Borang Portofolio Nama Peserta: dr. Muhammad Ibrahim Pribadi Nama Wahana: RSU Aisyiah Ponorogo Topik: Asma Bronkiale Tanggal (kasus): 08 November 2014 Nama Pasien: Tn.S
No. RM 350xxx
Tanggal Presentasi:
Nama Pendamping: dr. Wegig Widjanarko
Tempat Presentasi: Komite Medis RSU Aisyiyah Ponorogo Obyektif Presentasi: Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Neonatus
Bayi
Anak
Tinjauan Pustaka
Istimewa Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi: Seorang laki-laki 58 tahun dengan Asma Bronkiale Eksaserbasi Akut Sedang, Persisten sedang, tidak terontrol Tujuan: kecermatan dalam mendiagnosis secara cepat-tepat dan penanganan yang sesuai pada kasus asma bronkiale
Bahan bahasan:
Tinjauan Pustaka
Cara membahas:
Diskusi
Data pasien:
Kasus
Presentasi dan diskusi
Nama: Tn KY
Nama klinik: RSU ‘Aisyiyah dr. Sutomo
Riset
Audit
Email
Pos
Nomor Registrasi: 3505xx Telp:
Terdaftar sejak: 2014
Data utama untuk bahan diskusi: Asma Bronkiale Eksaserbasi Akut Sedang, Persisten sedang, tidak terontrol
Diagnosis/Gambaran Klinis: Seorang Laki-laki 58 Tahun dengan Asma Asma Bronkiale Eksaserbasi Akut Sedang, Persisten sedang, tidak terontrol Keluhan utama: Pasien datang dengan keluhan sesak nafas Riwayat Penyakit: Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas yang dirasakan sejak dua hari kemarin. Sebelumnya pasien sering mengalami sesak nafas jika menghirup debu berlebihan, kelelahan dan strees banyak pikiran. Pasien menyangkal sering sesak nafas sejak kecil. Pasien merasa sering sesak nafas mulai usia 40 tahun. Saai itu, pasien baru mengalami stres berat mengenai pekerjaannya. Awalnya sesak nafas hanya timbul satu bulan sekali, tapi lama kelamaan frekuensi sesak nafas semakin sering terutama dua bulan terakhir ini. Sejak tiga bulan terakhir, sesak nafas dirasakan setiap hari. Sesak nafas dirasakan memberat jika malam hari, atau saat pasien kelelahan mengurus pekerjaannya. Sesak disertai dengan suara mengi. Hampir setiap malam pasien merasakan sesak mem berat. Saat masuk rumah sakit pasien datang ke poli umum dengan jalan sambil tesengal-sengal (menggeh-menggeh), berbicara agak terputus-putus. Pasien merasa nyaman jika duduk karena merasa sesak jika tidur terlentang. Saat itu psien juga mengeluh batuk berdahak bersamaan dengan sesaknya. Selama ini pasien diresepkan dexamethason tablet dan teosal tablet masing-masing diminum dua kali sehari sejak frekuensi nafasnya meningkat. Obat diminum setiap hari selama satu bulan. Pasien sebelumnya jarang kontrol dan hanya kontrol jika serangan sudah memberat.
Riwayat Penyakit Dahulu a. Riwayat tekanan darah tinggi
: (-)
b. Riwayat kencing manis
: (-)
c. Riwayat sakit jantung
: (-)
d. Riwayat Alergi
: (+) batuk jika menghirup debu berlebihan
e. Riwayat Asma
: (+) sejak umur 40 tahun
Riwayat Kebiasaan a. Riwayat olahraga teratur
: disangkal
b. Riwayat konsumsi jamu
: (-)
c. Riwayat konsumsi obat-obatan
: (+) teosal 2x1 setiap mengeluh sesak nafasyang memberat
Riwayat Penyakit Keluarga a. Riwayat tekanan darah tinggi
: disangkal
b. Riwayat penyakit gula
: disangkal
c. Riwayat alergi
: (+) kedua orang tua alergi makanan (makanan laut seperti udang)
d. Riwayat penyakit serupa
: disangkal
Riwayat Asupan Gizi Pasien makan 2-3 kali sehari, porsinya empat sendok makan dengan nasi, lauk pauk (daging ayam dan telur) dan sayur. Riwayat Sosial Ekonomi Pasien adalah seorang perempuan laki-laki usia 58 tahun yang bekerja sebagai wiraswasta. Saat pemeriksaan, pasien baru stress banyak masalah mengenai pekerjaannya. Daftar Pustaka: 1. Kinsella K and Gist YJ. Gender and aging: mortality and health. Internasional Brief. U.S.
2. Stangl V et al. Coronary atherogenic risk factors in women. Eur Heart J. 2002;23:1738-1752.
3. Braunwald E. Unstable Angina. In: Heart Disease. 2001;36:1232-1237.
Hasil Pembelajaran: 1. Anatomi Paru 2. Klasifikasi Penyakit Asma Bronkiale
3. Penegakan diagnosis dan penatalaksanaan Asma Bronkiale
Subyektif
:
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas yang dirasakan sejak dua hari kemarin. Sebelumnya pasien sering mengalami sesak nafas jika menghirup debu berlebihan, kelelahan dan strees banyak pikiran. Pasien menyangkal sering sesak nafas sejak kecil. Pasien merasa sering sesak nafas mulai usia 40 tahun. Saai itu, pasien baru mengalami stres berat mengenai pekerjaannya. Awalnya sesak nafas hanya timbul satu bulan sekali, tapi lama kelamaan frekuensi sesak nafas semakin sering terutama dua tahun terakhir ini. Sejak tiga bulan terakhir, sesak nafas dirasakan setiap hari. Sesak nafas dirasakan memberat jika malam hari, atau saat pasien kelelahan mengurus pekerjaanny a. Sesak disertai dengan suara mengi. Hampir setiap malam pasien merasakan sesak memberat. Saat masuk rumah sakit pasien datang ke poli umum dengan jalan sambil tesengal -sengal (menggeh-menggeh), berbicara agak terputus-putus. Pasien merasa nyaman jika duduk dengan posisi sedikit membungk uk. Saat itu psien juga mengeluh batuk berdahak bersamaan dengan sesaknya. Selama ini pasien diresepkan dexamethason tablet dan teosal tablet masing masing diminum dua kali sehari sejak frekuensi nafasnya meningkat. Obat diminum setiap hari selama satu bul an. Pasien sebelumnya jarang kontrol dan hanya kontrol jika serangan sudah memberat. Tidak didapatkan nyeri perut ulu hati, tenggorokan panas, batuk, pilek, nyeri telan dan demam. Pasien biasa tidur dengan satu bantal dan tidak bangun pada malam hari dikarenakan sesak. BAK dan BAB normal.
Obyektif : A.
Keadaan Umum
B.
Tanda Vital
: tampak sakit ringan (sesak, berkeringat), compos mentis, E4V5M6,
Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 110 x/ menit, irama reguler, isi &tegangan cukup
Pernafasan
: 30 x/menit
Suhu
: 36,80C per axiller
Status Gizi Berat Badan
: 57kg
Tinggi Badan
: 155 cm
C.
Kulit
: warna coklat, turgor menurun (-), lembab (+), ikterik(-)
D.
Kepala
: bentuk mesocephal, rambut warna hitam
E.
Mata
: konjungtiva pucat(-/-),sklera ikterik (-/-), pupil isokor dengan diameter (3mm/3mm), reflek cahaya(+/+)
F.
Telinga
: nyeri tekan mastoid(-), nyeri tekan tragus(-)
G. Hidung
: nafas cuping hidung(-), sekret(-)
H.
Mulut
: sianosis(-), papil lidah atrofi(-), stomatitis(-)
I.
Leher
: JVP R+3 cm, trakhea di tengah, simetris, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran limfonodi cervical(-),
J.
Limfonodi
: kelenjar limfe retroaurikuler, submandibuler, servikalis, supraklavikularis, aksilaris dan inguinalis tidak membesar
K.
Thorax
: Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan = kiri, retraksi intercostal(-), spider nervi(-), sela iga melebar(-/-), pulsasi parasternal (+).
Jantung Inspeksi
: ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: ictus cordis kuat angkat, teraba di spatium intercostale IV, linea aksilaris anterior sinistra
Perkusi
: batas jantung kiri atas
: spatium intercostale II, 2 cm lateral linea sternalis sinistra
batas jantung kanan atas
: spatium intercostale III, melebar ke caudolateral
batas jantung kiri bawah
:spatium intercostale VIlinea axillaris anterior sinistra
batas jantung kanan bawah : spatium intercostale V linea sternalis dextra Kesan : batas jantung kanan normal Auskultasi
: Heart Rate 110 kali/menit, reguler. Bunyi jantung I-II intensitas normal,reguler, bising (-), gallop (-).
Pulmo Inspeksi Statis
: normochest,simetris, sela iga tidak melebar, iga tidak mendatar.
Dinamis : pengembangan dada kanan = kiri, sela iga tidak melebar, retraksi intercostal(-), retraksi supraklavikula(-). Palpasi Statis
:tidak simetris
Dinamis : pergerakan kanan = kiri
fremitus raba kanan = kiri
Perkusi Kanan
: sonor, batas relatif paru-hepar SIC IV
Kiri
: sonor, mulai redup sesuai pada batas paru-jantung Batas paru-lambung SIC VI linea axillaris anterior sinistra
Auskultasi
L.
Kanan
: suara dasar bronkial, ronchi basah halus(+), ronchi basah kasar (-), wheezing(+).
Kiri
: suara dasar bronkial, ronchi basah halus(+), ronchi basah kasar(-), ,wheezing(+).
Abdomen Inspeksi
: dinding perut lebih tinggi dari dinding dada, distended (-), venektasi (+) epigastrium, sikatriks (-), striae (-), vena kolateral (-), hernia umbilikalis (-)
Auskultasi : bising usus(+) normal,20x/menit Perkusi
: tympani, pekak alih (-), Area trobe pekak LS 13 cm
Palpasi
: dinding perut supel, hepar tidak teraba, 1 cm BACD, tumpul, permukaan rata, konsistensi lunak, nyeri tekan (-), brust(-) ,lien tidak teraba, balotement (-/-), tes undulasi (-)
M.
Ekstremitas :
Edema Akral dingin
Extremitas superior Dextra Sinistra -
Extremitas inferior Dextra Sinistra -
Luka Fungsi motorik Fungsi sensorik CRT
I.
5 N < 2 detik
5 N < 2 detik
5 N <2 detik
5 N <2 detik
Gatal
-
-
-
-
Bekas Luka
-
-
-
-
Sianosis
-
-
-
-
DAFTAR ABNORMALITAS Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan pasien mempunyai beberapa problem yang mengarah ke arah diagnosis asma bronkiale Eksaserbasi Akut Sedang, Persisten Sedang, tidak terkontrol obat . Daftar abnormalitas tersebut adalah 1. Anamnesis: 1. Sesak Nafas yang dirasakan setiap hari dan memberat saat malam hari 2. Suara mengi 3. Berkata terputus-putus 4. Nyaman dengan posisi duduk 5. Batuk berdahak 6. Riwayat alergi (+) debu 7. Riwayat asma sebelumnya (+)
2. Pemeriksaan fisik: 8. Peningkatan frekuensi nafas 30 x/menit 9. Peningkatan RR 110 x/menit 10. Suara Bronkial di kedua lapang paru 11. Suara Nafas Tambahan wheezing dan rokhi basah halus
II.
ANALISIS DAN SINTESIS Asma adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran nafas sangat mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupa serangan asma (Ngastiyah, 2005). Asma adalah penyakit yang menyebabkan otot-otot di sekitar saluran bronchial (saluran udara) dalam paru-paru mengkerut, sekaligus lapisan saluran bronchial mengalami peradangan dan bengkak (Espeland, 2008). Asma adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi hipersensitif mukosa bronkus terhadap bahan alergen (Riyadi, 2009).
Adapun faktor penyebab dari asma adalah faktor infeksi dan faktor non infeksi. Faktor infeksi misalnya virus, jamur, parasit, dan bakteri sedangkan faktor non infeksi seperti alergi, iritan, cuaca, kegiatan jasmani dan psikis (Mansjoer, 2000).
Etiologi Faktor infeksi
Faktor non infeksi
Virus (respiratory syntitial virus) dan virus parainfluenza Bakteri (pertusis dan streptoccus) Jamur (aspergillus) Parasit (ascaris) Reaksi hiperaktivitas bronkus
Alergi Iritan Cuaca Kegiatan jasmani Psikis
Antibody muncul (IgE) Sel mast mengalami degranulasi Peningkatan Kontraksi otot Edema produksi mukus polos bronkus mukosa Mengeluarkan mediator (histamin dan bradikinin) Mempermudahproliferasi Terjadi sumbatan dan daya konsolidasi Gangguan ventilasi Asma Bronkiale
Batuk, pilek Mengi / wheezing Sesak
Patofisiologi terjadinya asma adalah sebagai berikut : Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, jamur, parasit, alergi, iritan, cuaca, kegiatan jasmani dan psikis akan merangsang reaksi hiperreaktivitas bronkus dalam saluran pernafasan sehingga merangsang sel plasma menghasilkan imonoglubulin E (IgE). IgE selanjutnya akan menempel pada reseptor dinding sel mast yang disebut sel mast tersensitisasi. Sel mast tersensitisasi akan mengalami degranulasi, sel mast yang mengalami degranulasi akan mengeluarkan sejumlah mediator seperti histamin dan bradikinin. Mediator ini menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga timbul edema mukosa, peningkatan produksi mukus dan kontraksi otot polos bronkiolus. Hal ini akan menyebabkan proliferasi akibatnya terjadi sumbatan dan daya konsulidasi pada jalan nafas sehingga proses pertukaran O2 dan CO2 terhambat akibatnya terjadi gangguan ventilasi. Rendahnya masukan O2 ke paru-paru terutama pada alveolus menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan CO2 dalam alveolus atau yang disebut dengan hiperventilasi, yang akan menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik dan penurunan CO2 dalam kapiler (hipoventilasi) yang akan menyebabkan terjadi asidosis respiratorik. Hal ini dapat menyebabkan paru-paru tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas yaitu membuang karbondioksida sehingga menyebabkan konsentrasi O2 dalam alveolus menurun dan terjadilah gangguan difusi, dan akan berlanjut menjadi gangguan perfusi dimana oksigenisasi ke jaringan tidak memadai sehingga akan terjadi hipoksemia dan hipoksia yang akan menimbulkan berbagai manifestasi klinis. Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain mengi/wheezing, sesak nafas, dada terasa tertekan atau sesak, batuk, pilek, nyeri dada, nadi meningkat, retraksi otot dada, nafas cuping hidung, takipnea, kelelahan, lemah, anoreksia, sianosis dan gelisah.
Faktor Risiko Pada Asma Faktor Pejamu Prediposisi genetik Atopi Hiperesponsif jalan napas Jenis Kelamin Ras / etnik Faktor Lingkungan Alergen di dalam ruangan Mite domestik Alergen binatang Alergen kecoa Jamur (fungi, molds, yeasts) Alergen di luar ruangan Tepung sari bunga Jamur (fungi, molds, yeasts) Asap rokok Polusi udara Infeksi pernapasan Infeksi parasit Status sosioekonomi Besar keluarga Diet dan obat Exercise dan hiperventilasi Perubahan cuaca Sulfur dioksida Makanan, aditif (pengawet, penyedap, pewarna makanan), obat-obatan Ekspresi emosi yang berlebihan Iritan (parfum, bau-bauan merangsang, household spray)
Anamnesis Anamnesis yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis asma adalah jika ditemukan sebagai berikut : 1. Gejala berupa batuk, sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak 2. Bersifat episodik, sering kali reversibel dengan atau tanpa pengobatan 3. Gejala timbul / memburuk terutama malam / dini hari 4. Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu 5. Respons terhadap pemberian bronkodilator
Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam anamnesis riwayat penyakit adalah 1. Riwayat keluarga (atopi) 2. Riwayat alergi / atopi 3. Penyakit lain yang memberatkan 4. Perkembangan penyakit dan pengobatan
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis asma adalah jika ditemukan sebagai berikut :
1. Wheezing mengi pada auskultasi. 2. sesak napas 3. hiperinflasi.
4. pada sarangan yang sangat berat disertai gejala lain: sianosis, gelisah, sukar bicara, takikardi, hiperinflasi dan penggunaan otot bantu napas. Pemeriksaan Penunjang 1. Spirometri Pengukuran volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan kapasiti vital paksa (KVP) dilakukan dengan manuver ekspirasi paksa melalui prosedur yang standar. Pemeriksaan itu sangat bergantung kepada kemampuan penderita sehingga dibutuhkan instruksi operator yang jelas dan kooperasi penderita. Untuk mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai tertinggi dari 2 - 3 nilai yang reproducible dan acceptable. Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP1 / KVP < 75% atau VEP1 < 80% nilai prediksi. 2. Uji Provokasi Bronkus Pada penderita dengan gejala asma dan faal paru normal sebaiknya dilakukan uji provokasi bronkus. Pemeriksaan uji provokasi bronkus mempunyai sensitiviti yang tinggi tetapi spesifisiti rendah, artinya hasil negatif dapat menyingkirkan diagnosis asma persisten, tetapi hasil positif tidak selalu berarti bahwa penderita tersebut asma. Hasil positif dapat terjadi pada penyakit lain seperti rinitis alergik, berbagai gangguan dengan penyempitan jalan napas seperti PPOK, bronkiektasis dan fibrosis kistik. 3. Pengukuran Status Alergi Komponen alergi pada asma dapat diindentifikasi melalui pemeriksaan uji kulit atau pengukuran IgE Diagnosis Banding 1. Dewasa
Penyakit paru Obstruksi Kronik Bronkitis kronik Gagal Jantung Kongestif Batuk kronik akibat lain-lain Disfungsi larings
Obstruksi mekanis (misal tumor) Emboli Paru 2. Anak
Benda asing di saluran napas Laringotrakeomalasia Pembesaran kelenjar limfe Tumor Stenosis trakea Bronkiolitis
Klasifikasi 1. Berdasarkan Derajat Asma Gejala dan Tanda
Eksaserbasi Akut/Serangan Akut
Keadaan Mengancam Jiwa
Ringan
Sedang
Berat
Sesak Nafas
Berjalan
Berbicara
Istirahat
Mengantuk, sangat gelisah
Posisi
Dapat Tidur
Duduk
Duduk Membungkuk
kesadaran menurun
Cara berbicara
Satu Kalimat
Beberapa kata
Kata demi kata
Napas
<20 x/mnt
20-30 x/mnt
> 30 x/menit
Hampir apneu
Nadi
<100
100-120
>120
Bradikardi
Retraksi
-
+
+
Torakoabdominal
Mengi
Akhir Ekspirasi Paksa
Akhir Ekspirasi
Inspirasi dan Ekspirasi
Silent Chest
2. Berdasarkan Serangan Asma Derajat Asma
Gejala
Gejala Malam
Faal Paru
Intermiten
Gejala <1 x/minggu (Bulanan)
< 2 x sebulan
VEP > 80 %
Tanpa gejala diluar serangan
Variabilitas APE < 20%
Serangan singkat Persisten Ringan
Gejala >1 x/minggu, tapi <1 x sehari
> 2 kali sebulan
VEP > 80 %
(Mingguan)
Variabilitas APE 20%-
Serangan dapat mengganggu aktivitas dan
30%
tidur Persisten Sedang
Gejala setiap hari (Harian)
> 1x seminggu
Serangan mengganggu aktivitas dan tidur
VEP 60-80 % Variabilitas APE > 30%
Membutuhkan bronkodilator setiap hari Persisten Berat
Gejala terus menerus (Kontinyu),Sering kambuh Aktivitas fisik terbatas
sering
VEP < 60 % Variabilitas APE >30%
3. Berdasarkan Level terkontrol obat Karakteristik
Terkontrol
Terkontrol Sebagian
Tidak terkontrol
Gejala Harian
Tidak ada atau <2
>2x seminggu
3 atau lebih seminggu
seminggu Keterbatasan Aktivitas
Tidak ada
Sedikit
Gejala Malam
Tidak ada
Sedikit
Butuh Bronkodilator
Tidak ada atau <2
>2x seminggu
seminggu Faal Paru
Normal
< 80 %
Eksaserbasi
Tidak ada
1 atau lebih pertahun
Seminggu sekali
Terapi Obat-obatan pada asma bronkial secara garis besar dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Reliver medication termasuk golongan ini adalah bronkodilator baik agonis 2 waktu kerja pendek maupun teofilin dan garamnya Controller medication termasuk golongan ini adalah obat-obat antiinflamasi antara lain: kortikosteroid, kromolin, ketotifen, sodium nedocromil, agonis 2 masa kerja panjang dan antileukotrien.
Obat Kontroller
Obat Reliever
Kortikosteroid inhaler
Beta 2 agonis short acting inhaler
Kortikosteroid sistemik
Kortikosteroid sistemik
Sodium kromoglikat
Antikolinergik
Nedokromil sodium
Beta 2 agonis short acting oral
Teofilin sustained release
Teofilin short acting
Beta 2 agonis long acting Ketotifen Contoh Obat yang tersedia di Indonesia : Obat Kontroler : Steroid Inhaler : Flutikason propionat IDT 50, 125 mcg , Budesonide IDT 100,200,400 mcg. Kromolin Steroid Sistemik : Prednison 5 mg, Metil Prednisolon Tab 4,8,10 mg Angonis beta 2 kerja lama : Salmeterol IDT 25 mcg, Bambuterol Tab 10 mg, prokaterol tab 25, 50 mcg, formoterol IDT 4,5, 9 Metilxantin : aminofilin lepas lambat Tab 225 mg, teofilin lepas lamat tab 125, 250, 300mg Obat Releiver : Steroid Sistemik : Prednison 5 mg, Metil Prednisolon Tab 4,8,10 mg Antikolinergik : Ipatropium Bromide IDT 20 mcg Angonis beta 2 kerja singkat : terbutalin IDT 0,25 mcg, salbutamol IDT 100 mcg Tab 2, 4 mg, fenoterol IDT 100,200 mcg, prokaterol IDT 10 mcg tab 25, 50 mg
III.
Penatalaksanaan Sesuai Diagnosis Pasien Dengan hasil sintesis diagnosis diatas, maka pasien dapat diterapi seperti SOP yang sudah ditetapkan yakni : 1. Tujuan Penatalaksanaan Asma a. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma b. Mencegah eksaserbasi akut c. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin d. Mengupayakan aktifitas normal termasuk exercise e. Menghindari efek samping obat f. Mencegahterjadi keterbatasan aliran udara (air flow limitation) irreversible g. Mencegah kematian karena asam
2. Program penatalaksanaan asma a. Edukasi b. Menilai dan monitor berat asma secara berkala c. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus d. Merencanakan dan meberikan pengobatan jangka panjang e. Menetapkan pengobatan pada serangan akut f. Kontrol secara teratur g. Pola hidup yang sehat
Pengobatan pada kasus : Asma bronkiale Eksaserbasi Akut Sedang, Persisten sedang, tidak terkontrol DD
: PPOK, Bronkitis, Gagal Jantung Congestif
IpDx
: Saturasi O2, Spirometri, Rontgen Thorax PA
IpTx
: - Lameson 3 x 4 mg - Lasal 2 x 4 mg
Ip Mx
: Kontrol Tekanan Darah rutin dan profil lipid
Ip Ex
: Edukasi tentang penyakit dan pencegahan dan pengobatan kepada pasien dan keluarga.