e-Journal Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume I Tahun 2016) Pengaruh Pelatihan Knee Tuck Jump dan Double Leg Bound terhadap Power Otot Tungkai
I Made Septian Marta Yodi, I Gst. Lannag Agung Parwata, I Nyoman Sudarmada Jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pedidikan Ganesha
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan knee tuck jump dan double leg bound terhadap peningkatan power otot tungkai. Rancangan penelitian the non-randomized control group pretest posttest design. Subjek penelitian adalah siswa peserta ektrakurikuler sepak bola SMA Negeri 2 Singaraja berjumlah 39 orang, dari hasil pretest dilakukan ordinal pairing. Power otot tungkai diukur dengan test vertical jump. Data dianalisis dengan uji F (one way anova) pada taraf signifikansi (α) = 0,05 dengan bantuan program SPSS 16.0. Hasil analisis data pada kelompok perlakuan knee tuck jump terjadi peningkatan power otot tungkai sebesar 14,77, kelompok perlakuan double leg bound sebesar 12,69 dan pada kelompok kontrol sebesar 0,54. Hasil uji one way anova variabel power otot tungkai antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol didapat Fhitung sebesar 8,912 dan signifikasi 0,001 yaitu terjadi perbedaan pengaruh antara pelatihan knee tuck jump dan double leg bound terhadap power otot tungkai. Berdasarkan hasil uji LSD, kelompok pelatihan knee tuck jump lebih baik pengaruhnya dibandingkan pelatihan double leg bound terhadap peningkatan power otot tungkai. disimpulkan; (1) pelatihan knee tuck jump dan double leg bound berpengaruh terhadap peningkatan power otot tungkai. (2) terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan knee tuck jump dan double leg bound terhadap peningkatan power otot tungkai. (3) pelatihan knee tuck jump lebih baik dari pada double leg bound terhadap peningkatan power otot tungkai. Kata kunci: pelatihan knee tuck jump, pelatihan double leg bound, power otot tungkai.
Abstract This research to know effect of knee tuck jump and double leg bound to increase leg muscle power. Design with the non-randomized control group pretest posttest design. The subject were 39 student participants of football extracurricular SMAN 2 Singaraja, then from pretest to get ordinal pairing. Leg muscle power was measured by vertical jump test. Can be analyzed by F test (one way ANOVA) at a significance level (α) = 0.05 with SPSS 16.0. The results of analysis showed a changes in the average value of the leg muscle power variable. In the treatment group of knee tuck jump showed an increase of leg muscle power much as 14,77, group double leg bound much as 12,69 and in the control group much as 0,54. The test results of Fmeasure of one way ANOVA of leg muscle power between the group and the control group was obtained 8,912 and the significance is 0.001, which means there is a difference between the effects of knee tuck jump and double leg bound to the leg muscle power. Based on the test results of LSD, the repetition sprint training group have better influence than knee tuck jump and double leg bound to increase leg muscle power. From the results of data analysis in the discussion it can be concluded that; (1) training repetition sprint and skipping rope effecting the increase in leg muscle power. (2) There is a difference between the effects of sprint training repetition and skipping rope to increase leg muscle power. (3) The repetition sprint training is better than skipping rope to increase leg muscle power. Key Words: Double leg bound, knee tuck jump, leg muscle power.
e-Journal Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume I Tahun 2016) PENDAHULUAN Peningkatan prestasi olahraga tidak cukup kalau hanya mengandalkan waktu pelajaran yang ada di sekolah, karena banyaknya cabang olahraga yang perlu diperhatikan pembinaannya. Oleh karena itu harus ditempuh suatu perangkat kebijaksanaan dari sekolah itu. Misalnya saja memasukkan olahraga sebagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dengan pemberian latihan-latihan yang bersifat kepada peningkatan prestasi siswa-siswa itu sendiri. Untuk mencapai prestasi maksimal maka persiapan latihan harus disusun secara sistematis, melalui kegiatan yang berencana .Di dunia olahraga, sukses banyaknya ditentukan oleh perencanaan, penyusunan dan penetapan sasaransasaran latihan yang efektif. Untuk mencapai suatu prestasi olahraga, merupakan usaha yang betul-betul diperhitungkan secara matang dengan suatu usaha pembinaan, melalui suatu pembibitan secara dini, serta peningkatan prestasi melalui pendekatan ilmiah yang terikat. Hasil penelitian bidang olahraga bermanfaat untuk peningkatan prestasi olahraga, melalui pelaksanaan penelitian dapat dikemukakan hal-hal baru untuk menguji kebenaran suatu pendapat sehingga dapat dimanfaatkan dalam usaha pembinaan ke arah peningkatan prestasi termasuk peningkatan prestasi cabang olahraga permainan sepak bola. Dalam wawancara pertama dengan pembina ekstrakurikular sepak bola pada saat observasi di SMA Negeri 2 Singaraja. Untuk prestasi yang diperoleh saat ini mengalami penurunan, terlihat dari hasil keikutsertaan tim sepak bola ini pada salah satu event Kejuaraan Sepak Bola di Kota Singaraja. Prestasi terakhir tercatat bahwa pada tahun 2009 berhasil mendapat juara pertama, sedangkan pada tahun berikutnya tim sepak bola SMA Negeri 2 Singaraja tidak masuk dalam tiga besar pada kejuaraan ini, menurut pengamatan awal ketika pelaksanaan ekstrakurikular sepak bola, para peserta ekstra diberikan pembinaan yang kurang mengkhusus, ketika ekstra berlangsung, peserta ekstra hanya mendapat pelatihan
dasar sepak bola seperti passing dan shooting kemudian dilanjutkan dengan bermain sepak bola seperti biasa. Untuk dapat meningkatkan prestasi cabang olahraga sepak bola, maka penguasaan metode latihan, teknik maupun taktitk dalam permainan sepak bola perlu dikuasai oleh setiap pemain. Teknik dan taktik adalah dua bagian khusus yang harus diolah para pemain . Latihan teknik ialah bagian dari olahraga yang dalam pelaksanaannya memerlukan ketangkasan. Dari sekian banyak teknik dasar dalam permainan sepak bola, teknik jump heading (sundulan melompat) adalah salah satu yang terpenting dalam permainan sepak bola karena semua pemain sepak bola harus meguasai teknik ini yang tujuannya untuk memenangkan pertarungan bola di udara .Teknik jump heading selain digunakan untuk menghalau bola juga sering digunakan untuk mencetak gol . Teknik menyundul bola merupakan salah satu teknik yang penting dalam permainan sepakbola, oleh karena itu harus dikuasai oleh setiap pemain. Sucipto dkk (dalam Afri Rismoko, 2013) kemampuan menyundul bola secara terarah akan bertambah penting artinya apabila lawan bermain dengan sistem bertahan, sehingga ruang gerak hanya ada lewat kepala. Banyak gol tercipta dalam permainan sepakbola dari hasil sundulan kepala. Setiap regu yang menguasai bola selalu mencari kesempatan untuk dapat mencetak gol. Oleh karena itu unsur sundulan merupakan teknik dasar yang harus dipelajari dengan baik dan benar serta ditingkatkan kemampuannya dengan latihan. Untuk dapat menampilkan kemampuan jump heading sesuai dengan situasi permainan, selain mahir dalam mengontrol bola unsur lain yang dapat menentukan adalah kecepatan gerak, dan power otot tungkai. Permainan sepak bola merupakan olah raga cukup berat dan membutuhkan kondisi fisik. Dengan memiliki kondisi fisik yang prima, maka pemain dapat bergerak dalam waktu yang
e-Journal Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume I Tahun 2016) lama serta memegang peranan dalam meningkatkan kemampuan pemain. Power merupakan suatu unsur diantara unsur-unsur komponen kondisi fisik yaitu kemampuan biomotorik manusia, yang dapat ditingkatkan sampai batas-batas tertentu dengan melakukan latihan-latihan tertentu yang sesuai. Power otot tungkai adalah suatu kemampuan otot tungkai untuk melakukan aktivitas secara cepat dan kuat untuk menghasilkan tenaga. Oleh karena itu kemampuan jump heading perlu dikuasai setiap pemain sepak bola dengan melatih kemampuan power otot tungkai agar dapat melompat setinggi mungkin. Salah satu bentuk latihan yang efektif dan efesien untuk mengembangkan otot-otot tungkai adalah latihan knee tuck jump dan latihan double leg bound. Latihan knee tuck jump adalah suatu bentuk latihan yang hakekatnya melatih otot perut dan tungkai. Latihan knee tuck jump menunjukkan gerakan flexion bertujuan untuk meningkatkan abdominialis strength dan eksplosif tungkai. Mekanisme pelatihan knee tuck jump yang menekankan pada ketinggian maksimum yang dilakukan dengan menolakkan kaki ke atas dan ke depan secara bersamaan dengan cepat khususnya kerja fleksor dan extensor paha dan pinggul yang melibatkan otototot seperti sartorius, illiacus, gracilis, biceps femoris, semitendinous, semimembranosus, gluteus maximus dan gluteus minimus. “Pada variable power otot tungkai kelompok perlakuan knee tuck jump mengalami peningkatan ratarata sebesar 25,46 dari rata-rata pretest 110,00 menjadi 125,00 pada saat posttest karena gerakan melompat yang dilakukan secara berulang-ulang ini akan memberikan kontraksi pada otot tungkai” (Harimbawa dkk, 2014). Latihan double leg bound diangkat karena melihat dari segi analisis gerak bertujuan untuk meningkatkan power otot tungkai karena ada unsur dorongan dengan tungkai dengan cepat dan kuat dengan arah horizontal. “Pada variable power otot tungkai kelompok perlakuan double leg bound mengalami peningkatan
rata-rata sebesar 9,11 dari rata-rata pretest 47,44 menjadi 56,55 pada saat posttest” (Widarta Yasa dkk, 2014). “Latihan ini mengembangkan power otot tungkai khususnya (gluteals, hamstrings, quadriceps, dan gastrocnemius. Latihan ini memiliki aplikasi yang luas untuk berbagai cabang olahraga yang melibatkan lompat/loncat, lari, angkat besi, dan renang” (Furqon & Doewes, 2002: 2). Bertolak dari hal tersebut maka peneliti mencoba menerapkan metode latihan knee tuck jump dan double leg bound pada siswa putra SMA Negeri 2 Singaraja yang mengikuti ekstrakurikuler sepak bola yang nantinya dapat memberikan kontribusi yang baik dalam meningkatkan power otot tungkai dalam olahraga sepak bola serta meningktakan prestasi siswa putra SMA Negeri 2 Singaraja khususnya dalam cabang olahraga sepak bola.Sehubungan dengan pemaparan pada bagian latar belakang di atas, masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah 1) Apakah pelatihan knee tuck jump berpengaruh terhadap power otot tungkai pada siswa putra peserta ekstrakurikuler sepak bola SMA Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2015/2016? 2) Apakah pelatihan double leg bound berpengaruh terhadap power otot tungkai pada siswa putra peserta ekstrakurikuler sepak bola SMA Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2015/2016? 3) Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara pelatiahan knee tuck jump dan double leg bound terhadap power otot tungkai pada siswa putra peserta ekstrakurikuler sepak bola SMA Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2015/2016? METODE PENELITIAN Menurut Kanca (2006: 79) Model Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek penelitian. Jenis penelitian eksperimen yang digunakan adalah eksperimental semu (quasi experimental). Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah “The nonrandomized control group pretest posttest design, rancangan ini sama dengan
e-Journal Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume I Tahun 2016) rancangan the pretest posttest controlled group design, kecuali tanpa adanya randomisasi” (Kanca, 2010: 88). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa putra peserta ekstrakurikuler sepak bola di SMA Negeri 2 Singaraja sebanyak 39 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes vertical jump. Uji hipotesis terdapat pengaruh pelatihan knee tuck jump dan double leg bound terhadap Power otot tungkai siswa ekstrakurikuler sepak bola menggunakan uji ANOVA (uji F) khususnya One Way ANOVA karena dalam penelitian ini menguji lebih dari dua sampel. Tujuan dari uji One Way ANOVA adalah ingin mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata hitung beberapa kelompok. Jika terdapat perbedaan yang nyata dari maing-masing kelompok maka perlu dilakukan uji lanjut atau uji pembanding berganda least significant difference (LSD) dengan bantuan SPSS 16.0 untuk mengetahui pelatihan mana yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan kecepatan lari pada taraf signifikansi (α) 0,05 yang dilakukan dengan cara membedakan nilai terkecil pada mean difference. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi data hasil penelitian power otot tungkai terdiri dari data hasil pre-test dan data post-test diambil pada akhir kegiatan penelitian setelah subjek penelitian diberikan perlakuan. Berdasarkan data yang digunakan ialah data post-test yang telah memperhatikan data pre-test yang berdistribusi homogen. Deskripsi data hasil post-test power otot tungkai pada kelompok perlakuan pelatihan Knee Tuck Jump, yaitu dengan subjek 13 orang diperoleh nilai rata-rata sebesar 58,77 dengan nilai tertinggi 73 dengan nilai terendah 44 dengan standar deviasi 10,05 dengan varians 101,02.
Deskripsi data hasil penelitian power otot tungkai terdiri dari data hasil pre-test dan data post-test diambil pada akhir kegiatan penelitian setelah subjek penelitian diberikan perlakuan. Berdasarkan data yang digunakan ialah data post-test yang telah memperhatikan data pre-test yang berretribusi homogen. Deskripsi data hasil post-test power otot tungkai pada kelompok perlakuan pelatihan Double Leg Bound, yaitu dengan subjek 13 orang diperoleh nilai rata-rata sebesar 56,31 dengan nilai tertinggi 70 dengan nilai terendah 45 dengan standar deviasi 9,14 dengan varians 83,56. Berdasarkan data yang digunakan ialah data post-test yang telah memperhatikan data pre-test yang berretribusi homogen. Deskripsi data hasil post-test kecepatan lari pada kelompok kontrol, yaitu dengan subjek 13 orang diperoleh nilai rata-rata sebesar 44,31 dengan nilai tertinggi 58 dengan nilai terendah 31 dengan standar deviasi 8,79 dengan varians 77,39. Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu uji normalitas data dan uji homogenitas data. Pengujian terhadap normalitas data penelitian dilakukan pada peningkatan data dari data Vertical Jump pada kelompok perlakuan pelatihan Knee Tuck Jump, Double Leg Bound dan kelompok kontrol yang menggunakan uji lilliefors kolmogorovsmirnov dengan bantuan SPSS 16.0 pada taraf signifikansi () 0,05. Kriteria pengambilan keputusannya, yaitu jika signifikansi yang diperoleh > (sig > 0,05), maka subjek yang berdistribusi normal. Sebaliknya, jika signifikansi yang diperoleh < , maka subjek yang berdistribusi tidak normal. Rangkuman hasil uji normalitas data tersebut dapat dilihat pada tabel 01.
e-Journal Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume I Tahun 2016)
Tabel 01. Data Hasil Uji Normalitas Lilliefors Lilliefors Kolmogorov-Smirnov Sumber Data Keterangan Sig. Statistik Df Hitung Power Otot Tungkai 0,153 13 0.200* Normal Kelompok Knee Tuck Jump Power Otot Tungkai Kelompok Double Leg 0.181 13 0.200* Normal Bound Power Otot Tungkai 0.142 13 0.200* Normal Kelompok Kontrol
, maka variansi setiap subjek sama (homogen). Sedangkan, jika signifikansi yang diperoleh < , maka variansi setiap subjek tidak sama (tidak homogen). Ringkasan hasil uji levene dengan bantuan SPSS 16,0 untuk uji homogenitas data dapat dilihat pada tabel 02.
homogenitas data dilakukan terhadap data post-test dari data kecepatan lari pada kelompok perlakuan pelatihan Knee Tuck Jump, pelatihan Double Leg Bound dan kelompok kontrol yang menggunakan uji levene dengan bantuan SPSS 16.0 pada taraf signifikansi (α) 0,05. Kriteria pengambilan keputusan, yaitu jika nilai signifikansi yang diperoleh > Uji
Tabel 02. Data Hasil Uji Homogenitas Levene Sumber Data Power otot tungkai Kelompok Knee Tuck Jump, Double Leg Bound dan Kontrol
Jumlah Kel.
Levene Statistik
df1
df2
Sig. Hitung
3
0,078
2
36
0.925
Dari hasil uji homogenitas data yang menggunakan uji levene dengan bantuan SPSS 16.0, diperoleh nilai uji 0,078 dengan signifikansi 0,925 untuk variabel power otot tungkai. Jika nilai signifikansi yang diperoleh > , maka variansi setiap subjek sama (homogen). Dengan demikian, nilai signifikansi 0,000 > 0,05, sehingga data yang diuji berasal dari data yang homogen. Hipotesis pelatihan Knee Tuck Jump dan Kelompok Double Leg Bound berpengaruh terhadap peningkatan power
Ket.
Varian Homogen
otot tungkai diuji dengan uji-F One Way Anova dengan bantuan program SPSS 16,0 pada taraf signifikansi (α) 0,05. Hipotesis penelitian diterima apabila nilai uji Fhitung memiliki signifikansi lebih kecil dari α (Sig < 0,05). Sedangkan apabila nilai signifikansi lebih thitung besar dari α (Sig > 0,05), hipotesis penelitian ditolak. Hipotesis terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan Knee Tuck Jump dan pelatihan Double Leg Bound terhadap peningkatan power otot tungkai diuji menggunakan one way anova.
e-Journal Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume I Tahun 2016) Data yang diuji adalah data posttest kelompok perlakuan pelatihan Knee Tuck Jump, pelatihan perlakuan Double Leg Bound dan kelompok kontrol terhadap
peningkatan power otot tungkai. Hasil uji dapat dilihat pada tabel 03.
Tabel 03. Hasil Uji One Way Anova Pelatihan Knee Tuck Jump, Pelatihan Double Leg Bound, dan Kelompok Kontrol Sum of Squares
Df
Mean Square
Between Groups
1556,513
2
778,256
Within Groups
3143,846
36
87,329
Total
4700,359
38
Hasil uji one way anova data power otot tungkai diperoleh nilai Fhitung sebesar 8,912 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001. Nilai signifikansi 0,001 < 0,05, maka terdapat perbedaan pengaruh dari masing-masing kelompok. Nilai signifikansi Fhitung 0,001 data power otot tungkai lebih kecil dari nilai α (sig. < 0,05), sehingga hipotesis “terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan Knee Tuck Jump dan pelatihan Double Leg Bound terhadap peningkatan power otot tungkai ”, diterima. Karena terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan Knee Tuck Jump dan pelatihan Double Leg Bound terhadap peningkatan power otot tungkai, maka dilakukan uji lanjut atau uji pembanding least significant difference (LSD) untuk mengetahui pelatihan mana yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan power otot tungkai dengan bantuan SPSS 16.0 pada taraf signifikansi (α) 0,05. Kriteria pengambilan keputusannya, yaitu jika nilai signifikansi < 0,05, maka terdapat perbedaan yang signifikan. Sedangkan, jika nilai
F 8,912
Signifikansi .001
signifikansi > 0,05, maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Untuk mengetahui pelatihan mana yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan power otot tungkai dilakukan dengan cara membedakan nilai terkecil pada mean difference atau perbedaan rata-rata. Kriteria pengambilan keputusan berdasarkan nilai tertinggi pada mean difference serta ada tidaknya tanda ast ( * ) pada kolom ‘mean difference’. Jika tanda ast ( * ) ada di angka mean difference atau perbedaan rata-rata, maka perbedaan tersebut nyata atau signifikan. Sehingga pelatihan yang mendapat nilai tertinggi dan ada tanda ast ( * ) merupakan pelatihan yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan. Hal tersebut dikarenakan menggunkan satuan centimeter (cm) dalam melihat hasil yang terbaik dimana angka tertinggi membuktikan itu yang terbaik. Sehingga pelatihan yang mendapat nilai tertinggi merupakan pelatihan yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan power otot tungkai.
e-Journal Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume I Tahun 2016)
Tabel 04. Hasil Uji LSD Data Power Otot Tungkai (I) kelompok Knee tuck jump
(J) kelompok Double leg bound Kontrol Double leg Knee tuck bound jump Kontrol Kontrol Knee tuck jump Double leg bound
Mean Difference (IJ) Std. Error
Sig.
95% Confidence Interval Lower Upper Bound Bound
2.462
3.665
.506
-4.97
9.90
14.462*
3.665
.000
7.03
21.90
-2.462
3.665
.506
-9.90
4.97
12.000*
3.665
.002
4.57
19.43
-14.462*
3.665
.000
-21.90
-7.03
-12.000*
3.665
.002
-19.43
-4.57
Hasil uji least significant difference (LSD) diperoleh nilai signifikansi untuk kelompok knee tuck jump sebesar 0,001, kelompok double leg bound sebesar 0,001 dan kelompok kontrol sebesar 0,001. Nilai signifikansi 0,001 < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada semua kelompok. Selanjutnya, dilihat dari hasil mean difference power otot tungkai diperoleh pengaruh kelompok pelatihan Knee Tuck Jump lebih besar dibandingkan dengan kelompok pelatihan Double Leg Bound sebesar 2.462 dan pengaruh kelompok pelatihan Knee Tuck Jump lebih besar dibandingkan kelompok kontrol sebesar 14.462*. Hasil mean difference diperoleh pengaruh kelompok pelatihan Double Leg Bound lebih kecil dibandingkan kelompok pelatihan Knee Tuck Jump sebesar -2.462 dan pengaruh kelompok pelatihan Double Leg Bound lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol sebesar 12.000*. Sedangkan hasil mean difference diperoleh pengaruh pada kelompok kontrol lebih kecil dibandingkan kelompok Knee Tuck Jump sebesar -14.462* dan pengaruh kelompok kontrol lebih kecil dibandingkan kelompok Double Leg Bound sebesar -12.000*. Jadi, dari hasil uji least significant difference (LSD) power otot tungkai pelatihan Knee Tuck Jump mempunyai
pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan power otot tungkai dari pada pelatihan Double Leg Bound dengan hasil mean difference sebesar 2.462. Secara teoritis hasil pelatihan knee tuck jump berpengaruh terhadap peningkatan power otot tungkai dapat dijelaskan sebagai berikut: Gerakan pada pelatihan knee tuck jump bersifat tiba-tiba atau ekplosif ini tentunya akan sangat baik untuk perkembangan daya ledak otot tungkai yang hendak dilatih. Secara khusus gerakan ini mengembangkan otototot abductor paha, stabilizer lutut dan ankle. Besar kecilnya daya ledak yang dihasilkan oleh otot tungkai sangat dipengaruhi oleh kontraksi otot itu sendiri. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Faidlullah (2009) yang berjudul “Pengaruh Latihan Pliometrik Depth Jump Dan Knee Tuck Jump Terhadap Hasil Tendangan Lambung Atlit Sepak Bola Pemula Di Smp Al-Firdaus Surakarta” Kontraksi dari mekanisme gerakan knee tuck jump yaitu gerakan melompat yang dilakukan secara berulang-ulang akan memberikan suatu pembebanan terutama meningkatnya massa dan panjang otot tungkai yang dilatih. Dengan meningkatnya massa dan panjang otot tungkai secara tidak langsung akan mempengaruhi power otot
e-Journal Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume I Tahun 2016) tungkai.Jika pelatihan knee tuck jump sering dilakukan maka kontraksi pada otot tungkai juga akan sering terjadi hal ini juga menyebabkan kontraksi otot akan semakin cepat karena pada pelatihan ini terdapat unsur kekuatan saat melompat, sehingga kelompok otot yang dipengaruhi dalam pelatihan ini adalah otot paha, lutut, dan betis. Dengan adanya unsur kekuatan pada pelatihan knee tuck jump maka prinsip untuk melatih daya ledak sudah terpenuhi sehingga akan terjadi peningkatan daya ledak. Dari hasil uji dapat dilihat pada tabel 4.6. Hasil uji one way anova data daya ledak otot tungkai diperoleh nilai Fhitung sebesar 8.912 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001. Nilai signifikansi 0,001 data power otot tungkai lebih kecil dari nilai α (Sig < 0,05), sehingga hipotesis “pelatihan knee tuck jump berpengaruh terhadap peningkatan power otot tungkai” (hipotesis diterima). Secara teoritis hasil pelatihan double leg bound berpengaruh terhadap peningkatan power otot tungkai dapat dijelaskan sebagai berikut: Jika dilihat dari gerakannya pelatihan double leg bound sangat tepat untuk melatih daya ledak otot tungkai karena dari keadaan fleksi peranan otot-otot adalah menampung tekanan berupa berat badan karena titik berat badan diturunkan. Dalam keadaan demikian secepatnya beralih ke keadaan eksistensi pada saat melakukan tolakan sehingga dapat mempengaruhi tonus otot tungkai, masa otot, dan serabut otot tungkai. Daya ledak merupakan gabungan antara kekuatan dan kecepatan, jadi pada prinsipnya untuk melatih daya ledak harus melibatkan kekuatan dan kecepatan. “Kekuatan yaitu kemampuan otot dalam mengatasi tahanan dalam waktu yang relatif lama” (Sukadiyanto, 2005: 83). “Kecepatan yaitu kemampuan otot untuk menjawab rangsangan dalam waktu yang sesingkat mungkin” (Sukadiyanto, 2005: 105). Hasil pelatihan double leg bound berpengaruh terhadap daya ledak otot tungkai dapat dijelaskan sebagai berikut: sebuah pelatihan yang mengembangkan daya ledak otot tungkai khususnya
(gluteals, hamstrings, quadriceps, dan gastrocnemius. Latihan ini memiliki aplikasi yang luas untuk berbagai cabang olahraga yang melibatkan lompat/loncat, lari, angkat besi, dan renang (Furqon & Doewes, 2002: 2). Hasil penelitian ini didukung oleh Widarta Yasa (2014) yang berjudul “Pengaruh Pelatihan Plaiometrik Side Hop Dan Double Leg Bound Terhadap Daya Ledak (Power) Otot Tungkai”. Besar kecilnya daya ledak yang dihasilkan oleh otot tungkai sangat dipengaruhi oleh kontraksi otot itu sendiri. “Daya ledak dapat dinyatakan sebagai kekuatan eksplosif yang predominan kontraksi otot cepat dan kuat. Kedua unsur ini saling berpengaruh dan merupakan komponen yang sangat penting untuk melakukan aktivitas pada cabang olahraga yang membutuhkan kemampuan eksplosif” (Widarta Yasa ,2014). Dari hasil uji one way anova satu jalur data daya ledak otot tungkai diperoleh nilai Fhitung sebesar 8.912 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001. Hipotesis penelitian diterima apabila nilai signifikansi one way anova lebih kecil α (sig one way anova < 0,05). Nilai signifikansi 0,001 data power otot tungkai lebih kecil dari nilai α (Sig < 0,05), sehingga hipotesis “pelatihan double leg bound berpengaruh terhadap peningkatan power otot tungkai” (hipotesis diterima). Secara teoritis hasil penelitian terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan knee tuck jump dan pelatihan double leg bound terhadap power otot tungkai dijelaskan sebagai berikut: menurut Sukadiyanto, (2005: 6) mengemukakan bahwa pelatihan adalah penerapan dari suatu rencana untuk meningkatkan kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktek, metode, dan aturan pelaksanaan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Pelatihan juga dapat diartikan sebagai suatu gerakan fisik atau aktivitas mental yang dilakukan secara sistematis berulang-ulang (repetitif) dalam jangka waktu (durasi) lama, dengan pembebanan yang meningkat secara progresif dan individual, yang bertujuan untuk
e-Journal Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume I Tahun 2016) memperbaiki sistem serta fungsi fisiologi dan psikologi tubuh agar pada waktu melakukan aktivitas olahraga dapat mencapai penampilan yang optimal (Nala 1998: 1). Pelatihan knee tuck jump dan pelatihan double leg bound memiliki mekanisme gerakan yang berbeda. Pelatihan knee tuck jump mekanisme Gerakannya bersifat tiba-tiba atau ekplosif dengan cara kaki diangkat sampai lutut sejajar dengan dada. Ini tentunya akan sangat baik untuk perkembangan power otot tungkai yang hendak dilatih. Secara khusus gerakan ini mengembangkan otototot abductor paha, stabilizer lutut dan ankle. Sedangkan mekanisme gerakan pelatihan double leg bound adalah dengan posisi awal setengah jongkok tangan berada di samping kemudian meloncat ke depan dan ke atas dari keadaan fleksi peranan otot-otot adalah menampung tekanan berupa berat badan karena titik berat badan diturunkan. Dalam keadaan demikian secepatnya beralih ke keadaan eksistensi pada saat melakukan tolakan sehingga dapat mempengaruhi tonus otot tungkai, masa otot, dan serabut otot tungkai. Dari hasil uji least significant difference (LSD) diperoleh nilai signifikansi untuk kelompok knee tuck jump sebesar 0,001, kelompok double leg bound sebesar 0,001 dan kelompok kontrol sebesar 0,001. Nilai signifikansi 0,001 < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada semua kelompok. Selanjutnya, dilihat dari hasil mean difference power otot tungkai diperoleh pengaruh kelompok pelatihan knee tuck jump lebih besar dibandingkan dengan kelompok pelatihan double leg bound sebesar 2.462 dan pengaruh kelompok pelatihan knee tuck jump lebih besar dibandingkan kelompok kontrol sebesar 14.462. Hasil mean difference diperoleh pengaruh kelompok pelatihan double leg bound lebih kecil dibandingkan kelompok pelatihan knee tuck jump sebesar -2.462 dan pengaruh kelompok pelatihan double leg bound lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol sebesar 12.000. Sedangkan hasil mean difference
diperoleh pengaruh pada kelompok kontrol lebih kecil dibandingkan kelompok knee tuck jump sebesar -14.462 dan pengaruh kelompok kontrol lebih kecil dibandingkan kelompok double leg bound sebesar -12.000. Jadi, dari hasil uji least significant difference (LSD) power otot tungkai pelatihan knee tuck jump mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan power otot tungkai dari pada pelatihan double leg bound dengan hasil mean difference sebesar 2.462. Kendala yang dihadapi ketika pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama, ada beberapa siswa yang sulit untuk diarahkan. Kedua, kadang ada siswa yang datang terlambat sehingga ketika pelatihan sudah mulai masih ada siswa yang melakukan pemanasan. Ketiga, siswa ingin bertukar kelompok karena ingin melakukan pelatihan kelompok lain. Keempat, saat pelatihan berlangsung di minggu ke-3 (tiga) antusias siswa untuk mengikuti pelatihan mulai menurun dengan alasan capek. Kelima, ketika pelatihan berlangsung siswa ingin bermain sepak bola. Keenam, ketika pelatihan berlangsung beberapa siswa sering bercanda. Ketujuh, pernah ada siswa yang sakit sehingga tidak bisa mengikuti pelatihan secara keseluruhan. Penelitian ini terbatas pada pengaruh pelatihan knee tuck jump terhadap peningkatan power otot tungkai siswa putra ekstrakurikuler sepak bola SMA Negeri 2 Singaraja tahun ajaran 2015/2016. Subjek pada penelitian ini memiliki kisaran umur 15-17 tahun. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada sore hari, yaitu pada pukul 15.30-17.00 WITA bertempat dilapang Batlyon, Singaraja. Intrumen yang digunakan untuk mengukur power otot tungkai adalah tes vertical jump. SIMPULAN 1. Pelatihan knee tuck jump berpengaruh terhadap peningkatan power otot tungkai siswa peserta ekstrakurikuler sepak bola SMA Negeri 2 Singaraja tahun ajaran 2015/2016.
e-Journal Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume I Tahun 2016) 2. Pelatihan double leg bound berpengaruh terhadap peningkatan power otot tungkai siswa peserta ekstrakurikuler sepak bola SMA Negeri 2 Singaraja tahun ajaran 2015/2016. 3. Ada perbedaan pengaruh antara pelatihan knee tuck jump dan double leg bound terhadap peningkatan power otot tungkai siswa peserta ekstrakurikuler sepak bola SMA Negeri 2 Singaraja tahun ajaran 2015/2016, dimana pelatihan knee tuck jump lebih baik daripada double leg bound. SARAN 1. Bagi pelatih olahraga disarankan dapat menggunakan pelatihan knee tuck jump dan double leg bound sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan power otot tungkai. 2. Bagi atlet sebelum melaksanakan program pelatihan knee tuck jump dan double leg bound perlu memperhatikan set dan repetisi yang tepat karena setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda. 3. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian sejenis disarankan untuk penggunakan variabel dan sampel penelitian yang berbeda.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Harimbawa, I Gst Nym dkk. 2014. “Pengaruh Pelatihan Knee Tuck Jump Dan Split Jump Terhadap Peningkatan Kelentukan dan Power Otot Tungkai”. e-Journal IKOR, Volume 1, (hlm.9) Kadir,
Marwanto. 2014. “Pengaruh Pelatihan Double Leg Bound Terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai Dalam Olahraga Karate Pada Mahasiswa Jurusan PKO UNG Angkatan 2013 Putera”. Tesis_(tidak diterbitkan). Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo.
Kanca, I Nyoman. 2010. Buku AjarMetode Penelitian Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Tesis_(tidak diterbitkan). Singaraja:Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.
DAFTAR PUSTAKA Bompa, Tudor. 2009. Periodization Theory and Methodology of Training. Kanada: Human Kinetics.
-------, 2004. Pengaruh Pelatihan Fisik Aerobik dan Anaerobik terhadap Absorpsi Karbohidrat dan Protein. Disertasi (tidak diterbitkan). Surabaya: Program Pasca Sarjana UNAIR.
Faidlullah, Hilmi Zadah. 2009. “Pengaruh Latihan Pliometrik Depth Jump dan Knee Tuck Jump Terhadap Hasil Tendangan Lambung Atlit Sepak Bola Pemula di SMP Al-Firdaus Surakarta”. Jurnal Fisioterapi, Volume 9, (hlm.25)
Nurhasan. 2000. Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga, Jakarta: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.
Furqon & Doewes. 2002. Plaiometrik Untuk Meningkatkan Power, Surakarta: Program Study Ilmu Keolahragaan Program pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Harsono. 1988. Coaching dan Aspekaspek Psikologis dalam Coaching,
Marchant’s. 2015. “Wall Mounted Vertical Jump Board”. Tersedia pada http://www.marchants.com/WallMounted-Vertical-Jump-Boardp/u9.htm (diakses tanggal 8 Januari 2016). Nala, Ngurah. 1998. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: UNUD
e-Journal Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume I Tahun 2016) -------, 1992. Kumpulan Tulisan Olahraga. Denpasar: UNUD Pekik,
Irianto Djoko. 2002. Dasar Kepelatihan, Yogyakarta: Surat Perjanjian Pelaksanaan Penulisan Diklat.
Rismoko, Afri dkk. 2013. “Sumbangan Hiperekstensi Togok, Kekuatan Otot Perut, Dan Leher Terhadap Kemampuan Heading”. Journal of Sport Sciences and Fitness, Volume 1, (hlm.9) Sajoto,
Muchamad. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Santoso, Singgih. 2011. Mastering SPSS Versi 19. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sukadiyanto. 2005. Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik, Yogyakarta: Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta. Widarta
Yasa, I Made dkk. 2014. “Pengaruh Pelatihan Plaiometrik Side Hop Dan Double Leg Bound Terhadap Daya Ledak (Power) Otot Tungkai”. e-Journal IKOR, Volume 1, (hlm.8)
Widjaja, Surya. 1998. The Anatomy of Motion. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.