perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DESAIN INTERIOR SURAKARTA CHOIR CENTER DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN HISTORY OF CHOIR
Disusun Untuk Memenuhi Syarat mendapatkan Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Unversitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun oleh : CHRISTOFER BINTANG PERMANA C 0807014
JURUSAN DESAIN INTERIOR FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit2012 to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Nama : Christofer Bintang Permana NIM
: C 0807014 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir
berjudul “Desain Interior Surakarta Choir Center Dengan Pendekatan History of Choir Di Surakarta” adalah benar- benar karya sendiri, bukan plagiat dan dibuatkan orang lain. Hal- hal yang bukan karya saya, dalam Laporan Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tugas Akrir dan gelar yang diperoleh.
Surakarta, Juli 2012 Yang membuat pernyataan,
Christofer Bintang Permana NIM. C 0807014
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Jangan kau tanyakan apa yang diberkan negara kepadamu, namun bertanyalah apa yang sudah kau berikan pada negaramu” -John F. Kennedy-
“Kesempatan tidak hanya datang satu kali,manfaatkan setiap kesempatan yang datang kepadamu”. -Penuliscommit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini kupersembahkan kepada : 1. Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia kepada umatNya. 2. Kedua orangtua dan seluruh keluarga besar yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan semangat yang tidak pernah putus kepada penulis. 3. PSM UNS Voca Erudita, Temanteman dan para sahabat yang selalu mendukung penulis. 4. Dosen
pembimbing dan
seluruh
jajaran dosen jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS. commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan karunia dan berkah yang melimpah, sehingga penulis bisa menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini. Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini tidak sedikit hambatan yang dihadapi oleh penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan dengan baik berkat bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan yang baik ini penulis tidak lupa untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada : 1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Anung B Studyanto, S. Sn, MT, selaku Ketua Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa. 3. Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn, selaku Dosen Pembimbing I Mata Kuliah Tugas Akhir. 4. Ambar Mulyono, S.Sn, M.T , selaku Dosen Pembimbing II Mata Kuliah Tugas Akhir . 5. Orang tua tercinta FX.Pribadi dan Brigita Renny S, atas kasih sayang dan pengorbanan yang diberikan kepada kami anak – anaknya. 6. Kakak – kakak saya, Ade Surya, Christina Tanjung Sari, Alexander Surya atas dukungan dan kasih sayang nya. 7. Keluarga besar Supingi Pudjo Karjono dan R. Troesto atas doa, kasih sayang, dukungan dan semangat yang tidak pernah putus. 8. Belahan jiwa saya PSM UNS “ Voca Erudita “ terimakasih atas kebersamaan 5 tahun ini, prestasi, pengalaman, pembelajaran, suka, duka, air mata,canda dan tawa telah berjalan seirama nada yang kita lantunkan. Salam hangat untuk team voyage, piccc, dikti, wcg, bicc, pattaya dan team paris.Terima kasih. commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Special saya ucapkan terima kasih sebesar – besarnya untuk sahabat saya “ d’Cost “ Isabel, candra rifqi, bintang dan bayu atas semangat dan suportnya selama proses penyusunan tugas akhir ini. 10. Teman-teman 2007 seperjuangan di VE, terima kasih untuk mathilda, puri, yohana, santhi dan teman seperjuangan tugas akhir, Mas Muhibudin, teman – teman angkatan 2007 yang tersisa dan angkatan 2008 yang banyak membantu dalam proses penyelesaian tugas akhir. Penulis menyadari dalam penulisan dan penyusunan Tugas Akhir ini masih terdapat kesalahan dan kekeliruan sehingga dengan sangat terbuka penulis mengharapkan saran, masukan dan kritikan demi kesempurnaannya. Surakarta, Juli 2012
Penulis
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DESAIN INTERIOR SURAKARTA CHOIR CENTER DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN HISTORY OF CHOIR 1
Christofer Bintang P, Drs. Rahmanu Widayat., M.Sn2, Ambar Mulyono, S.Sn, M.T 3 ABSTRAK 2012.Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana mendesain interior pusat seni paduan suara yang memiliki fungsi edukatif, informatif dan entertainment?. (2) Bagaimana menciptakan system akustik gedung pertunjukan yang tepat dan baik ? (3) Bagaimana menerapkan desain dengan pendekatan historycal berdasar sejarah perkembangan seni paduan suara yang sesuai untuk Surakarta Choir Center ? Tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut : (1) Merancang Interior pusat kesenian paduan suara ( choir center ) yang memiliki fungsi edukatif, informatif dan entertainment. (2) Menciptakan sistem akustik yang baik di dalam pusat kesenian paduan suara ( choir center ) . (3) Merancangan pusat kesenian paduan suara ( choir center ) yang dapat menghadirkan atmosfer interior berdasar sejarah perkembangan seni paduan suara. Metode yang digunakan dalam pembahasan masalah adalah metode pembahasan analisa interaktif, dimana ada 3 tahap pokok yang digunakan oleh peneliti, yaitu : melalui proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi data. Kemudian penyusunan informasi sebelum menyusun sebuah kesimpulan dari penelitian yang dilakukann dan sejak awal penelitian data penelitian sudah harus memulai melakukan pencatatan peraturan, pola-pola pertanyaan, arahan sebab-akibat dan proporsi-proporsi. Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal : (1).Perancangan Interior Surakarta Choir Center sebagai pusat edukatif, informatif dan entertainment bagi para penggemar musik paduan suara dibangun dengan estetis tinggi agar banyak menarik pengunjung. (2) Perancangan sistem akustik yang baik demi terwujudnya kualitas akustik yang memadahi bagi pengguna. (3) Karakter ruang sangat membantu dalam menciptakan kenyamanan dan keamanan bagi pengunjung.
1 2 3
Mahasiswa Jurusan Desain Interior dengan NIM C0807014 commit to user Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
INTERIOR DESIGN OF SURAKARTA CHOIR CENTER IN SURAKARTA WITH HISTORY OF CHOIR APPROACH 1
Christofer Bintang P, Drs. Rahmanu Widayat., M.Sn2, Ambar Mulyono, S.Sn, M.T 3 ABSTRACT 2012. Problems which discussed in this research are: (1) How to design an interior of choir center which has an educative, informative, and entertaining functions. (2) How to design a good and proper accoustic system of an exhibition center. (3) How to apply historycal approach design based on the history of choir development for Surakarta Choir Center properly. The aims of this research are: (1) To design an interior of a choir center which has an educative, informative, and entertaining functions. (2) To design a good and proper accoustic system of a choir center. (3) To design a choir center whose interior can give an atmosphere of the history of choir development. A method which used in the problem discussion is an interactive analysis method in which three main stages are used by the researcher. They are selecting, focusing, and simplifying the abstarction data. Compiling information was done before compiling conclusion of the research. From the very beginning of this research, note taking of rules, question formations, cause-effect guidance, and proporsion must be done. From the analysis, it can be concluded that: (1) The interior design of Surakarta Choir Center as an educative, informative, and entertaining center for choir enthusiasts is made aesthetically pleasing to attract more visitors. (2) Accoustic system has to be well-designed to fulfil the needs of the users. (3) Room characteristic is so helful in creating comfort and secure of the visitors.
1
Student, Interior Design Program with student number C 0807014 First Supervisor commit to user 3 Second Supervisor 2
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL ..............................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................
iii
PERNYATAAN .....................................................................................
iv
MOTTO ..................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ...................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ............................................................................
vii
ABSTRAKSI ..........................................................................................
ix
ABSTRACT ............................................................................................
x
DAFTAR ISI ...........................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
xiv
DAFTAR BAGAN .................................................................................
xvi
DAFTAR TABEL ................................................................................... xvii BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................
1
A. Latar Belakang Perancangan .......................................................
1
B. Batasan Perancangan ..................................................................
2
C. Permasalahan Perancangan .........................................................
3
D. Tujuan Perancangan ....................................................................
3
E. Sasaran Perancangan ...................................................................
3
F. Manfaat Perancangan ..................................................................
4
G. Metode Desain ............................................................................
4
H. Sistematika Penulisan .................................................................
7
I. Pola Pikir Perancangan ...............................................................
8
BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................
10
A. Pengertian Judul ..........................................................................
10
1. Judul ........................................................................................
10
2. Definisi Judul ..........................................................................
10
B. Tinjauan Tentang Paduan Suara .................................................
12
1. Pengertian Paduan Suara.........................................................
12
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Tinjauan Khusus Gedung Pertunjukan .......................................
17
1. Tinjauan Gedung Pertunjukan ................................................
17
2. Akustik Ruang ........................................................................
18
3. Interior Gedung Pertunjukan...................................................
20
D. Tinjauan Kota Surakarta .............................................................
26
E. Tinjauan Tentang Desain Interior ...............................................
27
1.
Organisasi Ruang ..................................................................
27
2.
Hubungan Antar Ruang ........................................................
30
3.
Pola Sirkulasi ........................................................................
31
4.
Elemen Pembentuk Ruang ....................................................
33
5.
Furniture ……………………………………………………
36
6.
Warna ………………………………………………………
37
7.
Interior Sistem ……………………………………………..
38
8.
Sistem Keamanan..................................................................
55
BAB III. STUDI LAPANGAN ..............................................................
58
A. Studi Choir Hall ..........................................................................
58
1. Usmar Ismail Hall ...................................................................
58
2. China Hall ...............................................................................
60
3. Mont evray ............................................................................
61
B. Studi Galeri .................................................................................
62
C. Studi Studio .................................................................................
63
BAB IV. DESAIN INTERIOR SURAKARTA CHOIR CENTER DI SURAKARTA (DENGAN PENDEKATAN HISTORYCAL CHOIR) ........................
65
A. Analisa Existing ..........................................................................
65
1. Asumsi Lokasi ........................................................................
65
2. Potensi Lingkungan ................................................................
66
B. Programming...............................................................................
67
1. Status Kelembagaan ................................................................
67
2. Struktur Organisasi .................................................................
67
3. Sistem Operasional .................................................................
68
4. Program Kegiatan ................................................................... commit to user
69
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Fasilitas Ruang ........................................................................
71
6. Sistem Organisasi Ruang ........................................................
72
7. Sistem Sirkulasi ......................................................................
73
8. Hubungan Antar Ruang ..........................................................
74
9. Zoning dan Grouping ..............................................................
75
C. Konsep ........................................................................................
77
1. Ide Gagasan Perancangan .......................................................
77
2. Tema Perancangan ..................................................................
77
3. Atmosfer Desain Interior ........................................................
78
4. Pola Penataan Layout ..............................................................
80
5. Desain Pembentuk Ruang .......................................................
80
6. Desain Interior Sistem.............................................................
84
7. Desain Furniture......................................................................
87
8. Desain Elemen Estetis.............................................................
88
9. Sistem Keamanan....................................................................
91
BAB V PENUTUP .................................................................................
94
A. Kesimpulan .......................................................................................
94
B. Saran ................................................................................................
95
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
96
LAMPIRAN ............................................................................................
97
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR halaman GAMBAR II.1.
Peta Kota Surakarta .................................................
26
GAMBAR II.2.
Organisasi Ruang Terpusat .......................................
27
GAMBAR II.3.
Organisasi Ruang Linier ...........................................
27
GAMBAR II.4.
Organisasi Ruang Radial ..........................................
28
GAMBAR II.5.
Organisasi Ruang Cluster .........................................
29
GAMBAR II.6.
Organisasi Ruang Grid .............................................
29
GAMBAR II.7.
Pola Sirkulasi Linier .................................................
31
GAMBAR II.8.
Pola Sirkulasi Radial.................................................
31
GAMBAR II.9.
Pola Sirkulasi Spiral .................................................
32
GAMBAR II.10. Pola Sirkulasi Grid ....................................................
32
GAMBAR II.11. Pola Sirkulasi Network .............................................
32
GAMBAR II.12. Sistem Akustika ........................................................
46
GAMBAR II.13. Sistem Akustika 2 .....................................................
47
GAMBAR II.14. Sistem Akustika 2 .....................................................
48
GAMBAR II.15. Hidrant Kebakaran ....................................................
56
GAMBAR III.1. Kursi Penonton Usmar Ismail Hall ...........................
59
GAMBAR III.2. Usmar Ismail Hall ………………………………….
59
GAMBAR III.3. China Hall ………………………………………….
60
GAMBAR III.4. China Hall 2 ..............................................................
60
GAMBAR III.5. Mont Evray Hall ……………………………………
61
GAMBAR III.6. Mont Evray Hall .......................................................
61
GAMBAR III.7. Gallery Usmar IsmailHall ........................................
62
GAMBAR III.8. Gallery Usmar IsmailHall .........................................
63
GAMBAR III.9. Studio Talenta Suara Bertha .....................................
64
GAMBAR III.10. Studio Talenta Suara Bertha .....................................
64
GAMBAR IV.1. Site Plan Lokasi .......................................................
66
GAMBAR IV.2. Organisasi Ruang Radial .........................................
72
GAMBAR IV.3. Hubungan Antar Ruang ............................................
74
GAMBAR IV.4. Zoning ......................................................................
75
GAMBAR IV.5. Grouping .................................................................. commit to user
76
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
GAMBAR IV.6. Cathedrale Saint Andre de Bordeaux ......................
78
GAMBAR IV.7. Cathedral of the Assumption University,Bangkok ...
79
GAMBAR IV.8. Usmar Ismail Hall .....................................................
80
GAMBAR IV.9. Desain Furniture 1 ....................................................
87
GAMBAR IV.10. Desain Furniture 2 ....................................................
88
GAMBAR IV.11. Desain Furniture 3 ....................................................
88
GAMBAR IV.12. Warna Pokok ..........................................................
89
GAMBAR IV.13. Garis Dominan .......................................................
90
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAGAN halaman BAGAN I.1.
Bagan Pola Pikir Perancangan .................................
8
BAGAN IV.1
Struktur Organisasi ..................................................
67
BAGAN IV.2
Pola Kegiatan Pengelola ..........................................
69
BAGAN IV.3
Pola Kegiatan Pengunjung Alternatif 1 ....................
70
BAGAN IV.4
Pola Kegiatan Pengunjung Alternatif 2 ....................
70
BAGAN IV.5
Pola Kegiatan Penampil ……………………………
71
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
TABEL Halaman TABEL IV.1.
Sistem Operasional Surakarta Choir Center ............
68
TABEL IV.2.
Program Fasilitas .....................................................
69
TABEL IV.3.
Analisa Spesifikasi Lantai ........................................
80
TABEL IV.4.
Analisa Spesifikasi Dinding .....................................
82
TABEL IV.5.
Analisa Spesifikasi Ceiling .......................................
83
TABEL IV.6.
Analisa Kriteria Pencahayaan ...................................
84
TABEL IV.7.
Analisa Kriteria Penghawaann .................................
85
TABEL IV.8.
Analisa Kriteria Akustik Ruang................................
86
commit to user
xvii
INTERIOR DESIGN OF SURAKARTA CHOIR CENTER IN SURAKARTA WITH HISTORY OF CHOIR APPROACH Christofer Bintang P,1 Drs. Rahmanu Widayat., M.Sn2, Ambar Mulyono, S.Sn, M.T 3 ABSTRACT 2012. Problems which discussed in this research are: (1) How to design an interior of choir center which has an educative, informative, and entertaining functions. (2) How to design a good and proper accoustic system of an exhibition center. (3) How to apply historycal approach design based on the history of choir development for Surakarta Choir Center properly. The aims of this research are: (1) To design an interior of a choir center which has an educative, informative, and entertaining functions. (2) To design a good and proper accoustic system of a choir center. (3) To design a choir center whose interior can give an atmosphere of the history of choir development. A method which used in the problem discussion is an interactive analysis method in which three main stages are used by the researcher. They are selecting, focusing, and simplifying the abstarction data. Compiling information was done before compiling conclusion of the research. From the very beginning of this research, note taking of rules, question formations, causeeffect guidance, and proporsion must be done. From the analysis, it can be concluded that: (1) The interior design of Surakarta Choir Center as an educative, informative, and 1
Student, Interior Design Program with student number C0807014 First Supervisor 3 Second Supervisor 2
entertaining center for choir enthusiasts is made aesthetically pleasing to attract more visitors. (2) Accoustic system has to be well-designed to fulfil the needs of the users. (3) Room characteristic is so helful in creating comfort and secure of the visitors.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Paduan suara atau kor (dari bahasa Belanda, koor) merupakan istilah yang merujuk kepada ensembel musik yang terdiri atas penyanyipenyanyi maupun musik yang dibawakan oleh ensembel tersebut. Umumnya suatu kelompok paduan suara membawakan musik paduan suara yang terdiri atas beberapa bagian suara (bahasa Inggris: part, bahasa Jerman: Stimme). Paduan suara biasanya dipimpin oleh seorang dirigen atau choirmaster yang umumnya sekaligus adalah pelatih paduan suara tersebut. Umumnya paduan suara terdiri atas empat bagian suara (misalnya sopran, alto, tenor, dan bas), walaupun dapat dikatakan bahwa tidak ada batasan jumlah suara yang terdapat dalam paduan suara. Selain empat suara, jumlah jenis suara yang paling lazim dalam paduan suara adalah tiga, lima, enam, dan delapan. Bila menyanyi dengan satu suara, paduan suara tersebut diistilahkan menyanyi secara unisono. Paduan suara dapat bernyanyi dengan atau tanpa iringan alat musik. Bernyanyi tanpa iringan alat musik biasanya disebut sebagai bernyanyi a cappella. Bila bernyanyi dengan iringan, alat musik pengiring paduan suara dapat terdiri atas alat musik apa saja, satu, beberapa, atau bahkan suatu orkestra penuh. Terdapat banyak pandangan mengenai bagaimana masing-masing kelompok bagian suara dalam paduan suara ditempatkan di panggung pada suatu penampilan. Pada paduan suara simfonik, biasanya bagian-bagian suara diatur dari suara tertinggi ke suara terendah (misalnya sopran, alto, tenor, dan kemudian bas) dari kiri ke kanan, bersesuaian dengan penempatan bagian alat musik gesek umumnya. Pada penampilan a cappella atau dengan iringan piano, umumnya pria ditempatkan di belakang dan wanita di depan; penempatan kelompok bas di belakang kelompok sopran disukai oleh beberapa dirijen commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan alasan bahwa kedua bagian suara ini harus saling menyesuaikan nada. Berawal dari keprihatinan terhadap kurang nya fasilitas yang dapat menjadi wadah atau pusat kesenian dalam hal seni music,khusunya jenis music paduan suara. Kemudian muncul ide untuk mendirikan suatu tempat yang dapat menampung aspirasi masyarakat pecinta paduan suara. Dimana kita dapat saling berbagi pengalaman, ilmu music,menyalurkan hobi, bahkan menikmati pertujukan paduan suara secara langsung, baik dalm wujud konser maupun kompetisi. Gedung yang ditujukan untuk Komunitas paduan suara di Surakarta ini diarahkan pada wilayah kota Surakarta sendiri, kelompok paduan
suara
ada
beberapa
jenis,
seperti
padus
anak,remaja,mahasiswa,gereja hingga vocal group instansi,perusahaan atau partai.Pemanfaat proyek : tempat latihan, sekolah music, pertunjukan, pameran sampai galang dana serta Komunitas paduan suara Nasional dan Internasional.
B. BATASAN PERANCANGAN
Surakarta Choir Center adalah sebuah konsep gedung kegiatan terpusat dari suatu komunitas, dimana di dalam nya menjadi tempat untuk menampung berbagai kegiatan yang berhubungan dengan seni paduan suara, music, dan hal yang menunjang lainnya. Misalnya adanya hall atau gedung pertunjukan yang di desain bagi pagelaran paduan suara, sekolah vocal, ruang seminar dan galeri. Perancangan Interior gedung ini di batasi pada: 1. Perancangan interior choir hall ( gedung pertunjukan ) 2. Perancangan akustik ruang pada choir hall dan sekolah music
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. PERMASALAHANPERANCANGAN
a. Bagaimana mendesain interior pusat seni paduan suara yang memiliki fungsiedukatif, informatif dan entertainment? b. Bagaimana menciptakan system akustik gedung pertunjukan yang tepat dan baik? c. Bagaimana menerapkan desain dengan pendekatan historycal berdasar sejarah perkembangan seni paduan suara yang sesuai untuk Surakarta Choir Center ? D. TUJUAN PERANCANGAN
a. Merancang Interior pusat kesenian paduan suara ( choir center ) yang memiliki fungsi edukatif, informatif dan entertainment. b. Menciptakan sistem akustik yang baik di dalam pusat kesenian paduan suara ( choir center ). c. Merancangpusat kesenian paduan suara ( choir center )yang dapat menghadirkan suasana ruang bernuansa historic terkait sejarah perkembangan seni paduan suara.
E. SASARAN PERANCANGAN
Sasaran utama perancangan Surakarta Choir Center ini adalah kalangan pecinta paduan suara, baik dari kalangan umum, mahasiswa, gereja, remaja ataupun anak – anak .Secara detail, sasaran perancangan diarahkan pada 1. Pengunjung 2. Pengelola dan karyawan 3. Owner ( pemilik )
Diharapkan dengan adanya festival hall ini dapat menarik pengunjung untuk mengadakan sebuah konser, kompetisi atau sekedar commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menonton yang dimana pengunjung ditargetkan berasal dari dalam kota, luar kota dan sampai luar negeri
F. MANFAAT PERANCANGAN
1. Bagi Penulis/ Desainer a. Mengenal dan menambah wawasan mengenai desain interior dan pusat kegiatan kesenian. b. Mengembangkan daya imajinatif, ide dan gagasan mengenai system interior yang berkaitan dengan bangunan berakustik detail yang memiliki nilai edukatif, informatif dan entertainment. c. Mengembangkan kreatifitas dalam perancangan interior bangunan. 2. Bagi Dunia Akademik a. Memberikan informasi mengenai pengetahuan fasilitas pusat paduan suara. b. Memberikan referensi baru dalam rancangan sebuah desain. 3. Bagi Masyarakat a. Memberikan solusi tempat rekreasi edukatif serta informatif tentang seni paduan suara.
G. METODE DESAIN 1. Melakukan survei sebagai bahan acuan perancangan 2. Melakukan kajian literature terkait. 3. Pendekatan permasalahan 4. Brainstorming ide – ide gagasan perancangan. 5. Memecahakn permasalahan yang muncul. commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lokasi Survei
Penelitian dilakukan di beberapa negara yang pernah di kunjungi peneliti untuk kegiatan paduan suara, seperti China, Thailand, Perancis dan Jakarta, untuk Jakarta lokasi yang dipilih adalah di Usmar Ismail Hall, yang berada di Komplek Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, Jl. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta.
Bentuk Survei
Berdasarkan permasalahan yang diajukan dalam penelitian yang memerlukan data-data kualitatif (tidak berupa angka-angka) maka bentuk penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Bentuk ini mampu menangkap informasi kualitatif yang penuh nuansa daripada
hanya
sekedar
angka
atau
frekuensi.
“Deskriptif
mempersyaratkan suatu usaha dengan keterbukaan pikir untuk menentukan obyeknya yang sedang dipelajari”. (HB. Sutopo, 2002).
Sumber Data a. Informan Terdiri dari pelaku utama atau penyanyi dalam sebuah paduan suara dan informan lain yang dianggap mengetahui tentang bangunan yang diteliti. b. Tempat dan Peristiwa Sebuah gedung pertunjukan paduan suara.
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Jenis observasi yang digunakan adalah observasi berperan aktif, yaitu peneliti tidak bersikap pasif sebagai pengamat, tetapi memainkan berbagai peran yang dimungkinkan dalam suatu situasi yang berkaitan dengan observasinya dengan mempertimbangkan akses yang bisa diperolehnya dan bisa dimanfaatkan bagi pengumpulan data.Peneliti bahkan bisa berperan yang tidak hanya dalam bentuk berdialog atau bercakap-cakap yang mengarah pada pendalaman dan kelengkapan datanya, tetapi juga bisa mengarahkan peristiwa-peristiwa yang sedang dipelajari demi kemantapan datanya.
b. Metode Analisis
Yaitu
menganalisa
data
yang
diperoleh
di
lapangan,
menghubungkan dengan kajian teoritis, dan kemudian dianalisa kembali, dari hasil analisa ini kemudian menghasilkan alternatifalternatif desain, yang selanjutnya disimpulkan menjadi kesimpulan desain.
c. Metode Wawancara
Dilakukan
secara
langsung
terhadap
pihak-pihak
yang
dianggap mempunyai keterkaitan terhadap proses perancangan interior choir center.
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I
PENDAHULUAN Terdiri atas latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, sasaran perancangan, manfaat, dan metode desain.
BAB II
KAJIAN TEORI Uraian tentang landasan teori hasil proses pengumpulan data dan studi literatur yang dijadikan untuk mencapai tujuan perancangan.
BAB III
STUDI LAPANGAN Merupakan uraian tentang data-data hasil survei lapangan yang digunakan sebagai acuan atau referensi juga pembanding dalam proses perancangan nantinya.
BAB IV
PEMBAHASAN Merupakan uraian tentang ide atau gagasan yang akan melatar belakangi terciptanya karya desain interior.
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan Meliputi kesimpulan evaluasi konsep perancangan dan keputusan desain serta saran-saran penulis mengenai Desain Interior Surakarta Choir Center di Surakarta. B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H. POLA PIKIR
Proyek Perancangan Studi Literatur
Rumusan
Studi Lapangan
Masalah Data Informasi Proyek Interior System
Human Faktor Konsep Desain
Aspek Ekonomi Aspek Budaya
Aspek Tema Norma Desain
Sketsa Desain Aspek Keamanan
Aspek Sosial Alternatif Desain
Desain terpilih
Evaluasi Desain
DESAIN Bagan 1.1 Pola Pikir Perancangan Sumber : Analisa Penulis
Keterangan:
Proyek perancangan merupakan hal apa yang akan direalisasikan oleh penulis sebagai wujud dari sebuah ide/gagasan. Dalam sebuah perancangan hal yang perlu sebagai dasar atau study banding dari sebuah proyek adalah study literature dan study lapangan ini sebagai acuan agar penulis mempunyai commit to user gambaran mengenai proyek yang dikerjakan. Selain kedua hal itu harus ada 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
juga sebuah rumusan. Bila study literature, study lapangan dan rumusan telah dibuat maka akan memudahkan penulis mengali data informasi proyek dan kemudian akan memudahkan dalam membuat konsep desain. Sebuah konsep desainpun harus mempertimbangkan beberapa hal, yaitu human factor, aspek ekonomi, aspek lingkungan, aspek budaya, aspek keamanan, interaksi system, aspek tema, norma desain, aspek politik, aspek sosial. Setelah konsep desain terbentuk maka langkah selanjutnya pembuatan sketsa desain dengan beberapa alternatif yang kemudian diajajukan sebagai bahan pertimbangan hingga disetujui desain terpilih. Perlu dilakukan evaluasi desain saat konsultasi. Desain terpilih ini di evaluasi saat kosultasi dan akhirnya mendapatkan sebuah desain yang sesuai dengan konsep yang telah dibuat.
commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN JUDUL
1. Judul “Desain Interior SurakartaChoir Center Dengan Pendekatan Historycal Choir di Surakarta”
2. Definisi Judul a. Desain Rancangan, rencana suatu bentuk dan sebagainya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993 : 138) Suatu sistem yang berlaku untuk segala macam jenis perancangan dimana titik beratnya adalah melihat sesuatu persoalan tidak secara tepisah atau tersendiri melainkan sebagi suatu kesatuan dimana satu masalah dengan lainnya saling kait mengkait. (Desain Interior, 1999 : 12) b. Interior Bagian dalam gedung (ruang, dsb), tatanan perabot (hiasan, dsb) di ruang dalam gedung. (Kamus Besar Bahasa Indonesia,1993 : 483). Ruang dalam suatu bangunan, yang mengungkapkan tata kehidupan manusia melalui media ruang. (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1991 : 197) c. Surakarta Surakarta, juga disebut Solo atau Sala, adalah kota yang commit to user terletak di provinsi Jawa Tengah, Indonesia yang berpenduduk 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
503.421 jiwa (2010) dan kepadatan penduduk 13.636/km2. Kota dengan luas 44 km2 ini berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah utara, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur dan barat, dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan.. Sisi timur kota ini dilewati sungai yang terabadikan dalam salah satu lagu keroncong, Bengawan Solo. Bersama dengan Yogyakarta, Solo merupakan pewaris Kerajaan Mataram yang dipecah pada tahun 1755. Nama Surakarta digunakan dalam konteks formal, sedangkan nama Solo untuk konteks informal. Akhiran -karta merujuk pada kota, dan kota Surakarta masih memiliki hubungan sejarah yang erat dengan Kartasura. Nama Solo berasal dari nama desa Sala. Ketika Indonesia masih menganut Ejaan Repoeblik, nama kota ini juga ditulis Soerakarta. Nama "Surakarta" diberikan sebagai nama "wisuda" bagi pusat pemerintahan baru ini. Namun, sejumlah catatan lama menyebut bentuk antara "Salakarta ( http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surakarta )
d. Choir
Choir merupakan bahasa inggris dari paduan suara yang artinya Paduan suara atau kor (dari bahasa Belanda, koor) merupakan istilah yang merujuk kepada ensembel musik yang terdiri atas penyanyi-penyanyi maupun musik yang dibawakan oleh ensembel tersebut. Umumnya suatu kelompok paduan suara membawakan musik paduan suara yang terdiri atas beberapa bagian suara commit to user (bahasa Inggris: part, bahasa Jerman: Stimme).
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Center Pokok, pangkal, titik tengah (www.artikata.com/pusat, 27 Oktober 2011) f. History of Berhubungan dengan sejarah ( kamus bahasa Inggris – Indonesia halaman 299, John M.Echils dan Hasan Shadily )
B. TINJAUAN TENTANG PADUAN SUARA
a. Pengertian Seni Paduan Suara
Paduan suara atau kor (dari bahasa Belanda, koor) merupakan istilah yang merujuk kepada ensembel musik yang terdiri atas penyanyi-penyanyi maupun musik yang dibawakan oleh ensembel tersebut. Umumnya suatu kelompok paduan suara membawakan musik paduan suara yang terdiri atas beberapa bagian suara (bahasa Inggris: part, bahasa Jerman: Stimme). Dalam pengertian ini, paduan suara juga mencakup kelompok vokal (vocal group), walaupun kadang kedua istilah ini saling dibedakan. Musik paduan suara adalah musik yang dilantunkan oleh suatu paduan suara atau koor. Koor adalah bahasa Belanda, yang berasal dari bahasa Yunani choros (di dalam bahasa Inggeris disebut pula sebagai choir), yang berarti gabungan sejumlah penyanyi di mana mereka mengkombinasikan berbagai suara mereka ke dalam suatu harmoni. commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hampir semua paduan suara kini menyajikan lagu-lagu mereka di dalam suatu harmoni yang terdiri dari empat bagian, yaitu sopran (suara tinggi wanita), alto (suara rendah wanita), tenor (suara tinggi pria) dan bas (suara rendah pria). Namun demikian, karya-karya musik paduan suara dapat pula ditulis atau diaransir di dalam lebih dari empat bagian tadi. Musik paduan suara dapat digubah dengan iringan instrumen maupun tanpa iringan instrumen atau biasa disebut sebagai a cappella. Tetapi sebagian besar karya-karya musisi terkemuka ditulis untuk paduan suara dengan iringan instrumen. Sebenarnya paduan suara sudah mempunyai suatu sejarah yang cukup panjang, karena paduan suara ini sudah dikenal dan membawakan lagu-lagu pujian di kenisah-kenisah Sumeria pada kira-kira 3000 tahun sebelum Masehi. Di Yunani kuno, paduan suara bahkan diajarkan di sekolah-sekolah, di mana pada masa itu juga sering berlangsung berbagai macam lomba paduan suara, seperti yang ada di negeri kita. Paduan suara juga dikenal di sinagoga Yahudi, di mana di sinagoga ini paduan suara dibagi ke dalam beberapa kelompok dan mereka bernyanyi bersautan dengan para penyanyi solo atau cantor. Hampir sebagian besar dari nyanyian dan pujian di sinagoga-sinagoga ini diambil dari Alkitab, terutama sekali dari Kitab Mazmur. Jenis-jenis paduan suara Kelompok paduan suara dapat dikategorikanberdasarkan jumlah penyanyi di dalamnya, misalnya: Ensembel vokal atau kelompok vokal (3-12 penyanyi) commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Paduan suara kecil atau paduan suara kamar (12-28 penyanyi) Paduan suara besar (lebih dari 28 penyanyi) Paduan suara juga dapat dikategorikan menurut jenis atau genre karya yang dibawakannya, misalnya: Paduan suara simfonik Paduan suara opera Paduan suara lagu keagamaan (musica sacra) Paduan suara lagu popular Paduan suara jazz Paduan suara lagu rakyat Paduan suara pertunjukan (show choir), yang anggotaanggotanya menyanyi dan menari dalam penampilan yang seringkali menyerupai pertunjukan musical. Perkembangan Dunia musik terbagi menjadi 6 zaman, yaitu 1. Zaman Abad Pertengahan Zaman Abad Pertengahan sejarah kebudayaan adalah Zaman antara berakhirnya kerajaan Romawi (476 M) sampai dengan Zaman Reformasi agama Kristen oleh Marthen Luther (1572M).perkembangan Musik pada Zaman ini disebabkan oleh terjadinya perubahan keadaan dunia yang semakin meningkat, yang menyebabkan penemuan-penemuan baru dalam segala bidang, termasuk dalam kebudayaan. Perubahan dalam sejarah musik adalah bahwa musik tedak lagi dititikberatkan
pada
kepentingan
keagamaan
tetapi
dipergunakan juga untuk urusan duniawi, sebagai sarana hiburan. commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Zaman Renaisance Zaman Renaisance adalah zaman setelah abad Pertengahan, Renaisance artinya Kelahiran Kembali tingkat Kebudayaan tinggi yang telah hilang pada Zaman Romawi.Musik dipelajari dengan cirri-ciri khusus, contoh nyanyian percintaan, nyanyian keperwiraan.Sebaliknya
musik
Gereja
mengalami
kemunduran.Pada zaman ini alat musik Piano dan Organ sudah dikenal, sehingga munculah musik Instrumental. Di kota Florence berkembang seni Opera. Opera adalah sandiwara dengan iringan musik disertai oloeh para penyanyinya. 3. Zaman Barok dan Rokoko Kemajuan musik pada zaman pertengahan ditandai dengan munculnya aliran-aliran musik baru, diantaranya adalah aliran Barok dan Rokoko. Kedua aliran ini hamper sama sifatnya, yaitu
adanya
Perbedaannya
pemakaian adalah
Ornamentik
bahwa
musik
(Hiasan Barok
Musik). memakai
Ornamentik yang deserahkan pada Improvisasi spontan oleh pemain, sedangkan pada musik Rokoko semua hiasan Ornamentik dicatat. Jenis lagu yang diterapkan dalam format paduan suara yaitu jenis lagu gospel spiritual 4. Zaman Klasik 91750 – 1820) Sejarah musik klasik dimukai pada tahun 1750, setelah berakhirnya musik Barok dan Rokoko. Jenis lagu yang diterapkan dalam format paduan suara yaitu jenis lagu musica sacra. commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Zaman Romantik (1820 – 1900) Musik romantic sangat mementingkan perasaan yang subyaktif. Musik bukan saja dipergunakan untuk mencapai keindahan nada-nada, akan tetapi digunakan untuk mengungkapkan perasaan. Oleh karena itu, dinamika dan tempo banyak dipakai. 6. Zaman Modern (1900 – sekarang) Musik pada Zaman ini tidak mengakui adanay hokum-hukum dan peraturan-peraturan, karena kemajuan ilmu dan teknologi yang semakin pesat, misalnya penemuan dibidang teknik seperti Film, Radio, dan Televisi.Pada masa ini orang ingin mengungkapkan sesuatu dengan bebas. Hampir semua jenis music dapat dibawakan secara format paduan suara, jenis – jenis lagu dalam pengkategorian musik paduan suara yaitu 1. Musica sacra, merupakan kategori lagu dengan jenis music religi ( nasrani ) 2. Classic 3. Gospel spiritual,Kategori lagu jenis music zaman perbudakan kulit hitam. 4. Jazz 5. Pop ( musica provana ) 6. Folklore
commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. TINJAUAN KHUSUS GEDUNG PERTUNJUKAN
1. Tinjauan gedung pertunjukan Unsur – unsur teaternya menurut urutan sebagai berikut (Pramana Padmodarmaya, Tata dan Teknik Pentas, Balai Pustaka Jakarta, 1988 : 21) : a. Tubuh manusia sebagai alat/ media utama (pemeran/ pemain) b. Gerak sebagai unsur penunjang (gerak, tubuh, suara, bunyi, rupa) c. Suara sebagai unsur penunjang (kata atau ucapan pemeran) d. Bunyi sebagai unsur penunjang (efek bunyi benda, musik) e. Rupa sebagai unsur penunjang (cahaya, sinar lampu, skeneri, kostum, tata rias)
Sedangkan pengertian teater dalam arti luas adalah segala bentuk tontonan yang dipertunjukkan banyak orang. Misalnya wayang orang, ketoprak,
lenong,
dan
lain
sebagainya.
Sebagai
seni
yang
dipertunjukkan, teater paling tidak harus memiliki tiga elemen pokok, yaitu : Penonton, dalam pentas teater tidak mengenal kedudukan pria, wanita , tua, muda, dan anak – anak. Secara naluriah, manusia dipengaruhi oleh sikap dan tindakannya. Kemauan pergi ke teater karena mereka ingin mengetahui. Berawal dari sinilah mereka pergi untuk melihat, menghayati, serta menikmati pertunjukan yang disajikan. Karena ia menikmati, menyaksikan dan melihat maka ia disebut sebagai penonton. Pertunjukan teater tidak lengkap tanpa adanya penonton, karena pokok dari penyajian adalah untuk mengubah,
mempengaruhi,
membawa
penonton
kesuasana
kehidupan yang sebenarnya dan diharapkan dapat terlihat langsung dalam pertunjukan. commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tempat, jika dilihat dari perkembangannya teater pada mulanya merupakan
wujud
pemujaan/
upacara
sakral.
Hingga
perkembangan selanjutnya berubah dari upacara pemujaan menjadi akting, dengan sendirinya berpengaruh juga pada bentuk ruang teater. Mula – mula tapal kuda atau setengah lingkaran, sering disebut “theatre in the round”. Tempat pementasan yang baik adalah adanya hubungan yang baik antara pemain dengan penonton. Tempat pertunjukan yang dipilih pada ruang tertutup atau terbuka. Tempat merupakan elemen kedua yang harus ada. Penyaji, elemen ini merupakan elemen yang paling penting karena tanpa penyaji pertunjukan tidak pernah ada. Penyaji adalah semua orang yang terlibat dalam pertunjukan. Biasanya mereka terdiri dari penata lampu, penata laku, penata kostum, penata panggung, perancang dekorasi, dan masih banyak lainnya.
Bentuk fisik ruang teater sekarang ini mengacu pada perkembangan teater di Eropa. Sejarah yang panjang mengenai ruang pertunjukan dapat dilihat pada sejarah perkembangan teater atau ruang pertunjukan. 2. Akustik Ruang
Waktu Dengung Sebuah gedung konser, menurut Prof. Soegijanto, mempunyai beberapa persyaratan dan kondisi berbeda dengan gedung bioskop. Untuk mendapat suasana yang lebih hidup, suara yang datang harus memiliki waktu dengung (reverberation time) lebih lama. Waktu dengung adalah rentang waktu antara saat bunyi terdengar hingga melenyap. Untuk gedung konser, waktu dengung ideal adalah sekitar 1,6 detik. Waktu
dengung
yang
berlebihan
akan
mengakibatkan
commit usernot yang telah dimainkan dengan bertumbukannya antaratosatu
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
not yang sedang dimainkan. Betumbukannya dengung not-not itu akan mengganggu penikmatan hadirin dan memecah konsentrasi musisi. Usmar Ismail Hall dirancang untuk menghasilkan waktu dengung yang ideal. Selain itu, medan suara harus dibuat menyebar (diffuse) secara merata. Caranya dengan membuat dinding dan langit-langit sedemikian rupa sehingga suara terpantul dan tersebar merata ke seluruh posisi penonton. Denga demikian, suara yang datang akan melingkupi pendengar atau penonton di dalam gedung tersebut. Begitu pula langit-langit gedung dibuat tidak rata, tetapi dirancang dengan model bergelombang. Rancang artistik dinding dengan bentuk prisma dan langit-langit
yang
menggelombang itu sudah diperhitungkan dengan kaidahkaidah akustik. Untuk meminimalisasi penyerapan suara, gedung tidak seluruhnya dilapisi karpet. Karpet hanya dipasang di gang tengah yang membelah gedung dan sedikit pada bagian depan panggungsekitar 1,6 detik. Sedangkan untuk gedung bioskop sekitar 1,1 detik. Pada gedung bioskop, suara yang datang memiliki waktu dengung lebih pendek dibandingkan dengan suara di gedung konser musik. Karena itu, pantulan suara harus diminimalisasi. Penyerapan suara disiasati dengan pemasangan kain tirai seberat 0,6 kg/m2. Untuk urusan penyerapan suara, bahan jok dan sandaran kursi harus dipilih yang tidak menyerap suara, tetapi tetap membuat penonton nyaman. Prinsipnya, dalam keadaan kosong atau commitagar to user diduduki, diusahakan tingkat penyerapan suara sama.
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Potensi suara dari luar justru datang dari bagian belakang gedung yang merupakan lapangan sepak bola. Jika ada aktifitas di lapangan, suara gemuruh sorak berpotensi merambat ke dinding gedung. Untuk itu, dinding pada bagian belakang gedung dibuat dari bata tebal &rockwool yang meredam suara luar. 3. Interior Gedung Pertunjukan
Interior secara etimologis mempunyai arti tata ruang dalam. Sedangkan
pengertian
tata
ruang
yang
dimaksud
adalah
pengembangan atas unsure – unsure ruang antara lain mencakup :
Flooring
(lantai)
Wall Covering Ceilling
(dinding akustik)
(langit – langit)
Decoration (hiasan /dekorasi) Illumination
(pencahayaan)
Ventilation(penghawaan) Sound system
(suara)
Maintenance
(perawatan)
Unsur – unsur tersebut mempunyai potensi untuk diubah, dirancang dan dipadukan bersama dalam warna, tekstur, dan sebagainya sehingga perencanaan tata ruang dalam memenuhi persyaratan. (Pamuji Suptandar, 198 : 45-46) Pengertian desain interior adalah suatu seni rupa yang mempelajari dan merencanakan ruang dalam dan segala aktifitas pendukungnya dalam sebuah bangunan. Selanjutnya dijelaskan pula profesi desainer nterior bukan sekedar memberi rupa suatu lingkungan agar tampak lebih indah melainkan commit to user bagaimana memecahkan suatu permasalahan secara benar dengan
20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bertitik tolak dari estetika. Pekerjaan ini dilandasi oleh petimbangan – pertimbangan seperti : fungsional, ekonomis, kelayakan, teknologi, social budaya, serta tidak terlepas dari lingkungan. Teater yaitu gedung dimana didalamnya digunakan sebagai tempat pertunjukan dimana pelaku – pelaku bermain disaksikan oleh penonton. Jadi, pengertian interior teater yaitu suatu ruang bagian dalam dari gedung pertunjukan, tempat dimana pelaku – pelaku bermain dengan segala fasilitas pendukungnya dan disaksikan oleh penonton. Secara fungsional, organisasi ruang teater dikelompokkan menjadi tiga bagian sebagai berikut : a. Ruang utama, yaitu ruang yang berfungsi sebagai tempat untuk menampung penonton. b. Ruang penunjang, berupa reception (bagan penerimaan) yang terdiri
dari
kantor,
tempat
penyimpanan
pakaian
dan
sebagainya. c. Ruang perlengkapan, berupa panggung utama, panggung sayap, daerah belakang panggung, gudang layer pertunjukan, bengkel kerja, ruang latihan, dan sebagainya. Adapun kebutuhan ruang teater secara umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Perangkat ruang pentas, yang terdiri dari : Ruang Persiapan (Auxillary Working Space), ruang yang berfungsi sebagai tempat pengontrol suara dan cahaya untuk daerah panggung yang biasanya digunakan untuk mengawasi suara pemain dalam pertunjukan yaitu agar pemain tersebut dapat mengetahui bagaimana suara sesungguhnya dapat diterma penonton dan dapat digunakan untuk mengatur cahaya yang ditujukan ke panggung. Ruang Tata Rias, yaitu ruang yang berfungsi sebagai ruang pengarahan dan merupakan daerah lounge untuk para pemain commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
juga digunakan untuk berlatihsementara menunggu untuk tampil. Ruang Pementasan, yaitu ruang yang disebut panggung yang dipakai pemain atau aktor dalam pementasan. Panggung ini terpisah dan mempunyai bukaan bertingkat, dari sinilah penonton melihat pertunjukan telah berlangsung (proscenium). Sedangkan apron adalah penggabungan antara panggung awal, panggung berbingkai dengan panggung terbuka. Ruang Pengiring, yaitu ruangan yang berfungsi untuk menampung pemain, musik atau orkestra yang mengiringi actor /pemain dalam pementasannya. (Pramana Padmodarmaya, Tata dan Teknik Pentas, Balai Pustaka, Jakata, 198 : 40-44).
b. Perangkat Ruang Penonton Ruang Tunggu, ada batasan yang menjelaskan pengertian foyer atau serambi. Seperti yang dijelaskan oleh H. Saylor sebagai berikut : “A subordinate space between on entrance and the man floor to which it leads in a theatre, hotel, or apartement” yang artinya kurang lebih bahwa serambi adalah suatu ruangan penghubung antara pintu masuk dan lantai utama penunjuk ke suatu teater, hotel, atau apartemen. (Henry H. Saylor, 1964 : 75). Selanjutnya dijelaskan oleh John Flemming, Hugh dan Nicoulaus Peusner bahwa “the vestibule or entrance hall of theatre” yang artinya kurang lebih adalah serambi merupakan ruangan besar atau aula masuk dari sebuah gedung pertunjukan. Pada dasrnya kedua batasan tersebut tidak terdapat perbedaan yang mendasar. Dari kedua batasan tadi dapat diartikan bahwa serambi merupakan ruang yang menghubungkan pintu masuk dengan ruang utama dalam suatu bangunan. Selanjutnya dijelaskan Harold Burris bahwa serambi merupakan ruang yang menghubungkan daerah pedestrian dan pintu masuk sebuah teater. Di daerah serambi ini commit to user
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bias dilengkapi dengan karcis sehingga berfungsi sebagai ruang daerah sirkulasi. Bentuk dan luas serambi ditentukan pada kepadatan sirkulasi yang terjadi disekitar pintu masuk. Kepadatan sirkulasi itu sendiri dipengaruhi jumlah penonton yang dapat ditampung di ruang auditorium. Faktor lain yang menentukan bentuk dan besaran ruang serambi adalah hubungan kedudukan serambi tersebut dengan ruang – ruang lainnya. Bahan yang digunakan untuk menyelesaikan dinding, langit – langit, dan lantai serambi
sebaiknya merupakan bahan
yang tidak banyak
membutuhkan banyak perawatan, penerapan bahwa yang besifat menyerap suara akan sangat bermanfaat untuk mengurangi kebisingan. Hal – hal lain yang pentng untuk dipertimbangkan adalah penampilan penyelesaian bahan – bahan tersebut. Penyelesaian bahan yang menarik akan tururt menunjang penampilan interior serambi sehingga mengundang minat dan perhatian penonton. Pintu masuk (entrance dan lobby), menurut Poerwodarminto pintu berarti gerbang atau lawang yang digunakan untuk menunjukkan arah keluar atau masuk. Dalam hal ini membawa kearah keluar dan bebas dari halangan dan dapat dilalui dengan cepat untuk keamanan darurat /kebakaran. Sedangkan batasan lobby secra umum dijelaskan dalam Ensiklopedi Britanica sebagai berikut “A corridor or passage, an anteroom or entrance hall building…” yang artinya kurang lebih bahwa lobby secara umum merupakan suatu koridor atau lorong suatu ruang depan dengan aula masuk suatu bangunan. Selanjutnya dijelaskan oleh Burris, Meyer, dan Cole dalam “Theatre and Auditorium” sebagai berikut “The lobby is principally a distribution area….” Yang artinya bahwa lobby pada dasarnya merupakan ruang distribusi. Sebagai ruangan distribusi, lobby memungkinkan pencapaian ketiap ruang yang ada dalam suatu teater. Pada dasarnya, pengertian ini tidak berbeda dengan dua batasan sebelumnya menjelaskan fungsi lobby sebagai commit yang to user
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
daerah sirkulasi. Seperti halnya serambi, bentuk dan besaran lobby sebagai daerah sirkulasi. Seperti halnya serambi, bentuk dan besaran lobby ditentukan oleh keadaan srkulasi yang langsung antara pintu masuk utama, serambi dan pintu – pintu auditorium. Kemudian dijelaskan oleh Roderick Ham dalam “Theatre Planning” bahwa suasana tenang sangat diperlukan dalam sebuah lobby. Karena itu penggunaan bahan bahan yang menyerap suara akan sangat menguntungkan. Penyelesaian semacam ini sangat diperlukan mengingat di lobby banyak pengunjung berlalu lalang sehingga cenderung timbul suara bising. Dengan adanya bahan – bahan yang menyerap bunyi akan mengurangi kebisingan. (Roderick Ham, Theatre Planning, 1972 : 213). Pencahayaan dalam lobby hendaknya dapat menciptakan suasana hangat dan menarik. Secara fungsional pencahayaan masih cukup terang untuk memungkinkan orang untuk dapat membaca /mengenali karcis dan juga mengetahui ruang – ruang yang akan mereka masuki. Setiap elemen yang ada di lobby ditampilkan secara menarik yaitu untuk menghadirkan citara yang berkesan megah. Pada sebuah teater, citra semacam ini dicapai dengan ruangan yang besar dan langit – langit yang tinggi. Pada keadaan tertentu, lobby ditampilkan dalam ruang yang kecil namun cukup memadahi untuk daerah sirkulasi. Ruang duduk, menurut Roderck Ham dalam “Theatre Planning” bahwa ruang duduk dalam ruang pertunjukan merupakan ruang yang memungkinkan penonton untuk bersantai, duduk atau berbincang – bincang dengan san tai sambil menunggu pertunjukan dimulai. Oleh karenanya ruang duduk perlu ditampilkan dalam suasana akrab dan menarik agar penonton dapat bersantai sejenak sambil menunggu dimulainya pertunjukan. Ruang auditorium, pada adsarnya auditorium merupakan suatu ruang dimana sejumlah besar penonton
dapat ditampung
menikmati suatu pertunjukan dengan kenyamanan visual dan commit to user
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
auditori yang memadai. Seperti dijelaskan oleh Leslei L. Doelle sebagai berikut : -
Auditorium harus dibentuk agar penonton sedekat mungkin dengan sumber bunyi, dengan demikian mengurangi jarak yang harus ditempuh sumber bunyi.
-
Sumber bunyi dinaikkan agar sebanyak mungkin sehingga menjamin aliran bunyi yang bebas ke pendengar.
-
Lantai dimana penonton dengan sinar dating miring (grasing incidence). (Leslei L. Doelle, Akustik Lingkungan, 1986 : 54)
Desain interior auditorium banyak dipengaruhi pertimbangan – pertimbangan yang berhubungan dengan akustik, tata cahaya, tata suara yang jernih dan beberapa aspek penunjang lainnya. Ruang loket karcis, merupakan sarana pelengkap yang selalu ada pada setiap gedung pertunjukan. Seperti dijelaskan oleh Roderick Ham dalam “Theatre Planning” bahwa hal terpenting yang memungkinkan loket karcis dapat segera dikenali adalah cara penempatannya tergantung pada keadaan ruang, jumlah, dan perilaku pembeli karcis serta pola sirkulasi yang terjadi di sekelilingnya. Loket karcis dapat berupa bagian yang berdiri sendri (island ticket box), bagian dari pintu masuk atau meja layar (counter) terbuka. Adapun jenis loket yang digunakan harus memungkinkan pelayanan yang baik dan cepat.
commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D.TINJAUAN KOTA SURAKARTA
Gambar 2.1 Peta Kota Surakarta www.wikipedia.com
Surakarta, juga disebut Solo atau Sala, adalah kota yang terletak di provinsi Jawa Tengah, Indonesia yang berpenduduk 503.421 jiwa (2010)[1] dan kepadatan penduduk 13.636/km2. Kota dengan luas 44 km2 ini berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah utara, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur dan barat, dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan.[2]. Sisi timur kota ini dilewati sungai yang terabadikan dalam salah satu lagu keroncong, Bengawan Solo. Bersama dengan Yogyakarta, Solo merupakan pewaris Kerajaan Mataram yang dipecah pada tahun 1755. Nama Surakarta digunakan dalam konteks formal, sedangkan nama Solo untuk konteks informal. Akhiran -karta merujuk pada kota, dan kota Surakarta masih memiliki hubungan sejarah yang erat dengan Kartasura. Nama Solo berasal dari nama desa Sala. Ketika Indonesia masih menganut Ejaan Repoeblik, nama kota ini juga ditulis Soerakarta. commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nama "Surakarta" diberikan sebagai nama "wisuda" bagi pusat pemerintahan baru ini. Namun, sejumlah catatan lama menyebut bentuk antara "Salakarta" D. TINJAUAN DESAIN INTERIOR
1. Organisasi ruang Berbagai macam pengorganisasian ruang menurut Francis.D.K. Ching antara lain sebagai berikut : a. Terpusat
Sumber : Ching, 2000, hal 190 Gambar2.2 Organisasi ruang Terpusat Sumber : Ching, 2000, hal 189
Suatu ruang dominant, dimana pengelompokan sejumlah ruang sekunder dihadapkan. Organisasi terpusat merupakan komposisi terpusat dan stabil yang terdiri dari sejumlah ruang sekunder, dikelompokkan mengelilingi sebuah ruang pusat yang luas dan dominan
b. Linier
Gambar2.3 Organisasi ruang Linier Sumber : Ching, 2000, hal 189
Organisasi linier pada dasarnya terdiri dari sederetan ruang. Ruang-ruang ini dapat berhubungan secara langsung satu dengan yang lain atau dihubungkan melalui ruang linier yang berbeda dan terpisah. Organisasi linier biasanya terdiri dari ruangcommit to dalam user hal ukuran, bentuk dan fungsi. ruang yang berulang serupa
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Organisasi ini juga dapat terdiri dari ruang linier tunggal yang menurut
panjangnya
mengorganisir
sederetan
ruang-ruang
sepanjang bentangnya yang berbeda ukuran, bentuk atau fungsi. Dalam kedua kasus di atas, tiap-tiap ruang di sepanjang rangkaian tersebut memiliki hubungan dengan ruang luar.
c.
Radial
Gambar2.4 Organisasi ruang Radial Sumber : Ching, 2000, hal 190
Sebuah ruang pusat yang menjadi acuan organisai ruang yang linier berkembang menurut bentuk jari-jari. Organisasi
ruang
radialmemadukan
unsur-unsur
baik
organisasi terpusat maupun linier. Organisasi ini terdiri dari ruang pusat yang dominan di mana sejumlah organisasi linierberkembang menurut arah jari-jarinya. Apabila suatu organisasi terpusat adalah sebuah bentuk yang introvert yang memusatkan pandangannya ke dalam ruang pusatnya, maka sebuah organisasi radial adalah sebuah bentuk yang ekstrovert yang mengembang keluar lingkupya. Dengan lengan-lengan liniernya, bentuk ini dapat meluas dam menggabungkan dirinya pads unsur-unsur atau bendabenda tertentu pada tapaknya.
commit to user
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Cluster
Gambar2.5 Organisasi ruang Cluster Sumber : Ching, 2000, hal 190
Ruang-ruang dikelompokan berdasarkan adanya hubungan atau bersama-sama memanfaatkan ciri atau hubungan visual. Untuk memperkuat dan menyatukan bagian-bagian Organisaai dalam
bentuk
kelompok
atau
cluster
mempertimbangkan
pendekatan fisik untuk menghubungkan suatu ruang terhadap ruang lainnya. sering kali organisasi ini terdiri dari ruang-ruang selular yang berulang yang memiliki fungsi-fungsi sejenis dan memiliki sifat visual yang umum seperti wujud dan orientasi. sebuah organisasi kelompok juga dapat menerima di dalam komposisinya, ruang-ruang yang berlainan ukuran, bentuk dan fungsinya, tetapi berhubungan satu dengan yang lain berdasarkan penempatan atau alat penata visual seperti kesimetrisan atau sebuah sumbu.
e. Grid
Gambar 2.6 Organisasi ruang Grid Sumber : Ching, 2000, hal 190
Ruang-ruang diorganisir dalam kawasan grid struktural atau grid tiga dimensi lain.Organisasi grid terdiri dari bentuk-bentuk dan ruang-ruang dimana posisinya dalam ruangan dan hubungan antar commit to user ruang diatur oleh pola atau bidang grid tiga dimens
29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Hubungan antar ruang a. Ruang di dalam ruang Sebuah bangunan
yang luas dapat
melingkupi dan memuat sebuah ruangan lain yang lebih kecil di dalamnya.
b. Ruang-ruang yang saling berkaitan Suatu hubungan ruang yang saling berkaitan terdiri dari 2 buah ruang yang kawasannya membentuk volume berkaitan.
c. Ruang-ruang yang bersebelahan
Bersebelahan adalah jenis hubungan ruang
yang
paling
umum.
Hal
tersebut
memungkinkan definisi dan respon masingmasing ruang menjadi jelas terhadap fungsi dan persyaratan simbolis menurut cara masingmasing simbolisnya.
d. Ruang-ruang yang dihubungkan oleh ruang bersama
2 buah ruang yang terbagi oleh jarak dapat dihubungkan atau dikaitkan satu sama lain oleh
ruang
Hubungan
ketiga akan
yaitu kedua
ruang
pertama.
ruang
tersebut
menempati satu ruang bersama-sama. commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Pola sirkulasi Sirkulasi menurut Francis.D.K. Ching dalam bukunya “Bentuk Ruang dan Susunannya”, adalah :
a.
Linear
Gambar2.7 Pola Sirkulasi Linear Sumber : Ching, 2000, hal 221
semua jalan adalah linier, jalan-jalan yang lurus dapat menjadi unsur pengorganisir yang utama untuk satu deretan ruang. Sebagai tambahan, jalan dapat melengkung atau terdiri atas segmen-segmen, memotong jalan lain, bercabang-cabang, membentuk kisaran.
b.
Radial
Gambar2.8 Pola Sirkulasi Radial Sumber : Ching, 2000, hal 221
Bentuk Radial memiliki jalan yang berkembang dari atau berhenti sebuah pusat, titik bersama.
commit to user
31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Spiral
Gambar2.8 Pola Sirkulasi Spiral Sumber : Ching, 2000, hal 221
Sebuah bentuk Spiral adalah sesuatu jalan yang menerus yang berasal dari titik pusat, berputar mengelilinginya dengan jarak yang berubah.
d. Grid
Gambar2.9 Pola Sirkulasi Grid Sumber : Ching, 2000, hal 221
Bentuk Grid terdiri dari dua set jalan-jalan sejajar yang saling berpotongan pada jarak yang sama dan menciptakan bujur sangkar atau kawasan-kawasan ruang segi empat
e. Network
Gambar2.10 Pola Sirkulasi Network Sumber : Ching, 2000, hal 221
Satu bentuk jaringan terdiri dari beberapa jalan yang commit to user menggabungkan titik-titik tertentu didalam ruang.
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Komposit
Untuk menghindarkan orientasi yang membingungkan, suatu susunan herarkis diantara jalur-jalur jalan bisa dicapai dengan membedakan skala, bentuk dan panjangnya.
4. Elemen pembentuk ruang
a. Lantai Lantai merupakan bagian bangunan yang berhubungan langsung dengan beban, baik beban mati, bergerak dan gesek. Karakter lantai harus mempunyai daya tahan yang kuat dalam mendukung beban-beban yang datang dari segala perabotan, aktivitas manusia dalam ruang dan lain-lain. Selain itu, lantai harus bersifat kaku dan tidak bergetar (Djoko Panuwun, 1994, hal.6). Persyaratan lantai: 1) Lantai harus kuat dan dapat menahan beban diatasnya. 2) Mudah dibersihkan 3) Kedap suara 4) Tahan terhadap kelembaban 5) Memberikan rasa hangat pada kaki dan sebagainya Berdasarkan karakteristiknya lantai terbagi menjadi empat, yaitu : 1) Lantai lunak, terdiri dari semua tipe permadani dan karpet. Pemberian karpet pada lantai dapat menunjang penyerapan bunyi, sbb:
Jenis serat, praktis tidak mempunyai pengaruh pada penyerapan bunyi.
Pada kondisi yang sama tumpukan potongan (cut piles) memberikan penyerapan yang lebih banyak di bandingkan dengan tumpukan lembaran (loop piles). commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan bertambahnya berat dan tinggi tumpukan, dalam tumpukan
potongan
kain,
penyerapan
bunyi
akan
bertambah.
Makin kedap lapisan penunjang (backing), makin tinggi penyerapan bunyi.
Lantai Semi Keras, terdiri dari pelapisan lantai seperti vinyl, aspal dan cor.
Lantai Keras, terdiri dari semua jenis batuan dan logam yang dipakai sebagai bahan lantai.
Lantai Kayu (parquet), terdiri dari berbagai jenis dan motif bahan lantai yang terbuat dari kayu.
b. Dinding
Dinding pada suatu wadah kegiatan dapat sebagai struktur atau hanya sebagai pembatas ruang saja, tergantung dari sistem struktur yang dipakai dalam perencanaannya (Djoko Panuwun, 1995 : 56). Fungsi dan bentuk dinding terbagi menjadi 2 bagian : 1) Struktur, misalnya :
Bearing wall dinding yang dibangun untuk menahan tepi dari tumpukan/ urugan tanah.
Load bearing wals dinding untuk menyokong/ menopang balok, lantai, atap dan sebagainya.
Foundation wall dinding yang dipakai di bawah lantai, tingkat dan untuk menopang balok-balok lantai pertama.
commit to user
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Non struktural, misalnya :
Party wall dinding pemisah antara dua bangunan yang bersandar pada masing-masing bangunan.
Fire wall dinding yang digunakan sebagai pelindung dari pancaran kobaran api.
Certain or Panels wall dinding yang digunakan sebagai pengisi pada suatu konstruksi rangka baja atau beton.
Partition walL dinding yang digunakan sebagai pemisah dan pembentuk ruang yang lebih kecil didalam ruang yang besar. ( Pamudji Suptandar, 1999 : 145 )
c. Langit-langit (ceiling)
Ceiling adalah pembentuk ruang yang merupakan penutup bagian atas. Kesan pertama adalah adanya tinggi rendah ruang, berfungsi sebagai bidang penempatan lampu, penempatan AC, sprinkler head, audio loudspeaker dan sebagai peredam suara atau akustik (John F. Pile, 1995, hal. 250). Dasar pertimbangan dalam perencanaan langit-langit adalah: 1) Fungsi langit-langit Fungsi dari langit-langit selain sebagai penutup ruang juga sebagai pengatur udara dan ventilasi. 2) Penentuan ketinggian Penentuan ketinggian didasari oleh pertimbangan fungsi, proporsi ruang, kegiatan ruang, konstruksi dan permainan ceiling. commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Bentuk penyelesaian Bentuk
dan
penyelesaian
dapat
dilakukan
berdasarkan
fungsinya seperti melengkung, berpola, polos, memperlihatkan struktur, dan sebagainya. (Djoko Panuwun, 1999 : 72)
Pada ruang rapat di mana diharapkan tercapainya suatu pendapat yang membutuhkan konsentrasi, diusahakan agar ceilingnya berbentuk sederhana, tidak menyolok karena akan mengganggu konsentrasi. Pada ruang pamer, agar menarik pengunjung, dibuat ceiling yang kontras, saling bersaing untuk dapat menonjolkan diri dan kesan yang mewah. Dengan melajunya kemajuan teknologi, dan penemuan-penemuan baru di bidang industri bahan bangunan tercipta berbagai material ceiling yang memungkinkan untuk memenuhi segala macam jenis fungsi ruang antara lain : 1) Untuk mencapai kesan alamiah, kayu, anyaman bambu, rotan, dan lain-lain. 2) Untuk gaya klasikal, plat-plat gibs bermotif 3) Untuk mencapai kesan glamour, kaca (antique glass ceiling), kain beludru. 4) Pada rumah-rumah sederhana, eternit polos (bermotif), tripleks (multipleks), dan berbagai jenis softboard/akustik tile. 5) Pada bangunan-bangunan utilitas, beton exposed 6) Pada bangunan-bangunan umum, alumunium, fiber glass sebagai skylight, kaca timah pada gereja-gereja. (Pamudji Suptandar, 1999 : 166)
5. Furniture
Penyusunan furniture harus disesuaikan dengan kebutuhan guna kenyamanan pemakai. Fungsi furniture tidak dapat dipisahkan dengan faktor estetika. Dalam perencanaan kita harus mengetahui commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terlebih dahulu jenis aktivitas, sehingga kita tahu bentuk furniture yang akan dibuat terhadap luasan ruang, system pencahayaan, pemilihan warna serta kondisi-kondisi lainnya. Penyusunan furniture akan menimbulkan berbagai aspek yang berhubungan dengan jenis aktivitas, fungsi, maupun segi-segi visual. Semua ini memiliki kaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lain. Setelah semua factor tersebut terperhatikan kemudian meningkat pada tahap berikutnya yaitu bagaimana menerjemahkannya dalam desain. Desain furniture dibagi atas dua kategori : 1)
Furniture yang berbentuk case (kotak) termasuk chest, meja tulis, lemari buku dan kursi yang tidak mempunyai pelapis, tipe furniture semacam ini di Indonesia masih dibuat dari kayu walaupun bahan-bahan lain bertambah populer.
2)
Furniture yang dilapisi, misalnya sofa, kursi-kursi yang seluruhnya atau sebagian diberi pelapis termasuk perlengkapanperlengkapan tidur. (Desain Interior, 1999 : 172)
6. Warna
Warna suatu unsur penting yang telah memberikan perannya dalam kehidupan ini. Menurut Helen Graham (seorang dosen psikologi di Keele University) dalam bukunya “Penyembuhan dengan Warna”, warna adalah kebutuhan kita yang mendasar. Nenek moyang kita menyadari hal ini, dan banyak tradisi penyembuhan kuno dari berbagai kebudayaan mencerminkan adanya kesadaran ini. Penggunaan warna dalam penyembuhan bukanlah hal yang baru. Sekarang bidang ini disebut terapi warna, yang merupakan penemuan kembali dari beberapa prinsip dan praktek yang sudah diketahui sejak zaman dahulu kala. (Helen Graham, Penyembuhan commit to userDengan Warna, 1998, hal 4).
37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Interior Sistem
a. Pencahayaan Ada 2 jenis pencahayaan, yaitu : 7) Pencahayaan alami Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang berasal dari sinar matahari, sinar bulan, sinar api dan sumber-sumber lain dari alam (fosfor). Sumber pencahayaan alami yang kita gunakan dalam perancangan ruang dalam pada umumnya dipakai pencahayaan sinar matahari. Pencahayaan alami dapat dibedakan dalam dua macam:
Pencahayaan langsung berasal dari matahari/ secara langsung melalui atap/ vide, jendela, gebting kaca dan lain-lain.
Pencahayaan tidak langsung berasal dari sinar matahari secara tidak langsung. Sistem pencahayaan tersebut banyak kita temui penggunaannya dalam perancangan ruang dalam melalui skylight, permainan bidang kaca dan lain-lain.
8)
Pencahayaan buatan Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang berasal dari cahaya buatan manusia. Misalnya cahaya lilin, sinar lampu dan lain-lain. Jenis-jenis pencahayaan dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu :
Pencahayaan langsung Adalah semua sinar yang langsung memancar dari pusatnya ke arah objek yang disinari. Sistem tersebut banyak
menggunakan
lampu-lampu
sorot
untuk
menyinari unsur-unsur commit to user dekorasi dalam ruang, dapur dan
38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
toko-toko (etalase-etalase toko) dan juga lampu-lampu meja/ lantai.
Pencahayaan tidak langsung Adalah jika sumber pencahayaan disembunyikan dari pendangan mata kita sehingga cahaya yang kita rasakan adalah hasil pantulannya.
Pencahayaan setempat Adalah pencahayaan yang diarahkan untuk menerangi ke suatu tempat atau obyek.
Pencahayaan yang membias (diffused) Adalah jika sinar yang memancar langsung dari sumbernya terlebih dahulu melalui suatu bahan atau material yang akan menyebarkan sinar tersebut dalam area lebih besar dari sumbernya sendiri.
Pencahayaan khusus Sistem pencahayaan khusus dibutuhkan untuk jenis pekerjaan-pekerjaan tertentu. Misalnya pencahayaan di ruang operasi, lampu sorot di ruang pameran, dan sebagainya. (Pamudji Suptandar, 1999 )
Contoh sumber cahaya, antara lain adalah :
Lampu Pijar (Incandescent) Lampu pijar terdiri dari 3 pokok, yaitu basis, filamen (benang pijar) dan bola lampu. Besarnya aliran cahaya yang dihasilkan oleh lampu pijar yang sedang menyala tergantung pada suhu filamennya. Dengan memperbesar input tenaga, suhu filamen meningkat, radiasi bergeser ke arah gelombang cahaya lebih pendek dan lebih banyak cahaya tampak lebih putih. Pengendalian lampu pijar sebagai sumber cahaya umumnya dengan melapisi commit to user
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bola lampu dengan maksud mendifusikan cahaya dan diperoleh cahaya.
Lampu halogen Pada prinsipnya lampu halogen termasuk ke dalam lampu pijar karena prinsip kerjanya mirip dengan lampu pijar. Dengan daya yang sama dengan lampu pijar, cahaya yang dihasilkan lampu halogen lebih terang dan lebih putih dibandingkan dengan lampu pijar. Oleh karena itu cahaya lampu halogen dapat memunculkan warna asli dari objek yang dikenai cahaya.
Lampu Fluorecent Bentuk lampu ini dapat berupa tabung maupun bola. Lampu jenis ini merupakan salah satu pelepas listrik yang berisi gas air raksa bertekanan rendah. Lampu fluoresent
generasi
terbaru
penggunaan
listriknya
semakin efisien (mencapai 80 lumen per watt) dan distribusi speltralnya (pancaran panjang gelombang cahaya) mendekati grafik kepekaan mata, sehingga tidak terjadi penyimpangan warna.
Lampu HID (Hide Intensity Discharge ) Cahaya dihasilkan oleh lecutan listrik melalui uap zat logam. Lampu mercury menghasilkan cahaya dari lecutan listrik dalam tabung kaca atau kuarsa berisi uap merkuri bertekanan tinggi. Efikasinya antara 40-60 lm/watt. Dibutuhkan waktu antara 3-8 menit untuk menguapkan merkuri sebelum menghasilkan cahaya maksimal. Karena hal itulah, disebut lampu metal halid
Lampu metal halide Lampu metal halide menghasilkan cahaya putih dengan kualitas warna yang baik dan terseedia dalam berbagai ukuran. Lampu commit metal to userhalide standar cenderung memiliki
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
temperatur warna dari 3700 hingga 4100K dan tampak terlihat dingin dan sedikit kehijauan. Indeks penampilan warnanya adalah 65 hingga 70. Lampu metal halide standar khususnya digunakan dimana warna bukanlah hal yang penting, seperti arena olahraga, tempat parkir, pencahayaan taman, dan lampu sorot.
Lampu sodium Dua jenis lampu sodium yaitu lampu sodium bertekanan tinggi/ high-pressure sodium (HPS) dan lampu sodium bertekanan rendah/ low-pressure sodium (LPS). Warna cahaya lampu sodium cenderung kekuningan. Lampu HPS menampilkan warna cahaya merah jambu keemasan yang cenderung menciptakan ruang dengan warna yang sangat coklat atau warna berkualitas rendah.
Lampu uap merkuri Lampu uap merkuri adalah jenis lampu yang lebih lama dari jenis lampu lainnya yang tetap digunakan sebagai lampu jalan dan lampu keamanan. Akan tetapi, dibandingkan dengan lampu HID lainnya, lampu uap merkuri relatif kurang dalam segi warna cahaya dan efisiensi energi yang rendah. Lampu ini hampir tidak pernah digunakan dalam konstruksi bangunan baru. ( Mark Karlen & James Benya, 2006 : 10) Atribut yang paling penting dari pencahayaan pada sebuah
restoran/
menciptakan
cafe
adalah
karakter atau
kemampuan
untuk
suasana. Tujuan ini
biasanya berjalan bersamaan dengan desain interior restoran/cafe,
yang
seringkali
cenderung
mengekspresikan tema atau suasana khusus. Pada restoran/
cafe
bertema,
kecenderungannya
adalah
menggunakan banyak pencahayaan dekorasi bertema seperti lentera, lampu commit to user gantung dan chandelier. Gaya
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masa kini pada desain restoran/ cafe menggunakan chandelier tradisional atau teknik pencahayaan eksotik lainnya dalam desain yang disukai banyak orang. ( Mark Karlen & James Benya, 2006 : 106) Pencahayaan di dalam merchandise shop merupakan prioritas utama, karena merupakan salah satu unsur yang dapat memberikan kesan
menarik
pada
obyek yang dipamerkan. Unsur pencahayaan pada display biasanya menggunakan teknik pancahayaan yang dibuat-buat dan memberikan efek yang dapat menambah suatu obyek yang dipamerkan menjadi lebih indah. Untuk memberikan efek yang menarik, maka pencahayaan buatan baik secara langsung maupun tidak langsung di dalam ruang menggunakan berbagai macam jenis lampu khusus. Pemilihan lampu yang digunakan untuk pencahayaan buatan di dalam merchandise shop sangat efektif, namun tidak lepas dari standar penerangan yaitu cara penyinaran. Macammacam cara pemasangan lampu sebagai berikut : 1) Pemakaian cahaya dengan lampu sorot terarah yang mengarah ke bawah. Susunan lampu di atas digambarkan sebagai susunan lampu yang teratur di langit-langit yang akan memberikan kesan berbeda-beda sesuai dengan ruangan yang diberi penerangan.
2) Pemakaian cahaya dengan lampu sorot dinding rel aliran Lampu di atas, dipasang terutama pada bagian ruang pameran dan galeri. Penerangannya dibuat secara vertikal sebesar 50 lux dan 300 lux yang harus dicapai sebagai spesifikasi commit khusustodiuser daerah pameran. Untuk pemilihan
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lampunya, digunakan lampu pijar dan lampu bahan bercahaya. 3) Pemasangan cahaya dengan lampu sorot rel aliran Pada lampu sorot di atas, dipasang dengan sudut penyinaran yang lebih disukai yaitu 10o, 30o, 90o (lampu sorot) yang dilindungi IR dan UV serta memiliki filter warna. 4) Pemasangan cahaya dengan memasukkan cahaya sesuai dengan keinginan terhadap objek dan zona dinding, yaitu dengan sudut 30o (optimum) dan 40o. Pemasangan lampu tersebut dapat dilihat gambar di (Ernst Neufert, 1996 : 131)bawah ini, antara lain sebagai berikut :
b. Penghawaan
Penghawaan merupakan faktor terpenting dalam proses pergantian udara. Udara kotor dapat diganti dengan udara bersih melalui pintu dan jendela. Tingkat kepuasan penghawaan dapat dicapai dari proses mendinginkan udara mencapai temperatur dan kelembaban distribusi udara dalam ruang dapat diperhatikan pada tingkat keadaan yang diinginkan (John F. Pile, 1995, hal.414) Jenis penghawaan berdasarkan sumbernya ada 2 macam, yaitu :
1) Penghawaan Alami
Yaitu penghawaan yang bersumber dari alam (natural). Penghawaan alami di dalam suatu ruangan maka harus diperhatikan ventilasi silang, yang merupakan ventilasi horizontal yang terbuka dari 2 arah yang berhadapan. Untuk itu perlu direncanakan secara cermat dan baik agar penghawaan alami yang dipergunakan ini sesuai dengan kebutuhan. commit to user
43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Penghawaan Buatan
Yaitu penghawaan yang dibuat dengan campur tangan manusia. Penghawaan buatan diperlukan pada ruang serba guna karena tidak memungkinkan perlubangan-perlubangan yang dapat mengakibatkan kebocoran suara sehingga tercipta kondisi akustik yang tidak baik. Penghawaan buatan dalam hal ini adalah penghawaan Air Conditioner (AC) yang macamnya terdiri dari : Window Unit yaitu AC yang digunakan pada ruang-ruang kecil dimana sistem mekanisnya terdapat dalam suatu unit kompak Split Unit yaitu AC yang digunakan untuk 1 atau beberapa ruang. Sedangkan kelengkapan untuk evaporator terpisah pada tiap ruang Central AC yaitu AC yang digunakan untuk ruang luas dan perlengkapan keseluruhannya terletak di luar ruangan, kemudian didistribusikan ke ruang-ruang melalui ducting dan berakhir dengan aliran diffuser (Pamuji Suptandar, 1982, hal.85) Penggunaan
AC
bertujuan
menjaga
temperatur,
kelembababn dan distribusi udara dalam ruangan dapat dipertahankan pada tingkat keadaan yang diinginkan. (John F. Pile, 1980, hal.414)
c. Sistem Akustika
Akustika adalah cabang dari ilmu fisika yang menyelidiki dan
mempelajari
penghasilan,
pengendalian,
penyampaian,
commit to user Sedang bunyi adalah gelombang penerimaan, dan pengaruh bunyi.
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
getaran-gataran mekanis dalam udara atau benda padat yang masih bisa ditangkap oleh telinga manusia yang memiliki frekwensi antara 16-20.000 Hz. Ruang yang baik adalah ruang yang sesuai menjawab kebutuhannya dari salah satu faktornya adalah mengenai gangguan seperti bsising, gema, gaung dan sebagainya. Penanganan gangguan yang terjadi dalam ruang menjadikan menjadikan perlunya kualitas akustik yang sebaik-baiknya. Akustik dapat mengatasi maslah teknis yang berhubungan langsung dengan suatu desain interior, antara lain tingkat bunyi yang berlebihan, perlindungan privasi ruang, tingkat kejelasan pencakupan dengan latar belakang suara dan pengadaan suara latar yang sesuai dengan situasi tertentu (John F. Pile, 1980, hal. 421). Tujuan dari akustik adalah meniadakan dan mengurangi bunyi yang sifatnya mengganggu, kemudian mengatur sistem bunyi tata suara agar bunyi yang dikehendaki terdengar jelas tanpa gangguan, serta menjaga kontinuitas bunyi dan perambatannya dalam ruang-ruang khusus yang menghendaki sistem akustik spesifik. Akustik Ruang terdefinisi sebagai bentuk dan bahan dalam suatu ruangan yang terkait dengan perubahan bunyi atau suara yang terjadi.Akustik sendiri berarti gejala perubahan suara karena sifat pantul benda atau objek pasif dari alam. Akustik ruang sangat berpengaruh dalam reproduksi suara, misalnya dalam gedung rapat akan sangat memengaruhi artikulasi dan kejelasan pembicara. Akustik ruang banyak dikaitkan dengan dua hal mendasar, yaitu : Perubahan suara karena pemantulan dan Gangguan suara ketembusan suara dari ruang lain. commit to user
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dibutuhkan seorang ahli yang berlandaskan teori perhitungan dan pengalaman lapangan untuk mewujudkan sebuah ruang yang ideal, seperti home theatre, ruangan karaoke, raung rekaman , ruang pertemuan dan sejenisnya termasuk ruang tempat ibadah. Pengukuran jangkah frekuensi dan besarnya, dapat dilakukan dengan bantuan sebuah RTA (Real Time Analyzer) untuk mengetahui dan menentukan frekuensi pantulan atau ketembusan, sehingga dapat ditentukan jenis material penyerap suara yang digunakan.
. Gambar2.12 Sistem Akustika Sumber : jokosarwono.wordpress.com
commit to user
46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Akustik ruang Banyak material penyerap yang sangat efektif untuk digunakan, misalnya
TraFlex.
Mempunyai
banyak
variant
produk
yang
memungkinkan untuk membuat hasil yang optimal. Tipe TraFlex 10.15, dengan spesifikasi alfa=0,7 pada 300Hz-16KHz, sangat efektif jika digunakan untuk memperjelas suara.
Gambar2.13 Sistem Akustika 2 Sumber : jokosarwono.wordpress.com
Dalam sebuah ruangan tertutup, jalur perambatan energi akustik adalah ruangan itu sendiri. Oleh karena itu, pengetahuan tentang fenomena suara yang terjadi dalam ruangan akan sangat menentukan pada saat diperlukan pengendalian kondisi mendengar pada ruangan tersebut sesuai dengan fungsinya. Fenomena suara dalam ruangan dapat digambarkan pada sketsa berikut:
commit to user
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar2.14 Sistem Akustika 3 Sumber : jokosarwono.wordpress.com
Dari sketsa tersebut, dapat dilihat bahwa pada setiap titik pengamatan atau titik dimana orang menikmati suara (pendengar) akan dipengaruhi oleh 2 komponen suara, yaitu komponen suara langsung dan komponen suara pantul. Komponen suara langsung adalah komponen suara yang sampai ke telinga pendengar langsung dari sumber. Besarnya energi suara yang sampai ke telinga dari komponen suara ini dipengaruhi oleh jarak pendengar ke sumber suara dan pengaruh penyerapan energi oleh udara. Komponen suara pantul merupakan komponen suara yang sampai ke telinga pendengar setelah suara berinteraksi dengan permukaan ruangan disekitar pendengar (dinding, lantai dan langit-langit). Total energi suara yang sampai ke telinga commit to userterhadap suara yang didengarnya pendengar dan persepsi pendengar
48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tentu saja akan dipengaruhi kedua komponen ini. Itu sebabnya komponen suara pantul akan sangat berperan dalam pembentukan persepsi mendengar atau bias juga disebutkan karakteristik akustik permukaan dalam ruangan akan sangat mempengaruhi kondisi dan persepsi mendengar yang dialami oleh pendengar. Ada 2 ekstrim yang berkaitan dengan karakteristik permukaan dalam ruangan, yaitu apabila seluruh permukaan dalam ruangan bersifat sangat menyerap dan seluruh permukaan dalam ruangan bersifat sangat memantulkan energi suara yang sampai kepadanya. Bila permukaan dalam ruang seluruhnya sangat menyerap, maka komponen suara yang sampai ke pendengar hanyalah komponen langsung saja dan ruangan yang seperti ini disebut ruang anechoic (anechoic chamber). Sedangkan pada ruang yang seluruh permukaannya bersifat sangat memantulkan energi, maka komponen suara pantul akan jauh lebih dominant dibandingkan komponen langsungnya, dan biasa disebut sebagai ruang dengung (reverberation chamber) . Ruangan yang kita gunakan pada umumnya berada diantara 2 ekstrim itu, sesuai dengan fungsinya. Ruang Studio rekaman misalnya lebih mendekati ruang anechoic, sedangkan ruangan yang berdinding keras lebih menuju ke ruang dengung. Desain akustik ruangan tertutup pada intinya adalah mengendalikan komponen suara langsung dan pantul ini, dengan cara menentukan karakteristik akustik permukaan dalam ruangan (lantai, dinding dan langit-langit) sesuai dengan fungsi ruangannya. Ada ruangan yang karena fungsinya memerlukan lebih banyak karakteristik serap (studio, Home Theater, dll) dan ada yang memerlukan gabungan antara serap dan pantul yang berimbang (auditorium, ruang kelas, dsb). Dengan mengkombinasikan beberapa karakter permukaan ruangan, seorang desainer akustik dapat menciptakan berbagai macam kondisi mendengar sesuai dengan fungsi ruangannya, yang diwujudkan dalam bentuk parameter akustik ruangan. commit to user
49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Karakteristik akustik permukaan ruangan pada umumnya dibedakan atas: Bahan Penyerap Suara (Absorber) yaitu permukaan yang terbuat dari material yang menyerap sebagian atau sebagian besar energi suara yang datang padanya. Misalnya glasswool, mineral wool, foam. Bisa berwujud sebagai material yang berdiri sendiri atau digabungkan menjadi sistem absorber (fabric covered absorber, panel absorber, grid absorber, resonator absorber, perforated panel absorber, acoustic tiles, dsb). Bahan Pemantul Suara (reflektor) yaitu permukaan yang terbuat dari material yang bersifat memantulkan sebagian besar energi suara yang datang kepadanya. Pantulan yang dihasilkan bersifat spekular (mengikuti kaidah Snelius: sudut datang = sudut pantul). Contoh bahan ini misalnya keramik, marmer, logam, aluminium, gypsum board, beton, dsb. Bahan pendifuse/penyebar suara (Diffusor) yaitu permukaan yang dibuat tidak merata secara akustik yang menyebarkan energi suara yang datang kepadanya. Misalnya QRD diffuser, BAD panel, diffsorber dsb (www.rpginc.com) . Dengan menggunakan kombinasi ketiga jenis material tersebut dapat diwujdukan kondisi mendengar yang diinginkan sesuai dengan fungsinya. Parameter akustik yang biasanya digunakan dalam ruangan tertutup secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu parameter yang bersifat
temporal
monoaural
yang
bisa
dirasakan
dengan
menggunakan satu telinga saja (atau diukur dengan menggunakan single microphone) dan parameter yang bersifat spatial binaural yang hanya bisa dideteksi dengan 2 telinga secara simultan (atau diukur menggunakan 2 microphone secara simultan). commit to user
50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Yang termasuk dalam parameter tipe temporal-monoaural diantaranya adalah: Waktu dengung (T atau RT), yaitu waktu yang diperlukan energi suara untuk meluruh (sebesar 60 dB) sejak sumber suara dimatikan. Parameter ini merupakan parameter akustik yang paling awal digunakan dan masih merupakan parameter yang paling populer dalam desain ruangan tertutup. Waktu dengung yang digunakan dalam desain misalnya RT60, T20, T30 (subscript menunjukkan rentang decay yang digunakan untuk mengestimasi peluruhan energinya) dan EDT (yang berbasis pada peluruhan pada 10 dB awal). Parameter terakhir lebih sering
digunakan
karena
mengandung
informasi
yang
signifikan dari medan suara yang diamati. Harga parameter ini akan dipengaruhi oleh fungsi ruangan, volume dan luas permukaan ruangan serta berbeda-beda untuk setiap posisi pendengar. Misalkan untuk ruangan studio perlu < 0.3 s, ruang kelas 0.7 s, ruang konser 1.6 – 2.2 s, masjid 0.7 – 1.1 s, katedral 2 s dsb. Clarity, yaitu perbandingan logaritmik energi suara pada awal 50 atau 80 ms terhadap energi suara sesudahnya. Diwujudkan dalam parameter C80 untuk musik dan C50 untuk speech. Parameter ini berkaitan dengan tingkat kejernihan sinyal suara yang dipersepsi oleh pendengar dalam ruangan. (standard yang digunakan berharga -2 sd 8 dB) Intelligibility, yaitu perbandingan energi awal 50 ms terhadap energi totalnya. Biasa dinyatakan sebagai D50 dan lebih banyak
digunakan
untuk
menyatakan
kejelasan
suara
pengucapan (speech). Harga yang disarankan adalah > 55%. (parameter terkait adalah STI atau RASTI atau %Alcons). Intimacy, yang ditunjukkan dengan perbedaan waktu datang suara langsung dengan pantulan awal pada setiap titik commit to user pendengar. Dinyatakan dalam Initial Time Delay Gap (ITDG). 51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Harga yang disarankan secara umum adalah < 35 ms (yang paling disukai 15-20 ms). Nilai tersebut masih dipengaruhi juga oleh cepat lambatnya (rhytm) sumber suaranya.. Yang termasuk dalam parameter type spatial-binaural adalah LEF dan IACC. LEF didapatkan dengan membantingkan pengukuran Impulse Response ruangan menggunakan 2 buah microphone yang diletakkan secara berdekatan, satu microphone dengan patern omnidirectional dan yang lainnya berpola Figure of Eigth. Sedangkan IACC didapatkan dengan pengukuran impulse response menggunakan 2 microphone yang ditanamkan dalam 2 telinga manusia (atau kedua telinga tiruan kepala manusia, dummy head). Dari kedua parameter ini dapat diturunkan parameter envelopment dan lebar staging/sumber (apparent source width). Konsep diatas biasanya lebih banyak diterapkan dalam ruangan besar. Untuk ruangan kecil seperti studio, sebuah parameter lagi perlu diperhatikan yaitu distribusi modes (frekuensi resonansi) ruangan terutama pada frekuensi-frekuensi rendah .
Dalam pengaturan penyebaran bunyi di dalam suatu ruang terdapat 3 faktor yang harus diperhatikan yaitu : 1) Bunyi Langsung, yaitu bunyi yang berasal dari sumber suara yang berjalan langsung mencapai pendengaran 2) Bunyi Pantul, yaitu bunyi yang berasal dari sumber suara yang dalam pencapaian sebelum ke pendengaran, lebih dahulu mengenai bidang pantul 3) Bunyi Serap, yaitu bunyi yang mengalami penyerapan karena material absorbsi (Prasasto Satwiko, 2004, hal.129)
Kualitas dan kuantitas suara dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:
commit to user
52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Permukaan pantul. Baik permukaan lantai, dinding, plafon, dan benda-benda dalam ruang. 2) Konstruksi dan bahan bangunan. 3) Luas dan fungsi ruang. 4) Pengaruh lingkungan. Untuk mengatasi suara yang tidak kita inginkan dapat mengunakan peredam suara yaitu dengan cara menggunakan perangkat alat untuk mengurangi arau menghambat getaran suara. Saat ini cara yang paling efektif atau umum untuk meredam kebisingan adalah dengan mencegat atau memutus perambatan bunyi. Meskipun demikian baru-baru ini telah diketemukan teknologi baru yang meredam bunyi justru dengan menimbulkan bunyi lain. Akustik Studio Akustik studio membutuhkan perhatian khusus karena sangat berpengaruh pada pembentukan ruang sehingga dapat menghasilkan studio yang baik dalam bentuk layout, volume ruang, maupun dalam penentuan material akustik yang dapat menyesuaikan diri dengan peralatan dan persyaratan akustik yang dituntut oleh masing-masing jenis kegiatan. Batas-batas dan Persyaratan Kenikmatan Audio Hubungan empiris antara volume ruang auditorium , jumlah penyerapan oleh material bangunan dan kuantitas waktu reverberant bunyi, yaitu : RT = k(V/Sa) Dalam penanganan desain akustik dalam ruangan ada beberapa faktor yang seharusnya diperhatikan untuk commit to user
53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mendapatkan kenyamanan akustik,diantaranya adalah : 1) Bentuk bidang pembatas ruang yaitu dinding,
lantai
ataupun
langit-
pembatas
ruang,
langitnya. 2) Bahan
bidang
terutama untuk mengenal karakter bahan yang kita akan pergunakan dalam ruang tersebut perlu untuk dimengerti. Secara umum dibedakan :
Penyerapan nada-nada tinggi Yaitu
Bahan-bahan
yang
mengandung
banyak hawa udara atau berpori-pori- lembut. Misalnya serabut gelas, serabut kayu, serabut kelapa,
bahan
sintesisi
berbentuk
busa
dan
sebagainya. Semakin berpori semakin ringanlah bahan dan semakin bagus sebagai penyerap nadanada tinggi.
Penyerapan nada-nada menengah dan rendah Penyerap nada-nada menengah dan rendah (gelombang
panjang)
bekerja
pada
prinsip
pengubahan energi bunyi ke energi mekanis, yaitu gerak getaran suatu selaput, membran atau pelat yang relatif tipis tetapi padat dan karenanya bisa bergetar secepat mungkin, sehingga banyak energi bunyi diubah menjadi getaran selaput/resonator.
commit to user
54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Sistem Keamanan
Sistem pengamanan terhadap kegiatan yang berlangsung menggunakan sistem sekuriti, CCTV ( Closed Circuit Television ) dan Heavy duty door contact (sensor yang dipasang pada pintu). CCTV (Closed Circuit Television) adalah suatu alat yang berfungsi untuk memonitor suatu ruang melalui layar televisi/monitor, yang menampilkan gambar dari rekaman kamera yang dipasang pada setiap sudut ruangan (biasanya tersembunyi) yang diinginkan oleh bagian keamanan. Semua kegiatan dapat dimonitor di ruang khusus. Pada sistem pengamanan terhadap fisik bangunan berupa pengamanan terhadap bahaya kebakaran. 1) Sistem pengamanan terhadap bahaya kebakaran adalah : a) Sistem pendeteksi awal Smoke
detektor.
Alat
ini
bekerja
bila
suhu
mencapai700C. Fire alarm sistem. Alarm yang otomatis akan berbunyi jika ada api atau panas pada suhu 1350C - 1600C b) Fire estinguisher c) Sprinkler Penempatan titik – titik sprinkler harus disesuaikan dengan standar yang berlaku dalam kebakaran ringan. Setiap sprinkler dapat melayani luas area 10-20 m dengan ketinggian ruang 3 m. Ada beberapa cara pemasangan sprinkler seperti dipasang di bawah plafon atau di pasang pada dinding. Kepala sprinkler yang dipasang dekat dinding, harus mempunyai jarak tidak boleh lebih dari 2,25m dari dinding d) Hidrant Kebakaran Hidrant kebakaran adalah suatu alat untuk memadamkan kebakaran yang sudah terjadi dengan menggunakan alat baku air. commit to user
55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar2.15 Hidrant kebakaran Sumber :www.webdesign.com
Dalam usaha memadamkan kebakaran selain api faktor utama yang harus diperhatikan adalah asap. Untuk mancegah mengalirnya asap kemana-mana diperlukan alat-alat seperti : a)
Fire damper Alat untuk menutup pipa ducting yang mengalirkan udara supaya asap dan api tidak menjalar kemana-mana. Alat ini bekerja secara otomatis, kalau terjadi kebakaran akan segera menutup pipa-pipa tersebut.
b)
Smoke & heat ventilating Alat ini dipasang pada daerah-daerah yang menghubungkan udara luar. Kalau terjadi kebakaran, asap yang timbul segera dapat mengalir keluar, sehingga para petugas pemadam kebakaran akan terhindar dari asap-asap tersebut.
c) Vent & exhaust Dipasang di depan tangga kebakaran yang akan berfungsi menghisap asap yang akan masuk pada tangga yang akan dibuka pintunya. Dapat pula dipasang di dalam tangga, secara otomatis berfungsi memasukkan udara untuk memberikan tekanan pada udara di dalam ruang tangga.
commit to user
56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Macam-macam system pemadaman yaitu sebagai berikut: a)
Penguraian, yaitu memisahkan atau menjauhkan benda-benda yang dapat terbakar.
b)
Pendinginan, yaitu penyemprotan air pada benda-benda yang terbakar.
c)
Isolasi atau lokalisasi, yaitu dengan cara menyemprotkan bahan kimia CO2. Blasting affect system, yaitu dengan cara memberikan tekanan yang tinggi, misalnya dengan jalan meledakkan bahan peledak
2) Sistem keamanan dari ancaman kejahatan manusia Sistem keamanan dari ancaman kejahatan manusia (pencurian) diterapkan dengan :
Sistem sekuriti
CCTV (Close Circuit Television) dan CCTV putar
Heavy duty door contact (sensor yang dipasang pada pintu).
Signal sensor
commit to user
57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III STUDI LAPANGAN
A.Studi Choir Hall
Studi lapangan mengenai choir hall yang berkaitan dengan akustik, suasana, penghawaan dan pencahayaan dilakukan dengan metode observasi langsung pada saat penulis mengikuti lomba di lokasi – lokasi tersebut. Dalam karya ini, tidak semua lokasi digunakan sebagai bahan studi lapangan,hanya beberapa tempat saja diantara nya :
Usmar Ismail Hall
Gedung ini merupakan gedung pusat perfilman yang sering digunakan juga sebagai gedung pertunjukan music dan teater. Terletak di jalan H.R, Rasuna Said kav C 22, Jakarta 12940. Penulis melakukan observasi langsung dan merasakan kualitas akustik gedung ini. Dengan area yang cukup luas, hall nya bisa menampung penonton, dilengkapi dengan layar untuk menyaksikan pemutaran film membuat gedung ini semakin special.
commit to user
58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 3.1 Kursi penonton Usmar Ismail Hall Sumber : http://remedy2011.wordpress.com
Gambar 3.2 Usmar Ismail Hall Sumber : http://remedy2011.wordpress.com
commit to user
59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
China Hall ( World Choir Games )
Gedung ini direnovasi khusus untuk penampilan paduan suara, dalam rangka menyambut kejuaraan dunia World Choir Games di Shaoxing,China pada 2010 yang lalu. Penulis juga mendapat kesempatan secara langsung untuk berada di gedung ini pada saat mengikuti kompetisi tersebut. Kulaitas akustik ruangan sangat baik dan memenuhi standar.
Gambar 3.3 China Hall Sumber : dokumentasi pribadi
Gambar 3.4 China Hall Sumber : dokumentasi pribadi
commit to user
60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mont evray ( Perancis ) Salah satu gedung pertunjukan yang ada di perancis, yang sempat penulis kunjungi pada saat masa pembuatan tugas akhir ini, bisa menjadi referensi untuk penataan kursi penonton.
Gambar 3.5 Mont Evray Hall Sumber : dokumentasi pribadi
Gambar 3.6 Mont Evray Hall Sumber : dokumentasi pribadi
commit to user
61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Studi Galeri
Studi lapangan tentang galeri seni yang berhubungan dengan gedung pertunjukan paduan suara ini dilakukan di gedung Usmar Ismail yang merupakan gedung pertunjukan. Dengan studi lapangan ini, penulis dapat mengetahui kebutuhan area yang diperluakn untuk sebuah galeri seni. Galeri seni ini nantinya akan menampilkan segala hal yang berkaitan dengan paduan suara , baik itu sejarah, prestasi, lagu dan rutinitas kegiatan
Gambar 3.7 Usmar Ismail Hall Sumber : http://remedy2011.wordpress.com
commit to user
62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 3.8 Usmar Ismail Hall Sumber : http://remedy2011.wordpress.com
C. Studi studio ( class room )
Studi lapangan untk area class room dilakukan di salah satu sekolah music dan vocal yang ada di kota Surakarta, Talenta Suara Bertha yang terletak di jalan raya baturan, fajar indah Surakarta. Studi lapangan difokuskan pada dinding akustik kedap suara dan fasilitas penunjang di dalam sebuah studi music.
commit to user
63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 3.9 Talenta Suara Bertha Sumber : dokumentasi pribadi
Gambar 3.10 Talenta Suara Bertha Sumber : dokumentasi pribadi
commit to user
64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV DESAIN INTERIOR SURAKARTA CHOIR CENTER DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN HISTORY OF CHOIR
A. ANALISA EKSISTING
1.
Asumsi Lokasi Lokasi proyek Desain Interior Surakarta Choir Center diasumsikan berada di Jalan Slamet Riyadi, Surakarta. Tepatnya berada di perempatan Purwosari, berhadapan dengan Solo Center Point. Adapun alasannya, antara lain adalah sebagai berikut:
Belum adanya fasilitas khusus bagi seni paduan suara di wilayah regional jawa tengah, dimana jawa tengah sebenarnya memiliki daya tarik yang sangat besar bagi pecinta paduan suara.
Surakarta dipilih karena letaknya yang strategis, berada di tengah – tengah pulau jawa, sehingga akses dari area Indonesia timur dan barat tidak terlalu jauh.
Kota Surakarta yang merupakan salah satu kota warisan budaya Indonesia dan masih kental dengan budaya, alangkah indahnya jika seni paduan suara menambah keanekaragaman di kota ini.
Jalan Slamet Riyadi merupakan jalan utama di kota Surakarta, letak nya sangat strategis dan menjadi pusat kegiatan masyarakat baik dalam maupun luar kota. Lokasi ini terintegrasi dengan transportasi masal seperti Batik Solo Trans dan kereta pramex.
commit to user
65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.1 Site Plan Lokasi Sumber : www.skyscrapercity.com
2. Potensi Lingkungan Perencanaan Surakarta Choir Center yang diasumsikan di Jalan Slamet Riyadi memiliki potensi yang sangat baik, baik dilihat dari segi ekonomi, social dan budaya. Kawasan ini termasuk dalam lingkungan laweyan yang merupakan pusat daerah batik di kota solo, dimana menjadi pusat kunjungan wisatawan dari dalam dan luar negeri. Mobilitas masyarakat di kawasan ini juga baik, tebukti dengan adanya integrasi transportasi, diuntungkan pula dengan lokasi yang berdekatan dengan stasiun Purwosari.
commit to user
66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. PROGRAMING
1. Status Kelembagaan Surakarta Choir Center ini memiliki status kelembagaan mandiri yakni seluruh pihak administrasi dan operasionalnya dikelola oleh swasta. Modal didapat melalui modal sendiri dan sistem tanam saham dari para investor yang berminat.
2. Struktur Organisasi
MANAGER
ADMINISTRASI
MARKETING
STAF
STAF
OPERASIONAL
STAF
MAINTENANCE
MECHANICAL ELEKTRICAL
PERSONALIA
BUILDING SERVICE
SECURITY
INTERNAL EKSTERNAL
Bagan 4.1 Strukutr Organisasi Sumber : analisis pribadi
commit to user
67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Sistem Operasional
Surakarta Choir Center ini memiliki tiga pusat area yakni area informatif dengan fasilitas lobby, souvenir dan partitur book store dan gallery. Area terkait lainnya adalah area entertainment dengan fasilitas lobby, choir hall ( gedung pertunjukan ). Area terakhir adalah area edukatif dengan fasilitas ruang latihan, ruang kelas music dan ruang seminar. Dari tiga pembagian area tersebut, nantinya akan ada dua sasaran pengunjung yakni non member (pengunjung umum) dan member (mendaftar sebagai anggota). Sistem operasional Surakarta Choir Center buka hari Senin – Minggu, operasional dibagi berdasarkan area terkait.
INFORMATIF AREA EDUCATIF AREA
ENTERTAINMENT ( LOBBY, SOUVENIR &
( RUANG LATIHAN, KELAS
AREA PARTITUR STORE,
MUSIK & RUANG SEMINAR )
( CHOIR HALL ) GALLERY )
10.00 – 21.00
WEEKDAYS ( SENIN –
10.00 – 20.00 WIB
10.00 – 21.00 WIB WIB
JUMAT )
09.00 – 21.00
WEEKEND ( SABTU –
09.00 – 20.00 WIB
09.00 – 21.00 WIB WIB
MINGGU ) BOOKING
_
RUANG SEMINAR
Tabel 4.1 Tabel sistem operasional Sumber : analisa pribadi
commit to user
68
CHOIR HALL
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Program Kegiatan a.
Program Fasilitas Surakarta Choir Center memiliki tiga pusat area yakni area informatif , edukatif area dan area entertainment yang saling terkait. Dari pembagian tiga fasilitas tersebut dengan dua sasaran pengunjung yakni member (mendaftarkan diri sebagai murid sekolah music di area Surakarta Choir Center ini ) dan non member (umum) memiliki perbedaan fasilitas
PEMBAGIAN RUANG RUANG LATIHAN AREA EDUCATIF
AREA INFORMATIF AREA ENTERTAINMENT
RUANG SEMINAR RUANG KELAS MUSIK LOBBY GALLERY SOUVENIR & PARTITUR STORE CHOIR HALL
MEMBER UMUM & BOOKING UMUM & BOOKING
NON MEMBER UMUM & BOOKING UMUM & BOOKING
MURID
-
UMUM UMUM
UMUM UMUM
UMUM
UMUM
UMUM & BOOKING
UMUM & BOOKING
Tabel 4.2 Tabel Program Fasilitas Sumber : analisa pribadi
b.
Kegiatan Manusia Kegiatan Pengelola
DATANG
OFFICE
KEGIATAN OPERASIONA L
LAVATORY
Bagan 4.2 Tabel Pola Kegiatan Sumber : analisa pribadi
commit to user
69
PULANG
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kegiatan Pengunjung
GALLERY
DATANG
SOUVENIR & PARTITUR STORE
LOBBY
TIKET BOX
GALLERY
CHOIR HALL
RUANG SEMINAR
LAVATORY
EXIT
LAVATORY
Alternatif 1 Bagan 4.3 Tabel Pola Kegiatan Sumber : analisa pribadi
RUANG LATIHAN
DATANG
CHOIR HALL
LAVATORY
ABSEN
KELAS MUSIK
Alternative 2 Bagan 4.4 Tabel Pola Kegiatan Sumber : analisa pribadi
commit to user
70
EXIT
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kegiatan Penampil
RUANG LATIHAN
DATANG
CHOIR HALL
Bagan 4.5 Tabel Pola Kegiatan Sumber : analisa pribadi
5. Fasilitas Ruang 1) Fasilitas Penerimaan Lobby 2) Fasilitas Informatif Gallery Tiket Box Kasir Office 3) Fasilitas Penjualan Souvenir Store -
Display Kaset dan CD
-
Display Kaos dan Merchandise
-
Display Koleksi Komersil
Partitur Book store -
Display majalah
-
Diplay partitur
-
Display alat musik
4) Fasilitas Entertaiment Choir Hall -
Kursi penonton ( kapasitas 500 penonton )
-
Stage
-
Backstage
-
Control area
-
Ruang ganti
-
Ruang Make Up to user commit
71
RUANG LATIHAN
EXIT
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
-
Kamar mandi
5) Fasilitas Admistrasi Office - Area tunggu tamu - Ruang Manager - Ruang kerja management - Ruang kerja staf pengajar - Gudang
6. Sistem Organisasi Ruang
Organisasi ruang adalah dasar dasar cara menghubungkan ruang-ruang suatu bangunan sehingga terorganisir menjadi pola-pola bentuk ruang yang koheren (Francis DL Ching,1996,hal. 194) Mempertimbangkan perencanaan bentuk organisasi ruang perlu adanya 1. Pengelompokan ruang yang akan dilihat dari karakter dan macam kegiatan yang diwadahi 2. Karakter yang ditampilkan denga bentuk-bentuk dinamis sehingga turut mendukung dan membangun dari tema yang akan diangkat sehingga menjadi kesatuan
Sistem organisasi ruang menggunakan bentuk radial
Gambar 4.2 Organisasi ruang Radial
Sebuah ruang pusat yang menjadi acuan organisai ruang yang linier berkembang menurut bentuk jari-jari. commit to user
72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Organisasi ruang radialmemadukan unsur-unsur baik organisasi terpusat maupun linier.
Organisasi ini terdiri dari ruang pusat yang dominan di mana sejumlah organisasi linierberkembang menurut arah jari-jarinya.
Apabila suatu organisasi terpusat adalah sebuah bentuk yang introvertyang memusatkan pandangannya ke dalam ruang pusatnya, maka sebuah organisasi radial adalah sebuah bentuk yang ekstrovert yang mengembang keluar lingkupya. Dengan lengan-lengan liniernya, bentuk ini dapat meluas dam menggabungkan dirinya pads unsur-unsur atau benda-benda tertentu pada tapaknya.
7. Sistem Sirkulasi Dasar pertimbangan yang digunakan antara lain berdasar pada sistem pelayanan, aktivitas pengunjung, dan pencapaian tujuan atau tema yang diangkat, maka secara analisis sistem sirkulasi yang tepat adalah: a.
Sirkulasi Pengunjung Menggunakan sistem sirkulasi radial (radiating sirkulation) yaitu sirkulasi alternative dengan arah keluar acces point sehingga pengunjung lebih leluasa memilih fasilitas yang mereka inginkan.
b.
Sirkulasi Pengelola Menggunakan sistem sirkulasi linier yaitu sirkulasi dengan system langsung dari access point menuju ke akhir sirkulasi.
commit to user
73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Hubungan Antar Ruang
ZONA
RUANG SOUVENIR & PARTITUR
PUBLIK
STORE LOBBY & GALLERY CHOIR HALL
SEMI RUANG SEMINAR PUBLIK TIKET BOX & KASIR RUANG KELAS RUANG LATIHAN PRIVAT
KANTOR CONTROL AREA BACKSTAGE LAVATORY
SERVICE GUDANG
Gambar 4.3 Hubungan Antar Ruang Sumber : analisa pribadi
Keterangan Berhubungan langsung Berhubungan tidak langsung Tidak berhubungan
commit to user
74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Zoning dan Grouping
Zoning
Gambar 4.4 Zoning Sumber : analisa pribadi
Privat Semi Privat Publik Service
commit to user
75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Grouping
Backstage
Choir hall
R. Seminar
R.Latiha n
Servic e
Gallery & Store
Offic e
Class Room
Gambar 4.5 Grouping Sumber : analisa pribadi
Surakarta Choir Center dibagi menjadi beberapa group pengguna yang berhubungan dengan sifat ruang, kegiatan pengguna dan penggunaannya yaitu :
a
Publik merupakan ruang yang langsung berhubungan dengan khalayak ramai atau pengunjung umum tanpa dibatasi secara protokoler atau administrasi
b
Semi Publik merupakan ruang yang bersifat resmi baik dari segi pengguna maupun kegiatan penggunaannya.
c
Privat merupakan daerah yang tertutup untuk umum dan hanya berhubungan dengan kegunaan dan pengguna ruang.
d
Service merupakan area dimana pengunjung dapat memanfaatkan ruangan commit to user tersebut, seperti toilet maupun lavatory.
76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari pembagian beberapa jenis ruang diatas, maka dapat dijadikan faktor pertimbangan dalam menentukan zoning dan grouping.
C. KONSEP
1. Ide Gagasan Perancangan
Surakarta Choir Center adalah sebuah bangunan pusat paduan suara, yang menjadi pusat segala kegiatan yang berkaitan dengan seni paduan suara, mulai dari berlatih untuk acara harian sampai kegiatan panggungt seperti kompetisi dan pertunjukan atau konser. Di dalam bangunan ini sarana yang disiapkan bisa dikatakan kompleks meliputi Gallery, Souvenir dan partitur Store, sekolah music, ruang latihan, ruang seminar dan choir hall . bangunan yang dapat digunakan untuk acara berkelas internasional ini akan dibalut dengan nuansa interior modern mengikuti salah satu benang merah perjalanan perkermabngan paduan suara, dari masa abad pertengahan sampai era modern melalui pendekatan historical dengan memunculkan atmosfer historycal.
2. Tema Perancangan
Memunculkan
atmosfer
interior
historycal
dengan
mengaplikasikan sifat-sifat dari jenis lagu paduan suara sesuai pembagian kategori yang ada. Tema ini akan diterapkan pada gaya pencahayaan, pemilihan warna dan material dengan tetap memberikan sentuhan sentuhan etnic dan natural sebagai ciri khas bangunan Indonesia, khususnya daerah Solo.
commit to user
77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Atmosfer Desain Interior
Memunculkan atmosfer sejarah perkembangan music, terutama music paduan suara yang ditinjau dari pembagian jenis lagu nya sebagai pembentuk suasana interior pada tiap ruangnya. Atmosfer utama yang akan ditampilakan adalah armosfer perkembangan paduan suara saat berkembangnya jenis lagu classic dan modern.
a. Classic Perkembangan jenis lagu classic di dalam dunia paduan suara di bedakan menjadi lagu classic sekuler dan non sekuler. Lagu classic sekuler juga disebut jenis lagu musica sacra, yaitu lagu – lagu yang berhubungan dengan gerejawi, biasa di bawakan dalam misa gereja katholik roma,sebagai ordinarium. Berdasar pada criteria tersebut, maka akan diadaptasi aspek – aspek musica sacra dan lagu classic non sekuler ke dalam interior ruang Surakarta Choir Center. Proses adaptasi jenis lagu classic
Gambar 4.6 Cathedrale Saint Andre de Bordeaux Sumber : dokumentasi pribadi
commit to user
78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.7 Cathedral of the Assumption University, Bangkok Sumber : dokumentasi pribadi
Dari bangunan gereja tersebut, akan diadaptasi bentuk dan warna untuk interior bangunan , seperti pada bentuk ceiling area hall, dinding pada area galeri dan aplikasi pemilihan flooring. Bentuk lain yang akan diwujutkan adalah pada furniture ruang galeri.
b. Modern
Perkembangan paduan suara pada era modern diikuti pula dengan jenis music yang muncul. Paduan suara sudah mulai keluar dari lingkup gerejawi dan menjadi bagian dari masyarakat luas. Mulai dari jenis lagu jazz, pop hingga lagu kedaerahaan yang dikenal dengan istilah folklore. Paduan suara sudah mulai sering di bawakan diluar gereja danmulai masuk dalam gedung opera dan bahkan mulai di ciptaka gedung khusus untuk pertunjukan paduan suara.
commit to user
79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.8 Usmar Ismail Hall Sumber : dokumentasi pribadi
Atmosfer yang akan diwujudkan juga diadaptasi dari alat music yang mulai digunakan pada jaman modern, seperti castanet, garpu tala dan garis para nada.
4. Pola Penataan Ruang Penataan layout terarah dengan adaptasi sistem sirkulasi radial. Tiga area pusat yakni area informatif (Lobby, Souvenir Store dan Gallery) akan dihubungkan melalui selasar melingkar menuju area entertainment ( Choir Hall) dan menuju area edukatif ( class room music ) 5. Desain Pembentuk Ruang a) Lantai ( flooring ) Analisa criteria bahan dan alternative bahan lantai :
RUANG
KRITERIA BAHAN Mudah perawatan Tahan lama
LOBBY & GALLERY
Tidak licin Tahan gores Sesuai konsep
commit to user
80
ALTERNATIF BAHAN Keramik tile
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mudah perawatan
Keramik Tile
Tahan lama SOUVENIR STORE
Tidak licin Tahan gores Sesuai konsep Mempunyai sifat akustik
Karpet wall to wall
Mudah perawatan Tahan lama CLASS ROOM Tidak licin Tahan gores Sesuai konsep Mempunyai sifat akustik Mudah perawatan Tahan lama
Parquet Karpet wall to wall Wood Laminated
CHOIR HALL Tidak licin Tahan gores Sesuai konsep Mempunyai sifat akustik Mudah perawatan RUANG SEMINAR
Tahan lama Tidak licin Tahan gores Sesuai konsep
Tabel 4.3 Analisa Spesifikasi Lantai Sumber : analisa pribadi
commit to user
81
Parquet Wood laminated
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Dinding Analisacriteria bahan dan alternatif dinding : RUANG
KRITERIA BAHAN Mudah perawatan Tahan lama
LOBBY & GALLERY Tahan kelembaban
ALTERNATIF BAHAN Dinding bata Plywood dan HPL wallpapaer
Sesuai konsep Mudah perawatan
Glass
Tahan lama SOUVENIR STORE Tahan kelembaban Sesuai konsep Mempunyai sifat akustik Tidak mudah bergetar Mudah perawatan CHOIR HALL Tahan lama Tahan kelembaban
Dinding bata plester Dinding Camport semen Gypsum Panel akustik Wallpaper
Sesuai konsep Mempunyai sifat akustik Tidak mudah bergetar Mudah perawatan CLASS ROOM Tahan lama Tahan kelembaban
Dinding bata plester Dinding Camport semen Gypsum Panel akustik Wallpaper
Sesuai konsep Mudah perawatan RUANG SEMINAR
Tahan kelembaban Sesuai konsep Tabel 4.4 Analisa Spesifikasi Dinding Sumber : analisa pribadi
commit to user
82
Dinding bata Plywood dan HPL wallpapaer
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Langit – langit ( Ceiling ) Analisa criteria bahan dan alternative bahan langit – langit : RUANG
KRITERIA BAHAN Mudah perawatan Tahan api
LOBBY & GALLERY Tahan kelembaban
ALTERNATIF BAHAN Gypsumboard Plywood dan HPL Glasswool
Sesuai konsep Mudah perawatan
Gypsumboard
Tahan api SOUVENIR STORE Tahan kelembaban Sesuai konsep Mempunyai sifat akustik Tidak mudah bergetar Mudah perawatan CHOIR HALL Tahan api Tahan kelembaban
Gypsumboard Plywood dan HPL Glasswool Panel akustik Karpet wall to wall
Sesuai konsep Mempunyai sifat akustik Tidak mudah bergetar Mudah perawatan CLASS ROOM Tahan api Tahan kelembaban
Gypsumboard Plywood dan HPL Glasswool Panel akustik Karpet wall to wall
Sesuai konsep Mudah perawatan RUANG SEMINAR
Tahan kelembaban Sesuai konsep
Tabel 4.5 Analisa Spesifikasi Ceiling Sumber : analisa pribadi
commit to user
83
Gypsumboard Plywood dan HPL
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Desain Interior System a). Pencahayaan Analisa criteria pencahayaan yang dibutuhkan : KRITERIA
PENCAHAYAAN
ANALISA
ALAMI
RUANG
PENCAHAYAAN BUATAN
Downlight
Mudah pemasangan LOBBY&
Spotlight
Tahan lama GALLERY Sesuai konsep
Downlight
Mudah pemasangan SOUVENIR
Spotlight
Tahan lama STORE Sesuai konsep
Downlight
Mudah pemasangan
CHOIR HALL
Spotlight
Tahan lama
Follow light
Sesuai konsep
Downlight
Mudah pemasangan
CLASS ROOM
Tahan lama
Sesuai konsep Downlight
Mudah pemasangan RUANG Tahan lama SEMINAR Sesuai konsep
Tabel 4.6 Analisa Kriteria Pencahayaan Sumber : analisa pribadi
commit to user
84
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b). Penghawaan KRITERIA
PENGHAWAAN
ANALISA
ALAMI
Mudah pengoperasian
Grid ventilasi
RUANG
LOBBY& GALLERY
Tidak memakai
PENGHAWAAN BUATAN
AC Central
Difuser AC
instalasi khusus Menjaga temperature udara Mudah pengoperasian
SOUVENIR STORE
Grid ventilasi
Tidak memakai
AC Central
Difuser AC
instalasi khusus Menjaga temperature udara Mudah pengoperasian
Grid ventilasi
Tidak memakai CHOIR HALL
AC Central
Difuser AC
instalasi khusus Menjaga temperature udara Mudah pengoperasian
Grid ventilasi
Tidak memakai CLASS ROOM
AC Central
Difuser AC
instalasi khusus Menjaga temperature udara Mudah pengoperasian
RUANG SEMINAR
Grid ventilasi
Tidak memakai
AC Central
Difuser AC
instalasi khusus Menjaga temperature udara
Tabel 4.7 Analisa Kriteria Penghawaan Sumber : analisa pribadi
commit to user
85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c). Akutik Ruang Analisa criteria akustik ruang yang dibutuhkan RUANG
ANALISA KRITERIA
AKUSTIK
Tingkat kebisingan 40 – 55 dBA
-
LOBBY &
tidak membutuhkan isolasi
GALLERY
bunyi Sesuai konsep Tingkat kebisingan 40 – 55 dBA
SOUVENIR
tidak membutuhkan isolasi
STORE
bunyi
-
Sesuai konsep Lantai akustik ( Glasswool Tingkat kebisingan 40 – 60 dBA )
CHOIR
Dinding akustik ( Membutuhkan isolasi bunyi Glasswool )
HALL
Ceiling akustik ( Sesuai konsep Glasswool ) Lantai akustik ( Glasswool Tingkat kebisingan 40 – 60 dBA )
CLASS
Dinding akustik ( Membutuhkan isolasi bunyi Glasswool )
ROOM
Ceiling akustik ( Sesuai konsep Glasswool ) Tingkat kebisingan 40 – 55
RUANG SEMINAR
Tingkat kebisingan 40 – 55 dBA dBA tidak membutuhkan isolasi
tidak membutuhkan isolasi
bunyi
bunyi
Tabel 4.8 Analisa Kriteria Akustik Sumber : analisa pribadi
commit to user
86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Desain Furniture Pertimbangan furniture yang akan digunakan dalam Desain Interior Surakarta Choir Centeradalah :
Fungsi (sebagai ruang multi fungsi, furniture diharapkan bersifat fleksible dan moveable)
Faktor kenyamanan dan keselamatan ergonomic
Ketahanan, baik secara konstruksi maupun terhadap perubahan temperature
Nilai estetis, disesuaikan dengan tema yang akan ditampilkan adalah Histori Choir
Mudah dalam perawatan maupun kebersihan
Gambar 4.9 Desain Furniture 1 Sumber : dokumentasi pribadi
commit to user
87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.10 Desain Furniture 2 Sumber : dokumentasi pribadi
Gambar 4.11 Desain Furniture 3 Sumber : dokumentasi pribadi
8. Desain Elemen estetis a. Fungsi, Bahan dan Teknis Dalam menentukan ketiga unsur yang saling berkaitan ini perlu adanya pertimbangan akankah solusi yang diambil akan mendukung terciptanya atmosfer yang mengacu pada terwujudnya tema yang diangkat. Dalam
menentukan
ketiga
hal
diatas
perlu
dipertimbangkan pula bahwa alternatif yang dipilih harus : Mendukung tema yang diangkat Mudah perawatan Tahan dalam cuaca dan kelembapan Mendukung akustik commit to user
88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Estetis Fungsi dari elemen estetis adalah untuk menambah keindahan suatu benda pada bangunan. Penerapan elemen estetis harus dapat diatur dengan bentuk, fungsi dan strukturalnya agar dapat mencapai suasana yang diinginkan. Dalam perancangan suatu ruangan, hubungan antar unsurunsur dekorasi dalam interior harus terpadu dengan eksteriornya .unsur-unsur ini antara lain proporsi, warna, garis dan tekstur. Warna Sebagai komponen seni ,warna memegang peranan yang kuat dan mutlak selalu berhadapan dengan indera penglihatan manusia yang selalu mempunyai penilaian hal tentang warna diungkap oleh Neufert Ernst : warna pada bangunan sangat membantu penampilan bangunan, terutama bagi para arsitek, warna adalah alat bantu untuk dapat merancang suatu keindahan dan kenyamanan,
juga
penampilan
dapat
suatu
menjadi rancangan
alat
pemacu dengan
mempertimbangkan konsep pendekatan historical choir yang diangkat
Gambar 4.8 Warna Pokok Gedung Sumber : dokumentasi pribadi
Gambar 4.12 Warna Pokok Sumber : dokumentasi pribadi
commit to user
89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Garis Salah satu unsur penentu terwakilinya tema adalah garis ,garis yang terbentuk akan memberikan efek psikologis. Garis menentukan bentuk dan dimensi dari ruang yang dibentuk, tentu saja memberi efek psikologis. 1) Garis horisontal memberi kesan membumi, hal yang tidak bergerak dan memuaskan . 2)
Garis vertikal memberi kesan kewibawaan dan megah.
3) Garis diagonal memberi kesan ketidakstabilan atau suatu yang bergerak
Aplikasi pada perancangan Surakarta Choir Centerialah garis-garis lengkung, , oval, bulat dan melingkar .
Gambar 4.13 Garis dominan Sumber : dokumentasi pribadi
Tekstur Pengertian tekstur adalah rasa permukaan atau penggambaran dari sifat permukaan dari suatu objek (benda atau bidang). Tekstur dapat memberikan pengaruh
dari
pandangan
commit to user
90
atau
sentuhan
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memberikan kesan atau pesan dari permukaan yang ditampilkannya : 1)
Halus, memberi kesan menyenangkan dan tidak mempengaruhi dominasi ruang .
2)
Kasar,
memberi
mendominasi
kesan
penampilan
keras,
kuat
bentuk.
dan Untuk
membangun suasana atau membentuk image dari suatu desain tekstur merupakan salah satu unsur pendukung yang memegang peranan, sehingga penggunaan tekstur pada tiap eleman pembentuk interior juga berbeda tergantuang pada kesan atau image yang akan ditampilkan .
Pengertian Pemilihan tekstur untuk Surakarta Choir Center ini adalah tekstur halus, lembut, memberi kesan empuk dan nyaman guna menerapkan konsep romantic.
9. Sistem Keamanan
a. Bahaya Pencurian Dasar pertimbangan ; 1) Sistem operasionalnya yang mudah dan memiliki kemampuan tinggi untuk melindungi bangunan 2) Tidak mengganggu penampilan bangunan 3) Bentuk dan luasan bangunan 4) Jenis sistem yang digunakan : a. Sistem CCTV (Close Circuit Television), adalah yang digunakan untuk memantau atau memonitor kegiatan
yang
sedang
berlangsung
dengan
menggunakan camera TV sebagai alat monitoring commit to user
91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b Sistem door and exit control Merupakan sistem dengan pemakaian pintu sebagai alat untuk mengatasi bahaya yang datang dari luar bangunan. Pintu-pintu yang berhubungan dengan luar bangunan diberi dan diawasi oleh seperangkat alat pendeteksi elektronik. Metal Detector Signal Sensor Infrared Camera
b. Bahaya Kebakaran
Suatu perancangan yang baik tentunya memperhatikan masalah keamanan dari segi fisik bangunn dan terutama yang menyangkut kenyamanan pengunjung dari hal-hal yang mengganggu serta membahayakan jiwa seseorang. Maka diperlukan sarana peralatan yang berhubungan dengan keamanan yang dapat diletakkan paada titik utilitas bangunan. Peralatan tersebut dapat berupa : 1) Hidran air : pipa dengan kran air dimana tersedia selang dan alat semprot air dengan lampu kontrol guna mengantisipasi bahaya kebakaran 2) Sprinklers : alat kran air yang dipasang dengan jarak tertentu dihubungkan dengan pipa air diatasnya, dipasang satu sistem dengan heat detektor, sehingga jika kondisi panas dengan suhu tertentu atau terjadi kebakaran alat tersebut otomatis menyemprotkan air 3) Tabung gas berisi gas CO2 atau obat kimia anti api yang dilengkapi dengan alat penyemprot ( liquid foam ) 4) Tersedia tangga penyelamat sebagai jalur alternatif commit to user
92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5) Sistem keamanan dengan alarm, barcode detektor, kamera dan layar pengawas, satuan keamanan yang dilengkapi dengan alat komunikasi yang beroperasi selama 24 jam
commit to user
93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Surakarta Choir Centeradalah pusat kegiatan seni paduan suara yang meliputi area hall sebagai tempat lomba, konser dan pertunjukan. Gedung ini dilengkapi pula dengan ruang kelas music dan vocal, galeri seni, ruang seminar dan souvenir store.Fasilitas yang ada tersebut dapat dinikmati oleh masyarakat pecinta seni paduan suara, baik dari kalangan singer, conductor, arranger, pengelola indsutri music serta masyarakat dari segala lapisan usia. Dengan fasilitas yang ada tersebut, diharapkan Surakarta Choir Center dapat memenuhi fungsi edukatif yang di wujutkan dengan adanya sekolah music paduan suara, ruang seminar, galeri dan gedung pertunjukan. Kemudian memenuhi pula fungsi informative, melalui segala macam hal tentang paduan suara yang di sajikan di dalam area galeri, dan memberikan fungsi hiburan atau entertainmet bagi masyarakat luas. Dalam perencanaan Surakarta Choir Center ini digunakan pendekatan historycal yang berkaitan dengan sejarah music paduan suara yang mengarah pada jenis aliran musiknya. classic, kategori jenis music ini diaplikasikan sebagai ide gagasan pencipta atmosfer interior sebagian besar bangunan ini, terutama pada area galeri dan souvenir store. Pop dan jazz diaplikasikan sebagai ide gagasan commit to user pencipta atmosfer interior ruang kelas music dan vocal dan ruang
94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
seminar.Musica sacra diaplikasikan sebagai ide gagasan pencipta atmosfer interior choir hall. Konsep tersebut dirancang sebagai wujud penghargaan terhadap music paduan suara dan perkembangannya. Sebagai sebuah gedung pertunjukan, Surakarta Choir Center memiliki system akustik yang memadai untuk sebuah gedung hiburan, mulai dari desain hall choir sampai panel akustik sudah didesain sedetail mungkin demi tercapainya desain yang diharapkan.kemudian untuk site plan Surakarta Choir Center akan diasumsikan di daerah Laweyan, Surakarta tepatnya di lahan di depan Solo Center Point, Jalan Slamet Riyadi Surakarta. Lokasi ini dipilih karena sangat strategis dan berada di jantung kota Solo. Kawasan laweyan ini erat sebagai kawasan wisata turis domestik maupun mancanegara karena merupakan salah satu pusat batik di kota Solo, yang dikenal dengan kawasan kampong batik laweyan.
B. SARAN Desain Interior Surakarta Choir Centerini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi para pembaca pada umumnya serta dapat dijadikan sebagai tolak ukur ataupun pertimbagan-pertimbangan dalam meningkatkan perkembangan apresiasi desain interior.
commit to user
95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Ching, Francis DL 1996,Ilustrasi Desain Interior. Jakarta : Erlangga. Daryanto, S.S. 1997. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya :Apollo Helen Graham, 1998. Penyembuhan Dengan Warna. Mediastika, Christina E. 2009. Material Akustik Pengendali Kualitas Bunyi Pada Bangunan. Yogyakarta: Andi. Neufert, Ernst. 1987. Data Arsitek (edisi terjemahan Sjamsu Amri). Jakarta : Erlangga. Panero, Julius dan Zelnik, Martin. 2003. Dimensi Manusia & Ruang Interior (edisi terjemahan D. Kurniawan). Jakarta : Erlangga. Panuwun, Joko. 1994. Konstruksi Bangunan I. Surakarta : UNS. Pramana Padmodarmaya, Tata dan Teknik Pentas, Balai Pustaka, Jakata, 198 : 40-44 Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : Sebelas Maret UIniversity Press.
Sumber Internet : jokosarwono.wordpress.com http://remedy2011.wordpress.com www.skyscrapercity.com http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surakarta www.artikata.com/pusat, 27 Oktober 2011 www.rpginc.com
commit to user
96