Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
PENGKAJIAN PEMETAAN KEBUTUHAN BENIH PADI UNGGUL DAN PENGEMBANGAN PENANGKAR BENIH YANG EFISIEN DI KALIMANTAN SELATAN M. Darwis, Danu Ismadi Saderi, Noor Amali, Barnuwati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan
ABSTRAK Penggunaan benih bermutu mempunyai peran penting dalam peningkatan produktivitas tanaman padi, jagung, atau kedelai baik berdiri sendiri, apalagi secara sinergis dengan komponen produksi lainnya. Masalahnya seringkali ketersediaan benih tidak sesuai dengan kebutuhan petani yang dikenal dengan istilah 6 tepat (varietas, kelas benih, waktu, jumlah, tempat, dan harga). Berkaitan dengan perbedaan agroekosistem areal pertanaman, sangat penting arti ketepatan kebutuhan benih dengan ketersediaannya. Pada sisi permintaan benih, pemetaan kebutuhan benih yang mengacu kepada prinsip enam tepat, mempunyai arti yang sangat penting. Pada sisi penawaran benih, efisiensi produksi dan distribusi, mempunyai arti yang penting agar bisnis perbenihan terus berkembang dan menguntungkan. Survey dan observasi lapang dengan metode wawancara menggunakan kuisioner ke seluruh Kabupaten wilayah Kalimantan Selatan telah dilaksanakan. Berdasarkan hasil pengkajian bahwa kebutuhan benih di Kalimantan Selatan untuk padi sebesar 6.897,525 ton, sedangkan hasil penangkaran diperkirakan 5.416,17 ton. Sebaran penangkar di Kalimantan Selatan pada tahun 2010 untuk padi ada 376 orang (kelompok). Selain survey, kegiatan lainnya adalah demplot produksi dengan melakukan penanaman di Kebun Percobaan Pelaihari (komoditas padi varietas Inpari-10 Laeya). Hasil penangkaran padi varietas Inpari-10 Laeya dengan luas tanaman 0,5 ha, diperoleh hasil ubinan setara 7 ton per ha dengan kadar air panen 23% dan produksi benih kelas SS sebesar 450 kg. Kata kunci: benih padi unggul, penangkar benih
PENDAHULUAN Beras, jagung dan kedelai adalah tiga komoditas tanaman pangan srategis. Kecukupan produksi, terutama beras, merupakan isu sentral dalam program pertanian di Indonesia. Berbagai program untuk merangsang peningkatan produksi telah dilakukan, salah satunya adalah bantuan pengadaan benih bemutu. Benih bermutu merupakan komponen utama dalam upaya peningkatan produksi. Menurut Purwantoro (2009) sekitar 60 persen keberhasilan panen kedelai ditentukan oleh benih. Pengunaan benih kedelai bersertifikat meningkatkan produksi kedelai sebesar 21% (Nurasa 2007). Produktivitas padi, jagung dan kedelai di Kalimantan Selatan masih rendah, terutama karena sebagian masih menggunakan varietas produksi rendah, selain 271
M. Darwis et al.: Pengkajian Pemetaan Kebutuhan Benih Padi …..
masalah mutu benih dan lingkungan produksi. Produktivitas padi sawah rata-rata 3,97 t/ha dengan luas areal tanam sekitar 450 ribu hektar, produktivitas padi gogo 2,80 ton /ha dengan luas areal tanam sekitar 50 ribu ha, prduktivitas jagung 4,73 t/ha dengan luas areal tanam sekitar 23 ribu ha, dan produktivitas kedelai 1,17 t/ha dengan luas areal tanam sekitar 4600 ha (BPS 2009). Hasil pemantauan penyebaran varietas padi dari seluas 533 122 ha, sebesar 48,76% menggunakan varietas produksi tinggi (VPT), 6,02% menggunakan varietas produksi sedang (VPS), dan menggunakan varietas produksi rendah (VPR) masih mencapai 45,22% (BPSB-TPH, 2009). Pengggunaan VPR yang masih cukup tinggi terutama didominasi oleh varietas lokal, yang berkaitan dengan selera masyarakat dan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan tumbuh bermasalah (lahan sulfat masam). Areal pertanaman di Kalimantan Selatan terdiri atas berbagai tipe agro ekosistem, yaitu pasang surut, lebak, sawah irigasi, sawah tadah hujan, dan lahan kering. Perbedaan agro ekosistem ini selain mempunyai konsekuensi perbedaan teknologi juga berakibat perbedaan waktu tanam. Perbedaan waktu tanam dan panen ini membutuhkan cara penyediaan benih yang spesifik. Mekanisme jalur benih antar lokasi dan antar musim (jabalsim) mempunyai andil penting bagi ketepatan penyediaan benih. Penyediaan benih harus memenuhi kriteria enam tepat, yaitu tepat varietas, tepat kelas benih, tepat waktu, tepat jumlah, tepat tempat, dan tepat harga. Kriteria enam tepat inilah yang merupakan indikator efisiensi sistem penyediaan benih. Sistem penyediaan benih tidak terlepas dari arti penting para penangkar benih. Tumbuh
dan
berkembangnya
keseimbangan pasar benih.
bisnis
penangkaran
sangat
tergantung
pada
Pada sisi permintaan benih, pemetaan kebutuhan benih
yang mengacu kepada prinsip enam tepat, mempunyai arti yang sangat penting. Pada sisi penawaran benih, efisiensi produksi dan distribusi, mempunyai arti yang penting agar bisnis perbenihan terus berkembang dan menguntungkan. Selama ini petani penangkar (calon benih) dalam
pemasaran benih bisa bermitra dengan produsen
benih besar seperti PT Sanghyang Sri dan PT Pertani. Pengkajian ini bertujuan melakukan pemetaan kebutuhan benih padi unggul dan pengembangan penangkar benih yang efisien di Kalimantan Selatan
BAHAN DAN METODE Lokasi pengkajian pemetaan mencakup seluruh wilayah Kalimantan Selatan dengan satuan peta kecamatan, kabupaten dan provinsi. Pelaksanaan pengelolaan produksi benih ditempatkan pada Kebun Percobaan (KP) Pelaihari, yaitu demplot
272
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
produksi benih padi. Pengkajian ini dilaksanakan dalam jangka waktu 10 bulan sejak 15 Januari – 15 November 2010. Tahapan Kegiatan Tahapan kegiatan yang dilaksanakan pada kegiatan Pengkajian pemetaan kebutuhan benih padi unggul dan pengembangan penangkar benih yang efisien di Kalimantan Selatan adalah : 1. Persiapan 2. Koordinasi tingkat propinsi 3. Survey, observasi, verifikasi 4. Pengelolaan produksi benih FS di KP (Kebun Percobaan) 5. Data entry dan pembuatan database 6. Analisis data 7. Penulisan Laporan
METODOLOGI Pencapaian luaran 1: Satu set database kebutuhan dan penyediaan benih bermutu (Padi) di tingkat kecamatan, kabupaten dan provinsi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik survey dan observasi lapang. Jenis data yang dikumpulkan meliputi areal tanam, waktu tanam, varietas dan jumlah benih yang dibutuhkan pada tiap lokasi. Pencapaian luaran 2: Satu opsi rekomendasi jumlah dan sebaran penangkar benih (Padi) di tingkat kabupaten dan provinsi Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dengan penangkar benih terpilih dan dukungan data sekunder. Data yang dikumpulkan meliputi cara produksi, cara distribusi dan efisiensi produksi. Pencapaian luaran 3: Satu unit sistem informasi perbenihan (Padi) di wilayah Kalimantan Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik FGD komponen pengguna, penyalur, penangkar, dan fasilitator.
273
M. Darwis et al.: Pengkajian Pemetaan Kebutuhan Benih Padi …..
Pencapaian luaran 4: Satu unit pengelolaan benih kelas FS (Padi) di Kebun Percobaan Pelaihari (BPTP Kalimantan Selatan) dengan kapasitas produksi satu ton benih. Pengumpulan data dilakukan dengan melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan penyedian benih kelas FS mulai memperoleh benih sumber, kegiatan pertanaman, sampai pelabelan. Kegiatan berfungsi sekaligus sebagai demplot produksi benih dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu sesuai dengan panduan produksi benih FS dan SS, hal ini pernah dilakukan pula oleh Ekaningtyas et.al. (2009). Analisis Data Analisis data dilakukan secara deskriptif dan tabulasi.
Untuk rekomendasi
areal penangkaran dianalisis dengan menggunakan Linear Programing. Formula standar linear program (Wu dan Coppins 1981) sebagai berikut: Optimumkan keuntungan atau dualnya minimumkan biaya
f = c’ X dengan
syarat, Ax≥b x≥0 di mana x = variabel keputusan (areal penangkaran), c = koefisien dari variabel keputusan (keuntungan atau biaya), A = koefisien dari variabel keputusan terkait faktor pembatas (benih, produk penangkaran), b = faktor pembatas (kebutuhan benih)
HASIL DAN PEMBAHASAN Kebutuhan dan Penyediaan Benih Bermutu Luas penangkaran dan produksi benih padi Penggunaan benih bermutu merupakan komponen penting dan strategis dalam usaha agribisnis. Oleh karena itu sistem perbenihan yang menyediakan benih bermutu dalam jumlah yang cukup dan harga terjangkau perlu diciptakan agar sistem dan usaha agribisnis yang dikembangkan dapat menguntungkan semua pihak. Luas tanam penangkaran benih padi pada tahun 2009 mencapai 2.177,63 ha. Penangkaran padi pada tahun 2009 tersebut terdiri dari penangkaran pada MH.2008/2009 seluas 1.010,21 ha dan MK.2009 seluas 1.167,42 ha Sedangkan pada tahun 2010 (data sampai bulan Agustus 2010) luas tanam penangkaran benih padi
274
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
mencapai 1.804,39 ha. Penangkaran padi pada tahun 2010 tersebut terdiri dari penangkaran pada MH.2009/2010 seluas 985,66 ha dan MK.2010 seluas 819,73 ha.
Tabel 1. Kebutuhan dan ketersediaan benih padi unggul di Kalimantan Selatan, tahun 2010
No
Kabupaten/ Kota
Luas Tanam (ha) *)
Penggunaan VUB (ha) **)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Perkiraan Kebutuhan benih (t) 501,6 441,75 51,65 35,7 1142,75 1221,45 1011,7 715,85 648,25 532,1
Tanah Laut 47.000 20.064 Kotabaru 27.000 17.670 Banjar 73.900 2.066 Barito Kuala 97.787 1.428 Tapin 63.956 45.710 H.S. Selatan 47.500 48.858 H.S. Tengah 42.300 40.468 H.S. Utara 29.000 28.634 Tabalong 33.500 25.930 Tanah 24.500 21.284 Bumbu 11 Balangan 31.000 23.697 592,425 12 Banjarmasin 1.600 0 0 13 Banjarbaru 3.550 92 2,3 Kal - Selatan 522.593 275.901 6.897,525 Sumber data : Dinas Pertanian Provinsi Kal-Sel *) data sasaran tanam tahun 2010 **) data tahun 2008
Luas penangkaran (ha)
Perkiraan ketersedian (t)
54,0 26,0 160,0 53,0 447,0 229,4 192,95 169,41 354,18 38,9
162,00 78,00 480,00 159,00 1.341,00 688,20 578,85 508,23 1.062,54 116,70
73,25 --7,3 1.804,39
219,75 --21,90 5.416,17
Varietas padi yang ditangkarkan pada tahun 2009 sebanyak 31 varietas, terdiri dari varietas : PB-42, IR-64, IR-66, Mira-1, Cisokan, Sarinah, Situbagendit, Margasari, Ciherang, Saba, Mutiara, Ciliwung, Cimelati, Silugonggo, Cigeulis, Sentana, Basmati, Cibogo, Batang Piaman, Gilirang, Mekongga, Dodokan, batang Lembang, Inpari-1, Sawah Unggul, Hibrida Intani-2, Hibrida SL 8 SHS, Gogo Unggul, Pepe, Gogo Lokal dan sawah lokal. Untuk tahun 2010 Varietas padi yang ditangkarkan sebanyak 29 varietas yaitu: PB-42, IR-64, IR-66, Situbagendit, Margasari, Ciherang, Saba, Batang Piaman, Mekongga, Batang Lembang, Inpari-1,
Cigeulis, Cibogo,
Inpari-4, Inpari-8, Inpari-9,
Inpari-10, Ciapus, Konout, Pepe, Bondoyudo, Batang Gadis, Konawe, Situ Patenggang, Way Apo Buru, Diah Suci, Anak Daro, Wera, Ciasem, dan Ketonggo. Dari total penangkaran padi pada tahun 2009 seluas 2.155,83 ha, areal yang dinyatakan lulus berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan terakhir mencapai 1.691,25 ha. Sisanya dinyatakan tidak lulus karena mengalami kerusakan akibat dampak bencana alam kebanjiran dan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). 275
M. Darwis et al.: Pengkajian Pemetaan Kebutuhan Benih Padi …..
Produksi calon benih padi pada tahun 2009 mencapai 5.955,245 ton. Jumlah calon benih yang diuji mutunya di laboratorium sampai akhir 2009 sebanyak 3.770,557 ton, sisanya ada yang masih dalam prosesing untuk benih, ada yang dijual langsung kepada pedagang/tengkulak beras karena pada saat itu harga gabah/beras cukup tinggi, ada yang digunakan sendiri untuk ditanam, dan atau dikonsumsi. Dari jumlah calon benih yang diuji di laboratorium tersebut, 3.484,802 ton (92,42%) diantaranya dinyatakan lulus sesuai dengan standar mutu. Ketidak lulusan hasil uji mutu benih sebagian besar disebabkan CVL (Campuran Varietas Lain) yang tinggi, daya tumbuh rendah dan kadar air masih relatif tinggi. Bila penangkaran benih padi pada tahun 2010 mencapai 1.804,39 ha dengan produksi rata-rata 3 ton setiap ha maka didapat calon benih sekitar 5.416,17 ton. Ini berarti untuk mencukupi kebutuhan benih padi di Kalimantan Selatan masih perlu supply dari luar propinsi. Penangkaran Benih Bermutu Sebaran Penangkar Sebaran penangkar benih berada di 12 Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan. Penangkar benih padi tersebar di Kabupaten Tabalong, Tapin, Balangan, Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tanah Laut, Banjar, Banjarbaru, Barito Kuala, Tanah Bumbu dan Kotabaru. Jumlah penangkar benih padi ada 376 orang atau kelompok dengan luas penangkaran 426 ha, seperti tertera pada Tabel 2. Penangkar yang paling banyak ada di Kabupaten Tapin yaitu mencapai 137 orang atau kelompok dengan luas penangkaran 447 ha, disusul Kabupaten Hulu Sungai Tengah sebanyak 42 orang atau kelompok dengan luas penangkaran 192,95 ha. Kabupaten Tanah Bumbu
sebanyak 23 orang atau kelompok dengan luas
penangkaran 38,9 ha, Kabupaten HSS (229,4 ha) dan Balangan sebanyak 14 orang atau kelompok dengan luas penangkaran 73,5 ha. Seperti pada Tabel 2, terlihat hampir setiap kabupaten ada penangkar benih tetapi belum merata, ini perlu diantisipasi dengan memperbanyak penangkar pada kabupaten yang memerlukan benih yang banyak.
276
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
Tabel 2. Sebaran penangkaran benih padi di Kalimantan Selatan Tahun 2010 No
Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Tanah Laut Kotabaru Banjar Barito Kuala Tapin H.S. Selatan H.S. Tengah H.S. Utara Tabalong Tanah Bumbu Balangan Banjarmasin Banjarbaru Kal - Selatan
Kecamatan (buah) 2 1 3 5 7 6 10 3 3 6 5 --2 53
Desa (buah) 2 1 5 5 35 10 31 8 8 10 12 --2 129
Jumlah petani / kelompok 3 1 10 5 137 14 42 12 13 23 14 --2 376
Sumber data : BPSB TPH Provinsi Kal-Sel Tahun 2010
Efisiensi usaha penangkaran Rekomendasi sebaran penangkar tiap kabupaten didasarkan pada luasan areal penangkaran bukan banyaknya jumlah penangkar,
sehingga diharapkan setiap
kabupaten dapat menyediakan benih dari kabupaten sendiri, agar keperluan benih setiap musim dapat tersedia. Hal ini terkait dengan kebijakan mandiri benih. Rekomendasi ini didasarkan pada efisiensi usaha tiap lokasi dan musim, sehingga diharapkan sistem penyediaan benih bermutu jabalsim (jalur benih antar lokasi antar musim) dapat berjalan.
277
M. Darwis et al.: Pengkajian Pemetaan Kebutuhan Benih Padi …..
Tabel 3. Produktivitas benih, harga calon benih, keuntungan tiap musim pada lokasi penangkar terpilih
Kabupaten Banjar Tapin H. S. Selatan H.S. Tengah H.S. Utara Balangan Tabalong Barito Kuala Tanah Laut Tanah Bumbu Kota Baru
Musim
Produktivitas benih (Ton/Ha)
MH MK MH MK MH MK MH MK MH MK MH MK MH MK MH MK MH MK MH MK MH MK
3,0 3,0 4,5 3,5 3,25 3,0 4,0 2,5 5,0 6,0 2,0 5,25 5,25 3,5 5,25 5,0 3,0 5,0 3,0
Harga jual calon benih (Rp/Kg) 4 500 4 800 3 300 3 300 3 250 3 250 4 500 4 800 4 500 4 500 4 500 4 500 4 500 3 500
4 250 3 500 3 500 3 500 3 500
Biaya/ Ha (Rp)
8 625 8 625 7 250 7 250 3 577 3 577 9 026,25 8 276,25 6 760 6 685 8 000 8 500 8 500 4 920 6 500 12 500 12 500 12 500 12 500
Keuntungan (ribu Rp/Ha) 4 875 5 775 7 600 4 300 6 985,5 6 277,5 8 973,75 3 723,75 15 740 20 315 1 000 15 125 15 125 7 330 15 812,5 5 000 3 000 5 000 3 000
Biaya pokok (Rp/kg) 2 875 2 875 1 611 2 071 1 100 1 192 2 257 3 310 1 352 1 114 4 000 1 619 1 619 1 406 1 238 2 500 4 167 2 500 4 167
Dari Tabel 3 terlihat bahwa efisiensi tertinggi dicapai penangkar di Kabupaten Hulu Sungai Utara, yang sebagian besar ditanam pada musim kemarau di lahan lebak, karena produktivitas yang tinggi, biaya produksi yang rendah dan harga jual calon benih yang baik. Lahan irigasi dengan efisiensi tertinggi diperlihatkan oleh penangkar di Kabupaten Tabalong. Lahan pasang surut di Kabupaten Tanah Laut mempunyai potensi yang tinggi untuk berkembang dengan efisiensi yang cukup tinggi. Berdasarkan nilai efisiensi (keuntungan usaha) maka pengembangan sebaran areal penangkaran semestinya diarahkan pada pertanaman MK di lahan lebak (HSU) dan lahan pasang surut (Tanah Laut). Pada lahan irigasi dapat dibentuk kelompok penangkar baru di Tabalong dan HST. Sementara pertanaman lahan irigasi HSS menghadapi masalah tingginya serangan tikus, sehingga tidak menunjukkan performa terbaiknya.
278
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
Determinasi areal tanam penangkaran optimal per kabupaten per musim mestinya dapat dilakukan dengan pendekatan Linear Programming, tapi karena tidak adanya informasi tentang kendala ketersediaan lahan untuk penangkaran tiap kabupaten maka formula penyelesaian tidak dapat disusun. Peran Himpunan Penangkar dan Pedagang Benih (HP2B) Kabupaten Dibeberapa kabupaten seperti Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Balangan dan Tabalong telah terbentuk asosiasi petani dengan nama Himpunan Penangkar dan Pedagang Benih (HP2B). Tujuannya untuk menghimpun para petani penangkar benih dalam suatu wadah organisasi agar dapat melakukan kerjasama dengan pihak terkait (stake holders). HP2B di Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang didirikan pada bulan Januari 2005 di Ketuai oleh Bapak Syarwani sudah memiliki Anggaran Dasar dan Badan Hukum dari Instansi Yang Berwenang. Ini dilakukan untuk memudahkan kerjasama dengan pihak terkait selama ini seperti PT Pertani dan PT Sang Hyang Seri Dengan adanya HP2B di kabupaten tersebut maka penyaluran benih dengan system “Jabal” antar kecamatan dalam kabupaten atau antar kabupaten dalam propinsi dapat dilaksanakan. Sebagai contoh Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Hulu Sungai Tengah pada musim hujan tidak dapat menghasilkan benih karena agroekosistemnya lahan lebak. Maka mereka dapat melakukan perjanjian kerjasama dengan kabupaten terdekat yaitu dengan kabupaten Tabalong atau Tapin yang kebetulan kabupaten tersebut memang kelebihan benih bersertifikat. Peran penting adanya organisasi ini juga terlihat kuatnya posisi tawar penangkar terhadap rekanan, terlihat dari pembentukan harga jual calon benih. Pada empat kabupaten tersebut harga calon benih mencapai Rp 4500,- per kg. Dibandingkan dengan penangkar kabupaten lain, kecuali di Kabupaten Banjar. Harga yang cukup bagus di Kabupaten Banjar lebih disebabkan peran ketokohan penangkarnya. Faktor Terkait dalam Penyediaan Benih Bermutu Penyediaan benih bermutu terkait dengan beberapa faktor, yaitu: (1) Program penangkaran, (2) Penangkar benih, (3) Pengawasan mutu dan sertifikasi, (4) Teknologi budidaya / penanganan benih, (5) Ketersediaan benih sumber, (6) Pemasaran, dan (7) Modal okupasi. Program penangkaran selama ini belum dilakukan secara sistematik, tapi lebih merupakan tindakan responsif adanya program SL-PTT. Adanya SL-PTT dan bantuan 279
M. Darwis et al.: Pengkajian Pemetaan Kebutuhan Benih Padi …..
langsung benih unggul memacu perkembangan penangkaran, tapi lebih pada aspek bisnis, belum sampai pada penataan kelembagaan dan teknologi penangkaran. Penangkar benih sendiri mempunyai peran sentral dalam rantai penyediaan benih bermutu. Pemahaman dan ketrampilan penangkar masih relatif rendah, terutama pada anggota kelompok penangkar. Perlu pembinaan yang lebih intensif dari pihak terkait. Pengawasan mutu dan sertifikasi benih sering menerima keluhan tentang lambatnya proses sertifikasi dan banyaknya calon benih yang tidak lulus.
Proses
sertifikasi yang dianggap lambat sebenarnya karena secara prosedural memang memerlukan waktu yang cukup lama tergantung jarak pengambilan sampel uji dengan lab dan volume bahan uji. Di luar waktu transfer, sejak pengambilan sampel sampai keluar keterangan lulus / tidak lulus diperlukan waktu 11 hari.
Pencetakan label
tergantung pada volume. Untuk mengurangi masalah waktu tempuh dan tumpukan bahan uji, telah tersedia sublab uji di Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Banyaknya benih yang tidak lulus sangat tergantung pada teknologi budidaya dan prosesing benih.
Masalah budidaya terutama aspek pemupukan berpengaruh
terhadap mutu benih dan butir mengapur, jarak tanam (isolasi) dan campuran varietas lain merupakan aspek penting dalam penyediaan benih bermutu.
Masalah utama
dalam prosesing benih adalah kadar air, terutama pada masa panen musim hujan. Perlu pengkajian sampai sejauh mana alat pengering uap panas bisa dimanfaatkan untuk produksi benih, atau bagaimana pemanfaatan rumah plastik pada musim hujan. Ketersediaan benih sumber varietas sesuai permintaan petani sering tidak dapat terpenuhi.
Saat ini memang sudah terbentuk forum perbenihan Kalimantan
Selatan yang terdiri dari Dinas Pertanian yang melingkupi Balai Benih Induk Provinsi, BPSB, dan BPTP Kalimantan Selatan. Permintaan benih dengan varietas yang hampir seragam secara nasional dengan adanya SL-PTT mengakibatkan penyediaan benih sumber oleh Balai Besar Padi menjadi terbatas. Penyediaan benih bermutu juga terkendala terbatas modal okupasi penangkar untuk
membeli calon benih dari anggotanya.
Kebutuhan mendesak petani
mengakibatkan sering terjadi calon benih dijual sebagai gabah konsumsi. Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan telah mengalokasikan dana bantuan untuk okupasi calon benih. Belum disepakati lembaga mana sebagai pelaksana kegiatan tersebut.
280
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
Sistem Informasi Perbenihan Informasi Benih Bersertifikat Informasi benih bersertifikat dilaksanakan sepuluh hari sekali bertujuan agar para konsumen benih lebih mudah dan cepat mendapatkan benih bersertifikat. Informasi tersebut meliputi penyebaran stok benih bersertifikat (jenis komoditas, kelas benih, varietas dan para penyalur benih) di 13 Kabupaten/kota se provinsi Kalimantan Selatan, disampaikan kepada Dinas Pertanian Provinsi, seluruh Dinas Pertanian Kabupaten/ kota, Pengawas Benih Tanaman di seluruh Kabupaten/kota, Balai Benih, Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi, Badan Ketahanan Pangan Provinsi dan secara insedentil melalui media massa (RRI Banjarmasin).
Informasi Penangkar Benih Kegiatan ini berupa penyebaran informasi tentang penangkaran/ sertifikasi benih yang dilakukan oleh produsen benih. Informasi disebarkan setiap bulan yang memuat tentang nama dan alamat, luas penangkaran, jenis dan varietas yang ditangkarkan dan perkiraan panen ditujukan kepada
Dinas Pertanian Kabupaten /
Kota, Balai Benih, UPT Hariti (PT Pertani) dan PT Sang Hyang Seri. Mekanisme informasi ini dianggap sudah cukup memadai. Tetapi beberapa petugas berharap informasi ini dapat ditampilkan melalui internet. Baik melalui website Dinas Pertanian Propinsi, BPSB, atau Balai Benih Induk. Demplot Produksi Benih Penanaman dilakukan untuk memproduksi benih padi klas FS (Foundation seed = benih dasar) dengan menggunakan lahan Kebun Percobaan (KP) Pelaihari pada Musim Tanam (MT) II bulan Juli-Oktober 2010, untuk prosesing benih dan uji laboratorium dilaksanakan
pada Nopember-Desember 2010. Benih padi yang
diproduksi adalah varietas unggul baru yang prospektif untuk dikembangkan oleh petani seperti Inpari-10 Laeya seluas 0,5 ha.
Sumber benih yang ditanam untuk
produksi benih kelas FS berasal dari Unit Penangkaran Benih Sebar (UPBS) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan. Dari kegiatan produksi benih sumber padi unggul kelas benih FS di KP Pelaihari diketahui bahwa tinggi tanaman rerata mencapai 94,7 cm, panjang malai 22,4 cm. Gabah hampa malai sebesar 17,6%. Persentase gabah isi/malai mencapai 95,2, dan hasil ubinan GKP (k.a 23%) mencapai 7,00 t/ha. Pengumpulan data ini dilakukan secara sampling.
281
M. Darwis et al.: Pengkajian Pemetaan Kebutuhan Benih Padi …..
Produksi benih Hasil kegiatan produksi benih padi unggul kelas FS pada MT.II yang dilaksanakan di KP Pelaihari terlihat bahwa gabah kering panen yang dihasilkan sebanyak 650 kg dan menjadi benih kelas SS (Stock seed = benih pokok) sebanyak 450 kg. Rendahnya produksi benih disebabkan adanya serangan hama tikus dan burung serta hampa.
Penyebaran benih Benih dasar padi unggul yang dihasilkan dari kegiatan ini akan diserahkan kepada UPBS BPTP Kalimantan Selatan untuk dijual secara umum kepada petani yang memerlukan dan hasilnya dimasukkan ke pos Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) BPTP Kalimantan Selatan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1.
Kebutuhan benih di Kalimantan Selatan untuk padi sebesar 6.897,525 ton sedangkan hasil penangkaran diperkirakan 5.416,17 ton.
2.
Sebaran penangkar di Kalimantan Selatan pada tahun 2010 untuk padi ada 376 orang (kelompok).
3.
Informasi penangkar benih berupa penyebaran informasi tentang penangkaran/ sertifikasi benih yang dilakukan oleh produsen benih. Informasi disebarkan setiap bulan yang memuat tentang nama dan alamat, luas penangkaran, jenis dan varietas yang ditangkarkan dan perkiraan panen
4.
Pelaksanaan penangkaran padi varietas Inpari 10 Laeya dengan luas tanaman 0,5 ha, dilaksanakan di Kebun Percobaan Pelaihari . Hasil Ubinan setara 7 ton per ha dengan kadar air panen 23%. Produksi benih kelas SS sebesar 450 kg.
Saran 1.
Perlu pengembangan sistem yang dapat menjamin pasar, sehingga industri perbenihan di perdesaan dapat berkembang
2.
Perlu kerjasama dengan stakeholders terkait (PT. Pertani, PT Sang Hyang Sri)
3.
Perlu dikembangkan sistem kontrak (MOU) penyediaan benih antar Kabupaten / Kota (Sistem Jabal).
282
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
DAFTAR PUSTAKA BPS, 2009. “Kalimantan Selatan dalam Angka”. BPSB-TPH. 2009. “Laporan Tahunan 2009”. Bahtiar, S. Pakki, dan Zubachtirodin. Sistem Perbenihan Jagung . Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros Diakses 16 Februari 2010 pada www.http:// balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind//bjagung/satudua.pdf Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Selatan. 2010. Laporan Tahunan 2009. Edi Suharto. “Metoda dan teknik pemetaan sosial” Akses 15 Februari 2010 pada www.policy/hu/suharto/modul_a/makindo_18.htm Ekaningtyas Kushartanti, Widarto, Martono, Kuswantono, Anggi Sahru Romdon dan Ita Warsita. 2009. “Kaji terap pengembangan kelembagaan system usaha perbenihan padi dengan pendekatan PTT”. Akses internet 16 Februari 2010. www.http://jateng. litbang.deptan.go.id/ind/ Purwantoro. 2009. “Percepatan penyebaran varietas unggul melalui system penangkaran perbenihan kedelai di Indonesia” Akses internet 16 Februari 2010. http://balitkabi.litbang.deptan. go.id/index.php?option=com_ content&task =view&id=229&Itemid=269 Tjetjep Nurasa. 2007. “Revitalisasi benih dalam meningkatkan pendapatan petani kedelai di jawa Timur”. Jurnal Akta Agrosia Editi Khusus No. 2 hlm. 164-171. Wu, Nesa dan Richard Coppins. McGraw-Hill Company.
1981.
283
“Linear Programming and Extensins”.