DISEMINASI HASIL PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI SELATAN RINGKASAN Teknologi spesifik lokasi kajian BPTP Sulawesi Selatan sudah banyak dihasilkan namun masih banyak pula yang belum sampai dan diterapkan petani di lapangan, sehingga kenyataan sampai saat ini tingkat produktivitas petani masih rendah. Rendahnya produktivitas tersebut selain karena teknologi yang ada pada petani masih bersifat rekomendasi umum, juga disebabkan teknologi yang mereka terapkan masih dibawah standar rekomendasi. Untuk itulah maka teknologi spesifik lokasi yang dihasilkan harus segera disebarluaskan kepada petani dan pengguna teknologi lainnya. Untuk mempercepat penyaluran teknologi kepada pengguna diperlukan informasi, komunikasi dan diseminasi diantaranya dengan metode peragaan teknologi / demonstrasi berupa Gelar Teknologi dan Visitor Plot. Oleh karena kegiatan informasi, komunikasi, dan diseminasi teknologi pertanian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan penelitian dan pengkajian, maka pelaksanaannya dikaitkan dengan kegiatan penelitian dan pengkajian yang bersifat unggul serta mempunyai nilai komersial. Lokasi kegiatan diupayakan mendekati lokasi pengguna (lahan petani) dan mempunyai ciri-ciri ZAE yang sama dengan lokasi penelitian dan pengkajian dimana teknologi tersebut dihasilkan. Beberapa jenis kegiatan diseminasi yang dilakukan adalah Gelar teknologi (produksi padi dan produksi jagung), Visitor Plot (5 unit), Klinik Teknologi Pertanian, Unit Komersalisasi Teknologi (UKT), Forum Komunikasi Peneliti, Penyuluh, dan KTNA, Pendampingan Teknologi, Seminar Bulanan, Pengembangan Perpustakaan, dan Koleksi Plasma Nutfah. Tujuan kegiatan adalah (1). menyalurkan / memperagakan 8 paket teknologi spesifik lokasi hasil penelitian dan pengkajian, melalui peragaan / demplot serta media lainnya; dan (2). Mendapatkan umpan balik dari pengguna teknologi melalui Forum Komunikasi Peneliti, Penyuluh, dan KTNA, Seminar Bulanan, Unit Komersalisasi Teknologi, dan Klinik Teknologi Pertanian. Sedangkan keluaran yang diharapkan adalah sebanyak 8 paket teknologi hasil litkaji BPTP diketahui dan dipahami pengguna melalui Gelar Teknologi dan Visitor Plot dan didapatkannya informasi dari pengguna tentang penerapan, kendala, kebutuhan teknologi di lapangan. Hasil kegiatan untuk media peragaan / demplot (Gelar Teknologi dan Visitor Plot) pada umumnya teknologi yang diterapkan sangat direspon oleh petani meskipun tidak semua komponen teknologi yang diperlihatkan/diperagakan belum sepenuhnya dapat diterapkan secara utuh oleh petani. Peranan penyuluh, pemerintah daerah, BPSB, swasta dan instansi terkait sangat mendukung percepatan sosialisasi penggunaan benih dan ketersediaan benih bermutu di tingkat lapang. Hasil evaluasi pelaksanaan KLITTAN diperlukan pembinaan kelembagaan petani secara detail dan mendalam dengan memfokuskan pada pendekatan sosial masyarakat (95 %), pembinaan kepemimpinan (85 %), membangun jiwa kewirausahaan (85 %), dan pembenahan administrasi (75 %). Seminar bulanan dilaksanakan 12 kali terdiri dari beberapa materi dari hasil-hasil pertemuan, pelatihan dalam ataupun luar negeri, serta hasil
2
penelitian/pengkajian. Forum Komunikasi Peneliti, Penyuluh, dan KTNA menjadi perhatian dari semua peserta untuk ditindak lanjuti dan hasilnya akan dievaluasi pada pertemuan berikutnya, termasuk hal-hal yang perlu pembahasan lebih lanjut. Pengembangan perpustakaan berupa penambahan peralatan, sosialisasi dan pengumpulan data serta entry data pustaka, dan pembinaan SDM melalui magang serta pelatihan/kursus Bahasa Inggeris 100 jam. Kata kunci : transfer teknologi, gelar teknologi, visitor plot, klinik teknologi pertanian, unit komersalisasi pertanian, seminar bulanan, forum komunikasi peneliti, penyuluh, dan KTNA
www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
3
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Teknologi hasil penelitian dan pengkajian telah banyak dihasilkan baik oleh Balit, Puslit, maupun BPTP dan telah ada yang diterapkan oleh petani. Namun demikian teknologi spesifik lokasi hasil litkaji belum sepenuhnya dapat diadopsi oleh pengguna sesuai dengan harapan. Selama ini dinilai bahwa proses alih teknologi dari lembaga penelitian ke pengguna akhir cukup lamban, sebagai akibat terbatasnya sosialisasi kepada pengguna dan informasi hasil penelitian masih sangat ilmiah sehingga sulit diterjemahkan kedalam bahasa penyuluhan yang dapat dipahami dan diadopsi oleh pengguna, petani dan swasta (Syam, et, al., 1003). Teknologi hasil litkaji dapat bermanfaat apabila digunakan oleh petani-nelayan dan pengguna teknologi lainnya di dalam usahataninya. Guna memperkecil kesenjangan antara hasil teknologi dengan yang diadopsi oleh petani, maka keberadaan BPTP diharapkan akan dapat mengatasi hal ini. Sebagai unit kerja penelitian dan pengkajian pertanian yang ada di wilayah, BPTP bertugas menyediakan teknologi tepat guna spesifik lokasi sesuai dengan kondisi biofisik dan sosial ekonomi petani diwilayah kerjanya dan bertanggungjawab dalam alih teknologi melalui kegiatan Diseminasi Hasil Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Sampai saat ini BPTP Sulawesi Selatan telah banyak menghasilkan teknologi spesifik lokasi dan telah dimanfaatkan di tingkat lapangan oleh pengguna untuk mendukung Program Pembangunan di Sulawesi Selatan. Sesuai dengan Rencana Strategis BPTP Sulawesi Selatan yang telah disusun, ditetapkan program kegiatan penelitian pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian untuk jangka pendek dan jangka panjang. Khusus untuk kegiatan informasi, komunikasi dan diseminasi teknologi pertanian, program jangka pendek yang telah ditetapkan adalah penyebarluasan teknologi hasil penelitian dan pengkajian yang telah direkomendasikan. Materi teknologi yang direkomendasikan merupakan kebutuhan teknologi spesifik lokasi bagi petani/nelayan di Sulawesi Selatan. Hal ini diperlukan karena kenyataan menunjukkan di lapangan bahwa teknologi yang digunakan oleh petaninelayan masih menggunakan rekomendasi yang bersifat umum, bahkan tingkat penerapannya masih dibawah rekomendasi. Apabila teknologi yang bersifat umum www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
4
diterapkan dalam skala luas pada agroekologi yang beragam, maka hasil yang diperoleh tidak optimal (Manwan, 1996). Laporan hasil survey yang dilakukan Kasiyani (1999) menyatakan bahwa pembangunan pertanian masa depan pada tingkat kabupaten di seluruh Sulawesi Selatan, memerlukan teknologi anjuran yang bersifat spesifik lokasi. Sampai dengan tahun 2005, kegiatan informasi, komunikasi dan diseminasi teknologi pertanian yang dilaksanakan belum mampu memenuhi jumlah kebutuhan di lapangan. Untuk itu, kegiatan informasi, komunikasi dan diseminasi yang dilaksanakan pada tahun 2007 kualitas dan kuantitasnya akan ditingkatkan. Materi teknologi yang dideminasikan merupakan kebutuhan pengguna di lapangan yang diinventarisasi melalui PRA, umpan balik dari pengguna teknologi yang diperoleh pada saat Temu Lapang, Temu Aplikasi Teknologi, Temu Informasi, dan Seminar, serta melalui surat-menyurat, telepon, kunjungan pengguna ke BPTP dan pertemuan Tudang Sipulung. Agar penyaluran teknologi spesifik lokasi dapat dipercepat dan mengenai sasaran, diperlukan media yang efektif. Media yang efektif dalam metode penyuluhan pertanian untuk menyebarluaskan teknologi adalah melalui pendekatan multi media yaitu kombinasi antara berbagai bentuk media. Penyaluran teknologi yang dilakukan melalui kombinasi berbagai bentuk media, akan mempercepat proses adopsi kepada petani-nelayan (Padmanegara, 1983). Dengan demikian penyampaian teknologi antara lain melalui Gelar Teknologi dan Visitor Plot ataupun Ekspose / peragaan. Materi teknologi yang didesiminasikan melalui tatap muka dan peragaan antara lain : gelar teknologi, visitor plot, dan demplot meliputi teknologi spesifik lokasi hasil penelitian dan pengkajian yang dilakukan BPTP Sulawesi Selatan, serta lembaga penelitian lain. Teknologi tersebut telah teruji di lapangan baik biofisik dan sosial ekonomi. Oleh karena kegiatan informasi, komunikasi dan diseminasi teknologi pertanian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan penelitian dan pengkajian, maka pelaksanaannya dikaitkan dengan kegiatan penelitian dan pengkajian. Materi teknologi yang dipilih dari hasil penelitian dan pengkajian yang bersifat unggul serta mempunyai nilai komersial. Lokasi kegiatan diupayakan mendekati lokasi pengguna (lahan petani) dan mempunyai ciri-ciri ZAE yang sama www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
5
dengan lokasi penelitian dan pengkajian dimana teknologi tersebut dihasilkan. Demikian
pula
dengan
penyebaran
media
tercetak,
lokasinya
harus
mempertimbangkan ZAE yang sama dengan lokasi penelitian dan pengkajian. 2. Tujuan Menyalurkan
paket teknologi spesifik lokasi hasil penelitian dan pengkajian,
melalui Gelar Teknologi, Visitor Plot, dan Klinik Teknologi Pertanian kepada petani nelayan, Penyuluh Pertanian dan pengguna teknologi lainnya di Sulawesi Selatan. 3. Keluaran Paket teknologi hasil litkaji BPTP, diketahui dan dipahami pengguna melalui media Gelar Teknologi, Visitor Plot, dan Klinik Teknologi Pertanian 4. Perkiraan Manfaat dan Dampak a. Manfaat Teknologi hasil litkaji BPTP menjadi materi penyuluhan oleh penyuluh dan petunjuk teknis dalam aplikasi teknologi oleh pengguna dalam mengelola usahataninya dilapangan b. Dampak Meluasnya penggunaan inovasi teknologi hasil litkaji BPTP kepada petani dan pengguna teknologi lainnya sehingga meningkat produktivitasnya, pendapatannya, kesempatan kerja dan peluang usaha dalam usahatani. 5. Pendekatan Pemilihan metode/kegiatan diseminasi dan media komunikasi dari Sub program informasi, komunikasi dan diseminasi, tergantung dari berbagai faktor, antara lain : 1. Tujuan yang akan dicapai 2. Latar belakang sosial ekonomi dan budaya dari khalayak yang akan dituju 3. Populasi khalayak yang akan dijangkau 4. Ketersediaan sumberdana, waktu, kemampuan sumberdaya manusia pelaksana, ketersediaan peralatan/equipments komunikasi dari BPTP dan lokasi kegiatan, dan ketersediaan infrastruktur komunikasi. Pertimbangan efisiensi dan efektivitas didalam upaya mencapai tujuan kegiatan merupakan pertimbangan utama dalam pemilihan metode/kegiatan diseminasi dan www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
6
media komunikasi yang dapat dipilih dalam pelaksanaan Sub program dari program informasi, komunikasi dan diseminasi di BPTP Metode kegiatan diseminasi dan media komunikasi yang dapat dipilih dalam pelaksanaan Sub program dari program informasi, komunikasi dan diseminasi di BPTP Sulawesi Selatan dapat dipaparkan sebagai berikut : -
Metode peragaan/demonstrasi teknologi (Gelar Teknologi, Visitor Plot) dan Pameran/Expose (Klinik Teknologi Pertanian)
-
Metode Tatap Muka ( Pendampingan Teknologi, Forum Komunikasi Peneliti, Penyuluh, dan KTNA, Seminar Bulanan) Proses diseminasi dilakukan melalui pemahaman secara singkat
hasil
penelitian/pengkajian
pertanian,
terutama
diseminasi
didaerah-daerah
lokasi
pengkajian/penelitian dan tingkat penerapan teknologi petani nelayan setempat. Disamping itu dilakukan identifikasi kebutuhan teknologi petani nelayan, penyuluh dan pengguna teknologi lainnya melalui PRA. Hasil studi awal ini diaplikasikan berdasarkan kesesuaian media penyaluran teknologi yang akan dibuat/dipergunakan dalam penyuluhan pertanian. Pengumpulan data dilakukan pada persiapan pelaksanaan kegiatan dan pada saat akhir kegiatan. Pada saat persiapan pelaksanaan kegiatan, data yang dikumpulkan meliputi tingkat penerapan teknologi, kebutuhan teknologi, jenis komoditas sesuai ZAE, jumlah sasaran, tingkat pendidikan sasaran dan teknologi yang tersedia. Cara pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan data skunder dari instansi terkait. Pada akhir kegiatan dilakukan evaluasi kesesuain metode/media dengan sasaran kesesuaian teknologi dengan kebutuhan petani nelayan, penerimaan/adopsi dan umpan balik.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
7
II. TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan yang realistik dan kritis perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang multi komplek (teknis, sosial, ekonomis) guna menciptakan peluang maju untuk mengoptimalkan sumberdaya manusia dalam sektor pertanian, diperlukan faktor pendukung yaitu pemasyarakatan dan pemanfaatan teknologi (Priyanti, dkk., 1997). Untuk mencapai hal ini, maka teknologi harus disalurkan dengan segera kepada kepada petani di lapangan dengan menggunakan beberapa metode pendekatan. Hasil studi sistem penyampaian hasil penelitian dan umpan balik yang dilakukan di beberapa Propinsi menunjukkan bahwa sistem yang berlaku dewasa ini perlu disempurnahkan agar arus informasi hasil penelitian dapat berjalan lancar. Beberapa faktor yang menyebabkan kekurang lancaran informasi antara lain terletak pada bahan informasi dan cara penyajiannya, pelaku, mekanisme, dan kelembagaan (Badan Litbang Pertanian, 1993). BPTP sebagai lembaga pengkaji dan penyedia teknologi pertanian spesifik lokasi juga bertanggung jawab dalam alih teknologi melalui kegiatan pokok Diseminasi Hasil Penelitian
(DHP).
DHP
diartikan
sebagai
subjek
penyebar
luasan
untuk
mengkomunikasikan hasil penelitian dan pengkajian teknologi spesifik lokasi yang diharapkan dapat memberikan dampak bagi peningkatan pendapatan sasaran (Kushartati, dkk., 1994). Penyaluran hasil penelitian dan pengkajian yang sudah dirakit atau komponen teknologi yang sudah dihasilkan oleh Balai Penelitian agar bermanfaat, maka perlu diperkenalkan ke petani maupun pengguna lainnya secara spesifik lokasi (Nugroho, 1994). Untuk mempercepat penyaluran teknologi spesifik lokasi hasil penelitian dan pengkajian di Sulawesi Selatan guna mendukung pembangunan pertanian diperlukan wadah penyampaian dengan pendekatan multi media diantaranya. Pemilihan metode kegiatan diseminasi dan media komunikasi menggunakan perpaduan beberapa pendekatan antara lain : 1). Melalui program teknologi dan informasi (Komersalisasi Teknologi, Gelar Teknologi, dan Visitor Plot), 2). Melalui komunikasi tatap muka (Forum Komunikasi Peneliti, Penyuluh, dan KTNA, Klinik Teknologi Pertanian, Seminar Bulanan, dan Pendampingan Teknologi. Sebagai sasaran penyaluran teknologi adalah petani, nelayan, penyuluh, swasta, Dinas/Instansi terkait di Sulawesi Selatan. Melalui perpaduan beberapa kegiatan tersebut diharapkan dapat mempercepat dan meningkatkan penguasaan teknologi oleh penyuluh pertanian dan petani serta pengguna teknologi lainnya di kabupaten se- Sulawesi Selatan. www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
8
Pelaksanaan penyaluran teknologi akan dikoordinasikan dengan Dinas / Instansi terkait dan BIPP / KIPP Kbaupaten. Teknologi yang disalurkan dapat dimanfaatkan oleh penyuluh sebagai bahan penyuluhan, sebagai bahan acuan bagi petani dan pengguna teknologi lainnya dalam mengelola usahataninya serta sebagai bahan bagi instansi pengambil kebijakan pembangunan pertanian dalam berperan sebagai fungsi pengaturan dan pelayanan di lapangan.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
9
III.
METODOLOGI
a. GELAR TEKNOLOGI PEMUPUKAN PADI SPESIFIK LOKASI 1. Waktu dan Tempat Kegiatan ini dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2007, yang difokuskan pada aspek penerimaan petani terhadap teknologi yang dideseminasikan. Lokasi kegiatan di Desa Beru-Beru, Kecamtana Kalukku, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang potensil untuk pengembangan padi karena sesuai dengan syarat tumbuh dan kondisi agroekosistem wilayah. Kegiatan ini berlangsung dari bulan Januari sampai Desember 2007. 2. Ruang Lingkup Kegiatan -
Kegiatan diawali dengan Survei lokasi, pembentukan tim pelaksana dan koordinasi di tingkat lapangan
dalam rangka penentuan lokasi dan petani
pelaksana serta operasional lapangan -
Metode analisis yang digunakan meliputi : analisis sdeskriptif untuk melihat kelayakan teknis teknologi introduksi, analisis financial untuk melihat kelayakan teknologi introduksi dalam kaitannya dengan input out put serta R/C ratio.
-
Parameter yang diamati: (1) Komponen hasil dan produksi tanaman, (2) Respon petani terhadap teknologi tersebut.
3. Metode a. Persiapan
Survei lokasi
Konsultasi dengan instansi terkait
Penentuan lokasi/ petani kooperator
Persiapan bahan dan paket teknologi
b. Pelaksanaan Gelar
Pengolahan tanah sempurna
Umur bibit untuk tapin 10-15 hari
Varietas unggul Cigeulis, Cimelati, Ciherang, Cisantana, Sarina, Mekongga, Gilirang, dan Setail
Jarak tanam 20x 20 cm, jumlah bibit per rumpun 1-3 tanaman / rumpun www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
10
Pemupukan spesifik lokasi (Urea menggunakan BWD, SP-36, dan KCl) rekomendasi setempat
Penanaman bibit umur muda (± 15 hari) satu batang, sedang tabela dilaksanakan ± 10 hari setelah tapin
Pemeliharaan : penyulaman, penyiangan sesuai dengan keadaan lapangan serta pengendalian hama dan penyakit berdasarkan konsep PHT
Panen dan pasca panen
c. Temu Lapang. Untuk mengetahui tingkat pemahaman dan persepsi petani serta hambatanhambatan pelaksanaan dilapangan terhadap teknologi yang digelarkan. Kegiatan ini dilakukan menjelang atau saat panen dengan melibatkan Aparat Pemda, peneliti, penyuluh, petani pelaksana dan kelompok tani lainnya. B. GELAR TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG 1. Waktu dan Tempat Kegiatan Gelar dilaksanakan mulai bulan Januari s.d. Desember 2007, berlokasi di Kelurahan Galung, Kecamatan Liliriaja, Kabupaten Soppeng dengan pertimbangan merupakan daerah potensial untuk tanaman jagung berdasarkan perwilayahan komoditas dan AEZ serta merupakan komoditas komersial unggulan setelah padi dan petani responsif terhadap teknologi baru. Kegiatan difokuskan pada aspek penerimaan petani terhadap teknologi yang didesiminasikan. 2. Ruang Lingkup Kegiatan a. Kegiatan persiapan meliputi pembentukan Tim pelaksana, survey lokasi, koordinasi dengan instansi terkait, PRA penentuan kelompok tani sasaran dan apresiasi b. Analisis yang digunakan meliputi analisis diskriptif untuk melihat kelayakan teknologi yang diintroduksi, analisis finansial untuk melihat R/C ratio dan respon petani. c. Parameter yang diamati : Komponen hasil dan produksi tanaman dan respon petani terhadap teknologi tersebut.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
11
3. Metode a. Persiapan -
Survei lokasi
-
Konsultasi dengan instansi terkait
-
Penentuan lokasi dan kelompok sasaran
-
Pengadaan bahan dan peralatan pendukung kegiatan
-
Persiapan paket teknologi
b. Pelaksanaan Persiapan lahan sesuai kebiasaan petani Tanpa Olah Tanah (TOT), pembuatan saluran drainase, menyemprot dengan herbisida Gramoxon 7 hari sebelum tanam Varietas yang digunakan adalah varietas Srikandi Kuning, Bisma, Sukmaraga, N 35, dan Bisi-2 dengan kebutuhan benih 25 kg/ha Penanaman dilakukan dengan cara
tugal, jarak tanam 75 x 40 cm (2
tanaman/lubang) Pupuk organik sebanyak 2 ton/ha (50 gr/lubang tanam) sebagai penutup lubang. Pupuk an organik 450 kg Urea untuk varietas hibrida, 350 kg untuk jagung komposit, 100 kg ZA, 150 kg SP-36, dan 50 kg KCl diberikan 2 kali yaitu ½ Urea + ZA, SP-36, dan KCl pada saat tanaman berumur 10-12 HST. Sisa Urea diberikan pada saat umur 6 MST, dengan cara tugal sekitar 5-7 cm dari phon tanaman. 3-4 MST tanaman disiangi dengan menggunakan cangkul Pengendalian hama dan penyakit sesuai kaidah PHT Penanganan panen yang tepat c. Temu Lapang Pelaksanaan Temu Lapang dirangkaikan dengan pelaksanaan praktek teknologi pemrosesan tepung sagu menjadi glukosa. Aplikasi teknologi tersebut di lakukan dihadapan anggota kelompok tani disekitar lokasi kegiatan. Pada kegiatan Temu Lapang dilakukan pencatatan umpan balik dari para peserta. Peserta Temu Lapang, selain anggota kelompok pelaksana gelar, juga diundang anggota kelompok lain yang juga diundang pemerintah setempat, penyuluh pertanian, Dinas Lingkup Pertanian, Dinas Perindustrian dan swasta. www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
12
C. VISITOR PLOT USAHATANI TERPADU JAGUNG – SAPI DI KP GOWA 1. Waktu dan Tempat Kegiatan visitor plot dilaksanakan mulai bulan Januari sampai Desember 2007 di Kebun Percobaan (KP) Bajeng, Kabupaten Gowa BPTP Sulawesi Selatan. 2. Ruang lingkup kegiatan - Pengawetan pakan - Pemanfaatan limbah - Pembuatan Pupuk Organik 3. Metode - Pengawetan Pakan Pakan diawetkan dengan metode fermentasi terbuka dengan menggunakan starbio, urea, dan air. Pada kegiatan ini limbah pertanian yang diawetkan (fermentasi) untuk pakan adalah jerami jagung dan padi - Prosedur Pengawetan Jerami jagung kering panen yang sudah dikumpulkan diperkirakan 1 ton ditumpuk selapis demi lapis dengan ketebalan ± 15-20 cm, selanjutnya ditaburi starbio dan Urea kemudian dipercik air. Kegiatan ini diulang sampai tumpukan jerami ± 1,5-2 meter. Jerami dibiarkan selama 21 hari ditempat yang bebas dari sinar matahari langsung dan tidak lembab. Jerami yang sudah difermentasi diangin-anginkan sebelum diberikan ke ternak atau disimpan sebagai persediaan pakan. Penyimpanan jerami ditempatkan dalam gudang. - Pemanfaatan Limbah Pemanfaatan limbah berupa jerami jagung sebagai pakan menggunakan dengan sistem feedlot. Jerami jagung dan air minum diberikan secara adlibitum. Feed suplemen berupa campuran dedak, molasses dan garam 500 gr/ekor/hari. - Pembuatan Pupuk Organik Serbuk gergaji sebagai alas kandang bercampur dengan manure ditaburi dengan Mikroba Stardek (SD) dan dibiarkan selama ± 1 bulan dalam kandang. Selanjutnya dikeluarkan dan dikumpul kemudian dibalik setiap 7 hari (1 minggu). Selama 4 minggu (hari ke-28) mengalami pembalikan 4 kali kemudian dicampur kapur pertanian, diayak, dan dikemas menjadi pupuk organik.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
13
D. VISITOR PLOT USAHATANI KAMBING DI KP JENEPONTO 1. Waktu dan Tempat Kegiatan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan (KP) Jeneponto, Kabupetan Jeneponto pada bulan Januari – Desember 2007. 2. Ruang Lingkup Kegiatan a. Persiapan Persiapan dilakukan sebelum pelaksanaan diantaranya adalah penyiapan ternak kambing, kandang, dan peralatan lainnya. b. Aplikasi teknologi Teknologi yang diaplikasikan adalah formulasi pakan dengan menggunakan pakan lokal dan disusun dengan kandungan protein yang sama. Pencegahan penyakit dilakukan terutama untuk pencegahan penyakit cacing dan pemberian vitamin sebelum teknologi diaplikasikan. Untuk mmenuhi kebutuhan akan mineral dan vitamin kedalam pakan ditambahkan pikuten. Pakan disusun atas 2 kelompok, dengan komposisi sebagai berikut : A : daun gamal, dedak padi, dan tepung ikan (45 : 30 : 25) B : daun temate, dedak padi, dan tepung ikan (45 : 30 : 25), masing-masing pakan ditambahkan pikuten sebanyak 0,05 kg/ekor/hari. Jumlah pakan diberikan sebanyak 30 % dari bobot badan berdasarkan bahan kering, air minum diberikan secara ad libitum. c. Pengumpulan dan analisis data Data yang dikumpulkan adalah bobot badan, lingkar dada, tinggi pundak, panjang badan, mortalitas, dan bobot lahir. Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik sederhana. E. VISITOR PLOT USAHATANI TERPADU PADI – SAPI DI KP MARIRI 1. Waktu dan Tempat Pelaksanaaan kegiatan dimulai pada bulan Januari s/d Desember 2007. Adapun tempat/lokasi dilakukan di Kebun Percobaan Mariri
www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
14
2. Ruang Lingkup Kegiatan a. Persiapan Dalam tahapan ini kegiatan yang akan dilaksanakan adalah pembuatan rencana operasional kegiatan. Tujuannya adalah menentukan materi dan biaya-biaya yang dibutuhkan serta teknologi yang diintroduksi secara terarah dan secara detail. b. Kegiatan Lapangan Kegiatan yang akan dilakukan yaitu : - Pembuatan kandang kolektif - Fermentasi jerami sebagai pakan ternak sapi - Proses pembuatan pupuk organik c. Pengumpulan data Data yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis sesuai dengan jenisnya yaitu data yang dianalisis secara statistik adalah data hasil pengukuran produksi. d. Analisis Data Model analisis yang digunakan adalah analisis data secara deskriptif dan uji “t” F. VISITOR PLOT USAHATANI KAMBING DI KP BONE-BONE 1. Waktu dan Tempat Pelaksanaaan kegiatan dimulai pada bulan Januari s/d Desember 2007. Adapun tempat/lokasi dilakukan di Kebun Percobaan KP Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara. 2. Ruang Lingkup Kegiatan a. Persiapan Dalam tahapan ini kegiatan yang dilakukan adalah persiapan ternak kambing, kandang serta peralatan lainnya. b. Aplikasi paket teknologi Teknologi yang diaplikasikan adalah formulasi pakan dengan menggunakan pakan lokal dan disusun dengan kandungan protein yang sama. Pencegahan penyakit dilakukan terutama untuk pencegahan penyakit cacing dan pemberian vitamin sebelum teknologi diaplikasikan. Ternak kambing yang terdiri dari 20 ekor kambing Kacang betina dan 1 ekor kambing jantan PE ditempatkan dalam kandang individu dengan ukuran 1 x 1 m www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
15
dan masing-masing dilengkapi dengan palaka dan tempat air minum. Tipe kandang yang digunakan adalah kandang panggung. Sebelum aplikasi teknologi dimulai, terlebih dahulu kepada ternak diberikan obat cacing untuk pencegahan penyakit cacing dan diberikan vitamin. Pakan yang digunakan adalah pakan lokal berupa daun gamal, daun tamate, dedak padi, dan tepung ikan dengan kandungan protein 16 %. Untuk memenuhi kebutuhan akan mineral dan vitamin kedalam pakan ditambahkan pikuten. Pakan disusun atas 2 kelompok, yaitu pakan A dengan komposisinya adalah daun gamal, dedak padi, dan tepung ikan (perbandingan 45 : 30 : 25) dan pakan B dengan komposisinya terdiri daun tamate, dedak padi, dan tepung ikan (perbandingan 45 : 30 : 25). Kedua jenis pakan tambahan pikuten sebanyak 0,05 kg/ekor/hari. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 30 % dari bobot badan berdasarkan bahan kering. Air minum diberikan secara ad libitum. Perlakuan pakan hanya dilakukan 1 bulan karena semua kambing terserang penyakit kudis. Bulan berikutnya kambing dilepas sama dengan kebiasaan peternak kambing yang melepas kambingnya pada musim kemarau. c. Pengumpulan data Data yang dikumpulkan berupa : 1. Aspek teknis, meliputi : bobot badan awal, PBBH, bobot akhir, bobot lahir, ukuran tubuh (lingkar dada, tinggi pundak, panjang badan, dan panjang telinga), konsumsi pakan, efisiensi pakan, konversi pakan, angka kelahiran. 2. Aspek sosial, meliputi respon petani terhadap teknologi yang diintroduksikan 3. Aspek ekonomi d. Analisa data Data aspek teknis dianalisis secara statistik berdasarkan petunjuk Steel dan Toree (1993). Perbedaan respon diuji dengan sidik ragam. Aspek sosial dianalisis secara deskriptif, sedangkan aspek ekonomi menggunakan analisis B/C ratio. G. VISITOR PLOT USAHATANI TANAMAN HIAS DI BPTP SULSEL 1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Visitor Plot dilaksanakan pada bulan Januari – Desember 2007 di Kebun BPTP Sulsel. www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
16
2. Ruang Lingkup Kegiatan -
Persiapan
-
Pembuatan pupuk organik padat (kompos) dan pupuk organik cair serta menganalisa kandungannya
-
Mencampur media tanam
-
Penyediaan rak-rak tanaman dan bahan tanaman hias
-
Penanaman dan penataan tanaman dalam rak-rak tanaman
-
Pemupukan tanaman anggur
-
Pemeliharaan dan para-para perambatan anggur
3. Pengumpulan Data Data dikumpulkan dan dianalisis secara statistik 4. Temu Lapang 5. Pelaporan dan Seminar H. KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN 1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan ini direncanakan dilaksanakan Kabupaten Takalar dan Maros, sebagai lanjutan dari klinik Teknologi tahun 2006. Waktu pelaksanaan pada bulan Januari – Desember 2007. 2. Cakupan Kegiatan Kerjasama pengelolaan informasi dalam sistem jaringan dilakukan dengan pembagian struktur, fungsi dan tugas masing-masing untuk saling mengatasi kelemahan dengan kekuatan yang ada. Rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam pengembangan sumberdaya informasi IPTEK, diseminasi dan jaringan informasi terdiri dari : (1) Identifikasi dan inventarisasi potensi (2) Pengembangan sarana dan prasarana yang kompatibel di masing-masing lokasi terpilih; (3) Pengembangan tenaga
melalui
keterampilan; pengolahan
pelatihan
untuk
memperluas
wawasan
dan
meningkatkan
(4) Pengembangan koleksi informasi; (5) Dokumentasi dan informasi;
(6)
Pemanfaatan
bersama
informasi
teknologi
pertanian/koleksi pustaka. Kegiatan (a) :
www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
17
Identifikasi dan inventarisasi potensi yang dimiliki masing-masing lokasi yang terpilih melalui PRA untuk memperoleh data sebagai dasar untuk mengembangkan kegiatan selanjutnya. Identifikasi dan inventarisasi yang dilakukan terhadap potensi kelembagaan, potensi SDM, potensi kelompok tani, informasi dan teknologi pertanian yang berkembang di lokasi. Data yang terkumpul kemudian ditabulasi dan diolah untuk menentukan jenis-jenis informasi/teknologi yang dapat dikembangkan. Kegiatan (b) : Pengembangan sarana dan prasarana yang kompatibel bertujuan untuk melengkapi posko dengan sarana yang diperlukan untuk pengembangan sumberdaya informasi IPTEK, diseminasi dan jaringan informasi. Kegiatan (c) Pengembangan tenaga melalui pelatihan
bertujuan
terdidik dan terampil untuk mengembangkan
mempersiapkan
tenaga
sumberdaya informasi IPTEK,
diseminasi dan jaringan informasi melalui penyiapan/pembuatan media informasi (tercetak dan elektronik). Kegiatan (d) Pengembangan koleksi informasi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi teknologi pertanian secara tepat dan benar, kerjasama tersebut dapat berupa seleksi bahan pustaka, pertukaran informasi teknologi pertanian, dan pengadaan informasi teknologi pertanian Kegiatan (e) Dokumentasi dan pengolahan informasi bertujuan untuk menyiapkan informasi, mengolah dan membuat media informasi teknologi pertanian yang dibutuhkan Kegiatan (f) Pemanfaatan bersama informasi yang lebih fleksibel baik dokumentasi yang ada ataupun hasil pembuatan media informasi sendiri sesuai perkembangan teknologi informasi yang berlangsung cepat dan terus menerus. 6. Jenis Data dan Informasi Jenis data dan informasi yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dari hasil pelaksanaan kegiatan pengembangan sumberdaya informasi IPTEK, diseminasi dan jaringan informasi dan kegiatan lainnya yang menunjang. Data sekunder lainnya
www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
18
pada instansi terkait, berupa laporan, buku, catatan yang ada hubungannya dengan kegiatan yang dilakukan untuk dijadikan referensi. 7. Tahapan Kegiatan a. Persiapan Kegiatan dimulai dengan identifikasi kebutuhan informasi dan penjajakan lokasi dengan metode Participatory Rural Appraisal (PRA), untuk mengetahui keragaan kebutuhan informasi teknologi, wilayah dan kondisi lokasi secara fisik dan dukungan fasilitas yang tersedia saat ini serta kondisi sumberdaya manusia. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran umum dan kondisi awal sehingga dapat dilakukan penyesuaian dengan kegiatan yang akan dilaksanakan. b. Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan yang akan dilakukan adalah pengadaan/penataan sarana dan prasarana yang ada. Pengembangan tenaga yang terdidik dan terampil dalam pengolahan informasi dan pengembangan koleksi informasi serta pemanfaatan informasi bersama. c. Analisis Data Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini disesuaikan dengan masing-masing kegiatan yang dilakukan, yaitu : Identifikasi potensi kelembagaan penyuluhan, SDM
kelompok
tani,
informasi/teknologi yang dibutuhkan dianalisis dengan analisis tabulasi. Pengembangan sarana dan prasarana serta tenaga terampil di evaluasi sebagai bentuk analisis terhadap aksebilitasnya Penggunaan analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang kelembagaan sumberdaya
informasi IPTEK,
diseminasi dan jaringan informasi serta strategi pengembangannya. d. Penulisan Laporan Laporan yang dibuat adalah perkembangan kegiatan yang dilakukan melalui pengumpulan data. Data yang dikumpulkan ditabulasi dan dianalisis kemudian dituangkan dalam bentuk laporan. e. Seminar Hasil Laporan yang telah disusun akan diseminarkan sebagai akhir dari tahapan kegiatan untuk perbaikan dan implementasi selanjutnya. www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
19
I. UNIT KOMERSALISASI TEKNOLOGI (UKT) 1. Waktu dan Tempat : Unit Komersalisasi Teknologi (UKT) akan dilaksanakan di KP Gowa pada, bulan Januari – Desember 2007. 2. Ruang Lingkup Kegiatan : Kegiatan UKT tahun 2007 merupakan lanjutan dari tahun 2006 meliputi : pengumpulan informasi dan identifikasi hasil penelitian yang memiliki nilai komersil, identifikasi potensi wilayah kaitannya dengan promosi hasil dan penjajakan calon mitra, peluang kerjasama pemanfaatan aset terutama Kebun Percobaan serta kegiatan unit produksi. Kegiatan unit produksi yang dilakukan adalah Perbenihan Jagung dan dilaksanakan di Kebun Percobaan (KP) Gowa. Kemudian hasilnya dipromosikan dan dipasarkan terutama kepada pihak swasta,
Pemerintah Daerah, Kelompok Tani,
ataupun pihak-pihak yang bergerak dalam bidang pertanian pada acara pameran dan ekspose ataupun pada pertemuan dengan pengguna teknologi. 3. Promosi Promosi teknologi serta pemasaran hasil dilakukan pada acara pameran, ekspose, ataupun pada pertemuan dengan pengguna teknologi dengan institusi sasaran adalah mitra swasta, pemerintah daerah, dan lainnya. 4. Pelaporan Hasil yang diperoleh dituangkan dalam bentuk laporan sebagai akhir dari kegiatan UKT. J. FORUM KOMUNIKASI PENELITI, PENYULUH, DAN KTNA 1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Forum Komunikasi Peneliti, Penyuluh, dan KTNA dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan yaitu pada bulan Juni, Agustus, September, dan Nopember 2007. 2. Ruang Lingkup Kegiatan - Inventarisasi materi / teknologi yang akan disampaikan - Konsultasi dengan Pemda dan instansi terkait - Penentuan waktu dan tempat - Penentuan pembawa materi / nara sumber www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
20
- Pemanggilan peserta 3. Pelaksanaan -
Pembukaan
-
Penyampaian materi oleh Nara sumber
-
Diskusi / umpan balik
-
Peninjauan lapangan
-
Evaluasi
-
Penutupan / pembacaan kesepakatan
K. PENDAMPINGAN TEKNOLOGI 1. Waktu dan Tempat Pendampingan teknologi dilaksanakan pada bulan Januari – Desember 2007 di kabupaten se-Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. 2. Ruang Lingkup Kegiatan -
Inventarisasi teknologi hasil litkaji BPTP
-
Melakukan koordinasi dengan Pemda Tk. I dan II
-
Penyampaian informasi teknologi pada saat Tudang Sipulung, Forum Penyuluhan Tingkat Kabupaten dan BPP Model
3. Pelaksanaan -
Melakukan pendampingan pada masing-masing wilayah pengembangan padi
-
Menyusun Petunjuk Teknis (Juknis) bekerjasama dengan Dinas / Penyuluh di masing-masing wilayah
L. SEMINAR BULANAN 1. Waktu dan Tempat Kegiatan Seminar Bulanan dilaksanakan secara berkala dari bulan Januari – Desember 2007 (12 kali) di Aula BPTP Sulawesi Selatan. Kegiatan ini di bawah koordinasi Koordinator Seminar, Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian BPTP Sulsel. 2. Ruang Lingkup Kegiatan - Penentuan Jadwal Jadwal ditentukan 1 minggu sebelum seminar dilakukan, dimana sebelumnya koordinator seminar berkordinasi dengan pembawa materi / makalah. -
Pelaksanaan www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
21
Pelaksanaan seminar dipandu oleh Moderator, sedangkan peserta terdiri atas Peneliti, Penyuluh, Litkayasa, serta staf BPTP lainnya. -
Diskusi Diskusi dibuka 1 atau lebih babakan tergantung pada minat dan ketertarikan materi oleh peserta
-
Kesimpulan Hasil diskusi disimpulkan oleh Moderator termasuk arahan dari pimpinan institusi.
M. PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN 1. Waktu dan Tempat Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari – Desember 2007 bertempat di Perpustakaan BPTP Sulawesi Selatan. 2. Ruang Lingkup Kegiatan -
Penyusunan rencana pengembangan perpustakaan
-
Pengadaan sarana / fasilitas yang diperlukan
-
Digitalisasi perpustakaan
-
Pemasangan jaringan internet
-
Pelatihan / magang petugas perpustakaan
-
Pembuatan pangkalan data (data base) hasil litkaji BPTP Sulsel
-
Pelaporan
N. KOLEKSI (PLASMA NUTFAH) 1. Waktu dan Tempat Koleksi plasma nutfah merupakan pembinaan dan observasi kegiatan tahun sebelumnya yaitu di Kebun Percobaan (KP) Bone-Bone, Kabupaten Luwu Utara 1. Ruang Lingkup Kegiatan - Observasi koleksi tanaman - Pemeliharaan tanaman
www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
22
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. GELAR TEKNOLOGI PRODUKSI PADI Produksi dari 8 macam varietas padi yang dihasilkan pada kegiatan Gelar Teknologi, tertinggi adalah Cimelati (8,37 t/ha), Cigeulis (7,68 t/ha), Mekongga (7,41 t/ha), dan Sarina (7,31 t/ha), dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 1. Produksi Padi dengan 8 Macam Varietas Unggul Baru, Desa Beru-Beru, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, 2007 No.
Komponen Teknologi
1. 2. 3. 4.
Sistem tanam Jumlah tanam/ rumpun Umur bibit (hari) Pemupukan (kg/ha) - Urea - SP-36 - KCl - Pupuk organik (t/ha) Produksi padi (t/ha) Produksi jerami
5. 6.
Varietas Cigeulis Tapin 1-3 10-15
Cimelati Tapin 1-3 10-15
Ciherang Tapin 1-3 10-15
Cisantana Tapin 1-3 10-15
Sarina Tapin 1-3 10-15
Mekongga Tapin 1-3 10-15
Gilirang Tapin 1-3 10-15
BWD 50 50 2 7,68 16,93
BWD 50 50 2 8,37 16,96
BWD 50 50 2 6,83 18,29
BWD 50 50 2 6,66 18,49
BWD 50 50 2 7,31 17,17
BWD 50 50 2 7,41 16,53
BWD 50 50 2 5,76 17,87
Setail Tapin 1-3 10-15 BWD 50 50 2 5,54 15,79
Sedangkan untuk pengenalan petani berupa tanggapan / respon terhadap komponen teknologi yang diintroduksi sangat baik meskipun responnya bervariasi, dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2. Tanggapan Petani Terhadap Introduksi Beberapa Komponen Teknologi, 2007 No. 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Komponen Teknologi Pengenalan varietas baru - Cigeulis - Cimelati - Ciherang - Cisantana - Sarina - Mekongga - Gilirang - Setail Penggunaan bibit muda Jarak tanam teratur Penggunaan BWD Perolehan benih - mudah - sulit Teknik budidaya - mudah - sulit Biaya terjangkau Potensi hasil Ketahanan terhadap hama dan penyakit
Bobot (%) 60 0 80 40 0 0 60 0 100 100 100 80 20 60 40 70 80 50
www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
23
Hasil analisis usahatani padi menunjukkan bahwa penerapan teknologi dengan menggunakan beberapa varietas unggul baru padi memberikan keuntungan tertinggi pada varietas Cimelati yaitu sebesar Rp. 13.715.000 dengan R/C Ratio sebesar 5,5. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3. Hasil Analisis Usahatani Beberapa Varietas Padi di Desa Beru-Beru, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, 2007 Uraian
Volume
Benih (kg) Pupuk : - Urea - SP-36 - KCl - ZA Pestisida / Herbisida - Furadan (kg) - Regent (cc) Tenaga Kerja (OH) - Pengolahan tanah - Pesemaian - Tanam - Pemupukan - Pemeliharaan - Panen Total (Rp. 000) Produksi (ton) Pendapatan (Rp. 000) Keuntungan (Rp. 000) R/C Ratio
20
Varietas Cigeulis
Cimelati
Ciherang
Cisantana
Sarina
Mekongga
Gilirang
Setail
300
300
300
300
300
300
300
300
200 50 50 50
210 82,5 90 210
210 82,5 90 210
210 82,5 90 210
210 82,5 90 210
210 82,5 90 210
210 82,5 90 210
210 82,5 90 210
210 82,5 90 210
17 250
153 61,5
153 61,5
153 61,5
153 61,5
153 61,5
153 61,5
153 61,5
153 61,5
20 10 25 6 30 10
400 200 500 120 600 200 3.025 7,66 15.360 12.335 5,07
400 200 500 120 600 200 3.025 8,37 16,740 13.715 5,5
400 200 500 120 600 200 3.025 6,83 13.660 10.635 4,52
400 200 500 120 600 200 3.025 6,66 13.320 10.295 4,40
400 200 500 120 600 200 3.025 7,31 14.620 11.595 4,83
400 200 500 120 600 200 3.025 7,41 14.820 11.755 4,90
400 200 500 120 600 200 3.025 5,66 11.320 8.295 3,74
400 200 500 120 600 200 3.025 5,54 11.080 8.055 3,66
B. GELAR TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL JAGUNG 1. Profil Lokasi Kegiatan Luas wilayah Kabupaten Soppeng adalah 1.359,44 km2 dengan lahan sawah seluas 25.083 ha, lahan kering seluas 34.814 ha. Dukungan potensi sumberdaya manusia sebesar 224.121 jiwa dan tingkat kepadatan 165 jiwa/km2. Keberadaan kelembagaan yang mampu mendukung berlangsungnya sistem usahatani dalam suatu wilayah sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan petani. Kelembagaan pembangunan meliputi kelembagaan petani yang diwujudkan dalam bentuk organisasi, antara lain kelompok tani dan koperasi, kelembagaan keuangan, penyuluhan, pemasaran, dan informasi.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
24
Tabel 4.
Potensi Kelembagaan Di Kelurahan Galung, Kecamatan Liliriaja, Kabupaten Soppeng, 2007
No.
Jenis Kelembagaan
Jumlah
1.
Kelompok Tani
378
2.
Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)
6
3.
Penyuluh Pertanian
45
4.
Kios Saprotan
18
5.
Bank Raky at Indonesia (BRI)
9
Sumber : BPS Kabupaten Soppeng, 2006 3. Penerapan Teknologi Teknologi yang diperkenalkan kepada petani adalah : 1). Komponen varietas yaitu N 35, Sukmaraga, Srikandi Kuning, dan Bisi-2; 2). Persiapan lahan; 3). Jarak tanam; 4). Pemupukan; dan 5). Pengendalian hama – penyakit. Penanaman dilakukan secara serentak dengan menggunakan alat tugal dan tali ajir, jarak tanam 75x 40 cm (2-3 biji/lubang tanam), lubang tanam ditutup dengan pupuk kandang. Pada saat tanaman berumur 12 HST dilakukan pemupukan I secara tugal dengan jarak sekitar 57 cm dari pohon tanaman. Dosis pemupukan yaitu 450 kg (varietas hibrida) dan 350 kg (jagung komposit) urea/ha, 100 kg
ZA/ha, 150 kg/ha SP-36 dan 100 kg/ha
KCl/ha. Pemupukan diberikan 2 kali yaitu pemupukan I diberikan setengah dosis urea + seluruh SP-36, KCl, dan ZA. Sedang pemupukan II diberikan sisa urea pada saat tanaman berumur 6 minggu setelah tanam. 4. Profil Petani Penerapan teknologi ditingkat petani dalam proses alih teknologi sangat dipengaruhi beberapa faktor yaitu umur, pendidikan, pengalaman, penguasaan lahan, dan pendapatan keluarga petani. Secara spesifik diduga bahwa proses pembelajaran dan pembentukan opini pada petani akan lebih cepat dicapai dengan metode Gelar Teknologi.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
25
Tabel 5. Karakteristik Petani di Desa Galung, Kecamatan Liliriaja, Kabupaten Soppeng, 2007 No.
Uraian
Rata-Rata
1.
Umur (tahun)
47
2.
Pendidikan (tahun)
6
3.
Pengalaman (tahun)
25
4.
Pendapatan keluarga (Rp/tahun)
5.
Penguasaan lahan (ha)
0,5
6.
Tanggungan keluarga
4
4.200.000
Sumber : Data primer setelah diolah, 2007 5. Kondisi Pertanaman Hasil pengamatan secara visual pertumbuhan awal tanaman pada umur 12 HST memperlihatkan bahwa secara umum pengaruh bahan organik (pupuk kandang) yang digunakan untuk menutupi biji pada saat tanam menunjukkan respon positif tanaman dengan performans yang sangat baik. Performans yang berbeda ditunjukkan sangat berbeda bila dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi pupuk kandang. 6. Analisis Usahatani Hasil analisis usahatani jagung menunjukkan bahwa penerapan paket teknologi dengan menggunakan varietas Srikandi Kuning memberikan keuntungan sebesar Rp. 5.436.650 (R/C ratio 2,82), sedang pada varietas Sukmaraga memberikan keuntungan sebesar
Rp.
6.119.450 (R/C
ratio
3,05).
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi keuntungan usahatani adalah tingkat produksi, dukungan penerapan teknologi, penggunaan tenaga kerja serta harga harga yang diterima oleh petani (Margaretha, dkk., 2000). Biaya produksi yang lebih rendah berpengaruh terhadap keuntungan yang diperoleh.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
26
Tabel 6. Hasil Analisis Usahatani Varietas Unggul Jagung di Desa Galung, Kecamatan Liliriaja, Kabupaten Soppeng, 2007 No.
Komponen Biaya
Varietas Unggul Jagung N 35
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tenaga Kerja (Rp) Saprodi (Rp) Biaya Produksi (Rp) Produksi (t/ha) Nilai Produksi (Rp) Keuntungan (Rp) R/C ratio
Sukmaraga
1.360.550 1.836.000 3.196.550 6,90 8.280.000 5.083.450 2,59
Srikandi Kuning
1.360.550 1.616.000 2.976.550 7,58 9.096.000 6.119.450 3,05
1.360.550 1.616.000 2.976.550 7,011 8.413.700 5.436.650 2,82
Bisma
Bisi-2
1.360.550 1.616.000 2.976.550 5,50 6.600.000 3.623.650 2,21
1.360.550 1.836.000 3.196.550 7,49 8.988.000 5.791.450 2,81
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2007 7. Respon Petani terhadap Varietas Unggul Respon petani dan aparat Pemda setempat cukup baik dan mendukung pengembangan jagung varietas Sukmaraga. Hal ini terlihat pada saat pelaksanaan Temu Lapang. Temu Lapang dilaksanakan di lokasi gelar yang dihadiri oleh Dinas Tanaman Pangan setempat, Kepala BPTP Sulawesi Selatan, petani, penyuluh, peneliti, serta instansi terkait sebagai ajang untuk bertukar informasi tentang teknologi yang baru maupun telah dikembangkan oleh petani berdasarkan pengalaman masing-masing dalam penerapan teknologi. Tabel 7. Respon Petani Terhadap Komponen Gelar Teknologi Varietas Unggul Jagung, Desa Galung, Kecamatan Liliriaja, Kabupaten Soppeng, 2007 No.
Komponen Teknologi
1.
Persiapan lahan
70
2.
Varietas
100
3.
Jarak tanam
100
4.
Pemupukan
80
5.
Penyiangan
100
6.
Pengairan
100
7.
Panen
100
Bobot (%)
Secara umum komponen teknologi belum sepenuhnya dapat diterapkan secara utuh oleh petani. Faktor pendapatan keluarga dalam usahatani dan pemilikan lahan berpengaruh terhadap respon / adopsi teknologi. Hal ini berarti semakin besar modal yang dipunyai petani, peluang merespon suatu teknologi semakin besar, sebaliknya semakin luas lahan peluang merespon teknologi semakin kecil. Hal ini disebabkan www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
27
karena petani mempunyai alternatif untuk mengusahakan berbagai tanaman selain jagung. 8. Peranan Gender Pengembangan
usahatani
jagung
di
Kabupaten
Soppeng
selain
mengoptimalkan pemanfaatan lahan dan menambah pendapatan serta kesejahteraan petani dan keluarganya. Peranan wanita dan anak yang paling dominant adalah pada kegiatan pasca panen. Tabel 8. Analisis Gender pada Gelar Teknologi Varietas Unggul Jagung, 2007 No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Aktivitas
Persiapan lahan Penanaman Penyiangan Pembumbunan Pemupukan Pengendalian H dan P Pengairan Panen Pengangkutan Pengeringan Memipil Pemasaran
Curahan Waktu Anggota Keluarga Laki-Laki
Perempuan
Anak
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ -
√ √ √ -
C. VISITOR PLOT USAHATANI JAGUNG – SAPI DI KP GOWA Integrasi ternak sapi dalam 27rgani usahatani padi (SIPT) dari beberapa hasil penelitian dapat meningkatkan efisiensi sumber daya (imput) sebesar 30 %. Hal ini disebabkan pada pengurangan penggunaan pupuk buatan yang disubsidi dari penggunaan pupuk organik, pemanfaatan jerami dan tongkol jagung sebagai pakan.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
28
Tabel 9. Produksi Biomas Jagung dengan Pemakaian Pupuk Kandang Penutup Lubang Saat Tanam, 2007 No.
Produksi Jerami Segar (Biomas) ton / ha
1.
29,5
2.
31,5
3.
30,8
4.
30,5
5.
28,5
Rerata
30,16
Tanggapan stakeholder diperoleh berdasarkan angket yang dibagi saat kunjungan dan berpendapat sistem ini merupakan upaya peningkatan efisiensi dan optimalisasi lahan. Tabel 10. Tanggapan Stakeholder terhadap Integrasi Jagung – Sapi, 2007 No.
Stakeholder
1
2
1.
Dr. M. Pabage (Balitsereal)
2.
Dr. Sania S. (Balitsereal)
Tanggapan 3 Integrasi jagung – sapi dikembangkan dengan skala besar seperti Program P3T terutama di wilayah sentra pengembangan jagung Perlu keterpaduan program antara Dinas Tanaman Pangan, Dinas Peternakan, Bappeda, baik propinsi maupun kabupaten, kota, dan Balai-Balai Penelitian Perlu pengaturan varietas sesuai jenis tanah, musim hujan yang adaptif sehingga mengurangi resiko kehilangan hasil Perlu penyempurnaan metode pembuatan pupuk organik terutama tingkat ketersediaan mikroba starbio di tingkat petani Integrasi sapi dengan jagung dapat menghasilkan pupuk kandang yang dapat digunakan sebagai biogas skala rumah tangga sebelum dijadikan pupuk Pupuk organik yang dihasilkan perlu dipasarkan secara komersil seperti di wilayah pengembangan jagung di Jawa Barat
www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
29
1
2
3
3.
Ir. Sujak, MSc (Balitsereal)
4.
Ateng Wahyudi (PENSA)
5.
Amiruddin (PPL)
6.
Agus Cahyadi (Sanghyangseri)
7.
H. Rasulon (Petani Tambak)
S.
Pada program ini sebaiknya memilih petani yang progresif untuk dibina sebagai penagkar benih dibawah bimbingan BPTP, Balitsereal, dan BPSB Perlu pembinaaan secara berkelompok sehingga dapat pinjaman dari lembaga keuangan mikro Perlu legalisasi kelompok tani (badan hokum) agar tidak ada keraguan lembaga keuangan untuk menjalin kerjasama terutama untuk penanaman modal Integrasi sapi – jagung sebaiknya dijadikan main program oleh Pemkab dan memerlukan pembinaan yang berkelanjutan Keterlibatan KIPP dalam hal ini PPL sangat diperlukan agar pembinaan teknologi budidaya bisa akurat Pupuk yang dihasilkan jangan terlalu halus (granul besar) sehingga mudah diaplikasikan pada lahan persawahan Perlu adanya forum komunikasi perbenihan agar kebutuhan benih jagung (varietas) pada musim tanam berikutnya dapat diantisipasi Pupuk kandang yang dihasilkan pada integrasi jagung – sapi sebaiknya diproduksi juga untuk tambak (tidak difertasi dengan mikroba strbio granul besar.
D. VISITOR PLOT USAHATANI KAMBING DI KP JENEPONTO Rata-rata pertumbuhan kambing setelah 14 bulan pemeliharaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 11. Pertumbuhan Bobot Badan, Lingkar Dada, Tinggi Pundak, dan Panjang Badan, 2007 Komponen Pengamatan
Pertumbuhan Rata-rata 7 bulan
14 bulan
Bobot badan (kg)
18,1
20,2
Lingkar dada (cm)
65,0
68,3
Tinggi pundak (cm)
58,2
60,1
Panjang badan (cm)
56,9
57,6
Rata-rata pertambahan bobot badan, lingkar dada, tinggi pundak, dan panjang badan dapat dilihat pada tabel dibawah www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
30
Tabel 12. Pertambahan Bobot Badan, Lingkar Dada, Tinggi Pundak, dan Panjang Badan, 2007 Komponen Pengamatan
7 bulan
14 bulan
A
B
Asal A
Asal B
Bobot badan (kg)
1,76
1,1
2,2
1,1
Lingkar dada (cm)
1,2
1,1
2,7
2,2
Tinggi pundak (cm)
1,3
2,3
3,1
1,2
Panjang badan (cm)
0,75
1,75
2,1
0,58
A = daun gamal, dedak padi, dan tepung ikan (45:30:25); B = daun tamate, dedak padi dan tepung ikan (45:30:25) Mortalitas kambing selama 5 bulan pemeliharaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 13. Persentase Mortalitas dan Tingkat Kelahiran, 2007 No.
Uraian
Fisik
1.
Jumlah kambing (ekor)
21
2.
Mati (ekor)
4
3.
Mortalitas (%)
19
4.
Melahirkan (ekor)
3
5.
Tingkat kelahiran (%)
15
Tabel 14. Jumlah Anak dan Bobot Lahir Kambing yang Melahirkan, 2007 Nomor Induk
Jumlah anak (ekor)
Bobot lahir (kg)
Keterangan
17
2
4,8
Mati semua
6
1
3,1
Jantan
16
1
2,7
Mati
12
2
3,0
Jantan
www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
31
E. VISITOR PLOT USAHATANI PADI – SAPI DI KP MARIRI Tabel 15. Peningkatan Populasi Ternak Sapi, 2007 Uraian
Awal
Mati
Lahir
Jumlah
Induk
8
-
-
8
Pejantan
2
-
-
2
Pedet
3
-
1
4
Jumlah
13
14
Upaya untuk mengatasi pencurian ternak dan pencemaran lingkungan adalah membentuk kandang kelompok (kolektif) pada areal yang cukup luas, sehingga penerapan dan kemudahan dalam mengintroduksi teknologi. Teknologi dan inovasi dalam meningkatkan mutu gizi jerami padi dapat dijadikan salah satu contoh yang bias menjadi kunci keberhasilan pendekatan ini, disamping upaya yang mengolah dan memanfaatkan kompos yang bahan bakunya kotoran ternak untuk meningkatkan kesuburan tanah. G. VISITOR PLOT TANAMAN HIAS DI BPTP SULSEL Pembuatan kompos (Fermentasi feses sapi dengan probiotik) : 1. Feses sapi yang bercampur urine sapi dan residu pakan dikeluarkan dari kandang dan dikering anginkan (kadar air tersisa 55-65 %) 2. Difermentasikan di tempat yang ternaung dari matahari dan hujan dengan alas terpal plastik 3. Feses disebar secara merata pada alas terpal setebal 20 cm, diperciki air secukupnya, ditaburi 0,1 % urea dan 0,25 % probiotik (stardec) serta 10 % sekam padi atau abu sekam padi atau arang sekam padi atau 20 % rumput laut 4. Diatas lapisan pertama ini ditambahkan lagi bahan feses sapi setebal 20 cm lagi dan disebar, diratakan ketebalannya. Selanjutnya ditambahkan bahan-bahan seperti diatas 5. Pada lapisan yang teratas bahan tersebut ditutup dengan terpal, suhu awal bahan kompos dicatat dengan menggunakan thermometer 6. Seminggu sekali bahan kompos dicampur dan dibolak balik dengan menggunakan cangkul dan sekop, suhu bahan dicatat lagi www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
32
7. Pada minggu ke-3 proses fermentasi dihentikan, karena suhu kompos sudah menurun dan konstan 8. Kompos dikeluarakan, dikering anginkan, ditapis dengan penyaring pasir yang kasar dan akhirnya dikemas. Sebagian kompos yang sudah jadi, diambil untuk dianalisa di laboratorium kandungan N, P, K, dan C-Organiknya. H. KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN Perkembangan kegiatan KLITTAN selama 3 tahun berjalan pada 2 lokasi menunjukkan respon positif dari masyarakat khususnya petani, seiring dengan meningkatnya pemahaman tentang fungsi dan manfaat adanya KLITTAN secara melembaga di tengah-tengah petani. Kecendrungan perkembangannya mengikuti tingkat penerimaan dan pemahaman petani terhadap lembaga ini sebagai bagian dari mereka. Jenis kegiatan dan respon petani terhadap KLITTAN dapat
diuraikan pada tabel
dibawah ini : Tabel 16. Jenis Kegiatan dan Respon Petani terhadap KLITTAN, 2007 No.
1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Kegiatan Berbasis Agribisnis
2 Sub Sistem Pra Produksi Penyaluran Saprodi Sub Sistem Produksi Penangkaran benih Budidaya Padi Budidaya Kedele Budidaya Ubi Jalar Budidaya Jagung Peternakan Ayam Ras Peternakan Sapi Sub Sistem Pengolahan Produksi Abon Ubi Jalar Produksi Pupuk Organik Sub Sistem Kelembagaan Pemasaran Benih Jagung Pemasaran Kedele Pemasaran Pupuk Organik Sub Sistem Kelembagaan Penataan dan perawatan posko Jasa Konsultasi
Respon (%) Maros
Gowa
3
4 75
80 75 72 45 -
85 65 100 45
35 -
45
75 -
80 55
40 85
35 90
www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
33
1 16. 17.
2 Jasa Wartel Jasa Bengkel Alsintan Sub Sistem Penyuluhan 18. Pertemuan Kelompok 19. Pertemuan Petani 20. Pembuatan Media Informasi 21. Magang Siswa SPP 22. Lokakarya Sumber : Data primer setelah diolah, 2007.
3 -
4 45 100
75 65 75 75
100 100 100 35 100
Pengembangan usahatani melalui penerapan teknologi tepat guna dalam arti sesuai dengan kebutuhannya, dapat memacu pemberdayaan penyuluhan pertanian. Berkurangnya kegiatan KLITTAN Julukanaya pada tahun 2007 tidak berarti kelembagaan petani tidak berfungsi lagi tetapi lebih fokus pada pengembangan kelembagaan internal dengan membenahi administrasi kelompok. Perkembangan kegiatan KLITTAN sejak tahun 2005 sampai 2007, dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 17. Perkembangan Kegiatan KLITTAN Tahun 2005 – 2007 No.
KLITTAN
Jumlah Kegiatan (Unit) 2005
2006
2007
1.
Parangtinggia
5
12
12
2.
Julukanaya
6
20
17
Jumlah
11
32
29
Hasil evaluasi pelaksanaan KLITTAN yang melakukan pendekatan aktivitas mulai dari hulu sampai hilir melalui proses pembelajaran atau pengalaman sehingga lebih memberi makna dan eksistensinya pun semakin mantap. Dengan demikian perlu dilakukan pembinaan kelembagaan petani secara detail dan mendalam dengan memfokuskan pada pendekatan sosial masyarakat (95 %), pembinaan kepemimpinan (85 %), membangun jiwa kewirausahaan (85 %), dan pembenahan administrasi (75 %). Pembentukan dan pengelolaan KLITTAN dari aspek ekonomi tidak dapat diukur besarnya kontribusi KLITTAN terhadap peningkatan pendapatan petani, namun bila dicermati secara mendalam setiap aktivitas baru akan memberi nuansa perubahan meskipun secara kuantitatif tidak terukur namun secara kualitatif memberi dampak. www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
34
Interaksi yang dijalin dalam KLITTAN dengan mengembangkan dialog sebagai langkah awal dalam melakukan pengembangan sosial masyarakat, dimana akan terjadi upaya memotivasi petani dalam menggerakkan sumberdaya yang dimiliki agar dapat bermanfaat. KLITTAN melakukan pendekatan komunikasi melalui interaksi, karena sangat terkait dengan budaya dan kebiasaan petani agar tidak menimbulkan kesenjangan sebagai dampak sosial perkembangan teknologi. I. UNIT KOMERSALISASI TEKNOLOGI (UKT) Benih yang dihasilkan dibagi 2 kategori, yaitu : benih yang terpisah dari benih yang layak (bentuk, warna yang menyimpang, dan keutuhan), dan benih yang lolos seleksi dikedua ujungnya dipotong 3 cm kemudian dipipil dengan menggunakan ban mobil. Cara ini digunakan untuk menghindari benihdari keadaan pecah, retak, dan memar, dengan cara ini meskipun dihasilkan
biji yang seragam, namun cara ini
membutuhkan waktu lama dan tenaga kerja yang banyak. Sedangkan benih yang tidak lolos seleksi dipipil menggunakan mesin pemipil, namun kondisi benih yang tidak lolos seleksi dipipil dengan menggunakan mesin pemipil Tabel 18. Produksi Hasil dan Kondisi Benih pada Perbenihan Jagung, 2007. Hasil (kg) Cara mekanis (tidak lolos seleksi)
1.374
Cara manual
600
Total hasil
Kondisi Benih
Keterangan
Pecah, retak, memar, Tidak memenuhi lecet syarat dijadikan benih Seragam (dipilih)
Membutuhkan waktu lama dan tenaga kerja
1.974
Penanaman jagung untuk benih memerlukan perlakuan yang selektif, penanaman tepat waktu, ketersediaan air dan pasca panen yang baik. Penanaman dengan tidak tepat waktu mengakibatkan benih tumbuh dengan tidak optimal, bentuk buah kecil, tidak seragam dan hasil tidak maksimal. www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
35
Untuk mempercepat distribusi benih unggul bermutu sampai ke petani diperlukan sosialisasi mengenai teknologi benih dan memperbanyak penangkar benih yang bersifat mandiri melalui kerjasama dan komersalisasi di setiap sentra pengembangan. J. FORUM KOMUNIKASI PENELITI, PENYULUH, DAN KTNA Pelaksanaan pertemuan Forum Komunikasi Peneliti, Penyuluh, dan KTNA dilakukan 4 kali pertemuan. Peserta pertemuan sebanyak 50 orang setiap kali pertemuan yang terdiri atas anggota KTNA, petani, penyuluh, dan peneliti. Tabel 19. Pelaksanaan Pertemuan Forum Komunikasi Peneliti, Penyuluh, dan KTNA Sulawesi Selatan, 2007 No.
Tempat
1.
Peserta
Makassar
KTNA Sulsel, Peneliti dan Penyuluh Luwu KTNA Kab. Luwu Utara, Luwu Timur, Luwu, Peneliti, dan Penyuluh Jeneponto Petani Primatani Batusitanduk Petani Kecamatan Lamasi, Peneliti dan Penyuluh
2. 3. 4.
Materi Persiapan PENAS Pengendalian Hama Kakao secara Alami Teknologi Primatani Teknologi Padi dan Jagung
Hasil pertemuan dari kegiatan ini menjadi perhatian dari semua peserta untuk ditindak lanjuti. Hasil pertemuan ini akan dievaluasi pada pertemuan berikutnya, termasuk hal-hal yang perlu pembahasan lebih lanjut. K. SEMINAR BULANAN Hasil diskusi seminar bulanan yang telah dilaksanakan dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Panduan umum dalam melaksanakan kegiatan Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dapat diketahui, dipahami, dan untuk diimplementasikan kepada Peneliti dan Penyuluh yang terlibat dalam program P2BN 2. Teknologi perbanyakan benih pada Varietas Unggul Baru (VUB) untuk mendukung keberhasilan program P2BN 3. Perbanyakan benih perlu dilakukan penanganan sebelum dan sesudah panen, untuk memperoleh kualitas benih yang telah dipersyaratkan
www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
36
4. Kelompok tani menjadi ujung tombak dalam pembangunan pertanian aspek kelembagaan agribisnis di Sulawesi Selatan. Oleh sebab itu, peranan kelompok tani di pedesaan perlu ditingkatkan melalui pembinaan yang konprehenship. 5. Bioenergi pedesaan (BEP) dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tani yang berada di Sulawesi Selatan. Sebab ketersediaan bahan baku (material) yang cukup banyak berkaitan potensi ternak besar yang sangat besar. Selain iu prototype dan teknologi sudah tersedia. Untuk jarak pagar dan tungku sekam perlu sosialisasi kepada masyarakat yang lebih gencar untuk mengimplementasikan model tersebut. 6. Teknologi produksi jagung sudah banyak ditemukan, tetapi bagaimana dapat mempercepat penerapan teknologi tersebut, sehingga perlu diperjelas paket teknologi apa yang diintroduksi kepada petani. Hal tersebut untuk mempermudah dalam mengukur keberhasilan petani dalam adopsinya 7. Kegiatan usahatani bertujuan untuk memperoleh peningkatan produksi, pendapatan, dan kesejahteraan petani. Oleh sebab alat analisis financial dan ekonomi sangat diperlukan dalam memberikan rekomendasi teknologi kepada petani 8. Kinerja Peneliti dan Penyuluh sangat didukung teknologi informasi. Penguasaan teknologi ini dalam bidang perangkat kerasnya maupun perangkat lunaknya M. PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN Kegiatan pengembangan perpustakaan adalah penambahan peralatan, seperti : Sarana Teknologi Informasi (computer, printer, dan scanner), mobilier, sekat ruangan TI, sosialisasi dan pengumpulan data serta entri data pustaka. Untuk pembinaan Sumberdaya manusia (SDM) telah dilatih dan dibina 1 (satu) orang Staf Perpustakaan dengan melaksanakan magang selama 7 (tujuh) hari di Pustaka Bogor. Juga 2 (dua) orang Staf Perpustakaan telah mengikuti Pelatihan / Kursus Bahasa Inggeris 100 jam di ELC Makassar.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
37
IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kegiatan diseminasi teknologi pertanian melalui berbagai media dapat mempercepat penyaluran teknologi kepada pengguna di lapangan 2. Peragaan beberapa komponen teknologi hasil penelitian dan pengkajian melalui kegiatan Gelar Teknologi dan Visitor Plot sangat bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan dan mendorong para pengguna teknologi dalam menerapkan teknologi tersebut dalam rangka mengelola usahataninya 3. Teknologi hasil litkaji melalui beberapa media diantaranya seminar bulanan, forum komunikasi peneliti, penyuluh, dan KTNA, serta pendampingan teknologi menjadi bahan penyusunan program penyuluhan oleh penyuluh, bahan pengambilan kebijakan oleh Dinas-Dinas / UPT lingkup pertanian dan sebagai bahan petunjuk bagi petani / nelayan dalam menerapkan teknologi dalam usahataninya 4. Interaksi yang dijalin dalam KLITTAN dengan mengembangkan dialog sebagai langkah awal dalam melakukan pengembangan sosial masyarakat, dimana akan terjadi upaya memotivasi petani dalam menggerakkan sumberdaya yang dimiliki agar dapat memberi manfaat 5. Peranan penyuluh, pemerintah daerah, BPSB, swasta, dan instansi terkait sangat mendukung percepatan sosialisasi penggunaan benih dan ketersediaan benih bermutu di tingkat lapang 6. Pengembangan perpustakaan terdiri dari penambahan peralatan, sosialisasi dan pengumpulan data serta entri data pustaka, pembinaan SDM (staf perpustakaan) melalui magang dan pelatihan B. Saran 1. Sebagai tindak lanjut dari peragaan paket teknologi yaitu Gelar Teknologi dan Visitor Plot agar dapat dijadikan sebagai bahan /materi penyuluhan baik berupa media tercetak ataupun audiovisual 2. Perlu peningkatan fungsi dan peran pemerintah daerah dalam memanfaatkan peluang investasi yang dapat dikembangkan melalui potensi sumberdaya dan mendorong terciptanya peluang pasar / promosi potensi agribisnis www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
38
3. Kelembagaan penyuluhan perlu diperkuat
karena
membantu petani untuk
meningkatkan keterampilan manajerial maupun kemampuan teknis. 4. Guna mempercepat distribusi benih unggul bermutu sampai ke petani perlu sosialisasi mengenai teknologi benih dan memperbanyak penagkar benih yang bersifat mandiri melalui kerjasama dan komersalisasi di setiap sentra pembangunan 5. Pembinaan SDM khususnya staf perpustakaan agar diprioritaskan, sehingga kedepan pengelola perpustakaan dapat meningkatkan keterampilan, kemampuan simpan, pencarian, penanganan, serta penggabungan informasi berupa teks, suara, dan gambar dapat dengan mudah dilaksanakan C. Implikasi Kebijakan 1. Paket teknologi yang diperagakan sebaiknya dijadikan sebagai bahan penyuluhan oleh penyuluh pertanian di lapangan berupa media tercetak atau audiovisual 2. Perlu pengembangan KLITTAN di tiap-tiap wilayah pengembangan komoditas yang didukung oleh pengkajian yang dapat memberikan kebijakan baru tentang pemberdayaan kelembagaan petani dan pengembangan potensi sumberdaya dan mendorong terciptanya peluang pasar / promosi potensi agribisnis komoditas unggulan, tanpa mengesampingkan aspek lokal dan terintegrasi dengan beberapa lembaga terkait 3.
Umpan balik yang diperoleh baik dari seminar bulanan maupun dari forum komuniaksi peneliti, penyuluh, dan KTNA sebaiknya merupakan bahan bagi peneliti dalam perencanaan penelitian dan pengkajian berikutnya
4. Perpustakaan sebaiknya menggunakan system yang adaptif dan senantiasa meningkatkan kegiatan dan pelayanan kepada pengguna
www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
39
DAFTAR PUSTAKA Badan Litbang Pertanian, 1990. Panduan Pelaksanaan Program dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penyiapan Program Penelitian, Jakarta. Badan Litbang Pertanian, 1999. Panduan Umum Pelaksanaan Penelitian, Pengkajian dan Diseminasi Teknologi Pertanian. Deptan. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. BAPPEDA Prop. Sulawesi Selatan, 1996. Kendala, Tantangan dan Peluang Pengembangan Tri Program Pembangunan Sulawesi Selatan. BAPPEDA Prop. Sulawesi Selatan. Gowa, 1994. Pedoman Singkat Merakit Teknologi Agribisnis/Materi Penyuluhan Spesifik Lokasi, Makalah Pertemuan Teknis. Kanwil Deptan Sul-Sel, 2000. Rekomendasi Paket Teknologi Pertanian Sul-Sel. Kanwil Depatn Prop. Sulawesi Selatan, Makassar. Kasiyani, 1999. Revitalisasi Penyuluhan Pertanian Fakultas Pertanian dan Kehutanan UNHAS, Ujung Pandang. Kasryno, 1995. Prospek Usahatani dan Adaptasi dalam Menghadapi Persaingan Global. Makalah disampaikan pada Pertemuan Teknis di Pasuruan 29 – 30 Nopember 1995. Kushartanti.K, 1994. Peran Media Tercetak Dalam Diseminasi Teknologi Pertanian, Balai Penelitian Teknologi Pertanian (BPTP), Ungaran. Manwan, 1996. Arah Pengembangan Balai/Loka Pengkajian Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian, Jakarta. Nugroho Irigati I, B. Supriono, 1994. Pengalaman Merakit Teknologi Agribisnis di Jawa Timur. Makalah Disampaikan Pada Temu Teknis BIP Indonesia Bagian Timur, Ujung Pandang. Padmanegara, 1983. Penyuluhan Pertanian Sebagai Ujung Tombak Menuju Pertanian Tangguh. Badan Diklat Pertanian, Jakarta. Priyanti, K. Kushadi dan Wahyuning K.S., 1997. Alih Teknologi Peternakan dan Peningkatan Kemampuan Sumberdaya Manusia. Balitnak. Bogor. Palaguna, H.ZB. 1997. Kebijakan Promosi dan Jurnal Komoditi Pertanian dalam Memacu Agribisnis dan Agroindustri di Sulawesi Selatan, Pemda Sulawesi Selatan Sukatendel, 1989. Tata Hubungan Fungsi Penelitian, Penyuluhan dan Rekayasa Teknologi. Prosiding Temu Tugas Penelitian Penyuluhan Pertanian Departemen Pertanian, 3 : 9 - 10. Sulaiman, F, 2002. Revitalisasi Fungsi Informasi dan Komunikasi serta Diseminasi Luaran Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, PSE Bogor. Siregar dan Nurhasanah, 1986. Pengaruh Substitusi Bungkil Kelapa dengan Ampas Tahu dalam Ransum Sapi yang sedang bertumbuh. Balai Penelitian Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak. Bogor.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
40
Suryana dan Swastika, 1997. Kinerja dan Prospek Ketahanan Pangan Pokok dalam 30 tahun Peranan Bulog dalam Ketahanan Pangan Indonesia. Bulog. Jakarta. Syam, M., dan A. Masaddad (penyunting) 1993. Prosiding Sistem Penyampaian Hasil-Hasil Penelitian Pertanian. Masalah dan Alternatif Pemecahan. Badan Litbang Pertanian. Bogor. Tjitropranoto, 1989. Pemantapan Sistem Komunikasi Penelitian. Meningkatkan Keterkaitan Penelitian dan Penyuluhan, Pusat Perpustakaan Pertanian dan Biologi, Badan Litbang pertanian.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
1
JADWAL PALANG No.
Jenis Kegiatan / Pengeluaran
Volume Jan
1. GT. Pemupukan Padi Spesifik Lokasi (Unit I)
Feb Maret April
Mei
BULAN Juni Juli
Agus
Sep
Okt
Nov
Des
1 unit
<----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <---->
1 unit
<----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <---->
3. GT. Pengolahan Sagu Menjadi Glukosa
1 unit
<----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <---->
4. Visitor Plot Usahatani Terpadu Jagung-Sapi di KP. Gowa
1 unit
<----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <---->
5. Visitor Plot Usahatani Terpadu Padi Sapi di KP. Mariri
1 unit
<----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <---->
6. Visitor Plot Usahatani Kambing di KP Jeneponto
1 unit
<----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <---->
7. Visitor Plot Usahatani Kambing di KP Bone-Bone 1 unit
<----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <---->
8. Klinik Teknologi Pertanian (Klittan)
1 unit
<----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <---->
9. Unit Komersalisasi Teknologi (UKT)
1 unit
<----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <---->
10. Pembuatan Pengkalan Data (Data Base) dan dan Informasi Hasil Pengkajian
1 Keg.
<----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <---->
11. Pembuatan Media Cetak dan Audiovisual 12 Seminar Nasional
7 kegiatan 1 kali
2. GT. Pemupukan Padi Spesifik Lokasi (Unit II)
<----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> <----> www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]
2
www.sulsel.litbang.deptan.go.id [Type text]