Margaretha S.L. dan Rahmawati: Dinamika Kelembagaan Penangkar …
DINAMIKA KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH JAGUNG BERSARI BEBAS Margaretha S. L. dan Rahmawati Balai Penelitian Tanaman Serealia
ABSTRAK Ketersediaan benih dengan memenuhi 4 t (tepat waktu, tepat jumlah. Tepat mutu dan tepat harga) di tingkat petani memegang peranan yang penting dan hal ini tidak terlepas dari peran penangkar benih. Agar terjadi kesinambungan antara penghasil dan pengguna teknologi, utamanya varietas, maka penyediaan benih sumber yang berkelanjutan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam rangkaian pembentukan kelas benih selanjutnya dan merupakan langkah awal untuk pengembangan suatu varietas. Balitsereal dengan program pembentukan dan pemantapan produksi benih berkualitas mendukung industri benih berbasis komunitas telah menjawab tantangan yang ada melalui pembinaan penangkar-penangkar yang ada di Indonesia kerjasama dengan instansi terkait, sehingga jalur yang ada diperpendek. Jalur perbenihan yang panjang. Kendala dalam penyebaran varietas unggul jagung adalah varietas jagung lokal masih mendominasi pertanaman petani hingga tahun 2003 disebabkan oleh karena harga benih mahal dan tidak tersedia ditempat pada saat musim tanam tiba, lambatnya benih tiba di petani karena melalui sistem/jalur perbenihan yang panjang sehingga pada waktu musim tanam, benih tidak tersedia ditempat, Balitsereal bekerjasama dengan instansi terkait (Diperta, BBU, BPSB) dan penangkar benih di kabupaten untuk memperpendek sistem/jalur perbenihan, dan penangkar binaan dapat mempercepat penyebaran varietas jagung unggul nasional secara 4 t (tepat waktu, jumlah, mutu dan harga). Kata Kunci: kelembagaan, penangkar benih, jagung bersari bebas
PENDAHULUAN Salah satu kiat yang merupakan prioritas utama untuk meningkatkan produkstivitas jagung di Indonesia adalah mengembangkan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan adaptif pada kondisi lingkungan tertentu. Nugraha dan Subandi (2002)
menunjukkan bahwa dari 19 provinsi yang telah disurvei, jumlah
varietas unggul yang digunakan petani baru mencapai 75% yang terdiri dari 48% bersari bebas dan 27% hibrida. Penggunaan varietas introduksi telah cukup tinggi tetapi sebagian petani masih melakukan regenerasi benih selama bertahun-tahun dari jagung bersari bebas yang digunakan tanpa pemurnian, manajemen produksi serta pasca panen yang tepat sehingga dikhawatirkan terjadi degenerasi mutu genetisnya terutama jika ditanam berdampingan.
720
Seminar Nasional Serealia, 2013
Hasil penelitian Saenong et al. (2003) di Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa penggunaan benih jagung varietas bersari bebas umumnya diperoleh dari pertanaman sebelumnya, bahkan ada benih yang dimulai sejak tahun 1991. Hal ini disebabkan karena harga benih jagung varietas hibrida tergolong mahal. Hal ini merupakan peluang yang besar bagi penangkar benih jagung varietas unggul bersari bebas. Balitsereal sejak tahun 2004 – 2008 telah membina kelompok tani sebagai penangkar benih jagung bersari bebas kelas foundation seed (FS) dan stock seed (SS) di berbagai provinsi di Indonesia seperti Sulsel, NTB, NTT, Lampung, Jateng, Kalsel, Kalteng, Gorontalo, Sumbar dan Sumut. Dengan demikian varietas jagung unggul yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian yang dikerjasamakan dengan instansi terkait dapat mempercepat distribusi (adopsi) suatu varietas jagung unggul baru. Bahasan berikut ini adalah untuk membahas permasalahan dan dinamika kelembagaan benih jagung bersari bebas hasil penangkar binaan Balitseral.
SISTEM KEMITRAAN PENANGKARAN BENIH Sistem distribusi benih jagung sebelum ada penangkar binaan Balitsereal dapat digambarkan sebagai berikut: BALITSEREAL (KELAS BENIH SUMBER/BS)
DIREKTORAT PERBENIHAN DI JAKARTA PUSAT (KELAS BENIH PENJENIS/BP)
BALAI BENIH INDUK, DISETIAP PROVINSI (KELAS BENI DASAR/BD)
BALAI BENIH UTAMA DISETIAP KABUPATEN (KELAS BENIH SEBAR/BR)
PETANI/ PENGGUNA
Gambar 1. Sistem Distribusi Benih di Indonesia, 2006
721
Margaretha S.L. dan Rahmawati: Dinamika Kelembagaan Penangkar …
Gambar 1 di atas, terlihat bahwa Benih Sumber (BS) yang dihasilkan oleh pemulia-pemulia Balitsereal, dikirim ke Direktorat Perbenihan di Jakarta Pusat sebagai kelas benih penjenis (BP), dari Ditjen perbenihan diteruskan ke Balai Benih Induk (BBI) yang ada disetiap provinsi dan menghasilkan benih dasar (BD). Benih-benih tersebut kemudian dikirim ke setiap kabupaten, menghasilkan kelas benih sebar (BR) untuk akhirnya didistribusikan ke petani/pengguna. Hasil wawancara dengan informan kunci (BBU-Batukaropa), sistem penangkar benih di Sulsel adalah sebagai berikut: Balitsereal menghasilkan benih dasar yang kemudian diserahkan ke Balai Benih Induk (BBI) ditingkat provinsi. Dari BBI, benih dikirim ke Balai Benih Utama (BBU) ditingkat kabupaten dan selanjutnya ke penangkar benih. Untuk jelasnya, dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini: BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIA
BALAI BENIH INDUK (BBI)
BALAI BENIH UTAMA (BBU)
PENANGKAR BENIH JAGUNG
PETANI/PENGGUNA Gambar 2. Sistem penangkar benih jagung di Sulawesi Selatan. 2003. (Saenong et al. 2003)
Untuk menjaga mutu benih, maka benih-benih yang dihasilkan penangkar dipantau terus oleh BBI, BPSP, selanjutnya Dinas Pertanian (Diperta) mengawasi usaha/penyebaran benih. Di Provinsi Gorontalo, sistem penangkar benih jagung tersebar di Kabupaten Bolango, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo dan Seed Center. Pihak swasta melalui tim pengembangan jagung yang terdiri dari pemerintah (Balitsereal dan Diperta), bekerjasama dengan pihak kecamatan dan desa menyediakan bantuan dalam bentuk sarana produksi (benih + pupuk + pestisida) kepada kelompok tani. Petani yang menerima bantuan didampingi oleh pembina pihak pertanian (PPL) dan swasta ditingkat desa/kecamatan yang bergerak sebagai penyalur sarana produksi dan pembeli jagung (pedagang perantara) dan dijual ke pedagang besar swasta dan berakhir ke petani/pengguna. Untuk jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 3.
722
Seminar Nasional Serealia, 2013
BALITSEREAL
SWASTA/ BUMN
DIPERTA
KELOMPOK TANI A, B, C, ……., dst
KECAMATAN PETANI/ PENGGUNA DESA
Gambar 3. Sistem kemitraan penangkar benih jagung di Provinsi Gorontalo. (Saenong et al. 2004) Dari Gambar 1, 2, dan 3, terlihat bahwa benih yang sampai ke petani melalui jalur yang panjang, Di Sulawesi Selatan benih melalui proses administrasi yang panjang
(Balitsereal-BBI-BBU-Penagkar-Petani),
sedang
di
Gorontalo,
benih
dimonopoli oleh Swasta. Tahun 2004 sampai 2009, Baliteseral membina penangkarpenangkar benih di berbagai provinsi dengan maksud mempercepat penyebaran benih ditingkat petani guna memenuhi 4 T (tepat waktu, jumlah, mutu dan harga).
SISTEM PENANGKARAN BENIH JAGUNG BERSARI BEBAS BINAAN BALITSEREAL Penangkar Binaan di Sulsel Pada kelompok tani Al Qamar, Desa Bajeng, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan, pengadaan sarana produksi (benih + pupuk + pestisida), disiapkan oleh kelompok untuk didistribusikan ke anggota dengan sistem “yarnen” (bayar setelah panen), dengan syarat semua hasil panen dijual ke ketua kelompok, tetapi bila ketua kelompok tidak dapat menampung lagi, maka hasil panen tersebut boleh dijual ke pedagang lain. Harga calon benih Rp 1.500/kg pipilan kotor (k.a 17-18%), setelah diproses (dijemur hingga ka mencapai 11%, disortasi hingga memenuhi syarat mutu benih), maka benih yang telah lulus dan memperoleh sertifikat dijual dengan harga Rp 3.000/kg, dengan demikian sistem kelembagaannya dapat digambarkan sebagai berikut:
723
Margaretha S.L. dan Rahmawati: Dinamika Kelembagaan Penangkar …
3
1 Penangkar Calon Benih. Kelompok Tani Al Qamar. Benih Kelas BP.
BALITSEREAL
2 BPSB
Pedagang Pengumpul jagung/Pemroses benih dan distributor/Ketua kelompok tani
5 BBU
4 Pengguna: Kegiatan proyek instansi di luar provinsi Petani/Kelompok Tani 6 Gambar 4. Sistem kelembagaan pada penangkar benih berbasis komunal hasil binaan Balitsereal di Sulawesi Selatan, 2004 (Saenong et al. 2004) Keterangan Gambar: 1. Pemroses benih memberikan pinjaman sarana produksi ke kelompok tani penangkar dan dikembalikan setelah panen 2. Kelompok tani penangkar menjual hasil ke pemroses benih 3. Balitsereal memberikan bimbingan teknologi cara budidaya jagung untuk produksi benih, cara prosessing, pengemasan dan pemasaran kepada pemroses benih/penangkar 4. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih melakukan evaluasi dan pengawasan pelaksaan produksi benih di lapangan, evaluasi dan pengawasan pelaksanaan prosessing benih serta pemberian sertifikasi ke penangkar/pemroses benih 5. Balai Benih Utama menyediakan/menjual benih pokok ke pemroses benih untuk selanjutnya disalurkan/dipinjamkan keanggota kelompoknya. 6. Pemroses benih/penangkar benih menjual benih bersertifikat langsung kepada petani atau kelompok tani di luar wilayah kerjanya dan instansi-instansi/lembaga masyarakat yang memesan benih.
Penangkar Binaan Di NTB Di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), pembinaan penangkaran benih jagung varietas bersari bebas, selain di BBU juga di lahan petani Desa Sambelia (Gambar 5).
724
Seminar Nasional Serealia, 2013
Balitsereal, BPTP Distan, BPSB
Penangkar benih (BBU dan Petani di Desa Sambelia). Kelas Benih BP
Benih+sarana produksi lainnya
Hasil (benih label FS + ES) ditampung Prosessor/PPL di distribusikan ke pengguna
Pengguna: Anggota Keltan, Instansi Terkait dan Penyalur/kios
Gambar 5. Sistem kelembagaan pada penangkar benih berbasis komunal hasil binaan Balitsereal di Nusa Tenggara Barat. 2004. (Saenong et al. 2004) Keterangan Gambar 5: 1. Para petani penangkar, mendapat binaan dan evaluasi langsung dari Balitsereal, BPSB, Disperta dan BPTP. Hasil yang diperoleh (calon benih) dijual langsung ke prosessor/PPL 2. Prosessor selanjutnya memproses calon benih menjadi benih. Seluruh rangkaian biaya (pupuk dan pestisida) dan sertifikasi benih juga ditanggung prosessor 3. Benih yang dihasilkan, dijual ke pengguna (Anggota kelompok tani, instansi terkait dan penyalur/kios
Penangkar Binaan di NTT Di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdapat beberapa LSM yang bergerak dalam pemberdayaan masyarakat, dan salah satu kegiatannya adalah memasok benih ke petani, antara lain Care International, GT set, CWS dan Plant International, dan tidak melaksanakan penangkaran benih. Adapun sistem penangkaran benih di NTT, dapat dilihat pada Gambar 6.
725
Margaretha S.L. dan Rahmawati: Dinamika Kelembagaan Penangkar …
1 BALITSEREAL BPSB 2
Penangkar Benih. Kelompok Tani Tirosa, NTT. Kelas Benih BD & BP
3
Diperta
Kios Saproddi
Pengguna melalui DIPERTA: Kodya Kupang Kabupaten Alor, TTU Diperta Provinsi NTT Petani di Kec. Kupang Timur
4
Gambar 6. Sistem kelembagaan pada penangkar benih berbasis komunal hasil binaan Balitsereal di NTT. 2006 (Saenong et al. 2006 dan 2007) Keterangan Gambar: 1. Balitsereal memberikan bimbingan teknologi cara budidaya jagung untuk produksi benih, cara prosessing, pengemasan dan pemasaran kepada pemroses benih/penangkar/Kelompok tani 2. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih melakukan evaluasi dan pengawasan pelaksaan produksi benih di lapangan, evaluasi dan pengawasan pelaksanaan prosessing benih serta pemberian sertifikasi ke penangkar/pemroses benih 3. Balai Benih Utama menyediakan/menjual benih pokok ke pemroses benih untuk selanjutnya disalurkan/dipinjamkan keanggota kelompoknya. 4. Pemroses benih/penangkar benih/kelompok tani menjual benih bersertifikat langsung kepada petani, Diperta Provinsi NTT, Kabupaten Alor dan TTU serta Kodya Kupang.
Pembinaan Penangkar Benih di Sulteng Penangkaran benih bersari bebas di provinsi Sulawesi Tengah dilaksanakan selama 2 tahun (2007dan 2008), di Desa Toposo, Kecamatan Labuan, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah, yang diawali dengan kelas benih dasar (BD) untuk menghasilkan kelas benih pokok (BP) yang dikembangkan lagi menjadi benih sebar (BR) oleh penangkar binaan atau kelompok penangkar lainnya pada musim berikutnya. Di Kecamatan Labuan, telah ada 2 kelompok penangkar binaan Diperta yaitu kelompok tani Bina Mandiri dan Mekar Bersama sehingga keterkaitan langsung dengan BBI-BBU-BPSB terjalin dengan sendirinya, dimana benih yang dihasilkan disalurkan ke Diperta. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.
726
Seminar Nasional Serealia, 2013
BALITSEREAL 1 3 BPSB
PENANGKAR BENIH: Keltan Bina Mandiri Keltan Mekar Bersama Kelasn benih: BD dan BP
2
4 DIPERTA PROVINSI SULTENG 5 PETANI/ PENGGUNA
Gambar 7. Sistem kelembagaan pada penangkar benih berbasis komunal hasil binaan Balitsereal di Sultengah. 2007, 2008. (Saenong et al. 2007) Keterangan Gambar: 1. Balitsereal sebagai pemulia, pemilik benih sumber (BS) dan membina/mengkawal penangkar dalam teknologi budidaya produksi benih jagung bersari bebas. 2. Kelompok tani yang dibina Balitseral sebagai Penangkar dan pemroses Benih Bersari Bebas. 3. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih melakukan evaluasi dan pengawasan pelaksaan produksi benih di lapangan, evaluasi dan pengawasan pelaksanaan prosessing benih serta pemberian sertifikasi ke penangkar/pemroses benih 4. Diperta sebagai pembina kelompok tani sekaligus mendistribusikan benih yang dihasilkan ke pengguna.
DINAMIKA KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH Dinamika kelembagaan penangkar benih, khususnya jagung sejak tahun 2003 bergerak dengan cepat, ini terjadi karena terjalinnya kerjasama yang baik antar instansi pemerintah (Balitsereal, BBI, BBU, BPSB dan Diperta) dalam mempercepat pengadopsian suatu varietas unggul baru. Tahun 2003, Balitsereal mengidentifikasi varietas-varietas yang ada di petani dan ditemukan bahwa benih yang digunakan petani sebagian besar varietas lokal dan benih varietas unggul yang berasal dari pertanaman terdahulu bahkan masih ada petani yang menanam benih tahun 1991 (Saenong et al. 2003) dengan alasan benih
727
Margaretha S.L. dan Rahmawati: Dinamika Kelembagaan Penangkar …
tidak ada pada saat tanam dan harganya mahal, sehingga produksi rata-rata rendah yakni 2-3 t/ha. Salah satu penyebab terlambatnya benih sampai ke petani, antara lain karena jalur pembentukannya yang sangat panjang, dimana benih yang dihasilkan oleh Balitsereal dikirim ke Direktorat Jendral (Ditjen) perbenihan di Jakarta, untuk selanjutnya dikirim ke Balai Benih Induk (BBI) di setiap provinsi, untuk dilanjutkan ke Balai Benih Utama (BBU) di setiap kabupaten, BBU dengan kawalan BPSB, menangkarkan benih tersebut untuk selanjutnya didistribusikan ke petani (BPBB-TPH Wilayah III, Jawa Timur 1994). Balitseral dalam salah satu program penelitian berjudul Sistem Perbenihan untuk Mendukung Penyebarluasan Varietas Jagung Unggul Nasional memperpendek jalur/mata rantai perbenihan dengan cara membina penangkar-penangkar benih jagung bersari bebas ditingkat kabupaten. Dari ke 5 gambar alur/sistem panangkaran (Gambar 3 - 7) terlihat memiliki perbedaan masing-masing yakni ada yang langsung di tangkarkan di lokasi BBU (NTB), ada di Kelompok Tani Binaan Diperta (NTT), ada di kelompok tani andalan (NTB, NTT, Sulsel dan Sulteng), namun demikian tetap bekerjasama dengan Dirjen perbenihan (Diwakili oleh BBU), Diperta, dan BPSB sebagai mitra
kerja dalam kelangsungan
suatu penangkar dan
percepatan
penyebarluasan varietas unggul nasional. Kelembagaan/instansi yang berkaitan langsung dengan penangkar adalah Balitsereal sebagai sumber benih dan teknologi budidaya jagung, BPSB sebagai lembaga pemberi sertifikasi dan Diperta yang diwakili oleh kelompok tani sebagai perpanjangan Diperta ditingkat petani sekaligus mendistribusikan hasil tangkaran.
KESIMPULAN 1. Varietas jagung lokal masih mendominasi pertanaman petani hingga tahun 2003 disebabkan oleh karena harga benih mahal dan tidak tersedia ditempat pada saat musim tanam tiba. 2. Lambatnya benih tiba di petani karena melalui sistem/jalur perbenihan yang panjang sehingga pada waktu musim tanam, benih tidak tersedia ditempat. 3. Balitsereal bekerjasama dengan instansi terkait (Diperta, BBU, BPSB) dan penangkar benih di kabupaten untuk memperpendek sistem/jalur perbenihan. 4. Penangkar binaan dapat mempercepat penyebaran varietas jagung unggul nasional secara 4 t (tepat waktu, jumlah, mutu dan harga).
728
Seminar Nasional Serealia, 2013
DAFTAR PUSTAKA Nugraha, U. S. dan Subandi. 2002. Perkembangan Teknologi Budidaya dan Industri Benih. Diskusi Nasional Agribisnis Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor, 24 Juni 2002. Saenong, S., Margaretha, S.L., J. Tandiabang, Syafruddin, Y. Sinuseng, dan Rahmawaty. 2003. Laporan Akhir Tahun. Sistem Perbenihan untuk Mendukung Penyebarluasan Varietas Jagung Nasional. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departeman Pertanian kerjasama dengan Proyek/Bagian Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian Partisipatif (PAATP) Saenong, S., R. Arief, Y. Sinuseng, Rahmawati, W. Wakman, F. Koes, Margaretha S.L., dan Suwardi. 2004. Laporan Akhir Sistem Perbenihan untuk Mendukung Penyebarluasan Varietas Jagung Unggul Nasional. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departeman Pertanian, kerjasama dengan Proyek/Bagian Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian Partisipatif (PAATP) Saenong, S., Margaretha, R. Arief, Rahmawati, Sudjak S., Syafruddin, A. Burhanuddin, Y. Sinuseng, F. Koes, Suwardi dan O. Kumalasari. 2006. Laporan Akhir Tahun Pembentukan dan Pemantapan Produksi Benih Berkualitas Mendukung Industri Benih Berbasis Komunal. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departeman Pertanian Saenong, S., Zubachtirodin, Adnan, N. Argosubekti, A. Buntan, A. Takdir, M. Yasin HG., Sumarni, Muslimah, Margaretha, R. Arief, Y. Sinuseng, Rahmawati, Sudjak S., Syafruddin, A. Burhanudin, Bahrun, A., F. Koes, Suwardi, Oom Kumalasari, Faesal dan Asrul. 2006. Laporan Akhir Sistem Perbenihan untuk Mendukung Penyebarluasan Varietas Jagung Unggul Nasional. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departeman Pertanian, kerjasama dengan Proyek/Bagian Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian Partisipatif (PAATP) Saenong, S., Bahtiar, Syahrir, Margaretha, I. U. Firmansyah, IGP. Sarasutha, Rahmawati, N. Riani, Sudjak S, Y. Sinuseng, F. Koes, Suwardi dan O. Kumalasari. 2007. Laporan Akhir Tahun Pembentukan dan Pemantapan Produksi Benih Berkualitas Mendukung Industri Benih Berbasis Komunal. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departeman Pertanian
729