ANALISA KETERKAITAN DESA-KOTA DAN HUBUNGANNY A DENGAN KEGIATAN DESA KASUS: DESA-DESA SEKITAR KOTA KUTOARJO
Tesis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajad Sarjana S-2
Program Studi ~!agister Perencanaan Kota dan Daerah
Diajukan oleh Karsiadi Yulian to 4408/PS/MPK.D/99
Kepada PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA
2001
ANALISA KETERKAITAN DESA-KOTA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEGIATAN DESA KASUS: DESA-DESA SEKITAR KOTA KUTOARJO
Tesis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajad Sarjana S-2
Program Studi Magister Perencanaan Kota dan Daerah
Diajukan oleh
Kepada PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA
2001
Tesis Analisa Keterkaitan Desa Kota dan Hubungannya dengan Kegiatan Desa Kasus: Desa-desa sekitar Kota Kutoarjo dlperslapkan dan disusun oleh
Karsiadi Yulianto 4408/PSflVUP~/99
telah dipertahankan dl depan Dewan Pengujl pad a tang gal
9 April 200 1
Susunan Dewan Pengujl Pembimbing Utama
Anggota Dewan Pengujl Lain
Ir. Nindyo ..... ..... ......, ..Ph.D ..... ...... .... M.Phil. .... ...Soewamo, Pembimbing Pendamping
.. ...........~~·..¥ ·..~~~~.'?~.~~ .M·.~: Pembimbing Pendamping II
Tesis ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister
PERNYATAAN
Oengan ini saya
m~nyatakan
bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 17 April 2001
Dre. Karsiadi Iulianto MT. Tandatangan dan nama terang
8apalclllnv K~ S.Pd.J Bap@ Kar;4 Bapcd/Ihtv KarJido-{A lln-_h Bap@ Kar.J£d4 Yal1£r~~011fr~~mutvtni/. IJtr~R~OewvStnL-141 A~N~cr 1ft/ Ya11frt"~ ht::uy;@ membanavdan- ~ ~hy~dan-kpenat-awcerhapt4f: A~ Tono; Oidt:k Mu{yono; Hert4 Hart-ono; A~ Y~~menhanavl<elancarcuv
~ ~J:elaar~dan-Jtudv. R~rel.:anktvdVA;ral1'ta/liMY dV Ngamptk:uu
:M.otto "c.Berapa/{slli 6anyaR.Jtya E9.Ji!yann 'l(flmi (Jf.llali) tefali mem6iruua/{slnnya, yann perufuaul(.nya d"afam /i..tatfaan zafim, maf&z (tem6of&tem6ol() ~ itu ro6oli menutupi atap-atapnya d"an (6erapa 6anyal(.pufa) sumur yann tefali tfitingoal/{gn d"ari istana yann tin{Jgi, ma/i.sl apa/{slli meref&z titfal(. 6erjafan tfi muf&z 6umi, fa{u merel(p mempunyai fUJti yann tfennan itu merel(p tfapat memafUJmi atau mempunyai tefinoa yann tfenoan itu merel(p d"apat mentfennar ?. 'l(flrena sesu1tfJ9Uiinya 6ul(pnfali mata itu yann 6uta, tetapi yann 6uta iafafi liati yann di d"afam d"ad"a"
(QJ. .Ytf-Jfajj: 45-46) "SeR,iranya f&zmu 6ersiRgp R.fras fagi 6erfUJti /{slsar, tentufafi meref&z menjaulif&zn tfiri d"ari sek.f!Umgmu
(QJ. ;4/i 'Imran: 159) "qem6iral(pnfafi orann yann l(pmu aja~ d"an }annan menggusar/{sln, tfan ftentfa/ifafi l(plian safino mennafali d"an }annan 6erselisili" (~ (}3u~UJri,
?dusfim)
CJ>esan 6uat anaR._~u : "WafUJi analih, ~ enn/(pu in{jin pantfai, Jannanfali ennf&zu sufi.sz mennfUJjal/{gn pefajaran sentf'trian. ftjalifali teman-temamu yano /(pu anooap tfapat menofono d"afam pemafUJman. Jili.Jz ennf&zu temul(pn suatu pennasafafUJn yann sud"ali f&zu fi.Juzsai, Janoanfafi enn/(pu mem6eranili.Jzn tf'tri menerano/i.slnnya tanpa menoouna/(pn peeanoan 6u~ seofali-ofali seperti pennaJar. ~jin-rajinfali d"afam
mennliafal/{gn pefajaran, se6a6 penyalijt ifmu ad"afali {upa.
(}3arano siapa yann d"apat menjawa6 semua pertanyaan a/(pn 6eruntunn d"an gem6ira, se6a~ya menyesafali orano yano
tUfal(.6isa menjawa6nya"
(Jf.sy Syeii_.fi ?dufiammatfSya/ijr)
Intisari Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keterkaitan desa-kota, karakteristik kegiatan ekonomi desa dan menganalisa hubungan antara keterkaitan desa-kota dengan kegiatan ekonomi desa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksploratori dengan metode analisa secara kualitatif dan kuantitatif Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada desa dengan keterkaitan desa-kota yang kuat, kegiatan ekonomi desa lebih berkembang yang dicerminkan oleh kegiatan on farm dan off farm, pendapatan desa, income per kapita yang tinggi baik keseluruhan maupun sektoral. Pada desa dengan keterkaitan desa-kota yang kuat, tetapi tidak menunjukkan kegiatan ekonomi desa yang berkembang disebabkan rendahnya kualitas sumberdaya manusia, sehingga kemampuan penguasaan teknologi dan manajerial (usaha tani) terutama dalam pemasaran hasil pertanian rendah. Rendahnya income per kapita sektor pertanian karena komposisi buruh tani dan petani gurem dengan pemilikan lahan sempit cukup banyak. Rendahnya income per kapita sektor jasa karena sebagian besar sebagai buruh bangunan dan angkutan. Pada desa dengan keterkaitan desa-kota lemah, kegiatan ekonomi desa kurang berkembang. Desa dengan keterkaitan desa-kota agak lemah, dengan potensi sumberdaya alam/ lahan agak rendah (topografi pegunungan), mengalami perkembangan di sektor perdagangan dan jasa angkutan dan bangunan dengan menjadi penglaju (Commuters) di Kota Kutoarjo dan kota besar lainnya. Keterkaitan desa-kota dapat dikembangkan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi desa agar terjadi dampak pengganda (multiplier effect) sektor pertanian terhadap sektor lain yang terkait. Hubungan yang bersifat sating menguntungkan (simbiotic mutualism) antara desa dan kota perlu terus dikembangkan dengan cara meningkatkan pelayanan transportasi dari desa ke kota dan pengembangan sumberdaya manusia dalam pengusaan teknologi pertanian (panen dan pasca panen), manajerial usaha tani agar bargaining position petani dalam penentuan harga dan pengambilan keputusan serta penguatan kelembagaan (pemberdayaan masyarakat dan desa). Prasyarat lain untuk meningkatkan kegiatan ekonomi desa, antara lain : kualitas sumberdaya manusia, adat-istiasat/ budaya yang kUat, potensi sumberdaya alam dan fungsi kelembagaan (lembaga keuanga~ perdagangan, pendidikan dan kesehatan). Untuk menghidupkan Kota Kutoarjo diperlukan peningkatan keterkaitan Kota Kutoarjo dengan desa-desa di sekitamya dan dengan kota-kota lainnya, sehingga peranannya menjadi lebih besar.
Abstract The purpose of this thesis is to identify the aspects of rural urban linkages, characteristics of rural economic activities and to analysze the relation between rural urb?n linkages with rural economic activities. The Research method which is used, eksploratory with qualitative and quantitative analysis methods. This result of this thesis is showing that an the rural with strong rural urban linkages, the rural economic activities is more developing which is reflected by onfarm and off farm activities, the t:1tal rural and sectoral income and income by capita. Rural with strong rural-urban linkages, but with out showing a developing rural economic activities, which is caused by the low of human resources quality, so that the ability of technology mastering and the management of agricultural activity, especially in products marketing are low. The lo·.v of the agricultural income by capita is caused by great composition of agricultural laborer and peasants. The low of the service sector in income by capita is becouse most of the inhibitants are working as transport and bulding laborer. On the rural with weak rural urban linkages, the rural economic activities are less developing. Rural with rather weakl rural urban, with rather low natural resources potential, is experiencing development on the trade, transport service and· building sectors as commuters at Kutoarjo and other big cities. The rural-urban linkages can be developed to increase rural economic activities so that the multiplier effect in agricultural sector affecting other related sector (manufacturing, trading and service). The symbiotic mutualism relation between rural and urban is necessary to be developed by increasinmg transportation services from rural to urban and human resources in agricultural technology mastering and agricultural managing in order to strengthen the peasant bargaining position in price decisioning, decission making and institution strengthening (people and rural empowerment). Other prerequisites which needed to increase rural economic activities are : human resources quality, strong custom and culture, natural resources potential and institution functions (fmance, trade, education and health). In order to call Kutoarjo into existence is requiring linkages improvement between Kutoarjo and rural surround it and also other cities, so that its role become bigger.
KATAPENGANTAR Tiada kata yang dapat terucap selain ucapan syukur ke hadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas rahmat, hidayah, dan inayah-Nya penulis mendapat anugerah kesehatan, ilmu yang bermanfaat, rizki yang luas dan daya pikir, sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Tesis yang berisi analisa keterkaitan desa-kota dan hubungannya dengan kegiatan desa, yang disusun sebagai persyaratan untuk mencapai derajat S-2 ini, tidak lepas dari berbagai kekurangan dan keterbatasan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang kreatif demi kesempurnaan tesis ini. Penulis menyadari tanpa bimbingan, petunjuk, kritik dan saran serta dorongan motivasi yang bermanfaat dari berbagai pihak terutama dosen pembimbing dan penguji, tesis ini sulit terwujud. Untuk itu, pada kesempatan yang berbahagia ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Ir. Kawik Sugiana, M.Eng., Ph.D, selaku pembimbing utama yang
dengan penuh kejelian dan kesabaran telah menuntun penulis dalam mewujudkan tesis ini. 2. Bapak Ir. Imam Djokomono, M.Arch., selaku pembimbing pendamping I yang
telah meluangkan waktunya untuk terns menerus mengoreksi berbagai hal yang ada dalam tesis ini. 3. Bapak Ir. Nindyo Soewamo, M.Phil., Ph.D., dan Bapak Ir. M. Santosa, M.S., selaku dosen penguji atas berbagai pertanyaan, sanggahan, saran dan masukan demi penyempurnaan tesis ini. 4. Bapak Rektor UGM, Direktur Pasca Sarjana dan Dekan Fakultas Teknik yang
telah memberikan fasilitas demi kelancaran studi ini. 5. Bapak Ir. Leksono P. Subanu, MURP., Ph.D. dan Bapak Ir. Suryanto, MSP.,
selaku pengelola Program MPKD yang telah memberi fasilitas, kesempatan mengikuti dan menyelesaikan studi ini. 6. Bapak Bupati dan Wakil Bupati Kepala Daerah Kabupaten Purworejo, Bapak
Sekwilda, Bapak Asisten Sekwilda, Bapak Ketua Bappeda, dan Bapak Kabag
Kepegawaian Kabupaten Purworejo yang telah memberi lJm dan bantuan dalam studi ini. 7. Bapak Kepala Diklat OTO-Bappenas beserta staf yang telah memberikan
kesempatan dan finansial hingga terselesaikan tesis ini. 8. Bapak Dosen Pengajar di :MPKD dan Fakultas Geografi UGM yang telah
memberikan bekal ilmu sehingga menambah wawasan penulis. 9.
Bapak Hendro, Pak Alex, Mbak Rini, Mbak Putri, Mbak Janti, Mbak Wati, Mas Pur dan seluruh Staf pengelola :MPKD, yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu kelancaran dari awal hingga akhir studi ini.
10. Bapak Kepala Statistik, Bapak Camat, dan Kepala Desa di Wilayah Studi, atas
bantuannya dalam survai dan kebutuhan data yang sangat berguna. 11. Teman-temanku seperjuangan, antara lain Mas Drs. Fatkhurrohman, Pak Jr.
Mandoyo, MT., Mas Drs. Yuthan., MT., Mas Sony, Pak Drs. Mirza, Pak Jr. Afif, Pak Jr. Pramusigit, MT., Mbak Vivi, Pak Drs. Kendi, MT., Pak Jr. Markomi, MT., Pak Drs. Hasbi, MT., Pak Jr. Refualdi, MT., Pak Jr. Syuhada, MT., Pak Drs. Naharuddin, beserta seluruh kerabat angkatan x yang telah memberi semangat belajar dalam menyelesaikan studi ini. 12. Saudara dan teman-temanku di Purworejo, antara lain Pak Jr. Fatori, Pak Drs.
Heri, Pak Jman Prakosa, Pak Jr. Bambang dan lain-lain yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu, atas bantuan data-data untuk melengkapi tesis ini. 13. Semua pihak yang terkait yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan baik berupa software dan hardware. Penulis menyadari b8hwa kebenaran hanya disisi Allah semata, sedangkan kesalahan dan kekhilafan menjadi tanggung jawab penulis. Oleh karena itu, penulis berharap masih ada penelitj lain yang berminat untuk melanjutkan studi yang belum tuntas ini. Amiin. Yogyakarta, April 200 1
Penulis
DAFTARISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN
I 11
HALAMAN MOTIO
111
HALAMAN PERSEMBAHAN
IV
ABTRAKSI
v
INTI SARI
VI
KATA PENGANTAR DAFTARISI
Vll 1X
DAFTAR TABEL
Xlll
DAFTARPETA
XIV
DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
XVI
PENDAHULUAN A
Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .......... .
B.
Permasalahan ...................................... .
C.
Maksud dan Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . ........... .
D. Manfaat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...... . E.
BABII
XV
Keaslian Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ........ .
I 4 6
7 7
TINJAUAN PUSTAKA A Pengertian Des a . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .
9
B. Pengertian Kota . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
10
C. Pengertian Interaksi dan Keterkaitan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
12
D. Beberapa Kritik Terhadap Teori Pengembangan Wilayah. . . .
16
E. Pengertian Hubungan Yang Komplementer ( Complementerity)
19
F. Perkembangan Kegiatan Ekonomi Desa . . . . . . . . . . . . . . . . .
19
G. Landasan Teori..... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
26
1X
BAB III
METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian.......... .............. . . . . . . . .
32
B. Tahap Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
32
C. Pengumpulan Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
32
D. Analisa Data .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .
34
E.
BAB IV
Tahap Sintesa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
35
DISKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Diskripsi Wilayah Kabupaten Purworejo. . . . . . . . . . . . . . . ..
37
1. Letak, Luas dan Batas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
37
2. Struktur Perwilayahan Pembangunan... . . . . . . . . . . . . ..
38
3. Karakteristik Sosial Kependudukan. . . . . . . . . . . . . . . . . .
38
4. Karakteristik Ekonomi............ . . . . . . . . . . . . . . . .
39
B. Diskripsi Wilayah Kota Kutoatjo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
40
1. Letak, Luas dan Batas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
40
2. Penggunaan Lahan Kota Kutoatjo . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
40
3. Karakteristik Sosial Kependudukan . . . . . .. . . . . . . . . . . .
41
4. Karakteristik Ekonomi............. .. . . . . . . . . . . . . .
41
5. Kondisi Sarana dan Prasarana . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
41
Karakteristik Desa-desa Sampel. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
42
1. Jarak Desa -Kota dan Kondisi Jalan . . . . . . .. . . . . . . . . . .
42
2. Sistem Transportasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
42
3. Fungsi dan Kelembagaan Desa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
43
4. Karakteristik Sosial Kependudukan dan budaya........ .
43
5. Karakteristik Ekonomi............. .. . . . . . . . . . . . . .
45
A.
C.
6. Luas Penggunaan Lahan dan Luas Wilayah Desa-desa
BABV
Sampel.............. ....... . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
46
7. Karakteristik Sumberdaya Alam . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
46
PROFIL RESPOND EN A.
Usia Kepala Keluarga dan Jenis Kelamin. . . . . . . . . .. . . . . . .
47
X
B. Pendidikan Kepala Keluarga dan Anak . . . . . . . . . . .. . . . . . . .
48
C. Pekerjaan Utama dan Sampingan serta Alas an Memilih J enis
BABV
Pekerjaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
48
D. Pendapatan Keluarga Responden dan Kepemilikan Laban . . .
49
ANALISA DAN PEMBAHASAN A.
B.
Keterkaitan Fisik. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
50
1. Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) . . . . . . . . . . . . . . . . . .
50
2. Analisa Gravitasi dan Keterkaitan dalam Ruang . . . . . . .
51
3. Analisa Konektivitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
51
4. Frekuensi Pelayanan Transportasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
51
Keterkaitan Sosial. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .
53
1. lkatan Sosial dan Pola Kunjungan . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
54
2. Keterkaitan dengan Fasilitas Kesehatan, Pendidikan dan
C.
Hiburan (Rekreasi) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . .
55
Keterkaitan Ekonomi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
57
1. Ali ran Input Pertanian dari Kota ke Des a . . . . . . . . .. . . . .
57
2. Aliran Produksi Pertanian dari Desa ke Kota. . . . . .. . . . .
60
3. Pola aliran barang-barang dari Desa ke Kota dan Dari Kota ke Desa-desa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
63
4. Analisa Usaha Tani (sampel) . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .
67
5. Aliran Permodalan dan Tabungan..... .. . . . . . . . .. . . . .
71
6. Aliran Tenaga Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
71
7. Analisa Fungsi dan Kelembagaan Desa....... . . . . . . . .
73
D. Peranan Kota Kutoarjo Terhadap Desa-desa Hinterland . . . . .
75
1. Sebagai Pusat Pemasaran Produksi Desa-desa . . . . . . . .. ..
75
2. Sebagai Pusat Penyedia Sarana Produksi Pertanian. . . . . ..
78
3. Sebagai Pusat Pengolahan Produksi Pertanian. . . . . . . . ..
78
4. Sebagai
Pusat
Informasi
dan
Penyebaran
Inovasi
Teknologi Pertanian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
79
5. Sebagai Pusat Transportasi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
79
XI
6. Sebagai Pusat Perbelanjaan (Grosir). . . . . . . . . . . . .. . . . .
79
7. Sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan, Pendidikan dan Hiburan........... ....................... ......
80
8. Sebagai Penyerap Tenaga Kerja Pedesaan di Bidang Non
BAB VI
Pertanian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
81
E.
Karakteristik Kegiatan Ekonomi Desa Desa-desa Sampel . . . .
82
F.
Hubungan Keterkaitan Desa-Kota dengan Kegiatan Ekonomi
86
Desa............... ...................... .........
86
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
106
B. Saran............... ....... . . .
106
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
109 L-1 s/d L-60
A. Lampiran Tabel & Analisa
L-1 s/d L-57
B. Lampiran Gambar
L-58 s/d L-60
xu
DAFTAR TABEL Halaman
Judul Tabel
No. Tabel Tabel1 1.
Perbandingan Penelitian Tesis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
8
Tabel2.2.
Karakteristik Tingkat Ekonomi Pertanian . . .. . . . . . . . . . . . . . .
21
Tabel2.3.
Variabel, Parameter, Unsur dan lndikator Penelitian. . . . . . . . .
30
Tabel4.1.1.
Jarak dan Fasilitas Kota _di Kota Purworejo, Kota Kutoarjo dan Kota Pusat Pertumbuhan di Jawa Tengah dan DIY . . . . . . . . . .
Tabel4.3.1.
Laju
Pertumbuhan
Penduduk
di
Kabupaten
37
Purworejo
Menurut Jenis Kelamin Tahun 1995- 1998. . . . . . . . . . . . . . . .
38
Tabel4.4.1.
LQ Sektoral di Kab. Purworejo Th. 1993-1998..... . . . . . . . .
39
Tabel4. 7.1.
Jarak dan Panjang Jalan Dari Desa Ke Kota Terdekat Thn. 2000 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
42
Tabel6.4.1.
Keterkaitan Fisik Desa-Kota Desa-desa Sekitar Kota Kutoarjo.
53
Tabel6.1.3.
Matriks Indikator Keterkaitan Desa-Kota, Kelembagaan, Tk.
Tabel6.1.4.
Pendidikan Penduduk dan Kegiatan Ekonomi Des a . . . . . . . . ..
97
Matriks Issu Penting dan Pustaka Pendukung Tesis... . . . . . .
104
Xlll
DAFTARPETA Halaman
No. Peta
Judul Peta
Peta 1
. . . Ad mtrustrast ......................................... . .
Peta2
Tingkat kelembagaan ................................... .
47 76
Peta3
Tingkat Keterkaitan Desa-Kota ........................... .
98
Peta4
Kegiatan Desa (Naker) .................................. .
99
Peta 5
Pendapatan Desa Per Sektor.............................. .
100
Peta6
Pendapatan Per Desa Total............................... .
101
Peta 7
Pendapatan Per Kapita Sektor ............................ .
102
Peta 8
Pendapatan Per Kapita Total ............................. .
103
XIV
DAFTARGAMBAR No.
J udul Skema!Bagan/Gambar
Halaman
Skema 2.4.
Keterkaitan kota-desa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Bagan 2.4.
Analisa keterkaitan desa kota dan hubungannya dengan
14
kegiatan desa (Kasus: Desa-desa sekitar Kota Kutoarjo) .... .
31
Bagan 3.1.
Diagram Alir Penelitian............................. .
36
Gambar 6.1.
Pola Aliran Benih Pertanian.......................... .
57
Gambar 6.2.
Pola Aliran Pupuk dan Obat-obat pertanian............. .
58
Gambar6.3.
Pola Aliran Alat Pertanian Sederhana.................. .
59
Gambar 6.4.
Pola Aliran Sewa Traktor............................ .
59
Gambar 6.5.
Pola aliran alat penyemprot pertanian .................. .
60
Gambar6.6
Pola Aliran Beras .................................. .
61
Gambar6.7.
Pola Aliran Produksi Holtikultura .................... ..
62
Gambar 6.8.
Pola Aliran Produksi Kelapa dan Gula Kelapa ........... .
63
Gambar 6.9.
Pola Aliran Bahan Baku, barang Jadi dan Jasa Menurut Hubungan Interregional . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
64
Gambar 6.10.
Hubungan Intersektoral Menurut Jenis Aliran.. . . . . . . . . . . .
67
Gambar 6.11.
Hirarki Aliran Barang Melalui Pasar . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
67
Gambar 6.12.
Aliran Permodalan dan Tabungan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
71
Gambar 6.13.
Aliran Tenaga Kerja Pedesaan.........................
73
Skema 6.9.1.
Hubungan Keterkaitan Desa-Kota Dengan Pendapatan Desa
88
Skema 6.9.2.
Hubungan Keterkaitan Desa-Kota dengan Pendapatan Menurut Sektor................................... ..........
Skema 6.9.3.
Hubungan Keterkaitan Cesa-Kota dengan Jumlah Tenaga Kerja.................................... ...... .. . .
Skema 6.9.4.
H11bungan
Keterkaitan
Desa-Kota
dengan
91
Rata-rata
Pendapatan Per Kapita .............. . Skema 6.9.6.
90
Hubungan Keterkaitan Desa-Kota dengan Kegiatan On Farm dan Of!Farm/Non Farm_...............................
Skema 6.9.5.
89
92
Hubungan Keterkaitan Desa-Kota dengan Pendapatan/ Kapita Menurut Sektor . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
93
XV
DAFTAR LAMPIRAN Judul Tabel
Hal aman
Data Kabupaten Purworejo
1.
4.3.2.
Tenaga Kerja Menurut Jenis Kelamin dan Lapangan
L-1
Usaha di Kabupaten Purworejo Tahun 1998 ............... .
2.
4.3.3.
Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan
L-1
Lapangan Usaha di Kab. Purworejo Tahun 1993-1998 ...
3
4.3.4.
Jumlah Penduduk, Luas dan Kepadatan Desa-Kota di
L-2
Kabupaten Purworejo Tahun 1998 .......................... .
4.
4.4.2.
PDRB Propinsi Jawa Tengah Tahun 1993-1998 (Atas
L-2
Dasar Harga Konstan) ......................................... .
5.
4.4.3.
PDRB Kabupaten Purworejo Tahun 1993-1998 (Atas
L-3
Dasar Harga Konstan) ......................................... .
6.
4.4.4.
PDRB Kabupaten Purworejo Tahun 1997-1998 (Atas
L-4
Dasar Harga Berlaku) .......................................... .
7.
4.4.5.
Sumbangan PDRB Kab. Purworejo Tahun 1997-1998
L-4
(Atas Dasar Harga Berlaku Dan Harga Konstan) ......... .
8.
4.4.6.
Pendapatan (Income) Perkapita Kabupaten Purworejo
L-5
Tahun 1997-1998 .............................................. . 9.
4.4.7.
Pendapatan (Income) Perkapita Kabupaten Purworejo
L-5
Tahun 1997-1998 .............................................. . Data Kota Kutoarjo
10.
4.6.2.1.
Luas Penggunaan Laban di Kota Kutoarjo Tahun 1998
11.
4.6.2.2.
Luas Penggunaan Laban Bangunan di Kota Kutoarjo
L-6
Tahun 1998... ... ... .. . . . . ... . .. .. . ... . .. ... . .. . .. . .. . .. . . . ... . .. .
12.
4.6.4.1.
L-7
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Kutoarjo Tahun 1998 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
L-7 L-8
13.
4.6.4.2.
Perubahan Penduduk Kota Kutoarjo Tahun 1998 . . . . . . . . .
14.
4.6.3.
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota
XVI
Kutoatjo Tahun 1998 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
15.
L-8
4.6.4.1.a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kelurahan di Kota Kutoatjo Tahun 1998 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .
16.
4.6.5.1.
L-9
Jumlah Usaha dan Industri Rumah Tangga di Kota Kutoarjo Tahun 1998 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .
17.
4.6.5.2.
L-9
Jumlah Rumah Tangga Pemakai Bahan Bakar di Kota Kutoatjo Tahun 1998 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
18.
4.6.5.3.
L-9
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Kutoatjo Tahun 1997-1998 (AD H K) ...... .. . ...... .... . ..
19.
4.6.5.4.
L-10
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (Atas Dasar Harga Berlaku) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...
20.
4.6.6.1.
L-1 0
Jumlah Sarana Perekonomian di Kota Kutoatjo Tahun 1998 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
21.
4.6.6.2.
L-11
Jumlah Kendaraan Bermotor dan Tak Bermotor Di Kota Kutoatjo Tahun 1998 ......................................... ..
L-11
22.
4.6.6.3.
Jumlah Sarana Pendidikan di Kota Kutoatjo Tahun 1998 .
L-11
23.
4.6.6.4.
Jumlah Sarana Kesehatan di Kota Kutoarjo Tahun 1998 ..
L-12
24.
4.6.6.5.
Jumlah Lapangan Olah Raga dan Hiburan di Kota
L-12
Kutoatjo Tahun 1998 .......................................... .
25.
4.6.6.6.
Jumlah Bangunan Tempat Tinggal di Kota Kutoarjo Tahun 1998 ..................................................... .
L-12
26.
4.6.6. 7.
Jumlah Sarana Komunikasi di Kota Kutoatjo Thn 1998 ..
L-13
27
4.6.6.8.
Ada!Tidaknya Lembaga Keuangan ......................... ..
L-13
28
4.7.5.1.
Banyak Koperasi KUD, Naker, Pengurus dan Anggota di L-14
Kec. (Desa Sampel), Tahun 1993 dan 1998 ................ .
29
4.7.5.2.
Banyak Koperasi Non-KUD, Naker Pengurus dan L-14
Anggota di Kec. (Desa Sampel), Tahun 1993 dan 1998 ... Data Desa Sampel
30
4.7.2.
Jumlah Lembaga Perdagangan, Jasa Keuangan dan Kesehatan serta Tenaga Medis Tahun 1998 ... ... ... ... ... ..
31
4.8.1.
Luas
Wilayah,
Jumlah Penduduk
dan
L-15
Kepadatan
xvn
Penduduk Desa-desa Sekitar Kota Kutoarjo Tahun 1998.
32
4.8.2.
L-16
Perubahan Penduduk Desa-desa di Sekitar Kota Kutoarjo Tahun 1998 ............................... ...................... .
L-17 L-17
33
4.8.3.
Penduduk Desa Menurut Jenis Kelamin .................... .
34
4.9.1.
Jumlah Produksi Pertanian Desa-desa di Sekitar Kota Kutoarjo Tahun 1998-2000 ............................... .... .
35 36
4.9.2. 4.6.3.
Jumlah Produksi Petemakan Desa-desa di Sekitar Kota
L-18
Kutoarjo Tahun 1998-2000 ..................... .. .
L-18
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa-desa Tahun 1998. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
37
4.9.3.a.
L-19
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian desa-desa Tahun 1998 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
38
4.9.3.b.
L-19
Jumlah Penduduk Menurut Sektor Kegiatan Ekonomi Desa-desa Tahun 1998 . .. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. . ..
39
4.9.4.
L-20
J umlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Per Sektor Desa-desa Sekitar Kota Kutoarjo Tahun 1998 ... ... ... ... ..
40
4.9.5.
L-21
Penduduk Desa Sampel Menurut Tingkat Pendidikan Akhir ............................... .............................. .
41
4.9.6.
L-21
Jumlah Kendaraan di Desa-desa sekitar Kota Kutoarjo tahun 1998 ............................... ....................... .
42
4.9.7.
L-22
Jumlah Rumah Permanen, Semi Permanen dan Non permanen Desa-desa Sekitar Kota Kutoarjo Tahun 1998 .
43
4.9.8.
L-22
Jumlah Industri Kecil di Desa-desa Sekitar Kota Kutoarjo Tahun 1998 ............................... ...................... .
44 45
4.10. 4.11.
L-22
Jumlah Dusun, RW dan RT per Desa di Sekitar Kota Kutoarjo Thn. 1998 ............................... ............. .
L-23
Luas Penggunaan Lahan dan Luas Desa Sampel Tahun
L-6
1998 ............................... .............................. .. Data Profil Responden
46
5.1.
Umur Responden Di Desa-desa Sekitar Kota Kutoarjo .. .
L-23
47
5.2.
Tingkat Pendidikan Responden .............................. .
L-24
XVlll
48
5.3.
Pendapatan Responden ............................... ......... .
L-24
49
5.4.
Pekerjaan Utama, Sampingan Responden .................. .
L-25
50
5.5.
Luas Kepemilikan Lahan Responden ....................... .
L-26
Analisa Keterkaitan Desa-Kota A. Keterkaitan Fisik.
51
6.1.4.
Lalu Lintas Harlan Rata-rata (LHR) Jalan Negara, Propinsi, Kabupaten dan Antar Desa Tahun 1991 dan L-27
2000 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ......
52
6.1.5.
Pertumbuhan Kendaraan
Tidak Bermotor Menurut
Kecamatan di Kabupaten Purworejo Tahun 1990-1998 ...
53 54
6.1.6.
L-28
Pertumbuhan Kendaraan Bermotor Menurut Kecamatan di Kabupaten Purworejo Tahun 1990-1998 ............... ..
L-28
6.2.
Analisis Gravitasi'................................ ............... .
L-29
6.3.
Analisa Konektivitas
Wilayah Desa dengan Kota
Kutoarjo ............................... ......................... .
L-29
55
6.4.1.
Karakteristik Jarak ............................... .............. .
L-30
56
6.4.2.
Karakteristik Keterkaitan Berdasarkan Nilai LHR ........ .
L-30
57
6.4.3.
Karakteristik Keterkaitan Berdasarkan Model Gravitasi ..
L-31
58
6.4.4.
Karakteristik
Keterkaitan
Berdasarkan
Frekwensi
Pelayanan Transport Dengan Kendaraan Umum .......... .
59
6.4.5.
L-31
Karakteristik Keterkaitan Berdasar Waktu Tempuh (Dengan Analisa Konektivitas) .............................. ..
60
6.4.6.
Keterkaitait
Desa-Kota
Berdasarkan
Total
L-31
Nilai
Aksessibilitas ............................... .................... .
L-32
B. Keterkaitan Sosial.
61
6.5.1.
Jumlah Responden yang Mempunyai Keluargaffeman ..
L-33
C. Keterkaitan Ekonomi.
62
6.6.1.
Aliran Benih Desa-desa Responden ........................ ..
L-34
63
6.6.2.
Aliran Pupuk dan Obat Pertanian Desa-desa Responden .
L-34
64
6.6.3.
AI iran Alat-alat Pertanian Desa-desa Responden .......... .
L-35
65
6.6.4.
Tempat dan Cara Mendapatkan Traktor Desa-desa
XIX
Responden . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
L-35 L-36
66
6.6.5.
Aliran Alat Penyemprot Tanaman Desa-desa Responden .
67
6.6.6.
Aliran Penjualan Hasil Produksi Industri Kecil Desa-desa Responden ...... .... .. ..................... ... ..... . ....... .. ... .
68
6.6.7.
L-36
AI iran Penjualan Hasil Pertanian (Komoditas Beras) Desa-desa Responden ................ .... . .... .. .... ... .. .... . .
L-37 L-37
69
6.6.8.
Aliran Penjualan Holtikultura Desa-desa Responden ... .. .
70
6.7.1.
Analisa Usaha tani Petani di Desa-desa Sekitar Kota Kutoarjo Tahun 2000 .. .. .. ...... .... .... . ..... .. ... .. ... .... .. .
L-38 L-39
71
6.8.1.
Aliran Permodalan dan Tabungan .. . ... ... .. .. .. .. .. ..... ... .
72
6.9.1.
Skoring Fungsi dan Lembaga Keuangan dan J asa 11 Desa di Sekitar Kota Kutoarjo Tahun 1998 ... ... ... ..... . ..
73
6.9.2.
L-40
Skoring Fungsi Lembaga Perdagangan 11 Desa di Sekitar Kota Kutoarjo, Tahun 1998 ....... ............. . .. .. ... .... . .. .
L-40
74
6.9.3.
Skoring Fungsi Lembaga Kesehatan ............. ... ... ..... .
L-41
75
6.9.4.
Skoring Tenaga Kesehatan .... .. ... ... ... .. . ......... ... ..... .
L-41
76
6.9.5.
Skoring Fungsi Pendidikan ... .... ... .. ..... . ... ............. . .
L-42
77
6.9.6.
Skoring Fungsi Lembaga Desa ... ........ . ...... .......... ... .
L-42
78
6.10.1.
Skor Tingkat Pendidikan Akhir Penduduk Desa
L-43
Analisa Kegiatan Ekonomi Desa
79
6.10.2.
Jumlah Tenaga kerja Kegiatan Ekonomi On Farm dan
OffFarm Desa-desa Tahun 1998 .. . ..... .... ..... ..... ... .... .
80
6.10.3.
L-44
Pendapatan Desa-desa Sekitar Kota Kutoarjo Tahun 1998 -2000 ... ..... . .... ... ..... ......... ........ . .... ................ .
81
6.11.1.
L-45
Klasifikasi dan Indeks Pendapatan Desa Per Tahun Menurut Sektor Pertanian Tahun 2000 . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...
82
6.11.2.
L-46
Klasifikasi dan Indeks Pendapatan Per Kapita Per Tahun Tahun2000 ...... ..... . ......... .... .... .. ... .. ... ......... ..... .
83
6.11.3.
L-46
Klasifikasi dan Indeks Pendapatan Desa Per Tahun Menurut Sektor Pertanian Tahun 2000 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
L-47
XX
Analisa Hubungan Keterkaitan Desa-Kota dengan Kegiatan Ekonomi Desa
84
6.12.
Hubungan Keterkaitan Desa Kota dengan Perkembangan L-48
Kegiatan Desa dan Variabel Lain.............................
Analisa Regresi dan Korelasi
85
86
6.13.
Hasil Analisa Regresi dan Korelasi Variabel Dependent
dan Independent ................................................ .
L-51
Foto-foto situasi wilayah studi .............................. ..
L-58
XXl
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. 1. Dualisme Struktur Sosial Ekonomi. Ketimpangan perkembangan desa dan kota dapat direduksi melalui industrialisasi, desentralisasi maupun pembangunan ekonomi (Supriatna, 2000). Kota yang didominasi sektor sekunder dan tersier membutuhkan dukungan sektor primer dari desa di sekitarnya yang membutuhkan masukan dari kota berupa teknologi dan inovasi baru, sarana dan prasarana produksi, pemasaran yang dibutuhkan desa (Rondinelli, 1999). Struktur sosial ekonomi di negara berkembang masih bersifat dualisme yang terpisah dan saling berbeda, yaitu sektor modem dan struktur kapitalistik berdasarkan kebutuhan ekonomi di kota serta sektor tradisional dan struktur berdasarkan kebutuhan sosial yang ada di desa (Boeke, 1961 dalam Effendi, 1991). Menurut Lo dan Salih (1981) dalam model makro spasial, terdapat 3 unsur dualisme, yaitu dualisme utara-selatan, dualisme kegiatan formal dan informal serta dualisme desa dan kota. 2. Pentingnya Keterkaitan Desa-Kota Bagi Kegiatan Ekonomi Desa. Kerterkaitan desa-kota dapat berupa interelasi maupun integrasi yang ditunjukkan oleh hubungan secara timbal balik antara desa-kota (Bintarto, 1989).
Hubungan
desa-kota
dapat
saling menguntungkan
(simbiosis
mutualisme) atau parasitik/eksploitatif (keuntungan hanya pada kota saja) yang
menciptakan
hubungan
yang
asimetris
(Kammeier,
1984).
Kecenderungan meningkatnya harga input pertanian (pupuk, bibit unggul dan
2
obat pertanian) serta kebutuhan sehari-hari (produksi industri dari kota besar) yang tidak sepadan dengan kenaikan harga produksi pertanian mendorong hubungan yang parasitik dan eksploitatif Petani harus menjual produksinya dengan harga murah, tetapi terpaksa membeli produksi kota dengan harga intemasional (Marbun, 1989). Menurut Taylor (1979) dalam Lo dan Salih ( 1981 ), untuk mengejar perkembangan desa perlu pengurangan distorsi desakcta melalui penciptaan keterkaitan desa-kota secara basis interaksi pada skala wilayah yang lebih
simbiotik~
rendah~
kesamaan
dan pengurangan
kebocoran dari desa yang diakibatkan oleh keterkaitan interregional. Ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi desa-kota disebabkan oleh perbedaan struktur ekonomi, dimana perekonomian desa didominasi oleh sektor pertanian, sedangkan kota bersumber dari banyak sektor (industri, perdagangan dan jasa). Akibatnya penyerapan tenaga kerja di desa sangat terbatas dibanding di kota. Menurut Saragih (1999), pada saat krisis sektor pnmer
(agribisnis dan agriindustri) merupakan sektor yang mampu
menggerakkan perekonomian melalui dampak pengganda (multiplier effects) yang cukup tinggi.
Dengan
penguatan keterkaitan desa-kota dan
pengembangan agroindustri, desa dapat mendukung sektor industri di kota dan kota dapat meningkatkan pemasaran basil pertanian di desa (Rondinelli,1983). Secara internal (desa), terdapat keterkaitan antara sektor pertanian dengan non pertanian (industri, perdagangan dan jasa), dimana kegiatan sektor pertanian akan merangsang tumbuhnya kegiatan non pertanian (Effendi, 1991 ). Menurut Saragih (1993), agroindustri merupakan leading sector karena terkait erat
3
dengan pertanian, memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan yang tinggi akibat pangsa pasar dan nilai tambah yang besar, mempercepat transformasi struktur perekonomian dari pertanian ke industri dan dapat mengatasi kemiskinan. Strategi Friedmann dan Douglass (1975) dengan konsep agropolitan dirasa tepat karena terdapat stabilisasi pendapatan desa dan kota serta pengikisan perbedaan antara desa dan kota melalui diversifikasi kesempatan kerja dan kerjasama antara kegiatan pertanian dengan non pertanian. Pentingnya penelitian keterkaitan desa-kota, antara lain : a. Antara jarak dengan efek tetesan kebawah terdapat hubungan yang positif, sehingga kutub pertumbuhan perlu didekatkan ke daerah hinterland. b. Efek penyebaran akan lebih efektif, jika terjadi keterkaitan fungsional antara pusat pertumbuhan dengan hinterland (murah dan waktu efisien). c. Perputaran kegiatan ekonomi desa dan nilai tambah dapat dinikmati penduduk desa, sehingga terjadi peningkatan tabungan, investasi,
multiplier effect, diversifikasi kegiatan ekonomi (usaha), perluasan kesempatan kerja di desa dan di kota (tenaga kerja desa terserap di kota). 3. Alasan Pemilihan Wilayah Penelitian. Kota Kutoarjo terletak 12 Km dari ibukota Kabupaten, dimana dengan perkembangan kegiatan usaha di sepanjang jalan yang menghubungkan dengan Kota Purworejo (terutama dengan pembangunan terminal baru) telah menyatukan (aglomerasi) dengan Kota Purworejo. Perbedaan kedua kota disebabkan perbedaan peranan kota dan desa-desa hinterlandnya. Kota Kutoarjo memiliki hinterland desa-desa di wilayah barat, sedangkan Kota
4
Purworejo memiliki hinterland di •vilayah timur. Kota Kutoarjo terletak sangat strategis karena berada pada titik yang mempunyai aksesibilitas sangat mudah untuk menjangkau Jakarta sebagai ibukota negara dan pendukung utama kegiatan eksport-import. Ke wilayah barat kota ini terkait erat dengan Kota Prembun, Kutowinangun, Kebumen, Purwokerto, Cilacap dan Bandung. Wilayah ini juga sangat mudah untuk menjangkau kota-kota besar seperti Kota Wates, Yogyakarta, Klaten, Solo dan Surabaya sebagai kota industri dan pusat pemasokan barang ke wilayah timur. Jika pelabuhan Cilacap dan jalur lintas selatan berkembang, maka potensi
wilayah selatan Kabupaten
Purworejo dapat berkembang lebih optimal, karena pemasaran basil produksi pertanian akan lebih luas. Untuk mencapai kota besar tersedia moda kereta api dan jalan darat, sehingga dapat menggambarkan keterkaitan desa-kota.
B. Permasalaban. 1. Permasalahan Umum. Secara
umum
keterkaitan
desa-kota
semakin
kuat
akibat
perkembangan transportasi yang menghubungkan desa dengan kota. Namun pada umumnya masih menunjukkan ketidakseimbangan, antara lain hubungan desa-kota yang parasitik, eksploitatif dan satu arah (hanya menguntungkan kota). Keterkaitan desa-kota yang diharapkan adalah keterkaitan desa-kota yang sating menguntungkan (Simbiotic Mutualisme ), tidak parasitik dan eksploitatif atau bersifat dua arah, sehingga terjadi multiplier effects (dampak pengganda) baik pada kegiatan ekonomi di desa dan di kota, agar peluang kerja non pertanian dan pendapatan masyarakat di desa dan kota meningkat.
5
2. Permasalahan di Wilayah Studi. Kota Kutorujo memiliki stasiun kereta api tingkat regional yang menghubungkan kota-kota besar di Jawa (bagian selatan). Kota Kutoarjo juga memiliki beberapa agen perjalanan menuju ke Bandung, Jakarta, Sumatera dan kota lainnya. Dari pengamatan terlihat beberapa komoditas seperti beras, kelapa, jeruk (buah dan benih) dan komoditas lainnya untuk kebutuhan warga Kota Purworejo dan kota besar lainnya, pada umumnya dari Kota Kutorujo, sehingga Pasar Kutorujo lebih dinamis dibanding dengan Pasar Baledono Purworejo. Dari kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Purworejo dalam penetapan fungsi kota, Kota Purworejo berfungsi dan ditetapkan sebagai kota pusat pemerintahan dan pelayanan sosial serta pendidikan, sedangkan Kota Kutoarjo berfungsi dan ditetapkan sebagai kota perdagangan, sehingga peranan Kota Kutoarjo dalam perdagangan lebih menonjol. Oleh karena itu dalam studi ini dipilih keterkaitan antara desa-desa di
sekit"~.r
Kota Kutoarjo
dengan Kota Kutoarjo yang berperan sebagai pusat pengumpul atau pemasaran basil produksi pertanian dan industri kecil ( industri makanan dan kerajinan), penyedia input pertanian, p4sat perbelanjaan dan transportasi. Pertanyaan penelitian yang ingin dijawab adalah : a. Bagaimana keterkaitan desa-kota antara desa-desa di sekitar Kota Kutoarjo dengan Kota Kutoarjo dan kota besar lainnya yang ditimbulkan oleh pergerakan barang dan jasa (komoditas) dan manusia (pen urn pang). b. Bagaimana karakteristik kegiatan ekonomi desa di sekitar Kota Kutorujo.
6
c. Bagaimana hubungan keterkaitan desa-kota dengan kegiatan ekonomi de sa.
C. Maksud dan Tujuan Penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk: a. Mengidentifikasi keterkaitan desa-kota berdasarkan perbedaan jarak, kualitas jalan, jumlah kendaraan, frekwensi pelayanan transportasi umum dan lalu lintas harian rata-rata fungsi dan kelembagaan desa,
(aksessibilitas), jenis komoditas serta antara lain: lembaga perbankan/
perkreditanl koperasi, lembaga perdagangan (toko, pasar) dan pendidikan. b. Mengidentifikasi karakteristik kegiatan ekonomi desa. c. Analisa hubungan keterkaitan desa-kota dengan kegiatan ekonomi desa. Keterkaitan desa-kota pada penelitian ini dibatasi pada keterkaitan ekonomi yang didukung oleh adanya keterkaitan fisik dan sosial. Keterkaitan ekonomi dibatasi pada pola aliran barang dan penumpang (tenaga kerja). Keterkaitan fisik yang mendorong terjadinya keterkaitan ekonomi diukur melalui indikator jarak, model gravitasi, analisa konektivitas, frekewensi kendaraan umum dan lalu lintas harian rata-rata. Keterkaitan sosial diukur melalui indikator pola dan frekwensi kunjungan keluarga atau ternan dan kunjungan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, pendidikan dan hiburan. Keterkaitan fisik dan sosial mendorong keterkaitan ekonomi. Kegiatan desa dibatasi pada kegiatan ekonomi desa, mencakup tingkatan kegiatan pertanian (on farm) dan kegiatan non pertanian (off farm) meliputi sektor industri, perdagangan ~n jasa.
7
D. Manfaat Penelitian. Manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi
Pemda diharapkan dapat memberi masukan dalam pengembangan
wilayah desa dan kota yang seimbang~ _selaras, serasi dan terpadu. 2. Bagi penulis dapat digunakan untuk menerapkan sebagian ilmu yang didapat. 3. Bagi pemberi beasiswa dan MPKD, diharapkan dapat memberi sumbangsih.
E. Keaslian Penelitian. Penelitian keterkaitan desa-kota pernah dilakukan oleh :
1. Wouter DeJong dan Frank Van Steenbergen (1987) denganjudul "Town And Hinterland In Central Java" (sampel di Kabupaten Banjarnegara). 2. Wiwin Driana Primandhana (1996) denganjudul "Analisis Keterkaitan Antara KotifKlaten dengan Daerah Belakangnya". 3. Fajrianto (1996) dengan judul "Interaksi Desa dan Kota, Studi Kasus di Desa Sumbermulyo Kecamatan Bambanglipuro Kabupaten Bantul. 4. Akhmad Fauzi (1997) denganjudul "Interaksi Desa dan Kota. Studi Kasus di Desa Mejayan, Desa Pajaran Kabupaten Dati II Madiun dan Desa Kawu, Desa Tambak Kromo Kabupaten Dati II Ngawi. Perbedaan dengan penelitian penulis adalah perbedaan lokus, fokus dan metode. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik keterkaitan desa-kota pada beberapa desa di sekitar Kota Kutoarjo serta analisa hubungannya dengan kegiatan ekonomi desa. Metode yang digunakan adalah eksploratori dengan metode analisa kualitatif dan kuantitatif Perbedaan dan persamaan keempat tesis tersebut dapat dilihat dari aspek sebagai berikut:
Tabd 1.1. Perbandingan Penelitian Tesis
Judul
Analisis Keterkaitan Kotif Klaten Antara dengan Daerah Belakangnya
Lokasi
KotaKlaten
Lingkup Penelitian
Kotif dan desa di daerah
Tujuan Penelitian
Melihat Kotif Klaten sbg pusatlkutub pertumbuhan~ Membuktikan keterkaitan interspasial dan sektoral di Kotif Klaten.
Hasil
Sektor komersial besar dan kecil di Kotif Klaten mempunyai hubungan erat dgn sektor komersial dan sektor pertanian desa
Interaksi Desa Kota Studi Kasus di Desa Sumbermulyo Kec. Bambanglipuro Kab. Bantul.
Interaksi Desa dan Kota, Studi Kasus di Desa Mejayan, Desa Pajaran Kab. Dati ll Madiun dan Desa Kawu, Desa Tambak Kromo Kab. Dati ll
Kab. Bantul
Kab. Madiun dan Ngawi
I Desa Sidomulyo dengan Kota 1 Kabupaten Madiun dan Ngawi
Analisa Keterkaitan Desa Kota Dan Hubungannya Dengan Kegiatan Desa Kasus: Desa-desa Sekitar Kota Desa-desa di sekitar Kota 11
Desa-desa di sekitar Kota
Bantul
Sumber : Tesis MPKD UGM
Mengidentifikasi keterkaitan Mengetahui fungsi dan peran Mengetahui pola interaksi Kota desa-kota~ kegiatan ekonomi Kota Bantul terhadap wilayah Madiun dan Ngawi dengan desa; dan analisa hubungan Desa Sumbermulyo, perdesaan belakangnya Keterkaitan Desa-Kota Dengan Kecamatan Bambanglipuro. Ekonomi Desa Pola aliran dgn model bypass Peranan Kota Madiun sbg pusat Keterkaitan desa-kota yang kuat adalah input pertanian, basil penyedia input pertanian di (tinggi), memiliki perkembangpertanian, kelontong, pakaian wilayah belakang sangat kecil. an kegiatan ekonomi yang dan sepeda, elektronik, motor. Penyerapan tenaga keija non tinggi yang dicerminkan oleh Pola dgn sirkuit lokal adalah pertanian kecil, peranan Kota pendapatan per kapita dan desa perdagangan alat pertanian Pergerakan penduduk mengikuti serta diversifikasi kegiatan sederhana hirarki
00
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Desa.
Menurut Bintarto ( 1989), desa adalah suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya yang membentuk suatu kenampakan yang ditimbulkan oleh unsur fisiografi, sosial, ekonomi, politik dan kultural yang saling berinteraksi dan juga dalam bubungannya dengan daerah lainnya. Menurut Landis (1948) dalam Rabardjo (1999), definisi desa dipilah menjadi tiga, yakni : 1. Desa merupakan suatu lingkungan yang penduduknya < 2.500
orang~
2. Desa merupakan suatu lingkungan yang penduduknya memiliki bubungan yang akrab dan serba informal diantara sesama warganya (sosial-psikologik)~ 3. Desa merupakan lingkungan yang penduduknya tergantung dari pertanian. Dari ketiga definisi diatas, definisi ketiga lebib tepat karena di negara yang belum maju maupun yang sudah maju, desa berperan sebagai sumber pangan. Kawasan perdesaan adalab kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintaban, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Menurut ESCAP (1979), pusat perdesaan merupakan pusat pelayanan yang secara langsung dapat meningkatkan produksi pertanian, pelayanan sosial maupun ekonomi desa. Pelayanan dan penyediaan dapat berupa : 1. Tempat pelayanan atau pengumpulan serta pemasaran basil-basil pertanian~ 2. Distribusi input pertanian (pupuk, peralatan, kredit dan perbaikan fasilitas)~ 3. Tempat fasilitas pengolahan basil untuk konsumsi maupun untuk dipasarkan~
10
Dari segi fungsinya, desa yang merupakan "hinterland" atau daerah belakang yang berperan dalam produksi pertanian (tanaman pangan, peternakan, perikanan, perkebunan), untuk memenuhi kebutuhan warga desa dan kota. Desa berfungsi sebagai penyedia bahan mentah (raw material) dan tenaga kerja.
B. Pengertian Kota. Dari aspek geografi, kota diartikan sebagai suatu sistem Janngan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis (Bintarto, 1989). Menurut Sjoberg (dalam Daldjoeni, 1996), kota dibentuk oleh timbulnya golongan spesialis non-agraris, sedangkan Christaller dengan teori tempat pusat (Central Place) melihat kota sebagai pusat pelayanan. Kota merupakan permukiman yang relatif padat dan permanen dengan penduduk yang berkedudukan sosial heterogen. Kota adalah tempat penduduk yang besar untuk tinggal bersama dengan kepadatan dan kekompakan kelompok yang tinggi serta didominasi oleh kegiatan bukan pertanian (Hagget, 1970). Menurut Mumford, kota sebagai suatu tempat yang berkiblat keluar, mempunyai daya tarik (magnet) yang kuat bagi perekonomian maupun keagamaan (Daldjoeni, 1998). Menurut Weber, suatu tempat disebut kota, jika penghuninya sebagian besar telah mampu memenuhi kebutuhannya lewat pasar, dimana barang-barangnya dibuat setempat dan produksi perdesaan. Harris dan Ullman melihat kota dari sisi negatif, yakni manusia kota unggul mengeksploitasi bumi, selalu memekarkan kota sambil meciptakan kemiskinan bagi manusianya. Kawasan perkotaan adalah kawasan
11
yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi (UU Nomor 22 Tahun 1999). Menurut Short (1984), sistem perkotaan adalah suatu tatanan dari kota-kota kecil melalui aliran manusia, barang dan informasi yang merupakan ujud interaksi dan dinamika sistem perkotaan serta daerah sistemnya. Secara sosial ekonomi, kota diawali dengan terbentuknya komunitas untuk meningkatkan produktivitas melalui konsentrasi dan spesialisasi tenaga kerja dan memungkinkan adanya diversitas intelektual, kebudayaan dan kegiatan rekreatif di lota-kota. Fungsi dasar kota adalah untuk menghasilkan penghasilan yang cukup melalui produksi barang dan jasa, mendukung kehidupan penduduknya dan kelangsungan kota itu sendiri. Menurut Branch (1996)
perekon<~mian
swasta menentukan kelancaran
kegiatan ekonomi masyarakat, jenis fasilitas dan pelayanan yang dapat diberikan dan menentukan daya tarik bagi perluasan kegiatan bisnis dan pertUIPbuhan perkotaan yang menyertainya. Kemampuan suatu kota untuk menyediakan tenaga kerja, menentukan jenis pekerjaan produktif yang layak dikembangkan, tanpa harus mendatangkan tenaga kerja dari tempat lain. Dari jumlah penduduk, kota di Indonesia dibedakan menjadi kota kecil
(20.000-50.000 jiwa), kota sedang (50.000-100.000 jiwa), kota besar (100.0001.000.000 jiwa), dan kota metropolitan (1.000.000-10 juta jiwa). Secara hukum hak-hak hukum penghuni kota dapat disendirikan. Secara ekonomis ciri-ciri kota adalah non pertanian (industri, perdagangan danjasa serta budaya).
12
Kota Kutoarjo masih menjadi kota kecamatan (kawedanan) dan pemah diperjuangkan menjadi Kota Administratif. Kota Kutoaijo merupakan kota kecil denganjumlah penduduk 27.756 jiwa (Kecamatan Kutoaijo dalam angka, 1998). C. Pengertian Interaksi dan Keterkaitan.
Dalam interaksi antar wilayah terdapat dua aspek, yaitu interaksi keruangan dan interaksi sosiologis dan geografis (Daldjoeni, 1996). Dari aspek keruangan, interaksi terjadi karena adanya saling ketergantungan antara wilayah geografis dengan fokus utama mengandung .. aspek gerakan (movement) barang, manusia (migran), penumpang, uang, gagasan dan informasi. Dalam interaksi ini dapat dibuat model gravitasi untuk melihat gejala aliran spasial bagi komoditi, migrasi dan sebagainya. Proses interaksi teijadi karena ada maksimalisasi pendapatan pada wilayah yang sedang tumbuh sebagai dampak konsentrasi pembangunan pada suatu titik pertumbuhan (Rondinelli, 1983). Menurut Bendavid (1991), interaksi antar wilayah terjadi karena adanya keterkaitan sistem jaringan fisik, sosial, teknologi, politik, kelembagaan dan ekonomi. Wilayah merupakan suatu jaringan interaksi sosial, ekonomi dan fisik, dimana interaksi sosial dibangun oleh keterkaitan diantara permukiman penduduk desa yang membutuhkan akses ke pelayanan, fasilitas, infrastruktur dan aktivitas pelayanan ekonomi yang berada di kota. Melalui keterkaitan desa-kota, penduduk desa mendapatkan input pertanian, informasi dan inovasi teknologi baru, peluang agribisnis untuk meningkatkan produksi pertanian. Daldjoeni (1996), membedakan interaksi keruangan menjadi:
13
I. Sistem interaksi keruangan ekonomis (keterkaitan penjual dengan pelanggan);
2. Muncul pusat-pusat interaksi baru; 3. Terjadi persebaran baru dari barang dan manusia. Menurut Rondinelli (1983), bentuk keterkaitan desa-kota, antara lain: 1. Keterkaitan fisik meliputi jaringanjalan, jaringan rei kereta api;
2. Keterkaitan ekonomis meliputi pola pasar, aliran bahan baku dan setengah jadi, aliran modal, keterkaitan produksi industri, pola konsumsi dan pertokoan, pendapatan, aliran intersektoral dan interegional serta keterkaitan silang. 3. Keterkaitan gerakan penduduk (migrasi temporer, permanen, peluang kerja); 4. Keterkaitan teknologi (ketergantungan teknologi, irigasi dan telekomunikasi); 5. Keterkaitan sosial (pola kunjungan, interaksi kelompok sosial, ormas); 6. Keterkaitan pelayanan (keuangan, pendidikan, kesehatan dan transportasi); Secara kuantitatifkekuatan interaksi dapat didekati dengan model gravitasi Newton yang telah diterapkan oleh Reilly ( 1929) untuk telaah pemiagaan dan Bintarto (1983) untuk interaksi sosial. Kekuatan keterkaitan ekonomis antara dua tempat dapat didekati dengan rumus Carrothers. Untuk meramalkan lokasi garis perbatasan yang memisahkan dua wilayah perdagangan dapat menggunakan teori titik henti (breaking point theory) dan untuk memperkirakan daya pengeceran antara dua tempat dengan teori "Intervening Opportunities" (kemungkinan antar) yang merupakan "bunga karang" yang terendam dalam suatu wilayah yang potensial berinteraksi antara tempat yang saling komplementer (Abler, 1972). Menurut Jong (1987), keterkaitan desa-kota meliputi:
14
1. Keterkaitan
intersektoral, yaitu hubungan tirnbal balik yang sating
menguntungkan antara sektor satu dengan sektor lainnya; 2. Keterkaitan intrasektoral, yaitu hubungan timbal balik didalam sektor tertentu. Douglas ( 1996) membuat skema keterkaitan desa-kota sebagai berikut: Skema 2.4. Keterkaitan Kota-Desa.
• Pusat perdagangan/transport • Pelayanan sarana pertanian • Produksi masuk:an
4 4 4
...
• Pelayanan reparasi • Metode produksi dan inovasi 4 • Pasar kebutuhan bahan non pertanian • Industri berbasis pertanian • Peluang kerja non pertanian
... ... ...
... ... ... ... ... ... ...
...
• Produksi pertanian • Intensifikasi pertanian • Infrastruktur desa • Insentif produksi • Pertdidikan dan kemampuan adopsi inovasi • Pendapatan desa, permintaan non pertanian serta pelayanan • Produksi cash crop dan diversivikasi pertanian • Tergantung semua diatas
Sumber : Douglas, 1996
Menurut Lo ( 1981 ), kesenjangan desa-kota semakin meningkat karena ada penyimpangan substitusi industrialisasi dengan impor. Ekonomi petani terisolasi dari sektor ekonomi kota karena mensia-siakan pertanian. Faktor yang menentukan industri yang tidak menciptakan kesenjangan adalah adanya sokongan sumberdaya pertanian (sumberdaya alam); Karakteristik demografi dan Teknologi; dan Pengembangan ideologi. Lo (1981), menemukan model untuk Asia Tenggara (Indonesia) yang memiliki karakteristik struktur antara lain : memiliki sumberdaya alam berlimpah; pasar domestik yang
terbuka; dan
penguasaan teknologi yang rendah. Proses transformasi yang terjadi, mencakup :
15
1. Investasi asing dalam sumberdaya dan sektor tanaman komersial~ 2. Ekspor sumberdaya sebagai dasar produk primer~ 3. Investasi asing dalam industri modem~ 4. Substitusi impor industrialisasi modem~ 5. Pengeluaran pembangunan desa~ 6. Migrasi desa-kota yang berlebihan~ 7. Kiriman uang dari keluarga sebagai dasar ekonomi dan migrasi
kembali~
8. Hubungan timbal balik penyewa dengan tuan tanah. Proses tersebut terlihat pada Model I (Ekonomi Asean) berikut:
\ \ \
® Menurut
Rahardjo
(1999),
meskipun
terdapat
kenyataan
yang
menunjukkan ketidak jelasan keterkaitan antara desa dan kota (adanya kota mendadak), namun hal itu dipahami sebagai perkecualian. Bagaimanapun keterkaitan antara desa dan kota, langsung atau tidak langsung hakekatnya sangat erat. Dari struktur kekuasaan, kota berada dalam posisi mendominasi dan mengeksploitasi desa-desa sekitamya baik yang dekat maupun yang jauh, baik
16
langsung maupun tidak langsung (Rahardjo, 1999). Menurut ekonom regional terdapat 3 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan desa, yaitu lokasi, lokasi dan lokasi. Faktor ini penting (terutama dalam pengembangan kawasan industri), karena untuk meminimkan biaya produksi dan memaksimumkan peluang mendekati pasar (Arsyad, 1997). D. Beberapa Kritik Terhadap Teori Pengembangan Wilayah.
Pada tahun
1960-an pengembangan wilayah untuk mengentaskan
kemiskinan di perdesaan dengan
mengandalkan pembangunan industri di pusat-
pusat pertumbuhan melalui efek menyebar (spread effect) dan tetesan ke bawah temyata telah gagal (Rondinelli, 1985; Effendi, 1992).
Menurut Weaver, 1981
(dalam Musiyam, 1996), penyebab kegagalan pendekatan tersebut, antara lain : 1. Industri untuk memecahkan masalah sosial ekonomi, tetapi mengabaikan dan tidak terkait dengan sektor pertanian dan hanya menguntungkan kota; 2. Penerapan pendekatan pusat pertumbuhan bersifat top-down, sehingga mengesampingkan potensi lokal, aspirasi dan kemampuan masyarakat desa. Pengembangan industri di kota yang terkait dengan pertanian, sektor jasa dan perdagangan di kota dengan perdagangan dan pertanian di desa menciptakan keterkaitan desa-kota. Keterkaitan desa-kota menjelaskan sating hubungan antar sektor, sifat dan kekuatannya serta proses dan besar pengaruh keterkaitan pada sektor itu sendiri serta kegiatan ekonomi keseluruhan
(Ran~.J,
1989 dalam
Musiyam, 1996). Pendekatari keterkaitan desa-kota dapat dikembangkan, karena kota kecil sebagai pusat perdagangan, jasa dan kegiatan non pertanian berperan
17
dalam pengembangan wilayah (Rondineil_i, 1987). Keterkaitan desa-kota akan menguat melalui pengembangan agribisnis/agriindustri, karena :
1. Pengembangan agribisnis dan agriindustri skala kecil dengan peningkatan kemampuan kelembagaan (koperasi) dapat menekan dana~ 2. Dapat memperluas kesempatan kerja, sehingga daya beli masyarakat meningkat karena terjadi peningkatan pendapatan (Saragih, 1996). Lindert ( 1997), mengkritik paradigma pengembangan wilayah dan peranan pusat kota kecil, karena dapat mengeksploitasi desa. Kritik pertama terhadap paradigma fungsional yang memiliki 2 fungsi pusat kota kecil, yaitu : 1. Menghasilkan (generating) dan inovasi (inovating)~ 2. Pasilan (parasitic) dan eksploitasi (eksp/oiting). Kritik kedua terhadap paradigma teritorial dan ketergantungan yang menjelaskan adanya ekspansi kapitalis dan kerjasama regional yang secara progresif menguras surplus dan memiskinkan desa. Arah ekspansi kapitalis dalam peningkatan produksi adalah dengan eksploitasi sumberdaya, pengenalan tanaman, teknologi dan membuka pasar baru yang dapat menghambat pertumbuhan surplus desa. Dalam proses pengembangan wilayah, peranan kota kecil dan menengah agak pasif, karena hanya berfungsi sebagai mediator antara kota dan desa, menerima sedikit stimulan pertumbuhan dan terbatasnya pengaruh pada pengembangan pertanian di desa. Menurut Lindert ( 1997), hubungan desakota akan lebih bersifat simbiotik dan tidak parasitik, jika secara substansi terjadi
multiplier effect (dampak pengganda) di desa dan menghasilkan lebih banyak
18
pekerj aan serta pendapatan dalam ekonomi kota. Dilihat dari konsep dasar penukaran (term of trade), keterkaitan desa-kota akan bersifat parasitik, jika kenaikan harga produksi desa lebih rendah dibanding kenaikan harga produksi kota (Catteijee, 1969). Pendekatan keterkaitan desa-kota dapat menjadi paradigma baru dalam pengembangan wilayah, karena pandangan yang bersifat dikotomis antara pembangunan kota dan desa serta permasalahan dalam interaksi kota dan desa yang menyebabkan ketidakseimbangan dapat dieliminer (Salih dan Douglass, 19 81 ). Kesalahan kita adalah memandang kota identik dengan modemisasi dan desa dianggap tradisional. Tipe migrasi, aliran penduduk, aliran barang dan modal mendorong kekuatan keterkaitan
desa-kota dan harus diperhitungkan dalam
pengembangan kegiatan ekonomi desa. Proses urbanisasi teijadi sebagai dampak interaksi wilayah perkotaan dan perdesaan yang memiliki tingkat perkembangan ekonomi tinggi dengan dukungan sarana transport dan komunikasi (Gee, 1991). Menurut Taylor (1973) dalam Musiyam (1996), tekanan keterkaitan antara pusat dan desa hinterland mencakup perdagangan, pemasaran, komersial dan industri lokal (desa) berskala kecil. Menurut Lindert (1997) produksi tanaman komersial dan petemakan yang dikembangkan oleh petani tergantung pada fasilitas atau pelayanan kota, berupa : bank (kredit dan menabung), perdagangan input pertanian, makanan, barang konsumsi lain, pemasaran dan fasilitas transport. Alexander dan Gibson (1979) dalam Effendi (1991), mengatakan bahwa: "The external relationships of a service "center link its to areas of surplus production of some sort. And the link is accomplishe by means of transportation arteries over which people travel and surplus goods are shipped . We shall take up these linkages first insofar as they relate to primary production, transportation routes, and topographic features.
19
A chain is welded together whereby primary production, transportation, manufacturing, and service are all interelated A city is linked to other places through the outward movement of a particular commodity (say, the circulation, by countries) ".
E. Pengertian Hubungan Yang Komplementer (Complementerity) Menurut Abler (1972), interaksi antara tempat-tempat yang berkembang disebabkan perbedaan kawasan satu dengan lainnya. Terdapat beberapa wilayah yang tidak mempunyai interaksi dengan lainnya, karena untuk dapat berinteraksi antara dua tempat harus ada kebutuhan di satu tempat dan suplai di daerah lainnya. Secara spesifik adanya kebutuhan dan suplai dapat saling melengkapi (komplementer) dan saling mensubstitusi. Komplementaritas penting dalam interaksi spasial, karena tanpa spesifikasi komplementaritas dari suplai dan demand di suatu wilayah tidak akan terjadi pergerakan dan interaksi antar tempat (Abler, 1972). Dalam kajian ali ran komoditi, menurut Ullman ( 1951) dalam Daldjoeni,
(1997),
Complementary
teori
mendasar
(komplementaritas
atau
interaksi saling
adalah
mempersatukan
melengkapi),
intervening
opportunity (kemungkinan antar) dan transferability (Daldjoeni, 1997).
F. Perkembangan Kegiatan Ekonomi Desa. Menurut Todaro (1978), didalam pembangunan ekonomi skala kecil, terjadi transisi dari pertanian subsistensi menuju ke pertanian spesialisasi melalui 3 jenjang/ tingkat dalam evolusi pertanian, yaitu: 1. Tingkat pertama atau yang paling primitif dan mumi adalah pertanian subsistensi dengan produksi pertanian yang rendah. Pada jenjang ini hasil produksi dan konsumsi sama banyaknya dan hanya ditanam satu atau dua
20
macam saja sebagai sumber bahan makanan pokok (padi, ketela atau jagung). Peralatan sangat rendah, investasi modal sedikit dan faktor produksi utama adalah tanah, tenaga dan manusia. Sikap petani ini bertahan saja, tidak mempunyai kepastian dan dibayangi resiko kegagalan panen. Menurut Bhagwati dan Dellalfar (1975) dalam Todaro (1978), meskipun banyak kelembagaan pedesaan tetapi terdapat 3 karakteristik yang harus dirubah, yaitu dengan usaha pertanian subsisten kel~rga, statis dan melawan perubahan. 2. Tingkat kedua, yaitu transisi menuju ke pertanian campuran dan diversifikasi. Pada tingkat ini telah terdapat penganekaragaman pertanian (pertanian campuran) sebagai gambaran transisi dari subsistensi ke spesialisasi produksi. Tanaman pokok tidak mendominasi hasil pertanian karena selingan tanaman seperti tanaman buah-buahan atau palawija. Sebagian produksinya untuk kebutuhan sendiri, dan yang lain untuk dijual di pasar komersial. Keberhasilan/k:egagalan usaha dalam menstransformasi pertanian tidak hanya tergantung pada ketrampilan dan kemampuan petani, tetapi juga pada kondisi sosial, komersial dan kelembagaan. Dengan keyakinan dapat meningkatkan produksi dan memberikan keuntungan yang memadai, maka petani bersedia menikmati kredit, pupuk, air, fasilitas pertanian dan pemasaran. 3. Tingkat ketiga, transisi dari diversifikasi pertanian ke spesialisasi pertanian komersial yang modem. Pertanian spesialisasi merupakan lambang kemajuan pertanian dalam ekonomi pasar campuran yang berkembang sebagai respon terhadap pembangunan menyeluruh di semua bidang. Obyek pertanian ini
21
adalah keuntungan komersial, yaitu keuntungan maksimum dari basil upaya manusia (pupuk, irigasi, pestisida, bibit unggul) dan sumberdaya alarn. Konsep ekonomi (biaya tetap dan variabel, tabungan, investasi dan keuntungan sangat berarti bagi petani (Tabel 2.2).
Tabel 2.2. Karakteristik Tingkat Ekonomi Pertanian ~
' ' Karakteristik,.
;.\.,.
~
''
(i ~ ~:
.. . SubsiSten8i , . ....
·'~~.
=.t"
...; ,,·,,
Tujuan Produksi J adual Kerj a Investasi Modal Penghasilan Jaminan Hasil Rasio Penghasilan dengan Output Profesional Petani Ketergantungan Terhadap Sistem
"··· ·,
,
4
~-
Spesialisasi
Spesialisasi
..~ . -~--.,_.;}· ' Diversifikasi (aneka ragam) tanaman Untuk kebutuhan sendiri dan dijual. Berimbang Sedang Sedang Besar Kurang Lebih Setengah Aneka ragam
Satu cash crop yang dominan dan tanaman tambahan Seluruh basil dijual. Musiman Besar Besar Sedang Tergantung Perubahan Harga Spesialisasi
Tidak Ada
Separuh-separuh
Penuh
I
Komposisi output
' . .;;_ .
:~ Camp~~an
1 tanaman pokok yang dominan dan tanaman tambahan Untuk kebutuhan sendiri. Musiman Rendah Rendah Rendah Tinggi
y"
I·
Sumber: We1tz 1971 dalam Todaro (1978)
Menurut
Sand (1986) dalam Tadjuddin (1993), terdapat 4 tingkatan
jalinan antara perkembangan pertanian dan off farm employment yang saling tum pang tindih dan setiap tingkatan tidak berjalan secara mekanistik.
1. Pada tingkat pertama (tingkat keseimbangan rendah), ekonomi pedesaan masih didominasi sektor pertanian, ko.1tak dengan daerah luar masih terbatas (tertutup secara ekonomi), produktivitas pertanian masih sangat rendah, proses perubahan teknologi sangat lambat dan ditandai dengan keterbatasan tanah (man-land rasio meningkat) serta penghasilan cenderung menurun karena
22
tidak ada inovasi dan teknologi baru. Oleh sebab itu masyarakat menambah penghasilan rumah tangga dengan kegiatan of/farm yang bersifat musiman. Kegiatan ini sebagai tanda keterbelakangan ekonomi. 2. Tingkat kedua, terjadi perubahan ekonomi pedesaan dengan diikuti kenaikan produktivitas pertanian melalui perubahan teknologi, frekwensi panenan dan infrastruktur (irigasi, jalan, transportasi, dsb.). Penyerapan tenaga kerja sektor pertanian meningkat karena intensitas produksi meningkat, sehingga produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian meningkat dengan diikuti kecenderungan tenaga kerja beralih ke kegiatan off farm.
Dengan
bertambahnya sarana komunikasi dan transportasi serta berkurangnya kendala alami
memungkinkan
berkembangnya
industri
pedesaan
yang dapat
menyediakan kebutuhan barang-barang konsumsi dan alat-alat pertanian. Meskipun produktivitas kegiatan off farm masih lebih rendah dibanding sektor pertanian
tetapi cenderung meningkat dan memperkecil jurang
perbedaan penghasilan antara pekerja sektor pertanian dengan offfarm. 3. Tingkat ketiga, kondisi pada tahap kedua menciptakan transformasi bidang ekonomi. Peningkatan produksi pertanian merangsang permintaan hasil pertanian, barang-barang konsumsi dan beragam pelayanan. Kondisi ini membantu perkembangan hasil pertanian untuk industri, industri barangbarang konsumsi dan berkembangnya sektor pelayanan dan jasa (perdagangan dan bangunan). Industri-industri baru akan menghilangkan ketertutupan ekonomi dan terjadi integrasi dengan sektor lainnya. Upah pekerja off farm
23
meningkat melebihi sektor pertanian, biaya opportunitas tenaga kerja pertanian meningkat, tabungan meningkat, inovasi dan tenaga kerja tumbuh, sehingga terjadi kompetisi (pesaing) kegiatan sektor pertanian. Pada tingkat ini penghasilan di sektor pertanian dan off farm meningkat dan terjadi perubahan ekonomi secara keseluruhan. 4. Tahap keempat, tahap ekonomi berkembang dimana intensitas tenaga kerja di sektor pertanian menurun. Sebagian 'besar penduduk akan bekerja pada kegiatan off farm (bersumber dari kegiatan non-pertanian). Struktur sektor pertanian akan bergantung pada kebijakan pemerintah, lembaga sosial. Pada tahap ini dapat terjadi konsolidasi tanah pertanian untuk pertanian skala besar, tetapi pertanian skala kecil (sambilan maupun penuh) juga harus berkembang. Desertasi Effendi (1991) menguji hipotesa Oshima (1987) yang mengatakan bahwa : "diversified agriculture gives rise to non-farm job for farm family members because diversified generally requires more agro-industry processing chandling, grading, cooking, canning, picking, transporting and marketing service than does rice" (Effendi, 1993).
Tesis ini mengkaji keterkaitan antara pengembangan pertanian dan kegiatan non-farm (non pertanian) yang memusatkan pada tiga keterkaitan, yaitu: 1. Keterkaitan konsumsi dari kenaikan pendapatan (hasil usaha tani)~ 2. Keterkaitan ke depan dari diversifikasi usaha tani dengan industri pengolah, perdagangan dan pelayanan~ 3. Keterkaitan ke belakang dari diversifikasi pertanian dengan kegiatan yang mendukung masukan usaha tani.
24
Dari penelitian Effendi (1991) di Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, ditemukan bahwa diversifikasi pertanian mampu merangsang pertumbuhan peluang keija non-farm melalui jalinan konsumsi, ketimbang jalinan produksi. Hal ini berarti efek peningkatan penghasilan dari diversifikasi pertanian lebih mampu merangsang perkembangan non farm dibanding efek dari produksi. Lemahnya keterkaitan produksi disebabkan karena tingkat mekanisme usaha tani rendah dan masukan usaha tani (pupuk, obat-obatan, benih) tidak diproduksi di desa. Kegiatan ekonomi desa yang berkembang adalah perdagangan dan jasa, namun pada skala makro diversifikasi pertanian dapat merangsang pertumbuhan industri yang berkaitan dengan konsumsi dan produksi (Effendi, 1993). Menurut Supriatna (2000), jenjang ekonomi yang ditempuh oleh pertumbuhan industrialisme sebagai akibat pengaruh teknologi, adalah :
1. Tahap pertama, ekonomi primer dengan produksi bahan makanan; 2. Tahap kedua, ekonomi sekunder dengan produksi komoditi manufaktur; 3. Tahap ketiga, ekonomi tersier (produksi jasa pelayanan dan perdagangan). Pertumbuhan ekonomi desa secara' intern tergantung pada potensi desa (potensi sumberdaya manusia, potensi sumberdaya alam, kelembagaan desa, pendapatan masyarakat, desa dan kegiatan usaha di desa). Menurut Ra.i1ardjo
(1999), sistem ekonomi desa khususnya sistem pertanian sangat dipengaruhi oleh faktor keluarga (masyarakat yang pra kapitalis), faktor laban pertanian dan faktor pasar (tempat jual-beli barang). Karakteristik mendasar dari ekonomi petani pra kapitalistik (peasant) adalah perekonomian keluarga. Keluarga merupakan unit
25
swasembada, dimana keluarga mewujudkan suatu unit mandiri yang dapat menghidupi keluarga melalui kegiatan pertanian.
Sebagai unit ekonomi
swasembada mandiri, tidak memiliki sistem ekonomi yang jalin-menjalin dan saling tergantung seperti pada masyarakat kota. Faktor tanah meliputi pola pemilikan laban pertanian dengan karakteristik :
1. Menyangkut luas-sempitnya laban (intensifikasi dan ekstensifikasi). Sistem ekonomi desa yang warganya memiliki luas lahan yang relatif sama berbeda dengan desa yang pemilikan labannya tidak sama (tuan tanah berbadapan dengan petani penggarap/buruh tani); 2. Karakteristik sistem Land Tenure, yaitu sistem kepemilikan laban, dimana di desa petani banya memiliki laban yang sempit dan bahkan sebagian besar petani tidak memiliki laban pertanian untuk digarap sendiri. Faktor kesuburan tanab dan tinggi-rendahnya lahan berpengaruh terbadap sistem ekonomi desa. Pasar
menciptakan
sistem
ekonomi/pertanian
dan
perkembangan ciri-ciri komunitas desa. Pasar berperan dalam
mengarahkan perkembangan
jaringan ketergantungan antara komunitas desa yang satu dengan lainnya. Pasar menyebabkan adanya transformasi pertanian menuju kelompok perdagangan. Desa menjadi bagian dari kesatuan sosial-ekonomi yang lebib luas, sehingga sistem ekonomi desa menjadi semakin kompleks, dapat menampung dan mengakomodasikan pengaruh dari luar desa (Rabardjo, 1999). Lembaga di desa penting karena berfungsi menjaga dan mempertabankan nilai-nilai di masyarakat, serta untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Lembaga tersebut, antara lain :
26
lembaga pemerintahan (LKMD), ekonomi (BUUD/KUD), pendidikan, swadaya masyarakat, agama dan keluarga. Adanya perubahan struktur ekonomi dari yang sederhana (tradisional) ke arah yang semakin kompleks dan dari kegiatan ekonomi pertanian (ekonomi primer) ke arah industri (ekonomi sekunder) dan perdagangan/jasa (ekonomi tersier) merupakan indikasi adanya perkembangan kegiatan ekonomi. Menurut Sumadiningrat (1998) perubahan struktural perekonomian desa meliputi proses perubahan dari ekonomi tradisional ke ekonomi modem, dari ekonomi lemah ke ekonomi tangguh, dari ekonomi subsisten ke .ekonomi pasar dan dari ketergantungan ke kemandirian. Adanya kegiatan perdagangan menyebabkan terjadi aliran komoditas dari desa ke kota, yang tergantung pada jalan yang baik dan koneksi desa dengan kota kecil, menengah maupun besar (Catterjee, 1969). Kegiatan tersebut akan memperkuat keterkaitan desa-kota. Selain itu jenis komoditas, yaitu barang-barang yang tidak tahan lama (non durable comodity), tahan lama (durable comodity) dan yang harganya rendah (low costly comodity), dapat mempengaruhi tingkat keterkaitan desa-kota (Barlow dan Pattern, 1971 ). G. Landasan Teori.
Keterkaitan
desa-kota dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
aksessibilitas (jarak dari desa ke kota, kualitas jalan, jumlah kendaraan atau lalu lintas harian rata-rata dan frekwensi pelayanan transportasi), jenis komoditas serta fungsi dan kelembagaan desa yang meliputi : lembaga perdagangan (pasar dan toko), keuangan (Bank, KUD), pendidikan dan kesehatan.
27
Dari uratan diatas, disusun landasan teori yang
mencakup batasan
operasional, parameter, variabel dan indikator yang diamati. Batasan operasional dalam penelitian ini, antara lain : 1. Batasan Interaksi dan Keterkaitan. Pada dasamya keterkaitan produksi desa terdiri dari keterkaitan ke depan (industri pengolahan hasil pertanian, perdagangan dan jasa) dan ke belakang (masukan kegiatan pertanian berupa pupuk, benih dan lainnya). Untuk menyederhanakannya adalah dengan melihat keterkaitan desa-kota, dimana kota sebagai penyedia input kegiatan desa dan pemasaran hasil pertanian. a. Interaksi adalah proses terjadinya hubungan antara dua wilayah atau lebih yang dapat menumbuhkan interaksi fisik, ekonomi dan sosial. b. Keterkaitan ekonomi meliputi pola pasar, aliran bahan baku dan setengah jadi, aliran modal/ perdagangan, pola konsumsi, pendapatan, aliran komoditas sektoral dan interegional serta keterkaitan silang. c. Keterkaitan sosial berupa pola dun frekwensi kunjungan keluarga serta pelayanan fasilitas umum (pendidikan dan kesehatan). d. Keterkaitan fisik meliputi jaringan jalan dengan indikator jarak, kondisi jalan, jumlah dan frekwensi kendaraan umum yang lewat serta lalu lintas harian rata-rata. Indikator ini mendukung transferabilitas yang merupakan faktor penentu besar kecilnya keterkaitan desa-kota. e. Keterkaitan
desa-kota
yang
eksploitatif adalah
keterkaitan
ditimbulkan oleh suatu kota dengan menguras surplus produksi desa.
yang
28
f
Keterkaitan desa-kota yang parasitik jika dalam term of trade kenaikan harga produksi desa lebih rendah dari kenaikan harga produksi kota.
g. Keterkaitan desa-kota yang simbiotik
dan tidak parasitik adalah jika
secara substansial terjadi multiplier effect (dampak pengganda) di desa dan di kota, sehingga menghasilkan peluang pekerjaan dan pendapatan. 2. Hubungan desa-kota secara komplementer (Complementary) adalah hubungan yang ditimbulkan oleh suatu kebutuhan suatu tempat (kota) dan suplai dari daerah lainnya (desa), sehingga saling melengkapi dan mensubstitusi. 3. Kemungkinan antar (intervening opportunity) merupakan potensi berinteraksi antar tempat yang saling komplementer yang menjadi varian model interaksi. 4. Kegiatan ekonomi desa adalah kegiatan keseluruhan masyarakat di desa yang terdiri dari kegiatan pertanian (on farm) dan kegiatan non pertanian (ojjfarm
atau non farm) yang terdiri dari industri kecil, perdagangan dan jasa. 5. Off Farm adalah kegiatan di luar pertanian tetapi masih terkait dengan pertanian (buruh huller, industri input pertanian, agroindustri, pemasaran basil pertanian). 6. Non farm adalah kegiatan di luar pertanian yang tidak terkait dengan pertanian (industri sangkar burung). 7. Komoditas terdiri dari barang tidak tahan lama dan tahan lama (durable and
non durable commodities) dan barang yang harganya rendah (low costly commodities).
29
Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas (independent) yang mencakup parameter keterkaitan ekonomi, sosial dan fisik (tingkat keterkaitan desa-kota) dan variabel tergantung (dependent), meliputi perkembangan kegiatan ekonomi yang mencakup unsur-unsur pendapatan masyarakat dan desa (sektoral), arab pergerakan ekonomi atau arus barang dan penumpang. Pada keterkaitan ekonomi terdapat unsur aliran barang, tenaga kerja dan aliran modal yang mencakup indikator pola aliran input pertanian, pemasokan produk industri kota ke desa, pola pemasaran produksi pertanian dan komoditas lainnya, aliran modal dari lembaga kredit, analisa usaha
tan1
dan perluasan
lapangan kerja atau peningkatan kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Keterkaitan sosial mencakup indikator pola dan frekuensi kunjungan penduduk desa ke kota (melalui kegiatan pendidikan, pelayanan kesehatan, pelayanan hiburan maupun kekerabatan). Keterkaitan fisik diujudkan oleh jaringan jalan dan sarana prasarana transportasi dengan indikator sistem jaringan transportasi, kualitas jaringan jalan, jumlah dan frekuensi pelayanan transportasi serta tinggi rendahnya lalu lintas harian rata-rata (LHR), formula gravitasi dan konektivitas. Dari analisa dapat diidentifikasi karakteristik keterkaitan desa-kota yang selanjutnya dianalisa hubungannya dengan kegiatan ekonomi desa yang diidentifikasi berdasarkan pendapatan desa (total dan sektor), pendapatan perkapita (total dan sektor) dan kegiatan ekonomi (usaha) desa. Untuk melihat secara jelas kinerja beberapa variabel tersebut diatas dapat dilihat pada hagan 2.4 dan tabel 21. sebagai berikut :
30
Tabel 2.3. Variabel, Parameter, Unsur dan Indikator Penelitian
Perdagangan Keterkaitan Ekonomi
Independen
Aliran Modal Aliran naker, Perkembangan kegiatan usaha
Aliran barang masuklkeluar desalkota melalui model hirarki dan by-pass. Pola pemasaran produk pertanian/ industri (komoditas) dari desa ke kota melalui model hirarki dan byAliran modal dari lembaga kredit melalui hirarki Pola aliran tenaga kerja ke kota kecil dan besar. Perkembangan kegiatan usaha pertanian ke arab offfarm. Sistem jaringan jalan antara desa dan kota serta kualitas jalan.
Keterkaitan Fisik Independen
Keterkaitan Sarana Prasarana Transportasi
Pola & Frekuensi Keterkaitan Sosial
Dependen
Kegiatan Ekonomi Desa
Keterkaitan Pelayanan Fasilitas Umum Pendapatan Pergerakan ekonomi Perkembangan Kegiatan Ekonomi Desa.
Jarak, Jumlah dan frekuensi pelayanan transportasi desa ke kota. Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR). Analisa Model Gravitasi dan Konektivitas/ Pola dan frekuensi kunjungan dari desa ke kota. Pola interaksi pelayanan fasilitas kota (pendidikan, kesehatan dan
desa dan Kecenderungan arab orientasi ekonomi Tercipta lapangan kerja non pertanian atau perkembangan ekonomi desa.
Sumber : Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori.
Secara skematis landasan teori diatas dapat digambarkan dengan skema 2.4 dibawah ini :
31
BAGAN 2.4. ANALISA KETERKAITAN DESA KOTA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEGIATAN DESA (Kasus : Desa-desa sekitar Kota Kutoarjo) A
c
B
Keterkaitan Desa - Kota
I
.4~
• • • • •
Keterkaitan Fisik Indikator Sistem Jaringan Jarak Desa-Kota Jenis & Kualitas Jalan Jumlah & Frekwensi Pelayanan Transport. Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
•
• •
• •
Kegiatan Desa
~
Kegiatan Ekonomi Desa Indikator Pendapatan desa Income per kapita Pendapatan sektor Income per kapita menurut sektor J umlah tenaga kerja pada kegiatan on farm dan off
farm
,, • Kegiatan ekonomi tinggi • Kegiatan ekonomi rendah
Keterkaitan Sosial • Pola & Frekwensi Kunjungan sosial Penduduk dari Desa ke Kota • Pola Interaksi & Frekwensi Pelayanan & Fasilitas Umum
Prasyarat Lain Untuk Meningkatkan Kegiatan Ekonomi Desa • Kualitas & Kuantitas Sumberdaya Manusia • Budaya/ adat istiadat yang kuat. • Sifat hubungan atau keterkaitan desa- kota (parasitik, eksploitatif & satu arab atau saling menguntungkan) • Dukungan kelembagaan keuangan,perdagangan, pendidikan & kesehatan. • Potensi Sumberdaya alam
I
32
BAB ill METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian. Metode kerja penelitian ini adalah metode eksploratory, ciimana penelitian masih berupa penjajagan, bersifat menghubungkan secara kausal atau sebab akibat antara variabel keterkaitan desa-kota dengan variabel kegiatan ekonomi desa.
B. Tahap Penelitian. Tahap-tahap penelitian ini mencakup: 1. Tahap Persiapan, meliputi : a. Merumuskan masalah penelitian dan menentukan tujuan penelitian.
b. Menentukan konsep dan hipotesa serta menggali kepustakaan.
c. Merumuskan landasan teori berdasar permasalahan dan tujuan penelitian. d. Merumuskan variabel, parameter, unsur-unsur dan indikator penelitian. e. Memilih dan menentukan sampel penelitian. f.
Pembuatan kuesioner.
2. Tahap Pelaksanaan, meliputi : a. Kerja lapangan: identifikasi, menggali data primer dan data sekunder.
b. Pengolahan data (koding dan tabulasi data). c.
Analisa data dengan metode analisa diskriptifkualitatif dan kuantitatif.
3. Tahap Sintesa (pelaporan hasil dan pembuatan kesimpulan dan saran).
C. Pengumpulan Data. 1. Teknik Penentuan Sampel.
33
Dalam penentuan sampel penelitian, faktor yang dipertimbangkan adalah faktor biaya, tenaga dan waktu serta besamya presisi. Menurut Mantra dan Kasto, ada empat faktor yang harus dipertimbangkan dalam penentuan besamya sampel penelitian, yaitu pertama, derajad keseragaman dari populasi; kedua, presisi yang dikehendaki dari penelitian; ketiga, rencana analisa; keempat tenaga, biaya dan waktu (Singarimbun, 1995). Unit penelitian ini adalah desa-desa di sekitar Kota Kutoarjo. Kerangka sampling untuk penelitian meliputi rumah tangga petani, pedagang, industri kecil di desa dan jasa. Dalam pemilihan sampel desa-desa dan unsur petani, pedagang, pemberi modal serta unsur-unsur lain yang terkait dengan penelitian ini menggunakan purposive random sampling. Sampel desa dipilih berdasarkan perbedaan jarak dari desa ke kota, perbedaan arah dari Kota Kutoarjo dan perbedaan kondisi sarana dan prasarana desa serta saluran yang menghubungkan desa-kota. Hal ini untuk melihat perbedaan keterkaitan desa-kota. Pemilihan dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan sebagai berikut: a. Desa dengan transportasi yang lancar dan kurang lancar, desa yang dekat dan jauh dengan kota (desa dengan aksessibilitas baik dan kurang baik). b. Merupakan produsen komoditas unggulan, komoditas yang laku di ekspor ke luar kota, mencakup komoditas non durable, low costly dan durable. c. Desa yang memiliki dan tidak memiliki fasilitas kelembagaan keuangan, perdagangan, kesehatan dan pendidikan. Adapun sampel desa, antara lain : Desa Wirun dan Suren di Kecamatan Kutoarjo, Desa Pucang Agting dan Desa Grantung di Kecamatan
34
Bayan, Desa Patutrejo di Kecamatan Grabag, Desa Wareng dan Butuh di Kecamatan Butuh , Desa Kedung Lo dan Desa Girimulyo di Kecamatan Kemiri serta Desa Megulung Kidul dan Pituruh di Kecamatan Pituruh. Dengan asumsi 1 desa 5 kasus dan di kota ada 5 kasus maka sampel yang akan diambil berkisar 60 sampel (Masri Singarimbun, 1995). Sampel responden terdiri dari petani, pedagang, industriawan, dan jasa.
2. Pembuatan Kuesioner. Kuesioner digunakan untuk memperoleh inforrnasi yang relevan dan dengan reliabilitas dan validitas yang tinggi. Setiap pertanyaan diharapkan dapat dipakai dalam analisa. Jenis pertanyaan terdiri dari pertanyaan terbuka dan semi terbuka yang diisi melalui wawancara dengan responden. 3. Teknik Wawancara. Wawancara dilakukan secara langsung oleh peneliti dengan responden.
D. Analisa Data. 1. Pengolahan Data (Tabulasi Data). Dari hasil wawancara, dibuat tabel frekuensi dan tabel silang.
2. Model Analisa Penelitian. a. Analisa gravitasi dan keterkaitan dalam ruang (Warpani, 1984). dimana : 112 : lnteraksi wilayah 1 dengan wilayah 2 J 12 : Jarak wilayah 1 dengan wilayah 2. P1 &P2: Jumlah penduduk di wilayah 1 & 2. Keterangan. J ika relief antara wilayah satu dengan wilayah lainnya datar dan daerah geraknya luas, maka nilai b = 0,4. Jika daerah bergelombang dan daerah geraknya tidak luas nilai b = 3,3. Nilai a merupakan angka jumlah perjalanan rata-rata, yaitu jumlah perjalanan dibagi denganjumlah penduduk (Warpani, 1984).
35
b. Analisa konektivitas (Tamin, 1997).
~ dimana: ~ vSa-b Ta-b c.
=
kecepatan kendaraan yang melintas.
= Jarak dari wilayah a ke b.
= Waktu tempuh dari wilayah a ke b.
Analisa besar lalu lintas harian rata-rata (LHR.). Pada analisa ini menggunakan data tahun 1991, kemudian berdasarkan check lapangan dari. dengan memperhitungkan perkembangan
jumlah
kendaraan
di
beberapa
kecamatan
diperkirakan angka lalu lintas harlan rata-rata sampai tahun 200 1. d.
Analisa perkembangan kegi.ltan ekonomi desa berupa kegiatan ekonomi/ pendapatan desa, income per kapita dan tenaga kerja yang diperkirakan dari jumlah produksi, tenaga ketja tiap sektor.
e.
Analisa tabel
(kwadran)
untuk
mengidentifikasi
hubungan
keterkaitan desa-kota dengan kegiatan ekonomi desa pada desa. f.
Analisa regresi dan korelasi dengan SPSS untuk mengetahui tingkat hubungan antara variabel dependent dan independent.
E. Tahap Sintesa. Pada tahap ini dilakukan proses inferensi yang ditunjukkan dengan adanya dialog kritis antara teori, konsep atau model yang digunakan dengan hasil kerja analisa (empiris) dengan merumuskan saran yang merupakan implikasi lanjut dan konsekuensi praksis dari hasil inferensi (Subanu dan Sudaryono, 2000). Secara lebih jelas alur pemikiran penelitian ini terlihat pada hagan 3. 1. sebagai berikut :
36
BAGAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN
MERUMUSKAN TUJUAN PENELITIAN
STUDI PUSTAKA
~~
T A
H A
p p E
R
MENYUSUN VARIABEL, PARAMETER,ELEMEN DAN INDIKATOR
s I
A p A N
p
D
E L
A
N
A K
A
A
A
N
L I
s KETERKAITAN DESA- KOTA
N
A A
s
N
A
KEGIATAN EKONOMI DESA
s T I HASIL PENELITIAN KESIMPULAN DAN SARAN
A N H T A E p s A
37
BAB IV DISKRIPSI WILAYAH PENELITIAN A. Diskripsi Wilayah Kabupaten Purworejo 2. Letak. Luas dan Batas. Secara astronomis Kabupaten Purworejo terletak diantara 7°32"0" -
rs4'0" LS dan 109°47'28"- 110°8'20" BT, sehingga membentuk wilayah seluas 103.449,852 Ha. Wilayah ini dikitari oleh wilayah yang memiliki potensi ekonomi tinggi, yaitu di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kebumen, di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang, di sebelah timur berbatasan dengan Propinsi DIY dan di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Dalam struktur perwilayahan pembangunan Propinsi Jawa Tengah, Kabupaten Purworejo termasuk dalam Satuan Wilayah Pembangunan VII yang diharapkan akan dipengaruhi secara positif oleh Kota Magelang. Posisi relatif Kabupaten
Purworejo
dan
Kota
Kutoarjo
terhadap
pusat-pusat
pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 4 .1.1. sebagai berikut.
Tabel 4.1.1. Jarak dan Fasilitas Kota di Kota Purworejo, Kota Kutoarjo dan Kota Pusat Pertumbuhan di Jawa Tengah dan DIY Mage lang
Kebumen
Yogyakarta
Cilacap
Semarang
Purworejo
43km
44km
66km
133 km
118km
Kutoarjo
55km
32km
78km
121 km
130km
Tenninal, Ibukota Kabupaten, Kota perdagangan, lbukota Kawedanan, StasiunKA
Kawasan Industri, Ibukota Karesidenan, titik henti jalur Yogya Semarang
Stasiun KeretaApi, Pusat Industri Genting, potensi pariwisata, tambang, walet
Pelabuhan Udara, Stasiun Kereta Api, Pus at Pendidikan, pariwisata, budaya, industri kerajinan, lbukota Propinsi
Pelabuhan Laut, Kawasan Industri, potensi pariwisata, perikanan !aut
Pelabuhan Lautdan Udara, Stasiun KA, Kawasan Industri, Ibukota Propinsi. Jawa Tengah
Sumber : Identifikasi Potensi Ekonomi Kabupaten Purworejo, 1998
38
2. Struktur Perwilayahan Pembangunan. Kabupaten Purworejo dibagi · dalam 4 (empat) Satuan Wilayah Pembangunan (SWP), yaitu SWP I (meliputi Kecamatan Purworejo, Bener, Loano, Kaligesing, Banyuurip dan Gebang) dengan Pusat di Kota
Purworejo~
SWP II (Kutoarjo, Bayan, Grabag dan Butuh) dengan Pusat di Kota Kutoarjo~ SWP III (Purwodadi, Bagelen dan Ngombol) dengan Pusat di
Purwodadi~
SWP IV (Kemiri, Pituruh dan Bruno) dengan Pusat di Kemiri. 3. Karakteristik Sosial Kependudukan. Dari tahun 1995 - 1998 pertumbuhan penduduk Kabupaten Purworejo sebesar 0,73 % (laki-laki mencapai 0,82 % dan perempuan 0,62 %). Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel4.3.1. sebagai berikut :
Tabel 4.3.1.
Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Purworejo Menurut Jenis Kelamin Tahun 1995- 1998
Jenis Kelamin
1995 (Jiwa)
Tahun 1996 1997 (Jiwa) (Jiwa)
1998 (Jiwa)
r (1995-1998) (%)
Laki-laki Perempuan
362,953 377,575
365,502 379,379
368,751 382,171
371,999 384,907
0.82 0.64
Jumlah
740,528
744,881
750,922
756,906
0.73
Sumber: Kantor Stalistik Kabupalen Purworejo Keterangan: r adalah pertumbuhan dihitung dengan r=((Pt/Po)"J/t- !)•!OO%
Jurnlah penduduk yang datang mencapai 7.430 jiwa, sedangkan yang pergi mencapai 4.354 jiwa (tambahan penduduk karena migrasi 3.076 jiwa). Pada tahun 1998 penduduk yang lahir sebesar 7.217 jiwa dan yang mati sebanyak 4.360 jiwa (tambahan penduduk karena kelahiran 2.857 jiwa). Jumlah usia tidaklkurang produktif
sebanyak 302.890 jiwa, sedangkan
sebanyak 454.016 jiwa, sehingga tingkat ketergantungan sebesar 66,71 %.
39
Perbandingan perempuan dengan laki-laki, yaitu 49 % laki-laki dan 51 % perempuan. Kegiatan ekonomi di dominasi sektor pertanian (laki-laki 53% dan perempuan 44%). Data selengkapnya pada Tabel 4.3.2. terlampir (L-1). Perkembangan penyerapan tenaga kerja dari tahun 1993-1998, menunjukkan pertumbuhan yang negatif (Tabel 4.3.3. pada lampiran L-1). Jumlah penduduk, luas danjumlah desalkelurahan terlampir pada Tabel4.3.4. (L-2). 4. Karakteristik Ekonomi. Dari PDRB Kabupaten Purworejo, sektor bangunan dan konstruksi mengalami kenaikan tertinggi (15%), sedangkan jasa-jasa hanya 1% (terendah). Pertumbuhan sektor pertanian 3%, industri 2% dan perdagangan 4%. Sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, bangunan dan konstruksi serta
jasa-jasa
memiliki
sedangkan
LQ> 1,
industri,
perdagangan,
pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
Tabel 4.4.1. LQ Sektoral di Kab. Purworejo Th. 199.1-1998 No. I 2 3 4
5 6 7 8 9
LQ Sektoral
Sektor Pertanian Pertambangan & Penggalian lndustri Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan dan Konstruksi Perdagangan Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Sewa, Jasa Perus. Jasa-jasa
1993 1994 1995 1996 1997 1998 2.1 1.6 1.4 1.4 1.5 1.5 2.7 2.1 2.4 2.3 2.3 2.2 0.3 0.2 0.3 0.3 0.3 0.3 1.2 0.9 0.9 0.8 0.8 0.8 2.0 1.4 1.4 1.5 1.4 "!.2 1.0 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 1.3 1.1 0.9 0.8 0.9 0.8 1.8 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 2.5 2.1 2.1 2.1 1.9 2.4
Sumber: Hasil Perhitungan
PDRB Propinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Purworejo Tahun 19931998 untuk perhitungan LQ pada Tabel4.4.2. dan Tabel4.4.3. terlampir (L-3) dan pertumbuhan PDRB menurut kecamatan
pada Tabel 4.4.4. dan 4.4.5.(1-5).
40
Pendapatan perkapita (I998) tertinggi di Kec. Purworejo
(Rp.2.463.780,-)
selanjutnya Kutoarjo sebesar Rp.2.351.290,-(Tabel4.4.6. terlampir pada hal. L-5).
B. Diskripsi Wilayah Kota Kutoarjo I. Letak. Luas dan Batas. Kota Kutoarjo terletak di antara Kota Purworejo dan
Prembun,
Kutowinangun dan Kebumen. Kota Kutoarjo mencakup Kel. Bandung (0,97
Km 2), Kel. Bayem (I,42 Km 2), Kel. Katerban (I,42 Km 2), Kel. Kutoarjo (2,37 Km 2), Kel. Semawung Daleman (I, I8 Km 2) dan Kel. Semawung Kembaran (I,I7 Km 2). Kota Kutoarjo memiliki wilayah seluas 8,53 Km 2. Wilayah Kota Kutoarjo sebelab utara berbatasan dengan Desa Tunggorono, Desa Pacor dan Desa Sukoharjo. Sebelab timur berbatasan dengan Kecamatan Bayan (Desa Bandung Lor dan Desa Bandung Kidul). Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Majir, Desa Suren, Desa Kuwurejo dan Desa Sidoarum. Sebelab Barat berbatasan dengan Kecamatan Butuh. Pola perkembangan kota linear (sepanjangjalur arteri primer) dan terpusat di Kel. Kutoarjo. 2. Penggunaan Laban Kota Kutoarjo. Guna laban Kota Kutoarjo tahun 1998 terdiri dari laban sawab (irigasi teknis, setengah teknis dan sederhana) dan laban kering yang dimanfaatkan untuk bangunan dan halaman/pekarangan, tegalanlkebun dan lainnya (lapangan olab raga, perkantoran, kuburan, jalan dan sungailsaluran. Untuk perkantoran terluas di Keluraban Kutoarjo (5 ha) dan terket.a di Keluraban Bayem (0,58 ha). Luas sawab terkecil adalab di Kel. Kutoarjo (9 ha atau 3,95
41
% dari luas lahan kering), sedangkan terluas di Kel. Bayem yaitu 63,573 ha (80,84%). Data selengkapnya pada Tabel4.6.2.l.a dan 4.6.2. f.b (L-6). 3. Karakteristik Sosial Kependudukan. Jumlah penduduk Kota Kutoarjo sebanyak 27.750 jiwa (13.339 lakilaki dan 14.411 perempuan) dengan rasio seks sebesar 93 %. Jumlah rumah tangga 6.141 KK yang menempati seluas 8,53 Km 2, sehingga kepadatan penduduk menjadi 3.253 jiwa/ Km 2 . Dari tabel terlihat bahwa angka ketahiran lebih banyak laki-laki dibanding perempuan, sedangkan angka kematian perempuan lebih banyak dibanding laki-laki. Sebagian besar mutasi antar desa (pendatang lebih banyak), kemudian antar kecamatan, propinsi baru tingkat kabupaten. Untuk antar kecamatan, kabupaten dan propinsi banyak yang pergi daripada pendatang. Hal ini menunjukkan bahwa kota ini kurang dapat menampung tenaga kerja setempat. Data selengkapnya pada Tabel 4.6.4.1, Tabe14.6.4.2., Tabel4.6.4.3. dan Tabel4.6.4.l.a terlampir (L-7,L-8,L-9,L-10). 4. Karakteristik Ekonomi. PDRB Kec. Kutoarjo tahun 1998 sebesar Rp. 2.351.290.000,- dengan pendapatan per kapita sebesar Rp.2.351.290,-. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.6.5.3. dan 4.6.5.4. terlampir (L-10). 5. Kondisi Sarana dan Prasarana. Kepemilikan kendaraan bermotor dan tidak bermotor oleh warga Kutoarjo antara lain: bus sebanyak 55 buah, truk 83 buah, colt 130 buah, mini bus 4 buah, sepeda motor 530 buah, becak 98 buah, sepeda 1.669 buah dan gerobak dorong 49 buah (Tabel 4.6.6.2. pada lampiran L-11). Sarana
42
pendidikan di Kota Kutoarjo terdiri dari TK (I7 buah), SD (Negeri I7 dan swasta 5 buah), SLTP (Negeri 5 dan swasta 5 buah), SMU (Negeri I dan swasta 5 buah) dan SMK (Negeri I dan swasta 4 buah). Data selengkapnya pada Tabel 4.6.6.3. (L-II). Sarana kesehatan terdiri dari poliklinik (4 buah) dan puskesmas (2 buah). Tenaga kesehatan dokter 6, mantri 11, bidan 5, dukun 8 dan dokter praktek 7 orang (Tabel 4.6.6.4. pada L-12).
Sarana
olahraga dan rekreasi pada Tabel 4.6.6.5. (L-12). Sarana telekomunikasi pada Tabel4.6.6.7. (L-13). Koperasi dan bank 16 unit (Tabel4.6.6.8. pada L-13).
C. Karakteristik Desa-desa Sam pel 1. Jarak Desa- Kota dan Kondisi Jalan. Jarak dan kondisi jalan desa-desa sam pel adalah sebagai berikut:
Tabel4.7.1. Jarak dan Panjang Jalan Dari Desa Ke Kota Terdekat Tho. 2000 No.
Kelurahan
W1run Suren Pucang Agung Grantung Butuh 6 Wareng 7 Patutrejo 8 Pituruh 9 Megulung Kidul 10 Girimulyo 11 KedungLo l
2 3 4 5
Jarak (K n) Kecamatan ke Kota ke Kota ke Kota Kec. Kutoario Purworeio 4.0 KutOa.J)O 4.0 16.0 Kutoarjo 3.5 3.5 15.5 Bayan 4.0 7.0 11.0 Bayan 3.0 6.0 6.0 0.5 7.0 19.0 Butuh 2.0 9.0 21.0 Butuh 0.2 11.0 23.0 Grabag Pituruh 0.0 9.0 22.0 Pituruh 3.0 12.0 24.0 Kemiri 12.0 15.0 17.0 Kemiri 6.0 19.0 9.0
Pamamz Jalan (l(m) Asoal Baik Sdll: Jelek Batu 4.0
0.0
0.0
0.0
1.0 2.0 3.0 0.0 6.0 0.0 7.0 0.0 7.0 2.0 12.0 12.0 7.5 1.5 7.5 1.5 6.5 3.5 9.0 0.0
0.5 4.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3.0 3.0 0.0
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.0 0.0
Sumber. Kecamatan Dalam Angka Tahun 1998 dan Data Pnmer Tahun 2000 File:D/Yuliltesis/Kondisi Fisik Kola KTA/Jarak & Ja/an
2. Sistem Transportasi. Sistem transportasi dari desa-desa ke Kota Kutoarjo terdiri dari : Jalur Kota Kutoarjo--Purworejo (lewat Desa Ketawangrejo/Patutrejo Desa
Butuh)~
(Patutrejo)~
Grantung)~
Jalur Kota Kutoaijo--
Jalur Kota Kutoarjo--Kebumen (lewat
Jalur Kota Kutoarjo--Pituruh (lewatDesa Butuh dan
Pituruh)~
43
Jalur Kota Kutoarjo- Brengkol (lewat Desa Butuh dan Megulung Kidul); Jalur Kota Kutorujo-Glagah (lewat Desa Pituruh); Jalur Kota Kutorujo-Wareng (lewati Desa Suren dan Desa Wareng); Jalur Kota Kutoarjo-Kumpulrejo, (lewati Desa Suren); Jalur Kota Kutorujo - Kedungsri (lewat Desa Butuh); Jalur Kota Kutoarjo-Jrakah (lewati Desa Pucang Agung); Jalur Kota Kutoarjo-Winong (lewat Desa Wirun); Jalur Kota Kutorujo-Bruno (lewat Desa Kedunglo ); Jalur bus memutar, mengelilingi wilayah Kabupaten Purworejo, melewati Desa Wareng- Kota Kutorujo- Kemiri- Winong. 3. Fungsi dan Kelembagaan Desa. Kelembagaan desa dapat mendukung keterkaitan desa-kota dan kegiatan ekonomi desa berupa lembaga perdagangan; keuangan, pendidikan dan kesehatan. Data selengkapnya pada Tabel4.7.2. terlampir (L-15). 4. Karakteristik Sosial Kependudukan dan budaya. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan seks rasio terlihat bahwa nilai terbesar di desa Kedunglo 129% dan terkecil di Desa Pituruh 83% (Tabel 4.8.3. pada L-18). Kepadatan penduduk di Desa Grantung 1.664 jiwa!Km2 (tertinggi) dan terendah di Desa Girimulyo (409 jiwal km2). Man-land rasio terkecil di Desa Wirun dan Butuh yang hanya 3 jiwal ha dan terbesar di Desa Suren (24 jiwalha). Data selengkapnya pada Tabel4.8.1. terlampir (L-16). Prosentase penduduk di sektor primer terbesar di Desa Wareng (91 %), dan terkecil di Desa Grantung (42 %). Penduduk di sektor sekunder terbanyak Desa Wirun (24 %) dan terkecil di Desa Wareng (1 %). Sedangkan di sektor tersier terbesar di Desa Grantung (52%) dan terendah di Desa Wareng (8 %).
44
Data selengkapnya pada Tabel4.9.4. terlampir (L-21). Jumlah petani terbesar di Desa Suren (1.626 Jiwa) dan terkecil di Desa Girimulyo (178 jiwa). Jumlah buruh tani terbanyak di Desa Butuh (830 jiwa) dan terkecil di Desa Patutrejo (36 jiwa). Buruh industri terbanyak di Desa Wirun (365 jiwa) dan terendah di Desa Girimulyo (I jiwa). Buruh angkutan terbanyak di Desa Wirun (365 jiwa) dan terendah di Desa Wareng (2 orang). Buruh bangunan terbanyak di Desa Butuh (285 jiwa) dan terendah di Desa Wareng (3 jiwa). Jumlah pedagang terbanyak di Desa Suren (626 jiwa) dan terendah di Desa Patutrejo (7 jiwa). Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.9.3. terlampir (L-20).
Dari
tingkat pendidikan terlihat bahwa penduduk yang tamat Perguruan Tinggi terbanyak di Desa Pituruh (88 orang) dan terendah di Desa Butuh (2 orang). Tamatan SLTA terbesar di Desa Grantung (996 orang) dan terendah di Desa Butuh (16 orang). Jumlah tamatan SD terbanyak di Desa Pituruh dan terkecil di Desa Butuh. Data selengkapnya pada Tabel4.9.5. terlampir (L-21). Budaya masyarakat merupakan sistem nilai atau norma yang terorganisir menjadi pegangan masyarakat. Budaya masyarakat desa sangat dipengaruhi
oleh
lingkungan
alam
setempat
yang
ditentukan
oleh
ketergantungan terhadap pertanian, tingkat teknologi dan sistem produksi yang diterapkan. Pada desa-desa yang berdekatan dengan kota (Desa Grantung, Wirun dan Suren) tidak terlalu bergantung dengan pertanian, memiliki tingkat penguasaan teknologi yang lebih tinggi dengan sistem produksi yang lebih maju dibanding dengan desa-desa yang jauh dari kota (Desa Girimulyo, Wareng, Megulung Kidul). Pada masyarakat yang didominasi oleh petani
45
kecil (peasan) dan petani subsisten memiliki budaya dan adat istiadat yang kuat dengan kekompakan yang tinggi, tetapi sangat lambat dalam menerima inovasi baru, teknologi baru dengan pola kehidupan yang pasrah terhadap alam. Aspirasi kalangan peasan dan petani subsisten tidak terbiasa menangguhkan kepuasan sekarang untuk memperoleh keuntungan yang akan datang, sehingga tingkat investasi atau tabungan mereka sangat rendah (pepatah: ono dino ono upo). 5. Karakteristik Ekonomi. Dilihat dari jumlah rumah yang permanen terbanyak di Desa Suren, yaitu sebanyak 791 unit (92% dari total), sedangkan rumah
f~mi
permanen 8
% dan tidak ada yang tidak permanen. Sebaliknya desa dengan rumah
permanen paling sedikit adalah Desa Kedunglo sebanyak 105 unit (22% ), rumah semi permanen 51 % dan non
p~rmanen
27 %. Rumah dalam kategori
non permanen terbanyak di Desa Butuh yaitu mencapai 445 unit (62%). Data selengkapnya pada Tabel 4.9.7. terlampir (L-22). Dilihat dari produksi padi pada tahun 1998 sebanyak 980 ton menurun menjadi 120 ton pada tahun 2000 berarti produksi pertanian menurun sangat tajam (-88 %). Desa Suren memiliki produksi padi terbanyak hingga mencapai 1. 619,95 ton. Data selengkapnya pada Tabel 4.9.1. terlampir (L-18). Untuk produksi petemakan besar (khususnya sapi) terbanyak di Desa Patutrejo, yaitu 207 ekor, sedangkan untuk kambing terbanyak di Desa Kedunglo (850 ekor). Produksi petemakan ayam terbanyak di Desa Wareng yaitu 7.231 ekor. Data selengkapnya pada Tabel 4.9.2. (L-18). Kegiatan industri terbanyak di Desa Grantung (116 unit)
46
dan terkecil di Desa Kedunglo (3 unit). Data selengkapnya pada tabel 4.9.8. terlampir (L-22). 6. Luas Penggunaan Lahan dan Luas Wilayah Desa-desa Sampel. Dari data penggunaan lahan desa-desa sampel, Desa Pucang Agung Kecamatan Bayan memiliki luas wilayah terbesar, yaitu 440,533 ha, sedangkan terkecil Desa Megulung Kidul yang hanya seluas 110,900 ha. Dilihat dari luas wilayah lahan sawah, untuk sawah beririgasi teknis terluas di Desa Suren, yaitu 150,000 ha atau luas sawah terluas (156,000 ha), sedangkan Desa Kedung Lo tidak memiliki sawah. Luas lahan kering terbesar di Desa Pucang Agung, yaitu seluas 376,139 ha, kemudian disusul Desa Patutrejo seluas 269,757 ha. Data penggunaan lahan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.10 .. terlampir (L-6). 7. Karakteristik Sumberdaya Alam. Lahan daerah penelitian terdiri dari jenis tanah alluvial hidromon dan tanah pasir sand dune (Desa Patutrejo), Alluvial kelabu kekuningan (Desa Suren dan Wirun), alluvial kelabu coklat kekuningan (Dt:sa Butuh dan Wareng), gley humus kelabu (Desa Grantung, Pucang Agung, Kedunglo, Pituruh dan Megulung Kidul) dan tanah regosol coklat kemerahan serta latosol coklat merah kekuningan di Desa Gi-:imulyo. Kesuburan tanah alluvial tersebut sangat tinggi terutama sebagai lahan sawah padi, sedangkan tanah gley humus kelabu sangat cocok untuk tanaman jeruk, palawija dan padi. Pada dataran pantai berpasir di Desa Patutrejo berpotensi untuk pertambangan pasir besi, perikanan, tanaman kelapa, tebu, semangka atau tanaman lainnya.
Admin Balik (1122x794xl6M tiff )
PETA ADMINISTRASI KABUPATEN PURWOR.EJO
KABUPA'ItN WONOSOBO
u
* 5
0
10
i:5er LEGEND A ~Jalan KA
- - - Jelen =
JalanRaya
-- ~
iJ
BUs Kecamlll.-.
E2
Desah Pmelil!ln
[ ] BlltasK~
KABUPA'Im KIBUMIN
[!] 1:1u Kot• Klllbupaten @ llu Kola Kecam1111111 •
Deall~
s...a-. S...,..!Wo_ _ . . _ . .
SAMUDERA BINDIA
I
-~
• \
'
.
I
= \1\t ~I..,O MPl.t0-'1
' '" -''t.flt A lM'b \...aAH • s '' "k.\l'f bf"..UU \.H -.: .uu. ' "'--' -'~~A• u
.p. -....l
48
BAB V PROFIL RESPONDEN A. Usia Kepala Keluarga dan Jenis Kelamin. Dari 63 responden yang tersebar di 11 desa sampel, sebagian besar telah berumur antara 40- 50 tahun (49,2 %) dan hanya sebagian kecil (6,35 %) yang berumur 20- 30 tahun. Umur 30-40 tahun sebanyak 31,7% dan lebih dari 50 tahun sebanyak 12,7 %. Dari jenis kelamin 4 (empat) responden perempuan (6,3 %), sisanya 93,7% laki-laki (Tabel 5.1. pada L-23).
B. Pendidikan Kepala Keluarga dan Anak. Tingkat pendidikan responden terdiri dari 5 % tidak sekolah (tidak tamat SD), 41 % tamat SD, 22% tamat SLTP, 25 % tamat SLTA dan 6% tamat Akademi/ Sarjana. Responden yang tamat akademi/ sarjana sebagian besar menjadi PNS dengan pekerjaan sampingan pengusaha, pedagang maupun Kepala Desa (1 orang). Dari sampel menunjukkan pendidikan terkait dengan pendapatan. Data selengkapnya pada Tabel5.2. terlampir (L-24).
C. Pekerjaan Utama dan Sampingan serta Alasan Memilih Jenis Pekerjaan. Pekerjaan utama responden 28% pedagang, 26% petani, 18% pengusaha industri kecil dan 11% PNS. Sebagian besar responden memiliki penghasilan tambahan dengan pekerjaan sampingan (64% memiliki pekerjaan sebagai petani, 30 % berdagang, 4 % industriawan dan 2 % sebagai PNS). Perbedaan pekerjaan utama dengan sampingan didasarkan dari wawancara pekerjaan yang diutamakan dan besar pendapatan. Sebagian responden yang berpendapatan tinggi adalah yang memiliki pekerjaan sampingan (sesuai dengan alasan pilihan pekerjaan oleh responden yang sebagian besar untuk
49
meningkatkan pendapatan). Bagi responden yang tidak memiliki pekerjaan sampingan dengan alasan kurangnya peluang atau ketrampilan di bidang lain. Data selengkapnya terlihat pada Tabel 5.3. terlampir (L-24). Responden yang bekerja dan memiliki pekerjaan sampingan di luar pertanian (menempatkan pertanian sebagai pekerjaan sambilan) cenderung berorientasi ke kota. D. Pendapatan Keluarga Responden dan Kepemilikan Laban.
Penghasilan responden Rp.IOO.OOO,- s/d Rp.250.000,- per bulan sebanyak 27%, 32% berpenghasilan Rp.250.000,- s/d Rp.500.000,- per bulan, 21% berpenghasilan Rp.500.000,- s/d Rp.l.OOO.OOO,- per bulan dan 21% berpenghasilan lebih dari Rp.l.OOO.OOO,- per bulan. Kepala Keluarga dengan penghasilan :=:Rp.250.000,- sebagian besar petani/pedagang kecil. Responden dengan penghasilan >Rp.l.OOO.OOO,- adalah PNS bertanah luas, berdagang (material atau kelontong) dan usaha mobil angkutan (Tabel 5.4. pada L-25). Kepemilikan sawah atau tanah kering responden beragam dari yang <2.500 m2
-
>1 ha. Lahan yang dimiliki maksimal 4 ha (4,7 ha). Responden
dengan lahan > 1 ha tersebar di Desa Suren, Wareng, Pituruh, Megulung Kidul dan Girimulyo (Desa Pituruh, Megulung Kidul dan Girimulyo dimiliki oleh PNS/Kepala Desa). Lahan sawah > 1 ha dimiliki 17 % dan pemilik lahan kering > 1 ha 13 %. 44 % memiliki lahan <2.500 m2m2, 58 % memilki lahan kering <2.500 m2. Pemilikan sawah 2.500-5.000 m2 19% dan lahan kering 17 %. Pemilikan sawah 5.001-7.500 m2 14 %, dan lahan kering 13 %. Lahan sawah 7.501 - 10.000 m2 dimiliki oleh 6 % responden. Data selengkapnya pada Tabel5.5. terlampir (L-26).
50
BAB VI ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Keterkaiean Fisik. Suatu model dan analisa keruangan dengan pendekatan analisa kuantitatif merupakan analisa lokasi yang menitik beratkan tiga unsur, yaitu jarak, kaitan (interaksi) dan gerakan/aliran pentunpang dan barang (Hadisumamo, 1978). Suatu perwujudan hubungan antar daerah adalah pertukaran barang, uang dan jasa. Analisa aliran barang memiliki nilai yang jelas dan lebih strategis daripada LQ, karena memperlihatkan hubungan antara produksi industri, tenaga kerja dan penduduk dalam kegiatan ekonomi (Warpani, 1984). Analisa konektivitas bermanfaat untuk melihat waktu tempuh dari satu wilayah ke wilayah lain. Frekwensi pelayanan transportasi yang dapat untuk memperkirakan besar interaksi, karena memudahkan interaksi penduduk desa dengan kota dan mendukung aliran barang. Oleh karena itu juga dianalisa lalu lintas harian rata-rata (LIIR.). 1. Analisa Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR). LHR diprediksi berdasarkan peningkatan jumlah kendaraan dan
UJI
lapangan beberapa titik sam pel. Jumlah kendaraan di beberapa kecamatan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel6.1.5. dan 6.1.6. terlampir (L-28). Dari hasil perkiraan nilai LHR dapat diperoleh hasil pengelompokan LHR sebagai berikut : a. Kelompok kelas I, LHR 2: 15.000 Smp (padat) terdiri dari : jalan Kota Kutoarjo ke Desa Butuh (20.061 Smp) dan ke Desa Grantung (18.165 Smp).
51
b. Kelompok kelas II, LHR antara 10.000- <15.000 Smp (sedang) tidak ada. c. Kelompok kelas ill dengan LHR antara 5.000-<10.000 Smp, terdiri dari : jalur Kota Kutoarjo ke Desa Patutrejo, yaitu pada titik Desa Aglik ( sebelum Desa Patutrejo) sebesar 7.816 Smp dan di Desa Sangubanyu (7 Km dari Kota Kutoarjo) sebesar 8.265 Smp. d. Kelompok kelas IV dengan nilai LHR _s5.000 Smp, terdiri dari nilai LHR dari 255 Smp (Desa Pucang Agung) sampai 4.963 Smp (ke Desa Pituruh). Tingginya angka lalu lintas harian rata-::ata pada jalan arteri primer PurworejoKebumen, tidak hanya disebabkan oleh pergerakan manusia dari desa-desa di tepi jalan tersebut (Desa Butuh dan Grantung), tetapi sebagian besar disebabkan oleh banyaknya kendaraan bus, truk, kendaraan pribadi dan kendaraan besar lainnya yang hanya lewat. Data selengkapnya pada terlampir Tabel 6.1.4. (L-27). 2. Analisa Gravitasi dan Keterkaitan dalam Ruang. Dari analisa gravitasi dapat dilihat perbedaan interaksi antara satu desa dengan desa lainnya yang dibagi dalam 4 kelompok, yaitu : Desa Butuh dan Grantung (Kelompok Q, Desa Patutrejo (II), Desa Megulung Kidul, Wirun dan Desa Pituruh (ill), Desa Suren, Wareng,
Pucang Agung, Kedung Lo dan
Girimulyo (IV). Data perhitungan pada Tabel 6.2. terlampir (L-29). 3. Analisa Konektivitas. Analisa konektivitas dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan rumus kecepatan yang dihitung dengan memperbandingkan atau membagi jarak
52
dari desa ke kota dengan waktu tempuhnya. Selain jarak, waktu tempuh ditentukan oleh kondisi jalan (kualitas jalan, Iebar jalan, kelurusan jalan) dan frekwensi pemberhentian dan waktu tunggu. Untuk wilayah yang interaksi penduduknya rendah (penumpang sedikit) dapat meningkatkan waktu tunggu, sehingga meskipun jarak tidak terlalu jauh, tetapi waktu tempuh menjadi bertambah. Bagi kendaraan angkutan faktor ini menyebabkan frekwensi pelayanan transportasi
menurun.
Faktor frekwensi pelayanan ini telah
diperhitungkan dalam menentukan konstante empirik pada analisa gravitasi. Dilihat dari waktu tempuh, Desa Girimulyo Kecamatan Kemiri paling lama mencapai Kota Kutoarjo (sampai 36 menit) dan termasuk Kelompok IV. Kelompok Ill meliputi Desa Pucang Agung (21 menit), Wareng (22 menit) dan Megulung Kidul (24 menit). Kelompok IT meliputi : Desa Kedunglo (15 menit), Patutrejo (13 menit) dan Pituruh (18 menit). Kelompok I meliputi: Desa Wirun, Suren dan Butuh (8 menit) serta Grantung (7 menit). Untuk Desa Kedunglo, Suren, Wareng, Megulung Kidul dan Girimulyo waktu tempuh bertambah karena faktor waktu tunggu (± 15 menit), karena menunggu penuhnya penumpang. Hasil selengkapnya pada Tabel6.3. terlampir (L-29). 4. Frekuensi Pelayanan Transportasi. Frekwensi pelayanan menentukan besar potensi dalam analisa gravitasi dan menentukan kemudahan untuk mencapai daerah lain (tingkat aksessibilitas). Dari hasil wawancara dan survai menunjukkan bahwa frekwensi
terbanyak
53
(kelompok I) adalah kendaraan wnum yang melalui Desa Butuh (360 kali), dan Grantung (300 kali), Kelompok II meliputi : Desa Patutrejo (280 kali) dan Megulung Kidul (216 kali). Kelompok Ill meliputi Desa Wirun (124 kali) dan Pituruh (123 kali). Kelompok IV meliputi : Desa Suren (65 kali), Wareng, Kedunglo (64 kali), Girimulyo (55 kali) dan Pucang Agung (30 kali). Data selengkapnya pada Tabel6.4.4. terlampir (L-31). Dari total nilai keterkaitan fisik diperoleh 4 kelas keterkaitan, yaitu : Tabel 6.4.1. Keterkaitan Fisik Desa-Kota Desa-desa Sekitar Kota Kutoarjo
No. 1.
2. 3.
4. 5.
6. 7.
8.
9. 10.
Desa Grantung Butuh Patutrejo Winm Suren Pituruh Megulung Kidul Pucang Agung Kedunglo Wareng Girimulyo
Kecamatan
Nilai
Keterkaitan
Bayan Butuh
19 19
Grabag
14
Kutoarjo Kutoarjo Pituruh Pituruh Bayan Kemiri Butuh Kemiri
12 11 10 9
Kuat Kuat AgakKuat AgakKuat Agak Kuat AgakLemah AgakLemah AgakLemah AgakLemah AgakLemah
8 8
· ·;
-u
7 11. 5 l~ti~';untu<;.~,~:~::..~; Sumber : Tabe/6.4.6. pada lamp1ran hal L-40 (terlamp1r). Keterangan I. Nilai 15,1 - 20 = Keterkaitan Desa - Kota Kuat. II. Nilai 10,1 - 15 Keterkaitan Desa- Kota Agak Kuat. III. Nilai 5,1 - 10 = Keterkaitan Desa- Kota Agak Lemah. N . Nilai 0 - 5 Keterkaitan Desa - Kota Lemah.
B. Keterkaitan Sosial.
Selain keterkaitan fisik, keterkaitan sosial Juga mendukung adanya keterkaitan ekonomi (perdagangan/ aliran barang, aliran penumpang/tenaga kerja, arus modal/uang). Dari wawancara dengan responden di Desa Pituruh menunjukkan
54
bahwa dengan adanya keluarga yang ada di kota selain Kota Prembun karena juga didukung oleh harga yang bersaing atau lebih murah mereka berbelanja ke kota tersebut. Adanya kenalan yang menjadi langganan lama, maka responden dari Desa Pucang Agung lebih senang ke Kota Purworejo. Demikian juga untuk responden di Desa Wareng, karena banyak kenalan baik di Kota Prembun/Kebumen dan Kota Purworejo (memiliki angkutan umum minibus jurusan Kota Kebumen-Kota Purworejo) lebih senang ke Kota Purworejo atau ke Kota Prembun. Faktor yang mendukung adalah dengan adanya kenalan yang baik, mereka menjadi percaya sehingga sebagai pedagang mereka membayar setelah 1 bulan (denganjatuh tempo), sedangkan di Kota Kutoarjo mereka hams bayar cash (kontan). Alasan di kota lain lebih murah dan dapat membayar dengan jatilh tempo (tidak kontan) juga diberikan oleh responden pedagang material bangunan dari Desa Wirun Kecamatan Kutoarjo (beijarak 4 Km dari Kota Kutoarjo) yang sering kulakan di Kota Prembun (harga jual bisa menyamai Kota Kutoarjo ), sehingga tidak tergantung Kota Kutoarjo. 1. Ikatan Sosial dan Pola Kunjungan. Keterkaitan sosial dicerminkan oleh adanya aktivitas kunjungan keluarga maupun ternan sejawat yang membentuk pola kunjungan tertentu. Dari basil survai lapangan menunjukkan bahwa kunjungan ternan sejawat pada umumnya dilakukan oleh pedagang baik yang berdagang di Kota Kutoarjo, maupun pedagang di desa. Mereka mengunjungi ternan atau keluarga sambil belanja. Selain itu, juga dilakukan oleh buruh bangunan dan angkutan yang mengunjungi
55
ternan di Kota Kutoarjo untuk mencari order. Adanya ternan akrab atau saudara di kota lain (Purworejo, Prembun, Kebumen) mempengaruhi orientasi belanja mereka. Dari hasil wawancara keseluruhan terlihat bahwa ternan akrab atau hubungan sejawat (pelanggan dengan penjual) yang bersifat kekeluargaan telah mendorong arah orientasi belanja mereka. Meskipun jarak lebih dekat ke Kota Kutoarjo dengan harga yang sama tetapi karena tenggang waktu pembayaran lebih lama serta keramahan dan rasa kekeluargaan yang diciptakan oleh pedagang dari Prembun menyebabkan mereka belanja di Kota Prembun dan Purworejo. Data selengkapnya pada Tabel6.5.1. dan 6.5.2. terlampir (L-33). 2. Keterkaitan dengan Fasilitas Kesehatan. Pendidikan dan Hiburan (Rekreasi). Dari wawancara dengan responden menunjukkan bahwa Kota Kutoarjo belum dapat memenuhi kebutuhan rekreasi mereka, sehingga hanya kadangkala saja mereka ke kota sambil belanja maupun makan (jajan bakso). Hiburan berupa
pertunjukkan
Gedung
Bioskop
sudah
tidak
menarik
dengan
perkembangan Televisi dan VCD ke desa-desa dengan pesat. Untuk fasilitas pendidikan, Kota Kutoarjo (bersaing dengan Kota Purworejo) masih menarik bagi masyarakat di sekitar Kota Kutoarjo,' namun dengan telah dibangun fasilitas pendidikan tingkat SLTA Negeri di beberapa kecamatan sekitar (Kecamatan Grabag, Kemiri) telah mengurangi jumlah murid SLTA yang sekolah di Kota Kutoarjo. Namun secara keseluruhan hampir separuh siswa SLTA memilih SLTA Negeri maupun swasta di Kota Kutoarjo. Dengan dibangunnya Akademi
56
Teknik Nasional di Kota Kutmujo dapat memperkuat keterkaitan sosial Kota Kutoarjo dengan desa-desa sekitamya.
Kasus Desa Girimulyo memiliki
perbedaan dengan desa-desa lainnya, karena akses (moda transportasi jurusan Desa Girimulyo--Kota Purworejo) lebih mudah ke Kota Purworejo menyebabkan orientasi pendidikan mereka menuju Kota Purworejo. Pelayanan kesehatan di Kota Kutoarjo (Rumah Sakit Palang Biru dan RSU) memberikan pelayanan kesehatan yang agak berat (harus mondok). Namun untuk masyarakat petani dengan pendapatan rendah hanya dilayani Puskesmas, Puskesmas Pembantu maupun Poliklinik dan Dokter di desa. Namun untuk masyarakat pengusaha (pedagang maupun industri kecil) yang memiliki pendapatan melebihi dari kebutuhan konsumsi sehari-hari mereka lebih senang memeriksakan kesehatannya ke Dokter Praktek di Kota Kutoarjo yang telah menjadi langganan sewaktu dokter tersebut bekerja di Puskesmas di kota kecamatan. Untuk Desa Grantung, Pucang Agung dan Girimulyo yang memiliki akses yang mudah untuk berkunjung ke Kota Purworejo lebih memilih pelayanan kesehatan di Kota Purworejo (misal ke RSU, RS Bersalin, Dokter Praktek).
Secara keseluruhan fasilitas pelayanan umum (sosial) dapat
meningkatkan hubungan desa dengan pusat pelayanan tersebut. Dari segi pelayanan sosial magnet Kota Purworejo lebih kuat dibanding Kota Kutoarjo karena memiliki pelayanan kesehatan, pendidikan dan hiburan yang lebih memadai.
57
C. Keterkaitan Ekonomi. 1. Aliran Input Pertanian dari Kota ke Desa. Aliran input pertanian terdiri dari aliran benih pertanian, pupuk, obatobatan dan alat-alat pertanian baik yang sederhana maupun yang modem (mesin traktor). Aliran benih pertanian dari Kota Kutoarjo terbanyak dari Desa Wirun dan Suren (100 %), karena jarak dekat dengan Kota Kutoarjo. Desa Pucang
Agung dan Desa Kedunglo kebutuhan benih dipenuhi sendiri, karena mayoritas petani berkecimpung dalam komoditas jeruk, baik menjual buah maupun benihnya serta ketela pohon, maka 100 % dari desa sendiri (produksi sendiri). Untuk Desa Megulung Kidul dan Desa Patutrejo yang memiliki KUD 75-86 % kebutuhan benih dari KUD. Dari 11 Desa responden yang membeli di Kota Prembun atau Purworejo adalah Desa Wareng. Dari 11 desa menunjukkan bahwa aliran benih pertanian dari kota ke desa melalui hirarki. Secara jelas terlihat pada Tabel6.6.1. terlampir (L-34) dan gambar 6.1. sebagai berikut:
53%
Petani
Gambar 6.1. Pola Aliran Benih Pertanian
58
Dalam penggunaan pupuk untuk meningkatkan produksi pertanian, pada umumnya didominasi pada budidaya padi, kemudian palawija dan buah-buahan (jeruk). Untuk komoditas seperti ketela, bahkan kedelai jarang petani memberikan pupuk yang memadai. Dari wawancara aliran pupuk dan obatobatan pertanian dari Kota Kutoarjo langsung ke petani Desa Suren 100%, selanjutnya ke petani Desa Grantung 75 %dan ke petani Desa Pituruh 60 % . Untuk petani Desa Megulung Kidul 100 % dari KUD di desanya, sedangkan Desa Patutrejo yang memiliki KUD hanya 71 % petani yang membeli pupuk di KUD, 29 % petani langsung ke Kota Kutoarjo. Secara keseluruhan di 11 Desa, 38 % kebutuhan pupuk dan obat-obatan dipenuhi dari KUD!foko/Pasar lokal di desanya, sedangkan 22% dari KUD!foko di Desa Lain, 33% langsung dari toko di Kota Kutoarjo dan hanya 7 % membeli di kota lain. Secara jelas terlihat pada Tabel6.6.2. terlampir (L-42) dan Gambar 6.2 . sebagai berikut:
PUSRI
KUD!foko/ Pasar lokal 22%
38%
Gam bar 6.2. Pola Aliran Pu uk dan Obat-obat Pertanian
59
Kebutuhan alat-alat pertanian sederhana (sabit, cangkul) umumnya dari Pasar Kutoarjo yang membeli alat-alat pertanian dari Desa Suren, Wonosobo dan Klaten. Secara keseluruhan 68% dari Kota Kutoarjo, 20% membeli di KUDffoko/pasar lokal di desanya, 7% dari KUD!foko/Pasar di desa lain dan 5% dari kota lain. Dalam pengolahan laban pada umumnya telah menggunakan
traktor dengan cara mengupahkan kepada penyewa traktor. Secara jelas dapat dilihat pada lampiran L-35 dan Gambar 6.3. dan 6.4. sebagai berikut :
15%
KUDffoko/ Pasar lokal Petani 20%
Gambar 6.3. Pola Ali ran Alat Pertanian Sederhana
Petani
Gambar 6.4. Pola Aliran Sewa Traktor
60
Selain membeli, traktor di desa-desa sampel berasal dari Bantuan Pemerintah (dana Bangdes) yang dikelola desa/Kepala Desa. Berbeda dengan alat penyemprot tanaman secara keseluruhan 59 % petani niembeli di Kota Kutoatjo, 36 % menyewa di desa dan hanya 5 % yang membeli di kota lain. Secarajelas tergambar pada Gambar 6.5. sebagai berikut :
5%
Petani
Gam bar 6.5. Pola Aliran Alat Penyemprot Pertanian 2. Aliran Produksi Pertanian dari Desa ke Kota. Dari wawancara dengan petani, pedagang beras di desa dan di Kota Kutoarjo menunjukkan bahwa aliran beras dari desa-desa di wilayah selatan Kabupaten Purworejo, Kutowinangun dan Prembun ke Kota Kutoatjo dan sebagian kecil yang langsung ke kota lain, seperti Purworejo, Klaten, Magelang, Jakarta. Pedagang dari luar ada yang langsung ke pedagang pengumpul di Desa, sehingga aliran beras tidak melalui Kota Kutoarjo. Pedagang beras dari Kota Purworejo, Magelang, Wonosobo, Temanggung, Bandungan, Yogyakarta dan Klaten setiap hari membeli beras di pasar beras Kutoarjo tidak kurang dari 50
61
ton. Hanya 2 pedagang beras di Kota Kutoarjo sekali kirim (seminggu sekali) ke Kota Bandung atau Jakarta mencapai 25 -50 ton. Beras yang keluar dari Kota Kutoarjo rata-rata mencapai 100 ton per hari. Sebaliknya dalam pemasaran basil produksi tanaman holtikultur seperti Semangka, cabe, belinjo peranan Kota Kutoarjo masih kecil karena kurangnya pedagang sebagai akibat rendahnya produksi holtikultura jenis ini. Dari wawancara dengan petani, menunjukkan bahwa pedagang dari Kota Prembun, Kebumen, Bandung, Purworejo, Yogyakarta dan Solo datang sendiri ke desa untuk membeli semangka. Produksi jeruk sebagian ke Kota Kutoarjo dan sebagian besar langsung ke kota besar. Bahkan pedagang jeruk di Desa Pucang Agung mengkapling los di Pasar Buah Gamping Yogyakarta. Adapun pola aliran beras secara lebih jelas pada Tabel 6.6.7 terlampir (L-37) dan Gambar 6.6. scbagai berikut :
Pedagang Pengumpul Lokal
Purworejo, Magelang, Wonosobo, DIY, Temanggung, Klaten, Bandung, Jakarta
Gambar 6.6 Pola Aliran Beras
62
Dalam pemasaran semangka· dan cabe umumnya ke kota besar seperti Bandung dan Jakarta baik melalui Kota Prembun, Kebumen, maupun pedagang dari Bandung atau Jakarta langsung dengan petani.
Dilihat dari sirkulasi
perdagangan semangka, cabe dan jeruk tidak melalui hirarki tetapi secara potong kompas (by pass), untuk menghindari kerusakan barang. Secara keseluruhan menunjukkan
pemasaran
produksi
holtikultura 44% kepada
pedagang
pengum pul tingkat desa baik pedagang di desanya maupun di desa tetangga, 32% dijual di Kota Kutoaijo dan 21 % ke kota lain. Data selengkapnya padaTabel 6.6.8 pada lampiran L-37 dan pada Gambar 6.7. sebagai berikut:
44%
Pedagang Pengumpul Lokal (desa setempat & desa tetangga)
Prembun, Kebumen, DIY, Bandung, Jakarta, Sumatera
Gam bar 6. 7. Pola Ali ran Produksi Holtikultura
Untuk pola perdagangan kelapa melalui sistem hirarki. Kelapa di Kutoarjo dibeli pedagang Prembun untuk dijual ke Solo dari Pasar Kutoaijo atau pedagang dari Kota Semarang, Yogyakarta, Solo, Klaten untuk dijual di kotanya.
63
Pola aliran gula kelapa yang merupakan produksi industri kecil andalan di desa-desa seperti Desa Patutrejo,
Butuh,
Wareng, Megulung Kidul
menyerupai perdagangan kelapa (dengan sistem hirarki). Pola aliran komoditas kelapa dan gula kelapa terlihat pada Gambar 6 .8. sebagai berikut :
DESA
100%
Petani
Pedagang Pengumpul Lokal (desa setempat & desa tetangga)
Yogyakarta, Solo, Semarang
Gambar 6.8. Pola Aliran Produksi Kelapa dan Gula Kelapa
3. Pola Aliran barang-barang dari Desa ke Kota dan dari Kota ke Desa-desa. Dalam hubungan perdagangan antara produksi desa dengan produksi kota, keuntungan jatuh pada industri kota (pupuk). Hal ini terjadi karena kenaikan harga pupuk lebih tinggi dibanding dengan kenaikan harga produksi pertanian. Hubungan akan saling menguntungkan jika di desa perkembangan kegiatan ekonomi pertanian mendorong tumbuhnya perkembangan kegiatan non pertanian, yaitu industri kecil, industri rumah tangga, perdagangan dan jasa. Kegiatan perdagangan lebih berkembang dibanding industri di desa, karena tidak membutuhkan penguasaan teknologi dan ketrampilan khusus.
64
Bahan baku ( bahan mentah) lebih murah dan dapat diolah oleh industri di kota. Di desa tumbuh pedagang yang membeli produksi pertanian dengan harga semurah-murahnya agar mudah dalam memasarkan ke kota dengan keuntungan yang besar. Sebaliknya pedagang-pedagang lokal yang menjadi agen pemasaran barang-barang produksi kota menjual kepada masyarakat desa dengan harga yang relatif lebih mahal dibanding dengan harga di kota. Tanpa disadari tercipta keterkaitan desa-kota yang bersifat eksploitatif dan tidak saling menguntungkan (simbiotik),
disamping juga membawa
dampak
kemajuan
desa.
Pola
perdagangan barang-barang dari dan ke kota, tercennin pada Gambar 6 .9 . sebagai berikut:
3
Gambar 6.9. Pola Aliran Bahan Baku, Barang Jadi dan Jasa Menurut Hubungan Interregional Keempat belas hubungan tersebut adalah sebagai berikut:
65
1) Hubungan sektor pertanian dengan perdagangan di desa, berupa ali ran bahan baku, barang jadi dan jasa; 2) Hubungan sektor perdagangan desa dengan perdagangan skala besar di kota, berupa aliran bahan baku, barang jadi dan jasa; 3) Hubungan sektor perdagangan di de sa dengan perdagangan skala kecil di kota berupa aliran bahan baku, barang jadi; 4) Hubungan sektor pertanian di de sa dengan perdagangan skala besar di kota berupa aliran bahan baku, barangjadi danjasa; 5) Hubungan sektor pertanian di desa dengan perdagangan skala kecil di kota berupa aliran bahan baku; 6) Hubungan perdangan skala kecil di kota dengan perdagangan skala besar kota berupa aliran bahan baku, barangjadi danjasa; 7) Hubungan sektor pertanian di desa dengan industri kecil di desa berupa aliran bahan baku, bahan jadi dan jasa; 8) Hubungan sektor industri kecil desa dengan perdagangan skala kecil di desa berupa aliran bahan baku, bahan jadi; 9) Hubungan sektor industri kecil di desa dengan perdagang?'l skala kecil di kota, dapat berupa alimn bahan jadi dan jasa; 10) Hubungan sektor industri kecil desa dengan perdagangan skala besar di kota berupa aliran bahan baku, bahan jadi danjasa. 11) Hubungan antara sektor perdagangan di desa dengan jasa di de sa;
66
12) HubWlgan sektor perdagangan skala kecil di kota dengan jasa di kota~ 13) HubWlgan sektor pertanian di desa dengan jasa di desa berupa buruh tani, jasa angkutan, pengolahan pasca panen, jasa pembibitan/ penampalan~ 14) HubWlgan jasa di desa dengan di kota, kerjasama dalam jasa kontruksi (bangWlan), yaitu kerjasama antara buruh bangunan di desa dengan pengusaha di kota, antara sopir/kernet dengan pengusaha di kota. Sedangkan aliran bah an baku, barang jadi dan jasa terdiri dari : 1) Pemasokan bahan baku oleh sektor petanian ke industri kecil
desa~
2) Pemasokan bahan baku oleh sektor pertanian desa ke perdagangan skala kecil kota dan skala besar kota~ 3) Pengiriman hasil komoditas barang jadi dan jasa dari perdagangan kecil dan skala besar kota ke pertanian di desa~ 4) Pemasokan bahan baku dari sektor perdagangan desa ke skala besar di
kota~
5) Pemasokan barang jadi dan jasa dari perdagangan skala besar kota ke perdagangan di
desa~
6) Pemasokan barangjadi industri kecil desa ke sektor perdagangan kecil
kota~
7) Pemasokan bahan jadi industri kecil d0sa ke perdagangan skala besar di kota (gula kelapa dan alat-alat pertanian seperti sabit, parang dsb)~ 8) Aliranjasa dari kota ke desa dan sebaliknya. Secarajelas tergambar pada Gambar 6.10. sebagai berikut:
67
Desa r·-·-·-·-·-·-· - · - ·-·-·-·-·-·-·-·-·
0
·-·-·-·-·-·- · -·-·- · - · - · -·- · -~
I
I 0 I
i I
8i
i i i
I
i 0
I I 0
I
!
~
................-............... ..
~
.
j
! i
L. -~ ~~ ~~~~ ~~ ~~ ~~~~ ~~ ·.~~ ~~~~ ~~:.K~ ~~ ~~ ~~ ~~ ~~~~ ~~ ~~ ~~~ . i Keterangan : : Aliran bahan -·- ·-· · : Aliran Jasa - · - ·-··: Aliran basil produksi industri baku
Gambar 6.10. Hubungan Intersektoral Menurut Jenis Aliran Selain itu aliran barang melalui pasa.r umum seperti pada skema di bawah ini : Pasar Pituruh
Pasa.r Girimulyo
Pasar Butuh Pasar Wareng
Pasar Purworejo
Gambar 6.11. Hirarki Aliran Barang Melalui Pasar 4. Analisa Unit Usaha Tani (Sampel). Perhitungan usaha tani didasarkan pada pengalaman responden dalam mengusahakan pertanian yang diambil dari 11 desa di sekitar Kota Kutoarjo.
68
Dari perhitungan terlihat bahwa untuk usaha padi dengan skala kecil (sekitar 1.400 m2), mendapatkan keuntungan yang minim dibanding dengan yang mengelola 1 ha. Pada tahun 2000 sebenarnya harga dasar gabah kering dipatok pemerintah Rp. 1.100,- per kg, harga kering giling sebesar Rp. 1.500,- per kg. Pada masa tanam tahun 2000 harga dasar gabah sebenarnya Rp. 1.400,- per kg (Kompas, 12 Januari 2001). Dari hasi1 investigasi Kompas (P Januari 2001), petani hanya dapat untung jika harga Gabah Kering Panen lebih besar dari Rp. 1.000,- per kg, namun dari kenyataan harga gabah kering giling maksimal Rp.l.OOO,- per kg, yang tersebar di des~-desa yang mempunyai aksessibilitas sangat baik dengan Kota Kutoarjo. Dari hasil usaha tani Nilai Tukar Petani (NTP) berkisar an tara 101% - 203%.
Nilai Tukar Petani terbesar di Desa
Pituruh, yaitu sebesar 203 %dan terendah di Desa Butuh (hanya 101 %). Nilai Cost Benefit Ratio (B/C) pertanian padi tertinggi di Desa Pituruh sebesar 2,03 dan terendah di DesaButuh (B/C = 1,01). Pendapatan petani atau nilai NPV padi untuk skala usaha 1.400 m2 berkisar antara Rp. 227.000,- sampai Rp. 243.000,-. Sedangkan untuk skala usaha 1 ha berkisar antara Rp. 1.040.000,- sampai Rp. 1.440.000,-. Pada kasus petani Desa Pituruh dengan skala usaha 7.000 m2 NPV mencapai Rp. 1.626.000,-, sebaliknya di Desa Girimulyo petani padi dengan skala usaha 5.300 m2, NPV hanya mencapai Rp. 114.000,-.
Return of
Investment (ROI) dalam budidaya padi antara 1- 103 %, dimana dengan ROI = 1 % di Desa Butuh menunjukkan ketidak efisiennya budidaya tersebut dan di
69
Desa Pituruh jauh lebih efisien (ROI= 103 %). Demikian juga usaha pertanian padi di Desa Girimulyo, kurang efisien karena ROI = 8 %. Dalam mengusahakan tanaman palawija (kedelai) sebagai tanaman selingan di musim kemarau, baik di Desa Pituruh maupun Desa Megulung Kidul dengan harga jual kedelai Rp. 1.500,- per kg, petani masih belum mendapatkan keuntungan (rugi). Di Desa Pituruh dengan skala usaha 7.000 m2, modal produksi Rp. 1.570.000,- (biaya tetap Rp. 400.000,- dan biaya produksi Rp. 1.170.000,-), petani hanya mendapatkan hasil penjualan sebesar Rp. 1.500.000,-, sehingga ROI = -4 %, pendapatan petani (NPV) =- Rp. 70.000,-, B/C = 0,96 dan NTP < 100% (96 %). Dengan demikian keuntungan yang didapatkan hanya dari sewa tanah (Rp.400.000,- - Rp. 70.000,- = Rp. 330.000,-) dan tenaga kerja sendiri (keluarga). Kondisi yang lebih parah adalah sampel usaha tanaman kedelai oleh petani di Desa Megulung Kidul yaitu dengan skala usaha 1.400 m2, modal produksi Rp.592.000,- (biaya tetap Rp.
150.000,- dan biaya produksi
Rp.442.000,-) petani mendapat hasil penjualan Rp.298.500,-.
BEP sebesar
Rp.312.021,-,ROI= -50%, B/C = 0,5 dan NTP =50%, petani rugi Rp. 293.000,-. Dengan sewa tanah Rp. 150.000,-, petani mengalami kerugian sebesar Rp.l43.00,-. Usaha cabe pada tanah seluas 1.700m2, dengan masa investasi selama 4 tahun, biaya tetap Rp.225.000;- dan biaya produksi Rp.2.016.000,dengan harga jual Rp.l.700,- per kg,
mengalami kerugian sebesar
Rp.l.028.900,- karena hasil penjualan hanya Rp.1.212.000,-, ROI = -46%, 13/C =
70
0,54 dan NTP=54%. Usaha komoditas jeruk di Desa Pucang Agung dengan skala usaha 1 ha, masa investasi 5 tahun, biaya tetap Rp.28.426.925,- dan biaya produksi Rp.41.856.460,-, dengan harga jual Rp. 2.500,- per kg, harga penjualan sebesar Rp. 189.065.000, keuntungan yang didapat sebesar Rp.l47.208.540,-. BEP sebesar Rp.41.783.265,-, ROI=192%, B/C=3,18 dan NTP = 318%. Dalam usaha benih jeruk, dengan harga mata tempe1 beserta tenaga penempelan hanya Rp. 50,- per mata tempel, selama 2 tahun, skala usaha seluas 2.100 m2, biaya tetap Rp.300.000,- dan biaya produksi Rp.2.698.000,-, harga jual Rp.2.500,- per batang petani mendapatkan keuntungan sebesar Rp.30.002.000,- (NPV). Retem of Invesment (ROI) sebesar 1.001 %, B/C 11,01 dan NTP sebesar 1.101 %. Di Desa Pucang Agung dengan lama investasi selama 1 tahun dengan skala usaha 1 ha, biaya tetap Rp.l5.000.000,- dan biaya produksi Rp.13.240.000,- dengan harga jual Rp.2.500,- per batang telah mendapatkan keuntungan sebesar Rp.271.760.000,-. ROI sebesar 962 %, BIC= 10,62 dan NTP = 1.062. Tanaman semangka di Desa Butuh dengan skala usaha 1.400 m2,
biaya tetap Rp.
225.000,-, biaya produksi Rp. 705.000,-, dengan harga jual Rp. 500,- per kg, mendapat basil penjualan sebesar Rp. 1.250.000,-. Pendapatan petani (NPV) Rp.320.000,-, ROI = 34 %, BIC = 1,34, NTP = 134 %dan BEP Rp. 516.055,-. Hasil analisa usaha tani ini sangat penting untuk melihat pendapatan per kapita petani dan indikasi keterkaitan desa-kota yang bersifat saling menguntungkan atau eksploitatif. Data selengkapnya pada Tabel 6. 7 .1. (L-38).
71
5. Aliran Pennodalan dan Tabungan. Dari 11 desa 74 % responden menabung dan 68% meP~ambil kredit di BRI unit, 8% menabung eli BRI, BCA dan Lippo Bank Cabang Kutoaijo. Empat belas persen (14 %) responden mengambil kredit di BRI Kutoaijo dengan alasan dapat meminjam dengan jumlah besar> Data selengkapnya pada Tabel 6.8.1. terlampir (L-39). Secara jelas pada Gambar 6.12. sebagai berikut:
KOTA
DESA
PURWOREJO
BKK
Gambar 6.12. Aliran Permodalan dan Tabungan 6. Aliran Tenaga Kerja. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dalam mendukung pertukaran atau perdagangan, selain modal, sumberdaya alam dan teknologi (Budiono, 1981). Menurut Suroto (1992), tenaga kerja (man power) adalah kemampuan manusia untuk mengeluarkan usaha tiap satuan waktu guna menghasilkan barang atau jasa, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Dalam desertasi Effendi (1991), di sektor ketenaga kerjaan di pedesaan
72
terjadi jalinan atau keterkaitan antara peluang kerja di sektor pertanian dengan non pertanian (offfarm employment). Dari perubahan penduduk desa-desa di sekitar Kota Kutoarjo atau Tabel 4.8.2. (L-17), jumlah migrasi yang pergi lebib besar dibanding yang datang. Migrasi yang datang maupun pergi ke lain desa, kecamatan maupun kabupaten pada umumnya karena perkawinan. Sedangkan migrasi pergi karena mencari atau mendapatkan pekerjaan pada umumnya ke luar propinsi (sebagian besar ke Jakarta dan Bandung). Tenaga kerja yang datang dari Jawa Barat ke desa-desa penelitian adalah tenaga kerja yang menguasai teknologi dan kemampuan untuk bekerja pada industri gula kelapa. Mereka didatangkan ke desa (kasus Desa Butub, Megulung Kidul) untuk menstransfer teknologi ke desa tersebut dengan cara bagi basil. Dari basil survai di Desa Butuh (2000), jumlah yang datang ke Desa Butuh sebanyak 47 orang, dimana dari desa lain (satu kecamatan) sebanyak 16 orang, dari kecamatan lain (satu kabupaten) sebanyak 9 orang, dari kabupaten lain (satu propinsi) sebanyak 3 orang dan dari Propinsi lain
(J~l<arta)
sebanyak
17 orang (karena PHK). Migrasi keluar dari Desa Butuh sebanyak 11 orang (ke Kec. Kutoarjo 1 orang karena cerai dan ke Jakarta 10 orang karena kerja). Di Desa Kedunglo (sampai tahun 2000), tcrjadi perubahan penduduk yang besar
.
yaitu migrasi yang datang 112 orang (dari desa lain 100 orang, dari kecamatan lain 4 orang, dari Semarang 4 orang dan dari Sumatera 4 orang). Migrasi keluar Desa Kedunglo sebanyak 214 orang, yaitu 50 orang ke desa lain, 25 orang ke
73
kecamatan lain, 10 orang ke kabupaten lain. 113 keluar propinsi lain, antara lain ke propinsi lain sebanyak 4 orang, ke Jakarta 3 orang, ke luar negeri sebanyak 6 orang (ke Malaysia, Arab Saudi, Hongkong). Pendorong migrasi tenaga kerja keluar Desa Kedunglo adalah rendahnya peluang kerja karena sempitnya pemilikan laban kering (rata-rata seluas 0,237 ha/KK). Tenaga kerja penglaju
(Commuters) sebagai pedagang yang menebas buah-buahan di desa sekitar dan dijual di Kota Kutoarjo. Secarajelas pada Tabel4.8.2. (L-17) dan Gambar 6.13. KOTABESAR DI LUAR PROPINSI
KOTADALAM SATU PROPINSI
KOTA PURWOREJO
Gambar 6.13. Aliran Tenaga Kerja Pedesaan Keterangan :Aliran tenaga ke~a ke Kota Besar (Jakarta. Bandung, LN) sebagai migrasi permanen. , Aliran tenaga ke~a ke kota dalam satu propinsi sebagai Migrasi permanen. Aliran tenaga kerja ke desa lain, ke Kota Kutoaijo dan Kota Purworejo migrasi permanen dan non permanen atau sebagai penglaju (Commuters).
7. Analisa Fungsi dan Kelembagaan Desa. Lembaga KUD, keuangan, pendidikan, kesehatan dan fasilitas pelayanan umum lainnya yang berkembang di antara desa dan kota merupakan faktor
intervening opportunity yang dapat mengurangi gerakan barang dan manusia langsung antara desa dan kota. Namun dengan adanya hubungan kerja antara
74
lembaga-lembaga tersebut dengan fasilitas pelayanan kota, secara tidak langsung memperkuat keterkaitan cesa-kota. Dengan model hirarki dalam aliran barang mendukung keterkaitan desa-kota (efisiensi waktu, hemat tenaga dan biaya). Dari hasil skoring fungsi lembaga keuangan dan jasa di desa-desa sekitar
.
Kota Kutoarjo diperoleh nilai tertinggi di Desa Wirun (skor total 11) atau dengan penilaian nilai maksimum 100. Nilai minimum skor fungsi lembaga keuangan dan jasa minimum di Desa Pucang Agung dan Desa Suren (skor total 1) atau 0. Data selengkapnya pada Tabel 6.9.1. (L-40). Dari skoring fungsi perdagangan diperoleh skor tertinggi di Desa Pituruh dengan skor 140 (nilai 100). Skor terendah adalah Desa Kedunglo (4). Untuk skoring lembaga kesehatan skor tertinggi di Desa Wirun dan Desa Pituruh dengan skor 3 (nilai 100). Selanjutnya Desa Suren dengan
skor 1
(33,33). Sedangkan sisanya (delapan) desa lainnya karena tidak memiliki lembaga kesehatan, maka memiliki nilai nol. Data selengkapnya pada tabel 6.9.3. terlampir (lamp-41). Sedangkan skoring tenaga kesehatan skor tertinggi di Desa Pituruh dengan skor 22 (nilai 100) dan Skor terendah di Desa Megulung Kidul dan Desa Pucang Agung dengan skor 0 (nilai nol). Data selengkapnya pada tabel 6.9.4. terlampir (L-41). Dari skoring fungsi lembaga pendidikan nilai tertinggi De sa Pituruh dengan skor 30 (nilai 100), selanjutnya De sa Megulung Kidul dengan skor 18 (nilai 55) dan Desa Butuh dengan skor 14 (nilai 40,7). Sebaliknya nilai terendah Desa kedunglo dengan skor 3 (nilai 0) dan Desa
75
Patutrejo dengan skor 5 (nilai 7,41) dan Desa Suren dan Pucang Agung dengan skor 7 (nilai 14,8) serta Desa Grantung dengan skor 8 (nilai 18,5). Data selengkapnya pada Tabel 6.9.5. ter1ampir (L-42). Dari seluruh lembaga di desa, nilai tertinggi pada Desa Pituruh dengan skor 480. Selanjutnya .Desa Wirun dengan skor total 315,36, Desa Butuh dengan skor 208,76 dan Desa Suren dengan skor 158,98. Nilai terendah di Desa Pucang Agung dan Desa Girimulyo dengan skor 15,54 dan 39,31. Secara lengkap pada Tabel 6.9.6 terlampir (L-42). Hasil penilaian dapat dilihat pada Peta Kelembagaan (halaman 76).
D. Peranan Kota Kutoarjo Terhadap Desa-desa Hinterland. Dari basil analisa ditemukan fungsi dan peranan Kota Kutoarjo antara lain: 1.
Sebagai Pusat Pemasaran Produksi Desa-desa. Kota Kutoarjo memiliki peranan yang besar didalam pemasaran hasil pertanian desa-desa sekitamya, khususnya komoditas beras, kelapa, jeruk, benih jeruk dan hasil tanaman palawija dall holtikultura lainnya. Dalam pola pemasaran beras, meskipun petani menjual gabah kepada pedagang beras desa (68 %), namun pada akhirnya para tengkulak menjual beras di pasar beras Kota Kutoarjo. Selain pedagang beras yang menetap di Kota Kutoarjo, transaksi dapat dilakukan secara langsung oleh pedagang beras dari desa dengan pembeli dari luar Kota Kutoarjo. Pada umumnya pedagang luar kota telah datang dengan membawa kendaraan trasnport sendiri (biaya angkut tidak ditanggung pedagang desa). Namun dengan skala lebih besar pengiriman beras ke kota besar, biaya
PETA TINGKAT .KELEMBAGAAN
KABtlPA'Itl'f WONOSOBO
u
* 6
o
&n:ler
10
LEGEND A =-JalanKA - - - Jalan = JalanRaye - - SUngal
0
flew Kecamettn
E:l [J
Deeratl Penelill&n Betas l
[!) bu Kola Kebupeten @ e
KABUPAn:N KmUMIN
lbu Kola Kecamat~W~
Oesa Sampel
11ngkat Fungsl Kelembagaan 2,4,5 . Jumllll1 Deal Selr1)lll 480 to 480 (Ti'llkal 0 • 159 to 480 (Ti'llkall) • 75to1S9 (Ti'llkall) • 16 to 75 (l\'lgkLit IV) .
•
0 0 0 ~r :
K.ac.....tmDW...Aach
(1) (3) (4)
(3) T~
1998
Aaalisis Studio Talam :1000
SA.MUDERA. HINDIA
[ = ~
. ;..i j ~'
;.a:
I
'
I
"U1tsn.R p.'jt£'\('AXA.A' I..Of 4 fiA.." 1).\l, M,\tt t1 )1 1\ ..a.~UA.S G.LDJAJt.M \ b ..\ \' 0(.'\,"..\l.AW'f \
-...l 0'1
77
angkut ditanggung pedagang beras di Kota Kutoarjo. Dalam pemasaran produksi tanaman holtikultura Ueruk, mangga, rambutan), hasil perkebunan lain (kelapa, petai) dan hasil industri kecil (gula kelapa) pedagang Kota Kutoarjo tidak menjadi pembeli tetapi hanya menyediakan tempat dan timbangan, sehingga mendapatkan keuntungan dari sewa tempat dan timbangan, sedangkan transaksi dilakukan oleh pedagang dari desa dengan pembeli (dalam kota maupun luar kota). Untuk komoditas gula kelapa di Kota Kutoarjo sudah terdapat tengkulak yang menampung produksi
tersebut.
Namun untuk
produksi
tanaman
holtikultura dan perkebunan yang tidak kontinyu serta produksinya kecil, langsung dipasarkan ke luar kota (kasus pada komoditas semangka dan cabe yang dijual petani dari desa sampel ke Kota Prembun maupun Kebumen). Untuk produksi jeruk dan benih jeruk yang melimpah dari beberapa desa, transaksi pada umumnya tidak melalui Kota Kutoarjo, tetapi langsung dibawa ke kota lain. Hal ini karena jeruk merupakan produksi yang tidak tahan lama (non durable
commodity), sehingga pedagang Kota Kutoarjo tidak berani membeli dalam skala besar.
Untuk produksi yang tahan lama seperti alat-alat pertanian
sederhana pedagang Kota Kutoarjo hanya membeli untuk menyediakan kebutuhan lokal dan regional (wilayah hinterland Kota Kutoarjo ), sedangkan pemasaran ke kota besar seperti Cilacap, Bandung, Jakarta dan Sumatera langsung dilakukan oleh pedagang desa (Desa Suren). Peranan ini terlihat pada aliran barang dari desa ke kota (keterkaitan ekonomi).
78
2.
Sebagai Pusat Penyedia Sarana Produksi Pertanian . Kota Kutoarjo berperan sebagai pusat penyedia sarana produksi pertanian, baik secara langsung kepada konsumen maupun kepada pedagangpedagang di desa (toko, pasar, KUD). Untuk desa-desa yang berdekatan dengan Kota Kutorujo (Desa Wirun dan Desa Suren Kecamatan Kutoarjo) pada umumnya membeli benih pertanian, pupuk dan obat pertanian serta alat-alat pertanian sederhana langsung di Kota Kutoarjo. Meskipun harga tidak jauh berbeda dengan harga di Kota Kutoarjo (dengan biaya transport lebih murah membeli di desa), namun mereka ke kota sambil mencari hiburan (melihat suasana kota). Untuk desa-desa lain yang jauh dari Kota Kutoarjo, pada umumnya membeli input pertanian di toko atau KUD terdekat.
3.
Sebagai Pusat Pengolahan Produksi Pertanian. Tidak seperti temuan Jong dan Steenbergen (1987) yang menyebutkan bahwa Kota Banjarnegara sebagai pusat industri kecil-besar yang mengolah hasil-hasil pertanian. Industri pengolah hasil pertanian hanya perusahaan minyak Seehin ( di Kelurahan Semawung Daleman) yang mengolah kopra untuk dijadikan minyak, namun tidak berkembang karena banyaknya produksi pabrik sekala besar dari kota besar (seperti Bimoli). Dengan ditetapkannya kawasan industri di pantai selatan (kawasan pantai di Kecamatan Grabag), yaitu pada tahap awal sebagai bangkitan kawasan dengan industri kertas di Desa
79
Harjobinangun, maka kemungkinan peranan Kota Kutoarjo sebagai pusat pengolahan hasil-hasil pertanian akan semakin kecil. 4.
Sebagai Pusat Informasi dan Penyebaran lnovasi Teknologi Pertanian. Secara non formal informasi dan inovasi teknologi pertanian disebarkan ke masyarakat sekitar Kota Kutoarjo melalui pedagang toko penyedia input pertanian, pedagang di pasar, maupun penjual produksi pertanian dari desa lain di Kota Kutoarjo. Radio swasta niaga GSP dan SPMA Negeri serta lahan percobaan dapat menjadi pusat penyebaran informasi dan inovasi pertanian.
5.
Sebagai Pusat Transportasi. Fasilitas kota yang berpengaruh terhadap keterkaitan desa-kota dan dalam produksi pertanian di desa, antara lain transportasi sebagai sarana pelayanan kota (Lindert, 1997.). Kota Kutoarjo memiliki peranan yang besar sebagai pusat pelayanan transportasi terutama dengan adanya stasiun Kereta Api dengan jalur Kota Kutoarjo-Jakarta (Kereta Api Sawunggalih) selain sebagai titik henti kereta lain (jalur Jakarta-Yogyakarta, Solo maupun Surabaya) yang merupakan jalur nasional. Selain itu juga menjadi pusat pelayanan transportasi jalur lokal maupun regional yang menghubungkan ke desa-desa dan ke kota lain.
6.
Sebagai Pusat Perbelanjaan (Grosir). Kota
Kutoarjo
mempunyai
peranan
yang
besar
sebagai
pusat
perbelanjaan, terutama barang-barang yang tahan lama. Barang-barang tahan lama (durable commodity) yang tersedia dan dibeli oleh masyarakat desa-desa,
80
antara lain barang-barang elektronik, sepeda, sepeda motor), pakaian dan kebutuhan sehari-hari seperti sabun, odol dan sebagainya. Barang-barang yang tidak tahan lama (non durable commodity) seperti sayuran dan keperluan seharihari yang tersedia di pasar Kutoarjo dibeli oleh pedagang-pedagang desa yang dipasarkan ke rumah-rumah dan di pasar desa (Pasar Grabag, Pituruh, Butuh, Wareng), namun untuk skala besar penduduk desa berbelanja ke Kota Kutoarjo. 7.
Sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan. Pendidikan dan Hiburan. Peranan kota kecil terhadap desa-desa sekitamya, antara lain sebagai pusat pelayanan kesehatan, pendidikan dan hiburan. Sebagai fungsi pelayanan kesehatan hirarki pelayanan di Kota Kutoarjo dibawah Kota Purworejo yang merupakan ibukota Kabupaten. Rumah Sakit Umum Kota Kutoarjo secara hirarki dibawah RSU Purworejo, Apotik Daerah di Kota Kutoarjo juga dibawah koordinasi apotik daerah di Kota Purworejo. Namun Kota Kutoarjo memiliki Rumah Sakit Swasta yang diminati penduduk desa-desa sekitar Kota Kutoa.Ijo, yaitu Rumah Sakit Palang Biru (mitra kerja Rumah Sakit Bhetesda Yogyakarta). Sebagai pusat pelayanan pendidikan Kota Kutoarjo dibawah Kota Purworejo sebagai pusat ibukota Kabupaten Purworejo. Namun demikian kota ini memiliki sekolah kejuruan negeri yang tidak dimiliki Kota Purworejo, antara lain SMEA Negeri dan SPMA Negeri. Pada saat ini sedang dibangun kampus Akademi Teknik Nasional (ATN) yang berada di Kelurahan Kutoarjo.
81
Sebagai pusat pelayanan hiburan, Kota Kutoarjo belum dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga pola rekreasi penduduk desa-desa ke Kutoarjo terbatas dengan belanja keperluan sehari-hari, makanmakan (di pasar maupun eli toko atau warung). Sarana hiburan seperti gedung Bioskop, studio radio tidak terlalu diminati seperti dahulu, karena perkembangan siaran Televisi, VCD/rental CD hingga ke desa. Hiburan lain berupa olah raga sepak bola, pasar malam yang bersifat temperer eli alun-alun. Dari wawancara menunjukkan kota ini belum berperan sebagai pusat pelayanan hiburan. 8.
Sebagai Penyerap Tenaga Kerja·di Bidang Non pertanian. Secara teoritis kota kecil memiliki peranan sebagai penyerap tenaga kerja non pertanian (offfarm employment), namun kenyataannya yang terserap eli Kota Kutoarjo sangat kecil dan hanya terbatas pada sektor perdagangan dan jasa. Dari sisi peluang keJ.ja Kota Kutoarjo belum mampu memberikan kesempatan kerja bagi tenaga keJ.ja trampil dan terdidik, serta yang menginginkan pendapatan yang memadai (pekerjaan formal). Tenaga kerja dari desa umumnya menjadi pelaju (commmuters). Secara keseluruhan
dari
kedelapan peranan
Kota Kutoarjo
diatas,
menunjukkan bahwa magnet kota ini cukup kuat untuk menarik kegiatan ekonomi desa-desa hinterlang di wilayah barat yang relatif lebih subur dan produktif.
82
E. Karakteristik Kegiatan Ekonomi Desa-desa Sampel Dari teori diatas agaknya desa-desa di daerah penelitian barn pada tingkat kedua dan akan menginjak pada tingkat ketiga. Pada Desa Grantung yang terletak sangat strategis, yaitu berada tepat di tengah-tengah antara Kota Kutoarjo dan Kota Purworejo, berada tidak jauh dWi tenninal bus Kota Purworejo, memiliki pertumbuhan ekonomi 34,39 %, pendapatan desa Rp. 7.171.800.000,- dan pendapatan per kapita Rp. 10.625.000,- pada tahun 2000 (tertinggi). Pendapatan ekonomi desa yang tinggi di Desa Grantung selain didukung oleh kegiatan sektor pertanian yang beraneka ragam (jeruk), juga didukung oleh sektor industri, perdagangan dan jasa. Sektor pertanian hanya 41,5 % (318 jiwa), selebihnya 14,6 % (112 jiwa) di sektor industri, 38,5% (295 jiwa) di perdagangan dan 5,5% (42 jiwa) di jasa. Prosentase sektor jasa terbesar di Desa Wirun yang mencapai 20,7% (603 jiwa), namun sektor pertanian masih sebesar 58,5% (1.708 jiwa). Banyaknya penduduk yang bekerja di sektor jasa sebagian besar di bidang jasa angkutan dan konstruksi (di desa dan Kota Kutoarjo ), yaitu menjadi sopir dan kemet serta buruh bangunan bagi pengusaha di Kota Kutoarjo. Penduduk Desa Wirun (termasuk wilayah Kecamatan Kutoarjo) dan dekat dengan Kota Kutoarjo hanya 12,5% (365 jiwa) di sektor industri dan hanya 8,4 % (244 jiwa) di sektor perdagangan. Desa Wirun memiliki pendapatan desa Rp. 4.648.181.000,- dan pendapatan per kapita Rp. 2.079.000,- (ranking ketiga). Penurunan pendapatan desa maupun per kapita Desa Wirun disebabkan penurunan produksi pertanian. Pada tahun 1998 pendapatan Desa
83
Wirun tertinggi meskipun pendapatan per kapita masih lebih rendah dengan Desa Grantung. Desa Suren memiliki pendapatan desa pada tingkat kedua setelah Desa Grantung (tahun 2000) dan dibawah Desa Wirun pada tahun 1998. Namun karena penduduknya terbanyak mengakibatkan pendapatan per kapitanya rendah. Desa Suren yang memiliki keunggulan }iada usaha industri pandai besi hanya 3,3 % (98 jiwa), sedangkan dominasi usaha masih di sektor pertanian (70,1% atau 2.077 jiwa). Sektor perdagangan mencapai 21,1 % (626 jiwa) dan jasa 5,5 % (162 jiwa). Penurunan
r~ndapatan
desa dan per kapita Desa Suren juga disebabkan penurunan
produksi pertanian. Desa Butuh yang terletak di tepi jalan raya Kota Kutoarjo- Kota Prembun/ Kebumen, meskipun berdekatan dengan ibukota Kecamatan, memiliki fasilitas kelembagaan berupa BRI Unit Kecamatan Butuh dan Pasar Desa, usaha penduduk masih didominasi sektor pertanian (89,3 % atau 1.205 jiwa). Sektor industri hanya 14,6% (112 jiwa) dan 3,3% (45 jiwa) di sektor perdagangan serta 3,2% (43 jiwa) di sektor jasa. Struktur ekonomi yang masih didominasi pertanian (tahap pertama dalam jenjang usaha pertanian), disebabkan sumberdaya manusia yang kurang terampil dalam bidang pertanian dan industri, kurangnya modal untuk usaha di bidang jasa, sehingga lokasi yang sangat setrategis dilalui jalan dengan nilai LHR terbesar belum dimanfaatkan oleh penduduk Desa Butuh untuk meningkatkan usahanya. Usaha pertanian yang kurang maju (komoditas hanya padi dan usaha komoditas lainnya semangka dan cabe masih jarang dan dengan skala kecil yang
84
dalam usabanya terhitung rugi) tidak mendorong usaba di sektor lainnya. Struktur ekonomi yang stagnan menyebabkan pendapatan penduduk desa rendab. Kondisi ini ditunjukkan oleh penurunan produksi pertanian dan rendahnya keuntungan yang didapat dari usaba taninya. Dilihat dari kesuburan tanahnya baik Desa Wirun, Suren dan Butuh termasuk subur (hanya Desa Butuh sering dilanda banjir), namun dengan makin naiknya harga pupuk dosis pemupukan dikurangi, serta gangguan hama dan banjir. Desa Pituruh yang memiliki fasilitas kelembagaan berupa pasar umum dan pasar hewan serta BRI Unit, pada tabun 2000 memiliki pendapatan desa dibawab Desa Wirun (Rp. 3.267.200.000,-) dan pendapatan per kapita Rp. 3.491.000,- (kedua setelab Desa Grantung). Pertumbuhan ekonomi hanya 3,62 % disebabkan karena masyarakat desa ini lebih suka menabung dari basil pertaniannya, dibanding untuk spekulasi usaba di bidang non pertanian seperti masyarakat Desa Kedunglo. Wilayab ini memiliki laban sawab yang subur baik untuk padi maupun kedelai. Kendala produksi pertaniannya adalab disebabkan banjir dan kurangnya pemanfaatan teknologi penyemprotan dan pemupukan. Desa Patutrejo yang memiliki pendapatan desa Rp. 1.384.097.000,- dan pendapatan per kapita Rp.2.544.000,- pada tabun 2000 hanya mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 8,59 % sebagai akibat sumbangan sektor industri, perdagangan dan jasa yang sangat tinggi. Namun di sektor pertanian mengalami penurunan yang sangat besar (-25,8 %). Hal ini disebabkan oleh pemanfaatan laban pantai yang hanya disewakan kepada swasta (tebu) maupun penduduk luar desa untuk penanaman semangka. Sebagian besar laban di wilayab
85
ini merupakan lahan kering yang terdiri dari pasir (sand dune) dengan komoditas tertentu yang dapat berproduksi secara baik (tebu, kapas, semangka). Wilayah pantai ini juga dijadikan areal pertambangan pasir besi yang secara ekonomis belum terdapat dampak penggandaan terhadap kegiatan (sektor) lain. Desa Kedunglo yang teJetak di wilayah pegunungan dengan potensi sumberdaya alam non sawah (relatif kurang subur), usaha pertanian masih didominasi tanaman ketela dan buah-buahan serta kayu. Komposisi tenaga kerja di sektor pertanian masih 61,7 % (587 jiwa). Sektor industri hanya 1,4% (13 jiwa), sektor perdagangan hanya 17,8% (169 jiwa) dan sektor jasa 19,1 % (951 jiwa). Besamya sektor jasa didukung oleh penduduk yang bekerja pada jasa angkutan dan bangunan yang bekerja di kota dan luar kota. Usaha ini dipengaruhi oleh Desa Wirun ( pola yang sama), bahkan yang sebelumnya hanya memiliki 13 truk (1998), tahun 2000 menjadi 39 truk. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel6.10.3. terlampir (L-45). Perkembanganjasa angkutan yang pesat ini didukung oleh rendahnya peluang usaha di bidang pertanian dan industri, meluasnya usaha konstruksi (bangunan jalan, jembatan dan perumahan) di luar kota. Kondisi ini menandakan kebangkrutan ekonomi, karena harus bekerja di luar desa (Effendi, 1995). lndikasi menarik dari kegiatan ekonomi de sa sam pel, an tara lain : 1. Desa Grantung, Kecamatan Bayan yang terletak di tepi jalur Kota KutoarjoPurworejo dengan tingkat keterkaitan desa-kota yang kuat, memiliki pendapatan desa dan pendapatan per kapita dari seluruh kegiatan ekonomi, menduduki angka yang terbesar dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi. Hal ini sebagai dampak
86
keberhasilan usaha pertanian jeruk (produksi buah jeruk dan benih jeruk) dengan laju pertumbuhan sektor pertanian 46,7 % dan didukung oleh sektor industri
(13%), sektor perdagangan (36,87 %) dan sektor jasa (25,93 %). 2. Desa Wirun dan Suren yang berada dekat dengan Kota Kutoarjo dan memiliki akses mudah ke kota memiliki
pertumbuhan ekonomi negatif, karena
pertumbuhan sektor pertanian -14,4 % (Desa Suren) dan Desa Wirun -21,2 %. Penyebabnya adalah penurunan produksi dan harga padi yang menjadi andalan. 3. Desa Butuh meskipun memiliki keterkaitan desa-kota yang kuat, tetapi memiliki pendapatan desa dan pendapatan per kapita yang agak rendah (lebih rendah dari
.
Desa Kedunglo). Hal ini diseb:1bkan rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Dengan dibangunnya kelembagaan berupa pasar desa dan BRI Unit, belum mampu mendorong ekonomi desa. Pasar desa sulit berkembang karena wilayah yang da}Jat menjadi hinterlennya juga memiliki pasar yang lebih berkembang (wilayah utara Pasar Pituruh dan wilayah selatan Pasar Tamansari). G. Hubungan Keterkaitan Desa-Kota dengan Kegiatan Ekonomi Desa. Dari hasil penelitian ditemukan hubungan antara keterkaitan desa-kota dengan kegiatan ekonomi desa. Keterkaitan desa-kota yang kuat (karena transportasi umum dan kendaraan pribadi), memungkinkan peningkatan peluang usaha dari pertanian ke kegiatan off farm dan non farm (industri, perdagangan dan jasa). Dengan peningkatan pendapatan dan kegiatan non pertanian (perdagangan dan jasa) dapat meningkatkan keterkaitan desa-kota. Keterkaitan sosial semakin kuat, jika
87
pendapatan ekonomi masyarakat lebih baik. Hal ini ditunjukkan adanya kunjungan untuk pemeriksaan kesehatan bagi penduduk dengan pendapatan tinggi ke Kota Kutorujo sebagai tempat pelayanan kesehatan). Dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan dan hiburan (rekreasi), bagi penduduk yang berpenghasilan baik, bidang kegiatan non pertanian frekwensi kunjungan ke kota lebih besar dan cenderung menyekolahkan anak ke kota serta frekwensi kunjungan kepada keluarga dan ternan di kota menjadi lebih banyak. Dari klasifikasi keterkaitan desa-kota dengan kegiatan ekonomi desa terlihat Desa Grantung memiliki keterkaitan fisik kuat dan ekonomi desa berkembang baik, sedangkan · Desa Butuh memiliki perkembangan ekonomi kurang baik. Hal ini disebabkan karena kualitas sumberdaya manusia (tingkat pendidikan) lebih rendah (Tabel 6.10.1. pada lampiran L-43 menunjukkan indeks tingkat pendidikan Desa Butuh terendah).
Desa Suren dan Wirun dengan
keterkaitan agak kuat memiliki perkembangan ekonomi agak tinggi. Desa Patutrejo · memiliki keterkaitan fisik agak kuat, tetapi pendapatan desa rendah. Desa Girimulyo memiliki keterkaitan fisik lemah dan pendapatan desa rendah. Untuk melihat hubungan antara keterkaitan desa-kota (keterkaitan fisik) dengan kegiatan ekonomi atau pendapatan desa dapat dilihat dengan model kwadran (dibagi 2 kelas) yaitu: 1. Penyederhanaan klasifikasi keterkaitan desa-kota. a. Keterkaitan desa-kota kuat (agak kuat-kuat). b. Keterkaitan desa-kota tidak kuat (lemah-agak lemah). 2. Penyederhanaan klasifikasi pendapatan desa dan pendapatan per kapita.
88
a. Pendapatan desalsektor dan perkapita tinggi (agak tinggi-tinggi). b. Pendapatan desalsektor dan per kapita tidak tinggi (rendah-agak rendah). Dengan demikian dapat disusun model kwadran sebagai berikut : Keterkaitan Desa - Kota Tidak Kuat
Kuat ~
Vl
Q)
0 ~
-a
~
~
s= Q)
0....
"5h2 on~
S:::::\0
c;\~ E= .._
"5h .soo2 r--:::g;
~ M~
:9V
E-<'-"
1. Desa Grantung 2. Desa Wirun 3. Desa Suren
1. DesaButuh 2. Desa Patutrejo
.
Tidak Ada
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Desa Pucang Agung Desa Wareng De sa Pi turuh Desa Megulung Kidul Desa Kedunglo Desa Girimulyo
Skema 6.9.1. Hubungan Keterkaitan Desa-Kota dengan Pendapatan Desa Dari model diatas terlihat bahwa Desa Grantung, Wirun dan Suren yang memiliki keterkaitan desa-kota yang kuat memiliki pendapatan desa yang tinggi. Sebaliknya Desa Pucang Agung, Wareng, Pituruh, Megulung Kidul, Kedunglo dan Girimulyo yang memiliki keterkaitan desa-kota yang lemah, pendapatan desa rendah. Dengan tidak ada desa yang memiliki keterkaitan desa-kota yang lemah, pendapatan desa yang tinggi berarti keterkaitan desa-kota berpengaruh terhadap pendapatan desa. Hubungan keterkaitan desa-kota dengan pendapatan ekonomi desa menurut struktur ekonomi desa dapat dilihat pada Skema 6.9.2 sebagai berikut:
89
Keterkaitan Desa-Kota Tidak Kuat Kuat Sektor Pertanian Sektor Pertanian ~ Desa Grantung Tidak Ada -.:t 00~ .... Sektor lndustri Sektor Industri .s ~ TidakAda Tidak Ada /\I ...._, ~ CZl Sektor Perdagangan Sektor Perdagangan '5b 00 Desa Grantung & Suren Tidak ada Vl "'~ .5 E-< Sektor Jasa Sektor Jasa Cl TidakAda Desa Wirun a ...... Sektor Pertanian -.:t "'"0~ 00~ Desa Patutrejo, Butuh, Wirun &Suren Sektor Pertani~ c:: Sektor Industri ~ Industri. Perdagangan dan v ~ ...._, Desa Grantung, Patutrejo, Butuh, .... Jasa . ....0 Wirun dan Suren Desa Pucang Agung, ·~~ ~ Sektor Perdagangan CZl .s Wareng, Pituruh, Desa Butuh, 'Nirun dan Patutrejo E-< Megulung Kidul, Sektor Jasa ~ Kedunglo dan Girimulyo "0 Desa Grantung, Suren, Patutrejo E-< dan Butuh Skema 6.9.2. Hubungan Keterkaitan Desa-Kota dengan Pendapatan Menurut Sektor
-
-
~
·-
Desa Grantung memiliki keterkaitan kuat dan kegiatan off farm atau non . pertanian tinggi (> 50 %), pendapatan desa dan income per kapita yang tertinggi. Desa Patutrejo memiliki keterkaitan kuat tetapi kegiatan off farm terendah (9,3 %). Desa Kedunglo memiliki keterkaitan rendah, kegiatan off farm 38,3 %. Desa Girimulyo dengan keterkaitan lemah, kegiatan ekonominya rendah. Hal ini membuktikan bahwa keterkaitan desa-kota berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi (usaha) desa yang ditunjukkan adanya diversifikasi kegiatan pertanian dan di luar pertanian baik yang terkait dengan pertanian maupun tidak. Hubungan keterkaitan desa-kota dengan kegiatan ekonomi (jumlah tenaga keija menurut sektor) dapat dilihat pada Skema 6.9.3. sebagai berikut:
90
~
..-..
cJ.
0 0
I
0
trl
'-"
"Oll 0.0
C' :l
.s E-<
Q
·-e
0 .....
~
Q)
C':l
·p
I. 2. 3. 4.
Q)
~
C':l
0.0
C':l
c:: Q) ..... ~
§-.
0
c::
0
~
~
.§
1.
·~ Q) ~
.....
2
='
5 ::E ..-.. cJ.
·~Q) ~
~
0
trl
v I
0
C':l
'-"
E-<
.s
c:: "Oll Q) 0.0
E-<
~
~
0
~ Q)
Sektor Pertanian Desa Grantung (41 ,5%) Sektor Industri Desa Grantung (14,6%) Desa Winm (12,5%) Desa Butuh (4,2 %) Desa Suren (3,3 %) Desa Patutrejo (3,0 %)
C':l
·p Q)
~
C':l
0.0
C':l
c:: Q) ..... ~
·- s-.=' '"0
1. 2. 3. 4. 5.
Keterkaitan Desa-Kota Kuat Tidak Kuat Sektor Pertanian Sektor Pertanian DesaPatutrejo (90,7 %) 1. Desa Megulung Kidul (90,6%) 2. Desa Wareng (87,3%) Desa Butuh (89,3%) 3. Desa Girimulyo (83,6%) Desa Suren (70, 1%) Desa Pucang Agung (66,9 %) 4. Desa Winm (58,5%) 5. Desa Desa Kedunglo (61 ,7 %) 6. Desa Pituruh (57,7 %) Sektor Industri Sektor Industri Tidak Ada TidakAda Sektor Perdagangan Sektor Perdagangan Tidak ada TidakAda Sektor Jasa Sektor Jasa Tidak Ada TidakAda
1. 2. 3.
4. 5.
. Sektor Perdagangan Desa Grantung (38,5%) Desa Suren (21 ,1 %) Desa Winm (8,4%) Desa Butuh (3,3 %) Desa Patutrejo (1,4 %)
E-<
1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Sektor Jasa
1. Desa Wirun (20,7 %) 2. Desa Grantung (5,5%) 3. Desa Suren-(5,5%) 4. Desa PatutreJO (4,9 %) 5. Desa Butuh (3 ,2 %)
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Sektor Pertanian Tidak ada Sektor Industri Desa Pucang Agung (28,5%) Desa Wareng (7,6%) Desa Pituruh (2,5%) Desa Megulung Kidul (0,5 %) Desa Kedunglo (1,4 %) Desa Girimulyo (4,2 %) Sektor Perdagangan Desa Pituruh (22,5%) Desa Kedunglo (17,8 %) Desa Girimulyo (8,7%) Desa Wareng (4,3%) Desa Pucang Agung ( 1,5%) Desa Megulung Kidul (1,5%) Sektor Jasa Desa Kedunglo ( 19,1%) Desa Pituruh ( 17,3 %) Desa Megulung Kidul (7,4 %) Desa Pucang Agung (2, 7 %) Desa Girimulyo (3,5 %) Desa Wareng (0,7 %)
Skema 6.9.3. Hubungan Keterkaitan Desa-Kota dengan Jumlah Tenaga Kerja
91
Hubungan keterkaitan desa-kota dengan kegiatan on farm dan offfarm/non
farm dapat dilihat pada Skema 6.9.4. di bawah ini:
~
t2
---~ 0 0
<§ .....
·s
I
0
0
0
'-"'
s::
V"l
~
'5h
~
.9
~
·~
00
E-<
·-s 0
s:: 0
~
~
~
~
'5h (I) ~
(I)
~
--- ·s
·~ ..... ~ (I) ~
~
s:: (I) E-<
0
V"l
v I
0
'-"'
..c:: ('j ~ '"0 s:: (I)
]......,
~
0
s:: 0
~
~
~ ..... ('j
'5h (I) ~
Keterkaitan Desa-Kota Kuat Tidak Kuat Kegiatan On Farm Kegiatan On Farm 1. Desa Patutrejo (90,7 %) 1. Desa Megulung Kidul (90,6%) 2. Desa Butuh (89,3%) 2. Desa Wareng (87,3%) 3. Desa Suren (70,1%) 3. Desa Girimulyo (83,6%) 4. Desa Wirun (58,5%) 4. Desa Pucang Agung (66,9 %) 5. Desa Desa Kedunglo (61,7 %) 6. De sa Pi turuh (57,7 %) Ke£riatan Off Farm Ke£riatan O[f Farm Tidak Ada 1. Desa Grantung (58,5%) Ke£riatan On Farm Kegiatan On Farm Desa Grantung (41 ,5%) Tidak ada Kegiatan Off Farm Ke£riatan O[f Farm 1. Desa Winm (41,5%) 1. Desa Pituruh (42,3%) 2. Desa Suren (29 ,9 %) 2. Desa Kedunglo (38,3 %) 3. Desa Butuh (10,7 %) 3 . Desa Pucang Agung (33, 1%) 4. Desa Patutrejo (9,3 %) 4. Desa Girimulyo (16,4 %) 5. Des a Wareng ( 12,7%) 6. Desa Megulung Kidul (9,4 %)
.
Skema 6.9.4. Hubungan Keterkaitan Desa-Kota dengan Kegiatan On Farm dan Offfarm/Non Farm
Mengingat pendapatan desa yang tinggi belum tentu mencerminkan pendapatan per kapita yang tinggi, terutama pendapatan per kapita menurut sektor, maka juga dilihat hubungan keterkaitan desa-kota dengan pendapatan per kapita baik sektoral maupun dari keseluruhan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Skema 6.9.5 sebagai berikut:
92
0. C'CI
§
§Q)
C'CI~
A..
Tidak Kuat
E-
t\1
Tidak Ada
Desa Grantung
r:l)
0.0
-e c:: 0
Kuat
00~
~~ ~
-.s ":, -.6b .f9 ::I
C'CI
.-:: ~
Keterkaitan Desa-Kota
~c::
":, "etr~ 0
v
~--
~
·=
Desa Winm , Suren, Butuh dan Patutrejo.
Desa Pucang Agung, Wareng, Pituruh, Megulung Kidul, Kedunglo dan Girimulyo
Skema 6.9.5. Hubungan Keterkaitan Desa-Kota dengan Rata-rata Pendapatan Per Kapita Dilihat dari pendapatan per kapita secara keseluruhan terlihat desa dengan keterkaitan yang kuat serta memiliki pendapatan per kapita yang tinggi hanya Desa Grantung. Desa Suren, Wirun, Butuh dan Patutrejo yang memiliki keterkaitan desakota yang kuat memiliki pendapatan per kapita yang rendah. Hal ini terjadi karena sektor pertanian (pertanian padi sawah) yang merupakan sektor andalan di desa itu · mengalami kemerosotan jumlah produksi dan harga, sehingga pendapatan per kapita penduduk diem pat desa tersebut menjadi rendah. Seperti halnya dengan pendapatan desa, tidak terdapat desa dengan keterkaitan desa-kota yang lemah yang memiliki pendapatan per kapita yang tinggi (ditunjukkan oleh Desa Pucang Agung, Wareng, Pituruh, Megulung Kidul, Kedunglo dan Girimulyo). Untuk melihat hubungan keterkaitan desa-kota dengan pendapatan per kapita menurut sektor dapat dilihat pada Skema 6.9.6. sebagai berikut:
93
Kuat ,.-.._
s
~ ~
r:-
.s'""
~
C1)
1'/.)
~c::
6.1
"50
0'"" .....
~
C1)
1'/.)
0.0
·c::
~
C1)
:E
·-s
~
,.-.._
C1)
'""
"""~
~
~
~
~ ..... C':S
0.. C':S
"tj
c:: C1)
~
C':S ..... ::l
r:-
v
"-'
"50 0.0
.s ~
-'""
Keterkaitan Desa-Kota Tidak Kuat
Sektor Pertanian Desa Grantung Sektor lndustri Desa Suren, Grantung dan Patutrejo Sektor Perdagangan Desa Grantung & Paturejo Sektor Jasa Desa Grantun~ & Suren Sektor Pertanian Desa Butuh, Wirun & Suren
Sektor lndustri Desa Patutrejo, Butuh,Wirun & Suren
0
~
C1)
1'/.)
Sektor Perdagangan Desa Butuh, Wirun & Suren
~ "tj ~
Sektor Jasa Desa Wirun, Patutrejo & Butuh
Sektor Pertanian Tidak Ada Sektor Industri Tidak Ada Sektor Perdagangan Tidak ada Sektor Jasa Tidak Ada Sektor Pertanian Desa Pucang Agung, Wareng, Pituruh, Megulung Kidul, Kedunglo, Girimulyo Sektor Industri Desa Pucang Agung, Wareng, Pituruh, Megulung Kidul, Kedunglo dan Girimulyo Sektor Perdagangan Desa Pucang Agung, Wareng, Pituruh, Megulung Kidul, Girimulyo Sektor Jasa Desa Kedunglo, Pucang Agung, Wareng, Pituruh, Megulung Kidul, Girimulyo
Skema 6.9.6. Hubungan Keterkaitan Desa-Kota dengan Pendapatan/Kapita Menurut Sektor Dari model kwadran diatas terlihat bahwa Desa Suren dan Patutrejo yang memiliki keterkaitan desa-kota yang kuat memiliki pendapatan per kapita sektor (tidak seluruh sektor) yang tinggi sedangkan Desa Grantung memiliki pendapatan keempat sektor yang tinggi. Hal ini membuktikan bahwa keterkaitan desa-kota yang tinggi berpengaruh terhadap pendapatan per kapita menurut sektor. Dari basil analisa regresi antara variabel pendapatan desa (Independent) dengan keterkaitan desa-kota (independent) menunjukkan hubungan yang erat (R =
94
0,982). Pendapatan desa 65% dapat dijelaskan oleh konektivitas, LHR, Model gravitasi, jarak, lembaga keuangan, perdagangan, pendidikan dan kesehatan, sedangkan 35% dapat dijelaskan oleh variabel lain (Adjusted R Square
=
0,650).
Hubungan antara keterkaitan desa-kota dengan rasio kegiatan off farm dengan on
farm menunjukkan hubungan yang sangat erat (R
=
0,974), namun hanya 48,6%
yang dapat dijelaskan dari 9 variabel keterkaitan desa-kota dan 51,4% dijelaskan oleh variabel lainnya. Dari
ang~a
korelasi menunjukkan hubungan antara
pendapatan desa dengan perbandingan kegiatan off farm dengan on farm cukup kuat (korelasi sebesar 0,6). Korelasi positif berarti se1nakin tinggi rasio antara kegiatan
offfarm dengan on farm akan meningkatkan pendapatan desa. Hubungan ini sangat signifikan dan dapat dipakai karena nilai signifikansi 0,01 (<0,05). Namun korelasi antara keterkaitan desa-kota dengan rasio perbandingan kegiatan off farm dengan on farm tidak menunjukkan hubungan yang cukup kuat (korelasi <0,5). Semakin dekat jarak desa-kota semakin tinggi kegiatan off farm dan juga semakin tinggi pendapatan desa. Dari Analisa korelasi hubungan antar variabel dependent dan
independent menunjukkan bahwa : I. Korelasi positif antara tenaga kesehatan dengan rasio kegiatan offfarm/on farm berarti semakin banyak tenaga kesehatan, semakin besar kegiatan offfarm atau sebaliknya. Besar korelasi 0,548 (>0,5) berarti hubungan cukup kuat, dengan signikansi 0,022 (<0,05) berarti korelasi dapat digunakan.
95
2. Korelasi positif antara tenaga kesehatan dengan Iembaga kesehatan berarti
semakin tinggi Iembaga kesehatan, semakin banyak tenaga kesehatan. Korelasi 0,714 (>0,5) berarti hubungan kedua variabel cukup kuat dan hubungan kedua variabel dapat digunakan karena siginikansi 0,008 (<0,05). 3. Korelasi negatif antarajarak dengan keterkaitan desa-kota, berarti semakin dekat jarak, semakin kuat keterkaitan desa-kota. Korelasi 0,525 (>0,5) berarti korelasi cukup kuat dan korelasi dapat
di'~nakan
(siginikansi 0,043).
4. Korelasi negatif antara jarak dan pendapatan desa, berarti semakin dekat jarak. semakin tinggi pendapatan desa. Hubungan kedua variabel cukup kuat dan dapat digunakan karena korelasi 0,736 (>0,5) dan signifikansi 0,002. 5. Korelasi negatif antara koneksi (waktu tempuh) dengan pendapatan desa, berarti semakin pendek waktu tempuh desa-kota. semakin tinggi pendapatan desa. Hubungan cukup kuat korelasi 0,598 (>0,5). 6. Korelasi positif antara gravitasi dengan keterkaitan desa-kota berarti semakin besar gravitasi. semakin ktlat keterkaitan desa-kota. Hubungan kedua variabel cukup kuat dan dapat digunakan (korelasi 0,737, signifikansi 0,03). 7. Semakin pendek waktu tempuh. semakin kuat keterkaitan desa-kota dengan hubungan sangat kuat dan dapat digunakan (korelasi 0,845, siginifikansi 0,01). Dari
matriks hasil penilaian indikator keterkaitan desa-kota, skala
kelembagaan, skala tingkat pendidikan, skala rasio perbandingan kegiatan off farm dengan on farm menunjukkan bahwa antara keterkaitan desa-kota, tingkat
96
kelembagaan dan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap rasio kegiatan off farm dengan on farm, pendapatan desa dan pendapatan sektor serta pendapatan per kapita (agregat maupun sektor). Dilihat dari kasus desa-desa sampel terlihat bahwa: 1. Pada desa dengan keterkaitan desa-kota yang kuat (didukung tingkat pendidikan yang tinggi) akan merangsang tumbuhnya kegiatan off farm yang tinggi hingga melebihi kegiatan on farm. Diversifikasi kegiatan pertanian dengan komoditas komersial dan non pertanian (terutama perdagangan dan jasa) meningkat. Dampak selanjutnya adalah pendapatan desa dan pendapatan per kapita baik secara keseluruhan (agregat) maupun menurut sektor juga meningkat. Meskipun demikian pada beberapa desa dengan keterkaitan kuat dominasi atau penonjolan kegiatan yang berbeda tergantung pada potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia di desa. Lembaga keuangan, perdagangan, pendidikan dan kesehatan memanfaatkan pelayanan di Kota Kutoarjo maupun dari desa terdekat. 2. Pada desa dengan tingkat kelembagaan tinggi dan tingkat pendidikan penduduk yang tinggi (didukung oleh banyaknya penduduk dengan pendidikan SLTA keatas), namun keterkaitan desa-kota lemah kegiatan masih didominasi oleh pertanian sehingga baik pendapatan desa maupun pendapatan per kapita rendah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran halaman L-48 sampai dengan L-57 dan matriks (Tabel 6.13 dan Tebel 6.14) serta peta hubungan keterkaitan desakota dengan kegiatan ekonomi desa dibawah ini :
Tabd 6.13. Matrik Indikator Keterkaitan Desa-Kota, Kelembagaan, Tk. Pendidikan Penduduk dan Kegiatan Ekonomi Desa Keterkaitan Fisik
No.
Desa
11~1 6:~
....
Wuun
-l
Kelembagaan
5 ~ j
j
~ ·:;
~
.. s
Oil .iil
5 ~ ~ ~ 8 ~ ~ 0
e ~
~
.:l f-<
~
!
~
:a
.§
i:a j
Kegiatan Ekonomi Desa
~
i0
~~
~
1 .. "'
32
"'
f-<
~
~ l.
~::5!
"CC
"CC
I
~
r/l
§
'; ;! .~ ~ aoo.. ~ 1:::
~
I;
~
Q'
~
tS
.~
~
.~
Incorre Sekta
.,
!5
S1j
;i ·_g
s Cb
~ ·~ .g i ~ 3 t s ~ .... 0.. t
0..
lncorno'Kapita
~·_g
t()
. .g ! 0..
s
0..
3 1 1 1 2 1 2 1 4 1 I21 0,50' 0,287' 0,185' 1.000 , 0.682' 1.000 r.~~~·~~~im.t~ 0,841 0.711 0.461 3
ij
~
fi
3
~Agung
3
I
I
I
2
4
Grattmg
3
4
4
4
4
: l? J?~ 0,191
5
Bltuh
3
4
4
4
4
\I~ ;)i~
6
Wareng
2
1
1
I
2
7
Patutrejo
2
I 2 I 3 I 4 I 3 I I41 0,641 0.2351 o,o74 l o,ooo I o,046I o,400 I o,755l 5.672
I 0,291 o,10 I o,oo I II II II 1 I II II II II II
8
Pitu'Uh
11
KedtmgLo
2
I I I I I I I 3 I 8 I0,2II 0,000 I 0,000 I 0,000 I 0,2271 0,200 I 0,4271 6.741
I 0,38 I 0,62 1 0,40 I 2 I
0,185 0,000 0,455 0,200 1,031
0,890 0,407 0,000 0,091 0,700
13.236 0,92
~~~ ~~7i~
7 0,14 0,515 0,333 0,000 0,000 0,200 1,048
4.653
~
2
2
2
2
1
1
I
1
I
1 14 0,29 I,I7
~:«t ~~ ~J t.~ ~* ~~j
I
}~
1
~~
1
~~1£
4,95
0,00 0,12 O,Ql
I
I
2
I
1
I
I
I
I
I
11 O,o7 3,I7
0,2I 0,15 O,oJ
2
2
2
1
1
1
I
I
I
I
13 0,21 1,65
I I 1
tl:~£1 ...... ...
I
qto I o,oo 11,69
I I I I I I 121 0,141 I,56
File:lYMy DocumenJIYu/i/l'esis!Daa Desa!S/wr Jaw Keu-perrlag Desa'Malrik
Sumber: Hmil Penilaim .Keterangan :
0,2I 0,49 0,30
VJ
s
~
r~ 1211 12 UlM 1 1~ t~ ~ 17, 0,50 ,5,46
Suren
4.685
~
f-<"CC ~ 5 :s Q..o
0..
2
8 0,2I 0,007 0,148 0,000 0,000 o,()(;j 0,155
~
....
i
B
Skala
N"tlai Data - N"llai Minimum Nilai Maksimum- N"llai Minimum
\0 ......)
Kaitan
De~aKota
Balik (1122x794xl6M tiff)
PETA
KABUPATIN
TINGKAT KETERKAITAN
WONOSOBO
DESA KOTA
u
*
0
5
10
kiOISer LEGEND A = = - > .llllln KA
- - - Jelen = Jelan Raya - - Su>goi
0
eatas Ke<:emet«l
l2l
Oeeratl Peneillwl
C
Bates~
[!] lbu Kola Katlupaten @ e
KABUPATIN KEBDMm
lbu Kola Kecamelan Desa~
Kelas Keterkaltan • • •
0
Kelas 1(l(uat) Kem I (Agel< Kuet) Kelas I (Agal< l er!WI) l<elas IV (l..ematl)
s-her : Kac.....ws.Dalam. AIIc)ta T&lan 1998
= f)
At>&lisU Studio T allm ~
S II. MUDER/1. HI N DI/I.
l
\t -.M,t\ I. f~IU..."-(' ' ' \ ' ' h1¥r4
l nA' 1)\JR \U
' SJ' ..IU.l t \\C....UUAK \f \8A
\f" •\ At....'\ltl\
\0 00
Kaitan Naker baik (1122x794xl6M tiff)
KABVPA'Jll'f WONOSOBO
PETA m.JBUNGANTJNGKAT KETERKAITAN DESAKOTADINGANKI:GIATANDESA
u
*
10
•
•
kiiOITIZ LEGEND A Jallln KA - - - Jelan JalanRaya =
=->
- - - Sungai
0
Balas Kecametan
C3
~*fall Penellien
D Batas K!!bt4*en [!] bJ Kcn Kabupllen @ KABVPA'Jll'f KEIIlJMilll
•
bJ Kota Kecamaten Desa Sarnpel
Kelas Ketsr1
• •
0
Keglatan Ekonoml (Orang)
Ketas I (KU!l) Kelea I (Agellc Kual) KeleS I (Agalc Lemah) Kelas IV (Lemllh)
• •
..
91
On_1ann Off_faml
Sulabtr : Kac:..,..lm OW. Allck& T olmll998 AN!iris Sl\lolio Tollua 2000
SA.MUDERA. HINDIA.
~~~~
@ '
\'4 \ Gl,l tlt , ...
t
,,r ..\'11' "k.IH\ IU" IU. l..lt \ M
O!Cn.:a~I \,C ._\DJ\M'U".b.\.
\Ol4\ " "'" . "
I \0 \0
PDRB-desa Balik (1122x794xl6M tiff)
PETA BUBUNGANKEn:RKAlrANDISAKOTA DlllfGAN PlllfDAPATAN Pill. SIXI'OR TABUN 1998 DAN 2000
KABtiPA'JDf
WONOSOBO
u
* 5
lO
lil
LEGEND A ==->
Jelln KA
Pendapatan Oesa Per TaiVI (Ribuen Rp) 3.7001100
- - - Jelln
JelanReya
=
~
- - SI.r9ll
0 12
Balas Kecamat.n
o-ah Penealan
C Bites Kli:lupaten @ bJ Kota Kabupeten @ KABllPA'IDf
•
•
• • • •
D
llu Kola ~en •
•
Pertwiln Th 1998 Pertwlian Th 200l ~Th199B hduslrl Th 200) PerdlgMglln Th 1998 Petdagangan Th 200) Jan Th 1998 Jese Th 2000
Den~
KllltiMEN
Kalas Keterkanan • • •
PROPINSJ DlYOGYAKARTA
D
Keles I (Kulll) Kelts I (Agile KUit) Keles • (Agak lemlh) Kelts IV (Lemah)
s.m.\u : Kac:aaot¥ Dalut .<cka Tolom 1998 Aaalisis Stadio Tolom 200l
SAMUDERA BINDIA
I
I=
• .
'
\Hr..bU·• Ftttl..VA' "'-"' lr.trU. OX' n, ,:-a_.\N l 'l\ l &Srf4SQ.U:t.l.Ul )UIM,
•
\tlG'- ~•u
...... 0
0
Pendapatan Per Desa Balik (1122x794xl6M tiff)
PErA HtlBUNGAN KEIDKAli'AN DESA KOTA DII'fGAN PIJIIDAPATAN DESA TABUN 15198 DAN2000
KAB1JPA'Im WONOSOBO
u
* s
o
&:er
10
LEGEND A ==-JelanKA - - - Jelen Jalan IUryo
=
Penclapatan oesa Per TatUl (RI:Juan Rp)
- - - Sl.rlgel
J1
iJ
Betas Kecematen
!JJ
ra
oaerllh Penetitian
C
Blltas K~en
0 0
KABllPA'ltN
@
lbu l
KIBUMEN
•
7.200.000
Talu\1998 Tatuo 200J
[!] lbu K!Xa KllbupSen lmaSampel
Kalas Keterkal1an • • •
PROPINSI DJYOGYAKARTA
0
Kelas I (Kuet) Kelas I (.AQ~ok KUII!) Kelas I (Agak Lemah) Kela$ rv (Lemah)
s-bu : ~-Doloabcka T~ 1998 A..Wis SNdic T.am 2000
=
rum SA.MUDERif. HINDIA.
~,\,
~
~~~
,,
.I
~ACIIS"t~M n:k~tll(A~l..Ait( 1 ' (0 f4 D .L"'i b A.UAH
l t)'l\ ...._'\fr \ SG.\.llJ.\N ~..4 &4 \ 0<:\At'.AXtA
......
0 ......
IncPerKap Sektor Balik (1122x794xl6M tiff)
KABtlPAllN WONOSOBO
PETA HOBUNGAN KEllRKAITAN DESA KOTA DENGANPENDAPATANPmKAPITA MENURUf SIXTOR TAHtJN 1998 DAN2000
u
*
10
liiiOrne!er
LEGEND A = = - > Jlllen KA
- - - Jalan
Pendapatan Per Kapila Pet Tehxl (Ribuan Rp)
JolenRaya
=
- - &.l!J'Ii
0
Betas Kecamatan
C21D-ahl'eneltian
C
Balas ~en
[!] bJ Kcta ~an KABUPAllN
KEBt!MiN
•• I•
@ bJ Kcta Kecamalan ~ •
Oesa Sampel
•
~
20.000
Pertanlen Th 1998 Pertanlen Th 2000 n:tuslrl Th 1998 l"lduslrl Th 2000 Perdagangan Th 1998 Perdogangen Th 2000 Josa Th 1998 Jasa Th 2000
Kalas Keter1
D
Keias I ()(us) Ketes I (Age« KUS) Kalas I (Agak Lemah) 1<e1as rot (Lanahl
Slambtr : K.c:.....ua D.W. 4,Pa Tohm 1998 A...Jisis Sll>llio Talam:lOOO
SA.MUDERA HIND/A.
. *
I= .I '
'
.
\1M . t-ll tlPUU'\1 -''"'~' "IH\ OA.' n, ..-:a.ul I ' ' ' la.... f \'\ , .4.0J\ H .'4 \lH \t"'\ \L\lU-\
I
0
N
IncPerKap&PDRB Balik (1122x794x16M tiff )
PETA HUBUNGAN KET'I:RXMI'AN DI:SA KOTA DENGAN PENDAPATAN PIRKAPifA TAHUN 1998 DAN2000
KABUPA'llli
WONOSOBO
u
* ~
0
10
kii0£ter LEGEND A = = - > Jakin KA
- - - Jakin
=
JaionRaye
- - Sungal
iJ
Bates Kecemetan
r.a
Daerah Penelllian
C
Batss Katqlalen
[!] lbu KOla Kabupeten KABUPA'llli
@
KllJUMm
e
Pendapatan Per Kaptt Per Tahun (Ribuan Rp) 11 .000
~
0
IJ
Tahi.n 1 996
Tahi.n 2000
lbu Kola Kecamllllan
Oesa Sampel
Kelas Kl!terkaitan
PROPINSI DJYOGYAKARTA
• •
Kelss I (Kulll) Kellis I (Agalc Kuat)
•
Kelss II (Agak Lemetl) Kelss rv (Lemets)
0
s-btr : K.tc.....ws D.W.. 4aclta T~ 1998 Analiris Studio T~ :1000
r------------------uSAMUDERA HlNDIA
=
\U, l!IS"f~ll Pt.at:t•,rA ~.\.l'
---l
l(()"tA bA~ P...\t 'k ,\ ll
t 1'tl\ tJJt.WU,:ror~ .\K M.AbA
\ 00\'A..II.AIHA
0
w
104
Tabel 6.14. Matriks Issu Penting dan Pustaka Pendukung Tesis
1. Perbaikan sistem transport dan komunikasi akan menciptakan proses integrasi spasial. 2. Ketimpangan antara desa dan kota atau sirkuit bawah dan atas akan tetap terjadi jika keuntungan hanya pada sirkuit atas saja (sirkuit bawah secara mutlak tetap dibawah. 3. Syarat percepatan pengembangan desa dalam kebijakan ekonomi pasar pertanian, a.l.: • Harus responsif terhadap kebutuhan masyarakat. • Harus kompatibel dengan kondisi lokal (lingkungan fisik lokal). • Harus memberikan keman-faatan diantara penduduk. aset 4. Basis kekuatan sosial desa, a.l. produksi, tanah, air dan alat pertanian~ sumberdaya finansial (kredit produksi)~ organisasi sosial dan politik pasar~ (assosiasi petani, koperasi)~ kontak jaringan dan penge~ahuan informasi~ sosial~ ketrampilan yang relevan. 5. Strategi percepatan pengem-bangan desa, al. : stabiljsasi pendapatan desa dan kota dan mengurangi perbedaan antara desa dan kota dengan diversifikasi peluang kerja yang pwduktif dan secara spesifik dengan kerjasama antara kegiatan pertanian dengan non pertanian. 6. Kondisi yang dibutuhkan untuk mengejar pengembangan desa adalah mengurangi distorsi desa-kota melalui penciptaan keterkaitan desa-kota secara simbiotik, kesamaan basis pada skala tentorial yang lebih rendah dari interaksi dan kota kecil berperan dalam mengurangt kebocoran wilayah pertanian yang ditimbulkan oleh adanya interregional. distrik disebut desa-kota 7. Kesatuan skala agropolitan yang mencakup geografis kecil; tingkat kecukupan dan kepercavaan sendiri dalam perencanaan
Gore,C. 1984. Some Antidalam Polarization thesis: Gore, C. Regions in Questions: Space, Development Theory, and Regional Policy. Methuen. London. Friedman, John.1981. The Active Community: Toward a Political-Territorial Framework for Rural Development in Asia. Economic Development and Cultural Change.
Friedman, John. And Douglass, Agropolitan 1975. Mike. Development: Towards a New Strategy for Regional Planning in Asia. Economic Development and Cultural Change. Lo, Fu-Chen and Salih, Kamal. 1981 . Growth Poles, Agropolitan Development, and Polarization Reversal: The Debate and Search for Alternative, in W.B. Stohr and Taylor, Dr.F. Development from Above or Below John Wiley & Sons. New York.
105
8.
9.
10.
11.
dan pengambilan keputusan didasarkan pada pertisipasi masyarakat dan kegiatan koperasi; Diversifikasi pekerjan di desa yang mencakup kegiatan pertanian dan non pertanian (pertumbuhan industri kecil di desa); keterkaitan fungsional (struktur ekonomi/ industri) desa - kota kepada sumberdaya lokal; utilisasi dan evaluasi sumberdaya lokal dan teknologi. Kondisi yang dibutuhkan agar keuntungan daerah dapat dicapai adalah intemalisasi dari multiplier effect dan external effect dan lokal keterkaitan melalui komplementaritas antara pertanian dan industri yang dapat menaikkan nilai tambah/ pendapatan serta kebijakan untuk menyamakan kepemilikan asset produksi (tanah, modal, sistem mgas1 dan redistribusi pendapatan). Problem lama wilayah yang tetap konsem adalah produktivitas, distribusi pendapatan dan kesejahteraan serta kompetisi produksi non pertanian dari wilayab kota yang penduduknya tumbuh dengan c~pat. Tujuan pengembangan desa, a.l.: ekonomi • Menciptakan kemandirian jangka panjang, sosial dan politik masyarakat desa. • Memperhias peluang kerja produktif di wilayah desa (penduduk muda dan industrialisasi mencakup wanita) pengolahan dan jasa. • Membentuk kelompok masyarakat utk meningkatkan pemanfaatan SDA. • Keseimbangan pengembangan desa-kota. Teori pengembangan wilayah konsem dengan proses orientasi pasar (produksi pasar, pendapatan pasar, jumlah tenaga kerja dalam kegiatan pasar) dan aspek kelembagaan formal serta pembangunan dengan indikator pengukuran meliputi perkembangan tingkat ekonomi, produksi wilayah, pendapatan wilayah dan tenaga kerja/ pekerjaan daerah.
Hilhorst, J.G.M. 1990. Regional in Policies Development Regional J.G.M. Hilhorst, Studies and Rural Development. Gower House. Aldershoot.
Weaver, C.1981. Development Theory and Regional Questions; a Critique of Spatial Planning and Its Dectrastors, in W.B. Stohr and D>R>F. Taylor (eds) Development from Above or Below. John Wiley & Sons. New York.
106
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Tesis ini mengkaji hubungan karakteristik keterkaitan desa-kota dengan kegiatan ekonomi desa. Faktor yang berpengaruh, antara lain : aksessibilitas (lalu lintas
harian
rata-rata,
frekwensi
transportasi
umum, jarak,
konektivitas),
transferabilitas, tingkat kelembagaan, kualitas sumberdaya manusia (tingkat pendidikan) dan potensi kota. Keterkaitan desa-kota belum tentu menciptakan hubungan yang sating menguntungkan (Simbiotic Mutualism), tetapi lebih sering bersifat parasitik (eksploitatif), jika dalam pertukaran (term of trade), keuntungan hanya di kota karena kenaikan harga produksi pertanian jauh lebih rendah dibanding produksi kota dan bargaining position petani desa sangat lemah serta dalam pengambilan keputusan terhadap harga dari petani sangat lemah.
Sedangkan
pedagang desa dan kota memanfaatkan pertukaran yang tidak seimbang ini untuk memperoleh
keuntungan
yang maskimal.
Kondisi
ini
akan
mempengaruhi
perkembangan kegiatan offfarm, sehingga multiplier effect tidak terjadi. Dari temuan menunjukkan bahwa keterkaitan desa-kota yang kuat (didukung aksessibilitas, transferabilitas dan komplementaritas yang tinggi) dapat meningkatkan kegiatan ekonomi desa serta merangsang tumbuhnya diversifikasi pertanian dan non pertanian (On Farm, Off Farm dan Non Farm Employment) yang dicerminkan oleh jumlah produksi dan pendapatan desa, pendapatan per kapita yang tinggi, prosentase tenaga kerja on farm dan offfarm yang seimbang). Rendahnya pendapatan perkapita
107
sektor pertanian disebabkan banyaknya buruh tani dan petani gurem dengan pemilikan laban sempit. Rendahnya pendapatan per kapita sektor jasa karena didominasi buruh bangunan dan angkutan. Rendahnya pendapatan per kapita sektor industri karena merupakan industri skala rumah tangga dan masih sebagai pekerjaan sampmgan. Rendahnya kemampuan petani dapat mengurangi motivasi penduduk dalam berproduksi serta daya serap petani terhadap inforrnasi dan inovasi teknologi, peluang dan kemampuan usaha, sehingga akan menurunkan nilai tukar petani (NTP),
bargaining posit ian dalam penentuan harga produksi. Akibatnya keterkaitan desakota lebih bersifat parasitik atau eksploitatif. Diversifikasi pertanian dan kemampuan membaca peluang agribisnis dari petani dapat menciptakan hubungan yang saling menguntungkan. Kota Kutoarjo bel urn mampu menciptakan peluang kerja berpendidikan, pusat informasi dan inovasi serta
rekreasi kota, tetapi telah mampu berperan dalam
penyediaan input pertanian, pemasaran basil pertanian, industri, pusat perbelanjaan, pelayanan transportasi, permodalan, pendidikan dan kesehatan. Pelajaran yang dapat dipetik dari hasil penelitian ini, antara lain : 1. Keterkaitan desa kota yang kuat tidak secara langsung dapat meningkatkan kegiatan ekonomi desa, pendapatan desa dan pendapatan per kapita (agregat dan sektor), karena membutuhkan persyaratan lain, seperti sumberdaya alam, kualitas sumberdaya manusia dan tingkat fungsi kelembagaan ..
108
2. Desa yang memiliki kelembagaan yang tinggi tanpa didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas dan keterkaitan desa kota yang kuat belum mampu merangsang tumbuhnya diversifikasi pertanian dan non pertanian sehingga pendapatan desa dan pendapatan per kapita masih rendah. Oleh karena itu pemberdayaan masyarakat dan desa perlu terns diupayakan
B. Saran 1. Perlu "demonstration effect" yang dapat merangsang diversifikasi kegiatan desa. 2. Perlu penyebaran informasi, inovasi teknologi dan pengolahan hasil pertanian (agroprocessing) di de sa yang terkait kuat dengan kota tetapi pendapatan de sa
dan pendapatan per kapita masih rendah. 3. Perlu penguatan kelembagaan desa, kemampuan berorganisasi, manajemen usaha tani dan pemasaran hasil produksi dengan perbaikan sistem pasar (pemberdayaan masyarakat dan desa), agar pendapatan masyarakat meningkat. 4. Perlu perbai~an atau peningkatan fasilitas transportasi dari desa ke kota. 5. Perlu meningkatkan keterkaitan Kota Kutoarjo dengan kota lainnya, agar kota ini menjadi lebih hidup, antara lain dengan meningkatkan peranan Kota Kutoarjo sebagai pusat perbelanjaan, pemasaran hasil pertanian, pusat informasi, inovasi teknologi dan komunikasi, pusat pelayanan peudidikan, kesehatan dan hiburan. 6. Dalam rangka otonomi daerah, sebaiknya pemerintah tidak hanya berorientasi pada peningkatan pajak untuk meningkatkan PAD, tetapi lebih pada kesejahteraan petani, sehingga hubungan desa-kota tidak bersifat parasitik (eksploitatif).
109
DAFTAR PUSTAKA 1. Abler, Ronald~ Adam, John S. dan Gould, Peter. 1972. Spatial Organization, The Geographer's View of The World. Prentice Hall International. London. 2. Anonim. 1998. Kecamatan Dalam Angka Tahun 1998. Purworejo. 3. Anonin •. 1998. Petunjuk Penulisan Usulan Penelitian dan Tesis. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 4.
Anonim. 1999. Undang-undang Nomor 22 tentang Pemerintahan Daerah.CV. Santosa. Yogyakarta.
5.
Arsyad, Lincoln. 1988. Ekonomi Pembangunan. STIE-YKPN. Yogyakarta.
6. Bappeda Tk. II Purworejo. 1999. Produk Unggulan Daerah Kabupaten Purworejo. Purworejo. 7.
Barlow, M.H. and Non, R.G. 1971. Pattern and Processes in Man's Economic Environment. Angus & Robertson Dty. Sydney.
8. Bendavid, Avrom - Val. 1991. Regional and Local Economic Analysis for Practitioners. Praeger Publishers. Westport USA 9. Bintarto, R. 1977. Pengantar : Geografi Kota. U.P. "Spring". Yogyakarta. 10. Bintarto, R. 1989. lnteraksi Desa-Kota dan Permasalahannya. Ghalia Indonesia. Jakarta. 11. Bintarto dan Surastopo. 1991. Metode Analisa Geograji. LP3ES. Jakarta. 12. Branch, Melville C. 1996. Perencanaan Kota Komprehensif: Pengantar &
Penjelasan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 13. Brannen, Yulia. 1997. Memadu Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Penerbit lAIN Antasari. Samarinda. 14. Bromley, Ray. 1984. Market Centre Analysis in the Urban Functions in Rural Development Approach dalam Kammeier, HD. 15. Chatterjee, Amiya Bhusan. 1969. Nature of Commodity Flow of a Market in
The Fringe Area of Calcutta. Geographycal Review of India. Volume XXXI, Number 3, September 1969. New Delhi. 16. Daldjoeni, N. 1997. Geograji Baru, Organisasi Keruangan dalam Teori dan Praktek. Penerbit P.T. Alumni. Bandung. 17. Daldjoeni, N. 1996. Geografi Kota dan Desa. Penerbit P.T. Alumni. Bandung. 18. Douglass, M. 1996. Rural-Urban Linkages. Framwork for Site Visits. Jakarta. 19. Effendi, Tadjuddin Noer. 1993. Sumber Daya Manusia Peluang Kerja dan Kemiskinan. PT. Tiara Wacana.Yogyakarta. 20. Effendi, Tadjuddin Noer. 1991. The Growth of Rural Non-Farm Activities at The Local Level: A Case Study of Causes and Effects in a Subdistrict of
110
Upland Central Java. Thesis Submitted for Degree of Doctor of Philosophy, Discipline of Geography, School of Social Sciences. The Flinders University of South Australia. Adelaide. 21. Fajriyanto. 1996. Interaksi Desa dan Kota Studi di Desa Sumbermulyo
Kecamatan Bambanglipuro Kabupaten Bantu!. Tesis S2 MPKD-UGM. Yogyakarta. 22. Fauzi, Ahmad. 1997. Interaksi Desa dan Kota Studi Kasus di Desa Mejayan,
Desa Pajaran Kabupaten Dati II Madiun dan Desa Kawu, Desa Tambak kromo Kab. Dati II Ngawi. Thesis S2 MPKD- UGM. Yogyakarta. 23. Friedman, John and Douglass, Mike. 1975. Agropolitan Development: Towards a New Strategy for Regional Planning in Asia. Economic Development and Cultural Change. 24. Friedman, John. 1981. The Active Community: Toward a Political-Territorial
Framework for Rural Development in Asia. Economic Development and Cultural Change. 25. Gee,T.G. 1991. The Emergence of Desa Kota Regions in Asia: Expanding a
Hypothesis dalam Ginsburg,N.B. Koppel and T.G. Me. Gee (eds). 1991. The Expanded Metropolis : Settlement Transition in Asia. University of Hawaii Press. Honolulu. 26. Gore,C. 1984. Some Anti-thesis: Polarization dalam Gore, C. Regions in Questions: Space, Development Theory, and Regional Policy. Methuen. London. 27. Hagget, Petter. 1970. Locational Analysis in Human Geography. Edward Arnold. London. 2R. Hilhorst, J.G.M. 1990. Regional Development Policies in Hilhorst, J.G.M
Regional Studies and Rural Development. Gower House. Aldershoot. 29. Jong, Wouter De dan Frank Van Steenbergen. 1987. Town and Hinterland in
Central Java. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 30. Kammeir. H. Deflef, Peter
J.
Swan. 1984. Equity with Growth Planning Perspective for Small Town in Developing Countries. Asian Institute of Technology Bangkok. Thailand.
Sosiologi Pedesaan, Mencari Suatu Strategi Pembangunan Masyarakat Desa Berparadigma Ganda. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta.
31. Leibo, Jefta. 1995.
32. Lindert, Paul Van and Verkoren, Otto. 1997. Small Town and Beyond, Rural Transformation and Small Urban Centres in Latin America. Thela Publishers. Amsterdam. 33. Lo, Fu Chen dan Solih, Kamal. 1976. Kutub-kutub Pertumbuhan dan Kebijaksanaan Regional didalam Sistem Ekonomi Dualistik yang Terbuka Teori Barat dan Kenyataan di Asia ( terjemahan). Penerbit FE-UI. Jakarta.
Ill
34. Lo, Fu-Chen and Salih, Kamal. 1981. Growth Poles, Agropolitan Development, and Polarization Reversal: The Debate and Search for Alternative, in W.B. Stohr and Taylor, Dr.F. Development from Above or Below. John Wiley & Sons. New York. 35. Lo, Fu Chen, Salih, Douglass, M. 1998. Rural-Urban Relation and Regional.
Development. Maruzen Asia. Nagoya. Japan. 36. Marbun, B.N. 1993. Kota Indonesia Masa Depan, Masalah dan Prospek. Penerbit Erlangga. Jakarta 37. Musiyam, Muhammad. 1996. Model Gravitasi dan Interaksi Ruang : Suatu
Aplikasi Ilmu Geografi untuk Studi Wilayah. Forum Geografi No. 18 Th.X/ J uli 1996. Surakarta. 38. Musiyam, Muhammad. 1996. Peranan Kota Kecil dalam Pengembangan Wilayah. Forum Geografi No. 19Th XI Desember 1996. Surakarta. 39. Pemda Purworejo. 1991. Survai Lalu Lintas Harian Rata-rata di Kabupaten Purworejo Tahun 1991. Purworejo. 40. Pemda Kabupaten Purworejo. 1998. 1dentifikasi Potensi Kabupaten Daerah
Tingkat II Purworejo, Bidang Agrobisnis, Industri Kecil dan Jasa .. Purworejo. 41. Primandana, Wiwin Driana. 1996. Ana/isis Keterkaitan Antara Kotif Klaten
dengan Daerah Belakangnya. Tesis S2 MPKD- UGM. Yogyakarta. 42. Rahardjo. 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 43. Rondinelli, Denis A and H. Evans. 1983. Integrated Regional Development Planning:Linking Urban Centres and Rural Areas in Bolivia. World Development. 44. Rondinelli, Denis A 1983. Towns and Small Cities in Developing Countries. The Geographical Review. 45. Rondinelli, Denis A 1990. Policies for Balanced Urban Development in Asia
: Concept and Reality. Regional Development Dialoque. 46. Rondinelli, Denis A 1999. Applied Methods of Regional Analysis The Spatial
Dimensions ofDevelopment Policy (Terjemahan). MPKD-UGM. Yogyakarta. 47. Saragih, Bungaran. 1993. Agroindustri Suatu Sektor Yang Memimpin Dalam
PJPT II. Majalah Pangan No. 15 Vol II Januari 1993. Jakarta 48. Saragih, Bungaran. 1996. Pertanian Abad 21. Agribisnis Cara Baru Melihat Pertanian. Majalah Pangan No. 27 Vol. VII 1996. Jakarta 49. Saragih, Bungaran.1999. Pertanian dan Agrobisnis Pascapemilu. Harlan Kompas 5 Juli 1999. Jakarta. 50. Short,J. R. 1984. An Introduction to Urban Geography. Routledge dan Kegan
Paul Pic. London.
112
51. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1987. Metode Penelitian Survai.
LP3ES. Jakarta. 52. Sumadiningrat, Gunawan. 1998. Membangun Perekonomian Rakyat. Pustaka
Pelajar bekerjasama dengan IDEA Yogyakarta. 53. Supriatna, Tjahya. 2000. Strategi Pembangunan dan Kemiskinan. Penerbit
Rineka Cipta. Jakarta. 54. Tamin, Ofyar. 1997. Perencanaan dan Permodelan Transportasi. Penerbit
ITB. Bandung. 55. Todaro, Michael P. 1978. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Ghalia
Indonesia. Jakarta. 56. Warpani,
Suwardjoko. 1984.
Ana/isis
Kota & Daerah. Penerbit ITB.
Bandung. 57. Weaver, C.1981. Development Theory and Regional Questions; a Critique of Spatial Planning and Its Dectrastors, in W.B. Stohr and D.R.F. Taylor (eds) Development from Above or Below. John Wiley & Sons. New York.
LAMPIRAN
L- 1
Tabel 4.3.2. Tenaga Kerja menurut Jenis Kelamin dan lapangan Usaha Di Kabupaten Purworejo Tahun 1998
I 2 3 4 5 6 7 8 9 IO
Jenis Kelamin _{Jiwa p L (%) (Jiwa) (Jiwa)
Lapangan Usaha
No.
Pert ani an Pertambangan &Penggalian Industri Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Komunikasi Keuangan Jasa-jasa Lainnya Jumlah
(%)
Jumlah Naker (Jiwa)
Prosentase Dari Total (%)
I I9,469 I,685 12,265 1,459 8,070 14,SI6 9,286 I,828 35,872 0
34 0 3 0 2 4 3 1 10 0
64,874 3,051 22,466 540 306 36,773 0 599 17,080 292
I8 1 6 0 0 10 0 0 5 0
184,343 4,736 34,73 I 1,999 8,976 51,689 9,286 2,427 52,952 292
52 1 IO 1 3 15 3 1 I5 0
205,450
58
145,981
42
351,431
IOO
Sumber: Kabupaten Purworejo Dalam Angka Talrun 1998
Tabel 4.3.3. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Lapangan Usaba di kab. Purworejo tabun 1993-1998 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan &Pengga1ian lndustri Listrik,Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Komunikasi Keuangan Jasa-jasa Lainnya
Jumlah
1993
Tahun 1996
r 1998
(%)
327,368 1,631 17,835 1,327 17,123 18,541 5,4!!2 6,354 39,555 130,884
193,782 7,092 37,536 2,083 19,454 47,218 10,932 1,242 49,856 1,071
184,343 4,736 34,731 1,999 8,976 51,689 9,2!!6 2,427 52,952 292
-89 -42 -61 -70 -90 -44 -66 -92 -73 -100
566,100
370,266
351,431
-73
Sumber: Kabupalen Purworejo Dalam Angka Tahun 1998
Ket : r adalah Jaju penyerapan tenaga ke!ja dihitung dengan rumus r =((Pt/Po)"l/t- 1)*100
Tabel 4.3.4. Jumlah Penduduk, Luas dan Kepadatan Desa-Kota di Kabupaten Purworejo Tahun 1998
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kecamatan
Grabag Ngombol Pwwodadi Bagelen Kaligesing Pwworejo Banyuurip Bayim Kutomjo Butuh Pituruh Kemiri Bruno Gebang Loano Bener
Jwnlah
Kota Jml Jml PenLuas Kel./Ds duduk (Buah) (Km:z) (Jiwa) 1
l.J.6 0 2.18 0 0 16.32 2.05 3.52 7.38 0
-
1.66 0
1,923 0 2,112 0 0 56,161 2,793 3,485 25,753 0 0 1,797 0 0 2,566 0
21
35.38
96,590
1
9 1 2
5
1
1
0 1.11 0
0
KepaDesa Datan Jml Jml PenLuas (Jiwa/ Desa duduk . (Bh) (Km2) Km2) (Jiwa) 1,658 0 969 0 0 3,441 1,362 990 3,490 0 0 1,619 0 0 1,546 0
KepaDatan (Jiwa/ Km2)
·Kota+ Desa Jml Jml PenLuas Desa duduk (Buah) (Jiwa) (Km2)
31 57 39 17 21 16 26 24 22 41 49 39 18 25 20 28
63.76 55.27 51.78 63.76 74.73 36.4 43.03 39.69 30.21 46.09 71.42 90.94 108.43 71.86 51.99 94.08
47,472 35,750 38,633 35,299 35,556 30,045 36,311 44,123 36,998 44,444 52,095 53,759 41,809 41,336 33,035 53,651
745 647 746 554 476 825 844 1,112 1,225 964 673 591 386
510
40 17 21 25 27 26 27 41 49 40 18 25 21 28
15,075 473
999.44
660,316
11,567
494
575 635
32
51
49,395 35,750
40,145 35,299 35,556 86,206 39,104 47,608 62,751 44,444 52,095 55,556 41,809 41,336 35,601 53,651
64.92 55.27 53.96 63.76 74.73 52.72 45.Q8 43.21 37.59 46.09 77.42 92.05 108.43 71.86 53.65 94.08
756,906 1034.82
KepaDatan (Jiwa/ Krn2) 761 647 755 554 476 1,635 867 1,102 1,669 964 673 604 386
575 664 570 12,901;
lI ' N
Sumber: Kabupaten Purworejo Dalam Angka Tahun 1998
Tabel 4.4.2 .. PDRB Propinsi Jawa Tengah Tahun 1993-1998 No.
PDRB (Dalam Juta Rupiah)
Sektor 1993
I
Pertanian Pertambangan & Pengga1ian Industri Listrik, Oas dan Air Bersih Bangunan dan Konstruksi Perdagangan Pengangkutan & Komwrikasi Keuangan, Sewa, Jasa Perus. Jasa-jasa
2 3
4 5 6 7
8 9
PDRB
n ___
L
_
n-nh
r
- lg,
1994
(~)I
1995
1996
1997
1998
7,810,640 374,114 8,216,159 228,415 1,604,771 6,802,666 1,278,564 1,703,723 3,908,249
7,782,116 399,030 9,346,238 264,698 1,688,679 7,580,717 1,378,873 1,869,210 4,025,868
8,211,174 434,887 10,305,833 304,155 1,808,179 8,337,892 1,510,648 1,974,206 4,135,899
8,487,972 481,813 11,472,362 346,833 2,011,485 9,034,330 1,705,242 2,114,567 4,306,569
8,216,026 587,427 13,709,758 393,557 2,139,684 9,612,930 1,766,846 2,283,522 4,420,089
7,742,852 545,663 11,707,062 407,880 1,452,846 8,732,104 1,706,114 1,502,667 3,995,962
-2 0
31,927,301
34,335,429
37,022,873
39,961,173
43,129,839
37,793,149
3
0 ' 8 I 7 12 -2
5 6
Tabel 4.4.3. PDRB Kabupaten PurworejoTahun 1993-1998 No.
Sektor I Pcrtanian
1993
PDRB (Dalam Juta Rupiah) 1994 1995 1996
1997
193,623
189,440
208,148
216,914
215,853
2 Pertambangan & Pengga1ian
14,411
16,174
17,477
20,084
19,716
3Industri
r 1998 (%) 223,527 3 20,023 7
43,760
47,689
51,748
54,552
49,922
47,226
2
4 Listrik, Oas dan Air Bersih
3,248
3,782
3,988
5,044
5,934
6,558
15
5 Bangunan dan Konstruksi
32,739
40,261
45,225
47,702
48,719
39,891
6 Perdagangan
96,183
103,908
109,379
120,238
118,294
115,158
7 Pengangkutan & Komunikasi
19,039
20,629
21,755
26,943
30,052
30,855
4 4 10
8 Keuangan. Sewa, Jasa Perus.
26,557
28,436
29,431
33,411
34,843
35,969
6
132,095
143,405
148,424
155,813
173,923
136,330
561,655
593,724
635,575
680,701
697,256
655,537
1 3
9 Jasa-jasa PDRB
Sumber : PDRJJ Kabupaten Purworejo. Keterangan: r (%) ada1ah besar pertumbuhan PDRB dari tahun 1993-1998 yang dihitung dengan nunus:
Pt=P0
* (l-r)""1.
~
w
L-4
Tabel4.4.4. ;. PDRB Kab. Purworejo Tahun 1997-1998
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16
Kecamatan Grabag Ngombo1 Purwodadi Bagelen Kaligesing Purworejo Banyuurip Bayan Kutoaxjo Butuh Pituruh Kemiri Bruno Gebang Loano Bener
PDRB Kabupaten
(Atas Dasar Harga Berlalru, Dalam Jutaan Rupiah) Tahun 1997 1998 1997 1998 (%) (%) (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) 69,936.10 -12.16 51,187.77 73,645.20 -12.61 54,181.26 -13.06 57,964.67 78,376.69 60,168.59 5.15 36,790.81 61,367.61 -4.85 41,468.22 296,848.98 -10.06 199,046.65 89,433.39 -13.35 66,356.15 68,133.93 -11.77 49,649.60 147,334.48 -10.06 98,896.87 10.15 53,644.47 91,905.71 13.04 66,293.97 116,552.01 -2.00 55,561.61 84,691.86 1.30 39,660.75 62,486.84 39,943.75 56,498.15 -9.06 37,786.35 52,700.62 -10.33 60,894.35 86,544.91 -8.62
.
1,009,327.25
Sumber: PDRB Kecamatan se Kab.
Purwo~jo,
1,496,625.09
-6.49
tohun 1998
Tabel 4.4.5. Sumbangan PDRB Kab. Purworejo Tahun 1997-1998 (ADH Berlaku, dalam Persen)
No. I 2 3 4 5 •6 7 8 9 10 11 12
13 14 15 16
Kecamatan Grabag Ngombo1 Purwodadi Bage1en Kaligesing Purworejo Banyuurip Bayan Kutoaxjo Butuh Pituruh Kemiri Bruno Gebang Loano Bener Jumlah
Tahun 1997 1998 (%) (%) 5.07 4.67 5.37 4.93 5.74 5.25 4.03 3.65 4.11 4.12 19.72 19.82 6.57 5.98 4.92 4.55 9.80 9.86 5.32 6.16 6.57 7.79 5.68' 5.50 3.93 4.08 3.96 3.78 3.74 3.52 6.03 5.78 100
100
Sumber: PDRB Kecamalan se Kab. Purworejo, tahun 1998
(ADH Konstan, dalam Persen)
No. Kecarnatan I 2 3 4 5 6 7 8 9 10 II 12 13 14 15 16
Grabag Ngombo1 Purwodadi Bagelen Kaligesing Purworejo Banyuurip Bayan Kutoaxjo Butuh Pituruh Kemiri Bruno Gebang Loano Bener Jumlah
Tahun 1997 1998
.C%1
_(%)
4.87 5.28 5.60 3.52 4.21 20.52 6.40 4.81 10.50 5.11 6.40 5.48 3.92 3.78 3.64 5.96
4.57 4.93 5.21 3.96 4.29 19.74 5.93 4.54 10.10 6.02 7.74 5.74 4.25 3.67 3.48 5.83
100
100
L- 5
Tabel 4.4.6. Pendapatan (Income) per kapita Kab. Purworejo Thn 1997-1998
No. 1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kecamatan Grabag Ngombol Purwodadi Bagelen Kaligesing Purworejo Banyuurip Bayan Kutoatjo Butuh Pituruh Kemiri Bruno Gebang Loano Bener
PDRB Kabupaten
1997 1,047.75 1,532.15 1,504.83 1,043.59 1,169.14 2,336.91 1,724.16 1,041.68 1,594.13 1,211.14 1,286.74 1,003.88 1,044.94 974.40 1,063.33 1,140.69
(ADH Berlaku, Dalam Ribuan Rupiah) Tahun r(%) 1998 35.80 1,422.88 35.14 2,070.55 28.03 1,926.62 63.36 1,704.78 47.78 1,727.79 48.22 3,463.78 33.25 2,297.46 37.54 1,432.68 47.50 2,351.29 71.06 2,071.77 73.78 2,236.05 52.14 1,527.30 45.41 1,519.40 40.73 1,371.28 39.03 1,478.32 41.61 1,615.34 1,888.58
1,294.97
46.57
Sumner: PDRB Keccunatan se Kab. Purworejo, tahun 1998
Tabel4.4.7. Pendapatan (Income) per Kapita Kab. Purworejo Tho 1997-1998
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kecamatan Grabag Ngombol Purwodadi Bagel en Kaligesing Purworejo Banyuurip Bayan Kutoarjo Butuh Pituruh Kerniri Bruno Gebang Loano Bener
PDRB Kabupaten
1997 695.01 1,040.22 1,014.00 695.76 828.27 1,679.95 1,158.78 703.68 1,180.15 804.70 866.73 689.80 720.46 642.13 714.26 778.87
(ADH Konstan, Dalam Ribuan Rupiah) Tahun r (%) 1998 -12.40 608.84 -13.11 903.82 -17.68 835.02 5.03 730.75 -4.98 786.99 -10.61 1,501.72 -14.33 992.76 -11.57 622.24 -10.96 1,050.85 9.95 884.80 11.73 968.38 -2.18 674.74 -6.51 673.54 -9.52 581.01 -10.61 638.45 -8.95 709.15
888.30
Sumber: PDRB Kecamatan se Kob. Purworejo, tahun 1998
822.69
-7.57
Tabel4.6.2.1. Luas Penggunaan Laban di Kota Kutoarjo Tabun 1998 Laban Sawab (Ha) No. 1 1 2 3 4 5 6
Keluraban.
Laban Kering (Ha)
lrigasi lrigasi Jumlah Bang· Tegalan Teknis 1/2 Teknis (3+4) unan 3 4 5 6 7 0.000 19.000 19.000 45.000 26.780 0.000 63.573 63.573 32.498 25.303 6.000 50.090 56.090 59.691 22.919 5.000 4.000 9.000 206.788 0.000 20.817 10.135 30.952 73.060 0.000 23.000 26.000 49.000 15.136 49.587
2 Bandung Bayem Katerban Kutoarjo Semawung Daleman Semawung Kembaran Jum1ah
54.817
172.798
227.615 454.173
124.589
Lain· nya 8 6.220 0.839 2.950 21.212 11.829 3.077 46.127
Jumlab (7 - 9) 9 78.000 78.640 85.360 228.000 86.889 67.800 624.889
Luas Wilayab ( 6 + 10) 10 97.000 142.2131 141.650 237.000 117.841 116.800 852.504
-------
Sumbe,.: Kecamatan Kutoarjo Dalam Angka Tahun 1998 Koterangan : Irigui sederhana tidak ada
Tabel 4.10 Luas Penggunaan Laban dan Luas Desa Sampel Tahun 1998 Laban Sawab (Ha)
Des a
No.
2
1 1 2 3 4
5 6 7
8 9 10
Wirun Suren
Pucang Agung Gran tung Butuh Wareng Patutrejo Pituruh Megulung Kidul Girimulyo
Irigasi Teknis 3
132.422 150.000 0.000 35.876 137.762 55.000 0.000 92.130 90.070 9.000 0.000
Irigasi 112 Teknis 4
13.200 0.000 0.000 27.889 0.000 54.746 30.000 13.350 0.000 24.040 0.000
II KedungLo --· Sumber: Kecamatan Dalam Angka Tahun 1998
Irigasi Sederhana 5
Tadah Hujan
(3+4+5+6)
6
7
0.000 0.000 6.000 0.000 52.289 12.105 0.000 23.485 0.000 0.000 0.000 7.000 34.300 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Jwnlab
Bangunan 8
Laban Kerina (Ha) LainTegalan nya 9 10
Jwnlab (8+9+10) 11
145.622 111.750 1.201 0.000 112.951 156.000 83.048 0.654 0.000 83.702 64.394 31.080 339.377 5.682 376.139 87.250 23.760 81.871 4.633 110.264 137.762 28.758 85.480 20.210 134.448 116.746 42.373 65.880 11.646 119.899 64.300 13.849 244.908 11.000 269.757 105.480 111.450 135.870 0.000 247.320 90.070 20.830 5.250 13.360 2.220 33.040 9.000 220.946 9.350 239.296 0.000 10.912 162.998 4.950 178.860
Luas Wilayah ( 7 + 11)
12
258.573 239.702 440.533 197.514 272.210 236.645 334.057 352.800 110.900 272.336 178.860
t""i 0'\
Tabel : .2.2. Luas Penggunaan Laban Bangunan di Kota Kutoarjo Tahun 1998 No.
Kelurahan
1 1 2 3 4 5 6
2
Bandung Bayem Katerban Kutoarjo Semawung Daleman Semawung Kembaran Jumlah
-----
Bang/ Halaman (Ha)
Prosentase
Perkantoran
Prosentase
Kuburan
Prosentase
(%)
(Ha) 5
(%)
Lapangan Olah Raga (Ha)
(%)
(Ha)
3 45.00 52.50 59.69 206.79 15.06 15.14
91.37 98.24 95.79 94.83 93.66 88.08
4 2.11 0.54 1.06 5.00 3.08 0.39
4.28 1.01 1.69 2.29 3.84 2.26
1.07 0.20 0.79 3.14 1.00 0.83
2.17 0.38 1.26 1.44 1.25 4.83
6 1.07 0.20 0.79 3.14 1.00 0.83
454.17
94.54
12.17
2.53
7.03
1.46
7.03
Prosentase
Jumlah
(%)
Prosentase
(%)
2.17 0.38 1.26 1.44 1.25 4.83
7 49.25 53.44 62.32 218.07 80.14 17.18
8 100 100 100 100 100 100
1.46
480.40
100
L.
Sumber: Kecamatan Kutoarjo Dalam Angka Tahun /998 Keterangan : lri1!4si sederhana tidak ada
Tabel4.6.4.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Kutoarjo Tahun 1998
No. I 2 3 4 5 6
Kelurahan Bandung Bayem Katerban Kutoarjo Semawung Daleman Semawung Kembaran Jumlah
Luas Total (Ha)
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2
Luas-Lahan Pertanian (Ha)
Man-Land Rasio (Jiwa/Ha)
Luas Bangunan (Ha)
Kepadatan Penghuni (Jiwa/Ha)
97.00 142.21 141.65 237.00 117.84 166.80
2,361 2,413 3,912 13,357 3,710 1,997
2,434 1,697 2,762 5,636 3,148 1,197
19.00 63.57 56.09 9.00 30.95 49.00
12,426 3,796 6,975 148,411 11,987 4,076
45.00 52.50 59.69 206.79 75.06 15.14
5,247 4,596 6,554 6,459 4,943 13,194
902.50
27~750_
3,075
228
12,192
454.17
6,1 to
Sumber: Kecamatan Kutoarjo Dalam Angka Tahun /998
File: D!Yuli!Tesis!Sosek-KTA/Jhm &Kepadatan
t"" I
.......
Tabel 4.6.4.2. Perubahan Penduduk Kota Kutoarjo Tiihun 1998 No.
Kelurahan
1 2 3 4 5 6
Bandung Bayem Katerban Kutoarjo Semawung Daleman Semawung Kembaran
--~-
Jumlah
~-
Alamiah _(i_iwa} Lahir Mati p p L L
Mutasi Antar Daerah Giwa De sa Kec. Kab. Prop. Dt Per Dt Per Dt Per Dt Per .
11 6 22 85 16 10
11 16 18 77 13 8
3 13 22 51 14 6
11 16 60 12 6
29 20 35 58 16 23
2 11 14 23 22 6
0 0 0 0 0 0
1 0 14 53 4 18
4 0 0 1 0 0
150
143
95
115
1
78
0
_9_Q_
5
10
I
.
L_
2 1 6 39 9 0
0 0 0 0 0 0
9 2 29 36 2 6
57_
--
0
84
Sumber : Kecamatatr Krlloarjo Dalmn Angka Tahun 1998
Tabr14.6.3. Jturiah Pmduduk.Meruut Mata Pmcaharian di Kota Kutomjo Tahm 1998 !'b.
1 2 3 4 5 6
I<eJunnm ~ Bayem
Katemm Kutaujo ~Illlemm
~I<erthtran
.Juniah --
-----
Petari 518 634 755 542 458 653 3,560
:imber: Kecmnar Kutarjo Dian~ Tcfun 1998
anm
1buh
&.nit
Tari
Ird.Jstri
~
88
1Zl
145
136 432 2,102 1Zl
224 66
59 131 181 173
87
50
69
5 5 10 51 4 3
3,211
900
663
78
116 126 333 368
296
149
2,800 220 104
1,299
3,653
207
1buh Ballt
PNS
150 169
50
250
ABRI
Perans-
Pensiunan.
Peda362 372 460
250 289
10
79 56 164 332 210 55
3,965 999 271
87
896
6,429
kat Ill 10 11 25
18 ' 13
~
Lainlain
Juniah
314
220 390 172
1,919 1,963 3,145 10,803 2,967 1,623
1,635
22,420
File:D 1'ulilfesWSo.rek-Kl'Aiperddik-Kutoarjo!Jvf6a Petrdmm
!
t"" QC
L- 9
Tabel 4.6.4. 1.a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kelurahan di Kota Kutoarjo Tahun 1998
No. 1 2 3 4 5
6
Jumlah Penduduk laki-laki Perempuan Jumlah (Jiwa) _(Jiwa) (Jiwa)
Kelurahan Bandung Bayem Katerban Kutoarjo Sernawung Dalernan Sernawung Kernbaran Jumlah
1,105 I, 182 1,905 6,429 1,783 935
1,256 1,231 2,007 6,928 1,927 1,062
2,361 2,413 3,912 13,357 3,710 1,997
13,339
14,411
27,750
Jumlah RT
Luas Wil.
(%)
(KK)
(Km2)
87 96 94 92 92 98
497 531 856 2,889 960 408
0.97 1.42 1.42 2.37 1.18 1.17
2,434 1,699
6,141
8.53
17,375
Tabel 4.6.5.1. Jumlah Usaha dan Industri Rumah Tangga Di Kota Kutoarjo Tahun 1998
1 2 3 4 5 6
Kelurahan
P.D.
PKD
URT
Jumlah
7 9 4 99 15 I
89 81 114 2,219 199 71
69 140 123 266 189 209
465 230 241 2,334 102 270
135
2173
996
3 642
Bandung Bayem Katerban Kutoarjo Semawung Daleman Semawung Kembaran Jumlah
Sumber: Kecamatan Kutoarjo Dalam Angka Tahun /998
File:D/Yulill'esi!ISosek-KTAllndustri KTA
Tabel 4.6.5.2. Jumlah Rumah Tangga Pemakai Bahan Dakar Di Kota Kutoarjo Tahun 1998 No. 1 2
3 4
5 6
Kelurahan Bandung Bayem Katerban Kutoarjo Semawung Daleman Semawung Kembaran Jumlah
2,155
5,636 3,144 1,707
File:DIYillill'esi!ISosek-KTA/Sex:-KTA!Penduduk
Sr1mber: Kecamatan Kutoarjo Dalam Angka Tahun 1998
No.
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)
Sex Ratio
Minyak Tanah
Gas/ Listrik
Kayu/ Arang
Jumlah
160 150
297 329
465
120
40 52 58 260 150 26
117 494 262
230 241 2,334 102 270
3,373
586
2,082
3,642
115 2,512
316
Sumber: Kecamatan Kutoarjo Dalam Angka 'J'o.unm 1998
File: DIYu/ill'esi.s!Sosek-KTAllndtutr'I KTA
583
L~O
Tabel4.6.5.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kec. Kutoarjo Tahun 1997- 1998
No.
Sektor
Pertanian 1.1. Tanaman Pangan 1.2. Perkebunan 1.3. Petemakan 1.4. Kehutanan 1.5. Perikanan 2 Pertambangan & Energi 3 lndustri Pengolahan 4 Listrik & Air Minum 5 Bangunan 6 Perdagangan 7 Angkutan 8 Keuangan, Sewa & Perusahaan 9 Jasa-jasa PDRB Kecarnatan (Dalam Jutaan Rupiah) Penduduk Pertengahan Tahun (Jrwa) PDRB Per Kapita (Dalam Ribuan Rupiah) 1
(ADH !(,onstan, Dl a am .lutaan Rupiah) BesarPDRB Laju r Distribusi Sektor Tahun PDRB Tahun 1997 1998 1997 (%) 1998 16,070.82 15,716.85 -2.20 22 24 10,635.17 10,852.58 2.04 15 16 1,369.05 1,462.81 6.85 2 2 3,185.04 2,518.44 -20.93 4 4 692.75 673.98 -2.71 1 1 188.81 209.04 10.71 0 0 989.67 991.71 0.21 I 2 5,116.45 5,769.35 12.76 7 9 1,068.14 1,054.83 -1.25 I 2 5,800.79 3,967.21 -31.61 8 6 9,162.24 9,428.33 2.90 13 14 10,167.76 9,423.46 -7.32 14 14 4,822.10 3,879.80 -19.54 7 6 20,016.36 15,615.70 -21.99 27 24 73,214.33 65,847.24 -10.06 100 100 62,038 62,661 File:D!Yuli!Tesis!PDRB-Kec./ 1,180.15 1,050.85 PDRB-kta/PDRBKec
Sumber: PDRB Kecamatan se Kab. Purworejo, tahun 1998
Tabel4.6.5.4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kec. Kutoarjo Tahun 1997- 1998
No.
Sektor
1 Pert ani an 1. 1. Tanaman Pangan 1.2. Perkebunan 1.3. Peternakan 1.4. Kehutanan 1.5. Perikanan 2 Pertambangan & Energi 3 lndustri Pengolahan 4 Listrik & Air Minum 5 Bangunan 6 Perdagangan 7 Angkutan 8 Keuangan, Sewa & Perusahaan 9 Jasa-jasa PDRB Kecamatan (Dalam Jutaan Rupiah) Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Dalam Ribuan Rupiah) Sumber: PDRB Kecamatan se Kab. Purworejo, tahun 1998
. h) (ADH Bera l kr1, Dalam Jutaan Rupw BesarPDRB Laju r Distribusi Sektor Tahun PDRB Tahun 1997 1998 1997 (%) 1998 23,911.23 43,815.10 24 83 30 15,961.35 30,946.53 94 16 21 2,478.59 5,012.15 102 3 3 4,254.15 5,885.16 38 4 4 929.97 1,397.32 50 1 1 287.17 574.94 100 0 0 1,461.29 1,620.71 11 1 1 7,934.16 15,215.74 92 8 10 1,164.34 1,583.33 36 1 1 7,031.44 8,014.78 14 5 7 13,184.08 21,826.20 66 13 15 13,105.92 16,874.01 29 11 13 6,039.61 7,032.97 16 5 6 25,064.80 31,350.62 25 25 21 98,896.87 147,334.46 100 49 100 62,038 62,661 Fi/e:D!ft~li!Te.~is!PDRB-Kec.l 1,594.13 PDRB-kta'PDRBKec 2,351.29
L-11
Tabel4.6.6.1. Jumlah Sarana Perekonomian di Kota Kutoarjo Tahun 1998
No.
Pasar Pasar Toko Kios KUD Bank BPRI LumUmum Hewan BKK bung (unit) (unit) 1unit) (unitJ Junit) (unit) (unit) (unit)
Kelurahan Bandung Bayem Katerban Kutoarjo Sernawung Daleman Semawung Kembaran
I
2 3 4 5 6
Jumlah
0 0 0 1 0 0
0 0 0 1 0 0
2 2 10 206 0
235 30 23
1
I
230
334
1
0 0 0 8 1 0
0 0 0 5 0 0
1 1 1 1 1 1
2
9
5
6
32 13
0 0 0 1 0
I
10
Sumber: Kecamalon Kutoarjo Do/am Angka Tahun 1998 File:D/Yulill'esis/Kondisi Fisik Kota KTA/Sarana Ekonomi
Tabel4.6.6.i.. Jumlah Kendaraan Bennotor dan Tak Bennotor di Kota Kutoarjo Thn 1998
No. I
2 3 4 5 6
Jumlah Kendaraan Bermotor Bus Truk Colt Mini Sepeda Bus Motor
Kelurahan Bandung Bayem Katerban Kutoarjo Semawung Daleman Semawung Kembaran
0 0 0 55 0 0
4 3 2 69 5 0
7 3 3 79 36 2
0
52 9 61 305 83 20
Jumlah
55
83
130
4
530
0 0 0 0
4
Tak Bennotor Becak Sepeda Gerobak Dorong 0 16 36 0
198 399 375 80
46
442
0
175
4 8 7 8 12 10
98
1 669
49
Sumber: Kecamatan Kutoarjo Da1am Angka Tahun 1998 File:Kompilasi Data!Kondisi Fisik Kota KTA!Surana Transport
Tabel 4.6.6.3. Jnmlah Sarana Pendidikan di Kota Kutoarjo Tahun 1998
No. I 2 3 4 5 6
Sumber
TK
SD Ngr Swst
SLTP Ngr Swst
SMU Ngr Swst
SMK JumNgr Swst lab
(bh)
(bh)
(bh)
(bh)
(bh)
(bh)
(bh)
(bh)
(bh)
(bh)
Bandung Bayem Katerban Kutoarjo Semawung Daleman Semawung Kembaran
I 1 2 10 2
0 0 0 5 0 0
0 0 0
0 0 0
5 0 0
1 1 1 1 0
0 0 0 0 1 0
0 0 0 3 I 0
3 4
5 0 0
0 0 0 1 0 0
1
5 38
1
I 2 2 8 2 2
Jumlah
17
17
5
5
5
1
5
1
4
60
Kelurahan
: Kecamatan Kutoarjo DaJam Angka Talnm 1998 File:Kompilasi DatmKondui Fuilc Kota KTA!Sarana Pendidikon
Kcterangan : Ngr (Negcri), Swst (Swasta) dan bh (buah).
7
3
L- 12
Tabel4.6.6.4. Jumlah Sarana Kesehatan di Kota Kutoarjo Tahun 1998
No. l
2 3
4 5 6
Kelurahan
Poli Klinik
PusKesmas
Rumah BerSalin
0 1 0 3 0 0
0 0 0 1 1 0
0 0 0 0 0 0
1 0 0
0 1
4
7
1 0
4
2
0
6
Bandung Bayem Katerban Kutoarjo Semawung Daleman Semawung Kembaran Jumlah
Jurnlah Tenaga Kesehatan
DokTer
Dokter Praktek
Mantri
Bidan
Dukun
2
4
1 0
0 1 1 3 0 0
1 0 1 0
2
1 0 0 5 1 0
11
5
8
7
Sumber: Kecamatan Kutoarjo Dalam Angka Talrun 1998 File:D/Yuli!Tesis!Kondisi Fisik Kola KTA/Sarana Keselratmr
Tabel4.6.6.5. Jumlab Lapangan Olab raga & Hiburan di Kota Kutoarjo Tabun 1998
No.
1 2
3 4 5 6
Jumlah Fasilitas Olah Raga (Buah) Sepak Bola Tenis Bulu BasBola Valli Tangkis Meja ket
Kelurahan Bandung Bayem Katerban Kutoarjo Semawung Daleman Semawung Kembaran
1 1 0 1
1 0
1
1
Jumlah
5
0
1
1 1
2
4
3 3 7 7
25
1 1 0 1 1
1
2
3
8
23
32
1 1
·-
Tempat Hiburan buah) Bios- Gd. Per- Rekrekop tunjukan asi
2
0 0 0 0 1 0
0 0 0 0 1 0
0 0 0 1 0 0
6
1
1
1
Sumber: Kecamatan Kutoarjo Da/am Angka Tahun /998 File:D!Yuli!Tesis!Kondisi Fisik Kola KTA/Jumlah Lap-olahraga&Hiburan
Tabel 4.6.6.6. Jumlah Bangunan Tempat tinggal Di Kota Kutoarjo Tabun 1998
No. 1
2 3 4 5 6
PerMan en
Kelurahan Bandung Bayem Katerban Kutoarjo Semawung Daleman Semawung Kembaran
Semi PerManen
Lainnya
Jumlah
137
311 315 498 1,801 521 185
128 315 666 353 110
49 88 43 422 86 113
497 531 856 2,889 960 408
3,631
1,709
801
6,141
,
Jumlah
Sumber: Kecamatan Kutoarjo Da/(ITII Angka Tahun 1998 File:D!Yuli!Tesi.fiKondisi Fisik Kota KTA!Bangunan Rumah
Tabel 4.6.6.7. Jumlah Sarana Komunikasi di Kota Kutoarjo Thn 1998 No. 1 2 3 4
5 6
Kelurahan Bandung Bayem Katerban Kutoarjo Semawung Daleman Semawung Kembaran Jumlah
Kantor Kantor Telp. Wartel Telkom Pos Kartu/Koin
Pesawat Telp RT
Radio Telekom
Televisi Umum
Televisi RT
Televisi Parabola
0 0 0 1 0 0
291 164 255 1749 531 104
9 6 6 15 23 4
40 122 170 96
1
3,094
63
598
0 0 1
0 0 0
0 0
1
1
1 0
0 0
1 1 0
1 1
20 II 27 537 51
0
5
2 1 2 17 12 1
3
1
3
2
651
35
0 0 0
1
Radio 39
131
I
Sumber: Kecamatan Kutoarjo Dalam Angka Tahun /998 Flle:Kompilasi Data!KondiJI Fislk Kota KTAIAiaJ Komunlkasi
Tabel 4.6.6.8. Ada!fidaknya Lembaga Keuangan Lemba~a
No.
1 2 3 4
5 6
Kelurahan
Bandung Bayem Katerban Kutoarjo Semawung Daleman Semawung Kembaran Jumlah
Bank Umum
BPR
KUD
Kopinkra
Koperasi Simpan Pinjam
Tidak Tidak Tidak Ada Ada Tidak
Ada Ada Ada Ada Tidak Tidak
Tidak Tidak Tidak Ada Tidak Tidak
Tidak Ada Tidak Tidak Tidak Tidak
Tidak Tidak Tidak Ada Tidak Tidak
2
4
I
I
1
Sumber: Sensus Penduduk Tahun 2000, Potensi Desai Kelurahan
Keuangan Koperasi Poi!Qes
Koperasi Tabu Tempe
Koperasi nonKUD lain
Jumlah
Tidak Tidak Tidak Ada Tidak Tidak
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Ada Ada Ada Ada Ada Ada
2 3 2 6 2 1
1
0
6
16
File: D;Yu/i!Tesis!Fisik-KTA!Lembaga Koperasi
~
c .l
Tabel 4.7.5.1. Banyak Koperasi KUD, Naker, Pengurus dan Anggota di Kec.\Desa sampel), Thn 1993 dan 1998
No.
Kecamatan
Usaba Koperasi 1993
Tenaga Kerja
1998
1993
(unit) l
2 3 4 5 6
Ora bag Bayan Kutoarjo Butuh Pituruh Kemiri
1 1 1 1 1 1
~
1998
Ko_perasi KUD Pengurus 1993
(orang) 1 1 1 1 1 1
68 14 10 11 20 8
11 14 10 12 15 -
1993
(orang)
71
---
Anggota
1998
(orang)
3
5
5
5 6 5
3 5 5 3
5,654 4,333 3,291 32,279 1,548 6,509
5 5
- • ___1_ ___ ~--
- - -
Sumbe1": Kabupaten Purworejo Dalam Angka Tahun 1993 dan Tahun 1998
1998
5,517 4,435 3,288 2,504 2,297 4,387
SHU 1993
1998
(Ribuan Rupiah) 18,500 4,100 5,400 1,100 1,500 500
24,614 4,905 11,381 1,220 9,888 5,741
-~~~
File:D!Yuliffesi81l.embaga Kopera8i/KoperaJi-Kec.
Tabel 4.7.5.2. Banyak Koperasi Non-KUD, Naker, rengurus dan Anggota di Kec. (Desa sampel), Thn 1993 dan 1998
No.
Kecamatan
Usaha Koperasi 1993
1998
Tenap;a Kerja 1993
4
5 6
Orabag
Bayan Kutoarjo Butuh Pituruh Kemiri
3 4 19 5 1 3
1993
(orang)
(unit) 1 2 3
1998
Koperasi Non-KUD Pengurus
4 4 17 6 2 4
4 15 9 10 2 2
12 15 108 19 7 17
Sumber: Kabupalen Purworejo Dalam Angka Tahu11 /993 dan Tahun 1998
1998
1993
1998
(orang)
(orang) 27 30 91 44 10 24
' Anggota
24 30 102 35 15 25
683 581 7,894 878 556 564
857 1,604 7,020 1,288 910 1,148
'
SHU
I
1993
1998
(Ribuan Rupiah) 10,000 8,000 79,000 23,000 17,000 8,000
22,580 10,758 37,045 22,930 15,004 39,154
Ftle:D!Yuliffesis/Lembaga KoperaJIIKoperaJi-Kec.
~
~
Tabel 4.7.2. Jumlah Lembaga Perdagangan, Jasa Keuangan dan Kesehatan serta Tenaga i\1edis Tahun 1998 Perdagangan (unit) Desa
No.
Kec.
Pasar
Pasar
Umum
Hewan
Pendidikan (unit) Jasa Keuangan (Unit) BPR/ Lumbung Toko Kios KUD Bank BKD TK SD SLlP BKK. Desa
Kesehatan (unit) SLTA
Poli-
Pus-
klinik L:esmas
Tenaga Medls (orang)
Puskes
Dok-
Dolder
Mantri
Bi-
Dukun
bantu
ter
Praktek
Perawat
dan
Bersalin
I
Wi.run
KutOBJjo
I
0
7
12
0
I
I
I
I
2
3
0
0
0
1
0
1
1
I
0
3
2
Sun:o
KutOIIljo
0
0
1
38
0
0
0
I
I
I
3
0
0
I
0
0
I
·0
2
I
2
3
Pucang Agung
Bayan
0
0
0
5
0
0
0
0
I
I
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
Grantung
Bayan
I
0
0
18
0
0
0
I
I
I
2
I
0
0
0
0
0
0
3
0
I
5
Butuh
Butuh
I
0
29
22
0
I
0
I
I
I
3
I
I
0
0
0
0
0
0
I
0
6
Wareng
Butuh
I
0
9
29
0
0
0
I
I
I
4
I
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
Patutrejo
Grabag
I
0
4
14
I
0
0
0
I
I
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
I
8
Pituruh
Pituruh
I
I
26
n
0
I
I
0
I
2
3
6
I
0
I
0
2
I
2
I
I
9
Megulung Kidul
Pituruh
4
0
4
9
I
0
0
0
0
4
I
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10
Girimulyo
Kemiri
I
0
0
16
0
0
0
0
I
I
I
I
0
0
0
0
0
0
0
I
0
II
KedungLo
Kemiri
0
0
0
4
0
0
0
I
I
I
I
0
0
0
0
0
0
0
0
I
3
Sumber : Kecamatan Dalam Angka TaJrun /998 dan Dala Primer
File:D!My Documenr!Yuli!Te:tis!Data De:Ja!SaranaJa.sa & Lembaga Keuangan!Lembaga De:ta ~ ~
Ul
Tabel 4.8.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Desa-desa di Sekitar Kota Kutoarjo Tahun 1998
No.
Desa
Luas Total
Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk
Luas-Lahan Pertanian
Man-Land Rasio
Luas Bangunan
Kepadatan Penghuni
(Km2)
(Jiwa)
(Jiwa!Km2
(Ha)
(Jiwa/Ha)
(Ha)
(Jiwa/Ha)
I
Winm
2.62
4001.00
152709.92
1346.62
297.11
111.75
3580.31
2
Suren
2.12
3764.00
177547.17
I 56.65
2402.75
83.05
4532.32
3
Pucang Agung
4.41
3661.00
83104.63
403.77
906.70
31.08
11779.28
4
Grantung
1.97
3281.00
166386.06
169.12
1940.03
23.76
13808.92
5
Butuh
2.72
747.00
27442.05
223.24
334.61
28.76
2597.54
6
Wareng
2.37
976.00
41242.34
182.63
534.43
42.37
2303.35
7
Patutrejo
3.40
2401.00
70617.65
309.21
776.50
13.85
17336.99
8
Pituruh
3.53
3225.00
91359.77
241.35
1336.23
111.45
2893.67
9
Megulung Kidul
1.50
1515.00
101000.00
103.43
1464.76
5.25
28857.14
10
Girimulyo
2.72
1113.00
40868.03
253.99
438.21
9.00
12366.67
11
KedungLo
4.37
1906.00
43616.56
163.00
1169.34
10.91
17467.01
---
L - . . - - - ---
Sumber: Kecamatan Dalam Angka Tahun 1998
File:D!YuhTesis/Kepadatan Penduduk/Kepadatan ~
.... Q'l
Tabel 4.8.2. Perubahan Penduduk Desa-desa di Sekitar Kota Kutoarjo Tahun 1998
Desa
No.
Kec. L
I
Wirun
Kutoarjo
2
Suren
Kutoarjo
3
PuCIUlg Agung
Bayan
4
Grantung
Bayan
5
Butuh
Butuh
6
Wareng
Butuh
7
Patutrejo
Ora bag
8
Pitwuh
Pitwuh
9
Megulung Kidul
Ngombol
10
Girimulyo
Kemiri
II
KedungLo
Kemiri
Alamiah Giwa) Mati Lahir p p L Jml
18 28 10 17 16 16 24 15 8 0 10
47 51 14 37 32 27 40 28 18 0 29
29 23 4 20 16 11 16 13
10 0 19
10 7 14 10 8
12 12 7 12 22 9
. II
13
6 7 0 8
9 9 0 4
13
Jml
Desa Dt. Per.
25 22 14 26 32 17 24 15 16 0 12
3 32 2 0 10 2 5 0 1 0 100
Mutasi Antar Daerah (Jiwa) Kab. Kec. Prop. Dt. Per. Dt. Per. Dt. Per.
7 31 0 0
0
I
I 2
0 0 0
0 5 2 10 0 1 0 4
I I I
2 0 0 25
0 0 1 0 3 0 9 0 10 0 4
I
1 2 I
2 0 25 --
1 2
0 0
3 9
I I I I I
I I
I
2 3 0 . 18
1 0 8 4 0 0 4
Jumlah Migrasi • Dt.
Per.
3 33 6
12 42 2 8 14
7
I
11
19 4 32 4 12 0 112
8 6 5 6 2 100
11
10 10 11 2 160
--
File:D!Tesis!Data Desa/Perubahan Penddk-desa!Migrasi penduduk
Sumber: Kecamatan Da/am Angka Tahun /998
Tabel 4.8.3 Penduduk Desa Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin No.
De sa
Kec.
I
Wirun
Kutoarjo
2
Suren
Kutoarjo
3
Pucang Agung
Bayan
4
Gnmtung
Bayan
5
Butuh
Butuh
6
Wareng
Butuh
7
Patutrejo
Grabag
8
Pitwuh
Pitwuh
9
Megu)Wlg Kidul
Ngombol
10
Girimulyo
Kemiri
KedungLo
Kemiri
11
---
-
Jumlah
p
L
Sex Ratio
(Jiwa)
(%)
Giwa)
(%)
(Jiwa)
(%)
(%)
1,985 1,860 1,845 1,595 355 475 I, 173 1,430 811 528 1,072
50 49 50 49 48 49 49 45 49 47 56
2,016 1,904 1,846 1,686 392 501 1,228 1,724 836 585 834
50 51 50 51 52 51 51 55 51 53 44
4,001 3,764 3,691 3,281 747 976 2,401 3,154 1,647 1,113 1,906
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
98 98 100 95 91 95 96 83 97 90 129
----
Sumber: Kecamatan Dalam Angka Talrun /998
t"" ~
--I
Tabel 4.9.1. Jumlah Produksi Pertanian Desa-desa di Sekitar Kota Kutoarjo Tahun 1998- 2000
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
De sa Wirun Suren Pucang Agung Grantung Butuh Wareng Patutrejo Pituruh Megulung Kidul Girimulyo KedungLo
Kec.
Padi
Kutoarjo Kutoarjo Bayan Bayan Butuh Butuh Grabag Pituruh Pituruh Kemiri Kemiri
1998 2000 1,516.00 1,305.00 1,619.95 1,528.80 584.00 420.00 928.00 108.00 980.00 120.00 795.60 877.50 720.00 385.80 947.66 644.00 636.90 441.00 420.00 224.00 0.00 0.00
Produksi (ton) Kc. Tanah Kedelai
Jagung 1998 0.00 0.00 2.50 1.25 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 4.50
2000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 11.20 2.00 0.00 0.00 0.00 3.00
Ubi Kayu
1998 2000 1998 2000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 19.00 12.47 0.00 0.00 44.00 124.70 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 56.00 0.00 0.00 9.00 4.50 27.86 12.00 0.00 0.00 321.30 384 0.00 0.00 155.40 158.00 0.00 0.00 0.00 0.00 14.00 12.50 0.00 0.00
Buah
1998 2000 1998 0.00 4.00 3.87 0.00 0.00 2.80 15.00 5.00 567 11.00 1.00 163.00 0.00 0.00 0.00 7.00 1.50 0.00 3.00 2.00 227.00 0.00 0.00 42.00 0.00 0.00 55.00 145.00 130.00 0.00
Sumber: Kecamatan Kutoarjo Dalam Angka Tahrm 1998 dan wawancara
•
Keterangan
2000 3.57 2.50 2,005.00 390.00
237.00 43.00 50.00 2.00
Kelapa Kelapa Jeruk Jeruk tdk ada data tdk ada data tdk ada data Kelapa Kelapa Durian I Rambutan
File :D!Yuli/Tesis!Data Desa!Produksi Desa/Tanaman
Tabel 4.9.2. Jumlah Produksi Peternakan Desa-desa di Sekitar Kota Kutoarjo Tahun 1998- 2000
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
De sa W1run Suren Pucang Agung Grantung Butuh Wareng Patutrejo Pituruh Megulung Kidul Girimulyo KedungLo
Kec. Kutoarjo Kutoaljo Bay an Bayan Butuh Butuh Grabag Pituruh Pituruh Kemiri Kemiri
Sapi 1998 11 I 56 302 6 8 207 0 0 11 5
Produksi (ekor) Kambin VJ)omba Ayam Buras
Kerbau 2000
1998 0
II
234 325 12 5 236 1 1 0 0
-
Sumber: Kecamalan Kutoarjo Dalam Angka Tahrm 1998 dan wawancara
8 6 5 8 64 3 0 7 25 2 0
2000 0 3 3 3 25 5 0 4 11 0 0
1998 93 65 165 505 246 152 182 51 49 152 850
2000 35 67 219 213 204 196 149 137 24 237 1,325
1998 3,784 6,012 6,464 5,398 129 7,231 5,162 1,528 850 1,528 2,315
2000 0 6,462 6 0 0 ,1,575 4,916 5,270 3,620 1,723 2,610
AyamRas 1998
2000
0 0 0 0 1 0 0 0 320 0 0
0 0 0 0 3,527 0 0 0 0 0 0
Keterangan itik 2000 1998 100 460 2,715 337 I 0 133 0 253 2,838 11 1,130 1,542 55 0 1,365 53 1,024 105 63 0 0 62
File :D!Yuli!Tesis/Data Desa!Produksi Desa!Temak
t~
00
Tabel 4.6.3. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Kutoarjo Tahun 1998
No. I
2 3 4 5
6
Kelurahan
Pet ani
Buruh Tani
Buruh Industri
Buruh Angkut
Buruh Bang.
PNS
ABRI
Perangkat Ds
Pensiunan
Pedagang
Lainlain
Jumlah
518 634 755 542 458 653
116 126 333 368 207 149
88 145 296 2,800 220 104
227 136 432 2,102 227 87
ISO
so
5
169 250 224 66 50
59 131 181 173 69
5 10 51 4 3
10 11 25 18
314 250 289 220 390 172
1,919 1,963 3,145 10,803 2,967 1,623
3 560
1 299
3,653
3 211
909
663
78
1,635
22,420
Bandung Bayem Katerban Kutoarjo Semawung Daleman Semawung Kembaran Jumlah
Sumber: Kecanratan Kutoarjo Dalam Angka Tahun 1998
13
79 56 164 332 210
10
55
362 372 460 3,965 999 271
87
896
6,429
File: D: Yullfl'esis/Sosek-KTAlpenduduk-Kutoarjo/Mata Pencaharian
Tabel 4.9.3. ;aJumlah Penduduk Menu rut Mata Pencaharian Desa-desa Tabun 1998 No.
Desa
Kec.
Pet ani
Buruh Tani
Buruh Industri
Buruh Angk.
Buruh Bgn
1,226 1,626 657 271 375 550 423 417 983 178 272
482 451 226 47 830 56 36 123 84 62 315
365 98 8 20 56 3 0 23 6 1 7
223 20 12 15 60 2 7 136 24 2 8
6,978
2,712
587
509
I
Wirun
Kutoarjo
2
Suren
Kutoarjo
3
Pucang Agung
Bayan
4
Gran tung
Bayan
5
Butuh
Butuh
6
Wareng
Butuh
7
Patutrejo
Grabag
8
Pituruh
Pituruh
9
Megulung Kidul
Ngombol
10
Girimulyo
Kerniri
II
KedungLo
Kerniri
Perangkat Ds
Pensiunan
Peda-
16 13 17 13
244 626 20 295 45 30 7 211 18 25 169
360 129 2 0 15 0 10
0 0
11 10 9 10 9 7
31 26 14 35 76 3 4 83 62 3 0
32 13 6
3,209 3,062 1,017 788 1,891 680 546 1,141 1,279 310 958
85
130
337
1,690
567
14,881
PNS
ABRI
220 13 22 27 285 3 8 26 31 7 169
40 60 36 45 109 20
2 0 3 20 25 2 28 0
811
475
13
113 24 10 5
5
IS
~an~
Lainlain
0
Jumlah
t""4 1-"
IC
Jumlah
Sumber: Kecamatan Kutoarjo Dalam Angka Tahun 1998
File :D!Yuli!Tesis!Data Desa!Penddk-Desa(kerja)!Mata Pencaharlan
Tabel 4.9.3. No.
Jumlah Penduduk Menurut Sektor Kegiatan Ekonomi Desa-desa Tahun 1998 Kec.
De sa
I
Winm
Kutoaljo
2
Suren
Kutoaljo
3
Pucang Agung
Bayan
4
Granttmg
Bayan
5
Butuh
Butuh
6
Wareng
Butuh
7
Patutrejo
Ora bag
8
Pituruh
Pituruh
9
Megulung Kidul
Pituruh
10
Girimulyo
Kemiri
11
KedtmgLo
Kemiri -
---
Sektor Pertanian Jml %
Sektor Industrl Jml %
Jml
%
1,708 2,077 883 318 1,205 606 459 540 1,067 240 587
365 98 380 112 56 53 15 23 6 12 13
244 626 20 295 45 30 7 211 18 25 169
8.4 21.1 1.5 38.5 3.3 4.3 1.4 22.5 1.5 8.7 17.8
58.5 70.1 66.9 41.5 89.3 87.3 90.7 57.7 90.6 83.6 61.7
L . . . - - - L.-..-
Sumber : Kecamalan Kutoarjo Dalam Angka Tahun /998
12.5 3.3 28.8 14.6 4.2 7.6 3.0 2.5 0.5 4.2 1.4
Sektor angan
Sektor Jasa
Perda~
Jml
-- -- -- L...-.
%
603 162 36 42 43 5 25 162 87 10 182 -~
20.7 5.5 2.7 • 5.5 3.2 0.7 4.9 17.3 7.4 3.5 19.1 -
--- ----
Jumlah Tenaga KeJja Jml %
2,920 2,963 1,319 767 1,349 694 506 936 1,178 287 951 ---
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
1
I
--
File :D!fuli!TesistDala DesaJPenddk-Desa{kerja)!Mata Pencaharian
~
=
N
L- 21
Tabel 4.9.4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Per Sektor Desa-desa Sekitar Kota Kutoarjo Tabun 1998
De sa
No.
Kec.
I
Winm
Kutoarjo
2
Suren
Kutoarjo Bayan
3
Pucang Agung
4
Gran tung
Bayan
5
Butuh
Butuh
6
Wareng
Butuh
7
Patutrejo
Grabag
8
Pituruh
Pituruh
9
Megulung Kidul
Ngombol
10
Girimulyo
Kemiri
II
KedungLo
Kemiri
Jumlah
Jumlah Sektor Primer Sektor Sekunder Sektor Tersier (%) (Jiwa) (%) (%) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (%)
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
24 6 3 6 18 1 5 4 4 5 19
720 797 86 410 323 57 64 543 149 47 185
22 26 8 52 17 8
84 48 84 80 62
765 176 31 47 349 6 28 49 53 15 179
48 12 15 19
3,209 3,062 1,017 788 1,891 680 561 I, 141 1,279 310 958
66
1,697
11
3,380
23
14 896 100
1,724 2,090 900 331 1,220 617 469 549 1,077 249 594
54 68 88 42 65
9,820
91
11
Sumber: Kecamatan Kutoarjo Dalam Angka Tahun 1998 File :D/Data Desa1Penddk-De.fa(kerja)/MP-Sektor
Tabel 4.9.5. Penduduk Desa Sampel Menurut Tingkat Pendidikan Akhir
De sa
No.
Kec.
Wirun
Kutoarjo
2
Sun:n
Kutoarjo
3
Pucang Agung
Bayan
4
Gmntung
Bayan
5
Butuh
Butuh
6
Wareng
Butuh
I
7
Patutrejo
Grabag
8
Pituruh
Pituruh
9
Megulung Kidul
Ngombol
10
Girimulyo
Kemiri
II
KedungLo
Kemiri
Tmt Tdk Tdk/Blm Blm Sekolah TmtSD TmtSD SD
492 670 169 357 70 92 251 86 102 176 337
477 375 521 390 496 165 49 203 172 460 229
793 275 124 665 98 75 45 86 64
15 17
1,241 1,014 268 522 63 851 745 2,652 1,161 800 1,307
Tmt Tmt Tmt SLTP SLTA PT
441 921 217 352 78 92 307 163 22 119 79
Sumber : Kecamatan Kutoarjo Dalam Angka Tahun 1998 File: D!Yuli!Tesis!My Document/Data Desa!Pendrlduk-Desa!Pendidikan
191 156 133 996 16 19 104 234 32 35 43
17 25 21 40 2 4 7 88 16 4 2
Jumlah
3,652 3,436 1,453 3,322 823 1,298 1,508 3,512 1,569 1,609 2,014
L- 22 Tabel 4.9.6. Jumlah Kendaraan di Desa-desa sekitar Kota Kutoarjo Tahun 1998
No.
Desa
I 2
Wirun Suren Pucang Agung Grantung Butuh Wareng ., Patutrejo Pituruh Megulung Kidul Giri.mulyo KedungLo
3 4 5
6 7 8 9
10 11
Kec.
Truk
Kutoacjo Kutoaljo Bayan Bayan Butuh Butuh Grabag Piturub Pituruh Kemiri Kemiri
I4 0 0 0 0 0 0 0
0 0 13
Bermotor Cnltl Mini 1eerl Bus
9
Tak Bermotor Sepeda Motor
0 0 0 0
5
5 9
11 8 8 26
6 5
2
2
7 9
0 0
Becak
2 :25 1 I 0 2
45 50
77
102 62 54 32 51 40 8 13
0
Sepeda Gerobak Dokar
410 773 675
6 5
6 7 0 0 3 4 2 0 0
605
135 113 295 144 300 448 68
6
5 12 0 0
1 0 l 0
0 3
6 1
0 0
Sumber: Kecamatan Kutoarjo Dalam Angka Tahun 1998 dan wawancara
Tabel '4.9.7. Jumlah Rumah Permanen, Semipermanen dan Non Permanen Desa-desa Sekitar Kota Kutoarjo Tahun 1998
No.
Desa
1 2 3 4 5 6 7
Wirun Suren Pucang Agung Grantung Butuh Wareng Patutrejo Pituruh Megulung Kidul Giri.mulyo KedungLo
8
9 10 11
Permanen
%
661 791 340 319 192
70 92 44 58 27 50 78 32
311
350 273 201 113 lOS
58
37 22
Semi Permanen
%
224 70 225 120 81 166 93 211 52 134 247
24 8
29 22 11 27 21 25 15 44 Sl
NonPermanen
61 0 200 109 445 148 7 376 91 58 132
%
Jumlah
%
6
946
0 26 20 62 24 2
861 765 548 718 625 450 860 344 305 484
IOO 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
44 26 19 27
Sumber: Kecamatan Kutoarjo Dalam Angka Tahun /998 dan wawancara File:DIYuliffesis!Data Desa/Jenls Rumah!Jenis Bangunan
Tabel 4.9.8. Jumlah lndustri Keen di Desa-desa Sekitar Kota Kutoarjo Tahun 1998
No. Desa
1 Wirun 2 Suren
3 4 5 6 7 8 9 10
11
Pucang Agung Grantung Butuh Wareng Patutrejo Pituruh Megulung Kidul Girimulyo Kedung Lo
Kec. Kutoacjo Kutoarjo Bayan Bayan Butuh Butuh Grabag Pituruh Pituruh Kemiri Kemiri
Industri lndustri
Kecil
RT
65 74 9 66 4
17 103 21 48 5 12 0 35
9
41 0 1 11 0
Industri Jumlah Sedang (unit)
8
100 3
Sumber : Kecamatan Kutoarjo Dalam Angka Tahun /998 dan wawancara Fi/e:D,J"uli!TesisiData Desa/Jndustri Desa-1nduslri
3 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0
85 179 30 116 9
21 41 35 9 Ill
3
Keterangan Sangkar bunmg cangkul, sabit, pisau kerajinan bambu TahUitempe,kerupuk tempe, gula kelapa,peyok tahultempa, gula kelapa gula, emping, gula, makanan gula, makanan kecil gula, Tempe,Kerdjinan Enting2, kerupuk
L-
Tabel 4.10 Jumlah Dusun, RW dan RT per Desa di Sekitar Kota Kutoarjo Thn 1998
Desa
No. I
2 3 4
5 6 7
8 9 10 II
Wirun Suren Pucang Agung Grantung Butuh Wareng Patutrejo Pituruh Megulung Kidul Girimulyo KedungLo
Kec. Kutoarjo Kutoarjo Bayan Bayan Butuh Butuh Grabag Pituruh Ngombol Kemiri Kemiri
Jumlah
Jml Dusun
Jml RW
Jml RT
7 6 5 3 4 6 4 7 2 3 9
8 6 16 13 8 6 2 5 2 2 4
22 25 6 7 21 18 9 19 g 9 13
56
72
157
Sumber: Kecamatan Daiam Angka Tahun 1998 File:D!Yulill'esis!Guna Lahan, RT/RW,RT
Tabel 5.1. Umur Responden Di Desa-desa Sekitar Kota Kutoarjo
Desa
No. I
Kec.
Wirun
Kutoarjo Kutoarjo
2
Suren
3
Pucang Agung
Sayan
4
Grantung
Sayan
5
Sutuh
Sutuh
6
Wareng
Sutuh
7
Patutrejo
Ora bag
8
Pituruh
Pituruh
9
Megulung Kidul
Ngombol
10
Girimulyo
Kemiri
11
KedungLo
Kemiri
Jumlah Sumber: Wawancara, tahun 2000
20-30 Jml %
Umur Responden >50 30-40 40-50 Jml % Jml % Jml % 40 50
0 0
60
2
60 20 50 57.1 40 40 40 71.4
0 0 0 3 1 0 1 1
0 0 40 0 0 0 42.9 20 0 20 14.3
8
12.7
1 1 0 0 0 2 0 0 0 0 0
20 16.7 0 0 0 25 0 0 0 0 0
2 2 0 2 4 2 0 2 3 2 1
40 33.3 0 40 80 25 0 40 60 40 14.3
2 3 3 3 1 4 4 2 2 2 5
4
6.35
20
31.7
31
49.2
Jml
%
5 6 5 5 5 8 7 5 5 5 7
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
63
100
File:D/Yu/i/l'esis!Data De:uz/Data Responden!Umur
~3
L- 24
Tabel 5.2•. Tingkat Pendidikan Responden.
No.
Tingkat Pendidikan Tidak Tarnat Tamat Tamat Tamat Jumlah Sekolah SD SLTP SLTA 1\k.!Sarjan Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % Jiwa (%)
Kec.
Desa
8
Pituruh
Pituruh
0
9
Megultmg Kidul
Pituruh
0
lO
Girimulyo
Kcmiri
0
ll
KedungLo
Kcmiri
l
0 17 0 0 0 13 0 0 0 0 I4
3
5
l
Wirun
Kutoaijo
0
2
Sureo
Kutowjo
l
3
Pucang Agung
Bayan
0
4
Grantung
Bayan
0 0
5
Butuh
Butuh
6
Warcng
Butuh
l
7
Patutrejo
Ora bag
0
Jumlah
3 4 3 2 2 3 3 0 0 I 5
60 67 60 40 40 38 43 0 0 20 7l
1 0 1 2 I 2 1 2 2 I l
20 0 20 40 20 25 I4 40 40 20 14
1 l I I 2 1 3 3 0 3 0
20 17 20 20 40 13 43 60 0 60 0
0 0 0 0 0 I 0 0 3 0 0
0 0 0 0 0 13 0 0 60 0 0
26
41
14
22
16
25
4
6
Sumber: Wawancara, tahun 2000
Desa
Kec.
9
Megulung Kldul
Pituruh
10
Cririmulyo
Kemiri
1
11
KedungLo
Kemiri
3
20 50 40 20 20 13 14 20 40 20 43
17
27
Winm
Kutorujo
I
2
Suren
Kutoarjo
3
3
Pucang Agung
Bayan
2·
4
Gran tung
Bayan
I
5
Butuh
Butuh
1
6
Wareng
Butuh
I
7
Patutrejo
Grahag
I
8
Pituruh
Pituruh
I
2
Sumber: Wawancara, tahun 2000
5 5 5 8 7 5 5 5 7
63
100
Pendapatan Responden
100-250 Jml %
I
Jumlah
lOO 100 IOO 100 100 100 IOO IOO IOO 100 100
e:D!Yuliffesis!Data Desa!Datase:c-didik respldidik
Tabel 5.3.
No.
5
6
Pendapatan Setiap Bulan ~p. 1.000,-) 250- 500 500- 1.000 > 1.000 Jumlah % % % Jiwa % Jml Jml Jml 2 1 2 1 1 2 4 1 0 2 4
40 17 40 20 20 25 57 20 0 40 57
1 2 0 2 2 3 1 0 1 1 0
20 33 0 40 40 38 14 0 20 20 0
1 0 I 1 I 2 1 3 2 I 0
20 0 20 20 20 25 I4 60 40 20 0
20
32
13
21
13
21
5
7
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
63
100
6 5 5 5 8 7 5 5
5
Desa!Kepemilikan /Jm &Pendapatan Responden
Tabel 5.4. Pekerjaan Utama, Sampingan Responden
No. I
Desa Winm
Kec. Kutoaljo
3 4
s
SW"en
Pucang Agung Grantung
Butuh
6
Wareng
7
Patutrejo
Megulung Kidui
11
Girimulyo Kedung Lo
2
1
2
1
2
0
I
2
0
0
0
0
33
40
0
0
0
Peran~kat
Desa
PNS
Jumlah
2
1
2
I
2
I
2
1
2
I
2
2
2
0
0
0
0
I
0
0
0
40
67
0
0
0
0
20
0
0
0
0
0
3 100 3
2
2
0
0
0
3
1
0
0
0
0
0
0
67
33
0
0
0
so
33
0
0
0
0
0
0
0
3
2
0
2
0
0
0
2
0
0
0
o.
0
Bayan
2
0
0
0
•)
60
33
0
33
0
0
0
33
0
0
0
0
40
0
0
0
Bayan
2
0
0
0
I
I
IOO
2
2
IOO
0
0
0
0
0
0
0
0
5
•)
40
67
40
0
0
0
20
33
0
0
0
0
0
0
0
0
Butuh
2
3
I
0
IOO
0
0
4
0
0
0
0
0
0
0
1
0
•)
25
100
13
0
0
0
50
0
0
0
0
0
0
0
13
0
I
4
3
0
0
0
4
1
I
0
0
0
0
0
1
0
10
80
30
0
0
0
40
20
10
0
0
0
0
0
10
0
I
5
1
0
0
0
4
1
0
0
I
0
0
0
0
0
14
83
14
0
0
0
57
17
0
0
14
0
0
0
0
0
4
I
0
0
0
0
0
1
2
0
0
0
1
0
1
0
50
50
0
0
0
0
0
50
25
0
0
0
13
0
13
0
2
I
0
0
0
0
1
2
I
0
I
0
I
0
2
I
8 100 10 100 7 100 8 100 8
3 100 3 100 5 100 6 100 2 100 4
25
25
0
0
0
0
13
50
13
0
13
0
13
0
25
25
IOO
IOO
I
4
0
0
0
0
I
0
0
0
0
0
•0
0
3
0
•)
20
100
0
0
0
0
20
0
0
0
0
0
0
60
()
Kemiri
2
s
0
2
0
2
0
I
3
0
0
0
0
0
0
0
0
•)
29
63
29
0
29
0
14
38
0
0
0
0
0
0
0
0
5 100 7 100
19
30
13
2
2
0
21
14
4
0
2
0
5
0
8
1
74
26
64
18
4
3
0
28
30
5
0
3
0
7
0
II
2
100
Butuh Grabag Pituruh Pituruh •)
10
1
1
Macarn Pekerjaan Wiraswasta Kar,awan
I
•)
9
Pedllgang
17
•)
Pituruh
Tukang
•)
KutoaJjo
•)
8
Industriawan
5 100 6 100 5
•)
2
Pet ani
Kemiri
Jumlah "') Sumber : Wawancara. tahun 2000
File:DTu/iiTesis!Data Sex-
IOO 6
4
IOO 8 100
~
47 100
N '-A
Tabel No.
Desa
Kec.
I
Wirun
Kutoaljo
2
Suren
Kutoaljo
3
Pucang Agwtg
Bayan
4
Orantung
Bayan
5
Butuh
Butuh
6
Wareng
Butuh
7
Patutrejo
Orabag
8
Pituruh
Pituruh
9
Megulung Kidul
Pituruh
10
Girimulyo
Kerniri
II
KedungLo
Kerniri
Jumlah
(KK) (%)_
Sumber: Wawancara, tahun 2000
5.5. Luas Kepemilikan Laban Responden
Luas Kepemilikan Laban Sawah (m2) Luas Kepemilikan Laban Kering (m2) Jml < 2.500 2.500-5.000 5.001-7.500 7.501-10.000 >10.000 Jml < 2.500 2.500-5.00( 5.001-7.500 7.501-10.000 >10.000 1 0 1 1 0 3 0 0 0 0 0 0 33 0 33 33 0 100 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2 2 0 0 0 0 2 50 0 0 0 50 100 100 0 0 0 0 100 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 2 5 0 0 0 0 0 0 40 0 20 0 40 100 1 1 0 0 0 2 2 2 0 0 0 4 50 50 0 0 0 100 50 so 0 0 0 100 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 0 1 75 0 25 0 0 100 100 0 0 0 0 100 4 1 0 1 1 7 3 0 0 0 0 3 57 14 0 14 14 100 100 0 0 0 0 100 2 2 0 0 0 4 2 0 0 0 0 2 50 50 0 0 0 100 100 0 ·~ . 0 0 100 0 2 2 0 1 5 0 0 0 0 0 0 0 40 40 0 20 100 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 4 0 0 0 0 0 0 25 25 25 0 25 100 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 2 5 0 0 0 0 0 0 60 0 0 0 40 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 0 1 7 0 0 0 0 0 0 29 29 29 14 0 100
--
16 44 --
---
7 19
5 14
2 6
6 17
36 100
14 58
4 17
3 13
0 0
3 13
24 100
File:D!Yulilfesis!Data Desa/Kepemlllkan Lim & Pendapatan Responden!Pemilikan IA1ra11 ~
N
0'1
Tabei-6.1.4.LALU LINTAS HARlAN RATA-RATA (LHR) JALAN NEGARA, PROPINSI, KABUPATEN DAN ANTAR DESA TAHUN 1991 DAN 2000
No. Pos
No. Ruas
I 2
I I 2 2 5 3 9 4 9 11 3 10 8 6 9 7
3
4 8 5 16 6
13 15 7 14 11 9
12 10
Ruas Jalan
Kecamatan
Panjang jKm}
Butuh - Kutoarjo Grantung - Kutoarjo Jono- Grabag Ketawang - Grabag Pituruh - Klepu Pituruh - Megulung Kidul Wirun - Kota Kutoarjo Ngombol - Grabag Winong - Karang Duwur Wareng - Sruwohrejo .. Pituruh - Kemiri · Megulung Kidul- Gebang Girimulyo - Winong Suren - Kutoarjo Kedung Lo - Wirun Pucang Agung - Bayan
Butuh Bayan Grabag Grabag Pitun1h Pituruh Kutoarjo Ngombol Kutoarjo Butuh Kemiri Pituruh Kemiri Kutoarjo Kemiri Bayan
7.0 6.0 3.3 3.3 4.5 4.0 4.0 7.0 4.9 3.0 5.5 8.4 8.0 3.5 5.0 3.0
Lokasi Pos Ngandong Batoh Ds. Sangubanyu Ds. Aglik I Km dari Ds. Pituruh 2 Km dari Pituruh Perbatasan Wirun Jembatan Cokroyasan Jembatan Winong 2 Km dari Tamansari 4 Km dari Pituruh 2.5 Km dari Ds. Gebang Desa Winong 1 Km dari Ds. Suren I Km dari Ds. Kedung Lo 1 Km dari Pucang Agung
LOR Smp) 1991
2001
r
(%)
I0,904 20,06I I3,487 I8, I65 I, 7I6 8,265 1,478 7,816 621 4,963 1'158 4,288 983 3,447 439 2,4I2 1,226 2,029 340 2,0I4 529 I,988 720 1,761 166 320 I95 3I5 I75 274 153 255
7 3 25 24 22 22 5 30 7 I7 27 I7 38 36 37 40
Ranklng
I 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kelas
I I Ill Ill
IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV
Pad at Pad at Agk Padat Agk Padat Jarang Jarang Jarang Jarang Jarang Jarang Jarang Jarang Jarang I i Jarang I Jarang Jarang I I
~
I
I
Sumber : Has// Perkiraan dari Data LHR Talrun /991, KenaiIran pertumbuhan kendaraan dan Jurvai Jampel dilapmrgan pada Bulan Januarl 200 I File :D!My Dokumen!Yulill'eJis!PredikJI ll/R-Halatnmr 2 Keterangan
=
::: 15.000 Smp.
KillS Ill (Lalu Lintas Harian Rata-rata Agakjarang)
= 10.000 =5.000
- < 10.000 Smp.
K1as IV (Lalu lintas llarian Rata-rata Jarang)
=
• < 5.000 Smp.
: Klas I (Lalu Lintas Harian Rata-rata padat) Klas II (Lalu lintas Harian Rata-rata Agak Padat)
0
- <15.000 Smp. ~ -~
-l
L- 28
Tabel 6.1.5. Pertumbubao Keodaraao Tidak Bermotor Meourut Kecamatan Di Kab. Purworejo Tahun 1990- 1998
No. Kecamatan
1 Grabag 2 6
7 8
9
10 II I2 I3 I4
Ngombol Purworejo Banyuurip Bayan Kutorujo Butuh Pituruh Kemiri Bruno Gebang
Jenis Kendaraan Tidak Bermotor Sepeda Andong I Dokar Becak Gerobag 1990 1998 r 1990 1998 r 1990 1998 r 1990 1998 r (bh) (bh) (%) (bh) (bh) 1(%) (bh) (bh) (%) (bh) (bh) i(%)
495 5,175 1,473 4,149 5,046 7,2II 346 4,029 5,190 346 3,I76
6,854 3,86I 4,435 3,86I 8,72I 7,053 I70 6,235 6,154 347 2,63I
39
I5
-4
]
I5 -I 7 0 -8 6 2 0 -2
354 36 94 344 0 6 9 I 26
I24 6I 435 6I 88 332 0 92 I7 28 69
30 67 3 7 .]
0 0 4I 8 52 I3
50 32
44 42 29 34 42 38 I27 43 34
34 26 25 26 18 0 0 40 107 43 I9
-5 -3 -7 -6 -6 -IOO -IOO I -2 0 -7
23 16 48 25 65 76 0 1 4 0 7
23 31 95 31 180 134 0 8 44
0 37
0 9 9 3 14 7 0 30 35 0 23
Swnber: Kabupaten Pwworejo Dalam Angka Tahun 1990 dan Kecamatan Dalam Angka (Terpi1ih)Tahun 1998
Keterangan : pertumbuhan kendaraan tidak bennotor untuk perkiraan LHR
Tabel. 6.1.6. Pertumbuhan Kendaraan Bermotor Menurut Kecamatan di Kab. Punvorejo Tahun 1990- 1998
Truk No. Kecamatan 1990 1998 buah ~buah
I Grabag 2 Ngombol 6
Purworejo Banyuurip Bayan 9 Kutorujo 10 Butuh II Pituruh 12 Kemiri 13 Bruno 14 Gebang 7 8
6 I 47 II 3 36 3 3
29 8 7
33 II 75 24 4 I05 6 9 50 7 24
r
1%} 24 35 6 IO 4 I4 9 I5 7 -2 I7
Kendaraan Bermotor Bis olt/Mbl Pribadi/D Sepeda Motor 1990 1998 r 1990 1998 r 1990 1998 r buah buah (%) buah buah (%] buah buah (%)
0 0 0 0 I 26 0 0 0 0 6
0 0 0 0 9 55
0 0 0 0 0
0 0 0 0 32 IO 0 0 0 0
62 37 339 67 74 I 59 26 20 I07 25 ### 38
63 63 249 I33 I35 2II 82 47 I47 39 49
0 7 -4
9 8 4 I5 II 4 6 3
294 805 13 509 913 8 906 2,5I8 I4 734 I,079 5 595 5,393 32 536 1,232 II 979 32 107 46 549 36 470 962 9 206 382 8 406 744 8
Sumber: Kabupaten Pwworejo Da1am Angk.a Tahun 1990 dan Kecamatan Dalam Angka (ferpilih)Tahun 1998
Keterangan : pertumbuhan kendaraan tidak bermotor untuk perkiraan LHR
Tabel
6.2.
Analisis Gravitasi
I
I
No.
Desa
Kec.
Penduduk KotaKTA (Pidlm'iwJ 22,420
I
Wirun
2
Suren
3 4 5 6
Pucang Agung Grantung Sutuh Wareng Patutrejo Pituruh Meguluns Kidul Girimulyo KedungLo
7 8 9
10 11
Kutoatjo Kutoatjo Sayan Sayan Sutuh Sutuh Orabag Pituruh Pituruh Kemiri Kemiri
Jumlah
Penduduk Jarak DesaJml De sa KotaKTA Petjalanan (P2dlmiiwa) (JI2dlm Km) (F 12 dim kali) 4,001 3,764 3,661 3,281 747 976 2,401 3,154 1,647 1,609 1,906
4.0 3.5 7.0 6.0 7.0 9.0 11.0 9.0 12.0 15.0
9.0
124 65 30 300 360 64 280 123 216
Konstante Konstante lnteraksi Empirik b=0,4 (datar) wil1-2 ' a= F 12/P 2 b=3,3 (bukit) (112) j
I
0.0309923 0.0172689 0.0081945 0.0914355 0.4819277 0.0655738 0.1166181 0.0389981 0.1311475 0.0341827 0.0335782
55 64
0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 3.3 3.3
1,596,737' 882,921 308,829 3,284,705: 3,705,944, 595,825 ' 2,405,673' 1, 145,101 1,792,325 162 1,018
22 420 ---
Sumber: Wawancara, tahun 1000
Flle:D!YuliTests!Lamptran!Keterkaitan Desa
Keterangan: Interaksi dua wilayah dalam ruang dihitung dengan analisis gravitasi (1 12) Rumus Gravitasi 112 ==a • (P 1*P2)
112"'
Tabel No. I
2 3 4 5 6 7 8 9 10 II
6.3.
Desa Wirun Suren Pucang Agung Grantung Sutuh Wareng Patutrejo Pituruh Megulung Kidul Girirnulyo KedungLo
Analisa Konektivitas Wilayah Desa dengan Kota Kutoarjo Kec. Kutoarjo Kutoarjo Sayan Sayan Sutuh Sutuh Ora bag Pituruh Pituruh Kemiri Kemiri
Sumber: Wawancara, tahun 1000
Jarak DesaKotaKTA (Si-j dim Km) 4.0 3.5 7.0 6.0 7.0 9.0 11.0 9.0 12.0 15.0
9.0
Waktu Tempuh Dari wilayah I ke.j (Ti-j) (dim jam) (dim menit) 0.1 0.1 0.4 0.1 0.1 0.4 0.2 0.3 0.4 0.6 0.3
8 8 21 7 8 22 13 18 24 36 15
Kecepatan Kendaraan (V dlm Km/jam) 30 25 20 55 50 25 50 30 30 25 35
File:D!Yuli~Tesis!Hasil Keterkaitan!Konektlvitas
Keterangan : •) Untuk kendaraan umum waktu tempuh menjadi lebih besar karena faktor waktu tWlggu, pengarnbilan r1::m mPnnnmlnm
nPnnmn::~no
tN
\0
L- 30
Tabel 6.4.1. Karakteristik Jarak KelasJarak Agak Dekat (3) Agak Jauh (2) (4-<8 km) (8-<12 Ian) II m
Dekat (4) (0-<4 km) I 1. Suren
1. 2. 3. 4.
Winm Pucang Agung Grantung Butuh
1. 2. 3. 4.
Wareng Patutrejo Pituruh Kedunglo
Jauh (I) (12-16 Ian) IV 1. Megulung Kidul 2. Girimulyo
Sumber: Kecamatan Dalam Angka 1998 File : D!Yuli/l'esis!Hasil KeterkailawTip Kaitan Akses!Fip-Jarak
Tabel 6.4.2 .. Karakteristik Keterkaitan Berdasarkan Nilai l.HR KelasLHR Tinggi (4) Agk Tinggi (3) Agk Rendah (2) (> 15.000 Smp.) (10.000-15.000 Smp.) ( 5.000< 10.000 Smp.) I n m 1. Butuh 2. Grantung
-
1. Patutrejo
Sumber: Hasil Perhitungan dan PengamaJan Lapangan File:D!Yuli/l'esi3/Hasil Keterkaitan!Tip Koitan Ak.se.sl~ HR
Rendah (1) ( < 5.000 Smp.)
rn 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pituruh Wirun Wareng MeguL:ng Kidul Girimulyo Suren Kedunglo Pucang Agung
L- 31
Tabel 6.4.3. Karakteristik Keterkaitan Berdasarkan Model Gravitasi Kelas N ilai lnteraksi Agak Lemah (2) Agak Kuat (3) (2. 000. 000-<3.000. 000) (1.000.~<2.000.000) II m
Kuat (4) (3.000.000 keatas) I 1. GrantWJg 2. Butuh
I. Patutrejo
I. MegulWlg Kidul 2. \o,!irun 3. Pit'.JIUh
Lemah (1) (0- <1.000.000) IV l.Suren 2. Wareng 3. Pucang AgWJg 4. Kedunglo 5. Girimulyo
Sumber: Hasi/ Perhilllngan Fi/e:D!Yuli'fe.vis!Jiasil Keterkaitan/T'ip Kaitan Ak.res!Gravitasi
Tabel 6.4.4. Karakteristik Keterkaitan Berdasarkan Frekwensi Pelayanan Transport Deogan Kendaraan Umum Kelas Frekwensi Pelayanan Transportasi Umurn (Jumlah Riit) Banyak (4) Agak Banyak (3) Agak Sedikit (2) Sedikit (I) (280-360 kali) (200-<280 kali) ( 120-<200 kali) (30 - 120 kali) I II III IV 1. GrantWlg 2. Butuh 3. Patutrejo
1. MeguiWlg Kidul
1. Winm 2. Pituruh
1. 2. 3. 4. 5.
Suren Wareng KedWJglo Girimulyo Pucang AgWlg
Sumber: Hasi/ Perhitungan Fi/e:D!Yu/i/Tesis/Hasi/ Keterkaitan/l'ip Kaitan Akses!Frek-Tran.sport
Tabel 6.4.5. Karakteristik Keterkaitan Berdasar Waktu Tempuh (Dengan Analisa Konektivitas)
Cepat (4) (0-<10 Menit) I 1. GrantWJg 2. Butuh 3. Suren 4.Wmm
Kelas Lama Waktu Tempuh (Minimal) Agak Cepat (3) Agak Lambat (2) Lambat (l) (10-<20Menit) (20-<30 Menit) .(30-<40 Menit). II III IV
1. Patutrejo 2. Kedunglo 3. Pituruh
1. Pucang Agung 2. Wareng 3. MegulWJg Kidul
Sumber: Hasil Perhitungan File:D!Yuli/Tesi.s/Hcuil Keterkaitanf!'ip Kaitan Akses!Gravitasi
1. Girimulyo
Tabel 6.4.6. Keterkaitan Desa-Kota Berdasarkan Total Nilai Aksessibilitas
No.
1 2 3 4
5 6
7 8 9
10 II
De sa
Wirun
Kec.
Suren
Kutosljo Kutoatjo
Pucang Agwtg Grantung Butuh
Bayan Sayan Butuh
Wareng Patutrejo Pituruh
Orabeg Pituruh
Butuh
Megulu:tg Kidul Girimulyo KedWlgLo
Pituruh Kemiri Kemiri
lndikator Keterkaitan Desa-Kota Berdasarkan Aksessibilitas Jarak LHR Model Frekwensi Waktu Ds- Kt dim Smp. Gravitasi Transport Tempuh Jumlah I(Tab.S.IS.I) I(Tab.S.I5.2) I(Tab.S.I5.3) I(Tab.S.I5.4) I(Tab.S.IS.S) 3 4 3 3 3 2 2 2 I I 2
I I
2 I
2 I
1
1
1
4 4 I 2 1
4 4 I 3 2 2
4 4
1 1 1 -------
1
I ----------
4 4 2 4 4 2 ·3 3 2 I 3
1
4 2 3 1 1 L....- - -
--
I2 11 8 19 19 7
14 10 9 5 8
Kelas
Agak Kuat (II) Agak Kuat (ll) Agak Lemah (III) Kuat (I) Kuat (I) Agak Lemah (III) Agak Kuat (II) Agak Lemah (II) Agak Lemah (Ill) Lemah (IV) Agak Lemah (III)
-
Sumber : Hast/ Perhitungan Keterangan : I. Nilai 15,1 - 20: Keterkaitan Desa-Kota Kuat II. Ni1ai 10,1- 15: Keterkaitan Desa-Kota Agak Kuat III. Ni1ai 5,1- 10 : Keterkaitan Desa-Kota Agak Lemah IV. Nilai 0-5 : Ketcrkaitan Desa-Kota Lemah
t~
N
Tabel 6.5.1. Jumlah Responden yang Mempunyai Keluarga/ Ternan
No. I 2 3 4
5 6 7
8 9 10
11
Desa Winm Suren Pucang Agung Grantung Butuh Wareng Patutrejo Pituruh Megulung Kidul Girirnulyo KedungLo
Kec.
Sektor Primer Punya Tid~k Kel. Di Punya Kota 0 0
Kutoaljo Kutoaljo Sayan Sayan Butuh Butuh . Grabas Pituruh Pituruh Kemiri Kemiri
3 2 2
l 0 0 0 1 2 11
Jumlah Sumber : Has II wawmrcara, 2000
T a bel
No. 1
2 3
4 5 6 7 8 9
I0 II
D esa W irun Suren Pucang Agung 0 rantung 8 utuh Vv areng Patutrejo P ituruh M egulung K idul 0 irim ulyo Kedung Lo
1 1 0 0 0 0 l 2 2
0 1 8
Sektor Sekunder Sektor Tersier Punya Tidak Punya Tidak Kel. Di Punya Kel. Di Punya Iumlah Kota Kota 1 l
1 1 0 0 l
2 2
l 0 0 0 1 0 0 8
3
l 0 0 0 1 8
2 2
0 l 0 0 l
0 1 0 l 4
5 5 5 8 7 5 5 5 7
3
3
1 3 3 _2_Q__
5 6
-
1 0 1 1 0 8
63
Flle:DlTen51Data De$~~/~~tJ$1/ KeterlcaltmaiKaltan Sosla/!Kaltan Keluarga
6.5.2. . J u m I a h R e s p o n d en y a n g M em p u n y a i K e l u a r g a I T em a n
K ec. Kutoarjo K utoarjo 8 ayan 8 ayan Butuh Butuh G rabag Pituruh Pituruh K em iri Kern iri
Ju m lah Sum ber: Hasil wawancara, 2000
Sektor Primer Puny a T idak K el. D i Puny a K ota 0 0 3 2 2
1 0 0 0 l 2
1 1 0 0 0 0 l 2 2
0 1
l ! -- _ ___!
Sektor Sekunder Punya Tidak K el. D i Puny a K ota I I 2 2
1 0 0 0 1 0 0 8
1 1 0 0 l 3
1 0 0 0 l 8
Ftle:D/Tests!Da ta Desa!Hasll
Sektor Tersier Puny a T idak K el. D i Punya K ota 2 2
0 l 0 l 4 3
l 3 3
20 Keterkattat~!Kailatl
0 l 0 0 l 3
1 0 1 l 0 8
Ju m lah 5 6
5 5 5 8 7
5 5 5 7 63
So.stai!Kaltan Keluarga
t~ ~
Tabel Desa
No.
Kec.
6.6.1.
KUDffoko/Pasar Lokal Jumlah Persentase
6
Wareng
Butuh
7
Patutrejo
Grabsg
8
Pitwuh
Pituruh
0 0 5 2 1 1 6 0
9
Megulung Kidul
Pituruh
3
10
Girimulyo
Kemiri
II
KedungLo
Kemiri
4 7
86 0 75 80 100
29
53
I
Wirun
Kutoarjo
2
Suren
Kutoaljo
3
Pucang Agwtg
Bayan
4
Grantung
Bayan
5
Butuh
Butuh
Jumlah
0 0 100 50 20 13
Aliran Benih Desa-desa Responden Tempat/Lokasi Mendapatkan Benih KUDffoko Desa Lain Toko di Kutoarjo Kota Lain Jumlah Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentasej
0 0 0 2 4 0 5 0 0 0
0 0 0 25 40 50 0 100 0 0 0
0
12
22
12
I
4 1 0 1 2 1 1 0 1 I
Sumber: Wawancara, tahun 2000
Desa
Kec.
Wirun
Kutoaljo
2
Suren
Kutoaljo
3
Pucang Agwtg
Bayan
4
Grantung
Bayan
5
Butuh
Butuh
6
Wareng
Butuh
7
Patutrejo
Grabag
8
Pituruh
Pituruh
9
Megultmg Kidul
Pituruh
10
Girirnulyo
Kemiri
II
KedungLo
Kemiri
I
Jumlah Sumber: Wawancara, tahun 2000
0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 25 0 0 0 0 0
4 1 5 4 5 8 7 5 4 5 7
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
22
2
4
55
100
II
i I
Fi/e:D/Yuli/'J'esis/Data De:uvFiaw-inprlt Pertanian!Aiiran input tan/
Tabel. No.
100 100 0 25 40 13 14 0 25 20 0
6.6.2.,
Ali ran Pupl!k -Jan Obat Pertanian Desa-desa Responden
KUDffoko/Pasar Lokal Persentase Jumlah
3 0 0 0 I 1 5 0 4 3 4 21
75 0 0 0 20
Tempat/Lokasi Mendapatkan Pupuk dan Obat Pertanian I Jumlah Kota Lain KUDffoko Desa Lain Toko di Kutoarjo I Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1
0 0
71 0 100 60 57
1 2 4 0 2 0 0 0
0 0 60 25 40 50 0 40 0 0 0
1 1 1 3 2 I 2 3 0 1 3
38
I2
22
I8
13
3
0 20 43
0 0 1 0 0 2 0 0 0 1 0
0 0 20 0 0 25 0 0 0 20 0
4 I 5 4 5 8 7 5 4 5 7
100 100 100 100 100 IOO 100 IOO 100 100 100
33
4
7
55
IOO
25 100 20 75 40 13 29 60
Fi/e:D!Yu/i/Tesis!Data Desa'Flow-inpul Pertanian!Aiiran input/ant
t-
. ~
Tabel 6.6.3. Aliran Alat-alat Pertanian Desa-desa Responden No.
Desa
Kec.
I
Winm.
Kutoaljo
2
SW"en
Kutoaljo
3 4
Pucang AsW18 Grantung
Bayan
Bayan
5
Butuh
Butuh
6
Wareng
Butuh Orabag
7
Patutrejo
8
Pituruh
Pituruh
9
Megulung Kidul
Pituruh
10
Girirnulyo
Kemiri
11
KedungLo
Kerniri
Jumlah
Tem___p_at!Lokasi Mendapatkan Alat Pertanian_(_sabit can kul gancu, dsb.) KUDffoko/Pasar Lokal KUDffk/Psr Desa Lain Toko di Kutoarjo KotaLain Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jml Persentase 0 6 0 0 0 0 0 2 0 3 0
0 100 0 0 0 0 0 50 0 60 0
0 0 0 0 0 1 0 0 2 0 1
0 0 0 0 0 13 0 0 50 0 14
3 0 4 3 4 7 6 2 2 1 6
100 0 80 75 100 88 100 50 50 20 86
0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0
0 0 20 25 0 0 0 0 0 20 0
11
20
4
7
38
68
3
5
Sumber : Wawancara, tahun 1000
Jumlah Jml Persentase 3 6 5 4 4 8 6 4
7
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
56
100
4 5
Keterangan Desa Suren merupakan sentra industri keciV rumah tangga pandaibesiyang membuat sabit, cangkul, pisau dan alat pertanian serta rumah tangga lainnya.
File:D!Yuliil'esis!Data Desa!Fmw-input Pertanlan/Aiat Pertanian
. T abel 6.6.4. Tempat dan Cara Mendapatkan Traktor Desa-desa Responden No.
Desa
Kec.
Sewa di Desa Sendiri Jumlah Persentase 4 1 0
I
Winm.
Kutoaljo
2
SW"en
Kutoaljo
3
Pucang Agung
Bayan
4
Grantung
Bayan
l
5
Butuh
Butuh
6
Wareng
Butuh
7
Patutrejo
Ora bag
8
Pituruh
Pituruh
9
Megulung Kidul
Pituruh
10
Girimulyo
Kemiri
II
KedungLo
Kerniri
4 5 4 3 2 0 0
- -
Jumlah
Sumber: Wawancara, tahun 2000
24
'
Tempat!Lokasi Mendapatkan Alat Penyemprot dan Traktor KUDffoko/Pasar Lokal Toko di Kutoarjo Kota Lain Jumlah Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jml Persentase Jml Persentase
80 50 0 50 100 100 80 75 50 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
I 0 0 I 0 0 0 0 I 0 0
20 0 0 50 0 0 0 0 25 0 0
0 I 0 0 0 0 I
0 0
0 50 0 0 0 0 20 25 25 0 0
77
0
0
3
IO
4
13
I I
5 2 0 2 4
5 5
100 100 0 100 100 100
IOO
4 4 0 0
100
31
IOO
IOO 0 0
Keterangan Beli di Kutoaljo Gombong/DIY Tdk membajak Beli di Kutoaljo MgVPurwokerto KTA/Purworejo Beli di DIY DIY/Magelang Jakarta Pakai Kerbau Tdk membajak
File:D!Yuli/l'esis/Dala Desa/Flow-input Pertanian/Aiat Pertanian
r~
Ul
Tabel Desa
No. I 2 3
4 5 6 7 8 9
10 11
Wirun Suren Pucang Agung Grantung Butuh Wareng Patutrejo Pituruh Megulung Kidul Girimulyo KedungLo
Kec.
6.6.5.
Aliran Alat Penyemprot Tanaman Desa-desa Responden
Sewa di Desa Sendiri Jumlah Persentase 1 50 0 0 0 0 2 50 2 50 5 125 1 17 2 50 1 20 2 50 0 0 36 16
Kutooijo Kutoaijo Bayan Bayan Butuh Butuh Ora bag Pituruh Pituruh Kemiri Kemiri
Jumlah
Tempat/Lokasi dan Cara Mendapatkan Alat Penyemprot Pertanian KUDffoko/Pasar Lokal Toko di Kutoarjo Kota Lain Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase 0 0 1 50 0 0 0 0 2 100 0 0 0 0 4 80 1 20 0 0 2 50 0 0 0 0 2 50 0 0 0 3 0 75 0 0 0 0 5 83 0 0 0 0 50 0 2 0 0 0 4 0 80 0 0 0 1 25 25 1 0 0 0 0 0 0 0 26 59 0 2 5
Sumber: Wawancara, tahun 2000
Ftle:D!Yulii/'es/s!Data Desa!Fiow-input Pertanian!Aiat Semprot
Tabel No. I 2 3
4 5 6 7 8 9 10
II
Desa Wirun Suren Pucang Agung Grantung Butuh Wareng Patutrejo Pituruh Megulung Kidul Girimulyo KedungLo
Jumlah Jumlah Persentase 2 100 100 2 5 100 100 4 4 100 8 200 6 100 4 100 100 5 100 4 0 0 100 44
Kec. Kutoaljo Kutoaljo Bayan Bayan Butuh Butuh Ora bag Pituruh Pituruh Kemiri Kemiri
Jumlah
6.6.6.
Aliran Penjualan Basil Produksi Industri Kecil Desa-desa Responden
Tempat/Lokasi Peniualan Hasil Produksi Industri Kecil (Sangkar Burung, Peralatan dari Besi, industri makanan.) Peda~ang Lokal Pedagan Desa Lain Jumlah Kota Lain Pasar Kutoario Jumlah Persentase Jumlah Per.>entase Jumlah Jumlah Persentase Persentase Persentase Jumlah 0 100 50 2 1 0 50 0 0 1 4 100 25 1 25 25 25 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 100 40 0 2 60 0 0 3 0 3 100 0 0 1 33 33 33 1 1 4 100 0 0 2 25 50 1 25 1 100 2 0 0 50 1 1 0 50 0 100 2 0 0 0 1 50 0 50 1 4 100 25 1 25 25 25 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 0 1 28 100 18 39 5 21 21 11 6 6 --
--
Sumber : Wawancara, talrun 2000
Keterangan : Hasil industri alat pcrtanian dan rumah tangga dari besi c.:; Suren dijual hingga ke Cilacop, Jakarta. Hasil industri makanan tahultempe dari Grantung sampai ke Kebumen. Hasil industri kerupuk dari Grantung sampai ke Malaysia melalui pedagang Kutoorjo. Basil industri meubel dari megulung Kidul sampai ke DIY, Semarang dan Ekspor ke Amcrika.
File:D!Yu/i!Tesis!Data DesaiF/ow-industri/induslri
I I
I
t"" ~ ~
Tabel No.
Desa
6.6.7.
Kec.
I
Winm
2
Suren
Kutoaljo
3
Pucang Agtmg
Bayan
4
Gran tung
Bayan
5
Butuh
Butuh
6
Wareng
Butuh
7
Patutrejo
Ora bag
8
Pituruh
Pituruh
Kutoaljo
9
Meguhmg Kidul
Pituruh
10
Girimulyo
Kemiri
II
KedllllA Lo
Kemiri
Jumlah
Aliran Penjualan Basil Pertanian (Komoditas Beras) Desa-desa Responden
Tempat/Lokasi PenjuaJan Hasil Pertanian (Komoditas Beras) Peda ang LokaJ KUD Pedagang Desa Lain Pasar Beras Kutoarjo Kota Lain Ket. Jumlah Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase 2 67 0 0 33 I 0 0 0 0 3 100 l 50 0 0 0 0 50 I 0 0 2 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 50 l 0 0 0 0 50 I 0 0 2 IOO 3 60 0 0 0 0 I 20 1 20 5 IOO Mgt, DIY, 3 43 0 0 0 0 4 57 0 0 7 100 Klaten 100 2 50 1 0 0 0 0 0 0 2 100 3 0 75 0 0 0 1 25 0 0 4 100 3 75 0 0 0 0 25 1 0 0 4 100 5 100 0 0 0 0 0 0 0 0 5 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23 68 0 0 1 9 3 26 3 1 34 100
Sumber : U'awancara, tahun 2000
I
Desa Wirun
Kec. KutO&Ijo
2
Suren
KutO&Ijo
3
Pucang Agtmg
Bayan
4
Gran tung
BayiiJI
5
Uutuh
Butuh
6
Wareng
Butuh
7
Patutrejo
Grnbag
8
Pituruh
Pituruh
9
Mcguiung Kidui
Pituruh
IO
Girimuiyo
Kt=iri
II
Kedung Lo
Kemiri
Jumlah Sumber : Wawancara, tahun 2000
i
I I
I
I
I
File:DIYuli!TesisiDala De.w!Fiow-industriljua/ beraJ
Tabel No.
I
I
6.6.8.
Aliran Penjualan Holtikultura Desa-desa Responden
Tempat!Lokasi Penjualan Hasil Pertanian (Komoditas Semangka, Cabe Peda ang Lokal KUD Pedagang Desa Lain Pasar Kutowjo Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase 0 0 0 0 0 0 100 1 0 0 0 0 0 0 0 0 17 I 0 0 0 0 50 3 I 33 0 0 67 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 33 I 4 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100 0 2 0 0 3 60 0 0 0 0 I 20 I I4 0 I4 I 0 7I 5 10 29 0 0 IS 5 32 11
Belinjo, Kelapa Muda) Kota Lain Jumlah Jml Persentase Jml Persentase 0 0 1 100 0 0 0 0 33 2 6 100 0 3 0 100 0 0 0 0 IOO 2 2 100 67 2 3 100 0 0 4 100 0 2 0 IOO 20 I 5 IOO 0 0 100 7 7 33 21 97
Ket.
DIY,
Bdg!Kbmn DIY,Solo
Purworejo
Flle:D/Yufi;Tesis/Data Desa!Flow-ilulustriljual beras
r~
--.1
Tabel 6.7.1. Analisa Usaha Tani Petani di Desa-desa Sekitar Kota Kutoarjo Tahun 2000
No.
Jenis Usaha Tani
Desa
I 2
Wirun Suren
3
Pucang Agung
Padi Padi Padi Jeruk (buah) Bibitjeruk
4
Gran tung
Jeruk (buah)
5
Butuh
6
Wareng
7
Patutrejo
padi Semangka Cabe Padi Padi Semangka Padi
8
Pituruh
Kedelai Padi
9
Megulung Kidul
10 Girimulyo 11
KedungLo
Kedelai Padi Padi Jeruk (buah) Bibitjeruk
Sunrber: WawcVJcara. tahun 2000
Luas Lama Inves. Us aha (m2) (Binj 1,400 4 10,000 4 2,400 4 10,000 60 2,400 60 10,000 12 2,400 12 10,000 72 2,100 72 1,400 4 1,400 4 1,750 4 10,000 4 1,700 4 10,000 4 10,000 4 2,100 4 . 7,000 4 2,100 4 7,000 4 2,100 4 1,400 4 1,400 4 5,300 6 1,400 6 2,100 24 2,100 24
.
Biaya tetap (Rp.) 200,000 2,075,000 555,000 28,426,925 3,600,000 15,000,000 3,600,000 15,000,000 3,150,000 325,000 225,000 225,000 2,450,000 400,000 2,025,000 2,600,000 600,000 400,000 250,000 700,000 250,000 150,000 300,000 830,000 300,000 300,000 300,000
Biaya Harga Produksi Juai/Kg (Rp.) (Rp) 538,000 900 1,525,000 900 359,000 900 41,856,460 2,500 8,703,000 2,500 13,240,000 2,500 3,283,000 2,500 36,017,000 2,500 . 7,593,000 2,500 365,000 1,000 705,000 500 2,016,000 1,700 3,318,000 850 423,000 850 4,230,000 450 2,360,000 1,000 415,400 1,000 1,170,000 1,500 351,000 1,500 874,000 800 278,000 800 442,000 1,500 217,000 950 885 560,000 207,000 885 3,258,500 (ijon) 2.608.000 2,500
Hasil Penjualan (Rp) 765,000 5,040,000 1,170,000 l 89,065,000 55,000,000 300,000,000 70,000,000 245,000,000 50,000,000 700,000 1,250,000 1,212,000 6,375,000 850,000 11,250,000 6,000,000 1,300,000 1,500,000 450,000 3,200,000 960,000 298,500 760,000 1,504,500 531,000 8,500,000 33,000,000
BEP
ROI
(Rp) (%) 415,594 42 2,975,249 40 800,678 28 41,783,265 192 4,276,735 347 15,692,565 962 3,777,148 917 17,585,160 380 3,714,000 365 679,104 l 516,055 34 339,249 -46 5,109,176 II 797,186 3 80 3,245,192 4,285,714 21 881,754 28 1,818,182 -4 l, 136,364 -25 963,027 103 351,906 82 -50 312,021 419,890 47 1,322,813 8 491,667 5 486,502 139 326,711 1,001
Pendapatan B/C Petani (NPV) (Rp.) 227,000 1.42 1,440,000 1.40 256,000 1.28 147,208,540 3.18 42,697,000 4.47 271,760,000 10.62 63,117,000 10.17 I 93,983,000 4.80 39,257,000 4.65 10,000 1.01 320,000 1.34 -1,028,900 0.54 607,000 l.ll 26,500 1.03 4,995,000 1.80 1,040,000 1.21 284,600 1.28 -70,000 0.96 -151,000 0.75 1,626,000 2.03 432 1.82 -293,500 0.50 243,000 1.47 114,000 1.08 24,000 1.05 4,941,500 2.39 30,002,000 11.0 I
NTP (%) 142 140 128 318 447 1,062 1,017 480 465 101 134 54 Ill 103 180 121 128 96 75 203 182 50 147 108 105 239 _1,191_
Rata-rata Pemilikan tanah (ha) 0.14 0.24
0.14 0.21 0.14
0.17
0.21
I
0.14 0.21 ---~
File:D!YuliffesisiAnalisa KelayakcmiAnalisa Vsaha Tan/
rl,oJ
QO
Tabel
No.
I 2 3 4 5 6 7 8 9 10 II
Desa
Kec.
WifWl Suren Pucang AgWlg GrantWlg Butuh Wareng Patutrejo Pituruh MegulWlg Kidul Girimulyo KedWlgLo
Kutoarjo Kutoarjo Bayan Bayan Butuh Butuh
Jurnlah
Grabag
Pituruh Pituruh Kemiri Kemiri ------
BKK KUD _{Tk. Kec.) Tk. Kec. Jml % Jml % 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 I
0
0
3
0 0 0 0 0 0 20 0 0 0
6.8.1. Aliran Permodalan dan Tabungan
Temp_at menabWlg BRI Unit BRICab. Bank Swst Bankdi KUD BKK Jumlah Kutoarjo Kutoarjo Purworejo Tk. Kec. (Tk. Kec.) Tk. Kec. Jml % Jml % JmJ % Jml % Jml % Jml % Jml %
I~
5
100 60 50 57 IOO 67 60 100 83 80 83
0 2 0 1 0 I I 0 0 0 0
0 40 0 14 0 11 10 0 0 0 0
0 0 1 I 0 2 I 0 0 0 0
0 0 25 14 0 22 10 0 0 0 0
0 0 1 I 0 0 0 0 1 I 0
0 0 25 14 0 0 0 0 17 20 0
5
49
74
5
8
5
8
4
6
4 3 2 4
5 6 6
5 5 4
4
Tempat Mengambil Kredit BRI Unit BRICab. Bank Swst Bank di Jumlah Tk. Kec. Kutoarjo Kutoarjo Purworejo Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
5
75 60 100 67 100 78 60 67 50 25 83
1 2 0 1 0 1 0 2 2 0 0
25 40 0 I7 0 II 0 33 25 0 0
0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0
0 0 0 0 0 11 10 0 0 0 0
0 0 0 I 0 0 1 0 2 3 0
0 0 0 17 0 0 10 0 25 75 0
IOO 100 5 100 9 100 10 100 6 IOO 8 100 4 100 6 IOO
45
68
9
14
2
3
7
II
66 IOO
IOO 100 IOO 100 100 100 100 IOO 100 IOO 83
0 0 0 0 0 0 I 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 10 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 I
0 0 0 0 0 0 10 0 0 0 17
3 3 3 4 5 7 6 4 4 I
66 IOO
1
1.52
2
3
5 4 7
5 9 lO
5 6
5 6
4
IOO
5 100 3 6
Sumber: Wawcmcaro, tahun 2000
Keterang811: Responden Desa Kedunglo menabung dan mengarnbil kredit di BRI Unit Wirun Kutowjo (tidak di Unit Kemiri) Responden Desa Girimulyo menabung dan mengambil kredit di Unit Wirun Kutoaxjo tidal: di Unit Kt.."'lliri (lcbihjault) Re:.lJOIIden Desa Patutrejo di BRI Unit Ketawang (tctangga desa) karcna di kcc. Grabag ada 2 Unit BRI Responden Desa Wareng lllt.."!!abung dan mengambil krcdit di BRI Unit Sruwohrejo (di Kccamatan Butuh ada 2 unit BRI)
~
~
Tabel 6.9.1. Skoring Fungsi dan Lembaga Keuangan dan Jasa 11 Desa di Sekitar Kota Kutoarjo, Tahun 1998 No.
Kec.
Desa
KUD(4)
skor
Bank(5)
skor
BPRIBKK(J)
lkor
BKD(2)
lkor
Lb&Deu(l)
akor
akortot
•kljala
I
Wirun
Kutoarjo
0
0
I
5
I
3
I
2
I
I
2
Swen
Kutoarjo
0
0
0
0
0
0
I
2
I
I
11 3
3
Pucang Agung
Bayan
0
0
0
0
0
0
0
0
I
I
1
4
Granttmg
Bayan
0
0
0
0
0
0
I
2
I
I
5
Butuh
Butuh
0
0
I
5
0
0
I
2
I
I
3 8 3 5 9 4 1 3
100 20 0 20 70 20 40 80 30 0 20
6
Wareng
Butuh
0
0
0
0
0
0
I
2
I
I
7
Patutrejo
Grabag
I
4
0
0
0
0
0
0
I
I
8
Pituruh
0
0
I
5
I
3
0
0
I
I
9
Megulung J<jduJ
Pituruh Pituruh
I
4
0
0
0
0
0
0
0
0
10
Girimulyo
Kemiri
0
0
0
0
0
0
0
0
I
I
II
KedungLo
Kemiri
0
0
0
0
0
0
I
2
I
I
Sumber : Kecamatan Dalam Angka talnm 1998
I I
I
Fi/e:D/Yuliffesis!Data Desa!Sai'Qira Kelembagaan Desa/Jasa & Keu
Tabel 6.9.2. Skoring Fungsi lembaga Perdagangan 11 Desa di Sekitar Kota Kutoarjo, tahun 1998 Desa
No.
Kec.
PtrUm(IO)
skor
PsrHw (9)
skor
Toko (J)
1kor
Kio• (l)
•kor
skdg
skich~
skid&
I
Winm
Kutoatjo
1.0
10
0
0
7
21
12
12
43
2
Suren
0
0
0
I
3
38
38
41
Pucang Agung
Ku!oatjo Bavan
0.0
3
0.0
0
0
0
0
0
5
5
5
4
Grantung
B~an
1.2
12
0
0
0
0
18
18
30
5
Butuh
Butuh
1.6
16
0
0
29
87
22
22
125
6
Wareng
Butuh
l.R
18
0
0
9
27
29
29
74
7
Patu__II"l:j_o
Grabag
1.0
10
0
0
4
12
14
14
36
8
Pituruh
Pituruh
2.0
20
I
9
26
78
33
33
140
9
Megulung Kidul
Pituruh
0.0
0
0
0
4
12
9
9
21
10
Girimulyo
Kemiri
1.4
14
0
0
0
0
16
16
30
11
!(edlll18_Lo ---
Kemiri
0
0
4
4
4
28.6765 27.2059 0.73529 19.1176 88.9706 51.4706 23.5294 100 12.5 19.1176 0
28.68 27.21 0.74 19.12 88.97 51.47 23.53 100 12.5 19.12 0
--
--
_(l.O__ -
Sumber: Kecamatan Dalam Angka tahrm /998
L__o_-
0
-------
_ _Q_
File:DlYIIIVfe.ris!Data Desa!Sarana Kelembagaan Desaldagang
~
= ~
Tabel 6.9.3. Skoring Fungsi Lembaga Kesehatan Desa
No.
Kec.
PolikUnik (I)
skor
Puskes (3)
I
Winm
Kutoario
0
0
I
3
2
Suren
Kutoarjo
I
I
0
0
0
skor
akar
sktot
sklkes
sklkes
0
0
3
0
0
1
0
0 0 0 0 0 3 0 0 0
100 33 0 0 0 0 0 100 0 0 0
100 33 0 0 0 0 0 100 0 0 0
PusbiQitu (2)
3
Pucang Agung
Sayan
0
0
0
0
4
Gran tung
Sayan
0
0
0
0
0
0
5
Sutuh
Sutuh
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
Wareng
Sutuh
0
0
0
0
7
Patutrejo
Ora bog
0
0
0
0
0
8
Pituruh
Pituruh
0
0
I
3
0
0
9
Megulung Kidul
Pituruh
0
0
0
0
0
0
10
Girimulyo
Kemiri
0
0
0
0
0
0
II
KedungLo
Kemiri
0
0
0
0
0
__ _Q__
Sumber: Kecamalan Dalam Angka TaJnm /998
------
--
File:DfYuli!Tesis/PetaDesalSarana Kelembagaan desa/Kes.
Tabel 6.9.4. Skoring Tenaga Kesehatan Desa
No.
Kec.
Dokter (4)
skor
Dolcter Prk(S)
skor
Mnt/Prw(3)
skor
Bidan(2)
skor
Dukwt bersln (I)
I
Winm
Kutoarjo
I
4
I
5
I
3
0
0
3
2
Suren
Kutoarjo
I
4
0
0
2
6
I
2
2
3
Pucang_ Agllll8
Sayan
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
Grantung
Sayan
0
0
0
0
3
9
0
0
I
5
Butuh
Sutuh
0
0
0
0
0
0
I
2
0
6
Wareng
Sutuh
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
I
7
Patutrejo
Ora bog
0
0
0
8
Pituruh
Pituruh
2
8
I
5
2
6
I
2
I
9
Megulung Kidul
Pituruh
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10
Girimulyo
Kemiri
0
0
0
0
0
0
I
2
0
II
Kedung_Lo
Kemiri- -
0
L_o
0
0
I
2
3
-
0
Sumber: Kecamatw1 Dalam Angka Tahun /998
---
0_
---
----
skor
3 2 0 1 0 0 1 I 0 0 3
skrtot
15 14 0 10 2 0 I 22 0 2 5
ski tng mds
sklmedis
68.18 63.64 0.00 45.45 9.09 0.00 4.55 100.00 0.00 9.09 22.73
68.18 63.64 0 45.45 9.09 0 4.55 IOO 0 9.09 22.73
File:Dl}"u/ilTesisiPetaDesal:::,arana Kelembagaw1 des(L!Kes.
~
,... ~
L · 42
Tabel 6.9.5. Skoring Fungsi Pendidikan Kec.
Desa
No.
TK.(l)
slT SLTP(3)
skr SD(2)
skr
SLTA(4)
skr
l
Wirun
Kutoarjo
2
2
3
6
0
0
0
0
2
Suren
Kutoarjo
l
1
3
6
0
0
0
0
3
Puca.ug Agung
Bayan
l
1
3
6
0
0
0
0
4
Grantung.
Bayan
l
I
2
4
1
3
0
0
5
Butuh
Butuh
I
I
3
6
I
3
I
4 0
6
Wareng
Butuh
I
I
4
8
I
3
0
7
Patutrejo
Gmbag
l
I
2
4
0
0
0
0
8
Pituruh
Pituruh
2
2
3
6
6
18
I
4
9
Megu!Wlg Kidu!
Pituruh
4
4
I
2
4
12
0
0
10
Girimu!yo
Kemiri
I
I
I
2
I
3
0
0
II
KedungLo
Kemiri
I
I
I
2
0
0
0
0
sk tot 8 7 7 8 14 12 5 30 18 6 3
skala
skledu
18.5 14.8 14.8 18.5 40.7 33.3 7.41 100 55.6 11.1 0
18.5 14.8 14.8 18.5 40.7 33.3 7.41 100 55.6 11.1 0
Fi/e:D!Tesis!PetaDe.,a!Sarana Ke/embagaan desa!Edu.
Sumber : Kecamatan Da/am Angka Tahun /998
Tabel 6.9.6. Skoring Fungsi Lembaga Desa ID
Desa
Kec..
aldkn
aldedu
dddg
akl media sldjllSil
Total
100
315.36
I
WirWl
Kutoarjo
28.68
18.5
100
68.18
2
Suren
Kutoarjo
27.21
14.8
33.33
63.64
20
158.98
3
Pucang AgWlg
Sayan
0.74
14.8
0
0
0
15.54
4
GrantWlg
Sayan
19.12
18.5
0
45.45
20
103.07
5
Butuh
Butuh
88.97
40.7
0
9.09
70
208.76
6
Wareng
Butuh
51.47
33.3
0
0
20
104.77
7
Patutrejo
Gmbag
23.53
7.41
0
4.55
40
75.49
8
Pituruh
Pituruh
100
100
100
100
80
480
30
98.1
9
Megu!Wlg Kidu!
Pituruh
12.5
55.6
0
0
10
Girimu!vo
Kemiri
19.12
11.1
0
9.09
0
39.31
11
KedWlgLo
Kemiri
0
0
0
22.73
20
42.73
Sumber: Kecamatan Dalam Angka Tahun 1998 File:D!Tesis!PetaDesa!Sarana Kelembagaan desa!Edu.
Tabel 6.10.1. Skor Tingkat Pendidikan Akhir Penduduk Desa
No.
Oesa
Kec.
I
Wirun
Kutoarjo
Kutoarjo
2
Suren
3
Pucang Agung
4
Grantung
Bayan
5
Butuh
Butuh
Bayan
6
Wareng
Butuh
7
Patutrcjo
Ora bag
8
Pituruh
Pituruh
9
Mcgulung Kidul
Pituruh
10
Girimulyo
Kcmiri
Kcdw1g Lo
Kt:miri
II
Tdk!Bim Blm Tdk Tmt Sekolah TmtSO Tmt SO so Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3 Nilai 4 492 492 670 670 169 169 357 357 70 70 92 92 251 251 86 86 102 102 176 176 337 337
477 954 375 750 521 1,042 390 780 496 992 165 330 49 98 203 406 172 344 460 920 229 458
793 2,379 275 825 124 372 665 1,995 98 294 75 225 45 135 86 258 64 192 15 45 17 51
1,241 4,964 1,014 4,056 268 1,072 522 2,088 63 252 851 3,404 745 2,980 2,652 10,608 1,161 4,644 800 3,200 1,307 5,228
Tmt SLTP Nilai 5 441 2,205 921 4,605 217 1,085 352 1,760 78 390 92 460 307 1,535 163 815 22 110 119 595 79 395
I
Tmt SLTA Nilai 6
Tmt PT Nilai 7
Jumlah jiwa Jml Nilai
191 1,146 156 936 133 798 996 5,976 16 96 19 114 104 624 234 1,404 32 192 35 210 43 258
17 119 25 175 21 147 40 280 2 14 4 28 7 49 88 616 16 112 4 28 2 14
3,652 12,259 3,436 12,017 1,453 4,685 3,322 13,236 823 2,108 1,298 4,653 1,508 5,672 3,512 14,193 1,569 5,696 1,609 5,174 2,014 6,741
-
Sumber: Kecamatan Kutoarjo Dalam Angka Tahun 1998 File:D!Yuli11"'esis1Dala Desa·Skor-Tk.Sek!Tk-Pend.
----
~
-
- - -
Indeks Composite (I C) 5.82 5.70 2.22 6.28 1.00 2.21 2.69 6.73 2.70 2.45 . 3.20 ---
------
~
e
Tabel Desa
No.
6.10.2.
Jumlah Tenaga Kerja Kegiatan Ekonomi On Farm dan Off Farm Desa-desa Tahun 1998
Kec.
On Farm Jml
I
Wirun
Kutoaijo
2
Suren
Kutoaijo
%
1,708 2,077 883 318 1,205 606
3
Pucang Agung
Bayan
4
Gran tung
Bayan
5
Butuh
Butuh
6
Woreng
Butuh
7
Patutrejo
Grabag
4•.)9
8
Pituruh
Pituruh
9
Megulung Kidul
Pituruh
10
Girimulyo
Kcmiri
11
Kedung Lo
Kemiri
540 1,067 240 587
58.5 70.1 66.9 41.5 89.3 87.3 90.7 57.7 90.6 83.6 61.7
Kegiatan Ekonomi Desa Off Farm % Jml 1,212 886 436 449 144 88 47 396 Ill 47 364
41.5 29.9 33.1 58.5 10.7 12.7 9.3 42.3 9.4 16.4 38.3
Keterangan
Jumlah Jml 2,920 2,963 1,319 767 1,349 694 506 936 I, 178 287 951
% 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Pusat industri sangkar burung Pusat industri pandai besi Pusat industri bambu (besek dsb) Pusat industri tahu,tempe,kerupuk
Industri gula kelapa Industri gula kelapa Industri gula kelapa Industri gula kelapa Industri gula kelapa industri bambu (besek) Pusat industri tape, jasa angk &bang. -
Sumber: Kecamatan K11toarjo Dalam Angka Tahun 1998
I
- - -
File :D!Yuliffesis!Data Desa!Penddk-Desa(kerja)IA1ata Pencalrarian
t"'
t
Tabel 6.10.3. Pendapatan Desa-desa Sekitar Kota Kutoarjo Tahun 1998- 2000 De sa
No. I
2
3
Wirun Jml Peoouduk Pendptn!Kapitn Suren Jml Peoouduk Pendptn!Kapita Pucang Aj!tmg Jml Peoouduk Pendptn!Kapita
4
Oranttmg
5
Jml Peoouduk Pendptn!Kapita Butuh Jml Petduduk Pendptn!Kapita
6
Wareng
Jml Penduduk Petdptn!Kapita 7 Patutre.io Jml Peoouduk Pendptn!Kapita 8 Pituruh Jml Petduduk Pendptn!Kapita 9 Megulung Kidul Jml Peoouduk Pendptn!Kapita 10 Girimulyo Jml Penduduk Pcndptn!Kapitu II KedungLo Jml Pcoouduk Pcndptn!Kapitn
Sektor Pertanian 1998 2000 (Ribu Rp.) (Ribu Rp.) 1,895,516 1,708 1,110 2,091,311 2,077 1,007
1,022,253 663 1,158 1,182,107 318 3,717 1,225,000 1,205 1,017 994,500 666 1,493 902,000 459 1,965 1,651,200 540 3,058 716,800 1,067 672 267,200 240 1,113 117,500 587 200
1,176,014 1,658 709 1,532,180 1,720 891 1,606,623 883 1,820 2,544,000 318 8,000 1,020,500 1,005 1,015 1,043,445 548 1,904 496,877 484 1,027 1,028,000
r (%)
-21.2
229,680 265 867
-14.4
644,400 96
25.4
1,101,902 360
6,576
46.7
-8.73
2.43
-25.8
-21.1
540 1,904 676,000 ·2.89 1,067 634 311,120 7.91 611 509 187,900 26.5 923 204
Sumber: Hasrl Sunai DesaTahun 200/
Frle : D YrJf,Tem![)ata Desa!PDRB-desa
Sektor Iooustri 1998 2000 (RibuRp.) (Ribu Rp.)
2,900 817,605 112 7,300 171,000 56 3,054 41,400 53 781 73,800 15 4,920 63,000 23 2,739 48,600 6 8,100 199,800 112 1,784 36,000 13 2,769
r (%)
261,000 66 77 3,390 669,000 1.89 45 14,867 1,422,000 13.6 386 3,684 1,044,000 13 116 9,000 385,200 50.1 58 6,641 125,100 73.8
55 2,275 380,700 27 14,100 226,800 35 6,480 99,900 32 3,122 201,600 112 1,800 20,175 13 I ,552
127
89.7
43.4
0.45
-25.1
Sektor Perdagi!I18an 1998 2000 (Ribu Rp.) (Ribu Rp.) 1,317,600 244 5,400 1,126,800 626 1,800 46,080 20 2,304 1,593,000 295 5,400 162,000
45 3,600 108,000 30 3,600 122,400 7 17,486 1,078,272 211 5,110 . 43,200 18 2,400 12,500 25 500 456,300 169 2,700
1,339,200 248 5,400 3,646,800 1,013 3,600 72,000 28 2,571 2,984,400 315 9,474 201,600 48 4,200 534,600 99 5,400 297,000 15 19,800 1,684,800 234 7,200 64,800 24 2,700 15,000 36 417 644,400 179 3,600
r (%)
0.816
79.9
25
36.87
11.55
122.5
55.77
25
22.47
9.545
18.84
1998 (Ribu Rp.)
Sektor Jasa 2000 (RibuRp.)
1,198,800 258 4,647 265,928 33 8,058 43,048 34 1,266 378,000 42 9,000 63,000 28 2,250 28,800 8 3,600
15,600 25 3,024 250,400 162 1,546 151,200 35 4,320 55,800 9 6,200 772,200 182 4,243
2,133,000 330 6,464 345,600 33 10,473 54,000 35 1,543 599,400 42 14,271 126,000 36 3,500 347,400 56 6,204 209,520 45 4,656 327,600 162 2,022 340,200
r (%) 33.39
14
12
25.93
41.42
247.3
66.48
14.38
so
55 6,185 64,950 7.888 9 7,217 1,463,400 37.66 270 5,420
1998 (RibuRp.) 9,060,097 2,210 4,100 9,008,597 2,736 3,293 2,213,283 937 2,362 3,970,712 655 6,062 1,621,000 1,278 1,268 1,172,700 704 1,666 1,173,800 491 2,391 3,042,872 913 3,333 959,800 1,120 857 535,300 274 1,954 1,382,000 938 1,473
Jwnlah 2000 (RibuRp.) 4,648,181 2,236 2,079 5,524,559 2,766 1,997 3,154,623 946 3,335 7,171,800 675 10,625 I ,733,300 1,089 1,592
r (%)
-33.38
-21.48
18.32
34.39
3.406
2,050,545 32.23 703 2,917 1,384,097 544 2,544 3,267,200 936 3,491 1,180,900 1,146 1,030 592,670 656 903 2,315,875 1,372 1,688
8.589
3.621
10.92
5.222
29.45
r~
L · 46
Tabel 6.11.1.Kiasifikasi dan Indeks Pendapatan Desa Per Tahun Tahun 2000
Tinggi (4) 5 .400 keatas
Agak Tinggi (3) 3.600- <5.400
1
n
1. Grantung 2. Suren
1. Wirun
Dalam Jutaan Rupiah Rendah (1) Agak Rendah (2) < 1.800 1.800 - <3600 IV Ill 1. 2. 3. 4.
Pucang Agung Wareng Pituruh Kedunglo
1. 2. 3. 4.
Butuh Patutrejo Megulung Kidul Girimulyo
Sumber: Ha.sil Survai dan Perhitungan
Tabel6.11.2. Klasifikasi dan lndeks Pendapatan Per Kapita Per Tahun Taboo 2000
Tinggi (4) 8,125 keatas I l. Grantung
Agak Tinggi (3) 5,500- < 8,125 11
-
Sumber : Hasil Survai dan Perhitungan
Agak Rendah (2) 2,750- < 5,500 ill l. Pucang Agung 2. Wareng 3. Pituruh
Da l am Jutaan Rupiah Rendah (1) < 2,750 IV l. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Wirun Suren Butuh Patutrejo Megulung Kidul Girimulyo Kedunglo
L- 47
Tabel 6.11.3. Klasifikasi dan lndeks Pendapatan Desa Per Tahun Menunat Sektor
Sektor
Tinggi (4) 2.760 keatas I
Pertani an
-
Industri
-
Agak Tinggi (3) 1.840-<2.760 II 1. Grantung
-
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Wirun Suren Pucang Agung Butuh Wareng Pituruh
l. 2. 3. 4.
Patutrejo Megulung Kidul Glrimulyo Kedunglo
-
1. Grantung 2. Pucang Agung
1. Wirun 2. Suren 3. Butuh 4. Wareng 5. Patutrejo 6. Pituruh 7. Megulung Kidul 8. Girirnulyo 9. Kedunglo
-
1. Wirun 2. Pituruh
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
1. Kedunglo
1. Suren 2. Pucang Agung 3. Grantung 4, Butuh 5. Wareng 6. Patutrejo 7. Pituruh 8. Magelang Kidul 9. Girimulyo
Perdagangan 1. Suren 2. Grantung
Jasa
Rupw .h D aIam J uaan I Agak Rendah (2) Rendah (1) 920-<1.080 <920 m IV
1. Wrrun
Pucang Agung Butuh Wareng Patutrejo Magelang Kidul Girimu1yo Kedung)o
Sumber: Hasil Survai dan Perhitungan
Keterangan : Klasifik11si pendl!p11tan desa per sektor berdasarkan nilai maksimal dan minimal seluruh seJ..:tor
..
L- 48
Tabel6.12. Hubungan Keterkaitan Desa Kota dengan Perkembangan Kegiatan Desa dan Variabel Lain.
No. 0
fll
Indikator
~
LHR
I
~
~-
Gravitasi Konektivitas M Waktu Ternpuh Frek.KendUm. A1iran Input Pert. Aliran Prod. Indst. Desake Kota Kota ke Desa Aliran Beras A1iran Holtikultura A1iran Manusia A1iran Modal
LHR
2.
Cf.)
~
0
::s
Gravitasi Konektivitas (V) Waktu Ternpuh Frek.Kend.Um. Aliran Input Pert. Aliran Prod. Indst. Desa keKota Kota ke Desa Aliran Beras Aliran Holtikultura Aliran Manusia Aliran Modal
LHR
3
Gravitasi Konektivitas (V) ""0 Waktu Ternpuh c:: Frek.Kend.Um. (") Aliran Input Pert. A1iran Prod. lndst. Desa ke Kota Kota keDesa (JQ A1iran Beras Aliran Holtikultura A1iran Manusia A1iran Modal
~ >
§
LHR
4
Q §.....
§
(JQ
Gravitasi Konektivitas M Waktu Tempuh Frek.Kend.Um. Aliran Input Pert. Aliran Prod. Indst. Desa ke Kota Kota keDesa Aliran Beras Aliran Holtikultura Aliran Manusia Aliran Modal
Organisasi dan lndikator SDM
Perkcmbangan Kegiatan Ekonomi Desa
Ketcrkaitan Dcsa-Kota
Cj
Indeks Comp.
Nilai 3,447 1,596,737 30 8 124 25-100% 50-100% 100% hirarki by pass Ada Commuter
100%di Unit 315 882,921 25 8 65 100% (kecuali alat) Share 25% 100% hirarki
Ada Commuter
60% di unit 255 308,829 20 21 30 IOO%drKUD Pend. Jeruk 100%
50%diKTA Ada Commuter
50% di unit 18,165 3,284,705 55 7 300 50% drlokal 60%keKTA 50"/o dr KTA 50%keKTA hirarki Ada Commuter
57%di unit
Nilai
Indikator
Indeks . Com;-
Indikator
Indeks Comp.
Nilai
0 0 10 3 10 I 21 7 12 12 3 I 15 6 8 5 5.82 12,259 1,708 58,1% 365 12,5% 244 8,4% 603 20,7%
I Pendapatan Desa 2 Income per Kapita Sektor Pertanian 4 Income petani 2 Sektor Industri Income IKKIRT Sektor Perdag. Income Pedagang Sektor Jasa Income per Kapita NPV Padi (0,14 ha)/thn (rata-rata pemilikan laban petani)
4,648,181,000 2,079,000 1,176,014,000 709,000 261,000,000 3,390,000 I ,339,200,000 5,400,000 2,133,000,000 6,464,000 681,000
3 KUD I Bank 2 Pasar Toko I Kios Fas. Kes. 2 Tenaga Kes. Jml Sek. 3 Penddkn. Jml Petani Peng. Industri Pedagang Jml Jasa
1 Pendapatan Desa I Income per Kapita Sektor Pertanian 4 Income petani I Sektor Industri Income IKKIRT Sektor Perdag. Income Pedagang Sektor Jasa Income per Kapita NPV Padi (I ha)lthn NPV Padi (0,24 ha)/thn (rata-rata pemilikan)
5,524,559,000 1,997,000 1,532,180,000 891,000 669,000,000 14,867,000 3,646,800,000 3,600,000 345,600,000 10,473,000 4,320,000 768,000
4 KUD I Bank 2 Pasar Toko I Kios Fas. Kes. 4 Tenaga Kcs. Jml Sek. I Penddkn. Jml Petani Peng. Industri Pedagang Jml Jasa
38 38 I I 14 6 7 4 5.7 12,017 2,077 70,1% 98 3,3% 626 21,1% 162 5,5%
I Pendapatan Desa I Income per Kapita Sel..-tor Pertanian 2 Income petani I Sektor Industri Income IKKIRT Sektor Perdag. Income Pedagang Sektor Jasa Income per Kapita NPV Jeruk (0,24 ha)lthn NPV benihjeruk 0,24 ha (rata-rata pemilikian)
3,154,623,000 3,335,000 1,606,623,000 1,820,000 1,422,000,000 3,684,000 72,000,000 2,571,000 54,000,000 1,543,000 5 12,364,000 63,117,000
2 KUD 2 Bank 2 Pasar Toko 2 Kios Fas. Kes. I Tenaga Kes. Jml Sek. I Penddkn. Jml Petani Peng. Industri Pedagang Jml Jasa
0 0 0 0 0 0 0 0 5 5 0 0 0 0 7 4 2.22 4,685 883 66,9% 380 28,5% 20 1,5% 36 2,7%
4 Pendapatan Desa 4 Income per Kapita Sektor Pertanian 4 Income petani 4 Sektor lndustri Income IKKIRT Sektor Perdag. Income Pedagang Sektor Jasa Income per Kapita NPV Jeruk (lha)/thn NPV Jeruk (0,21 ha)/thn iCrata-rata perni1ikan)
7,171,800,000 10,625,000 2,544,000,000 8,000,000 1,044,000 9,000,000 2,984,400,000 947,400,000 599,400,000 14,271,000 2,327,796,000 471,084,000
4 KUD 4 Bank 3 Pasar Toko 2 Kios Fas. Kcs. 4 Tenaga Kcs . Jml Sek. I Penddkn. Jml Petani Peng. Industri Pedagang Jml Jasa
.
0 I 0
0 2 0
1
3
0 I 1.2 0 18
0 2 12 0 18
0
0
4
10 8 6.28 41,5% 14,6% 38,5% 5,5%
4
13,236 318 112 295 42
L- 49
5
LHR Gravitasi Konektivitas (V) Wak'tu Tempuh Frek.Kend. Urn. Aliran Input Pert. OJ :::: Aliran Prod. Indst. Desa ke Kota Kota ke Desa Aliran Beras Aliran Holtikultura Aliran Manusia Aliran Modal
§:
6
~
~
J:j
OQ
7
LHR Gravitasi Konel.:tivitas (V) Waktu Tempuh Frek.Kend. Urn. Aliran Input Pert. Aliran Prod. Indst. Desa keKota Kota ke Desa Aliran Beras Aliran Holtik-ultura Aliran Manusia Aliran Modal
LHR Gravitasi Konektivitas (V) Waktu Tempuh Frek.Kend.Um. '1::' Ill Aliran Input Pert. 2 ...... Aliran Prod. Indst. ~- Desake Kota 0 KotakeDesa Aliran Beras Aliran Holtikultura Aliran Manusia Aliran Modal
""'
8
50 8 200 40%drKTA 33%keKTA hirarki hirarki by pass Ada Commuter
IOO%di unit 2,014 595,825 25 22 64 50%drKUD 25%keKTA hirarki hirarki by pass 15 jiwa ke LN 67% di unit 7,816 2,058,858 50 13 280 86%drKUD 50%keKTA hirarki hirarki by pass Ada Commuter
60%di unit
LHR Gravitasi Konektivitas (V) Waktu Tempuh Frek.Kend.Um. '1::' Aliran Input Pert. Aliran Prod. lndst. Desa ke Kota ::r Kota keDesa Aliran Beras Aliran Holtikultura Aliran Manusia Aliran Modal
4,963 1,024,074 30 18 110 IOO%drKliD
LHR Gravitasi Konektivitas (V) Waktu Tempuh ~ (II Frek.Kend.Um. Aliran Input Pert. § Aliran Prod. Indst. OQ Desa ke Kota ~ Kota keDesa c:l:::: Aliran Beras Aliran Holtikultura Aliran Manusia Aliran Modal
1,761 1,792,325 30 24 216 75%drKUD
.....
~
9
20,061 2,058,858
~
-
50%keKTA hirarki hirarki hirarki Ada Commuter
100% di unit
Share25% hirarki hirarki hirarki Ada Commuter
83%di unit
4 Pendapatan Desa 4 Income per Kapita Sektor Pertanian 4 Income petani 4 Sel.:tor Industri Income IKKIRT Sel.:1or Perdag. Income Pedagang Sektor Jasa Income per Kapita NPV Padi (0,14 ha)/thn NPV Sernangka (0,14 ha) NPV Cabe (0,175 ha)lthn
1,733,300,000 1,592,000 1,020,500,000 1,015,000 385,200,000 6,641,000 201,600,000 4,200,000 126,000,000 3,500,000 30,000 320,000 -1,028,900
I KUD I Bank 2 Pasar Toko I Kios Fas. Kes. I Tenaga Kes. Jml Sek. 4 Penddkn. Jml Petani Peng.Industri Pedagang Jml Jasa
Lanjutan 0 0 1 5 1.6 16 87 29 22 22 0 0 1 2 6 14 2,108 I 1,205 89,3% 56 4,2% 45 3,3% 43 3,2%
I Pendapatan Desa I Income per Kapita Sel.:1or Pertanian 2 Income petani I Sek1or Industri Income IKKJRT Sek1or Perdag. Income Pedagang Sektor Jasa Income per Kapita NPV Padi (I ha)/thn NPV Padi (0, I 7 ha)/thn NPV Semangka (I ha)
2,050,545,000 2,917,000 I ,043,445,000 1,904,000 125,IOO,OOO 2,275,000 534,600,000 5,400,000 347,400,000 6,204,000 1,821,000 79,500 4,995,000
2 KUD 2 Bank 2 Pasar Toko I Kios Fas. Kes. I Tenaga Kes. Jml Sek. I Penddkn. Jml Petani Peng.Industri Pedagang Jml Jasa
0 0 I 2 1.8 18 9 27 29 29 0 0 0 0 6 12 4,653 2.21 606 87,3% 53 7,6% 30 4,3% 5 0,7%
2 Pendapatan Desa 3 Income per Kapita Sektor Pertanian 3 Income petani 4 Sek1or Industri Income IKKJRT Sek1or Perdag. Income Pedagang Sek1or Jasa Income per Kapita NPV Padi (I ha)lthn NPV Padi (0,21 ha)/thn (rata-rata pernilikan)
I ,384,097,000 2,544,000 496,877,000 1,027,000 380,700,000 14,100,000 297,000,000 19,800,000 209,520,000 4,656,000 3,120,000 853,800
I KliD I Bank I Pasar Toko I Kios Fas. Kcs. I Tenaga Kes. Jml Sek. I Penddkn. Jml Petani Peng.lndustri Pedagang Jml Jasa
I 0 I 4 14 0 I 3 5,672 459 IS 7 15
4 0 10 12 14 0 I 5 2.69 90,7% 3,0% 1,4% 4,9%
I Pendapatan Desa 2 Income per Kapita Sektor Pertanian 3 Income petani 2 Sek1or Industri Income IKKJR T Sektor Perdag. Income Pedagang Sektor Jasa Income per Kapita ·. NPV Kedelai (0,7ha)~h NPV Kedelai (0,21 ha)lth NPV Padi (0,7 ha)/thn NPV Padi (0,2 I ha)/thn
3,267,200,000 3,491,000 I ,028,000,000 1,904,000 226,800,000 6,480,000 I ,684,800,000 7,200,000 327,600,000 2,022,000 -70,000 -151,000 3,252,000 1,296
2 KUD 2 Bank - 2 Pasar Toko I Kios Fas. Kes. 2 Tenaga Kcs. Jml Sek. I Penddkn. Jml Petani Peng.lndustri Pedagang Jml Jasa
0 2 2 26 33 I 7 12 14193 540 23 211 162
0 8 20 78 33 3 22 30 6.73 57,7% 2,5% 22,5% 17,3%
I Pendapatan Desa 2 Income per Kapita Sektor Pertanian 2 Income petani 3 Sektor Industri Income IKKJRT Sektor Perdag. Income Pedagang Sektor Jasa Income per Kapita NPV Kedelai (0,14 ha)/th NPV Padi (0,14 ha)/thn (rata-rata pemilikan)
1,180,900,000 1,030,000 676,000,000 634,000 99,900,000 3,122,000 64,800,000 2,700,000 340,200,000 6,185,000 -293,500 486,000
I KUD I Bank I Pasar Toko I Kios Fas. Kes. I Tenaga Kes. Jml Sek. I Penddkn. Jml Petani Peng.Industri Pedagang Jml Jasa
4 I 0 0 0 0 4 12 9 9 0 0 0 0 9 18 5,696 2.7 1,067 90,6% 6 0,5% 18 1,5% 87 7,4%
L- 50 LHR
10
0
~: ~ 0
GraVitasi Konektivitas (V) Waktu Tempuh Frek.Kend.Um. Aliran Input Pert. Aliran Prod. Indst. Desa keKota Kota keDesa Alitan Beras Aliran Ho1tikultura Aliran Manusia Aliran Modal
LHR
11
Gravitasi Konektivitas (V) Waktu Tempuh ;7':: Frck.Kend. Urn. 0 Q.. Aliran Input Pert. Aliran Prod. lndst. OCl Desa keKota t""' Kota ke Desa 0 Aliran Beras Aliran Holtikultura Aliran Manusia Aliran Modal
5
320 162
25 36
55 60%dr lokal 1oka1 hirarki hirarki hirarki Ada Commuter
80%di unit 274 1,018 35 15 64 53-86%dr KTA
50%keKTA hirarki
mela1uiKTA Ada Commuter
83%di Wirun
I Pendapatan Desa I Income per Kapita Sektor Pertanian I Income petani I Sek.-tor Industri Income IKKIRT Sek:tor Perdag. Income Pedagang Sektor Jasa Income per Kapita NPV padi (0,53 ha)lthn NPV Padi (0, I 4 ha)/thn (rata-rata pernilikan) I Pendapatan Desa I Income per Kapita Sektor Pertanian 3 Income pctani I Scktor lndustri Income IKKIRT Sel.."tor Perdag. Income Pedagang Sektor Jasa Income per Kapita NPV Jeruk (0,21 ha)lthn NPV hl..'llihjcruk 0,21 ha (tata-rata pemilikian)
Flle:D/Yu/VFesis/Link dun Eko Kcterangan : Ha.•il Penilaian, Skoring dan Pcngclompokan Kclaa scaora lcngkap poda label acbchmmya
592,670,000 903,000 311,120,000 509,000 201,600,000 1,800,000 15,000,000 417,000 64,950,000 7,217,000 342,000 72,000
I KUD I Bank I Pasar Toko I Kios Fas. Kes. I Tenaga Kes. Jm1 Sek. I Penddkn. Jml Petani Peng.lndustri Pedagang Jml Jasa
2,315,875,000 1,688,000 187,900,000 204,000 20,175,000 1,552,000 644,400,000 3,600,000 1,463,400,000 5,420,000 2,470,750 15,00 I ,000
2 KUD I Bank I Pasar Toko I Kios Fas. Kes. I Tenaga Kes. Jml Sek. 1 Penddkn. Jml Petani Peng. Industri Pcdagung Jml Jasa
LWlfU . I an 0 0 0 0 1.4 14 0 0 16 16 0 0 I 2 3 6 5,174 2.45 240 83,6% 112 4,2% 25 1,5% 10 3,5% 0 I 0 ()
4 0 4 3 6,741 587 13 169 182
0 2 0 0 4 0 5 3 3.2 61,7% 1,4% 17,R% 19,1%
L- 51
Tabel
6.13. Basil Analisa Regresi dan Korelasi Varia bel Dependent dan Independent
HUCYnQ8'1 p.....,_..n
o..a aon;M v..- ~.., o..a o
--
Regression Varto-~ Vanablots MOOOI
Enttrec
v~c"'
I
Aemcvld
KONEKSI LEMBDIK U
,..,tr'lod Model
(.....,...,.,
I I 727 • 823
LEMBKfU LEMBOAG LEMBKfS TENKfS LEMBOIK
Em.,.
LEMBKES'
I Towance • 000 WNta ruc:necl. b Do..- Vat'.... PORB
llo<5 537 791 751
.m l32
-
GAAVITA!\.
~ 334
403
m
117
U
-!~So<
505
.578 .328 130
.eee )'gl
918
Beta In I<.AJfAN
...
_
I
35 1§:!'' N¥JVA0
..
Sum~
sQua.-.1 Keg,._
3 98E•13
Ao..,.... Total
4 13E•13
I ..E•12
~·~ Sauo"'
I~
• •JE•12
9 I 10
1.41E•t2
I -.co:n· :eon.-). KONEK$1. LEMBOIK. U
sc-....
U:'l~
MOOel I
:oo1lloontl SIII.Enor B (<;C...... I
lo&3ol9"8 enno.55
59321722
. ..,,
~18958• LEMBKEU LEMBOAG -18490 902 927912 04 219M311 LEMBKES 21722788 1111•So&1 TENKES 10171132 11929 ~02 LEMBOI< -372~!19 8 378753 I 1 JARAI< 122 J52 LHA 1 211 252 378 I 151 GRA\IITA$ I 2eso1 !502 ' 21911o 29 KONEKSI
20mm
\/
I
801J
1~ ~t~l~lel
·179
., 551
045
I " ' - ' " I N Model· C c - ) . KONcKSI. LE\19DIK U
. 629 441
t
.2311
:>e~ •11"\aM POAB
~
_
Regression
_............
~~~ =\ i:l ~:1 o.
-_ .
I
RT-
"'"""' I
~M8KfU ":NKfS
LEMBOAG. JAAM, GRAVITAS. LEMBKE$
s..not
~
, 33E•13
F
Kogr-
R..-
..
2.110E+I3 4 13E+I3
4.284
TOIOI
I . - cc:or-1. KAITAN b OoQonOom V.,._: PDRB
~ 1/ll\lbiO >DAB
=
I
1.33E•13
I
3.11E•12
1!1.
SOli 0111"
L- 52
Regression v-~
v-
v-
loloCIOI I
R........,
EJAAM. JNS_o<.VO T.
----ry KE~.
..
_
-
LUAS\.....,.,.
JENIS •.ll
b ~IVr-.ORE'li'A$1
,
&;a.
I
I
E-
GAJI
.....
~~ GloJI
4.517
KERJMN JENIS_KR JNS_KMOT LUASOIN JAOU.K
.733 I.IM 214
.000 .375 .a7 241 .131 351 426
.115
...a ol02
],1.,.
a. , _ : cConaniJ. ,JNWt.. JNS_KNOT. I<;RJMN. c;.:..;t LUASLI<" JENIS_KR
.,_ "~
I
R.TOIII
I
~:.I 4 3231 32757
"' • 5I
12
l70N
= -
-
720 515
I
a
,....,_,., GloJI KERJMN JEHIS_KR .INS_KNOT
--
-
UJASLI
_,...,_b
D
~
..U 000 221
155 074
aaa 034
ORENTASI
122
Oll
0
142 107
.IN~_KMO
KERJMN
JNS_KIIDT
Slg.(2o-J N Con'- CwfttaOttl Slg (2o_, N ~ CwfttaOttl Slg (2o-J N
0
.
~c-..
Slg (2o_, N TUAsLHN
earr-~
Slg (2o_, N JARAK
....
~ V•-
2111
ORENTASI I 000
Utc~NIAijl
OAERAH
~~po.,_,·,
JIM'
TCIIII
I
Sltll!nar
2217 1.205E.QII 117 tiD I 511E42 5172E.QI o>IIIWE.a:l
St0
1232
•· ~(ear-), JAIW(. JNS_KIIOI, KERJMN. GA.~~. LUASLHN,
..s
u~
F
RO(II'OIIIOn
R-
~eoo--.
Slg.(2o-J N ORENTASI
~~ Sig (2--J
ll 235" .023
OAERAH KERJMN o235" 157 .023 113 13 ll 1 aaa 101 317
13
13
157 113
101 .317
' .122 254 ll
oOBQ .410
13
LUASLIIN o004 1188
130 250
Ill ll 1511 138 13 352" 000 ll
13
13
13
13
.122 .254 13 o,004 .111111 ll ·014 .371
o.OBQ .410 ll .126 .I. .
.130 .250 ll .1511 .138 ll
I 000
liO
340
310
13
13
13
13
1000
o3QO" 017 ll
115
145
13 002
251
1117
ll
83
N
ll
13 712"
.aaa
-
0
ll ol52"
'aaa
aaa ll • 0115
••
ll
0
014
376
~~ r---:~126 f---·712°
13
1 aaa
JARAK
000
13 011 310
13 oQIS 340
__ _!! 086
310
---~ -;~ 83 -117 311 83
Karelui .,.•• v•iabll orie!Uii. J-lk. glji. ,... ~ian. kc•nodllao
ISpo..,..,...... .,_..,., k[RJMN
OlfENIASI
300"
0
Slg (2o_, N
c...-~ Slg (2__,
.011
13
--IIi .Ill
13
N
JNS KNOT
~~ Sig (2o-J
145
251 13 002
N LUASLHN
~c-..
Slg (2o-) N JARAK
~~
--
Sig (2o_,
N
• C...ol_ .. ......,.._ ..... 11!1-(2 o• Corr_ra......,.olltO Ol-(2o-J
0
.117 13 117 311 13
JNS_KMO JARAK LUASLHN I KERJMN n5° Ill .101 127 000 1.. 407 321 _ _ _ !3 ll 13 83 Ill --iiilii ~--~•.a 315 140 253 .321 83 13 83 13 13 ol2l 471" I 000 I .a oiOI 34l aaa 25l .407 13 83 13 13 13 141 1 aaa 471° Ill .Ill 271 . .000 .140 .I .. 83 13 13 13 83 , 000 141 121 Ill .135" 271 343 315 .000 13 13 13 l l 13
UA£RA>I I 000
...
--
o----.w·
0
0
0
l<.enM'ateu_b
Ko<eleli Variobel Pendapelan DeN dengan Variobel Kele
l
Conelollono
<:...--
"""8
PORB I 000
Sla
eon-eoe-.t Sla (2--) N
KAITAN
eon-e-.t Sla (2.-)
11 •.491' 0:18 11
..,
~Coe-.t
Sla
(2-)
eon-~
Sla (2-N
LEMBKES
~~
Sia (2._, lENIU'S
N Corr...., Coeflldanl
Sia ( 2 N
055 11 1.000
11
055 11 -117 1130 11 ·220 308 11 •.370 158
"
117 .aJO
N
LEMII!W;
KAITAN 442 .080 11 ·-~
-~
.080
N
LEMBKEU
038 11 1000
(2·-)
N
DAERAH
-.,,.
OAERAH
"
.073 755 11 .423 .107 11 387 087 11
11 :183 .145 11 .213 'OJ 11 .082 748
LEMBIIEU 117 aJO 11 ·117 830 11 383 105 11 I 000
"
481'. 044 11 081 078 11
11
11
218 .388
364
4n
"
"
"
_, Fioi!.
w 11
•tt· .040
• 170
Kor- Variobel Pendapelan DeN denganVariobel _
LEMBOAG 073 .755 11 ·220 308 II 213
103
~
"
1000
11
lEMBKES 03 .107 11 • 370 158 11 082 708 11 481 .078 11
K..-alou_b
LEMIIOIK
N JARAK
~eoo-t
Sia
11
008 11
(2·-)
N
GRAVITAS
c.....- c--.. Sla (2·-)
N KONEKSI
N ~··mo
PORB
71.;
COlT- Coelroosnl Sla (2·teolod)
OA£RAH
N CtwtMMinn Coeffk:MnC--
Sla (2·-1 _ _N ___
-
PORB 018 8:18 11 •.7:18' 002
OAERAH -058 814 11 736' 002
11 ·037 878
"
• 037 878 11 164
"
• 2:18 .312
~
--·"
II
eon-eoe-.t Sla (2-1
0811 11
CoefiiQenc
N
l'HR'
088
303 154 11
~
Sla 12-teMod)
•eo 11 ' I 000
~~
Sla (2--1
-see· .012
.041 11 -.1164' .028
" I 000 "
--~864'
"
---;--
I 000
028 II
11
KAITAN 107 875 11 • 525' 043
"
425
.084 11 737' .003
"
LEMBKEU 397 107
" "
-141
see
~76
295 227 11 508' 037 11
352
•.645 .001 11
• 300
128 II
rn
045 II
822 11
-
224 II .121
"
·--.iii:i· ---.-iM
LEMBKES 269 .312 11
LEMBOAG 523' 028 11 ·.152
•.:184 ~~
"
137 11 257 274 11 • 132 5110 11 155 848 11 ·301 :189 II
"
·.187 4110 11 053 840 11 -245 .380 I
"'
557 075
"
--.-iii 201 II
(Soliel Ekonomi)
~
--"
PORB
ls,-rm.t'omo
KAITAN
Sia (2--· N lEMBKEU
eon-e-.t Sia
(2·-)
N
LEMII!W;
eor-eoe-.t Sia
(2·-)
N
TEMet<Esco.T- Coolllc:OOnl Sia
(2·-)
N
TEM<ES
eon-c...Sla (2·-) N
lEMBOIK
eor- Coe1flaont Sog (2·-) N
JAAAK
c.....-c-~ S~g
L----
N
(2·-1
.128 .121 712 11
.155 849 11
557 075 11
OAERAH ·.813' .045 11 ·.188 822 11 ·.301 .:189 11
... ,.
KAITAN 1000
11 408 187 11 .317 .302
201
.111 745
583 .072 11 451 184 11
"
305
030
505 11 . 137
361 11 114
"
-
"
"
·869' 001
"
831' 037 11
.ns
"
11
1000
11
839'"
087 1100
lEMBIIEU .448 187
"
864' 001
"
7:\9
II . 667' 025
"
lEMBOAG 317 302
"
lEMBKES 111 745
~
"
831" 037 11
583 072
1 oon
541
"
oee 11
541 088 11
"
1.000
384
791"
004 11
504
.230 II 597
"
"''"
3M
...
-~~~ V • i - Pendepalan ll
11
306
"
·.163 633
• 230 495
• 475 139
"
"
"
~--··mo
LHR
c.....- c--ot Sla (2·-)
GRAVITAS
KONEKSI
N COtJelelklnCoel'fic:ient Sla (2·1-1 N COI"I'ellllon~
Soo (2·1_, N
PORB •.132 .699
OAERAH .118
"
11 • 327 328
145 870 11 • 708' 015 11
m
"
815' 044 11
LEMBKEU lEMBOAG KAITAN 521 :187 .498 .101 287 .118 II 11 II :187 839' 828' 2311 030 002 11 11 11 ·.248 -395 -828' 482 228 000 11
"
"
lEMBKES -.209
.537 II 017 959
11 •.299'
372
roe
" VI
t,;,l
L- 54
Korolasi Vor- P--on Dooa dongon
I~
....... ,..,_.
TENKES t'UHH
""" Sig
(2-~
N OAEAAH
c-c--..
IWTAN
eor.- Coofl\donl
LEt.IBKEU
eor.- Coofl\donl
Slg (2--)
N Sig (2·-· N
Sig (2·__, N LEt.IBOAG
eor.- Coofl\donl Sig (2--) N
LEMBKES
eor.- Coofl\donl Sig (2·-· N
TENKES
eor.- Coofl\donl Sig (2·__, N
l ..........._b
Qn-
L<MtiUIK
~eo.-.
Sig ( 2 - J N LH~
~
Coofl\donl
Sig (2--J N
eor.-eoo-..
GRAVITAS
Sig (2--J N
eor.-c:oo-
""i«iNEKSI
Sig(2.-) N
eor.-eoo-..
POAB
Sig.(2·-J N
eor.-eoo-.
DAERAH
810 ( 2 - ) N
151>0-ltho
IWTAN
Qn-~ Sig (2--J N
LEt.IBKEU
eor.-~
810 (2·__,
N LEMIIOAG
TENKES
GRAVITAS
,
LEMBOIK 1.000
tt .018 .837 11
,
• 225 .505 11
TENKES 305 .3111 11 451 .1&C
11 • 137
IIIII 11
LEMBOIK .114
178 11
312 11
•n
13r
,
.078
.Ill 11 078
Ill 1t -481 125 11
TENKES
023
11 1.000
883
tt
It
JAAAX .018 837 tt 1.000 11
001 11
JAAAX -.887' 025
-2:10 .485 11 -.475 138 11 -.481 .125 11 -.087 .&C5
LH~
218 2011 11
0311 874 11 1000 11
ser
,
012 ·283
.2311 11 • 132
1t
1t
eor.-~
481 153
f----'-' 001 .800 1t
JARAK .143 .175 11 •.257 ... 5
tt
·--y.w .004 tt
tt OIIC
GRAVITAS .352 .137 11 •.170 .• 77 11
.ser 012 11 1000
,
......
,
. 8-1$' 001 11
·300 22• It • 132
580 11 • 2•$ 380
11 • 388 110
,
KONEKS1 .000 1000 11 621'
Ott 11 ·283 238 11 ...8
,
058 t 000
.058 11 . 708'
11 .111 .nt 11
LHR .488 118
GRAVITAS 821' 002
KONEKSI ·828' 000
1t
1t .838'
'"
.387 217
034
1t
1t
$21 101 11 • 2011 537
3117 238 11 .017 858
1t
1t
.023
.101 .787
848 11 423 .114
1t
LEMBOIK .423 114
053
,
11 14$ 870 11 -327 328 11
.143 175 11
,
$08' 037 11 2$7 270 11
- -
1t
.101 .787 11
11
.1164'
m .137 11 • 117
1.000
848
088
--·
227 11
1t
Sig (2--) N
--.~
,
621' .011 11
285
• 087 145
tt
,
003
tt
.833 1t
1t
11
11 000 t 000
.114
1t
-
,
,.1 .$88 11 • 1$2 $28 11 •. JIIC 150 11 • 373 121
,
380
01 ....,.. C2-1811ed)
.002 11 • $2$' 003
·M· 001
·.183
308
~Me.
.nn
11
11 1.000
N
. 0]7
504
.738
004
N Cone&810n CoefftcMnl810 ( 2 - )
l:v\"
001 11
.782'
.....,_,__...
• $88' 012
.100
Sig ( 2 - N
Coofl\donl
·~
034
,
~eoo-..
~
•e.~
-388 .110 11 8Jr
11
Con-~
878 11
174 11 •.170 .477
.883
KONEKSI
• 037
.2011 11 3$2 .137 11 000 1.000 11 087
.OIIC
GRA\IIfAS
•.738' 002 11
.0311
1t
~eoo-..
LHA
JARAK
.218
517
• CorJ-Iolllgrillc.onlllh 05-(2--1
•• Ccwrfll•bof•l•
.812 11 •.373 .121 11 .000 1000 11
058 812
0$2
Slg ( 2 - KON[KSI
.058
1t
Sig (2--) N
LHH
,
11• 11 107 875 11 387 107 11 $23' .021 11 .281 312 11
2:10
810 (2·-J
1"""_.,,.,
,
.:180 .103 11 303 150 11 714' 008 11 1000
--
384
N JARAK
.71 11 218 3ll8
Slg (2--)
Sig ( 2 - N LEt.IIIOIK
. 170
LEt.IDOIK 018 8311 11
~c-..
N LEMBKES
387 0117 11
TENKES
Coofl\donl Sig(2--) N
JAAAX
Spo-··""'
v...- Kot-on F11ik. Kololnbagaon (Sooool Ekonomi)
LHR 1000 11 733' 010
tt ·210 388 11
tt
015 11 815' 004
,
1t ·385 221 11 • 248
482 11
·218 372 11
-see
,
.088
481 153 11 • 257 445
001
tt
11
G~AVITAS
KONEKSI
733' 010 11 1000
, ·115' 004 11
goo 11 714'
coo
·210 3118 11 •.815' 004 It
1.000 tt
L- 55 Hubungan Kegiatan Oesa (Rasio Off Fann dengan On Fann) dengan Variabel Keterkaitan Desa Kota Regression VerilbiH EnterwdiRemoved•
Model 1
1.
KendaM's t8u_b
VariableS
Variables Enla
PORB
MethOd
Removed
OFONFARM
CO
KAITAN
LEMBKEU
ToWance • .000 limits reac:hed.
KAITAN .442
N CorreltiUon Coerficilint
,
,
.080
.800'
1.000
Slg. (2-toilod)
.010
.063 .802 11 1.000
.
,
11
Corrololion Coolllcionl Stg.(2·toilod)
N Comolollon Coelficionl Slg.(2·toilod)
N
b. Oopo.-. Vorioble: OFONFARM
.800' .010
N
Ente<
OFONFA RM
PORB 1.000
LEMBOAG
Comotollon Coellicionl Stg.(2·toilodl
LEMBKES
Corrolollon Coelficiont Stg. (2-lallod)
TENKES
Comotolion Coofliciont Slg. (2-lailod)
N
N
N
-~·2
.063 802
,
,
-.038 .873
.363 145
II
, ,
.073 .755
-.037 .878
.213 .403
.080 .117 .830
,
,
.397 .097
11 • 037 876 11 213 403
,
.. 91"
11
,
,
11
11
<&91" 0.4
,
.092 .748
461 079 11 364 .1 .. 3 11
11 .219 .398
,
LEMBKES 423 107
. 039 873
11
11
.423 .107 It .5<8' .022
LEMBDAG 073 755
383 145 11 1000
11
II
.423 .107
LEMBKEU 117 .630
0.4 11 1000
, , ,
423 107 092 748 481 .079
11 480 .069
11
,
480
1.000
,
, ,
.069 343 154
714'
,
.OOB
AHOVA"
Sumal s;;;..,..
Model Rogreuion
1
TOiol
=
dl
.170 8.283E-02
8 1 10
1.528 8.283E.Q2 1.610
Relidual
Kendal's tau_b
LcMaUtK
........~~on ........... Stg (2·toilodl
N JARAK Moaet 1
Revnsuion
LHR
Residual
b.
Comotollon Coofliciont Slg.(2·toilod)
N
Totol GRAVITAS
o. Predicl
Comotollon Coefliciont Slg.(2-lolod)
N
OFONFARM
KONEKSI
PORB
S10nclat'diz
Moaet 1
c;_,.
COOflicienla
I
B (COnStont)
.8Sol
LEMBKEU LEMBOAG LEMBKES TENKES LEMBOIK
·3.099E.()2 ·1.128E.02 .350 5.611E.Q3 2.388E.Q2 ·1.551E.02 1.120E.o< -3.B28E.07 -5.9<1E.03
JARAK LHR GRAVITAS KONEKSI
Sld.Em>r .823 .1&1
.005 .670
.OBB .024 .091 .000 .000 .053
Comolotion Coolllciont Slg.(2·toilod)
od
UnstanclaldiZed
N OFONFARM
Beto
5peorman'& rho
KAI AN
LEMBOAG
JARAK LHR GRAVITAS KONEKSI
I.
De~
.737'
11 506'
.003
037
11
11 • 300
II
,
11
-.598' .012
-.299 .208
, ,
11
1.000
• 525' 0.3 .425
-.845' .001
11
589 11 295 227
.224
11
LEMBOAG 523' 028 11 • 152 526 II 352 137
LEMBKES .269 .312 11
-384 154
11 - 187 460
11
11
257 274
.053 .840
11
11
• 132 .560
•.245 360
11
11
.791'
.488
121
155
557
.004
.128
649
075
11
11
.000 1000
.467 128
11
11
11
11
1000
077 .821
722 11 005 969
11
11
11
,
CO
Comotolion Coollldonl Slg. (2-loilod)
11
11 I 000
.317 .342
631' 037 11 583 072 11 451 164 11
,
11
11
.839' .034
.899' .017
305 .381
LEMBOIK
Corrotollon Coellldont Stg.(2·toilodl
.800
.059 .882
.114 .739
•.889' .001
-515 .105
-.887' .025
JARAK
Comotolion Coelllciont Slg.(2-tolod)
N
11
,
11 .087
,
,
11 .111 .745
11
,
11
II
11
LEMBKEU 446 .167
.448 .187
Correlation Coeft'teient Slg. (2-toilod)
N
.892 .270 .397 .928
,
.000 1.000 11 .487 .128
KAITAN 1.000
TENKES
N
.9<6 .506
11 .121 .722 11 155 .849
OFONFA RM .077 .821 11 .005 .989
.557 .075
Sog 488 879 .265 .693
ComotolionCoelllciont Slg.(2-toilod)
PORB .488 .128
N Ccwrelation Coefftcient Slg. (2-t-) N
LEMBKES
·2.266 .523 .085 980 -.171 2.214 -1.389 -.113
-.091 .897
-.321 .179
,
.791'
N
Coelllclon,..
1 038 • 192
,
.,.. ,
.184 .484
.004
Stg.(2·toilodl
I
LEMBKEU 397 107
.094
Stg.(2·toilodl
N
(Constant) LEMBKEU LEMBOAG LEMBKES TENKES LEMBOIK
, , ,
I
Correllitlone
LEMBKEU
Moaet 1
.101 .875
•.220 .349
Corrotolion Cootroclonl
N
·.25< ·1.269 1.053 .107 .458 ·.132 2.008 -1.212 • 133
,
KAITAN
•.738' .002 11 •.037 .878
II
Comotollon Coolllciont Slg.(2·toilodl
N Speerman't mo
OFONFA RM .019 .938
11
Comototion Coolllciont Slg.(2-toilod)
N
Sig. .498"
F 2.009
PORB .019 .938
11
11
500
,
114 . 163
LEMBOAG 317 342 11 631" 037 11 1000 11 541 086 11 394 230 11 597 052
,
LEMBKES 111 745
11 583 072
11 541 086
11 1 000 11 .792' 004 11 306 360
,
633
-.230 495
-_475 139
11
11
11
Vatloblo: OFONFARM
Corrwletlonl
1
5peonnon'1 rho
LH"
CO
N El
GRAVITAS
CorreiiUon Coefliclent Slg. (2-toilod)
N KONEKSI
Comttollon Cool!lclont Stg.(2·toilod)
N
PORB -.132
,
OFONFA RM -.232
.899
.4~2
.145 .870
-.155 .850 11 -.371 .25<
II ·.706' .015
11
11
,
KAITAN .4~8
,
.118 .828' .002
11 • 926'
.000 11
LEMBKEU .367 287
,
.639' .034
11 -.395 229
,
LEMBOAG 521 101
11
LEMBKES -.209 .537
, ,
387 239
.017 959
• 2•a .482
-.299 .372
11
11
,
LKoralasi Variebell<egiatan Oasa (Ralio Otf Farm dengen On Farm) dangan Veriebel Ketericailan Oesa Kola Comlatlona
Kendall's tau_b
PORB
OFONFARM
KAITAN
LEMBKEU
LEMBDAG
LEMBKES
TENKES
Corrotolicxl
Slg.(2·10iod) N Con.lalicxl CoolfiOenl Slg.(2·1oilecf) N COtTOiotion Coe11icienl Slg.(2·10iod) N
TENKES .387 .Oi7 11 .5<8" .022 11 .218 .3i8 11
.38< .1.3 11 .3<3 .15< 11 .71 ...
008 11 1.000
LEMBOIK .018 .838 11 .018
JARAK •.738" .002 11 • 321 .178 11 •.525" .00 11 ·.1.1 .589 11 ·.152 .528 11
.i38 11 .107 .875 11 .387 .107
11 .523" .028 11 .209 .312 11
•.38< .15< 11 ·.373 .128 11
.058 .112
11
11
LHR •.037 878 11 ·220 3<9
GRAVITAS
KONEKSI ·.588" 012 11 ·289 208 11
1~
-·~
11 •.Oil 897 11 737" 003 11
11 •25 .Oi•
11
.. a.s· .001 11 -300 .22• 11 •.132
sos·
295 .227 11 .352 .137 11 • 187
037 11 257 27• 11 053 .1<0 11
11 •.2.5 .380 11
ODD
De<
·388
1.000 11
883 11
.110 11
.• 80 11
580
Corr.laUonl
KendaJr&mu_b
LtMIIOIK
JARAK
LHR
GRAVITAS
KONEKSI
Spearman's rho
PORB
OFONFARM
COITOilltion c;oomciOnl Slg.(2·1olod) N Comollltion Coe11icien1 Slg. (2·1.olod) N Con.lotion Coe11icien1 Slg (2·1alld) N COtTOiotion Coetrleienl Slg (2·10iod) N
Correlation Coefficient 5'11 (2·1a0od) N Con.llltion Coolfoclonl Slg (2·1aHod) N Con.lotion Coof1iden1 Slg (2·lllilld) N
TENKES .058 .812 11 ·.373 .128 11 .000 1.000 11
.De< .883 11
·.388 .110 11 .839" .03< 11 .899" .017 11
LEMBOIK 1.000
11 .019 .937 11 .299 .20i 11 .352 .137 11 .000 1.000 11 .087
.800 11 .059 .882 11
JARAK .019 .937 11 1.000 11
.038 .87 • 11 •.170
•77 11 .821" .011 11 •.889" .001 11 •.515 .105 11
LHR .299 2Di 11 038 .87• 11 1.000 11 587" 012 11 • 283 238 11 • 132 899
11 •.232 .• 92 11
GRAVITAS .352 137 11 ·110
•n 11 587" 012 11 1000 11
•.•• 9 058 11
us 870 11 ·.155 850 11
KONEKSI .000 1.000 11 821" 011 11 • 283 .236 11
-••e .058
11 1.000 11 • 706" .015 11 •.378 25< 11
Cornlatlona
I Speiiii1Uin'l fho
KAITAN
LEMBKEU
o.;otrOiotion.....,.,..,.,. 51g.(2·10iod) N COITIIotion Coe11icien1 Slg. (2·1alld)
N LEMBOAG
Corrototion Cooftic;ont Slg. (2·1oilld)
N LEMBKES
Con.llltion Coolf1Cion1 Slg. (2·lllilld)
N TENKES
LEMBDIK
JARAK
Con.Lition Coe11iciont Slg. (2·Liilld) N Con.llltion Coelliclon1 Slg.(2·1oilld) N COIToLition Coof1ident Slg.(2·1oilld) N
,,,.
TENKES .305 .381 11 .• 51
LEMBOIK
.1~
.11• 11 .597 .052 11
.739 11
.504
11 .39< .230 11 .792"
.308
.004
.380
11 1.000
11 .079 .118 11 1.000
11 .079 .811 11 •.•91
11 ·.067 .845 1
.125 11
JARAK •.887" .025 11 ·.183 .833 11 •.230 .• 95 11 •.• 75 .138 11 •.• 91 .125 11 ·087 .845 11 1.000 11
LHR .•88 .119 11 .387 .207 11 .521 101 11 ·.20i .537 11 023 .9<8 11 •23 .19< 11 .10 875 11
GRAVITAS .820"
.002 11 .839" .03< 11 387 .239 11 .017 .959 11 101 787 11 •81 .153 11 ·.257
••s 11
KONEKSI ·.920" .000 11 •.395 .229 11 ·.2.8 <82 11 •.299 .372 11
·5e6 .069 11 .0.1
.90< 11 .79<•
00. 11
CorNiaUon•
spearman's mo
LHR
CO
GRAVITAS
Correlation Coetrtetenl
KONEKSI
Slg.(2·1oilld) N COITol.otion Coe11icien1 Slg. C2·1011d) N
Conelobon llligMiconllllho .051ovol (2·-). ••. eon.lolicxl is oignificlnt ollho 01 lovol (2·10iod).
TENKES .023
·11 .101 .787 11
•.588 .089 11
LEMBOIK .•23 .19< 11 .•81 .153 11 .0.1
JARAK .1.3 .875 11 •.257
.904
.004
11
11
·••s
11 .79<"
LHR 1.000 11 733" .010 11 ·.290 .388
11
GRAVITAS 733" 010 11 1.000
KONEKSI •.290 388 11 • 815"
.a.• 11 •.815"
11 1.000
a.• 11
11
~6
L- 57
Bubungan Keterkaitan Desa Kota dengan Rasio Off Farm dengan On farm Variables Entered/Removedb
Model 1
Variables Entered KAITANa
Variables Removed
Method Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: OFONFARM
(ll
Model Summary
Model 1
R .35sa
R Square .129
0>
Adjusted R Square .032
Std. Error of the Estimate .3949
"! .Ql "
(/)
co
N
~
a. Predictors: (Constant), KAITAN
l.L.
....-
c
Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares .207 1.403 1.610
df 1 9 10
0
Mean Square .207 .156
"iii (/)
(1) ....Ol (1)
ro::J '0 "iii
(1)
ro 0
0:: 0:: 1Q) '0 0
~
....-
Coefficientr
Model 1
(Constant) KAITAN
Unstandardized Coefficients Std. Error 8 .360· 6.806E-02 .154 .134 i
Standardiz ed Coefficient s Beta
;1;
0>
"
co "!
.Ql
(/)
.359 ~
0>
-
Correlations
OFONFARM
KAITAN
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
OFONFA RM 1.000 11 .359 .279 11
KAITAN .359 .279 11 1.000 11
(")
l() co ,_. ,_.
,_.
~ l.L. z
0 l.L. 0
-c .....
G.i ::0
~ ~~ c 1- c:
8~
(1)
'0
c(1)
a.
a> '0
~ ...-
(1)
Cl
eli
L- 58
Foto 1 Lokasi Industri··~angkar Burung di Desa Wirun
Foto 2 Kondisi Jalan ke Desa Pucang Agung
L- 59
Foto 3 Lokasi Pedagang Pengumpul Kelapa di Pasar Pituruh
Foto 4 Situasi Perdagangan di Kota Kutoarjo
L- 60
Foto 5 Lokasi Penjualan Bibit Tanaman Buah di Kota Kutoarjo
Foto 6 1\< Pelayanan TrarlSJXI1a'ii dan Pasar di Kota Kutrerjo
PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Jl Pemucia No. 127 . 133 Telp. 51559 1 - 5 15592 Fax. 546802 Kode Pos 50132 e - mail · bppdjlg @ indosa t.net.id Semarang
SURAT REKOMENDASI RESEARCH I SURVEY No mo r : R I 5287/P/X/2000 I.
DASAR
S ura t G u be rnur P ro pinsi J awa Te ngC\ h tanggal 15 Agustus 19 72 Nomor : B" ppe mrl i'\/::J45NIII/72 . II. MENARIK 1. S m a t Ka dit Sospol Pe me rin ta h Propinsi J a wa Te nla h tgl. ...... J7 .. 9.~.~ .. ?q~~...... ........ ... n o: 070 / ..~~-~.?. .."~/~~~-~ ---······ · ········· ···· 2. Sm "t rla ri .... Ka.d.it .. S.o.apo.l. ..OIY... .......... ................................................... tgl. ..... ~~- --~.9.~ .. ~99.9. .................. no mo r .. ....~?.~/~'!.~~ .............. ............... . Ill. Ya ng bertand a- langa n di bawC\ h ini Ke tu a Ba dan Pere nca na an Pe mba ng unan Dae ra h (BAPPEDA) Propins i J awC\ Tenga h, bertinda k a tas na ma Gube rnur J awa Te ngah, menya takan TIDAK KEB ERATAN a la s pe iC\ksC\ni'lan research I survey dalam wila ya h Propinsi Jawa te nga h yang d ila ksi'l na ka n o le h :
1. 2. 3. 4.
Na ma Peke rjaa n Ala rna t Pe nanggungjawab 5. Mi'lks ud tujuan resea rch/s urvey
Drs. KARSIADI YULIANTO Mhs Pasca Sarjana UGM Ngampilan NG I I 275 Yogyakarta DR.IR. KAWIK SUGIANA, M.Eng. Peneli tian Berjud·ul : " KETERKAITAN DES~ - KOTA (KASUS KOTA KUTOARJO JAWA TENGAH)".
6 . Loka s i
Kab. Purworejo
de ngan ke te ntua n-ke te ntua n sebaga i be rikut : a . Pelaksana a n research I s urvey tida k disa iC\hguna ka n untuk tujuan te rle ntu yang dapat me ngganggu kes tabila n Pe me rintah . b . Se be lum m e la ksa nakan resea rch I s urvey la ngs ung kepada respo nde n , ha rus terleb ih da hulu me la po rka n ke pa da Pe ngua sa Daerah sete mpa t. c. Setela h research I survey selesai supaya me nyerahka n hasilnya ke pa d a BAPP EDA J"awa Tengah.
IV. S urat Reko me ndas i Research I Su rvey ini be rla ku d a ri :
..................... .1.~ ..O.~J.. .?~9~...~ .. ~- ~-. ~-~~- ..?.9.~~- ................................................................. . Dike luarkan di : S E M A R A N G Pada tanggal : 17 Okt 2000
An. TEMBUSAN : 1. KxDlmix~~~JalPC 2 . Kapolda J a te ng . 3 . Ka dit Sospo l Pe m erinta h Pro p . J awa Te ngah 4 . Bupat~~lUtWU' ...Pur.WQX'~j9. ........ ... .
5.
Ars ip.
GUBERNUR JAWA TENGAH
PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURWOREJO KANTOR SOSIAL POLITIK Jl. dr. Setiabudi Nomor 2 Telpon 21647 Purworejo
REKOMENDASI NO. 072/!Jig 1. Dasar:Surat Rekomendasi dari Bappeda Kab.Purworejo tangga1 19 Oktober 2000 No.072/ 18ll/2000o 2. Kami Kepala Kantor Sosial Politik Kab. Dati II Purworejo atas nama Bupati Kdh. Tk. II Purworejo dengan ini menyatakan :
TIDAK KEBERATAN atas terselenggaranya _________________ ~~~t __/_~~a!_____________ Nama
DrsoKarsiadi Yulianto
Peke r j a an
Ma.hasiswa Pasca Sarjana UGM
A I am at
Ngampi1an NG I/275 Yogyakarta
__ _______ _
yang dilakukan oleh:
Penanggungjawab
:Dr.IroKawaik Sugiana,M.Eng
Maksud dan Tujuan
: Untuk pengemb:mgan I1mu Berjudul "KEI'ERK.AITAN DESA KOrA (KASUS KOl'AKUTOARJO JAWA TENGAH"
L o k as i
Kab.FUrworejo
.
Masa berlaku
: Tangga1 19 Oktober 2000 s/d 18 Januari 20~-
Jumlah peserta
: 1 ( satu) orang
o
3. Dengan ketentuan sebagai berikut : a. Sanggup menjaga Keamanan/Ketertiban Umum dalam Pelaksanaan. b. Tidak disalah gunakan untuk tujuan tertentu meresahkan masyarakat. c. Sebelum melaksanakan agar melapor Kepada Penguasa Daerah setempat. d. Selesainya pelaksanaan agar melapor hasilnya. 4. Demikian Rekomendasi ini kami terbitkan, apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Dikeluarkan di Pada tanggal
TEMBUSAN Kepada Yth. : 1. Bupati Kdh. Tk. II Purworejo. 2. Kapolres Purworejo 3. Ka. Bappeda Tk. II Purworejo 4.Ka Dinas Statistik,DPUK,Pertani an, Dipenda,Peternakan,Dis bun,PMD. 5. Camat Pituruh,Bayan,Kutoarjo ,Kemiri, But uh, Grabag.
---------------------------------------
Purworejo 19 Okt ober 2000