LEMBAGA MANDIRI YANG MENGAKAR DI MASYARAKAT (LM3) USHULUDDIN MAGELANG : KLINIK TANAMAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PETANI DALAM PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Nursyamsih
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
ABSTRAK Nursyamsih. A34051980. Klinik Tanaman LM3 Ushuluddin : Sebagai Media Pembelajaran Petani dalam Pengendalian Hama Terpadu. Di bawah bimbingan Suryo Wiyono dan Hermanu Triwidodo. Perkembangan program-program oleh pemerintah mulai menyentuh ke berbagai instansi baik formal maupun non formal. Sebagai contoh program Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3) yang di arahkan ke lembaga-lembaga keagamaan seperti pesantren, program ini didorong oleh Departemen Pertanian. Lembaga semacam ini memiliki potensi untuk dapat dikembangkan menjadi agen pembangun agribisnis khususnya agroindustri pedesaan. LM3 merupakan lembaga bergerak dalam bidang pertanian maka diterapkanlah sistem pertanian yang berkelanjutan yang ramah lingkungan, salah satu contoh penerapannya adalah Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) yang kini mulai marak digalakkan di berbagai kalangan praktisi pertanian. Sistem ini dianggap sebagai solusi terbaik dalam pengendalian hama dan penyakit. Praktek kerja ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Strategi yang digunakan adalah pengumpulan data melalui wawancara mendalam, dokumentasi kegiatan berupa kegiatan umum dan kegiatan khusus selanjutnya data dikumpulkan dianalisis dengan metode kualitatif. Berbagai kegiatan dilakukan di LM3 Ushuluddin telah dilaksanakan mulai dari pengelolaan pertanian dari hulu seperti budidaya tanaman, pembuatan pestisida nabati, pembuatan pupuk cair dan pupuk padat, klinik tanaman dan sebagainya sampai pada hilir seperti pembuatan tepung Mocaf, pembuatan saos dan LM3 Ushuluddin menjalin kerjasama dengan berbagai pihak seperti praktisi pendidikan atau ilmuwan dan yang tak kalah penting adalah kerja sama dengan petani yang merupakan elemen penting dalam pelaksanaan pembangunan pertanian. Kegiatan ini dikembangkan semata-mata untuk pembangunan pesantren demi menuju kemadirian pesantren dan kedaulatan petani. Dalam kegiatan magang ini pengembangan petani jaringan dalam rangka pertukaran informasi dari pihak yang telah bekerja sama dengan Ushuluddin dalam rangka penyebaran pengelolaan hama terpadu.
LEMBAGA MANDIRI YANG MENGAKAR DIMASYARAKAT (LM3) USHULUDDIN MAGELANG : KLINIK TANAMAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PETANI DALAM PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Nursyamsih A34051980
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian di Insitut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
HALAMAN PENGESAHAN Judul
: Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3) Ushuluddin Magelang : Klinik Tanaman Ushuluddin Sebagai Sarana Pembelajaran Petani dalam Pengendalian Hama Terpadu
Nama
: Nursyamsih
NRP
: A34051980
Menyetujui
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Suryo Wiyono, MSc. Agr
Dr. Ir. Hermanu Triwidodo, MSc
NIP 196902121992031003
NIP 195701221981031002
Mengetahui Ketua Departemen Proteksi Tanaman
Dr. Ir. Dadang, MSc NIP 19640204199021002
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Makassar pada 03 Oktober 1987 dari pasangan Najamuddin dan Hasiah. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan di Sekolah Dasar Inpres Pattallassang tahun 1993, kemudian melanjutkan pada Madrasah Tsanawiyah Manahilil Ulum GUPPI Samata tahun 1999, kemudian melanjutkan di sekolah yang sama di tingkat Madarasah Aliyah program IPA tahun 2002. pada tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah Departemen Agama pada mayor Proteksi Tanaman. Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi Himpunan Profesi (HIMPRO) Proteksi Tanaman sebagai staf PSDM tahun 2007, UKM Pramuka sebagai Co. PSDM tahun 2005-2007, UKM volleyball 2005, dan Community of Santri Scholar of Ministry of Religion Affairs (CSS MoRA) sebagai anggota.
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian. Salam dan salawat semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sebagai surii tauladan yang baik bagi manusia. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak dan mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Ir. Suryo Wiyono MSc Agr dan Dr. Ir. Hermanu Triwidodo MSc sebagai dosen pembibing yang telah banyak meluangkan waktunya memberikan bimbingan, saran, motivasi, dan pengarahan kepada penulis. 2. Dr. Rully Anwar sebagai dosen penguji. 3. Ibunda dan Ayahanda dan keluarga besar penulis atas do’a dan curahan kasih sayang kepada penulis. 4. Departemen Agama RI sebagai pemberi beasiswa kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan pendidikan sarjana Strata 1 (S1) di IPB. 5. Bapak Kyai. H Mansyur Chadziq beserta Nyonya dan keluarga yang telah menerima penulis selama masa magang di kediaman beliau. 6. Rekan-rekan Ushuluddin terutama mas Tohar, Mas Machin, Mas Majidun, Mba’Sus, Mas Mukti, santri putra dan putri yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan magang. 7. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Proteksi Tanaman. 8. Rekan-rekan di Departemen Proteksi tanaman angkatan 42, 43, 44, dan 45 khususnya Izet, Laweh, Aryo, sahabat, rekan CSS IPB yang selalu bersama-sama, memberi semangat serta hari-hari terindah selama masa perkuliahan. Semoga bantuan, do’a dan kerjasama semua pihak selama ini diberikan mendapat balasan yang lebih baik. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat mambangun demi kesempurnaan skripsi ini. Bogor, Oktober 2009
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ....................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
ix
PENDAHULUAN ...................................................................................
1
Latar Belakang ............................................................................... Tujuan Penelitian ........................................................................... Manfaat Penelitian .........................................................................
1 3 3
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
4
Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat ........................... Pengendalian Hama Terpadu ........................................................... Klinik Tanaman ................................................................................
4 5 6
BAHAN DAN METODE ........................................................................
7
Tempat dan Waktu ......................................................................... Metode Magang .............................................................................. Analisis Data ...................................................................................
7 7 8
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................
9
Sejarah Perkembangan LM3 Ushuluddin ........................................ Analisis Sumber Daya ...................................................................... Program LM3 Ushuluddin ............................................................... Analisis SWOT LM3 Ushuluddin ................................................... Rekomendasi Manajerial .................................................................. Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat ........................... Klinik Tanaman Ushuluddin ............................................................ Kegiatan Klinik Tanaman ............................................................... Model Diseminasi Pengelolaan Hama Terpadu LM3 Ushuluddin . Karakterisrik Petani .......................................................................... Pengetahuan Petani ......................................................................... Sikap Petani...................................................................................... Tindakan Petani ...............................................................................
9 10 12 16 16 18 21 22 27 30 32 34 38
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................
45
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
46
LAMPIRAN .............................................................................................
47
DAFTAR TABEL No
Halaman Teks
1. Hasil Budidaya PP Ushuluddin .........................................................
11
2. Produktivitas Hasil Pasca Panen PP Ushuluddin ..............................
13
3. Analisis SWOT LM3 PP Ushuluddin ...............................................
14
4. Tingkat Pendidikan Petani Responden ..............................................
30
5. Pengalaman Bertani Petani Responden .............................................
30
6. Indikator Penyemprotan Petani jaringan dan Non Jaringan ..............
32
7. Penyemprotan Lebih Sering Menyebabkan Resistensi ......................
33
8. Alasan Memilih Pestisida Petani Responden .....................................
34
9. Aplikasi Pupuk Oleh Petani Responden .............................................
37
10. Metode Pengendalian OPT oleh Petani Responden ...........................
41
DAFTAR GAMBAR No
Halaman Teks
1. Model Diseminasi PHT PP Ushuluddin .............................................
27
2. Penggunaan Pakaian Pelindung oleh Petani .......................................
37
3. Daun Cabai Terserang Kutu Persik ....................................................
41
4. Daun Cabai Terserang Thrips .............................................................
41
5. Buah Cabai Terserang Antraknosa .....................................................
42
6. Tanaman Cabai Terserang Virus Kuning ...........................................
43
7. Tanaman Cabai Terserang Busuk Batang ..........................................
44
DAFTAR LAMPIRAN No
Halaman Teks
1. Struktur Organisasi LM3 Ushuluddin ...............................................
48
2. Daftar Klien Klinik Tanaman Ushuluddin ........................................
49
3. Daftar Penggunaan Pestisida Petani Responden ..............................
47
PENDAHULUAN Latar belakang Pesantren atau pondok pesantren (biasanya juga disebut pondok saja) adalah sekolah Islam berasrama (Islamic boarding school). Para pelajar pesantren (disebut sebagai santri) belajar pada sekolah ini, sekaligus tinggal pada asrama yang disediakan oleh pesantren. Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang kyai. Untuk mengatur kehidupan pondok pesantren, kyai menunjuk seorang santri senior ntuk mengatur adik-adik kelasnya, mereka biasanya disebut Lurah Pondok. Pendidikan
di
dalam
pesantren
bertujuan
untuk
memperdalam
pengetahuan tentang al-Qur'an dan Sunnah Rasul, dengan mempelajari bahasa Arab dan kaidah-kaidah tata bahasa bahasa Arab. Istilah Pondok sendiri berasal dari Bahasa Arab (قودنف, funduuq), sementara istilah Pesantren berasal dari kata pe-santri-an. Sebagai institusi sosial, pesantren telah memainkan peranan yang penting dalam beberapa negara, khususnya beberapa negara yang banyak pemeluk agama Islam di dalamnya. Pesantren menekankan nilai-nilai dari kesederhanaan, keikhlasan, kemandirian, dan pengendalian diri. Para santri dipisahkan dari orang tua dan keluarga mereka, agar dapat meningkatkan hubungan dengan kyai dan juga Tuhan. Pesantren adalah sekolah pendidikan umum yang persentase ajarannya lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam daripada ilmu umum. Pesantren untuk tingkat SMP dikenal dengan nama Madrasah Tsanawiyah, sedangkan untuk tingkat SMA dikenal dengan nama Aliyah. Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu agama Islam saja umumnya disebut pesantren salafi. Pola tradisional yang diterapkan dalam pesantren salafi adalah para santri bekerja untuk kyai mereka bisa dengan mencangkul sawah, mengurusi empang (kolam ikan), dan lain sebagainya dan sebagai balasannya mereka diajari ilmu agama oleh kyai mereka tersebut, oleh karena itu pesantren membutuhkan sebuah program yang bisa meningkatkan pesantren dari segi sarana, pendidikan dan kebutuhan ekonomi yang tercukupi.
2 LM3 merupakan program lembaga mandiri yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dengan meningkatkan gerakan moral melalui kegiatan pendidikan dan keterampilan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Contoh kasus pada Yayasan Panti Asuhan Muhammadiyah Bojonegoro, program bantuan LM3 yang telah diterima panti asuhannya telah dimanfaatkan untuk mengembangkan beberapa produk pertanian, seperti beternak sapi perah, limosin dan sapi simental yang kini total jumlahnya sebanyak 32 ekor. Dari beternak tersebut, panti telah mampu memenuhi beberapa kebutuhan santri dan anak didiknya baik berupa pemenuhan kebutuhan pokok maupun pendidikan. Lembaga semacam ini memiliki potensi untuk dapat dikembangkan menjadi agen pembangun agribisnis khususnya agroindustri pedesaan, yang menyampaikan pesan pembangunan melalui kegiatan pendidikan moral dan sosial di dalam masyarakat. Di samping berperan dalam mencetak kader pemuka agama dan mencerdasarkan masyarakat, lembaga tersebut juga menanamkan jiwa kewirausahaan dan kemandirian bagi para siswa/pengelola lembaga tersebut dan masyarakat. Dengan demikian potensinya tidak hanya sebagai pelopor pembangunan masyarakat dari segi moral/keagamaan tetapi juga sebagai penggerak untuk usaha ekonomi masyarakat khususya dibidang agribisnis. Program ini dilakukan guna mengatasi masalah seperti keterbatasan modal usaha untuk mengembangkan usaha di hulu, hilir dan jasa penunjang, rendahnya penguasaan teknologi dan manajemen serta lemahnya SDM dan kelembagaan LM3. Pola pemberdayaan seperti ini diharapkan dapat merangsang tumbuhnya agribisnis dan agroindustri di pedesaan. Oleh karena LM3 bergerak dalam bidang pertanian, banyak kendala yang dihadapi terutama dalam hal budidaya seperti hama dan penyakit, apalagi beberapa petani melakukan tindakan pengendalian dengan pestisida, yang tidak disadari dampaknya sangat besar terhadap lingkungan, peledakan populasi hama dan penyakit, kesuburan tanah menurun dan terhadap pengguna sendiri apabila tidak sesuai dengan prosedur. Oleh karena itu perlu tatacara pengendalian yang tidak menimbulkan hal-hal tersebut diatas, dan meningkatkan produksi. Dalam hal ini perlu dilakukan Pengendalian Hama terpadu (PHT) yang menggabungkan semua jenis pengendalian dengan meminimalisir pengunaan pestisida.
3 Tujuan Kajian mengenai mekanisme kerja LM3 Pondok Pesantren Ushuluddin Magelang dan peran Klinik Tanaman LM3 Ushuluddin dalam penyebaran Pengendalian Hama Terpadu (PHT) bagi santri dan petani sekitar Ponpes Ushuluddin.
Manfaat Penelitian Meningkatkan relevansi atau keterkaitan dan kesesuaian antara proses pendidikan dengan keadaan lapangan. Selain itu kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan mahasiswa sebagai seseorang yang akan terjun langsung ke lapangan dalam memahami dan menghayati proses kerja secara nyata di lapangan.
TINJAUAN PUSTAKA Pesantren adalah sekolah pendidikan umum yang persentase ajarannya lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam daripada ilmu umum. Pesantren untuk tingkat SMP dikenal dengan nama Madrasah Tsanawiyah, sedangkan untuk tingkat SMA dikenal dengan nama Aliyah. Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu agama Islam saja umumnya disebut pesantren salafi. Banyak pesantren di Indonesia hanya membebankan para santrinya dengan biaya yang rendah, meskipun beberapa pesantren modern membebani dengan biaya yang lebih tinggi. Meski begitu, jika dibandingkan dengan beberapa institusi pendidikan lainnya yang sejenis, pesantren modern jauh lebih murah. Oleh karena pengajaran dipesantren sebagian besar adalah pendidikan agama maka perlu dibekali dengan keterampilan-keterampilan yang akan dijadikan sebagai modal hidup. Salah satu contoh program yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah Lembaga Mandiri dan Mengakar di Masyarakat (LM3) (Wikipedia, 2008). Lembaga mandiri dan mengakar di masyarakat (LM3) adalah lembaga yang tumbuh di tengah masyarakat dan telah berperan dalam pembinaan dan pengembangan sosial ekonomi masyarakat. Lembaga keagamaan tersebut sebagian besar berada di daerah pedesaan yang basis utama perekonomiannya adalah usaha di bidang pertanian, dengan demikian lembaga tersebut dinilai strategis dapat berperan dalam pembangunan pertanian. Berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian No. 555/Kpts/OT.210/6/97 dan surat Sekretaris Jenderal,
Departemen
Pertanian
No.
RC.220/720/B/VI/1998
tentang
pengembangan agribisnis LM3, yang dimaksud dengan LM3 berbasis keagamaan meliputi; pondok pesantren, seminari, paroki, pasraman, vihara dan subak (Deptan 2008). Peran dapat dilakukan oleh LM3 dalam pengembangan agribisnis antara lain: (1) sebagai lembaga pendidikan dan penggerak ekonomi, terutama di wilayah sekitarnya, (2) LM3 menjadi lembaga yang mandiri dan mampu bergerak dan menjadi pendorong pengembangan agribisnis dan agroindustri serta ekonomi di sekitarnya, dan (3) LM3 dapat berfungsi sebagai lembaga informasi dan sumber teknologi bagi pengembangan agribisnis/agroindustri di pedesaan (Deptan, 2008).
5 Tujuan pemberdayaan dan pengembangan usaha agribisnis LM3 secara umum adalah meningkatkan kemampuan dan kemandirian LM3 dalam pengelolaan usaha agribisnis, mengembangkan kelembagaan ekonomi LM3 seperti koperasi dan lembaga keuangan mikro, memfungsikan LM3 sebagai pusat Pelatihan Pertanian dan Pemberdayaan Masyarakat (agent of development). Sedangkan secara khusus LM3 mendorong tumbuhnya LM3 sebagai embrio pembentukan inti kawasan agribisnis, mengembangkan usaha agribisnis dan agroindustri disekitar lokasi LM3, mengembangkan kemitraan dan jaringan kerjasama agribisnis terpadu serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat disekitar lokasi LM3.
Pengendalian Hama Terpadu Pengembangan pertanian di pesantren sebaiknya diterapkan dengan sistem PHT atau Pengelolaan Hama Terpadu karena tatacara pengendalian yang dilakukan oleh petani selama ini adalah ketergantungan terhadap pestisida yang secara tidak disadari oleh masyarakat selain memerlukan biaya yang besar dalam pengadaannya juga mempunyai dampak yang besar terhadap kerusakan lingkungan dan penggunanya. PHT merupakan sistem pengelolaan populasi hama yang memanfaatkan semua teknik pengendalian yang sesuai secara kompatibel untuk mengurangi populasi hama dan mempertahankannya tetap di bawah aras kerusakan ekonomi. Dalam dunia internasional PHT dikenal sebagai Integrated Pest Management (IPM) (Untung, 2006). Prinsip-prinsip PHT berlandaskan pada pemahaman ekosistem pertanian, biaya manfaat pengendalian hama, toleransi tanaman terhadap kerusakan, pertahankan sedikit populasi hama ditanaman, lestarikan dan manfaatkan musuh alami, budidaya tanaman sehat, pemantauan ekosistem, pemberdayaan petani, dan pemasyarakatan konsep PHT (Untung, 2006). Pengelolaan hama dan penyakit mempunyai pengertian yang sangat luas dari pada pengelolaan hama. Pengelolaan hama memadukan semua teknik pengendalian hama secara optimal dangan memperhatikan kondisi ekosistem dan sistem sosial ekonomi masyarakat setempat. Dalam penerapannya di lapangan PHT tidak tergantung hanya pada satu jenis teknik pengendalian, tetapi
6 penggabungan semua teknik pengendalian harus dimanfaatkan dan dipadukan agar dapat menekan populasi hama tetap berada di bawah ambang ekonomi.
Klinik Tanaman Klinik tanaman merupakan salah satu wadah yang berfungsi melayani dalam diagnosis tanaman baik terserang hama maupun penyakit. Laboratorium penyakit tanaman digunakan untuk pengembangan teknik diagnosis OPT tanaman, menggambarkan gangguan pada tanaman, mendukung aktifitas penelitian serta menjadi pusat informasi mengenai hama dan penyakit. Penerimaan contoh tanaman dilakukan oleh staf administrasi (Shurtleff, 1997). Prosedur pemasukan contoh tanaman ke klinik tanaman adalah klien yang ingin mengirimkan sampel diterima oleh petugas klinik tanaman untuk mengisi formulir yang tersedia, setelah sampel diterima, sampel diperiksa/diidentifikasi dengan mikroskop dan dilakukan dokumentasi terhadap patogen yang ditemukan, kemudian diisolasi dalam media, diinkubasi sampai patogen tumbuh pada media, diperiksa kembali melalui mikroskop untuk mengetahui tanda pemyakit dan didokumentasikan untuk pelaporan rekomendasi pengendalian. Setelah sampel diperiksa, sampel dimasukkan ke dalam gudang. Rekomendasi yang telah dibuat dikirim kepada klien melalui fax dan sebagainya (Shurtleff, 1997). Pengujian tanaman sakit dilakukan dalam beberapa langkah yaitu pengamatan dilapangan, pengamatan lahan meliputi bagian depan, diagonal, dan kembali pada titik awal, pengamatan dilakukan dengan seksama sampai keseluruhan tanaman teramati. Kemudian pencatatan dilakukan terhadap masalah dilapangan seperti sejarah lahan, pola tanam, dan juga kondisi tanaman sekitar. Ditambahkan keterangan-keterangan penting seperti luas area, tipe tanah, dan terakhir observasi gejala tanaman yang muncul pada saat pengamatan. Pengujian tanaman dilakukan secara detail sesuai dengangejala yang teramati pada bagian tanaman seperti daun tua, batang, dan tanaman baru. Perhatikan kerusakankerusakan yang ditimbulkan pada masing-masing bagian tanaman. Setelah dilakukan pengujian terhadap bagian tanaman tertentu langkah selanjutnya dalah bahan tanaman uji ditempatkan pada lemari pendingin, sebagai cadangan apabila dilakukan pengujian yang lebih lanjut (Shurtleff, 1997).
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Ushuluddin, Salaman, Kab Magelang, Jawa Tengah. Kegiatan magang ini berlangsung selama 4 bulan dimulai dari bulan April sampai Juli 2009.
Metode Magang Kegiatan magang ini meliputi kegiatan-kegiatan: 1. Mempelajari profil pesantren : keadaan umum, masalah pertanian, kegiatan ekonomi pertanian, kegiatan nonpertanian 2. Mengikuti program-program LM3 di Pesantren Ushuluddin Magelang. Metode yang dilakukan adalah mempelajari mengenai program-program yang telah dilakukan, pendanaan, dan pengelolaan hasil-hasil produksi dan pasca panen, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan LM3, kemudian mengikuti program-program yang sedang dilaksanakan. 3. Belajar bersama petani jaringan dan petani non jaringan mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan petani terhadap organisme pengganggu tanaman khususnya pada tanaman cabe meliputi karakteristik petani, karakteristik usaha tani, permasalahan usaha tani, pengetahuan petani, pengendalian yang dilakukan, pengambilan keputusan dan kerasionalan pestisida, kepedulian terhadap dampak pestisida. Kegiatan khusus dilakukan bersama santri Ushuluddin meliputi pelatihan: 1. Pembiakan Trichoderma sebagai agen antagonis pada berbagai tanaman 2. Perbanyakan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) sebagai salah satu mikrorganisme yang meningkatkan ketahanan tanaman dengan mengaplikasikan pada berbagai tanaman budidaya santri PP Ushuluddin 3. Pemberian materi mengenai ilmu hama dan penyakit tumbuhan dasar untuk menambah pengetahuan tentang pertanian. Cakupan materi meliputi pengetahuan hama dan penyakit dasar. 4. Pembuatan kompos untuk memperkaya pengetahuan tentang pupuk organik
8
Analisis Data Wawancara dilakukan terhadap masing-masing 10 petani jaringan orang dan petani non jaringan, magang penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan wawancara mendalam dan dokumentasi kegiatan-kegiatan. Kemudian dilakukan analisis data deskriptif dan Chi-square untuk data sikap, pengetahuan dan tindakan petani. Dengan taraf kepercayaan α = 0.1 Hasil t-hitung chi-square kemudian dibandingkan dengan t-tabel chi-square. Apabila t-hitung chi-square > t-tabel chi-square menunjukkan adanya perbedaan nyata. Sebaliknya jika t-hitung chi-square < t-tabel chi square menunjukkan tidak berbeda nyata.
HASIL DAN PEMBAHASAN SEJARAH PERKEMBANGAN LM3 USHULUDDIN Sejarah Pondok Pesantren Ushuluddin terletak di Dusun Bawang, Desa Ngadirejo, Kec. Salaman, Kab. Magelang, Jawa Tengah. Lokasi yang terletak di Pegunungan Manoreh sehingga sangat strategis untuk pengembangan pertanian. Hal ini terbukti ketika mulai masuk daerah pesantren yang terlihat adalah berbagai jenis tanaman disekitar pondok. Pesantren Ushuluddin yang didirikan di atas lahan seluas ± 6 ha telah penuh dengan bangunan-bangunan seperti mushola putra dan putri, asrama putra dan putri, klinik tanaman, pabrik MOCAF (Modified Cassava Flavour) dan sisanya adalah lahan pertanian yang ditanami dengan beberapa komoditas pangan, hortikultura, tanaman hias, dan beberapa palawija. Jumlah santri saat ini terdiri dari santri putri sekitar 28 orang dan santri putra sebanyak 30 orang di bawah asuhan Kyai H. Muh. Mansyur Chadziq. Kegiatan di Pondok meliputi pengajian kitab-kitab kuning sebagai kegiatan utama. Disamping itu ada kegiatan ekstra yaitu kegiatan pertanian secara luas, hal ini dilakukan karena pesantren ini mengampu pendidikan non formal sehingga untuk meningkatkan kompetensi dan daya saing, santri dibekali dengan kegiatan-kegiatan ekstra seperti pertanian. Akan tetapi pada tahun 2008 telah diadakan Program Paket C untuk santri-santri Ushuluddin. Madrasah di PP Ushuluddin selain diikuti oleh santri mukim juga diikuti oleh “santri kalong” yaitu santri dari masyarakat sekitar yang tidak tinggal di asrama Ponpes. Hal ini tentu saja menjadikan komunitas ponpes semakin akrab dengan masyarakat. Oleh karena itu, ponpes tidak menutup diri hanya dengan para santri saja namun juga membuka peluang bagi masyarakat untuk menimba ilmu melalui pengajian-pengajian umum yang sering diselenggarakan oleh Ponpes, yaitu pengajian selapanan (pengajian setiap 35 hari sekali) setiap hari Rabu Pon yang diikuti oleh jama’ah pengajian di sekitar Kabupaten Magelang. Seiring perjalanannya, ponpes Ushuluddin melebarkan sayapnya dengan mendapatkan program yang dinamakan lembaga mandiri yang mengakar di masyarakat dan koperasi pondok pesantren (Kopontren) dibawah payung
10 Ushuluddin yang diperoleh pada tahun 2006 berupa bantuan dari Depertemen Pertanian dan Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah untuk mengembangkan agribisnis secara luas. Dengan adanya kegiatan LM3 ini maka sangat terbuka luas untuk membangun jaringan yang lebih banyak. Dalam perjalanannya telah banyak program yang dilakukan. Magang ini bertujuan untuk mengikuti proses-proses yang ada dalam klinik tanaman serta peran pondok pesantren dalam pengembangan bidang pertanian.
ANALISIS SUMBER DAYA Pesantren Ushuluddin berwacana untuk kedepannya sebagai pesantren berbasis gerakan moral yang bersentuhan langsung dengan masyarakat terutama kalangan petani yang sangat berpengaruh untuk ikut berperan aktif mewujudkan kedaulatan pangan sebagai perwujudan dari kedaulatan petani. Kemudian hal ini diimplementasikan kedalam kedaulatan pesantren dan yang menjadi stakeholder adalah santri sebagai objek yang akan dikembangkan potensinya. Pengurus sebagai penentu kebijakan dan membangun komitmen bersama dalam rangka peningkatan sumberdaya manusia menuju kemandirian pesantren.
Pondok
pesantren Ushuluddin memiliki sumberdaya yang sangat potensial untuk dikembangkan diantaranya : 1.
Sumberdaya manusia Potensi sumberdaya manusia yang dimaksud disini adalah kemampuan
individu-individu yang dimiliki oleh pondok Ushuluddin. Latar belakang santri yang bermacam-macam serta strata pendidikan yang berbeda-beda banyak diantara mereka yang berpendapat bahwa datang ke pesantren hanya untuk menimba ilmu agama semata tanpa memikirkan keadaan kehidupan yang akan datang, masalah yang akan dihadapi dan kemampuan yang memadai. Dengan adanya permasalahan-permasalahan tersebut maka perlu diadakan usaha pengembangan sumberdaya manusia antara lain membuka pikiran para santri untuk bisa menerima suatu ilmu pengetahuan serta menegaskan kemanfaatan dari setiap ilmu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dilakukan mengingat segala sesuatu berdasarkan pada apa yang dipikirkan. Setiap pikiran positif yang terus-menerus ditanamkan niscaya akan dapat memberikan dampak
11 positif pula dalam menjalankannya. Penerimaan suatu pengetahuan secara positif akan membawa pada suatu ketertarikan untuk mendalami pengetahuan itu hingga pada taraf praktis. Tataran praktis inilah yang nantinya akan menghasilkan suatu karya sebagai implementasi dari ilmu yang telah dipelajari. Ketika pikiran sudah terbuka menerima suatu program, langkah selanjutnya adalah pemberian ilmu baik secara klasikal maupun dengan mengikuti forum-forum lain. Kegiatan pemberian pengetahuan pada santri yang telah dilaksanakan adalah sekolah lapang dimulai dari materi dasar pertanian hingga taraf yang sifatnya lebih khusus seperti pengendalian hama tanaman. Pengetahuan tidak berhenti pada tataran teori saja namun harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Demikian halnya dengan materi yang dipelajari para santri selama SL. Santri dibagi menjadi beberapa kelompok kecil dan masing-masing kelompok memiliki lahan dan kegiatan untuk mempraktekkan materi yang telah mereka pelajari selama SL. Masing-masing kelompok memiliki koordinator kelompok yang bertanggungjawab terhadap jalannya kegiatan. Bidang kegiatan yang telah dilakukan oleh tiap kelompok berbeda-beda, misalnya budidaya sayur mayur, budidaya ikan serta memelihara hewan ternak. Selain langkah-langkah tersebut perlu dilakukan adalah perluasan jaringan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait dengan pengembangan SDM seperti mengikuti magang, pelatihan, seminar-seminar dan lain-lain.
2.
Sumberdaya alam Pondok pesantren memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat
potensial untuk dikembangkan karena terletak diantara pegunungan Manoreh, keadaan lahan yang dimiliki oleh pondok seluas ± 6 ha yang sekarang ini dimanfaatkan dalam berbagai hal diantaranya kantor LM3, klinik tanaman, pabrik tepung mocal, pabrik saos, gedung musholla sebanyak 2 unit, dan asrama santri putra-putri 2 unit, selebihnya untuk lahan percobaan santri. Target yang ingin setelah usaha pengembangan SDM berjalan dengan lancar adalah pemberian kemampuan kepada santri dengan memanfaatkan lahan yang tersedia menjadi lahan percobaan berupa pertanian, peternakan dan perikanan dan tujuan akhirnya adalah kemandirian santri.
12 3.
Sumberdaya Modal Sumberdaya modal yang dimaksud adalah pembiayaan kegiatan-kegiatan
yang telah direncanakan. Sumber modal ini diperoleh dari keuntungan penjualan tepung Mocaf, dan kerjasama-kerjasama dengan pihak-pihak seperti perusahaan dan dinas-dinas terkait seperti Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan, dan Dinas Koperasi terkait yang lain. Setelah modal diperoleh maka digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan potensi santri dan membiayai secara keseluruhan kegiatan pondok. Potensi sumber daya inilah yang digunakan untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan yang ada di Ushuluddin, untuk mengembangkan potensi yang ada pada santri yang menuntut ilmu di Ushuluddin.
PROGRAM LM3 USHULUDDIN Budidaya Tanaman Para santri disediakan lahan untuk praktek budidaya tanaman sebagai kegiatan tambahan. Santri dibagi menjadi beberapa kelompok dan diberi tanggung jawab masing-masing kelompok sebanyak dua petak lahan yang kemudian dikelola oleh kelompok tersebut, setiap kelompok diberi penguatan modal untuk menjalankan usaha taninya dan nantinya modal tersebut harus dikembalikan lagi sebagai bentuk tanggung jawab untuk melangkah demi peningkatan usaha. Hal ini untuk menuju kemandirian santri. Beberapa tanaman budidaya adalah cabai, tomat, padi, kacang panjang, caisin, kangkung. Dalam kegiatan budidaya ini santri yang dilibatkan adalah santri putra, karena dalam budidaya ditemui banyak kendala diantaranya kurangnya pengetahuan
santri
mengenai
komponen-komponen
budidaya
terutama
pengelolaan hama dan penyakit, maka diadakan Sekolah Lapang (SL) yang materinya mencakup pengertian hama dan penyakit, siklus hidup hama dan penyakit, teknik pengendalian serta praktek di petak masing-masing kelompok sehingga menambah pengetahuan santri. Selain itu diadakan latihan pembuatan kompos dengan menggunakan bakteri yang diperoleh dari jambu biji yang hasilnya tiga minggu dengan pengadukan sebanyak tiga kali kompos sudah siap untuk diaplikasikan ke lahan.
13 Selain pembuatan kompos diadakan pembuatan pupuk cair berupa urin yang diperoleh dari urin kambing dan kelinci yang kemudian difermentasi dengan empon-empon selama kurang lebih 8 hari. Sedangkan untuk peningkatan ketahanan tanaman diadakan pelatihan pembuatan pestisida botani, pembuatan PGPR, pembuatan cendawan antagonis Trichoderma sp dibawah koordinasi klinik tanaman. Secara tidak langsung konsep pertanian diarahkan kepada pertanian organik. Tabel 1. Hasil Budidaya PP Ushuluddin No
Budidaya
Luas
Produktivitas
01
Padi organik
5000 m2
1600 Kg
02
Tomat Organik
2000 m2
2 ton sekali panen
03
Cabai organik
2000 m2
1 ton sekali panen
04
Sayuran organik
2000 m2
Berfariasi
05
Ketela pohon
5000 m2
15 ton sekali panen
06
Jagung
2 Ha
16 ton sekali panen
Sumber : manager pabrik mocaf Ushuluddin, 2008 Peternakan Salah satu penunjang kegiatan budidaya adalah kegiatan perternakan. Kegiatan peternakan dipandang sebagai pendukung dari kegiatan budidaya terdapat keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan. Kegiatan peternakan yang dilakukan di PP Ushuludin adalah skala kecil yang diusahakan untuk memenuhi kebutuhan santri. Ternak yang dipelihara berupa kelinci dan kambing yang masing-masing berjumlah 3 ekor kambing dan 6 ekor kelinci. Kotoran dari ternak baik yang bersifat padat maupun cair digunakan kembali sebagai pupuk organik untuk diaplikasikan ke lahan budidaya sebagai sumber pupuk. Kegiatan peternakan ini akan diperluas dengan peternakan bebek dan sapi karena mendapat bantuan dari Departemen Peternakan Magelang. Rencananya akan mendapat batuan 200 ekor dan 90 ekor sapi. Dengan adanya perluasan usaha peternakan tersebut akan semakin memperbesar kemungkinan PP Ushuluddin akan semakin besar dan terjadi peningkatan yang sangat signifikan.
14 Tepung MOCAF (Modification Cassava Flavour) Awal dari kegiatan tepung Mocal adalah bantuan dari Menteri Perekonomian dan Usaha Kecil Menengah, ruang produksi yang telah dilengkapi dengan alat yang mendukung. Dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan, MOCAF dijadikan sebagai alternatif bahan pangan pengganti terigu. Namun dalam usaha peningkatannya terkendala dalam pengadaan bahan baku, yang akhirnya akan menghambat produksinya. Dalam produksinya melibatkan santrisantri yang secara langsung mengoperasikan mesin-mesin mulai dari pengolahan bahan baku sampai pada tahap pemasaran. Saat ini pabrik MOCAF Ushuludin telah mampu memproduksi sebanyak 3 ton/bln. Dengan semakin meningkatnya permintaan di pasar baik lokal daerah Magelang maupun diluar daerah Magelang maka diadakan kerjasama baik dalam bidang produksi maupun dalam bidang pemasaran. Dalam bidang produksi, bekerja sama dengan para petani budidaya singkong untuk mencukupi kebutuhan bahan baku, tetapi harga yang ditawarkan sesuai dengan kemampuan pabrik yaitu sekitar Rp 650/kg. Sementara rata-rata kebutuhan bahan baku untuk produksi berkisar sekitar 2 ton. Sementara
ini kerjasama yang paling besar adalah
pengolahan lahan sekitar 300 ha di Ciamis untuk penanaman singkong varietas Darul Hidayah yang telah diakui hasil buahnya mencapai 25 kg/pohon. Sementara dalam bidang pemasaran Ushuluddin bekerjasama dengan beberapa yayasan yang menjual barang-barang khusus organik diantaranya Yayasan Khaula Bogor, beberapa santri menjadi distributor daerah Jogjakarta karena kebetulan kuliah di daerah Jogja, dan melepas ditoko-toko di pasar lokal. Menurut pengurus pabrik mocaf Ushuluddin telah banyak contoh-contoh kongkrit yang menyatakan keunggulan dari produk ini, misal menjuarai lomba masak se Kab. Magelang berbahan dasar terigu, kemudian mocalt ini bisa dibuat cake kering maupun basah, roti, dan lain-lain. Namun diantara keunggulannya ada beberapa kelemahan antara lain biasanya tidak bisa merekat dengan baik, oleh karena itu dalam pemasarannya tepung mocal dicampur dengan terigu dengan komposisi 50 : 50. Pengurus terus berusaha memperbaiki dan mengevaluasi kekurangan yang ada sampai mencapai hasil tepung yang berkualitas.
15 Tabel 2. Produktifitas Hasil Pasca Panen PP Ushuluddin NO
USAHA
VOLUME PROD.
KET
01
Tepung Mocaf
3 ton / bulan
Kapasitas ton/bulan
mesin
25
02
Tepung sukun
1 ton / bulan
Kapasitas ton/bulan
mesin
10
Sumber : manager pabrik mocaf ushuluddin, 2008 Pembuatan Saos Tomat dan Cabe Unit usaha saos yang dilakukan di LM3 Ushuluddin merupakan salah satu unit usaha independent di bawah pengurus LM3. secara umum, personil yang terlibat dalam usaha saos ini adalah para santri
yang aktif dalam internal
pesantren, namun secara struktural tidak terlibat dalam kepengurusan pesantren, mereka diberikan kewenangan sesuai dengan posisi masing-masing unit kegiatan, baik pada kegiatan usaha maupun kegiatan sosial pendidikan. Pembuatan saos untuk sementara ini masih berkisar skala uji coba karena berbagai macam kendala yang dihadapi dalam proses pembuatannya mulai sumberdaya yang kurang memadai sampai dalam proses produksi terkendala karena sampai saat ini masih dalam taraf uji coba. Kendala utama dalam produksi saos sehat adalah pada umur simpan saos, mengingat saos sehat dibuat tanpa bahan pengawet kimia sintetik. Hal ini masih dalam proses penelitian dan pengembangan. Unit usaha saos ini diharapkan mampu menjadi salah satu unit usaha produktif dan profit bagi perkembangan pesantren dan stakeholder yang ada di dalamnya, selain itu unit usaha cabe ini sebagai salah satu tempat pengelolaan pasca panen komoditas cabe dan tomat bagi petani sekitar lingkungan pesantren serta pemberdayaan santri dan warga sekitar khususnya dan Magelang umumnya.
Koperasi Pondok Pesantren Ushuluddin Koperasi di PP Ushuluddin merupakan salah satu unit usaha yang menjadi wadah untuk menyalurkan produk dari pabrik berupa tepung, mie, saos dan sebagainya. Oleh karena tugasnya yang berat, pengurus koperasi berusaha
16 memperluas jaringan dan terobosan-terobosan baru dan senantiasa mencari dalam rangka peningkatan pendapatan dari hasil-hasil pabrik.
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) LM3 PP Ushuluddin Tabel 3. Hasil analisis SWOT LM3 PP Ushuluddin Strength
Weakness
•
Pabrik tepung Mocal dan saos
•
Pasokan bahan baku
•
Peningkatan penjualan produk
•
Klien tidak terinvertarisir
•
Memiliki Klinik tanaman
•
Sarana dan prasarana kurang
•
Kepercayaan petani
•
Petani jaringan
•
Pro kontra antar pengurus
•
LM3 model
•
SDM yang kurang memadai
•
Teknologi pasca panen
Opportunities
memadai
Threats
•
Dukungan pemerintah
•
Persaingan produk
•
Kerjasama dengan berbagai
•
Konsistensi pengurus
instansi pendidikan dan
•
Ketersediaan bahan baku
organisasi pertanian
•
Keberlanjutan program LM3
Perkembangan pelanggan
•
Kepercayaan petani
•
Rekomendasi Strategi Manajerial Setelah menganalisis perlu diadakan perbaikan-perbaikan strategi, beberapa strategi yang bisa dilakukan antara lain: Strategi SO (Strength-Opportunity). Strategi ini menggunakan kekuatan internal instansi terkait dalam hal ini LM3 Ushuluddin untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar (Umar, 2001). Dalam hal ini LM3 Ushuluddin harus berusaha memanfaatkan peluang-peluang dan kekuatan yang ada dalam menghadapi kelemahan dan ancaman dari dalam dan luar LM3, berusaha menghindari anacaman dan berusaha berkonsentrasi dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Adanya dukungan pemerintah, kerjasama dengan berbagai instansi
17 pendidikan dan pertanian dan pelanggan yang meningkat menjadi modal yang sangat kuat untuk mengembangkan kekuatan yang ada. Strategi WO (Weakness-Opportunity). Strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal LM3 Ushuluddin dengan memanfaatkan peluangpeluang eksternal (Umar, 2001). Contoh adalah teknologi pasca panen, pengetahuan pertanian, dan lain-lain yang masih belum bisa teratasi maka dengan memanfaatkan kerjasama dengan pihak luar seperti instansi pemerintah, instansi pendidikan, dan instansi pertanian dapat mengatasi masalah ini. Strategi WT (Weakness-Threat). Strategi ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman, dalam hal ini LM3 dihadapkan pada sejumlah kelemahan internal dan ancaman eksternal sesungguhnya dalam posisi yang berbahaya. Misal konsistensi pengurus, SDM yang kurang memadai dapat diatasi dengan diaadakannya rapat rutin sehingga intensitas pertemuan pengurus dapat terjaga, dalam hal ini keterbukaan, kepercayaan dan kebanggan memiliki LM3 harus ditumbuhkan sehingga masalah internal yang ada dapat teratasi, pelatihan-pelatihan dan pembinaan SDM perlu dilakukan. Secara umum strategi manajemen yang harus diperbaiki meliputi perbaikan internal organisasi melalui rehabilitasi pengurus, peningkatan SDM pengurus, tertib administrasi, penetapan sistem kerja atau pambuatan standart operation system (SOP), pemfokusan program kerja dan sebagainya. Sedangkan untuk eksternal organisasi perbaikan meliputi pencarian teknologi pasca panen dan pengadaan quality control product agar lebih terjamin, peningkatan hubungan dengan jaringan yang telah terbentuk, melakukan inovasi pasar dalam rangka pemasaran produk yang lebih luas. Perbaikan yang dilakukan diharapkan dapat meningkatkan hasil dan produktifitas setiap usaha yang dilakukan demi kelancaran kegiatan Ushuluddin dan kepuasan konsumen. Setelah semua bagian diperbaharui seyogyanya dilakukan evaluasi terhadap hasil kerja selama dalam kurung waktu yang telah ditentukan. Dari hasil evaluasi diperoleh beberapa kekurangan selama pelaksanaan program sehingga
18 dapat dilakukan perbaikan apakah program akan dilanjutkan ataupun diganti dengan program baru yang lebih mumpuni demi kemajuan LM3 Ushuluddin. LEMBAGA MANDIRI YANG MENGAKAR DI MASYARAKAT (LM3) Dalam rangka memberdayakan masyarakat di bidang pembangunan sektor pertanian, Departemen Pertanian RI telah mengembangkan setrategi pembanguan pertanian dengan program Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3) melalui bantuan sarana, pelatihan, dan pendampingan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Gerakan awal dari LM3 adalah bergerak pada
pondok-pondok pesantren, secara formal. LM3 penerima bantuan yang akan menjadi sasaran peserta pemberdayaan dan pengembangan usaha agribisnis adalah LM3 yang terkendala dalam permodalan, teknologi, dan manajemen untuk mengembangkan usaha agribisnis. Untuk memperoleh manfaat yang optimal, maka penetapan LM3 penerima bantuan berdasarkan hasil seleksi, proses seleksi dilakukan secara transparan. Syarat-syarat umum mendapatkan bantuan LM3 LM3 penerima bantuan yang akan menjadi sasaran peserta pemberdayaan dan pengembangan usaha agribisnis adalah LM3 yang terkendala oleh permodalan, teknologi, dan menajemen untuk mengembangkan usaha agribisnis. Untuk memperoleh manfaat yang optimal, maka penetapan LM3 penerima bantuan berdasarkan hasil identifikasi dengan berpedoman pada kriteria yaitu : kriteria administrasi, kriteria teknis, kriteria kompetensi serta hasil kajian lapang dan proposal/rencana usulan LM3. proses seleksi dilakukan secara transparan. Identifikasi LM3 dilakukan oleh tim daerah yang terdiri dari dinas-dinas lingkup pertanian terkait Propinsi/Kabupaten/Kota dan Balai Besar Diklat Agribisnis/Balai Diklat Agribisbnis (BBDA/BDA). Seleksi berikutnya oleh Tim Pusat yang anggotanya antara lain: unsur Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Direktorat Jenderal Perkebunan. Selanjutnya dilakukan pula seleksi administrasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) masing-masing. Kriteria umum LM3 penerima bantuan:
19 Adapun kriteria umum LM3 penerima bantuan sebagai sasaran pemberdayaan dan pengembangan usaha agribisnis adalah LM3 di seluruh Indonesia, baik yang sudah pernah maupun belum pernah mendapat bantuan usaha agribisnis. LM3 yang memiliki potensi dan merencanakan pengembangan usaha agribisnis dan layak secara teknis, ekonomi, dan sosial. LM3 yang bersangkutan tidak bersifat eksklusif dan diutamakan LM3 yang mempunyai visimisi berperan sebagai agen pembangun khususnya pembangun agribisnis disekitar lokasi penerima program ini khususnya peningkatan ekonomi masyarakat. Sedangkan kriteria administrasi penerima bantuan LM3 sebagai sasaran pemberdayaan dan pengembangan usaha agribisnis antara lain LM3 mempunyai nama dan alamat yang jelas serta akte pendirian, unit agribisnis LM3 mempunyai rekening tersendiri pada salah satu bank terdekat, mengajukan proposal/kelayakan usaha agribisnis, melakukan kontrak perjanjian kerjasama antara KPA dengan ketua LM3, diusulkan oleh LM3 dan disetujui oleh dinas pemerintah daerah (propinsi/kabupaten). Kriteria teknis LM3 penerima bantuan sebagai sasaran pemberdayaan dan pengembangan usaha agribisnis sebagai berikut mempunyai usaha atau merencanakan usaha dibidang agribisnis, mempunyai lahan yang layak untuk pengembangan usaha agribisnis, mempunyai jumlah santri dan warga binaan lebih dari 100 orang, memiliki modal usaha, sarana dan prasarana serta jejaring kerjasama dengan masyarakat sekitar dan memiliki sumberdaya manusia yang menangani agribisnis. Kriteria
kompetensi
LM3
penerima
bantuan
sebagai
sasaran
pemberdayaan dan pengembangan jusaha agribisnis adalah mempunyai minat untuk mengembangkan agribisnis, mempunyai kompetensi untuk menerima dan mengembangkan inovasi dan IPTEK, memiliki wawasan dan pengetahuan mengenai agribisnis, memiliki tanggung jawab terhadap keberhasilan program, memiliki kemampuan berbisnis dan berusaha, amanah, terpercaya, dan melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya. Berbagai keunggulan strategis LM3 dibidang usaha agribisnis antara lain adalah banyak LM3 yang memiliki sumber daya lahan pertanian yang cukup luas sebagai modal untuk pengembangan berbagai usaha agribisnis, memiliki sumber
20 daya kepemimpinan yang unggul terutama toko agama yang kharismatik merupakan panutan bagi warga LM3 dan masyarakat sekitar. LM3 merupakan sarana yang strategis untuk mensosialisasikan/mendesiminasikan berbagai IPTEK agribisnis dan LM3 merupakan pasar potensial hasil pertanian selain untuk memenui kebutuan masyarakat sekitarnya karena adanya hubungan keakraban. Seleksi penerima LM3 dilakukan oleh dinas pertanian kabupaten kemudian melakukan sosialisasi mengenai program LM3 kemudian tim kabupaten melakukan penjaringan dan penyaringan bagi LM3 yang berminat mengajukan proposal. Proposal usaha setidaknya memuat deskripsi usaha LM3 saat ini, sumberdaya yang dimiliki, potensi yang dapat dikembangkan, rencana usaha yang akan dilakukan, kelayakan rencana usaha, prospek pasar serta anggaran untuk pengembangan usaha LM3 yang ditanda tangani oleh ketua LM3 dan disetujui oleh dinas lingkup pertanian terkait propinsi/kabupaten/kota/balai desar diklat agribisnis/balai diklat agribisnis. Hasil penjaringan tim kabupaten/kota menjadi LM3 usulan dan diusulkan ke tingkat propinsi, kemudian tim tersebut melakukan identifikasi dan verifikasi LM3 usulan, hasil seleksi tersebut menjadi calon LM3 terpilih dan diusulkan ke tim pusat, oleh tim pusat dilakukan validasi dan penilaian dan mempertimbangkan hasil pengkajian dilapangan serta dana yang tersedia dalam DIPA. Hasil seleksi ini diusulkan kepada tim pengarah/sekjen departemen pertanian untuk ditetapkan melalui surat keputusan Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian untuk ditetapkan melalui Surat Keputusan sekretaris jenderal menjadi LM3 terpilih untuk selanjutnya KPA melakukan proses administrasi untuk menetapkan LM3 terpilih menjadi LM3 penerima bantuan.
21 KLINIK TANAMAN USHULUDDIN
Sejarah Klinik tanaman Ushuluddin dibangun berdasarkan kebutuhan santri dan petani, klinik tanaman dijadikan sebagai tempat konsultasi mengenai hama dan penyakit yang menyerang pada berbagai komoditas. Klinik tanaman Ushuluddin bekerja memfasilitasi petani untuk mencari solusi bersama memecahkan masalahmasalah pertanian. Klinik Tanaman Ushuluddin merupakan unit usaha pengembangan pola pikir petani. Dalam
perjalannya
klinik
tanaman
Ushuluddin
bekerja
dengan
mengunjungi petani-petani, mendekatkan diri pada petani, mengajarkan konsep pertanian berdasarkan prinsip ekologi, sosial-ekonomi masyarakat, karena berdasarkan
pengamatan
yang
dilakukan
perlakukan
petani
cenderung
mempertahankan cara budidaya secara turun temurun dan awam terhadap teknologi-teknologi baru, sehingga klinik tanaman Ushuluddin berwacana untuk mengubah hal tersebut dengan mendatangi petani tersebut. Kendala yang berkembang adalah bahwa petani sangat awam dan susah untuk diajak kerjasama, sehingga butuh waktu yang lama untuk mengubah hal tersebut. Diperlukan adanya pendekatan-pendekatan yang intensif untuk mengatasi hal tersebut. Dalam pengelolaanya klinik tanaman Ushuluddin dikelola berdasarkan prinsip sosial kemasyarakatan, sehingga sistem administrasi sedikit terabaikan. Data-data klien, sampai masalah yang ditangani tidak terlalu diperinci sehingga tidak ada arsip yang pada akhirnya apabila menangani masalah yang sama akan terkendala, kembali lagi pada sistem kerja yang tidak sistematis dan teroganisir dengan baik. Sumberdaya yang terlibat pun sangat terbatas, hanya ada 1 orang yang terlibat dalam pengelolaan klinik. Akhirnya semua pekerjaan ditangani sendiri, dan berfikir sendiri. Tetapi ada sesuatu anomali yang terjadi bahkan sangat kontras bahwa petani lebih percaya terhadap klinik tanaman walaupun sangat terbatas dibandingkan kepercayaan terhadap orang-orang dari Dinas Pertanian setempat, dalam hal ini kinerja PPL di lapangan diragukan oleh petani. Untuk mengatasi kendala-kendala yang ada klinik tanaman Ushuluddin bekerjasama dengan berbagai pihak yang terkait dalam usaha mengembangkan
22 sumberdaya yang ada, misalnya bekerjasama dengan Dinas Pertanian setempat, Klinik Tanaman IPB, Joglo Tani Jogjakarta dengan cara mengadopsi teknologi pertanian yang telah diciptakan oleh institusi tersebut dan mengaplikasikannya. KEGIATAN KLINIK TANAMAN LM3 USHULUDDIN Kegiatan yang dilakukan selama perjalanan klinik tanaman Ushuluddin adalah pelatihan terdapat petani jaringan ushuluddin tentang Pembuatan PGPR (Plant Growt Promoting Rhizobacteria) Di alam mikrob bermanfaat yang berasosiasi dengan tanaman dapat ditemukan di rizosfer, permukaan tanaman (filosfer), dan yang hidup di dalam jaringan tanaman sehat (endofit). Mikrob yang berasosiasi tersebut telah banyak diteliti mengenai peranannya sebagai pengendali dan penginduksi ketahanan alamiah terhadap patogen-patogen tular tanah. Mikrob bermanfaat yang saat ini banyak diteliti dan dimanfaatkan dalam meningkatkan kesehatan tanaman adalah dari kelompok rhizobakteri pemacu pertumbuhan tanaman (Plant Growth Promoting Rhizobacteria / PGPR) (Widodo, 2009). Mekanisme pertama merupakan pengaruh langsung, sedangkan kedua dan ketiga merupakan pengaruh tidak langsung terhadap tanaman dalam menghadapi gangguan hama dan penyakit. Kemampuan PGPR menghasilkan fitohormon yang dapat menambah luas permukaan akar-akar halus, dan meningkatkan ketersediaan nutrisi di dalam tanah menyebabkan penyerapan unsur hara dan air yang lebih baik sehingga kebugaran juga semakin baik. Dengan semakin baiknya kebugaran tanaman akan semakin meningkatkan ketahanan tanaman terhadap tekanantekanan, baik biologis oleh OPT, maupun tekanan non biologis (Widodo, 2006). Kegiatan ini dilakukan dengan santri sebagai peserta, langkah awal adalah memperkenalkan bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan biang kemudian tatacara pembuatan dan terakhir santri mempraktekkan membuat sendiri biang PGPR dan terakhir mengaplikasikan melalui persemaian kangkung, caisin, cabe, dan tomat.
23 Moretan (Mikroba Rekan Petani) Moretan merupakan salah satu produk teknologi pertanian yang berfungsi untuk pembuatan kompos/bokasi sama seperti EM4, melapukkan jerami sawah, dan sebagai pupuk cair pada tanaman. Cara pengaplikasiannya pun sangat praktis yaitu disiramkan ke tanaman atau pada bahan kompos/bokashi. Cara pembuatannya yaitu gula merah direbus dengan air 1 liter rebus, air 20 liter direbus sampai mendidih, setelah itu dicampurkan dan diaduk sampai rata, diamkan sampai dingin kamar. Setelah dingin dicampur dengan biang moretan dituangkan dan diaduk sampai rata dimasukkan ke dalam jerigen dan ditutup rapat. Setelah 1 minggu tutup dibuka selam 5 menit. Bila larutan berbau aslam seperti tape berarti moretan sudah jadi dan siap digunakan (Gatot, 2009). Pembuatan
Moretan
ini
dilakukan
oleh
santri
putra
kemudian
diaplikasikan pada tanaman masing-masing kelompok. Pelatihan ini diberikan kepada santri untuk menambah pengetahuan akan variasi pupuk dan mikroba pengomposan agar mereka mempunyai alternatif pilihan dan tujuan utama adalah menuju pertanian organik. Pelatihan Pembiakan Trichoderma Trichoderma sp adalah jamur yang hidup bebas yang umum di tanah dan akar ekosistem. Mereka sangat interaktif di akar, tanah dan foliar lingkungan. Mereka memproduksi atau pelepasan berbagai senyawa yang mendorong lokal atau sistemik perlawanan tanggapan pada tumbuhan. Trichoderma strain telah lama diakui sebagai biologi agen, untuk kontrol penyakit tanaman dan untuk kemampuan mereka meningkatkan pertumbuhan akar dan pembangunan, produktivitas tanaman, ketahanan terhadap abiotik menekankan, dan penyerapan dan penggunaan hara. Kegiatan ini dilakukan untuk memperkenalkan salah satu strategi pengendalian berupa pemanfaatan agen hayati yang berasal dari cendawan. Kegiatan ini meliputi pembuatan Trichoderma sp. melalui media jagung yang telah direndam selama semalam kemudian ditiriskan, setelah itu di masukkan ke dalam botol dan diautoklaf, ditunggu sampai dingin, kemudian dimasukkan biang Trichoderma sp, diamkan dalam suhu ruang selama 1 minggu. Pelatihan ini diikuti oleh santri putra dan putri, para santri diberikan penjelasan terlebih dahulu
24 defenisi, manfaat, sasaran aplikasi, kemudian dilanjutkan dengan praktek pembuatan. Pembuatan Jamur Tiram Kegiatan ini ditujukan terhadap santri-santri putri, kegiatan ini diadakan karena selama ini kegiatan di Ushuluddin terfokus dilakukan oleh santri putra. Santri diajari cara pembuatan jamur tiram mulai dari pembuatan biang, pembuatan bibit, pembuatan log, dan rumah jamur. Secara keseluruhan santri sangat antusias melaksanakan kegiatan ini, bahkan permintaan jamur ke Ushuluddin datang dari berbagai kalangan terutama permintaan log tapi masih terkendala karena kurangnya pendampingan dan tidak tertibnya pemeliharaan terhadapa log yang telah dibuat. Pertemuan Rutin dengan Petani Jaringan Pertemuan ini dilakukan setiap 35 hari sekali atau dalam bahasa jawa dikenal dengan nama selapanan dengan menghadirkan pembicara dari IPPHTI Jogjakarta (Suprapto) yang sangat berkompeten dalam bidang pertanian didampingi oleh Dinas Pertanian Kab. Magelang. Peserta yang keseluruhannya adalah petani datang dari seluruh Magelang. Materi yang diberikan mencakup pengolahan tanah, pembuatan pupuk, pembuatan pestisida alami, dan segala macam yang menunjang bidang pertanian. Dalam acara ini diadakan diskusi publik mengenai permasalahan pertanian yang dialami oleh petani, sharing pengetahuan antar petani satu dengan petani yang lain, diakhiri dengan praktek mengenai materi yang diberikan. Tujuan akhir dari pertemuan ini adalah salah satu wadah untuk menuju kedaulatan petani. Petani tidak hanya menjadi mesin produksi yang terus menerus dijejali dengan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan para petani. Pembuatan Pestisida Botani dan Pembuatan Pupuk Padat dan Cair Kegiatan ini dilakukan oleh para santri melalui pengenalan bahan-bahan apa saja yang bisa dibuat pestisida alami, kemudian cara pembuatan pestisida alami dan terakhir pengalikasian di lapangan. Bahan-bahan yang digunakan adalah bahan-bahan yang tersedia disekitar pondok dan masyarakat sekitar.
25 Santri dibekali agar bisa selalu bisa memanfaatkan bahan-bahan alam dan menjaga kearifan lokal sehingga mempunyai alternatif pengendalian hama penyakit yang ramah terhadap lingkungan dan aman terhadap pengguna, bisa dibuat sendiri dan tidak menyebabkan hama atau patogen menjadi resisten (Gatot, 2009). Pembuatan pupuk padat dan cair berupa pembuatan kompos dan pupuk urin yang berasal dari urin kelinci dan urin kambing yang difermentasi selama kurang lebih 8 hari dicampur dengan empon-empon, tetes tebu kemudian diaduk rata dan difermentasikan setelah itu diaplikasikan ke tanaman. Sedangkan untuk membuat pupuk padat, bahan-bahan yang diperlukan yaitu hijauan daun, jerami, bekatul, dedak, bakteri fermentasi (terbuat dari jambu biji yang diblender, gula dan air yang difermentasi selama 3 hari kemudian disiramkan ke bahan kompos). Budidaya Berbagi Jenis Tanaman Akhir dari semua adalah budidaya berbagai jenis tanaman yang dilakukan oleh santri, santri diberikan lahan praktik dengan berbagai jenis tanaman seperti cabe, tomat, kacang panjang, kangkung darat. Santri diperbolehkan mengelola lahan sendiri dengan metode yang dibuat sendiri. Lahan yang diberikan tidak terlalu luas sekitar 0.1 ha setiap kelompok. Santri
diharapkan
mengaplikasikan
semua yang telah
diberikan,
pengolahan tanah, pembuatan pupuk padat dan cair, pestisida botani dan sebagainya. Santri diharapkan mampu mengolah lahan dan mampu bertanggung jawab terhadap suatu amanah. Kegiatan ini dilakukan agar para santri memperoleh bekal keterampilan setelah pulang dari pondok.
Evaluasi dari Kegiatan dan Kendala-Kendala Klinik Tanaman PP Ushuluddin Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan klinik adalah administrasi yang belum tertata rapi, kurangnya tenaga pemandu yang ahli dalam bidang pertanian, sarana dan prasarana pertanian, kurangnya pengetahuan mengenai prosedur klinik dan pengetahuan hama dan penyakit. Oleh karena itu diperlukan beberapa upaya untuk mengatasi hal tersebut. Klien di klinik tanaman meliputi berbagai golongan yang datang untuk menanyakan, dari mulai masyarakat umum dekat dengan pondok pesantren
26 sampai pada kelompok tani dan pondok pesantren sekitar Magelang menanyakan berbagai macam yang berkaitan dengan OPT (organisme pengganggu tanaman) pada beberapa komoditas. Klinik tanaman Ponpes Ushuluddin juga menyediakan pupuk dan pestisida alami yang dapat dimanfaatkan oleh para petani. Selain itu, pengelola klinik juga sering mengisi berbagai acara di bidang pertanian sebagai fasilitator atau narasumber yang diadakan oleh kelompok tani di wilayah Kabupaten Magelang secara berkala. Kerjasama dengan berbagai pihak juga dilakukan untuk menambah pengetahuan dan jaringan kerja, misalnya dengan IPPHTI (Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia), Dinas Pertanian, UPTD Laboratorium Kabupaten Magelang, KIPPK, Penyuluh pertanian, para akademisi dari berbagai perguruan tinggi maupun dengan para praktisi pertanian yang lain. Selain dengan instansi-instansi formal, Klinik Tanaman Ushuluddin juga melebarkan sayapnya dengan menggandeng petani untuk menjalin kerjasama, hal ini dilakukan tentu saja karena untuk menyebarkan misi pertanian yang berkelanjutan, ramah lingkungan. Mengingat karena petani merupakan pelaku langsung di lapangan maka diperlukan kerjasama agar teknologi-teknologi yang telah diadopsi bisa segera ditularkan agar petani bisa menentukan sendiri perlakuan yang dilakukan terhadap tanaman budidaya tanpa terdoktrin oleh produk-produk yang akhirnya hanya merugikan petani itu sendiri. Pemberdayaan petani merupakan salah satu misi Ushuluddin dalam segala kegiatannya, sehingga banyak sekali upaya yang dilakukan agar petani dapat terberdaya dan terangkat ekonominya. Dalam hal ini Klinik Tanaman Ushuluddin perlu dukungan dari berbagai stakeholder pertanian khususnya pemerintah Magelang untuk mewujudkan cita-cita ini. Memperluas jaringan merupakan salah satu usaha menyelesaikan kendala-kendala yang ada baik instansi formal maupun instansi non formal.
27 MODEL DISEMINASI PENGELOLAAN HAMA TERPADU PP USHULUDDIN
Kegiatan pengenalan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) yang dilakukan oleh PP Ushuluddin dilakukan dengan berbagai pendekatan baik secara personal maupun berkelompok. Secara garis besar semua perangkat yang ada di PP Ushuluddin memerankan peran masing-masing baik santri maupun pengasuh itu sendiri.
Klinik Tanaman IPB
Pihak Pemerintah
Pengasuh dan Santri Ushuluddin
Petani Jaringan
Joglo Tani Jogjakarta
Ket :
Garis Koordinasi
Gambar 1. Model Diseminasi PHT LM3 PP Ushuluddin
Setiap bagian mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka pengembangan dan penyebarluasan kegiatan PHT, yang menjadi landasan kegiatan ini adalah tujuan LM3 yang berusaha menyebarluaskan PHT, masingmasing bagian mempunyai peranan yang saling terkait, dan saling melengkapi. Masing-masing bagian melakukan koordinasi, bertukar informasi dan saling mendukung dalam rangka pengembangan dan perluasan sistem pertanian yang mengacu pada program pengelolaan hama terpadu (PHT). Pada akhirnya nanti menjadikan masyarakat petani semakin meningkat taraf hidupnya.
28 Pengasuh dan Santri Komponen ini merupakan pelaksana utama dalam komponen PHT yang ada di Ushuluddin, sebagai penggerak utama kegiatan dan penyebaran PHT. Akan tetapi dalam pelaksanaannya terdapat beberapa kendala yang dihadapi, terlebih kondisi masyarakat petani yang sangat monoton terhadap sistem pertanian yang dianut oleh nenek moyang. Pengasuh dalam hal ini adalah tokoh yang berpengaruh dalam masyarakat, sehingga pada setiap kesempatan melakukan penyebaran pertanian melalui da’wah, yang secara tidak langsung masyarakat memperoleh ilmu agama dan ilmu-ilmu pertanian. Walaupun pengasuh dalam hal ini menjabarkan dan menjelaskan pertanian tidak secara mendalam tetapi secara tidak langsung memberikan wacana tentang pertanian yang dipraktekkan oleh santri-santri pada pondok yang diasuhnya. Joglo Tani Jogjakarta Joglo tani merupakan salah satu wadah pengembangan pertanian terpadu yang terletak di Sleman, Jogjakarta. Joglo tani berperan sebagai penasehat dalam segala kegiatan yang dilakukan Ushuluddin, sebagai contoh pernah diadakan kegiatan berupa pembinaan terhadap santri putra mengenai pertanian, selain itu pengasuh Ushuluddin sering berkonsultasi tentang segala kegiatan yang ada di Ushuluddin. Secara garis besar Joglo Tani sangat berperan dalam perkembangan Ushuluddin. Memberikan wacana pertanian masa depan, pengetahuan dan pelatihan pertanian organik dan ramah lingkungan. Klinik Tanaman Institut Pertanian Bogor (IPB) Klinik Tanaman IPB dalam hal ini mengambil peran sebagai institusi pendidikan yang mendukung dan sebagai bentuk pengabdian terhadap masyarakat, salah satunya PP Ushuluddin. Dalam hal ini bentuk kerja sama yang dilakukan adalah mengunjungi klinik tanaman IPB selama sepekan untuk mendapatkan pengetahuan tentang pertanian mulai dari budidaya, pembuatan PGPR dan Moretan, pengetahuan tentang jamur tiram, dan sebagainya. Hal ini dilakukan dalam rangka memperbaiki kualitas SDM yang ada di Ushuluddin agar dapat berperan dalam pengembangan PHT di Ushuluddin. Hal yang terpenting adalah membangun kerja sama yang baik antara instansi pendidikan.
29 Dinas dan Instansi Terkait Pemerintah Kab. Magelang dan dinas-dinas seperti Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan diajak bekerja sama agar pengembangan pertanian dapat seiring sejalan dengan instansi pemerintahan, pelaporan kegiatan-kegiatan Ushuluddin, dan memberikan saran-saran yang membangun demi peningkatan kegiatan Ushuluddin, sarana pemberi informasi yang berkaitan dengan kegiatan pertanian Ushuluddin sehingga ada sinergi dan hubungan yang simbiosis mutualisme antara pemerintah dan Ushuluddin. Petani Jaringan Ushuluddin Petani jaringan terbentuk dalam rangka pertukaran informasi yang telah diperoleh dari hasil kerjasama dengan berbagai instansi, dengan adanya petani jaringan Ushuluddin mampu mengubah paradigma bertani walaupun tidak secara keseluruhan. Tetapi keinginan untuk mengubah pola pertanian yang dianut semakin membuka jalan menuju pertanian yang ramah lingkungan. Akan tetapi secara umum sistem PHT yang ingin diterapkan terhadap para petani masih terus berjalan dengan bantuan beberapa stakeholder pertanian, masih banyak yang perlu dibenahi untuk menuju kedaulatan petani, petani jaringan sedikit demi sedikit mempelajari pola pertanian yang ramah lingkungan dan Ushuluddin sendiri berusaha secara terus menerus membenahi diri dalam pengembangan pertanian di pondok sendiri maupun di masyarakat sekitar. Petani jaringan ini berada dalam berbagai kelompok tani yang ada di sekitar Magelang dalam bentuk pertukaran metode pertanian yang telah diadopsi oleh Ushuluddin dari berbagai jaringan yang telah di jalin dengan berbagai pihak, kemudian secara berkala diberikan pelatihan kepada petani jaringan, hal ini dilakukan karena misi pesantren Ushuluddin yang ingin bergerak keluar dan memperluas jaringan sesuai dengan tujuan dari LM3 yaitu pemberdayaan masyarakat sekitar pesantren. Dalam
penerapannya
Ushuluddin
memberikan
pelatihan
yang
dilaksanakan secara berkala diisi oleh praktisi pertanian yaitu ketua IPPHTI Jogjakarta dan rekan-rekan dari Joglo Tani Jogjakarta dengan agenda membahas pertanian secara luas dengan berbagai pendekatan agar petani bisa membuka dan mengubah pola pikir yang tergantung pada produk-produk kimiawi beralih kepada
30 pemanfaatan alam sekitar dan memelihara local wisdom (kearifan lokal). Untuk menuju kedaulaan petani, maka diberikanlah pemahaman awal berupa keterkaitan dan kebergantungan manusia terhadap alam sehingga perlu pemanfaatan terhadap alam, kemudian diberikan maeri tentang peranian secara menyeluruh mulai dari pengelolaan tanah yang baik sebelum ditanami, pemeliharaan tanaman mencakup pupuk berimbang untuk tanaman, pengelolaan hama dan penyakit mencakup teknis-teknis pengendalian sesuai dengan prinsip PHT, dan terakhir adalah pemanenan. Secara keseluruhan petani mengeluhkan kelangkaan pupuk, pengelolaan hama dan penyakit, masalah pestisida yang semakin mahal, dan terakhir masalah pengelolaan pasca panen dan pemasaran. Maka dibuatlah forum untuk menampung permasalahan yang dialami petani, dalam forum tersebut dilakukan diskusi bersama berupa tukar informasi antar sesama petani, serta solusi dari narasumber. Tidak bisa dipungkiri bahwa petani yang ikut tidak jarang yang langsung mengaplikasikan materi, ada sebagian yang masih bertahan terhadap
sistem
pertanian yang telah dianut, kebanyakan masih ragu dan masih takut untuk menerapkan teknologi yang telah diberikan oleh narasumber. Oleh karena itu diadakan praktek bersama untuk lebih meyakinkan petani. Ushuluddin sendiri mencoba bertukar informasi tentang tehnik pertanian yang dilakukan dan memperlihat lahan yang telah digarap sehingga petani dapat melihat langsung. Sehingga secara tidak langsung petani akan terpengaruh dan diharapkan dapat mengaplikasikannya di lahan masing-masing. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani Jaringan dan Non Jaringan PP Ushuluddin Karakteristik Petani Bertani merupakan pekerjaan utama semua responden (100%). Selain itu sebagian petani mempunyai pekerjaan sampingan sebagai pedagang, wiraswasta, kuli, BPD. Responden yang diwawancarai adalah kelompok tani jaringan Ushuluddin dan petani biasa yang dalam hal ini bukan jaringan Ushuluddin. Responden rata-rata berumur antara 23-53 tahun.
31 Tabel 4. Tingkat Pendidikan Petani Responden Jumlah petani
Tingkat pendidikan
Persentase (%)
Jaringan
Non jaringan
Jaringan
Non jaringan
SD
5
3
25
15
SLTP
2
3
10
15
SLTA
3
4
15
20
Chi-square hitung
0.84
Chi-square tabel
4.60
Tabel 5. Pengalaman Bertani Responden Jumlah Petani
Pengalaman Bertani
Persentase (%)
Jaringan
Non jaringan
Jaringan
Non jaringan
< 10 tahun
2
1
10
5
10-20 tahun
6
5
30
30
> 20 tahun
2
4
10
20
Chi-square hitung
1.09
Chi-square tabel
4.60
Dari hasil analisis data diperoleh bahwa tingkat pendidikan dan pengalaman bertani tidak berpengaruh terhadap sikap, pengetahuan dan tindakan petani. Tetapi secara tidak langsung mempengaruhi pola pikir petani terhadap perkembangan teknologi pertanian, terlebih lagi setelah melihat peningkatan hasil petani lain. Petani cenderung mencontoh petani yang mereka anggap berhasil. Lahan yang dimiliki oleh petani rata-rata 0.09 – 4 ha/orang. Petani menanami lahan secara keseluruhan adalah tanaman cabai karena menurut mereka menanam cabai lebih menguntungkan daripada tanaman lain, walaupun dalam prakteknya selain menanam cabai, para petani malakukan tumpang sari berupa bawang daun, serta tanaman pinggir berupa terong dan tomat. Walaupun pengalaman bertani sudah berpuluh-puluh tahun tetapi para petani masih kesulitan terhadap adopsi teknologi pertanian. Para petani masih percaya dengan cara bertani yang turun temurun. Petani masih ragu dan takut terjadi kegagalan panen apabila hal tersebut dilakukan. Sehingga dapat
32 disimpulkan bahwa tingkat pendidikan dan pengalaman bertani tidak terlalu mempengaruhi terhadap praktek budidaya petani. Permasalahan Usahatani Cabai Masalah utama yang sering dihadapi oleh petani cabai baik jaringan maupun petani non jaringan adalah adanya gangguan hama dan penyakit serta harga jual yang merosot. Masalah hama dan penyakit yang paling utama adalah thrips (100%), virus kuning (100%), layu fusarium (100%), dan antraknosa (100%). Gangguan tersebut bisa menyebabkan kegagalan panen bahkan tidak menghasilkan (puso). Selain hal tersebut dalam usaha tani cabai mengalami kegagalan karena waktu tanam yang kurang tepat, pemberian pupuk yang kurang berimbang, serta harga pasar yang tidak menentu.
Pengetahuan Petani Budidaya Tanaman Pengetahuan petani mengenai budidaya sebagian besar petani mengolah tanah secara konvensional yaitu dengan cangkul. Petani beranggapan bahwa dengan cangkul akan lebih meningkatkan hasil panen, tetapi para petani sadar dengan cangkul akan lebih memakan waktu yang lama. Sebagian besar petani menggunakan bibit yang dibeli dari kios benih terdekat dan varietas yang digunakan adalah ”TM 999” dan ”Hot Chili”. Petani memilih varietas tersebut karena lebih tahan terhadap serangan OPT dan panen yang bisa berkali-kali. Para petani melakukan pemupukan dengan pupuk kompos tapi pada aplikasinya sebagian petani tidak memahami keadaan kompos artinya banyak yang tidak memahami perbedaan antara kompos yang sudah bisa digunakan dan belum bisa digunakan, sehingga berdampak pada kerentanan tanaman terhadap penyakit, hal ini terjadi pada petani non jaringan Ushuluddin. Petani juga banyak mengaplikasikan pupuk buatan TSP, berbagai jenis NPK, ZA, dan Urea, tetapi dalam aplikasinya tidak terlalu tepat karena setelah pengaplikasian pupuk tidak ditutup dengan tanah ini berlaku pada petani non jaringan, sedangkan pada petani jaringan pengaplikasian pupuk dengan pupuk kandang, penyiraman dengan pupuk urin dari hewan ternak. Hasil panen petani lebih banyak dijual ke tengkulak karena lebih terjamin barang akan terjual walaupun dengan harga yang sering dipermainkan oleh
33 tengkulak. Hal inilah yang biasa menjadi permasalahan yang sangat besar dan petani tidak mempunyai jalan lain lagi selain mengikutinya. Walaupun dalam prakteknya ada sebagian petani yang membuat perjanjian harga dengan tengkulak tapi sangat sedikit. Hama dan Penyakit Petani telah mempunyai pengetahuan tentang hama dan penyakit tetapi masih sulit membedakan gejala serangan hama dan penyakit. Petani telah mengetahui penyaki kuning virus, antraknosa tetapi sering disebut oleh masyarakat dengan patek, mengenal kutu daun yang sering disebut dengan banci, mengenal thrips, karena setiap musim tanam hama dan penyakit inilah yang dominan muncul menyerang pertanaman mereka. Dalam hal pengendalian berbagai macam jenis pengendalian hama dan penyakit tersebut, petani jaringan telah mengetahui bahwa dengan aplikasi perpaduan antara berbagai jenis pengendalian lebih efisien dibandingakna dengan mengandalkan satu jenis pengendalian. Hal ini berbanding terbalik dengan petani non jaringan. Pestisida dan Penyemprotan Tabel 6. Indikator Penyemprotan Petani Responden Indikator Semprot
Jumlah
Persentase (%)
Jaringan
Non Jaringan
Jaringan
Non Jaringan
Kuratif
3
3
15
15
Preventif
6
2
30
10
Keduanya
1
5
5
25
Chi-square hitung
4.66
Chi-square tabel
4.60
Dari hasil analisis data diperoleh hasil bahwa nilai chi-square hitung lebih besar dari pada nilai chi square tabel yaitu 4.66 > 4.60, sehingga dapat disimpulkan bahwa petani jaringan dan non jaringan berpengaruh nyata pada beberapa pertimbangan sebelum melakukan tindakan penyemprotan pada tanaman.
34 Pengetahuan petani tentang pestisida dan penyemprotan sudah baik, pestisida yang digunakan juga bermacam-macam jenisnya, tetapi masih terkendala dengan dosis yang tidak tepat, serta penyemprotan yang kurang tepat, pengamanan diri yang belum lengkap. Tindakan pengendalian lebih sering dilakukan hanya dengan melihat gejala serangan walaupun intensitas serangannya tidak melebihi ambang ekonomi. Petani tidak menyikapi tentang hama yang menyerang tanaman mereka, para petani trauma akan kejadian serangan hama yang membuat mereka tidak bisa panen. Petani jaringan mengetahui bahwa seharusnya dalam pengendalian tidak mengandalkan satu jenis pengendalian tetapi penggabungan beberapa janis pengendalian akan lebih efektif. Tindakan preventif lebih diandalkan karena petani jaringan mengetahui bahwa cabai merupakan komoditas yang mempunyai banyak sekali gangguan OPT.
Sikap Petani
Kerasionalan Penggunaan Pestisida Tabel 7. Penyemprotan Lebih Sering Dapat Menyebabkan Resistensi Sikap
Jumlah
Persentase (%)
Jaringan
Non Jaringan
Jaringan
Non Jaringan
Setuju
2
4
10
20
Tidak setuju
5
4
25
20
Ragu-ragu
3
2
15
10
Chi-square hitung
2.05
Chi-square tabel
4.60
Dari hasil analisis data diperoleh hasil bahwa nilai chi-square hitung lebih lebih kecil daripada nilai chi-square tabel yaitu 2,05 < 4.06. Hal ini menunjukkan bahwa petani jaringan dan non jaringan tidak berpengaruh terhadap keputusan petani mengenai kerasionalan petani menggunakan pestisida. Petani jaringan mengetahui resistensi akan terjadi apabila terlalu sering menggunakan pestisida, tetapi petani jaringan mengetahui bahwa metode pengendalian bukan hanya dengan pestisida. Petani menggunakan pestisida
35 cenderung lalai dalam hal perlindungan diri para petani tidak perduli dengan keamanan, terlebih lagi keamanan terhadap lingkungan sekitar. Petani cenderung tidak rasional terhadap pestisida, contoh lain petani cenderung mengaplikasikan pestisida secara tidak terjadwal, misalnya penyemprotan dilakukan hari ini, kemudian dilakukan pengamatan selang beberapa jam, hama tidak terlihat maka dilakukan penyemprotan kembali. Petani kurang memahami prosedur kerja dari pestisida tersebut. Petani kurang menyadari akan dampak pestisida, yang petani fikirkan adalah bagaimana hama bisa mati dan hasil panen meningkat, tanpa mereka sadari dampak yang akan dirasakan kemudian seperti resistensi hama. Tabel 8. Alasan Memilih Pestisida oleh Petani Responden Alasan
Jumlah Persentase (%) Jari Non Non Jaringan ngan Jaringan Jaringan
Cepat, tepat sasaran
3
2
15
10
Mudah didapatkan dan aplikasi, efektif, ekonomis
6
7
30
35
Mencontoh dari petani lain
1
1
5
5
Chi-square hitung
2.08
Chi-square Tabel
4.60
Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa bahwa petani jaringan dan non jaringan tidak berpengaruh nyata terhadap alasan petani memilih pestisida dengan nilai chi-square 2.08 < 4.60. Sehingga tidak ada alasan yang terlalu menonjol yang menunjukkan perbedaan dalam memilih pestisida antara petani jaringan dan non jaringan. Hanya saja petani jaringan tidak terlalu mengedepankan pengendalian kimiawi, tetapi kombinasi antara beberapa jenis pengendalian. Pemilihan pestisida sangat tergantung pada alasan-alasan tersebut karena petani selain telah terbiasa dengan jenis pestisida yang sering dipakai pada setiap musim tanam, mereka hanya mencoba mencampur dan menambah dosis apabila tidak sesuai dengan keinginan. Petani jaringan cenderung manggabungkan metode pengendalian seperti kultur teknis, mekanis, dan penggunaan pupuk urin fermentasi.
36 Penggunaan Pakaian Pelindung Oleh Petani
Gambar 2 Penggunaan pakaian pelindung oleh petani Kecenderungan petani dalam memakai pakaian pelindung adalah tidak terlalu memperdulikan perlindungan terhadap diri sendiri. Tingkat pemahaman terhadap dampak pestisida masih sangat kurang terbukti dari grafik diatas. Petani hanya memikirkan keuntungan jangka pendek dengan hilangnya hama, tanpa memperdulikan efek samping yang disebabkan oleh pestisida terhadap diri yang bersifat jangka panjang. Ketidaksesuaian prosedur standar pengamanan yang dilakukan oleh petani menyebabkan petani secara tidak langsung akan terpapar oleh pestisida, masuk ke dalam tubuh dan mengalir bersama darah. Resiko jangka panjang kurang disadari oleh petani, mereka hanya memikirkan bahwa panen tidak akan gagal dan memperoleh hasil yang memuaskan. Petani bertahan dengan cara-cara lama yang dilakukan oleh nenek moyang. Sikap petani dalam kaitannya dengan kepeduliannya terhadap dampak pestisida masih sangat kurang. Hal ini terlihat dari pada saat penyemprotan, dan pencucian alat semprot tidak memperhatikan keamanan alam sekitar. Para petani tidak menyadari bahwa sisa pestisida dapat mengganggu ekosistem yang lain. Lebih parah lagi petani tahu bahwa penyemprotan yang tidak terjadwal dan tidak sesuai dengan prosedur pada label dapat menyebabkan resistensi tapi tetap saja melakukan penyenprotan, yang terpenting bagi mereka adalah hama mati dan tidak mengganggu tanaman, petani tahu bahwa penyemprotan yang terlalu sering
37 dapat membunuh organisme lain yang bermanfaat tapi tetap saja pada sikap mereka dan tetap melakukan penyemprotan. Perawatan alat semprot juga menjadi perhatian penting, petani setelah penyemprotan mencuci di daerah irigasi kecil dekat pematang sawah mereka, petani kurang menyadari akan terganggunya ekosistem sungai kecil tersebut misalnya ikan, tumbuhan air, plankton makanan ikan, dan lain-lain karena sisa dari penyemprotan. Pengendalian Nonkimiawi Beberapa pengendalian nonkimiawi telah dilakukan oleh petani khususnya petani jaringan Ushuluddin. Petani menyadari bahwa dengan pengendalian ini lebih menghemat biaya. Beberapa contoh adalah penggunaan tumbuh-tumbuhan seperti gadung, daun residi, tagetes, dan lain-lain kemudian disemprotkan ke tanaman masing-masing. Bahkan ada petani yang menggunakan es batu 1 buah per 14 lt air kemudian disemprotkan ke tanaman untuk mencegah serangan thrips, petani beranggapan bahwa hama tidak menyukai keadaan yang dingin. Petani
jaringan mengaplikasikan pupuk organik seperti kompos dan
fermentasi urin ternak yang dicampur dengan empon-empon. Petani beranggapan bahwa dengan mengaplikasikan kedua pupuk tersebut dapat mengurangi serangan hama. Selain itu pemberian sedotan pada batang dekat tanah menguangi serangan pengerek batang. Demikian pula pada pertanaman, sisa-sisa tanaman sakit yang ada dipertanaman tidak diperdulikan oleh petani. Selain lebih menghemat biaya penggunaan bahan alami dan pupuk organik merupakan langkah untuk menambah ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit, petani sedikit banyak mengerti tentang pengendalian hayati dan biologi. Petani sadar bahwa pemanfaatan potensi lokal akan lebih baik dan mambuat tanah lebih subur dibandingkan dengan pemakaian produk kimia buatan yang selama ini dipakai. Tetapi dalam hal ini petani jaringan masih menggabungkan metode pengendalian dengan menggunakan bahan kimiawi sintetis, tetapi setidaknya sudah mengenal pestisida alami. Penggunaan bahan-bahan tumbuhan masih terkendala dengan penggunaan dosis yang tepat dan pengetahuan tentang OPT sasaran. Sehingga untuk pengendalian dengan bahan tumbuhan alami masih butuh pendampingan mengenai hal tersebut.
38 Tindakan Petani
Budidaya Tanaman Cabai Pola Tanam.
Pola tanam yang dilakukan petani responden adalah
tumpang sari cabai dengan bawang daun. Pada saat tanaman cabai berumur sekitar 3 minggu sampai 1 bulan kemudian ditanami daum bawang. Hal ini dilakukan agar petani memperoleh penghasilan tambahan. Selain itu dilakukan tanaman pinggir seperti
kacang panjang yang ditanam untuk menghalau serangan
kutudaun terhadap tanaman utama dalam hal ini cabai. Pengolahan Tanah.
Pengolahan lahan dilakukan dengan cara
mencangkul. Biasanya dibuat guludan-guludan dengan lebar sekitar satu meter. Jarak antar guludan 60 cm untuk aliran air, serta tinggi guludan sekitar 30-40 cm (untuk mencegah erosi karena aliran air). Pengolahan tanah sering dibantu oleh orang lain, sebagai contoh ada petani jaringan Ushuluddin mengolah tanah untuk ditanami cabe seluas 4 ha. pengolahan tanahnya diserahkan kepada para tetangga, dalam rangka pembserdayaan tetangga, setiap hari diberikan upah Rp 20.000 dengan 8 jam HOK. Benih. Benih cabai yang digunakan digunakan petani adalah berasal dari kios benih. Ada beberapa petani bukan jaringan Ushuluddin yang langsung membeli bibit kepada pengusaha bibit karena menurut mereka terlalu memakan waktu yang lama apabila menyemai sendiri. Varietas cabai yang sering ditanam oleh petani adalah ’’TM 999’’ dan ’’Hot Chili’’. Varietas tersebut dominan ditanam oleh petani. Pemupukan. Rata-rata petani responden menggunakan pupuk kandang. Mereka beranggapan bahwa pupuk kandang bisa meningkatkan ketahanan tanaman dan menghemat biaya. Penggunaan pupuk kimia diantaranya urea, NPK, dan ZA, digunakan sebelum tanam. Aplikasi pupuk oleh petani dilakukan dengan penambahan pupuk seperti pupuk daun dan perangsang pertumbuhan tanaman agar tanaman lebih cepat menghasilkan. Tetapi petani jaringan menggunakan pupuk kandang dan aplikasi fermentasi urin dan empon-empon, petani jaringan berpendapat dengan mengaplikasikan pupuk tersebut menghemat input produksi pupuk dan pestisida.
39 Tabel 9. Aplikasi Pupuk oleh Petani Jaringan Responden Jenis pupuk Pupuk kandang
Jumlah Non Jaringan Jaringan 0 5
Persentase Non Jaringan Jaringan 0 25
Pupuk kandang, urin, empon
6
0
30
0
Pupuk kandang, ZA, KCL, TSP
2
2
5
10
Pupuk kandang, NPK, Urea
2
3
15
10
NPK, Urea
0
1
0
5
Chi-square hitung Chi square tabel
12.53 7.77
Dari hasil analisis data diperoleh bahwa perlakuan pemupukan berpengaruh terhadap petani jaringan dan non jaringan. Tingkat penggunaan pupuk pada petani jaringan tidak terlalu bergantung pada pupuk sintetis dibandingkan dengan petani non jaringan yang aplikasi pemupukannya lebih kepada pupuk sintetis. Aplikasi pupuk bukan hanya dalam bentuk padatan tetapi juga pupuk cair. Petani jaringan telah mengenal pupuk cair yang difermentasi dari urin hewan ternak yang dicampur dengan empon-empon. Hal ini dipercaya dapat meningkatkan ketahanan tanaman dengan aplikasi dikocor per tanaman. Selain aplikasi pupuk padat petani jaringan juga telah mengenal pupuk organik cair (POC) NASA 50 cc/tangki. Beberapa petani jaringan lebih banyak mengaplikasikan pupuk urin. Petani beranggapan bahwa dengan mengaplikasikan formulasi urin (urin ditambah dengan empon-empon, dan abu) dapat menambah ketahanan tanaman, lebih ekonomis daripada membeli pupuk dan pestisida.
Hama Dan Penyakit Tanaman Cabai Hama dan penyakit merupakan salah satu hambatan dalam budidaya tanaman cabai. Petani sangat terganggu dengan kehadiran organisme pengganggu tanaman tersebut. Sehingga perlu pengelolaan yang terpadu untuk mengatasi masalah tersebut. Petani telah mengetahui hama dan penyakit yang menganggu tanaman cabainya, bahkan pengendalian telah dilakukan, tetapi petani menyadari dengan pengendalian yang monoton hama dan penyakit akan beradaptasi, maka perlu pengembangan metode pengendalian baru untuk mengatasi permasalahan
40 ini. Selama ini petani hanya mengacu pada gejala yang ditimbulkan, apabila gejala muncul, maka langsung dikendalikan. Padahal ada beberapa pertimbangan sebelum melakukan pengendalian yang harus diperhatikan. Hal ini terjadi karena petani trauma dengan serangan yang tiba-tiba muncul langsung menghabiskan tanaman mereka. Diantara hama penting yang menyerang tanaman cabai adalah: Kutu Persik ( Myzus persicae Sulz)
Gambar 3 Daun cabai terserang kutu persik Umumnya kutu daun persik berwarna kuning kehijauan dan hidup bergerombol di belakang daun, dekat tulang—tulang daun. Kutu ini megisap cairan dau secara langsung, sehingga daun mengeriput, pertumbuhan jaringan daun terhambat lalu layu dan mati. Kutu merupakan serangga pembawa penyakit (vektor) bagi perkembangan virus, seperti potato leaf roll virus (PLRV) dan potato virus Y (PVY). Kedua virus ini menyebabkan cabai mengerdil dan gagal membentuk buah.
Thrips (Thrips parvispinus Karny)
Gambar 4 Daun terserang oleh trhips Thrips berwarna kuning kecoklatan. Nimpha berwarna kuning kecoklatan dan sangat aktif. Telur berbentuk oval diletakkan dalam jaringan daun. Pada daun
41 muda, gejala serangan ditandai dengan adanya noda keperakan yang tidak beraturan. Luka ini tejadi karena dimakan oleh serangga. Noda keperakan lebih lanjut berubah menjadi coklat tembaga dan menyebabkan daun mengeriting ke atas. Pengendalian yang dilakukan adalah pada persemaian sebaiknya disungkup dengan kain kasa, penggunaan mulsa plastik perak di lapang, di dataran rendah, sebaliknya digunakan mulsa jerami, namun hanya pada musim kemarau. Mulsa jerami dipasang setelah tanaman setelah tanaman berumur 2 MST. Pemasangan papan berwarna biru yang diolesi perekat. Perekat yang digunakan dapat berupa lem tikus, lem kayu yang diencerkan atau vaselin jika tidak banyak hujan, dapat dikendalikan dengan penyemprotan tajuk tanaman dengan air dari bawah. Tumpangsari dengan bawang-bawangan dapat mencegah trips. Penanaman bunga Tagetes (jawer kotok) disekitar pertanaman juga dapat membantu mencegah serangan Triphs.
Penyakit pada Tanaman Cabai Penyakit Antraknosa
Gambar 5 Buah cabai terserang antraknosa Umumnya antraknosa atau busuk buah Colletotrichum capsici Sydow
disebabkan oleh cendawan
dan Colletotrichum gloeosporioides Pens.
Penyakit ini bisa menyerang biji, batang, daun, dan buah cabai. Serangan penyakit ini ditandai dengan gejala-gejala seperti biji gagal berkecambah, batang kecambah rapuh, sehingga mudah rebah, pucuk mati dan infeksinya menjalar ke bagian bawah .pada tahap awal,batang dan daun berwarna cokelat,lalu batang mengering dan berwarna cokelat gelap kekeringan. Di bagian yang terserang terlihat kulit batang membentuk tonjolan kecil, bercak di permukaan kulit buah melesak ke
42 dalam daging buah dan membentuk lingkaran
seperti terkena sengatan terik
matahari. Selain itu,terlihat busuk basah seperti lem yang berwarna kehitaman disertai munculnya tonjolan berupa rambut hitam. Serangan terjadi menjelang buah masak. Saat panen, buah cabai masih terlihat baik,tetapi beberapa hari kemudian cenderung terjadi pembusukan secara drastis. Daur penyakit pada buah masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji. Kelak
jamur menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah sakit. Jamur
menyerang daun dan batang, kelak dapat menginfeksi buah-buah. Jamur hanya sedikit sekali mengganggu tanaman yang sedang tumbuh, tetapi memakai tanaman ini untuk bertahan sampai terbentuknya buah hijau. Selain itu jamur dapat mempertahankan diri dalam sisa-sisa tanaman sakit. Seterusnya konidium disebarkan oleh angin. Pengendalian
dapat
dilakukan
dengan
Penggunaan
benih
sehat,
pembersihan buah sakit, pembersihan tanaman setelah panen, penggunaan PGPR berupa perendaman benih sebelum tanam, pergiliran tanaman untuk pemutusan siklus hidup patogen, tidak menanam cabai dengan tanaman yang sefamili, pestisida digunakan setelah pengendalian yang lain tidak mampu mengurangi gejala serangan yang ditimbulkan oleh patogen.
Penyakit Kuning (Geminivirus)
Gambar 6 Tanaman cabai terserang penyakit kuning Penyebab penyakit ini adalah virus Gemini, yang kuarang disadari petani adalah sumber penyakit (inokulum penyakit), sehingga tindakan preventif tidak dilakukan. Beberapa sumber penyakit ini adalah
tanaman sakit itu sendiri,
beberapa gulma (babadotan, putri malu, gulma berdaun lebar lain). Penularan penyakit ini melalui serangga vektor kutu kebul (Bemisia tabaci). Faktor yang
43 mempengaruhi perkembangan penyakit ini adalah cuaca, musim kemarau-vektor, memperhatikan dan mengamati waktu awal serangan. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara Pembersihan gulma inang, bibit sehat, pencabutan tanaman terserang sesegera mungkin agar tidak menular ke yang sehat, serta penyehatan tanah melaui solarisasi tanah. Penggunaan pestisida dilakukan apabila penggunaan pengendalian metode yang lain sudah tidak dapat mengurangi serangan. Penggunaan pestisida harus sesuai dengan prosedur yang berlaku pada label.
Busuk Batang Cabai
Gambar 7 Tanaman cabai terserang busuk batang Penyebab penyakit ini adalah cendawan Phytophthora capsici menyerang seluruh bagian tanaman. Pada tanaman tua, gejala serangan diawali dengan infeksi dileher batang, batang akan mengering yang mengakibatkan terjadinya pengerasan jaringan batang dan tanaman menjadi layu. Sumber (inokulum penyakit) antara lain tanah, sisa tanaman sakit, ditularkan melalui percikan air, dan aliran air. Faktor yang mempengaruhi penyakit ini antara lain sistem irigasi, jenis mulsa (mulsa plastik lebih tinggi), cuaca lembab dan temperatur yang tinggi. Pengendalian mulsa jerami, pembibitan dengan tanah perakaran bambu, aplikasi tanah perakaran bambu 100 g/tanaman pada tanaman besar, tanaman yang terserang dicabuti kemudian dimusnahkan. Pestisida digunakan apabila langkah pengendalian lain sudah tidak mengurangi gejala serangan dan sudah melewati ambang ekonomi.
44 Teknik Pengendalian yang dilakukan oleh Petani Tabel 10. Metode Pengendalian yang Dilakukan Petani Jaringan Jumlah Petani Persentase (%) Metode Pengendalian
Jaringan
Mekanis
3
2
20
10
Hayati
6
1
30
5
Kimiawi
1
7
10
35
Non Jaringan
Jaringan
Chi-square hitung
8.59
Chi-square tabel
4.60
Non Jaringan
Dari hasil analisis data diperoleh hasil bahwa petani jaringan dan non jaringan
berpengaruh
nyata
terhadap
pengambilan
keputusan
tindakan
pengendalian oleh petani dengan nilai chi-square 8.59 > 4.60. Metode pengendalian yang dilakukan oleh petani jaringan sangat variatif yaitu dengan menggabungkan beberapa jenis pengendalian tidak hanya mengandalkan kimiawi semata. Hal ini berbanding terbalik dengan petani non jaringan yang lebih mengandalkan pengendalian kimiawi. Beberapa jenis pengendalian mekanis dengan menggunakan tangan sendiri (pites), sedotan untuk melindungi batang dari ulat tanah yang memotong batang, metode pengendalian biologis yang digunakan oleh petani jaringan adalah dengan menggunakan PONTES (empon-empon-tetes), tetes yang dimaksudkan disini adalah tetes tebu, biasanya pontes ini oleh petani dicampur dengan urin ternak sehingga selain berfungsi sebagai pengendali hama dan penyakit juga berfungsi sebagai pupuk yang akan menambah daya tahan tanaman terhadap serangan OPT. Pengendalian kimiawi yang dilakukan oleh petani jaringan tidak terlalu sering dilakukan, pengendalian dilakukan biasanya pada saat kerusakan yang ditimbulkan sudah parah, tingkat keparahan ditentukan oleh petani sendiri. Petani non jaringan indikator penyemprotkan pestisida dilakukan pada saat sebelum dan sesudah ada serangan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan Petani
Jaringan dan Non Jaringan Klinik Tanaman Ushuluddin belum terlalu signifikan terlihat, akan tetapi ada beberapa aspek misalnya dalam tindakan pengendalian OPT, penggunaan pupuk, dan pestisida terlihat perbedaan yang sangat mencolok.
KESIMPULAN Secara umum, program LM3 di Ushuluddin telah mampu membangkitkan gerakan pertanian di pesantren tersebut, telah banyak kegiatan yang dilakukan mulai dari program budidaya sampai kepada pengolahan pascapanen. Lembaga ini telah berkembang menjadi agen pembangun agribisnis khususnya agroindustri pedesaan, yang menyampaikan pesan pembangunan melalui kegiatan pendidikan moral dan sosial di dalam masarakat, di samping berperan dalam mencetak kader pemuka agama. Salah satu kegiatannya adalah dengan adanya klinik tanaman LM3 Ushuluddin semakin dekat dengan masyarakat sekitar Magelang sehingga terbentuk petani jaringan dalam rangka pertukaran teknologi pertanian yang diadopsi oleh Ushuluddin.
DAFTAR PUSTAKA [Anonim]. 2007. Petunjuk Pemberdayaan Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3) Sub Sektor Holtikultura. www. deptan. go. Id [06 Januari 2008]. Danzinger. Heinrich Lehmann. 2003. Introduction To Integrated Pest Management of Plant Diseases and Pest in the Tropics/Subtropics. Fifth edition. Georg-August University of Gottingen, Germany. Darsono M. 1997. Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani Terhadap Organisme Pengganggu Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) di Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKKP) Widasari, Kec. Widasari, Kab. Indramayu, Jawa Barat Departemen Pertanian. 2006. Pedoman Umum Pemberdayaan dan Pengembangan Usaha Agribisnis Lembaga Mandiri Yang Mengakar di Masyarakat (LM3) 2008. httpid.wikipedia.orgwikiPesantren\Pesantren.htm [20 Februari 2009] Gatot M. 2009. Kumpulan Pengalaman Mbah Gatot Bertani Organik. http\\:www.indonesia.go.ididindex.phpoption=com_content&task=view&id=8391&It emid=827\index.php.htm. [20 Februari 2009] Lehman H, Danzinger. 1993. Introduction to Integrated Pest Management of Plant Desease and Pest in the Tropics/Subtropics fifth edition. Georg-August University Gottingen : Germany Redaksi Agromedia. 2008. Panduan Lengkap Budidaya dan Bisnis Cabai. Agromedia Pustaka : Jakarta Semangun H. 2007. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura Di Indonesia edisi kedua. Gajah Mada University Press : Jogjakarta Shurtleff MC. 1997. Plant Desease Clinic and Field Diagnosis of Biotic Disease. APS Press : St. Paul, Minnesota Untung. K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu edisi kedua. Gajah Mada University Press: Jogjakarta. Umar H. 2001. Strategic Management in Action. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta Widodo. 2006. Peranan Mikrob Bermanfaat Dalam Pengelolaan Terpadu Hama Dan Penyakit Tanaman. Makalah Apresiasi Penanggulangan OPT Tanaman Sayuran Nganjuk, 3 – 6 Oktober 2006. Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura. Direktorat Jenderal Hortikultura. Departemen Pertanian
LAMPIRAN Lampiran 1
STRUKTUR ORGANISASI LEMBAGA MANDIRI YANG MENGAKAR DI MASYARAKAT (LM3) "USHULUDDIN" PONPES "USHULUDDIN", SALAMAN, MAGELANG, JAWA TENGAH
Pelindung dan Penanggung-jawab :
KH. M. MANSHUR CHADZIQ.
Pengelola LM3
Ketua
: AHMAD MAJIDUN
Wakil Ketua
: Zaenal Arifin
Sekretaris
: Agus Abdul Wahid
Wakil Sekretaris
: M. Mukti Ismawan
Bendahara
: Hj. Siti Afwah
Wakil Bendahara
: 1. A. Haryanto 2. Niken Wahyu S.
Bidang Produksi
: Muhammad Machin
Administrasi Lapangan
: Susanti S.Pd
Divisi-divisi : Divisi Budidaya Padi
: Zaenal Muttaqin.
Divisi Budidaya Jagung
: A. Manshuri
Divisi Budidaya Semangka
: Sunardi
Divisi Tanaman Obat dan Sayuran
: Ahmad Muthohar
Divisi Tanaman Hias
: Arif Hidayat
Divisi Klinik Tanah dan Hama Peny. Tanaman
: Syarifudin
Divisi Pengolahan Pasca Panen
: Purwanto
Lampiran 2 Daftar Klien klinik tanaman Ushuluddin
Nama Klien KT Lestari
Alamat Kajoran
Permasalahan Pembuatan kompos, PGPR, dan moretan
Pesantren Sirojul
Payaman
Budidaya cabe
PonPes Nosari
Bandungan
Antraknosa
Kyai romadon
Mungkid
Geminivirus
LM3 PonPes
Kedung Lumpang
Teknis budidaya padi
Windusari
Gemini, trips, teknis budidaya
Muchlasin
Kedung Lumpang Pemuda Ansor
cabe, pembuatan kompos dan pestisida Muh Sinun
Sempu Seang
Penakyit kuning pada padi
Suparman
Ketua KT Tegal
PGPR dan Moretan
Arum Asad
Salaman
Pembuatan pestisida dan pupuk cair
Munhamer
Salaman
Pohon cabe roboh karena ulat grayak, pembuatan pestisida nabati, pupuk cair
Sono
Muntilan
Busuk buah pada pare
PonPes Shirajul
Payaman
Budidaya cabai
KT Sidomaju
Salaman
Budidaya cabai dan pupuk padat
K. H Abdul Karim
Jogjakarta
Budidaya padi
KT kedung Rengit
Borobudur
Pembuatan pupuk padat
Muchlashin
Lampiran 3 Daftar Penggunaan Pestisida oleh Petani Jaringan Nama Pestisida Dosis
Aplikasi
Antrachol
3 kg/tangki
Pagi, Semprot
Agrimex
2 sdm/ltr
Pagi, Semprot
Dithane
2 kg/tangki
Pagi, Semprot
Dakonil
1 kg/tangki
Pagi, Semprot
Imidor
1-2 g/l
Pagi, Semprot
Basoka Curacron
Matador Daftar Penggunaan Pestisida oleh Petani non Jaringan Nama Pestisida Dosis
Aplikasi
Agrimex
2.5 tutup/tangki
Semprot
Antrachol
2-3 kg/tangki
Semprot
Bion
2.5 tutup/tangki
Semprot
Curacron
3 cc/l
Semprot
Fermax
1 tutup/tangki
Semprot, perminggu
Pegassus
1 tutup/tangki
Semprot
Cascade
Score Vertako
Semprot