PERBANYAKAN BENIH UNGGUL BARU TANAMAN PANGAN MENDUKUNG PENGEMBANGAN BENIH BERMUTU DI SULAWESI SELATAN Sahardi,dkk Abstrak Perbanyakan benih sumber varietas unggul baru tanaman pangan mendukung pengembangan benih bermutu di Sulawesi Selatan. Kegiatan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Mariri Kabupaten Luwu Utara Tahun 2010. Bertujuan untuk memproduksi benih padi bermutu varietas unggul baru (VUB) kelas FS dan kelas SS. Upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan di Sulawesi Selatan dapat dicapai melalui perbaikan penerapan teknologi usahatani, terutama penggunaan benih bermutu dan berlabel. Penggunaan benih bermutu dan berlabel dapat meningkatkan produksi padi 15 – 25%. Pada kegiatan ini diperbanyak 7 VUB pada kelas BS yaitu; Inpari-1, Inpari-3, Inpari-4, Inpari-7, Inpari-10, Silugonggo dan Setail, serta 2 VUB padi klas FS yaitu Inpari-1 dan Inpari-10. Perbanyakan benih tersebut dilaksanakan sesuai dengan prosedur standar produksi benih nasional, dengan pengawasan, Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikulturan (BPSBTPH) Propinsi Sulawesi Selatan. Hasil yang diperoleh dalam kegiatan pengembangan benih padi tahun 2010 sebagai berikut : Perbanyakan benih kelas BS sebanyak 7 varietas yang menghasilkan benih kelas FS adalah 424 kg pada pertanaman seluas 0,5 ha, sedangkan hasil perbanyakan benih kelas FS sebanyak 2 varietas yang menghasilkan 2.703 kg benih kelas SS pada pertanaman seluas 9,5 ha. Rendahnya produksi yang di capai pada kegiatan ini, disebabkan karena tingginya intensitas serangan tikus yang mencapai lebih dari 70%.
Kata kunci : Benih Bermutu, Padi, Sulawesi Selatan
ABSTRACK The multiplication of seed source to New Superior Variety (NSV) in food crop, support developement of seed quality in South Sulawesi. This activity will be held in Experimental Farm at Mariri, North Luwu District at 2010. The aim of the experiment are to produce of rice seed for NSV Foundation Seed (FS) class and Stock Seed class (SS). High production and productivities of food crop in South Sulawesi can be achieved by improving the farming technology application, mainly by using quality and labeled seeds. Quality and labelled Seeds can increase rice production of 15 - 25%. This activities will multiply 7 NSV rice BS class, that is; (1) Inpari-1, (2) Inpari-3, (3) Inpari-4, (4) Inpari-7, (5) Inpari-10, (6) Silugonggo and (7)
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
i
Setail, with 2 NSV FS class that is Inpari-1 and Inpari-10. The multiplication seed is held on according to standard procedure of National seed production, controlling BPSBTPH (Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura) of South Sulawesi. The results obtained in rice seed development activities in 2010 as follows: seed propagation BS class of 7 varieties which produce seeds FS class is 424 kg at planting of 0,5 ha, while the result of multiplication by 2 FS grade seed varieties that produce 2.703 kg of seed SS class at the planting of 9,5 ha. The low production in accomplish in this activity, due to the high intensity of mice that reached more than 70%.
Keyword : Seed Quality, Rice, South Sulawesi
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
ii
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Pemerintah Sulawesi Selatan telah mencanangkan surplus beras dua juta ton pada
Tahun 2012. Untuk itu pemerintah Sulsel telah berusaha keras mengoptimalkan produksi padi untuk mencapai target sasaran tersebut, baik melalui intesifikasi maupun ekstensifikasi. Pengembangan tanaman pangan khususnya padi dari tahun ke tahun semakin meningkat, baik areal maupun produktivitasnya. Luas lahan yang berpotensi untuk pengembangan pertanian di Sulawesi Selatan mencapai 4,2 juta ha atau 68% dari luas wilayah, di antaranya untuk pengembangan lahan sawah mencapai 587.328 ha, sedangkan untuk lahan kering mencapai 835.585 ha (Dinas Pertanian Sulsel, 2007), Sedangkan, produktivitas tanaman padi baru mencapai rata-rata 4,6 t/ha (Disnas Pertanian Sulsel, 2007). Terdapat trend peningkatan produksi setiap tahunnya, akan tetapi trend tersebut masih sangat kecil sehingga belum mendekati angka poternsi produktivitas tanaman. Beberapa faktor penyebab rendahnya produktivitas tanaman pangan khususnya padidi Sulawesi Selatan adalah penerapan teknologi usahatani (budi daya) yang belum memadai, selain faktor sosial dan kondisi lahan pertanaman. Komponen teknologi budidaya yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas tanaman pangan adalah bahan tanam. Benih bermutu atau berkualitas yang digunakan sebagai bahan tanam dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan dan hasil. Salah satu faktor yang menentukan kualitas benih dan berpengaruh nyata terhadap hasil tanaman adalah kemurnian varietas tersebut. Karena itu, dalam pengembangan suatu jenis tanaman diperlukan penanganan dan pengetahuan yang memadai untuk menjamin kemurniannya. Kenyataan di lapang menunjukkan bahwa benih yang secara morfologis kelihatan bersih dan mempunyai bentuk yang baik, belum menjamin benih tersebut telah bermutu atau sehat. Di
Sulawesi
Selatan,
penggunaan
benih
bermutu
mengalami
peningkatan,.
Berdasarkan data BPSBTPH IV (2000), penggunaan benih bersertifikat atau bermutu di Sulawesi Selatan baru mencapai 20%, dan
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
tahun 2007 meningkat hingga 55%. Hal ini
1
terutama disebabkan oleh kebijakan pemerintah dengan bantuan benih gratis, baik untuk pengembangan padi maupun jagung (Distan 2008). Beberapa keuntungan dari penggunaan benih bermutu, antara lain : a) menghemat penggunaan benih persatuan luas; b) respon terhadap pemupukan dan pengaruh perlakuan agronomis lainnya; c) produktivitas tinggi karena potensi hasil yang tinggi; d) mutu hasil akan terjamin baik melalui pasca panen yang baik; e) memiliki daya tahan terhadap hama dan penyakit, umur dan sifat-sifat lainnya jelas; dan f) waktu panennya lebih mudah ditentukan karena masaknya serentak (BPSBTPH IV, 1998). Untuk mendukung pengembangan benih bermutu di Sulawesi Selatan, diperlukan upaya pembinaan dan penyuluhan yang intensif agar pengetahuan dan kesadaran petani juga meningkat. Selain itu, akses petani perlu diperluas dalam memperoleh benih bermutu untuk kepentingan usahataninya. Ketersediaan varietas unggul baru berdaya hasil tinggi di Badang Litbang Pertanian sangat banyak, namun demikian sosialisasi ke tingkat daerah terutama pada sentra-sentra produksi tanaman pangan masih terbatas sehingga varietas tersebut kurang berkembang. Demikian pula halnya dengan keberadaan Balai Benih Induk (BBI) selaku penyedia benih sumber di tingkat provinsi, masih terbatas sehingga perlu dukungan nyata dari pihak terkait, termasuk BPTP untuk membantu penyiapan benih sumber terutama benih dasar (FS) dan benih pokok (SS).
Dalam kaitan ini, BPTP akan bekerjasama dengan BBI selaku unit
perbanyakan benih sumber (UPBS) di daerah. Akses petani untuk memperoleh benih bermutu atau berkualitas dapat dilakukan dengan beberapa cara. Salah satu cara yang efektif adalah memproduksi benih tersebut di setiap sentra produksi tanaman pangan yang ada. Produksi benih dapat dilakukan melalui petani penangkar yang terlatih dan diawasi langsung oleh petugas dari lembaga pembina dan lembaga sertifikasi. Jika di sentra-sentra pengembangan tanaman pangan dapat menghasilkan benih bermutu sesuai dengan standar produksi, maka penggunaan benih bermutu dalam sistem usahatani akan dapat ditingkatkan dan diharapkan mampu memperbaiki produktivitas tanaman pangan yang dikembangkan di Sulawesi Selatan.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
2
1.2.
DASAR PERTIMBANGAN
Sulawesi Selatan merupakan salah satu lumbung pangan nasional khususnya padi dan jagung.
Lebih dari satu juta hektar luas lahan potensial yang sesuai untuk
pengembangan tanaman pangan belum dimanfaatkan sepenuhnya, sehingga peluang pengembangan masih sangat memungkinkan. Luas lahan yang berpotensi untuk pengembangan pertanian di Sulawesi Selatan mencapai 4,2 juta ha atau 68% dari luas wilayah, di antaranya untuk pengembangan lahan sawah mencapai 587.328 ha, sedangkan untuk lahan kering mencapai 835.585 ha (Dinas Pertanian Sulsel, 2007), Sedangkan, produktivitas tanaman padi baru mencapai rata-rata 4,6 t/h. (Dinas Pertanian
Sulsel, 2007). Terdapat trend peningkatan produksi setiap
tahunnya, akan tetapi trend tersebut masih sangat kecil sehingga belum mendekati angka kemampuan produktivitas tanaman. Masih rendahnya penggunaan benih bermutu atau berkualitas merupakan salah satu faktor belum maksimalnya tanaman dalam berproduksi. Penggunaannya yang baru mencapai 20% dari luas areal pengembangan tanaman pangan menunjukkan perlunya peningkatan untuk mencapai produktivitas yang lebih optimal. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi adalah penggunaan benih bermutu yaitu varietas unggul yang ciri-cirinya antara lain berdaya hasil tinggi, tanaman pendek, daun tegak, jumlah anakan produktif sedang sampai banyak, tanaman tahan rebah, tahan terhadap hama dan penyakit, tanggap terhadap pemupukan, umur tanaman genjah, rasa nasi sedang-enak, tapi belum tentu cocok untuk semua lingkungan (Zaini, dkk., 2004). Sementara sifat-sifat varietas lokal diantaranya adalah berumur panjang (150 – 180 hari), tanaman tinggi (> 150 cm), anakan sedikit (< 8 batang), malai sedang, daun panjang terkulai, berwarna hijau muda, kurang respon terhadap pemupukan terutama nitrogen, dan indeks panen sekitar 0.3 (Donald, 1968 dalam Widyantoro, dkk., 2004). Keunggulan varietas dan mutu benih merupakan justifikasi utama untuk membangun suatu sistem produksi benih bersertifikat (Tripp, 1995). Menurut Sutopo (2004), mutu suatu benih dapat dilihat dari faktor-faktor antara lain kebenaran varietas, kemurnian benih, daya hidup (daya kecambah dan kekuatan tumbuh), bebas dari hama dan penyakit.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
3
Masih terbatasnya kemampuan atau akses Balai Benih Induk (BBI) tanaman pangan sebagai salah satu penyedia benih sumber di tingkat provinsi, merupakan salah satu faktor kurang berkembangnya varietas-varietas unggul baru yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian di sentra-sentra produksi tanaman pangan khusunya di Sulawesi Selatan. BPTP Sulawesi Selatan sebagai salah satu unit perbanyakan benih sumber (UPBS) kerja sama dengan BBI tanaman pangan dan BPSBTPH diharapkan dapat mempercepat pengembangan perbenihan di Sulawesi Selatan, khususnya dalam penyediaan benih sumber, seperti benih dasar (Foundation Seed = FS) dan benih pokok (Stock Seed = SS). Upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan di Sulawesi Selatan dapat dicapai melalui perbaikan penerapan teknologi usahatani, terutama
penggunaan
benih bermutu. Melalui penggunaan benih bermutu diharapkan mampu meningkatkan produksi usahatani Padi hingga 25%. 1.3. TUJUAN 1.3.1. Tujuan Jangka Panjang Untuk meningkatkan ketersedian dan penggunaan benih bermutu mendukung ketahanan pangan di Sulawesi Selatan Untuk meningkatkan pengembangan penangkaran benih bermutu mendukung ketahan pangan di Sulawesi Selatan Untuk mempercepat sosialisasi dan alih teknolgi benih bermutu Varietas Unggul Baru (VUB) kepada pengguna, serta memperoleh umpan balik dari pengguna terhadap mutu benih yang diharapkannya. 1.3.2. Tujuan Tahun 2010 Untuk memproduksi Benih padi bermutu kelas FS 1.000 kg (7 VUB), kelas SS 23.750 kg (2 VUB). 1.4. KELUARAN YANG DIHARAPKAN 1.4.1. Keluaran Jangka Panjang Tersedianya dan meningkatnya penggunaan benih bermutu mendukung ketahanan pangan di Sulawesi Selatan Berkembangnya penangkaran benih bermutu untuk mendukung ketahan pangan di Sulawesi Selatan
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
4
Tersosialisanya sosialisasi dan beralihnya teknolgi benih bermutu Varietas Unggul Baru (VUB) kepada pengguna, serta diperolehnya umpan balik dari pengguna terhadap jenis dan mutu benih yang diharapkannya. 1.4.2. Keluaran Tahun 2010 Tersedianya Benih padi bermutu kelas FS 1.000 kg (6 VUB), kelas SS 23.750 kg (2 VUB)
1. 5. Perkiraan Manfaat dan Dampak Prakiraan manfaat dan dampak dari kegiatan ini adalah: berkembang dan meningkatnya kelompok tani penangkar benih padi meningkatnya ketersediaan dan penggunaan benih bermutu VUB padi Meningkatnya produksi dan pendapatan para petani.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
5
III. METODOLOGI 3.1. Pendekatan Kegiatan ini merupakan bagian dari program Rencana Induk Kegiatan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan, dan termasuk dalam jaringan Litkaji Badan Litbang Pertanian. Bertujuan untuk mendukung program pengengembangan benih bermutu di Sulawaesi Selatan.
Dilaksanakan untuk
memproduksi atau memperbanyak benih bermutu varietas unggul baru tanaman padi dan jagung yang telah berkembang di tingkat petani dan yang berpeluang untuk dikembang, melalui penerapan
teknologi produksi benih bermutu yang dapat
disertifikasi oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikulturan (BPSBTPH)
Sulawesi Selatan.
Kegiatan tahun 2010 adalah
Perbanyakan sumber benih varietas unggul baru
tanaman padi mendukung
pengembangan benih bermutu di Sulawesi Selatan. 3.2. Lingkup Kegiatan Dalam tahun anggaran 2010, RPTP ini mencakup
dua kegiatan yaitu : (a)
Perbanyakan benih sumber VUB padi kelas BS untuk menghasilkan benih kelas FS dan (b) perbanyakan benih VUB kelas FS untuk menghasikan benih kelas SS, dimaksutkan untuk mendukung pengembangan benih bermutu di Sulawesi Selatan. Kegiatan ini akan dilaksanakan secara bertahap meliputi : 3.1.1.Teknologi Budidaya dan Prosessing Dalam proses produksi benih
tanaman padi, teknik budidaya dan prosessing
sangat menentukan kualitas benih yang diperoleh.
Prinsip-prinsip budidaya dan
prosessing harus dilakukan secara benar dan tepat.
Teknologi Budidaya Dalam proses produksi benih tanaman padi, teknologi budidaya akan diterapkan sesuai standar produksi memproduksi benih. Penerapan teknologi tersebut mulai dari proses
persiapan,
pesemaian,
pengolahan
tanah,
penanaman,
pemeliharaan,
pengendalian hama dan penyakit serta panen.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
6
Prosessing Kegiatan prosessing dari produksi yang diperoleh akan dilaksanakan menurut kaidah produksi benih yang benar. Prosessing meliputi perontokan, pengeringan, sortasi dan pembersihan, serta pengemasan (packing). 3.2.2. Prinsip-prinsip teknologi perbenihan. Proses produksi benih dimulai dari persiapan sampai pada tahap pengemasan dan pelabelan. Benih yang berkualitas atau bermutu dihasilkan melalui penerapan teknologi perbenihan yang baik, meliputi:
Sumber benih Benih yang akan diproduksi harus mempunyai sumber benih serta kelas benih yang jelas. Benih yang digunakan dalam rangka pemurnian dan produksi benih (benih sumber) adalah jenis benih yang memiliki tingkat kemurnian tinggi, yaitu dari kelas BS (Breeder Seed), FS (Foundation Seed). Produksi benih padi, sumber benih tersebut diperoleh dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi di Sukamandi Jawa Barat.
Isolasi lahan Lahan tempat produksi dan pemurnian benih harus diisolasi dari lahan-lahan pertanaman di sekitarnya.
Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya perkawinan
silang dengan varietas yang ditanam di luar lahan tempat produksi benih.
Isolasi
dimaksud adalah isolasi jarak antar pertanaman untuk produksi benih dengan pertanaman di luar atau di sekitarnya. Jarak isolasi minimal 3– 5 m. Skema isolasi jarak untuk produksi benih padi disajikan pada Gambar 2.
Roguing Roguing atau seleksi dilakukan untuk memperoleh kemurnian benih atau benih yang memiliki sifat genetis yang sama.
Roguing dilaksanakan baik pada saat di
pesemaian maupun di pertanaman. Caranya yakni menyeleksi dengan cara mencabut dan membuang bibit yang di pesamaian atau di pertanaman yang mempunyai sifat pertumbuhan menyimpang karena berasal dari varietas lain (campuran varietas), hasil
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
7
perkawinan silang dengan varietas lain, dan atau terdapat gejala serangan hama atau penyakit sehingga pertumbuhannya abnormal.
Pertanaman luar/sekitar
I s o l a s i
j a r a k
Lahan produksi benih
3-5m (padi)
3 – 5 m (padi)
Isolasi jarak
Pertanaman luar/sekitar
Gambar 1. Skema isolasi jarak untuk produksi benih padi
Uji Laboratorium Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui mutu benih yang telah diproduksi, seperti daya tumbuh, kadar air, dan kesehatan benih itu sendiri. a. Uji viabilitas benih Uji viabilitas atau daya tumbuh benih dilakukan untuk melihat kemampuan atau daya tumbuh benih yang diproduksi sebelum dilepas atau di perbanyak di tingkat petani. Viabilitas benih diperoleh dengan menggunakan rumus :
Daya tumbuh =
Σ Benih yang tumbuh Σ Benih yang diuji
X 100%
Benih yang baik akan mempunyai persentase daya tumbuh tinggi. Batas terendah untuk mencapai katagori benih lulus adalah daya tumbuh 80 %.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
8
b. Uji kadar air benih Uji kadar air dilakukan untuk melihat kandungan air benih yang diproduksi. Kadar air benih sangat berpengaruh terhadap daya simpan dan daya tumbuh benih dipertanaman. Kadar air benih padi yang baik adalah antara
11 -12%
Pengemasan (packing) Pengemasan atau packing dilakukan untuk menjaga kondisi benih agar kualitasnya tetap terjaga. Pengepakan dapat dilakukan 5, 10, 20, atau 25 kg, tergantung kondisi packing/kemasan yang tersedia dan diinginkan.
Pemberian Sertifikasi Pemberian sertifikasi atau pelabelan benih dilakukan setelah semua persyaratan produksi benih telah di penuhi. Pelabelan dilakukan oleh lembaga sertifikasi benih. 3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan 3.3.1. Waktu dan Tempat Perbanyakan benih sumber varietas unggul baru ini berlangsung mulai
bulan
Pebruari - Nopember 2010. Lokasi pelaksanaan pada lahan sawah irigasi semi teknis, seluas 0,5 ha untuk perbanyakan benih kelas BS, sedangkan untuk perbanyakan benih kelas FS seluas 9,5 ha, dilaksanakan di Kebun Percobaan Mariri, kabupaten Luwu Utara. 3.3.2. Rancangan kegiatan Kegiatan tahun 2010
dilaksanakan 2 kegiatan yaitu Perbanyakan benih Sumber
varietas unggul baru (VUB) Padi kelas BS dan Benih Sumber kelas FS. Perbanyakan VUB padi meliuti; 1) Perbanyakan benih padi kelas BS untuk memproduksi benih kelas FS, varietas yang diperbanyak yaitu; Inpari-1, Inpari-3, Inpari4, Inpari-7, Inpari-10, Silugonggo dan Setail, Srerta 2) Perbanyakan benih padi kelas FS (Foundation Seed) sebagai benih sumber untuk memproduksi benih kelas SS (Stock Seed) yaitu varuetas Inpari-1 dan Inpari-10.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
9
3.3.3. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang dibutuhkan, meliputi : 1. Bahan
:
Benih Sumber padi kelas BS (Inpari-1, Inpari-3, Inpari-4, Inpari-7,
Inpari-10, Silugonggo dan Setail), dan FS (Inpari-1 dan Inpari-10); pupuk (Urea, SP36, KCl,ZA); pestisida; herbisida; serta bahan-bahan pendukung lainnya 2. Alat-alat :
cangkul; sabit; hand sprayer; sepatu boot; ember; blower; tresher;
terpal; karung; alat pengukur kadar air;
penjahit karung; serta alat
bantu
lainnya. 3.3.4. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan dilakukan secara bertahap. Tahapan kegiatan tersebut meliputi; a. Persiapan Persiapan meliputi pembuatan ROPP, penyediaan sarana produksi, identifikasi lokasi kegiatan, seminar ROPP. b. Teknik budidaya dan panen Pelaksanaan budidaya akan dimulai dari tahap pesemaian, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit serta panen.
Paket
teknologi produksi benih padi disajikan pada Tabel 1. c. Rouging Pelaksanaan rouging dilakukan mulai dari masa pesemaian, kemudian saat pertanaman memasuki usia 30 hst, masa primordia dan menjelang panen. d. Pasca panen. Panen dilakukan bilamana pada saat 80% malai telah matan fisiologis. Pasca panen meliputi prosessing yaitu proses perontokan malai padi, kemudian dilanjutkan dengan pengeringan, serta sortasi atau pemisahan biji yang kurang baik. Setelah itu dilakukan packing. e. Pemberian Sertifikat/Labeling Pemberian sertifikasi dilakukan setelah melalui proses inspeksi mulai dari persiapan lahan, keakuratan benih sumber, roguing, uji laboratorium dan proses serta packing.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
10
Tabel 1. Paket teknologi produksi benih, kegiatan perbanyakan benih VUB padi dan jagung di Sulawesi Selatan, 2010. No 1 1
2
Paket Teknologi 2 Benih Jumlah (kg/ha) Varietas
Rekomendasi 3 15 kg (BS & FS) Klas BS 7 Varietas dan Klas FS 2 VUB
Pemupukan (dosis kg/ha) Urea SP-36 KCl ZA
250 100 100 50
3
Pelakuan pra olah tanah
Sanitasi lahan & penyomprotan herbisida
4 5
Pengolahan tanah Cara tanam
6
Jarak tanam (tapin)
Olah tanah sempurna Tapin (1 batang/rumpun) 25 cm X 25 cm
Umur bibit 7
15 hari
Pemeliharaan Penyulaman Waktu Pemupukan
Penyiangan Pengendalian penyakit 8
Rouging/seleksi
9
Panen - Waktu panen - Cara panen
10
Pasca panen - Pengeringan - Sortasi
11
Packing
12
Labeling (sertifikat)
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
hama
1 minggu I : II : III :
setelah tanam 07-10 hst 30-35 hst 45-50 hst
Konvensional Berdasarkan PHT 30 hst, saat berbunga dan menjelang panen Masak fisiologis, Kadar air 30 -38 Sabit bergerigi, Perontokan (tresher) Penjemuran Blower Katong plastik 5 dan 10 kg, Karung 25 kg BPSBTPH
11
f.Temu lapang Temu lapang dilaksanakan untuk memperkenalkan penerapan produksi benih tanaman, khususnya padi.
teknologi
Peserta temu lapang adalah peneliti,
penyuluh, BPSBTPH, pemda, pengusaha, petani dan para stake holder lainnya. Temu lapang dilaksanakan menjelang panen padi.
Dalam acara temu lapang akan
dilakukan diskusi dan kunjungan lapangan.
3.3.5. Pengumpulan Data Data yang akan diambil pada kegiatan ini adalah : 1. Data teknis, meliputi : pertumbuhan; produksi gabah/biji kering panen; produksi benih; uji benih (kemurnian, vigor benih, kadar air benih). 2. Data sarana dan tenaga, meliputi : Sarana produksi, dan curahan tenaga kerja.
3.3.6. Analisis Data Data yang diperoleh akan dianalis dengan : Daya tumbuh Uji Kadar Air benih Uji Kesehatan/kemurnian benih 3.3.5. Sertifikasi Benih Sertifikasi benih dilakukan oleh lembaga sertifikasi pemerintah yaitu UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSBTPH). Sertifikasi benih dilakukan untuk menjamin mutu benih yang diproduksi untuk digunakan sebagai bahan tanam pada proses usahatani.
Tahap sertifikasi benih yang diproduksi, dimulai dari tahap
persiapan sampai pada tahap pengujian benih yang diproduksi yaitu uji viabilitas untuk menentukan kemampuan tumbuh benih serta kemurniannya.
Prosedur
sertifikasi diawali dengan pengajuan permohonan, selanjutnya diikuti dengan tahap sertifikasi benih yang diproduksi sebagai berikut :
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
12
Verifikasi lahan (Verification of lands requirement). Verifikasi lahan dimaksudkan untuk mengetahui apakah lahan yang digunakan sebagai tempat memproduksi benih telah memenuhi persyaratan standar lahan, seperti kesuburan lahan, bebas dari hama dan penyakit, serta kondisi lahan sekitar pertanaman.
Sejarah lahan harus jelas sebelum digunakan sebagai lahan untuk
memproduksi benih. Verifikasi sumber benih (Verification of seed source). Verifikasi sumber benih dimaksudkan untuk mengetahui asal atau sumber benih yang digunakan sebagai bahan perbanyakan benih, jaminan kemurnian benih, kejelasan kelas benih tersebut (minimal satu kelas lebih tinggi dari kelas benih yang akan diproduksi). Pengawasan pertanaman (Inspection of Crop in the Field). Pengawasan dilakukan mulai dari pemilihan lahan dan selama proses produksi sampai panen. Pengawasan meliputi persyaratan lahan, sumber benih, isolasi jarak atau waktu, roguing,
pertumbuhan tanaman, penentuan waktu panen dan panen,
serta pasca panen (perontokan, penjemuran, dan pembersihan). Pengawasan dan pengujian seed lot dan sampel selama prosesing dan pengemasan Pengawasan ini dilakukan untuk memastikan bahwa pengujian benih, prosesing serta pengemasan benih dilakukan benar-benar sesuai dengan standar persyaratan produksi benih. Pemberian sertifikat dan label (Sertificate and labelling). Sertifikat diberikan setelah semua persyaratan-persyaratan produksi benih telah terpenuhi dan benih yang telah diproduksi berhak untuk diberi label sesuai dengan kelas benih yang diproduksi. Skema proses produksi dan sertifikasi benih, disajikan pada Gambar 2.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
13
Penangkar benih/ Produsen benih
Pengajuan permohonan
Lembaga sertifikasi
Pemberian sertifikat/ Penolakan Lampiran permohonan : Varietas yg diproduksi Kelas benih Sejarah lahan Waktu Jumlah
Kondisi lahan Kondisi benih Kondisi ekologis Proses produksi Roguing Penentuan panen Prosessing Pengambilan sampel
Pengawas lapang
Lab. Analisis
Pengawasan pasca sertifikasi
Uji kemurnian benih Uji kadar air Uji viabilitas Uji kesehatan
Penentuan pemberian sertifikat Kelas benih Batas daluarsa
Kondisi benih yang di pasarkan Benih daluarsa
Perpanjangan masa berlakunya sertifikat Penarikan/pembatalan sertifikat benih
Gambar 2. Skema Proses Produksi dan Sertifikasi Benih
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Perbanyakan Benih Kelas BS Benih kelas Breeder Seed (BS) atau Benih Perjenis merupakan benih yang diproduksi di bawah pengawasan penyelenggaraan pemuliaan dengan metode yang telah umum diakui untuk menjamin keaslian dan kemurnian varietas (SNI, 2003). Perbanyakan Benih Kelas BS dimaksudkan untuk menghasilkan benih Kelas FS (Fundation Seed) atau benih dasar.
Pada Tahun 2010, perbanyakan Benih klas BS
terdiri dari 7 varietas.
Komponen Pertumbuhan Pertumbuhan tanaman
cukup baik
Gambar 3. Hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman padi menunjukkan bahwa rata-rata tinggi tanaman berkisar antara 60,5 – 88,1 cm. Pertumbuhan tanaman tertinggi tampak pada varietas Inpari 7 (88,1 cm). Tinggi tanaman terendah tampak pada varietas Setail (60,5 cm). Perbedaan tinggi tanaman antar varietas tersebut sangat dipengaruhi oleh perbedaan faktor genetis masing-masing varietas tersebut, selain faktor lingkungan yang berpengaruh sangat kecil. Pengamatan jumlah anakan produktif tertinggi dihasilkan oleh varietas Inpari 10. Sedangkan varietas Inpari 3 memiliki jumlah anakan terendah (Tabel. 2) Gambar 3. Pertumbuhan awal yang cukup baik
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
15
Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) dan Jumlah Anakan Produktif VUB padi pada Perbanyakan Benih Sumber (Kelas FS) di KP Luwu, 2009. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Varietas Setail Silugonggo Inpari 1 Inpari 3 Inpari 4 Inpari 7 Inpari 10
Tinggi Tanaman (cm) 60,5 70,7 60,8 79,0 83,8 88,1 85,1
Jumlah Anakan Produktif 33,3 27,1 26,7 20,4 22,4 23,2 27,1
4.2. Komponen Hasil dan Potensi Produksi
Komponen Produksi Tanaman Panjang malai merupakan salah satu indikator jumlah biji gabah yang dimiliki oleh suatu varietas. Hal ini terbukti dengan jumlah gabah permalai tertinggi dicapai pula oleh varietas Setail yaitu rata-rata 106 butir/malai dimana varietas tersebut memiliki panjang malai 25,1 cm (Tabel 2). Panjang malai dari varietas ini tertinggi dibandingkan dengan varietas lainnya.
Jumlah gabah per malai terendah dicapai
pada varietas Inpari 10 yaitu 61,1 butir/permalai.
Tabel 3. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Rata-rata Panjang Malai (cm) dan Jumlah Gabah per Malai VUB padi pada Perbanyakan Benih Sumber (Kelas FS) Varietas Setail Silugonggo Inpari 1 Inpari 3 Inpari 4 Inpari 7 Inpari 10
Panjang Malai (cm) 25,1 20,0 20,2 23,1 23,8 21,90 21,1
Jumlah Gabah Per Malai 106,9 72,9 67,6 81,5 92,1 74,6 61,1
Pengamatan terhadap gabah isi menunjukkan bahwa varietas Inpari 4 yang memiliki rata-rata gabah isi tertinggi yaitu 80,5 butir/malai. Dan gabah isi terendah dicapai varietas Inpari 10 yaitu 52,4 butir/malai.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Varietas Setail memiliki jumlah
16
gabah hampa tertinggi yaitu rata-rata 32,3 %. Tingginya kehampaan pada varietas menyebabkan produktivitas yang dicapai jauh dibawah potensi hasil varietas. Jumlah Gabah hampa terendah dicapai oleh varietas Inpari 3 yaitu 5,7 %, Hasil pengamatan dan analisis berat 1000 butir padi menunjukkan bahwa varieta berat 1000 butir tertinggi diperoleh pada varietas Inpari 10 yaitu 30,1 gr (Tabel. 3). Tabel 4. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Rata-rata Gabah Isi (butir), Persentase Gabah Hampa per Malai (%) dan Berat 1000 butir (gr) VUB padi pada Perbanyakan Benih Sumber (Kelas FS) Varietas Jumlah Gabah Isi Gabah Hampa Berat 1000 butir (butir) (%) (gr) Setail 74,6 32,3 24,6 Silugonggo 57,9 13,2 27,6 Inpari 1 59,8 8,3 26,6 Inpari 3 75,8 5,7 29,2 Inpari 4 80,5 11,6 27,4 Inpari 7 66,7 7,7 29,4 Inpari 10 52,4 8,7 30,1
Hasil Aktual Benih Kelas BS Padi VUB Hasil aktual yang dicapai oleh perbanyakan benih kelas BS yang menghasilkan benih kelas FS mencapai 424 kg dari 7 varietas VUB yang di perbanyak.
Hasil
perbanyakan benih yang diperoleh dibawah target yang direncanakan yaitu 1000 kg, hal ini disebabkan tingginya intensitas serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) terutama, Tikus, penggerek batang dan kepik hitam (Pachidibrosis sp). Intenstas serangan masing-masing OPT tersebut disajikan pada Tabel 5. Tingginya serangan hama terutama tikus disebakan karena penanaman dilakukan lebih awal yaitu pada awal bulam Pebruari, sedangkan musim tanam yang nornal
mulai pada bulan April - Mei. Percepatan waktu tanam dilakukan untuk
mengejar kebutuhan benih penaman bulan Mei. Akit serangan OPT tersebut, maka produktivitas masing-masing varietas sangat rendah dibanding dengan potensi hasilnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa produktivitas
tertinggi dihasilkan oleh
varietas Inpari 7 yaitu 5,0 ton/ha benih, kemudian diikuti varietas Inpari 4 dan Inpari 10 dengan tingkat produktivitas 3,0 ton/ha benih, sedangkan varietas yang memiliki
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
17
tingkat produktivitas benih terendah adalah varietas Silugonggo yaitu 1,26 ton/ha benih (Tabel 6). Tabel 6. Hasil aktual 7 varietas perbanyakan benih BS No
Varietas
Luas Pertanaman (ha)
Produktivitas (t/ha)
Hasil Aktual Benih Klas FS (Kg)
1.
Setail
0,071
4,0
50
2.
Silugonggo
0,071
3,0
20
3.
Inpari 1
0,071
3,0
32
4.
Inpari 3
0,071
4,0
45
5.
Inpari 4
0,071
4,5
90
6.
Inpari 7
0,071
5,0
97
7.
Inpari 10
0,071
4,5
90
TOTAL
0,5
424
4.3. Perbanyakan Benih Kelas FS
Hasil Aktual Benih Kelas FS Padi VUB Hasil aktual yang dicapai oleh perbanyakan benih kelas FS yang menghasilkan benih kelas SS mencapai 2.703 kg Berat Kering Panen (KA. 23%) dari 2 varietas VUB yang di perbanyak.
Hasil perbanyakan benih diperoleh kurang dari target yang
direncanakan yaitu 23.750 kg BKG. Hal ini disebabkan oleh tingginya serangan OPT utamanya hama tikus.
Tingkat produktivitas benih tertinggi dihasilkan varietas
Inpari-1 yaitu 3,3 ton/ha, dan varietas Inpari-10 dengan tingkat produktivitas 3,2 ton/ha (Tabel 7).
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
18
Tabel 7. Hasil aktual beberapa varietas perbanyakan benih BS No Varietas Luas Pertanaman Produktivitas (ha) (t/ha) 1.
Inpari I
5
3,3
Hasil Aktual Klas SS (Kg) 1.573
2.
Inpari 10
4,5
3,2
1.130
Jumlah
2.703
4.4. Seleksi dan Rouging Salah satu syarat dari benih bermutu adalah memiliki tingkat kemurnian genetik yang tinggi, oleh karna itu rouging perlu dilakukan dengan benar dan dimulai pada fase vegetatif sampai akhir pertanaman. Rouging adalah kegiatan membuang rumpun-rumpun tanaman yang ciri-ciri morfologisnya menyimpang dari ciri-ciri varietas tanaman yang benihnya diproduksi . Seleksi dan rouging dilakukan untuk menyingkirkan tanaman-tanaman lain atau tanaman padi type simpang (type off) sehingga pertanaman tidak tercemar atau tercampur dengan tanaman atau varietas padi lain yang akan mengurangi kemurniaan varietas yang pada gilirannya menurunkan kualitas benih unggul itu sendiri. Seleksi dan rouging dilakukan tiga kali yaitu pada saat berbunga, berbuah dan pada saat panen/pasca panen.
Dari hasil pengamatan pada saat masih dalam
pertanaman ditemukan tanaman padi type simpang yang mencurigakan tercatat sekitar 5%. Seleksi juga dilakukan pada saat pasca panen. 4.5. Pengaruh Tekanan Lingkungan Faktor lingkungan yang menjadi faktor utama dalam produksi benih yang dihasilkan. Kegiatan Perbanyakan Benih ini merupakan sumber benih untuk demplot kegiatan SL-PTT Padi.
Disebabkan oleh kebutuhan benih padi untuk kegiatan
Demplot SL-PTT Padi yang mendesak, maka pelaksanaan penanaman dilakukan lebih awal dari musim tanam yang normal. terserang hama tikus yang hebat.
Hal ini menyebabkan pertanaman padi
Daerah Mariri dikenal sebagai daerah endemi
hama tikus, yang sasaran utamanya adalah pertanaman padi.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Pada saat-saat
19
menjelang panen ditemukan serangan tikus yang kerusakannya mencapai lebih dari 70%. Meskipun telah dilakukan upaya pencegahan, dengan memasang pagar plastik yang disertai
dengan
bubu
perangkap,
pengendalian dengan memasang umpan beracun
dan
juga
dengan
cara
gropyokan, namun intensitas serangan tetap
tinggi
karena
populasi
tikus
memang sangat tinggi. Gejala serangan, populasi tikus yang tertangkap tersaji pada Gambar 3. Pada musim tanam ini Gambar 4. Hamparan Tanaman Terserang Tikus
terjadi ledakan populasi tikus, dimana jumlah tikus yang tertangkap sangat banyak
Pada kegiatan ini populasi tikus yang tertangkap bubu sangat tinggi Gambar 4. Populasi tikus yang terperangkap bubu bulam Maret sampai Mei Sbb: Bulan Maret 1.630 ekor Bulan April 1.876 ekor Bulan Mei Jumlah Sedangkan
450 ekor 3.956 ekor
populasi
Tikus
yang
tertangkap pada Gropyokan 3.745 ekor , Gambar 5. Populasi Tikus yang tertangkap
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
belum
termasuk
yang
mati
karena
makan umpan beracun.
20
Selain hama tikus, pertanaman juga terserang oleh beberapa Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) lainnya seperti kepik hitam (Pachidibrosis sp) serta hama penggerek batang.
Untuk mengantisipasi serangan OPT telah dilakukan
pengendalian baik secara fisik maupun kimiawi seperti pengendalian dengan penyemprotan insektisida. 4.6. Uji Viabilitas Benih dan Kadar Air Benih Uji viabilitas (daya tumbuh) benih dilakukan untuk melihat kemampuan atau daya tumbuh benih yang diproduksi sebelum dilepas atau di perbanyak di tingkat petani.
Benih yang baik akan mempunyai persentase daya tumbuh tinggi. Batas
terendah untuk mencapai katagori benih lulus adalah daya tumbuh 80 %. Berdasarkan uji viabilitas dan kadar air menunjukkan bahwa daya tumbuh benih kelas FS berkisar 81 – 94 % dengan kadar air 10,3 – 11,4 %. Sedangkan untuk kelas SS, daya tumbuhnya berkisar antara 85 – 92 % dan kadar air berkisar antara 11,9 – 12,0 % (Tabel. 6) Tabel 6. Rata-rata daya tumbuh (viabilitas) dan kadar air benih No Varietas
Daya Tumbuh
Kadar Air
Inpari 1
81
11,4
Inpari 3
84
11,5
Inpari 6
89
10,7
Inpari 8
94
10,3
Inpari 10
93
10,5
Inpari 1
85
12,0
Inpari 10
92
11,9
Kelas FS
Kelas SS
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
21
4.7. Sertifikasi Benih Sertifikasi Benih adalah serangkaian pemeriksaan terhadap calon benih yang dimulai sejak pertanaman. Sertifikasi benih sumber padi menjadi kewenangan Balai Perngawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) Sulawesi Selatan. Prosedur untuk sampai pada pemberian sertifikat melalui beberapa tahap.
Sertifikasi yang diperoleh menjadi jaminan bagi pengguna bahwa kualitas
benih tersebut bermutu baik karena berlabel.
Hasil verifikasi BPSBTPH terhadap
calon benih sumber kelas FS dan SS menunjukkan daya kecambah benih 80% - 89%. Komponen parameter daya kecambah merupakan komponen terpenting sebagai indikator mutu benih. Syarat lulus untuk memperoleh sertifikat (label) benih bermutu adalah daya kecambah ≥ 80%. Ini berarti bahwa berdasarkan angka daya tumbuh calon benih yang hanya 80% maka calon benih tersebut lulus, dijamin mutunya. Sementara itu hasil pengujian intern yang dilakukan di KP Mariri dan informasi dari petani pengguna calon benih menunjukkan daya tumbuh benih > 80%.
Jumlah
benih yang dilabel adalah 2.575 kg (Table 8) Tabel 8. Volume Benih yang lolos uji mutu (berlabel). No
Varietas
Volume Benih yang
Keterangan
berlabel 1.
Inpari 1
60
2.
Inpari 3
1
3.
Inpari 10
42
Ket. : 1 label sama dengan 25 kg
4.8. Temu Lapang Dalam rangka sosialisasi untuk memperkenalkan dan mempercepat inovasi teknologi khususnya penggunaan benih unggul varietas baru padi, pada akhir kegiatan (sebelum panen) diadakan temu lapang. Kegiatan Temu Lapang Perbenihan Padi dilaksanakan di Kebun Percobaan Luwu,Mariri Kabupaten Luwu Utara pada tanggal Mei 2010. Peserta Temu Lapang berasal dari unsur Dinas Pertanian, penyuluh lapang pertanian, produsen benih (PT.Sang Hiang Seri (SHS)), dan pengurus/anggota kelompok tani se Luwu Utara.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
22
Pada kunjungan lapangan, peserta mengunjungungi langsung kegiatan penangkaran. Para peserta dapat berkonsultasi langsung tentang teknologi yang diterapkan di lahan antara lain, teknologi penangkaran benih, varietas unggul yang ditangkarkan dan penanggulangan hama tikus. Kondisi pertanaman telah memasuki fase generatif dan siap panen. Dalam sesi diskusi yang dipandu oleh Kepala BPTP Sulsel memberikan kesempatan kepada para peserta untuk mengemukakan segala permasalahan yang dihadapi oleh petani terutama menyangkut perbenihan padi.
Hal-hal yang
didiskusikan antara lain: a. Syarat-syarat benih padi untuk dapat dijadikan benih unggul dan bermutu b. Permasalahan pemasaran benih hasil penangkaran c. Jalur kerjasama antara petani penangkar dan para produsen benih padi d. Teknologi pengairan penangkaran benih padi e. Penanganan penyakit blas pada padi f. Teknologi pemberantasan hama tikus Hal-hal yang perlu ditindaklanjuti dari hasil diskusi kegiatan temu lapang ini yaitu : 1. BPTP Sulsel perlu melakukan pendampingan petani penangkar benih dalam memproduksi benih unggul bermutu 2. Perlu dilakukan uji adaptasi varietas untuk menentukan varietas yang cocok di dataran tinggi di Kabupaten Luwu Utara 3. Perlu ditindaklanjuti jalinan kerjasama antara penangkar lokal dengan PT.Sang Hiang Seri (SHS) sebagai produsen benih di Sulawesi Selatan dalam hal jalur pemasaran benih. Kesan dan respon stakeholder sangat positif.
Pemerintah Daerah menyatakan
akan mengembangkan variatas unggul padi yang dianggap adaptif melalui BPP di tiap kecamatan dalam bentuk demonstrasi-demonstrasi plot.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
23
4.9. Penyaluran Benih Benih yang dihasilkan dari kegiatan ini sebagian besar digunakan untuk Demontrasi
Plot
(Demplot)
Kegiatan
Pendampingan
SL-PTT
Padi
pada
21 kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan. Penyaluran benih ini merupakan penyaluran benih tahap kedua untuk Demplot SL-PTT Padi. Jumlah benih yang disalurkan untuk musim tanam MH 2009/2010 adalah 1.500 kg.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
24
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam kegiatan pengembangan benih padi tahun 2010 maka dapat disimpulkan sebagai berikut : •
Perbanyakan benih kelas BS sebanyak 7 varietas yang menghasilkan benih kelas FS adalah 424 kg pada pertanaman seluas 0,5 ha.
•
Perbanyakan benih kelas FS sebanyak 2 varietas yang menghasilkan 2.703 kg benih kelas SS pada pertanaman seluas 9,5 ha.
•
Rendahnya produksi yang di capai pada kegiatan ini, disebabkan karena tingginya intensitas serangan tikus yang mencapai lebih dari 70%
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
25
V. DAFTAR PUSTAKA Badan Litbang Pertanian, 2007. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta Basu, 2003, Deskripsi Varietas Unggul Padi Sawah dan Padi Gogo, Balai Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi. BPSBTPH VI, 2000, Inventarisasi Realisasi Luas Penyebaran Varietas Musim Tanam 2000 di Sulsel, Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan VI Maros. ---------------,1998, Benih Bermutu Tanaman Pangan , Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan VI Maros. Distan Sulsel, , 2007. Perkembangan Statistik Tanaman Pangan Tahun 2006. Tanaman Pangan Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar.
Dinas
----------------, 2008. Perkembangan Statistik Tanaman Pangan Tahun 2007. Tanaman Pangan Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar.
Dinas
M. Syam, 2007. Informasi Ringkas Teknologi Padi. Badan Litbang Pertanian – IRRI. Bogor Menteri Pertanian, 2007. Peraturan Menteri Pertanian tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina, Jakarta Nugraha, Udin.S, 1996. Produksi Benih Kedelai Bermutu melalui system Jabal dan Partisipasi Petani. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol XV Nomor 2. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta Padmaningsih, S. P. 2006, Metode pengambilan Sample dan Pengujian Vibilitas Pasek Pertanian, 2008. Adopsi dan Dampak Penggunaan Benih Berlabel di tingkat Petani Puslitbangtan, 2004, Pengelolaan Hara N, P dan K Spesifik Lokasi pada Jagung di Indonesia, Rencana Penelitian Tim Peneliti, Badan Litbang Pertanian. Reano, R,A,, 2001, How to Grow a Good Rice Seed Crop Paper Presented at “Rice Seed Health Training Centre, Hield at IRRI”, July – August 31, 2001. Saenong, S; dan R, Arief, 2006, Pengaruh Berbagai Cara Penyimpanan Terhadap Ketahanan Simpan dan Mutu Benih, Makalah disampaikan pada Pelatihan Sistem Produksi dan Pengolahan Benih Sumber di Balitsereal, Maros 20-23 Nop. Seshu, D,U,, and M, Dadlani, 1998, Role of Women in Seed Management with Special Reference of Rice, International Rice Testing Program, Technical Bulletin No, 5 IRRI, P,O Box 933, Manila, Philippines. Shenoy, Saudhya N, T,R Paris and B, Duff, 1988, Farm Level Harvest and Postharvest Seed Management Practicesof Farm Women in Rice Farmyng System Network Orientation and Planning Workshop, Hield at the IRRI Los Banos, Lagua, Philippines, May 211,1988.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
26
Sutopo, Lita, 2004. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Tripp, R. 1995. Seed Regulator Frameworks and Resource-Poor Farmers: A Literatur Review. Oversease Development Institute. London. UK. Widyantoro, Suprapto, Firdausil, M. Sabki, Martono, Suranto, M.M. Amin dan Ismail. 2004. Pemuliaan Padi Partisipatif dan Uji Multilokasi Galur-galur Harapan Padi Gogo, Padi Sawah dan Padi Rawa. Laporan Akhir. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung. Wirawan, B. dan S. Wahyuni. 2002. Memproduksi benih bersertifikat; padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau. Penebar Swadaya, Jakarta, 120 hal Zaini, Z., Diah W.S., dan M. Syam. 2004. Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah. Meningkatkan Hasil dan Pendapatan, Menjaga Kelestarian Lingkungan.Petunjuk Lapang. BP2TP, BPTP Sumut, BPTP Nusa Tenggara Barat.Balitpa, International Rice Research Institute.57 hal.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
27