peningkatan prestasi seorang atlet. Pembinaan kondisi fisik merupakan pembinaan awal dan sebagai dasar pokok dalam mengikuti pelatihan olahraga untuk mencapai suatu prestasi (Hadisasmita dan Syarifuddin, 1996: 104). Dengan demikian kondisi fisik yang prima dari seorang atlet akan menyebabkan tercapainya suatu prestasi yang optimal. Kodisi fisik adalah salah satu persyaratan yang sangat diperlukan dalam setiap usaha peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan dapat dikatakan dasar landasan titik tolak suatu awalan olahraga prestasi. Menurut Irianto (2002: 65) kondisi fisik merupakan pondasi dari prestasi khususnya dalam bidang olahraga sebab teknik, taktik, dan mental akan berkembang dengan baik apabila memiliki kualitas fisik yang baik pula. Kondisi fisik berpengaruh pada semua kegiatan manusia sehari-hari sehingga dapat menghasilkan produktivitas kerja yang maksimal dan mempengaruhi aspek-aspek kejiwaan seperti peningkatan motivasi kerja dan rasa percaya diri sehingga perlu adanya suatu pelatihan kondisi fisik yang sistematis, terencana, dan progresif agar dapat meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan biomotorik yang dibutuhkan. Dalam dunia olahraga dikenal 10 komponen kondisi fisik diantaranya; kekuatan otot, daya tahan jantung-paru, daya tahan otot, kelentukan, daya ledak otot (power), kecepatan, kelincahan, kecepatan reaksi, keseimbangan, dan koordinasi (Nala, 1998: 6). Setiap aktivitas olahraga yang dilakukan oleh manusia pada umumnya melibatkan seluruh komponen kondisi fisik namun ada salah satu dari komponen-komponen kebugaran jasmani yang paling dominan sesuai dengan aktivitas olahraga atau cabang olahraga yang digeluti. Misalnya pada olahraga bola voli daya ledak sangat diperlukan terutama ketika melakukan smash. Setiap olahraga pada dasarnya memiliki tuntutan sistem energi dan cara pelaksanaan yang berbeda, maka diperlukan suatu metode pelatihan,
program pelatihan, dan pengelolaan pelatihan yang berbeda pula. Ada banyak macam pelatihan yang dapat dilakukan untuk dapat meningkatkan kondisi fisik, salah satunya yaitu pelatihan plaiometrik. Pelatihan ini sudah banyak digunakan oleh para pembina ataupun pelatih. Pengakuan plaiometrik sebagai teknik yang bermanfaat terutama datang dari Rusia dan Eropa dalam cabang olahraga atletik yang diawali pada pertengahan tahun 1960-an. Pendukung pertama plaiometrik adalah Yuri Veroshanki, pelatihan berkebangsaan Rusia yang memiliki prestasi melatih atletatlet lompat telah menjadi legendaries. Verishanki melakukan eksperimen dengan metode lompat yang mendalam (depth jump) dan shock sebagai teknik plaiometrik untuk meningkatkan kemampuan reaktif atlet. Suatu aspek penting dari konseptualisasi Veroshanki tentang plaiometrik adalah pendapatan bahwa latihan plaiometrik membantu mengembangkan seluruh sistem neuromuscular untuk gerakan daya ledak, tidak hanya jaringan yang berkontraksi (Furqon dan Doewes, 2002: 3). Berdasarkan hasil observasi awal dengan guru penjasorkes di SMP Negeri 3 Amlapura, adapun prestasi dalam bidang olahraga yang diperoleh yaitu juara 1 tahun 2006/2007 dalam cabang olahraga pencak silat. Juara 3 tahun 2007/2008 dalam cabang olahraga bola voli. Prestasi yang diperoleh tersebut akibat pelatihan awal sebelum perlombaan dimulai dengan melakukan pelatihan lari keliling lapangan dan loncat-loncat. Dari tahun 2008 sampai sekarang pelatihan yang digunakan hanya sebatas lari keliling lapangan dan loncatloncat saja. Pelatihan ini terkesan monoton dan membosankan, sehingga siswa yang mengikuti pelatihan melakukan gerakan hanya sekedarnya saja. Hal inilah yang menyebabkan prestasi dari siswa SMP Negeri 3 Amlapura dalam cabang olahraga semakin menurun. Ini terbukti dengan tidak adanya perolehan juara lagi. Disamping itu dalam cabang olahraga yang lain misalnya atletik, sepak bola belum bisa memberikan prestasi yang membanggakan. Menurut pengamatan
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) yang dilakukan saat observasi terjadi, penurunan prestasi siswa ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kurangnya pelatihan yang mengarah pada peningkatan daya ledak sedangkan seperti yang diketahui daya ledak merupakan suatu unsur kondisi fisik yang banyak diperlukan dalam berbagai cabang olahraga. Melakukan pelatihan yang teratur untuk mengetahui pengaruh pelatihan side hope dan double leg bound terhadap kebugaran jasmani ditinjau dari daya ledak otot tungkai siswa peserta SMP Negeri 3 Amlapura tahun pelajaran 2013/2014.
12 kali pelatihan dengan frekuensi 3 (tiga) kali dalam seminggu sehingga waktu yang diperlukan 4 (empat) minggu. Adapun hari pelaksanaan program pelatihan ini yaitu setiap hari selasa, kamis dan sabtu sore yaitu mulai pukul 15.00-17.00 WITA. Tempat pelaksanaan program pelatihan ini yaitu di lapangan Kikopang SMP Negeri 3 Amlapura. Pada pelatihan ini akan terjadi peningkatan beban latihan secara bertahap (progressive) yaitu intensitasnya akan ditingkatkan setiap minggu sesuai dengan the step type approach system.
METODE Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen sungguhan yang bertujuan untuk mengetahui kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara memberikan satu atau lebih perlakuan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental, dan membandingkannya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan (Kanca I Nyoman, 2006: 52). Pada rancangan eksperimental lapangan memiliki 3 prinsip, yaitu: randomisasi, replikasi, dan adanya kelompok kontrol/banding (Kanca I Nyoman, 2006). Kanca I Nyoman (2010: 55) me definisikan rancangan penelitian adalah rencana tentang bagaimana cara mengumpulkan, menyajikan, dan menganalisa data untuk memberi arti terhadap data tersebut secara efektif dan efisien.
HASIL
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah the non-randomized control group pretest posttest design (Kanca I Nyoman, 2010: 94). simple random sampling. Jumlah subjek yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 27 orang Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah vertical jump untuk mengukur daya ledak otot tungkai, yang memiliki tingkat reliabilitas 0,93 dan validitas 0,78 ( Nurhasan, 2000: 130). Petugas yang melaksanakan tes adalah mahasiswa FOK undiksha yang sudah lulus mata kuliah tes dan pengukuran olahraga. Pelatihan plaiometrik side hop dan double leg bound dalam penelitian ini dilaksanakan sebanyak
Dari hasil penelitian daya ledak otot tungkai dengan intrumen vertical jump terdiri dari data pre-test dan post-test. Data pre-test diambil pada awal kegiatan penelitian sebelum subjek penelitian diberikan pelatihan Side Hope sedangkan data post-test diambil setelah subjek penelitian diberikan pelatihan Side Hope. Pelatihan diberikan sebanyak 12 kali pelatihan. Setiap kelompok terjadi peningkatan nilai rata-rata, rata-rata pretest daya ledak pada kelompok perlakuan side hope sebesar rata 47,55 dengan nilai tertinggi 59,00 nilai terendah 41,00 dan standar deviasi 6,22 sedangkan data hasil post-test daya ledak otot tungkai pada kelompok perlakuan side hope diperoleh nilai rata-rata 58,33 dengan nilai tertinggi 71,00 nilai terendah 51,00. Sedangkan kelompok perlakuan double leg bound diperoleh nilai rata-rata 47,44 dengan nilai tertinggi 59,00 nilai terendah 40,00 dan standar deviasi 6,28 sedangkan data hasil post-test daya ledak otot tungkai pada kelompok perlakuan Double Leg Bound diperoleh nilai rata-rata 56,55 dengan nilai tertinggi 69,00 nilai terendah 48,00 dan standar deviasi 6,72. Dan perlakuan kelompok kontrol diperoleh nilai rata-rata 47,33 dengan nilai tertinggi 58,00 nilai terendah 39,00 dan standar deviasi 6,14 sedangkan data hasil post-test daya ledak otot tungkai pada kelompok kontrol diperoleh nilai rata-rata 49,11 dengan nilai tertinggi 64,00 nilai terendah 40,00 dan standar deviasi 7,89 dari data pre-test dan post-test dapat dilihat tidak ada peningkatan yang singnifikan bahkan ada
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) subjek yang mengalami penurunan daya ledak otot tungkai. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 1, 2, dan 3.
.
Tabel 1. Data Hasil Penelitian Kekuatan Otot Tungkai Side hope
Variabel Data Jumlah subjek Rata-rata Median Modus Rentang Nilai tertinggi Nilai terendah Standar deviasi Varian
Kelompok Pelatihan Side Hope Pre-test 9 47,55 47,00 41,00 18,00 59,00 41,00 6,22 38,77
Post-test 9 58,33 56,00 56,00 20,00 71,00 51,00 6,24 39,00
Tabel 2. Data Hasil Penelitian Daya Ledak Otot Tungkai Double Leg Bound Variabel Data Jumlah subjek Rata-rata Median Modus Rentang Nilai tertinggi Nilai terendah Standar deviasi Varian
Kelompok Perlakuan Double Leg Bound Pre-test Post-test 9 9 47,44 56,55 46,00 55,00 40,00 55,00 19,00 21,00 59,00 69,00 40,00 48,00 6,28 6,72 39,52 45,27
Tabel 3. Data Hasil Penelitian Daya Ledak Otot Tungkai Pada Kelompok Kontrol Variabel Data Jumlah subjek Rata-rata Median Modus Rentang Nilai tertinggi Nilai terendah Standar deviasi Varian
Kelompok Kontrol Pre-test 9 47,33 46,00 49,00 19,00 58,00 39,00 6,14 37,75
Post-test 9 49,11 49,00 40,00 24,00 64,00 40,00 7,89 62,36
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) Pengujian terhadap normalitas data penelitian dilakukan pada data post test dari data daya ledak otot tungkai pada kelompok perlakuan pelatihan side hope, double leg bound dan kelompok kontrol yang menggunakan uji lilliefors dengan bantuan SPSS 16.0 pada taraf signifikansi () 0,05. Kriteria pengambilan
keputusannya, yaitu jika signifikansi yang diperoleh > (sig > 0,05), maka subjek berdistribusi normal. Sebaliknya, jika signifikansi yang diperoleh < , maka subjek bukan berdistribusi normal. Rangkuman hasil uji normalitas data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Data Kolmogorov-Smirnova Kelompok DayaLedak
Statistic
double l
.200
df
Shapiro-Wilk
Sig. 9
Statistic
df
Sig.
*
.926
9
.442
*
.200
kontrol
.143
9
.200
.941
9
.596
side hop
.251
9
.107
.907
9
.296
Dari hasil uji normalitas data yang menggunakan uji lilliefors dengan bantuan SPSS 16.0,untuk kelompok pelatihan side hope diperoleh hasil statistik sebesar 0,251 dengan signifikansi 0,107. Sedangkan untuk kelompok pelatihan double leg bound diperoleh hasil statistik sebesar 0,200 dengan signifikansi 0,200. Dan pada kelompok kontrol diperoleh hasil statistik sebesar 0,143 dengan signifikansi 0,200. Jika nilai signifikansi yang diperoleh > α, maka subjek berdistribusi normal. Dengan demikian, nilai signifikansi 0,200 > 0,05, sehingga data yang diuji berdistribusi normal.
Uji homogenitas data dilakukan terhadap data post-test dari data ledak otot tungkai pada kelompok perlakuan pelatihan side hope, pelatihan double leg bound dan kelompok kontrol yang menggunakan uji levene dengan bantuan SPSS 16.0 pada taraf signifikansi (α) 0,05. Kriteria pengambilan keputusan, yaitu jika nilai signifikansi yang diperoleh > , maka variansi setiap subjek sama (homogen). Sedangkan, jika signifikansi yang diperoleh < , maka variansi setiap subjek tidak sama tidak homogen. Ringkasan hasil uji levene dengan bantuan SPSS 16,0 untuk uji homogenitas data dapat dilihat pada tabel 5
Tabel 5 Hasil Uji Homogenitas Data Levene Statistic DayaLedak Based on Mean
df1
df2
Sig.
.260
2
24
.773
Based on Median
.355
2
24
.705
Based on Median and with adjusted df
.355
2
23.879
.705
Based on trimmed mean
.292
2
24
.749
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) Dari hasil uji homogenitas data yang menggunakan uji levene dengan bantuan SPSS 16.0, diperoleh nilai uji 0,260 dengan signifikansi 0,773 untuk variabel daya ledak otot tungkai. Jika nilai signifikansi yang diperoleh > , maka variansi setiap subjek sama (homogen). Dengan demikian, nilai signifikansi 0,773 > 0,05, sehingga data yang diuji berasal dari data yang homogen. Sedangkan berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian dengan uji F (one way anova) untuk daya ledak otot tungkai
mendapatkan nilai signifikansi 0,023 dimana nilai signifikansi lebih kecil dari nilai α (α = 0,05). Artinya pelatihan side hope dan double leg bound sebanyak 12 kali pertemuan dalam satu bulan memberikan pengaruh signifikan terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6. Data Hasil Uji One Way Anova Data Daya Ledak Otot Tungkai Daya Ledak
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
430.889 1173.111 1604.000
2 24 26
215.444 48.880
4.408
.023
Between Groups Within Groups Total
Tabel 7 Hasil Uji LSD Data Daya Ledak Otot Tungkai
Mean Difference (I) Kelompok (J) Kelompok (I-J) side hope
double leg bound Control
double leg bound
side hope Control
Control
1.77778
95% Confidence Interval Std. Error 3.2957 8
3.2957 8 3.2957 -1.77778 8 3.2957 7.44444* 8 9.22222*
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
.595
-5.0244
8.5799
.010
2.4201
16.0244
.595
-8.5799
5.0244
.033
.6423
14.2466
side hope
-9.22222*
3.2957 8
.010
-16.0244
-2.4201
double leg bound
-7.44444*
3.2957 8
.033
-14.2466
-.6423
Hasil uji least significant difference (LSD) diperoleh nilai signifikansi untuk kelompok side hope sebesar 0,010, kelompok double leg bound sebesar 0,033 dan kelompok kontrol sebesar 0,033. Nilai signifikansi 0,010 < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada
semua kelompok. Selanjutnya, dilihat dari hasil mean difference daya ledak otot tungkai diperoleh perbandingan kelompok pelatihan side hope lebih besar dibandingkan dengan kelompok pelatihan double leg bound sebesar 1.77778 dan kelompok pelatihan side hope lebih besar
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) dibandingkan kelompok kontrol sebesar 9.22222. Hasil mean difference dari kelompok pelatihan double leg bound lebih kecil dibandingkan kelompok pelatihan side hope sebesar -1.77778 dan kelompok pelatihan double leg bound lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol sebesar 7.44444. Sedangkan hasil mean difference pada kelompok kontrol lebih kecil dibandingkan kelompok side hope sebesar -9.22222 dan kelompok kontrol lebih kecil dibandingkan kelompok double leg bound 7.44444 sebesar . Jadi, dari hasil uji least significant difference (LSD) daya ledak otot tungkai pelatihan side hope mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap daya ledak otot tungkai dari pada pelatihan double leg bound dengan hasil mean difference sebesar 1.77778 . PEMBAHASAN Pelatihan side hope berpengaruh terhadap daya ledak otot tungkai diuji dengan uji one way anova dengan bantuan SPSS 16.0 pada taraf signifikansi (α) 0,05. Kriteria pengambilan keputusannya, yaitu jika nilai signifikansi one way anova lebih kecil α (sig one way anova < 0,05), maka terdapat perbedaan pengaruh dari masingmasing kelompok, sedangkan jika nilai signifikan lebih besar α (sig. one way anova > 0,05), maka tidak terdapat perbedaan yang nyata dari masing-masing kelompok. Data yang diuji adalah data post-test daya ledak otot tungkai kelompok perlakuan pelatihan side hope dan kelompok kontrol. Hasil uji one way anova data daya ledak otot tungkai diperoleh nilai Fhitung sebesar 4,408 dengan nilai signifikansi sebesar 0,023. Nilai signifikansi 0,023 < 0,05, maka terdapat perbedaan pengaruh dari masingmasing kelompok. Nilai signifikansi 0,023 data daya ledak otot tungkai lebih kecil dari nilai α (Sig < 0,05), sehingga hipotesis “pelatihan side hope berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai”, diterima. Sedangkan data post-test kelompok perlakuan pelatihan double leg bound dan kelompok kontrol untuk daya ledak otot tungkai. Hasil uji one way anova satu jalur data daya ledak otot tungkai diperoleh nilai Fhitung sebesar 4.408 dengan nilai signifikansi sebesar 0,023. Hipotesis
penelitian diterima apabila nilai signifikansi one way anova lebih kecil α (sig one way anova < 0,05). Nilai signifikansi 0,023 data daya ledak otot tungkai lebih kecil dari nilai α (Sig < 0,05), sehingga hipotesis “pelatihan double leg bound berpengaruh terhadap daya ledak otot tungkai”, diterima. Dan Hipotesis terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan side hope dan pelatihan double leg bound terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai diuji menggunakan uji one way anova dengan bantuan SPSS 16.0 pada taraf signifikansi (α) 0,05. Kriteria pengambilan keputusannya, yaitu jika nilai signifikansi one way anova lebih kecil α (sig one way anova < 0,05), maka terdapat perbedaan pengaruh dari masing-masing kelompok, sedangkan jika nilai signifikan one way anova lebih besar α (sig one way anova > 0,05), maka tidak terdapat perbedaan yang nyata dari masing-masing kelompok. Data yang diuji adalah data post-test kelompok perlakuan pelatihan side hope, pelatihan double leg bound dan kelompok kontrol untuk daya ledak otot tungkai. Hasil uji one way anova satu jalur daya ledak otot tungkai diperoleh nilai Fhitung sebesar 4.408 dengan nilai signifikansi sebesar 0,023. Nilai signifikansi 0,023 < 0,05, maka terdapat perbedaan pengaruh dari masingmasing kelompok. Nilai signifikansi Fhitung 0,023 data daya ledak otot tungkai lebih kecil dari nilai α (sig one way anova < 0,05), sehingga hipotesis “terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan side hope dan pelatihan double leg bound terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai”, diterima. Karena terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan side hope dan pelatihan double leg bound terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai, maka dilakukan uji lanjut atau uji pembanding least significant difference (LSD) untuk mengetahui pelatihan mana yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai dengan bantuan SPSS 16.0 pada taraf signifikansi (α) 0,05. Kriteria pengambilan keputusannya, yaitu jika nilai signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan. Sedangkan, jika nilai signifikansi > 0,05, maka Ho diterima yang artinya tidak
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) terdapat perbedaan yang signifikan. Untuk mengetahui pelatihan mana yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai dilakukan dengan cara membedakan nilai terbesar pada mean difference atau perbedaan rata-rata. Sehingga pelatihan yang mendapat nilai terbesar merupakan pelatihan yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan. Hasil uji least significant difference (LSD) diperoleh nilai signifikansi untuk kelompok side hope sebesar 0,010, kelompok double leg bound sebesar 0,033 dan kelompok kontrol sebesar 0,033. Nilai signifikansi 0,010 < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada semua kelompok. Selanjutnya, dilihat dari hasil mean difference daya ledak otot tungkai diperoleh perbandingan kelompok pelatihan side hope lebih besar dibandingkan dengan kelompok pelatihan double leg bound sebesar 1.77778 dan kelompok pelatihan side hope lebih besar dibandingkan kelompok kontrol sebesar 9.22222. Hasil mean difference dari kelompok pelatihan double leg bound lebih kecil dibandingkan kelompok pelatihan side hope sebesar -1.77778 dan kelompok pelatihan double leg bound lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol sebesar 7.44444. Sedangkan hasil mean difference pada kelompok kontrol lebih kecil dibandingkan kelompok side hope sebesar -9.22222 dan kelompok kontrol lebih kecil dibandingkan kelompok double leg bound 7.44444 sebesar . Jadi, dari hasil uji least significant difference (LSD) daya ledak otot tungkai pelatihan side hope mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap daya ledak otot tungkai dari pada pelatihan double leg bound dengan hasil mean difference sebesar 1.77778 . Secara teoritis hasil pelatihan side hope berpengaruh terhadap daya ledak otot tungkai dapat dijelaskan sebagai berikut: Gerakan side hope, merupakan bagian dari gerakan hopping pada plaiometrik yaitu menekankan pada loncatan untuk ketinggian maksimum ke arah vertikal dan kecepatan maksimum gerakan kaki. Hal ini yang mengakibatkan kontraksi otot-otot yang melekat pada tungkai akan beradaptasi dalam artian akan terbiasa
untuk berkontraksi cepat sehingga salah satu unsur untuk melatih daya ledak yaitu kecepatan sudah terdapat dalam gerakan pelatihan side hope ini dan pada akhirnya akan terjadi pengaruh pada daya ledak otot tungkai. Selain itu gerakan side hope yang dilakukan secara berulang-ulang mengakibatkan stres pada komponen otot tungkai sehingga akan mengalami pembesaran otot. Pembesaran otot ini disebabkan oleh peningkatan jumlah dan ukuran dari sel-sel serta serabut-serabut otot. Melalui peningkatan dalam ukuran dan jumlah sel-sel serta serabut-serabut otot tungkai, maka akan menambah atau meningkatkan kekuatan otot tersebut. Dengan meningkatnya kekuatan otot tungkai maka akan terjadi peningkatan terhadap daya ledak otot tungkai. Hasil penelitian ini didukung teori yang diungkapkan oleh Kanca, I Nyoman (1990: 44) bahwa untuk meningkatkan daya ledak (power) diperlukan peningkatan kekuatan dan kecepatan secara bersamasama, sehingga jika seorang atlet dilatih kecepatan, kemudian kekuatan secara khusus maka kemampuan daya ledaknya akan meningkat. Hasil pelatihan double leg bound berpengaruh terhadap daya ledak otot tungkai dapat dijelaskan sebagai berikut: sebuah pelatihan yang mengembangkan daya ledak otot tungkai khususnya (gluteals, hamstrings, quadriceps, dan gastrocnemius. Latihan ini memiliki aplikasi yang luas untuk berbagai cabang olahraga yang melibatkan lompat/loncat, lari, angkat besi, dan renang (Furqun & Doewes, 2002: 2). Besar kecilnya daya ledak yang dihasilkan oleh otot tungkai sangat dipengaruhi oleh kontraksi otot itu sendiri. Daya ledak dapat dinyatakan sebagai kekuatan eksplosif yang predominan kontraksi otot cepat dan kuat. Kedua unsur ini saling berpengaruh dan merupakan komponen yang sangat penting untuk melakukan aktivitas pada cabang olahraga yang membutuhkan kemampuan eksplosif. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Budhiarta, I Made Danu (2010), tentang pengaruh pelatihan plyometrik loncat bangku
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) terhadap daya ledak otot tungkai mahasiswa jurusan penjaskesrek FOK undiksha Singaraja. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa: pelatihan playometrik loncat bangku dapat meningkatkan daya ledak otot tungkai bawah. Sedangkan hasil penelitian terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan side hope dan pelatihan double leg bound terhadap daya ledak otot tungkai dijelaskan sebagai berikut: menurut Sukadiyanto, (2005: 6) mengemukakan bahwa pelatihan adalah penerapan dari suatu rencana untuk meningkatkan kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktek, metode, dan aturan pelaksanaan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Pelatihan juga dapat diartikan sebagai suatu gerakan fisik atau aktivitas mental yang dilakukan secara sistematis berulang-ulang (repetitif) dalam jangka waktu (durasi) lama, dengan pembebanan yang meningkat secara progresif dan individual, yang bertujuan untuk memperbaiki sistem serta fungsi fisiologi dan psikologi tubuh agar pada waktu melakukan aktivitas olahraga dapat mencapai penampilan yang optimal (Nala 1998: 1). Pelatihan side hope dan pelatihan double leg bound memiliki mekanisme gerakan yang berbeda. Pelatihan side hope jenis gerakannya : Dari posisi awal, loncatlah ke samping kiri melewati kerucut pertama sampai mendarat ,kemudian dilanjutkan meloncat kesamping kiri sampai melewati kerucut kedua. Gunakan lengan untuk membantu loncatan dengan posisi ibu jari menunjuk ke atas dan siku ditekuk dengan sudut 90º. Tanpa ragu-ragu bergantilah meloncat ke samping kanan melewati kerucut kedua. Mendarat dengan posisi kedua kaki ditekuk dan kedua tangan ditekuk berada disamping badan, kemudian bersiap-siap untuk melakukan loncatan kesamping kanan hingga melewati kerucut pertama dan diakhiri dengan gerakan mendarat. Dengan perbedaan mekanisme gerakan pelatiha side hope , maka pelatihan side hope memiliki pengaruh lebih baik daripada pelatihan double leg bound terhadap daya ledak otot tungkai.
Sedangkan mekanisme gerakan pelatihan double leg bound : Mulailah dengan posisi half-squat. Lengan berada di samping badan, bahu condong ke depan melebihi posisi lutut. Usahakan punggung lurus dan pandangan ke depan. Loncatlah ke depan dan ke atas, menggunakan ekstensi pinggul dan gerakan lengan untuk mendorong ke depan. Usahakan mencapai mendarat, kembali keposi awal dan memulai bounding berikutnya. SIMPULAN 1. Pelatihan side hope berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pada siswa peserta ektrakurikuler bola voli SMP Negeri 3 Amlapura tahun pelajaran 2013/2014. 2. Pelatihan Double leg Bound berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pada siswa peserta ektrakurikuler bola voli SMP Negeri 3 Amlapura tahun pelajaran 2013/2014. 3. Ada perbedaan pengaruh antara pelatihan side hope dan pelatihan double leg bound terhadap daya ledak otot tungkai pada siswa peserta ektrakurikuler bola voli SMP Negeri 3 Amlapura tahun pelajaran 2013/2014, dimana pelatihan side hope lebih baik dari pada double leg bound. DAFTAR RUJUKAN Furqon & Doewes. 2002. Plaiometrik Untuk Meningkatkan Power, Surakarta: Program Study Ilmu Keolahragaan Program pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Hadisasmita dan Syarifuddin. 1996. Ilmu KepelatihanDasar. Jakarta: DepartemendanKebudayaanDirektor atJendralPendidikanTinggi. Kanca, I Nyoman. 2010. Buku AjarMetode Penelitian Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Tesis_(tidak diterbitkan). Singaraja:Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) -------,
2006. Buku Ajar MetodologiPenelitianKeolahragaan. Singaraja: Undiksha.
-------,
1990. Pengaruh Pelatihan Lari Percepatan dan Latihan Lari Cepat Berselang terhadap Daya Ledak dan Kecepatan. Tesis_(tidak diterbitkan). Surabaya: Fakultas Pasca Sarjana Universitas Airlangga.
Nala, Ngurah 1998. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: UNUD Nurhasan. 2000. Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga, Jakarta: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia. Pekik.
Irianto Djoko. 2002. Dasar Kepelatihan, Yogyakarta: Surat Perjanjian Pelaksanaan Penulisan Diklat
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )