Jeneponto lembar 20 i 0 - 33, Bulupodo lembar 2 110 - 43, Takalar lembar 20 10 52, Bantaeng lembar 2010 - 34, Maros iembar 2010 - 63, Malakaji lembar 20 10 62, Sapaya lembar 2010 - 61, dan Malino lembar 2010 - 64, data time series PDRB kabupaten Gowa tahun 200 1.
33. Konsep Dasirr Pemiliban L o k i Kawasan Kota Trrni.
Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja @qosive) yaitu dari 12 kecatnatan yang ada di kabupaten Gowa dipilih 3 k e c a t a n yaitu masing masing: Kecamatan Somba Opu dengan mernilih K e l d a n Bontoramba dm Kelurahan
Mawang, Kecamatan Pdlangga dengan mernilih kelurahan Parangbanoa, desa Kampili dan desa Bontorarnba dan kecamatan Bontommnnu masing-masing: kelurahan BorongloE, kelurahan Bontomanai, desa P u t t o , dew N k m g ,
desa Romangloe, desa Sokkolia yang luasnya 7,076Hektar dengan pertimbangan: 1. Jumlah penduduk dan aktifitasnya masih dorninasi disektor pertanian.
2. Aksesibilitas kawasan ini dilalui oleh dua jalan propinsi masing-masing dari Makassar ke Sinjai dan dari Makassar ke Malakaji, juga ketersediaan
jalan arteri menghubungkan dengan kabupten Maros Takalar, selanjutnya kawasan yang dibeiah oleh Sungai Jeneberang memungkinkan
diadakmnya rintisan transportasi sungai dari Gowa ke Makassar, 3. Penggalian tambang golongan C yang merata di Desa dan Kelurahan
terpilih mernerlukan solusi untuk rnengurangi kegiatan tersebut karena
sudah kelibatan sangat merusak lingkungan dan Sumberdaya dam. 4. Letak geografis yang berada pada jalur kawasan Wisata Malino, Dam Bili-
Bili dan Daaau Mawang dihampkan dapat mempercepat pertumbuhan k a m . 5. Faktor kedekatan dengan pasar yang menjadi sasaran penyaluran produksi
hasil-hasil pertanian yaitu SungguminaSa sebagai ibukota kabupaten Gowa dan Kota Makassar sebagai lbukota Propinsi Sulawesi Selatan. 6. Faktor kedekatan dengan fasilitas Pelabuhan iaut dan Pelabuhan udara yang akan mendukung pergerakan produksi untuk diantar pulaukan. Dan
k e t d a a n Mastruktur yaug dapat menunjang aktifitas ekonomi seperti listrik, telepn, dan dat angkut lainnya.
7. Potensi lahan yang masih memungkinkan untuk pengembangan dirnana Gowa sebagai Kabupaten terbesar keempat di Sulawesi Selatan.
Pemilihan lokasi penelitian tidak hanya didasarkan pada potensi sumberdaya alam yang terdapat di 3 kecamatan tersebut, tapi perbedaan ptensi
(kekaynan) alarn dan ketersediaan faktor-faktor produksi antar daerah (kecamatan) menyebabkan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang berbeda pula. Daerah dengan potensi sumberdaya dam yang ksar dan didukung dengan
kualitas sumhdaya manusia yang memadai ditunjang dengan lokasi fasilitas yang terjangkau akan mampu turnbuh cepat. Kondisi diatas disadaci akan
melahirkan perbedaan kecepatan masing-masing daerah yang berkompetisi dalarn mernperkar ekonomi mereka dan @a
akhirnya akm memunculkan
kesenjangan ekonomi antar wilayah. M e n m t i perkembangan PDR3 perkapita masing-rnasing kabupaten Ikota dari tahun 1995 ke tahun 2000, terlihat k k a p a kabupatedkota yang
meningkat hampir tiga kdi lipat, hahkan ada satu kabupaten meningkat lebih dari tiga kali lipat. Kabupaten-kabupatentersebut adalah Selayar, Bantamg, Pangkep,
Tanatoraja, Mamuju (lebih dari tiga kali lipat). Sedangkan daerah yang memiiiki
PDRB perkapita dibawah rata-rata (Rp 3.243.652) dan relatif krkembang lebih lambat dibandingkan dengan daerah lainnya adalah kabupaten Jenvnto, Gowa,
Takalar, Banu, Sinjai, Bulukurnba dan Bone (tabel 2).
Jika ditinjau dari sistem pengembangan wilayah dengan menciptakan pusat-pusat pertumbuhan, maka idealnya empat daerah yakni kabupaten Gowa,
Takalar, Bantaeng dan Jeneponto k p e r m sebagai daerah penunjang (hinterland)
bagi kota Makassar. Pilihan kedua selain menjadi hinterland bagi kota Makassar, Kabupaten Gowa dan beberapa kabupaten yang berbatasan dapat memkntuk keterkaitan
ekonomi sendiri dengan mendorong kesarnaan potensi yang ada pada wilayahwilayah ini. Hal ini membutuhkan dana yang ksar untuk membolngun faktor-
faktor produksi dalam rangka mempe-
pertumbuhan ekonomi. Mengingat
potensi yang ada pada kabupaten Gowa tidaklah terlalu besar, maka kebijakan
khusus (campur tangan) PEMDA Sulawesi Selatan dan semua pihak dalam hal
investasi diperlukan bag kawasan ini. Untuk lebih memperjelas karakteristik wilayah yang dipilih disajikan tabel peringkat pendapatan domestik regional untuk
beberapa daerah hinterland serta daerah itu sendiri (tabel 2). Tabel 2. Peringkat PDRB Kabupaten-Kabupaten di Sulawesi Seiatan. PDRB Perkapita (Rp)
1
Makassar
2,007,153 5,709,103
Rata-Rata Perubahm Pertumbuhan 1993-2000 (Kali) 16.36 2.84
2
1,220,490 4,603,384
3.77
21.29
3
pangke~ Bone
1,076,799 3,050,237 2.83
16.71
4
Bulukumba
829,250
2,764,374 3.33
20.39
5
Mamuju
641,832
2,655,055 4.14
25.01
6
Selayar
794,266
2,65 1,179 3.34
20.2 1
7
Sinjai
790,338
2,601,190 3.29
20.2 1
8
Bantaeng
757,772
2,527,808 3.34
20.12
9
Barru
898,204
2,503,3 12 2.79
16.54
10
Takalar
81 5,28 1
2,362,564 2.90
17.02
11
Gowa
8 15,827
2,246,232 2.75
15.92
12
Tana Toraja
583,259
2,050,679 3.52
21.53
13
Jeneponto
558,529
1,858,116 3.33
19.08
Peringkat Tahun 2000
KabupatenlKota
993
2000
Sumber * . Tinjauan PDRB KabupatenlKota di Sulawesi Selatan 2000. Hal yang mendukung konsep pemilihan lokasi adalah betmapa pernyataan yang diemukakan oleh Singarimbun. (1 989), yang mengemukakan bahwa
penelitian survai dapat digunakan untuk maksud (1) penjajagan (eksploruttj), (2) Deskriptif, (3) Penjelasan, (4) Evaluasi, (5) Prediksi, (6) Penelitian Operasional,
dan (7) Pengembangan indikator-indikator sosial. Hasil survai dapat digunakan untuk mengadakan prediksi mengenai fenomena sosial tertentu. Pada dasarnya
ada 2 macam metode pengambilan sampel yaitu (1) pengambilan mpel secara acak atau (random) ( 2 ) pengambilan sampel yang bersifat tidak acak dirnana
sampel dipilih bedasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu (Purposive Sanspling) ha1 ini diterapkan pada konsep dasar pemilihan lokasi Kota Tani. 3.4. Jenis dan Sumber Data
Data yang dikurnpulkan ddm penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan survey di lapangan dan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait. Sedangkan data sekunder diperoleh
dengan melakukan studi pustaka. Jenis, bentuk, dan sumber pengambilan data dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1.
3.5, Metode Analisis
Dari data yang telah dikumpulkan akan dilakukan adisis sesuai dengan t u j w penelitian. Adapun metode analisis yang digunakan antara lain : 3.5.1.
Analisis Potensi Sumberdaya Wilayah Dalam melakukan analisis potensi sumberdaya wilayah d
i
w metode
analisis komponen utama (Principul Component Analysis 1 PCA). Variabel penting Mam potensi sumberdaya wilayah yang akan d i d i s i s meliputi potensi sumberdaya dam (natural capital), sumberdaya manusia (human capitai), sumberdaya buatan (man-madecapttui) dan fllmberdaya sosial (social capitac).
Khusus untuk potensi sumberdaya alam ,data yang dig&
adalah data potensi
sumberdaya pertanian yang meliputi data dari pertanian hortikdtm, peternakan
dan pdmm serta industri. Dari hasil adisis komponen utama akan diketahui korelasi antara beberap variabel yang digunakan dari seluruh variabel surnberdaya wilayah dan variabel yang dorninan yang mencirikan potensi suatu
wilayah. Selanjutnya dari hasil analisis ini juga merupakan variabel yang digunakan dalam zonasi daerah perencanaan Kota Tani.
- Analisis LQ (Cocation quotient). Sebelum analisis komponen utama tersebut dilakukm maka bebrapa
analisis pendukung
seperti analisis LQ (location quotient) yang dilakukan
terhadap P D B (Produk Domestik Regional Bmto) dan pmduksi bkrapa
komoditas pertanian penting. Analisis sh@ s h e PDRB seperti yang dig&
pada analisis trngkat perkembangan perekonomian. Rumus Analisis LQ d a h sebagai berikut:
LQij Keterangan : LQv
= nilai
=
"x"/-g.. ................................. Xi.
(3-1)
LQ untuk aktivitas ke-j di wilayah ke-i
X,
= derajat aktivitas ke-j pada wilayah ke-i
Xi
= derajat aktivitas total wilayah
XI,
= derajat aktivitas total wilayah
I
= wilayahlkecamatan yang diteliti
ke-i
= aktivitas ekonomi yang dilakukan j Untuk melihat pernusatan aktivitas pertaniaa juga dilakukan analisis LQ
terhadap produksi beberapa komoditas pertanian penting di Kabupaten Gowa.
Interpretasi hasil analisis LQ &ah
sebagai berikut :
1. Apabila nilai LQij > 1, hal ini menunjukkan bahwa krjadi konsentrasi suatu
aktivitas atau pernusatan di sub wilayah k-i (kecamatan) secrtra relatif dibandingkan dengan total wilayah (kabupaten).
2. Apabila nilai LQij= 1, ha1 ini menunjukkan bahwa wilayah ke-i (kecamatan) mempunyai pangsa aktivitas setara dengan pngsa total. 3. Apabila n i k LQij < 1, ha1 ini menunjukkan sub wilayah tersebut mempunyai
pangsa relatif yang lebih kecil dibandingkan dengan aktivitas yang secara mum diternukan di seluruh wilayah.
- Revealed Comparative Advantage (RCA) Metode Anal isis ini digunakan untuk mengetahui keunggulan komparatif
komoditas yang diperdagangkm oleh suatu Kabupaten. RCA pada hakiktnya memhdingkan rasio antara produksi komoditas tertentu dari suatu Kabupaten
dengan pangsanya pada produksi total. Secara umum RCA dijabarkan dalam rumus sebagai berikut:
..*...**.+*................ (3-2) RCA =
$xi$
i=1
$xj j=t
Dengan: RCAU
= Revealed
Comparative Advantage komoditas i kabupaten j.
= Produksi komdtas i kabupaten j. Xij Interpretasi daripada h i 1 RCA adalah sebagai berikut:
RCAij > 1, berarti komoditas i memiliki keunggulan komparatif untuk di
pduksi. RCAij < 1, berarti komoditas i ti&
memiliki keunggulan komparatif untuk di
produksi. RCAij = 1, berarti netral.
Dengan RCA keunggulm komparatif wilayah &pat diketahui walaupun gambamn yang diketahui merupakan gambaran singkat.
- Indeks Konsentrasi ( C ) Indeks Konsentrasi berfirngsi untuk mengukur apakah suatu aktivitas atau kmakteristik terdistribusi merata pada seluruh wilayah ataukah terkonsentrasi
pada satu atau beberapa sub wilayah. Indeks Konsentrasi (C) dihitung dengan menggunakan m u s sebagai berikut:
Xi = p e r s e n e luas sub wilayah i. Yi = persentase jurnlah aktivitas atau Wteristik yang terdapat p d a sub wilayah
n =jumlah sub wilayah Hasil Wtungan indeks konsentmsi berkisar antara 0 dan 100. Makin besar nilai C makin terkonsentrasi pula aktivitas atau U t e r i s t i k yang ditinjau.
- Distribution Quotient (DQ) Metode Distribution Quotient (DQ) digunakan untuk mengukur derajat konsentrasi suatu aktivitas ekonomi suatu sub wilayah. DQ merupakan merupakan
analisa lanjutan dari perhitungan hdeks Konsentrasi.
Makin tinggi nilai DQ makin relatif terkonsentcasi aktivitas atau
k d e r i s t i k sosial ekonomi pada suatu sub wilayah.
- Skahgram Andisk Metode Skalogram digunakan untuk menjawab pertanyam mendasar tentang
bagaimana pola fungsi I fasilitas pelayanan sosial ekonomi yang terdapat pada
berbagai tingkatan perkotaan / pusat pelayanan dan bagaimam pola tersebut melayani kebutuhan penduduk di wilayah yang ditinjau. Dengan kata lain metode ini dapat digunakan untuk mengelompokkan satuan permukiman berdasarkan tingkat kompleksitas fungsi pelayanan yang dimilikinya, serta menentukan jenis dan keragaman pelayanan dan fasilitas yang terdapat pada pusat-pmt pelayanan
dengan berbagai tingkatan. Disamping fial diatas Skalogram dapat digunakan uutuk:
1. Memperlihatkan asosiasi kasar antara fasilitas dan sistem pelayanan pada suatu lokasi dan kemungkinan hub-
antara mereka
2. Memperlihatkan urutan b g s i playanan yang seyogyanya terdapat pada satuan permukiman dengan -tan
tertentu.
3. Dengan mengkombinasikan skaiogram dengan peta lokasi fasilitas
pelayanan dan kriteria playanan baku, malca dapat diketahui cukup tidaknya suatu h g s i pelayanan pada wilayah yang ditinjau. 4. Ketidak beradam suatu fungsi atau fasilitas pelayanan pada suatu satuan
permukirnan dapat segera terlihat, dan segera dapat diambil suatu
tindakan. Peringkat kecamatan disusun urutannya berdasarkan jumlah total fasilitas yang
dimiliki baik dari jumlah jenis maupun jumlah unit hilitas pada masing-masing wilayah tersebut. Nil& yang digunakan dalam analisis kornponen utama dari variakl sumkrdaya buatm ini adalah nilai indeks fasilitas yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Roy dan Patil, 1977):
IF, =
2 i= 1
.*
...... ..,...
*..*.**
.....(3-5)
Keterangan: IFj: Indeks Fasilitas pada wilayah ke j
Fij:Jumlah fasilitas i pada wilayah ke j
bj: Jumlah total fasilitas di wilayah ke j h:Jumlah kecamatan yang memiliki fasilitas
m:Jenis fasilitas yang ada N:Jurnlah k e c m t a n secara keseluruhan Format tabel d a m analisis dengan metode skalogram addah sebagai berikut:
(Tabel 3) Tabel 3. Format Tabel Analisis Skalogram
memiliki fasilitas
3.5.2.
Analisis Aspek Ekologh Parameter kelayakan fisik yang digunakan untuk mengadisis aspek
ekologis mengacu pada Peraturaa Pemerintah Republik Indonesia NOMOR 47
Thuu 1997 tentang Ren-
Tata Ruang Wilayah Nasional. Adapun parameter
kelayakan fisik yang digunakan meliputi kemiringan Lapangan, kepekaan tanah t e r W p erosi, dan internitas hujm.
Tabel 4. Kriteria Peoentuan Kawasan Hutan Lindung dan Penyangga T
Jenis Kawasan
Parameter Kelayaha IMk Kemiringan
Kepekann
Kelingghn dnri
Total
Lereag
Jenh Tanah
Penaukman Laat
Skor
1 45%
Sangat p e h
22000 m
175
IS-45%
Sangatpeka
12000 m
125- 174
Kawasan Lindung Kawasan
Penyangga Sumber PP. RI NOMOR 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Untuk mengetahui skoring dari setiap parameter fisik di atas, digunakan tabel pembantu sebagai berikut :
Takl5.Penentuan Skoring Kemiringan Lmeng Kehs Lereng
% Lemng
Kategori
1
0-8
Datar
2
8 - 15
Landai
3
15 -25
Agak curam
4
25 - 40
Curam
5
2 40
Sangat curam
Sumber: PP. IU NOMOR 47 Tahun 1997 tentang Ren-
Tata Ruang Wilayah Nasional
Tabel 6. Penentuan Skoring Kepekaan Jenis Tanah Terhadap Erosi K e h Tanah
Jenis Taaab
KategoFS
1
Aluvial, tanah glei, planosol, hidmorf
Tidak peka
kelabu, laterite air tanah 2
Latosol
3
Brown fmst soil, non calcic brown,
Agak ~ e b
Kumg peka
Mediteran 4
Andosol, Laterite, Mediterau,
Peka
Grumusol, Pdsol, Podsolik 5
Pegosol, Litosol Organowl, Renzina
Sangat Peka
Sumbet: PP. RI NOMOR 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Tabel 7, Penentuan Skoring Intensitas Hujan KelaP Intdtas Htrjan
btedtas Hujan (mdbadhnjan)
Ketemqpn
1
I13,5
Sangat rendah
4
20,7 - 27,7 27,7 - 34,8
5
> 34,8
Rendah
13,6 20,7
2
3
S a g
Tinggi Sangat Tinggi
Sumber: PP.RI NOMOR 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Witayah Nasional
Untuk Nilai Intensitas Bujan dihitung berdasarh nilai mta-rata hujan dalam mm W u n dibagi dengan jurnlah hari hujan rata-rata dalam setahun seperti dibawah ini: ICHT =
Curah Hutan rata - rata 1 Tahun Hari Hujan rata - rata 1 Tahun
Perhitungan skor lokasi berdasarkan ketiga variabel tersebut dilakukan dengan
prosedur sebagai berikut: Berdasarkan data ketiga v h l tersebut, ditentukan nik kelasnya masingmasing. Setiap nilai kelas dikalikan dengan bobotnya masing-masing, yaitu: untuk kemiringan Iereng 20, jenis tunuh 15, drrn itttensitm hujan 10.
Hasil pembobotan dijurnlahkan untuk mendapatkan skor lokasi seperti contoh yang terdapat pada Tabel 4 diatas.
3.6. Aplikasi Sistem Informasi Geagmfi Penggunaa Sistem Informasi Geografi dimasudkan untuk rnemberikaa
gambaran spasial yang lebih jelas dalam bentuk v i s d Ipeta) mengenai bekrapa hasil analisis potensi surnberdaya wilayah, analisis kinerja pwekonomian wilayah,
analisis aspek ekologis dan penyajian yang informatif dan menarik serta pencarian informasi secara spasial maupun secara tabular secara cepat dan mudah diperoleh.
3.7. Batasan Perencanam. Dari segi wilayah administratif kabupaten Gowa, terdiri dari 12 kecamatan dengan 130 desa atau kelumhan namun di daiarn penelitian Kota Tani dipusatkan pada 3 kecamtan yaitu kecamatan Bontomammu, Pallangga dan Sombaopu
sedangkan kecamatm lainnnya yang k d a diluar kawasan perenCanaan turut diperhitmgkm sebagai kawasm pendukung. Pemilihztn lokasi didasarkan atas
karakteristik dan data-data l a h y a yang
turut
mendukung terhadap pemilihan
kawasan tersebut. Dengan kawasan zonasi yang dibuat serta babagai jenis interaksi yang telah di analisis, diharapkan kawasan ini dapat menjadi representasi
dari
k r a h lain yang
ada di Kawasan Timur Indonesia yang kondisi alamnya
mash asli dengan nilai sosial budaya dan politik yang cukup mendukung. Selanjutnya dijadikan sebagai Man pertimbgan kebijaksanaan n a s i o d dalam
pemtaan ruang yang ekonomis dan ekologis. Analisis ekonomi dibatasi pada analisis potensi sumberdaya wilayah clan
analisis kinerja perekonomian wilayah dengan PDRB sebagai parameter anaiisisnya, d a l m ha1 ini digunakan pditungan PDRB berdasarkan harga
konstan tahun 1993 b g g a tahun 2000 (Tabel 8). Untuk adisis aspek ekologis digunakan parameter kelayakan fisik d i b i pada kermirhgan lereng, kepekaan
jenis tanah dan intensitas hari hujan. Dalarn perencanaan daerah wisata dan beberapa aspek Kota Tani laimya tidak dikaji bebempa aspek, diantaranya aspek vegetasi (eksisting atmpun buatan) dan hilliologi (sirkulasi air). Ssdangkan untuk
hasil akhir dari perencanaan dibatasi hingga sampai block plan (zonasi). Untuk lebih mengetahui lmgkah-langkah yang dilakukan selarna penelitian dapat dilihat pada gambar 10.
Tabel 8. PDRB Kabupaten Gowa Menurut Harga Konstan 1993 bhun 1998-2001